RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

BAB II GAMBARANN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1953 dengan luas wilayah 29.842,00 km2 atau 2.984.200 Ha, dengan letak geografis antara 111,40o – 111,10o Bujur Timur dan antara 0,50o Lintang Utara – 1,40o Lintang Selatan.

O I O I O I O I O I O I 109 00 110 00 111 00 112 00 113 00 114 00 a n u t a 2O N 2O

t L A u A Y S I a M A

L S SAMBAS - A R A W A K SINGKAWANG O O 1 BENGKAYANG 1 PUTUSSIBAU PROPINSI P. Lemukutan TIMUR

NGABANG P. Temajo

MEMPAWAH SANGGAU

0O SINTANG 0O

H G A T E N A N A N T L I M P. Maya A P. Penebangan I K N S P I R O P. Pelapis P

P. Buan

P. Karimata P. Serutu KETAPANG

2O 2O

S

e

l a t

K a

O r O 3 i 3 m a t a

109O 00 I 110O 00 I 111O 00 I 112O 00 I 113O 00 I 114O 00 I Gambar 2.1 Lokasi Kabupaten Kapuas Hulu

II - 1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut: . Sebelah utara dengan Sarawak ( Timur) . Sebelah Barat dengan Kabupaten Sintang . Sebelah Selatan dengan Kabupaten Sintang . Sebelah Timur dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah

Dengan batas wilayah seperti tercantum di atas, luas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu setara dengan 20,33% dari luas Propinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan yang mencapai 146.807 km2. Selanjutnya, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 343 Tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1996, luas wilayah pemerintahan Kabupaten Kapuas Hulu ditetapkan menjadi 23 wilayah Kecamatan yaitu: Kecamatan Putussibau Utara, Kecamatan Putussibau Selatan, Kecamatan Bika, Kecamatan Kalis, Kecamatan Mentebah, Kecamatan Boyan Tanjung, Kecamatan Pengkadan, Kecamatan Hulu Gurung, Kecamatan Seberuang, Kecamatan Semitau, Kecamatan Suhaid, Kecamatan Selimbau, Kecamatan Jongkong, Kecamatan Bunut Hilir, Kecamatan Bunut Hulu, Kecamatan Embaloh Hilir, Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Batang Lupar, Kecamatan Badau, Kecamatan Empanang, Kecamatan Puring Kencana, Kecamatan Silat Hilir, dan Kecamatan Silat Hulu. Sementara itu, secara administrasi Kab. Kapuas Hulu dibagi menjadi 4 wilayah Kelurahan, 278 Desa dan 568 Dusun. Adapun persebaran wilayah Kecamatan di Kab. Kapuas Hulu dapat dilihat pada Tabel 2.1

II - 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Gambar 2.2 Peta Kabupaten Kapuas Hulu

II - 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Tabel 2.1 Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa dan Kelurahan Di Kabupaten Kapuas Hulu Jumlah Kecamatan Ibukota Desa/Kelurahan 1 Putussibau Utara Putussibau 19 2 Putussibau Selatan Kedamin 16 3 Bika Bika 8 4 Kalis Na. Kalis 17 5 Mentebah Na. Mentebah 8 6 Boyan Tanjung Boyan Tanjung 16 7 Pengkadan Menendang 11 8 Hulu Gurung Na. Tepuai 15 9 Seberuang Sejiram 15 10 Semitau Semitau 12 11 Suhaid Na. Suhaid 11 12 Selimbau Selimbau 17 13 Jongkong Jongkong 14 14 Bunut Hilir Na. Bunut 11 15 Bunut Hulu Na. Bunut 15 16 Embaloh Hilir Na. Embaloh 9 17 Embaloh Hulu Ba. Martinus 10 18 Batang Lupar Lanjak 10 19 Badau Na. Badau 9 20 Empanang Na. Kantuk 6 21 Puring Kencana Sei. Antuk 6 22 Silat Hulu Na. Silat 13 23 Silat Hilir Na. Dangkan 14 Jumlah 282 Sumber : Data Pokok Tahun 2013

2.1.1 Profil Geografi Secara keseluruhan Kabupaten Kapuas Hulu merupakan daerah yang telah mengalami pengikisan dan sudah tua, yang ditandai dengan tepian tebing sungai yang kecil dan berbelok-belok. Morfologi daerah Kabupaten Kapuas Hulu umumnya berbentuk wajan (kuali) yang terdiri dari daratan rendah/cekung yang terendam air serta daerah danau dan rawa-rawa yang berair cukup dalam.

II - 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Sebagian daerah memiliki kawasan danau dan rawa-rawa berair dalam, sedangkan dataran rendah yang bukan danau terendam dua kali setahun selama setengah sampai enam bulan. Pada dataran tinggi diselingi rawa-rawa memanjang tetapi sempit atau diselingi oleh bukit kecil. Kabupaten Kapuas Hulu umumnya beriklim tropis dengan temperatur udara rata-rata perbulan berkisar antara 22,9oC sampai 33,5oC, kelembaban nisbi rata-rata perbulan 84,6%, intensitas penyinaran matahari adalah 38%. Curah hujan yang cukup tertinggi terjadi pada Mei (547,6 mm) dan curah hujan yang rendah antara bulan Agustus (222,2 mm). Luas hutan di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai luas 2.446.148 Ha, yang terdiri dari Taman Nasional 925.134 ha; hutan lindung 834.140 ha; hutan produksi terbatas 485.495 ha; hutan produksi konservasi 109.065 ha; hutan produksi biasa 174.440 ha.

2.1.2 Profil Demografi Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan suatu daerah yang sangat penting dan berpotensi secara ekonomi. Besarnya jumlah penduduk berarti banyak tenaga kerja yang tersedia. Akan tetapi besar secara kuantitas saja tidak cukup membantu bagi peningkatan pembangunan, karena tidak akan bermanfaat jika tidak diimbangi kualitas yang baik. a. Jumlah Penduduk dan Sebarannya Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai 247.306 jiwa yang menyebar di 23 kecamatan. Jumlah KK mencapai 67.156 kk. Dengan luas wilayah yang mencapai 29.842 km2, Kapuas Hulu mempunyai kepadatan penduduk sebesar 8,29 jiwa/km2. Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Putussibau Utara, Putussibau Selatan dan Silat Hilir yang masing- masing mempunyai jumlah penduduk 28.416, 18.942 dan 17.893 jiwa.

II - 5 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Tabel 2.1 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2013

Luas Jumlah Kepadatan Kecamatan (km2) (jiwa) (jiwa/km2) 01 Putussibau Utara 4.122 28.416 6,89 02 Putussibau Selatan 5.352,3 18.942 3,54 03 Bika 1.069 6.567 6,14 04 Kalis 1.184 14.123 11,93 05 Mentebah 781,26 10.430 13,35 06 Boyan Tanjung 824 12.560 15,24 07 Pengkadan 531,20 8.923 16,80 08 Hulu Gurung 432,90 13.750 31,76 09 Seberuang 573,80 10.732 18,70 10 Semitau 562,70 8.323 14,79 11 Suhaid 620,56 9.266 14,93 12 Selimbau 999,24 14.454 14,46 13 Jongkong 422,50 10.933 25,88 14 Bunut Hilir 844,10 9.139 10,83 15 Bunut Hulu 1.118,14 12.408 11,10 16 Embaloh Hilir 1.869,10 5.598 3 17 Embaloh Hulu 3.457,60 5.697 1,65 18 Batang Lupar 1.332,9 5.679 4,26 19 Badau 700 6.317 9,02 20 Empanang 357,25 3.229 9,04 21 Puring Kencana 448,55 2.520 5,62 22 Silat Hilir 1.177,10 17.893 15,20 23 Silat Hulu 1.061,80 11.407 10,47 Sumber :Data Pokok 2013 Kab. Kapuas Hulu

Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi adalah kecamatan Hulu Gurung yang mencapai 31,76 jiwa/km2 disusul oleh kecamatan Jongkong 25,88 jiwa/km2. b. Komposisi Umur dan Angka Ketergantungan Struktur umur penduduk Kapuas Hulu masih berada pada struktur umur "muda”. Kelompok umur anak-anak (15 tahun ke bawah) dan kelompok umur muda (20-39 tahun) komposisinya terlihat relatif lebih besar dibanding kelompok lainnya.

