PERILAKU ‘LOMPAT PAGAR’ POLITISI MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2014 DI JAWA TENGAH

Shabrina Hana Mutiara Negara (14010114140108) Email: [email protected]

Dosen Pembimbing: Dr. Nur Hidayat Sardini, S.Sos., M.Si. Email: [email protected]

Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

ABSTRAKSI

Pemilu legislatif tahun 2014 sudah diwarnai oleh perpindahan kader partai ke partai lain. Fenomena ini seperti yang dilakukan oleh sejumlah partai yang ada di Jawa Tengah. Dari penelusuran data yang ada, tidak ada nilai pasti dari berapa jumlah para kader yang melakukan perpindahan partai yang dimaksud. Namun dari penelusuran penulis terdapat dua kader, yang pertama yaitu Drs. Fadholi, beliau terpilih menjadi Anggota DPR-RI periode 2014-2019 dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Berikutnya, Nur Hadi semula kader Partai Kebangkitan Nahdlatul Ulama, berpindah ke Partai Persatuan Pembangunan Kota .

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Dalam pengambilan data yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan dokumentasi. Wawancara dilakukan di kediaman kedua narasumber di Kota dan Kota Pekalongan.

Hasil peneltian menunjukkan fenomena politisi pindah partai di Kabupaten Pekalongan dan Kota Salatiga merupakan suatu realitas politik yang lumrah dalam kancah perpolitikan , dikarenakan banyaknya motif dari para politisi. Maraknya politisi pindah partai dilatar belakangi oleh buramnya ideologi partai politik, gagalnya partai politik dalam melakukan pendidikan politik, serta sistem pengkaderan yang tidak efektif. Partai politik kurang mapan dalam fungsi kaderisasi sehingga kader dalam aktivitas politiknya tidak menjiwai ideologi partai, sehingga mengarah pada pragmatisme politik yang dilakukan politisi. Selain motif pragmatisme, diketahui pula terdapat motif agar politisi dapat mempertahankan eksistensi dalam Pemilu dengan berpindah partai.

Saran dari penulis adalah perlu adanya revitalisasi secara komprehensif partai politik dalam aktivitas politiknya, Partai politik harus mengembalikan kittah perjuangannya sebagai jembatan dalam menyampaikan aspirasi rakyat.

Kata Kunci : Perilaku Politisi, Pemilu Legislatif 2014 POLITICAL BEHAVIOR OF MOVING PARTIES APPROACHING 2014 LEGISLATIVE ELECTIONS IN CENTRAL

Shabrina Hana Mutiara Negara [email protected]

Supervisor: Dr. Nur Hidayat Sardini, S.Sos., M.Si. Email: [email protected]

Department of Politics and Government FISIP Undip

ABSTRACT

The 2014 legislative elections have been marked by the transfer of party cadres to other parties. This phenomenon is like that carried out by a number of parties in . From the data search, there is no exact value of the number of cadres who carry out the party movement in question. But from the writer's search there were two cadres, the first being Drs. Fadholi, he was elected as a Member of the House of Representatives of the 2014-2019 period from the Democratic National Party (Nasdem). Next, Nur Hadi was originally a cadre of the PKNU, moving to the PPP Pekalongan City. This research is a field research with descriptive qualitative research methods that are descriptive and tend to use analysis with an inductive approach. In data retrieval carried out by using the method of in-depth interviews and documentation. Interviews were conducted at the residence of the two informants in Salatiga City and Pekalongan City. The results of the research show that the phenomenon of politicians moving parties in Pekalongan and Salatiga City is a normal political reality in the Indonesian political arena, due to the many motives of politicians. The rise of politicians moving parties is motivated by the blurred ideology of political parties, the failure of political parties in conducting political education, and ineffective cadre system. Political parties are not well established in the function of regeneration so that cadres in their political activities do not animate party ideology, thus leading to political pragmatism by politicians. In addition to the motives of pragmatism, it is also known that there are motives so that politicians can maintain their existence in elections by moving parties. The suggestion from the author is the need for a comprehensive revitalization of political parties in their political activities, political parties must restore their struggle as a bridge in conveying people's aspirations.

Keywords: Political Behavior, Legislative Elections 2014

penerapan kebijakan Pemilu sebelumnya

(electoral threshold) yang mengharuskan A. PENDAHULUAN yang bersangkutan berpindah dalam rangka Dalam sebuah negara demokrasi, melanjutkan karir politiknya. Fenomena Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan politik juga menunjukkan seseorang yang salah satu pilar utama dari sebuah proses berpindah ke partai lain terlibat konflik akumulasi kehendak masyarakat. Pemilu internal yang membuat seseorang kader sekaligus merupakan prosedur demokrasi tidak lagi merasa nyaman atau adanya untuk memilih pemimpin. Diyakini pada perubahan orientasi politik visi dan misi di sebagian besar masyarakat beradab di muka dalam partai tersebut sehingga mendorong bumi ini, Pemilu adalah mekanisme untuk berpindah. pergantian kekuasaan (suksesi) yang paling Praktik perpindahan kader tersebut aman, bila dibandingkan dengan cara lain. pada akhirnya memunculkan pertanyaan Sudah barang pasti bila dikatakan, Pemilu mengenai loyalitas dan ideologi politik merupakan pilar utama dari sebuah yang dianut, karena belum tentu Parpol demokrasi.1 baru yang ia masuki memiliki kesamaan Fenomena politisi yang berpindah ideologi. Keputusan untuk berpindah Parpol dari satu partai ke partai politik lain atau menimbulkan kesan hanyalah untuk biasa disebut ‘lompat pagar’, dan bukan hal kepentingan diri sendiri atau bisa dikatakan yang baru dalam dunia politik di Indonesia. langkah cepat dalam memuluskan karir Ada banyak alasan yang mendasari politiknya dalam meraih kekuasaan. mengapa para kader partai berpindah Pemilu legislatif tahun 2014 sudah menjadi kader partai lainnya. Satu diwarnai oleh perpindahan kader partai ke kenyataan bahwa faktor yang mendorong partai lain. Fenomena ini seperti yang berpindahnya seseorang dari satu partai ke dilakukan oleh sejumlah partai yang ada di partai lain akibat dari oportunisme yang Jawa Tengah. Dari penelusuran data yang melekat. Namun pada saat bersamaan, para ada, tidak ada nilai pasti dari berapa jumlah kader yang karena alasan-alasan tertentu para kader yang melakukan perpindahan berpindah menjadi kader partai politik yang partai yang dimaksud. Namun dari lain. Alasan tertentu yang dimaksud akibat penelusuran penulis terdapat tiga kader,

yang pertama yaitu Drs. Fadholi, beliau 1 Nur Hidayat Sardini, Restorasi Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia,Fajar Media Press, terpilih menjadi Anggota DPR-RI periode Yogyakarta, 2011, hlm. 1. 2014-2019 dari Partai Nasional Demokrat Dewan Pimpinan Daerah Golkar Salatiga (Nasdem) mewakili Dapil Jawa Tengah I (2005-2006). setelah memperoleh 41,185 suara. Persamaan dan Perbedaan Kedua Kader Berikutnya, Nur Hadi semula kader Partai Pada kedua kasus perpindahan partai Kebangkitan Nahdlatul Ulama, berpindah antara Fadholi dan Nur Hadi, terdapat ke Partai Persatuan Pembangunan Kota beberapa perbedaan yang mendasari Pekalongan. perpindahan partai yang dilakukan keduanya. Fadholi yang kala itu berpindah B. METODE PENELITIAN dari Partai Golkar menuju Partai Nasdem, Penelitian ini merupakan penelitian melakukan perpindahan partai karena lapangan (field research) adapun dalam terjadi perpecahan kubu dalam internal penulisan tesis ini jenis penelitian yang Golkar. Seharusnya bisa saja Fadholi tetap digunakan oleh peneliti adalah penelitian bertahan dalam partai Golkar yang deskriptif kualitatif. Metode kualitatif membesarkannya namun Fadholi memilih dianggap paling sesuai untuk penelitian untuk merintis partai yang baru bersama ini.Penelitian kualitatif ini merupakan riset Surya Paloh. Namun, meski Fadholi yang bersifat deskriptif dan cenderung melakukan perpindahan partai, masyarakat menggunakan analisis dengan pendekatan tetap memberikan suara untuk Fadholi induktif. sehingga Fadholi tetap menjabat meski melakukan perpindahan partai. Dalam hal C. PEMBAHASAN ini terdapat unsur kepemimpinan karismatik Kronologi yang dilakukan oleh Fadholi sebagai tokoh Fadholi terpilih menjadi Anggota masyarakat, sehingga meski perpindahan DPR-RI periode 2014-2019 dari Partai partai identik dengan hal yang tabu dalam Nasional Demokrat (Nasdem) mewakili dunia politik, namun Fadholi secara pribadi Dapil Jawa Tengah I setelah memperoleh memperoleh suara yang bertambah. Hal ini 41,185 suara. Fadholi lahir di Kendal pada membuktikan bahwa masyarakat masih tanggal 21 Januari 1960. Fadholi adalah menaruh kepercayaan terhadap Fadholi. tokoh dan pengusaha konstruksi dari Fenomena perpindahan partai yang Salatiga. Sebelum bergabung Nasdem, dilakukan oleh Nur Hadi dari PKB ke Fadholi adalah kader dari Partai Golongan PKNU juga terdapat kemiripan dengan apa Karya (Golkar) dan menjabat sebagai Ketua yang dilakukan oleh Fadholi. Nur Hadi memilih untuk merintis PKNU dan aspek tersebut, perlu dijelaskan lebih awal berpindah dari PKB. Namun perlu diketahui mengenai salah satu fungsi partai politik bahwa ketika Nur Hadi berkarir bersama yaitu rekrutmen politik, sebab akar PKB, menurutnya pengabdiannya terhadap persoalan mengenai fenomena politisi PKB tidak terlalu dihargai ketika Nur Hadi “lompat pagar” tidak terlepas dari melakukan pencalonan pada Pemilu 2004. mekanisme internal partai yang Perpindahannya yang kedua menunjukkan bersangkutan. bahwa Nur Hadi terpaksa melakukan Motif Kekuasaan perpindahan partai dikarenakan PKNU Kekuasaan dipandang sebagai gejala tidak lolos dalam verifikasi nasional untuk yang selalu terdapat dalam proses politik, Pemilu 2014, sehingga Nur Hadi berpindah bahkan Surbakti menyatakan bahwa politik ke PPP. Nur Hadi menuturkan bahwa dia tanpa kekuasaan bagaikan agama tanpa tidak akan melakukan perpindahan partai moral. Dalam dunia politik, mendapatkan seandainya PKNU dapat lolos dalam kekuasaan adalah tujuan bagi para aktor Pemilu 2014. Hal ini menunjukkan bahwa politik. Namun dominasi perilaku aktor Nur Hadi benar-benar setia bersama PKNU. politik dewasa ini menunjukkan terjadinya Perolehan suara yang diperolehnya juga pergeseran orientasi dari yang semula menunjukkan adanya peningkatan termasuk didasari orientasi ideologis menjadi dalam Pemilu 2019, suara yang pragmatis yakni untuk memperoleh diperolehnya meningkat meski terdapat kekuasaan dan menggunakannya untuk konflik dalam internal PPP. kepentingan kelompoknya sendiri. Dalam konteks inilah penting untuk Motif Politisi Pindah Partai menganalisa motif “lompat pagar” dari satu Pada sub pembahasan ini diuraikan partai ke partai yang lain dalam rangka temuan data lapangan berdasarkan hasil memenuhi tujuan-tujuan individualnya dari wawancara terhadap informan terkait maupun tujuan kolektif yang tercermin Nur Hadi, kader atau politisi dari partai dalam perilaku koalisi lintas kader partai. PKB berpindah ke PKNU dan pindah lagi Berkenaan dengan objek/subjek penelitian ke PPP di Kabupaten Pekalongan dan ini, dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, Fadholi, kader partai Golkar yang DPD, dan DPRD di Kabupaten Pekalongan berpindah ke partai Nasdem, terkait dengan Tahun 2014, terdapat 9 (Sembilan) partai fokus permasalahan tentang motif politisi politik yang ikut terlibat dalam “lompat pagar”. Sebelum membahas kedua penyelenggaraan Pemilu Legislatif, antara juga dinakali oleh PKB. Saya merupakan lain PKB, PDIP, Golkar, Gerindra, PAN, anggota dewan terlama di PKB dan PPP, Nasdem, PKS, dan Hanura. Masing- mengabdi di PKB mulai dari nol. masing partai tersebut mengusung calonnya Seharusnya Saya mendapatkan No.urut 2 untuk dipilih menjadi Anggota DPRD karena pegabdiannya, namun Saya Kabupaten/Kota yang tersebar di 7 (tujuh) dijadikan No.urut.3. saya kecewa dengan Daerah Pemilihan (dapil) Kabupaten system PKB lalu memutuskan untuk pindah. Pekalongan. Pendapat yang dikemukakan oleh Sehubungan dengan pemetaan partai politisi PPP tersebut, mengindikasikan yang terlibat dalam penyelenggaraan bahwa kader-kader partai politik Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten menginginkan keadilan terhadap Pekalongan, politisi yang kemudian kontribusinya atas loyalitas kepada menjadi informan penelitian ini adalah partainya. Informan ini bermaksud anggota partai PKB yang notabene pindah mengkritisi perilaku politik para kader ke partai PKNU dan anggota partai PKNU partai yang realitanya tidak aktif terhadap yang berpindah ke partai PPP. Berdasarkan kegiatan partainya namun mendapatkan hasil wawancara terhadap politisi PPP urutan yang lebih tinggi dari kader partai Kabupaten Pekalongan, diketahui beberapa yang aktif. Sebab latar persepsi ini, motif yang menjadi alasan mereka kemudian menjadi alasan bagi politisi yang mengambil keputusan untuk berpindah sebelumnya menjadi anggota partai PKB partai. Salah satu alasan yang mengemuka berpindah ke partai PKNU. Dalam kasus diungkapkan oleh politisi PPP, yang perpindahan politisi ini, dapat dikatakan menyatakan ketidakadilan partai memiliki bahwa partai PKB belum mampu titik lemah sehingga cenderung menjadi menciptakan konsolidasi di internal kader- pemicu bagi anggota untuk berpindah kadernya sehingga mau berkomitmen dan partai. Hal ini seperti yang dikemukakan konsisten terhadap loyalitas kadernya. oleh Politisi PPP, Nurhadi: Motif Ekonomi Selain motif kekuasaan/jabatan, Ada masalah administrasi karena politisi pindah partai juga didasari oleh kurangnya kejujuran dengan masalah motif ekonomi. Dari hasil analisis keuangan. Karena masalah tersebut saya ditemukan setidaknya tiga kategori umum keluar dari PKB. Tidak hanya itu, Saya pada motif ini, pertama, politisi pindah partai karena membutuhkan sumber daya Pada kenyataannya, terdapat ekonomi yang besar untuk menopang indikasi bahwa beberapa politisi pindah pergerakan politik mereka. Politisi pada tipe partai dengan motif ekonomi khususnya ini terutama mengincar partai-partaibesar pada Pemilihan Legislatif Kabupaten yang memang secara finansial mampu Pekalongan Tahun 2014. Dikaitkan dengan membiayai kader-kadernya dalam proses ketiga kategori sebelumnya, maka motif kampanye pemilu/pileg yang memang ekonomi yang terjadi pada kasus politisi membutuhkan biaya yang relatif besar. Golkar pindah ke Nasdem (Fadholi) dan Kedua, politisi pindah partai karena ingin politisi PKNU pindah ke PPP (Nurhadi), memanfaatkan beragam peluang dan berada pada kategori pertama, yakni beragam kepentingan untuk kepentingan perpindahan mereka karena kepentingan pribadinya. Politisi pada tipe ini relatif sumber daya ekonomi yang besar untuk memiliki modal ekonomi yang kuat menopang proses kampanye pileg yang sehingga berpindah partai sejauh partai itu memang dijanjikan oleh kedu partai mampu memberikan peluang bagi dirinya tersebut (Nasdem dan PPP). untuk mendapat nomor urut teratas atau Partai Nasdem misalnya sebagai nomor urut jadi. satu-satunya partai parpol baru calon Ketiga, politisi pindah partai karena peserta pemilu 2014, mengumbar janji murni kepentingan mencari keuntungan dukungan logistik kampanye kepada para finansial yang lebih besar. Berpolitik bagi caleg sedikitnya bernilai antara Rp 5 miliar mereka seperti perdagangan yang sarat hingga Rp 10 miliar. Kenyataan ini dengan hukum ekonomi. Mereka meyakini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi dengan menggelontorkan modal besar Nasdem untuk merekrut kaderdan politisi dalam penjalegan akan mendapatkan berpengalaman dari parpol lain untuk keuntungan yang besar pula. Politisi seperti pindah ke Nasdem. Hal ini seperti yang ini sudah menghitung kapan waktunya diungkapkan oleh Fadholi yang sebelumnya untung dalam berpolitik, sehingga adalah kader Golkar kemudian pindah ke menjelajah dari satu partai ke partai lain partai Nasdem karena motif ekonomi: yang dianggap dapat mendukung tujuan Partai Nasdem saat pileg 2014 ekonomi-politiknya, salah satunya untuk memang gencar-gencarnya merekrut caleg- mengembangkan sayap bisnisnya. caleg berpengalaman dengan janji akan memberi modal Rp 5-10 miliar untuk keperluan logistic kampanye para mendorong para politisi yang lemah calegnya. Saat pemilu legislatif 2014, ekonomi untuk mencari dana dari berbagai memang banyak yang pindah ke Nasdem, sumber yang ada, termasuk mengincar termasuk saya sendiri. Harus diakui biaya partai-partai yang kuat anggarannya. kampanye pileg itu memang kita butuh Namun tidak dipungkiri juga, pada banyak biaya besar, nah yang Nasdem lakukan kasus sumber anggaran partai menjadi adalah support biaya dan fasilitas untuk sangat tergantung pada donatur privat yang caleg, supaya kita bisa optimal sebagai kaya raya sehingga ada kemungkinan para perangkat pemenangan partai dalam investor atau pemodal itu dapat Pemilu Legislatif. memmengaruhi jalannya proses politik Berdasarkan keterangan informan sesuai kepentingan pribadinya. tersebut, diketahui bahwa menjelang Besarnya pengaruh uang di dalam Pemilihan legislatif di Kabupaten politik membuka peluang bagi pihak-pihak Pekalongan Tahun 2014, Nasdem menjalin tertentu untuk dapat memenuhi segala komunikasi dengan pihak-pihak yang kepentingan mereka dengan memberikan potensial untuk direkrut menjadi caleg sejumlah uang kepada para politisi. Nasdem. Selain kader dari parpol lain, Meskipun, harus diakui, banyak pengusaha Nasdem juga intensif menjaring caleg dari yang memberikan donasi politik kepada berbagai latar belakang yang belum partai/politisi atas dasar ideologi, tetapi bergabung dalam parpol manapun. Peluang banyak pula pengusaha yang memberikan yang diberikan oleh Nasdem ini tentunya donasi dengan pamrih tertentu terlepas dari dimanfaatkan oleh sejumlah politisi program dan ideologi yang diusung terutama yang terkendala dengan biaya partai/politisi, sehingga sang pengusaha kampanye, sehingga partai yang lemah dari tetap memiliki “saham” pada kandidat sisi anggaran kampanye pun sangat manapun yang akhirnya memenangi berpotensi ditinggalkan oleh kadernya. pemilu.persoalan lain terkait ekonomi Selain karena tingginya biaya politik adalah ketika partai atau kandidat kampanye yang harus dikeluarkan oleh politik tidak memiliki kesempatan yang politisi caleg, mereka juga menghabiskan setara terhadap akses pendanaan. banyak uang untuk melakukan survey, Motif Keterpilihan dalam Pileg penasehat politik, dan iklan di media massa. Pada kedua kasus politisi yang Tingginya biaya politik ini akhirnya dianalisa, menunjukan adanya kecenderungan di balik perpindahan mereka Berdasarkan keterangan informan ke partai lain, karena posisi tawar partai tersebut, dapat dilihat bahwa motif baru yang akan dimasuki lebih mampu perpindahan partai seorang politisi erat memenuhi tuntutan mereka terutama untuk kaitannya dengan perhitungan tingkat meraih jabatan structural yang strategis keterpilihan mereka pada momentum dalam partai maupun ketika mereka Pemilu Legislatif 2014. Karena motif inilah mencalonkan diri sebagai peserta pemilu sehingga posisi partai menjadi sangat (calon legislatif). signifikan bagi politisi yang akan maju dalam Pileg. Namun demikian, perpindahan Politisi Nurhadi misalnya, yang Nurhadi dari PKNU ke PPP tidak serta tadinya merupakan kader PKNU kemudian merta terjadi. Secara individual motif memutuskan pindah partai, karena PPP politisi juga disebabkan tuntutan memiliki basis massa atau konstituen pragmatisme politik dari kader di satu sisi, terbanyak. Seperti halnya diprediksi oleh dan faktor kelemahan serta rapuhnya sistem banyak pihak termasuk paparan data kaderisasi diinternal partai di sisi yang lain. lembaga survey dan rilis beberapa media, Diterimanya Nurhadi sebagai anggota baru akan meraik kemenangan pada Pemilu dalam partai PPP memiliki beragam Legislatif 2014 atau menjadi partai dengan pertimbangan, terutama perpindahan itu pemilih terbesar. Gejala ini tentu saja menjelang penyelenggaraan Pemilu memengaruhi sebagian politisi untuk Legislatif 2014. Berkenaan dengan hal berpindah partai dengan ekspektasi tingkat tersebut, politisi PPP Nurhadi dalam keterpilihan mereka pada Pileg 2014 lebih wawancara mengemukakan sebagai berikut besar. Terkait dengan hal ini, Nurhadi : mengemukakan : Saya merupakan sekertaris DPC Saya pindah dari PKNU ke PPP pada saat di PKNU, tugas saya seperti dikarenakan PKNU tidak lolos verifikasi, mempersiapkan verifikasi keikutsertaan oleh karena itu saya pindah ke partai partai dalam pemilu dan mengikuti memiliki ideology yang sama dengan partai pertemuan anggota. Di PPP saya menjadi lama saya namun memiliki basis massa wakil ketua di bagian yang lebih besar, dimana PPP merupakan kepemimpinan/leadership termasuk partai lama yang memungkinkan memiliki pemenangan pemilu, LKK, dan kader suara yang besar. kepemimpinan. Setiap sebulan sekali beliau mengikuti pertemua DPC di PPP. Saya instrument sosialisasi dan kampanye, memiliki keyakinan bahwa PPP memiliki berupa baju kaos, poster, spanduk, suara yang besar, maka saya tidak kalaupun ada dalam bentuk dana yang mempermasalahkan. diberikan kepada caleg hanya uang saksi waktu pemilu yang ditiap TPSnya Keterangan wawancara tersebut di diharuskan ada dua saksi. atas menunjukan bahwa politisi ini memiliki posisi tawar yang tinggi sebagai Didasarkan pada keterangan calon legislatif, yakni basis massa wawancara diatas, tampak sebuah pendukung yang riil di daerah, sehingga bargaining politik antara politisi dengan tidak mengherankan jika partai (PPP) partai, dimana keduanya saling mendukung memberikan peluang serta dukungan satu sama lain untuk mencapai tujuan sumber daya politik kepada politisi tersebut kemenangan di Pemilu Legislatif 2014. untuk maju bertarung di Pemilu Legislatif Fakta menarik yang diungkapkan informan 2014. Dalam konteks inilah tampak tersebut, adalah kecenderungan partai kecenderungan adanya tawar menawar yang melakukan perekrutan (politisi) dalam menguntungkan secara timbal balik rangka memperluas jaringan politik. Karena (simbiosis mutualisme) kedua pihak. itu, tidak mengherankan fenomena politisi Politisi tentu membutuhkan kendaraan pindah partai semakin marak terjadi dalam politik, sementara partai juga membutuhkan momentum Pemilihan Legislatif, sebab figure yang mampu meraih kursi legislatif. partai politik senantiasa memberikan ruang bagi siapa saja yang berkeinginan menjadi Dengan menggunakan partai politik, calon legislatif dengan pertimbangan politisi tidak lagi bekerja sendiri, tetapi juga kuantitatif seberapa besar kemampuannya dibantu oleh kekuatan sumber daya partai. meraih suara rakyat. Kualitas personal Hal ini seperti yang diungkapkan oleh politisi pun menjadi taruhannya, di mana politisi dari Nasdem, Fadholi, yang mekanisme rekrutmen calon legislatif oleh menyatakan bahwa partai memberikan partai yang serba instan itu sering dukungan kepada kader yang mencalonkan mengabaikan dimensi integritas dan diri sebagai calon legislatif pada Pemilihan kapabilitas personal politisi. Legislatif 2014 di Kabupaten Pekalongan : Motif Pragmatis Kalau jadi caleg di Nasdem diberi fasilitas bukan berupa dana melainkan Jika dianalisi berdasarkan data mendapatkan imbalan, baik posisi yang empiris, maka teori pilihan rasional tersebut strategis di struktur partai maupun dalam lebih tampak menggambarkan sisi hal dukungan terhadap kader untuk ikut pragmatisme politik dalam kontek perilaku berkompetisi pemilu : para politisi. Perpindahan politisi dari satu Saya pindah ke Partai Nasdem partai ke partai yang lain tentunya memiliki karena Golkar sangat eksklusif, banyak tujuan pragmatis, salah satu di antaranya syarat yang membatasi hak saya untuk ikut meraih kekuasaanaktual yakni menduduki serta di pemilu legilatif. Selama ini saya jabatan politik atau kursi pemerintahan. telah memperjuangkan kebesaran dan Politisi yang hendak mencari kekuasaan itu kejayaan Golkar di Kab. Pekalongan, tapi akan mempertimbangkan sumber daya tidak ditempatkan di posisi strategis dalam politik, dalam konteks ini partai politik struktur Partai Golkar. Wajar kalau timbul sebagai instrumennya. Dari sini dapat rasa kecewa terhadap partai ini, dedikasi diidentifikasi rasionalitas politik para saya terasa sia-sia karena tidak sesuai politisi sehingga ia konsisten bertahan dengan imbalan yang diberikan partai berjuang di suatu partai, atau sebaliknya politik. Bedanya kalau di Nasdem, berpindah ke partai yang dianggap lebih mekanisme rekrutasinya agak longgar potensial. untuk mengisi jabatan di struktur partai Berdasarkan temuan data lapangan, dikarenakan Nasdem yang merupakan diketahui motif rasional perpindahan partai partai baru, Nasdem juga mendukung saya dari politisi Partai Nasdem yang untuk mencalonkan diri sebagai calon sebelumnya berkarir di Golkar. Kader legilatif 2014. Partai Nasdem, Fadholi, menilai bahwa Tuntutan individual setiap kader partisipasi politik dan dedikasinya selama dalam partai politik adalah suatu berkarir di Golkar kurang diapresiasi. Hal keniscayaan, meskipun ada sebagian kader ini menyebabkan pergeseran orientasi yang menang berpartisipasi politik secara politik dari “idealisme” menuju suka rela tanpa menuntut imbalan apa pun. “pragmatisme”, dimana Fadholi Inilah problem yang umumnya dihadapi beranggapan bahwa pergerakan politiknya oleh partai berbasis kader, karena anggota- terhambat karena partainya cenderung anggotanya dituntut memiliki jiwa eksklusif (tertutup), sementara pengabdian yang tinggi dengan mekanisme perjuangannya membesarkan partai kurang peraturan organisasi yang sangat ketat. Sementara faktanya tidak semua kader yang memikat, sehingga mampu memengaruhi masuk dalam sebuah partai memiliki kader-kader dari partai lain untuk berpindah loyalitas dan dedikasi yang tinggi, partai. Partai kader yang sangat ideologis melainkan ada kepentingan personal yang dan eksklusif dalam hal ini dianggap tidak lebih pragmatis dibandingkan sekedar mampu memenuhi tuntutan kadernya memperjuangkan idealitas organisasi sendiri. Meskipun kapabilitas, loyalitas dan politik. dedikasi kader telah ditunjukan, namun Fenomena yang tampak sama juga tidak menjamin seorang politisi dapat terjadi pada politisi PPP yang dahulu menduduki posisi yang strategis dalam berkarir di PKNU dan PKB. Nurhadi yang struktur partai politik atau dukungan untuk kini menduduki jabatan sebagai Wakil berkompetisi di pemilu. Ketua bidang Kepemimpinan DPC PPP

Kabupaten Pekalongan, beranggapan bahwa karirnya kurang baik dalam prospek politik D. PENUTUP jangka panjang, mengingat kedudukannya Kesimpulan hanya sebagai anggota biasa atau tidak Berdasarkan pembahasan pada bab dalam posisi strategis dalam struktur partai. sebelumnya, maka pada bab ini penulis Saat di PKNU, saya sendirian akan menguraikan kesimpulan dan saran menjadi dewan yang membuatnya serba yang relevan dengan masalah penelitian. salah mengurus kegiatan partai, saat di Pertama, kesimpulan yang berisi uraian PPP, hanya masalah dari pusat seperti singkat dari hasil penelitian mengenai motif yang diterangkan di atas yang membuat politisi berpindah partai. suara PPP di Pekalongan turun drastis. 1. Fenomena politisi pindah Namun suara untuk pencalonan tidak ada partai di Kabupaten Pekalongan merupakan kendala. suatu realitas politik yang lumrah dalam kancah perpolitikan Indonesia, dikarenakan Pada contoh kedua kasus politisi banyaknya motif dari para politisi. Hal ini berpindah partai tersebut, dapat dilihat sebagai wujud kemunduran demokrasi adanya pergeseran orientasi politik, baik politik di Indonesia. pada level ideologi maupun pada aspek 2. Maraknya politisi pindah rasionalitas tindakan politik kader partai. partai khususnya di Kabupaten Pekalongan Pada kenyataannya, partai yang bertipikal dilatarbelakangi oleh buramnya ideologi pragmatis memiliki daya tarik yang partai politik, gagalnya partai politik dalam melakukan pendidikan politik, serta sistem pengkaderan yang tidak efektif. Partai Daftar Pustaka politik kurang mapan dalam fungsi Nur Hidayat Sardini, Restorasi kaderisasi sehingga kader dalam aktivitas Penyelenggaraan Pemilu di politiknya tidak menjiwai ideologi partai. Indonesia,Fajar Media Press, Yogyakarta, 2011. Saran 1. Perlu adanya revitalisasi secara komprehensif partai politik dalam aktivitas politiknya, partai politik harus mengembalikan kittah perjuangannya sebagai jembatan dalam menyampaikan aspirasi rakyat. 2. Masyarakat harus berperan secara aktif dalam mengawasi aktivitas partai politik. 3. Perlu adanya reformasi struktural dan sistem pengkaderan partai politik. Partai politik bukan hanya sebagai jembatan menuju kekuasaan namun parpol harus mampu mendidik dan membentuk karakter kadernya. Mekanisme perekrutan partai politik harus dilakukan secara filter, terbuka serta melibatkan elemen lain seperti, akademisi, tokoh agama, dan para tokoh adat/masyarakat.

Perlu adanya revisi Undang-undang partai politik, dalam hal ini kader partai politik yang tersangkut korupsi maka sanksi bukan hanya diberikan terhadap oknum namun juga terhadap institusi parpol.