BAJU ZIRAH JEPANG

NIHON NO YOROI

KERTAS KARYA

Disusun

O

L

E

H

ANGGI DESI HANIFAH

132203041

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAJU ZIRAH JEPANG NIHON NO YOROI

KERTAS KARYA Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian program pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan Diploma III dalam bidang Bahasa Jepang.

Dikerjakan

OLEH:

ANGGI DESI HANIFAH NIM:132203041

Pembimbing, Pembaca

Mhd. Pujiono. M.Hum., Ph.D Adriana Hasibuan, SS., M.Hum NIP.196910112002121001 NIP. 196207271987032005

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi DIII Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Zulnaidi S.S, M.Hum NIP. 196708072005011001

Medan, Juni 2016

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat

Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S. Nip 196008051987031001

Panitia Ujian :

No. Nama

1. Zulnaidi, S.S, M.Hum. ( )

2. Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D. ( )

3. Adriana Hasibuan, SS., M.Hum ( )

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “Baju Zirah

Jepang”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian ini masih jauh dari kata kesempurnaan karena kemampuan penulis yang masih terbatas. Tetapi atas rahmat

Allah SWT, serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi,S.S.M.Hum selaku ketua Jurusan Bahasa Jepang Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Mhd. Pujiono. M. Hum. Ph. D. Selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan

pengarahan.

4. Ibu Adriana Hasibuan. SS. M. Hum. Selaku Dosen Pembaca yang telah

banyak memberikan pengarahan. Kritik dan saran yang sangat bermanfaat

bagi penyelesaian kertas karya ini.

5. Kepada seluruh Dosen dan Staf Pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Untuk keluarga tersayang, yang teristimewa kedua orang tua Ayahanda

Abdullah Lubis dan Ibunda tersayang Wati Sri Susanti yang telah

memberikan dukungan doa, semangat dan kepercayaan penuh sehingga

penulis menjadi seperti yang sekarang ini.

7. Untuk sahabat-sahabat tercinta terutama Dina, Nindi, Dede, Tifa, Igo,

Ferdy, Aden dan Dimas terima kasih sudah membantu memberi dukungan

dan motivasi. Terimakasih untuk abang ku tersayang Sulaiman Zuhdi yang

sudah membantu menyelesaikan karya tulis ini.

8. Untuk teman-teman Hinode stambuk 2013 terima kasih selama 3 tahun ini

kita telah bersama-sama berbagi kehangatan, canda, tawa, marah, tangis

kenangan bersama kalian tak akan pernah terlupakan dan semoga kita

semua menjadi orang yang sukses.

9. Dan untuk semuanya yang telah banyak membantu dan mendukung selama

ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. Semoga kertas karya ini dapat berguna bagi kita dikemudian hari.

Medan, 18 Juli 2016

Penulis,

Anggi Desi Hanifah NIM : 132203041

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………….... i

DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB I :PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul ……………………………..... 1

1.2 Tujuan Penulisan ……………………………………… 2

1.3 Batasan Masalah …………………………....…………. 2

1.4 Metode Penelitian ……………………………………… 2

BAB II :GAMBARAN UMUM TENTANG BAJU ZIRAH JEPANG

2.1 Sejarah Baju zirah Jepang ……...... ………………... 4

2.2 Baju Zirah……………...... …………………………….. 10

BAB III :BAJU ZIRAH JEPANG

3.1 Jenis-jenis Baju Zirah …………………...... …………. 13

3.2 Atribut Perlengkapan Baju Zirah …………………….. 18

3.3 Cara Memakai Baju Zirah ……………………...... ….. 21

BAB VI :KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ……………….………………………….. 23

4.2 Saran ………...... ……………………………………... 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun pada saat ini modernisasi di Jepang mengalami perkembangan dan kemajuan di setiap detiknya, namun sisi tradisional dan sesuatu yang menjadi sejarah masih sangat dilestarikan oleh masyarakat Jepang hingga saat ini.Jepang merupakan negara yang memiliki banyak sejarah perkembangan bangsanya dan merupakan negara yang memiliki kemajuan di setiap aspek kehidupan, kebudayaan, teknologi dan ilmu pengetahuan.Membahas sejarah dan kebudayaan kepang yang beraneka ragam, tentu Jepang tidak terlepas dari sejarah pejuang samurai.

Di Jepang dewasa ini, orang-orang Jepang dapat memakai segala jenis pakaian.

Dari pakaian tradisiomal, pakaian bergaya klasik maupun pakaian yang bergaya modern, perkembangan pakaian di Jepang merupakan sebuah proses yang berlangsung terus menerus yang menerima berbagai gaya pakaian asing yang telah dicerna atau dibentuk lagi sesuai dengan selera orang Jepang. Contoh dari proses ini menghasilkan pakaian yang telah dianggap sebagai pakaian tradisional Jepang. Di antaranya adalah baju zirah Jepang,

Baju zirah Jepang mempunyai sejarah yang cukup panjang di Jepang, baju zirah

Jepang yang terbuat dari banyak bilah kayu pernis yang diikat bersama, ini adalah bentuk baju zirah pertama di Jepang.Baju zirah Jepang memiliki bagian-bagian atau bentuk tersendiri yang memiliki Fungsi tersendiri.Selain itu, baju zirah Jepang juga memiliki fungsi yang saat penting bagi pejuang samurai Jepang.

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis memilih judul kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah baju zirah Jepang

2. mengetahui jenis-jenis baju zirah Jepang serta fungsinya

3. Untuk mengetahui perkembangan baju zirah

1.3 Batasan Masalah

Penulis akan menfokuskan pembahasan kertas karya ini pada jenis-jenis baju zirah Jepang. Atribut perlengkapan baju zirah dan cara memakai baju zirah. Untuk mendukung pembahasan ini penulis jugaakan mengembangkan sedikit tentang sejarah baju zirah Jepang dan cara memakai baju zirah Jepang.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan studi literature dan studi bimbingan.

Studi kepustakaan (library research) merupakan suatu langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori dan berkaitan dengan judul karya tulis, mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari perpustakaan yang berhubungan dengan judul. Selain itu, Penulis juga memanfaatkan informasi teknologi internet sebagai referensi tambahan agar data yang didapatkan menjadilebih akurat dan lebih jelas.

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kemudian studi bimbingan yaitu diskusi dan tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak program studi bahasa Jepang Universitas

Sumatera Utara, mengenai topik yang berkaitan dengan kertas karya ini.

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG BAJU ZIRAH JEPANG

2.1 Sejarah Baju Zirah Jepang

Pada awalnya Baju Zirah Jepang dibuat secara khusus untuk melindungi diri dari anak panah yang merupakan sejata utama peperangan abad ke-14.Baju Zirah Jepang khas samurai dapat melindungi seorang samurai berkuda. Baju Zirah Jepang berbentuk kotak besar longgar ini memiliki bagian yang berbentuk seperti rok, yang tergantung saat diatas pelana dan memberikan perlindungan tambahan bagi para pejuang samurai berkuda. Saat berada di punggung kuda, penunggangnya hanya memerlukan sedikit perlindungan di bagian kaki, karena pelana melengkapi baju zirah dan melindungi tubuh bagian bawah seorang pejuang samurai perang.

Fleksibilitas dan keringanan serta perlindungan yang menyeluruh, mewakili keterbatasan yang berlawanan dari semua baju zirah. Dimasa yang berbeda, kebudayaan yang berbeda memiliki rangkaian senjata pilihan dan berbeda berdasarkan bentuk baju zirah yang dipilih.Ada yang memilih perlindungan yang menuntut penggunaan lebih banyak bagian logam, sehingga mengorbankan keringanan dan flesibilitas.

Pada abad ke-15, kekurangan dari baju zirah berat ini terlihat ketika kesatriaan

Prancis yang jatuh dari atas kudanya, yang banyak terjadi dalam pertempuran di agincour tahun 1415, tidak bisa bangkit dari lumpur, maupun siap membela dirinya dari lawannya yang bersenjata ringan yang menggunakan pisau lebar untuk menusuk lewat lipatan baju zirahnya dan mengakibatkan luka berat pada para kesatria yang telentang ini.

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Iklim di Jepang adalah salah satu daerah terbasah diluar wilayah tropis. Musim hujan yang lama, ditambah angin topan, menyebabkan jepang memiliki rata-rata 170cm hujan pertahun, dua kali lebih banyak dari pada curah hujan rata-rata dunia. Dimana beberapa tempat di kyushu menerima hampir 2,29 meter hujan. Dalam iklim basah seperti itu, besi mudah berkarat.Baju zirah awal yang digunakan sejak abad ke-4 atau ke-5, hanya lestari sebagai bangkai berkarat didalam makam, atau dilindungi dengan damar dan kini direstorasi di dalam museum.

Di Jepang, baju zirah samurai biasanya disebut “baju zirah besar” (OYOROI).

Bentuknya seperti kotak, dengan lengan baju menonjol, atau sode. Baju zirah itu terbuat dari ribuan plat kecil disebut sane yang tebuat dari kayu, lalu di pernis. Potongan- potongan ini kemudian ditenun bersama dengan kain yang mengkilap.Sering kali, dibagian dada pernis kayu sane di perkuat dengan plat logam, guna menghindari tembakan mematikan di bagian dada.

Kain yang digunakan untuk menjalin plat baju zirah samurai dapat diwarnai dengan berbagai warna, terutama merah dan putih. Pola itu sendiri dapat digunakan untuk mengidentifikasi pejuang tertentu. Tidak seperti rangkaian rantai, atau plat logam baju zirah, bagian yang rusak dapat dijahit ulang dengan mudah di medan perang dan jika itu perlu, sane tertentu ditambahkan.Hujan tidak dapat merusak baju zirah ini, karena kebanyakan baju zirah ini terbuat dari kayu dan pernis, sekalipun talinya bisa membusuk atau dihuni oleh hewan tungau dan kutu.

Baju zirah sangat buruk dalam memberikan perlindungan bagi bagian tangan dan kaki. Selama abad ke-14, 64% luka terjadi di bagian tangan dan kaki.Namun

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perlahan-lahan, baju zirah menjadi semakin baik dalam melindungi bagian kaki, tetapi tidak adaperbaikan yang memadai dalam perlindungan tangan. Baju zirah pada awalnya tidak melindungi bagian kaki pejuang, karena tidak perlu untuk dilakukan.

Pada awalnya pejuang hanya berduel di atas kuda sehingga tidak perlu menggunakan pelindung kaki tambahan karena pelana dan sanggurdirnya melindungi kaki mereka. Beberapa pejuang menggunakan sepatu berbulu (Tsuranuki), yang muncul dalam gulungan invasi mongol ke Jepang tetapi kemudian diganti dengan sandal jerami yang sederhana pada abad ke-14. Sandal jerami sangat disukai oleh para prajurit pejalan kaki, sekalipun beberapa prajurit juga bertempur dengan telanjang kaki.Kebanyakan hanya memiliki sedikit jika ada, pelindung kaki selain jubah sederhana. Perlindungan pelana, sanggurdi dan zirah penutup di bagian bawah tubuh terbukti sangat memadai.

Beberapa petarung pejalan kaki tergantung pada keahlian mereka memanah, dan mengenakan baju zirah yang lebi ringan dari pada samurai berkuda. Alih-alih mengenakan baju zirah besar, mereka lebih memilih jenis yang disebut sebagai domaru atau haramaki, dua jenis baju zirah umumnya tidak memiliki perlindungan di bagian bahu.

Baju zirah hara-ate terdiri atas baju zirah yang disederhanakan, terdiri atas sane yang ditenun bersama untuk melindungi bagian perut. Baju zirah ini, digantungkan dari bahu, tidak melindungi bagian sisi atau bagian belakang tubuh dan hanya dikenakan para pejuang rendahan .

Baju zirah sederhana yang disebut haramaki muncul pada kurun waktu yang sama dengan baju zirah oyoroi. Baju zirah ini tidak memiliki bagian tambahan, yang

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA disebut waidate, yang ditempatkan di bagian batang tubuh baju zirah besar, yang sebagai pengganti terdiri atas sepotong baja yang menutup bagian sisi kanan. Lebih sederhana pembuatanya, dan diikat kencang. Harga baju zirah ini hanya seperempat dari harga baju zirah besar yang lebih tinggi dan mahal. Beberapa pejuang yang sederhana memilih baju zirah ini, dan menambahkan sode dan perlengkapan lainya, seperti pelindung tulang kering dan saring tangan logam (suneate dan kote), untuk membuat baju zirah ni berfungsi, sekalipun lebih rendah mutunya seperti OYOROI. Demikianlah baju zirah murah itu dapat digunakan oleh para pengikut samurai gokenin, sementara para pejuang berpangkat tinggi tetap menggunakan baju zirah oyoroi yang lebih mahal dan longgar.

Namun para pejuang pejalan kaki yang tidak memerlukan pelindung bahu memilih baju zirah yang lebih murah lagi. Baju zirah paling dasar, dikenal sebagai hara-ate merupakan sebuah pelindung tubuh yang diperkuat . Baju zirah ini sangat layak, tetapi jelas memiliki keterbatasan karena sama sekali tidak melindungi bagian sisa manapun bagian tubuh.

Pada awal abad ke-14 sebuah jenis baju zirah muncul berdasarkan model hara- ate. Tetapi memiliki perlindungan yang lebih besar. Baju zirah ini, disebut domaru atau “ sekeliling tubuh ” memiliki pelapis tubuh yang dikuatkan dengat pernis.

Beberapa pakaian awalnya, seperti yang ditemukan di kuil Oyama Zumi , masih memiliki papan bahunya. Versi tua ini juga dibuat dengan menenun platt-plat kecil

(kosane), yang berarti inovasi awalnya pakaian yang diikat dibagian belakang dan bukan sisi tubuh. Sekalipun demikian, baju itu tidak memiliki hiasan seperti baju zirah

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA besar maupun haramaki , dan selama abad ke-14 penggunaan papan pelapis bahu semakin jarang. Tentu saja masih ada orang-orang yang menggunakanya. Beberapa baju domaru lengkap masih ada, lengkap dengan pelapis bahunya, tetap dibuat dari kulit yang diperkeras. Para pejuang yang lebih miskin memilih menggunakan peralatan seprti itu. Bahkan ada pula domaru yang ditemukan dijahit seperti tubuh wanita, yang menurut cerita dikenakan oleh wanita bernama Tsuruhime pada tahun 1542 selama pertempuran di laut pedalaman Jepang.

Haramaki biasanya dikenakan para petinggi, sedangkan domaru hanya digunakan oleh pejuang rendahan. Dokumentasi tertua dari baju zirah ini berasal dari sepucuk surat bertahun 1271. Tidak banyak orang yang tahu perbedaan haramaki dan domaru sehingga pengertianya sering kali tertukar.

Baju zirah abad ke-16 seperti apapun organisasi mereka, semua tentara memerlukan jumlah prajurit yang lebih besar, yang menimbulkan perubahan persenjataan dan baju zirah samurai. Baju zirah tersebut hampir menyerupai seragam pada abad ke-16, dengan pakaian yang ditandai dengan umbul-umbul keluarga damyo.

Pakaian yang sangat menarik adalah baju zirah yang berasal dari Hojo, terakhir yang menggunakan emblem berbentuk segitiga yang jelas dari tahun 1524 hingga 1590.

Emblem tersebut menghiasi bagian tubuh pada baju zirah agar mudah dikenali.

Terminologi untuk baju zirah abad ke-16 mulai berubah kearah baju zirah saat ini “Tosei Gusoku” yang sangat berbeda dengan model-model sebelumnya. Kata gusoku berarti “ini cukup” dan umumnya menunjukkan sebuah ketopong ditambah baju zirah yang melindungi bagian tubuh, tangan, dan kaki.

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Istilah ini sediri sudah lama pada abad ke-13, tetapi lebih mencolok pada abad kea bad berikutnya untuk menggambarkan baju zirah ini. Gaya selanjutnya dari baju zirah ini memberikan perlindungan lebih baik hanya dengan sedikit tempat terbukadi bagian badan. Ketopong dan baju zirah adalah salah satu bagian penting bagi para pejuang, menunjukkan lebih sedikit perbedaan status dari pada zaman sebelumnya, dibandingkan dengan yang digunakan para panglima.

Beberapa Pembuat baju zirah menjadi terkenal, seperti Harura dari Nara dan

Iwai keduanya memiliki ciri tersendiri. Aliran ini di sebut Myochin Nobuie , adalah sebuah ketopong yang berasal dari tahun 1510, sementara contoh karyanya yang terakhir berasal dari tahun 1544. Nobuie menjadi sangat terkenal sehingga contoh baju zirahnya yang lebih awal dibuat pada tahun 1472 secara anakronistik. Dinyatakan sebagai buatannya maupun alirannya. Berbagai aliran pembuat baju zirah juga tumbuh diwilayah lain, seperti kelompok saotome, yang terkemuka di provinsi Hitachi di

Jepang timur, dan Yuki no Shita, yang bertempat di Kamakura dan membuat baju zirah di Hojo.

Setelah abad ke-16, baju zirah yang lebih berat semakin disukai dan diminati, dimana bagian badan mendapat keuntungan karenamemperoleh perlindungan yang lebih besar. Lempeng baju besi, terdiri dari 7 atau 8 lempeng logam vertical yang dipatri bersama disebut (yokohagido) dikembangkan pada tahun 1540 di provinsi Owari. Versi lainya , lempengan tatehagido juga ada, sementara para pandai besi dari Yuki no Shita memproduksi lempeng dada dari logam yang terkenal sebagai Yuki no Shita do untuk tentara Hojo.

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.2 Baju Zirah

Baju zirah menurut pendapat orang selama ini adalah, baju yang terbuat dari besi yang dipakai dalam peperangan jaman dulu.Sebenarnya baju zirah adalah seperangkat pakaian, yang digunakan dengan tujuan memberi perlindungan terhadap senjata.Jadi baju zirah tidak hanya terbuat dari besi atau logam, baju yang terbuat kayu yang di pernis dari kulit atau bahkan kevlar yang digunakan di zaman sekarang termasuk juga baju zirah, karena di gunakan dengan tujuan 'memberi perlindungan terhadap serangan senjata.

Berikut ini adalah beberapa diantara jenis-jenis baju zirah yang ada didunia :

1. Baju Zirah Samurai

Di Jepang, baju zirah samurai biasanya disebut “baju zirah besar” (OYOROI).

Bentuknya seperti kotak, dengan lengan baju menonjol, atau sode. Baju zirah itu

terbuat dari ribuan plat kecil disebut sane yang tebuat dari kayu, lalu di pernis.

Potongan-potongan ini kemudian ditenun bersama dengan kain yang

mengkilap.Sering kali, dibagian dada pernis kayu sane di perkuat dengan plat

logam, guna menghindari tembakan mematikan di bagian dada.

2. Baju Zirah lempeng

Baju zirah lempeng adalah sejenis zirah personal bersejarah yang dibuat dari

lempengan besi dan baja. Meskipun sudah ada pendahulunya, misalnya lorica

segmentata dari zaman Romawi, zirah lempeng baru benar-benar berkembang di

Eropa pada Abad Pertengahan Akhir, terutama dalam konteks Perang Seratus

Tahun, mulai dari jubah lempeng yang dipakai di luar zirah cincin selama abad

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ke-13. Di Eropa zirah lempeng mencapai puncak penggunaannya pada akhir

abad ke-15 dan ke-16, dengan setelan lengkap zirah lempeng Goth dikenakan

dalam beberapa pertempuran, misalnya Perang Burgundy dan Perang Italia.

3. Baju Zirah Logam

Baju zirah jalinan rantai (), Chain mail adalah baju zirah logam yang

paling fleksibel.Dibuat dari cincin-cincin yang salin bersambungan dan dijalin

hingga seperti kaus.Rantai baju zirah ini cenderung pecah jika menghadapi

tusukan, atau bahkan jika menghadapi tebasan yang cukup kuat.Karena sifatnya

yang fleksibel maka pemakainya masih rentan terhadap senjata-senjata tumpul

seperti tongkat, gada, atau pentungan.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

BAJU ZIRAH JEPANG

3.1 . Jenis-jenis Baju Zirah Jepang

1. Baju Zirah Oyoroi

Kebanyakan orang berfikir tentang baju besi Jepang yaitu sifat dan bentuknya yang aneh dan unik.Oyoroi atau Amor besar pertama muncul pada abad ke-10 tetapi, hanya mulai menjadi baju besi yang biasa digunakan dalam perang Genpi sekitar abad ke-12. Baju ini disebut unik dikarenakan bentuknya yang seperti kotak, dengan lengan baju yang menonjolatau sade.baju zirah ini terbuat dari ribuan plat kecil yang disebut sane yang terbuat dari kayu yang dilapisi oleh pernis.

Beberapa baju besi ini dibuat berskala dari skala kecil dari kulit atau logam yang dicampur kedalam piring hitam dengan tali yang dipernis. Pongan-potongan ini kemudian ditenun bersama dengan kain yang mengkilap. Seringkali, dibagian dada pernis kayu sane diperkuat dengan plat guna menghindari tembakan mematikan dibagian dada.

Kain yang digunakan untuk menjalin plat baju zirah dapat diwarnai dengan berbagai warna, terutama warna merah dan warna putih. Pola itu sendiri dapat digunakan untuk mengidentifikasi pundak pejuang tertentu. Tidak seperti rangkaian rantai, atau plat logam baju zirah, bagian yang rusak dapat dijahit ulang dengan mudah di medan perang , jika perlu sane tertentu ditambahkan. Hujan tidak dapat merusak baju zirah ini, karena kebanyakan baju zirah ini terbuat dari kayu yang dipernis, sekalipun talinya bisa membusuk atau dihuni oleh hewan tungau dan kutu.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Selama hidup oyoroi logam yang dipilih adalah besi. Berat besi lemari

membatasi penggunaan besi, untuk bagian paling penting dari baju besi dan sisanya

menggunakan kulit. Solusi lain yang digunakan adalah mengganti dari satu pelat logam

dengan kulit, sebagai baju besi menjadi sangat kuat dengan fleksibilitas yang besar dan

berat dapat digunakan.Secara keseluran setelan baju besi standar adalah sekitar 30 kg

atau 65 pound. Baju ini dirancang untung para pejuang samurai berkuda .

Baju zirah oyoroi abad ke-19, akhir zaman edo yang di pakai oleh Shimazu

Nariakira (1809-58) adalah seorang daimyo yang inovatif dari Satsuma. Dia sangat

tertarik dengan industry dan teknologi Eropa. Dia bahkan menulis buku harianya dalam

bahas Jepang beraksara latin. Berlawanan dengan keterbukaan ini terhadap berbagai ide

baru, baju zirah Nariakira menunjukan suatu kebangkitan kembali gaya baju zirah

oyoroi kuno. yaitu, yang terpisah dari pelindung wajah dan leher, serta sarung tangan

(kote). Pakaian benar-benar merupakan reproduksi akurat dari baju zirah abad ke-13 itu.

Sepatu kulit beruang (tsuranuki) yang dikenakannya telah ditinggalkan hampir setengah

millennium sebelumnya.

2. Baju Zirah Haramaki

Haramaki adalah baju zirah yang lebih sederhana, sempit dan tidak terlalu

seperti kotak bentuknya dibandingkan baju zirah besar (oyoroi) dari pemanah berkuda,

dan harganya hanya seperempat dari baju zirah oyoroi. Perbedaan dari kedua jenis baju

zirah ini adalah waidate, sebuah papan terpisah yang diletakkan dibawah lengan kanan,

tidak digunakan. Sebagai gantinya, pelindung besi diikat kuat dengan mengikatkan

lempengan baju bersifat pilihan untuk haramaki.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hirosode menggunakan lengan yang fleksibel dan melindungi lengan bagian atas. Benda ini dibuat lebih melindungi lengan atas dari hantaman dari pada berfungsi sebagai perisai portebel, sebagaimana yang digunakan selama abad ke-14 dan abad ke-

15. Sane merupakan plat kecil yang diperniskuat, tetap ditenun didalam baju yang diwarnai sepanjang abad ke-15. Katakomi adalah tali yang digunakan untuk menggantungkan zirah berlapis baja ini dibagian bahu. Kasazuri melindungi bagian atas.Haramaki biasanya digunakan oleh para petinggi.

3. Baju Zirah Hara-Ate

Baju zirah paling dasar dikenal sebagai hara-ate merupakan sebuah pelindung tubuh yang diperkuat. Baju zirah ini sangat layak, tetapi jelas memiliki keterbatasan dikarenakan sama sekali tidak melindungi bagian sisa manapun.

4. Baju Zirah Domaru

Domaru merupakan baju zirah yang disederhanakan yang di pasang di belakang.Seperti baju zirah kuno, plat pernis kecil dijalin bersama, tetapi baju zirah ini tidak sekotak baju zirah sebelumnya. Pada awal abad ke-14 jenis baju zirah ini memiliki sode muncul berdasarkan model hara-ate, tetapi memiliki perlindungan yang lebih besar.

Baju zirah ini, memiliki pelapis tubuh yang dikuatkan dengan pernis perhatikan juga nodowa, atau pelindung tenggorokan, fakta bahwa ketopong memiliki hiasan dalam hal ini maidate menjadi sebuah hal yang lazim. Beberapa pakaian awalnya, seperti yang ditemukan di kuil oyama zumi, masi memiliki papan bahunya. Versi tertua

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ini juga dibuat dengan menenun plat-plat kecil (kosane), yang berarti inovasi awalnya

hanyalah bahwa pakaian itu diikat di bagian belakang bukan sisi tubuh. Sekalipun

demikian, baju ini tidak memiliki hiasan seperti baju zirah besar oyoroi dan baju zirah

haramaki, dan selama abadke-14 penggunaan papan pelapis bahu menjadi semakin

jarang. Tentu saja masih ada orang-orang yang menggunakannya.

Beberapa baju zirah domaru lengkap masih ada, lengkap dengan pelapis

bahunya, tetapi tebuat dari dari kulit yang diperkeras. Para pejuang yang lebih miskin

memilih menggunakan peralatan seperti itu.Bahkan ada pula domaru yang ditemukan

dijahit sesuai dengan tubuh wanita yang menurut cerita dikenakan oleh seorang seorang

wanita bernama Tsuruhime pada tahun 1542 selama pertempuran di laut pedalaman

Jepang. Kebanyakan baju zirah ini digunakan oleh para pejuang pejalan kaki.

5. Baju Zirah Sugake

Sugake atau “tergantung sederhana” mewakili gaya dimana bazu zirah dijalin

secara vertikal. Gaya sugake menggunakan lebih sedikit jalinan. Hal ini terbukti

menguntungkan, karena jalinan bisa mengeras akibat debu dan kutu. Berdasarkan baju

Honda Tadakatsu (1548-1610), salah satu panglima Tokugawa Ieyasu yang paling

dipercaya, dan daimyo Provinsi Ise.

Pada baju zirah ini ketopong didesain yang popular, dan tanduk dibuat dari kayu

dan kertas yang dipernis. Walaupun sulit untuk dilihat, pelindung kaki dan tangan

hampir sepenuhnya terbuar dari rantai besi dengan beberapa logam tambahan dan

pelindung tulang kering (sune-ate) yang sebagian besar dibuat dari besi. Beberapa baju

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA zirah ini memiliki Tasbih atau kinpaku oshi juzu yang mengelilingi baju zirahnya, ini menandakan dia adalah seorang pengikut Buddha.

6. Baju Zirah Tosei Gusoku

Tosei gusoku mewakili baju zirah baru, dibuat pada abad ke-16. Lebih ringan dan lentur, serta tidak terlalu bergantung pada ikatan dibandingkan baju zirah sebelumnya. Pakaian ini juga menyediakan perindungan lebih besar terhadap tubuh, untuk menghindari luka akan tusukan tombak. Secara khusus, perlindungan terhadap bakian bawah tubuh semakin dipertinggi.

Baju zirah ini cukup kuat hingga dapat duduk tegak dalam keadan kosong atau tidak digunakan sekalipun oleh para pejuang.Sehingga terkadang jenis pakaian ini dikenal sebagai baju zirah berdiri ( do). Sebagian besar baju zirah ini terdiri atas dua bagian, dikenal sebagai nimai do, yang bergantung dibawah tangan kiri. Ketika lempengan yang dikenal sebagai iyozane diikat secara vertikal (gaya yang dikenal sebagai sugake) baju zirah ini disebut nuinobe-do, yang berarti perluasan tenunan.

7. Baju Zirah Kertas

Menciptakan baju zirah profesional untuk setiap prajurit terbukti sulit sehingga beberapa orang menggunakan baju zirah yang terbuat dari kertas. Salah satu setelan milik Izawa Shoji, dibuat sepenuhnya dari kertas Jepang. Kertas Jepang terbukti dari pada kertas Eropa dan lebih tahan lama, karena terbuat dari serat murbai dan hampir tidak dapat rusak. Kertas ini biasanya dilapisi pernis sehingga menghasilkan pakaian yang ringan dan kuat dan tahan pecah, tidak seperti kulit, serta menyediakan

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perlindungan yang sama. Ringannya bahan ini menjadi sebuah keuntungan dan bahkan penutup tulang kering dan sarung tangan (kote) terbuat dari kertas.

3.2. Atribut Pendukung Baju Zirah Jepang

1. Eboshi

Eboshi merupakan penutup kepala yang penting bagi orang dewasa, dan cara mengenakan eboshi menandakan akil baliq. Eboshi dikenakan oleh para bangsawan, pejuang dan orang biasa.Penutup kepala ini terbuat dari sutera yang diwarnai dan banyak di antaranya dipernis ringan. Dimulai pada abad ke-12, orang-orang bukan bangsawan mengenakan versi yag lebih lembut, tetapi setelah abad ke-15 eboshi yang tegak lurus dengan sangat keras menjadi populer.

2. Hatsumori

Suatu penutup kepala primitip yang disukai selama abad ke-13. Digunakan sebagai cara melindungi bagian kening kepala dan pipi beberapa pejuang yang memilih tidak mengenakan ketopong, tetapi kemanjuranya terbatas, karena bagian kerongkongan yang vital tidak terlindungi.

3. Ketopong

Ketopong () biasanya terbuat dari besi, dengan sane yang ditumpangtindihkan untuk melindungi bagian sisi depan dan belakang leher. Plat yang ditempelkan diatasnya, jika kita mempercayai catatan kesusastraan, dapat disobek dari ketopong. Tetapi umumnya memberikanperlindungan memadai, terutama bagi bagian belakang kepala dan leher. Sebuah klep kecil berada didepan ketopong. Ketopong

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA biasanya begitu berat, sehingga para samurai terkemuka seringkali tidak menggunakanya hingga mereka memasuki medan laga. Macam-macam ketopong yaitu,

1. Ketopong Zunari

Jenis ketopong ini bisa di bilang jenis ketopong baru, yang artinya

membentuk kepala, yang terbuat dari beberapa lempengan kecil berbentuk,

dan dapat dibuat dari baja yang lebih berat karena kesederhanaanya dan

menawarkan prteksi yang lebih baik. Ketopong ini dinamakan dari nama

keluarga yang menggunakannya, keluarga Hineno dari Izumi, hingga

keselatan ibu kota. Ketopong ini menggambungkan perlindungan dengan

lempengan baja tebal dan desain yang disederhanakan. Shiken tergantung

dari ketopong ini dan melindungi bagian belakang leher. Bentuk ini

terbukti tahan lama sehingga dekorasi yang rumit kemudian ditambahkan

walaupun, banyak yang lebih memilih desai yang lebih disederhanaka

dengan satu-satunya dekorasi yaitu lobster kecil dan pernis merah dan

emas.

2. Ketopong Kertas

Ketopong ini terbuat dari kertas yang telah dipernis dan memiliki

keuntungan ringan, tahan karat dan menyediakan sedikit perlindungan.

3. Momonari-Kabuto

4. Tojin Gashira

5. Tori-Kabuto

6. Hoshi- Kabuto

7. O-Bashi Kabuto

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8. Jinggasa (perlindungan lebar)

4. Sarung Tangan Besi (Kote)

Sarung tangan besi (kote) dari sambungan rantai besi yang ditenun di atas kain.Benda ini menjadi sangat diperlukan dan rumit saat baju zirah disederhanakan dan pelindung bahu semakin jarang digunakan.Sarung tangan ini berguna untuk melindugi bagian atas dan lengan samurai.

5. Sode

Papan bahu pada pakaian Jepang, yang berfungsi sebagai penutup bagian atas lengan pejuang dan digunakan untuk melindungi sisipejuang dari panah saat mereka bertempur di atas kuda.Sode, lebih tepatnya disebut sebgai tameng tambahan yang digunakan saat pejuang bertempur diatas kuda.

6. Panah dan Busur

Membuat busur itu tidak mudah. Busur tertua yang masih ada, dan paling sederhana, terbuat dari ranting yang lemas, atau anak pohon marugi atau bilah yang diambil dari potongan yang lebih besar. Kemudian, busur bambu campuran, yang menggunakan lem terbuat dari jeroan rusa, dibuat kedalam bagian dalam busur.

Anak panah juga memiliki batang bambu, yang berusia tiga tahun. Mata panah sendiri terbuat dari besi atau baja, dan memmiliki batang panjang yang diikat pada

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lubang bambu.Berbagai bulu burung digunakan untuk membantu anak panah melesat jauh dan cepat. Anak panah ini ada dua macam, yaitu kaburaya dan soya.

3.3 Cara Memakai Baju Zirah

1. Jubah

Jubah hitatare sederhana dikenakan di bawah pakaian dengan tali yang

ditarik dibawah lutut.Diatas kaos kaki tenun (), sandal jerami

dikenakan.Benda ini sangat popular di abad ke-14 karena mudah diganti dan

tidak dihinggapi oleh kutu atau tungau seperti sepatu bulu.Akhirnya,

pelindung tulang kering digunakan.

2. Baju Zirah

Kasazuri digunakan untk melindungi kaki, lalu sarung tangan besi kote

ditambahkan atau dikenakan.Setelah itu, ditambahkan pelapis dibagian

lengan atas baju zirah diatas bahu dan diikat dengan sitem tali-temali yang

rumit agar baju zirah tidak lepas dari tubuh.

3. Senjata

Akhirnya lengan baju sode ditambahkan bersama dengan pedangsutu

nodowa untuk melindungi bagian wajah.Setelah itu pembalut kain

(hachimaki) dililitkan di kepala dan topeng wajah dikenakan sebelum

ketopong dipakai. Seperti itu cara menggunakan baju zirah pada dasarnya.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Negara Jepang merupakan negara yang memiliki kebudayaan yang sangat

berbeda dan beranekaragam. Mekipun mordenisasi terus berkembang pesat,

Tetapi masyarakat Jepang tetap utuh untuk melestarikan kebudayaan mereka

khususnya dalam bidang berpakaian.

2. Di Jepang, orang-orang dapat memakai atau menggunakan berbagai jenis

pakaian, mulai dari pakaian modern hingga pakaian tradisional yang banyak

diketahui dunia luar. Membahas pakaian tradisional tentu tidak terlepas dari

proses sejarah sehingga dapat melahirkan pakaian tradisional Jepang dalam

perang yang sangat berpengaruh dalam peperangan yang terjadi di Jepang.

Misalnya baju zirah, banyak orang hanya mengetahui baju khas dari Jepang

hanya kimono dan sebagainya, tetapi orang tidak tahu baju yang sangat

berpengaruh dalam kemuajuan suatu kejayaan di masa itu.

3. Baju zirah Jepang adalah baju yang sangat berpengaruh dalam melindung bagian

tubuh para pejuang samurai. Pada awalnya baju zirah dibuat secara khusus

untuk melindungi diri dari anak panah, yang merupakan senjata utama dalam

peperangan.

4. Baju zirah awalnya terbuat dari beberapa kayu yang dipernis lalu diikat secara

bersamaan hingga berbentuk kotak. Setelah beberapa lama baju zirah mulai

berkembang dikarenakan baju zirah yang terbuat dari kayu tidak begitu ampuh

dalam musim hujan dikarenakan tali yang digunakan untuk mengikat kayu-kayu

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersebut dapat dihuni oleh tunga ataupun kutu. Oleh sebab itu para pembuat baju

zirah mulai mengganti beberapa bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan

baju zirah. Baju zirah yang awalnya dari kayu lama kelamaan berubah menjadi

beberapa plat-plat piringan besi yang digabungkan. Tetapi beberapa pejuang

samurai masih menggunakan baju zirah yang dibuat oleh kayu yang diakui

cukup ampuh dalam melindung badan mereka dari senjata dalam peperangan.

4.2 Saran

Baju zirah merupakan faktor paling penting dalam peperangan dikarenakan ampuh dalam melindungi tubuh saat berperang. Oleh karena itu, Sebaiknya baju zirah ini harus dirawat dan dilestarikan bukan hanya dijadikan barang yang diperjual belikan, karena pakaian tersebut ialah salah satu bukti sejarah yang masih bisa kita lihat dan kita kagumi keindahannya dengan cara memperkenalkan baju ini lewat festival-festival kebudayaan jepang, kemudian dengan cara membuat pentas drama peperangan Jepang zaman dahulu dengan memperkenalkan baju yang mereka gunakan pada anak-anak masa sekarang.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSAKA

Conlan, Thomas. D. 2014. Senjata & Teknik Bertempur Samurai : Kompas

Gramedia https://books.google.co.id

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA