JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

ASOSIASI DAN POLA DISTRIBUSI TENGKAWANG ( spp) PADA HUTAN TEMBAWANG DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

(Association and Distribution Pattern of Tengkawang (Shorea spp) at Tembawang Forest of Nanga Yen Village, Hulu Gurung District, Kapuas Hulu Regency)

Okta Vebri P, Farah Dibah, Ahmad Yani Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung pura Jl. Daya Nasional, Pontianak 78124 Email: [email protected]

ABSTRACT This study aimsed to examine the association of Tengkawang (Shorea spp) with other species that dominate in Tembawang forest and examine the pattern of distribution / spread of Tengkawang in Tembawang forest of Nanga Yen Village, Hulu Gurung District, Kapuas Hulu Regency, West Kalimantan Province. Observations were made on five transects lines with lengths of 20 x 500 m respectively. The research found 65 species of tree and found three types of Tengkawang i.e. Shorea stenoptera, Shorea marcophylla, and Shorea mecistopteryx. The dominance trees were , Dipterocarpus sp, Litsea firma, Dilleniaindica, and Eugenia spp with index important value (INP) ≥ 15%. The tree which often encountered simultaneously in tembawang forest of Nanga Yen village were Shorea stenoptera with Durio zibethinus, Dipterocarpus sp, and Dilleniaindica; and between Shorea marcophylla with Dipterocarpus sp; with high association criteria on value 0.74. ~ 0.49. The distribution pattern of Tengkawang (Shorea spp) were uniformly spread on class of pole, sapling and seedling with I value was I <1. Meanwhile for the class of tree, the distribution pattern of Tengkawang (Shorea spp) were spread in groups with I value was I >1.

Keywords: association, distribution pattern, Kapuas Hulu, Shorea spp, Tembawang

PENDAHULUAN secara alami dari proses regenerasi alam Tembawang adalah sistem (ITTO, 2011). Tembawang merupakan penggunaan lahan oleh masyarakat suatu bentuk kebun hutan yang lokal di Provinsi Kalimantan Barat dan berlokasi agak jauh dari pemukiman. merupakan suatu ekosistem unik dengan Tembawang dapat diklasifikasikan ke nilai ekonomis, nilai keanekaragaman dalam bentuk kebun hutan karena hayati dan nilai konservasi yang tinggi. penampakan dari jarak agak jauh seperti Tembawang memiliki berbagai jenis hutan serta berisiberbagai jenis pohon- tumbuhan mulai dari tanaman sumber pohonan yang berdiameter cukup besar makanan (buah-buahan), sampai dengan (Arifin dkk, 2003). Komposisi dan tanaman yang dimanfaatkan kayunya struktur tembawang tidak homogen. (Tengkawang, Meranti, dll), dan hasil Roslinda (2008) menyebutkan paduan hutan bukan kayu (biji Tengkawang dan struktur tembawang dapat dibedakan ke sumber obat-obatan). Selain ditanam, dalam lima tipe, yaitu Tengkawang dan banyak juga tumbuhan yang tumbuh pohon buah; Tengkawang, nyatuh, dan

