ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3: 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf Dengan Partai Nasional Pada Pilkada 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) Syukrina. Dr. Effendi Hasan, MA ([email protected], [email protected])

Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Koalisi partai Aceh dengan Partai Nasional (Gerindra) merupakan koalisi yang terjadi karena kesepakatan kedua belah pihak yang mempunyai kesamaan visi dan misi membangun Aceh kearah yang lebih baik dimasa yang akan datang. Namun dalam berkoalisi ini kemudian menimbulkan pro dan kontra dikalangan partai Aceh sendiri dimana pemilihan wakil gubernur yaitu TA Khalid tidak diakui oleh partai Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi partai Aceh berkoalisi dengan partai nasional pada pilkada 2017 dan untuk mengetahui dampak koalisi terhadap potensi konflik internal partai Aceh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh melalui penelitian lapangan dan kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan, sedangkan data kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku, skripsi, jurnal dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peneltian ini.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang Muzakkir Manaf berkoalisi dengan partai nasional pada pilkada 2017 ialah adanya kesepakatan yang ingin sama-sama membangun Aceh dimasa yang akan datang berdasarkan UUPA dan MoU Helsinki dan juga sebagai strategi untuk meraih suara pada pilkada 2017. Kemudian dampak koalisi juga menjadi sebuah konflik didalam

Corresponding Author : [email protected], [email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 3, Agustus 2017: 1 - 16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

internal partai Aceh yang disebabkan ketidaksetujuan terhadap wakil gubernur yang dipilih. Konflik juga menjadi penyebab kekalahan partai Aceh pada pilkada 2017. Konflik berawal dikarenakan tidak setujunya atas terpilihnya wakil gubernur TA Khalid yang pada akhirnya terjadi pembangkangan kader dan pengurus yang mengakibatkan mengalami kekalahan pada pilkada 2017. Namun koalisi yang terjadi antara partai Aceh dengan gerindra ini justru merugikan partai Aceh karena kurang efektifnya kerja tim pemenangan. Adanya ketidakseimbangan kerjasama inilah yang dinilai tidak signifikan dan partai Aceh telah gagal memimpin Aceh.

Kata Kunci: Koalisi, Konflik Internal.

Muzakkir Manaf’s Coalition With National Political Party In The Regional (Pilkada) 2017 (A study towards Potential Internal Conflicts Within Partai Aceh in Choosing Vise Governor)

ABSTRACT

The Coalition between Partai Aceh with Gerindra, one of national political party, is a mutual agreement between the two parties which is based on the same vision and missions to develop Aceh in a better way for the coming years. However, this decision has resukted in pros and cons within the internal side of Partai Aceh. Those who against this coalition express their disagreement towards the appointment made by the party to choose TA Khalid as the candidate for vice governor and running mate for Muzakkir Manaf. This study was meant to find out the reasons as to why Partai Aceh decided to bridge a coalitions with national political party in the regional election (Pilkada) of 2017 and to know the impacts of this decision to potential internal conflict within the body of Partai Aceh. This was a qualitative research. The data were obtained from field and library research. The field study was done by interviewing the informants and library or literature

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 2 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

study was done by reading books, scripts, journals, and laws which have correlation with the study. The results showed that the reasons that led Muzakkir Manaf to have a coalition with national political party was because these two parties have a same vision to have collaborative work to develop Aceh in the future based on UUPA and Mou Helsinki and it was also used as a strategy to win the e2017‟s election. The internal conflict rose into the surface becase some of the party members did not have the same opinion as the party selected TA Khalid as Manaf‟s running mate which resulted in protest expressed by the cadres and administrators. The dispute seemed has caused them failed in the 2017‟s regional election. This coalition also has inflicted Partai Aceh because the winning team could not work effectively. This imbalanced collaborative work has made Partai Aceh failed to lead Aceh in the future.

Keywords: Coalition, Internal Conflict.

PENDAHULUAN

Kehadiran partai politik merupakan perwujudan negara yang demokrasi. Partai politik memiliki arti yang sangat penting dan telah menjadi fenomena umum dalam kehidupan politik yang demokratis. Tidak ada sistem politik yang berjalan tanpa adanya partai politik. Partai politik menjadi sarana penghubung kepentingan rakyat dan pembuat kebijakan dalam pemerintahan demokrasi. Karena itu partai politik memiliki fungsi dan tujuan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat apabila dilaksanakan sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku.

