Profil Morfologi Tumbuhan Nibung ( tigillarium) dan Pengembangannya Untuk Bahan Ajar

Desti*, Mellisa FKIP Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution No. 113 Marpoyan Pekanbaru, Riau *e-mail: [email protected], Telp: 081378306246

Received: November 15, 2017 Accepted: December 15, 2017 Online Published: December 16, 2017

Abstract: The Profile of Nibung (Oncodperma tigillarium) and Its development for Teaching Material. The research about morphological characterization of mascot flora of Riau (Oncosperma tigillarium) which was developmented as a teaching material for Plant Botany subjects. The objective of this research was to find out of the profile of nibung (Oncosperma tigillarium) and to find out how the result of this study developed for teaching materials (based on module). The method of current study was descriptive. Purposive sampling used to sampling of nibung in Temiang, Bengkalis Disctrict, Riau Propince. The result showed that nibung has several characteristics which can be observed, such as habit, vegetative and generative organs of nibung, which is used to identify of unique morphology of nibung character. Based on the validation results, it is known that the module that have been prepared can be used in the learning with percentage level achievement of 84.35% for teaching materials. The subject matter of Plant Botany which has been prepared based on the research results can be used in the learning process that categorized very good. Keywords: module development, morphological analysis, nibung plant

Abstrak: Profil Morfologi Tumbuhan Nibung (Oncosperma tigillarium) dan Pengembangannya Untuk Bahan Ajar. Penelitian ini mengenain karakteristik morfologi tumbuhan khas Riau yaitu nibung (Oncosperma tigillarium) yang dikembangkan untuk bahan ajar pada mata kuliah Botani Tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil tumbuhan nibung dan bagaimana hasil pengembangan bahan ajarnya (berbasis modul). Metode yang digunkaan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik purposive sampling digunakan dalam penelitian ini yang dilaksanakan di Temiang, Bengkalis, Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nibung memiliki beberapa karakteristik yang dapat diobservasi, seperti habitat, vegetasi, dan organ genertif yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi morfologi khas dari nibung. Berdasarkan haisl validasi, modul yang dikembangkan sebagai bahan ajar dapat digunakan dalam pembelajaran dengan persentase tingkat kesuksesan sebesar 84,35%. Materi pada bahan ajar dapat digunakan dalam pembelajaran pada Botani Tinggi dalam penelitian ini yang menunjukkan proses pembelajaran dengan kategori sangat baik. Kata kunci: analisis morfologi, pengembangan modul, tumbuhan nibung sebagai salah satu rujukan dalam PENDAHULUAN materi perkuliahan serta diharapkan Botani Tinggi adalah salah satu dapat dijadikan sebagai sumber acuan matakuliah wajib di Program Studi dosen dalam proses pembelajaran. Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas METODE Islam Riau. Bahan kajian untuk matakuliah ini masih terbatas. Pada Penelitian ini dilaksanakan di Program saat mengikuti kuliah, mahasiswa Studi Pendidikan Biologi FKIP mengalami kesulitan untuk mengikuti Universitas Islam Riau. Populasi pada atau menangkap makna esensi materi penelitian pengembangan adalah pembelajaran. Selain itu, buku–buku seluruh mahasiswa yang mengambil dan referensi terkait materi dalam atau mengikuti matakuliah Botani matakuliah Botani Tinggi yang Tinggi Tahun Ajaran 2016/2017. digunakan masih bersifat umum Sampel pada pengembangan dengan contoh–contoh yang penelitian ini adalah mahasiswa dijabarkan umumnya jenis yang angkatan I semester 2. Pemilihan terdapat di luar daerah Riau atau sampel dilakukan secara