PENGARUH AGAMA LIBERALISME RADIKAL DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL RACHMAD ABDULLAH Sedangkan Penelitan Terhadap Infiltrasi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

PENGARUH AGAMA LIBERALISME RADIKAL DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL RACHMAD ABDULLAH Sedangkan Penelitan Terhadap Infiltrasi PENGARUH AGAMA LIBERALISME RADIKAL DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL RACHMAD ABDULLAH Abstract Rachmad Abdullah Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1). Apakah Universitas Ibn Khaldun Liberalisme itu termasuk Agama tersendiri, 2). Apakah gerakan radikal Liberalisme telah menginfiltrasi Kurikulum Email Pendidikan Nasional. [email protected] Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset literatur (Literature Research). Penelitian untuk menjawab pertanyaan apakah Liberalisme adalah sebuah Agama dilakukan dengan memahami pengertian agama dan liberalisme serta menghubungkan keduanya. Sedangkan penelitan terhadap infiltrasi gerakan radikal agama Liberalisme dalam kurikulum Pendidikan Nasional di jenjang Perguruan Tinggi Islam adalah dengan meneliti buku-buku tulisan tokoh Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme, yaitu Budhy Munawar Rochman. Kemudian dikaitkan dengan Isi Materi (Material Content) Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti jenjang SMP/MTs Kurikulum 2013. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Liberalisme adalah sebuah Agama tersendiri yang berada di luar Islam, (2). Infiltrasi gerakan radikal Agama Liberalisme telah masuk ke dalam Kurikulum Pendidikan Nasional, baik jenjang Perguruan Tinggi Islam maupun jenjang SMP/MTs. Keywords : agama, liberalisme, agama liberalisme, radikal, kurikulum pendidikan 117 Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.2 Juli – Desember 2015 A. Pendahuluan Sesungguhnya Allah „Azza wa Segala puji hanyalah bagi Allah, Jalla telah menciptakan manusia dengan Rabb semesta alam. Dialah yang telah keadaan yang sebaik-baiknya. Lalu Allah mengutus RasulNya dengan membawa kembalikan manusia kepada derajat petunjuk dan diin yang hak untuk yang serendah-rendahnya, kecuali dimenangkan atas seluruh diin. orang-orang beriman dan beramal Meskipun orang-orang musyrik tidak shalih. Allah Ta‟ala yang telah menyukai1. Meskipun orang-orang kafir menciptakan manusia. Maka ada membenci. Akan tetapi, cukuplah Allah diantara manusia yang beriman dan ada sebagai saksi2 atas kebenaran risalah diin pula yang kafir. Setiap manusia pasti Al-Islam yang suci. mati, baik yang telah, sedang maupun Semoga salam dan sholawat yang akan mati, cepat atau lambat. tetap tercurahkan ke atas Rasulullah Kemudian manusia akan dibangkitkan di Muhammad saw. Beliau telah memberi hari pembalasan. Orang-orang beriman kabar gembira bagi orang-orang dimasukkan ke dalam jannah. Orang- beriman dengan surga dan memberi orang kafir dan musyrik dimasukkan ke peringatan atas orang-orang kafir akan dalam neraka. Kekal abadi untuk ancaman siksa neraka. Rasulullah saw. selamanya. juga telah menyampaikan amanah dan Sungguh persoalan aqidah adalah menasehati umat. Risalah Islam yang persoalan terpenting dalam seluruh beliau bawa adalah hujjah nyata dan kehidupan manusia di dunia dan tidak petunjuk yang terang benderang, ada yang lebih penting darinya. Sejak sinarnya di malam bagaikan siang. Tidak seorang dilahirkan ke dunia sampai ada orang yang menentangnya kecuali datang kematiannya, aqidah sangat pasti akan binasa. Semoga salam dan menentukan nasibnya di akhirat. Oleh sholawat juga tercurah kepada keluarga, karenanya, sangat disadari bahwa hanya para sahabatnya serta siapa saja yang kehidupan di dunia inilah satu-satunya mengikuti mereka dengan baik hingga kehidupan yang sangat menentukan hari kiamat. bahagia atau binasanya seseorang di surga atau di neraka kelak. Tidak ada 1Al-Qur‟an: Ash-Shoff (61): 9; At-Taubah kehidupan lain yang menentukan nasib (9) : 33. 2Al-Qur‟an: Surat Al-Fath (48):28. manusia di akhirat, selain kehidupan di 118 Pengaruh Agama Liberalisme:...(Rachmad Abdullah) dunia ini. Hidup di dunia hanya sekali, kafir Barat sangat takut sekali dengan maka adalah kewajiban bagi setiap bangkitnya Khilafah Islam. orang untuk sangat berhati-hati. Dr. Lathifah Ibrahim Khadar, Pertarungan antara haq dan batil menyatakan bahwa inti dari asumsi adalah sunnatullah, sejak kedengkian teori, “The Clash of Civilizations” Iblis –la‟natullah- terhadap Nabi Adam Samuel P. Huntington adalah benturan as. sampai hari kiamat. Tidak ada perdaban antara Islam pada satu sisi dan seorangpun yang dapat mencegah dan Kristen Barat pada sisi yang lain3. Ini menghentikannya. Oleh karenanya, diperkuat oleh Prof. Dr. Wan Mohd menjadi pembela kebenaran Islam atau Nor Wan Daud yang menjadi pembela kebatilan dengan menyatakan,“Walaupun Barat telah melawan kebenaran Islam adalah banyak berubah dalam pandangan dan sebuah pilihan. Masing-masing ada amalan ke‟agama‟annya, namun sifat konsekuensinya, antara bahagia dan dan kaedah pemikirannya tidak binasa. berubah. Justru itulah tradisi dan Diantara kelompok manusia yang kebudayaan Barat akan senantiasa gemar menghujat Islam ini adalah para berkonfrontasi dengan Islam”4. penganut Agama SEPILIS, yaitu Agama Prof. Syed Muhammad Naquib Sekulerisme, Agama Pluralisme dan Al-Attas menggunakan istilah Agama Liberalisme. Mengapa gabungan “Konfrontasi Permanen” dalam 3 Agama SEPILIS ini disebut Agama dan Tesisnya, yang oleh Dr. Adian Husaini kemudian disebarluaskan?. Diantara ditekankan kepada konfrontasi alasannya adalah sebagai usaha intelektual, yang tidak harus berarti meredam benturan antara peradaban benturan fisik. Konfrontasi Intelektual ini Barat versus peradaban Islam. disebabkan karena perbedaan mendasar Adalah Samuel P. Huntington antara pandangan hidup Islam dengan yang paling terkenal dengan tesis The Clash of Civilizations. Menurutnya, Islam adalah ancaman bagi penyebaran peradaban Barat yang Sekuler-Liberal ke 3 DR. Lathifah Ibrahim Khadar, Ketika seluruh dunia. Ternyata, orang-orang Barat Memfitnah Islam, hal.105. 4 Wajah Peradaban Barat, Adian Husaini, hal. Xvii. Jakarta: Gema Insani Press 119 Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.2 Juli – Desember 2015 pandangan hidup Barat serta bangunan Besar University of Chicago bernama peradaban yang berdiri di atasnya5. Fazlur Rahman. Sejak tahun 1970-an, Fahmy Aziz juga dia telah menjadi rujukan utama murid- menyatakan,”Dasar-dasar pemikiran muridnya asal Indonesia, seperti Ahmad peradaban Barat berlawanan dengan Syafi‟i Maarif dan Nurcholish Madjid. pemikiran-pemikiran Islam”6. Akan Belakangan Abdurrahman Wahid, M. tetapi, sesungguhnya akar persoalan Dawam Rahardjo dan Djohan Effendi8. tersebut adalah seperti yang Dari para tokoh Liberal tersebut, diungkapkan Abdussalam Hamidy,”Pada doktrin-doktrin (set of teachings) dalam hakikatnya bahwa benturan peradaban Agama Liberalisme diteruskan dari satu itu adalah perseteruan antara cahaya generasi ke generasi berikutnya dan kegelapan, antara kebenaran (al- (traditional). Berikut ini daftar 50 tokoh haq) dan kebatilan (al-bathil)”7. penganut Agama Liberalisme di Untuk menghadapi ancaman Indonesia dari generasi awal hingga gerakan Islam dunia yang menghendaki sekarang yang merupakan kaki tangan tegaknya khilafah dan memberlakukan Yahudi Amerika Serikat dan Zionis syariat Islam di wilayah kekuasaannya, Israel. Sebagai para Pelopor adalah maka Amerika Serikat berupaya keras Abdul Mukti AliAbdurrahman untuk meredamnya. Diantaranya adalah WahidAhmad WahibDjohan bukan dengan perang fisik, melainkan EffendiHarun Nasution M. Dawam dengan Perang Pemikiran (Ghazwu al- Raharjo Munawir Sjadzali dan Fikry) lewat penyebaran Agama Nurcholish Madjid. Sekulerisme, Liberalisme dan Pluralisme. Sedangkan para Senior adalah Di Indonesia, penyebaran Agama Abdul Munir Mulkhan9, Ahmad Syafi‟i SEPILIS ini dimulai dari seorang Guru Ma‟arif Alwi Abdurrahman Shihab, 5 Lihat: Adian Husaini,”Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke 8 Budhy Munawar Rachman, Dominasi Sekular-Liberal”, bagian Pengantar,hal. “Sekulerisme, Liberalisme dan Pluralisme”, Xxii. 2005. hlm.14 6 Lihat: Fahmy Aziz.2006. Isqhothu 9 Bagi siapa saja yang berminat, silahkan Nadzariyati Shira‟i al-Hadharati wa i‟Aadati membaca buku penulis yang membantah tokoh Taqdimi al-Islamy li al-‟Aql al-Gharby.”Al-Asas Liberal ini,” Syekh Siti Jenar: Pemutarbalikan al-Fikry Li Inhiyaz al-Ghraby Dhiddu al-Islam”, Sejarah Perjalanan Hidup dan Ajarannya, hal. 80. bantahan atas buku,”Syekh Siti Jenar, 7 Abdussalam Hamidy.2005. Shiro‟u al- Pergumulah Islam Jawa” karya Prof. DR. Abdul Hadharat wa Hiwaru ad-Dubbabat, hal. 86. Munir Mulkhan (Aqwam, 2013)”. 120 Pengaruh Agama Liberalisme:...(Rachmad Abdullah) Azyumardi Azra, Goenawan Agama mereka melalui Kurikulum Mohammad Pendidikan Nasional. Bukti infiltrasi para Jalaluddin Rahmat10, Kautsar Azhari penganut Agama SEPILIS dalam Noer, Komaruddin Hidayat,M. Amin Kurikulum Pendidikan Nasional jenjang Abdullah,M. Syafi‟i, AnwarMasdar F. Perguruan Tinggi Islam yang terkuat Mas‟udi, Moeslim Abdurrahman, pengaruhnya adalah di Universitas Nasaruddin Umar, Said Aqiel Siradj dan Paramadina, UIN Syarif Hidayatullah Zainun Kamal. Jakarta, UIN Sunan Kalijaga di Upaya penyebaran rusaknya Yogyakarta, IAIN Wali Songo Semarang ajaran Agama SEPILIS oleh para dan IAIN Sunan Ampel Surabaya. penganutnya mulai dari pelopor dan Jika Agama Islam menanamkan senior ini secara tradisional diteruskan aqidahnya yang kuat sehingga mampu olehAbd A‟la, Abdul Moqsith Ghazali, melahirkan akhlak yang mulia dengan Ahmad Fuad Fanani, Ahmad Gaus AF, mentauhidkan Allah dalam ibadah, Ahmad Sahal, Bahtiar Effendy, Budhy berbuat baik kepada sesama manusia Munawar-Rahman, Denny JA, Fathimah walau seorang kafir Yahudi12 dan Usman, Hamid Basyaib, Husein Nashrani sekalipun, maka Agama SEPILIS Muhammad, Ihsan Ali Fauzi, M. Jadul ini telah melahirkan manusia malang Maula, M. Luthfie Assyaukanie, yang berani lancang menghina Allah, Al- Muhammad Ali, Mun‟im A. Sirry, Nong Qur‟an
Recommended publications
  • The Formation of Liberal and Anti-Liberal Islamic Legal Thinking in Indonesia Akh
    Akh. Muzakki IS EDUCATION DETERMINANT? The Formation of Liberal and Anti-liberal Islamic Legal Thinking in Indonesia Akh. Muzakki The University of Queensland, Australia Abstract: Liberalism and anti-liberalism are two increasing- ly prominent but staunchly opposing streams of Islamic legal thinking in Indonesia. This article analyses the formation of each of the two through an examination of the role of formal education. It focuses on organic intellectuals during two periods, the New Order and the reformasi. Challenging the strongly-held thesis of the determinant role of education, this article argues that both liberal and anti-liberal Islamic legal thinking in Indonesia is a result of not only the intellectual formation in the sense of academic training and access to education and knowledge, but also the sociological background and exposure in building a new epistemic community in an urban context. As a theoretical understanding of sociolo- gical background and exposure, the concept of epistemic community deserves to be taken as an analytical framework in addition to education for the analysis of the formation of the two contesting bents of Islamic legal thinking in Indonesia. Keywords: Liberalism, anti-liberalism, Islamic legal think- ing, education, epistemic community. Introduction In his controversial speech entitled “The Necessity of Islamic Renewal Thinking and the Problem of the Integration of the Ummah” on 2 January 1970, Madjid argued for a dynamic approach to Islam which requires reinterpretation of Islamic teachings in context with place and time. In more elaborate ways, he further argued that Islamic values move in line with the spirit of humanitarianism which promotes 280 JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Volume 01, Number 02, December 2007 Is Education Determinant? the dignity of Mankind.
    [Show full text]
  • What Happened to the Smiling Face of Indonesian Islam? Muslim Intellectualism and the Conservative Turn in Post-Suharto Indonesia
    The RSIS Working Paper series presents papers in a preliminary form and serves to stimulate comment and discussion. The views expressed are entirely the author’s own and not that of the S. Rajaratnam School of International Studies. If you have any comments, please send them to the following email address: [email protected]. Unsubscribing If you no longer want to receive RSIS Working Papers, please click on “Unsubscribe.” to be removed from the list. No. 222 What happened to the smiling face of Indonesian Islam? Muslim intellectualism and the conservative turn in post-Suharto Indonesia Martin Van Bruinessen S. Rajaratnam School of International Studies Singapore 6 January 2011 About RSIS The S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) was established in January 2007 as an autonomous School within the Nanyang Technological University. RSIS’ mission is to be a leading research and graduate teaching institution in strategic and international affairs in the Asia-Pacific. To accomplish this mission, RSIS will: Provide a rigorous professional graduate education in international affairs with a strong practical and area emphasis Conduct policy-relevant research in national security, defence and strategic studies, diplomacy and international relations Collaborate with like-minded schools of international affairs to form a global network of excellence Graduate Training in International Affairs RSIS offers an exacting graduate education in international affairs, taught by an international faculty of leading thinkers and practitioners. The teaching programme consists of the Master of Science (MSc) degrees in Strategic Studies, International Relations, International Political Economy and Asian Studies as well as The Nanyang MBA (International Studies) offered jointly with the Nanyang Business School.
    [Show full text]
  • Thesis Chapter 1
    ISLAM AND LIBERALISM IN CONTEMPORARY INDONESIA: THE POLITICAL IDEAS OF JARINGAN ISLAM LIBERAL (THE LIBERAL ISLAM NETWORK) A thesis presented to the faculty of the College of Arts and Sciences of Ohio University In partial fulfillment of the requirements for the degree Master of Arts Nicolaus Teguh Budi Harjanto August 2003 This thesis entitled ISLAM AND LIBERALISM IN CONTEMPORARY INDONESIA: THE POLITICAL IDEAS OF JARINGAN ISLAM LIBERAL (THE LIBERAL ISLAM NETWORK) BY NICOLAUS TEGUH BUDI HARJANTO has been approved for the Department of Political Science and the College of Arts and Sciences by Michael S. Malley Assistant Professor of Political Science Leslie A. Flemming Dean, College of Arts and Sciences HARJANTO, NICOLAUS TEGUH BUDI. M.A. August 2003. Political Science Islam and Liberalism in Contemporary Indonesia: The Political Ideas of Jaringan Islam Liberal (The Liberal Islam Network) (121pp.) Director of Thesis: Michael S. Malley Islam in Indonesia is acknowledged as moderate, although there are radical Islamic groups that are involved in violent religious conflicts and insist on the implementation of Islamic law in the post-authoritarian Soeharto era. The moderation of Islam in Indonesia is not merely because of historical factors, but is also the result of ongoing debates on how to reconcile Islam with modernity. Jaringan Islam Liberal/JIL (the Liberal Islam Network), a network of young Muslim intellectuals, emerges as a forum to disseminate liberal interpretations of Islam. This study is to determine whether JIL’s liberal Islam is meant to develop an Islamic conception of liberalism or an Islamic liberal theology. This study shows that JIL’s liberal Islam is the continuation of Islamic renewal projects by Islamic neomodernists.
    [Show full text]
  • From Politics to Education: Nurcholish Madjid and the Reform of Islamic Education in Indonesia Tulisan Ini Menganalisis Keputusa
    Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.3, No.1, Januari 2019 DOI:https://doi.org/10.21009/hayula.003.1.02 From Politics to Education: Nurcholish Madjid and The Reform of Islamic Education In Indonesia Mushlihin Universitas Negeri Jakarta [email protected] Naskah diterima:13-11-2018, direvisi: 25-01-2019, disetujui 28-01-2019 Abstrak Tulisan ini menganalisis keputusan Nurcholish Madjid memilih pendidikan daripada politik untuk melakukan reformasi besar di Indonesia. Fokus tulisan ini tentang reformasi pendidikan Islamnya, studi ini mencoba untuk melihat ide-ide dan kegiatan-kegiatan pendidikan Nurcholish Madjid di IAIN-UIN Jakarta dan Paramadina. melalui penelitian kepustakaan. Kajian ini meneliti tentang reformasi pendidikan Islam Nurcholish Madjid dan konteks di mana reformasi itu dikembangkan. Hasil kajian akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apa ide yang dikembangkan oleh Nurcholish Madjid dan bagaimana ia mendefinisikan, menafsirkan, dan menerapkan ide-ide tersebut untuk pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. makalah ini berpendapat bahwa dalam mengajarkan dan memahami Islam, Nurcholish Madjid jelas memperlakukan Islam tidak hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai fenomena historis, sosiologis, dan antropologis yang harus dipelajari secara terbuka, demokratis, partisipatif, pluralistik, dan inklusif. Kata kunci: Nurcholis Madjid, reformsi, pendidikan Islam Abstract This paper analyses the decision of Nurcholish Madjid to choose education rather than politics to do a major reform in Indonesia. Focusing on his Islamic education reform, this paper attempts to look at his educational ideas and activities in IAIN- UIN Jakarta and Paramadina. Through a library research, this paper investigates Nurcholish Madjid‟s Islamic education reform and the contexts within which it was developed. This investigation tries to answer the questions of what kind of ideas which were developed by Nurcholish Madjid and how he defined, interpreted, and applied the ideas for the development of Islamic education in Indonesia.
    [Show full text]