II - 6 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Dibawah ini ditampilkan data jumlah dan sex ratio penduduk bersumber dari Kapuas Hulu Dalam Angka Tahun 2013.

Tabel 2.2 Jumlah dan Sex Ratio Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Jumlah penduduk Kecamatan Sex ratio Laki-laki Perempuan Jumlah

01 Silat Hilir 8.865 8.122 16.987 109,15 02 Silat Hulu 5.524 5.211 10.735 106,01 03 Hulu Gurung 6.206 6.133 12.339 101,19 04 Bunut Hulu 6.603 6.286 12.889 105,04 05 Mentebah 4.575 4.330 8.905 105,66 06 Bika 2.163 2.065 4.228 104,75 07 Kalis 6.040 5.724 11.764 105,52 08 Putussibau Selatan 6.538 6.300 12.838 103,78 09 Embaloh Hilir 2.739 2.630 5.369 104,14 10 Bunut Hilir 4.206 4.228 8.434 99,48 11 Boyan Tanjung 5.335 4.948 10.283 107,82 12 Pengkadan 3.979 3.980 7.959 99,97 13 Jongkong 4.937 4.970 9.907 99,34 14 Selimbau 5.059 5.059 10.118 100,00 15 Suhaid 4.146 3.966 8.112 104,54 16 Seberuang 5.336 4.978 10.314 107,19 17 Semitau 4.039 3.953 7.992 102,18 18 Empanang 1.442 1.416 2.858 101,84 19 Puring Kencana 1.157 1.057 2.214 109,46 20 Badau 2.711 2.492 5.203 108,79 21 Batang Lupar 2.245 2.307 4.552 97,31 22 Embaloh Hulu 2.325 2.350 4.675 98,94 23 Putussibau Utara 12.252 11.485 23.737 106,68 2010 113.452 108.708 222.160 104,36 2009 113.603 109.290 222.893 103,95 2008 111.925 106.880 218.804 104,72 2007 110.463 103.297 213.760 106,94 2006 107.961 100.954 208.915 106,94 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

II - 7 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Komposisi umur penduduk Kapuas Hulu pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

 Kelompok anak-anak (usia < 15 tahun) : 31,47 %  Kelompok remaja (usia 15 – 19 tahun) : 8,17 %  Kelompok muda (usia 20 – 39 tahun) : 35,14 %  Kelompok dewasa (usia 40 – 54 tahun) : 16,75 %  Kelompok tua (usia 55 – 64 tahun) : 5,26 %  Kelompok Lansia (usia > 65 tahun) : 3,22 %

Tabel 2.3 Persentase Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + (%) (%) Perempuan (%) 0 – 4 10,07 10,11 10,09 5 – 9 11,31 11,27 11,29 10 – 14 10,04 10,15 10,09 15 – 19 8,01 8,33 8,17 20 – 24 8,23 8,59 8,41 25 – 29 9,68 9,90 9,79 30 – 34 9,20 8,78 8,99 35 – 39 8,18 7,70 7,95 40 – 44 7,08 6,78 6,93 45 - 49 5,52 5,37 5,45 50 – 54 4,37 4,37 4,37 55 – 59 3,05 2,94 2,99 60 – 64 2,17 2,38 2,27 65 – 69 1,53 1,55 1,54 70 – 74 0,84 0,97 0,91 > 75 0,71 0,82 0,77 Jumlah/Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2013

Perbandingan jumlah penduduk antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan di Kapuas Hulu pada tahun 2013 adalah 103,95. Ini berarti jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada penduduk perempuan, dimana

II - 8 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

perbandingannnya adalah pada setiap 100 orang perempuan terdapat 103 - 104 laki-laki. Sedangkan jika dilihat angka rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk antara usia non produktif (usia < 15 tahun ditambah usia > 65 tahun) terhadap usia produktif (15 – 64 tahun)adalah sebagai berikut:

-anak : 48,19 %

93 %

53,12 %

Dengan demikian, pada tahun 2013 setiap 100 orang berusia produktif di Kapuas Hulu secara rata-rata terbebani oleh sekitar 53 – 54 orang berusia tidak produktif (terdiri atas 4 - 5 orang lansia dan 48 – 49 orang anak-anak).

2.1.3 Profil Sosial Budaya Aspek Sosial Budaya yang penting dalam perencanaan pembangunan daerah diantaranya adalah kondisi mengenai kependudukan dan tenaga kerja, kondisi kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, agama dan kebudayaan. Untuk menjamin desentralisasi berjalan untuk kepentingan masyarakat adalah dengan membuat kesepakatan sosial baru (new social contract) dimana masyarakat berhak atas suatu standar pembangunan manusia yang meliputi tiga dimensi dasar, yakni lama hidup, pengetahuan dan standar hidup yang dikur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan dengan varitas daya beli, yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM). a. Ketenagakerjaan Sektor Pertanian masih andalan sebagai mata pencarian di Kabupaten Kapuas Hulu. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS 2013), pada tahun 2013 persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang bekerja, penduduk yang bekerja disektor Pertanian mencapai 75,92 %, kemudian disusul Sektor Lembaga Keuangan, Jasa dan Lainnya sebesar 10,65 %, serta sektor - sektor lain.

II - 9 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Tabel 2.4 Persentase Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2013 Persentase Jenis Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Pertanian 69,89 78,17 73,40 Pertambangan dan Penggalian 6,37 0,00 3,67 Industri Pengolahan 0,79 3,06 1,75 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,28 0,00 0,16 Konstruksi 4,86 0,00 2,80 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,91 9,38 6,80 Transportasi dan Komunikasi 1,19 0,08 0,72 Lembaga Keuangan, Jasa dan Lainnya 11,71 9,31 10,69 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2013 b. Pendidikan Titik berat pembangunan pendidikan mengutamakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar dan menengah, perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan kejuruan sekolah lanjutan tingkat atas serta pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun sesuai dengan perkembangan tuntutan pembangunan dan potensi daerah. Dalam pembangunan pendidikan seluruh modal dasar pembangunan didayagunakan, terutama penduduk yang besar jumlahnya sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan nasional. Salah satu usaha Pemerintah maupun swasta di bidang pendidikan dalam mengimbangi pertambahan penduduk, khususnya usia muda adalah dengan menyediakan sarana fisik pendidikan dan tenaga guru yang memadai. Hal ini perlu terus dilanjutkan untuk keberhasilan pelaksanaan pendidikan kita. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah Taman Kanak-kanak (TK) yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu tercatat sebanyak 38, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 425 sekolah, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 104 sekolah dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 33 sekolah. Lebih

II - 10 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1.1. Jumlah murid yang terdaftar untuk tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 856 murid Taman Kanak-Kanak – jumlah ini mengalami penurunan sebesar 29 murid (atau setara dengan 3,28 %) dari tahun ajaran 2012/2013, Sekolah Dasar sebanyak 31.304 murid (bertambah 1.155 orang atau turun sebesar 3,83% dari tahun ajaran sebelumnya), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 8.450 murid (berkurang 52 siswa atau menurun 0,61 % dari tahun ajaran 2011/2012). Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 3.022 murid– jumlah ini mengalami penurunan sebesar 29,34 % atau sebanyak 1.255 murid jika dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya. Juga tercatat jumlah guru yang mengajar untuk Sekolah Dasar sebanyak 3.043 orang, guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 853 orang dan guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas jumlahnya 481 orang pada tahun ajaran 2012/2013, sedangkan untuk guru Taman Kanak-Kanak yang tercatat pada Dinas Pendidikan pada tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 85 orang guru.