Simple bahkan di luar . Dikarenakan Random Sampling. Hal ini belum banyaknya bahan ajar dalam dikarenakan mahasiswa dianggap matakuliah Botani Tinggi, dirasa memiliki karakteristik yang sama penting untuk memilih contoh yang (Sugiyono, 2011). terdapat di daerah Riau untuk Penelitian ini merupakan pengembangan bahan ajar yang penelitian dan pengembangan atau representatif. Research and Development (R&D). Bahan ajar merupakan Penelitian pengembangan dalam seperangkat materi yang disusun penelitian ini dikembangkan dengan secara sistematis baik tertulis maupun menggunakan four-D-models, yaitu tidak. Bahan ajar yang efektif melalui tahap define, design, develop menunjuk pada optimalisasi dan tahapan disseminate. Cara ini pencapaian tujuan pembelajaran di berdasarkan Thiagarajan, dkk. (1974). bawah kondisi tertentu. Relevan dapat Model pengembangan dalam diartikan sebagai kesesuaian antara penelitian ini adalah model prosedural bahan ajar dengan pokok bahasan untuk menghasilkan suatu produk yang dikembangkan, atau kesesuaian (Rumahlatu, 2012). Produk yang bahan ajar yang dikembangkan dikembangkan dalam penelitian ini dengan kebutuhan pebelajar. Salah adalah modul pada matakuliah Botani satu bahan ajar yang bisa diterapkan Tinggi. Secara umum, modul yang pada yaitu modul. dikembangkan terdiri dari (1) Tujuan penelitian ini adalah pendahuluan, (2) isi, dan (3) untuk mengetahui profil morfologi pelengkap (menurut Prastowo, 2011). tumbuhan nibung dan bagaimanakah Tahapan pelaksanaan penelitian pengembangannya untuk modul pada dijelaskan sebagai berikut. matakuliah Botani Tinggi di Program Tahap Define (pendefinisian). Studi Pendidikan Biologi FKIP UIR. Pelaksanaan pengembangan dimulai Hasil penelitian dapat memberikan dengan tahap define. Pada tahap define informasi mengenai pengembangan ini dilakukan penetapan syarat-syarat bahan ajar, sehingga dapat dijadikan pembelajaran dengan menganalisis silabus dan tujuan pembelajaran pada Matakuliah Botani Tinggi. Tahap merancang bahan ajar mata kuliah define dilakukan dalam tiga langkah, Botani Tinggi sesuai dengan materi yaitu analisis kebutuhan, analisis pembelajaran yang telah ditentukan. mahasiswa, dan analisis tugas. Hal Tahap ini diawali dengan menyusun yang didefinisikan di jelaskan sebagai kriteria-kriteria. Penyusunan kriteria berikut. dijadikan dasar dalam penyusunan Analisis Kebutuhan. Analisis bahan ajar berdasarkan format modul kebutuhan berpedoman pada silabus oleh Prastowo (2012), yang mencakup pembelajaran serta masalah yang komponen: (1) bagian pendahuluan, muncul dalam pembelajaran Botani (2) bagian Kegiatan Belajar, dan (3) Tinggi di perguruan tinggi, antara lain daftar pustaka. Bagian pendahuluan kurangnya bekal ajar mahasiswa, mengandung (1) penjelasan umum belum tersedianya sumber belajar mengenai Modul, (2) indikator Botani Tinggi yang kontekstual sesuai pembelajaran. Bagian Kegiatan dengan permasalahan yang dihadapi. Belajar mengandung (1) uraian isi Oleh sebab itu, dilakukan pembelajaran, (2) rangkuman, (3) tes, pembaharuan silabus dengan merujuk (4) kunci jawaban, dan (5) umpan pada silabus matakuliah Botani Tinggi balik. Materi pokok dikembangkan di Program Studi Pendidikan Biologi dari silabus, dan informasi pendukung FKIP UIR. yang diuraikan diperoleh dari uraian Analisis Mahasiswa. Analisis konsep menggunakan berbagai mahasiswa dilakukan dengan melihat literatur. pengalaman belajar mahasiswa Langkah selanjutnya yaitu terhadap upaya pembelajaran bersifat mencari sumber-sumber pendukung kontekstual yang masih minim pada untuk menyampaikan informasi matakuliah Botani Tinggi. Oleh sebab tentang konsep-konsep materi itu, perlu adanya bahan ajar yang pembelajaran. Kemudian dapat memberikan pengetahuan menghasilkan design awal modul. kepada mahasiswa pada pembelajaran