Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi

OLEH

Dini Pratiwi Lubis

150905061

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

Universitas Sumatera Utara

i Universitas Sumatera Utara

ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang penulis nyatakan disini, penulis bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2019

Penulis

Dini Pratiwi Lubis

i Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Dini Pratiwi Lubis, 150905061, 2019, Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 107 halaman, 25 foto, 2 gambar, 5 tabel dan daftar pustaka.

Skripsi ini mendeskripsikan bagaimana bentuk-bentuk interaksi antar umat beragama yang terjadi di Kelurahan Setia Negara Kota Pematangsiantar, dan faktor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya interaksi antar umat beragama antara masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Setia Negara Kota Pematangsiantar.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dimana pengumpulan datanya penulis menggunakan teknik observasi partisipasi dan wawancara mendalam dengan menggunakan interview guide.Adapun pihak yang diwawancarai oleh penulis yakni kepala lingkungan, lurah, tokoh adat, tokoh agama baik itu agama Islam maupun Kristen serta masyarakat yang merupakan aktor dalam penelitian ini.Semua itu tidak mudah dilakukan dengan mudah tanpa adanya membangun terlebih dahulu hubungan baik (rapport) kepada seluruh informan yang diwawancarai oleh penulis.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial antar umat beragama di Kelurahan Setia Negara ini sangat harmonis.Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aktivitas yang melibatkan kedua agama tersebut yaitu adanya acara pernikahan, kematian, gotong royong, dan musyawarah. Dalam aktivitas tersebut mereka saling membantu satu sama lain, baik itu bantuan fisik maupun materi. Kemudian dari aktivitas keagamaan dapat dilihat melalui acara Hari Raya Idul Fitri yang diselenggarakan oleh agama Islam dan Natal yang diselenggarakan oleh agama Kristen.Hal ini ditandai dengan adanya sikap toleransi yang sangat tinggi dan saling mendukung dalam hal religi, budaya, dan adat istiadat.Selain itu sikap toleransi yang dimiliki oleh setiap pemeluk agama dapat menghindari munculnya konflik yang mengatas namakan agama.Memiliki kesadaran diri dalam hidup beragama adalah kunci utama terwujudnya kerukunan.

Kata-Kata Kunci : Interaksi Sosial, Kerja Sama, Konflik

ii Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas kehendak dan ridha-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interaksi Antar Umat

Beragama di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota

Pematangsiantar”.Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial pada Departemen

Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

Penulis sadari skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, saran, bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang penulis sayangi Ayahanda Hasnul Arifin Lubis dan Ibunda Almh. Lukita

Sriwahyuni, khususnya untuk ayahanda yang tidak pernah lelah memberikan perhatian, dukungan dan kasih sayangnya selama penulis mengerjakan skripsi ini, dan untuk Ibunda walaupun tidak mengikuti proses penulis membuat skripsi, penulis mengucapkan terimakasih banyak atas kasih sayang yang diberikan semasa hidup hingga akhir hayatnya, dan penulis juga mau mengucapkan terimakasih kepada Kakek dan Nenek penulis yang berada di lokasi penelitian karena sudah membantu kebutuhan penulis selama disana, serta keluarga besar penulis yang sudah terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini, dan juga untuk adek-adek sepupu penulis yang juga telah membantu penulis mengurus keperluan skripsi yaitu Allifiyani Tamimi dan Sabila Haura Lubis. Penulis mengucapkan terimakasih karena selama ini sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dan juga memberi saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

iii Universitas Sumatera Utara Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tulus kepada Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi penulis, dan untuk Bapak Abdullah Akhyar Nasution, S.Sos yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberi arahan yang sangat luar biasa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Bapak

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.si selaku Dekan FISIP USU, dan penulis mengucapkan terimakasih juga kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant, selaku

Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU, untuk semua Dosen-Dosen

Antropologi Sosial beserta Staf-Staf Administrasi Departemen Antropologi

Sosial, Staf Pegawai FISIP USU, dan Pegawai Perpustakaan USU.

Tidak lupa juga pada kesempatan ini secara pribadi penulis juga mengucapkan terimakasih banyak untuk bapak, ibu, abang, adek, kakak, dan semua masyarakat di Pematang Siantar khususnya Kelurahan Setia Negara yang sudah memberikan informasi-informasi yang sangat penting bagi penulis, serta telah mengajari penulis betapa pentingnya memiliki sikap toleransi baik sesama agama maupun berbeda agama. Kepada Bapak Irfan, SE selaku lurah di

Kelurahan Setia Negara dan tokoh-tokoh masyarakat yang telah memberi bantuan selama penulis melakukan penelitian, semoga semua kebaikannya dibalas oleh

Allah SWT.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk sahabat-sahabat penulis yang dari awal masuk kuliah sampai sekarang sibuk dengan skripsi masing-masing yang sudah mau mendengarkan keluh kesah penulis dalam mengerjakan skripsi ini serta memberi dukungan dan semangat

iv Universitas Sumatera Utara yang sangat besar untuk penulis yaitu : Tasya Safhira, Siti Zuhairani, Tri

Handayani, Putri Indah Sari, Mutiara Giovani, Evie Ayu Siregar, Siti Rusmianti

Sikumbang dan Olivia Anastasia Sembiring, dan semua Kerabat Antropologi

Sosial Stambuk 2015, terimakasih sudah menjadi rumah kedua bagi penulis yang sudah membantu penulis di lokasi penelitian maupun di masa perkuliahan dengan sangat menyenangkan, tanpa kalian penulis tidak bisa seperti ini.

Serta masih banyak pihak yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu dalam proses pembuatan skripsi. Kiranya Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.Akhir kata penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan penulis dalam penulisan skripsi ini karena masih terdapat kekurangan dan kelemahan.Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat penulis harapkan.Semoga tulisan ini berguna bagi pihak- pihak yang memerlukan dan menjadikannya lebih baik lagi bagi pengembangan

Ilmu Antropologi Sosial.

Medan, Oktober 2019 Penulis

Dini Pratiwi Lubis

v Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP PENULIS

Dini Pratiwi Lubis lahir di Medan pada tanggal 13 Maret 1998, anak semata wayang dari pasangan Hasnul Arifin Lubis dan Almh. Lukita Sriwahyuni. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kemala Bhayangkari-1 Medan pada tahun 2009, dan melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Medan dari tahun 2009-2012, dan pada tahun 2012- 2015 melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Medan. Kemudian pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara dengan mengambil jurusan Antropologi Sosial yang berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alamat email yang bisa dihubungi [email protected] Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan antara lain : 1. Tahun 2015, terdaftar sebagai Mahasiswa Antropologi Sosial FISIP USU. 2. Mengikuti kegiatan penyambutan mahasiswa baru pada bulan Agustus 2015 di FISIP USU. 3. Sebagai peserta inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru antropologi pada tahun 2015 di Sibolangit. 4. Sebagai peserta Training Of Pasilitator (TOF) mata kuliah pengembangan masyarakat pada tahun 2016. 5. Sebagai panitia bayangan inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru antropologi pada tahun 2016 di Kampus FISIP USU. 6. Sebagai peserta Orientasi Budaya Lokal di Kalangan Mahasiswa pada tanggal 04-07 April 2016 di Aceh Singkil.

vi Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia

Negara Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar” ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menjalankan pendidikan pada jurusan

Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

Skripsi ini disusun oleh penulis berdasarkan hasil penelitian melalui pengamatan dan wawancara di lapangan bersama informan yang menjadi sumber data skripsi ini.Objek yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini adalah masyarakat di Kelurahan Setia Negara.Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam rangka perampungan skripsi ini, banyak hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya, namun berkat kehendak-Nyalah sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan moral maupun materi baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

vii Universitas Sumatera Utara Penulis telah melakukan segala kemampuan, fikiran, tenaga serta waktu untuk menyelesaikan skripsi ini.Namun penulis menyadari masih banyaknya kekurangan di dalam skripsi ini.Oleh sebab itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf kepada pembaca dan diharapkan bisa memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga dengan selesainya skripsi ini dapat memberi wawasan baru bagi para pembaca, dan penulis berharap para pembaca dapat memiliki sikap toleransi yang tinggi karena hidup jauh lebih baik ketika kita berdamai dalam perbedaan.

Medan, Oktober 2019 Penulis

Dini Pratiwi Lubis

viii Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ...... i ABSTRAK ...... ii UCAPAN TERIMA KASIH...... iii RIWAYAT HIDUP PENULIS ...... vi KATA PENGANTAR ...... viii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL...... xii DAFTAR FOTO ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xv

BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1.Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2.Tinjauan Pustaka ...... 8 1.3.Rumusan Masalah ...... 20 1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 21 1.5.Metode Penelitian ...... 22 1.5.1. Studi Dokumen ...... 24 1.6.Lokasi Penelitian ...... 25 1.7.Analisis Data ...... 25 1.8.Pengalaman Penelitian ...... 26

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...... 32 2.1. Letak Geografis Kota Pematangsiantar ...... 32 2.2. Asal Usul Kelurahan Setia Negara ...... 33 2.2.1 Letak Geografis dan Administratif...... 34 2.3. Kondisi Demografi ...... 43 2.4. Kondisi Perekonomian ...... 47 2.5. Kondisi Pendidikan ...... 50 2.6. Sarana dan Prasarana...... 51 2.6.1 Sarana Transportasi ...... 52 2.6.2 Sarana Peribadatan ...... 53 2.6.3 Sarana Kesehatan ...... 54 2.6.4 Prasarana Olahraga...... 55 2.6.5 Sarana Pendidikan ...... 55

BAB III. INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA...... 57 3.1. Pengertian Interaksi Sosial Menurut Masyarakat diKelurahan Setia Negara ...... 57 3.2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia Negara...... 60 3.2.1 Bentuk-Bentuk Kerja Sama Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia Negara ...... 62

ix Universitas Sumatera Utara 3.2.2 Bentuk-Bentuk Kerja Sama Antara Sesama Agama di Kelurahan Setia Negara ...... 70 3.2.3 Bentuk-Bentuk Persaingan Yang Terdapat di Setia Negara ...... 76 3.2.4 Bentuk-Bentuk Konflik Yang Terdapat di Kelurahan Setia Negara...... 77 3.2.5 Bentuk-Bentuk Akomodasi Yang Terdapat di Kelurahan Setia Negara...... 91

BAB IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA ...... 92 4.1 Faktor-Faktor Yang Mendukung Interaksi Sosial di Kelurahan Setia Negara...... 92 4.2 Faktor-Faktor Pendukung Menurut Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial di Kelurahan Setia Negara ...... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 99 5.1 Kesimpulan ...... 99 5.2 Saran ...... 100

DAFTAR PUSTAKA ...... 102 LAMPIRAN ...... 105

x Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...... 43 Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ...... 44 Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ...... 45 Tabel 2.4 Kondisi Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Setia Negara ...... 47 Tabel 2.5 Kondisi Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Setia Negara .. .51

xi Universitas Sumatera Utara DAFTAR FOTO

Foto 1.Situasi Pemukiman di Kelurahan Setia Negara ...... 37 Foto 2.Kondisi Sawah di Kelurahan Setia Negara ...... 38 Foto 3.Jenis-Jenis Tanaman di Kelurahan Setia Negara ...... 39 Foto 4.Kondisi Kuburan di Kelurahan Setia Negara ...... 40 Foto 5.Kantor di Kelurahan Setia Negara ...... 41 Foto 6.Ruang Terbuka di Kelurahan Setia Negara ...... 42 Foto 7.Situasi Pasar Pagi di Kelurahan Setia Negara...... 48 Foto 8.Tempat Masyarakat Membeli Kebutuhan Sehari-hari...... 49 Foto 9.Berbagai Macam Dagangan yang dijual di Pasar Pagi ...... 50 Foto 10.Kendaraan Umum Untuk Menuju Kelurahan Setia Negara ...... 53 Foto 11.Kondisi Rumah Ibadah di Kelurahan Setia Negara...... 54 Foto 12.Puskesmas Raya ...... 54 Foto 13.Lapangan Bola Kawasan Rindam I/BB ...... 55 Foto 14.Beberapa Sekolah yang ada di Kelurahan Setia Negara ...... 56 Foto 15. Masyarakat yang beragama Islam mengikuti acara Pemberkatan di Gereja ...... 64 Foto 16. Masyarakat yang beragama Kristen ikut hadir dalam acara pernikahan orang yang Beragama Islam ...... 68 Foto 17. Kegiatan Masyarakat Membersihkan Aliran Sungai dan Perkarangan Rumah ...... 68 Foto 18. Kegiatan wirit Ibu-Ibu di Kelurahan Setia Negara ...... 71 Foto 19. Kegiatan pemuda-pemudi latihan bermain alat musik setiap Hari Minggu ...... 75 Foto 20. Foto bersama Bapak Drs. H. B. Pandiangan,MM selaku Kepala Lingkungan di Kelurahan Setia Negara...... 105 Foto 21. Foto Bersama Bapak Hasoloan Margauli Tua Hutabarat selaku Tokoh Adat dan Bapak Rahmatsyah selaku Tokoh Agama Islam ...... 105 Foto 22. Foto bersama Bapak Irfan SE, selaku Lurah di Kelurahan Setia Negara...... 106 Foto 23. Foto bersama Bapak Cenra Adiwin Poppy Napitupulu, SH selaku Sekretaris Lurah di Kelurahan Setia Negara ...... 106 Foto 24. Pasar Pagi tempat utama melakukan pengamatan ...... 107 Foto 25. Gapura lokasi Penelitian yang berada di Kelurahan Setia Negara...... 107

xii Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kelurahan Setia Negara ...... 35 Gambar 2. Siklus Interaksi Sosial ...... 61

xiii Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk atau multikultur karena memiliki berbagai macam suku bangsa, budaya, ras dan agama yang berbeda-beda dengan latar belakang budaya yang beragam. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa bangsa hidup dalam masyarakat majemuk yang masyarakatnya serba ganda dalam kepercayaan keagamaannya, kebudayaannya, perilaku kehidupan kemasyarakatan, tetapi tetap satu bangsa. Semboyan “Bhineka Tunggal

Ika” menunjukkan ciri keragaman kehidupan bangsa Indonesia, yang sesungguhnya berarti : justru karena berbeda-beda maka ia satu adanya

(Mattulada,1985).

Kemajemukan agama yang diakui di Indonesia secara umum adalah Islam,

Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.Semua agama di

Indonesia memiliki pengikutnya masing-masing baik yang mayoritas maupun minoritas.Di Indonesia agama Islam adalah agama mayoritas masyarakatnya.

Tetapi ada juga di daerah-daerah tertentu terdapat agama lain yang menjadi mayoritas, contohnya di Pematangsiantar agama Kristen yang menjadi mayoritas.

Kemajemukan masyarakat di Indonesia memiliki sisi positif dan sisi negatifnya. Kondisi masyarakat yang seperti ini jika berjalan lancar dan harmonis akan menciptakan integrasi sosial. Jika tidak, terjadilah disintegrasi sosial atau konflik sosial.Kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai oleh berbagai perbedaan baik horizontal maupun vertikal. Perbedaan secara horizontal meliputi kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan suku bangsa, bahasa, adat-istiadat, pakaian,

1 Universitas Sumatera Utara makanan, dan agama, sedangkan perbedaan yang bersifat vertikal yakni menyangkut perbedaan-perbedaan lapisan atas dan bawah baik di bidang kedudukan sosial dan politik, ekonomi, pendidikan, pemukiman, pekerjaan, dan budaya (Suprobo,2013).

Dari perspektif antropologi hukum, fenomena konflik dapat muncul karena adanya konflik nilai, konflik norma atau konflik kepentingan antar komunitas etnis, agama dan golongan dalam masyarakat. Selain itu, konflik yang terjadi juga dapat disebabkan sebagai akibat dari diskriminasi peraturan dan perlakuan pemerintah pusat terhadap masyarakat di daerah dengan mengabaikan, menghapuskan dan melemahkan nilai-nilai dan norma-norma hukum adat termasuk norma agama dan tradisi-tradisi masyarakat di daerah tersebut melalui dominasi dan pemberlakuan hukum negara (state law).

Keanekaragaman agama yang ada di Indonesia mempunyai kecenderungan yang kuat dengan adanya konflik yang membawa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Dengan perbedaan tersebut apabila tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan konflik antarumat beragama yang mengatas namakan agama untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat radikal.

