STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WILDA YULITA 105961118516

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WILDA YULITA 105961118516

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

ii

iii

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi pengembangan agroindustry emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan

Buki” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 01 Desember 2020

Wilda Yulita 105961118516

v

ABSTRAK

Wilda Yulita. 105961118516. Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. Dibimbing oleh RENI FATMASARI SYAFRUDDIN dan ISNAM JUNAIS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eks ternal serta untuk menganalisis strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar . Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive yaitu teknik penentuan informan yang disesuaikan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari : pemilik usaha 2 orang, pembeli 2 orang dan warga yang berdomisili di sekitar agroindustri berjumlah 1 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala yaitu rasa emping yang enak, agroindustri telah lama berdiri, ketergantungan bahan baku dan tidak adanya promosi. Sedangkan faktor eksternal meliputi banyak event yang menggunakan emping melinjo, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing, persaingan ketat dan harga bahan baku yang naik turun. Alternatif strategi yang cocok diterapkan dalam pengembangan agroindustri emping melinjo berada pada kuadran I, pada matriks posisi SWOT. Oleh karena itu, maka strategi yang cocok untuk digunakan adalah SO (Strength-Opportunities). Mempertahankan kelebihan yang dimiliki oleh agroindustri emping melinjo seperti rasa emping yang enak, pengrajin berpengalaman, harga terjangkau serta meningkatkan hasil produksi dan penjualan dengan mempertahankan respon cepat terhadap permintaan konsumen, dan tetap memanfaatkan perkembangan teknologi serta pengenalan produk melalui event yang banyak menggunakan emping melinjo.

Kata kunci : emping melinjo, strategi, pengembangan.

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.”

Skripsi ini merupakan tugas yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Reni Fatmasari Syafruddin S.P., M.Si, selaku pembimbing I dan

bapak Isnam Junais S.TP., M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi ini dapat selesai.

2. Bapak DR. H. Burhanuddin S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii

4. Kedua orangtua Ayahanda Arifuddin Dg. Sibeta dan ibunda Syarifa, Adikku

tercinta Indah Yunita dan kakak-kakakku tersayang kak Sri Anti, Rezkiyati,

Nahria, Muh. Aspar, Suryana dan segenap keluarga yang senantiasa

memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian di daerah tersebut.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, 13 Maret 2020

Wilda Yulita

viii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ...... iv PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .... v ABSTRAK ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii I. PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 4 1.3 Tujuan Penelitian ...... 4 1.4 Kegunaan Penelitian ...... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...... 6

2.1 Konsep Agribisnis dan Agroindustri ...... 6 2.2 Emping Melinjo ...... 7 2.3 Strategi Pengembangan ...... 10 2.4 Analisis SWOT ...... 13 2.5 Perilaku Konsumen ...... 18 2.6 Kerangka Pikir ...... 19 2.7 Penelitian Terdahulu ...... 21

III. METODE PENELITIAN ...... 30

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 30 3.2 Teknik Penentuan Informan ...... 30

ix

3.3 Jenis dan Sumber Data ...... 30 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...... 31 3.5 Teknik Analisis Data...... 32 3.6 Definisi Operasional ...... 36

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ...... 38

4.1 Keadaan Geografis ...... 38 4.2 Keadaan Demografis ...... 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 44

5.1 Sejarah Agroindustri Emping Melinjo ...... 44 5.2 Identifikasi Faktor Internal...... 46 5.3 Identifikasi Faktor Eksternal ...... 58 5.4 Matriks Strategi Internal ...... 72 5.5 Matriks Strategi Eksternal ...... 74 5.6 Matriks Posisi ...... 76 5.7 Matriks SWOT ...... 78 5.8 Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo ...... 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 83

6.1 Kesimpulan ...... 83 6.2 Saran ...... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks 1. Produksi Melinjo Perkecamatan ...... 2

2. Penelitian Terdahulu ...... 21

3. Matriks SWOT ...... 35

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 40

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...... 41

6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...... 43

7. Identifikasi Faktor Internal...... 47

8. Identifikasi Faktor Eksternal ...... 59

9. Matriks Strategi Internal ...... 72

10. Matriks Strategi Eksternal ...... 74

11. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan ...... 78

12. Data Time Series Harga Melinjo ...... 67

13. Daftar Harga Melinjo Ditingkat Petani Tengkulak ...... 68

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks 1. Pohon Agroindustri Emping Melinjo ...... 10

2. Matriks Posisi Analisis ...... 17

3. Kerangka Pikir Teoritis ...... 20

4. Peta Wilayah Kecamatan Buki ...... 39

5. Matriks Posisi Analisis SWOT ...... 77

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks 1. Kuisener Penelitian ...... 87

2. Peta Lokasi Penelitian ...... 96

3. Identitas Responden ...... 97

4. Jumlah Unit Usaha ...... 98

5. Dokumentasi Penelitian ...... 99

6. Rekapitulasi Faktor Internal dan Eksternal ...... 100

7. Hasil Pembobotan, Rating dan Skor ...... 102

8. Produksi Emping Melinjo di Desa Kohala ...... 103

9. Hasil Penilaian dengan Menggunakan Bobot ...... 104

10. Hasil Penilaian dengan Menggunakan Rating ...... 106

11. Dokumentasi Penelitian ...... 108

xiii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melinjo merupakan tanaman yang tumbuh dimana-mana dan banyak ditemukan di pekarangan penduduk kota maupun desa. Tanaman melinjo (, L) merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan emping melinjo, merupakan tanaman esensial yang semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Daun muda yang disebut dengan so, bunga yang disebut dengan kroto, kulit biji yang sudah tua dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang cukup populer di masyarakat. Bahkan kulit biji yang sudah tua setelah diberi dan digoreng akan menjadi camilan yang cukup enak yang disebut gangsir. Buah matang merupakan bahan baku pembuatan keripik melinjo yang bernilai ekonomis tinggi (Sunanto. H, 2001).

Emping melinjo merupakan komoditas pertanian dengan nilai tambah tinggi. Merupakan komoditas yang menarik untuk dianalisis karena prospek pasarnya yang cukup baik dan juga merupakan komoditas ekspor. Ekspor melinjo telah dilakukan ke negara Jepang, Taiwan, Singapura, Saudi Arabia, Uni Emirat

Arab, Amerika Serikat dan Belanda (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan

Selayar, 2011). Banyak produksi melinjo dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Melinjo Per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar.

PRODUKSI (TON) KECAMATAN 2010 2011 2012 2013 2014 Pasimarannu 0,20 0,33 1,58 1,58 0 Pasilambena 18,50 18,61 16,55 13,65 7,72 Pasimasunggu 0 0 0 0 0 Taka Bonerate 0 0 0 0 0 Pasimasunggu Timur 0 0 0 0 0 Bontosikuyu 33,60 16,10 10,55 14,41 6,52 Bontoharu 36,70 22,56 26,70 26,99 69,60 Benteng 0 0 0 0,18 0,18 Bontomanai 206,90 91 101,36 200,27 171,71 Bonto Matene 26,00 129,23 99,41 111,34 116,23 Buki 148,30 78,12 30,03 36,11 121 Kepulauan Selayar 55,40 42,07 35,66 51,99 60,64 (Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kepulauan Selayar).

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui produksi melinjo jika dirata-ratakan mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tahun

2014 total produksinya mencapai 60,64 Ton. Produksi melinjo setiap tahunnya berfluktuasi dikarenakan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal panen.

Di Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri, industri emping melinjo tersebar di Kecamatan Pasimarannu, Kecamatan Pasilambena, Kecamatan Pasimasunggu,

Kecamatan Takabonerate, Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kecamatan

Bontosikuyu, Kecamatan Bontoharu, Kecamatan Benteng, Kecamatan

Bontomanai, Kecamatan Botomatene dan Kecamatan Buki. Sebagian daerah ini

2

sudah menjadi sentra industri pengolahan atau pengrajin emping melinjo skala industri kecil atau industri rumah tangga.

Berdasarkan data Dinas Koperasi, UKM, Perindag, Pertambangan dan

Energi Kabupaten Kepulauan Selayar (data terlampir) terdapat 115 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 201 orang. Sentra usaha ini menempati posisi tiga besar setelah sentra pengeringan hasil laut dan pembuatan minyak kelapa. Hal tersebut menunjukkan usaha emping melinjo mempunyai prospek yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Dikarenakan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasil PDRB bagi Kabupaten Kepulauan Selayar, namun kenyataan menunjukkan bahwa agroindustri melinjo sampai saat ini prospek pengembangannya belum mengalami perubahan yang signifikan.

Dikarenakan dari dulu sampai sekarang masyarakat kurang melakukan pengelolaan secara profesional. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan agroindustri emping melinjo dalam upaya meningkatkan pendapatan dan perkembangan agroindustri.

Untuk mengembangkan agroindustri emping melinjo yang ada di

Kabupaten Kepulauan Selayar diperlukan pendekatan yang matang. Dimana pendekatan tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan jangka panjang. Konsep strategi perlu dikembangkan, mulai dari alat mencapai tujuan kemudian akan berkembang menjadi alat untuk menciptakan kompetensi yang memberdayakan dan memotivasi stakeholder sehingga agroindustri tersebut dapat memberikan kontribusi secara optimal.

3

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor internal dan eksternal pengembangan agroindustri emping

melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar ?

2. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada

di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis faktor internal dan eksternal pengembangan

agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Untuk menganalisis strategi pengembangan agroindustri emping melinjo

yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

4

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan.

2. Bagi Pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan

informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan

dan keputusan dalam rangka mengembangkan agroindustri emping

melinjo yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis sebagai sistem merupakan sekumpulan elemen yang selalu saling berhubungan membentuk satu kesatuan. Agribisnis diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dimulai dengan proses pasca panen, pemasaran dan kegiatan lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001).

Agribisnis dalam arti luas mencangkup tiga hal, yaitu : agribisnis hulu, on- farm agribisnis dan agribisnis hilir. Agribisnis hulu meliputi industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian. On-farm agribisnis meliputi pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, obat-obatan, perkebunan, peternakan, serta perairan. Agribisnis hilir meliputi kegiatan industri untuk mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan. Ketiga hal tersebut sangat penting dan terganggunya salah satu aktivitas akan berpengaruh pada kelancaran seluruh aktivitas dalam bisnis.

Agroindustri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian sehingga menjadi kegiatan yang produktif melalui reformasi pertanian. Melalui proses reformasi sektor agroindustri di tingkat nasional, pendapatan dapat ditingkatkan dengan biaya tambahan dan ekspor bahkan lebih besar (Saragih, 2004).

Agroindustri dapat didefinisikan menjadi dua hal. Pertama, agroindustri adalah industri yang usaha utamanya dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konsep ini menekankan pada food processing.

Pengelolaan hasil alam yang bahan bakunya merupakan hasil pertanian.

Definisi kedua adalah agroindustri diartikan sebagai proses pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan tersebut untuk mencapai lamanya pengembangan industri (Soekartawi, 2000).

2.2 Emping Melinjo

2.2.1 Definisi Emping Melinjo

Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat dari biji melinjo yang telah tua. Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo merupakan salah satu komoditas pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi, baik karena harga jual yang relatif tinggi.

Ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping melinjo, yaitu biji-biji melinjo sebelum dipipihkan dipanaskan terlebih dahulu dengan cara yaitu

: (1) Digoreng pada wajan aluminium atau wajan yang terbuat dari tanah (layah, kuali) tanpa diberi minyak goreng dan (2) Direbus.

Umumnya proses pembuatan emping melinjo menggunakan metode penggorengan cabang. Dilengkapi dengan pasir, biji melinjo goreng dibagikan merata karena pasir menyerap panas dengan cepat (dari api atau kompor) dan mencampurkan biji melinjo dicampur dengan pasir panas saat ditukar, biji melinjo matang merata.Selain itu dengan digoreng, aroma dan bahan pada melinjo tidak hilang sehingga keripik melinjo bisa dirasakan. berbeda jika direbus, zat yang

7

terkandung akan larut dalam air rebusan. Akibatnya rasa keripik kurang enak dan aroma yang khas akan berkurang (Sunanto, H. 1997).

Proses pembuatan emping melinjo memerlukan kesabaran untuk memperoleh hasil yang berkualitas. Tenaga kerja produksi, yang disebut pengrajin adalah perempuan pada umumnya, yang biasanya berumur paruh baya (ibu-ibu). tidak ada keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam industri emping. Keahlian membuat ini biasanya didapatkan secara turun-temurun. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri emping biasanya berasal dari dalam keluarga.

Emping yang yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995), yaitu emping yang tipis dan kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat di goreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri tebal, diameter kurang seragam dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng (Anonim, 2009).

Klasifikasi emping melinjo yang didasarkan pada kualitasnya adalah sebagai berikut :

A. Kualitas nomor satu, sering disebut dengan emping super, yang tanda-

tandanya adalah :

1. Lempengnya sangat tipis merata

2. Berwarna agak putih dan bening dan transparan

3. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

4. Langsung bisa digoreng tanpa dijemur terlebih dahulu.

8

B. Kualitas nomor dua, emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tanda, antara

lain:

1. Lempengannya lebih tebal dari emping super

2. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening (kurang

transparan)

3. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam.

4. Bila akan digoreng harus dalam keadaaan kering hasil gorengannya

baik.

C. Kualitas nomor tiga,

1. Lempengannya agak tebal

2. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak transparan

3. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya bermacam-macam

4. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering agar hasil

gorengannya baik (Sunanto. H, 1997).

2.2.2 Pohon Agroindustri Melinjo

Keistimewaan tanaman melinjo selain memberikan kebutuhan seumur hidup bagi petani, juga dapat menjadi tanaman warisan dan hampir seluruh bagian tanaman dimanfaatkan serta tanaman ini bisa hidup sampai ratusan tahun. Melinjo merupakan bahan baku penting dalam industri emping melinjo, kayu tanaman melinjo dapat digunakan untuk bahan baku kertas, serat tali dan bahan papan atau

9

alat rumah tangga sederhana, daun dan buah melinjo sering dipakai untuk bahan campuran sayur.Pohon agroindustri dapat dilihat pada Gambar 1.

Biji Emping Melinjo

Daun/ Bunga Bahan Campuran Kosmetik

1. Bahan Baku Kertas Kayu 2. Serat Tali Melinjo Batok Buah Melinjo Pupuk Organik

Kulit Buah Bahan Campuran Sayur Melinjo

Ranting Kayu Bakar

Gambar 1. Pohon Agroindustri Emping Melinjo (Rahayu, 2012).

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa semua bagian melinjo dapat dimanfaatkan. Biji sebagai bahan utama pembuatan emping melinjo, Daun sebagai bahan campuran kosmetik karena dipercaya dapat mencegah jerawat, kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas dan serat tali, batok buah sebagai campuran pupuk organik, kulit buah melinjo sebagai bahan campuran sayur serta ranting yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

2.3 Strategi Pengembangan

Menurut Clausewizt dan Wahyudi (1996), strategi adalah seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang. Jika konsep ini diterapkan pada

10

dunia pendidikan maka pendekatannya adalah dengan mempelajari pendidikan secara global dan lokal.

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Di samping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsi dan multidimensi dan dalam perumusannya harus memperhatikan faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).

Menurut Sondang P, Siagian dalam buku Handito Joewono (2001) strategi adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan. Menurut Handoko Joewono dalam bukunya strategi manajemen, strategi adalah rumusan rencana pemikiran yang sistematis, keberanian mengambil resiko dan semangat untuk menang dan mencapai tujuan.

Menurut Hanifuddin dan Hendri Tanjung (2012) adalah merupakan respon yang berkesinambungan dan bergantung pada kemungkinan dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi perencanaan strategis, terdapat banyak tingkatan dalam organisasi.

Tingkatan strategi dapat dibagi menjadi tiga bagian :

1. Strategi Korporat

Suatu pertanyaan maksud perusahaan, arah pertumbuhannya dan tujuan

jangka panjangnya. Tujuan utama perusahaan ada pada pertanyaan utama:

bisnis apa yang seharusnya dilakukan? Strategi perusahaan akan menentukan

11

apakah bentuk organisasi bisnis harus terintegrasi dengan perusahaan lain atau

harus mandiri dan bagaimana hubungan bisnis dengan masyarakat.

2. Strategi bisnis

Pernyataan rinci definisi, misi, tujuan unit bisnis dan rancangan-rancangan

akan digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Masalah

utama dari level strategi ini terkait dengan persaingan di pasar masing-masing

unit bisnis, seperti, apa saja keunggulan pesaing, peluang yang digunakan,

bagaimana perusahaan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai posisi

kompetitif yang diinginkan.

3. Strategi Fungsional

Suatu pertanyaan rinci tujuan jangka pendek dan metode yang akan

digunakan oleh suatu bidang operasional untuk mencapai tujuan jangka pendek

unit bisnisnya. Masalah utama strategi pada tahap ini berkaitan dengan

bagaimana setiap bagian organisasi dapat diintegrasikan ke dalam arsitektur

strategis yang dapat menghasilkan arahan strategis secara efektif (M. Husni,

2009).

Rantai nilai (Value Chain) berpengaruh dalam menentukan strategi yang diperlukan bagi suatu perusahaan. Konsep rantai nilai yang dikembangkan oleh

Michael Porter melihat perusahaan sebagai sekumpulan aktivitas utama atau lini produksi yang menghargai produk dan layanan untuk mendukung profitabilitas.

Di dalam konsep rantai nilai terdiri dari beberapa aktivitas dasar yang merupakan aktivitas utama sedangkan aktivitas yang lain merupakan aktivitas pendukung

(Porter, 2000).

12

2.3.1 Perencanaan Strategis

Kata perencanaan strategis terdiri dari kata perencanaan dan strategi

(Kerzner, 2001) mengungkapkan bahwa perencanaan strategis (Strategic

Planning) adalah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola situasi saat ini untuk mengatur kondisi masa depan sehingga rencana strategis tersebut menjadi pedoman. dapat digunakan oleh organisasi dari kondisi yang ada. sekarang bekerja selama 5 sampai 10 tahun ke depan.

Adapun proses perencanaan strategis (Hanafi, 2011) mengungkapkan ada delapan proses perencanaan strategis yaitu : Mengembangkan target, mengevaluasi target dan strategi saat ini, penilaian lingkungan, penilaian sumber daya, mengidentifikasi peluang strategis, pengambilan keputusan strategis, implementasi strategis, evaluasi dan pengendalian strategis.

2.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah pengenalan konstan berbagai faktor untuk membentuk strategi perusahaan. Studi ini didasarkan pada logika yang meningkatkan kekuatan dan ketepatan waktu sambil meminimalkan kerentanan dan ancaman (Rangkuti, 2006).

Analisis SWOT adalah evaluasi hasil identifikasi sesuatu untuk menentukan apakah sesuatu akan dikategorikan sebagai sebagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Tripomo dan udan, 2005).

Analisis ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

1. Strengths (S), adalah karakteristik positif internal yang dapat

dimanfaatkan organisasi untuk mencapai target kinerja strategis.

13

2. Weaknesses (W), merupakan karakteristik internal yang dapat

menghambat atau mengurangi efektivitas organisasi.

3. Opportunities (O), merupakan karakteristik potensial dari lingkungan

eksternal dapat membantu organisasi mencapai atau melampaui target

strategis.

4. Threats (T), adalah fitur lingkungan eksternal yang dapat mencegah

organisasi mencapai target strategis yang telah ditentukan sebelumnya

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis agroindustri

(kekuatan, peluang, ancaman dan kelemahan). Analisis SWOT digunakan untuk mencapai serangkaian keputusan dan tindakan manajemen yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang dengan mengamati lingkungan eksternal untuk melihat peluang dan ancaman serta mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari agroindustri.

2.4.1 Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Eksternal (ALE)

Lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan organisasi.

Kekuatan (Strength) adalah situasi dan kapabilitas internal yang positif yang memungkinkan organisasi untuk memenuhi tujuan strategis dalam mencapai visi dan misinya. Sedangkan kelemahan (weaknesses) adalah kondisi dan faktor di luar organisasi yang bersifat negatif dan menghambat organisasi untuk mencapai atau melampaui keberhasilan visi dan misinya (Akdon, 2011).

14

Analisis lingkungan internal mencermati (Scanning) kekuatan dan kelemahan lingkungan internal organisasi yang dapat dikelola manajemen yaitu sebagai berikut:

1. Struktur organisasi termasuk rekrutmen dan penempatan pegawai.

2. Sistem organisasi dalam mencapai keberhasilan organisasi mencangkup

keberhasilan komunikasi internal

3. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill) dalam

tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk struktur dan kualitas sumber

daya manusia.

4. Biaya operasional serta sumber dananya.

5. Faktor-faktor lain yang menunjukkan dukungan terhadap proses kinerja/misi

organisasi yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di

lingkungan internal organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai

saat ini.

Sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi peluang dan tantangan organisasi. Peluang (opportunities) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat positif dan membantu organisasi mencapai atau mampu melebihi pencapaian visi dan misi. Sedangkan tantangan (threats) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif dan dapat mengakibatkan organisasi tidak berhasil dalam mencapai visi dan misi.

Tujuan audit eksternal adalah membuat daftar terbatas mengenai berbagai peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang harus

15

dihindari (David, 2009). Lingkungan eksternal meliputi aspek ekonomi sosial dan budaya , pesaing , bahan baku, iklim dan cuaca serta kebijakan pemerintah.

2.4.2 Menganalisis dan Menentukan Keputusan Strategis Menggunakan

Matriks SWOT

Analisis dan penentuan keputusan dengan menempatkan pendekatan matriks SWOT, dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis sebagai berikut :

1. Strategi S0 (Strength, Opportunities)

Strategi ini didasarkan pada pola pikir korporasi, yaitu menggunakan semua kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST (Strength, Threats)

Strategi ini adalah strategi pemanfaatan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness, Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness, Threats)

Strategi ini didasarkan pada aktivitas defensif dan upaya untuk meminimalkan kerentanan yang ada dan mencegah ancaman. Hasil analisis tabel internal faktor strategi dan faktor eksternal kemudian dipetakan ke dalam matriks posisi.

16

Berikut adalah matriks posisi analisis SWOT dari hasil pembobotan yang telah dilakukan :

Peluang

Kuadran III (-,+) Kuadran I(+,+)

Mendukung Strategi Mendukung Strategi (Turn-around) (Progresif)

Kelemahan Kekuatan

Kuadran IV Kuadran II (+,-)

Mendukung Strategi Mendukung Strategi (Despensive) (Deversifikasi)

Ancaman

Gambar 2. Matriks Posisi Analisis (Rangkuti, 2000).

Keterangan :

Kuadran I

a. Merupakan posisi yang layak untuk dikembangkan

b. Mempunyai peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

secara maksimal

c. Menerapkan strategi yang mendukung kebijakan sehingga pertumbuhan

agresif

17

Kuadran II

a. walaupun menghadapi ancaman tetapi mempunyai keunggulan sumber daya

b. Menggunakan kekuatan agar dapat memanfaatkan peluang jangka panjang

c. Melalui diversifikasi produk atau pasar

Kuadran III

a. Dapat dikembangkan

b. Peluang besar tetapi sumber daya sangat lemah oleh karena itu, harus

memanfaatkan peluang tersebut secara optimal dan fokus pada strategi

posisi untuk meminimalkan kendala-kendala internal pemasaran.

Kuadran IV

a. Kondisi tidak menguntungkan serta tidak dapat dikembangkan.

b. Menghadapi berbagai ancaman eksternal sedangkan sumber daya yang

dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

2.5 Perilaku Konsumen

Menurut Mangkunegara (2002), perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap kelompok atau organisasi yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa ekonomi yang dapat mempengaruhi lingkungan.

Menurut Winardi (2003), perilaku konsumen adalah tindakan yang ditunjukkan oleh desain pembelian dan penggunaan barang dan jasa dalam perekonomian.

Dari beberapa pengertian perilaku konsumen yang diberikan oleh para ahli pemasaran maka, dapat disimpulkan yaitu :

18

a. Perilaku konsumen menjadi ciri individu dan rumah tangga.

b. Perilaku konsumen menyangkut mencakup proses pengambilan keputusan

sebelum membeli dan tindakan memperoleh, mengkonsumsi dan

menghabiskan produk.

c. Perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah

barang yang telah dibelanjakan, kapan dengan siapa, siapa saja dan

bagaimana barang yang telah dibeli dikonsumsi. Selain itu juga terdapat

variabel yang tidak dapat diamati, seperti nilai yang dimiliki konsumen,

kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana konsumen mengevaluasi pilihan lain

dan bagaimana perasaan konsumen tentang kepemilikan dan penggunaan

produk.

2.6 Kerangka Pikir

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan merupakan salah satu bentuk pengembangan industri pertanian yang dapat memberikan nilai tambah yang berasal dari bahan baku melinjo. Kerangka berfikir dari penelitian ini dimulai dengan penggalian informasi dari empat keadaan di agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala yaitu, produk, tempat, harga dan pemasaran. Keempat elemen tersebut akan dijadikan sebagai referensi daftar pertanyaan yang akan diajukan sebagai sumber informasi utama dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis SWOT.

Pertanyaan yang akan diajukan terbagi kedalam dua bagian, sesuai dengan pembagian dalam analisis SWOT. Pertama pertanyaan tentang faktor-faktor

19

internal dari usaha pembuatan emping melinjo yaitu kekuatan dan kelemahan, kedua pertanyaan tentang faktor- faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman.

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu kemudian diolah menggunakan analisis

SWOT yang berujung pada lahirnya strategi-strategi untuk masing-masing matriks

(keadaan). Matriks strategi yang menjadi hasil akhir dari penelitian itu yang nantinya semoga ini dapat menjadi solusi untuk strategi yang tepat bagi agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar untuk meningkatkan omzet penjualan dan mempertahankan daur hidup produk. Adapun penjelasannya dapat dilihat melalui gambar berikut:

Agroindustri Emping

Melinjo

Faktor Internal Faktor Eksternal - Peluang - Kekuatan - Ancaman - Kelemahan

Analisis SWOT

Strategi Pengembangan Emping Melinjo

Gambar. 3 Kerangka Pikir Teoritis.

20

2.7 Penelitian Terdahulu.

No. Nama Peneliti. Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian 1 Rizky Ramadhani Strategi Pengembangan Analisis Deskriptif -Kekuatan yang dimiliki oleh kedua Puspanegara, 2018 Agroindustri Beras Siger di Kualitatif agroindustri berbeda, KWT Suka Maju Desa Wonokarto Kecamatan Analisis SWOT memiliki banyak sekali konsumen serta Sekampung Kabupaten melakukan kegiatan pemasaran yang Lampung Timur dan Desa beraneka ragam. Kekuatan yang dimiliki Margosari Kecamatan KWT Melati yaitu kualitas produk yang Pagelaran Utara Kabupaten sangat baik yang benar-benar dapat Pringsewu dicirikan sebagai beras siger (mirip seperti beras). Kelemahan yang dimiliki masing-masing agroindustri pun berbeda, KWT Melati memiliki kelemahan besar dalam teknologi produksi yang dikarenakan kondisi keuangan yang belum memungkinkan dan kelemahan KWT Melati adalah konsumen tidak beragam karena hanya menjual kepada reseller. -Peluang utama yang dimiliki KWT

21

Melati adalah tidak adanya saingan di wilayah tersebut, dan ancaman yang dimiliki oleh KWT Melati ada keterbatasan teknologi . -Strategi yang diprioritaskan untuk agroindustri beras siger KWT Suka \Maju adalah membuat diversifikasi dan modifikasi produk sehingga konsumen makin tertarik mengkomsumsi. Strategi yang diprioritaskan untuk agroindustri KWT adalah melakukan inovasi produk baru dari teknologi dan pelatihan yang telah di dapat dari BKP Provinsi Lampung dan mengembangkannya.

2. Nur Afni Evilia,E. Gumbira Stategi Pengembanagan Analisis Kualitatif Rasio nilai tambah dari pengolahan Sa’id dan Rita Nurmalina Agroindustri dan Peningkatan dan Kuantitatif. gambir menjadi katekin 91,67%, dengan Suryana, 2012. Nilai Tambah Gambir di Analisis Deskriptif nilai tambah sebesar Rp. 2.442.000. Kabupaten Lima Puluh Kota

22

Sumatera Barat. dengan nilai tambah dari tani sebesar Rp.1.149.000. dengan rasio nilai tambah sebesar 83,81%. Faktor internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama adalah adanya Agrotechnopark (0,063), sedangkan kelemahan utama adalah belum adanya kebijakan pemerintah daerah yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan daerah (Pemda) dalam mendukung pengembangan agroindustri gambir (0,074).Faktor Eksternal terdiri atas peluang dan ancaman utama adalah perdagangan global yang menuntut standar mutu produk tinggi (0,065). Matriks QSPM menghasilkan strategi prioritas utama, yaitu menggiatkan kembali program ATP dalam upaya meningkatkan inovasi teknologi untuk

23

pengolahan gambir menjadi berbagai produk olahan dengan mutu yang terjamin dan jumlah yang memadai dengan nilai TES tertinggi 6,897. 3 Dwi Retno Andriani, Analisis Kelayakan Usaha Metode Analisis -Keuntungan yang diperoleh agroindustri Fransiska Dwi L, 2015 dan Strategi Pengembanagan Keuntungan dan emping melinjo skala rumah tangga di Agroindustri Emping Melinjo Kelayakan Usaha daerah penelitian sebesar Rp. 28.443,,00 Skala Rumah Tangga di Desa dan Analisis SWOT per hari dan Rp. 711.075,00 per bulan. Wates Kecamatan Wates Agroindustri tersebut menguntungkan Kabupaten Blitar. karena rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp. 343.557.00 per hari untuk rata-rata kapasitas bahan baku yang digunakan sebanyak 37.14 kg dan memperoleh penerimaan terbesar Rp. 372,000.00 per hari (TR>TC). -Agroindustri emping melinjo layak dikembangkan berdasarkan perhitungan R/C ratio lebih besar dari satu yaitu 1.1 (R/C Ratio > 1) dan jumlah produk yang

24

dihasilkan melebihi nilai BEP yaitu 18,6 kg emping melinjo dengan harga Rp. 20,000.00 (Produk saat BEP 17 kg dengan harga Rp18, 475 00. -Strategi yang dapat diterapkan oleh agroindustri emping melinjo skala rumah tangga berdasarkan matriks IE adalah Growth and Stability. Pada matriks Grand strategi, agroindustri berada pada kuadran satu yaitu strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan Agresif, berdasarkan analisis SWOT strategy utama adalah Growth and stability dan Agresif strategy. Kemudian dengan analisis QSPM dirumuskan 3 Alternatif strategi yang paling utama yaitu : 1.) Pengembangan usaha dengan meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk di pasar.

25

2.) Memperluas pasar ke berbagai daerah dengan menambah dan mempertahankan pelanggan serta diversifikasi produk. 3.) Bekerjasama dengan pemerintah untuk membentuk kelompok usaha dalam hal, modal, pelatihan tenaga kerja, promosi dan teknologi tepat guna. 4 Nur Afni Evalia, 2015 Strategi Pengembagan Analisis Deskriptif -Pengembangan agroindustri gula semut Agroindustri Gula Semut Kualitatif aren di Kecamatan Lareh Sago Halaban Aren, (Studi Kasus merupakan hal yang sangat penting untuk Kecamatan Lareh Sago diimplementasikan . ini dapat dilihat dari Halaban Kabupaten Lima nilai faktor IFE senilai (2,64) ini berarti Puluh Provinsi Sumatera secara internal sangat mendukung dalam Barat) ,2015. penegembangan agroindustri gula semut kedepannya. Begitu juga dengan nilai EFE sebesar 298. Ini mengkondisikan bahwa masih banyak peluang-peluang yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dari hasil penelitian juga didapatkan 10

26

alternatif strategi yang mewakili dalam pengembangan agroindustri gula semut, yang dapat diterapkan di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Prioritas strategi yang dapat segera diimplementasikan berdasarkan hasil olahan AHP, Khususnya faktor penentu utama yang telah didapat Faktor tersebut adalah teknologi, dengan pelaku yang bertanggung jawab adalah pemerintah sebagai fasilitator yang dapat diprioritaskan untuk diversifikasi produk turunan aren ( gula semut aren). Tujuan akhir dari strategi pengembangan agroindustri gula semut aren adalah pemberian bantuan berupa teknologi tepat guna dan teknologi packing untuk skala komersial.

27

5 Dwi Rizky Agustina, Harga pokok Produksi, Nilai Analisis Kualitatif Harga pokok produksi (HPP) agroindustri R. Hanung Ismono Tambah Dan Prospek dan Kuantitatif. marning dengan analisis Variable Adia Nugraha, 2015 Pengembangan Agroindustri Analisis Deskriptif Costing adalah Rp. 9.634,76 dan metode Marning Di Kecamatan Full Costing adalah sebesar Rp. 9.809,55. Gedong Tataan Kabupaten HPP tersebut merupakan jumlah biaya Pesawaran. produksi yang dikeluarkan untuk

menghasilkan per kilogram marning. Nilai tambah yang dihasilkan oleh agroindustri marning adalah Rp. 3.715,88. Persentase imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah sebesar 53,15 persen, sedangkan persentase keuntungan untuk pemilik agroindustri marning adalah sebesar 46,85 persen dari nilai produk. Prospek pengembangan agroindustri marning di Desa Karang Anyar dapat dikatakan cukup prospektif, jika dilihat dari identifikasi terhadap

28

ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, penawaran marning, daerah pemasaran produk, dukungan masyarakat, dan dukungan pemerintah.

29

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada agroindustri rumah tangga pembuatan emping melinjo di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. lokasi dipilih karena di Desa Kohala terdapat banyak agroindustri pembuatan emping melinjo yang layak untuk di kembangkan. penelitian dilaksanakan pada bulan

Juli-Agustus 2020.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini informan yang dipilih adalah informan yang menguasai pokok permasalahan, memiliki data dan mengerti tentang topik masalah penelitian. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling.

Teknik purposive sampling adalah teknik mengambil informan atau narasumber dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian.

Dalam penelitian ini informan yang akan diambil dalam penelitian ini berjumlah 5 orang (data terlampir) terdiri dari : pemilik usaha 2 orang, konsumen

2 orang, beserta 1 orang warga yang berdomisili di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dijelaskan dalam bentuk deskriptif kualitatif.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara langsung maupun survey dengan menggunakan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data-data tentang strategi pengembangan emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh melalui penelusuran studi-studi dokumen yang terdapat pada tempat penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan diantaranya data produksi dan penjualan emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Yaitu melakukan pengambilan data dengan melakukan pengamatan secara langsung pada industri rumah tangga pembuatan emping melinjo di Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Wawancara

Yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui interview langsung dengan informan yaitu seluruh pengrajin dan pengelola produsen emping melinjo di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

31

3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dan pengambilan

gambar di lokasi penelitian di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan alat analisis menggunakan metode SWOT. Yaitu suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran Holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar alamiah (Ulber Silalahi, 2009). Dalam penyusunan strategi dengan menggunakan metode SWOT, model yang digunakan sebagai berikut :

1. Identifikasi faktor internal dan eksternal

2. Matriks strategi internal dan eksternal

3. Melakukan perumusan matriks SWOT

4. Matriks SWOT

3.5.1 Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal

Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu perumusan strategi perlu adanya identifikasi terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam pokok permasalahan.

Faktor-faktor diantaranya yaitu : kekuatan dan kelemahan (internal) dan faktor peluang dan ancaman (eksternal).

32

Untuk menentukan cara penentuan faktor strategi internal perusahaan dapat di diketahui menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan yang

terdapat pada kolom yang pertama.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari

yang paling rendah 0,20 (sangat kuat) sampai 0,05 (di bawah rata-rata),

berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis. (semua

bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating yang terdapat (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

dengan memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan.

Variabel yang bersifat positif (semua variabel masuk kategori kekuatan)

diberi nilai mulai dari 4 (sangat menarik) sampai 1 (tidak menarik) dengan

membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama,

sedangkan variabel bersifat negatif, serta kebalikannya.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan yang terdapat pada kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari

4,0 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

5. Gunakan kolom lima untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung .

jumlahkan skor pembobotan yang terdapat pada (kolom 4), untuk

memperoleh total skor pembobotan bagi yang bersangkutan. Nilai total

33

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor

strategi internalnya . Skor total dapat kita gunakan sebagai perbandingan.

3.5.2 Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel faktor strategi internal dan faktor eksternal kemudian dipetakan pada matriks posisi, dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

2. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

a. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka x > 0 dan sebaliknya

jika kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

b. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya

jika ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

3. Untuk menentukan posisi pemasaran, dibuat perhitungan berdasarkan selisih

dari sub total skor da matriks faktor internal dan eksternal, hasilnya dapat

dirangkum sebagai berikut :

a. Koordinat analisis internal

Kekuatan - Kelemahan = ... ?

b. Koordinat analisis eksternal

Peluang – Ancaman = ... ?

3.5.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT dikembangkan untuk dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

34

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Matriks SWOT Faktor Internal (IFAS) Kekuatan Kelemahan Faktor (Strengths) (Weakness) Eksternal (EFAS)

Strategi S - O : Strategi W – O :

Ciptakan strategi dengan Ciptakan strategi yang Peluang menggunakan kekuatan meminimalkan (Opportunities) untuk memanfaatkan kelemahan untuk

peluang. mendapatkan peluang

Strategi S – T : Strategi W – T :

Ciptakan strategi yang Strategi yang Ancaman menggunakan kekutan meminimalkan (Threats) untuk mengatasi kelemahan dan

ancaman. menghindari ancaman.

Sumber : (Rangkuti Freddy, 2001)

Keterangan :

1. Strategi SO (Strengths, Opportunities)

Memanfaatkan kekuatan yang dimiliki agroindustri untuk memanfaatkan

berbagai peluang yang ada

2. Strategi ST (Strengths, Threats)

35

Memanfaatkan kekuatan yang dimiliki agroindustri untuk menghindari

berbagai ancaman

3. Strategi WO (Weakness, Opportunities)

Memanfaatkan peluang yang dimiliki agroindustri dengan cara

meminimalkan berbagai kelemahan

4. Strategi WT (Weakness, Threats)

Memanfaatkan peluang yang dimiliki agroindustri dan meminimalkan

berbagai kelemahan dan ancaman.

3.6 Definisi Operasional

1. Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai

bahan baku, untuk merancang serta menyediakan peralatan dan jasa untuk

kegiatan agroindustri emping melinjo.

2. Emping melinjo adalah adalah salah satu jenis makanan ringan yang terbuat

dari melinjo yang berbentuk pipih bulat, diolah dengan cara dipanaskan

kemudian dipipihkan dengan cara dipukul-pukul lalu dikeringkan di bawah

sinar matahari dan digoreng dengan menggunakan minyak.

3. Strategi pengembangan adalah suatu upaya menganalisis situasi agroindustri

emping melinjo dari perspektif internal yang meliputi kelemahan dan

kekuatan.

4. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

menilai kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) dalam agroindustri emping melinjo.

36

5. Kekuatan adalah kemampuan yang dimiliki agroindustri emping melinjo

yang berasal dari dalam agroindustri agar kegiatannya berjalan secara

optimal.

6. Kelemahan adalah kekurangan yang yang dimiliki agroindustri emping

melinjo yang berasal dari dalam agroindustri sehingga perusahaan tidak

dapat beroperasi dengan baik.

7. Peluang adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar agroindustri emping

melinjo yang bersifat positif yang dapat mendukung kinerja agroindustri

emping melinjo.

8. Ancaman adalah faktor eksternal yang dapat menghambat kinerja

agroindustri emping melinjo.

37

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaaan Geografis

Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai salah satu provinsi di

Selatan terletak di ujung Selatan pulau Sulawesi yang memanjang dari utara ke selatan. Berbeda dengan kabupaten lain di Sulawesi Selatan Kabupaten

Kepulauan Selayar memiliki ciri khas dimana satu-satunya kabupaten yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi serta terdiri dari gugusan beberapa pulau.

Kecamatan Bukit yang berada pada arah utara Kabupaten Kepulauan

Selayar dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Bontomatene berdasarkan perda Nomor 6 tahun 2008. Kondisi topografi Kecamatan Buki sebagian besar terdiri dari perbukitan untuk wilayah bagian timur dan wilayah bagian barat sebagian datar dengan luas wilayah kecamatan tercatat ± 55,27 km². Wilayah administratif pemerintahan Kecamatan Buki terbagi atas 7 (tujuh) wilayah Desa terdiri dari (Desa Buki, Bontolempangan, Kohala, Lalang Bata, Balang Butung,

Buki Timur dan Mekar Indah). Salah satu Desa yang berada di Kecamatan Buki yaitu Desa Kohala mempunyai luas ± 7 km². Terletak disebelah utara ibu kota kabupaten yaitu Benteng dengan jarak tempuh ± 15 km dengan waktu tempuh sekitar 30-40 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Secara topografi, tanah di kesuburan yang sedang dan relatif baik sehingga mendukung usaha pertanian yang Desa Kohala merupakan tanah dengan bentang wilayah berbukit yang memiliki tingkat dikembangkan oleh masyarakat di Desa

Kohala ditinjau secara parsial yakni ke 4 (empat) Dusun tersebut yaitu

Dusun Lebo, Dusun Karebosi, Dusun Kadempak dan Dusun Bangsiang. Selain itu

Desa Kohala memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Polebunging

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontolempangan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonea Makmur

Secara geografis wilayah Kecamatan Buki dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

4.2 Keadaan Demografis

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin

Berdasarkan data tahun terakhir tahun 2016 jumlah penduduk Desa Kohala tercatat 266 (KK). Adapun banyaknya penduduk yang berjumlah 917 terdiri dari laki-laki sebanyak 436 jiwa dan perempuan sebanyak 481 jiwa yang kesemuanya terbagi dalam usia yang berbeda-beda, mulai dari kelompok penduduk yang berusia antara 1-20 tahun sampai pada kelompok yang berusia 61 tahun keatas.

39

Komposisi penduduk Desa Kohala berdasarkan kelompok umur untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini .

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kahala Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%) 1. Laki – laki 436 47,55 2. Perempuan 481 52,45 Jumlah 917 100 Sumber : Data Sekunder 2018

Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa rasio jumlah penduduk jenis kelamin laki laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan 436 jiwa yang berjenis kelamin laki- laki dan 481 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Dengan jumlah persentase untuk berjenis kelamin laki-laki sebesar 47,55 % sedangkan berjenis kelamin perempuan sebesar 52,45 %.

4.2.2 Keadaaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk yang berada di Desa Kohala sebagian besar adalah petani dan URT. Adapun jenis dan jumlah mata pencaharian masyarakat

Kohala selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

40

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Kahala Kecamatan Buki, Kabupaten Selayar. No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%)

1. Petani 158 17,23

2. PNS 30 3,27

3. Peternak 20 2,18

4. TNI 3 00,3

5. Pensiunan 8 00,8

6. Montir 3 00,3

7. Tukang Batu 17 1,85

8. Tukang Kayu 16 1,74

9. Tukang Jahit 4 00,4

10. Tukang 14 1,52

11. Tukang Anyaman 8 00,8

12. Pengrajin Industri Rumah 35 3,81

Tangga Lainnya

13. URT 601 65,54

Total 917 100

Sumber : Data Sekunder 2018

Data pada Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk

Desa Kohala terbesar yaitu sebagai ibu rumah tangga berjumlah 601 jiwa atau

65,54 %, kemudian disusul oleh sektor pertanian yaitu 158 jiwa atau 17,23%. Hal ini didukung oleh potensi Desa Kohala yang berada pada wilayah perkebunan,

41

kemudian yang terendah terdapat pada bidang mata pencaharian montir berjumlah

3 atau 00,3 % Beberapa jenis mata pencaharian lain yang dikembangkan oleh masyarakat di Desa Kohala tersebut yaitu sebagai tukang batu, tukang kayu, tukang jahit, tukang kue, tukang anyaman dan pengrajin industri rumah tangga lainnya.

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Penduduk merupakan salah satu merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang berpendudukan tinggi di suatu wilayah maka maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan wilayah tersebut dan sebaliknya semakin banyak penduduk yang berpendidikan rendah maka tingkat kemajuan wilayah tersebut semakin lambat.

Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 6.

42

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Kohala. No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Presentase (%)

1. TK 59 6,10

2. SD 90 9,81

3. SMP 58 6,32

4. SMA 68 7,42

5. D2 4 00.4

6. S2 1 00,1

7. SDLB 12 01,30

8. Tidak Sekolah 625 68,15

Total 917 100

Sumber : Data Desa Kohala, 2018

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Kohala yang sarjana berjumlah 1 orang atau 00,1 %, SMA berjumlah 68 orang atau 7,42 %, SMP berjumlah 58 orang atau 6,32 %, SD berjumlah 90 orang atau 9,81%, SDLB berjumlah 12 orang atau 01,30% tidak sekolah berjumlah 625 orang atau 68,15 %. Jadi, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Kohala umumnya tidak sekolah dan bisa diartikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Kohala masih rendah.

43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Agroindustri Emping Melinjo di Desa Kohala

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala telah ada sejak awal tahun 2001 dan telah berjalan turun-temurun. Emping melinjo yang diproduksi hanya emping melinjo tawar saja serta tidak menggunakan merek, usaha masih sederhana dan produksinya masih dikenal pada lingkungan setempat.

Industri ini mengalami perkembangan namun tidak cukup signifikan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya warga sekitar yang juga menjadi pengrajin emping melinjo. Namun, disisi lain tidak adanya pasar yang berada di tempat tersebut mengakibatkan emping yang telah dijual harus dibawa ke kota untuk dipasarkan.

Permasalahan yang sering muncul adalah masalah cuaca dan pasar.

Biasanya sekali produksi pada musim kemarau hanya butuh 2-3 hari masa pengeringan. Tetapi pada musim hujan bisa 7-10 hari untuk proses pengeringan.

Selain itu, pasar yang cukup jauh ke kota menambah pengeluaran dikarenakan sebagian besar pengrajin belum memanfaatkan media sosial sebagai media promosi.

Sebagai langkah awal mereka menggunakan modal seadanya untuk membeli bahan baku yaitu melinjo mentah dengan menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana untuk membuat emping melinjo. Adapun cara pembuatan emping melinjo adalah sebagai berikut :

a. Rendam melinjo mentah dengan air selama seminggu hingga biji melinjo

terlepas dari kulit luarnya.

b. Wajan dari tanah liat dipanaskan dengan menggunakan tungku dari tanah liat

atau kompor menggunakan api kecil, kemudian masukkan biji melinjo lalu

goreng sangan hingga setengah matang.

c. Biji setengah matang kemudian dikupas kulit luarnya.

d. Dalam keadaan masih panas segera masukkan kedalam plastik bening yang

telah diapit oleh kedua sisinya. Pukul-pukul dengan palu hingga pipih.

Emping dengan ukuran besar cukup dibuat dari satu biji melinjo saja. Dan emping dengan ukuran besar dibuat dari 3-5 biji melinjo. Setelah biji melinjo dipipihkan, lepaskan dan simpan pada talenan dan jemur hingga kering.

Dari uraian diatas sudah dapat diketahui bahwa dalam pembuatan emping menggunakan bahan baku melinjo, tidak menggunakan bahan pengawet sedikitpun. Melinjo yang diproduksi oleh ibu-ibu Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar biasanya dipasarkan langsung ke pasar. Usaha ini cukup menjanjikan karena pada dasarnya banyak event yang menggunakan bahan baku emping melinjo, namun kurangnya varian produk yang ditawarkan juga menjadi salah satu penghambat peningkatan penjualan emping. Oleh karena itu, mereka menjual ke pedagang pengecer dan pengumpul karena menurut mereka dengan cara tersebut maka emping melinjo akan laku dan habis terjual.

Dalam pembuatan emping melinjo bahan baku yang digunakan adalah melinjo, ketersediaan bahan baku sangat menunjang produktivitas usaha emping melinjo. Dikarenakan sebagian besar baku baku didapatkan dari desa sekitar.

45

Sehingga apabila terjadi kendala dalam ketersediaan bahan baku, pengrajin akan mencari bahan baku pada berbagai tempat, untuk kesediaan produksi yang akan datang atau beralih pada pekerjaan lain hingga melinjo tersedia.

Lokasi usaha pembuatan emping melinjo yang tidak strategis membuat para konsumen lebih memilih untuk membeli di pasar yang berada di kabupaten karena akses jalan yang cukup dekat dan mudah untuk ditemukan. Biasanya pengrajin emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar langsung menjual ke pasar dengan harga Rp. 5.000-7.000

/liternya.

5.2 Identifikasi Faktor Internal

Lingkungan internal meliputi Lingkungan internal mengandung kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan adalah situasi positif dan kapabilitas internal yang memungkinkan organisasi mencapai keunggulan strategis dalam mencapai visi dan misi serta kelemahannya adalah faktor di luar organisasi yang buruk dan menghalangi organisasi mencapai atau melampaui visi, misi atau tujuan perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan survei langsung di lokasi penelitian, sesuai dengan pengumpulan data yang dilakukan penelitian, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor internal dari agroindustri emping melinjo yang meliputi kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel berikut :

46

Tabel 7. Identifikasi Faktor-Faktor Internal Agroindustri Emping Melinjo Faktor –Faktor Internal

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)

1.) Rasa emping yang enak 1.) Ketergantungan bahan baku

2.) Agroindustri yang sudah lama 2.) Tidak ada promosi

berdiri 3.) Belum ada merk

3.) Tenaga kerja yang sudah ahli 4.) Produk kurang bervariasi

4.) Harga terjangkau 5.) Lokasi tidak strategis

5.) Merespon cepat

permintaan konsumen

Penjelasan mengenai faktor internal strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar sebagai berikut :

A. Kekuatan

1. Rasa emping yang enak

Produk emping yang di produksi oleh ibu-ibu pengrajin emping melinjo

yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

mempunyai rasa yang enak serta bau yang khas. Berdasarkan hal tersebut

banyak konsumen yang menyukai produk emping melinjo yang berasal dari

Desa Kohala untuk dijadikan oleh-oleh ataupun untuk dikonsumsi pribadi.

Selain itu, jumlah produk yang tersedia akan cepat habis terjual dengan jangka

waktu singkat biasanya kurang dari waktu 4 hari setelah produk emping

47

melinjo diproduksi. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti selaku konsumen pertama produk emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan :

“Nyamangi inni rasanna gareppe, jari apa araki pasang paki memang barang kalakbusangki. Lohe biasa tau tuppasang, biasana lalaerangi mange ri kamponna lohe todok tu malli untuk lala kangre jua (artinya : emping yang diproduksi rasanya enak, agar tidak kehabisan stok, kita dapat memesan jauh hari sebelumnya.biasanya konsumen membeli emping untuk dijadikan oleh-oleh, namun ada juga yang memesan emping untuk dikonsumsi pribadi)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen kedua, yang diwawancarai dalam penelitian ini, mengatakan bahwa :

“Bajik ini rasanna gareppe jari lohe tuppasang, biasana turiek batu ha‟le. lamuliang pi mange ri kamponna ampai la alle (artinya : emping disini rasanya enak ,konsumennya sebagian besar berasal dari luar daerah. Biasanya emping yang telah mereka pesan akan diambil ketika mereka hendak kembali ke kampung halamannya”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti selaku konsumen pertama, beliau menjelaskan bahwa karena rasa emping yang diproduksi enak, konsumen harus memesan jauh hari sebelumnya, agar tidak kehabisan stok . karena banyak konsumen lain yang memesan emping untuk dijadikan oleh- oleh atau hanya sekedar dikonsumsi pribadi. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen kedua beliau menjelaskan, konsumen membeli emping yang ada di Desa Kohala karena rasanya enak. Sebagian besar konsumen berasal dari luar daerah sehingga mereka akan mengambil pesanan emping ketika mereka hendak kembali ke daerahnya.

48

2. Agroindustri yang sudah lama berdiri

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar telah berdiri sejak awal tahun 2001. Merupakan agroindustri yang telah lama berdiri.

Terlihat dari banyaknya konsumen yang mengenal produk emping melinjo. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan :

“Pa‟pisa‟ringku inni tukbuak injo gareppe nu sallomo riekna

rikamponginni, ampa gele jua sala pangguranggi riekmu ri

mulana tahun 2001(artinya : seingat saya pengrajin emping

melinjo di desa ini sudah ada sejak lama, jika tidak salah, usaha

emping melinjo sudah berdiri sejak awal tahun 2001)‟‟

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo kedua yang diwawancarai dalam penelitian ini, mengatakan bahwa :

“Ampa tuk buak injo gareppe nu sallomo ampa ri kohala,

riekmu minang hattuanna awal tahun 2001 (artinya : usaha

pembuatan emping melinjo telah lama berdiri, sudah ada sejak

awal tahun 2001) ”

Kedua pernyataan diatas diperkuat oleh pernyataan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

49

“Apa tu‟buak injo gareppe mu salomo. Riekmu hatunna tahun

2001 pak pisa,ringku (artinya : seingat saya, usaha emping

melinjo sudah ada sejak awal tahun 2001)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo pertama beliau menjelaskan bahwa pengrajin emping melinjo sudah ada sejak lama, agroindustri emping melinjo sudah lama berdiri tepatnya sejak awal tahun 2011. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo kedua, usaha pembuatan emping melinjo telah lama berdiri, jika beliau tidak salah sudah ada sejak awal tahun 2001. Serta tanggapan lain diberikan oleh ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di

Desa Kohala beliau menjelaskan bahwa usaha emping melinjo sudah ada pada awal tahun 2001 di Desa Kohala.

3. Tenaga kerja yang sudah ahli

Tenaga kerja yang ada di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar merupakan tenaga kerja yang sudah ahli. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil emping yang bentuknya bagus dan tipis menambah nilai jual yang ada pada emping melinjo tersebut.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho sebagai pemilik agroindustri emping melinjo yang ada di desa Kohala yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa :

“Lohe tumalli rinni gareppe ka nu ballo jarinna ka sanging tusallomo nette‟ jari ballo jarinna (artinya : banyak yang membeli emping karena pengrajin sudah berpengalaman sehingga emping yang dihasilkan bagus)”

50

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen kedua yang diwawancarai dalam penelitian ini, yang mengatakan bahwa :

“Ampa tummalli injo rinni biasana langai ka ballo ta‟ranna ne‟te‟ jari ballo jarinna, ka sanging tu berpengalamang mo rinjo tu nette,(artinya : sebagian besar konsumen membeli emping melinjo, karena para pengrajin sudah berpengalaman sehingga emping yang dihasilkan bagus)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho sebagai pemilik agroindustri emping melinjo beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang produsen banyak yang membeli produk emping miliknya karena pengrajin yang ada di tempatnya sudah berpengalaman sehingga emping yang dihasilkan bagus. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen ia tertarik membeli emping melinjo karena pengrajin emping sudah berpengalaman sehingga emping yang dihasilkan bagus.

4. Harga terjangkau

Harga yang dipatok oleh pengrajin emping melinjo yang ada di Desa

Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar cukup terjangkau yaitu

Rp.5.000-Rp.6000 /liter. Harga tersebut cukup murah untuk produk emping melinjo, karena biasanya di tempat lain harga ditaksir 7.000-10.000 /liter. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik agroindustri emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa :

“Ampa biasana kambe ta balukang lammoro juai rini limang sa‟bu sa‟genna annang sa‟bu silitere. Gele singkama rintampa maraeng biasana tujung sa‟bu sa‟genna sampulo sa‟bu labalukangangi (artinya : biasanya kami menjual emping dengan harga murah sekitar lima ribu hingga enam ribu per

51

liternya, tidak sama dengan tempat lain bisanya mereka menjual dengan harga tuju hingga sepuluh ribu rupiah)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho sebagai pemilik agroindustri emping melinjo beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang produsen beliau menjual emping dengan harga murah yaitu Rp.5.000-Rp.6.000

/Liter, tidak sama dengan tempat lain biasanya mereka menjual dengan harga

Rp.7.000-Rp.10.000 /Liter.

5. Merespon cepat permintaan konsumen

Dalam melakukan penjualan biasanya ibu-ibu akan merespon cepat permintaan konsumen dengan cara apabila produk emping tidak tersedia pada pengrajin yang satu, maka pengrajin lain yang mempunyai stok emping akan langsung merespon bahwa produknya tersedia. Kerjasama antar pengrajin emping masih sangat tinggi karena hampir semua yang ada di desa tersebut masih mempunyai hubungan kekerabatan yang cukup dekat. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti selaku konsumen emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa :

“Rinni kambe sadia jakang manna tidak gareppe‟na tu si renjo. ka tasuro ji mae ri meraengang supaya gele sallo tajang ka biasa langsung todoki riek na andai tajang (artinya : pengrajin disini sudah mempunyai persiapan jika ada konsumen yang sewaktu- waktu datang dan ingin membeli emping dan tidak mau menunggu lama, yaitu saling berkoordinasi antar pengrajin emping agar emping selalu tersedia )“

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Marannu selaku pemilik usaha yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Biasana rinni ampa kambe ka gele jakang tumaraeng ampa kosong gareppe ri sapo. ta suroji mange ri ha‟leang sapo ka sanging tu si bija rinnai ri kampong (artinya : Biasanya jika kami

52

mengalami kekurangan emping, maka kami akan merekomendasikan emping dari tetangga rumah karena di desa ini hampir semua pengrajin adalah keluarga dekat)“

Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan ibu Sitti selaku konsumen, beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang konsumen beliau sudah mempunyai persiapan apabila ada yang memesan emping secara tiba- karena sebelumnya sudah ada koordinasi antar pengrajin emping sehingga produk yang diminta biasa tersedia. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Marannu selaku pemilik usaha jika beliau tidak bisa memenuhi kebutuhan produk maka beliau akan merekomendasikan produk olahan emping tetangga rumahnya karena hampir semua pengrajin yang ada di Desa Kohala masih memiliki hubungan kekerabatan.

B. Kelemahan

1. Ketergantungan bahan baku

Tenaga kerja emping melinjo yang ada di Desa Kohala membutuhkan jumlah bahan baku yang cukup besar untuk proses produksi. Berikut jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu tahun di Desa Kohala. Rata-rata bahan baku emping melinjo mentah yang dibutuhkan satu tahun sebesar 1.8575 Ton

(data terlampir). Dari data tersebut dapat disimpulkan tenaga kerja emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar masih mengalami ketergantungan bahan baku yang cukup besar. Karena, bahan baku melinjo tidak tidak berasal dari desa yang sama tetapi berasal dari desa tetangga. Selain itu, faktor musim menjadi kendala karena tidak selamanya melinjo tersedia melainkan musim tertentu melinjo banyak diperjual belikan karena termasuk buah musiman.

53

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu baho selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe rinni injo jua ku‟lang ka gele hatu-hatu riek maing injo tidak pole ponna, jari apa araki ammali nu ri kampong ha‟leang pa (artinya : melinjo sebagai bahan baku pembuatan emping adalah buah musiman. di desa ini, tidak terdapat tanaman melinjo sehingga kita harus ke desa tetangga untuk mendapatkan buah melinjo)” Pernyataan lain disampaikan oleh ibu marni selaku warga yang berdomisili di

Desa Kohala, dalam sesi wawancara beliau mengatakan :

“Minang riolo pabuak gareppe injo rinni sanging nu battu ri kampong maraeng ku‟lang naka gele timbo rinni ri kampong, jari angsulukang kampong paki ammalli. Injo pole Susana ka nu gele allo-allo riek, nu haatu inni ku,lang (artinya : sejak dulu bahan baku pembuatan emping diperoleh dari desa tetangga karena melinjo tidak dapat tumbuh subur di tempat ini. Yang menjadi kendala, melinjo merupakan buah musiman, sehingga tidak dapat diperoleh dengan mudah)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu baho selaku pemilik usaha emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan, bahwa keberadaan buah melinjo yang tidak dapat tumbuh subur di desanya serta buah melinjo sebagai buah musiman menjadi kendala dalam produksi emping melinjo, karena beliau harus pergi ke desa tetangga untuk mendapatkan bahan baku pembuatan emping.

Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu marni selaku warga yang berdomisili di

Desa Kohala berpendapat bahwa, dari dulu para pengrajin emping mengalami kesulitan bahan baku karena pohon melinjo tidak dapat tumbuh subur di Desa

Kohala ditambah lagi karena buah melinjo adalah buah musiman sehingga para pengrajin mengandalkan desa tetangga sebagai penyedia bahan baku.

54

2. Tidak ada promosi

Tenaga kerja emping melinjo belum menggunakan media sosial sebagai bahan promosi sehingga konsumen hanya mengenal produk emping melinjo dari mulut ke mulut. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha Agroindustri emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa pabaluk gareppe rinni, gelepi make hp. Sanging nu battu ri toyya jua lapauangi jari laissei lakua lohe pabaluk gareppe rinni mae (artinya : penjual emping belum memanfaatkan media sosial sebagai media promosi. selama ini produk emping melinjo dilakukan hanya dari mulut- kemulut) ”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Kambe tummaliinnikang loheang taisse battu ri toyya takua lohe tu baluk gareppe ri kohala (artinya : kebanyakan pembeli mengenal produk emping melinjo dari cerita oraang-orang)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan, bahwa beliau belum memanfaatkan media sosial sebagai media promosi, sampai sekarang promosi dilakukan hanya dari mulut-ke mulut. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen beliau mengatakan mengenal produk emping dari cerita orang- orang.

3. Belum ada merk

Emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar belum mempunyai merek sehingga kadang kala banyak penjual yang mengklaim bahwa produknya merupakan emping khas dari

55

Kabupaten Kepulauan Selayar. Sehingga sewaktu-waktu apabila menemukan sesuatu hal yang tidak baik justru akan merusak citra emping melinjo yang asli.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha

Agroindustri emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Rinni sanging nu tidek juapa merek na gareppe tabalukang. Jari lohe biasa lapassurangangji emping nu battunjo ha‟leang padahal nu gele singkama (artinya : emping melinjo yang kami produksi tidak mempunyai merek, sehingga kadang kala banyak yang menyamakan produk kami dengan produk yang berasal dari daerah lain meskipun dari segi estetika sudah jelas berbeda)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo jua biasana ka rinni gareppe tidek juapa merekna, jari ampa tugele ngisse labedakang lappasingkamaang juai. Manna sodipa la sallai kapangisse‟na gareppe nu ta‟balukang injo ri silajara sanging gareppe silajara asli padahala lohe todokja gareppe nu battu ha‟le (artinya : emping yang biasa kami beli belum mempunyai merek, sehingga jika konsumen tidak jeli akan menyamakannya dengan produk emping yang lain. Karena mereka berpikir bahwa semua eming yang dijual berasal dari Selayar)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan bahwa, emping yang beliau produksi belum mempunyai merk sehingga banyak yang menyesuaikan produknya dengan produk yang diproduksi daerah lain. Meskipun dari segi estetika produknya sudah jelas berbeda. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu

Biah selaku konsumen beliau mengatakan emping yang kami beli belum mempunyai merek sehingga jika tidak jeli, bisa saja kita menyamakannya dengan produk dari daerah lain.

56

4. Produk kurang bervariasi

Emping melinjo yang dijual oleh tenaga kerja emping melinjo hanya satu yaitu rasa original. Sampai sekarang belum tersedia berbagai macam rasa produk emping melinjo yang dipasarkan. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa rinni sanging gareppe‟ nu tidak rasanna labuak, minang riolo mae riolo mo injo (artinya : dari dulu kami hanya produksi emping dengan rasa original)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Biasana ta halli mata juai, biasana tahalli jenek i (artinya : Biasanya kami beli emping mentah, biasa juga kami beli dengan keadaan sudah digoreng)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan bahwa, emping yang mereka produksi hanya rasa original. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen. Beliau mengatakan bahwa, emping yang biasa mereka beli adalah emping masak dengan rasa original.

5. Lokasi tidak strategis

Pada dasarnya lokasi pembuatan emping melinjo sangat jauh dari kota sehingga menyebabkan konsumen yang hendak membeli harus datang ke kampung untuk membeli produk emping melinjo secara langsung. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

57

“Injo jua Susana rinni ka dere kampong battu ri kota jari la mae paki konjo ampa a‟rai malli gareppe (artinya : yang menjadi kendala adalah pembeli harus menempuh perjalanan yang cukup jauh ke kampung jika ingin membeli emping melinjo)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo susana ka biasa ampa lakbusui na riek tuppasang lohe lanaungpaki ri kampong appasang gareppe apalagi lala alle memangi mintara taunna (artinya : yang menjadi kendala ketika permintaan emping melonjak, penjual harus menempuh perjalan jauh agar dapat memenuhi permintaan konsumen)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan bahwa, yang menjadi kendala adalah pembeli harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan emping melinjo. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen beliau menjelaskan bahwa, kendala yang beliau hadapi adalah ketika permintaan emping melonjak, untuk memenuhi permintaan konsumen beliau harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan emping melinjo.

5.3 Identifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis langsung pada lokasi penelitian serta pengumpulan data yang telah dilakukan, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor eksternal dari agroindustri emping melinjo yang meliputi peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel berikut :

58

Tabel 9. Identifikasi Faktor – Faktor Eksternal Agroindustri Emping Melinjo. Faktor –Faktor Eksternal

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)

1.) Pelanggan setia 1.) Persaingan ketat

2.) Banyak event yang 2.) Harga bahan baku

menggunakan emping 3.) Banyak tengkulak

melinjo 4.) Masalah keuangan

3.) Perkembangan teknologi 5.) Kurangnya kemitraan

4.) Penghasil emping melinjo

berkualitas

5.) Meningkatnya jumlah

kunjungan wisatawan asing

Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

Penjelasan mengenai faktor eksternal strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar sebagai berikut :

A. Peluang

1. Pelanggan setia

Salah satu faktor yang mendukung pengembangan agroindustri emping

melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar yaitu memiliki pelanggan setia. Hal tersebut dapat terjadi karena

pihak tenaga kerja menjaga hubungan baik dengan konsumen dengan cara

memberikan kenyamanan dan pelayanan terbaik dari segi kualitas produknya.

59

Misalnya saja konsumen akan memberikan tester ketika pelanggan hendak membeli produk emping melinjo sehingga konsumen akan lebih percaya dengan produk yang ditawarkan. Biasanya jumlah konsumen yang akan memesan pada satu produsen emping melinjo di Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 9-11 konsumen setiap pekannya. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa kambe rinni gele makang malla, takua tidek tumalli, kanu riekmo memang langganang battu ri kota (artinya : untuk masalah konsumen kami tidak perlu khawatir lagi, karena kami sudah punya konsumen tetap yang berada di kota)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

„‟Sallo makang langganang minang riolo mae riolo, sa‟genna konni gele pakang minang lapaka hussang ampa masalah gareppe (kerjasama kami sudah berlangsung cukup lama, hingga saat ini kami belum pernah merasa dikecewakan dalam proses pembelian emping melinjo . ”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha beliau menjelaskan bahwa, pemilik usaha tidak perlu merasa takut apabila produk emping melinjo yang diproduksi tidak laku karena sudah ada pelanggan setia yang datang dari kota setiap saat membeli dan memesan emping melinjo. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen beliau menjelaskan bahwa, sebagai pembeli mereka tidak pernah dikecewakan sehingga tetap setia hingga kini menjalin kerja sama dengan pengrajin emping melinjo.

60

2. Banyak event yang menggunakan emping melinjo

Salah satu faktor yang menjadi peluang dalam pengembangan agroindustri emping melinjo adalah banyaknya event yang menggunakan emping melinjo. Sebagai contoh pada bulan desember event yang diadakan diantaranya Adventure Trail Wisata, Finswimming dan Festival A, Dinging-

Dinging dan pada bulan oktober adalah Takabonerate Islands Expedition,

Festival Layang-Layang, Festival Kuliner dan Selayar Miracle Night. Pada setiap event akan disediakan stan untuk setiap produk lokal yang berasal dari

Selayar, termasuk emping melinjo. Dari event tersebut produk emping melinjo dapat dikenal oleh konsumen yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Bajikna rinni ka lohe acara jari biasa riek hattu tertentu na lohe tauppa doek, ka lohe tuppasang (artinya : karena sering diadakan event, jadi banyak yang memesan emping sehingga pendapatan kami bertambah)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Biasana riek hattu-hattu tertentu na lohe tu malli emping, contona pasna hari jadi. Biasana appasangkang rua kali lipat gareppe (artinya : adakalanya pada event tertentu seperti pada saat ulang tahun kabupaten kami akan memesan emping dua kali lipat dari biasanya karena pembeli juga meningkat)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha beliau menjelaskan bahwa, pemilik usaha cukup diuntungkan ketika diadakan event karena pendapatan mereka meningkat sebagai bukti dari tingginya

61

permintaan emping. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen beliau menjelaskan bahwa pada event tertentu mereka akan memesan emping lebih banyak dari biasanya karena permintaan yang meningkat seperti pada saat ulang tahun kabupaten.

3. Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi menjadi salah satu peluang untuk mengembangkan agroindustri emping melinjo karena dengan adanya perkembangan teknologi penjualan serta promosi dilakukan lebih efisien sehingga barang yang diproduksi dapat langsung dijual melalui aplikasi yang ada di internet. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti selaku selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe rinni biasa ta aplo‟I mae ri internet, supaya lohe tumalli ka konni-konni loheang mo pole tu balu-balu online (artinya : sekarang sudah marak pedagang online. agar pembeli meningkat kami memanfaatkan media internet sebagai media promosi)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Marni selaku warga yang berdomisili di

Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa nakke rinni bajina ampa labalukang onlinengi pasti loe tu malli gareppe. pasti lohe tabalukang ampa pakonjo ta‟ranna baluk (artinya : akan lebih baik lagi ketika penjualan emping melinjo dipasarkan secara online. Pati akan banyak pembeli serta penjualan juga akan meningkat)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti selaku selaku konsumen.

Beliau menjelaskan bahwa beliau menjual kembali barang yang telah beliau

62

beli dari pedagang dengan memanfaatkan media internet yang dianggap efektif dapat meningkatkan penjualan produk emping melinjo.

Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Marni selaku warga yang berdomisili di Desa Kohala beliau memberikan saran agar pedagang memanfaatkan media internet sebagai media promosi agar penjualan dapat ditingkatkan sehingga pendapatan juga akan meningkat.

4. Penghasil emping melinjo berkualitas

Desa Kohala Kecamatan Buki kabupaten Kepulauan Selayar merupakan penghasil emping yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat Selayar. Sehingga masyarakat rata-rata akan membeli produk emping dari desa tersebut. Dikatakan emping melinjo berkualitas karena dalam proses produksi tidak menggunakan bahan pengawet serta pengeringan dilakukan selama 3 hari jika matahari terik dan 7-10 hari jika musim hujan sehingga emping dapat bertahan sampai 6 bulan.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku

Masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe rinni tajaming juamu sanging nu ballo gareppe‟na ka lohemo tuppasang. Pagelena pole lassiri daa na langai i toyya ka pengaruh ta sallona ta alloy na tahangi manna salloi ri taro (artinya : kualitas emping disini sudah terjamin. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi emping yang tidak mudah rusak. Proses pengeringan yang kami lakukan membuat emping lebih tahan lama. Sehingga banyak konsumen yang menyukai produk emping melinjo dari desa kami)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

63

“Ampa kambe rinni tappa makang takua nu balloi inni gareppe‟na tu kohala ka manna salloi naung tataro geleji da a (artinya : dari segi kualitas emping disini tidak perlu dipertanyakan lagi, cukup dibuktikan dengan emping yang tidak mudah rusak meskipun disimpan berhari-hari)” Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku Masyarakat

yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan emping disini memiliki

kualitas yang bagus, karena meskipun disimpan berhari-hari tidak akan

mudah rusak karena telah melalui proses pengeringan. Sedangkan

berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen. Beliau menjelaskan bahwa

konsumen percaya akan kualitas yang dimiliki emping melinjo karena produk

yang tidak mudah rusak meskipun disimpan berhari-hari)”

5. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing

Salah satu faktor yang menjadi peluang adalah pertumbuhan penduduk

yang hari semakin hari semakin tinggi menjadi bukti bahwa semakin

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Selayar. Pada

tahun 2015-2018 mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan wisatawan di

akhir tahun 2018 mencapai 9209 orang (Dinas Pariwisata Kabupaten

Kepulauan Selayar). Kunjungan yang terus dilakukan diharapkan berdampak

baik terhadap pengembangan emping melinjo. Karena, dengan keberadaan

mereka sebagai wisatawan asing dapat memperkenalkan emping melinjo

dengan cara membawa pulang emping melinjo sebagai oleh-oleh.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku

masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam

penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

64

“Ampa kambe peluang kaminang bakka rinni injo ampa riek acara bakka, kullei lajanjang lakua rinni riek gareppe nu ballo bua,na ka biasana la halli i la erengi lampa muliang ri kamponna (artinya : peluang terbesar untuk menjual emping dengan jumlah banyak adalah ketika diadakan event besar, karena akan banyak pengunjung yang membeli emping dan membawanya pulang sebagai oleh-oleh)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo harapangba kambe semoga turis tummallinjo sodi kullei laisse laku gareppe battu ri silajara memang sanging nu ballo (artinya : harapan kami ketika banyak pengunjung yang datang, mereka akan membeli dan percaya bahwa produk yang kami hasilkan berkualitas)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat

yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan peluang terbesar adalah

pengunjung yang hari kehari semakin meningkat, akan lebih memperkenalkan

produk emping melinjo sehingga penjualan dan pendapatan akan ikut

meningkat. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen,

beliau menjelaskan bahwa konsumen sangat berharap dengan adanya

peningkatan pengunjung baik itu lokal atau internasional dapat menjadi ajang

untuk memperkenalkan ole-ole khas Desa Kohala yaitu emping melinjo.

B. Ancaman

1. Persaingan ketat

Persaingan ketat menjadi ancaman dalam pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala. Karena banyaknya jumlah pengrajin yang berasal dari luar daerah yang ikut bersaing memasarkan produknya dalam daerah yang sama. Tercatat di Kabupaten Kepulauan Selayar ada sebanyak 116

65

unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 201 orang (Dinas Koperasi, UKM, dan

Perindag Kabupaten Kepulauan Selayar). Jika 25 pengrajin terdapat di Desa

Kohala maka ada 185 pengrajin yang terdapat di daerah lain yang menjadi pesaing agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa rinni sannamo lohene tubuak gareppe, ampa nu ta‟catat injo riek ruang pulo karua tau tu buak injo gareppe. (artinya : warga disini kebanyakan bekerja sebagai pengrajin emping, tercatat ada 28 orang yang berprofesi sebagai pengrajin.)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan bahwa sebagian besar ibu-ibu di

Desa Kohala berprofesi sebagai pengrajin emping. Tercatat ada sekitar 28 orang menunjukkan tingginya angka persaingan.

2. Harga bahan baku

Harga melinjo yang kadang kala mengalami naik turun menyebabkan ancaman terhadap agroindustri emping melinjo karena meskipun harga bahan baku mahal pengrajin tetap melakukan produksi bahkan biasanya harga jual tetap dipertahankan. Berikut daftar harga time series melinjo yang ada di Desa

Kohala selama 6 tahun.

66

Tabel 11. Data Time Series Harga Melinjo Di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar No Tahun Harga Melinjo (Rp) 1 2014 3,000 2 2015 4,000 3 2016 5,000 4 2017 4,000 5 2018 5,000 6 2019 4,000 Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

Berdasarkan Tabel 11 terlihat harga melinjo terendah yaitu pada tahun

2014 dengan harga Rp.3.000 /Liternya dan tertinggi pada tahun 2016 dan 2018 mencapai harga Rp.5.000 /liternya naik turunnya harga setiap tahun di pengaruhi oleh banyak faktor. Namun, untuk Desa Kohala sendiri berdasarkan hasil wawancara selama 6 tahun terakhir faktor utama yang menjadi penyebab naik turunnya harga disebabkan karena buah melinjo termasuk buah musiman sehingga jika hasil panennya meningkat maka harga yang ditawarkan rendah dan sebaliknya jika hasil panen rendah maka harga melinjo yang ditawarkan tinggi.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo ja biasana ka heranga ku‟lang nu gele kulle ri pastikan hargana jari biasa todok ka gele hattunna. Ka nu hattu injo ku‟lang gele allo-allo riek hallianna jari kullei paka rugi (artinya : karena harga bahan baku tidak dapat dipastikan. Sewaktu-waktu dapat merugikan. Contohnya saja jika bukan musimnya maka melinjo sulit untuk di dapat )”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe biasa tahalli lammoroi tergantungji battu ri lohena ku‟lang. Ampa tidek kina gele hattu,biasa tahalli kajjala ji todok yang penting gelei tapaka rugi toyya(artinya : Biasanya kami beli

67

dengan harga murah. Tergantung dari emping yang tersedia. Kadangkala juga ketika melinjo langka dipasaran, kami juga membeli dengan harga tinggi. Yang terpenting kita tidak merasa dirugikan dan merugikan orang lain)” Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha.

Beliau menjelaskan bahwa harga bahan baku pembuatan emping kadangkala tidak stabil. Contohnya saja, jika bukan musim buahnya. Maka melinjo akan sulit didapat dan harga yang ditawarkan akan tinggi. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen beliau memaparkan jika harga emping melinjo kadangkala mengalami kenaikan sebagai akibat dari kurangnya melinjo yang tersedia di pasaran karena biasanya beliau membeli dengan harga sedikit lebih tinggi dari biasanya.

3. Banyak tengkulak

Tengkulak menjadi ancaman dalam pengembangan emping melinjo karena mereka biasanya membeli dengan harga yang jauh lebih murah dari petani kemudian produk ditimbun dan dibawa keluar daerah dijual kembali dengan harga yang cukup mahal sehingga merugikan petani.

Tabel 12. Daftar Harga Melinjo Di Tingkat Petani Dan Tengkulak

No Tahun Harga Tengkulak (kg) Harga Petani Melinjo (kg) 1 2014 5,000 3,000 2 2015 6,000 4,000 3 2016 7,000 5,000 4 2017 6,000 4,000 5 2018 7,000 5,000 6 2019 6,000 4,000 7 2020 8,000 6,000 Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

68

Berdasarkan Tabel 12 maka dapat kita lihat tingkat perbedaan harga yang ada di tingkat petani dan tengkulak sangat jauh berbeda. Harga terendah di tingkat tengkulak yaitu pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp.5000 dan harga tertinggi pada tahun 2020 dengan harga Rp. 8.000 /liter Sedangkan ditingkat petani harga terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp.3.000 /liter dan harga tertinggi pada tahun 2020 sebesar Rp.6.000 /liter. Berdasarkan hasil wawancara, kenaikan harga melinjo tertinggi pada tahun 2020 disebabkan karena adanya pandemi Covid 19 yang menyebabkan aktivitas petani melinjo terbatas sehingga mereka menaikkan harga bahan baku pembuatan emping melinjo. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa kambe injo jua kad biasa riek tummalli lohe jari tabalukang lammoroi battu pantara langkasa juai labalukangangi (artinya : biasanya kami menjualnya dengan harga murah, tetapi kadangkala mereka menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar yang telah ditetapkan)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe biasana tahalli lammoroi atau kajjalai tergantung ji battu ri situasi, singkama inni pa korona na manna a,rai tabalukang ka,jala ka melinjo gele singkama biasana. Terkecuali riek memang pabalu nu malli lohe na laerangi mange ri kampong biasana labalukang ka, jalai ampa riek tu malli gareppe, (artinya : biasanya kami membeli dengan harga murah atau mahal tergantung dari kondisi. Seperti pada saat ini karena maraknya virus corona, meskipun kami ingin menjualnya dengan harga mahal pembeli tidak akan banyak seperti biasanya. Terkecuali untuk tengkulak yang membeli dengan alih sebagai ole-ole tapi menjualnya dengan harga yang lebih tinggi)”

69

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo beliau mengatakan biasanya sebagai penjual beliau memberikan harga rendah untuk produknya. Tetapi pembeli tersebut menjualnya jauh diatas harga pasar. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen. Beliau menjelaskan bahwa sebagai penjual beliau selalu melihat situasi dan kondisi, untuk menaikkan dan menurunkan harga produknya. Tidak sama dengan pedagang tengkulak yang membeli dengan harga yang murah dan menjualnya dengan harga tinggi tanpa melihat situasi dan keadaan yang justru merugikan banyak pihak, terutama pedagang seperti ibu Biah.

4. Masalah Keuangan

Masalah keuangan menjadi ancaman dalam pengembangan agroindustri emping melinjo karena sewaktu-waktu jika terjadi lonjakan harga bahan baku, para tenaga kerja mengalami kekurangan dana untuk membeli dalam jumlah besar karena budget yang telah dipersiapkan tidak sesuai sehingga kapasitas produksi dapat berkurang. Berdasarkan hasil wawancara pengrajin Desa Kohala dapat memproduksi 5,16 kg /hari dan 154 kg /bulan (data terlampir).

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan :

“Injo ja biasana kambe ampa lohe tuppasang na riek acara baka‟ ka tidak deok lari pahalli na lohe. jari sikonjo todokja sesuai surang doek nu tasiapkang injo gelekang mengurangi gelang nambai (yang menjadi masalah ketika ada pesanan dalam jumlah besar, karena budget yang kami sediakan pas-pasan kami tidak bias menyediakan emping. Contohnya saja pesanan pada saat diadakan event besar)‟‟

70

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha beliau mengatakan bahwa yang menjadi masalah adalah ketika jumlah pesanan banyak pada saat diadakan event besar, kami tidak dapat penuhi karena uang yang kami sediakan tidak mencukupi.

5. Kurang Kemitraan

Agroindustri emping melinjo yang ada di Kabupaten Buki Kepulauan

Selayar belum memiliki kerjasama dengan lembaga lain untuk mengembangkan usahanya.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa nakke seharusna riek laurang kerja sama supaya kullei lapaka bakka usahana. Sa‟ginna konni tide kpa kelompok usaha na tu buak injo gareppe rinni. Na nu ballo inni ampa ri kembangkangi (sampai saat ini, para pengrajin belum bekerjasama dengan pihak manapun. Seharusnya para pengrajin yang ada di Desa Kohala menjalin kerjasama dengan lembaga lain agar mereka dapat mengembangkan usahanya)”

Pendapat lain disampaikan oleh ibu Baho selaku pemilik usaha yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“kambe rinni betul-betul doek usaha tonjuang. Gelepakang minang lappikiri ngalle kredit untuk tatambai modala‟ba. (artinya : modal usaha betul-betul berasal dari udang peribadi kami sendiri. Sampai sekarang kami tidak pernah berfikir untuk bekerja sama dengan pihak manapun untuk tambahan modal)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan seharusnya para tenaga kerja menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan untuk menambah permodalan agar

71

usaha emping dapat berkembang. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku pemilik beliau mengatakan belum menjalin kerjasama dengan pihak manapun untuk menambahkan modal. Modal usaha benar-benar berasal dari uang pribadinya.

5.4 Matriks Strategi Internal

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar, maka faktor internal berupa (kekuatan dan kelemahan) dapat dirumuskan ke dalam matriks strategi internal dan dapat dilihat pada Tabel berikut:

72

Tabel 13. Matriks Strategi Internal Agroindustri Emping Melinjo.

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan 1. Rasa emping yang enak 0,18 3,60 0,65 2. Agroindustri sudah lama berdiri 0,16 3,20 0,51 3. Tenaga Kerja yang sudah ahli 0,13 3,00 0,39 4. Harga terjangkau 0,12 2,80 0,34 5. Merespon cepat permintaan konsumen 0,08 2,60 0,21

Total 0,67 15,2 2,09

Kelemahan 1. Ketergantungan bahan baku 0,11 3,00 0,34 2. Tidak ada promosi 0,08 2,60 0,21 3. Belum ada merk 0,06 2,20 0,12 4. Produk kurang bervariasi 0,05 1,80 0,09 5. Lokasi tidak strategis 0,03 1,20 0,04 Total 0,33 10,8 0,80

Jumlah Total 1,00 26 2,89

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa matriks strategi internal yang menghasilkan skor tertinggi pada faktor kekuatan adalah rasa emping yang enak dengan menghasilkan skor 0,65. Sedangkan skor terendah pada faktor kekuatan adalah merespon cepat permintaan konsumen dengan skor kekuatan terendah adalah sebesar 0,21.

Sedangkan Pada faktor kelemahan skor tertinggi adalah ketergantungan bahan baku dengan skor 0,34. Skor terendah pada faktor kelemahan yaitu

73

kurangnya varian produk dengan skor 0,09. Total skor matriks strategi internal sebesar 89. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dapat mengatasi berbagai kelemahan dengan cukup baik.

5.5 Matriks Strategi Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar, maka faktor eksternal (peluang dan ancaman) dapat dirumuskan ke dalam matriks strategi eksternal dapat dilihat pada Tabel berikut :

74

Tabel 14. Matriks Strategi Eksternal Agroindustri Emping Melinjo.

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang 1. Pelanggan setia 0,13 3,20 0,40 2. Banyak event yang menggunakan 0,12 1,75 0,21 emping melinjo 3. Perkembangan teknologi 0,12 1,63 0,19 4. Penghasil emping melinjo berkualitas 0,09 1,50 0,14 5. Banyaknya kunjungan wisatawan 0,06 0,88 0,05 asing

Total 0,52 8,96 1,00

Ancaman 1. Persaingan ketat 0,12 3,00 0,36 2. Harga bahan baku 0,11 2,00 0,25 3. Banyak tengkulak 0,11 1,80 0,19 4. Masalah keuangan 0,09 1,40 0,12 5. Kurangnya kemitraan 0,06 0,88 0,05 Total 0,48 9.08 0,99

Jumlah Total 1,00 18.04 2,99

Berdasarkan Tabel 14 Terlihat bahwa matriks strategi eksternal yang menghasilkan skor tertinggi pada faktor peluang adalah pelanggan setia dengan menghasilkan skor tertinggi sebesar 0,40. Skor terendah pada faktor peluang adalah kunjungan wisatawan asing dengan skor yaitu 0,05.

Sedangkan pada faktor ancaman skor tertinggi adalah persaingan ketat dengan nilai skor tertinggi yaitu 0,36. Skor terendah pada faktor ancaman yaitu kurangnya kemitraan dengan nilai skor terendah sebesar 0,05. Total skor matriks

75

strategi eksternal sebesar 99. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar cukup baik dalam merespon peluang dan meminimalisir ancaman.

5.6 Matriks Posisi

Berdasarkan Tabel 13 dan 14 Total skor matriks strategi internal sebesar 89.

Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar berhasil mengatasi berbagai kelemahan. Sedangkan total skor matriks strategi eksternal sebesar 99. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar cukup baik dalam merespon peluang dan meminimalisir ancaman.

Total skor dari matriks faktor internal dan eksternal, hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Koordinat analisis internal

Kekuatan-kelemahan = 09-0,80 = 1,29

b. Koordinat analisis eksternal

Peluang-ancaman = 1,00-0,99 = 0,01

Jadi, titik koordinatnya (x, y) terletak pada (1,29 ; 1,01)

Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT, terdapat pada titik koordinat internalnya yaitu 1,29 dan titik koordinat eksternalnya yaitu 1,01. Pada titik tersebut menunjukkan strategi agresif. Dikatakan strategi yang agresif merupakan posisi yang menguntungkan untuk dikembangkan serta mempunyai peluang dan

76

kekuatan sehingga ia dapat menerapkan strategi untuk mendukung kebijakan agresif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam matriks posisi internal dan eksternal pada gambar berikut :

1,00 Peluang

Strategi Stabilitas Strategi Agresif

1,01

0,80 2,09

Kelemahan Kekuatan

1,29

Strategi Pertahanan Strategi Diversifiikasi

Ancaman

0,99 Gambar 5. Matriks Posisi Analisis SWOT

77

5.7 Matriks SWOT

Tabel 15. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo.

Kekuatan (Strengths) Kelemahan 1. Rasa emping yang enak (Weakness) Faktor 2. Agroindustri telah lama 1. Ketergantungan Internal berdiri bahan baku

3. Tenaga kerja yang sudah 2. Tidak ada promosi

ahli 3. Belum ada merk

4. Harga terjangkau 4. Produk kurang

5. Merespon cepat permintaan bervariasi

konsumen 5. Lokasi tidak

strategis Faktor Eksternal Peluang Strategi (SO) Strategi (WO) (Opportunities) 1. Meningkatkan produksi dan 1. Melakukan inovasi 1. Pelanggan setia penjualan emping melinjo dengan 2. Banyak event dengan memanfaatkan memanfaatkan yang perkembangan teknologi teknologi seperti menggunakan dengan tetap menggunakan emping melinjo mempertahankan respon aplikasi shopee dan 3. Perkembangan cepat terhadap konsumen lazada dalam teknologi dan harga terjangkau agar penjualan, agar 4. Penghasil emping pelanggan setia tetap penjualan produk melinjo bertahan. dapat berkembang. berkualitas (S5, S4, O1 dan O3) (W2, W5, W4 dan 5. Meningkatnya 2. Mempertahankan kelebihan O3) jumlah kunjungan yang dimiliki oleh wisatawan asing agroindustri emping 2. Menambah modal melinjo rasa yang enak, usaha agar dapat agroindustri telah lama menutupi biaya yang berdiri serta harga akan muncul ketika terjangkau agar pelanggan memberikan merk setia tetap bertahan. dan menambah varian (S1, S3, S4 dan O1) produk guna mempertahankan agroindustri sebagai penghasil emping yang berkualitas dengan memanfaatkan banyaknya kunjungan wisatawan asing.

78

(O4, O5, W3 dan W4)

Ancaman (Threats) Strategi (ST) Strategi (WT) 1. Persaingan ketat 1. Terus melakukan inovasi 1.Memperbaiki 2. Harga bahan baku dan menjaga agar produk kualitas dan kuantitas 3. Banyak tengkulak emping melinjo tetap produk agar dapat 4. Masalah keuangan berkualitas dengan cara tetap bertahan di 5. Kurang Kemitraan mempertahankan rasa pasaran guna emping yang enak, pengrajin mengatasi persaingan yang sudah ahli, harga yang ketat. terjangkau dan merespon (W2,W3, W4 dan T1) cepat permintaan konsumen. (S1, S3, S4, S5 dan T1) 2. Menjalin kerjasama dengan pemerintah agar agroindustri mendapatkan bantuan modal serta menjaga dan melestarikan background agar konsistensi agroindustri emping melinjo tetap bertahan. (S2, S4, S5, T4 dan T5)

Analisis dan penentuan keputusan strategis dan pendekatan matriks SWOT agroindustri emping melinjo dapat menghasilkan empat kemungkinan seperti yang diuraikan pada Tabel matriks analisis SWOT di atas sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi SO yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan agroindustri emping melinjo sebagai peluang. Adapun strategi-strategi tersebut berdasarkan factor-faktor analisis SWOT yaitu : mempertahankan kelebihan yang dimiliki oleh agroindustri emping melinjo seperti rasa emping yang enak, pengrajin berpengalaman, harga terjangkau dan meningkatkan hasil produksi dan penjualan

79

dengan tetap mempertahankan respon cepat terhadap permintaan konsumen, harga yang terjangkau, rasa emping yang enak, dengan tetap memanfaatkan perkembangan teknologi serta pengenalan produk melalui event yang banyak menggunakan emping melinjo.

2. Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi ST adalah strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki agroindustri emping melinjo untuk mengatasi ancaman. Adapun penentuan strategi tersebut berdasarkan faktor-faktor analisis SWOT yaitu: terus melakukan inovasi dan menjaga agar produk emping melinjo tetap berkualitas dengan cara mempertahankan rasa emping yang enak, harga terjangkau dan respon cepat terhadap permintaan konsumen serta menjaga dan melestarikan background dengan cara menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk bantuan permodalan.

3. Strategi WO (Weakness-Opportunities)

Strategi WO ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang dimiliki oleh agroindustri emping melinjo dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Adapun penentuan strategi tersebut berdasarkan faktor- faktor analisis

SWOT yaitu : melakukan inovasi dengan meminimalkan kelemahan seperti menambah memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai media promosi guna meminimalisir lokasi yang tidak strategis.

Serta menambah modal usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi guna meminimalisir kelemahan seperti kurangnya varian rasa produk dengan memanfaatkan banyaknya kunjungan wisatawan asing agar dapat menanamkan modalnya pada agroindustri.

80

4. Strategi WT (Weakness-Threats)

Strategi WT ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Adapun strategi WT yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan seperti tidak ada promosi, belum ada merek dan kurang varian produk dengan memperbaiki kualitas serta kuantitas agar produk tetap dapat bersaing di pasaran.

5.8 Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo.

Dalam penyusunan strategi pengembangan agroindustri emping melinjo berdasarkan Tabel 10 dan 11 dilakukan penyusunan strategi dan digambarkan dalam bentuk matriks SWOT dan strategi yang muncul dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. Adapun strategi-strategi yang dimaksud yaitu:

1. Mempertahankan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh agroindustri emping

melinjo. Kelebihan-kelebihan yang dimaksud seperti kekuatan yang dimiliki

seperti rasa emping yang enak, mutu emping yang berkualitas, serta

pemanfaatan peluang yang ada pada produk emping melinjo seperti pelanggan

setia dan perkembangan teknologi.

2. Meningkatkan produksi dan penjualan emping melinjo dengan peningkatan

promosi melalui media sosial agar agroindustri mengalami perkembangan.

3. Menambah modal usaha untuk produktivitas yang lebih banyak dengan

menjalin kerjasama dengan pemerintah. Karena modal merupakan salah satu

81

faktor produksi yang sangat penting bagi keberhasilan usaha. Dengan

penambahan modal maka dapat mengefektifkan produksi dengan menambah

peralatan-peralatan yang lebih modern sehingga mempermudah proses

produksi guna menghadapi persaingan yang ketat.

4. Melakukan inovasi agar produk dan agroindustri tetap bertahan dengan

menjaga dan melestarikan background emping melinjo dengan jalan menjalin

kerjasama dengan pemerintah berupa pembentukan kelompok usaha,

pemberian bantuan modal serta pemberian pelatihan agar agroindustri dapat

berkembang.

82

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari

pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kahala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebagai berikut :

Faktor internal pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yang meliputi

kekuatan diantaranya : rasa emping yang enak. Adapun yang meliputi

kelemahan diantaranya : ketergantungan bahan baku. Sedangkan faktor

eksternal pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa

Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yang meliputi

peluang yaitu banyak event yang menggunakan emping melinjo adapun yang

meliputi ancaman diantaranya : persaingan ketat.

2. Strategi Pengembangan Agroindustri emping melinjo Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu : mempertahankan

kelebihan-kelebihan yang dimiliki , meningkatkan produksi dan penjualan ,

menambah modal usaha untuk produktivitas yang lebih banyak , melakukan

inovasi agar produk dan agroindustri tetap bertahan dengan menjaga dan

melestarikan background emping melinjo dengan jalan menjalin kerjasama

dengan pemerintah.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Diharapkan lebih meningkatkan promosi menggunakan media sosial,

sehingga jangkauan promosi lebih luas dan konsumen emping melinjo bukan

hanya berasal dari daerah Selayar saja. Serta kepada pengrajin emping

melinjo memberikan merek dagang terhadap produknya serta menambah

varian produk emping melinjo.

2. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat lebih memperhatikan para

pengrajin emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar karena apabila agroindustri ini berkembang

akan berdampak positif terhadap pendapatan daerah.

84

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Anwar, Prabu Mangkunegara. 2002. Perilaku Konsumen. Refika. Bandung. Agustinus Sri Wahyudi. 1996. Manajemen Strategik. Binarupa Aksara. Jakarta. Akdon. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Usaha Pada Mie Level Medan. Medan. Anonim, 2009. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Kecil. Google Online. Home Page. (Online). Available from : https://enprits.uns.ac.id. Accessed 12 maret 2020. Clausewitz dan Wahyudi. 1996. Manajemen Strategik : pengantar proses berpikir strategik. Binarupa Aksara Year. David. 2004 . Konsep Manajemen Strategis. Gramedia. Jakarta. David. Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta Dinas Pertanian Kabupaten Kepulauan Selayar. Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Pertambangan dan Energi Kabupaten Kepulauan Selayar. Hanifuddin, Didin (ed). 2012. Management Syariah Dalam Praktik. Game Insani Press. Jakarta. Handiko, T.H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BFPE : . Mamduh M, Hanafi. 2011. Manajemen Edisi Ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIE Manajemen YKPN P.62 M. Husni. 2009. Strategi Mensukseskan Pemilu Legislatif. Jurnal Pendidikan. Porter, E, M. 2000. Competitive Strategy. Techniques For analyzing Industries and Competitors. The MacMillan Press Ltd. Rahayu. 2012. Analisis Keragaman Emping Melinjo di Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Provinsi . Banten. Rangkuti, F. 2006 .Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka. Jakarta. Rangkuti Freddy. 2000. Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis kasus. PT Gramedia Pustaka.. Jakarta. Rangkuti Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Saragih B. 2004. Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis dalam Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi, Ken. 2000. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri, Edisi 1 Cetakan 2. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. BPS Kepulauan Selayar . 2015. Produksi Melinjo Per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar 2014. Page 166. Diakses Tanggal 16 April (18:58). BPS Kepulauan Selayar . 2015. Diakses Tanggal 16 April (18:58). Banyaknya jumlah unit usaha, tenaga kerja dan investasi menurut jenis sentra industri kecil di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014. Page 245. Diakses Tanggal 16 April (18:58). BPS Kepulauan Selayar . 2011. diakses Tanggal 16 April (18:58). Produksi ekspor Emping Melinjo. Diakses Tanggal 16 April (18:58). Sunanto, H. 2011. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius. Yogyakarta. Sunanto, H. 1997. Proses Pembuatan Emping Melinjo. Page 12. Kanisius. Yogyakarta. Silalahi. Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT Refika Aditama. Bandung. Winardi dan Superwarman. 2003. Perilaku Konsumen.. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

86

LAMPIRAN

Lampiran I. Kuesioner Penelitian

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI EMPING MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN

BUKI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Identitas Informan

I. Informan 1 (Pemilik Usaha)

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

1. Sejak kapan usaha pengelolaan emping melinjo didirikan? Jawab : 2. Apa inisiatif anda membangun usaha ini? Jawab : 3. Apakah usaha pembuatan emping melinjo, termasuk usaha yang menguntungkan? Jawab : 4. Pilih beberapa faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang sesuai dengan agroindustri emping melinjo yang ada di tempat anda, jika ada faktor lain yang tidak terdapat

pada pilihan boleh ditambahkan. Kemukakan alasan mengapa anda memilih variabel tersebut. Faktor internal : Kekuatan - Rasa produk yang enak - Respon cepat terhadap permintaan konsumen - Mutu produk yang berkualitas - Tidak menggunakan bahan pengawet - Harga dan ketepatan waktu pengiriman - Lokasi yang strategis - Karyawan yang ramah kelemahan - Ketergantungan bahan baku - Kapasitas produksi yang terbatas - Keterbatasan modal - Produk kurang bervariasi - Produk tidak bisa bertahan lama - Kekurangan karyawan

Faktor Eksternal

Peluang

- Pelanggan setia - Produk merupakan kebutuhan konsumen - Penjualan lewat media sosial - Pertumbuhan pasar baik - Dukungan kebijakan dari pemerintah - Kemajuan teknologi

Ancaman - Persaingan ketat - Harga bahan baku yang cenderung berubah - Terhambat masalah keuangan

Jawab :

Petujuk Pengisian

Tentukan bobot atau tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor internal dan eksternal dibawah ini yang mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan cara memberikan skor

0,20 : Sangat Kuat

0,15 : Diatas Rata-rata

0,10 : Rata-rata

0,05 : Dibawah Rata-rata

Kemudian tentukan rating atau tingkat ketertarikan relatif dari masing-masing faktor internal dan eksternal dibawah ini dengan alternatif strategi yang direkomendasikan mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di

Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan memberikan skor

4 : Sangat Menarik

3 : Menarik

2 : Agak Menarik

1 : Tidak Menarik

Informan II (Pengrajin Emping Melinjo)

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

1. Apakah usaha emping melinjo ini mengalami perkembangan dari tahun ke tahun? Jawab : 2. Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh usaha emping melinjo hingga saat ini? Jawab : 3. Bagaimana dengan penjualan produk emping melinjo, apakah penjualannya lancar atau tidak? Jawab : 4. Dimana saja produk emping melinjo ini dipasarkan? Jawab : 5. Bagaimana dengan ketersediaan bahan baku pada kegiatan produksi emping melinjo ini? Jawab : Pilih beberapa faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang sesuai dengan agroindustri emping melinjo yang ada di tempat anda. jika ada faktor lain yang tidak terdapat pada pilihan boleh ditambahkan. Kemukakan alasan mengapa anda memilih variabel tersebut.

Faktor internal : kekuatan - Rasa produk yang enak - Respon cepat terhadap permintaan konsumen - Mutu produk yang berkualitas - Tidak menggunakan bahan pengawet - Harga dan ketepatan waktu pengiriman - Lokasi yang strategis - Karyawan yang ramah kelemahan

- Ketergantungan bahan baku - Kapasitas produksi yang terbatas - Keterbatasan modal - Produk kurang bervariasi - Produk tidak bisa bertahan lama - Kekurangan karyawan

Faktor Eksternal

Peluang - Pelanggan setia - Produk merupakan kebutuhan konsumen - Penjualan lewat media sosial - Pertumbuhan pasar baik - Dukungan kebijakan dari pemerintah - Kemajuan teknologi

Ancaman - Persaingan ketat - Harga bahan baku yang cenderung berubah - Terhambat masalah keuangan

Jawab :

Petujuk Pengisian

Tentukan bobot atau tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor internal dan eksternal dibawah ini yang mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan cara memberikan skor

0,20 : Sangat Kuat

0,15 : Diatas Rata-rata

0,10 : Rata-rata

0,05 : Dibawah Rata-rata

Kemudian tentukan rating atau tingkat ketertarikan relatif dari masing-masing faktor internal dan eksternal dibawah ini dengan alternatif strategi yang direkomendasikan mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di

Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan memberikan skor

4 : Sangat Menarik

3 : Menarik

2 : Agak Menarik

1 : Tidak Menarik

Informan III (Konsumen)

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

1. Berapa harga produk emping melinjo yang biasa anda beli? Jawab :

2. Mengapa anda menyukai produk emping melinjo? Jawab : 3. Apakah anda membeli produk emping melinjo di tempat ini saja (mengapa tidak di tempat lain)? Jawab : 4. Apakah emping melinjo yang anda beli hanya untuk dikonsumsi pribadi? Atau anda juga menjual kembali, atau diolah menjadi makanan lain? Jawab : 5. Apakah ada promo atau potongan harga ketika anda menjadi pelanggan tetap emping melinjo ini?

Jawab : Pilih beberapa faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang sesuai dengan agroindustri emping melinjo yang ada di tempat anda. jika ada faktor lain yang tidak terdapat pada pilihan boleh ditambahkan. Kemukakan alasan mengapa anda memilih variabel tersebut.

Faktor Eksternal

Peluang - Pelanggan setia - Produk merupakan kebutuhan konsumen - Penjualan lewat media sosial - Pertumbuhan pasar baik - Dukungan kebijakan dari pemerintah - Kemajuan teknologi

Ancaman - Persaingan ketat - Harga bahan baku yang cenderung berubah - Terhambat masalah keuangan

Jawab :

Petujuk Pengisian

Tentukan bobot atau tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor internal dan eksternal dibawah ini yang mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan cara memberikan skor

0,20 : Sangat Kuat

0,15 : Diatas Rata-rata

0,10 : Rata-rata

0,05 : Dibawah Rata-rata

Kemudian tentukan rating atau tingkat ketertarikan relatif dari masing-masing faktor internal dan eksternal dibawah ini dengan alternatif strategi yang direkomendasikan mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di

Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan memberikan skor

4: Sangat Menarik

3: Menarik

2: Agak Menarik

1: Tidak Menarik

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

Lampiran 3 . Identitas Responden

Nama Pendidikan No. Alamat Usia Pemilik Usaha Terakhir

1 Marannu Desa Kohala 45 SD

2 Baho Desa Kohala 50 Tidak Sekolah

.

Nama Pendidikan No. Konsumen Alamat Usia Terakhir Emping

1 Sitti Benteng 35 SMA

2 Biah Benteng 37 SMA

Nama Pendidikan No. Konsumen Alamat Usia Terakhir Emping

1 Marni Desa Kohala 50 S1

Lampiran 4.

Tabel Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja Dan Investasi Menurut Jenis Sentra Industri Kecil Di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014.

UNIT USAHA TENAGA INVESTASI NO. JENIS SENTRA INDUSTRI KERJA

1 Sentra pengeringan hasil laut 142 359 22. 850,0

2 Sentra pembuat minyak kelapa 315 439 73. 192,0

3 Sentra pembuatan gula merah 80 156 16. 625,0

4 Sentra pengasapan tembakau - - -

5 Sentra pembuatan arang 31 45 96.275,0

6 Sentra garam rakyat 64 80 17.500

7 Sentra emping melinjo 116 201 40841,0

8 Sentra jambu mete 40 99 6. 250,0

9 Sentra pertukangan atau mebel 23 80 245.630

10 Sentra kerajinan anyaman 28 29 5.935,0

11 Sentra kerajinan keramik - - -

12 Sentra pembuatan batu 35 63 105.000,00

Lampiran 5. Rekapitulasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Faktor Internal

Kekuatan Kelemahan

1. Rasa emping yang enak 1. Ketergantungan bahan baku 2. Agroindustri sudah lama berdiri 2. Tidak ada promosi 3. Tenaga kerja yang sudah ahli 3. Belum ada merek 4. Harga terjangkau 5. Merespon cepat permintaan 4. Produk kurang bervariasi konsumen 5. Lokasi tidak strategis

Faktor eksternal

Peluang Ancaman

1. Pelanggan setia 1. Persaingan ketat 2. Banyak event yang 2. Harga bahan baku menggunakan emping melinjo 3. Banyak tengkulak 3. Perkembangan teknologi 4. Masalah keuangan 4. Penghasil emping melinjo 5. Kurang kemitraan berkualitas 5. Meningkatnya kunjungan wisatawan asing

Lampiran 6. Hasil Pembobotan, Rating dan Skor Strategi Internal dan Eksternal Hasil pembobotan, rating dan skor strategi internal

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan 1. Rasa emping yang enak 0,18 3,60 0,65 2. Agroindustri sudah lama 0,16 3,20 0,51 berdiri 0,13 3,00 0,39 3. Tenaga kerja yang sudah ahli 0,12 2,80 0,34 4. Harga terjangkau 0,08 2,60 0,21 5. Merespon cepat permintaan konsumen

Total 0,67 15,2 2,09

Kelemahan 1. Ketergantungan bahan baku 0,11 3,00 0,34 2. Tidak ada promosi 0,08 2,60 0,21 3. Belum ada merek 0,06 2,20 0,12 4. Produk kurang bervariasi 0,05 1,80 0,09 5. Lokasi tidak strategis 0,03 1,20 0,04 Total 0,33 10,8 0,80

Jumlah Total 1,00 26 2,89

Hasil pembobotan, rating dan skor strategi eksternal

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang 1. Pelanggan setia 0,13 3,20 0,40 2. Banyak event yang menggunakan 0,12 1,75 0,21 emping melinjo 3. Perkembangan teknologi 0,12 1,63 0,19 4. Penghasil emping melinjo 0,09 1,50 0,14 berkualitas 0,06 0,88 0,05 5. Banyaknya kunjungan wisatawan asing

Total 0,52 8,96 1,00

Ancaman 1. Persaingan ketat 0,12 3,00 0,36 2. Harga bahan baku 0,11 2,00 0,25 3. Banyak tengkulak 0,11 1,80 0,19 4. Masalah keuangan 0,09 1,40 0,12 5. Kurangnya Kemitraan 0,06 0,88 0,05

Total 0,48 9,08 0,99

Jumlah Total 1,00 18,04 2,99

Tabel 7. Produksi Emping Melinjo di Desa Kohala

No Kapasitas Produksi /Hari (kg) Kapasitas Produksi /Bulan (kg) 1 5 150 2 4 120 3 6 180 4 5 150 5 5 150 6 7 210 7 8 240 8 4 120 9 6 180 10 5 150 11 7 210 12 7 210 13 6 180 14 4 120 15 4 120 16 4 120 17 5 150 18 5 150 19 6 180 20 4 120 21 5 150 22 5 150 23 4 120 23 4 120 25 4 120 Jumlah 129 3870 Rata-tara 5,16 154,8

Tabel 9. Hasil Penilaian Dengan Menggunakan Bobot Strategi Pengembangan Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

Informan I 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata

Faktor internal

Kekuatan :

1. Rasa yang enak 0,20 0,20 0,15 0,20 0,15 0,90 0,18

2. Agroindustri lama berdiri 0,20 0,15 0,15 0,10 0,20 0,80 0,16

3. Tenaga kerja yang sudah ahli 0,20 0,20 0,10 0,10 0,05 0,65 0,13

4. Harga terjangkau 0,20 0,05 0,10 0,15 0,10 0,60 0,12

5. Respon cepat 0,20 0,10 0,10 0,05 0,05 0,40 0,08

0,67

Kelemahan :

1. Ketergantungan bahan baku 0,20 0,20 0,10 0,20 0,20 0,90 0,11

2. Tidak ada promosi 0,20 0,15 0,20 0,05 0,05 0,65 0,08 3. Belum ada merek 0,10 0,05 0,10 0,05 0,05 0,45 0,06

4. Produk kurang bervariasi 0,10 0,10 0,05 0,05 0,05 0,40 0,05

5. Respon cepat 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,25 0,03

0,33

Faktor Eksternal

Peluang :

1. Pelanggan setia 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,90 O,13

2. Banyak event 0,20 0,15 0,20 0,20 0,20 0,95 0,12

3. Perkembangan teknologi 0,15 0,20 0,20 0,05 0,20 0,75 0,12

4. Emping melinjo berkualitas 0,20 0,15 0,15 0,10 0,05 0,50 0,09

5. Kunjungan wisatawan 0,10 0,05 0,10 0,20 0,20 0,95 0,06

0,52

Ancaman :

0,20 0,20 0,15 0,20 0,20 0,95 0,36 1. Persaingan ketat

0,20 0,15 0,15 0,20 0,20 0,90 0,25 2. Harga bahan baku

0,20 0,20 0,05 0,20 0,20 0,85 0,19 3. Banyak tengkulak

0,15 0,20 0,15 0,15 0,05 0,70 0,12 4. Masalah keuangan

0,10 0,05 0,20 0,05 0,05 0,45 0,48 5. Kurangnya Kemitraan

0,48

Tabel 10. Hasil Penilaian Dengan Menggunakan Rating Strategi Pengembangan Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

Imforman I 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata

Faktor internal

Kekuatan :

1. Rasa yang enak 4 3 3 4 4 18 3,60

2. Agroindustri lama berdiri 4 2 4 3 3 16 3,20

3. Tenaga kerja ahli 3 3 3 2 4 15 3,00

4. Harga terjangkau 4 3 3 2 2 14 2,80

5. Respon cepat 4 3 2 3 1 13 2,60

15,20

Kelemahan :

1. Ketergantungan bahan baku 4 3 3 3 2 15 3,00

2. Tidak ada promosi 4 3 3 2 1 13 2,60

3. Belum ada merek 2 2 4 2 1 11 2,20

4. Produk kurang bervariasi 3 1 1 2 2 9 1,80

5. Respon cepat 2 2 1 1 1 6 1,20

Faktor Eksternal :

Peluang :

1. Pelanggan setia 4 4 3 3 2 16 3,20

2. Banyak event 4 3 4 1 3 14 1,75

3. Perkembangan teknologi 4 3 3 1 2 13 1,67

4. Emping melinjo berkualitas 4 3 1 2 2 12 1,50

5. Kunjungan wisatawan 2 1 1 2 1 7 0,88

8,95

Ancaman :

4 3 3 3 2 15 3,00 1. Persaingan ketat

4 3 2 1 1 11 2,20 2. Harga bahan baku

3 2 2 1 1 9 1,80 3. Banyak tengkulak

2 2 1 1 1 7 1,40 4. Masalah keuangan

2 1 1 1 1 6 1,20 5. Kurangnya Kemitraan

9,60

Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Proses Wawancara Dengan Pengrajin Emping Melinjo

Gambar 6. Proses wawancara dengan konsumen emping melinjo

Gambar 7. Emping Melinjo Yang Telah Di Kemas

Gambar 8. Emping Yang Belum Di Kemas

Gambar 9. Bahan Baku Emping Melinjo

RIWAYAT HIDUP

Wilda yulita lahir di Selayar, pada tanggal 9 Juli

1998. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara

dari ayahanda Arifuddin Dg. Sibeta dan ibunda Syarifah.

Pada tahun 2005 penulis memasuki sekolah dasar di

SDN BENTENG 3 dan lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 2 BENTENG dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan sekolah menengah atas di

SMAN 1 BENTENG dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Balai Penelitian

Tanaman Pangan Hortikultura dan Serealia Maros.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar’’.