Tabel 2.6 Jumlah Sekolah Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010/2011

Sekolah Dasar Kecamatan TK Negeri Swasta Ibtidaiyah

01 Silat Hilir 2 31 0 1 02 Silat Hulu 2 31 0 4 03 Hulu Gurung 3 21 0 2 04 Bunut Hulu 2 18 0 1 05 Mentebah 1 12 0 0 06 Bika 1 10 0 1 07 Kalis 1 25 0 2 08 Putussibau Selatan 2 29 0 0 09 Embaloh Hilir 1 11 0 1 10 Bunut Hilir 2 14 0 1 11 Boyan Tanjung 2 18 0 2 12 Pengkadan 1 16 0 1 13 Jongkong 1 17 0 1 14 Selimbau 2 22 0 0 15 Suhaid 2 12 0 0 16 Seberuang 1 16 0 0 17 Semitau 2 11 1 0

II - 11 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

18 Empanang 1 11 0 0 19 Puring Kencana 0 9 0 0 20 Badau 1 11 0 1 21 Batang Lupar 1 15 0 0 22 Embaloh Hulu 1 15 0 0 23 Putussibau Utara 6 28 2 1 Jumlah 38 403 3 19 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Kapuas Hulu ditujukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan 4 (empat) sasaran berupa peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan, peningkatan penguasaan Iptek, peningkatan apresiasi seni dan budaya daerah serta peningkatan pembinaan pemuda dan olah raga. Pada sub sektor pendidikan formal di Kabupaten Kapuas Hulu selama periode lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang relatif meningkat khususnya dari aspek kualitas maupun kuantitas prasarana dan sarana baik yang menyangkut jumlah sekolah, ruang kelas, guru atau tenaga pengajar serta siswa atau murid.

Tabel 2.6 (Lanjutan) SMTP M. Tsanawiyah Jumlah Kecamatan Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

01 Silat Hilir 6 0 0 1 6 1 02 Silat Hulu 4 0 0 5 4 5 03 Hulu Gurung 5 1 0 2 5 3 04 Bunut Hulu 5 0 0 0 5 0 05 Mentebah 2 0 0 0 2 0 06 Bika 1 0 0 0 1 0 07 Kalis 4 0 0 0 4 0 08 Putussibau Selatan 8 0 0 0 8 0 09 Embaloh Hilir 2 0 0 1 2 1 10 Bunut Hilir 2 0 1 0 3 0 11 Boyan Tanjung 5 0 0 0 5 0 12 Pengkadan 3 0 0 2 3 2 13 Jongkong 5 0 1 1 6 1 14 Selimbau 6 0 0 1 6 1 15 Suhaid 3 0 0 1 3 1 16 Seberuang 2 0 0 0 2 0 II - 12 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

17 Semitau 2 0 0 0 2 0 18 Empanang 2 0 0 0 2 0 19 Puring Kencana 2 0 0 0 2 0 20 Badau 3 0 0 1 3 1 21 Batang Lupar 2 0 0 0 2 0 22 Embaloh Hulu 3 0 0 0 3 0 23 Putussibau Utara 4 4 1 0 5 4 Jumlah tahun 2010 81 5 3 15 84 20 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Tabel 2.6 (Lanjutan)

SMU SMK M. Aliyah Jumlah Kecamatan Negeri Swas Neg Swast Neger Swasta Neg Swast ta eri a i eri a 01 Silat Hilir 1 0 0 1 0 0 1 1 02 Silat Hulu 1 0 0 0 0 0 1 0 03 Hulu Gurung 1 0 0 0 0 1 1 1 04 Bunut Hulu 1 1 0 0 0 0 1 1 05 Mentebah 1 0 0 0 0 0 1 0 06 Bika 1 0 0 0 0 0 1 0 07 Kalis 1 0 0 0 0 0 1 0 08 Putussibau Selatan 1 0 2 0 0 0 3 0 09 Embaloh Hilir 1 0 0 0 0 0 1 0 10 Bunut Hilir 1 0 0 0 0 0 1 0 11 Boyan Tanjung 1 0 0 0 0 0 1 0 12 Pengkadan 1 0 0 0 0 0 1 0 13 Jongkong 1 0 0 0 0 1 1 1 14 Selimbau 2 0 0 0 0 0 2 0 15 Suhaid 1 0 0 0 0 0 1 0 16 Seberuang 1 0 0 0 0 0 1 0 17 Semitau 1 0 0 0 0 0 1 0 18 Empanang 1 0 0 0 0 0 1 0 19 Puring Kencana 1 0 0 0 0 0 1 0 20 Badau 1 0 0 0 0 0 1 0 21 Batang Lupar 1 0 0 0 0 0 1 0 22 Embaloh Hulu 1 0 0 0 0 0 1 0 23 Putussibau Utara 1 3 0 0 0 0 1 3 Jumlah 24 4 2 1 0 2 26 7 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011 c. Kesehatan Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, meningkatkan II - 13 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat. Untuk melihat dan menilai kinerja sektor kesehatan di daerah Kapuas Hulu dapat dilihat melalui perkembangan beberapa indikator, diantaranya yakni: perkembangan sarana prasarana kesehatan, tenaga kesehatan dan indikator derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu. Kebijakan pemerintah dibidang kesehatan berupa penyediaan berbagai sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Adanya partisipasi yang aktif, baik dari pihak masyarakat maupun pihak swasta turut mendukung peningkatan upaya pembangunan dan pengembangan sektor kesehatan ini. Salah satu bentuk partisipasl aktif dari masyarakat tersebut adalah semakin banyaknya Jumlah Posyandu yang tumbuh dan tersebar hampir merata dl seluruh wilayah desa/kecamatan. Sedangkan peran serta pihak swasta terlihat dari adanya usaha-usaha pengembangan fasilitas kesehatan berupa penyediaan apotek-apotek dan toko obat yang cukup.

Tabel 2.7 Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010 Pelayanan Kesehatan Kecamatan Puskesmas Rumah Sakit Umum Puskesmas Pembantu 01 Silat Hilir - 1 8 02 Silat Hulu - 1 4 03 Hulu Gurung - 1 3 04 Bunut Hulu - 1 4 05 Mentebah - 1 3 06 Bika - 1 1 07 Kalis - 1 5 08 Putussibau Selatan - 1 9 09 Embaloh Hilir - 1 3 10 Bunut Hilir - 1 2 11 Boyan Tanjung - 1 5 12 Pengkadan - 1 3 13 Jongkong - 1 3 14 Selimbau - 1 6 II - 14 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

15 Suhaid - 1 2 16 Seberuang - 1 4 17 Semitau - 1 2 18 Empanang - 1 1 19 Puring Kencana - 1 3 20 Badau - 1 3 21 Batang Lupar - 1 2 22 Embaloh Hulu - 1 5 23 Putussibau Utara 1 1 5 Jumlah 1 23 86 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Meskipun demikian, kurangnya jumlah fasilitas kesehatan dan pengaruh faktor fisik geografis Kabupaten Kapuas Hulu yang begitu luas yang berdampak terhadap akses ke pusat pelayanan kesehatan. Kapuas Hulu dengan luas 29.842 km2 sampai saat ini masih dilayani oleh satu Rumah Sakit, yakni RSUD dr. Achmad Diponegoro yang berlokasi di ibukota kabupaten. Sedangkan tenaga dokter umum telah disebar pada masing-masing kecamatan yang ada tergambar pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.8 Jumlah Tenaga Dokter Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010

Dokter Kecamatan Jumlah Spesialis Umum Gigi 01 Silat Hilir - 1 - 1 02 Silat Hulu - 1 - 1 03 Hulu Gurung - 1 - 1 04 Bunut Hulu - 1 - 1 05 Mentebah - - - - 06 Bika - - - - 07 Kalis - 1 - 1 08 Putussibau Selatan - 2 1 3 09 Embaloh Hilir - 1 - 1 10 Bunut Hilir - 1 - 1 11 Boyan Tanjung - 1 - 1 12 Pengkadan - - - - 13 Jongkong - 2 - 2 14 Selimbau - 1 - 1 15 Suhaid - - - - 16 Seberuang - 1 - 1 17 Semitau - 2 - 2

II - 15 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

18 Empanang - 1 - 1 19 Puring Kencana - - - - 20 Badau - 1 - 1 21 Batang Lupar - 1 - 1 22 Embaloh Hulu - 1 - 1 23 Putussibau Utara 4 3 - 7 Jumlah 4 23 1 28 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Kekurangan tenaga dokter dan sarana kesehatan berupa rumah sakit dan puskesmas ini berusaha dilengkapi dengan dibangunnya posyandu-posyandu serta pengadaan Kader Kesehatan dan Bidan PTT di seluruh wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Kecuali bidan PTT, jumlah posyandu, kader kesehatan mengalami pertambahan dari tahun ke tahun, dimana dengan ini rentang pelayanan kesehatan dapat lebih panjang dan menjangkau penduduk miskin di pedalaman wilayah.

Tabel 2.9 Jumlah Pos Yandu, Kader Kesehatan dan Bidan PTT di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010

Kader Bidan Kecamatan Pos Yandu Jumlah Kesehatan PTT

01 Silat Hilir 15 81 2 98 02 Silat Hulu 14 128 2 144 03 Hulu Gurung 23 146 2 171 04 Bunut Hulu 21 84 2 107 05 Mentebah 9 55 2 66 06 Bika 10 45 - 55 07 Kalis 19 77 4 100 08 Putussibau Selatan 12 71 2 85 09 Embaloh Hilir 11 55 1 67 10 Bunut Hilir 19 152 2 173 11 Boyan Tanjung 17 49 3 69 12 Pengkadan 15 92 2 109 13 Jongkong 20 94 3 117 14 Selimbau 18 100 2 120 15 Suhaid 11 76 1 88 16 Seberuang 13 46 1 60 17 Semitau 13 117 2 132

II - 16 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

18 Empanang 6 26 1 33 19 Puring Kencana 6 31 - 37 20 Badau 7 30 3 40 21 Batang Lupar 9 39 1 49 22 Embaloh Hulu 12 55 - 67 23 Putussibau Utara 21 86 3 110 JUMLAH 321 1.735 41 2.097 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

2.1.4 Perekonomian Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dijadikan indikator tingkat kemajuan suatu daerah. PAD Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2010 bernilai Rp. 20.616.170.859,00 yang bersumber dari : - penerimaan pemerintah sektor pajak : Rp. 838.293.166,00 - retribusi : Rp. 6.280.755.561,00 - hasil pengelolaan kekayaan daerah : Rp. 3.614.431.369,00 yang dipisahkan - penerimaan lainnya : Rp. 9.882.690.763,00

Berikut rincian Realisasi penerimaan daerah otonom Kab. Kapuas Hulu pada tahun 2010.

Tabel 2.7 Realisasi Penerimaan Daerah Otonom Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Anggaran 2010 Uraian Realisasi Tahun 2010 Penerimaan (Rupiah) 1. Pendapatan Asli daerah a. Pajak daerah 838.293.166,00 b. Retribusi daerah 6.280.755.561,00 c. Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3.614.431.369,00 d. penerimaan lain PAD yang sah 9.882.690.763,00 2. Dana Perimbangan a. bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 65.266.098.253,00 b. DAU 546.078.567.000,00 c. DAK 54.970.000.000,00

II - 17 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

3. Lain lain pendapatan daerah yang sah 7.883.960.000,00 a. Pendapatan Hibah 15.203.367,00 b. Dana Darurat - c. Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintah 9.484.773.116,00 daerah lainnya d. Dana penyesuaian dan otonomi khusus 70.531.959.131,00 e. Bantuan keuangan dari propinsi/pemerintah daerah 10.329.000.000,00 lainnya JUMLAH 777.291.771.726,00 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Tabel 2.8 Realisasi Pengeluaran Daerah Otonom Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Anggaran 2010 Uraian Realisasi Tahun 2010 (Rupiah)

Belanja daerah 1. Belanja Tidak langsung a. belanja pegawai 251.400.164.984,00 b. belanja bunga - c. belanja subsidi - d. belanja hibah 13.227.156.253,00 e. belaja bantuan sosial 19.873.272.000,00 f. belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan - pemerintahan desa g. belanja bantuan keuangan kepada prov/kab/kota 42.785.910.000,00 dan pemerintahan desa h. Belanja tak terduga 3.392.968.958,00 2. belanja langsung a. belanja pegawai 20.514.858.050,00 b. belanja barang dan jasa 178.361.491.028,00 c. belanja modal 223.504.543.050,00 JUMLAH 753.060.364.323,00 Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Keadaan perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu dapat dilihat dari Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB), yang di dalamnya dapat terlihat II - 18 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

sumbangan masing-masing sektor terhadap perekonomian. Walaupun terjadi penurunan kontribusi setiap tahunnya, sektor pertanian masih tetap menjadi leading sector dari sektor-sektor lainnya pada tahun 2010.

Pertanian

Rp63.016,82 Rp115.447,49 Pertambangan dan Penggalian Rp46.400,16

Industri Pengolahan Rp506.744,45 Rp217.355,72 Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Rp15.685,19 Restoran Rp172.791,47 Rp4.370,12 Rp40.200,02 Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber : Data Pokok Kab. Kapuas Hulu Tahun 2011

Gambar 2.1 Kontribusi Sektor Perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu

Salah satu cara untuk melihat tingkat kemakmuran suatu daerah adalah dengan melihat pendapatan perkapita di daerah tersebut. Pendapatan perkapita ini diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat dari tahun 2006 sampai 2010, apabila dinilai dengan rupiah, nilai PDRB perkapita Kapuas Hulu menunjukkan trend yang terus naik. Akan tetapi bila dinilai dengan kurs dollar Amerika Serikat, PDRB perkapita kabupaten Kapuas Hulu angkanya cukup berfluktuatif. Hal ini disebabkan oleh berfluktuatifnya juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

II - 19 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Tabel 2.9 Nilai PDRB per kapita Kab. Kapuas Hulu Tahun 2006-2010

Penduduk PDRB per kapita (berlaku) Kurs Tengah US$ Tahun Pertengahan thd Rupiah di BI Tahun Rp. US$ (1) (2) (3) (4) (5) 2006 202.502 7.454.262,19 826,41 9.020 2007 207.199 8.047.729,18 854,41 9.419 2008 212.088 9.080.347,25 829,26 10.950 2009 216.051 9.864.061,38 1.049,37 9.400 2010 222.160 10.680.465,73 1.176,52 9.078 Sumber : Data Pokok Kab. Kapuas Hulu Tahun 2011

Nilai PDRB Kabupaten Kapuas Hulu dihitung berdasarkan harga konstan 2000. Untuk tahun 2010 mencapai Rp. 10.680.465,73 bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp. 7.454.262,19 berarti mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.226.203,54 Hal ini menunjukkan bahwa secara riil perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu dapat tumbuh dengan cukup baik.

Tabel 2.10 PDRB Harga Berlaku Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)

No Sektor PDRB Tahun 2010 1 Pertanian 506.744,45 2 Pertambangan & Penggalia n 15.685,19 3 Industri Pengolahan 40.200,02 4 Listrik & Air Minum 4.370,12 5 Bangunan 172.791,47 6 Perdagangan, Hotel&Restora n 217.355,72 7 Pengangkutan & Komunikas i 46.400,16 8 Keuangan 63.016,82 9 Jasa 115.447,49 Sumber : Data Pokok Kab. Kapuas Hulu Tahun 2011

II - 20 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

2.2 Kondisi prasarana Bidang PU/Cipta Karya 2.2.1 Sub Bidang Air Minum

Seperti halnya kebutuhan terhadap energi listrik dan bahan bakar, hal serupa terjadi juga pada kebutuhan akan air bersih yang mengalami peningkatan sebagai dampak dari peningkatan kegiatan pembangunan khususnya di sektor industri. Adapun sistem pelayanan sarana air bersih di Kapuas Hulu hingga tahun 2009 tercatat baru dilayani dan dikelola oleh 1 (satu) perusahaan Air Minum (PDAM) dengan sumber air baku dari air sungai yang baru menjangkau Kota Putussibau sebagai Ibukota Kabupaten dan beberapa kecamatan saja. Penduduk lainnya dikota-kota kecamatan umumnya menggunakan air Sungai Kapuas sebagai sumber air utama untuk keperluan sehari-hari disamping Juga mengandalkan air hujan dan sebagian kecil saja menggunakan air tanah dengan membuat sumur-sumur dangkal. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa tercatat sebagian besar penduduk di Kabupaten Kapuas Hulu mengandalkan sumber air minum yang berasal dari air di sepanjang aliran sungai Kapuas, yakni hampir 70% dari seluruh penduduk di Kapuas Hulu. Sementara pemanfaatan sumber air ledeng yang dikelola oleh PDAM hanya sebesar 19,37 % dari seluruh jumlah pengguna atau penduduk yang membutuhkan air minum. Perusahaan pengelola air minum yang ada saat ini menggunakan sumber air baku yakni dari sumber air sungai Kapuas yang selanjutnya dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk memperoleh kualitas air minum yang benar-benar terjamin kemurnian dan higienisnya sebelum didistribusikan kepada masyarakat berupa air bersih dan air minum.

II - 21 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Gambar 2.2 Banyaknya pelanggan air minum menurut jenis pelanggan tahun 2010

Tabel 2.12 Volume Air Yang Disalurkan PDAM Kabupaten Kapuas Hulu Volume Yang Disalurkan (m3) Jenis Pelanggan 2008 2009 2010 1. Rumah Tinggal 1.583.590 1.638.883 1.626.384 2. Hotel/ Obyek Wisata 20.638 27.300 27.598 3. Rumah Sakit 47.150 61.347 56.313 4. Rumah Ibadah 12.369 14.687 10.416 5. Instansi Pemerintahan 46.161 60.602 70.936 6. Perusahaan / 124.587 191.315 192.922 Pertokoan 7. Industri besar 1.316 1.399 891 8. Pelabuhan 643 770 810 9. Kebocoran 745.527 882.410 - Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

II - 22 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

2.2.2 Sub Bidang Persampahan

Secara umum kondisi kebersihan di kawasan permukiman rakyat di Kabupaten Kapuas Hulu masih kurang memenuhi standar kesehatan. Hal ini antara lain disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan serta kemampuan ekonomi masyarakat. Pengelolaan sampah secara terpadu masih jauh dari yang diharapkan, bahkan di ibukota kabupaten. Volume sampah yang dihasilkan penduduk Kota Putussibau, misalnya, setiap harinya belum diketahui secara pasti, karena keterbatasan data dan tidak adanya sistem pendataan dan belum pernah dilakukannya studi tentang persampahan di Kota Putussibau. Oleh karena itu, perhitungan volume sampah didasarkan pada standar BNA yang menetapkan bahwa produksi sampah domestik berkisar antara 2,0 sampai 2,2 liter perorang perhari sedangkan sampah domestik sekitar 1,0 liter perorang perhari. Perhitungan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.13 menunjukkan peningkatan pelayanan dari 60 % pada tahun 2006 menjadi 80 % penduduk (2010) untuk sampah domestik, sementara sampah komersial akan dilayani 100 % sejak akhir 5 tahun pertama.

Tabel 2.13 Perhitungan Produksi Sampah Kota Putussibau Tahun 2010 Uraian Tahun 2006 Tahun 2008 Tahun 2010 Jumlah penduduk 13.204 14.080 15.050 Jumlah penduduk Terlayani 7.924 9.657 12.020 Prosentase Penduduk Terlayani 240,00 280,00 270,00 Prod Sampah Domestik (m3/hr) 272,60 301,23 32,67 Prod Sampah Non Domestik (m3/hr) 212,20 14,06 15,05 Prod Sampah Total (m3/hr) 42,04 45,06 48,14 Vol. Sampah Domestik Terlayani (m3/hr) 17,44 15,61 26,27 Vol. Sampah Tertangani (m3/hr) 30,61 35,75 41,55

Sumber : RDTRK Putussibau Tahun 2005-2010

II - 23 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Dalam pengembangan sistem pembuangan sampah, beberapa hal perlu diperhatikan yakni; 1. Sistem pengumpulan 2. Sistem pengangkutan 3. Penampungan sementara (transfer station) 4. Pembuangan akhir 5. Pengolahan sampah tertentu

Untuk daerah permukiman yang teratur di mana semua persil menghadap jalan, sampah-sampah rumah tangga dapat dikumpulkan secara door to door oleh petugas dengan gerobak. Sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara (transfer station) yang terdapat pada pusat-pusat permukiman. Selanjutnya, truk pengangkut mengumpulkan sampah dari semua transfer station yang ada dan diangkut menuju tempat pembuangan akhir. Di tempat pembuangan akhir ini sampah dipisahkan dan diolah dengan metode pembakaran, dumping. dan lain-lain. Untuk daerah permukiman yang teratur dimana persil-persil rumah tidak selalu menghadap jalan dan penggunaan gerobak tidak memungkinkan, pengumpulan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga ke bak-bak pembuangan sementara di mulut-mulut gang atau di tengah-tengah kumpulan beberapa rumah yang letaknya dekat dangan jalan lingkungan yang dapat dilalui truk pengangkut. Dari tempat pembuangan sementara ini truk pengangkut membawa sampah ke tempat pembuangan akhir. Untuk daerah perdagangan dan komersial dengan kepadatan bangunan sangat tinggi. pengumpulan sampah dari bangunan-bangunan dilakukan dengan sistem pewadahan sampah berupa kantong plastik yang kemudIan dikumpulkan oleh petugas dengan gerobak dan diangkut menuju bak pengumpul sementara. Selanjutnya, truk pengangkut membawanya ke tempat pembuangan akhir. Sampah jalan, taman dan saluran dikelola oleh petugas kebersihan kota dinaikkan ke gerobak untuk

II - 24 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

dibawa ke tempat pembuangan sementara atau langsung ke truk pengangkut untuk selanjutnya dikirim ke tempat pembuangan akhir. Beberapa rumah tangga dengan halaman yang cukup luas bisa mengolah sampahnya sendiri dengan menimbunnya di dalam tanah atau dengan pembakaran. Dengan sistem pembuangan sampah tersebut, perlu disediakan 1. bak-bak sampah di masing-masing rumah tangga, instansi dan bangunan lain penghasil sampah 2. bak-bak pembuangan sementara yang mampu menampung sampah beberapa rumah tangga / bangunan lain. Bila satu bak sampah sementara berkapasitas 6 meter kubik dengan frekuensi pengangkutan oleh truk pengangkut dua hari sekali, maka hingga akhir tahun rencana, sesuai dengan Tabel 2.13, Kota Putussibau diperkirakan perlu menyediakan 14 buah bak pembuangan sementara (TPS) baik untuk melayani sampah domestik maupun non domestik. 3. truk pengangkut sampah yang penentuan jumlahnya djtentukan oleh faktor kapasitas angkut, waktu tempuh dalam sekali angkut, lama operasi perhari dan kemampuan keuangan pemerintah. 4. kawasan tempat pembuangan akhir yang luasnya ditentukan berdasarkan jenis pengolahan yang dipakai.

Untuk menentukan sistem pembuangan sampah yang lebih terinci dengan kebutuhan-kebutuhan lahan yang tepat perlu dilakukan studi khusus, sekaligus untuk menentukan bentuk sistem pengelolaannya.

2.2.3 Sub Bidang Air Limbah Di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, terutama kota Putussibau, untuk pembuangan limbah rumah tangga semuanya di lakukan secara pribadi oleh masyarakat sendiri dan sampai saat ini belum terdapat suatu sistem pengolahan limbah rumah tangga secara kolektif.

II - 25 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

2.2.4 Sub Bidang Drainase Untuk ibukota Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu kota Putussibau, sistem drainase (rioolering) sangat terbatas dan sederhana. Di wilayah ini banyak terdapat parit/ selokan alami yang mengarah ke Sungai Kapuas dan Sungai Sibau. Sistem drainase ini selain dari parit juga terdapat tiga sistem alternatif yaitu sistem poulder, pintu air, dan pengaturan hidrolis saluran.

2.2.5 Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan (i). Rencana Penetapan Intensitas Penggunaan Ruang

Rencana penetapan mengenai intensitas penggunaan ruang akan meliputi pengaturan kepadatan bangunan (Koefisien Dasar Bangunan), rencana pengaturan ketinggian bangunan, (Koefisien Lantai Bangunan), dan pengaturan garis sempadan.

Tujuan dilakukannya pengaturan bangunan ini adalah : 1) untuk menjaga kriteria tata letak bangunan (keserasian dan kekompakan bangunan). 2) menjaga kelestarian sumber daya alam, terutama mempertahankan luas bidang resapan air permukaan pada tingkat yang serasi dengan kepentingan pembangunan. 3) mempertahankan bidang terbuka untuk menjaga sirkulasi udara dan kesejukan pada tingkat ideal. 4) untuk memenuhi faktor kenyamanan, kesehatan dan keindahan sebagai tempat pemukiman yang layak.

(ii). Rencana Pengaturan Kepadatan Bangunan Di Tiap BWK Materi yang diatur dalam rencana penetapan kepadatan bangunan meliputi perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan atau bangunan-bangunan dalam tiap-tiap petak dinyatakan dalam bilangan persen (%). Penetapan kepadatan bangunan dalam satu unit lingkungan didasarkan pada kriteria.

II - 26 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

1) Karakteristik kegiatan utama dimasing-masing unit lingkungan 2) Nilai dan harga tanah 3) Rencana pengaturan unit lingkungan, khususnya unit lingkungan perumahan (perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah). 4) Lokasi persil yang bersangkutan (sesuai dengan kelas fungsi jalan yang ada di depannya).

Penetapan kepadatan bangunan (KDB, dulu dikenal dengan BCR = Building Coverage Ratio) untuk unit-unit lingkungan perumahan dapat disesuaikan dengan karakteristik kegiatannya masing-masing. Untuk unit-unit lingkungan perumahan dapat disesuaikan dengan karakteristik kegiatannya masing-masing. Untuk kawasan pusat kota dan daerah perdagangan KDB nya ditetapkan maksimum 85 %, untuk rumah sakit maksimum 30%, untuk sekolah, perkantoran dan saran peribadatan masing-masing KDB nya maksimum 50%. untuk industri maximum 75%, untuk terminal maksimum 30%, untuk kawasan jalur hijau (konservasi) dan taman kota koefisien dasar bangunannya ditetapkan antara 0-20% dimana yang 20% tersebut berupa bangunan-bangunan pelengkap. Khusus untuk daerah cadangan pengembangan, sepanjang pemanfaatan ruangnya tidak diperuntukkan bagi fungsi-fungsi dan karakteristik yang khusus dan sukar dirubah (seperti industri besar), maka penetapan KDB- nya disamakan dengan aturan penetapan untuk kawasan terbangun seperti tersebut sebelumnya.

(iii). Pengaturan Ketinggian Bangunan (KLB) dan Garis Sempadan a. Ketinggian Bangunan Kriteria pengembangan dan pengendalian bangunan dalam hal ketinggian di seluruh bagian Kota Putussibau (disetiap BWK) akan tergantung kepada faktor antara lain :

- Karakteristik fisik dari lingkungan yang bersangkutan dalam hal ini meliputi masalah kemiringan tanah, struktur geologi dan hidrologi.

II - 27 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

- Tingkat penggunaan ruang dan jenis penggunaannya.

- Harga dan nilai tanah

- Aspek urban desain, kesan ritmik, kesan monumental, sinar matahari serta kesesuaian dengan lingkungan sekitarnya.

(iv) Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan Yang dimaksud dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) atau juga dikenal sebagai Floor Area Ratio (FAR) adalah ketinggian maksimum dan minimum suatu bangunan untuk setiap blok peruntukan dan dinyatakan dalam satuan angka sampai satu desimal. Berdasarkan standar Peraturan Bangunan Nasional yang dimaksud dengan ketinggian bangunan jumlah lantai penuh dalam satu bangunan yang dihitung mulai dari lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi, atas dasar tersebut maka ketinggian bangunan dapat diperinci atas bangunan satu lantai, bangunan berangkat dan bangunan tinggi. Beberapa ketentuan lain yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana ketinggian bangunan dan tinggi bangunan adalah: 1) Ketinggian Bangunan a) Jarak vertikal dari lantai dasar atasnya tidak boleh lebih dari 5 m, b) Mezzanine yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai penuh, c) Ruangan tertutup pada lantai atas dasar yang luasnya lebih dari 50% luas atas tersebut, dianggap sebagai satu lantai penuh. 2) Tinggi Bangunan a) Tinggi puncak atap suatu bangunan tidak berangkat maksimum 8 meter dari lantai dasar b) Tinggi puncak atap suatu bangunan dua lantai minimum 12 m. 3) Koefisien Lantai Bangunan Penetapan KLB maksimum adalah 2 (dua) kali sisa persil (luas) persil

II - 28 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

dikurangi KDB), misalnya jika suatu persil mempunyai KDB 60%, maka KLB maksimum adalah 0,8%

Dalam hal penetapan KLB, penting sekali diperhatikan aspek urban desain, kesan ritmik, kesan monumental pada bangunan tertentu. Dengan demikian walaupun secara teknis KLB bisa tinggi (KLB besar) tetapi bila dituntut untuk memenuhi ketentuan tersebut di atas maka dengan sendidnya KLB nya akan lebih kecil dari semestinya. Adapun penilaian KLB untuk masing-masing penggunaan utama adalah sebagai berikut : 1. Perumahan Pengaturan KLB untuk bangunan perumahan di lingkungan/blok yang sama dengan blok bagi pusat perdagangan baik di pusat kota, pusat BWK maupun pusat lingkungan/blok adalah maksimal 3 x KDB. Sedangkan kawasan perumahan lainnya ketinggian hanya diperbolehkan maksimal 2 x KDB. 2. Industri Untuk bangunan kegiatan industri, pengaturan ketinggian bangunannya (KLB) dan pengaturan garis sempadan bangunan perlu disesuaikan dengan syarat-syarat teknis dari masing-masing kegiatan industri yang akan dikembangkan. 3. Perkantoran Untuk kawasan perkantoran, angka KLB nya direncanakan tiga kali lipat angka KDB. Itu berarti bangunannya diperkenankan sampai 3 (tiga) tingkat. Sedangkan bangunan-bangunan disekitarnya tidak lebih dari 2 (dua) tingkat, dimana yang satu tingkat di atasnya bukan merupakan satu lantai penuh (misalnya KDB = 50% dengan KLB = 0,8%). Dengan demikian diharapkan kawasan perkantoran, terutama kantor bupati, mempunyai kesan yang tersendiri, monumental dan berwibawa.

II - 29 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

4. Kawasan CBD (Central Bussiness District) Khusus untuk kawasan pusat kota (CBD) dimana terkonsentrasi bermacam-macam kegiatan jasa dan perdagangan, penetapan KLB nya merupakan yang tertinggj dibandingkan dengan kawasan wilayah kota lainnya yaitu 3,4. Inj berarti dengan KDB maximum 85%, jumlah lantai yang diperkenankan di kawasan ini adalah 4 (empat) lantai. Dengan penetapan KDB dan KLB seperti itu diharapkan penggunaan ruang di kawasan ini dapat dilakukan seoptimal mungkin. 5. Kawasan Sekitar Lapangan Terbang Pansuma Untuk kawasan sekitar lapangan terbang ketinggian bangunan tidak lebih dari 2 (dua) lantai. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pandangan bebas dan keleluasaan bagi para pilot yang akan menerbangkan (take-off) atau mendaratkan pesawatnya. Sedangkan pengaturan KLB nya di dalam kawasan lapangan terbang itu sendiri disesuaikan dengan persyaratan teknis yang dituntut oleh kegiatan lapangan terbang.

(v) Garis Sempadan Bangunan Pengaturan sempadan bangunan yang direncanakan menyangkut garis- garis sempadan muka bangunan, sempadan belakang bangunan dan garis sempadan samping bangunan. Tujuan pengaturan garis sempadan ini selain untuk menciptakan keteraturan bangunan juga untuk memperkecil reslko penjalaran kebakaran, memperlancar aliran udara segar, cahaya matahari dan sirkulasi manusia di dalam serta halaman rumah, dan ketentuan pengaturan garis sempadan ini sudah baku dan berlaku umum. Penetapan garis sempadan adalah sebagai berikut : 1) Garis sempadan muka bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan ditetapkan 1/2 (setengah) dari lebar Daerah Milik Jalan (Damija) atau 1/4 (seperempat) dari Daerah Pengawasan Jalan

II - 30 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

(Dawasja). 2) Garis sempadan samping bangunan berjarak minimal 1,5 m dari dinding samping (kanan-kiri) bangunan. 3) Garis sempadan belakang rumah berjarak minimal 2 m dari dinding bangunan.

Selain pengaturan seperti tersebut di atas, ada suatu hubungan (keterkaitan) antara lebar sempadan dengan tinggi maksimal bangunan seperti diatur dalam peraturan nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Dirjen Cipta Karya Departemen pekerjaan Umum, yaitu tinggi bangunan yang terletak pada suatu jalan tidak boleh melebihi dari satu setengah (1/2) kali jarak antara garis-garis sempadan bangunan yang berhadapan pada jalan yang bersangkutan (ROW atau Dawasja).

(vi) Rencana Penanganan Bangunan Rencana penanganan bangunan ini meliputi penanganan bangunan dan jaringan pergerakan serta utilitas yang dirinci untuk setiap unit lingkungan. Dalam uraian subbab sebelumnya tentang rencana Pengembangan lingkungan perumahan telah diuraikan mengenai pedoman pembangunan fisik lingkungan perumahan yang juga berlaku untuk lingkungan-lingkungan lainnya.

Bentuk-bentuk pedoman pembangunan fisik tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) jenis kegiatan yaitu : 1) Pemeliharaan dan Peningkatan Kualitas Salah satu bentuk pengembangan/pembangunan fisik yang ditujukan untuk kawasan-kawasan (lingkungan atau bangunan-bangunan) yang secara umum sudah mempunyai keadaan yang memenuhi syarat, bila dikaitkan dengan potensi dan kelengkapan elemen-elemen penunjang kegiatan di kawasan tersebut atau kondisi konstruksi bangunan-bangunannya. Bentuk pengembangan ini jelas tidak mengubah jenis kegiatan yang sudah ada akan

II - 31 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

tetapi justru menyempurnakannya. Kawasan-kawasan (lingkungan atau bangunan-bangunan) yang dikelompokkan dalam katagori ini untuk pedoman pengarahan dasar pembangunan fisik merupakan kawasan-kawasan yang dapat dijaga kestabilan potensinya sampai dengan periode perencanaan berakhir. Contoh bentuk-bentuk tindakan untuk pengarahan pembangunan fisiknya antara lain : a) Memelihara bentuk-bentuk bangunan dan menjaga eksistensl elemen- elemen pokok penunjang kegiatan (saluran air minum, fasilitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya). b) Menyempurnakan bentuk-bentuk penampilan visualnya sesuai dengan jenis-jenis kegiatan yang dilangsungkan. c) Memelihara dan meningkatkan kelestarian dengan lingkungan hidupnya. d) Membatasi semaksimal mungkin perkembangan fisik yang tidak sesuai dengan fungsi peruntukan kawasan. Melihat sifat pembangunannya ini, kegiatan ini paling efektif dilaksanakan bersama partisipasi aktif masyarakat setempat. 2) Rehabilitation (Perbaikan) Bentuk pengembangan fisik suatu kawasan yang dititikberatkan pada peningkatan kualitas dan kapasitas elemen-elemen pokok karena dipandang sudah tidak memadai (memenuhi syarat tertentu) dan penambahan elemen- elemen tertentu sesuai dengan kebutuhan. Elemen-elemen pokok tersebut adalah fasilitas penunjang utama kegiatan penduduk setempat (seperti jalan lingkungan, pembuatan saluran pembuangan, hidran umum, MCK dan sebagainya). Strategi pengembangan ini pada prinsipnya merupakan bentuk penjabaran dari tujuan jangka panjang, yaitu pemerintahan penyediaan fasilitas untuk seluruh masyarakat. Oleh karena itu sasarannya dikhususkan pada golongan masyarakat tertentu, yaitu golongan menengah dan bawah.

II - 32 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Program ini dikenal dengan KIP (Kampoong Improvement Program). Dalam pengarahan pembangunan fisik perencanaan Kota Putussibau, kawasan-kawasan yang termasuk dalam kategori direhabilitasi pada umumnya adalah kawasan-kawasan perumahan di sepanjang alur Sungai Kapuas dan Sibau yang kepadatannya sudah tinggi atau kawasan-kawasan kumuh yang berada di sekitar pusat-pusat kegiatan. 3) Renewal (perbaharuan) Bentuk pengembangan fisik suatu kawasan (bangunan) dangan memperbaharui desain atau konstruksi beberapa elemennya sesuai dengan tujuan- tujuan tertentu. Kawasan yang menjadi sasaran pada umumnya merupakan kawasan non perumahan, seperti misalnya perdagangan, jasa atau perkantoran. Sedangkan tujuan pengembangan renewal ini secara global biasanya dikaitkan dengan kepentingan untuk mempertegas fungsi kawasan tersebut (misalnya kawasan pusat kota) di samping menciptakan iklim persaingan (kompetisi) yang sehat antar pengusaha akibat dari penyempurnaan penampilan visual beberapa elemen kegiatannya. 4) Redevelopment (Pembangunan Kembali) Bentuk pengembangan suatu kawasan (bangunan-bangunan) dengan merubah struktur/konstruksinya disesuaikan dengan prakiraan kesesuaian dan kebutuhan kegiatan tersebut. Kadangkala pembangunan kembali ini disertai dengan penggantian jenis kegiatan dari yang ada semula karena pertimbangan-pertimbangan segi ekonomi tertentu. Sedangkan dikaitkan dengan perkembangan kegiatan-kegiatan kota, redevelopment (pembangunan kembali) ini diselenggarakan karena peningkatan intensitas kegiatan yang bersangkutan di kawasan-kawasan tertentu. Sehingga kawasan kota tersebut dianggap kurang sesuai dengan syarat minimal lingkungan perumahan/kegiatan yang memadai, sedangkan perbaikannya secara teknis ekonomis kurang dapat dipertanggungjawabkan.

II - 33 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

Kegiatan/penghuni dari lingkungan semacam ini perlu diarahkan ke tempat/lokasi kegiatan/perumahan yang lebih memadai dan memenuhi standar minimal. Lingkungan yang perlu penanganan ke dalam program ini antara lain adalah pada kawasan perumahan tepi sungai yang dapat mempercepat erosi tepi sungai dan kawasan perumahan yang terancam pengikisan erosi tepi sungai. 5) Sites and Services Pengembangan kawasan baru yang belum terbangun dengan penyediaan sarana-sarana pokok penuniang kelangsungan kegiatan yang direncanakan di kawasan yang bersangkutan. Pengembangan kawasan dengan sites and services ini disesuaikan dengan rencana peruntukkan tanahnya, misalnya pada kawasan tersebut direncanakan akan digunakan untuk kawasan perkantoran, maka pengembangan sites and services-nya harus sesuai dengan rencana fungsi perkantoran tersebut (rencana jaringan transportasi dengan kapasitas memadai dan sebagainya). Demikian pula halnya apabila kawasan tersebut diperuntukkan untuk perumahan, maka pengembangan sites and services - nya harus sesuai dengan fungsi perumahan yaitu berupa pembuatan prasarananya saja (jalan, riol, jaringan air bersih, jaringan listrik dan lain- lain). 6) Pembangunan Lingkungan Perumahan Baru rencana penanganan bangunan dijadikan satu kelompok, yaitu menjadi kegiatan pembangunan dan pengembangan lingkungan baru. Selain tindakan seperti tersebut diatas, jenis tindakan penanganan lainnya adalah pada daerah-daerah yang perlu dilindungi (tanah konservasi/jalur hijau) dan yang perlu dipertahankan kondisinya atau daerah cadangan pengembangan.

2.2.6 Sub Bidang Pengembangan Permukiman Pembangunan perumahan atau pemukiman dan lingkungan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, yakni kebutuhan akan

II - 34 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

tempat tinggal dan lingkungan yang sehat. Pembangunan perumahan ini sekaligus juga bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi arah kepada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja serta menggerakkan roda kegiatan ekonomi, dalam rangka meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan sosial masyarakat. Pada umumnya kondisi perumahan dan pemukiman rakyat di Kabupaten Kapuas Hulu kurang menguntungkan dari aspek kesehatan. Hal ini antara lain disebabkan karena rendahnya tingkat pengetahuan serta kemampuan ekonomi masyarakat. Lokasi pemukiman penduduk cenderung mengikuti alur atau aliran sungai dengan pola pertaniannya yang berpindah- pindah, di mana membawa pengaruh terhadap pola penataan desa yang umumnya terpencar dan cenderung menyebar tidak merata. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pengembang/swasta di Kabupaten Kapuas Hulu belum terlaksana, yang ada baru hanya berupa pembangunan perumahan yang dilaksanakan melalui program atau proyek pemerintah, seperti program Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman, Perbaikan Rumah Desa, program kegiatan P2LDT, KIP dan Pembangunan Pedesaan. Kualitas rumah tinggal secara umum ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan yang secara nyata mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Hasil SUSENAS 2004 untuk Kabupaten Kapuas Hulu menggambarkan bahwa luas lantai yang paling banyak ditempati oleh rumah tangga adalah yang memiliki luas antara 20-49m2 sebanyak 47,60% dan luas lantai 50-99m2 sebanyak 47,72%. Sedangkan atap yang paling banyak digunakan adalah atap sirap sebanyak 61,94% dan seng 36,10%. Sementara jenis lantainya umum masih berupa lantai tanah yakni sebanyak 95,75% dengan jenis dinding terbanyak menggunakan bahan dari kayu (70,27%). penerangan rumah yang umum dan terbesar digunakan di Kabupaten Kapuas Hulu adalah dari sumber listrik PLN sebanyak 62.06% dan pelita/senter obor

II - 35 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU

RPIJM KABUPATEN KAPUAS HULU 2015-2019

sebanyak 26,74%. Sedangkan sumber air minum yang terbesar berasal dari air sungai (59.31%) dan disusul oleh air kemasan (20,53%), mata air terlindung (10.68%) dan air hujan (4,65%)

II - 36 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU