BUDAYA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
DAN UNIT KEGIATAN MAHASISWA ISLAM DI FISIP USU
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi Sosial
Oleh:
Putra Saptian Pratama
130905005
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini di setujui dan dipertahankan oleh: Nama : Putra Saptian Pratama NIM : 130905005 Departemen : Antropologi Sosial Judul : Budaya Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Medan, April 2018
Pembimbing Skripsi Ketua Departemen
Drs. Lister Berutu, MA Dr. Fikarwin, M.Ant NIP. 196007171987031005 NIP.196212201989031005
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M. Si NIP. 197409302005011002
Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini di setujui dan dipertahankan oleh: Nama : Putra Saptian Pratama NIM : 130905005 Departemen : Antropologi Sosial Judul : Budaya Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Medan, April 2018
Pembimbing Skripsi Ketua Departemen
Drs. Lister Berutu, MA Dr. Fikarwin, M.Ant NIP. 196007171987031005 NIP.196212201989031005
Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Husni Thamrin, S.Sos, M.SP NIP. 197203082005011001
ii
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
BUDAYA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DAN UNIT KEGIATAN MAHASISWA ISLAM DI FISIP USU
SKRIPSI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, April 2018
Penulis
Putra Saptian Pratama
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “BUDAYA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DAN UNIT KEGIATAN MAHASISWA ISLAM DI FISIP USU” disusun oleh Putra Saptian Pratama (130905005), 2018. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 161 halaman, 9 foto, 7 tabel, dan daftar pustaka.
Penelitian ini membahas tentang Budaya Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Peneliti memilih FISIP USU sebagai lokasi penelitian dikarenakan di fakultas ini kedua organisasi melakukan aktifitas sehari-hari serta peneliti sendiri bagian dari mahasiswa FISIP USU sehingga memudahkan penulis memperoleh data penelitian. Berdasarkan hasil penelitian benar bahwa kedua organisasi memiliki perbedaan dalam melakukan perekrutan serta budaya organisasi. Maka dalam hal perekrutan tidak jarang terjadi adanya kontra antara kedua organisasi tersebut karena kedua organisasi ingin menunjukkan eksistensi dan identitas budaya organisasi nya. Keberagaman budaya organisasi di FISIP tidak menyebabkan konflik tetapi memberikan warna keberagaman serta saling toleransi antar organisasi. Metode penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatn kualitatif, serta menggunakan teknik observasi dan wawancara serta analisis data. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipasi, hal tersebut terjadi karena peneliti bukan bagian dari organisasi yang diteliti tetapi peneliti hanya menganalisis organisasi. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan yang berperan serta dalam kedua organisasi tersebut. Setelah melakukan penelitian maka seluruh data dianalisis dengan metode analisis interpretatif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mendasari mahasiswa FISIP USU mau bergabung ke dalam organisasi HMI dan UKMI di FISIP USU adalah kedua organisasi tersebut masih memiliki eksistensi yang besar di lingkungan kampus serta kedua organisasi tersebut masih mempertahankan budaya organisasi nya sehingga hal tersebut yang menjadi identitas dan daya tarik bagi calon anggota yang ingin bergabung.
Kata-kata kunci: Strategi, Rekrutmen, Budaya Organisasi, Kampus, Interaksi Sosial
ii
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT karena hanya atas rahmat dan karunia-NYA lah kita masih dapat diberikan nikmat ilmu dan kesehatanhingga sampai hari ini masih dapat melakukan aktifitas-aktifitas dalam mengisi hidup dan kehidupan ini. Atas kehendak-NYA pula penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Budaya Organisasi Himpunan Mahasiswa
Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi Sosial.
Dalam menyelesaikan skripsi dan beraktifitas di kampus selama kurang lebih
10 semester ini, tentunya penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak, maka pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Terkhusus dan tiada terkira ucapan terima kasih penulis kepada kedua orang tua tercinta. Ayah penulis Johan Syafri Ibunda penulis Sri Rahayu Agustina serta adik-adik Nurul dan Putri yang selalu memberi motivasi dan dukungan moril yang tidak ingin penulis ungkapkan dengan kata-kata karena hanya akan mereduksi makna yang sebenarnya, satu hal yang penulis yakin surga yang lebih indahpun tidak lebih dari telapak kakinya, terima kasih ibu.
Terima kasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan kritik, saran dan masukan yang konstruktif bagi penulis selama dalam proses bimbingan skripsi. Terima kasih kepada Ibu Nita Savitri selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan nasehat serta rutin mengingatkan
iii
Universitas Sumatera Utara
penulis untuk menyelesaikan kuliah. Terima kasih kepada Bapak Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial dan Bapak Agus Sutrisno selaku sekretaris departemen. Semoga segala ilmu yang diberikan kepada penulis mampu terinternalisasi dan teraplikasi dalam aktifitas yang positif. Terima kasih juga kepada Dekan FISIP USU Dr. Muryanto Amin, M,Si dan para staf Dekan FISIP
USU yang secara langsung maupun tidak langsung telah berkontribusi kepada aktifitas perkuliahan penulis selama di FISIP USU ini.
Tidak lupa pula terima kasih kepada Kak Sofi dan Kak Nur yang sangat membantu dan memberikan kemudahan pada penulis dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan administrasi.
Terima kasih HMI Komisariat FISIP USU yang memberikan begitu banyak ilmu. Ada kebanggaan sekaligus beban jika ingat kalu penulis mau tidak mau, suka tidak suka adalah bagian darimu. Begitupun sebaliknya, bahwa HMI FISIP
USU adalah bagian dari diri penulis.
Tidak lupa terima kasih kepada para kerabat Antropologi stambuk 2013 yang telah memberikan begitu banyak warna indah selama berkuliah di kampus ini.
Yogi, Pandu, Dika, Alfi, Sahat, Una, Ucok, Acil, Dira, dan semua kerabat yang sudah meninggalkan penulis yang disebabkan terlebih dahulu menyelesaikan studinya.
Terima kasih buat senior-senior di HMI yang pernah memberikan bimbingan, semangat dan motivasi kepada penulis. Bang Dadang, Bang Densi, Bang Ari,
Bang Edo, Bang Ferdi, Bang Amin Multazam, Bang Doni, Bang Randa, Bang
iv
Universitas Sumatera Utara
Adit, Bang Asrul, Bang Poso, Bang Joni, Bang Tengku Muadhari, Bang Riki,
Bang Amal, Bang Muklis, Bang Yugo, Bg Mael, Kak Devi, Bang Cafri, Bang Iil,
Bang Ucup, Bang arep, Bang Marlan, Bang Andri Anshari, Bang Anas, Kak
Cacak, Bang Pes, Bang Ican, serta yang ditunggu-tunggu baginda raja paduka yang mulia Ipan yang selalu meluangkan waktunya membimbing, menasehati, motivasi, dan solusi di saat lapar dalam menyelesaikan skripsi, serta semua senioren di HMI Komisariat FISIP USU yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih banyak.
Yang tak terlupakan, seluruh rekan-rekan yang tergabung dalam kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU periode 2016-2017. Senang pernah bersama-sama melalui segala suka dan duka bersama kalian, hanya ucapan terima kasih yang penulis bisa berikan.
Selanjutnya untuk para teman lebih dari saudara, stambuk 2013 kawan penulis terutama yang tidak pernah lelah untuk memberikan dukungan moril
Arman, Baim, Anggi, Faiz, Una, Kayek, Iqbal, Imam, Alwi, Rased, Aled, Akbar,
Fani, Ical, dan semua sponsor yang telah terlibat terima kasih tiada terkira buat seluruh kontribusinya.
Terima kasih kepada adinda-adinda di HMI Azhar, Arian, Ejik, Een, Bay,
Hari, Bima, Delila, Agung, Wira, Saed, Jay, Oliver, Bagas, dan semuanya terima kasih pernah menjadi api semangat buat penulis.
Terima kasih kepada seluruh kabinet PEMA USU periode 2017-2018 pres
Wira, frend Hendra pergerakan, Rojik wajib, eksekutor Faris, advokat Ari, paduka
v
Universitas Sumatera Utara
Paccuk, skill Bima, dan ava Bow yang telah memberikan semangat baru di akhir semester ini.
Terima aksih juga kepada pengurus HMI Cabang Medan Bang Angga, Akbar sekum, Bang topan, Wahid, Dina, Faisal, Hendrik, Adul, dan Bang Irham. Yang telah memberikan semangat juang bagi penulis dalam menyelesaikan skripsinya.
Dan terima kasih buat semua pendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga kita semua dapat sukses dan bermanfaat di kemudian hari. Salam pembebasan.
Medan, April 2018
Penulis
Putra Saptian Pratama
vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Putra Saptian Pratama
lahir pada tanggal 9 Desember
1995 di Kota Medan. Anak
pertama dari pasangan Johan
Syafri dan Sri Rahayu
Agustina bertempat tinggal di
jalan Karya Kasih No. 52
Medan. Penulis
menyelesaikan Pendidikan
Dasarnya di SD Darma Medan pada tahun 2007, SMP Darma Medan pada tahun
2010, SMA Negeri 13 Medan pada tahun 2013. Selanjutnya melanjutkan keperguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara Departemen Antropologi Sosial
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik pada tahun 2013.
RIWAYAT ORGANISASI
1. Departemen Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda HMI
Komisariat FISIP USU Periode 2015- 2016
2. Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda
HMI Komisariat FISIP USU Periode 2015- 2016
3. Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda HMI
Komisariat FISIP USU Periode 2016-2017
4. Sekretaris Jenderal Pemerintahan Mahasiswa USU Periode 2017- 2018
vii
Universitas Sumatera Utara
5. Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda
HMI Cabang Medan Periode 2017-2018
6. Koordinator Solidaritas Mahasiswa Sumatera Utara Tahun 2015.
Email: [email protected]
viii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena hanya atas rahmat dan karunia-NYA memberi kesehatan pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi yang berjudul “Budaya Organisasi Himpunan Mahasiswa
Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU”, akan membahas tentang budaya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam di FISIP USU dalam melakukan perekrekrutan calon anggota serta bagaimana dampak dan hubungan kedua organisasi tersebut dalam melakukan perekrutan calon anggota di FISIP USU.
Skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun peneliti tetap mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca skripsi ini mencapai kesempurnaan. Dengan demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.
Medan, April 2018
Penulis
Putra Saptian Pratama
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ...... i ABSTRAK ...... ii UCAPAN TERIMA KASIH...... iii RIWAYAT HIDUP ...... vii KATA PENGANTAR ...... ix DAFTAR ISI ...... x DAFTAR FOTO ...... xii DAFTAR TABEL...... xiii BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Tinjauan Pustaka ...... 6 1.3. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian ...... 31 1.3.1. Rumusan Masalah ...... 31 1.3.2. Lokasi Penelitian ...... 31 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 32 1.5. Teknik Pengumpulan Data ...... 33 1.5.1. Teknik Observasi ...... 33 1.5.2. Teknik Wawancara Mendalam ...... 34 1.5.3. Studi Dokumentasi ...... 35 1.5.4. Studi Pustaka ...... 36 1.6. Pengalaman Penelitian ...... 36
BAB II. GAMBARAN UMUM ...... 39 2.1. Sejarah Singkat Himpunan Mahasiswa Islam ...... 39 2.2. Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 46 2.3. Sejarah Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 60 2.4. Organisasi Mahasiswa di FISIP USU ...... 65 BAB III. BUDAYA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DAN UNIT KEGIATAN MAHASISWA ISLAM DI FISIP USU ...... 69 3.1. Budaya Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 69 3.1.1. Rekrutmen Himpunan Mahasiswa Islam FISIP USU ...... 69 3.1.2. Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU...... 78 3.1.3. Jenis Pelatihan dan Masa Keanggotaan Himpunan Mahasiswa Islam ...... 81 3.1.4. Gerakan Sosial Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 83 76 3.1.5. Interaksi Dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 88 3.2. Budaya Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU USU ...... 91
x
Universitas Sumatera Utara
3.2.1. Rekrutmen Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 91 3.2.2. Tujuan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 95 3.2.3. Jenis Pelatihan Unit Kengiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 97 3.2.4. Gerakan Sosial Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 104 3.2.5. Interaksi Dalam Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 107 3.3. Budaya Organisasi Dalam Bidang ...... 108 3.3.1. Budaya Organisasi Dalam Bidang Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 108 3.3.2. Budaya Organisasi Dalam Bidang Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 119 3.4. Budaya Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam ...... 127 3.4.1. Budaya Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 127 3.4.2. Budaya Koordinasi Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 129 BAB IV. HUBUNGAN ANTAR ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DAN UNIT KEGIATAN MAHASISWA ISLAM DI FISIP USU ...... 131 4.1. Hubungan Antar Organisasi ...... 131 4.2. Pengaruh Pemilihan Raya Terhadap Hubungan Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam ...... 133 4.2.1. Sikap Terhadap Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 136 4.2.2. Sikap Terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU ...... 138 4.2.3. Penyelesaian Masalah Dalam Organisasi ...... 139 4.3. Komunikasi Antar Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam ...... 140 4.4. Kondisi Objektif Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam ...... 144 BAB V. PENUTUP ...... 149 5.1. Kesimpulan ...... 149 5.1.1. Kesimpulan Substantif ...... 149 5.1.2. Kesimpulan Analisis ...... 157 5.2. Saran ...... 161 DAFTAR PUSTAKA ...... 162 LAMPIRAN
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR FOTO
Foto 2.1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ...... 47 Foto 3.1. Kegiatan Temu Ramah HMI FISIPUSU ...... 72 Foto 3.2. Agenda Menyablon Pengurus Biro HMI FISIP USU ...... 76 Foto 3.3. Aksi HMI FISIP USU ...... 87 Foto 3.4. Interaksi Antar Anggota HMI FISIP USU ...... 90 Foto 3.5. Siaga I UKMI FISIP USU ...... 101 Foto 3.6. Siaga II UKMI FISIP USU ...... 103 Foto 3.7. Aksi UKMI FISIP USU ...... 106 Foto 4.1. PEMIRA FISIP USU 2017 ...... 135
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Daftar Nama-Nama Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU ...... 58 Tabel 2.1. Daftar Nama-Nama Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Islam FISIP USU ...... 64 Tabel 2.3. Organisasi Eksternal di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ...... 66 Tabel 2.4. Organisasi Internal di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ...... 67 Tabel 2.5. Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ...... 68 Tabel 3.1. Struktur Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU Periode 2017-2018 ...... 116 Tabel 3.2. Struktur Kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam FISIP USU Periode 2017-2018 ...... 124
xiii Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanpa disadari manusia sudah terlibat dalam organisasi dan menggunakannya sejak lahir, organisasi memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia dan mungkin tidak banyak yang menyadari dominanya peran organisasi dalam kehidupan itu. Misalnya seperti manusia dilahirkan dalam lembaga yang terorganisir seperti rumah sakit, menerima pendidikan dalam lembaga seperti sekolah, tinggal ditengah masyarakat yang terorganisir dan dalam konteks yang paling luas yaitu sebagai warga negara dalam sebuah negara serta bagaimana bentuk legitimasi dalam organisasi tersebut. Ilmu Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia serta budaya dan prinsipnya, oleh karena itu ilmu antropologi sangat objektif dalam menganalisis suatu objek kajiannya untuk membuktikan kebenaran dengan metode analisis nya. Kajian ini secara umum fokus pada strategi rekrutmen dikalangan organisasi kemahasiswaan internal dan eksternal Universitas Sumatera Utara. Adapun organisasi kemahasiswaan yang menjadi subjek kajian ini adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat
FISIP USU dan juga Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) FISIP USU.
Salah satu organisasi yang cukup lama berdiri di FISIP USU dan hingga sekarang masih bertahan dengan pengkaderannya yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Komisariat FISIP USU yang sudah berdiri sejak 34 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1982. Organisasi ini berbentuk himpunan mahasiswa beragama Islam yang tidak membatasi orang yang ingin bergabung dan belajar di
1
Universitas Sumatera Utara
HMI dari berbagai jurusan, perbedaan pandangan politik, hingga berbagai karakter mahasiswa yang beragam. Banyak hambatan yang dilalui oleh pengurus
HMI disetiap periodenya dalam melakukan pengkaderan, salah satunya persaingan beberapa organisasi yang mempunyai sistem yang sama dan saling berebut calon anggota.
Beberapa organisasi internal kampus pernah melarang mahasiswa baru untuk mengikuti kegiatan ataupun bergabung dengan organisasi eksternal kampus khususnya HMI karena berbagai alasan yang mereka buat, seperti yang diisukan anak HMI suka melanggar aturan, nilai akademis anak HMI rendah, penampilan mereka yang tidak rapi, dan selalu mengedepankan kepentingan organisasi. Ada juga peraturan kampus yang membuat mahasiswa saat ini semakin terbatas untuk aktif di organisasi, karena sudah dibatasi dengan waktu penyelesaian kuliah yang setiap tahun semakin singkat dan akhirnya membuat beberapa mahasiswa semakin apatis dan tidak peduli akan lingkungan dan isu sosial disekitar. Apalagi mau bergabung ke dalam sebuah organisasi mahasiswa, ditambah lagi dengan isu mahasiswa yang bergabung dengan organisasi mahasiswa biasanya lama menyelesaikan kuiah mereka walaupun banyak juga yang membuktikan itu tidak menjadi alasan utama membuat mereka lama dalam menyelesaikan kuliahnya.
Meskipun begitu HMI Komisariat FISIP USU termasuk salah satu organisasi yang masih banyak peminatnya. Hal ini bisa dilihat dari jumlah anggota dalam keaktifan berkegiatan dalam agenda HMI itu sendiri. Dalam melakukan strategi rekrutmen, biasanya HMI menggunakan komunikasi antar pribadi dalam proses perekrutannya, padahal cukup banyak isu-isu yang kurang baik yang didengar
2
Universitas Sumatera Utara
oleh mahasiswa baru yang dapat menghambat organisasi ini untuk merekrut anggota. Akan tetapi itu juga tidak menjadi penghalang Pengurus HMI dalam melakukan perekrutan anggota dan menjaga citra organisasinya sehingga masih tetap bisa memperlihatkan eksistensinya hingga saat ini.
HMI di setiap fakultas yang ada di USU mempunyai budaya, strategi dan masalah yang berbeda-beda dalam perekrutannya walaupun ada proses dan tahapan pasti yang harus di lewati oleh calon anggota baru untuk mendapatkan status anggota biasa, yang sudah di atur dalam Konstitusi HMI. Jika melihat organisasi mahasiswa eksternal yang sejenis dengan HMI misalnya seperti GMNI yaitu Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia yang juga cukup lama berdiri di
FISIP USU. Tetapi dari pengamatan saat ini GMNI kurang terdengar dalam melakukan pergerakan dan kegiatan di kampus untuk menunjukan keberadaan dan eksistensi mereka. Menurut pengamatan penulis GMNI saat ini sudah tidak terlalu aktif, meskipun masih ada hingga sekarang. Strategi rekrutmen yang kurang inovatif membuat beberapa organisasi semakin vakum.
Dalam penjelasan informan, secara historis awal lahirnya organisasi internal
UKMI tidak terlepas dari keterlibatan peranan HMI sebagai penggagas lahirnya organisasi UKMI. Dahulunya UKMI adalah lembaga dakwah para kader HMI untuk melakukan diskusi ataupun pengajian yang bersifat keislaman, karena biasanya kegiatan-kegiatan tersebut sering dilakukan di sekitaran tempat ibadah seperti masjid ataupun mushola yang terdapat pada setiap fakultas yang memiliki organisasi HMI. Selain itu dalam penjelasan informan lembaga dakwah yang sekarang bernama UKMI tersebut dahulunya sebagai tempat ruang konsolidasi
3
Universitas Sumatera Utara
dan juga diskusi para kader HMI yang biasanya dilakukan di tempat ibadah.
Mereka melakukan rekayasa dalam diskusi dan juga konsolidasi untuk membahas tentang pergerakan melawan rezim yang pada saat itu sedikit reaksioner terhadap perkumpulan-perkumpulan diskusi organisasi mahasiswa yang dapat mengganggu stabilitas rezim orde baru.
Setelah itu terdapat beberapa gagasan untuk mencoba melakukan infiltrasi kedalam sistem khususnya dalam organisasi mahasiswa, yang pada dasarnya organisasi internal memiliki legitimasi dan ruang gerak yang cukup luas karena dibawah naungan universitas. Oleh karena itu sebagian para anggota menuntut untuk lembaga dakwah tersebut mendapatkan legitimasi di dalam universitas.
Makka sampai saat ini lembaga dakwah tersebut sudah memiliki legitimasi dalam universitas yang status nya menjadi organisasi internal kampus yang bernama
Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI).
Terdapat beberapa perbedaan dari organisasi internal dan eksternal kampus, yaitu keterikatan dengan pihak kampus. Kalau organisasi internal kampus begitu terikat dengan birokrasi kampus, sementara organisasi eksternal kampus bersifat independen tanpa terikat dengan birokrasi kampus. Organisasi internal kampus tidak memakai sistem pengkaderan, dan bukan organisasi yang berjenjang.
Sedangkan organisasi eksternal umumnya organisasi pengkaderan dan berjenjang.
Organisasi banyak jenisnya seperti organisasi politik, organisasi sosial, organisasi mahasiswa, organisasi olahraga, dan organisasi kenegaraan. Organisasi mahasiswa merupakan organisasi yang beranggotakan mahasiswa yang dalam hal ini dapat berupa organisasi internal dan eksternal kampus, seperti di FISIP USU
4
Universitas Sumatera Utara
yang mempunyai organisasi internal kampus yang dimiliki oleh masing-masing departemen ; IMAJINASI (Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi),
IMDIAN (Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara), IMADIP
(Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik), INSAN (Ikatan Mahasiswa
Departemen Ilmu Antropologi), IMIKS (Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial), IMASI (Ikatan Mahasiswa Ilmu Sosiologi), IMPRODIAS
(Ikatan Mahasiswa Program Studi Administrasi Niaga). Sementara organisasi eksternal kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), SU (Suara USU),
GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo),
PP (Pemuda Pancasila), FMN (Front Mahasiswa Nasional), GMNI (Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia) dan lain-lain.
Ketertarikan penulis dalam meneliti organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa
Islam (UKMI) dan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah pertarungan dalam strategi rekrutmen antara organisasi internal dan eksternal universitas, karena realita yang terjadi di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dua organisasi internal dan eksternal universitas di
FISIP USU tersebut saling mendominasi dalam perekrutan calon anggota.
Sedangkan kedua organisasi tersebut adalah sama-sama organisasi mahasiswa yang berazaskan islam dalam tujuan organisasinya, dua organisasi tersebut bertarung dalam strategi melakukan perekrutan dan mobilisasi dalam momen- momen agenda kegiatan ataupun momen politik kampus dengan status yang berbeda. Antara organisasi internal universitas dan juga organisasi eksternal universitas. Sedangkan jika dilihat secara historis kedua organisasi tersebut
5
Universitas Sumatera Utara
awalnya berdampingan dan saling melengkapi, namun saat ini justru kedua organisasi tersebut saling beradu gengsi dalam hal eksistensi ataupun perekrutan calon anggota.
1.2. Tinjauan Pustaka
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Unit kegiatan Mahasiswa
Islam (UKMI) merupakan sebuah organisasi mahasiswa yang keberadaanya sangat berpengaruh dalam membentuk karakter para anggotanya, hal ini terbukti dengan banyaknya peminat dan anggota di setiap organisasi tersebut. Kedua organisasi tersebut saling mendominasi secara kuantitas anggota di Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sedangkan secara status kedua organisasi tersebut memiliki status yang berbeda antara organisasi internal dan eksternal kampus, hal ini tidak terlepas dari strategi rekrutmen yang di lakukan oleh kedua organisasi tersebut.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula dengan strategi rekrutmen merupakan paduan dari perencanaan rekrutmen dan manajemen rekrutmen untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai suatu tujuan strategi rekrutmen harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatan bisa berbeda setiap waktu tergantung kepada situasi dan kondisi (Effendy, 2004:29).
6
Universitas Sumatera Utara
Strategi adalah perspektif, posisi, rencana dan pola. Strategi adalah jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan sasaran. Strategi dan taktik merupakan jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara tujuan dan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan. Singkatnya, strategi adalah konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide, pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi dan harapan yang membimbing untuk menyusun suatu kerangka pemikiran umum agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya tujuan
(Liliweri, 2011:239).
Menurut Mathis dan Jackson, perekrutan adalah proses menghasilkan sejumlah pelamar, yang berkualifikasi untuk pekerjaan di suatu organisasi atau perusahaan. Ivanchevich (dalam Nasution betty, 2010:66), menyebut perekrutan adalah seperangkat aktivitas suatu organisasi yang digunakan untuk mencari calon pemegang jabatan yang memiliki kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
Kemampuan organisasi dalam mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi didukung oleh proses rekrutmen dan proses rekrutmen diintegrasikan dengan program dan kebijakan sumber daya manusia yang strategis. Dengan demikian maka rekrutmen disini dalam arti mencari sekumpulan pelamar yang mempunyai kemampuan, sikap dan motivasi yang baik dimaksudkan untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan yang ada dan mengantisispasi kemungkinan yang terjadi akibat dari perubahan-perubahan.
7
Universitas Sumatera Utara
Menurut Simamora perekrutan bukanlah merupakan suatu proses satu arah
(one way process) dalam arti hanya organisasi yang mencari pelamar pekerjaan.
Untuk memperoleh pelamar yang berkualitas menurut Simamora (dalam Nasution betty, 2010:72-75) perlu proses rekrutmen terdiri dari ;
1. Pembuatan rencana untuk merekrut
Perencanaan perekrutan harus dibuat sesuai dengan perencanaan sumber daya
manusia yang mengacu kepada perencanaan organisasi atau rencana strategis
organisasi.
2. Penyusunan strategi untuk merekrut
Setelah organisasi merencanakan jumlah tenaga yang akan direkrut maka
selanjutnya perlu dikembangkan strategi khusus untuk mengidentifikasi
bagaimana anggota akan direkrut, dimana dilakukan perekrutan dan
bagaimana cara mengikat calon anggota anggota dilaksanakan
3. Mencari pelamar
Setelah menetapkan rencana dan strategi perekrutan selanjutnya dilakukan
pencarian pelamar melalui iklan disurat kabar atau dengan cara yang lain yang
dapat memikat pelamar yang berkualitas.
4. Menyisihkan pelamar yang tidak cocok
Setelah lamaran diterima dilakukan penyaringan lamaran-lamaran yang masuk
untuk menyisihkan pelamar yang tidak memenuhi syarat.
5. Mempersiapkan sekumpulan pelamar
Berdasarkan hasil penyaringan diperoleh kumpulan pelamar atau kelompok
pelamar yang siap untuk mengikuti screening selanjutnya.
8
Universitas Sumatera Utara
Proses perekrutan di dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan di dalam
Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) juga meliputi :
1. pembuatan rencana untuk merekrut
2. penyusunan strategi untuk merekrut
3. mencari calon anggota (pelamar),
4. mengelompokkan calon kader sesuai dengan kriteria
5. mempersiapkan calon kader ke tahap berikutnya.
Selanjutnya dalam hal perekrutan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan juga Unit Kegiatan Mahasiswa Islam masing-masing organisasi tersebut memiliki metode yang hampir bersamaan dalam melakukan perekrutan calon anggotanya.
Rekrutmen di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara atau perbuatan merekrut atau memasukkan atau mendaftarkan calon anggota baru dari dalam maupun dari luar organisasi sebagai calon anggota dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan sumber daya manusia1. Menurut Gomes (1995) rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi. Sedangkan Menurut Andrew E. Sikula (1981), rekrutmen adalah tindakan atau proses dari suatu usaha organisasi untuk mendapatkan tambahan anggota atau pegawai untuk tujuan operasional (Anwar, 2011: 33).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka rekrutmen adalah proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar yang kapabel untuk dipekerjakan dalam
1 http://kbbi.web.id/sistem/sistem (diakses 23 Juli 2017)
9
Universitas Sumatera Utara
dan oleh suatu organisasi. Proses rekrutmen dimulai pada waktu diambil langkah mencari pelamar dan berakhir ketika pelamar mengajukan lamarannya (Joko
Raharjo, 2013:43).
Diselenggarakannya rekrutmen dalam sebuah organisasi mengemban keinginan-keinginan tertentu yang harus dipenuhi, supaya organisasi dapat eksis.
Dalam hal ini diadakannya rekrutmen adalah untuk mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon anggota atau pelamar, sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pilihan terhadap calon anggota atau pegawai yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi untuk melanjutkan suatu regenerasi yang akan dapat mencapai tujuan organisasi
(Ambar & Rosidah, 2009: 169).
Program rekrutmen yang ideal adalah sebuah program dimana sejumlah calon anggota yang berkualitas ditarik untuk bergabung dalam sebuah organisasi, karena calon anggota yang berkualitas tersebut yang akan melanjutkan kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Rekrutmen yang menggunakan dimensi kualitas calon anggota memiliki sudut pandang yang lebih memadai dan lebih komprehensif. Adapun aspek yang dipertimbangkan bukan hanya satu titik, yaitu sebuah posisi saja, melainkan lebih memandang kebutuhan organisasi secara utuh dan prospektif (Ambar & Rosidah, 2009: 170).
Selain itu, dalam mengelola organisasi budaya organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen untuk mencapai efisiensi, efektivitas, produktivitas, etos kerja, agar membuat organisasi berhasil efektif. Budaya organisasi dapat di defenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values),
10
Universitas Sumatera Utara
keyakinan-keyakinan (believes), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi juga di sebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi (perusahaan). Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai yang menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa para anggota organisasi (kilmann dkk.,
1988:2).
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Apalagi bila ia sebagai orang baru supaya dapat di terima oleh lingkungan tempat bekerja, ia berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah, dan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam organisasi tempat bekerja itu. Jadi budaya organisasi mensosialisasikan dan menginternalisasi pada para anggota organisasi agar seluruh individu dalam organisasi mematuhi dan berpedoman pada sistem nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku dalam organisasi tersebut.
11
Universitas Sumatera Utara
Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan organisasi, sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Dalam suatu perusahaan yang budaya organisasinya kuat, nilai-nilai bersama dipahami secara mendalam, dianut dan di perjuangkan oleh sebagian besar para anggota organisasi. Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektifitas kinerja perusahaan sebagaimana dinyatakan oleh
(Deal & Kennedy 1982) karena menimbulkan dampak sebagai berikut:
1. Nilai-nilai kunci yang saling menjalin, tersosialisasikan, menginternalisasi,
menjiwai pada para anggota, dan merupakan kekuatan yang tidak tampak.
2. Perilaku-perilaku karyawan secara tidak disadari terkendali dan
terkoordinasi atau kekuatan yang informal atau tidak tampak.
3. Para anggota merasa komitmen dan loyal terhadap organisasi.
4. Adanya musyawarah dan kebersamaan atau kesertaan dalam hal-hal yang
berarti sebagai bentuk partisipasi, pengakuan, dan penghormatan
terhadap anggota organisasi.
5. Semua kegiatan berorientasi atau diarahkan kepada misi atau tujuan
organisasi.
6. Para karyawan merasa senang, karena karena diakui dan dihargai
martabat dan kontribusinya, yang sangat loyal terhadap organisasinya.
7. Adanya koordinasi, integrasi, dan konsistensi yang menstabilkan
kegiatan-kegiatan organisasi.
8. Berpengaruh kuat terhadap organisasi dalam tiga aspek: pengarahan
perilaku dan kinerja organisasi, penyebarannya pada para anggota
12
Universitas Sumatera Utara
organisasi, dan kekuatannya, yaitu menekan para anggota untuk
melaksanakan nilai-nilai budaya.
9. Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.
Menurut Miller (1984) ada beberapa butir nilai-nilai yang seharusnya ada pada tiap-tiap organisasi yang jika dikelola dengan baik dapat menjadi budaya organisasi yang positif dan akan mengakibatkan efektivitas, inovasi, loyalitas dan produktivitas. Delapan butir nilai-nilai budaya itu ia sebut sebagai asas-asas, yitu: asas tujuan, asas konsensus, asas keunggulan, asas prestasi, asas kesatuan, asas empiris, asas keakraban dan asas integritas.
Delapan asas terebut adalah nilai-nilai primer dalam organisasi, yang menurut Miller harus dibudayakan menjadi budaya dalam organisasi terutama dalam era globalisasi sekarang ini, supaya organisasi dapat sukses, kompetitif dan survive. Bila yang dinyatakan Miller itu benar dan organisasi- organisasi di Indonesia dapat menggunakan delapan butir nilai-nilai primer tersebut sebagai budaya yang kuat dan positif dalam perusahaannya, sehingga dapat mengakibatkan efektivitas, produktivitas dan efisiensi, maka betapa besar sumbangan organisasi-organisasi kepada masyarakat dan negara dalam masa pembangunan yang masih tetap berlanjut dan berkesinambungan di masa depan. Jadi budaya organisasi yang benar-benar dikelola sebagai alat manajemen akan berpengaruh dan menjadi pendorong bagi anggota untuk berperilaku positif, dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai budaya itu tidak tampak, tetapi merupakan kekuatan yang mendorong perilaku untuk menghasilkan efektivitas kerja.
13
Universitas Sumatera Utara
Budaya organisasi adalah suatu konsep yang sangat bervariasi, terbukti dari adanya sekian banyak defenisi yang sangat berbeda-beda yang dapat ditemukan dalam kepustakaan. Hal ini disebabkan oleh berbagai pandangan, pendekatan, minat masing masing yang berkepentingan dari berbagai kalangan akademisi maupun prkatisi. Di samping itu, juga karena sumbernya, yaitu disiplin antropologi, hingga sekarang belum dapat menghasilkan suatu defenisi yang dapat diterima oleh para peminat atau para pakar dalam bidang ini (Koentjaraningrat,
1985).
Menurut Seckman (1991) terdapat lima kelompok pendekatan, pandangan atau mahzab dalam mempelajari budaya, antara lain:
1. Pendekatan evolusi.
2. Pendekatan partikularisme.
3. Pendekatan fungsionalisme.
4. Pendekatan materialisme kultur.
5. Pendekatan idealisme kultur.
Yang terakhir, yaitu pendekatan idealisme kultur, terdiri atas empat aliran yaitu:
(1) antropologi psikologikal, (2) etnografi, (3) strukturalisme, dan (4) antropologi simbolik. Empat aliran ini semuanya berpengaruh terhadap kepustakaan manajemen dan perilaku organisasional, dan menimbulkan tiga pendekatan, perspektif atau pandangan mengenai budaya organisasi, yaitu:
1. Pandangan pola (pattern) atau pandangan konfigurasionis, yang kemudian
disebut pandangan holistis.
14
Universitas Sumatera Utara
2. Pandangan berorientasi manifestasi, termasuk fungsionalisme, yang
kemudian disebut pandangan variabel atau perilaku.
3. Pandangan idealional termasuk simbolisme, yang kemudian disebut
pandangan kognitif.
Dari sisi fungsi, budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi. Pertama, budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan yang lain.
Kedua, budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. Ketiga, budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.
Keempat, budaya organisasi itu meningkatkan kemampuan sistem sosial
(Robbins, 2001).
Dalam hubungannya dengan segi sosial, budaya berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar- standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya, budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para anggotanya
(Gordon, 1991).
Budaya organisasi yang kohesi atau efektif tercermin pada kepercayaan, keterbukaan komunikasi, kepemimpinan yang mendapat masukan, dan didukung oleh bawahan, pemecahan masalah oleh kelompok, kemandirian kerja, dan pertukaran informasi (Anderson dan Kryprianou, 1994). Nelson dan Qiuck (1997) mengemukakan perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi, alat
15
Universitas Sumatera Utara
pengorganisasian anggota, menguatkan nilai-nilai dalam organisasi, dan mekanisme kontrol atas perilaku. Budaya yang kuat meletakkan kepercayaan- kepercayaan, tingkah laku, dan cara melakukan sesuatu, tanpa perlu dipertanyakan lagi. Oleh karena itu, berakar dalam tradisi, budaya mencerminkan apa yang dilakukan, dan bukan apa yang akan berlaku (Pastin, 1986).
Dengan demikian, fungsi budaya kerja adalah sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota organisasi. Hal ini dapat berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku para anggota organisasi. Selain itu dalam hal ini proses sosialisasi budaya organisasi terutama ditujukan untuk anggota baru yang akan bergabung dengan organisasi karena mereka belum mengenal budaya organisasi tersebut secara komperhensif.
Luthan (1995) menjelaskan bahwa proses sosialisasi budaya dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Seleksi terhadap calon anggota organisasi, dimana sejak awal pemilihan
calon anggota apakah calon anggota tersebut akan dapat menerima kultur
organisasi atau justru akan merusak kultur yang telah terbentuk. Dengan
demikian, diharapkan kultur organisasi akan dipertahankan.
2. Penempatan anggota pada suatu pekerjaan tertentu, bahkan pada pekerjaan
yang paling mudah sekalipun dengan tujuan agar mereka dapat
menghargai koleganya di organisasi, dan menghargai norma-norma serta
nilai-nilai yang berlaku, sehingga diharapkan terbentuknya rasa kesatuan
di antara karyawan.
16
Universitas Sumatera Utara
3. Pendalaman bidang pekerjaan, ini dimaksudkan agar seseorang dapat
memahami dengan baik apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya
masing-masing, dan dalam tahap ini diharapkan anggota tersebut akan
semakin menyatu dengan budaya organisasi yang ada di organisasi
masing-masing.
4. Penilaian kinerja dan pemberian penghargaan, dimaksudkan agar anggota
yang telah melakukan pekerjaan dapat sesuai dengan ketentuan yang
merupakan salah satu norma budaya dan dapat lebih intensif dalam
menerapkannya di masa mendatang. Bnetuk penghargaan yang diberikan
oleh organisasi harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
5. Menanamkan kesetiaan kepada nilai-nilai yang dimiliki organisasi,
misalnya kesediaan berkorban untuk kelangsungan hidup organisasi,
seperti merelakan dirinya untuk mengurangi jam kerja demi tersedianya
pekerjaan bagi rekan kerja yang lain. Pada langkah kelima ini karyawan
harus yakin bahwa pengorbanan yang mereka lakukan memiliki nilai yang
penting bagi tercapainya tujuan individu dan organisasi.
6. Memperluas cerita dan berita tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan budaya organisasi, misalnya cerita tentang pemutusan hubungan
kerja kepada seorang anggota yang melakukan penyalahgunaan
wewenang/ jabatannya untuk kepentingan pribadinya, meskipun karyawan
tersebut sebenarnya sangat potensial bagi perusahaan. Berita yang
disampaikan seperti ini menekankan betapa pentingnya moral bagi setiap
17
Universitas Sumatera Utara
karyawan, dan nilai moral ini tidak dapat ditebus hanya dengan potensi
yang dimiliki.
7. Pengakuan atas kinerja dan promosi, yang diberikan kepada anggota yang
telah melaksanakan tugas, kewajibannya, dan tanggung jawabnya secara
baik serta dapat menjadi teladan bagi anggota lain, khususnya khususnya
bagi anggota yang baru bergabung dengan perusahaan. Untuk dapat
memberikan pengakuan ini, organisasi harus memiliki kriteria yang baku,
dapat diterapkan secara konsisten serta dapat diikuti secara transparan oleh
anggota yang lain.
Organisasi yang baik akan senantiasa mencari individu-individu yang mempunyai kapasitas di dalam dirinya, sehingga ketika hal tersebut dimiliki oleh sebuah organisasi, maka ia akan mampu bertahan di tengah persaingan yang penuh dengan kompetisi dan perubahan yang begitu cepat (Suhendra & Murdiyah
Hayati, 2006: 47). Jadi, Rekrutmen menjadi penting untuk mendapatkan anggota yang memiliki komitmen tinggi kepada tugas dan fungsi dalam organisasi.
Rekrutmen yang baik akan memberikan hasil yang positif bagi organisasi.
Semakin efektif proses rekrutmen, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan anggota yang tepat bagi organisasi untuk melakukan regenerasi sehingga akan berpengaruh langsung pada produktivitas dan kinerja organisasi.
Menurut James M. Jasper dalam Jo Freeman & Victoria Johnson (1999:
72-74), cara yang digunakan oleh organisasi dalam melebarkan sayapnya ialah ada dua cara: Pertama, Recruiting Intimates, yaitu merekrut seseorang untuk bergabung dalam suatu gerakan karena hubungan pertemanan, keluarga, kerabat
18
Universitas Sumatera Utara
dengan cara langsung dan media perantara seperti kirim sms dan email.
Sedangkan kedua, Recruiting Strangers, yaitu merekrut seseorang untuk bergabung dalam suatu gerakan dengan menarik orang lain dengan cara ketemu langsung tanpa ada hubungan apa-apa sebelumnya, serta melalui media seperti mengirim brosur ke rumahnya atau ajakan ditempat umum, seperti “mari bergabung dengan kami untuk menghijaukan hutan kami”.
Secara umum organisasi atau gerakan sosial menggunakan pendekatan psikologi sosial yang lebih mengarah pada analisis perasaan atau tingkat motivasi. Kalau dilihat dari pola rekrutmen yang ada pada organisasi atau gerakan sosial harus dilihat sebagai sebuah fenomena yang terstruktur sehingga kita bisa mereka-reka siapa yang dengan mudah akan mengalami perekrutan (David A.
Snow,1997:123).
Menurut David A. Snow (1997: 130), kemungkinan besar terekrutnya seseorang dalam organisasi atau gerakan itu merupakan sebuah fungsi dari dua kondisi: Pertama, adanya hubungan dengan salah satu atau lebih anggota gerakan melalui ikatan interpersonal yang sudah ada sebelumnya; Kedua, tanpa adanya jaringan tandingan.
Berbeda dengan James M. Jasper, David A. Snow, dkk (1997: 122-124) lebih spesifik membagi Strategi Rekrutmen dalam dua macam:
a. Face to Face:
Bertatap muka secara langsung (face to face) dapat memberikan semua informasi baik itu verbal maupun non-verbal yang dapat dibagi ketika dua orang
19
Universitas Sumatera Utara
atau lebih atau bahkan kelompok hadir secara fisik dan berkomunikasi.
Bertatap muka (face to face) terbagi menjadi dua bagian, yaitu private face to face dan public face to face.
1) Private Face to Face
Private face to face ini dapat dicontohkan dengan bertemunya dua pihak yang saling memberi pengaruh agar salah satu pihak dapat terpengaruh. Seperti seseorang melakukan rekrutmen anggota karena ada hubungan pertemanan, keluarga ataupun kekerabatan. Misalkan si A berteman dengan si B, lalu si A mengajak si B untuk ikut organisasinya. Ada juga karena berasal dari satu daerah asal (Primordial) atau satu almamater pendidikannya. Sehingga mereka mudah untuk melakukan rekrutmen, karena sudah ada hubungan pertemanan, bahkan ada hubungan kekerabatan dan ini lebih mudah dalam merekrut anggota.
Satu sisi, karena adanya ajakan dari teman-teman kelasnya yang sudah terlebih dahulu masuk dalam organisasi tersebut, sehingga dengan segala promosi yang ditawarkan, baik awalnya diajak jalan-jalan ke suatu daerah yang menarik, misalnya sibolangit, sehingga mereka mengikuti agenda yang dilakukan organisasi tersebut.
Adapula seorang anggota organisasi tertentu melakukan rekrutmen dengan cara memacari mahasiswi yang ada di kampusnya. Setelah itu, ia mudah mengajak pacarnya untuk masuk pada organisasi yang telah ia ikuti. Lalu perempuan tersebut mau bergabung atau direkrut dalam organisasi yang diikuti oleh pacarnya. Di sisi yang lain, seseorang melihat jejak langkah atau karir salah satu
20
Universitas Sumatera Utara
keluarganya yang mengikuti organisasi atau gerakan tersebut. Sehingga ketika orang tersebut berbincang-bincang dengan orang yang melakukan rekrutmen, mereka bersedia direkrut untuk masuk organisasi atau gerakan tersebut.
2) Public Face to Face
Public face to face dapat dicontohkan dengan adanya forum atau seminar tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh seseorang atau pengurus untuk menjaring calon anggota. Seperti Seseorang melakukan rekrutmen di ruang publik, sehingga seseorang itu tertarik untuk bergabung dengan organisasi atau gerakan sosial.
Misalkan, di seminar, pengajian, ceramah atau dakwah, lalu ada panitia melakukan promosi untuk bergabung dalam organisasi yang telah mereka ikuti dengan diiming-imingi janji manis. Ada pula yang melakukan rekrutmen di jalan umum, halte bus, mall, pasar, masjid atau di kampus tanpa adanya hubungan pertemanan terlebih dahulu ataupun kekerabatan, yang pastinya seseorang mengajaknya untuk bergabung dalam organisasinya atau gerakannya. Akan tetapi, menurut David A. Snow, cara ini kurang begitu efektif, karena tak ada hubungan emosional sebelumnya.
b. Mediated
Selain face to face di atas, untuk menyampaikan informasi rekrutmen, tentunya butuh media sebagai perantara. Di sini terbagi dua cara: Private mediated dan public mediated.
1) Private Mediated
Private mediated (media yang dilihat secara pribadi) adalah Media komunikasi perekrutan yang lebih mengutamakan perkenalan antar pribadi
21
Universitas Sumatera Utara
melalui media yang lebih intens seperti melalui email dan telepon, baik itu sms atau bbm. Dalam hal ini pengurus organisasi atau gerakan dalam menyebarkan informasi rekrutmen melalui private mediated, seperti aktivis atau pengurus organisasi yang merekrut anggota baru dengan cara SMS, BBM, telpon atau via
Email.
2) Public Mediated
Public mediated (media yang dilihat secara public) adalah media komunikasi perekrutan yang lebih menggunakan media yang bersifat massal dengan ruang lingkup yang lebih luas. Baik itu dilakukan melalui media elektro, media sosial mapun media cetak, seperti pengurus organisasi atau gerakan yang menyebarkan informasi mengenai perekrutan melalui media elektro seperti televisi, radio, media sosial seperti Facebook, Twitter dan media cetak seperti
Koran, pamplet atau brosur, bahkan memasang banner di tembok, jalan raya dan di area kampus dengan slogan yang menarik agar banyak orang yang tertarik dengan organisasi tersebut. Di sisi lain, karena seseorang berawal dari penasaran untuk bergabung dengan organisasi itu, misalkan ketika membaca biografi tokoh yang fenomenal dan membaca alur pemikiran tokoh tersebut.
Selain itu untuk mengetahui persoalan mendasar dalam melakukan strategi rekrutmen organisasi beserta teori dalam pendekatannya. Peneliti akan menjelaskan beberapa defenisi dan teori dalam pendekatan organisasi dalam penelitian tersebut. Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan
22
Universitas Sumatera Utara
umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein (dalam Muhammad, 2009:23) juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasi aktivitas dalam organisasi tersebut.
Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.
Selanjutnya Kockhler (dalam Muhammad, 2009:24) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasikan usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat Wright; dia mengatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem yang terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Sedangkan menurut Argyris (dalam Liliweri, 2014:51) organisasi adalah pluralitas dari bagian-bagian, yang mengelola diri mereka melalui keterkaitan diantara mereka (berinteraksi antar bagian secara terpisahkan), yang melewati proses adaptasi dengan lingkungan eksternal untuk mencapai tujuan tertentu.
Tiap organisasi mempunyai karakteristik yang umum, diantara karakteristik tersebut adalah:
1. Dinamis
Sifat dinamis ini pertama sekali disebabkan karena adanya perubahan
ekonomi dalam lingkungannya. Faktor kedua yang menjadikan organisasi
ini bersifat dinamis adalah perubahan pasar. Faktor ketiga yang juga
23
Universitas Sumatera Utara
menjadikan organisasi ini bersifat dinamis adalah perubahan kondisi
sosial. Faktor terakhir adalah perubahan teknologi.
2. Memerlukan Informasi
Semua organisasi memrlukan informasi untuk hidup. Tanpa informasi
organisasi tidak dapat berjalan. Untuk mendapatkan informasi adalah
melalui proses komunikasi. Tanpa komunikasi kita tidak mungkin
mendapat informasi. Oleh karena itu komunikasi memegang peranan
penting dalam organisasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
organisasi.
3. Mempunyai Tujuan
Organisasi merupakan suatu kelompok yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu. Tentu saja tujuan organisasi itu berbeda disetiap organisasi
nya dan bervariasi. Tujuan organisasi hendaknya dihayati oleh seluruh
anggota organisasi sehingga setiap anggota dapat diharapkan mendukung
pencapaian tujuan organisasi melalui partisipasi mereka secara individual.
4. Terstruktur
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-
aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi. Hal ini
dinamakan struktur organisasi. Struktur menjadikan organisasi
membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas yang
berhubungan dengan proses produksi. Biasanya suatu organisasi
mengembangkan suatu strukturyang membantu organisasi mengontrol
dirinya sendiri (Muhammad, 2009:29-30).
24
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori organisasi komunikasi dipandang dari sudut perspektif fungsional, komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi yang tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpertif, komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi dan menekankan peranan “orang-orang” dan proses dalam menciptakan makna (Purba,dkk.
2010:117).
Interaksi organisasi dapat didefenisikan sebagai petunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit interaksi dalam hubungan- hubungan hirarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Wayne pace & don faules, 2005:31).
Menurut Goldhaber, komunikasi adalah proses saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu organisasi yaitu :
1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan organisasi.
2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya lainnya dengan cara
efektif.
25
Universitas Sumatera Utara
4. Mengadakan seleksi, pembangunan dan penilaian anggota organisasi.
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang
menimbulkan keinginan orang untuk memberikan kontribusi.
6. Mengendalikan prestasi (Purba,dkk. 2010:117-118).
Menurut Lunenburg dan Ornstein (dalam Mesiono, 2012:115-116) menjelaskan beberapa fungsi komunikasi dalam organisasi, yang terdiri dari:
1. Fungsi informatif
Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya,
seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan lebih tepat.
2. Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif.
- Pertama, atasan atau orang yang berada dalam tataran manajemen,
yaitu mereka memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan.
- Kedua, berkaitan dengan pesan dan interaksi, pesan-pesan regulatif
pada dasarnya berorientasikan pada kerja.
3. Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
26
Universitas Sumatera Utara
kenyataan ini maka banyak pimpinan lebih suka mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah.
4. Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
anggota dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.
Dengan fungsi utama komunikasi, komunikator harus mampu menentukan dan memahami komunikasi yang bagaimana yang harus ia terapkan agar tidak terjadi distorsi atau kegelisahan komunikasi.
Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dipisahkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial, selain itu juga individu juga tidak dapat dipisahkan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap organisasi yang terbentuk akibat situasi tersebut. organisasi itu terdiri dari dua atau lebih individu, yang ada secara bersama-sama dalam satu hubungan psikis tertentu, dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Yang terpenting dalam sebuah kelompok bukanlah persamaan dan perbedaan satu sama lainnya, akan tetapi proses saling mempengaruhi dan saling ketergantungan satu sama lain.
Dalam kehidupan, individu memang tidak dapat lepas dari organisasi.
Ketika individu lahir, ia adalah bagian dari organisasi kecil yang dinamakan keluarga. Selanjutnya, individu mulai menjadi anggota dari berbagai kelompok di lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja dan juga di tengah masyarakat individu beraktivitas dan berkembang bersama orang-orang di dalam kelompok.
27
Universitas Sumatera Utara
Hal itu dapat menimbulkan interaksi sosial dan juga saling mempengaruhi antar individu dalam kelompok tersebut.
Sedangkan dalam hal ini Koentjaraningrat menyebutkan ada tujuh unsur- unsurdalam kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah:
1. Sistem religi
2. Sistem organisasi masyarakat
3. Sistem pengetahuan
4. Sistem mata pencaharian hidup-sistem ekonomi
5. Sistem teknologi dan peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian
Menurut Soekamto (1986), yang disebut suatu organisasi adalah suatu kelompok yang sengaja atau dibuatkan struktur yang mengatur hubungan satu sama lain dari sejumlah orang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Yang dimaksud dengan struktur adalah suatu susunan dari pola antar hubungan internal yang kurang stabil. Sebuah struktur terdiri atas suatu rangkaian status-status atau kedudukan para anggotanya, peranan-peranan yang berkaitan dengan status-status itu, dan unsur-unsur kebudayaan seperti nilai, norma dan model yang mempertahankan, membenarkan dan mengaggungkan struktur.
Ada dua istilah yang digunakan, yaitu “social institution” dan “lembaga kemasyarakatan”. Antropolog mengistilahkan “social institution” (penekanan nilai sistemnya”sedangkan Sosiolog mengistilahkan lembaga kemasyarakatan atau
28
Universitas Sumatera Utara
lembaga sosial (menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan yang abstrak). Awal terbentuknya lembaga sosial dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakat. Terbentuknya berawal dari individu-individu yang saling membutuhkan, kemudian timbul aturan-aturan yang disebut norma.
Lembaga sosial yang juga disebut dengan pranata sosial ini diciptakan sebagai wadah yang memiliki aturan-aturan, tata tertib, anggota dan tujuan yang jelas sehingga terwujud secara konkrit.
Dalam kepustakaan ilmu antropologi, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut satu aspek dari kebudayaan yang mengatur penyusunan manusia dalam kelompok-kelompok yang tercakup di dalam masyarakat. Istilah yang dipergunakan oleh banyak ahli antropologi untuk membatasi pengertian tersebut adalah organisasi sosial. Herkovits mengatakan bahwa organisasi sosial itu meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat, dan karenanya melahirkan relasi antara masyarakat.
Kategori ini terbagi dalam dua kelas lembaga-lembaga, yaitu: lembaga-lembaga yang timbul dari kekerabatan, dan lembaga-lembaga yang berkembang dari organisasi bebas diantara individu-individu manusia.
Struktur kekerabatan meliputi keluarga dan pengembangannya sampai kelompok-kelompok seperti perkumpulan. Organisasi bebas yang tidak dibangun atas dasar kekerabatan meliputi berbagai bentuk dari pengelompokan berdasarkan jenis kelamin, umur dan dalam arti yang lebih luas. Struktur sosial itu juga meliputi relasi sosial yang mempunyai karakter yang berdasarkan atas daerah tempat tinggal dan status sosial. Studi mengenai
29
Universitas Sumatera Utara
organisasi sosial menurut Herkovits meliputi tentang prinsip-prinsip berkelompok berdasarkan kekerabatan dan organisasi.
Pada gilirannya, kita bisa saja menganggap bahwa sifat-sifat struktural tersebut sebagai sesuatu yang secara hirarki diorganisasikan berdasarkan luasnya ruang dan waktu tempat pengorganisasian tindakan-tindakan tersebut secara rekrusif. Sifat-sifat struktural yang muncul dalam sebuah totalitas reproduksi sosial demikian menurut Giddens disebut sebagai prinsip-prinsip struktural.
Dengan praktek-praktek sosial yang memiliki perluasan ruang dan waktu terbesar dalam totalitas seperti bisa mengacu sebagai institusi.
Anggap saja aturan-aturan dalam kehidupan sosial sebagai teknik atau prosedur-prosedur yang bisa digeneralisasikan yang diterapkan dalam pembuatan atau reproduksi praktek-praktek sosial. Aturan-aturan yang dirumuskan yang diberi ekspresi verbal sebagai kanon hukum, aturan-aturan birokratis, aturan- aturan permainan dan sebagainya merupakan komodifikasi interpretasi atas aturan-aturan bukannya aturan-aturan itu sendiri.
Aturan-aturan tersebut hendaknya tidak dianggap sebagai sebuah penggambaran umum. Melainkan sebagai jenis-jenis khusus yang dirumuskan berdasarkan formulasi lahirnya yang terwujud dalam berbagai kualitas khusus
(Giddens, 2011:27). Giddens menyatakan bahwa ada tiga gugus besar struktur.
Pertama, struktur penandaan atau signifikasi yang menyangkut skamata simbolik, pemaknaan, penyebutan dan wacana. Kedua, struktur penguasaan atau dominasi yang mencakup schemata penguasaan atas orang dan barang atau hal (ekonomi).
30
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, struktur pembenaran (legitimasi) yang menyangkut schemata peraturan normatif yang terungkap dalam tata hukum2.
1.3. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian
1.3.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persaingan antara organisasi Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam (UKMI) dan Himpunan Mahasiswa Islam dalam melakukan perekrutan anggota di FISIP USU?. Rumusan masalah tersebut diuraikan kedalam tiga (tiga) pertanyaan penelitian, yakni :
1. Bagaimana sistem perekrutan Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU?
2. Bagaimana budaya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU?
3. Bagaimana hubungan antara Himpuan Mahasiswa Islam dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU?
1.3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sumatera Utara Medan. Alasan pemilihan lokasi di FISIP USU karena kedua organisasi yang diteliti berada di FISIP USU. Alasan lainnya adalah karena peneliti merupakan mahasiswa FISIP USU, sehingga data tentang kedua organisasi tersebut akan lebih mudah didapat.
2 http://argyo.staff.uns.ac.id/2015/05/teori-strukturasi-dari-anthony-giddens (diakses 25 Juli 2017)
31
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang sangat penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah maka suatu penelitian dapat dimengerti oleh peneliti maupun dibaca publik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi rekrutmen yang dilakukan oleh organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam FISIP USU dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam
FISIP USU di dalam kampus FISIP USU dengan menitikberatkan terhadap perhatian cara rekrutmen kedua organisasi tersebut. Mencakup apa saja yang mendasari mahasiswa FISIP USU mau bergabung ke dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam FISIP USU dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam FISIP USU, bagaimana strategi rekrutmen organisasi Himpunan Mahasiswa Islam FISIP USU dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam FISIP USU, serta bagaimana hubungan antara Himpunan Mahasiswa Islam FISIP USU dan Unit Kegiatan Mahasiswa
Islam FISIP USU setelah melakukan perekrutan.
Adapun manfaat dari penelitian ini secara akademisi ialah sebagai salah satu sumbangsih terhadap hasil penelitian tentang strategi rekrutmen organisasi yang berkaitan di dalam kampus FISIP USU. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa atau pembaca dalam memahami bentuk strategi rekrutmen organisasi yang terjadi di lingkungan kampus. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan dalam refrensi ataupun membuka kerangka berfikir sesama mahasiswa atau masyarakat luar. Selain itu juga sebagai alat penyampai aspirasi mahasiswa mengenai kedua organisasi tersebut dikampus.
32
Universitas Sumatera Utara
1.5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian etnografi bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.5.1. Teknik Observasi
Observasi3 adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Artinya disini saya ikut terjun kelapangan untuk memahami fenomena yang ada dilapangan. Dalam penelitian ini, saya langsung mengamati organisasi yang dimaksud di FISIP USU, melalui kegiatan kegiatan, perilaku dan tindakan organisasi secara keseluruhan. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam catatan lapangan. Dalam observasi peneliti akan mengamati tentang:
1. Bagaimana sistem perekrutan Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU?
2. Bagaimana budaya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU?
3. Bagaimana hubungan antara Himpuan Mahasiswa Islam dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU?
Observasi yang dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi dilapangan baik data pribadi informan atau hasil penelitian pribadi. Disamping itu, hasil foto yang dilakukan dapat dijadikan penegasan data yang diperoleh di lapangan.
3 Observasi (pengamatan) adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala (tindakan atau peristiwa) dengan mengamatinya. Peneliti akan menggunakan teknik observasi guna memperoleh gambaran penuh tentang segala tindakan, percakapan, tingkah laku dan semua hal yang akan di tangkap panca indera terhadap apa saja yang dilakukan masyarakat yang diteliti dilapangan.
33
Universitas Sumatera Utara
1.5.2. Teknik Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah suatu kegiatan dimana terjadi percakapan yang telah terstruktur, dimana pewawancara akan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang akan diwawancarai sesuai dengan aspek-aspek yang akan diteliti. Dalam wawancara ini peneliti akan menggunakan tape recorder untuk merekam segala sesuatu informasi yang diungkapkan informan.
Hal tersebut digunakan karena daya ingat manusia yang terbatas dan akan sulit mengingat semua yang diucapkan informan jika hanya mendengar saja. Selain itu, dengan alat ini akan mempermudah peneliti dalam melakukan wawancara serta menuangkan kembali hasil rekaman ke dalam catatan lapangan setelah wawancara berakhir. Seperti dalam penelitian ini aspek yang akan dikaji ialah “strategi rekrutmen organisasi HMI dan UKMI FISIP USU”.
Menurut Webster’s New Collagiate Dictionary, seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan menggunakan kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialek sebagai sumber informasi. Informan akan memberikan informasi yang sesuai dengan apa yang diketahui dan menjadi sumber informasi yang sesuai dengan pemahamn si informan atas pertanyaan ataupun masalah yang diberikan.
Pemilihan dan penetapan informan sangatlah penting dalam penelitian.
Meskipun hampir setiap orang dapat menjadi informan, namun tidak setiap orang dapat menjadi informan yang baik. Informan yang baik yaitu informan yang dapat memberikan jawaban ataupun informasi yang ditanyakan dan dapat membantu menyelesaikan permasalahan dengan informasi yang diberikan.
34
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan dan penetapan informan yang tepat dapat membantu dan mempermudah proses penelitian.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (depth interview).
Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data-data dengan mengajukan pertanyaan mendalam berkaitan tentang pengelompokan mahasiswa yang terwujud di FISIP USU. Proses wawancara dilakukan di FISIP atau diberbagai arena yang memungkinkan dan disetujui oleh informan.
Aspek-aspek yang akan menjadi pertanyaan kepada mahasiswa FISIP USU, calon aggota, serta anggota HMI dan UKMI FISIP USU adalah:
1. Bagaimana sejarah singkat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI)?
2. Bagaimana sistem perekrutan kedua organisasi tersebut?
3. Bagaimana hubungan antara kedua organisasi tersebut?
4. Bagaimana budaya organisasi kedua organisasi tersebut?
5. Apa yang mendasari mahasiswa bergabung dalam organisasi?
6. Bagaimana dampak yang terjadi dengan bergabungnya mahasiswa dalam
organisasi?
1.5.3. Studi Dokumentasi
Selain teknik interview (wawancara) yang menjadi dasar teknik penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode tambahan seperti studi dokumentasi yang bertujuan untuk mempermudah penulis dalam mencari data. Dokumen dapat berupa catatan lapangan, catatan pribadi, rekaman wawancara, foto dan lain sebagainya.
35
Universitas Sumatera Utara
1.5.4. Studi Pustaka
Studi pustaka sangat dibutuhkan oleh peneliti. Jenis-jenis kepustakaan yang peneliti gunakan yaitu beberapa buku, jurnal, artikel, skripsi dan beberapa data- data yang bersumber dari media cetak dan eletronik yang berkaitan dengan masalah pengelompokan mahasiswa di kampus. Sumber-sumber data yang mendukung skripsi ini kemudian dipahami dan diresume kembali oleh peneliti tentang hal-hal mana saja yang diperlukan. Hal tersebut membantu peneliti dalam mengetahui wujud-wujud pengelompokan serta yang mendasari terjadinya pengelompokan di Fakultas Ilmu Soisal dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
1.6. Pengalaman Penelitian
Pengalaman penulis selama di lapangan dalam melakukan penelitian ini sebenarnya bukanlah hal yang mudah. Walaupun penelitian ini dilakukan di FISIP
USU, namun ada beberapa hal yang harus penulis lakukan sebelum mewawancarai informan kunci seperti:
1. Mendekatkan emosional diri dengan para informan.
2. Melakukan komunikasi aktif dengan informan.
3. Memberikan rasionalitas kepada informan atas penelitian ini.
4. Memiliki rasa sabar dalam mengatur waktu dalam wawancara.
5. Memberikan partisipasi atas kegiatan organisasi untuk memperoleh data
yang maksimal.
6. Memahami karakteristik dan budaya organisasi.
36
Universitas Sumatera Utara
Selama dilapangan, penulis meminta wawancara langsung kepada pengurus kedua organisasi. Hal ini disebabkan karena pengurus organisasi tidak ada yang membuat tentang sejarah terbentuknya dari masing-masing kedua organisasi itu sendiri. Maka penulis mencari tahu melalui wawancara dengan pengurus
Himpunan Mahasiswa Islam yang pertama. Pengalaman saya untuk mencari informan kunci pertama kali wawancara saya lakukan kepada Ketua Umum HMI
FISIP USU Azhar Hildani Nasution, wawancara yang saya lakukan pertama kali kepada informan memang sangat sedikit sulit dalam mengatur waktu. Hal ini disebabkan karena banyaknya kegiatan dalam organisasi dan kebetulan ketika saya melakukan wawancara di saat yang tepat, karena di saat itu mahasiswa baru sudah mulai melakukan kuliah aktif dan organisasi sudah mulai melakukan aktifitasnya dalam melakukan perekrutan. Wawancara yang dilakukan penulis dilapangan yaitu wawancara persahabatan dengan ada sedikit bercandanya. Hal ini penulis lakukan agar sewaktu wawancara tidak terlalu kaku sehingga penulis bisa mengetahui lebih dalam lagi yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.
Begitu juga wawancara yang kedua saya lakukan kepada pengurus UKMI yang kebetulan adalah Ketua Umum UKMI FISIP USU yaitu Chairul Azhar purba. Dalam melakukan wawancara dengan informan saya juga harus bisa menyesuaikan waktu karena sebelumnya saya tidak pernah mengenalnya makka dari itu komunikasi yang terbangun sedikit kaku dan normatif. Namun upaya komunikasi tetap terus dilanjutkan penulis sehingga informan berkenan untuk di wawancarai terkait penelitian dalam tulisan ini. Saat pertemuan pertama kali
37
Universitas Sumatera Utara
informan sedikit kaku dan tidak terbuka atas pertanyaan-pertanyaan yang di berikan penulis, oleh karena itu komunikasi yang dilakukan penulis kepada informan harus lebih aktif. Karena komunikasi yang terbangun sudah aktif makka para informan tidak sungkan lagi memberi data kepada sang penulis. Dalam penelitian ini penulis juga terlibat di dalam agenda bersama oleh kedua organisasi seperti Maulid Nabi. Adapun kesulitan lain yang di dapat penulis dalam melakukan penelitian ini adalah ketika FISIP USU di hadapkan oleh kegiatan
PEMIRA. Dimana penulis merasakan pandangan subjektif dari para informan dalam melakukan penelitian karena biasanya dalam momentum PEMIRA tersebut dimana data organisasi harus di rahasiakan untuk kepentingan politik oleh organisasi. Namun setelah kegiatan PEMIRA telah selesai wawancara kepada informan terus dilakukan agar menjaga komunikasi untuk kepentingan data dalam penelitian. Wawancara yang dilakukan penulis terlebih dahulu membuat janji ketemuan melalui komunikasi via telepon, setelah ada kesempatan waktu untuk wawancara berlangsung. Saat dilapangan, penulis hampir sempat putus asa dikarenakan ada beberapa informan kunci tidak bisa janji ketemu dan akhirnya penulis meminta waktu wawancaranya melalui telepon dan meminta kesediaan waktu informan untuk di wawancara lebih dalam. Upaya menjalin raport penulis terlebih dahulu memperkenalkan diri dengan informan dan lebih banyak mendengar apa yang dikatakan informan degan tujuan untuk memperoleh informasi dan data lebih banyak. Akhirnya komunikasi penulis terhadap informan menjadi lebih aktif dan penulis juga memiliki teman baru yang menjadi informan penulis.
38
Universitas Sumatera Utara
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat Himpunan Mahasiswa Islam
Rabu Pon 14 Rabiul awal 1366 Hijriah atau bertepatan dengan 5 Februari
1947 Masehi pukul 16.00 WIB, lahir sebuah organisasi mahasiswa yang kelak menjadi wadah perkaderan bagi calon-calon pemimpin bangsa. Di tengah pergolakan nasional mempertahankan kemerdekan dan polarisasi kaum terpelajar ke dalam paham sosialisme, HMI muncul sebagai organisasi mahasiswa pertama yang memakai label Islam. HMI adalah singkatan dari Himpunan Mahasiswa
Islam yang ide pertamanya dikemukakan oleh Lafran Pane. Bertempat di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam/STI (sekarang UII), Jl. Setyodiningratan
30 (Sekarang P. Senopati 30), Lafran Pane sebagai penggagas pertama HMI memanfaatkan jam kuliah tafsir Alqur’an yang diasuh oleh Prof. Husein Yahya untuk mendeklarasikan pembentukan HMI. Berbicara mengenai berdirinya HMI, maka kita tidak akan lepas dari sosok yang paling berperan yaitu Lafran Pane.
Lafran Pane dilahirkan di Tapanuli Selatan pada tahun 1925. Beliau adalah satu keluarga dengan Sanusi Pane dan Armyn Pane (penyair angkatan Pujangga Baru).
Masa mudanya dipenuhi dengan petualangan dan pergulatan pemikiran yang amat keras, sehingga Lafran Pane muda dikenal dengan tingkah lakunya yang aneh dan ide-idenya sangat cerdas namun seringkali tidak sistematis. Pendidikan agamanya diawali di lingkungan Islam tradisionalis Summatera. Metode pembelajaran agama dengan pengenalan sifat dua puluh (konsep ini sama dengan model pembelajaran agama yang diterapkan oleh NU di Jawa) dikecap Lafran Pane
39
Universitas Sumatera Utara
waktu kecil. Setelah menginjak dewasa, Lafran Pane kemudian melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah-sekolah modern milik Muhammadiyah
(Sitompul 1976). Semenjak berdirinya, HMI merupakan organisasi independen yang berbasis mahasiswa dengan mengutamakan kebebasan berpikir dan bertindak sesuai dengan hati nurani. Komitmen pada perjuangan Islam dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan idealisme yang selalu dipegang teguh oleh para kader HMI, Hal ini sebagaimana tercantum dalam tujuan awal pembentukan HMI adalah:
1. Mempertahankan Negara republik Indonesia dan mempertinggi derajat
rakyat Indonesia.
2. Menegakkan dan mengembangkan Agama Islam.
Latar belakang berdirinya HMI adalah:
a. Situasi Pergolakan Nasional
HMI berdiri pada saat dimana Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan yang direbutnya pada tanggal 17 Agustus 1945 dari tangan penjajah. Keinginan untuk menjajah kembali, menjadikan Belanda datang lagi setelah Jepang bertekuk lutut di hadapan tentara sekutu. Dengan menumpang pasukan Sekutu yang mendarat pada tanggal 29 September 1945, Belanda kembali ke Indonesia dan melakukan serangan serangan atas beberapa wilayah Indonesia. Perang kembali berkobar dan teriakan- teriakan “Allahu Akbar” kembali menggema, memberikan semangat pada pejuang- pejuang Indonesia.
40
Universitas Sumatera Utara
b. Kondisi Pegerakan Islam
Abad ke-19 merupakan abad modern dalam sejarah perkmbangan peradaban
Islam. Abad ini ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran modern Islam yang mengilhami gerakan revivalisme Islam sebagai counter dari kuatnya hegemoni Barat terhadap peradaban dunia. Pemikir-pemikir Islam yang banyak dikenal pada masa itu misalnya adalah Jamalauddin Al-Afgani (1839-1897),
Muhammad Abduh (1849-1915), Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1898), M. Iqbal
(1876-196), dan sebagainya. Melalui karya- karya dan gerakannya meraka mengilhami munculnya gerakan revivalisme Islam di berbagai negara. Beberapa gerakan revivalis yang Muncul adalah Pan Islamisme, Jemi’at Al-Islami,
Ikhwanul Muslimin dan sebagainya. Beberapa diantara pemikiran tersebut kemudian sampai ke Indonesia melalui tokoh-tokoh Islam Indonesia yang belajar ke timur. Hasim Asy’ari (NU), Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), dan A. Hassan
(Persis) merupakan beberap tokoh pelopor yang besar dan terdidik di Timur
Tengah dan kemudian kembali ke Indonesia mendirikan organisasi ke-Islaman seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Persatuan Islam (PERSIS).
Di sisi lain, penerapan politik etis (Etische Politiek) oleh Belanda semakin memberikan kesempatan kepada para tokoh pribumi untuk mendapatkan pendidikan di Barat. Berbekal pendidikan inilah lantas tak sedikit kaum pribumi mulai dapat menyerap narasi-narasi besar (nansionalisme, demokrasi dan sosialisme) yang telah lebih dahulu berkembang di negeri lain. Mereka mulai mempelajari metode perjuangan terorganisasi, bahkan kemudian mempelopori gerakan penyadaran rakyat secara terorganisasi sebagai salah satu alat perjuangan.
41
Universitas Sumatera Utara
Tersebutlah beberapa organisasi pergerakan Islam seperti yang lahir pada fase
itu: Serikat Dagang Islam (1908), Sarikat Islam (1912), Muhammadiyah (1912),
Persatuan Ummat Islam (1917), Persatuan Islam (1923), Nahdlatul Ulama (1926),
Al-jami’atul Wasliyyah (1930) Perti, dan Al Irsyad (1931), yang mempelopori
era baru perjuangan kemerdekan Indonesia secara lebih terorganisir. Meskipun
pada mulanya organisasi- organisasi tersebut hanya bergerak dalam bidang sosial
kemasyarakatan saja, akan tetapi sesuai dengan tuntutan perkembangan bangsa
yang berkeinginan untuk segera mencapai kemerdekaannya, beberapa organisasi
itu kemudian berubah menjadi partai politik.
Salah organisasi kemasyarakatan Islam yang berubah menjadi partai politik adalah Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam berubah menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia atau disingkat PSII. Platform Islam sosialis atau Islam populis yang digagas oleh tokoh SI, HOS Cokroaminoto, mengalami kontraksi ideologis Ketika faksi-faksi SI yang lebih sekuler dan radikal berusaha menarik SI ke dalam wacana Sosialisme-Marxisme. Hendrik Sneevliet, pimpinan pusat Partai Sosialis di Belanda, bahkan sempat mengintrusikan beberapa orangnya masuk ke tubuh SI untuk tujuan ini. Semaun dan Darsono adalah dua orang yang berhasil dipengaruhinya. Sebagai pimpinan SI cabang Semarang, mereka berhasil membawa SI Cabang Semarang keluar dari hierakhi struktur SI dan masuk ke haluan komunis. Hal inilah yang kemudian menjadika SI terbelah menjadi dua, yaitu: SI merah, yang berhaluan komunis, dan SI putih, yang tetap berhaluan
Islam.
42
Universitas Sumatera Utara
Si merah kemudian dikenal dengan Sarekat Rakyat (SR) dan menjadi embrio lahirnya PKI (23 Mei 1923), sedangkan SI putih, meski secara formal adalah SI yang asli, namun dalam perkembangannya mengalami gejala konservatisasi ideologi dan bergerak ke arah lebih kanan. Akibatnya SI mengalami kemerosotan luar biasa (Purwanto 1999). Karena mengalami degradasi, SI putih kemudian berubah menjadi PSII (Paerai Serikat Islam Indonesia) dan pada era pasca kemerdekaan lalu melebur bersama organisasi Islam yang lain ke dalam Masyumi.
Puncak dari massifikasi perjuangan keorganisasian Islam adalah lahirnya
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) pada tahun 1945. Masyumi sebagai sebuah partai politik, lahir dari hasil dari Muktamar I Ummat Islam Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 7 November 1945. Pada mulanya Masyumi bukanlah merupakan sebuah partai politik, akan tetapi merupakan wadah tunggal yang dibentuk oleh pemerintah Jepang bagi ummat Muslim untuk mengkooptasi kekuatan-kekuatan Islam. Waktu itu namanya adalah MIAI (Majlis Islam A’la
Indonesia) yang dipimpin oleh Hasyim As’ari (pendiri NU). Masyumi bisa menjadi payung bagi seluruh ummat Islam karena terbentuk dari gabungan beberapa organisasi Islam yang berbeda-beda. Dalam Mu’tamar Ummat Islam I tersebut, dihasilkan beberapa keputusan:
1. Mendirikan satu partai Islam yang bernama MASYUMI
2. MASYUMI adalah satu-satunya partai politik Islam, dan tidak boleh
mendirikan partai politik Islam lain kecuali Masyumi.
3. MASYUMI-lah yang akan memperjuangkan nasib ummat Islam di bidang
politik
43
Universitas Sumatera Utara
Di Masyumi bukan hanya tergabung organisasi-organisasi Islam modernis saja, melainkan juga organisasi Islam puritan seperti Persis, organisasi yang mewakili kalangan Islam tradisional (NU dan Perti), juga organisasi Islam populis seperti PSII.
Bersamaan dengan itu, dikalangan generasi muda, sebenarnya juga lahir organisasi yang bukan bercorak politik maupun sosial, akan tetapi bercorak intelektual. Organisiasi tersebut adalah Jong Islaminten Bond, yang didirkan pada tahun 1925 oleh seorang anak muda bernama R. Samsurijal (seorang anggota SI, mantan Wali Kota Jakarta). Tujuan organisasi ini adalah menyeru kepada para anggota agar sungguh- sungguh mempelajari Islam, memperkokoh cinta-kasih demi keimanan Islam, dan agar dengan sabar menjaga hubungan bersahabat dengan mereka yang menganut keimanan dan keyakinan ideologi lain.
Dilihat dari karakternya, organisasi ini identik dengan HMI. Dan berdasarkan keterangan beberapa sumber, berdirinya HMI memang salah satunya atas inspirasi dari Jong Islaminten Bond ini.
1. Kondisi kampus dan Yogyakarta
Sebutan Yogyakarta sebagai kota pelajar dikarenakan kota ini sangat kondusif
untuk menjadi pusat pengembangan pendidikan. Pada saat berdirinya HMI,
beberapa menjadi pusat pengembangan pendidikan pada saat berdirinya HMI
perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta adalah :
a. Sekolah Tinggi Islam (STI), tempat di mana HMI didirikan pada tanggal
8 Juli 1945. Mulanya sekolah ini berkedudukan di Jakarta, akan tetapi seiring pindahnya Ibu Kota RI ke Yogyakarta pada tahun 1946 akibat agresi Belanda,
44
Universitas Sumatera Utara
menjadikan STI juga turut pindah Ke Yogyakarta. Pada tanggal 20 Mei 1948, sekolah ini berubah nama menjadi UII (Universitas Islam Indonesia).
b. Universitas Gadjah Mada yang berdiri pada tanggal 17 Februari 1946 dan waktu itu belum menjadi universitas negeri. UGM baru dinegerikan pada tanggal
19 Desember 1949.
Kuatnya penyebaran ide-ide sosialisme dikalangan masyarakat menjadikan organisasi mahasiswa yang ada didominasi oleh pemikiran-pemikiran sosialis.
Nuansa- nuansa keagamaan menjadi kering karena PMY (Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta), sebagai satu-satunya wadah mahasiswa waktu itu, meletakan landasanya pada non-agama. Tentu saja, bagi Lafran Pane dan kawan-kawannya, hal ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Harus ada organisasi mahasiswa yang perduli terhadap persoalan- persoalan keagamaan anggotanya. Meskipun untuk pembinaan generasi mudanya, masyarakat Islam Indonesia sudah mempunyai
GPII (Gabungan Pemuda Islam Indonesia), akan tetapi belum ada organisasi untuk membina ke-Islaman untuk kalangan mahasiswa. Maka atas kondisi ini,
Lafran Pane dan kawan-kawanya berinisitaif mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berlabelkan Islam. Organisasi tersebut kemudian diberi nama Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat HMI.
Meskipun pada waktu itu status ia sendiri adalah sebagai salah satu pengurus
PMY, dengan mendirikan HMI, ia dibenci oleh kawan-kawanya di PMY dan bahkan kemudian dipecat dari anggota PMY. Ia dianggap sebagai pembangkang dan sosok yang akan mengancam keberadan PMY.
45
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lafran Pane, motivasi utama didirikannya HMI adalah sebagai berikut :
Sebagai alat mengajak mahasiswa-mahasiswa mempelajari, mendalami ajaran
Islam agar mereka kelak sebagai calon sarjana, tokoh masyarakat maupun negarawan, terdapat keseimbangan tugas dunia-akhirat, akal-kalbu, serta iman- ilmu pengetahuan, yang sekarang ini keadaan kemahasiswaan di Indonesia diancam krisis keseimbangan yang sangat membahayakan, karena sistem pendidikan barat. Islam harus dikembangkan dan disebarluaskan di kalangan masyarakat mahasiswa di luar STI (Sekolah Tinggi Islam), apalagi PMY secara tegas menyatakan berdasarkan non-agama.
2.2. Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas di USU yang kehidupan mahasiswanya tidak terlepas dari keberadaan organisasi mahasiswa. Organisasi intra fakultas maupun organisasi ekstra telah mengambil peran di FISIP, sehingga telah menjadi warna tersendiri bagi kehidupan mahasiswa di FISIP. Hal ini dapat dibuktikan dengan sejak masuknya mahasiswa baru di FISIP, mahasiswa akan bersentuhan langsung dengan organisasi- organisasi mahasiswa. Sentuhan yang dimaksud berupa sosialisasi dari organisasi maupun rangkaian kegiatan organisasi mahasiswa.
46
Universitas Sumatera Utara
Foto 2.1.
FISIP USU
Sumber : fisip.usu.ac.id
Kita ketahui bahwa FISIP USU lebih dikenal kedekatannya dengan masyarakat sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa FISIP USU membutuhkan wadah untuk mengekpresikan diri dan karya yang dimilikinya dan berawal dari kesadaran akan pentingnya suatu organisasi mahasiswa maka dibentuklah suatu organisasi kemahasiswaan di tingkat Fakultas.
Diawal sebelum terbentuknya FISIP USU, ditahun 1980 organisasi mahasiswa yang ada saat itu dikelompokkan menjadi dua yaitu organisasi mahasiswa Islam dan organisasi Mahasiswa Kristen. Diantara kedua organisasi mahasiswa tersebut terjalin kerjasama yang baik, saling membantu dimana ditandai ketika organisasi mahasiswa Islam membuat kegiatan seperti seminar di
FISIP USU saat itu juga dihadiri mahasiswa Kristen dan begitu juga sebaliknya.
47
Universitas Sumatera Utara
Namun seiring berjalannya waktu lima tahun kemudian memasuki 1985 setelah keberadaan alumni dari FISIP USU, mereka membentuk Himpunan
Mahasiswa Keagamaan yang dibagi kedalam dua yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam dan Himpunan Mahasiswa Kristen, sehingga tahun 1985 terbentuklah
Himpunan Mahasiswa Islam dan Himpunan Mahasiswa Kristen. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan organisasi mengumpulkan para alumni dan menjalin kerjasama dengan para dosen staff pengajar FISIP USU untuk dijadikan kedudukan organisasi mahasiswa ini dibawah senat mahasiswa yang dikelola oleh dosen, sehingga dalam pengelolaan kegiatan organisasi mahasiswa saat itu dibawah arahan kampus dan memiliki status dalam pergerakannya. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan alumni tersebut menjadikan mahasiswa saat itu terjalin kedekatannya dengan dosen yang ada di FISIP USU saat itu, sedangkan dalam pengelolaan organisasi yang lebih kepada rekrutmen belum ada, saat itu hanya bersifat membentuk kegiatan saja, sehingga organisasi mahasiswa tahun
1980-1985 hanya berupa sebuah organisasi informal Mahasiswa 1980-1985 karena tidak mempunyai sistem, budaya, dan lain-lain.
Setelah itu setelah diberlakukannya NKK/BKK maka wadah untuk berekpresi di Kampus selain dalam kegiatan akademik adalah organisasi mahasiswa dibentuk perapiannya dan di normalisasikan kembali. Sesuai dengan keputusan Menteri
Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 155/UU/1998 mengenai pedoman Umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu politik kita ketahui bersama bahwa suatu Fakultas yang harus atau dikenal dengan nilai sosial kemasyarakatannya yang begitu tinggi dengan tujuan
48
Universitas Sumatera Utara
untuk bisa memperkenalkan kepada masyarakat, maka kita juga butuh suatu wadah dimana upaya seseorang/sekelompok orang untuk membuat suatu kegiatan/ acara tertentu untuk menarik perhatian orang lain. Oleh sebab itu Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik juga memiliki wadah untuk bisa menunjukkan kepada masyarakat tingkat sosial yang tinggi dengan dibuktikan berdirinya beberapa kegiatan yang disebut organisasi. Organisasi adalah suatu unit kegiatan yang dilakukan dua orang/ lebih dengan tujuan untuk mencapai kepentingan bersama, maka disini FISIP USU juga memiliki peran penting dalam membentuk suatu
Unit kegiatan baik yang berasal dari dalam kampus FISIP USU yang disebut organisasi intra Kampus, maupun dari luar kampus FISIP USU disebut dengan organisasi ekstra kampus.
Pada awalnya organisasi mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik adalah organisasi ekstra Fakultas yaitu Himpunan Mahasiswa Islam yang sebelumnya sudah ada di Fakultas Hukum tahun 1980 sebagai jurusan yang ada yaitu Ilmu Pengetahuan Masyarakatan. Himpunan Mahasiswa Islam ini berasal dari kader-kader mahasiswa hukum dimana pernah belajar di Fakultas
Hukum USU. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1981 jurusan Ilmu
Pengetahuan Masyarakat resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sehingga dilanjutkanlah oleh kader-kader Himpunan Mahasiswa Komisariat
Hukum untuk mengkodinir kegiatan mahasiswa di FISIP, maka muncul pemikiran dari mahasiswa generasi 1981 dibawah Pimpinan Surya Utama bersama Ridwan
Rangkuti untuk mendirikan HMI Komisariat FISIP USU.
49
Universitas Sumatera Utara
Beberapa nama mahasiswa angkatan 1981 yang terlibat dalam pembahasan untuk mendirikan HMI Komisariat FISIP USU yakni Surya Utama, Syaiful Haris,
Nurbaiti, Ridwan Rangkuti dan kawan-kawan lainnya. HMI merupakan
Organisasi Politik yang berasaskan Islam. Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat FISIP USU merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang masih melaksanakan perannya di kampus. Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam komisariat FISIP USU diawal berdirinya adalah untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Muslim di FISIP secara khusus yakni HMI dapat menjadi wadah untuk mahasiswa Muslim berkeasi, menambah Ilmu Pengetahuan dan pengembangan wawasan mahasiswa dengan diskusi-diskusi yang dilakukan.
Selain dari itu, melalui HMI mahasiswa juga dapat menambah teman dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat antar sesama. HMI juga dapat menjadi wadah penyampaian aspirasi mahasiswa yang dapat menjawab kebutuhan mahasiswa. Manfaat Karakteristik khas pola gerakan HMI sejak awal berdirinya adalah tidak memisahkan gerakan politik dengan gerakan keagamaan. Berpolitik bagi HMI adalah suatu keharusan, sebab untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
HMI haruslah dilakukan secara politis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa organisasi ektra kampus pertama kali yaitu HMI yang muncul di FISIP Tahun 1985.
Organisasi Kedua yaitu organisasi Intra Fakultas. Organisasi yang pertama kali ada yaitu Senat Mahasiswa adalah organisasi mahasiswa yang dibentuk pada saat pemberlakuan kebijakan NKK/BKK pada tahun 1978. Sedangkan di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU terbentuknya senat mahasiswa pada tahun 1980 dan posisinya di bawah pihak dekanat Fakultas yang masih terikat
50
Universitas Sumatera Utara
dengan peraturan pemerintah yang meniadakan berbagai bentuk kegiatan yang dibuat di tingkat fakultas. Waktu berdirinya Senat mahasiswa saat itu di FISIP
USU Tahun 1982 ditingkat jurusan Keilmuan sudah terbentuk ikatan mahasiswa jurusan sehingga senat mahasiswa dapat berkordinasi dan bekerjasama dengan organisasi Ektra Kampus yaitu HMI, GMNI, GMKI yang muncul keberadaannya di FISIP USU yaitu tahun 1990 dengan tujuan untuk menghidupkan kegiatan- kegiatan yang akan dibuat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik namun masih bersifat mengikat dan aturannya masih bergantung dengan Pemerintahan Orde
Baru. Namun seiring berjalannya waktu terjadi pergantian presiden yaitu peralihan dari orde baru ke era reformasi organisasi senat mahasiswa berganti nama dengan Dewan Independen Mahasiswa (DIMA) yang muncul pada tahun
1998 karena organisasi ini tidak terikat lagi dengan pihak lain, sebab Dewan
Independen Mahasiswa ini muncul karena Imbas dari reformasi yang saat itu membuka celah masuknya organisasi KAMMI di FISIP USU tahun 1998.
Tidak lama kemudian satu tahun jaraknya ternyata Dewan Independen
Mahasiswa dibubarkan karena USU saat itu membuat kebijakan untuk mengganti nama organisasi Dewan Independen Mahasiswa karena ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan memasuki tahun 1999 Dewan Independen Mahasiswa berganti nama menjadi PEMA yang disingkat dengan Pemerintahan Mahasiswa berdiri tahun 1999 dan membentuk dan memilih Gubernur. Organisasi PEMA
FISIP USU berkedudukan di tingkat Fakultas sebagai pemegang kekuasaan eksekusif tertinggi di organisasi mahasiswa FISIP. Fungsi PEMA yaitu untuk menjabarkan dan melaksanakan Garis Besar Program Kerja Organisasi Fakultas
51
Universitas Sumatera Utara
(GBPKOF), dan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif untuk menjabarkan serta melaksanakankegiatan mahasiswa di tingkat Fakultas. Kepengurusan PEMA terdiri dari Gubernur, Wakil Gubernur dan Ketua Bidang serta anggota bidang.
Sebelum terbentuknya PEMA FISIP USU, Organisasi Himpunan Mahasiswa
Jurusan berdasarkan Ikatan sudah ada yaitu Ikatan Mahasiswa Departemen
Administrasi Negara (IMDIAN) Tahun 1980, Himpunan Mahasiswa
Kesejahteraan Sosial (IMIKS) ada, Ikatan Mahasiswa Sosiologi (IMASI) serta
Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) yang keberadaannya di
Fakultas Pengembangan Masyarakat, sedangkan Ikatan Dongan Sahutuba
(INSAN) dengan program studi Antropologi sudah ada sejak 1982 sebelumnya berada di Fakultas Sastra USU beralih ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
USU. Adapun Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik (IMADIP) sudah ada sejak tahun 1991 dan Ikatan Mahasiswa Program studi Perpajakan (IMPROSAJA) terbentuk sejak tahun 1995 dan terakhir yaitu Ikatan Mahasiswa Departemen
(IMPRODIAS) baru terbentuk tahun 1999 bersamaan dengan keberadaan PEMA
FISIP USU. sehingga dapat dikatakan bahwa sebelum terbentuknya PEMA di
FISIP USU Himpunan Mahasiswa Jurusan yang bersifat Ikatan sudah terbentuk sejak awal.
PEMA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam menjalani perannya di dunia kampus FISIP USU memperbolehkan mahasiswa untuk membentuk unit kegiatan mahasiswa di tingkat Fakultas yang disebut dengan Unit Kegiatan
Mahasiswa atau yang biasa di sebut dengan UKM. Organisasi lain dibawah naungan PEMA dalam bentuk Unit Kegiatan yaitu UKM (Unit Kegiatan
52
Universitas Sumatera Utara
Mahasiswa) Dengan adanya Unit Kegiatan Mahasiswa ini bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada setiap mahasiswa, karena UKM adalah wadah aktivis kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para aktivis yang ada didalamnya. Unit kegiatan mahasiswa terdiri dari tiga kelompok minat: Unit kegiatan olahraga, unit kegiatan keilmuan/ kesenian dan unit khusus yaitu pers mahasiswa, kerohanian, pramuka dan sebagainya)4. Para aktivis mahasiswa yang membentuk unit kegiatan mahasiswa ini berasal dari kader-kader mahasiswa organisasi ekternal kampus yaitu HMI,
GMNI, GMKI, KAMMI dan juga berasal dari Himpunan mahasiswa jurusan yang ada di Fakultas.
Pada awalnya organisasi mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik adalah organisasi ekstra Fakultas yaitu Himpunan Mahasiswa Islam yang sebelumnya sudah ada di Fakultas Hukum tahun 1980 sebagai jurusan yang ada yaitu Ilmu Pengetahuan Masyarakatan. Himpunan Mahasiswa Islam ini berasal dari kader-kader mahasiswa hukum dimana pernah belajar di Fakultas
Hukum USU. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1981 jurusan Ilmu
Pengetahuan Masyarakat resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sehingga dilanjutkanlah oleh kader-kader Himpunan Mahasiswa Komisariat
Hukum untuk mengkodinir kegiatan mahasiswa di FISIP, maka muncul pemikiran dari mahasiswa generasi 1981 dibawah Pimpinan Surya Utama bersama Ridwan
Rangkuti untuk mendirikan HMI Komisariat FISIP USU. Beberapa nama mahasiswa angkatan 1981 yang terlibat dalam pembahasan untuk mendirikan
4 http://id. Wikipedia. Org>wiki> organisasi mahasiswa.com (diakses 29 Agustus 2017)
53
Universitas Sumatera Utara
HMI Komisariat FISIP USU yakni Surya Utama, Syaiful Haris, Nurbaiti, Ridwan
Rangkuti dan kawan-kawan lainnya. HMI merupakan Organisasi Politik yang berasaskan Islam. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang masih melaksanakan perannya di kampus.
Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam komisariat FISIP USU diawal berdirinya adalah untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Muslim di FISIP secara khusus yakni HMI dapat menjadi wadah untuk mahasiswa Muslim berkeasi, menambah
Ilmu Pengetahuan dan pengembangan wawasan mahasiswa dengan diskusi- diskusi yang dilakukan. Selain dari itu, melalui HMI mahasiswa juga dapat menambah teman dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat antar sesama.
HMI juga dapat menjadi wadah penyampaian aspirasi mahasiswa yang dapat menjawab kebutuhan mahasiswa. Manfaat Karakteristik khas pola gerakan HMI sejak awal berdirinya adalah tidak memisahkan gerakan politik dengan gerakan keagamaan. Berpolitik bagi HMI adalah suatu keharusan, sebab untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan HMI haruslah dilakukan secara politis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa organisasi eksternal kampus pertama kali yaitu HMI yang muncul di fisip pada tahun 1985. Namun jauh sebelum HMI FISIP USU didirikan, hal ini tidak terlepas dari peranan perjuangan dari berdirinya HMI
Cabang Medan itu sendiri.
Berawal dari niat untuk memberikan sumbangan yang nyata dalam mengisi kemerdekaan indonesia. Beberapa aktivis mahasiswa islam di Medan saat itu berpikir tentang penyatuan potensi mahasiswa islam dalam satu wadah untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Salah satu di antara mahasiwa
54
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah O.K Rachmad Bakrie saat berada di jakarta beliau memanfaatkan kesempatannya untuk berdiskusi dengan teman-teman aktivis mahasiswa islam.
Salah satu teman yang diajaknya untuk berdiskusi di Jakarta adalah Deliar Noer yang saat itu merupakan aktivis HMI. Pertemuan O.K Rachmad Bakrie di Jakarta dengan beberapa aktivis mahasiswa islam telah mengenalkannya dengan HMI.
Informasi mengenai HMI oleh O.K Rachmad Bakrie langsung dikomunikasikan kepada teman-temannya di Medan. Informasi tersebut oleh O.K Rahmad Bakrie disampaikan melalui surat, perihal bahwa telah ada organisasi mahasiswa yang dapat menyatukan semangat mereka yaitu HMI.
Sekembali dari Jakarta pada pertengahan Mei 1952, di Rumahnya O.K
Rachmad Bakrie, ia bersama Ahmad Soepomo dan Amir Husein berdiskusi. Dari diskusi tersebut, mereka sepakat untuk mendirikan HMI di Medan. Oleh karena itu, maka tepat pada tanggal 1 November 1952 pukul 09.00 WIB, di Aula PT II
(UISU) Jl. Sisingamangaraja, No.2 diproklamirkan berdirinya HMI di Medan.
Pertemuan di hadiri kurang lebih 15 orang mahasiswa UISU. Oleh karena anggota masih sedikit kurang dari 25 orang, maka HMI didirikan atas nama Komisariat
UISI/Medan.
Beberapa minggu kemudian bertepatan dengan forum Konferensi HMI di
Jakarta pada tanggal 26-28 Desember 1952. HMI Komisariat Medan/ Sumatera
Utara mengajukan diri untuk dinyatakan sebagai cabang HMI karena telah memungkinkan secara konstitusional. Himpunan Mahasiswa Islam Cabang
Medan merupakan cabang pertama di luar Pulau Jawa. Sekaligus ini menjadi tolak perkembangan HMI ke setiap wilayah Sumatera Utara. Setelah mendapatkan
55
Universitas Sumatera Utara
rekomendasi sebagai Cabang Medan, maka dibentuklah kepengurusan pertama
HMI untuk masa kerja 1952-1954 saat itu5.
Pada perkembangan selanjutnya di Medan, HMI Komisariat Hukum USU merupakan salah satu komisariat yang terdapat di Medan. Himpunan Mahasiswa
Islam Komisariat Hukum inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya HMI
Komisariat FISIP USU. Hal ini dikarenakan pada tahun 1980 sebelum FISIP resmi menjadi fakultas, jurusan di FISIP masih tergabung dalam Fakultas Hukum yaitu Jurusan Ilmu Kemasyarakatan. Oleh karena itu, mahasiswa dari FISIP telah mengenal HMI, sebab di fakultas itu telah berdiri HMI.
Bertepatan dengan berdirinya FISIP sebagai fakultas yang mandiri, maka muncul pemikiran dari mahasiswa generasi 1981 untuk mendirikan HMI
Komisariat FISIP. Beberapa nama mahasiswa angkatan 1981 yang terlibat dalam pembahasan untuk mendirikan HMI Komisariat FISIP USU yakni; Surya
Utama, Nurbaeni, Humaizi, Alm. Siwo, Safrin, Ridwan Rangkuti dan beberapa mahasiswa lainnya. Alasan beberapa mahasiswa tersebut untuk mendirikan HMI
Komisariat FISIP USU karena FISIP telah menjadi fakultas sendiri. Selain itu, terdapat pandangan bahwa jika mahasiswa muslim di FISIP berproses di HMI
Komisariat Hukum, maka mahasiswa FISIP akan sulit berkembang. Mahasiswa
FISIP aulit berkembang di HMI, jika HMI Komisariat Hukum masih didominasi oleh senior-senior dari fakultas Hukum. Semangat kemandirian yang dimiliki oleh beberapa mahasiswa FISIP angkatan 1981 telah menyumbang pikiran, dan tenaga untuk mendirikan HMI Komisariat FISIP USU.
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah berdirinyahmimedan.com (diakses 6 September 2017)
56
Universitas Sumatera Utara
Tujuan HMI Komisariat FISIP USU diawal berdirinya adalah untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa muslim di FISIP secara khusus. Tujuan dari pendirian benar-benar dapat dimaknai dampaknya oleh mahasiswa muslim pada waktu itu, terlebih bagi mahasiswa yang tergabung di HMI. Kebutuhan yang dapat terpenuhi pada waktu itu yakni : HMI dapat menjadi wadah untuk mahasiswa muslim berkreasi, menambah ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan mahasiswa dengan diskusi-diskusi yang dilakukan. Selain dari itu, melalui HMI mahasiswa juga dapat menambah teman dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat antara sesama, HMI juga dapat menjadi wadah penyampai aspirasi mahasiswa.
Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU pada saat awal berdiri tidaklah terlepas dari dinamika internal yang harus di hadapi di HMI Cabang
Medan, seperti sulitnya mahasiswa FISIP untuk mendapatkan Legitimasi secara organisasi dari HMI Cabang Medan. Secara aturan organisasi HMI Komisariat
FISIP belum bisa didirikan, karena terkendala dengan jumlah anggota HMI di
FISIP belum memenuhi kuota pada saat itu. Munculnya sikap keberatan dari pengurus HMI Cabang Medan saat itu memberikan reaksi tersendiri bagi Surya
Utama dan kawan-kawan. Reaksi yang ditunjukan adalah dengan tetap memaksakan HMI Komisariat FISIP USU untuk berdiri.
Surya Utama dan beberapa kawan-kawan berpandangan pada saat itu bahwasannya HMI sudah layak didirikan di FISIP. Hal tersebut dikarenakan sudah terdapat mahasiswa-mahasiswa yang peduli dan bersedia mengurus HMI di
FISIP. Mengenai persoalan-persoalan aturan main organisasi akan dipenuhi satu
57
Universitas Sumatera Utara
persatu diwaktu yang akan datang. Semangat yang tinggi untuk mendirikan HMI
Komisariat FISIP USU akhirnya mulai membuahkan hasil. Tepat pada tahun 1983
HMI Komisariat FISIP USU resmi dideklarasikan dengan izin dari HMI Cabang
Medan. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU dari semenjak awal berdiri sampai di tahun 2017 telah mengalami 33 periodesasi kepengurusan.
Dalam hal ini ketua umum merupakan simbol pada organisasi. Karakter seorang ketua umum merupakan representatif dari organisasi yang dipimpinnya.
Dalam suatu struktur organisasi ketua umum lah yang paling bertanggungjawab atas keberlangsungan organisasi yang di pimpin seorang ketua umum. Oleh karena itu setiap organisasi tidak bisa melupakan peran dari seorang ketua umum dan ketua umum juga bagian dari sejarah organisasi tersebut. Berikut adalah daftar nama-nama dari ketua umum organisasi HMI FISIP USU:
1. Daftar Nama-Nama Ketua Umum HMI Komisariat FISIP USU
Tabel 2.1.
No. Nama Ketua Umum Jurusan Periode Jabatan
1. Syaiful Haris Administrasi Negara Periode (1982-1983)
2. Ahmad Taufan Damanik Administrasi Negara Periode (1983-1984)
3. Husni Tahmrin Naution Administrasi Negara Periode (1984-1986)
4. Abdi Daulay Ilmu Komunikasi Periode (1986-1987)
5. M. Alwi Sosiologi Periode (1987-1989)
6. Ramadhan Al Isfahri Kesejahteraan Sosial Periode (1989-1990)
7. Andi Rusnadi Administrasi Negara Periode (1991-1992)
8. Fahmiuddin Sosiologi Periode (1992-1993)
58
Universitas Sumatera Utara
9. Hatta Ridho Administrasi Negara Periode (1993-1994)
10. Dadang Darmawan Administrasi Negara Periode (1994-1995)
11. Muryanto Amin Administrasi Negara Periode (1995-1996)
12. Oslan Purba Antropologi Sosial Periode (1996-1997)
13. Imam Syafganti Ilmu Komunikasi Periode (1997-1998)
14. Salman Administrasi Negara Periode (1998-1999)
15. Herdensi Adnin Kesejahteraan Sosial Periode (1999-2000)
16. Yosep Pencawan Ilmu Komunikasi Periode (2000-2001)
17. Zulfadli Matondang Kesejahteraan Sosial Periode (2001-2002)
18. Sutan Arsyad Adm. Perpajakan Periode (2002-2003)
19. M. Rinaldi Khair Sosiologi Periode (2003-2004)
20. Heri Purwanto Ilmu Politik Periode (2004-2005)
21. Abraham Tarigan Kesejahteraan Sosial Periode (2005-2006)
22. Raty Sukmaria Jufry Adm. Perpajakan Periode (2006-2007)
23. Abdul Rajab Administrasi Negara Periode (2007-2008)
24. Jean Ari Ilmu Politik Periode (2008-2009)
25. Ryan Achdiral juskal Ilmu Komunikasi Periode (2009-2010)
26. Roland Muary Kesejahteraan Sosial Periode (2010-2011)
27. Amin Multazam Lubis Antropologi Sosial Periode (2011-2012)
28. Frenky Tanni Wijaya Kesejahteraan Sosial Periode (2012-2013)
29. Tengku Muadhahari Sosiologi Periode (2013-2014)
30. Iil Askar Mondza Administrasi Bisnis Periode (2014-2015)
59
Universitas Sumatera Utara
31. Surya Utama Surbakti Adm. Perpajakan Periode (2015-2016)
32. Faisal Karim Ilmu Komunikasi Periode (2016-2017)
33. Azhar Hildani Nasution Administrasi Bisnis Periode (2017-2018)
Sumber: Administrasi dan Kessekretariatan HMI FISIP USU
2.3. Sejarah Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Sejak dihapuskannya NKK/BKK maka dari kader-kader HMI yang mengalami kekosongan kegiatan, maka ada sebagian mahasiswa FISIP yang berpartisipasi dan aktif dalam sebuah organisasi politik juga namun lebih kepada organisasi dakwah kampus yang sebelumnya sudah ada di Malang berdiri tanggal
23 maret 1998 atas dukungan seluruh Lembaga Dakwah Kampus yang disebut
Organisasi KAMMI KAMMI awal kali muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis aktivis dakwah kampus pada pelaksanaan
Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam pergerakannya
KAMMI banyak berpedoman dan dijiwai nilai-nilai pergerakan khwanul
Muslimin dari Hasan Albana.
Ada beberapa alasan mengapa KAMMI harus lahir. Pertama, adanya indikasi upaya rezim pemerintah mematikan potensi bangsa sehingga mendorong segera didengungkannya tuntutan reformasi. Kedua, suara umat Islam mulai terabaikan, sehingga penting untuk segera berbuat. Ketiga, sebagai ekspresi keprihatian mendalam dan tanggung jawab moral atas krisis dan penderitaan rakyat yang melanda Indonesia. Keempat, untuk membangun kekuatan yang dapat berfungsi sebagai peace power untuk melakukan tekanan moral kepada pemerintah. Dalam
60
Universitas Sumatera Utara
perjuangan reformasi tahun 98, bersama elemen pergerakan mahasiswa lainnya
KAMMI melakukan tekanan terhadap pemerintahan Orde Baru melalui gerakan massa. Rezim Suharto dengan segala macam kebobrokannya, akhirnya tumbang pada 21 Mei 1998. Menurut organisasi KAMMI, paska keruntuhan Suharto proses reformasi di Indonesia belumlah usai, masih membutuhkan proses yang panjang.
Lewat Muktamar Nasional KAMMI yang pertama, 1-4 Oktober 1998, KAMMI memutuskan diri berubah dari organisasi gerakan aksi menjadi organisasi mahasiswa Islam. Peran utamanya adalah untuk menjadi pelopor, mempercepat dan perekat gerakan pro-reformasi6.
Pada akhirnya masuklah organisasi KAMMI di FISIP USU pada tahun 1999 dengan latar belakang organisasi politik yang berlandaskan ajaran Ikhwanul
Muslimin yaitu Al-qur‟an dan hadis Rasulullah dengan metode dakwah kampus, hingga saat ini organisasi KAMMI tetap bergerak di FISIP USU. Gerakan organisasi ini dibatasi karena keberadaan di FISIP USU belum syah/ belum legal di tingkat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Namun seiring berjalannya waktu
KAMMI juga berperan dalam pembentukan organisasi UKMI di FISIP USU khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pembinaan dalam transformasi nilai maupun secara pemahaman organisatoris. Karena kedua organisasi tersebut memiliki garis koordinasi baik di internal maupun eksternal kampus.
Secara historis pada tahun 1999 PEMA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melihat kegiatan mahasiswa Islam di Musholla FISIP USU tidak terkordinir dengan baik. artinya dari berbagai organisasi Islam membuat kajian sendiri-
6 file:///D:/Sekilas.Profil.Gerakan.Mahasiswa.Islam.di.Indonesia.SUARAANAS.htm) (diakses 8 September 2017)
61
Universitas Sumatera Utara
sendiri tanpa adanya persetujuan dari Dekan Fakultas. Saat itu di Musholla FISIP
USU yang membuat kegiatan Islam yaitu Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat
FISIP dan Hizbut Tahrir Indonesia USU tanpa adanya wadah yang independen menanggu jawabkan setiap kegiatan organisasi ektra kampus tersebut sehingga terpikirlah oleh pengurus PEMA saat itu untuk mengkordinir kegiatan keislaman dengan membuat suatu Unit kegiatan Mahasiswa yang berbasis Islam yaitu UKMI dan ditambah dengan nama As-Siyasah yang artinya Politik karena keberadaannya di FISIP USU. UKMI As-Siyasah FISIP USU sudah ada sejak tahun 1999 namun masih berupa ide-ide dan sistem yang belum memiliki bangunan yang jelas atau masih bersifat abstrak. Selain UKMI As-Siyasah juga menyusul organisasi Intra FISIP dalam pengembangan bakat di bidang keolahragaan yaitu KAMPAK (Kesatuan Sepak Bola) muncul tahun 2001 berbarengan juga dengan Badminton, Voli. Sementara UKM Komika dan
Fotografi sudah ada sejak 1980 sebelum keberadaannya di FISIP USU. UKM yang bersifat keilmuan adalah Riset Sosiologi juga sudah ada sekitar tahun 1980- an yang sudah cukup lama dan merupakan Organisasi Mahasiswa tingkat FISIP
USU yang berasal dari Intra Kampus.
Pada awalnya di FISIP sudah adanya fasilitas berupa Mushollah yang bernama As-Siyasah, karena belum adanya yang membersihkan Musholla saat itu, dibentuklah BKM (Badan Kenaziran Mushollah ) dimana nantinya bisa menjaga keamanan dan kebersihan Musholla FISIP USU yang ada tahun 1998. Memasuki kepemimpinan Dekan Drs. Subhilhar, MA didampingi Prof. Drs. Hamdani
Harahap selaku Pembantu Dekan III FISIP USU mengusulkan untuk membuat
62
Universitas Sumatera Utara
UKM dimana nantinya hanya ada dan boleh satu UKM saja yang membuat kegiatan dan menjadi wadah ekpresi mahasiswa Islam untuk mengadakan kegiatan berbasis agama Islam seperti diantaranya yaitu Perayaan Tahun baru
Islam yaitu 1 Muharram, Hari Maulid Nabi Muhammad Saw, Hari Isra‟ Mi‟raj
Pada tahun 1999.
UKMI As-Siyasah diresmikan oleh abanda Nazir sebagai Gubernur pertama
FISIP USU Selanjutnya diresmikannya UKMI As-Siyasah sebagai Unit kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat dengan berbasis Islam dan kajian-kajian seputar dunia Islam, maka dari berbagai organisasi ektra kampus terutama Himpunan Mahasiswa Islam FISIP USU, Hizbut Tahrir Indonesia USU dan Rohis Himpunan Mahasiswa Jurusan menjadikan UKMI sebagai wadah untuk membuat kegiatan seputar Islam dan menghidupkan perayaan hari besar
Islam sebagai pelopor utama UKMI AS-SIYASAH FISIP USU saat itu pernah menjadi Ketua Umum HMI FISIP USU yaitu Abanda Salman Al-farizi. Abanda
Surya Utama, Syaiful Haris, Salman Al-fariz dan lain-lain menggerakkan massa dari kawan-kawan HMI FISIP USU untuk membuat kegiatan dan kajian Islam berbasis kontemporer, sehingga keberadaan UKMI As-Siyasah FISIP USU tidak terlepas dari penggerak utamanya organisasi ekternal berupa HMI FISIP USU dan membuat rapat dilakukan di mesjid dan sesekali di bawah pohon rindang FISIP.
Latar belakang berdirinya UKMI As-Siyasah FISIP USU ini berawal dari kepedulian PEMA yang melihat tidak terkordinirnya kegiatan mahasiswa yang berbasis Islam sementara kegiatan mahasiswa berbasis Kristen tertata rapi dan semakin berkembang baik. Selain itu juga mahasiswa Islam saat itu tidak
63
Universitas Sumatera Utara
memiliki wadah untuk menyalurkan bakat yang dimilikinya yang berbasis agama
Islam yang resmi di akui oleh pihak Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. UKMI juga berdiri diatas kerjasama dengan Rohis dari Himpunan
Mahasiswa Jurusan yang ada di FISIP USU, sehingga mempermudah UKMI dalam regenerasi pengurus UKMI selanjutnya7.
Daftar nama-nama ketua umum kepengurusan UKMI FISIP USU sudah mengalami 15 periode kepengurusan. Berikut adalah daftar nama-nama ketua umum UKMI FISIP USU:
1. Daftar Nama-Nama Ketua Umum UKMI FISIP USU
Tabel 2.2.
No. Nama Ketua Umum Jurusan Periode Jabatan
1. Taufiq Ramadhan Sosiologi Periode (2001-2002)
2. Taufiq Susilo Administrasi Negara Periode (2002-2003)
3. Faisal Ilmu Komunikasi Periode (2003-2004)
4. Abdul Rajab Administrasi Negara Periode (2004-2005)
5. Buyamin Adm. Perpajakan Periode (2005-2006)
6. Eko Prasetio Administrasi Negara Periode (2006-2007)
7. Syaiful Arifin Ilmu Politik Periode (2007-2008)
8. Reza Ilmu Komunikasi Periode (2008-2009)
9. Alimul Hadi Kesejahteraan Sosial Periode ( 2009-2011)
10. Syahid Ismail Sosiologi Periode (2011-2012)
11. Jefri Wanda Ilmu Politik Periode (2012-2013)
7 http://repository.usu.ac.id (diakses 9 September 2017)
64
Universitas Sumatera Utara
12. Syahrin Kesejahteraan Sosial Periode (2013-2014)
13. Rival Akif Kesejahteraan Sosial Periode (2014-2015)
14. Herry Ariandy Ilmu Politik Periode (2015-2016)
15. Chairul Azhar Purba Sosiologi Periode (2016-2018)
Sumber: Olahan Data Pribadi
2.4. Organisasi Mahasiswa di FISIP USU
Peranan organisasi mahasiswa sangatlah berpengaruh dalam membentuk pola pikir dan pembentukan karakter setiap anggotanya. Dalam hal ini Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas di USU yang kehidupan mahasiswanya tidak terlepas dari ragam keberadaan organisasi mahasiswa. Organisasi intra fakultas maupun organisasi ekstra telah mengambil peran di FISIP, sehingga telah menjadi warna tersendiri bagi kehidupan mahasiswa di FISIP. Hal ini dapat dibuktikan dengan sejak masuknya mahasiswa baru di FISIP, mahasiswa akan bersentuhan langsung dengan organisasi- organisasi mahasiswa. Sentuhan yang dimaksud berupa sosialisasi dari organisasi maupun rangkaian kegiatan organisasi mahasiswa. Berikut daftar organisasi yang berada di FISIP USU adalah:
65
Universitas Sumatera Utara
1.Organisasi Eksternal di FISIP USU
TABEL 2.3.
No Nama Organisasi Landasan/Dasar
Organisasi
1 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Kristen
(GMKI) Komisariat FISIP USU
2 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Islam
Komisariat FISIP USU
3 Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Marhaen
(GMNI) Komisariat FISIP USU
4 Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia Islam
(KAMMI) Komisariat USU
5 Front Mahasiswa Nasional (FMN) Nasional
Komisariat USU
Sumber: Olahan Data Pribadi
66
Universitas Sumatera Utara
2.Organisasi Internal di FISIP USU
Tabel 2.4.
No Nama Program Studi Nama Organisasi Himpunan Mahasiswa
Departemen (HMD)
1 Ilmu Kesejahteraan Sosial Ikatan Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
(IMIKS)
2 Antropologi Sosial Ikatan Dongan Sabutuha Antropologi
(INSAN)
3 Ilmu Komunikasi Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
(IMAJINASI)
4 Ilmu Politik Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik
(IMADIP)
5 Sosiologi Ikatan Mahasiswa Sosiologi (IMASI)
6 Ilmu Administrasi Negara Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu
Administrasi Negara (IMDIAN)
7 Administrasi Bisnis Ikatan Mahasiswa Program Studi Bisnis
(IMPRODIAS)
8 Administrasi Perpajakan Ikatan Mahasiswa Program Studi Perpajakan
Sumber: Olahan Data Pribadi
67
Universitas Sumatera Utara
3.Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa di FISIP USU
Tabel 2.5.
No Nama Organisasi/Unit Kegiatan Spesifikasi Minat dan Bakat
Mahasiswa
1 Bola Sepak Bola Kaki
2 Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Kerohanian Islam
3 Fish Club Bahasa Inggris
4 Kelompok Mahasiswa Kristen Kerohanian Kristen
5 Kelompok Riset Sosiologi Penelitian
6 Badminton Bulu Tangkis
7 Komika Musik dan Seni
8 New Magazine Jurnalis
9 Riset Club Penelitian
Sumber: Olahan Data Pribadi
68
Universitas Sumatera Utara
BAB III
BUDAYA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DAN UNIT
KEGIATAN MAHASISWA ISLAM DI FISIP USU
3.1. Budaya Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU
3.1.1. Rekrutmen Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Rekrutmen yang baik akan memberikan hasil yang positif bagi organisasi.
Semakin efektif proses rekrutmen, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan anggota yang tepat bagi organisasi atau gerakan sosial sehingga akan berpengaruh langsung pada produktivitas dan kinerja organisasi. Menurut
James M. Jasper dalam (Jo Freeman & Victoria Johnson, 1999: 72-74), cara yang digunakan oleh organisasi dalam melebarkan sayapnya ialah ada dua cara:
Pertama, Recruiting Intimates, yaitu merekrut seseorang untuk bergabung dalam suatu gerakan karena hubungan pertemanan, keluarga, kerabat dengan cara langsung dan media perantara seperti kirim sms dan email. Sedangkan kedua,
Recruiting Strangers, yaitu merekrut seseorang untuk bergabung dalam suatu gerakan dengan menarik orang lain dengan cara ketemu langsung tanpa ada hubungan apa-apa sebelumnya, serta melalui media seperti mengirim brosur kepadanya atau ajakan ditempat umum, seperti “mari bergabung dengan kami untuk menghijaukan hutan kami”.
Kemampuan organisasi dalam mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dukung oleh proses rekrutmen dan proses rekrutmen diintegrasikan dengan program dan kebijakan sumber daya manusia yang strategis. Dengan demikian maka rekrutmen disini dalam arti mencari
69
Universitas Sumatera Utara
sekumpulan pelamar yang mempunyai kemampuan, sikap dan motivasi yang baik dimaksudkan untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan yang ada dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi akibat dari perubahan-perubahan.
Rekrutmen HMI di FISIP USU biasanya memiliki pola dan budaya tersendiri.
Khususnya dalam hal ini kepengurusan HMI telah membahas secara kolektif tentang apa yang menjadi strategi dalam perekrutan untuk memfasilitasi kebutuhan para calon anggotanya. HMI FISIP USU juga berbeda secara budaya dengan komisariat yang ada di sekawasan HMI Cabang Medan misalnya dari aspek perkaderan, gerakan sosial, serta keiatan-kegiatan yang mengandung nilai- nilai solidaritas dan anti terhadap budaya pragmatis.
Dalam hal ini kepengurusan memiliki mekanisme dalam merekrut calon anggota untuk dijadikan persiapan sebagai regenerasi. Dalam mekanisme bergabung menjadi anggota HMI Komisariat FISIP melalui beberapa tahap-tahap yang sangat panjang khususnya dalam jenjang menuju pengurus inti. Biasanya
HMI FISIP USU akan mengadakan Temu Ramah yang dilakukan setiap tahun biasanya untuk menyambut mahasiswa/i baru FISIP USU. Acara Temu Ramah ini telah berlangsung sejak tahun 1989 setelah berdirinya HMI FISIP USU pada tahun 1983, artinya acara tersebut sudah berlangsung sebanyak 28 kali dan sangat berpengaruh terhadap rekrutmen yang ada di HMI FISIP. Jumlah pastisipan HMI di FISIP biasanya paling banyak terletak pada panitia Temu Ramah. Karena dalam kepanitiaan Temu Ramah para pengurus HMI dan juga panitia saling berkoordinasi dalam mensukseskan kegiatan dan panitia diberi kebebasan dalam berkreativitas untuk mensukseskan kegiatan tersebut.
70
Universitas Sumatera Utara
Biasanya para panitia Temu Ramah di kontrol oleh kepengurusan untuk di fasilitasi demi tujuan regenerasi organisasi. dalam Temu Ramah siapa saja bebas untuk mengikutinya karena tidak ada batasan, selain itu acara Temu Ramah bukan untuk acara menjadikan mahasiswa baru menjadi anggota HMI secara utuh tetapi lebih ke wadah untuk saling mengenal sesama mahasiswa FISIP USU dan silaturahmi terhadap seluruh anggota yang pernah berproses di dalam HMI seperti yang diungkapan oleh informan bahwa:
“Jadi untuk keanggotaan HMI di FISIP USU itu pasti ada perekrutan kader, tetapi prosesnya sangat panjang baik secara formal di HMI ataupun secara pola perkaderan yang ada di komisariat. Biasanya proses perkaderan tersebut untuk melihat bagaimana loyalitas dan keseriusan calon anggota dalam berorganisasi agar organisasi dapat aktif dan produktif sehingga HMI mampu dapat menjawab tantangan zaman dengan di butuhkannya calon anggota yang loyal dan aktif. sebelumnya biasanya HMI melakukan temu ramah dulu. nah semua mahasiswa di FISIP itu bisa diikutkan acara Temu Ramah bukan hanya Muslim tetapi bisa juga yang lain karena di acara temu ramah itu hanya untuk perkenalan sesama mahasiswa saja sebelum nantinya akan di seleksi calon anggota yang berpotensi untuk kekhususan HMI. Oleh karena itu kami memanfaatkan moment Temu Ramah ini dalam perekrutan calon anggota yang dapat diikat dengan sistem kakak asu yang telah kami buat, agar kakak asuh tersebut dapat memfasilitasi kebutuhan akademis para peserta Temu Ramah dalam hal diskusi maupun kedekatan emosionalnya” (Nuraini, wawancara tanggal 10 september 2017).
Dalam perekrutan anggota baru dalam HMI FISIP USU ada perekrutan kader8. Sebelum menjadi kader, terlebih dahulu harus mengikuti Temu Ramah dan kemudian mengarah ke Anggota Muda HMI FISIP USU. Di Temu ramah itu hanya mengumpulkan mahasiswa baru dari delapan jurusan FISIP yang akan dibawa ke Sibolangit atau parapat untuk pengenalan terhadap agendanya. Di sana
8 Kader adalah seseorang yang sudah disahkan menjadi anggota kepengurusan dan memiliki tanggungjawab dalam suatu organisasi tersebut.
71
Universitas Sumatera Utara
dilakukan berbagai kegiatan baik berupa hiburan dan juga materi seperti materi tentang keislaman, keindonesiaan, pergerakan yang bertujuan untuk membangkitkan semangat pertemanan dan membentuk pola fikir yang ada pada diri peserta khususnya di dalam dunia kampus. Disana itu tidak terlalu difokuskan materi karena hanya satu tujuan utama yaitu menyatukan mahasiswa baru FISIP
USU untuk berbaur menjadi satu dan mengenal satu dengan yang lainnya yang berbeda-beda jurusannya dan belum memasuki tahap-tahap yang lebih jauh tentang HMI. Seperti salah satu foto pada acara Temu Ramah dibawah ini
Foto 3.1.
Kegiatan Temu Ramah HMI FISIP USU
Sumber: Facebook HMI FISIP USU (diakses 11 september 2017)
72
Universitas Sumatera Utara
Foto diatas adalah salah satu dari rangkaian pada acara Temu Ramah dimana pada acara tersebut jika kita lihat banyaknya peserta yang berpartisipasi dan melebur dalam suasana kebersamaan ketika mendapatkan satu teman yang baru dari berbagai jurusan yang ada di FISIP khusunya. Selain itu pada acara Temu
Ramah HMI FISIP juga memanfaatkan agenda tersebut dalam hal perekrutan dan wadah silaturahmi bagi keluarga besar HMI FISIP sendiri.
Proses rekrutmen dalam HMI FISIP tidak hanya sebatas sampai kepanitiaan ataupun peserta Temu Ramah saja namun dalam hal rekrutmen ini pengurus HMI harus lebih inovatif untuk melakukan rekrutmen di tengah tantangan zaman yang membuat banyaknya mahasiswa yang semakin bersifat individualis. Selain itu faktor sistem pendidikan yang semakin membuat mahasiswa menjadi enggan berorganisasi dengan adanya batasan tamat yang cepat membuat pengurus HMI
FISIP harus semakin cerdas dalam menjawab tantangan khususnya dalam hal rekrutmen.
Dalam proses rekrutmen HMI FISIP juga memiliki budaya tersendiri untuk mencukupi kebutuhan organisasinya dalam hal perekrutan. Pengurus HMI FISIP sengaja membuat biro dalam menjawab kebutuhan dan tantangan dari sedikitnya minat mahasiswa yang ingin berorganisasi saat ini. biro adalah lembaga yang dimiliki HMI FISIP untuk mengakomodir kebutuhan minat dan bakat calon anggota. Pengurus biro adalah calon anggota yang akan di persiapkan nantinya untuk menjadi bakal calon pengurus inti di HMI FISIP. Dalam hal ini biasanya pengurus HMI sekaligus menseleksi bakal calon anggota dari pengurus Biro untuk dijadikan calon regenerasi yang akan datang. Biasanya pengurus biro dibawah
73
Universitas Sumatera Utara
naungan bidang KPP (Kewirausahaan Pengembangan Profesi) yang telah diamanahkan oleh ketua umum HMI untuk mengawal perjalanan kepengurusan biro selama satu periodesasi.
“jadi pengurus biro ini adalah lembaga yang dibuat HMI FISIP USU untuk memfasilitasi kebutuhan minat dan bakat sesuai dengan potensi calon anggota. Selain untuk memfasilitasi minat dan bakat calon anggota biro juga berfungsi untuk melatih tanggung jawab dan untuk pengembangan diri. Selain itu pengurus biro juga dapat membantu dan saling berkoordinasi dalam mensukseskan agenda- agenda yang ada di HMI FISIP. Di biro inilah sebenarnya kunci untuk calon anggota yang akan diseleksi untuk dijadikan calon pengurus inti di HMI FISIP. Kami pengurus HMI berhak melakukan evaluasi terhadap pengurus biro jika ada kesalahan yang dilakukan. Tugas kami pengurus komisariat hanya dapat mengawasi dan mengontrol sisanya kami memberikan kebebasan dalam berkreativitas terhadap pengurus biro” (Arian Naufal, wawancara tanggal 13 september 2017).
Adapun klasifikasi biro beserta tugas dan wewenangnya berbeda dengan pengurus HMI FISIP. Karena biro memiliki landasan aturan tersendiri dibanding pengurus HMI FISIP yang dinamakan Juklak/Juknis
(petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis) karena biro adalah lembaga yang di bentuk oleh pengurus HMI yang bersifat semi otonom9. Masing-masing biro dalam kepengurusan biro dapat menjalankan tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Biro Perpustakaan
- Melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan dan
penginvestarisasian perpustakaan HMI Komisariat FISIP USU.
9 Semi otonom adalah tidak sebanding dan juga tidak sepenuhnya
74
Universitas Sumatera Utara
- Melakukan dan membuat sirkulasi pinjaman buku, menambah
dan menjaga perbendaharaan buku yang berada di perpustakaan
HMI Komisariat FISIP USU.
2. Biro Jurnalistik
- Sebagai alat perjuangan dalam menyampaikan visi dan misi HMI
Komisariat FISIP USU dalam bentuk media massa.
- Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan pelatihan jurnalistik bagi
anggota.
3. Biro Sablon
- Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan pelatihan dalam bidang sablon
bagi anggota dan melakukan penginventariasian alat-alat sablon.
- Sebagai alat perjuangan dalam menyampaikan misi-misi sosial dalam
bentuk kreativitas sablon.
4. Biro Musik
- Sebagai wahana pengembangan kreativitas anggota dalam bidang
musik.
- Mengadakan kegiatan dan latihan dalam bidang musik bagi anggota.
5. Biro Kajian Sosial Masyarakat
- Menyelenggarakan kegiatan aksi-aksi kemasyarakatan sebagai upaya
pengabdian dengan melibatkan masyarakat di lingkungan sekitar.
- Melakukan kegiatan dan pengkajian terhadap keadaan sosial
masyarakat yang terjadi di lingkungan sekitar.
75
Universitas Sumatera Utara
6. Biro Olahraga
- Sebagai wahana pengembangan kreatifitas anggota dalam bidang
olahraga.
- Mengadakan kegiatan dan latihan dalam bidang olahraga bagi anggota
(Juklak/Juknis bagian 5 Pengurus Biro HMI Komisariat FISIP USU).
Keenam biro tersebut harus dapat sinergi dalam membuat proyeksi kerja dan harus memiliki pemahaman serta targetan dalam setiap agenda yang dilakukan.
Biasanya pengurus biro meiliki rapat kerja yang dilakukan untuk mengkonsep program kerja yang akan dilaksanakan. Biasanya rapat kerja tersebut harus berkoordinasi dengan pengurus HMI agar agenda yang akan dilakukan oleh pengurus biro tidak berbenturan dengan agenda yang akan dilaksanakan oleh pengurus HMI.
Foto 3.2.
Agenda Menyablon Pengurus Biro HMI FISIP USU
Sumber: Facebook HMI FISIP USU (diakses 13 september 2017)
76
Universitas Sumatera Utara
Foto diatas adalah salah satu dari agenda pengurus biro. Foto diatas adalah agenda menyablon yang rutin dilaksanakan oleh pengurus biro yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dalam diri serta memperkuat konsolidasi pengurus biro dalam menjalankan setiap kegiatan-kegiatan yang telah mereka sepakati di rapat kerja. Selain itu hasil dari kegiatan sablon tersebut biasanya dapat di gunakan secara pribadi ataupun menjadi sumber kewirausahaan oleh pengurus biro yang hasilnya akan menjadi pemasukan dari segala kebutuhan biro tersebut.
Biasanya hasil-hasil dari kegiatan biro mengundang senioren di HMI FISIP sembari untuk memperkuat hubungan dan silaturahmi terhadap sesama kader
HMI.
Secara umum pelantikan anggota HMI FISIP harus melalui Maperca dulu yang sudah disebut anggota muda. Apabila tidak mengikuti Maperca maka tidak bisa mengikuti LK I. Yang sah menjadi kader jika dilantik pada LK I yang sudah menjadi kader. Di Maperca ini mahasiswa baru diperkenalkan bagaimana tentang
HMI dan disini sudah harus Muslim. Setelah mengikuti Maperca dan sudah mendapatkan status anggota muda, maka mereka bisa mengkuti Latihan Kader I
(LK I). LK I ini mendapat status menjadi anggota biasa sehingga dengan begitu sudah menjadi kader HMI. Jadi temu ramah, anggota muda dan biro hanya mewadahi anggota baru supaya mereka masuk ke jenjang kader HMI yaitu LK I
(kader HMI).
Dalam Maperca seorang anggota baru akan dilantik menjadi anggota muda.
Masa berlaku anggota muda yaitu enam bulan setelah mengikuti Maperca setelah itu bisa mengikuti Latihan Kader I (LK I). Latihan kader itu berbentuk forum
77
Universitas Sumatera Utara
kemudian di dalamnya berisi materi dan belajar tulang punggung pengelompokan
(kader). Perekrutan kader ini harus melalui Temu Ramah dan Maperca dan
Pengurus Biro dan disebut anggota biasa. Sebelum dilantik, dalam Maperca mengikuti forum yaitu adanya lima materi setelah mengikuti lima materi dan kemudian dilantik. Maperca dilantik dari pagi sampai sore (sehari) dan dilantik oleh Pengurus Cabang Medan karena di FISIP USU Komisariat. Karena secara hirarkis adalah pengurus komisariat, pengurus cabang, kemudian pengurus besar.
3.1.2. Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan, begitupun juga organisasi HMI tentunya memiliki tujuan. Sebagaimana yang tertera dalam Bab III Pasal 4
AD/ART, tujuan HMI adalah “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat
Adil Makmur yang diridhai Allah SWT”. Adapun penafsiran dari tujuan itu adalah sebagai berikut (Hasil-Hasil Kongres HMI XXVII, 2010: 111-112):
1. Kualitas Insan Akademis :
a. Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir rasional, objektif dan
kritis.
b. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui
dan dirahasiakan, serta selalu berlaku dan menghadapi suasana
sekelilingnya dengan kesadaran.
c. Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan
ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun teknis dan sanggup bekerja
78
Universitas Sumatera Utara
secara ilmiah secara bertahap, teratur, dan mengarah pada tujuan sesuai
dengan prinsip prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta: Insan Akademis, Pencipta:
a. Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar
yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang
lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari yang ada (yaitu Allah), berjiwa
penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, serta selalu mencari perbaikan
dan pembaharuan.
b. Bersifat independen, terbuka, tidak isolatif, insani yang menyadari potensi,
sehingga dengan demikian kreatifnya dapat berkembang dan menentukan
bentuk yang indah-indah, yaitu dengan memiliki kemampuan akademis dan
mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi: Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi:
a. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan ummat dan bangsa.
b. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya sanggup membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
c. Insan akademis. Pencipta dan pengabdi adalah insan yang bersungguh
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan umat dan bangsa.
4. Kualitas Insan Yang Bernafaskan Islam: Insan Akademis, Pencipta dan
Pengabdi yang Bernafaskan Islam:
a. Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam
79
Universitas Sumatera Utara
berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal islam. Dengan
demikan islam telah menafsir dan menjiwai karyanya.
b. Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya.
Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh, tercegah dari split
personality yang tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga
negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksenya pembangunan nasional bangsa ke
dalam suksesnya perjuangan umat Islam Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang Diridhai oleh Allah SWT:
a. Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhai oleh Allah SWT.
b. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat dari perbuatannya dan sadar
dalam menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
c. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam mengahadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
d. Rasa tanngung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk
mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat
adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
e. Evaluatif dan selektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
80
Universitas Sumatera Utara
f. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukan sebagai “khalifah fil
ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. Pada pokoknya
insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor, yaitu insan yang
berpikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau
ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu
bagaiman mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai
dengan yang dicita-citakan. Tipe ideal dari perkaderan HMI adalah “man
of innovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan
yang berkepribadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak
takabur dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mereka itu manusia yang
beriman berilmu dan mampu beramal soleh dalam kualitas yang
maksimal (insan kamil).
3.1.3. Jenis Pelatihan dan Masa Keanggotaan Himpunan Mahasiswa Islam
Dalam konteks pelatihan HMI berada di bawah kordinasi Kabid PA Cabang dan bidang PA Komisariat bersama BPL (Badan Pengelola Latihan) HMI Cabang
Medan. Bidang PA biasanya bertanggung jawab atas proses perkaderan yang terjadi di dalam HMI oleh karena itu secara tugas dan fungsi bidang PA adalah bidang yang di tugaskan untuk mengawasi proses perekrutan dan perkaderan secara kelembagaan. Di HMI, training terbagi atas dua bagian yaitu:
1. Training Formal.
Training Formal adalah training berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap jenjang meruapakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Training
81
Universitas Sumatera Utara
formal di HMI terdiri dari: latihan kader I (Basic Training), Latihan Kader II
(Intermediate Training), Latihan Kader III (Advence Training).
2. Training Informal.
Training Informal adalah training yang dilakukan dalam rangka meningkatnya
pemahaman dan profesionalisme kepemimpinan serta keorganisasian anggota.
Training ini terdiri dari PUSDIKLAT Pimpinan HMI, Senior Course (Pelatihan
Instruktur),
Latihan khusus KOHATI, Up-Greading kepengurusan, Up-Greading
Kesekretariatan, Pelatihan Kekaryaan, dan lain sebagainya (Hasil-Hasil Kongres
HMI XXVII, 2010: 134). Adapun yang menjadi syarat untuk menjadi anggota di
HMI adalah :
a. Anggota Muda, adalah mahasiswa islam yang menuntut ilmu di perguruan
tinggi dan/atau yang sederajat yang telah mengikuti Masa Perkenalan
Calon Anggota (MAPERCA) dan ditetapkan oleh pengurus cabang.
b. Anggota Biasa, adalah anggota muda atau mahasiswa islam yang telah
dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader 1 (Basic Trainning) di HMI
Cabang.
c. Anggota Kehormatan, adalah orang yang berjasa kepada HMI. Mekanisme
penetapan Anggota Kehormatan diatur di dalam ketentuan tersendiri.
(ART Bab 1 keanggotaan pasal 1-5).
Selain itu di HMI juga memiiki masa keanggotaan yang telah ditetapkan di konstitusi HMI yang mengatur apa saja yang dapat mengatur masa keanggotaan bagi anggota HMI yaitu:
82
Universitas Sumatera Utara
a. Masa keanggotaan anggota muda berakhir 6 (enam) bulan sejak Maperca.
b. Masa keanggotaan anggota biasa adalah sejak dinyatakan lulus LK1
(Basic Trainning) hingga 2 (dua) tahun setelah berakhirnya masa studi S1
dan hingga 1 tahun untuk S2 dan S3.
c. Anggota Biasa yang habis masa keanggotaannya saat menjadi pengurus di
perpanjang masa keanggotaanya sampai selesai masa kepengurusannya
(dinyatakan demisioner), setelah itu dinyatakan habis masa
keanggotaannya dan tidak dapat menjadi pengurus lagi.
d. Anggota biasa yang melanjutkan studi ke strata perguruan tinggi yang
lebih tinggi atau sama lebih dari dua tahun sejak lulus studi sebelumnya
tidak sedang di perpanjang masa keanggotaan karena menjadi pengurus
(sebagaimana dimaksud ayat c) maka masa keanggotaan tidak
diperpajang lagi (berakhir).
e. Masa keanggotaan berakhir apabila:
1. Telah berakhir masa keanggotaannya.
2. Meninggal dunia
3. Mengundurkan diri
4. Menjadi anggota partai politik
5. Diberhentikan atau dipecat
6. Tidak terdapat lagi di perguruan tinggi (ART Bab 1 pasal 1-5).
3.1.4. Gerakan Sosial HMI di FISIP USU
Status dan peran organisasi HMI sudah jelas tertera di dalam AD/ART HMI.
Status organisasi HMI adalah organisasi mahasiswa, sedangkan perannya adalah
83
Universitas Sumatera Utara
organisasi perjuangan. Sebagai organisasi perjuangan, tentunya ada tujuan yang diperjuangkan oleh organisasi HMI. Perjuangan yang dilakukan para kader HMI biasanya memiliki banyak metode akan tetapi tetap pada nilai-nilai yang terkandung di dalam AD/ART HMI. Biasanya budaya perjuangan yang dilakukan oleh para kader HMI di FISIP USU berbentuk aksi, baik dalam bentuk demonstrasi ataupun dalam bentuk seni.
Aksi adalah suatu gerak perlawanan merupakan bagian dari revolusi atau tahap awal dari revolusi10. Adapun revolusi adalah suatu puncak dari seluruh tingkat aksi yang membesar, meluas, mematang, terkoordinasi, terpimpin, dan terarah. Baik aksi maupun revolusi harus mempunyai tujuan yang jelas, kekuatan massa yang riil, dan pimpinan yang tepat dan cakap. Aksi dapat bersifat politik, ekonomi, dan sosial. Aksi juga dapat bersifat lokal dan nasional. Disamping itu aksi juga dapat bersifat bersama-sama atau sendiri-sendiri, terkoordinasi atau terpisah-pisah atau meluas. Aksi lahir dari kandungan kehidupan sosial yang penuh konflik, baik konflik ekonomi, sosial, maupun konflik politik yang terjadi
(Darsono, 2012: 169).
Pada awalnya HMI ingin membentuk pola pemikiran atau pemahaman masyarakatnya tentang keagamaan dan keindonesiaan, supaya menjadi masyarakat yang lebih menghargai perbedaan. Dan ide itu terangkum di dalam nilai-nilai dasar perjuangan HMI, sehingga gerakan yang dilakukan oleh HMI adalah gerakan intelektual. Sebab kader diharapkan menjadi insan akademis.
Sebagai insan akademis tersebut seorang kader mampu mengaplikasikan
10 Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat
84
Universitas Sumatera Utara
keilmuannya dalam melakukan perubahan social. Tradisi gerakan intelektual ini bermula sejak terbentuknya HMI secara umum apalagi ditambah dengan sinerginya kajian-kajian masalah sosial dan politik yang ada di di FISIP USU.
Sehingga bentuk perjuangan para kader HMI FISIP cenderung ke perjuangan langsung turun ke jalan.
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI tentunya terdapat berbagai aktifitas organisasi yang mendukung terwujudnya aksi-aksi mahasiswa yang mendukung kepentingan umum. Sering kali, kader HMI turun ke jalan menolak rencana pemerintah karena dinilai tidak memihak terhadap rakyat kecil dan itu berdampak terhadap ekonomi masyarakat. sebelum aksi, para pengurus memobilisasi kadernya turun jalan, kader-kader dikumpulkan atas keresahan atau analisis dan atas inisiatif komisariat HMI FISIP, lalu disebarluaskan pada komisariat- komisariat lainnya, sehingga gerakannya begitu massif. Terkadang tanpa ada instruksi dari PB HMI, para kader HMI FISIP turun ke jalan untuk menyuarakan hak rakyat. Sebelum berkumpul menuju aksi, para kader berdiskusi mengenai dampak dari isu yang akan di bawakan ketika aksi agar massa aksi yang ikut dalam barisan massa dapat memiliki pemahaman terlebih dahulu sekaligus mengenai teknis lapangan, perlengkapan aksi dan menentukan perangkat aksi supaya gerakan yang dilakukan itu satu suara dan tidak ada provokator ketika di lapangan, karena ketika ada provokator yang menyusup dalam barisan gerakan, maka gerakan itu akan tidak terorganisir dan targetan aksi tidak akan didapat.
Ketika melakukan aksi biasanya HMI FISIP sering juga melakukannya dengan organisasi lainnya yang bersolidaritas dalam suatu tujuan aksi. Biasanya
85
Universitas Sumatera Utara
hal tersebut dilakukan bersama ketika di lapangan, para kader menyebarkan selebaran-selebaran dan pamflet sembari orasi menyuarakan tuntutan yang telah didiskusikan, supaya masyarakat mengetahui bahwa organisasi HMI itu menolak terhadap kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat tersebut dan HMI berjuang demi membela kepentingan rakyat kecil. Gerakan tersebut merupakan bentuk sosial kontrol terhadap kinerja pemerintah Dalam setiap aksi, kader HMI meminta perwakilan pemerintah keluar dan melakukan kampanye terhadap masyarakat atau kader HMI yang masuk ke dalam untuk melakukan audiensi. Karena tanpa audiensi dengan pihak pemerintah, maka gerakan itu dianggap nihil. Sedangkan kader-kader HMI yang masuk ke pemerintahan itu adalah kader-kader yang memiliki jabatan yang telah disepakati ketika manajemen aksi sebelum aksi dan membawakan isu dan tuntutan ke dalam pembahasan audiensi.
86
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.3.
Aksi HMI FISIP USU
Sumber: Instagram HMI FISIP USU (diakses 15 september 2017)
Foto diatas adalah ketika HMI FISIP melakukan aksi di bundaran SIB (Sinar
Indonesia Baru) kota Medan. Biasanya aksi tersebut disikapi oleh bidang PTKP
(Perguruan Tinggi Kemahasiswaan Dan Pemuda) HMI FISIP yang di fungsikan untuk membangun hubungan dengan organisasi eksternal lainnya dan bertanggung jawab dalam menyikapi isu-isu yang berkaitan dengan soial masyarakat.
“Kami memang sering melakukan aksi dan sering membuat diskusi tentang persoalan isu-isu kekinian, biasa agenda ini memang di tanggungjawab oleh bidang PTKP. Karena bidang inilah secara fungsi yang diamanahkan untuk membangun jarigan dengan organisasi ekstra lainnya. Biasanya kami aksi sering membawa calon kader dengan tujuan memberikan nilai-nilai dan peran mahasiswa di dalam perjuangan masyarakat yang tertindas” (Ahmad Fahrezy, Wawancara tanggal 8 September 2017).
87
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi proyeksi di bidang eksternal HMI FISIP adalah:
1. Menumbuhkembangkan budaya membaca, menulis, dan diskusi di tataran
kader dan calon kader.
2. Melakukan aksi-aksi secara nyata terhadap kebijakan yang tidak berpihak
terhadap mahasiswa dan masyarakat dengan sistematis dan simultan.
3. Menumbuhkembangkan wacana kritis yang berkaitan dengan disiplin ilmu
atau interdisiplin ilmu.
4. Memanfaatkan media sosial sebagai wadah baru dalam pergerakan
komisariat.
5. Mengadakan Trrainning Informal komisariat dalam rangka peningkatan
kualitas kader dan calon kader.
3.1.5. Interaksi Dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi sosial. Manusia senantiasa hidup bersama, berinteraksi dan bergantung satu sama lain untuk mempertahankan hidupnya dengan melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia lain dalam rangkap memenuhi kehidupannya (Soekanto,
2012:54). ). Di dalam organisasi HMI pasti terjalin interaksi antar sesama anggota di dalam organisasi. Sebelum bergabung menjadi anggota organisasi tentu adanya interaksi terlebih dahulu kepada calon anggota organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh informan bahwa:
“HMI FISIP USU adalah salah satu organisasi islam yang ada di kampus FISIP USU jadi kami tidak terbatas berinteraksi dengan anggota saja, namun dalam perekrutan kami juga sering mengajak diskusi mahasiswa-mahasiswa baru yang beragama islam sembari menawarkan apa saja yang menjadi nilai yang ada di HMI. Terus HMI FISIP adalah organisasi yang kaya akan nilai, salah satu nilai
88
Universitas Sumatera Utara
yang terkandung di dalam nya adalah nilai silaturahmi dan nilai kekeluargaan. Biasanya dalam interaksi sehari-hari kami hanya berinteraksi dengan anggota dan calon anggota saja. Namun di lain kesempatan kami juga sering berkunjung ke rumah alumni dan senior untuk sekedar membangun silaturahmi dan kekeluargaan di dalam organisasi. Disitulah interaksi yang kami bangun sangatlah luas dan tidak terbatas kepada keluarga besar HMI FISIP USU” (Roby, Wawancara tanggal 11 September 2017).
Dari pernyataan informan tersebut bahwa bentuk interaksi yang dilakukan dalam di dalam organisasi HMI adalah bagaimana cara mereka berinteraksi dengan seluruh anggota yang pernah terlibat di dalam organisasi HMI FISIP USU.
Bentuk lain dari interaksi yang dilakukan anggota HMI FISIP USU adalah mereka sering melakukan agenda kegiatan silaturahmi dan berdiskusi dengan alumni HMI
FISIP USU sehingga pola komunikasi dan interaksi dapat terus berjalan walaupun secara status dan peran alumni dan senior tidak lagi memiliki perananan secara peran di organisasi tersebut. Pola interaksi yang ada di organisasi HMI sangatlah terkonsep sehingga para senior dan alumni juga dapat berinteraksi dengan bakal calon anggota HMI biasanya pengurus HMI mengajak calon anggota untuk ikut bersilaturahmi ke rumah alumni dan senior yang akan dikunjungi sehingga terbangunlah rasa saling memiliki antar anggota organisasi. Biasanya kegiatan tersebut rutin dilakukan untuk memperkuat hubungan dan menjaga kestabilan roda organisasi dari lintas generasi.
89
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.4.
Interaksi Antar Anggota HMI FISIP USU
Sumber: Facebook HMI FISIP USU (diakses 16 September 2017)
Foto diatas adalah salah satu bentuk interaksi yang dilakukan oleh para anggota HMI FISIP USU. Para anggota HMI biasanya sering melakukan perkumpulan untuk saling berbagi informasi tentang kuliah ataupun tentang kepentingan organisasi nya. Interaksi yang dilakukan antar anggota biasanya selain dikampus mereka juga aktif berinteraksi di sekretariat HMI. Disitulah mereka saling meluangkan waktu untuk saling berkumpul ataupun hanya sebetas bercanda dan mengisi kekosongan.
90
Universitas Sumatera Utara
3.2. Budaya Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
3.2.1. Rekrutmen Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Menurut Mathis dan Jackson perekrutan adalah proses menghasilkan sejumlah pelamar. Yang berkualifikasi untuk pekerjaan di suatu organisasi atau perusahaan. Ivanchevich juga menyebut perekrutan adalah seperangkat aktivitas suatu organisasi yang digunakan untuk mencari calon pemegang jabatan yang memiliki kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. Kemampuan organisasi dalam mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi didukung oleh proses rekrutmen dan proses rekrutmen diintegrasikan dengan program dan kebijakan sumber daya manusia yang strategis. Dengan demikian maka rekrutmen disini dalam arti mencari sekumpulan pelamar yang mempunyai kemampuan sikap dan motivasi yang baik dimaksudkan untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan yang ada dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi akibat dari perubahan-perubahan. Sama seperti dalam hal ini pengurus UKMI juga memiliki konsep dan tujuan dalam melakukan perekrutan untuk mencari calon anggota. a. Melalui Simpatisan Dakwah
Simpatisan dakwah adalah mahasiswa baru yang menjadi sasaran utama
UKMI mengajak memperkenalkan eksistensi UKMI di dunia kampus FISIP USU yang menjadi wadah perwakilan organisasi islam bagi mahasiswa islam untuk menggali potensi dan kebutuhannya tentang nilai-nilai keislaman. Pola perekrutan melalui simpatisan dakwah dimulai dari penyambutan mahasiswa baru yang beragama islam sejak registrasi ulang di pendopo USU. selanjutnya mahasiswa
91
Universitas Sumatera Utara
yang belum terdata maka dilakukan sosialisasi pembukaan mentoring agama islam atas kerjasama dengan dosen agama islam. Setelah data peserta mentoring didapat memasuki mentoring rutin yang dilakukan sekali dalam seminggu. Bagi peserta yang aktif mentoring dan tertarik dengan adanya mentoring tanpa adanya unsur pemaksaan atau hal buruk lainnya. Mereka itulah yang dikatakan sebagai simpatisan dakwah karena sejak mentoringlah UKMI menyampaikan dakwah kepada seluruh mahasiswa islam yang ada di FISIP USU. b. Barisan Pendukung Dakwah/ Syakhsiyah Islamiyah
Barisan pendukung dakwah/ syakhsiyah islamiyah adalah mahasiswa tetap mengikuti mentoring agama islam dan tertarik untuk mengikuti jenjang pengkaderan UKMI yang dikenal dengan Siaga 1. Peserta yang menjadi siaga 1 akan dilakukan penyeleksian terlebih dahulu atas kesungguhannya untuk menjadi anggota pengurus magang UKMI. Upaya penyeleksian tersebut dilakukan melalui evaluasi muwashofat/ penilai syarat kelulusan untuk menjadi anggota UKMI.
Biasanya ada targetan hafalan ayat yang dijadikan penentu kelulusan seseorang untuk menjadi anggota UKMI selanjutnya.
Setelah dinyatakan lulus sebagai anggota magang UKMI. Selanjutnya diarahkan untuk mengikuti sekolah pementor yang bertujuan untuk melatih mereka agar bisa mengisi materi tentang mentoring agama Islam ditahun ajaran baru yang akan datang. Peserta sekolah pementor ini juga dilakukan penyeleksian terlebih dahulu karena tidak semua yang bisa lulus untuk menjadi seorang pementor yang nantinya akan memberikan materi mentoring kedepannya. Sampai jenjang ini peserta yang berhasil mengikuti sekolah pementor dianggap sebagai
92
Universitas Sumatera Utara
barisan pendukung dakwah karena mereka mendukung setiap kegiatan UKMI. c. Barisan Penggerak Dakwah/ Syakhsiyah Muharikah
Barisan penggerak dakwah/ syaksiyah muharikah adalah mereka yang sudah melewati jenjang pengkaderan tingkat 2 yaitu siaga 2 dan memenuhi syarat
(muwashoffat) yang dinyatakan lulusan setelah dilakukan follow up terlebih dahulu. Peserta yang sudah melewati Siaga 2 dianjurkan untuk mengikuti sekolah
Murabbi/ sekolah untuk mengisi alaqoh jenjang diatas mentoring. Sekolah
Murabbi ini biasanya dilakukan di luar UKMI FISIP USU dan ini bekerjasama dengan UKMI Ad-Dakwah USU sebagai kordinator tertinggi di tingkat universitas dalam pengelolaan dakwah kampus USU. Bagi mereka yang sudah melewati jenjang siaga 2 biasanya dianjurkan untuk mengikuti penugasan/ tasqif di tingkat Universitas yaitu UKMI Ad-Dakwah. Mereka yang sudah melewati fase tersebutlah yang dikatan sebagai barisan penggerak dakwah. Disinilah seseorang ditempatkan sebagai pengurus inti UKMI dan diberi kepercayaan sepenuhnya untuk mengelola jalannya kegiatan UKMI namun dibawah pengawasan dari alumni pengurus UKMI sebelumnya. d. Barisan Pemimpin Dakwah/ Yakhsiyah Da’iyah Qiyadiyah
Barisan pemimpin dakwah/ yakhsiyah da’iyah qiyadiyah adalah pengusrus yang sudah melewati jenjang pengkaderan baik itu siaga 1, siaga 2, dan selanjutnya mengikuti tingkat pengkaderan tekad tiga yang di selenggarakan
UKMI Ad-Dakwah USU. kader yang sudah melewati jenjang ini mereka diarahkan untuk mengelola organisasi di tingkat universitas yaitu UKMI-Ad
Dakwah USU karena jenjang pengkaderan ini merupakan jenjang tertinggi yang
93
Universitas Sumatera Utara
dilewati seorang pengurus tingkat kampus. Biasanya kalau tekad tiga ini kalau posisinya di fakultas, dia langsung dibuat kedalam kepengurusan presidium/ pemimpin dakwah. Untuk menjadi pemimpin dakwah ini membutuhkan waktu yang melewati masa training selama 1 minggu dan dilakukan pada akhir tahun tangal 25 Desember- 01 Januari di tahun baru. Sengaja waktu libur dibuat karena untuk melihat kesungguhan para peserta untuk komitmen di jala dakwah.
Dalam melakukan perekrutan pengrus UKMI, adapun catatan tingkat 1
(siaga1) yang harus di ketahui yaitu:
1. Pengkaderan tingkat pertama dilakukan oleh LDF.
2. Pengkaderan tingkat pertama dimulai pada semester ganjil dengan estimasi
waktu efektif follow up 10 pekan.
3. Kader yang tidak memenuhi muwashoffat untuk lanjut ke training
pengkaderan tingkat kedua diberikan perlakuan khusus dengan pemberian
suplemen tasttqif atau penugasan dari kaderisasi.
4. Lulusan training kaderisasi tingkat 1 (Tekad 1) bisa diberdayakan sebagai
anggota magang di lembaga dakwah.
5. Lulusan pengkadera tingkat pertama dinamakan GI 1 (Generasi Islam 1)
Siaga 2 yaitu yang harus di ketahui yaitu:
1. Pengkaderan tingkat kedua dilakukan oleh LDF.
2. Pengkaderan tingkat kedua dilakukan pada semester genap dengan
estimasi efektif follow up 10 pekan.
3. Peserta training kaderisasi tingkat 2 (Tekad 2) juga wajib mengikuti
sekolah pementor.
94
Universitas Sumatera Utara
4. Lulusan pengkadera tingkat kedua dinamakan GI 2 (Generasi Islam 2)
dalam melakukan perekrutan pengurus UKMI, adapun catatan tingkat 2
(Siaga 2) yang harus diketahui yaitu:
1. Pengkaderan tingkat tiga dilakukan LDK.
2. Pengkaderan tingkat tiga dimulai pada semester ganjil dengan estimasi
masa follow up 36 pekan.
3. Persyaratan mengikuti training kaderisasi tingkat ketiga mendapat
rekomendasi kaderisasi dan memenuhi muwashoffat.
4. Lulusan training kaderisasi tingkat 3 (Tekad 3) difungsikan sebagai
presidium lembaga dakwah baik di tingkat fakultas maupun universitas.
5. Lulusan pengkaderan tingkat tiga dinamakan GI 3 (Generasi Islam 3).
3.2.2. Tujuan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Pada awalnya di FISIP USU sudah ada fasilitas berupa musholah yang bernama as-siyasah, karena melihat kondisi musholah yang memperihatinkan dan tidak ada yang merawat dan membersihkan musholah saat itu, dibentuklah BKM
(Badan Kenaziran Musholah) yang dimana nantinya dapat menjaga keamanan dan kebersihan musholah di FISIP USU yang ada tahun 1998. Memasuki kepemimpinan Dekan Drs. Subhilhar, MA didampingi Prof. Drs. Hamdani
Harahap selaku Pembantu Dekan III FISIP USU mengusulkan untuk membuat
UKM dimana nantinya hanya ada dan boleh satu UKM saja yang membuat satu kegiatan dan menjadi wadah ekspresi mahasiswa islam untuk mengadakan kegiatan yang berbasis agama islam seperti diantaranya yaitu dalam merayakan tahun baru islam yaitu 1 muharram, Idhul Adha, hari Maulid Nabi Muhammad
95
Universitas Sumatera Utara
SAW, hari isra’ mi’raj, dan kegiatan kegiatan yang berbasis keagamaan lainnya.
Pada tahun 1999 UKMI di FISIP USU diresmikan oleh abangda Nazir sebagai gubernur pertama di FISIP USU. Selanjutnya diresmikannya UKMI di FISIP
USU sebagai unit kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat dengan berbasis islam dan kajian-kajian.
Maka dari berbagai macam organisasi ekstra kampus terutama organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU, Hizbut Tahrir Indonesia USU, dan rohani islam Himpunan Mahasiswa Jurusan menjadikan Ukmi sebagai wadah untuk membuat kegiatan seputar islam dan menghidupkan kegiatan dan perayaan hari-hari besar islam sebagai pelopor utama UKMI di FISIP USU saat itu penah menjadi ketua umum HMI FISIP USU yaitu abangda Salman Al-farizi, abangda
Surya Utama, Syaiful Haris, Salman Al-fariz, dan lain-lain menggerakkan massa dari kawan-kawan HMI FISIP USU untuk membuat kegiatan dan kajian islam berbasis kontemporer, sehingga keberadaan UKMI di FISIP USU tidak terlepas dari penggerak utamanya organisasi eksternal berupa HMI FISIP USU dan membuat rapat serta kegiatan perkumpulan dilakukan di mushola dan sesekali di bawah pohon rindang FISIP USU.
Latar belakang berdirinya UKMI di FISIP USU ini berawal dari kepedulian
PEMA yang melihat tidak terkordinirnya kegiatan mahasiswa yang berbasis islam sementara kegiatan yang berbasis kristen tertata rapi dan semakin berkembang baik. Selain itu juga mahasiswa islam saat itu tidak memiliki wadah untuk menyalurkan bakat yang dimilikinya yang berbasis agama islam yang resmi diakui oleh pihak Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UKMI juga
96
Universitas Sumatera Utara
berdiri atas kerjasama dengan Rohani islam dari Himpunan Mahasiswa Jurusan yang ada di FISIP USU, sehingga mempermudah UKMI dalam regenerasi pengurus UKMI selanjutnya. Seperti wawancara kepada ketua UKMI dia menjelaskan tujuan organisasi ini bahwa:
“jadi tujuan UKMI saat ini untuk mengembangkan nilai keislaman lalu mengembangkan fiqih agama untuk menjadi pemimpin masa depan, lalu ini untuk kita sebagai mahasiswa untuk dapat peduli terhadap semua mahasiswa islam yang ada di FISIP agar mereka tidak lari dari ajaran islam yang sebenarnya. Organisasi ini terbentuk dari adanya usulan di struktur internal kampus terbentuknya UKMI juga sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai keislaman kedalam FISIP sendiri” (Chairul Purba, Wawancara tanggal 26 September 2017).
Biasanya organisasi yang sering berkumpul di lingkungan musholah
FISIP ini juga sering melakukan kajian-kajian keislaman di sekitaran lingkungan musholah FISIP dan saling terbuka untuk mahasiswa muslim di
FISIP yang akan ingin bergabung kedalam organisasi ataupun hanya sekedar untuk berdiskusi tentang nilai-nilai keislaman itu sendiri.
3.2.3. Jenis Pelatihan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Pada dasarnya setiap organisasi memiliki pelatihan dasar ataupun jenjang
Training untuk memperkuat komitmen dan kosistensi anggotanya dalam menjaga semangat organisasinya agar mencapai tujuan organisasinya. Begitu juga yang di lakukan organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Islam yang ada di FISIP USU organisasi UKMI memiliki jenjang pelatihan kader sesuai dengan kebutuhan organisasinya. Di UKMI FISIP sendiri nama pelatihannya adalah Siaga 1 dan juga
Siaga 2 pelatihan ini berbentuk materi yang biasanya di isi oleh para ustadz dan biasanya materi yang di berikan adalah pembahasan tentang nilai-nilai keislaman,
97
Universitas Sumatera Utara
perjuangan para nabi, serta makna dan isi dari kitab suci al-qur’an. Biasanya sebelum mengikuti siaga 1 dan siaga 2 calon anggota yang terdiri dari mahasiswa baru mengikuti diskusi yang dinamakan pra-siaga training pra-siaga biasanya dilakukan di masjid dakwah training pra-siaga merupakan tahapan awal untuk menjadi anggota UKMI FISIP USU. di dalam training ini biasanya materi yang diberikan lebih kepada pengenalan jati diri pribadi dengan pernyataan “siapa saya dan untuk apa saya hidup di dunia ini” artinya di training ini mengajak peserta pemula untuk mengenal jati dirinya sendiri dan tujuan diciptakannya di dunia dengan berlandasan pemikiran islam.
Adapun tema yang sering di buat yaitu “WHO AM I”? training ini masih berupa pencarian identitas mahasiswa baru yang baru saja memasuki dunia kampus dan diarahkan tujuannya untuk kuliah.
Karena UKMI yang mengemas acara ini makka UKMI lebih mengarahkan peserta kepada dakwah yang artinya mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran artinya menjadikan diri pribadi dapat bermanfaat bagi orang lain. Disini belum menunjukan yang menandakan yang menyelenggarakan acara tersebut, supaya nantinya peserta fokus training ini dan nyaman di dalamnya. Selesai materi, peserta pra-siaga juga dilatih kekompakan dengan membuat yel-yel dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang dalam satu kelompok dan menampilkannya di hadapan semuanya. Selain yel-yel untuk menciptakan suasana persahabatan sehingga tujuan akhirnya kompak peserta yang diberi makan yang di letakkan di lantai yang bealaskan bungkus nasi yang melintang dan peserta saling berhadapan memakannya dimana laki-laki bersama
98
Universitas Sumatera Utara
laki-laki dan perempuan bersama perempuan yang di beri batasan beberapa meter, karena kita ketahui di setiap kegiatan UKMI hubungan laki-laki dan perempuan ada jarak pembatasnya supaya tidak terjadi prasangka buruk dari yang lain untuk melindungi diri bersama. Sebab dalam islam hubungan antar laki-laki dan perempuan dibatasi dengan tidak diperbolehkan sembarangan berinteraksi. Yang menjadi peserta pra siaga 1 ini nantinya sekaligus menjadi peserta siaga, karena di pra siaga untuk pembukaan siaga 1 namun tidak terlepas kemungkinan juga yang tidak mengikuti pra-siaga ini juga bisa mengikuti siaga 1 karena proses pengenalan UKMI itu siaga 1. Sementara Siaga 1 dan siaga 2 adalah jenjang pelatihan para anggota untuk melatih tanggung jawab dan profesionalitas kepemimpinan para anggota. Biasanya pelatihan ini di jadikan kriteria untuk menjadi anggota UKMI dan pelatihan ini bersifat bertahap.
“pelatihan di UKMI namanya siaga 1 dan siaga 2 bang, siaga 1 dan siaga 2 adalah jenjang pelatihan di UKMI yang bertujuan untuk melatih skill kepemimpinan biasanya pelatihan tersebut dibawakan oleh ustadz dan materi yang di bawakan adalah materi tentang nilai- nilai keislaman” (Chairul Purba, Wawancara tanggal 28 September 2017).
Pelatihan ini biasanya dilakukan setiap satu periodesai sekali, dan biasanya pelatihan ini dilakukan untuk menciptakan para pemimpin yang nantinya akan di persiapkan untuk kebutuhan regenerasi dari UKMI FISIP sendiri karena calon anggota yang sudah mengikuti pelatihan biasanya dapat mengikuti dan sudah menjadi kriteria sebagai anggota. Kegiatan seperti ini sangat sering dilakukan akan tetapi kegiatan tersebut dilakukan dengan bentuk yang non formal. Kegiatan ini biasanya berbentuk seperti mentoring ataupun diskusi keislaman rutin yang
99
Universitas Sumatera Utara
dilakukan untuk bertujuan memperbanyak wawasan anggota dan memperkuat tali silaturahmi antar anggota.
Selain itu para anggota untuk memperluas jaringan dan juga untuk memperkuat silaturahmi antar anggota LDF (Lembaga Dakwah Fakultas) para anggota UKMI FISIP juga sering terlibat dan menghadiri agenda-agenda LDF yang tidak hanya di kampus USU saja. Akan tetapi mereka juga menghadiri kegiatan-kegiatan LDF yang berada diluar kampus yang ada di seputaran kampus di kota medan yang tak lain untuk memperkuat ukhwah islamiyah sesama LDF se-kota medan dan juga untuk saling bertukar pikiran terhadap dinamika ataupun kendala yang terjadi pada setiap kampus masing-masing dalam hal perekrutan anggota baru yang akan mengisi kegiatan organisasi tersebut.
100
Universitas Sumatera Utara
a). Pelatihan Siaga I UKMI FISIP USU
Foto 3.5.
Siaga 1 UKMI FISIP USU
Sumber: Facebook UKMI Siaga 1 (Diakses 28 September 2017)
Siaga 1 merupakan pelatihan perekrutan UKMI tingkat awal dimana pelatihan ini dikelola dibawah instruksi oleh departemen kaderisasi. Biasanya siaga 1
UKMI di FISIP ini dilaksanakan tiga hari berturut-turut yaitu pada hari jum’at, sabtu, dan mingu. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada bulan November/
Desember setelah diadakannya Ujian Tengah Semester dengan tujuan agar nantinya bisa fokus terlebih dahulu untuk menjalani ujian tersebut. Siaga 1 selain untuk perekrutan, juga menambah teman baru dan kekompakan. Awalnya keberadaan UKMI Siaga 1 ini dilaksanakan hanya satu hari saja dan lokasinya di sibolangit. Namun sejak 2015 dari pengurus kaderisasi berinisiatif membuat siaga
101
Universitas Sumatera Utara
1 menjadi tiga hari dimana selama dua hari di dalam ruangan dan satu hari di outdoor di sibolangit. Hal ini diubah konsepnya sejak adanya akan kurang terjalinnya ikatan antar sesama peserta, makka dibuatlah siaga 1 sejak 2015- sekarang menginap dan dilakukan secara berurutan harinya. Contohnya pada tanggal 04-06 Desember UKMI pernah melaksanakan kegiatan pelatihan siaga 1 dimana pada hari jum’at, dan sabtu para peserta hanya melakukan kegiatan tersebut di dalam ruangan saja sedangkan di hari minggunya di outdoor. Di outdoornya biasanya peserta agak bebas dari biasanya para peserta sedikit bosan dan jenuh yang kegiatannya selalu di dalam forum. Di hari minggunya peserta bisa bermain namun lebih ke pengaplikasian ilmu yang diperoleh sewaktu di forum. Biasanya permainan tersebut harus melewati 4/5 pos yang masing-masing pos sudah ada penjaganya yaitu pengurus inti UKMI dan di setiap pos ditanyakan materi yang di dapat di forum dan peserta di bentuk kelompok dan buat iyel-yel semenarik mungkin agar bisa dilihat pemenang yang sesungguhnya. b). Pelatihan Siaga II UKMI FISIP USU
Pelatihan siaga dua diselenggarakan oleh departemen kaderisasi UKMI, namun bedanya teraining ini pesertanya bukan berasal dari mahasiswa baru dengan membuka open rekrutmen. Namun peserta yang hadir itu mereka yang sudah mengikuti pelatihan siaga I dan berkomitmen untuk menjadi pengurus inti
UKMI. Agar nantinya bisa menjalankan dan melanjutkan gerakan UKMI di FISIP
USU kedepannya lebih baik.
102
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.6.
Siaga II UKMI FISIP USU
Sumber: Facebook UKMI Siaga II (Diakses 29 September 2017)
Training siaga II ini juga berbeda dengan siaga I, karena disini lebih pengaplikasian metode dakwah di lingkungan masyarakat langsung dan tidak lagi ada permainan seperti yang ditemukan di siaga 1. Proses penyaringan untuk jadi pengurus inti juga ada karena mereka yang lulus siaga II inilah nantinya melanjutkan estafet dakwah kampus di FISIP USU kedepannya. Training ini juga dilakukan menginap dalam waktu 3 hari berturut-turut selama dua hari berupa materi tentang berbicara baik di depan umum seperti materi publik speaking dan hari terakhirnya langsung berdakwah di sekitar masyarakat. Lokasi penginapan
103
Universitas Sumatera Utara
training yang dilakukan dengan metode dakwah yaitu dakwah perseorangan.
Sedangkan untuk lokasi penginapan disesuaikan tempat yang sudah ada kepanitiaan yang mengatur semuanya. Karena sebelumnya sudah dibentuk kepanitiaan oleh pengurus UKMI FISIP USU. sementara materi yang disampaikan juga berbeda yaitu materi kepemudaan, urgensi dakwah, komitmen di jalan dakwah fardiyah11, dan public speaking12.
3.2.4. Gerakan Sosial Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan Sosial adalah tindakan atau agitasi13 terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada satu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada14.
Turner dan Killian, dalam suryadi (2007) mendefenisikan gerakan sosial secara luas sebagai suatau usaha bersama untuk meningkatkan suatu penentangan perubahan dalam masyarakat dimana usaha tersebut memainkan peran.
Kartodirjo, dalam kamaruddin (2012) mengatakan gerakan sosial adalah gerakan perjuangan uyang dilakukan oleh golongan sosial tertentu melawan eksploitasi ekonomi, sosial, politik, agama dan kultural, oleh kelompok penekan, apakah itu penguasa ataupun negara.
Dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial itu adalah suatu nilai-nilai yang ditanamakan dalam suatu pemikiran para anggota di dalam suatu organisasi yang dengan memegang nilai tersebut sebagai pedoman untuk menggerakkan
11 Dakwah yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara terbuka. 12 Berbicara dengan baik di depan umum. 13 Agitasi adalah hasutan kepada orang banyak untuk melakukan pemberontakan biasanya dilakukan oleh tokoh atau aktivis partai politik 14 http://kbbi.web.id/sistem/sistem
104
Universitas Sumatera Utara
organisasi yang dimilikinys tersebut. Untuk melihat gambaran pergerakan UKMI dalam mempertahankan eksistensinya di kampus dapat dimulai dengan membicarakan budaya gerakan sosial yang diterapkan oleh para angotanya dalam menjalani pergerakan organisasi mahasiswa di FISIP USU yang dijadikan alat bantu untuk mempermudah melihat perbedaannya dengan organisasi lainnya. Hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah menyangkut pandangan emik dari pengurus UKMI menyangkung pendefenisian nilai atau budaya. Pemahaman dari pengurus UKMI mengenai budaya adalah suatu nilai-nilai yang dijadikan oleh seseorang untuk bertindak sesuai yang diharapkan oleh pemimpin nilai budaya yang dimiliki oleh pengurus organisasi UKMI yang telah diwariskan secara turun- temurun yaitu nilai-nilai yang bersumber dari Allah dan Rasul yaitu Al-Qur’an dan Hadist dari beberapa wawancara saya dengan pengurus UKMI FISIP USU gerakan sosial yang ditanamkan biasanya bersumber dari nilai-nilai keislaman.
105
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.7.
Aksi UKMI FISIP USU
Sumber: Facebook UKMI FISIP USU (Diakses 3 Oktober 2017)
Dalam melakukan aksi biasanya UKMI FISIP USU bergabung dengan UKMI sekawasan USU dalam melakukan mobilisasi15 massa. Dalam hal ini biasanya
UKMI melakukan kajian sebelum melakukan turun aksi. Biasanya keterlibatan
UKMI dalam melakukan aksi isu yang dikaji adalah isu-isu yang bersifat keislaman seperti aksi bela islam, aksi peduli palestina, serta aksi-aksi dengan isu yang mengangkat tentang intoleransi yang bersifat keagamaan.
“jadi bang ketika kami melakukan aksi biasanya dalam mengumpulkan massa kami bergabung dengan kam rabbani ataupun kammi, kami masi memiliki keterkaitan dengan mereka walaupun secara status organisasi berbeda. Dan biasanya aksi yang kam ikuti adalah aksi yang bersifat keagamaan dan juga tentang kemanusiaan”. (Nugra, Wawancara tanggal 6 Oktober 2017).
15 Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak
106
Universitas Sumatera Utara
Biasanya ketika melakukan aksi keterlibatan organisasi yang memiliki korelasi juga ikut dalam membantu seperti KAM Rabbani dan juga organisasi
KAMMI. Karena UKMI juga memiliki keterlibatan dengan kedua organisasi tersebut KAM (Kelompok Aspirasi Mahasiswa) Rabbani adalah kendaraan politik organisasi UKMI dalam hal-hal politik kampus misalnya dalam PEMIRA
(Pemilihan Raya) mahasiswa dan KAM Rabbani juga memiliki struktur organisasi di dalamnya. Biasanya isi dari struktur KAM Rabbani adalah pengurus UKMI dan juga para kader KAMMI hanya saja status organisasinya saja yang berbeda. KAM
Rabbani adalah lembaga yang disususn untuk menjadi kendaraan politik para anggota organisasi UKMI dan juga KAMMI untuk dijadikan sebuah persyaratan mengikuti kontestasi politik pada mahasiswa. Begitu juga organisasi KAMMI adalah organisasi eksternal yang memiliki keterkaitan sangat kental dengan organisasi UKMI biasanya para kader KAMMI juga di isi oleh para anggota
UKMI.
3.2.5. Interaksi Dalam Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP
USU
Interaksi yang dilakukan oleh pengurus UKMI biasanya dilakukan rutin setiap hari di dalam lingkungan kampus FISIP USU. biasanya titik kumpul para pengurus UKMI adalah di kawasan lingkungan musholah FISIP USU. Biasanya interaksi yang dilakukan adalah interaksi yang bersifat formal namun tetap dalam kondisi yang saling memperhatikan satu sama dengan yang lainnya. Adapun interaksi formal yang dilakukan biasanya adalah di wadahi oleh diskusi rutin ataupun kegiatan formal yang terbentuk dalam suatu agenda acara. Dalam
107
Universitas Sumatera Utara
membangun interaksi dengan senior dan juga alumni biasanya pengurus UKMI sering melakukan silaturahmi ataupun kunjungan. Agenda rutin yang biasanya dilakukan dinamakan silaturahmi tokoh. Silaturahmi tokoh ini bertujuan untuk membangun tokoh senior yang pernah berkecinambung di UKMI FISIP USU dimana nantinya kekeluargaan dan persahabatan yang baik dimana nantinya dengan adanya kunjungan ini agar pengurus UKMI yang sekarang bisa sharing berbagi pengalaman di dalam mengelola dan memanajemen organisasi yang baik sehingga diharapkan dari kunjungan tokoh ini dapat memberi informasi tentang perkembangan UKMI yang sekarang dan juga mendapatkan masukan untuk
UKMI tentang agenda dan tujuan pergerakan UKMI FISIP USU lebih terarah.
Selain itu cara interaksi yang dilakukan oleh pengurus UKMI adalah dengan membuat suatu agenda yang melibatkan senior dan alumni untuk berhadir dan lebih mengenal pengurus UKMI yang sekarang ini dan juga tetap menjaga hubungan dan tali silaturahmi yng baik.
3.3. Budaya Organisasi Dalam Bidang
3.3.1. Budaya Organisasi Dalam Bidang Himpunan Mahasiswa Islam di
FISIP USU
Pengurus di HMI Komisariat FISIP USU merupakan amanah secara struktural yang diberikan kepada anggota HMI, sama seperti dengan HMI secara umum. Pengurus komisariat dilantik oleh pengurus cabang, berdasarkan rekomendasi struktur kepengurusan dari ketua umum terpilih atau mandataris
Rapat Anggota Komisariat (RAK). Kepengurusan merupakan elemen yang paling bertanggung jawab menjalankan roda organisasi.
108
Universitas Sumatera Utara
Pengurus selain bertanggung jawab menjalakan roda organisasi secara formal
HMI, pengurus HMI Komisariat FISIP USU juga harus menjaga nilai-nilai di komisariat. Pengurus HMI Komisariat FISIP USU diposisikan oleh anggota- anggota yang sudah cukup memiliki pengetahuan mengenai komisariat. Hal tersebut dikarenakan setiap anggota yang akan menjadi pengurus harus mengalami proses belajar di komisariat selama satu tahun enam bulan rata-rata.
Jarak waktu selama itu merupakan jarak dari seorang mahasiswa baru mengenal
HMI dan ikut bergabung dengan HMI. Komisariat memandang dengan jarak selama itu seorang mahasiswa yang nanti akan menjadi pengurus di HMI
Komisariat FISIP USU sudah memiliki komitmen ber-HMI. Komitmen pengurus harus dapat ditunjukan dengan loyalitas dan militansi terhadap komisariat.
Pengurus dituntut untuk harus mengedepankan persoalan komisariat dibanding dengan persoalan pribadi.
Proses yang berjalan di organisasi dalam rangka mencapai tujuan telah mewujud pada karakteristik organisasi sebagai identitas dari organisasi atau dapat disebut dengan budaya organisasi. Hal inilah yang membedakan antara setiap organisasi yang ada. Menurut Schein bahwa budaya organisasi merupakan pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh sekelompok orang. Setelah atau sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal. Dari poala asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk
109
Universitas Sumatera Utara
berpersepsi, berpikir dan mengungkapkan perasaanya dalam kaitan dengan persoalan-persoalan organisasi (Sobirin, 2007:132).
Gerakan HMI Komisariat FISIP USU baik di kampus maupun di luar kampus, sangat tergantung kepada pengurusnya. Hal tersebut di karenakan pengurus yang berwewenang penuh menjaga seutuhnya prinsip-prinsip komisariat dan menjalankan nilai-nilai komisariat. Peran pengurus dalam hal gerakan dimulai dari mempersiapkan regenerasi komisariat, sampai pada menyusun strategi dan mempersiapkan langkah taktis komisariat untuk membangun gerakan.
Kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU terbagi dalam beberapa bidang.
Pembagian bidang tersebut sesuai dengan kebutuhan komisariat dan berdasarkan kosntitusi. Bidang-bidang yang terdapat di kepengurusan HMI Komisariat FISIP
USU adalah Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Bidang Pembinaan
Anggota (PA), Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP),
Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi (KPP), Bidang Administrasi dan Kesekretariatan (Adm. Kessek), Bidang Keuangan Logistik (Keulog). Seluruh bidang tersebut dipimpin oleh seorang Ketua Umum. Setiap bidang terdiri dari satu orang Ketua Bidang (Kabid) dan beberapa anggota bidang (Departemen).
Setiap bidang diperbantukan oleh satu Wakil Sekretaris Umum (Wasekum),
Wasekum Bidang merupakan perpanjangan tangan dari bidang Adm. Kessek.
Bidang Adm Kesek dipimpin oleh Sekretaris Umum (Sekum), sedangkan personil
Adm. Kesek terdiri dari wasekum setiap bidang dan beberapa anggota
(Departemen). Bidang Keuangan Logistik dipimpin oleh Bendahara Umum
110
Universitas Sumatera Utara
(Bendum), sedangkan personil bidang Keulog terdiri dari beberapa Wakil
Bendahara Umum (Wabendum) dan beberapa anggota bidang (Departemen).
Setiap bidang kepengurusan di HMI Komisariat FISIP USU bergerak saling mendukung satu sama lain. Bidang-bidang di HMI Komisariat FISIP USU sudah memiliki karakter bidang yang melekat. Karakter bidang tersebut diwariskan secara kultural. Kenyataan tersebut mengakibatkan pengurus HMI Komisariat
FISIP USU jarang mengkaji konstitusi HMI. Bidang-bidang di kepengurusan memiliki peranan masing-masing secara khusus untuk mendukung gerakan komisariat, peran tersebut sesuai kompetensi bidang. a. Bidang Penelitian dan Pengembangan
Bidang Litbang merupakan representasi dari jiwa pengetahuan. Pengetahuan yang terdapat di Bidang Litbang sangat berguna untuk pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan dari bidang ini dapat mengembangkan pola-pola analisis dan evaluatif terkait dengan kondisi atau perkembangan komisariat. Khusus dalam hal gerakan komisariat, bidang ini berkontribusi terhadap pembentukan wacana arah gerakan komisariat. Data-data yang berkaitan dengan kondisi internal dan eksternal komisariat terdapat pada bidang Litbang. Bidang Litbang merupakan bidang yang dituntut untuk dapat menghimpun data-data untuk bahan analisis komisariat. Hasil analisis dari bidang ini dapat dimanfaatkan komisariat untuk menjalankan peran komisariat sebagai organisasi perjuangan dan fungsi komisariat sebagai organisasi perkaderan.
111
Universitas Sumatera Utara
b. Bidang Pembinaan Anggota
Bidang Pembinaan Anggota merupakan representasi dari jiwa sosial.
Pengetahuan di bidang ini ditujukan untuk mengembangkan bentuk dari kepribadian anggota. Kepribadian anggota yang diinginkan adalah kepribadian yang berjiwa sosial, bukan kepribadian individualis. Kepekaan anggota terhadap persoalan-persoalan sosial dibentuk sejak anggota-anggota mengenal HMI FISIP.
Skenario mengenai pembentukan anggota merupakan peran dari bidang pembinaan anggota di kepengurusan. Setelah bidang ini menskenariokan sesuai dengan nilai-nilai komisariat, barulah bidang PA mensosialisasikan kepada bidang-bidang lainnya untuk di implementasikan sesuai dengan kompetensi bidang. Selain itu bidang PA juga berperan menjaga hubungan silaturahmi di internal komisariat.
Bidang ini merupakan bidang yang paling bertanggung jawab dengan pembinaan anggota. Keaktifan bidang ini dituntut untuk dekat dengan calon anggota maupun anggota komisariat. Pembinaan harus dilakukan secara berkala, baik pembinaan secara foormal maupun informal. Nilai-nilai yang terdapat di komisariat akan dikenalkan di awal, serta diberikan pemahaman terhadap para calon anggota melalui bidang pembinaan anggota. c. Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda
Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) merupakan representasi jiwa pejuang. Stimulus untuk melakukan perjuangan, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta membangun dan struktur pola-pola gerakan menjadi tanggung jawab dari bidang PTKP. Pengetahuan yang terdapat dari bidang PTKP
112
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menjelaskan perubahan sosial dan rekayasa sosial. Begitu juga dengan aksi-aksi massa atau demonstrasi yang dilakukan komisariat, bidang ini yang memegang komando di lapangan.
Bidang PTKP juga merupakan bidang yang mengurusi persoalan yang berhubungan dengan eksternal komisariat. Peran dan fungsi eksternal yang harus dijalankan bidang PTKP adalah mengurus persoalan-persoalan politik di tingkatan organisasi mahasiswa (pemira, musyawarah departemen). Sebagai tim lobi dari komisariat untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan, membangun hubungan dengan organisasi-organisasi lain, menghadiri undangan-undangan sebagai representasi dari organisasi. Selain memiliki peran dan fungsi bidang eksternal, bidang ini juga memiliki peran dan fungsi internal organisasi. Peran dan fungsi internal dari bidang ini adalah meningkatkan kajian-kajian pengetahuanyang dapat membangkitkan daya kritis calon anggota dan anggota, serta meningkatkan daya intelektualitas calon anggota dan anggota. d. Bidang Kewirusahaan dan Pengembangan Profesi
Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi (KPP) sebelumnya adalah bidang kekaryaan. Perubahan di konstitusi HMI mengahruskan bidang ini sekarang bernama KPP. Konsep dari bidang KPP bertujuan mendorong minat kader untuk berwirausaha dan membentuk kader untuk memiliki keahlian khusus, supaya kedepannya dapat menjadi profesi kader. Namun di HMI Komisariat
FISIP USU, gambaran dari bidang KPP masih menggunakan konsep Bidang
Kekaryaan. Bidang Kekaryaan di tafsirkan di HMI Komisariat FISIP USU sebagai bidang yang mempersentasikan jiwa seni dan kreatifitas, serta
113
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan produksi budaya alternatif. Menggali potensi manusia dan membangun sumber daya manusia yang penuh dengan kreatifitas menjadi tugas bidang KPP.
Kontribusi bidang KPP dalam gerakan HMI Komisariat FISIP USU memainkan peran yang khas. Gerakan bidang ini lebih menekankan pada kreatifitas. Secara khusus HMI Komisariat FISIP USU juga memiliki biro-biro untuk lembaga kreatifitas calon anggota. Terdapat 6 (enam) biro di HMI
Komisariat FISIP USU. Perbedaan setiap biro yang ada sesuai dengan spesifikasi seni dan kreatifitas. Aturan main biro diatur dengan pedoman pokok Biro. Sesuai dengan aturan di biro, biro bertanggung jawab penuh dengan Ketua Umum HMI
Komisariat FISIP USU. Setiap biro memiliki sususnan kepengurusan dan anggota, yang menempati susunan pengurus dan anggota adalah calon-calon anggota komisariat. Dalam proses pelaksanaan di lapangan, bidang KPP di kepengurusan komisariat merupakan bidang yang bertanggung jawab mengawal biro. Hal tersebut berdasarkan amanah Ketua Umum HMI Komisariat FISIP USU. Adapun biro yang terdapat di HMI Komisariat FISIP USU yaitu: Biro Kajian Sosial
Masyarakat (KSM), Biro Musik, Biro Olahraga, Biro Sablon, Biro Perpustakaan, dan Biro Jurnalistik. e. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan
Bidang Administrasi dan Kesekretariatan (Adm. Kessek) merupakan dari representasi dari jiwa-jiwa ritualitas. Jiwa ritualitas yang dimaksud adalah sebagai penggerak kerja-kerja khusus dan secara rutin dilakukan. Pengetahuan yang terdapat di bidang Adm. Kesek digunakan sebagai penghubung antara setiap
114
Universitas Sumatera Utara
bidang yang ada di kepengurusan. Begitu juga dengan fungsi-fungsi organisasi dan keprotokoleran organisasi. Maka bidang Adm Kesek merupaka bidang yang paling bertanggung jawab. Peran Adm Kesek sangat berguna untuk penjadwalan setiap agenda komisariat, serta juga Adm Kesek merupakan sentral informasi komisariat. Setelah informasi-informasi yang masuk ke daftar Adm Kesek, maka
Adm Kesek dituntut untuk dapat memanajemen setiap informasi untuk keberlangsungan agenda komisariat. Peran penghubung Adm Kesek tidak hanya meliputi internal komisariat melainkan meliputi agenda eksternal komisariat juga.
Khusus dalam hal gerakan komisariat, bidang Adm. Kesek sangat berguna untuk menjadi penghubung komisariat secara adminstrasi ke jaringan organisasi yang dimiliki komisariat. Bidang Adm. Kesek juga bertanggung jawab untuk meluaskan informasi terkait dengan sikap-sikap komisariat. Informasi yang di sebarluaskan untuk menggalang kekuatan komisariat. f. Bidang Keuangan dan Logistik
Bidang Keuangan dan Logistik (Keulog) merupakan representasi jiwa pekerja. Pekerja yang dimaksud merupakan pelaksan harian yang bertugas untuk menghasilkan materi untuk keberlangsungan kebutuhan komisariat. Bidang
Keulog dituntut untuk mencari sumber-sumber meteri yang dapat menghasilkan.
Materi yang dikumpulkan bukan untuk hak pribadi, melainkan materi untuk berlangsungnya gerak komisariat.
Sumber-sumber untuk menghimpun materi yang biasa digunakan bidang
Keulog adalah bantuan dari alumni, iuran kepengurusan, iuran anggota, serta usaha-usaha yang dilakukan komisariat. Sesuai nilai yang di dapat HMI
115
Universitas Sumatera Utara
Komisariat FISIP USU, komisariat sangat tidak membenarkan jika kepengurusan mencari dana kepada pengusaha-pengusaha pasar dan elit poliytik. Fhal tersebut untuk menghindarkan masuknya kepentingan ke komisariat dan menghindarkan anggota dari watak-watak pragmatis. Sangat disarankan jika terkait dengan permintaan bantuan dana, permintaan itu ditujukan pada alumni-alumni yang berasal dari HMI Komisariat FISIP USU. Pentingnya hal seperti itu dilakukan karena berhubungan dengan alumni yang dapat mempererat tali silaturahmi di internal komisariat. Seperti yang diketahui salah satu peran dan fungsi kepengurusan secara keseluruhan adalah menjaga tali silaturahmi.
Berikut adalah struktur kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU Periode
2017-2018:
1. Struktur Kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU Periode 2017-2018
Tabel 3.1.
KETUA UMUM M. AZHAR NASUTION
KETUA BIDANG LITBANG HENI NURAINI
KETUA BIDANG PA SATRIA SUMARLAN
KETUA BIDANG PTKP AHMAD FAHREZI HARSA
KETUA BIDANG KPP ARIAN NOVAL
SEKRETARIS UMUM BAY HIKMAH SARAGIH
WAKIL SEKRETARIS UMUM FIKRI MUDA HASIBUAN
WAKIL SEKRETARIS UMUM ANHAR SETIADI
WAKIL SEKRETARIS UMUM M. YUDHA PRATAMA
116
Universitas Sumatera Utara
WAKIL SEKRETARIS UMUM MURNI RAHMAINI SIREGAR
BENDAHARA UMUM FAUZIAH RAHMADINA
WAKIL BENDAHARA UMUM HARRY CAHYA PUTRA
WAKIL BENDAHARA UMUM DWIKI HERMAWAN
WAKIL BENDAHARA UMUM DELILA NOVANI RIZKI
WAKIL BENDAHARA UMUM NURHAMIDAH
WAKIL BENDAHARA UMUM GUNTUR KUSTIARANGGA
DEPARTEMEN-DEPARTEMEN
DEPARTEMEN LIBANG DAFFA RIYADH AZIZ
DIKLAT ANGGOTA NURUL KHAIRIYAH
ANNISA RAHMI
DATA ANGGOTA ABDUL WAHID
M. TAUFIK HASIBUAN
MILA ULFA
DEPARTEMEN P.A HANIF
DIKLAT ANGGOTA SARIFAH HANUM
MUHAMMAD TARA
DATA ANGGOTA ROBY DWI HERMAWAN
SYAFRIDHO
117
Universitas Sumatera Utara
DINA SHAKINAH PUTRI
DEPARTEMEN PTKP FADLAN ALFIANSYAH LUBIS
KEMAHASISWAAN AYU WINDARI
RESTU PRATAMA
KEPEMUDAAN T.M. GHAZZY
NURPIDA DAMANIK
FITRAH PARUHUMAN HRP
DEPARTEMEN KPP BARID
KPP RIRI PRATAMA PUTRI
AGUNG ADHI LAKSANA
SONGSANG BIMANTARA
SILVIA ANNISA
ANDRE RAMADHANI
DEPARTEMEN ADM. KESEK MAYANG JUNAIWRT
DATA PUSTAKA FITRI HARIYANI
BAGUS FASLAH ZUL
ANNISA DITININGTYAS
HILMAN WILLY ANDREAN
118
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEUPEL IRMA SYAHFITRI
PENGEMBANGAN DANA TEUKU FAISHAL FADHLI
VALANTYO
LOGISTIK MULTAZAM
YASIR
Sumber: Administrasi dan Kessekretariatan HMI FISIP USU
3.3.2. Budaya Organisasi Dalam Bidang Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di
FISIP USU
Pengurus UKMI FISIP USU adalah amanah dari seluruh anggota UKMI
FISIP USU yang di amanahkan pada forum musyawarah besar UKMI, yang forum tersebut memilih kepengurusan baru untuk melanjutkan regenerasi dari organisasi. Dalam organisasi tersebut tentunya memiliki bidang untuk mempermudah kinerja demi keberlangsungan organisasi tersebut. Namun dalam organisasi ini ada bebrapa fungsi elemen yang tidak tercantum di dalam struktur karena fungsinya hanya menjadi dewan pelindung dan dewan pembina yang tugasnya diluar dari dalam struktur kepengurusan dalam organisasi tersebut.
Adapun tugas dari dewan pelindung dalam organisasi UKMI FISIP USU adalah dewan/ badan yang melindungi keberadaan UKMI FISIP USU yang secara langsung sebagai penanggungjawab atas kegiatan UKMI. Dewan pelindung organisasi UKMI ini adalah yaitu pembantu dekan 1 yaitu bagian mahasiswa yang saat ini masih dipegang oleh bapak Husni Thamrin. Setiap kegiatan yang diselenggarakan UKMI harus dapat persetujuan dan izin dari pihak kampus terutama Dekan. Apabila UKMI menyelenggarakan kegiatan setiap fasilitas
119
Universitas Sumatera Utara
berupa sarana dan prasarana di FISIP USU bisa digunakan secara gratis seperti aula FISIP USU, infokus, dan lain sebagainya.
Dewan pembina/ penasehat merupakan seseorang atau sekelompok orang yang memberikan arahan dan nasehat kepada ketua umum UKMI dalam menjalani roda organisasi. Dewan pembina ini biasanya mereka yang sudah memiliki pengalaman banyak tentang gerakan organisasi UKMI dan perkembangannya. Dalam hal ini untuk menjadi dewan penasehat biasanya seorang ustadz maupun mantan ketua umum UKMI yang sebelumnya atau alumni pengurus UKMI yang mengerti dengan permasalahan UKMI FISIP USU.
Adapun tugas fungsi dan wewenang dari pengurus yang berada di struktur internal dari organisasi adalah: a. Ketua Umum
Ketua Umum merupakan posisi sentral dalam organisasi UKMI. Seorang ketua umum harus mampu menggerakkan anggota pengurusnya dalam menjalani roda organisasi dengan baik. Seorang ketua umum harus mampu mengayomi dan mengontrol setiap perkembangan organisasi UKMI. Peran ketua umum sangat berpengaruh terhadap geraknya organisasi. Menjadi ketua umum tidak harus memposisikan diri sebagai atasan melainkan menjadikan dirinya setara posisi dan kedudukannya dengan yang lain karena saling membutuhkan pengurus lainya dalam upaya mengaktifkan kegiatan organisasi menjadi lebih baik. Pembagian kerja juga dikenal dalam UKMI agar tujuan kerja organisasi dapat tercapai denga maksimal.
120
Universitas Sumatera Utara
b. Sekretaris Umum
Sekretaris Umum merupakan seseorang yang bertugas untuk menyiapkan data lengkap keseluruhan pengurus UKMI FISIP USU dan menyiapkan keperluan surat-menyurat dalam penyelenggaraan kegiatan UKMI. Sekretaris umum adalah mengingatkan setiap ketua dan sekretaris departemen dalam rapat kepengurusan untuk membahas kegiatan yang akan dilaksanakan kedepannya dan permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang di hadapi. Seorang sekretaris umum harus mengerti kondisi dan perkembangan masing-masing departemen yang ada di
UKMI FISIP USU sebab seorang sekretaris dianggap sebagai ibu yang mengurusi keluarganya dengan memantau setiap perkembangan organisasi UKMI FISIP
USU itu sendiri dan memiliki nilai semangat yang tinggi untuk berkomiten dalam organisasi UKMI FISIP USU. c. Bendahara Umum
Bendahara Umum merupakan seseorang yang dipercayai/ diamanahkan untuk mengelola keuangan UKMI FISIP USU. setiap departemen untuk melaksanakan kegiatan UKMI terlebih dahulu melapor kepada bendahara umum mengenai dana yang dibutuhkan dan melampirkan bukti pengeluaran dalam kegiatan. Seorang bendahara umum harus mampu melakukan manajemen biaya kegiatan organisasi
UKMI dengan baik melalui meminta iuran wajib pengurus setiap bulannya dan permohonan dana kepada alumni pengurus UKMI yang sudah bekerja dan bersedia menjadi donatur tetap UKMI FISIP USU serta mengimpun dana kepada departemen dana dan usaha untuk lebih semangat dalam melakukan pemasukan uang ke buku kas UKMI. Saat ini pengurus UKMI sudah mendapat subsidi dari
121
Universitas Sumatera Utara
kader yang mendapat jatah untuk mengurus beasiswa yang disalurkan khusus kepada pengurus yang terkendala biaya perkuliahan dan bagi pengurus yang mendapat beasiswa tersebut wajib memberikan subsidi kepada bendahara umum untuk menambah pemasukan uang ke kas pengurus UKMI. Biasanya yang enjadi pengurus bendahara umum ini dipilih dari jurusan Administrasi Pajak ataupun bisa juga dari jurusan Administrasi Bisnis yang mampu mengelola keuangan menjadi lebih baik. Pemilihan bendahara umum ini dilakukan pengurus UKMI atas bagaimana tingkat kepercayaan orang lain terhadap dirinya dan memastikan mampu menjaga uang kas UKMI FISIP USU kedepannya menjadi lebih baik serta upaya pengontrolan ibadah sunnah dan wajib pengurus. Karena organisasi UKMI menjunjung nilai-nilai islam. d. Departemen Kaderisasi
Deparemen Kaderisasi merupakan departemen yang menyimpan data kader/ pengurus UKMI berdasarkan tingkat pengkaderan yang sudah dijalani dalam kepengurusan UKMI. Departemen kaderisasi ini dalam menjalani roda organisasi sumber yang mengetahui kondisi kader-kader pengurus UKMI dimulai dari keaktifan dalam mentoring hingga keadaaan kader yang tidak nampak.
Departemen ini merupakan salah satu departemen yang vital karena baik dan buruk serta berkembangnya suatu organisasi UKMI bergantung kepada penjagaan dan pengawasan kader-kader pengurus UKMI dan harus mampu mengetahui kesibukan dan keadaan kader pengurus UKMI yang sudah ada. Upaya yang dilakukan kaderisasi dalam penjagaan kader pengurus agar tetapi istiqomah/ berkontribusi dalam menjalani roda pengorganisasian UKMI melalui program
122
Universitas Sumatera Utara
kerja yang sudah dibuat dan dirancang sedemikian rupa agar tercapai dan terlaksana dengan baik. e. Departemen Lembaga Mentoring Agama Islam
Departemen L-MAI merupakan departemen yang masih memiliki posisi sebagai lembaga semi otonom mentoring agama islam yang masih dibawah kendali dan kerjasama dengan UKMI FISIP USU. Departemen L-MAI ini berfungsi departemen yang melakukan pengelolaan mentoring agama islam kepada mahasiswa islam yang masuk kuliah pada tahun ajara baru. f. Departemen Keputrian
Departemen Keputrian ini hanya berkegiatan yang dilakukan khusus mahasiswa perempuan FISIP USU dan ini rutin dilakukan sekali seminggu yang bertempat di musholah FISIP USU untuk mengisi waktu kosong sembari para laki-laki sholat jum’at. g. Departemen Komunikasi Dakwah
Departemen Komunikasi Dakwah ini merupakan media syiar/ publikasi untuk memperkenalkan kegiatan-kegiatan UKMI baik itu berupa manual yaitu mading maaupun online yaitu akun Facebook, instagram, twitterr, dll yang dimiliki
UKMI. h. Departemen Pengembangan dan Penalaran Keilmuan (P2K)
Departemen Pengembangan dan Penalaran Keilmuan ini bertujuan untuk kebutuhan mahasiswa/i akan adanya agenda informatif yang berkenaan dengan subsidi biaya pembiayaan pendidikan dan sering membuat Focus Grup Discusion
123
Universitas Sumatera Utara
(FGD) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, dan menumbuhkan sikap kritis dari stiap kader FISIP USU. i. Departemen Dana dan Usaha
Departeen Dana dan Usaha ini merupakan kreativitas tanpa batas UKMI
FISIP USU yaitu menumbuhkan jiwa kreativitas yang tinggi pada mahasiswa terkhusus untuk pengurus UKMI dimana nantinya akan terjalin ukhwah islamiyah agar lebih erat serta menghasilkan produk yang bernilai estetika dan mampu untuk dipasarkan. Dana tugasnya untuk mengumpulkan keuangan UKMI FISIP USU.
Berikut adalah struktur kepengurusan UKMI FISIP USU Periode 2017-2018:
1. Struktur Kepengurusan UKMI FISIP USU Periode 2017-2018
Tabel 3.2.
Ketua Umum Chairul Azhar Purba
Sekretaris Umum Munawir Pamaun Sitompul
Bendahara Umum Khadijah Panjaitan
Departemen Kaderisasi
Ketua Departemen Irwansyah
Sekretaris Dinda Kelana Wati
Staff Putra Anshari Ritonga
Lukman Angga
Roisul Abror Siregar
M. Reza Firdaus Gultom
M. Rinaldy
124
Universitas Sumatera Utara
M. Fais Sidqi
Wahyudin Halim
M. Iqbal
Departemen Komda
Ketua Departemen Riky Wahyu Ramdani
Sekretaris Elpiani Tanjung
Staff Rinal Zahrial Nasution
Bukhori
Hasan M.A. Purba
Fernaldi Torres Nasution
Shania Fahira
Dini Ramdhani
Raudhatul Jannah
Siti Yatipah
Departemen P2K
Ketua Departemen Juari
Sekretaris Sri Ayu Idawiyah
Staff Taufik Suhanda Sinambela
Hendra Butar-Butar
Syahrul Andi Harahap
125
Universitas Sumatera Utara
Sardo Situmeang
Abyan Ausaf
Aditya Sembiring
Wahyudi Ade Pratama
Selly Firdayanti
Departemen Dana dan Usaha
Ketua Departemen M Rizky Iqbalsyah
Sekretaris Leni Hariani Haimi
Staff Niki Afsari
Rosalina Pinem
Della Aulia
Tondi Sayudi Lubis
Dicky Darmawan
Heru Hermawan
Istiqomah Simatupang
Khairun Nisa
Departemen Keputrian
Ketua Departemen Eliyanora
Sekretaris Sri Resti Fauzi
Staff Nursyazana Hafizah
126
Universitas Sumatera Utara
Ema Noreza Elhany
Rika Iswanti
Namir
Fitri Ariani
Sumber: Ketua Umum UKMI FISIP USU.
3.4. Budaya Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam
3.4.1. Budaya Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Dalam budaya koordinasi yang ada di Himpunan Mahasiswa Islam biasaya seluruh mandataris ataupun kepengurusan selalu melakukan koordinasi dalam melakukan kegiatan ataupun dalam hal administrasi dalam organisasi. hal ini karena ketua umum merupakan simbol pada organisasi. Karakter seorang ketua umum merupakan representatif dari organisasi yang dipimpinnya. Dalam suatu struktur organisasi ketua umum lah yang paling bertanggungjawab atas keberlangsungan organisasi yang di pimpin seorang ketua umum. Oleh karena itu setiap organisasi tidak bisa melupakan peran dari seorang ketua umum dan ketua umum juga bagian dari sejarah organisasi. Dalam AD/ART organisasi biasanya kepengurusan HMI melakukan koordinasi dengan Majelis Pengawas dan
Konsultasi Pengurus Komisariat HMI atau yang biasa disebut dengan MPKPK.
MPKPK biasanya dipilih oleh keluarga besar HMI ketika dalam rapat pengambilan keputusan tertingi organisasi yang dinamakan RAK (Rapat Anggota
Komisariat). Peran dan fungsi MPKPK biasanya menjadi jembatan informasi antara pengurus komisariat dengan keluarga besar HMI, biasanya MPKPK
127
Universitas Sumatera Utara
berperan memberikan informasi hal-hal yang berkembang terkait kegiatan kepengurusan, dinamika kepengurusan, serta yang sifatnya berkaitan dengan administrasi kepada keluarga besar HMI Komisariat FISIP USU. MPKPK juga memiliki kontrubusi dalam hal rekomendasi di dalam kepengurusan akan tetapi tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan di dalam kepengurusan. Secara kelembagaan komisariat adalah bagian terkecil dari hirarkis organisasi, biasanya setiap kegiatan, administrasi, dan dinamika yang terjadi di komisariat akan dilaporkan kepada HMI Cabang Medan dalam bentuk draft laporan. Karena cabang memiliki gawean di dalam kondisi komisariat-komisariat yang ada dibawahnya. Secara kelembagaan HMI juga memiliki Badan Koordinasi yang bersifat hierarkis organisasi lembaga ini disebut dengan BADKO (Badan
Koordinasi) BADKO adalah perpanjangan tangan dari PB HMI. Biasanya badko menjadi wadah koordinasi untuk mengetahui perkembangan dan masalah-masalah cabang yang ada di bawahnya. Seperti di Medan sendiri biasanya BADKO mengawasi cabang-cabang yang ada di regional wilahnya seperti di SUMUT.
BADKO SUMUT menjadi pusat koordinasi untuk perpanjangan tangan PB HMI kepada lembaga-lembaga yang ada di bawahnya untuk memberi laporan kepada
PB HMI terkait apa saja yang menjadi persoalan cabang-cabang yang ada di bawahnya sehinggga persoalan tersebut bisa di bahas di dalam Pengurus Besar
HMI untuk mencari solusinya. Biasanya persoalan yang dapat di bahas dan ditindaklanjuti oleh BADKO adalah terkait persoalan dinamika Konferensi HMI
Cabang, dualisme Cabang, serta persoalan administrasi yang tidak jelas dari cabang yang terkait. Sehingga persoalan tersebut dapat di selesaikan oleh
128
Universitas Sumatera Utara
lembaga-lembaga koordinasi yang memiliki tugas dan fungsi dalam menyelesaikannya.
3.4.2. Budaya Koordinasi Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU
Telah kita bahas sebelumnya bahwa UKMI FISIP USU merupakan satu- satunya unit kegiatan kemahasiiswaan yang berbasis islam di FISIP USU dan sekaligus dikatakan sebagai lembaga dakwah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Dalam menjalani roda organisasi UKMI FISIP berkoordinasi dengan
UKMI Ad-Dakwah USU. Dalam hal ini UKMI Ad-dakwah harus mampu membantu UKMI ditingkat fakultas USU untuk memfasilitasi dan mendukung kerja-kerja organisasi UKMI yang ada di setiap fakultas yang ada di USU. Selain itu juga konsep organisasi harus bisa di sesuaikan dan disamakan dengan yang di terapkan oleh LDK UKMI ad-dakwah juga sebagai kontrol kerja-kerja dakwah di fakultas USU.
Untuk skala daerah UKMI berkoordinasi juga dengan PUSKOMDA SU
(Pusat Komunikasi Dakwah Daerah Sumatera Utara). Namun yang lebih dekat kerjasamanya itu yaitu LDK UKMI Ad-dakwah USU karena skalanya universitas.
Selain UKMI Ad-dakwah USU UKMI FISIP USU dalam menjalani koordinasi untuk pencapaiannya organisasi yang baik juga melakukan hubungan dengan
Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik se-
Indonesia (FSLDK ISIP-se Indonesia) didirikan di Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 07 September 2007 dengan berkedudukan di Negara Kestuan
Republik Indonesia (NKRI) berazaskan islam serta bersumber dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah FSLDKISIP se-Indonesia ini dikatakan skala nasional karena
129
Universitas Sumatera Utara
posisinya sudah seluruh LDF-se Indonesia. Adapun tujuan LDFISIP-se Indonesia yaitu untuk menyamakan progam kerja dan wadah sharing masalah yang dihadapi
UKMI FISIP berbagai universitas yang ada di indonesia. Dan mencari penyelesaian masalah dengan tujuan untuk mengokohkan eksistensi LDK Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di intra dan ekstra kampus sebagai lembaga mahasiswa yang bergerak dalam melakukan perbaikan dan perubahan masyarakat menuju indonesia madani16. Terbangunnya kesamaan arah gerak di kalangan lembaga dakwah kampus ilmu sosial dan ilmu politik. Terbangunnya koordinasi dan pembagian peran antara LDK ilmu sosial dan ilmu politik dalam mengakselerasi proses kebangkitan ummat. Menjadikan LDK ilmu sosial dan ilmu politik sebagai pusat gerakan dakwah yang bisa membangkitkan kesadaran elemen masyarakat lain untuk sama bergerak memperjuangkan islam. Dengan demikian untuk mengadakan pertemuan kembali FSLDKISIP-Se Indonesia melakukan musyawarah besar terlebih dahulu dalam rangka untuk bahas bersama-sama dan memilih satu tempat di Universitas yang bersedia menjadi tuan rumah dalam mempersiapkan acara dan agenda untuk mempersatukan UKMI FISIP-se
Indonesia berdasarkan hasil musyawarah besar atau rapat kerja nasional sehingga saat itulah terpilih siapa yang akan menjadi tuan rumah musyawarah nasional nya.
16 Madani adalah suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya
130
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HUBUNGAN ANTAR ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
DAN UNIT KEGIATAN MAHASISWA ISLAM DI FISIP USU
4.1. Hubungan Antar Organisasi
Dalam hal ini perlu dilihat bahwa perbedaan wujud organisasi di lingkungan
FISIP USU tidak menjadi penghalang untuk organisasi dalam melakukan perekrutan dan juga perkaderan dengan organisasi yang berbeda. Meskipun berbeda ada kalanya organisasi tersebut membutuhkan organisasi lainnya dalam hal kebutuhan atupun interaksi lainnya. Setiap anggota organisasi memiliki teman yang berbeda dengan kelompok organisasinya. Hal tersebut sangat wajar jika kita melihat pergaulan dalam kehidupan para mahasiswa.
Secara menyeluruh interaksi antar organisasi yang terjalin dalam lingkungan
FISIP senantiasa berjalan dengan baik dan tenteram. Dalam penelitian ini tidak adanya konflik yang terjadi secara menyeluruh antar organisasi dalam lingkungan
FISIP. Seperti yang diungkapkan oleh ketua umum salah satu informan HMI bahwa mereka pernah melakukan interaksi dengan UKMI untuk menjalin kerjasama dan silaturahmi dalam meningkatkan kerukunan ditengah banyaknya wujud perbedaan organisasi di FISIP USU. bentuk hubungan lain antar organisasi yaitu kegiatan bersama seperti Maulid Nabi yang dilakukan UKMI FISIP USU mengundang organisasi HMI untuk ikut hadir dalam kegiatan Maulid Nabi tersebut. Hal tersebut sangat baik dalam menjalin hubungan terutama sama sama organisasi yang beragama islam.
131
Universitas Sumatera Utara
Organisasi menjadikan kampus lebih berwarna dengan berbagai kegiatan- kegiatan yang dilakukan organisasi di kampus. Seperti acara Temu Ramah HMI
Komisariat FISIP USU yang dilakukan biasanya di akhir tahun satu bulan setelah mahasiswa baru masuk ke kampus dapat memberikan warna tersendiri bagi kegiatan mahasiswa FISIP USU dikampus. Berbagai kegiatan yang dilakukan organisasi juga bisa memberikan warna tentang kajian-kajian tentang kemahasiswaan. Berbagai kegiatan yang dilakukan organisasi juga bisa memberikan nilai positif tersendiri bagi kampus. Kegiatan-kegiatan yang beragam tersebut dapat meningkatkan nilai kampus juga organisasi digambarkan sebagai pelangi juga karena keberagaman mahasiswa serta mengikuti organisasi yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Hal tersebut tentu akan menarik apalagi keberagaman tersebut tanpa adanya konflik. Dengan keberagaman tersebut bisa dijadikan mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui wujud organisasi lain yang berbeda dengan organisasi nya sendiri.
Warna-warni yang lain terjadi juga dengan adanya bentuk kerukunan antar organisasi di kampus khususnya di FISIP USU. selama peneliti menjadi mahasiswa FISIP, belum pernah terjadi bentrok secara massa di kampus FISIP
USU yang terjadi antar organisasi. Organisasi di FISIP terjalin dengan rapi dan saling menjaga toleransi antar organisasi. Salah satu warna yang terjadi adalah adanya sosialisasi antar HMI dan UKMI dimana mereka melakukan sosialisasi kerukunan agar hubungan antar organisasi di FISIP tetap terjalin toleransi antar organisasi. Dalam hal ini untuk menjaga kerukunan antar organisasi mahasiswa yang menjadi anggota suatu organisasi mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu
132
Universitas Sumatera Utara
tentang organisasi lain di luar organisasinya, bagaimana harus bersikap dengan kelmpok lain maka dengan masuk organisasi lain dengan masuk organisasi akan memberikan warna tersendiri. Di dalam organisasi akan diberikan nasehat oleh sesama anggota untuk menghargai organisasi lain serta jika ada terjadi perselisihan di lingkungan kampus, pemimpin organisasi atau sesama anggota lain bisa menjadi pelindung sekaligus penetralisir mahasiswa yang sedang berselisih.
4.2. Pengaruh Pemilihan Raya Terhadap Hubungan Himpunan Mahasiswa
Islam dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam
Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa secara umum hubungan antar organisasi mahasiswa di FISIP USU cenderung memiliki hubungan yang baik antar sesama organisasi mahasiswa dan memiliki rasa toleransi yang tinggi.
Namun dalam beberapa hal ada juga momentum yang tidak dapat di antisipasi dalam organisasi yang menyebabkan timbulnya gesekan atau perselisihan antar organisasi. Moment-moment tersebut dapat menimbulkan perselisihan ataupun salah paham antar organisasi khususnya antara UKMI dan juga HMI. Selain dalam moment perkaderan moment yang menyebabkan perselisihan antar organisasi adalah moment-moment politik kampus seperti PEMIRA (Pemilihan
Raya) ataupun pemilihan ketua pada pada setiap HMJ. Hal ini disebabkan oleh karena adanya tarik menarik antara mahasiswa baru ataupun calon anggota yang diarahkan untuk memilih calon dari salah satu organisasi tersebut.
Biasanya dalam PEMIRA tidak hanya organisasi UKMI dan HMI di FISIP
USU yang terlibat dalam pertarungan pemilihan tersebut. Namun banyak juga organisasi yang ikut berpartisipasi, dalam hal ini keterlibatan organisasi lain
133
Universitas Sumatera Utara
dalam keikutsertaan dalam PEMIRA tidak sekuat organisasi UKMI dan HMI pengaruhnya bahkan beberapa PEMIRA yang pernah terjadi pertarungan dalam
PEMIRA hanya di menangkan antara organisasi UKMI dan HMI saja di FISIP
USU. Kedua organisasi tersebut menganggap pertarungan-pertarungan tersebut sangat bermanfaat dan berpengaruh dalam perekrutan bakal calon anggota.
Merebut pos-pos penting yang strategis di dalam struktur organisasi internal sangat meningkatkan eksistensi organisasi dan latar belakang organisasi dari organisasi yang mengusung organisasi kandidat tersebut. Makka oleh itu sebenarnya dalam PEMIRA yang terjadi suasana yang terjadi sangat rentan menimbulkan gesekan antar organisasi bahkan mampu menimbulkan konflik horizontal antar organisasi mahasiswa.
Pemilihan Raya (PEMIRA) adalah ajang pesta demokrasi17 bagi mahasiswa yang biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali untuk melakukan pemilihan umum dalam memilih Gubernur mahasiswa. Biasanya PEMIRA dilakukan sesuai dengan masa periodesasi Gubernur mahasiswa yang telah di atur dalam AD/ART organisasi mahasiswa tersebut. Namun biasanya realita yang terjadi dalam
PEMIRA FISIP USU banyaknya dinamika yang terjadi dalam PEMIRA membuat regenerasi dalam Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FISIP USU membuat proses berjalannya PEMIRA tersebut tidak selalu tepat waktu. Karena biasanya kondisi yang terjadi di dalam proses pemilihan tersebut rentan dengan konflik yang terjadi antar mahasiswa dalam mengusung kandidatnya. Seperti yang terjadi pada PEMA
FISIP USU yang terakhir masa periodesasinya telah lama berakhir membuat
17 Demokrasi adalah bentuk atu sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya
134
Universitas Sumatera Utara
proses berjalannya PEMIRA FISIP USU berjalan dengan sangat lama dan menyebabkan vakum pada kepengurusan PEMA selama kurang lebih 2 tahun lamanya. Sehingga proses regenerasi yang terjadi dalam Pemerintahan Mahasiswa tersebut berjalan dengan stagnan dan tidak memiliki kegiatan sehingga banyak organisasi mahasiswa di FISIP usu mencoba untuk membuat alternatif untuk menjalankan kegiatan mahasiswa dalam mengganti peran PEMA.
Foto 4.1.
PEMIRA FISIP USU 2017
Sumber: Olahan data pribadi 20 Desember 2017
PEMA FISIP USU di pandang oleh mahasiswa sebagai wadah aktualisasi diri untuk mendapatkan sebuah proses belajar lebih dari sekedar mendapatkan belajar di perkuliahan. Dalam kehidupan sebagai mahasiswa semestinya tidak hanya
135
Universitas Sumatera Utara
berharap mendapatkan pembelajaran dari perkuliahan saja, tetapi juga dapat diperoleh dari luar perkuliahan, seperti belajar di organisasi (PEMA). Ketika perkuliahan tidak banyak kegiatan mahasiswa yang langsung turun ke lapangan untuk mempraktekan pengetahuan yang didapatkan, tetapi ketika di organisasi mahasiswa dapat mempraktekan langsung pengetahuan yang didapat di organisasi, misalnya manajemen organisasi, administrasi dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak sedikit mahasiswa yang ingin berkecimpung di organisasi. Selain itu, PEMA juga dipandang mahasiswa sebagai media perjuangan mahasiswa.
Perjuangan yang dimaksud adalah PEMA berperan memperjuangkan hak-hak mahasiswa yang semestinya di perolehnya. Di dalam dunia kampus, terkadang banyak hal yang semestinya dapat diperoleh mahasiswa, tetapi tidak dapat diperoleh mahasiswa, seperti hak mendapatkan informasi, hak menyampikan aspirasi, yang terkadang tidak di fasilitasi oleh pihak kampus, maka dari itu peran
PEMA untuk memperjuangkan hak-hak tersebut.
4.2.1. Sikap Terhadap Himpunan Mahasiswa Islam FISIP USU
Organisasi yang sangat beragam di FISIP USU memberikan warna tersendiri khususnya bagi masyarakat FISIP USU untuk memilih dan merasakan antusias dari organisasi tersebut. Dalam hal ini terdapat dua organisasi yang bisa dikatakan sangat dominan dalam menguasi kegiatan di dalam kampus baik dalam kegiatan perkaderan organisasi tersebut ataupun dalam moment-moment politik khususnya bagi mahasiswa FISIP sendiri. Dalam hal ini kedua organisasi tersebut tentunya memiliki identitas dan karakter dalam memberikan transformasi18 nilai kepada
18 Transformasi adalah perubahan rupa, bentuk, sifat, dan fungsi
136
Universitas Sumatera Utara
anggotanya. Adapun transformasi nilai yang diberikan organisasi terhadap anggotanya tentunya memiliki pandangan baik ataupun buruk dari luar organisasi tersebut. Berbagai pandangan tersebut didapat berdasarkan wawancara dengan informan yang berstatus sebagai anggota UKMI FISIP USU. seperti yang diungkapkan salah satu informan bahwa:
“kalau aku memandang karakter HMI sebagai organisasi mahasiswa berideologi islam yang notabene kader-kadernya juga harus bergerak berlandasan islam kini sedikit bergeser dengan ideologinya. Banyak kita jumpa dalam kegiatan HMI seperti hal kecil rapat-rapat ketika adzan berkumandang tidak juga berhenti dan bergegas sholat. Selepas dari itu HMI progresif dalam hal gerakan mahasiswa. Budaya membaca dan lingkaran diskusi dalam menyikapi isu yang berkembang yang menjadi nilai tersendiri HMI menurut pandanganku bang”. (Nugra, Wawancara 9 November 2017).
Mendengar pandangan informan yang telah di wawancarai bahwa adanya transformasi nilai yang telah diberikan kepada para kader HMI. Namun jika dilihat dari penjelasan informan bahwasanya para kader HMI juga memiliki karakter tersendiri dalam menjalankan budaya organisasinya. Tetapi jika dilihat dari penjelasan informan adanya sedikit pergeseran nilai budaya secara keagamaan di dalam organisasi HMI membuat organisasi ini sedikit berbeda secara karakter dan praktik nilai keislaman nya. Makka sebenarnya jika dilihat secara historis adanya pergeseran budaya di dalam organisasi HMI FISIP USU. karena sesungguhnya organisasi UKMI juga di deklarasikan oleh sebagian besar para kader HMI FISIP USU yang berjuang untuk mewadahi kreatifitas mahasiswa islam FISIP USU.
137
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Sikap Terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa Islam FISIP USU
Organisasi yang banyak memiliki identitas di dalam kampus FISIP USU dapat dijadikan cermin tersendiri bagi kampus saat ini. Faktor tersendiri yang membuat kondisi ini dapat terjadi karena kampus FISIP USU merupakan kampus non eksakta yang sangat tidak memungkinkan kesibukan mahasiswa nya tidak sesibuk fakultas eksakta dalam kegiatan formal akademisnya. Apalagi jika kita lihat fakultas yang secara garis besar membahas tentang teori ilmu sosial dan ilmu politik harus memngaplikasikan teori tersebutb kedalam kegiatan-kegiatan organisasi nya. Dalam hal ini termasuk organisasi keagamaan UKMI yang memiliki karakter dan budaya organisasi sendiri dalam mengaplikasikan kajian- kajian yang mereka diskusikan di dalam keseharian kegiatan organisasi nya.
Budaya organisasi yang mereka lakukan tentunya memiliki pandangan tersendiri dari organisasi lain terhadap organisasi UKMI. Adapun pandangan tersebut didapat berdasarkan wawancara dengan informan yang berstatus sebagai anggota
HMI FISIP USU. seperti yang diungkapkan salah satu informan bahwa:
“UKMI organisasi islam yang didalamnya disertai dengan segala bentuk kegiatan dan keilmuan keagamaan. UKMI di FISIP USU terkesan lebih tertutup dengan orang diluar organisasinya. Wilayah yang biasa menjadi tempat untuk berkumpulnya anggota UKMI yaitu musholah FISIP USU seolah dikuasai fasilitas yang ada di dalamnya menjadi fasilitas untuk organisasi ini sendiri”. (Bay Hikmah, Wawancara 11 November 2017).
Mendengar pandangan informan yang telah di wawancarai bahwa terbukti adanya perbedaan budaya organisasi yang terjadi antara HMI FISIP USU dan juga
UKMI FISIP USU. jika dibandingkan secara aktivitas, perilaku organisasi, dan juga identitas kedua organisasi makka perbandingan nya sangat jelas terlihat.
138
Universitas Sumatera Utara
Kedua organisasi sama-sama organisasi yang berazaskan19 islam. Namun secara perilaku organisasi HMI lebih terbuka terhadap mahasiswa lainnya sedangkan
UKMI FISIP USU terlihat lebih sedikit tertutup dengan organisasi lainnya.
Namun secara karakter kedua organisasi tesebut sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap budaya organisasinya. Namun jika dilihat secara aplikasi nilai-nilai keislaman UKMI sedikit mempertegas warna dan gaya organisasinya dengan nilai-nilai keislaman tersebut.
4.2.3. Penyelesaian Masalah Dalam Organisasi
Hubungan yang terjalin antar kedua organisasi secara umum memang terlihat biasa saja dan cenderung tidak terlihat memiliki masalah. Kedua organisasi menjunjung tinggi nilai kekerabatan dan toleransi yang baik di luar dari kedua organisasinya. Sehingga komunikasi antar anggota di luar organisasi cenderung positif dan menanamkan nilai-nilai kekeluargaan khususnya sesama mahasiswa di
FISIP USU. dalam hal ini kedua organisasi dan para anggotanya senantiasa merangkul satu sama lain. Apalagi dalam realita yang terjadi dalam organisasi mahasiswa ada beberapa moment-moment penyatuan dan misi bersama di dalam tujuan perkaderan organisasi yang ada di FISIP USU seperti moment PMB
(Penyambutan Mahasiswa Baru), inagurasi, serta momentum-momentum kegiatan yang melibatkan mahasiswa FISIP USU secara keseluruhan untuk memperkuat konsolidasi antar organisasi mahasiswa yang memiliki kepentingan perekrutan.
Sehingga mau seperti apapun konflik yang terjadi antar organisasi mahasiswa di
FISIP USU tetap ada momentum penyatuan yang akan di dapat dalam organisasi-
19 Azas adalah prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir
139
Universitas Sumatera Utara
organisasi mahasiswa yang ada di FISIP USU. selain itu sikap dari ketua dari masing-masing organisasi sangatlah bijaksana ketika para anggota memiliki masalah dengan para anggota organisasi lain untuk menyelesaikan persoalannya secara organisasi.
Selain itu komunikasi yang terbangun antar anggota organisasi sudah seperti keluarga sendiri sehingga dalam menjalankan aktifitas organisasi sehari-hari komunikasi antar anggota sudah seperti keluarga sendiri. Dalam komunikasi yang terbangun antar kedua organisasi para anggota senantiasa merangkul satu sama lain dan kedua organisasi selalu menanamkan nilai-nilai toleransi kepada anggotanya kepada para anggota diluar dari organisasinya. jika ada anggota yang berselisih dengan anggota lain maka maka senioren organisasi akan membuat forum untuk mendamaikan atau biasanya langsung mempertemukan kedua belah pihak organisasi. Bentuk komunikasi lain yang dilakukan para anggota kedua organisasi yaitu memberikan motivasi kepada adik-adik mahasiswa baru yang akan menjadi calon anggota kedua organisasi untuk saling memiliki rasa toleransi kepada organisasi lain.
4.3. Komunikasi Antar Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam
Komunikasi antar organisasi menjadikan kampus lebih berwarna dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi di kampus. Seperti acara
Temu Ramah HMI Komisariat FISIP USU yang dilakukan biasanya di akhir tahun atau satu bulan setelah mahasiswa baru masuk ke kampus. Hal ini dapat memberikan warna tersendiri bagi kegiatan mahasiswa FISIP USU dikampus.
140
Universitas Sumatera Utara
Berbagai kegiatan yang dilakukan organisasi juga bisa memberikan warna dengan kajian-kajian tentang kemahasiswaan ataupun isu kekinian yang tengah terjadi.
Berbagai kegiatan yang dilakukan organisasi juga bisa memberikan nilai positif tersendiri bagi kampus. Kegiatan-kegiatan yang beragam tersebut dapat meningkatkan nilai kampus dan juga organisasi digambarkan sebagai penghidup suasana juga karena keberagaman mahasiswa serta mengikuti organisasi yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Hal tersebut tentu akan menarik apalagi keberagaman tersebut tanpa adanya konflik. Dengan keberagaman tersebut bisa dijadikan mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui wujud organisasi lain yang berbeda dengan organisasi nya sendiri. Keberagaman yang lain terjadi juga dengan adanya bentuk kerukunan antar organisasi di kampus khususnya di FISIP USU. selama peneliti menjadi mahasiswa FISIP, belum pernah terjadi bentrok secara massa di kampus FISIP USU yang terjadi antar organisasi. Organisasi di FISIP terjalin dengan rapi dan saling menjaga toleransi antar organisasi. Salah satu warna tersendiri yang terjadi adalah adanya sosialisasi antar HMI dan UKMI dimana mereka melakukan sosialisasi kerukunan agar hubungan antar organisasi di FISIP tetap terjalin menjalin toleransi antar organisasi. Dalam hal ini dilakukan untuk menjaga kerukunan antar organisasi mahasiswa yang menjadi anggota suatu organisasi mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu tentang organisasi lain di luar organisasinya, bagaimana harus mampu bersikap toleran dengan kelompok lain di luar organisasinya sendiri. Di dalam organisasi akan diberikan nasehat oleh sesama anggota untuk menghargai organisasi lain serta jika ada terjadi perselisihan di lingkungan kampus, pemimpin
141
Universitas Sumatera Utara
organisasi atau sesama anggota lain bisa menjadi pelindung sekaligus penetralisir mahasiswa yang sedang berselisih.
Dengan banyaknya keberagaman kegiatan organisasi mahasiswa di FISIP
USU, tentunya masing-masing dari setiap organisasi harus melakukan koordinasi dan komunikasi yang aktif dengan organisasi lainnya agar tidak terjadi kesalahpahaman antar organisasi dalam melakukan kegiatannya. Biasanya keslahpahaman yang terjadi pada setiap kegiatan organisasi adalah adanya klaim dari satu organisasi satu dengan organisasi lainnya dalam melibatkan peserta ataupun calon anggota dari setiap organisasi. Kesalahpahaman tersebut biasanya berdampak pada timbulnya pandangan subjektif terhadap organisasi lain yang melibatkan calon anggota yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan suatu agenda tersebut. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya gesekan serta kerenggangan antar organisasi dalam membangun komunikasi. Perebutan calon anggota organisasi dalam aspek kuantitas tentunya sangat berpengaruh terhadap eksistensi dan popularitas organisasi karena hal ini yang sangat dibutuhkan dalam regenerasi organisasi untuk menjaga kestabilan organisasi agar tidak meredup bahkan tidak memiliki eksistensi di dalam lingkungan kampus. Dalam penelitian ini penulis melihat selain dalam aspek regenerasi kuantitas anggota sangatlah dibutuhkan dalam organisasi untuk berpartisipasi dalam mendukung kegiatan-kegiatan organisasi. Baik itu dalam aspek perkaderan, budaya organisasi, serta rutinitas sehari-hari yang dijalankan oleh organisasi.
Organisasi sangatlah membutuhkan kuantitas massa anggota ataupun partisipan organisasi dalam menunjukkan eksistensinya. Hal ini terbukti bahwa
142
Universitas Sumatera Utara
selain dalam hal menjaga kestabilan roda organisasi kuantitas massa anggota organisasi dapat dibutuhkan juga dalam merebut pos-pos struktural yang strategis di dalam pemilihan-pemilihan seperti HMD (Himpunan Mahasiswa Departemen), ketua UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), serta moment politik mahasiswa dalam memperebutkan ketua-ketua komunitas yang tujuanya kader organisasi tersebut setelah terpilih menjadi ketua dapat infiltrasi untuk mendukung dan mengakomodir kebutuhan-kebutuhan perkaderan organisasi asalnya. Dalam moment-moment tersebut biasanya organisasi yang terlibat dan mengusung kandidatnya saling beradu strategi dalam memenangkan kandidatnya karena organsasi yang terlibat mengusung kader organisasinya saling beradu gengsi dalam memenangkan kadernya.
Hal tersebut sangatlah berpengaruh bagi eksistensi organisasi jika mengalami kekalahan. Oleh karena itu biasanya isu dan propaganda politik sangatlah dibutuhkan untuk mencari pemilih sebanyak-banyaknya. Biasanya ketika moment-moment tersebut terjadi komunikasi antar organisasi sangat rentan renggang terjadi jika ada organisasi yang mengusung kader dari organisasinya.
Namun hal ini justru akan terjadi terbalik jika ada organisasi yang memilih untuk bergabung dan melakukan koalisi untuk mengusung kadernya jika memiliki visi dan misi bersama. Walaupun secara historis dan emosional yang terbangun kurang baik namun organisasi yang memilih untuk bergabung dan berkoalisi harus komitmen untuk sama-sama memenangkan kandidat yang diusung organisasi tersebut. Begitu pula yang terjadi walaupun di awal dan selama melakukan rutinitas sehari-hari organisasi yang sama-sama bepartisipasi dalam momentum
143
Universitas Sumatera Utara
politik tersebut memiliki emosional yang baik dan tidak memiliki masalah, tidak menutup kemungkinan kedua organisasi tersebut bisa memiliki komunikasi yang buruk dan saling memiliki propaganda politik untuk merusak citra kandidatnya agar tidak menang dalam momentum politik tersebut. Makka dapat dilihat bahwa komunikasi yang terbangun antar organisasi secara keseluruhan sangatlah dinamis dan sesuai dengan kepentingan politik organisasinya.
Terkadang hubungan organisasi dapat berjalan baik dan harmonis jika memiliki misi politik yang sama, namun hal ini juga sebaliknya dapat terjadi komunikasi antar organisasi yang berjalan dengan buruk dan saling memiliki pandangan subjektif jika organisasi memiliki misi organisasi yang berbeda. Dalam penelitian ini bisa penulis simpulkan bahwa komunikasi yang terbangun adalah tidak ada lawan yang abadi serta tidak ada kawan yang abadi semuanya hanya dapat berjalan jika organisasi sama-sama memiliki kepentingnan misi politik yang sama. Begitu juga dalam komunikasi antar organisasi yang terbangun.
Komunikasi bisa berjalan dengan baik apabila organisasi memiliki misi politik yang sama, namun komunikasi dapat berjalan buruk juga jika memiliki kepentingan dan misi politik yang berbeda.
4.4. Kondisi Objektif Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam
Dalam setiap organisasi tentunya pasti memiliki setiap dinamika ataupun masalah yang terjadi di dalam organisasi nya. Hal ini tidak terlepas dari seberapa besar pengaruh anggota organisasi tersebut dalam menciptakan suatu gagasan di dalam organisasi sehingga dinamika yang terjadi di dalam organisasi tersebut
144
Universitas Sumatera Utara
tetap stabil dan dampak dari dinamika tersebut dapat menghasilkan suatu kebijaksanaan berfikir bagi setiap anggota organisasi yang menghadapi kondisi dan masalah yang di hadapi nya dalam organisasi. Dalam hal ini kedua organisasi yang diteliti pada penulis tentunya memiliki dinamika di dalam kondisi objektif organisasi nya. Karena biasanya organisasi besar tidak terlepas dari dinamika yang terajadi di dalam tubuh organisasi.
Dalam realita yang terjadi di dalam kedua organisasi yang di teliti eksistensi kedua organisasi tersebut telah membuat lingkungan kampus meyakini bahwa kedua organisasi tentunya pasti memiliki pembinaan anggota yang cukup baik dan sudah teruji. Terbukti bahwa dalam posisi-posisi strategis dalam struktur organisasi internal seperti HMD (Himpunan Mahasiswa Departemen), UKM
(Unit Kegiatan Mahasiswa), sampai PEMA (Pemerintahan Mahasiswa), atau biasa yang disebut Gubernur Mahasiswa selalu di dominasi oleh kedua organisasi tersebut. Namun dibalik nama besar kedua organisasi tersebut tentunya masing- masing organisasi memiliki masalah internal yang sedikit banyaknya senantiasa selalu berpengaruh dalam pengambilan keputusan organisasi.
Faktor utama yang menghiasi setiap persoalan internal biasanya adanya perbedaan pandangan antar anggota organisasi yang menyebabkan timbulnya konsep yang berbeda sehingga butuh proses yang lama saat melakukan mekanisme pengambilan keputusan yang dianggap penting untuk kepentingan organisasi. Seperti di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam contohnya organisasi tersebut sudah cukup lama berdiri di FISIP USU, tentunya memiliki alumni dan senioren bahkan anggota yang sangat banyak. Dengan banyaknya
145
Universitas Sumatera Utara
anggota organisasi tersebut seharusnya justru dapat mempermudah gerak organisasi. Namun realita yang terjadi justru dengan banyaknya anggota organisasi pengurus Himpunan Mahasiswa Islam sendiri mendapat kendala tersendiri dalam pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan karena banyaknya saran dan masukan yang diterima oleh pengurus Himpunan Mahasiswa Islam dalam pengambilan keputusan-keputusan yang sifatnya sangat penting.
Peranan alumni dan senioren dalam organisasi seharusnya dapat memberikan transformasi nilai-nilai positif terhadap kepengurusan. Karena biasanya alumni dan senioren tentunya memiliki dinamika yang tidak jauh berbeda dengan kepengurusan saat ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang diberikan alumni dan senioren terhadap kepengurusan seharusnya dapat memberi motivasi serta semangat berorganisasi terhadap kepengurusan organisasi nya saat ini. Karena kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika alumni dan senioren tersebut menjadi pengurus organisasi dapat di jadikan pembelajaran oleh pengurus saat ini dan dapat memberikan solusi atas kesalahan-kesalahan yang pernah dialami. Biasanya dalam budaya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam hubungan yang terbangun dalam menjalin komunikasi terhadap keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam adalah memanfaatkan relasi keluarga besar organisasi dalam membantu persoalan-persoalan yang terjadi dalam organisasi baik secara moril ataupun materil. Contohnya seperti kedua organisasi ketika dalam melakukan kegiatan biasanya para pengurus organisasi membangun komunikasi terhadap para alumni dan senioren dalam membantu menanggulangi anggaran biaya organisasi ataupun hanya sekedar meminta kritik dan saran dalam mensukseskan kegiatan. Namun
146
Universitas Sumatera Utara
dalam hal politik internal organisasi biasanya sering terjadi perbedaan pandangan pada alumni dan senioren yang ada di Himpunan Mahasiswa Islam khususnya, hal inilah yang menyebabkan adanya kelompok politik di dalam internal organisasi.
Contohnya adalah ketika moment politik pemilihan Ketua Umum Himpunan
Mahasiswa Islam atau biasa disebut dengan RAK (Rapat Anggota Komisariat) banyak alumni yang mengusung kandidat yang berbeda-beda. Fenomena ini sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya menjadi fungsi alumni dan senioren sendiri yang tugasnya hanya memberi masukan, saran, dan motivasi terhadap pengurus organisasi agar mewujudkan kebijaksanaan bertindak dan kemandirian berfikir oleh pengurus organisasi.
Namun hal ini justru cenderung ke arah intervensi terhadap pengurus organisasi yang diusung untuk menjadi bakal calon Ketua Umum organisasi.
Dalam penelitian ini yang penulis dapatkan adalah pertarungan gagasan antar alumni dan senioren yang terjadi di dalam momentum politik internal organisasi semata-mata hanya untuk mendapatkan eksistensi pribadi di dalam internal organisasi untuk menentukan konsep organisasi yang akan dijalankan oleh pengurus organisasi nya. Perbedaan pandangan ini biasanya hanya terjadi ketika momentum politik internal organisasi saja, setelah itu para senioren dan alumni sama-sama memberi kontribusi dalam membangun organisasi dan saling memberikan transformasi nilai-nilai positif terhadap pengurus organisasi nya.
Dalam internal organisasi perbedaan pandangan inilah sebenarnya yang memperkaya nilai dan warna organisasi dalam mendewasakan para anggotanya.
Karena walaupun berbeda pandangan kepengurusan organisasi tetap objektif
147
Universitas Sumatera Utara
dalam melakukan komunikasi dan silaturahmi terhadap alumni dan senioren yang ada tanpa memandang senior dan alumni tersebut dalam kelompok dan pandangan yang mana.
Dalam hal ini justru fenomena berbeda yang terjadi dalam organisasi Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam. Tidak ada intervensi dan sikap yang berlebihan dalam dinamika yang terjadi di dalam tubuh organisasi ini karena dalam moment politik ataupun keputusan-keputusan yang sifatnya sangat penting dan strategis pengurus organisasi tetap di beri kewenangan dan otoritas tertinggi dalam pengamabilan keputusan dan menjunjung tinggi nilai dari musyawarah mufakat dan Himpunan
Mahasiswa Islam sendiri identik dengan vooting dalam pengambilan-pengambilan keputusan organisasi.
148
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Kesimpulan Substantif
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang organisasi HMI dan
UKMI di FISIP USU, maka telah terjawab ketiga pertanyaan penelitian seperti yang telah diungkapkan di rumusan masalah. Pertanyaan pertama dapat dijabarkan bahwa faktor yang mendasari mahasiswa FISIP USU mau bergabung ke dalam organisasi HMI dan UKMI FISIP USU adalah kedua organisasi tersebut masih memiliki eksistensi yang besar di lingkungan kampus dan kedua organisasi tersebut masih mampu memfasilitasi kreativitas dan bakat para kadernya untuk menjadi wadah berkreasi, menambah ilmu pengetahuan, dan pengembangan wawasan mahasiswa dan anggotanya dengan budaya organisasinya yang masih dianggap positif bagi kalangan mahasiswa FISIP USU khususnya. Selain dari itu, melalui kedua organisasi tersebut mahasiswa juga dapat menambah teman dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat antar sesama sehingga kedua organisasi tersebut sangatlah berpengaruh dalam membentuk pola pikir dan pembentukan karakter setiap anggotanya sehingga para kader kedua organisasi tersebut dapat menjadi contoh mahasiswa yang ada di jurusan khususnya dan
FISIP USU umumnya.
Pertanyaan kedua dapat dijawab bahwa bentuk budaya organisasi HMI dan
UKMI FISIP USU adalah dari aspek fungsi budaya organisasi memiliki beberapa
149
Universitas Sumatera Utara
fungsi. Yang pertama adalah budaya organisasi mempunyai suatu peran yang berbeda hal itu berarti bahwa budaya organisasi menciptakan pembedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan yang lain. Yang kedua adalah budaya organisasi membawa rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. Yang ketiga adalah budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual. Dan yang keempat adalah budaya organisasi meningkatkan kemampuan sistem sosial (Robbins,
2001). Dalam penelitian ini hal tersebut dibenarkan oleh suatu budaya organisasi yang dilakukan oleh organisasi HMI dan UKMI di FISIP USU dalam aktivitasnya sehari-hari. kedua organisasi tersebut memiliki perbedaan yang cukup jelas dalam menjalankan suatu roda organisasinya. Misalnya, dalam hal ini secara gerakan sosial yang terbangun dalam organisasi UKMI tidak se progressif gerakan sosial yang terbangun dalam organisasi HMI di FISIP USU. namun dalam hal lainnya, secara realita yang terjadi adalah kajian-kajian keislaman yang dilakukan oleh organisasi HMI tidak sesering kajian-kajian keislaman yang dilakukan oleh organisasi UKMI. Dan dalam aktivitas sehari-hari para anggota kedua organisasi tersebut sangat jelas perbedaan yang terjadi bahwasanya nilai-nilai keislaman lebih kental terjadi di dalam tubuh organisasi UKMI walau kedua organisasi tersebut adalah sama-sama organisasi yang berazaskan islam. Selain itu budaya organisasi yang terbangun dalam kedua organisasi tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan. oleh karena itu, bentuk metode perekrutan dan kajian sehari-hari yang membedakan bentuk perbedaan kedua organisasi tersebut.
150
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan ketiga adalah hubungan antara organisasi HMI dan UKMI FISIP
USU saat melakukan perekrutan adalah dapat di pahami secara menyeluruh bahwa perbedaan wujud organisasi di FISIP USU tidak menjadi penghalang untuk organisasi dalam melakukan perekrutan dan perkaderan dengan organisasi yang berbeda, secara menyeluruh interaksi antar organisasi yang terjalin dalam lingkunan FISIP senantiasa berjalan dengan baik dan tenteram. Namun dalam beberapa hal ada juga momentum yang tidak dapat di antisipasi dalam organisasi yang menyebabkan timbulnya gesekan atau perselisihan antar organisasi.
Khususnya dalam hal ini adalah proses perekrutan calon anggota antar organisasi
HMI dan UKMI di FISIP USU. organisasi HMI dan UKMI adalah sama-sama organisasi islam yang menjadi wadah bagi mahasiswa muslim di FISIP USU dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa muslim sebagai tempat berkreasi, menambah ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan mahasiswa serta melalui kedua organisasi tersebut dapat menambah persaudaraan yang kuat antar sesama mahasiswa di FISIP. Namun realita yang terjadi dalam penelitian kali ini adalah sering sekali timbulnya gesekan antar kedua organisasi tersebut baik dalam pandangan, kegiatan, sampai akhirnya adalah proses perekrutan.
Dalam perekrutan di HMI untuk menjadi calon anggota yang sah dalam organisasi para calon anggota terlebih dahulu di harapkan mengikuti trainning yang dinamakan MAPERCA dan di dalam organisasi UKMI dinamakan pra-siaga.
Biasanya kegiatan tersebut dilaksanakan tidak lama setelah beberapa bulan setelah mahasiswa baru masuk pada perkuliahaan. Dalam kondisi di lapangan sering terjadi perselisihan antar kedua organisasi dalam merekrut calon anggota,
151
Universitas Sumatera Utara
contohnya adalah sering terjadi pengklaiman antar organisasi dalam merekrut anggota sehingga secara tidak langsung kebebasan calon anggota organisasi dalam merasakan proses di organisasi sering terbatas karena adanya pandangan tersebut.
Namun dalam sisi lain tidak jarang pula terjadi pertukaran antar anggota organisasi yang terjadi bahkan mantan anggota organisasi satu dengan yang lain memiliki bidang yang sangat strtegis di organisasi barunya. Misalnya dalam realita yang terjadi pernah seorang mantan kader UKMI menjadi ketua umum pada organisasi HMI begitupun sebaliknya, mantan anggota HMI pernah menjadi ketua divisi didalam organisasi UKMI. Secara umum hubungan kedua organisasi tersebut dalam keadaan yang baik-baik saja namun ada beberapa momentum yang biasanya sering menimbulkan gesekan kedua organisasi tersebut. Misalnya dalam momentum PEMIRA, pemilihan ketua HMJ, ataupun momentum politik mahasiswa lainnya. Karena kedua organisasi tersebut dapat mengorganisir anggota sebanyak-banyaknya dalam memilih kandidat yang diusung oleh organisasi tersebut.
Dampak Bergabung Dalam Organisasi
Dampak adalah manfaat yang berfungsi untuk mendorong seseorang menjadi lebih baik dengan adanya beberapa dampak dari bergabungnya seseorang bergabung ke dalam organisasi tersebut adalah:
1. Melatih Kepemimpinan
Ketika bergabung dalam organisasi pastinya akan ada banyak hal yang harus di urus seperti acara-acara pada organisasi. Yang tentunya melibatkan banyak orang baik itu sesama anggota organisasi ataupun orang-orang diluar organisasi.
152
Universitas Sumatera Utara
Mahasiswa yang ikut dalam organisasi umumya masih memiliki sikap dan karakter yang lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut dalam organisasi.
Mereka lebih menggerakkan dan mengarahkan teman-teman sesama anggota ketika organisasi mengadakan suatu acara. Di dunia kerja keterampilan kepemimpinan ini sangatlah bermanfaat sekali dalam dunia pekerjaan.
2. Mendapat Perlindungan
Bergabung dalam organisasi dapat memberikan dampak positif sebagai pelindung diri sendiri. Jika mahasiswa mengalami masalah atau konflik dengan orang lain, makka organisasi bisa menjadi suatu kekuatan untuk tempat berlindung. Pemimpin organisasi akan menjaga anggotanya yang sedang terkena musibah seperti salah satu anggota seperti salah satu anggota mengalami kejadian yang tidak terduga, maka organisasi bisa dijadikan sebagai tempat berlindung.
3. Belajar Mengatur Waktu
Dengan bergabung organisasi, tidak dapat dipungkiri bahwa waktu yang biasa mahasiswa gunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas akan berkurang.
Sementara itu, banyaknya tugas kuliah atau pelaksanaan pengumpulan tugas sama dengan banyaknya tugas dan waktu pelaksanaan acara dalam organisasi itu. Agar keduanya dapat berjalan sama-sama lancar dan tidak ada yang terbengkalai, manajemen waktu yang baik mutlak harus dilakukan. mungkin pada awalnya dalam melaksanakan manajemen waktu, kita merasa kewalahan. Namun, jika sudah dibiasakan dengan keadaan tersebut maka lama-kelamaan pasti terbiasa dalam melaksanakan manajemen waktu, sehingga dalam dunia kerja nantinya
153
Universitas Sumatera Utara
tidak merasa kaget dengan adanya banyaknya tugas di kantor dan mampu menyelesaikan segala tugasnya dengan sistem manajemen waktu tersebut.
4. Memperluas Relasi
Di dalam organisasi akan banyak orang baru yang dikenal. Teman-teman mahasiswa seangkatan, senior, mahasiswa dari jurusan lain. Dalam hal ini saat seseorang sudah bergabung dengan organisasi di kampus akan menambah teman- teman secara sendirinya.
5. Menambah Wawasan
Bergabung dalam suatu organisasi di kampus umumnya secara sosial juga lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut organisasi. Jika bergabung dalam organisasi, seorang mahasiswa juga akan terlatih berinteraksi dengan berbagai macam tipe orang. Tidak hanya teman-teman satu jurusan, tapi juga dengan teman-teman dari program studi yang lain. dengan ini, tentu akan semakin memperluas pemahaman seorang mahasiswa akan berbagai karakterisitik orang.
Sesuai pengetahuan umum, manusia adalah individu unik. Semakin luas pergaulan, maka pemahaman akan manusia dapat semakin kaya. Saat bekerja nanti, keterampilan ini akan sangat membantu. Karena dengan kemampuan ini akan lebih berpengalaman berinteraksi dengan berbagai karakter rekan kerja.
6. Dapat Mengatasi Masalah atau Konflik
Selain beberapa dampak diatas, dengan bergabung dalam suatu organisasi dapat memberikan dampak positif untuk menyelesaikan masalah atau konflik.
Seperti seorang anggota yang kesulitan dalam mengerjakan tugas kuliah, maka sesama anggota dapat membantu anggota lain yang kesulitan untuk
154
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan tugas tersebut. Dalam organisasi juga akan diadakan suatu diskusi maka setiap anggota dapat memberikan pendapat untuk menyelesaikan masalah atau pembahasan dalam suatu diskusi.
Selain hal itu, seorang mahasiswa yang bergabung dalam organisasi bukan hanya bergantung pada organisasi. organisasi juga menjadikan mahasiswa lebih mandiri.
Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk kedepannya agar mahasiswa tidak kaget jika suatu masalah terjadi di dunia pekerjaan atau hal lain. Dari beberapa dampak positif pengelompokan di atas maka seorang mahasiswa yang luar biasa tidak hanya mengembangkan kemampuan saja tetapi juga mau dan mampu mengembangkan kemampuan. Oleh karena adanya organisasi baik organisasi agama, suku bangsa, asal daerah dan lain sebagainya, mahasiswa diajak untuk mengembangkan yang sebenarnya sudah ada dalam diri pribadi mahasiswa masing-masing.
7. Membentuk Pola Pikir
Dalam organisasi yang diajarkan bukan hanya materi dan praktek langsung ke lapangan atau ke masyaraakat. Organisasi juga bisa mengubah kepribadian seseorang menajadi lebih baik. Mengubah pola pikir yang dulunya hanya memikirkan diri sendiri kini menjadi lebih terbuka dengan adanya arahan dan bimbingan dalam organisasi.
8. Menambah nilai CV
Masuk dalam suatu organisasi akan menambah nilai CV mahasiswa itu sendiri. Mencantumkan pengalaman berorganisasi selama suatu organisasi dapat menambah nilai jual dalam lowongan pekerjaan kedepannya. Dalam pekerjaan itu
155
Universitas Sumatera Utara
perusahaan bukan hanya memerlukan IPK mahasiswa tetapi memerlukan pengalaman di bidang pengelompokan yang pernah diikuti selama masa perkuliahan di kampus.
9. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu dampak positif dari organisasi. Hal tersebut benar karena di dalam organisasi kita harus dipaksa untuk berbicara di depan para anggota atau pun pengurus organisasi.
Berkomunikasi juga bukan hanya dengan sesama anggota tetapi juga di depan khalayak ramai misalnya saat bersosialisasi. Dengan berkomunikasi yang baik maka mahasiswa itu sendiri akan lebih berani untuk mengungkapkan pendapat baik di dalam organisasi atau pun di hadapan masyarakat.
10. Terjadinya Kerenggangan dengan Teman di Luar Organisasi
Seorang mahasiswa yang masuk dalam organisasi juga bisa memicu kerenggangan berkawan dengan teman lainnya. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa yang masuk dalam organisasi tersebut hanya memikirkan kesibukan yang berada dalam pengelompokan tanpa memperdulikan teman atau orang lain. selain itu pengelompokan juga bisa menjadikan mahasiswa itu sendiri hanya berkubu dengan pengelompokannya tanpa ikut berbaur dengan yang lain.
11. Kuliah Jadi Terbengkalai
Meskipun organisasi bisa mengatur waktu, tetapi beberapa mahasiswa yang bergabung dalam organisasi bisa mengganggu aktivitas bangku kuliah. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa terlalu sibuk dengan urusan pengelompokan atau pengelompokan lebih menyenangkan daripada hanya duduk di bangku
156
Universitas Sumatera Utara
kuliah. Hal ini sering terjadi sehingga mahasiswa ketinggalan mata kuliah hingga
D.O.
12. Pengeluaran Bertambah
Dampak negatif lain dari organisasi adalah pengeluaran jadi lebih banyak dari biasanya. Organisasi bukan hanya sekedar datang pulang pergi. Organisasi juga membutuhkan pengeluaran agar organisasi itu bisa tetap berjalan. Di dalam organisasi pasti akan selalu ada acara atau kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga membutuhkan ‘uang’ agar acara itu berjalan dengan lancar. Misalnya untuk bersosialisasi atau melakukan bakti sosial maka anggota dari suatau organisasi tersebut harus mengumpulkan uang supaya bisa memnuhi setiap keperluan yang dibutuhkan. Bukan hanya untuk keperluan sosial, biaya menjadi sangat penting juga untuk keperluan-keperluan di dalam organisasi. Misalnya ssuatu organisasi memutuskan untuk menggunakan atribut yang sama. Ini menjadi salah satu dampak negatif dari organisasi sehingga terkadang mahasiswa itu sendiri keluar dari organisasi karena terlalu banyaknya pengeluaran apalagi khusus untuk anak kos yang hanya memiliki uang secukupnya.
5.1.2. Kesimpulan Analisis
Kesimpulan Analisis adalah dimana hasil penelitian dikaitkan dengan teori- teori yang digunakan dalam kajian pustaka. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa sebelum organisasi melakukan perekrutan mahasiswa akan senantiasa mencari organisasi yang sesuai dengan jati dirinya, yang sesuai dengan kodratnya seperti agama, suku bangsa, ataupun asal daerahnya. Sama dengan terjadi di kampus FISIP USU, bahwa wujud organisasi sesuai dengan jati diri dan identitas
157
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa baik agama, suku bangsa, dan asal daerah. Organisasi yang cenderung sesama golongan sesungguhnya di dasarkan atas sentimen-sentimen sesama yang di miliki mereka. Mengutip pandangan Geertz, Suparlan (1973b:250) menyebut sentimen-sentimen ini dengan sentimen primordial. Seorang mahasiswa akan senantiasa mencari organisasi yang sesuai dengan jati dirinya yang sudah tertanam sejak lahir seperti dalam penelitian ini dimana mahasiswa yang ingin mengkaji secara rutin kajian-kajian secara ke islaman dan lebih taat dalam melaksanakan ibadah biasanya lebih memilih organisasi UKMI. Namun jika mahasiswa yang ingin mengkaji teori tentang filsafat dan lebih ingin dalam membentuk kerangka berfikir makka biasanya mahasiswa lebih sering memilih HMI dalam pilihan organisasinya jika perbandingannya adalah kedua organisasi tersebut.
Organisasi terbentuk karena manusia senantiasa tidak bisa hidup sendiri seperti yang terjadi dalam penelitian kali ini, bahwa organisasi akan mencari dan mahasiswa akan menempatkan identitasnya dengan cara berinteraksi. Hal ini sesuai dengan teori Aristoteles tentang teori Zoon Politicon bahwa manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat yang tidak pernah lepas dari masyarakat, karena sejak manusia lahir pasti sudah memiliki keterkaitan dengan masyarakat. Akibatnya, sifat kodrati manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain sehingga manusia membentuk sebuah organisasi.
Manusia berorganisasi itu karena kesadaran akan kepentingan bersama yang nantinya akan mengadakan kerjasama dengan semua pihak dalam mencapai tujuan, meskipun dalam banyak hal kehidupan masyarakat kita mengetahui ada
158
Universitas Sumatera Utara
kepentingan manusia yang tidak sama bahkan saling bertentangan (Wursanto,
2005).
Kelompok atau organisasi tidak akan terwujud jika tidak adanya interaksi sosial. Mahasiswa dalam suatu pengelompokan harus berinteraksi terlebih dahulu agar mengenal satu sama lain. dengan berinteraksi akan menjalin hubungan satu sama lain dan akhirnya membentuk suatu kelompok. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2012:55) bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Interaksi adalah kunci dari terbentuknya suatu kelompok atau organisasi. Untuk melakukan perekrutan, terlebih dahulu adanya pendekatan antar mahasiswa yang satu dengan yang lain. pendekatan ini dilakukan kedua organisasi dengan cara perkenalan seperti melakukan kegiatan Pra-Siaga atau MAPERCA (Masa Perkenalan Calon
Anggota). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang digunakan dalam kajian pustaka yaitu Teori Hasrat Sosial yaitu manusia senantiasa mencari pergaulan yang sesuai dengan sesamanya. Hal ini sama dengan hasil penelitian bahwa mahasiswa akan senantiasa bergabung dengan organisasi yang sesuai dengan dirinya sendiri atau identitasnya. Kedua organisasi yang ada dalam penelitian bukan hanya sekedar organisasi saja, tetapi memiliki tujuan serta adanya sistem
159
Universitas Sumatera Utara
kepengurusan atau struktur organisasi. Hal ini sesuai dengan ungkapan Soekanto
(2005) disebut organisasi apabila memenuhi syarat:
1. Suatu angota organisasi harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari
organisasi yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan angota yang
lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat.
4. Berstruktur.
Sebagian besar organisasi di FISIP USU memberikan dampak (manfaat positif) terhadap mahasiswa itu sendiri. Adapun dari hasil penelitian yang di dapat saat berorganisasi adalah:
1. Organisasi memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti serta ada
orang lain yang membutuhkannya dan menyayanginya.
2. Organisasi sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung ke
dalam bisa mendefenisikan dirinya sebagai anggota suatu organisasi.
3. Organisasi sebagai sumber informasi tentang dunia dan diri kita.
Ketiga manfaat di atas sesuai dengan hasil penelitian dalam kajian ini bahwa manfaat yang di dapat mahasiswa bergabung dalam organisasi adalah bisa mengenal sesama mahasiswa yang memiliki identitas yang sama, dengan berorganisasi dapat menjadi pelindung bagi mahasiswa itu sendiri serta menambah wawasan.
160
Universitas Sumatera Utara
Keberagaman organisasi yang ada di FISIP USU tidak menimbulkan konflik meskipun di dalamnya terdapat berbagai wadah organisasi yang berbeda baik secara agama, suku, dan budaya. Organisasi senantiasa menjadi warna tersendiri bagi kampus karena adanya keberagaman tersebut. Keberagaman juga dapat menambah pengetahuan dengan lebih mengenal organisasi lain yang berbeda dengan organisasi sendiri.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian antara lain adalah bahwa sebelum mahasiswa ingin masuk dalam organisasi sebaiknya tetap memahami terlebih dahulu organisasi yang akan dimasuki. Meskipun masuk dalam organisasi seperti suku bangsa, agama, dan asal daerah, mahasiswa harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan organisasi lain. Mahasiswa yang masuk dalam organisasi harus tetap memprioritaskan kuliah. Jangan karena sibuk terhadap organisasi kuliah menjadi terbengkalai. Mahasiswa harus bisa mengatur waktu maupun keuangan agar organisasi itu tidak menjadi beban. Saran selanjutnya agar mahasiswa tetap menjadi penyalur gerakan-gerakan yang positif terhadap sesama masyarakat melalui organisasi. Organisasi juga harus dijadikan sebagai wadah yang indah di dalam lingkungan kampus. Meskipun berbeda-beda jenis organisasi , mahasiswa harus tetap senantiasa toleransi dan saling menghargai organisasi lain di luar organisasinya.
Saran terakhir bahwa penelitian ini pastilah tidak sempurna agar ditindaklanjuti lebih lanjut oleh penerus berikutnya yang meneliti tentang topik yang sama.
161
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Djokosantoso, Moeljono. 2005. Budaya Organisasi Dalam Tantangan. Jakarta:
Penerbit: Elex Media Komputindo.
Effendy, Onong Uchjana. 2007.Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Koentjaraningrat. 1990. Pengntar Ilmu Antropologi Cetakan Kedelapan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Kriyantono, Rahmat. 2009.Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.
Mangkunegara, A. A, Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung : PT. Rosyidakarya.
Mangkunegara, A. A, Anwar Prabu. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Mesiono. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung : Cita Pustaka Media Peritis.
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Ndraha, Talizuduhu . 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Prawinegoro, Darsono. 2012. Ekonomi Politik Aksi dan Revoulusi. Jakarta :
Penerbit: Nusantara Consulting.
Purba, Amir dkk. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan : Pustaka Bangsa
Press.
Suhendra, Murdiyah Hayati. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta :
Penerbit UIN Jakarta Press.
Sulistiyani, Ambar. 2009. Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
162
Universitas Sumatera Utara
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta. PT. Prenada Media Grup.
Thoha, Mifta. 2011. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Rata Grafindo.
163
Universitas Sumatera Utara
Makalah/Jurnal/Tesis
Azaria, Chyiona Sembiring. 2015. Strategi Komunikasi Dalam Rekrutmen
Organisasi. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Kurniawan, Anis. 2013. Strategi Rekrutmen Organisasi Kemahasiswaan (Studi
Kasus Rekrutmen Kader HMI Cabang Ciputat). Skripsi. Jakarta. UIN
Syarif Hidayatullah.
Manalu, Janrico. 2014. Pendidikan Karakter Terhadap Pembentukan Perilaku
Mahasiswa (Studi Kasus Proses Pendidikan Karakter Dalam HMJ
Sosiolog Universitas Mulawarman Kalimantan Timur). Vol, 2, No. 4, Juli.
Kalimantan Timur. Universitas Mulawarman.
Parwadi, Redatin. 2006. Kaderisasi Organisasi Dalam Perubahan. Kalimantan
Barat. Universitas Tanjung Pura.
Shaleh, Hairul. 2015. Komunikasi Organisasi Kemahasiswaan Di Indonesia
Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia.). Skripsi. Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah.
Sulistiyawan, Awang, dkk. 2014. Hubungan Organisasi Dengan Mahasiswa
Dalam Menciptakan Leadership.
164
Universitas Sumatera Utara
Sumber Lain:
• http://argyo/teori-strukturasi-dari-anthony-giddeus.
(diakses pada tanggal 25 Juli 2017)
• http://FISIP.ac.id.
(diakses pada tanggal 12 Agustus 2017)
• http://id.wikipedia.org>wiki>organisasimahasiswa.com.
(diakses pada 24 Agustus 2017)
• http://KBBI.web.id/sistem/sistem.
(diakses pada tanggal 23 Juli 2017)
• http://konstitusi.HMI.com.
(diakses pada tanggal 23 September 2017)
• http://repository.usu.ac.id
(diakses pada tanggal 9 September 2017)
165
Universitas Sumatera Utara
Hasil Wawancara Penelitian
Wawancara : Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam dan Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam FISIP USU
Peneliti (P)
Informan (I)
P : Bagaimana sistem perekrutan di Himpunan Mahasiswa Islam?
I : Jadi untuk keanggotaan Himpunan Mahasiswa Islam di FISIP USU itu pasti
ada perekrutan kader, tetapi prosesnya sangatlah panjang. Baik secara formal
di HMI ataupun secara pola perkaderan informal yang ada di komisariat.
Biasanya proses perkaderan tersebut untuk melihat bagaimana loyalitas dan
keseriusan calon anggota dalam berorganisasi, agar organisasi dapat aktif dan
produktif sehingga HMI mampu dapat menjawab tantangan zaman dengan di
butuhkannya calon anggota yang loyal dan aktif. Sebelum jauh melangkah
menjadi anggota organisasi biasanya HMI melakukan temu ramah dulu. Nah
semua mahasiswa di FISIP itu bisa di ikutkan acara temu ramah bukan hanya
Muslim tetapi bisa juga yang lain karena di acara temu ramah itu hanya untuk
perkenalan sesama mahasiswa saja sebelum nantinya akan di seleksi calon
anggota yang berpotensi untuk kekhususan HMI. Oleh karena itu kami
memanfaatkan moment temu ramah ini, dalam perekrutan calon anggota yang
dapat di ikat dengan sistem kakak asuh yang telah kami buat. Agar kakak
asuh tersebut dapat memfasilitasi dan menolong kebutuhan akademis para
166
Universitas Sumatera Utara
peserta temu ramah dalam hal diskusi maupun kedekatan secara
emosionalnaya.
P : Bagaimana cara Himpunan Mahasiswa Islam dalam memfasilitasi minat
dan bakat calon anggota?
I : Jadi kami pengurus HMI khususnya dalam memfasilitasi minat dan bakat
calon anggota ada namanya biro. Jadi biro ini adalah lembaga yang dibuat
HMI FISIP USU dan cuman ada di HMI FISIP USU untuk memfasilitasi
kebutuhan minat dan bakat sesuai dengan potensi calon anggota. Selain untuk
memfasilitasi minat dan bakat calon anggota biro juga berfungsi untuk
melatih tanggung jawab dan untuk pengembangan diri. Selain itu pengurus
biro juga dapat membantu dan saling berkoordinasi dalam mensukseskan
agenda-agenda yang ada di HMI FISIP. Di biro inilah sebenarnya kunci untuk
calon anggota yang akan di seleksi untuk di jadikan calon pengurus ini di
HMI FISIP USU. kami pengurus HMI berhak melakukan evaluasi terhadap
pengurus biro jika ada kesalahan yang dilakukan. Tugas kami pengurus
komisariat hanya dapat mengawasi dan mengontrol sisanya kami memberikan
kebebasan dalam berkreativitas terhadap pengurus biro.
P : Bagaimana gerakan sosial di Himpunan Mahasiswa Islam?
I : Kami memang sering melakukan aksi dan sering membuat diskusi tentang
persoalan isu-isu kekinian, biasa agenda ini memang di tanggungjawab oleh
bidang PTKP. Karena bidang inilah secara fungsi yang diamanahkan untuk
membangun jarigan dengan organisasi ekstra lainnya. Biasanya kami aksi
167
Universitas Sumatera Utara
sering membawa calon kader dengan tujuan memberikan nilai-nilai dan peran
mahasiswa di dalam perjuangan masyarakat yang tertindas.
P : Bagaimana interaksi di Himpunan Mahasiswa Islam?
I : HMI FISIP USU adalah salah satu organisasi islam yang ada di kampus FISIP
USU jadi kami tidak terbatas berinteraksi dengan anggota saja, namun dalam
perekrutan kami juga sering mengajak diskusi mahasiswa-mahasiswa baru
yang beragama islam sembari menawarkan apa saja yang menjadi nilai yang
ada di HMI. Terus HMI FISIP adalah organisasi yang kaya akan nilai, salah
satu nilai yang terkandung di dalam nya adalah nilai silaturahmi dan nilai
kekeluargaan. Biasanya dalam interaksi sehari-hari kami hanya berinteraksi
dengan anggota dan calon anggota saja. Namun di lain kesempatan kami juga
sering berkunjung ke rumah alumni dan senior untuk sekedar membangun
silaturahmi dan kekeluargaan di dalam organisasi. Disitulah interaksi yang
kami bangun sangatlah luas dan tidak terbatas kepada keluarga besar HMI
FISIP USU.
P : Apa tujuan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP USU?
I : Jadi tujuan UKMI saat ini untuk mengembangkan nilai keislaman lalu
mengembangkan fiqih agama untuk menjadi pemimpin masa depan, lalu ini
untuk kita sebagai mahasiswa untuk dapat peduli terhadap semua mahasiswa
islam yang ada di FISIP agar mereka tidak lari dari ajaran islam yang
sebenarnya. Organisasi ini terbentuk dari adanya usulan di struktur internal
kampus terbentuknya UKMI juga sebagai sarana untuk mengembangkan
nilai-nilai keislaman kedalam FISIP sendiri.
168
Universitas Sumatera Utara
P : Apa saja pelatihan di Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP?
I : Pelatihan di UKMI namanya siaga 1 dan siaga 2 bang, siaga 1 dan siaga 2
adalah jenjang pelatihan di UKMI yang bertujuan untuk melatih skill
kepemimpinan biasanya pelatihan tersebut dibawakan oleh ustadz dan materi
yang di bawakan adalah materi tentang nilai-nilai keislaman.
P : Bagaimana gerakan sosial di Unit Kegiatan Mahasiswa Islam di FISIP?
I : Jadi bang ketika kami melakukan aksi biasanya dalam mengumpulkan massa
kami bergabung dengan kam rabbani ataupun kammi, kami masi memiliki
keterkaitan dengan mereka walaupun secara status organisasi berbeda. Dan
biasanya aksi yang kam ikuti adalah aksi yang bersifat keagamaan dan juga
tentang kemanusiaan.
P : Bagaimana Pandangan terhadap Himpunan Mahasiswa Islam?
I : Kalau aku memandang karakter HMI sebagai organisasi mahasiswa
berideologi islam yang notabene kader-kadernya juga harus bergerak
berlandasan islam kini sedikit bergeser dengan ideologinya. Banyak kita
jumpa dalam kegiatan HMI seperti hal kecil rapat-rapat ketika adzan
berkumandang tidak juga berhenti dan bergegas sholat. Selepas dari itu HMI
progresif dalam hal gerakan mahasiswa. Budaya membaca dan lingkaran
diskusi dalam menyikapi isu yang berkembang yang menjadi nilai tersendiri
HMI menurut pandanganku bang.
P : Bagaimana pandangan terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa Islam?
I : UKMI organisasi islam yang didalamnya disertai dengan segala bentuk
kegiatan dan keilmuan keagamaan. UKMI di FISIP USU terkesan lebih
169
Universitas Sumatera Utara
tertutup dengan orang diluar organisasinya. Wilayah yang biasa menjadi tempat untuk berkumpulnya anggota UKMI yaitu musholah FISIP USU seolah dikuasai fasilitas yang ada di dalamnya menjadi fasilitas untuk organisasi ini sendiri .
170
Universitas Sumatera Utara