PENGARUH KEHADIRAN LANGSA TOWNSQUARE TERHADAP VITALITAS KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA KOTA LANGSA

TESIS

OLEH

ALMIRA RAISSA 157020004/AR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

Universitas Sumatera Utara PENGARUH KEHADIRAN LANGSA TOWNSQUARE TERHADAP VITALITAS KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA KOTA LANGSA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALMIRA RAISSA 157020004/AR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN

PENGARUH KEHADIRAN LANGSA TOWNSQUARE TERHADAP VITALITAS KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA KOTA LANGSA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik pada Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri. Adapun hasil karya penulisan tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2018

( Almira Raissa ) NIM. 157020004

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Telah Diuji Pada Tanggal: 23 Agustus 2018 ______

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Dr. Wahyu Utami, ST, M.Sc

Anggota Komisi Penguji : 1. Amy Marisa, ST, M.Sc, PhD

2. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc, IPM

3. Beny OY. Marpaung, ST, MT, PhD, IPM

4. Hilma Tamiami Fachruddin, ST, M.Sc, PhD

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Vitalitas merupakan suatu pengukur atas keberhasilan suatu kawasan atau kota dalam mencakup semua kebutuhan manusia yang berada didalamnya. Namun, hal tersebut belum dicapai sepenuhnya oleh Kota Langsa. Kota langsa merupakan daerah yang terbentuk atas pecahan dari kabupaten timur yang secara administrasi resmi berdiri pada tahun 2001. Kota langsa memiliki kondisi yang cukup strategis pada bidang industri, komersial dan perkebunan. Namun hal ini tidak memenuhi kebutuhan utama masyarakat secara maksimal sehingga masyarakat lebih memilih berbelanja guna memenuhi kebutuhannya di Kota Medan. Demi mengatasi permasalahan tersebut, pada tahun 2012 pemerintah dan pihak pengembang memutuskan untuk membangun sebuah pusat perbelanjaan Langsa Townsquare pada kawasan perdagangan dan jasa untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Setelah pembangunan townsquare selesai pada tahun 2015, kawasan tersebut secara visual dan fisik terlihat vital sehingga mengakibatkan kemunculan ruko-ruko dan kegiatan perdagangan baru di sekitar townsquare dan berkembang. Berdasarkan permasalahan dan isu tersebut, dapat kita temukan dua variabel dalam penelitian ini yaitu vitalitas kawasan dan perkembangan kecamatan. Untuk mengetahui jawaban atas permasalahan-permasalahan tersebut, berdasarkan variabel peneliti menemukan beberapa teori dan kemudian menemukan metode yang dapat digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif. Selain metode tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan sinkronik-diakronik untuk mengetahui perkembangan kawasan dari tahun ke tahun. Dari hasil analisa teori dengan data yanng ditemukan di lapangan, Langsa Townsquare memiliki peran yang cukup untuk vitalitas kawasan dan perkembangan kota terkait kemunculan ruko-ruko dan kegiatan baru di sekitarnya. Namun, hal tersebut tidak dirasakan oleh pemilik-pemilik kios yang berada didalam Langsa Townsquare. Hal tersebut diakibatkan oleh masih mahalnya harga sewa kios sehingga dari ±100 kios yang ada hanya terisi 31 kios saja. Sebagai kota yang baru berkembang, regulasi atau peraturan kota sangat dibutuhkan guna hal meningkatkan vitalitas kawasan dan vitalitas kota sehingga kota mampu berdiri sendiri tanpa ada perbandingan dengan kota lain terkait pemenuhan kebutuhan masyarakat kota.

Kata Kunci : vitalitas kawasan, perkembangan kawasan

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Vitality is a measurement for the success of a certain area or town in covering all human needs in it. However, this condition is not fulfilled completely by Langsa which was established as the fraction of Aceh Timur . It was administratively established in 2001. It has a strategic condition in industry, commerce, and plantation although they do not meet the people’s needs so that they go shopping to Medan. In order to solve this problem, the local government and developers in 2012 decided to build a shopping center in Langsa Townsquare in the commercial and service area to accommodate the people’s needs. After the Townsquare was set up in 2015, the area was visually and physically vital which caused the appearance of new store-houses and new commercial activities at the Townsquare and they developed. Based on the problem and issue, it was found that there were two variables: area vitality and sub-district development. There were some theories and methods which could be used to find the answer – descriptive qualitative method. Besides that, the research also used synchronic-diachronic approach to find out the area development each year. The result of the research showed that Langsa Townsquare played an important role in area vitality and urban development concerning the appearance of store-houses and new activities surrounding it. However, this condition did not affect the stand owners in the Townsquare since the renting price of their stands was very expensive; therefore, of about 100 stands, only 31 of them were rented. As a new developing town, regulation is highly needed in order to increase area vitality and town vitality so that the town will be able to be independent without being compared with the other towns in fulfilling the townspeople’s needs,

Keywords: area vitality, area development

ii

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh

Kehadiran Langsa Townsquare Terhadap Vitalitas Kawasan Perdagangan dan

Jasa Kota Langsa”. Tesis ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dengan ini pula, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM selaku Ketua Program Studi

Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara, Ibu Dr. Wahyu Utami, ST,

MT selaku pembimbing I serta Ibu Amy Marisa, ST, M.Sc, PhD selaku pembimbing

II yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan laporan tesis sehingga dapat selesai pada waktu yang terlah ditetapkan.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada kedua orang tua, saudara- saudara, serta seluruh sahabat yang telah mendukung peneiti dalam menyelesaikan laporan tesis ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun laporan ini. Namun, penulis mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca dalam rangka menambah wawasan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan.

iii

Universitas Sumatera Utara

Adapun penulis sangat membutuhkan kritik dan saran bagi penyempurnaan laporan ini.

Medan, Agustus 2018

Penulis,

(Almira Raissa) NIM. 157020004

iv

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Almira Raissa lahir di pada tanggal 9 Oktober 1990, merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara pasangan Ir. Ariman, MM (Alm.) dan Dr. Hj. Siti

Noorcahyati, Sp.P.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Swasta Yayasan Pendidikan

Harapan Medan pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama si SMP Negeri 1

Langsa pada tahun 2005, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Langsa pada tahun 2008. Penulis selanjutnya melanjutkan studi Strata-I pada Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dan kemudian melanjutkan studi magister di

Program Studi Magister Teknik Arsitektur bidang kekhususan Manajemen

Pembangunan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dari tahun 2015 hingga 2018.

v

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...... i

ABSTRACT ...... ii

KATA PENGANTAR ...... iii

RIWAYAT HIDUP ...... v

DAFTAR ISI ...... vi

DAFTAR GAMBAR ...... ix

DAFTAR TABEL ...... xi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1. Latar Belakang ...... 1

1.2. Perumusan Masalah ...... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...... 4

1.4. Manfaat Penelitian ...... 5

1.5. Sistematika Penulisan ...... 5

1.6. Kerangka Berpikir ...... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... 8

2.1. Vitalitas Kawasan ...... 8

2.2. Intensitas Aktifitas pada Kawasan Perdagangan ...... 13

2.3. Pusat Perbelanjaan sebagai Generator Kota ...... 15

vi

Universitas Sumatera Utara

2.4. Perkembangan Kawasan ...... 20

2.5. Penelitian Terdahulu ...... 21

BAB III METODE PENELITIAN ...... 24

3.1. Jenis Penelitian ...... 24

3.2. Variabel Penelitian ...... 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ...... 26

3.4. Jenis Data ...... 29

3.4.1. Data primer ...... 29 3.4.2. Data sekunder ...... 32

3.5. Populasi dan Responden ...... 33

3.5.1 Kriteria responden pemilik toko ...... 34 3.5.2 Kriteria responden pemilik kios ...... 34

3.6. Kawasan Penelitian ...... 35

3.7. Metode Analisa Data ...... 39

3.8. Kerangka Analisis ...... 43

BAB IV KAWASAN PENELITIAN ...... 45

4.1. Kota Langsa ...... 45

4.2. Kecamatan Langsa Kota ...... 47

4.3. Langsa Townsquare ...... 49

4.3.1. Pasar Tradisional Kota Langsa ...... 50 4.3.2. Keberadaan Langsa Townsquare ...... 51

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN ...... 52

5.1. Vitalitas Kawasan CBD Kota Langsa ...... 52

vii

Universitas Sumatera Utara

5.1.1. Tata guna lahan ...... 52 5.1.2. Intensitas aktifitas ...... 55 5.1.3. Aksesibilitas ...... 58 5.1.4. Keberagaman bangunan ...... 60 5.1.5. Variasi kegiatan perdagangan ...... 62

5.2. Perkembangam Kawasan ...... 64

5.2.1. Perubahan lahan secara horizontal ...... 65 5.2.2. Pertumbuhan penduduk ...... 67

5.3. Pengaruh Kehadiran Langsa Townsquare terhadap Vitalitas

Kawasan Perdagangan dan Jasa ...... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 71

6.1. Kesimpulan ...... 71

6.2 Rekomendasi ...... 72

DAFTAR PUSTAKA ...... 73

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Diagram kerangka berpikir...... 7

3.1 Keadaan kawasan perdagangan dan jasa ...... 35

3.2 Kawasan penelitian ...... 36

3.3 Keragaman fasad bangunan ruko ...... 37

3.4 Langsa Townsquare...... 38

3.5 Skema tahapan penelitian ...... 38

4.1 Peta administrasi Provinsi NAD ...... 45

4.2 Peta administrasi Kota Langsa ...... 46

4.3 Batasan Kecamatan Langsa Kota ...... 48

4.4 Batasan kawasan perdagangan dan jasa ...... 49

4.5 Kondisi pasar tradisional Kota Langsa...... 51

5.1 Tata guna lahan kawasan CBD Kota Langsa ...... 53

5.2 Struktur penggunan lahan mikro pada pertokoan CBD Kota Langsa ..... 54

5.3 Kehadiran aktifitas ekonomi setelah tahun 2015 ...... 55

5.4a Diagram pola jam aktifitas ...... 56

5.4b Diagram jumlah pengunjung ...... 56

5.5 Peta Kawasan CBD terkait intensitas aktifitas ...... 57

5.6 Jalur pedestrian pada kawasan CBD Kota Langsa ...... 59

ix

Universitas Sumatera Utara

5.7 Posisi jalur pedestrian dan ukuran pedestrian pada kawasan pertokoan

CBD Kota Langsa ...... 60

5.8 Keberagaman bangunan pada kawasan CBD Kota Langsa ...... 61

5.9 Keberagaman bangunan terkait jumlah lantai ruko...... 61

5.10 Variasi kegiatan perdagangan ruko CBD ...... 63

5.11 Variasi kegiatan perdagangan kios Langsa Townsquare ...... 63

5.12 Perkembangan kawasan di sekitar CBD Kota Langsa ...... 66

x

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Indikator penilaian intensitas aktifitas...... 14

2.2 Standar lokasi atau standar jarak dalam analisa kota ...... 18

2.3 Penelitian sejenis terkait vitalitas dan perkembangan kawasan ...... 22

3.1 Metode penentuan sub-variabel dan indikator penilaian...... 25

3.2 Metode pengumpulan data ...... 27

3.3 Data fungsi toko pada kawasan penelitian ...... 40

3.4 Kerangka analisis penelitian...... 43

4.1 Pertumbuhan penduduk Kota Langsa per kecamatan ...... 47

5.1 Indikator intensitas aktifitas ...... 57

5.2 Data pertumbuhan penduduk dan luasan lahan per kecamatan...... 68

5.3 Kesimpulan analisa pengaruh kehadiran Langsa Townsquare terhadap

vitalitas kawasan perdagangan dan jasa Kota Langsa ...... 69

xi

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Langsa merupakan daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur.

Secara administratif, status Kota Langsa diangkat menjadi kota sejak tahun 2001 dan secara geografis, wilayah Kota Langsa mempunyai kedudukan strategis dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Selain keadaan yang strategis, Kota Langsa mempunyai potensi di bidang industri, perdagangan dan pertanian. Pada tahun 2012, pemerintah Kota Langsa melakukan pembangunan pusat perbelanjaan yaitu Langsa

Townsquare sebagai respon atas penataan ruang Kota Langsa.

Pembangunan Langsa Townsquare selesai dan diresmikan pada Maret 2015 meskipun pembangunan gedung belum mencapai 100%. Menurut Walikota Langsa

(Usman Abdullah) yang dikutip pada Surat , keberadaan Langsa Townsquare sangat membantu pemerintah Kota Langsa dalam hal melakukan penertiban dan penataan pasar Kota Langsa. Walikota Langsa meyakini bahwa pusat perbelanjaan

Langsa Townsquare dapat menjadi salah satu pusat perbelanjaan di Kota Langsa sehingga masyarakat tidak arus berbelanja keluar kota. Langsa Townsquare saat ini mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan sarana pusat perbelanjaan seperti ini.

Sebelum Langsa Townsquare hadir, masyarakat Kota Langsa sering sekali berpergian ke Kota Medan untuk sekedar berbelanja kebutuhan rumah tangga atau hanya ingin melihat-lihat suasana baru sehingga hal tersebut yang membuat Kota

1

Universitas Sumatera Utara 2

Langsa menjadi tidak vital pada hari-hari libur. Langsa Townsquare terletak di kawasan (central bussiness district) yang juga merupakan pusat kota dan merupakan area dengan didominasi oleh bangunan mixed-use. Pada Qanun (peraturan perundang- undangan) kawasan perdagangan dan jasa (CBD) akan dirancang sebagai kawasan dengan skala layanan kota (Qanun Kota Langsa nomor 12 tahun 2013 tetang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Langsa tahun 2012-2032).

