Jurnal Etnosia. Vol. 01, No. 01 Juni 2016. Dari Masa Lalu ke Masa Kini: Memori Kolektif, Konstruksi Negara dan Normalisasi Anti-Komunis Hardiyanti Munsi Departemen Antropologi, Fisip-Unhas [email protected] Abstract This article is focused on how the incident of G30S/PKI has left atrauma to the state and how the state deals with it in the era afterwards. It show that such incident is constructed by the state that PKI is the enemy of the state and threathens the sovereignity of the state ideology, and this is embedded to shape a collective memory. This has been used to construct and to normalize the anti-communist movement in Indonesia through various strategies by, for example, the establishment of Monumen Pancasila Sakti, the suppression of communist movement, the military recruitment, and a variety of doctrines in the military education. These aim to construct a united understanding about the incident of G30S/PKI and to normalize the anti-communist discourse in Indonesia. Keywords: Collective memory, PKI, G30S/PKI, TNI, state, construction, anti-communist, normalization. Pendahuluan markas PKI, dan pembentukan kelompok Peristiwa bersejarah yang menimpa bangsa pemuda yang anti-komunis. Indonesia pada tahun 1965 yang dikenal dengan Menurut Herlambang (2013), upaya pem- istilah Gerakan 30 September/Partai Komunis berantasan bangkitnya komunisme di segala lini Indonesia (G30S/PKI) memang telah hampir kehidupan terus dilakukan oleh pemerintah Orde setengah abad yang lalu. Peristiwa yang melibat- Baru dimana Suharto berperan sebagai otak dari kan dua kubu (TNI dan PKI) bahkan seluruh rencana ini. Pemberantasan komunisme secara komponen negara dan menarik perhatian secara sistematis dan represif telah dilakukan selama 32 nasional dan internasional. Peristiwa ini dipicu tahun, antara lain, dengan menetapkan peraturan oleh penculikan dan pembunuhan 6 Jendral oleh perundang-undangan yang ditujukan bagi para kelompok yang menyebut diri mereka ‘Gerakan eks-tahanan politik (eks-tapol). Sedikitnya 30 30 September’. Propaganda militer mulai butir undang-undang ini memang terutama sekali disebarkan, dan menyerukan ‘pembersihan’ PKI berlaku bagi seluruh anggota PKI dan ormas di seluruh negeri. Propaganda ini berhasil yang bernaung dibawahnya. Bukan hanya itu, meyakinkan rakyat Indonesia dan pemerhati perlakuan yang sangat menyakitkan juga harus internasional bahwa dalang di balik semua dirasakan orang-orang yang tidak ada sangkut- peristiwa itu adalah PKI. Penyangkalan PKI pautnya dengan PKI. Ada peraturan ‘surat bebas sama sekali tidak berpengaruh sehingga PKI G30S’ bagi orang-orang yang akan bersekolah dinyatakan sebagai partai terlarang. Ketegangan dan melamar pekerjaan, melampirkan surat dan kebencian yang terpendam selama bertahun- pernyataan ‘bersih diri’ dan ‘lingkungan’ bagi tahun pun meledak. ‘Pembersihan’ dilakukan orang yang memiliki sanak-saudara yang diduga dengan memusnahkan seluruh simpatisan PKI, atau dituduh dekat dengan PKI atau organisasi termasuk Soekarno (yang pada saat itu dipaksa kiri, bahkan melarang anak keturunan PKI untuk menyerahkan kepemimpinan karena menjadi anggota ABRI dan PNS dengan diduga sebagai pendukung PKI), pembakaran menerapkan skrining (screening) yang ketat. 30 Dari masa lalu ke masa kini: memori kolektif.... Penelitian mengenai PKI telah banyak di- yang masih tersimpan dalam museum tersebut. lakukan oleh peneliti dari berbagai sudut Berbagai dokumen, seperti buku saku TNI, buku pandang, beberapa diantaranya dilihat dari sudut sejarah TNI, majalah, koran online, yang pro pandang pandang politik, Soemarmi dkk. (2001), ataupun kontra terhadap G30S, buku saku TNI misalnya, berfokus pada proses pergantian dan buku sejarah dari tahun 1982-2012. Selain presiden sebelumnya oleh Soekarno dengan buku-buku teks dan Museum Lubang Buaya, presiden baru yakni Soeharto, langkah suksesi observasi juga dilakukan pada beberapa foto dan yang ditempuhnya dengan menyuarakan istilah film digunakan untuk mencari informasi me- ‘bahaya laten PKI’ dan pengaturan hukum yang ngenai penyampaian cerita PKI kepada publik, mendukungnya; Fic (2004) menitikberatkan seperti Film G30S/PKI. penelitiannya pada wacana konspirasi dalam Analisis diawali dengan melakukan close- menganalisis peristiwa kudeta 1 Oktober 1965; reading terhadap fieldnotes dan transkrip Studi Wieringa (2010) melihat bagaimana wawancara yang terkumpul. Close-reading gerakan perempuan dihancurkan pasca kejatuhan diikuti dengan coding dan sorting dengan meng- PKI melalui pendekatan politik seksual; dan identifikasi, memilah, dan mengaktegorisasikan Herlambang (2013) yang berfokus pada bagai- data-data yang didapatkan berdasarkan tema- mana upaya sistematis pemerintah Orde Baru temanya, yakni mengenai prosedur penerimaan memanfaatkan produk-produk budaya untuk anggotaa baru TNI, tahap pendidikan