Design bahan ajar sesuai dengan yang kontekstual sesuai dengan kekonsistenan sasaran belajar dengan permasalahan yang dijumpai dalam materi pokok yang dibahas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini pembelajaran, kelogisan dan berkaitan dengan upaya peningkatan kesistematisan skema hubungan antar pemahaman mahasiswa terhadap materi pokok, dan kesesuaian konservasi nibung sebagai maskot pemilihan dan penataan pokok materi. flora Provinsi Riau. Berikutnya adalah melakukan Analisis Tugas (task analysis). penelaahan terhadap modul lalu Analisis tugas mencakup analisis mengedit modul yang telah disusun tujuan pembelajaran dan analisis berdasarkan telaah yang dilakukan. konsep (struktur isi). Analisis tujuan Setelah keseluruhan tahapan design pembelajaran dijadikan dasar untuk selesai dilaksanakan, pengembangan merancang bahan ajar, sedangkan dilakukan ke tahap develop. analisis konsep dilakukan dengan Tahap Develop (pengembang- mengidentifikasi konsep-konsep an). Tahap develop bertujuan untuk utama Matakuliah Botani Tinggi yang menghasilkan modul pada Matakuliah dikaitkan dengan materi perkuliahan. Botani Tinggi yang valid dan Tahap Design (perancangan). operasional. Tahap develop dilakukan Tahap design bertujuan untuk melalui tahap-tahap sebagai berikut. Validasi bahan ajar. Validasi populasi target (Sadiman, dkk., 2012). bahan ajar dilakukan melalui telaah Dalam uji coba ini, mahasiswa oleh pakar materi Botani Tinggi dan menggunakan modul hasil pakar pembelajaran. Masukan dari pengembangan, kemudian mahasiswa validator digunakan untuk mengamati secara cermat modul yang memperbaiki/merevisi modul yang diberikan dengan pendampingan dikembangkan. Revisi ini merupakan peneliti. Setelah selesai menggunakan revisi pertama dari modul yang modul tersebut peneliti membagikan dihasilkan. Bagian utama yang angket kepada mahasiswa tersebut. divalidasi untuk ahli materi adalah kesesuaian materi dengan prinsip Tabel 1. Kriteria Penilaian Modul pengembangan (relevansi, konsistensi, Skor Indikator kecukupan), kelayakan isi (kesesuaian 1 Jika sangat tidak baik/tidak sesuai materi dengan standar kompetensi, 2 Jika kurang sesuai materi dengan kompetensi dasar, 3 Jika cukup materi dengan indikator kompetensi, 4 Jika baik kebenaran substansi materi 5 Jika sangat baik pembelajaran, kebermanfaatan, dan Sumber: Adaptasi Arikunto (2009). kelengkapan informasi), kebahasaan dan keterbacaan (sistematik dan logis, Instrumen pada penelitian ini kejelasan informasi, sesuai dengan adalah angket yang berisi pertanyaan- kaidah Bahasa Indonesia, kesesuaian pertanyaan yang berkaitan dengan istilah dengan konsep yang dikaji, materi yang digunakan pada kesesuaian simbol/satuan/notasi yang matakuliah Botani Tinggi. Pada digunakan, singkat dan jelas, angket terdapat lima rentang pilihan kesesuaian judul dengan gambar, dan jawaban yang diberikan yang dapat ilustrasi gambar menjelaskan konsep). dilihat seperti Tabel 1. Bagian utama yang divalidasi Teknik yang digunakan untuk untuk ahli bahan ajar adalah format menganalisis jawaban mahasiswa modul (judul singkat, terdapat terhadap modul pada matakuliah deskripsi yang jelas, memuat standar Botani Tinggi yang dikembangkan kompetensi, tujuan jelas, adanya nilai- adalah dengan teknik persentase nilai sosial dan moral, disusun dengan rumus sebagai berikut: sistematis, dan materi mudah n dipahami), kebahasaan (komunikatif, PRM = x 100 % kejelasan informasi, kesesuaian N dengan kaidah bahasa yang Keterangan: n = jumlah sampel digunakan, bahasa yang efektif dan N = total jumlah sampel efisien), penyajian (materi berurutan, PRM = persentase respons adanya motivasi, adanya pemberian mahasiswa stimulus dan respon (kilas balik), (Dimodifikasi dari Suwastono, 2011). tampilan (penggunaan ukuran dan jenis huruf, tata letak penyajian Berdasarkan persentase yang materi, ilustrasi, dan desain tampilan diperoleh dilakukan pengelompokan yang menarik), dan manfaat. sesuai dengan kriteria seperti pada Uji coba kelompok kecil. Uji coba Tabel 2. kelompok kecil diberikan kepada 10 – 20 orang siswa yang dapat mewakili Tabel 2. Kualifikasi Pengambilan bisa terdiri dari 8 sampai dengan 18 Keputusan Revisi Modul anakan nibung per rumpun. Tipe Tingkat Kualifikasi Keterangan perakaran tumbuhan nibung berbentuk capaian akar serabut. Batang dan daunnya 81-100 Sangat Layak Tidak perlu terlindungi oleh duri keras panjang direvisi berwarna hitam. Daun pohon nibung 61-80 Layak Tidak perlu tersusun menyirip (pinnatus) dengan direvisi tipe daun majemuk dan pertulangan 41-60 Cukup Layak Direvisi daun sejajar. Buahnya berbentuk 21-40 Kurang Layak Direvisi 0-20 Sangat Kurang Direvisi bulat, berbiji satu, dan permukaannya Layak halus berwarna ungu gelap. (Dimodifikasi dari Suwastono, 2011). Tabel 3. Profil Morfologi Tumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN Nibung di Propinsi Riau

No. Karakter Keterangan Profil Tumbuhan Nibung. Profil Morfologi tumbuhan nibung yang diamati 1 Tinggi tanaman (m) 9-25 diperoleh dengan melakukan 2 Diameter batang 38-40 karakterisasi morfologi tumbuhan (cm) nibung di Kabupaten Bengkalis, Riau. 3 Warna daun muda Hijau muda Penelitian karakterisasi morfologi kekuningan nibung dilakukan dengan metode 4 Warna daun tua Hijau tua deskriptif, dengan teknik pengambilan 5 Jumlah anakan per 12 - 25 sampel secara sengaja (purposive rumpun sampling) yaitu dengan langsung 6 Panjang pelepah 150-300 mengamati karakteristik morfologi daun (cm) 7 Warna pelepah Hijau nibung, dengan melakukan identifikasi daun kecokelatan langsung di lokasi habitat aslinya. 8 Warna pucuk Hijau Berdasarkan hasil pengamatan kekuningan karakterisasi morfologi, telah diamati 9 Warna bunga Kuning karakter kualitatif dan pengukuran 10 Tipe bunga Bunga karakter kuantitatif tumbuhan nibung. majemuk Rincian hasil pengamatan karakter 11 Panjang duri batang 2,5 – 3,5 morfologi tumbuhan nibung dijelaskan dewasa (cm) seperti pada Tabel 3. 12 Panjang duri batang 0,5 – 2 Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat muda (cm) karakter morfologi tumbuhan nibung 13 Warna bunga Kuning yang terdiri dari karakter akar, batang, 14 Warna buah Hijau muda sampai hijau daun, bunga, dan buah. Hasil tua penelitian menunjukkan profil kecokelatan tumbuhan nibung, bahwa tumbuhan nibung adalah jenis tumbuhan palem- Tumbuhan nibung mempunyai paleman yang tumbuh subur di sekitar karakteristik batang yang khas yang kawasan lingkungan tempat tinggal memiliki tekstur yang kuat, kokoh dan dan daerah perkebunan masyarakat di tahan rayap. Batangnya telah banyak Kabupaten Bengkalis Riau. Tumbuhan dimanfaatkan oleh masyarakat di Nibung yang diamati hidup Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. merumpun, dimana tiap rumpunnya Diantaranya yaitu untuk alat tangkap ikan nelayan, dalam pembuatan Respon mahasiswa ini bertujuan untuk jembatan, rumah dan kapal, serta menilai kelayakan modul yang dalam pembuatan dermaga. Pucuk dikembangkan. Pada respon ini muda tumbuhan nibung juga telah diambil sampel 20 orang mahasiswa banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang mengambil matakuliah Botani di Kabupaten Bengkalis sebagai Tinggi. sumber bahan makanan dan sayuran. Kualitas modul yang telah Dalam hal ini, karakter dikembangkan berdasarkan penilaian morfologi tumbuhan nibung telah dua orang ahli, yaitu ahli materi dan digunakan dalam proses identifikasi ahli pembelajaran termasuk ke dalam dan sebagai penciri tumbuhan nibung kategori baik. Berdasarkan penilaian sebagai maskot Propinsi Riau. Hal ini tersebut, maka modul yang sesuai dengan pernyataan Jamsari