Ikhtisar Global State of Democracy Mengkaji Ketahanan Demokrasi

www.idea.int Edisi Bahasa Inggris: © 2017 International Institute for Democracy and Electoral Assistance Terjemahan Bahasa Indonesia: © 2018 Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi dan International Institute for Democracy and Electoral Assistance Publikasi International IDEA bebas dari kepentingan nasional atau politik tertentu. Pandangan- pandangan yang terungkap dalam publikasi ini tidak selalu mewakili pandangan International IDEA, Pengurus atau Anggota Dewannya.

Referensi-referensi nama negara dan wilayah dalam publikasi ini tidak mewakili kedudukan resmi International IDEA terkait dengan status hukum atau kebijakan dari satuan-satuan tersebut.

Permohonan izin untuk mereproduksi atau menerjemahkan seluruh atau sebagian dari publikasi ini harus diajukan ke: International IDEA Strömsborg SE–103 34 STOCKHOLM SWEDIA Tel: +46 8 698 37 00 Email: [email protected] Website:

International IDEA mendukung penyebarluasan hasil kerjanya dan akan segera menjawab permintaan izin untuk mereproduksi atau menerjemahkan publikasi-publikasinya.

Publikasi ini telah mendapat dukungan dari negara-negara Anggota International IDEA melalui pendanaan inti Institute. Terima kasih disampaikan kepada pemerintahan Norwegia dan Swedia, yang atas dukungannya telah memungkinkan publikasi ini.

Publikasi ini adalah terjemahan dari versi Bahasa Inggris International IDEA’s ”The Global State of Democracy: Exploring Democracy’s Resilience, An Overview.” Keakuratan naskah yang diterjemahan belum diverifikasi oleh International IDEA. Dalam hal terjadi keraguan, yang berlaku adalah versi asli bahasa Inggris (ISBN: 978-91-7671-128-6). Penerjemahan ini dilakukan oleh Perludem.

Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia: Catherine Natalia Editing: Titi Anggraini, Antony Lee Tata Letak: Eko Punto Pambudi Ilustrasi sampul: Michael Tompsett, Desain dan layout berdasarkan template yang dikembangkan oleh: Phoenix Design Aid Percetakan: Kirana Karya ISBN: 978-91-7671-206-1 (print) ISBN: 978-91-7671-207-8 (PDF) Ikhtisar Global State of Democracy Mengkaji Ketahanan Demokrasi Daftar Isi Global State of Democracy Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Daftar Isi

Kata Pengantar v Keterbatasan kerangka kerja hukum Ucapan terima kasih vii pendanaan politik 29 Pendahuluan ix Respon yang holistik, berorientasi keadilan, dan meningkatkan integritas 31 Bab 1. Global State of Democracy, 1975–2015 2 Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk mengatasi tantangan uang dalam politik 31 Pemerintahan Perwakilan 4 Hak-hak Asasi Manusia 4 Bab 6. Mewaspadai Kesenjangan: Pengawasan Pemerintahan 6 Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan? 33 Administrasi yang Imparsial 6 Mendefinisikan ketidaksetaraan 33 Keterlibatan Partisipatif 6 Ketidaksetaraan, penyediaan sosial dan penyampaian layanan 34 Bab 2. Ketahanan Demokrasi di Dunia yang Berubah 10 Ketidaksetaraan dan kohesi sosial 34 Apa yang membuat demokrasi bertahan? 10 Ketidaksetaraan, suara, dan perwakilan politik 35 Ketidaksetaraan, kekerasan dan konflik bersenjata 36 Bab 3. Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Demokrasi dan ketidaksetaraan: tidak ada hubungan Menghadapi Kemunduran 14 yang otomatis 36 Implikasi terhadap kualitas demokrasi 14 Tantangan reformasi dan kebijakan redistributif 37 Melawan kemunduran demokrasi 18 Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk melawan Rekomendasi untuk menghadapi dan melawan ketidaksetaraan 39 kemunduran 19 Bab 7. Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan, Bab 4. Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan 20 dan Multikulturalisme 40 Tantangan hasil: krisis dan pengendalian kebijakan 20 Imigran dan hak pilih 41 Tantangan kepercayaan dan inklusi 20 Integrasi politik imigran 42 Menurunnya kepercayaan kepada partai 20 Tantangan partai anti-imigran 44 Marginalisasi perempuan dan pemuda 22 Perwakilan politik emigran dalam lembaga politik kunci dan badan konsultatif 46 Tantangan partai baru dan populisme 23 Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk mengatasi Tantangan keterlibatan warga negara 23 tantangan migrasi 48 Pembuatan keputusan yang deliberatif 24 Instrumen demokrasi langsung 24 Bab 8. Pembangunan Perdamaian Inklusif Tanggapan partai yang tangguh 25 Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk mengatasi Merancang Ketahanan Demokrasi 49 tantangan sifat partisipasi politik 26 Inklusi dan negara yang tangguh 50 Mendefinikan “kami rakyat” 52 Bab 5. Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi? 27 Inklusi melalui perwakilan 52 Lembaga-lembaga elektoral 53 Melemahkan tingkat lapangan permainan 27 Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk mengatasi yang setara 27 tantangan demokrasi dan pembangunan perdamaian 55 Korupsi dan pembajakan kebijakan 28 Kurangnya kepercayaan pada politik Referensi Terpilih 56 dan politisi 29 Tentang International IDEA 66

iv International IDEA Kata Pengantar

Kata Pengantar

Pemberitaan media dan jajak pendapat publik akhir-akhir ini telah memberi peringatan berkenaan ancaman yang semakin nyata terhadap demokrasi. Mereka mengindikasikan, secara pesimis, bahwa demokrasi mengalami penurunan. Memang ada alasan untuk khawatir. Semua negara harus mengatasi tantangan- tantangan kompleks – baik yang berasal dari dalam maupun luar garis batas negara – yang berdaya jangkauan global: dari kelangkaan pangan hingga konflik, dari perubahan iklim hingga terorisme dan kejahatan terorganisasi, serta dari populisme hingga korupsi. Akan tetapi, menurut pendapat saya, ini adalah suatu gambaran persoalan yang tak lengkap.

Mudah sekali untuk melupakan capaian-capaian kebijakan yang bisa diterapkan untuk menanganinya. jangka panjang dunia dalam merawat demokrasi. Pada Naskah ini mengkontraskan pembalikan demokrasi baru- umumnya, institusi-institusi publik sekarang ini lebih baru ini dengan kecenderungan positif yang berlangsung representatif dan akuntabel terhadap kebutuhan dan dari waktu ke waktu, menyediakan perspektif berbasis keinginan warga; perempuan dan laki-laki di semua fakta yang akurat dan menawarkan solusi atas beragam usia. Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara pertanyaan yang seringkali sangat dipolitisasi. Publikasi ini menjadi demokratis dan, kendati mengalami hambatan membahas masalah-masalah rumit, kritis, dan sensitif secara dan sedikit kemunduran, sebagian besar dari mereka bisa politik yang dihadapi dunia saat ini; seperti bagaimana mempertahankan status tersebut. Saat ini, sudah lebih memberikan kesempatan bagi para migran untuk terlibat banyak negara menyelenggarakan pemilu dibandingkan secara politis dalam masyarakat di tempat asal maupun masa lalu. Tak kalah penting, sebagian besar pemerintah tempat tujuannya. Publikasi ini juga membahas bagaimana di dunia menghormati komitmen internasional mereka uang secara tidak pantas mempengaruhi sistem politik, untuk menegakkan hak-hak asasi manusia, lebih banyak risiko-risiko yang muncul akibat peningkatan kesenjangan orang yang dapat memberikan suara dengan bebas, serta terhadap demokrasi, potensi dampaknya kepada generasi masyarakat sipil dan pimpinannya bisa memobilisasi dan mendatang, serta strategi-strategi untuk membuat atau terlibat dalam dialog dengan pemimpin politik. Di atas memperkuat instrumen-instrumen politik inklusif pasca- segalanya, demokrasi menghasilkan sebuah efek domino, konflik. tumbuh dan menyebar ke penjuru planet ini. Selain itu, International IDEA memberikan wawasan Pemerintah seharusnya terus memperkuat fondasi ini berharga terkait pentingnya peranan perempuan dalam guna mengurangi risiko kemunduran demokrasi, yang memperkuat lembaga-lembaga politik, bagaimana kaum bisa mengantar ke arah otoritarianisme. Sayangnya, dalam muda bisa terlibat dalam politik, dan bagaimana inovasi banyak kasus, hasil pemilu tidak dihargai dan aturan- teknologi dan media mengubah praktik berpolitik saat ini. aturan atau institusi yang berwenang dimanipulasi untuk Publikasi ini berisi ringkasan yang sangat kaya atas praktik- mempertahankan kekuasaan sang pemimpin. Kondisi praktik terbaik dan studi kasus dari berbagai penjuru dunia; ini menghambat warga negara untuk mengakses elemen- dengan fokus pada perubahan dinamika politik demokrasi elemen mendasar, kebebasan dan kesetaraan, yang menjadi yang secara tradisional didefinisikan sebagai “terkonsolidasi” keunggulan demokrasi. dan “berkembang”.

Publikasi baru International IDEA The Global State of Publikasi ini menarik perhatian baik pada kekuatan positif Democracy atau Keadaan Demokrasi Global, menyajikan maupun negatif yang mempengaruhi sistem demokratis, sebuah analisis global komprehensif terkait tantangan- dan menawarkan serangkaian rekomendasi dan pilihan tantangan yang dihadapi demokrasi serta sejumlah pilihan kebijakan yang bermanfaat. Sekalipun tidak ada solusi

v Global State of Democracy  Kata Pengantar Mengkaji Ketahanan Demokrasi

yang mudah, gagasan ini dapat membantu kita semua yang terlibat dalam membangun masyarakat demokratis untuk memperkuat kembali hubungan kita dengan sesama warga negara. Pendek kata, di saat penyatuan kekuatan untuk menjaga demokrasi menjadi jauh lebih penting dari sebelumnya, International IDEA memberikan kepada kita elemen kunci untuk menganalisis dan saran-saran untuk bertindak. Hal ini membuat publikasi ini menjadi sangat tepat waktu.

Michelle Bachelet Presiden Republik Chile

vi  International IDEA Ucapan Terima Kasih

Ucapan Terima Kasih

Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam edisi pertama The Global State of Democracy Publikasi ini mendapat manfaat dari kontribusi yang diberikan oleh banyak orang di International IDEA, dan dari masukan para anggota organisasi mitra Institut.

Tim Publikasi Staf International IDEA (Stockholm) Lina Antara, Armend Bekaj, Leigh Bennet, Diana Bologova, Elizabeth Adu-Lowson, Anna-Carin Åhlén, Sead Alihodzic, Nathalie Ebead, Rosinah Ismail-Clarke, Mélida Jiménez, Tina Antai, Adam Boys, Alexandre Debrun, Nuno Durao, Rumbidzai Kandawasvika-Nhundu, Brechtje Kemp, Elin Falguera, Maria Fe Rundberg, Caroline Fox, Karin Naomi Malaki, Joseph Noonan, Victoria Perotti, Helena Gardes, Narda Hansen, Albina Herodes, Rosinah Ismail- Schwertheim, Adina Trunk, Catalina Uribe Burcher dan Clarke, Samuel Jones, Lumumba Juma, Frank Kayitare, Samuel Williams. Yves Leterme, Keboitse Machangana, Björn Magnusson, Naomi Malaki, Thomas McKean, Frank McLoughlin, Kontribusi Tertulis Jonas Mikkelsen, Pola Mina, Gideon Nhundu, Brigit Zaid Al-Ali, Lina Antara, Armend Bekaj, Sumit Bisarya, O’Sullivan, Linnea Plam, Thiyumi Senarathna, Annika Helena Bjuremalm, Nathalie Ebead, Alberto Fernandez, Silva-Leander, William Sjöstedt, Alexandra Walcher dan Mélida Jiménez, Rumbidzai Kandawasvika-Nhundu, Nikolaos Yannakakis. Brechtje Kemp, Gary Klaukka, Carrie Manning, Paul McDonough, Catalina Perdomo, Victoria Perotti, Sarah Staf International IDEA (program regional dan Polek, Alina Rocha Menocal, Seema Shah, Timothy Sisk, kantor penghubung) Svend-Erik Skaaning, Adina Trunk, Catalina Uribe Burcher, Zaid Al-Ali, Adhy Aman, Andrew Bradley, Alistair Clark, Jorge Valladares dan Sam van der Staak. Marie Doucey, Sophia Fernandes, Shana Kaiser, Nana Kalandadze, Kieran Lettrich, Nicolas Matatu, Gram Peneliti Matenga, Sheri Mayerhoffer, Mark McDowell, Percy Fletcher Cox, Joseph Noonan, Isabel Roberth, Helena Medina, Marilyn Neven, George Okong’o, Adebayo Schwertheim dan Samuel Williams. Olukoshi, Nyla Grace Prieto, Leena Rikkilä Tamang, Annamari Salonen, Pablo Schatz, Pilar Tello, Massimo Makalah latar belakang dan kontribusi studi Tommasoli, Sam van der Staak, Daniel Zovatto dan kasus Kimana Zulueta-Fuelscher. Lina Antara, Armend Bekaj, Andrew Bradley, Fletcher Cox, Nathalie Ebead, Rose Iles Fealy, Mélida Jiménez, Unit Manajemen Komunikasi dan Pengetahuan Nana Kalandadze, Rumbidzai Kandawasvika-Nhundu, International IDEA Gary Klaukka, Gram Matenga, Leah Matthews, Sheri Raul Cordenillo, Lisa Hagman, Fredrik Larsson, Tomas Mayerhoffer, Percy Medina, Joseph Noonan, Victoria Spragg Nilsson, Olivia Nordell, David Prater, Lynn Perotti, Isabel Roberth, Helena Schwertheim, Seema Simmonds dan Tahseen Zayouna. Shah, Leena Rikkilä Tamang, Timothy Sisk, Svend-Erik Skaaning, Martín Tanaka, Adina Trunk, Claudiu Tufis, Jorge Valladares, Sam van der Staak dan Samuel Williams.

vii Global State of Democracy  Ucapan Terima Kasih Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Pakar indeks Global State of Democracy Peninjau pakar eksternal Michael Bernhard, Raymond dan Miriam Ehrlich Chair, Rainer Bauböck, Marcus Brand, Juris Gromovs, Andreas Profesor di Jurusan Ilmu Politik Universitas Florida Hirblinger, Barbara Jouan Stonestreet, Dana Landau, Todd Landman, Sarah Lister, Soledad Loaeza Tovar, Augustine Michael Coppedge, Profesor di Jurusan Ilmu Politik dan Magolowondo, Cynthia McClintock, Magnus Ohman, Rekan Fakultas di Institut Kellogg Studi Internasional Sakuntala Kadirgamar Rajasingham, Cheryl Saunders, Universitas Notre Dame, Ko-Prinsipal Investigator Proyek Christophe Speckbacker, Shahabuddin Yaqoob Quraishi, Varietas Demokrasi (V-Dem) Richard Youngs dan Reuven Zielger.

Carl-Henrik Knutsen, Profesor di Jurusan Ilmu Politik Penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia Universitas Oslo, Ko-Prinsipal Investigator Proyek Varietas Khoirunnisa Nur Agustyati, Titi Anggraini, Antony Lee, Demokrasi Historis (V-Dem) Irma Lidarti, Catherine Natalia, Eko Punto Pambudi, Heroik M. Pratama dan Bayu Setiadi. Staffan Lindberg, Profesor di Jurusan Ilmu Politik Universitas Gothenburg, Direktur Institut Varietas Demokrasi (V-Dem)

Gerardo Munck, Profesor di Sekolah Hubungan Internasional Universitas Southern California Svend-Erik Skaaning, Profesor pada Jurusan Ilmu Politik di Universitas Aarhus, Ko-Prinsipal Investigator Proyek Varietas Demokrasi (V-Dem)

Claudiu Tufis, Profesor Rekan di Jurusan Ilmu Politik Universitas Bukarest

Dewan Peninjau Editorial Peter Ronald DeSouza, Penulis dan Profesor di Pusat Studi Masyarakat Berkembang

John Githongo, CEO Inuka Kenya Trust

Delia Ferreira Rubio, Penulis dan Konsultan, pemenang Joe C. Baxter Award 2011 dari International Foundation for Electoral Systems (Yayasan Internasional untuk Sistem Pemilu)

Pippa Norris, McGuire Dosen Politik Komparatif di Sekolah Pemerintahan Kennedy, Universitas Harvard Harvard University, Laureate Fellow Australia dan Profesor Pemerintahan dan Hubungan Internasional Universitas Sidney, Direktur Proyek Integritas Pemilu

viii  International IDEA Pendahuluan

Pendahuluan

Ikhtisar ini menelisik Global State of Democracy: Keadaan Demokrasi Global dan tantangan-tantangan yang dihadapi negara demokrasi sebagai implikasi dari lanskap politik terkini. Buku ini merupakan versi ringkasan dari The Global State of Democracy 2017: Exploring Democracy’s Resilience (International IDEA 2017a), yang mengkaji sejumlah tantangan utama terkini demokrasi dan kondisi-kondisi yang memungkinkan ketahanan demokrasi.

Lanskap politik kontemporer menimbulkan tantangan demonstrasi massa melawan korupsi terjadi di Brasil, global yang kompleks bagi demokrasi. Lanskap ini Republik Korea, Rumania, Afrika Selatan, Amerika Serikat dibentuk oleh globalisasi, pergeseran kekuatan geopolitik, dan Venezuela. Di banyak negara, warga negara turun ke perubahan peran dan struktur organisasi dan lembaga jalan untuk merebut kembali demokrasi. (supra) nasional, dan berkembangnya teknologi komunikasi modern. Fenomena transnasional seperti migrasi dan Benang merah lainnya adalah populisme; seruan dari perubahan iklim juga memengaruhi dinamika konflik dan para elite politik demagogis yang mengklaim diri sebagai pembangunan, kewarganegaraan dan kedaulatan negara. pembela “rakyat” mengadvokasi perspektif yang tidak liberal Meningkatnya ketidaksetaraan, serta polarisasi sosial dan – terhadap hak-hak fundamental – yang menawarkan visi eksklusi yang dihasilkannya, mendistorsi representasi dan masyarakat yang romantis dan sering tak bisa terpenuhi. suara politik serta mengurangi basis pemilih moderat yang Gerakan populis terbilang kompleks, dan mungkin memiliki vital. implikasi positif bagi demokrasi dengan memberikan suara kepada mereka yang dirugikan oleh elite dan kaum mapan, Demokrasi kian menghadapi tantangan dari dalam, tetapi gerakan itu juga mempunyai sisi gelap ketika populis misalnya ketika para pemimpin politik tidak mau menguasai pemerintahan dan menerapkan kebijakan sosial menghormati hasil pemilu atau menyerahkan kekuasaan yang tidak bisa dijalankan. secara damai. Hal ini bisa mengarah pada kemunduran demokrasi. Sikap apatis pemilih dan ketidakpercayaan Selama beberapa dekade, asumsi yang berlaku ialah, dalam kepada lembaga-lembaga politik tradisional – khususnya banyak hal, sekali demokrasi “terkonsolidasi”, ia akan partai politik dan politisi – membuat warga negara mencari bertahan (Alexander 2002). Akan tetapi, perkembangan jalur alternatif untuk dialog dan keterlibatan politik, yang selama masa transisi demokrasi tidak linear atau tak didukung oleh teknologi baru. Uang besar dalam politik terelakkan (Carothers 2002), dan negara-negara yang dan kemampuannya membajak kebijakan negara dan umumnya dipandang sebagai negara dengan demokrasi memfasilitasi korupsi, merusak integritas sistem politik. terkonsolidasi juga bisa saja mengalami pengikisan atau Negara-negara dalam transisi demokrasi dan negara-negara kemunduran demokrasi (Lust dan Waldner 2015). yang terdampak oleh konflik sangat rentan dalam upaya menciptakan masyarakat demokratis yang stabil. Demokrasi mengalami sejumlah tantangan di Eropa Barat; polarisasi merusak kohesi sosial yang diperlukan Dinamika-dinamika ini berkontribusi pada pandangan agar demokrasi berfungsi dengan baik (Grimm 2016). Di yang diperdebatkan secara luas bahwa demokrasi sedang Inggris, pilihan “Brexit” (British exit) pada Juni 2016 untuk menurun. Peristiwa-peristiwa di seluruh dunia menantang meninggalkan Uni Eropa (UE) meningkatkan perhatian gagasan ketahanan demokrasi dan membuat sistem mengenai kemampuan mayoritas yang sangat tipis untuk demokrasi terlihat rapuh dan terancam. Namun, nilai-nilai membuat keputusan yang sangat mempengaruhi kehidupan demokrasi di antara warga negara dan di dalam lembaga- seluruh warga negara. lembaga, baik di tingkat nasional maupun internasional, terus disuarakan dan dipertahankan. Pada tahun 2017,

ix Global State ofPendahuluan Democracy  Pendahuluan Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Menggemakan keprihatinan global tentang pembatasan ketidaksetaraan ekonomi yang berkesinambungan. El masyarakat sipil, negara-negara Eropa Tengah dan Eropa Salvador, Guatemala, Honduras, Meksiko dan Venezuela Timur seperti Azerbaijan, Ceko, Hungaria, Polandia, Rusia mengalami kekerasan bersenjata yang berasal dari kejahatan dan Slowakia telah mengalami kemunduran masyarakat terorganisasi dan bentuk lain ketidakamanan manusia, sipil, media yang bebas dan kebebasan oposisi. Hungaria seperti kekerasan berbasis gender, yang membatasi dan Polandia sama-sama telah memilih pemerintahan demokrasi (Santamaría 2014). Dalam lingkungan yang yang sangat ideologis, meningkatkan keprihatinan tentang tidak aman seperti ini, organisasi kriminal dan jaringan konsolidasi demokratis (Rovni, 2014). Pada Januari illegal menyasar masyarakat sipil, media independen, hakim 2017, para pemrotes di Rumania turun ke jalan untuk dan jaksa, serta pejabat pemerintah lokal. menyatakan kemarahan atas keputusan pemerintah yang akan memperlemah akuntabilitas hukum bagi pejabat Edisi pertama The Global State of Democracy [Kondisi pemerintahan (Lyman dan Gillet 2017). Demokrasi Global] mengeksplorasi tantangan kunci terkini demokrasi dan kondisi-kondisi yang memungkinkan Di Afrika, demokratisasi berkembang pesat. Generasi ketahanan demokrasi. Ketahanan dimaknai sebagai pemimpin yang terkait dengan perjuangan meraih kemampuan sistem sosial untuk mengatasi, bertahan kemerdekaan tampaknya akan segera berganti. Di Angola, hidup, berinovasi dan pulih dari tantangan dan krisis yang Afrika Selatan dan Zimbabwe kekuatan demokrasi rumit, yang menghadirkan ketegangan dan tekanan yang multipartai akan diuji dalam rezim yang berkuasa untuk bisa menyebabkan kegagalan sistemik. Edisi ini mengkaji pertama kalinya sejak kemerdekaan. Pada tahun 2016 implikasi dari proses kemunduran demokrasi terhadap dan 2017 krisis meledak di Republik Demokratik Kongo kualitas demokrasi serta tantangan-tantangan kunci seperti: (RDK), Gabon, dan Zimbabwe sebagai akibat dari perubahan sifat partai politik dan perwakilan; uang, manipulasi eksekutif untuk mempertahankan kekuasaan di pengaruh, korupsi dan pembajakan kebijakan negara; luar batas konstitusi. Permainan kekuasaan oleh presiden ketidaksetaraan dan eksklusi sosial; migrasi, polarisasi sosial, seringkali mengakibatkan protes keras dan siklus represi, kewarganegaraan, dan multikulturalisme; serta demokrasi seperti halnya terjadi di Burundi, di mana klaim “termin dan pembangunan perdamaian pada masa transisional ketiga” yang keras oleh Presiden Pierre Nkrunziza membawa pasca-konflik. negaranya mendekati “negara gagal” (ICG 2016). Berdasarkan indeks Global State of Democracy (GSoD) yang Di Asia dan Pasifik, negara-negara seperti Cina dan Vietnam baru dikembangkan, sebuah publikasi lengkap menyajikan menikmati kemajuan ekonomi yang berkesinambungan penilaian global dan regional atas status demokrasi dari di bawah sistem satu-partai; pada tahun 2016, Vietnam tahun 1975 – pada awal gelombang ketiga demokratisasi – beralih ke kepemimpinan baru melalui pemilu oleh hingga 2015, dilengkapi dengan analisis kualitatif mengenai delegasi Partai Komunis yang berkuasa. Filipina – yang tantangan-tantangan demokrasi hingga tahun 2017. Data beralih ke demokrasi setelah melalui revolusi “Kekuatan indeks GSoD dimulai pada tahun 1975 untuk memastikan Rakyat” tahun 1983-1986 – telah mengalami kemunduran keandalan dan kualitas tinggi dari sumber data sekunder hak dan kebebasan yang dijustifikasi oleh perang rakyat (International IDEA 2017b). terhadap narkoba. Partai oposisi di Afganistan, Bangladesh, Kamboja, , Maladewa, Pakistan, dan Thailand Publikasi ini berusaha menjembatani jurang antara telah mempertanyakan keabsahan proses pemilu serta penelitian akademik, perkembangan kebijakan dan inisiatif- memboikot atau menolak hasilnya; pola ini menunjukkan inisiatif pendampingan demokrasi, dan utamanya bertujuan kelemahan demokrasi di kawasan ini (UNDP-DPA 2015). untuk memberikan informasi kepada pembuat kebijakan, organisasi masyarakat sipil dan aktivis demokrasi, pemberi Pola-pola di Amerika Latin dan Karibia mengindikasikan pengaruh kebijakan dan organisasi riset, maupun penyedia bahwa demokrasi hampir menjadi norma di wilayah ini, dukungan demokrasi dan praktisi. Publikasi ini mencoba yang saat ini sedang menikmati konsolidasi demokrasi menyediakan pilihan dan rekomendasi kebijakan yang yang paling mendalam. Wilayah ini telah menyaksikan dapat dilaksanakan oleh lembaga dan pelaku politik kunci perluasan hak identitas seksual dan hak bagi masyarakat dalam upaya mendukung dan memajukan demokrasi. Garis adat. Akan tetapi, demokrasi masih ditantang oleh korupsi besar yang rinci mengenai pembagian geografis wilayah dan yang mengakar di Brasil, Peru dan Venezuela, serta oleh negara International IDEA ditemukan dalam naskah latar x  InternationalPendahuluan IDEA Pendahuluan

Kerangka Kerja Konseptual: Global State of Democracy

Inklusif Hak Pilih Hak

yang Bebas Partai Politik

Pemilu yang bersih yang

SubNasionalPemilu Pemerintahan yang Dipilih

Akses rinta Peme han A akil R perw an pada Keadilan Demokrasi A I G N Langsung E K N L U A S G I H R F a A k n f - Kebebasan a i M h W t t a a a a k Sipil b p n i i Partisipasi l u A r s i s s e t i a t r a Elektoral s e a i K P Demokrasi Hak-hak Sosial Kontrol rakyat dan Partisipasi dan Kesetaraan kesetaraan politik Masyarakat Sipil

A i d s y m ra a i t l Parlemen n ni is a g st in si yang Efektif I ras m r m i Ad pa pa m rsi g I al yan Kemandirian Penegakan yang Dapat Hukum Diperkirakan Yudisial

Integritas

Media

KetiadaanKorupsi

belakang “Definisi Wilayah Geografis dalam The Global pengertian yang lebih luas dari sekedar pemilu yang bebas. State of Democracy” (International IDEA 2017c). Demokrasi adalah sebuah konsep dengan berbagai dimensi, termasuk hak-hak sipil dan politik, hak-hak sosial dan Sudahkah indeks Global State of Democracy menurun selama ekonomi, tata kelola pemerintahan yang demokratis serta 10 tahun terakhir? Apa yang menjadi trend utama dunia supremasi hukum. dalam berbagai aspek demokrasi sejak awal gelombang ketiga demokratisasi? Apa yang seharusnya dilakukan Pemahaman International IDEA mengenai demokrasi oleh negara demokratis untuk mencegah kemunduran bertumpang tindih dengan segi-segi pemikiran demokratis, demokrasi? Bagaimana tantangan demokrasi diatasi untuk seperti demokrasi elektoral, demokrasi liberal, dan menghasilkan kondisi bagi demokrasi yang tangguh? demokrasi partisipatif. Konsep demokrasi itu mencerminkan suatu nilai inti yang termaktub dalam Pasal 2 Deklarasi Definisi demokrasi International IDEA Universal Hak-Hak Asasi Manusia bahwa “kehendak International IDEA, sebuah organisasi internasional yang rakyat” merupakan dasar legitimasi dan kewenangan negara mendukung demokrasi berkelanjutan di seluruh dunia, berdaulat. Ia menggabungkan suatu keinginan yang umum mendefinisikan demokrasi sebagai “pengendalian rakyat dan universal untuk perdamaian, keamanan dan keadilan. terhadap para pembuat kebijakan dan kesetaraan politik Demokrasi mencerminkan basis etik yang mendasar dari bagi mereka yang menjalankan pengendalian itu”. Secara kesetaraan dan martabat manusia, sehingga karenanya tidak lebih khusus, demokrasi ideal “berupaya menjamin dapat dipisahkan dari hak asasi manusia. kesetaraan dan kebebasan asasi; memberdayakan rakyat kebanyakan; menyelesaikan perselisihan melalui dialog Prinsip-prinsip demokratis pengendalian rakyat dan damai, menghormati perbedaan; serta menghasilan kesetaraan politik sesuai dengan berbagai institusi politik pembaharuan politik dan sosial tanpa konflik” (Landman dalam bentuk sistem pemilu (proporsional–mayoritarian), 2008: 17). Oleh karena itu, demokrasi dipahami dalam sistem pemerintahan (presidensial–parlementer) dan

xi Global State of Democracy  Pendahuluan Mengkaji Ketahanan Demokrasi

struktur negara (federal–kesatuan) pada tingkat nasional, manusia, memiliki tiga subdimensi. Dua di antaranya daerah dan supranasional. Dengan demikian, prinsip- berhubungan dengan konsep demokrasi liberal (akses prinsip ini terbuka untuk penerapan yang sensitif-konteks pada keadilan dan kebebasan sipil) dan satu pada konsep dari standar pemerintahan demokratis yang universal. demokrasi sosial (hak-hak sosial dan kesetaraan). Singkatnya, suatu sistem demokratis bisa dikelompokkan dalam berbagai cara, dan negara-negara bisa membangun 3. Pengawasan Pemerintahan mengukur pengawasan demokrasinya dengan cara-cara berbeda, dan karenanya efektif terhadap kekuasaan eksekutif. Hal ini memiliki dapat memenuhi prinsip-prinsip ini pada derajat tiga subdimensi berhubungan dengan konsep demokrasi yang berbeda. Pemahaman demokrasi yang luas dari liberal: kemandirian yudisial, parlemen yang efektif dan International IDEA diukur dengan indeks GSoD yang baru integritas media. (Kotak I.1) yang berdasar pada lima dimensi atau “atribut” demokrasi: Pemerintahan Perwakilan, Hak Asasi Manusia, 4. Administrasi yang Imparsial berkenaan dengan bagaimana Pengawasan Pemerintahan, Administrasi yang Imparsial, keputusan-keputusan politik dilaksanakan dengan adil dan Keterlibatan Partisipatif. dan dapat diperkirakan, dan karenanya mencerminkan 1. Pemerintahan Perwakilan meliputi sejauh mana akses ke aspek kunci supremasi hukum. Dimensi ini berhubungan kekuasaan politik bersifat bebas dan setara sebagaimana dengan konsep demokrasi liberal, yang menentukan ditunjukkan oleh pemilu yang kompetitif, inklusif bahwa pelaksanaan kekuasaan harus mematuhi aturan dan berkala. Dimensi ini, berkenaan dengan konsep dan dapat diperkirakan. Dimensi ini memiliki dua demokrasi elektoral, memiliki empat subdimensi: subdimensi: ketiadaan korupsi dan penegakan hukum pemilu yang bersih, hak pilih inklusif, partai politik yang dapat diperkirakan. yang bebas, dan pemerintahan yang dipilih. 5. Keterlibatan Partisipatif terkait dengan sejauh mana 2. Hak Asasi Manusia menangkap sejauh mana derajat perangkat keterlibatan politik tersedia dan sampai kebebasan sipil dihormati, dan apakah rakya t memiliki derajat mana warga negara menggunakannya. Hal ini akses ke sumber daya mendasar yang memungkinkan berhubungan dengan konsep demokrasi partisipatif dan mereka berpartisipasi aktif dalam proses politik. memiliki empat subdimensi: partisipasi masyarakat sipil, Dimensi ini, yang secara signifikan tumpang tindih partisipasi elektoral, demokrasi langsung dan pemilu dengan kovenan internasional tentang hak asasi subnasional.

xii  International IDEA Pendahuluan

KOTAK I.1.

Indeks Global State of Demokrasi International IDEA

Indeks GSoD International IDEA yang baru mengukur aspek-aspek Sumber: Data bergantung pada berbagai sumber, termasuk survei demokrasi yang berbeda selama periode 1975–2015 di 155 negara pakar, pengkodean berbasis standar oleh kelompok peneliti dan di seluruh dunia. analis, data observasi dan pengukuran komposit atas lebih dari 100 indikator. Definisi: Demokrasi didefinisikan sebagai pengawasan rakyat atas pembuatan dan pembuat keputusan publik, dan kesetaraan politik Satuan observasi: Kumpulan data GSoD mencakup data negara- antar warga negara dalam pelaksanaan pengawaan tersebut. tahun dari 155 negara yang memiliki setidaknya 1 juta penduduk. Dalam perhitungan rata-rata regional dan global, skor tidak Atribut demokrasi: Indeks mengukur 5 atribut utama demokrasi, ditimbang berdasarkan ukuran populasi. yang terdiri atas sejumlah 16 subatribut. Mereka memasukkan 5 fitur yang ditekankan oleh berbagai tradisi pemikiran demokratis yang Skala: Seluruh indeks berkisar antara 0 (pencapaian demokratis terhubung dengan konsep demokrasi elektoral, demokrasi liberal, terendah) hingga 1 (pencapaian demokratis tertinggi); 0 pada demokrasi sosial dan demokrasi partisipatif: umumnya merujuk pada kinerja terburuk dalam keseluruhan sampel negara-tahun (yang dicakup oleh indeks tertentu), sedangkan 1 Atribut 1: Pemerintahan Perwakilan merujuk pada kinerja terbaik negara-tahun dalam sampel. Subatribut: Pemilu yang Bersih, Hak Pilih Inklusif, Partai Politik yang Bebas, Pemerintahan yang dipilih Agregasi: Konstruksi indeks terutama bergantung pada pemodelan teori respon item dan analisis faktor Bayesian. Dalam beberapa Atribut 2: Hak-hak Asasi Manusia kasus, agregasi dihitung dengan mengambil rata-rata atau Subatribut: Akses pada Keadilan, Kebebasan Sipil, Hak-hak Sosial mengalikan beberapa indikator. dan Kesetaraan Rincian lebih lanjut mengenai kumpulan data GSoD dan indeks Atribut 3: Pengawasan Pemerintahan yang terkait dapat ditemukan di Skaaning, S-E., The Global Subatribut: Parlemen yang Efektif, Kemandirian Yudisial, Integritas State of Democracy Indices Methodology: Conceptualization and Media Measurement Framework [Metodologi Indeks Kondisi Demokrasi Global: Konseptualisasi dan Kerangka Pengukuran]. Atribut 4: Administrasi yang Imparsial (Stokholm: International IDEA, 2017), . Subatribut: Ketiadaan Korupsi, Penegakan Hukum yang Dapat Diperkirakan

Atribut 5: Keterlibatan Partisipatif Subatribut: Partisipasi Masyarakat Sipil, Partisipasi Elektoral, Demokrasi Langsung, Pemilu SubNasional

xiii Bab 1

Bab 1 Global State of Democracy Global State of Democracy, 1975–2015 Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Bab 1. Global State of Democracy, 1975–2015

Bagaimana kondisi demokrasi global? Beberapa pengamat (misalnya Levitsky dan Way 2015; Lührmann et al. 2017; Møller dan Skaaning 2013b) menganggap kondisi demokrasi yang membaik sangat pesat selama beberapa dekade terakhir, sejak pertengahan tahun 1970-an, diikuti dengan perlambatan atau malah justru stagnasi. Pandangan lainnya (misalnya Diamond 2016) bahkan menyatakan bahwa demokrasi menghadapi penurunan yang signifikan dalam skala global selama lebih dari satu dekade, bahkan juga terlihat tanda-tanda nyata atas gelombang balik demokratisasi. Persepsi negatif terhadap kondisi demokrasi seringkali didasarkan pada perkiraan tidak seimbang dengan fokus yang bias berbasis pada contoh-contoh negatif yang terjadi belakangan ini, atau mengandalkan kumpulan data kurang transparan dan dikonstruksi dengan prosedur yang secara ilmiah bisa dipertanyakan (Coppedge et al. 2011). Terlebih lagi, sekalipun kekhawatiran terhadap penurunan demokrasi umumnya menjadi kian intens dan mengemuka, tetapi sebenarnya hal itu bukanlah sesuatu yang baru (lihat Merkel 2010).

“Pemeriksaan kesehatan” demokrasi yang dilakukan 46 negara (30 persen), kemudian pada tahun 2016, jumlah International IDEA – yang mengacu pada analisis tren ini tumbuh menjadi 132 negara (68 persen). global dan regional antara tahun 1975 hingga 2015 dengan menggunakan indeks GSoD – menunjukkan Satu per tiga dari seluruh negara masih berada di bawah bahwa demokrasi menghadapi banyak tantangan, serta penguasaan otokratik, termasuk kekuatan penting regional ketahanannya tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang ada dengan penduduk besar seperti Cina, Mesir, Rusia dan dengan sendirinya. Ada banyak ruang untuk perbaikan di Arab Saudi. Tambahan pula, sudah terjadi 24 pembalikan semua dimensi demokrasi. Namun, keadaan demokrasi demokrasi sejak 2005 di negara-negara seperti Mali, sebenarnya lebih baik daripada kondisi yang dipersepsikan Niger dan Thailand. Hal ini secara kuat mengindikasikan oleh pandangan pesimistis mengenai prevalensi dan bahwa beberapa negara demokrasi baru tersebut ternyata ketahanan demokrasi kontemporer. Tren sejak 1975 tidak tangguh. Walaupun juga penting untuk diingat menunjukkan bahwa sebagian besar aspek demokrasi sudah bahwa mayoritas dari negara-negara demokrasi elektoral berkembang, serta sebagian besar negara demokrasi sudah yang terbentuk setelah 1975 masih tetap eksis. Selain itu, menjadi tangguh dari waktu ke waktu. Apalagi, kemunduran hampir tidak ada pembalikan demokrasi di negara-negara demokrasi sekarang ini cenderung bersifat jangka pendek demokrasi elektoral yang telah lama berdiri. dan akan pulih kembali saat kekuatan-kekuatan internal yang ramah-demokrasi bekerja sama menolak pemimpin Pada saat sejumlah negara baru-baru ini menjadi negara yang cenderung otoriter. demokrasi elektoral untuk pertama kalinya, sebagian besar transisi demokrasi yang berlangsung belakangan ini terjadi Dengan menggunakan pemahaman demokrasi yang di negara yang sebelumnya sudah punya pengalaman sempit (secara eksklusif elektoral) serta kaku (contoh, menjadi negara demokratis. Berdasarkan perkembangan ini, mengklasifikasi negara dalam posisi biner demokratis atau menjadi penting mempertimbangkan bahwa demokratisasi tidak), terlihat bahwa angka dan proporsi negara yang selalu melibatkan perpaduan antara pencapaian dan dianggap demokrasi elektoral meningkat selama periode kegagalan (Møller dan Skaaning 2013: Bab 5). 1975–2016. Pada tahun 1975, pemilu kompetitif yang menjadi penentu kekuasaan pemerintahan ada di sedikitnya

2 International IDEA Bab 1 Global State of Democracy, 1975–2015

GAMBAR 1.1

Jumlah global dan persentase negara demokrasi elektoral dan proporsi populasi dunia yang tinggal di negara demokrasi elektoral, 1975–2016

80% 190 180 170 70% 160 150 60% 140 130 120 50% 110

100 40% 90 80 70 30%

Number of electoral democracies electoral of Number 60 Jumlah negara demokrasi elektoral elektoral demokrasi negara Jumlah 50 20% 40 30 10% 20 10 0 0% 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

NumberJumlah negara of electoral demokrasi democracies elektoral % negaraof electoral demokrasi democracies elektoral %% of populasi global populationglobal di bawah under negara electoral demokrasi democracy elektoral

Catatan: Gambar menunjukkan jumlah dan proporsi negara yang dianggap sebagai negara demokrasi elektoral dalam periode 1975–2016. Persentase negara demokrasi elektoral dipengaruhi oleh fakta bahwa lebih banyak negara merdeka muncul selama periode ini. Gambar untuk ukuran penduduk digunakan untuk menghitung bagian dari populasi global yang hidup di negara- negara demokrasi elektoral diambil dari Indikator Pembangunan Dunia dan Gapminder.