dan doktrin melegitimasi pembantaian 1965-1966. Artikel ini bagi anggota TNI, perluasan cakupan skrining, berfokus pada bagaimana negara mengkon- dan upaya pembersihan PKI oleh TNI. struksikan memori kolektif dengan penggunaan Wawancara didahului dengan penjelasan beragam strategi, teknik dan wacana-wacana tentang maksud dan tujuan penelitian, me- pendisiplinan dengan tujuan untuk menormali- nanyakan kesediaan calon informan (informed sasikan wacana anti-komunis di Indonesia. consent) untuk diwawancarai, menjelaskan bahwa semua informasi dijaga kerahasiaannya Metode Penelitian (confidential) dan nama-nama informan yang Penelitian ini dilakukan di salah satu terlibat dalam penelitiaan ini juga disamarkan Markas Besar TNI di Jakarta dan Museum (pseudonym). Lubang Buaya di jalan Raya Pondok Gede Jakarta. Informan yang berpartisipasi dalam Memori Kolektif: G30S/PKI & TNI penelitian ini berjumlah 5 orang, yakni anggota Olick (1999:337) menganalisa memori TNI OMSP (TNI Operasi Militer Selain Perang), kolektif dengan memasukkan faktor representasi yang berusia antara 38 dan 57 tahun, yang kolektif (simbol-simbol, makna, narasi, dan direkrut secara snowball sampling atas petunjuk ritual yang tersedia bagi publik), struktur informan pertama dan seterusnya. kebudayaan (sistem peraturan atau pola yang Pengumpulan data dilakukan melalui memproduksi representasi), konstruksi sosial wawancara mendalam, observasi, dan review (pola interaksi), dan memori-memori individual dokumen. Wawancara dilakukan dengan meng- yang terbentuk secara kultural dan sosial. Olick gunakan guide interview, dengan topik-topik (1999:336) juga mengemukakan tiga prinsip wawancara menyangkut prosedur penerimaan dalam menganalisa dan mengolah materi yang anggota baru TNI, tujuan skrining, sejarah ditemukan di dalamnya. Pertama memori G30S/PKI, bahaya PKI, pemberontakan PKI di kolektif tidak bersifat monolitik. Pengingatan Indonesia, serta organisasi terlarang binaan PKI. kolektif merupakan proses yang sangat Observasi dilakukan di Museum Lubang kompleks, melibatkan banyak macam orang, Buaya dengan pertimbangan museum ini me- praktik, materi, dan tema. Yang kedua, konsep rupakan hasil konstruksi TNI mengenai peristiwa memori kolektif akan mendorong kita untuk G30S/PKI, dengan mengamati patung, diorama, melihat memori sebagai residu otentik akan masa relief, pesan-pesan dan sisa-sisa peristiwa 65 lalu atau sebaliknya sebagai konstruksi yang 31 Dari masa lalu ke masa kini: memori kolektif.... sifatnya dinamis dalam masa kini. Proses melawan pemerintah. Itupun dianggap tidak mengingat-ingat yang kompleks selalu meru- cukup karena belum dapat menguasai TNI-AD pakan proses negosiasi yang cair antara hasrat di seutuhnya yang dinilai PKI sangat anti-komunis masa kini dan peninggalan dari masa lalu. dan memiliki militansi serta semangat nasional Ketiga, harus diingat bahwa memori adalah yang tinggi. Sejumlah anggota TNI yang pro- sebuah proses, dan bukan sebuah benda. Memori PKI selalu menentang konsepsi TNI-AD terkait kolektif adalah sesuatu yang kita lakukan bukan pembinaan masyarakat karena dianggap meng- sesuatu yang dimiliki. Oleh karenanya diperlu- hambat program PKI dalam memonopoli pem- kan perangkat analisis yang sensitif terhadap binaan masyarakat. Sebagai lawan langsung dari keberagaman, kontradiksi, dan dinamikanya. PKI, TNI-AD merasa posisinya semakin ter- Narasi PKI berikut merupakan narasi puruk karena berbagai kebijakan politik yang tentang bagaimana negara mengkonstruksi dilakukan oleh Presiden Soekarno ternyata memori kolektif. Dalam upaya pemerintah sangat menguntungkan PKI. PKI menyokong Indonesia untuk menyatukan kekuatan angkatan hampir semua kebijakan yang dikeluarkan bersenjata di bawah satu komando, diharapkan Presiden Soekarno dalam rangka tahapan strategi dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam yang menguntungkan PKI, sehingga banyak melaksanakan peran ABRI, serta tidak ter- yang menduga bahwa Soekarno adalah pro-PKI. pengaruh oleh kepentingan kelompok politik Informasi mengenai dugaan keterlibatan tertentu. Upaya tersebut menghadapi berbagai Soekarno dalam skenario PKI diungkapkan oleh tantangan, terutama dari PKI yang pada tahun Barka, sebagai berikut: 1965 telah menguasai sepertiga dari kekuatan Tau nasakom kan? Nasakom itu yang ABRI dengan melakukan penyusupan dan mempermulus jalan PKI. Itu skenarionya pembinaan khusus, serta memberi pengaruh Soekarno. Sebenarnya Komunis itu tidak terhadap Presiden dan Panglima Tertinggi ABRI cocok di Indonesia. Sekarang kan tinggal untuk mengingkari dan mengkhianati sumpah Cina yang masih kekeuh bertahan dengan prajurit dan Sapta Marga demi kepentingan partai komunisnya…. mereka (komunis) politik PKI. PKI merupakan sekelompok orang itu kan
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages14 Page
-
File Size-