dikembangkan telah memenuhi (2008), yang menyatakan bahwa kriteria kualitas modul yang baik dan setiap tanaman memiliki deskripsi dapat digunakan sebagai sumber morfologi spesifik yang merupakan belajar bagi mahasiswa. Uraian penanda dari suatu tanaman. Penanda pelaksanaan kegiatan penelitian morfologi merupakan penanda yang pengembangan dijelaskan sebagai sudah lama digunakan dalam berikut: melakukan deskripsi taksonomi karena lebih mudah, cepat, sederhana dan Tahap Define (Analisis Awal). relatif lebih murah. Berdasarkan hasil identifikasi masalah Pengembangan Modul pada dari analisis tahap define dirumuskan Matakuliah Botani Tinggi. Hasil beberapa hal yang menjadi kebutuhan penelitian selanjutnya dikembangkan dan penting untuk diupayakan pada dalam penelitian pengembangan untuk proses perkuliahan Botani Tinggi bahan ajar berbasis modul pada yaitu: dibutuhkan bahan ajar cetak matakuliah Botani Tinggi. Pada spesifik untuk perkuliahan Botani penelitian pengembangan, telah Tinggi yang dapat digunakan dihasilkan modul berbasis riset pada mahasiswa sebagai sumber belajar sub materi tumbuhan nibung (Famili mandiri; dibutuhkan bahan ajar yang ). Produk yang mengintegrasikan materi perkuliahan dikembangkan berupa modul berbasis dengan fakta-fakta dalam kehidupan riset hasil karakterisasi morfologi sehari-hari, dalam hal ini yaitu tumbuhan nibung sebagai maskot flora tumbuhan nibung yang merupakan Riau, dimana telah dapat maskot flora Propinsi Riau. meningkatkan pemahaman konsep Tahap Design (Desain/ mahasiswa dalam proses perkuliahan Rancangan). Pada tahap define Botani Tinggi. dibentuk rancangan bahan ajar yang Modul yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sampel terlebih dahulu divalidasi oleh penelitian. Materi modul disesuaikan validator ahli pembelajaran dan ahli dengan silabus dan tujuan materi. Setelah divalidasi oleh pembelajaran matakuliah Botani validator maka modul diuji coba Tinggi. Melalui tahap desain terbatas pada matakuliah Botani dihasilkan produk berupa rancangan Tinggi untuk mendapatkan data modul pembelajaran Botani Tinggi respon atau tanggapan mahasiswa berbasis riset. Semua isi modul terhadap modul yang dikembangkan. dicetak warna untuk memperjelas gambar dan komponen-komponen Modul hasil revisi kemudian lainnya yang dimuat di dalam modul. dicetak dan diujicobakan dalam Tahap Develop (Pengembang- perkuliahan matakuliah Botani Tinggi. an). Produk desain kemudian Hasil persentase kelayakan modul divalidasi oleh tim ahli. Tim ahli yang pembelajaran oleh setiap mahasiswa memberikan penilaian terdiri dari dua responden menunjukkan bahwa orang ahli yaitu: ahli materi dan ahli rancangan modul pembelajaran Botani pembelajaran. Hasil penilaian validasi Tinggi menurut penilaian ahli, dan oleh ahli pembelajaran termasuk ke mahasiswa sudah sangat layak dalam kategori baik. Hal ini digunakan dalam perkuliahan Botani menunjukkan bahwa validasi ahli Tinggi berada pada kategori sangat bahan ajar yang telah dilakukan layak, tidak perlu direvisi. mendapatkan bahwa untuk semua Secara keseluruhan nilai indikator penilaian modul rata-rata persentase gabungan menunjukkan berada pada kualifikasi baik dan bahwa modul yang dikembangkan sangat baik. Penilaian ahli materi sangat layak digunakan pada terhadap modul yang telah disusun perkuliahan, karena mempunyai dilakukan oleh validator ahli materi kualifikasi yang sangat baik dan dapat tumbuhan. Tujuannya yaitu untuk dipergunakan dalam proses menilai relevansi modul dengan perkuliahan. Hal ini sesuai dengan materi kajian dalam materi Botani pendapat Prastowo (2012) yang Tinggi. menyatakan bahwa penilaian Penilaian ahli materi termasuk kelayakan sangat penting dilakukan kedalam kategori sangat baik dengan untuk memastikan layak atau tidaknya rata-rata persentase di atas 80%. Hal modul tersebut digunakan dalam ini menunjukkan bahwa modul yang proses pembelajaran. telah disusun termasuk kedalam Pada proses pengembangan kategori sangat baik dan sesuai dengan modul berbasis riset yang telah materi yang dipelajari dalam dilakukan, digunakan model matakuliah Botani Tinggi dan sesuai pengembangan yang diadaptasi dari untuk dikembangkan dalam kegiatan model pengembangan bahan ajar four- perkuliahan. D. Langkah penelitian pengembangan Angka persentase kriteria dilakukan melalui beberapa tahapan validitas berada pada kisaran yaitu define, design, dan develop serta persentase paling atas dengan tingkat disseminate. Salah satu tahapan yang validitas sangat baik atau dapat termasuk ke dalam inti langkah digunakan. Dengan demikian modul pengembangan bahan ajar adalah uji pembelajaran Botani Tinggi berbasis validasi. Hal ini sesuai dengan riset hasil desain yang telah dievaluasi pernyataan Akbar (2013), yang oleh tim ahli secara keseluruhan menyatakan bahwa uji validasi termasuk ke dalam kategori sangat dilakukan sebagai upaya untuk baik. Namun demikian, revisi tetap menghasilkan bahan ajar yang yang dilakukan berdasarkan tanggapan dan baik dan relevan dengan landasan saran yang diberikan setiap ahli baik teoritik pengembangan. yang disampaikan secara langsung Hasil validasi modul matakuliah maupun tanggapan dan saran yang Botani Tinggi berbasis riset yang diberikan secara tertulis oleh tim ahli dikembangkan mempunyai kualitas pada kolom tanggapan dan saran. yang sangat. Dengan melalui uji validasi dan kelayakan bahan ajar, Sa’adah (2015) menyatakan bahwa disimpulkan bahwa modul hasil pengembangan booklet dapat pengembangan dianggap layak digunakan sebagai sumber belajar dipergunakan mahasiswa dalam pada matakuliah Morfologi dan perkuliahan oleh mahasiswa untuk Anatomi Tumbuhan. mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri sehingga mampu menunjang proses pembelajaran. SIMPULAN Dengan model penyajian materi yang sesuai kebutuhan mahasiswa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan modul yang dikembangkan telah bahwa profil tumbuhan nibung yang mampu meningkatkan pengetahuan diamati dapat dijadikan penciri khusus dan pemahaman mahasiswa. tumbuhan nibung sebagai maskot flora Modul adalah bahan tertulis berisi Propinsi Riau. Implikasi hasil penelitian konsep-konsep penting dari suatu dalam pembelajaran berupa sumber materi pembelajaran (Sanaky, 2011). belajar berupa modul pada matakuliah Pengajaran dengan bahan ajar ini Botani Tumbuhan. Berdasarkan hasil merupakan usaha penyelenggaraan validasi diketahui bahwa bahan ajar yang pengajaran individual yang berbasis modul yang disusun sudah dapat memungkinkan mahasiswa secara digunakan dalam pembelajaran dengan mandiri mengkonstruksi konsep- persentase tingkat pencapaian 84,35% untuk bahan ajar. Desain alternatif sumber konsep dari satu unit materi belajar berupa modul pada matakuliah pembelajaran atau lebih sesuai dengan Botani Tinggi telah dapat dipergunakan isi rancangan modul tersebut. Hal ini dalam proses pembelajaran (termasuk sesuai dengan pernyataan Depdiknas kategori sangat layak, tidak perlu (2002) yaitu pengetahuan bukanlah direvisi). seperangkat konsep, materi dan Pengembangan modul sebagai salah kaidah-kaidah yang siap diambil dan satu alternatif sumber belajar mahasiswa diingat, tetapi manusia dapat yang diterapkan dapat dipergunakan mengkonstruksi pengetahuan tersebut dalam konsep materi matakuliah Botani dengan memberi makna melalui Tinggi, dimana modul yang pengalaman nyata. dikemabngkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi Berdasarkan penelitian yang telah perkuliahan. dilakukan, didapatkan produk berupa desain modul sebagai bahan ajar DAFTAR RUJUKAN dalam matakuliah Botani Tinggi di Program Studi Pendidikan Biologi Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar FKIP Universitas Islam Riau, terutama Evaluasi Pendidikan (Edisi pada materi tumbuhan nibung sebagai Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. maskot flora Propinsi Riau. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian Aqib, Z. 2013. Model-Model, Media, yang telah dilakukan sebelumnya yang dan Strategi Pembelajaran mendapatkan bahwa penggunaan Kontekstual (Inovatif). Bandung: modul mampu meningkatkan Penerbit Yrama Widya. pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi perkuliahan. Salah Baba, S., Chan, H.T dan Aksornkoae, satunya yaitu pada pembelajaran S. (2013). Useful Product from Embriologi (Hera, 2014). Selain itu, and other Coastal . ISME Mangrove Educational Book Series No. 3. Diagnostic Pre tes Score. Am. International Society for J.Phys. 70(2): 1259-1267. Mangrove Ecosystem (ISME). (Online), (http://www.physics. Okinawa, Japan and lateste.edu/per/does/addedum- International Tropical Timber _on_normalizegain.pdf). Organization (ITTO). Japan: Yokohama. Nurlia, A., H. Siahaan dan A. H. Lukman, 2013. Pola Ernawati, E. 2009. Etnobotani Pemanfaatan Pemasaran Nibung Masyarakat Suku Melayu di Sekitar Kawasan Taman Daratan (Studi Kasus Desa Aur Nasional Sembilang Provinsi Kuning Kec. Kampar Kiri Hulu Sumatera Selatan. Jurnal Kab. Kampar). Skripsi. Bogor: Penelitian Hutan Tanaman. IPB. 10(4): 241 – 251.

Hariani, S.A. 2009. Pengembangan Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Modul Pembelajaran Struktur Membuat Bahan Ajar Inovatif. dan Perkecambahan Biji Yogyakarta: Diva Press. Berbasis Kontekstual Konstruktivistik Bagi Saad, S., Z. Ahmad., M.H. Rani., Mahasiswa S1 Pendidikan M.F.A. Khodzuri., M.H. Yusof., Biologi Universitas Jember. N.M. Noor dan Y. Mukai. 2015. Jember: Disertasi Program Assessing the Potential of Pascasarjana Universitas Mangrove Educotourism to Jember. Marine Protected Area: A Case of Tioman and Tulai Islands, Indriyanti, N.Y dan E. Susilowati. Pahang, . Natural 2010. Pengembangan Modul. Resources. 6: 442-449. Solo: Universitas Sebelas Maret. Sadiman, dkk. 2012. Media Jamsari. 2008. Pengantar Pemuliaan, Pendidikan. Jakarta: Raja Landasan Genetis, Biologis dan Grafindo Persada. Molekuler. Pekanbaru: Unri Press. Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Kuni, B. E., G. Hardiansyah dan Standar Proses Pendidikan. Idham. 2015. Etnobotani Jakarta: Kencana. Masyarakat Suku Dayak Kerabat di Desa Tapang Perodah Stockwell, S.B. 2016. A Progressive Kecamatan Sekadau Hulu Reading, Writing, and Artistic Kabupaten Sekadau. Jurnal Module to Support Scientifc Hutan Lestari. 3(3): 383 – 400. Literacy. Journal of Microbiology & Biology Meltzer, D.E. 2002. The Relationship Education. 93-97. Between Mathemativs Preparation and Conceptual Suwastono. 2011. Pengembangan Learning Gain in Physics: a Pembelajaran E-Learning Possible Hidden Variabele in Berbasis Moodle pada Mata Kuliah Penginderaan Jauh S-1 Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang. Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang.

Swasti,. E. 2007. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Padang: Universitas Andalas.

Thiagarajan, Sivasailan. And others. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Washington DC: National Center for Improvement of educational.

Winantris, I., Syafri dan A.T. Rahardjo. 2012. Oncosperma tigillarium merupakan Bagian Palino Karakter Delta Plain di Delta Mahakam, Kalimantan. Bionatura Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan fisik. 14(3):228-236.

Wulandari, S. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Materi Fotosintesis pada Mata Kuliah Ekofisiologi Tumbuhan Berbasis Riset. Prosiding Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi. Surakarta: UNS.