FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

Desi Syafriani Dosen Komunikasi Penyiaran Fakultas Ushuludding Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi [email protected]

Diterima: 16 Maret 2017 Direvisi :12 April 2017 Diterbitkan:15 Juni 2017

Abstract

Da'wah in general means an activity of hailing or inviting others to do well. While the science of da'wah defined a science about the activities of da'wah from input, process until the output or until the da’wah succeed. Beside the Qur’an, hadith also commands or to do da'wah. The law of da'wah seems to be different for each person depending on the situation and conditions of that person in legal view. Abu Sa'id Al-Khudry ra said, I heard the Messenger of Allah (SAW), decree "anyone among you see the inequitable act, then he should hind it by hand (violence or power), if he cannot afford it (for lack of power), then hind it with his tongue, and if uncapable (with his tongue, that is such a weak faith ".

Abstrak

Dakwah secara umum diartikan suatu aktifitas menyeru atau mengajak orang lain untuk berbuat baik. Sedangkan ilmu dakwah diartikan suatu ilmu yang mempelajari seluk beluk aktifitas dakwah mulai dari input, proses sampai output atau hasil dakwah yang dilakukan serta segala kajian yang berhubungan dengan pengembangan keilmuan dakwah. Selain al- Quran, di dalam hadits juga terdapat perintah atau suruhan untuk melakukan dakwah. Hukum dakwah ini nampaknya juga akan berbeda pada setiap orang tergantung situasi dan kondisi yang dialami orang tersebut dalam pandangan hukum. Abu Sa’id Al-Khudry ra. Berkata, Aku Mendengar Rasulullah SAW., bersabda “Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegah dengan tangan (kekerasan atau kekuasaan), jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan), maka dengan lidahnya, dan jika tidak mampu (dengan lidahnya) yang demikian itu adalah selemah- lemah iman”. (HR. Muslim).

1. Hukum Dakwah dalam Al-Qur'an tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan Hukum dakwah terdiri dari dua kata resmi yang berwajib, pelanggaran mana yaitu hukum dan dakwah. Menurut M.H. terhadap peraturan-peraturan tadi Tirtaatmadja hukum ialah semua aturan berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu 1 (norma) yang harus diturut dalam tingkah dengan hukum tertentu. laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti Kemudian pengertian dakwah secara yang ,دع و,kerugian jika melanggar aturan-aturan itu bahasa berasal dari bahasa Arab akan membahayakan diri sendiri atau harta. berarti dasar kecenderungan sesuatu 2 Sedangkan J.C.T. Simorangkir dan disebabkan suara dan kata-kata. Dan secara Woerjono Sastropranoto berpendapat 1 bahwa hukum ialah peraturan-peraturan Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 12 yang bersifat memaksa, yang menentukan 2 Abi al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam Muqayyis al Lughat, (Mesir:

Desi Syafriani 16 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017 istilah pengertian dakwah mengalami 1. Hukum Akli. Hukum akli adalah hukum perkembangan dan perbedaan makna sesuai yang berkaitan dan dapat dipahami dengan perkembangan ilmu pengetahuan melalui pendekatan pikiran. Berkaitan sebagaimana telah dijelaskan di atas. dengan ini ada tiga bentuk hukum fikli Sedangkan secara definitif dakwah yaitu: 1) wajib akli, yaitu hal-hal yang dirumuskan dalam konteks yang bervarisasi.3 mesti/wajib dipikirkan/diputuskan Hal ini terlihat dalam orientasi dan melalui pendekatan akal, 2) harus akli, penekanan bentuk kegiatannya diantaranya: yaitu hal-hal yang lebih baik memutuskan atau menetapkan sesuatu 1. Definisi dakwah yang menekankan melalui pendekatan akal, 3) mustahil proses pemberian motivasi untuk akli yaitu hal-hal yang tidak mungkin melakukan pesan dakwah (ajaran Islam). menggunakan akal dalam memutuskan Seperti yang di kemukakan oleh Ali atau menetapkan sesuatu. Mahfudz bahwa dakwah adalah mendorong 2. Hukum Syar’i. yaitu seperangkat manusia kepada kebaikan dan petunjuk peraturan berdasarkan ketentuan Allah memerintahkan perbuatan yang merusak tentang tingkah laku manusia yang individu dan orang banyak agar mereka diakui dan diyakini berlaku serta memperoleh kebahagiaan dudunia dan di mengikat untuk semua umat yang akhirat.4 beragama Islam. Hukum sar’i dapat 2. Defenisi dakwah yang menekankan dibagi dua yaitu hukum taklifi dan proses penyebaran pesan dakwah dengan hukum wadh’i. mempertimbangkan metode, media dan pesan yang sesuai dengan situasi dan Pertama, hukum taklifi adalah kondisi mad’u. titah (perintah Allah) langsung mengenai perbuatan orang mukallaf. Dengan demikian pengertian hukum dakwah adalah aturan-aturan yang memuat Hukum ini terbagi pula menjadi tentang kewajiban dan tata-cara dakwah enam bagian yaitu: 1)Tuntutan sesuai dengan hukum Islam. mengerjakan secara pasti ditetapkan melalui dalil yang qath’i atau pasti, Ditinjau dari segi hukum itu sendiri disebut fardu, 2) Bila dalil yang terdiri dari beberapa pembagian yaitu: menetapkannya bersifat tidak pasti hukum akli, hukum syar’i dan hukum ‘adi.5 (zhanni), hukumnya disebut wajib, 3) Mengenai pembagiannnya diterangkan Tuntutan untuk memperbuat secara berikut ini: tidak pasti dengan arti perbuatan itu dituntut untuk dilaksanakan. Terhadap yang melaksanakan, berhak mendapat ganjaran akan kepatuhannya, tetapi bila Mustafa al Baabi, 1996) dalam buku Salmadanis, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Surau,2003), h. 76 tuntutan itu ditinggalkan tidak apa-apa, 3 Asep Muhiddin, Dakwah Dalam tuntutan ini disebut nadb atau mandub, 4) Perspektif Al-Qur’an, (Bandung : CV Pustaka Tuntutan untuk meninggalkan secara Setia, 2002), hal. 32-33 4 pasti dengan arti yang dituntut harus Ali Mahfudz, Hidayah Al-Mursyidin Ila Ath-Tharig Al-Wa’dziwa Al-Khitabah,(Mesir: Dar meninggalkannya. Tuntutan dalam Al-I’tisham t.t), hal. 17 bentuk ini disebut tahrim, sedangkan 5 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu: 1997). h. 281 perbuatan yang dilarang secara pasti itu

Desi Syafriani 18 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

disebut , 5) Tuntutan untuk tetapi terdapat padanya mani’, meninggalkan atau larangan secara tidak disebut dengan batal. pasti dengan arti masih mungkin ia 6) Pelaksanaan hukum taklifi tidak meninggalkan larangan itu. Orang berdasarkan dalil umum tanpa yang meninggalkan larangan berarti ia memandang kepada keadaan telah mematuhi yang melarang. mukallaf yang melaksanakannya, Karenanya ia patut mendapat ganjaran disebut azimah. pahala. Tuntutan seperti ini diusebut 7) Pelaksanaan hukum taklifi dengan , 6) Titah Allah yang berdasarkan dalil yang khusus memberikan kemungkinan untuk sebagai pengecualian dari dalil umum memilih antara mengerjakan atau karena keadaan tertentu, disebut meninggalkan. Tuntutan ini disebut rukshah. dengan mubah. 3. Hukum Adi. Yaitu hukum yang dibuat oleh pembuat hukum dalam hal ini Kedua hukum wadh’i. hukum pemerintah untuk mengatur ini bukanlah dalam bentuk tuntutan, kemaslahatan orang banyak dalam tetapi dalam bentuk ketentuan yang sebuah negara atau wilayah yang lebih ditetapkan pembuat hukum sebagai besar. Hukum dalam bentuk ini sesuatu yang berkaitan dengan dengan misalnya Undang-undang Dasar, UU, hukum taklifi atau merupakan akibat PP, Kepres, kepmen. dari pelaksanaan hukum taklifi itu. Hukum wadh’i itu sendiri menurut Dari beberapa pembagian hukum di Amir Syarifuddin dapat dibagi menjadi atas dapat disimpulkan bahwa hukum tujuh bagian yaitu: dakwah itu adalah hukum wajib ’ain, yaitu kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap 1) Sesuatu yang ditetapkan oleh ummat Islam sesuai dengan kemampuan pembuat hukum menjadi sebab dan kapasistas masing-masing. Kesimpulan terjadinya hukum taklifi. Hukum ini penulis ini di dasarkan pada beberapa disebut dengan hukum asbab. pertimbangan: 2) Sesuatu yang ditetapkan oleh pembuat hukum menjadi syarat - Petunjuk ayat yang menyatakan tentang terdapatnya hukum taklifi. Hukum kewajiban dakwah adalah menggunakan ini disebut dengan hukum syarat. fiil amar yang berarti wajib untuk 3) Sesuatu yang dijadikan pembuat dikerjakan. hukum sebagai penghalang - Kegiatan dakwah adalah kegiatan yang berlangsungnya hukum taklifi, pada prinsipnya menyampaikan disebut dengan mani’. kebenaran dan kebaikan oleh karena itu 4) Akibat hukum dari suatu perbuatan menyampaikan kebaikan dan kebenaran taklifi yang sudah berlaku padanya itu adalah menjadi tugas seluruh umat sebab, sudah terpenuhi syarat-syarat Islam sesuai dengan kemampuan masing- yang ditentukan dan telah terhindar masing. dari segala mani’, disebut shah. - Adanya pendapat yang menyatakan 5) Akibat dari suatu perbuatan taklifi bahwa kewajiban dakwah adalah fardu yang tidak memenuhi sebab atau kifayah, sepanjang pengamatan penulis syarat; atau terpenuhi keduanya telah mengkerdilkan makna dakwah,