704 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

pohon buah (kebun nyatuh); Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Tengkawang, karet, dan pohon buah; Kapuas Hulu bertujuan : Tengkawang, coklat, dan pohon buah; 1. Mengkaji asosiasi Tengkawang Tengkawang, pohon kayu, dan pohon dengan jenis-jenis lain yang buah. mendominasi di kawasan Hutan Desa Tengkawang (Shorea spp) adalah Nanga Yen Kecamatan Kapuas Hulu. nama buah dan pohon dari genus 2. Mengkaji pola distribusi/penyebaran Shorea yang buahnya menghasilkan Tengkawang yang ada di Hutan minyak nabati. Sifat lemak Tengkawang Tembawang Desa Nanga Yen yang khas, membuat harganya lebih Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten tinggi dari minyak nabati lain seperti Kapuas Hulu. minyak kelapa. Lemak Tengkawang Manfaat penelitian diharapkan digunakan sebagai bahan pengganti dapat memberikan informasi dan minyak coklat, bahan lipstik, minyak gambaran kepada masyarakat dan makan dan bahan obat-obatan instansi terkait mengenai penyebaran (Alamendah, 2009). Pohon jenis Tengkawang (Shorea spp) Tengkawang hanya terdapat di Pulau sehingga dapat digunakan sebagai dasar Kalimantan dan sebagian kecil Pulau untuk menunjang pengelolaan dan Sumatera. Kayu Tengkawang termasuk kelestarian di Hutan Desa Nanga Yen ke dalam golongan kayu kelas tiga atau Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten dikenal dengan golongan kayu meranti Kapuas Hulu. Merah (Alamendah, 2009). METODE PENELITIAN Tengkawang terdiri atas belasan speses Penelitian ini dilaksanakan di diantaranya jenis yang dilindungi dari Kawasan Hutan Tembawang Desa kepunahan berdasarkan PP Nomor 7 Nanga Yen Kecamatan Hulu Gurung Tahun 1999 tentang pengawetan jenis Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan tumbuhan dan satwa, dan SK Menhut Barat yang berlangsung dari bulan No.261/Kpts-IV/1990 tentang Febuari 2017 sampai April 2017. perlindungan pohon Tengkawang Metode yang digunakan untuk sebagai tanaman langka, jenis-jenis melakukan analisis vegetasi dilapangan tersebut adalah Shorea stenoptera, S. adalah dengan menggunakan metode gyberstiana, S. pinanga, S. compressa, kombinasi antara jalur dan garis S. seminis, S. martiniana,S marcophylla, berpetak yang dilakukan secara S. mecistopteyx, S. beccariana, S. purposif. Dalam penelitian ini dibuat 5 micantha, S. palembanica, S. lepidota, (lima) jalur pengamatan dengan panjang dan S. singkawang. setiap jalur 20 x 500 meter. Objek Penelitian mengenai jenis-jenis penelitian jenis Tengkawang (Shorea Tengkawang (Shorea spp) pada hutan spp) yang berada pada kawasan Hutan Tembawang Desa Nanga Yen Tembawang Desa Nanga Yen Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten

705 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

Kapuas Hulu, yang meliputi 4 tingkatan komposisi jenis dan struktur vegetasi pertumbuhan yaitu tingkat semai, di dalam suatu ekosistem. Dalam pancang, tiang, dan pohon serta pohon analisis vegetasi dilakukan jenis lain yang berasosiasi dengan penghitungan Indeks Nilai Penting pohon Tengkawang. Alat-alat yang (INP), indeks keanekaragaman jenis digunakan dalam mengambil dan (H), indeks kemerataan jenis (E), indeks mengolah data adalah peta lokasi morisita (Is), dan indeks ochiai (IO). penelitian, meteran dan tali rapia untuk HASIL DAN PEMBAHASAN membuat petak pengamatan, phiband Hasil analisis vegetasi yang untuk mengukur diameter pohon, tally dilakukan di Tembawang Hutan Desa sheet, parang untuk merintis, kompas Nanga Yen Kecamatan Hulu Gurung untuk menentukan arah, kamera untuk Kabupaten Kapuas Hulu diperoleh total dekomentasi penelitian, dan GPS untuk sebanyak 65 spesies. Hasil analisis menentukan kordinat. vegetasi pada tingkat semai diperoleh Data yang dikumpulkan dalam 1012 individu yang terdiri atas 41 jenis, penelitian ini meliputi data primer yaitu vegetasi tingkat pancang ditemukan 808 jenis dan jumlah tegakan vegetasi individu yang terdiri atas 45 jenis, tingkat semai serta jenis, jumlah dan vegetasi tingkat tiang ditemukan 601 diameter untuk tingkat pancang, tiang individu yang terdiri atas 47 jenis, dan dan pohon yang ada pada petak untuk tingkat pohon ditemukan 872 pengamatan. Untuk data sekunder individu yang terdiri atas 32 jenis. Nilai meliputi letak dan luas lokasi penelitian, Indeks Penting (INP) pada setiap keadaan hutan dan keadaan sosial vegetasi di tembawang hutan desa ekonomi masyarakat. Analisis vegetasi Nanga Yen disajikan pada Tabel 1. adalah cara untuk mempelajari Tabel 1. Rekapitulasi Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Vegetasi Pada Hutan Tembawang Desa Nanga Yen Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu (Index Important Value of Vegetation in Tembawang Forest of Nanga Yen Village, Hulu Gurung District, Kapuas Hulu Regency) Indeks Nilai Penting No Jenis Semai Pancang Tiang Pohon (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Asam Mawang 1.65631 - - 0.61698 2 Asam Pauh 5.50066 2.03449 - - 3 Akar Kompas 8.4792 3.94521 - - 4 Akar Kamput 3.60907 2.28201 - - 5 Belian - - 0.74219 - 6 Bengkal 4.53604 1.91072 3.28176 - 7 Berangan 10.78957 12.17977 12.04574 4.90353 8 Belimbing Hutan 1.97158 - 6.96009 - 9 Belaban - 3.17549 3.3809 1.98581 10 Bidung 3.62789 4.96245 5.10724 2.49104 11 Cempedak 3.09618 2.66687 6.12243 0.95424 12 10.25786 12.45444 8.23406 29.49308

706 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

Indeks Nilai Penting No Jenis Semai Pancang Tiang Pohon (1) (2) (3) (4) (5) (6) 13 Dadak 1.16224 - - - 14 Empakan 14.43629 16.24874 12.32188 7.58134 15 Engkais 3.92434 6.10346 5.11887 1.65517 16 Ensuak - - 1.06691 - 17 Jambu Monyet 1.75513 - 4.19475 1.7899 18 Jambu-Jambu - 0.75615 2.4542 - 19 Jelutung - 1.14101 - - 20 Jengkol - - 1.77882 - 21 Kayu Masm - - - 0.77408 22 Karet 3.78788 4.81155 20.81293 1.08168 23 Kelempai 1.1246 - - - 24 Kemayaou 1.14342 4.44026 2.19987 0.38546 25 Kempas - - 8.32955 1.80094 26 Keladan 12.81762 5.33374 21.25672 21.78943 27 Kepuak - 0.50862 1.40344 2.37333 28 Keruing - 2.03449 6.0437 1.23397 29 Keranji - - 0.57894 - 30 Kobang 1.97158 0.50862 - - 31 Koduk 5.29832 7.23089 - - 32 Kumpang 7.13815 - 10.10108 5.80416 33 Langsat Hutan - - 2.1008 1.4127 34 Leban - - 3.53355 - 35 Lengkeng Hutan - - - 0.97474 36 Linang 1.67514 - - - 37 Medang 12.9729 5.09979 13.34377 21.59151 38 Mersawak - 0.50862 3.7729 - 39 Mentawak - 0.75615 6.58868 - 40 Nyatoh 0.41408 1.77339 1.25476 - 41 Pelaik 7.43459 6.74941 1.83261 - 42 Perenduk 3.62789 1.77339 3.36778 - 43 Ponnok 1.43986 4.81155 6.82161 - 44 Puduk 1.85394 2.28201 - - 45 Puak 3.05383 1.89715 1.11674 - 46 Pulai - 2.52953 4.07586 2.7655 47 Rambai Hutan 2.42801 3.68411 8.60021 2.55206 48 Rambutan 7.92867 2.41934 2.07576 - 49 Rengen 11.08602 16.3725 20.3553 21.30176 50 Renghas - - 6.80929 - 51 Salak Hutan 1.04461 - 0.61568 3.54906 52 Sotul 1.14342 2.8042 - - 53 Sidur - 1.89715 1.55083 - 54 Tapang - 0.89348 2.16345 1.82449 55 Tebedak 1.75513 3.95878 - - 56 Tengkawang Tungkul 10.84604 12.60534 16.47951 67.47753 57 Tengkawang Sekadau 12.06945 12.96306 23.65406 45.35148 58 Tengkawang Rambai 2.79974 4.08254 5.97994 4.04729

