”Iki dalan kanggo sing éling lan waspada, ing zaman Kala Bêndu Jawa, aja nglarang dalêm nglêluri wong apêngawak déwa, déwa apêngawak ma nungsa, sing malang-malangi bakal curês ludhês sak braja jalma kumara, aja-aja kléru pandhita samudana, larinên pandhita asênjata trisula wédha, iku hiya paringaning déwa.” Inilah jalan bagi yang ingat dan waspada di zaman Kala Bendu Jawa. Janganlah melarang yang berusaha mengenali manusia bertubuh dewa, dewa bertubuh manusia karena yang menghalangi akan habis ludes sampai keturunannya. Jangan sampai keliru pendeta palsu, carilah pendeta bersenjatakan trisula weda yang juga pemberian dewata.

*) Cuplikan Jangka Jayabaya, tulisan Mahaprabu Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya di zaman sedang Kala Brawa. Gerbang Nuswantara Copyright© 2015, Victoria Tunggono

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa oleh Penerbit Buku Kompas, Maret 2015 PT Kompas Media Nusantara Jl. Palmerah Selatan 26-28 10270 e-mail: [email protected]

KMN: 20205150027 Desain sampul: Iwan Guna (@iwan_guna) Untukmu, Anak Bangsa Nuswantara. Ilustrasi dalam: Victoria Tunggono Suradira Jayaningrat, Swuh Kabrasta den Pangastuti, Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian Jaya Jaya Wijayanti, atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Wijaya Nuswantara! vi + 322 hlm.; 13 cm x 19 cm ISBN: 978-979-709-912-1

Isi di luar tanggung jawab Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima Miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). DAFTAR ISI

Wilangan 1 | Bukit yang Bisa Melar 1 Wilangan 3| Sepupu dari Wonogiri 33 Wilangan 5 | Cerita Angker di Sekolah 51 Wilangan 7 | Bimasakti 61 Wilangan 9 | Penjelasan dari Pakde 78 Wilangan 11 | Mencari Jawaban 113 Wilangan 13 | Gerbang 187 Wilangan 15 | Drupadi 203 Wilangan 17 | Kota Emas 230 Wilangan 19 | Kediaman Adhiwirya 278 Wilangan 21 | Pulang | 309 Catatan dari Penulis | 312 LAMPIRAN | Sistem Kalender Jawa Tahun Çaka 315

iv v Wilangan 1 Bukit yang Bisa Melar

Brakk! Sebuah pintu terbanting keras di area perumahan elit di kawasan Setrasari, Bandung Barat. Pelakunya, seorang gadis belia berambut hitam sepunggung yang siang itu dikuncir kuda, berjalan dengan langkah besar-besar dengan hentakan menuju mobil Ford Fiesta biru gelap kehijauan yang diparkir di sisi kiri carport berkapasitas empat mobil itu, melempar tasnya ke kursi penumpang lalu duduk di belakang stir. Setelah menyalakan mesin, gadis itu menutup pintu lalu menginjak pedal gasnya sedalam mungkin, melajukan mobilnya dengan kecepatan setinggi yang dia bisa di dalam kota yang berlalu lin tas cukup padat ini, mengisi setiap celah yang bisa dimasuki. Alhasil, banyak mobil lain yang membunyikan klakson pertanda terganggu dengan cara menyetir nona muda ini.

1 Setelah beberapa menit, emosinya sedikit me- ”Temen Rani ngga ada yang Papa-Mamanya reda dan city car itu bergerak dengan lebih santai, cerai! Papa-Mama Andra juga sering berantem tapi tidak terburu-buru. ngga sampai cerai. Kenapa Papa dan Mama ngga Di balik kemudi, raut muka gadis itu juga sudah bisa seperti mereka?” tidak setegang tadi. Kerut-kerut kesal di dahinya ”Jangan menggurui Mama sekarang. Keadaan berkurang, walau belum hilang sepenuhnya. Di kita ngga sama dengan mereka. Kamu dengar sendiri dalam kepalanya, rekaman kejadian sepuluh menit Papamu punya istri muda. Mama nggak bersedia yang lalu terputar kembali, lagi, dan lagi. Kali ini, dimadu!” segalanya tampak lebih lambat. ”Kalau gitu kenapa Mama ngga layani Papa ”Salah Mama sendiri yang nggak bisa jaga dengan layak sampai Papa bisa punya istri muda?” suami!” teriaknya marah pada sosok ibunya tantang gadis remaja itu galak. Semua bahasa dan yang berdiri di hadapannya. Mata ibunya yang ilmu seputar pernikahan yang dipelajarinya dari biasanya menyorotkan sinar lembut itu, kini majalah wanita dewasa langganan ibunya keluar membesar mendengar kalimat puterinya, kaget. Lalu ekspresinya berubah marah, lebih marah dari Plakkk! pertama kali topik tentang kelakuan sang anak ini Sebelum si anak meralat kata-katanya, se buah dibuka. tamparan keras mendarat di pipi si anak, mem buat- ”Jaga mulutmu! Punya hak apa kamu menilai nya merah karena kaget, perih, marah, dan kecewa orangtuamu?” belum pernah dilihatnya ibunya bercampur satu. Sang ibu, sama terkejut atas apa semurka ini. Tetapi diapun sudah keburu terbakar yang barusan terjadi, menarik tangan kanannya emosi. Tidak ada kata mundur sekarang. Keluarkan dan melindunginya dengan tangan kirinya, seolah saja semuanya. mencegah tangan kanan itu untuk melakukan hal ”Kalau nggak mau dinilai, jangan berbuat yang memalukan. Siapa yang suruh kalian cerai?” berganti raut ketakutan, cemas, bersalah. Dan mata- ”Jangan kurang ajar kamu! Jadi kamu malu nya menyiratkan penyesalan yang sungguh dalam. Papa-Mama cerai? Kamu lebih peduli kata-kata Terlambat, nasi telah menjadi bubur. Terlepas orang lain, daripada memerhatikan keadaan di rumah? Kamu tau sendiri kaya gimana situasinya!” ibu dan anak itu semakin terluka. Tapi semarah- ujar ibunya marah. marahnya seorang ibu, tetap tidak tega melihat putri- nya tersiksa. Sebelum sang ibu sempat meraihnya, anak itu telah berlari ke arah pintu depan sambil

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 2 3 menyambar tasnya yang tergeletak di atas sofa dan guru, Rani dijadikan teladan bagi murid lain dalam kunci mobil yang digantung di bagian foyer rumah. hal pelajaran dan cara bersikap. Oleh murid lain, Sekuat tenaga, pintu itu ditutup dengan dibanting, Rani dijadikan patokan untuk kategori modis dan sebagian untuk menyalurkan emosinya keluar, dan gaul. Walau tidak pernah berusaha keras untuk sebagian lagi menjadi jawaban atas permintaan maaf menjadi nomor satu, sudah menjadi bawaan orok2 ibunya yang sekarang terduduk di lantai dan mulai kalau Rani selalu tampil lebih gemilang dari orang- menangis. orang di sekitarnya. Semua cewek menjadikannya idola, semua cowok bermimpi bisa jadi pacarnya. Dan Rani, yang ke sepian tanpa kakak atau adik di rumah, menikmati Namanya Rani, Maharani. Sesungguhnya, Rani popularitas ini, sampai berita perceraian orang bukan anak yang bandel atau kurang ajar. Tidak, Rani tuanya yang diumumkan dua minggu lalu. Seperti adalah anak manis yang selalu menyenangkan hati halnya yang selalu terjadi di kota kecil, semua orang orang di sekitarnya. Selain wajahnya memang cantik saling mengenal. Walau jumlah penduduk Bandung dengan bulu mata lebat, alis tebal, hidung mancung, lebih dari dua juta jiwa, tetapi karena terbagi hanya dan kulit kuning langsat, bibirnya yang nggandhul1 dalam beberapa komunitas besar, ada saja hubungan itu rajin tersenyum. Bibir yang menunjukkan sosok saling kenal walau masing-masing bertempat tinggal yang ekspresif dan tak pernah menutupi apa yang di ujung-ujung kota sekalipun. dirasakan. Rambut hitam pekatnya yang sedikit Demikian pula dengan gosip. Seberapapun bergelombang seringkali dikuncir kuda karena usaha yang dilakukan untuk menutupi, ada saja alasan gerah dan praktis, walau sesekali digerai yang membocorkan. Dalam sekejap, satu sekolah sampai ke tengah punggungnya. Poni tebalnya me- sudah tahu berita perceraian orangtua Rani. Dan tak nu tupi keningnya sampai batas alis, memadankan lama kemudian ’grup pengikut’ Rani mulai buyar. bentuk dagunya yang melancip. Yang satu beralasan harus lebih banyak belajar Di sekolahnya, SMA Pandawa, Rani seperti karena nilainya menurun. Yang lain lagi mengaku selebritis. Selain karena kecantikannya, gaya ber- harus menabung sehingga tidak punya uang untuk pakaiannya yang walau simpel dan tampak nyaman nongkrong dan bergaul seperti yang selalu Rani tapi terlihat berkelas menjadi tren yang diikuti lakukan sepulang sekolah. Tapi Rani tahu, alasan sesekolahan, otaknya juga encer dan hampir selalu teman-temannya menjauhi karena mereka tidak meraih ranking 1 sejak di bangku SD. Oleh banyak mau atau dilarang orang tuanya bergaul dengan

1 Jawa: menggantung. 2 Bawaan orok (Sunda) = karakter alami yang sudah dimiliki sejak lahir.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 4 5 anak broken home karena kecenderungan untuk seolah mereka yang paling tahu segalanya, seolah melenceng ke arah negatif lebih besar. Sementara, mereka yang paling benar. sisanya ikut-ikutan, menjauhi yang ’buruk’ hanya Sebenarnya Rani tidak bermaksud melukai karena mendengar pendapat satu orang. ibunya dengan kata-kata yang diucapkannya tadi. Selama ini, memang Rani tidak pernah ber- Dia hanya mengulang perkataan tetangga yang masalah dengan hal ini, karena sebagai penerus tak sengaja ia dengar ketika lewat di ruko depan usaha garment milik keluarga ayah Rani, beberapa kompleks rumah, perkataan yang sangat meng- toko pakaian dan—mengikuti tren sepuluh tahunan ganggu hatinya tetapi hanya bisa disimpannya terakhir—factory outlet, orangtua Rani bisa dibilang selama beberapa hari terakhir. Rani tahu, selain cukup terpandang di kota ini, baik di kalangan sebagai ilmuwan cerdas, ibunya adalah seorang atas maupun bawah, karena membuka lapangan wanita berbudi luhur dan menyayangi keluarganya, kerja bagi penduduk sekitar. Peran aktif mereka terutama dirinya yang anak semata wayang. RA. di masyarakat juga dihargai dan membuat mereka Sukma Ratih Dijoyo, demikian nama gadisnya, cukup dikenal publik. Belum lagi, karena keluarga adalah wanita yang sesungguhnya lembut di balik ayah Rani memang berasal dari Bandung sejak ketegasan yang ditampilkan di muka publik. Bu entah berapa generasi lalu, membuat daftar kenalan Ratih bahkan bisa dibilang lebih ’baik’ dari ibu-ibu mereka cukup panjang. lain yang dikenal Rani, bukan karena hatinya saja tapi Tapi, rupanya nila setitik merusak susu se- dengan sikapnya yang berani menentang kesalahan belanga. Perceraian bukanlah hal umum yang bisa dan mempertahankan kejujuran. Hanya saja, sikap diterima masyarakat di Indonesia, walau sudah ini yang membuatnya semakin banyak bertengkar semakin banyak yang melakukannya—kebanyakan dengan suaminya. Bu Ratih tak segan mengoreksi secara diam-diam. kesalahan Pak Abdul Zaki Fadillah Sentana, suaminya, yang rupanya tidak senang dikritik—ter- Tentang alasan ayah Rani meninggalkan rumah, lebih oleh istrinya sendiri yang seharusnya diken- semua orang tahu karena adanya wanita lain. Tetapi dalikan olehnya, bukan sebaliknya. bukan simpati yang diterima oleh ibu Rani, memang manusia cenderung untuk menilai, mencela dan Seharusnya Rani membela ibunya, karena dalam mencari keburukan orang lain. Sindiran ’tidak bisa beberapa pertengkaran mereka yang didengarnya, menjaga suami’ sampai permasalahan suku dan Rani tahu, ibunyalah yang memegang kebenaran. agama, menjadi bahan gosip orang-orang sekitar Dan rupanya, kecurigaan ibunya terhadap ayahnya yang berusaha menyimpulkan kejadian-kejadian selama beberapa bulan terakhir ini benar. Ayahnya punya perempuan simpanan, malah sudah nikah

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 6 7 siri. Rani tahu, beban yang sedang dihadapi ibunya macet. Sebagai alternatif, Rani memilih Kota Baru ini adalah beban paling berat yang harus ditanggung Parahyangan yang jaraknya hanya 10-15 menit dari seorang wanita yang sudah menikah. Dan ayahnya gerbang tol Pasteur. Dia tahu, di sana ada tempat pergi begitu saja bersama pilihan barunya, tanpa makan terbuka yang bisa dikunjunginya untuk berpamitan sepatah kata pun pada putri tunggalnya. menenangkan pikiran. Setidaknya, tidak terlalu ke Rani tahu, yang seharusnya dipersalahkan di sini ’desa’ tapi juga bukan di dalam kota Bandung yang adalah ayahnya. Tapi jika dipikirkan, kata-kata mulai terasa sesak bagi Rani. tetangga itu juga benar, kalau suami pergi dari rumah Usia Rani memang belum genap 17 tahun, tetapi pasti karena istri tidak bisa menjaga dan memenuhi sudah lebih dari setahun ini dia mahir mengendarai kebutuhan jiwa dan raganya. Dan karena tidak bisa mobil—terlebih karena sistem matic yang sangat memarahi ayahnya yang kabur, Rani hanya bisa mempermudah teknik menyetir ketimbang sistem melampiaskan kekesalannya pada ibunya. manual—dan berkeliaran di jalanan tanpa SIM. Sekarang, Rani baru merasakan betapa per- Tanpa berusaha untuk masuk ke komunitas mobil be daan te rasa sangat mengganggu. Menjadi yang gaul, alasan Rani minta diajar menyetir adalah berbeda di dalam ling kungan nyamannya yang telah untuk memungkinkannya pergi nongkrong bersama dikenalnya seumur hidup, tera sa menyedihkan. teman-temannya kapan pun dan di mana pun. Sepi, sunyi, sendiri. Sekarang, Rani tahu bagaimana Sopir pribadi Rani, Pak Juned, selalu siap rasanya tidak punya teman. Bukan kehilangan, tetapi menjemput sepulang sekolah karena sekolah tidak rasanya memang sejak awal tidak punya. Dan semua memperkenankan murid-murid mengendarai itu karena dia berbeda. Jika dulu karena dia satu- mobil. Pak Juned yang memberi les menyetir privat atas desakan Rani, lalu mengantar ke mana pun Rani otaknya—dan semua punya niat terselubung ketika dan teman-temannya mau hang out hari itu. Minimal mendekatinya—sekarang karena dia menjadi satu- ada tiga-empat teman yang ikut mobil Rani, sisanya satunya anak berstatus broken home di sekolahnya. menyusul naik mobil lain. Andra dan Ghea, dua teman dekat Rani sejak SMP, sudah pasti ikut dalam geng di mana Rani berada. Entah itu nonton di bioskop, belanja di shopping Penat dengan suasana dalam kota, Rani me- mall, atau ngopi di kafe yang mahal dan bergengsi. mutuskan, refreshing ke luar kota merupakan pilihan Hampir semua tempat nongkrong di Bandung sudah yang terbaik. Ketika mengetik ’Lembang’ tadi, dijabaninya bersama pengikut-pengikut setianya. layar GPS dipenuhi garis warna merah pertanda Dikatakan sebagai pengikut, karena semuanya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 8 9 mengikuti apapun yang Rani katakan, mengabulkan acuh, sembarangan dan tidak santun pada guru apapun yang Rani minta, dan mencontek apapun membuatnya menjadi pemimpin di kalangan yang dipakai, dilakukan, dan dikatakan oleh Rani. pemberontak. Karena itulah, Cantika menjadi Tapi dua minggu belakangan ini, tidak ada lagi saingan terberat Rani dalam bidang kecantikan dan aktivitas bersama sepulang sekolah seperti dulu. kepopuleran, walau dalam kecerdasan dan cara Alasan kebanyakan teman-temannya, karena harus bersikap Rani tetap tak tersaingi. belajar atau les, karena pergi dengan Rani membuat Berita perceraian orang tua Rani seakan menjadi nilai mereka turun. Rani memang tidak perlu terlalu angin segar bagi Cantika yang memang sejak banyak belajar untuk mendapatkan nilai sempurna, dulu merasa iri pada Rani yang selalu dipuji-puji tetapi dia tahu teman-temannya hanya beralasan guru. Walau ’pengikut’ Cantika bisa dibilang lebih saja untuk menghindarinya. banyak dan berita yang dibuat Cantika selalu lebih Karena bosan dan kesepian, suatu kali Rani sensasional, tetap ada rasa cemburu yang membakar mengalah dan mencoba berbaur dengan mendatangi di hati Cantika setiap melihat Rani. Karena itu, begitu kegiatan baru teman-temannya yang selama ini dia kesempatan itu muncul, Cantika mulai mendekati hindari yaitu dugem alias clubbing. Ada pembukaan anggota geng Rani yang paling setia, Andra dan klab baru yang menjadi bahan perbincangan satu Ghea. kota, dan Rani tahu teman segengnya berencana Andra dan Ghea mulai ditawari tumpangan hadir. pu lang, ikut ke pesta-pesta eksklusif dengan akses Sejak berita perceraian orang tua Rani menye- terbatas, ikut ke sana ke mari dalam rangkaian bar, Andra dan Ghea mulai sering nongkrong kegiatan Cantika, yang juga model catwalk dengan saingan terberat Rani di sekolah, Cantika. yang cukup terkenal di kalangan clubbers, yang Sesuai namanya, Cantika sangatlah cantik, dengan kehebohannya selama ini bisa didengar keesokan tipe wajah kebulean sebagai hasil blasteran ayah harinya di sekolah dari pengikut-pengikut Cantika Belanda dan ibu Sunda, dan digandrungi hampir yang merasa kegirangan. semua cowok yang pernah melihatnya. Sayangnya Tiga hari lalu, Rani nekad muncul ke klab baru kelebihannya hanya pada kecantikannya sehingga yang ramai dibicarakan semua orang itu dan tidak Cantika harus mencari cara lain untuk tetap menjadi kesulitan untuk masuk walau tiketnya dijual seharga sensasi. Kebalikan dari Rani, nilainya di sekolah sehelai gaun baru. Bagi Rani, bukan itu masalahnya. selalu mendapat urutan terbawah dan kepopuleran Malahan, walau sudah menyiapkan uang dan berniat namanya di ruang guru karena kelakuannya membayar, penjaga pintu melewatkannya masuk yang selalu saja menjadi perkara. Sikapnya yang begitu saja karena terpukau oleh senyum Rani—

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 10 11 atau mungkin karena tubuh Rani yang terlihat seksi berteriak kegirangan seolah baru memenangkan dengan balutan gaun mini kuning cerah yang ngepas sebuah pertandingan. di badannya. Pakaian itu bukan pilihan utama Rani, Di dekat bar, di konter yang lebih tinggi dari meja tapi dia tahu, dia harus berpakaian sesuai dengan lainnya, seorang DJ sedang beraksi dengan headphone dress code untuk bisa masuk ke tempat-tempat seperti yang menutupi hanya satu kuping. Kedua tangannya klab itu. sibuk mengubah-ubah setelan tombol pada turntable Suasana di dalam klab itu remang-remang dan mengganti piringan hitam sesuai dengan lagu dengan banyak lampu sorot biru, hijau, merah, dan yang diinginkannya. Rani tidak tahu kalau piringan ungu yang ditembakkan ke seluruh sudut ruangan. hitam masih digunakan di zaman sekarang yang Suasananya hiruk pikuk dengan obrolan yang semuanya sudah serba digital. Sesekali, tangan DJ terdengar seperti teriakan dan lagu yang terdengar itu meninju-ninju ke atas seiring dentuman musik, dari loud speaker yang memekakkan gendang telinga. pertanda dia bersemangat menikmati suasana yang Belum lagi bau asap rokok yang memenuhi ruangan diciptakannya. Sebuah layar LED di bawah turntable dan membuat dada Rani sesak karenanya. menampilkan tulisan dari titik-titik berwarna merah Tapi, Rani tidak menyerah. Dia terus maju dan berjalan ke kiri seakan layar itu adalah pita yang me nyeruak mencari Andra dan Ghea, melewati berputar dan membentuk kalimat-kalimat seperti kumpulan manusia-manusia setengah mabuk yang sedang bergoyang di tengah gang tempat orang ’DJ DIXIE IS IN DA HOUSE’, ’HAPPY seharusnya bisa berlalu-lalang. HOUR! TEQUILA SHOT IDR 15K ONLY Di tengah ruangan, terlihat beberapa bartender TILL MIDNIGHT’, ’ONLY TONIGHT: BUY melayani pesanan tamunya dari balik meja layan 1 GET 1 FREE FOR JACK DANIEL’S putih bersinar biru. Satu di antaranya memamerkan BOTTLE PURCHASE’, dan lain lagi. kebolehannya melempar-lempar botol dengan berbagai jurus. Di sebuah sudut, tampak orang Rani pernah melihat adegan seperti ini di berkerumun dan bartender di balik meja menyalakan api yang membuat cairan minuman berwarna biru mengalaminya langsung seperti malam ini, terlebih di dalam wadah transparan itu menjadi lautan ketika mencium bau harum dupa di antara bau api. Empat-lima tamu segera menyedot cairan itu rokok yang bercampur di udara ketika melewati DJ dengan sedotan yang disediakan, lantas kumpulan booth. Aneh, pikirnya dalam hati, teringat pada sesi itu mengacungkan kedua tangan mereka dan kaki favoritnya tak jauh dari rumah. Rani selalu

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 12 13 menyukai bau dupa, hanya tidak pernah tahu kalau Rani, lalu menekuk lututnya dan menundukkan tempat clubbing juga menggunakan dupa sebagai kepalanya seakan sedang menghormat. wewangian. Mungkin untuk menenangkan pikiran ”Selamat datang, Tuan Putri,” sambut Sari, si DJ, pikirnya lagi sambil melirik si DJ, seakan pengikut setia Cantika, dengan suara dibuat-buat mengikuti gerakan hormat Cantika. Terlihat usaha pada penampilan si DJ. Pada detik itu, sang DJ balas mati-matian Sari untuk bisa mendapatkan perhatian meliriknya, lalu mengedipkan sebelah matanya dan kepercayaan Cantika dari dandanannya yang sambil tertawa. Tubuhnya masih bergerak mengikuti terlalu heboh untuk anak usia 16 tahun. Rani dentum musik. Rani balas tersenyum canggung, lalu meliriknya sekilas, tapi tidak berkomentar. Dia lekas beralih dari tempat itu. tidak pernah menyukai Sari dan merasa buang- Setelah mengitari hampir seluruh pelosok ruang buang energi untuk menanggapi gadis yang penuh temaram yang berisik itu barulah Rani menemukan kepalsuan itu. wajah-wajah yang dikenalnya. Andra, Ghea, Cantika, Semua perempuan yang duduk di meja itu dua teman sekolah mereka, Sari dan Rena, duduk lantas tertawa terbahak-bahak kecuali Andra dan berselang-seling dengan beberapa cowok yang tidak Ghea yang raut wajahnya campuran antara senyum dikenal Rani sama sekali. yang terpaksa, tegang, dan takut. Kedua gadis ini Awalnya Ghea yang melihat Rani, dan merasa berusaha menghindari tatapan tajam Rani. kikuk se ketika, merasa tidak enak tertangkap basah Rani menghela napas, berusaha menahan sedang bersenang-senang dengan Cantika yang emosinya, pegal melihat sikap kekanakan dari re- selama ini sering dia ejek karena kelakuannya yang maja kecentilan di hadapannya ini. Rani tahu, kedua liar. Mengikuti arah tatapan Ghea, Andra pun sahabatnya penasaran setengah mati untuk bisa melihat Rani, disusul Cantika dan seluruh kelompok mengalami dunia malam yang banyak dibahas di mereka. Cantika lalu berdiri menghampiri Rani kantin saat jam istirahat, tapi Rani juga tahu mereka dengan gelas kaca berbentuk tala berisi cairan tidak seperti Sari. berwarna bening kekuningan yang tinggal setengah. ”Ngga sopan banget ya teman-teman gua. Ada ”Wow, mimpi apa kita semalam, sampai ke- tamu kok ngga dipersilakan duduk. Andri, lu bisa datangan tamu kehormatan malam ini. Seorang geser buat temen gua Nona Rani, lumayan kan dapet putri dari SMA Pandawa memutuskan untuk datang temen baru,” perintah Cantika pada cowok bertubuh mengunjungi rakyat jelata,” kata Cantika sambil tinggi yang duduk paling dekat dengan tempat Rani merentangkan kedua tangannya seakan menyambut berdiri. Si cowok menurut, memberi tempat untuk Rani sambil tersenyum genit.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 14 15 Rani melihat cowok itu dengan perasaan jijik. kiri bertuliskan Exit dan Pasir Koja di bawahnya, Pandangannya beralih ke Andra dan Ghea yang beserta tanda panah yang mengarah ke kiri dan di masih terlihat kikuk menghindari tatapannya. papan kanan tertulis Kopo, Moh. Toha dan Cileunyi ”Ngga usah repot, gua ngga lama di sini. Lagian dengan tanda panah yang mengarah ke kanan. yang gue cari bukan di meja ini,” jawab Rani sambil ”What?” seru Rani panik. Rani tidak mengambil melengos pergi tanpa mempedulikan raut muka jalan ke kiri itu karena sudah terlanjur berada di cemberut dan kesal Cantika, raut lega Andra dan lajur paling kanan dan walau tidak penuh tapi jalur- Ghea, dan wajah gembira Sari. Sejak malam itu, jalur di sebelah kirinya terisi dua-tiga truk dengan Andra dan Ghea semakin menghindari Rani dan jarak berdekatan. Terlalu riskan bagi Rani untuk Rani menjadi semakin mengambil exit sekarang. malas pergi ke kantin. Rani tahu, dia harus ber henti untuk menyetel ulang GPS-nya. Mungkin tadi dia salah memasukkan Rani sudah sampai di titik tujuan. Tapi, Rani tidak pinggiran kota Bandung suka berhenti di bahu jalan sekarang. Mobilnya mela- tol luar kota seperti ini, takut ju di jalan tol yang memo- akan dihampiri supir truk tong perbukitan yang mem- atau ditabrak mobil yang bentang di kanan-kiri. Rani berusaha menyalip dari kiri. memang tidak terlalu hafal Rani memilih untuk tetap jalanan, lebih lagi karena tidak pernah me nyetir menyetir dengan tenang sampai di exit berikutnya. sendirian ke daerah ping giran seperti ini. Sejak tadi, Kopo. dia mengandalkan petunjuk dari GPS yang dengan Rani meminggirkan mobilnya setelah membayar sabar memberi instruksi untuk ’turn right’, ’in 200 tol dan membuka GPS-nya. Padalarang merupakan meters, keep left’, atau ’exit left’. Dengan begitu, mode tujuan awalnya tadi, tapi rupanya peta elektronik auto-drive di dalam kepala Rani dapat diaktifkan dan itu salah tangkap menjadi Pangalengan—atau Rani benaknya dapat berlarian liar. yang salah dengan menekan tulisan Pangalengan Rani membaca plang hijau dengan tulisan warna di layar touch screen itu. Alih-alih ke arah barat, GPS putih pada tiang yang ditanam di ujung pemisah jalan mengarahkan Rani ke arah selatan kota Bandung. beberapa puluh meter di depannya. Papan sebelah Inilah kekurangan dari fungsi autotext, terlepas dari

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 16 17 kelebihan lain yang ditawarkan teknologi di masa pegunungan di depannya. Margahayu, tulisan yang kini. barusan dibacanya di plang-plang di sepanjang Mobil Rani mulai melaju lagi, hendak kembali jalan. Seumur-umur Rani belum pernah sampai ke jalan tol menuju Padalarang. Beberapa tanda ke wilayah pinggiran Bandung selatan ini. Selama berbentuk segitiga dan papan tulisan yang semuanya ini, wilayah cakupan Rani selain rumah dan berwarna kuning dengan tulisan hitam dipasang di sekolah nya hanya tempat-tempat yang populer di tempat mobilnya seharusnya bisa memutar arah: dalam kota. Rani melirik layar GPS, melihat garis warna ungu penunjuk jalannya masih panjang, pertanda tujuannya masih jauh dari lokasinya HATI-HATI! ADA PERBAIKAN JALAN. berada sekarang. Untuk memutar kembali rasanya tanggung, mengingat kemacetan di jalan Terusan Terpaksa Rani melaju lagi dan menunggu di Kopo tadi. Rani memutuskan untuk meneruskan sisi kanan pertigaan. Setelah lampu berubah hijau, perjalanannya, berharap semakin menjauhi per- dia membelok ke kanan lalu melanjutkan menyetir kotaan jalanannya akan semakin sepi. dengan pelan sampai ada belokan ke kanan lagi. Kini, di hadapannya tampak sebuah gunung ’Keep left’, perintah GPS-nya. Rani melirik ke yang menjulang megah di antara pegunungan di layar berukuran 4.3 inci itu, melihat si peta pintar sekitarnya. Bentuknya segitiga sama sisi yang terlihat itu sudah mencarikan jalur alternatif karena Rani presisi. Bentuk gunung yang sempurna seperti di tidak jadi memutar di tempat yang diperintahkan lukisan anak SD dengan jalan beraspal di tengah, sebelumnya. petak-petak sawah di kiri kanan. Rani mengagumi Rani mulai ragu, tapi dia tahu dia hanya punya keindahan gunung ini untuk beberapa saat sambil beberapa detik untuk memutuskan. Rani memilih terus menyetir. mengikuti perintah GPS-nya dengan pertimbangan Mobil Ford Fiesta itu lalu membelok ke kanan, kalau jalan tol itu membosankan dan jalan alter- mengikuti satu-satunya jalanan beraspal untuk natif akan memberinya pengetahuan jalan dan pe- mobil selebar lima-enam meter itu. Tidak terlalu ngalaman baru. banyak mobil yang lewat sini, lebih banyak motor penduduk desa sekitar dan truk pembawa suplai makanan segar untuk dijual di pasar di dalam kota, atau produk pabrikan dan bahan bangunan untuk Tak lama, Rani tiba di perbatasan daerah antara daerah pedalaman. perumahan di belakangnya dan persawahan dan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 18 19 Sesaat, Rani merasakan keganjilan. Gunung kain sarong, lalu menghabiskan sisa liburan bersama yang dika gumi nya tadi seharusnya ada di sebelah teman-teman SMP mencoba berbagai restoran kirinya sekarang, tetapi yang dia lihat hanya deretan masakan internasional dan bar mahal yang berada gunung di kejauhan dan pepohonan rindang seba- di urutan teratas review dari Tripadvisor. Mungkin gai ganti gunung. Tapi, mungkin saja ini hanya sudah saatnya kembali ke alam hari ini. fatamorgana. Mungkin Rani terlalu banyak berpikir Di ujung tikungan, Rani tidak mengikuti jalanan hingga tak sadar pemandangan yang dilewatinya. yang membelok ke arah selatan. Laju mobilnya Hey—lamunannya buyar seketika. Gunung ini melambat, tetapi berjalan lurus. Ada tanah lapang muncul lagi sekarang. Di depannya, masih agak di seluas lapangan basket di mana Rani bisa memarkir sebelah kiri. Rupanya jalan berliku tadi membuat mobilnya. Tidak ada mobil atau manusia lain yang letak gunung tadi kembali berada di depannya terlihat di sana. Rani meragu lagi, menimbang apakah sekarang, menjulang megah di arah barat mobilnya ini keputusan yang baik atau bisa membahayakan. menuju. Aneh. Bukankah tadi gunung ini terganti Rani melirik lagi ke atas. Sinar matahari menyinari hutan? Atau gunung ini memang ada sedari tadi? bagian bukit yang ditumbuhi rerumputan. Warna Rani ragu. Mungkin otaknya bekerja terlalu berat. hijaunya terlihat sangat mengundang untuk duduk Heran. Gunung ini tadi terlihat besar dari jauh. di atasnya, merilekskan badan dan memanjakan Sekarang, dari dekat sini, sepertinya tidak sebesar mata. Rani mengarahkan mobilnya ke depan dataran tadi dan lebih cocok disebut bukit. Sepertinya, yang paling landai. mendaki ke puncaknya pun hanya butuh setengah- Setelah yakin mobilnya terkunci dengan benar, tigaperempat jam. Rani tertarik untuk mencoba Rani melangkahkan kakinya ke arah bukaan landai mendakinya. Mungkin, di atas sana dia bisa melihat tadi. Seharusnya, bukit ini tidak terlalu sulit didaki. pemandangan di sekitar dan mengosongkan pikiran. Tidak terlalu terjal walau tidak ada bekas jalan Mungkin, angin akan berhembus lebih dingin dan setapak yang terlihat. Rani mencari-cari sendiri segar. Mungkin, ada serunya mencoba petualangan tapakan yang aman setiap melangkah. Tak lama, kecil ini. Sudah lama sekali sejak terakhir kalinya kakinya mulai terbiasa dengan kontur tanah yang Rani bersentuhan dengan alam terbuka. Sepertinya, naik-turun dan sempit—sangat berbeda dengan acara outbound di Lembang waktu perpisahan kelas lantai mall yang rata dan luas yang biasanya menjadi 6 SD. Setelah itu, pernah sekali ke pantai Kuta, di medan petualangannya sehari-hari. Bali, tetapi sepertinya tidak bisa dihitung sebagai Hampir sejam kemudian, tak terasa Rani sudah sentuhan dengan alam, karena yang dia lakukan sampai di ketinggian 250-300 meter. Seharusnya hanyalah selonjoran berjemur di atas pasir beralas puncaknya tidak akan lama lagi terlihat. Rani

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 20 21 berhenti berjalan, melihat ke bawah, dan terpukau melihat pemandangan dari atas sini. Indah sekali pemandangannya, hamparan sawah berpetak yang tadi dia lalui di kejauhan, berbatasan dengan satu- dua bangunan rumah sederhana yang makin ke sana makin banyak jumlahnya sampai menjadi koloni yang disebut sebagai kota. Lebih ke sini, warna abu atau putih tembok dan coklat jingga genteng tanah liat kontras terhibur dengan hijaunya padi yang sebentar lagi akan menguning. Lalu, pepohonan, semak-semak, dan rerumputan liar yang terpotong lima meter abu-abu aspal jalanan. Rani memilih batuan cukup besar yang cukup nyaman baginya duduk, merasa terhibur dengan keindahan alam ini. Belum lagi di kejauhan, barisan gunung yang mengelilingi sepanjang batas kota Rani terus berjalan, tetapi isi kepalanya masih Bandung tampak kokoh melindungi. Awan putih sesibuk tadi di dalam mobil. Sekitar sejam kemudian, yang menggantung di ketinggian di atas gedung- Rani berhenti lagi. Medan yang dilewatinya terasa gedung yang menjulang tinggi. Baru disadarinya, semakin berat karena semak-semak semakin padat dia tidak pernah berhenti dari kesibukannya dan dan mulai tumbuh pohon di sana-sini. Heran, se- menikmati keindahan lukisan alam ini. Hidupnya pertinya yang dia lihat tadi adalah bukit pendek terlalu dipenuhi keduniawian, hingga lupa ada dengan permukaan gundul tanpa pepohonan keindahan tanpa usaha yang bernama alam. tinggi, hanya padang rumput yang tampak nyaman Entah berapa lama, Rani duduk tercenung di untuk tidur-tiduran di atasnya dan menikmati sana. Beberapa saat terpukau, lalu termenung, lalu pemandangan sekitar. Seharusnya, dia sudah sampai berkhayal. Sampai tiba-tiba, Rani merasa cukup dan di puncak bukit itu dari tadi, mengukur ketinggian harus bergerak lagi. bukit dan kecepatannya berjalan kaki sejauh ini. Rani Rani melanjutkan perjalanannya ke puncak bu- melihat ke atas. Astaga! Puncaknya tak kelihatan di kit. Matahari sudah mulai turun, walau belum se- balik pepohonan yang semakin rapat dan kabut tebal penuhnya berada tepat di hadapannya di langit barat. yang menyelimuti. Dipikir-pikir, tadi juga tidak ada Setidaknya, tidak panas menyengat di atas kepala. kabut terlihat, malah matahari bersinar cerah.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 22 23 Rani melihat-lihat sekitar, lalu merasa heran se- ini sempat ada, lalu menghilang, lalu berubah tengah mati. Di sisi tenggara tadi ada gunung, yang menjadi bukit. Dan sekarang menjadi gunung men jadi latar pemandangan bukit yang didakinya ini. yang entah berapa tingginya yang tidak kelihatan Sekarang yang ada di sebelah tenggaranya hanya lah ratusan meter di atas kepalanya itu. Ceroboh sekali langit kosong, dengan awan tipis-tipis yang melayang tindakannya ini, berpikir bisa bertualang dengan agak di bawah, dan sekitar lima puluh meter di peralatan sekadarnya—itupun peralatan yang bawahnya, puncak gunung sebelah. Rani jadi sangsi, sangat tidak tepat untuk petualangan seperti ini. apa mungkin tadi dia berpindah gunung da ri bukit Ponsel yang baterenya tidak full dan tanpa cadangan tempatnya memulai perjalanan. Jangan-jangan dia dari powerbank yang lupa dia bawa karena tergesa terteleportasi, pikirnya mulai mengada-ada. pergi dari rumah tadi, —dan sebenarnya hanya itu peralatannya selain kantong berisi penuh make-up, di sana. Jika dia tidak salah, dia memarkir mobilnya tisu, cairan pencuci tangan, dan kantong belanja reuse di sisi selatan bukit, berdasarkan pemetaan di GPS yang memang selalu berada di dalam tas selempang tadi. Dia masih berada di bukit tadi, mengingat kulitnya yang bermodel hobo. Dasar sembrono! lokasi gunung dan pemandangan di sekitarnya. Rani terus mengumpat dalam hati sembari Tidak tahu harus bertanya pada siapa, Rani menuruni kaki gunung. Tidak semudah ketika memutuskan untuk kembali ke mobilnya. Jika tadi memanjatnya, karena ketika berjalan menurun perjalanan ke atas sini memerlukan waktu dua jam beban tubuh lebih banyak ditahan dan mencari lebih, ketika sampai di bawah sana seharusnya tapakan yang aman terasa lebih sulit. Hatinya kecut, sudah waktunya matahari terbenam. Rani merasa selain merasa tolol sekali kenapa menyanggupi ketakutan jika membayangkan berada di atas petualangan dadakan sendirian di wilayah yang gunung—atau bukit aneh—ini sendirian tanpa sama sekali asing baginya tanpa peralatan atau penerangan. Dia tidak membawa senter kecuali persiapan yang memadai, juga takut terlambat sampai di bawah sana sebelum gelap. ponselnya belum kehabisan daya. Belum lagi kalau Karena pikirannya terfokus pada tapakan kaki ternyata bukit ini angker—hiiy!—Rani bergidik dan kesem bronoannya melakukan petualangan ini, membayangkannya. Sudah kuduga akan membahayakan Rani tak sadar perja lanan menuruni gunung itu seperti ini, makinya dalam hati, menyesal tadi tidak terasa sangat cepat ketimbang ketika mendaki tadi. menghiraukan peringatan batinnya. Kenapa tidak Diliriknya jam di tangannya. Tidak ada setengah jam kepikiran kalau gunung ini mistis ya, debatnya lagi. kemudian mobilnya mulai terlihat di balik semak. Padahal dari tadi sudah jelas petunjuknya—gunung Sesaat Rani meragu, berbalik melihat ke atas karena

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 24 25 merasa ada kejanggalan di sini. Puncak bukit itu terakhir yang dia lewati dari perjalanan mobil terlihat sangat dekat, sekitar lima belas-dua puluh tadi berada jauh di sisi setelah sawah berakhir. menit perjalanan naik. Ada yang tidak beres di sini! Itu jaraknya paling dekat sekitar satu kilometer. Rani kembali menuruni bukit yang tinggal Untuk seseorang bisa mendengar, bereaksi, lalu beberapa meter lagi sampai di kakinya. Dia bersorak berlari secepat mungkin untuk bisa menolongnya, sendiri dan mempercepat langkahnya menuju mobil mungkin dibutuhkan lima-sepuluh menit berlari. seperti anak kecil yang menghambur ke pelukan Itu pun jika orang tersebut tidak kewalahan dan ibunya setelah terpisah sekian lama. berhenti mengambil napas. Atau menyerah dan berbalik kembali ke rumah untuk bersantai dengan Rani benar-benar memeluk mobilnya ketika keluarga dan makan malam hangat yang menunggu akhir nya sampai. Dengan napas terengah-engah dia di meja ketimbang mencari asal suara teriakan minta menyandarkan kepalanya di bagian pertemuan pintu tolongnya yang tidak dikenal. samping dan kaca depan. Dia bertahan di posisi itu beberapa saat sampai napasnya normal kembali. Rani menghitung kemungkinan-kemungkinan yang bisa diambilnya. Mengalihkan perhatian si Tiba-tiba sebuah suara di belakangnya membuat kakek lalu secepat mungkin masuk ke dalam mobil, napasnya berdetak bahkan lebih kencang daripada mengunci pintunya, menyalakan mesin dan kabur ketika melakukan pendakian tadi. selamanya dari tempat ini; menyerang si kakek ”Kenapa atuh Néng, mobilnya dipeluk seperti menggunakan jurus beladiri yang sempat dipelajari itu?” suara berlogat sunda yang berlantun itu ter- di kelas olahraga zaman SMP dulu yang tidak pernah dengar agak cempreng, sangat ringkih dan terkesan dipraktekkannya di jam pelajaran—apalagi di luar tua. Rani sontak berdiri dan memutar badannya. lapangan olahraga; atau berpura-pura melayani ”Eh—Ki… Maaf Ki, saya tidak melihat, euy. pertanyaan-pertanyaannya sambil mengulur waktu Sejak kapan Aki ada di sini?” balasnya sopan dengan mendekati pintu dalam rangka menjaga kesopanan bahasa Sunda alus 3 bercampur bahasa Indonesia dan sekaligus menutupi kegugupannya. berusaha terdengar normal, menutupi kekagetan Rani memilih yang terakhir. dan ketakutannya. Jika sesuatu terjadi pada dirinya ”Néng?” panggil si kakek dengan wajah bingung, di tempat itu mungkin tidak ada orang yang dapat dengan logat sunda kentalnya yang mengayun nada. mendengar teriakannya. Rani tahu betul, rumah ”Iya—eh, kenapa, Ki?” 3 Tingkatan bahasa Sunda dibedakan menjadi tiga: basa sunda alus ditujukan pada orang yang lebih tua dan yang dihormati; basa sunda ”Ya, barusan saya téh nanya, kenapa bisa ada sêdêng ditujukan pada orang yang sepantaran atau sederajat; dan basa nona cantik sendirian saja di sini?” Rani baru sadar, sunda kasar untuk orang yang lebih muda atau derajatnya lebih rendah. tadi si kakek sudah menjawab pertanyaannya ketika

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 26 27 otaknya sibuk memikirkan probabilitas cara kabur ”Hmm, iya tadi rasanya kepingin naik saja. yang paling tepat. Ngilangin mumet! Kalau Aki téh rumahnya di dekat ”Eh begini Ki, saya baru saja mendaki gunung sini?” tanya Rani berbasa-basi. ini,” jawab Rani polos. Si kakek berganti terkejut. ”Iya, Néng. Tuh, di situ,” tangannya menunjuk Heran melihat seorang gadis sendirian mendaki ke arah rumah pertama setelah sawah tadi. ”Dekat bukit seperti ini. Memang bukit ini tidak terlihat sawah sebelah situ. Ini juga saya baru pulang kerja. berbahaya, tetapi juga tidak terlihat spesial. Tidak ada Aki mah bingung da, setiap hari Aki lewat jalanan ini, menariknya untuk didaki. Tidak ada lahan datar di Néng, tapi tak pernah rasanya melihat ada gunung atasnya untuk berpiknik, tidak ada tanaman teh yang di sini!” bisa dijadikan arena rekreasi atau memanen daunnya, Kali ini tangannya menunjuk ke arah selatan, bahkan menemukan ada orang yang berpikiran ke arah jalan aspal tadi menanjak berliku menuju untuk mendakinya pun belum pernah ia temui pegunungan Ciwidey. seumur hidupnya. Kalau mendaki Gunung Malabar Rani manggut-manggut, tidak tahu harus atau Ciwidey mungkin ada. Si Kakek melihat-lihat ke menimpali apa. Dia bukan tipe orang yang terlalu atas ke arah puncak bukit gundul yang tampaknya ramah dan mudah berbicara dengan orang asing. tidak terlalu tinggi dan tidak menarik ini. ”Aki tadi bingung saja, kenapa ada mobil ”Eleuh-eleuh,” si kakek mengungkapkan ke bi- diparkir di sini. Tidak biasa-biasanya. Tempat ini ngungan nya sambil menggeleng-gelengkan kepa- konon angker, Néng! Jadi heran saja waktu melihat lanya tanda tak habis pikir. ”Kenapa atuh naik- ada Enéng sendirian di sini, naik-naik bukit pula. naik bukit sendirian? Tapi saya mah malahan baru Berani sekali, Néng!” sadar di sini téh ada bukit.” Rani pun bingung menjawabnya. Karena rasa penasaran, mungkin. ”Eh… Angker, Ki?” ulang Rani ragu. Sungguh Tetapi lebih besar karena rasa ingin menyendirinya, bodoh hari ini rupanya. Tak heran bukit di belakang- hasrat untuk mencari pengalaman dan petualangan nya ini bisa hilang-timbul, mengkerut-melar seenak- baru yang tiba-tiba mendorongnya untuk melakukan nya saja. Jangan-jangan, bukit itu perut raksasa petualangan bercandaan ini. Bercandaan, karena yang ketiduran karena kekenyangan dan kembang- tidak disertai persiapan matang dan dilengkapi kempis seiring tarikan napasnya… peralatan lengkap. Tetapi menjelaskan hal ini pada Rani teringat kisah dongeng yang sering dibaca- seorang kakek yang baru ia temui? Antara merasa kan ibunya semasa dia kecil. Legenda dan hikayat tidak perlu dan malu karena alasan bodohnya, Rani daerah yang juga menjadi cerita pengantar tidur berharap dia tidak perlu menjawab. ibunya waktu kecil. Menurut ibu, Eyang Tirto memang

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 28 29 senang mendongeng. Sayang, Rani tidak pernah ”Iya, Neng,” jawab si Kakek, tampak belum mau mengenal beliau. Eyang kakungnya meninggal tak menyudahi obrolan yang tampaknya akan berakhir lama setelah Eyang Putri meninggal, ketika Rani seru ini. Jarang-jarang ada perempuan cantik dari masih berusia tiga tahun. Tentu saja memorinya tidak kota mau mengobrol dengannya seperti ini. Belum dapat diakses sebelum usianya genap lima tahun. pernah ada, malahan. ”Sering ada kecelakaan di Lebih lagi, ingatan masa kecilnya memang buruk, sini. Truk, bis, mobil, motor. Ada saja yang terbalik Rani tak sanggup mengingat apapun yang terjadi atau tabrakan. Makanya dibilang angker, Néng. sebelum dia kelas tiga SD. Tidak banyak juga yang Sepertinya apes saja bawaannya kalau di sini. Kan diceritakan oleh ayah dan ibunya mengenai hal-hal aneh, kalau kejadiannya selalu di tempat yang sama.” itu. Hanya kejadian biasa saja ketika dia mulai bisa Rani belum mampu berkata-kata. Dalam berdiri, berjalan, berbicara, menulis dan bersekolah. hati nya ia menghibur diri, bahwa yang dibilang Rani tidak menganggap ini penting. Tetapi kedua angker letaknya di tikungan jalan itu, bukan di atas eyangnya dari pihak ibu memang hanya dikenalnya gunung tadi. Walau tak sepenuhnya memercayai dari sedikit foto yang ibunya simpan di kotak usang pemikirannya sendiri, Rani menguatkan diri untuk di dalam laci meja riasnya. Warisan eyangnya, terlihat tegar alias cool. sepengetahuannya, hanyalah kisah-kisah legenda ”Aih, kalau angker begitu sih, Ki, saya pamit dan dongeng yang diceritakan ulang oleh ibunya. dulu atuh! Sudah hampir maghrib juga, saya takut! Timun Mas, Malin Kundang, Dewata Cengkar, Saya pamit ya, Ki,” ujar Rani sesopan mungkin sam- Sangkuriang, Jaka Tarub, dan puluhan kisah lainnya bil menangkupkan kedua tangannya di depan dada dari seluruh daerah di Nusantara. dan menaikkannya ke depan mulutnya tanda hormat, Karena itulah, Rani langsung membayangkan berusaha tidak menyinggung si Kakek yang akan raksasa Kebo Ijo yang ketiduran ketika mengejar ditinggalkannya sendirian di sana. Rani tidak mau Timun Mas yang berusaha kabur. Kembali dia menambah risiko mengangkut orang asing di mobilnya. bergidik. Hal-hal semacam ini bukan hobinya. Pikiran Rani hanya satu sekarang, pulang ke rumah! Walau senang mendengarnya dalam bentuk cerita, Setelah Kakek itu mendoakan untuk ke se- Rani tidak suka bersentuhan dengan apapun yang lamatan nya, dan Rani pun menginjak gas sedalam berbau mistis, gaib, supranatural atau apapun mungkin menjauhi tempat itu. itu namanya. Rani benar-benar merasa ingin pulang sekarang. Lagipula langit mulai berwarna kemerahan, pertanda Sang Surya tengah memasuki peraduannya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 30 31 Hari tiba-tiba menjadi gelap. Padahal hari itu berawal biasa seperti hari-hari lainnya—matahari terbit di timur dan bersinar cerah. Namun menjelang jam 12 siang, awan hitam mulai bergerak menutupi langit. Putih awan berganti abu-abu, Wilangan 3 cerah berganti suram. Siang menjadi malam. Masyarakat mulai resah. Kepala-kepala bermunculan dari jendela maupun pintu rumah, penasaran melihat-lihat Sepupu dari keadaan di luar. Semua mata memandang ke langit yang semakin kelam, mencari tanda yang mungkin tersirat di sana. Angin dingin bertiup kencang, membuat suasana Wonogiri semakin mencekam. Tepat jam 12 siang, langit sudah tertutup hitam selu- Dua hari berlalu sejak kejadian Rani pergi ke ruh nya. Petir mulai terlihat menyambar di sana-sini. bukit aneh di daerah Soreang itu. Sesampainya di Orang-orang yang tinggal di dalam wilayah keraton mu- rumah, kekesalannya pada ibunya telah terlupakan lai masuk kembali ke dalam rumah mereka, sebagian dan apa yang ada di benak Rani hanyalah -siap untuk mengungsi. Sebagian lagi berlindung menemukan kenyamanan dan keamanan di balik di dalam rumah bersama keluarga. Warga yang tinggal di tembok rumahnya, walaupun sejak proses perceraian luar wilayah keraton juga masuk ke dalam rumah, karena orangtuanya berlangsung Rani selalu merasa rumah panik dan takut. ini menjadi terlampau besar, dingin, dan sepi. Sang Mahaprabu Bathara I Kling telah menyam pai- Sepulang sekolah, Rani sudah mulai terbiasa kan beberapa hari sebelumnya titah untuk memilih masa untuk langsung pulang ke rumah ketimbang depan masing-masing: setia ikut bersama Sang Mahaprabu nyangkut dulu di tempat-tempat gaul. Hari Rabu menjalani masa hukuman atau menyelamatkan diri siang itu, Rani sudah tiba di rumah sebelum pukul dua, yang merupakan rekor tercepat selama dua bersama penerus kerajaan yang lain. Hari ini, minggu terakhir. keputusan sudah harus dibuat karena Tejo Darbosuro telah diturunkan dari Kayangan. Ada mobil Suzuki Vitara 1995 putih yang tak dikenalnya terparkir di carport, mengisi tempat Hanya, warga di luar lingkungan kerajaan tidak mobilnya biasa terparkir. pernah diberi tahu.

33 ”Ada tamu, Pak?” tanyanya pada Pak Juned menuju ruang tamu. Suara-suara tersebut terdengar yang memarkir mobilnya di pinggir jalan. lebih keras, tetapi Rani tidak dapat menangkap isi Aneh, pikirnya. Rumah ini, meskipun luasnya perbincangan mereka. Terlalu pelan. Rani masih mencakup sebuah rumah dua lantai dengan empat berusaha mendengarkan. Lebih banyak hening kamar tidur yang luas, sebuah kolam renang kecil sekarang. Lalu deheman si laki-laki, tapi kali ini dan lapangan rumput yang cukup luas di halaman suaranya tidak seberat ketika berbicara tadi. Rani belakang, sangat jarang menerima tamu. jadi geli sendiri membayangkan sosok pria bertubuh tinggi besar yang dilihatnya di salah satu acara ”Wah, tidak tahu saya. Tadi waktu pergi jemput TV yang bermuka menyeramkan tetapi ketika Neng belum ada tamu,” jawab Pak Juned yang sama berdehem—atau bahkan ketika tertawa juga— penasarannya dengan Rani. suaranya seperti anak perempuan. Tak sadar, Rani AD, plat nomornya menunjukkan kota di Jawa terkikik sendiri walau sudah berusaha menahan. Tengah tempat mobil itu berasal. Siapa kira-kira ”Eh? Mungkin itu Rani sudah pulang,” ibunya tamu dari Jawa yang menemui ibunya? Rani tidak tiba-tiba, mengencangkan volume suaranya hingga mau membuang energi untuk menebak, karena Rani bisa mendengarnya tanpa perlu menguping. memang tak satupun nama atau wajah yang muncul Benar saja, tak lama kemudian nama Rani dipanggil. di kepalanya. Enggan, Rani memunculkan diri. Dia belum bertemu Penasaran, tetapi Rani tidak senang meng kon- lagi dengan ibunya sejak pertengkaran mereka. frontasi orang. Bagaimana kalau ternyata orang itu Seolah baru saja tiba di ruangan, Rani mundur adalah pegawai pemerintahan yang ibunya ingin selangkah lalu mengatur ritme jalannya sehingga usir atau orang yang minta-minta sumbangan dan tidak kentara habis menguping di balik sekat. ibunya malah sedang curhat kalau beliau baru saja ditinggal suaminya tanpa anak? Sebaiknya, Rani Ruang tamu itu besar, dengan langit-langit tinggi masuk lewat pintu samping, lalu mengintip atau menguping untuk tahu siapa gerangan tamu ini. besar dan di tengahnya terdapat chandelier kristal kebanggaan ibunya. Pada dinding tanpa jendela Sayup terdengar suara orang berbincang di terdapat sebuah lukisan besar sosok kuno kakek dan ruang tamu. Suara ibunya. Lalu hening. Kemudian nenek Rani dari sisi ayahnya. Sang nenek, berbalut suara laki-laki. Berat, pelan. Terdengar kaku seperti kebaya keemasan dengan bawahan batik cokelat tua percakapan dua orang asing. Artinya bukan teman motif sidoluhur yang tampak mewah—selendang dekat atau kerabat—mungkin seorang broker bordir emas menutupi bagian belakang rambutnya vacuum cleaner atau mesin cuci. Makin penasaran, yang disanggul, duduk anggun di armchair berukir Rani kini sudah berdiri dekat sekali di balik sekat

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 34 35 emas dengan dudukan dan senderan berlapis kain besar. Lelaki ini sedikit lebih tinggi dari ibunya, beludru merah marun. Sang kakek, dengan jas hitam tidak gemuk namun juga tidak kurus. Kulitnya berkerah baju koko hitam dan peci beludru di atas yang gelap terbakar matahari mengesankan kelas kepalanya, berdiri tegap di belakang kanannya, satu pekerja kasar, entah petani atau guru sekolah dasar tangan diletakkan di pundak kiri nenek dan satu desa yang berjalan ratusan meter setiap hari untuk lagi mengepal ringan untuk memperkokoh pose membaktikan dirinya mengajar. Bagaimanapun, tegapnya. Di seberang lukisan ini, foto keluarga Rani ada kesan lelaki ini bukan orang perkotaan—yang dengan ayah dan ibunya dengan kostum serupa diperkuat kenyataan bahwa plat mobilnya diawali yang tak kalah besar, dengan pose tak kalah anggun huruf AB. Rani mengenal wajah ini, walau tidak dan gagah—hanya saja tanpa kerudung atau peci— dapat mengingat siapa. menghias dinding berlapis wallpaper krem dengan Di sebelahnya, seorang anak laki-laki yang motif ornamen emas itu. usianya kira-kira sepantaran Rani. 16? 17? Paling Ruangan itu seperti sebuah showcase, yang tua juga 18 tahun lah, taksir Rani. Tampangnya, terdiri dari berbagai macam pajangan dan hiasan penampilannya, tidak jauh berbeda dengan lelaki dari emas, kristal atau perak koleksi ibunya yang pertama, hanya lebih tinggi. Jelas pasangan ini ayah didapat sebagai suvenir dari berbagai negara yang dan anak. diatur seperti toko hiasan mewah. Sebuah sofa ”Rani, kamu ingat pakdemu kan? Pakde1 Nur, 3-seater berukir emas dengan lapisan beludru merah yang tinggal di Wonogiri,” ibunya memperkenalkan marun—satu set dengan armchair pada lukisan— lelaki yang lebih tua, yang telah berdiri dan ditempatkan di bawah lukisan kakek dan nenek, mengembangkan tangannya, menanti Rani untuk sementara di kanan-kirinya dua pasang armchair masuk ke pelukannya. Mendengar nama Pakde diletakkan mengitari meja emas rendah dari kayu Nur, Rani tahu bahwa dia adalah kakak ibunya. berukir yang dilapis kaca di atasnya untuk menjaga Tetapi karena tidak pernah bertemu—atau saking permukaan kayu agar tidak cepat rusak. jarangnya sampai Rani tidak dapat mengingatnya, Bu Ratih duduk di salah satu armchair itu, dan membuatnya ragu dan canggung ketika akhirnya di sisi kirinya duduk dua sosok pria di atas sofa berjalan maju menuju rangkulan pakdenya yang panjang, yang segera menegakkan tubuh ketika Rani terasa hangat. Rani, sebaliknya, tidak merasa nyaman. memasuki ruangan, seolah telah lama mengharap untuk bertemu seorang Rani. Sosok yang satunya, 1 Pakde = istilah dalam bahasa Jawa yang berasal dari singkatan ’Bapak duduk tepat di hadapan ibunya, seorang laki-laki Gêdé’ yang digunakan untuk memanggil kakak laki-laki dari ayah atau ibu. Sedangkan untuk kakak perempuan ayah/ibu disebut Budé. Istri dari paruh baya yang tubuhnya jauh dari kesan tinggi Pakde juga dipanggil Bude, dan suami Bude dipanggil Pakde.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 36 37 Buru-buru dia melepaskan diri setelah hitungan dua ”Terakhir Pakde ketemu kamu, kamu masih detik. Pakdenya masih memegang kedua lengan umur empat tahun. Pakde ingat betul, karena hari atasnya, menjaga jarak antara keduanya sekitar itu hanya selisih dua hari sebelum ulang tahun selengan jauhnya, menggerakkan kepalanya ke Mas Bima,” lanjut Pakde tanpa menghiraukan belakang dan berusaha melihat lebih cermat wajah kontak mata yang tegang antara ibu dan anak di ayu keponakannya yang terakhir dilihatnya masih hadapannya. berusia balita. Berusaha mengingat-ingat kesamaan Tiba-tiba ada yang berubah dari raut muka ibu- yang masih terjejak di sana. nya. Rani memerhatikan hal itu, tapi sedetik kemu- ”Mukanya muka Zaki, tapi matanya matamu, dian ibunya sudah tersenyum lagi pada abangnya. Tih,” pakdenya menyebutkan nama kedua orang- ”Kamu ingat sama Mas Bima?” tanya Bu Ratih, tuanya. Memang banyak orang yang bilang muka mengalihkan topik pembicaraan. Rani mirip Papa. Tetapi mimik muka Rani, termasuk Pakde Nur yang responssif lantas meraih pun- senyum dan tatapannya, mirip Mama. Tapi beberapa dak Bima dengan tangan kanannya, sembari yang minggu belakangan ini, bibir itu tidak pernah kiri masih berada di lengan atas Rani—yang kini mengembangkan senyum. berpindah ke belakang pundaknya. Sebenarnya ”Cantik kamu sekarang, Nduk,” tambah Pakde tidak ada yang salah dari gestur seorang pakde dan Nur, kali ini menatap Rani yang menarik bibirnya keponakan seperti itu. Namun Rani yang tumbuh ke atas, setengah tersenyum karena merasa jengah jauh dari sentuhan orangtuanya sendiri, merasa dibilang cantik—Rani tidak merasa cantik, tidak risih. beberapa minggu terakhir ini. Mood-nya yang acak- Untungnya perhatian pakdenya sudah beralih acakan membuatnya senantiasa cemberut, atau pada anak semata wayangnya, yang tengah menjabat sebisanya berwajah datar. tangan Rani dengan mantap. ”Senyum donk, Sayang,” tegur Bu Ratih, me- ”Halo, Mbak Rani,” ujar cowok itu ringan dan nyen tuh dagu Rani dengan buku jari telunjuknya, ramah. Ada kesan wibawa pada jabatan tangannya. mengangkat kepala Rani lebih tinggi. ”Tuh, dibilang Senyum dan kerlingan mata Bima ketika pandangan cantik malah manyun.” keduanya beradu, mensinyalir kesan iseng atau Rani menggerakkan kepalanya sedikit ke bandel dari sepupu yang baru dilihatnya hari itu. kanan, melepaskan dagu dari jari ibunya, tersenyum Kening Rani mengernyit sedikit ketika di- lebih lebar pada pakdenya—berusaha menutupi pang gil Mbak, tapi ia berusaha tetap sopan dan keterpaksaannya, lalu melirik ibunya seolah me- membalas dengan sapaan hai singkat, lalu segera nantang, nih gue senyum!

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 38 39 mengambil tempat duduk di sebelah ibunya, lulus SD. Dan ingatan Rani tentang masa kecilnya selepas momen perkenalan yang canggung itu. memang sangat lemah. Beberapa saat kemudian, kedua orang tua kakak- ”Rani, sementara ini Pakde akan tinggal di sini beradik itu kembali berbasa-basi, memperlihatkan sama Mas Bima juga. Pakde akan tidur di kamar ketidakakraban di antara keduanya. tamu bawah, dan Mas Bima tidur di kamar tamu Rani berusaha tetap sopan selama mengikuti atas ya,” ibunya berkata sambil menyentuh lutut jalannya pembicaraan, walau tidak sedikitpun Rani, meminta perhatiannya. Akhirnya acara basa- memberi komentar maupun tanggapan. Penasaran, basi selesai. Rani mengangguk malas. diliriknya Bima dengan sudut matanya. ”Kamu tunjukkan kamar Mas Bima ya, Mama Bima yang duduk di hadapannya mengambil dan Pakde mau bicara sebentar,” lanjut ibunya lagi. pose duduk serupa. Tubuhnya menghadap ke Sekali lagi Rani mengangguk, dan kali ini langsung arah kedua orang tua itu, berusaha menahan sabar berdiri, menunggu tamunya menyusul, lalu mendengarkan basa-basi mereka. Ada kesan bosan mempersilakan sepupunya itu berjalan di depannya yang terlihat di muka Bima, dan ini membuat Rani sebelum meninggalkan ruangan. menahan senyum geli. Rupanya Bima sengaja ”Tegang banget tadi ya, Mbak?” ucap Bima membuat raut wajah seperti itu ketika menyadari dengan penekanan pada kata tegang dan mbak khas Rani tengah meliriknya. logat jawa medhok, lebih kental dari logat Pakde Konyol banget nih anak, komentar Rani dalam Nur. Bima berhenti tiba-tiba dan membuat Rani hati, berusaha mengingat data yang dimilikinya hampir menabraknya. tentang pakde dan sepupunya ini. Rani yang terkejut hanya mengiyakan, sambil Sepanjang ingatannya, Rani tidak pernah ber- berusaha mencerna karakter suara Bima yang baru temu dengan keduanya, bahkan melihat wajah Bima terdengar. Seperti ayahnya, suara Bima cenderung pun belum. Wajah Pakde Nur dikenalinya di foto berat, hanya lebih terasa ringan dan ceria dari pernikahan kedua orangtuanya. Selain itu, kabar caranya berbicara. Tapi logat jawanya terdengar tentang ayah dan anak ini hampir tidak pernah lebih kental dibanding ayahnya. Lebih lagi dipanggil dibicarakan di keluarga Rani sehingga Rani lupa dengan sapaan depan ’Mbak’, membuat Rani merasa tentang keberadaan mereka. tua, janggal, tetapi ada sesuatu yang menenangkan di Ada satu hal yang ayahnya pernah katakan sana. Rani berusaha mengabaikan perasaan asing itu. tentang Pakde Nur dan Bima, tetapi tentang apa itu, ”Panggil namaku Rani aja. Kita seharusnya Rani lupa. Sudah lama sekali, mungkin sebelum Rani seumuran, kan?” kata Rani, risih dengan panggilan Mbak.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 40 41 ”Iya Mbak, beda sepuluh bulan,” jawab Bima tidak mudah dilupakan. Tapi yah, mungkin karena sopan. masih kecil juga, jadi Rani tidak mengingatnya. ”Kalau gitu ngga usah panggil ’Mbak’,” lanjut ”Eh? Ke mana nih?” tanya Bima, yang masih Rani, risih. Apalagi kalau selisih umur mereka tidak berjalan di depan Rani, yang sampai di pertigaan sampai setahun. tangga, lorong ke area servis dan ke garasi. ”Tapi ndak enak, Mbak, kalau ndak pake ”Lewat sini,” jawab Rani pelan, mengambil ’Mbak’. Aku udah terbiasa panggil ’Mbak Rani’ alih memimpin di depan, meminta Bima untuk ikut dari kecil,” sanggah Bima. Rani memandangnya menaiki tangga bersamanya. heran, merasa tidak pernah dipanggil ’Mbak’ oleh Rani membuka pintu kamar yang terletak di se- siapapun seumur hidupnya. Di Bandung sini, kalau berang kamarnya. Hanya ada tiga kamar di lantai tidak dipanggil ’Neng’ oleh yang lebih tua, Rani atas, selain ruang TV dan balkon. Kamar ibunya biasa dipanggil dengan sapaan ’Tétéh’ atau disingkat terletak di ujung lorong kanan, di depan ruang TV. ’Téh’. Dipanggil seperti itu pun Rani biasanya Di sisi kiri, kamar tidurnya berhadapan dengan menolak kalau selisih umur hanya beberapa tahun kamar tidur tamu yang lebih sering dipakai untuk saja. Terbiasa dibesarkan dengan tradisi kebarat- teman-teman Rani menginap beberapa minggu baratan oleh ayahnya, Rani tidak menganggap sekali. Sedangkan, kamar tidur bawah sangat senioritas terlalu penting. Dia lebih suka dengan jarang ditempati, lebih banyak digunakan untuk penyamarataan kedudukan. Lagipula, dia tidak suka ruang kerja tambahan ayahnya, tempat ayahnya merasa tua dengan atribut-atribut kesopanan itu. menyembunyikan minuman keras di balik beberapa Rani sudah memutuskan untuk tidak memanggil buah buku di rak samping—Rani pernah tidak Bima dengan sapaan ’Mas’. Selain karena tidak sengaja melihatnya menyimpan botol itu, lalu setuju dengan pemanggilan a la senioritas ini, bahasa mengecek merk botol itu di lain kesempatan, ketika itu juga terasa janggal untuk keluar dari lidahnya. ayahnya tidak di rumah. ”Rumahmu besar yo,” kata Bima lagi. ”Terakhir Rani cukup senang atas pengaturan kamar tidur aku ke sini, rasanya lebih besar lagi. Tapi ya waktu ini, karena Rani merasa akan lebih bisa mengobrol itu kan masih umur empat tahun. Mbak ingat, ndak? dengan Bima ketimbang Pakde Nur. Waktu itu Mbak nangis karena jatuh dari pohon. Bima tampak segera kerasan di kamar barunya, Sejak itu kita ndak pernah ketemu lagi.” walau terlihat agak tidak pas. Kamar itu, karena Rani terdiam, berusaha mencerna kata-kata sering dipakai teman-teman Rani menginap, dilapis Bima. Jatuh dari pohon? Rani tidak ingat sama sekali. wallpaper warna ungu lembut dengan motif kecil Seharusnya hal seperti itu membekaskan trauma dan kembang putih dan kuning di sana-sini. Terkesan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 42 43 sangat feminin, lengkap dengan furnitur kayu keamanan seperti ini seumur hidupnya, mengapa yang dicat putih dan sprei berenda pilihan Rani, kakak dari ibunya bisa hidup ’melarat’ seperti menyamai tema kamarnya yang sama feminin, kelihatannya? dengan wallpaper bernuansa kuning muda. Mungkin itu penyebab sikap kaku dan basa- Dalam beberapa menit pertama saja Bima basi ibunya dengan Pakde Nur di hari pertama. sudah meletakkan seluruh barang bawaannya ke Belakangan Rani ja rang bertemu me reka, karena dalam lemari yang sebelumnya dibiarkan kosong. sejak sebelum Rani pulang sekolah sam pai waktu Kemudian, melempar dirinya ke atas ranjang makan malam, ke duanya pergi entah ke mana bertutup selimut patchwork nuansa ungu muda yang seharian atau ber bincang ber jam-jam di ruang kerja serasi dengan warna dinding dan ornamen hiasan ayah Rani. Bima menjadi sa tu-satunya orang yang lain di kamar itu. Rani temui di rumah dua lantai seluas empat ratus ”Uhm… Aku di kamar seberang ya, kalau butuh me ter persegi itu. apa-apa,” kata Rani, memecah suasana khusyuk Rani mem ba tasi in- Bima yang tengah menikmati kasur barunya. Bima ter aksi nya dengan menoleh, tersenyum lebar sambil mengacungkan Bima, se lain ka rena ibu jarinya pertanda setuju, lalu Rani beranjak sambil masih merasa asing menutup pintu di belakangnya, memberi ruang bagi tapi juga karena Bima untuk menikmati momennya. Ra ni menilai Bima sebagai anak yang aneh. Lebih dari sekali Rani melihat Dalam beberapa hari pertama Pakde Nur dan Bi ma seperti te- Bima menginap, Rani diam-diam memerhatikan ngah berbicara sikap dan sifat keduanya. Dari penampilan dan logat sendiri, sesekali Pakde Nur dan Bima, jelas mereka berasal dari desa m e n g a n g g u k , di Jawa, tetapi kesopanan, gerak-gerik dan sikap seolah tengah ber- tenang keduanya menunjukkan tingginya norma, diskusi serius de- moral dan pendidikan mereka. ngan seseorang, Baru terbersit di benak Rani, di hari ketiga, te tapi ketika Rani adanya keganjilan di sini. Kalau Rani hidup serba mendekat untuk berkecukupan dan berkelimpahan kenyamanan dan me lihat lebih

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 44 45 seksama, tidak menemukan telepon, ponsel, atau Malam itu malam ketiga Bima dan ayahnya alat elektronik lain. Yang ada di dekatnya hanyalah menginap. Ketika hendak masuk ke dalam kamarnya sebuah tas kulit berbentuk aneh dan panjang yang itu, Rani melihat pintu kamar Bima terbuka sedikit. selalu nangkring di punggung Bima ke mana pun dia Rani mendekat dengan maksud mau menutupnya, pergi. Kecuali waktu bicara sendiri itu; tas tersebut tetapi apa yang dilihatnya di dalam ruangan itu diletakkan di atas meja dalam kondisi terbuka—dan menggagalkan niatnya. isinya kosong—tak jauh dari tempat Bima duduk Bima tengah duduk di kursi menghadap ke di teras belakang. Selain pada saat itu, Rani tidak jendela, membelakangi pintu. Di hadapannya, di pernah melihat tas itu lepas dari punggung Bima. bagian yang tak terhalang badannya, Rani bisa Seringkali Rani menangkap istilah aneh yang melihat sebuah benda tinggi kurus diletakkan di Bima pergunakan dalam kalimat, seperti menyebut atas meja. Benda itu mengeluarkan kilau di bagian nama Tuhan dengan kata ’Sang Hyang Widhi Wasa’ bawahnya, seperti kilau logam yang terkena cahaya (yang belakangan Rani ketahui dari temannya yang dan memantulkannya. Bagian atasnya, hitam kurus beragama Hindu, artinya adalah ’Yang Maha Esa’), dan panjang. Dari benda itu mengepul asap putih menyebutkan nama hari dalam bahasa Jawa yang sesekali. aneh—yang belakangan Rani ketahui dari guru Hmm, rasanya Bima tidak merokok deh, pikir Rani pelajaran PPKn-nya bahwa pada zaman dahulu mengingat-ingat. Tapi mungkin di luar rumah dia sistem kalender yang digunakan tidak sesimpel sering merokok dengan teman-temannya. Palingan kalender tujuh hari dalam seminggu seperti kalender jaga image di depan keluarga, berpura-pura tidak Gregorian yang kita pergunakan secara internasional merokok selama ini. Entahlah, baru juga lima hari sekarang, melainkan ada sistem-sistem lain pada Rani mengenal Bima. penanggalan Jawa2 yang masih dipergunakan di Rani baru saja memutuskan untuk menutup Jawa, Bali, dan Lombok. pintu saja—memberi privasi pada Bima, berpikir Masih ada banyak istilah-istilah lain yang ter- untuk ikut menjaga rahasia Bima sekiranya kelak dengar asing di kuping Rani, bahkan Rani tak dapat akan ditanyakan orangtuanya. Tetapi Bima mulai mengulangnya sendiri, saking asingnya bahasa yang bergerak, dan tangan Rani yang telah memegang dipergunakan Bima. Sepupunya ini resmi aneh! gagang pintu hendak menutupnya malah diam tak bergerak, ikut terpukau melihat apa yang dilakukan Bima di sana. Alih-alih menggerakkan tangannya untuk 2 Lihat lampiran di belakang. meng ambil batang rokok, menyelipkan di bibirnya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 46 47 dan mengepulkan asap yang dihisapnya, Bima Rani sempat menangkap gambar terakhir situasi malah meraih benda kurus tinggi itu dengan kamar Bima malam itu. Asap yang awalnya dikira kedua tangannya, mengangkatnya ke atas, men- Rani adalah asap rokok rupanya asap dupa. Batang dekatkannya pada dahinya dengan gerakan lambat dupa terlihat diletakkan di tengah meja, di atas yang penuh khidmat, lalu mengambil sesuatu di sesuatu yang sepertinya kembang putih. Batang tipis meja dan memasukkan benda tadi ke dalam benda itu berwarna merah menyala di ujungnya, dan dari yang baru diambilnya. Ketika kedua benda itu telah situ tercipta asap samar putih keabuan yang meliuk- menjadi satu kesatuan, barulah Rani mengenali liuk ke atas. bentuk benda itu. Keris. Resmi, Rani menyimpulkan, pastilah Bima pe- Terkejutlah Rani. Tak pernah terbayang sebe- nganut aliran sesat! lumnya ada anggota keluarganya yang ’berurusan’ dengan keris. Setahu Rani, keris adalah benda mistis yang harus dijauhi. Selain merupakan senjata kuno, keris itu ada ’isinya’. Dan ’isinya’ itu adalah sesuatu yang gaib. Ada sihirnya. Aliran sesat. Rani baru ingat, malam itu hari Kamis atau malam Jumat, malam di mana radio lokal membuat program khusus cerita angker, malam di mana katanya setan-setan keluar dan gentayangan. Rani menyadari bahwa dia benar-benar harus menjaga jarak dari Bima. Pantas saja bahasa dan kelakuannya aneh. Ternyata, Bima selama ini penganut Kejawen. Kata ayahnya, Kejawen adalah aliran kepercayaan di Jawa yang masih memelihara tradisi kuno seperti animisme-dinamisme-politeisme. Orang-orang pe- nganut Kejawen terkenal sakti dan ’memelihara’ keris. Rani melepaskan pegangannya pada gagang pintu kamar Bima, khawatir kalau dia menutupnya malah akan menimbulkan suara dan membuatnya ketahuan mengintip. Sebelum berpaling, ujung mata

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 48 49 Jalanan di sekitar keraton terlihat sangat sibuk. Lam- pu-lampu jalanan dan rumah dinyalakan untuk memberi penerangan secukupnya. Warga yang berniat mengungsi Wilangan 5 telah harus berangkat menuju tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Rombongan manusia terlihat berbondong- bondong bergerak menuju dua arah. Sebagian menuju Cerita Angker rumah masing-masing. Yang lainnya berkumpul di sebuah lapangan luas di luar wilayah kerajaan. di Sekolah Sementara itu kendaraan sibuk berlalu-lalang. Semua alat transportasi darat dan udara—besar dan kecil, milik negara maupun pribadi—dimasukkan ke dalam garasi, Keesokan harinya, di sekolah, seperti biasa sementara kereta-kereta kuda telah siap menunggu di selama beberapa minggu terakhir ini Rani memilih lapangan tadi. Rombongan raja dan keluarganya menem- tinggal di ruang kelasnya ketimbang menghirup pati kereta kencana paling besar dan mewah di baris udara segar di luar, menikmati waktu dua puluh terdepan, sementara rombongan warga mengikuti dengan menit yang berharga untuk melepas tawa setelah kereta kayu sederhana di belakangnya. tersiksa berkonsentrasi penuh menerima pelajaran sejak jam 7 pagi. Dalam satu jam rombongan kereta kuda telah mulai Tapi bagaimanapun juga Rani tetap perlu bergerak ke timur, meninggalkan rumah dan handai taulan keluar kelas hari itu. Dia harus pergi ke WC, yang yang memilih untuk tinggal. Sang Mahaprabu melihat sayangnya tidak punya pintu penghubungnya dari ke belakang sekali lagi—kerajaan emasnya, kejayaan dalam ruang kelas. Malas sekali Rani rasanya, harus warisan leluhurnya, sanak saudara dan warga yang sangat menghadapi tatapan menuduh atau kasihan dan dicintainya—lalu menyiapkan diri menyambut takdirnya bisik-bisik di sekitarnya. Namun, yang namanya dan tidak pernah menengok ke belakang lagi. kepingin kencing itu paling tidak boleh ditahan- tahan. Setelah selesai urusannya di WC, dalam per- jalanannya kembali ke ruang kelasnya, Rani tak

51 sengaja mendengar perbincangan beberapa murid sendiri dalam hati ketika melihat Bima memegang yang tidak dikenalnya—sepertinya anak-anak keris—Rani merasa ada yang ganjil di sini. kelas tiga yang kurang populer di sekolah—yang Ibunya pernah berkata, sebuah buku yang sedang ngobrol seru di bangku panjang di lorong dibacanya–tapi Rani lupa judulnya karena memang sekolah. Lima anak duduk di sana, dua lain berdiri. tidak suka kegiatan membaca—mengatakan bahwa Yang sepertinya sedang bercerita duduk di tengah- ketika kita memikirkan sesuatu, otak kita seakan tengah, sementara yang lain menghadap padanya, menyebarkan frekuensi ke alam raya dan hal-hal membentuk lingkaran tak beraturan, memasang yang berhubungan dengan pemikiran kita itu akan tampang serius mendengarkan. berdatangan seperti tertarik medan magnet. Medan ”Gilaaa! Serem banget, ih! Mistis!” seru seorang magnet yang dimaksud adalah otak kita. Singkat anak perempuan yang duduk kedua dari kanan. cerita, apapun yang kita pikirkan akan menjadi Rambutnya dikuncir dua seperti anak kecil, dan dari kenyataan jika kita terus memikirkannya. And have tempat Rani melihat, kacamatanya terlihat sangat the faith, tambah ibunya. Iman dan kepercayaan. tebal. Mendengar kata ’mistis’, Rani yang tengah Rani tidak merasa memikirkan hal-hal mistis di berjalan di balik tembok setengah badan dari tempat otaknya, tetapi mungkin saja alam bawah sadarnya mereka berkumpul, sontak berhenti. Untungnya yang bekerja. Guru biologi pernah membahas ada pilar di sebelah anak yang duduk di paling kiri tentang alam bawah sadar ini. Sigmund Freud yang kumpulan, dan Rani bersandar di belakangnya. mempopulerkannya, Rani ingat. Sebenarnya bukan niat Rani untuk menguping, ”Lebih seru deui, temen gua di Klatala1,” salah tetapi tubuhnya seakan terkomando untuk satu anak yang tidak kebagian tempat duduk bersembunyi di sana, berharap tak seorangpun dari menambahkan dengan ayunan logat kental dan tujuh anak tadi melihatnya. Dalam hatinya, Rani selipan bahasa Sunda yang khas. Semua mata kini bertanya-tanya mengapa seakan orang-orang mulai memerhatikannya, mengharapkan cerita yang bah- membahas hal gaib hari itu. Pelajaran antropologi di kan lebih seru dari yang pernah mereka dengar. kelas tadi baru saja membahas tentang masyarakat ”Gila pisan, dua bulan lalu pas kita naik ke daerah pedalaman di Indonesia yang masih sangat Gunung Kendali Sodo, gak tau gimana si Deki téh percaya gaib. Di kelas tadi, Rani tidak terlalu ngilang kitu. Padahal kita semua lagi bareng-bareng, memerhatikan, tetapi ketika istilah mistis, gaib, dan ngga misah. Semua lagi jalan satu-satu gitu, soalnya angker disebutkan lagi dan lagi dalam dua puluh empat jam terakhir—yang pertama kali disebutnya 1 Singkatan dari Klab Pecinta Alam, salah satu ekstra kurikuler di SMA Pandawa yang kegiatannya mendaki gunung.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 52 53 jalanannya kan setapak, sempitlah pokoknya. Si Deki Deki bisa lari ke sana cuma tiga jam? Mana dia bilang ini jalannya di paling belakang. Waktu jalan gitu, mah ngga lari sama sekali. Katanya dia téh lagi agak setelah beberapa lama pas kita ngecek ke belakang, ngelamun gitu, terus tiba-tiba aja kehilangan kita. si Deki téh udah gak ada! Yang jalan di depannya, Tiba-tiba dia téh jadi sendirian aja. Karena ngga si Faisal, bilang gak denger apa-apa, kayak kalo dia nemuin kita, dia takut nyasar jadi aja balik turun lagi jatoh atau gimana gitu, gak ada suara. Kayak biasa ke base. Agak heran ceunah2, kayak beda gitu jalannya ajalah, katanya. Dan waktu itu tuh jam 12 siang, sama pas naik. Tapi ngga dia pikirin; dia terus aja bukan maghrib bukan malem. Gila, panik kan kita, jalan, da takut kejebak sendirian di atas kalo udah ngirain dia téh nyasar ato pingsan gimana gitu. gelap. Pas nyampe ke base kaget pisan atuh, kenapa ”Kita turun lagi jadinya, nelusurin jalan yang base-nya berbeda. tadi kita lewatin, sambil manggil-manggil si Deki. ”Pas ditanya-tanya dia baru tau kalo dia téh Udah gitu kita cek segala kemungkinan dia nyasar udah nyampé Gunung Sewakul. Penjaga sana yang ato apa. Semua semak-semak, celah di pepohonan, bantuin ngabarin ke base awal kita kalo Deki téh ada batu-batu, semua kita cek. Ngga ketemu apa-apa, di sana, udah aman. Terus kata penjaga sana téh, ngga ada jejak. Karena uda maghrib kita pikir balik emang udah sering kasus seperti itu. Yang naik di ke base aja, ngarep kalo si Deki sudah balik ke sana Sewakul turunnya di Kendali Sodo, yang naik di duluan. Ya pokoknya waktu itu kita téh mutusin kalo Kendali Sodo turunnya di Sewakul. Aneh pisan, tetep naik mah nggak akan enak lah, mana energi kan?” sudah habis nyariin si Deki. Keenam temannya mengangguk serempak, ”Balik-balik ke base kan sudah lewat tiga jam-an menggumam setuju. Rupanya pengharapan mereka lah dari waktu kita sadar si Deki ngilang. Tebak apa? mendengar kisah seru terpenuhi. Sesaat hening, Di base baru aja dapet laporan dari base gunung lain sepertinya masing-masing berusaha mencerna kalo si Deki téh ada di sana!” kisah yang barusan didengar. Termasuk Rani, yang ”Hah! Kok bisa?” tanya beberapa suara hampir mendengarkan sambil berpura-pura senderan di berbarengan. pilar sambil menunduk, memainkan bunga yang tadi buru-buru dipetiknya supaya dikira tengah ”Iya,” lanjut si pecinta alam dengan nada yang melamun oleh murid lain yang lewat. Sekalian aja lebih bersemangat karena sukses meraih perhatian dikira gila, pikirnya, karena tidak ada opsi lain yang teman-temannya. ”Gunung Sewakul téh letaknya memungkinkan; tidak ada benda lain yang dapat jauh banget dari tempat kita naik. Sekitar dua belas dipegangnya saat itu. Lagipula mana ada orang niat kilometer-lah. Itu téh dari Cirebon ke Semarang. Kebayang teu, jauhna? Teu mungkin pisan atuh si 2 (Sunda) Teu = tidak; Ceunah = katanya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 54 55 cuma ke WC membawa-bawa buku, ponsel, atau ”Tapi kejadian kayak gitu ngga cuma di hutan benda lain? atau gunung lho,” anak yang duduk di paling kanan ”Elu pada denger ngga cerita berapa minggu angkat bicara, tak mau kalah dalam menyumbang yang lalu?” anak yang pertama kali bercerita. Rani cerita. ”Nyokap gua bilang, kantornya angker gitu, tidak sempat mendengar cerita yang pertama tadi. makanya ngga ada yang mau lembur lewat dari jam 6 sore. Pokoknya matahari tenggelam udah ngga ada ”Ada bus dan truk nyasar di tengah hutan di orang di kantor deh. Blora, beritanya kemaren sempet jadi headline kalo lo pada nonton TV. Katanya subuh-subuh gitu, bus ”Jadi orang-orang tuh suka kepindah gitu ini lagi ngambil jalan pintas dari raya Pantura, terus kalo naik lift di gedung depan, kadang keluarnya ketemu truk tronton, jadi susul-susulanlah mereka di gedung belakang. Gitu juga sebaliknya. Itu ke- itu. Pas jalan mendaki, busnya selip terus ngeglosor jadiannya cuma malem, kalo siang aman…” mundur gitu. Eh, tiba-tiba uda ada di tengah hutan. ”Terus, nyokap lu juga pernah?” potong salah Asli, kayak ditaro aja sama tangan raksasa ato setan satu. ato gimana lah.” ”Ngga sih, karena nyokap gua penakut jadi ”Doi mabuk atau ngantuk kali, lupa bisa sampe jam lima juga udah pulang pasti,” jawab si pen- situ?” salah satu mencoba tetap rasional. cerita. ”Tapi temen seruangannya pernah. Kayak ”Ato emang ngga tau jalan, jadi nyasar?” celetuk diteleportasi gitu. Seru juga sih kedengerannya…” yang lain. ”Tapi kalo ngalamin sendiri serem kali,” ”Tapi lu pikir deh coba. Itu bus bisa tiba-tiba timpal anak perempuan berkuncir dua tadi sambil ada di tengah hutan cuma dalam sekejap mata. mengelus kedua lengannya sendiri, bergidik ngeri Pas ngeluarinnya, warga sampe harus ngebabat membayangkan jika hal itu terjadi pada dirinya. pohon, nguruk tanah untuk itu bus bisa keluar, ”Itu di mana?” tanya si pecinta alam. karena ngelewatin hutan dan sawah untuk sampe ke ”Di gedung Nusa Pratama di Thamrin situ. jalan gede. Masuknya dari mana coba? Belum lagi Gedungnya ada dua, kepisah sama jalanan mobil katanya bodi bus mulus pas ditemukan. Pas keluar gitu untuk drop off. Nyokap gua kerja di gedung hutan lecet-lecet. Ngga masuk akal banget, kan?” si depan. Katanya satu gedung sama sekali ngga ada pencerita menuntut persetujuan para pendengarnya, yang lembur. Kalopun harus lembur pada ngga ada yang didapatnya dari anggukan yang hampir yang naik lift gitu, semua milih tangga.” serempak. ”Ya iya lah,” dua anak lain menyetujui ber- barengan.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 56 57 ”Serem banget ya kalo ketemu hantu di lift,” mereka habis membahas cerita angker dari radio ujar yang lain. semalam. ”Iya, ngga masuk di akal,” kata salah satu anak si anak berkuncir dua. yang berdiri, yang ceritanya—kalaupun tadi dia ”Eh, banyak lho, gedung berhantu gitu. Om bercerita—belum Rani dengar. gua pernah tuh, dia ngalamin sendiri. Kantornya di ”Percaya-nggak percaya deh,” ucap si pecinta Kuningan, di Jakarta. Namanya apa ya… kalo ngga alam, berusaha meredakan kegelisahan kelom pok- salah sih Gedung Triloka. Bukan dia sih, tapi waktu nya. dia lagi rapat, terus ada yang ketinggalan berkas gitu Bel tiba-tiba berbunyi, tanda jam istirahat terus harus turun berapa lantai gitu untuk ngambil ber akhir. Rani kembali ke kelasnya, begitu pula di kantornya kan. Terus pas dia naik lift abis ngambil kelompok pencerita kisah angker tadi yang ketika berkas—ini aneh banget—dia malah keluarnya di bubar tercerai ke segala arah, ke kelas masing- atas jembatan layang di Tomang sana!” masing. Ketika kelas matematika dimulai, pikiran Cerita yang terakhir jelas membuat heboh kum- Rani mulai sibuk memecahkan soal-soal aljabar pulan itu. Semua kini berkomentar. Merasa ngeri, kesukaannya, teralih dari cerita-cerita angker tadi. tetapi semua puas mendengarkan kisah-kisah fantastis di luar akal yang katanya benar terjadi. Seakan kisah-kisah tadi memuaskan dahaga mereka akan keajaiban dari kehidupan monoton ini. Rani yang masih bersandar di pilar pun merasa takjub sekaligus heran. Apakah cerita-cerita mistis tadi benar terjadi di sekitarnya? Dari cara anak-anak ini bicara sepertinya mereka tidak bohong—dan semua dialami oleh seseorang yang mereka kenal. ”Sumpah, angker banget!” begitu kira-kira ko- mentar be be rapa anak. Dalam hatinya, Rani ber- komentar sama. ”Lebih serem dari cerita di radio yang tadi!” seru seorang anak perempuan. Oh, pikir Rani, rupanya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 58 59 Tak lama, gemuruh mulai terdengar dari kejauhan. Lain dari biasanya, guruh kali ini tak berkesudahan. Suaranya konstan dan semakin keras terdengar—atau semakin samar, berbeda di setiap lokasi. Di Pantai Selatan, Wilangan 7 hujan turun dengan derasnya, disusul angin kencang yang membuat orang enggan berdekatan dengan garis laut. Sebisa mungkin penduduk di sekitar pantai berdiam di Bimasakti rumah, atau mengungsi jika sempat. Vahana, pesawat terbang raksasa berbentuk seperti gasing, tampak perlahan turun mendekat ke garis pantai, ”Neng Rani, itu mas Bima bukan, ya?” tanya Pak Juned ragu, namun cukup untuk membuyarkan lalu seakan terparkir di udara, dan berhenti di ketinggian lamunan Rani yang duduk di kursi belakang. lima puluh meter di atas permukaan air. Jaraknya sekitar seratus meter dari garis pantai. Kemudian, dari pintu Rani langsung menegakkan duduknya, meng- ikuti arah yang ditunjuk Pak Juned di sebelah kiri bawah pesawat tersebut keluar tangan-tangan besi panjang jalan. Benar juga, itu memang Bima, tengah berjalan berujung seperti sekop yang mulai mengeruk tanah dari santai menuju arah yang berlawanan dengan arah dasar laut dan membawanya naik, masuk ke dalam mobil Rani sambil tertawa-tawa, seperti yang pesawat. Begitu yang terjadi, terus berulang-ulang. biasa Rani lakukan ketika berjalan bersama teman- Vahana itu tidak sendirian. Ada puluhan pesawat temannya. Tetapi tidak pernah ketika dia berjalan serupa lainnya yang menyusul, mengeluarkan tangan- sendirian. tangan besi yang serupa dan semuanya mengeruk tanah Bima memakai baju kaos dan celana pendeknya dari dasar laut. Dari kejauhan, didukung dengan tirai yang biasa dia pakai di rumah, sepasang sendal kulit kabut yang terbentuk karena hujan, suasana di lepas hitam model jepit seperti yang biasa dipakai bapak- pantai itu terlihat seperti monster-monster raksasa terbang bapak, dan tas kulit coklat kemerahan yang memang yang tengah memakani hasil laut dengan tangan-tangan hampir tidak pernah lepas dari punggungnya itu. mereka yang liar. Setelah beberapa saat, satu per satu Jalan Teuku Umar di Bandung bisa dibilang pesawat bergerak menjauh dari laut menuju daratan. tujuh per delapan jarak dari rumah Rani ke sekolah, sekitar lima-enam kilometer jauhnya. Bisa-bisanya Bima berjalan kaki di daerah ini. Bukan hanya karena

61 jaraknya, tetapi karena Rani tahu, Bima buta arah di ”Apa kamu punya invisible friend?” tanya Rani kota Bandung ini. lagi, mencoba memastikan. Rani pernah menonton Sebelum Rani menjawab, memberi perintah atau me larang, Pak Juned sudah menepikan mobilnya, biasanya anak tunggal atau paling tua—dengan berhenti beberapa meter sebelum Bima melewati sifat mudah cemas, penakut, ambisius, atau jenius mereka. Saat itu jalanan tidak terlalu ramai, sehingga cenderung memiliki sosok teman yang diciptakan tanpa dipanggil pun Bima menyadari kedatangan oleh otak mereka sendiri sebagai teman bermain atau mereka. bercerita. Biasanya teman khayalan ini menghilang Langkah Bima terhenti, menengok ke arah mobil ketika si anak mencapai usia sekolah, umumnya tetapi tidak berusaha mendekat. Rani menurunkan di tingkat SD. Pada kasus yang lebih serius, teman kaca jendela belakang membuat kepalanya tampak khayalan ini bisa terus ada sampai masa remaja atau seperti lukisan zaman Renaissance di mana objek muncul kembali di usia dewasa. manusia di tengah kanvas dilukis berkulit sangat Melihat gerak-gerik sepupunya selama se ming- pucat, yang terlihat kontras dengan gelapnya gu terakhir ini, Rani merasa maklum kalau Bima interior mobil sebagai background dan bingkai hitam memang punya teman khayalan. Dan hal ini sama kaca jendela dan warna biru tua cat mobil. sekali wajar. Mungkin pada kasus Bima teman-teman Mengenali Rani, Bima mulai bergerak ke tak nyata ini terlambat menghilang hingga di usia 16. arahnya, sepertinya sambil berkomat-kamit—kalau ”Apa itu invisible friend?” Bima malah balas Rani tidak salah lihat—lalu sebelum masuk ke dalam bertanya. Walaupun Bima juga bisa terbilang pandai, pintu yang sudah dibukakan Rani dari dalam, Bima tetapi kemampuan Bahasa Inggrisnya mentok di yes- melambaikan tangannya. no-yes-no. Rani menggeser tempatnya duduk ke sisi kanan Rani menghela napas berat. Sepertinya acara mobil, memberi ruang bagi Bima untuk duduk. bincang-bincang ini akan berjalan alot. Tapi tidak ada sapaan yang terucap dari mulutnya, ”Maksudnya teman imajinasi,” jawab Rani menimbang keputusannya untuk menjaga jarak malas. dengan sepupu yang aneh ini. ”Ooh…” Tapi Bima, manggut-manggut, tapi ”Tadi kamu melambai pada siapa?” tanya Rani tidak berkata apa-apa lagi. tanpa basa-basi saat Pak Juned menginjak pedal gas. Keduanya lalu hanyut dalam pikiran masing- ”Hmm?” raut muka Bima menunjukkan kesan masing sementara mobil melaju menuju rumah. bingung. Rani jadi merasa malu, mulai ragu apa yang dilihatnya tadi nyata atau tidak.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 62 63 ”Kamu punya sixth sense, ya?” tanya Rani lagi, bersikap lebih lembut pada Bima. Rani tahu rasanya masih penasaran. kesepian, karena sebagai anak tunggal, teman hanya ”Apa itu sixth sense?” tanya Bima lagi. Rani lupa bisa ditemui di sekolah dan di luar sekolah. Di dalam menanyakan dalam bahasa Indonesia. rumah, terutama ketika malam menjelang, Rani tidak punya teman bicara yang sebaya. Walaupun ayah dan ”Ya, bisa liat hantu gitu,” jawabnya singkat, ibunya selalu punya waktu untuk memerhatikannya, karena memang tidak banyak yang Rani ketahui tetap ada keinginan untuk punya teman dan tentang sixth sense atau indera keenam. Yang bersosialisasi. Mungkin dengan lebih banyak bergaul, diketahuinya hanya kemampuan seseorang untuk Bima bisa ’kembali ke jalan yang benar’, pikir Rani. melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lainnya. ”Maaf ya, habis banyak yang ngebahas hal gaib dimana dia ternyata sudah meninggal. akhir-akhir ini,” aku Rani, merasa perlu meng utara- kan penyesalan dan alasannya pada Bima. Mungkin ”Kalau hantu itu harusnya ndak bisa dipegang, karena tidak ada teman curhat lagi, Rani terpaksa ya kan?” tanya Bima. menumpahkannya pada Bima. Rani mengiyakan. ”Banyak?” ulang Bima sambil menaikkan alis- ”Teman-temanku manusia, kok. Cuma memang nya. ndak ada orang lain yang bisa ngeliat,” jawab Bima. ”Tadi di sekolah sempat ada yang cerita tentang Ada kesan kesepian yang tertangkap kuping Rani. hal gaib. Aku jadi mikir yang aneh-aneh,” kata Rani. ”Jadi mereka bukan setan?” tanya Rani lagi. ”Di dunia ini memang banyak yang aneh, ”Kalau setan, seharusnya ada peringatan dari Mbak,” kata Bima. Rani memandang sepupunya lubuk hati mengenai itu. Lagipula yang namanya itu, bertanya-tanya apa anak ini hanya berkomentar setan biasanya menyarankan kita untuk berbuat hal- polos atau memang otaknya tidak nyambung—lalu hal yang jahat. Yang teman-temanku lakukan cuma me milih diam dan melempar pandangannya ke mengajakku bermain. Karena tidak ada teman di pepohonan di luar. sekolah yang mau bermain denganku.” Rani tiba-tiba menyesal telah berpikir buruk pada Bima. Timbul rasa kasihan pada sepupu satu- satunya ini, walau diakuinya memang aneh dan agak Setelah kejadian itu, Rani selalu menyempatkan sesat. Pertalian darah mereka sangat dekat, tetapi diri menemani Bima di rumah, walau hanya jarak batin keduanya terpisah jauh bagaikan tebing mengobrol hal-hal yang tidak penting atau sekedar dan dasar jurang. Rani berjanji dalam hati, akan memerhatikan apa yang Bima kerjakan.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 64 65 Baru terlintas di pikirannya, selama hampir dua Hanya kekurangannya di bahasa Inggris, yang telah minggu ini Bima menginap di rumahnya, artinya dia Rani pelajari di sekolah sejak bangku SD. tidak masuk sekolah. Rani tidak pernah tahu di mana ”Jadi kamu ngga pernah sekolah seumur hidup- sekolah Bima, jurusan IPA atau IPS yang diambilnya, mu?” Rani butuh diyakinkan. Belum pernah dia dan banyak hal lain tentang sepupunya itu. mengenal ada orang yang tidak pernah bersekolah. ”Bim, kamu nginep di sini, terus sekolah ”Pernah sih, waktu SD. Itu juga dimarahi guru kamu gimana? Izin atau bolos?” kali ini Rani yang terus karena bandel. Aku susah disuruh duduk kalau membuka pembicaraan. di dalam kelas. Sudah gitu, suka disetrap juga. Kalau ”Aku ndak sekolah, Mbak,” jawab Bima singkat, aku nanya dan guru ndak bisa jawab, aku ndak boleh membuat dahi Rani berkerut heran. Mana mungkin masuk kelas. Masuk SMP, seperti itu juga satu tahun, Bima nggak sekolah. Lalu Rani berpikir cepat, mungkin terus aku malas aja. Sejak itu ndak pernah sekolah Pakde Nur tidak punya biaya untuk menyekolahkan lagi,” Bima bercerita seolah tanpa beban. anaknya—walaupun biaya sekolah di Wonogiri ”Terus gimana sama ijazah?” malah Rani yang seharusnya jauh lebih murah daripada di kota besar khawatir, sekaligus heran sama kelakuan kerabatnya seperti Bandung. yang satu ini. ”Oh, mungkin kalau kamu ngomong sama ”Ah, ijazah itu kan cuma untuk yang mau kerja mamaku, mamaku bisa bantu,” ujar Rani spontan, di kantoran, Mbak,” jawab Bima santai. tak tega membiarkan sepupunya ini tertinggal ”Lha nanti memangnya kamu mau kerja apa?” studinya hanya karena masalah keuangan. Rani yakin ibunya pun akan berpikir hal yang sama. ”Pasti ada aja yang bisa kukerjakan. Aku sih ndak khawatir, Mbak.” Semakin heranlah Rani akan ”Bukan, bukan begitu Mbak Rani. Aku ndak mau cara berpikir manusia satu ini. Rani mulai curiga sekolah karena di sekolah ndak ada tantangannya. apa benar mereka ada hubungan persaudaraan. Dari kecil aku belajar sendiri di rumah, kadang diajari Bagi Rani, nilai akademik sempurna di bidang Bapak untuk masalah pengetahuan umum. Kalau sekolah biasa, waktu SD aja kalau dites harusnya aku tersendiri, dan menunaikan kuliah S3, melampaui masuk bangku SMA. Itu juga ndak banyak membantu. pendidikan ayahnya yang baru sampai S2, adalah Jadi, aku malas ke sekolah, lebih baik belajar di luar cita-citanya sejak kecil. Karena ingin menerbitkan sekolah, lebih banyak yang bisa dipelajari.” buku hasil risetnya kelak, menjadi dosen dan Rani semakin heran mendengar penuturan ini. pembicara terkenal, nilai bahasa dan sosial Rani pun Rani memang mengakui, Bima tidak terlihat bodoh. tidak ketinggalan bagusnya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 66 67 ”Kalau cuma lulusan SD, kamu mau kerja apa ”Coba Mbak Rani kasih aku soal matematika, nanti? aja banyak yang lulusan SMA, nanti kujawab. Mbak boleh pake kalkulator, aku atau malah D1. Supir taxi pada lulusan S1, ada pake kertas,” jawab Bima pede sambil mengambil juga yang S2. Kalau lulusan SD, bisa-bisa kamu kertas dan pensil di meja telepon. cuma jadi tukang sapu jalanan,” kata Rani sambil ”Soal seperti apa? Aljabar? Diferensiasi?” membayangkan kemungkinan profesi sepupunya Rani sengaja menyebutkan nama-nama rumus itu kelak. matematika yang terdengar paling sulit, yang ”Yang namanya akademis itu ndak penting, sebagian besar temannya di sekolah kewalahan Mbak. Yang penting itu orangnya. Kalau sekedar untuk menjawabnya dan dulu kerap kali meminta ijazah lulusan mana, sekarang juga banyak yang pertolongan Rani untuk mengajarkan. bisa dibeli, kalau mau. Lulusan universitas bukan ”Apa aja boleh. Yang gampang dulu aja. Gimana jaminan orang bisa sukses. Yang penting itu kalau akar pangkat tiga? Aku cari akar pangkat tiga orangnya. Kalau dia pintarnya cuma karena hafalan dari hasil yang Mbak hitung di kalkulator. Dua digit dan teori, percuma juga kan. Dalam hidup banyak aja dulu.” hal yang ndak diajarkan di sekolah, tetapi luput Rani tertawa lagi, merasa diremehkan. Sombong dari perhatian kita. Padahal itulah yang terpenting, juga nih anak, pikirnya. bagaimana kita berlaku terhadap sesama kita, terhadap alam. Kalau orang terlalu pintar ngikutin ”Oke,” kata Rani sambil mengambil ponselnya, buku, akhirnya kepedulian pada sekitar berkurang. membuka aplikasi kalkulator dan bersiap menekan Tapi kalau perlu diadu kepintaran, aku ngga akan beberapa angka. ”Akar pangkat tiga dari… 512.” kalah jauh dari orang-orang kuliahan kok.” ”Delapan, Mbak,” jawab Bima tanpa berpikir. Rani menyerah. Ngomongin orang-orang yang ”Itu sih gampang banget. Yang agak susahan aja, sudah terlanjur kepedean seperti ini bakal susah. dua digit gitu.” Terserahlah, hal ini bukan urusannya juga. ”Oke. Kalo gitu… 17.576.” ”Kalau Mbak ndak percaya, boleh tes aku,” ”Dua-enam,” jawab Bima langsung setelah tantang Bima kemudian. selesai menuliskan angka-angka yang Rani sebutkan Rani jadi tertawa. Mau dites apanya, coba? di atas kertas. ”Tes apaan?” Sebagaimana ikan yang diimingi Lagi-lagi Rani merasa heran. Hanya lima detik umpan sudah tahu hal itu berbahaya—atau tidak ada yang Bima butuhkan untuk menjawab soal yang gunanya, Rani tertarik juga untuk menangkapnya. biasanya Rani membutuhkan kertas coretan untuk menjawabnya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 68 69 ”175.616.” ”Maksudnya gini, Mbak. Kalau akar pangkat ”Lima-enam,” jawab Bima lagi, dalam tempo tiga itu delapan, tulisannya seperti ini kan,” lanjut yang kira-kira sama dengan jawaban sebelumnya. Bima, sambil mulai mencoret lagi di atas kertas: ”658.503.” = 8 ”Delapan-tujuh.” ”Atau, pangkat tiga dari sembilan adalah tujuh- ”Oke, oke, aku akui kamu pandai. Kasih tau dua-sembilan, tulisannya seperti ini.” caranya donk, ngitungnya gimana?” Rani tidak = 729 habis pikir. Sebagai anak terpandai di kelasnya, dia sendiri butuh waktu sekitar dua-lima menit untuk sambil menunjuk ke tabel di mana angka-angka menjawab soal seperti itu. tersebut sudah ditulisnya untuk menjelaskan pada Rani. ”Ngga usah ngitung, Mbak. Dihafalin aja,” jawab Bima. ”Oke, bagian itu aku sudah jelas. Lalu?” tanya Rani. ”Ngafalin apa?” tanya Rani penasaran. ”Nah, sekarang kembali ke angka tadi, 658.503. ”Gini, Mbak. Untuk tiga angka di depan, Mbak Angka 658 adalah hasil pangkat tiga dari angka harus hafal akar pangkat tiga dan cari mana yang antara 8 dan 9. Jadi kita tulis dulu angka yang lebih paling dekat dengan hasil di depannya,” jelas Bima. kecil, yaitu 8,” jelas Bima sambil menuliskan angka 8 ”Ngga ngerti aku,” jawab Rani jujur. di sebelah angka 658.503. ”Sebentar,” ujar Bima sambil meraih kertas dan pensil, lalu membuat tabel: = 8 ”Lalu, kita lihat angka terakhir di angka hasil, x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 yaitu 3,” kata Bima lagi sambil memberi bulatan x3 0 1 8 27 64 125 216 343 512 729 1000 pada angka 3 di angka 658.503 yang tadi ditulisnya. ”Lalu cari di tabel angka hasil yang belakangnya 3— ”Nah, Mbak harus hafalin tabel ini dulu. Baris yaitu angka 7.” yang atas itu hasil akar pangkat tiga, baris yang Bima menunjuk ke angka 343 pada tabel, lalu bawah itu hasil pangkat tiga. Ngerti kan, Mbak?” menunjuk ke angka 7 di atasnya. jelas Bima sambil memerhatikan raut wajah Rani. Rani manggut-manggut walau tampak belum = 8 7 paham sepenuhnya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 70 71 ”Nah, dapet deh angka hasilnya. Delapan- Bima tersenyum melihat soalnya, lalu meng- tujuh,” ujar Bima sambil meletakkan pensilnya seakan baru selesai mengerjakan ujian. sekali. Hanya sekilas membaca soalnya lalu sibuk ”Wow,” gumam Rani. ”Apa ini bisa diaplikasikan menggaris-garis sumbu dan menggambar gelom- pada semua angka?” bang di antaranya. ”Bisa untuk semua akar pangkat tiga dari dua digit,” jawab Bima. ”Coba aja kasih aku angka yang lain. Kalau tiga digit beda lagi cara ngitungnya.” Rani tidak menjawab Bima tetapi sibuk me- mer hatikan coretan angka-angka yang ditulis Bima, me nuliskan angka yang didapatnya dari kalkulator lalu meniru cara Bima memecahkan soal tadi dalam ke heningan. Diulangnya beberapa kali dengan beberapa angka berbeda, lalu setelah beberapa saat akhir nya dia mengangguk-angguk sendiri pertanda paham. ”Nah, Mbak mau tes soal apa lagi?” tantang Bima. Rani bengong, mengambil kertas dari hadapan Bima dan menggunakannya untuk menghitung Rani tidak menjawabnya, tetapi meraih kertas sendiri dengan langkah-langkah yang diajarkan dan pensil di depan Bima dan menariknya ke gurunya di sekolah. Setelah hampir sepuluh baris hadapannya. Di atas kertas itu, Rani menulis soal coretan, Rani menemukan hasil yang sama dengan yang baru didapatkannya dari pelajaran matematika di sekolah: Bima tersenyum penuh kemenangan, sementara Rani merasa kebingungan. y = 4 sin 3 (x-2) + 7 ”Gimana caranya?” tanya Rani terheran-heran. ”Gini, Mbak,” kata Bima sambil menarik kertas ke hadapannya dan mulai menjelaskan pada Rani lalu menyodorkan kertas itu ke hadapan Bima. dengan sabar.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 72 73 ”Jadi dari soal ini, ambil dulu angka terakhir ”Sekarang, kalau sin, angka setelah tulisan dan tulis angkanya di sumbu y. Di sini angkanya +7, sin selalu dibagi ke angka 90. Gini contohnya. Di soal ini, setelah tulisan sin ada angka 3. Jadi angka ”Lalu, angka paling depan menjadi angka plus 90 dibagi 3. Kita dapat 30,” kata Bima. Rani masih dan minus dari tujuh, yaitu kalau 4 di bawah 7 adalah mengangguk-angguk saja mengiyakan. 3, dan 4 di atas 7 adalah 11. Ini menjadi angka-angka ”Nah, jadi titik kedua di sumbu x setelah angka yang kita taruh di sumbu y juga. +2, ditambahkan 30. Jadinya 32, lalu 62, lalu 92, lalu ”Setelah itu dari (x – 2), angka –2 di sini menjadi 122, lalu 152, dan seterusnya. Paham kan, Mbak?” +2 di sumbu x. Kita tulis dulu angka 2.” tanya Bima lagi, kali ini sambil menggambar gelom- bang melewati titik-titik yang sudah disebutnya. Kemudian Bima menggambar tabel di bawah ”Wow. Enak sekali cara kamu mecahin soal,” kata Rani merasa kagum. Rani sekarang sepenuhnya percaya, Bima akan bisa menyelesaikan soal se- sin 0 1 0 -1 0 1 rumit apapun dan meneruskan permainan ini hanya -sin 0 -1 0 1 0 -1 membuat dirinya kelelahan, capek sendiri me- mikirkan soal-soal yang dijawab kurang dari lima detik. ”Kamu mau ngga, ngasih tau aku cara untuk sin adalah gelombang yang dimulai jawab soal-soal lainnya?” dari 0, naik ke 1, turun ke 0, turun lagi ke -1, naik ”Mbak ada waktu? Kalau mau, aku bisa kasih ke 0, naik lagi ke 1. Paham, Mbak?” tanya Bima les selama nginap di sini.” memeriksa daya tangkap Rani. Rani mengangguk Kali ini Rani tidak tertawa mendengar jawaban yakin. Bima yang seakan meremehkannya. Jelas, Bima bisa –sin adalah kebalikan dari diberi gelar Master untuk rumus-rumus matematika sin, ya?” kata Bima tadi. menegaskan bahwa Rani masih mengikutinya. ”Mau banget. Nanti kalau aku udah bisa, boleh Sekali lagi Rani mengangguk. aku bikin buku untuk cara-caramu ini?” Bukan saja ”Jadi kita sudah tahu titik 0 awalnya dari angka gembira karena bisa mengetahui sebuah cara baru +7 di sumbu y dan angka +2 di sumbu x. Lalu titik dalam menyelesaikan soal, Rani juga bersemangat 1 dari tabel adalah angka 11 di sumbu y, tapi kita karena di otaknya sudah ada rencana baru, agar cita- belum tahu angka di sumbu x-nya. Betul?” citanya untuk menulis buku dapat terkabul segera, Rani mengangguk lagi. jauh sebelum kuliah S3-nya dimulai.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 74 75 ”Terserah, Mbak. Kalau emang mau dibuat buku silakan aja. Aku ndak keberatan. Selama bisa menolong lebih banyak orang, aku sih ndak Sebuah armada lain menuju ke sepanjang perbatasan masalah,” kata Bima tulus. keraton. Kendaraan-kendaraan kecil bernama Rata Untuk pertama kalinya dalam seminggu diparkir persis di batas dalam benteng kerajaan, berjarak terakhir, Rani merasa bersyukur memiliki saudara 1-2 kilometer satu sama lain. Keluar dari dalamnya sepupu seperti Bima, walaupun memang diakuinya serdadu-serdadu berseragam seperti abdi dalem keraton agak aneh. zaman sekarang—dilengkapi helm yang mirip dengan bentuk topi dalam perwayangan dan sepatu lars—yang berpencar berdua-bertiga ke garis-garis perbatasan. Para serdadu itu mengeluarkan sebuah kotak titanium sebesar koper dokumen dari dalam tas punggung mereka, lalu menanamnya di luar dinding-dinding benteng. Setelah beberapa saat, mereka mengeluarkan keris dari sabuk mereka, meletakkan bagian hulunya di atas tanah yang menimbun kotak titanium tadi, membakar kemenyan dan secara serempak mengucapkan mantra-mantra. Segera cahaya biru kekuningan menjalar dari dalam tanah, perlahan melebar sejajar lalu terhubung satu sama lain dengan kotak lain di jarak sepuluh meter di kanan-kiri. Lama-kelamaan, cahaya yang merambat itu membentuk sebuah jaring cahaya yang mengelilingi wilayah kerajaan. Semakin ke atas, cahaya tersebut seakan mengumpul ke tengah, membentuk semacam kubah setinggi 20 kilometer. Setelah kubah tertutup, jaring biru dan kuning berpendar bergantian beberapa saat, sehingga tampak seperti warna hijau dari kejauhan. Aji Jala Sutra telah selesai terbentuk.

Gerbang Nuswantara 76 sementara Pakde Nur tinggal di rumah. Dulu, hari Minggu adalah hari keluarga untuk Rani. Tetapi ayahnya sudah pergi dari rumah, ibunya juga mulai membuat jadwal dengan teman-temannya, mungkin dalam rangka menghindari Rani yang lebih sering Wilangan 9 marah. Rani banyak menghabiskan waktunya di rumah, entah berenang atau menonton TV cable. Jika bosan, Rani memasang DVD. Tidak banyak pilihan Penjelasan lain. Sekarang ada Pakde Nur dan Bima di rumah, dari Pakde jadi Rani tidak lagi banyak menganggur. Dan Rani sudah memulai kelas les matematika privatnya dengan Bima. Selama tiga minggu sejak kedatangan pakde Siang itu untuk pertama kalinya ruang makan Nur dan Bima, Rani jarang sekali bertemu dengan dipenuhi tiga orang lagi sejak ayah Rani keluar pakdenya ini. Pakde dan ibunya mengurung diri dari rumah. Pakde Nur duduk di kursi yang biasa di dalam kamar kerja ayahnya, sibuk membahas diduduki ibunya, di hadapan Rani, sementara Bima berbagai hal. Rani menduga ada hubungannya duduk menyerong dari Rani di meja makan untuk dengan perceraian orangtuanya. Mungkin, ibunya enam orang itu. Kursi di kepala meja, yang biasanya curhat dan Pakde Nur berperan menjadi psikolog. diduduki ayahnya, belum tersentuh selama hampir sebulan ini. Walau hanya bertiga, menu makan siang itu Universitas ITB sebelum menikah dengan ayahnya, cukup lengkap. Nasi, sayur nangka, kêrecek, semur tidak pernah menyinggung pendidikan atau profesi telur dan tahu, juga opor ayam. Rani tidak terlalu kakaknya itu. Yang jelas, setelah beberapa hari suka masakan Indonesia sebenarnya. Lidahnya lebih pertama, mendung di wajah ibunya berangsur buyar. terbiasa dengan hidangan barat yang lebih banyak Ibunya terlihat lebih santai dan sudah mulai banyak tersedia di kafe dan restoran zaman sekarang. Pasta, tersenyum, walau belum sempat mengobrol banyak pizza, dan steak adalah favoritnya. Namun, sejak dengan Rani. kedatangan Pakde Nur, sesuai dengan pesanan Tetapi, hari Minggu di akhir bulan itu, ibunya beliau, di rumah lebih sering tersedia masakan pergi ke acara kumpul dengan teman-temannya, Indonesia, mulai dari rendang, sate, sayur lodeh

Gerbang Nuswantara 78 79 hingga nasi liwet. Mau tidak mau, lidah Rani harus Perbincangan di antara ketiganya pun mulai mulai terbiasa dengan menu-menu khas nusantara. lancar, walau awalnya terdengar seperti anak batita Karena jarang berkumpul di satu ruangan yang masih terbata-bata belajar berbicara. Hingga seperti ini, juga karena ketidakhadiran ibunya, Rani akhir acara makan, Rani sudah merasa lebih nyaman merasa sangat kikuk walau ruang makan itu berada berada dan berbicara dengan pakdenya. di rumahnya sendiri. Terlebih, karena Rani teringat ”Mas Bima, boleh Bapak bicara sama Rani kata-kata ayahnya tentang Pakde Nur, bertahun- berdua?” tanya pakdenya pada Bima. Bima langsung tahun yang lalu. Katanya Pakde Nur itu aneh. Sesat. paham, pamit, dan meninggalkan mereka berdua. Beliau menganut agama Kejawen yang percaya pada Setelah Mbok Jum selesai mengangkat piring- jin dan perdukunan. ”Sepertinya Pakde Nur itu juga piring kotor dan makanan yang tersisa kembali ke seorang dukun,” kata ayahnya, membuat Rani kecil dapur, Pakde Nur baru mulai angkat bicara. ”Pakde mau bicara sama Rani,” kata pakdenya diingatnya dari foto. minta izin, seolah tadi Rani tidak mendengar kata- ”Pakde dengar kamu lagi belajar sama Bima ya?” katanya pada Bima. Rani hanya mengangguk, sadar tanya Pakde Nur membuka percakapan, berusaha betul kalau ini akan menjadi pembicaraan yang memecah kecanggungan. panjang. Rani yang tengah menyendok nasi bercampur ”Pakde mau tahu, bagaimana perasaanmu sayur gudeg, mendongak menatap pakdenya tentang masalah keluargamu sekarang,” lanjut dan mengiyakan demi kesopanan. Ketika pakdenya. Untuk pertama kalinya dalam sebulan ini, menyuapkannya ke dalam mulutnya, baru dia sadar seseorang ingin tahu perasaannya. ada cabe rawit ikut masuk dan tergigit. Alhasil, Rani berpikir sejenak, menghela napas panjang beberapa detik berikutnya Rani jadi sibuk mengipas- sebelum akhirnya menjawab. Alisnya berkerut. ngipas depan mulutnya, berharap kipasan itu dapat meredakan sengatan pedas di lidahnya. Rani ”Mmm.. aku ngerasa marah.” menenggak sebanyak mungkin air dengan harapan ”Bagus,” pakdenya manggut-manggut. ”Eh, dapat memadamkan kebakaran di dalam mulutnya. mak sud Pakde, bukan perasaan yang bagus, tapi Pakde Nur tampak khawatir melihatnya, tapi Bima awal yang bagus kalau kamu bisa membicarakan malah tertawa. Merasa sudah mendingan, Rani hal ini. Marah adalah salah satu perasaan, itu wajar. nyengir pada sepupunya, merasa bodoh sendiri. Terus? Apa lagi yang kamu rasakan?” Setelah itu, suasana terasa lebih santai. Rani berpikir lagi. Rupanya tidak semudah itu mengenali perasaannya sendiri. Raut wajahnya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 80 81 menampakkan bahwa dia sedang berpikir keras, kematian, atau perceraian. Kalau kematian adalah tetapi jika dipandang lebih lama, ada emosi takdir yang ditentukan Yang Maha Kuasa, tidak mendalam terpendam di dalam sana. ada manusia yang sanggup mengelak. Tetapi, ketika ”Kesal,” jawabnya. Pakdenya manggut-manggut menikah kita meninggalkan rumah, membangun lagi, tapi tidak berkomentar sekarang. Beliau keluarga baru dengan pasangan yang kita pilih. menunggu. Atau, ketika kita memutuskan untuk meniti karir di tempat yang jauh dari keluarga, di luar negeri atau ”Kesepian.” Pakde Nur mengangkat alisnya, luar kota. Sama saja, keadaan di rumah sudah tidak terlihat tidak menyangka akan mendengar hal ini, utuh. Anggota keluarganya tidak utuh lagi tinggal di tetapi beliau diam saja. rumah. ”Kecewa?” kali ini, tatapan Rani dan Pakde Nur ”Sama saja dengan perceraian. Itu merupakan beradu. Sudah tidak ada amarah yang terlihat di pilihan manusia yang menjalani, yaitu orang tua. mata Rani, terganti perasaan rapuh, seperti anak kecil Hanya saja, dengan perceraian memang lebih yang sedang bersedih, mencoba meminta bantuan banyak sakit hati yang dirasakan, kekecewaan, peng- pada orangtuanya. khianatan, kesedihan, dan sebagainya.” ”Apa yang membuatmu kecewa?” Rani meresapi perkataan Pakde Nur, merasa ”Karena udah nggak punya keluarga,” jawab sesuai dengan apa yang dia rasakan. Pengkhianatan, Rani singkat, walau ada begitu banyak perasaan dan yang dilakukan oleh orangtuanya. Bukan saja kata-kata yang ingin dikeluarkannya. Ada banyak pengkhianatan ayahnya yang kabur dengan perem- cerita yang ingin dibaginya, supaya berkurang puan lain. Tetapi juga pengkhianatan orang tuanya beban yang terasa berat di hatinya dan sesuatu yang sebagai pasangan yang seakan membuang Rani, tak menggumpal di tenggorokannya. mengacuhkannya dan membiarkannya terpuruk ”Rani, kamu masih punya keluarga. Walau me- dalam kondisi yang mereka ciptakan ini. Mereka yang mang sudah tidak ’utuh’ bentuknya, tetapi masih memutuskan untuk menikah dan melahirkannya, hidup di dunia ini. Mama akan selalu menjadi ibumu. lalu kenapa tiba-tiba mereka lepas tangan begitu saja? Dan Papa tidak akan menjadi mantan bapakmu.” Kenapa mereka bisa terpikir untuk mencampakkan Rani menatap pakdenya, mencoba mencerna keluarga yang telah mereka bina selama hampir kata-kata beliau. duapuluh tahun ini? ”Semua keluarga punya batas waktu keber- ”Nduk, perceraian memang menyakitkan, samaan, di mana suatu hari setiap anggotanya akan baik bagi pihak yang ditinggalkan, juga bagi yang meninggalkan rumah. Kadang dengan pernikahan, meninggalkan. Ayahmu pasti punya pertimbangan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 82 83 sendiri mengenai hal ini, yang sudah dia pikirkan lain yang mengubah cuaca dalam perjalananmu. masak-masak sebelum mengambil keputusan. Tapi, Tentunya semua orang akan mengalami mendung, kita tidak tahu apa isi benaknya. Yang penting di sini hujan, dan badai. Tetapi semua juga mengalami adalah kamu, dan bagaimana perasaanmu mengenai langit yang cerah dan pelangi. Adalah keputusan kita hal itu. Jika kamu merasa marah, itu wajar. Tetapi, sendiri, mau mensyukuri apa yang kita boleh alami, amarah yang berlarut akan hanya merugikanmu. atau terus menggerutu, kesal pada hujan badai yang Amarah akan menggerogoti jiwamu, dan tidak suatu saat akan berlalu. akan membuahkan apapun selain kehancuran. Di ”Padahal kalau mau bertindak lebih pintar, sisi lain, ayahmu tidak akan pernah mengetahui hal kita bisa menikmati hujan itu. Misalnya dengan itu dan ibumu tidak bisa mengubah apapun juga. menggunakan payung atau berlindung di gua. Atau Jadi sepertinya, amarah tidak akan menyelesaikan basah-basahan, sambil mensyukuri curahan air yang apapun atau membawamu ke tempat yang berbeda. menyirami rumput dan kembang-kembang di sekitar ”Hidup ini adalah perjalanan, Rani. Setiap orang kita. Ketika hujan berhenti, rumput dan bunga tadi punya jalannya masing-masing yang sudah disiapkan akan tampak lebih segar dan menyenangkan untuk oleh Yang Maha Kuasa. Ada yang jalannya lurus, ada kita nikmati keindahannya. yang berbelok. Ada yang sempit, ada yang lebar. Ada ”Hujan sekalipun tidak akan mengurangi yang mulus, ada yang berbatu-batu. Tetapi, itu semua keindahan pemandangan alam, hanya menutupinya bukanlah alasan untuk tidak meneruskan perjalanan sebentar. Tetapi, jika dia terus berkonsentrasi pada sampai ke titik . Tugas manusia yang tidak bisa diri sendiri, menggerutu dan mengasihani diri, dibantah adalah menyusuri jalannya, setapak demi pemandangan indah itu akan terlewat begitu saja. setapak sampai di garis akhir. Tetapi, manusia diberi Dan ketika suatu hari kita sampai pada tujuan, kebebasan untuk menjalaninya. Kamu boleh memilih, barulah kita menyesal, mengapa berjalan begitu mau berjalan dengan muka cemberut atau penuh buru-buru dan menyia-nyiakan karunia Tuhan yang senyum ceria. Kamu boleh memilih, untuk menyapa bisa kita rasakan di setiap langkah kita. orang-orang yang kamu temui dan membantu yang ”Kalau Pakde disuruh milih, sepertinya lebih membutuhkan, atau tidak mempedulikan mereka. enak berjalan santai sambil melihat pemandangan Kamu boleh milih, mau berhenti dan mengambil foto sekitar, ya tho?” pemandangan yang kamu lihat, atau berjalan terus tanpa lihat kanan-kiri, yang penting cepat sampai. Rani mengangguk, di benaknya membayangkan jalan seta pak yang diapit padang bunga berwarna- ”Perjalanan ini adalah hidupmu, Rani, milikmu warni yang dari jauh terlihat seperti karpet berwarna seorang, terlepas dari apapun keputusan orang cerah. Betapa bahagianya kalau dia benar-benar

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 84 85 bisa berjalan di tengah keindahan seperti itu. Belum syukur atas berkat yang kita terima. Akhirnya, kita pernah dalam hidupnya dia melihat sebuah taman jadi tidak mengindahkan hal-hal indah yang kita penuh bunga seperti yang sedang dibayangkannya alami. Akhirnya, pribadi kita menjadi sombong, ini. mudah menyepelekan orang lain. Kita bisa bertindak ”Hidup ini adalah karunia, Rani. Bagaimana semena-mena, mungkin akhirnya menyakiti hati atau cara kamu menjalani dan menyikapi halangan mencelakakan orang lain. yang kamu temui, itu se penuhnya tergantung pada ”Kegagalan untuk bersyukur adalah awal ren- keputusanmu sendiri.” tetan keluhan dalam hidup kita. Sebaliknya, hati yang ”Tapi itu hal yang susah untuk dilakukan,” penuh syukur adalah kunci hidup yang bahagia.” protes Rani, menganggap apa yang diungkapkan Rani berusaha mencamkan kata-kata indah pakdenya barusan sebagai sesuatu yang too good to be pakdenya ini, mengingat baik-baik supaya nanti bisa true. Terlalu muluk dan utopis. dia catat, dan bisa dia tweet, mungkin. ”Sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin. Susah, ”Tapi Pakde, perceraian ini… aku pikir Papa karena belum pernah dicoba dan kita belum tahu dan Mama melakukan hal yang salah,” katanya lagi, caranya. Semua itu bisa dilakukan, hanya dengan mengeluarkan hasil pemikirannya selama ini. memiliki keinginan dari diri sendiri dan usaha untuk ”Mengapa begitu?” melakukannya.” ”Mm… bukankah perceraian itu sesuatu yang ”Bagaimana caranya? Apa Pakde tahu?” tidak disetujui oleh agama? Oleh Tuhan?” Rani me- ”Dengan melihat keindahan dari setiap hal yang mulai dengan peraturan. Sebagai manusia yang kamu temui. Cari makna dan hikmat dari setiap ke- dikaruniai akal dan budi, Rani termasuk dari yang jadian yang kamu alami. Dengan bersyukur, seburuk memaksimalkan berkat-berkat ini. Dengan kepandaian apapun badai yang menerjangmu, karena tanpa dan kepatuhannya pada aturan-aturan yang ada, Rani badai kita tidak akan menghargai cuaca cerah dan memang menjadi murid favorit hampir semua guru di kedamaian. Tanpa hujan kita ndak bisa menghargai sekolahnya sejak SD. sinar matahari, dan tanpa panas menyengat di siang ”Memang, tidak dianjurkan. Tetapi bagaimana- hari kita ndak bisa menghargai cuaca sejuk dan air pun juga, sebagai manusia, kita memiliki karunia yang segar. terbesar dari Tuhan, yaitu kebebasan memilih. Atau ”Jika hidup kita mulus-mulus saja, semua ke- free will, bahasa Inggrisnya.” in dahan dan karunia Tuhan akan kita anggap se- ”Kalau mereka akhirnya bercerai, untuk apa bagai hal yang biasa. Akhirnya, kita tidak ber- menikah?” satu persatu uneg-uneg Rani mulai keluar.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 86 87 ”Kamu harus mengerti, Rani, bahwa manusia Pakde Nur mengangguk, yang mengejutkan rentan untuk membuat kesalahan. Salah keputusan, bagi Rani. salah cara, salah menangkap maksud, salah ini dan ”Eyang kakung dan eyang putrimu masih itu. Itu adalah hal yang manusiawi. Tapi, sekarang tinggal di Wonogiri, seperti seluruh keluarga besar Pakde ceritakan sesuatu yang mungkin belum Dijoyo, yaitu nama keluarga ibumu.” Setahu Rani, pernah kamu dengar. nama ibunya adalah Ratih Dijaya Sentana. Nama ”Waktu itu ibumu masih muda. Semangatnya Dijaya—seperti pelafalan sunda, bukan Dijoyo, untuk bertualang dalam hidup sangat menggelora. seperti pelafalan jawa—di sini terdengar seperti nama Ibumu tipe orang yang ndak bisa dibilangin, atau tengah, karena nama belakangnya adalah Sentana. sukanya memberontak. Eyangmu sampai kewalahan Sentana, baru Rani sadari, adalah nama yang didapat menjaga ibumu. Ibumu cantik, dulu selalu jadi dari keluarga ayahnya ketika ibunya menikah. kembang desa. Sepertinya nurun ke kamu cantiknya, Rani tahu, ibunya masih berdarah Jawa, sehingga jadi pusat perhatian di mana-mana. Beliau juga memanggil kakek dan nenek Rani dengan sebutan cerdas, semua hal kepingin dia tahu. Tapi cowok- Eyang Tirto dan Eyang Ningrum setiap kali bercerita. cowok seumurannya waktu itu kalah cerdas, kalah Hanya karena tidak terlalu banyak diceritakan dan gesit. Akhirnya, ibumu bertemu ayahmu, yang dibiasakan, selama ini Rani menganggap diri dan juga cerdas dan bisa menjawab ’tantangan’ untuk keluarganya adalah orang Pasundan. menaklukkan hatinya. ”Jadi Mama bukan yatim-piatu seperti yang ”Tapi Eyangmu ndak setuju, banyak perbedaan aku tahu selama ini?” Informasi dari Pakde Nur kini yang terbentang di antara latar belakang keluarga terasa terlalu ekstrem. Seperti tidak nyata. Seolah ayah dan ibumu. Ibumu yang berpikiran modern, Rani dihadapkan pada dua kondisi di mana dia terbuka dan mengira dapat mengubah sistem harus memilih mana yang bisa dipercaya. Kondisi perjodohan yang berlaku di masyarakat, maksa nikah pertama sudah dia alami seumur hidupnya, tapi dengan ayahmu. Sejak itu, hubungan ibumu dengan penuh kebohongan. Kondisi yang kedua terlihat Eyangmu mulai renggang dan sampai sekarang penuh keindahan dan harapan, tetapi merupakan belum pulih.” hal yang sama sekali baru—di mana selalu timbul ”Memangnya orangtua Mama masih hidup?” kebimbangan dalam diri manusia untuk masuk ke Rani tidak pernah bertemu nenek dan kakeknya, kondisi yang baru, asing dan tidak familier. orangtua dari ibunya. Kakek dan nenek yang dia Takut untuk mengalami hal-hal baru adalah hal wajar, kenal hanyalah Aki dan Nini, orangtua dari garis Rani pernah membaca sebuah kutipan berbunyi ayahnya yang asli Sunda. demikian di timeline akun twitternya. Yang bisa

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 88 89 mengatasinya, akan diganjar hadiah berupa pengalaman, ”Ceritanya panjang, Nduk. Untuk tahu itu, kebijakan dan kebesaran. kamu harus tahu sejarah dan latar belakang ”Jadi, selama ini aku masih punya eyang?” untuk keluargamu dulu. Singkatnya, keluargamu yang pertama kalinya, Rani yang sudah terbiasa berlidah Dijoyo ini, adalah keturunan langsung dari Pangeran sunda sejak kecil, menyebut kata ’éyang’. Janggal Adiwijoyo, cikal-bakal pendiri Kerajaan Mataram, pada awalnya, tapi dengan cepat Rani membiasakan yang juga putra Majapahit. Dari situlah nama Dijoyo diri. itu dipilih. Sebagai keturunan beliau, anak cucu dan sepanjang garis keturunan kita memiliki darah yang Pakde Nur mengiyakan. Ada perasaan yang berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Orang timbul di hati Rani, sesuatu yang terasa penuh bilang darah ksatriya atau bangsawan, darah biru. semangat. Ada harapan baru dalam hidupnya, Yang orang tidak tahu, bahwa darah keturunan mengingat Aki sudah meninggal dan Nini raja-raja memiliki banyak tugas juga. Salah satunya menghentikan hubungan dengan ibunya setelah untuk menjaga keluhuran nama keluarga, mengikuti perdebatan mereka soal kepergian ayahnya dari ajaran dan tradisi keluarga, juga bertanggung jawab rumah. terhadap dirinya pribadi dan pada masyarakat ”Jadi, artinya Mama mengambil jalan yang sekitar. Selayaknya makhluk hidup harus membantu salah waktu menikah dengan Papa?” Rani mencoba sesamanya, trah keluarga raja harus bisa berbuat menyimpulkan. lebih banyak untuk rakyatnya.” ”Tidak ada yang salah atau harus dipersalahkan, ”Itu cuma cerita aja kan? Maksudnya, udah Rani. Ibumu menentukan sendiri jalan yang ingin ngga berlaku lagi sekarang,” ujar Rani, berusaha dia tempuh. Itu adalah pilihannya, hak freewill- memahami hubungan antara pendiri kerajaan nya. Sekarang beliau harus menjalani risiko dan dengan tugas ibunya sebagai keturunannya yang konsekuensinya, karena sejak awal sudah diberi entah keberapa belas atau mungkin puluhan. tahu. Hanya ya itu, ibumu perlu menjalani sendiri ”Ini bukan cerita belaka, Rani. Ini adalah sejarah baru bisa sadar, harus ngalamin dulu baru bisa tahu,” dan silsilah keluargamu yang perlu kamu ketahui,” jawab Pakde Nur bijak. kali ini suara pakdenya terdengar keras dan tegas. ”Apa itu? Risiko dari apa?” ”Tapi, Pakde, zaman sekarang kan hal itu sudah ”Ibumu mengingkari trah keluarganya. Beliau ngga zaman. Ngga ada gunanya. Sekarang, semua memutus hubungan dengan keluarga dan leluhur, orang sederajat mau dia kaya atau miskin,” Rani dan meninggalkan tugasnya.” balas berkeras. ”Tugas apa?”

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 90 91 ”Itulah yang salah dari pemikiran orang zaman pendatang-pendatang itu yang mengikuti budaya sekarang. Mereka melupakan sejarah, mengecilkan mereka. Ada beberapa suku bangsa lain yang masih leluhur. Yang dilihat dan dipedulikan adalah sejarah kental budayanya, seperti Jawa dan Batak, yang dan budaya luar, sementara budaya negeri sendiri paling kentara, tapi kita bisa dibilang sudah tidak tidak dilestarikan. Yang dicari adalah pemahaman tahu sejarah asli. Itu sebabnya banyak perpecahan terjadi antar saudara sebangsa, yang mengira kita Lihat negeri Cina. Mereka tahu sejarah, kenal musuh walau sebenarnya saudara, hanya karena leluhur dan mempertahankan nilai-nilai budaya perbedaan suku dan agama. Dan sedihnya, manusia lokal. Lihat Yahudi, India, Thailand. Mereka masih Indonesia selalu merasa di bawah bayang-bayang mempertahankan keaslian budaya bangsa, sementara pengaruh asing. Kita menerima saja budaya luar dan negara lain, termasuk Indonesia, terlalu silau dengan merasa harus manut sama orang luar, padahal banyak konsep modernisasi sehingga melupakan konsep potensi kita yang tidak disadari. Padahal, kalau tahu dan kebijakan bangsa sendiri.” bagaimana aslinya jati diri bangsa, kita harusnya bisa ”Tapi sejarah bangsa kita kan,… seperti melampaui mereka semuanya itu. terbelakang gitu, Pakde,” kilah Rani, membayangkan ”Kamu tahu, nama lengkapmu? Rara Maharani ilustrasi dan foto-foto zaman perang kemerdekaan Mayangga Dita Dijoyo. Nama Rara kamu peroleh yang baginya terkesan miskin, sederhana, dan tidak otomatis dari trah keluarga ibumu yang bergelar ada nilai budayanya sama sekali. Raden Ajeng, sebagai penanda kamu adalah ”Terbelakang? Oh tidak, Nduk, sama sekali tidak. perempuan keturunan ningrat. Jadi masih ada darah Lihat Bali. Mereka adalah bagian terbesar dari sisa- biru yang mengalir di dalam tubuhmu. Jangan sisa budaya asli bangsa kita. Mereka melestarikan pernah biarkan hal ini luntur dari hidupmu.” kebudayaan dan menjaga hubungan dengan leluhur. Rani baru terpikir, ibunya sering memanggilnya Itu sebabnya Bali menjadi daerah paling damai ’Rara’. Selama ini dia pikir itu hanya panggilan satu Indonesia. Banyak keindahan alam tersebar di khusus, diambil dari suku kata depan nama Rani. seluruh pelosok negeri, tapi tempat paling dicari satu Baru dia tahu, maksud panggilan Rara itu. dunia untuk mencapai kedamaian diri adalah Bali. ”Lalu, gelar-gelar itu bisa apa? Dunia sekarang Semua itu karena masyarakat Bali menjaga diri, alam sudah berubah, Pakde, udah ngga kayak dulu yang dan hubungan mereka dengan leluhur tidak tercemar tunduk sama gelar kerajaan. Kalau mau merawat budaya asing. Walau banyak sekali pendatang istana, seharusnya kan masih banyak pegawai dari seluruh dunia, budaya Bali tetap dilaksanakan yang bisa melakukannya. Lagipula sistem kerajaan dan bukannya terpengaruh, malahan membuat sudah berganti dengan negara republik. Yang

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 92 93 diperhitungkan sekarang adalah gelar sarjana. Makin Mendengar ini, pakdenya terdiam, lama. Rani tinggi pendidikannya, makin tinggi juga status dan menunggu, melihat pikiran pakdenya tampak tidak kedudukannya di masyarakat. Tanpa gelar sarjana, lagi berada di ruangan itu. Setelah satu-dua menit barulah kelabakan kita untuk cari uang,” kemudian hening—yang terasa bahkan lebih lama lagi— dia berpikir sebelum menambahkan, ”… atau cari pakdenya tersenyum sendiri, seakan puas akan muka di depan orang-orang.” sebuah prestasi yang hanya dirinya dan Tuhan yang ”Kamu persis ibumu, Rani. Ibumu cerdas, tahu. Beberapa saat kemudian barulah sang pakde pendidikannya yang sampai S2 menjadikannya menatap Rani lagi. orang pintar yang dihormati sistem pendidikan dan ”Pakde akan ceritakan sesuatu padamu. Suatu masyarakat luas. Sayangnya, pendidikanlah yang hari, ini akan berguna untukmu, walau sekarang memutus hubungan ibumu dengan trah keluarga. kamu belum paham. Kisah ini adalah sejarah dari Pendidikan memang penting, tetapi kondisi dunia kisah keluarga kita, keluarga Dijoyo. Ini adalah cerita bisa berubah. Yang tidak akan pernah berubah tentang leluhurmu, yang diturunkan dari nenek adalah garis keturunan dan darah yang mengalir di moyang Dijoyo dan kamu harus tahu tentang hal ini. dalamnya. Ibumu tidak percaya pada silsilah keluarga ”Cerita ini berhubungan erat dengan Kerajaan dan tugas yang diberikan dari leluhur. Menurutnya, Majapahit yang tersohor itu. Kamu pasti pernah hal itu takhayul semata, terlalu kuno untuk dunia mendengarnya?” tebak Pakde Nur. yang semakin modern. Dengan pemikiran seperti itu, Rani mengernyitkan dahi sebelum menjawabnya, ibumu memutuskan kuliah di Bandung, dan bertemu ”Majapahit maksudnya Pakde? Hmm… Cuma tau ayahmu di sini. Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan Brawijaya.” ”Sejak menikah, ibumu belum pernah pulang Pakdenya tersenyum. Jawaban Rani ini kampung menengok orangtuanya. Karena itulah merupakan jawaban paling standar dan umum waktu kamu umur empat tahun, Pakde dan Bima untuk pertanyaan tentang Majapahit. menengokmu.” ”Kalau begitu Pakde ceritakan garis besarnya ”Aku ngga ingat kejadian itu,” kata Rani. saja ya. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terakhir ”Tentu kamu ndak ingat. Kejadian itu sudah di Nuswantara yang sangat berjaya dan dimuliakan. belasan tahun lalu,” ujar pakdenya. Bukan saja memerintah di wilayahnya sendiri di ”Tapi Bima ingat,” protes Rani lagi. ”Aku ngga Jawa tapi kekuasaannya menyatukan kerajaan- ingat apapun tentang masa kecilku sebelum kelas kerajaan lain di sekitarnya dan juga membuat banyak tiga SD.” kerajaan lain menginduk pada Majapahit. Seharusnya terbayang olehmu seberapa besar kekuasaan,

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 94 95 kesaktian dan kekayaan kerajaan leluhurmu ini di ”Dan kamu, Rara Maharani, adalah keturunan masa lalu.” ke-18 Pangeran Adiwijoyo, yang artinya kamu Rani mengangguk menanggapi pernyataan pak- pun mengemban tugas dari leluhur dalam rangka de nya tapi tidak berkomentar. menjaga trah keluargamu.” ”Jadi, ketika Kerajaan Majapahit mengalah Rani berusaha mencerna baik-baik cerita pakde- pada Kerajaan Demak yang baru saja berdiri, nya ini, karena walaupun pernah mendengar kisah keturunan-keturunan Majapahit lalu mendirikan Kerajaan Mataram di sekolah, dia tidak hafal sama kerajaan-kerajaan baru. Salah satunya Pangeran sekali kecuali pernah mendengar nama raja-rajanya Andayaningrat, lalu putranya, Pangeran Adiwijoyo seperti Sultan Agung, Amangkurat, dan Pakubuwono yang mendirikan Kerajaan Pajang, dan putranya yang masih sering disebut sampai sekarang—terlebih lagi, Raden Danang Sutowijoyo, yang mendirikan karena menjadi nama-nama jalan utama di dalam kerajaan Mataram di daerah Wonogiri. kota. Kisah Kerajaan Pajang, VOC dan lain-lainnya, boro-boro ingat. Juga—baru Rani ingat—bukankah ”Raden Danang Sutowijoyo, atau yang dikenal yang namanya Mataram itu adalah ibukota propinsi sebagai Panembahan Senapati, adalah kakek dari NTB yang berlokasi di pulau Lombok? Kenapa bisa Sultan Agung, raja terbesar Mataram, juga raja-raja jadi berhubungan dengan Wonogiri? selanjutnya, Amangkurat dan Pakubuwono. Waktu itu ada perselisihan dan perang saudara yang dipicu Walau bisa dibilang pandai, otak Rani yang oleh VOC sehingga sebagian keturunan ningrat berfungsi paling baik adalah otak kirinya, sehingga keluar dari wilayah kerajaan. untuk pelajaran yang bersifat hafalan paling lama bertahan dari masa belajar untuk ulangan sampai ”Kakek moyangmu yang bernama Raden Mas waktu menghadapi ujian. Rani lebih baik disuruh Indro Hanung Dijoyo adalah keturunan ke-15 dari berpikir dan menghitung ketimbang menghafal. Pangeran Adiwijoyo dan menetap di Wonogiri. Beliau adalah kakek dari ibumu dan Pakde ini, jadi ”Kalau trah itu apa, Pakde?” tanya Rani, asing yah kakek buyutmu. Nama Raden Mas tidak pernah dengan istilah yang selama setengah jam terakhir dia singgung di muka umum untuk menutupi garis sudah disebut pakdenya berjuta kali. silsilah, begitu juga nama Raden Ajeng atau Raden ”Trah itu artinya hubungan kekerabatan, ke ke- Ayu dalam keluarga. Tidak pernah dimasukkan luargaan. Dan trah keluarga kita adalah ningrat ke- dalam akta lahir, tetapi diturunkan pada anak- tu runan raja Majapahit yang berkasta kesatria, atau cucunya dan menjadi trah keluarga yang dicatat dan pendekar, seperti juga kasta raja-raja besar lain se- terus dipegang sampai sekarang. belumnya.” ”Kasta itu kan ajarannya agama Hindu?”

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 96 97 Pakdenya mengangguk. dan pengingat bagi generasi muda untuk terus ”Ya, Hindu memang masih menurunkan melestarikan budaya nenek moyang sehingga Hindu ajaran ini pada keturunannya, sementara agama di Indonesia—atau di Bali—disebut sebagai agama- lain menghilangkan sistem yang dianggap kuno budaya karena ritual upacara dianggap sebagai ini. Tradisi dan budaya Hindu dilestarikan dan budaya leluhur yang dicampur dengan agama dari diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sampai India. Padahal, seharusnya Hindu memang berasal sekarang. Karena itu, hanya beberapa area di Jawa dari Indonesia, karena ajaran yang ada di sini lebih dan Bali yang masih melakukan upacara-upacara, lengkap dan menyeluruh, baik secara teori maupun bahkan sampai berkali-kali dalam sehari, seperti dalam praktiknya.” pemasangan bantèn1 di sudut-sudut rumah yang perlu ”Pakde yakin nggak kebalik?” tanya Rani didoakan. Sementara agama yang lain dibuat oleh meragu. Selama ini, guru di sekolah mengatakan hal manusia, ajaran ’Hindu’ telah ada sejak awal bumi yang berbeda. dijadikan. Hanya saja, ketika pemerintah Indonesia ”Contoh lain, kisah Mahabharata. Kalau menyatakan agama yang diakui, nama Hindu dari kamu perhatikan, penceritaan versi India dan versi India menjadi nama baru untuk budaya turun- Indonesia, ada bedanya. Kamu tau di mana?” temurun ini karena dinilai paling mirip ajarannya.” Rani menggeleng. Bukan karena tidak pernah ”Lho, Pakde, Hindu itu kan memang agama dari mendengar tentang Mahabharata—yang sering India. Hindu itu kan diadaptasi di Indonesia?” menjadi dongeng ninabobonya dan pernah ”Terbalik, Nduk. Indialah yang mengadaptasi diceritakan juga di sekolah—tetapi karena tidak ajaran dan budaya dari kita. Buktinya, Hindu di yakin yang didengarnya itu versi yang mana. Indonesia lebih ’lengkap’ daripada Hindu di India. ”Di India, nama-nama di cerita epik ini disebut- Contohnya, dalam pelaksanaannya, Hindu di India kan secara singkat, seperti Yudistira, Kresna, Wisnu menitikberatkan pada meditasi atau semedi—karena dan sebagainya. Sementara di Jawa, juga dalam kisah itulah yoga dikatakan berasal dari India—sementara pe wayangan, menyebutkan nama beserta gelarnya di Indonesia, selain semedi juga ada upacara dengan hormat dan lengkap, seperti Kanjeng Prabu atau ritual yang merupakan unsur terpenting Yudis tira, Prabu Sri Bathara Kresna, Sang Hyang dalam pelaksanaan agama. Upacara adalah salah Bathara Wisnu, dan seterusnya. Artinya, kita sebagai satu bentuk penghormatan kita pada leluhur, anak-cucu, menghormati leluhur dan yang derajatnya lebih tinggi. 1 (Sansekerta) Bantên = sesajen/persembahan; berbentuk anyaman daun janur yang dirangkai menjadi wadah yang diisi bunga-bunga, makanan/ ”Itu juga sebabnya, di tanah Jawa bahasanya uang dan bakaran mênyan. mempunyai berbagai tingkatan. Bahasa halus untuk

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 98 99 yang lebih tua atau lebih dihormati, bahasa kasar tidak akan pernah sadar akan adanya persandian di untuk yang derajatnya di bawah. Begitu pula struktur dalam kisah-kisah epik.” bahasa di daerah lain di Indonesia.” ”Jadi nama lokasi di cerita wayang itu ada kode- Rani paham akan hal ini. Dibesarkan di tanah nya lagi? Kita harus memecahkan kodenya untuk Pasundan dengan kakek dan nenek yang asli Sunda, tahu di mana terjadinya di Indonesia?” tanya Rani. Rani mengenal struktur bahasa ini sejak dia kecil. ”Terbalik,” jawab pakdenya yang membuat Tetapi dia tidak pernah mempersoalkan hal ini, dahi Rani berkerut lagi. ”Nama di kisah wayang kecuali kesusahan untuk memilih bahasa mana yang tidak pernah diganti. Yang diganti adalah nama kota lebih sopan untuk diucapkan pada orangtuanya dan dan tempat di Indonesia sekarang. Termasuk nama bahasa mana yang sering digunakan pada teman- Indonesia adalah nama pemberian seorang Belanda. temannya. Aslinya bangsa kita ini adalah gabungan kerajaan- ”Jadi, maksud Pakde, cerita wayang di Indonesia kerajaan yang tergabung dalam Nuswantara.” sudah ada sebelum cerita Mahabharata di India?” ”Jadi kita seperti Inggris ya? Gabungan kerajaan Rani berusaha menyimpulkan berbagai data yang yang bersatu menjadi Britania Raya atau Great Britain baru didapatnya dalam satu kalimat. atau United Kingdom?” tanya Rani menyimpulkan. Pakdenya mengangguk, lalu menambahkan, Pakdenya mengangguk. ”Begitu juga dengan ’agama’ dan ajarannya, semua ”Kurang lebih seperti itu,” kata Pakde Nur. adalah sejarah bangsa kita, yang saat itu belum ”Tapi tahun çaka yang diperingati umat Hindu dinamakan Indonesia. Sejarah dikisahkan sebagai angkanya lebih kecil daripada tahun Masehi kita. legenda, yang akhirnya menjadi mitos dan nama Artinya, Hindu ada setelah Masehi; jadi artinya lokasinya disamarkan sehingga tidak ada yang belum ada dua ribu tahun umurnya, sedangkan bumi mengira bahwa Mahabarata atau kisah wayang ini diciptakan puluhan ribu tahun yang lalu,” protes lain pernah terjadi di Indonesia. Sementara cara Rani, mengingat angka 1936 yang disebut dalam ucapan pada hari raya Nyepi yang baru saja lewat. disamarkan di dalam cerita wayang, membuat pakem-pakem carangan atau pakem baru pengganti ”Milyaran tahun yang lalu,” ralat pakdenya. pakem yang asli, lalu pelarangan pagelaran wayang Dahi Rani mengernyit, mengolah berbagai data yang dengan banyak dalih. Dari situ, hanya orang-orang ada di dalam otaknya. Beberapa hari lalu dia baru yang sangat tertarik untuk menyelidiki yang bisa menonton acara di Discovery Channel tentang evolusi mengetahui kebenarannya, sementara orang lain di dunia, mulai dari bentuk amoeba di dalam laut 570 juta tahun silam, yang perlahan bermutasi menjadi

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 100 101 hewan bertulang belakang seperti ikan, lalu reptil, lebih kuat ketimbang sesuatu yang didasarkan pada kemudian berevolusi lagi untuk bisa bernapas di kepercayaan belaka. darat, menjadi mamalia, kemudian terakhir manusia. ”Eh, Pakde ndak bilang mana-mana yang salah Mutasi dan seleksi alam menyebabkan evolusi pada atau benar lho, ya. Pakde hanya membandingkan fakta makhluk hidup di dunia ini. Teori ini diperkenalkan dari pertanyaanmu tadi,” ujar pakdenya mengoreksi, oleh Charles Robert Darwin pada tahun 1859, tetapi khawatir Rani menarik kesimpulan terlalu cepat. masih banyak sanggahan terhadap teori ini, terutama ”Keduanya sama saja. Yang satu perkiraan, yang satu dari sudut pandang agama. diberitakan.” ”Itu adalah satu hal yang menggangguku ”Jadi tidak ada yang benar?” Di titik ini selama ini,” tutur Rani. Jidatnya berkerut, mukanya kepala Rani menjadi sangat penuh dan informasi serius berpikir. ”Kalau di kitab suci agama-agama yang bersilangan di dalamnya seakan bersuara dibilang Nabi Adam, sebagai manusia pertama yang memberontak, mempertahankan kekuatan argumen diciptakan Tuhan, hidup di masa lima sampai tujuh masing-masing, yang membuat ricuh semuanya. ribu tahun sebelum Masehi, mengapa para ilmuwan Rani merasa tidak mampu berpikir. bilang manusia tercipta melalui evolusi panjang ”Perhitungan tahun çaka adalah salah satu selama ratusan ribu—bahkan sampai milyaran penanggalan terbaru di dunia2. Sebelumnya, ukuran tahun, seperti yang Pakde bilang barusan?” satu tahun di dunia ini mempunyai hitungan yang Pakde Nur diam sebentar, tampak menimbang berbeda karena disesuaikan dengan lama pergerakan beberapa hal sebelum memutuskan bagaimana bumi yang mengelilingi matahari, karena itulah sebaiknya menjawab pertanyaan keponakannya ini. dinamakan sebagai Tahun Surya. Sayangnya, data ”Teori manusia berevolusi adalah perkiraan lengkap tentang penanggalan tahun Surya ini belum ilmuwan Eropa yang menyimpulkan berdasarkan ditemukan sampai sekarang. Tapi, bukan berarti hal fosil dan perilaku hewan yang dia teliti. Sedangkan, itu tidak pernah terjadi,” Pakde Nur malah menjawab kitab suci ditulis berdasarkan wahyu yang diturunkan pertanyaan Rani yang sebelumnya. pada manusia, dan orang-orang yang percaya pada Walau tidak sepenuhnya menghilangkan ke- penulisan wahyu ini menjadi pengikut, sementara kacauan di dalam benaknya, Rani berusaha me- kepercayaan pada isi tulisan ini membentuk agama.” mahami pernyataan pakdenya dari sisi yang berbeda. ”Lalu, yang mana yang benar? Apa menurut Di pelajaran sejarah memang disebutkan keberadaan Pakde agama itu salah?” Logika Rani mengatakan, zaman prasejarah yang manusianya belum mengenal sesuatu yang memiliki bukti menjadi argumen yang 2 Lihat lampiran di belakang.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 102 103 tulisan, karena itu tidak ada bukti dan data yang berbondong-bondong datang untuk melihat, karena dapat memperkuat dugaan tentang kehidupan di tidak pernah kejadian seperti ini. Pakde juga bingung. zaman dulu itu. Tapi dari cara pakdenya bertutur, Budemu juga, ketika hamil Bima, didatangi kakek- Rani mendapatkan kesan bahwa kehidupan di kakek dalam mimpi, minta anak ini dirawat baik- zaman prasejarah itu justru sudah mengenal baik, karena kelak punya tugas besar yang harus budaya yang lebih tinggi daripada sekedar berburu, dijalankan, yang akan membantu menyelamatkan bercocok-tanam, dan membuat logam seperti yang banyak manusia. Karena itulah, kami namakan dipelajarinya di sekolah. dia Bimasakti. Artinya, luar biasa sakti. Bisa juga Bagaimana mungkin masyarakat primitif yang dihubungkan dengan galaksi kita ini, karena ada rumahnya di dalam gua bisa mengetahui berapa lama bintang jatuh waktu dia lahir itu. waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi ”Sejak batita, Bima banyak mengalami hal aneh, matahari? Galileo Galilei saja baru lahir tahun 1500- melihat hal-hal yang tidak bisa orang lain lihat. an. Kadang dia main dengan teman-teman yang tidak Pada saat itu, kepala Bima muncul di pintu, bisa kami lihat. Awalnya, Pakde khawatir kalau dia me longok ke dalam ruang makan untuk mengecek punya kelainan. Dalam dunia psikologi, anak-anak keadaan. Rupanya sudah satu jam lamanya mereka cenderung menciptakan teman imajiner, semacam sudah mengobrol, dan Bima merasa bosan sendirian. halusinasi.” ”Eh, masih ngobrol ya,” gumamnya canggung, Rani teringat diagnosa pertamanya pada Bi ma tahu telah mengganggu ketika melihat ayah dan beberapa hari lalu, ketika Bima melambaikan tangan- sepupunya masih berbicara serius. Ayahnya memberi nya singkat pada angin. Benar kan, katanya dalam tatapan bahwa mereka belum selesai dan Bima hati. Rupanya memang Bima suka aneh seperti itu. mengangguk paham, lalu meninggalkan ruangan ”Semenjak bersekolah, Bima sering sekali sambil bersenandung. Rani mendengar suara Bima dihukum setrap sampai pernah juga diskors. Pakde kian menjauh, mungkin naik ke kamarnya di lantai atau Budemu, langganan dipanggil kepala sekolah. atas. Guru-guru bilang Bima tidak bisa diam di kelas, ”Bima itu sangat mirip sama kamu,” pakdenya terlalu banyak bertanya, suka ngomong hal-hal memulai—yang membuat dahi Rani berkerut aneh—dan itu tidak baik, menurut mereka. Akan bingung, ”Ketika dia lahir, entah komet atau bintang memengaruhi murid lain, katanya. Bima juga sering jatuh, masuk ke dalam sumur di halaman rumah di mempermalukan guru, menanyakan hal-hal yang Wonogiri. Sampai seminggu baru padam sinarnya. di luar topik sehingga guru tidak bisa menjawab. Semua orang sampai heran. Pakde ingat, tetangga Dan hal-hal lain. Tapi, nilainya selalu sempurna,

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 104 105 sehingga Bima tidak bisa dikeluarkan dari sekolah. tunjuk. Taunya di tempat itu ada kuburan. Pakde Hanya bosan saja menjadi orangtuanya, bolak-balik larang dia main di situ, dia ketemu teman lain, pas ke sekolah mendengarkan laporan perilaku anak. Pakde datangi, taunya tempat sepi yang kata orang ”Waktu SMP, Bima bilang bosan di sekolah. desa itu angker. Tiba-tiba memutuskan begitu saja untuk keluar dari ”Ya gitulah sepupumu Bima, bikin bingung, sekolah. Kami kecewa sebenarnya, karena hanya panik dan khawatir orangtuanya terus. Ada aja yang punya Bima seorang, kami menaruh harapan tinggi, dibuatnya, suka aneh sendiri. Walau pakdemu ini berharap Bima bisa membuat bangga keluarga, ya berprofesi psikolog di sekolah swasta, tapi Pakde setidaknya lulus S1 lah, seperti bapaknya ini yang malah ndak bisa mengerti anak sendiri. Budemu sarjana psikologi, atau ibunya yang lulusan admin. sudah angkat tangan, ndak tahu harus bagaimana Setidaknya bisa gampang cari kerja.” lagi ngebilangin anak ini. Tapi, kalau dimarahi, ada Rani kagum juga mendengarnya, baru tahu saja kejadian aneh lagi. Pakde dan Budemu ini malah bahwa pakdenya ini lulusan psikologi. Baru sadar, pernah dimarahi kakek-kakek karena memarahi selama ini ibunya berkonsultasi padanya. Itu Bima. Ndak tahu dari mana kakek itu datang, karena sebabnya kian hari wajah ibunya semakin cerah, tidak pernah kenal, kok bisa tiba-tiba marahi orangtua semakin hilang bebannya. Rani mengira bahwa yang marahi anaknya sendiri. Tapi Budemu bilang, ibu dan pakdenya ini hanya membicarakan urusan kakek itu mirip sama kakek yang datang di mimpi keluarga yang sepertinya tidak selesai-selesai—tapi ketika Bima belum lahir itu. memang Rani tidak terlalu penasaran mengenai ”Setelah rajin beribadah, lelah bertanya pada urusan ini. ahli agama, tapi ndak juga dapat jawaban, Pakde dan ”Semenjak itu, Bima suka jalan-jalan sendiri,” Bude memutuskan untuk pasrah saja, gimana Bima lanjut Pakde Nur. ”Ke hutan, ke gunung, ke mana saja mau main sama temannya kék, pergi ke gunung- kakinya melangkah. Kadang, dia bilang habis pergi gunung kék, sekarêpe baé3 lah. ke daerah Yogya, ke Kediri, ke pantai di selatan… ”Tapi justru ketika pasrah itulah, Pakde semacam Aneh-aneh aja anak ini, Pakde agak khawatir dia mendapatkan wangsit, kalo orang bilang. Seperti berandai-andai sendiri, karena jarak itu puluhan ingat pada pesan bahwa anak ini akan mendapat sampai ratusan kilometer, dan dia hanya berjalan tugas besar. Mungkin kejadian-kejadian itu akan kaki, katanya. mempersiapkan Bima untuk hal besar itu.” ”Selain itu, dia suka sibuk sendiri. Pergi ke hutan ”Hal besar apa, Pakde? Apa tugas Bima itu?” di gunung, bilangnya habis main sama teman-teman. tanya Rani penasaran, merasa sangat tertarik Pakde penasaran, Pakde datangi tempat yang dia 3 (Jawa) Sekarêpe baé = Semaunya sendiri.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 106 107 mendengarkan kisah tentang sepupunya yang ”Untuk tugasmu nanti,” jawab Pakde Nur. ”Hmmm… maksudnya menjaga keseimbangan ”Pakde tidak tahu. Bima pun belum tahu. itu gimana?” Katanya, seorang kakek sering mendatanginya dua ”Anggap saja Pakde mendapatkan tugas ini tahun terakhir ini. Bercerita banyak hal, berpesan sebagai wasiat dari nenek moyang,” jawab Pakde banyak juga. Pakde ndak tahu, apa kakek ini orang setelah berpikir bagaimana cara terbaik menjelaskan yang sama yang marahi Pakde dan yang datangi situasinya pada Rani. ”Pakde diberi kelebihan, mimpi Budemu, tapi ya Pakde dan Bude sudah untuk menolong orang di sekitar. Mungkin karena memutuskan untuk membiarkan Bima, mendoakan lulusan psikologi, makanya urusan Pakde masih di dari jauh, dihindarkan dari yang sesat, dan berharap sekitar otak manusia. Anggap saja, Pakde ditugasi anak ini selalu selamat. Lagipula Pakde menamainya membantu orang-orang untuk berpikir dan memberi Bimasakti, dengan harapan dia akan menjadi kuat solusi.” dan sakti, bersifat kesatria seperti Bima, tetapi juga Rani manggut saja, menganggap hal itu lumrah jadi orang besar dan megah seperti galaksi. karena memang seperti itulah tugas seorang psikolog. ”Tapi rupanya Yang Maha Kuasa kalau sudah Hubungan hal itu dengan tugas dari nenek moyang berkehendak, akan terjadi juga. Walau bagaimana dan trah keluarga, masih belum dipahaminya betul. pun manusia mengelak, mencoba mencari jalannya Tapi, Rani tak begitu mempersoalkan hal itu. Ada sendiri, tetap saja akan terjadi juga yang telah hal-hal lain yang lebih mengganggu pikirannya, direncanakan Tuhan sejak awal. Seberapapun seperti apa tugasnya yang diberi oleh leluhur— manusia berusaha memberontak, apa yang telah bagaimana caranya leluhur memberinya tugas kalau ditetapkan akan terjadi juga. Manusia, dengan mereka sudah mati, bukankah seharusnya orang keterbatasannya, atas pengetahuan, pengalaman, mati sudah tidak ada urusan dengan orang hidup? Atau, tentang kemiripannya dengan Bima. Mirip di yang manusia tahu, Tuhan tahu lebih. Siapa yang bagian mananya? sangka, sejak berusaha lebih mendekat pada Tuhan, ”Nak Rani, hari ini Pakde ngajak kamu ngobrol jalan Pakde dibukakan untuk menolong orang. Ini ini, bukan bermaksud untuk menggurui kamu. Balik adalah tugas Pakde yang dititipkan leluhur, untuk lagi ke topik awal, sebenarnya Pakde hanya mau menjaga keseimbangan di masyarakat dan juga minta, jangan musuhi lagi ibumu. Ada pepatah Jawa untuk melapangkan jalanmu dan Bima kelak.” bunyinya: Gusti Tuhan nitihaké sira iku lantaran biyungira. ”Jalan apa, Pakde?” tanya Rani bingung, tak Artinya kurang lebih: manusia itu dilahirkan melalui mengerti maksud ucapan pakdenya barusan. seorang ibu. Karena itu, kita harus menghormati ibu,

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 108 109 karena sejelek-jeleknya, beliau adalah ibu kandung hidup kita. Jadi, selagi masih ada kesempatan, lebih yang telah mengandungmu di rahim selama 9 bulan, baik dihargai tho, daripada dicemberuti?” belum lagi mengalami sakit antara hidup dan mati ”Aku ngga suka orang pada ngomongin aku di ketika melahirkanmu. belakang. Mereka pikir aku ngga tahu, tapi aku bisa ”Walau kamu ndak setuju sama keputusan berasa. Aku ngga suka dijauhi teman-teman,” kata orangtuamu, itu bukan berarti mereka membuat Rani, akhirnya uneg-uneg yang disimpannya ini bisa keputusan itu karena mau menyakitimu. Mereka terungkap. punya pertimbangan sendiri, yang mungkin kamu ”Rani, coba kamu pikir lagi. Teman-teman ndak tau, tapi mungkin adalah jalan terbaik yang menjauhimu karena masalahnya dari mereka, atau bisa mereka pikirkan saat ini. Dan keputusan ini juga karena kamu yang menarik diri? Kalau mereka menyakiti mereka, termasuk ayahmu, walau dia yang dicemberuti terus, digalaki, dijuteki, siapa yang betah pergi meninggalkan kalian. Terkadang, perpisahan dekat-dekat? Kamu harus ingat bahwa di dunia ini bisa jadi jalan yang terbaik, karena kebersamaan orang akan selalu berusaha membuat kita jatuh, justru membuat orang saling menyakiti. Padahal, karena keadaan hati masing-masing orang. Mereka kunci utama kebahagiaan adalah cinta. Tanpa cinta akan membuat kita merasa buruk, tapi hal itu karena dalam sebuah keluarga, sulit bagi tiap anggotanya mereka sendiri merasa buruk dan tidak ingin merasa untuk merasakan cinta, dan tanpa cinta, manusia seperti itu sendirian. Jelas kamu tidak berutang tidak bisa bahagia.” apapun pada orang lain sehingga mereka harus ”Jadi, menurut Pakde, Mama dan Papa memang membantumu merasa lebih baik. Jika mereka benar- sebaiknya bercerai?” benar temanmu, mereka akan memberi dukungan ”Pakde ndak tahu mana yang lebih baik, karena dan meminjamkan kekuatan. Orang-orang yang yang menjalankan bukan Pakde. Tapi, apapun tidak mampu memberikan sesuatu yang positif tidak keputusan mereka, pasti sudah dipertimbangkan perlu kau pedulikan. Toh pada akhirnya, hanya kamu baik-baik. Yang penting sekarang, adalah bagaimana sendiri yang bisa membantu memperbaiki keadaan.” melanjutkan hidup dengan kondisi yang ada. Rani mengangguk, berjanji pada dirinya sen- Karena kamu tinggal dengan Mamamu, sebaiknya diri untuk berdamai dengan keadaan yang tidak di- kamu berdamai dulu. Terlepas pendapatmu inginkannya ini, dan yang terpenting, bersikap lebih mengenai perpisahan ini, Mama tetap ibumu yang baik pada ibunya. mencintaimu tak kurang dari sebelumnya. Kejadian ini hanya bagian kecil dari cerita hidup, tapi orang yang mencintai kita akan terus menjadi bagian dari

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 110 111 Pekerjaan para serdadu belum selesai. Mereka Wilangan 11 berjalan beberapa meter ke kanan posisi pertama mereka, menanam sebuah kotak serupa yang terbuat dari platinum. Seperti sebelumnya, mereka menaruh keris mereka secara Mencari Jawaban vertikal di atas tanah yang menimbun kotak tadi, lalu berlutut sembari membakar kemenyan, lalu mengucapkan mantra-mantra dalam bahasa Kawi yang lain. Ada satu kalimat pakdenya tempo hari yang Yang terjadi kemudian, sinar keputihan menjalar mengusik hati Rani. Kenali sejarah dan leluhurmu, maka melebar di tanah, mulai dari garis benteng hingga lima kamu akan tahu jati dirimu sebenarnya. Dia menjadi sangat tertarik untuk mengetahui lebih banyak meter di luarnya. Setelah membentuk semacam teras tentang sejarah keluarganya, keturunan dari Kerajaan putih berkilauan di sepanjang luar benteng, cahaya itu Mataram. berpendaran sekitar sepuluh detik lamanya, seperti sebuah Dia memutuskan untuk menghabiskan jam tembok kristal setebal 5 meter yang memantulkan sinar istirahatnya siang itu di perpustakaan, membaca matahari, sebelum akhirnya menghilang. tentang Kerajaan Mataram di bagian sejarah Penasaran, beberapa ekor kelinci yang berada di Indonesia. Tidak puas dengan informasi dari buku sekitar sana melompat mendekati sumber cahaya yang pelajaran, dia mencari beberapa buku tentang tiba-tiba lenyap itu. Ketika menyentuh batas terluar bekas kerajaan kuno Indonesia, membawanya bertumpuk sinar tadi, dua kelinci terdepan hilang dari pandangan para di meja dan membuka-buka halamannya mencari serdadu dalam sekejap, disusul kelinci lainnya. Kelompok dengan kata kunci Mataram dan nama raja-rajanya. kelinci itu tidak pernah sadar mereka telah melangkah Apa yang ditulis di sana tidak cukup lengkap, 400 km jauhnya dari tempat pertama mereka berasal, kecuali beberapa nama yang baru Rani tahu, yang tetapi para serdadu tahu, Jengkar Sakedeping Netra sudah tidak disebut oleh Pakde kemarin. Rani mengeluarkan mulai aktif. ponselnya, membuka aplikasi document scanner dan memotret halaman-halaman yang diang gapnya penting dari beberapa buku, dan memutuskan untuk

113 meminjam dua buku yang dibawanya pulang karena  sumber lain menambahkan Kota Gede informasi yang tertulis di dalamnya lebih lengkap adalah kota seluas 200hektar dengan dari yang lain. dua benteng pertahanan: ben teng Sepulang sekolah, Rani meminta Pak Juned untuk dalam/cepuri selebar 400x400m dan benteng luar/baluwarti, dilengkapi mengantarnya ke perpustakaan sebuah kampus di juga dengan parit pertahanan yang Jalan Merdeka, lalu ke perpustakaan kampus lain di lebar seperti sungai. daerah Dago. Dalam perjalanan pulang, tumpukan  satu sumber menyebutkan tata kota buku-buku tebal di sebelah kiri Rani sudah hampir di Jawa biasanya menggunakan po- tiga puluh senti tingginya. Tidak terlalu banyak, ros utara-ke-selatan untuk me nem- tetapi masalahnya, data yang tertulis di tiap buku ini patkan keraton, alun-alun dan pasar berbeda-beda. (Kitab Negarakertagama, Majapahit).  Dari data yang terkumpul dari berbagai sumber, Kerajaan Mataram didirikan oleh Pa- Rani menemukan terlalu banyak perbedaan. Karena nem bahan Senapati/Danang Suta wija- ya/Pangeran Ngabehi Loring Pa sar/ itu, sesampainya di rumah Rani merasa harus Senapati Ing Alaga, anak seorang petani menuliskan hasil riset literaturnya ini, sebelum lupa bernama Ki Gede Pamanahan/Kyai apa saja yang harus diingat dari buku-buku tersebut ke Ageng Mataram yang men da patkan dalam sebuah notes baru yang masih kosong berukuran kerajaan ini sebagai hadiah karena kecil yang mudah masuk ke dalam kantong. ber hasil mengalahkan Arya Penang- sang dari raja Kerajaan Pajang, yaitu Sultan Hadiwijaya/Jaka Tingkir, 1569-  Kerajaan Mataram, 1588-1681 1586 (sumber lain menyebut 1550-  sumber lain menyebutkan sejak 1551, 1582). Beberapa sumber menya takan sum ber lain sejak 1582 Panembahan Senapati ada lah anak ang- kat Sultan Hadiwijaya.  Ibukotanya di daerah alas mentaok/  hu tan lebat (sekarang Kota Gede, Yog- sumber lain menyebutkan raja per- yakarta) tama Mataram adalah Kyai Ageng Mata ram sejak 1556 yang meneruskan  sumber lain menyebut namanya sbg tampuk pemerintahan pada putranya, Kota Gede/Pasar Gede dekat Yog- Panembahan Sena pati. yakarta.  sumber lain lagi menyebutkan D.  sumber lain menyebut lokasi awal di Sutawijaya merebut tahta Pajang Bangun tapan. dari S. Hadiwijaya dan menjadikan Pajang bagian dari Mataram.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 114 115  sumber lain mengatakan pemerintahan  Mas Jolang/Prabu Hanyokrowati/ diserahkan oleh Pangeran Benowo, Pa nem bahan Seda Krapyak, 1601- put ra S. Hadiwijaya, kepada P. 1613, beristri Ratu Tulungayu. Senapati.  Mas Rangsang/Pangeran Jat mi ko/  sumber lain menyebutkan Ki Ageng Sultan Agung Prabu Hanyo krokusumo, Pamanahan adalah Panembahan 1613-1645, ber istri Ratu Wandansari Sena pati yang membangun Mataram  Amangkurat I, 1645-1676 (sum- di daer ah Plered. ber lain menyebutkan 1645-1677,  sumber lain menyatakan berdasar sumber lain 1646-1677), beristri ba bad-babad, Danang Sutawijaya Ratu Kulon (ibu dari Amangkurat adalah ketu runan Brawijaya, raja II), dan Ratu Wetan (ibu dari Paku terakhir Maja pahit. Babad lain Buwana I) menyatakan keturunan keluarga  Amangkurat II/Sunan Amral/Raden petani. Mas Rahmat, 1677-1703  Wilayah kekuasaan Mataram: Demak,  Amangkurat III/Sunan Mas/Raden Pono rogo, Pasuruan, Kediri, Surabaya, Mas Sutikna/ Pangeran Kencet, 1703 Cirebon. (tdk disetujui VOC) – sumber lain  sumber lain menambahkan Madiun, menyebutkan 1703-1708, beristri Wiro sobo, Kertosono, Gresik-Je ratan, kakak beradik Raden Ayu Lembah Ji pang, Tuban, Lumajang, Malang, dan Raden Ayu Himpun. Jepara, Arosbaya, Su me nep, Lasem,  Amangkurat IV/Sunan Prabu, 1719- Sukadana, Pamekasan, Pati. 1727 –sumber lain me nye butkan  sumber lain menyebut Mataram me- 1719-1726 nguasai seluruh Jawa kecuali  Paku Buwana I/Pangeran Puger/ dan Batavia) Raden Mas Drajat, 1703-1719  Panembahan Senapati berkuasa th (diangkat oleh VOC) – sumber lain 1584-1601 (sumber lain menyebutkan menyebutkan 1704-1719 1575-1601, sumber lain 1587-1601),  Paku Buwana II, 1727-1749 disebutkan mendapat wangsit dari desa  Paku Buwana III, 1749 - (diangkat Lipura, barat setelah bertemu oleh VOC) Nyi Roro Kidul di Pantai Parangtritis dan  Goa Langse, selatan Yogyakarta. Hamengku Buwana I/Mangkubumi Suko wati  Keturunan P. Senapati:

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 116 117  Ha mengku Buwana II/Raden Mas I (pemberontak) menjadi Ka sultanan Sundara Yogyakarta.  Mas Jolang membangun kolam Da nalaya  Bagian timur utk Sri Susuhunan Pa ku di barat Keraton dan menyusun kitab Buwana III menjadi Kasunanan Sura- Sulu Wujil. karta.  Sultan Agung memindahkan ibukota dari  VOC mengadakan Perjanjian Salatiga, Kota Gede ke Keraton Plered, 1613. 1757. Raden Mas Said menjadi raja Pa-  sumber lain menyebutkan ngeran Adi pati Arya Mangkunegara di Amangkurat I yang memindahkan ke daerah (Kerajaan) Mangkunegara sbg Plered, 1647). pecahan Kasunanan .   Sultan Agung membuat Grebeg Poso & Th 1813, sebagian daerah Kasultanan Grebeg Maulud. Yog yakarta diserahkan pada Adipati Paku Alam menjadi Kerajaan Paku  sumber lain menyebutkan Grebeg Alaman. Syawal.  sumber lain lagi menyebut Sastro Sedangkan untuk Mataram Lombok, Rani me - Gending/Hukum Surya Alam nulis di halaman berbeda walau data yang diper-  sumber lain menambahkan Serat olehnya sangat minim tanpa ada catatan nama raja, Nitipraja serta tatanan gempurang tahun pemerintahan—tidak ada catatan bersejarah untuk wayang. apapun yang berarti untuk penelitiannya.  Amangkurat I memindahkan ibukota ke Kert /Wanakerta. Pecah perang Raden  Raja Mataram berkuasa di Pulau Lombok. Trunajaya dari Madura, 1674 (sumber  Menaklukkan Kerajaan Pagesangan, 1842. lain menyebut 1675). Amang kurat  wafat di Tegalarum/Tegalwangi, 1677. Menaklukkan Kerajaan , 1843.   Amangkurat II memindahkan ibukota Ibukota dipindahkan ke Cakranegrara ke Surakarta/ Kartasura/Kartasurya di dengan ukiran Kawi pada istana Raja, Desa Wonokerto, 1744 karena Plered lalu setelah jatuh ke tangan Belanda, diduduki oleh Paku Buwana I. menerapkan sistem pemerintahan dwi- tunggal di bawah Afdeling Bali Lombok  Palihan Nagari/Perjanjian Giyanti, 13 yang berpusat di Singaraja (Bali). Februari 1755, membagi Mataram jadi  dua: Raja Mataram adalah ahli tata ruang kota, melakukan sensus penduduk dengan  Bagian barat utk Pangeran Mang- mengumpulkan jarum dan ikatan warna kubumi/Sri Sultan Hamengku Buwana talinya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 118 119 Rani membaca hasil rangkumannya, tidak me- Hindu, Majapahit, Kerajaan Kartanegara, ngerti mengapa ada begitu banyak sumber yang , Salakanagara, Singasari, Samudera mengatakan hal yang berbeda-beda untuk sebuah Pasai, dan Demak. Kebanyakan dari tulisan yang dia sejarah kerajaan dan betapa minimnya data yang baca hanya mencatatkan tahun-tahun penting, nama didapatkannya. Tidak jelas pula keturunan keluarga raja-raja dan panglima. Dijoyo berasal dari keraton yang mana, tapi Rani Tapi dari situ, Rani yang sebelumnya tidak menebak Surakarta, karena Wonogiri—tempat pernah terlalu memerhatikan pelajaran sejarah— eyangnya berada—jaraknya lebih dekat ke Solo. kecuali menghafalnya hanya menjelang ulangan— Menurut pendapat Rani, bagian yang pindah ke Solo kini tahu bahwa raja-raja di Indonesia menggunakan seharusnya adalah perpecahan dari bagian aslinya gelar Prabu, Sultan, dan Sunan, yang selama ini dia di Yogyakarta, tapi dari literatur sejarah tampaknya pikir hanyalah nama para pahlawan dan wali songo. Yogyakartalah yang merupakan perpecahan dari trah Di buku terakhir yang dibacanya, Rani me- asli di Surakarta. Ah, tapi Rani lupa kalau ibukotanya nemukan bahwa selain kerajaan-kerajaan besar sempat berpindah beberapa kali sebelum akhirnya yang terkenal terdapat sekitar 700-800 kerajaan yang dipecah menjadi empat bagian. pernah berdiri di Indonesia, yang tersebar di seluruh Lain kali harus kutanyakan pada Pakde, janjinya. pelosok nusantara—benar-benar dari Sabang sampai Tapi, di hari kerja seperti ini Pakde sudah kembali Merauke. Baru Rani tahu, nama-nama suku bangsa sibuk dengan ibunya, pergi sejak pagi hingga malam dan kota yang ada sekarang dulunya merupakan hari. Selain itu, kemarin Pakde bilang Panembahan kerajaan. Senapati adalah salah satu keturunan Majapahit, Aneh, pikir Rani. Kalau memang kerajaan, kota- sementara hampir semua buku menyatakan beliau kota yang disebutkan di buku itu sebagai kerajaan, sebagai anak seorang petani. Mungkin saja Pakde seharusnya lebih megah dan kompleks dari apa yang benar, tapi lebih banyak buku yang menyatakan dilihatnya ketika singgah atau melewati kota-kota itu. bahwa pakdenya salah. Apalagi melihat jumlah kerajaan yang bisa puluhan sampai ratusan di tiap pulau—bagaimana mungkin bisa ada lebih dari 150 kerajaan yang pernah ada di kepulauan Nusa Tenggara dan Timor yang total Setelah berkutat dengan sejarah Kerajaan luas daratannya hanya sedikit berbeda dengan pulau Mataram dengan hasil yang terlalu membingungkan, Jawa? Apakah yang dinamakan kerajaan di zaman Rani penasaran juga untuk membuka halaman- dulu hanya sebesar kecamatan atau kabupaten di halaman lain tentang Kerajaan Mataram Kuno/ masa sekarang?

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 120 121 Rani ingat akan kota-kota di Indonesia yang menyaksikan bentuk dan kualitas bangunan zaman pernah dikunjunginya selain Jakarta dan Surabaya. dulu dan keagungannya terasa abadi. Apalagi kalau Kota-kota itu tampak sangat sederhana, tanpa jejak usia Kerajaan Yunani dan Romawi jauh lebih tua kemegahan masa lampau sama sekali—kecuali jika daripada usia kerajaan-kerajaan di Indonesia— kesederhanaan itu bisa dibilang sebagai kemegahan seharusnya bangunan bekas kerajaan di sini juga masih ada, setidaknya reruntuhannya. Kalaupun kerajaan-kerajaan di Inggris, Perancis, dan Spanyol diruntuhkan sepenuhnya, generasi penerus tampak zaman dulu—atau dalam kisah-kisah epik fantasi— sangat kurang ajar dengan membangun kota yang yang pernah Rani baca atau tonton, sebuah kerajaan baru di atas lokasi bekas kerajaan. Apa mungkin biasanya memiliki area pemukiman rakyat yang kecanggihan cara membuat bangunan di barat sana terpisah dengan kompleks istana atau gedung tidak sampai ke timur sini? pemerintahan. Dan bangunan istana biasanya besar, Yah, mungkin saja kerajaan-kerajaan kuno di megah, agak jauh dari keramaian (biasanya di atas Indonesia bangunannya hanya terbuat dari kayu, bambu bukit yang bisa melihat langsung keadaan di negeri- dan jerami yang mudah diruntuhkan sehingga hilang nya), dikelilingi benteng pertahanan yang tebal yang tanpa bekas, Rani merasa prihatin kalau pemikirannya dan dilengkapi pasukan dan persenjataan, di bagian ini benar adanya. Dia membuka lagi lebih banyak dalamnya ada lapangan yang luas, satu-dua menara halaman buku, lebih banyak alamat website. tinggi, ruang singgasana, aula, ruang-ruang untuk Tidak masuk akal sebenarnya, timbang Rani rapat dan perjamuan, serta puluhan ruangan kecil kemudian. Kalau bangunan tempat pemerintahan lainnya. Di bangunan keraton yang pernah ia singgahi, terbuat dari kayu dan bambu, sementara candi sepertinya tidak selengkap itu. dan pura dibangun menggunakan batu. Artinya Mungkin juga karena sudah runtuh dimakan usia? masyarakat zaman dulu sudah mengenal pembuatan otak Rani mulai menebak-nebak. Tetapi logika - tembok dari batu. nya mengatakan, jika demikian bukankah se- Rani mulai memutar otaknya, mencoba meng- harusnya bangunan kuno bersejarah dilestarikan ingat-ingat pelajaran yang pernah diterimanya oleh keturunan-keturunannya? Seperti bangunan sejak kecil, mencari petunjuk yang lebih masuk akal Parthenon di Yunani, yang dibangun sekitar tahun dari cabang pelajaran lain. Jika fosil manusia tertua, 440 SM, atau Pantheon di Roma, yang dibangun Meganthropus paleojavanicus, ditemukan di Jawa sekitar tahun 126 SM, atau reruntuhan lain di benua Eropa 1-2 juta tahun lalu, maka seharusnya usia manusia di sana yang dibiarkan begitu saja, tidak dipugar negara ini jauh lebih tua daripada belahan dunia lain, maupun diruntuhkan, supaya generasi muda dapat dan—menurut hukum alam tentang evolusi makhluk

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 122 123 hidup—seharusnya ada perkembangan yang terjadi Yogya dibiarkan tak terkancing, memperlihatkan kaos pada otak dan sistem berpikir. warna hitam di dalamnya. Seutas selendang batik Atau mungkin perkembangan otak manusia Indonesia coklat terikat di pinggangnya. Rambut pan jangnya memang sungguh lambat, pikir Rani menyerah, tidak digimbal dan terikat di kepalanya. Selain itu, berbagai mampu menemukan jawaban yang masuk akal aksesori menghias bagian-bagian tubuhnya, mulai dari untuk pertanyaan-pertanyaannya. Di benaknya ter- jari-jari, pergelangan tangan, pergelangan kaki, kuping putar ulang siaran-siaran berita di TV yang per nah hingga leher. Sungguh menarik perhatian semua yang ditontonnya mengenai keadaan masyarakat di pe- melihatnya. dalaman Indonesia. Ketika dia beralih dari meja konter, Rani sempat se kilas melihat wajahnya, yang—di luar sangkanya— tampak menarik dan raut mukanya ceria. Sungguh Rani memutuskan untuk menghentikan saja kontras dengan cara berpakaiannya. studi sejarahnya ini. Selain karena sudah membaca ”Mbak?” panggil petugas perempuan yang sekilas tentang Mataram, dia tidak bisa menemukan duduk di balik meja konter. Rani tersadar dan me- sesuatu yang membuatnya tertarik lagi untuk langkah maju, meletakkan buku pinzamannya ke mempelajarinya. Bagaimanapun juga kerajaan itu atas meja, yang segera diproses oleh si petugas. sudah lama punah, menjadi bagian dari masa lalu Di sisi kirinya, tertumpuk buku-buku yang tam- yang tidak perlu dipikirkannya. Lagipula bukankah paknya baru dikembalikan, mungkin yang dipinjam seharusnya kita hidup di masa sekarang saja? Yang si cowok gimbal tadi. Buku paling atas cukup tebal, telah berlalu, biarlah berlalu, entah dari mana Rani bergambar tokoh wayang dengan tulisan ’Sejarah dan pernah mendengar ungkapan ini. Budaya Jawa dalam Pewayangan’ sebagai judulnya. Jadi, sepulang sekolah hari berikutnya, Rani ”Ada yang mau dipinjam lagi?” tanya si petugas mengem balikan buku-buku ke perpustakaan tem- sete lah memasukkan data ke dalam komputernya. pat nya meminjam. Rani mengambil buku bergambar wayang tadi Ketika tiba di antrean konter pengembalian dan membawanya pulang. buku, Rani memerhatikan mahasiswa yang berdiri di depannya. Gaya berpakaiannya sungguh unik, seperti mau manggung pentas seni daerah. Celana hitam panjangnya dipotong tiga perempat, seperti kostum ”Baca apa, Mbak?” tanya Bima sambil duduk di tokoh Kabayan. Atasannya berupa kemeja lengan kursi di sebelah Rani. Sore itu Rani sedang bersantai pendek serupa baju koko atau pakaian adat keraton di teras belakang rumah, membaca buku pinzaman

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 124 125 sambil minum teh dan makan sukun goreng yang Sekali lagi Rani mengangguk, sambil menelan disediakan Mbok Jum. bagian terakhir sukunnya. Rani, yang tengah tenggelam dalam adegan ”Sekali-kali harus ikut nonton wayangnya, serunya peperangan saudara antara Pandawa dan Mbak. Seru deh, lengkap pakai gamelan dan acaranya Kurawa yang menjadi semacam perang dunia, tidak semalaman. Kalau di Jawa ada banyak!” Bima mulai menjawabnya tetapi mengangkat bukunya hingga berpromosi. Bima bisa melihat sampulnya. ”Tapi aku ngga ngerti bahasa Jawa,” selah Rani. ”Tumben baca wayang, Mbak?” tanya Bima lagi, Bima nyengir, membenarkan. iseng. ”Kalau gitu hafalin aja sekarang bukunya, Mbak. ”Mmm,” jawab Rani, sekedar merespons tanda Nanti kalau nonton bisa paham,” usul Bima. dia mendengar pertanyaan Bima. ”Benar juga kamu,” ucap Rani setuju, sambil ”Tentang Mahabharata atau Ramayana?” tanya tertawa. Bima lagi. ”Sebenarnya cerita wayang itu ada sandinya. Beberapa saat kemudian dia menyelipkan pe- Mbak tau ndak?” ujar Bima lagi, sambil menyeruput nanda di halaman yang tengah dibacanya, lalu tehnya yang sudah mulai dingin. meletakkan bukunya di atas meja. ”Nah. Itu dia yang aku bingung. Judul bukunya ”Mahabharata,” jawab Rani sambil mengambil seperti itu, tapi sampai aku baca udah mau habis gini, sebuah sukun, melahapnya tapi menyisakan belum nemu yang namanya sejarah dan budaya Jawa bagian tengahnya yang lebih lembut dari daging di sama sekali,” protes Rani. sekelilingnya untuk dimakan terakhir, karena bagian ”Lha, kan memang cerita wayang itu sejarah dan itu adalah kesukaannya. ”Ada tentang Ramayana budaya Jawa, Mbak?” balas Bima. sedikit di bagian depan, tapi Mahabarata lebih ”Maksudku, memang wayang itu ada unsur banyak.” seni Jawanya, dan budaya ini diturunkan dari nenek ”Wis sampe bagian perang?” moyang. Tapi aku pikir bisa dapat informasi lebih Rani mengangguk. Buku yang dibacanya sudah banyak tentang Jawa.” ham pir habis. Ksatria-ksatriya yang berperang di ”Informasi seperti apa maksudnya, Mbak?” lembah Kurusetra itu pun sudah hampir habis jum- ”Tentang Kerajaan Mataram, mungkin?” jawaban lahnya. Rani ini membuat Bima tersenyum simpul. ”Kemarin ini bapakmu cerita tentang silsilah keluarga. Aku

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 126 127 jadi penasaran aja, karena Mama ngga pernah cerita kita yang diubah oleh pemegang kepentingan di tentang keturunan Mataram dan sebagainya.” masa lalu, seperti penjajah atau bangsa yang iri dan ”Jadi, Mbak pikir, sejarah Jawa itu hanya sebatas ingin menguasai bangsa kita. Tapi dalam bentuk Mataram tok?” tanya Bima masih tersenyum, seakan mitos cerita rakyat, kisahnya akan tetap dikenal mencemooh pengetahuan Rani yang masih di anak-cucu.” permukaan. ”Mana mungkin, Bim,” kilah Rani. ”Di cerita ”Ya, ada juga Majapahit, Singasari…” Rani Mahabharata itu orang-orangnya dibilang sakti menjawab ragu. mandraguna, bisa naik-turun kayangan, bisa bunuh orang cuma ngejilat bekas jejaknya aja… Hal-hal itu Bima tertawa lagi, membuat Rani tambah kan khayalan banget. Fantasi!” bingung. ”Kalau ternyata manusia memang mampu ”Mbak, sejarah Jawa itu bukan cuma dari zaman berbuat seperti itu bagaimana?” tantang Bima. Majapahit lho. Jauh sebelum Majapahit, ada banyak kerajaan lain, dan yang pernah berjaya salah satunya ”Mampu gimana? Sihir gitu? Magic?” adalah Kerajaan Hastina Pura yang diceritakan di ”Bukan sihir, tapi memang bisa. Seperti trik sihir, Mahabharata ini,” jelas Bima. semua ada rahasia dan tekniknya,” jawab Bima. Rani mengernyitkan dahinya, bingung. ”Ya mungkin kalau orang-orang yang punya ”Ini kan cuma cerita rakyat, seperti legenda atau sixth sense bisa,” ucap Rani asal. hikayat gitu?” tanya Rani, mulai ragu walau awalnya ”Mbak lupa ya, sampai sekarang orang-orang di yakin cerita rakyat adalah dongeng sebelum tidur Indonesia masih ada yang bisa makan beling, ngirim versi daerah-daerah di Indonesia. surat pakai sumpit, dan masih banyak lagi. Dan Bima menggeleng. mereka itu bukan dukun atau belajar ilmu hitam. Caranya memang sudah diturunkan oleh leluhur suku masing-masing,” kata Bima. bentuk cerita dongeng?” ”Itu bukannya kesurupan? Pinjam kekuatan Bima menggeleng lagi. jin?” ”Bukan begitu maksudnya, Mbak. Memang Bima tertawa mendengarnya. banyak yang berpikir begitu, tapi apa yang diceritakan ”Kalau kesurupan harusnya ndak ngikutin di kisah wayang itu semua memang pernah terjadi di pakem tarian yang ada tho, Mbak. Itu semua ada masa lampau. Dengan kata lain, sejarah bangsa yang caranya. Aku sih ndak tahu karena memang ndak digeser menjadi mitos. Banyak sekali sejarah bangsa pernah mempelajari. Tapi setiap suku di Indonesia

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 128 129 punya kekuatan dan kesenian khas masing-masing desa deket situ dan lewatin bukit itu tiap hari. Aneh kan!” kebal terhadap sesuatu atau yang di luar akal atau ”Aneh, Mbak. Kalau itu beneran aneh,” Bima kemampuan orang biasa yang ndak tahu caranya.” mengangguk setuju. Rani memerlukan waktu untuk mencerna kata- ”Mistis banget kan,” kata Rani lagi, mencari kata Bima barusan. Memang dia tidak pernah me- pendukung. nonton secara langsung pagelaran kesenian tra- ”Mbak naik ke sana sama siapa?” tanya Bima. disional khas daerah-daerah di Indonesia, walau pernah melihatnya sekilas di TV. Selama ini dia ”Sendirian. Aku habis berantem sama Mama. me mang berpikir orang-orang tradisional itu Karena kesal aku mau ke Padalarang tapi kok bisa me mang sakti dari sononya, tapi tidak pernah nyampenya malah ke Soreang. Udah gitu, bisa- mempertanyakan mengapa atau bagaimana mereka bisanya aku berenti dan naik ke bukit sendirian. dapat melakukannya. Bagi Rani, itu adalah ciri khas Ngga tahu tuh, kenapa bisa gitu.” daerah yang sekadar ada. ”Mbak tahu artinya Soreang?” tanya Bima lagi. ”Eh, ngomong-ngomong tentang mistis, kemarin ”Ngga,” jawab Rani sambil menggeleng, tidak ini aku sempet naik bukit mistis,” kata Rani tiba-tiba mengerti hubungan pertanyaan Bima dengan teringat pengalaman menyeramkannya. ceritanya barusan. ”Bukit mistis, Mbak?” ”Asalnya dari Suara Hyang. Hyang itu maksud- ”Iya, aku ngga ngerti gimana, tapi kejadiannya nya Tuhan. Jadi di daerah sana dulu terdengar suara- di daerah Soreang, Bandung. Beberapa hari sebelum suara Tuhan,” jelas Bima. kamu dan Pakde datang ke sini. Ada bukit, sepertinya ”Hmm… Apa hubungannya dengan bukit yang rendah gitu, tapi pas aku naik kok rasanya ngga membesar itu?” tanya Rani, belum memahami. sampe-sampe. Sampe tiga jem aku naik tapi masih ”Kalau menurutku sih bukannya mistis, Mbak. ngga nyampe-nyampe, kayak melar gitu. Tapi pas Tapi tempat itu justru suci, makanya disamarkan turun cuma setengah jam udah sampe. Serem banget, keadaannya supaya ndak sembarang orang bisa Bim!” masuk situ,” jawab Bima. ”Wah, aku belum pernah dengar yang seperti ”Menurutmu begitu?” tanya Rani sambil me- itu, Mbak,” komentar Bima. ngerut kan keningnya. ”Iya, ada aki-aki juga bilang dia belum pernah liat Bima mengangguk yakin. ”Iya. Karena mistis bukit itu sebelumnya, padahal aki itu tinggalnya di itu sebenarnya ndak ada, Mbak. Itu hanya sebutan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 130 131 manusia modern untuk hal-hal yang ndak dipahami Akhir Kerajaan Singasari mereka, terutama hal-hal yang sudah ada dari zaman dulu.” Mangsa Kala Bandawala (Zaman Kecil Perang) ”Masuk akal sih,” komentar Rani sambil men- cerna kata-kata Bima. Kala Teteka (Zaman Sedang Pendatang) ”Sebentar, Mbak. Aku mau ke toilet,” pamit Bima Kali Yoga (Zaman Besar Tengah) yang langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ketika itu manusia Jawa masih meng- Rani baru saja hendak meletakkan buku ikuti cara berperilaku yang diajarkan para pinzaman itu ketika beberapa helai kertas jatuh dari leluhur sejak zaman dahulu kala. Raja-raja selipan buku pinzaman, membuat Rani kerepotan dan panglima perang berasal dari kasta memungutinya. Rupanya selama ini kertas-kertas ksatriya, yang artinya trah bangsawan ini terselip di bagian paling belakang buku, dan jelas atau orang-orang yang muncul sebagai bukanlah bagian dari buku Wayang ini. penegak keadilan, keamanan, pembela Rani memerhatikan kertas-kertas itu. Banyak kaum lemah dan pemimpin masya rakat. Hal tulisan dan coretan yang tampak penting, dengan utama yang dijunjung adalah kebenaran, tanggung jawab, menjadi pelopor, dan siap Coretan ini tampak seperti penciptaan karakter pada berkorban untuk melaksanakan tugasnya. pembuatan komik. Pada waktu itu Kerajaan Singasari Selain sketsa-sketsa itu, terdapat beberapa helai 1 kertas yang tampaknya seperti sobekan dari sebuah yang berlokasi di daerah Garudha men- 2 buku dengan banyak coretan, tulisan tambahan di jadi Kerajaan Utama Nuswantara dan sana-sini. Rani membacanya: 1 Dalam bahasa Sansekerta, terdapat kebiasaan pemotongan suku kata depan atau belakang. Pada Garudha, suku kata terakhir dihilangkan sehingga lokasi Garudha disebut sebagai Garud—yang berubah menjadi Garut karena pelafalan masyarakat lokal. Lokasinya di barat Gunung Galunggung, Jawa Barat. 2 Kerajaan Utama atau Kerajaan Induk adalah kerajaan yang memimpin secara absolut di Nuswantara dan membawahi banyak kerajaan lain yang menginduk secara sukarela (bukan dijajah), dipimpin oleh Prabu/Mahaprabu (atau Ratu/Maharatu jika perempuan) dan patihnya adalah Mahapatih.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 134 135 dipimpin oleh Sang Mahaprabu3 Kertajaya. Mahaprabu Banjaransari, yang meru- Sayangnya Prabu Jayakatwang (atau pakan titisan Sang Hyang Bathara Ismaya5, Jaya Kantiwang, bergelar Sang Prabu menjabat sebagai raja pengganti yang adil Dandan Gendis), anak kandung Sang dan berwibawa. Kehebatannya dapat ter- Mahaprabu Kertajaya sendiri, mengkudeta lihat dari garis keturunannya. Putranya, peme rintahan ayahnya sehingga Sang Sang Prabu Siung Wanara, adalah Adipati6 Mahaprabu Kertajaya memilih untuk Kerajaan Panjalu (persisnya di antara mundur keprabon (atau mundur kepanjen, Danau Panjalu dan Kawali di utara Gunung artinya mundur dari jabatan Prabu/ Sawal) yang termasuk Kadipaten Karang Panji/Raja) dan tampuk pemerintahan Kamulyan (letaknya di Ciamis sekarang, di diberikan pada panglima utamanya, Rkyan tenggara Gunung Sawal, Jawa Barat). Mahapatih4 I Hino Banjaransari. Prabu Sang Prabu Siung Wanara memiliki Kertajaya lalu diamankan ke Kadipaten dua putra, yaitu Hariang Banga (atau Magadha (sekarang di Bandung, Jawa Arya Bangah) yang kelak menjadi Adipati Barat), sementara Mahapatih Banjaransari di Kadipaten Magadha, dan Harya Sedah mendesak Jayakatwang yang kalah perang yang kelak menjadi raja pertama Majapahit ke Kediri, Jawa Timur, yang kemudian bergelar Raden Wijaya. membangun keraton di daerah Limbangan, yang artinya melimbang/limbung—artinya keraton yang jatuh ditaklukkan.

Kerajaan yang menginduk disebut juga Kadipaten yang dikepalai oleh Raja/Ratu Adipati dan perdana menterinya Sang Patih. 3 Mahaprabu = Raja yang memerintah di Kerajaan Utama di Nuswantara dan membawahi banyak Adipati yang menginduk. Status Mahaprabu akan berganti menjadi Sang Prabu ketika status Kerajaan Utama beralih ke kerajaan lain, dan Mahapatih kembali menjadi Sang Patih.

4 Mahapatih berfungsi sebagai penasehat utama atau perdana menteri 5 Wujud lain beliau yang paling terkenal adalah Ki Lurah Semar Badranaya. yang memimpin pasukan di Kerajaan Utama di Nuswantara. Pada status 6 Adipati = Raja yang memerintah Kadipaten/kerajaan yang menginduk pada kerajaan Kadipaten, status perdana menteri adalah Sang Patih. Kerajaan Utama.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 136 137 Sejarah Singkat hati melihat musuhnya yang bertubuh Kerajaan Majapahit besar dan bertampang buas. Setelah memutar otak, Ra Dyan Harya Sedah menipu bangsa Mongolia, membuat mabuk Akhir Mangsa Kala Bandawala musuh-musuhnya dan membunuh mereka (Akhir Zaman Kecil Perang); setelah mereka tertidur. Walau memetik Kala Teteka kemenangan, hal ini bertentangan dengan (Zaman Sedang Pendatang); nilai-nilai ksatriya yang ditanamkan oleh Kali Yoga nenek moyang di Nuswantara, sehingga (Zaman Besar Tengah); eyangnya yang merupakan seorang Mahaprabu marah besar atas sikap curang ini. Pada suatu ketika Harya Sedah, Pada dasarnya aturan hidup yang sebagai putra bungsu Kanjeng Prabu berlaku di masa itu sangat sederhana. Jika Adipati Siung Wanara dari Kerajaan Karang berbuat benar akan diganjar kemegahan, Kamulyan, dan cucu dari Rkyan Mahapatih dan jika berbuat salah akan menerima I Hino Banjaransari dari Kerajaan Singasari, hukuman atau karma. Perbuatan Ra Dyan ditugaskan untuk menaklukkan puluhan Harya Sedah ini dinilai sebagai sikap yang ribu pasukan bangsa Mongolia yang sangat tidak mencerminkan jiwa ksatriya menyerang Nuswantara atas perintah dan biasanya akan diusir keluar dari raja mereka, Kubilai Khan7. Ra Dyan Harya kerajaan karena mencoreng muka nenek Sedah8, yang maju ke medan perang moyang dan para ksatriya lain. untuk pertama kalinya, merasa kecut Namun sebagai titisan Bathara Indra— sulung dari putra-putri Bathara Ismaya 7 Kubilai Khan, Kublai Khan atau Qubilai Qayan (1215-1294) adalah Khagan/ Raja kelima bangsa Mongolia dan cucu dari Genghis Khan, disebut sebagai yang dikenal sebagai Dewa Hujan—garis Yuán Shìzu di Cina sebagai Kaisar pertama Dinasti Yuan yang berkuasa atas hidupnya sudah menentukan bahwa Mongolia, Cina, Korea, dan area lain di sekitarnya. Tercatat penyerangan Ra Dyan Harya Sedah ini kelak menjadi beliau ke Jawa pada tahun 1293 mengalami kegagalan. seorang pemimpin kerajaan besar, 8 Ra Dyah, Ra Dyan atau Ra Hadyan adalah gelar yang dipakai sebelum maka Sang Mahaprabu bersabda bahwa istilah Raden digunakan. kerajaan yang akan dipimpin cucunya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 138 139 ini akan menjadi sebuah kerajaan yang Sebagai karma dari kesalahan sikap sangat berjaya (maha jaya; disingkat maja curang dalam perang yang dilakukan dalam bahasa Jawa dan Sansekerta, atau Raden Wijaya sebelum menjadi raja, wilwa dalam bahasa Kawi), tetapi karena penggantinya yang menjadi Brawijaya II kesalahan yang diperbuatnya maka adalah cucu dari Sang Prabu Kertajaya, kejayaan ini akan berakhir dengan pahit atau putra dari Jayakatwang, Adipati (pait dalam bahasa Jawa dan menjadi Dandangan yang lokasinya di Jongbiru Majapahit; tikta dalam bahasa Kawi dan (sekarang Kediri, Jawa Tengah, di sebelah menjadi Wilwatikta; léngka dalam bahasa timur Gunung Wilis)11. Sang Prabu Brawijaya Sansekerta dan menjadi Majalengka) dan II yang bernama asli Jayanegara masih kepahitan ini akan berlangsung untuk bayi ketika kakeknya mangkat keprabon. waktu yang sangat lama. Dari situlah nama Namun Jayanegara memerintah dengan Majapait atau Majapahit berasal, sebagai buruk, memindahkan pusat kerajaan ke pengingat bagi raja terakhir agar waspada, daerah terlarang di Sumedang12, dan jangan sampai membuat kesalahan. segera digantikan oleh Brawijaya III. Kejayaan ini membuat Ra Dyan Harya Brawijaya III adalah putri dari Raden Sedah dihadiahi wilayah kekuasaan di Wijaya sendiri, yaitu Kanjeng Ratu Tri utara pantai Jawa bernama Sastra Wulan Buwana Tungga Dewi, yang membangun (atau Sastro Wulan, yang disingkat menjadi keratonnya masih di dalam wilayah Trowulan Tr o -wulan)9, dengan gelar Sang Prabu tetapi berbeda lokasi dengan dua keraton Kertarajasa Jaya Wardhana. Namun nama memerintah di Majapahit merupakan ”putra dari yang paling hebat” atau yang lebih dikenal adalah Raden Wijaya sebagai titisan dari Hasta Brata (8 bathara-bathari keturunan dari Bathara atau Sang Mahaprabu Brawijaya I. Setelah Ismaya). itu raja-raja penerusnya tetap memakai 11 Disebut sebagai Jongbiru karena Jayakatwang menyusun kekuatan dibantu gelar Brawijaya10. armada Cina dengan perahu jong berwarna biru di lokasi ini. 9 Pada zaman itu keindahan bulan sering dikaitkan dengan tetesan air dari 12 Su = baik, agung; Medang = pohon tinggi dan besar. Lokasinya di selatan rembulan pada puisi/sastra sehingga daerah ini disebut juga sebagai Gn. Tampomas, Jawa Barat. Sumedang atau Medang Agung letaknya Cibulan (ci = air). Lokasinya di timur Gunung Ciremai, Jawa Barat. dekat tempat Prabu Raden Wijaya melakukan kesalahan. Wilayah ini masih 10 Bra = anak/keturunan; wi = paling; jaya = hebat, unggul. Kata ”wijaya” pada termasuk dalam Trowulan, tetapi berbeda lokasi dengan keraton Majapahit kata Brawijaya dan asal nama Raden Wijaya ini artinya (semua) Raja yang pertama.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 140 141 pendahulunya. Keraton Sang Maharatu Bajanegara14 yang dibuang oleh ayahnya Brawijaya III berada di daerah Indramayu, dari wilayah Bedander. Ketika masih ber- yang artinya ”putri Bathara Indra yang usia sangat belia, anak sebatang kara ayu”. Dalam aturan kerajaan zaman itu, ini terlunta-lunta di alun-alun palimanan raja pertama tinggal dan memerintah di (tempat gajah) dan berusaha menyambung istana, sementara raja penerusnya tinggal hidup dengan menjual patung gajah. Ketika di rumah lain sementara tetap datang ke Mahapatih pertama, Hariang Banga, pulang istana untuk melaksanakan tugasnya. pamalayu (ekspedisi mengejar buronan) Brawijaya IV bernama Hayam Wuruk, melewati palimanan, anak ini berlari seorang putra angkat dari Jayanegara dan mengejarnya untuk menjual patung dalam merupakan putra kandung Sang Mahapatih kondisi perut yang sudah dua hari kosong Gajah Mada. Sang Mahaprabu Brawijaya IV tanpa makanan. Sang Mahapatih jatuh iba adalah titisan Bathara Wisnu yang memilih dan menggendongnya, membawanya ke lokasi untuk keratonnya di bekas keraton kepatihan dan mengangkatnya sebagai milik Prabu Cakradewa13. Pada saat inilah, anak. Di kepatihan anak ini diberi tugas Majapahit mengalami masa pemerintahan mengurus gajah dan diberi nama Gajah yang paling gemilang. Meneruskan per- Mada atau Maudara (gajah, liman dan juangan yang telah dimulai Brawijaya III, dan mauda artinya gajah, sedangkan mada dibantu oleh Sang Mahapatih Gajah Mada, atau dara berarti putih), karena tidak ada Majapahit berhasil menyatukan kerajaan- yang tahu nama aslinya. Sang Mahapatih kerajaan yang berada di wilayah Indonesia Hariang Banga membesarkan anak ini dan sekarang, juga beberapa wilayah di Asia menurunkan ilmu kepatihannya sehingga Te n g g a r a . kelak Gajah Mada, yang merupakan titisan Rkyan Mahapatih I Hino Gajah Mada sendiri merupakan putra dari daerah 14 (Jawa) Baja atau bojo = istri. Bojonegoro artinya istri dari Sang Mahaprabu. Mahaprabu Brawijaya I beristrikan Dewi Gayatri yang berasal dari Kadipaten Tasikrejo (tasik, dari kata tumasik = permata yang sangat indah; rejo = ramai). Saat ini lokasi Kadipaten Tasikrejo yang menghilang disebut sebagai Tasikmalaya (malaya 13 Prabu Cakradewa juga merupakan titisan Bathara Wisnu. Keratonnya = mati/hilang). berlokasi di Panjalu, utara Gunung Sawal, Jawa Barat.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 142 143 Bathara Ismaya15, menjadi Mahapatih paling (bhre artinya keponakan) karena di masa hebat sepanjang sejarah Majapahit, yang kecilnya Arya Blitar dimomong oleh Adipati juga terkenal dengan Sumpah Palapa16 Pamotan yang mengangkatnya sebagai yang diucapkannya ketika dilantik. anak sendiri/keponakan. Letak keratonnya Pemerintahan Prabu Hayam Wuruk masih di lereng Gunung Kelud, tapi berbeda digantikan oleh Damar Wulan, seorang lokasi dengan keraton ayahnya. anak yatim piatu rakyat biasa dari daerah Brawijaya VII disandang oleh Girincya yang diangkat anak oleh Wardhana atau dikenal dengan nama Jaka Maharsi Patih Gajah Mada yang ketika itu Tarub, putra dari Brawijaya VI yang juga sudah menjadi pertapa di Madakaripura. keponakan dari Adipati Wengker (sekarang Damar Wulan bergelar Sang Mahaprabu Ponorogo) yang mendirikan keratonnya Brawijaya V atau Kertabumi, dan mendirikan di daerah Widodaren, dekat Ngawi, Jawa keratonnya di lereng Gunung Kelud di Timur. Sang Mahaprabu Brawijaya VII wilayah Puncu, Kediri. atau Bhre Wengker ini berputra Girindra 17 Raja berikutnya adalah putra dari Wardhana atau Bathara I Kling yang Kertabumi bernama Arya Blitar, yang juga menjadi Sang Mahaprabu Brawijaya VIII, adalah keponakan dari Adipati Pamotan, raja terakhir Kerajaan Majapahit. sebuah kadipaten di wilayah Blitar, Jawa Salah satu elemen dari Majapahit Timur. Karena itulah Sang Mahaprabu yang dipakai sebagai dasar pembentukan Brawijaya VI disebut juga Bhre Pamotan, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah warna bendera yang diambil dari 15 Sehebat itulah kebesaran dan kewibawaan Kerajaan Majapahit yang sembilan bendera merah dan putih dari dilindungi para dewata, karena kedua mahapatihnya pun selalu merupakan umbul-umbul Sang Saka Gula-Kelapa atau titisan dari dua sosok pamomong (penjaga) Arcapada yang dalam Sang Saka Merah Putih. Selain itu, Pancasila pewayangan dikenal sebagai tokoh punakawan: Ki Lurah Togog (wujud lain dari Bathara Antiga dan menitis sebagai Mahapatih I Halu) dan Ki Lurah sebagai dasar negara adalah nilai-nilai Semar (wujud lain dari Bathara Ismaya dan menitis sebagai Mahapatih I yang diambil dari prinsip-prinsip Kerajaan Hino). Majapahit, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, 16 Sumpah ini ditemukan pada teks Pararaton (1258), yang menyebutkan nama 17 Disebut sebagai Bathara karena kesaktian beliau sudah setingkat dewa. I = Gurun, Seram, Tañjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang dari; Kling = daerah Keling di lereng Gunung Kelud yang dijadikan keraton dan Tumasik sebagai daerah-daerah yang akan dikuasainya. beliau.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 144 145 Persatuan, Kebijaksanaan, Kemufakatan, Keruntuhan dan Keadilan. Sementara, lambang ne gara Kerajaan Majapahit diambil dari nama burung besar dari wilayah Nuswantara, Garuda Yaksa Retna Peksi, yang diyakini sebagai hewan tunggangan Bathara Mangsa Kala Kindaka Wisnu di kisah epik lokal. (Zaman Kecil Bencana); Kala Wisesa Dari proses turunan tahta Kerajaan (Zaman Sedang Sangat Berkuasa); Majapahit ini terlihat bahwa untuk men- Kali Yoga jadi raja berikutnya tidak selalu harus (Zaman Besar Tengah) anak kandung raja pendahulu. Di Nus- wantara, siapapun berhak mendapat ’wahyu keprabon’ (perintah atau restu dari Pada masa pemerintahan Brawijaya dewata untuk menjadi Prabu/Raja/Panji) VII, sang putra mahkota, Pangeran Girindra sesuai dengan ’laku’ dan bimbingan dari Wardhana18, diutus untuk membantu Kadi- ’pamong’ leluhur bangsa. Contohnya, Damar paten Campa (atau Cempa, letaknya di Wulan yang hanya anak dari rakyat biasa Kamboja, yang juga menginduk pada bisa menjadi salah satu Raja tertinggi di Kerajaan Induk Majapahit), yang diserang Nuswantara. oleh Kerajaan Mongolia. Namun, sebelum Kalau diteliti lebih mendalam, dalam beliau sampai di tujuan, Adipati Campa hierarki asli peradaban Nuswantara telah melawan dan berhasil mengalahkan sebetul nya tidak ada Keraton yang diwa- pasukan Mongolia, dengan bayaran riskan, karena setiap Raja akan membuat nyawanya sendiri. Sebelum Sang Adipati Keraton-nya sendiri dan akan memuliakan wafat, Pangeran Girindra Wardhana Keraton pendahulunya, ini disebabkan yang merasa bersalah karena terlambat karena setiap Raja Nuswantara mempunyai meno long bersumpah untuk memuliakan panji-panji-nya sendiri sesuai dengan sosok keturunan Sang Adipati dan tidak akan Dewa yang memomong mereka. 18 Giri = gunung; Wardhana = membuat. Nama ini diberikan oleh ayah nya, Jaka Tarub atau Brawijaya VII, yang mengingatkan bahwa anak ini kelak akan menjadi raja yang harus menutup Majapahit dengan cara membuat gunung palsu.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 146 147 menyakiti seorangpun dari keturunan Kelak Raden Jimbuningrat menjadi pendiri beliau. dan penguasa Kerajaan Bintara yang Setelah jasad Sang Adipati dibakar, menyerang Kerajaan Majapahit karena istri nya yang bernama Dara Pêtak atau hasutan dari pihak Mongolia. Seorang di kenal sebagai Dara Jingga (karena se- laksamana dari Mongolia mengatakan nang berpakaian serba jingga)19 dibawa pada Raden Jimbuningrat bahwa ayah oleh Pangeran Girindra Wardhana un tuk kandungnya telah dibunuh oleh Brawijaya diamankan di Palembang. Hal ini ju ga dila- VIII. Hal ini membuat Raden Jimbuningrat kukan untuk mencegah agar Dewi Laksmi mengamuk dan menjadi alasan dasar Ku su madiningrat, istri dari Pangeran Girin- penyerangan terhadap Majapahit. dra Wardhana, tidak ber prasangka buruk Pada saat itu, Pangeran Girindra atau menuduh suaminya berselingkuh. Wardhana telah menjadi raja dengan gelar Di Palembang, Dara Pêtak melahirkan Sang Mahaprabu Brawijaya VIII atau Bathara anak yang diberi nama Jimbuningrat20, I Kling (artinya dewa yang mengejewantah yang bertahun kemudian diboyong oleh di daerah Keling). Mengingat janjinya pada ibunya ke wilayah Kerajaan Majapahit Adipati Campa untuk tidak pernah menyakiti untuk berlindung. Mengingat janji Pangeran keturunannya, Brawijaya VIII kemudian Girindra Wardhana pada ayahnya untuk menghindari peperangan dengan Raden meluhurkan keturunannya, Jimbuningrat Jimbuningrat yang sedang mengamuk diberi wilayah kekuasaan di daerah Bintara, dengan cara menyerah kalah dan pergi Jawa Tengah, dan diberi gelar Raden. menyembunyikan diri. Saat itu, wahyu keprabon sudah jatuh ke tangan putra

19 Banyak yang mengira Dara Pêtak dan Dara Jingga adalah dua putri Bali, yaitu Adipati Asmara Pura (sekarang Melayu yang berbeda, yang keduanya dinikahi Raden Wijaya. Sebenarnya Semanapura di Klungkung). Setelah tanah kedua nama ini adalah panggilan berbeda dari satu orang, yang masuk ke Jawa jatuh, Adipati Asmara Pura tetap lingkungan Mojopait jauh setelah Raden Wijaya wafat. mempertahankan wahyu keprabonnya 20 Berbagai sumber meyakini legitimasi Raden Jimbuningrat sebagai keturunan dan bergelar Sang Mahaprabu Brawijaya Brawijaya dan pernikahannya dengan putri Cina. Sebenarnya karena saat IX dengan keratonnya di Asmara Pura, Bali. itu mereka melihat Pangeran Girindrawardana pulang dari Kadipaten Itulah sebabnya, tradisi masyarakat Bali Campa bersama dengan Dara Pêtak yang terlihat seperti orang Cina. masih kental sampai sekarang.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 148 149 Hingga saat ini, sisa yang ditemukan Kelahiran Kerajaan Pajang dari Kerajaan Majapahit—yang konon merupakan negara bahari yang sangat megah berlapis emas, perak, dan permata, Mangsa Kala Jahaya sebagai pusat perdagangan dan pusat (Zaman Kecil Keluhuran); mandala (politik) raksasa yang terbentang Kala Jangga dari sampai Papua—hanya berupa (Zaman Sedang Leher); tiga-empat candi yang terbuat dari batu Kali Sangara dan bata, serta sebuah kolam segaran di Trowulan, Jawa Timur. Bangunan -bangunan (Zaman Besar Akhir) lain seperti istana/keraton, rumah tinggal raja dan keluarganya, para tumenggung, Ketika serangan pertama dari kera- panglima, prajurit serta perumahan rakyat, jaan Bintara terjadi, seluruh bangunan dan juga pasar, gedung-gedung pemerintahan, bukti keberadaan Kerajaan Majapahit sudah gudang senjata, pelabuhan, tempat hiburan berhasil disembunyikan agar di sangka su- dan bangunan lainnya tidak pernah dah punah dan peperangan dime nangkan ditemukan, tidak pula reruntuhannya. telak oleh Kerajaan Bintara. Putra-putra dari Mahaprabu Bathara I Kling, yaitu putra mahkota Pangeran Anda- yaningrat dan adiknya, Pangeran Mahesa Kenanga, ditugaskan membangun Pram - banan di sisi timur laut kota Yogyakarta sebagai pengalih perhatian untuk meng- hilangkan jejak keturunan Majapahit. Pangeran Andayaningrat yang ber mu- kim di Kadipaten Pengging Ningroco, dekat Boyolali, menitipkan putranya, Pa ngeran Adiwijaya, pada adiknya yang lain, Pangeran

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 150 151 Mahesa Kanegara21, agar dibawa ke tempat Tanpa diketahuinya, ayah dan paman - yang lebih aman. Mereka sampai di Kadipaten pamannya mengikuti dari belakang dan Weng ker, daerah Widodaren Ngawi, dan di mengalahkan dua ekor buaya tadi sehingga sanalah Pangeran Adiwijaya tumbuh dalam Sang Pangeran tidak terluka. Tanpa curiga asuhan pamannya, Sang Adipati Wengker, Pangeran Adiwijaya menjadikan buaya yang yang mengajarinya berbagai ilmu dan ke- sudah jinak ini sebagai kendaraannya menuju saktian. ke daerah Bintara. Suatu ketika, dalam permainan pe- Ketika sampai di Bintara, Pangeran Adi- tak umpet, Pangeran Adiwijaya tidak se- wijaya tidak menemukan lowongan ataupun nga ja merubuhkan sebuah pohon besar sayembara untuk menjadi pra jurit kerajaan. karena kekuatan yang tidak disadarinya. Setelah memutar otak nya, Pangeran yang Pa ngeran Mahesa Kanegara marah dan berwatak iseng, me ma sukkan undur-undur meng hukumnya dengan kurungan di alun- yang telah diberi Aji Dwipa22 ke dalam kuping alun, sebagai pertanda bahwa per buatan seekor kebo ndanu (kerbau berkulit pucat) nakalnya menyetarakannya dengan binatang yang sedang merumput di lapangan. Kerbau yang banyak dikurung di lapangan itu. tadi mengamuk dan tidak bisa dizinakkan, Ketika beranjak remaja, Pangeran Adi- mengacau dan merusak halaman kerajaan. wijaya diutus ke Kendoworeno, di utara kota Tidak ada seorangpun yang dapat Solo, untuk menemui Ki Agung Selor, guru dari me nahan amukan si kebo ndanu yang ayah dan paman-pamannya. Oleh Sang Guru, lama kelamaan memakan banyak korban Pangeran Adiwijaya diutus me masuki daerah dan kerusakan parah, sehingga sebuah Kerajaan Demak untuk menjadi prajurit. Dalam sayembara diadakan bagi prajurit yang da- perjalanannya, Pangeran yang menyusuri pat menaklukkan kerbau, akan diangkat men- sungai dengan rakit sempat bertemu dengan jadi senapati. Pangeran Adiwijaya maju dan dua ekor buaya besar yang menghalangi. menghancurkan si kerbau sekali pukul. Atas jasanya ini, pihak Kerajaan Bintara mem- 21 Mahesa = kerbau; Kanegora = pembuat gara-gara. Sebutan ini diberikan oleh ayahnya, Brawijaya VIII, karena ulah Mahesakanegora merusak 22 Aji/ajian = (buku) pelajaran, pengetahuan, ilmu; yaitu pengetahuan untuk bangunan yang dibangun oleh Adipati Demak di Sastra Wulan, yang mengendalikan sebuah kuasa yang dapat dipergunakan dengan cara kemudian sampai saat ini diyakini sebagai satu-satunya situs peninggalan menyebut mantra. Oleh orang awam yang tidak mengetahui caranya, hal ini Kerajaan Majapahit di Indonesia. disebut ”sakti”, yang kemudian dikaitkan dengan ”gaib”.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 152 153 berinya gelar Senapati Agung atau Panglima Kelahiran Utama dan wilayah kekuasaan di daerah Kerajaan Mataram Sragen yang kelak menjadi Kerajaan Pajang. Demikianlah Pangeran Adiwijaya memerintah sebagai raja di Kerajaan Pajang sejak hari itu Akhir Mangsa Kala Jahaya dengan gelar Sultan. (Akhir Zaman Kecil Keluhuran); Kala Jangga (Zaman Sedang Leher); Kali Sangara (Zaman Besar Akhir)

Semenjak menjadi penguasa Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya tidak pernah lagi datang melapor pada Kerajaan Bintara yang seharusnya menjadi atasannya. Alasan pribadinya karena Kerajaan Bintara adalah kerajaan yang menghancurkan kerajaan kakeknya, yaitu Majapahit. Tapi hal ini tidak diketahui oleh pihak Kerajaan Bintara yang menyangka Adiwijaya hanya- lah rakyat jelata yang diangkat menjadi Senapati Agung dan sombong. Karena kesombongan raja Pajang, pihak Kerajaan Bintara memerintahkan se orang senapati lainnya, bernama Arya Penangsang, untuk menyerang Sultan Adiwijaya yang dianggap kurang ajar.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 154 155 Ketika itu, putra Sultan Adiwijaya yang Sang Raja marah dan memperkenalkan bernama Danang Sutawijaya23 baru saja anaknya sebagai Senapati Agung. lahir. Khawatir akan keselamatan putranya, Sejak hari itu Danang Sutawijaya dilatih Sultan Adiwijaya menitipkan anaknya pada menjadi prajurit di istana. Kepadanya diberi Ki Juru Mertani, seorang petani yang tiga buah pusaka, yaitu Kyai Plered yang merupakan adik dari Ki Ageng Pemanahan, berbentuk tombak, Kyai Kebo Mundaran guru panah prajurit di Kerajaan Pajang. dan Kyai Carubuk yang berbentuk keris. Pada saat Danang Sutawijaya men- Walaupun sudah dibekali pusaka dan capai usia remaja, perang antara Bintara trik berperang, Raden Danang yang masih dan Pajang yang sudah berlangsung sangat belia merasa belum siap untuk bertahun-tahun semakin membesar. Ayah mengalahkan musuh. Setelah bertanya angkatnya, Ki Juru Mertani, merasa sudah pada ayah angkatnya, Ki Juru Mertani saatnya bagi Danang untuk mengetahui menyarankan untuk mencari petunjuk kebenaran bahwa dia sebenarnya anak di tempat semadhi ayah kandungnya. kandung dari raja yang selama ini memang Dikatakan ciri-ciri tempat itu adalah sering mengunjunginya. gua dengan gapura di pintu masuknya Telah terdengar oleh raja, ramalan dari dan dipenuhi ular belang hitam-putih Sanggar Pamujan bahwa Arya Penangsang berekor seperti lele yang berbisa. Setelah akan dikalahkan oleh keturunannya sen- mengetahui ciri-cirinya, Raden Danang diri, oleh karena itu Sultan Adiwijaya berkunjung ke gua di pantai Selatan Jawa memanggil putranya ke istana. Danang di tempat yang ditandai dengan kain jarik bergegas datang dengan pakaian sehari- di atas sebuah batu. harinya sebagai petani. Ketika menghatur Merasa yakin letak gua yang dimaksud, sembah pada ayahnya, kain jarik penutup Raden Danang pun masuk ke dalam gua kakinya robek sehingga membuat seluruh dan duduk di atas batu. Karena kelamaan tumenggung yang berada di istana me nunggu, sang putra raja pun mengantuk. menertawakan dan mencemoohnya, tetapi Dalam waktu yang terasa melambat itu, se sosok wanita datang menghampirinya, mengaku bernama Kanjeng Ratu Ni Mas 23 Danang = laki-laki; Suta = anak; Wijaya = trah Brawijaya. Artinya ”anak laki- laki dari Wijoyo”. Angin-Angin. Oleh Sang Kanjeng Ratu, Ra-

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 156 157 den Danang dibawa berjalan-jalan ke kera- Plered yang telah menantinya. Raden jaannya yang berada di seberang lautan. Danang yang masih muda merasa heran, Permintaan Raden Danang untuk melihat tubuh musuhnya yang terpelanting perlindungan dalam perang dipenuhi oleh jauh ke arahnya, walaupun hanya terjatuh Kanjeng Ratu, membuatnya membawa dari kuda. Segera dia pahami bahwa pulang seekor kuda betina putih yang kekuatan aji yang ditanam pada kuda Seta cantik bernama Seta Kumara Turangga Kumara yang membuat kuda sang Senapati Jati24 dan dititipi pesan agar tidak dinaiki memelantingkan tubuh penunggangnya ketika melawan Arya Penangsang dan sampai ke ujung tombak di tangannya. tidak melewati sungai Bengawan Solo. Kulit perut musuhnya itu robek, Di medan perang, Arya Penangsang membuat isi perutnya keluar dan beruraian. yang mera sa kecewa melihat lawannya Sungguh pemandangan yang mengerikan seorang remaja meme rintahkan pasukan- untuk disaksikan seorang remaja. nya untuk mundur. Tetapi Raden Danang Arya Penangsang bukanlah seorang yang sudah siap berperang malah prajurit yang lemah. Sebagai Senapati, mengejeknya pengecut, yang membuat beliau juga memiliki pusaka keris yang Sang Senapati marah. Raden Danang turun bernama Setan Kober. Pada wrangka keris dari kudanya, dan oleh karena ajian yang ini Arya Penangsang membelit ususnya, telah diberikan pada kuda Seto Kumara, mempertahankan hidupnya. kuda jantan hitam tunggangan Arya Sementara itu, Raden Danang yang Penangsang yang tiba-tiba merasa tertarik ketakutan bertanya pada ayah angkatnya pada kuda betina putih itu langsung apa yang harus dilakukan. Ki Juru Mertani menyebrangi sungai dan mengejar kuda mengingatkan kedua kerisnya yang belum Seta Kumara. dipakai. Setelah mendapatkan dukungan, Arya Penangsang yang tidak siap Raden Danang kembali maju dengan jatuh terpelanting dari atas kudanya. menghunus keris Kyai Carubuk dari bela- Sebelum menghajar tanah, tubuh Arya kang punggungnya. Penangsang menancap pada tombak Arya Penangsang yang menahan 24 Seta = putih; Kumara = anak; Turangga = kuda; Jati = asal/derajat. Artinya ma rah juga menarik keris Setan Kober ”anak kuda putih berderajat tinggi”.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 158 159 dari wrangka-nya, bermaksud mela wan membantu membangun kerajaan di tengah keris bocah ingusan yang telah mem- hutan itu. Puluhan vahana26 membawa permalukannya. Emosi membuatnya ter- bahan bangunan dari Kerajaan Dlepih lupa akan ususnya yang terbelit pada keris- Kayangan, sementara alat-alat berat nya dan menarik putus napasnya sendiri. bergerak ringan membabat hutan dan Dikisahkan Ki Juru Mertani yang me - meratakan tanah. Alat-alat lain menumpuk nyaksikan adegan ini mengagumi kega- dan membentuk bahan-bahan yang ada gah an tubuh Arya Penang sang di akhir menjadi bangunan dan dalam waktu hidupnya, sehingga buraian usus yang di- singkat hutan tersebut terisi bangunan- ganti dengan roncé bunga melati, di sisip- bangunan megah beragam bentuk dalam kan pada keris di pakaian pengantin pria jumlah banyak. Karena ukuran bangunan- menjadi budaya pada adat pernikahan bangunannya yang megah dan gedé (besar) Jawa hingga hari ini. inilah ibukota Mataram dinamakan Kota Gede. Lalu di sekeliling wilayah kerajaan Keberhasilan Raden Danang mengalah- dibangun ram (jeruji tembok) sebagai kan Arya Penangsang menghadiahinya ge- batas dan pelindung, yang memberi nama lar Senapati Ing Ngalaga—artinya pang lima kerajaan ini Mataram27. di medan perang—dan wilayah ke kuasaan di Hutan Mentaok atau hutan lebat yang Seperti sejarah yang berulang, se- tidak mungkin dihuni manusia, dekat kota men jak Kerajaan Mataram berdiri Senapati Wonogiri. Danang Sutawijaya tidak pernah lagi ber kunjung ke kerajaan pendahulunya, Bingung melihat kondisi hutan yang Kerajaan Pajang. Setelah tiga bulan, Sultan luas itu, Ki Juru Mertani mengusulkan agar Raden Danang kem bali meminta nasehat 26 Vahana = kendaraan besar yang bisa bergerak di atas daratan, di udara dari Kanjeng Ratu di Dlepih Kayangan25. maupun di dalam air, dipercaya sebagai kendaraan dari Kerajaan Atlantis di masa lalu. Ukuran vahana lebih besar dari vailixi, rata, mpeksi, dwjendro Sepasukan armada segera dikirim untuk dan bentuk lainnya. Bukti tentang keberadaan vailixi ditemukan pada rontal 25 Dlepih = kemewahan; Kayangan = surga, tempat tinggal para dewata. Situs India kuno dan kisah Mahabarata bersama dengan informasi tentang ”Kayangan” di Dusun Dlepih, Tirtamaya (sekitar 47km dari ibukota Wonogiri) Vimana, pesawat terbang milik Kerajaan India. bukanlah lokasi asli Kerajaan Dlepih Kayangan, karena di dusun Dlepih 27 Mata-ram (Sansekerta) = penghalang mata. Artinya ”kerajaan yang tidak ditemukan unsur kemewahan atau yang berkaitan dengan surga. Situs terlindung oleh selubung sehingga tidak bisa dilihat oleh mata orang normal asli kerajaan ini belum ditemukan/masih dirahasiakan lokasinya. dari luar wilayahnya”.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 160 161 Adiwijaya mengutus putranya yang lain, Pada zaman Susuhunan Amangkurat Pangeran Benawa, untuk mengunjungi Agung, atau dikenal sebagai Pangeran kakaknya. Puger, terjadi ekspansi besar-besaran Panembahan Senapati yang sudah wilayah kerajaan dan pembentukan memiliki kerajaan sendiri menolak untuk komando pasukan khusus bernama Lombok melapor ke Kerajaan Pajang dengan alasan Impling (artinya cabai pedas) yang terkenal kesibukan. Pangeran Benawa kembali ke dengan serangan mendadaknya yang tak Pajang dan melapor pada ayahnya, tetapi terduga dan mematikan yang bermarkas Sultan Adiwijaya malah menyerahkan semua besar di pulau Lombok, NTB, serta pasukan pusaka milik Kerajaan Pajang pada anak inteligen/mata-mata bernama Sukêt Têki kesayangannya. Pangeran Benawa diberi (namanya diambil dari nama rumput halus gelar Adipati dan memerintah Jipang, di yang tidak terlihat). Dari sinilah tercipta dua daerah Pati, yang sebelumnya merupakan jenis agêman atau pakaian resmi untuk wilayah kekuasaan Arya Penangsang. pria dalam pakaian tradisional Jawa yaitu Dengan demikian pemerintahan Kerajaan warna merah (dari warna lombok/cabai) Pajang berakhir dan bertambah besarlah dan hijau (dari warna sukêt/rumput). Kerajaan Mataram. Pada zaman pemerintahan Prabu Senapati Danang Sutawijaya menjadi Hamengku Buwana I (nama kecil nya raja pertama Kerajaan Mataram dan Mangkubumi Sukawati) terjadi pem be- bergelar Panembahan Senapati, yang rontakan oleh seorang patih bernama artinya ”panglima yang disembah”. Kelak Danureja II yang menginginkan jabatan keturunan Panembahan Senapati menjadi raja. Ketika itu, Prabu Hamengku Buwana cikal-bakal kerajaan yang masih ada I memilih untuk moksa—atau mati tanpa sampai sekarang, Kasunanan Surakarta di meninggalkan raga di dunia, atau mati daerah Solo dan Kasultanan Yogyakarta. dengan cara ’diangkat ke surga’—ketika anaknya masih kecil, dan Patih Danureja Keturunan beliau berturut-turut II menculik anak itu, mengancam akan adalah Panembahan Anyakrawati, Sultan membunuh bayi itu jika Patih Dipanegara Agung Anyakrakusuma, Amangkurat menyerang. Sebaliknya, Patih Danureja II Agung, Paku Buwana I, Hamengku Buwana I dan terakhir Hamengku Buwana II.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 162 163 menjanjikan tahta Hamengku Buwana II jika Bangun Tapan (artinya membangun tempat Patih Dipanegara mundur. yang tidak terlihat) yang segera menutup Karena itu Patih Dipanegara28 mem- Keraton Mataram yang asli seminggu boyong seluruh kerabat keraton—kecuali setelah mengetahui kebenarannya. Hamengku Buwana II yang dijanjikan Perang otomatis selesai ketika Keraton tahta—ke desa Ndêlik (artinya tempat ber- Mataram ditutup oleh Hamengku Buwana II. sembunyi) di Jombang, Jawa Timur, untuk Patih Dipanegara kemudian mengundurkan disembunyikan. Kemudian Patih Dipanegara dirinya dan menjadi pertapa di Gunung kembali tinggal di Tegalreja. Kawi dengan gelar Mbah Jugo, yang Ketika Prabu Hamengku Buwana II29 namanya berasal dari kata Sajugo, yang naik tahta menjadi raja, pecah Perang artinya ’sendirian’. Jawa atau Perang Diponegoro, melawan Setelah Keraton Mataram menghilang, pemberontakan Patih Danureja yang Patih Danureja II membakar semua pustaka menyewa pasukan Blondo. Prabu Hamengku raja purwa, mengganti sejarah menurut Buwana II yang sejak kecil diasuh dalam versinya, dan sejak saat itu keturunannya pengaruh Patih Danureja tidak pernah memerintah di keraton baru yang dibangun mengetahui trah keluarganya yang asli dan di Surakarta dan Yogyakarta dengan membela pihak Patih Danureja. menggunakan nama besar Amangkurat, Untuk membela kebenaran, Patih Dipa- Paku Buwana dan Hamengku Buwana. negara mengunjungi Prabu Hamengku Buwana II di keratonnya menggunakan aji kemayan dan membeberkan kisah yang sebenarnya terjadi. Karena itu raja terakhir ini bergelar sebagai Susuhunan

28 Nama aslinya Pangeran Antawirya, dan mendapat sebutan Dipanegara karena memiliki ajian Dwipa yang menggentarkan pihak lawan. 29 Nama kecilnya Raden Mas Sundara, yang dijadikan nama untuk Gunung Sundara yang dibangunnya untuk menutupi menara Babelan yang ditimbun di bawahnya. Ketika diculik oleh Patih Danureja, bayi lucu ini dijuluki Raden Mas Menol.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 164 165 ”Baca apaan lagi, Mbak?” tanya Bima yang tahu- tapi nama-nama Serat dan Sastra lain yang dicatat tahu sudah duduk di sebelah Rani. Rani menoleh ke di sana-sini pada lembar-lembar coretan itu, seperti sepupunya, menyerahkan kertas-kertas itu supaya Babad Meinsma, Serat Kandha, Serat Centhini, Serat Bima bisa membacanya. Cabolek, Serat Dharma Wirayat, Babad Sangkala, ”Wow!” gumam Bima berkali-kali sambil Babad Sankalaniang Momana dan Sadjarah Dalem, mem baca, sementara benak Rani dipenuhi dengan tidak dikenalnya. berbagai pertanyaan baru. ”Ini tulisan dari mana, Mbak?” tanya Bima, rupa- Nama-nama yang tertulis di kertas itu jelas nya sudah selesai membaca dan mengembalikan berhubungan dengan sejarah keraton di Jawa, tapi kertas-kertas itu ke tangan Rani. jalan ceritanya sangat berbeda dengan semua yang ”Entahlah. Ada terselip di bagian belakang buku pernah Rani baca di buku sejarah. Rasanya, dalam yang kupinjam ini,” jawab Rani sambil mengangkat beberapa hari terakhir ini Rani membaca banyak buku wayang itu dengan tangan kanannya, semen- sekali literatur yang memperkenalkan nama baru tara tangan kirinya menyelipkan kertas-kertas bagi khazanah pengetahuannya tentang sejarah tersebut kembali ke tempatnya. negaranya sendiri yang terdengar asing, tapi tulisan- ”Sepertinya bukan dari perpustakaan,” komentar Bima. kemarin itu. Bahwa Danang Sutawijaya yang ”Sepertinya punya cowok yang minjem buku ini bergelar Panembahan Senapati adalah keturunan sebelum aku,” timpal Rani. ”Orangnya aneh banget, dari Brawijaya VIII, raja terakhir Majapahit. Setahu jadi ngga heran kalau kertas ini punya dia.” Rani, Brawijaya hanya sampai V saja. ”Aneh gimana, Mbak?” Ada nama Pangeran Diponegoro yang cukup akrab bagi Rani, tapi tidak mengingat apapun ”Ya, aneh. Bajunya, rambutnya, gerak-geriknya. mengenai beliau kecuali perang memperjuangkan Kayak mau main teater gitu,” jawab Rani asal. tanah kuburan leluhurnya dari tangan Belanda. Rani ”Seniman?” tebak Bima. harus mencari tahu lebih banyak mengenai salah satu ”Sepertinya sih,” jawab Rani, sambil mengambil pahlawan Indonesia paling terkenal ini. selipan kertas lain yang bergambar sketsa dan Beberapa nama lain dan berbagai tambahan menyerahkannya pada Bima. keterangan seperti catatan kaki dibubuhi dengan ”I-S,” sebut Bima. Rani menoleh, tidak paham tulisan tangan kecil-kecil di sana-sini di kertas-kertas maksud saudara sepupunya itu. itu, membuat Rani tertarik ketika membacanya. Rani pernah mendengar tentang Babad Tanah Jawi,

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 166 167 Bima menunjuk sebuah inisial yang terdapat di  sumber lain lagi menyebutkan sebagai sana-sini pada beberapa lembar kertas. Satu-dua ker- keturunan Ki Ageng Prampelan dari tas dibubuhi lebih banyak inisial dari yang lainnya, IS. Kerajaan Pajang.  ”Kalau begitu aku harus menemukan orang Diponegoro lebih menyukai ke agama- itu,” janji Rani, untuk mengembalikan kertas-kertas an, dibesarkan di luar keraton, dididik ini dan juga untuk menanyakan banyak sekali ke- sebagai ksatriya Jawa, mengikuti tradisi kejawen, paham ritual keraton dengan ganjilan yang memenuhi benaknya saat ini. tata cara, perilaku, dan tutur bahasa yang hierarkis, mendapat pendidikan perang dengan olah kanuragan, olah senjata, menunggang kuda, dan ilmu pemerintahan.  Keesokan harinya, Rani membuka-buka lagi Diponegoro tinggal di Tegalrejo tem- buku pinzamannya, mencari informasi tentang Pa- pat eyang buyut putrinya, Ratu Ageng Tegalrejo, permaisuri dari Hamengku ngeran Diponegoro yang bisa dikumpulkannya. Buwana I. Pada dasarnya hampir semua sumber menyatakan  sumber lain menyebutkan neneknya data yang serupa, tidak sesimpang-siur sejarah ten- adalah Ratu Kedaton, permaisuri tang Kerajaan Mataram. dari Hamengku Buwana II, yang merupakan generasi ke-6 Pangeran  Cakraningrat dari Tunjung Madura. Pangeran Diponegoro, 1785-1855.   Diponegoro menjadi salah satu wali Nama kecilnya Bendoro Raden Mas Hamengku Buwana V (1822) yang masih Ontowiryo / Antawirya / Mustahar. berusia 3 tahun sementara pemerintahan  Ayahnya Hamengku Buwana III, Ibunya kerajaan dipegang Patih Danurejo yang RA. Mangka rawati (seorang garwa bekerja sama dengan Belanda. ampeyan /selir non-permaisuri dari  Tahun 1825, Diponegoro memberontak Pacitan yang berdarah Madura). karena Be lan da akan membuat jalan  sumber lain menyebutkan darah Ma- baru Yogyakarta-Muntilan melalui dura beliau didapat dari garis ayah. tanah kuburan leluhurnya di Tegalrejo.  sumber lain menyebutkan ibunya Terdesak, Diponegoro menyelamatkan adalah putri dari Majasta, Kerajaan diri dan keluarga serta pasukannya ke Pajang. Desa Dekso, Kabupaten Kulonprogo, hingga ke Goa Selarong, Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan, 5KM di barat

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 168 169 Bantul, yang menjadi basisnya, juga di  Perjuangan Diponegoro didukung Paku Goa Kakung di sebelah barat dan Goa Buwono VI dan Raden Tumenggung Putri di sebelah timur. Prawirodigdaya (Bupati Gagatan) dan  Perang Jawa (De Oorlog) ini meliputi dibantu Kyai Maja. pasukan infanteri, kavaleri, artileri dan  Tahun 1827, Diponegoro mulai terjepit terjadi di puluhan kota & desa di seluruh dan akhirnya menyerah kalah tahun Jawa. Jalur logistik dibangun untuk 1830. menyokong kebutuhan perang. Puluhan  Diponegoro meninggal dunia tahun 1855 kilang mesiu dibangun di hutan dan di Makassar, tempat pengasingannya dasar jurang. Mesiu dan peluru diproduksi sejak 1834, setelah sempat ditawan di sementara perang berlangsung. Telik Batavia dan diasingkan ke Manado. sandi (mata-mata) dan kurir dikerahkan untuk mendapatkan informasi guna menyusun strategi perang. Serangan Rani membaca hasil rangkumannya yang tidak terbesar dari pribumi dilaksanakan pada terlalu berbeda dengan yang tertulis di kertas yang bulan peng hujan karena alam menjadi ditemukannya itu, kecuali zaman hidup Diponegoro senjata tak terkalahkan. Penyakit antara masa pemerintahan Hamengku Buwana II atau malaria, disentri menjadi senjata lain Hamengku Buwana V, serta akhir hidup Pangeran yang melemahkan Belanda. Pihak Belanda mengerahkan 23.000 serdadu. Diponegoro yang ditangkap dan diasingkan, Taktik perang yang digunakan adalah sementara Patih Diponegoro yang menjadi pertapa. taktik perang modern dengan metode Sepertinya, semakin banyak yang Rani baca open warfare (perang terbuka), guerrilla semakin tersesat otaknya berjalan. Bukannya men- warfare (perang gerilya), hit-and-run, dapatkan jawaban, yang ada di benaknya se makin suppressing (penghadangan), psy-war banyak pertanyaan. Setelah berjam-jam ber kutat (perang urat syaraf atau tekanan dan provokasi). Jumlah korban perang adalah dengan sejarah yang saling simpang-siur, Rani 8.000 orang Belanda, 7.000 orang menutup semua buku pinzamannya dan me mu tus- pribumi dan 200.000 orang Jawa. kan untuk tidur saja.  sumber lain menyebutkan Belanda kehilangan sampai 15.000 jiwa pasukan.  Pertanyaan: apa bedanya pribumi dan Rani mengembalikan buku wayang itu ke orang Jawa? Siapa yang dimaksud perpustakaan beberapa hari kemudian setelah puas dengan ’pribumi’? membaca ulang dan meng-scan beberapa halaman

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 170 171 yang dianggapnya penting, tetapi menyimpan ker- perpustakaan menuju ke arah barat kompleks uni- tas-kertas coretan itu di dalam jurnalnya. versitas itu. Sebelum beranjak dari meja konter, Rani bertanya Rani mempercepat langkahnya, berusaha me- pada petugas tentang cowok yang meminjam buku nyusul si mahasiswa. Ketika jaraknya sudah dekat, ini sebelumnya, tetapi karena alasan keamanan, tidak Rani menyapa sopan, permisi, yang rupanya tidak satupun data—tidak juga jurusan atau angkatan— terdengar. yang Rani dapatkan dari petugas itu. Setelah menyapa dua kali tanpa hasil, Rani Setengah merengut karena kecewa, Rani tidak mengulurkan tangannya dan menyentuh pundak langsung keluar setelahnya, tetapi mencari buku cowok tinggi di depannya itu. tentang Babad Tanah Jawi yang disebut-sebut Kaget, si cowok berhenti berjalan dan menoleh, di kertas coretan. Petugas perpustakaan sudah menemukan gadis berparas manis yang tingginya menyatakan tidak ada buku tentang babad, sastra, hanya sedagunya, mengenakan baju seragam putih serat maupun prasasti di perpustakaan yang berisi abu. Rupanya, kedua kuping si cowok gimbal ini ratusan ribu buku itu. Rani tidak percaya, mungkin sedari tadi disumpal earphone yang membuat sapaan karena kesal tidak bisa mendapatkan data tentang Rani sebelumnya kalah dengan lagu aliran alternative si mahasiswa unik, dan berjalan ke deretan rak dari iPod di saku kemejanya. Sejarah Indonesia, lalu beranjak ke deretan Literatur Si cowok meraih iPodnya, mematikan lagunya, dan Agama setelah menemukan bahwa perkataan la lu mencopot kedua kepala earphone dari kupingnya, petugas tadi ada benarnya. Tidak ada satupun judul mem persilakan Rani untuk mengutarakan maksud- buku yang menyebutkan atau merujuk pada topik nya. yang dicari oleh Rani. ”Sorry,” ucap Rani ragu, setengah takut melihat ”Aduh, Mbak!” sebuah seruan putus asa dari arah penampilan acak-acakan si mahasiswa. ”Aku cuma meja resepsionis mengagetkan seisi perpustakaan. mau tanya, siapa nama Kakak?” Semua kepala menoleh, menemukan cowok gimbal berbaju aneh yang sedang berkeras setengah panik Tampang si mahasiswa berubah curiga, walau mengenai sesuatu pada petugas perpustakaan, tetap menjawab, ”Iwan.” sementara si petugas tampak kebingungan karena ”Apa Kakak kehilangan kertas bergambar?” tidak bisa memenuhi permintaan si mahasiswa. Raut muka bete si cowok jangkung bernama Rani, yang ikut mencari asal suara yang menga- Iwan tadi langsung berubah sumringah, seakan baru getkan tadi, berjalan mengikuti mahasiswa yang saja memenangkan lotre besar. sekarang sedang berjalan lunglai keluar dari gedung

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 172 173 ”Kamu nemuin kertasku?” tanyanya ber- ”Terima kasih ya, kamu telah menyelamatkan semangat. hidupku,” ucap Iwan dramatis tapi terdengar tulus, Rani mengangguk, meraih ke dalam tas kanvas sambil menjabat erat tangan kanan Rani. ”Namaku model messenger bag yang tersampir di bahu kanannya Iwan, by the way, Sang Seniman yang terperangkap dan mengeluarkan sebuah jurnal besar. nggak lulus-lulus dari kampus ini.” ”Yang ini bukan?” tanyanya sambil menyodorkan ”Iwan Sang Seniman —cocok!” komentar Rani tumpukan kertas dari selipan di jurnalnya. Kertas- sambil tertawa mendengar penjelasan tak penting kertas itu disambut dengan reaksi bahagia dari itu, sudah menyangka kawan barunya ini seorang pemiliknya yang membuat Rani sedikit geli melihat seniman. Demi kesopanan, Rani balas menyebutkan kontrasnya penampilan dan ekspresi cowok tinggi namanya, ”Aku Rani, siswi SMA yang masih belum di depannya ini. Jika diperhatikan, cowok ini tidak bisa lepas dari masa penderitaan berbaju seragam.” terlihat terlalu menakutkan. Bahkan, wajahnya tidak Keduanya tertawa, lalu Iwan Sang Seniman ber- tampak menyeramkan seperti yang dibayangkannya. pamit untuk segera menyelesaikan proyek rahasianya. Garis-garis mukanya menunjukkan keramahan ”Proyek apa, Kak, kalau boleh tahu?” tanya Rani walau tampak menyembunyikan banyak hal lain. penasaran, ”Komik, ya?” ”Ketemu di mana? Kok tau ini punyaku? Kok tau Iwan Sang Seniman memandangnya penuh arti, namaku?” Pandangan Iwan S. masih terpaku pada lalu bertanya, ”Kok tahu?” kertas-kertas di genggamannya, seolah tidak bisa ”Habisnya ada gambar-gambar tokoh dan pen- memercayai anugerah yang baru saja diterimanya. jelasan karakternya di sana,” jawab Rani sambil me- ”Ada di buku Wayang yang kupinjam dari nunjuk ke arah kertas yang sekarang sudah di masuk- perpustakaan,” jawab Rani. ”Kupikir kertas ini pasti kan ke dalam map plastik hitam. Iwan Sang Seniman punya kakak yang minjam buku ini sebelum aku. baru saja hendak memasukkan map itu ke dalam tas Tadi aku tanya ke petugas di perpustakaan tentang ransel bertambalnya yang tampak sangat lusuh. Kakak, tapi dia ngga mau ngasih tau bisa nyari Kakak ”Kamu pintar juga, anak SMA,” kata Iwan Sang di mana, jadi aku bawa aja kertasnya sama aku, takut Seniman sambil mengedipkan sebelah matanya, malah hilang kalau tetap di dalam buku.” lalu menarik ritsleting tasnya hingga tertutup dan Baru saat itulah Iwan S. itu menoleh ke arah menyampirkannya ke belakang punggung kirinya. Rani. Tangan kanannya terulur, yang disambut ragu ”Kalau boleh tahu, Kak,” seru Rani panik ketika oleh Rani. melihat Iwan Sang Seniman sudah mulai beranjak

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 174 175 meninggalkannya. Yang dipanggil berhenti lagi dan utamanya terpajang papan hitam bertuliskan ’Seni berbalik menghadap Rani, menunggu. Murni’ dari cat putih. ”Dari mana Kakak dapatkan nama-nama tokoh Mereka berjalan melewati koridor dengan pintu- karakter komik Kakak? Soalnya tidak ada di buku pintu kayu sederhana, dengan gagang pintu besi Wayang yang kubaca.” model kuno yang sudah mulai berkarat, dan lantai Mendengar pertanyaan ini, Iwan Sang Seniman ubin kesat berukuran 20x20 yang mengisyaratkan melangkah mendekati Rani supaya pembicaraan usia bangunan yang sudah hampir seabad itu mereka berikutnya tidak terdengar orang lain. memerlukan sentuhan baru. ”Memangnya kamu tertarik sama cerita Jawa Mereka naik ke lantai dua, dan di balik pintu begini?” pertama di sisi kiri, terdapat sebuah ruangan kelas yang cukup besar, yang tampak seperti sarang ”Banget! Makanya aku pinjam buku Wayang berkarya bagi seniman-seniman senior di kampus itu. yang Kakak pinjam kemarin itu kan,” jawab Rani sambil mengangguk antusias, karena selama hampir Ada beberapa meja kayu di dalam ruangan itu, seminggu ini tidak ada yang bisa memberinya jawaban diseling meja-meja gambar arsitek yang bisa diatur yang memuaskan. Ibaratnya orang kehausan yang ketinggian dan sudut permukaannya, beberapa hanya diberikan titik-titik air untuk menghilangkan meja kaca berbingkai kayu dengan lampu di bagian dahaganya, Rani mendamba kolam air segar di mana bawahnya yang berfungsi untuk menyalin gambar. dia bisa meneguk air yang akan mengisi mulutnya, Dari pemandangan yang Rani lihat, sepertinya membasahi kerongkongannya, memenuhi ruang- setiap meja kayu punya penghuni tetap (terlihat ruang di dalam perutnya, sepuasnya. dari banyaknya jumlah barang yang tertumpuk di Iwan Sang Seniman menatapnya, berusaha atas dan di bawahnya, beserta hiasan dan gambar meyakinkan dirinya bahwa membocorkan rahasia nya atau foto yang terpajang seperti pada meja guru atau pada seorang adik culun berbaju SMA ini merupakan meja kantor) sementara meja arsitek dan meja tracing langkah yang bijak, tapi akhirnya menunjuk Rani dibiarkan kosong seakan bebas untuk dipakai siapa dengan telunjuknya, kemudian menarik jarinya itu ke saja. arahnya, sambil berkata pelan tapi tegas, ”Ikut aku!” Meja milik Iwan Sang Seniman terletak di Rani mengikut saja, melangkah cepat mengiringi pojok belakang ruangan, dengan fasilitas tembok ritme langkah besar kawan baru di depannya. yang dijadikan tempat pameran gambar-gambar Mereka masuk ke dalam sebuah gedung di sisi barat sketsa nya yang ditempel dengan selotip dan akses kompleks universitas yang di atas pintu masuk untuk membuka-tutup jendela di sampingnya yang memberinya keleluasaan mengatur bukaan ventilasi

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 176 177 sesuai kebutuhannya. Pemandangan ke arah lapangan parkir yang dikelilingi pepohonan merupakan nilai dilihatnya. Semua tokoh ini berpakaian unik, mirip plus lainnya. Sungguh tempat yang eksklusif. Rani kostum dalam manga atau game RPG, setengah kuno bertanya-tanya, apa dibutuhkan persyaratan khusus setengah modern, dengan ciri kain batik Jawa yang untuk mendapatkan tempat senyaman ini di antara berbeda-beda untuk setiap karakter, tetapi dengan persaingan mahasiswa lain? Jika Iwan si Seniman ini bukan mahasiswa abadi alias veteran, kemungkinan dia atau fantasi yang pernah ditontonnya. adalah preman di jurusannya, taksir Rani. Rani membaca nama-nama bernuansa Jawa ”Selamat datang di kantorku,” Iwan Sang atau wayang yang tertulis di bawah setiap karakter, Seniman membuka tangan kanannya, mem- mencoba menebak latar belakang yang dijadikan persilakan Rani duduk di bangku yang ada di depan setting untuk proyek komik si seniman ini. meja kerjanya. Rani duduk menyamping, tangan ”Aku ngumpulin semua cerita dari tanah air kirinya diletakkan pada sandaran bangku yang untuk karakter-karakter ini,” ujar Iwan Sang Seni- membelakangi meja Iwan Sang Seniman. Dia mulai man, lalu membuka kunci lemari kayu kecil di memerhatikan barang-barang di atas meja itu—yang belakang nya, yang baru Rani sadari ada di sana. tidak terlalu menarik karena sebagian besar berupa Sebe lumnya, Rani tidak ingat melihat ada lemari alat gambar—lalu melihat-lihat kertas berukuran A4 di tembok belakang ruang kelas ini. Mungkin saja, yang tertempel berjejer di tembok sebelah meja. pandangannya tadi terhalang tumpukan bahan- Berbeda dengan sketsa dan coretan di kertas yang bahan lukisan dan peralatan seni lain di sisi dinding ditemukannya, gambar-gambar di tembok ini sudah itu. selesai, masing-masing menampilkan berbagai sosok Lemari pendek itu bercat coklat tua polos tanpa pria yang gagah, tampak berwibawa, membawa ukiran atau lukisan di permukaannya, dengan senjata khas Jawa, kadang keris, tombak, atau gada sepasang pintu di bagian depannya dengan kunci di tangan, atau sosok wanita dengan karakter wajah, unik model kuno dengan slot sederhana dari pakaian dan gestur yang berbeda tapi semuanya kuningan yang seharusnya berwarna keemasan tampak cantik dan anggun. tapi sebagian besar sudah tertutup karat di tengah Rani merasa kagum melihat karakter-karakter kedua pintu seperti lemari antik dari Cina. Di dalam itu, yang tidak tampak seperti karakter komik lemari dua lantai itu terlihat sebuah kotak kayu kecil atau kartun manapun yang pernah dilihatnya berwarna hitam dan sebuah benda panjang yang sebelumnya. Ada unsur yang ”sangat Indonesia” dilibat kain tersimpan di lantai atas yang pendek. di tokoh-tokoh ini, tetapi juga sama sekali tidak Hanya ujungnya yang tumpul terbuat dari kayu

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 178 179 warna cokelat muda yang terlihat oleh Rani. Di lantai pria dan wanita yang masih berpose dengan gagah bawah, tampak deretan buku berbagai ukuran besar dan anggun di tembok. dan tebalnya, bersampul kulit atau kain yang dijahit, Iwan Sang Seniman mengangguk bangga. tampak usang dan sangat berumur, berseling dengan ”Dan ini,” tambahnya sambil mengeluarkan dari buku lain yang tampak lebih baru dengan jilidan sudut lemari tumpukan tebal kertas ukuran A4 yang percetakan modern. Di punggung salah satu buku belum dijilid. Kertas paling depan bergambar dua tebal yang dilihat Rani bertuliskan Babad Tanah Jawi karakter lawan jenis yang berwarna-warni, dengan sebagai judulnya, persis kitab kuno yang dicari-cari tulisan ’Keraton Atlantis’ besar-besar dengan warna Rani di perpustakaan tadi. Di antaranya, judul-judul yang kontras seperti pada desain sampul pada komik berbahasa Kawi dan Sansekerta seperti Babad Wana Marvel. Ada bau seperti dupa yang samar tercium Wilwatikta, Serat Centhini, Sastra Jendra, Sabda oleh Rani ketika tumpukan kertas itu dipindahkan ke Palon, Pararaton, dan Negarakretagama berjajar rapi. atas meja. ”Itu punya Kakak semua?” tanya Rani kagum, ”May I?” tanya Rani sambil melihat ke arah si menganggap persistensi mahasiswa di hadapannya komikus, meminta izin untuk menyentuh karyanya. dalam menyelesaikan proyek bukanlah hal yang main-main, walau agak bertentangan dengan Setelah Sang Seniman mengangguk kenyataan bahwa dia belum lulus juga dari bangku mempersilakan, Rani baru berani untuk mengangkat kuliah. Pada beberapa barang di atas meja itu, Rani kertas paling atas, tak henti menggumamkan membaca angka 2008 di sebelah nama Iwan Setiawan. ”Wow!” seraya menemukan lebih banyak lagi Seharusnya dia sudah lulus tiga tahun lalu, hitungnya. gambar pada kertas-kertas di bawahnya, dengan enam-delapan kotak penuh gambar tanpa warna di Iwan Sang Seniman menggeleng. tiap halamannya, serta berbagai ukuran bentuk elips ”Nggak, bukan punyaku. Ada yang beli, ada di dalam kotak yang bertulisan sebagai ucapan si yang minta, ada yang pinjam nggak kembali,” karakter di dalam kotak. jawabnya sambil tertawa. Rani memandang seniman ”Apa ini proyek tugas akhir Kakak?” tanya Rani di depannya dan ikut tertawa, dengan tatapan seolah lagi, masih terkagum-kagum. Kali ini Iwan Sang mengatakan ’yeah right,’ merasa sedikit kecewa akan Seniman tertawa kencang, hampir tersedak ketika kesalahan analisisnya yang terlalu meninggikan mendengar pertanyaan Rani, lalu menggeleng. lawan bicaranya ini. ”Ini proyek rahasia, Non. Bukan tugas kuliah,” ”Jadi itu semua bahan bacaan yang menghasilkan jawabnya serius, dengan nada yang direndahkan ini?” tanya Rani sambil menunjuk deretan gambar seolah ini merupakan hal berbahaya untuk diketahui

Gerbang Nuswantara 180 181 umum dan terdengar lebih berhati-hati ketika menggambar, dan merangkai kisah dalam bentuk mengucapkan ’proyek rahasia’. Rani memandang komik ini membuatnya kekurangan teman. Kawan sekelilingnya, melihat satu-dua mahasiswa di ujung seangkatannya sudah lulus semua, dan juniornya lain ruangan, yang satu tampak sedang berkutat menganggapnya aneh, galak, atau sekedar tidak dengan tugasnya sementara temannya tidur-tiduran peduli. Para dosen juga kesal karena walaupun absen di atas beberapa kursi yang dideretkan di dekatnya. kehadirannya lebih dari cukup untuk mendapatkan Mereka tidak tampak terusik maupun penasaran syarat kelulusan, tapi perhatian dan proyeknya dengan apa yang terjadi di sudut meja Iwan Sang tidak berada di ruang kelas ini, bahkan tidak Seniman, walau sempat memandang heran melihat berada di kampus ini sama sekali. Mereka sudah anak SMA berkeliaran di gedung kampus mereka lelah menasehati dan menagih tugas yang harus ketika Rani melewati mereka tadi. Keduanya lalu dikerjakan mahasiswa abadi ini sampai akhirnya tampak tak acuh ketika tahu Rani datang dengan bersikap tak acuh dan membiarkannya melakukan Iwan Sang Seniman. apapun yang diinginkannya selama dia membayar Di mana letak rahasianya, pikir Rani logis, kalau uang semesteran. Bertahun-tahun mengerjakan calon orang-orang di sekitar situ tidak ada yang merasa mahakarya tanpa ada yang mempedulikan membuat penasaran atau curiga. Lagipula, gambar-gambar itu Iwan Sang Seniman kegirangan ketika bertemu Rani terpampang jelas di dinding, komik yang hampir yang tampak ter tarik pada proyeknya—terutama berbentuk buku ini disimpan di dalam lemari pada topik yang dipilih untuk proyeknya ini. dengan tingkat pengamanan sangat rendah—jika ”Kalau begitu kenapa aku diajak ke sini?” isinya memang sebegitu rahasianya—dan lemari tanya Rani tak mau kalah. Iwan Sang Seniman itupun tampak sangat mudah untuk diangkut oleh me natapnya, merasa kesal. Baru disadarinya dua orang jika kunci tadi tidak berhasil dijebol. pengetahuan Rani masih sangat minim, jauh dari ”Rahasia gimana, Kak?” tanya Rani bingung. standar yang diharapkannya. Diambilnya kertas- Iwan Sang Seniman menyentuhkan telunjuk ke kertas komiknya dari tangan Rani dan dirapikannya. bibirnya, memperlihatkan ekspresi marah karena Rani membiarkan kertas-kertas itu diambil pemilik- kelancangan pertanyaan Rani. nya, tapi memperlihatkan raut muka kesal karena dianggapnya hal itu tidak sopan. ”Yang namanya rahasia, bukan untuk di- ceritakan,” jawab Iwan Sang Seniman mulai jengkel ”Karena kamu yang minta,” jawab Iwan Sang akan ke-kepoan anak ingusan yang sudah terlanjur Seniman tanpa berpikir sambil memasukkan calon dibawanya ke meja kerjanya ini. Apa boleh buat, komiknya ke dalam sudut lemari, lalu mengunci selama hampir tiga tahun terakhir dia sibuk mencipta, lemarinya. Rani mendengar manusia aneh itu

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 182 183 menggumamkan sesuatu selama beberapa detik. hidupnya dia diusir, tapi juga karena gagal men- Lalu dia menghela napas berat dan berbalik menatap dapatkan jawaban yang sedang dicarinya. Dia Rani. berjalan cepat-cepat meninggalkan ruangan itu, ge- ”Oke, ini emang ngga ada hubungannya dengan dung itu, kampus itu, sambil mengumpat marah. tugas akhirku, karena proyek ini jauh lebih besar dan lebih penting daripada tugas akhirku. Dan jika proyek ini bisa berhasil dikenal umum, banyak orang yang akan terbuka matanya pada kebenaran yang tertutupi. Karena itu, aku harus menyelesaikan tugas ini secepatnya.” Rani mengernyitkan dahinya, menebak-nebak, hal apa yang lebih penting yang bisa mencegah seseorang dari kelulusan—yang artinya kebebasan— yang akan memberikan waktu lebih banyak bagi siapa pun juga untuk melakukan ’proyek rahasia’nya. ”Kalau begitu, bukankah kalau Kakak cepat ngelarin tugas akhir, proyek rahasia ini bisa lebih cepat selesai juga?” ”Kamu bawel sekali, Anak SMA,” ujar Iwan Sang Seniman dengan nada tak sabaran, melambaikan tangannya dengan punggung tangan menghadap Rani sebagai tanda mengusir. ”Lebih baik kamu pulang saja, Dik, belajar di rumah sana!” Rani membalasnya dengan pelototan matanya yang marah, tapi tidak membalas perkataan seni- man aneh itu. Dia hanya mendengus kesal lalu mem- balikkan badannya ke arah pintu, lalu berjalan keluar sambil mencak-mencak. Satu lagi, nih orang aneh, Rani mengomel dalam hati. Bukan saja karena untuk pertama kali dalam

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 184 185 Para awak kapal kembali bergeser lima meter ke arah kanan masing-masing. Mereka mengeluarkan kotak lain yang terbuat dari uranium dan menanamnya di batas luar benteng keraton. Seperti yang sudah-sudah, Wilangan 13 mereka melaksanakan ritual keris dan kemenyan yang diselesaikan dengan mantra-mantra yang berbeda bunyinya. Gerbang Tidak ada yang tampak terjadi saat itu, tetapi jika diperhatikan lebih seksama, pemandangan dari dalam ke luar batas kerajaan tampak sedikit terdistorsi, seakan ada Rupanya, akhir pekan berikutnya adalah long weekend. Pakde Nur dan Bima mengajak Rani dan selaput air—atau uap dari minyak panas yang menguar— ibunya untuk pergi ke Wonogiri. Selain untuk perlahan naik dari tanah dan membentuk benteng yang refreshing dengan suasana yang berbeda, Pakde sama dengan cahaya biru kekuningan tadi, yang kemudian berharap Rani bisa bertemu dengan kedua eyangnya perlahan melebar dan menyatu dengan pemandangan yang belum pernah dikenalnya. sekitarnya. Rumah Pakde berada di pinggiran kota Pada saat itu, terlihat selaput uap merambat meluas Wonogiri yang menghadap waduk Gajah Mungkur. keluar melalui celah dari gerbang-gerbang benteng, yang Sementara, untuk ke rumah eyang di desa masih kemudian terurai dan menghilang dalam jarak lebih dari setengah jam perjalanan jauhnya. Sesampai di sepuluh meter. Para awak memindahkan benda-benda rumah Bima, Budé Sri menyambut mereka dengan besar dari sekitar gerbang—pohon tua, batu besar—di luar hangat. Rani sama sekali belum pernah bertemu batas untuk menutupi celah-celah itu. Setelah yakin semua dengan istri pakde ini, tapi langsung merasa sangat akses keluar-masuk wilayah sudah aman terlindung, para familier dengan sosok sederhana dan keibuan awak berpindah tempat lagi. Getaran Sasradara sudah wanita berambut panjang yang disanggul ini, yang jauh berbeda dengan ibunya yang tipe wanita bisnis. berhasil terpasang. Budé Sri mempersilakan mereka masuk, memeluk mereka satu persatu, termasuk Rani. ”Wis gedé kamu sekarang, Nduk. Ayu seperti ibumu,” ucap Budé Sri dengan logat yang sama

187 kentalnya dengan Bima, sambil mendekap erat dengan mobil, keduanya memasang tampang horor. tubuh Rani. Rani hanya tersenyum sopan melihat Bu Ratih segera memesan tiket pesawat untuk empat antusias bibinya yang tidak pernah dikenalnya orang ke Solo dan memesan mobil sewa lengkap ini. Sebenarnya, Rani ingin berinteraksi lebih dengan supirnya untuk mengantar mereka berempat banyak, tapi dia tidak tahu harus bicara apa. Rani ke Wonogiri. Entah berapa kali Bima memprotes memang tidak begitu pandai menghadapi orang pemborosan uang untuk semua biaya transportasi, yang baru dikenalnya. Sifatnya yang tertutup ini tapi Rani membalasnya dengan penghematan waktu seakan membentengi dunia di dalam benaknya dan energi. Akhirnya, Bima dan ayahnya tidak bisa dengan dunia umum. Akhirnya, dia hanya menjadi menolak ide perjalanan udara dan meninggalkan pendengar yang sedikit-sedikit tersenyum, tertawa mobil Vitara mereka di Bandung. kecil atau mengangguk sebagai reaksi dari topik obrolan yang tengah dibahas. Setelah setengah jam melepas lelah dan membongkar-muat beberapa barang bawaan Tidak sampai satu jam, mereka sudah sampai rombongan mereka—ditambah Budé Sri—melan- di desa Banjarsari. Desa itu berada di lereng bukit, jutkan perjalanan naik mobil Toyota Kijang 1997 terdiri dari 30-40 rumah petani saja, dengan lautan hijau milik Pakde Nur, yang walaupun usianya lebih sawah dengan sistem terasering yang menyelimuti tua daripada Rani dan Bima, tapi masih mulus dan permukaan bukit dan pepohonan yang tumbuh di terawat. antara petak-petak itu. Rani dan ibunya memang tidak terbiasa Rumah eyang terletak agak terpencil di atas bukit, melakukan perjalanan darat selama lebih dari tiga terpisah dari rumah petani yang mengelompok. Jalan jam, apalagi hubungan keduanya belum pulih yang mengantarkan mereka ke rumah eyang hanya seperti dulu. Rani memang sudah tidak marah- selebar 4 meter, cukup hanya untuk sebuah mobil marah pada ibunya, tapi juga belum bisa mengobrol dan sebuah motor yang berpapasan. Pepohonan panjang berseling tawa lepas layaknya obrolan yang membatasi di kiri-kanannya semakin merapat ibu dan anak. Mereka bersikap biasa saja satu sehingga rumah eyang tidak mudah terlihat dari sama lain, tapi belum menuntaskan uneg-uneg dan jauh. Ketika sampai di pekarangan, barulah tampak permasalahan yang sesungguhnya, karena ibunya rumah mungil itu, dengan halaman luas yang masih disibukkan dengan perihal perceraiannya, dipenuhi kembang-kembang dan tanaman hijau dan Rani sibuk sendiri dengan riset kecilnya. Karena yang ditata rapi. itu, begitu pakde mengusulkan perjalanan 7-8 jam

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 188 189 Rumah itu tidaklah terlihat seperti gubuk dengan yang menutupi permukaannya. Di kejauhan, terlihat dinding papan atau berdinding tegel seperti yang genteng-genteng rumah warga yang tidak beraturan Rani lihat pada rumah-rumah di sekitar persawahan. diselingi pepohonan. Walau tidak besar, bangunan bertembok bata itu Pakde menyapa ayahnya, mencium punggung tidak diplester sehingga warna terakota bata diseling tangannya, lalu memutar badannya supaya pria abu-abu natnya menjadi motif tersendiri. Genteng tua itu bisa melihat Ratih Dijoyo, anak yang telah tanah liatnya mengadopsi bentuk joglo, dengan tiang menghilang selama hampir 20 tahun. kayu di sana-sini sebagai penopangnya. Di bagian Kejadiannya terasa cepat bagi Rani, walau teras, pagar kayu membatasi panggung dari tanaman beberapa detik pertama terasa seabad. Ketika Eyang semak yang tumbuh di sepanjang pinggirannya. Tirto bergerak maju untuk mendekati putrinya, Tanaman lain dan pepohonan tumbuh subur di barulah sang putri bergerak maju, mencium pekarangan dan membuat keseluruhan rumah itu punggung tangan ayahnya, lalu mereka berpelukan. tampak sangat nyaman untuk sepasang lansia yang Tak lama kemudian, Eyang Ningrum keluar dari hidup di dalamnya. rumah dan, melihat putrinya yang dirindukannya Rani langsung merasa kerasan di sana, bahkan akhirnya pulang ke rumah, ikut memeluk dua sebelum masuk. Semakin mendekati bangunan manusia yang saling memeluk itu. rumah, hatinya berdetak semakin cepat, bahkan dia Setelah itu, Rani diperkenalkan dan semuanya bisa mendengar bunyinya. Deg-deg-deg-deg-deg- diundang masuk ke dalam rumah. Tidak ada lagi basa- Mereka belum sampai naik ke panggung teras, basi di ruang itu, malah Rani tak henti memandang tapi pintu rumah dari kayu sudah terbuka. Dari ibunya yang terlihat bersemangat menceritakan baliknya, muncul sosok pria tua, agak bungkuk dan kisah hidupnya sejak pindah ke Bandung secara rambutnya memutih semua. Raut wajahnya tampak garis besar pada orangtuanya, dan bercerita tentang tanpa beban. Rani tidak heran karena melihat anaknya—Rani—yang selain cantik dan populer pemandangan di sekeliling yang bisa dinikmati di sekolah, juga pandai dan selalu ranking satu, setiap hari. Di depan rumah, di seberang jalanan, menjuarai berbagai lomba cerdas cermat atau lomba terdapat tanah luas yang berumput liar dengan pelajaran lainnya, dan seterusnya. Tinggal Rani yang pepohonan yang tumbuh rindang. Beberapa ratus tersenyum malu ketika semua mata menoleh ke meter di kanan dan kirinya baru terdapat rumah- arahnya setiap kali ibunya membanggakannya. rumah lain, yang memang dibangun agak berjauhan. Akhirnya, Rani pamit ke toilet karena tak Di sisi sebaliknya, deretan gunung menjadi latar tahan dengan tatapan penuh kekaguman dan rasa belakang yang masif dengan warna hijau pepohonan penasaran dari kakek-neneknya. Sejak dijauhi

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 190 191 teman-temannya, Rani merasa tidak nyaman dengan ”Pemandangannya sangat indah dari atas sana,” pujian atau perhatian seperti dulu waktu dia punya kata Eyang Ningrum yang tiba-tiba sudah berada di banyak ’pengikut’. sebelah Rani. Setelah selesai dari kamar mandi, Rani mengulur Rani yang kaget hanya bisa memandang eyang- waktu sebanyak mungkin sebelum harus kembali nya dan mengangguk-angguk, sambil menerka ke ruang depan. Rani memerhatikan sekelilingnya. sudah berapa lama eyangnya berada di situ. Ada Kamar mandi itu kebetulan terletak di bagian perasaan aneh yang menjalar di hati Rani, seakan belakang rumah, di ujung gang antara pintu-pintu tiba-tiba ada kehangatan ketika memandang mata kamar dan pintu ke teras belakang. Pintu yang Eyang Ning dari jarak sedekat ini. terakhir, mempunyai kaca di bagian atasnya yang ”Kalau kamu mau naik ke sana, tunggu agak ditutup tirai tipis berenda. sore supaya ndak terlalu menyengat panasnya,” Rani menghampiri pintu berkaca itu lalu meng- tambah Eyang Ning lagi. ”Ajak saja Bima. Dia sudah pernah naik ke sana.” itu. Pemandangan yang dilihatnya adalah halaman Sekali lagi, Rani mengangguk dan mengiyakan, belakang rumah kakek dan neneknya yang tidak bertanya pada dirinya sendiri apa dia memang mau terlalu luas, dihias tanaman hijau dan beberapa jenis naik ke atas sana. Pengalaman terakhirnya naik ke bunga berwarna-warni yang terlihat rajin dirawat. atas bukit membuatnya cukup trauma, belum lagi Di bagian kiri belakang, ada sebuah rumah dengan mendengar cerita di sekolah tentang anak pecinta model mirip bangunan utama, tapi berukuran jauh alam yang seakan-akan diteleportasi ke gunung lain. lebih kecil yang tampak seperti paviliun. Sebuah Nope, naik gunung atau bukit atau apapun itu bukanlah jalan setapak yang terbuat dari komposisi batu-batu ide yang bagus, menurutnya. yang bentuknya tidak beraturan menghubungkan Rani memaksakan senyum pada neneknya pintu paviliun itu ke bangunan utama, dan ke pagar lalu kembali ke ruang depan, bergabung dengan kayu di bagian belakang. yang lain, mendengarkan kisah-kisah masa lalunya Mata Rani yang merasa penasaran dengan arah yang dibeberkan oleh ibunya sendiri. Rani berusaha pintu itu menuju, mulai menelusuri pemandangan mendengarkan dan terlibat dalam perbincangan di balik pagar setinggi kira-kira sebahunya itu. pagi itu, tapi pandangannya mulai berkelana ke luar Rani bisa melihat kontur tanah yang mendaki jendela… ke puncak bukit yang tadi ditunjuk Eyang landai sepanjang beberapa puluh meter sampai Ningrum. di puncaknya, dan gunung yang lebih terjal dan tingginya ratusan meter di belakang bukit itu.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 192 193 Setelah beberapa jam lewat, hubungan batin ”Aku mau jalan-jalan ke bukit,” pamitnya antara Rani dan kakek-neneknya sudah mulai dari teras, lalu masuk ke dalam rumah. Beberapa terjalin. Setelah ibunya selesai mengisi kekosongan saat kemudian, dia keluar lagi, melintasi teras dan cerita limabelas tahun terakhir pada orangtuanya, terus berjalan ke arah luar pagar. Rani dan Bu Ratih mereka makan siang bersama, lalu ibunya masuk ke memerhatikan Bima dalam diam, lalu Bu Ratih dalam kamar bersama Eyang Ning. mengambil tempat duduk Bima tadi, menyilangkan Eyang Tirto mengobrol serius dengan Pakde kakinya dan meraih punggung anaknya, Nur, sementara Rani dan Bima mengobrol di teras membelainya halus. depan. Rani merasa canggung. Sudah lama sekali sejak ”Aneh ya, aku ngga pernah ketemu sama Eyang, terakhir kali ibunya membelai dirinya. Sudah lama tapi rasanya seperti kenal udah lama,” kata Rani sekali sejak mereka saling berbicara dari hati ke hati. pada Bima yang sedang memainkan kubus rubik ”Aku mau nyusul Bima,” kata Rani sambil dari kayu yang dijadikan hiasan di meja teras. beranjak dari duduknya. Ibunya tidak menahannya, ”Lah kan waktu kecil kita sempat diurus eyang tidak juga mengatakan apapun. Saat ini, sulit juga, Mbak,” kata Bima santai. baginya untuk menembus tembok yang dibangun Rani di antara dirinya dan ibunya. Dan Bu Ratih ”Wah… Aku ngga ingat, Bim,” jawab Rani. tidak tahu bagaimana untuk memenangkan kembali ”Kamu masih terlalu kecil waktu itu,” timpal hati putrinya. Bu Ratih, yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Rani mengikuti Bima mendaki bukit itu. Tanpa Rani. Rani dan Bima serentak menoleh. Walau mengeluarkan banyak tenaga, mereka segera sudah seminggu lamanya menginap di rumah Rani, sampai di ketinggian yang cukup untuk melihat Bima jarang sekali berinteraksi dengan bibinya ini. lebih jelas pemandangan desa di kaki gunung. Di Jangankan Bima, Rani saja belum mengobrol lagi sisi kiri mereka, waduk Gajah Mungkur yang luas dengan ibunya sejak insiden yang menyebabkan membentang, tampak seperti lautan sendiri di Rani menyetir jauh sampai ke bukit melar. kejauhan. Di antara waduk alami itu dan tempat Rani menarik napas berat, merasa kehadiran mereka berdiri, terlihat pepohonan dan tanah ibunya sebagai beban. kosong berumput yang diselingi satu-dua rumah di Bima bangkit dari duduknya dan mengundurkan sana-sini. Aneka warna hijau pohon beraksen jingga dirinya, merasa ibu-anak itu perlu waktu untuk kecokelatan dari genteng tanah liat menutupi wilayah bicara berdua. daratan sepanjang mata mereka memandang.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 194 195 Bima mendaki lebih tinggi lagi, tapi Rani yang Bima, mencoba mendengarkan lebih jelas. Tidak ada tidak biasa berada di alam terbuka sudah tersengal- suara apapun kecuali tiupan angin. sengal dan memilih duduk di atas batu yang Kemudian, Rani bergerak mendekati Bima, permukaan atasnya cukup datar. Rani meluruskan menapaki area yang rata itu. Baru setelah sampai di kakinya dan menguraikan kelelahannya. kontur yang mendaki Rani dapat mendengar suara ”Bim, tunggu!” seru Rani. Bima terus mendaki. Bima. Herannya, Bima berteriak sekencang mungkin Kini Bima sudah hampir sampai di puncak bukit. dan kini Rani perlu menutupi kedua telinganya. ”Bima!” Rani menggerutu karena tenaganya ”Ngga usah teriak-teriak, Bim. Suaramu kenceng belum pulih tapi dia harus menyusul sepupunya, banget,” kata Rani dengan volume sedikit lebih sementara medan pendakiannya semakin curam. keras dari biasanya tapi tidak sampai sekencang Seharusnya, teriakannya terdengar, karena jarak suara Bima. mereka hanya kira-kira dua puluh meter. Tapi Bima ”Abis dari tadi aku panggilin kayaknya Mbak terus mendaki dan tak mempedulikan panggilan ndak denger,” protes Bima. Rani seolah sedang asyik sendiri. ”Emang ngga kedengeran tadi,” kata Rani dan Rani sampai di tempat yang agak rata seluas 4-5 menunjuk ke arah kakinya. ”Ini baru kedengeran meter dan beristirahat di sebuah batu besar yang ada pas aku di sini.” di sana. Diuraikannya kelelahannya, diluruskannya ”Kok aneh?” tanya Bima yang mulai menuruni kedua kakinya. Rani mengatur napasnya agar bukit menghampiri Rani. normal kembali dan menahan kehausannya, karena dia tidak membawa air minum. ”Dari tadi juga aku manggilin kamu sampe aku kecapean dan duduk di sana,” kata Rani sambil Setelah napasnya kembali teratur, Rani me- menunjuk batu yang didudukinya tadi. lindungi kedua matanya dengan tangan kanannya, menengok ke atas ke arah Bima. Dilihatnya sepu- Bima melangkah lagi mendekati batu itu, punya itu sedang berbicara ke arahnya, dengan hendak memeriksanya, sementara Rani memandang kedua tangan yang ditangkupkan di sekitar mulut ke sekitarnya, menikmati keindahan alam dari sehingga suara yang dihasilkannya bisa lebih ketinggian ini. terkumpul dan terarah. Tapi, Rani tidak mendengar ”Mbak!” panggil Bima dengan suara keras apapun. yang tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya lagi, Rani mengernyitkan keningnya, memiringkan mencolek bahunya. kepalanya dan mencondongkan kupingnya ke arah

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 196 197 ”Jangan teriak-teriak kenapa sih?” protes Rani Rani membaca gerakan bibir Bima berkata, Apa? yang sekarang menekan-nekan kuping kirinya Rani mengangkat kedua bahunya, membuka dengan pangkal telapak tangan kirinya. kedua tangannya di depannya, mengisyaratkan ”Abis dari tadi aku ngomong Mbak ndak bahwa dia pun tidak tahu. Bima mengernyitkan dengerin,” kata Bima beralasan. dahinya, merasa kesal, tapi Rani malah mengulurkan ”Nggak denger gimana? Dari tadi ngga ada tangannya, meraba udara kosong. Bima suara apa-apa juga,” protes Rani kesal, yakin bahwa memerhatikan sepupunya dalam diam, menilai 1 kualitas pendengarannya belum separah itu. tingkat kewarasan otak Rani dari budêg menjadi sablêng2. ”Tadi aku bilang apa, Mbak ndak denger toh?” tantang Bima. Rani terus meraba, berpindah tempat ke kanan dan ke kiri, maju satu jengkal-satu jengkal. Setelah ”Kamu ngga ngomong apa-apa, Bim. Aku ngga beberapa saat, Rani maju dua langkah dan berhenti denger ada suara kecuali angin,” kilah Rani, hendak meraba. meyakinkan bahwa sepupunya berhalusinasi bicara. ”Ada yang ganjil di sini, Bim,” kata Rani. ”Tadi aku bilang …” kata Bima, mengacuhkan protes Rani dan meneruskan penjelasannya sambil ”Apa yang ganjil?” tanya Bima sambil melihat berjalan ke arah batu lagi. Kali ini Rani bisa melihat udara kosong di sekitarnya. Semua tampak normal Bima terus berbicara, tapi tidak mendengar apapun di matanya. yang dikatakannya. ”Satu langkah di belakangku, aku nggak bisa ”Bim?” tanya Rani dengan suara khawatir. Se- dengar apapun yang kamu omong. Padahal ngga pupunya terlihat masih mengoceh, tidak mendengar mungkin suaramu terbawa angin ke bawah sana. pang gilan Rani. Kulihat jelas-jelas rambutmu tertiup ke arah sini. Coba perhatikan,” kata Rani sambil mundur dua Rani menunggu sampai Bima melihat ke langkah. arahnya, tapi tidak beranjak dari tempatnya. Dia bisa melihat Bima memerhatikannya, Setelah selesai berbicara, Bima menengok ke arah rambut panjang Rani yang tertiup pelan ke Rani dan menunggu tanggapan Rani yang hanya arah Bima, sementara arah angin di bagian Bima menatapnya. mengarah ke Rani. ”Aku nggak denger apa-apa, Bim,” kata Rani Rani melangkah maju lagi. pelan, tahu bahwa Bima juga tidak bisa men- dengarnya, tapi ingin menegaskan kalau hal itu 1 (Jawa) Budêg = tuli. benar terjadi. 2 (Jawa) Sablêng = gila.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 198 199 ”Ada yang aneh di titik ini,” kata Rani sambil letak di titik sebelumnya. Bima benar, letak matahari memeriksa ke bawah tempat kakinya berpijak, ke di kedua titik itu berbeda, walau hanya berjarak satu rerumputan di sekitarnya dan udara di atasnya. meter. Bima menghampiri Rani dan mulai memeriksa juga, Tiba-tiba, entah dari mana dan bagaimana cara- berharap menemukan sesuatu, entah apa. nya, dan seperti jawaban dari pencarian mereka, udara Bima memerhatikan ke angkasa, memutar di antara Rani dan Bima berdiri mulai bergelombang pandangannya 360º. Mereka menghabiskan waktu di ketinggian sekepala Bima. Lalu seekor kupu- mencari-cari keanehan dari tempat itu, berpindah- kupu muncul dari udara kosong, terbang dengan pindah lokasi sambil memerhatikan sekeliling pola acak-acakan tidak seperti pola terbang burung. dan memutuskan untuk memberi tanda dengan Rani berani taruhan, kupu-kupu itu muncul begitu meletakkan batu kali seukuran batu bata warna saja, karena tidak ada pepohonan yang menghalangi kelabu yang diambil Bima dari dekat batu besar pemandangan di depannya. Selain Bima yang yang sempat diduduki Rani sebelumnya pada titik berjarak beberapa meter di depannya, Rani hanya di mana suara mereka menghilang. melihat biru langit dan putih awan di kejauhan. Dan ”Mbak, aneh memang,” kata Bima setelah kupu-kupu ini, tampak cukup mentereng dengan banyak percobaan suara dan arah angin. Rani me- warna kuning keemasan dan ukurannya yang 2-3 natap nya, menunggu. kali ukuran kupu-kupu biasa. Rani merasa sangat tertarik dan ingin menangkapnya. Atau, setidaknya ”Di sini,” katanya sambil menunjuk ke arah memotretnya supaya keindahan ini bisa dilihat lagi matahari. ”Mataharinya di arah situ.” dan lagi di kemudian hari. Rani berdiri di sebelah Bima dan melihat Belum pulih keheranan Rani dan Bima atas mengikuti arah yang ditunjuknya. Kemudian Bima kemunculan kupu-kupu ini, dari lokasi yang sama bergerak ke wilayah di seberang tanda batu kali, lalu tapi pada ketinggian beberapa puluh sentimeter di menengadah. Rani mengikutinya dan berdiri di bawahnya, sesosok anak kecil muncul. Begitu saja. sebelahnya. Dari udara kosong. ”Di sini, mataharinya masih di atas,” kata Bima sambil menunjuk. Rani langsung melindungi matanya dengan sebelah tangannya. ”Betul! Hmm, menarik banget!” komentar Rani yang kembali menuju titik sebelumnya dan mencari arah matahari lagi, membandingkannya dengan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 200 201 Sementara itu, di luar wilayah keraton, gemuruh Wilangan 15 masih terdengar memenuhi cakrawala hitam di sekitar keraton Majapahit. Dari balik awan hitam, Vahana- Vahana turun mendekat ke permukaan bumi, mendatangi Drupadi gedung-gedung emas di luar wilayah kerajaan. Dari dalam badan pesawat, tangan-tangan besi berujung sekop kembali Anak kecil itu kira-kira berusia 7-8 tahun, dan keluar dan memuntahkan semua muatan yang mereka tingginya belum sampai satu meter. Kulitnya kuning bawa. langsat dan bersih, matanya bulat dan garis di Kilau keemasan mulai hilang dari wilayah itu. samping matanya menyiratkan sifat jenaka. Hidung Satu persatu bangunan keemasan berubah cokelat tua kecilnya bangir dan bibirnya kecil tapi penuh. kehitaman oleh tanah dan batuan yang dibawa dari dasar Rambut hitamnya yang ikal dikuncir dua di atas, laut. Sementara itu, ratusan prajurit yang keluar dari seperti anak-anak pada umumnya. Tapi ada satu Vailixi—bentuk kendaraan lain yang tak sebesar Vahana hal yang membuat Rani dan Bima yakin anak ini namun jauh lebih besar daripada Rata—mengatur tidak seperti umumnya anak kecil dari desa sekitar sedemikian rupa tumpahan tanah tadi membentuk limas Wonogiri. Pakaiannya aneh, jauh lebih heboh dari persegi padat dengan alat-alat berat yang mereka bawa. sekedar kaos dan rok yang umum dipakai anak perempuan di Indonesia, apalagi di daerah pedesaan Semua orang tampak sibuk bekerja dibantu robot- yang lebih sederhana. Bajunya sekilas tampak seperti robot besar dan alat-alat berat yang mereka kendalikan dari model kebaya keraton, dengan kemben dan kain dalam maupun dari jarak beberapa meter. Sekilas, mereka jarik bermotif batik yang dililit sebagai bawahan. tampak sedang membangun sebuah gundukan piramida Tetapi bahannya yang mengilap terlihat jauh dari dengan bronjongan dari batu-batu breksi yang disusun kesederhanaan kain batik Jawa. Belum lagi perhiasan miring dengan rapi. Setelah itu, lapisan tanah kembali keemasan dengan detail rumit yang dipakainya ditimbun di atas bronjongan tadi, sebelum akhirnya di kepala, leher, lengan, dan pergelangan tangan. rumput dan semak-semak ditanam di permukaannya. Sama sekali tidak tampak seperti pakaian anak yang normal untuk bermain-main di atas bukit.

203 Setelah beberapa langkah, anak itu melihat ke menatap tajam ke mata Bima, menunggu apa yang sekitarnya dan tampak bingung, melupakan kupu- akan dikatakan Bima selanjutnya. ”Aja pasumelang kupu yang sudah terbang jauh menuju pepohonan yo, aku sagotrah dudu durjana. Mengka sliramu bakal di sisi bukit yang menuju ke pegunungan. diterake bali, ndalemmu ana nang ngendi?2” Raut muka Rani dan Bima yang hanya bisa Si anak kini menghentikan tangisnya, tapi belum terpaku sama bingungnya, tapi anak tadi yang bersuara. Pandangannya berpindah-pindah dari pertama kali bereaksi. Setelah selesai kebingungan, Bima, lalu Rani, lalu Bima lagi, seakan meyakinkan tampak raut ketakutan dari anak mungil ini, yang dirinya bahwa kedua manusia di depannya ini beberapa detik kemudian diganti dengan tangisan. benar-benar akan mengantarnya pulang. Baru setelah itu, Rani dan Bima bergerak men- ”Kalau kamu ngga percaya juga ngga apa-apa, dekat, berusaha meredakan tangis si anak yang tapi apa kamu bisa pulang sendiri?” tanya Rani, ber gerak mundur ketakutan. Rani yang berada di berharap si anak ini mengerti maksud ucapannya. hadapan si anak mengulurkan kedua tangannya Melihat raut si anak yang kebingungan, Bima mener- dengan telapak menghadap ke depan, memberi jemahkannya ke bahasa Jawa. Si anak menggeleng isyarat pada si anak untuk tenang dan bahwa dia sebagai jawaban. datang sebagai teman, bukan untuk menyerangnya. ”Apa rumahmu dekat sini?” tanya Bima lagi, dan Si anak tampak ragu, tangisnya sedikit mereda, tapi sekali lagi jawabannya berupa gelengan. ”Rumahmu masih berpose defensif. di mana, Dik?” ”Hey, hey, Anak Manis, jangan menangis,” ucap Si anak menggigit bibirnya sekarang, tampak Rani berusaha ramah sambil berlutut di depan si putus asa. Bima dan Rani ikut-ikutan saling meman- anak supaya si anak dapat melihat wajahnya tanpa dang dengan putus asa. harus mendongak. Si anak tadi menatapnya, tampak kesulitan mencerna kata-kata Rani. Bukannya ”Sepertinya anak ini akan jadi sumber masalah berhenti, tangisannya dimulai lagi, kali ini bukan lagi yang rumit dan makan waktu lama,” bisik Rani. ketakutan, tapi terdengar kesedihan dari suaranya. ”Tapi kita ndak bisa ninggalin dia sendirian di ”Harus pakai boso jowo kali, Mbak,” usul Bima. sini. Ndak ada rumah lagi di sekitaran sini kecuali ”Aduh ngga ngerti aku. Kamu aja yang ajak deretan rumah eyang. Tapi anak ini sepertinya ngomong Bim,” tukas Rani, panik. ”Bocah ayu1,” Bima mencoba, berlutut di sebelah Rani. Si anak menoleh ke arah Bima di sisi kanannya, 2 (Jawa) Jangan takut, kami bukan orang jahat. Nanti kami antarkan kamu pulang. Rumahmu di mana? [Catatan: pada pelafalan jawa, –a dibaca –o. 1 (Jawa) Anak Manis. Contoh: Aja dibaca ojo; ana dibaca ono]

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 204 205 bukan tetangganya eyang, rumahnya ndak di dekat- ”Kalau gitu aku temani saja di paviliun. Aku dekat sini,” kilah Bima. bisa alasan ke Mama kalau aku mau tidur di sana,” Rani menghela napas, membenarkan perkataan usul Rani. Bima. ”Apa boleh buat, hari udah mulai gelap. Kita ”Yakin, Mbak?” tanya Bima khawatir. Bima bawa pulang aja sampai dia mau bicara.” tahu sepupunya selama ini hidup berkelimpahan ”Anak manis,” panggil Bima, ”Siapa namamu?” dan tidak suka gaya camping. ”Drupadi,” jawab anak ini pelan, walau masih ”Kita cek dulu keadaan paviliunnya,” usul Rani tampak ketakutan. lagi. Bima mengangguk setuju, lalu memimpin arah mereka berjalan menuju pintu belakang halaman Mendengar suaranya yang halus ini Rani rumah eyang. langsung jatuh hati. Dipeluknya Drupadi, dan dibisikinya, ”Kamu jangan khawatir ya, kami akan Paviliun yang tadi siang dilihat Rani dari dapur bawa kamu pulang ke orang tuamu.” rupanya cukup terlindung dari hawa pegunungan yang dingin. Layout bangunan itu tampak seperti sebuah apartemen kecil lengkap dengan kasur berukuran 160x200cm, dapur kecil dan ruang makan Drupadi mengikuti Bima yang memimpin kecil dengan banyak lemari, yang kelihatannya lebih rombongan, berjalan berdampingan dengan Rani berfungsi sebagai gudang beberapa tahun terakhir yang menggandeng tangan kirinya. ini. Dengan beberapa penyesuaian saja sepertinya paviliun ini cukup nyaman untuk dijadikan tempat ”Bim,” panggil Rani dengan suara tertahan. bermalam untuk Drupadi dan Rani. Bima yang berjalan di depannya melambatkan lajunya dan menyamai langkah sepupunya itu. Selama sisa malam itu, Rani dan Bima sibuk ”Drupadi ngga bisa tidur di kamarku karena ada bergantian menemani Drupadi sementara yang lain Mama. Dia tidur di mana malam ini?” menyapu, mengepel dan merapikan isi paviliun. Rani sempat mengambil jatah makan malamnya Bima melihat ke Rani, lalu ke arah anak manis dan mengambil kue-kue dari dapur untuk Drupadi, yang digandengnya. sementara Bima membawakan jahe panas untuk ”Ndak mungkin kita biarkan dia tidur di bocah mungil itu. paviliun sendirian,” jawab Bima. ”Memangnya bisa tidur di situ?” tanya Rani. Bima mengangguk.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 206 207 Setelah menghabiskan kue-kue dan meminum menunjuk ke dadanya lalu mengisyaratkan bahwa jahe panasnya, Drupadi tampak lebih ceria daripada dia akan mengembalikannya nanti. Bima segera mood-nya sesorean tadi. Dia sudah bisa tersenyum, menerjemahkannya ke bahasa Jawa. bahkan tertawa ketika Bima memperlihatkan Drupadi rupanya paham dan mengeluarkan ekspresi konyol untuk menghiburnya. kalung itu lewat atas kepalanya. Rani menerimanya Rani membawakan bantal kuning berbentuk dan memeriksa liontin itu dengan seksama. tokoh Minion dari dalam mobil Pakde, satu-satunya ”Aku belum pernah lihat simbol seperti ini,” benda yang paling mendekati bentuk boneka yang katanya pada Bima, menyerahkan liontin itu agar dibawanya ke Wonogiri untuk dipakai di dalam Bima bisa melihatnya lebih jelas. pesawat dalam perjalanan, yang dipeluk oleh ”Aku juga ndak pernah lihat,” ujar Bima sambil Drupadi sesegera setelah Rani menyerahkannya. menggeleng. Setelah kenyang dan merasa nyaman, barulah ”Coba kufoto,” kata Rani sambil meraih ponsel- Drupadi mulai nyerocos, bercerita tentang rumahnya nya, membuka aplikasi kamera dan mengambil dan bagaimana dia bisa sampai di bukit tempat bebe rapa gambar dari beberapa sudut, lalu kalung Rani dan Bima berjalan-jalan. Repotnya, bahasa itu diletakkannya di atas meja. yang digunakan oleh Drupadi adalah bahasa Jawa yang sangat aneh (yang belakangan diketahui oleh Setelah itu dia sibuk sendiri dengan ponselnya, Bima adalah bahasa Kawi atau bahasa Jawa kuna), mencari-cari gambar yang kira-kira serupa di yang sama sekali tidak dimengerti Rani, dan hanya internet. Setelah mencari selama beberapa lama ditangkap kurang dari sepertiganya oleh Bima. dan gagal, Rani mengunggah foto tadi dan mencari Setiap kali Drupadi bercerita, Bima harus kerepotan jawabannya di mesin pencari. Gagal juga. berusaha menerjemahkan seadanya pada Rani. ”Entah apa maksudnya simbol ini. Bukan bagian Kepada mereka, Drupadi kemudian memamer- dari rune kuno, abjad bangsa manapun di dunia ini, kan kalungnya dengan liontin batu zamrud dan bukan aksara dari Indonesia pula. Aku udah berbentuk wajik yang dibingkai emas pipih dengan nyari semua gambar simbol kuno yang pernah ada sulir yang sangat cantik. Batu warna hijau itu di dunia, dan simbol ini nggak termasuk ke mana- memukau dengan kilau yang diciptakannya dari mana,” keluh Rani putus asa. pantulan cahaya. Di baliknya terdapat ukiran simbol ”Ya sudah, Mbak. Jangan dipaksakan,” ujar aneh yang tampak seperti rune kuno. Bima yang tengah menemani Drupadi bermain ”Boleh aku pinjam kalungmu?” tanya Rani dengan boneka barunya. pada Drupadi. Tangannya menunjuk ke kalung,

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 208 209 ”Eh, Bim. Tanyain gimana cara dia pulang ”Kamu yakin?” tanya Rani lagi, berharap Bima besok,” usul Rani. Awalnya, Bima menatap putus asa yang salah menerjemahkan. Di luar sangkanya, Bima tapi akhirnya mengangguk juga, lalu bertanya pada mengangguk. Drupadi dengan bahasa Jawa sedang yang diganti ”Iya, aku tahu ritual ini. Aku ndak salah dengar dengan bahasa Jawa halus sampai Drupadi paham kok,” ucap Bima yakin, yang membuat raut muka pertanyaannya dan bisa menjawab. Sesungguhnya, Rani semakin aneh, sebuah ekspresi yang terjadi adegan itu lucu sekali, melihat anak kecil selucu ketika rasa takut, khawatir, panik, dan jengah dan sepolos Drupadi berbicara dengan bahasa yang bercampur satu. terdengar sangat tua, medhok, dan serius. Tapi tidak ”Itu kan… kerjaan dukun, Bim,” Rani berusaha ada kesempatan untuk tertawa malam itu. Rani dan me milih bahasa yang paling halus supaya tidak Bima harus bisa memulangkan anak ini segera jika menyinggung Bima dan Drupadi yang tampak oke- tidak mau ditangkap polisi, jika laporan kehilangan oke saja dengan ide penggunaan kemenyan ini. dari orangtuanya mulai tersebar. ”Mau ndak mau, Mbak,” sahut Bima sambil Bima menatap sepupunya, menyerah. ”Aku bangkit dari duduk silanya. ”Ikuti aja caranya dia. ndak ngerti apapun yang dia bilang, kecuali Tapi aku ndak tahu apa lagi yang dia bilang selain mênyan3.” menyan tadi. Bahasanya aneh sekali.” ”HAH!?” seru Rani kaget luar biasa. Di benak- ”Pakai bahasa isyarat!” usul Rani bersemangat. nya dia masih membayangkan polisi dan dinas Bima menatap sepupunya dengan tampang malas perlindungan anak mengejar-ngejarnya dengan seakan berkata yang bener aja, Mbak! tuduhan menculik anak. Drupadi menatapnya ketakutan melihat reaksi Rani yang tampak seolah ”Suruh dia tulis?” ujar Rani sambil meringis, hal yang diminta Drupadi adalah sesuatu yang me nyadari bahwa tidak ada satupun dari mereka mustahil, atau terlarang. Bima mengisyaratkan yang paham bahasa isyarat, apalagi mengenai tata Drupadi untuk tetap tenang dan menggiring Rani ke cara memulangkan anak kecil berbahasa aneh ke sudut ruangan. dunianya. ”Apa?” tanya Rani lagi, takut salah dengar tadi. ”Ide bagus!” sambut Bima yang segera keluar dari kamar untuk mencari kertas dan alat tulis. Sementara Bima mengulangi kata-katanya. Tidak, Rani itu, Rani mengelus rambut Drupadi yang hitam tidak salah dengar. dan tebal, lalu menyikatnya dengan sikat miliknya

3 Mênyan = kemenyan, dupa, mur (myrrh); adalah bahan bakaran berbentuk sendiri. Bocah itu tampak asyik sendiri memainkan kristal keruh dari getah pohon Kemenyan yang mengeluarkan bau harum boneka dari Rani. Sesekali, Drupadi menatap Rani jika dibakar.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 210 211 dengan bola matanya yang besar, lalu berkata- ”WHAT!?” seru Rani lagi. ”Apa-apaan ini?” kata dalam bahasanya, dan tertawa sendiri. Rani ”Syarat banten, Mbak,” jawab Bima. Rani yang sama sekali tidak paham berusaha tersenyum menatap Bima seakan Bima baru saja mengatakan mengiyakan, sambil berharap dia bisa meminjam alat sesuatu yang luar biasa konyol. penerjemah segala bahasa dari Doraemon. ”Apa kamu ngerti arti tulisan itu? Soalnya ngga Ketika kembali, Bima membawa sebuah buku ada satupun yang aku paham kecuali rokok dan notes bergaris dengan jilid ring di bagian atas dan pisang mas. Gimana cara nyarinya juga?” sebuah bolpen. Diletakkannya kedua benda itu di Bima melihat kepanikan di wajah dan suara Rani hadapan Rani, lalu mulai mengajaknya berbicara lagi. dan berpikir cara untuk menenangkan sepupunya ”Kamu… Pulang… Menyan… ?” katanya sam- itu. Masalahnya, Bima sama tidak tahunya dengan bil menunjuk berurutan Drupadi, menggambar Rani. Selama ini, Bima tahu cara ritual dengan bentuk rumah di atas kertas yang masih kosong, kemenyan, beberapa kembang segar di atas wadah lalu menulis kata kemenyan di sebelahnya. Drupadi janur dan sebatang rokok, permen, atau kue-kue membutuhkan beberapa saat untuk mencerna kata- basah. Itu saja. kata Bima, lalu tampaknya dia segera mengerti. Bima tidak menjawab pertanyaan Rani, tapi Diraihnya bolpen dari tangan Bima lalu dituliskannya beralih pada Drupadi, lalu menunjuk tulisannya. di bawah kata kemenyan: Nomor 2. ”Opo iki?” tanya Bima. Drupadi menjawab dengan bahasa anehnya, tapi sebelum bocah itu dapat menyelesaikan, Bima menyodorkan bolpen dan menyelipkannya di antara jemari mungil Drupadi. Bima segera mengangguk, tapi Rani nyeletuk, Setelah selesai buku itu diserahkan kembali pada ”Gambir? Maksudnya kita harus ke Jakarta? Stasiun Bima, lalu setelah membacanya buku itu diserahkan Gambir?” pada Rani.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 212 213 ”Bukan, Mbak, gambir itu nama pohon. Seharus- ”Ooh. Itu rokoknya orang tua, Mbak. Eyang kita nya eyang punya di antara semak-semak. Kalau juga rokoknya seperti itu,” kata Bima. jambé, artinya pinang, Mbak.” ”Eyang merokok? Eyang Tirto maksudmu?” Rani mengangguk-angguk. ”Terus?” tanya Rani tak percaya, tak pernah menyangka Bima mengulangi gesturnya menunjuk ke orangtua dari ibunya yang sangat anti rokok itu tulisan Drupadi di nomor 3. rupanya perokok. ”Klobot,” Drupadi lantas menirukan gaya ”Eyang Ning juga,” jawab Bima enteng. ”Tapi orang merokok dengan dua jari diletakkan di depan aku ndak pernah tahu namanya. Baunya sih enak, bibirnya, lalu ketika kedua jari itu dijauhkan, bibirnya aku suka. Cuma menghirupnya aku ndak pernah dimonyongkan dan meniup ke udara kosong. Bima coba.” dan Rani sontak tertawa melihat kelakuan anak itu. Rani menatap Bima dengan aneh, lalu menghela ”Rokok?” tebak Rani, masih sambil tertawa. napas panjang. Aneh baginya membayangkan kedua Bima mengangguk pada Drupadi, lalu berkata, eyangnya merokok sementara seumur hidupnya ”Kami paham rokok, tapi klobot ini apa?” kedua orangtua Rani mengusung pola hidup sehat tanpa rokok, mendukung penuh kampanye anti ”Klobot,” jawab Drupadi, tetap dengan gerakan rokok, dan bersorak gembira ketika pabrik rokok di merokoknya tanpa penjelasan lebih. Indonesia mulai ditutup. Bima menatap Rani, dan Rani mengangkat ”Berikutnya?” tanya Rani lagi sambil menunjuk kedua bahunya, menaikkan sebelah alisnya, lalu ke buku catatan. menghela napas. Jari telunjuk Bima menyentuh nomor 4, lalu ”Yang berikutnya saja,” ujar Rani sambil meraih Drupadi yang sudah tahu cara kerjanya, langsung ponselnya. Dibukanya aplikasi Translate dan menulis di bawah tulisannya sendiri. mengubah pilihannya menjadi Javanese ke Bahasa Indonesia. Lalu diketiknya klobot. Tidak ada hasil. Dibukanya aplikasi Browser. Diketiknya klobot di kotak pencarian. ”Kulit jagung katanya, Bim!” seru Rani gembira ”OK. Banyu itu artinya air,” ujar Bima melihat ada hasil yang tercantum di layar ponselnya, menerjemahkan untuk Rani. ”Ireng itu hitam, seto lalu ekspresi mukanya berubah bingung. ”Rokok itu putih, ijo itu hijau. Jadi kita harus cari ketan dan kulit jagung?” direbus sampai dapat airnya.”

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 214 215 Rani menarik napas dalam-dalam. Seperti diker- seikat canang4 jai ketika masuk sekolah saja rasanya. Per mintaan- sekotak dupa batang permintaan ini sungguh janggal baginya. sekotak rokok klobot Bima memeriksa catatannya, lalu mencoret- coret di sebelah tulisan Drupadi. sekotak cerutu merk Adipati (jenis Super Corona) ”Aku udah ngerti sisanya, Mbak. Harus cari di pasar besok, lalu kita masih harus ngolah lagi untuk kapur sirih air perasan temulawak dan air ketan.” daun sirih ”Kalau gitu urusanmu ke pasar,” kata Rani. ketan hitam Bima hendak memprotes, tapi Rani mendahuluinya, ketan putih ”Aku ngga ngerti bahasa Jawa, Bim. Gimana caranya ketan hijau aku belanja?” temulawak ”Oke,” Terpaksa Bima mengalah. ”Tapi Mbak bantu cari kembang-kembang tujuh rupa dan Mbak setandan pisang mas juga bantuin yang di dapur.” kue-kue basah ”Deal,” sambut Rani sambil menjabat tangan kopi hitam bubuk Bima. permen aneka rasa Setelah Drupadi tertidur malam itu, Rani dan Bima pun membagi tugas untuk dilakukan besok. Ini bukan pertama kalinya Bima membeli bahan-bahan ini, karena ritual yang diajarkan turun temurun dari eyang dan ayahnya menggunakan hal yang sama—hanya tidak pernah sebanyak kali ini. Pagi hari berikutnya, hanya beberapa saat Biasanya Bima hanya membeli kopi bubuk, permen setelah matahari terbit, Bima sudah berkeliaran di atau kue-kue basah sebagai pelengkap. Cara bikang, pasar terdekat, mencari semua barang yang tertulis putu mayang, talam, putu ayu, getuk, lupis dan pada daftar belanjaan yang disusunnya bersama banyak lainnya. Bertentangan dengan pendapat Rani malam sebelumnya: umum tentang kemenyan, Bima yang seumur hidup-

4 Wadah untuk bantên/sêsajen, terbuat dari anyaman janur berbentuk seperti piring persegi dengan pinggiran untuk menahan isinya. Beruntung Bima dapat menemukan sebuah warung di pojok belakang yang menjual perlengkapan untuk doa dan sesajen di pasar sederhana itu.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 216 217 nya dibesarkan di lingkungan keluarga keturunan Rani menghitung jenis bunga yang sudah raja Mataram, tidak menganggap kemenyan sebagai dipetiknya. Melati, cempaka, kenanga, mawar pu- benda mistis melainkan sebagai pelengkap doa. tih, alamanda, krisan, dan kembang sepatu yang Seperti hio yang digunakan orang Buddha atau memenuhi kotak Tupperware bertutup plastik Kong Hu Cu, atau dupa bagi orang Hindu dan kuning yang diambilnya dari dapur. Dari masing- Katolik. Memang, baru sedikit yang Bima pahami masing jenis itu diambilnya dua-tiga bunga. tentang kegunaan kemenyan sepenuhnya, tetapi ”Tujuh,” serunya selesai menghitung. Rani setahunya kemenyan ini adalah sarana rahasia yang mera sa gembira ada cukup jenis kembang yang paling aman untuk menghubungkannya dengan dibutuhkannya yang tumbuh liar di sekitar rumah hal-hal yang sedang dibutuhkannya—setidaknya itu eyang sehingga tidak perlu berjalan jauh. yang diajarkan padanya. Selain itu, bau kemenyan Drupadi mengikuti saja, sibuk memetik bunga- ini adalah wewangian yang disukai oleh para bunga pilihannya sendiri. Melihat itu, Rani memetik leluhurnya, walau banyak orang yang bilang bau ini setangkai bunga melati yang baru saja mekar, lalu mengundang dedemit dan jin. menyelipkannya di balik kuping Drupadi. Manis sekali rupa bocah cilik itu. Rani tersenyum melihatnya, lalu mengambil ponselnya dan memotret Drupadi yang tersenyum manis pada kamera yang tertanam Sementara itu, Rani mempersiapkan Drupadi, di dalam badan ponsel Rani. Drupadi tampak paham memandikan dan mendandaninya. Drupadi sendiri dan langsung tersenyum, memberikan Rani potret tampak sangat ceria, bersemangat untuk pulang pertama dengan senyum dari belasan potret wajah ke rumahnya. Pipinya bersemu merah dan sibuk yang dikumpulkannya dalam perjalanan liburan ini, nyerocos dengan bahasanya sendiri. Rani menyisiri di samping foto-foto lain yang berupa pemandangan rambut Drupadi dan mengikatnya menjadi kuncir alam, suasana di mana pun Rani singgah—termasuk dua seperti hari sebelumnya. suasana kumpul keluarga di rumah eyangnya— Sebelum penghuni rumah yang lain mulai juga arsitektur dan objek-objek abstrak dengan beraktivitas, Rani dan Drupadi sudah meninggalkan pertimbangan komposisi, fokus atau perspektif. halaman rumah untuk memetik kembang di luar Sebagian besar hasil jepretannya sudah dipublikasikan halaman rumah eyang, takut merusak keindahan pada dunia lewat aplikasi Instagram, sementara taman yang dirawat apik oleh eyang putrinya. Tujuh beberapa masih tersimpan di galeri fotonya. rupa, Rani teringat kata-kata Bima, kembang setaman Rani meragu sesaat, tetapi kemudian menerus- maksudnya tujuh macam kembang. kan niatnya mengunggah foto Drupadi di Instagram,

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 218 219 menambahkan hashtag #drupadi, #cutegirl dan ”Anggaplah pelindung atau penolong. Biasanya #jawatengah di bagian deskripsi foto. Setelah itu, kalau mereka hadir, kopi itu akan diminum minimal dia membuka aplikasi Browser dan mencari gambar setengah cangkir habis,” lanjut Bima. yang diperlukannya, lalu mencari tanaman yang ”Siapa yang minum?” tanya Rani. serupa dengan yang tertulis di bawah gambar di ”Si Mbah pamomong,” jawab Bima. layar ponselnya. Pohon gambir dan pohon pinang. ”Maksudnya ada yang dateng beneran?” Setelah menemukan pohon yang dimaksud dan memetik bagian yang diinstruksikan, Rani mengajak ”Lah iya,” jawab Bima lagi. Drupadi masuk ke pekarangan rumah, kembali ke ”Oh, jadi nanti juga akan ada yang dateng? dalam gudang. Memangnya bisa diundang cuma pake kopi?” ”Kan pake yang lain juga, Mbak. Bau menyan dan mantra kuncinya,” jawab Bima sabar. ”Oh.” Tak lama, Bima pulang dari pasar. Dikeluarkan - ”Kalau sekarang ini datang atau ndaknya nya semua barang belanjaannya ke atas meja, lalu aku ndak tau, Mbak. Soalnya yang kutahu, harus dengan bahasa tubuh seadanya meminta Drupadi ada kopi untuk disuguhkan. Kalau ndak ada kopi untuk memilih yang dibutuhkannya. Dari semua mungkin ndak ada yang datang.” belanjaan Bima, Drupadi menyisakan kopi, kue-kue dan permen, yang akhirnya dijadikan sarapan untuk ”Nah, yang datang ini seperti apa bentuknya? mereka bertiga. Roh? Jin? Nenek sihir?” ”Aneh juga, biasanya kopi itu syarat wajib untuk Bima tertawa mendengar ini. ritual,” ujar Bima sambil menikmati kue mangkok ”Ya orang biasa, Mbak. Mosok jin tho, Mbak? Ya yang diwarnai hijau sesuai dengan rasanya, pandan. bentuknya orang biasa, Mbak. Seperti kita ini. Lha ”Memangnya kenapa harus pakai kopi?” tanya bisa minum kopi, kok,” jawab Bima masih terkekeh. Rani. Rani sebenarnya masih penasaran dan ”Ya ini syaratnya, Mbak. Biasanya kita sediakan belum sepenuhnya paham, tapi karena merasa kopi supaya pamomong yang mau kita mintai tolong pertanyaannya terdengar konyol dengan jawaban- mau hadir kalau disuguhi minuman,” jawab Bima. jawaban dari Bima maka dia memutuskan untuk Rani mengernyitkan keningnya. diam saja. ”Pamomong?”

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 220 221 ”Lalu, bagaimana bahan-bahan sisanya ini?” tanya Rani mengalihkan topik sambil menunjuk bahan-bahan yang dipilih oleh Drupadi. ”Kita godok,” jawab Bima sambil mengambil kompor portable dan sebuah panci aluminium yang ada di dalam lemari. Dimasukkannya bahan- bahan pertama, yaitu ketan hijau, ketan hitam dan ketan putih lalu mengisi air ke dalam panci, dan menyalakan apinya. Secara bergantian Bima dan Rani mengaduk isi panci itu dengan sendok kayu panjang. Setelah mendapatkan air rebusan ketan, mereka lalu merebus temulawak dan mengambil air hasilnya. Mereka lalu mencampur kapur sirih, daun sirih, daun pohon gambir, dan daun pohon pinang menjadi yang disebut Drupadi sebagai kinangan jangkep. Semua bahan-bahan dan air hasil rebusan di- masukkan ke wadah bentuk mangkok yang dite- mukan di dalam paviliun. Atas instruksi Bima, Rani mengambil loyang timah bentuk bulat yang ada di salah satu rak di paviliun dan membawanya ke meja persiapan, lalu meletakkan semua bahan sesajen di atasnya. Setelah segalanya siap, Rani dan Drupadi berangkat terlebih dahulu ke atas bukit, sementara Bima masuk ke rumah eyangnya dan mengambil beberapa makanan yang mudah untuk dibawa. Dia juga mengabarkan bahwa hari itu dia dan Rani akan berjalan-jalan lagi ke atas bukit, supaya orangtua mereka tidak perlu khawatir.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 222 223 Bima menyempatkan kembali ke paviliun luk7 sembilan dan berpamor8 beras wutah9. Setelah untuk mengambil tas kulitnya sambil mengecek berkonsentrasi selama beberapa saat, Bima berhasil kalau-kalau ada yang tertinggal. Benar saja, kalung meletakkan kerisnya tegak lurus di atas bagian berbatu zamrud Drupadi masih tertinggal di atas pangkal wrangkanya. Lalu dia membakar dupa. Rani meja. Diambilnya kalung itu, dimasukkan ke dalam memerhatikan semua itu dengan raut wajah bingung kantong celana jeansnya, lalu bergegas menyusul bercampur takut, tapi dia diam saja. Rani dan Drupadi. Setelah semuanya siap, Bima berpaling pada Drupadi dan menanyakan dalam bahasa Jawa, apa Drupadi hafal mantranya. Rani yang tidak mengerti hanya menonton mereka, berdoa di dalam hati Menjelang jam 11:30 mereka sudah sampai di supaya tidak bertemu dengan dedemit atau jin dalam bukit tempat Drupadi pertama kali muncul kemarin. bentuk apapun, lalu menenangkan dirinya sendiri Rani meletakkan loyang timah dengan semua kalau jin tidak muncul di siang tengah hari bolong perlengkapan sesajen di atas rumput di tempat yang tepat jam 12 yang terik seperti ini. Tapi barusan Bima ditunjuk Bima—Bima ingat, karena ada batu kali menyebutkan kata ”mantra” dan hati Rani berdebar yang ditaruhnya kemarin sebagai penanda sebelum lagi, mengucap doa lebih cepat lagi. kehadiran kupu-kupu emas dan Drupadi. Lalu ”Hong wilaheng tata winanci awignam astu nam Rani mengajak Drupadi untuk duduk menunggu as sidham. Hanata sara gandarwa inarcaya. Matangyan di atas batu dan makan dari perbekalan seadanya, rumegep mring Bathara. Dennryo ri gandarwa kang sementara Bima mempersiapkan sesajen. angrekso mring gapura bentar arso sumadya ambuka,” Bima mengambil tas kulitnya dan mengeluarkan Drupadi mengucapkan sastra pameling itu dengan isinya, yang rupanya merupakan keris berwarna lantang, lalu mereka bertiga menunggu. putih gading yang tampak anggun dan indah. Rani Tiga detik kemudian, sebuah suara seperti tiupan tercengang melihatnya, tidak menyangka sepupunya angin kencang terdengar dari atas batu sebesar bata ini ternyata membawa keris ke manapun dia pergi. Bima mengeluarkan keris dari wrangkanya5. 7 Luk = lekuk pada wilahan/mata pisau keris dari campuran bahan logam Keris yang panjangnya 50 cm itu hulu6 dan seperti besi dan meteor. Ada juga keris yang tidak mempunyai luk, wrangkanya dari gading berukir, mempunyai disebut keris lurus. 8 Pamor = guratan terang pada bilah senjata logam akibat pencampuran 5 Wrangka = sarung hulu-keris yang biasanya terbuat dari kayu, gading (satu atau lebih) jenis besi dengan meteor. atau emas. 9 Jenis pamor berbentuk seperti beras (kecil dan banyak) dengan efek 6 Hulu = pegangan keris, biasanya bahannya sama dengan bahan wrangka. gelombang yang abstrak di antaranya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 224 225 tadi. Rani dan Bima membelalakkan mata mereka, Drupadi melangkah ke depan tirai, dan sebelum menyaksikan sesuatu yang tidak pernah mereka langkah terakhirnya, dia membalikkan badan lagi dan melambaikan tangan pada Rani dan Bima. special effect yang menakjubkan. Kedua remaja itu membalas lambaian tangan Samar, tetapi jelas, sebuah tirai halus tercipta Drupadi, yang kemudian menghilang ditelan tirai dalam asap kemenyan yang mengepul di udara yang merenggang ketika dilalui lalu merapat setelah kosong di hadapan mereka. Tanpa warna, tirai sosok Drupadi menghilang. ini sangat tipis untuk dilihat mata. Tetapi ada Bima menghela napasnya, merasa lega, ritual pergerakan bergelombang yang terjadi di udara itu, ini dapat berlangsung dengan mudah dan portal membedakan tekstur udara normal dengan udara berhasil terbuka. Rani mengangkat tangannya untuk pada tirai itu. Suara angin itu masih terdengar, menyeka air mata yang baru saja jatuh dari sudut kadang semakin sayup dan kadang terdengar kanan matanya. kencang. Sementara itu, Bima memasukkan tangannya Drupadi tampak kesenangan, melangkah maju ke dalam kantong celana seperti kebiasaannya jika seakan hendak menubruk tirai samar tadi. Tapi situasi menjadi ganjil atau canggung. Saat itulah baru dua langkah, dia berbalik menghadap kedua Bima menyadari bahwa kalung Drupadi tertinggal penolongnya lalu memeluk Rani yang sudah berlutut di sana. menyambutnya. Bima ikut berlutut di sebelahnya, ”Mbak!” serunya panik, memperlihatkan kalung lalu ketiganya berpelukan. itu pada Rani. Rani balas menatapnya dengan tegang, Jika saja Rani bisa berbahasa Kawi dan Drupadi terutama karena mendengar nada panik dari Bima mengerti bahasa Indonesia, mungkin akan banyak yang biasanya bersikap cool. Kedua pasang mata itu kata terima kasih dan ucapan selamat tinggal yang bertanya hal yang sama. Apa yang harus kita lakukan? mereka saling ucapkan. Tapi bahasa yang paling ”Aduh, gimana ini?” tanya Rani panik. universal di dunia adalah bahasa tubuh, sehingga mereka masing-masing sudah memahami dalam ”Kita kembalikan?” usul Bima sambil me nyerah- hati, arti perpisahan ini. kan kalung itu ke tangan Rani. Detik berikutnya, Rani mengangguk lalu keduanya bergegas. Ketika akhirnya Drupadi melepaskan pe- lukannya, senyum lebar terbingkai di wajah Rani, ”Cepat, sebelum portalnya menutup!” seru senyum paling lebar yang pernah diperlihatkannya Bima. Tangan kirinya meraih semua barang di selama dua bulan terakhir ini. sekitarnya—termasuk ponsel dan notes milik Rani—

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 226 227 dan memasukkannya dengan gerakan kasar ke dalam tas ransel yang dipakainya untuk membawa semua peralatan tadi, lalu tangan kanannya meraih lengan Rani dan mendorong sepupunya menuju ke tirai samar. Sedetik kemudian, hanya ada keheningan di Setelah itu, sekelompok pasukan lain berseragam bukit gundul itu, dengan tarian dari kepulan asap sama dengan pasukan berkendara Rata dan Vailixi putih kemenyan yang masih terbakar dari nampan mendatangi timbunan-timbunan yang telah terbentuk sesajen yang airnya habis setengah. di atas bangunan-bangunan mewah tadi. Kelompok ini menggelar ritual kecil keris dan kemenyan yang sama, dan mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa Kawi secara serempak. Binatang-binatang mulai berdatangan menuju perbukitan dan pegunungan yang baru selesai dibuat itu. Beberapa didatangi sekelompok macan, yang lain ular besar berbisa. Yang lain lagi banteng, lalu kera, dan binatang liar lainnya. Seperti mendengar perintah, hewan- hewan tadi menaiki bukit/gunung dengan tertib dan hilang dari pandangan di antara semak belukar dan pepohonan rindang, seolah bukit/gunung itu memang rumah mereka.

Gerbang Nuswantara 228 yang sama. Tetapi kontur, bentuk dan lokasinya jauh berbeda, seakan selangkah melewati tirai tadi telah membawanya puluhan—mungkin ratusan— kilometer jauhnya. Rani teringat cerita temannya di sekolah. Teleportasi. Wilangan 17 Mata Rani menjelajahi pemandangan baru itu dengan cepat, mempelajari dunia baru yang di- masukinya. Di samping warna dan jenis pohon, Kota Emas segala nya yang dia lihat di sini tampak berbeda. Langitnya berwarna merah muda seperti salah satu warna langit yang paling lembut di ufuk barat pada Rani bukanlah pecinta cerita fantasi. Dia tidak petang hari dan ada gradasi di sekitar matahari pernah bermimpi untuk masuk ke dunia kerajaan yang membentuk cincin seperti pada waktu gerhana raja singa yang bisa bicara di balik lemari atau dunia matahari, hanya cincin yang memudar ini terbentuk sekolah sihir di balik tembok peron stasiun kereta di luar lingkaran matahari. Tidak ada satupun awan api. Tidak juga terlintas di pikirannya imaji tentang yang tampak di atas sana, kecuali objek-objek yang peri, kurcaci, makhluk hobbit, monster atau naga— beterbangan ke sana ke mari, terkadang berhenti di bermimpi menjadi putri yang dikurung di menara langit. Rani tidak bisa menentukan apa itu pesawat dan menanti pangeran tampan berkuda putih pun terbang, helikopter, atau burung karena jaraknya tidak. Karenanya, ketika melewati portal tirai samar yang jauh dari tempatnya berdiri. Satu hal yang bisa barusan, Rani tidak pernah membayangkan apa yang di pastikannya adalah jumlah objek-objek itu yang akan menanti di sisi sana. bisa dibilang menciptakan lalu-lintas tersendiri di atas sana. Kesan pertamanya terhadap tempat itu adalah kesejukan yang dirasakan kulitnya. Jika baru saja Di bawah kesibukan langit itu, bangunan- dia merasakan sinar matahari jam 12 siang yang bangunan pencakar langit—benar-benar pencakar menyengat pada kulitnya, kini yang dia rasakan langit karena Rani dan Bima tidak bisa melihat ujung adalah semilir angin yang sejuk memberi sensasi atasnya yang seperti mengecil dan menghilang jauh menyegarkan pada sekujur tubuhnya. di atas sana—menjulang memenuhi daerah yang tampak seperti kota, yang lebih tepat dibilang sebagai Pemandangan di sekitarnya sebenarnya tidak über-politan1 terlalu jauh berbeda. Bukit yang berumput hijau , karena jika kota Jakarta saja bisa disebut dan pepohonan yang memiliki jenis dan warna 1 (Jerman) Über = di atas, melampaui, melebihi.

Gerbang Nuswantara 230 231 sebagai metropolitan, maka kota ini seribu kali lebih Rani dapat merasakan kekaguman, kekagetan, dahsyat dari Jakarta. penasaran, dan antusias yang serupa dari Bima yang Di satu sisi, gedung modern pencakar langit yang masih menggenggam tangannya ketika melewati super- tirai tadi. Untuk beberapa menit, keduanya tidak bisa hero atau futuristik, tetapi di lain pihak kota itu melepaskan pandangan dari kota berlapis emas yang mengingatkannya pada bangunan prasejarah seperti terbentang luas sekitar 2-3 kilometer dari tempat bentuk pura atau çandi raksasa, punden berundak2, mereka berdiri. obelisk3, dan patung-patung raksasa dengan bentuk Baru beberapa saat kemudian, mereka teringat manusia atau binatang. Satu hal yang belum pernah tentang Drupadi, dan mulai bergerak mencari Rani lihat atau pernah bayangkan adalah warna yang gadis kecil itu. Bima, diikuti Rani, menyempatkan memenuhi kota itu. Dengan sinar matahari yang menengok ke belakang setelah beberapa langkah, memantul di permukaan bangunan, kota itu tampak untuk mengingat tempat portal itu berada. bersinar kuning berkilauan, dengan kilau yang lebih Perbedaannya dengan sisi dunianya yang hanya cemerlang di beberapa titik. Kota itu seakan habis ditandai sebuah batu kecil, penanda di sini berbentuk ketumpahan emas cair yang menjadi pelapis semua bangunan gapura yang kokoh setinggi tiga meter. bangunannya! Tidak seperti gapura yang pernah dilihatnya di çandi Semakin ke bawah, pantulan warna kuning di Jawa atau pura di Bali yang terbuat dari susunan emas itu terbaur warna hijau dari pepohonan yang batu bata terakota atau batu candi berwarna hitam, mengelilingi kota yang membuat kota itu berkilauan di sini gapuranya terbuat dari logam perak yang hijau cerah seperti batu zamrud. Tetapi, berbeda memantulkan bayangan Rani dan Bima dengan bentuk yang mlêtat-mlêtot. Sebuah plakat sebesar dari zamrud. Rani jadi teringat istilah zamrud laptop berwarna keemasan tertanam setinggi satu khatulistiwa yang sering dijadikan sebutan untuk meter di kedua sisinya, tampak seperti peraturan Indonesia di masa lampau. Mungkin seperti inilah dengan tulisan kecil-kecil yang tidak terbaca oleh pemandangan negeri ini di mata nenek moyangnya. Rani dari jarak 5-6 meter seperti itu. Selain gapura perak itu, tidak ada bangunan lain di sekitar mereka, hanya ada pepohonan di sana-sini. 2 Atau teras berundak, bangunan zaman Megalitikum berupa ’tumpukan’ Perbedaan lain yang Rani perhatikan dengan teras luas dan terbuka yang disusun mengecil, dipercaya sebagai tempat dunia asalnya adalah batas yang jelas di sisi ini di pemujaan arwah leluhur. mana dunia ini berakhir. Di kanan-kiri gapura, ada 3 Atau ’tekhenu’, bangunan monumen kurus tinggi yang melancip di atasnya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 232 233 kebiruan yang warnanya bergradasi semakin muda selama ini, dan gabungan semua keindahan ini dan akhirnya menghilang di ketinggian 150-160cm membuat kecantikan ekor burung merak seakan dari tanah, yang menampilkan suasana dunia ’sana’, tidak ada apa-apanya. Pepohonan dan semak-semak seakan-akan dunia yang Rani masuki ini adalah hijau serta kolam yang airnya berwarna biru jernih bangunan beratap kubah kaca superbesar dengan seakan menetralkan keanekaragaman bentuk dan langit dan udara buatan yang terlihat seakan mereka warna yang berkeliaran di bukit padang rumput tengah berada di alam bebas. Semacam hutan buatan yang luas itu. Rani dan Bima serasa berada di hutan di dalam rumah kaca raksasa atau setting untuk Di atas bukit, di sebelah kanan mereka, terdapat masalah adalah, Rani tidak dapat melihat ujung sebuah bangunan kecil tak begitu jauh dari tempat sebelah sana, jika ruang ini memang mempunyai mereka berdiri, malah letaknya lebih dekat dengan ujung. Selain kaca kebiruan yang membatasi di pintu portal. Rani segera menyusul Bima yang sudah sebelah gapura yang tampak tak berkesudahan ke berjalan terlebih dahulu menuju ke bangunan itu, kanan dan kirinya, tidak ada tanda-tanda sisi dunia sama sekali lupa untuk mengambil gambar seperti ini memiliki ujung lain. yang selalu dilakukannya ketika menemukan ”Mbak Rani!” panggil Bima yang rupanya sudah tempat atau objek baru. Sementara berjalan, Rani berjalan empat-lima meter di depannya. Bima yang menyempatkan untuk menyelipkan kalung Drupadi sudah berada di puncak bukit menunjuk ke arah ke dalam saku celana jeans-nya. kanan di lereng bukit sebelah sana yang tak terlihat Bentuk bangunan itu sebenarnya biasa saja. oleh Rani. Selain bentuknya yang hanya persegi empat dengan Ketika Rani sampai di puncak bukit dan berdiri lebar sekitar 8x8m, perbedaannya dengan bangunan di samping Bima, matanya seolah dimanjakan oleh rumah di dunia Rani ada pada dindingnya yang keindahan tak berkesudahan. Rani mengenali jenis berelief lapis seperti arsitektur rumah di Bali, atap salah satu burung yang ada di sana—merak—tapi berbentuk limas yang terjal seperti atap pura, dan selain itu Rani tidak pernah melihat satupun jenis material yang digunakan untuk membangunnya. unggas seindah yang dilihatnya sekarang. Jenis-jenis Emas, perak, dan batu-batu berkilau aneka warna seperti bangau dengan aneka warna, jenis seperti sebagai penghias daun pintu dan daun jendela burung onta tapi lebih anggun dengan paduan warna logamnya. Dinding peraknya memantulkan ba- yang impresif, juga burung-burung kecil dengan yangan distorsi Rani dan Bima layaknya cermin bentuk paruh atau warna yang aneh—pokoknya putih yang agak bergelombang. semua jenis yang tidak pernah ada di dunia Rani

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 234 235 Rani seakan melihat rumah nenek sihir di cerita ”Oh—ow!” Hansel & Gretel, hanya dinding biskuit diganti ”Kenapa, Mbak?” dengan emas dan perak, dan ornamen icing sugarnya4 ”Pasukan, panglima pula. Artinya, mau diganti dengan batu permata aneka warna. nggak mau, kita harus berhadapan sama pasukan, Bima berhenti sekitar sepuluh meter sebelum entah seperti apa mereka itu,” ujar Rani cemas, mencapai bangunan mungil nan mewah ini, yang mengharapkan orangtua Drupadi hanyalah petani menyebabkan Rani menghentikan langkahnya juga. atau orang desa biasa seperti kedua eyangnya. ”Kita ketuk rumah ini atau bagaimana?” tanya Bima mengangkat kedua alisnya dan mengerut- Bima. Sesungguhnya Rani tidak punya jawabannya. kan sudut mata kirinya, menyadari bahwa ucapan Mereka telah membuang beberapa menit pertama Rani ada benarnya. Seumur hidupnya Bima belum mereka untuk mengejar Drupadi dengan bengong pernah berurusan dengan polisi atau anggota militer melihat kota berkilauan di kejauhan sana. Seperti lain di dunianya. Dengan status mereka yang masuk berada di negeri dongeng, hanya secara berlebihan. ke dunia lain seperti ini tanpa izin, pasti akan rumit Walau tidak suka kisah fantasi, Rani tahu cerita permasalahannya. dongeng tidak ada yang se-lebay ini. Bangunan dari ”Berharap aja ndak akan ada masalah, Mbak,” metal atau kaca seluruhnya bolehlah, tapi dari logam Bima berusaha bersikap optimis. Rani meman dang- mulia dan batu permata? Ini sudah keterlaluan! nya selama beberapa detik tanpa ekspresi, berusaha Sekarang—berkat distraksi dari kilau gemerlap me yakinkan dirinya sendiri untuk berpikir sepositif kota—mereka kehilangan jejak Drupadi sama sekali. sepupunya itu. Setelah membisu beberapa saat, Rani mulai memutar ”Kalau begitu kita harus ngapain sekarang?” otaknya. tanya Rani. Bima belum sempat menjawab ketika ”Kemarin Drupadi cerita tentang orangtuanya. mereka berdua dikagetkan sebuah suara keras Dia bilang mereka ngapain?” tanya Rani sambil membentak dari belakang punggung mereka. menggerakkan kedua tangannya dengan tidak sabar, ”Sira kang dumunung ing tlatah kawuri!5” berusaha mengingat segala petunjuk dari informasi yang setidaknya mereka miliki. Keduanya sontak membalikkan badan, mene- mu kan seorang pria tegap dengan pakaian lengkap Bima mengerutkan dahinya, mengingat-ingat. seperti baju perang pada bagian bahu dan dadanya, ”Dia bilang sesuatu tentang senopati… Itu arti- yang dikombinasikan dengan pakaian adat jawa nya panglima pasukan,” ucap Bima pelan-pelan. pada lapisan kain batik motif jarik yang terbelit di 4 (Inggris) Gula bubuk atau tepung gula dalam bentuk pasta yang digunakan untuk menghias kue dengan membentuknya sedemikian rupa. 5 (Kawi) Kalian dari peradaban modern!

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 236 237 bawah pinggangnya. Pinggangnya terlilit semacam Rupanya rumah kecil itu adalah pos jaga portal— stagen mengilap yang terbuat dari bahan plastik yang tampak sejuta kali lebih mewah dibanding pos jaga di atau lateks, dan di sana terselip keris. Pada lengan duniaku, pikir Rani takjub. dan pergelangan tangannya terdapat gelang-gelang Rumah kecil itu dibagi menjadi beberapa emas dengan ukiran-ukiran rumit. Kepalanya ruangan. Ruang utama yang berfungsi sebagai terlindung helm logam warna keemasan dengan ruang tunggu, dua buah ruang di bagian kanan model kombinasi blangkon dan helm perang tentara yang sepertinya ruang kantor (ada papan nama di Romawi zaman dulu dan kakinya dilindungi sepatu pintunya yang tertutup), dua ruang di sebelah kiri lars hitam. Tinggi badan pria itu hampir sama dengan yang tampak seperti sel penjara dan dibatasi jeruji Bima, berkulit kuning langsat dan wajahnya tampak yang bersinar-sinar warna putih, dan sebuah toilet seperti orang Jawa. Prajurit ini tampak sangat bersih di ujung belakang sisi kiri. Di sisi kanan ruang dan berwibawa, seakan berasal dari keturunan utama terdapat bangku panjang untuk tamu di ningrat saja. dekat pintu keluar dan sebuah monitor station yang Prajurit itu dengan sigap merampas ransel di tampak lengkap dengan banyak monitor kecil dan punggung Bima lalu memegang lengan Bima dan rumit dengan puluhan kabel aneka warna yang Rani—genggamannya kuat sekali, tidak sesuai tersambung ke setiap unit hardware yang diletakkan dengan bentuk badannya yang kelihatannya tidak di belakang ruang dengan kursi yang menghadap terlalu kekar berotot—dan menyatukan kedua ke arah pintu masuk. Layout ruang yang sederhana lengan mereka dengan benda semacam borgol model sebetulnya, tetapi -nya melampaui desain futuristik tanpa rantai di tengahnya. Semuanya interior condominium paling mewah di Dubai. terjadi begitu cepat dan tidak ada kesempatan bagi Seorang prajurit melepaskan borgol dari tangan mereka untuk melarikan diri, jadi mereka menyerah Bima dan Rani, lalu mengatakan sesuatu dalam bahasa dan menuruti perintah si prajurit yang berjalan yang aneh, yang menyebabkan sekitar tujuh-delapan di belakang mereka dengan senjata tertodong di sinar putih di tengah sel kiri itu menghilang, memberi belakang punggung Bima. jalan bagi anak-anak ini untuk masuk ke dalamnya. Mereka diarahkan untuk berjalan ke arah Segera setelah mereka masuk, garis-garis sinar putih rumah kecil tadi dan setiba mereka di dalam, itu muncul kembali. Sinar putih itu tampaknya bukan mereka disambut dua orang prajurit lain—yang sekedar sinar laser yang ditembakkan dari atas ke perawakannya tak jauh berbeda dengan prajurit bawah. Dari suara zrwett yang terdengar, sepertinya pertama—yang rupanya sudah diinformasikan sinar mengandung muatan listrik bertegangan tinggi. tentang kehadiran kedua tamu tak diundang ini.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 238 239 Baik Bima maupun Rani tidak perlu diberitahu untuk dengan lambang berbentuk dua huruf S yang tidak menyentuh sinar itu. disatukan di tengahnya seperti pinwheel7. Sel kecil berukuran 2x2m itu tampak cukup nya- ”Hush, itu lambang Nazi!” protes Rani dengan man dengan dua bangku beralas bantalan—yang lebih raut muka tegang. Bima yang selalu bersikap lebih tepat disebut sebagai nook6—di kedua sisinya. Rani tenang menggeleng yakin, yang membuat Rani duduk di bangku kanan, dan Bima di bangku kiri. mengerutkan dahinya. ”Bim,” panggil Rani sepelan mungkin, berusaha ”Iya, itu lambang bangsa Arya yang dipakai oleh agar prajurit yang berjaga di ruang utama tidak Adolf Hitler sebagai lambang Nazi dengan sedikit mendengarnya. Bima menoleh pelan ke arahnya, berusaha tidak menarik perhatian dengan gerakan Nazi diputar 45 derajat.” yang tiba-tiba. ”Maksudmu, Hitler dulu ngambil lambang gerak- ”Ingat cowok aneh di kampus universitas yang an kejamnya itu dari agama Hindu?” ke bingungan kuceritain waktu itu?” tanya Rani tanpa memandang Rani semakin menjadi, lama kelamaan segala hal jadi Bima. Tatapannya mengawasi keadaan di luar jeruji. saling berkaitan dan hal ini sama sekali tidak masuk ”Iwan si Seniman?” tanya Bima. Rani mengang - di akalnya. guk. Dan di luar sangkanya, Bima mengangguk. ”Minggu lalu aku sempat diajak ke meja kerja- ”Hitler ngambil lambang Nazi dari agama nya. Dia punya lemari aneh yang isinya buku-buku Hindu?” ulang Rani tak percaya. Setahunya agama kuno dari zaman Majapahit,” lanjut Rani. ”Aku ingat Hindu tidak pernah berkembang di Eropa. lihat lambang Nazi itu di sampul salah satu buku dan “Dulu sebelum ada agama, ajaran Hindu sudah di gambar-gambar sketsanya.” lebih dulu ada. Hanya, ketika konsep agama muncul, Dengan sudut matanya Rani menunjuk ke arah ajaran ini baru diberi nama ’Hindu’, yang diambil logo besar sebuah salib sama panjang dengan ujung dari nama sungai Indus di India,” jelas Bima lagi, yang berkait terukir di dinding perak di belakang yang tampaknya sangat paham soal agama pemuja monitor station. Bima melirik ke arah yang sama. dewata itu. ”Itu namanya Swastika, lambang yang dipakai agama Hindu,” jelas Bima, yang sudah tak asing

7 Mainan anak-anak seperti kinciran angin dari kertas atau plastik yang 6 (Inggris) Nook [baca: nu:k] = sudut kecil nyaman dan yang terlindung. ujung-ujungnya disatukan di tengah dengan paku sehingga bisa memutar ketika ditiup.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 240 241 “Bapakmu bilang, Hindu itu dari Indonesia,” ndak punya kepribadian—apalagi kepercayaan ujar Rani yang tiba-tiba merasa ingin berkata, tuh kan! diri. Akhirnya, kita menjadi bangsa yang mudah ke Pakde Nur. diprovokasi, mudah terpengaruh kanan-kiri karena “Memang benar,” kata Bima lagi. “Penamaannya ndak punya pegangan maupun pengetahuan saja yang dari India, karena di Indonesia sebelumnya tentang sejarah bangsa sendiri. Coba bayangkan, tidak ada nama untuk ajaran ini, dan ketika ajaran sehebat apa bangsa kita kalau kita mengenal bahkan Hindu dari India populer, Indonesia ikut menamai menggunakan kekuatan leluhur sendiri. Pastinya, ajaran itu Hindu karena ajarannya yang sama, kecuali kita bisa jadi pemimpin dunia, Mbak. Kaki-kaki di sini lebih lengkap.” kayangan kan adanya di negara kita ini, Mbak. Dan, kita ini bangsa manusia keturunan dewata.” “Lebih lengkap?” Rani melongo sebengong-bengongnya “Di Indonesia, kita mengenal berbagai nama mendengar cerita Bima ini. Belum pernah dia terpikir dewata, raja, dan ratu lengkap dengan gelar masing- akan konsep keturunan bangsa Indonesia seperti ini. masing, juga punya panggilan tersendiri tanda Yang dia tahu, bangsa ini adalah bangsa lemah yang penghormatan kepada mereka sesuai dengan strata hanya bisa melawan penjajah dengan bambu runcing, mereka, juga sebagai simbol kedekatan kita dengan bangsa miskin yang kebanyakan penduduknya sosok para leluhur. Contohnya, kita memanggil tidak mengalami pendidikan sekolah, dan bangsa nama Eyang Puger pada Sang Mahaprabu Mataram, yang bandel karena sulit untuk disiplin dalam hal- Susuhunan Amangkurat Agung, dengan nama hal kecil, dari buang sampah di tempatnya sampai kecilnya yaitu Pangeran Puger.” untuk datang tepat waktu kalau janjian. Pandangan “Lalu apa hubungannya dengan Hitler?” Rani tentang bangsa ini bernuansa negatif sehingga “Hitler, sebagai seorang Jerman keturunan pernyataan Bima membuatnya bingung. Rani bangsa Arya, mengetahui banyak sekali rahasia menyampaikan argumennya pada Bima. leluhur. Itu sebabnya, beliau mengumpulkan “Lha ya itu, Mbak. Hubungan dan pengetahuan berbagai pusaka, artefak, dan naskah Nuswantara kita tentang leluhur diputus dan diselewengkan, yang tersebar di seluruh dunia. Dan lihat, apa yang makanya kita ndak ngerti trah kita yang sebenarnya, terjadi ketika mereka mengetahui kebesaran leluhur ndak tau bagaimana cara bersikap. Tapi bukti mereka. Nazi menjadi kelompok manusia paling kehebatannya: dengan bambu runcing aja bisa pede dan kuat karena mereka tahu sehebat apa ngelawan penjajah toh. Dan kalau Mbak perhatikan, bangsa mereka. Sementara itu, kita di Indonesia yang pahlawan-pahlawan kita jarang yang gugur di sejarahnya diselewengkan dan ditutupi, menjadi buta arah, ndak kenal leluhur sendiri dan akhirnya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 242 243 medan perang. Karena kebal ndak bisa dibunuh ya Sebuah pesawat UFO8 kecil terparkir di atas paling cuma bisa diasingkan tok.” rumput. Bentuknya persis seperti piringan terbang Rani kembali melongo, tak pernah terpikir dari yang sering muncul di banyak media publik selama sudut pandang ini. “Tapi, kita butuh 350 tahun untuk puluhan tahun terakhir, dengan dua pasang kaki dari mengusir penjajah, kan?” besi yang menjejak ke tanah. Sebuah pintu seperti pintu depan pesawat terbuka ke bawah, seolah “Belanda?” Bima balik bertanya. “Kita itu ndak menyambut calon penumpang untuk naik dan pernah dijajah Belanda, Mbak. Kita pikir seperti itu. masuk ke dalam pesawat. Tapi kenyataannya, Belanda itu bekerja pada kita. Buktinya, bangunan-bangunan zaman Belanda bisa Rani dan Bima saling berpandangan, kali ini dibangun dengan fungsi yang tepat di alam tropis dengan tatapan yang tampak bersemangat. Rani Indonesia, sedangkan di negara mereka sendiri memang bukan pecinta cerita fantasi, tapi UFO bangunannya ndak seperti bangunan di sini dengan bukanlah bagian dari dongeng fantasi. Penelitian sistem ventilasi di bawah untuk penghawaan yang tentang UFO telah berlangsung selama beratus-ratus cukup. Artinya, arsiteknya ya leluhur kita juga toh, tahun lamanya, bahkan penampakannya sudah ada Mbak. Yang dibilang perang itu, perang dengan para sebelum kamera diciptakan. Tak dapat dipungkiri oleh pedagang VOC. Dengan pemerintah Belanda-nya sih manusia, keberadaan UFO sudah diketahui masyarakat bukan dijajah kita ini, tapi dibantu. Nah, kalau sama dunia bahkan ribuan tahun sebelum Masehi. Lukisan- Jepang ya, baru kita itu dijajah.” lukisan zaman Renaissance mempertegas pengaruh UFO pada agama Katolik Roma dengan kemunculan Rani masih terpukau mendengar dan berusaha benda terbang yang asing di banyak lukisan rohani, mencerna kata-kata Bima ketika sinar jeruji kembali seperti lukisan ”Baptism of Christ” oleh Aert de hilang dan prajurit yang bersiaga di depan pintu sel Gelder, lukisan ”Madonna with Saint Giovannino” mengisyaratkan kedua remaja ini untuk bergerak keluar. Eucharist” oleh Bonaventura Salimbeni, lukisan ”The Setelah mereka berada di luar sel, seorang pra- Annunciation with Saint Emidius” oleh Carlo Crivelli, jurit menggenggam lengan Rani dan satunya meng- juga pada fresko9 genggam lengan Bima, memastikan keduanya tidak berencana kabur. Segera mereka digiring keluar dari 8 Unidentified Flying Object (UFO) = benda terbang tak teridentifikasi/ pos jaga, dan begitu melihat pemandangan di luar. asing. 9 Teknik melukis dinding ketika plester kapur baru saja yang diaplikasikan sehingga lukisan menyatu menjadi bagian dari dinding; teknik ini populer diaplikasikan pada bangunan gereja dan istana di Eropa pada zaman Renaissance.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 244 245 Visoci Decany di Kosovo, fresko lain berjudul sama interior ruang pesawat ini terbuat dari logam, persis di Katedral Svetishoveli, bahkan lukisan gua berusia puluhan ribu tahun yang ditemukan di Peru, Mesir, . Rani dan Bima didudukkan di deretan empat Prancis, Italia, dan tempat-tempat lain. Karena itu, kursi di kanan-kiri ruang, menyisakan ruang tengah UFO bukanlah bagian dari cerita fantasi, melainkan yang berpanggung itu kosong. Mungkin, panggung bagian dari penelitian ilmiah dan penyelidikan badan bundar setinggi satu undakan itu dimaksudkan pemerintah. Dan berita yang baru Rani dengar akhir- untuk seorang kapten memberi komando sementara akhir ini, adalah kemunculan UFO yang digambarkan prajuritnya duduk mendengarkan. Di tempat Rani sebagai alat transportasi Rama dan Arjuna pada cerita dan Bima duduk, kursinya otomatis mengunci Ramayana dan Mahabaratha. Penemuan gambar pergelangan tangan dan kaki mereka, yang segera blueprint10 pada naskah kuno di India mengesahkan mengusir ide Rani bahwa tempat duduk itu untuk kendaraan canggih ini—juga teknologi modern prajurit—bangku itu lebih tepat tempat untuk semacam blueprint—sudah ada sejak zaman sebelum tawanan seperti mereka sekarang. Masehi. "Ada beberapa pihak yang menyimpulkan", Rani dapat merasakan pesawat itu bergerak, kutip Rani dari artikel di internet yang dibacanya mungkin baru saja mereka lepas landas. Tapi belum beberapa tahun lalu, "bahwa pengendali UFO (yang sampai dua puluh Rani menghitung dalam hati, dipercaya adalah alien) menguasai bumi dari planet sebuah goncangan terasa dan ketiga prajurit yang mereka. Pihak lain bahkan memercayai mereka mengawal mereka bangkit dari duduk dan menuju sebagai nenek moyang manusia." ke pintu pesawat. Baru setelah mereka semua turun dari tangga pesawat Rani percaya kalau mereka sudah sampai di Punggung bawah Bima disodok dengan senjata, tujuan. Rani dapat merasakan mereka berada di atas memaksa Bima untuk bergerak maju. Walau tidak salah satu bangunan kurus yang tadi terlihat hanya setinggi sepuluh sentimeter dari pintu portal. Melihat mengikuti sepupunya masuk ke dalam UFO. pemandangan di sekitarnya, Rani yakin mereka Di dalam pesawat bundar itu terdapat sebuah berada di ketinggian setidaknya seratus meter. Dan ruangan bundar yang cukup untuk menampung banyak gedung lain yang jauh lebih tinggi dari delapan penumpang dan seorang pilot di ruang gedung tempat mereka mendarat ini. kokpit yang dipisahkan dengan sekat. Seluruh Tempat itu seperti landasan helikopter di gedung-gedung pencakar langit. Tapi atap gedung 10 Reproduksi denah suatu bangunan, kendaraan atau mesin dengan kertas ini memiliki taman tersendiri, yang membuat biru yang sensitif-cahaya dan menghasilkan gambar berwarna putih.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 246 247 permukaannya ditutup warna hijau rumput dan berbagai ukuran dan model UFO dan—untuk warna-warni bunga di sana-sini, serta beberapa pertama kalinya sejak masuk ke dalam tirai samar, pohon tinggi di bagian yang jauh dari landasan untuk Rani benar-benar tidak bisa memercayai matanya— UFO. Beberapa ekor burung bertengger di pinggir seekor pegasus! kolam kecil yang tampak seperti baskom yang Kuda putih itu dengan gagah membentangkan terbuat dari batu kuning dengan ukiran-ukiran rumit sayapnya yang selebar panjang tubuhnya sendiri, yang diletakkan di atas tiang pendek dari bahan batu melintasi langit tak begitu jauh dari landasan tempat yang sama. Sebuah bangunan seperti saung atau bale Rani dan Bima berdiri. Kadang, dia mengepak untuk berbentuk bundar yang terbuat dari bahan yang sama bergerak maju, lalu sayapnya berhenti bekerja dan dengan material pembangun gedung-gedung di kakinya mulai bergerak seperti berlari. Mata Rani dunia ini berdiri kukuh di tengah halaman, dikelilingi dan Bima mengikuti arah kuda itu menuju, yaitu ke dengan semak-semak dan tanaman bunga. Saung itu arah mereka—dan baru Rani sadari bahwa ada orang tampak cukup untuk menampung lima belas-dua yang duduk di punggung kuda itu. puluh orang duduk berkeliling di sepanjang sisinya. Segera setelah si pegasus mendarat, orang yang Kelihatannya bukan hanya gedung ini yang me- menung ganginya pun turun dan berjalan ke arah miliki taman di atas atap. Semua gedung yang lebih satu-satunya pintu di situ. Terlihat dua orang prajurit rendah dari gedung ini punya taman seperti ini. menyambut dari arah pintu dan seorang prajurit Jika tadi Rani melihat kota emas, yang ada di segera mengambil tali kekang kuda dan menuntun hadapannya sekarang adalah warna-warni yang pegasus itu menuju ke deretan kotak-kotak kosong didominasi kuning, yang bercahaya dari segala berpagar besi—sebuah istal kecil. Istal itu rupanya penjuru—dari warna dinding juga pantulannya tidak hanya diperuntukkan bagi pegasus saja. Seekor dari kaca gedung-gedung. Dari atas sini, Rani dapat elang raksasa—atau rajawali, Rani tidak yakin— melihat lebih detail warna, tekstur, maupun ornamen berukuran hampir sebesar manusia bertengger di rumit pada arsitektur bangunan. Di kejauhan salah satu sisi bangunan yang dimaksudkan untuk Rani dapat melihat hamparan hijau pepohonan di perlindungan bagi hewan itu. sekeliling yang menjadi benteng kota ini, seolah kota ”Itu garuda,” bisik Bima, mengikuti arah pandang mewah ini terisolasi dari dunia luar. Rani. Sepupunya ini selalu berhasil membuatnya Di atas kota, Rani masih melihat aktivitas yang terbengong-bengong, seperti yang terjadi pada Rani sibuk berlalu-lalang. Selain kawanan burung yang sekarang. terbang berkelompok di antara awan, tidak ada ”Garuda itu kan hewan mitologi,” kilah Rani pesawat atau helikopter yang dilihatnya melainkan beberapa detik kemudian, mengingat pelajaran

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 248 249 PPKn kelas 1 SMP-nya ketika gurunya membahas langkah prajurit-prajurit ini, tetapi mau tidak mau asal-muasal burung garuda yang digunakan sebagai mereka harus mengikuti juga kalau tidak mau lambang Pancasila sebenarnya diambil dari kisah diseret-seret. Beberapa kali mereka berpapasan dewata dari pewayangan saja. dengan orang lain, yang semuanya memakai kostum Bima membalas Rani dengan mengangkat kedua tari jawa seperti hendak manggung. bahu nya dan kedua alisnya, menyatakan bahwa Rani dan Bima berjalan melalui lorong panjang diapun tidak tahu mengapa bisa ada garuda di situ— yang melingkar. Setelah beberapa saat, Rani baru tapi dia cukup yakin ciri-ciri burung besar itu adalah menyadari lorong selebar dua meter ini menyerupai spesies garuda, menurut apa yang dikisahkan Eyang ramp dan mereka berjalan menurun karena Rani Tirto. harus berjalan sambil menahan beban tubuhnya. Seakan dapat mendengar dan memahami per- Dinding lorong itu terlihat kokoh berlapis logam, bin cangan kedua anak remaja tanggung ini, sang dengan pencahayaan berupa garis tanpa henti di garuda menoleh dan menatap mereka, lalu maju pojok bawah kedua sisi dinding. Setiap beberapa dan menundukkan kepalanya seperti menyapa, meter mereka menjumpai pintu-pintu yang tampak kemudian membusungkan dadanya, merentangkan seperti pintu lift yang serupa, dengan alat sensor kedua sayapnya, dan berdiri seolah gagah dan yang sama di sisi kanan setiap pintu. bangga, lalu menatap Rani lagi sebelum kembali Setelah berjalan beberapa menit, mereka akhirnya ke posisinya semula dan kembali tak acuh. Rani berhenti di depan salah satu pintu itu. Seorang tercengang, agak terhenyak melihat tatapan tajam prajurit sibuk dengan alat sensor, memperlihatkan itu. Belum pernah dalam hidupnya dia mengalami mata kirinya pada alat yang langsung bereaksi dan kontak mata seperti itu dengan hewan liar raksasa membuka pintu itu bagi mereka. seperti yang berdiri menjulang di hadapannya ini. Mereka masuk ke sebuah ruangan besar yang Setelah pertunjukan kecil dari sang garuda, tampak seperti ruang persidangan. Mungkin lebih seorang prajurit mendesak kedua remaja ini bergerak seperti setting layout ruang segera setelah si penunggang pegasus tadi masuk bundar dan tempat duduk tiga tingkat untuk anggota ke dalam pintu. Rupanya mereka semua sedari tadi dewan majelis yang berwenang. Dua panggung kecil menundukkan tubuh menghormat sosok yang baru berpagar disediakan masing-masing untuk terdakwa saja menghilang itu. Bima dan Rani kemudian diarak dan saksi, dan di tempat di mana seharusnya hakim menuju ke pintu yang sama. berada di persidangan, terdapat layar yang sangat Rombongan kecil ini berjalan tegap dan cepat. besar. Tidak ada gambar apapun yang sedang Rani dan Bima agak kewalahan menyamai ritme

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 250 251 terproyeksi ke layar itu, tapi Rani tahu media putih mungkin tawanan di sini sudah masuk kategori tetap, besar itu pasti layar. karena sel di pos jaga tadi terkesan sebagai sel transit. Saat itu, kursi-kursi dewan terisi penuh. Rani Kali ini, karena lelah dan putus asa, Bima dan dan Bima digiring menuju ke salah satu panggung Rani duduk berdiam di atas dipan masing-masing. kecil. Salah seorang dari prajurit yang berjaga mengatakan sesuatu dalam bahasa aneh—bahasa Kawi, bisik Bima—lalu terjadi perdebatan di antara anggota dewan yang berlangsung selama beberapa Rani tidak dapat menebak berapa lama waktu menit. Ketika akhirnya mereka tampaknya telah yang telah terlewat karena tidak ada jam pada mencapai kata sepakat, Bima dan Rani digiring lagi pergelangan tangannya maupun Bima. Ponselnya berjalan menyusuri lorong. Kali ini perjalanannya yang dititipkan di ransel Bima disita, dan tidak ada cukup panjang, dan ketika rombongan itu akhirnya cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan berhenti di depan sebuah pintu, pintu yang membuka tertutup ini. Mereka buta waktu. berbeda dengan pintu lainnya. Pintu yang ini terdiri Tiba-tiba sebuah sosok muncul begitu saja dari dua lapis yang membuka bukan hanya ke di depan pintu sel mereka, mengenakan pakaian samping tapi lapisan kedua membuka ke atas dan ke layaknya orang-orang lain yang mereka lihat di bawah. Lalu mereka harus menunggu sampai pintu gedung ini—semacam kostum yang dipakai oleh terakhir menutup sebelum pintu lainnya membuka. pemeran sendratari Ramayana dengan rompi Setelah lapisan pintu ketiga, mereka melihat suasana bermotif batik dan sandal model gladiator. Benang yang sangat berbeda dengan ruang sidang tadi. yang menyambung dan merapikan semua bagian di Deretan pintu-pintu berjeruji sinar putih menghias pakaiannya berwarna emas. kedua sisi lorong panjang itu. Di dalamnya Rani Kakek itu berwajah ramah dan tersenyum pada dapat merasakan dan mendengar orang-orang yang mereka. Tubuhnya masih tegap dan sigap, walau dikurung. Mereka tiba di penjara lain. raut mukanya terlihat sudah sangat tua. Garis kerut Rani dan Bima dimasukkan ke dalam satu sel, di samping matanya menandakan jiwa muda yang tapi kali ini selnya berukuran hampir dua kali lebih senantiasa berseri. besar dan berdinding tembok logam. Fasilitas yang ”Bimasakti dan Maharani,” panggil si Kakek disediakan jauh lebih baik daripada sel sebelumnya— dengan logat yang sangat kental dan suara ceria yang ada toilet tersendiri di bagian belakang, walau tanpa terdengar seperti remaja. pintu, dan matras pada nook terlihat lebih nyaman—

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 252 253 Rani menatap Bima, yang sama bengongnya Kakek tadi membawa Bima dan Rani keluar mendengar nama mereka disebut. dari gedung itu tanpa kesulitan, walaupun mereka ”Da—darimana Kakek tahu nama kami?” tanya sempat berpapasan dengan beberapa orang di lorong. Rani berusaha sopan. Rani merasa heran tidak ada yang merasa curiga atau aneh melihat dua anak berpakaian ’modern’ berjalan ”Ndak penting darimana. Bima, mana Kyai dengan kakek berpakaian seperti masyarakat umum Dampar Kencono?” tanya Kakek itu langsung pada di sini. intinya. Bima yang tadinya merasa ada harapan dengan kedatangan si Kakek, langsung lemas lagi. Si Kakek terus berjalan, tanpa bicara atau berhenti, dan kedua remaja mengikuti di belakang nya. ”Diambil penjaga tadi,” jawab Bima lesu. Rani Mereka keluar dari gedung, berjalan di atas trotoar, mengerutkan dahinya, tidak ingat kapan Bima menyeberangi jalan beraspal, melewati berbagai memperkenalkannya pada orang bernama Kyai gedung, berbagai kantor, deretan kedai makanan, Dampar Kencono. toko-toko kecil, toko-toko besar, lalu akhirnya daerah Si Kakek tidak menjawabnya, tapi beliau terbuka yang tampak seperti pinggiran kota. mengangguk. Tangannya meraih ke belakang Mereka berhenti di depan sebuah rumah yang punggungnya dan ketika kembali ke depan sudah berukuran empat-lima kali lebih besar dari pos jaga memegang sebuah keris kecil. Dipegangnya keris itu tadi, tetapi mempunyai pagar pembatas dan halaman sedemikian rupa mendekati jeruji sinar, lalu bibirnya yang luas. Pepohonan dan semak-semak memenuhi seperti merapal mantra. Rani merasa dia harus mulai sudut-sudut halaman dan sepanjang tembok rumah, terbiasa melihat keris dan pengucapan mantra. menyisakan ruang kosong yang hanya dilapisi Beberapa saat kemudian sinar jeruji melemah rumput di tengahnya. Dikelilingi pohon rindang dan dan dengan aba-aba dari sang Kakek, Bima dan Rani semak yang hijau, rumah itu tampak sederhana dan bergegas melewatinya, lalu mengikuti langkah si nyaman. Kakek. Sebelum mereka keluar dari pintu paling luar, Halaman rumah Kakek itu dibatasi tembok emas Kakek membuka lemari yang ada di ruang peralihan. tinggi, dengan gapura yang lebih tinggi di antara Masih banyak keris, tombak, tongkat, kujang, trisula, pintu masuknya. Pintu gerbangnya terbuat dari rencong, badik, dan banyak senjata lain tersimpan logam yang sama dengan hiasan batuan permata, rapi di sana, tapi tidak ada waktu untuk melihat-lihat tampak berat ketika pintu dibuka. Di dalam halaman sekarang. Dengan sigap Bima mengambil ranselnya, tampak pembagian rumah itu menjadi beberapa lalu mengikuti si Kakek dan Rani yang sudah berjalan bangunan terpisah, seperti pada arsitektur rumah lebih dulu. Bali, tapi—seperti bangunan lain—tidak ada batu

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 254 255 candi hitam maupun batu bata yang digunakan. tidak Rani ketahui. ”Ngomong-ngomong, ini teh apa, Bangunan-bangunan di dalam kompleks itu berbeda Kek? Rasanya enak sekali!” bentuk dan ukuran, terpisah oleh taman bunga ”Ndak perlu sungkan begitu untuk nanya beraneka warna yang tampak subur, seakan menjadi teh saja,” jawab si Kakek sambil terkekeh. ”Itu teh oasis hijau di antara luasnya padang logam. mawar-melati.” Rani dan Bima dipersilakan masuk ke dalam Rani belum pernah berpikir ada orang yang bangunan yang paling dekat dengan gerbang masuk. benar-benar mencampurkan kedua nama bunga Mereka duduk di sofa berlapis beludru merah marun paling terkenal dari lagu masa kecilnya ke dalam yang tampak mewah di dalam ruangan yang tampak satu ramuan teh. Tapi rasanya, ditambah dengan seperti ruang bersantai ini. Ruangan itu dipenuhi sedikit gula aren dan kayumanis yang dicampurkan, dengan perabot kayu jati yang tampak sangat antik, luar biasa nikmat. berhiaskan warna emas di mana-mana, dan hiasan ”Enak sekali tehnya, Kek. Oh ya, yang mau dindingnya pun tak jauh dari warna coklat tua kayu kutanya itu, bukan maksudku tidak sopan, tapi dan warna emas. Rani juga baru menyadari bentuk kenapa Kakek membebaskan kami dari penjara?” ukiran di kusen dan daun pintu itu seperti ukiran pada gebyok khas bangunan Jawa. ”Aku melihat kalian datang tadi, merasa heran kenapa kalian bisa ada di sini. Pasti ada alasan Tirto Di sudut ruangan, sang Kakek sibuk menakar dan Ningrum menyuruh kalian ke sini ketimbang daun teh lalu memrosesnya di dalam mesin berbentuk datang sendiri,” ujar kakek itu dengan logat medhok aneh yang tampaknya adalah mesin kopi, lalu dan bahasa Indonesia yang tidak begitu lancar. Bima meletakkan cangkir di atas dudukannya yang segera dan Rani saling berpandang lagi, merasa aneh nama terisi penuh secara otomatis, lalu menghidangkannya kakek dan neneknya disebut dengan akrab, seolah di atas meja rendah di hadapan Bima dan Rani. kawan karib. Peralatan minum itu terbuat dari emas, seperti juga ornamen pada sudut sofa, meja, lemari dan perabot ”Jadi, Kakek mengenali kami? Maaf, kalau boleh lain di ruangan itu. tanya, Mbah ini juga kenal Eyang saya? Apakah Mbah ini kawan dari Eyang Tirto dan Eyang Ning?” tanya ”Kek, boleh saya bertanya sesuatu?” tanya Rani Bima sebelum Rani menanyakan hal yang sama. setelah meminum teh yang disajikan. Teh manis itu sangat harum, legit dan kental, tapi rasanya jauh Kakek itu kembali terkekeh, dan pertanyaan lebih enak dari teh yang pernah Rani cicipi. Ada Bima rupanya terdengar sangat lucu di kupingnya, campuran rasa melati, kayumanis dan sesuatu yang sehingga agak kewalahan menghentikan tawanya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 256 257 Bima dan Rani yang sama sekali tidak mengerti tidak ada panggilan, aku hanya bisa datang memberi dimana letak kelucuannya, hanya bisa tersenyum pesan-pesan lewat mimpi.” sopan. Rani merasa ada yang terlewat di sini. Kakek tua ”Lha piyé toh, Ngger? Aku iki éyangné Tirto lan ini mengaku sebagai kakek dari kakeknya—artinya Ningrum, dadi Aku niki ya éyangmu11 juga, Bimasakti usianya setidaknya hampir 200 tahun—tampak dan Maharani,” jawab si Kakek santai. Rani dan Bima sangat akrab dengan Bima, pertama mereka kenal saling berpandangan lagi, kali ini sama-sama merasa seseorang yang tidak Rani kenal dan sekarang mereka malu, lalu Bima menghormat sujud pada eyangnya. sering bertemu dalam mimpi. Seharusnya Rani tidak Rani yang tidak mengerti adat mengikuti saja gerak- merasa seperti ini, tetapi ada perasaan cemburu yang gerik Bima. terbersit di hati Rani. Setelah dikucilkan di sekolah, ”Jadi Mbah ini eyangnya Eyang Tirto dan Eyang Bima telah menjadi teman terdekatnya selama sebulan Ning?” Rani mengulang, masih belum memahami terakhir dan mereka tengah mengalami petualangan maksudnya. ”Artinya Mbah sudah tua sekali, donk?” besar bersama. Tapi, kini datang seorang kakek yang telah banyak memberi tahu banyak info hanya pada Si Kakek terkekeh lagi, memahami kebingungan Bima dan Rani merasa tidak dilibatkan. Ini tidak adil! Rani. Namun Bima, yang duduk di sebelahnya, tampaknya sudah mulai mengerti. ”Mbah, aku kok tidak didatangi?” tuntut Rani. ”Mbah ini yang sering muncul di dalam mimpi- ”Kamu juga, Nduk. Hanya setelah kamu usia mimpiku,” ucap Bima, tatapannya terfokus pada delapan tahun aku ndak bisa datang lagi,” bantah si sebuah titik seolah tengah mengingat-ingat. Kakek. Si Kakek masih terkekeh, kali ini sambil ”Aku nggak tahu… Aku nggak ingat kalau mengangguk. aku pernah dimimpiin Eyang,” Rani terbata, tanda meragu. ”Aku ingat, Mbah selalu bawa pesan untuk aku,” ucap Bima lagi. Si Kakek manggut-manggut ”Ya, waktu itu bapakmu ndak seneng aku dan senyum tertinggal di wajah tuanya yang tampak datang ’mengganggu’, katanya. Jadi kamu dibawa ceria. ke… apa itu namanya… hipno… hipo…” si Kakek mengerutkan dahinya dan jari telunjuk kanannya ”Aku hanya bisa datang pada kalian jika ada digerakkan seolah sedang mengajarkan sesuatu. panggilan, karena dunia kalian itu tidak aman. Jika ”Hipnoterapi?” Bima berusaha membantu. ”Iya, hipnoterapi,” ujar si Kakek, menunjuk 11 (Jawa) Loh, gimana sih, Nak? Aku ini kakeknya Tirto dan Ningrum, jadi pada Bima dengan jari telunjuk dan jari tengahnya— aku ini kakekmu juga…

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 258 259 di antaranya terselip sebatang rokok klobot yang sama hal-hal aneh, jadinya aku dan bapak dilarang kemudian disisipkan ke sisi kanan bibirnya—sambil berkunjung ke rumah bulik juga. Dulu, setiap kali mengangguk-angguk. ”Sejak itu, aku ndak bisa aku mimpi, ibuku langsung nelpon bulik, atau bulik masuk ke mimpimu lagi”. yang duluan nelpon ibu untuk tukar info tentang isi Rani baru sadar, sejak awal batang rokok selalu mimpi kita, karena satu bagian mimpi saja ndak ada bertengger di mulutnya, baru saja sebatang habis artinya, Mbak, kecuali dua mimpi kita digabung, nah terbakar batang baru pun langsung dimulai. Cara baru ada artinya.” membakar rokoknya sangat klasik dengan korek api Si Kakek manggut-manggut seperti biasa se- batangan yang langsung dikibaskan begitu ujung mentara Rani berusaha mencerna kata-kata Bima rokoknya mendesis terbakar dan bungkus kulit barusan. jagung pelapisnya berubah kehitaman dengan titik- ”Memangnya selalu ada artinya?” tanya Rani. titik merah yang membara. ”Cuma mimpi-mimpi yang bikin aku bangun ”Ooh… Pantas saja aku nggak ingat apapun sebelum subuh,” jawab Bima. ”Awalnya, aku selalu dari sebelum aku kelas 3 SD!” seru Rani senang bangunin ibu dan bapak tiap habis mimpi, karena bercampur kesal. Senang karena ada penjelasan yang mimpinya seperti bermakna gitu. Tapi lama kelamaan masuk akal mengapa memori masa kecilnya begitu aku perhatikan mimpi itu melekat di ingatan walau lemah, dan kesal mengapa ayahnya bisa dengan sampai siang, jadi sejak itu aku ndak pernah lagi seenaknya menghentikan sesuatu begitu saja dari bangunin ibu-bapak jam lima subuh.” hidupnya, tanpa persetujuan dirinya. Dan di kasus ini, ”Puspo tajem,” ujar Kakek mengangguk. Kedua hubungannya dengan eyangnya sendiri. Dan eyang- remaja itu menengok ke arahnya, menunggu pen- eyang di Wonogiri, juga pakde dan sepupunya. jelasan lebih lanjut. ”Puspo maksudnya bunga, kem- ”Kenapa? Kenapa Mbah ngga boleh masuk ke bang. Tajem ya tajam. Artinya bunga tidur dengan mimpiku lagi?” tanya Rani, sekarang perasaannya pesan yang tajam.” hanya kesal. ”Jadi semua mimpi ada artinya, Mbah?” tanya ”Aku selalu datang dalam mimpi kalian sebagai Rani. dua bagian terpisah, karena itu sejak Maharani di- ”Ndak semua. Cuma puspo tajem. Kalo titi yoni hipnoterapi, mimpi-mimpi Bimasakti pun terhenti,” dan gondo yoni ya ndak,” jawab si Kakek, yang lanjut si Kakek. kemudian menangkap arti tatapan kedua cucunya ”Oh, karena itu toh,” ucap Bima mulai paham. dan meneruskan, ”Titi yoni maksudnya tidur siang ”Kata bapak, paklik ndak suka Mbak berhubungan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 260 261 hari. Gondo yoni untuk tidur malam hari. Kadang Si Kakek kembali manggut-manggut meng- gondo yoni juga ada artinya, tapi jarang.” iya kan. Bibirnya tersenyum simpul yang seolah tak ”Jadi kalau mimpinya jam 3-4 sebelum subuh itu pernah hilang dari wajahnya. selalu ada artinya?” tanya Bima menyimpulkan. ”Aku baru paham sekarang,” katanya. Tetapi ”Itu batas waktu yang diizinkan untuk masuk ke Rani belum. Dia melihat sepupunya dan menunggu mimpi manusia,” jawab si Kakek. pen jelasan. ”Diizinkan oleh siapa?” selidik Rani. ”Waktu aku ulang tahun, entah kenapa sejak bangun pagi aku kepingin banget pergi ke dalam ”Oleh Sing Nggawe Urip12, mestiné,” jawab si gudang di halaman belakang rumah. Rasanya pengin Kakek sambil terkekeh lagi, seakan pertanyaan Rani banget buka lemari perkakas bapak, lalu ada peti dari merupakan pertanyaan paling konyol sedunia. kayu kemas ditaruh di paling bawah, jadi kubawa aja ”Oh ya, tadi kalian menyebutkan nama Kyai, itu ke dalam rumah. Di ruang keluarga aku buka peti itu, siapa?” todong Rani, berusaha mengalihkan topik. semua paku dan segelnya. Di dalamnya ada keris ini, ”Kyai?” ulang Bima bingung. Seingatnya tidak di antara guntingan kertas yang jadi bahan peredam ada nama Kyai yang disebutkan dalam perbincangan gesekan. Waktu bapak dan ibu melihat ini mereka ini. bingung bukan main tapi ada kertas bertulisan ”Kyai Dampar Kencono13,” jawab si Kakek. Bimasakti di antara guntingan kertas itu, lalu bapak Wajah Bima langsung tampak tercerahkan, sementara dan ibu bilang selama ini peti kayu ini ada di rumah Rani masih menuntut jawaban. ”Nama keris milik Eyang Tirto sejak bapak masih kecil dan ketika bapak Bimasakti. Aku sendiri yang beri untuk Bima di menikah dengan ibu, entah mengapa peti kayu itu ulang tahun kedua belas. Kamu ingat, Ngger?” terbawa pada saat mereka pindah ke rumah baru. Bima mengangguk senang, lalu mengelus keris Berulang kali mereka bermaksud mengembalikannya di dalam sarungnya yang dia letakkan di atas meja pada Eyang Tirto, tapi entah mengapa selalu ada saja kopi. kejadian yang membatalkan niat mereka. Akhirnya, lama-lama peti kayu itu terlupakan dan teronggok ”Ooh! Waktu aku ulang tahun kedua belas. begitu saja selama bertahun-tahun di dalam lemari Eyang datang di mimpiku!” seru Bima tiba-tiba. ”Itu di gudang belakang. Sampai waktu aku ulang tahun terakhir kalinya Mbah masuk mimpiku.” itu, kata bapak beliau jadi paham itu memang kado untukku,” cerita Bima.

12 (Jawa) Yang Membuat Hidup, alias Tuhan Sang Pencipta. ”Tapi aku baru diberitahu Eyang Tirto kalau namanya Kyai Dampar Kencono,” tambah Bima. 13 (Kawi) Dampar = tempat duduk raja/singgasana; Kêncono = emas.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 262 263 Jidat Rani yang tadinya sudah mulai mulus, kembali Kalau keris ini ndak suka sama kamu ya bisa berkerut. melukaimu. Atau kalau kamu adalah musuh dari ”Setiap keris punya nama, Nduk,” lanjut si pemilik keris. Kalau begitu, hasilnya bisa mematikan. Kakek, melihat garis-garis pertanyaan masih tampak Mulané keris iku mesti dadi senjata terakhir dikeluarkan di dahi Rani. ”Nama tiap keris diberikan oleh sang dalam perang, karena akibaté bisa fatal. Tapi, selama empu yang membuatnya sesuai dengan nama dapur keris ini merasa kamu bukan ancaman, keris ini ndak tempat membuatnya atau sifat dan tugas dari keris bisa melukaimu bagaimanapun carané,” jelas Kakek tersebut.” berwajah ramah itu dengan sabar. ”Tugas? sifat?” tanya Rani. ”Kalau begitu, keris itu memang mistis ya, Mbah?” tanya Rani berhati-hati menyimpulkan. Tapi ”Pada zaman dahulu kala, keris dan pusaka lain eyangnya malah tertawa. dibuat untuk banyak kegunaan. Ada yang untuk menyimpan data, untuk memberi jalan keluar, untuk ”Yang mistis itu pikiran manusianya saja yang menyimpan aji-aji, untuk lain-lain. Tapi fungsi keris belum nyampé,” jawab si Kakek di ujung tawanya. secara umum biasanya untuk menjaga keselamatan ”Mistis itu kan artinya sesuatu yang ndak dimengerti, sang pemilik. Sayangnya, manusia modern itu yang misterius. Lalu dikait-kaitkan dengan makhluk hanya berpikir keris adalah senjata tusuk, medium haluslah, jinlah, dukun segala. Lha kalau pemikiran komunikasi dengan ’makhluk halus’ dan sekedar manusia itu yang salah, mbokya jangan dianggap dikoleksi. Padahal, seperti kalian lihat, keris ini ndak barang-barang pusaka itu salah juga. Piyé tho, tajam bilahnya.” manusia modern itu rumit sekali, semua yang benar dibilang salah, yang salah dibilang benar.” Si Kakek mengulurkan keris dan mengisyaratkan agar Bima dan Rani menyentuh ujung bilahnya. Bukannya mengerti, Rani malah semakin bi- ngung dengan semua jawaban si Kakek. ”Ndak tajem, tho?” tanya si Kakek. ”Lalu, tadi Mbah bisa membebaskan aku dan ”Ya mungkin karena sudah tua umurnya, Bima itu bagaimana caranya? Kenapa bisa segampang Mbah?” tebak Rani. Bima menyikut Rani pertanda itu kabur dari penjara? Kalau memang gampang, dia merasa Rani telah salah bicara. kenapa penjaranya nggak pakai teknologi lain yang ”Maksudmu sudah tumpul gitu?” tanya si lebih canggih?” setidaknya ada beberapa pertanyaan Kakek sambil terkekeh, sama sekali tidak terlihat yang akhirya keluar dari benak Rani. tersinggung. ”Itu namanya Aji Kemayan, Nduk,” jawab si ”Keistimewaan dari keris, Ngger, adalah bahwa Ka kek. ”Fungsiné untuk membuat orang tidak bisa keris ini melukai hanya objek yang diinginkannya. me lihat kita. Nanti aku ajari caranya. Yang namanya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 264 265 pen jara ya harusnya tidak bisa dibobol tho. Tapi, aku “Itulah kehebatan sesungguhnya dari manusia, ini yang membuat denah penjaranya, jadi paham yang di zaman sekarang jarang yang menyadarinya. cara nya.” Buktinya, orang zaman dulu banyak yang sakti, ”Aji Kemayan? Maksud Mbah, tadi pakai kenapa di zaman sekarang kesaktian malah dibilang magic, gitu?” di benak Rani muncul sosok penyihir sesat atau kerasukan setan. Kesaktian dan ajian yang Merlin dari zaman raja Inggris yang ternama, Raja ada sekarang banyak dipakai untuk maksud yang Arthur, dan pikirannya mulai menghubungkan buruk, sehingga konotasinya menjadi negatif. Tapi, kemungkinan keterkaitan eyang barunya ini dengan kalau digunakan untuk hal-hal baik, kesaktian itu Merlin. Kemungkinan besar, mereka mempelajari menjadi baik pula. Kalau ada orang mati tertusuk sihir yang sama, karena logikanya eyangnya ini tidak pisau, apakah pembunuhan itu menjadi salah si mungkin masih bisa hidup. Dengan sangat berat hati pisau atau salah orang yang membunuhnya? Jadi, Rani mulai membiarkan fantasi memasuki dunia semua itu dikembalikan lagi pada manusianya. ilmu pengetahuannya. Kalau kita semua membatasi perilaku sebagai jiwa kesatria, hal-hal yang dianggap klenik atau gaib ”Aji-aji, Nduk, bukan magis. Aji-aji itu bi sa bukan lagi merupakan sesuatu yang sesat, toh. Asal dibilang seperti ilmu atau keahlian, untuk mengen- kita paham bagaimana cara kerjanya dan bagaimana dalikan kekuatan yang ada di alam raya ini. Biasanya mengendalikannya, ajian menjadi alat bantu kita dimasukkan ke dalam pusaka, dikasih mantranya.” untuk menjadikan hidup lebih baik, bukan menjadi Ilmu ’ajaib’ tapi bukan gaib. Ada mantra, tapi senjata atau musuh kita,” tambah si Kakek. bukan magis. Rani berusaha keras memahami arti ”Jadi kerisnya Bima itu ada ’teknologi’?” kalimat si Kakek barusan. Si Kakek mengangguk, lalu meraih keris Bima “Teknologi tertinggi yang ada di dunia ini dari atas meja, lalu menjalankan ujung jarinya di adalah tubuh manusia, Nduk,” lanjut si Kakek, sepanjang wrangka kayu berukir itu. tampak memahami pertanyaan di batin Rani. “Komputer paling rumit sekaligus paling canggih itu ”Kyai Dampar Kencono ini tugasnya untuk ada di otak manusia. Tapi, teknologi ini bukan diatur ngasih liat tugasmu nanti, Ngger, dan kamu akan tahu oleh mesin, tapi dari batin. Semakin tinggi spiritual sendiri nanti, tanpa ada yang memberitahu. Batinmu manusia, semakin tinggi pula teknologi yang bisa yang akan menuntunmu,” ucap si Kakek pada Bima. dikendalikannya.” ”Ini, aku beri mantrané, diapalkê ya!” Avatar the Airbender itu?” Bima mengangguk patuh dan bersikap biasa tanya Rani lagi. Kali ini Bima yang mengangguk saja, walau dalam hatinya dia melonjak kegirangan mengiyakan. karena sejak mendapatkan keris ini lewat bimbingan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 266 267 mimpinya selama seminggu sebelum ulang tahun yang tepat baru bisa dipakai sesuai dengan yang keduabelasnya, Bima tidak pernah diberi tahu seharusnya.” mantranya. Pesan yang dititipi waktu itu hanyalah jaga ”Tapi gimana caranya? Keris kan bentuknya keris ini seperti menjaga nyawamu sendiri dan petunjuk kayak pisau gitu, pipih dari besi. Gimana cara untuk merawat dan ritual ’memandikan’nya. menyimpan data di dalamnya? Lalu gimana cara Si Kakek mengatakan sesuatu yang cukup mengakses datanya? Apa harus digosok-gosok panjang, tetapi Rani tidak dapat mendengar apapun. seperti lampunya Aladdin?” seingat Rani ada Melihat pada sepupunya, Rani yakin Bima dapat dongeng tentang jin yang dikurung di dalam sebuah mendengarnya. Semakin kesallah hati Rani melihat lampu—yang bentuknya lebih menyerupai teko ini, merasa dianaktirikan. antik—dari kuningan dan jika digosok jin tersebut ”Kenapa Bima diberi keris tapi aku tidak?” akan keluar dari lampu, lalu akan mengabulkan tiga sosor Rani langsung setelah melihat Bima berhasil permintaan orang yang menggosok lampu itu. menghafal mantra yang baru saja diturunkan ”Ya, anggap saja begitu, Mbak. Kalau tahu padanya. caranya dan punya passwordnya, baru rahasia di ”Sabar, Nduk,” pesan si Kakek sambil beranjak dalam keris ini bisa terbuka. Seperti piringan hitam keluar dari ruangannya. aja, kalau kita lihat hanya sebuah lempengan bundar warna hitam, tapi kalau dipasang di gramofon dan ”Bim,” panggil Rani pada sepupunya yang masih alat berpakunya dipasang di atas piringan, akan menghafalkan mantra. ”Kenapa harus pakai mantra keluar suara yang pernah direkam di piringan hitam segala? Kayak nenek sihir donk pakai mantra-mantra ini. Sama juga sistemnya sama USB yang gitu.” harus dimasukkan ke dalam jack14 komputer.” Kalau ”Mbak, mantra itu maksudnya bukan untuk mau disambung dengan kata-kata si mbah barusan, nge jahatin orang seperti di buku cerita tentang kalau spiritual manusia itu jadi seperti CPU atau nenek sihir,” jelas Bima. ”Anggaplah seperti… motherboard-nya, keris atau pusaka lain jadi CD atau password. Kalau kita punya program tapi ndak punya USB -nya. Dan supaya hal-hal yang berbau passwordnya, program itu ndak bisa jalan. Atau akses rahasia tetap terjaga, perlu ada mantra untuk jadi ke email juga perlu password. Gunanya itu untuk password-nya.” menjaga agar pengguna email atau program tadi Mendengar perumpamaan yang digunakan adalah orang yang benar. Seperti tadi juga sebelum Bima berbau teknologi yang dikuasainya, Rani portal ke dunia ini membuka, si Drupadi menyebut mantra, kan. Sama juga dengan pusaka dan aji- 14 (Inggris) Jack = soket atau tempat mencolokkan ujung kabel ke dalam aji. Kalau penggunanya mengucapkan password benda elektronik.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 268 269 mulai memahami sistem keris ini, walau masih pada Saat itu, si Kakek kembali ke dalam ruangan. permukaannya. Kini benak Rani membayangkan Di tangannya terdapat sebuah benda seperti keris keris itu sebagai atau memory card yang tapi ukurannya tidak sampai 20cm, dengan bentuk dikunci dan hanya bisa dibuka dengan password wrangka sederhana dari kayu cendana tanpa hiasan yang tepat. Di benaknya muncul huruf-huruf yang atau ukiran sama sekali. Tidak tampak menarik, membentuk kotak untuk jawaban dari Password? tidak mewah, dan tampak seakan tak bernilai. yang keluar dari keris Bima. Dan mantra yang baru ”Iki, Maharani,” ucap si Kakek sembari saja Bima hafalkan menjadi kunci untuk membuka menyerahkan keris kecil itu pada Rani. Rani menarik fungsi program yang ditanamkan pada keris itu. hulu keris dari wrangkanya, dan mengeluarkan ”Oh… Apa semua orang tahu hal ini?” tanya sebilah keris patrem lurus sederhana berpamor adeg15. Rani lagi, merasa bahwa pengetahuannya yang Keris itu tidak memiliki gonjo16 maupun bongkol17. minim tentang keris ini sepertinya bukan satu- ”Ini namanya patrem Tilam Sari, patrem buatmu. satunya di dunia. Tilam Sari artinya inti dari segala yang ada. Patrem ”Sayangnya tidak banyak yang tahu tentang itu maksudnya keris kecil untuk wédok18. Patrem fungsi asli keris,” jawab Bima sambil menggeleng ini dulunya milik Sang Hyang Bathari Kanestren. prihatin. ”Kebanyakan, seperti yang Eyang tadi Tadinya aku persiapkan untukmu seperti untuk Bima juga di ulang tahun ke-12, tapi karena bapakmu disebut sebagai mistis tadi, karena mereka tahu ada menghalangi jadi patrem ini terpaksa aku ambil lagi orang yang bisa mendapatkan sesuatu dari keris, tapi dari rumahmu. Aku pikir, disimpan di sini lebih bagi yang tidak paham mereka melabel keris sebagai aman sampai kamu siap. Tapi tetap ndak nyangka benda mistis, karena mereka tidak mengerti.” kamu sendiri yang bakal muncul di sini, aku kira ”Kalau begitu kenapa tidak disebarluaskan aja bakal aku antar sendiri ke duniamu. Nah, mantranya pengetahuan ini? Kan ada internet sekarang gampang juga harus dihafal. Siap?” ngasih taunya ke orang-orang. Bisa dibikin buku, di Rani mengangguk, lalu si Kakek mengucapkan sosial media…” usul Rani. sebuah kalimat sangat panjang dalam bahasa yang ”Ndak semudah itu, Mbak,” sanggah Bima. ”Ma- tidak Rani pahami. Setelah lebih dari sepuluh salahnya ndak semua orang boleh tahu, karena keris ini termasuk benda pusaka yang diberikan hanya pada 15 Jenis pamor yang panjang lurus di tengah. orang tertentu yang layak menggunakannya. Kalau 16 Gonjo = bagian dasar keris yang panjang kiri dan kanannya asimetris. bukan orang yang tepat, bisa-bisa disalahgunakan.” 17 Bongkol = bagian pangkal wilahan/mata pisau keris. 18 (Jawa) Wedok = perempuan.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 270 271 kali diulang dan mengulang barulah Rani bisa ”Drupadi?” tanya sang Kakek, tak mengindahkan menghafalnya. pertanyaan Rani. Rupanya nama itu cukup umum di Setelah yakin sudah menghafal mantranya, Rani sini. memandang keris kecil di tangannya itu. ”Anak kecil yang berpakaian seperti kostum ”Tosan aji19 ini bukan untuk dipakai sembarangan wayang, rambutnya dikuncir dua, umurnya sekitar untuk nusuk orang lho. Hanya dipakai saat benar- tujuh-delapan tahun,” Bima berusaha menerangkan benar terdesak dan terakhir. Namanya saja senjata sejelas mungkin ciri-ciri Drupadi, berharap si Kakek pamungkas. Pamungkas artinya ’terakhir’. Jadi ini mengenalnya. Tapi si Kakek menggeleng, mungkin adalah senjata yang terakhir dipakai jika senjata lain Drupadi nama yang cukup pasaran di sini. Atau ndak dapat menghadapi musuh,” pesan si Kakek. Kakek ini memang tidak bergaul dengan anak kecil Kedua remaja itu mengangguk menyanggupi. ”Nanti seperti Drupadi. Bima menceritakan kisah pertemuan juga kalian tahu bagaimana mengendalikannya kalau mereka dengan Drupadi kemarin di bukit belakang sudah mengenal pusakamu. Nah, sekarang coba rumah eyang mereka. Raut wajah Kakek yang tenang kalian cerita kenapa kalian diutus dan bukannya perlahan berubah tegang, tapi tetap mempertahankan Tirto dan Ningrum yang kemari!” ketenangan dalam gerak-geriknya. ”Euh…” Rani meragu, lalu melirik sepupunya. ”Oh, dia punya ini,” seru Rani sambil merogoh ke dalam kantung celananya. Kini di tangannya ”Kami ndak diutus Eyang Tirto atau Eyang tergenggam kalung emas dengan liontin batu zamrud Ning. Kami menemukan jalan sendiri ke sini,” jawab berbentuk wajik. Bima hati-hati. ”Ah,” ujar Kakek sambil meraih kalung dari ”Menemukan jalan sendiri?” ulang Kakek sambil tangan Rani. Rani dan Bima memerhatikan si Kakek manggut-manggut. Wajahnya terlihat tenang walau memeriksa kalung itu dengan seksama, membalikkan ada kerutan tanda bingung di dahinya. liontinnya, lalu mengembalikannya pada Rani ”Karena Drupadi,” jawab Rani. dengan bagian belakang liontin yang diarahkan pada ”Anak kecil yang tiba-tiba muncul di dunia Rani. Sebuah lambang rumit ter-emboss di sana. kami,” tambah Bima. ”Itu lambang trah Senapati Adhiwiryo. Omahé ”Eyang, apa dunia ini dunia yang lain dari dunia di depan alun-alun keraton. Masuk lewat samping, kami?” tanya Rani. cari Mbok Jamatri, titipkan pada Mbok Jamatri. Dia pengasuh Rara Drupadi. Kalian ndak boleh ketahuan ada di sini, jadi jangan sampe tertangkap lagi. Portal 19 (Jawa) Tosan aji = benda pusaka yang diturunkan dari leluhur.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 272 273 tempat kalian tadi masuk akan membuka lagi cara yang sungguh tradisional untuk mengaktifkan sebuah menjelang akhir hari, jadi waktu kalian hanya tinggal teknologi canggih, Rani tak habis pikir. dua jam,” pesan si Kakek, kali ini terburu-buru. Setelah itu, si Kakek masih memberikan pe- ”Eyang, ini kan masih siang, jadi akhir hari tunjuk-petunjuk lain yang akan diperlukan dalam masih lama,” ralat Rani. Sebagai jawabnya, si Kakek petualangan mereka dalam dua jam ke depan. menyerahkan sebuah jam saku antik pada Rani. Jarum ”Satu hal lagi pesanku untuk kalian: aja duméh, pendek jamnya menunjukkan arah angka empat aja gumunan, aja kagétan,” petuah si Kakek mengakhiri biasanya berada, jarum panjangnya beberapa menit petunjuk-petunjuknya. menuju arah angka 12. Tapi tidak ada angka yang Bima mengangguk-angguk, sementara Rani tertera di situ melainkan kata Surup menggantikan melongo bingung. Si Kakek tampaknya paham, lalu angka 520. menerjemahkan untuk Rani. ”Di sini, akhir hari adalah saat Sang Surya mulai ”Aja duméh: jangan tinggi hati, mêntang-mêntang masuk ke peraduannya, pertanda satu hari telah kaya lantas bisa menindas yang di bawah. Mêntang- selesai dan hari baru dimulai setelah Surup. Artinya mêntang punya kepintaran lantas sombong disimpan sekitar jam 5 sampai 6 sore di dunia kalian. Dan ya, sendiri. Aja gumunan: jangan mudah takjub, terheran- Maharani, ini dunia yang berbeda dengan dunia heran melihat sesuatu yang di luar kemampuan atau kalian, tapi sama. Kita masih berada di Arcapada.” akal lalu hilang akal sehat. Aja kagétan: jangan mudah ”Arcapada artinya Bumi,” bisik Bima me nam- terkejut, artinya harus selalu mawas diri, bahwa bahkan. semua yang terjadi di dunia ini memang sudah ”Cepat, waktu kalian terbatas. Aku ndak bisa selayaknya terjadi demikian dan diizinkan oleh Yang ngasih kendaraan karena kalian ndak tau cara Kuasa. nyetirnya, tapi kalian bisa pakai Aji Kemayan. ”Aja gêtunan,” tambah si Kakek, belum puas Keluarkan tosan aji kalian,” perintahnya bergegas, mem beri petuah rupanya. ”Jangan mudah menyesal. mengambil beberapa barang dari lemarinya. Semen- Aja alêman: jangan kolokan.” tara itu dengan hati-hati Rani dan Bima mengeluarkan ”Siap, Eyang!” kata Bima yang tampak tidak pusaka mereka dari wrangka. ter lalu asing dengan pesan ini. Rani, sebaliknya, Selama tiga menit berikutnya Kakek memberi berusaha merekam semua bahasa yang asing di banyak instruksi cara mengaktifkan Aji Kemayan. Ini kupingnya itu ke dalam otaknya. Gagal. Tak ada satupun bahasa Jawa tadi yang berhasil nyangkut di kepalanya. Rani berusaha mengingat-ingat arti 20 Lihat lampiran di belakang.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 274 275 bahasa Indonesianya saja sebisanya menerjemahkan: jangan terlalu di atas, juga tidak boleh terlalu di bawah. Jangan terlalu norak kalau ketemu sesuatu yang baru, jangan menyesali yang sudah lewat, juga tidak boleh malas untuk berjuang. Rani mengulang kalimat-kalimat ini beberapa kali di otaknya sampai Utusan Sang Mahaprabu Bathara I Kling cepat me- meresap, berharap dia akan ingat untuk mencatat di nyebarkan berita ke seluruh kadipaten Nuswantara. ponselnya kalau tidak diburu-buru berpamit seperti Dengan segera, kejadian serupa menyusul terjadi di hampir ini. seluruh pelosok Arcapada. Dalam beberapa minggu itu ”Jangan lupa, dua jam lagi kalian sudah harus Bumi seakan diselubungi awan hitam dengan hujan yang berada di depan portal,” pesan si Kakek berulang- tak kunjung berhenti, petir yang menyambar, gemuruh ulang. ”Aku takut kalau portal akan segera disegel meng gelegar dan angin ribut yang memaksa penghuni karena Drupadi sudah lewat situ ke peradaban desa berlindung di rumah masing-masing. kalian.” Kadipaten-kadipaten kecil yang tidak terkenal mau- Sebelum mereka berjalan ke arah yang ditun- pun kerajaan-kerajaan besar mulai menghilang satu per jukkan si Kakek, Bima menyempatkan ber tanya, ”Oh satu. Kini nama-nama peradaban canggih seperti Atlan tis, ya, Mbah ini namanya siapa?” Shangrila, Sumeria, Inca, Maya, Persia, Babilonia, Sparta ”Panggil aku, Ki Tunggul Jati Jaya Among Raga,” dan ratusan nama kerajaan lain hanyalah tinggal nama jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu belaka, tanpa diketahui ke mana atau bagaimana hilangnya. melambaikan punggung tangannya tanda mengusir anak-anak itu agar bergegas. Bukti-bukti sejarah yang tersebar di luar kerajaan kelak menjadi harta berharga bagi para sejarawan, namun bukti fisik lokasi kerajaan-kerajaan itu tidak pernah ditemukan.

Gerbang Nuswantara 276 setelah melihat kemewahan rumah Mbah Tunggul yang (katanya) sederhana tadi, juga karena plakat- plakat yang terpajang di sebelah pintu masuknya menyebutkan nama keluarga pemiliknya. Selain kompleks-kompleks perumahan bak Wilangan 19 kastel, Rani dan Bima juga menemui bangunan apartemen yang tinggi menjulang seperti gedung pencakar langit di Dubai. Rani menyimpulkan Kediaman gedung-gedung ratusan lantai ini sebagai apartemen karena tulisan Griya atau Grha yang dipajang besar- Adhiwirya besar di dekat gerbang masuknya. Bima dan Rani sampai di batas kompleks perumahan dan memasuki deretan pertokoan yang Rani dan Bima bergegas menyusuri jalan meng- memajang aneka produk jualan mereka di etalase- ikuti petunjuk dari Mbah Tunggul. Mereka melalui etalase besar sebagai ganti tembok depan toko jalan yang berbeda dengan ketika mereka datang masing-masing, seperti perpaduan Fifth Avenue di dari gedung tinggi tadi. Di jalanan ini tampak New York, Avenue Montaigne di Paris dan Harajuku lebih banyak pemukiman warga dan satu-dua blok di Tokyo, hanya segalanya terlihat lebih rapi, berseni pertokoan yang berjajar rapi ketimbang gedung- dan canggih. Kaca-kaca etalase itu tidak hanya gedung tinggi. Tapi yang dikatakan rumah warga memamerkan apa yang ada di baliknya, tapi juga itu tidaklah seperti rumah-rumah mewah yang menampilkan gambar yang berubah-ubah, seperti Rani kenal di dunianya. Selain memang temboknya tayangan iklan TV yang diputar di kaca—inilah terbuat dari emas atau perak seperti bangunan lainnya yang Rani temui di dunia ini, rumah-rumah Berbeda dengan jalanan di area perumahan itu sedikitnya tampak seperti kastel di logo Disney, yang terbuat dari potongan-potongan batu pualam dengan beragam bentuk dan tinggi beberapa kecil beraneka bentuk yang disusun berjajar seperti bangunan yang menyatu di dasarnya. Dan rumah- paving block yang terlalu mewah, di area pertokoan rumah ini lebih tinggi, lebih modern dan lebih rumit ini jalanan yang mereka lewati terbuat dari aspal dari kastel Disneyland dengan pagar tembok tinggi hitam legam yang tampak seperti karpet beludru yang membatasi kompleks halamannya. Rani dapat hitam yang mengisi kekosongan di antara trotoar mengatakan kastel-kastel ini sebagai rumah, selain tanpa adanya retak, bolong atau gundukan yang

Gerbang Nuswantara 278 279 tidak rata seperti aspal atau beton pada jalanan di tube bawah tanah, semacam subway untuk orang- dunia Rani. Trotoar di sini mungkin hampir sama orang berlalu-lalang seperti sistem yang sudah lebarnya dengan trotoar di New York, seakan diterapkan di Singapura. Di sini, kesibukan di bawah manusia lebih memilih berjalan kaki ketimbang tanahnya seaktif kehidupan di atas tanah. Toko-toko naik kendaraan—walau pemakai trotoar yang Rani kecil berjajar di kanan-kiri terowongan, walau jalan lihat tidak sebanyak penduduk New York. Setelah bawah tanah itu sedikit terlalu luas untuk dikatakan trotoar, deretan tumbuhan hijau aneka jenis, kadang sebagai terowongan. Tingginya saja mencapai terseling tanaman bunga, memagari batas antara tujuh-delapan meter—cukup tinggi untuk tampak jalanan publik dengan lahan rumah, toko atau seperti sebuah kota sendiri, karena penerangan di restoran. bawah sini hampir mendekati kualitas penerangan Pada restoran, tembok bangunannya masuk siang hari di atas tanah, berkat sinar lampu yang beberapa meter dan halaman di antara tembok dipasang dan pantulan dari tembok-tembok logam. tanaman dan tembok bangunan memang sengaja Pengaplikasian emas, perak dan batuan mulia pada disediakan untuk meja dan kursi outdoor untuk bangunan di sini sudah tak asing lagi bagi Rani, bersantai. Bedanya dengan kafe di kota Bandung, seolah penghuni kota ini semuanya tukang pamer udara di sini benar-benar segar dan bebas asap dan tak satupun takut kemalingan. knalpot. Rani dapat membayangkan betapa Rani tidak dapat membayangkan kemiskinan di menyenangkannya acara nongkrong sore di kota ini. Segalanya terbuat dari emas dan permata— kafe seperti ini, duduk sendirian memandangi mungkin tunawisma di sini tinggal mencongkel orang-orang yang berlalu-lalang dengan kostum tembok saja untuk mendapatkan tambahan dana spektakuler mereka, atau mobil-mobil aneh yang yang dapat ditukarkan di pegadaian. Tapi dari lewat di depan restoran. tampilannya, tampaknya tidak ada satupun Tapi tidak ada mobil lewat yang bisa Rani lihat tunawisma di sini. Semua orang yang Rani lihat selama ini. Semua bergerak dengan kecepatan luar tampak berseri, seakan tanpa beban hidup. Dan biasa, seakan tidak takut ada orang yang tiba-tiba tidak ada satupun tembok yang bolong tercongkel menyeberang jalan. Rani penasaran bagaimana cara maupun pengemis yang menggelar kardus sebagai mereka menyeberang jalan di dunia ini, tanpa ada alas tidur sepanjang penglihatannya. zebra cross maupun jembatan penyeberangan yang Rani heran melihat keteraturan dan keindahan terlihat. Mungkin mereka menggunakan teleportasi. tata kota di sini, yang walau ada sedikit kemiripannya Jawabannya segera Rani temukan ketika dia dan dengan kota-kota di Jawa, tapi terasa seperti di foto Bima harus menyeberangi jalan. Mereka melewati

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 280 281 seperti mimpi, seolah mereka sedang berjalan di Ada satu hal lagi yang Rani baru perhatikan dalam sebuah video game bernuansa Jawa futuristik— belakangan. Semua wanita berjalan menggandeng perpaduan yang aneh bagi Rani. lengan pria atau wanita yang berjalan di sampingnya, Orang-orang yang mereka temui juga tidak kalah aneh. Tidak semua berpakaian resmi seperti diperlakukan dengan hormat dan pakaian mereka prajurit atau orang-orang di gedung tinggi tempat tampak terhormat. Walau mengikuti tren mode, tidak Bima dan Rani ditahan. Anak-anak muda memakai ada satupun yang bergaya skanky maupun trashy model baju haûte-couture yang modis dengan warna- seperti di video klip musik dari pop, R’n’B, hip-hop warna ceria seperti yang Rani lihat di acara catwalk sampai trance yang sedang santer dipropagandakan dari Prancis, Milan dan New York, orang yang oleh industri musik Amerika yang akhir-akhir ini lebih tua mengenakan model pakaian yang lebih sederhana. Bahan yang mereka gunakan untuk kata ”seksi” di kota ini terkesan sopan, walau pakaian terlihat sangat beragam: katun, sutra, jeans, tidak terlalu terbuka atau terlalu tertutup namun kulit, lateks, tulle, brokat, wol… semua dipadu- menunjukkan kelas dan martabat pemakainya. padankan dengan indah seakan semua sedang berlomba untuk berpakaian terbaik. Satu hal yang serupa adalah keris atau patrem atau tongkat berukir dengan hiasan emas atau perak sepanjang 30-50cm Tak lama, mereka tiba di depan pekarangan yang terselip di belitan ikat pinggang mereka atau kastel yang lebih tinggi dan mewah dari kastel-kastel mereka genggam. Layaknya anggota sendratari yang sudah mereka lewati. Seluruh batasnya dipagar Jawa yang masuk ke dalam game RPG1 fantasi saja, tinggi dengan tembok yang terbuat dari perak yang yang setiap tokohnya memiliki senjata andalan. Geli diukir di sana-sini. Setiap beberapa meter, pagar bercampur kagum Rani melihatnya… Lalu Rani perak itu diberi tiang pengokoh dengan banyak teringat sesuatu. Pemandangan yang dilihatnya kini lapisan di bawah seperti pada arsitektur tiang Bali. tak jauh berbeda dengan sketsa milik Iwan Sang Di atasnya didudukkan sebuah armatur2 dari emas Seniman yang dilihatnya beberapa hari lalu—seakan dengan detail ukiran ornamen yang memukau. sketsa-sketsa itu tiba-tiba menjadi hidup. Rani Di depan alun-alun keraton, pintu utama rumah itu terlihat. Sebuah gapura dengan pintu emas dan dia berada di dalam settingnya. seperti gebyok yang dihias batu mulia membentuk sebuah pola yang tidak Rani kenal. 1 Role-Playing Game, atau permainan video dengan peran yang dimainkan sebagai tokoh dengan misi yang harus diselesaikan. 2 Armatur = rumah lampu.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 282 283 ”Kita cari pintu samping,” bisik Bima meng- ”Kita hemat waktu saja, Mbak. Menurutku ingat kan sepupunya. Mereka lantas melewati pintu kita taruh di atas meja yang mudah terlihat. Jangan itu dan terus berjalan menyusuri tembok. sampai jatuh ke taman,” bisik Bima. Di sisi kanan, tembok ini berakhir dengan Baru saja Rani mengangguk, sebuah tangan gapura yang lebih besar dan pintu dari kayu jati yang menangkap bahunya dan leher Bima. Mereka luar tampak sangat kokoh. Lebar pintu itu tiga-empat biasa kaget, karena Mbah Tunggul tadi mengatakan meter dan tampak semacam pintu untuk mobil Aji Kemayan tidak bisa disingkap oleh siapapun. lewat. Di sebelahnya, pintu kecil tanpa gapura agak ”Kalian tertangkap!” seru orang yang tersembunyi dengan letaknya yang agak menjorok menangkap mereka dengan suara berat dan logat ke dalam pagar di sebelah pilar gapura. yang aneh. Pintu itu terbuka. Rani dan Bima tidak melewat- Bima dan Rani berpandangan pasrah. Tidak kan kesempatan itu dan bergegas menyelinap masuk. ada gunanya melawan orang ini karena dengan Rumah itu rupanya terdiri dari beberapa bangunan, mudahnya dia bisa mengangkat mereka berdua dari bukan hanya satu. Setiap bangunan memiliki gaya tanah. Sepertinya perawakan orang ini tinggi dan arsitektur yang sama, dengan material yang juga besar. serupa mewahnya, dengan taman-taman kecil di Tanpa kesulitan maupun perlawanan, orang tadi sekitarnya. membawa—benar-benar membawa ”Bim,” bisik Rani sambil menunjuk ke arah karena kaki Rani dan Bima tidak menyentuh tanah— kanan nya, melihat Drupadi baru saja berjalan me- Bima dan Rani ke sebuah ruangan di bangunan nuju bangunan kecil di pojok belakang halaman. paling besar dari semua bangunan yang ada di Bima mengangguk, dan keduanya pun berjalan kompleks pekarangan itu. menuju bangunan itu. Ruangan itu cukup luas, tampak mewah dan ”Sebaiknya kita berikan kalung ini pada Drupadi resmi. Tiga lemari pajang serupa memenuhi sebuah atau kita tinggalkan saja di atas meja teras?” tanya dinding. Ambalannya miring dan memamerkan Rani berbisik, ragu untuk melangkah lebih jauh dari berbagai senjata antik di balik kaca. Di sisi lain terdapat batas jalan setapak. Untuk mencapai ke bangunan sebuah meja besar dengan kursi yang juga besar dan yang Drupadi masuki, mereka harus berjalan melalui terbuat dari kulit. Keduanya berhias ornamen seperti halaman bunga yang tampak sangat apik terawat. batik berwarna emas. Di balik kursi kulit, terdapat Rani merasa sayang untuk menginjak dan akhirnya sebuah lukisan besar sosok pria berbingkai ukiran merusak taman yang indah itu. emas. Pria dalam lukisan itu berwajah tenang dan berwibawa walau garis wajahnya tegas. Pakaiannya

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 284 285 seperti hendak perang dengan padanan kain batik di rumahnya, di rumah teman, atau rumah kawan dan bahan emas berkilat yang tampak kuat untuk orangtuanya, atau di toko, hotel, restoran manapun menahan peluru. Helmnya diletakkan di antara yang pernah ia kunjungi. panggul dan tangan kanannya. Tangan kirinya Sebuah konter minuman terdapat di pojok memegang tombak berukir yang ujungnya dihias ruangan dengan berbagai bentuk dan ukuran botol emas runcing. Detail lukisan maupun ornamen beling berisi berbagai cairan bening dengan warna pakaiannya luar biasa halus seakan hasil foto. Ada kuning muda hingga cokelat tua. lima lukisan seperti ini dengan wajah berbeda di Sekilas ruangan itu tampak seperti ruang kerja dalam ruangan itu. Lukisan seorang wanita yang istana di Eropa di zaman Renaissance dengan sangat cantik dan tampak bersahaja dengan ukuran sama besar bersanding di sisi lukisan sang perwira. langit, kusen pintu, dan jendela, pada perabot, Empat lukisan lain berukuran lebih kecil dipajang serta pola rumit yang menakjubkan pada kain sofa di dinding lain berurutan, menampilkan masing- dan karpetnya. Hanya semua pola dan ukirannya masing potret seorang lelaki muda yang tampan tampak sangat Jawa, bukan Eropa. Kesan ukiran dan gagah, seorang perempuan muda berwajah khas Jepara terasa walau yang ada di ruangan ini sama cantik dengan wanita pertama—kemungkinan tampak jauh lebih rumit dan indah. Wangi bunga putri dari wanita anggun tadi—anak lelaki yang sedap malam yang merebak dan alunan lembut tampaknya berusia delapan-sepuluh tahun dengan musik gamelan (yang tampaknya terdengar dari tampang bandel tetapi tampak pintar, dan seorang sound speaker tersembunyi) membuat ruangan itu semakin berkesan jawa, campuran rasa keagungan mengenakan busana haûte-couture dengan sentuhan dan kesan mistis bagi Rani. batik khas jawa, perhiasan emas yang indah dan kesan anggun yang memukau Rani yang memang Bima dan Rani tidak dipersilakan duduk, jadi mencintai dunia fashion. mereka hanya berdiri menunggu. Seorang pria masuk dari dalam pintu di sebelah meja kerja. Di tengah ruangan terdapat satu set sofa saling Tampangnya sangat mirip dengan wajah di lukisan, berhadapan yang dipisahkan sebuah meja kopi di hanya terdapat beberapa kerutan di wajah pria tengahnya. Sebuah chandelier dari emas dan kristal yang lantas duduk di kursi kerjanya, tampak seperti yang mewah dengan ukiran aneh menggantung pejabat penting. Seorang pria muda yang gagah dan tepat di atas meja. Chandelier itu adalah lampu berwajah tampan mengikuti di belakangnya, berdiri terumit dan terindah yang pernah Rani lihat selama di samping pria tua tadi. Punggung bawah Bima ini, tidak seperti chandelier yang pernah dilihatnya dan Rani disodok, tanda bagi mereka untuk berjalan

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 286 287 mendekat ke arah meja, lalu berdiri menunggu Jawaban Rani ini membuat ayah-anak itu saling sementara kedua pria ini berbicara serius, lagi-lagi berpandangan heran, yang membuat Rani bertanya- dengan bahasa aneh. Setelah beberapa saat, mereka tanya dalam hati apa dia salah dengan menyebut saling mengangguk. nama Drupadi. Jangan-jangan dia akan membuat ”Kalian dari peradaban modern?” tanya pria Drupadi mendapatkan masalah. muda yang berdiri di samping pemilik meja kerja. ”Kalian kenal Drupadi?” tanya pria muda tadi Perkiraan Rani, pria muda ini anak dari pria tua tadi, dengan logat bahasa Indonesia yang agak kaku yang terlihat mirip kecuali pada bagian matanya. setelah memeriksa liontin Drupadi. Tatapannya Dan secara keseluruhan garis wajah pemuda berkulit langsung menghunjam mata Rani yang langsung putih ini sungguh tampan, jauh lebih tampan dari dialihkan ke arah liontin untuk menghindar. cowok manapun yang pernah Rani lihat di sekolah ”Dia tersasar ke dunia kami,” jawab Bima jujur, maupun tempat lain di dunianya. Rani merasa melihat tidak ada gunanya berbohong pada orang- jantungnya serasa sedang berlomba entah dengan orang di hadapannya ini. Mereka terlihat tegas, tapi apa. wajah mereka menunjukkan kelembutan hati. Bima dan Rani mengangguk, walau menurut Rani bermaksud untuk menyikut sepupunya, Rani peradaban ini jauh lebih modern dari tapi segera diurungkan, sadar gerakan itu akan peradabannya sendiri. Tapi, Rani tidak bisa terlihat jelas di depan tiga pasang mata yang sedang tersenyum geli memikirkan hal ini. Benaknya sibuk memandang mereka. dengan takjub merekam kesempurnaan wajah pria Kedua pria di balik meja itu berdiskusi sebentar, muda di depannya ini. lalu tak lama pria yang lebih tua meninggalkan ”Untuk apa menyusup ke rumah kami?” tanya ruangan. Pria muda tadi memerintahkan sesuatu pria muda tadi lagi. pada pria di balik Bima dan Rani, lalu pria itupun ”Eh, anu…” Bima memulai. meninggalkan ruangan mengikuti pria tua tadi. ”Kami mau mengembalikan kalung milik Ketika itu, baru Bima dan Rani melihat sosok yang Drupadi,” Rani melanjutkan. Suaranya agak bergetar, tadi mengangkat mereka dengan mudahnya walau gagal menutupi degup jantungnya yang berdebar hanya dari belakang. Tak heran, karena tubuhnya lebih cepat. Diraihnya ke dalam kantong celana yang tinggi besar itu terlihat sangat kekar dengan kanannya lalu mengulurkan tangannya yang telah otot lengannya lebih besar dari kedua paha Rani menggenggam kalung milik Drupadi. Liontinnya yang disatukan. bergerak-gerak seperti bandul penghipnotis.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 288 289 Pria muda tadi kemudian mempersilakan Bima Bima mengulang kisah yang sama dengan yang dan Rani untuk duduk di atas sofa, dan dia duduk di diceritakannya pada Mbah Tunggul, ditambah hadapan mereka. pengalaman mereka masuk ke dunia aneh ini ”Maaf jika penjaga kami bersikap kasar,” ucap dan sekilas tentang pertemuannya dengan Mbah pemuda itu. ”Dikiranya kalian penyusup.” Tunggul. Raden Abhiyasa mengangguk sesekali tanpa menyela, sementara Rani yang duduk persis Bima dan Rani merasa malu, karena mereka tadi berhadapan dengan Raden Abhiyasa merasa memang datang sebagai penyusup. semakin kagum pada pemuda ini. ”Nama saya Raden Abhiyasa, kakak dari ”Mungkin kalian bingung kenapa bisa ketahuan Drupadi,” kata pemuda tadi sambil tersenyum walau sudah pakai Aji Kemayan,” komentar Raden dan mengulurkan tangannya, menjabat bergantian Abhiyasa. ”Ayahku adalah Senapati Utama kerajaan. tangan Bima dan Rani. Karena itulah keamanan rumah kami dibuat setinggi mungkin seperti di dalam Keraton. Itu sebabnya Aji Raden Abhiyasa. Rahangnya tegas dan berbentuk Kemayan kalian runtuh ketika memasuki gerbang kotak, membingkai bibirnya yang rajin tersenyum. rumah kami.” Matanya agak sipit, alis matanya tebal. Ada ”Kami minta maaf sebelumnya,” ucap Bima kemiripan pada bagian hidung, mata, dan alisnya mewakili Rani. ”Karena masuk tanpa izin.” dengan Drupadi yang membuat masuk akal jika mereka kakak beradik, walau usia yang terpaut ”Bisa dipahami,” ujar Raden Abhiyasa. ”Kalian seharusnya cukup jauh. Raden Abhiyasa terlihat memang seharusnya tidak boleh berada di sini dan sudah menginjak usia 20 tahun, semestinya ada kalau ketahuan pihak kerajaan akan ruwet jadinya. ” perbedaan 12 tahun dengan Drupadi. ”Apa yang kira-kira akan terjadi?” ”Yang tadi adalah ayah saya, Senapati ”Peluangnya, kalian akan ditangkap untuk Adhiwirya. Beliau panglima utama yang menjabat sementara. Itu yang terjadi pada semua orang di kerajaan ini. Maafkan beliau yang tidak terlalu peradaban modern yang datang ke peradaban fasih bahasa Indonesia. Di sini kami berbahasa kami.” Kawi. Saya tahu kalian belum paham sepenuhnya, ”Apa ada banyak penjahat di dunia sini?” tanya tapi saya kira perlu menjelaskan mengenai hal ini, Rani. supaya jelas kalian bertamu di rumah siapa. Nah, ”Sejauh ini tingkat kejahatan di peradaban kami sekarang coba ceritakan bagaimana kalian mengenal memang sangat kecil. Hanya kami harus selalu adikku,” perintah Raden Abhiyasa dengan suaranya berjaga kalau-kalau pihak Kala Gatika datang.” yang lembut tapi tegas.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 290 291 ”Kala Gatika?” tanya Bima dan Rani bebarengan. ”Belum. Kerajaan ini dilindungi teknologi ter- ”Kalian belum pernah mendengar tentang Kala canggih untuk mencegah penyusupan. Kami pu- 3 Gatika?” nya sistem Jêngkar Sakêdêping Nétra , Aji Jala Sutra4, Gêtaran Sasradara5, dan lain lagi untuk Bima dan Rani sama-sama menggeleng dan me nyamarkan keberadaan kami. Itu sebabnya, menjawab, ”Belum.” peradaban kalian tidak pernah menyadari ”Beliau adalah…” Raden Abhiyasa berhenti, keberadaan kami selama ratusan tahun terakhir ini. mencoba memilih kata-kata yang tepat untuk Pada awalnya saja, beliau tidak pernah menyadari menjelaskan pada kedua anak dunia modern itu. keadaan kami yang bersembunyi. Baru akhir-akhir ”Begini, ketika para dewata pertama kali diciptakan, ini saja beliau menyadari bahwa kami masih ada. tidak semua jadinya sempurna dan berdiri di jalur Dan hanya masalah waktu sampai Kala Gatika bisa kebaikan. Ada juga ciptaan-ciptaan Yang Maha Kuasa masuk ke peradaban ini.” yang melenceng dan berlawanan pihak dengan jalan ”Selama ratusan tahun?” tanya Rani lagi. terang. Ciptaan pertama yang melenceng jalur itu bernama Kala Gatika, yang menguasai sisi gelap ”Sejak Keraton Mataram ini berdiri, tidak banyak dunia dan menjadi pihak yang selalu berusaha yang bisa tahu lokasi persis kerajaan kami dan bisa merebut kekuasaan atas bumi ini.” masuk. Yang bisa masuk pun tidak diperbolehkan keluar, kecuali mendapat izin dari Kanjeng Ratu ”Selalu?” tanya Rani bingung. atau dari pihak Keraton. Kerajaan Mataram yang ”Dari waktu ke waktu,” jawab Raden Abhiyasa kalian kenal tidak pernah berada di Yogyakarta, sambil mengangguk. karena dari namanya saja sudah ketahuan, kan. ”Jadi, Kala Gatika ini masih hidup?” 'Seyogyanya' artinya seharusnya. Yogyakarta itu Raden Abhiyasa mengangguk. seharusnya tenteram. Jika ada kata seharusnya maka ”Apa orang-orang di dunia sini memang artinya pada kenyataannya tidak demikian, bukan? berumur panjang semua?” tanya Rani lagi. Keberadaan lokasi Keraton Mataram tidak pernah diketahui oleh peradaban modern kalian, dengan Abhiyasa mengangguk lagi. ”Kami punya kata lain tidak pernah berada di Yogyakarta.” teknologi untuk itu. Usia panjang, kebal senjata, awet muda… Hal-hal yang banyak diinginkan oleh 3 Sistem teleportasi. manusia dari peradaban kalian.” 4 Sistem fatamorgana/selubung tipuan visual, yang disebut Rani dan Bima ”Lalu, apa Kala Gatika ini pernah menyusup ke sebagai tirai samar. sini?” tanya Bima. 5 Sistem pengendalian getaran yang memengaruhi suasana alam di sekitarnya.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 292 293 ”Lantas, di Surakarta?” tanya Bima polos. ”Tidak, kami berada di sini, di sebelah peradaban ”Kalian masuk ke sini lewat mana?” tanya kalian sejak Keraton Mataram berdiri. Ada banyak Raden Abhiyasa membalikkan. keraton lain di wilayah lain di muka bumi ini yang juga hidup berdampingan dengan peradaban kalian, ”Dari desanya eyang di Banjarsari,” jawab Bima. keraton dan kadipaten yang sesungguhnya tidak ”Kalau begitu, pertanyaanmu sudah terjawab,” pernah musnah. Kalau dibilang dunia, kesannya kita balas Raden Abhiyasa yang membuat Bima sedikit hidup di dimensi berbeda, semacam Madyapada merasa bodoh. saja. Itu tempat hidupnya para jin dan lelembut. ”Lalu Keraton di Yogyakarta dan Surakarta?” Tapi dimensi kita sama, hanya terpisah dengan tanya Bima lagi, yang lebih memahami duduk teknologi dari peradaban kami. Di zaman dulu, perkaranya ketimbang Rani. sebelum gempa bumi dan gunung-gunung meletus ”Kedua keraton itu didirikan oleh keturunan bersamaan di zaman Plato di Yunani, Jawa tidak Patih Danuredjo,” jawab Raden Abhiyasa santai. sekecil Jawa yang sekarang. Setelah bencana alam ”Oh, aku baru baca tentang beliau itu kemarin. itu, peta dunia berubah. Anggaplah kami ini adalah Beliau yang memberontak di Kerajaan Mataram,” ”bagian” yang dihilangkan dari peta yang berubah timpal Rani bersemangat. itu. Oleh karena itu mungkin lebih tepat jika kita sebut dengan peradaban yang berbeda, bukan dunia Raden Abhiyasa mengangguk mengiyakan. yang berbeda,” ujar Raden Abhiyasa. Bima dan Rani ”Lalu kenapa tidak dicegah? Mengapa pihak saling mengangguk tanda paham, walau Rani hanya kerajaan membiarkan pemberontakan ini terjadi?” ikut-ikutan, masih berusaha memahami. ”Karena sudah harus terjadi demikian,” jawab ”Lalu kalau selama ratusan terakhir ini Kala Raden Abhiyasa bijak. ”Kami sudah digariskan Gatika itu tidak pernah masuk sini, mengapa kalian harus bersembunyi seperti ini dan hanya bisa masih berjaga seakan kalian takut dia itu akan ke mengawasi perkembangan di peradaban kalian dari sini?” tanya Rani polos. waktu ke waktu.” ”Kami, keturunan Sang Hyang Bathara Ismaya, ”Jadi, dunia kalian ini selama ini ada di se- tentu saja tidak takut. Malah bisa dibilang Kala be lah dunia kami?” tanya Rani. Raden Abhiyasa Gatika yang seharusnya takut karena kalah jumlah mengangguk. dan kalah kuasa. Masalahnya tempo bagi beliau ”Selama ratusan tahun terakhir?” tanya Rani berkuasa atas Arcapada sudah selesai masanya, lagi. ”Atau kami melewati mesin waktu tadi?” tetapi beliau masih belum mau menyerahkan tampuk pemerintahan. Karena itulah peradaban kami belum bisa kembali muncul di Arcapada.”

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 294 295 Bima dan Rani mengernyitkan kening mereka. perang benar-benar pecah, kami harus ikut turun Terutama bagi Rani, ucapan Raden Abhiyasa ini tangan.” seperti sedang berbicara dengan level tinggi dengan Mata Rani membelalak. Seumur hidupnya Bima yang tampaknya paham. Jika Rani melihat raut belum pernah dia melihat perang kecuali di dalam wajah Bima saat itu, Rani akan tahu kalau Bima sama tak paham dengannya. Mahabharata, Rani paham perang macam apa ”Mengapa Keraton Mataram ini perlu menyem- yang akan terjadi. Perang saudara selama delapan bunyi kan diri, tentu ada sebabnya,” jelas Raden belas hari itu melibatkan puluhan pasukan dari Abhiyasa. ”Zaman dulu eyang-eyang kami tak perlu seluruh dunia, mengorbankan ratusan ribu orang bersembunyi. Majapahit, Singasari, dan kerajaan- terpaksa berperang dan ratusan ribu nyawa pula kerajaan sebelumnya. Karena saat Kala Gatika melayang hanya karena keserakahan seorang akhirnya mendapatkan kuasa atas Arcapada, kami Prabu Duryudana, anak sulung Prabu Drestarata, harus menyembunyikan diri. Sekarang ini masa yang menjadi pemimpin Kurawa. Yang tak bisa pemerintahan beliau sudah berakhir, jadi kami Rani bayangkan adalah perang itu terjadi di masa sudah boleh memunculkan diri. Tapi seperti sejarah sekarang. yang berulang, ketika pihak Kurawa seharusnya ”Apa perang itu akan terjadi di Indonesia?” menyerahkan tampuk pemerintahan Hastina tanya Rani. Pura pada Pandawa, ada saja alasannya untuk ”Khawatirnya begitu,” jawab Raden Abhiyasa. mempertahankan apa yang bukan miliknya,” jelas ”Yang jelas, di peradaban kalian.” Raden Abhiyasa. Bima sudah sering mendengar kisah Maha- Rani membayangkan pemerintah negara bharata yang tersohor ini dan Rani baru membacanya republik ini, rakyatnya dan semua hal yang seminggu lalu, jadi setidaknya mereka berdua dikenalnya tentang negaranya tercinta. Walau banyak mengerti apa yang dibicarakan Raden Abhiyasa ini. hal yang tidak Rani sukai dari negara ini, mulai dari kebodohan orang-orangnya, fasilitas umum yang ”Jadi, akan ada perang seperti Bharatayudha6 tidak pernah terfasilitasi, dan pemerintahnya yang nanti?” tanya Bima lagi. korup, setidaknya ada kecintaan yang Rani rasakan. ”Sepertinya begitu,” jawab Raden Abhiyasa Setidaknya, di bumi Indonesia ini Rani telah hidup tenang. ”Itu sebabnya prajurit kami selalu siaga. Jika selama enam belas tahun terakhir, memakan hasil 6 (Jawa) Yudha, yuda = perang. Bharata yuda menceritakan kisah perang pangan, dan menikmati alam dari Bumi Pertiwi. saudara memperebutkan tahta kerajaan Hastina Pura antara lima kakak- beradik Pandawa melawan sepupunya, 100 kakak-beradik Kurawa di Tegal Kurusetra di era Mangsa Kala Yudha, Kala Brata, Kali Yoga.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 296 297 Sukar membayangkan terjadinya perang ”Dalam Jangka Jayabaya, telah tertulis pakem waktu pemerintahan setiap kerajaan di Nuswantara. Menurut Eyang Prabu Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya, hidupnya selama ini terbilang selalu berkecukupan Kala Bendu, atau masa pemerintahan Kala Gatika jika tidak dibilang mewah. Dan ketika kerusuhan sudah harus berakhir sekarang dan berganti dengan terbesar sejak kemerdekaan Indonesia yang terjadi Kala Suba,” jelas Raden Abhiyasa. di tahun 1998 lalu Rani baru saja lahir sehingga tidak ”Jadi selama ini dunia kita dipimpin oleh Bathara ada yang diingatnya kecuali dari cerita dan berita, Kala? Kenapa aku ngga pernah dengar tentang yang juga tak pernah benar-benar Rani ikuti karena beliau itu ya?” tanya Rani bingung, mengingat memang tidak tertarik. presiden negaranya dan presiden negara-negara lain ”Jadi perang itu memang harus terjadi ya,” yang tengah memerintah di dunia tidak ada yang kata Rani, membayangkan dunia yang dikenalnya menjabat lebih lama dari 48 tahun, yang rekornya menjadi medan tempat manusia saling melukai dan dipegang oleh mantan presiden negara Kuba, Fidel membunuh. Rani tak dapat membayangkan kekejian Castro, yang terbagi menjadi 17 tahun menjabat seperti apa yang sanggup dilakukan oleh manusia. sebagai perdana menteri lalu 32 tahun berikutnya Ya, dia tahu adanya kekerasan, tapi menurutnya itu sebagai presiden. Pemerintahan terlama di Indonesia hanya terjadi di TV, bukan di dunia nyata. sendiri hanya berlangsung selama hampir 32 tahun. ”Kalau dengan cara halus tidak bisa, segala cara Itu pun karena masa kejayaan Mantan Presiden yang lain tidak bisa, ya terpaksa harus berperang. Soeharto digulingkan paksa oleh Orde Reformasi. Maksud berperang itu untuk memperjuangkan hak ”Bukan dalam wujud manusia, tentu,” tambah dan memang harus terjadi,” jawab Raden Abhiyasa. Raden Abhiyasa, menyadarkan Rani bahwa cara ”Seperti pakem7 Jitapsara8,” timpal Rani perhitungannya salah. mengingat isi buku yang baru saja dibacanya ”Lalu bagaimana?” tanya Rani, ketika Raden minggu lalu. Abhiyasa tidak meneruskan ceritanya. ”Seperti yang tertulis di Jangka Jayabaya,” ”Kujelaskan tentang itu nanti saja,” jawab Raden tambah Raden Abhiyasa mengoreksi. Abhiyasa berusaha mengakhiri topik itu, maklum ”Oh, aku pernah dengar Jangka Jayabaya dari kalau belum saatnya Rani dan Bima mendengar eyang,” ujar Bima. tentang hal ini sekarang. ”Lalu bagaimana jika terjadi perang nanti? Apa

7 Pedoman baku yang dibuat para Dewata. Bathara Kala mau menyerah?” tanya Rani lagi.

8 Pakem untuk kelangsungan Bharatayudha/perang di kisah Mahabaratha..

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 298 299 ”Kita lihat saja,” jawab Raden Abhiyasa. ”Mau ”Nyawa manusia adalah makanan untuk atau tidak, beliau harus mundur dan membiarkan Bathara Kala, salah satu dewata yang berwujud trah eyang kita berkuasa lagi.” raksasa. Ketika manusia mati dan dimakamkan, di ”Apa yang terburuk yang bisa terjadi kalau sanalah Bathara Kala menuai panennya.” Bathara Kala menguasai dunia lebih lama lagi?” ”Jadi manusia tidak boleh dimakamkan?” tanya tanya Bima, ikut berpartisipasi. Rani. ”Agar kalian tahu, ajaran nenek moyang ”Sejak dahulu, manusia tidak pernah dimakam- Nuswantara selalu mengutamakan kebenaran, sikap kan. Budaya pemakaman bukan milik Nuswantara. ksatriya, dan menjunjung tinggi hak hidup manusia. Kalau kalian perhatikan, budaya-budaya tertua Sementara, ajaran yang ditanamkan Bathara Kala didunia, seperti Kerajaan Cina, Kerajaan Inggris adalah kebalikannya. Kejahatan, sikap pengecut, kuno atau bangsa Viking dan bahkan agama dan ajaran untuk melukai sampai membunuh Hindu sampai sekarang membakar mayat, bukan orang lain. Dalam ajaran ksatriya, membunuh menguburnya. Itu sebabnya tidak pernah ditemukan diperbolehkan hanya untuk tujuan-tujuan tertentu, jasad manusia dari zaman purba, dalam bentuk fosil seperti membunuh binatang untuk dimakan atau sekalipun.” membunuh dalam perang—yang artinya sudah ”Ada, dari zaman paleolitikum…” jawab Rani disepakati oleh kedua belah pihak bahwa pihak yang segera dipotong dengan gerakan tangan Raden yang kalah akan berkorban nyawa. Abhiyasa yang mengisyaratkan Rani untuk berhenti ”Kalau kalian perhatikan, di peradaban kalian berbicara. yang katanya modern itu, semua saling bunuh ”Yang menciptakan teori evolusi bahwa manusia seakan nyawa manusia sudah tidak ada harganya dulunya berbentuk kera. Kalian percaya teori itu?” lagi. Bukan itu saja, pembunuhan itu dilakukan tantang Raden Abhiyasa. dengan mengatasnamakan Tuhan, seakan Tuhan ”Tidak, kalau menurut agama,” jawab Rani, memberi izin bagi manusia untuk mengambil nyawa sementara jawaban tidak dari Bima lebih meyakinkan. sesamanya—ketika seharusnya manusia saling menolong, bukan melukai. Dan nyawa manusia ”Manusia tidak pernah berasal dari kera,” jawab bukanlah hak milik manusia lain, melainkan milik Raden Abhiyasa yang tersenyum melihat jawaban Tuhan. Kalian sadar apa yang terjadi ketika manusia dari kedua sepupu ini. ”Jika ada yang bertanya mati?” mengapa fosil tengkorak yang ditemukan mirip dengan kera, jawabannya ada di sini.” Bima dan Rani sama-sama menggeleng sembari mem benar kan kata-kata Raden Abhiyasa.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 300 301 Raden Abhiyasa mengambil sebuah foto dari ”Hei—Negeri Ngatas Angin kan ikut terlibat deretan foto-foto berbingkai yang dipajang di salah dalam Bharatayudha!” seru Rani tiba-tiba, teringat satu lemari kaca. Di foto itu ayah Raden Abhiyasa bacaan wayangnya yang menyebutkan nama terlihat tertawa lebar di tengah, sementara di kanan- kerajaan yang membantu pihak Pandawa itu. kirinya tampak dua sosok kera yang seperti manusia Lagi-lagi Raden Abhiyasa mengangguk. yang merangkul Senapati Adhiwirya dengan ”Seperti namamu juga ada di kisah Maha- tersenyum memamerkan gigi seakan mereka bertiga bharata,” tambah Rani. Raden Abhiyasa tertawa sedang merayakan sesuatu. mendengarnya, lalu mengedipkan sebelah matanya, ”Manusia kera?” tanya Bima. yang malah membuat Rani tersipu melihatnya dan ”Kalian pernah dengar kisah tentang Raja melempar pandang ke arah lain Kera atau Kera Sakti Sun Go Kong?” tanya Raden ”Kamu hafal juga kisah itu,” komentar Raden Abhiyasa. ”Beliau berasal dari Negeri Shangri-La di Abhiyasa yang membuat Rani semakin malu, entah daerah dekat daratan Cina.” mengapa. Bima menggeleng sementara Rani mengangguk. ”Baru baca minggu lalu, jadi masih fresh,” jawab ”Kalau Hanoman?” tanya Raden Abhiyasa lagi. Rani cepat, berharap tidak ada yang menyadari Kali ini keduanya mengangguk. kegelisahannya. Raden Abhiyasa balas mengangguk sambil “Jadi, Bathara Kala makanannya manusia, Kala mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum, seakan Gatika adalah pemimpin para Kurawa, manusia menyatakan, See? kera itu benar-benar ada, dan Negeri Ngatas Angin ”Dan negeri legenda Shangri-La itu benar-benar adalah Kerajaan Shangri-La yang hilang?” Bima ada?” tanya Rani lagi, yang pernah mendengar menyimpulkan. tentang Kerajaan Shangri-La di atas gunung bersalju ”Benar,” jawab Raden Abhiyasa. yang hilang mungkin karena tertimbun salju. Sampai ”Jadi Bathara Kala yang mengusulkan manusia sekarang keberadaan Shangri-La diperkirakan supaya dikuburkan supaya dia bisa terus makan?” berada di area Tibet di Pegunungan Himalaya, di tanya Bima lagi. mana permukaannya ditutupi salju abadi sepanjang ”Kira-kira seperti itu. Ketika manusia mati, tahun. suksmanya naik ke kayangan sampai saatnya turun Raden Abhiyasa mengangguk. ”Kita biasa lagi. Sedangkan nyawanya dikumpulkan oleh menyebutnya Negeri Ngatas Angin.” Bathara Kala untuk menghimpun kekuatannya,” jelas Raden Abhiyasa.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 302 303 ”Seperti Kronos di kisah dewa-dewi Yunani,” Raden Abhiyasa. Rani yang masuk ke dunianya komentar Rani. Raden Abhiyasa, jadi dia yang harus menyesuaikan. ”Yang memakan anak-anaknya kecuali Zeus, Jika logika Rani tidak masuk, itu adalah masalahnya Poseidon dan Hades,” tambah Raden Abhiyasa sendiri, bukan masalah bagi Raden Abhiyasa yang sambil mengangguk-angguk. ”Bisa saja dihubungkan memang hidup di dunia ini. seperti itu, walau kisah sebenarnya berbeda. Tapi ”Kalau perang nanti pecah, apa yang harus kami bolehlah kita anggap seperti itu.” lakukan?” tanya Bima. ”Bagaimana supaya nyawa kita ngga jadi ”Kalau tidak salah tadi kalian menyebutkan makanan Bathara Kala?” tanya Rani. kalau kalian sudah bertemu dengan Ki Tunggul ”Ketika meninggal nanti, kalian bisa pilih diba- Jati Jaya Among Raga,” ujar Raden Abhiyasa yang kar atau moksa,” jawab Raden Abhiyasa. ”Ketika dijawab dengan anggukan dari Bima dan Rani. moksa, tubuh yang terdiri dari raga, suksma dan ”Kalau begitu tidak perlu khawatir. Beliau yang nyawa dikembalikan ke pemilik masing-masing, akan membimbing kalian, mungkin memberi tugas- sehingga ketika raganya akan dibutuhkan suatu saat tugas juga. Ngomong-ngomong, apa tujuan kalian bisa digunakan lagi. Itu sebabnya banyak orang yang ke mari sudah terpenuhi?” dikatakan gaib karena bisa muncul jika dipanggil.” ”Oh, kami hanya bermaksud mengembalikan Rani merasa terlalu banyak informasi yang kalung milik Drupadi tadi,” jawab Rani. didengarnya hari ini tapi hanya sedikit yang berhasil ”Dan—kami harus bergegas sekarang,” tambah masuk ke dalam logikanya. Sisanya, masih mengantri Bima, melihat jarum jam di dinding menyatakan sisa di ruang penerimaan di dalam otaknya dan belum waktu mereka tinggal kurang dari setengah jam. dapat diolah karena keterbatasannya. Secara nalar ”Kalian tahu jalan kembalinya?” tanya Raden penjelasan Raden Abhiyasa terdengar masuk akal, Abhiyasa. tapi bukan akalnya. Dunia yang dikenalnya tidak Bima dan Rani mengangguk, ”Tadi Mbah menyetujui hal-hal baru ini. Bagaimanapun juga, Tunggul sudah memberi kami petunjuk.” Rani seharusnya meninggalkan logikanya di detik perpindahannya ke dunia kota emas ini. Langit ”Kalau begitu aku bisa melepas kalian. Jangan yang warna merah, binatang-binatang berbentuk lupa pakai Aji Kemayan,” pesan Raden Abhiyasa aneh, teknologi yang berpadu budaya tradisional sambil bangkit berdiri, yang diikuti oleh Bima dan Indonesia… Rani berharap ini semua hanya mimpi Rani. agar dia bisa kembali ke dunia nyatanya yang ”Sampaikan salamku untuk Drupadi,” kata Rani, normal dan logis. Namun, dia tidak membantah setengah berharap Raden Abhiyasa akan mengantar

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 304 305 mereka ke portal dengan kendaraan apapun yang ”Maaf jika kamu berpikir seperti itu, tapi kami dimilikinya—mobil, piring terbang atau pegasus. harus memantau perkembangan di peradaban kalian. Rani tidak keberatan kalau mereka hanya bisa naik Terlebih ketika Rara Drupadi menghilang tadi pagi. pegasus. Kami langsung melacak segala kemungkinan, dan ”Akan saya sampaikan. Tapi hal ini akan menemukan foto liontin lambang keluarga kami. mengundang keributan jika sampai ke Keraton. Saat Saat itu, kami yakin kalau Drupadi ada bersama ini kami sedang berusaha menghapus foto liontin kalian, tapi ketika dia kembali hanya seorang diri, yang kamu upload kemarin,” kata Raden Abhiyasa kami sudah tidak memikirkan kalian lagi… sampai sambil mengedipkan sebelah matanya pada Rani. kalian muncul di rumah kami dengan Aji Kemayan Rani merasa kaget mengapa pihak dari dunia— barusan.” peradaban ini bisa mengetahui hal yang terjadi di ”Maafkan kami,” ucap Bima dan Rani hampir peradabannya, lalu mengucapkan, maaf. bersamaan. ”Tidak masalah. Bukan salahmu meng-upload- ”Jangan khawatir tentang itu, saya mengerti. nya, tapi kesalahan adikku yang nakal bermain- Nah, kalian juga sudah paham situasinya di sini. Jadi main terlalu jauh dari wilayah yang diperbolehkan harap maafkan saya tidak bisa mengantar. Kalian untuknya. Dia sudah diberi hukuman oleh ayah bergegas saja, semoga portal kalian belum ditutup,” saya,” kata Raden Abhiyasa. kata-kata Raden Abhiyasa terdengar tulus dan jujur, ”Tapi, bagaimana kalian bisa tahu aku yang yang membuat Rani tidak berani kecewa karena upload foto itu?” tanya Rani bingung. Cepat sekali tidak bisa diantarkan. mereka bisa mendeteksi foto itu, dari seluruh pengguna Bima berpamit dan mereka menggunakan Aji internet di seluruh dunia! Kemayan. Rani menyempatkan memandang Raden ”Kami punya sistem tersendiri untuk melacak Abhiyasa untuk terakhir kalinya—yang ternyata dan mengawasi perkembangan dari peradaban sedang memandangnya juga dan membuat Rani kalian. Selama ini, kami harus tahu seberapa jauh sedikit tersipu dan menggigit bibir bawahnya sambil sistem dan teknologi kalian sudah berkembang. tersenyum. Sang Raden membalas senyum Rani Anggaplah kami tidak mau kalah dengan kalian,” dengan hangat, lalu Rani dan Bima menghilang dari jawab Raden Abhiyasa sambil tersenyum lagi. pandangannya. ”Apa kalian memata-matai kami selama ini?” tanya Rani lagi.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 306 307 Tiba-tiba, segalanya hening kembali. Awan-awan Wilangan 21 hitam menghilang. Hujan dan badai berhenti seluruhnya. Keadaan yang suram berganti cerah, siang kembali hadir. Matahari kembali tampak, seakan baru terbangun dari Pulang hibernasinya selama lebih dari tiga pekan. Masyarakat mulai bisa keluar dari rumah. Hanya, tidak ada yang bisa mengerti, mengapa kerajaan mereka bisa tiba-tiba hilang. ”Ayo cepat, mbak!” seru Bima panik. Mereka Para warga desa kembali beraktivitas seperti dahulu su dah berhasil keluar dari kompleks rumah-rumah kala—bercocok tanam dan beternak—tetapi mereka besar dan bangunan pemerintahan, melewati blok bangunan pertokoan dan gedung-gedung bekerja lebih keras untuk beradaptasi dengan keadaan perkantoran, menuju ke perumahan di pinggiran baru tanpa penguasa, seperti anak-anak ayam yang kota, lalu akhirnya lapangan rumput yang luas. kehilangan induknya. Tak lama kemudian, pemerintah- Mereka sudah menghabiskan lebih dari setengah pemerintah baru datang dan berkuasa. Sebuah zaman jam berlari dan kini mulai kehabisan tenaga ketika baru telah dimulai. melalui padang rumput berbukit tempat mereka Sebuah dunia yang baru telah lahir. datang tadi. Bukit itu kadang mendaki dan kadang menurun, persis ke arah selatan, jika arah matahari tenggelam adalah barat—sesuai dengan arahan dari Ki Tunggul Jati Jaya Among Raga. Setelah berlari—dan kadang berjalan cepat— selama hampir setengah jam, akhirnya mereka bisa melihat gapura yang mengapit portal untuk kembali ke peradaban mereka. ”Waktunya tinggal beberapa detik lagi!” seru Bima menyemangati Rani yang sudah kewalahan, melihat langit barat yang berubah warna beberapa

309 menit sekali. Sebentar lagi cahaya dan warna akan ”Iya, iya!” jawab Rani yang setengah mati hilang sepenuhnya dan meninggalkan hanya gelap. berusaha menyusul sepupunya. Saat itu juga ”Tenagaku habis, Bim!” seru Rani tersengal- Bima lenyap, hilang ditelan tirai tipis yang masih sengal. memperlihatkan gelombang di udara akibat gerakan tubuh Bima. Bima mengulurkan tangannya dan Rani me- nyam but nya. Dengan gandengan itu tenaga Rani Rani akhirnya sampai juga di gapura, melempar seakan bertambah dan larinya dapat mengikuti tubuhnya ke udara kosong di tengah-tengah antara ritme lari Bima. kedua tiang gapura. Tapi tirai tipis itu tidak melahap tubuhnya seperti tirai itu melahap tubuh Bima tadi. Gapura yang sama yang mereka lewati siang Tirai tipis itu sudah hilang. Portal sudah menutup. tadi masih menunggu dua remaja ini untuk Matahari telah tenggelam. Hari telah berganti di melewatinya sekali lagi, walau kilau yang terpantul belahan bumi bagian peradaban aneh ini. dari permukaannya lebih menyilaukan dan memendarkan warna lembayung yang indah dari Dan Rani tertinggal di dalamnya. cahaya langit. Jika saja tidak sedang terburu-buru seperti ini, ingin rasanya Rani berlama-lama menatap keindahan langit sore itu dan mengabadikannya— lalu memajangnya di Instagram untuk berbagi dengan follower-nya. Bima mempercepat larinya dan genggaman tangan Rani terlepas. ”Cepat, Mbak!” seru Bima lagi. ”I’m coming!” seru Rani, memaksakan seluruh kekuatannya untuk mendorong tubuhnya maju. Lima langkah lagi, teriak Rani dalam hati, menyemangati dirinya. Saat itu Bima sudah berada di mulut gapura. ”Mbak Rani!” pekik Bima, suaranya semakin tinggi dan terdengar panik.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 310 311 untuk mengetahui kisah indah yang terukir di balik sejarah bangsa ini. Terima kasih teramat sangat untuk Pak Iwan Gunawan (@iwan_guna) yang berhasil mewujudkan fantasi di benak saya menjadi ilustrasi dalam buku ini dengan sangat indah. Terima kasih tak terkira Catatan juga untuk Pak I Wayan Nurhadi yang membimbing saya sejak awal perjalanan panjang ini, jauh sebelum dari Penulis Gerbang Nuswantara tercipta. Terima kasih untuk Mas Mulyawan Karim, Mas Robertus Mahatma, Mas Irwan Suhanda, Mbak Cerita di buku ini tidak menggunakan refe- Hendrica Rayna, Mas Richard Leonardy, Mas A. rensi literatur yang pernah terbit di Indonesia, Novi Rahmawanta, Mbah Ratno dan seluruh tim tetapi merujuk pada prasasti dan rontal kuno Penerbit Buku Kompas yang telah membuka pintu asli Nuswantara yang usianya jauh lebih tua, menerima trilogi Nuswantara ke dalam keluarga juga penuturan pengalaman pribadi beberapa besar PBK. narasumber, di samping faktor-faktor fantasi ciptaan Terima kasih untuk ibuku Linda H. Kusnoto, benak saya. Diharapkan ada kebijakan dari pembaca. adik-adikku tercinta Benedict dan Clemency serta Terima kasih saya pertama-tama dan terutama seluruh keluarga besar yang selalu ada untuk untuk Susuhunan Amangkurat Agung ”Eyang mendukung dan menghibur saya, juga almarhum Puger”, Ki Tunggul Jati Jaya Among Raga ”Mbah ayah, Tb. J. Darmawan Tunggono, yang selalu Tunggul” dan Mas Agung Bimo Sutedjo yang telah mengingatkan saya untuk bermimpi setinggi- memberi banyak gambaran tentang sejarah dan tingginya. fakta-fakta kekayaan Nuswantara dari sumber dan Terima kasih terbesar dan tak habis-habis untuk sudut pandang berbeda. Terima kasih untuk Tri seseorang yang melihat potensi dan peluang saya Pujo Laksono yang membantu dalam mengarahkan ketika masih berbentuk kerang, percaya penuh pada cerita, serta untuk seluruh rekan dan anak bangsa kemampuan saya untuk membuka cangkang dan yang mendukung perjuangan mengembalikan tak bosan mendorong saya untuk tetap berjuang keluhuran budaya asli bangsa Indonesia. Terima memperlihatkan mutiara di dalamnya kepada dunia. kasih tak terhingga untuk para leluhur Nuswantara Pada akhirnya, terima kasih untuk kalian, yang yang memberikan pintu bagi kami generasi modern telah memilih, membeli dan meluangkan waktu

Gerbang Nuswantara 312 313 untuk membaca buku ini. Saya harap tulisan ini dapat membuka mata hati dan nalar bahwa ada hal- hal “di luar sana” yang masih terkesan tak masuk di akal tengah menunggu kita percaya untuk dapat berkomunikasi dengan kita. Dengan hati dan pikiran yang terbuka tentu kita lebih bisa menerima bahwa LAMPIRAN selalu ada kemungkinan lain di luar pengetahuan kita. Rahayu. Sistem Kalender Jawa “Keep the faith and dreams will come true!” Tahun Çaka

Tangerang Selatan, Maret 2015 Awalnya penanggalan yang digunakan di Nus- wantara (dan seluruh dunia) didasarkan pada per- gerakan bumi mengitari Matahari (Syamsiyah/Solar/ Surya), yang pergerakannya berubah semakin cepat dari tahun ke tahun. Di Kali Sangara (zaman besar akhir) ini penanggalan yang digunakan disebut sebagai penanggalan Çaka1 berdasarkan Wuku. Perhitungan tahun Çaka adalah 354-355 hari yang terbagi dalam 12 bulan seperti pada penanggalan Masehi, pertama kali dimulai pada tanggal 22 Maret tahun 79 Masehi dan pergantiannya dirayakan pada hari Nyepi atau Tahun Baru Çaka. Sistem pada kalender Çaka disusun berdasarkan beberapa siklus harian, dari 5 sampai 9 hari, yaitu:

1 Huruf ’ç’ pada bahasa Sansekerta dibaca ’sy’; Çaka dibaca ’Syaka’ atau ’Saka’.

Gerbang Nuswantara 314 315 1. Pancawara, siklus lima harian/hari Pasaran. 3. Saptawara, siklus tujuh harian/Minggu/ Nama hari nya diambil dari nama raja-ratu Padinan. Nama harinya diambil dari nama pertama di Nuswantara, yaitu: raja-ratu pertama di Nuswantara dari Kerajaan a. Kasih/Kliwon, dari Sang Hyang Bathari Keling di lereng Gunung Paniwihan (sekarang Ka maratih2, perlambang unsur jiwa, Gunung Wilis) yang menjadi pamomong tanpa warna; pertama bagi anak-anak manusia pada Kala Kukila di Kali Swara. Nama harinya: b. Manis/Legi, dari Sang Hyang Bathari Ma ninten3, perlambang unsur udara a. Radite dari nama Sang Mahaprabu berwarna putih/Nimpuna; Radite (titisan dari Sang Hyang Bathara Surya) yaitu hari Minggu, c. Pahing/Palguna, dari Sang Hyang Bathara Tantra, perlambang unsur api b. Soma dari nama Sang Maharatu Soma berwarna merah/Angkara; (titisan dari Sang Hyang Bathari Ratih) atau Senin, d. Pon, dari Sang Hyang Bathara Iswara, perlambang unsur air berwarna kuning/ c. Anggoro dari nama Sang Mahaprabu Wiguna; Anggara (titisan dari Sang Hyang Bathara Indra) atau Selasa, e. Wage/Jenar, dari Sang Hyang Bathari Sri, perlambang unsur tanah berwarna d. Budha dari nama Sang Mahaprabu hitam/Rodra. Budha (titisan dari Sang Hyang Bathara Wisnu) atau Rabu, e. Respati dari nama Sang Mahaprabu 2. Sadwara, siklus enam harian atau Wrespati (titisan dari Sang Hyang Paringkelan. Nama harinya: Tungle (Daun), Bathara Bayu) atau Kamis, Aryang (Manusia), Wurukung (Hewan), Paningron /Mina (Ikan), Uwas /Peksi f. Sukro dari nama Sang Mahaprabu (Burung), Mawulu/ Taru (Benih). Sukra (titisan dari Sang Hyang Bathara Kamajaya) atau Jumat, g. Tumpak/Çaniscara dari nama Sang Mahaprabu Tumpak Çaniscara (titisan

2 Putri sulung Bathara Kamajaya dan Bathari Ratih. dari Sang Hyang Bathara Brama) atau Sabtu. 3 Atau Wahyu Pradnya Paramita, putri kedua Bathara Kamajaya dan Bathari Ratih, adik dari Bathari Kamaratih.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 316 317 4. Hastawara, siklus delapan harian atau 7. Sasih, siklus 12 bulanan. Nama bulannya: Pade wan. Nama harinya diambil dari nama Sura, Sapar, Mulud, Bakdomulud, Bathara/Bathari, yaitu Sri, Indra, Guru, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Yama, Rudra, Brama, Kala, dan Uma. Poso, Sawal, Dulkangidah, Besar. 5. Sangawara, siklus sembilan harian atau 8. Tahun Jawa, siklus tahunan selama 8 tahun, Padangon. Nama harinya Dangu (Batu); yaitu: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jagur (Harimau); Gigis (Bumi); Kerangan Jimakir. (Matahari); Nohan (Rembulan); Wogan 9. Windu, siklus delapan tahunan sebanyak 4 (Ulat); Tulus (Air); Wurung (Api); Dadi kali, yaitu: Adi (Linuwih), Kuntara (Ulah), (Kayu). Sengara (Panjir), Sancaya (Sarawungan). 6. Wuku, siklus mingguan atau Pawukon 10. Lambang, siklus delapan tahunan sebanyak yang terdiri dari 30 minggu atau satu ta- 2 kali, yaitu Lambang Langkir dan Lambang hun Wuku berjumlah 210 hari. Tahun Kulawu. Wuku inilah yang dijadikan patokan untuk 11. Kurup, siklus selama 15 Windu (120 mencari perhitungan Tahun Surya. Nama- tahun) yang terdiri dari 7 Kurup, yaitu: nama mingguannya: Sinta, Landhep, Senen (Isa naniyah), Selasa (Salasiyah), Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreg, Warigalit, Rebo (Arbangiyah), Kemis (Kamsiyah), Warigagung, Julungwangi, Sungsang, Ga- Jemuah (Jamngiyah), Setu (Sabtiyah), Akad lungan, Kuningan, Langkir, Mandhasiya, (Akdiyah). Julung pujud, Pahang, Kuruwelut, Marakeh, Tambir, Medhangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Sebelum sistem penanggalan berdasarkan per- Kulawu, Dhukut, Watugunung. gerakan Bulan ditetapkan, sudah ada siklus berdasarkan musim yang dipakai untuk menentukan siklus dalam pertanian. Pada tahun 1855 Masehi, siklus ini kembali Pada tahun Çaka ke 1555, bersamaan dengan dipakai sebagai patokan. masuk nya pengaruh Islam, terjadi penambahan sistem penanggalan yang berdasarkan pada pergerakan Bulan (Kamariyah / Lunar / Chandra), mengikuti sistem 12. Mangsa, atau Musim, berlaku di Jawa dan penanggalan Hijriyah. dibagi menjadi empat musim utama, yaitu:

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 318 319 a. Musim hujan (Rendeng); 10. Mangsa Kasepuluh/Srawana, mulai 26 b. Musim pancaroba (Mareng/Kemareng); Maret (25 hari); c. Musim kemarau (Ketiga); 11. Mangsa Kasewelas/Dastha/Padrawana, mulai 19 April (23 hari); d. Musim menjelang hujan (Labuh). 12. Mangsa Sadha/Karolas/Asuji, mulai 12 Mei (41 hari). Keempat musim di atas dibagi lagi menjadi 12 Selain itu ada juga tiga siklus yang sudah sangat Pranata Mang sa atau sub-musim, dibuat berdasarkan jarang atau bahkan tidak dipakai di Jawa, kecuali pola agraris dengan ciri-ciri komoditas dominan pada masyarakat Hindu di Bali dan Tengger (Bromo), yaitu: saat tersebut, yaitu:

1. Siklus 2 harian (Dwiwara), nama harinya: 1. Mangsa Kasa/Kartika, mulai 21 Juni (41 Menga (terbuka) dan Pepet (tertutup). hari); 2. Siklus 3 harian (Triwara), nama harinya: 2. Mangsa Karo/Pusa, mulai 2 Agustus (23 Kajeng, Pasah, Beteng, Siklus tiga harian ini hari); adalah perubahan posisi bulan mengelilingi 3. Mangsa Katelu/Manggasri, mulai 25 bumi. Setiap lima kali siklus Triwara akan Agustus (24 hari); terjadi purnama. 4. Mangsa Kapat/Setra, mulai 19 September 3. Siklus 4 harian (Caturwara), nama harinya: (25 hari); Jaya, Menala, Sri, Laba. 5. Mangsa Kalima/Manggala, mulai 14 4. Siklus 10 harian (Dasawara), nama hari- Oktober (27 hari); nya: Pandita, Pati, Suka, Duka, Sri, Manuh, 6. Mangsa Kanem/Maya, mulai 10 November Manusa, Raja, Dewa, Raksasa. (43 hari); 7. Mangsa Kapitu/Palguna, 23 Desember (43 Istilah umum lain pada sistem penanggalan Jawa: hari); kombinasi hari kelahiran dengan 8. Mangsa Kawolu/Wisaka, 4 Februari (26 hari pasarannya. hari-27 hari saat tahun kabisat); Siklus disebut juga sebagai Wara atau 9. Mangsa Kasongo/Jita, mulai 1 Maret (25 Wêwaran. hari); Selamatan pertama disebut sêlapan.

Gerbang Nuswantara Gerbang Nuswantara 320 321 adalah siklus 35-harian gabungan dari nama hari (Saptawara) dan pasaran (Pancawara), misalnya: Selasa Legi = Anggoro Manis Jumat Kliwon = Sukro Kasih atau perhitungan pe- nanggalan Jawa ini menetapkan pergantian hari atau bulan saat matahari terbenam (biasa disebut Surup, yaitu sekitar pukul 17.00-18.00).

Gerbang Nuswantara 322