Desi Syafriani 19 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

menjadi sesuatu yang boleh dan tidak menimbulkan dua tugas. Pertama untuk dilakukan. Hal ini sangat bertolak menyuruh berbuat ma’ruf6 dan kedua belakang sekali dengan tujuan dan prinsip melarang berbuat munkar.7 Yang baik dua dakwah yaitu menyampaikan kebenaran. kata kerja yang disuruh oleh Allah kepada - Untuk mengembalikan fungsi dakwah manusia yaitu berbuat ma’ruf dan dan menegakkan kebenaran di muka mencegah yang munkar.8 Di dalam bumi maka tugas dakwah mestilah Jamaluddin al-Qasimi dinyatakan pada dimasukkan kepada hukum fardu ’ain surat Ali-Imran ayat 104 memberikan yaitu kewajiban yang mesti dilakukan alasan tentang wajib untuk menyeru oleh setiap muslim yang telah baliqh. kepada makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan mewajibkan kepadamu Berdasarkan ayat al-Qur'an, sebagaimana ditetapkan dalam al-Qur'an sepakat bahwa hukum dakwah itu secara dan .9 umum adalah wajib, sedangkan yang menjadi perdebatan adalah apakah Dalam tafsir al amidi ayat ini kewajiban itu dibebankan kepada individu adalah dalil menunjukkan bahwa muslim atau hanya dibebankan kepada menyuruh kepada kebaikan dan melarang kelompok orang saja dari secara kemungkaran adalah wajib.10 Kemudian keseluruhan, perbedaan pendapat mengenai dalam tafsir ayat ini mengandung hukum berdakwah disebabkan perbedaan makna bahwa pertama wajib hukumnya cara pemahaman mereka terhadap dalil-dalil menyuruh kepada kebaikan, kedua Fardhu nakli disamping kenyataan kondisi setiap kifayah11 artinya bukan wajib atas tiap-tiap muslim yang berbeda pengetahuan dan seseorang jika ia melakukannya. kemampuan. Ayat yang menjadi pokok pangkal pendapat itu adalah surat Ali-Imran Ahmad Mustafa Al- Maraghi – ayat 104. dalam menafsirkan surat Ali Imran: 104— .الْمَعْرُوف dan الخير memebedakan antara

6Makruf adalah mencakup segala apa yang dikenal bahwa ia patut, baik dan benar, mengenai akhlak, adat istiadat, segala perbuatan yang berfaedah dan barakahnya kembali kepada pribadi dan masyarakat dan didalamnya tidak terdapat pemaksaan, kemesuman , kedurjaan dan segala hal buruklainnya. Lihat A. Hasjmy, Dustur Dakwah Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu Menurut al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 302 segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, 7 Munkar adalah segala apa yang dikenal bahwa ia menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari jahat dan keji, mengenai akhlak, adat istiadat, yang munkar . merekalah orang-orang yang segala perbuatan yang brncana kemudharatannya kembali kepada pribadi dan masyarakat, dan beruntung”. didalamnya terdapat pemaksaan, kemesuman, kedurjanaan, dan segala hal buruk lainnya, Ibid 8 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 31 Pada ayat tersebut terdapat tiga 9 Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tafsir kewajiban yang dihadapi. Yang dua al-Qasimi, (Beirut: Dar al-Fikr, 1978). h. 104 10 berpusat kepada yang satu. Yang satu ialah Husain bin Basyir bin Yahya al Amidi, Tafsir Al Amidi, h. 63 mengajak kepada kebaikan. Dan 11 Abi Bakri Ahmad Arrazi Al- Jhasas, (Beirut Libanon: Darul Fikri, 2001), h. 44

