The Use of Kirchhof Chemical Index to Determine the Quality of the Siak River’s Water

By :

Rahmi Monalisa Ritonga1), Eni Sumiarsih2), Adriman2) [email protected]

Abstract

Siak river is one of the most polluted river in . To understand the water quality in general, a research on the water quality of the river based on Kirchhof Chemical Index was conducted from December 2015 to February 2016. There were four stations. In each station water samples were collected from 3 sites, 3 times, once/week. Water quality parameters measured were temperature, conductivity, transparency, pH, dissolved oxygen, BOD5, ammoniac, nitrate, and phosphate concentration. Results shown that water quality in the research area are as follows : temperature 28.94-29.51°C, transparency 35.06-37.04 cm, depth 8.57- 12.75 m, conductivity 55.43-58.87µS/cm, pH 5, dissolved oxygen 2.13-2.28 mg/L, BOD5 7.43-12.14 mg/L, ammoniac 0.50-0.75 mg/L, nitrate 0.58-0.78 mg/L and phosphate 0.07-0.22 mg/L. The value ofthe Kirchhof Chemical index was 23.80-31.19, indicates that this river is medium to highly polluted.

Keywords : Siak River, Water Quality, Kirchhof Chemical Index

1) Student of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University 2) Lecture of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University

PENDAHULUAN m3/detik dan debit normal 500-900 Sungai Siak adalah salah satu m3/detik. Bagian hulu terdiri dari sungai yang terdalam di Provinsi DAS Siak dari dua sungai yaitu Riau yang secara administratif Sungai Tapung Kanan dan Sungai melalui beberapa kabupaten yaitu Tapung Kiri. Kedua sungai tersebut Kabupaten Siak, Kabupaten Rokan menyatu di Kota dan Hulu, Kabupaten Kampar, membentuk Sungai Siak (Badan Kabupaten Bengkalis dan Kota Lingkungan Hidup, 2013). Pekanbaru. Sungai Siak memiliki Sungai Siak memiliki berbagai panjang 300 km dan lebar 100-150 fungsi diantaranya sebagai sumber m, serta kedalaman 15-25 m. Sungai air minum, mandi cuci kakus Siak memiliki debit 20-1500 (MCK), sarana kebutuhan untuk 1

usaha perikanan, pertanian, industri, organik. Metode ini telah digunakan transportasi air serta menjadi habitat dalam penilaian tingkat pencemaran bagi berbagai biota air. air, seperti yang dilakukan di Sungai Semakin pesatnya pertumbuhan Citarum Hulu, Danau Limboto, DAS penduduk dan pertumbuhan ekonomi dan lain-lain (Utami, yang ditandai dengan semakin 2015). Dengan diketahuinya tingkat meningkatnya berbagai aktifitas yang pencemaran suatu perairan, maka terdapat di sepanjang perairan Sungai dapat ditentukan langkah-langkah Siak seperti kegiatan industri, pengelolaan perairan yang pelabuhan dan limbah domestik berkelanjutan (sustainable). Oleh menyebabkan terdapat berbagai karena itu untuk mengetahui sejauh sumber polutan yang langsung mana tingkat pencemaran Sungai masuk ke perairan yang Siak khususnya di Kota Pekanbaru menyebabkan terjadinya pencemaran perlu dilakukan penelitian, salah sehingga mempengaruhi kondisi satunya dengan menggunakan kualitas air. metode Indeks Kimia Kirchhof. Kualitas perairan dan penentuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mutu suatu perairan dapat ditentukan mengetahui status mutu kualitas dengan beberapa cara, seperti perairan di Sungai Siak Kota menentukan kualitas perairan dengan Pekanbaru berdasarkan Indeks Kimia IKLP (Indeks Kualitas Lingkungan Kirchhof. Sedangkan manfaat dari Perairan), yang dikembangkan dari penelitian ini adalah sebagai Indeks NSF-WQI (National informasi dasar dalam melakukan Sanitation Foundation-Water Quality pengelolaan dan pemantauan Index) dan Indeks Kimia Kirchhof. lingkungan perairan Sungai Siak Indeks Kimia Kirchhof merupakan Kota Pekanbaru, sehingga Sungai perhitungan indeks pencemaran (IP) Siak dapat dipertahankan yang digunakan untuk mengetahui kelestariannya. seberapa besar tingkat pencemaran METODOLOGI PENELITIAN yang terjadi dalam suatu badan air. Penelitian ini dilaksanakan pada Indeks Kimia Kirchhof parameternya bulan Desember 2015–Februari 2016 sudah disesuaikan dengan kondisi di perairan Sungai Siak Kota perairan di dimana Pekanbaru, Riau. Pengukuran kebanyakan polutan yang masuk parameter kualitas air dilakukan di dalam badan air adalah polutan Laboratorium Ekologi dan 2

Manajemen Lingkungan Perairan pada 0º33’05.64’’ LU dan Laboratorium Kimia Laut dan 101°24’06.06’’ BT Fakultas Perikanan dan Ilmu Stasiun II : merupakan kawasan Kelautan Universitas Riau). pemukiman padat Metode Penelitian penduduk yang Metode yang digunakan dalam disekitarnya terdapat penelitian ini adalah metode survei. aktifitas industri karet. Data yang dikumpulkan berupa data Titik koordinat St. II primer yang diperoleh dari hasil berada pada pengukuran parameter fisika-kimia, 0º32’21.69’’ LU dan baik di lapangan maupun analisis di 101°26’56.10’’ BT laboratorium. Sedangkan data Stasiun III : merupakan kawasan sekunder merupakan data yang yang disekitarnya berkaitan dengan penelitian yang terdapat aktifitas diperoleh dari berbagai sumber. industri, pengolahan Penentuan Stasiun Penelitian minyak, pelabuhan Penentuan stasiun penelitian kapal/dermaga. Titik dilakukan secara purposive sampling, koordinat St. III berada yaitu penentuan stasiun dengan pada 0º33’12.50’’ LU memperhatikan kondisi serta dan 101°27’30.59’’ BT keadaan daerah penelitian. Penentuan Stasiun IV : merupakan kawasan lokasi pengambilan sampel perkebunan kelapa ditetapkan menjadi empat stasiun. sawit yang disekitarnya Pada masing-masing stasiun terdapat pemukiman ditetapkan tiga sub stasiun yang masyarakat. Titik ditentukan secara horizontal, yaitu koordinat St. IV berada pengambilan sampel di pinggir kiri pada 0º34’41.81’’ LU dan pinggir kanan serta ditengah dan 101°31’39.73’’ BT. sungai. Kriteria stasiun adalah Analisis Data sebagai berikut: Analisis Kualitas Air Stasiun I : merupakan kawasan Data parameter kualitas air di yang terdapat aktifitas Sungai Siak dianalisis secara penampungan pasir deskriptif dan disajikan dalam bentuk (kontrol). Titik tabel dan grafik, kemudian dibahas koordinat St. I berada serta dibandingkan dengan baku 3

mutu lingkungan perairan Nilai CI (nilai Indeks Kimia berdasarkan Peraturan Pemerintah Kirchhof) yang diperoleh digunakan No. 82 Tahun 2001 Kelas III tentang untuk menetapkan tingkat Pengelolaan Kualitas Air dan pencemaran perairan berdasarkan Pengendalian Pencemaran Air. kriteria yang telah ditetapkan (Tabel Status Kualitas Lingkungan 2). Perairan Tabel 2. Kriteria Tingkat

Pencemaran Berdasarkan parameter kualitas No Nilai indeks Kategori air di perairan Sungai Siak, dapat 1 84 – 100 belum tercemar ditentukan tingkat pencemarannya 2 57 – 83 tercemar ringan menggunakan perhitungan Indeks 3 28 – 56 tercemar sedang Kimia Kirchhof dengan rumus: 4 0 – 27 tercemar berat n wi Sumber : Kirchhof dalam Suryono et CI  qi  al., 2010 i1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan: Air merupakan salah satu faktor CI : nilai Indeks Kimia Kirchhof q : nilai dari kurva baku sub indek yang sangat mempengaruhi parameter dengan skala pembobotan kehidupan organisme yang ada di 0-100 perairan. w : nilai konstanta bobot kepentingan Suhu dari setiap parameter, nilainya dari 0 -1 Berdasarkan hasil penelitian rata- Sedangkan bobot setiap rata nilai suhu di perairan Sungai pencemar berdasakan parameter Siak Kota Pekanbaru adalah berkisar yang diukur dapat dilihat pada Tabel. 1. 28,94-29,51°C (Gambar 1). Kisaran nilai suhu tertinggi berada pada St. II Tabel 1. Bobot Setiap Pencemar Indeks Kimia Kirchhof (di Sekitar Jembatan Siak II) dan Bobot No Parameter terendah terletak pada St. I (Palas). Kepentingan Kisaran nilai suhu relatif tidak 1 O2 saturation 0.20 2 BOD 0.20 berbeda, namun tinggi rendahnya 3 Suhu 0.08 suhu perairan dapat disebabkan oleh 4 Amoniak 0.15 berbagai faktor, seperti kedalaman 5 Nitrat 0.10 6 Fosfat 0.10 dan daya penetrasi cahaya matahari. 7 pH 0.10 Hal ini sesuai dengan pendapat 8 Konduktivitas 0.07 Perkins dalam Hasibuan (2015) yang Sumber : Kirchhof, 1991

4

menyatakan bahwa salah satu faktor tidak jauh berbeda, menurut BLH yang mempengaruhi suhu suatu (2013) dan Putri (2014) nilai suhu di perairan adalah luas permukaan dan perairan Sungai Siak berkisar 28- kedalaman yang langsung mendapat 32,2ºC. Hal ini menunjukkan bahwa sinar matahari. tidak terdapat fluktuasi suhu yang Berdasarkan hasil penelitian berbeda di perairan Sungai Siak Kota sebelumnya, kisaran nilai suhu di Pekanbaru. perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru

Gambar 1. Kisaran Nilai Suhu (0C) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru

Kecerahan bahwa kecerahan suatu perairan Kecerahan adalah suatu ukuran dipengaruhi dari tingkat kedalaman untuk menentukan daya penetrasi sungai serta aliran air yang cahaya matahari yang masuk ke membawa partikel-partikel bahan perairan. Berdasarkan hasil organik dan anorganik ke perairan pengukuran rata-rata nilai kecerahan sungai. Sementara rendahnya nilai perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru kecerahan pada St. IV (35,06 cm), selama penelitian adalah berkisar karena masih relatif tingginya 35,06- 37,04 cm (Gambar 2). Nilai aktifitas antrophogenik seperti kecerahan tertinggi berada pada St. I adanya kegiatan transportasi air (Palas) dan terendah berada pada St. (pelayaran dari kapal-kapal besar, IV (Okura). kargo, speedboat maupun tanker) Tingginya nilai kecerahan pada sehingga cahaya matahari yang St. I (37,04 cm) disebabkan adanya masuk ke perairan akan terhalang perbedaan kondisi cuaca, materi tersuspensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman et al., (2012),

5

Gambar 2. Rata-rata Nilai Kecerahan (cm) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru

Kecepatan Arus dalam suatu perairan maka tingkat Berdasarkan hasil penelitian rata- kecepatan arus semakin lambat rata nilai kecepatan arus perairan sedangkan jika suatu perairan tidak Sungai Siak Kota Pekanbaru berkisar terlalu dalam maka tingkat kecepatan 261-592 cm/det (Gambar 3). Rata- arus semakin cepat. Menurut rata nilai kecepatan arus Sungai Siak Rahman et al., (2012) kecepatan arus Kota Pekanbaru sangat bervariasi, di sungai tergantung pada nilai tertinggi berrada pada St. IV kemiringan dan kedalaman perairan. (Okura) dan terendah berada pada St. Berdasarkan nilai kecepatan arus I (Palas). yang diperoleh selama penelitian, Tingginya kecepatan arus di St. maka Sungai Siak Kota Pekanbaru IV (592 cm/det), dipengaruhi oleh tergolong perairan berarus sangat topografi kedalaman sungai, dimana cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat pada St.IV kedalamannya lebih Harahap dalam Manalu (2014), rendah dibanding dari stasiun lain bahwa apabila kecepatan arus > 100 sehingga menyebabkan kecepatan cm/det dikategorikan sangat cepat. arusnya tinggi. Sedangkan nilai terendah terdapat pada St. I (261 cm/det), hal ini dipengaruhi oleh kedalaman sungai, dimana semakin

6

Gambar 3. Rata-rata Kecepatan Arus (cm/det) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru

Konduktivitas konduktivitas akan meningkat. Hal Konduktivitas merupakan ini sesuai dengan pendapat Anonim kemampuan air untuk (2015) yang menyatakan proses menghantarkan arus listrik yang dekomposisi meyebabkan bergantung pada konsentrasi ion terbentuknya senyawa-senyawa asam dalam larutan. Berdasarkan hasil organik dan pelepasan senyawa penelitian nilai rata-rata anorganik yang akan memperkaya konduktivitas perairan Sungai Siak kandungan ion dalam perairan. Kota Pekanbaru adalah 55,43-58,87 Sedangkan rendahnya nilai µS/cm (Gambar 4). Nilai konduktivitas pada St. I (55,43 konduktivitas tertinggi berada pada µS/cm), disebabkan aktifitas masih St. II (di Sekitar Jembatan Siak relatif sedikit, sehingga diduga bahan II)dan terendah berada pada St. I organik yang masuk ke perairanpun (Palas). Tingginya konduktivitas rendah. pada St. II (58,87 µS/cm), diduga Berdasarkan hasil penelitian adanya pengaruh masukan dari beban sebelumnya yang telah dilakukan polutan yang terus menerus, seperti oleh BLH (2013) dan Putri (2014) limbah domestik (limbah rumah kisaran nilai konduktivitas di tangga). Polutan yang berasal dari perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru limbah dosmestik adalah bahan berkisar 37,7 - 56,1 µS/cm. Apabila organik, dalam kurun waktu yang dibandingkan dengan hasil penelitian lama akan terakumulasi di dasar maka kondisi perairan Sungai Siak perairan. Materi-materi organik akan Kota Pekanbaru pada nilai mengalami proses penguraian/proses konduktivitas terjadi peningkatan. dekomposisi, sehingga nilai 7

Gambar 4. Rata-rata Nilai Konduktivitas (µS/cm) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru tingkat keasaman atau kebasaan Derajat Keasaman suatu perairan. Kisaran nilai pH Secara umum nilai pH relatif tidak berbeda, hal ini karena menggambarkan seberapa besar pada umumnya kawasan Provinsi tingkat keasaman atau kebasaan Riau merupakan lahan gambut, suatu perairan. Berdasarkan hasil sehingga akan mempengaruhi penelitian rata-rata nilai derajat perairan yaitu lebih asam. Hal ini Keasaman (pH) perairan Sungai Siak sesuai dengan pendapat Prihartanto Kota Pekanbaru adalah 5 (Gambar (2007), umumnya pH air sungai di 5). DAS Siak cenderung bersifat asam, Secara umum nilai pH karena dipengaruhi kondisi geologis menggambarkan seberapa besar dan keberadaannya di lahan gambut.

Gambar 5. Rata-rata Nilai Derajat Keasaman di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru

Oksigen Terlarut mampu menampung biota air seperti Berdasarkan hasil penelitian ikan dan mikro organisme.Semakin nilai Oksigen Terlarut atau dissolved besar nilai DO semakin bagus kualitas oxygen (DO) yaitu oksigen yang airnya, sebaliknya semakin rendah terlarut dalam air. Nilai DO adalah nilai DO menunjukkan air semakin menunjukkan sejauh mana badan air tercemar (Supangat, 2013). 8

Berdasarkan hasil penelitian bahan organik yang terdapat konsentrasi oksigen terlarut di diperairan, maka semakin sedikit perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh adalah 2,13-2,28 mg/L (Gambar 6). mikroorganisme untuk menguraikan Konsentrasi oksigen terlarut tertinggi bahan organik. Hal ini didukung berada pada St. I (Palas) karena dengan tingginya nilai konsentrasi kecerahan yang tinggi sehingga BOD5 di St. IV (12,14 mg/L) yang proses fotosintesis berlangsung baik. disebabkan buangan limbah organik Hal ini sesuai dengan pendapat Yana dari berbagai kegiatan yang berada (2012), bahwa ketersediaan cahaya disekitar sungai (kegiatan dalam jumlah yang lebih banyak pemukiman penduduk dan kegiatan menyebabkan fitoplankton lebih aktif industri) karena adanya akumulasi melakukan proses fotosintesis. Hal polutan organik yang masuk ke ini sesuai dengan Effendi (2003), perairan. Hal ini sesuai dengan bahwa sumber utama oksigen dalam pendapat Agustiningsih (2012) suatu perairan berasal dari proses menyatakan bahwa tingginya nilai difusi dan hasil fotosintesis BOD di perairan dipengaruhi oleh organisme yang hidup dalam aktifitas penduduk dan industri yang perairan tersebut. membuang air limbahnya ke Sedangkan rendahnya nilai perairan, sehingga menyumbang oksigen terlarut di St. IV (2,13 mg/L) konsentrasi bahan organik ke dalam disebabkan bahan-bahan organik air sungai. yang berasal dari limbah domestik di Berdasarkan hasil penelitian daerah pemukiman (limbah rumah sebelumnya yang telah dilakukan tangga) dan limbah industri yang oleh BLH (2013) kisaran nilai masuk ke perairan. Hal ini sesuai konsentrasi oksigen terlarut di dengan pendapat Amin et al. (2012) perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru bahwa banyaknya bahan organik di adalah 2,6 mg/L - 3,3 mg/L. dalam perairan akan menyebabkan Sedangkan kisaran nilai BOD5 di menurunnya konsentrasi oksigen perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru terlarut di dalam perairan dan jika menurut BLH (2013) dan KLHK keadaan ini berlangsung lama akan (2015) adalah 5,3 mg/L - 18,10 menyebabkan perairan menjadi mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa anaerob, sehingga organisme aerob tidak terdapat fluktuasi nilai BOD5 akan mati. Semakin banyaknya yang berbeda. 9

Gambar 6. Rata-rata Nilai Oksigen Terlarut (mg/L) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru Amoniak merupakan indikasi adanya Berdasarkan hasil penelitian nilai pencemaran bahan organik yang rata-rata amoniak di perairan Sungai berasal dari limbah domestik, Siak Kota Pekanbaru adalah 0,50- industridan limpahan pupuk (run off) 0,75 mg/L (Gambar 7). Kadar pupuk pertanian. Sedangkan kadar amoniak tertinggi berada pada St. II amoniak terendah terdapat pada St. I (disekitar Jembatan Siak II) dan (0,50 mg/L). Hal ini disebabkan terendah berada pada St. I (Palas). sedikitnya sumbangan bahan organik Tingginya kadar amoniak pada St. II yang masuk ke perairan pada stasiun (0,75 mg/L) disebabkan adanya ini. aktifitas pemukiman (limbah rumah Berdasarkan hasil penelitian tangga) dan limbah industri yang sebelumnya yang telah dilakukan masuk bersamaan dengan aliran air. oleh BLH (2013) kisaran nilai Hal ini sesuai dengan pendapat amoniak di perairan Sungai Siak Effendi (2003) menyatakan bahwa Kota Pekanbaru berkisar 1,1 mg/L – kadaramoniak yang tinggi dapat 1,7 mg/L.

Gambar 7. Rata-rata Nilai Amoniak (mg/L) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru Nitrat Siak Kota Pekanbaru adalah 0,58- Berdasarkan hasil penelitian rata- 0,78 mg/L (Gambar 8). Kadar nitrat rata nilai nitrat di perairan Sungai 10

tertinggi berada pada St. II (di sebagai sumber energi. Pada proses Sekitar Jembatan Siak 2) dan bakteri Nitrosomonas dan terendah berada pada St. I (Palas). Nitrobacter juga dipengaruhi suhu, Tingginya kadar nitrat pada St. II dimana bakteri Nitrosomonas (0,78 mg/L) hal ini diduga berkaitan memiliki toleransi lebih besar dengan aktifitas disekitar DAS, terhadap suhu dibandingkan dimana pada stasiun iniadanya Nitrobacter, sehingga saat suhu air aktivitas pabrik karet di sekitar yang rendah proses perubahan nitrat dari diduga adanya limbah pabrik yang nitrit akan berkurang. Hal ini sesuai masuk ke perairan sungai. Pada St. II dengan pendapat Mahida (1993), merupakan kawasan yang padat bahwa nitrat berasal dari limbah pemukiman penduduk (adanya domestik, sisa pupuk pertanian, sisa pembuangan limbah rumah tangga pakan, atau dari nitrit yang dari sisa-sisa atau sampah) yang mengalami proses nitrifikasi. dibuang ke perairan. Sementara itu, Berdasarkan hasil penelitian rendahnya nilai nitrat pada St. I (0,58 sebelumnya yang telah dilakukan mg/L) diduga dari proses nitrifikasi oleh BLH (2013) kisaran nilai nitrat (bakteri Nitrosomonas dan di perairan Sungai Siak Kota Nitrobacter) dalam proses Pekanbaru berkisar 6,50 mg/L - 12,7 perombakan ini diperlukan sumber mg/L. karbon dan oksigen yang cukup

Gambar 8. Rata-rata Nilai Nitrat (mg/L) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru Fosfat tertinggi berada pada Stasiun IV Berdasarkan hasil penelitian rata- (Okura) dan terendah berada pada rata nilai fosfat di perairan Sungai Stasiun I (Palas). Siak Kota Pekanbaru adalah 0,07- Kadar fosfat tertinggi berada 0,22 mg/L (Gambar 9). Kadar fosfat pada St. IV (0,22 mg/L) karena pada

11

stasiun ini merupakan kawasan masuk ke perairan. Hal ini sesuai perkebunan kelapa sawit, sehingga menurut Ruttenberg dalam Muspa memberikan sumbangan fosfat yang (2015) bahwa fosfat secara alami tinggi dibanding stasiun lainnya dari berasal dari pelapukan batuan limpahan sisa pupuk pertanian. mineral dan bahan organik. Selain Selain itu, adanya limbah domestik itu, fosfat dapat berasal dari industri, dari aktifitas dari pemukiman limbah domestik, aktifitas pertanian, penduduk dari buangan deterjen yang pertambangan batuan.

Gambar 9. Rata-rata Nilai Fosfat (mg/L) di Perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru Tabel 3. Nilai Indeks Kimia Kirchhof Indeks Kimia Kirchhof Rata- Stasiun Kategori Berbagai aktifitas yang terdapat rata Tercemar I 31,19 di sekitar perairan Sungai Siak sedang berpotensi mempengaruhi kualitas II 24,31 Tercemar berat III 25,13 Tercemar berat dan kuantitas perairan tersebut. IV 23,80 Tercemar berat Sehingga berdasarkan penentuan status mutu lingkungan perairan Rata-rata nilai Indeks Kimia Sungai Siak Kota Pekanbaru Kirchhof untuk penentuan status menggunakan Metode Indeks Kimia mutu lingkungan perairan Sungai Kirchhof berada pada kondisi Siak Kota Pekanbaru, menunjukkan tercemar sedang (31,19) hingga kondisi yang sudah memprihatinkan, tercemar berat (23,80- 25,13) (Tabel karena berada pada kisaran tercemar. 3). Semakin ke hilir kondisi Sungai Siak di lokasi penelitian semakin tercemar berat. Hasil perhitungan nilai Indeks Kimia Kirchhof (Tabel 3) status mutu lingkungan perairan Sungai

12

Siak Kota Pekanbaru pada St. I perkebunan yang masuk ke perairan. dikategorikan pada kondisi tercemar Selain itu pada St. III merupakan sedang. Sedangkan status mutu kawasan yang terdapat aktifitas lingkungan pada St. II – IV perairan pelabuhan (transportasi air) dengan Sungai Siak Kota Pekanbaru adanya kegiatan pelayaran dari dikategorikan pada kondisi tercemar kapal-kapal besar, kargo, speedboat berat. maupun tanker, dimana adanya Berdasarkan hasil perhitungan gelombang yang ditimbulkan oleh nilai Indeks Kimia Kirchhof di kapal yang berlayar di Sungai Siak. perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru Hal ini sesuai dengan pendapat pada St. I dikategorikan pada kondisi Khiatuddin (2010) menyatakan tercemar sedang (31,19). Hal ini bahwa gelombang yang disebabkan relatif sedikit aktivitas ditimubulkan oleh kapal yang yang secara langsung mempengaruhi berlayar di sungai juga dapat perairan Sungai Siak Kota mengubah kondisi fisik ekosistem Pekanbaru,diantaranya penampungan sungai, seperti peningkatan pasir di sekitar St. I. Namun pada St. kekeruhan yang menghalangi I tetap mendapat masukan bahan tembusnya sinar matahari sehingga pencemar melalui aliran air yang akan membahayakan kelangsungan mengalir dari hulu Sungai Siak, sejumlah organisme yang melakukan sehingga kondisi perairannya fotosintesis di dalam air. menjadi tercemar sedang. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil perhitungan Kesimpulan nilai Indeks Kimia Kirchhof di Nilai Indeks Kimia Kirchhof di perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru perairan Sungai Siak yaitu berkisar pada St. II - St. IV dikategorikan 23,80-31,19 yang dikategorikan pada perairan tercemar berat. Hal ini tingkat pencemaran sedang hingga diduga berkaitan dengan aktifitas berat tetapi berdasarkan status baku disekitar DAS, diantaranya kegiatan mutu nilai parameter kualitas air industry, kegiatan pemukiman kelas III yang ditetapkan oleh penduduk (adanya pembuangan pemerintah (Peraturan Pemerintah limbah rumah tangga dari sisa-sisa No. 82 Tahun 2001) di perairan atau sampah) dan limpasan (run off) Sungai Siak masih dibawah baku dari pestisida dan herbisida yang mutu, kecuali nilai BOD5 sudah berasal dari daerah pertanian atau melampaui baku mutu. 13

Saran Sumberdaya Lingkungan Perairan. KANISIUS. Pada penelitian ini penentuan Yogyakarta. status mutu air hanya diukur Kementerian Lingkungan Hidup dan berdasarkan parameter fisika dan Kehutanan. 2015. Statistik kimia, sehingga perlu dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun penelitian lebih lanjut mengenai 2014. Pusat Data dan status mutu air Sungai Siak Kota Informasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Pekanbaru berdasarkan indikator Kehutanan. . biologi. Selain itu, perlu dilakukan Khiatuddin, M. 2010. Melestarikan pengelolaan dan pemantauan kualitas Sumberdaya Air dengan perairan secara berkelanjutan dan Teknologi Rawa Buatan. Gadjah Mada University juga pengelolaan limbah dari Press. 253 hal. berbagai aktifitas di sepanjang Kirchoff, W. 1991. Water Quality daerah aliran sungai supaya Assessment Based on Physical, Chemical and kondisinya tidak semakin memburuk. Biological Parameters for the Basin. Paper DAFTAR PUSTAKA presented in the Workshop on Agustiningsih, D., S. Sasongko dan Water Quality Assessment Sudarno. 2012. Analisis and Standard Water Quality Kualitas Air danStrategi Management. Bandung: 12 Pengendalian Pencemaran pp. Air Sungai Blukar Kabupaten Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air Kendal Jurnal Presipitasi Vol dan Pemanfaatan Limbah 9 (2): 126-137. Industri. PT. Raja Grafindo Amin, B., I. Nurrachmi dan Marwan. Persada. Jakarta. 2012. Kandungan Bahan Manalu, T. N. 2014. Usaha Budidaya Organik Sedimen dan Kelimpahan Ikan Patin di Keramba Jaring Makrozoobenthos sebagai Apung. Makalah Ilmiah Indikator Pencemaran Budidaya Perairan. Fakultas Perairan Pantai Tanjung Uban Pertanian Universitas Kepulauan Riau. Makalah Sumatera Utara. Seminar Hasil Penelitian Dosen. Lembaga Penelitian Peraturan Pemerintah Republik Universitas Riau. Pekanbaru. Indonesia. 2001. Pengelolaan Badan Lingkungan Hidup. 2013. Kualitas Air dan Laporan Pemantauan Kualitas Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak Tahun 2013. Air Nomor 82. Sekretaris Provinsi Riau. Negara Republik Indonesia. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Prihartanto, E., dan B. Budiman Air Bagi Pengelolaan 2007. Sistem Informasi

14

Pemantauan Dinamika Sungai Siak. Alami. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan dan Mitigasi Bencana Vol 12 (1).

Putri., Afdal., dan D. Puryani. 2014. Profil Pencemaran Air Sungai Siak Kota Pekanbaru dari Tinjauan Fisis dan Kimia. Jurnal Fisika Unand Vol 3 (3).

Rahman, A dan L. Khairoh. 2012. Penentu Tingkat Pencemaran Sungai Desa Awang Bankal Berdasarkan Nutrition Value Oeficient dengan Menggunakan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linn.) Sebagai Bioindikator. Jurnal Ekosains Vol 4 (1) : 1- 10. Supangat, A.B., dan Gevisioner. 2013. Evaluasi Kualitas Air Permukaan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Kabupaten Siak, Riau. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MLJ J, Cibinong. 382-391 hal.

Suryono, T., S. Sunanisari, E. Muryana, dan Rosidah. 2010. Tingkat Kesuburan dan Pencemaran Danau Limboto, Gorontalo. Limnotek (2010) 36 (1) : 49-61.

15