DOI 10.21776/ub.hastawiyata.2021.004.01.04

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PESERTA “MASTER CHEF 2020”

Indah Wahyuningsih a, Peni Nur Damai b, Khotijatul Kubro c a IAIN Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Jalan Pandawa, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo

Abstract This research is motivated by the importance of the use of good and correct Indonesian in any context including in electronic media. The purpose of this study is to analyze some of the errors and language errors spoken by participants of Master Chef Indonesia 2020. This study uses descriptive qualitative methods by describing the data obtained in the form of sentences used by Indonesian Master Chef participants. The data source in this study was the participants of the Indonesian Master Chef 2020. The data collection technique was carried out with literature study techniques, namely by (1) watching the Indonesian Master Chef 2020 show again, (2) writing errors in the Master Chef Indonesia 2020 show, (3 ) classifying language errors in Master Chef participants in phonology, morphology, and syntax. The content analysis technique is used to describe the language errors of the participants of the Indonesian Master Chef. Based on the data found, there are several language errors that have been classified, namely language errors (interference) and language errors in the field of linguistics (phonology, morphology, and syntax).

Keywords: language error, Master Chef Indonesia

PENDAHULUAN Bahasa digunakan sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia. Bahasa menjadi sarana untuk seseorang dalam menyampaikan ide, pikiran, maupun pendapatnya. Pentingnya bahasa untuk kehidupan setiap manusia, menunjukkan bahwa seseorang hidup dan tumbuh besar dengan bahasa. Penggunaan bahasa sebagai komunikasi dan bersosialisasi seringkali menimbulkan beberapa kesalahan dalam berbahasa yang tidak sesuai konteks, situasi, dan kondisinya. Kesalahan berbahasa adalah terjadinya ketidaksesuaian penggunaan bahasa pada ujaran ataupun tulisan dengan kaidah kebahasaan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian bahasa yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa (Tarigan, 2011). Johan & Simatupang (2018) menyatakan bahwa kesalahan berbahasa dapat diartikan sebagai pemakaian bahasa, baik pemakaian bahasa yang dilakukan secara tertulis maupun lisan yang melanggar dari kaidah berbahasa yang telah ditetapkan. Fenomena kesalahan berbahasa dapat terjadi pada situasi atau bidang-bidang tertentu khususnya pada penggunaan bahasa yang tidak mengutamakan faktor komunikatif sebagai tujuan akhir dalam aktivitas berbahasa, tetapi juga memperhatikan kaidah kebahasaanya.

40 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2021

Kemampuan seseorang dalam menguasai bahasa Indonesia jelas diperlukan dalam berbagai interaksi sesuai dengan konteks, situasi, dan kondisinya. Salah satunya adalah dalam lingkungan pendidikan, bahasa yang digunakan haruslah bahasa Indonesia yang baik yaitu sesuai dengan konteksnya, dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaannya (Johan, 2018). Analisis kesalahan berbahasa, menurut Johan & Simatupang (2018) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian aktivitas dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, mengklasifikasi, menjelaskan, dan mengevaluasi kesalahan berbahasa. Sedangkan menurut Tarigan (2011: 60) analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu prosedur kerja yang digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa. Analisis kesalahan berbahasa meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang telah ditemukan, penjelasan kesalahan, pengklasifikasian kesalahan, dan pengevaluasian kesalahan. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari tentu banyak ditemukan kesalahan Bahasa dalam berkomunikasi. Tidak terkecuali dalam tayangan program televisi “Master Chef Indonesia”. Master Chef Indonesia yang ditayangkan di program televisi RCTI. Master Chef Indonesia merupakan sebuah program televisi yang menayangkan sebuah pencarian bakat khusunya memasak, yang diikuti oleh seluruh peserta dari berbagai penjuru daerah. Master Chef Indonesia 2020 tayang setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 17.00 WIB. Televisi merupakan salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalui gambar dan suara. Dengan adanya televisi, dapat memberikan dampak atau keuntungan untuk berbagai pihak, salah satunya adalah masyarakat. Masyarakat memperoleh berbagai informasi maupun hiburan dari televisi, mereka dapat menyaksikan acara televisi sesuai dengan apa yang dibutuhkannya dan apa yang diinginkannya (Putri, 2014). Sedangkan menurut Lubis (2017), televisi telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian kita. Aksesnya yang mudah dan memberikan segala bentuk informasi, semakin menambah daya tarik televisi pada masyarakat. Bahkan, tayangan-tayangan yang terlewatkan dari televisi dapat kita temukan lagi diberbagai aplikasi, salah satunya adalah Youtube. Sebagian acara televisi, mengunggah kembali acara yang sudah ditayangkan. Namun, tidak secara keseluruhan diunggahnya ke Youtube. Penelitian ini melakukan pengamatan kesalahan dan kekeliruan berbahasa pada beberapa episode tayangan program “Master Chef” di Youtube. Interferensi atau kekeliruan berbahasa yang disebabkan oleh seringnya ujaran bahasa ibu atau bahasa pertama ke dalam bahasa kedua. Hidayat & Setiawan (2015) menjelaskan bahwa interferensi terjadi sebagai akibat dari penguasaan suatu bahasa lebih dominan atau lebih baik dibandingkan bahasa yang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bullock dan Toribio (dalam Hidayat & Setiawan, 2015)

41 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

yang menjelaskan bahwa interferensi lebih mudah terjadi dari bahasa yang dominan ke bahasa yang lemah dari pada sebaliknya. Lebih jauh, Weinreich, (dalam Tarigan, 2011: 15) mendefinisikan interferensi sebagai sebuah fonomena penyimpangan bahasa yang tidak sesuai dengan norma bahasa yang ada. Hal ini terjadi dalam lingkungan dwibahasa yang disebabkan oleh penguasaan terhadap lebih dari satu bahasa. Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa Indonesia pada Master Chef Indonesia 2020 yang ditayangkan di sebuah televisi dan disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya, khususnya bagi peserta Master Chef Indonesia untuk menggunakan bahasa yang baik, benar, dan sesuai konteksnya.

METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu dengan cara mendeskripsikan data yang telah diperoleh berupa kalimat yang digunakan oleh peserta “Master Chef Indonesia 2020”. Selain itu, metode deskriptif akan dapat menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan atau topik yang diangkat yaitu analisis kesalahan berbahasa pada peserta Master Chef Indonesia 2020. Teknik pengambilan data dilakukan dengan teknik studi pustaka, yaitu dengan (1) menonton kembali tayangan Master Chef Indonesia 2020 di Chanel youtube, (2) menulis kesalahan-kesalahan pada tayangan Master Chef Indonesia 2020. (3) mengklasifikasikan kesalahan berbahasa peserta Master Chef dalam bidang fonologi, morfologi dan sintaksis. Kemudian teknik analisis isi digunakan sebagai wujud penjabaran dari setiap bahasa yang digunakan oleh peserta Master Chef Indonesia untuk mendapatkan beberapa kesalahan berbahasa yang dapat dianalisis kebenarannya. Teknik keabasahan menggunakan metode triangulasi metode yang dilakukan melalui analisis dokumentasi dan simak pada video “Master Chef Indonesia 2020”.

KAJIAN LITERATURE Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Ubaidillah (2013) dengan judul “Register dalam Ajang Pencarian Bakat ‘Master Chef Indonesia’ di RCTI”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bentuk-bentuk register dalam Master Chef Indonesia. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah mengkaji Master Chef Indonesia. Perbedaanya adalah penelitian tersebut membahas mengenai bentuk-bentuk register dalam Master Chef Indonesia dengan

42 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

kajian sosiolinguistik, sedangkan penelitian ini menganalisis kesalahan berbahasa pada peserta Master Chef Indonesia 2020. Peneliti mencari data yang berasal dari Youtube karena kemudahannya untuk menonton berkali-kali, mengulang-ulang video, dan meneliti lebih dalam. Dari data yang telah ditemukan, peneliti menemukan beberapa kesalahan khususnya pada bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, kemudian peneliti mendeskripsikan data-data yang telah diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan sejak tanggal 2 Maret 2020. Peneliti memperoleh data berdasarkan beberapa video yang ada di Youtube Master Chef Indonesia yang sebelumnya sudah tayang di salah satu stasiun televisi yaitu RCTI. Program Master Chef Indonesia dipandu oleh tiga juri yaitu, Chef Arnold Poernomo, Chef Juna Rorimpandey, dan Chef Renata Moeloek. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti menemukan beberapa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh peserta Master Chef Indonesia 2020. Kesalahan berbahasa tersebut meliputi interferensi dan kesalahan berdasarkan aspek linguistik yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis. Menurut Tarigan (2011: 4), interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa. Interferensi merupakan kekeliruan berbahasa yang disebabkan oleh pengaruh bahasa lain yang sering digunakan sehingga mempengaruhi penggunaan bahasa lainnya, baik berupa pengaruh fonologis, morfologis, sintaksis, maupun leksikonnya. 1. Berikut beberapa contoh analisis dari data kesalahan berbahasa dalam bidang Interferensi bahasa pada peserta “Master Chef Indonesia 2020” yang ditemukan lengkap dengan pembenarannya. a) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Jadi Fifin Bikin Kue Apa? Data: 1. “Kasur dipan itu sing tipis”, 2. “Kan lava cake katane kan kurang mateng jadi mbleber”. Pembenaran: 1. “Kasur dipan itu yang tipis”, 2. “Lava cake katanya kan kurang matang jadi tumpah” b) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Masakan Gagal! Fifin tetap Happy. Data: 1. “Kurang, ndak cokelat, ndak garing” 2. “Yah, Chef, gimana mau jelas, gek wae megang pisau udah distop” Pembenaran:

43 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

1. “Kurang, nggak cokelat, nggak garing” 2. “Yah, Chef, gimana mau jelas, baru saja memegang pisau sudah distop” c) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Tantangan Kali Ini Adalah Mangkok Data: 1. “Semua pada masuk pantry, lalah desel-deselan bingung aku” Pembenaran: 1. “Semua masuk pantry, desak desakan bingung aku” d) Judul: MASTERCHEFINDONESIA – Masak Ala Warteg Tapi kok? Data: 1. “Ada jamur kuping, terus ada bronce ticake, white ticake, jamur kerang, aduh saya kelalen satu lagi apa ya?”

Pembenaran: 1. “Ada jamur kuping, terus ada bronce ticake, white ticake, jamur kerang, aduh saya kelupaan satu lagi apa ya?” e) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Curhatan Fifin Tentang Keinginannya Data: 1. “Kentang biar ada karbone wae sih chef” 2. “Nek diitung-itung waktune ndak nyandak, soale takute tegang nanti kepontal- pontal bingung.” 3. “Dulu pengin ikut Master Chef terus dulu kan masih tinggal sama nenek terus nenek bilang ‘ojo aneh-aneh’ katane gitu. Terus habis gitu yowes ndak usah dulu. Terus habis gitu sekarang nikah dan ternyata suami dukung ikut Master Chef” 4. “Ya, Chef, nanti nek pas masuk”

Pembenaran: 1. “Kentang biar ada karbonya saja sih, Chef” 2. “Kalau dihitung-hitung waktunya tidak cukup, takutnya tegang nanti kelempar-lempar bingung” 3. “Dulu ingin ikut Master Chef tapi dulu masih tinggal sama nenek, dan nenek bilang ‘jangan aneh-aneh’ katanya gitu. Yasudah nggak usah dulu. Tapi sekarang sudah nikah dan ternyata suami dukung ikut Master Chef” 4. “Ya, Chef, nanti kalau pas masuk” f) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Trendy Tantangan kali ini adalah mangkok Galery 2

44 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

Data: 1. “Kesulitannya tadi waktu masukan ke dalam open tengahnya ternyata masih ambyar belum mateng.” Pembahasan: 1. “Kesulitannya tadi waktu memasukkan ke dalam oven tengahnya ternyata masih berantakan belum matang.” 2. Berikut beberapa data kesalahan berbahasa dalam bidang Fonologi bahasa pada peserta “Master Chef Indonesia 2020” yang ditemukan lengkap dengan pembenarannya. a) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Cantik dan Lucu Inilah Penampilan Wiwar Data: 1. “Soalnya ini pavorit keluarga aku, Chef” Pembenaran: 1. “Soalnya ini favorit keluarga aku, Chef” b) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Peserta Dapat Tantangan Spicy Food Data: 1. “Padahal aku udah naroh cabenya banyak banget” Pembenaran: 1. “Padahal aku sudah naroh cabenya banyak banget” c) Judul: MASTERCHEF INDONESIA - Piring Firhan ashari dibalik oleh chef Juna | Gallery 12 Data: 1. “Iya sih, Chef tadi saya pilih buah naga jadi benyek” Pembenaran: 1. “Iya sih chef tadi saya pilih buah naga jadi lembek." d) Judul: MASTERCHEF INDONESIA - Gina | Gallery 2 Data: 1. “Aku pilih kecombrang di sambal sama nangka digule"

Pembenaran: 1. “Aku pilih kecombrang di sambal sama nangka digulai” e) Judul: MASTERCHEF INDONESIA - Lidya | Gallery 1 Data: 1. “Aku deg-degan banget baru pertama kali masak di buru-buru kek gini biasanya aku masak tu leha-leha sekarang tu bener-bener deh bikin adrenalin aku”

45 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

Pembenaran: 1. “Aku deg-degan banget baru pertama kali masak di buru-buru kayak gini biasanya aku masak itu leha-leha sekarang itu bener-bener deh bikin adrenalin aku”

3. Berikut beberapa contoh analisis dari data kesalahan berbahasa dalam bidang Morfologi bahasa pada peserta “Master Chef Indonesia 2020” yang ditemukan lengkap dengan pembenarannya. a) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Prilly Latuconsina Jago Ngulek? Data: 1. “Oke Prilly, waktu ngulek kamu dimulai dari sekarang” 2. “Prilly nyambel? Aduh aku agak ragu sih”

Pembenaran: 1. “Oke Prilly, waktu mengulek kamu dimulai dari sekarang” 2. “Prilly menyambal? Aduh aku agak ragu sih” b) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Peserta Dapat Tantangan Spicy Food Data: 1. “Aku masih potong-potongin cabe”

Pembenaran: 1. “Aku masih memotong cabai” c) Judul: MASTERCHEF INDONESIA - Peserta ini Ilham sulit ngomong bahasa Indonesia | audisi 1 Data: 1. "Saya gak nemu piring yang cocok, Chef buat hidangan aku" Pembenaran: 1. “Saya gak menemukan piring yang cocok, Chef buat hidangan aku”

4. Berikut beberapa contoh analisis dari data kesalahan berbahasa dalam bidang Sintaksis bahasa pada peserta “Master Chef Indonesia 2020” yang ditemukan lengkap dengan pembenarannya. a) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Prilly Latuconsina Jago Ngulek? Data: 1. “Okey, di hari yang spesial ini, karena top 10 telah terbentuk, kita akan kedatangan tamu yang spesial” 2. “Banyak wara-wiri di banyak acara tv”

46 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

Pembenaran: 1. “Okey. Di hari yang spesial ini, karena top 10 telah terbentuk, kita akan kedatangan tamu yang spesial juga” 2. “Wara-wiri di banyak acara tv” b) Judul: MASTERCHEF INDONESIA – Peserta Dapat Tantangan Spicy Food Data: 1. “Kesulitannya sih untuk tantangan kali ini menyamakan level pedasnya sama sambel Prilly punya”

Pembenaran: 1. “Kesulitannya sih untuk tantangan kali ini menyamakan level pedasnya dengan sambal punya Prilly”

Berdasarkan deskripsi dan klasifikasi data di atas, telah disebutkan kesalahan berbahasa khususnya dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan interfernsi. Kesalahan dalam bidang fonologi meliputi pengucapan fonem/a/-/e/, fonem/i/-/e/, fonem /u/-/o/. Sedangkan kesalahan interferensi bahasa meliputi pengucapan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Jawa. Berikut ini merupakan uraian hasil analisis data sesuai dengan kesalahannya. 1. Interferensi bahasa seringkali ditemui pada peserta Master Chef Indonesia khususnya Fifin dan Trendy. Bahasa yang mereka gunakan seringkali bercampur baur dengan bahasa daerahnya yaitu bahasa Jawa. Seperti kata Sing tipis, katane, mbleber, ndak, gek wae, lalah desel-deselan, kelalen, karbone, nek, waktune, nyandak, soale, takute, kepontal-pontal, ojo, yowes, ambyar, mateng, uwes, neng, ono, seng, abot, yang ditemukan pada kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Fifin dan Trendy saat berkomunikasi di galeri Master Chef Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartman dan Stork (dalam Priyoto, 2017), interferensi adalah kekeliruan yang disebabkan terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau bahasa pertama ke dalam bahasa kedua. Bahasa ibu atau bahasa pertama Fifin dan Trendy adalah Bahasa Jawa, dan bahasa keduanya adalah bahasa Indonesia, mengingat bahwa Trendy yang berasal dari Tegal, dan Fifin yang berasal dari . 2. Fonologi merupakan bidang linguistik yang menelaah mengenai bunyi-bunyi bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Fonologi berkaitan dengan bunyi-bunyi bahasa yang diklasifikasikan berdasarkan cara-cara pengucapannya. Umumnya, pengguna bahasa daerah seringkali menggunakan bahasa yang tercampur oleh bahasa lain,

47 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

misalnya bahasa Indonesia. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua sedangkan bahasa daerahnya masing-masing berkedudukan sebagai bahasa pertama. Tercampurnya bahasa daerah dan bahasa Indonesia pun mempengaruhi ucapan yang dihasilkannya. Jika seseorang ingin menggunakan bahasa Indonesia, maka bahasa daerah pun dapat dihilangkan terlebih dahulu. Namun jika seseorang ingin menggunakan bahasa daerah, akan lebih baik jika bahasa Indonesia tidak diikutsertakan dalam penuturan bahasa daerah. Contohnya pada kata: open, ambyar, mateng, gule, mbenyek. 3. Morfologi merupakan ilmu bahasa yang menelaah mengenai proses pembentukan kata. Setiap lapisan masyarakat seharusnya tidak mengabaikan kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran morfologi. Berdasarkan hasil analisis data yang termasuk dalam kesalahan morfologi yang di ucapkan pada peserta Master Chef Indonesia adalah: kek, tu, lepehin, gak nemu ngei. 4. Sintaksis merupakan ilmu bahasa yang menelaah mengenai susunan kalimatnya, yaitu terdiri dari S, P, O, K atau subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam analisis data ini yang termasuk dalam tatanan morfologi yang diucapkan peserta master chef adalah: “Okey. Di hari yang spesial ini, karena top 10 telah terbentuk, kita akan kedatangan tamu yang spesial juga”, “Wara-wiri di banyak acara tv”, “Kesulitannya sih untuk tantangan kali ini menyamakan level pedasnya dengan sambal punya Prilly”.

SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa fenomena kesalahan berbahasa yang dialami oleh beberapa peserta Master Chef Indonesia tahun 2020 ini terdapat beberapa kesalahan berbahasa yang meliputi kesalahan interfensi, kesalahan fonologi, kesalahan morfologi, dan kesalahan sintaksis. Terdapat 11 kesalahan dalam bidang interferensi bahasa, 5 kesalahan fonologi, 4 kesalahan morfologi, dan 3 kesalahan sintaksis mengetahui bagaimana penggunaan bahasa Indonesia pada Master Chef Indonesia 2020 yang ditayangkan di sebuah televisi dan disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya dan menjadi perhatian lebih, khususnya bagi peserta Master Chef Indonesia untuk menggunakan bahasa yang baik, benar, dan sesuai konteksnya.

48 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1

DAFTAR RUJUKAN Hidayat, R., & Setiawan, T. (2015). Interferensi Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia Pada Keterampilan Berbicara Siswa Negeri 1 Pleret, Bantul, 2(5), 156–168. Johan, G. M. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Dalam Proses Diskusi Siswa Sekolah Dasar, 18(April), 136–149. https://doi.org/10.17509/bs Johan, G. M., & Simatupang, Y. J. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Secara Sintaksis Dalam Proses Diskusi Siswa Kelas IV SDN MIRI, (January). Lubis, A. A. (2017). Hubungan Tayangan MasterChef Indonesia terhadap Persepsi Profesi dan Minat Masyarakat menjadi Chef, 3(1), 45–54. Priyoto, A. (2017). Interferensi Bahasa Jawa Ke dalam Bahasa Indonesia Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Perkuliahan Keprotokolan, 3. Putri, M. D. (2014). Hubungan antara Minat Memasak dan Kebiasaan Memasak terhadap Intensitas Menonton Tayangan Junior MasterChef Indonesia, 1–11. Ubaidillah. (2013). Register Dalam Ajang Pencarian Bakat “Master Chef Indonesia” di RCTI, 179–193.

49 | Jurnal Hasta Wiyata Vol.4 , N o . 1 J a n u a r i 2 0 2 1