Analisis Karakteristik Pekarangan dalam Mendukung Penganekaragaman Pangan Keluarga di Kabupaten Bogor

Characteristics Analysis of ABSTRACT Pekarangan to Support Food Consumption Pekarangan is a type of traditional Indonesian home that utilize the land Diversification of the Household around the house with the status and clear boundaries. Pekarangan in rural areas have in Bogor Regency high agrobiodiversity, good agroecosystem and should be optimized as an area to meet the needs of daily life, especially to support the diversification of food consumption of the household. Therefore, the purpose of this study is to analyze the ecology characteristics of pekarangan to support food consumption diversification of the household. The study was conducted in Bogor Regency, which located in altitudes at 165 – 460 m height with high level of urbanization, from December 2013 to June 2014. Diversity of food in pekarangan, specially the and livestocks, is the focus Azka Lathifa Zahratu Azra of this research. The results of the study showed that the most common crops in Bogor Mahasiswa Pascasarjana Departemen Regency are vegetables, fruits, and . Analysis of diversity index Arsitektur Lanskap IPB showed that the pekarangan in Bogor Regency has a diversity in the mid category e-mail: [email protected] (1.95) with the dominance of seasonal crops. Diversification of food in pekarangan can Hadi Susilo Arifin be done by optimizing the existing area, utilization of all zoning for the cultivation of Staf Pengajar Departemen Arsitektur diverse functions crops and livestock. For diversification of food consumption, the Lanskap, Fakultas Pertanian IPB owner should use different types of food, as well as considering the calendar to a wide variety of food that can be consumed on a daily basis. Therefore, it's necessary to Made Astawan educate the housewives about the potency of diversification crops in pekarangan for Staf Pengajar Departemen Ilmu dan consumption, strong motivation and assistance from the government, as well as Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi optimizing the role of KWT group to optimize the role of pekarangan for the Pertanian IPB diversification of food. Nurhayati HS Arifin

Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB Keywords: agrobiodiversity, crops, food consumption, household, pekarangan

PENDAHULUAN miniatur hutan hujan tropis pemenuhan kebutuhan pangan (Kehlenbeck et al. 2007). Selain masyarakat sepanjang tahun. Konsumsi pangan masih pekarangan difungsikan untuk belum memenuhi Pola Pangan Kabupaten Bogor merupakan pemenuhan bahan pangan (Arifin et Harapan, terutama sayur dan buah kawasan administratif yang memiliki al. 2007), pekarangan untuk yang pemenuhannya masih 54.3% kondisi cuaca, iklim dan kesesuaian konservasi keanekaragaman hayati dari target (BPS Jabar 2012). lahan yang tinggi sebagai area pertanian dapat juga mendukung Rendahnya pola pangan harapan di pertanian. Namun beberapa tahun agroekologi dan pertanian yang Indonesia, terutama sayur dan buah, terakhir, meningkatnya keberlanjutan (Marshall dan Moonen mengindikasikan bahwa konsumsi pertumbuhan penduduk dan juga 2002). Oleh karena itu, pangan masyarakat masih belum kebutuhan hidup menyebabkan pemberdayaan pekarangan beragam. Salah satu upaya yang dampak urbanisasi begitu cepat merupakan salah satu cara dapat dilakukan dalam terjadi. Urbanisasi dapat sangat penggunaan lahan yang dapat meningkatkan penganekaragaman mempengaruhi penyempitan lahan meningkatkan produktivitas dalam konsumsi pangan skala mikro adalah pekarangan (Arifin et al. 1997). Oleh rangka pemenuhan kebutuhan dengan optimalisasi lahan karena itu, penelitian ini bertujuan pangan apabila pengelolaannya pekarangan dalam memenuhi untuk menganalisis karakteristik dilakukan secara optimal. kebutuhan pangan bagi keluarga. ekologi pekarangan yang berpotensi Pemanfaatan pekarangan oleh Pekarangan merupakan sebidang dalam mendukung masyarakat telah terbukti dapat lahan yang berada di sekitar rumah penganekaragaman konsumsi menjadi salah satu cara untuk dengan status kepemilikan pribadi pangan keluarga di Kabupaten memperoleh pangan, terutama buah- dan memiliki batas-batas yang jelas, Bogor. Harapannya, dengan kondisi buahan. yang memiliki persentase baik berupa tembok, pagar besi, Kabupaten Bogor yang sudah 41% dari total fungsi tanaman di pagar tanaman tergantung pada terkena dampak urbanisasi tinggi dalam pekarangan (Azra et al. 2013). adat, kebiasaan, sosial-budaya masih dapat memanfaatkan lahan Adapun hal lainnya yang masyarakat, status ekonomi, lokasi pekarangan eksisting secara optimal. mendukung potensi pekarangan ini pekarangan, dan lain-lain (Arifin et adalah dukungan dari kondisi iklim al. 1997). Pekarangan rumah juga hutan hujan tropis serta tingginya METODE PENELITIAN memiliki keragaman struktur yang keanekaragaman hayati di Indonesia kompleks, serta menyerupai Lokasi dan Waktu Penelitian yang seharusnya dapat mendukung Penelitian ini dilaksanakan pada pekarangan yang terletak di Kabupaten Bogor. Pengambilan contoh pekarangan yang dijadikan lokasi penelitian ditentukan melalui metode purposif, yaitu pekarangan- pekarangan di tiga desa yang menjadi lokasi program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di Kabupaten Bogor, yaitu Desa Situ Udik (460 mdpl), Desa Cikarawang (193 mdpl), dan Desa Bantarsari (165 mdpl) (Gambar 1). Sampel pekarangan yang diambil adalah sebanyak 10 pekarangan yang pemiliknya tergabung dalam

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sumber: Bakosurtanal (2003) penerima bantuan P2KP. Wawancara Gambar 1 Lokasi Penelitian dilakukan ke ibu rumah tangga yang sekaligus menjadi anggota KWT. Tabel 1 Data yang diperlukan Penelitian ini berlangsung pada Jenis Data Bentuk Data Sumber bulan Desember 2013 hingga Juni Aspek Ekologi 2014. Peta rupa bumi Lembaran Bakosurtanal Indonesia Bahan dan Alat Data ikilm Statistik BMKG, Agroklimat Alat yang digunakan adalah kamera Kalender pem- 1. Waktu tanam, waktu Wawancara dan anfaatan pangan panen, dan umur Tinjauan Pustaka digital, meteran, Global Positioning tanaman dalam se- System (GPS), Abney Level, ArcView tahun 3.3, AutoCAD 2010, Microsoft Word, 2. Siklus pemanfaatan Microsoft Excel, dan Adobe ternak dan ikan untuk Photoshop CS5. Sementara bahan pangan yang digunakan adalah peta Rupa Kondisi fisik Lokasi dan aksesibilitas Survei lapang Bumi Indonesia (RBI) dari studi pekarangan Ukuran pekarangan pustaka, lembar kuisioner dan data Zonasi pekarangan keragaman tanaman dan ternak di Data keane- Data keragaman jenis dan Survei lapang lokasi penelitian dari hasil survei karagaman hayati jumlah tanaman, ternak dan wawancara (Tabel 1). pertanian di lokasi serta ikan penelitian Metode Pemanfaatan Data pemanfaatan hasil Wawancara Metode penelitian dirancang sesuai pekarangan untuk pekarangan setiap tahun, tujuan dengan beberapa pendekatan, kebutuhan pangan jumlah dan intensitas per keluarga tahun yaitu sebagai berikut: Data pengelolaan Data terkait tenaga kerja, Wawancara 1. Analisis Karakteristik Ekologi pekarangan waktu, biaya dan cara Pekarangan pemeliharaan

Analisis karakteristik ekologi elemen tanaman (keragaman strata yang ditemukan di dalam setiap pekarangan meliputi analisis lokasi dan fungsi tanaman) berdasarkan pekarangan dengan mengambil geografis pekarangan, ketinggian Arifin (1998), aksesibilitas, pola rataan untuk setiap desa. Tanaman lahan, jenis tanah, iklim, curah hujan, penggunaan lahan pekarangan, yang dianalisis dibatasi pada suhu udara rata-rata yang dapat elemen hewan ternak dan ikan tanaman yang memiliki fungsi menjadi pendukung pertumbuhan (terkait jenis, jumlah ternak dan sebagai tanaman pangan, yaitu tanaman di pekarangan. ikan), dan faktor pendukung tanaman obat, tanaman sayur, kesuburan tanaman (Tabel 2). tanaman buah, tanaman penghasil 2. Analisis Struktur dan pati, dan tanaman bumbu. Analisis Karakteristik Pekarangan 3. Analisis Keragaman Hayati keragaman tanaman dianalisis Pertanian Pekarangan Analisis struktur dan karakteristik dengan metode Shannon-Wienner pekarangan meliputi ukuran dan Produk pekarangan yang dianalisis dengan menggunakan formula luas pekarangan, zonasi pekarangan, meliputi tanaman, ternak dan ikan perhitungan sebagai berikut: Tabel 2 Sasaran dan aspek yang diperhatikan di tahap survei dan wawancara Aspek Penelitian Standar Metode Alat yang Analisis dibutuhkan Aspek Ekologi Ukuran Klasifikasi menurut Arifin Survei Meteran, GPS, Identifikasi nilai (1998): dan lembar maksimum, rataan, dan 1. sempit (120 m2) survei minimum ukuran 2. sedang (120-400 m2) pekarangan serta juga 3. besar (400-1000 m2) klasifikasinya 4. sangat besar (>1000 m2) Zonasi Klasifikasi menurut Arifin Survei Kamera digital, Membandingkan inten- (1998): zonasi depan, samping dan lembar sitas ditemuinya zonasi kanan, samping kiri, dan survei di setiap ukuran belakang pekarangan Keragaman Klasifikasi Arifin (1998): Survei Abney level, Membandingkan vertikal tanaman Strata V (>10 m), Strata IV (5-10 lembar survei, keragaman jenis dan (strata) m), Strata III (2-5 m), Strata II (1- dan kamera jumlah spesies tanaman 2 m), Strata I (<1 m) digital berdasarkan strata Keragaman hori- Klasifikasi tanaman pangan Ari- Survei dan Lembar survei, Membandingkan zontal tanaman fin (1998): tanaman obat, tana- wawancara dan kamera keragaman jenis dan (fungsi) man sayur, tanaman buah, digital jumlah spesies berdasar- tanaman bumbu, dan tanaman kan fungsi tanaman pan- pati gan Keragaman ter- Jenis dan jumlah ternak serta Survei dan Lembar survei, Membandingkan nak dan ikan ikan dalam pekarangan wawancara dan kamera keragaman spesies ter- nak dan ikan

∑ RDa (%) = x 100 Secara geofrafis, wilayah Kabupaten

Bogor terletak di antara 16º21' - H’ merupakan Indeks RFa (%) = x 107º13' BT dan 6º19' - 6º47' LS, keanekaragaman Shannon Wiener. 2 100 dengan luas wilayah 2 237.09 Km Pi merupakan perbandingan jumlah (Bakosurtanal 2003). Kabupaten Bo- individu jenis ke-i dengan jumlah SDRa (%) = gor berada pada ketinggian berkisar individu dari semua spesies. ln antara 15 – 2 500 mdpl, dengan Nilai kerapatan dan frekuensi terse- adalah logaritme natural (bilangan penyebaran wilayah dataran rendah but dihitung pada per spesies pada alami), dengan s adalah jumlah jenis 15-100 m terletak diwilayah bagian setiap pekarangan. Setelah menge- yang ada. Nilai perhitungan indeks Utara, wilayah dataran bergelom- tahui angka SDR setiap spesies di keragaman (H’) tersebut bang 100-500 m terletak di wilayah setiap pekarangan, lalu dibanding- menunjukkan keragaman spesies bagian Tengah, wilayah pegunungan kan dengan spesies lainnya di dalam tinggi (H’ > 3), keragaman spesies 500-1 000 m, serta pegunungan ting- satu desa. sedang (1 < H’ < 3) atau keragaman gi dan daerah puncak 1 000-2 500 spesies rendah (H’ < 1), baik pada 5. Analisis Pemanfaatan dan meter ada di bagian selatan (BP4K tanaman pangan, ternak serta ikan Pengelolaan Pekarangan 2010). pada setiap kabupaten penelitian. Analisis pemanfaatan pekarangan Aspek ekologi yang dianalisis dalam 4. Analisis Dominansi Tanaman dilakukan untuk mengetahui penelitian ini adalah keterkaitan Pangan Pekarangan seberapa besar preferensi keluarga tanah, air, dan udara di Kabupaten Analisis dominansi tanaman dalam memanfaatkan pangan dari Bogor yang dapat mendukung pekarangan dimaksudkan untuk pekarangan untuk konsumsi. pengenekaragaman pangan di mengetahui komposisi tanaman Analisis pengelolaan pekarangan pekarangan. Jika ditinjau dari jenis pekarangan dengan menggunakan dilakukan untuk mengetahui tanah, ketiga desa lokasi penelitian rumus Summed Dominance Ratio pemeliharaan pekarangan memiliki jenis tanah latosol (SDR). Sebelum mengetahui angka berdasarkan dari segi sumber daya (Kabupaten Bogor dalam angka SDR, harus diketahui terlebih dahulu manusia, waktu, serta faktor yang 2013). Tanah latosol memiliki terkait nilai kerapatan relatif spesies mempengaruhi keragaman jenis ketebalan antara 130 – 500 mm, batas (RDa) dan frekuensi relatif spesies pangan di pekarangan. horizon jelas, warna merah, coklat (RFa). Adapun rumus yang dapat sampai kuning, pH tanah 4.5 – 6.5 dengan tekstur tanah liat dan digunakan untuk kedua nilai ini HASIL DAN PEMBAHASAN berdasarkan Kehlenbeck (2007) ada- struktur remah, daya menahan lah sebagai berikut: Analisis Ekologi Kabupaten air cukup baik dan agak tahan Bogor menahan erosi (Dudal dan Soepraptohardjo 1960). Selain daya permukiman, lahan pertanian Analisis Karakteristik Pekarangan menahan air yang cukup baik, berupa sawah semakin berkurang. Karakteristik pekarangan yang latosol yang berstruktur granular Penggunaan lahan yang dianalisis meliputi ukuran, zonasi, juga dapat merangsang drainase menyebabkan terjadinya degradasi keragaman fungsi dan strata dalam yang sangat baik (Abidin luasan lahan pertanian merupakan tanaman di pekarangan, serta pola 2012). Kemampuan tanah yang bentuk intervensi (campur tangan) tanam di pekarangan Ukuran memiliki kemampuan drainase manusia terhadap sumberdaya lahan pekarangan sangat menentukan sekaligus daya tahan air yang baik dalam rangka memenuhi kebutuhan intensitas produksi dalam dapat membuat aliran air tanah hidupnya, baik materil maupun pekarangan (Arifin et al. 2013). dapat meresap dan tersebar ke spiritual (Arsyad 2000). Sehingga Pekarangan sampel di Desa Situ semua lapisan tanah, sehingga akibatnya pada beberapa tahun Udik dengan luas rata-rata 175.1 m2, kebutuhan air untuk tanaman dapat terakhir luasan pertanian banyak Cikarawang memiliki luas rata-rata tercukupi dengan baik. yang berubah menjadi areal 93.5 m2, dan Desa Bantarsari dengan perumahan. Hal ini terbukti dengan Kabupaten Bogor memiliki suhu luas rata-rata 160.2 m2 (Tabel 4). data terkait luasan areal perumahan udara rata-rata 21.8oC – 30.4oC. Pekarangan di lokasi penelitian (termasuk juga pekarangan rumah) Menurut Leopold (1964) dalam memiliki ukuran dengan rata-rata yang selalu meningkat di Kabupaten Jumin (1989), suhu optimum untuk 143 m2 dan nilai tengah 67.5 m2. Jika Bogor hingga mencapai 43 282 Ha fotosintesa berkisar antara 10−30oC, diklasifikasikan, maka sebagian (BPS 2011). Namun secara umum, di atas atau di bawah suhu tersebut, besar termasuk dalam kaetgori ketiga desa penelitian merupakan laju fotosintesa akan berkurang. Dari pekarangan sempit (67%), lalu desa yang masih didominasi oleh pernyataan tersebut dapat diketahui pekarangan sedang (20%), dan areal pertanian (Gambar 2). Hal ini bahwa suhu rata-rata di Kabupaten pekarangan besar (13%) (Tabel 5). dibuktikan dengan produk utama Bogor termasuk ke dalam suhu Idealnya, agar pekarangan dapat untuk setiap desa masih berasal dari optimum untuk pertumbuhan mengakomodasi semua struktur dan sektor pertanian, yaitu padi di Desa tanaman pada umumnya. fungsi vegetasi, dibutuhkan luas Situ Udik, ubi jalar di Desa Berdasarkan aspek iklim, menurut minimum sebuah pekarangan atau Cikarawang, dan jambu biji di Desa tipe iklim Schmidt Ferguson, critical minimum size seluas 100 m2 Bantarsari (Tabel 3). Kabupaten Bogor memiliki tipe iklim (Arifin 1998). Namun 60% A, dengan nilai perbandingan antara jumlah bulan kering dan bulan basah adalah diantara 0 – 14.30 %. Kabupaten Bogor juga memiliki curah hujan sebesar 3 500-4 000 mm/tahun (BMKG 2013). Curah hujan tinggi di Kabupaten Bogor dapat mendukung ketersediaan air (a) tanah yang tinggi. Air tanah berperan penting dari segi pedogenesis maupun dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman dan evapotranspirasi (Abidin 2012). Selain itu, curah hujan yang tinggi dapat mendukung ketersediaan air dan udara di dalam (b) tanah yang cukup, sehingga kegiatan jasad-jasad mikro untuk pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik (Haridjaja et al. 1990).

Kondisi tanah, iklim dan curah hujan inilah yang membuat Kabupaten (c) Bogor merupakan lokasi yang baik Gambar 2 Kondisi umum lanskap pertanian di Desa Situ Udik (a), Desa untuk menjadi area pertanian. Cikarawang (b),dan Desa Bantarsari (c) Pertanian merupakan sektor yang potensial di Kabupaten Bogor. Namun, seiring dengan semakin banyaknya pendatang dan developer Tabel 3 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Ketinggian Akses Transportasi Produk Pertanian Nama Desa Jarak ke Kota (km) (mdpl) Umum Desa Situ Udik 460 10 Sulit Padi Cikarawang 193 3 Mudah Ubi jalar Bantarsari 165 6 Sedang Jambu biji

Tabel 4 Luas Pekarangan di Lokasi Penelitian Nama Desa Nomor Sampel Desa Situ Udik (m2) Desa Cikarawang (m2) Desa Bantarsari (m2) 1 40 15 532 2 500 56 198 3 81 210 12 4 170 10 600 5 120 116 71 6 92 100 11 7 48 20 60 8 50 300 64 9 180 48 6 10 470 60 48 Rata-rata 175.1 93.5 160.2 Maksimum 500 300 600 Minimum 40 10 6 Rata-rata 142.9 Nilai Tengah 67.5

Tabel 5 Persentase Klasifikasi Ukuran Pekarangan Klasifikasi Ukuran (%) Nama Desa Sempit Sedang Besar Sangat Besar Situ Udik 50 30 20 0 Cikarawang 80 20 0 0 Bantarsari 70 10 20 0 Rata-rata 66.67 20.00 13.33 0.00

Tabel 6 Intensitas Keberadaan Zonasi Pekarangan Keberadaan Zonasi Nomor Sampel Depan Belakang Samping Kiri Samping Kanan D1 D2 D3 D1 D2 D3 D1 D2 D3 D1 D2 D3 Rata-rata (%) 80 100 80 80 20 30 60 40 60 40 60 10 Rata-rata kese- 86.67 43.33 53.33 36.67 luruhan (%) Keterangan: Desa Situ Udik (D1), Desa Cikarawang (D2), Desa Bantarsari (D3) pekarangan memiliki luas yang tidak desa yang dekat dengan Kota Bogor dan kanan (Tabel 6). Berdasarkan memenuhi luas minimum yaitu rata-rata sekitar 6.3 km (Tabel aspek pola tanam di pekarangan, pekarangan ekologis. 3), sehingga terjadi dampak semua zona digunakan untuk urbanisasi yang signifikan terhadap penanaman pangan. Namun, zona Ada beberapa alasan yang luasan pekarangan. Pernyataan ini pekarangan yang paling banyak menyebabkan pekarangan di didukung oleh Arifin (1997) yang digunakan untuk penanaman Kabupaten Bogor memiliki menyatakan bahwa urbanisasi tanaman pangan adalah zona dominansi luasan sempit. Alasan berpengaruh secara signifikan belakang (Gambar 3). Adapun pertama adalah terkait fakta pada terhadap degradasi luas lahan tanaman pangan yang biasa umumnya sebagian besar lahan pekarangan. Hal ini menjadi alasan ditemukan di zona belakang adalah digunakan untuk bangunan rumah. ketiga desa lokasi rawan terhadap tanaman pangan yang berstruktur Kedua, berdasarkan hasil pengaruh urbanisasi. fisik tinggi seperti pepohonan. Zona wawancara, degradasi luas depan lebih digunakan untuk area pekarangan diakibatkan oleh Jika ditinjau dari segi keberadaan penanaman tanaman hias dan penggunaan pekarangan sebagai zona pekarangan, maka frekuensi tanaman non-pangan lainnya. area terbangun sebagai rumah untuk keberadaan pekarangan depan selalu Namun untuk pekarangan yang keturunannya, tempat parkir paling tinggi dibandingkan ketiga sempit, banyak ditemukan tanaman kendaraan, atau menjadi area zona lainnya, lalu diikuti dengan pangan di zona depan, terutama berjualan. Alasan ketiga, jarak ketiga pekarangan belakang, samping kiri dan tanaman buah dalam pot untuk pemanfaatan lahan sempit yang lebih efisien. Sebanyak 60% pekarangan menggunakan teknik penanaman vertikultur untuk penanaman tanaman dengan jarak tanam kecil yang pada umumnya merupakan tanaman semusim. Selain itu, terdapat 83% pekarangan yang menggunakan teknik penanaman di dalam wadah seperti polibag, pot, dan wadah plastik Gambar 3 Zona penanaman tanaman pangan di pekarangan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat masih mempertahankan budaya penanaman pangan di pekarangan, meskipun lahan pada pekarangan yang sempit. Tanaman yang biasa ditanam dengan teknik vertikultur, penggunaan polybag dan pot adalah tanaman herbacious, seperti kebanyakan tanaman obat, sayuran dan bumbu (Gambar 4). Gambar 4 Penanaman secara vertikal untuk optimalisasi penggunaan lahan pekarangan Tanaman yang berada di pekarangan cukup beragam ketinggiannya, mulai dari ketinggian lebih dari 10 meter hingga yang memiliki ketinggian kurang dari 1 meter. Keragaman stratifikasi tanaman di pekarangan dapat memberikan keuntungan pemanfaatan ruang dan cahaya matahari yang optimal. Pekarangan yang memiliki keragaman strata dapat mendukung keberlanjutan keanekaragaman hayati pertanian (Christanty et al. (1986); Abdoellah (1991); dan Arifin Gambar 5 Jumlah jenis tanaman di pekarangan berdasarkan keragaman et al. (1997)). Namun dominan strata (vertikal) tanaman pekarangan sampel berada

pada strata I, lalu diikuti dengan tanaman strata II, strata III, strata V, dan strata IV (Gambar 5). Keragaman dominan pada tanaman di strata rendah dikarenakan luasan pekarangan yang relatif sempit sehingga tidak banyak ruang yang dapat digunakan untuk areal penanaman tanaman dengan jarak tanam besar (Pavia et al. 2009).

Analisis Keragaman Tanaman Pangan Pekarangan Gambar 6 Jumlah jenis tanaman di pekarangan berdasarkan keragaman fungsi (horizontal) Keragaman tanaman di pekarangan sangat dipengaruhi oleh untuk tanaman pangan yang langsung ditanam di tanah, namun preferensi pemilik pekarangan. berstrata rendah. ada juga yang menanamnya di Ditinjau berdasarkan keragaman wadah tanam seperti polybag dan Jika ditinjau dari pola fungsi tanaman, tanaman hias pot. Tidak jarang ditemukan penanamannya, ada tanaman yang merupakan kategori fungsi dengan penggunaan pola tanam vertikultur rata-rata jumlah jenis tertinggi terhadap masing-masing desa. Hasil Jika dibedakan berdasarkan fungsi (Gambar 6). Hal ini membuktikan dari analisis ini diperoleh angka tanaman pangan, maka dapat bahwa pekarangan sudah indeks keragaman tanaman pangan terlihat bahwa tanaman sayur, buah dimanfaatkan sebagai area estetika di pekarangan Desa Situ Udik dan bumbu memiliki angka di lingkungan rumah. Walaupun sebesar 1.68, Desa Cikarawang dominansi yang tinggi pada ketiga pada umumnya tanaman hias hanya sebesar 2.02, dan Desa Bantarsari lokasi penelitian. Hal ini berfungsi untuk estetika namun ada sebesar 2.16 (Tabel 9). Adapun rata- membuktikan bahwa tanaman beberapa tanaman hias yang dapat rata angka indeks keragaman di pangan masih dibudidayakan di dimanfaatkan sebagai pangan, pekarangan dari ketiga desa sebesar areal pekarangan sebagai salah satu antara lain daun suji, melati, dan 1.95 yang tergolong kategori cara alternatif untuk memperoleh pacar air yang dapat berfungsi pula keragaman sedang. Angka indeks pangan secara langsung, terutama sebagai obat maupun bumbu keragaman Shannon Wienner pada untuk kelompok pangan sayur dan (Gambar 7). Namun di sisi lain, kategori sedang (1

Analisis Keragaman Ternak di Pekarangan

Selain tanaman, hewan ternak yang dibudidayakan di pekarangan dapat mendukung penganekaragaman pangan bagi keluarga, terutaman Gambar 7 Tanaman hias yang berpotensi sebagai tanaman pangan (kiri- untuk konsumsi pangan hewani. kanan): melati, daun suji, dan pacar air Adapun ternak yang ditemukan di lokasi penelitian berupa ternak Tabel 7 Data Tanaman Pangan Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Obat Aloe vera, Anredera cordifolia, Celosia cristata L., Panax quinquefolius, Piper betle, Pleomele angustifolia, Zingiber officinale Linn Var. Rubrum Sayur Amaranthus hibridus, Apium graveolens Arachis hypogaea, Brassica rapa var. Parachinensis, Brassica rapa var. parachinensis Cucumis sativus, Cycas rumphii Daucus carota, Glycine max, Ipomea aquatica Lagenaria leucantha, Luffa acutangula, Momordica charantia L., Nasturtium of ficinale Ocimum sanctum, Phaseolus vulgaris Raphanus sativus, Sauropus androgynus, Solanum melongena, Solanum melongena, Solanum nigrum, Vigna sinensi, Zea mays Buah Annona muricata, Artocarpus heterophyllus Averrhoa carambola, Carica papaya, Citrus sinensis, Citrus sp, Cocos nucifera, Curcumis sativus, Durio zibenthinus, Eugenia aquea, Fragaria x ananassa, Lansium domesticum, Malus silveltris, Mangifera indi- ca, Manilkara kauki, Musa paradisiaca, Nephelium lappaceum, Psidium guajava, Punica granatum, Spondias dulas forst, Syzygium malaccense, Syzygium malaccense Bumbu Allium cepa, Allium fistulosum L., Allium sativum, Alpinia galanga, Andropagun fragans, Boesenbergia pandurata, Capsicum annum, Capsicum annum, Capsicum frutescens, Citrus amblycarpa, Citrus aurantifolia, Curcuma domestica, Curcuma xanthorrhi- za, Euginia aromatica, Kaempferia galanga, Pandanus amaryllifolius, Solanum iycopersicum, Syzygium polyanthum, Zingiber aromaticum Zingiber officinale Penghasil Pati Colocasia esculenta, Manihot esculenta,

Tabel 8 Data Tanaman Non Pangan Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Hias Adenium obesum, Agave americana, Aglaonema pictum, Anthurium cristallianum, Anthuri- um crystallinum, Asparagus officinalis, Begonia glabra, Bougainvillea glabra, Bromelia sp., Caladium bicolor, Cananga odorata, Celosia cristata L., Chlorophytum comosum var. Vittatum, Chrysanthenum cinerarridium, Codiaeum variegatum, Cordyline terminalis, Crynum asiaticum Dieffenbachia spp, Erythrina crystagalli, Euphorbia milii, Evodia suaveolens, Ficus pumila L., Hibicus tiliaeus, Impatiens balsamina, Jasminum sambac, Leucaena glauca, Maniltoa schefferi, Mirabilis jalapa, Neomarica longifolia, Opuntia spp, Palisota barteri, Philodendron Selloum, Phyllostachys aurea, Portulaca grandiflora, Ptycho- sperma macarthurii, Rosa sp, Ruellia malacosperma, Sansevieria trifasciata, Schefflera grandiflora, Scin- dapsus aureus, Syzygium oleina, Wodyetia bifurcata, Zamia furfuracea, Zephyranthes candida Industri Albisia sp, Ricinus communis Lainnya Araucaria cunninghami, Baccaurea racemosa, Bambusa sp., Camellia sinensis,Samanea saman, Shorea sp

Tabel 9 Nilai indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) pada tanaman pangan pekarangan Indeks keanekaragaman Desa Situ Udik Desa Cikarawang Desa Bantarsari Nilai keragaman 1.68 2.02 2.16 Rata-rata total 1.95

Tabel 10 Dominansi Spesies Tanaman Pangan dengan Metode Summed Dominance Ratio (SDR) Desa Situ Udik Desa Cikarawang Desa Bantarsari Rata-rata No Nama Lokal SDR Nama Lokal SDR Nama Lokal SDR Nama Lokal SDR 1 Cabe rawit 84.72 Tomat 88.50 Cabe merah 45.14 Tomat 64.70 2 Tomat 81.30 Bayam 55.56 Caisin 39.20 Cabe rawit 34.93 3 Kunyit 44.12 Kangkung 55.24 Kacang Panjang 27.98 Kunyit 32.48 4 Jahe 43.38 Caisin 40.98 Tomat 24.31 Kangkung 30.56 5 Nangka 29.42 Kunyit 38.53 Kencur 23.72 Caisin 28.75 6 Kangkung 21.07 Terong 28.04 Seledri 23.08 Bayam 27.89 7 Pisang 20.44 Cabe merah 27.91 Talas 17.29 Cabe merah 25.03 8 Kencur 19.03 Jahe merah 26.62 Bayam 15.68 Jahe 18.81 9 Jagung 17.00 Kacang Panjang 18.99 Kangkung 15.38 Kacang Panjang 15.66 10 Bayam 12.44 Kencur 17.25 Daun Bawang 15.30 Jahe merah 14.16

besar, ternak kecil, maupun ikan. pekarangan di Desa Bantarsari. ayam, dan 4 jenis (Tabel 11). Karena Ternak kecil dan ikan dapat Adapun jenis ternak yang ditemukan didominasi oleh lahan pekarangan ditemukan pada pekarangan- di ketiga desa ada 8 jenis, yaitu 3 yang sempit, maka keluarga yang pekarangan di ketiga desa, namun jenis ternak besar (kambing, kerbau, berternak ayam sebagian besar tidak ternak besar tidak ditemukan pada dan domba), 1 jenis ternak kecil yaitu menyediakan kandang di dimaksud responden adalah profesi bahwa pekarangan sempit (nilai pekarangannya. seorang ibu yang tidak memiliki tengah luasan pekarangan seluas pekerjaan tetap namun tidak 67.5 m2) masih memiliki keragaman Analisis Pemanfaatan dan selamanya menghabiskan waktu pangan kategori sedang di Pengelolaan Pekarangan sehari-harinya di rumah. Para ibu pekarangannya (1.95). Hal ini Pemanfaatan pangan dari rumah tangga selalu memiliki membuktikan penganekaragaman pekarangan yang dialokasikan aktivitas yang sifatnya insidentil pangan di lahan yang sempit sebagai bahan konsumsi rumah seperti membantu panen di kebun, seharusnya bisa diatasi dengan tangga sebanyak 63%. Angka ini membuat kue bersama tetangga, pengelolaan pekarangan yang baik. menunjukkan bahwa masyarakat mengantar anak-anak ke sekolah, Adapun jika dilihat dari pola masih menggunakan pekarangan serta aktivitas sosial lainnya seperti penggunaan lahan pekarangan, sebagai penyedia pangan untuk menjadi relawan kegiatan penanaman tanaman pangan di area konsumsi sehari-hari. Adapun Pemberdayaan & Kesejahteraan pekarangan adalah tersebar di setiap pangan yang dikonsumsi biasanya Keluarga (PKK) di desa, maupun zonasi. Sehingga, pola penanaman merupakan tanaman dengan siklus relawan di posyandu terdekat. tanaman pangan di pekarangan bisa hidup singkat (tanaman semusim). Kegiatan-kegiatan non rutin inilah tentatif sesuai dengan kombinasi Hasil panen berlebih biasa dibagikan yang menjadi penyebab profesi ibu strata dan fungsi. Kombinasi strata ke kerabat atau tetangga sekitar rumah tangga tetap memiliki tanaman bisa dilakukan dengan rumah, sehingga dapat bermanfaat aktivitas padat setiap harinya, komposisi ketinggian tanaman untuk dalam aspek sosial. Sementara sisa sehingga ketersediaan waktu untuk penyerapan sinar matahari dan air pangan (37%) pada umumnya pemeliharaan pekarangan semakin tanah. Kombinasi penanaman merupakan pangan yang dijual sedikit. Aktivitas padat membuat tanaman bisa dilakukan dengan karena tidak biasa dikonsumsi keluarga kurang mengandalkan penanaman langsung di tanah langsung (perlu pengolahan) dan produk pekarangan, sehingga (untuk tanaman bertajuk besar dan memiliki nilai jual tinggi. keragaman di pekarangan semakin akar tunggang), serta penanaman Terkait aspek pengelolaan, setiap menurun dan jenis tanaman- vertikal (untuk tanaman semusim, harinya pekarangan dipelihara oleh tanaman dengan pemeliharaan herbacious, dan berakar serabut). ibu rumah tangga yang pada rendah (Birol et al. 2005). Terkait dengan penggunaan ternak, untuk pekarangan sempit dapat umumnya merupakan penduduk Pekarangan Sebagai Pendukung menggunakan ternak yang asli dan berprofesi sebagai ibu Penganekaragaman Pangan Bagi pemeliharaannya tidak memerlukan rumah tangga (Tabel 12). Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, area tersendiri untuk kandang Penelitian ini menunjukkan profesi ibu rumah tangga yang ternak. Untuk penganekaragaman

Tabel 11 Intensitas ditemuinya Ternak di Lokasi Pekarangan Golongan Keberadaan di Pekarangan (%) Jenis Ternak Ternak Situ Udik Cikarawang Bantarsari Ternak Ayam (Gallus gallus domesticus) 60 70 40 Kecil Kambing (Capra aegagrus hircus) 20 10 0 Ternak Kerbau (Bubalus bubalis) 10 0 0 Besar Domba (Ovis aries) 10 0 0 Ikan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) 20 20 10 Ikan Lele (Clarias gariepinus) 0 10 0 Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) 0 0 10 Ikan Mas (Cairina moschata) 0 0 20

Tabel 12 Data Demografi Ibu Pemelihara Pekarangan Kependudu- Mata Pencaharian (%) Tingkat pendidikan (%) kan (%) Nama Desa Pen- Pe- Wira- Peda- Lain- Asli da- IRT PNS SD SMP SMA Sarjana tani usaha gang nya tang Situ Udik 70 30 50 20 0 10 20 0 50 20 20 10 Cikarawang 80 20 40 20 0 0 30 10 60 30 10 0 Bantarsari 60 40 30 40 30 0 0 0 40 20 30 10 Rata-rata 70 30 40 27 10 3 17 3 50 23 20 7 Keterangan: SD : Sekolah Dasar IRT : Ibu Rumah Tangga SMP : Sekolah Menengah Pertama PNS : Pegawai Negeri Sipil SMA : Sekolah Menengah Atas konsumsi pangan yang efektif, maka optimalisasi lahan pekarangan M.S. dan Prof. Dr. Made Astawan, sebaiknya tanaman dan ternak yang eksisting, pemanfaatan semua zonasi M.S. dipilih merupakan pangan yang pekarangan untuk budidaya beragam jenis, dan memiliki waktu tanaman beragam fungsi pangan DAFTAR PUSTAKA panen cepat, sehingga dapat serta ternak. Untuk dimanfaatkan untuk konsumsi penganekaragaman konsumsi [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional 2003. secara intensif. Selain itu, perlu pangan, maka sebaiknya pangan Peta Administrasi Provinsi Jawa mempertimbangkan kalender yang digunakan beragam jenis, serta Barat. Bogor (ID): Bakosurtanal tanaman agar banyak ragam pangan mempertimbangkan kalender [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2013. Data Curah yang bisa dikonsumsi dalam setiap tanaman agar banyak ragam pangan Hujan Rata-rata Stasiun harinya. Oleh karena itu, diperlukan yang bisa dikonsumsi dalam setiap Klimatologi Darmaga Bogor. penyuluhan kepada para ibu rumah harinya. Oleh karena itu, diperlukan Bogor (ID): BMKG tangga terkait potensi pekarangan penyuluhan kepada para ibu rumah [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2013. Data Suhu sebagai pendukung tangga, motivasi dan pendampingan Rata-rata Stasiun Klimatologi penganekaragaman konsumsi kuat dari pihak pemerintah, serta Darmaga Bogor. Bogor (ID): pangan keluarga. Sehingga optimalisasi peran kelompok KWT, BMKG [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Survei harapannya, ibu rumah tangga juga arisan dan PKK untuk optimalisasi Sosial dan Ekonomi Nasional – memprioritaskan pemeliharaan peran pekarangan untuk Pola Pangan Harapan. Jakarta pekarangan dalam aktivitas sehari- penganekaragaman pangan secara (ID): BPS harinya. Hal ini bisa didukung bersama-sama. [BP4K] Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan dengan motivasi dan pendampingan Saran Kehutanan. 2010. Data Geografi kuat dari pihak pemerintah, serta Kabupaten Bogor. [Internet]. optimalisasi peran kelompok KWT, Penganekaragaman pangan [diunduh 2014 Agustus 25]. Tersedia pada: http:// di pekarangan dapat dilakukan arisan dan PKK untuk optimalisasi http://bp4k.bogorkab.go.id/inde peran pekarangan untuk dengan budidaya beragam fungsi x.php?option=com_content&view penganekaragaman pangan secara pangan tanaman dan juga ternak. =article&id=61:geografi- kabupaten- bersama-sama. Area tanam di pekarangan sempit bogor&catid=42:artikel&Itemid=6 dapat diatasi dengan penanaman 0 secara vertikal dan juga tanaman Abidin L. 2012. Permeabilitas Tanah SIMPULAN buah dalam pot (tabulampot). Agar Lahan Pertanian, Semak, dan Kabupaten Bogor memiliki kondisi Hutan Sekunder Pada Tanah pangan yang ada di pekarangan Latosol Darmaga. [Skripsi]. Bogor iklim dan cuaca yang mendukung dapat dirasakan secara (ID): Departemen Ilmu Tanah dan pertumbuhan tanaman sepanjang berkelanjutan, dibutuhkan Sumberdaya Lahan, Institut tahun. Sebagian besar pekarangan penanaman pangan dengan Pertanian Bogor. Arifin HS, Sakamoto K, Chiba K. 1997. tergolong dalam pekarangan sempit kombinasi tanaman musiman Effects of the Fragmentation and the (67%) akibat pengaruh urbanisasi (annual) serta tanaman tahunan Change of the Social and Economical yang tinggi. Zona depan (perennial) dengan Aspects on the Vegetation Structure in the Rural Home Gardens of West diperuntukkan sebagai area tanaman mempertimbangkan informasi panen , Indonesia. Japan Institue of hias (estetika) dan pekarangan dari kalender tanaman. J., Tokyo. belakang serta samping Vol.60 (5): 489-494 UCAPAN TERIMA KASIH Arifin HS, Sakamoto K, Chiba K. 1998. diprioritaskan untuk tanaman Effects of Urbanization on the pangan. Pekarangan di Kabupaten Ucapan terima kasih ditujukan Performance of the Home Gardens in Bogor memiliki keanekaragaman kepada Kementerian Pendidikan dan , Indonesia. Okayama tanaman pangan kategori sedang (H Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal (JP): Natural Science and Technology, Okayama = 1.95), dengan dominansi tanaman Pendidikan Tinggi atas bantuan University. semusim. Keanekaragaman tanaman pendanaan dalam penelitian ini Arifin HS, Arifin NHS. 2012. Modul pangan diindikasikan dengan melalui program Bantuan Optimalisasi Pekarangan. Program Penganekaragaman beragamnya jenis pangan baik dalam Operasional Perguruan Tinggi Konsumsi Pangan (P2KP). hal strata maupun fungsi tanaman. Negeri (BOPTN) – IPB tahun 2014, Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Tanaman pangan (tanaman obat, dengan judul penelitian: – Kementerian Pertanian RI. Arifin HS, Munandar A, Arifin-Nurhayati sayur, buah, bumbu, dan penghasil “Pemberdayaan Keanekaragaman HS, Kaswanto RL. 2009. pati) serta budidaya ternak di Pertanian (Agro-Biodiversity) Pemanfaatan Pekarangan di pekarangan masih menjadi Pekarangan untuk Mendukung Perdesaan. Bogor (ID): IPB Press. preferensi masyarakat untuk Penganekaragaman Pangan yang Arifin HS, Munandar A, Mugnisjah WQ, Budiarti T, Arifin NHS, dan pendukung dijadikan pendukung Bergizi Seimbang, Sehat, dan Pramukanto Q. 2009. Prosiding ketersediaan konsumsi harian. Aman.” yang diketuai oleh Dr. Ir. Semiloka Nasional: Strategi Penganekaragaman pangan di Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc., dengan Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan untuk Mendukung pekarangan dapat dilakukan dengan anggota Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin, Kedaulatan Pangan dan Energi – September 2013. Bogor (ID): context. Stability of Tropical Departemen Ilmu Tanah dan Fakultas Pertanian IPB. hlm 429- Rainforest Margins. Berlin: Sumberdaya Lahan-Fakultas 441. Springer Pertanian- IPB. Birol E, Bela G, Smale M. 2005. The role of Marshall EJP, Moonen AC. 2002. Field Arifin HS, Munandar A, Mugnisjah WQ, home gardens in promoting multi- margins in northern Europe: their Budiarti T, Arifin NHS, functional in Hungary. functions and interactions with Pramukanto P. 2007. Homestead EuroChoices 3:14–21 agriculture. Agric Ecosyst Plot Survey on Java. Research Dudal R, Soepraptohardjo M. 1960. Soil Environ 89:5–21 Report. Department of Landscape Classification in Indonesia. Bogor Mitchell R, Hanstad T. 2004. Small Architecture & Rural (ID) homegarden plots and Development Institute (RDI) Galluzzi G, Eyzaguirre P, Negri V. 2010. sustainable livelihoods for the Seattle-USA Home gardens: neglected poor. LSP Working Paper 11. Arifin NHS, Arifin HS, Astawan M, hotspots of agro-biodiversity and Food and Agriculture Kaswanto, Budiman VP. 2013. cultural diversity. Biodivers Organization of the United Optimalisasi Fungsi Pekarangan Conserv 19: 3635–3654. Springer Nations, Rome, Italy Melalui Program Percepatan Haridjaja O, Murtilaksono K, Sudarmo, Pavia R, Barbagiovanni I, Strada GD. Penganekaragaman Konsumsi Rachman LM. 1990. Hidrologi 2009. Autochthonous fruit tree Pangan (P2KP) di Kabupaten Pertanian. Bogor (ID): Jurusan germplasm at risk of genetic Bogor, Jawa Barat. Di dalam: Tanah, Fakultas Pertanian, erosion found in home gardens in Prosiding Lokakarya Nasional Institut Pertanian Bogor. the region of Latium (Italy). In: dan Seminar FKPTPI, Bogor 2-4 Jumin HB. 1989. Ekologi Tanaman Suatu Proceedings of a workshop on September 2013. Bogor (ID): Pendekatan Fisiologis. Jakarta crop genetic resources in Fakultas Pertanian IPB. hlm 22- (ID): CV Rajawali. European home gardens. 31. Kehlenbeck K. 2007. Rural homegardens Bioversity International, Rome, Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan in , Indonesia: an Italy Air. Bogor (ID): IPB Press. example for a sustainable agro- Restu IW. 2002. Kajian Pengembangan Azra ALZ, Arifin HS, Astawan M. 2013. [disertation]. Wisata Mangrove di Taman Manajemen Lanskap Pekarangan Gӧttingen: der Fakultät für Hutan Raya Ngurah Rai Wilayah dalam Mendukung Agrarwissenschaffen, der Georg- Pesisir Selatan Bali. [Tesis]. Bogor Penganekaragaman Konsumsi August-Universität Gӧttingen. (ID): Program Pasca Sarjana, Pangan Keluarga Di dalam: Kehlenbeck K, Arifin HS, Maass BL. 2007. Institut Pertanian Bogor. Prosiding Lokakarya Nasional Plant diversity in homegardens in a dan Seminar FKPTPI, Bogor 2 socio-economic and agro-ecological