PEMERTAHANAN DIALEK SAMBORI DI DESA TARLAWI KABUPATEN

JURNAL SKRIPSI

Oleh

Ratnah E1C114092

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian Program Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra

UNIVERSITAS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRAINDONESIA DAN DAERAH 2018 2 Pemertahanan Dialek Sambori Di Desa Tarlawi Kabupaten Bima oleh Ratnah, I Nyoman Sudika, Syamsinas Jafar Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas KIP Universitas Mataram www. [email protected]

ABSTRACT

This research is motivated by the ability of the Tarlawi community to maintain the minority Sambori dialect among speakers of majority languages. This study aims to describe the survival of the Sambori dialect in Tarlawi Village and the factors that influence the survival of the Sambori dialect in Tarlawi Village, Bima . This study uses a qualitative approach. The research population of all Sambori dialect communities in Tarlawi Village with a sample of 60 people, sampling in this study using purposive sampling technique. Methods of data collection using competent methods (interviews), questionnaires and methods of referrals. Data analysis activities use the extralingual equivalent method. Presentation of the results of the analysis using formal and informal methods. The results of this study are as follows. First, the Sambori dialect still survives. The defense of this dialect is due to the Sambori dialect being used by the speech community in various social domains. The highest use of the Sambori dialect is in the family domain (89%), then the domain of neighboring (87%), the realm of work (67.7%), the realm of education (64.17%) and the lowest is the religious and customary domains (62%). The average percentage of Sambori dialects in Tarlawi Village is 74%. The percentage in the category still survives. Second, the survival of the Sambori dialect in Tarlawi Village, Bima Regency is influenced by the following factors. First, there are residential areas that are geographically separated from the Sera Suba dialect community. Second, there is a positive attitude towards language. Third, the inheritance of the Sambori dialect from generation to generation.

Keywords: defense, Sambori language and dialect attitude

PENDAHULUAN atau loyalitas masyarakat pemilik bahasa Pemertahanan bahasa merupakan suatu tersebut terhadap bahasanya. Kedua, adalah fenomena yang dapat terjadi pada setiap kebanggaan berbahasa yaang mendorong bahasa. Pemertahanan bahasa adalah suatu penutur bahasa untuk menggunakan dan tindakan yang bertujuan untuk menjadikan bahasa tersebut sebagai identitas mempertahankan bahasa yang dilakukan oleh diri. Ketiga, kesadaran dalam menggunakan pemilik bahasa tersebut. Biasanya bahasa sesuai dengan kaidah dan tata aturan pemertahanan terjadi jika bahasa itu minoritas kultural yang berlaku. Dengan adanya sikap atau bahasa tersebut hidup di tengah positif tersebut dalam diri penutur, maka masyarakat yang bahasanya mayoritas. bahasa maupun variannya akan tetap bertahan. Pemertahanan bahasa dapat disebabkan Salah satu varian bahasa yang masih oleh beberapa faktor. Pertama, adalah kesetiaan dipertahankan adalah dialek Sambori di

3 Kabupaten Bima. Dialek ini, memiliki antarpenutur dialek minoritas Sambori dengan perbedaan yang sangat signifikan dengan masyarakat tutur dialek mayoritas. Hal ini, dialek-dialek yang ada di daerah Bima lainnya menyebabkan masyarakat Tarlawi menjadi (dialek Kolo, Donggo dan dialek Sera Suba). masyarakat yang bilingual dan multilingual. Pengguna dialek ini adalah kelompok Selain menguasai dialek Sambori, masyarakat masyarakat Bima (Mbojo) yang berdomisili di setempat juga dapat menggunakan dialek Sera daerah sekitar puncak Gunung La Mbitu. Di Suba dan juga bahasa Indonesia. sebelah timur puncak, terdapat masyarakat Penguasaan dialek serta bahasa Kaledu dan Tarlawi, sedangkan masyarakat mayoritas tersebut disebabkan oleh mobilitas Sambori, Kaboro, Kaowa, Kuta, dan Teta masyarakat yang mengakibatkan terjadinya berada di sebelah barat puncak gunung. Jauh di kontak masyarakat minoritas dengan sebelah selatan ke arah Teluk Waworada, masyarakat tutur dialek mayoritas. Misalnya terdapat kelompok masyarakat Belu dan Baku. untuk mencari nafkah, bekerja atau kegiatan Desa-desa masyarakat tutur dialek ekonomi lainya, yang menuntut mereka untuk Sambori di atas tersebar di beberapa wilayah di berinteraksi dan berkomunikasi dengan kabupaten Bima atau terpisah-pisah. Antara masyarakat di sekitarnya. Selain kegiatan masyarakat tutur dialek Sambori yang satu ekonomi, pendidikan juga menjadi faktor dengan masyarakat tutur dialek Sambori yang utama yang mendorong terjadinya kontak lain terpisahkan oleh jarak yang jauh. bahasa masyarakat, karena kebanyakan Misalnya, masyarakat tutur dialek Sambori di guru/pendidik merupakan pendatang dari Desa Tarlawi. Desa ini terasing dari desa-desa penutur dialek Sera Suba, sehingga siswa penutur dialek Sambori lainnya. Sehingga maupun siswi di Desa Tarlawi cenderung kontak masyarakat Desa Tarlawi dengan menggunakan dialek Sera Suba dan juga penutur dialek Sambori di desa lain kurang bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan terjalin atau bahkan tidak ada. guru-gurunya. Selain itu, para pelajar juga Desa Tarlawi merupakan satu dari 9 sering meninggalkan daerahnya untuk desa yang ada di Kecamatan Wawo. Desa ini mendapatkan pendidikan jenjang Sekolah adalah sutu-satunya desa yang menggunakan Menegah Atas (SMA) maupun perguruan dialek Sambori, sementara masyarakat tinggi. Kebanyakan dari mereka akan memilih disekitasnya (8 desa lainya di Kecamatan untuk tinggal atau menetap di desa-desa dan Wawo) merupakan penutur dialek ragam kota sekitar sekolah/instansi yang mereka tuju. standar yaitu dialek Sara Suba. Sebelah Selatan Ketika berada di luar Desa Tarlawi mereka dan Barat Desa Tarlawi memang berbatasan akan meninggalkan dialeknya dan dengan wilayah masyarakat tutur dialek menggunakan dialek ragam standar dan juga Sambori, akan tetapi di pisahkan oleh hutan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan dan pegunungan. Hal ini, didukung pula oleh teman-teman, para guru dan masyarakat tidak adanya jalan penghubung antara Desa setempat. Selain kotak pelajar dan kontak yang Tarlawi dengan desa-desa masyarakat tutur disebabkan oleh foktor ekonomi. Adanya dialek Sambori lainya. Sedangkan sebelah perkawinan antaretnis menjadi salah satu faktor Timur dan Utara Desa Tarlawi berbatasan yang menyebabkan kontak masyarakat tutur dengan penutur dialek Sera Suba. Jarak antara dialek minoritas dan masyarakat tutur dialek Desa Tarlawi dengan masyaraka tutur dialek mayoritas. Selain itu, rapat-rapat desa, kegiatan Sera Suba di Kecamatan Wawo ini hanya 7 km posyandu dan khutbah di mesjid juga dari pusat kota kecamatan. Jarak yang dekat menggunakan dialek standar (dialek Sera Suba) ini, di dukung pula oleh adanya jalan raya yang dan bahasa Indonesia. dapat mempermudah transportasi dan interaksi

4 Dengan demikian, kontak antara dialek terhadap bahasa Melayu Loloan, sebagai minoritas Sambori dan dialek Sera Suba yang konsekuensi posisi bahasa ini sebagai lambang mayoritas tidak hanya terjadi di luar Desa identitas guyup Loloan yang beragama Islam, Tarlawi. Namun, dalam kehidupan sehari-hari sedangkan bahasa Bali dianggap sebagai di Desa Tarlawi pun sering terjadi. Akan tetapi, identitas masyarakat Bali yang beragam Hindu. dengan adanya sikap loyalitas, kebanggaan Akibatnya penggunaan bahasa Bali ditolak terhadap bahasa, dan kesadaran terhadap norma untuk kegiatan-kegiatan intrakelompok, bahasa, yang ada dalam diri penuturnya, terutama kegiatan dalam ranah keagamaan. menyebabkan dialek tersebut bertahan di Ketiga, adanya kesinambungan pengalihan tengah penggunaan dialek dan bahasa (transmisi) bahasa Melayu Loloan dari generasi mayoritas, yakni dialek Sera Suba dan bahasa ke generasi berikutnya. Indonesia. Berdasarkan fenomena di atas, penulis Ranah ingin melakukan penelitian lebih lanjut Salah satu cara untuk menguji mengenai pemertahanan dialek Sambori di pemertahanan sebuah dialek pada masyarakat Desa Tarlawi. Selain itu, penelitian tentang tutur adalah dengan menggunakan teori ranah. pemertahanan dialek Sambori di Desa Tarlawi Semakin berfungsi dan semakin tingginya Kabupaten Bima ini belum pernah dilakukan intensitas pemakaian dialek pada setiap ranah, oleh peneliti-peneliti sebelumnya. maka semakin kuat pula daya tahan dialek Sumarsono (2011:273) memaparkan tersebut. Crystal (dalam Suryawati, 2017:6) dalam bukunya sebuah hasil penelitian tentang mengatakan bahwa ranah merupakan situasi “pergeseran dan pemertahanan Bahasa sosial dan terlembaga yang pada umumnya Melayu Loloan”, dalam penelitiannya ini, dibatasi oleh beberapa peraturan perilaku Sumarsono mengatakan bahwa pemertahanan bersama. Ranah yang digunakan dalam bahasa Melayu Loloan didukung oleh beberapa penelitian ini adalah(1) ranah keluarga, (2) faktor yaitu internal dan faktor eksternal yang ranah ketetanggaan, (3) ranah agama dan adat, saling berpaut. Pertama adanya wilayah (4) ranah pendidikan, dan (5) ranah kerja. pemukiman yang secara georafis agak terpisah dari wilayah pemukiman guyup mayoritas Bali. METODE Kedua adanya sikap toleransi, atau setidak- Penelitian ini merupakan jenis penelitian tidaknya akodatif, guyup mayoritas Bali yang kualitatif, akan tetapi bukan kualitatif murni, tampa rasa enggang mau menggunakan Bahasa karena peneliti juga menggunakan data Melayu Loloan dalam interaksi mereka dengan kuantitatif untuk memaparkan persentase warga guyup minoritas. Dari dalam tubuh pemertahanan dialek Sambori di Desa Tarlawi. warga guyup Loloan sendiri ditemukan Data dalam penelitian ini adalah fakta-fakta beberapa faktor pendukung pemertahanan menegenai dialek Sambori di Desa Tarlawi, bahasa. Pertama, sikap atau pandangan dan yang menjadi sumber data adalah keislaman guyup Loloan yang “tidak masyarakat Tarlawi. akomodatif” terhadap guyup, budaya, dan populasi dimaknai sebagai keseluruhan Bahasa Bali. Pandangan demikian, bertemu individu yang menjadi anggota masyarakat dengan faktor konsentrasi guyup ini, tutur bahasa yang akan diteliti dan menjadi menyebabkan minimnya interaksi fisik antara sasaran penarikan generalisasi tentang seluk guyup minoritas dengan guyup mayoritas, dan beluk bahasa tersebut, sedangkan sampel menyebabkan tidak digunakannya bahasa Bali penelitian adalah pemilihan sebagian dari dan interaksi “intrakelompok” dalam guyub keseluruhan penutur atau wilayah pakai bahasa Loloan. Kedua, adanya loyalitas yang tinggi yang menjadi objek penelitian sebagai wakil

5 yang memungkinkan untuk membuat sejumlah besar informan yang menjadi sumber generalisasi terhadap populasi. Sevilla (dalam data. Kuesioner ini berisi daftar petanyaan yang Mahsun, 2014:28). Populasi penelitian ini sifatnya tertutup. Pertanyaan yang yang adalah seluruh masyarakat Desa Tarlawi dan diberikan kepada responden telah disiapkan yang menjadi sampel penelitian sebanyak 60 dengan jawaban untuk dipilih oleh narasumber. orang, pengambilan sampel menggunakan Sugiyono (2017:142), mengatakan bahwa teknik purposive sampling, yakni pengambilan kuesioner merupakan metode pengumpulan sampel berdasarkan tujuan penelitian, sehingga data yang dilakukan dengan cara memberikan peneliti dapat memperoleh data yang sesuai seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis dengan tujuan penelitian. kepada responden untuk dijawab. Kemudian Instrumen penelitian yang digunakan dalam metode simak, metode ini digunakan dengan penelitian ini berupa Panduan wawancara dan cara peneliti melakukan penyimakan terhadap koesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan bahasa yang digunakan oleh masyarakat tentang bahasa apa yang dipakai oleh Tarlawi. Teknik simak yang digunakan dalam masyarakat Desa Tarlawi dalam ranah penelitian ini adalah teknik simak bebas libat keluarga, ketetanggaan, pendidikan, pekerjaan cakap (SBLC). Sudaryanto, (1993: 133-135) dan ranah agama. Penentuan skala persentase mengatakan bahwa, dalam teknik SBLC diperoleh dari jawaban yang masuk melalui peneliti tidak terlibat dalam tuturan atau ikut jawaban responden dari pertanyaan yang serta dalam proses pembicaraan peserta tutur terdaftar dalam kuesioner. Rumus yang yang direkam, tetapi bertindak sebagai digunakan sebagai berikut: pemerhati penuh yang dengan tekun mendengarkan apa yang dibicarakan dan dikatakan peserta tutur yang terlibat dalam tuturan. Keterangan: Kegiatan analisis data menggunakan F = Jawaban jumlah frekuensi metode padan ekstralingual. Metode ini dipilih, n = Jumlah responden karena peneliti akan meganalisis pemertahanan % = Jumlah hasil presentase dialek melalui masyarakat penutur dialek Untuk mengetahui persentase tersebut. Mahsun (120 :2014), mengatakan pemertahanan Dialek Sambori, peneliti bahwa metode padan ekstralingual digunakan menggunakan bentuk interval sebagai untuk menganalisis unsur yang bersifat berikut. ekstralingual, seperti menghubungbandingkan a. 50-100% masih bertahan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar b. 40-49% mulai bergeser dan bahasa. Misalnya, referen, konteks tuturan: c. 0-39% tidak bertahan/sudah bergeser, konteks sosial pemakaian bahasa. Damanik, (Suryawati, 2017: 9) Penyajian hasil analisis data dituangkan Untuk memperoleh data yang memadai, dengan metode formal dan informal. Metode peneliti menggunakan metode cakap formal adalah metode perumusan dengan (wawancara), kuesioner dan metode simak. tanda-tanda atau lambang-lambang, sedangkan Mahsun, (2014: 250), mengatakan bahwa metode informal yaitu metode penyajian hasil metode cakap merupakan salah satu metode analisis dengan menggunakan kata-kata biasa, yang digunakan dalam tahap penyediaan data Sudaryanto (dalam Attaqie, 2016:22). yang dilakukan dengan cara peneliti melakukan Sehubungan dengan uraian di atas, maka percakapan atau kontak dengan penutur selaku masalah yang dijawab dalam penelitian ini narasumber. Selanjutnya, peneliti menerapkan menyangkut hal-hal berikut. metode kuesioner (angket) untuk menjangkau

6 1. Bagaimanakah pemertahanan dialek dikeranakan responden dalam penelitian ini Sambori di Desa Tarlawi? adalah anak-anak/anggota keluarga yang belum 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi menikah. Rata-rata penggunaan dialek Sambori pemertahanan dialek Sambori di Desa dalam ranah keluarga sebanyak 89%. Tarlawi? Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, penggunaan dialek Sera Suba HASIL DAN PEMBAHASAN dalam ranah ini terjadi pada keluarga dwisuku yang disebabkan oleh adanya perkawinan 4.1.1 Pemertahanan Dialek Sambori dalam campuran masyarakat tutur dialek Sera Suba Ranah Keluarga dengan masyarakat tutur dialek Sambori. Fakta Data mengenai penggunaan dialek ini menunjukkan bahwa dalam ranah keluarga, Sambori dalam ranah keluarga dapat dilihat masyarakat Tarlawi selalu menggunakan dialek pada tabel 1. Data tersebut diperoleh dari Sambori untuk berkomunikasi dengan anggota peryataan responden tentang hal-hal berikut. keluarga yang sesuku. Responden juga 1) Bahasa yang gunakan ketika mengaku bahwa bahasa pertama yang mereka berkomunikasi dengan kakek/nenek di ajarkan kepada anak-anak mereka adalah dialek rumah. Sambori. Hal ini dapat dilihat pada anak-anak 2) Bahasa yang gunakan ketika (4-5 tahun) yang rata-rata masih monolingual. berkomunikasi dengan ayah/ibu di rumah. Adanya pewarisan dialek ini dapat 3) Bahasa yang gunakan ketika menyebabkan dialek Sambori di Desa Tarlawi berkomunikasi dengan saudara di rumah. terus hidup dari generasi ke generasi. 4) Bahasa yang gunakan ketika berkomunikasi dengan suami/istri di rumah. 4.1.2 Pemertahanan Dialek Sambori dalam Ranah Ketetanggaan Tabel 1. Penggunaan Dialek Sambori dalam Penggunan bahasa oleh masyarakat Tarlawi Ranah Keluarga dalam ranah ketetanggaan dapat dilihat dari No. Persentase Peggunaan Bahasa Total pernyataan responden tentang hal-hal berikut. Pernyataan 1. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan Dialek Dialek Lain Bahasa Sambori Indonesia sehari-hari. N F N F N F 2. Bahasa yang digunakan ketika 1 19 95% 1 5% - - 100% berkomunikasi dengan tetangga yang lebih 2 19 95% 1 5% - - 100% tua. 3. Bahasa yang digunakan ketika 3 19 95% 1 5% - - 100% berkomunikasi dengan teman-teman. 4 14 70% 1 5% - - 75% 4. Bahasa yang digunakan ketika berkomunikasi dengan tetangga yang lebih Rata-rata 89% 7% - 96% muda. 5. Bahasa yang digunakan ketika Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa, berkomunikasi dengan tetangga yang bukan ketika berkomunikasi dengan kakek/nenek, dari suku Sambori. ayah/ibu dan saudara-saudaranya di rumah 95% responden mengaku menggunakan dialek Sambori, sedangkan untuk berkomunikasi dengan suami/istri di rumah menurun menjadi 75%. Menurunnya penggunaan dialek Sambori ketika berkomunikasi dengan suami/istri,

7 Tabel 2. Penggunaan Dialek Sambori dalam Sambori dalam ranah pendidikan dapat dilihat Ranah Ketetanggaan pada grafik berikut. No. Persentase Peggunaan Bahasa Total Grafik Penggunaan Dialek Sambori Pertan yaan dalam Ranah Pendidikan Dialek Dialek Bahasa Sambori Lain Indonesia N F N F N F 1 19 95% 1 5% - - 100%

2 19 95% 1 5% - - 100%

3 18 90% 2 10% - - 100%

4 19 95% 1 5% - - 100%

5 12 60% 6 30% 2 10% 100%

Rata- 87% 11% 2% 100% rata Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa masyarakat Tarlawi yang menggunakan dialek Sambori untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 95% dan 5% menggunakan dialek Sera Suba. Ketika Grafik di atas menunjukkan bahwa, siswa berkomunikasi dengan tetangga yang labih tua masih menggunakan dialek Sambori untuk sebanyak 95% menggunakan dialek Sambori berkomunikasi dengan teman-temannya dan 5% menggunakan dialek Sera Suba. Ketika sebanyak 61.7%. Ketika siswa berkomunikasi mereka berkomunikasi dengan teman sesuku dengan guru sebanyak 77.5% menggunakan 90% menggunakan dialek Sambori dan 10% dialek Sambori. Ketika komunikasi antarguru menggunakan dialek Sera Suba. Ketika mereka (sesama guru) sebanyak 53.3% menggunakan berkomunikasi dengan tetangga yang lebih dialek Sambori. Rata-rata penggunaan dialek muda sebanyak 95% menggunakan dialek Sambori dalam ranah pendidikan adalah Sambori dan 5% menggunakan dialek Sera 64.17%. Persentase penggunaan dialek Suba. Ketika mereka berkomunikasi dengan Sambori dalam ranah pendidikan dalam tetangga yang bukan dari suku Sambori 60% kategori masih bertahan. Adanya penggunaan menggunakan dialek Sambori, 30% dialek Sambori oleh siswa dan guru dapat menggunakan dialek Sera Suba, dan 10% menyebabkan dialek Sambori tetap menggunakan bahasa Indonesia. Rata-rata hidup/digunakan dalam lingkungan sekolah. penggunaan dialek Sambori oleh masyarakat Tarlawi dalam ranah ketetanggaan sebanyak 4.1.4 Pemertahanan Dialek Sambori dalam 87%, dialek Sera Suba 11% dan bahasa Ranah Pekerjaan Indonesia 2%. Ranah pekerjaan merupakan salah satu ranah untuk melihat pemertahanan dialek 4.1.3 Pemertahanan Dialek Sambori dalam Sambori. Pada ranah ini, peneliti dapat Ranah Pendidikan mengamati penggunaan dialek Sambori dalam Kondisi pemertahanan dalam ranah berbagai pekerjaan, yakni pertanian, pendidikan dapat dilihat dari proses interaksi perkantoran dan perdagangan. Situasi antarsiswa, siswa dengan guru, dan juga pemertahanan dapat dilihat dari proses interaksi antarguru. Persentase penggunaan dialek yang terjadi antar sesama rekan kerja.

8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 40%. Ketika kegiatan khutbah sama sekali dalam bidang pertanian, perkantoran dan tidak menggunakkan dialek Sambori, 65% perdagangan 66.7% responden mengaku masih menggunakan dialek Sera Suba dan 35% menggunakan dialek Sambori, sedangkan menggunakan bahasa Indonesia. Kegiatan dialek Sera Suba sebanyak 22.2% dan bahasa belajar mengajar ngaji 100% menggunakan Indonesia sebanyak 11%. Persentase dialek Sambori. Ketika berkomunikasi dalam penggunaan dialek Sambori tersebut masih acara khitanan 70% menggunakan dialek dalam kategori bertahan. Sambori, dan 30% menggunakan dialek Sera Suba. Berkomunikasi dalam membicarakan 4.1.3 Pemertahanan dialek Sambori dalam urusan pernikahan 80% menggunakan dialek Ranah agama dan Adat. Sambori, 20% dialek Sera Suba. Rata-rata Penggunaan dialek Sambori dalam ranah penggunaan dialek Sambori dalam ranah agama dan adat dapat dilihat pada tabel 9. Data agama dan adat sebanyak 62%. tersebut diperoleh dari pernyataan responden Uraian persentase penggunaan dialek tentang hal-hal berikut. Sambori dalam ranah agama dan adat tergolong 1. Bahasa yang digunakan ketika rendah dibandingkan dengan penggunaan melaksanakan/menjalankan pengajian dialek Sambori dalam ranah-ranah lainnya. dengan rekan sesuku. Akan tetapi, dialek Sambori masih dominan 2. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan digunakan oleh masyarakat Tarlawi yakni Khutbah Jumat di mesjid. sebanyak 62%, dialek Sera Suba 31% dan 3. Bahasa yang digunakan oleh guru Ngaji bahasa Indonesia sebanyak 7%. Persentase ketika mengajar Ngaji. penggunaan dialek Sambori dalam ranah 4. Bahasa yang digunakan ketika ada acara agama dan adat masih dalam kondisi bertahan. khitanan di Desa Tarlawi. 5. Bahasa yang digunakan dalam Tabel 10. Tingkat Kebertahanan Dialek membicarakan urusan-urusan pernikahan di Sambori di Desa Tarlawi Desa Tarlawi. No Ranah Penggunaan Tingkat Keterangan Dialek Sambori Kebertaha nan (%) Tabel 9. Penggunaan Dialek Sambori dalam Ranah Keagamaan dan Adat 1. Ranah Keluarga 89% Bertahan 2. Ranah Ketetanggaan 87% Bertahan No. Persentase Peggunaan Bahasa Total Pernya 3. Ranah Pendidikan 64.17% Bertahan 4 Ranah Pekerjaan 66.7% Bertahan taan Dialek Dialek Lain Bahasa 5 Ranah Agama/Adat 62% Bertahan Sambori Indonesia Rata-rata 74% Bertahan N F N F N F 1 12 60% 8 40% - - 100% 4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi 2 - - 13 65% 7 35% 100% Pemertahanan Dialek Sambori di Desa

3 20 100 - - - - 100% Tarlawi % Kebertahanan penggunaan dialek Sambori 4 14 70% 6 30% - - 100% di Desa Tarlawi didukung oleh faktor-faktor 5 16 80% 4 20% - - 100% berikut. 1. Adanya wilayah pemukiman yang secara Rata- 62% 31 % 7% 100% rata geografis terpisah dari wilayah pemukiman masyarakat tutur dialek Sera Suba. Desa Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa, Tarlawi merupakan desa kecil yang terasing dialek Sambori dalam penganjian yang sesuku dari desa-desa lain. Desa tersebut terletak di digunakan sebanyak 60%, dan dialek Sera Suba

9 bagian Timur Pusat Kota Kecamatan Wawo dikenal, masyarakat setempat biasanya dengan batas-batas wilayah sebagai berikut. menggunakan bahasa Indonesia dan - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa juga dialek standar. Pesa Kec.Wawo 3. Adanya pewarisan dialek Sambori dari - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa generasi kegenerasi. Sambori Kec. Lambitu Berdasarkan hasil observasi dan - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Teta wawancara di lokasi penelitian, para orang Kec.Lambitu tua tetap mengajarkan dialek Sambori - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa kepada anak-anaknya. Sehingga, sampai Raba Kec.Wawo saat ini, dialek Sambori masih menjadi bahasa pertama yang dikuasai oleh anak- Jarak antara Desa Tarlawi dengan pusat anak di Desa Tarlawi. Hal ini dapat dilihat kota kecamatan (masyarakat penutur dialek pada anak-anak 4-5 tahun yang rata-rata Sera Suba) yaitu 7 km. Hal ini, dapat masih monolingual, mereka hanya bisa mengurangi terjadinya kontak antara menggunakan dialek Sambori. Adanya penutur dialek Sambori dengan masyarakat kesinambungan pengalihan dialek ini, dapat tutur dialek Sera Suba (dialek menyebabkan dialek Sambori terus standar). hidup/digunakan dari kegenasi ke genarasi. 2. Sikap Bahasa a. Adanya loyalitas terhadap bahasa. SIMPULAN Sikap loyalitas ini terbukti dengan Hasil penelitian tentang pemertahanan digunakannya dialek Sambori untuk dialek Sambori di Desa Tarlawi Kabupaten berkomunikasi dengan interlokutor Bima dapat disimpulkan sebagai berikut. yang sesuku, baik di dalam maupun di 1. Dialek Sambori masih bertahan. luar Desa Tarlawi. Pemertahan dialek ini disebabkan kerena b. Adanya rasa bangga dalam diri dialek Sambori tetap digunakan oleh penuturnya untuk menggunakan dialek masyarakat tuturnya untuk berkomunikasi Sambori sebagai identitas dan kesatuan dengan interlokutor yang sesuku dalam masyarakat. Hal ini terbukti dengan berbagai ranah sosial. Pemakaian dialek digunakannya dialek Sambori khusunya Sambori yang tertinggi adalah dalam ranah dalam kegiatan adat seperti pernikahan, keluarga (89%), selanjutnya ranah khitanan dan kegiatan-kegiatan ketetanggan (87%), ranah pekerjaan kemasyarakatan lainnya di Desa (67.7%), ranah pendidikan (64.17%) dan Tarlawi. Selain itu, kaum muda dan yang terendah adalah ranah agama dan adat orang dewasa di Desa Tarlawi juga yakni sebanyak (62%). Persentase rata-rata menggunakan dialek Sambori dalam penggunaan dialek Sambori di Desa media sosial. Hal ini, merupakan wujud Tarlawi sebanyak 74%. Persentase tersebut dari rasa bangga terhadap dialeknya. masih dalam kategori bertahan. c. Adanya kesadaran terhadap norma 2. Pemertahanan dialek Sambori di Desa bahasa. Hal ini terbukti ketika Tarlawi Kabupaten Bima dipengaruhi oleh masyarakat Tarlawi berbicara dengan beberapa faktor. Pertama, Adanya wilayah interlokutor yang sesuku mereka selalu pemukiman yang secara geografis terpisah menggunakan dialek Sambori. Ketika dari wilayah pemukiman masyarakat tutur berkomunikasi dengan masyarakat tutur dialek Sera Suba. Kedua, Adanya sikap dialek Sera Suba maka mereka positif terhadap bahasa. Ketiga, Adanya menggunakan dialek Sera Suba, dan ketika interlokutornya orang yang tidak

10 pewarisan dialek Sambori dari generasi ke Sailan, Zalili. 2014 “Pemertahanan Bahasa generasi. Muna di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara,” Litera: 13, 1. DAFTAR PUSTAKA Pemertahanan Bahasa Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Sopiani, Dian. 2015. “ Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Kelurahan Dasan Agung Kota Jakarta: Rineka Cipta Mataram Skripsi. Mataram: FKIP Attaqie, Lalu Ahmad Muzakkir. 2016. .” UNRAM. “Pemertahanan Bahasa Bali di lingkungan Karang Medain Mataram Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dalam Kajian Sosiolinguisti.” Skripsi. dan Kialitatif, dan R&D. Bandung: Mataram: FKIP UNRAM. Alfabeta Chaer, Abdul dan Agustiana, Leonie. 2010. Sumarsono. 2011. Sosiolingistik. Yogyakarta: Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka SABDA. Cipta. Suryawati, Rita. 2017. “Penggunaan Bahasa Erlinda, Dewi. 2016. “Pemertahanan Bahasa Jawa di Desa Tudameaso Kecamatan Bugis di Desa Labuan Kuris Kabupaten Meluhu Kabupaten Konawe,” Jurnal Besar.” Skripsi. Mataram: Bastra:1, 4 FKIP UNRAM. Mahsun. 2014. Genolinguistik: Kolaborasi Vaniojankjank. Linguistik dengan Genetika dalam http://vaniojankjank.blogspot.co.id/201 Pengelompokan Bahasa dan Populasi. 6/01/kontak-bahasa-sebab-dan- Yogyakarta: Pustaka Pelajar. akibat.html, diakses tanggal 10 April Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa. 2018. Jakarta: Rajawali Pers. Wijaya, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muclich, Mansur. 2010. Bahasa Indonesia Muhammad. 2013. Sosiolinguistik: Pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Aksara Pustaka Pelajar. Muhammad. 2011. Paradigma Kualitatif Yuniarti, Ni Luh. 2015. Kebertahanan dan Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Liabe “ Kebergeseran Bahasa Bali Dialek Bali Book Press. Aga pada Masyarakat Kintamani, Bali: Nurhayati, Endang. dkk. 2013 “Strategi Kajian Sosiolinguistik Tesis. Pemertahanan Bahasa Jawa di Provinsi .” Denpasar: Universitas Udayana. Daerah Istimewa Yogyakarta” Litera: 12, 1. Yusra, Kamaludin. dkk. 2016. “Kedudukan Dialektologis Bahasa Sambori dalam Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Masyarakat Bima Kontemporer Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai ,” Masyarakat Linguistik Indonesia: 34, 2. Pustaka. Pulungan, Ari Septia Perdamaian. 2017. “Pemertahanan Bahasa Sasak Di Desa Segubuk Kecamatan Kabupaten Sumbawa Barat.” Skripsi. Mataram: FKIP UNRAM.

11