Era demokrasi di Indonesia saat ini dalam menetapkan kewenangan untuk mendirikan partai politik tidak saja bersifat nasional, namun juga ada yang bersifat lokal (tingkat daerah). Partai politik yang bersifat lokal atau lebih dikenal dengan partai politik lokal hadir diwilayah Aceh sebagai perwujudan perdamaian antara Pemerintah Pusat dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai wujud Otonomi Khusus di Propinsi Aceh yang dapat meredam konflik yang berkepanjangan antara Pemerintah Pusat dan GAM.

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 3 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Kehadiran partai politik lokal di Aceh merupakan tuntutan dari GAM untuk lebih leluasa dalam menjalankan sistem pemerintahan di Aceh. Hal ini di lakukan agar tidak lagi terjadinya diskriminasi oleh Pemerintah Pusat terhadap Aceh secara khusus. Partai Politik lokal di Aceh diperkuat dengan terbentuknya UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2007 Tentang Partai Politik Lokal di Aceh.

Adapun beberapa partai politik lokal di Aceh diantaranya adalah Partai Aceh, Partai Nasional Aceh dan Partai Damai Aceh. Namun, partai politik lokal yang saat ini memiliki peran dan kursi yang dominan dalam legislatif adalah Partai Aceh.Partai Aceh merupakan partai yang banyak mendapat perhatian dari masyarakat Aceh, hal ini dikarenakan Partai Aceh merupakan kumpulan dari sebagian besar mantan kombatan GAM yang masih solid untuk memperjuangkan keadilan di Aceh, perjuangan dalam konteks ini telah berubah dari perjuangan untuk kemerdekaan kepada perjuangan politik.

Selanjutnya, UU No. 20 Tahun 2007 juga menjelaskan Partai Politik Lokal adalah organisasi politik yang di bentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia yang berdomisili di Aceh secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita- cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan Negara melalui pemilihan angota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) / Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten /Kota (DPRK), Gubernur dan wakil Gubernur, serta Bupati dan wakil Bupati dan Walikota/wakil Walikota.

Salah satu partai politik lokal telah mengisi lembaga pemerintahan Aceh yaitu sebagai Gubernur dan wakil Gubernur yang berasal dari Partai Aceh. Gubernur dan wakil Gubernur ini berasal dari satu partai yang sama dan juga merupakan angota kombatan GAM yang sama sama ingin memajukan masyarakat aceh berdasarkan landasan dan perpanjangan asas Mou Helsinki yang berjabat selama 5 tahun periode 2012-2017. Namun menjelang berakhirnya periode jabatannya ini timbul perpecahan dan konflik yang mengakibatkan kedua pihak ini berpisah dan ingin berdiri sendiri.

Dalam hal pemilihan gubernur dan wakil gubernur pada pilkada 2017 ada beberapa calon kandidat yang akan mendaftarkan diri. Setidaknya, sampai saat ini sudah ada 9 orang yang berminat menjadi calon gubernur Aceh. Mereka adalah , Zaini Abdullah, Zakaria Saman, Irwandi Jusuf, TM Nurlif, Tarmizi Karim, Ahmad Farhan Hamid, Abdullah Puteh dan Saiful Mahdi. Dari sembilan nama ini, tiga nama sudah menegaskan diri untuk maju melalui jalur perseorangan. Namun pada periode mendatang Muzakkir Manaf yang merupakan Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 4 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

wakil gubernur periode 2012-2017 akan maju sebagai calon gubernur dan berkoalisi dengan calon wakil dari partai nasional di periode 2017-2020.

Calon Wakil gubernur yang dipilih oleh Muzakkir Manaf untuk mendampinginya pada periode pilkada 2017-2020 yaitu TA Khalid yang berasal dari partai nasional Gerindra. Alasan Muzakkir Manaf memilih TA Khalid sebagai calon wakilnya dia menyebutkan selama ini TA Khalid bisa diajak berbincang dan selalu mau berdiskusi apapun masalah yang dihadapi. Muzakkir juga menyebutkan ada kesamaan antara visi dan misi antara dirinya dengan TA Khalid dalam cita-cita mewujudkan Aceh yang lebih bermartabat, lebih baik dan sejahtera di masa mendatang. Penetapan TA Khalid sebagai wakilnya juga sebagai bukti bahwa dirinya ingin membangun Aceh bersama-sama. Menurutnya, kebersamaan adalah kunci utama untuk mewujudkan Aceh lebih baik kedepannya. Penetapan TA Khalid sebagai wakilnya telah melewati proses panjang dan musyawarah internal dengan semua partai pengusung dan semua tim pemenangan dan keputusannya semua pihak menyetujui.