Sebelum dilakukan pembangunan Langsa Townsquare, lokasi tersebut merupakan lokasi pasar tradisional dan telah menjadi kegiatan utama yang meramaikan suasana kawasan perdagangan dan jasa ini.Namun kehadiran pasar tradisional yang belum teratur ini menyebabkan kesan kumuh dan tidak teratur sehingga untuk menciptakan suasana teratur dan baru di Kota Langsa, pemerintah bersama pihak swasta merencanakan pembangunan Langsa Townsquare. Setelah pembangunan

Langsa Townsquare ini selesai, pemerintah mulai menertibkan bagian-bagian kota lainnya seperti penertiban lapangan merdeka Kota Langsa oleh pedagang-pedagang kaki lima yang dipindahkan ke satu koridor kota sehingga Lapangan Merdeka tetap menjadi bagian krusial Kota Langsa.

Perkembangan pusat kota terutama pada kawasan perdagangan dan jasa banyak dipengaruhi oleh keberadaan Langsa Townsquare. Sesuai dengan yang diungkapkan

Shirvani (1985), pusat perbelanjaan merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi fisik kota. Selain dalam penataan kota, pembangunan Langsa

Townsquare dalam perencanaan Kota Langsa telah menjadi langkah yang baik dalam melakukan misi kota langsa yaitu meningkatkan kapasitas bagi pelaku ekonomi yang

Universitas Sumatera Utara 3

dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan melaksanakan pembangunan berdasarkan usulan dari bawah sehingga benar-benar bermanfaat bagi masyarakat luas mengingat Kota Langsa adalah sebuah kota baru.

Menurut Zahnd (2006) dalam proses pembaruan suatu kota dikenal beberapa pendekatan, salah satunya yaitu gentrifikasi (urban infill) yakni upaya peningkatan vitalitas kawasan kota melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan tersebut. Kota Langsa telah menerapkan hal ini dengan membangun Langsa Townsquare yang dianggap mampu meningkatkan vitalitas kawasan kota dan kualitas kawasan ke arah perubahan yang baik.

Semenjak hadirnya Langsa Townsquare, banyak pelaku ekonomi yang membangun ruko-ruko disekitarya dengan berbagai macam jenis penjualan sehingga kawasan ini menjadi ramai dikunjungi. Mengingat struktur perekonomian Kota Langsa bertumpu pada sektor tersier yaitu lapangan usaha perdagangan, tentunya hal ini dianggap menguntungkan bagi pelaku ekonomi dan dapat meningkatkan struktur perekonomian Kota Langsa dari tahun ke tahun (Usman Abdullah dalam Harian

Analisa, 2015). Fenomena ini dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang hadir di pusat kota dan kawasan perdagangan Kota Langsa seperti café-café baru dan jenis kegiatan ekonomi lainnya.

Kegiatan-kegiatan ekonomi inilah yang mengakibatkan Kota Langsa khususnya pusat kota dan kawasan perdagangan menjadi vital. Seperti yang dijabarkan oleh

Montgomery (1998), dalam jangka panjang vitalitas perkotaan hanya dapat dicapai jika

Universitas Sumatera Utara 4

pada kota tersebut terdapat keanekaragaman penggunaan lahan dan aktifitas ekonomi.

Aktifitas ekonomi yang memiliki intensitas yang tinggi adalah penyebab vitalnya suatu kawasan.

Oleh sebab itu, keberadaan Langsa Townsquare sangat berpengaruh pada kawasan disekitarnya sehingga penelitian mengenai vitalitas kawasan perdagangan dan jasa Kota Langsa ini dapat mengungkapkan fenomena-fenomena terkait perkembangan dan vitalitas kawasan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh kehadiran Langsa Townsquare terhadap vitalitas

kawasan perdagangan dan jasa Kota Langsa?

2. Bagaimana pengaruh kehadiran Langsa Townsquare terhadap

perkembangan kawasan di sekitar Langsa Townsquare?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisa pengaruh kehadiran Langsa Townsquare terhadap vitalitas

kawasan perdagangan dan jasa Kota Langsa.

2. Menganalisa pengaruh kehadiran Langsa Townsquare terhadap

perkembangan kawasan disekitar Langsa Townsquare.

Universitas Sumatera Utara 5

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat memberikan pemahaman pada ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan vitalitas dan perkembangan kawasan.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, sistematika yang digunakan adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang dan permasalahan penelitian terkait vitalitas kawasan

perdagangan dan jasa Kota Langsa dan perkembangan kawasan di sekitar

Langsa Townsquare.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka ini bersisi kajian teori yang menjadi acuan peneliti

dalam menyelesaikan permasalahan penelitian yang menyangkut kehadiran

Langsa Townsquare sebagai penyebab utama vitalitas kawasan perdagangan

dan jasa kota langsa serta perkembangan kawasan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab metodologi penelitian berisi metode yang digunakan peneliti guna

mendapatkan data-data yang diperlukan untuk menganalisis vitalitas

kawasan dan perkembangan kawasan di sekitar Langsa Townsquare.

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang keadaan lokasi kawasan penelitian terkait vitalitas

kawasan dan perkembangan kawasan di sekitar Langsa Townsquare.

Universitas Sumatera Utara 6

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai hasil analisa terhadap keadaan eksisting kawasan

penelitian terkait vitalitas kawasan dan perkembangan kawasan di sekitar

Langsa Townsquare. Bab ini juga berisi penilaian atas indikator-indikator

yang didapat melalui kajian teori.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penelitian terhadap vitalitas kawasan

dan perkembangan Kecamatan Langsa Kota sehingga dapat menjadi

masukan bagi pemerintah dalam penetapan Qanun terkait perkembangan

kota dan dapat menjadi masukan bagi ilmu pengetahuan untuk penelitian

selanjutnya.

1.6. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, maka pada sub bab ini akan diuraikan hal-hal yang dijadikan acuan sebagai kerangka berpikir.

Proses dalam penelitian ini dibagi menjadi 7 (tujuh) tahapan, yaitu proses melihat latar belakang/isu yang terjadi, menemukan permasalahan penelitian, variabel penelitian, menentukan teori yang menjadi acuan, menemukan sub-variabel/indikator yang dijadikan pengukur, menentukan data, analisa terhadap data dan penarikan kesimpulan.

Proses penelitian yang telah diuraikan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Universitas Sumatera Utara 7

Latar belakang Teori a. Langsa Townsquare merupakan sebuah a. Montgomery, John. 1998. Making a pusat perbelanjaan besar yang baru di Kota City : Urbanity, Vitality and Urban Langsa dan terletak di kawasan perdagangan Design. Journal of Urban Design. Vol dan jasa Kota Langsa. 3 no 1 b. Perkembangan kawasan terlihat dari banyak b. Zahnd, Markus. 2006. Perancangan bangunan baru yang muncul di kawasan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: perdagangan dan jasa Kota Langsa Kanisius. c. Sheng, Qiang. 2003. A Morphological Study on the Relationship Between Permasalahan penelitian Street Pattern and Vitality of Urban a. Bagaimana pengaruh Langsa Townsquare Blocks : Examples in Central Area of terhadap vitalitas kawasan perdagangan dan Beijing and Tianjin. Proceedings of the jasa Kota Langsa. Ninth International Space Syntax b. Bagaimana pengaruh kehadiran Langsa Symposium. Seoul Townsquare terhadap perkembangan kawasan d. Susiyanti, Farma Aria. 2003. Strategi di sekitar Langsa Townsquare Perancangan dalam Meningkatkan

 Vitalitas Kawasan Perdagangan Johar. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Variabel Penelitian Bandung a. Vitalitas Kawasan b. Perkembangan Kawasan c. Pusat Perbelanjaan sebagai Generator Kota

Sub-variabel a. Tata guna lahan b. Intensitas aktivitas c. Aksesibilitas d. Keragaman bangunan e. Variasi kegiatan perdagangan f. Perubahan lahan secara horizontal

g. Pertumbuhan penduduk Hasil dan Pembahasan

Data

Analisa Kesimpulan

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab 2 merupakan analisa teori yang dilakukan dalam rangka mengkaji vitalitas dan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa Kota Langsa sebagai dampak dari kehadiran Langsa Townsquare. Kajian pustaka ini terdiri dari vitalitas kawasan, intensitas aktifitas pada kawasan perdagangan, pusat perbelanjaan sebagai generator kota dan perkembangan kawasan. Adapun teori yang berhubungan dengan vitalitas dan perkembangan kawasan adalah sebagai berikut.

2.1.Vitalitas Kawasan

Gentrifikasi (urban infill) adalah satu pendekatan terhadap proses pembaruan kota. Pendekatan tersebut merupakan upaya peningkatan vitalitas kawasan melalui peningkatan kualitas lingkungan agar menimbulkan perubahan struktur fisik kawasan

(Zahnd, 2006). Melalui upaya tersebut suatu kota dapat menjadi kota yang sukses dan vital karena vitalitas merupakan sebuah acuan untuk menentukan bahwa kota tersebut adalah kota yang sukses (Montgomery, 1998).

Vitalitas sebuah kota mengacu pada jumlah orang didalamnya dan disekitar jalan pada waktu yang berbeda selama kurang lebih 24 jam saat pagi dan malam hari,dan kehadiran kehidupan pada jalan yang aktif dan umumnya dapat menghidupkan kota.

Sebuah kawasan yang sukses harusnya memiliki ritme dan kekuatan hidup untuk kawasan tersebut.Hal tersebut memungkinkan untuk menghasilkan lebih banyak

8

Universitas Sumatera Utara 9

vitalitas pada suatu kawasan, setidaknya untuk waktu- waktu tertentu dengan acara- acara yang telah direncanakan yang akan disuguhkan di jalan dan bangunan-bangunan tertentu di kawasan tersebut.

Terdapat dua konsep yang berbeda namun sangat berhubungan dengan karakter sebuah tempat yang baik yaitu vitalitas dan keanekaragaman, namun vitalitas adalah salah satu ukuran yang dapat menjadi acuan suksesnya sebuah kota. Hal ini mengacu pada jumlah manusia didalam dan disekitar jalan untuk waktu yang berbeda dari siang hingga malam hari, fasilitas yang digunakan, jumlah acara budaya dan perayaan dalam setahun, dan hidupnya suatu jalan. Namun, dalam jangka panjang vitalitas perkotaan hanya dapat dicapai jika pada kota tersebut terdapat keanekaragaman kompleks penggunaan lahan primer dan aktifitas ekonomi.

Populasi perkotaan yang tinggal dekat dengan lahan primer atau pusat kegiatan ekonomi cukup besar untuk mendukung kegiatan ekonomi didalamnya seperti kafe, toko eceran, toko kue dan fasilitas lain yang erat hubungannya dengan kegiatan ekonomi. Sementara, vitalitas dapat diukur melalui arus pejalan kaki yang pesat dan variasi pada lahan primer yang digunakan termasuk perumahan. Indeks-indeks keanekaragaman dapat dilihat dari hal-hal berikut ini: (a) keragaman dalam luas penggunaan lahan termasuk perumahan; (b) pola jam aktifitas termasuk aktifitas pagi dan malam hari; (c) keberadaan akses ke pasar dan keragaman kegiatan di pasar; (d) tingkat inovasi dan kepercayaan diri dalam menciptakan karya arsitektur yang baru sehingga memungkinkan adanya berbagai jenis bangunan, gaya dan desain.

Universitas Sumatera Utara 10

Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Jane Jacobs (2011) bahwa keanekaragaman juga merupakan generator utama dari vitalitas perkotaan karena hal ini dapat meningkatkan interaksi antara beberapa elemen perkotaan. Lynch (1981) juga mengemukakan bahwa terdapat lima dimensi dasar performa kota yaitu vitalitas, rasa, kecocokan, aksesibilitas dan kontrol. Bagi Lynch, kota yang vital adalah kota yang sukses memenuhi kebutuhan manusia didalamnya dalam lingkungan yang aman.

Dengan kata lain, kota yang seperti itu mampu menampung segala jenis aktifitas.

Hidupnya suatu tempat merupakan kata lain dari vitalitas. Suatu tempat yang berada dalam pusat kota harus memiliki vitalitas. Kegiatan ekonomi sebagai faktor pertumbuhan vitalitas kawasan pada umumnya dapat menjadi pemicu kegiatan yang aktif pada suatu kawasan. Namun jika kegiatan ekonomi yang berlangsung cenderung memiliki fungsi yang sama, maka kegiatan yang berada didalam kawasan tidak akan maksimal. Variasi dalam penggunaan lahan sangat penting dalam meningkatkan vitalitas dalam suatu kawasan. Variasi akan membuat orang-orang yang melakukan aktifitas didalamnya tidak akan merasa bosan dan hal itu menyebabkan orang-orang akan terus berdatangan.

Variasi dalam penggunaan lahan dan waktu bukan hanya dititik beratkan pada jenis fungsinya, namun juga dalam tigkatan ekonomi nya. Jika suatu kawasan memiliki variasi dalam harga yang ditawarkan, maka itu akan mengundang semua tingkatan masyarakat dan akan membuat kawasan jauh lebih aktif dan vital. Kawasan yang vital merupakan kawasan yang terus hidup dari pagi hingga malam. Kegiatan jual beli pada pagi hingga sore hari akan selalu mengehentikan aktifitasnya menjelang waktu malam

Universitas Sumatera Utara 11

hal ini dikarenakan masyarakat enggan berbelanja kebutuhan sehari-hari pada malam hari. Masyarakat pengguna kawasan perdagangan (penjual) harus mampu membuat kawasannya hidup kembali di malam hari dengan melakukan kegiatan komersial lainnya setelah kegiatan jual beli utama dihentikan.

Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan jual beli makanan (kaki lima) atau kegiatan jual beli apapun disepanjang kawasa sehingga mampu membuat kawasan tersebut vital atau hidup selama 24 jam. Kegiatan yang berlangsung selama 24 jam juga berkaitan dengan tata guna lahan pada kawasan tersebut, Shirvani (1997) menjelaskan bahwa tata guna lahan yang bervariasi dapat menimbulkan kesinambungan antar satu fungsi dengan fungsi lainnya sehingga dapat tercipta sirkulasi yang terus menerus yang dapat menimbulkan kepadatan aktifitas. Tata guna lahan menurut Shirvani dapat menentukan hubungan sirkulasi dengan intensitas kegiatan dalam suatu kawasan perkotaan. Alokasi tata guna lahan yang baik untuk penggunaan campuran/mixed-use untuk menghidupkan vitalitas kota selama 24 jam salah satunya adalah melalui peningkatan sirkulasi. Sirkulasi dan parkir mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan kegiatan komersil didalam kawasan kota. Sirkulasi kota dapat menjadi control aktivitas dan penghubung yang dapat menghubungkan satu fungsi dengan fungsi lainnya.

Guo dan Wang dalam Sheng (2003) juga menjelaskan bahwa vitalitas perkotaan dapat diukur melalui tata guna lahan, intensitas aktifitas dan keragaman bangunan.Penentuan kebijakan penggunaan tanah pada suatu kawasan akan menentukan dampak kepada intensitas aktifitas. Masyarakat kota cenderung sering

Universitas Sumatera Utara 12

beraktifitas pada kawasan yang memiliki intensitas aktifitas yang tinggi. Intensitas aktivitas akan berada dalam tingkatan yang tinggi apabila didukung oleh penggunaan lahan dengan fungsi campuran. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak kaku dalam berkegiatan.

Aktivitas dalam intensitas yang tinggi disebabkan masyarakat sebagai pengguna.

Semakin banyak fungsi yang dapat mewadahi kegiatan masyarakat makan akan semakin tinggi intensitas kegiatan yang terjadi. Penggunaan lahan dengan fungsi campuran tentunya juga didukung oleh keberagaman bangunan. Keragaman bangunan akan mendukung suasana kawasan menjadi lebih dinamis dan memiliki ritme. Suasana ruang kota yang dinamis akan menyebabkan banyak orang untuk datang dengan berbagai motivasi. Masyarakat membuat ruang kota yang dinamis sehingga memiliki intensitas aktivitas yang tinggi.

Vitalitas kawasan merupakan kualitas suatu lahan yang dapat memberikan konstribusi bagi peningkatan kegiatan sebagai daya tarik yang mampu memajukan kegiatan ekonomi pada lahan tersebut dan akan berdampak pada pertumbuhan kawasan. Peningkatan kegiatan sebagai daya tarik dapat dihasilkan melalui pembangunan bangunan-bangunan baru yang memiliki langgam arsitektur berbeda yang dapat menampung kegiatan ekonomi, dalam hal ini pusat perbelanjaan yang besar juga mampu menjadi daya tarik. Tumbuhnya bangunan-bangunan baru dan berbagai macam kegiatan ekonomi dapat menjadi generator suatu kawasan untuk berkembang.

Paumier (2007) menegaskan bahwa faktor-faktor yang dianggap efektif dari vitalitas suatu ruang publik yang sukses yaitu ruang publik yang sukses harus dapat

Universitas Sumatera Utara 13

menarik banyak orang dan dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan. Jacobs (2011) menjelaskan bahwa terdapat empat kondisi dalam mendeskripsikan vitalitas yaitu: suatu kawasan harus memiliki dua fungsi, blok-blok bangunan biasanya memiliki luasan yang kecil, terdapat beberapa bangunan dengan model dan usia bangunan yang berbeda dalam suatu kawasan serta terdapat keragaman masyarakat (sosial dan budaya). Berdasarkan beberapa defenisi diatas, Khastou dan Rezvani (2010) mempercayai bahwa keragaman dapat menciptakan vitalitas.

2.2. intensitas aktivitas pada kawasan perdagangan

Menurut Redstone (1972) kawasan pusat perbelanjaan termasuk kedalam kawasan komersil dengan tingkat aktivitas masyarakat yang tinggi dan pada umumnya berada di pusat kota. Tingginya aktifitas masyarakat didalam kawasan pusat perbelanjaan dapat menentukan vitalitas suatu kawasan perbelanjaan.Adapun kriteria yang dapat digunakan untuk menunjukkan intensitas aktifitas pada suatu kawasan perdagangan adalah (1) tingginya jumlah pengunjung, (2) Tingginya tingkat isian kawasan, (3) tinggimya kondisi penjualan, dan (4) lamanya kegiatan berlangsung.Indikator dalam penilaian kriteria tersebut dapat dilihat melalui Tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara 14

Tabel 2.1 Indikator Penilaian Intensitas Aktifitas

Kriteria Variabel Indikator Kategori Tingginya Kepadatan Pengunjung ≤ 24 orang/menit/meter Rendah Jumlah (orang/menit/meter) >24 orang/menit/meter Tinggi Pengunjung Jumlah kendaraan yang ≤ 70% dari kapasitas lahan Rendah parkir parkir >70% dari kapasitas lahan Tinggi parkir Tingkat isian Banyaknya toko yang ≤ 70% dari kapasitas isian Rendah tinggi aktif dan tidak aktif >70% dari kapasitas isian Tinggi

Waktu Lamanya toko ≤ 8 jam sehari Rendah kegiatan beroperasi berlangsung >8 jam sehari Tinggi

Tingginya Omzet perdagangan ≤ 70% dari jumlah Rendah kondisi pedagang penjualan >70% dari jumlah Tinggi pedagang Pajak dan retribusi ≤ 70% dari tahun Rendah sebelumnya >70% dari tahun Tinggi sebelumnya Sumber : Garvin 1996, Bromley dan Thomas 1993, Fruin 1979, Barnet 1982 dan Abramson 1981 dalam Susiyanti 2003

Kawasan yang aktif sangat identik dengan pergerakan manusia di dalamnya yang didorong oleh kegiatan yang berada di dalamnya.Manusia cenderung memiliki keinginan berbelanja pada suatu kawasan perdagangan jika mereka mudah mendapatkan barang yang mereka butuhkan. Manusia tidak hanya berbelanja untuk satu kebutuhan saja, mereka akan memili banyak keinginan atau kebutuhan barang

Universitas Sumatera Utara 15

yang ingin dibeli. Jika suatu kawasan perdagangan memiliki lebih dari satu fungsi maka akan menyebabkan tingginya jumlah pengunjung yang mengakibatkan kawasan tersebut vital dan akan terus mengundang manusia untuk datang. Kawasan perdagangan juga identik dengan kegiatannya yang berlangsung selama pagi dan malam hari. Sering sekali kawasan perdagangan yang menjual kebutuhan primer hanya buka pada pagi hingga sore hari, ketika malam kawasan tersebut banyak menjual makanan-makanan seperti pedagang kaki lima tetapi banyak dijumpai juga pedagang- pedagang yang berjualan pakaian-pakaian yang dijajakan didepan toko yang sudah tutup. Kondisi seperti ini memang sering terjadi pada kawasan perdagangan yang menyebabkan kawasan perdagangan akan terus vital. Jika suatu kawasan vital yang banyak mengundang manusia dengan jumlah yang banyak pasti menyebabkan omzet atau penghasilan setiap toko atau retail pada kawasan tersebut semakin meningkat.

2.3. Pusat Perbelanjaan sebagai Generator Kota

Menurut Shirvani (1985) aktifitas pendukung adalah salah satu dari delapan aspek yang dapat mempengaruhi bentuk fisik suatu kota. Penunjang aktifitas tidak hanya berupa plaza, taman atau jalur pedestrian. Pusat perbelanjaan juga berperan sebagai aktifitas pendukung yang dapat membangkitkan dan menghidupkan kegiatan kota. Namun penempatan yang kurang tepat akan memberikan dampak buruk pada lingkungan sekitarnya. Sebuah pusat perdagangan harus dihubungkan dengan kegiatan lain agar suasana di sekitarnya menjadi hidup. Zahnd (2006) mengemukakan bahwa hubungan sebuah tempat dengan yang lain dianggap sebagai suatu generator kota. Hal

Universitas Sumatera Utara 16

ini dapat diidentifikasi melalui linkage visual yaitu melalui garis, koridor, sisi, sumbu dan irama. Keterikatan pusat perbelanjaan dengan kegiatan lain disekiartarnya dapat dihasilkan melalui keberadaan jalur pedestrian yang memungkinkan intensitas kegiatan pejalan kaki menjadi tinggi. Suksesnya pusat perbelanjaan dapat disebabkan oleh faktor fisik yaitu manajemen pelayanan, akifitas promosi, pertokoan sekitar, pemeliharaan gedung, dan variasi kegiatan perdagangan. Serta dua elemen inti antara lain aksesibilitas dan kreatifitas (Chan dan Kwan, 2003).

Lynda dan Tong (2005) juga merekomendasikan bahwa lokasi, aksesibilitas, visibilitas, ukuran, perencanaan ruang dan desain, harga sewa yang seimbang dan pemasaran merupakan faktor yang signifikan yang menyebabkan suksesnya sebuah perbelanjaan. Ini menunjukkan bahwa pusat perbelanjaan yang baik adalah pusat perbelanjaan yang tidak hanya memperhatikan desain bangunan saja, tetapi juga manusia dan kebiasaannya.Berdasarkan pandangan yang berbeda dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa faktor lokasi dan visibilitas, aksesibilitas, ukuran, desain, dan promosi adalah faktor penting yang mengakibatkan suksesnya suatu pusat perbelanjaan.Suksesnya suatu pusat perbelanjaan di pengaruhi oleh lokasi.

Ghosh dan McLafferty (1987) menyatakan bahwa lokasi yang baik dapat berpengaruh terhadap datangnya pelanggan yang potensial. Lokasi yang baik memungkinkan akses yang cepat, dan meningkatkan potensi penjualan dari gerai ritel.

Lokasi adalah faktor yang paling penting untuk sebuah pusat perbelanjaan.Lokasi yang baik seharusnya terletak pada kawasan yang dapat berkembang dengan baik dan juga yang dekat dengan transportasi umum. Para pedagang akan lebih memilih sebuah pusat

Universitas Sumatera Utara 17

perbelanjaan yang memiliki aksesibilitas dan jangkauan yang memudahkan bagi pengunjung.

Menurut Ala’Eddin (2012) aksesibilitas dibagi menjadi makro-aksesibilitas dan mikro-aksesibilitas. Makro-aksesibilitas adalah akses yang berorientasi dengan pejalan kaki atau pelanggan, sedangkan mikro-aksesibilitas menyangkut fasilitas parkir yang tersedia dekat dengan pusat perbelanjaan. Sedangkan menurut Tse (2012), jaringan transportasi yang lengkap merupakan aspek yang sangat penting agarpengunjung dengan mudah menjangkau pusat perbelanjaan. Desain pusat perbelanjaan bukan menjadi yang terpenting untuk sebuah pusat perbelanjaan, namun efisiensi waktu pengunjung dalam akses menuju pusat perbelanjaanlah yang terpenting. Dengan demikian penyediaan akses yang baik sangat penting dalam sebuah pusat perbelanjaan.

Aksesibilitas dapat didefenisikan sebagai akses fisik yang menyediakan kenyamanan transportasi kepada pelanggan untuk dapat mengakses sebuah tempat dengan transportasi umum. Pusat perbelanjaan yang berorientasi langsung dengan jalan mengharuskan kondisi jalan dan sarana transportasi di rancang sedemikian rupa sehingga menciptakan kenyamanan pengendara. Menurut Tarigan (2006), aksesibilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan didalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk tingkat keamanan serta kenyamanan. Menurut

Universitas Sumatera Utara 18

Chapin (1995) dalam menganalisa sebuah kota dikenal standar lokasi atau standar jarak seperti terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Standar Lokasi atau Standar Jarak dalam Analisa Kota No Prasarana Jarak dari Tempat Tinggal (Berjalan Kaki) 1 Pusat Tempat Kerja 20 menit s/d 30 menit 2 Pusat Kota (Pasar dan sebagainya) 30 menit s/d 45 menit 3 Pasar Lokal ¾ km atau 10 menit 4 Sekolah Dasar ¾ km atau 10 menit 5 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 ½ km atau 20 menit 6 Sekolah Menengah Atas (SMA) 20 atau 30 menit 7 Tempat Bermain Anak atau Taman ¾ km atau 20 menit 8 Tempat Olahraga 1 ½ km atau 20 menit 9 Taman Umum (Cagar, Kebun Binatang, dsb) 30 menit sampai 60 menit Sumber : Chapin, 1995 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa akses menuju pusat kota harus dapat ditempuh dalam waktu 30-45 menit dari tempat bermukim. Pusat perbelanjaan harus memiliki tata letak yang sederhana sehingga pengunjung dengan mudah mengetahui apa yang hendak mereka beli (Lynda dan Tong, 2005). Aksesibilitas sangat berpengaruh kepada aktivitas yang akan terjadi pada suatu fungsi bangunan.

Kemudahan mengakses suatu bangunan sangat menjadi penyebab keinginan masyarakat untuk datang ke suatu bangunan. Aksesibilitas tidak hanya diukur melalui manusia sebagai pengguna, tetapi juga melalui kendaraan yang digunakan seperti angkutan umum atau kendaraan pribadi. Pusat perbelanjaan yang sukses juga harus mampu melakukan kegiatan promosi agar masyarakat mengetahui keberadaan pusat perbelanjaan tersebut. Promosi pada pusat perbelanjaan ditujukan untuk menarik perhatian public terutama untuk pusat perbelanjaan yang baru (Chan dan Kwan, 2003).

Universitas Sumatera Utara 19

Upaya terus menerus dalam promosi juga penting guna mendapatkan diferensiasi yang jelas dari pesaing lainnya. Namun menurut Parsons (2003), kegiatan promosi sebuah pusat perbelanjaan dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung dibawah suasana kompetitif karena menurunnya jumlah pelanggan. Selain itu, promosi juga merupakan strategi untuk menarik pengunjung agar kembali mengunjungi pusat perbelanjaan.Beberapa tahun terakhir di HongKong, kontribusi ekonomi meningkat

4,3% dari tahun 2007-2013, dan pertumbuhan ini dihasilkan melalui daya beli yang tinggi pada pusat perbelanjaan. Tidak heran bahwa bisnis pada pusat perbelanjaan merupakan salah satu kegiatan ekonomi utama dan memainkan peran penting dalam sektor perdagangan.

Salah satu kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan kota adalah kegiatan jual beli yang terjadi di pasar atau pusat perbelanjaan. Kota dengan jumlah manusia yang banyak maka juga akan memiliki kebutuhan yang banyak sehingga menciptakan manusia yang memiliki sifat konsumen yang tinggi, hal tersebut kemudian menyebabkan di sebuah kota yang sukses sangat membutuhkan adanya pasar atau pusat perbelanjaan sebagai wadah bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tentunya, pusat perbelanjaan yang baik akan menarik masyarakat untuk berbelanja di pusat perbelanjaan tersebut. Pusat perbelanjaan yang baik tidak hanya memikirkan bangunan dan isinya saja, namun juga harus memikirkan manusia yang menggunakannya. Akses yang mudah dan keragaman jenis barang yang dijual akan membuat masyarakat terus menerus berdatangan. Perubahan ekonomi yang semakin meningkat juga menyebabkan daya beli yang tinggi sehingga pusat perbelanjaan akan

Universitas Sumatera Utara 20

terus berkembang mengikuti kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dan perubahan ekonomi adalah dua hal yang saling terkait.

2.4. Perkembangan Kawasan

Dari bidang sejarah, kota diteliti dan diilustrasikan dengan baik bahwa sejak ada kota, maka juga ada perkembangannya baik secara keseluruhan maupun dalam bagiannya. Perkembangan kota merupakan ekspresi perkembangan aktifitas masyarakat kota. Dinamika perkembangan kota merupakan ekspresi dari perkembangan masyarakat didalam kota tersebut. Perkembangan kota dapat terjadi melalui tiga cara dasar yaitu: perkembangan horizontal, perkembangan vertikal dan perkembangan interstisial. Perkembangan kota secara horizontal merupakan perkembangan kota yang sangat berpengaruh terhadap luasan kawasan.

Pertumbuhanseperti ini akan terjadi dengan ciri-ciri luasan kota yang semakin bertambah namun ketinggian bangunan tetap sama (Zahnd, 2006).

Menurut Sujarto (1995), pada hakekatnya ada dua faktor utama yangmenyebabkan percepatan perkembangan dan pertumbuhan kota yaitu aspekpenduduk dan aspek kegiatan (aktivitas) sosial ekonominya. Aspek penduduk ditentukan oleh adanya perkembangan alamiah (natural increase) dan pertambahan jumlah penduduk karena adanya migrasi penduduk ke kota (baik dari daerah pedesaan maupun dari kota-kota atau daerah lainnya). Sedangkan aspek aktivitas akan sangat ditentukan oleh sifat perkembangan tingkat sosial dan ekonominya. Namun, selain faktor tersebut terdapat dua faktor lainnya yaitu faktor perkembangan yang bersifat

Universitas Sumatera Utara 21

internal dan eksternal. Faktor perkembangan yang bersifat internal adalah perkembangan kota yang berasal dari kota itu sendiri seperti fungsi kegiatan, perkembangan penduduk, perubahan kegiatan jasa dan gejolak sosiokultural masyarakat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar kota seperti peningkatan sumber produksi, perpindahan penduduk ke dalam kota, pengaruh kebudayaan, pola sosial dari luar kota dan perkembangan ekonomi dari daerah sekitar.

Perwujudan dari perkembangan dan pertumbuhan kota adalah perubahan struktur kota baik karena perubahan fungsi kota, jumlah penduduk dan lahan yang terbatas. Hal- hal tersebut berarti menuntut peningkatan kebutuhan-kebutuhan berbagai elemen perkotaan yang menunjang kebutuhan masyarakat serta menuntut pula akan kebutuhan lahan untuk penempatan bangunan-bangunan atau fungsi-fungsi baru (Sujarto, 1995).

2.5. Penelitian Terdahulu

Studi pustaka untuk penelitian mengenai vitalitas dan perkembangan kawasan juga dapat dilihat melalui beberapa penelitian terdahulu, berikut terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dirangkum melalui Tabel 2.3.

Universitas Sumatera Utara 22

Tabel 2.3 Penelitian Sejenis terkait Vitalitas dan Perkembangan Kawasan No Judul Penelitian Variabel Metode Pembahasan Hasil Analisa penelitian 1. Pengaruh a. Kota baru Kuantitatif Keberadaan Adanya keberadaan b. Perkembangan dengan kawasan Kota kawasan Lippo kawasan Kota kawasan analisa Baru Lippo Karawaci Baru Lippo pinggiran kota deskriptif Karawaci mempengaruhi Karawaci baru dan mempengaruhi tumbuhnya terhadap c. Perubahan pemetaan perubahan pengembangan perkembangan guna lahan dan penggunaan kawasan fisik, ekonomi dan morfologi kota lahan yaitu sekitarnya, sosial pada d. Perkembangan perkembangan peningkatan kawasan kawasan aktivitas nilai lahan,dan sekitarnya e. Perubahan permukiman. peningkatan (Jurnal Ruang, sosial Sebagian besar pendapatan Volume 1 no 1, perubahan masyarakat. 2016, UNDIP) terjadi untuk oleh Reza pembangunan Oktaviani dan kontrakan, Sugiono Soetomo kos-kosan, warung dan pertokoan

2. Strategi a. Konsep Penilaian perancangan revitalisasi di vitalitas dalam kawasan kawasan meningkatkan perdagangan perdagangan vitalitas kawasan b. Kriteria tergantung perdagangan perancangan pada tingginya Johar Semarang kawasan jumlah (Jurnal perdagangan pengunjung, Perencanaan c. Kriteria waktu kegiatan Wilayah dan penilaian berlangsung Kota, Vol 14 no 3, vitalitas dan tingginya 2003, hal 47-72) kawasan kondisi oleh Farma Aria perdagangan penjualan. Susiyanti d. Proses penilaian vitalitas di kawasan studi

Universitas Sumatera Utara 23

Tabel 2.3 (Lanjutan) No. Judul Variabel Metode Pembahasan Hasil Penelitian Analisa penelitian 3. Pengaruh a. Jenis Deskriptif Keberadaan Keberadaan keberadaan penggunaan kualitatif universitas sebuah Universitas lahan sebagai universitas Haluoleo b. Sebaran kegiatan sangat terhadap penggunaan pendidikan berpengaruh perubahan tata lahan secara tidak pada guna lahandi c. Besaran langsung dapat perkembangan kawasan lahan yang mempengaruhi kawasan Andonuohu digunakan perkembangan sekitarnya, Kota Kendari suatu kawasan salah satu (Jurnal Wilayah yang ditandai penyebabnya dan dengan adalah Lingkungan, banyaknya bertambahnya Vol 2 No 1, perubahan tata penduduk dari 2014, Hal 73- guna lahan luar daerah 88) oleh Afriani yang secara yang Amiruddin tidak langsung berdatangan disebabkan pada sekitar oleh universitas pemusatan sehingga aktivitas menyebabkan masyarakat perkembangan pada suatu aktivitas kawasan. ekonomi yang berimplikasi pada banyaknya lahan terbangun.

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian dalam menganilisis vitalitas kawasan dan perkembangan kawasan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan dan disesuaikan dengan teori-teori yang dikaji pada bab sebelumnya. Fenomena-fenomena yang digambarkan melalui metode deskriptif kualitatif adalah berupa gambaran visual yang didapat melalui observasi langsung di kawasan penelitian guna menganalisa vitalitas dan perkembangan kawasan penelitian. Metode deskriptif kualitatif dalam mengkaji perkembangan kawasan dilakukan melalui pendekatan sinkronik diakronik.

Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara melihat perubahan-perubahan kawasan secara time series

3.2. Variabel Penelitian

Dalam menentukan indikator sebagai pengukur dan data-data yang diperlukan, peneliti mengkaji teori-teori yang berhubungan dengan permasalaham penelitian sehingga dapat menjadi acuan dalam menjawab permasalahan penelitian. Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan penelitian maka peneliti menemukan variabel penelitian dan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan. Variabel yang digunakan dalam mencari teori yaitu vitalitas kawasan dan perkembangan kawasan.

24

Universitas Sumatera Utara 25

Setelah menemukan teori-teori yang sesuai dengan variabel tersebut dan mengkaji nya, ditemukan beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai pemecahan permasalahan penelitian dirangkum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Metode Penentuan Sub-Variabel dan Indikator Penelitian Variabel Sub-variabel Indikator Data yang diperlukan Vitalitas Tata guna lahan Keragaman penggunaan Peta tata guna lahan kawasan lahan pada kawasan pada kawasan penelitian

Intensitas aktifitas a. Kepadatan a. Jumlah pengunjung pengunjung per hari b. Waktu kegiatan b. Waktu kegiatan berlangsung operasional ruko per hari

Aksesibilitas a. Jalur pedestrian a. Keberadaan jalur pedestrian pada kawasan penelitian b. Jarak tempuh b. Jarak yang masyarakat menuju ditempuh pusat pasar masyarakat menuju kawasan penelitian

Keragaman bangunan a. Jumlah lantai ruko a. Jumlah lantai ruko pada kawasan penelitian b. Warna bangunan b. Street picture 2D ruko fasad bangunan c. Desain fasad ruko pada kawasan bangunan ruko penelitian c. Jumlah lantai ruko pada kawasan penelitian

Universitas Sumatera Utara 26

Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Sub-variabel Indikator Data yang diperlukan Vitalitas Variasi kegiatan Variasi jenis a. Variasi kegiatan kawasan perdagangan kegiatan/jenis barang penjualan setiap yang diperjual belikan pedagang di kawasan penelitian b. Variasi kegiatan penjualan setiap pedagang di Langsa Townsquare

Perkembangan Perubahan lahan a. Zonasi perubahan a. Peta citra kota kawasan secara horizontal area ruang tahun 2004, 2009, terbangun 2015, dan 2017 b. Luasan lahan b. Data luasan lahan per kecamatan di Kota Langsa tahun 2004, 2009, 2015, dan 2017

Pertumbuhan a. Pertambahan a. Jumlah penduduk penduduk jumlah penduduk berdasarkan oleh migrasi kejadian migrasi b. Pertambahan di Kota Langsa jumlah penduduk tahun 2004 oleh perubahan b. Jumlah penduduk cakupan berdasarkan area kecamatan cakupan lahan tahun 2004, 2009, 2015, dan 2017

3.3. Metode Pengumpulan Data

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan indikator yang dapat digunakan dalam pemecahan permasalahan penelitian. Indikator-inrikator yang dihasilkan didukung oleh data yang didapatkan melalui metode tertentu. Metode atau cara memperoleh data tersebut dapat dilihat melalui Tabel 3.2.

Universitas Sumatera Utara 27

Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data Variabel Data yang diperlukan Metode Sumber data pengumpulan data Vitalitas Peta tata guna lahan Data sekunder a. Bappeda Kota Kawasan (RTRW Kota Langsa Langsa tahun b. Pemko Kota 2012-2032 dan Langsa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Langsa)

Jumlah pengunjung per Wawancara a. Pemilik toko di hari kawasan penelitian b. Pemilik retail di Langsa Townsquare

Waktu kegiatan Wawancara a. Pemilik toko di operasional ruko per kawasan hari penelitian b. Pemilik retail di Langsa Townsquare

Jumlah pedagang yang Wawancara a. Pemilik toko di merasakan omzet kawasan penelitian b. Pemilik retail di Langsa Townsquare

Keberadaan jalur Observasi Pengamatan pedestrian pada langsung pada kawasan penelitian kawasan penelitian

Universitas Sumatera Utara 28

Tabel 3.2 (Lanjutan) Variabel Data yang diperlukan Metode Sumber data pengumpulan data Vitalitas Jarak yang ditempuh Wawancara Pengunjung yang Kawasan masyarakat menuju berada pada kawasan penelitian kawasan penelitian

Jumlah lantai ruko Wawancara Pemilik toko di pada kawasan kawasan penelitian penelitian

Street picture 2D fasad Observasi Pengamatan bangunan ruko pada langsung pada kawasan penelitian kawasan penelitian

Variasi kegiatan Wawancara Pemilik toko di penjualan setiap kawasan pedagang di kawasan penelitian penelitian

Variasi kegiatan Wawancara Pemilik retail di penjualan setiap Langsa pedagang di Langsa Townsquare Townsquare

Perkembangan Peta citra Kota Langsa Data sekunder a. Google maps Kawasan tahun 2004, 2009, (peta citra Kota b. Pemko Kota 2015, dan 2017 Langsa) Langsa

Data luasan lahan per Data sekunder Badan Pusat kecamatan di Kota Statistik Kota Langsa tahun 2004, Langsa 2009, 2015, dan 2017

Universitas Sumatera Utara 29

Tabel 3.2 (Lanjutan) Variabel Data yang diperlukan Metode Sumber data pengumpulan data Perkembangan Jumlah penduduk Data sekunder Buku “Aceh Kawasan berdasarkan kejadian Pasca Tsunami migrasi di Kota Langsa dan Pasca Konflik tahun 2004 oleh Patrick Day, R Michael Feener dan Anthony Reid tahun 2012

Jumlah penduduk Data sekunder Badan Pusat berdasarkan area Statistik Kota cakupan lahan tahun Langsa 2004, 2009, 2015, dan 2017

3.4. Jenis Data

Dalam penelitian terkait vitalitas kawasan dan perkembangan kawasan, jenis data terbagi dua yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data primer

Data primer merupakan data yang didapat oleh peneliti terkait perkembangan dan vitalitas kawasan perdagangan dan jasa melalui tahapan-tahapan berikut ini.

a. Observasi

Pengumpulan data dengan metode observasi dilakukan dengan cara

pengamatan langsung. Observasi dilakukan untuk menemukan data-data

terkait perkembangan dan vitalitas kawasan dalam indikator sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara 30

1. Desain Fasad Bangunan

Data terkait desain fasad bangunan didapatkan melalui pengumpulan

dokumentasi hasil foto fasad bangunan Langsa Townsquare dan

bangunan-bangunan pertokoan yang berada pada kawasan penelitian.

Hasil observasi adalah berupa foto yang kemudian diolah menjadi

street picture 2D.

2. Aksesibilitas

Data terkait aksesibilitas didapatkan melalui pengamatan langsung

terkait jalur pejalan kaki pada kawasan penelitian. Data tersebut

didapatkan dengan cara pengamatan langsung dan pemetaan kemudian

digambarkan ulang pada media gambar 2D peta kawasan penelitian. b. Wawancara

Pengumpulan data dengan metode wawancara dilakukan untuk menjawab

variabel-variabel penelitian. Indikator yang dijawab melalui wawancara

yaitu intesitas aktifitas, aksesibiltas (waktu dan jarak tempuh), jumlah

pengunjung dan omzet penjualan. Dalam melakukan wawancara kepada

informan, peneliti menggunakan interview guide sebagai alat untuk

memudahkan proses wawancara. Interview guide dapat berisi pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Dalam melakukan

wawancara, peneliti membagi informan sebagai pihak yang diwawancarai

menjadi tiga jenis informan yaitu : pengunjung, pemilik toko di sekitar

Langsa Townsquare dan pemilik retail/kios didalam Langsa Townsquare.

Universitas Sumatera Utara 31

1. Daftar pertanyaan wawancara pengunjung

i. Apakah anda pernah mengunjungi kawasan pertokoan Kota

Langsa?

ii. Berapakah waktu yang anda butuhkan untuk mengunjungi

kawasan pertokoan Kota Langsa?

iii. Apakah anda pernah mengunjungi Langsa Townsquare?

iv. Apa yang anda lakukan saat mengunjung Langsa Townsquare?

v. Anda lebih memilih untuk berbelanja di Langsa Townsquare atau

pertokoan lainnya?

2. Daftar pertanyaan wawancara pemilik toko

i. Bagaimana status kepemilikan ruko yang ada tempati sekarang?

ii. Apakah fungsi ruko yang anda tempati sekarang?

iii. Sudah berapa lama anda menempati ruko?

iv. Apa yang anda perjual belikan di ruko anda?

v. Berapa banyakkan pengunjung yang datang ke ruko anda?

vi. Apakah ada kenaikan omzet/pendekatan ruko setelah tahun 2015

(setelah adanya Langsa Townsquare)?

3. Daftar pertanyaan wawancara pemilik kios

i. Sudah berapa lama anda menempati kios Latos?

ii. Apakah anda pernah berjualan ditempat lain?

iii. Mengapa anda memilih untuk berjualan di Latos?

Universitas Sumatera Utara 32

iv. Apakah ada kenaikan omzet selama anda berjualan di Latos?

v. Berapakah pengunjung yang datang ke kios anda dalam sehari?

vi. Berapa lama waktu operasional kios anda?

vii. Apa yang anda perjual belikan di kios anda?

viii. Apakah ada kegiatan pemeliharaan bangunan oleh pengelola

latos?

3.4.2. Data sekunder

Penelitian terkait perkembangan dan vitalitas kawasan dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan metode sinkronik diakronik membutuhkan data sekunder dalam menjawab permasalahan penelitian. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi Literatur / Kajian Pustaka

Penelitian terkat perkembangan dan vitalitas kawasan perdagangan dan jasa

selalu membutuhkan teori dalam menjawab permasalahan penelitian. Teori

yang dikaji didapatkan melalui buku atau tulisan ilmiah yang berkaitan

dengan vitalitas kawasan, perkembangan kawasan dan pusat perbelanjaan

sebagai generator kota. Kajian pustaka tersebut digunakan agar peneliti tetap

berada pada batasan penelitian.

Universitas Sumatera Utara 33

b. Peta Citra Kota Langsa

Penelitian terkait perkembangan dan vitalitas kawasan perdagangan dan jasa

membutuhkan peta dalam memperoleh data. Peta yang dibutuhkan adalah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa (RTRW Kota Langsa) yang

digunakan sejak tahun 2001 serta peta kawasan penelitian dengan tingkatan

waktu. Peta kawasan yang dibutuhkan adalah peta kawasan penelitian tahun

2004, 2005, 2009, 2015 dan 2017. Peta tersebut dibutuhkan untuk

mendapatkan proses pembentukkan atau perkembangan kawasan penelitian.

Dalam hal mendapatkan peta kawasan dan RTRW Kota Langsa, peneliti

melakukan kunjungan ke dinas terkait sehingga peneliti mendapatkan data-

data tersebut.

c. Peta Tata Guna Lahan

Dalam menganalisa vitalitas kawasan, peta tata guna lahan sangat

dibutuhkan untuk mengkaji keberagaman fungsi lahan.

3.5. Populasi dan Responden

Kawasan penelitian merupakan pusat komersial yang berada di Kota Langsa

(CBD Kota Langsa). Berdasarkan permasalahan dan data yang dibutuhkan, populasi dalam penelitian ini merupakan toko-toko yang berada pada kawasan penelitian dan kios-kios yang berada pada pusat perbelanjaan Langsa Townsquare. Sesuai dengan hasil pengamatan, populasi toko pada kawasan penelitian adalah ±300 toko dan populasi kios berjumlah ±31 kios yang telah beraktifitas. Berdasarkan seluruh populasi

Universitas Sumatera Utara 34

toko dan kios pada kawasan penelitian, akan diambil sampe/responden sesuai dengan kriteria/purposive sampling (Dantes, 2012). Kriteria-kriteria dalam pengambilan responden pemilik toko dan pemilik kios adalah sebagai berikut:

3.5.1. Kriteria responden pemilik toko

Responden pemilik toko dipilih berdasarkan responden yang sudah menempati

area pertokoan CBD Kota Langsa dengan jangka waktu yang jauh sebelum

Langsa Townsquare dibangun. Detil kriteria responden pemilik toko adalah

sebagai berikut:

a. Pemilik toko adalah orang yang menempati toko disekitar Langsa

Townsquare ±15 tahun.

b. Toko yang ditempati harus sudah memiliki surat izin berupa SIUP atau

SITU.

c. Toko yang dimiliki adalah toko milik pribadi (bukan sewa).

3.5.2. Kriteria responden pemilik kios

Responden pemilik kios dipilih berdasarkan responden yang sudah menempati

area kios Langsa Townsquare setelah Langsa Townsquare dibangun. Detil

kriteria responden pemilik kios adalah sebagai berikut:

a. Pemilik retail adalah orang yang sudah menempati retail sejak awal mula

Langsa Townsquare beroperasi, yaitu tahun 2015.

b. Pemilik retail adalah orang yang usianya lebih dari 18 tahun.

c. Pemilik retail harus sudah memiliki surat izin berupa SIUP atau SITU.

Universitas Sumatera Utara 35

Selain toko dan kios, terdapat responden lain yaitu pengunjung yang sampel nya diambil melalui metode accidental sampling. Wawancara dilakukan dengan mengambil sampel informan secara tidak sengaja atau secara acak (Dantes, 2012).

3.6. Kawasan Penelitian

Penelitian dilakukan diProvinsi Aceh tepatnya di Kota Langsa.Kota Langsa merupakan daerah yang paling dekat dengan perbatasan Aceh – Sumatera Utara

(lampiran 1). Menurut Qanun Kota Langsa nomor 12 tahun 2013 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Langsa tahun 2012-2032, Kota Langsa memiliki rencana pola ruang yang membagi kotanya menjadi tiga wilayah yaitu kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan ruang laut. Penelitian mengenai vitalitas ini dilakukan pada kawasan perdagangan dan jasa yang terletak pada wilayah kawasan budidaya.

Kawasan perdagangan dan jasa merupakan pusat kota di Kota Langsa. Kawasan ini memiliki intensitas kegiatan yang paling tinggi diantara kawasan-kawasan lainnya.Hal ini dapat dibuktikan melalui keadaan yang selalu ramai pada pagi hingga malam hari (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Keadaan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Universitas Sumatera Utara 36

Kawasan penelitian yang merupakan kawasan perdagangan dan jasa (CBD) terletak didalam Kecamatan Langsa Kota memiliki luas 2,53 km2 (Gambar 3.2).

KAWASAN PENELITIAN

Gambar 3.2 Kawasan Penelitian

Kawasan perdagangan dan jasa saat ini ditumbuhi oleh bangunan-bangunan ruko dengan ketinggian dua hingga empat lantai serta memiliki bentuk fasad yang beragam

(Gambar 3.3). Bangunan ruko pada sisi Jalan Teuku Umar dominan memiliki desain fasad modern, sedangkan pada sisi Jalan Iskandar Muda dominan memiliki desaid fasad bangunan pecinan. Bangunan-bangunan ruko ini umumnya digunakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa yang berbeda-beda.

Universitas Sumatera Utara 37

Gambar 3.3 Keragaman fasad bangunan ruko

Dalam meneliti vitalitas dan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa, peneliti mengambil satu objek penelitian yang berada pada kawasan tersebut yaitu

Langsa Townsquare (Gambar 3.4).

Universitas Sumatera Utara 38

Gambar 3.4 Langsa Townsquare

Langsa Townsquare merupakan bangunan dengan wajah baru yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan di Kota Langsa. Adapun metode dalam pemilihan kawasan penelitian yaitu: a. Kawasan penelitian merupakan bagian dari kawasan perdagangan dan jasa

menurut Qanun. b. Kawasan penelitian memiliki beragam kegiatan komersial dan berfungsi sebagai

generator kota. c. Keberadaan objek penelitian pada kawasan penelitian memiliki pengaruh

terhadap perkembangan kawasan perdagangan dan jasa.

Universitas Sumatera Utara 39

3.7. Metode Analisa Data

Dalam menganalisa data terkait perkembangan kawasan serta vitalitas kawasan perdagangan dan jasa pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan sinkronik-diakronik. Pendekatan sinkronik diakronik digunakan dengan cara membandingkan peta-peta Kota Langsa khususnya kawasan perdagangan dan jasa dari tahun 2004, 2009, 2015 dan 2017. Setelah menemukan peta perkembangan kawasan, peneliti akan menemukan arah kecendrungan perubahan kawasan penelitian.

Dalam menganalisa vitalitas kawasan perdagangan dan jasa, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif dalam menemukan pengaruh kehadiran Langsa Townsquare terhadap vitalitas kawasan dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil wawancara, hasil observasi dan hasil dari kajian teori atau data sekunder lainnya. Data-data seperti hasil wawancara yang telah ditabulasi dan dihitung persentasenya dianalisa dengan cara mendeskripsikan jawaban ke dalam uraian kata-kata. Beberapa tahap analisa indikator terkait vitalitas kawasan adalah sebagai berikut:

a. Variasi kegiatan perdagangan

Menurut teori yang telah dikaji oleh peneliti, suatu kawasan yang vital

disebabkan oleh orang-orang yang terus berdatangan dan biasanya hal itu

disebabkan oleh variasi yang dihasilkan oleh fungsi bangunan. Variasi

kegiatan perdagangan yang dimaksud disini adalah beragamnya barang

yang diperjual belikan yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Pengunjung

Universitas Sumatera Utara 40

dapat menikmati banyak kegiatan dan tidak monoton. Peneliti dapat

menganalisa hal ini dengan cara awal yaitu mendata kegiatan perdagangan

(sampel) pada kawasan seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Data Fungsi Toko Pada Kawasan Penelitian Nama Toko Fungsi Toko (Jenis Barang Yang dijual)

Nama toko sebagai signage atau tata informasi Keberagaman warna menandakan fungsi yang yang menandakan pengunjung terhadap toko berbeda untuk setiap toko. Sumber : Hasil Kajian Pustaka

Jika dilihat dan dianalisa dari tabel diatas, terlihat jelas bahwa setelah

diteliti dari beberapa sampel, terdapat variasi dalam penggunaan lahan.

Kawasan tersebut vital jika memiliki variasi dalam penggunaan lahan.

b. Intensitas Aktifitas

Dalam menganalisa intensitas aktifitas, peneliti membagi data tersebut

kedalam tiga hal yaitu: pola jam aktifitas, tingginya jumlah pengunjung dan

banyaknya toko yang aktif (Susiyanti, 2003). Setelah mengkaji teori,

peneliti menemukan indikator dalam menilai ketiga hal tersebut yaitu:

i. Kepadatan pengunjung dinilai tinggi jika dihitung > 24 orang/hari

dan dikatakan rendah apabila terdapat < 24 orang/hari.

ii. Jika toko yang aktif adalah > 70% dari jumlah toko yang berfungsi

maka untuk kriteria ini dikatakan memiliki kategori tinggi

Universitas Sumatera Utara 41

iii. Jika toko beroperasi > 8 jam sehari, maka dikatakan memiliki

kategori tinggi

Setelah itu, peneliti melakukan feed back dengan melihat teori yang

dijadikan acuan yaitu, suatu kawasan dikatakan vital jika memilliki

intensitas aktifitas yang tinggi. c. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah salah satu penyebab keberhasilan sebuah pusat

perbelanjaan dimana pusat perbelanjaan tersebut dengaan mudah dicapai

oleh pengunjung dan dapat menjadi generator kota. Aksesibilitas juga

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan suatu kawasan vital.

Jika kawasan perdagangan dan jasa dengan mudah diakses oleh pengunjug

akan membuat orang-orang terus berdatangan dan dapat meningkatkan

omzet penjualan para pedagang di kawasan tersebut. Bobot penilaian jarak

menuju pusat kota (pasar dan sebagainya) dapat dianalisis melalui cara

berikut ini (Chapin, 1995):

i. Jarak dikatakan dekat apabila jarak menuju pusat kota ditempuh

dalam waktu < 45 menit

ii. Jarak dikatakan jauh apabila jarak menuju pusat kota ditempuh dalam

waktu > 45 menit

Universitas Sumatera Utara 42

d. Keragaman Bangunan

Dalam menganalisa keragaman bangunan, peneliti menggunakan metode

street picture guna mengetahui keragaman bangunan yang terdapat pada

kawasan penelitian. Setelah mendapatkan foto dokumentasi fasad

bangunan (2D), peneliti menyatukan foto-foto tersebut dan kudian

menemukan beberapa bentuk keragaman bangunan yang ada didalam

kawasan tersebut. e. Tata Guna Lahan

Dalam menganalisa tata guna lahan, peneliti mengkaji indikator tersebut

menggunakan peta tata guna lahan Kota Langsa sesuai peraturan

pemerintah (RTRW). f. Perubahan Lahan Secara Horizontal

Perubahan lahan secara horizontal dapat dilihat melalui beberapa peta yaitu

tahun 2004, 2009, 2015 dan 2017. Dari beberapa data peta tersebut, peneliti

menggunakan pendekatan sinkronik diakronik dimana peta-peta tersebut

digabungkan dan dimanupulasi untuk melihat perubahan secara horizontal

(luasan lahan) dan melihat arah perkembangan kawasan tersebut. g. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah salah satu indikator dalam menilai

perkembangan kawasan. Dalam data ini, peneliti membutuhkan grafik

peningkatan jumlah penduduk tahun 2004, 2009, 2015 dan 2017.

Universitas Sumatera Utara 43

3.8. Kerangka Analisis

untuk lebih jelasnya mengenai metode dan kerangka analisis data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kerangka analisis penelitian Input Proses Output yang dibutuhkan Vitalitas Kawasan Tata Guna Lahan Identifikasi struktur Keragaman tata Perdagangan dan tata guna lahan guna lahan pada Jasa kawasan CBD Kota kawasan CBD Kota Langsa Langsa Intensitas Aktifitas a. Identifikasi pola a. Pola jam aktifitas jam aktifitas pertokoan pada kawasan CBD Kota Langsa

b. Identifikasi b. Jumlah tingginya jumlah pengunjung yang pengunjung berdatangan ke pertokoan pada kawasan CBD Kota Langsa per hari

Aksesibilitas a. Identifikasi a. Keberadaan jalur keberadaan jalur pedestrian pada pedestrian pada kawasan CBD kawasan CBD Kota Langsa Kota Langsa b. Identifikasi jarak b. Jarak tempuh tempuh ideal bagi masyarakat masyarakat menuju pusat kota

Universitas Sumatera Utara 44

Tabel 3.4 (Lanjutan) Input Proses Output yang dibutuhkan Vitalitas Kawasan Keragaman a. Identifikasi a. Keragaman fasad Perdagangan dan bangunan keberagaman rumah toko pada Jasa fasad rumah toko kawasan CBD pada kawasan Kota Langsa CBD Kota Langsa b. Identifikasi b. Irama yang irama/jumlah dihasilkan dari lantai rumah toko keragaman jumlah pada kawasan lantai rumah toko CBD Kota Langsa pada kawasan CBD Kota Langsa

Variasi kegiatan a. Identifikasi variasi a. Variasi kegiatan perdagangan kegiatan perdagangan pada perdagangan pada rumah toko rumah toko kawasan CBD kawasan CBD Kota Langsa Kota Langsa b. Identifikasi variasi b. Variasi kegiatan kegiatan perdagangan pada perdagangan pada kios yang berada kios yang berada di Langsa di Langsa Townsquare Townsquare

Perkembangan Perubahan lahan a. Identifikasi zona a. Perubahan Kecamatan Langsa secara horizontal perubahan area area/luasan ruang Kota ruang terbangun terbangun

b. Identifikasi luasan b. Perubahan luasan lahan per lahan per kecamatan kecamatan

Pertumbuhan Identifikasi c. Pertambahan penduduk pertambahan jumlah jumlah penduduk penduduk yang oleh migrasi disebabkan oleh migrasi

Universitas Sumatera Utara 45

BAB IV

KAWASAN PENELITIAN

4.1. Kota Langsa

Kota Langsa merupakan salah satu daerah otonom baru dalam Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam (NAD) yang disahkan dengan Undang-undang nomor 3 tahun 2001.

Kota Langsa berada kurang lebih 400 km dari Kota Banda Aceh yang merupakan Pusat

Pemerintahan Provinsi NAD (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Peta Administrasi Provinsi NAD

Sebelumnya, wilayah Kota Langsa termasuk dalam Kabupaten Aceh timur yang juga merupakan pusat pemerintahan dan ibukota Kabupaten Aceh Timur (RPJPD Kota

Langsa 2005-2025). Namun, dilihat dari segi perkembangannya dari segi budaya, politik dan ekonomi, provinsi ini dituntut untuk mengembangkan diri sehingga pada tahun 2001 pemerintah Provinsi NAD membentuk Kota Langsa sebagai pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur. Latar belakang pembentukan Kota Langsa sebagai sebuah kota karena pemerintah melihat Kota Langsa memiliki dinamika perkembangan yang sangat cepat baik secara sosial ekonomi maupun perkembangan bentuk fisik.

Universitas Sumatera Utara 46

Kota Langsa mempunyai luas wilayah 262,41 KM2 dengan wilayah administratif yang terdiri dari 5 Kecamatan, 6 Kelurahan dan 45 Desa (gambar

4.2). Pada tahun 2001, Kota Langsa hanya memiliki 3 (tiga) kecamatan yaitu

Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Timur dengan jumlah desa sebanya 45 desa (gampong) dan 6 kelurahan. Saat ini Kota Langsa dimekarkan menjadi 5 (lima) kecamatan dengan penambahan Kecamatan Langsa Baro dan Kecamatan Langsa Lama. Kecamatan Langsa Timur adalah daerah dengan luas lahan terbesar yaitu 78,23 km2 dan Kecamatan Langsa Kota merupakan daerah dengan luas lahan terkecil yaitu 6,09 km2.

Gambar 4.2 Peta administrasi Kota Langsa

Pada tahun 2005, Penggunaan lahan di Kota Langsa terdiri daripemukiman/bangunan, persawahan, perikanan darat, perkebunan besar, perkebunan rakyat, hutan lebat, hutan lindung, hutan produksi, padang alang, dan penggunaan lainnya. Sebaran lahan untuk pemukiman/bangunan se luas 23% dan

Universitas Sumatera Utara 47

merupakan luasan terbesar nomor 2 (dua) untuk persebaran di Kota Langsa. Selain luasan lahan, perkembangan Kota Langsa juga dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pertambahan jumlah penduduk Kota Langsa per Kecamatan Jumlah Penduduk Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Langsa 12,364 12,393 12,396 13,818 14,128 14,279 14,421 14,899 15,123 Timur Langsa 23,340 23,395 24,862 26,877 27,487 27,795 28,124 29,147 29,678 Lama Langsa 28,915 28,951 29,836 30,583 31,275 31,877 32,368 33,591 34,249 Barat Langsa 37,975 38,050 40,798 41,804 42,773 43,435 44,095 45,740 46,622 Baro Langsa 37,411 37,478 36,919 35,863 36,692 37,336 38,003 39,437 40,218 Kota Sumber : BPS Kota Langsa, 2017

Jika dilihat dari perkembangan jumlah penduduk yang semakin pesat dari tahun ke tahun, Kecamatan Langsa Kota memiliki pertumbuhan penduduk yang pesat.Namun, karena keterbatasan lahan kecamatan ini memiliki perencanaan KDB dan KLB yang lebih besar jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini juga membuktikan bahwa Kecamatan Langsa Kota memiliki perkembangan yang pesat.

Oleh karena perkembangannya yang begitu pusat, kawasan Kecamatan Langsa Kota dijadikan sebagai kawasan pusat kota atau kawasan Central Business Dsitrict (CBD).

4.2. Kecamatan Langsa Kota

Lokasi penelitian berada pada Kecamatan Langsa Kota yang sering disebut sebagai kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD). Saat ini, Kecamatan

Langsa Kota (Gambar 4.3) memiliki luas wilayah sebesar 6.09 km2 dan memiliki 10

Universitas Sumatera Utara 48

(sepuluh) gampong/desa yaitu Gampong Blang Seunibong, Gampong Blang, Gampong

Alue Beurawe, Gampong Teungoh, Gampong Tualang Teungoh, Gampong Meutia,

Gampong Daulat, Gampong Jawa, Gampong Blang Paseh, dan Gampong Peukan

Langsa.

Gambar 4.3 Batasan Kecamatan Langsa Kota Sumber : Google Maps, 2017 Kecamatan Langsa Kota memiliki dominan guna lahan yaitu perdagangan dan jasa, permukiman, perkantoran, pemerintahan, dan pendidikan. Kecamatan Langsa

Kota terletak pada sisi yang berdampingan langsung dengan jalan arteri penghubung antara Kota Banda Aceh dan Kota Medan yaitu Jalan Ahmad Yani. Peruntukan lahan pada koridor Jalan Ahmad Yani ini adalah fungsi perdagangan dan jasa. Perkembangan kota yang sangat pesat terjadi pada kawasan CBD atau kawasan pusat perdagangan dan jasa sehingga kawasan ini menjadi pusat perencanaan RTBL (rencana tata bangunan dan lingkungan) (Gambar 4.4). Kawasan perdagangan dan jasa terletak pada Gampong

Universitas Sumatera Utara 49

Peukan Langsa yang berbatasan dengan Jalan Ahmad Yani, Jalan Teuku Umar dan

Jalan Iskandar Muda.

Gambar 4.4 Batasan Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan penelitian yang termasuk kedalam kawasan perdagangan dan jasa (CBD) memiliki luas sebesar 2,53 km2. Kawasan ini memiliki beberapa tempat menarik dan baru yaitu Lapangan Merdeka Kota Langsa, Langsa Townsquare dan Pusat Jajanan

Kuliner Kota Langsa.

4.3. Langsa Townsquare

Langsa Townsquare merupakan sebuah pusat perbelanjaan berkonsep pasar rakyat yang terdapat di pusat kawasan perdagangan dan jasa Kota Langsa. Menurut direktur utama PT. Putra Langsa Mandiri, Surez, mengatakan hingga sekarang pembangunan

Langsa Townsquare sudah mencapai tahap 70% (Serambi news, 2017). Langsa

Townsquare merupakan salah satu ikon Kota Langsa dan menjadi pusat perbelanjaan

Universitas Sumatera Utara 50

terbesar di Aceh dengan luas area 1 hektar. Latos memiliki beberapa fasilitas yang diharapkan mampu menampung segala aktifitas para pedagang los di pusat pasar Kota

Langsa ini. Lantai dasar memiliki konsep pasar rakyat yang kini ditempati pedagang pakaian dan pusat bermain anak-anak. Pada lantai 2, 3, dan 4 dibangun dengan konsep mall termasuk parkir yang akan berada di lantai atas. Namun, sampai sekarang hanya lantai dasar saja yang masih beroperasi. Lantai dasar sudah dipenuhi oleh pedagang- pedagang pakaian dan pedagang mainan anak-anak. Langsa Townsquare akan ramai didatangi masyarakat pada hari libur dan hari-hari besar, namun juga ramai pada hari biasa. Masyarakat Kota Langsa khususnya para pedagang dan walikota Kota Langsa mengharapkan keberadaan Langsa Townsquare (LATOS) sebagai pusat perbelanjaan modern yang mampu mendongkrak perekonomian Kota Langsa (Harian Analisa,

2015). Sebelum Langsa Townsquare dibangun dan diresmikan, lahan ini adalah lahan pasar tradisional Kota Langsa yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat. Namun, untuk alasan ketertiban dan perkembangan kota, pihak pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta untuk membangun pusat perbelanjaan yang layak di Kota Langsa.

4.3.1. Pasar Tradisional Kota Langsa

Sebelum dibangunnya Langsa Townsquare, lahan tersebut adalah lahan pasar tradisional Kota Langsa. Namun keberadaan pasar tradisional yang tidak tertata menjadikan kawasan perdagangan dan jasa menjadi terkesan kumuh (Gambar 4.5).

Universitas Sumatera Utara 51

Gambar 4.5. Kondisi Pasar Tradisional Kota Langsa Sumber : Dokumentasi Pemko Kota Langsa

Setelah melakukan penataan ulang, pemerintah memutuskan untuk membangun pasar tradisional yang teratur dan kemudian memindahkan para pedagang untuk berjualan di lokasi yang baru.

4.3.2. Keberadaan Langsa Townsquare

Setelah diresmikan tahun 2015, Langsa Townsquare menjadi satu-satunya pusat perbelanjaan di Kota Langsa. Setelah pembangunan dan peresmian, disekitar area pusat perbelanjaan ini muncul bangunan-bangunan ruko baru dan pusat perbelanjaan lainnya seperti suzuya. Secara visual semenjak hadirnya langsa Townsquare, kawasan perdagangan dan jasa kota langsa menjadi ramai akan kegiatan-kegiatan baru. Menurut pemerintah, Langsa Townsquare mampu menjadi generator kota sehingga kota menjadi ramai dikunjungi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara 52

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1. Vitalitas Kawasan CBD Kota Langsa

Mengacu pada teori-teori terkait vitalitas, vitalitas kawasan CBD Kota Langsa dapat dilihat melalui beberapa indikator yaitu tata guna lahan, intensitas aktifitas, aksesibilitas, keragaman bangunan dan variasi kegiatan perdagangan.

Indikator-indikator tersebut akan dianalisa melalui hasil wawancara dan hasil observasi. Data-data yang mendukung indikator tersebut didapati melalui responden- responden yang sudah memenuhi kriteria yang dijabarkan. Setelah dilakukan pendataan ruko-ruko yang berada pada kawasan penelitian, terdapat 55 responden dari

303 ruko yang memenuhi kriteria sebagai responden. Data tersebut juga didapatkan melalui hasil observasi dan pengumpulan data sekunder seperti peta tata guna lahan dan street picture kawasan.

5.1.1. Tata Guna Lahan

Sesuai dengan laporan RTBL (rencana tata bangunan dan lingkungan) Kota

Langsa, struktur peruntukan lahan pada kawasan CBD Kota Langsa terbagi atas dua struktur yaitu struktur peruntukan lahan makro dan mikro. Struktur peruntukan lahan makro pada kawasan CBD didominasi oleh fungsi perdagangan dan jasa yang kemudian diikuti oleh fungsi permukiman, perkantoran, pendidikan dan kesehatan

(Gambar 5.1).

52

Universitas Sumatera Utara 53

Legenda : Trade center

Office

Hospital

Education

Field

Housing

Gambar 5.1 Tata Guna Lahan Kawasan CBD Kota Langsa Sumber : Laporan RTBL Kota Langsa

Terdapat enam tata guna lahan kawasan CBD Kota Langsa yaitu perdagangan dan jasa, perkantoran, rumah sakit, pendidikan, lapangan dan permukiman. Terlihat jelas pada gambar bahwa kawasan CBD Kota Langsa didominasi oleh fungsi perdagangan dan jasa. Selain peruntukan lahan makro, tata guna lahan pada kawasan

CBD Kota Langsa juga dibagi kepada struktur peruntukan lahan mikro. Struktur peruntukan lahan mikro merupakan struktur keruangan secara rinci dan vertikal.

Menurut Shirvani (1985), tata guna lahan yang bervariasi dapat menimbulkan kesinambungan antar satu fungsi dengan fungsi lainnya sehingga dapat tercipta sirkulasi yang terus menerus yang dapat menimbulkan kepadatan aktifitas sehingga mengakibatkan kawasan menjadi vital. Tata guna lahan secara mikro, RTBL Kota

Langsa menyebutkan bahwa pada lantai dua bangunan yang digunakan sebagai fungsi komersial dapat difungsikan untuk tempat tinggal, gudang atau kantor. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Shirvani, perencanaan fungsi yang bersifat campuran (mixed- use) dapat menjadikan suatu kota hidup dalam 24 jam.

Universitas Sumatera Utara 54

Berdasarkan hasil wawancara kepada 55 responden yang memenuhi kriteria, para responden tersebut menggunakan ruko sebagai tempat berniaga dan tempat tinggal, sehingga hal ini sangat memungkinkan menjadikan kawasan CBD Kota Langsa menjadi hidup selama 24 jam (Gambar 5.2).

Gambar 5.2 Struktur penggunaan lahan mikro pada pertokoan CBD Kota Langsa (Mixed-use)

Berdasarkan hasil analisa dan teori Shirvani, jika perencanaan fungsi suatu bangunan bersifat mixed-use (lantai 1 perdagangan/jasa dan lantai 2 digunakan sebagai kantor/tempat tinggal/gudang) maka dapat menjadikan suatu kawasan menjadi hidup selama 24 jam. Selain fungsi bangunan mixed-use, terdapat enam tata guna lahan pada kawasan CBD Kota Langsa yaitu perdagangan dan jasa, perkantoran, rumah sakit, pendidikan, lapangan dan permukiman. Keberagaman tata guna lahan menurut

Shirvani juga mengakibatkan kepadatan aktifitas dalam sebuah kawasan yang menyebabkan kawasan tersebut menjadi vital. Selain tata guna lahan secara makro dan mikro, banyak bermunculan aktifitas-aktifitas ekonomi baru seperti pusat jajanan

Universitas Sumatera Utara 55

kuliner dan koridor jajanan kaki lima setelah diresmikannya Langsa Townsquare

(Gambar 5.3).

Gambar 5.3 Kehadiran aktifitas ekonomi setelah tahun 2015

5.1.2. Intensitas Aktifitas

Intensitas aktifitas memiliki beberapa hal yang penting untuk dianalisa yaitu pola jam aktifitas dan tingginya jumlah pengunjung pada kawasan CBD Kota Langsa.

Setelah peneliti melakukan wawancara singkat kepada 55 responden yang memenuhi

Universitas Sumatera Utara 56

kriteria, 65 % (36 toko) yang beraktifitas lebih dari 8 jam (Gambar 5.4a), selain pola jam aktifitas toko terdapat 69 % (38 toko) yang didatangi oleh lebih dari 24 orang/hari

(Gambar 5.4b).

POLA JAM AKTIFITAS JUMLAH PENGUNJUNG

35% 31%

65% 69%

< 8 JAM/HARI > 8 JAM/HARI < 24 ORANG/HARI > 24 ORANG/HARI

Gambar 5.4a Diagram Gambar 5.4b Diagram pola jam aktifitas Jumlah pengunjung

Kawasan yang vital dan aktif sangat identik dengan sirkulasi /pergerakan manusia didalamnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya berbelanja untuk satu kebutuhan saja, hal ini yang memungkinkan satu kawasan CBD dengan lebih dari satu fungsi akan menyebabkan tingginya pengunjung dan menyebabkan kawasan tersebut menjadi vital. Jika pengunjung terus menerus datang dan berbelanja pada kawasan tersebut pasti menyebabkan omzet semakin meningkat.

Namun tidak halnya pada toko-toko di CBD Kota langsa, dari 55 toko yang aktif terdapat 56,9% tidak merasakan kenaikan omzet sejak tahun 2015 atau sejak Langsa

Townsquare diresmikan. Para pemilik toko tersebut menyebutkan bahwasannya para pengunjung mereka lebih memilih berbelanja di Latos atau di Medan. Menurut

Universitas Sumatera Utara 57

Redstone (1972), kawasan CBD termasuk kedalam kawasan komersil dengan tingkat kegiatan yang tinggi. Adapun kriteria yang menunjukan intensitas aktifitas pada kawasan CBD, yaitu tingginya jumlah pengunjung, dan waktu kegiatan berlangsung dapat dilihat melalui Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Indikator Intensitas Aktifitas Kriteria Indikator kategori Tingginya jumlah ≤ 24 orang/hari Rendah pengunjung >24 orang/hari Tinggi

Waktu kegiatan ≤ 8 jam sehari Rendah berlangsung >8 jam sehari Tinggi

Jika dianalisa berdasarkan tabel dan teori tersebut, kawasan CBD Kota Langsa memiliki intensitas aktifitas yang tinggi dilihat melalui 69% ruko dengan pengunjung

>24 orang/hari dan 65% ruko dengan keberlangsungan kegiatan selama lebih dari 8 jam per hari (Gambar 5.5).

Gambar 5.5 Peta kawasan CBD terkait intensitas aktifitas

Universitas Sumatera Utara 58

Namun, hal tersebut tidak mengakibatkan toko-toko diluar Latos merasakan kenaikan omzet penjualan karena masyarakat tetap memilih berbelanja di Latos dan di

Medan. Berdasarkan indikator intensitas aktifitas yang memiliki beberapa penilaian,

Langsa Townsquare hanya menciptakan vitalitas kawasan berdasarkan jumlah pengunjung dan waktu operasional toko namun tidak berdampak baik bagi toko-toko yang berada di luar Latos.

5.1.3. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi vitalitas suatu kota. Menurut Shirvani (1985), aktifitas pendukung berupa jalur pedestrian dapat mempengaruhi bentuk fisik kota. Aksesibilitas juga erat kaitannya dengan teori linkage visual, dimana hubungan suatu tempat dengan tempat lainnya dianggap sebagai generator kota. Linkage visual dapat diidentifikasi melalui garis, koridor, sisi, sumbu dan irama (Zahnd, 2009). Dalam penelitian ini, aksesibilitas adalah parkir, jalur pedestrian, jarak/waktu dan kendaraan.

Pusat perbelanjaan yang memiliki visi untuk menjadi generator kota, Langsa

Townsquare harus memiliki lokasi yang baik. Menurut Ghosh dan McLafferty (1997), lokasi yang baik dapat berpengaruh terhadap datangnya pelanggan yang potensial.

Lokasi yang baik adalah memungkinkan akses yang cepat. Jarak yang ideal menurut

Chapin (1995) untuk menuju sebuah pusat kota dari hunian adalah 30 menit sampai 45 menit.

Universitas Sumatera Utara 59

Wawancara telah dilakukan kepada 67 pengunjung kawasan CBD Kota Langsa.

Sebanyak 67 responden mengakses Langsa Townsquare (Latos) menggunakan kendaraan pribadi dan tidak sulit dalam mendapatkan parkir. Terdapat 64 responden membutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk mengakses Langsa Townsquare dari rumah mereka dan 3 pengunjung lainnya adalah pengunjung yang berasal dari luar

Kota Langsa sehingga membutuhkan waktu lebih dari 45 menit untuk mengakses

Langsa Townsquare. Berdasarkan data tersebut dan dianalisis menggunakan teori,

Langsa Townsquare memiliki lokasi yang baik dan dapat diakses para pengunjung dengan waktu kurang dari 30 menit.

Selain waktu tempuh, dalam indikator aksesibilitas dikenal jalur pedestrian yang mampu menciptakan sirkulasi/pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kawasan CBD Kota Langsa memiliki jalur pedestrian yang terdapat pada depan area pertokoan Kota Langsa (Gambar 5.6). Pedestrian diposisikan diantara ruko dan area parkir (Gambar 5.7).

Legenda :

: Pedestrian

Gambar 5.6 Jalur pedestrian pada kawasan pertokoan CBD Kota Langsa

Universitas Sumatera Utara 60

Gambar 5.7 Posisi jalur pedestrian dan ukuran pedestrian pada kawasan pertokoan CBD Kota Langsa Dengan keberadaan jalur transportasi di kawasan CBD Kota Langsa dan diperkuat oleh teori Zahnd (2009), dimana hubungan satu tempat dengan tempat lainnya yang dihubungkan melalui garis (jalur pedestrian) yang memfasilitasi pejalan kaki dapat menjadi suatu generator yang menghidupkan kota (vital) dan menciptakan sirkulasi yang terus menerus.

5.1.4. Keberagaman Bangunan

Kawasan CBD Kota Langsa memiliki berbagai macam bentuk dan warna bangunan ruko. Pada saat dilakukannya observasi lapangan, terdapat 13 macam ragam bentuk dan warna bangunan ruko (Gambar 5.8).

Universitas Sumatera Utara 61

Gambar 5.8 Keberagaman bangunan pada kawasan CBD Kota Langsa

Berdasarkan hasil observasi, pada satu koridor jalan bisa memiliki 3-4 bentuk dan warna ruko. Tidak hanya bentuk dan warna, ruko-ruko tersebut juga memiliki keberagaman jumlah lantai bangunan yaitu 2-4 lantai (Gambar 5.9).

Gambar 5.9 Keberagaman bangunan terkait jumlah lantai ruko Sebagai kawasan CBD yang memiliki dominan kegiatan komersial, kawasan

CBD Kota Langsa sangat memperlihatkan karakter visual kawasan. Menurut Gordon

(1961), karakter visual kawasan dipengaruhi oleh karakter bangunan, karakter lingkungan serta integrasi antara karakter bangunan dan karakter lingkungan. Karakter

Universitas Sumatera Utara 62

bangunan pada kawasan ini adalah terletak pada desain fasad yang dipenuhi oleh berbagai iklan atau nama toko sehingga pengunjung dapat mengetahui fungsi kawasan tersebut sebagai kawasan komersial.

Selaian karakter visual kawasan, keragaman bangunan akan mendukung suasana kawasan menjadi lebih dinamis dan memiliki ritme sehingga menyebabkan banyaknya pengunjung yang datang dan tentunya menyebabkan intensitas aktifitas menjadi tinggi.

Berdasarkan hasil analisa melalui data yang terdapat pada gambar sebelumnya dan teori tersebut dapat dikatakan bahwa kawasan CBD Kota Langsa merupakan kawasan yang vital.

5.1.5. Variasi Kegiatan Perdagangan

Kawasan CBD Kota Langsa yang didominasi oleh kegiatan perdagangan (rumah toko) memiliki berbagai kegiatan perdagangan. Berdasarkan hasil observasi kepada 55 toko/responden yang sesuai kriteria, terdapat ±9 jenis kegiatan perdagangan seperti rumah makan, menjual bahan baku, perhiasan, obat, alat tulis kantor, jam, elektronik, buku dan pusat oleh-oleh (Gambar 5.10).

Universitas Sumatera Utara 63

VARIASI KEGIATAN PERDAGANGAN RUKO

rumah makan bahan baku perhiasan obat ATK jam elektronik buku pusat oleh-oleh

9% 8% 18% 9% 7% 18% 9% 4% 18%

Gambar 5.10 Variasi kegiatan perdagangan ruko CBD

Selain variasi kegiatan perdaganagn ruko CBD Kota Langsa, variasi kegiatan perdagangan terkait vitalitas juga terdapat pada Langsa Townsquare. dari 30 kios yang terisi terdapat empat jenis kegiatan perdagangan yaitu bahan baku (makanan dan pakaian), pakaian/elektronik, kelontong dan wahana bermain (Gambar 5.11).

VARIASI KEGIATAN PERDAGANGAN KIOS

Bahan Baku Pakaian/elektronik kelontong wahana bermain

17%

3%

23% 57%

Gambar 5.11 Variasi kegiatan perdagangan kios Langsa Townsquare

Universitas Sumatera Utara 64

Berdasarkan data yang ditemukan dan kenudian dianalisa menggunakan teori, variasi kegiatan perdagangan merupakan salah satu pengukur dari vitalitas suatu kawasan.

5.2. Perkembangan Kawasan

Dalam menganalisa perkembangan kawasan, kawasan yang digunakan adalah

Kecamatan Kota Langsa. Peneliti menggunakan metode analisis sinkronik-diakronik untuk mengkaji perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun. Perkembangan yang ditinjau melalui peta ini adalah kebutuhan lahan yang menyebabkan kota tumbuh secara horizontal. Objek yang menjadi bahan penelitian pada variabel ini adalah peta citra kota Kecamatan Langsa Kota tahun 2004, 2009, 2015 dan 2017.

Pemilihan atas tahun-tahun pengambilan peta citra kota adalah berdasarkan kejadian-kejadian yang berpengaruh pada tahun tersebut. Menurut Daly et al. (2012)

Tahun 2004 aceh memiliki momentum bencana Tsunami yang terjadi di beberapa kota di Aceh yaitu Banda Aceh dan Meulaboh, bencana ini mengakibatkan setidaknya

10.227 IDP (pengungsi internal) yang berimigrasi ke Kota Langsa pada awal januari

2005 dan masih berlangsung hingga juni 2006. Hal ini tentunya menyebabkan pertumbuhan permukiman di Kota Langsa.

Selain peta Kecamatan Langsa Kota, perkembangan kawasan dapat dilihat melalui aspek penduduk, yaitu pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun.

Area kawasan penelitian yang berdekatan dengan jalur primer seperti Jalan Ahmad

Yani, Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Prof. A. Majid digunakan sebagai area

Universitas Sumatera Utara 65

perdagangan dan jasa. Analisis sinkronik-diakronik akan digunakan untuk melihat perubahan ruang fisik terhadap waktu sehingga peneliti melakukan kajian pada

Kecamatan Langsa Kota.

5.2.1. Perubahan Lahan secara Horizontal

Menurut Zahnd (2006), pertumbuhan kota secara horizontal adalah pertumbuhan kota yang memiliki ciri-ciri luasan kota yang bertambah namun ketinggian bangunan akan tetap sama. Namun menurut Doxiadis (1969), pertumbuhan kota dapat dilihat melalui perubahan wadah yaitu perubahan ruang terbangun. Penelitian terkait perkembangan kawasan akan menganalisa data berupa citra Kecamatan Langsa Kota dari tahun 2004, 2009, 2015 dan 2017 (Gambar 5.12)

Universitas Sumatera Utara 66

2004 2009

CBD Kota CBD Kota Langsa Langsa

2015 2017

CBD Kota CBD Kota Langsa Langsa

Gambar 5.12 Perkembangan kawasan di sekitar CBD Kota Langsa

Universitas Sumatera Utara 67

Berdasarkan hasil analisa gambar tersebut, ruang terbagun dominan berubah pada kawasan permukiman, pada kawasan perdagangan dan jasa tidak memiliki perubahan ruang terbangun secara dominan. Kawasan perdagangan dan jasa mengalami perubahan terkait jumlah lantai atau pembangunan ruko-ruko baru namun tidak pada mengalami perubahan pada luasan lahan. Dapat dikatakan bahwa kecendrungan perubahan ruang terbangun terjadi pada kawasan permukiman (luar kawasan CBD

Kota Langsa)

5.2.2. Pertumbuhan Penduduk

Salah satu faktor yang menyebabkan percepatan pertumbuhan kota adalah aspek penduduk (Sujarto, 1974). Aspek penduduk ditentukan oleh adanya pertambahan jumlah penduduk yang disebabkan oleh migrasi penduduk ke kota. Menurut data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Kota Langsa dari tahun 2001 – 2015 sangat mengalami peningkatan, namun dikarenakan tahun 2005 adanya perpecahan area cakupan Kecamatan Langsa Kota.

Pertambahan penduduk pada Kecamata Kota Langsa sangat terlihat diatas tahun

2004, hal ini disebabkan oleh migrasi penduduk korban bencana alam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004. Bencana alam ini mengakibatkan setidaknya 10.227 pengungsi yang bermigrasi ke Kota Langsa. Data terkait pertumbuhan penduduk serta luas area per kecamatan telah dirangkum melalui Tabel 5.2.

Universitas Sumatera Utara 68

Tabel 5.2 Data Pertumbuhan Penduduk dan Luasan Lahan Per Kecamatan di Kota Langsa Langsa Langsa Langsa Langsa Langsa Timur Barat Kota Lama Baro 2004 Luas lahan 121,24 89,31 km2 51,86 km2 - - km2

Jumlah Rumah 8.036 RT 9.124 RT 11.244 RT - - Tangga Jumlah 39.187 43.298 55.101 - - penduduk

2009 Luas lahan 65,57 km2 40,06 km2 43,62 km2 49,67 km2 63,49 km2

Jumlah Rumah 2.630 RT 5.929 RT 7.814 RT 4.935 RT 7.623 RT Tangga

Jumlah 12.393 28.951 37.478 23.395 38.050 penduduk

2015 Luas lahan 78,23 km2 48,78 km2 6,09 km2 45,05 km2 61,68 km2

Jumlah Rumah 3.304 RT 7.448 RT 8.745 RT 6.462 RT 10.143 RT Tangga Jumlah 14.899 33.591 39.437 29.147 45.740 penduduk

2017 Luas lahan 78,23 km2 48,78 km2 6,09 km2 45,05 km2 61,68 km2

Jumlah Rumah 2.893 RT 6.817 RT 8.372 RT 7.022 RT 9.923 RT Tangga Jumlah 15.215 34.849 41.070 30.116 47.570 penduduk Sumber : BPS Kota Langsa

Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder berkaitan dengan jumlah penduduk dan luas lahan, Kecamatan Langsa Kota merupakan area yang mengalami perubahan signifikan. Tahun 2009 ke atas, luasan lahan menjadi sangat kecil dikarenakan bagian-bagian kecamatan tersebut mengalami perluasan oleh kecamatan

Universitas Sumatera Utara 69

lainnya. Namun perubahan luasan lahan dan jumlah penduduk di Kecamatan Langsa

Kota disebabkan oleh keputusan Pemerintah Kota Langsa dan migrasi penduduk.

Perubahan tidak semata-mata terjadi secara alami, namun ada campur tangan pemerintah dikarenakan visi dan misi Kota Langsa untuk terus berkembang.

5.3. Pengaruh Kehadiran Langsa Townsquare terhadap Vitalitas Kawasan

Perdagangan dan Jasa Kota Langsa

Setelah melakukan analisa bertahap yaitu analisa vitalitas kawasan dan analisa perkembangan kawasan, penelitian ini dapat mengambil kesimpulan seperti pada Tabel

5.3.

Tabel 5.3 Kesimpulan Analisa Pengaruh Kehadiran Langsa Townsquare terhadap Vitalitas Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Langsa Tinggi/Ada/ Rendah/Tidak Beragam/ Ada/Tidak Naik Beragam/Turun Analisa Tata Guna Lahan  Vitalitas Intensitas Pola Jam Aktifitas  Kawasan Aktifitas Perdagangan Jumlah  dan Jasa Pengunjung

Variasi Kegiatan  Perdagangan

Aksesibilitas Pedestrian 

Waktu Tempuh 

Keragaman Bangunan 

Analisa Pusat Jumlah Pengunjung  Perbelanjaan sebagai Omzet penjualan  Generator Kota Variasi Kegiatan Perdagangan 

Universitas Sumatera Utara 70

Tabel 5.3 (Lanjutan) Tinggi/Ada/ Rendah/Tidak Beragam/ Ada/Tidak Naik Beragam/Turun Analisa Perubahan lahan terbangun  Perkembangan (dominan Kawasan perubahan ruang terbangun pada permukiman)

Jumlah penduduk 

Jika disimpulkan melalui tabel tersebut, kehadiran Langsa Townsquare memiliki pengaruh terhadap vitalitas kawasan perdagangan dan jasa Kota Langsa, namun tidak pada Langsa Townsquare itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi, vitalitas Langsa

Townsquare terhambat oleh mahalnya harga sewa yang menyebabkan sedikitnya pedagangan yang ingin menyewa kios.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan

Keberadaan aktifitas atau gedung baru sangat berpengaruh terhadap keberadaan bangunan/aktifitas lain disekitarnya yang memungkinkan terjadinya peningkatan kualitas lingkungan. Berdasarkan hasil analisa Langsa Townsquare mampu menjadi generator kota dan menjadikan kawasan disekitarnya menjadi vital. Langsa

Townsquare sebagai generator kota telah menjadi pusat perbelanjaan yang memikirkan semua kebutuhan masyarakat (tidak hanya sandang saja). Keragaman barang dagangan dapat meningkatkan antusias masyarakat untuk berbelanja.

Sebagai pusat perbelanjaan yang dianggap besar bagi masyarakat, Langsa

Townsquare belum memenuhi kriteria sebagai pusat perbelanjaan yang menarik karena pedagang yang berjualan di Langsa Townsquare masih dominan menjual pakaian dan mematok harga lebih mahal dari penjual di luar Langsa Townsquare. Langsa

Townsquare memiliki kapasitas lebih dari 100 kios dan hanya terisi 31 kios dengan satu zona bermain anak, hal ini disebabkan oleh mahalnya tarif sewa didalam kios

Langsa Townsquare sehingga kegiatan perdagangan yang lain seperti kios yang berjualan bahan-bahan baku tidak bisa menyewa di Langsa Townsquare.

71

Universitas Sumatera Utara 72

6.2. Rekomendasi

Terkait regulasi RPJP Kota Langsa tahun 2007-2007 untuk mewujudkan Kota Langsa menjadi pusat perdagangan, pemerintah diharapkan mampu meningkatkan pembangunan Langsa Townsquare sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar di

Kota Langsa sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan per kapita Kota Langsa. Selain menjadi pusat perdagangan,

Kota Langsa memiliki arahan pembangunan jangka panjang yaitu memperkuat kemampuan ekonomi pelaku usaha dan masyarakat kurang mampu. Arahan ini dapat diperoleh melalui harga sewa kios.

Selain rekomendasi terkait regulasi Kota Langsa, rekomendasi dari hasil penelitian ini juga dapat diberikan kepada ilmu pengetahuan. Penelitian ini telah membuktikan adanya pengaruh keberadaan sebuah pusat perbelanjaan terhadap vitalitas sebuah kawasan. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, vitalitas hanya diteliti berdasarkan faktor peningkatan vitalitas, dan usaha revitalisasi kawasan kota lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti vitalitas yang disebabkan oleh suatu kegiatan baru lainnya dalam suatu kawasan seperti kegiatan pendidikan, kegiatan perkantoran, maupun kegiatan komersil lainnya yang dapat menyebabkan intensitas aktifitas kawasan menjadi tinggi.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Ala’Eddin Mohammad Khalaf Ahmad. 2012. Attractiveness Factors Influencing Shoppers’ Satisfaction, Loyalty, and Word of Mouth: An Empirical Investigation of Saudi Arabia Shopping Malls. Journal of Business Administration,3(6): 101-112

Chapin, F.S & Edward, J. 1995. Urban Land Use Planning.University of Illinois Press (fourth edition). Urbana

Chan,Y. L. & Kwan, S. M. 2003. Management of Shopping Centres. Hong Kong: Hong Kong University Press

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Andi Offset. Yogyakarta

Dewan Perwakilan Rakyat Kota Langsa. 2013. Qanun Kota Langsa Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa Tahun 2012- 2032. Langsa: Dewan Perwakilan Rakyat Kota Langsa Ghosh, A. & McLafferty, S. L. 1997. Location Strategies for Retail and Services Firms. Lexington. : Lexington Books Jacobs, Jane. 2011. The Death and Life of Great American Cities. New York: Modern Library Khastou, M., & Rezvani, N. 2010. Effective Factors on Vitality of Urban Spaces : Creating a Vital Urban Space Relying on the Concept of Walking Shopping Center. Journal of Hoviate-Shahr, 4(6), 113-138

Lynch, Kevin. 1981. A Theory of Good City Form. Cambridge: MIT Press Lynda Wee Keng Neo and Tong Kok Wing.2005. The 4Rs of Asian Shopping centre management. Marshall Covendish International.

Montgomery, John. 1998. Making a City : Urbanity, Vitality, and Urban Design.Journal of Urban Design. 3(1).ProQuest Research Library.

Parsons, A. G. 2003.Assessing the effectiveness of shopping mall promotions: customer analysis. International Journal of Retail & Distribution Management, 31(2): 74-78

Paumier, Cy. 2007. Creating a Vibrant City Center. Washington: Urban Land Institute

73

Universitas Sumatera Utara 74

Redstone, Louise (1972) The New Downtown, Rebuilding Bussiness District. USA: Mc Graw Hill Book Company\

Sheng, Qiang. 2003. A Morphological Study On The Relationship Between Street Pattern and Vitality of Urban Blocks : Examples in Central Area of Beijing and Tianjin. Proceedings of The Ninth International Space Syntax Symposium. Seoul. Hal 118

Shirvani, Hamid. 1985. Urban Design Process. Newyork: Van Nostrand Reinhold (First Thus Ed)

Sujarto, D. 1995. Perencanaan Kota Baru. Bandung : Penerbit ITB

Susiyanti, F.A. 2003. Strategi Perancangan dalam Meningkatkan Vitalitas Kawasan Perdagangan Johar Semarang. Jurnal Perencanaan Vilayah dan Kota. 14 (3): 47-72

Tarigan, R.2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tse, P. M. 2012.Asset Enhancement of Shopping Centre.the University of Hong Kong

Zahnd, Markus. (2006). Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta:

Kanisius

Universitas Sumatera Utara