Sumber: Skaaning, S.-E., Gerring, J. dan Bartusevicius, H., ‘A lexical index of electoral democracy (Competitive Elections Indicator)’ [Sebuah indeks leksikal demokrasi elektoral (Indikator Pemilu Kompetitif)], Comparative Political Studies, 48/12 (2015), hal. 1491–1525.

Gambar 1.1 didasarkan atas indikator pemilu kompetitif Pengamatan lebih mendalam pada 10 tahun terakhir yang telah diperbaharui dari Indeks Demokrasi Elektoral. mengungkapkan bahwa hanya ada sedikit pendukung Indikator ini merupakan suatu upaya mengoperasionalkan pandangan bahwa ada penurunan substansial demokrasi definisi terkemuka dari Schumpeter mengenai demokrasi skala global, dengan berdasar pada pemahaman sempit dari sebagai “pengaturan kelembagaan untuk mencapai sistem pemerintahan ini. Sebaliknya, jumlah negara demokrasi keputusan politik yang di dalamnya individu-individu elektoral bertambah. Pertanyaannya adalah apakah argumentasi mendapatkan kekuasaan membuat keputusan dengan ini masih tetap bertahan apabila menerapkan perspektif yang cara perjuangan kompetitif merebut suara rakyat” (1974: luas dan berkelanjutan pada kondisi demokrasi global. 269). Pengukuran indikator ini merekam apakah rezim elektoral itu ada pada jalurnya (pemilu diselenggarakan Ketika menggunakan definisi demokrasi yang komprehensif secara teratur dan tidak diganggu, misalnya, oleh kudeta) dari International IDEA, data indeks GSoD menunjukkan dan apakah pemilu multipartai berlangsung cukup bahwa kemajuan global substansial terjadi di empat bebas guna memungkinkan oposisi merebut kekuasaan (Pemerintahan Perwakilan, Hak-hak Asasi Manusia, dari pemerintah, sebagaimana dinilai oleh sumber-sumber Pengawasan Pemerintahan dan Keterlibatan Partisipatif) spesifik negara seperti laporan pemilu dan penelitian dari dari lima dimensi pada 1975-2015, sedangkan dari dimensi para ahli yang diakui. Administrasi yang Imparsial hanya sedikit berubah dalam kurun waktu itu.

3 Bab 1 Global State of Democracy Global State of Democracy, 1975–2015 Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Pemerintahan Perwakilan Sementara itu, Angola, Republik Demokratik Kongo Tren positif dalam dimensi Pemerintahan Perwakilan (RDK), Guinea, Haiti, Kyrgyzstan, Myanmar, Nepal, ditemukan di semua subdimensi (Pemilu yang Bersih, Nigeria, Sudan dan Tunisia telah mengalami kemajuan Hak Pilih Inklusif, Partai Politik yang Bebas, dan yang paling substansial. Akan tetapi, tidak ada satu pun Pemerintahan yang Dipilih) dan di semua wilayah. Sejak dari negara dengan peningkatan capaian substansial sejak 1975, pemilu telah menjadi lebih umum juga lebih bersih 2005 itu yang mampu mendekati capaian negara dengan (misalnya berkurangnya kecurangan, manipulasi dan tingkat kinerja terbaik, seperti Perancis dan Uruguay. ketidakteraturan), dan partai politik menghadapi lebih Yang mengesankan, Myanmar baru-baru ini mengalami sedikit hambatan untuk berorganisasi dan ikut serta dalam liberalisasi yang signifikan dan keterbukaan demokratis, pemilu. Akan tetapi, perbedaan mencolok antar wilayah tetapi masih ada masalah dengan pendaftaran pemilih dan tetap ada. Rata-rata, Amerika Utara, Eropa, serta Amerika kekerasan. Di Angola, di mana kualitas pemilu bahkan lebih Latin memiliki pemerintahan yang lebih representatif rendah, capaian kemajuan signifikan negara ini sepatutnya daripada negara-negara di Afrika, Asia dan Pasifik, serta ditafsirkan dalam konteks awal perang saudara pada 1992 Timur Tengah dan Iran. Di banyak negara, kombinasi dan pemilu yang ditunda hingga 2008. lembaga demokratis formal dengan kekurangan substansial dalam praktik demokratis menjadi ciri pemerintahan Hak-hak Asasi Manusia politik. Banyak negara masih bisa memperbaiki kualitas Dimensi Hak-hak Asasi Manusia telah menorehkan pemilu dan perlakuan terhadap partai oposisi. kemajuan skala global sejak 1975 di seluruh subdimensinya (Akses ke Keadilan, Kebebasan Sipil, serta Hak-hak Sosial Negara-negara di Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Latin dan Kesetaraan; lihat Gambar 1.2). Perkembangan dalam serta Karibia umumnya memenuhi kriteria pemerintahan hak-hak sosial dan kesetaraan mengikuti tren yang positif perwakilan dalam derajat yang lebih tinggi ketimbang dan linear, sedangkan tren untuk akses ke keadilan dan negara lain di Timur Tengah, Afrika dan Asia serta Pasifik. kebebasan sipil telah beralih dari perbaikan gradual ke Tatkala sejumlah negara di Timur Tengah berbentuk kemajuan signifikan sekitar tahun 1990, kemudian kembali monarki tanpa pemilu multipartai, Afrika dan Asia serta ke periode perbaikan gradual lagi, hingga setelahnya menjadi Pasifik memiliki banyak rezim hibrida. Dalam rezim relatif stabil setelah tahun 2005. Akan tetapi, para pembuat seperti ini, kriteria formal untuk pemerintahan perwakilan kebijakan juga perlu memahami bahwa terjadi penurunan dipenuhi dalam bentuk pemilu multipartai, tetapi terdapat global aspek kebebasan sipil antara 2010 dan 2015. persoalan substansial berkenaan dengan integritas pemilu, kondisi kerja media dan partai oposisi, atau pengawasan Dalam jangka panjang, capaian Amerika Utara dan Eropa pemerintahan. (lihat misalnya Cheeseman 2015; Norris lebih baik daripada Afrika dan Amerika Latin serta Karibia, 2015). sedangkan Timur Tengah dan Iran menunjukkan capaian yang paling rendah dalam dimensi ini. Akan tetapi, Beberapa negara di Amerika Latin dan Karibia, seperti sebagian besar wilayah telah menunjukkan tren positif sejak Venezuela menghadapi masalah yang sama. Meskipun 1975, dengan Amerika Latin dan Karibia menjadi negara demikian, wilayah ini mengalami perubahan positif yang mencapai perubahan positif terbesar. Pertumbuhan terbesar sejak 1975. Hak pilih universal menjadi norma ekonomi dan kebijakan redistribusi kemakmuran di resmi di semua negara di wilayah ini, dan hampir semuanya beberapa negara Amerika Latin dan Karibia, secara positif mempunyai pemilu multipartai, dengan Kuba yang sudah mempengaruhi pemenuhan hak-hak sosial dan konsisten menjadi pengecualian. Malpraktik elektoral telah kesetaraan (Osueke dan Tsounta 2014). Berakhirnya perang menurun, dan kebebasan partai politik juga meningkat. saudara di Amerika Tengah (di El Salvador, Guatemala dan Akan tetapi, kemajuan-kemajuan itu terhenti pada Nikaragua) dan wilayah Andes (di Kolombia dan Peru) pertengahan 1990-an, serta terdapat jarak yang mencolok juga memberi dampak positif terhadap akses ke keadilan di antara rata-rata wilayah dengan negara-negara berkinerja dan kebebasan sipil. Sayangnya, jenis kekerasan lainnya terbaik di wilayah ini, seperti Chile dan Uruguay. yang berkaitan dengan perdagangan narkoba dan kejahatan perkotaan sering terjadi di wilayah ini (UN 2014). Negara-negara yang menunjukkan penurunan terbesar dalam pemerintahan perwakilan sejak 2005 adalah Beberapa negara telah mencatat kemunduran substansial Bangladesh, Burundi, Suriah, Thailand dan Turki. dalam dimensi hak-hak asasi manusia sejak 2005, termasuk

4 International IDEA Bab 1 Global State of Democracy, 1975–2015

GAMBAR 1.2

Akses ke Keadilan, Kebebasan Sipil, serta Hak-hak Sosial dan Kesetaraan: tren global, 1975-2015

Access to Justice Civil Liberties Social Rights and Equality 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5

Skor Indeks Indeks Skor 0.4 Index Score Index 0.3 0.2 0.1 0.0 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015

Catatan: Pita dengan bayangan muda di sekeliling garis membatasi 68 persen batas kepercayaan dari perkiraan.

Sumber: Indeks GSoD 2017 (Indeks Akses ke Keadilan, Indeks Kebebasan Sipil, serta Indeks Hak-hak Sosial dan Kesetaraan).

Burundi, Mauritania, Thailand, Turki, Ukraina dan Yaman. ekonomi dan jenis-jenis sumber daya lainnya dikaitkan Negara-negara ini mengalami pergolakan politik yang dengan “kewarganegaraan intensitas rendah” (di mana suatu sengit dalam bentuk upaya kudeta, penekanan terhadap negara tidak dapat menegakkan hukum dan kebijakannya anggota oposisi serta perang saudara. Di antara kasus di antara kelompok sosial tertentu, yang dibedakan dengan tersebut, ialah Libya, Myanmar, Nepal, Sri Lanka dan identitas, kelas atau gender). Tunisia. Akan tetapi, sekalipun jatuhnya rezim Muammar Gaddafi pada 2010 mengarah pada perbaikan terhadap Sejak 1975, kesetaraan gender telah secara bertahap penghormatan kebebasan sipil, perang saudara di Libya meningkat di seluruh region, tetapi dengan kecepatan saat ini menarik negara itu ke arah yang berlawanan (HRW yang berbeda dan dimulai dari tingkat yang berbeda- 2017). Telah menjadi semakin lazim bagi pemerintah beda. Amerika Utara dan Eropa mencatat tren positif, untuk menggunakan represi yang selektif, terarah, kurang sekalipun hambatan terhadap kesetaraan gender masih ada, menggunakan kekerasan fisik, dan komprehensif (Bermeo khususnya yang berhubungan dengan upah yang setara 2016; Schedler 2013). Hal ini termasuk perundang- serta representasi dalam posisi kepemimpinan baik di sektor undangan yang diberlakukan secara sah, tidak berbahaya swasta maupun publik. Indeks GSoD menunjukkan bahwa dan demi mencapai kepentingan kebaikan bersama, kesenjangan derajat kesetaraan gender paling mencolok ada tetapi digunakan secara bertahap untuk membungkam di Timur Tengah dan Iran, sedangkan kesetaraan gender di suara-suara kritis serta melemahkan oposisi, sebagaimana dua wilayah lainnya yang menunjukkan kesenjangan juga yang telah terjadi di Rusia, Turki, dan Vietnam, misalnya memiliki ruang untuk perbaikan: Afrika serta Asia dan (Treisman 2017). Beberapa negara seperti Kuba, Republik Pasifik. Rakyat Demokratik Korea, Eritrea, Arab Saudi, Sudan dan Turkmenistan, terlibat dalam pelanggaran berat terhadap Dua indikator yang digunakan untuk mengkonstruksi hampir semua hak-hak demokrasi. indeks kesetaraan gender GSoD memotret keterwakilan perempuan di parlemen dan kabinet. Rata-rata global Di belahan dunia lainnya, permasalahan hak-hak asasi perwakilan perempuan di parlemen telah meningkat dari manusia berhubungan dengan ketidaksetaraan sosial dan sekitar 7 persen di tahun 1975 menjadi 15 persen pada 2015, kurangnya sumber daya. Di banyak negara berkembang, sedangkan porsi perempuan dalam kabinet meningkat dari sebagian besar penduduk kekurangan akses ke pendidikan 5 persen di akhir 1980-an hingga mencapai 14 persen di dasar, pemeliharaan kesehatan, dan jaminan sosial. Berbagai tahun 2015. Oleh karena itu, dalam pengertian relatif sudah bentuk diskriminasi dan perbedaan dalam pendistribusian terjadi perkembangan kesetaraan gender, tetapi dalam

5 Bab 1 Global State of Democracy Global State of Democracy, 1975–2015 Mengkaji Ketahanan Demokrasi

pengertian absolut, perempuan masih jauh dari menikmati Administrasi yang Imparsial keterwakilan yang setara di parlemen dan kabinet. Rata-rata global pada dimensi Administrasi yang Imparsial (meliputi Ketiadaan Korupsi dan Penegakan Hukum yang Pengawasan Pemerintahan Dapat Diperkirakan) menunjukkan tidak ada perubahaan Dimensi Pengawasan Pemerintahan meliputi tiga yang signifikan antara tahun 1975 dan 2015. Dengan kata subdimensinya (Parlemen yang Efektif, Kemandirian lain, korupsi dan penegakan hukum yang diperkirakan Yudisial, dan Integritas Media), telah menunjukkan merupakan problem besar saat ini sama seperti ketika perbaikan substansial sejak 1975. Akan tetapi, kemajuan pada tahun 1975. Hal ini menunjukkan bahwa akses tampaknya berhenti karena sebagian besar negara sudah ke kekuasaan politik dan penghormatan terhadap jenis mencapai tingkatan pengawasan pemerintahan yang sama kebebasan yang berbeda-beda lebih mudah diubah secara pada tahun 2005 dan 2015. Terdapat perbedaan penting formal tergantung pada desain sistem konstitusional, dalam sejauh mana pengawasan seperti itu dilaksanakan di setidaknya untuk jangka pendek, daripada menerapkan berbagai wilayah, dengan sebagian besar mengikuti pola- supremasi hukum dalam administrasi publik (lihat Mazzuca pola yang mirip dengan dimensi pemerintahan perwakilan. 2010; Møller dan Skaaning 2013). Hal ini sebagian bisa menerangkan ketidakpuasan terhadap demokrasi yang bisa Upaya halus untuk mengikis demokrasi melalui diamati di banyak negara demokrasi elektoral yang muncul pembatasan kekuasaan dan otonomi pengadilan, media setelah 1975. dan parlemen tersebar luas di seluruh wilayah. Efisiensi dan kepentingan nasional, juga ancaman yang dirasakan sering Sejak tahun 1975, hanya Amerika Latin dan Karibia yang digunakan sebagai alasan untuk meningkatkan kekuasan mengalami perbaikan signifikan dalam administrasi yang eksekutif dengan mengorbankan parlemen. Cara yang imparsial hingga tahun 1990-an ketika negara-negara beralih seringkali digunakan untuk memusatkan kekuasaan dan dari rezim otoriter. Eropa bahkan mengalami penurunan membungkam kritik meliputi penyalahgunaan undang- dalam dimensi itu, setelah jatuhnya rezim komunis. Temuan undang pencemaran nama baik dan undang-undang ini dikaitkan dengan nepotisme dan meningkatnya korupsi pajak, pembatasan yang berlebihan pada akses publik atas selama transisi dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar. dokumen administratif dan politik, serta pengangkatan (Holmes 2006). Penelitian-penelitian (misalnya Holmberg, hakim, anggota dewan media dan pejabat publik yang bias Rothstein dan Nasiritousi 2009) telah menunjukkan bahwa (Huq dan Ginsburg 2017; Ottaway 2003). ada variasi global yang besar dalam imparsialitas administrasi publik, serta lembaga-lembaga yang tidak efektif dan korup Di Afrika, integritas media telah mengalami perubahan cenderung bertahan. positif yang terbesar, diikuti dengan parlemen yang lebih efektif. Data menunjukkan bahwa tingkat kemandirian Tanjung Gading, Gabon, Guinea, Latvia, Krgyzstan, yudisial hampir tidak berubah. Akan tetapi, sekalipun saat Nigeria, Sri Lanka dan Tunisia telah mengalami kemajuan ini parlemen dan khususnya media bisa lebih mengawasi substansial dalam memerangi korupsi dan memastikan pemerintahan di Afrika dibandingkan masa lalu, tetapi penegakan hukum yang lebih transparan dan bisa rata-rata kinerja pada aspek ini ini relatif lebih rendah diperkirakan sejak 2005. Di Guinea, pemerintahan Condé dibandingkan dengan negara-negara demokrasi yang lebih (2010–sekarang) telah melakukan upaya-upaya serius maju di Kanada, Denmark dan Inggris. untuk melawan kesalahan manajemen puluhan tahun, sedangkan Latvia mengambil manfaat dari reformasi anti- Untuk menggambarkan perbedaan wilayah, pengawasan korupsi saat ini (OECD 2015a). Beberapa negara, seperti pemerintahan sekarang ini lebih kuat di Swedia daripada Hungaria, Madagaskar, Mauritania, Suriah, Turki dan di Rusia, di Kosta Rika daripada di Venezuela, di Ghana Venezuela, mengalami penurunan substansial. Kasus-kasus daripada di Ethiopia, dan di Jepang daripada di Cina. negatif seringkali dipengaruhi oleh konflik kekerasan atau Burundi, Ekuador, Makedonia, Nikaragua, Thailand pemerintah berusaha memusatkan kekuasaan secara tidak dan Turki telah mengalami kemunduran signifikan demokratis. dalam dimensi ini sejak 2005, sedangkan Kyrgyzstan, Libia, Myanmar, Nepal, Togo dan Tunisia menunjukkan Keterlibatan Partisipatif kemajuan. Peluang-peluang (dan realisasi) Keterlibatan Partisipatif pada umumnya mendapatkan titik pijak, sebagaimana

6 International IDEA Bab 1 Global State of Democracy, 1975–2015

tercermin di seluruh dari empat subdimensi keterlibatan diterapkan sepenuhnya di setiap wilayah. Peluang-peluang warga negara (Partisipasi Masyarakat Sipil, Partisipasi untuk berpartisipasi dalam pemilu subnasional yang bebas Elektoral, Demokrasi Langsung, dan Pemilu Subnasional). dan adil secara substansial membaik, tapi dengan derajat Peningkatan global dalam kemampuan aktor-aktor yang bervariasi antarwilayah. masyarakat sipil untuk berpartisipasi mencerminkan kenyataan bahwa pembatasan-pembatasan terhadap hak- Dalam negara otokrasi yang terpusat, non-elektoral atau hak masyarakat sipil untuk beroganisasi telah dihilangkan. menerapkan sistem satu partai, warga negara umumnya Kelompok-kelompok otonomi sekarang pada umumnya menghadapi lebih banyak hambatan dan punya lebih telah memiliki kondisi kerja yang lebih baik daripada sedikit peluang untuk berpartisipasi dibandingkan jika sebelumnya, meskipun beberapa negara masih menerapkan mereka berada dalam rezim multipartai yang lebih terbuka, (atau bahkan menambah) pembatasan terhadap organisasi rezim yang sudah menjadi norma di sebagian besar belahan masyarakat sipil. Peningkatan global dalam partisipasi dunia. Kendati begitu, beberapa negara, seperti Aljazair, elektoral dalam pemilu nasional terutama mencerminkan Azerbaijan, Bangladesh, Mesir, Hungaria, Kazakhstan, penggantian dari rezim non-elektoral menjadi rezim Rusia dan Turki, selama 10 tahun terakhir mengalami elektoral. Pada saat bersamaan, penurunan tingkat partisipasi “penyusutan ruang masyarakat sipil” (CIVICUS 2016). pemilih telah terjadi di beberapa negara yang memiliki tradisi panjang pemilu yang teratur dan kompetitif. Terjadi Tren dalam dimensi keterlibatan masyarakat sipil sejak sedikit peningkatan dalam ketersediaan dan penggunaan 1975 menunjukkan bahwa seluruh wilayah mengalami mekanisme demokrasi langsung. Akan tetapi, hal ini tidak pembenahan bergelombang: pertama Amerika Latin

GAMBAR 1.3

Pemerintahan Perwakilan, Hak-hak Asasi Manusia, Pengawasan Pemerintahan dan Administrasi yang Imparsial: tren global, 1975–2015

RepresentativePemerintahan Government Perwakilan Hak-hakFundamental Asasi Manusia Rights 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0

PengawasanChecks on Government Pemerintahan AdministrasiImpartial Administrationyang Imparsial Index Score Index Skor Indeks Indeks Skor 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015

Catatan: Pita dengan bayangan muda di sekeliling garis membatasi 68 persen batas kepercayaan dari perkiraan.

Sumber: Indeks GSoD 2017 (Indeks Pemerintahan Perwakilan; Indeks Hak-hak Asasi Manusia, Indeks Pengawasan Pemerintahan dan Indeks Administrasi yang Imparsial).

7 Bab 1 Global State of Democracy Global State of Democracy, 1975–2015 Mengkaji Ketahanan Demokrasi

dan Karibia, kemudian Asia dan Pasifik, lalu diikuti oleh Tren negatif yang paling terlihat ialah penurunan yang Eropa dan Afrika setelah berakhirnya Perang Dingin. relatif besar dalam partisipasi pemilih sejak 2005 di negara- Di saat partisipasi masyarakat sipil yang lebih tradisional negara seperti Bangladesh, Siprus, Yunani, Guinea dan AS. dan terlembaga terus memainkan peranan penting, warga Akan tetapi penurunan ini diimbangi dengan kenaikan negara di seluruh dunia juga menggunakan bentuk lain besar partisipasi pemilih di negara lainnya seperti di Angola, keterlibatan partisipatif – seringkali bersifat longgar Myanmar dan Nepal yang seringkali dihubungkan dengan didasarkan pada jaringan informal dan gerakan penolakan pengenalan atau pengenalan kembali pemilu. sipil – yang difasilitasi oleh platform media sosial yang baru (Shirky 2011). Sejak 1975, ketersediaan (dan penggunaan) mekanisme demokrasi langsung seperti referendum dan plebisit sedikit Sejak tahun 2005, partisipasi masyarakat sipil meningkat meningkat di semua wilayah. Namun, hal ini dimulai dari secara signifikan di beberapa negara di Afrika dan Asia tingkat yang sangat rendah, dan masih bukan merupakan serta Pasifik, termasuk Pantai Gading, Liberia, Myanmar, fitur demokrasi yang penting di tiap wilayah. Asia mewakili Nepal dan Tunisia. Negara-negara lainnya, seperti Albania, rata-rata regional terendah dan Eropa tertinggi (lihat Altman Azerbaijan, Serbia, Turki dan Thailand, mengalami hal 2016). Beberapa negara menjadi pengecualian; Lithuania, sebaliknya. Selandia Baru, Rumania, Slovenia, Swiss, Uruguay dan Venezuela, di mana penyediaan dan penggunaan mekanisme Sejak 1975, partisipasi elektoral dalam pemilu nasional seperti ini relatif sering, sehingga mereka berada dalam telah mengikuti pola-pola yang sama di Afrika, Asia dan derajat agak tinggi. Pasifik serta Amerika Latin dan Karibia; peningkatan terutama terjadi sebagai dampak dari penggantian rezim Peluang bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam non-elektoral menjadi rezim elektoral. Karena tidak semua pemilu subnasional yang bebas dan adil telah meningkat rejim elektoral tergolong negara demokrasi elektoral, maka secara substansial di Eropa dan Amerika Selatan serta perubahan dalam partisipasi pemilih tidak selalu bisa Karibia. Perkembangan lebih lambat dan kurang substansial dimaknai sebagai kemajuan atau kemunduran demokrasi. terjadi di Asia dan Pasifik, juga di Afrika dan Timur Tengah Di Eropa, angka partisipasi pemilih dalam pemilu nasional serta Iran. Akan tetapi, ada beberapa pengecualian di mana menurun. Tren tersebut sebagian didorong oleh negara- pemilu subnasional tidak diselenggarakan, atau secara negara demokrasi maju, termasuk Perancis, Swiss, dan substansial kurang bebas dan adil dibandingkan pemilu Inggris, di mana partisipasi elektoral dalam pemilu nasional nasional, seperti di Argentina, Brasil, India, Meksiko dan sudah menurun selama 40 tahun terakhir. Negara-negara Afrika Selatan (lihat misalnya Behrend dan Whitehead demokrasi elektoral gelombang ketiga di Eropa Timur 2016). Alasan pengecualian ini meliputi tantangan geografis dan Eropa Tengah bahkan sudah mengalami penurunan dalam penyelenggaraan pemilu subnasional, derajat partisipasi yang lebih cepat. Namun, partisipasi elektoral keragaman etnis dari penduduk negara, dan variasi dalam tetap pada tingkat tinggi di negara-negara Skandinavia. otonomi subnasional di antara negara-negara federal.

8 International IDEA Bab 1 Global State of Democracy, 1975–2015

Lebih dari 40 tahun terakhir ini, sebagian besar aspek demokrasi telah maju, dan demokrasi saat ini sebenarnya lebih sehat ketimbang apa yang diperbincangkan banyak orang. Tren positif dalam dimensi demokrasi yang luas dari International IDEA ditemukan di seluruh wilayah utama dunia, dan lebih dari 10 tahun terakhir, demokrasi sudah bisa dikatakan cukup tangguh. Untuk beberapa aspek demokrasi, lebih banyak pencapaian daripada kemunduran yang dicapai di tingkatan negara. Untuk selebihnya, contoh-contoh kemunduran demokrasi sebagian besar juga telah diimbangi dengan kasus-kasus perbaikan.

Temuan-temuan ini menantang pandangan pesimis bahwa demokrasi sangat rapuh dan pada umumnya sedang menurun. Akan tetapi, keseluruhan perkembangan positif sudah melambat untuk banyak aspek demokrasi sejak pertengahan tahun 1990-an. Hal ini menunjukkan bahwa Global State of Democracy (Keadaan Demokrasi Global) saat ini merupakan salah satu fluktuasi yang tanpa tren – kemajuan dan kemunduran di masing-masing negara, tetapi ada kecenderungan meluas terjadi penurunan atau kemajuan demokrasi. Fluktuasi yang tanpa tren juga mewakili sebuah kecenderungan: kesinambungan demokrasi pada tingkat tertinggi dalam sejarah dunia. Mempertimbangkan tantangan saat ini terhadap demokrasi, kesinambungan ini menunjukkan bahwa di dalam persaingan yang paling mendasar antara demokrasi dan kediktatoran, yang pertama disebut cenderung lebih unggul. Akan tetapi, sebagaimana diindikasikan oleh tantangan demokrasi saat ini, sistem pemerintahan ini sebaiknya tidak diterima begitu saja. Warga negara biasa, organisasi masyarakat sipil dan elite politik perlu melanjutkan tugas mereka untuk mengadvokasi, menjaga dan memajukan demokrasi.

9 Bab 2

Bab 2 Global State of Democracy Ketahanan Demokrasi di Dunia yang Berubah Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Bab 2. Ketahanan Demokrasi di Dunia yang Berubah

Di samping nilai intrinsiknya, demokrasi memiliki faedah instrumental konstan bagi pembangunan dan perdamaian (Sen 1999a, 1999b). Demokrasi memberikan kesetaraan suara warga, dan karenanya memajukan ekspresi kepentingan dan preferensi serta aliran informasi yang bebas, di mana keduanya merupakan unsur penting pembangunan. Keberlangsungan kontrak sosial dalam negara dijamin melalui inklusi; partisipasi dalam pemerintahan ditopang oleh perlindungan hak-hak asasi manusia. Praktik kebijakan dalam organisasi internasional telah berkembang untuk mengakui bahwa berbagai tujuan seperti pembangunan dan pertumbuhan, pencegahan konflik, dan perluasan partisipasi, martabat, kesetaraaan dan keberlanjutan harus dikejar secara bersamaaan. Pemerintahan demokratik menyediakan kerangka kerja normatif yang melaluinya kebijakan-kebijakan untuk mengatasi permasalahan “dibentuk dan dilaksananakan” (Asher et al. 2016: 80).

Demokrasi menawarkan kondisi bagi pengelolaan konflik dan langgeng untuk menyelesaikan dan mencegah konflik tanpa kekerasan yang dapat merekonsiliasi perpecahan dan sosial, dengan begitu pemerintahan demokratis berkontribusi perselisihan di dalam masyarakat serta membentuk dasar pada perdamaian, yang pada gilirannya memfasilitasi bagi perdamaian berkelanjutan. Tatkala pemerintahan pembangunan (Brown 2003). otoriter mungkin bisa ‘bertahan’ dan menjamin stabilitas jangka panjang, tetapi hal itu dicapai dengan Sebagaimana disebutkan di atas, ketahanan didefinisikan mengorbankan hak asasi manusia. Selama bertahun- sebagai kemampuan suatu sistem sosial untuk mengatasi, tahun, para akademisi berpendapat bahwa demokrasi pada bertahan hidup dan pulih dari tantangan dan krisis yang umumnya berkontribusi pada perdamaian internasional kompleks. Sistem sosial yang tangguh bersifat fleksibel – “teori perdamaian demokratis” meyakini bahwa negara (dapat menyerap ketegangan atau tekanan), dapat mengatasi demokrasi jarang, kalaupun pernah, berperang dengan tantangan atau krisis, dapat beradaptasi (dapat berubah negara demokrasi lainnya – dan dapat memungkinkan suatu dalam menanggapi tekanan terhadap sistem) dan inovatif “perdamaian demokratis” dalam negeri: negara demokrasi (dapat berubah dengan cara yang lebih efisien dan efektif cenderung kurang mengalami perang saudara (Gleditsch untuk mengatasi tantangan atau krisis). dan Hegre 1997; Russett dan Oneal 2001). Apa yang membuat demokrasi bertahan? Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal) 16 (SDG16) PBB dibangun berdasarkan premis “tata Warga negara yang tangguh: menghadapi masalah kelola pemerintahan berpengaruh”: ia menyatakan bahwa dan ancaman perwakilan masyarakat yang damai dan inklusif sangat penting untuk Keterlibatan warga negara dan keberadaan masyarakat sipil mencapai seluruh tujuan pembangunan lainnya. Promosi yang kuat sangat penting bagi ketahanan demokrasi. Di SDG16 mengenai “masyarakat yang damai dan inklusif” banyak tempat, perlawanan rakyat sipil, yang berkolaborasi dan “lembaga-lembaga yang efektif, akuntabel dan inklusif” dengan masyarakat sipil dan media, “melindungi” mencerminkan pengertian yang diterima bersama bahwa demokrasi melalui investigasi, transparansi informasi dan “demokrasi, perdamaian dan hasil-hasil pembangunan secara advokasi (Fox dan Halloran 2016). Dalam kasus warga inheren terjalin, dan bahwa ‘kerapuhan’ dalam masyarakat negara dan masyarakat sipil aktif dan dapat berorganisasi— berawal dari ketiadaan pemerintahan yang inklusif”. serta menjembatani perbedaan besar dalam masyarakat, Demokrasi dipandang sebagai suatu sarana yang institusional termasuk perbedaan agama atau etnis—kekerasan sosial

10 Bab 2

International IDEA Bab 2 Ketahanan Demokrasi di Dunia yang Berubah

DemokrasiDemocracy di under bawah pressure: tekanan: Resilient Respons responses ketahanan

BackslidingKemunduran

Post-conflict transitions RESPONSES TANGGAPAN-TANGGAPAN Transisi pascakonflik

OUNNTATBAIBLITL ACACKU AITSY

N A A I T T RT T NR AN AN RIN CA Krisis perwakilan B GE A LN I E E NK U LZ S I NM SL S R E U I Crisis of representation T A I IS EI G TS V T G I C A II E E R OF G K A N N W E DemocraticKetahanan

P Demokratis

O resilience

N Y I L N A S C I K D T Y O N D L I I E T A C U C S S I N S I R A A N AR I A T P L IG S L PR O I O ER L N A SA T S P G ITC IN N NE AD S IT I L L AN Migration K U R DN Migrasi S T A I I TR N O A N E CIONNKLOUMSII C IN ECKLOUNSOIMOIN

CorruptionKorupsi dan pembajakanand policy capturekebijakan

Ketidaksetaraan Inequality

yang melemahkan demokrasi cenderung tidak meletus. bertindak atas nama hak tersebut; informasi yang terbuka, Masyarakat sipil yang kuat membantu menciptakan kebebasan berpendapat, kebebasan berkumpul dan kepercayaan mendasar dan ikatan sosial yang, pada kemampuan berorganisasi secara damai harus dilindungi. gilirannya, memperkuat kontestasi dan pertarungan yang Upaya negara untuk membatasi hak-hak atau mencegah memungkinkan demokrasi tetap kuat menghadapi tekanan pelaksanaan kebebasan berserikat harus diawasi oleh (Cheema dan Popovski 2010). masyarakat sipil dan dilaporkan ke tingkat internasional.

Jika warga negara sangat berkomitmen terhadap demokrasi, Penyegaran masyarakat sipil tetap penting untuk maka demokrasi akan bertahan sebagai gagasan ideal yang ketahanan demokrasi jangka panjang. Mencegah permanen dan esensial (Norris 2011). Peningkatan ketahanan kemunduran demokrasi memerlukan masyarakat sipil demokrasi diawali dengan pembentukan atau pemulihan yang tangguh, kelembagaan yang berfungsi, determinasi, kepercayaan warga negara terhadap keampuhan politik dan kadang-kadang keberanian bertindak. Demokrasi demokrasi lalu tergerak mempertahankannya, termasuk yang tangguh memerlukan komitmen warga negara untuk melawan nasionalisme otoriter. menyeimbangkan lembaga-lembaga yang tampak kuat. Menjaga demokrasi memerlukan penguatan kembali Hak-hak warga negara untuk memobilisasi, memprotes, partisipasi masyarakat sipil, sehingga warga negara yang berkumpul dan berserikat, membuat blog dan melawan bertindak bersama dengan penguasa bisa memastikan perlu dilindungi, termasuk oleh otoritas kehakiman yang pengendalian rakyat atas pemerintahan. dituntut untuk memastikan bahwa hak-hak yang diatur dalam konstitusi, piagam dan manifesto benar-benar Melindungi hak-hak minoritas dan memajukan posisi ditegakkan dalam praktik. Hak-hak dimenangkan ketika kelompok-kelompok marginal penting bagi keberhasilan warga negara dapat menuntut dan melindunginya: mereka demokrasi dalam jangka panjang. Hak-hak minoritas pertama-tama harus mengetahui haknya sebelum dapat dilindungi oleh norma-norma global dan instrumen hak-hak

11 11 Bab 2 Global State of Democracy Ketahanan Demokrasi di Dunia yang Berubah Mengkaji Ketahanan Demokrasi

asasi manusia. Organisasi Buruh Internasional (International pendekatan-pendekatan holistik dan jaringan diperlukan Labour Organization), misalnya, memiliki norma-norma untuk mengubah kultur dan memperkuat otonomi lembaga dan praktik-praktik terbaik terkait sumber daya dan hak- perimbangan kekuasaaan. Pendekatan dan jaringan seperti hak masyarakat adat, yang seharusnya ditegaskan kembali. ini seharusnya bekerja secara domestik dan global melalui Di tengah meningkatnya retorika nasionalis yang kasar, pembagian informasi regional untuk memahami, berbagi, mekanisme pemantauan dan perlindungan hak-hak mengungkap, dan melawan jaringan yang melawan hukum, minoritas menjadi sangat diperlukan. keterlibatan erat antara aktor-aktor negara dan organisasi berbasis komunitas, serta evaluasi berbasis pasar atas kondisi Lembaga-lembaga yang tangguh lokal yang digunakan jejaring illegal untuk menyusupi Perluasan institusionalisasi, dan pelaziman perimbangan pemerintah. kekuasaan (checks and balances) yang berlapis, mengurangi kemungkinan bahwa setiap cabang pemerintah atau aktor Mendesain Ketahanan bisa sepenuhnya membajak demokrasi. Lembaga-lembaga Para pakar kelembagaan berpendapat bahwa sangat mungkin yang otonom, berwenang, mandiri seperti parlemen, untuk mendesain seperangkat peraturan—atau lembaga— lembaga kehakiman dan penuntut bisa menyediakan sistem guna merekayasa hasil-hasil yang diinginkan dalam negara perimbangan kekuasaan untuk mencegah pembajakan demokrasi seperti inklusivitas, perwakilan yang bermakna (kebijakan) dan untuk menginvenstigasi, menuntut, dan atau akuntabilitas. Pendekatan “rekayasa konstitusi” menghukum elite politik yang korup dan “pemburu rente” mengasumsikan bahwa pertimbangan seperti desain sistem yang seringkali bekerja dengan korporasi atau elite ekonomi presidensial, desain sistem pemilu, atau penetapan daerah yang tidak etis. pemilihan internal dan pemerintahan terdesentralisasi (seperti dalam sistem federal) dapat mendorong tercapainya Prinsip negara hukum, akses ke keadilan dan sistem yudisial hasil yang diinginkan dalam sistem demokratis (stabilitas, yang kuat, mandiri, berwenang dan efisien adalah elemen inklusi atau politik etnik). penting demokrasi yang tangguh. Salah satu faktor penting adalah kontrol demokratis terhadap angkatan bersenjata dan Mungkin penerapan yang paling luas dari perspektif ini sektor keamanan, dan profesionalisasi institusi tersebut di bisa ditemukan dalam kepustakaan desain sistem pemilu, bawah kendali otoritas sipil yang dipilih secara demokratis. yang berpendapat bahwa sistem pemilu suatu negara harus dipilih berdasarkan pertimbangan atas tujuan yang ingin Proses elektoral bisa membantu mengadaptasi dan memperkuat diraih seperti akuntabilitas, inklusivitas, dan kesetaraan demokrasi dari waktu ke waktu. Badan penyelenggara pemilu gender (Norris 2004). Ada perdebatan yang luas dalam yang mandiri, otonom, dan profesional amat penting, kepustakaan ilmiah mengenai tipe lembaga apa yang karena mandat mereka adalah untuk melindungi kredibilitas mengarah ke negara demokrasi yang tangguh. prosedural berbagai proses demokratis. Penguatan terus menerus terhadap integritas pemilu dan Negara demokrasi yang tangguh mengatasi ketidaksetaraan keamanan terkait pemilu adalah hal yang sangat penting. ekonomi dan sosial yang bisa memunculkan frustasi, Peningkatan upaya diperlukan untuk memperbaiki seluruh kekerasan, dan mobilisasi etnis. Untuk mengurangi aspek siklus pemilu, mulai dari memastikan kerangka kerja kesenjangan, di tingkat daerah diperlukan pembaruan hukum yang jelas dan adil hingga menyediakan pengamanan fokus penyediaan layanan penting seperti air bersih dan di tempat pemungutan suara serta melindungi keamanan sanitasi, perawatan kesehatan, pendidikan dan akses ke teknologi pemilu dan komunikasi. Pembaruan dukungan keadilan. Harus ada insentif elektoral dan politik yang jelas, terhadap pendidikan, pelatihan dan pengembangan kapasitas dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah memberikan dalam badan-badan penyelenggara pemilu dan masyarakat sipil layanan penting tersebut untuk mengurangi risiko struktural diperlukan untuk membangun kapasitas di tingkat nasional demokrasi akibat kesenjangan. dan daerah yang kuat guna memastikan integritas pemilu. Upaya-upaya ini merupakan bagian dari agenda pembangunan Memerangi pengaruh uang dalam politik memerlukan demokrasi global yang berorientasi pada ketahanan. pendekatan holistik dan berorientasi integritas, yang bisa mengganti budaya politik memperkaya diri sendiri dan Proses penyusunan konstitusi sudah digunakan untuk memburu rente menjadi pelayanan dan kepercayaan publik; meninjau kembali aturan-aturan dasar demokrasi dan

12 International IDEA Bab 2 Ketahanan Demokrasi di Dunia yang Berubah

membangun lembaga-lembaga yang lebih inklusif dan Organisasi regional dan subregional telah memainkan tangguh. Desain kelembagaan dalam konteks ini meliputi berbagai peran dalam membantu menjaga dan pembuatan keputusan tentang struktur sistem politik melindungi demokrasi. Partisipasi dan inisiatif dalam yang paling fundamental yang bisa memastikan adanya organisasi seperti itu membuka jalan penting untuk inklusivitas, proporsionalitas, dan pengaruh kelompok menanamkan norma-norma demokratis di dalam negara minoritas dan marginal dalam politik. Membangun dan lintas organisasi regional (Kemp et al. 2013). ketahanan demokrasi dalam konteks multikultural, baik untuk migran atau lintas etnis maupun pembedaan Garda terdepan praktik menjaga demokrasi berbasis-identitas lainnya, memerlukan pemikiran di luar adalah reaksi “otomatis” di tingkat regional yang lembaga demokrasi tradisional dan proses adaptasi serta berkembang menghadapi perubahan pemerintahan reformasi (Wolff 2011a). yang inkonstitusional, sebagaimana terlihat dalam tanggapan Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Jalan baru dan inovatif untuk menyampaikan pendapat, Barat (Economic Community of West African States/ perwakilan dan partisipasi diperlukan untuk membuka ECOWAS) terhadap krisis Gambia pada tahun 2017. sistem dan lembaga politik untuk memungkinkan suara Mediasi elektoral juga merupakan area penting dari komunitas-komunitas marjinal dan minoritas didengar. keseluruhan keterlibatan internasional (dan seringkali Berbagai pendekatan untuk melibatkan migran, kelompok- regional) untuk menjaga demokrasi (Kane dan Haysom kelompok minoritas dan komunitasnya juga tepat pada saat 2016). Organisasi regional dan subregional di Afrika, mengatasi ekslusi, diskriminasi, dan marginalisasi dalam misalnya, semakin bermitra dengan mediator elektoral masyarakat “pasca-globalisasi”. masyarakat sipil setempat untuk memajukan norma- norma subregional dan kontinental bahwa perebutan Pendekatan-pendekatan inovatif untuk melibatkan kekuasaan yang inkonstitusional harus diganti dengan komunitas non-warga negara (seperti imigran) sangat pemilu multipartai (Shale dan Gerenge 2017). diperlukan. Program-program integrasi sosial harus diadakan untuk mencegah pengasingan dan radikalisasi kelompok Komitmen Santiago 1991 Organisasi Negara-Negara non-warga negara dan minoritas. Upaya-upaya ini dapat Amerika (Organization of American States/OAS) dilengkapi dengan hak suara terbatas atau hak suara lokal merupakan suatu pendekatan regional perintis untuk dan dialog di tingkat komunitas yang terstruktur untuk menjaga demokrasi. Ia menyerukan organisasi untuk memberikan kepada kelompok marjinal keterwakilan dan bertindakan cepat jika muncul “gangguan” terhadap kebebasan menyampaikan pendapat. Integrasi sosial yang demokrasi di setiap negara anggota (Pevehouse 2005: efektif bagi para migran perlu memastikan terpenuhinya 130). Piagam Demokratis Antar-Amerika OAS 2001 keamanan ekonomi, martabat, nilai dan hak-hak mereka di (Inter-American Democratic Charter) merupakan tonggak dalam negara tuan rumah. penting untuk menjaga demokrasi melalui respon regional yang seolah-olah otomatis; piagam ini mengidentifikasi Mendukung ketahanan: tanggapan regional dan kondisi-kondisi yang berdasarkan hal itu, OAS akan internasional mengintervensi untuk melindungi demokrasi di wilayah Memelihara ketahanan demokratis memerlukan kesigapan itu. aktor-aktor internasional dan nasional untuk menghadapi ancaman terhadap demokrasi. Sama halnya, pihak luar Organisasi-organisasi regional telah terbukti sangat yang berusaha membantu menjaga demokrasi secara berperan dalam menjaga demokrasi selama krisis. internal memerlukan sebuah visi jangka panjang: jika Oleh karena itu, kapasitas mereka untuk memantau ketahanan demokratis pada dasarnya ialah kualitas internal dan mengamati seharusnya diperluas dan lebih (atau endogen), maka ia harus berkembang secara organis diprofesionalkan. Selain itu, mereka harus terus terlibat dari dalam, seringkali dengan dukungan dari organisasi- secara luas di dalam proses pemilu untuk membantu organisasi regional. Dalam jangka pendek, menjaga mencegah jangan sampai konflik terkait pemilu kemudian ketahanan demokrasi memerlukan berbagai tindakan untuk bisa meningkat menjadi krisis yang menimbulkan menyesuaikan praktik demokrasi dengan realitas sosial yang ketidakstabilan. cepat berubah.

13 Bab 3 Global State of Democracy Bab Bab3 3 Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Menghadapi Kemunduran Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Bab 3. Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Menghadapi Kemunduran

Para pemimpin otoriter dan penguasa tiran yang dipilih lebih mengupayakan untuk memanfaatkan hukum ketimbang melanggar atau mengabaikannya guna meningkatkan kekuasaan mereka dalam batas-batas konstitusi (Przeworski 2014). Pada saat para pengkudeta klasik menggulingkan pemerintahan, “para pembalik demokrasi” modern berupaya memperlemah sistem demokratis dengan memanipulasinya ketimbang menghilangkannya (Bermeo 2016). Sebagai contoh, para pembalik demokrasi seringkali menghilangkan atau memperpanjang batas masa jabatan eksekutif, atau secara sepihak berupaya mengubah aturan elektoral sesuai keinginan mereka dengan mendesain kembali daerah pemilihan atau meningkatkan kekuasaan veto mereka (Bulmer 2015), atau mengubah sistem pemilu untuk menghasilkan mayoritas kuat secara artifisial. Konsekuensi umum dari kemunduran demokratis meliputi perluasan kekuasaan keputusan eksekutif, pengurangan pengawasan legislatif, pembatasan kemandirian lembaga peradilan dan media, menyalahgunakan keadaan darurat, dan pengesahan undang-undang yang membatasi hak-hak yang dijamin oleh konstitusi dalam rangka mengurangi oposisi politik dan perbedaan pendapat.

Contoh-contoh kemunduran demokratis melimpah di politik, juga perlawanan dari lembaga peradilan, legislatif, tahun 2016-2017. Di Venezuela, pemerintah menulis media dan partai politik. Aturan-aturan konstitusional ulang konstitusi untuk memberikan kepada presiden memberikan batasan kepada mereka yang berkuasa; kekuasaan meluas (sweeping powers) dan melemahkan keberadaan aturan konstitusional itu mengasumsikan lembaga-lembaga pengawas; di Turki, ribuan akademisi, bahwa para pemimpin eksekutif bisa mencoba merebut wartawan, dan anggota oposisi dipenjara; dan di kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi atau Hungaria, saluran media yang kritis terhadap pemerintah partisan. Aturan-aturan elektoral, yang merupakan ditutup. Sejumlah kasus kemunduran demokrasi tampak bagian dari aturan konstitusional, menyediakan sarana meningkat (Bermeo 2016: 8), termasuk di negara- bagi individu dan kelompok untuk berkompetisi negara yang digambarkan sebagai negara yang berhasil mendapatkan akses kekuasaan melalui dukungan publik. dalam transisi demokrasi seperti Polandia dan Malaysia. Suatu sistem demokratis dapat pulih jika ia dapat bereaksi Di negara-negara demokrasi mapan seperti Amerika pada disfungsi ini. Serikat, muncul tanda-tanda mengkhawatirkan bahwa kepresidenan Trump menantang tatanan konstitusional dan demokrasi. Implikasi terhadap kualitas demokrasi Ketika menganalisis kemunduran demokrasi modern, Agar sebuah negara demokrasi bisa melawan kemunduran, International IDEA lebih mempertimbangkan implikasinya perimbangan kekuasaan dalam sistem politik harus bagi legitimasi demokrasi sebagai suatu sistem politik, dan mampu menangkal manipulasi, penghapusan, atau mengapa hal itu mengancam nilai-nilai demokrasi serta hak pelemahan terhadap aturan dan lembaga yang ada. Hal asasi manusia dan supremasi hukum, ketimbang penyebab ini mengharuskan warga negara memiliki kapasitas untuk atau pendorongnya (Lust dan Waldner 2015). Analisis ini beradaptasi dan tanggap terhadap skenario perubahan melengkapi penilaian Global State of Democracy sejak 1975

14 Bab Bab3 3 International IDEA Bab 3 Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Menghadapi Kemunduran

Apakah dampak kemunduran demokrasi?

DEM OKRASI OKRASI DEM Partisipasi pemilih TIDAK ADA DAMPAK Administrasi yang imparsial Demokrasi langsung Ketertiban umum Pemerintahan Keterlibatan MENURUN TIDAK ADA DAMPAK MENURUN perwakilan partisipatif MENURUN Pemilu subnasional TIDAK ADA DAMPAK Partisipasi masyarakat sipil TIDAK ADA DAMPAK

Hak-hak sosial Hak-hak dan kesetaraan asasi MENURUN MENURUN Pengawasan pemerintahan MENURUN

dengan berfokus pada sejumlah kasus kemunduran demokratis dan peristiwa ini, mereka bisa dibandingkan karena analisis yang dipilih hingga tahun 2016. tidak terfokus pada negara atau peristiwa itu sendiri, tetapi pada perubahan yang dipicu dalam kaitan dengan kualitas Berdasarkan data indeks Global State of Democracy dimensi dan subdimensi demokrasi, juga persepsi terhadap (GSoD) International IDEA dan 15 negara yang dipilih, demokrasi. International IDEA mengkaji apakah kemunduran demokrasi mempengaruhi dimensi lain dari demokrasi Analisis ini membandingkan kelompok negara sampel suatu negara. Analisis ini dilakukan berdasarkan atribut terhadap kelompok negara pengendali (dengan indeks GSoD mengenai Pemerintahan Perwakilan, Hak- pembangunan manusia dan hubungan sejarah yang hak Asasi, Pengawasan Pemerintahan, Administrasi yang dapat dibandingkan), di mana peristiwa kemunduran Imparsial dan Keterlibatan Partisipatif. tidak terjadi, meskipun beberapa negara mengalami rintangan demokrasi selama periode itu (lihat Tabel 3.2). Negara-negara contoh dipilih di antara negara yang Titik awal analisis data sesuai dengan tahun ketersediaan datanya tersedia, dengan berupaya menjaga keseimbangan data dalam sumber survei. Tahun yang sama digunakan wilayah, dan mempertimbangkan kasus di mana para untuk analisis data indeks GSoD dan survei persepsi pemimpin memodifikasi batasan periode jabatan untuk untuk memastikan homogenitas. memperpanjang mandat mereka sebagaimana diidentifikasi oleh Ginsburg, Melton dan Elkins (2011: 1869), atau Analisis menunjukkan bahwa, rata-rata, empat dimensi karena negara dipengaruhi oleh kemunduran demokrasi demokrasi (Pemerintahan Perwakilan, Hak-hak Asasi secara umum sebagaimana diidentifikasi oleh Bermeo Manusia, Pengawasan Pemerintahan dan Administrasi (2016: 5–19). Tabel 3.1 menampilkan daftar lengkap yang Imparsial) secara komparatif menjadi stagnan atau negara dalam contoh yang mengalami kemunduran. menurun setelah peristiwa kemunduran demokrasi. Terlepas dari perbedaan-perbedaan di antara negara-negara

15 Bab 3 Global State of Democracy Bab 3 Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Menghadapi Kemunduran Mengkaji Ketahanan Demokrasi

TABEL 3.1

Negara dan peristiwa terpilih untuk analisis data

Negara (wilayah) Tahun peristiwa Jenis peristiwa Periode analisis Periode analisis kemunduran demokrasi kemunduran demokrasi (Indeks GSoD) (survei persepsi)

Argentina (Amerika Latin 1995 Perpanjangan Presiden 1975–1995–2015 1996–2016 dan Karibia) Carlos Menem— amandemen

Brasil (Amerika Latin dan 1998 Perpanjangan Presiden 1975–1998–2015 2000–2015 Karibia) Fernando Henrique Cardoso

Kolombia (Amerika Latin 2006 Perpanjangan Presiden 1975–2006–2015 2007–2015 dan Karibia) Álvaro Uribe Vélez

Ekuador (Amerika Latin 2007 Pemilu dan Amandemen 1975–2007–2015 2008–2015 dan Karibia) Konstitusi Presiden Rafael Correa

Lesotho (Afrika) 1994 Kudeta 1975–1994–2015 1999–2014

Madagaskar (Afrika) 2009 Kudeta 1975–2009–2015 2013–2015

Namibia (Afrika) 2000 Perpanjangan Presiden 1995–2000–2015 2002–2014 Samuel Nujoma

Niger (Afrika) 2009 Perpanjanga n Presiden 1975–2009–2015 2013–2015 Mamadou Tandja— kudeta/darurat

Pakistan (Asia dan 1999 Kudeta 1975–1999–2015 2001–2012 Pasifik)

Peru (Amerika Latin dan 1995 Perpanjangan Presiden 1975–1995–2015 1995–2015 Karibia) Alberto Fujimori

Thailand (Asia dan 2007 Kudeta 1975–2007–2015 2007–2013 Pasifik)

Rusia (Eropa) 2012 Presiden Vladimir Putin 1991–2012–2015 2006–2011 menjabat kembali

Turki (Eropa) 2002 Pemilu Presiden Recep 1975–2002–2015 2007–2011 Tayyip Erdogan

Ukraina (Eropa) 2010 Presiden Viktor 1991–2010–2015 2006–2011 Yanukovych menjabat

Venezuela (Amerika Latin 2004 Perpanjangan President 1975–2004–2015 2005–2015 dan Karibia) Hugo Chávez – penggantian

Catatan: Tahun awal untuk periode analisis (survei persepsi) adalah tahun sebelum tahun peristiwa di mana data tersedia dalam survei persepsi; tahun akhir adalah tahun yang paling terkini di mana data tersedia dalam survei persepsi.

Sumber: Bermeo, N., ‘On democratic backsliding’ [Pada kemunduran demokrasi], Journal of Democracy, 27/1 (2016), hal. 5–19; Ginsburg, T., Melton, J. dan Elkins, Z., ‘On the evasion of term limits’ [Pada penghindaran masa jabatan], William & Mary Law Review, 52 (2011), hal. 1807–69, .

16 Bab 3 International IDEA Bab 3 Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Menghadapi Kemunduran

Sebaliknya, atribut Keterlibatan Partisipatif, yang dan persepsi terhadap keamanan. Data yang dianalisis diukur melalui subatribut partisipasi masyarakat sipil, menggambarkan hubungan antara kemunduran demokrasi partisipasi pemilih, demokrasi langsung dan pemilihan dan kemerosotan ketertiban umum (didefinisikan sebagai subnasional, tidak mengalami perubahan komparatif kombinasi konflik internal dan episode besar kekerasan yang signifikan setelah negara mengalami kemunduran politik). Rata-rata, peristiwa kemunduran demokrasi demokrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa, ketika diikuti dengan suatu kemerosotan komparatif ketertiban banyak aspek demokrasi “menderita” selama dan setelah umum. Kekerasan dalam konteks ini menjadi “catch-22” peristiwa kemunduran demokrasi, mereka tampaknya (suatu kondisi di mana solusi yang diinginkan sulit tidak menghentikan keterlibatan penduduk, bahkan dicapai karena kondisi yang tidak logis): karena pemusatan dalam upaya membungkam masyarakat sipil (HRW kekuasaan meningkat, ketidakpuasaan rakyat memuncak, 2017). Negara demokrasi yang tangguh juga tampaknya mencetuskan reaksi kekerasan. Pada gilirannya, mereka yang mampu menahan penurunan kualitas demokrasi yang berupaya mempertahankan kekuasaannya menggunakan diakibatkan oleh peristiwa kemunduran demokrasi kekerasan ini untuk membenarkan keputusan mereka dan dalam kaitannya dengan pengendalian korupsi, karena membatasi kebebasan. kemunduran, rata-rata, tampaknya tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat korupsi. Selain itu, terdapat hubungan antara kemunduran demokrasi dan pembangunan. Data indeks GSoD Sebuah dampak sampingan mengkhawatirkan menunjukkan bahwa insiden-insiden kemunduran dari kemunduran demokrasi adalah dampak yang demokrasi menekan kinerja negara dalam memenuhi hak- ditimbulkannya terhadap kehidupan individu sehari-hari hak sosial dan kesetaraan (sejauh mana kesejahteraan dasar

TABEL 3.2

Negara Pengendali

Negara (wilayah) Periode analisis Periode analisis, (Indeks GSoD) (survei persepsi)

Botswana (Afrika) 1999–2015 1999–2014

Chile (Amerika Latin dan Karibia) 1995–2015 1995–2015

Kosta Rika (Amerika Latin dan Karibia) 1995–2015 1996–2015

Ghana (Afrika) 1999–2015 1999–2014

India (Asia dan Pasifik) 1995–2015 1995–2012

Republik Korea (Asia dan Pasifik) 1995–2015 1996–2010

Rumania (Eropa) 1991–2015 1995–2012

Afrika Selatan (Afrika) 1999–2015 1999–2014

Slovenia (Eropa) 1991–2015 1995–2011

Uruguay (Amerika Latin dan Karibia) 1995–2015 1995–2015

Catatan: Menurut periode analisis untuk indeks GsoD, seluruh negara dalam tiap wilayah memiliki tahun awal yang sama. Periode ini juga mencakup seluruh rentang negara-negara sampel untuk tiap wilayah yang berawal dari peristiwa pertama. Menurut periode analisis untuk survei persepsi, pengukuran mengumpulkan skor dari survei sumber, untuk pertanyaan ‘apakah demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang anda sukai?’ dan ‘apakah baik memiliki sistem politik demokrasi?’

Sumber: World Values Survey, ‘Wave 6: 2010–2014’ [Gelombang 6: 2010-2014], ; Afrobarometer 2016; Latinobarometro 2016.

17 Bab 3 Global State of Democracy Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Menghadapi Kemunduran Mengkaji Ketahanan Demokrasi

serta kesetaraan sosial dan politik direalisasikan) rata-rata GAMBAR 3.1 sampai hampir setengahnya jika dibandingkan dengan kondisi sebelum insiden dan dibandingkan dengan Perubahan rakyat dalam persepsi positif mereka tentang kelompok negara pengendali. demokrasi

10.0% Apakah kemunduran demokrasi berkorelasi dengan 8.4% menurunnya dukungan rakyat untuk demokrasi? Apakah 8.0% kemunduran terkini dari pemimpin yang dipilih secara demokratis merupakan indikasi penerimaan rakyat atas 6.0% despotisme halus – yakni, apakah warga negara yang telah mengurangi dukungan bagi nilai-nilai demokrasi memilih 4.0% para pembalik demokrasi? Pertanyaan ini penting, karena sikap individu itu penting. Ketika faktor yang berhubungan dengan elite dan kelembagaan dapat mendorong stabilitas 2.0% demokrasi atau mencegah pembalikan demokrasi, warga Perubahan persentasi negara memainkan peran kunci. Bahan bakar yang memicu 0.0% tindakan kolektif dan kelembagaan melawan kesewenangan negara, dalam kasus ini kemunduran demokrasi, berawal -2.0% dari warga negara. -2.5% -4.0%

Data indeks GSoD International IDEA menunjukkan Global bahwa di negara-negara yang mengalami kemunduran demokrasi, persepsi positif rakyat terhadap demokrasi Sampel Pengendalian sebagai suatu sistem pemerintahan meningkat (rata-rata Catatan: Pengukuran ini mengumpulkan skor dari survei sumber untuk pertanyaan mereka lebih dari 8 persen), sedangkan di negara-negara pengendali ‘apakah demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang anda sukai?’ dan “apakah baik memiliki sistem politik demokrasi?’. Sementara pengukuran ini memuat beberapa bias dan terdapat rata-rata penurunan dalam dukungan bagi keterbatasan yang melekat (lihat Schwertheim 2017), pengukuran ini dimitigasi tidak hanya dengan membandingkan skor tertentu di negara yang dipilih, tapi dengan melihat perubahan demokrasi. dalam persepsi itu di setiap negara sebelum dan sesudah peristiwa kemunduran dan hubungannya dengan perubahan di antara kelompok negara pengendali. Pilihan negara untuk negara sampel dan pengendali, juga tahun awal analisis masing-masing, dirinci dalam Tabel Kemunduran demokrasi tampaknya akan membuat 3.1 dan 3.2. Bilah berwarna biru gelap dalam Gambar 3.1 menunjukkan perubahan persentase dalam negara sampel sebelum peristiwa, dan bilah merah menunjukkan perubahan warga negara menyadari bahwa demokrasi lebih baik persentase di negara pengendali setelah peristiwa. Sisi bawah skala menggambarkan persentasi negatif (yaitu penurunan); sisi atas persentasi positif (yaitu capaian). Tinggi bilah dari jenis pemerintahan lainnya; di tempat-tempat di menunjukkan perubahan persentasi antara tahun peristiwa dan 2015. mana demokrasi tidak menghadapi tekanan, orang-orang Sumber: World Values Survey 2016; Afrobarometer 2016; Latinobarometro 2016. mungkin menerimanya begitu saja. Karena menggambarkan penjelasan kausalitas berada di luar lingkup survei ini, temuan penting bagi penyedia pendampingan demokrasi adalah kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga. bahwa, di hampir seluruh kasus, kemunduran demokrasi tidak menunjukkan adanya penurunan dukungan rakyat Parlemen dapat juga membatasi upaya memperluas terhadap demokrasi, tetapi justru sebaliknya. kekuasaan eksekutif secara berlebihan (Fish 2006). Pada tahun 2001, sebuah rancangan undang-undang yang Melawan kemunduran demokrasi diusulkan di Zambia yang akan memperpanjang periode Badan peradilan berperan penting dalam membatasi upaya- jabatan presiden dibatalkan karena prospek kekalahan upaya otoritas eksekutif untuk meningkatkan kekuasaan di Parlemen. Di Malawi hal yang sama terjadi tahun mereka dengan cara memanipulasi konstitusi. Sebagai 2002 ketika rancangan undang-undang gagal mendapat contoh, sekalipun pada tahun 2005 pendukung Presiden dukungan yang cukup dari Parlemen; di Nigeria hal ini Kolombia Alvaro Uribe berhasil mengubah konstitusi, terjadi pada tahun 2006 (Zamfir 2016: 5). sehingga memungkinkan Uribe mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua secara berturut-turut, pada tahun Media juga merupakan katalis yang penting untuk 2010 Mahkamah Konstitusi menghentikan upayanya membatasi atau menangkal kemunduran demokrasi. mengubah konstitusi lagi guna memuluskan jalan Uribe Sebagai contoh, di Peru selama masa jabatan Presiden

18 International IDEA Bab 3 Ancaman dari Dalam: Ketahanan Demokrasi Menghadapi Kemunduran

Alberto Fujimori, sirkulasi media dari sebuah video • Lihatlah melampaui transisi demokrasi, dan fokus pada menampilkan penasihat Alberto sedang menyuap seorang konsolidasi demokrasi juga pada cerita keberhasilan anggota kongres mengakibatkan kejatuhan sang presiden. demokrasi melalui pendekatan pencegahan yang Pada hari yang sama rekaman itu tersiar, presiden keberlanjutan dan jangka panjang. memerintahkan pemilu dan mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri kembali (La República 2016). Partai politik oposisi dan organisasi masyarakat sipil Serupa dengan hal itu, media sosial memiliki potensi yang • Dengan cepat mengorganisasi dan memobilisasi memungkinkan aktivis dan pemrotes untuk menyuarakan masyarakat ketika terdapat tanda-tanda awal ketidakpuasan mereka terhadap lanskap demokrasi yang mengecilnya ruang sipil. semakin terkikis. • Temukan cara untuk menjelaskan perubahan- perubahan teknis dalam pemerintahan kepada publik Dibandingkan dengan para pendahulunya, “para pembalik dalam rangka menimbulkan kesadaran. Berikan demokrasi” modern cenderung tidak menghapuskan perhatian khusus pada mekanisme pengangkatan bagi partai politik, sehingga menyisakan beberapa jalur terbuka badan peradilan dan perubahan dalam undang-undang untuk mempertentangkan gagasan dan menolak perluasan pemilu. eksekutif. Warga negara memiliki peluang yang lebih baik • Tetap terorganisasi dan mencari dialog dengan elemen- untuk memobilisasi penolakan rakyat ketika terdapat elemen moderat kekuasaan pemerintahan selama ruang bagi elite untuk saling bersaing (Brownlee 2007). kemunduran demokrasi.

Organisasi-organisasi regional berusaha melindungi Pembuat kebijakan demokrasi; beberapa organisasi telah mengadaptasi • Mempertahankan perlindungan konstitusional bagi perangkat yang pada mulanya dirancang untuk mengurusi minoritas politik dan oposisi, juga mekanisme yang lebih kudeta tradisional guna mengatasi ancaman terhadap tradisional dari pemisahan cabang-cabang pemerintahan demokrasi konstitusional dari dalam (Choudhry dan dan lembaga-lembaga akuntabilitas yang mandiri. Bisarya 2014). EU, Uni Afrika (African Union) dan OAS, • Melakukan investasi dengan membangun badan juga organisasi-organisasi subregional seperti ECOWAS, penyelenggara pemilu yang profesional, mandiri memiliki mekanisme untuk menjatuhkan sanksi kepada dan kompeten dengan mandat yang kuat untuk negara anggota karena melanggar nilai-nilai bersama yang menyelenggarakan pemilu yang transparan dan memajukan demokrasi konstitusional dan supremasi mendapatkan kepercayaan publik. hukum, di mana tindakan-tindakan kemunduran demokrasi modern dapat dikendalikan. Dengan cara Organisasi-organisasi Regional ini, ketahanan demokrasi bisa didukung bukan sebagai • Mengembangkan sistem sanksi yang sudah ada untuk karakteristik inheren pemerintahan demokrasi, tetapi mengembangkan sistem pemantauan formal penyerta karena ia merupakan nilai internasional bersama yang yang berhubungan dengan peralihan kekuasaan yang penting. inkonstitusional melalui pemantauan yang teratur terhadap pemerintahan konstitusional dan peralihan Rekomendasi untuk menghadapi dan melawan kekuasaan, serta lebih banyak pertukaran informasi. kemunduran • Melakukan investasi dalam pemantauan yang teratur terhadap pemerintahan konstitusional. Penyedia pendampingan demokrasi • Mempromosikan dialog intra-regional di antara • Hindari menyatukan kemunduran demokrasi dengan negara-negara anggota mengenai praktik-praktik penurunan dukungan demokrasi, dan memelihara yang baik untuk menjaga demokrasi konstitusional. dukungan komunitas internasional bagi negara- negara yang menghadapi risiko, atau pada permulaan, kemunduran demokrasi.

19 Bab 4 Global State of Democracy Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Bab 4 Bab 4. Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan

Perwakilan politik tradisional sedang berada di bawah tekanan yang menguat: lintas benua, sebagian besar rakyat punya kepercayaan yang rendah terhadap partai politik. Banyak negara Eropa dan Amerika Serikat baru-baru ini menjalani pemilu dan referendum dengan hasil tak sesuai harapan, sehingga menyebabkan “gempa bumi” politik di antara elite tradisional. Sementara partai politik masih menawarkan suatu saluran terpusat bagi perwakilan demokratis, partai politik lama dan baru harus menyesuaikan cara mereka beroperasi untuk membangun kembali kepercayaan di kalangan pemilih.

Partai politik dan sistem kepartaian bisa tetap relevan dengan muncul, dan badan-badan supranasional mengesampingkan mengadaptasi dan menginovasi peran dan fungsi mereka pemerintah nasional seperti Yunani pada saat negara itu dalam masyarakat. Partai-partai yang tangguh membuat tidak menyetujui konsensus tersebut. Teknokrat dan keseimbangan yang hati-hati antara memberikan warga negara pegawai negeri membuat banyak keputusan terkait hal itu. peran sentral dalam proses internal partai dan membuat warga Dengan memberikan kewenangan kepada pejabat yang negara menjadi tujuan dari kebijakan partai. Partai tangguh tidak dipilih rakyat, politik pembuatan keputusan terkait mengatasi krisis dan tantangan kebijakan yang kompleks masalah-masalah keuangan telah bergerer ke luar jangkauan dengan mengejar visi-visi politik yang koheren, dan memiliki akuntabilitas demokratis nasional. Sebagai akibatnya, politisi pemimpin yang bisa dipilih, bisa mengambil keputusan, dan di seluruh dunia dituding berada “di luar kendali kebijakan” taktis, guna mengkomunikasikan visi-visi tersebut. Partai (Leterme dan van der Staak 2016) karena mereka tidak politik bisa membantu meningkatkan kepercayaan publik dapat mempengaruhi kebijakan sebesar yang diinginkan dalam lembaga-lembaga demokrasi dengan mengambil konstituennya, serta tidak bisa merespon pemilih di luar langkah-langkah inklusif, memperbaharui kepemimpinan batas yang dimungkinkan oleh pengaruh mereka. (khususnya dengan perempuan dan pemuda) dan menerapkan pendekatan baru pada pelibatan warga negara. Tantangan kepercayaan dan inklusi Warga negara berharap pemerintah melakukan lebih banyak Tantangan hasil: krisis dan pengendalian untuk memberikan hasil yang lebih baik, tetapi mereka kebijakan memiliki lebih sedikit kepercayaan bahwa wakilnya mampu Sejak krisis keuangan global 2007–2008, baik negara- menghadapi tekanan masalah saat ini. Kemajuan teknologi negara demokrasi gelombang ketiga maupun negara-negara juga meningkatkan jumlah informasi yang tersedia kepada demokrasi mapan telah berjuang untuk memberikan solusi publik untuk mengawasi pernyataan dan perbuatan politisi – dan kebijakan yang jelas untuk mengurangi berbagai masalah yang meningkatkan kerentanan mereka akan skandal korupsi yang bersifat internasional tetapi menantang status quo. – dan memiliki potensi untuk meningkatkan integritas dan Seperti halnya krisis keuangan di Amerika Latin dan Karibia, transparansi. Kurangnya kepercayaan warga negara terhadap serta Asia dan Pasifik, di tahun 1990-an yang memainkan partai diperparah dengan eksklusi terhadap perempuan peran dalam mengguncang sistem politik dan kepartaian, dan generasi muda dari posisi pengambilan keputusan dan krisis keuangan saat ini juga memberikan tekanan yang sama hierarki partai. kepada partai-partai di Eropa untuk beradaptasi dan berubah. Di Eropa, ketika memuncaknya utang memperberat tekanan Menurunnya kepercayaan kepada partai perekonomian di zona euro, pemerintah harus berurusan Berbagai barometer sosial dari seluruh dunia menunjukkan dengan meningkatnya arus pengungsi dan migran, juga bahwa partai politik berada di antara lembaga yang paling ancaman keamanan. Sebuah konsensus internasional tidak dipercaya masyarakat. Gambar 4.1 menunjukkan mengenai bagaimana mengatasi krisis keuangan global bahwa tingkat kepercayaan kepada partai politik di seluruh

20 International IDEA Bab 4 Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan

Jalan partai politik menuju ketahanan

Perasaan dikecualikan oleh warga negara, terutama di antara kelompok marjinal

Partai Krisis multidimensi politik Ketidakmampuan beradaptasi dengan cara-cara baru berinteraksi dengan anggota partai dan pemilih

Populisme

TANTANGAN

TANGGAPAN

Visi ideologis Keterlibatan yang inovatif berbasis kebijakan dan kredibel dengan konstituen

Memperbaiki Mendemokratisasikan kepercayaan pembuatan keputusan

Partai yang responsif, tangguh dan inovatif

21 Bab 4 Global State of Democracy Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan Mengkaji Ketahanan Demokrasi

GAMBAR 4.1 canggih dan kritis, dengan demikian merepresentasikan insentif positif untuk reformasi. Persentase warga Negara dengan kepercayaan “Sangat besar” atau “Cukup besar” pada partai politik Kepercayaan warga negara rusak ketika politisi membuat dibandingkan dengan lembaga lainnya janji-janji kampanye yang muluk-muluk atau mengeluarkan pernyataan “nir fakta” yang dipelintir oleh media yang bias 60% dalam perdebatan publik yang terpolarisasi. Hal ini terjadi di Amerika Latin dan Karibia pada tahun 1980-an, 1990-an dan 50% 2000-an, dan dalam referendum Brexit 2016 di Inggris serta pada kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat 2016.

40% Premis demokratis bahwa warga negara dapat membuat pilihan berdasarkan informasi menjadi dipertanyakan dalam era “politik pasca-kebenaran” (Davies 2016; Hochschild 30% dan Einstein 2015; The Economist 2016). Menurunnya kepercayaan dapat pula dikaitkan dengan korupsi. 20% Marginalisasi perempuan dan pemuda

10% Demokrasi yang sehat dan tangguh didasarkan pada inklusivitas, di mana partai politik dan lembaga perwakilan berada pada posisi kunci untuk menjaganya. Namun partai 0% menemukan bahwa hal ini sukar dilaksanakan, khususnya 1994-1998 1999-2004 2005-2009 2010-2014 ketika perempuan dan pemuda, sebagian besar tidak terlibat

Afrika Asia dan Pasi k Eropa dalam lembaga-lembaga perwakilan. Meskipun perwakilan Amerika Latin dan Karibia Timur Tengah dan Iran Amerika Utara perempuan di lembaga legislatif telah bertambah dua kali

Catatan: Seluruh gambar yang menunjukkan rata-rata regional data World Values Survey di- lipat selama 22 tahun terakhir – dari 11 persen pada tahun dasarkan pada seluruh negara yang dimasukkan dalam sampel untuk gelombang tertentu. 1995 menjadi 22 persen pada tahun 2015, lalu menjadi Jadi, 1994–1998 didasarkan pada 52 negara, 1999–2004 pada 37 negara, 2005–2009 pada 57 negara, dan 2010–2014 pada 58 negara. 23,4 persen pada tahun 2017 (IPU 2015, 2017) – dengan

Survei: World Values Survey Gelombang 1–6, 1994–2014. kecepatan ini masih akan memerlukan 40 tahun lagi untuk mencapai jumlah yang setara antara laki-laki dan perempuan di lembaga legislatif. wilayah, setidaknya hingga tahun 2014, kecuali untuk Asia dan Pasifik serta Eropa, telah stagnan atau bahkan menurun Generasi yang lebih muda kurang terwakili dalam sejak 1994. Ketika tingkat kepercayaan dasar pada partai keanggotaan dan kepemimpinan partai, serta lembaga politik di Asia dan Pasifik lebih tinggi daripada di wilayah legislatif. Marginalisasi mereka dari (dan menurunnya lainnya, tetapi kepercayaan publik pada partai politik di kepercayaan pada) partai politik tradisional menjadi sana masih lebih rendah dibandingkan dengan lembaga perhatian khusus, karena mereka dapat membuat atau lainnya. Survei yang lebih mutakhir oleh Latinobarometer merombak model perwakilan di masa depan. Keanggotaan memastikan rendahnya tingkat kepercayaan, yang sudah partai mengalami pertumbuhan yang relatif kecil tapi berlangsung lama, di Amerika Latin – 20 persen pada tahun penting di Jerman, Belanda dan Inggris pada tahun 1995 dan 16 persen pada tahun 2016, menyatakan memiliki 2016–2017, khususnya di antara pemuda. Survei IPU pada kepercayaan yang tinggi atau sedikit kepercayaan pada partai tahun 2014–2015 terhadap 126 parlemen menunjukkan politik (Latinobarómetro 2016). tingkat yang tidak mengejutkan, perwakilan pemuda dalam lembaga legislatif: 65 persen lembaga legislatif memiliki Kepercayaan pada partai terkikis dengan munculnya retorika persyaratan usia yang lebih tinggi daripada usia minimum anti-kemapanan, ketika terdapat bukti korupsi, kegagalan pemilih (IPU 2016). Hampir satu di antara tiga parlemen dalam memberikan layanan, atau kurangnya inklusi dan unikameral atau kamar perlemen yang lebih rendah dan 80 kemampuan merespon tuntutan warga negara. Hal ini juga persen kamar parlemen yang lebih tinggi tidak memiliki dapat mencerminkan cara berpikir warga negara yang lebih anggota di bawah usia 30 tahun.

22 International IDEA Bab 4 Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan

Tantangan partai baru dan populisme politik tidak harus dilakukan dengan memenangkan kursi Ketika partai dipandang berada di luar kendali kebijakan parlemen. dan kehilangan kepercayaan, serta sistem kepartaian gagal mewakili secara memadai kelompok-kelompok berbeda Di Amerika Latin dan Karibia, lonjakan partai dan pemimpin dalam masyarakat, dukungan elektoral akan condong kepada baru telah muncul sejak awal 1990-an sebagai respons atas partai baru dan pemimpin baru. Para penantang elektoral frustrasi rakyat terhadap korupsi dan kesalahan penanganan terhadap partai mapan telah muncul di mana-mana di seluruh perekonomian dan diikuti dengan krisis ekonomi yang Afrika, Amerika Latin dan Karibia, serta Amerika Utara, memperdalam kemiskinan dan kesenjangan kekayaan di negara Eropa, dan Asia Tenggara dan Asia Timur, di negara-negara mereka. Dalam menangani krisis ini, pemerintah menghadapi demokrasi gelombang ketiga dan negara demokrasi yang tantangan untuk bertindak secara bertanggung jawab dan lebih lama terbentuk. Para penantang ini seringkali berhasil responsif, tetapi hal ini terlalu sering dilakukan dengan memberikan ekspresi politik untuk keluhan ekonomi, sosial mengorbankan yang lainnya (baik dengan pengetatan anggaran maupun budaya baik yang nyata maupun yang dirasakan. maupun program murah hati), atau tidak. Kegagalan mereka membuka jalan bagi munculnya partai-partai dan pemimpin Populisme bukanlah hal yang baru ataupun eksklusif bagi baru yang memicu jatuhnya sistem kepartaian di negara-negara negara demokrasi. Di Amerika Latin, presiden Evo Morales, seperti Bolivia, Ekuador, Peru dan Venezuela. Frustrasi yang juga mantan presiden Hugo Chávez, Alberto Fujimori, dan sama telah mendorong pembaharuan lanskap partai politik ke Kirchners, menggunakan taktik populis, sedangkan Presiden dalam sistem kepartaian yang lebih stabil seperti di Kolombia, Rodrigo Duterte mendapatkan dukungan pada pemilu Meksiko dan, yang paling mutakhir, Chile. presiden di Filipina 2016 dengan menyalahkan kondisi negara pada kepemimpinan partai politik arus utama. Gerakan politik yang tumbuh dari protes warga negara dan Unsur-unsur populisme juga telah menjadi bagian integral berciri retorika anti-kemapanan adalah fenomena lainnya pada politik Afrika, meskipun bentuk dan formatnya terus yang muncul. Selama 10 tahun terakhir, gerakan ini paling berubah. Sebagian besar negara benua ini mengadopsi politik sering berubah menjadi entitas politik ketika tujuan politik multipartai pada tahun 1990-an, yang ditandai dengan mereka mengharuskan untuk memegang kekuasaan legislatif. munculnya mobilisasi populis oleh para aktor politik yang berupaya mengukir ceruk mereka sendiri dalam menghadapi Meskipun beberapa formasi baru ini hingga batas tertentu pesaing yang mapan. Mobilisasi identitas etno-regional dan beroperasi dengan cara yang sama (dan menghadapi tantangan agama menyertai pengenalan posisi populis pada isu-isu yang sama) seperti partai tradisional, mereka tampaknya lebih seperti redistribusi kemakmuran, hak-hak sosial-ekonomi inovatif. Contohnya, mereka mengaburkan perbedaan antara dan keadilan ke dalam politik. Tiga hal yang mencirikan anggota dan bukan anggota, dan menurunkan ambang varian isu populis di Eropa Barat dan Amerika Serikat; “anti- batas (keuangan) untuk bergabung. Gerakan politik baru kemapanan”. “otoritarianisme”, dan “nativisme” (Inglehart ini (banyak yang menghindari istilah “partai”) lebih banyak dan Norris 2016: 5). bergantung pada keterlibatan warga negara secara langsung, misalnya melalui media sosial dan perangkat digital lainnya, Di Eropa, partai dan gerakan populis telah muncul sejak tahun daripada melalui pertemuan-pertemuan partai tradisional. 1970-an. Front Nasional (Front National, FN) di Perancis Mereka efektif dalam memobilisasi partisipasi warga negara dan Koalisi Kiri Radikal (Synaspismós Rizospastikís Aristerás, dan memberikan penghargaan ke anggota melalui rasa Syriza) di Yunani telah tumbuh pesat. FN meningkatkan keterwakilan politik yang kuat (Stokes 2015). perolehan suaranya dari 10,4 persen pada tahun 2007 menjadi 21,3 persen pada putaran pertama pemilihan Tantangan keterlibatan warga negara presiden Perancis tahun 2017 (Ministère de l’Intérieur, tanpa Jumlah keanggotaan partai mengindikasikan bagaimana tanggal). Demikian pula, bagian suara Syriza bertambah warga negara berhubungan dengan partai politik tradisional. dari 4,6 persen dalam pemilu parlemen 2009 menjadi 16,8 Secara keseluruhan, keanggotaan partai terus menurun persen pada tahun 2012, dan 35,6 persen pada tahun 2015 sejak 1994 di Asia dan Pasifik, Eropa serta Amerika Latin (Kementerian Dalam Negeri Yunani 2015). Pada tahun dan Karibia, sedangkan di Afrika sejak 2005. Di Timur 2016, partai populis telah memasuki koalisi pemerintahan di Tengah dan Iran, juga di Amerika Utara, keanggotaan partai 11 negara Eropa (Inglehart dan Norris 2016). Yang paling cenderung meningkat (World Values Survey, Gelombang penting, mereka menunjukkan bahwa merombak tatanan 1–6, 1994–2014).

23 Bab 4 Global State of Democracy Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Akan tetapi, tidak semua partai kehilangan anggotanya, dan kebijakan daring, pemungutan suara dan penggalangan beberapa upaya untuk menarik anggota baru menunjukkan dana (International IDEA, tanpa tanggal). Perangkat keberhasilan. Keanggotaan Partai Konservatif, Partai Buruh lunak demokrasi seperti Agora Voting atau DemocracyOS, dan Demokrat Liberal di Inggris meningkat dari 0,8 persen memungkinkan kelompok besar warga negara mendaftarkan pemilih pada tahun 2013 menjadi 1,6 persen pada tahun proposal, dan berdiskusi serta memberikan suara secara 2016 (Keen dan Apostolova 2017). Dua partai tradisional daring. di Perancis membuka proses nominasi calon kepada seluruh pendukung, tidak hanya kepada anggota. Partai Sosialis (Parti Akan tetapi, ada risiko serius dalam penggunaan teknologi Socialiste) pertama kali membuka pencalonan partai kepada komunikasi oleh partai politik. Pada Pemilihan Presiden orang yang bukan anggota partai pada tahun 2011; Partai Amerika Serikat 2016 dan Pemilihan Presiden Perancis 2017, Republik Perancis (Parti Républicain) juga melakukannya akun email politisi senior diretas dan dibocorkan ke media. selama pencalonan 2016. Gerakan Presiden Perancis Karena keamanan siber partai politik dan kandidat seringkali Emmanuel Macron ‘La République En Marche!’ memiliki berada di luar mandat otoritas elektoral, para aktornya pendukung ketimbang anggota. seringkali dipandang sebagai bagian dari mata rantai terlemah dalam melindungi pemilu dari peretasan. Kedua, media Partai politik yang inovatif memutakhirkan budaya internal sosial dan media digital lainnya semakin digunakan untuk dan struktur operasional mereka untuk beradaptasi dengan menyebarkan informasi yang salah. Pada tahun 2016, pemilu interaksi online dan interaksi berbasis-jalanan dan pembuatan presiden Amerika Serikat dan referendum Brexit dipengaruhi keputusan. Teknologi digital memungkinkan warga negara oleh kesalahan informasi yang berasal dari – atau didukung menyuarakan pendapat mereka secara lebih langsung oleh – partai politik dan calon. dibandingkan sebelumnya, sehingga menciptakan lebih banyak ruang horizontal daripada vertikal, dengan kesetaraan Partai politik seharusnya menggunakan teknologi dan tanpa hierarki: setiap orang dapat memutuskan, dan tidak untuk memfasilitasi fungsi-fungsi mereka, bukan untuk ada yang mengatur. Lebih jauh, keberadaan, perilaku dan menggantikan perdebatan substantif dan interaksi tatap keputusan politisi menjadi lebih cepat terlihat pada publik muka. Mereka harus memberikan perhatian yang sama yang lebih luas – dan dapat berpengaruh lebih langsung. pada inovasi luring yang menstimulasi keterlibatan warga negara dalam rangka menghindari kesenjangan digital yang Akan tetapi, digitalisasi menawarkan peluang maupun berkembang. ancaman terhadap partisipasi dan perwakilan warga negara. Mereka yang tertinggal di luar perwakilan tradisional Instrumen demokrasi langsung karena “kemudaan” mereka, disabilitas, jenis kelamin atau Para pemimpin baru-baru ini menyerahkan beberapa status minoritasnya dapat diuntungkan dari jalur-jalur baru keputusan kepada warga negara. Ada sedikit peningkatan keterlibatan yang bermakna serta menggunakan pengaruh penggunaan instrumen demokrasi langsung secara global dari luar struktur tradisional partai. Warga negara yang sejak tahun 1975 (indeks GSoD 2017: 5.3). Antara tahun kurang terhubung dalam era digital – termasuk orang tua, 2015 dan 2017 negara-negara yang beragam seperti orang-orang yang lebih miskin atau kurang berpendidikan Kolombia, Tanjung Gading, Hungaria, Italia, Belanda, Sudan, – bisa merasa dikecualikan dari (atau kurang diwakili oleh) Swiss, Inggris, Tajikistan, Turki, Venezuela dan Zambia partai yang semakin terlibat dalam pembuatan keputusan menggunakan referendum untuk mengambil keputusan. secara online. Karena partisipasi online dapat dimanipulasi, Pertanyaan referendum ada pada kisaran masalah yang partai harus merangkul bentuk etis partisipasi dalam jaringan meliputi reformasi keuangan, kemerdekaan, keanggotaan (online) bersamaan dengan merawat relasi di luar jaringan Uni Eropa (atau aspek integrasi), perdagangan internasional, (offline). imigrasi, pajak, hak-hak sipil dan politik, perjanjian damai, serta reformasi politik dan elektoral. Pembuatan keputusan yang deliberatif Sebagaimana dirinci dalam Portal Digital Partai International Referendum dapat mengarah menjadi kekecewaan warga IDEA, partai politik di negara demokrasi mapan maupun negara karena banyak instrumen demokrasi langsung seringkali demokrasi berkembang mengadopsi teknologi baru untuk digabungkan dalam istilah “referendum” yang mencakup menjangkau anggota dan bukan anggota untuk membantu semua. Dalam praktiknya, beberapa merupakan inisiatif warga melaksanakan tugas-tugas partai tradisional seperti perumusan negara, sedangkan yang lainnya merupakan referendum yang

24 International IDEA Bab 4 Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan

diinisiasi oleh pemerintah. Beberapa referendum merupakan Ketika 59 protes besar berlangsung secara global pada tahun pilihan, dan yang lainnya wajib. Beberapa referendum bersifat 2006, 112 protes terjadi di paruh pertama tahun 2013 (Ortiz saran, sementara yang lainnya mengikat; beberapa memiliki et al. 2013). Gerakan protes yang signifikan terjadi di 56,4 ambang batas yang tinggi, dan yang lainnya rendah. Semua persen negara dari tahun 2009 hingga 2014 (EIU 2015). faktor desain ini mempengaruhi bagaimana politisi menafsirkan Database Global tentang Proyek Peristiwa, Bahasa, dan Suara dan mengikuti hasil referendum. Terdapat kebutuhan umum mencatat kenaikan intensitas protes pada kurun waktu tahun untuk memperkuat pemahaman publik mengenai mandat 2012 dan 2015 hingga tingkat yang sama dengan akhir 1980- terperinci atas sebuah referendum untuk menghindari an (World Economic Forum 2016). Membandingkan data kekecewaan atas hasilnya. Banyak referendum juga memiliki dari indeks GSoD International IDEA dengan data tentang hasil yang tidak diduga. Pada tahun 2016, perdana menteri partisipasi warga negara melalui petisi, boikot, demonstrasi, di Italia dan Inggris mengikat masa depan politik mereka mogok dan bentuk protes lainnya dari tahun 2010–2014 secara langsung pada referendum tentang masalah yang lain. gelombang World Values Survey menunjukkan bahwa Akhirnya, politisi terpilih dapat menggunakan referendum negara-negara dengan tingkat hak sosial dan kesetaraan yang secara strategis untuk memajukan agenda politik mereka. lebih tinggi juga mempunyai rakyat yang lebih aktif protes. Sebagai contoh, partai dapat menginisiasi referendum opsional untuk mengeluarkan isu yang kontroversial dari kampanye Tanggapan partai yang tangguh pemilu, atau untuk menunjukkan dukungan rakyat untuk Agar tetap relevan, partai politik harus menunjukkan suatu posisi pemerintahan. pembaruan penekanan atas keterlibatan warga negara. Warga negara tidak hanya objek rayuan politik (misalnya untuk Masa depan seperti apa yang dimiliki referendum di negara mendapatkan suara yang diperlukan untuk memenangkan demokrasi mapan? Banyak gerakan politik baru, dan bahkan jabatan politik); mereka merupakan target akhir. Partai beberapa partai mapan, sekarang secara terbuka berkampanye yang tangguh membuat keseimbangan yang hati-hati antara untuk memperkenalkan referendum wajib dalam upaya memberikan kepada warga negara peran sentral dalam mendapatkan kembali kepercayaan warga negara. Swiss kegiatan dan keputusan internal partai, di satu sisi, dan memberikan contoh yang baik mengenai bagaimana menjadikan warga negara tujuan tindakan kebijakan mereka, perwakilan dan demokrasi langsung saling mendukung. di lain sisi. Untuk menghindari kekecewaan warga negara terhadap hasil referendum, politisi seharusnya lebih jelas memaparkan Memberikan hasil memerlukan lebih dari sekadar keputusan- kewenangan pembuatan keputusan secara langsung yang keputusan teknokratik. Partai yang mengejar tujuan politik diserahkan kepada warga negara, dan kewenangan yang yang koheren mungkin lebih mampu berurusan dengan krisis tetap ada pada politisi terpilih. Dalam praktiknya, mereka pemerintahan yang kompleks. Sama pentingnya, partai yang seyogianya menghindari memperlakukan referendum bersifat berhasil memiliki platform program pembeda dan bisa secara saran sebagai mengikat secara de facto, atau mengadopsi kredibel berkomunikasi dengan pemilih melalui pemimpin sebuah kebijakan berdasarkan sebuah referendum dengan yang tegas, cerdik, dan dapat dipilih. Pemimpin yang sukses partisipasi di bawah ambang batas karena oportunisme mampu menjelaskan masalah-masalah dan kebijakan yang politik. Terakhir, politisi harus menyadari bahwa penggunaan kompleks kepada pemilih dan mengambil tanggung jawab referendum secara taktis bisa mendelegitimasi demokrasi untuk melaksanakannya. Mereka juga dapat membangun perwakilan dan secara politik bisa berisiko. koalisi pendukung yang luas dengan kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan menyentuh konstituensi dan Peningkatan protes menantang akuntabilitas lembaga agenda mereka, dan menarik anggota yang berpikiran sama perwakilan. Sejumlah protes di beberapa tahun terakhir telah melalui demokratisasi proses pembuatan keputusan internal menjadi berita utama di seluruh dunia. Nama mereka merujuk partai (Valladares, Sample dan van der Staak 2014). pada lapangan yang mereka duduki (Tahrir di Kairo, Taksim di Istanbul, Euromaidan di Ukraina) atau warna dan simbol Partai populis berkembang dalam kekosongan kebijakan, ketika yang menolong mengikat mereka (payung kuning pada partai tradisional membiarkan mereka untuk menawarkan protes Hongkong 2014, topi merah muda dalam Women’s narasi satu sisi (populis). Dengan terlibat bersama warga March 2017). Protes semakin menjadi bentuk yang kian negara, partai tradisional dapat menghancurkan kekosongan populer dan sah untuk mengungkapkan pendapat politik, kebijakan dan menawarkan alternatif yang menarik. Beberapa khususnya ketika negara demokrasi semakin berkembang. partai politik mapan mengadopsi ciri-ciri dan praktik lawan

25 Bab 4 Global State of Democracy Perubahan Sifat Partai Politik dan Perwakilan Mengkaji Ketahanan Demokrasi

populisnya yang berhasil. Partai tradisional menjadi paling • Tetap responsif kepada pemilih di antara pemilu dengan efektif ketika bisa menggabungkan kekuatan mereka dalam memikirkan kembali strategi komunikasi partai, dan merumuskan kebijakan publik dan merekruit pemimpin memutakhirkan budaya internal partai dan struktur politik baru yang punya kapasitas untuk memobilisasi warga operasional untuk menyesuaikan dengan meningkatnya negara dan mengartikulasikan kepentingan mereka dalam interaksi daring dan interaksi berbasis jalanan dan istilah yang jelas dan berani. Untuk merawat dukungan warga pembuatan keputusan. negara dalam jangka panjang, partai harus menyeimbangkan • Mendorong suasana pluralisme dan inklusivitas di dalam cara tradisionalnya dengan pendekatan-pendekatan inovatif partai dengan melibatkan dan membangun hubungan untuk berinteraksi dengan dan mewakili jenis baru warga dengan berbagai macam organisasi soial, gerakan sosial negara yang aktif. dan kelompok kepentingan yang sesuai secara ideologi. • Mengatasi ketidakpercayaan publik dengan menjanjikan Partai politik lebih mampu mempertahankan kepercayaan transparansi penuh keuangan partai, pengaturan konflik warga negara dengan mengkomunikasikan agenda integritas kepentingan secara ketat, dan melaksanakan kebijakan yang komprehensif. Berfokus hanya pada pendanaan partai anti-korupsi dan mekanisme demokrasi internal partai. politik dan pendanaan kampanye telah gagal melindungi • Memastikan bahwa para pemimpin dan perwakilan politik dari korupsi yang disebabkan oleh jaringan yang yang dipilih secara demokratis mencerminkan demografi kompleks dan peran uang dalam politik (OECD 2016). masyarakat dengan melakukan mentoring dan merekruit Sistem yang holistik dan meningkatkan integritas – yang lebih banyak perempuan dan pemuda ke dalam peran mengkoordinasikan kerangka kerja lintas wilayah kebijakan kunci yang mengarah pada posisi kepemimpinan. yang berbeda seperti pengadaan, konflik kepentingan • Mempertimbangkan dengan saksama penggunaan dan keuangan partai – meningkatkan ketahanan, yang perangkat demokrasi langsung seperti referendum, dan melindungi kebijakan publik dan negara dari kepentingan memperkuat pemahaman publik mengenai mandat ekonomi sempit. Para pemimpin yang dapat dipercaya bisa referendum yang pasti. menunjukkan rekam jejak yang bersih dan berkomitmen • Memperluas keterlibatan warga negara di semua secara kredibel untuk melaksanakan aturan dan praktik tingkatan dengan menggunakan peralatan digital berorientasi integritas yang diterapkan di dalam partai seperti website dan aplikasi interaktif. Hal ini termasuk mereka dan dalam pemerintahan. menjangkau para anggota dan bukan anggota untuk membantu dalam melaksanakan tugas-tugas partai Meningkatkan inklusivitas partai – khususnya perempuan tradisional seperti perumusan kebijakan secara daring, dan pemuda – juga dapat memperbaiki kepercayaan. Untuk pemungutan suara, dan penggalangan dana. tetap kompetitif, pimpinan partai seharusnya menjangkau • Meningkatkan transparansi mengenai perwakilan kedua kelompok itu dan memastikan mereka secara setara yang dipilih, termasuk menyediakan akses pada data dilibatkan ke dalam proses demokrasi di internal partai pendanaan kampanye politik juga kepentingan keuangan dan proses pengambilan keputusan. Partai juga seharusnya perwakilan partai. memiliki seksi khusus dan kaukus perempuan dan pemuda, • Memastikan bahwa segmen masyarakat yang lebih luas memperkenalkan penggunaan peralatan keterlibatan digital, dipilih dan dilibatkan, dengan fokus khusus pada perem- meningkatkan keseimbangan gender dalam kepemimpinan puan dan pemuda. Pertimbangkan untuk memperkuat dan menggunakan daftar pendek calon yang semuanya pendidikan kewarganegaraan dan menurunkan usia perempuan. pemilih.

Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk Masyarakat Sipil mengatasi tantangan sifat partisipasi politik • Terlibat bersama partai politik untuk menerjemahkan tekanan publik ke dalam kebijakan, dan terlibat dengan Partai politik cabang-cabang legislatif dan eksekutif dari pemerintahan • Komunikasikan visi politik yang kuat dan berani. melalui partai politik. • Menciptakan bentuk-bentuk alternatif keterlibatan • Menyerukan lebih banyak transparansi dan perdebatan warga negara melalui bentuk keanggotaan alternatif. demokratis yang konstruktif.

26 International IDEA Bab 5 Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi?

Bab 5. Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi?

Skandal korupsi mempengaruhi persepsi terhadap politik demokrasi. Hal tersebut membahayakan kepercayaan warga negara pada partai politik, politisi dan lembaga-lembaga, serta memicu protes dan kemarahan yang mendalam. Orang seringkali menghubungkan politik dengan korupsi dan memperkaya diri sendiri (Edelman Insights 2013). Bahkan ketika uang digelontorkan secara legal ke dalam politik, pengaruh yang tidak proporsional yang dimiliki pendonor besar atas pembuatan keputusan publik memperburuk persepsi tentang politik yang pada dasarnya sudah terkikis. Bahwa uang merupakan sumber yang penting untuk berkomunikasi dengan konstituen, menjalankan kampanye pemilu dengan sukses, memperkuat organisasi politik, mendukung penelitian kebijakan atau pelatihan anggota partai, bisa dilupakan atau rusak ketika skandal politik melanda publik.

Kemunculan uang besar dalam politik menimbulkan risiko seringkali menjadi bagian dari jejaring penggalangan dana yang bagi semua politisi. Hal ini merupakan salah satu ancaman lebih sedikit. Penelitian dari Kolombia, Kenya dan Tunisia yang paling kritis bagi ketahanan lembaga-lembaga perwakilan, sudah memastikan kecenderungan ini: ketika calon diharapkan terutama partai politik. Terdapat tiga tantangan yang saling mendanai kampanyenya sendiri, perempuan memiliki lebih berhubungan: tidak samanya akses menuju pendanaan yang sedikit akses ke jaringan pendanaan, menerima lebih sedikit mengurangi peluang yang sama dalam kompetisi politik, dukungan keuangan dari partainya, dan memiliki lebih sedikit pendanaan politik yang seringkali berfungsi sebagai saluran aset ekonomi untuk diinvestasikan dalam kampanye. bagi korupsi dan pembajakan kebijakan, serta uang dalam politik yang mempengaruhi kepercayaan publik terhadap (dan Para pelaku yang melawan hukum juga dapat membeli legitimasi pada) politik dan politisi. suara dan menggunakan uang untuk melanggengkan sistem patronase dan klientelistik (Briscoe dan Goff 2016a: Melemahkan tingkat lapangan permainan 42; World Bank 2017: 78). Sistem patronase memberikan yang setara hadiah kepada pendukung berupa pekerjaan atau manfaat Uang mendukung terjadinya partisipasi politik, karena pemerintahan karena afiliasi atau koneksi mereka, tanpa membantu kandidat dalam suatu pemilihan untuk menjangkau mempertimbangkan kualifikasi. Dalam sistem klientelistik, konstituen, menyebarkan gagasan dan mengorganisasi pemilih didorong untuk menukar dukungan politik mereka pendukung. Hal ini sangat penting bagi partai baru atau mereka dengan bantuan-bantuan (Falguera, Jones dan Ohman yang bersaing melawan petahana. Namun, uang juga bisa 2014). Hal ini merongrong pelayanan sipil berbasis-jasa, menjadi penghalang dengan menghambat partisipasi yang adil dan menyandera pejabat pemerintah untuk kepentingan bagi mereka yang punya keterbatasan akses keuangan. Ketika jaringan ini. Dengan demikian uang melemahkan biaya untuk berkompetisi dalam politik tinggi, akses untuk mayoritas dengan memberikan peluang yang lebih besar mendapatkan dana membatasi siapa yang bisa berkompetisi. kepada sedikit aktor yang punya pendanaan memadai. Sebagai contoh, rata-rata pengeluaran nasional untuk calon anggota parlemen di pemilu India tahun 2014 adalah 50 kali Baik negara demokrasi yang kuat maupun rapuh produk domestik bruto (PDB) per kapita. Masalah ini lebih memperdebatkan apa (dan bagaimana) pengaturan uang akut bagi perempuan, pemuda, dan kelompok minoritas, yang dalam politik. Beberapa negara membenarkan pengurangan

27 Bab 5 Global State of Democracy Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi? Mengkaji Ketahanan Demokrasi

peraturan dengan argumen bahwa mereka melemahkan GAMBAR 5.1 hak-hak asasi seperti kebebasan berpendapat dan hak partisipasi politik. Pendekatan ini pada akhirnya mengarah Pemerintahan Perwakilan dihubungkan dengan ketiadaan pada peraturan keuangan politik yang longgar (Will 2014). korupsi, 2015 Pendekatan lainnya mengadvokasi penambahan peraturan dan pembatasan pembiayaan, yang mencakup pengaturan 1.0 batas atas pengeluaran partai politik, implementasi langkah- 0.9 langkah transparansi, dan menyediakan pendanaan publik 0.8 bagi kandidat dalam pemilihan dan partai politik. 0.7 0.6 0.5 Salah satu pengaturan pendanaan politik yang paling umum 0.4 adalah ketentuan pendanaan publik (Norris, van Es dan 0.3 Fennis 2015); 120 negara memberikan pendanaan publik 0.2 secara langsung kepada partai politik baik untuk kampanye Ketiadaan korupsi (GSODI) 0.1 maupun secara reguler (Skaaning 2017). Di semua negara 0.0 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 OECD kecuali Swiss, partai politik menerima pendanaan publik secara langsung (OECD 2016). Juga ada sistem Pemerintahan perwakilan (GSODI) matching (pemadanan), seperti di Jerman, di mana dana negara disalurkan sesuai dengan kapasitas partai untuk Afrika Asia dan Pasi k Eropa Amerika Latin dan Karibia Timur Tengah dan Iran Amerika Utara menarik sumbangan-sumbangan pribadi skala kecil (Casas-

Zamora dan Zovatto 2016: 31–32). Catatan: Grafik ini menunjukkan hubungan antara pemerintahan perwakilan dengan ketiadaan korupsi. Baik atribut pemerintahan perwakilan maupun subatribut ketiadaan korupsi diberi skala dari 0 hingga 1; skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat pemerintahan perwakilan Pendanaan publik bisa membantu menyetarakan tingkat yang lebih tinggi dan ketiadaan korupsi yang lebih tinggi, secara berturut-turut. Hasil koefisien lapangan permainan, misalnya dengan mengurangi korelasi Pearson: n = 153, r = .671, p-value < .005. ketergantungan pada pendanaan swasta dan menyediakan Sumber: Indeks GSoD 2017 (Indeks Ketiadaan Korupsi dan Indeks Pemerintahan Perwakilan). dana bagi partai oposisi. Sumber daya negara kepada partai politik bisa digunakan untuk menghasilkan keseimbangan gender yang lebih besar dalam partisipasi politik atau Korupsi dan pembajakan kebijakan mendukung mobilisasi pemuda. Akan tetapi, dana seringkali Ada begitu banyak cara di mana kekuasaan dan sumber diberikan berdasarkan hasil pemilu sebelumnya, yang lebih daya keuangan bisa disalahgunakan dalam politik, yang menguntungkan partai-partai mapan daripada pendatang mempengaruhi baik negara demokrasi kuat maupun rapuh baru atau partai kecil. Jika partai dipandang memboroskan (Stiglitz 2013). Korupsi dan pembajakan kebijakan – ketika uang pembayar pajak, publik bisa lebih kehilangan kepentingan swasta dan bukan kepentingan publik yang kepercayaan pada mereka. Jika pendanaan publik disediakan, menentukan kebijakan (Warren 2003) – adalah risiko yang tapi pendanaan swasta tidak terbatas, jumlah pengeluaran lazim. keseluruhan bisa naik dan donor yang kaya akan memelihara pengaruhnya atas politisi. (Casal Bértoa et al. 2014: 355–75). Pada umumnya, pemerintahan yang lebih demokrasi, lebih Tingkat pendanaan publik juga harus cukup tinggi agar baik dalam mengendalikan korupsi. Ketika pengenalan bisa berdampak. Jadi keseimbangan harus dicapai antara pemilu semata bisa memicu korupsi, korupsi menurun pendanaan publik dan swasta dalam upaya membatasi efek ketika kualitas pemilu meningkat dan ketika pengawasan buruk uang dalam politik (Dewan Eropa 2001). lain dalam masyarakat dan negara mulai mengakar, seperti kebebasan berpendapat dan berserikat, dan kontrol yudisial Lebih lanjut, adalah penting untuk membatasi harapan (McMann et al. 2017; Rothstein dan Holmberg 2014: 33). mengenai apa yang dapat dicapai melalui pendanaan Hubungan antara pemerintahan perwakilan dan ketiadaan publik. Sekalipun hal ini mungkin merupakan cara yang korupsi tampaknya menguatkan korelasi positif itu (lihat penting untuk mendorong partisipasi politik perempuan Gambar 5.1). dan kelompok marjinal, pendanaan publik mungkin hanya memberi dampak terbatas terhadap upaya menyeluruh Aliran sumbangan yang besar juga dapat mendorong mengendalikan korupsi pembajakan kebijakan. Politisi yang kurang mapan secara

28 International IDEA Bab 5 Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi?

finansial mungkin perlu mencari pembiayaan dari donor minyak, gas dan eksploitasi hutan), dan dalam kegiatan eksternal, kadang-kadang melalui cara yang melawan pemerintahan seperti pengadaan publik dan penyediaan hukum, termasuk dari para penjahat terorganisasi (Briscoe, layanan (misal air dan pendidikan) (OECD 2016). Perdomo dan Uribe Burcher 2014; Briscoe dan Goff 2016b). Negara-negara yang bergantung pada rente sumber Para aktor tersebut bisa tersandera oleh kepentingan dan daya alam sebagai sumbangan yang penting bagi PDB agenda para donor mereka sendiri. Jika mereka tidak bisa mereka cenderung menunjukkan tingkat korupsi yang menemukan pendanaan tambahan, seorang politisi tidak lebih tinggi (International IDEA 2017b; World Bank mungkin bisa berdiri sebagai seorang calon yang layak. 2016). Perusahaan multinasional seringkali menekan Pandangan ini memicu sentimen bersama bahwa demokrasi otoritas di negara-negara yang kaya sumber daya alam dilemahkan karena individu berpendapatan tinggi dapat untuk mengadopsi peraturan yang longgar untuk industri memiliki pengaruh yang jauh lebih besar atas pilihan ekstraktif (Moore dan Velasquez 2012). politisi dan kebijakan melalui sumbangan dan lobi, yang pada akhirnya merusak penyampaian dan akuntabilitas Jurnalis investigatif memainkan peranan yang penting dalam negara yang efisien bagi mayoritas (Reitano and Hunter mengungkap skandal, yang penting untuk mengendalikan 2016). Pembajakan keputusan bahkan dapat mengarah korupsi dan pembajakan kebijakan. Berdasarkan data indeks pada kekerasan di mana mereka yang berkuasa berupaya GSoD, situasi global akhir-akhir ini terkait kebebasan mempertahankannya dengan menekan lawan secara paksa berekspresi dan integritas media mengkhawatirkan. Meskipun (Perdomo dan Uribe Burcher 2016). ada capaian-capaian di seluruh dunia dalam aspek integritas media dari pertengahan 1970-an hingga pertengahan 1990- Globalisasi telah memfasilitasi pergerakan transaksi an, tren ini stagnan hingga tahun 2012. Sejak saat itu, situasi perbankan internasional dan memperkuat korporasi memburuk, terutama terkait dengan kebebasan berekspresi internasional, yang mengaburkan struktur kepemilikan di Eropa, Timur Tengah dan Iran, serta Amerika Utara. dan kepentingan dalam mempengaruhi politik nasional dan lokal. Anak perusahaan multinasional seringkali Kurangnya kepercayaan pada politik menanamkan akar mendalam di masyarakat, menyediakan dan politisi lapangan kerja dan, dalam beberapa kasus, bahkan Korupsi dan pembajakan kebijakan pada umumnya menyampaikan program sosial jangka panjang. Hal ini mempengaruhi kepercayaan warga pada politisi, yang menciptakan jaringan hubungan dan kepentingan yang pada gilirannya secara negatif mempengaruhi partisipasi kompleks, serta mengaburkan batas antara kontrol luar politik lebih luas (Arkhede Olsson 2014). Data indeks negeri dan nasional. GSoD International IDEA menunjukkan bahwa kedua hal tersebut cenderung terkait dengan Amerika Latin dan Pembatasan atau larangan bagi sumbangan asing kepada Karibia, dan pada tingkat yang lebih rendah, di Afrika. partai politik dan calon dalam pemilihan merupakan Kecenderungan ini juga terdapat di Eropa, tapi terutama di peraturan umum untuk mengendalikan pengaruh negara-negara dengan tingkat korupsi rendah. Akan tetapi, kepentingan luar negeri dalam politik; negara-negara di Asia dan Pasifik, kepercayaan pada politisi tampaknya seringkali memberlakukan langkah-langkah itu untuk tidak didorong oleh persepsi korupsi. melindungi kedaulatan mereka. Memang, 63,3 persen negara melarang sumbangan dari kepentingan luar negeri Hilangnya kepercayaan pada politisi sangat akut di kalangan untuk partai politik, dan 48,9 persen melarang sumbangan pemuda; di hampir 60 persen negara yang disurvei pada asing kepada calon (Skaaning 2017). tahun 2010–2014, pemuda memiliki kepercayaan yang lebih rendah kepada partai politik jika dibandingkan dengan Meskipun larangan atau pembatasan sumbangan sudah orang yang lebih tua (OECD 2015b). Sentimen ini sangat umum dalam pengaturan pendanaan politik, banyak skema berbahaya bagi demokrasi, karena mereka dapat membentuk digunakan untuk menghindari pembatasan tersebut (OECD sikap sosial jangka panjang terhadap lembaga-lembaga ini. 2016). Panama Papers, misalnya, telah menunjukkan bahwa uang dari berbagai sumber mempengaruhi politik di Keterbatasan kerangka kerja hukum berbagai penjuru dunia (The Guardian 2016). pendanaan politik Sumbangan politik, korupsi dan pembajakan kebijakan Terdapat banyak peraturan pendanaan politik yang berupaya tampak berjalinan dalam industri ekstraktif (khususnya membatasi dampak uang dalam politik. Pendanaan publik

29 Bab 5 Global State of Democracy Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi? Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Uang dalam politik: sistem yang meningkatkan integritas

Pejabat publik Partai politik Aktor-aktor Donor dan calon pengawas Mekanisme pengangkatan Peraturan pendanaan Instrumen Sistem anti-pencucian pegawai negeri politik transparansi uang

Peraturan tentang konflik Demokrasi internal Supremasi hukum Mekanisme kepentingan dan partai dan sistem dan akses ke keadilan pemulihan aset diskuali kasi akuntabilitas keuangan Mekanisme perlindungan Kebijakan tanggung Sarana anti-suap masyarakat sipil, media jawab sosial korporasi Dialog interpartai dan pelapor pelanggaran Proses pengadaan dan persetujuan Peraturan tentang lobi publik kode etik Sistem pemantauan dan pengawasan pemilu Peraturan imunitas dan ganti rugi

Sistem pernyataan aset

merupakan salah satu bentuk pembatasan yang paling melapor dana dibatasi pada periode kampanye yang resmi, umum, dan seringkali bertujuan untuk mengurangi mengecualikan uang yang dibelanjakan sebelum waktu ketergantungan pada pendanaan swasta, menyediakan dana ini. Masalah lain adalah bahwa peraturan keuangan politik bagi partai politik, dan memajukan keseimbangan gender seringkali fokus pada politik tingkat nasional, walaupun yang lebih besar dalam partisipasi politik atau mendukung banyak korupsi terjadi di tingkat lokal. Dalam banyak kasus mobilisasi pemuda. Pembatasan atau larangan sumbangan peraturan, seperti larangan dan pembatasan sumbangan, kepada partai politik dan kandidat juga umum, khususnya dapat dielakkan dengan menyamarkannya sebagai iuran yang melarang sumbangan luar negeri. atau pinjaman keanggotaan, atau dengan mentransfernya melalui pihak ketiga, sebagaimana dilakukan di Amerika Sayangnya, hal ini dan peraturan pendanaan politik Serikat, melalui Komite Aksi Politik (Political Action lainnya memiliki kelemahan yang inheren. Sebagai contoh, Committees). seringkali ada harapan bahwa peraturan pendanaan politik punya dampak yang lebih terlihat dan luas dalam Peraturan pendanaan politik dapat memiliki kelemahan mengendalikan korupsi dan pembajakan kebijakan. Namun, tergantung pada tipe mekanisme akuntabilitas yang langkah seperti pengungkapan sumbangan kampanye dan digunakan. Sanksi merupakan instrumen utama yang pendanaan publik hanya punya sedikit dampak positif digunakan untuk mempertahankan akuntabilitas aktor dalam membatasi korupsi. politik, sedikit penekanan diberikan pada mekanisme penghargaan dan pembelajaran. Denda, perampasan Banyak peraturan pendanaan politik memiliki celah. Dalam uang atau properti, dan penjara merupakan hukuman beberapa contoh badan-badan pengawas mengumpulkan yang paling umum, dan sanksi yang tidak terlalu umum data pengungkapan aset dari pejabat publik di cabang mencakup hilangnya pendanaan publik, penangguhan eksekutif, tapi kemudian gagal untuk mengaudit atau pendaftaran partai politik dan larangan ikut serta dalam menelaah akurasinya. Di kasus lainnya, keharusan pemilu berikutnya. Sebagian besar sanksi diarahkan pada

30 International IDEA Bab 5 Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi?

perseorangan, yang menempatkan sedikit tanggung jawab • Buat badan-badan pengawas bisa memenuhi peran bagi penegakan hukum atas partai, serta denda cenderung mereka secara mandiri, dengan sumber daya yang rendah dibandingkan dengan keuntungan yang didapat memadai, perangkat hukum dan kewenangan dari korupsi. pengendalian, serta memastikan adanya langkah- langkah perlindungan pelapor pelanggaran. Respon yang holistik, berorientasi keadilan, • Eksplorasi penggunaan teknologi baru dan dan meningkatkan integritas interkonektivitas untuk memonitor transparansi Peraturan pendanaan politik semata tidak dapat membatasi politisi dan pelaku bisnis, seperti platform urundaya akses kepentingan pribadi ke kekuasaan politik. Upaya-upaya (crowdsourcing) yang memfasilitasi sumbangan reguler harus mencakup keseluruhan siklus politik, terutama kecil serta sarana media sosial untuk pelaporan dan melalui mekanisme peningkatan integritas untuk kompetisi pengawasan. politik. Mekanisme ini meliputi perangkat-perangkat inovatif untuk memerangi korupsi, mengedepankan transparansi, Pemerintahan dan melindungi serta memperbaiki pengawasan negara dan • Menerapkan kebijakan dan norma yang mencegah politik. Hal tersebut harus difokuskan pada wilayah-wilayah dan mendeteksi pencucian uang, khususnya dalam yang paling rawan korupsi, seperti konflik kepentingan, hubungannya dengan orang yang terpapar secara politik aktivitas melobi, aturan kerahasiaan bank dan pajak, norma- serta penyitaan aset. norma imunitas parlemen, perlindungan bagi pelapor • Memungkinkan badan-badan pengawas yang bertugas pelanggaran dan kebebasan pers. Terlebih lagi, mekanisme mengendalikan kontrak publik, konflik kepentingan, ini harus melibatkan berbagai aktor, seperti pejabat publik, sistem diskualifikasi, pendanaan politik, dan norma- partai politik dan calon dalam pemilihan, aktor pengawas norma umum antikorupsi untuk berkolaborasi dan dan donor swasta. berbagi informasi dengan lembaga keuangan dan otoritas lainnya. Terdapat empat wilayah tindakan utama untuk • Sesuaikan perundang-undangan untuk mencegah mengurangi dampak negatif uang dalam politik sebagai pembajakan kebijakan dan korupsi serta menghindari bagian perlawanan yang lebih luas terhadap korupsi dan rezim khusus dan pengecualian-pengecualian atas pembajakan kebijakan. Hal ini di antaranya, meliputi peraturan. sistem yang meningkatkan integritas yang dapat diadopsi • Adopsi mekanisme sanksi, penghargaan, dan negara melalui legislasi, peraturan atau kode etik. pembelajaran, serta pencegahan untuk memajukan akuntabilitas partai. Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk • Tingkatkan dan promosikan peraturan-peraturan yang mengatasi tantangan uang dalam politik bertujuan menyetarakan “lapangan permainan” antara laki-laki dan perempuan, seperti mengaitkan ketentuan Semua aktor untuk pendanaan publik dan manfaat keuangan lainnya • Adopsi sistem yang mempromosikan integritas bagi kesetaraan gender di antara para calon. politik, pembuatan kebijakan dan pelayanan negara • Fasilitasi, promosikan dan lindungi pekerjaan jurnalis melalui koordinasi antara legislatif dan lembaga publik dalam melawan korupsi. serta swasta untuk memerangi korupsi, memajukan pendidikan kewarganegaraan dan kesadaran atas Partai politik integritas politik, melindungi dan mendukung • Adopsi kode etik yang mempromosikan pengendalian pengawasan negara dan politik, serta mencegah dan akuntabilitas yang lebih baik dari perwakilan partai pembajakan kebijakan. politik yang difokuskan pada mekanisme pembuatan • Targetkan mekanisme internasional yang memfasilitasi keputusan dan prosedur demokrasi internal partai. korupsi politik dan aliran uang transnasional yang • Kode etik harus meliputi mekanisme anti-korupsi melanggar hukum melalui (dan ke dalam) politik. seperti pernyataan aset dari perwakilan partai dan • Promosikan dan dukung mekanisme pengawasan yang norma-norma tentang konflik kepentingan. mandiri untuk melaksanakan peraturan anti-korupsi • Laksanakan mekanisme transparansi yang melampaui dan pendanaan politik, termasuk hak untuk mengakses persyaratan hukum pendanaan politik dengan mem- informasi. publikasikan data keuangan terinci, mempublikasi-

31 Bab 5 Global State of Democracy Uang, Pengaruh, Korupsi dan Pembajakan Kebijakan: Dapatkah Demokrasi Dilindungi? Mengkaji Ketahanan Demokrasi

kan aset pengurus partai, dan melaksanakan kegiatan mengenai Pembangunan Berkelanjutan, khususnya akuntabilitas yang berinteraksi dengan konstituen dan Target ke-16, yang meliputi mengurangi korupsi dan organisasi masyarakat sipil. memastikan akses publik terhadap infomasi. • Bekerjasama dengan media lainnya tentang topik- Masyarakat sipil dan media topik sensitif, berbagi informasi dan menerbitkan cerita • Pantau peran negatif uang dalam politik dengan secara bersamaan, untuk menyebarkan risiko terhadap membahas semua cara yang mungkin dilakukan wartawan perseorangan sambil memungkinkan reporter untuk menyamarkan uang, dengan memfokuskan meliput topik yang berbahaya. Saluran-saluran ini juga pada pelacakan kontrak publik, pengangkatan pejabat seharusnya menyediakan staf dan tenaga lepas dengan publik, konflik kepentingan, kemandirian badan-badan pelatihan keamanan pencegahan dan wawancara pasca- pengawas dan ketidaksetaraan gender dalam mengakses penugasan. pendanaan politik. • Menuntut pendekatan terkoordinasi dan holistik Organisasi Regional untuk memerangi korupsi dan pembajakan kebijakan • Pertimbangkan untuk memperkenalkan sistem negara yang memajukan integritas dalam politik. penelaahan sejawat yang meliputi pemantauan Pemilik media, asosiasi profesional dan serikat peraturan pendanaan politik dan pelaksanaannya. pekerja harus melobi pemerintah dan parlemen • Ambil inspirasi dari praktik yang baik seperti Kelompok untuk mengadopsi—dan mematuhi norma-norma Negara melawan Korupsi (Group of States against internasional dan regional tentang hak atas akses Corruption/GRECO) dalam suatu upaya meningkatkan informasi, kebebasan berekspresi dan pembangunan proses pengaturan, meningkatkan kesadaran dan opini, dalam kepatuhan terhadap Agenda 2030 meningkatkan pelaksanaan dari peraturan yang ada.

32 International IDEA Bab 6 Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan?

Bab 6. Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan?

Sejak tahun 1990, hampir 1,1 miliar orang telah terangkat dari kemiskinan yang ekstrim (World Bank 2016). Secara global, langkah signifikan telah dibuat di berbagai bidang, yang meliputi kematian ibu, kematian yang diakibatkan penyakit yang dapat disembuhkan seperti polio dan malaria, kelangsungan hidup anak dan pendaftaran sekolah dasar (Gates dan Gates 2016). Subkomponen kesejahteraan dasar dari indeks GSoD International IDEA (yang memperhitungkan tingkat kematian bayi, harapan hidup, pasokan kilokalori, tingkat melek huruf dan rata-rata tahun sekolah, termasuk evaluasi ahli tentang kesetaraan akses ke pendidikan dasar dan perawatan kesehatan) mencerminkan kemajuan yang serupa. Sebagaimana ditunjukan Gambar 6.1, terdapat peningkatan yang stabil di bidang kesejahteraan dasar di seluruh wilayah dunia sejak 1975.

Namun, pemusatan kekayaan menjadi semakin parah. juga di antara kelompok sosial. Oleh karena itu, ia bersifat Antara tahun 1988 dan 2008, 5 persen terbawah distribusi ekonomi, politik, sosial dan budaya, dan dibentuk melalui pendapatan global tidak mengalami kemajuan sama sekali, suatu proses interaksi dan kontestasi yang dinamis antara sedangkan 5 persen teratas (dan bahkan 1 persen teratas) berhasil dengan sangat baik (Paz Arauco et al. 2014). GAMBAR 6.1 Semakin banyak orang miskin dan termarginalisasi, yang secara konsisten “tertinggal” (Oxfam 2017; UN 2015) dan telah dikecualikan atau diabaikan oleh kemajuan Kesejahteraan Dasar: tren regional, 1975–2015 yang sedang berlangsung – bahkan di negara seperti Cina dan India, yang telah menikmati periode pertumbuhan 1.0 ekonomi berkelanjutan. Meningkatnya ketidaksetaraan 0.9 0.8 telah menjadi tantangan yang menentukan di abad ini; 0.7 hal ini memiliki implikasi yang mendalam bagi kesehatan 0.6 dan tingkat ketahanan demokrasi. Ketidaksetaraan dan 0.5 0.4

eksklusi sangat mengecilkan peluang generasi muda Skor indeks untuk terlibat secara ekonomi, sosial dan politik, serta 0.3 0.2 untuk melaksanakan (atau bahkan mengamankan) 0.1 kewarganegaraan sepenuhnya. Ketidaksetaraan juga 0.0 sangat membatasi mobilitas sosial –prospek yang selama 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 masa hidup, seorang pemuda akan dapat bekerja dengan cara mereka untuk meraih kondisi perekonomian yang Afrika Asia dan Pasi k Eropa lebih baik. Kerugian tersebut dapat diabadikan dari Amerika Latin dan Karibia Timur Tengah dan Iran Amerika Utara generasi ke generasi. Catatan: Grafik ini menunjukkan perkembangan skor subkomponen kesejahteraan dasar (sumbu y) untuk wilayah yang berbeda dari waktu ke waktu (sumbu x). Kisaran sumbu y dari 0 sampai 1; skor yang lebih tinggi menunjukkan penyediaan kesejahteraan dasar yang lebih Mendefinisikan ketidaksetaraan tinggi. Ketidaksetaraan merupakan fenomena individual maupun Sumber: Indeks GSoD 2017 (Indeks Kesejahteraan Dasar). kolektif; ia berada di antara perseorangan dan rumah tangga,

33 Bab 6 Global State of Democracy Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan? Mengkaji Ketahanan Demokrasi

negara dan masyarakat terhadap distribusi kekuasaan dan Ketidaksetaraan, dan jenis eksklusi multi-dimensional sumber daya. Pola-pola ketidaksetaraan dan pengecualian yang dihasilkannya, mendistorsi ketentuan sosial bagi sosial bercokol dalam pengaturan institusional yang mereka yang mendapat manfaat dari layanan yang mendasarinya dan “aturan-aturan main” yang menyokong disediakan. Ia menciptakan jarak sosial yang besar antara sistem sosial dan politik tertentu. kelompok-kelompok yang berbeda, meskipun jarak mereka (kadang dekat) berada pada ruang geografis yang Hubungan antara ketidaksetaraan dan demokrasi sudah sama, yang melemahkan prospek bagi interaksi substantif menjadi subjek perdebatan. Bukti kepustakaan yang dan pengalaman bersama. Hal ini berakibat dalam sistem ada menyatakan bahwa ketidaksetaraan tidak memiliki penyediaan sosial dan keadilan yang terfragmentasi, hanya dampak yang jelas pada perubahan rezim: suatu rezim yang memberikan layanan berkualitas baik kepada mereka yang otoriter tidak akan hancur dan menjadi demokratis hanya bisa membayarnya (Paz Arauco et al. 2014). Elite sering karena ketidaksetaraan semata, dan demikian pula negara memilih keluar dari layanan publik; mereka membangun demokrasi yang sangat tidak setara juga tidak akan jatuh sekolah dan rumah sakit sendiri, dan tinggal di lingkungan karena ketidaksetaraan (Knutsen 2015). Namun bagaimana bertembok (Karl 2000). Mereka yang miskin dan kekayaan, kekuasaan dan hak istimewa didistribusikan di termarginalisasi seringkali kekurangan akses pada layanan antara pendudukan secara fundamental mempengaruhi dasar, perlindungan sosial dan keadilan. Kemampuan kualitas pemerintahan demokratis dan menganggu rezim demokratis untuk melayani – baik secara ekonomi kekokohan dan ketahanan sebuah negara demokrasi (Houle maupun sosial – tetap ambivalen. 2009). Ketidaksetaraan dan kohesi sosial Negara-negara demokrasi menghadapi tantangan yang Tatkala transisi menuju demokrasi telah terjadi dalam berbagai berbeda ketika berupaya mengatasi ketidaksetaraan. kondisi tanpa melihat tingkat pembangunan ekonomi, Akan tetapi, berbagai faktor memungkinkan negara yang berkembang konsensus yang menganggap bahwa tingkat berbeda membuat sejumlah kemajuan di bidang ini dalam kemakmuran tertentu mungkin diperlukan untuk menjamin lingkungan demokratis. Hal ini meliputi kebijakan- keberlangsungan dan ketahanan demokrasi (Carothers 2002; kebijakan yang sehat dan inovatif yang membahas sifat Houle 2009; Karl 2000; Rocha Menocal 2012). Akan tetapi, interseksionalitas ketidaksetaraan, serta kapasitas negara boleh jadi bukan tingkat kemakmuran yang penting, tetapi yang diperlukan, komitmen elite, partai politik yang efektif, cara kekayaan dan kemakmuran terdistribusi di antara rakyat koalisi reformasi, mobilisasi dan gagasan dari bawah, dan lah yang punya pengaruh lebih besar dalam memelihara pembingkaian visi dan nasib nasional bersama. Bagaimana kondisi yang sesuai bagi ketahanan demokrasi. faktor-faktor ini berinteraksi dengan penggerak dan dinamika internasional juga penting. Ketidaksetaraan menyuburkan polarisasi sosial dan menciutkan masyarakat moderat-tengah yang vital. Ia Ketidaksetaraan, penyediaan sosial dan juga mengarahkan suara dan perwakilan politik kepada penyampaian layanan siapa yang memiliki sumber daya dan kekuasaan. Hal Kemampuan sebuah pemerintahan untuk menjalankan ini menghasilkan dan melanggengkan situasi di mana fungsi-fungsi kunci dan memberikan layanan yang para elite memiliki pengaruh yang besar atas kebijakan diperlukan sangat penting bagi ketahanan demokrasi. dan proses pembuatan keputusan, yang pada saatnya Warga negara menilai kualitas demokrasi berdasarkan menentukan prospek pembangunan negara dan seberapa kemampuan negara menyediakan “barang publik” serta progresif dan adilnya kebijakan mereka, termasuk dalam untuk mendorong pembangunan dan kemakmuran. wilayah vital kinerja negara dan penyediaan layanan sosial. Layanan-layanan, termasuk air bersih dan sanitasi, Untuk jangka panjang, ketidaksetaraan bisa menciptakan pemeliharaan kesehatan, pendidikan, jaring pengaman ketidakseimbangan dalam suara, perwakilan, peluang dan kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, dan keamanan akses yang memarjinalkan segmen populasi, dan merusak serta akses ke keadilan, merupakan hubungan yang kepercayaan pada (dan dukungan bagi) demokrasi. terlihat dan nyata antara negara dan rakyat. Kegagalan menyediakan layanan-layanan seperti itu melemahkan Negara-negara demokrasi menjadi lebih tangguh dan legitimasi lembaga-lembaga negara maupun dukungan berfungsi lebih baik ketika ikatan-ikatan kepercayaan dan bagi pemerintahan demokrasi. timbal balik mengikat warga negara satu sama lain dan

34 International IDEA Bab 6 Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan?

dengan negara (World Bank 2011). Ikatan-ikatan seperti sumber daya mereka untuk membengkokkan hukum itu harus berlapis-lapis, tumpang tindih dan lintas sektoral, sesuai keinginan mereka, memperlemah pengadilan, ketimbang didasarkan pada identitas yang lebih sempit yang melanggar hak-hak asasi, menyuap politisi dan partai menghubungkan orang-orang dalam satu dimensi kunci politik, mengintimidasi atau mengendalikan media, tunggal seperti kekerabatan, keluarga, agama atau kelas dan tidak mengindahkan konstitusi dan kontrak (Varshney 2001). Hal ini terutama benar di mana hubungan (Levin-Waldman 2016). Hal ini melemahkan kepentingan antara warga negara terpecah akibat konflik dan kekerasan. negara dalam (dan kapasitas untuk menyediakan) pendidikan, kesehatan, keamanan dan layanan penting Ketidaksetaraan, suara, dan perwakilan politik lainnya yang berkualitas. Masyarakat yang dicirikan dengan ketidaksetaraan yang mengakar dan tumpang tindih bisa terpecah dan Ketidaksetaraan yang semakin mendalam, diperburuk terpolarisasi, yang membuatnya sukar untuk mencapai oleh guncangan dan dislokasi yang diakibatkan oleh krisis konsensus politik bagi kebijakan sosial dan kebijakan keuangan tahun 2007–2008, telah berkontribusi pada redistribusi kemakmuran, serta menjamin jalan menuju meluasnya kekecewaan terhadap kinerja sistem politik keadilan. Di negara-negara yang beragam seperti Kolombia, di negara demokrasi yang lebih mapan. Ketika gerakan Filipina, Afrika Selatan dan Amerika Serikat, ketidaksetaraan melintasi spektrum politik – mulai dari gerakan Tea Party dan perbedaan dalam akses, peluang dan kekuasaan Amerika Serikat dan gerakan “Pendudukan” (Occupy) di telah memungkinkan para elite untuk menggunakan beberapa negara sampai gerakan populis anti-Uni Eropa pengaruh yang tidak proporsional terhadap pemerintah. di Perancis, Belanda dan Inggris – menggambarkan, Melalui pembajakan kebijakan, korupsi dan masuknya terdapat ketidakpuasan yang mendalam terhadap kualitas uang yang tidak terkendali ke dalam politik, beberapa perwakilan. Sentimen ini bermuara pada kekhawatiran orang kaya di negara-negara tersebut bisa memanfaatkan bahwa tidak semua suara setara, dan bahwa kemapanan

HowBagaimana rising ineq meningkatnyauality underm iketidaksetaraannes democracy melemahkan demokrasi

Bagaimana? Apa konsekuensinya?

Menurunkan kesejahteraan Mengeksklusi kelompok-kelompok Menciptakan perasaan terasing Dapat mengarah pada populisme kaum marjinal masyarakat dari proses politik Mengancam legitimasi Dapat meningkatkan ektremisme Meningkatkan kekuasaan Penyediaan pendidikan, pemerintahan kekerasan orang kaya dan orang yang kesehatan dan layanan lainnya punya hak istimewa menjadi bias Dapat meningkatkan polarisasi Dapat memicu konflik dan perang dan kebencian Memperburuk ketidakpercayaan

35 Bab 6 Global State of Democracy Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan? Mengkaji Ketahanan Demokrasi

ekonomi dan politik melanggengkan kontrol para elite yang yang hidup dalam kemiskinan (Plattner 2012; Caryl 2016). sudah kehilangan hubungan dengan rakyat (Gershman Ketika banyak faktor berkontribusi pada meningkatnya 2016; Caryl 2016). populisme, termasuk xenophobia dan “ketakutan akan perbedaan dan perubahan sosial” (Beauchamp 2017), Ketidaksetaraan dan legitimasi lembaga politik tampaknya juga ada faktor penting tumpang tindihnya Tingkat kesenjangan yang tinggi bisa menempatkan politik kelas dan politik identitas. pemerintahan di bawah tekanan besar dalam sebuah negara demokrasi karena melemahkan legitimasi lembaga-lembaga Ketidaksetaraan, kekerasan dan konflik negara (Stewart 2010). Legitimasi ini dapat terancam jika bersenjata kebijakan-kebijakan negara bias dan eksklusif; jika otoritas Ketidaksetaraan dapat menjadi pendorong utama polarisasi negara tidak menghormati, melindungi dan memenuhi sosial dan konflik kekerasan. Eksklusi sosial, dan pola-pola hak asasi manusia atau menegakkan supremasi hukum yang mengakar di bidang politik, ekonomi dan sosial, secara merata di segala bidang; atau jika segmen populasi yang mempertahankan kesenjangan, adalah faktor-faktor yang signifikan tidak dilibatkan dalam kekuasaan dan penting yang diasosiasikan dengan kekerasan (DFID 2005; proses pengambilan keputusan. Kurangnya legitimasi Stewart 2010). Ketidakstabilan politik dan kekerasan merampas “sistem imunitas” kelembagaan yang diperlukan lebih mungkin muncul dan lebih sukar diberantas, dalam untuk menunjukkan ketahanan lintas waktu dan untuk masyarakat di mana pertumbuhan ekonomi dan kebijakan mengkanalisasi tantangan-tantangan dan konflik secara sosial sudah mengurangi kemiskinan, tetapi tanpa damai (World Bank 2011). mengatasi perbedaan obyektif yang dirasakan antarpribadi dan regional (World Bank 2016). Ketidaksetaraan yang Penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketidaksetaraan meluas di negara-negara berkembang – seringkali ditandai yang lebih tinggi secara konsisten mengikis tingkat oleh pencarian keuntungan oleh aktor domestik dan dukungan warga negara atas negara demokrasi secara internasional, termasuk korporasi besar skala global – menyeluruh (Bergh et al. 2014; Krieckhaus et al. 2014). mengancam stabilitas sosial (UNDP 2013). Meskipun ada kemajuan demokratis yang luas, khususnya terkait pemilu, ketidaksetaraan memunculkan perasaan Ketidaksetaraan dapat menghasilkan kekerasan dan konflik keputusasaan publik secara kolektif mengenai apa yang karena melahirkan kebencian dan memperparah “akar” lain bisa diberikan oleh demokrasi dan apa yang dapat dicapai penyebab konflik, dan melemahkan kapasitas sosial, politik dan melalui lembaga dan proses politik formal. Generasi muda ekonomi lintas sektoral yang diperlukan untuk menghambat di seluruh dunia merasa kecewa kepada politik arus utama eskalasi konflik (kekerasan). Hal ini terutama terjadi ketika dan merasa dirugikan oleh kebijakan publik (UN 2016a). ketidaksetaraan didasarkan pada kelompok atau identitas. Generasi milenial sangat kecil kemungkinannya tertarik dalam politik elektoral dan memberikan suara dalam pemilu Penyelesaian politik yang didasarkan pada proyek nasional dibandingkan dengan kelompok yang lebih tua. pembangunan-bangsa yang inklusif – atau suatu “komunitas terbayang” yang dapat melampaui identitas Pemuda belum tentu apatis. Protes dan demonstrasi menjadi yang didefinisikan secara lebih sempit– cenderung lebih jalur penting bagi ekspresi politik. Kaum muda telah berada stabil dan tangguh dari waktu ke waktu (Anderson 1983). di garda depan di banyak gerakan politik yang muncul, banyak di antaranya berfokus pada ketidaksetaraan. Dari Demokrasi dan ketidaksetaraan: tidak ada gerakan Occupy hingga Indignados di Spanyol ke #Yo Soy hubungan yang otomatis 132 di Meksiko, mereka telah menyampaikan kritik tajam Dapatkah demokrasi mengurangi kesenjangan? Korelasi pada kemapanan politik (Oxfam 2016). positif antara kekayaan, demokrasi dan kesetaraan merupakan salah satu hubungan terkuat dan paling bertahan dalam ilmu Munculnya atau bangkitnya wacana populisme, nasionalis sosial (Acemoglu dan Robinson 2011; Haggard dan Kaufman dan anti-imigran di banyak negara demokrasi berkembang 2009). Negara demokrasi yang mapan dan kaya cenderung dan mapan (misalnya Filipina, Turki, Perancis, Inggris dikelola dengan lebih baik (Acemoglu dan Robinson 2011). dan Amerika Serikat, secara berturut-turut) didorong oleh kenyataan bahwa bahkan, tatkala pertumbuhan ekonomi Ada alasan yang kuat untuk mengasumsikan bahwa telah meningkat, hal itu belum menguntungkan mereka demokrasi, pada hakikatnya, seharusnya mengurangi

36 International IDEA Bab 6 Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan?

kesenjangan. Bagaimanapun, demokrasi didesain untuk Oleh karena itu, para pendukung reformasi untuk menjadi suatu sistem politik yang memberikan pengawasan memajukan kesetaraan yang lebih besar dan pembangunan populer atas pembuatan keputusan berdasarkan kesetaraan inklusif menghadapi sebuah tugas yang berat: supaya politik. Rata-rata, mayoritas pemilih sudah tentu kebijakan dirumuskan dan dilaksanakan, para pembaharu mendukung redistribusi kemakmuran dari orang kaya, harus mempengaruhi semua lembaga pembuat keputusan sedangkan orang kaya mungkin menjadi kelompok yang relevan serta para pemain yang memiliki kekuasaan minoritas. Pada prinsipnya, sifat redistributif demokrasi untuk membuat upaya-upaya tersebut jadi melenceng dari merupakan ancaman utama bagi para elite. Akan tetapi, jalurnya. Mereka yang menentang lebih banyak reformasi kenyataannya jauh lebih kompleks: kesetaraan di muka redistributif hanya perlu mendapatkan dukungan dari hukum secara politik formal tidak dengan sendirinya sejumlah kecil lembaga ini dan pelaku untuk menghalangi mengarah pada kesetaraan di bidang lain, dan demokrasi perubahan (Weyland 1996; Keefer 2011). tidak secara otomatis mengurangi kesenjangan. Hal ini menunjukkan tantangan demokrasi yang besar: Di bawah rezim demokratis, otoritas publik seharusnya ketidaksetaraan melemahkan keberlangsungan dan terlibat dengan banyak aktor secara luas ketika memutuskan ketahanan demokrasi. Namun, demokrasi juga tidak secara dan melaksanakan kebijakan (World Bank 2008). Warga otomatis mengurangi ketidaksetaraan; secara historis, negara cenderung menilai legitimasi negara berdasarkan beberapa upaya yang paling berhasil untuk mengurangi kinerjanya dan kemampuan pemerintah untuk memenuhi kesenjangan (misalnya reformasi tanah) sudah berlangsung kebutuhan dan harapan utama, ketimbang hak dan proses dalam kerangka kerja non-demokrasi (Plattner 2012). demokratis seperti pemilu (Chang, Chu dan Welsh 2013). Akan tetapi, beberapa negara berhasil mengembangkan Implikasi krusialnya adalah, dengan semua hal lainnya bentuk pembangunan yang lebih inklusif dan mengurangi sama (ceteris paribus), menempatkan lembaga demokratis kesenjangan dalam konteks demokrasi. Sifat dan laju partisipatif dan perwakilan pada tempatnya tidak akan secara perubahan juga dapat lebih bertahap, berulang dan otomatis berimbas pada dukungan populer untuk sebuah akumulatif. Pada saatnya nanti, kerangka kerja dan sistem politik jika mereka tidak bisa memberikan barang dan lembaga demokrasi formal bisa menyediakan titik masuk jasa yang diharapkan, terutama di antara kaum muda. penting untuk mendorong reformasi lanjutan yang dapat, pada waktunya, meningkatkan kualitas demokrasi Sebagaimana ditunjukkan oleh nasib banyak negara dan membantunya menjadi lebih tangguh (Stokke dan demokrasi yang telah muncul sejak 1980an, lembaga Törnquist 2013). formal partisipasi, perwakilan dan inklusi pada umumnya tetap rapuh dan tidak efektif, pada saat banyak rezim tidak Pembuatan kebijakan yang masuk akal telah menjadi mampu atau tidak mau memenuhi kebutuhan dan harapan bagian yang penting dalam memerangi kemiskinan dan penting rakyatnya. Dengan kata lain, sistem politik belum ketidaksetaraan. Kebijakan-kebijakan dan inisiatif-inisiatif menjadi lebih inklusif, baik dalam konteks proses yang yang diarahkan kepada kelompok-kelompok rentan dan melampaui bentuk prosedural maupun dalam hal hasil marjinal membantu mengurangi ketidaksetaraan, khususnya (Rocha Menocal 2015a). yang berfokus pada kesenjangan yang saling bersimpangan dari waktu ke waktu (Paz Arauco et al. 2014). Riset yang Tantangan reformasi dan kebijakan redistributif berkembang menunjukkan bahwa faktor konteks-spesifik Pembuatan kebijakan bersifat teknis dan politis. Hambatan yang mendorong marjinalisasi perlu dimasukkan ke masuk dan pembagian kekuasaan di antara aktor –termasuk dalam tujuan-tujuan, desain dan implementasi program pembuat kebijakan, birokrat, kelompok masyarakat sipil, perlindungan sosial, serta bahwa pertautan antara sektor swasta dan warga negara perseorangan – menentukan perlindungan sosial dan sektor lainnya adalah penting. siapa yang ikut berpartisipasi dalam arena pembuatan Sebagai contoh, program-program yang menggunakan kebijakan, dan suara siapa yang didengar. Tantangan utama pendekatan terpadu untuk mengatasi kerentanan sosial dan di semua negara, termasuk di negara demokrasi, adalah ekonomi bagi perempuan melalui peningkatan kesadaran bagaimana memanfaatkan aksi kolektif di antara elite, juga akan hak-hak mereka dan pemberian bantuan tunai bisa antara elite dengan kelompok sosial yang lebih luas, untuk mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan dan mulai mengembangkan pembangunan yang inklusif. membongkar norma-norma sosial yang diskriminatif (Stuart et al. 2016). Beberapa negara sudah menerapkan kebijakan

37 Bab 6 Global State of Democracy Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan? Mengkaji Ketahanan Demokrasi

dan tindakan afirmasi untuk memperbaiki kesenjangan sebuah proses tawar-menawar di sekitar isu-isu kepentingan yang bersimpangan, seperti kuota untuk perempuan dan publik yang lebih luas, dan di mana ada peluang bagi kelompok marjinal lainnya. para pemangku kepentingan negara dan non-negara pada tingkat yang berbeda – subnasional, nasional, regional, Negara memiliki amanat, kapasitas dan legitimasi global – untuk berpartisipasi. untuk meredistribusi kekayaan dan sumber daya, yang memberinya peran utama dalam memajukan dan Dalam lingkup bantuan pembangunan internasional, menjamin inklusivitas hasil-hasil pembangunan (Leftwich perhatian yang relatif kecil diarahkan kepada pentingnya, 2008; Törnquist dan Harriss 2016). Kapasitas negara, yang atau bahkan kekuatan, gagasan membentuk lintasan dipahami sebagai administrasi yang cakap dan imparsial pembangunan (Hudson dan Leftwich 2014). Sekalipun yang dilindungi dari pembajakan kebijakan negara untuk begitu, gagasan merupakan unsur kunci politik dan sangat keuntungan swasta, pribadi atau patronase, penting bagi penting dalam membentuk pemikiran, perilaku dan hasil ketahanan demokrasi. Akan tetapi, salah satu pelajaran mengenai inklusi dan ekslusi, serta tentang sejauh mana yang terpenting yang telah muncul dalam siklus kebijakan kesenjangan masih dapat ditoleransi. Gagasan dan norma pembangunan selama dua dekade terakhir adalah politik juga mempengaruhi sifat dan kualitas interaksi antara kebijakan—lebih daripada kebijakan itu sendiri— penting elite dengan para pengikutnya, dan antara kelompok dalam membentuk pelaksanaan dan efektivitasnya, serta yang berbeda dalam negara atau masyarakat (Hudson dan dalam menentukan kebijakan seperti apa yang layak Leftwich 2014). Selain membantu membentuk konsepsi diterapkan (Booth 2012; Putzel dan Di John 2012; Levy legitimasi negara, kekuatan gagasan juga menjadi sentral dalam 2014; Hickey, Sen dan Bukenya 2014; Rocha Menocal diskusi mengenai siapa yang dilibatkan (dan dieksklusi dari) 2017; World Bank 2017). Pada saat banyak negara yang proses pembangunan negara dan bangsa. sebelumnya berhasil mengembangkan pembangunan inklusif dan mengurangi kesenjangan di negara-negara Ketika transformasi kelembagaan sudah gamblang didorong berkembang telah menjadi otoriter, Botswana, Brasil, dari dalam, faktor-faktor internasional juga berpengaruh. Ghana, India dan Afrika Selatan merupakan contoh yang Dinamika dan dorongan regional dan global dapat memainkan lebih kompleks dari tarik ulur kemajuan dan kemunduran peranan penting dalam menginformasikan (atau membantu dalam demokrasi dan kesenjangan. membentuk) proses reformasi internal serta mempengaruhi insentif dan dinamika aktor-aktor domestik untuk mendukung Elite di dalam negara dan masyarakat yang berkomitmen ketahanan demokrasi dan kualitas tata kelola pemerintahan memerangi kesenjangan telah terbukti berperan untuk demokratis (ketidaksetaraan merupakan komponen yang mengorganisasikan atau memobilisasi orang-orang dan penting dari proses ini). Sebagai contoh, jaringan transnasional sumber daya untuk mengejar tujuan dan sasaran tertentu, yang memajukan hak asasi manusia, pemberdayaan serta untuk upaya menyeluruh mengembangkan perubahan perempuan, serta transparansi dan akuntabilitas telah yang progresif. Mobilisasi sosial dan tekanan dari bawah ke mengendalikan tindakan kolektif pada tingkat internasional atas yang terus menerus juga bisa membantu menggapai dan global, yang pada gilirannya juga mempengaruhi politik transformasi substantif menuju inklusi yang lebih besar dan dan perdebatan domestik (Keck dan Sikkink 1999). Tata kelola kemakmuran bersama. global lain serta jaringan transnasional di bidang kesehatan dan pendidikan global juga penting dalam meletakkan ekspektasi Partai politik berperan sebagai penghubung krusial antara dan menghasilkan lebih banyak insentif bagi pemerintah untuk negara dan masyarakat, dan karenanya menjadi sarana bagi memberi hasil, terutama di negara-negara yang bergantung aksi dan organisasi kolektif. Partai juga memainkan peranan pada bantuan. Upaya donor internasional untuk menggunakan kunci dalam mendorong penyelesaian politik sekaligus insentif atau persyaratan yang berhubungan dengan demokrasi mempengaruhi insentif pemerintah untuk mengadopsi atau pembangunan untuk mendorong fokus yang lebih besar lebih banyak kebijakan inklusif (Putzel dan Di John 2012). terhadap hasil pendidikan dan kesehatan di negara-negara mitra juga sudah berdampak, sekalipun pendekatan seperti ini Membangun koalisi – baik di tingkat domestik maupun tidak selalu berhasil. Oleh karena itu, pertanyaannya bukan internasional – bisa menjadi penting dalam meloloskan apakah donor mempengaruhi dinamika politik dan kekuasaan reformasi yang diperlukan. Hal ini bisa berdampak positif, internal, tetapi lebih ke bagaimana mereka seharusnya bahkan menentukan, di mana ia berkembang menjadi mendesain keterlibatan dan intervensi mereka, berdasarkan

38 International IDEA Bab 6 Mewaspadai Kesenjangan: Dapatkah Demokrasi Melawan Ketidaksetaraan?

penilaian yang masuk akal dari berbagai dilema dan tawar- informal berinteraksi, dan apakah mereka saling menawar yang berlangsung (Yanguas 2017). melengkapi atau saling menarik ke arah yang berbeda. • Kendalikan koalisi redistributif yang dapat memanfaatkan Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk tekanan domestik dan internasional guna mengatasi melawan ketidaksetaraan ketidaksetaraan sebagai suatu prioritas kebijakan. • Perhatikan efek samping potensial dan konsekuensi Semua aktor yang tidak diinginkan dari kebijakan sosial yang • Manfaatkan iklim politik saat ini untuk dimaksudkan untuk memperbaiki kesenjangan, dan memprioritaskan dan mengendalikan tindakan kolektif temukan keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang melawan kesenjangan. saling bersaing. • Kembangkan pemahaman mendalam mengenai konteks politik dan dinamika kekuasan mendasar Masyarakat Internasional di mana ketidaksetaraan eksis, untuk menentukan • Fokus pada kesenjangan sebagai fenomena yang kebijakan-kebijakan apa yang masuk akal dan layak bersimpangan, dan prioritaskan pengurangannya, secara politik. ketimbang hanya fokus semata pada pengurangan • Investasikan riset untuk mengembangkan dan berbagi kemiskinan dan tingkat pendapatan. pengetahuan dalam rangka pemahaman yang lebih baik • Perhatikan konteks politik, dan sesuaikan pendekatan- mengenai apa yang berhasil dan yang tidak, dan untuk pendekatan dan intervensi untuk mengatasi melacak kemajuan dengan memperbaiki pengumpulan ketidaksetaraan pada realitas kontekstual. Kembangkan data dan monitoring data. pemahaman yang lebih tajam mengenai bagaimana intervensi di satu area (misalnya dukungan demokrasi) Pembuat kebijakan nasional dan lokal dapat mempengaruhi intervensi di area yang lainnya • Gunakan kebijakan sosial dan ekonomi untuk (misal pembangunan negara), dan mengenali memperbaiki kesenjangan sosial, politik, dan ekonomi ketegangan-ketegangan, tawar-menawar dan dilema yang bersimpangan dan melembutkan sudut-sudut yang terlibat. Hal ini memerlukan pemikiran dan kerja tajam ketidaksetaraan ekonomi dan ekslusi sosial. Hal terhadap serangkaian isu – dari pemberian layanan, ini termasuk kebijakan pajak, pendidikan, kesehatan, partisipasi warga negara, dan reformasi tata kelola, pengangguran, bantuan tunai bersyarat, kredit mikro, hingga pembangunan ekonomi dan memajukan inklusi dan tindakan afirmasi. Fokus seharusnya ada pada – dengan kata lain, fokus bukan pada “praktik terbaik” kaum muda guna membantu memutus lingkaran setan tetapi lebih pada praktik “yang paling cocok”. kesenjangan antargenerasi. • Fokus pada revitalisasi dan menemukan kembali • Identifikasi dan atasi kendala teknis – dan terutama hubungan antara negara dan masyarakat untuk politik – terhadap implementasi kebijakan yang efektif memberikan kepada negara demokrasi, semangat dan dengan mereformasi hukum dan lembaga-lembaga ketahanan yang diperbaharui. formal lainnya yang diperlukan guna mengatasi • Dukung kerja sama internasional untuk memberantas kesenjangan serta berupaya mempengaruhi insentif, penghindaran pajak dan pelarian modal dengan perilaku, praktik dan nilai-nilai aktor dan pemangku mengharuskan pelaporan negara demi negara, kepentingan yang strategis dan utama. Berikan memajukan transparansi dan pertukaran informasi, perhatian khusus pada bagaimana ruang formal dan serta memberlakukan penyatuan pajak atas modal.

39 Bab 7 Global State of Democracy Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Bab 7. Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme

Di seluruh dunia, migrasi seringkali menjadi pusat perdebatan publik, terutama selama kampanye pemilu. Di beberapa negara, platform partai kian menjanjikan pengusiran migran atau membatasi masuknya migran. Di negara lainnya, anggapan bahwa pemerintah gagal mengatasi rasa khawatir terhadap migrasi sudah menyebabkan kekerasan xenofobia dan kerusuhan sipil. Akan tetapi, banyak negara mengakui manfaat ekonomi migrasi dan semakin membutuhkan migran yang terampil untuk mendukung ekonomi mereka.

Krisis Suriah mendorong peningkatan jumlah pengungsi kemampuan mereka untuk berpartisipasi secara efektif yang belum pernah terjadi sebelumnya ke negara-negara dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di negara seperti Libanon, Yordania dan Turki serta Uni Eropa, penerima. yang kemudian memicu perdebatan global dan regional mengenai pembagian beban yang adil dan bagaimana Karena sifat transnasionalnya, migrasi merupakan topik negara-negara dapat mengatasi meningkatnya arus kontroversial yang menimbulkan dilema rumit bagi pembuat migrasi. Negara-negara lainnya, seperti Botswana, kebijakan di lembaga-lembaga demokratis. Di banyak Ethiopia, Kenya, Namibia dan Afrika Selatan, menjadi negara tujuan, perhatian dan sikap publik terhadap migrasi tuan rumah jangka panjang bagi para migran ekonomi, secara signifikan mempengaruhi kebijakan pemerintah, juga pengungsi yang melarikan diri dari perang dan agenda partai dan kampanye pemilu. Reaksi negatif dari konflik di Afrika. penduduk asli kepada imigran diungkapkan dalam protes anti-imigran, kelompok yang main hakim sendiri, serta Pada akhir 2015, kaum migran menyumbang lebih dari 3 penerimaan atas kebijakan-kebijakan pembatasan migran. persen populasi dunia. Selama 45 tahun terakhir, jumlah Ancaman terhadap berfungsinya lembaga-lembaga dan penduduk yang hidup di luar negara asalnya sudah proses-proses demokrasi timbul dari polarisasi politik dan mencapai hampir tiga kali lipat, dari 76 juta menjadi 244 sosial, sekuritisasi, eksklusi, dan marginalisasi maupun juta orang (IOM 2015a). Akan tetapi, penting dicatat diskriminasi melalui pendefinisian yang sempit atas bangsa. bahwa meskipun terjadi peningkatan dramatis dalam Liputan media mengenai migrasi juga mempengaruhi jumlah absolut, proporsi migran sebagai bagian dari perilaku pemilih di tingkat nasional dan lokal. Kekhawatiran penduduk dunia relatif stabil sejak 1990 (UN 2016b). terhadap migrasi telah menghidupkan kembali partai dan pemimpin populis kanan-jauh (far-right). Kekhawatiran Pada tahun 2015, perempuan mencapai 48 persen ekonomi atas imigrasi seringkali terfokus pada imigran dari penduduk migran dunia (UN 2016b). Migran yang mengambil lapangan kerja yang semakin langka atau perempuan menghadapi tantangan yang berbeda bahwa migran membutuhkan dukungan pendanaan publik. dibandingkan dengan migran laki-laki. Migran bisa Munculnya organisasi teroris yang mengklaim dimotivasi menghadapi berbagai bentuk diskriminasi, termasuk oleh agama Islam telah menimbulkan Islamofobia di yang berdasarkan gender, etnisitas, kebangsaan, kelas banyak negara, di mana migran dan pengungsi, khususnya dan bias lainnya – di samping status mereka sebagai yang Muslim, seringkali menjadi sasaran empuk kambing migran. Hal ini dapat secara signifikan melemahkan hitam publik. hak asasi manusia migran, sekaligus melemahkan

40 International IDEA Bab 7 Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme

Migrasi dapat juga mempengaruhi lembaga dan proses atau integrasi, persyaratan gender, ekonomi dan catatan demokrasi di negara asal, ketika warga negara di luar kriminal, biaya-biaya, serta jaminan hukum dan kekuasaan negeri berupaya mempengaruhi politik di negara pembuatan keputusan diskresi. Yang terakhir, hukum ini asalnya. Migran semakin menjadi aktor politik yang bisa mengatur apakah negara membolehkan kewarganegaraan mempengaruhi kualitas demokrasi di negara tujuan dan ganda. negara asal. Meningkatnya arus migrasi telah menekan kapasitas lembaga-lembaga demokrasi untuk secara Imigran lebih mungkin menjadi warga negara di negara efektif mengintegrasikan migran ke dalam masyarakat yang memiliki kebijakan kewarganegaraan inklusif daripada dan menyoroti kebutuhan untuk mengkaji bagaimana di negara dengan kebijakan yang membatasi. Di Australia, pemerintah bisa memfasilitasi dan mendorong partisipasi Kanada, Selandia Baru dan Amerika Serikat – semua negara politik migran. Migrasi mempengaruhi kemampuan dengan angka naturalisasi tinggi – imigran mendapatkan pemerintah untuk memberikan layanan publik, yang izin tinggal pada saat masuk dan didorong untuk naturalisasi menimbulkan tantangan pada akuntabilitas demokrasi pada akhir periode pemukiman awal. Pendekatan kebijakan dan menggarisbawahi perlunya mengombinasikan respons ini mendorong imigran mengidentifikasi diri mereka lokal, nasional, dan global. sebagai “warga negara masa depan” sejak awal, dibandingkan dengan pendekatan kebijakan (Eropa) yang menekankan Inklusi – seberapa baik masyarakat secara politik “bukti integrasi”, sebelum naturalisasi dipertimbangkan. mengintegrasikan imigran – merupakan faktor kunci Imigran dari negara berkembang lebih mungkin melakukan ketika menilai bagaimana migrasi mempengaruhi negara naturalisasi, dan lebih dipengaruhi oleh kebijakan imigrasi demokrasi, dan dalam kondisi demokrasi apa negara bisa yang restriktif. Demikian pula, pengungsi, perempuan menjawab tantangan ini secara tangguh. dan imigran dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mungkin melakukan naturalisasi. Imigran dan rute sempit menuju kewarganegaraan Kewarganegaraan merupakan sebuah insentif yang Naturalisasi dapat menjadi alat integrasi (politik) yang penting bagi integrasi dan menghilangkan penghalang berguna bagi imigran. Salah satu pendekatan untuk bagi imigran untuk berpartisipasi dalam kehidupan mendorong migran berpartisipasi dalam kehidupan politik politik. Kewarganegaraan memberikan sepenuhnya hak- setara dengan penduduk asli sekaligus meningkatkan hak sipil dan politik serta perlindungan dari diskriminasi, rasa memiliki (terhadap negara penerima) adalah dengan yang dapat meningkatkan rasa memiliki dari para migran, mempromosikan kebijakan naturalisasi inklusif yang serta keinginan untuk berpartisipasi. membolehkan kewarganegaraan ganda. Tren naturalisasi cenderung mengikuti arus migrasi dengan jeda waktu, Kewarganegaraan dapat diperoleh secara otomatis (terutama yang berarti bahwa negara harus fokus pada pemukim dengan kelahiran) atau atas permohonan. Naturalisasi jangka panjang jika mereka ingin mendorong naturalisasi. didefinikan di sini sebagai perolehan kewarganegaraan secara tidak otomatis oleh perseorangan yang lahir di negara Imigran dan hak pilih lain, yang memerlukan suatu permohonan dari imigran Globalisasi telah menguji syarat kewarganegaraan dan serta tindakan pemberian oleh negara tuan rumah (OECD tempat tinggal: warga negara bisa kehilangan haknya 2011). karena migrasi. Sekarang banyak masyarakat tuan rumah mengizinkan imigran untuk berpartisipasi Hukum yang mengatur perolehan kewarganegaraan dalam pemilu hingga derajat tertentu. Dalam 50 tahun berbeda-beda di seluruh dunia; negara memiliki otoritas terakhir lebih dari 50 negara telah mengadakan debat eksklusif untuk mengatur syarat-syarat bagi imigran untuk parlemen mengenai perluasan hak pilih untuk migran mendapatkan kewarganegaraan. Hukum kewarganegaraan setelah masa tinggal tertentu. Lebih dari 30 negara mengatur kriteria kelayakan seperti persyaratan tempat sudah mengubah undang-undang pemilu dan konstitusi tinggal dan apakah kewarganegaraan diperoleh berdasarkan untuk membolehkan pemukim yang bukan warga negara kelahiran berdasarkan warisan orang tua atau “darah” (ius untuk memberikan suara (Pedroza 2015). Hak pilih bagi sanqunis) atau negara kelahiran (ius soli). Mereka juga penduduk non-warga negara ada, atau diberikan dalam mengatur syarat-syarat pemberian kewarganegaraan, konstitusi tanpa pernah diterapkan atau dilaksanakan, termasuk kemahiran bahasa, ujian kewarganegaraan di 64 negara demokrasi (Blais et al. 2001; Earnest

41 Bab 7 Global State of Democracy Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme Mengkaji Ketahanan Demokrasi

2004). Negara-negara Nordik dan Irlandia memberikan 2016). Hal tersebut benar tanpa memandang apakah hak pilih tingkat lokal yang paling inklusif di Eropa, negara secara politik inklusif pada imigran, memiliki rejim sedangkan di luar Uni Eropa, Selandia Baru memberikan kewarganegaraan yang terbuka atau membolehkan imigran hak pilih tingkat nasional inklusif yang paling demokratis memberikan suara di pemilu lokal. Faktor-faktor lain yang (Huddleston et al. 2015). mempengaruhi partisipasi pemilih imigran, termasuk sosialisasi politik imigran, status sosial ekonomi mereka Memberikan hak pilih pada imigran adalah kontroversial, dan keinginan migran untuk terlibat secara politik dalam karena hak pilih secara tradisional dipandang sebagai ciri masyarakat di negara penerima. Strategi partai politik dan kewarganegaraan. Apakah kewarganegaraan didefinisikan pemerintah dengan demikian perlu mengatasi skeptisisme sebagai kompilasi hak-hak sipil, sosial dan politik pemilih secara umum tanpa memandang apakah pemilih atau sebagai status keanggotaan penuh dalam suatu itu imigran atau penduduk asli. negara, terdapat kecenderungan semakin banyak negara menghubungkan hak pilih imigran di tingkat lokal dengan Integrasi politik imigran residensi, sementara hak pilih nasional jarang diberikan Salah satu prasyarat kunci bagi inklusi imigran dan kepada imigran sebelum naturalisasi (Bauböck 2005). kemampuan migran untuk terlibat dalam kehidupan Di beberapa wilayah, seperti Amerika Latin dan Karibia, politik di negara tuan rumah adalah keterbukaan sistem demokratisasi telah dihubungkan dengan perluasan hak legislatif dan politik negara terhadap integrasi politik pilih kepada penduduk non-warga negara, meskipun hal imigran. Berdasarkan data indeks GSoD dan Indeks itu tetap merupakan isu yang secara politik sensitif. Di Kebijakan Integrasi Migran (Migrant Integration Policy Myanmar, penduduk non-warga negara, seperti Muslim Index/ MIPEX), sistem politik yang terbuka atau inklusif Rohingya, adalah “pemegang kartu putih” dengan hak pilih dalam hal integrasi politik imigran cenderung mendapat sampai pemilu November 2015, ketika hak itu ditarik, nilai tinggi dalam kualitas demokrasi (International IDEA mereka tidak bisa ikut serta dalam pemilu demokratis pertama di negara itu. Di Jepang, orang asing dibolehkan GAMBAR 7.1 berpartisipasi di beberapa referendum lokal, tetapi tidak diberikan hak pilih lokal (Huddleston et al. 2015). Partisipasi politik dan akses ke kewarganegaraan oleh Sistem pemilu dan konteks sosial politik mempengaruhi pemerintahan perwakilan, 2014 pelaksanaan hak pilih yang lebih inklusif. Kebijakan- kebijakan yang memperluas hak pilih secara universal, 1.0 bahkan walaupun hanya terbatas pada tingkat lokal, France 0.9 United Kingdom menawarkan pemukim non-warga negara kesempatan Japan United States Netherlands Sweden Poland Spain Australia Switzerland CanadaDenmark Finland Portugal 0.8 Estonia Croatia Slovenia Czechia Italy Ireland New Zealand untuk berintegrasi ke dalam politik berdasarkan kesetaraan Greece Germany Latvia Slovakia Lithuania Austria Belgium Norway Bulgaria sambil memberi mereka kesempatan untuk mengakui rasa 0.7 Hungary Cyprus South Korea memiliki yang baru. Romania 0.6 Turkey

Imigran dan pengaruh tingkat partisipasi pemilih— 0.5 keinginan untuk terlibat secara politik? 0.4

Partisipasi pemilih merupakan sebuah indikator Pemerintahan Perwakilan (GSODI) keterlibatan sipil. Jadi apakah hak pilih warga negara 0.3 imigran menjadi pertimbangan yang penting bagi strategi 20 30 40 50 60 70 80 partai politik dan pemerintah untuk melibatkan imigran Partisipasi politik dan akses ke kewarganegaraan (MIPEX) dan penduduk asli. Imigran yang punya hak pilih tidak selalu memilih, dan penelitian baru-baru ini menunjukkan Catatan: Grafik ini menunjukkan hubungan antara indeks GSoD atribut pemerintahan perwak- bahwa partisipasi imigran dalam pemilu nasional biasanya ilan (sumbu y) dan rata-rata indikator MIPEX partisipasi politik dan akses ke kewarganegaraan (sumbu x). Semakin tinggi skor sebuah negara di kedua sumbu, semakin inklusif secara politik lebih rendah daripada dalam pemilu lokal. Bahkan dalam bagi imigran dan semakin tinggi kualitas pemerintahan perwakilannya. Koefisien korelasi Pearson: n = 35, r =.567, nilai p <.005. pemilu lokal, imigran memiliki angka partisipasi pemilih Sumber: Indeks GSoD 2017 (Indeks Pemerintahan Perwakilan); Huddleston et al. 2015 (MIPEX yang lebih rendah dibandingkan dengan penduduk asli. Partisipasi politik dan Akses ke Kewarganegaraan). Kanada menjadi pengecualian (Bird, Saalfeld dan Wüst

42 International IDEA Bab 7 Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme

2017b; Huddleston et al. 2015). Hal ini berarti bahwa dan suaka, Turki memiliki skor rendah baik pada indeks negara ini selain inklusif terhadap imigran secara politik GSoD kualitas demokrasi dan indikator MIPEX partisipasi dan memungkinkan naturalisasi, juga memiliki nilai tinggi politik/akses ke kewarganegaraan, mencerminkan kerangka pada atribut kunci demokrasi mereka. hukum yang tidak menguntungkan bagi integrasi dan partisipasi politik imigran, juga rute yang sulit menuju Sebuah contoh, skor indeks GSoD pada Pemerintahan status kewarganegaraan atau bahkan residensi yang sah. Perwakilan, yang mengukur sejauh mana sebuah negara Kebijakan integrasi politik imigran yang inklusif karenanya memiliki pemilu yang bersih, hak pilih inklusif, partai menguntungkan masyarakat demokrasi dan membantu politik yang bebas dan pemerintahan yang dipilih diukur menciptakan kondisi-kondisi bagi demokrasi kualitatif. terhadap indikator MIPEX partisipasi politik dan akses ke kewarganegaraan (yang mengukur kebijakan migrasi negara Perwakilan imigran dalam lembaga politik dalam hubungan dengan hak-hak elektoral, kebebasan kunci dan badan-badan konsultatif politik, badan konsultatif dan implementasi kebijakan juga Partai politik dan parlemen serta dewan-dewan daerah kriteria kelayakan naturalisasi, persyaratan perolehan status menghadapi tantangan mengintegrasikan kepentingan kewarganegaraan, keamanan status kewarganegaraan, dan populasi yang semakin beragam sebagai dampak dari penerimaan atas kewarganegaraan ganda). Semua negara migrasi. Sebagai representasi rakyat yang utama dalam anggota Uni Eropa dimasukkan, juga Australia, Kanada, proses pembuatan keputusan politik, partai harus berupaya Eslandia, Jepang, Selandia Baru, Norwegia, Republik Korea, mencerminkan kepentingan seluruh warga negara (Kemp Swiss, Turki dan Amerika Serikat terhadap 167 indikator et al. 2013). atas periode waktu 2004–2014. Di saat data kurang mengenai apakah partai politik Di Eropa, skor tinggi indeks GSoD/MIPEX bagi negara- mencerminkan keanekaragaman penduduknya, tapi negara ramah imigran seperti Finlandia, Norwegia, Portugal biasanya kelompok minoritas kurang terwakili (Bloemraad dan Swedia mencerminkan kebijakan yang fokus untuk 2013). Imigran tetap kurang terwakili pada tingkat lokal, memastikan bahwa imigran memiliki hak-hak yang sama sekalipun cenderung ada lebih banyak anggota dewan dengan warga negara dan memastikan tingkat dukungan dengan latar belakang imigran di tingkat kotamadya dan di integrasi yang tinggi. Sebaliknya, skor MIPEX partisipasi kota-kota, serta partai mencalonkan sejumlah besar calon politik/akses ke kewarganegaraan yang rendah dan skor minoritas di pemilu lokal. indeks GSoD medium untuk negara yang membatasi imigrasi seperti Bulgaria, Ceko, Hungaria, Polandia dan Menambah minimnya perwakilan merupakan tantangan Rumania mencerminkan kenyataan bahwa negara-negara ini yang dihadapi imigran ketika bergabung dengan partai menawarkan hanya kesempatan dasar bagi integrasi, dengan politik. Partai telah menerapkan strategi yang berbeda untuk partisipasi politik migran yang terbatas, dan rute yang sulit meningkatkan representasi minoritas, termasuk memperkuat menuju kewarganegaraan (Huddleston et al. 2015). profil mereka dalam komunitas etnik, menerapkan gerakan rekruitmen untuk mendorong perwakilan etnis minoritas Sementara skor indeks GSoD kualitas demokrasi tinggi untuk ikut pemilu, dan mengadopsi target numerik untuk tercatat untuk Kanada, Spanyol, Swiss dan Amerika Serikat, calon minoritas. Dalam sedikit kasus, partai politik telah negara tersebut mendapatkan skor di kisaran pertengahan menyusun daftar calon berlatar belakang etnik. Partai lainnya untuk indikator MIPEX partisipasi politik/akses ke telah menggunakan target, jaringan minoritas intrapartai kewarganegaraan, mencerminkan kebijakan terbatas dan kuota untuk menambah perwakilan minoritas. Banyak mereka pada hak pilih untuk imigran dan kurangnya badan partai politik memperbolehkan imigran memegang jabatan konsultatif (dalam kasus Kanada) dan rute sempit menuju dalam struktur partai, termasuk dalam daftar calon (Htun kewarganegaraan (dalam kasus Amerika Serikat). Negara 2004), dan beberapa partai sudah menciptakan insentif lain, seperti Jepang, mendapat skor tinggi pada indeks bagi imigran untuk terlibat secara politik melalui forum- GSoD kualitas demokrasi tetapi rendah pada indikator forum khusus atau kampanye. Banyak struktur ini tidak MIPEX partisipasi politik/akses ke kewarganegaraan, formal dan lemah, dan bergantung pada interaksi individual mencerminkan kebijakan mereka yang terbatas atas hak dibandingkan struktur kelembagaan. Secara keseluruhan, pilih imigran dan partisipasi politik. Meskipun baru- partai politik dapat lebih efektif dalam menarik orang dari baru ini ada reformasi kebijakan mengenai pengungsi latar belakang imigran (Dähnke et al. 2014).

43 Bab 7 Global State of Democracy Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Sistem pemilu dan agenda serta pandangan partai dari proyek demokrasi seperti Uni Eropa, sebagaimana mengenai migrasi – tanpa memandang di mana letaknya ditunjukkan oleh referendum Brexit Inggris, yang dalam spektrum politik – mempengaruhi apakah imigran dipengaruhi oleh isu migrasi dalam konteks kebebasan diwakili dalam struktur partai politik, apakah mereka bergerak di dalam Uni Eropa. bisa mencalonkan diri dalam pemilu, dan apakah mereka memiliki peluang yang realistis untuk menang karena Migrasi yang didorong oleh globalisasi lantas mempengaruhi posisi mereka dalam daftar calon partai. Tingkat dukungan demokrasi dengan meningkatkan dukungan publik bagi yang diberikan partai kepada imigran mempengaruhi partai populis (khususnya sayap kanan) dan agenda anti- keterwakilan migran. Partai politik yang memiliki kebijakan imigran mereka. Apakah ukuran populasi asing dalam ramah migran dapat mempertimbangkan membuat statuta sebuah negara atau ukuran dan kecepatan arus migrasi partai, platform pemilu, dan daftar calon yang lebih inklusif, yang memicu bangkitnya partai populis, hal itu masih serta melibatkan migran dengan kerangka memperkuat kontroversial. Namun, juga ada beberapa contoh positif basis perwakilan partai. publik memilih partai politik atau pemimpin yang pro- imigran yang mengadvokasi kebijakan migrasi inklusif Negara dapat memasukan imigran dalam proses pembuatan dan adil, seperti pemilihan Sadiq Khan sebagai walikota keputusan melalui badan-badan konsultatif, bahkan London pada tahun 2016. walaupun negara tidak memberikan hak pilih formal atau memfasilitasi inklusi imigran dalam partai politik. Selain Menurut penelitian Eropa 2010, kekhawatiran publik itu, inisiatif yang didorong masyarakat sipil dan berbasis pada imigrasi merupakan salah satu penyebab kurangnya komunitas yang difokuskan pada inklusi imigran harus kepercayaan warga negara kepada lembaga politik dan dibina untuk memfasilitasi integrasi para imigran tersebut. politisi, dan bukan hanya hasil retorika dan pesimisme Pelibatan konstruktif imigran dan komunitas tuan rumah, partai sayap ultra kanan, atau tingkat migrasi (McLaren khususnya migran yang kurang terampil dan kurang 2010). Terlebih, jika warga negara mempersepsikan terdidik, dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan bahwa migrasi berdampak negatif, maka mereka kurang pemerintah bisa dilakukan dengan mengikutsertakan warga percaya pada sistem politik. Pihak-pihak dengan negara setempat, sebagai contoh melalui platform dialog pandangan yang kurang negatif terhadap imigran, punya dan pembuatan kebijakan partisipatif. Pendekatan ini dapat lebih sedikit ketidakpercayaan terhadap sistem politik membantu membangun kohesi sosial dan kepercayaan dan politisi dibandingkan mereka yang sangat khawatir di antara imigran dan komunitas tuan rumah, karena terhadap arus imigrasi. Hubungan antara kekhawatiran keduanya ditawarkan ruang untuk berinteraksi dan saling terhadap imigrasi dan ketidakpercayaan politik ada tanpa memahami pandangan dan keprihatinan masing-masing. memandang munculnya partai-partai yang sangat kanan. Pada dasarnya, mengurangi keterputusan antara warga Tantangan partai anti-imigran negara dan lembaga-lembaga politik dan pemerintah, Kekhawatiran atas imigrasi telah menghidupkan kembali serta meningkatkan kepercayaan di antara mereka, dapat partai dan pemimpin populis sayap kanan di negara- membantu memperbaiki sikap publik terhadap imigrasi negara seperti Austria, Denmark, Finlandia, Perancis, lantas menghasilkan tata kelola pemerintahan yang lebih Jerman, Belanda dan Swedia serta Australia dan Amerika baik (McLaren 2010). Serikat. Banyak partai di semua spektrum politik kian aktif menggunakan media untuk mengkomunikasikan narasi Salah satu implikasi kebijakan kunci bagi pemerintah – selain mengenai elite politik yang berada di luar jangkauan melawan mempertimbangkan kapasitas negara dalam hubungannya rakyat, dan mentalitas “kami versus mereka” yang didasarkan dengan pembuatan kebijakan migrasi – adalah bahwa pada identitas etnosentris dan xenofobia (Greven 2016). negara-negara dengan angka imigrasi yang tinggi dan Selain itu, partai politik arus utama semakin mengakomodasi ramah imigran atau kebijakan multikultural harus berupaya retorika partai anti-imigran selama kampanye pemilu, yang untuk mengurangi potensi reaksi dari warga negara yang menambah bahan bakar bagi sikap publik yang anti-imigran punya persepsi negatif terhadap imigrasi. Hal ini terutama dan mempengaruhi platform partai politik. akurat di Eropa, Amerika Latin dan Karibia, serta Amerika Serikat, yang mengalami kebangkitan pemimpin dan partai Pandangan warga negara terhadap migrasi, dan akibatnya populis sebagai akibat dari ketidakpuasan pemilih, yang terhadap perilaku memilih, menantang nilai-nilai inti seringkali dikaitkan dengan sentimen anti-imigran. Hal

44 International IDEA Bab 7 Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme

ini tampaknya dikuatkan oleh penjelasan mutakhir bahwa Kewarganegaraan ganda dapat juga diberikan dari kelahiran munculnya populis otoriter dalam masyarakat Barat telah atau diperoleh. Negara-negara pada umumnya menerima menyebabkan reaksi budaya yang kuat terhadap perubahan yang pertama disebutkan, seringkali dengan kewajiban sosial jangka panjang dan nilai-nilai liberal (Norris 2016). untuk memilih ketika mencapai usia dewasa (age of majority), sementara itu, memperoleh kewarganegaraan lain Emigran sebagai agen demokrasi – bagaimana di kemudian hari biasanya mengharuskan memilih di antara demokrasi dapat memperoleh manfaat dari emigrasi? kewarganegaraan atau otomatis kehilangan salah satu. Negara asal dapat menikmati keuntungan demokratis dari emigrasi: migran dapat berfungsi sebagai agen demokrasi Sejak 1975 tiap wilayah di dunia telah mengalami yang membantu menyebarkan norma-norma demokrasi. penambahan substansial jumlah negara yang menawarkan Komunitas diaspora mentransfer informasi, gagasan- kewarganegaraan ganda; sekarang hal itu sudah menjadi gagasan inovatif, kapasitas intelektual, keterampilan norma (Database Kewarganegaraan Ganda Ekspatriat teknologi baru, bisnis dan praktik perdagangan. Dengan Global MACIMEDE 2015). Pada tahun 2015, demikian mereka yang kembali dapat meningkatkan kewarganegaraan ganda paling umum diterima di negara- tuntutan bagi akuntabilitas pemerintah, yang dapat negara Amerika Latin dan Karibia (91 persen), Amerika meningkatkan partisipasi elektoral dan politik serta Utara (100 persen), Eropa (76 persen), Timur Tengah dan mendorong pembentukan partai politik baru. Iran (90 persen), serta Afrika (63 persen), tapi bahkan di wilayah dengan angka terendah, Asia dan Pasifik, mayoritas Negara-negara asal dapat sangat diuntungkan oleh integrasi (57 persen) negara menawarkan kewarganegaraan ganda. kembali emigran, terutama mereka yang dipaksa pergi Apakah negara-negara harus memberikan atau mengizinkan tapi bisa kembali pasca-konflik. Ketika mereka berada kewarganegaraan ganda, mencetuskan kontroversi, yang di luar negaranya, jika masyarakat di negara penerima melibatkan masalah hukum seperti wajib militer dan memberikan kesempatan kepada mereka, para migran dapat kewajiban pajak yang mungkin menimbulkan konflik meningkatkan keterampilan, kekayaan serta minat dan administratif, juga perdebatan sosial-politik mengenai kapasitas politiknya. Mereka mungkin sudah mencalonkan pemberian hak pilih ganda kepada migran baik di negara diri dalam pemilu tingkat kota dan sudah memperoleh penerima maupun negara asal. pengalaman politik yang signifikan yang bisa diterapkan di negara asalnya. Diaspora mungkin sudah membentuk Memperluas hak pilih eksternal bagi emigran? asosiasi sipil atau bahkan kelompok politik yang bersiap Apakah memberikan hak pilih kepada emigran memperkuat untuk memperkenalkan (kembali) demokrasi dalam hal demokrasi di negara asal? Sebagaimana dengan hak pilih negara asal mereka memulai transisi demokrasi. Dalam bagi imigran, membolehkan emigran untuk memilih juga beberapa kasus, diaspora memainkan peranan kunci dalam kontroversial, karena hal itu berarti membiarkan warga negara meningkatkan kesadaran mengenai situasi di negara asal mempengaruhi politik di negara asal mereka tanpa harus mereka, dan memobilisasi pemerintah asing dan masyarakat terpengaruh oleh hasil pemilu atau kebijakan pemerintah internasional untuk mengadvokasi reformasi demokrasi di (Lopez-Guerra 2005). Beberapa pihak berpendapat bahwa negara asalnya (Koinova 2009; Egreteau 2012). memperbolehkan kewarganegaraan ganda untuk memilih di dua negara memperlemah prinsip “satu orang satu suara”. Kewarganegaraan dan emigran Pihak yang lainnya berpendapat bahwa globalisasi telah Salah satu pertimbangan penting bagi banyak emigran adalah mengakibatkan jurisdiksi yang tumpang tindih, dan bahwa apakah mereka bisa mempertahankan kewarganegaraan pemilih ekspatriat memiliki “saham” yang cukup di negara asalnya ketika mereka bernaturalisasi sebagai imigran di asalnya untuk menjustifikasi hak untuk berpartisipasi secara negara penerima. Banyak negara menerima kewarganegaraan politik (Spiro 2006). ganda, terutama jika melepaskan kewarganegaraan negara asalnya punya konsekuensi negatif bagi emigran yang telah Memberikan emigran hak suara merupakan tindakan diskresi memelihara ikatan dengan negara asalnya (OECD 2011). dari sebuah negara, karena hukum internasional tidak Kewarganegaraan ganda dapat membantu mendorong menciptakan kewajiban hukum bagi negara-negara untuk keterlibatan politik emigran di negara asalnya, dan mempertahankan hak pilih bagi emigran. Banyak negara karenanya berkontribusi pada (dan dapat mempengaruhi) memperluas hak suara kepada warga negara yang bukan kualitas demokrasi di negara itu. penduduk, meskipun kendala teknis dan administratif bisa

45 Bab 7 Global State of Democracy Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme Mengkaji Ketahanan Demokrasi

menimbulkan hambatan untuk memberikan suara dari luar \Akan tetapi, ketika pemilihan melibatkan emigran negeri. Hukum di 146 dari 206 negara demokratis di dunia, diperbolehkan, angka pendaftaran dan partisipasi biasanya sudah mengizinkan warga negara non-penduduk untuk lebih rendah daripada tingkat partisipasi di negara asal, memilih dari luar negeri (Database Suara dari Luar Negeri seperti di Italia, Filipina, Senegal, Spanyol, dan Swedia. International IDEA 2015). Dari jumlah tersebut, 48 negara Namun di beberapa negara, sekalipun jumlah orang yang menerapkan suara ekspatriat hanya untuk satu jenis pemilu, memilih dari luar negeri menurun, persentase emigran sedangkan sebagian besar negara membolehkannya untuk dua yang memberikan suara tetap tinggi. Alasan partisipasi yang atau lebih jenis pemilu. Praktik yang paling umum – di 43 rendah berbeda-beda di antara pemilih luar negeri, sama negara – adalah memperbolehkan pemilihan eksternal untuk halnya seperti di antara pemilih dalam negeri, tetapi ada tiga atau lebih jenis pemilu; negara-negara ini mengizinkan beberapa faktor yang khusus ada pada pemilihan eksternal. pemilihan eksternal dalam pemilu presiden dan legislatif Pemilihan yang melibatkan emigran mahal dan mengurangi (Database Suara dari Luar Negeri International IDEA 2015). manfaat dari aktivitas memberikan suara, serta tingkat kemudahan di tempat pemilihan emigrasi berlangsung Pengungsi secara tradisional berada di antara kelompok yang mempengaruhi partisipasi (Kostelka 2017). paling marjinal untuk mendapat hak pilih. Tidak ada praktik internasional yang baku yang memajukan hak-hak politik Meskipun angka partisipasi pemilihan emigran biasanya pengungsi; terdapat variasi regional dalam alokasi sumber lebih rendah daripada angka pemilihan penduduk asli data, praktik, dan kepemimpinan kelembagaan. terkait dengan biaya yang dibutuhkan, akan tetapi ukuran diaspora mempengaruhi partisipasi pemilih Akan tetapi, tidak ada korelasi yang jelas antara ketentuan emigrant karena diaspora yang besar dapat memotivasi pemilihan eksternal dengan ciri politik atau sosial-ekonomi partai politik untuk memobilisasi emigran. Oleh karena negara. Ketika gelombang ketiga demokratisasi secara itu, jika ukuran diaspora bertambah, angka partisipasi umum sudah menyebarkan hak pilih eksternal sejak tahun emigran cenderung meningkat. Pada saat yang sama, 1990-an, buktinya beragam. Negara-negara demokrasi baru partisipasi pemilih di seluruh negara asal cenderung di Amerika Selatan memberikan hak pilih pada emigran, menurun (Kostelka 2017). Untuk mendukung sedangkan negara-negara Afrika tidak, seringkali karena demokrasi, pembuat kebijakan di negara asal perlu ekspatriat mendukung partai oposisi. Negara-negara yang mempertimbangkan potensi partisipasi politik emigran telah memberikan hak pilih kepada ekspatriat meliputi di negara asalnya di tengah kecenderungan umum negara demokrasi yang sudah mapan, juga negara yang baru menurunnya partisipasi pemilih. muncul, atau dipulihkan, dan bahkan negara yang tidak dapat diklasifikasikan negara demokratis (Navarro, Morales Perwakilan politik emigran dalam lembaga dan Gratschew 2007). Dampak hak pilih terhadap demokrasi politik kunci dan badan konsultatif tergantung pada banyak faktor, termasuk konteks sosial- Sebagian besar negara (67 persen) membolehkan dan politik dan sistem pemilu yang melaluinya hak-hak tersebut memfasilitasi pemilihan emigran di pemilu nasional dengan dilaksanakan, juga proporsi warga negara di antara ekspatriat, memberikan suara pada daerah pemilihan di mana emigran serta aksesibilitas dan angka partisipasi. memiliki ikatan, seperti tempat tinggal sebelumnya (Navarro, Morales dan Gratschew 2007). Hanya 13 negara Partisipasi pemilih emigran memiliki kursi yang dicadangkan atau ”perwakilan khusus” Ketika emigran diberikan hak pilih, mereka memiliki bagi warga negara yang bukan penduduk di parlemen potensi untuk mempengaruhi pemilihan yang berlangsung mereka: Aljazair, Angola, Tanjung Verde, Kolombia, secara ketat. Pada pemilihan presiden Perancis 2017, Kroasia, Ekuador, Perancis, Italia, Mozambik, Panama, sebanyak 2,6 persen warga negara Perancis yang tinggal Portugal, Rumania dan Tunisia. Akan tetapi, Angola dan di luar negeri terdaftar untuk memilih. Di pemungutan Panama tidak melaksanakan undang-undang ini (Sundberg suara putaran pertama, Emmanuel Macron memenangkan 2007; EUDO Database Pemilu Nasional Kewarganegaraan/ 24 persen suara, sementara Marine Le Pen menerima 21,3 Citizenship National Elections Database, tanpa tanggal). persen suara. Macron memenangkan putaran pertama dengan sekitar 1 juta suara, memberikan 1,3 juta warga Terdapat bukti bahwa migrasi di negara dengan tingkat negara Perancis yang berhak memilih di luar negeri potensi pemberdayaan politik perempuan yang lebih tinggi untuk memutuskan hasil pemilu (Lui 2017). meningkatkan proporsi perempuan di parlemen negara

46 International IDEA Bab 7 Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme

asal (Lodigiani dan Salomone 2012). Organisasi dan multikulturalisme, seperti Australia, Belanda dan Swedia, aktivis diaspora perempuan telah memainkan peranan yang telah bergeser ke mengharuskan lebih banyak “adaptasi”, signifikan dalam pembangunan kapasitas dan memajukan “berbagi nilai-nilai” dan “integrasi” dari imigran, seringkali pemberdayaan politik perempuan untuk meningkatkan di bawah tekanan dari munculnya partai yang sangat kanan partisipasi politik perempuan di negara asalnya. Contoh- atau populis. contohnya, termasuk upaya advokasi yang berhasil dari Jaringan Pemberdayaan Perempuan Sudan Selatan yang Lembaga-lembaga demokratis harus belajar dari inisiatif dibentuk oleh migran Sudan yang berbasis di Amerika lokal yang telah berhasil memasukkan migran dalam Serikat dan aktivis perdamaian Liberia Leymah Roberta kehidupan politik, dan mengaitkan pelajaran ini pada Gbowee. kerangka kerja tata pemerintahan internasional dan regional. Beberapa kota di Eropa (seperti Athena, Berlin, Beberapa negara tidak memperbolehkan emigran untuk Bilbao dan Dublin) serta Asia dan Pasifik (Fuzhou di memberikan suara di pemilu walikota atau dewan daerah. Cina, Singapura, dan jaringan kota di Jepang) membentuk Pengecualian termasuk Australia, Austria, Kanada, Siprus, struktur kelembagaan dengan dukungan otoritas nasional Italia, Malta, Meksiko, Selandia Baru dan Uruguay, untuk mengendalikan kepentingan migran yang beragam meskipun hak pilih warga negara yang bukan penduduk dan memajukan kerjasama inklusif. Berlin, Dublin dan setempat ada di antara mereka yang terikat dengan Lille membangun kemitraan dengan asosiasi migran untuk persyaratan tambahan tempat tinggal, persyaratan untuk mempromosikan kewarganegaraan dan partisipasi politik kembali ke negara asal untuk memberikan suara atau status di antara kelompok-kelompok migran. Penganggaran pegawai negeri sipil (EUDO Database Kewarganegaraan partisipatif (misalnya anggota masyarakat secara langsung n. d.). memutuskan bagaimana membelanjakan bagian dari anggaran publik) digunakan untuk membiayai kebijakan Banyak negara asal ingin mempertahankan ikatan dengan inklusi kota di lebih dari 1.700 pemerintah lokal di warga negara mereka di luar negeri, karena mereka dapat lebih dari 40 negara, terutama di negara berpendapatan menjadi sumber remitansi yang berharga atau pengaruh rendah di mana anggaran kota tetap rendah meskipun ada politik di negara tujuan (Itzigsohn 2000; Bauböck desentralisasi (IOM 2015b). 2003). Pada saat yang sama, banyak negara asal berupaya mempertahankan pengendalian politik atas diaspora. Mengejar suatu “kebijakan multikulturalis yang interaktif” Terdapat 15 negara Afrika – termasuk Ethiopia, Ghana, dengan komponen sipil yang memungkinkan orang Mali, Nigeria, Rwanda, Senegal, Tanzania dan Uganda – bertemu dan berinteraksi di ruang bersama – seperti tempat yang telah membentuk lembaga-lembaga dan kementerian kerja, partai politik, sekolah, fasilitas lingkungan dan yang berhubungan dengan diaspora. sistem transportasi publik – dapat membantu menciptakan suatu identitas nasional kolektif sambil menghormati Selain mempertimbangkan pemberian hak suara kepada keanekaragaman identitas kelompok. Dengan pengecualian ekspatriat, negara asal harus memberdayakan migran yang kewarganegaraan, inklusi migrant –penguasaan bahasa, kembali untuk terlibat secara politik di negara mereka. Para pendidikan, kesadaran sipil, akses layanan kesehatan, dan migran harus berkonsultasi dengan komunitas diaspora langkah-langkah keamanan publik – biasanya difasilitasi mereka mengenai isu-isu migrasi untuk mendorong mereka secara lokal. bertindak sebagai duta persahabatan di negara tujuan dan untuk berinvestasi dalam pembangunan di negara asal Secara keseluruhan, lembaga-lembaga demokratis mereka, berpotensi memberi kontribusi pada kohesi sosial harus mempertimbangkan kebijakan yang bertujuan dan memajukan pemahaman budaya. memberdayakan migran untuk memutuskan bagaimana mereka berpartisipasi dalam kehidupan publik, lebih Implikasi kebijakan: pendekatan untuk menangani daripada yang didasarkan pada model kewarganegaraan tantangan migrasi sebagai kebangsaan atau hak pilih tanpa kebangsaan. Terdapat peningkatan reaksi balik global terhadap Untuk memperkuat demokrasi, pembuat kebijakan harus multikulturalisme dalam opini publik, wacana politik, mempertimbangkan pemberian hak suara – khususnya di kebijakan imigrasi dan teori politik. Banyak negara yang tingkat lokal – sebagai sebuah rute menuju kewarganegaraan. biasa memiliki penekanan kebijakan yang kuat terhadap Hal ini akan lebih baik dalam memajukan penghormatan

47 Bab 7 Global State of Democracy Migrasi, Polarisasi Sosial, Kewarganegaraan dan Multikulturalisme Mengkaji Ketahanan Demokrasi

pada pilihan perseorangan daripada pendekatan pembuatan Partai politik kebijakan yang difokuskan pada kelompok atau bangsa • Libatkan dalam dialog demokratis berbasis fakta etnik. mengenai migrasi untuk mempromosikan toleransi terhadap migran dan melawan keyakinan, pengetahuan, Lembaga-lembaga demokratis harus mendekati tantangan dan perilaku publik yang tidak benar terhadap migrasi. migrasi terhadap demokrasi melalui kebijakan-kebijakan • Statuta partai politik, platform elektoral dan daftar yang tidak hanya mengandalkan struktur politik formal calon harus inklusif dan melibatkan migran untuk tradisional dan gagasan negara kebangsaan. Prinsip memperkuat basis perwakilan mereka, termasuk dengan kunci bagi kebijakan migrasi haruslah inklusivitas untuk menciptakan kondisi-kondisi yang setara bagi migran menciptakan ketahanan di dalam sistem demokrasi yang dalam struktur internal mereka. memungkinkan suara-suara yang berbeda didengar, dan • Ambil pandangan jangka panjang ketika mendefinisikan penggunaan berbagai cara yang berbeda untuk mengelola strategi partai untuk memperkuat kredibilitas partai di ketidakpuasan dan kebutuhan untuk perubahan. kalangan pemilih.

Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk Sistem tata pemerintahan global dan regional mengatasi tantangan migrasi • Organisasi pemerintahan regional, nasional dan lokal, serta organisasi masyarakat sipil harus bekerja sama Pemerintah nasional dan lokal untuk mencapai tujuan, target dan indikator Agenda • Investasikan dalam pengumpulan data dan riset bagi Pembangunan Berkelanjutan 2030, khususnya mengenai hubungan antara migrasi dan demokrasi, Tujuan 16, “untuk memajukan masyarakat yang damai termasuk arus migrasi dan faktor-faktor yang dan inklusif bagi pembangunan berkelanjutan”. mempengaruhi dampak positif dan negatif migrasi, • Bekerja sama dalam organisasi regional dan internasional dalam rangka memaksimalkan keuntungan. untuk menentukan kebijakan yang secara adil membagi • Rancang kebijakan migrasi untuk berfokus pada tanggung jawab terhadap migrasi dan perlindungan perubahan persepsi publik mengenai migrasi dan pengungsi, dan menjunjung tinggi hukum internasional mendorong akuntabilitas politik. yang terkait seperti Global Compact on Migrants • Pertimbangkan keadaan masing-masing negara, fasilitasi and Refugees (Perjanjian Global tentang Migran dan naturalisasi imigran dan pertimbangkan pemberian hak Pengungsi). suara lokal sebagai jalan untuk integrasi dan permudah • Tingkatkan tata kelola migrasi internasional melalui pemberian kewarganegaraan bagi imigran. konsultasi dan kerjasama regional yang lebih luas • Libatkan aktor-aktor masyarakat sipil untuk membantu yang difokuskan pada isu-isu kebijakan utama seperti mengintegrasikan imigran pada tingkat nasional dan hubungan antara migrasi dan demokrasi, pembangunan, lokal dengan memanfaatkan keahlian dan keterampilan keamanan, hak asasi manusia, dan perdagangan. advokasi masyarakat sipil untuk meningkatkan • Perluas mekanisme kerjasama untuk memperkuat partisipasi politik migran dan memajukan pemahaman manfaat timbal-balik migran bagi peningkatan budaya, terutama dalam komunitas lokal. pemahaman budaya, memajukan toleransi dan integrasi, • Pertimbangkan potensi hak suara emigran dan fasilitasi serta memfasilitasi partisipasi politik mereka baik di partisipasi politik mereka di negara asal dengan belajar negara asal maupun negara tujuan. dari inisiatif masyarakat sipil diaspora yang berhasil, • Proses konsultatif internasional dan regional mengenai pastikan akses informasi yang baik bagi pemilih migrasi harus memperkuat keterlibatan migran dengan emigran, fasilitasi pendaftaran pemilih dan libatkan masyarakat sipil, terutama asosiasi migran, untuk dalam dialog dengan negara tuan rumah untuk memajukan integrasi dan partisipasi migran ketimbang menghindari kontroversi politik. pengendalian. Proses ini harus juga melibatkan • Berdayakan migran yang kembali untuk terlibat secara akademisi, yayasan, dan sektor swasta. politik dan dalam dialog dan konsultasi mengenai isu- isu migrasi dengan komunitas diaspora mereka. Dorong migran untuk bertindak sebagai duta persahabatan di negara tujuan dan agar mereka berinvestasi dalam pembangunan di negara asalnya.

48 International IDEA Bab 8 Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi

Bab 8. Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi

Negara-negara yang muncul dari konflik bersenjata menghadapi jalan yang panjang dan sulit, dicirikan dengan menghadapi berbagai kendala sekaligus banyak peluang. Langkah-langkah yang diambil dalam periode pasca- konflik memiliki dampak yang luar biasa terhadap masa depan negara, termasuk stabilitas pemerintahan dan kemampuan untuk menjamin perdamaian guna membangun negara demokrasi yang stabil. Masa transisi, pasca-konflik menghadirkan peluang dan tantangan untuk membangun lembaga-lembaga demokrasi yang dapat membantu mencegah konflik di masa mendatang. Jika proses transisi berlangsung inklusif, ada rasa kepemilikan secara nasional, terbuka dan demokratis, maka sistem demokrasi yang dihasilkan akan tangguh. Penting untuk menumbuhkan rasa kepemilikan yang luas atas keputusan yang diambil selama masa transisi. Jika rakyat merasa mereka memiliki andil dalam suatu keputusan, mereka cenderung lebih menghormati aturan dan tetap terlibat secara politik dalam jangka panjang.

Bagaimana elite politik mengelola pembangunan negara sebagai politisi menolong perluasan dasar dukungan baru dan mengintegrasikan prinsip inklusif ke dalam desain publik bagi legitimasi negara. Sistem elektoral inklusif lembaga politik yang baru pasca-konflik kekerasan menjadi yang mendorong elite mencari dukungan di luar zona penentu utama apakah transisi negara mengarah ke demokrasi “aman” mereka memberikan insentif bagi pembangunan yang tangguh. Iklusi yang aktif dan terarah, mengembangkan konsensus dibandingkan politik pemenang mengambil stabilitas dan ketahanan lembaga demokratis negara yang semuanya. Terlebih lagi, sistem elektoral yang memberikan baru, dengan memprioritaskan komunikasi di antara elite lebih banyak perwakilan yang dipilih, akses ke tingkat politik dan warga negara serta dengan memberikan suara tertinggi kekuasaan pembuat keputusan lebih kondusif bagi komponen masyarakat yang paling marjinal. bagi ketahanan demokrasi dibandingkan dengan sistem yang memandang inklusi hanya sekedar perwakilan Mekanisme inklusi yang aktif dan terarah dalam numerik. Sistem elektoral inklusif yang sesungguhnya pembangunan konstitusi serta penyelesaian politik harus memberikan akses pada pembuatan keputusan dan dan desain sistem elektoral berfungsi sebagai dasar pemegang kekuasaan serta mendorong pertumbuhan bagi aturan-aturan baru negara; hal itu menentukan pemangku kepentingan baru dan lokal yang tertarik siapa yang dapat berpartisipasi dalam negara dan dalam proses demokrasi. merancang pengungkit partisipasi itu. Bersama-sama, mereka membentuk beberapa elemen inti ketahanan Inklusi yang aktif dan terarah mengoperasionalisasikan demokrasi. Proses pembangunan konstitusi yang inklusif definisi Sekretaris Jenderal PBB mengenai inklusi, yaitu memastikan bahwa penyelesaian konstitusional memiliki “tingkat dan cara yang di dalamnya pandangan dan legitimasi publik dan elite serta memajukan interaksi kebutuhan para pihak yang berkonflik dan pemangku elite-konstituen. Memperbolehkan mantan pemberontak kepentingan lainnya diwakili, didengar dan diintegrasikan untuk menata dan mendefinisikan kembali diri mereka ke dalam proses perdamaian” (UN 2012: 11).

49 Bab 8 Global State of Democracy Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Pembangunan perdamaian yang inklusif

Tren dalam pembangunan perdamaian dan misi penjaga perdamaian yang besar (yang dikerahkan demokratisasi selama enam bulan atau lebih dengan sedikitnya 500 Untuk memahami seberapa jauh inklusi telah pasukan militer) berjalan dari waktu ke waktu bersamaan dipertimbangkan dan dintegrasikan ke dalam teori dan dengan pemerintahan perwakilan, yang digunakan di praktik pembangunan perdamaian, penting untuk pertama- sini sebagai indikator demokrasi konvensional. Hasilnya tama melihat model pembangunan perdamaian yang beragam. Kamboja, Republik Afrika Tengah, Haiti dominan. Era pasca-Perang Dingin mengantar banjir misi dan Liberia mengalami periode penurunan dramatis penjaga perdamaian, banyak di antaranya dilaksanakan oleh dalam pemerintahan perwakilan, sedangkan Bosnia PBB. Antara tahun 1989 dan 1994, Dewan Keamanan PBB dan Herzegovina, Timor Leste, Makedonia, Namibia mengesahkan 20 misi penjaga perdamaian baru, menambah dan Tajikistan telah mempertahankan stabilitas yang jumlah penjaga perdamaian di seluruh dunia dari 11.000 relatif bertahan dari waktu ke waktu. Kasus yang lain menjadi 75.000 (Penjaga Perdamaian PBB 2016). Misi ini lagi mengalami periode pertumbuhan yang jelas. Hanya ditugaskan menangani berbagai tanggung jawab yang luas, Kroasia yang telah mempertahankan lintasan ke atas yang mulai dari mengawasi pelaksanaan perjanjian perdamaian jelas dalam pemerintahan perwakilan dari waktu ke waktu. hingga mengorganisasikan kembali kekuatan militer Tentu saja, sejumlah faktor selain misi penjaga perdamaian dan keamanan, serta mengawasi pemilu. Model penjaga juga sudah mempengaruhi tren pemerintahan perwakilan perdamaian pasca-Perang Dingin, dan kecenderungan di negara-negara ini. pelaksanaan untuk memaksakan satu ukuran kerangka kerja yang cocok untuk semua kasus (terutama yang difokuskan Inklusi dan negara yang tangguh pada pemangku kepentingan nasional), jelas tidak dapat Ketika pembuat kebijakan terus menghadapi tantangan- menghasilkan kondisi yang diperlukan untuk menciptakan tantangan terkait dengan pembangunan kembali negara- perdamaian yang bertahan lama. negara yang dilanda konflik, mereka harus memikirkan Gambar 8.1 menunjukkan bagaimana negara dengan mengenai bagaimana memodifikasi model pembangunan

50 International IDEA Bab 8 Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi

perdamaian liberal yang berlaku agar menjadikan inklusi (Hoddie dan Hartzell 2003). Menyertakan mantan pejuang yang terarah dan aktif sebagai suatu prioritas yang lebih melalui partisipasi yang luas dan tanggung jawab yang terbagi utama. atau disebarkan telah efektif di Kolombia, El Salvador dan Guatemala (lihat misalnya Travesi dan Rivera 2016; Herbert Menyertakan mantan pemberontak dalam penyelesaian 2013). politik dari proses transisi telah terbukti penting bagi perdamaian jangka panjang dan ketahanan demokrasi. Juga penting untuk menjembatani perbedaan-perbedaan Konsensusnya adalah jika mantan pejuang diberikan suara lainnya dan mengintegrasikan perwakilan yang dapat untuk menentukan nasib politik, ekonomi dan sosial mereka, menawarkan pandangan-pandangan subnasional, minoritas, hal ini akan menurunkan kemungkinan kekerasan terulang kelas, gender dan usia (ZIF 2015; UN 2015). Resolusi kembali (Toft 2010: 10), dan karenanya memungkinkan Dewan Keamanan PBB 1325 menegaskan kembali lebih banyak waktu bagi lembaga-lembaga demokrasi pentingnya peranan perempuan dalam pencegahan untuk menjadi stabil dan mendapatkan kepercayaan publik. dan penyelesaian konflik, perundingan perdamaian, Beberapa bukti menunjukkan bahwa menyertakan mantan pembangunan perdamaian, penjaga perdamaian, respon pejuang dalam lembaga politik yang baru meningkatkan kemanusiaan, dan dalam rekonstruksi pasca-konflik. kemungkinkan bahwa proses demokrasi akan mengarah pada Resolusi ini menekankan kekuatan dan kemampuan penciptaan dan penguatan lembaga-lembaga demokratis unik perempuan untuk mempengaruhi perubahan, dan

GAMBAR 8.1

Indeks GSOD: evolusi Pemerintahan Perwakilan di 20 negara pasca-konflik

Afghanistan Angola Bosnia dan Herzegovina Burundi 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Kamboja Republik Afrika Tengah Pantai Gading Kroasia 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Republik Demokratik Kongo (DRC) Haiti Kosovo Liberia 1.0 0.8 0.6 0.4

Skor Indeks 0.2 0.0 Makedonia Mali Mozambik Namibia 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Rwanda Sierra Leone Tajikistan Timor-Leste 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -5 0 5 10 15 20 25 -5 0 5 10 15 20 25 -5 0 5 10 15 20 25 -5 0 5 10 15 20 25 Tahun-tahun sejak misi pembangunan perdamaian utama

Catatan: Sumbu y menunjukkan skor bagi pemerintahan perwakilan dan sumbu x menunjukkan tahun-tahun sebelum dan sesudah misi pembangunan perdamaian yang utama. Garis putus-putus oranye menandai awal operasi penjaga perdamaian (tahun 0 di sumbu). Skor di sumbu y berkisar dari 0 sampai 1. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kinerja dalam pemerintahan perwakilan yang lebih tinggi.

Sumber: Indeks GSoD 2017 (Indeks Pemerintahan Perwakilan).

51 Bab 8 Global State of Democracy Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi Mengkaji Ketahanan Demokrasi

menekankan pentingnya partisipasi mereka yang setara dan Mendefinikan “kami rakyat” keterlibatan penuh di seluruh upaya untuk memelihara dan Thomas Paine menggambarkan sebuah konstitusi sebagai memajukan perdamaian dan keamanan (UNSC 2000). “bukan tindakan pemerintahannya, tetapi tindakan Rakyat Inklusi melakukan lebih dari sekedar membawa kelompok yang membentuk pemerintahannya” (Paine [1791] 1999). yang berbeda ke dalam proses pembuatan keputusan. Ia Namun rakyat tidak dapat memutuskan, hingga seseorang dapat juga membantu mengembangkan perluasan wawasan memutuskan siapa yang dimaksud dengan “rakyat” itu. dalam masyarakat dan meningkatkan toleransi sosial. (Jennings 1956). Dalam banyak hal, penentuan “rakyat” juga Inklusif, sistem konsensus membangun saling menghormati merupakan keputusan yang paling penting, karena dapat dan toleransi, dan membantu memfasilitasi proses deliberasi mempengaruhi output substantif dalam proses pembentukan (Kirchner, Freitag dan Rapp 2011: 210). konstitusi (yaitu naskah) serta legitimasi prosedural atas proses itu, dan oleh karenanya rasa kepemilikan yang luas Batas-batas inklusi terhadap konstitusi yang dihasilkan (Hart 2003). Karena tidak mungkin melibatkan seluruh konstituensi dalam proses pembuatan keputusan, Bank Dunia Sekalipun seluruh warga negara, dalam beberapa kasus, menekankan koalisi-koalisi yang kontekstual dan “cukup diberikan kesempatan untuk meratifikasi konstitusi melalui inklusif”. Koalisi ini harus memprioritaskan kelompok- referendum, tugas menyusun konstitusi didelegasikan kepada kelompok yang membawa legitimasi politik, serta sumber badan pembuat konstitusi seperti Majelis Konstituante. daya keuangan dan teknis, dan akan terus mendesak Oleh karena itu keputusan awal yang penting meliputi reformasi kelembagaan yang mendalam, seperti kelompok mendefinisikan “rakyat”, siapa yang dimasukkan ke (dan bisnis, buruh, serta kelompok perempuan dan elemen dikeluarkan dari) badan pembuat konstitusi, bagaimana masyarakat sipil lainnya (Bank Dunia 2011: 124). mereka dimasukkan dan siapa yang mereka wakili.

Beberapa kelompok mungkin secara sah tak dilibatkan Inklusi melalui perwakilan dalam perundingan perdamaian, misalnya jika penduduk Inklusi melalui perwakilan menyajikan peluang bagi percaya kelompok tersebut sudah kehilangan haknya untuk inklusivitas sepanjang dua dimensi: (a) inklusi horizontal berpartisipasi karena pelanggaran di masa lalu. Inklusivitas (terarah), yang berupaya memberikan suara sebanyak dapat juga mengurangi efisiensi: ketika inklusivitas yang mungkin pada kelompok sosial utama, termasuk kelompok luas melibatkan banyak kementerian atau organisasi, bukan arus utama dan yang berselisih serta (b) inklusi vertikal pembuatan keputusan dan kemajuan mungkin lambat atau (aktif), yang bertujuan untuk melibatkan warga negara mahal (World Bank 2011: 124; ZIF 2015). yang lebih luas di luar elite yang diseleksi untuk melakukan perundingan. Kedua dimensi harus dipertimbangkan ketika Konstitusi pasca-konflik – inklusi dalam praktik merancang proses pembangunan konstitusi pasca-konflik. Konstitusi pasca-konflik dianugerahi tanggung jawab yang besar. Bukan hanya melakukan pemenuhan fungsinya Untuk memenuhi tuntutan masyarakat di tingkat yang biasa sebagai kerangka keja bagi pemerintah, tapi subnasional, inklusi yang terarah dalam proses juga mewujudkan kesepakatan perdamaian – termasuk pembangunan-konstitusi harus didasarkan pada konsep penyelesaian perselisihan yang berhubungan dengan “kami rakyat”, yang berpartisipasi sebagai mitra yang setara, identitas, ideologi, otonomi, dan akses ke kekuasaan bahkan jika komunitas memiliki jumlah yang tidak sama dan sumber daya publik. Dengan begitu banyak yang dan bahkan jika beberapa identitas subnasional berselisih. dipertaruhkan, proses pembentukan konstitusi pasca- Legitimasi badan pembuat konstitusi didasarkan pada konflik berlangsung di arena politik yang diperebutkan pencerminan persepsi diri kolektif masyarakat yang lebih secara sengit, dengan setiap kelompok mempertaruhkan luas; langkah-langkah khusus mungkin diperlukan untuk tuntutan kepentingannya. Proses pembangunan konstitusi menjamin inklusi kelompok yang jika tidak dijamin akan yang inklusif lebih mungkin menghasilkan konstitusi yang menjadi kurang terwakili, misalnya perempuan. tangguh, dalam hal meningkatkan ketahanan penyelesaian konstitusional (Elkins, Blount dan Ginsberg 2009) dan Beberapa pihak telah menunjukkan bahwa proses yang mengurangi kemungkinan pengulangan konflik (Widner optimal untuk merancang sebuah Majelis Konstituante 2005). harus berbentuk jam pasir: inklusi yang luas di awal, dalam perdebatan nasional selama pemilu ke majelis, dan inklusi

52 International IDEA Bab 8 Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi

luas di akhir, dalam bentuk referendum rakyat. Akan tetapi dalam politik elektoral bisa berdampak luas bagi ketahanan analisis ini didasarkan terutama pada Majelis Konstituante negara baru maupun bagi sistem demokrasi. Dalam Nasional Perancis (French National Constituent Assembly) banyak kasus, pemberontak ini membentuk partai politik tahun 1789 dan Konvensi Konstitusional Amerika Serikat yang mewakili kepentingan bagian dari populasi yang (US Constitutional Convention) tahun 1787. Sementara sebelumnya dirugikan. Bukti menunjukkan bahwa, dalam pemikiran ini berlaku untuk banyak proses pembangunan konteks semua hal lain sama (ceteris paribus), melibatkan konstitusi saat ini, norma-norma modern perwakilan mantan pemberontak dalam proses pembangunan demokrasi dan implikasi masyarakat yang terbelah dari perdamaian membuat kemungkinan terulangnya konflik transisi pasca konflik mengharuskan pendekatan yang lebih menjadi berkurang, baik dalam jangka pendek maupun bernuansa untuk memproses rancangan konstitusi dan jangka panjang (Marshall and Ishiyama 2016: 1020; Call inklusi. Mekanisme yang utama bagi inklusi dalam proses 2012: 4). pembangunan-konstitusi adalah aktif dalam arti bahwa ia mencari masukan yang teratur dan konsisten dari rakyat, Kelompok pemberontak menghadapi banyak tantangan sebagian besar melalui konsultasi publik. Akan tetapi, banyak dan risiko dengan berubah bentuk menjadi partai politik. pihak yang meragukan nilai dari partisipasi publik seperti Transformasi itu membutuhkan perubahan sikap dan ini. Hal ini karena kerahasiaan, perundingan-perundingan perilaku signifikan, yang memerlukan waktu (De Zeeuw elite merupakan unsur penting dari pembuatan konstitusi 2007: 11–19; Ishiyama dan Batta 2011; Lyons 2005; dan dapat terancam oleh terlalu banyak keterbukaan dan Manning 1998). Persaingan pemilu juga dapat mengubah transparansi, serta konsultasi publik mungkin menjadi dan mengacaukan hierarki dan organisasi internal partai. sangat dangkal, dan yang paling buruk berpotensi merusak Adalah penting untuk dicatat bahwa melibatkan mantan karena menghasilkan harapan yang tidak realistis mengenai pemberontak ke dalam struktur kekuasaan juga membawa bagaimana pandangan publik bisa dimasukkan ke dalam risiko bagi legitimasi demokrasi. Ketika konflik tetap naskah konstitusi. belum diselesaikan secara tuntas, inklusi terhadap mantan pemberontak tersebut bisa saja secara tidak sengaja Inklusi melampaui pemilu dan referendum telah menjadi menunjukkan pada kelompok sempalan bahwa mereka juga norma yang tersebar. Oleh karena itu, pertanyaan bagi pada akhirnya akan dimasukkan dalam struktur kekuasaan perancang proses pembangunan konstitusi adalah bukan jika mereka mengangkat senjata lagi. apakah memasukkan konsultasi publik, tetapi bagaimana memastikan hal itu dapat menjadi sarana yang efektif Memasukkan pemberontak dalam transisi pasca-konflik untuk memenuhi harapan warga negara yang berubah. dapat membantu membangun negara yang lebih tangguh Melibatkan kelompok-kelompok yang berbeda dalam proses dengan beberapa cara. Pemberontak yang menjadi politisi penyusunan konstitusi memberikan rasa kepemilikan kepada seringkali menyadari bahwa partisipasi dalam politik elektoral banyak sekali aktor terhadap penyelesaian konstitusional, bisa lebih berharga daripada kembali ke medan pertempuran. sehingga lebih memungkinkan membuat kelompok yang Politisi yang memenangkan kursi legislatif, kota atau dewan berbeda akan mematuhi batasan-batasan dari tatanan mendapatkan akses pada penghasilan yang teratur, visibilitas konstitusional yang baru dan berupaya melindunginya dari dan platform yang memungkinkan untuk menapaki potensi pelanggaran. Tatanan konstitusional yang stabil, kemajuan politik lebih lanjut. Oleh karena itu, orang- pada gilirannya, berkontribusi pada ketahanan demokrasi orang ini bisa menumbuhkan kepemilikan atas partisipasi untuk jangka panjang karena mampu menyalurkan konflik berkelanjutan dalam proses dan lembaga demokrasi, serta melalui aturan-aturan yang disepakati oleh semua pihak, kebijakan mengenai inklusi yang terarah akan berupaya menyediakan kepastian dan dapat diprediksi dalam hal membantu para mantan pemberontak itu untuk memahami bagaimana kekuasaan dialokasikan, dan membatasi desakan dan mempercayai manfaat sistem yang baru. Dalam jangka mayoritas. panjang, partisipasi para politisi baru ini menciptakan lembaga-lembaga yang lebih tangguh (dan sah). Pembangunan perdamaian melalui pemilu dan partai politik Lembaga-lembaga elektoral Mantan kelompok pemberontak memainkan peranan Lembaga-lembaga politik sangat penting dalam lingkungan penting dalam periode transisi pasca-konflik, dan keputusan pasca-konflik (Wolff 2011b: 1778), ketika mantan lawan mereka mengenai apakah (dan bagaimana) berpartisipasi menilai bentuk dan karakter potensial negara baru,

53 Bab 8 Global State of Democracy Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi Mengkaji Ketahanan Demokrasi

mengevaluasi peranan yang dapat mereka mainkan di korelasi dengan perdamaian di beberapa penelitian negara itu, dan memutuskan berapa jauh mereka meyakini (Bogaards 2013: 80), tetapi penelitian yang lainnya kemampuan aturan-aturan main yang baru bisa mengatasi menghubungkannya dengan kekerasan politik (Selway dan keluhan mereka. Jadi, penting untuk memilih sistem Templeman 2012: 1558). PR telah terbukti tidak memiliki pemilu yang paling tepat (Sisk dan Reynolds 1998). Tiga pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kekerasan di jenis utama sistem pemilu adalah pluralitas/mayoritas, masyarakat yang paling beragam, dan untuk menurunkan perwakilan proporsional (PR) dan campuran (Reynolds, kekerasan di masyarakat yang homogen (Selway dan Reilly dan Ellis 2005). Templeman 2012: 1560).

Pemilihan sistem pemilu Oleh karena itu, dalam jangka panjang, kursi legislatif Pemilihan sistem pemilu penting karena dapat mempengaruhi mungkin tidak menjamin perdamaian abadi atau stabilitas jangka panjang negara dan mendukung ketahanan demokrasi. Kelompok-kelompok sosial yang kemampuannya untuk mengatasi guncangan dan krisis dalam merasa termarjinalkan (atau berisiko termarjinalisasi) ingin dua cara utama. Pertama, sistem pemilu mempengaruhi mampu mempengaruhi dan mengakses proses pembuatan perilaku dan strategi politisi. Beberapa sistem mayoritas keputusan yang lebih tinggi, khususnya di tingkat eksekutif. menghargai moderasi, misalnya, dan dapat memiliki hasil yang Inklusi yang luas (misalnya, menduduki kursi oposisi di berbeda secara signifikan ketimbang sistem yang memberikan legislatif) sejauh ini hanya berkontribusi bagi ketahanan panggung untuk pandangan yang lebih ekstrim (Reilly jangka panjang. Dalam rangka mempengaruhi perubahan 2002: 156). Kedua, sistem pemilu memiliki kekuatan untuk jangka panjang, inklusi harus lebih bermakna. meredakan atau justru memperparah konflik (Horowitz 1985; Benoit 2004: 369). Para pendukung konsosiasionalisme, Oleh karena itu, inklusi yang terarah mungkin diperlukan sebuah mode tata pemerintahan yang didasarkan pada – misalnya, melibatkan kelompok-kelompok marjinal pembagian kekuasaan di antara para elite dari kelompok pada tingkat kekuasaan tertentu. Contoh sistem PR yang sosial yang berbeda, berpendapat bahwa PR merupakan sedikit dimodifikasi yang memfasilitasi akses ke kekuasaan pilihan terbaik bagi masyarakat yang sangat terbelah karena eksekutif termasuk Afrika Selatan, di mana seluruh partai memberikan hasil yang proporsional, memfasilitasi perwakilan dengan setidaknya 5 persen kursi legislatif memiliki hak minoritas dan memperlakukan semua kelompok secara setara untuk diwakili dalam kabinet, dan Lebanon, yang secara (Lijphart 2004: 100). permanen mengalokasikan jabatan kepresidenan untuk satu kelompok dan perdana menteri untuk kelompok yang Sistem Proporsional melawan mayoritas lainnya (Lijphart 2004: 99). Sistem PR bukanlah obat yang mujarab bagi masyarakat yang terbelah. Para pengkritik menunjukkan bahwa sistem Dengan gerakan dan migrasi global yang meningkat, negara PR mereplikasi perpecahan masyarakat dalam lembaga demokrasi mungkin ingin beralih dari mendorong kelompok legislatif nasional. Mereka tidak menawarkan insentif untuk identitas sempit yang berkonflik dengan kelompok ceruk memperluas platform kebijakan atau menarik pendukung lainnya. Sebagai gantinya, mereka mungkin semakin non-tradisional. Pemilu PR seringkali menghasilkan “koalisi memilih untuk membangun dan menumbuhkan institusi nyaman” yang tidak didasarkan pada ideologi bersama atau politik yang menghargai konsensus dan mencari manfaat tujuan jangka panjang (Horowitz 2012: 26). Sementara dari keanekaragaman. Jika ini kasusnya, PR mungkin tidak sistem mayoritas cenderung mendukung kelompok yang memenuhi kebutuhan negara demokrasi masa depan. dominan dari sisi angka, beberapa di antara mereka juga memberikan insentif bagi para calon untuk memoderasi Setelah lebih dari 30 tahun pembangunan perdamaian kebijakan-kebijakan dan sikap mereka dalam rangka internasional, para ahli sekarang mengakui bahwa memenangkan dukungan dari luar basis tradisional mereka. kekurangan mendasar dari model pembangunan Beberapa sistem mayoritas menginsentif moderasi politik perdamaian yang dominan adalah kurangnya penekanan dan lebih cenderung menghasilkan konsensus di antara pada inklusi. Akan tetapi, inklusi harus bisa melampaui para pesaing (Horowitz 2012: 26). kuota; ia harus berarti dan terarah. Ketentuan untuk memfasilitasi inklusi yang sesungguhnya lebih banyak Bukti kemampuan PR untuk menciptakan perdamaian yang artinya daripada memastikan perwakilan secara numerik; bertahan lama juga beragam. Sementara PR menunjukkan mereka memberikan akses ke pembuatan keputusan dan

54 International IDEA Bab 8 Pembangunan Perdamaian Inklusif Dalam Negara yang Terdampak Konflik: Merancang Ketahanan Demokrasi

membina tumbuhnya para pemangku kepentingan lokal regional dari berbagai wilayah di negara, yang mungkin baru yang tertarik pada proses demokrasi. memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemimpin partai di ibu kota. Pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk • Membantu mempersiapkan perwakilan partai agar mengatasi tantangan demokrasi dan melaksanakan tugasnya secara efektif dengan bekerja pembangunan perdamaian bersama perwakilan legislatif untuk mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan konstituennya Seluruh perunding perdamaian/transisi dan memberikan pelatihan mengenai bagaimana • Kembangkan dan gunakan definisi yang menganalisis dan mempersiapkan perundang- lebih komprehensif mengenai inklusi yang undangan. mempertimbangkan lebih dari jumlah orang atau • Mengembangkan inklusi pemimpin partai baru dalam kelompok di atas meja. program dengan cara-cara yang memberi mereka rasa • Integrasikan strategi inklusi yang aktif dan terarah ke kepemilikan terhadap sistem dengan mengundang para dalam rancangan seluruh lembaga, sehingga rancangan anggota struktural partai untuk berpartisipasi dalam ini menjadi hasil dari komunikasi yang teratur dengan pelatihan dan program pendukung bagi legislator dan publik dan terbuka bagi kelompok-kelompok yang pejabat daerah, dan memastikan transparansi dan menantang konsepsi arus utama dari negara demokrasi inklusi dalam aktivitas mereka. • Temukan cara-cara yang inovatif untuk mengikuti kepemimpinan pemangku kepentingan lokal, termasuk Perancang sistem elektoral di tingkat subnasional • Berpikir lah melampaui pengaturan pembagian • Libatkan organisasi masyarakat sipil berbasis isu dalam kekuasaan di tingkat eksekutif dengan merancang proses pembuatan keputusan selama periode transisi. cara-cara baru untuk memberikan jaminan keamanan yang kredibel dan berbasis luas bagi para pihak pasca- Otoritas yang bertugas dalam pemilu dan penyedia pemberontakan tanpa mengeluarkan partai oposisi “tak bantuan pemilu internasional bersenjata” yang berkompetisi. • Berikan dukungan yang berkelanjutan bagi • Fokus pada sistem elektoral yang menyeimbangkan pembangunan partai politik yang menargetkan inklusivitas dengan akses pada pembuatan keputusan berbagai subkelompok partai yang memungkinkan pemerintahan, dan yang berupaya mencapai inklusivitas untuk terberdayakan oleh partisipasi dalam politik melalui dukungan populer berbasis luas. elektoral. Hal ini meliputi perwakilan partai di lembaga • Sertakan ketentuan-ketentuan yang memungkinkan legislatif nasional, kabinet, kantor daerah, para calon hak veto dan yang tidak membuang partai-partai untuk jabatan-jabatan tersebut, dan pemimpin partai tertentu ke bangku oposisi.

55 Referensi Terpilih Global State of Democracy Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Referensi Terpilih

Untuk daftar referensi yang lengkap lihatThe Global State of Benoit, K., ‘Models of electoral system change’ [Model-model Democracy 2017: Exploring Democracy’s Resilience. perubahan sistem pemilu], Electoral Studies, 23 (2004), hal. 363–89 Acemoglu, D. dan Robinson, J., Why Nations Fail: The Origins of Power, Bergh, G., Rocha Menocal, A. dan Rodríguez Takeuchi, L., What Is Prosperity, and Poverty [Mengapa Bangsa-bangsa Gagal: Asal Behind the Demand for Governance? [Apakah di balik Tuntutan Mula Kekuasaan, Kemakmuran, dan Kemiskinan] (New York: Crown Tata Pemerintahan?] (London: Overseas Development Institute, Publishers, 2011) 2014), [Apakah demokrasi sistem pemerintahan yang anda sukai?], 2016, Bermeo, N., ‘On democratic backsliding’ [Pada kemunduran demokrasi], Journal of Democracy, 27/1 (2016), hal. 5–19 Alexander, G., The Sources of Democratic Consolidation [Sumber Bird, K., Saalfeld, T. dan Wüst, A., The Political Representation of Konsolidasi Demokrasi](Ithaca, NY and London: Cornell University Immigrants and Minorities: Voters, Parties, and Parliaments in Press, 2002) Liberal Democracies [Perwakilan Politik Imigran dan Minoritas: Altman, D., ‘The potential of direct democracy: a global measure (1900– Pemilih, Partai Politik, dan Parlement di Negara Demokrasi Liberal] 2014)’ [Potensi demokrasi langsung: Sebuah ukuran global] Social (London and New York: Routledge Taylor and Francis Group and Indicators Research (2016) ECPR, 2016) Anderson, B., Imagined Communities: Reflections on the Origin and Bishwa, N. T., An Assessment of the Causes of Conflict in Nepal [Penilaian Spread of Nationalism [Komunitas yang Dibayangkan: Refleksi atas Penyebab Konflik di Nepal] (Kathmandu: Tribhuvan University, tentang Asal Mula dan Penyebaran Nasionalisme] (New York: 2007), Arkhede Olsson, S., Corruption and Political Participation: A Multilevel Blais, A. et al., ‘Deciding who has the right to vote: a comparative Analysis [Korupsi dan Partisipasi Politik: Sebuah Analisis analysis of election laws’ [Memutuskan siapa yang berhak Multilevel] (Gothenburg: Quality of Government Institute, 2014), memilih: sebuah analisis komparatif mengenai undang-undang Bloemraad, I., ‘Accessing the corridors of power: puzzles and pathways Asher, W., Brewer G. D., Shabbir Cheema, G. dan Heffron, J. M., The to understanding minority representation’ [Menilai koridor-koridor Evolution of Development Thinking: Governance, Economics, kekuasaan: teka-teki dan jalan untuk memahami perwakilan Assistance, and Security [Evolusi Pemikiran Pembangunan: Tata minoritas], West European Politics, 36/3 (2013), hal. 652–70 Pemerintahan, Perekonomian, Pendampingan, dan Keamanan] Bogaards, M., ‘The choice for proportional representation: electoral (London: Palgrave, 2016) system design in peace agreements’ [Pilihan bagi perwakilan Bauböck, R., ‘Towards a political theory of migrant transnationalism’ proporsional: desain sistem pemilu dalam kesepakatan damai], [Menuju teori politik transnasionalisme migran], International Civil Wars, 15 (2013), hal. 71–87 Migration Review, 37/3 (2003), hal. 700–23 Booth, D., Development as a Collective Action Problem [Pembangunan —, ‘Expansive citizenship—voting beyond territory and membership’ sebagai suatu Masalah Tindakan Kolektif] (London: Overseas [Kewarganegaraan yang meluas—pemberian suara di luar wilayah Development Institute, 2012) dan keanggotaan], Political Science and Politics, 38/4 (2005), Booth, D. dan Unsworth, S., Politically Smart, Locally Led Development hal. 683–87 [Pembangunan yang cerdas secara politik dan dipimpin secara —, ‘Stakeholder citizenship and transnational political participation: lokal] (London: Overseas Development Institute, 2014) a normative evaluation of external voting’ [Kewarganegaraan Briscoe, I. dan Goff, D.,Protecting Politics: Deterring the Influence of pemangku kepentingkan dan partisipasi politik transnasional: Organized Crime on Elections [Melindungi politik: Menghambat suatu evaluasi normatif tentang pemungutan suara eksternal], Pengaruh Kejahatan Terorganisasi terhadap Pemilu], C. Uribe Burcher Fordham Law Review, 75/5 (2007), hal. 2393–447 (ed.) (Stockholm and The Hague: International IDEA and the Clingendael Beauchamp, Z., ‘No easy answers: why left-wing economics is not Institute, 2016a), muda: mengapa perekonomian sayap kiri bukan jawaban bagi —, Protecting Politics: Deterring the Influence of Organized Crime on populisme sayap kanan], Vox, 13 Maret 2017, (ed.) (Stockholm and The Hague: International IDEA and the Behrend, J. dan Whitehead, L., ‘The struggle for subnational democracy’ Clingendael Institute, 2016b),

56 International IDEA Referensi Terpilih

I. Briscoe, C. Perdomo dan C. Uribe Burcher (eds), Illicit Networks and Collyer, M., ‘A geography of extra-territorial citizenship: explanations Politics in Latin America [Jaringan dan Politik yang Melawan Hukum of external voting’ [Geografi kewarganegaraan ekstrateritorial: di Amerika Latin] (Stockholm and The Hague: International IDEA, penjelasan pemberian suara luar negeri], Migration Studies, 2/1 Netherlands Institute for Multiparty Democracy and Netherlands (2014), hal. 55–72 Institute for International Relations, 2014), approach’ [Menentukan dan mengukur demokrasi: sebuah Brown, M., ‘Democratic governance: toward a framework for sustainable pendekatan baru], Perspectives on Politics, 9/2 (2011), hal. 247–67 peace’ [Tata pemerintahan demokratis: menuju suatu kerangka Council of Europe, ‘Recommendation: Financing of political parties’ kerja bagi perdamaian berkelanjutan], Global Governance, 9 [Rekomendasi: Pembiayaan partai politik], Rec 1516(2001), 22 (2003), hal. 141–46 Mei 2001, [Otoritarianisme di Era Demokratisasi] (New York: Cambridge Dahlberg, S., Linde, J. dan Egreteau, R., ‘Burma in diaspora: a University Press, 2007) preliminary research note on the politics of Burmese diasporic Bulmer, E. W., Presidential Veto Powers [Kekuasaan Veto Presidensial], communities in Asia’ [Burma dalam diaspora: catatan penelitian International IDEA Constitution-Building Primer No. 14, Mei 2015, awal mengenai politik komunitas Burma di Asia], Journal of Current Dähnke, I., Markard, L., Wiesner, A. dan Zapata-Barrero, R., Diversity in Call, C., Why Peace Fails: The Causes and Prevention of Civil War Political Parties’ Programmes, Organisation and Representation [Mengapa Perdamaian Gagal: Penyebab dan Pencegahan Perang [Perbedaan dalam Program, Organisasi dan Perwakilan Partai Saudara] (Washington, DC: Georgetown University Press, 2012) Politik] (Hamburg: DIVPOL, 2014), Caryl, C., ‘The age of disillusionment’ [Era Kekecewaan], Foreign Policy, Davies, W., ‘The age of post-truth politics’ [Era politik pasca- 11 January 2016, nytimes.com/2016/08/24/opinion/campaign-stops/the-age-of- Casal Bértoa, F. et al., ‘The world upside down: delegitimising political post-truth-politics.html> finance regulation’ [Dunia yang terbalik: mendelegitimasi De Zeeuw, J., Soldiers into Politicians: Transforming Armed peraturan keuangan politik], International Political Science Review, Opposition Groups after Civil War [Dari Tentara Menjadi Politisi: 35/3 (2014), hal. 355–75 Mentransformasi Kelompok Oposisi Bersenjata setelah Perang Casas-Zamora, K. dan Zovatto, D., The Cost of Democracy: Essays Saudara] (Boulder, CO: Lynne Rienner, 2007) on Political Finance in Latin America [Biaya Demokrasi: Esai Department for International Development (DFID), Reducing Poverty by tentang Keuangan Politik di Amerika Latin] (Washington DC, Tackling Exclusion [Mengurangi Kemiskinan dengan Mengatasi and Stockholm: International IDEA, Organization of American Pengecualian] (London: DFID, 2005) States and Inter-American Dialogue, 2016), Foreign Affairs (March/April 2008), support’ [Asia Tenggara: sumber dukungan rejim], Journal of —, ‘Democracy in decline’ [Demokrasi dalam kemunduran], Foreign Democracy, 24 (2013), hal. 150–64 Afairs, 13 Juni 2016 Cheema, S. dan Popovski, V., Engaging Civil Society: Emerging Trends Earnest, D. C, ‘Voting Rights for Resident Aliens: Nationalism, Post- in Democratic Governance [Melibatkan Masyarakat Sipil: Trend nationalism and Sovereignty in an Era of Mass Migration’ [Hak yang Muncul dalam Tata Pemerintahan Demokratis] (Tokyo: United Pilih bagi Penghuni Asing: Nasionalisme, Pasca-nasionalisme Nations University Press, 2010) dan Kedaulatan di Era Migrasi Massa], Dissertation, George Cheeseman, N., Democracy in Africa: Successes, Failures, and the Washington University (2004), tidak dipublikasikan Struggle for Political Reform [Demokrasi di Afrika: Keberhasilan, The Economist, ‘Art of the lie’ [Seni Berbohong], 10 September 2016, Choudhry, S. dan Bisarya, S., ‘Regional organizations and threats to Economist Intelligence Unit (EIU), ‘Democracy on the edge: Populism constitutional democracy from within: self-coups and authoritarian and protest’ [Demokrasi di tepi: Populisme dan protes] 2015, backsliding’, [Organisasi regional dan ancaman terhadap negara demokrasi konstitusional dari dalam: kudeta-diri dan kemunduran —, Democracy Index 2016: Revenge of the ‘Deplorables’ otoriter] dalam R. Cordenillo dan K. Sample (eds), Rule of Law and [Indeks Demokrasi 2016: Pembalasan dari ‘yang Tercela’] Constitution Building: The Role of Regional Organizations (Stockholm: (London: EIU, 2017), pdf&mode=wp&campaignid=DemocracyIndex2016> CIVICUS, State of Civil Society Report 2016 [Laporan Keadaan Edelman Insights, ‘2013 Edelman trust barometer global results’ [Hasil Masyarakat Sipil 2016] (Washington, DC: CIVICUS, 2016), edelman.com/trust-downloads/executive-summary/>

57 Referensi Terpilih Global State of Democracy Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Egreteau, R., ‘Burma in diaspora: a preliminary research note on the Haggard, S. dan Kaufman, R., ‘Poverty, inequality, and democracy: politics of Burmese diasporic communities in Asia’ [Burma dalam how regions differ’ [Kemiskinan, ketidaksetaraan dan demokrasi: diaspora: catatan penelitian awal tentang politik komunitas bagaimana wilayah-wilayah berbeda], Journal of Democracy, 20/4 diaspora Burma di Asia], Journal of Current Southeast Asian Affairs, (2009), hal. 36–49 31/2 (2012), hal. 115–47 Hart, V., Democratic Constitution Making [Pembuatan Konstitusi yang Elkins, Z., Blount, J. dan Ginsburg, T., ‘Does the process of constitution- Demokratis] (Washington, DC: United States Institute of Peace, 2003), making matter?’ [Apakah proses pembuatan konstitusi penting?], Annual Review of Law and Social Science, 5 (2009), hal. 201–30 Herbert, S., Lessons from Implementing Peace Agreements: What European Union Democracy Observatory on Citizenship (EUDO) Database next for Colombia? [Pelajaran dari Pelaksanaan Kesepakatan [Database Pengamatan Demokrasi atas Kewarganegaraan Uni Perdamaian: Apa selanjutnya bagi Kolumbia?] (Birmingham: Eropa], Hickey, S., Sen, K. dan Bukenya, B., ‘Exploring the politics of inclusive E. Falguera, S. Jones dan M. Ohman (eds), Funding of Political Parties development: towards a new conceptual approach’ [Mengkaji and Election Campaigns: A Handbook on Political Finance politik pembangunan inklusif: menuju suatu pendekatan [Pendanaan Partai Politik dan Kampanye Pemilu: Buku Pedoman konseptual baru], dalam S. Hickey, K. Sen dan B. Bukenya (eds), tentang Keuangan Politik] (Stockholm: International IDEA, 2014), The Politics of Inclusive Development: Interrogating the Evidence Oxford University Press, 2014) Fish, M. S., ‘Stronger legislatures, stronger democracies’ [Badan Hochschild, J. dan Einstein, K. L., Do Facts Matter? Information and legislatif lebih kuat, demokrasi lebih kuat], Journal of Democracy, Misinformation in American Politics [Apakah Fakta Penting? 17/1 (2006), hal. 5–20 Informasi dan Misinformasi dalam Politik Amerika] (Norman: Fox, J. dan Halloran, B., Connecting the Dots for Accountability: University of Oklahoma Press, 2015) Civil Society Policy Monitoring and Advocacy Strategies Hoddie, M. dan Hartzell, C., ‘Civil war settlements and the [Menghubungkan Titik-titik Akuntabilitas: Kebijakan Monitoring implementation of military power-sharing arrangements’ dan Strategi Advokasi Masyarakat Sipil] (London: Open Society [Penyelesaian perang saudara dan pelaksanaan pengaturan Foundation, 2016), Holmberg, S., ‘Democratic discontent in old and new democracies: Gates, B. dan Gates, M., ‘Promises to keep in 2016’ [Janji untuk assessing the importance of democratic input and governmental dijaga di tahun 2016], Bill and Melinda Gates Foundation, 20 output’ [Ketidakpuasan demokrasi di negara-negara demokrasi Januari 2016, Holmberg, S., Rothstein, B. dan Nasiritousi, N., ‘Quality of government: Gershman, C., ‘Democracy and democracies in crisis’ [Demokrasi dan what you get’ [Kualitas pemerintahan: apa yang anda dapatkan], negara demokrasi dalam krisis], World Affairs, 2016, Neoliberalism [Negara Busuk? Korupsi, Pasca-komunis, dan Ginsburg, T., Melton, J. dan Elkins, Z. ‘On the evasion of executive term Neoliberalisme] (Durham, NC: Duke University Press, 2006) limits’ [Tentang penghindaran batas waktu jabatan eksekutif], Horowitz, D., Ethnic Groups in Conflict [Kelompok Etnik dalam Konflik] William & Mary Law Review, 52 (2011), hal. 1807–69, —, ‘Encouraging electoral accommodation in divided societies’ Gleditsch, N.-P. and Hegre, H., ‘Peace and democracy: three levels [Mendorong akomodasi elektoral dalam masyarakat yang of analysis’ [Perdamaian dan demokrasi: tiga tingkat analisis], terbelah], dalam B. V. Lal dan P. Larmour (eds), Electoral Systems Journal of Conflict Resolution, 41/2 (1997), hal. 283–310 in Divided Societies: The Fiji Constitution Review [Sistem Pemilu Greven, T., The Rise of Right Wing Populism in Europe and the United dalam Masyarakat yang Terbelah: Tinjauan Konstitusi Fiji] States: A Comparative Perspective [Munculnya Populisme (Canberra: Australian National University Press, 2012) Sayap Kanan di Eropa dan Amerika Serikat: Sebuah Perspektif Houle, C., ‘Inequality and democracy: why inequality harms Komparatif] (Bonn: Friedrich Ebert Stiftung, 2016), membahayakan konsolidasi tetapi tidak mempengaruhi Grimm, R., ‘The rise of the German Eurosceptic party Alternative für demokratisasi], World Politics, 61/4 (2009), hal. 589–622 Deutschland: between Ordoliberal critique and popular anxiety’ Htun, M., ‘Is gender like ethnicity? The political representation of [Munculnya Partai Euroseptik Jerman Alternative für Deutschland: identity groups’ [Apakah gender seperti etnisitas? Perwakilan antara kritik Ordoliberal dan kecemasan populer], International politik kelompok identitas], Perspectives on Politics, 2/3 (2004), Political Science Review, 3 (2016), hal. 264–78 hal. 439–58 The Guardian, ‘Panama Papers: a special investigation’ [Panama Huddleston, T., Bilgili, Ö., Joki, A. L. and Vankova, Z., ‘Migrant Papers: sebuah investigasi khusus], 2016,

58 International IDEA Referensi Terpilih

Hudson, D. dan Leftwich, A., ‘From Political Economy to Political Jennings, I., The Approach to Self-Government [Pendekatan ke Pemerintahan Analysis’ [Dari Ekonomi Politik ke Analisis Politik], Developmental Mandiri] (Cambridge: Cambridge University Press, 1956) Leadership Program Research Paper No. 25, 2014, Tantangan yang Langka, tapi Berulang] (Stockholm: International Huq, A. Z. dan Ginsburg, T., ‘How to lose a constitutional democracy’ IDEA, 2016) [Bagaimana menghilangkan demokrasi konstitusional], UCLA Karl, T. L., ‘Economic inequality and democratic instability’ Law Review, 65 (2017), of Democracy, 11/1 (2000), hal. 149–56 Human Rights Watch (HRW), World Report 2017 [Laporan Dunia 2017] Keck, M. E. dan Sikkink, K., ‘Transnational advocacy networks (New York: HRW, 2017), in international and regional politics’ [Jaringan advokasi Inglehart, R. dan Norris. P., ‘Trump, Brexit, and the Rise of Populism: transnasional dalam politik internasional dan regional], Economic Have-nots and Cultural Backlash’ [Trump, Brexit, dan International Social Science Journal, 51 (1999), hal. 89–101 Munculnya Populisme: si Miskin Ekonomi dan Reaksi Budaya], Keefer, P., Collective Action, Political Parties and Pro-Development Public Harvard University Kennedy School of Government Faculty Research Policy [Tindakan Kolektif, Partai Politik dan Kebijakan Publik yang Working Paper No. 16-026, Agustus 2016, Keen, R. dan Apostolova, V., ‘Membership of political parties’ International Crisis Group (ICG), Burundi: A Dangerous Third Term [Keanggotaan partai politik], House of Commons Library Briefng [Burundi: Istilah Ketiga yang Berbahaya] (Brussels: ICG, 2016), Paper No. SN05125, 28 Maret 2017, burundi-dangerous-third-term> Kemp, B., van der Staak, S., Tørå, B. dan Magolowondo, A., Political International Institute for Democracy and Electoral Assistance Party Dialogue: A Facilitator’s Guide [Dialog Partai Politik: (International IDEA), Digital Parties Portal [Portal Partai Digital], Pedoman Fasilitator] (Stockholm, The Hague and Oslo: [tanpa tanggal], International IDEA, Netherlands Institute for Multiparty Democracy —, Voting from Abroad Database [Basis data Suara dari Luar Negeri], and Oslo Center for Peace and Human Rights, 2013) [tanpa tanggal], political institutions in a comparative perspective’ [Membentuk —, The Global State of Democracy 2017: Exploring Democracy’s toleransi: peran lembaga politik dalam suatu perspektif Resilience [Status Demokrasi Global 2017: Mengkaji Ketahanan komparatif], European Political Science Review (2011), hal. 201–27 Demokrasi] (Stockholm: International IDEA, 2017a), the Decline of Democracy [Kaki Tangan Penjahat: Bagaimana Barat —, The Global State of Democracy Indices [Indeks Status Demokrasi Membantu dan Menyebabkan Turunnya Demokrasi] (London: Global, 2017b, C. Hurst & Co. Publishers, 2016) — ‘Geographic Definitions of Regions in The Global State of Democracy’ Knutsen, C.H., ‘Reinvestigating the reciprocal relationship between [Definisi Wilayah Geografis dalam Status Demokrasi Global], democracy and income inequality’ [Menginvenstigasi Ulang Background Paper, 2017c, Hubungan Timbal Balik Antara Demokrasi dan Ketidaksetaraan International Organisation for Migration (IOM), ‘Global Migration Trends Pendapatan], Review of Economics and Institutions, 6/2 (2015), Factsheet 2015’ [Lembar fakta Trend Migrasi Global 2015], 2015a, hal. 1–37 Koinova, M, ‘Conditions and Timing of Moderate Diaspora Mobilization’ —, World Migration Report 2015: Migrants and Cities, New Partnerships [Kondisi dan Waktu Mobilisasi Diaspora Moderat] Working Paper, to Manage Mobility [Laporan Migrasi Dunia 2015: Migran dan Kota, George Mason University, 2009 Kemitraan Baru untuk Mengelola Mobilitas] (Geneva: IOM, 2015b) Kostelka, F., ‘Voter turnout and emigration: what affects transnational Inter-Parliamentary Union (IPU), ‘Women in Parliament, 20 Years in electoral participation?’ [Partisipasi pemilih dan emigrasi: apa Review’ [Perempuan di Parlemen, 20 Tahun dalam Tinjauan], 2015 yang mempengaruhi partsipasi pemilih transnasional?], Journal of —, ‘Youth Participation in National Parliaments’ [Partisipasi Pemuda Ethnic and Migration Studies, 43/7 (2017), hal. 1061–83 dalam Parlemen Nasional], 2016, inequality and democratic support’ [Ketidaksetaraan ekonomi dan —, ‘Women in National Parliaments, situation as of 1st of March 2017’ dukungan demokrasi], The Journal of Politics, 76/1 (2014), hal. 139–51 [Perempuan dalam Parlemen Nasional, Situasi per 1 Maret 2017], Kurlantzick, J., Democracy in Retreat: The Revolt of the Middle Class and 2017, the Worldwide Decline of Representative Government [Demokrasi Ishiyama, J. dan Batta, A., ‘Swords into ploughshares: the dalam Kemunduran: Pemberontakan Kelas Menengah dan organizational transformation of rebel groups into political Kemunduran Pemerintahan Perwakilan di Seluruh Dunia] (New parties’ [Pedang menjadi mata bajak: transformasi organisasional Haven, CT: Yale University Press, 2014) kelompok pemberontak menjadi partai politik], Communist and Landman, T., Assessing the Quality of Democracy: An Overview of the Post-Communist Studies, 44 (2011), hal. 369–79 International IDEA Framework [Menilai Kualitas Demokrasi: Ikhtisar Itzigsohn, J., ‘Immigration and the boundaries of citizenship’ [Imigrasi Kerangka Kerja International IDEA] (Stockholm: International IDEA, dan perbatasan kewarganegaraan], International Migration 2008),

59 Referensi Terpilih Global State of Democracy Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Latinobarómetro, ‘Is democracy your preferred system of government? 2016, Lyons, T., Demilitarizing Politics: Elections on the Uncertain Road to —, ‘Latinobarómetro Análisis de datos’ [Analisis data Latinobarómeter], Peace [Demiliterisasi Politik: Pemilu di Jalan Yang Tak Pasti Menuju Corporación Latinobarómetro, Maastricht Centre for Citizenship, Migration and Development, Leftwich, A., Developmental States, Effective States and Poverty MACIMIDE Global Expatriate Dual Citizenship Database [Basis data Reduction: The Primacy of Politics [Negara Berkembang, Negara Kewarganegaraan Ganda Ekspatriat Global MACIMIDE], 2015, Efektif dan Pengurangan Kemiskinan: Keutamaan Politik] (New York: United Nations Research Institute For Social Development, Manning, C., ‘Constructing opposition in Mozambique: Renamo as 2008) political party’ [Membangun oposisi di Mozambik: Renamo Leterme, Y. dan van der Staak, S., ‘Active citizenship and political sebagai partai politik], Journal of Southern African Studies, 24/1 movements in Europe: the evolution of political representation’ (1998), hal. 161–89 [Kewarganegaraan aktif dan gerakan politik di Eropa: evolusi Manning, C. dan Smith, I., ‘Political party formation by former armed perwakilan politik], Turkish Policy Quarterly, 15/2 (2016) hal. 47–57 opposition groups after civil war’ [Formasi partai politik oleh Levin-Waldman, O., ‘How inequality undermines democracy’ mantan kelompok oposisi bersenjata setelah perang saudara], [Bagaimana ketidaksetaraan merongrong demokrasi], Democratization, 23/6 (2016), hal. 972–89 E-International Relations (2016), parties promote peace after civil conflict’ [Apakah inklusi politik Levitsky, S. dan Way, L., Competitive Authoritarianism: Hybrid Regimes pihak pemberontak mendorong perdamaian setelah konflik sipil], after the Cold War [Otoritarianisme Kompetitif: Rejim Campuran Democratization, 23/6 (2016), hal. 1009–25 setelah Perang Dingin] (New York and Cambridge: Cambridge Mazzuca, S., ‘Access to power versus exercise of power: University Press, 2010) democratization and bureaucratization in Latin America’ [Akses —, ‘The myth of democratic recession’ [Mitos tentang resesi ke kekuasaan melawan pelaksanaan kekuasaan: demokratisasi demokratis], Journal of Democracy, 26/1 (2015), hal. 45–58 dan birokratisasi di Amerika Latin], Studies in Comparative Levy, B., Working with the Grain: Integrating Governance and International Development, 45/3 (2010), hal. 334–57 Growth in Development Strategies [Bekerja dengan Gandum: McLaren, L. M., ‘Cause for concern? The impact of immigration on Mengintegrasikan Pemerintahan dan Pertumbuhan dalam Strategi political trust’ [Penyebab kekhawatiran? Dampak migrasi Pembangunan] (Oxford: Oxford University Press, 2014) terhadap kepercayaan politik], Policy Network Paper, University Lijphart, A., ‘Constitutional design for divided societies’ [Desain of Nottingham, September 2010, (http://web.archive.org/ konstitusional bagi masyarakat terbelah], Journal of Democracy, web/20130622105311/http://www.policy-network.net/ 15/2 (2004), hal. 96–109 publications/3690/Migration-and-the-rise-of-the-radical-right) Lodigiani, E. dan Salomone, S., ‘Migration-induced transfer of norms: McMann, K. M. et al., ‘Democracy and Corruption: A Global Time- the case of female political empowerment’ [Transfer norma yang series Analysis with V-Dem Data’ [Demokrasi dan Korupsi: didorong oleh migrasi: kasus pemberdayaan politik perempuan], Analisis Serial Waktu Global dengan Data V-Dem] (Gothenburg: Centro Studi Luca d’Agliano Development Studies Working Paper Varieties of Democracy Institute, 2017), Lopez-Guerra, C., ‘Should expatriates vote?’ [Haruskah ekspatriat Merkel, W., ‘Are dictatorships returning? Revisiting the “democratic memberikan suara?], Journal of Political Philosophy, 13 (2005), rollback” hypothesis’ [Apakah kediktatoran kembali? Meninjau hal. 216–34 kembali hipotesis “perputaran demokrasi”], Contemporary Lui, K., ‘Expatriate voters like those in Hong Kong could be decisive in Politics, 16/1 (2010), hal. 17–31 the French election’ [Para pemilih ekspatriat seperti di Hong Kong Ministère de l’Intérieur [Kementerian Dalam Negeri], France, Résultats dapat menentukan dalam pemilu Prancis] , Time Magazine, 5 Mei de l’élection présidentielle 2007 [2007 Presidential election 2017, gouv.fr/Elections/Lesresultats/Presidentielles/elecresult__ Lust, E. dan Waldner, D., Unwelcome Change: Understanding, presidentielle_2007/(path)/presidentielle_2007/FE.html>, diakses Evaluating, and Extending Theories of Democratic Backsliding 26 September 2017 [Perubahan yang Tidak Disukai: Memahami, Mengevaluasi dan —, Résultats de l’élection présidentielle 2017 [Hasil Pemilu Presiden Memperluas Teori-teori Kemunduran Demokratik] (Washington, 2017], presidentielle-2017/FE.html>, diakses 26 September 2017 Lührmann, A., Lindberg, S., Mechkova, V., Olin, M., Casagrande, F., Ministry of Interior (Greece), ‘Parliamentary Elections September 2015’ Petrarca, C. dan Saxer, L., V-Dem Annual Report 2017. Democracy [Pemilu Parlemen September 2015], 2015, (Gothenburg: V-Dem Institute, 2017) Møller, J. dan Skaaning, S., ‘The third wave: inside the numbers’ Lyman, R., dan Gillet, K., ‘Romania protests simmer despite leaders’ [Gelombang ketiga: di dalam angka], Journal of Democracy, 2/4 promises to back down’ [Rumania protes memanas meskipun (2013), hal. 97–109 pemimpin berjanji akan mundur], New York Times, 5 Februari 2017, Moore, J. dan Velasquez, T., ‘Sovereignty negotiated: anti-mining

60 International IDEA Referensi Terpilih

movements, the state and multinational mining companies Pembajakan Kebijakan] (Paris: OECD, 2016) under “Correa’s twenty-first century socialism”’ [Kedaulatan Ortiz, I., Burke, S., Berrada, M. dan Cortes, H., World Protests 2006– dinegosiasikan: gerakan anti-pertambangan, negara dan 2013 [Protes Dunia 2006-2013] (New York: Initiative for Policy perusahaan pertambangan multinasional di bawah “sosialisme Dialogue and Friedrich-Ebert-Stiftung, 2013) abad ke dua puluh satu Correa”] dalam A. Bebbington (ed.), Social Osueke, A. dan Tsounta, E., What is Behind Latin America’s Declining Conflict, Economic Development and Extractive Industry [Konflik Income Inequality? [Apakah di balik menurunnya Ketidaksetaraan Sosial, Pembangunan Ekonomi dan Industri Ekstraktif] (London: Penghasilan di Amerika Latin?] (Washington, DC: International Routledge, 2012) Monetary Fund, 2014) Mudde, C., ‘The problem with populism’ [Masalah dengan populisme’], Ottaway, M. Democracy Challenged: The Rise of Semi-Authoritarianism The Guardian, 17 Februari 2015, Oxfam, Youth and Inequality: Time to Support Youth as Agents of Navarro, C., Morales, I. dan Gratschew, M., ‘External voting: a their own Future [Pemuda dan Ketidaksetaraan: Waktu untuk comparative overview’ [Pemungutan suara eksternal: sebuah Mendukung Pemuda sebagai Agen dari Masa Depan Mereka] ikhtisar komparatif], dalam Ellis, A., Navarro, C., Morales, I., (Oxford: Oxfam, 2016) Gratschew, M. and Braun, N., Voting from Abroad: The International —, An Economy for the 99% [Ekonomi untuk yang 99%] (Oxford: Oxfam, IDEA Handbook [Suara dari Luar Negeri: Buku Pedoman 2017) International IDEA] (Stockholm: International IDEA, 2007), Paz Arauco, V. et al., Strengthening Social Justice to Address Intersecting Norris, P., Electoral Engineering: Voting Rules and Political Behavior Inequalities Post-2015 [Memperkuat Keadilan Sosial untuk [Rekayasa Elektoral: Aturan Pemungutan Suara dan Perilaku Mengatasi Ketidaksetaraan yang Bersimpangan Pasca-2015] Politik] (Cambridge: Cambridge University Press, 2004) (London: Overseas Development Institute, 2014) —, Democratic Deficit: Critical Citizens Revisited [Defisit Demokrasi: Pedroza, L., ‘The democratic potential of enfranchising resident Meninjau ulang Warga Negara yang Kritis] (Cambridge: Cambridge migrants’ [Potensi demokrasi pemberian hak suara penghuni University Press, 2011) migran], International Migration, 53/3 (2015), hal. 23–24 —, Why Elections Fail [Mengapa Pemilu Gagal] (New York and Perdomo, C. dan Uribe Burcher, C., Protecting Politics: Deterring the Cambridge: Cambridge University Press, 2015) Influence of Organized Crime on Local Democracy [Melindungi —, ‘It’s not just Trump, authoritarian populism is rising across the West. Politik: Menghambat Pengaruh Kejahatan Terorganisasi pada Here’s why’ [Ini bukan hanya Trump, populisme otoriter muncul di Demokrasi Lokal] (Stockholm and Geneva: International IDEA and Barat. Ini sebabnya], The Washington Post, 11 Maret 2016, west-heres-why/?utm_term=.5e5572b48c1a> Pevehouse, J. C., Democracy from Above: Regional Organizations and Norris, P., van Es, A. dan Fennis, L., Checkbook Elections: Political Democratization [Demokrasi dari Atas: Organisasi Regional dan Finance in Comparative Perspective [Pemilu Buku Cek: Keuangan Demokratisasi] (Cambridge: Cambridge University Press, 2005) Politik dalam Perspektif Komparatif] (Sydney: Sunlight Foundation, Plattner, M., ‘Introduction’ [Pengantar], dalam F. Fukuyama, L. Diamond Global Integrity and the Electoral Integrity Project, 2015) dan M. Plattner (eds), Poverty, Inequality, and Democracy —, Democracy, Agency and the State: Theory with Comparative Intent [Kemiskinan, Ketidaksetaraan, dan Demokrasi] (Baltimore, MD: [Demokrasi, Badan dan Negara: Teori dengan Maksud Komparatif] Johns Hopkins University Press, 2012) (Oxford: Oxford University Press, 2010) Przeworski, A. ‘Ruling against rules’ [Penguasa melawan aturan], dalam Organisation for Economic Co-operation and Development T. Ginsburg and A. Simpser (eds), Constitutions in Authoritarian (OECD), Naturalisation: A Passport for the better integration Regimes [Konstitusi dalam Rejim Otoriter] (Cambridge: Cambridge of immigrants? [Naturalisasi: Paspor bagi integrasi University Press, 2014) imigran yang lebih baik?] 2011, 28/2 (2017), hal. 105–19 —, Phase 2 Report on Implementing the OECD Anti-Bribery Convention Putzel, J. dan Di John, J., Meeting the Challenges of Crisis States in Latvia [Fase 2 Laporan Pelaksanaan Konvensi Anti-Suap OECD [Memenuhi Tantangan Negara Krisis] (London: Crisis States di Latvia], 2015a, Reilly, B., ‘Electoral systems for divided societies’ [Sistem pemilu bagi —, In it Together: Why Less Inequality Benefits Us All [Di dalamnya masyarakat yang terbelah], Journal of Democracy, 13/2 (2002), hal. Bersama: Mengapa Kurang Ketidaksetaraan Menguntungkan Kita 156–70 Semua] (Paris: OECD, 2015b) Reitano, T. dan Hunter, M., ‘Case study: Colombia’ [Studi Kasus: —, Financing Democracy: Funding of Political Parties and Election Kolombia], dalam C. Uribe Burcher (ed.), Protecting Politics: Campaigns and the Risk of Policy Capture [Membiayai Demokrasi: Deterring the Influence of Organized Crime on Public Service Pendanaan Partai Politik dan Kampanye Pemilu serta Risiko Delivery [Melindungi Politik: Menghambat Pengaruh Kejahatan

61 Referensi Terpilih

Terorganisasi pada Penyampaian Layanan Publik] (Stockholm Schumpeter, J., Capitalism, Socialism and Democracy [Kapitalisme, and Geneva: International IDEA and the Global Initiative against Sosialisme dan Demokrasi] (London: Unwin University Books, Transnational Organized Crime, 2016), Guide [Mengukur Dukungan Publik bagi Demokrasi: Sebuah Reporters without Borders, ‘World Press Freedom Index’ [Indeks Kebebasan Pedoman Sumber Daya] (Stockholm: International IDEA, 2017), Pers Dunia], 2016, La República, ‘Vladivideos: 16 años de la primera grabación que hizo Selway, J. dan Templeman, K., ‘The myth of consociationalism? Conflict caer al régimen fujimorista’ [Vladivideos: 16 tahun rekaman reduction in divided societies’ [Mitos konsosiasionalisme? pertama yang menjatuhkan rejim Fujimori], 14 September 2016, Pengurangan konflik dalam masyarakat terbelah], Comparative Sen, A. ‘Democracy as a universal value’ [Demokrasi sebagai sebuah Reynolds, A., Reilly, B. dan Ellis, A., Electoral System Design: The nilai universal], Journal of Democracy, 10/3 (1999a), hal. 3–17 New International IDEA Handbook [Desain Sistem Pemilu: Buku —, Development as Freedom [Pembangunan sebagai Kebebasan] Pedoman Baru International IDEA] (Stockholm: International IDEA, (Oxford: Oxford University Press, 1999b) 2005), Republic of Congo, Lesotho, and Kenya: a comparative perspective’ Rocha Menocal, A., ‘Analysing the relationship between democracy [Mediasi elektoral di Republik Demokratik Kongo, Lesotho, dan and development’ [Menganalis hubungan antara demokrasi dan Kenya: sebuah perspektif komparatif], Conflict Trends, 16 Februari pembangunan], Commonwealth Good Governance 2011/2012, 2017, uploads/2014/04/GG11-Analysing-the-relationship-between- Shirky, C., ‘The political power of social media’ [Kekuatan politik media democracy-and-development.pdf> sosial], Foreign Affairs, January/February (2011) —, ‘Political settlements and the politics of inclusion’ [Penyelesaian Sisk, T. dan Reynolds, A., Elections and Conflict Management in Africa politik dan politik inklusi], Developmental Leadership Program [Pemilu dan Pengelolaan Konflik di Afrika] (Washington, DC: United State of the Art Research Series, Oktober 2015, Skaaning, S.-E., The Global State of Democracy Indices Methodology: —, ‘Inclusive development and the politics of transformation: Lessons Conceptualization and Measurement Framework [Metodologi from Asia’ [Pembangunan inklusif dan politik transformasi: Indeks Status Demokrasi Global: Konseptualisasi dan Kerangka Pelajaran dari Asia], Developmental Leadership Program Research Kerja Pengukuran] (Stockholm: International IDEA, 2017), inclusive-development-and-the-politics-of-transformation- Spiro, P., ‘Perfecting political diaspora’ [Menyempurnakan diaspora lessons-from-asia.php> politik], New York University Law Review, 81 (2006), hal. 207–33 Rothstein, B. dan Holmberg, S., Correlates of Corruption [Korelasi Stewart, F., Horizontal Inequalities as a Cause for Conflict: A Review of Korupsi] (Gothenburg: Quality of Government Institute, 2014), CRISE Findings [Ketidaksetaraan Horizontal sebagai Penyebab World Bank, 2010) Rovni, J., ‘Communism, federalism, and ethnic minorities: explaining Stiglitz, J., The Price of Inequality: How Today’s Divided Society party competition patterns in Eastern Europe’ [Komunisme, Endangers our Future [Harga Ketidaksetaraan: Bagaimana federalisme, dan minoritas etnik: Menjelaskan pola persaingan Keterbelahan Masyarakat Saat Ini Membahayakan Masa Depan partai di Eropa Timur], World Politics, 22/4 (2014), hal. 669–708 Kita] (New York: W.W. Norton, 2013) Russett, B., dan Oneal, J. R., Triangulating Peace: Democracy, Stokes, B., ‘The Rise of Nontraditional, Eurosceptic Parties’ [Munculnya Interdependence, and International Organizations [Segitiga Parta-Partai Nontradisional dan Euroskeptik], dalam B. Perdamaian: Demokrasi, Saling Ketergantungan, dan Organisasi Stokes, Faith in European Project Reviving [Keyakinan dalam Internasional] (New York: Norton, 2001) Menghidupkan Kembali Proyek Eropa], Pew Research Center, 2 Juni Santamaría, G., Drugs, Gangs, and Vigilantes: How to Tackle the New 2015, Hakim Sendiri: Bagaimana Menangani Jenis Baru Kekerasan Stokke, K. dan Törnquist, O. (eds), Democratization in the Global South: Bersenjata di Meksiko] (Oslo, Norwegian Peacebuilding Resource The Importance of Transformative Politics [Demokratisasi di Center, 2014), Palgrave Macmillan, 2013) Schedler, A., The Politics of Uncertainty: Sustaining and Stuart, E. et al., Leaving No One Behind: A Critical Path for the first 1,000 Subverting Electoral Authoritarianism [Politik Ketidakpastian: days of the Sustainable Development Goals [Tidak Meninggalkan Mempertahankan dan Menumbangkan Otoritarianisme Elektoral] Siapapun di Belakang: Sebuah Jalan Kritis untuk 1.000 hari (Oxford: Oxford University Press, 2013) pertama Tujuan Pembangunan Berkelanjutan] (London: Overseas Schmitter, P., ‘Crisis and transition, but not decline’ [Krisis dan transisi, Development Institute, 2016), 32–44 Sundberg, A., ‘Diasporas Represented in their Home Country

62 Referensi Terpilih

Parliaments’ [Diaspora Diwakili dalam Parlemen di Negara RES/1325(2000)> Asalnya], Overseas Vote Foundation, 2007, [Implikasi bagi tindakan: Yang memungkinkan, pemicu, pengunci Toft, M. D., ‘Ending civil wars: a case for rebel victories?’ [Mengakhiri dan agen partai programatis], dalam N. Cheeseman et al., Politics perang saudara: sebuah kasus untuk kemenangan pemberontak?], Meets Policies: The Emergence of Programmatic Political Parties International Security, 34/4 (2010), hal. 7–36 [Politik bertemu dengan Kebijakan: Munculnya Partai Politik Törnquist, O. dan Harriss, J., Reinventing Social Democratic Programatis] (Stockholm: International IDEA, 2014), dari Perbandingan India dan Skandinavia] (Copenhagen: NIAS Varshney, A., ‘Ethnic conflict and civil society: India and beyond’ Press, 2016) [Konflik etnik dan masyarakat sipil: India dan seterusnya], World Travesi, F. dan Rivera, H., ‘Political crime, amnesties and pardons: scope Politics, 53/3 (2001), hal. 362–98 and challenges’ [Kejahatan politik, amnesti dan pemberian maaf: Warren, M., ‘What does corruption mean in a democracy?’ [Apakah lingkup dan tantangan], International Center for Transitional Justice artinya korupsi dalam negara demokrasi?], American Journal of Briefing, Maret 2016, Venice Commission (European Commission for Democracy Through D. Treisman (ed.), The New Autocracy: Information, Politics, and Policy Law), Report on Out Of Country Voting [Laporan Pemungutan Suara in Putin’s Russia [Otokrasi Baru: Informasi, Politik dan Kebijakan di Luar Negeri] (Strasbourg: Council of Europe, 2011) Putin di Rusia] (Washington, DC: Brookings Institution Press, 2017) Weyland, K., Democracy Without Equity: Failures of reform in Brazil United Nations, Peacebuilding in the Aftermath of Conflict: Report of the [Demokrasi Tanpa Keadilan: Kegagalan Reformasi di Brasil] Secretary General [Pembangunan Perdamaian Setelah Konflik: (Pittsburgh, PA: University of Pittsburgh Press, 1996) Laporan kepada Sekretaris Jenderal], A/67/499, S/2012/746, 8 Widner, J., ‘Constitution writing and conflict resolution’ [Penulisan Oktober 2012, hal. 503–18 —, Global Study on Homicide 2013 [Penelitian Global tentang Will, G., Money in Politics: What’s the Problem? [Uang dalam Politik: Apa Pembunuhan 2013], 2014, www.youtube.com/watch?v=c5-4jW5dLSI> —, Transforming our World: The 2030 Agenda for Sustainable Wolff, S.,Conflict Management in Deeply Divided Societies: Theories Development [Mentransformasi Dunia Kita: Agenda 2030 untuk and Practice [Pengelolaan Konflik dalam Masyarakat yang Sangat Pembangunan Berkelanjutan] (New York: UN, 2015) Terbelah: Teori dan Praktik] (London: Wiley-Blackwell, 2011a) —, Leaving No One Behind: The Imperative of Inclusive Development —, ‘Post-conflict state building: the debate on institutional choice’ [Tidak Meninggalkan Siapapun di Belakang: Keharusan [Pembangunan negara pasca-konflik: perdebatan mengenai Pembangunan Inklusif] (New York: UN, 2016a), 1777–1802 —, ‘International Migration 2015’ [Migrasi Internasional 2015], World Bank, Governance, Growth, and Development Decision-Making— Department for Economic and Social Affairs, Population Division, Reflections by Douglass North, Daron Acemoglu, Francis Fukuyama, 2016b, Acemoglu, Francis Fukuyama, dan Dani Rodrik] (Washington, DC: United Nations Development Programme (UNDP), Humanity Divided: World Bank, 2008) Confronting Inequality in Developing Countries [Kemanusiaan —, World Development Report 2011: Conflict, Security, and Development Terbelah: Menghadapi Ketidaksetaraan di Negara-negara [Laporan Pembangunan Dunia 2011: Konflik, Keamanan dan Berkembang] (New York: UNDP, 2013), development/Humanity%20Divided/HumanityDivided_Full- —, Poverty and Shared Prosperity 2016: Taking on Inequality Report.pdf> [Kemiskinan dan Kemakmuran Bersama 2016: Menghadapi UNDP-DPA, Joint UNDP-DPA Annual Report 2015 [Laporan Tahunan Ketidaksetaraan] (Washington, DC: World Bank, 2016), Bersama UNDP-DPA 2015] (New York: UNDP and DPA, 2015), democratic-governance/conflict-prevention/undp-dpa-joint- —, World Development Report 2017: Governance and the Law [Laporan programme-annual-report-2015.html> Pembangunan Dunia 2017: Tata Pemerintahan dan Hukum] United Nations Peacekeeping, ‘Post Cold-War Surge’ [Gelora Pasca- (Washington, DC: World Bank, 2017), operations/surge.shtml> World Economic Forum, The Global Risks Report 2016 [Laporan Risiko United Nations Security Council Resolution 1325 [Resolusi Dewan Global 2016] (Cologne and Geneva: World Economic Forum, 2016) Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1325] (2000), 31 Oktober World Values Survey, ‘Wave 6: 2010–2014’ [Gelombang 6: 2010-2014], 2000,

63 Referensi Terpilih

Yanguas, P., ‘The role and responsibility of foreign aid in recipient political settlements’ [Peran dan tanggung jawab bantuan asing dalam penyelesaian politik penerima], Journal of International Development, 29/2 (2017), hal. 211–28 Zamfir, I., Democracy in Africa: Power Alternation and Presidential Term Limits [Demokrasi di Afrika: Pergantian Kekuasaan dan Pembatasan Masa Jabatan Presiden] (Brussels: European Parliament, 2016), Zentrum für Internationale Friedenseinsatze (ZIF), The Challenge of Sustaining Peace: The Report on the Review of the UN Peacebuilding Architecture [Tantangan Perdamaian Berkelanjutan: Laporan atas Tinjauan Arsitektur Pembangunan Perdamaian PBB], ZIF Kompakt (Berlin: ZIF, 2015),

64 Referensi Terpilih

65 Tentang International IDEA Global State of Democracy Mengkaji Ketahanan Demokrasi

Tentang International IDEA

International Institute for Democracy and Electoral Assistance (International IDEA) adalah sebuah organisasi antarpemerintahan yang mendukung lembaga-lembaga dan proses-proses demokrasi yang berkelanjutan di seluruh dunia. International IDEA bertindak sebagai katalisator untuk pembangunan demokrasi dengan memberikan sumber daya pengetahuan dan usulan-usulan kebijakan, serta mendukung reformasi demokrasi sebagai respons atas permintaan negara tertentu. International IDEA bekerja dengan pembuat kebijakan, pemerintah, organisasi internasional dan badan-badan, juga organisasi-organisasi regional yang terlibat dalam bidang pembangunan demokrasi.

Apa yang dilakukan oleh International IDEA? Pekerjaan Institut diorganisasikan pada tingkat global, regional dan negara, dengan fokus pada warga negara sebagai penggerak perubahan. International IDEA menghasilkan pengetahuan yang komparatif dalam bidang keahlian utamanya: proses elektoral, pembangunan-konstitusi, serta partisipasi politik dan perwakilan, juga demokrasi ketika dihubungkan dengan gender, keberagaman, serta konflik dan keamanan.

International IDEA membawa pengetahuan ini kepada perwakilan nasional dan lokal yang bekerja untuk reformasi demokrasi, dan memfasilitasi dialog untuk mendukung perubahan demokrasi.

Dalam pekerjaannya, International IDEA bertujuan untuk: • meningkatkan kapasitas, legitimasi dan kredibilitas demokrasi; • partisipasi yang lebih inklusif dan perwakilan yang akuntabel; serta • kerja sama demokrasi yang lebih efektif dan sah.

Di manakah International IDEA bekerja? International IDEA bekerja di seluruh dunia. Bermarkas di Stockholm, Swedia, Institut memiliki kantor di Afrika, Asia- Pasifik, Eropa, serta Amerika Latin dan Karibia.

International IDEA adalah Pemantau Tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

66 International IDEA Tentang International IDEA

Lanskap politik saat ini menimbulkan tantangan global yang kompleks bagi negara-negara demokrasi.

Lanskap dipengaruhi oleh globalisasi, perubahan kekuatan geopolitik, perubahan peran dan struktur organisasi dan lembaga (supra) nasional serta perkembangan teknologi komunikasi modern. Fenomena transnasional seperti migrasi dan perubahan iklim mempengaruhi dinamika konflik dan pembangunan, warganegara dan kedaulatan negara. Meningkatnya kesenjangan, dan polarisasi sosial serta eksklusi yang dihasilkannya, mendistorsi representasi dan suara politik, mengurangi pemilih moderat yang vital.

Dinamika-dinamika tersebut berkontribusi pada munculnya pandangan yang diperdebatkan secara luas bahwa demokrasi sedang menurun. Sejumlah peristiwa yang terjadi di berbagai penjuru dunia menantang gagasan ketahanan demokrasi dan membuat sistem demokrasi tampak rapuh dan terancam. Namun, nilai-nilai demokrasi di antara warga negara, dan di dalam lembaga-lembaga, baik di tingkat nasional maupun internasional, terus diekspresikan dan dipertahankan.

Ikhtisar Global State of Democracy 2017: Mengkaji Ketahanan Demokrasi International IDEA menguraikan tantangan-tantangan utama terkini yang dihadapi demokrasi dan kondisi-kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya ketahanan demokrasi. Berdasarkan indeks Global State of Democracy yang baru dikembangkan sebagai sebuah basis bukti kunci untuk menginformasikan intervensi kebijakan dan mengidentifikasi pendekatan-pendekatan solutif, publikasi ini menyajikan penilaian global dan regional atas status demokrasi dari tahun 1975—pada awal gelombang ketiga demokratisasi— hingga tahun 2015, dilengkapi dengan analisis kualitatif mengenai tantangan- tantangan demokrasi hingga tahun 2017.

International IDEA Perludem Strömsborg Jl. Tebet Timur IV A No. 1 SE-103 34 Jakarta Selatan 12820 Stockholm, Swedia Indonesia Tel: +46 8 698 37 00 Tel: +62 21 8300004 [email protected] [email protected], [email protected] ISBN: 978-91- 7671-206-1 (print) www.idea.int www.perludem.org ISBN: 978-91-7671-207-8 (PDF)