Namun penetapan TA Khalid memunculkan pro dan kontra terhadap keputusan Muzakkir Manaf memilih TA Khalid sebagai pendampingnya. Ada yang mengatakan itu sebagai keputusan yang tepat dan akan mendukung pemenangannya nanti. Akan tetapi banyak pula yang menolaknya. Di antara yang menolaknya adalah Kamaruddin Abu Bakar wakil ketua umum partai Aceh atau sapaan akrabnya Abu Razak yang menolak atas terpilihnya wakil dari Partai Nasional. Hal ini dianggap melanggar AD/ART Partai karena dianggap awalnya memilih wakil tanpa musyawarah partai. Beliau mengatakan seharusnya wakil juga berasal dari partai sendiri juga, namun setelah melalui beberapa proses beliau setuju dengan terpilihnya wakil TA Khalid dan beliau juga sebagai Ketua Tim Pemenangan Pusat.

Adapun masalah yang dihadapi PA saat ini sudah menjadi perbincangan publik dimana hal ini menyangkut masa depan Aceh dimasa yang akan datang. Disisi lain, kesolidan KPA dan PA yang terjalin harmonis kini sedang menghadapi beberapa persoalan terkait adanya anggota PA yang merupakan petinggi PA sebelumnya namun sekarang memilih jalur independen. Petinggi- petinggi tersebut antara lain Zakaria Saman dan Zaini Abdullah.

Hal ini berkaitan dengan persoalan diatas dimana keputusan yang dipilih Muzakkir Manaf belum sepenuhnya sesuai dengan keinginan partai dan dianggap adanya dianggap belum sesuai dengan AD/ART partai. Dalam hal ini seharusnya

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 5 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Muzakkir Manaf lebih bijaksana dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut kepentingan partai dan anggotanya.

TINJAUAN PUSTAKA Merupakan teori-teori yang diperlukan untuk menjelaskan variabelvariabel pada penelitian ini. Selain itu dalam bab ini diuraikan pula mengenai penelitian terlebih dahulu. Adapun teori yang diginakan peneliti pada penelitian ini adalah teori Keputusan Politik dan Teori Rational Choice. Menurut (Supranto, 1991: 23) keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.

Keputusan politik ialah keputusan yang mengikat, menyangkut dan mempengaruhi masyarakat umum, yang mana itu semua biasanya diurus dan diselenggarakan oleh lembaga pemerintahan. Oleh karena itu, keputusan politik dapat pula dipahami sebagai pilihan yang terbaik dari berbagai alternatif mengenai urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah. Pada unsur pembuat keputusan terdapat tiga unsur yaitu jumlah orang yang ikut mengambil keputusan, peraturan pembuatan keputusan, dan informasi. Dimana informasi ini yang sangat diperlukan dalam membuat keputusan.

Keputusan politik yang diambil Muzakkir Manaf dalam penetapan wakil Gubernur kemudian memunculkan pro dan kontra dikalangan partai Aceh. Wakil ketua umum partai Aceh Kamaruddin Abu Bakar sendiri awalnya menolak atas terpilihnya calon wakil gubernur dari partai Gerindra yaitu TA Khalid yang dianggap harusnya partai Aceh memilih calon wakil gubernur dari partai Aceh sendiri. Beliau mengatakan bahwa partai Aceh juga mempunyai kader yang mampu menjadi calon wakil gubernur pada pilkada 2017.

Penolakan ini kemudian memunculkan konflik internal partai Aceh dimana adanya pebedaan pendapat dikalangan partai yang memicu konflik. Konflik yang terjadi kemudian menjadi suatu permasalahan didalam internal partai yang mengakibatkan akan adanya perpecahan. Namun konflik yang terjadi

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 6 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

ini hanyalah dikalangan internal partai saja dan kemudian melalui beberapa proses konflik bisa diredamkan dan diminimalisir sedemikian rupa.

Namun keputusan telah ditentukan oleh seorang Ketua Partai Aceh yaitu Muzakkir Manaf bahwa yang layak menjadi calon wakil gubernur yaitu TA Khalid dari partai nasional(Gerindra). Koalisi yang terjadi ini menjadi suatu tolak ukur tersendiri bagi Muzakkir Manaf dalam bekerja sama dengan TA Khalid, karena keduanya mempunyai visi-misi yang sama dan saling bekerja sama untuk membangun Aceh pada masa yang akan datang.

Keputusan yang diambil harus melihat kepentingan banyak pihak yang menginginkan dalam pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah baik diinternal partai maupun ditingkat elit partai. Sebuah keputusan yang telah diambil harus secara bijaksana dan transparan tanpa adanya kepentingan pribadi. Dalam hal pemilihan wakil gubernur ini langkah yang dilakukan partai dianggap telah disetujui internal partai dan juga elit partai.

Keputusan politik berkaitan dengan pendekatan rational choice sebagai pilihan alternatif dan terbaik yang dianggap dapat memberikan suatu keputusan yang mendekati kebenaran yang rasional. Dalam mengambil keputusan para elit seringkali hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan tanpa diimbangi dengan memasukkan kepentingan mansyarakat yang dalam hitungan pilihan rasional dianggap sebagai sebuah bentuk inefesiensi.

Dalam hal pengambilan keputusan melalui pendekatan rational choice Muzakkir Manaf sendiri selaku ketua umum partai Aceh dan juga calon gubernur menganggap bahwa pemilihan wakil gubernur TA Khalid dianggap telah melalui persetujuan internal partai dan menjadi pilihan yang terbaik tanpa menimbulkan dinamika apapun.

. METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara utuk mencapai tujuan, karena itu metode yang digunakan dalam penulisan proposal ini sangat menentukan kualitas baik tidaknya sebuah proposal penelitian. Dengan demikian, sebagai landasan dalam penulisan propsosal ini menggunakan metode pendekatan “Deskriptif”, yaitu suatu pendekatan dengan menggambarkan dan menjabarkan tentang „‟Koalisi Calon Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 7 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Gubernur Muzakkir Manaf Dengan Partai Nasional Pada Pilkada 2017 (Suatu Penelitian terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur).‟‟ penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu tujuannya untuk menggambarkan kategori-kategori yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian secara mendalam dan akurat. Sedangkan dalam menyajikan data penulis menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif yang mana akan menghasilkan data berupa ucapan, tulisan, dan perilaku orang-orang yang diamati. Untuk melengkapi informasi yang diperlukan, dilakukan juga wawancara dengan informan, informan yang penulis maksud disini ialah orang yang memberikan keterangan berdasarkan penegetahuannya, adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini ialah:

1. Kamaruddin Abu Bakar (abu razak) wakil ketua Partai Aceh 2. Suadi Sulaiman (Juru Bicara Partai Aceh) 3. Iskandar Usman Al-Farlaky (Kader Partai Aceh) 4. Muhammad Dahlan (Kader Partai Aceh) 5. H. Yusra T. Cut (Kepala secretariat DPA-PA) 6. Basri (Kabid Internal DPA-PA) 7. Muhib Budin (Sekjen Kawom Mualem) 8. Ir. H. Maulisman Hanafiah (Sekretaris DPD-Gerindra) 9. Saifuddin Bantasyam (Akademisi) 10. Fajran Zain (Pengamat Politik) 11. Perwakilan PBB (Partai Bulan Bintang) 12. Perwakilan PKS (Partai Keadilan Sejahtera)

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data. Adapun data yang digunakanadalah: 1. Data primer yaitu data Pengumpulan data primer yaitu perolehan data Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 8 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

melalui kegiatan peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Pengumpulan data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data baik berupa bahan tertulis maupun dalam bentuk gambar yang dapat digunakan untuk memperluas data yang ada. Oleh karena itu, dengan adanya gambar sesuatu yang diselidiki dapat dilihat dengan jelas Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian ini yaitu kepustakaan dan lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku teks, jurnal, peraturan perundang-undangan, dll, yang berkaitan dengan penelitian ini, sedangkan penelitian lapangan dilakukan dengan cara wawancara langsung informan yang sudah ditetapkan. Data yang dikumpulkan, diolah kemudian dianalisis untuk disimpulkan sebagai hasil penelitian. Data analisis menggunkan metode deskriptif kualitatif Metode kualitatif adalah analisis data penelitian terfokus pada penunjukan makna, deskripsi, penjernihan dan penempatan data pada konteksnya masing-masing, dan menggambarkannya dengan kata-kata Data hasil penelitian akan dianalisis melalui system reduksi data, yaitu penggolan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini. Diharapkan pada pembahasan yang dijelaskan pada bagian ini mampu menjawab rumusan masalah tentang koalisi calon gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional pada pilkada 2017 dan potensi konflik internal partai Aceh. Berdasarkan teori keputusan politik, Keputusan politik yang diambil oleh ketua umum partai Aceh yaitu Muzakkir Manaf dalam memilih calon wakil Gubernur itu dinilai kurang tepat dan kemudian memunculkan pro dan kontra dikalangan pendukung partai Aceh sendiri. Koalisi antara Partai Aceh dengan

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 9 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Partai Gerindra yang menghasilkan sebuah kontrak politik dimana calon wakil gubernur yang dipilih TA Khalid sebagai ketua DPP aceh Partai Gerindra. Koalisi yang dilakukan Partai Aceh dengan Partai Gerindra ialah sebuah kerjasama antara partai lokal dengan partai nasional seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh Pasal 80 Ayat 1 mengenai partai politik lokal berhak afiliasi atau kerjasama dalam bentuk lain dengan sesama partai politik lokal atau partai politik nasional. Koalisi yang terbentuk diantara kedua partai ini berdasarkan atas kesepakatan bersama dengan visi-misi yang sama untuk melakukan perubahan yang baik dimasa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kamaruddin Abu Bakar yang mengatakan bahwa koalisi ini didasarkan pada kesamaan visi-misi yang sama-sama ingin membangun Aceh ke arah yang lebih baik kedepan. Dengan adanya koalisi bisa menjadikan kerjasama yang baik tidak hanya dikalangan partai lokal saja melainkan partai nasional juga terlibat. Berdasarkan teori keputusan politik maka disini peneliti menganalisis menggunakan keputusan politik berdasarkan nilai-nilai politik yang menggambarkan kepentingan bersama anggota partai. Keputusan yang dibuat berdasarkan pada keuntungan politik dengan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan partai atau tujuan kelompok kepentingan. Namun pada kenyataannya apa yang dikatakan beberapa informan menunjukkan bahwa dalam koalisi ini tidak sepenuhnya bekerja dengan baik. Terlihat bahwa para petinggi partai, Tim pemenangan bahkan beberapa partai koalisi tidak bekerja sama sekali yang mengakibatkan kepada menurunnya suara terhadap pasangan Muzakkir Manaf-TA Khalid pada pilkada 2017. Hal ini dikarenakan atas pemilihan TA Khalid sebagai wakil gubernur yang tidak diakui oleh partai Aceh. Kemudian hasil penelitian juga terlihat bahwa kekuatan partai Aceh tidak sesolid pada periode 2012 yang lalu. Dikarenakan 2 Tuha Peut partai keluar dan memilih jalur independen yang mengakibatkan perpecahan dikalangan partai.

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 10 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Kondisi tersebut memicu runtuhnya partai Aceh yang menjadikan hasil perolehan suara tidak maksimal untuk pasangan Muzakkir Manaf-TA Khalid. Seharusnya jika 2 Tuha Peut partai ini masih berada dijalur yang sama yaitu partai Aceh maka suara yang didapatkan pasangan ini melebihi suara dan akan memenangkan pilkada 2017. Koalisi yang terjadi ini juga dijadikan sebagai strategi untuk meraih suara/dukungan rakyat sebanyak-banyaknya pada pilkada 2017. Berbagai stratregi yang dilakukan kedua partai ini yaitu partai Aceh dan partai Gerindra sudah sangat efektif dan juga akan menjadikan pasangan ini unggul diakhir pilkada mendatang. Namun pada kenyataannya betapapun banyak strategi yang dilakukan partai Aceh dan partai Gerindra hasil yang didapatkan pasangan Muzakkir Manaf- TA Khalid kalah pada pilkada 2017. Hal ini terjadi karena dalam berkoalisi tentunya sayap partai akan menjadi luas dengan didukung beberapa partai pendukungnya, akan tetapi partai pendukung, Tim pemenangan partai Aceh sendiri tidak bekerja dengan maksimal karena dianggap partai telah salah memilih wakil gubernur. Perkara utama dari ketidakefektifan yang terjadi dilapangan disebabkan karena konflik yang berawal dari kepemilihan wakil gubernur yang tidak diakui partai. Dari pernyataan diatas terlihat bahwa tidak adanya kerjasama yang baik dalam koalisi ini. Kemudian keputusan yang telah diambil oleh ketua umum partai Aceh ini tidak menghasilkan hasil yang maksimal pada pilkada 2017. Terlihat jelas bahwa partai Aceh mengalami kekalahan yang mengakibatkan banyaknya pihak menganggap karena kesalahan daripada ketua umum partai Aceh itu sendiri dalam memilih wakil yang mendampinginya. Seharusnya memilih wakil yang juga berasal dari partai Aceh akan lebih menguntungkan partai Aceh dan berhasil memenangkan pilkada 2017.

Kemudian dampak dari koalisi partai Aceh dengan partai Gerindra menimbulka konflik internal partai Aceh. Konflik yang terjadi dalam Partai Aceh merupakan konflik internal antara para elit politik dan kader di dalam partai tersendiri, hal ini sudah lama terjadi dengan banyak pengaruh dari faktor internal Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 11 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

partai politik tersebut dan adanya saling berbeda pendapat yang mengakibatkan timbulnya konflik didalam partai.

Konflik yang terjadi merupakan penyebab partai Aceh mengalami kekalahan pada pilkada 2017. Hal ini dapat dilihat dari perspektif internal partai Aceh. Secara internal setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan kekalahan pada pilkada 2017 yaitu akibat perpecahan para elite KPA/PA dimana keluarnya beberapa elite partai seperti Zaini Abdullah, Zakaria Saman yang juga mencalonkan diri sebagai kandidat melalui jalur independen. Kemudian rendahnya elektabilitas paslon PA.

Kemudian hal ini juga terkait dengan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan saat ini dimana pada pemerintahan Muzakkir Manaf pada periode 2012-2017 dinilai belum membawa perubahan Aceh secara signifikan, serta cenderung ekslusif dan oligarkis. Beberapa faktor diatas, otomatis akan berpengaruh terhadap perolehan suara pada pilkada 2017. Dimana banyak mengalami penurunan suara baik dikabupaten/kota maupun ditingkat gampong.

Penurunan suara pada pilkada 2017 ini lebih disebabkan faktor internal. Sejak awal saat mengusung wakil gubernur TA Khalid aroma konflik sudah mencuat, dimana partai Aceh menginginkan wakil gubernur dari partai Aceh sendiri. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan perpecahan/konflik ditubuh partai Aceh.

Sebagaimana diketahui partai Aceh memiliki beberapa petinggi partai yang cukup konviden untuk menjadi wakil gubernur. Namun ketua umum partai Aceh telah memilih TA Khalid sebagai wakil. Dalam hal ini keputusan yang diambil Muzakkir Manaf selaku ketua umum partai Aceh ini berdasarkan teori keputusan politik yang berkaitan dengan pendekatan rational choice dimana keputusan ini dianggap sebagai pilihan alternatif dan terbaik yang dapat memberikan suatu keputusan yang mendekati kebenaran yang rasional. Dalam mengambil keputusan para elit seringkali hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan tanpa diimbangi dengan memasukkan kepentingan mansyarakat yang dalam hitungan pilihan rasional dianggap sebagai sebuah bentuk inefesiensi.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa Dalam hal koalisi yang menimbulkan konflik ini pada akhirnya merugikan pihak partai Aceh sendiri akibat dari kurang kerjanya tim pemenangan. Hal ini dilakukan dikarenakan tidak setujunya atas terpilihnya wakil gubernur TA Khalid yang pada akhirnya terjadi

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 12 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

pembangkangan kader dan pengurus yang mengakibatkan mengalami kekalahan pada pilkada 2017. Namun koalisi yang terjadi antara partai Aceh dengan gerindra ini justru menguntungkan gerindra dari berbagai pihak. Adanya ketidakseimbangan kerjasama inilah yang dinilai tidak signifikan dan partai Aceh telah gagal memimpin Aceh. Kemudian kepercayaan masyarakat terhadap partai Aceh juga kian menurun yang mengatakan bahwa petinggi partai Aceh yang menduduki parlemen dianggap mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyat. Hal ini menjadikan tolak ukur bagi rakyat Aceh dalam memilih pada pilkada 2017. Rakyat Aceh sekarang lebih cerdas dalam memilih pemimpin yang berkualitas dari segi kapasitas keilmuan.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional pada Pilkada 2017 (Suatu penelitian terhadap potensi konflik internal partai Aceh dalam pemilihan Wakil Gubernur) yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Latar belakang Partai Aceh berkoalisi dengan partai Nasional (Gerindra) yaitu atas kesepakatan bersama diantara kedua partai yang sama-sama ingin membangun Aceh dimasa yang akan datang berdasarkan MoU Helsinki dan UUPA dan menyelesaikan seluruh butir-butir MoU yang belum terselesaikan sebelumnya. 2. Koalisi yang terjalin diantara kedua partai ini adalah sebagai bagian dari strategi untuk meraih/menggalang suara dukungan rakyat sebanyak- banyak untuk kemenangan pilkada 2017. 3. Koalisi yang terjadi ini kemudian menimbulkan potensi konflik internal Partai Aceh yang disebabkan karena pemilihan wakil Gubernur dianggap sebagai keputusan tanpa musyawarah. Namun konflik yang terjadi hanyalah didalam internal partai dan tidak muncul dipermukaan yang mengakibatkan sedikit demi sedikit konflik tersebut bisa diminimalisirkan sedemikian rupa.

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 13 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

2. Saran

Berdasarkan uraian mengenai Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional pada Pilkada 2017 (Suatu penelitian terhadap potensi konflik internal partai Aceh dalam pemilihan Wakil Gubernur) maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Kepada Partai Aceh agar dapat menyatukan pemikiran agar tidak terjadi perbedaan pendapat dalam menanggapi konflik internal yang terjadi dalam partai Aceh.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku Fahmi Basyid. 2006. Teori Pengambilan Keputusan. : Gramedia Widiasarana Indonesia dan Depdiknas.

Dunleavy,Patrick.1991. Democracy, Bureaucracy and Public Choice. London: Harvester Wheatsheaf

Duverge Mauricce. 1988. Parpol dan Kelompok Kepentingan. Jakarta: Rajawali Press

Lexy Lexy Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

M, Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Pengambilan Keputusan. Jakarta : Ghalia Indonesia

Marsh, David dan Gerry Stoker. 2010. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. USA: Palgrave Macmillan

Duverger Maurice .2002. Sosiologi Politik. Jakarta : PT Grafindo Persada

Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta.: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan Surbakti.1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 14 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Solichin Abdul Wahab. 1991. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta :Bumi Aksara

Supranto, Johannes. 1991. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta : Rineka Cipta.

Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo

Ward, Hugh. 2002. Rational Choice :Theory and Methods in Political Science. USA: Palagrave McMilan

B. Skripsi/Tesis/Penelitian

Bambang Irawan. 2013. Koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dan Partai Demokrat Pada Pemilihan Kepala Daerah Barat Tahun 2012 (Studi Kasus Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat tahun 2012). skripsi . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjung Pura Pontianak.

Galih Tri Margono. 2012. Soliditas Koalisi Partai Dalam Pencalonan Walikota Dan Wakil Walikota Pada Pemilukada Kota Balikpapan Tahun 2011. skripsi . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.

Hidayat Saputra. 2014. Koalisi Politik Partai Aceh Dengan 2014 Partai Gerindra Menjelang Pemilu 2014 (Studi Penelitian di Kota ). skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.

Ananda Putri Sujatmiko. 2016. Kartelisasi Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Bandar Tahun 2015. skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar Lampung.

C. Qanun/ Undang-Undang

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2007 Tentang Partai Politik Lokal di Aceh.

UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

UU No. 20 Tahun 2007 Tentang Partai Politik Lokal

D. Website

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 15 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 3 : 1-16 Agustus 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

http://aceh.tribunnews.com/2016/06/02/mualem-gandeng-ta-khalid, diakses 2 juni 2016 http://aceh.tribunnews.com/2016/06/07/ada-kader-yang-kurang-puas-terhadap- keputusan-mualem, diakses7 juni 2016

Koalisi Calon Gubernur Muzakkir Manaf dengan Partai Nasional Pada pilkada 16 2017 (Suatu Penelitian Terhadap Potensi Konflik Internal Partai Aceh Dalam Pemilihan Wakil Gubernur) (Syukrina , Effendi Hasan) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 1-16