PENGARUH PERANG KEMERDEKAAN II TERHADAP PENGAKUAN KEDAULATAN RI TANGGAL 27 DECEMBER 1949

Oleh: H. Kuswandi 1

ABSTRAK Hasil penelitian menunjukan beberapa hal sebagai berikut : bahwa perang kemerdekaan II terjadi sebagai reaksi terhadap agreasi Belanda II yang bertujuan untuk menghancurkan dan meniadakan Republik hasil Proklamasi 17 Agustus 1945. Puncak perang kemerdekaan II dilakukan melalui perang gerilya berupa serangan Umum I Maret tahun 1949. Perang kemerdekaan II mendapat dukungan dari bangsa-bangsa Asia melalui konfrensi New Delhi yang disepondori oleh India juga dari Negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan inisiatif Amerika Serikat mendapat dukungan pihak Australia. Reaksi dari dunia dari agreasi Belanda II disalurkan melalui sidang Dewan Keamanan PBB. Sebagai pengaruh dari resolusi dari Dewan Keamanan PBB tersebut Belanda mengundang Bung Karno maupun PBB untuk segera mengadakan KMB yang diawali dengan persetujuan Roem - Royem yang bertempat di . Demikian juga konfrensi antar Indonesia abtara pihak Republik Indonesia dengan BFO yang dilakukan dua kali amok menghadapi KMB. Sebgai reaksi dari KMB yang sangat bersejarah sesudahnya adalah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pads tanggal 27 Desember 1949.

Kata Kunci: Perang Kemerdekaan II, Pengakuan Kedaulatan RI

ABSTRACT The results showed some of the following: that the war of independence II occurred as a reaction to the Dutch agreasi II, which aims to destroy and negate the results of the Proclamation of the Republic of Indonesia 17 August 1945. The highlight of the independence war II made through guerrilla warfare in the form of general strike in March 1949. War I independence II received support from Asian nations through the New Delhi conference that disepondori by India as well as from Western countries like the United States and the United States initiative has the support the Australian side. Reaction from the world of agreasi II channeled through the UN Security Council. As the effect of the resolution of the UN Security Council invite Bung Karno Netherlands and the United Nations to hold a Round Table Conference that begins with the approval Roem - Royem housed in Jakarta. Likewise conference between Indonesia abtara the Republic of Indonesia with BFO conducted twice amok face KMB. Sebgai reaction of KMB very historic afterward is recognition of the sovereignty of Indonesia by the Dutch pads dated December 27, 1949.

Keyword: War of Independence II, recognition of sovereignty

PENDAHULUAN Dengan perbuatannya yang serba mendadak itu, jelas Belanda menginjak-injak Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda perjanjian gencatan senjata yang telah telah melakukan Agresi Militer yang ke II. disaksikan Komisi Tiga Negara. Dengan penyerangan ter-hadap Maguwo dan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pendudukan terhadap , Belanda mempunyai kehormatan, bangkit bermaksud menghancurkan dan meniadakan mempertahankan kemerdekaan dengan Republik Indonesia. melaksanakan perang gerilya dan serangan umum terhadap kedudukan Belanda. Hal ini

Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2 – Agustus 2015 [ISSN: 2355-5726] Hlm: 207 - 220 1 Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis

Halaman | 207

membuktikan bahwa Belanda tidak berhasil bahan-bahan yang ada kaitannya dengan pokok menumpas dan menghancurkan Republik bahasan, sehingga penulis dapat membahas lebih Indonesia hasil Proklamasi Kemerdekaan jauh sesuai dengan judul penelitian. tanggal 17 Agustus 1945, meskipun para pemimpinnya yaitu Presiden, Wakil Presiden PEMBAHASAN dan beberapa orang menterinya tertawan Belanda. Agresi Millier Belanda II Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Untuk memudahkan pembahasan yang Desem-ber 1948 yang mendapat reaksi dari diajukan mengenai latar belakang Perang bangsa Indonesia ini, tnalahan menjadi dorongan Kemerdekaan II, penulis mencoba menyoroti yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk lebih salah satu faktor yang menyebabkan cepat menjadi bangsa yang berdaulat, justru timbulnya Agresi Militer Belanda ke II. dengan peristiwa tersebut perhatian dunia Yaitu atas ketidak puasan Belanda dari menjadi lebih tertumpah terhadap Indonesia. persetujuan Renville yang dimulai pada Bangsa-bangsa Asia vang diseponsori tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan oleh India bangkit menyelenggarakan tanggal 17 Januari 1948. (Sudharmono, 1981: 55) Konperensi Asia di New Delhi yang Ketidak puasan Belanda tersebut menghasilkan resolusi tentang masalah sebenarnya telah kita lihat sejak awal Indonesia di PBB. Dengan resolusi PBB tentang perundingan, dimana pihak Belanda banyak tindakan Belanda yang melakukan agresi menolak saran dari KTN untuk melaksanakan Militernya yang ke II tersebut, maka mulailah keputusan Dewan Keamanan PBB. Pihak dirintis lagi perundingan-perundingan yang kita Belanda tidak mau merundingkan soal-soal kenal dengan Roem-Royen, Konperensi Antar politik selama masalah gencatan senjata belum Indonesia dan KMB. Dan akhirnya melalui beres. Perundingan mengalami kemacetan dan Konperensi Meja Bundar yang dilaksanakan di akhirnya Pemerintah Indonesia mengeluarkan Den Haag maka pada tanggal 27 Desember 1949 keterangan-keterangan sebab terj adinya terjadilah peristiwa penting bagi bangsa kemacetan tersebut. Sedangkan Belanda hanya Indonesia, yaitu Belanda menandatangani Nota menyatakan persetujuannya pada hal-hal yang Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia. menguntungkan saja. (Kartodirdjo, 1975: 51) Adapun hasil perundingan Renville yang METODE PENELITIAN ditanda tangani tanggal 17 Januari 1948 tersebut, terdiri dari 12 pasal prinsip politik, 6 pasal Dalam penelitian ini metode yang prinsip tambahan dan 10 pasal persetujuan digunakan adalah metode historis, yaitu metode gencatan senjata. (Kartodirdjo, 1975: 359) yang digunakan untuk mendeskripsikan Menurut bangsa Indonesia perundingan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, digunakan Renville itu jelas sangat merugikan. Karena isi pula metode analisis dokumenter, yaitu suatu perjanjian tersebut menempatkan Republik telaah sistematis atau catatan atau dokumen- Indonesia kepada kedudukan yang makin dokumen sebagai sumber data (John W. Best, bertambah sulit. Wilayah Republik Indonesia 1982: 133), hal ini sesuai dengan yang makin sempit, sebab dikurung oleh daerah- diungkapkan oleh Ismaun (1984: 93-94) tentang daerah kedudukan Belanda. Tapi untuk metode penelitian sejarah, yang terdiri dari: selanjutnya bahwa Belanda selalu berpendapat 1) Heuristik, yaitu jejak jejak dari sejarah untuk memojokkan bangsa Indonesia. sebagai peristiwa merupakan sumber- Menurut laporan Buurman Van Vreeden, sumber sebagai sejarh sebagai kisah para pembesar Republik Indonesia sering kali 2) Kritik, yaitu metode untuk menilai melanggar keteatuan-ketentuan perjanjian sumber-sumber yang kita butuhkan guna gencatan senjata. Menurut Belanda bahwa mengadakan penulisan sejarah. pelanggaran tersebut sesuai dengan perintah- 3) Interpretasi, yaitu menafsirkan keterangan perintah para komandan tentara kepada orang- sumber-sumber sejarah. orang Indonesia yang berada di daerah-daerah 4) Historiografi, yaitu menyusun cerita yang dikuasai Belanda. Aksi tersebut sejarah. diantaranya ialah berupa aksi-aksi subversif, Adapun teknik yang digunakan untuk ancaman dan terterhadap orang-orang memperoleh data adalah melalui studi Indonesia yang bekerja sama dengan kepustakaan yaitu mempelajari dan menelaah Belanda. Selain itu juga bahwa pidato-pidato

Halaman | 208 PENGARUH PERANG KEMERDEKAAN II TERHADAP PENGAKUAN KEDAULATAN RI TANGGAL 27 DECEMBER 1949 Kuswandi yang berupa hasutan sering disiarkan oleh Jawa semakin buruk, dan jumlah pelanggaran radio RI. Itu semuanya menurut Belanda sangat bersenjata semakin banyak (Kartodirdjo, 1975: bertentangan dengan ketentuan-ketentuan 60). Dari uraian tersebut jelas bahwa Belanda gencatan senjata. Sedangkan menurut pihak RI tidak puas dengan hasil perundingan Renville, bahwa tuduhan-tuduhan Belanda tersebut tidak Hal itu terbukti bahwa da tanggal 11 berhubung an dengan pemerintah Republik Desember 1948, Pemerintah Kerajaan Belanda Indonesia, karena hal ini dilakukan oleh orang- mengeluarkan maklumat resmi tentang orang yang tak termasuk tentara RI dan mereka perabicaraan antara Indonesia dan Belanda. bertindak atas nama dan tanggungjawab Adapun isi maklumat tersebut ialah, agar sendiri. (Agung, 1985: 85) Republik mengubah sikapnya secara radikal Pemerintah Belanda berpendapat bahwa dalam pelaksanaan perjanjian Renville. selama pelanggaranpelanggaran gencatan Tindakan lebih jauh dari Belanda ialah senjata terus berlangsung dan Pemerintah RI tak Pemerintahan Kerajaan Belanda memberi mampu untuk mengakhirinya, maka Belanda tahu kepada komisi Tiga Negara, bahwa tak dapat menjamin berskesinambungannya perundingan antara Indonesia dengan Belanda perundingan. (Agung, 1985: 90) tidak akan ada hasilnya selama Republik Alasan lain yang diajukan pemerintah Indonesia tidak menjunjung tinggi persetujuan Belanda atas ketidak puasan dengan persetujuan gencatan senjata (Mulyana, 1969: 272). Renville ialah bahwa RI dianggap telah Adapun isi nota tanggal 11 Desember mengadakan suatu persetujuan atau 1948 menurut penjelasan Kolonel Nugroho hubungan dengan Uni Soviet. Menurutnya Notosusanto sebagai berikut: bahwa wakil RI di Praha yaitu Soeripno 1. Dalam perundingan di Kali Urang ternyata telah mengadakan suatu persetujuan konsuler RI tidak mempunyai kekuasaan yang dengan Uni Soviet yang isinya mengadakan nyata terhadap negaranya, karena itu tukar menukar pejabat-pejabat konsuler antara tidak dapat diharapkan kerja sama Hoskow - Yogya. Meurut Pemerintah Kerajaan yang sungguh-sungguh untuk mencegah Belanda ini merupakan pelanggaran kasar pelanggaran persetujuan gencatan senjata. terhadap ayat 1 ke 6 asas tambahan persetujuan 2. Pendirian terhadap Wakil Tinggi Renville. Padahal menurut Pemerintah Republik Mahkota, terutama mengenai kekuasaan Indonesia sesuai dengan nota yang diserahkan terhadap tentara di masa peralihan, oleh ketua delegagasi Republik Indonesia bertentangan dengan kedaulatan Belanda yaitu Roep dan Sultan Yogya kepada yang ditetapkan dalam bagian pertama delegasi Belanda tanggal 10 Juni 1948 yang pokok-pokok azasi persetujuan isinya sama dengan jawaban tanggal 28 Mei Renville, yang berarti berlangsungnya 1948 dengan tambahan bahwa menurut RI tidak keadaan yang tak dapat dipertahankan, ada pelanggaran terhadap ayat 1 ke 16 tambahan dimana ada dua tentara yang saling persetujuan Renville. Karena asas ini tak berhadapan dibawah pimpinan yang dipandang suatu persetujuan, melainkan terpisah. hanya dipandang sebagai suatu sarana untuk 3. Penolakan mengakui kedaulatan Belanda mencapai persetujuan politik. Republik selama masa peralihan menyebabkan Indonesia tidak bersedia melepaskan dan tidak adanya RI menerima naskah menghentikan hubungan-hubungan luar persetujuan yang direncanakan KTN dan negerinya, sebelum tercapai persetujjian Amerika Serikat pada tanggal 10 politik. (Kartodirdjo, 1975: 55) September sebagai bahan perbandingan. Alasan lain yang diajukan Perdana 4. Pemerintah Belanda harus bertindak Menteri Beel pada Menteri Daerah Seberang, melaksanakan keputusan pembentukan bahwa pembicaraan-pembicaraan antara Pemerintahan Interin yang direncanakan Republik Indonesia dan Negeri Belanda tidak atas dasar persetujuan wakil-wakil daerah berjalan lancar. Belanda telah menuduh RI vederal. (Notosusanto, 1985: 32) menolak plebisit. RI berpendapat bahwa plebisit harus dilaksanakan terutama di daerah-daerah yang Pada tanggal 13 Desember 1948, PM dipersengketakan. Hatta meminta kepada KTN agar diadakan Selain dari hal-hal tersebut tadi, juga kembali perundingan dengan pihak Belanda Belanda menuduh bahwa keadaan Militer di dengan syarat "Kesediaan Republik Indonesia

Halaman | 209

mengakui sepenuhnya kedaulatan Belanda kepada Republik Indonesia pada tanggal 19 De- selama masa peralihan". Namun pada hari itu sember 1943. (Reksodipuro, 1982: 82). juga Pemerintahan Kerajaan Belanda menjawab Pada tanggal 19 Desember 1948, kira-kira bahwa perundingan tidak akan diadakan lagi. jam 05.30 bergemuruhlah deru pesawat pembom (Notosusanto, 1985: 32) Mithell B-25 memecah ketenangan di pagi hari Sesuai dengan telegram yang dikirimkan itu. Pesawat-pesawat pembom itu makin lama Beel pada tanggal 10 Desember 1948 kepada makin banyak saja, dan berputar-putar Menteri wilayah Seberang Lautan dimana ia mengelilingi kota Yogyakarta, yaitu Ibukota mendesak agar dilancarkan segera aksi Republik Indonesia. Belanda menjatuhkan militer Belanda terhadap Indonesia. Adapun berpuluhpuluh born di lapangan terbang maksud dari Beel dengan mengusulkan suatu Maguwo dan tentu saja hal itu merupakan aksi militer tersebut dengan tujuan sebagai malapetaka dan menimbulkan maut yang tidak berikut: sedikit di pihak Republik. Selain itu juga 1. Agar Republik Indonesia sebagai suatu dibarengi dengan meluncurnya kendaraan- kesatuan ketatanegaraan harus kendaraan perang dengan merk perdagangan dihancurkan sehingga habis Ford. Kendaraan-kendaraan itu muat serdadu riwayatnya. Karena itu aksi yang yang diperlengkapi dengan alat-alat perang dilaksanakan harus secara total dan jangan Amerika Serikat dan Inggris menerobos garis- merupakan aksi sebagian-sebagian. garis 2. Beel bermaksud membentuk Pemerintah Interin Vederal yang didasarkan atas Pengaruh Perang Kimerdekaan II peraturan pemerintahan dalam peralihan, Perang Kemerdekaan II yang terjadi dimana wakil-wakil dari daerah-daerah akibat Agresi Millter Belanda II tanggal 19 Vederal dan unsur-unsur Kooperatif dan Desember 1948, ternyata telah membuntukan Moderat dari bekas Republik harus Belanda dalam menghancurkan dan mengambil bagian. meniadakan Republik Indonesia hasil Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Kaum Sasen mengirimkan telegram kepada Beel Kolonialis Belanda telah gagal dalam dengan keputusan dari Pemerintah Kerajaan melaksanakan praktek kekerasan senjata, Belanda untuk melaksanakan aksi pada malam mereka tidak maMpu menghadapi perlawanan tanggal 18 Desember pukul 00.1. Jika mungkin rakyat semesta di bawah bimbingan TNI. laksanakan pada tanggal 16 Desember 1948. Tapi Terpaksa Belanda mencari jalan lain yaitu sehubungan ada surat dari Hatta tadi maka sempat membuka kembali perundingan dengan menimbulkan keraguan dan bahan Pemerintah Indonesia, setelah perbuatannya pertimbangan pemerintah Belanda tentang dikecam dunia internasional umumnya dan pelaksanaan agresi. Tapi karena desakan dari bangsa Asia Afrika pada khususnya. Beel maka akhirnya pada tanggal 17 Desember Bangsa Indonesia adalah bangsa yang 1948 Pemerintah Belanda melalui Beel cinta damai, maka uluran tangan Belanda mengirimkan nota kepada KTN di Kaliurang. untuk mengajak berunding kita terima. Dengan Nota tersebut diterima pukul 15.15. dan diawali oleh persetujuan Roem-Royen, Elink Schuurman mengirim telegram kepada ternyata akhirnya kita dapat menyelesaikan Cochran bahwa paling lambat hari Sabtu tanggal persoalan-persoalan pelik akibat Agresi Militer 18 Desember 1948 sebelum jam 10 pagi Belanda II dengan cukup berhasil. jawaban Hatta harus sudah diterima. Sehubungan dengan batas waktu yang sangat Persetujuan Roem- Yoyen singkat itu, maka nota Belanda tersebut Pada bulan-bulan pertama setelah merupakan ultimatum, sehingga Cochran terjadinya Agresi Militer Belanda II, Belanda sangat marah dan menjawab surat dari Belanda raengadakan pendekatan-pendekatan politik. tersebut dengan rasa kesal dan jengkel. Belanda Perdana Menteri Belanda Dr. Drees yang memang sudah mengetahui keadaan mengundang Pro£DR. Supomo salah seorang Republik yang sudah begitu lemah akibat anggota Delegasi RI dalam perundingan pemberontakan PKI bulan September 1948, lanjutan Renville untuk berunding. Undangan maka sesudah mengadakan ultimatum tersebut diterima oleh Indonesia dan merupakan Belanda melakukan agresi militernya yang ke II pertemuan pertama setelah terjadinya Agresi Militer Belanda II. (Kartodirdjo, 1975: 63).

Halaman | 210 PENGARUH PERANG KEMERDEKAAN II TERHADAP PENGAKUAN KEDAULATAN RI TANGGAL 27 DECEMBER 1949 Kuswandi

Untuk menutupi kekalahannya dalam Hatta itu akhirnya disetujui dan didukung oleh perdebatan internasional, pihak Belanda BFO. (Kartodirjo, 1975: 64) mengadakan kontra usul sebagai usaha untuk Pada perinsipnya Presiden yang melepaskan diri dari pelaksanaan Resolusi masih ada dalam tawanan di Banggka itu Dewan Keamanan. Pemerintah Belanda menerima undangan tersebut, tetapi undangan mengirimkan undangan kepada Komisi itu hanya bersifat perorangan dan bukan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk sebagai Kepala Negara RI. Yang menjabat menghadiri KMB yang akan diselenggarakan Kepala Pemerintah Darurat RI adalah pada tanggal 12 Maret 1949 di Negeri Syatfrudin Prawiranegara, maka menurut Bung Belanda. Adapun maksud dari Konperensi Kamo segala kekuasaan mengenai Negara ada tersebut adalah untuk menyerahkan kedaulatan di tangannya. Dalam urusan kenegaraan Indonesia selekas-lekasnya kepada suatu Sukarno dan Syafrudin Prawiranegara selalu pemerintah pederal yang dianggap mewakili mengadakan kunjungan untuk menghindari Indonesia. Dalam KMB tersebut akan dibahas segala kemungkian kesulitan dimasa depan. Uni - Indonesia Belanda dan peraturan peralihan Syafrudin Prawiranegara cukup menunjukkan sampai saat penyerahan. Komisi Perserkatan kesetiaannya kepada Presiden Sukarno, Bangsa Bangsa diminta agar memberikan jasa sehingga beliau selalu berpendapat sama dengan baiknya untuk pelaksanaan cita-cita tersebut. Bung Karno, bahwa untuk ikut serta dalam Untuk memenuhi Resolusi Dewan Keamanan, perundingan Meja Bundar itu harus didahului para pemimpin yang ditawan akan dibebaskan. oleh Pembebasan tanpa syarat para pembesar (Mulyana, 1969: 288) RI yang di tawan di Bangka dan Bersamaan itu juga pemerintah Belanda pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta, mengutus Dr. Koets sebagai wakil tinggi sesuai dengan bunyi resolusi Dewan Mahkota Belanda untuk me-nemui Bung Karno Keamanan PBB. (Mulyana, 1969: 288) bersama para pembesar lainnya yang se-dang Pada tanggal 3 Maret 1949 Presiden ditawan di Bangka. Dr. Koets pergi ke Bangka Sukarno mengadakan pembicaraan dengan pada tanggal 28 Pebruari 1949 kedatangannya penghubung BFO, dan beliau menegaskan untuk menjelaskan maksud Pemerintah tentang perlunya kedudukan Pemerintah RI di Belanda mengundang Bung Karno untuk pulihkan sebagai syarat dilangsungkannya menghadiri KMB di Den Haag. Isi penjelasan perundingan yang selaras dengan resolusi yang disampaikan kepada Bung Karno, Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 4 Maret menurut penjelasan Kolonel Nugroho 1949, Presiden Sukarno membalas undangan Notosusanto adalah sebagai berikut: Wakil Tinggi Mahkota Belanda yang berisi 1. Pemerintah Belanda akan mengadakan penolakan menghadiri KMB, kecuali dengan KMB di Den Haag guna membahas syarat sebagai berikut: "Penyerahan" kedaulatan dipercepat. 1. pengembalian kekuasaan RI adalah syarat 2. Penarikan pasukan-pasukan Belanda mutlak untuk memulai perundingan. secepat-cepatnya setelah "Penyerahan" 2. kedudukan dan kewajiban komisi PBB kedaulatan. untuk Indonesia dalam membantu 3. Tentang pengembalian Pemerintah RI ke pelaksanaan resolusi PBB tidak tergang. Yogya, dinyatakan bahwa hal itu mungkin (Kartodirjo, 1975: 65). dilaksanakan (Notosusanto, 1985: 36) Jawaban Presiden tersebut mendorong Sebelum hal itu terjadi, pada tangga121 pemerintah Belanda menunda pelaksanaan Januari 1949 terjadi pertemuan antara delegasi KMB, serta meninjau kembali tentang BPO yang terdiri dari Mr. Djumhana serta Dr. penolakan kembalinya Pemerintah Republik di Ateng dengan Presiden Sukarno dan wakil Yogyakarta. Dari BFO juga dikeluarkan Presiden Moh. Hatta. Menurut Moh. Hatta, pernyataan yang berisi: bahwa perundingan dapat saja dimulai dengan 1. Supaya Pemerintiahan RI dikembalikan syarat dikembalikannya pemerintah RI ke ke Yogyakarta. Korftisi PBB untuk Yogyakarta dan pemunduran pasukan Indonesia agar membantu raelaksanakan Belanda dari wilayah RI sesuai dengan Resolusi. Resolusi Dewan Keamanan. Keinginan Moh. 2. RI memerintahkan gencatan senjata. (Notosusanto, 1986: 36)

Halaman | 211

Dari pihak Dewan Keamanan PBB, pada berkumpul lagi, Sebagaimana tersebut tanggal 23 Ma ret 1949 PBB mengirimkan dalam laporan Komisi kepada Dewan kawat kepada Pemerintah Belanda, yang Keamanan tanggal 1 Maret dan seperti menyatakan bahwa Komisi PBB untuk pula ditegaskan oleh sejumlah pembicara Indonesia telah bekerja sesuai dengan dalam Dewan Keamanan, pengembalian Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Republik adalah syarat penting untuk Januari 1949. Menurut Dewan Keamanan dapat mengadakan pembicaraan yang PBB bahwa hal tersebut tidak merugikan kedua akan berhasil, karena hanya dengan belah pihak. Komisi PBB. akan memberikan demikian Pemerintah Republik dapat bantuan tentang tercapainya persetujuan memutuskan sesuatu secara Merdeka, sebagai pelaksanaan Resolusi Dewan lepas dari suatu tekanan, Keamanan PBB tanggal 28 Januari paragraf 1 5. Oleh karena itu pembicaraan pada dan 2 yakni penghentian aksi Militer oleh permulaan hanya mengenai pengembalian Belanda dan pengembalian Pemimpin RI ke Pemerintah Republik ke Yogya sampai Yogyakarta. Selain itu juga Dewan Keamanan ke-detail 2 yang praktis. PBB menetapkan tanggal dan waktu untuk 6. Untuk memperoleh keterangan- mengadakan KBS di Den Haag dan agar keterangan sebagai bahan perundingan diselenggarakan selekasnya. (Notosusanto, diperlukan bantuan Sri Sultan 1986: 65) Hamengkubowono IX. (Mulyana, 1969: Dewan Keamanan PBB pada bulan Maret 290) 1949 telah mengadakan Sidang, dan atas usul Kanada bahwa Komisi Perserikatan Bangsa Dengan adanya surat dari Roem maka Bangsa mempunyai kewaj iban membantu Dewan Keamanan memberikan petunjuk baik kedua belah pihak untuk mencapai kepada Republik maupun kepada Belanda. persetujuan dalam usaha melaksanakan Sesudah adanya pendekatan politis antara pihak Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Republik Indonesia dan Belanda, maka pada Januari 1949. Berdasarkan keputusan tersebut tanggal 14 April 1949 atas inisiatif Komisi PBB di atas, maka segera diadakan undangan untuk untuk Indonesia diadakan perundingan antara pembicaraan pendahuluan di bawah RI-Belanda. Perundingan tersebut dilakukan di pengawasan Dewan Keamanan PBB melalui Hotel Des Indes Jakarta di bawah pimpinan Komisi Perserikatan Bangsa Bangsa. Adapun Merle Cochran. Delegasi Republik dipimpin bunyi surat tersebut menurut penjelasan Prof. oleh Mr. Moh. Roem sebagai ketua Mr. Ali DR. Slamet Mulyana adalah sebagai berikut Sastroamidjoyo sebagai wakil ketua, dan adalah: anggotanya ialah: Dr. Leimena, In Juanda, 1. Menerima baik undangan tersebut, Prof. Mr. Dr. Supomo, Mr. Latuhaihary disertai pertemuan di-adakan di Jakarta dibawah 5 penasihat. Dari Delegasi Belanda dipimpin Pengawasan Komisi Perserikatan Bangsa oleh Dr. T. H. Van Royen dengan anggota- Bangsa. anggotanya; Mr. U. S. Blom, Mr. A. S. 2. Karena pihak Belanda belum menyatakan Jacob, Dr. J. J. Van der Velde dan empat kesediaannya untuk mengendalikan orang penasihat. (Notosusanto, 1986: 37) pemerintah Republik di Yogyakarta, Pada kesempatan ini Merle Cochram, mungkin penerimaan baik itu akan yang memimpin perundingan berpidato dengan menimbulkan salah faham pada singkat tentang gambaran tujuan Konperensi pemimpin-pemimpin Republik dan tugas yang harus dilaksanakan oleh Komisi Indonesia dan di luar Indonesia serta dalam Konperensi tersebut. Beliau dikalangan rakyat. mengingatkan kepada pihak-pihak yang 3. Oleh karena itu akan mempersulit berkepentingan bahwa pertama-tama harus penyelesaian pertikaian, turut sertanya tercapai persetujuan mengenai paragraf 1 dan dalam pembicaraan bersifat terbatas. 2 Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 4. Pada tanggal 19 Desember 1948 Januari 1949, juga setelah itu harus kekuasaan Republik telah diserahkan dirundingkan mengenai syarat-syarat dan kepada Pemerintah Darurat di Sumatera tanggal KMB yang akan dilaksanakan di Denhag yang harus bertindak atas nama (Agung, 1985: 268) Pemerintah Republik sampai saat Selanjutnya ketua Delegasi Belanda, Pemerintah Republik merdeka untuk Pam-Royen berpidato. Adapun isi pidatonya

Halaman | 212 PENGARUH PERANG KEMERDEKAAN II TERHADAP PENGAKUAN KEDAULATAN RI TANGGAL 27 DECEMBER 1949 Kuswandi sebagaimana yang diutarakan oleh Ide Agung dalam intruksi Dewan Keamanan Anak Agung adalah berbunyi sebagai berikut: tanggal 23 Maret sebagai pokok-pokok 1. Pemerintah Belanda telah menerima untuk dibicaraltan dalam Konperensi undangan komisi untuk Konperensi ini, merupakan kesatuan utuh. Harus persiapan ini tanpa syarat . dibicaraltan terlebih dahulu tentang 2. Pemerintah Belanda bersedia kembalinya pemerintah Republik ke menempatkan soal kembalinya Yogya. Setelah tercapainya kata sepakat Pemerintah Republik ke Yogya sebagai tentang hat ini, maka mudahlah untuk pasal pertama acara yang akan membicarakan pokok-pokok hal yang lain dibicarakan dengan syarat bahwa hasil- untuk suatu pemecahan menyeluruh. hasil perundingan ini hanya akan Keputusan-keputusan yang hakiki mengikat seandainya tercapai kata sepakat kemudian akan diambil oleh pemerintah mengenai kedua pokok acara, yakni Republik di Yogya. Pemerintah Republik soal penghentian permusuhan dan dengan tulus mengharap agar, bila pemiilihan ketertiban dan ketentraman, tercapai kata sepakat tentang serta syarat-syarat dan tanggal untuk kembalinya Pemerintah Republik, mengadakan Konperensi Meja Bundar di jalan akan terbuka untuk mengadakan Den Haag. perundingan-perundingan mendasar dan 3. Kembali kepada usul Belanda mengenai kepercayaan yang tergoyah akan penyerah-xan kedaulatan yang dipulihkan. (Agung, 1985: 30) dipercepat, Pan-Royen me-ngatakan, bahwa ini akan bersifiat tanpa sarat nyata Setelah perundingan pertama, ternyata dan lengkap, sedangkan Uni-Indonesia- jalannya perundingan sangat lamban, karena Belanda tak lean menjadi masing-masing pihak berpegang pada Paramanagara (Super State) melainkan pendiriannya. Perundingan hampir mengalami hanya merupakan suatu bentuk kerja jalan buntu, untunglah pada tangga124 April sama antara negara-negara yang Drs. Moh. Hatta datang ke Jakarta. Akhirnya berdaulat, Indonesia dan Belanda atas pihak Republik menempuh cara lain, yakni dasar persamaan dan kesukarelaan megadakan pertemuan informal dan langsung sepenuhnya. (Agung, 1985: 269) dengan pihak Belanda yang disaksikan oleh Merle Cochram. Pada tanggal 25 April 1949 Setelah itu, kemudian ketua delegasi dari diadakan pertemuan antara Drs. Moh. Hatta Indonesiapun berpidato pula. Adapun bunyi dengan ketua delegasi Belanda Dr. Pan-Royen pidato daro Mr.Moh. Roem adalah sebagai dan hasilnya tidak diumumkan. Perundingan berikut: semacam itu juga dilakukan oleh Ketua 1. Pemerintah Republik dengan menyesal Delegasi RI dengan Ketua Delegasi Belanda harus menyatakan bahwa aksi militer sebanyak 2 kali yakni tangga128 April dan 4, 5 Belanda yang ke II, telah menggoyahkan Mei 1949. (Kartodirjo, dkk., 1975: 66) kepercayaan pada itikad baik Pemerintah Berkat kerja keras dari UNCI, Belanda, reaksi negatif ini tidak saja akhirnya pada tanggal 6 Mei 1949 mulailah terlihat di dalam Republik, melainkan tampak tahap terakhir perundingan Roem terlihat pula di luar Republik, seperti Royen. Dan akhirnya tercapailah persetujuan telah ternyata diletakkannya jabatan oleh yang kemudian terkenal dengan persetujuan Pemerintah Indonesia Timur dan RoenRoyem. Adapun isi dari perundingan Pemerintah Pasundan serta dari Resolusi Roen-Royen sebagaimana dikemukakan Drs. badan-badan Perwakilan Madura, Jawa Sardjono dkk adalah sebagai berikut: Timur dan lainlain yang menyalahkan 1. Statemen Delegasi Republik Indonesia tindak tanduk Militer itu. Tambahan (Diucapkan oleh Mr. Roem) pula terdapat pula reaksi keras dari luar Sebagai ketua delegasi Republik saya negeri, yakni Konperensi New Delhi yang diberi kuasa oleh Presiden Sukarno dan oleh negara-negara Asia Selatan dan wakil Presiden Moh. Hatta, untuk Tenggara. menyatakan kesanggupan mereka sendiri, 2. Pemerintah Republik tidak berpendatat, sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan bahwa pokok-pokok hal yang disebut

Halaman | 213

tertanggal 28 Janua-ri 1949 untuk bagian bangsa Indonesia untuk memudahkan tercapainya: menentukan nasibnya sendiri sebagai a. Pengeluaran perintah kepada pengikut- yang diakui dalam azas-azas Linggarjati pengikut Republik yang bersenjata untuk dan Renville. Pemerintah Belanda tidak menghentikan perang gerilya. akan mendirikan atau mengakui negara- b. Kerja sama dalam hal mengembalikan negara atau daerahdaerah di atas yang perdamaian dan menjaga ketertiban dan dikuasai oleh Republik sebelumnya keamanan. tanggal 19 Desember 1948 dan tidak c. Turut serta dalam Konperensi Meja akan meluaskan negara atau daerah Bundar di Den Haag dengan maksud dengan merugikan daerah Republik mempercepat penyerahan kedaulatan Indonesia tersebut. yang sungguh dan lengjkap kepada e. Pemerintah Belanda menyetujui adanya negara Indonesia Serikat, dengan tidak Republik Indonesia sebagai staat yang bersyarat. nanti akan duduk dalam negara Indonesia 2. Statement Delegasi Belanda (Diucapkan oleh Serikat. Apabila suatu badan Ban-Royen) perwakilan sementara untuk Indonesia a. Delegasi Belanda diberi kuasa dibentuk dan karena itu perlu ditetapkan menyatakan bahwa, berhubung dengan jumlah perwakilan Republik dalam kesanggupan yang baru saja diucapkan badan tersebut, jurnlah itu ialah separoh oleh Mr. Moh. Roem ia menyetujui dari pada jumlah anggota-anggota kembalinya Pemerintah Republik semua di luar anggota-anggota Indonesia ke Yogyakarta. Delegasi Republik. Belanda selanjutnya menyetujui f. Sesuai dengan maksud dalam petunjuk pembentukan satu panitia bersama atau Dewan Keamanan tanggal 23 Maret di bawah perlindungan UNCI dengan 1949 yang mengenai Konperensi Meja maksud: Bundar di Den Haag supaya 1) Mengadakan penyelidikan dan perundingan-perundingan yang persiapan yang perlu sebelum dimaksud oleh resolusi Dewan Keamanan kembalinya Pemerintah Republik tanggal 28 Januari 1949 dapat diadakan Indonesia ke Yogyakarta. selekas-lekasnya, maka Pemerintah 2) Mempelajari dan memberi nasihat Belanda akan berusaha sesungguhnya tentang tindakan tindakan yang agar Konperensi itu segera diadakan diambil untuk melaksanakan sesudah Pemerintah Republik kembali penghentian perang gerilya dan kerja ke Yogyakarta. Pada Konperensi itu sa-ma dalam hal mengembalikan perundingan akan diadakan tentang cara perdamaian dan menjaga ketertiban bagaimana mempercepat penyerahan dan keamanan. kedaulatan yang sungguh dan lengkap b. Pemerintah Belanda setuju bahwa kepada Negara Indonesia Serikat Pemerintah Republik Indonesia harus dengan tidak bersyarat sesuai dengan bebas dan leluasa melakukan jabatannya azas-azas Renville. yang sepatutnya dalam satu daerah yang g. Berhubung dengan keperluan kerja sama meliputi Kepresidenan Yogyakarta dan dalam hal pengembalian perdamaian dan bahwa ini adalah satu langkah yang menjaga ketertiban dan keamanan dilakukan sesuai dengan maksud Pemerintah Belanda setuju bahwa dalam prtunjuk Dewan Keamanan tanggal 23 segala daerah di luar keresidenan Maret 1949. Yogyakarta dimana pegawai Sipil, Polisi c. Pemerintah Belanda menguatkan sekali dan pegawai Pemerintah Indonesia lagi kesanggupannya untuk menjamin (Pemerintah Belanda di Indonesia) penghentian segera dari pada semua lainnya sekarang tidak bekerja maka gerakangerakan militer dan pegawai Sipil, Polisi dan pegawai membebaskan dengan segera dan tidak Republik Indonesia lainnya masih terus bersyarat semua tahanan politik yang bekerja, akan tetiapi dalam jabatan ditangkap sejak 19 Desember 1948 mereka. Dengan sendirinya pembesar- dalam Republik Indonesia. pembesar Belanda membantu pemerintah d. Dengan tidak mengurangi hak bagian- Republik dalam hal keperluan-

Halaman | 214 PENGARUH PERANG KEMERDEKAAN II TERHADAP PENGAKUAN KEDAULATAN RI TANGGAL 27 DECEMBER 1949 Kuswandi

keperluan yang dikehendaki menurut Indonesia dalam mass peralihan sebelum pertimbangan yang pantas untuk terbentuk Indonesia Serikat. Komisi BFO perhubungan dan Konsultasi dengan tersebut telah mengadakan hubungan dengan segala orang Indonesia terhitung juga para pemimpin Indonesia yang ditahan di Prapat mereka yang bekerja dalam jabatan Sipil maupun di Bangka. dan Militer Republik, dan detail-detail Sejak tanggal 6 Juli 1949 dimana para teknik akan diselenggarakan oleh kedua Pemimpin Republik Indonesia telah belah pihak di bawah pengawasan LJNCI. dikembalikan, maka diadakan kem- (Sardjono, dkk., 1982: 95) perundingan-perundingan antara pemimpin BFO dan pemimpin Republik mengenai Demikianlah isi dari perundingan Roem- pembentukan sementar^ Negara Indonesia Royen sebagai hasil perjuangan para Delegasi Serikat. Dan pada tanggal 16 Juli 1949 BFO Republik, yang telah membawa Republik ke menerima baik usul Presiden Sukarno untuk ambang pintu yang setarap dengan negara- melakukan Konperensi antar Indonesia, demi negara merdeka lainnya di dunia. pembentukan Pemerintah sementara dalam Dengan disepakatinya prinsip-prinsip masa peralihan. Perundingan diadakan dua Roem-Royen tersebut, Pemerintah Darurat RI di kali, perundingan pertama di Yogyakarta pada Sumatera memerintahkan kepada Sultan tanggal 19 s.d. 22 Juli 1949 dan yang lcedua Hamengkubuwono IX untuk mengambil alih berlangsung di Jakarta sejak tanggal 31 Juli pemerintahan di Yogyakarta dari pihak 1949. (Mulyana, 1969: 297) Belanda. (Notosusanto, 1986: 159) Adapun isi pertemuan pertana yang dilakukan di kota perjuangan tersebut adalah Konferensi Antar Indonesia tentang pertahanan. Konperensi antar Indonesia Setelah adanya pernyataan Roem- itu merupakan Konperensi pendahuluan sebelum Royen, maka diadakan persiapanpersiapan dilangsungkannya Konperensi Meja Bundar. untuk kembalinya Pemerintah Republik ke Adapun tujuan Konperensi antar Indonesia ini Yogyakarta dan mengambil tindakan-tindakan adalah untuk mengadakan 11 Dialog Indonesia" untuk menghentikan permusuhan-permusuhan. antar para pemimpin Republik dan para Kepala Persiapan-persia pan itu suduh sedemikian maju Pemerintah daerah-daerah yang bekerja hingga Pemerintah Belanda memberikan sama dalah hubungan pertemuan musyawarah perintah-perintah kepada pasukannya untuk Federal agar tercapai kata sepakat tentang mengosongkan Keresidenan Yogyakarta pada persoalanpersoalan yang sangat mendasar tangga124 Juni 1949. yang akan dibicarakan dalam KMB yang Pada tanggal 6 Juli 1949 Presiden akan datang. Dengan cara ini maka pasal-pasal Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta tiba sengketa yang mungkin ada dapat dibicarakan di Yogyakarta dari tempat pengasingannya di dahulu antara Republik dengan pertemuan Bangka (Mulyana, 1969: 258). Setelah para musyawarah Federal. Adapun tujuan Pemim-pin Republik berkumpul kembali di Konperensi antar Indonesia menurut Anak A- Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949 gung Gde Agung adalah sebagai berikut: diadakanlah Sidang Kabinet yang perta-ma. 1. Menghubungkan Pemerintah-pemerintah, Pada kesempatan tersebut Mr. Spaf-rudin seandainya kasus ini timbul (casu quo) Prawiranegara mengembalikan mandatnya tata pra ja daerah-daerah yang kepada Wakil Presiden yaitu Moh. Hatta. Dan terorganisasi secara ketata negaraan di dalam Sidang Kabinet itu, diputuskan untuk luar Republik, yang bekerja sama di mengangkat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam pertemuan musyawarah Federal sebagai Menteri Pertahanan Koordinator dengan Pemerintah Republik, agar Keamanan. (Notosusanto: 1985: 43) tercapai kerja sama antara Indonesia Sejak timbul Perang Kemerdekaan II secara umura mengenai perkembangan tanggal 19 Desember 1948, kehidupan politik di politik selanjutnya, terutama pembicaraan Yogyakarta telah beralih ke Wilayah di luar pada KMB. Republik. Komosi BFO sibuk meng-adakan 2. Membicarakan garis-garis pokok tata pertemuan-pertemuan raembahas penetapan negara se-mentara RIS, agar setelah Pemerintah Belanda dalam hal pembentukan KMB, Pemerintah Indonesia pertama Pemerintah Federal Nasio-nal untuk seluruh akan disusun, dan Pemerintah itulah yang

Halaman | 215

akan mengambil alih kedaulatan Melihat kutipan di atas, maka jelaslah Indonesia. sekarang, bahwa antara Republik dengan BFO 3. Melakukan musyawarah-musyawarah terjalin saatu kerja sama yang tentang ke-mungkinan menyusun menggambarkan kesatuan pendapat dalam hal pemerintah Indonesia yang akan datang. me-nentukan nasib Indonesia dimasa yang (Agung, 1985: 284) akan datang. Konperensi antar Indonesia dilanjutkan kembali di Jakarta pada tanggal 30 Menurut kutipan di atas jelaslah, bahwa Juli 1949 yang dipimpin oleh Mohamad Hatta tujuan diadakannya Konperensi antar Indonesia yang membahas masalah pokok-pokok itu adalah untuk mengadakan "Dialog persetujuan yang telah diambil di Yogyakarta. Indonesia" seperti dijelaskan penulis pada Kedua pihak setuju untuk membentuk panitia bagian di atas persiapan nasional yang bertugas Dengan berjalannya Konperensi antar menyelenggarakan suasana tertib sebelum dan Indonesia antara BFO dengan Republik sesudah Konperensi Meja Bundar. Indonesia hal ini memperlihat-kan bahwa politik (Notosusanto, 1985: 43) devide et impera Belanda dalam memi-sah- Pada pembukaan ditandaskail bahwa misahkan daerah-daerah di luar Indonesia Indonesia hanya akan dapat mempertahankan akhirnya mengalami kegagalan Pada diri atas dasar-dasar demokrasi dan dengan cara Konperensi antar Indonesia yang pemerintahan yang didukung oleh rasa diselenggarakan di Yogyakarta itu dapat tanggungjawab seluruh bangsa Indonesia. dihasilkan mengenai bentuk dan hal-hal yang Konperensi babak ke dua ini telah membahas tertalian dengan ketatamegaraan Indonesia dasar-dasar yang telah dicapai dalam babak ke Serikat (Kartodirdjo, 1975: 70). Adapun isi satu di Yogya dan merumuskan secara terperinci Konperensi antar Indonesia tersebut untuk. lebih mengenai; Ketata negaraan, keuangan, jelasnya penulis paparkan sebagaimana perekonomian, keamanan, agama, penjelasan Sartono Kartodirdjo dkk sebagai kebudayaan, pengajaran, dan pendidikan. berikut: Telah ditetapkan bahwa bendera Republik 1. Negara Indonesia Serikat disetujui Indonesia Serikat ialah sang Merah Putih, lagu dengan na-ma Republik Indonesia Serikat kebangsaannya ialah lagu , (RIS) berdasar-kan demokrasi dan dan bahasa resrainya adalah bahasa Federalisme. Indonesia. (Mulyana, 1985: 300) 2. RIS akan dikepalai seorang Presiden Konperensi antar Indonesia ini kalau dibantu oleh Menteri-menteri yang dilihat hasilnya, pada intinya merupakan bertanggungjawab kepada Presiden. persiapan untuk mencari kata sepakat antara 3. Akan dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan negara-negara Semen-tara yang tergabung dengan BFO dalam mebghadapi Konperensi Meja Bundar. Di bidang Militer juga telah tercapai persetujuan: Konferensi Meja Bundar 1. Angkatan Perang RIS adalah Angkatan Sebagaimana penulis kemukakan pada Perang Nasional. Presiden RIS adalah bagian terda-hulu, bahwa akibat perang Panglima ter-tinggi Angkatan Perang. kemerdekaan II yang terjadi sebagai reaksi dari 2. Pembentukan Angkatan Perang RIS Agresi Militer Belanda II itu, mernbawa adalah semata-mata soal bangsa pengaruh terhadap situasi politik maupun Indonesia. Angkatan Perang RIS akan keamanan yang berlangsung di Indonesia. dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan Selain itu juga aksi militer Belanda II inti Angkatan Perang RI (TNI), tersebut mendapat reaksi dari luar negeri bersamasama dengan bangsa Indonesia Indonesia. Turut campurnya Dewan yang ada dalam KNIL, ML, KM, VB Keamanan PBB dalam menyelesaikan masalah dan Territoriale Bataljons. Indonesia-Belanda tersebut, membuktikan 3. Bada permulaan RIS,' Menteri Pertahanan bahwa persoalan Indonesia-Belanda itu sudah dapat merangkap sebagai Panglima Besar menjadi persoalan dunia. Beberapa perundingan APRIS. (Kartodirdjo, 1975: 71) berhasil diselenggarakan, seperti halnya perundingan Roem-Royen, Konperensi anrtar Indonesia dan akhirnya terlaksana pula