707 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

Indeks Nilai Penting No Jenis Semai Pancang Tiang Pohon (1) (2) (3) (4) (5) (6) 59 Tekam - 1.91072 3.09161 1.43405 60 Terentang - 0.38486 - - 61 Timau - 0.38486 - - 62 Tommou 0.41408 - 1.01257 0.38546 63 Ubah 7.92867 12.72911 - - 64 Ubah Putih - - 12.10883 17.4539 65 Ubah Merah - - 4.15784 21.16926 Jumlah 200 200 300 300 Tabel 1 menunjukkan jenis yang Beragamnya nilai INP pada Tabel 1 dominan berdasarkan nilai INP ≥ 10% menunjukkan adanya pengaruh pada tingkat semai terdapat 8 jenis dan lingkungan tempat tumbuh seperti tingkat pancang 7 jenis dimana kelembaban, suhu dan tidak mampu diantaranya merupakan jenis yang sama atau kalah berkompetisi, seperti yaitu yaitu Berangan (Captanopsis perebutan akan zat hara, sinar matahari motyleyana King), Durian (Durio dan ruang tumbuh dengan jenis-jenis zibethinus), Empakan (Canarium lainnya yang sangat mempengaruhi ordonotphylum), Rengen pertumbuhan dari diameter batang (Dilleniaindica), Tengkawang Tungkul pohon. Selain INP ditentukan dengan (Shorea stenoptera), dan Tengkawang diameter batang, nilai ini juga Sekadau (Shorea marcophylla). Jenis dipengaruhi oleh umur suatu pohon. yang berbeda yaitu Keladan Menurut Odum (1997), jenis yang (Dipterocarpus sp), Medang (Litsea dominan mempunyai produktivitas yang firma) ditemukan pada tingkat semai besar, dan dalam menentukan suatu dan Ubah (Eugenia spp ) ditemukan jenis vegetasi dominan yang perlu pada tingkat pancang. Nilai INP ≥ 15% diketahui adalah diameter batangnya. pada tingkat tiang terdapat 6 jenis dan Keberadaan jenis dominan pada lokasi tingkat pohon 8 jenis. Jenis yang sama penelitian menjadi suatu indikator pada tingkat tiang dan pohon yaitu bahwa komunitas tersebut berada pada Keladan (Dipterocarpus sp), Rengen habitat yang sesuai dan mendukung (Dilleniaindica), Tengkawang Tungkul pertumbuhannya.Kehadiran suatu jenis (Shorea stenoptera), Tengkawang tertentu yang dominan menunjukkan Sekadau (Shorea marcophylla), dan kemampuan tanaman tersebut dapat Ubah Putih (Eugenia spp). Jenis yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan berbeda yaitu Karet (Hevea brasiliensis) setempat, sehingga jenis yang ditemukan pada tingkat tiang, mendominasi memiliki kemampuan sedangkan pada tingkat pohon meliputi toleransi yang lebar terhadap Durian (Durio zibethinus), dan Medang lingkungan. (Litsea firma). Indeks keanekaragaman jenis (H) di Tembawang Hutan Desa Nanga Yen

708 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten suatu jenis juga dipengaruhi oleh Kapuas Hulu, pada tingkat semai tingkat kemerataannya, semakin tinggi sebesar 1,46 %; tingkat pancang nilai H’, maka keanekaragaman jenis sebesar 1,47 %; tingkat tiang sebesar dalam komunitas tersebut semakin 1,50 % dan tingkat pohon sebesar stabil. Sebaliknya semakin rendah nilai 1,13%. Indeks keanekaragaan jenis pada H’, maka tingkat kestabilan Hutan Tembawang Desa Nanga Yen keanekaragaman jenis dalam komunitas Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten semakin rendah (Odum, 1997). Suatu Kapuas Hulu pada tingkat semai, jenis yang memiliki tingkat kestabilan pancang, tiang, dan pohon termasuk yang tinggi mempunyai peluang yang sedang karena nilainya lebih dari 1 dan lebih besar untuk mempertahankan kurang dari 3 ( H= 1-3 ). Selanjutnya kelestarian jenisnya. Untuk menilai dilakukan analisis Indeks kemerataan kemantapan atau kestabilan jenis dalam jenis (E) yang digunakan untuk suatu komunitas dapat digunakan nilai mengetahui pemerataan pembagian indeks kemerataan jenis (E’). Semakin individu yang merata diantara jenis, tinggi nilai E’, maka keanekaragaman artinya semakin tinggi nilai kelimpahan jenis dalam komunitas semakin stabil jenis maka penyebaran suatu jenis akan dan semakin rendah nilai E’, maka semakin merata dalam komunitas. kestabilan keanekaragaman jenis dalam Indeks kemerataan jenis (E) pada Hutan komunitas tersebut semakin rendah Tembawang Desa Nanga Yen (Soerianegara & Indrawan, 1976; Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Odum, 1993). Indeks keanekaragaman Kapuas Hulu untuk tingkat semai jenis (H’) menggambarkan tingkat termasuk kriteria melimpah sebesar kestabilan suatu komunitas tegakan. 0,3966%; tingkat pancang sebesar Semakin tinggi nilai H’, maka 0,3887 %; tingkat tiang sebesar 0,3918 komunitas vegetasi hutan tersebut %, dan tingkat pohon sebesar 0,3268 semakin tinggi tingkat kestabilannya. %. Indeks kemerataan jenis (E) pada Penyebaran Tengkawang (Shorea seluruh tingkat pertumbuhan pada spp). Berdasarkan penelitian yang telah Tembawang Hutan Desa Nanga Yen dilakukan, jenis kelompok Tengkawang termasuk sedang karena nilainya lebih yang ditemukan antara lain Tengkawang besar dari 0,3 ( E= 0,3-0,6). Tungkul (Shorea stenoptera), dan Keanekaragaman jenis suatu Tengkawang Sekadau (Shorea komunitas dipengaruhi oleh besarnya marcophylla) dan Tengkawang Rambai kerapatan jumlah batang/ha, banyaknya (Shorea mecistopteryx). Penyebaran jumlah jenis dan tingkat penyebaran pohon Tengkawang (Shorea spp.) dapat masing-masing jenis. Untuk mengetahui diketahui berdasarkan nilai Indeks tingkat kestabilan keanekaragaman jenis Morisita (Is) yang disajikan pada Tabel dapat digunakan nilai indeks 2. keanekaragaman jenis (H’). Kestabilan

709 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

Tabel 2. Nilai Indeks Morisita (Is) Jenis Tengkawang (Shorea spp) untuk Setiap Tingkatan Pada Lima Jalur di Tembawang Hutan Desa Nanga Yen Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu (Index Morisita (Is) of Tengkawang Species (Shorea spp) at every level on five transect lines in Tembawang Forest of Nanga Yen Village, Hulu Gurung District, Kapuas Hulu Regency)

Tingkat Pertumbuhan Jalur Semai Pancang Tiang Pohon I 18 17 17 62 II 19 21 16 53 III 29 24 23 54 IV 33 27 20 72 V 32 24 17 86 Total 131 113 93 327 Indeks 0,2120 0,2044 0,2038 2,994 Morisita

Tabel 2 menunjukan distribusi non biologis seperti iklim (suhu udara, penyebaran tengkawang untuk tingkat kelembaban udara, intensitas cahaya), semai, pancang, dan tiang yaitu secara tanah dan kondisi fisik lingkungan beraturan dilihat dari nilai indeks lainnya. morisita yang bernilai < 1. Distribusi Vegetasi tumbuhan berada pada penyebarang Tengkawang tingkat pohon kondisi lingkungan abiotik yang adalah berkelompok yang diperoleh dari dinamis dalam skala ruang yang nilai indeks morisita yang bernilai > 1. bervariasi disetiap tempat hidupnya. Penyebaran berkelompok terjadi karena Oleh karena itu setiap tumbuhan harus dipegaruhi oleh faktor lingkungan yang dapat beradaptasi menghadapi tergolong sebagai factor bioekologi perubahan kondisi faktor lingkungan pada masing-masing ketinggian. Lebih tersebut. Namun demikian, ada vegetasi lanjut, Indriyanto (2005) menyatakan tumbuhan tidak mungkin dapat hidup distribusi berkelompok pada suatu dalam kisaran faktor-faktor abiotik populasi merupakan distribusi yang yang tinggi, ada jenis vegetasi umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan yang mampu tumbuh tumbuhan maupun bagi hewan. Selain dikisarn faktor abiotik yang tinggi. itu pola penyebaran berhubungan pula Faktor bioekologi yang kedua adalah dengan faktor bioekologi yang faktor biotik yaitu organisme yang memberikan pengaruh pada individu berpengaruh terhadap organisme lain yang diteliti. Faktor bioekologi secara contoh tumbuhan lain. Tumbuhan dapat umum terbagi atas dua yakni faktor tumbuh dengan berhasil bila lingkungan fisik atau abiotik yang terdiri atas mampu menyediakan berbagai faktor-faktor lingkungan yang bersifat keperluan untuk pertumbuhan sesama

710 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

daur hidupnya. Oleh karena sifat Asosiasi dapat diartikan sebagai lingkungan tidak hanya bergantung sekelompok spesies yang hidup dalam pada kondisi fisik dan kimia tetapi juga lingkungan yang sama. Selanjutnya karena kehadiran organisme lain untuk mengetahui hubungan antara faktor yang berperan dapat dibagi pohon Tengkawang dengan pohon menjadi tiga kelompok utama, yakni lainnya (asosisasi) jenis-jenis yang iklim, geografis dan edafis. (Indriyanto, mendominansi (INP ≥ 15%) maka 2005 dalam Parinding, 2007). disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Indeks Ochiai (Asosiasi) Pada Pohon Tengkawang dengan 6 Jenis Pohon Dominan (Index Ochiai (association) on Tengkawang tree with 6 species of dominance tree) Tengkawang Tungkul Tengkawang Sekadau No. Nama jenis (x) (x) 1. Durian 0,58 0,47 2. Keladan 0,57 0,49 3. Medang 0,38 0,37 4. Rengen 0,56 0,44 5. Ubah Putih 0,44 0,31 6. Ubah Merah 0,46 0,42

Tabel 3 menunjukan terdapat 6 jenis yaitu Durian (Durio zibethinus), Keladan yang mendominan yaitu Durian (Durio (Dipterocarpus sp), Rengen zibethinus), Keladan (Dipterocarpus sp), (Dilleniaindica) banyak di temui bersama Medang (Litsea firma), Rengen dengan lingkungan yang sama pada areal (Dilleniaindica), Ubah Putih (Eugenia Tembawang Hutan Desa Nanga Yen. spp ), Ubah Merah (Eugenia spp ) dengan Pengaruh interaksi pada suatu komunitas, 2 jenis Tengkawang mendominan yaitu setiap tumbuh saling memberi tempat Tengkawang Tungkul (Shorea stenoptera) hidup pada suatu area dan habitat yang dan Tengkawang Sekadau (Shorea sama. Integritas pada suatu komunitas marcophylla). Indeks ochiai tertinggi merupakan fenomena yang telah dibentuk terdapat pada Tengkawang Tungkul dengan baik, adanya toleransi (Shorea stenoptera) dengan Durian (Durio kebersamaan, sehingga terbentuk derajat zibethinus), Keladan (Dipterocarpus sp), keterpaduan (Mueller-Dombois & Rengen (Dilleniaindica) sedangkan untuk Ellenberg, 1974; Barbour et al, 1987). Tengkawang Sekadau (Shorea Kesimpulan: marcophylla) tingkatan asosiasi tinggi 1. Jumlah jenis yang ditemukan pada jalur antara Tengkawang Sekadau (Shorea penelitian untuk vegetasi tingkat semai marcophylla) dengan Keladan sebanyak 40 jenis (3 jenis Tengkawang (Dipterocarpus sp). Ini menunjukan (Shorea spp) dan 37 jenis lainnya) pertumbuhan jenis Tengkawang (Shorea dengan jumlah 1012 individu, pada spp) dengan 3 jenis tumbuhan lainnya tingkat pancang ditemukan 44 jenis (3

711 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

jenis Tengkawang (Shorea spp) dan 41 zibethinus), Keladan (Dipterocarpus jenis lainya) dengan jumlah 808 sp) dan, Rengen (Dilleniaindica) begitu individu, pada vegetasi tingkat tiang juga antara Tengkawang Sekadau ditemukan 47 jenis (3 jenis (Shorea marcophylla) dengan Keladan Tengkawang (Shorea spp) dan 44 jenis (Dipterocarpus sp). lainya) dengan jumlah 601 individu, Saran sedangkan pada vegetasi tingkat pohon 1. Jenis-jenis Tengkawang (Shorea spp) ditemukan 32 jenis (3 jenis merupakan vegetasi yang sangat Tengkawang (Shorea spp) dan 29 jenis bernilai dan keberdaannya di Hutan lainya) dengan jumlah 872. Tembawang Desa Nanga Yen sudah 2. Total spesies yang ditemukan sebanyak mengalami kemunduran dalam segi 65 jenis yang dan terdapat 3 jenis kualitas dan kuantitas, sehingga Tengkawang (Shorea spp) yaitu diperlukan pengayaan kembali pada Tengkawang Tungkul (Shorea kawasan Hutan Tembawang terutama stenoptera), Tengkawang Sekadau untuk jenis Shorea spp (Shorea marcophylla), dan 2. Perlunya perencanaan yang baik untuk Tengkawang Rambai (Shorea pengelolaan dan pemanfaatan Hutan mecistopteryx). Tembawang serta kerjasama yang baik 3. Keanekaragaman Jenis (H) dan dengan intansi yang terkait. Kemerataan Jenis (E) untuk tingkat 3. Perlu adanya penyuluhan dan tiang dan pohon tergolong sedang pembinaan yang intensif dan terpadu untuk tingkat semai dan pancang terhadap Masyrakat di Desa Nanga tergolong rendah. Indeks Nilai Morisita Yen dalam mengelolah Hutan pola distribusi atau penyebaran jenis Tembawang untuk tidak menebang Tengkawang (Shorea spp) penyebaran pohon Tengkawang (Shorea spp) secara beraturan terdapat pada tingkat sebagai bahan bangunan. tiang, pancang, dan semai, sedangkan DAFTAR PUSTAKA untuk pohon menunjukan penyebaran Alamendah. 2009. Pohon Tengkawang secara berkelompok. Indeks Ochiai Berbuah 7 Tahun Sekali. Website: (Asosiasi) terdapat 6 jenis yang http://alamendah.wordpress.com/po hon-Tengkawang-berbuah-7-tahun- mendominasi dengan jenis-jenis sekali. Diakses tanggal 18 Tengkawang (Shorea spp) jenis-jenis Nopember 2009. tersebut yaitu Durian, Keladan, Arifin, H.S., MA. Sardjono, S. Sundawati, Medang, Rengen, Ubah Putih, Ubah T. Djogo, GA. Wattimena, dan Merah pada tingkat pohon dan pada Widianto. 2003. Agroforestri di Hutan Tembawang Desa Nanga Yen Indonesia. World Agroforestry jenis vegetasti yang banyak ditemukan Centre (ICRAF). bersaman pada tempat tumbuhnya yaitu Ashton, P.S. (1989). Dipterocarp Tengkawang Tungkul (Shorea Reproductive Biology. In Tropical stenoptera) dengan Durian (Durio Rain Forest Ecosystem and

712 JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 704 - 713

Ecological Studies edited Lieth, H. Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi and Warger, M.J.A. Elsevier untuk Penyelidikan Ladang dan Amsterdam-Oxford-New York- Laboratorium. Universitas Tokyo. P219-240. Indonesia. Jakarta. Darusman D. 2001. Resilinsi Kehutanan Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg. Masyarakat di Indonesia. Debut 1974. Aims and Methods of Press, Yogyakarta. Vegetation Ecology. John Wiley Fajri, M. 2008. Pengenalan Umum and Sons Inc. New York , Kelompok Jenis Odum, E. P. 1997. Fundamentals of Bernilai Ekonomi Tinggi. Info Ecology. Thir Edition. Philadelphia: Teknis Dipterokarpa Vol. 2 No. 1: W.B. Soundres Co. 9-21. Balai Penelitian Dipterokarpa. Purwaningsih. 2004. Sebaran Ekologi Samarinda Jenis-Jenis Dipterocarpaceae di Heriyantodan Mindawati. 2008.Konservasi Indonesia. Biodiversitas Vol.5 No.2: jenis Tengkawang (Shoreaspp.) 89-95. UNS. Surakarta pada kelompok hutan Sungai Jelai- Roslinda,E. 2008. Hutan Kemasyarakatan. Sungai delang-Sungai Seruyam hulu Bandung: Alfabeta. di Propinsi Kalimantan Barat. Info Hutan *5(3):281-287. Roslinda, Yuliantini E. 2006. Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan Daerah Indriyanto. 2005. Ekologi hutan. Bandar Alir Sungai Taman Nasional Betung Lampung: PT. Bumi Aksara Kerihun (Sub DAS Mendalam, Istomo dan Hidayati, T. 2010. Studi Sibau dan Kapuas). Kabupaten Potensi dan Penyebaran Kapuas Hulu Kalimanan Barat.. Tengkawang (Shorea spp.) di Areal Pontianak. [Laporan Penelitian]. IUPHHK-HA PT. Intracawood WWF Indonesia. Kalimantan Barat, Manufacturing Tarahan, Kalimantan Pontianak. Timur. Jurnal Silvikulktur Tropika Soerianegara, l dan A. Indrawan. 1998. Vol. 01 No. 01: 11-17. IPB. Bogor. Ekologi Hutan Indonesia. [ITTO] International Tropical Timber Departemen Manajemen Hutan Organization. 2011. Potensi Fakultas Kehutanan IPB.Bogor. Tengkawang di Lahan Sundawati L. 1993. The Dayak Garden Masyarakat Lokal Kalimantan System in Sanggau District, West Barat. Forestry Research and Kalimantan. An Agroforetry Model. Development Agency (FORDA) [Thesis]. Germany. Georg-August- Ministryof Forestry. http:// University, Gottingen. fordamof.org/ files/Brief%20Info%20No.4%20No vember%202011. pdf. [Diakses tanggal 12 Maret 2014]. Magurran, A. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New jersey: Princeton University Press.

713