RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

BAB 3 ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturanperundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untukmewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten Karawang perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaanpembangunan Bidang Cipta Karya. 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan. 3.1.1.1 RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu: a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri,perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4)penyediaan sumber- sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial. d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu :  RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.  RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 2

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.  RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3.1.1.2 RPJM Nasional 2010 – 2014 (Perpres No. 05 Tahun 2010)

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah,persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu: a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %. b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk. c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan. d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 3

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui: a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah, b. Memastikan ketersediaan air baku air minum, c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman, d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan, e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi, f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman, g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

3.1.1.3 MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju denganpertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukimanpada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasantersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEKyang sama.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 4

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.1.1.4 MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia) Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.

Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 5

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu: TAHAP 1 (Periode 2013-2014)  Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun 2014;  Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG- KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);  Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;  Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 . TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)  Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;  Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;  Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;  Penguatan sustainable livelihood. TAHAP 3 (Periode 2020-2025)  Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;  Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 6

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.1.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

3.1.1.6 Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 7

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.2.1 RTRW NASIONAL

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan: 1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; 3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; 4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia; 5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 8

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; 7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; 8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan 9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional

RTRWN menjadi pedoman untuk : 1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional 3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional 4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi 6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Nasional

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya; b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 9

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

e. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi: f. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat,laut, dan udara; g. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi h. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik i. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;dan j. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi: a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi: 1. Sistem perkotaan nasional; 2. Sistem jaringan transportasi nasional 3. Sistem jaringan energi nasional 4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan 5. Sistem jaringan sumber daya air.

1. Sistem Perkotaan Nasional Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang RencanaTata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintahkabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW, dan PKL dapat berupa: a. Kawasan megapolitan; b. Kawasan metropolitan;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 10

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

c. Kawasan perkotaan besar; d. Kawasan perkotaan sedang; atau e. Kawasan perkotaan kecil.

Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi PKN PKW PKL Daerah Khusus Kawasan Perkotaan Ibukota - - - Jabodetabek Jawa Barat - Banten Kawasan Perkotaan - Raya Cikampek - Cirebon Cikopo Jawa Barat Palabuhan ratu Indramayu Kadipaten Tasikmalaya Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas: a. Sistem jaringan transportasi darat; b. Sistem jaringan transportasi laut; dan c. Sistem jaringan transportasi udara. 3. Sistem Jaringan Energi Nasional Sistem jaringan energi nasional terdiri atas: a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. pembangkit tenaga listrik; dan c. jaringan transmisi tenaga listrik. 4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.

C. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas: a. Kawasan lindung nasional; dan b. Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional 1. Kawasan Lindung Kawasan lindung nasional terdiri atas: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\ bawahannya;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 11

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

b. Kawasan perlindungan setempat; c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; d. Kawasan rawan bencana alam; e. Kawasan lindung geologi; dan f. Kawasan lindung lainnya.

Tabel 3.2 Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi Suaka Margasatwa Gunung Sawal Kabupaten Ciamis Cagar Alam Gunung Kabupaten Bandung Barat Cagar Alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Papandayan Kabupaten Garut Cagar Alam Gunung Burangrang Kabupaten Subang dan Purwakarta Cagar Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cagar Alam Gunung Simpang Jawa Barat Cianjur Taman Nasional Gunung Gede – Kabupaten Ciajur, Kabupaten Pangrango Sukabumi dan Kabupaten Kabupaten Bogor dan Kabupaten Taman Nasional Halimun – Salak Sukabumi Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Taman Wisata Alam Gunung Kabupaten Sumedang Tampomas Taman Wisata Alam Laut Cijulang Kabupaten Pangandaran Kabupaten Bandung, Kabupaten Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi Sumedang dan Kabupaten Garut Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis Kawasan budi daya terdiri atas: a. Kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas: 1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; 2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan 3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi. b. Kawasan peruntukan hutan rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. c. Kawasan peruntukan pertanian Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria: 1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 12

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi; 3. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau 4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air. 5. Kawasan peruntukan perikanan; d. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria: 1. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau 2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup. e. Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi, serta air tanah. f. Kawasan peruntukan industri; Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria: 1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri; 2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau 3. Tidak mengubah lahan produktif. g. Kawasan peruntukan pariwisata; Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria: 1. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau 2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan. h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria: 1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana; 2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau 3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. i. Kawasan peruntukan lainnya Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

Tabel 3.3 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan Kawasan Bogor--Cianjur pertanian, pariwisata, industri Jawa Barat (Bopunjur dan Sekitarnya) dan perikanan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 13

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan perikanan, pertanian, pariwisata Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya dan perkebunan Kawasan Purwakarta, Subang, pertanian, industri, pariwisata Karawang (Purwasuka) dan perikanan industri, pertanian, pariwisata Kawasan Cekungan Bandung dan perkebunan Kawasan Cirebon-Indramayu- pertanian, industri, perikanan Majalengka-Kuningan (Ciayumaja dan pertambangan Kuning) dan Sekitarnya pertanian, industri, perkebunan, Kawasan Priangan Timur-Pangandaran pariwisata dan perikanan Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

D. Penetapan Kawasan Strategis Nasional Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkankepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan; 2. Pertumbuhan ekonomi; 3. Sosial dan budaya; 4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;dan/atau 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Tabel 3.4 Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Strategis Nasional Lokasi Kota Bandung, Kabupaten Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Kota Cimahi dan Bandung Kabupaten Sumedang Kawasan Fasilitas Uji Terbang Kabupaten Garut Roket Pamengpeuk Kawasan Stasiun Pengamat Kabupaten Garut Jawa Barat Dirgantara Pamengpeuk Kawasan Stasiun Pengamat Kabupaten Sumedang Dirgantara Tanjung Sari Kawasan Stasiun Telecomand Provinsi Jawa Barat Kawasan Stasiun Bumi Provinsi Jawa Barat Penerima Satelit Mikro Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

3.1.2.2 RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan kriteria: a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 14

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

berdasarkan geostrategi nasional; b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. 2. Pertumbuhan ekonomi Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria: a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; c. memiliki potensi ekspor; d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. 3. Sosial dan budaya Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria: a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional; b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa; c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan; d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional; e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. 4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 15

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria: a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir; b. memiliki sumber daya alam strategis nasional; c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa; d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau e. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria: a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati; b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f. rawan bencana alam nasional; atau g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut : a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan; c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar; d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo; e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 16

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.1.2.3 RTRW PULAU

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rincidan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah: a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruangantara lain mencakup arahan pengembangan kawasanlindung dan budidaya, serta arahan pengembangan polaruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembanganRTH. b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yangmemberikan arahan batasan wilayah mana yang dapatdikembangkan dan yang harus dikendalikan. c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah: a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau ; b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau ; c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

3.1.2.4 RTRW PROVINSI JAWA BARAT

RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Daerah.

Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam : a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana sektoral lainnya; b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor; d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 17

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 e. Penataan ruang KSP; dan f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi : a. Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang; b. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan c. Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang

1. Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi : a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif; b. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci; c. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP. Strategi perencanaan tata ruang meliputi : a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang; b. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan RTRWP; c. Menjadikan RTRWP sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah; d. Penyusunan kesepakatan RTRWP dengan rtrw provinsi yang berbatasan; e. Penyusunan rencana tata ruang KSP

2. Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang meliputi : a. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah; Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6 (enam) WP serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan. Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan. Penetapan WP merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional. Pembagian WP terdiri atas : a. WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 18

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur; b. WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka, meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang; c. WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang; d. WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan) yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar; e. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur; dan f. WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang. Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP, meliputi: a. Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya; b. Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan Timur- Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 19

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 c. Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP KK Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya; d. Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan sekitarnya, ditetapkan menjadi kawasan yang ditingkatkan perkembangannya. Strategi pengembangan wilayah untuk kawasan dilakukan dengan : a. Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi : 1. Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang berdayasaing dan ramah lingkungan; 2. Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah; 3. Menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang menarik arus migrasi masuk tinggi; 4. Mengembangkan sistem transportasi massal; 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan 6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis das dan pemanfaatan sumberdaya alam. b. Mendorong pengembangan wilayah, meliputi: 1. Memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai dengan arahan RTRWP; 2. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri dan perdagangan/jasa; 3. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah; 4. Menjamin ketersediaan serta kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan. c. Membatasi pengembangan wilayah, meliputi:

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 20

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

1. Mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan; 2. Meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan; 3. Meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan; 4. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan; 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan 6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis das. d. Meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi: 1. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa; 2. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah; 3. Mengembangkan sistem transportasi massal; 4. Menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan 5. Meningkatkan koordinasi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan.

3. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a. Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu PKN, pknp, PKW, pkwp, dan PKL; b. Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya; c. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan; d. Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak melebihi dayadukung dan dayatampungnya;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 21

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 e. Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah; f. Mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk. Strategi pemantapan peran kawasan perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan meliputi : a. Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi; b. Mengembangkan kegiatan ekonomi di bagian timur dengan orientasi pergerakan ke arah Cirebon; c. Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian selatan menjadi PKNp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi; d. Meningkatkan peran PKW sebagai penghubung pergerakan dari PKL ke PKN terdekat melalui pengembangan prasarana dan permukiman yang dapat memfasilitasi kegiatan ekonomi di wilayah sekitarnya; e. Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian timur dan selatan menjadi PKWp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; f. Meningkatkan peran PKL perkotaan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan g. Meningkatkan peran PKL perdesaan sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan Strategi pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung lingkungan serta fungsi kegiatan dominannya meliputi: a. Mengendalikan mobilitas dan migrasi masuk terutama ke wilayah pusat pertumbuhan; b. Mengendalikan pertumbuhan permukiman skala besar dan mendorong pengembangan permukiman vertikal di kawasan padat penduduk, antara lain di kawasan perkotaan Bodebek dan kawasan perkotaan Bandung Raya; c. Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman skala besar dan mendorong pengembangan permukiman vertikal di Kawasan Pantura untuk mengurangi kecenderungan alih fungsi lahan sawah; dan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 22

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 d. Mengendalikan perkembangan kegiatan industri manufaktur dan kawasan permukiman skala besar di koridor Bodebek-Cikampek-Bandung. Strategi pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara dan wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan meliputi : a. Menetapkan WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, dan WP KK Cekungan Bandung ; b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi wilayah belakangnya (hinterland); dan c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. Strategi pengendalian dan pengembangan sistem kota di wilayah selatan sesuai dengan dayadukungnya meliputi : a. Menetapkan WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur- Pangandaran; b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi; dan c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. Strategi penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk terwujudnya sistem kota di Daerah meliputi : a. Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana wilayah untuk mendukung pergerakan di sepanjang koridor kawasan perkotaan Bandung Raya-Cirebon, dan kawasan perkotaan Pangandaran ke arah Cirebon; b. Mengembangkan sistem angkutan umum massal di Kawasan Perkotaan Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung Raya dan Cirebon untuk mengurangi masalah transportasi perkotaan; c. Realisasi rencana pengembangan pelabuhan laut Internasional Cirebon dan Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, untuk memantapkan peran kawasan perkotaan Cirebon dan mengurangi intensitas kegiatan di Kawasan Perkotaan Bodebek dan Kawasan Perkotaan Bandung Raya;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 23

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP; e. Mengembangkan sistem energi dan kelistrikan yang dapat memantapkan fungsi PKW, PKWp, PKL perkotaan, dan PKL perdesaan; f. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian; g. Mengembangkan sistem Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) regional sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan perkotaan dan ekonomi; h. Mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk menunjang kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKL perkotaan, PKL perdesaan, PKW, dan PKWp; dan i. Meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya, terutama di PKL perkotaan dan PKL perdesaan, untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi ke pusat kegiatan di PKN dan PKW. Strategi pendorong terlaksananya peran WP dan KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk meliputi : a. Menentukan fungsi setiap WP agar terjadi sinergitas pembangunan; b. Menentukan arah pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap WP; c. Optimalisasi fungsi PKW dan PKL dalam setiap WP; dan d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam WP. 4. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang. Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi : a. Pengembangan kawasan lindung; dan b. Pengembangan kawasan budidaya. 5. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi : a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 24

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

b. Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang; c. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan kabupaten/kota, berpedoman pada rtrwp; d. Pemberian izin pemanfaatan ruang oleh kabupaten/kota yang berdampak besar dan/atau menyangkut kepentingan nasional dan/atau provinsi, dikoordinasikan dengan gubernur.

B. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Rencana tata ruang wilayah provinsi terdiri dari : 1. Rencana struktur ruang wilayah provinsi, meliputi :  Rencana pengembangan sistem perkotaan meliputi : 1. Sistem perkotaan di Daerah terdiri atas : a. Penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung Raya, dan Cirebon sebagai PKN, dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi; b. Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai pknp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi; c. Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek-Cikopo, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai PKW, dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala nasional; d. Penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai pkwp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; e. Penetapan kawasan Cikarang, Cibinong, Cimanggis, Cibadak, Cianjur, Sindangbarang, Purwakarta, Karawang, Soreang, Padalarang, Sumedang, Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka, Kuningan, Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan; f. Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang Tengah, Sukanagara, Wanayasa, Plered, Rengasdengklok, Cilamaya, Ciwidey, Banjaran, Majalaya, Ciparay, Cicalengka, Rancaekek, Cilengkrang, Cililin,

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 25

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Ngamprah, Cisarua, Lembang, Tanjungsari, Wado, Tomo, Conggeang, Ciasem, Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel, Kandanghaur, Patrol, Gantar, Arjawinangun, Palimanan, Lemahabang, Ciledug, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus, Ciawigebang, Luragung, Kadugede, Cikajang, Bungbulang, Karangnunggal, Kawali, Cijeungjing, Cikoneng, Rancah, Panjalu, Pamarican dan Cijulang sebagai PKL Perdesaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan.

Tabel 3.5 Sistem Perkotaan Provinsi PKL PKL NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PERKOTAAN PERDESAAN 1 Kota Bekasi 2 Kab Bekasi 3 Kota Bogor Bodebek 4 Kab Bogor 5 Kota Depok 6 Kota Sukabumi Sukabumi 7 Jampang kulon Kab Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak Sagaranten Sukabumi Jampang tengah 8 Cianjur Kab Cianjur Sukanagara Sindangbarang 9 Kab Purwakarta Wanayasa

Purwakarta Cikopo- Plered 10 Kab Cikampek Rengasdengklok Karawang Karawang Cilamaya 11 Kota

Bandung 12 Kab Bandung Kawasan 13 Kab Bandung Perkotaan Barat Bandung 14 Kota Cimahi Raya 15 Wado Kab Sumedang Tomo Sumedang Conggeang 16 Ciasem Pamanukan Pagaden Kab Subang Subang Kalijati Jalan Jagak Pusakanagara 17 Karangampel Kab Kandanghaur Indramayu Jatibarang Indramayu Patrol Gantar 18 Kota Cirebon Cirebon 19 Kab Cirebon 20 Kertajati Jatiwangi Kab Kadipaten Majalengka Rajagaluh Majalengka Cikijing Talaga 21 Cilimus Kab Ciawigebang Kuningan Kuningan Luragung Kadugede

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 26

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

PKL PKL NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PERKOTAAN PERDESAAN 22 Garut Cikajang Kab Garut Rancabuaya Pameungpeuk Bungbulang 23 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya 24 Kab Singaparna Karangnunggal Tasikmalaya 25 Kawali Cijeungjing Ciamis Cikoneng Kab Ciamis Pangandaran Pangandaran Banjarsari Rancah Parigi Panjalu Pamarican Cijulang 26 Kota Banjar Banjar Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.6 Sistem Perkotaan PKN (Kawasan Perkotaan BODEBEK) PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Kota Bekasi Tarumajaya Cikarang Tambun Setu Kota Bogor Cileungsi Kawasan Jonggol Perkotaan Parung Bodebek Semplak Cibinong Rumpin

Parungpanjang Leuwiliang Jasinga Cigudeg Kota Depok Cimanggis Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.7 Sistem Perkotaan (Kawasan Perkotaan Bandung Raya) PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Kota Bandung Ciwidey Banjaran Majalaya Kabupaten Bandung Soreang Ciparay Cicalengka Kawasan Rancaekek Perkotaan Cilengkrang Bandung Raya Cililin Kabupaten Bandung Padalarang Ngamprah Barat Cisarua Lembang Kota Cimahi Kabupaten Sumedang Tanjungsari Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.8 Sistem Perkotaan (PKN Cirebon) PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Cirebon Kota Cirebon

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 27

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Arjawinangun Palimanan Kabupaten Cirebon Sumber Lemahabang Ciledug Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

 Rencana pengembangan infrastruktur wilayah. Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di Daerah, meliputi : a. Pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan terdiri atas :  Pengembangan jaringan jalan primer yang melayani distribusi barang dan jasa yang menghubungkan PKN, pknp, PKW, pkwp dan PKL;  Pengembangan jaringan jalan tol dalam kota maupun antarkota sebagai penghubung antarpusat kegiatan utama;  Pengembangan jaringan kereta api yang berfungsi sebagai penghubung antar PKN serta antara PKN dengan pknp dan pkwp;  Pengembangan bandara dan pelabuhan nasional maupun internasional serta terminal guna memenuhi kebutuhan pergerakan barang dan jasa dari dan ke Daerah dalam skala regional, nasional, maupun internasional; dan  Pengembangan sistem angkutan umum massal dalam rangka mendukung pengembangan pusat kegiatan utama. b. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi berbasis DAS terdiri atas :  WS Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum;  WS Cimanuk-Cisanggarung;  WS Citanduy;  WS Ciwulan-Cilaki; dan  WS Cisadea-Cibareno. c. Pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan terdiri atas :  Pengembangan instalasi dan jaringan distribusi listrik untuk meningkatkan pasokan listrik ke seluruh wilayah;  Pengembangan energi terbarukan meliputi panas bumi, energi potensial air, energi surya, energi angin dan bioenergi; dan  Pengembangan energi tak terbarukan meliputi bahan bakar minyak, gas, dan batubara untuk meningkatkan pasokan energi.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 28

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

d. Pengembangan infrastruktur telekomunikasi terdiri atas :  Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum terjangkau sinyal telepon;  Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum dilalui jaringan terestrial telekomunikasi; dan  Pengembangan Cyber Province. e. pengembangan infrastruktur permukiman, terdiri atas :  Pengembangan hunian vertikal di perkotaan;  Pengembangan kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun di perkotaan;  Peningkatan pelayanan sistem air minum;  Pengelolaan air limbah dan drainase;  Pengelolaan persampahan;  Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh;  Pembangunan kawasan dan sarana olahraga;  Pembangunan pusat kebudayaan;  Pembangunan rumah sakit;  Pembangunan pasar induk regional;  Pengembangan/pembangunan homeindustry;  Peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan;  Peningkatan dan pembangunan pusat kegiatan belajar; dan  Pembangunan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) pembantu.

2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri atas: a. Kawasan Lindung Provinsi Rencana pola ruang kawasan lindung provinsi meliputi : a. Menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45% dari luas seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasanhutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018; b. Mempertahankan kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS); c. Mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air; dan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 29

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 d. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung. Kawasan lindungterdiri dari: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi : 1. Kawasan hutan lindung; 2. Kawasan resapan air; b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi : 1. Sempadan pantai; 2. Sempadan sungai; 3. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ; 4. Kawasan sekitar mata air; 5. RTH di kawasan perkotaan; c. Kawasan suaka alam, meliputi : 1. Kawasan cagar alam; 2. Kawasan suaka margasatwa; 3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; 4. Kawasan mangrove; d. Kawasan pelestarian alam, meliputi : 1. Taman nasional; 2. Taman hutan raya; 3. Taman wisata alam; e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; f. Kawasan rawan bencana alam, meliputi : 1. Kawasan rawan tanah longsor; 2. Kawasan rawan gelombang pasang; 3. Kawasan rawan banjir; g. Kawasan lindung geologi, meliputi : 1. Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars; 2. Kawasan rawan bencana alam geologi; 3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; h. Taman buru; i. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ; j. Terumbu karang;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 30

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

k. Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi; dan l. Kawasan yang sesuai untuk hutan lindung.

Tabel 3.9 Kawasan Lindung Provinsi Jawa Barat Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik 1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya Tereletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH): Bogor, 1.1 Kawasan Hutan Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Kawasan Bandung Utara, berfungsi lindung Hutan Lindung Hutan Kawasan Bandung Selatan, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,

Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Kuningan. 1.2 Kawasan Non Hutan Tersebar di Jawa Barat resapan air 2. Kawasan Perlindungan Setempat Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, 2.1 Sempadan pantai Non Hutan Kab. Subang, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Cirebon 2.2 Sempadan sungai Non Hutan Terletak di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS)  Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten Purwakarta;  Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta – Cianjur - Bandung Barat;  Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung;  Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak di Kabupaten Bandung Barat;  Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido, Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor;  Waduk Darma, Waduk Wulukut, Waduk Dadap 2.3 Kawasan sekitar Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan; waduk dan Non Hutan  Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di Kabupaten danau/situ Cirebon;  Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten Indramayu;  Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan, Situ Rancabeureum, terletak di Kabupaten Majalengka;  Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang;  Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Bekasi;  Situ Kamojing, terletak di Kabupaten Karawang;  Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut;  Situ Gede, terletak di Kabupaten Tasikmalaya;  Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok. 2.4 Kawasan sekitar Non Hutan Tersebar di Jawa Barat mata air 2.5 Ruang Terbuka Hutan dan Tersebar di Jawa Barat Hijau Kota Non Hutan 3. Kawasan Suaka Alam  Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar 3.1 Kawasan Hutan Alam Dungus Iwul, terletak di Kabupaten Bogor; Hutan Cagar Alam Konservasi  Cagar Alam Talaga Warna, terletak di Kabupaten Bogor – Cianjur;  Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas , dan Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, terletak di Kabupaten Cianjur;  Cagar Alam Gunung Simpang, terletak di Kabupaten Bandung - Cianjur;  Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar,

Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II, Cagar Alam Yung Hun, dan Cagar Alam Gunung Tilu, terletak di Kabupaten Bandung;  Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam Kawah Kamajong, terletak di Kabupaten Bandung - Garut;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 31

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik  Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung - Subang;  Cagar Alam Talaga Bodas dan Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut;  Cagar Alam Sukawayana, Cagar Alam Cibanteng, Cagar Alam Tangkuban Parahu (Palabuhanratu), terletak di Kabupaten Sukabumi;  Cagar Alam Burangrang, terletak di Kabupaten Purwakarta;  Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Kabupaten Sumedang;  Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Kabupaten Ciamis. . Suaka Margasatwa Cikepuh terletak di Kabupaten Sukabumi 3.2. Kawasan . Suaka Margasatwa Gunung Sawal terletak di Kabupaten Hutan suaka Hutan Konservasi Ciamis margasatwa . Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di Kabupaten Tasikmalaya 3.3 Kawasan suaka . Suaka Alam Laut Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Hutan alam laut dan Hutan Garut Konservasi perairan lainnya . Suaka Alam Laut Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis . Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi 3.4 Kawasan pantai . Muara Bobos dan Blanakan, terletak di Kabupaten Subang Hutan berhutan bakau/ Hutan . Tanjung Sedari, terletak di Kabupaten. Karawang Konservasi payau . Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon 4. Kawasan Pelestarian Alam . Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kabupaten Sukabumi, Bogor Hutan . Taman Nasional Gunung Halimun terletak di Kabupaten 4.1. Taman Nasional Hutan Konservasi Sukabumi dan Bogor . Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka . Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda terletak Kabupaten Hutan Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung Hutan 4.2. Taman Hutan Raya . Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak di Kota Depok Konservasi . Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci di

Kabupaten Sumedang . Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, terletak di Kabupaten Bogor; . Taman Wisata Alam Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi; . Taman Wisata Alam Jember, terletak di Kabupaten Cianjur; . Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata Alam Cimanggu, terletak di Kabupaten Bandung; . Taman Wisata Alam Curug Dago, terletak di Kota Bandung; . Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat - Subang; . Taman Wisata Alam Curug Santri, terletak di Kabupaten 4.3. Taman Wisata Hutan Hutan Karawang; Alam Konservasi . Taman Wisata Alam Kawah Kamojang terletak di Kabupaten Bandung - Garut; . Taman Wisata Alam Papandayan, Taman Wisata Alam Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas, terletak di Kabupaten Garut; . Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, terletak di Kabupaten Sumedang; . Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan; . Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis; . Taman Wisata Alam lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota. 5. Kawasan Cagar Non Hutan . Istana Bogor, Batu Tulis, dan Gedung Negara BKPP

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 32

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik Budaya dan Ilmu Wilayah I terletak di Kota Bogor; Pengetahuan . Istana Cipanas, Megalitikum Gunung Padang, dan Kawasan Makam Rd. Aria di Cikundul, terletak di Kabupaten Cianjur; . Kawasan Gedung Sate, terletak di Kota Bandung; . Candi Bojong Menje dan Kawasan Makam Syech Mahmud di Kabupaten Bandung . Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat; . Makam Sunan Gunungjati, terletak di Kabupaten Cirebon; . Gua Sunyaragi, , Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Gedung Negara BKPP Wilayah III terletak di Kota Cirebon; . Museum Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan; . Kampung Naga dan Kawasan Makam Syech Sunan Rohmat Pamijahan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; . Gunung Kunci, Komplek Museum Prabu Geusan Ulun, Komplek Makam Dayeuh Luhur, terletak di Kabupaten Sumedang; . Candi , Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin, dan Gedung Negara BKPP Wilayah IV, terletak di Kabupaten Garut; . Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak di Kabupaten Bogor; . Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong Panjalu, dan Kampung , terletak di Kabupaten Ciamis; . Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; . Kampung Ciptagelar, terletak di Kabupaten Sukabumi; . Kawasan Makam Syech Tb. Ahmad Bakri, dan Gedung Negara BKPP Wilayah II, terletak di Kabupaten Purwakarta; . Kawasan Situs Candi Jiwa dan Makam Syech Quro, terletak di Kabupaten Karawang; dan . Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota. 6. Kawasan Rawan Bencana Alam Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. 6.1 Kawasan Rawan Non Hutan Garut, Kab. Purwakarta, Kab. Sumedang, Kab.Tasikmalaya, Tanah Longsor Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan & Kab. Cirebon 6.2 Kawasan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Non Hutan Gelombang Pasang Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Cirebon, Kota 6.3 Kawasan Rawan Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Non Hutan Banjir Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi 7. Kawasan Lindung Geologi 1. Kawasan Cagar Alam Geologi, meliputi :  Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat;  Kawasan Geologi Ciletuh, terletak di Kabupaten Sukabumi;  Kawasan Geologi Rancah, terletak di Kabupaten 7.1 Kawasan Konservasi Ciamis; dan Lingkungan Non Hutan  Kawasan Geologi Pasirgintung, terletak di Kabupaten Geologi Tasikmalaya. 2. Kawasan Kars, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. 1. Kawasan rawan bencana gunung api, meliputi :  Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan 7.2 Kawasan Rawan Kabupaten Sukabumi; Non Hutan Bencana Geologi  Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 33

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik  Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Kabupaten Bandung;  Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka;  Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut;  Kawasan Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat dan KabupatenSubang;  Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung; dan  Kawasan Gunung Galunggung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. 2. Kawasan rawan gempa bumi tektonik, tersebar di daerah rawan gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, daerah rawan gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, daerah rawan gempa bumi Purwakarta-Subang-Majalengka, dan daerah rawan gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis; 3. Kawasan rawan gerakan tanah, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis; 4. Kawasan yang terletak di zona sesar aktif, tersebar di Sesar Cimandiri (Palabuhanratu-Padalarang), Sesar Lembang (Bandung Barat), dan Sesar Baribis (Kuningan-Majalengka); 5. Kawasan rawan tsunami, tersebar di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi; dan 6. Kawasan rawan abrasi, tersebar di pantai Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. 7.3 Kawasan yang 1. Kawasan imbuhan air tanah, tersebar di Jawa Barat memberikan Non Hutan 2. Kawasan sempadan mata air, tersebar di Jawa Barat. perlindungan

terhadap air tanah 8. Kawasan Taman Hutan Taman Buru Gunung Masigit terletak di Kabupaten Bandung, Hutan Buru Konservasi Garut, dan Sumedang . Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi; . Kebun Raya Bogor, terletak di Kota Bogor; . Taman Safari Indonesia, Taman Buah Mekarsari, dan Gunung Salak Endah, terletak di Kabupaten Bogor; . Taman Bunga Nusantara, Kebun Raya Cibodas, dan Ciogong, terletak di Kabupaten Cianjur; . Pantai Pangumbahan dan Perairan Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi; . Jatiluhur/Sanggabuana, terletak di Kabupaten Purwakarta; 9. Kawasan . dan Gunung Patuha, terletak di Kabupaten perlindungan Non Hutan Bandung; plasma nutfah . Kebun Binatang Bandung, terletak di Kota Bandung; . Cimapang/Rancabuaya, terletak di Kabupaten Garut; . Gunung Cakrabuana, Sirah Cimunjul dan Gunung Galunggung terletak di Kabupaten Tasikmalaya; . Majingklak, Karang Kamulyan, Panjalu dan , terletak di Kabupaten Ciamis; . Gunung Ageung, terletak di Kabupaten Majalengka; . Muara Cimanuk dan Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; dan . Kebun Raya Kuningan, terletak di Kabupaten Kuningan. . Pantai Cilamaya, terletak di Kabupaten Karawang; 10. Terumbu Karang Non Hutan . Pantai Bobos, terletak di Kabupaten Subang;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 34

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik . Pantai Majakerta dan Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; . Pantai Karang Hawu, Cisolok, Citepus, Surade, Ciracap, dan Ciwaru, terletak di Kabupaten Sukabumi; . Pantai Santolo, Cilauteureun sampai Cagar Alam Sancang, Cikelet, terletak di Kabupaten Garut; . Pantai Cipatujah sampai Karangtawulan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; dan . Pantai Krapyak, Pantai Timur dan Barat Cagar Alam Pananjung, Pantai Karang Jaladri, terletak di Kabupaten Ciamis. . Tempat bertelur penyu hijau, terdapat di Ciracap dan Ujung 11. Koridor satwa dan Genteng, terletak di Kabupaten Sukabumi, serta Pantai biota laut yang Non Hutan Keusik Luhur, terletak di Kabupaten Ciamis; dilindungi . Tempat bertelur penyu, terdapat di Pantai Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. 12. Kawasan yang Tersebar di luar kawasan hutan negara, yang memiliki skor > sesuai untuk Non Hutan 175, dihasilkan dari analisis hutan lindung kriteria SK Mentan Hutan Lindung No. 837/KPTS/Um/11/1980. Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

b. Arahan pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi.

Tabel 3.10 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat No Kawasan Andalan Sektor Unggulan . Pertanian Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur . Pariwisata 1 (Bopunjur dan Sekitarnya) . Industri . Perikanan . Perikanan . Pertanian 2 Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya . Pariwisata . Perkebunan . Pertanian Kawasan Purwakarta, Subang, Karawang . Industri 3 (Purwasuka) . Pariwisata . Perikanan . Industri . Pertanian 4 Kawasan Cekungan Bandung . Pariwisata . Perkebunan . Pertanian Kawasan Cirebon-Indramayu-Majalengka- . Industri 5 Kuningan) . Perikanan . Pertambangan . Pertanian . Industri 6 Kawasan Priangan Timur-Pangandaran . Perkebunan . Pariwisata . Perikanan Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 35

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

C. Rencana Wilayah Pengembangan (WP) 1. WP Bodebekpunjur 2. WP Purwasuka 3. WP Ciayumajakuning 4. WP Priangan Timur – Pangandaran 5. WP Sukabumi dan Sekitarnya 6. WP KK Cekungan Bandung

Tabel 3.11 Arahan Pengembangan WP Provinsi Jawa Barat Wilayah Sektor Unggulan Tema Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan dan Potensial Pengembangan (WP) Wilayah Melengkapi fasilitas  Kota Bogor, Kota Depok pendukung PKNp dan PKL dan Kota Bekasi diarahkan Mengembangkan sebagai kota terdepan infrastruktur strategis ibukota Negara yang Mengembangkan merupakan bagian dari perdagangan jasa, industri pengembangan KSN non polutan dan industri Jabodetabekpunjur untuk kreatif, pariwisata mendorong pengembangan Investasi padat modal yg PKN kawasan perkotaan efisien lahan, air baku, Jabodetabek, menjadi energi, teknologi tinggi, simpul pelayanan dan jasa non-polutif perkotaan, serta Pengendalian pemanfaatan mengembangkan sektor lahan di kaw. konservasi, perdagangan, jasa dan pelibatan swasta & industri padat tenaga kerja; Pariwisata, masyarakat dalam kegiatan  Kabupaten Bogor dan industri Bekasi diarahkan menjadi manufaktur, Mengendalikan ekonomi, peningkatan SDM WP kawasan penyangga dalam perikanan, perkembangan fisik lokal Bodebekpunjur sistem PKN kawasan perdagangan, jasa, wilayah perkotaan Jabodetabek, pertambangan, serta untuk agribisnis dan mengembangkan sektor agrowisata industri ramah lingkungan dan hemat penggunaan air tanah, serta kegiatan Peningkatan produksi dan pertambangan mineral distribusi pangan (padi, logam dan non logam untuk jagung, kedelai dan protein mendukung pembangunan hewani) di Bodebekpunjur;  Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor - Cianjur diarahkan pada kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung di KSN Jabodetabekpunjur.

Mendorong Pertanian, Melengkapi fasilitas  PKW Cikampek-Cikopo pengembangan perkebunan, pendukung PKW dan PKL diarahkan untuk memenuhi WP Purwasuka kawasan dengan kehutanan, fungsinya sebagai PKW tetap Mengembangkan peternakan, dengan melengkapi sarana mengendalikan infrastruktur strategis perikanan, bisnis

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 36

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Wilayah Sektor Unggulan Tema Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan dan Potensial Pengembangan (WP) Wilayah sawah di Pantura dan prasarana minimal kelautan, industri yang terintegrasi dengan pengolahan, wilayah pengaruhnya; pariwisata, dan  Kabupaten Purwakarta pertambangan. diarahkan pada kegiatan industri non-polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, industri kreatif, pariwisata dan agroindustri, serta kegiatan Mengembangkan pertanian pertambangan mineral tanaman pangan, logam dan non logam; agroindustri, industri  Kabupaten Subang manufaktur non polutif dan diarahkan menjadi simpul non ekstraktif, industri pendukung pengembangan kreatif dan multimedia, bisnis kelautan yang PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya, diarahkan berdaya saing tinggi dan pada kegiatan pertanian berorientasi ekspor lahan basah berkelanjutan, industri non-polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air dan tidak mengakibatkan alih fungsi lahan sawah, bisnis kelautan, serta kegiatan pertambangan mineral non- logam.

 Kabupaten Karawang diarahkan menjadi simpul pendukung pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Bodedek, untuk kegiatan pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis

kelautan, industri non- polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, serta agroindustri.

Melengkapi fasilitas  Kota Cirebon diarahkan pendukung PKN, PKW dan sebagai kota inti dari PKN PKL dengan sarana dan Mengembangkan prasarana minimal PKN infrastruktur strategis yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya, serta Pola ruang PKN dalam menjadi simpul utama bentuk ring (Ring 1: Jasa pelayanan jasa dan perdagangan dan Agribisnis, perdagangan, dan industri Mendorong transportasi, Ring 2: agroindustri, di Daerah bagian timur, WP pengembangan Industri berbasis lokal, Ring perikanan, serta untuk kegiatan wisata Ciayumajakuning wilayah gerbang 3: Penyedia bahan baku) pertambangan, budaya dan religi; timur Jawa Barat periwisata Mengembangkan wisata  Kabupaten Cirebon

budaya, religi dan alam diarahkan sebagai bagian Mendorong agribisnis yang dari PKN dengan sarana didukung sektor industri, dan prasarana minimal perikanan laut dan darat, yang terintegrasi, dan pertanian tanaman pangan, mengarahkan kegiatan kehutanan, perkebunan & utama pada sektor industri, peternakan di kawasan bisnis kelautan dan pinggiran pertanian, serta kegiatan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 37

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Wilayah Sektor Unggulan Tema Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan dan Potensial Pengembangan (WP) Wilayah Mendorong pengembangan pertambangan mineral; hutan mangrove, rumput  Kabupaten Indramayu laut dan perikanan tambak diarahkan menjadi PKW dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta diarahkan kegiatan utama pada pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis perikanan dan kelautan, industri, pertambangan terutama minyak dan gas;  Kabupaten Majalengka diarahkan menjadi lokasi Bandar udara Internasional Jawa Barat dan Aerocity di Kertajati, daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai, serta untuk kegiatan agrobisnis dan industri bahan Pengendalian perikanan bangunan, serta kegiatan tangkap di kawasan pesisir pertambangan mineral, serta pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi di PKW Kadipaten;  Kabupaten Kuningan diarahkan sebagai PKL, dengan sarana dan prasarana pendukung minimal, serta diarahkan untuk menampung kegiatan sektor pertanian, wisata alam, agroindustri, dan daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai termasuk perlindungan sumberdaya air; dan

 Kabupaten Sumedang diarahkan sebagai PKL, dengan sarana dan prasarana minimal, serta untuk kegiatan utama agrobisnis dan industri, serta kegiatan pertambangan mineral. Pertanian, perkebunan,  Kota Tasikmalaya perikanan Melengkapi fasilitas diarahkan sebagai bagian tangkap, pendukung PKW dan PKL dari PKW dengan sarana pariwisata, Mendorong dan prasarana minimal industri perkembangan PKW yang terintegrasi, pengolahan, PKW Tasikmalaya Mengembangkan serta pusat pengembangan pertambangan dan PKNp infrastruktur strategis industri kerajinan, mineral WP Priatim - Pangandaran, serta Mengembangkan pariwisata perdagangan dan jasa; Pangandaran pengembangan Pangandaran dsk  Kabupaten Tasikmalaya secara terbatas diarahkan untuk kegiatan kawasan Daerah Mengembangkan sektor dan sektor pertanian dan bagian Selatan. komoditas unggulan dengan agroindustri, perikanan dan

meningkatkan akses sentra- industri pengolahan sentra produksi perikanan, pusat pengembangan industri

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 38

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Wilayah Sektor Unggulan Tema Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan dan Potensial Pengembangan (WP) Wilayah kerajinan, wisata alam, dan kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam ;  Kabupaten Garut diarahkan untuk kegiatan pertanian dan industri pengolahan pertanian, perikanan dan industri pengolahan perikanan, wisata alam dan minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam;  Rancabuaya di Kabupaten Garut diarahkan sebagai PKWp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta kegiatan wisata minat khusus;  Kabupaten Ciamis diarahkan untuk kegiatan sektor pertanian, industri pengolahan hasil pertanian, wisata pantai, perikanan dan industri pengolahan perikanan, serta kegiatan pertambangan mineral non logam;  Pangandaran di Kabupaten Ciamis diarahkan sebagai PKW dan PKNp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi serta diarahkan sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional;  Kota Banjar diarahkan sebagai PKWp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta kegiatan sektor perdagangan, jasa, dan sebagai pintu gerbang Daerah berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

Mendorong Melengkapi fasilitas  Kota Sukabumi diarahkan Pertanian, perkembangan pendukung PKW dan PKL untuk pengembangan perkebunan, koridor Sukabumi- Mengembangkan agribisnis, pengembangan peternakan, Cianjur dan PKNp infrastruktur strategis pusat pengolahan hasil perikanan WP Sukabumi dsk Palabuhanratu, serta Mengembangkan agribisnis, peternakan, wisata agro, tangkap, membatasi industri non-polutif dan industri non-polutif dan pariwisata, perkembangan di tidak mengganggu resapan tidak mengganggu resapan industri bagian selatan air, wisata pantai dan agro, air, serta perdagangan dan pengolahan, bisnis Kabupaten dan wisata minat khusus. jasa yang mendukung kelautan, dan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 39

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Wilayah Sektor Unggulan Tema Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan dan Potensial Pengembangan (WP) Wilayah Sukabumi dan fungsi PKW Sukabumi; pertambangan Kabupaten Cianjur.  Kabupaten Sukabumi mineral. diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pengembangan kawasan pengembalaan umum ternak ruminansia, wisata pantai, wisata agro, wisata minat khusus, industri non- polutif dan tidak mengganggu resapan air, perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Palabuhanratu dan simpul layanan wilayah sekitarnya, pengembangan wilayah pesisir selatan melalui pengembangan wisata pantai dan wisata minat khusus serta perikanan tangkap, serta Pengembangan bisnis pertambangan mineral kelautan yang berwawasan logam dan non logam; lingkungan dengan  Palabuhanratu di memanfaatkan modal Kabupaten Sukabumi investasi untuk diarahkan pula sebagai menghasilkan daya saing PKNp, dengan sarana dan global prasarana minimal yang terintegrasi, serta diarahkan untuk kegiatan bisnis kelautan skala nasional dan internasional; dan Kabupaten Cianjur diarahkan untuk pengembangan agribisnis tanaman pangan, pengembangan kawasan pengembalaan umum ternak ruminansia, wisata agro, wisata alam, industri kreatif, pengembangan wilayah pesisir untuk perikanan tangkap, wisata minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam.

Melengkapi fasilitas  Kota Bandung diarahkan Pertanian pendukung PKN, PKW dan sebagai kota inti dari PKN hortikultura, PKL dengan kegiatan utama industri non- Mengendalikan perdagangan dan jasa, polutif, industri pengembangan kegiatan di industri kreatif dan kreatif, Mengendalikan kawasan perkotaan teknologi tinggi, pariwisata, perdagangan dan pembangunan Mengembangkan kawasan dan transportasi; jasa, pariwisata, WP KK dengan pinggiran PKN dengan  Kabupaten Bandung perkebunan Cekungan mengoptimalkan tetap menjaga fungsi diarahkan sebagai bagian dengan Bandung fungsi pemerintahan lindung kawasan dari PKN, dengan kegiatan meningkatkan di tingkat pusat dan utama industri non-polutif, manajemen daerah wisata alam, pertanian dan pembangunan Mengembangkan perkebunan; yang berkarakter pembangunan dan hunian  Kabupaten Bandung Barat lintas vertikal diarahkan sebagai bagian Kabupaten/Kota dari PKN dengan kegiatan yang secara

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 40

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Wilayah Sektor Unggulan Tema Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan dan Potensial Pengembangan (WP) Wilayah utama industri non-polutif, kolektif berbagi pertanian, industri kreatif, peran membangun dan teknologi tinggi; dan percepatan perwujudan

 Kota Cimahi diarahkan PKN sebagai kota inti dari PKN Metropolitan dengan kegiatan utama Bandung Raya perdagangan dan jasa, industri kreatif dan teknologi tinggi; dan  Kabupaten Sumedang diarahkan sebagai PKL, dilengkapi sarana dan prasarana pendukung minimal, serta pusat pendidikan tinggi di kawasan Jatinangor, agrobisnis dan industri.

Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

D. Kawasan Strategis Nasional Penetapan KSP dilaksanakan dengan memperhatikan KSN, yang meliputi: a. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur; b. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung; c. Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pameungpeuk; d. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pameungpeuk; e. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari; f. Kawasan Stasiun Telecommand; g. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro; h. Kawasan Pangandaran – Kalipucang - Segara Anakan - Nusakambangan ( Pacangsanak ) i. Kawasan SKSD Palapa Klapanunggal. Kawasan StrategisProvinsi terdiri dari : 1. KSP Bandung Utara; 2. KSP Hulu Sungai Citarum; 3. KSP Bogor-Puncak-Cianjur; 4. KSP Jonggol; 5. KSP Pangandaran dan sekitarnya; 6. KSP Sukabumi bagian selatan dsk; 7. KSP koridor Bekasi-Cikampek; 8. KSP koridor Purwakarta-Padalarang;

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 41

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

9. KSP pertanian berlahan basah dan beririgasi teknis Pantura Jawa Barat; 10. KSP Bandara Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity; 11. KSP koridor Bandung-Cirebon; 12. KSP Garut Selatan dsk; 13. KSP Observatorium Bosscha; 14. KSP pendidikan Jatinangor; 15. KSP perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah; 16. KSP Pulau Nusa Manuk-Tasikmalaya; 17. KSP pusat pemerintahan Gedung Sate; 18. KSP kilang minyak Balongan; 19. KSP pesisir Pantura; 20. KSP Panas Bumi Wayang Windu; 21. KSP Panas Bumi Kamojang-Darajat-Papandayan; 22. KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Bumi Gunung Salak-Pongkor; 23. KSP Panas Bumi Sangkanhurip; dan 24. KSP Panas Bumi Gunung Gede-Pangrango.

Tabel 3.12 Arahan Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan Kawasan pulau terluar yang Pertahanan dan  Penanganan kegiatan pengamanan 1 KSP Pulau Manuk memiliki fungsi pertahanan Keamanan dan konservasi pulau keamanan Kawasan yang potensial  Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi menimbulkan masalah yang konservasi kawasan Lingkungan KSP Bandung 2 bersifat lintas  Pembatasan dan pengendalian hidup Utara kabupaten/kota, bersifat fisik pembangunan lingkungan dan kebencanaan Kawasan yang potensial menimbulkan masalah yang  Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi Lingkungan KSP Hulu Sungai 3 bersifat lintas konservasi kawasan hidup Citarum kabupaten/kota, bersifat fisik lingkungan dan kebencanaan Kawasan yang potensial  Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan menimbulkan masalah yang Lingkungan KSP Bogor-  Pembatasan dan pengendalian 4 bersifat lintas Hidup Puncak-Cianjur pembangunan kabupaten/kota, bersifat fisik

lingkungan dan kebencanaan  Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung Kawasan daratan lingkungan (kecamatan) sepanjang  Rehabilitasi/revitalisasi kawasan Lingkungan KSP Pesisir 5 pesisir pantai serta perairan hutan Mangrove Hidup Pantura pantai sepanjang 12 mil laut  Pengembangan/ peningkatan dari pasang tertinggi kegiatan ekonomi pesisir  Peningkatan kualitas pemukiman nelayan Kawasan yang diprioritaskan  Mengembangkan kegiatan wisata Ekonomi KSP Pangandaran menjadi pengembangannya pesisir dan minat khusus 6 dan sekitarnya untuk mengurangi  Menjaga kelestarian lingkungan ketimpangan perekonomian pantai

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 42

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan Jawa Barat  Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang wisata  Mengembangkan kawasan Kawasan yang diprioritaskan agromarine bisnis dan wisata minat menjadi pengembangan khusus Ekonomi KSP Sukabumi 7 untuk mengurangi  Menjaga kelestarian lingkungan bagian selatan dsk ketimpangan perekonomian pantai Jawa Barat  Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang wisata  Berpotensi sebagai kawasan  Kawasan yang ekonomi untuk persaingan di tingkat diprioritaskan menjadi regional kawasan yang dapat Ekonomi KSP koridor  Perlu sinergitas infrastruktur 8 mendorong perekonomian Bekasi-Cikampek  Perlu sinergitas pembangunan antar Jawa Barat daerah  Penurunan kualitas  Perlu dikendalikan agar tidak lingkungan merambah kawasan lahan basah  Kawasan yang  Mengembangkan kawasan wisata diprioritaskan menjadi terpadu dan agroindustri kawasan yang dapat  Pengembangan Technopark dan KSP koridor Ekonomi mendorong perekonomian perkantoran 9 Padalarang- Jawa Barat Purwakarta  Mengoptimalkan pemanfaatan  Penurunan kualitas Waduk Jatiluhur dan Cirata untuk lingkungan kegiatan pariwisata & kegiatan khusus sesuai daya dukungnya  Merupakan daerah lumbung padi  Kawasan yang potensial nasional menimbulkan masalah  Mempertahankan luasan lahan yang bersifat lintas KSP pertanian sawah Ekonomi kabupaten/kota, bersifat 10 lahan basah  Meningkatkan pendapatan petani fisik lingkungan dan Pantura ekonomi dengan program multiaktivitas agribisnis dan perbaikan irigasi  Kawasan potensial alih  Memperkecil resiko banjir dan fungsi lahan kekeringan KSP Bandara Kawasan yang diprioritaskan  Mengembangkan bandara &aerocity Ekonomi Internasional Jawa menjadi kawasan yang dapat  Mengintegrasikan dengan 11 Barat Kertajati mendorong perekonomian pengembangan wilayah disekitarnya dsk Jawa Barat  Kerjasama dengan pihak swasta  Mengembangkan kawasan Kawasan yang diprioritaskan agroindustri Ekonomi KSP Bandung- menjadi kawasan yang dapat 12  Memanfaatkan hasil pertanian Cirebon mendorong perekonomian sebagai bahan olahan industri yang Jawa Barat dikembangkan Kawasan yang potensial  Mengembangkan Kota Garut menimbulkan masalah yang Lingkungan KSP Garut Selatan Selatan secara terbatas sesuai daya 13 bersifat lintas Hidup dsk dukung lingkungan kabupaten/kota, bersifat fisik  Mengembangkan wisata IPTEK lingkungan Kawasan yang terletak di  Peningkatan infrastruktur perbatasan provinsi dan  Menyelarasan struktur dan pola Ekonomi memerlukan sinkronisasi KSP Perbatasan ruang, serta arah pengembangan 14 penataan ruang dan Jabar-Jateng wilayah agar terintegrasi dan saling pengembangan wilayah dengan kawasan yang mendukung dengan kawasan tetangga berbatasan  Mengembangkan kawasan Kawasan yang diprioritaskan agroindustri KSP Kilang 15 Ekonomi mendorong perekonomian  Memanfaatkan hasil pertanian Minyak Balongan Jawa Barat sebagai bahan olahan industri yang dikembangkan  Revitalisasi kawasan Kawasan yang diprioritaskan  Penataan lingkungan sekitar KSP Pendidikan menjadi kawasan yang dapat 16 Sosial dan budaya  Peningkatan aksesibilitas menuju Jatinangor mendorong perekonomian kawasan Jawa Barat  Pengembangan pembangunan

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 43

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan vertikal

KSP Pusat  Pelestarian cagar budaya 17 Sosial dan budaya Pemerintahan Pusat pemerintahan provinsi  Peningkatan citra kawasan Gedung Sate  Pengembangan perkotaan mandiri Alternatif pusat pelayanan 18 Ekonomi KSP Jonggol  Peningkatan pelayanan publik publik tingkat Nasional tingkat nasional  Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan;  Mengendalikan pembangunan di Lembang dan Kawasan Bandung Pendayagunaan KSP Utara; SDA & teknologi Kawasan perlu dikendalikan 19 Observatorium  Melarang adanya kegiatan yang tinggi Bosscha mengganggu berfungsinya

observatorium;  Mengendalikan kegiatan wisata terbatas di Lembang dan Kawasan Bandung Utara. Kawasan tempat lokasi sumber energi panas bumi  Pemanfaatan SDA energi yang Pendayagunaan KSP panas bumi berikut fasilitas pengolahan ramah lingkungan dan berkelanjutan 20 SDA dan Wayang Windu energi serta kawasan di  Sinergitas dengan pengembangan teknologi tinggi sekitarnya yang perlu wilayah sekitar dikelola dengan serasi Kawasan tempat lokasi  Pemanfaatan SDA energi yang KSP panas bumi sumber energi panas bumi Pendayagunaan ramah lingkungan dan berkelanjutan Kamojang- berikut fasilitas pengolahan 21 SDA dan  Sinergitas dengan pengembangan Darajat- energi serta kawasan di teknologi tinggi wilayah sekitar Papandayan sekitarnya yang perlu

dikelola dengan serasi Kawasan tempat lokasi KSP Panas Bumi sumber energi panas bumi  Pemanfaatan SDA energi yang Pendayagunaan dan Pertambangan berikut fasilitas pengolahan ramah lingkungan dan berkelanjutan 22 SDA dan Mineral Gunung energi serta kawasan di  Sinergitas dengan pengembangan teknologi tinggi Salak-Pongkor sekitarnya yang perlu wilayah sekitar dikelola dengan serasi Kawasan tempat lokasi sumber energi panas bumi  Pemanfaatan SDA energi yang Pendayagunaan KSP Panas Bumi berikut fasilitas pengolahan ramah lingkungan dan berkelanjutan 23 SDA dan Sangkanhurip energi serta kawasan di  Sinergitas dengan pengembangan teknologi tinggi sekitarnya yang perlu wilayah sekitar dikelola dengan serasi Kawasan tempat lokasi sumber energi panas bumi  Pemanfaatan SDA energi yang Pendayagunaan KSP Panas Bumi berikut fasilitas pengolahan ramah lingkungan dan berkelanjutan 24 SDA dan Gunung Gede- energi serta kawasan di  Sinergitas dengan pengembangan teknologi tinggi Pangrango sekitarnya yang perlu wilayah sekitar dikelola dengan serasi Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 44

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.2 Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO +20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan. Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan pola ruang yang diwujudkan dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor. Rencana yang lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya. Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya. Dalam pelaksanaannya RPI2JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam RPI2JM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja /RKP/RKPD. Dengan demikian jelas bahwa RPI2JM Bidang Cipta Karya merupakan perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/kota sampai dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPI2JM.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 45

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Gambar 3.1 Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2014-2019 dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) Kab/Kota bidang Cipta Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum Program (MP) Provinsi.

Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

3.2.1 Amanat Pembangunan Nasional terkait Bidang Cipta Karya Amanat pembangunan nasional dimaksudkan sebagai suatu panduan dalam perencanaan pembangunan. Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan dan perencanaan nasional. Adapun dalam amanat pembangunan nasional yang dimaksudkan meliputi RPJP Nasional, RPJM Nasional, MP3EI, MP3KI, KEK dan Direktif Presiden.

3.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005 – 2025 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025. RPJP Nasional

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 46

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita- cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu: a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber- sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial. d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:  RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.  RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.  RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2010 – 2014 RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2009. RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 47

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat berfungsi sebagai:

a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga; b. Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; c. Pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 ini menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu: a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non- perpipaan terlindungi 38 %. b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk. c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan. d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui: a. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah, b. memastikan ketersediaan air baku air minum, c. meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman, d. meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan, e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi, f. meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman, g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, i. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, j. mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 48

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.4 Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. MP3EI merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan. Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: 1. Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku 2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected) 3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.

Dalam dokumen MP3EI tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut: a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-sentra produksi di masing-masing KPI d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 49

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 Kabupaten Purwakarta termasuk ke dalam wilayah pengembangan MP3EI Koridor Jawa dengan kegiatan utama industri serat tekstil dan industri peralatan dan mesin (transportasi).

3.5 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Dalam MP3KI, upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia.

Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu: a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan, b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang, c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

3.6 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Dalam UU No. 39 Tahun 2009, Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, yaitu: 1. Pengolahan ekspor; 2. Logistik; 3. Industri; 4. Pengembangan teknologi; 5. Pariwisata; 6. Energi; dan/atau 7. Ekonomi lain. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 50

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019 perluasan dari KEK yang sudah ada. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria: a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung b. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK; c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan, dan d. Mempunyai batas yang jelas. Di samping zona ekonomi, didalam KEK juga dilengkapi fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

Berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kabupaten Purwakarta tidak termasuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus maupun usulan lokasi Kawasan Ekonomi Khusus.

3.7 Direktif Presiden Progam Pembangunan Berkeadilan Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

3.8 Amanat Peraturan Perundangan Pembangunan terkait Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan, target Direktorat Jenderal Cipta Karya, dan Standar Pelayanan Minimal.

3.9 UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas: a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi. b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 51

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman. d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota. f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman. h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu: a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR. f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota. g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat. UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 52

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.10 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan undang – undang yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam mengatur semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan terutama Gedung, sehingga dapat dikontrol dan diuji kualitasnya. Undang – undang ini menjadi dasar pedoman pelaksanaan semua proses pembangunan geduang di Indonesia. Dalam Undang – Undang No 28 Tahun 2002 dijelaskan bahawa bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Adapun penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Di samping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut: a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building). b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya. c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

3.11 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan. Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang- Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 53

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu: a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah. b. Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi; c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota; Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air. Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.

3.12 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja), sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah spesifik.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 54

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan sampah yang timbul secara tidak periodik. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 55

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu, c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah, e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Dalam undang-undang pengelolaan sampah ini juga disebutkan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

3.13 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat. Dalam konteks nasional terdapat target dalam Bidang Cipta Karyayang diharapkan tercapai pada tahun 2020. Target tersebut adalah target 100-0-100, yaitu: a. Target capaian air minum tahun 2020 adalah 100% seluruh masyarakat Indonesia b. Target capaian rumah kumuh tahun 2020 adalah 0% di Indonesia c. Target capaian sanitasi tahun 2020 adalah 100% seluruh masyarakat Indonesia

3.14 Target Direktorat Jenderal Cipta Karya Dalam konteks nasional terdapat target dalam Bidang Cipta Karya yang diharapkan tercapai pada tahun 2020. Target tersebut adalah target 100-0-100, yaitu: a. Target capaian air minum tahun 2020 adalah 100% seluruh masyarakat Indonesia b. Target capaian rumah kumuh tahun 2020 adalah 0% di Indonesia c. Target capaian sanitasi tahun 2020 adalah 100% seluruh masyarakat Indonesia

3.15 Permen PU No. 01 Tahun 2014 (Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya)

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 56

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Standar Pelayanan Minimal untuk Bidang Cipta Karya menurut Permen PU No. 01 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah: a. Penyediaan Air Minum. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas layanan air minum permukiman perkotaan. Adapun target capaian tahun 2019 untuk SPM ini adalah 81,77% penduduk mendapatkan akses air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari. b. Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan). Sanitasi adalah upaya untuk menjamin dan meningkatkan penyehatan lingkungan dalam suatu kawasan permukiman, termasuk pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan air limbah, air hujan/drainase, dan sampah. Secara umum, sasaran yang ingin dicapai oleh SPM di sektor ini adalah meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan. Target pencapaian untuk SPM ini untuk tahun 2019 adalah: i. Pengelolaan Air Limbah Permukiman. Target SPM untuk pengelolaan air limbah permukiman adalah 60% penduduk terlayani sistem pengelolaan air limbah yang memadai. ii. Pengelolaan Sampah. Target SPM untuk pengelolaan sampah adalah 20% penduduk pengurangan sampah di perkotaan, 70% penduduk terlayani sistem pengangkutan sampah di perkotaan, dan 70% pengoperasian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. iii. Drainase. Target SPM untuk drainase adalah 50% penduduk terlayani sistem jaringan drainase skala kota dan pengurangan luas genangan (lebih dari 30 cm selama 2 jam, lebih dari 2 kali setahun) sebanyak 50%. c. Penataan Bangunan dan Lingkungan. Penataan bangunan dan lingkungan ini sangat terkait dengna penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota, dan oleh pemerintah atau pemerintah provinsi untuk bangunan gedung fungsi khusus kepada pemilik bangunan gedung untuk kegiatan meliputi:  Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana bangunan gedung;  Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana bangunan gedung meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/pengurangan; dan  Pelestarian/pemugaran. Sasaran untuk SPM ini adalah meningkatnya tertib pembangunan gedung. Adapun target untuk SPM in pada tahun 2019 adalah jumlah IMB yang diterbitkan sebanyak 60%. d. Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan, kepadatan, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Sasaran untuk SPM ini adalah berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Adapun target capaian SPM ini untuk tahun 2019 adalah berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebanyak 10%.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 57

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

3.16 Amanat Internasional Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

3.17 Agenda Habitat Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan. Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan. Pemukiman manusia harus direncanakan, dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara yang memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21 dan terkait hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan. Pembangunan pemukiman manusia berkelanjutan harus menjamin pembangunan ekonomi, kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan. Ini mencakup prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yang merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian terhadap daya dukung ekosistem, dan pelestarian peluang untuk generasi masa depan. Produksi, konsumsi dan transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi dan melestarikan stok sumber daya. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan mempertahankan ekosistem mereka.

3.18 Rio + 20 Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. KTT Rio+20 merupakan konferensi PBB terbesar yang pernah diselenggarakan dengan jumlah peserta sebanyak 29.373 orang yang terdiri dari para pemimpin Pemerintah, bisnis dan organisasi kemasyarakatan, pejabat PBB, akademisi, wartawan dan masyarakat umum (Delegasi sekitar 12.000 orang, LSM dan Kelompok Utama 10.047 orang dan Media 3.989 orang). KTT Rio+20 menyepakati Dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan (renewing political commitment). Dokumen ini memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002. Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: 1. Green Economy in the context of sustainable development and poverty eradication, 2. pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global (Institutional Framework for Sustainable Development), serta 3. kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 58

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs)post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025). Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup, instansi Pemerintah terkait dan seluruh pemangku kepentingan akan menyusun langkah tindak lanjut yang lebih konkrit untuk pelaksanaan kebijakan di lingkup masing-masing. Kebijakan Pemerintah Indonesia “pro-growth, pro-poor, pro-job, pro-environment” pada dasarnya telah selaras dengan dokumen The Future We Want. Dalam sesi debat umum, Presiden RI menekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan utama pembangunan berkelanjutan yaitu pengentasan kemiskinan, diperlukan tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pemerataan atau “Sustainable Growth with Equity”. Konferensi Rio+20 ini menghasilkan lebih dari US$ 513 Milyar yang dialokasikan dalam komitmen untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk di bidang energi, transportasi, ekonomi hijau, pengurangan bencana, kekeringan, air, hutan dan pertanian. Selain itu terbangun sebanyak 719 komitmen sukarela untuk pembangunan berkelanjutan oleh pemerintah, dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, universitas dan lain-lain.

3.19 Millenium Development Goals Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals). Deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara- negara berkembang dan maju. Negera-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk salah satunya Indonesia dimana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara-negara maju berkewajiban mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs. Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket arah pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu: 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua, 3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan, 4. Menurunkan Angka Kematian Anak, 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu, 6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya, 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan 8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 59

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Setiap tujuan menetapkan satu atau lebih target serta masing-asing sejumlah indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya atau kemajuannya pada tenggat waktu hingga tahun 2015. Secara global ditetapkan 18 target dan 48 indikator. Meskipun secara global ditetapkan 48 indikator namun implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat kemajuannya. Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara. Setiap tujuan (goals) dalam MDGs memiliki satu ataupun beberapa target pencapaian. Dimana antara satu goals MDGs satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Adapun pencapaian target (goals) MDGs dalam bidang Cipta Karya tercantum dalam Goal 7: Menjamin kelerstarian lingkungan hidup, dengan memaparkan target :  Target 7C: Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada tahun 2015.  Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Adapun indikator MDGs dalam bidang Cipta Karya meliputi: 1. Air Minum yang Layak Air minum yang layak, adapun indikator yang digunakan dalam pencapaian tersebut adalah:  Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya  Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan.  Air Kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak terkait akses berkelanjutannya 2. Sanitasi yang Layak Indikator yang digunakan dalam pencapaian sanitasi yang layak adalah:  Sarana sanitasi yang aman, higienis dan nyaman yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia,  Meliputi kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi serta toilet kompos baik untuk pemakaian pribadi atau bersama 3. Permukiman Kumuh Indikator dalam permukiman kumuh adalah :  Tidak adanya akses terhadap sumber air minum layak,  tidak adanya akses terhadap sanitasi dasar yang layak,  luas minimal lantai hunian > 7,2 m2 per kapita (Permenpera Nomor 22/PERMEN/M/2008),  daya tahan material hunian. Keterkaitan MDGs dengan pembangunan terpaparkan dalam target-target MDGS yang telah diakomodasikan dalam RPJMN sebagai suatu mainstreaming dalam bentuk program, indikator maupun target. Selain itu juga keterkaitan tersebut terlihat dalam adanya indikatif dukungan pembiayan.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 60

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

Gambar 2.2 Keterkaitan MDGs dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

3.20 Agenda Pembangunan Pasca 2015 Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca- 2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs. Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca 2015, sebagai berikut: a. Mengakhiri kemiskinan b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup d. Menjamin kehidupan yang sehat e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi g. Menjamin energi yang berkelanjutan h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan berkeadilan i. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan j. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif k. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai l. Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong m. pembiayaan jangka panjang Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah: a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah, dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi, b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 61

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN PURWAKARTA 2015-2019

c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan sebanyak z%, d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan dan dari industri sebelum dilepaskan. Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk bersama-sama untuk bekerja bukan tentang bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka kebijakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 62