Halaman | 216 PENGARUH PERANG KEMERDEKAAN II TERHADAP PENGAKUAN KEDAULATAN RI TANGGAL 27 DECEMBER 1949 Kuswandi perundingan yang paling menentukan yaitu Delegasi akan menyampaikan dulu ungkapan Konperensi Meja Bundar yang dilaksanakan di rasa terima kasih (Agung, 1985: 289) Den Haag. Pada tanggal 15 Agustus 19^-9 semua Pada tanggal 3 Agustus 1949, Menteri perutusan telah hadir di Den Haag. Meneka Seberang Lautan Belanda yaitu Van Marseven diberi tempat menginap sesuai dengan Hotel- berpidato di Majelis Rendah Belanda. Di sana hotel yang ada yang telah dipersiapkan oleh ia memaparkan bahwa Konperensi Pemerintah Belanda. Komisi PBB untuk pendahuluan yang dilaksanakan di Jakarta Indonesia pun tidak pasif, sambil menunggu berhasil dengan baik pada tanggal 1 Agustus pembukaan KMB maka para ketua dan 1949. Tentang ketiga pasal acara Konperensi Wakil Ketua Delegasi Republik, Belanda itu yakni tentang kembalinya dan di dan pertemuan musyawarah Federal telah pulihkannya kekuasaan Pemerintah Republik di mengadakan pembicaraan yang tidak resrai Yogyakarta, perintah penghentian tembak dengan ketiga Komisi PBB untuk Indonesia. menembak untuk mengakhiri permusuhan serta Hal itu diantaranya membicarakan masalah persiapan-persiapan dalam menentukan waktu Orga-nisasi dan Pimpinan Konperensi Meja KMB telah tercapai kata sepakat sepenuhnya. Bundar yang akan dimulai tangga123 Agustus Demikian pula tentang syarat-syarat untuk 1949. mengikuti dan melaksanakan KMB telah Pada tanggal 23 Agustus 1949 Konperensi mencapai kata sepakat pula Dokumen- Meja Bundar dimulai di Den Haag. Sidang dokumen mengenai. diakhirinya permusuhan pembukaan resmi KMB diakhiri dengan telah di sahkan oleh Pemerintah Republik dan menerima baik peraturan tata tertib dan pada tanggal 3 Agustus telah diumumkan pemilihan seorang ketua, wakil ketua dan serentak di Yogyakarta. (Agung, 1985: 287) Sekretaris asalah Irian Barat itu sebetulnya Delegasi dari tiap-tiap negara telah sebelum maju ke KMB juga sudah bersiap-siap untuk pergi ke Den Haag. Untuk dipersoalkan. Mulai dari Konperensi Malino Delegasi Indonesia telah tersusun dengan baik sampai ke Konperensi Den Pasar, sudah ada pada tanggal 4 Agustus 1949. Delegasi tanda-tanda dari pihak Belanda bahwa mereka Indonesia terdiri dari Moh. Hatta, Mr. Moh. hendak memisahkan Irian Barat dari wilayah Roem, Prof. Dr Mr. Supomo, Dr. Leimena, Mr. Negara Indonesia bagian Timur. Maka ketika Ali Sostroamijoyo, In Juanda, Dr. Sukiman, Mr. dalam KMB Belanda mempertahankan Sujono Hadinoto, Dr. Sumitro, Mr. Abdul dengan keras mengenai Irian Barat di Karim Pringgodigdo, Kolonel Simatupang, Mr. Indonesia terutama dibagian Timur timbul Sumardi. (Agung, 1985: 287) berbagai reaksi dari masyarakat yang Selain Kolonel Simatupang dari pihak menuntut agar Irian Barat tidak dipisahkan Militer juga Komodor Surjadarma. Kolonel dari wilayah bagian Indonesia lainnya. Dalam Subyapto dari Angkatan Laut dan Sukamto Pariemen NIT telah di-terima mosi dengan suara sebagai Kepala polisi Negara juga ikut menjadi bulat pada tanggal 26 Oktober 1949 yang Delegasi RI. (Nutosusanto, 1985: 43) menuntut agar Irian Barat tetap berada dalam Demikian juga dari pihak BFO telah wilayah RIS. (Nalenan, 1981: 195) terbentuk dan telah siap berangkat ke Den Haag. Mengenai Komisi keuangan dan ekonomi, Ada pun wakil dari BFO adalah Sultan Hamid komisi ini juga dibagi dalam beberapa sub XI, Kolonel Sugondo, Kapten Tahya, dan Mr. kombisi yang mendapat tugas untuk mengurus Maksum Sumadipraja (Mulyana, 1969: 43) berbagai hal seperti utang piutang, Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh kewajiban-kewajiban timbal balik hak-hak, Drs. Moh. Hfstta bertolak dari Indonesia penanaman modal, azas-azas politik ekonomi tanggal 6 Agustus 1949. Rombongan akan pada umumnya, perjanjianperjanjian dan soal- singgah dulu di New Delhi karena ingin soal moneter. (Agung, 1985: 308) bertemu dulu dengan Perdana Menteri India Yawa Harlal Nehru yang banyak jasanya dalam Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, baik Sebagaimana penulis kemukakan pada dalam sidang Dewan Keamanan PBB maupun bagian terdahulu, bahwa pada tanggal 16 dalam Konperensi di New Delhi. Atas nama Nopember 1949 Perdana Menteri Hatta telah Pemerintah Republik Indonesia Ketua menyampaikan laporan hasil-hasil KMB kepada Kabinet. Dengan suara bulat Sidang Kabinet

Halaman | 217

menerima baik hasil KMB tersebut, meskipun pemungutan suara dan ternyata hasil disana sini masih ada kritikkritik yang pemungutan suara tersebut yang setuju ada 34 menyatakan bahwa delegasi Indonesia terlalu orang dan yang tidak setuju ada 15 orang. banyak memberikan konsesi kepada delegasi Menurut hasil pemungutan suara tersebut maka Belanda. (Mulyana, 1969: 302) jelaslah bahwa Undang-Undang pengakuan Hasil KMB tersebut kemudian diajukan itu oleh Majelis Tinggi, maka Undang-Undang kepada Komite Nasional Indonesia Pusat untuk tersebut pada hari itu juga disahkan oleh diklarifikasi. KNIP menerima hasil KMB Baginda Ratu, agar mulai berlaku dengan tersebut setelah melakukan persidangan pada segera. Dengan peristiwa tersebut, maka tanggal 6 Desember sampai tanggal 14 Pemerintah Belanda dapat mengakui kedaulatan Desember 1949. kepada Pemerintah Indonesia Serikat, Pada tanggal 16 Desember tahun 1949 berdasarkan apa-apa yang telah tercapai dan dilaksanakan pemilihan Presiden di Yogyakarta Konperensi Meja Bundar (Agung, 1985: 320) oleh Wakil-wakil Negara bagian RIS. (Nalena, Pada tanggal.23 Desember 1949, 1981: 199) Dengan suara bulat ternyata Bung Delegasi Republik Indonesia Serikat yang Karno terpilih menjadi Presiden RIS pertama dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta berangkat dan dilantik di Bangsal Setinggil Yogyakarta. kembali ke Nederland untuk menandatangani Dan sebagai wakil Presiden RIS ialah Drs. Moh, akte pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Hatta dan juga terpilih sebagai Perdana Menteri Belanda (Notosusanto, 1985: 44) RIS dan menjadi Menteri Luar Negeri. Adapun Selanjutnya saat yang ditunggu-tunggu mengenai program Republik Indonesia Serikat oleh bangsa Indonesia hususnya dan bangsa itu salah satunya diantaranya ialah Asia pada umumnya tiba juga. Upacara menyelenggarakan supaya pemindahan bersejarah bagi bangsa Indonesia maupun kekuasaan ke tangan bangsa Indonesia itu terjadi bagi Belanda terjadi pada tanggal 27 dengan seksama. Desember 1949. Dimana pada tanggal tersebut Demikian juga dimegerti Belanda, pada berlangsung upacara penandatanganan naskah tanggal 22 Nopember 1949 telah terjadi pengakuan kedaulatan yang dilakukan secara penyampaian rencana Undang-Undang bersamaan di Indonesia maupun di negeri penyerahan Kedaulatan kepada Majelis Rendah, Belanda. (Sudharmono, 1975: 257) termasuk juga penyampaian semua persetujuan Di Nederland upacara penandatanganan dan surat menyurat KMB. Di Majelis Rendah itu akte pengakuan kedaulatan itu dilaksanakan di terjadi pula perdebatan yang menyatakan ruang tahta Amsterdam Ratu Yuliyana Perdana bahwa status Uni yang menurut mereka Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan hanyalah status yang ringan seperti kapas saja. A. M. J. A. Sassen dan Ketua Delegasi Karena itu mengenai status Uni yang telah Republik Indonesia Serikat Drs. Moh. Hatta menjadi keputusan KMB tersebut menjadi bersama-sama membubuhkan tanda bahan kritik bagi para peserta sidang majelis tangannya pada Ate "Pengakuan Kedaulatan". Rendah Belanda. Tapi akhimya Menteri Van Pada waktu yang sama Sri Sultan Marseven menyatakan dengan tandas bahwa Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi tidak ada kemungkinan lain bagi pemerintah Mahkota Belanda A. H. J. Lopink dalam suatu Belanda kecuali menerima persetujuan- upacara, bersama-sama membubuhkan tanda persetujuan itu. Karena hal tersebut akan tangannya pada naskah "Pengakuan memberi jaminan-jaminan yang paling baik Kedaulatan". Maka dengan berlangsungnya kerja sama yang tetap dengan Republik peristiwa tersebut, barulah secara pormil Indonesia (Agung, 1985: 320). Belanda mengakui Kemerdekaan dan Pada tanggal 19 Desember 1949, rencana Kedaulatan penuh negara Indonesia diseluruh Undang-Undang mengenai pengakuan bekas Hindia Belanda kecuali Irian Barat. kedaulatan dibicarakan dalam Sidang Majelis (Kartodirdjo, dkk., 1975: 72) Tinggi Belanda. Dalam kesempatan ini tidak Dengan diakuinya hasil KMB yang lagi terjadi perdebatan-perdebatan yang melahirkan "Piagam Pengakuan Kedaulatan" melehirkan pandangan-pandangan baru. yang telah ditanda tangani oleh para pejabat Praksi-praksi yang ada di Majelis Rendah yang di tugaskan seperti penulis kemukakan di memberikan suara setuju dan suara tidak setuju atas, mulai saat itu tanggal 27 Desember 1949 tetap mempertahankan pendirian mereka. Pada setiap bendera Belanda yang ada di Indonesia tanggal 21 Desember 1949 diadakan

Halaman | 218 PENGARUH PERANG KEMERDEKAAN II TERHADAP PENGAKUAN KEDAULATAN RI TANGGAL 27 DECEMBER 1949 Kuswandi diturunkan. (Dinas Sejarah Militr TNI-AD, dukungan dari Bangsa Bangsa Asia melalui 1972: 214) Konprensi New Delhi yang diseponsori oleh Pengakuan Kedaulatan oleh Kerajaan India. Belanda kepada Republik Indonesia Serikat itu 5. Reaksi dari dunia sebagai akibat dari Agresi sesungguhnya merupakan pengaruh dari Perang Militer Belanda ke II disalurkan melalui Kemerdekaan II yang terjadi akibat Agresi Sidang Dewan Keamanan PBB yang Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1949. menghasilkan Resolusi Dewan Keamanan Peristiwa penandatanganan "Naskah PBB. Pengakuan Kedaulatan" tanggal 27 Desember 6. Sebagai usaha untuk melepaskan diri dari 1949 ini, mengakhiri suatu periode dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB, Belanda babakan sejarah perjuangan kemerdekaan mengundang Bung Karno maupun PBB bangsa Indonesia. Maka berakhir pulalah untuk segera mengadakan KMB. Dan periode perjuangan bersenjata untuk dengan turun tangannya PBB untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan menyelesaikan masalah ini, maka yang penuh dengan penderitaan dan terwujudlah persetujuan Roem-Royen yang pengorbanan yang telah menelan sekian banyak bertempat di Jakarta. korban jiwa dan harta rakyat Indonesia. 7. Konperensi Antar Indonesia antara pihak Perjuangan dalam rangka Perang Republik dengan BFO juga merupakan Kemerdekaan II ini telah berhasil. Kedaulatan pengaruh dari Perang Kemerdekaan II. Negara Republik Indonesia berkat perjuangan Konperensi tersebut dilakukan dua kali selama ini telah mendapat pengakuan. Dengan dengan tujuan mengadakan dialog antara pengharapan yang meluap-luap, rakyat pemimpin Republik dengan BFO agar Indonesia dewasa ini memandang ke masa tercapai kata sepakat tentang persoalan- depan, ke masa-masa dimana kemerdekaan persoalan yang sangat mendasar untuk yang selama ini diperjuangkan dengan menghadapi KMB. pengorbananpengorbanan yang tidak ternilai itu 8. Sebagai Realisasi dari KMB, peristiwa yang akan segera diisi dengan bentuk mewujudkan sangat bersejarah. sesudahnya adalah masyarakat adil dan raakmur sejahtera lahir pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda yang dan batin berdasarkan Pancasila dan Undang terjadi pada tangga127 Desember 1949. Undang Dasar tahun 1945.

PENUTUP Rekomendasi Dengan adanya penelitian ini dapat Simpulan dijadikan sebagai salah satu referensi untuk Berdasarkan hasil penelitian yang telah penelitian berikutnya. Dapat melengkapi dilakukan khasanah keilmuan sejarah bangsa yang harus 1. Perang Kemerdekaan II yang terjadi sebagai dilestarikan. reaksi terhadap Agresi Belanda II yang 1. Alangkah lebih baiknya, bila para pembaca bertujuen untuk menghancurkan dan lebih menghayati makna yang terkandung meniadakan Republik Indonesia hasil dari peristiwa Perang Kemerdekaan II Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah 2. Alangkah lebih baiknya bila para pembaca sematamata karena ulah Belanda yang tulisan-tulisan sejarah di Indonesia ini, dapat tidak merasa puas dengan hasil memberikan masukan-masukan dan dapat perundingan yang telah dicapainya melalui menunjukkan peninggalan-peninggalan Renville. sejarah serta dapat melestarikannya. 2. Perang Kemerdekaan II sebagai reaksi terhadap Agresi Militer Belanda II yang DAFTAR PUSTAKA terjadi sejak tanggal 19 Desember 1948, diantaranya berupa Perang Gerilya. . 1983. Memenuhi 3. Puncak Perang Kemerdekaan II yang Panggilan Tugas, Jilid II, Kenangan Masa dilakukan melalui Perang Gerilya itu adalah Gerilya. Jakarta: Gunung Agung. berupa serangan umum 1 Maret tahun 1949. Abdul Haris Nasution. 1980. Pokok pokok 4. Perang: Kemerdekaan II sebagai akibat dari Gerilya dan Pertahana Republik Indonesia Agresi Militer Belanda II juga mendapat

Halaman | 219

di Masa Yang Lalu dan Yang Akan Datang. Bandung: Angkasa. Abdul Haris Nasution. 1971. Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid IX. Bandung: Disjarah AD dan Angkasa. . 1978. Mengabdi Republik, Jilid II, Angkatan 45. Jakarta: Gunung Agung. Dinas Sejarah Militer TNI-Angkatan Darat. 1972. Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI-Angkatan Darat. Jakarta" Disjarah TNI-AD dan Fa. Mahjuma. Dinas Sejarah Militer Kodatn VI Siliwangi. 1968. Siliwangi dari Masa ke Masa. Jakarta. Isjwara, F. 1974. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Binacipta. . 1985. Renville. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Mohamad Roem. 1977. Bunga Rampai dari Sejarah. Jilid IL Jakarta: Bulan Bintang. Mukayat. 1985. Haji The Grand Old Man of Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Terpadu. Nugroho Notosusanto. 1985. Ikhtisar Sejarah RI 1945 - Sekarang. Jakarta: Departemen Pertahanan Keamanaa, Pusjarah ABRI. Nugroho Notosusanto, dkk. 1986. Sejarah Nasional. Jilid III Untuk SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka. Nalenan. 1981. Potret Seorang Patriot. Jakarta: Gunung Agung. Purnawan Tjondronegoro. 1986 Merdeka Tanahku Merdeka Negeriku. Jakarta: Balai Pustaka.

Halaman | 220