Desi Syafriani 20 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

adalah sesuatu yang di dalamnya saja, namun siapa yang merasa muslim الخير Kata terkandung kebaikan bagi umat manusia adalah yang wajib melaksanakan dakwah dalam masalah agama (prinsip ajaran tergantung atas kemampuannya sendiri. adalah الْمَعْرُوف agama) dan duniawi. Kata apa yang dianggap baik oleh oleh syari’at Menurut M. Quraish Sihab, kata dah akal. Disini Allah SWT., minkum pada ayat 104 surat Ali-Imran memerintahkan agar melakukan menyatakan bahwa ada ulama yang penyempurnaan terhadap selain mereka, memahami dalam artian sebagian dengan yaitu anggota-anggota masyarakatdan demikian perintah dakwah yang menghimbau agar mengikuti perintah- dipesankan oleh ayat itu tidak tertuju perintah syari’at serta meninggalkan kepada setiap orang. Bagi yang larangan-larangan-Nya, sebagai memahaminya demikian, maka ayat ini pengukuhan terhadap mereka untuk buat mereka yang mengandung dua memelihara hukum-hukum syari’at dalam macam perintah. Perintah pertama kepada rangka memlihara syari;at dan undang- seluruh umat Islam untuk membentuk dan undang. Jadi hendaklah didalam jiwa menyiapkan suatu kelompok khusus yang manusia itu tertanam cinta kepada bertugas melaksanakan dakwah kepada kebaikan dan berpegang teguh kepada kebaikan dan makruf serta mencegah 14 syari’at.12 kemungkaran. Perintah pertama dalam hal ini bisa jadi suatu lembaga Menurut Imam Khazin kemasyarakatan yang tugasnya adalah sebagaimana yang dikutib oleh Moh. Ali untuk melaksanakan dakwah dan ada Azis menyatakan bahwa arti mim dalam kegiatan-kegiatan khusus olehnya untuk surat Ali-Imran ayat 104 adalah berfungsi melancarkan dakwah. Perintah kedua sebagai penjelas (Iil bayan) bukan adalah dakwah yang dilancarkan ini menunjukkan arti sebagian (littab'iidh), menyangkut kepada dakwah kepada sebab Allah telah mewajibkan dakwah kebaikan dan makruf nahi mungkar.15 kepada umat Islam sebagaimana firman- Nya ("Kamu sebagian adalah sebaik-baik umat Keterangan minkum yang (Ali-Imran: 110), dan karena itu arti yang menyebabkan dua kewajiban ini hanya tepat untuk ayat 104 ayat Ali-Imran di atas memposisikan hukum dakwah wajib hanya adalah hendaklah kamu semua menjadi mempunyai cakupan yang kecil, yaitu umat yang selalu mengajak kepada kelompok. Kalau kita kembali kepada kebaikan memerintah yang makruf dan persoalan sebelumnya, yang menyatakan mencegah yang mungkar.13 Penjelasan bahwa huruf mim dan dalam kata minkum Imam Khazin yang menyatakan, bahwa merupakan kewajiban bagi setiap orang arti mim yang mempunyai fungsi sebagai muslim yang merupakan penjelas, menurut penjelas, yaitu dakwah adalah kewajiban Quraish Shihab adalah ini merupakan dan tanggung jawab setiap muslim dan perintah kepada muslim untuk dikhususkan kepada seorang kaum muslim melaksanakan tugas dakwah yang masing- masing sesuai dengan kemampuannya,

12 memang dakwah yang dimaksud adalah Lebih lanjut lihat: Ahmad Mustafa Al- maraghi, Tafsir Al-Maraghi Terjemah, Jilid 4 (Semarang: Toha Putra, 1993), h. 35 14 M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, 13 Muhammad ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 73 (Jakarta: Kencana, 2004), h. 43 15 Ibid

Desi Syafriani 21 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

dakwah yang sempurna, maka tentu saja Menurut Ar-Razi, perkataan tidak semua orang dapat minkum mengatakan "seseorang diantara melaksanakannya. Disisi lain, kebutuhan kamu" sesungguhnya (min) menurut masyarakat dewasa ini, bahkan perang Dalalain adalah pertama sesungguhnya informasi yang demikian pesat dengan Allah Ta'ala mewajibkan kepada sekalian sajian nilai-nilai baru sering kali seperti yang dikatakan "engkau adalah membingungkan, semua itu menuntut sebagian ummat...” sedangkan yang kedua adanya kelompok khusus yang menangani adalah dia sesungguhnya tidak berarti dakwah dan membendung informasi yang tanggung jawab melainkan kewajiban menyesatkan, karena itu adalah lebih tepat keduanya, menyeru "kepada yang makruf memahami kata minkum pada ayat di atas dan mencegah keapada yang mungkar, ada dalam artian sebagian dari kamu tanpa kalanya dengan tangan, atau lisan atau menuntut kewajiban setiap muslim untuk dengan hati - maka ayat ini suatu yang ada saling ingat mengingatkan, bukan pada umat yang menyeru kepada kebaikan berdasarkan firman Allah pada surat aI- memerintahkan yang makruf mencegah Ashar yang menilai semua muslim yang mungkar.17 kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh, serta saling Fuad Mohm. Facruddin dan Ali al- mengingatkan tentang kebenaran dan Syamsi al Nasyar, sebagaimana yang ketabahan.16 dikutip oleh Salmadanis mengatakan bahwa melaksanakan amar makruj nahi Dari semua keterangan ini, dapat mungkar adalah suatu kewajiban bukan diambil kesimpulan bahwa para ahli tafsir oleh golongan tertentu saja, tetapi juga menyatakan bahwa kata minkum adalah oleh semua golongan tertentu saja, juga sebagai penjelas (lil bayan) dan ada yang oleh semua golongan umat Islam lainnya. mengatakan bahwa kata minkum adalah Maka siapapun manusia yang tidak sebagian (littab'iidh), namun sebenarnya melakukannya hendaklah diluruskan jalan keduanya bisa dipakai dalam status hukum hidupnya dengan melakukan dakwah dan tergantung kemana posisi terhadap dirinya yang sifatnya sarna hukum ini diletakkan. Kalau seandainya lil dengan melakukan jihad terhadap orang bayan, maka dakwah adalah kewajiban bagi kafir atau fasik. Kewajiban al-amr bi al- setiap muslim tanpa kecuali sesuai dengan makruf wa al-hahy an al-munkar adalah bagi kemampuan mereka, namun kalau berada setiap mukmin sesuai dengan kemampuan dalam posisi littab'idah atau sebagian adalah mereka, apakah dengan mengangkat ada kelompok yang bertugas untuk senjata atau cara lain.18 melaksanaka dakwah, maka kedua makna antara lil bayan dan littab 'idah adalah Dikatakan demikian sangat kuat penempatan hukum dakwah sesuai dengan bahwa kewajiban amar makruf nahi mungkar kemampuan umat muslim dalam adalah sebuah tanggung jawab penuh bagi menegakkan kebenaran, bisa jadi Iil bayan semua umat muslim kepada kepada seorang adalah umat muslim yang mempunyai

otoritas (kekuasaan). 17 Al-Imam Muhammad ar-Razi, Tafsir Fakhrur ar-Razi, (Beirut Libanon: Dar al-Fikr, 1415H), h. 182-183 18 Salmadanis, Dakwah Dalam Perspektif 16 Ibid, h. 174 Al-Qur’an dan Hadis, (Jakarta: TMF, 2000), h. 65

Desi Syafriani 22 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017 muslim lainnya, dan dengan melaksanakan kegiatan amar makruf nahi mungkar akan menyebabkan semua lapisan masyarakat 20 akan mampu mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan penuh dengan redha Allah Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan SWT, dengan demikian palaksanaannya juga Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang harus sesuai dengan kapasitas baik dan bantahlah mereka dengan cara yang kemampuanya, dan tidak menuntut para baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih individu dalam malaksanakan dakwah diluar mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- kemampuan mereka. Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.” Sedangkan mengenai dakwah, ada dua kata yang berada dalam rangka perintah Kewajiban dakwah menurut Toha melaksanakan dakwah yaitu yad'una yakni Jahya Omar pada ayat di atas, di dasarkan mengajak dan yang kedua yaitu ya'muru yakni pada kata-kata ud’u yang diterjemahkan memerintahkan, Menurut Qhutub dengan ajaklah adalah fi’il amar. Menurut sebagaimana yang dikutip oleh Quraish aturan Ushul Fiqh amar menjadi perintah Shihab "Perbedaan itu menunjukkan wajib yang harus dipatuhi selama tidak ada keharusan adanya dua kelompok masyarakat dalil-dalil lain yang memalingkannya dari Islam, kelompok pertama yang bertugas wajib itu kepada sunat dan lain-lainnya.21 mangajak, dan kelompok kedua yang bertugas memerintah dan melarang, maka Lebih lanjut M. Natsir menyatakan kedua kelompok itulah yang memilkiki bahwa tugas umat secara keseluruhan bukan kekuasaan di muka bumi, ajaran illahi hanya memonopoli golongan yang disebut bukanlah nasehat, pertunjuk dan penjelasan. dengan ulama atau cerdik pandai dan Sedangkan kekuasaan memerintah dan cendikiawan. Bagaimana suatu masyarakat melarang agar makruf dapat terwujud dan akan mendapat suatu kemajuan apabila para kemungkaran dapat sirna. anggota memiliki ilmu yang sedikit atau banyak atau ilmu agama atau ilmu dunia Lebih lanjut M. Natsir mengatakan tidak tersedia mengembangkan apa yang ada bahwa kewajiban dakwah merupakan pada diri mereka untuk selamanya. Suatu tanggungjawab kaum muslimin dan ilmu yang bermanfaat bagi tiap-tiap yang muslimat. Dan tidak boleh seorang khair, dan yang makruf, yang baik, patut dan muslim/muslimah pun dapat pantas dan terbit bagi tiap orang, dan tiap-- 19 menghindarkan diri dari padanya. tiap benih kebenaran itu memiliki daya Kemudian Toha Jahya Omar kemampuan, sendiri dan tinggal lagi mengungkapkan bahwa hukum dakwah menaburkan dan memupuknnya dan adalah wajib sesuai dengan surat an-Nahl: bagaimana pula suatu masyarakat akan 125. selamat bila anggotanya sama-sama diam, masa bodoh terhadap kemungkaran, tiap- tiap bibit kemungkaran memiliki daya

19 Al Iman Muhammad ar-Razi, op.cit. h. 20 Al-Qur’an Terjemah 174 21 Ibid, h. 44-45

Desi Syafriani 23 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017 geraknya sendiri, di waktu masih kecil ia sebagaimana juga sudah dijelaskan pada ibarat seperti bara yang sukar dimatikan.22 surat sebelumnya.23

Kemudian tentang hukum dakwah 2. Hukum Dakwah juga terdapat dalam Q.S Almaidah ayat 78- Dalam Hadis 79. Selain al-Qur’an, di dalam hadits juga terdapat perintah atau suruhan untuk

     melakukan dakwah. Hukum dakwah ini nampaknya juga akan berbeda pada setiap         orang tergantung situasi dan kondisi yang dialami orang tersebut dalam pandangan       hukum. Abu Sa’id Al-Khudry ra. Berkata, Aku Mendengar Rasulullah SAW, bersabda:        “Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegah

     dengan tangan (kekerasan atau kekuasaan), jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan Artinya: Telah dila'nati orang-orang kekuasaan), maka dengan lidahnya, dan jika kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan tidak mampu (dengan lidahnya) yang Isa putera Maryam. Yang demikian itu, demikian itu adalah selemah-lemah iman”. 24 disebabkan mereka durhaka dan selalu (HR. Muslim). melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang Dengan demikian berdasarkan hadits mereka perbuat. Sesungguhnya amat tersebut menurut penulis ada dua macam buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. hukum dakwah yaitu hukum secara umum dan hukum secara khusus. Hukum secara Dalam surat Almaidah ayat 78-79 umum adalah bahwa pelaksanaan kegiatan di atas Allah SWT mengecam dengan keras dakwah ditetapkan sebagai kewajiban yang Bani Israil yang meninggalkan dakwah. hukumnya fardu kifayah. Hal ini disebabkan Mereka tidak memperdulikan aktifitas karena tidak mungkin semua orang memiliki dakwah. Artinya mereka tidak melarang potensi sebagai muballigh dan dapat kemungkaran. Surat ini merupakan salah melaksanakan dakwah dengan baik. satu contoh nyata pada umat terdahulu yang Sedangkan hukum secara khusus adalah disiksa karena mengabaikan perintah ketetapan hukum yang dijatuhkan kepada mencegah kemungkaran. Yang mana untuk seseorang yang keluar dari hukum fardu mencegah kemungkaran itu adalah wajib kifayah, disebabkan oleh tingkatan

23 Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2009), h. 147 24 Mustafa Dieb Al-Bugha Muhyidin 22 M. Natsir, Fiqud Dakwah, (Semarang: Mistu, Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah, Roma Ahani, 1989), h. 111 (Jakarta: 1998), h. 289

Desi Syafriani 24 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017 kemampuan dan ketidakmampuan pribadi dan khusus menjadi tidak wajib seseorang. baginya akan tetapi dapat berubah fungsi menjadi hukum yang lain. Ada tiga cara dakwah pada hadits tersebut. Pertama mencegah dengan tangan Kemudian pada keadaan yang kedua atau dengan kekuasaan atau jabatan yang di mana seseorang dengan keberaniannya dimiliki seseorang, yang dengan jabatan atau mampu mencegah kemungkaran dengan wewenang yang dimilikinya dia akan cara lisannya, dengan siap mental didengarkan orang atau orang akan menanggung resiko apapun yang akan menyeganinya. Kedua dengan cara lisan terjadi karena tindakannya. Maka menurut yaitu berbicara dengan kebenaran yang penulis jatuh hukum sunat padanya untuk dilontarkan kepada mereka yang melakukan mencegah kemungkaran. Artinya, hal ini kemungkaran dan orang ini harus dapat dipahami bahwa jika seseorang yang mempunyai mental yang cukup kuat dan tidak mempunyai power tetapi dia memiliki dalam melakukan tindakan pencegahan kemampuan mental untuk berdakwah dan kemungkaran. Ketiga dengan hati, ini dia mengetahui bahwa resiko akan terjadi merupakan jalan terakhir untuk menasehati sebagai akibat dari tindakannya maka sunat orang lain yaitu merupakan selemah-lemah baginya berdakwah. keadaan seseorang, setidak-tidaknya ia masih tetap berkewajiban menolak kemungkaran Selanjutnya pada keadaan yang dengan hatinya kalau ia masih dianggap ketiga di mana seseorang tidak memiliki Allah sebagai orang yang memiliki iman, kemampuan, dan juga tidak siap secara walaupun iman yang paling lemah, yakni mental untuk mencegah kemungkaran maka mentalnya tidak sanggup untuk mencegah jatuh hukum mubah baginya untuk tidak kemungkaran. Penolakan kemungkaran mencegah kemungkaran asalkan di dalam dengan hati merupakan batas minimal dan jiwanya berkata bahwa dia tidak setuju benteng tempat penghabisan dari upaya dengan kemungkaran yang dilihatnya. pencegahan kemungkaran. Dengan demikian hal ini juga dipahami bahwa ketiak seseorang tidak memiliki Menurut penulis pada cara pertama kekuasaan, kemampuan secara lisan dan ketika seseorang memiliki power dan tidak memiliki kesiapan mental maka kemampuan untuk mengendalikan orang jatuhlah hukum mubah untuk tidak lain pada jalan yang benar maka jatuh berdakwah baginya. Meskipun para ulama hukum wajib baginya yang dilakukan secara berpendapat bahwa pada dasarnya hukum konsep kifayah untuk mencegah dakwah secara umum adalah fardu kifayah, kemungkaran dengan kekuatannya. Hal ini namun demikian menurut penulis hukum juga memberi pengertian bahwa wajib bagi dakwah seperti yang diuraikan di atas orang yang memiliki power untuk mestilah dikembalikan pada hukum fardu berdakwah mencegah kemungkaran dengan ’ain agar setiap orang berbuat dan kekuatan maupun dengan menggunakan menyampaikan kebenaran. lisan. Akan tetapi jika dia memiliki kekuasaan tetapi tidak dapat mampu Hadis di atas juga ditegaskan oleh mengendalikan kekuasaan tersebut, atau hadis lain bahwa Khuzaifah ra. Nabi Saw. dengan kata lain dia berada dalam kendali Bersabda "Demi zat yang menguasai diriku, orang lain, maka hukum dakwah secara haruslah kamu menegakkan kepada

Desi Syafriani 25 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017 kebaikan dan haruslah kamu mencegah sekelompok orang, beban kewajiban itu perbuatan yang mungkar, atau Allah akan gugur dari yang lain. menurunkan siksa kepadamu, kemudian 3. Menurut penulis hukum dakwah kamu berdo'a kepada-Nya dimana Allah adalah fardu ’ain agar setiap muslim berbuat, tidak akan mengabulkan permohonanmu menegakkan dan menyampaikan kebenaran. (HR. Turmudzi). Karena dakwah juga merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menyampaikan Hadits di atas tidak menjelaskan baik yang ada dalam Al-Qur’an dan hukum dakwah secara jelas, akan tetapi hadis. surahan untuk mengerjakan dakwah jelas dikatakan. Hal ini juga membuktikan bahwa DAFTAR PUSTAKA menurut penulis hukum dakwah itu sangat berkaitan sekali dengan kondisi dan keadaan seseorang. A.Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut al- Qur’an,Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Hadis ini telah didahului dengan sumpah Nabi Saw. Bagi umat Islam yang Ali Azis Muhammad, Ilmu Dakwah, Jakarta: merupakan pilihan bagi mereka akan Kencana, 2004 mendapat siksa dari Allah, karena mereka ______, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, telah dianggap oleh-Nya telah mengabaikan 2009 tugas agama yang sagant penting dan wajib ini. Sehingga kemurkaan Allah bukan Ar-Razi Al-Imam Muhammad, Tafsir kepada orang yang melakukan Fakhrur ar-Razi, Beirut Libanon: kemungkaran, namun terhadap umat secara Dar al-Fikr, 1415H keseluruhan seperti finnan-Nya "Dan Al Amidi Yahya bin Basyir bin Husain, peliharalah dirimu dari siksa Allah yang Tafsir Al Amidi tidak khusus akan menimpa orang yang zalim saja diantara kamu dan ketahuilah Ali Mahfudz, Hidayah Al-Mursyidin Ila Ath- bahwa Allah sangat keras siksanya (QS. AI- Tharig Al-Wa’dziwa Al- Anfal: 25) Khitabah,Mesir: Dar Al-I’tisham t.t

Ahmad Arrazi Al-Jhasas Abi Bakri imam, Beirut Libanon: Darul Fikri, 2001 C. Penutup Al-Maraghi Mustafa ahmad, Tafsir Al- Maraghi Terjemah, Jilid 4 Semarang: Dari uraian diatas dapat penulis Toha Putra, 1993 ambil kesimpulan sebagai berikut: Al-Qasimi Jamaluddin Muhammad, Tafsir al- Qasimi, Beirut: Dar al-Fikr, 1978 1. Al-Qur’an dan hadits menyuruh umat muslim dan muslimat untuk Abi al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, berdakwah Mu’jam Muqayyis al Lughat,Mesir: 2. Menurut kebanyakan ulama secara Mustafa al Baabi, 1996 dalam buku umum hukum dakwah adalah fardu kifayah, Salmadanis, Filsafat Dakwah, Jakarta: Surau,2003 artinya apabila telah dilakukan oleh

Desi Syafriani 26 Hukum Dakwah Dalam...... FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983

Karni Awis, Dakwah Masyarakat Kota, Jakarta: The Minangkabau Fondations, 2006

Masturah Lenggam, Metode Dakwah Allati Hiya Ahsan, Padang: Makalah Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, 2009)

Muhiddin Asep, Dakwah Dalam Perspektif Al- Qur’an, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002

Mustafa Dieb Al-Bugha Muhyidin Mistu, Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah, Jakarta: 1998

M. Natsir, Fiqud Dakwah, Semarang: Roma Ahani, 1989

Salmadanis, Dakwah Dalam Perspektif Al- Qur’an dan Hadis, Jakarta: TMF, 2000

Syarifuddin Amir, Ushul Fiqh Jilid 1, Ciputat: Logos Wacana Ilmu: 1997

Shihab M. Quraisy, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2007

Desi Syafriani 27 Hukum Dakwah Dalam......