Beberapa konflik yang terjadi di Indonesia dari dulu hingga sekarang, seperti konflik identitas kelompok keagamaan di Tolikara Papua yang terjadi karena adanya persaingan antara Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang mendominasi di daerah itu dengan kelompok agama yang berbeda. Ketenangan di Tolikara terusik dengan sebuah tragedi yang menghancurkan kedamaian masyarakat

Tolikara.Pasalnya ditengah pelaksanaan ibadah sholat Idul Fitri adanya

2 Universitas Sumatera Utara penyerangan terhadap jamaah dan beberapa tempat di Tolikara yang membuat banyak kerugian serta korban jiwa.

Tragedi ini diawali dengan adanya pengeluaran surat yang ditanda tangani oleh BPW Toli GIDI. Isinya adalah melarang umat Islam untuk melaksanakan

Sholat Idul Fitri di Tolikara, serta melarang umat muslim untuk menggunakan jilbab. Akhirnya Kapolres dan Tokoh masyarakat bernegosiasi, agar sholat boleh dilaksanakan dengan waktu yang ditentukan, namun massa tetap tidak mau dan tetap melempari jamaah yang lagi beribadah.

Ada tembakan peringatan, tetapi massa tidak memperdulikannya sehingga aparat kembali melepaskan tembakan dan 12 orang terluka kemudian mereka membubarkan diri. Saat bubar ada oknum yang membakar sebuah kios hingga merambat ke Mushola. Jumlah kios yang terbakar sebanyak 70 unit dan 2 mobil terbakar api cepat membesar karena ada salah satu kios yang menjual bensin dan disaat itu tidak adanya mobil pemadam kebakaran. Setelah itu ada amanat langsung dari presiden untuk membangun kembali kios yang sudah terbakar sekaligus Mushola di Tolikara. (Budiarsih,2016)

Hal serupa juga terjadi di dalam masyarakat Desa Pulutan Kecamatan

Nogosari Kabupaten Boyolali.Konflik sosial dalam masyarakat ini disebabkan karena merenggangnya kohesivitas hubungan sosial masyarakat, perbedaan kepentingan baik pribadi maupun kelompok, perbedaan pendapat, dan perbedaan ekspresi dalam beribadah.Perbedaan kepentingan individu dan kelompok masyarakat Desa Pulutan terjadi dalam peristiwa politik dan kegiatan keagamaan.Dalam politik ditunjukkan dengan keikutsertaan individu maupun kelompok dalam sosialisasi partai yang didukung sehingga menimbulkan

3 Universitas Sumatera Utara gesekkan kepentingan antar kelompok, sedang dalam kegiatan keagamaan terjadi pada kepentingan pemugaran tempat ibadah dan pelaksanaan ibadah keseharian.Perbedaan pendapat dipicu oleh pemugaran Masjid Al-Akbar dan pembangunan Masjid Al-Istiqomah yang menyebabkan berkembangnya konflik di

Desa Pulutan. Perbedaan ekspresi dalam ibadah atau peribadatan terjadi karena adanya penekanan kepada pihak utara terhadap penyatuan segala peribadatan seperti Idhul Fitri, Idhul Adha, Zakat Fitrah, dan Ibadah Qurban maupun Sholat

Jum’at, untuk menjadi satu di masjid Al-Akbar.

Bentuk konflik di Dukuh Pulutan berupa konflik pribadi disebabkan karena unsur persaingan untuk memperkuat kedudukan di masyarakat dan di pemerintahan desa.Konflik kepentingan politik disebabkan perbedaan pandangan partai politik yang mengakibatkan benturan antar partai karena dipengaruhi oleh politisasi uang dan keberpihakan.Sedangkan bentuk konflik ekspresi dalam ibadah atau peribadatan disebabkan karena penekanan dalam ibadah Sholat Idhul Fitri,

Idhul Adha, dan Sholat Jum’at.Selain itu pelaksanaan Istighosah di Masjid Al-

Istiqomah yang keras semakin memicu konflik.

Solusi bagi dampak konflik dalam peribadatan masing-masing tokoh agama khususnya mengarahkan masyarakat supaya tidak mencampur adukan antara kepentingan pribadi maupun kelompok dengan peribadatan, sehingga dalam melaksanakan ibadah benar-benar tulus karena Allah SWT.Tidak mendramatisir penyelenggaraan peribadatan untuk kepentingaan pribadi maupun kelompok, peribadatan dilakukan secara sederhana.Semua pihak harus menghargai kegiatan di masjid masing-masing.Kepala Desa sebaiknya menghimbau kepada masyarakat untuk menjadi satu pada waktu perayaan hari

4 Universitas Sumatera Utara besar Islam dengan menyediakan tempat yang netral untuk bersilaturahim.Jika tidak berhasil dapat mendatangkan mediator. Solusi dampak konflik bagi antar individu dan antar kelompok meliputi, masing-masing saling menyadari tidak mengedepankan kepentingan pribadi, bersikap netral tidak memihak, dan meningkatkan solidaritas dan kekeluargan serta menghilangkan kecurigaan terhadap kelompok lain, sehingga terjadinya konflik dapat diminimalisir

(Rosidah,2015).

Masalah di ataslah yang membuat penulis tertarik untuk melihat bagaimana kondisi antarumat beragama di Kota Pematangsiantar, Kelurahan Setia

Negara, Kecamatan Sitalasari, Sumatera Utara. Pematangsiantar adalah salah satu kota di Kabupaten Simalungun yang memiliki kemajemukan masyarakat, yang mempunyai penduduk bervariasi suku bangsa, agama, dan lain-lain.

Pematangsiantar selama ini tidak pernah mengalami konflik yang bersumber dari keberagaman identitas, yang salah satunya adalah keberagaman dalam kepercayaan memeluk agama apapun yang ada di Indonesia, karena itu lah Kota

Pematangsiantar dikenal dengan kota yang paling toleransi di Indonesia.

Kota Pematangsiantar memiliki masyarakat yang mayoritas beragama

Kristen, berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang pada umumya mayoritas beragama Islam.Namun jumlah antara masyarakat yang beragama Kristen dan

Islam tidak terlalu jauh.

5 Universitas Sumatera Utara Berikut data jumlah penduduk masyarakat menurut agama yang dianut dan rumah ibadah di Siantar, Kristen 125.029 jiwa, Islam 120.435 jiwa, Katholik

15.619 jiwa, Hindu 314 jiwa, Budha 13.811 jiwa, Konghucu 2 jiwa, serta terdapat

90 Mesjid/Mushola, 83 Gereja, 19 Vihara/Kelenteng (BPS Kota Pematangsiantar).

Di Pematangsiantar kita dapat menemukan tempat ibadah yang dibangun berdampingan seperti Mesjid Bakti dan Gereja Kristen Protestan Indonesia

(GKPI) di Simpang Pertamin, KM 6 Jalan Medan-Siantar, di Lingkungan

Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba.Mereka menjelaskan bahwa umat

Muslim dan Kristen di lingkungan ini saling menjaga diri dan kesucian agama masing-masing, bahkan saling mendukung jika melakukan kegiatan keagamaan, dan jika ada yang mengalami musibah masing-masing umat Muslim maupun

Kristen saling datang untuk melayat dan memberi bantuan.

Pada Hari Jum’at umat Muslim melaksanakan Sholat Jum’at dan umat

Kristennya menghentikan aktivitas dan saling menjaga satu sama lain. Kerukunan di lingkungan ini tidak hanya berlaku untuk orang tua saja, melainkan anak-anak dan remaja juga ikut serta. Remaja Mesjid Bakti Ogin Anggawa bila mengadakan acara mereka juga mengundang remaja Kristen dan mereka pun menghadirinya

(Gunawan,2013).

Pematangsiantar mempunyai 8 kecamatan dan 53 kelurahan, yang mau dibahas disini adalah Kelurahan Setia Negara Kecamatan Siantar Sitalasari. Setia

Negara memiliki penduduk sebanyak 8.742 jiwa, dan berikut data berdasarkan agama yang dianut, Islam 4059 jiwa, Kristen 3457 jiwa, Katholik 548 jiwa, Budha

37 jiwa, Hindu 5 jiwa (BPS Kota Pematangsiantar).

6 Universitas Sumatera Utara Di Kelurahan Setia Negara ini jarang sekali terjadi konflik yang begitu besar sampai memakan korban jiwa karena mungkin lokasinya yang sangat dekat dengan Asrama TNI dan membuat masyarakat disana tidak berani untuk melakukan hal yang tidak diinginkan apalagi sampai terjadi konflik.Namun masalah yang sering terjadi di Setia Negara ini adalah masalah jalan rusak, seperti di Lingkungan 1 Jl. Nagahuta Gg.Pemere RT.005, RW.001, disini jalan sangat rusak sehingga sering terjadi kecelakaan. Kemudian di Lingkungan 2 Jl.

Sisingamangaraja Gg. Bah Sorma RT 013, RW 004 masalah yang terjadi pun hampir sama yaitu jalan yang rusak dan drainase yang tidak dapat dipakai akibat rusak total. Masalah-masalah seperti ini yang perlu di tangani oleh pemerintah dan harus segera diperbaiki agar tidak memakan korban lagi

(Bappeda,2018).Keanekaragaman agama yang terdapat di Kelurahan Setia Negara ini membuat mereka hidup rukun satu sama lain dan saling tolong menolong, seperti perayaan 17 Agustus mereka saling membantu satu sama lain untuk mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk mensukseskan acara tersebut.

Perayaan tahun baru mereka juga bersama-sama ikut serta untuk merayakan kegiatan yang dilakukan setiap menjelang pergantian tahun.Kegiatan- kegiatan keagamaan seperti acara pernikahan yang diselenggarakan oleh umat

Muslim dan mereka mengundang Umat Kristen dan turut menghadiri acara tersebut tanpa memikirkan perbedaan agama yang mereka anut.Sama hal nya jika ada kemalangan mereka saling tolong menolong seperti menyusun kursi dan memasang tenda.

7 Universitas Sumatera Utara 1.2 Tinjauan Pustaka

Ada berbagai macam tulisan yang berkaitan dengan interaksi sosial antar umat beragama, toleransi, atau pun kerukunan antar umat beragama yang juga sebagai pedoman untuk mempermudah dalam penulisan ini. Serupa tapi tidak sama itu yang ada dalam pikiran penulis untuk penelitian ini, letak serupa yang dimaksud adalah interaksi objeknya sesama manusia, kelompok, tapi yang membedakan antara penelitian penulis dengan penelitian orang lain seperti yang ditulis sebagai berikut.

Pertama, Skripsi Elopran Evani Ginting mahasiswa Antropologi USU yang berjudul “Keharmonisan Hubungan Antar Umat Beragama di Berastagi” pada tanggal 26 Juni 2018.Metode penelitian yang digunakannya dalam penelitian ini ialah metode etnografi.Hal tersebut dikarenakan peneliti melihat semua aspek yang berkaitan dengan topik keharmonisan antar umat beragama di Berastagi. Ada

2 cara yang digunakan oleh peneliti di dalam mengumpulkan data, pertama dengan metode wawancara dan kedua dengan observasi pasrtisipasi dimana peneliti turun langsung ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat yang diteliti.

Keharmonisan hubungan antar umat beragama merupakan contoh bentuk kerukunan yang ada di Indonesia, karena walaupun terdiri dari banyak suku dan agama, masyarakat di Berastagi dapat hidup saling rukun dan menghormati satu sama lain. Keharmonisan hubungan antar umat beragama ini harus dipertahankan dalam kehidupan masyarakat, dengan hidup harmonis maka akan menambah warna dikehidupan masyarakat, walaupun beda-beda tetapi tetap satu jua.

8 Universitas Sumatera Utara Bentuk keharmonisan hubungan antar umat beragama di Berastagi dapat dilihat dari beberapa bentuk yaitu (1) Rumah ibadah berdiri dengan tegak dan saling berdekatan, (2)Ayat kitab suci di lukis di tembok pembatas gereja, (3)

Sering memberi dan menerima makanan dari umat beragama yang lain, (4)

Menghadiri undangan umat beragama lain, (5)Ikut merayakan hari besar umat agama lain, (6)Gotong royong lintas agama, (7) Saling mengingatkan satu dengan yang lainnya. Menurut masyarakat Berastagi keharmonisan beragama harus terwujud di semua daerah baik desa maupun kota di Indonesia. Jika hubungan antar umat beragama tidak harmonis maka pengaruhnya akan dapat menghancurkan bangsa tersebut. Bagi masyarakat Berastagi perbedaan tersebut membuat kehidupan menjadi lebih berwarna.

Kedua, Skripsi Hijri Yanti Sofina Mahasiswi Antropologi Sosial USU yang berjudul “Kerukunan AntarUmat Beragama (Studi Etnografi Antara

Pemeluk Agama Islam dan Hindu di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu)” pada tanggal 04 Juni 2018.Metode penelitian yang digunakan ialah etnografi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi partisipasi.Penelitian ini telah menjawab kelima pertanyaan yang telah diajukan.

Pertanyaan pertama dijawab bahwa penduduk yang ada di lingkungan IX terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ras, serta agama.Hidup ditengah perbedaan tidak menjadikan mereka saling mencela.Pertanyaan kedua, bahwa antara pemeluk agama yang berbeda harus memiliki pandangan yang positif, mereka sama-sama menjaga hubungan persaudaraan dengan saling menjaga perasaan, menghargai perbedaan, serta tidak saling mencela.Pertanyaan ketiga,

9 Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa pemeluk agama Islam dan Hindu tetap melakukan interaksi walaupun berbeda agama maupun suku bangsa.Interaksi tersebut dapat terjadi dalam berbagai aktivitas atau kegiatan baik itu kegiatan religi maupun kegiatan sosial. Pertanyaan keempat, Islam dan Hindu dapat menjaga hubungan mereka sehingga terwujudnya kerukunan yaitu dengan cara menjunjung tinggi toleransi, memiliki kesadaran bersama ditengah-tengah perbedaan dan serta menyikapi ajaran agama dengan baik. Setiap warga menjaga agar tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu dan mencederai sesama individu, tidak memaksakan agama pada orang lain, tidak melakukan diskriminasi, eksploitasi,dan kekerasan terhadap orang lain. Pertanyaan kelima, bahwa peran tokoh agama Islam dan

Hindu dalam menciptakan hubungan yang mengarah kepada kerukunan yaitu dengan cara membina masyarakat untuk menciptakan kedamaian, mempersatukan individu apabila terjadi konflik.

Kesimpulan dari pertanyaan diatas maka diketahui bahwa lingkungan IX ini terjadi kerukunan umat beragama, aktivitas-aktivitas agama dapat dilihat seperti acara Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh umat Islam dan umat Hindu ikut berpartisipasi seperti membantu mendirikan tenda, menyusun kursi, dll.

Sedangkan agama Hindu ketika mengadakan Upacara Saki maka umat Islam juga ikut berpartisipasi seperti membantu membersihkan kuil, ikut menyediakan fasilitas yang dibutuhkan seperti sendok, piring, gelas.Sedangkan aktivitas sosial, pemeluk agama Islam dan Hindu saling mendatangi acara perkawinan, kematian, serta gotong royong.

10 Universitas Sumatera Utara Ketiga, Skripsi Ubad Badru Salam yang berjudul “Interaksi Sosial Antar

Umar Beragama di Kecamatan Sukmajaya .Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif tujuannya untuk menjelaskan, memahami, dan menganalisa secara mendalam.Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono ialah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulam data dilakukan secara trianggulasi yaitu gabungan dokumentasi pustaka atau fotografi, wawancara dan observasi lapangan.Dalam hal menghormati ajaran agama sebagai makhluk sosial hendaknya memahami aturan-aturan sosial yang ada dimana dia tinggal.Interaksi dipandang oleh para tokoh agama di Kecamatan Sukmajaya adalah sebagai wadah terbesar dalam menjalin hubungan toleransi hidup beragama. Sudah menjadi kebiasaan sebagaian besar warga kecamatan Sukmajaya membuat bingkisan paskah atau idul fitri dan bingkisan, hal itu biasa mereka bagikan kepada masyarakat sekitar, ini sudah menjadi kebiasaan yang di warsikan para orangtua terdahulu dan masih dipertahankan hingga saat ini, karena hal ini dapat menjadi pererat antar masyarakat kecamatan Sukmajaya.

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah interaksi dalam kehidupan beragama, diharapkan dapat terjalinnya hubungan yang harmonis antar umat yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan tercapainya cita-cita bersama. Tanpa terlepas dari norma-norma yang berlaku baik dalam ajaran Islam maupun Kristen khususnya dalam bersosial hal inilah yang sering disampaikan oleh para tokoh agama baik dari Islam maupun Kristen, semua memandang positif (baik) apa yang dilakukan masyarakat dalam berinteraksi.

11 Universitas Sumatera Utara Dari ketiga tulisan diatas yang terkait dengan interaksi sosial antar umat beragama ini bisa membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian yang akan dilakukannya di Kota Pematangsiantar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif.Menurut Sugiyono metode kualitatif ialah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulam data dilakukan secara trianggulasi yaitu gabungan dokumentasi pustaka atau fotografi, wawancara dan observasi lapangan.Interaksi sosial antarumat beragama yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun berjalan lancar dan harmonis.Di era sekarang kajian tersebut sangat berkembang apabila dilihat dari kondisi Indonesia sekarang yang memang plural, baik dalam hal suku bangsa, ras, maupun agama.

Untuk itu interaksi sosial antar umat beragama menjadi sangat penting dan dibutuhkan bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Jika toleransi tidak ditegakkan, maka Negara atau bangsa tersebut akan menghadapi berbagai masalah atau konflik bagi pemeluk agama masing-masing. Berdasarkan Undang-Undang yang berlaku ialah Pasal 29 ayat 2 tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umat yang beragama lain, sebab terganggunya

12 Universitas Sumatera Utara hubungan antar pemeluk agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2007:55) interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu, antar kelompok, maupun antar individu dengan kelompok.

Ada pun bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin (dalam

Soekanto, 2007:65) ada dua yaitu :

1. Bentuk interaksi sosial yang bersifat Asosiatif meliputi :

a. Kerja sama

Kerjasama mempunyai maksud sebagai usaha bersama antar individu

ataupun kelompok manusia untuk mencapai satu tujuan bersama yang

telah ditetapkan sebelumnya.Adapun menurut (Nasution,2011) ada

beberapa aspek kerjasama dalam berbagai bidang yaitu:

a. Kerjasama dalam bidang Politik

Bidang politik biasanya digunakan untuk menyelenggarakan

kekuasaan setempat untuk menjalankan kekuasaan negara, dan cenderung

dikuasai oleh suku-suku bangsa tertentu seperti suku bangsa Mandailing

dan Toba. Kerjasama kedua suku ini dapat dilihat cukup baik karena

pemimpin daerahnya berasal dari suku bangsa Mandailing dan jajaran

birokrasi setingkat kepala dinas akan cenderung diduduki oleh suku

bangsa Batak Toba walaupun variasi yang menempatkan suku bangsa

lainnya juga dapat dijumpai.

13 Universitas Sumatera Utara

Kehidupan politik di Pematangsiantar berubah karena sistem pemerintahan dari bentuk kerajaan menjadi kotamadya seperti sekarang ini, dan juga diiringi dengan perubahan sosial yang dimana pada masa kerajaan itu yang berkuasa adalah suku Simalungun akan tetapi sejak berubahnya pemerintahan yang ditandai dengan kontrak pendek Belanda maka yang berkuasa adalah pemerintahan kolonial dan keadaan terus berubah hingga sekarang yang mana orang-orang terlibat dalam pemerintahan colonial menjadi pegawai pemerintahan Belanda.

b. Kerjasama dalam bidang Sosial-Ekonomi

Dalam bidang ekonomi pola kerjasama yang terjadi hanya melibatkan sebagian kecil masing-masing suku bangsa.Para pedagang kelas menengah yang terdiri dari suku-bangsa Mandailing dan Batak Toba memang terlihat sering bekerjasama.Kerjasama dibidang ekonomi ini sebagian besar memang hanya terlihat ditempat-tempat perbelanjaan dan sesungguhnya keterlibatan suku-bangsa Tionghoa yang dominan pada dunia perekonomian di Pematangsiantar.Kenyataan ini dikarenakan adanya perbedaan pandangan mereke menyangkut pada keyakinan bahwa mereka hanya memberi bantuan pada orang-orang yang dipercayai saja.

14 Universitas Sumatera Utara

c. Kerjasama dalam bidang Agama

Kegiatan keagamaan dalam kehidupan masyarakat

Pematangsiantar sering terlihat bersama-sama mengadakan kegiatan keagamaan. Kerjasama dalam bidang agama contohnya orang-orang

Mandailing yang mayoritas Islam dan orang Simalungun atau Batak

Toba sekalipun asalkan ia memiliki agama yang sama dalam melaksanakan kegiatan keagamaan seperti perayaan hari-hari besar

Islam, hal yang sama juga diperlihatkan oleh orang-orang yang beragama Kristen.

Kegiatan keagamaan Kristen dilakukan secara bersama dengan tetap memelihara rasa persaudaraan diantara sesama pemeluk agama

Kristen.Walaupun demikian dalam beberapa hal yang sifatnya sangat memerlukan peran tokoh agama seperti menjaga ketertiban dan ketentraman kerjasama antar umat beragama yang melibatkan para tokoh dari masing-masing agama. d. Akomodasi

Akomodasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tanpa harus menghancurkan pihak lawan, sehingga pihak lawan tidak akan kehilangan kepribadiannya. e. Asimilasi

Asimilasi adalah proses penggabungan kebudayaan sehingga masing-masing pihak akan terlibat dan mempunyai kebudayaan baru yang dimiliki bersama.

15 Universitas Sumatera Utara

f. Akulturasi

Akulturasi adalah proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk

menerima unsur budaya asing tanpa menyebabkan kepribadian

budaya sendiri hilang.

2. Bentuk interaksi sosial yang bersifat Disosiatif meliputi :

a. Persaingan

Persaingan adalah sebuah proses sosial dimana individu maupun

kelompok manusia saling mencari keuntungan melalui berbagai

cara untuk menarik perhatian public seperti melakukan ancaman

ataupun dengan cara kekerasan.

b. Kontravensi

Kontravensi merupakan bentuk interaki sosial yang berada antara

persaingan dan konflik.

c. Konflik

Konflik adalah interaksi sosial yang negatif dimana salah pihak

berusaha memenuhi tujuannya dengan cara menantang atau

menghilangkan pihak lawan dengan cara mengancam dan

menggunakan kekerasan.

Menurut Erving Goffman, seorang sosiolog interaksionis yang memperdalam kajian dramatisme dan menyempurnakannya dalam buku “The

Presentation of Self in Everyday Life” dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi sosial dengan mengemukakan kajian dalam mengenai konsep

Dramaturgi.

16 Universitas Sumatera Utara Teori Dramaturgi dikenal dengan pengaruh drama atau teater atau juga pertunjukan fiksi diatas panggung yang dimana seorang actor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran hidup dari tokoh tersebut dan mengikuti alur cerita dari drama yang ditujukan.

Dramaturgi menurut Erving Goffman terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Front Stage (Panggung Depan)

Front Stage yaitu bagian pertunjukkan yang berfungsi

mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan.Front stage dibagi menjadi

dua bagian. Pertama, Setting yaitu memandang fisik yang harus ada jika

sang aktor memainkan perannya, dan Kedua Front Personal yaitu

berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang

aktor.

2. Back Stage (Panggung Belakang)

Back Stageyaitu ruang dimana disitulah berjalan skenario

pertunjukkan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan

masing-masing aktor).

Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut.Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada

“kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut.

17 Universitas Sumatera Utara Dramaturgi juga menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas merupakan bagian dari kejiwaan psikologi yang mandiri.

Dalam dramaturgi interaksi sosial dimaknai dengan adanya pertunjukan teater, yang dimana manusia sebagai aktor yang berusaha menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukkan dramanya sendiri”.

Goffman juga melihat bahwa adanya perbedaan akting yang cukup besar pada saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan dibelakang panggung

(back stage)drama kehidupan.Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan sedang berada dalam bagian pertunjukkannya dan berusaha memainkannya sebaik mungkin agar penonton memahaminya.

Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada dibelakang panggung dan memperlihatkan perilaku atau watak kita yang sesungguhnya dengan kondisi tidak ada penonton. Sehingga dapat berperilaku dengan bebas tanpa memperdulikan perilaku yang harus kita bawakan.

Dengan konsep dramaturgis ini adanya permainan peran yang dilakukan oleh manusia dan membuatnya mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.Misalnya pada masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, mereka menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogennya.Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, mereka juga menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya dan membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya.

18 Universitas Sumatera Utara Sementara itu, berjalan lancar atau tidaknya sebuah interaksi sosial juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Faktor Imitasi

Faktor Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain, segi

positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi

kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang berlaku.

b. Faktor Sugesti

Faktor Sugesti merupakan pengaruh psikis, baik yang datang dari diri

sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima

tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Dalam sugesti orang

dengan sengaja, dengan secara aktif memberikan pandangan-pandangan,

pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya, agar orang lain dapat

menerima apa yang diberikan itu.

c. Faktor Identifikasi

Faktor Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan

atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan

pihak lain.

d. Faktor Simpati

Faktor Simpati merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain. Karena

simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak atas dasar logis

rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Di dalam proses ini

perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting, walaupun

dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain

dan untuk kerja sama dengannya.

19 Universitas Sumatera Utara Adapun di penelitian ini, penulis menggunakan kerangka Teori Struktural

Fungsional, konsep yang paling penting dalam perspektif ini adalah struktur dan fungsi yang menunjukkan pada dua atau lebih bagian yang berbeda dan terpisah tetapi berhubungan satu sama lain. Merton (1968) mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian karena selalu ada konsekuensi positif.

Struktur sosial terdiri dari berbagai komponen dari masyarakat, seperti kelompok-kelompok, keluarga-keluarga, masyarakat setempat dan sebagainya.

Menurut Robert Merton (1968) suatu sistem sosial dapat memliki dua fungsi yaitu fungsi manifest, yaitu fungsi yang diharapkan dan diakui ,serta fungi laten, yaitu fungsi yang tidak diharapkan dan tidak diakui. Tidak semua hal dalam sistem selalu fungsional, artinya tidak semua hal selalu memelihara kelangsungan sistem.Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan dalam sistem, bahkan dapat menyebabkan rusaknya sistem.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang akan menjadi rumusan masalah dan akan dibahas selanjutnya yaitu:

1. Bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antar umat beragama yang

digunakan dalam masyarakat di Kelurahan Setia Negara Kota

Pematangsiantar?

2. Faktor apa yang mendukung terjadinya interaksi sosial antar umat

beragama antara masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Setia Negara

Kota Pematangsiantar?

20 Universitas Sumatera Utara 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan dari penelitian ini adalah :

 Untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial antar umat beragama di

Kelurahan Setia Negara Kota Pematangsiantar.

 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat di

Kelurahan Setia Negara yang masing-masing memiliki perbedaan

keyakinan agama tersebut dapat hidup rukun dan berdampingan satu sama

lain.

1.4.2 Manfaat dari penelitian ini adalah :

 Secara akademis penelitian ini dapat menambah wawasan khususnya

dalam bidang Antropologi Religi, yang mengkaji tentang interaksi antar

umat beragama dan dapat menjadikan suatu acuan atau setidaknya bahan

perbandingan untuk perdamaian bagi masyarakat Kelurahan Setia Negara

untuk menekan potensi konflik di masa depan.

 Secara praktis penelitian ini dapat memberi masukan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dan dijadikan sebagai bahan informasi, dari hasil

penelitian ini diharapkan akan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk

mengatur tentang interaksi sosial antar umat beragama sehingga

keberagamaan perbedaan agama bisa di dorong untuk tetap harmonis

sekalipun dalam lingkup masyarakat yang berbeda.

21 Universitas Sumatera Utara 1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,

2005).

Dalam penelitian ini ada 2 macam data yang akan dikumpulkan oleh peneliti,yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari field research sehingga data yang diharapkan bisa tercapai secara objektif dan factual.

1. Data Primer

Adapun cara mendapatkan data primer adalah : a. Observasi Partisipasi

Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya, melalui proses pencatatan perilaku subjek (orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Dalam observasi ini penulis terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh informan dan ikut merasakan suka dukanya.

22 Universitas Sumatera Utara Adapun interaksi yang akan diamati oleh si penulis antara lain pembangunan tempat ibadah, perayaan hari besar agama, kegiatan perkawinan, kemalangan, dan kegiatan aktivitas sosial. Penulis meneliti ± 1 bulan, penulis mengamatinya langsung dengan mata dan penulis juga menggunakan alat bantu seperti, kamera handphone untuk mengambil gambar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa informannya. b. Wawancara

Data juga diperoleh dengan melakukan wawancara baik wawancara secara mendalam (in-dept interview) juga wawancara langsung (dept interview). Menurut

(Moleong,2005:186) wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian.

Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya panduan wawancara (interview guide)yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Wawancara mendalam ini ditujukan kepada para tokoh agama dari masing-masing agama terutama agama Islam dan Kristen, tokoh masyarakat seperti Camat, Lurah,

Kepala Lingkungan (Kepling), penulis memilih mereka sebagai informan dalam wawancara mendalam ini karena mereka mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menggerakkan partisipasi masyarakat untuk saling hidup rukun, dan penulis berharap mereka bisa membantu untuk menjelaskan tentang kondisi masyarakat dan lingkungan setempat. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan handphone untuk merekam segala sesuatu informasi yang diungkapkan oleh informan.

23 Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk wawancara langsung (dept interview) dilakukan kepada informan sebagai data pelengkap. Dalam wawancara ini yang menjadi sasaran informasi yaitu masyarakat setempat yang setiap harinya menjalankan aktivitas di lingkungan tersebut, mulai dari berdagang, melakukan gotong-royong, menghadiri pesta penikahan, membantu sesama masyarakat bila terjadi kemalangan dan diharapkan bisa membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang ditanyakan.

2. Data Sekunder

Ada pun cara mendapatkan data sekunder sebagai berikut :

Data sekunder diperlukan untuk mendukung data primer. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui analisa data berupa :

 Studi kepustakaan melalui buku-buku ilmiah atau jurnal yang berkaitan

dengan topik penelitian.

 Sumber online/internet dan sumber-sumber lain yang relevan dengan topik

dan masalah penelitian.

1.5.1. Studi Dokumen

Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi dokumen yang terdiri dari

2 jenis yaitu catatan dan literatur.Dimana catatan ini diperoleh dari catatan lapangan, observasi dan wawancara.Di dalam catatan ini terdiri dari foto yang diambil menggunakan kamera handphonepenulis itu sendiri.Kemudian dokumen yang berbentuk literatur itu diperoleh dari buku, jurnal dan sebagainya.Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

24 Universitas Sumatera Utara 1.6 Lokasi dan Tempat Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di Kota

Pematangsiantar tepatnya di Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar

Sitalasari.Alasan peneliti melakukan penelitian di daerah tersebut dikarenakan lokasi ini berdekatan dengan asrama TNI yang memiliki potensi yang kecil untuk terjadinya suatu konflik besar dan penulis juga ingin melihat langsung bagaimana interaksi sosial antar umat beragama serta kerukunan masyarakat antar umat beragama (Islam dan Kristen) yang ada di daerah tersebut.Penelitian ini dilakukan di Kota Pematangsiantar Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kelurahan Setia

Negara yang fokus pada penelitian.

1.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh dari lapangan dengan cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) ke dalam tema-tema dan kategori-kategori tertentu dan biasa nya peneliti melakukan pengecekan ulang atau check-recheck terhadap data yang diperoleh sebelum siap digunakan (melalui pencatatan , pengetikan, penyuntingan atau alih-tulis) tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis. Keseluruhan data kemudian diolah secara sistematis, dan diuraikan ke dalam bagian-bagian sub judul pada bab sesuai dengan temanya masing-masing sehingga ditemukan sebuah kesimpulan.

25 Universitas Sumatera Utara 1.8 Pengalaman Penelitian

Pengalaman penulis yang bertugas untuk meneliti masyarakat di sebuah tempat yang penulis kunjungi setiap tahun menjadi sebuah tantangan bagi penulis, karena dipercaya untuk meneliti disini.Masyarakat yang tinggal disana dari berbagai macam agama, suku, pekerjaan, dan lain-lain.Penelitian ini saya lakukan dengan mendatangi tempat lokasi sebanyak tiga kali dengan jangka waktu yang cukup lama yang bertujuan untuk melihat dan mengamati kegiatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pagi hingga malam.

Tempat yang menjadi lokasi penelitian penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari Kota

Pematangsiantar.Disana berbagai macam suku, mulai dari suku Simalungun,

Batak Toba, Pak-Pak, Mandailing, Jawa, Melayu, dan lain-lain. Karena perbedaan suku tersebut maka terdapat berbagai macam agama yang dianut mulai dari agama

Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu, tetapi lebih banyak menganut agama Islam dan Kristen.

Setelah surat izin penelitian penulis dikeluarkan oleh pihak departemen, akhirnya penulis bisa segera berangkat ke lokasi yang sudah ditentukan. Disini penulis berangkat pada tanggal 5 Mei 2019 menggunakan alat transportasi Bus, penulis pergi bersama ayah dan kawan penulis untuk membantu penulis disana nanti. Tidak lama di perjalanan hanya berkisar 2 jam penulis pun sampai di Kota

Pematangsiantar yang merupakan kampung dari keluarga ayah penulis juga.

Setelah sampai penulis pun menuju rumah salah satu warga dari Kelurahan Setia

Negara yang sudah dihubungi terlebih dahulu.

26 Universitas Sumatera Utara Disini penulis berbincang-bincang dengan pemilik rumah sambil menanyakan bagaimana kondisi kehidupan sosial disini.Karena keasikan mengobrol akhirnya malam pun telah tiba, penulis berencana keesokan hari nya untuk pergi ke Kantor

Lurah.Keesokan harinya tepat tanggal 6 Mei 2019 penulis menuju ke Kantor

Lurah dengan menggunakan transportasi online (Grab) karena lokasi tersebut tidak dapat dilalui oleh kendaraan umum. Sesampai di Kantor Lurah, penulis dipanggil oleh salah satu anggota kelurahan dan dia menanyakan ada urusan apa penulis datang kesini.

Kemudian penulis memberitahu dengan surat izin penelitian bahwa akan meneliti di Kelurahan Setia Negara untuk memenuhi tugas akhir penulis. Sikap mereka ke penulis sangat baik dan ramah, mereka langsung memberikan buku profil kelurahan ke penulis untuk mengambil data-data yang ada didalamnya.Setelah itu penulis menanyakan tentang keberadaan lurah ke salah satu anggota yang ada disana, penulis lupa namanya.Kemudian bapak itu bilang kalau lurahnya sedang ada keperluan di Medan dan beberapa hari lagi baru pulang ke Siantar.Tapi mereka menyuruh penulis untuk menunggu di Kantor itu agar bertemu dengan Sekretaris Lurahnya, hampir dua jam penulis menunggu dan akhirnya bapak itu datang, disini penulis berniat untuk mewawancarai Sekretaris tersebut tetapi ia menolak nya, karena alasannya takut salah ngomong lebih baik menunggu Pak Lurah biar apa yang ditanyakan bisa dijawab dengan benar, dan penulis pun menerima keputusan nya dan bergegas untuk pulang.Sesampai dirumah penulis memberitahu ke pemilik rumah kalau lurahnya sedang berada di

Medan dan masih lama pulang ke Siantar.

27 Universitas Sumatera Utara Kemudian hari selanjutnya penulis menuju rumah-rumah warga yang akan menjadi narasumber penulis nantinya, dengan diantar sama pemilik rumah ke masing-masing rumah seperti rumah Kepala Lingkungan (Kepling) dan kerumah

Ketua Adat dan penulis melakukan wawancara disana. Keplingnya sangat baik dan langsung mau di wawancarai dan dia menceritakan tentang kehidupan masyarakat disini yang hidup rukun tanpa ada konflik dan dia menceritakan tentang riwayat dirinya, ternyata keplingnya tamatan S2, penulis gak nyangka saja lulusan S2 mau menjadi Kepala Lingkungan yang tidak ada gajinya, dia menjabat sebagai kepling sejak tahun 1998 hingga sekarang, itu waktu yang cukup lama sama dengan seumur penulis, katanya tidak ada yang mau menggantikan posisinya karena tidak di gaji sepeser pun, sungguh baik bapak Kepling ini mau bekerja dengan ikhlas tanpa imbalan.

Setelah dari rumah Kepling penulis menuju kerumah Ketua Adat di Kelurahan

Setia Negara ini, banyak pelajaran yang penulis ambil dari penjelasan dari Ketua

Adat ini, salah satunya dia mengatakan kenapa kita harus ribut karena berbeda agama, berbeda suku, lihat dirumah ini terdapat dua agama yang saling hidup rukun, kami semua saling menghormati, saling mengasihi, cucu-cucu pun semua akrab walaupun berbeda agama.

Kemudian penulis berfikir dengan membandingkan kehidupan di Siantar dengan di Medan sangatlah berbanding jauh.Kalau di Medan orang mikir siapa saya dan siapa kamu, dan itu kurangnya kesadaran diri untuk bertoleransi.Setelah beberapa hari di Siantar penulis memutuskan untuk pulang karena sudah mendekati Hari Raya Idul Fitri, dan berencana kembali lagi setelah Hari Raya Idul

Fitri selesai.

28 Universitas Sumatera Utara Seminggu setelah lebaran penulis mengikuti acara Halal Bihalal dengan ayah penulis, dan disitu ayah penulis menanyakan kepada salah seorang teman nya yang tinggal di Siantar tentang Lurah Setia Negara, lalu saya memberitahu nama lurahnya yang saya dapat dibuku profil kelurahan dan ternyata teman ayah penulis ini kenal dekat dengan lurahnya karena rumah mereka berdekatan. Kemudian ayah penulis menyuruh saya kembali lagi ke Siantar untuk menjumpai lurah tersebut dan biar ada yang menemani saya kerumah lurah itu.Dua hari setelah acara itu penulis memutuskan untuk kembali lagi ke Siantar dan menginap dirumah teman ayah penulis.Sampai di Siantar penulis menuju rumah teman ayah penulis, setelah sampai kami sholatmaghrib dan makan bersama.

Setelah makan kami bergegas kerumah lurah tersebut, sampai dirumahnya penulis langsung memperkenalkan diri dan memberitahu kalau sebulan lalu penulis ke Siantar tetapi bapaknya ada urusan ke Medan. Disini bapaknya mulai bingung karena selama puasa hingga lebaran dia tidak ada urusan apapun ke

Medan, dan penulis pun bingung juga karena nama bapak ini sama dengan nama lurah Setia Negara yang ada di buku profil kelurahan, dan ternyata salahorang bapak ini sudah sejak 2012 pindah menjadi lurah lain dan herannya kenapa masih data dia yang ada di buku itu kenapa tidak data lurah yang baru.

Jadi karena melihat penulis sudah salah orang, bapak ini rupanya kenal dekat dengan lurah baru itu, lalu dia mau membantu mempertemukan penulis dengan lurah tersebut dengan cara memberi nomor agar penulis menghubungi langsung, dan kalau dia bertemu dengan lurah itu akan disampaikannya bahwa penulis mau bertemu dengannya.

29 Universitas Sumatera Utara Setelah lama mengobrol akhirnya penulis tau sedikit tentang lurah yang baru, rupanya dia sedang melanjutkan S2 nya di USU dimana kampus penulis juga.Keesokan harinya penulis menghubungi lurah yang bernama Pak Irfan dan memberitahu kalau penulis anak USU dan mau melakukan penelitian disini, dan kami pun janjian jam 10 pagi di Kantor Lurah Setia Negara. Sesampai disana penulis bertemu dengan Pak Irfan selaku lurah yang baru dan memberi surat izin penelitian penulis untuk sebagai bukti. Setelah dilihatnya surat penulis yang tercantum nama dosen pembimbing dan dia terkejut karena dosen pembimbing penulis adalah dosen yang sama dan sebagai dosen penguji Pak Irfan ini nanti waktu sidang.

Pak Irfanorangnya sangat baik, dia menjelaskan kehidupan masyarakat disana dan langsung menyuruh sekretarisnya untuk membuat surat balasan yang gunanya untuk dilampirkan di skripsi penulis nanti. Setelah wawancara siap penulis menunggu untuk surat balasannya selesai, karena di kantor itu sangat ramai yang mau bertemu dengan Pak Irfan.

Setelah sekian lama penulis mengerjakan skripsi ini kemudian penulis melakukan bimbingan skripsi bersama dosen pembimbing, sehingga waktu di koreksi ternyata banyak data-data yang kurang beserta foto yang belum penulis buat, dan dosen pembimbing penulis menyarankan penulis agar kembali lagi ke

Siantar untuk melengkapi data-data tersebut dan mengambil foto-foto yang diperlukan. Akhirnya dua hari setelah melakukan bimbingan, penulis pun kembali lagi ke Siantar pada Hari Minggu tanggal 28 Juli 2019 bersama ayah penulis menggunakan transportasi seperti biasa yaitu bus sejahtera, 3 jam perjalanan dari

Medan menuju Siantar mulai dari pukul 06.00 pagi penulis berangkat dari Medan

30 Universitas Sumatera Utara kemudian pukul 10.30 penulis sampai di Siantar. Setelah sampai dirumah yang penulis tumpangi dari awal penelitian kemudian penulis diajak untuk makan terlebih dulu sebelum melakukan penelitian, setelah makan penulis langsung mengajak adek penulis untuk mengelilingi wilayah Setia Negara untuk mengambil foto-foto yang diperlukan seperti foto kendaraan umum, foto sekolah, foto rumah ibadah dan lain-lainnya. Penulis disini meminjam sepeda motor pemilik rumah untuk melakukan penelitian.

Setelah dapat semua foto yang diperlukan, penulis pun berniat untuk beristirahat sejenak, hingga kami sampai ke sebuah tempat makan yang begitu ramai pengunjungnya, mereka menjual berbagai macam makanan mulai dari pecel, mie sop, mie gomak dan mereka juga menjual berbagai jenis minuman segar seperti es sarang burung, es koteng, es cincau, dan lainnya. Ternyata yang punya warungnya adalah orang cina muslim yang sudah turun temurun berjualan ditempat itu. Sehabis istirahat penulis kembali lagi mencari-cari narasumber yang bisa penulis wawancarai, kemudian dapat lah seorang ibu yang termasuk salah satu pedagang di pasar pagi dan penulis mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang penulis ajukan, ibu nya sangat baik dan mau menjelaskan semua tentang kondisi pedagang di pasar pagi ini.Sudah seharian penulis mengelilingi Siantar, dan jam sudah menujukan pukul 06.00 sore, penulis pun bergegas untuk kembali lagi ke Medan karena semua yang diperlukan sudah penulis dapatkan. Mengingat penulis tidak boleh berlama-lama lagi di Siantar karena penulis harus mengejar waktu untuk menyelesaikan skripsi ini.

31 Universitas Sumatera Utara BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Geografis Kota Pematang Siantar

Kota Pematang Siantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan menjadi kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak

Pematang Siantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera.

Kota Pematang Siantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari

Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak pergi ke

Danau Toba sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA (Becak Siantar Asli) model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.

Secara Geografis Kota Pematang Siantar terletak pada garis 2°54’40” –

3°01’09” LU dan 99°1’10” – 99°6’23” BT berada ditengah-tengah wilayah

Kabupaten Simalungun dengan luas wilayah 79.971Km² dan terletak di ketinggian

400 Meter diatas permukaan laut dengan kondisi wilayah relatif bergelombang dengan permukaan tanah yang berbukit-bukit.

Pematang Siantar pada tahun 1957 masih berstatus sebagai Kota Praja meskipun sudah memiliki kepala pemerintah sendiri dan sudah terpisah dari

Kabupaten Simalungun. Pada awalnya Kota Siantar memiliki luas 1.248 Ha, namun setelah terjadi perluasan wilayah maka Kota Pematang Siantar memiliki luas wilayah 7997,06 Ha dan dibagi menjadi 10 kampung yaitu : Kampung Aek

Nauli, Kampung Kristen Timur, Kampung Kristen Barat, Kampung

Timbanggalung Baru, Kampung Timbanggalung Lama, Kampung Melayu,

Kampung Kota, Kampung Tomuan, dan Kampung Suka Damai.

32 Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1959 Pemerintah Daerah membagi daerah Kota Praja ini dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar

Barat.Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981, Kota

Siantar dibagi menjadi empat kecamatan yang diresmikan oleh Gubernur

Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982. Keempat kecamatan tersebut adalahKecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Timur, Kecamatan Siantar

Utara, Kecamatan Siantar Selatan.

2.2 Asal-Usul Kelurahan Setia Negara

Dulu Kelurahan Setia Negara ini termasuk Kelurahan Bah Kapul dan masih sebuah kabupaten dan 1/3 luas Kota Pematang Siantar itu bagian dari Kelurahan

Bah Kapul, kemudian terjadinya pemekaran pada tahun 1998 di ganti lah yang masih kabupaten menjadi Kota Madya.

Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986 pada tanggal 10

Maret 1986 tentang masuknya sembilan desa dari wilayah Kabupaten Simalungun ke wilayah Kota Madya Pematang Siantar. Akibatnya Kota Siantar berkembang menjadi enam Kecamatan.Dua kecamatan tambahan tersebut adalah Kecamatan

Martoba dengan pusat pemerintahannya berada di Kelurahan Martoba, sedangkan satu kecamatan lagi yaitu Kecamatan Siantar Marihat dengan pusat pemerintahannya berkedudukan di Kelurahan Marihat.

Dengan adanya pengembangan wilayah pada akhir 2007 Kecamatan bertambah menjadi 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Siantar Sitalasari sebagai pecahan dari Kecamatan Siantar Martoba, dan Kecamatan Siantar

Marimbun sebagai pecahan dari Kecamatan Siantar Marihat, dengan jumlah kelurahan sebanyak 43 kelurahan.

33 Universitas Sumatera Utara Kecamatan Sitalasari dipecah menjadi 5 kelurahan yaitu : Bah Kapul, Bah

Sorma, Bukit Sofa, Gurilla dan Setia Negara ini berada di posisi pinggir yang berdekatan dengan Siantar Barat. Kemudian Siantar Martoba dipecah menjadi 7 kelurahan yaitu : Nagapita, Nagapitu, Pondok Sayur, Sumber Jaya, Tambun

Nabolon, Tambun Pinggir, Tambun Tongah.

Penyebaran penduduk di Kelurahan Setia Negara ini sudah campuran namun dominan suku batak, keanehan yang muncul sekarang ini kalau kita berbahasa simalungun ke orang yang bersuku simalungun mereka menjawab menggunakan bahasa Batak Toba, jadi akhirnya lebih sering orang menggunakan bahasa Batak

Toba dari pada bahasa Simalungun, dan bisa dikatakan Suku Batak Toba yang menjadi dominan di Kelurahan Setia Negara ini.

2.2.1 Letak Geografis dan Administratif

Kecamatan Siantar Sitalasari berada pada 3º.01’.09’ LU dan 99º.06’.23’

BT, dengan ketinggian ±410m di atas permukaan laut. Kondisi topografi dan morfologi (kelerengan) yang ada di Kelurahan Setia Negara hanya terdiri dari 2 morfologi yaitu datar dan bergelombang. Curah hujan rata-rata di Kelurahan Setia

Negara sebesar 3.156mm/tahun, kelurahan ini memiliki suhu udara rata-rata harian sekitar 24-30ºC.

34 Universitas Sumatera Utara Gambar 1.Peta Kelurahan Setia Negara

Sumber : Internet

Dari Kelurahan Setia Negara menuju ke Kecamatan Sitalasari menempuh jarak sejauh 2,5KM, kemudian dari Kelurahan Setia Negara menuju ke Pusat Kota menempuh jarak sejauh 4,5KM,dan dari Kelurahan Setia Negara menuju ke

Provinsi menempuh jarak sejauh 134KM. Siantar Sitalasari memiliki beberapa kelurahan satu diantaranya adalah Kelurahan Setia Negara. Kelurahan ini berbatasan dengan beberapa Kelurahan antara lain:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bah Kapul,

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nagahuta,

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sipinggol-pinggol,

 Sebelah Barat berbatasan dengan Nagosari Bosar (Kab. Simalungun).

35 Universitas Sumatera Utara Selain di atas pemerintah perlu membina dan melestarikan nilai-nilai luhur kehidupan yang dimiliki masyarakat Indonesia yaitu rasa kegotong royongan dan kekeluargaan dalam pelayanan masyarakat untuk mencapai dan mewujudkan kesejahteraan bersama. Dalam rangka meningkatkan potensi swadaya masyarakat dalam tercapainya tujuan tersebut maka wilayah Kelurahan Setia Negara ini dibagi atas :

 Berdasarkan Lingkungan dibagi menjadi dua Lingkungan yaitu

Lingkungan I dan Lingkungan II yang masing-masing dipimpin oleh

Kepala Lingkungan (KEPLING).

 Berdasarkan Rukun Warga (RW) dibagi menjadi empat RW yang masing-

masing dipimpin oleh Ketua RW.

 Berdasarkan Rukun Tetangga (RT) dibagi menjadi tiga belas RT yang

masing-masing dipimpin oleh Ketua RT.

36 Universitas Sumatera Utara Secara Administratif wilayah Kelurahan Setia Negara mempunyai luas +/- 466 Ha dengan rincian sebagai berikut :

 Luas Pemukiman di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 132,25 Ha

Foto 1. Situasi Pemukiman di Kelurahan Setia negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Begini lah situasi pemukiman masyarakat di Kelurahan Setia Negara, rumah yang jaraknya sangat dekat atau bisa dibilang sangat rapat dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Rumah-rumah disini dapat dibedakan antara rumah yang Muslim dan rumah yang Kristen biasanya rumah yang Kristen ditandai dengan adanya asesoris-asesoris natal di depan pintu mereka.

Disini mereka hidup berdampingan, jarang ditemukan rumah yang dihuni oleh satu agama saja misalnya rumah yang beragama Muslim tetangga-tetangganya juga Muslim, yang Kristen tetangga-tetangganya juga Kristen, tapi disini campur satu rumah beragama Muslim kemudian rumah sebelahnya beragama Kristen.

37 Universitas Sumatera Utara  Luas Persawahan di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 8,50 Ha

Foto 2. Kondisi Sawah di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Foto diatas merupakan gambar sawah yang ada di Kelurahan Setia Negara, tanah disini cukup terbilang keras dan kering jadi dibutuhkannya peran pemerintah untuk membantu petani-petani disini agar memberi bantuan seperti hand traktor untuk mengatasi masalah tanah yang keras agar menjadi datar dan berlumpur, kalau menggunakan hewan sapi atau kerbau untuk membajak sawah bisa membutuhkan waktu yang sangat lama. Keuntungan yang didapat menggunakan hand traktor ini dapat membuat gulma mati yang kemudian akan membusuk dan akan menjadi humus, dan membuat airisasi tanah menjadi lebih baik dan lapisan bawah tanah jenuh air sehingga dapat menghemat peenggunaan air. Dengan menggunakan hand traktor ini juga membuat petani lebih mudah merawat padi dan dapat menghasilkan panen yang lebih baik untuk meningkatkan kebutuhan pangan. Petani-petani disini ada yang memang asli masyarakat Setia

Negara namun ada juga dari kampung-kampung yang lain yang bekerja sebagai petani di Setia Negara ini.

38 Universitas Sumatera Utara Masa panen disini terbilang cukup lama bisa setahun hanya dua kali panen saja, dan hasilnya tidak maksimal dikarenakan kondisi tanah yang tidak layak dan tidak adanya alat yang membantu untuk mempercepat membajak sawahnya.

 Luas perkebunan di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 208,25 Ha

Foto 3. Jenis-Jenis Tanaman di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Di sepanjang jalan di Kelurahan Setia Negara hanya terdapat tanaman jagung dan tanaman daun singkong ada juga beberapa lahan rumah yang ditanami tanaman serai.Sama halnya dengan sawah yang diatas, saat ini di

Pematang Siantar khususnya Setia Negara juga sangat sulit untuk mempertahankan lahan pertanian yang mengingat pertambahan populasi penduduk yang semakin bertambah dan membutuhkan lahan untuk pembangunan rumah.Selain itu petani juga kesulitan untuk mendapatkan pupuk, irigasi dan lainnya.Bisa kita lihat gambar diatas tanaman dan tanahnya sangat kering dan itu disebabkan karena jenis tanahnya yang sangat keras, dan kurangnya curah hujan untuk menyiram tanaman-tanaman tersebut.Ada juga beberapa lahan digunakan untuk menanam kelapa sawit.

39 Universitas Sumatera Utara Sebenarnya di setiap kelurahan yang ada di Pematang Siantar ini mempunyai peluang untuk mengembangkan tanaman pangan tertentu, tetapi tidak ada yang melakukan spesialisasi terhadap tanaman pangan, karena petani-petani ini masih menanam beraneka ragam dan tidak ada yang mengkhususkan pada satu jenis tanaman saja sehingga membuat pertanian di

Siantar khususnya Setia Negara ini tidak beraturan karena pengembangan tanaman pangannya masih terpencar atau belum terfokus pada satu daerah saja.

 Luas Kuburan di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 2,25 Ha

Foto 4.Kondisi Kuburan di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Di Kelurahan Setia Negara ini terdapat 2,25 Ha lahan untuk kuburan, disini terdapat banyak kuburan, ada yang khusus Islam saja da nada juga yang khusus Kristen saja. Kebetulan yang penulis temukan ialah kuburan campuran dimana ada kuburan Islam dan Kristen yang hanya dibatasi oleh tembok saja.

Di bagian depan itu untuk kuburan Islam dan dibagian belakang untuk kuburan Kristen, memang lebih banyak yang Islam dibandingkan Kristen. Itu disebabkan karena masyarakat yang beragama Kristen lebih banyak membuat

40 Universitas Sumatera Utara kuburan di lahan rumah masing-masing, ada juga di tengah-tengah sawah, dan mungkin lebih banyak dikuburkan di kuburan khusus Kristen.

 Luas Perkantoran di Kelurahan Setia Negara ini sebesar 15,25 Ha

Foto 5. Kantor di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Yang paling utama di Kelurahan Setia Negara adalahkantor RINDAM

I/BB karena disini tempat pendaftaran militer di Pematang Siantar dan lokasinya termasuk di Kelurahan Setia Negara. Ada banyak yang mendaftar menjadi militer, tidak hanya yang berdomisili Siantar saja melainkan banyak yang dari luar kota juga. Kebetulan waktu penulis berada dilokasi mereka lagi melaksanakan pelatihan untuk militer yang baru dilantik.Berbagai latar belakang yang ikut untuk mencapai cita-citanya, ada yang anak petani, pedagang dan lain-lain. Selain Rindam ada juga Kantor Kelurahan Setia

Negara dan Kantor Balai Pengelolaan Aliran Sungai dan Hutan Lindung

Asahan Barumun (BPDASHL)

41 Universitas Sumatera Utara  Luas Prasarana umum lainnya sebesar 96,50 Ha

Foto 6. Ruang Terbuka di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ada berbagai prasarana umum yang terdapat di Kelurahan Setia negara ini seperti kolam renang Tirta Wira Yudha, kolam renang untuk segala usia dan tempat rekreasi bersama kelurga, terdapat taman di dalamnya yang bisa digunakan untuk mengabadikan momen bersama keluarga tercinta, udara nya yang sejuk karena banyak ditanami pohon dan bunga, kolamini termasuk kawasan Rindam I/BB juga, selain itu ada kolam pancing yang dimana setiap hari Minggu sangat ramai dikunjungi masyarakat Siantar dan termasuk kawasan Rindam I/BB juga. Selain itu ada Taman Beo, taman yang berada ditengah-tengah jalan ini cukup bisa membuat hilang kepenatan selama

42 Universitas Sumatera Utara bekerja, bisa duduk-duduk santai bersama keluarga maupun pacar, bisa juga

membawa anak-anak untuk berfoto-foto karena terdapat patung burung beo

yang lumayan besar.

2.3 Kondisi Demografi

Berdasarkan data yang di dapat dari Kantor Kelurahan Setia Negara, jumlah penduduk yang tersebar di 2 lingkungan adalah sebanyak 8.467 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.257 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.210 jiwa, dari jumlah keseluruhan yang Warga Negara Indonesia sebanyak 8.461 jiwa dan 6 jiwa lainnya adalah Warga Negara Keturunan. Dapat dilihat juga bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh selisihnya atau bisa dikatakan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sama banyaknya.

Secara khusus, berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Setia

Negara, jumlah keseluruhan penduduk yang ada di Lingkungan II Kelurahan Setia

Negara adalah sebanyak 3.896 jiwa dengan berbagai jenis kelamin, suku bangsa, dan agama, hal ini dapat dibuktikan melalui tabel-tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-Laki 4.257 2 Perempuan 4.210 Jumlah 8.467 Sumber : Data Kelurahan Setia Negara Tahun 2017

43 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat jumlah penduduk terakhir di

Kelurahan Setia Negara tahun 2017 adalah 8.467 jiwa yang terdiri atas 4.257 laki- laki dan 4.210 perempuan. Dapat dilihat bahwa jumlah warga laki-laki lebih besar dari jumlah perempuan dan memiliki selisih sekitar 47 orang.

Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Jumlah 1 Simalungun 2.132 2 Batak Toba 2.194 3 Karo 720 4 Pak-Pak 10 5 Mandailing 705 6 Nias 262 7 Jawa 2.115 8 Melayu 56 9 Lain-lain 273 Jumlah 8.467 Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017

Dapat dilihat dari tabel diatas jumlah suku yang paling banyak di

Kelurahan Setia Negara ini adalah suku Batak Toba yang disebabkan karena dulunya kolonial Belanda membutuhkan tenaga petani Batak Toba yang dianggap sangat terampil dalam bertani di persawahan, maka mereka menetaplah di berbagai wilayah Pematang Siantar termasuk di Kelurahan Setia Negara ini.

Penduduk asli ialah suku Simalungun, kemudian pada tahun 1900 mulai berdatangan penduduk pendatang seperti Mandailing, Cina, Nias, Jawa, Melayu, dll. Sifat dari masing-masing penduduk suku bangsa itu mempengaruhi pergaulan yang erat.Misalnya, suku Simalungun lebih dekat dengan suku Mandailing ini disebabkan karena persamaan ras, kehalusan budi bahasa, maupun gaya tarian, sedangkan suku Batak Toba dengan suku Karo agak sedikit renggang dikarenakan

44 Universitas Sumatera Utara sama-sama memiliki sifat yang keras, cepat dalam bertindak, serta giat dalam berdagang.

Tabel 2.3Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah 1 Islam 4.027 2 Protestan 3.864 3 Katolik 566 4 Hindu 10 5 Budha 6 Jumlah 8.473 Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017

Dari tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa penduduk yang beragama Islam merupakan kaum mayoritas yang berada di Kelurahan Setia Negara. Mereka yang beragam Islam kebanyakan berasal dari Suku Jawa, Melayu, kemudian disusul oleh Suku Mandailing serta Pak-Pak. Selanjutnya penduduk yang beragama

Protestan dan Katolik dikarenakan mereka dianggap sebagai penduduk asli.

Sedangkan agama yang minoritas adalah agama Budha dan Hindu ini disebabkan karena mereka adalah penduduk pendatang.

Kelurahan Setia Negara ini memiliki beragam suku bangsa seperti

Simalungun, Batak Toba, Melayu, Jawa, Nias, Mandailing dan

Cina.Keberagaman suku bangsa tersebut menyebabkan terjadinya Kerukunan antar Umat Beragama seperti Islam dan Kristen.Adanya keberagaman tersebut tidak menyebabkan mereka hidup berkelompok sesuai dengan suku bangsa maupun agamanya, tetapi mereka tetap hidup berdampingan dan berbaur dalam keberagaman tersebut.

45 Universitas Sumatera Utara Agama yang menjadi mayoritas di Kelurahan Setia Negara ini adalah agama

Islam dan Kristen dimana penganut agama Islam berjumlah 4.027 jiwa dan

Kristen berjumlah 4.430 jiwa. Hal tersebut ditandai dengan penduduknya yang kebanyakan berasal dari Suku Bangsa Melayu, Jawa, Mandailing, dan Pak-Pak, serta yang menganut agama Kristen sebagian besar adalah penduduk yang berasal dari Simalungun, Batak Toba, Karo, Nias, dll. Adapun agama yang minoritas di

Kelurahan ini adalah agama Hindu dan Budha.Kerukunan yang terlihat di

Kelurahan Setia Negara ini mencakup semua agama karena sering berinteraksi atau pun terlibat dalam aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya beragam agama di Kelurahan Setia Negara ini maka dapat dilihat juga bagaimana keterlibatan penganutnya dalam beberapa kegiatan dalam bermasyarakat. Penganut agama apapun saling menghormati satu sama lain, saling mengasihi, dan saling menghargai satu sama lain, dapat dilihat dari cara mereka berkomunikasi yang saling mendukung satu sama lain sehingga jarang terjadinya konflik. Adapun konflik yang terjadi itu adalah urusan pribadi masyarakat yang bersangkutan seperti konflik dalam bidang politik.

Kerukunan yang terjadi di Kelurahan ini membuat adanya interaksi dari masing-masing penganut agama, seperti adanya acara perkawinan jika penganut agama Islam yang membuatnya maka penganut dari agama lain terutama agama

Kristen di undang dan mereka datang dengan senang hati begitu juga sebaliknya.

46 Universitas Sumatera Utara Adapun jika salah satu dari mereka terkena musibah seperti meninggalnya salah satu anggota keluarga dari umat Islam maka mereka yang umat Kristen datang untuk memberi ucapan bela sungkawa dan ikut membantu seperti menyusun kursi, begitu juga sebaliknya jika umat Kristen yang tertimpa musibah maka umat Islam pun membantunya dengan suka rela.

2.4 Kondisi Perekonomian

Keadaan ekonomi masyarakat yang ada di Kelurahan Setia Negara bisa dibilang masyarakat menengah ke atas.Dapat dijelaskan menurut tabel dibawah ini :

Tabel 2.4Kondisi Ekonomi Masyarakat Kelurahan Setia Negara No. Pekerjaan Jumlah 1 PNS 1.053 2 TNI 3.680 3 Pedagang 650 4 Petani 30 5 Buruh Swasta 555 6 Penjahit 235 7 Tukang Pangkas 20 8 Pengemudi Becak 431 9 Supir 535 10 Peternak 351 11 Dokter 7 12 Pengusaha 631 Jumlah 8.178 Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas mata pencaharian terbanyak di Kelurahan Setia

Negara ini adalah sebagai anggota TNI karena di dukung oleh lingkungan yang merupakan kawasan Rindam I/BB.Selain itu di Kelurahan Setia Negara ini terdapat pasar pagi yang cukup dikenal, disini semua masyarakat Setia Negara mendapatkan kebutuhan sehari-hari mereka.

47 Universitas Sumatera Utara Foto 7. Situasi Pasar Pagi di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar diatas merupakan lokasi pasar pagi yang digunakan masyarakat untuk membeli bahan-bahan masakan, batasan tembok dengan tempat jualan mereka adalah kawasan Rindam I/BB tepat dibelakang pasar pagi.Pasar pagi ini buka setiap hari mulai dari jam 06.00 pagi sampai jam 13.00 siang. Disini mereka menjual sayur-sayuran seperti sayur kol, tomat, cabai, bawang, dan sayuran- sayuran lainnya yang diperoleh mereka dari Berastagi, ada yang diantar langsung dari Berastagi ke Siantar ada pula yang dijemput langsung oleh pedagang- pedagang di pasar pagi ini.

Kalau sayur-sayuran tidak ada yang diperoleh dengan kebun sendiri melainkan mereka juga membeli terlebih dahulu kemudian dijual lagi di pasar pagi.Beda dengan pedagang yang menjual buah-buahan seperti pisang, daun pisang, dan lainnya, itu diperoleh dari kebun sendiri biasa pedagangnya bukan asli

Setia Negara melainkan dari kelurahan lain yang mempunyai lapak untuk berjualan di pasar pagi Setia Negara.

48 Universitas Sumatera Utara Foto 8. Tempat Masyarakat Membeli Kebutuhan Sehari-hari

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Selain menjual sayur-sayuran ada juga pedagang yang menjual sembako, seperti minyak makan, tepung, mie instan, telur, makanan ringan, dan lain-lain mereka bisa temukan di pasar pagi juga, dan jika tidak ada di pasar pagi mereka membeli kebutuhan lainnya di Indomaret yang menjual berbagai macam keperluan rumah tangga. Seperti foto yang terakhir itu toko yang sudah lama berdiri dan pemiliknya beragama Budha, penulis sering membeli kopi khas

Siantar di toko itu, banyak sekali orang yang membeli disana karena termasuk lengkap dan terjangkau semua yang dijual mereka. Ini lah termasuk sikap dari toleransi yang dimana masyarakat setempat tidak memandang bulu siapa yang berjualan, yang mereka pikirkan barangnya ada dan harganya murah

49 Universitas Sumatera Utara Foto 9. Berbagai Macam Dagangan Yang Dijual di Pasar Pagi

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Banyak sekali pedagang di pasar pagi ini selain menjual sembako ada yang menjual ikan segar, ikan yang merupakan kebesaran masyarakat Siantar adalah ikan mas, ada juga ikan lele, dan lain-lain. Kemudian ada yang menjual ikan asin, ikan teri, cumi asin, ada juga yang menjual ayam hidup yang merupakan hasil dari peternakan sendiri, ada juga menjual ayam potong. Selain kebutuhan dapur ada juga pedagang yang menjual kebutuhan lainnya seperti pakaian, jilbab, sendal, sepatu, hingga perabotan rumah tangga.

2.5 Kondisi Pendidikan

Mayoritas penduduk yang ada di Kelurahan Setia Negara ini kebanyakan hanya lulusan tingkat SMA dan sebagian lagi belum lulus sarjana. Meskipun sebagian lain ada yang hanya lulusan SMP bahkan SD, tetapi ada juga yang tamat hingga pendidikan yang tinggi seperti lulusan S-1, S-2 bahkan ada yang lulus S-3.

50 Universitas Sumatera Utara Hal tersebut karena banyaknya sarana pendidikan yang dekat dengan lingkungan mereka, sehingga tidak sulit untuk menempuh jarak yang dekat.Selain itu pendidikan adalah hal yang utama bagi mereka untuk meningkatkan taraf hidup di zaman sekarang khususnya dalam mencari pekerjaan. Sebagai bukti penjelasan di atas dapat dilihat melalui tabel berikut ini :

Tabel 2.5 Kondisi Pendidikan Masyarakat Kelurahan Setia Negara No. Pendidikan Jumlah 1 Belum Sekolah 462 2 Tidak Tamat 78 3 Tamat SD 987 4 SMP 2.500 5 SMA 3.000 6 D-1 20 7 D-2 25 8 D-3 20 9 S-1 1 10 S-2 1 11 S-3 1 Jumlah 7.095 Sumber : Data Kelurahan Setia Negara pada tahun 2017

2.6 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasana di Kelurahan Setia Negara ini cukup baik, karena pembangunan disini sangan erat kaitannya dengan adanya fasilitas yang mendukung.Untuk itu perlu dibahas sarana dan prasarana yang dapat menunjang serta mendukung aktivitas masyarakat. Sarana dan prasarana adalah faktor yang menandai ciri khas sebuah kota. Berikut sarana dan prasarana yang terdapat di

Kelurahan Setia Negara.

51 Universitas Sumatera Utara 2.6.1 Sarana Transportasi

Di Kelurahan Setia Negara ini merupakan wilayah yang strategis dan mudah dijangkau karena sebagai jalan raya lintas sumatera. Angkutan umum yang sangat beragam mempermudahkan penduduk untuk berpergian kemana saja, apalagi disini sebagai kota perlintasan bagi wisatawan yang ingin pergi ke Danau

Toba.Angkutan umum seperti GMSS, CV.GOK, JAPARIS yang dari pusat kotamenuju ke daerah ini cukup naik satu kali angkutan umum yang bernama

Sinar Siantar. Ojek online juga melengkapi sarana transportasi di daerah ini dengan membayar sekitar Rp. 2.000,- – Rp. 15.000,- langsung sampai tujuan.

Kalau berangkat dari Medan kita bisa menaiki bus seperti Intra, Sejahtera, bahkan sudah banyak parade yang dapat mengantar langsung sampai depan rumah, perkiraan ongkos kalau naik bus Sejahtera sekitar Rp. 24.000,-, bus Intra mulai dari Rp. 35.000,- - Rp. 42.000,-, kalau naik paradep sekitar Rp. 50.000,- – Rp.

55.000,-.

Masyarakat kelurahan Setia negara ini juga memiliki kendaraan pribadi seperti mobil, kendaraan roda dua, truk, mini bus, dan juga becak khas Siantar. BSA yang merupakan nama dari becak Siantar yang memakai mesin lama sehingga perkembangan BSA ini hampir punah karena dengan semakin majunya perkembangan teknologi. Penulis jarang menemukan becak yang menggunakan kereta yang khas seperti dulu, kebanyakan sekarang mereka menggunakan kendaraan roda dua biasa seperti megapro untuk dijadikan becak.

52 Universitas Sumatera Utara Foto 10. Kendaraan Umum Untuk Menuju Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

2.6.2 Sarana Peribadatan

Dengan keberagaman agama yang dimiliki Kelurahan Setia Negara ini mempermudah mereka untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaannya masing- masing. Hal tersebut ditandai dengan adanya tempat-tempat ibadah dari semua agama yang dianut oleh masyarakat Kelurahan Setia Negara, yakni terdapat 5

Mesjid 2 Musholla bagi umat Islam, 7 Gereja Kristen, 1 Gereja Katolik, tidak terdapat kuil dan vihara di Kelurahan Setia Negara ini.

Karena masyarakat Kelurahan Setia Negara ini penduduknya sama antara

Muslim dan Kristen, maka terdapat banyak sekali rumah ibadah yang bisa kita jumpai. Khususnya di dalam kawasan Rindam I/BB terdapat Mesjid, Gereja

Protestan, dan Gereja Katolik yang jaraknya tidak berjauhan, dan juga jarak tempat ibadah dengan rumah masyarakat lumayan jauh, ada yang menggunakan kendaraan roda dua, mobil, danada juga yang berjalan kaki, termasuk umat

Kristen banyak yang berjalan kaki kemungkinan dia anak perantauan.

53 Universitas Sumatera Utara Foto 11. Kondisi Rumah Ibadah di kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

2.6.3 Sarana Kesehatan

Kesehatan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia, karena itu sangat diperlukannya sarana kesehatan di Kelurahan Setia Negara ini, tapi sangat disayang kan karena terlalu minimnya sarana kesehatan yang ada. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidak adanya rumah sakit yang layak buat masyarakat sekitar, hanya memiliki 5 unit Posyandu, 1 Puskesmas Pembantu, dan 1 Toko

Obat, tidak adanya Puskesmas, Poliklinik, dan tempat Praktek Dokter.

Foto 12.Puskesmas Raya

Sumber : Dokumentasi Pribadi

54 Universitas Sumatera Utara 2.6.4 Prasarana OlahRaga

Olahraga sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia, dapat dilihat kalau sarana olahraga di Kelurahan Setia Negara ini cukup baik , karena dengan adanya 2 Lapangan Sepak Bola, 2 Lapangan Volly, dan 1 Lapangan Tenis ini bisa membuat masyarakat sekitar khususnya anak muda untuk melatih bakat mereka dengan skillnya masing-masing.

Foto 13.Lapangan bola kawasan Rindam I/BB

Sumber : Dokumentasi Pribadi

2.6.5 Sarana Pendidikan

Pendidikan itu sangat penting terutama di desa-desa terpencil agar anak- anak yang berada di lingkungan tersebut tidak salah dalam pergaulan, dan adanya sarana pendidikan bisa merubah kondisi ekonomi dengan cara mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi sesuai tingkat pendidikannya masing-masing. Ada pun sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Setia Negara ini berjumlah 5 unit Taman Kanak-Kanak (TK), 6 unit Sekolah Dasar (SD) salah satu nya ada

Sekolah Dasar Asisi yang terdapat di Jl. Viyata Yudha, Setia Negara, Siantar

Sitalasari, Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.

55 Universitas Sumatera Utara Ada 2 unit Sekolah Menengah Pertama (SMP), salah satunya SMP Negeri

10 yang berada di Jl. Sisingamangaraja Komplek Rindam I/bb Pematang

Siantar.Tidak ada Sekolah Menegah Atas (SMA) maupun Perguruan Tinggi di

Kelurahan Setia Negara ini.Sarana pendidikan paling tinggi hanya sebatas

Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja.

Foto 14. Beberapa Sekolah Yang Ada di Kelurahan Setia Negara

SD Negeri 0124387 SD Katolik ASISI SMP Negeri 10

Sumber : Dokumentasi Pribadi

56 Universitas Sumatera Utara BAB III

INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA

3.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Masyarakat di Setia Negara

Interaksi sosial tidak pernah lepas dari kehidupan individu maupun kelompok. Semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya interaksi satu sama lain.

Begitu juga interaksi sosial di masyarakat Kelurahan Setia Negara yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda khususnya agama yang berjalan dengan lancar dan harmonis, sehingga setiap umat yang beragama dapat melaksanakan tuntutan agamanya masing-masing dengan baik.

Untuk menciptakan hubungan interaksi sosial di Setia Negara masyarakat harus menegakkan sikap yang baik dan berkualitas, artinya masyarakat harus memiliki pemikiran yang baik agar terciptanya sikap toleransi di Setia Negara ini berjalan lancar. Dengan adanya sikap toleransi yang gunanya untuk saling menghormati satu sama lain khususnya kehidupan antar umat beragama di Setia

Negara. Selain itu kita juga menjaga hubungan silaturahmi baik antar sesama umat beragama maupun yang berbeda agama.Dengan menjalankan semua itu maka kehidupan bermasyarakat dalam perbedaan suku, agama, dan ras dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.Bahkan dari sikap toleransi ini memberi dampak dan manfaat yang luas bagi umat beragama dan bermasyarakat di Indonesia khususnya Kelurahan Setia Negara ini.

Manfaat dari toleransi adalah menghindari perpecahan, meningkatkan rasa persaudaraan antar umat beragama, meningkatkan kekuatan iman dan akhlak sebagai umat beragama, meningkatkan rasa nasionalisme dalam bermasyarakat, adanya kata mufakat dalam bermusyawarah, mengurangi sifat egoistis (merasa

57 Universitas Sumatera Utara paling benar) dalam berargumen, dapat mempersatukan perbedaan budaya dan agama yang mempermudah membangun negara Indonesia lebih maju serta mensejahterakan masyarakat dengan berperilaku yang terdidik dan beragama.

Dari manfaat diatas penulis menyimpulkan bahwa sikap toleransi adalah cara hidup bermasyarakat dengan membiarkan orang lain berpendapat dengan tidak mengganggu kehidupan pribadi orang lain baik formal maupun informal. Jika dikaitkan dengan budaya dan agama maka sikap toleransi ini melarang adanya sikap diskriminatif terhadap orang lain atau kelompok lain dalam beragama dan berkegiatan serta melarang untuk ikut campur urusan pribadi seseorang maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat Kelurahan Setia Negara yang terdiri dari berbagai macam agama tidak menjadikan mereka menjadi terpecah belah, hal ini dapat dilihat dari keberlangsungan hidup mereka sehari-hari yang terlihat sangat rukun. Untuk menciptakan kehidupan yang rukun satu sama lain dengan cara saling menghargai, saling mengasihi, jangan menaruh iri hati terhadap orang lain, saling tolong menolong, sehingga tidak memunculkan sikap suudzon atau prasangka buruk terhadap orang lain, karena itu lah masyarakat di Setia Negara ini tidak pernah mengalami konflik yang besar, bahkan bisa dikatakan tidak pernah terjadi konflik apalagi konflik antar umat beragama.

58 Universitas Sumatera Utara Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yaitu Ibu

Putri (30) bahwa:

“Interaksi sosial itu adanya hubungan timbal balik antar masyarakat dan adanya tindakan dalam suatu komunikasi, misalnya saling tolong menolong saat ada acara pernikahan, atau pembangunan rumah ibadah kami saling membantu satu sama lain. Interaksi antar umat beragama ini juga berdampak positif da ada juga yang negatifnya, kalau yang positif bisa mempererat keakraban dalam melaksanakan gotong royong, ada juga yang negatifnya kalau ada yang saling iri hati bisa menimbulkan suatu konflik”

Hal yang paling penting diingat sama masyarakat Kelurahan Setia Negara ini jangan pernah mengganggu atau melukai hati sesama warga, tidak memaksakan agamanya kepada orang lain, harus menghargai keberadaan agama atau budaya lain yang harus dihormati, semua ini dilakukan untuk memberikan rasa nyaman kepada mereka dalam melaksanakan ibadahnya masing-masing tanpa mengintimidasi agama yang berbeda. Jika kita menjalankan sikap toleransi maka kedamaian pun akan terjadi, tidak ada konflik dan adanya keharmonisan dalam hubungan antar umat beragama, suku, budaya, yang selalu dijaga dengan hidup bermasyarakat yang damai, tentram, tanpa ada perasaan takut.

Kondisi hubungan antar umat beragama di Kelurahan Setia ini dapat dilihat melalui pergaulan mereka baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan keagamaan.Pergaulan dalam kehidupan sosial itu misalnya dalam acara perkawina, kematian, musyawarah, serta gotong royong. Dalam acara-acara tersebut masyarakat di Kelurahan Setia Negara akan berpartisipasi dan acara tersebut berjalan dengan lancar dan damai karena mereka berkerjasama karena adanya rasa persaudaraan yang tertanam di hati mereka.

59 Universitas Sumatera Utara Pergaulan dalam kehidupan keagamaan itu misalnya Hari Raya Idul Fitri bagi umat Muslim, dan Perayaan Natal bagi umat Kristen. Dalam acara tersebut mereka saling menhadiri serta saling mendukung satu sama lain. Ini membuktikan kalau masyarakat Setia Negara ini baik dalam pergaulan kehidupan sosial maupun kehidupan beragama. Menurut salah satu informan bahwa kesadaran diri sendiri untuk menerima keberadaan orang lain sangat penting, sehingga sudah menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya diturunkan ke anak cucu masing-masing.

Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang informan yaitu

Bapak Iwan (40) bahwa :

“untuk menciptakan kehidupan yang damai, tenang, memang harus saling menghargai, tidak ada yang lain karna kalau sudah menghargai semua menjadi aman, tidak muncul berbagai konflik. Itu lah interaksi sosial bisa dikatakan hubungan timbal balik sesama warga yang membuat kehidupan ini lebih berwarna karena adanya perbedaan itu”.

3.2 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Antar Umat Beragamadi Kelurahan

Setia Negara

Manusia berinteraksi dengan sesamanya untuk menghasilkan pergaulan yang baik dalam suatu kelompok sosial.Bentuk-bentuk interaksi dapat dijumpai pada kehidupan masyarakat di Kelurahan Setia Negara.Dapat di katakan bahwa interaksi sosial di Kelurahan Setia Negara cukup baik hingga tidak menimbulkan konflik yang besar.Ada beberapa bentuk interaksi sosial, mulai dari kerja sama(cooperation), persaingan (competition), dan ada juga yang berbentuk pertikaian (conflict), namun suatu pertikaian pasti ada cara untuk menyelesaikannya walaupun hanya dapat diterima sementara waktu saja dan ini

60 Universitas Sumatera Utara biasanya dinamakan akomodasi (accommodation). Ada juga asimilasi

(assimilation), akulturasi (acculturation), dan kontravensi (contravention).

Dari penjelasan bentuk interaksi sosial diatas, maka penulis akan membuat siklus bentuk interaksi sosial yang terdapat di Kelurahan Setia Negara. Mulai dari kerja sama, persaingan, konflik dan akomodasi, disini tidak ada yang namanya asimilasi dan akulturasi, walaupun masyarakat disini menganut agama yang berbeda, suku bangsa yang berbeda, dan kebudayaan yang berbeda juga, mereka tidak ada yang menghilangkan kebudayaan atau ciri khas dari masing-masing individu untuk menciptakan kebudayaan baru dan dianut secara bersama-sama, dan sama halnya dengan akulturasi, tidak adanya kebudayaan asing yang digabung untuk dimasukkan ke kebudayaan yang sudah ada tanpa menghilangkan unsur kebudayaan itu sendiri. Berikut siklus interaksi sosial di Kelurahan Setia

Negara.

Gambar 2. Siklus Interaksi Sosial

akomodasi

Konflik kerjasama

Persaingan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

61 Universitas Sumatera Utara 3.2.1 Bentuk Kerjasama Antar Umat Beragama di Kelurahan Setia Negara

Salah satu bentuk interaksi sosial yaitu kerja sama, masyarakat melakukan kerja sama antar umat beragama untuk mempererat hubungan mereka menjadi lebih akrab lagi, lebih mengenal satu sama lain sehingga mereka lebih banyak teman dalam bergaul. Kerja sama antar umat beragama yang di temukan di

Kelurahan Setia Negara yaitu :

1. Aspek perkawinan

Dalam acara perkawinan menjadi salah satu tempat yang membuat masyarakat saling tolong menolong antara umat Islam dan umat Kristen. Jika ada acara perkawinan baik itu dari umat Islam maupun Kristen maka semua masyarakat yang ada di Keluahan Setia Negara maupun diluar kelurahan ini akan datang menghadiri pesta dan ikut memeriahkan acara tersebut bila diundang oleh tuan rumah yang mengadakan pesta.

Biasanya baik Islam dan Kristen semua diundang karena mereka memiliki rasa persaudaraan yang tinggi tanpa membedakan latar belakang agamanya.Selama seseorang diundang maka ia akan berusaha hadir di acara tersebut meskipun berbeda keyakinan untuk menjalankan kewajiban mereka sebagai masyarakat yang patuh terhadap aturan yang telah dibuat oleh mereka.

Dalam perkawinan pasti ada yang membedakan Agama Islam dengan Agama

Kristen, seperti biasa jika Agama Kristen yang mengadakan pesta pasti ada tempat khusus buat masyarakat yang beragama Islam dan makanan nya pun dibedakan pula.Proses ini membuat keharmonisan antar umat beragama muncul karena dari mengundang dan menghadiri acara itu salah satu cara kita menghargai orang lain.

62 Universitas Sumatera Utara

Adapun perkawinan yang mengharuskan berpindah keyakinan bisa mengurangi rasa perbedaan yang ada karena semua itu murni terjadi tanpa adanya paksaan dari siapa pun, demi cinta nya kepada umat Tuhan Yang Maha Esa ia rela melakukan itu semua untuk membangun rumah tangga yang bahagia dunia dan akhirat. Karena tidak sedikit masyara kat di Kelurahan Setia Negara mempunyai anak yang menikah dengan perempuan atau laki-laki yang berbeda keyakinan namun berpindah keyakinan untuk menjalankan perintah dari Tuhan Yang Maha

Esa yaitu menikah.Walaupun didalam keluarga ada yang beragama Islam danada juga yang beragama Kristen tidak menjadi masalah bagi mereka, terbukti mereka sampai sekarang hidup rukun serta cucu-cucunya yang berbeda agama juga terlihat sangat akrab saat dilihat ketika lagi bermain bersama.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Hasoloan (63) bahwa :

“Disini tidak ada konflik berdasarkan agama, seperti yang bisa dilihat saya beragama Kristen mempunyai menantu yang beragama Islam dan anak saya pun masuk ke Agama Islam, cucu-cucu saya pun berhubungan baik semuanya, tidak hanya di keluarga saya saja, mungkin banyak juga di Setia Negara ini yang dia beragama Kristen mempunyai saudara yang beragama Islam begitu juga sebaliknya, jadi disini aman-aman saja dalam berinteraksi”

63 Universitas Sumatera Utara Foto 15.Masyarakat yang beragama Islam mengikuti acara Pemberkatan di Gereja

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Foto diatas ini merupakan salah satu contoh adanya sikap toleransi yang berada di Kelurahan Setia Negara, dimana cinta dapat menyatukan perbedaan, adanya toleransi yang tinggi antar umat beragama menandakan bahwa walaupun berbeda-beda tapi tetaplah bersaudara.Seperti yang dilihat bahwa adanya umat

Muslim yang ikut hadir dalam acara pemberkatan umat Kristen di Gereja.

Foto 16. Masyarakat yang beragama Kristen ikut hadir dalam acarapernikahan orang yang beragama Islam

Sumber : Dokumentasi Pribadi

64 Universitas Sumatera Utara Foto diatas membuktikan tidak hanya umat Islam saja yang menghadiri acara yang dibuat oleh umat Kristen, umat Kristen begitu juga, mereka menghadiri pernikahan umat Islam untuk saling menghargai satu sama lain.

Karena ketika kita sudah di undang oleh orang lain maka kewajiban untuk hadir itu sangat penting. Adanya hubungan timbal balik antar umat beragama membuat masyarakat Kelurahan Setia Negara ini hidup rukun, tidak pernah mempermasalahkan status agama yang dianut oleh masing-masing masyarakat.

2. Perayaan Hari-Hari Besar

Momentum perayaan hari besar antar umat beragama tentunya harus dilandasi sikap saling menghormati antar umat yang berbeda keyakinan satu sama lainnya. Misalnya jika ada salah satu agama sedang merayakan hari besar biasa nya akan ada masyarakat yang dari beda keyakinan datang untuk memberi ucapan secara langsung kepada masyarakat yang merayakannya.Seperti pada saat

Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan oleh umat Muslim, maka masyarakat setempat berkunjung ke setiap rumah yang merayakannya tidak hanya masyarakat yang sama keyakinannya tapi yang berbeda keyakinan pun ikut meramaikan hari baik ini tanpa memandang adanya perbedaan.

Begitu juga sebaliknya jika Perayaan Natal tiba yang dirayakan oleh umat

Kristen biasanya juga mereka mengundang masyarakat lain untuk hadir kerumahnya ikut serta merayakan hari bahagia tersebut. Kebersamaan ini bisa terjadi kalau masyarakatnya memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk mau memberi dan menerima yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan dalam bertingkah laku.Selayaknya manusia membangun suatu hubungan sikap toleransi harus melekat dalam kehidupan yang penuh keberagaman.

65 Universitas Sumatera Utara 3. Aspek Kematian

Setiap manusia yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Apabila ada salah seorang warga yang meninggal dunia, maka salah satu dari keluarganya akan mengumumkan berita tersebut di masjid terdekat dengan menggunakan pengeras suara(microphone) agar dapat didengar oleh seluruh masyarakat

Kelurahan Setia Negara, dan apabila yang meninggal adalah masyarakat yang beragama Kristen maka tetangga terdekat akan memberitahu ke tetangga lainnya.

Ketika mendengar suara kentungan berbunyi maka masyarakat sudah tahu kalau ada orang yang meninggal dunia, kemudian mereka langsung menuju ke rumah duka, baik itu masyarakat yang beragama Islam maupun Kristen, karena mereka datang untuk menghormati satu sama lain walaupun hanya dengan datang melayat dan mengucapkan bela sungkawa itu sudah termasuk sikap toleransi antar umat beragama. Kalau untuk membantu menyusun kursi, memasang tenda, bahkan membantu memasak itu tidak semuanya ikut, karena didalam fikiran mereka yaitu “orang melihat orang” yang dimaksud jika itu tetangga dekat atau sering juga melayat maka mereka akan membantunya lebih dari sekedar melayat saja.

Dalam hal ini ada bantuan yang mereka kasih itu seperti dalam bentuk uang yang seikhlas hati, adapun kutipan wajib itu terdapat di dalam kelompok- kelompok masyarakat seperti Serikat Tolong Menolong (STM) bagi umat

Muslim, yang bagi umat Kristen nya penulis kurang tahu apa namanya yang pasti ada juga, itu berlaku hanya untuk anggota saja, kalau diluar anggota biasanya ada yang mengasih sumbangan dalam bentuk papan bunga, ada juga bantuan dana yang telah dikumpulkan baik dari Agama Islam maupun Kristen dengan suka rela.

66 Universitas Sumatera Utara 4. Gotong Royong

Kemudian adanya kegiatan gotong royong yang dikerjakan secara bersama-sama. Manusia sebagai makhluk sosial yang artinya hanya akan menjadi apa dan siapa ia bergaul, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, jika dia sendiri ia tidak “menjadi” manusia. Karena itu menjalin hubungan kerja sama sangat penting bagi masyarakat Setia Negara untuk mengingat bahwa Indonesia juga sudah lama menggunakan azaz gotong royong yang bersifat kekeluargaan dalam setiap pekerjaannya.

Kehidupan seperti ini dapat terjadi karena adanya kesadaran diri sendiri bahwa interaksi sosial itu sangat diperlukan.Dalam bertetangga yang dilihat dari tempat tinggal mereka yang bercampur dan berdekatan antara Agama Islam dan

Agama Kristen, itu mencerminkan kalau mereka berhubungan baik dan adanya rasa persaudaraan yang tinggi. Keuntungan yang didapat dengan mengadakan kegiatan gotong royong adalah menyatukan masyarakat dengan status yang sama tanpa membeda-bedakan agama dan tingkat ekonomi, dapat meringankan pekerjaan karena dilakukan secara bersama-sama, dan dapat mempererat hubungan antar umat beragama agar tidak mudah di adu domba yang mengakibatkan terjadinya konflik. Biasanya gotong royong yang dilakukan di

Kelurahan Setia Negara ini yang paling penting adalah gotong royong membersihkan tempat ibadah dan membersihkan area lingkungan mereka.

67 Universitas Sumatera Utara Gotong royong dilakukan setiap dua minggu sekali dan disini semua masyarakat akan bekerja sama dengan suka rela, mulai dari membersihkan selokan, membersihkan perkarangan setiap rumah dan lain-lain. Sedangkan gotong royong membersihkan tempat ibadah dilakukan setiap Hari Jum’at dan

Minggu.

Seperti yang dikatakan Bapak Irfan (37) yaitu :

“Gotong royong dalam bentuk interaksi antar umat beragama yaitu dengan dijalankannya kegiatan ini secara bergantian termasuk untuk membersihkan tempat ibadah, seperti setiap Hari Jum’at gotong royong dilaksanakan di Mesjid dan seluruh masyarakat diundang baik Islam maupun Kristen, dan di Hari Minggu sama juga seperti itu. Jadi tujuannya dibuat seperti itu untuk saling menjaga yang diawali dari tempat ibadah terlebih dulu”.

Ketika kegiatan ini dilakukan yang diharapkan adalah semua warga ikut serta dalam mengambil bagian tanpa ada yang merasa lebih hebat karena perbedaan agama yang dianutnya.Gotong royong bagi umat Muslim dan Kristen merupakan tradisi yang harus dipertahankan, karena kegiatan ini lah mereka masih bisa berkumpul tanpa memikirkan perbedaan.

Foto 17. Kegiatan masyarakat membersihkan aliran sungai dan perkarangan rumah

Sumber : Dokumentasi Pribadi

68 Universitas Sumatera Utara Foto diatas merupakan kegiatan gotong royong yang dilakukan di

Kelurahan Setia Negara, mulai dari membersihkan area sungai yang dimana sungai itu sangat berguna bagi masyarakat di Kelurahan Setia Negara untuk melakukan aktivitas seperti mencuci, mandi, dan lainnya.Selanjutnya membersihkan perkarangan rumah yang dilakukan secara bersama-sama untuk meringankan suatu pekerjaan.

5. Musyawarah

Ada juga interaksi sosial lainnya yaitu musyawarah, salah satu upaya untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama yaitu dengan cara bermusyawarah, karena dengan musyawarah masalah apapun dapat diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan konflik sebab semua keputusan berdasarkan hasil musyawarah. Tanpa musyawarah maka hasilnya tidak sesuai apa yang diinginkan masyarakat.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Setia

Negara ialah semua kegiatan yang akan dilakukan itu akan menjalankan musyawarah terlebih dulu untuk mendapatkan keputusan secara bersama-sama, baik itu kegiatan sosial, kegiatan keagaamaan maupun kegiatan nasionalis. Hal- hal yang berhubungan dengan masyarakat tentu harus dengan proses bermusyawarah.

Seperti yang dituturkan oleh Ibu Ayu (35) yaitu :

“Musyawarah sangat penting karena menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti mau membuat acara yang menutup badan jalan, itu harus dimusyawarahkan karena jangan sampai orang lain merasa keberatan dan menimbulkan suatu konflik. Hal-hal kecil seperti ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan”

69 Universitas Sumatera Utara Musyawarah adalah jalan terbaik untuk menyatukan semua pendapat

masyarakat dan mendapatkan solusi yang bertujuan untuk mewujudkan

kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi saja dan dapat

mencegah terjadinya suatu konflik.

3.2.2 Bentuk-Bentuk Kerja Sama Antar Sesama Agamadi Kelurahan Setia

Negara

Penulis akanmembahas tentang bentuk-bentuk kerja sama antar sesama agama yang terjadi dalam kehidupan Masyarakat Kelurahan Setia Negara.

Bentuk-bentuk ini dapat memperjelas adanya kehidupan yang rukun, damai, aman antar sesama agama.Bentuk kerja sama antar sesama agama ialah akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1). Kerja sama antara Agama Islam dengan Islam, 2).

Kerja sama antara Agama Kristen dengan Kristen.

1. Kerja SamaAntara Agama Islam dengan Islam di Kelurahan Setia

Negara

Islam adalah agama yang universal, dalam islam dikenal dengan prinsip dasar Hablum Minallah (hubungan manusia dengan Allah), dalam islam hubungan sosial yang paling populer adalah silaturahmi yang berarti hubungan kekeluargaan. Di Kelurahan Setia Negara ini masyarakat beragama Islam menjadikan silaturahmi itu sebagai kegiatan rutin yang dilakukan setiap seminggu sekali yang ditetapkan di hari Senin, kegiatan itu adalah wirit yang dimana sudah terjadwal setiap minggunya dan masyarakat di Kelurahan Setia Negara ini membuat kutipan bagi setiap anggotanya sebesar Rp.20.000,-/minggu dan dikutip di hari dimana wirit itu dilaksanakan.

70 Universitas Sumatera Utara Tidak hanya itu saja, masyarakat disini juga sering melakukan kegiatan jalan-jalan yang diikuti oleh sesama anggota wirit, dana yang dikeluarkan pun ada sebagian dari uang kas wirit dan ada juga kutipan yang sudah ditentukan sesuai jumlah anggota yang ikut, masing-masing anggota boleh membawa keluarganya misalnya membawa anak atau cucu mereka dan dikenakan biaya juga. Hal ini membuat mereka menjadi lebih akrab lagi dan semakin kompak dalam menjalankan kegiatan tersebut, bahkan jalan-jalan mereka tidak hanya di Kota

Pematangsiantar ini saja, mereka juga pergi ke berbagai kota seperti ,

Medan, dan lain-lain.

Foto 18. Kegiatan wirit ibu-ibu di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Selain itu agar terlihat lebih kompak lagi masyarakat di Kelurahan Setia

Negara ini sering membeli pakaian yang sama setiap kali ada jadwal jalan-jalan mereka. Mereka terlihat sangat bahagia karena adanya kegiatan wirit ini, kadang mereka juga saling membantu bila ada anggota wirit yang memasak untuk bontot wiritnya. Kemudian ada juga wirit untuk bapak-bapak yang dilakukan setiap malam Jum’at, tidak mau kalah dengan wirit ibu-ibunya, wirit bapak-bapak juga sering melakukan kegiatan jalan-jalan seperti yang dilakukan masyarakat di

Kelurahan Setia Negara adalah mandi air panas di Sidebuk Debuk berastagi, mereka pergi setiap dua minggu sekali pada hari Minggu pagi, dan mereka tidak

71 Universitas Sumatera Utara mengumpulkan dana dikarenakan adanya sumbangan dari beberapa anggota wirit seperti menggunakan kendaraan pribadi, dan membawa makanan dari rumah, jika ada yang mau membeli minuman atau jajanan lain ada satu orang anggota wirit yang selalu menanggulanginya. Ada juga yang membuat bapak-bapak ini semakin kompak ialah sehabis sholat subuh ada beberapa orang pergi ke warkop yang dilakukan setiap harinya untuk minum kopi dan saling tukar pikiran yang membuat mereka tidak pernah bertengkar karena salah paham ataupun ada yang mengadu domba terhadap bapak-bapak lainnya.

Selain wirit ada juga kegiatan lainnya seperti pembentukan anggota marhaban (Qasidah) yang dilakukan oleh ibu-ibu di Kelurahan Setia Negara ini.Qasidah berasal dari bahasa arab yang berarti bentuk syair kesusastraan arab yang dinyanyikan. Mereka menyanyikan lagu-lagu yang berisi dakwah keagamaan untuk umat Muslim yang diiringi dengan alat musik rebana dan kecrek.Lagu-lagu qasidah juga harus mengandung unsur keimanan kepada Allah

SWT, ketaatan dalam beribadah, berbuat kebaikan dan hal-hal positif lainnya.Qasidah biasanya digunakan pada acara-acara besar seperti memperingati hari besar Agama Islam atau kegiatan marhaban, yaitu acara menyambut kelahiran bayi.Anak-anak di Kelurahan Setia Negara ini juga bisa belajar dan menjadi anggota qasidah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di sekolah masing-masing.

72 Universitas Sumatera Utara Selain itu ada juga kegiatan Qurban yang dilaksanakan pada Hari Raya

Idul Adha yang bertujuan bukan hanya sekedar pamer atau riya, namun untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan sehingga dapat menjadi keluarga yang rukun sesuai dengan Khaidah Islam.Untuk penerimaan daging qurban itu sendiri adalah peserta qurban, serta warga yang tinggal di sekitar lokasi penyembelihan hewan qurban.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pandiangan selaku

Kepling di Kelurahan Setia Negara :

“Kalau saya sendiri menganjurkan kepada masyarakat yang mau ikut berqurban dengan cara pribadi saja, walaupun daging qurban nya ada yang tidak memuaskan tapi bukan itu yang diharapkan, tetapi dia bisa beribadah dengan sendirinya tanpa mengatas namakan sebuah komunitas, karena kegiatan qurban ini ada yang mengatas nama kan masjid, pribadi, tidak ada atas nama komunitas”

2. Bentuk-Bentuk Kerja SamaAntara Agama Kristen Dengan Kristen di

Kelurahan Setia Negara

Agama Kristen adalah golongan agama yang didasarkan atas ajaran Yesus

Kristus, agama yang bersifat etik, sejarah, universal, monotheis, dan penebusan, dimana hubungan antara Tuhan dan menusia terjadi dengan perantara dan pekerjaan Yesus Kristus. Umat manusia sebagai keluarga besar Allah mengakui adanya perbedaan secara hakiki akan tetapi yang menonjol dalam hal ini bukanlah suatu konflik melainkan sebuah kedamaian, kesejukan, ketertiban, dan keamanan hidup yang dominan. Dengan adanya perbedaan mereka saling memberi, saling menjaga, saling melengkapi.

73 Universitas Sumatera Utara Ajaran Kristen juga mengajarkan cinta kasih sesama umat manusia karena atas dasar tersebut mereka dapat hidup rukun diantara sesama umat manusia dan dengan seluruh makhluk hidup tanpa membedakan status dan golongan mereka.

Kerukunan hidup antar umat beragama dapat diwujudkan dalam hukum kasih yang merupakan norma dan pedoman hidup sesuai di dalam Al-Kitab :

“inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi Kamu” (Yohanes 15:12) firman Tuhan yang sama terdapat pada

(Yohanes 15:17) yaitu : “inilah perintahKu kepadamu : Kasihilah seorang akan yang lain”.

Ada pun kegiatan-kegiatan yang membuat mereka lebih rukun ialah melaksanakan kebaktian keluarga (wirid)sama hal nya dengan yang beragama

Islam wirid adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk menjaga kerukunan terhadap sesama mereka. Wirid mereka yang dilaksanakan setiap Hari Kamis, ini dilakukan secara bergantian dari satu rumah ke rumah lain dengan menyanyikan lagu yang berisi pujian-pujian untuk Tuhan Yesus.

Kemudian ada juga kebaktian setiap Hari Minggu yang dilaksanakan di setiap gereja, materi yang disampaikan pun berupa firman-firman tuhan yang dibacakan oleh pendeta.Kebaktian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang yang beragama Kristen.Selain kebaktian mereka sering membuat kegiatan seni setiap Hari Minggunya, yang ditampilkan diacara seni tersebut berupa memainkan musik, atau anak-anak yang bisa bernyanyi dan bermain musik mereka akan di pakai dalam kegiatan tersebut untuk menampilkan bakat yang mereka punya.

74 Universitas Sumatera Utara Foto 19. Kegiatan pemuda-pemudi latihan bermain alat musik setiap Hari Minggu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Foto diatas merupakan salah satu acara seni yang di selenggarakan oleh umat Kristen, dengan bermain musik bersama mereka dapat meningkatkan rasa persaudaraan yang ada terhadap sesama agama.

Dari beberapa kerja sama diatas untuk membangun masyarakat Kelurahan

Setia Negara agar lebih toleransi lagi sesama agama maupun berbeda agama dengan cara memperbanyak kegiatan-kegiatan yang melibatkan kedua agama tersebut seperti gotong royong yang gunanya sangat banyak bagi keberlangsungan hidup masyarakat Kelurahan Setia Negara, ada juga kegiatan-kegiatan seperti wirid semakin banyak lagi anggota yang ikut agar semakin sering juga mereka mengadakan acara jalan-jalan yang gunanya untuk lebih mempererat lagi hubungan sesama mereka. Kegiatan-kegiatan antar umat beragama disini sudah menyatu seperti Agama Islam itu kegiatan nya di Mesjid, yang Agama Kristen di

Gereja.

75 Universitas Sumatera Utara 3.2.3 Bentuk-Bentuk Persaingan Yang terdapat di Setia negara

Persaingan terjadi ketika seseorang atau kelompok bersaing untuk mendapatkan keuntungan melalui bidang-bidang tertentu, dengan cara menarik perhatian public tanpa menggunakan ancaman dan kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan di Kelurahan Setia Negara yaitu :

1. Persaingan di Bidang Agama

Tidak terdapat persaingan dalam bidang keagamaankarena tidak

adanya agama yang dominan disetiap bidang pekerjaan maupun

jabatan.

2. Persaingan di Bidang Ekonomi

Persaingan dibidang ekonomi timbul karena adanya pasar pagi

yang membuat para pedagang bersaing untuk menarik perhatian

masyarakat untuk belanja di lapak mereka. Bagi masyarakat

persaingan ini membawa keuntungan sebab pembeli-pembeli terbaik

yang memenangkan persaingan dengan cara membeli barang

dagangannya tanpa menawar dibawah harga pasaran, ini dilakukan

agar bisa mensejahterakan pedagang yang ada di pasar pagi.

76 Universitas Sumatera Utara 3.2.4 Bentuk-Bentuk Konflik yang terdapat di Setia Negara

Masyarakat Kelurahan Setia Negara yang dianggap memiliki rasa persaudaraan yang tinggi pun tidak dapat terhindar dari konflik baik yang bersifat manifest maupun laten, yang berbentuk realistis maupun nonrealistis, dan melibatkan perorangan maupun kelompok. Seperti beberapa konflik di Kelurahan

Setia Negara yang melibatkan antar umat beragama yakni :

1. Aspek Kematian

Pada saat masyarakat Umat Kristen mengalami kemalangan salah satu

anggota keluarganya yang sudah tua (matua). Ada berbagai macam tata

cara adat istiadat untuk proses pemakaman yang dipercayai oleh masing-

masing suku. Pada masyarakat batak kematian di usia yang sudah sangat

tua ialah kematian yang paling diinginkan. Tradisi budaya (khususnya

Batak Toba) ini disebut sebagai “mate saur matua”.

Orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus dari pihak-pihak

kerabatnya yang terdiri dari unsur dalihan natolu. Pelaksanaan upacara

tergantung pada lamanya mayat yang disemayamkan, idealnya ketika

seluruh anaknya telah berkumpul namun karena banyak masyarakat batak

yang merantau sering terjadi berhari-hari menunda pelaksanaan

upacaranya demi menunggu kedatangan anak-anaknya yang berdomisili

jauh.

77 Universitas Sumatera Utara Jenis-Jenis Kematian Menurut Suku Batak

Ada beberapa jenis kematian yang dipercayai oleh Suku Batak dan masing-masing memiliki tatacara dan tingkat pelaksanaan upacara yang berbeda-beda, bisa berdasarkan usia, tingkat kedudukan dalam adat ataupun kekerabatan berdasarkan falsafah Dalihan Na Tolu.

1. Tilahaon/Mate Poso-poso

Tilahaon adalah meninggalnya seorang anak yang masih

dikategorikan sebagai bayi dan belum dibaptis (Kristen) atau

martututuaek (adat lama/Parmalim).Dalam agama Kristen, bayi yang

meninggal sebelum dibaptis harus terlebih dahulu dibaptis oleh

pemukan agama agar jiwanya tidak terhalang masuk ke sorga.

Kepercayaan lama meyakini bahwa bagian-bagian tubuh bayi yang

meninggal sebelum tumbuh gigi dapat dipergunakan sebagai bahan

praktek ilmu hitam.Oleh sebab itu, kuburan si bayi harus dijaga selama

tujuh hari tujuh malam agar tubuh si bayi tidak di curi sebelum

tubuhnya membusuk.Bagi anak-anak yang meninggal dalam status

tilahaon pelaksanaan prosesi adat kematiannya tidak terlalu rumit dan

tidak melibatkan semua unsur yang ada dalam Dalihan Na Tolu.

Jenazah hanya diberikan kain ulos sebagai penutup yang diberikan

oleh orang tuannya.

78 Universitas Sumatera Utara 2. Mate Dakdanan (Mati Usia Anak-anak)

Mate dakdanan merupakan kematian yang terjadi pada seseorang pada saat berusia muda atau anak-anak. Kategorinya bisa antara usia 1

(satu) sampai 13 tahun. Untuk kematian jenis ini, prosesi adatnya juga tidak terlalu rumit dan banyak.Biasanya hanya merupakan acara kegamaan.Prosesi penguburannya juga tidak berbeda dengan kematian lainnya diadatnya saja yang dibedakan yaitu dengan hanya memberikan (menutupi jenazah) dengan ulos yang di berikan oleh

Tulang (paman/saudara laki-laki dari ibu mendiang).

3. Mate Bulung (Mati Usia Remaja)

Mate bulung merupakan kematian seseorang pada saat berusia remaja dan menjelang dewasa. Biasanya antara usia 10 – 17 tahun.

Prosesi upacara kematiannya hampir sama dengan kematian pada anak-anak dan belum dilaksanakan prosesi adat kematian secara lengkap. Jenazah hanya ditutupi dengan kain ulos yang diberikan oleh

Tulang (paman/saudara laki-laki dari ibu mendiang).

4. Mate Ponggol

Mate ponggol (mati patah) diartikan sebagai mati pada saat berusia dewasa namun belum menikah atau berkeluarga sama sekali.

Pelaksanaan upacara kematiannya tidak jauh beda dengan kematian pada anak-anak maupun dewasa. Jenazahnya hanya ditutupi ulos yang diberikan oleh Tulang.

79 Universitas Sumatera Utara Untuk kematian jenis ini, tidak ada batasan usia bagi sang mendiang. Sepanjang tidak menikah maka proses adat tidak akan dijalankan secara sempurna selayaknya bagi orang yang sudah berkeluarga dan menikah. Karena pada fase seperti ini sang mendiang dianggap belum membayar adat, jadi tidak ada ketentuan adat yang diberlakukan padanya, meskipun sang mendiang sudah berusia tua bahkan sudah uzur.

5. Mate Makkar

Mate Makkar ini merupakan kematian bagi orang yang sudah menikah atau berkeluarga, upacara nya pun berbeda jauh sama orang yang belum menikah. Mate makkar bisa juga dikategorikan sebagai meninggalnya seseorang yang mempunyai anak tetapi anaknya itu belum berumah tangga, atau anaknya sudah berumah tangga namun belum memiliki cucu. Upacara adat sudah berjalan sebagaimana mestinya, dalam prosesi adatnya, biasanya semua unsur yang terdapat dalam Dalihan Na Tolu dalam sistem kekerabatan keluarga inti akan memberikan kata nasehat (hata togar-togar) yang disampaikan kepada keluarga yang di tinggalkan oleh mendiang. Namun tidak sampai pada tingkat upacara maralamam atau membawa menempatkan jenazah ke halaman rumah melainkan cukup di dalam rumah saja.

6. Mate Hatungganeon

Mate hatungganeon adalah meninggal pada saat sudah memiliki anak dan anak tersebut ada yang sudah kawin namun belum memiliki cucu.

80 Universitas Sumatera Utara 7. Sari Matua

Jenis kematian yang dianggap sebagai kematian dengan tingkatan yang lebih baik dan lebih sempurna, yaitu kematian sari matua dan saur matua.Dianggap lebih baik dan lebih sempurna karena yang meninggal dengan keadaan sudah berketurunan baik keturunan laki- laki maupun perempuan.

Sari matua adalah orang yang meninggal dunia telah beranak dan bercucu.Namun ada diantara anak-anaknya yang belum kawin atau menikah, yang artinnya masih ada kewajiban adat yang harus dilakukan sebelum meninggal.Kata sari berarti masih ada anak yang berada dalam tanggungan dan belum kawin.Proses pelaksanaan upacara kematiannya sudah dalam tahap pelaksanaan adat yang lengkap berdasarkan Dalihan Na Toludan juga sudah melibatkan unsur gondang dan musik didalamnya. Dalam proses pelaksanaan adat, urutan pemanggilan dan posisi dalam Dalihan Na Tolu mulai dari

Tulang atau hula-hula ke tingkatan yang lebih tinggi.

Pelaksanaan adat pada situasi seperti ini termasuk kategoripelaksanaan adat yang rumit dan mesti dilaksanakan secara hati-hati karena pada prinsipnya upacara adat ini merupakan upacara adat yang terakhir bagi mendiang maupun keturunannya.Khususnya bila adat yang dilaksanakan adalah adat “na gok” (adat lengkap) karena beranggapan bahwa semua anaknya sudah berkeluarga.

81 Universitas Sumatera Utara Bagi salah satu orang tua yang masih hidup masih tetap di sematkan ulos tujung. Terkadang ada beberapa pertimbangan bagi keluarga untuk meningkatkan adat “na gok” dengan pemberian ulos

“sampe tua” kepada orang tua yang menduda atau menjanda. Namun peningkatan ini harus dipertimbangkan secara sangat hati-hati, terutama bila ada anaknya yang belum menikah.Ini artinya bahwa orang yang sudah menerima ulos “sampe tua” tidak lagi boleh memberi atau menerima ulos passamot saat anaknya kawin kelak karena dianggap hak dan kewajibannya dalam adat sudah selesai dan lunas.

8. Saur Matua

Saur matua merupakan jenis kematian yang paling didambakan oleh orang Batak pada umumnya.Kematian jenis ini berarti kematian yang sempurna karena semua anak dan putrinya sudah menikah dan sudah memiliki anak. Kematian ini juga dianggap sudah sempurna karena sang mendiang sudah selesai menunaikan kewajiban adat yang dibebankan kepadanya semasa dia masih hidup. Pelaksanaan upacara kematiannya juga harus berdasarkan upacara adat yang penuh dengan menghadirkan semua unsur-unsur Dalihan Na Tolu dalam sistim kekerabatan inti keluarga.

82 Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan jenis kematian sari matua, jenis kematian saur matua ini terbilang lebih mudah dilaksanakan walaupun prosesinya tergolong kompleks dengan melibatkan banyak orang dan biaya.Dikatakan lebih mudah karena tidak ada lagi perdebatan dalam keturunannya soal bagaimana pelaksanaan upacara kematian akan dilaksanakan karena sudah memiliki aturan yang “baku” dalam adat

Batak sejak dahulu. Tinggal bagaimana pihak keturunan atau keluarganya mampumenanggulangi semua biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan upacara kematian tersebut.

9. Saur Matua Mauli Bulung

Saur matua mauli bulung adalah tingkatan kematian yang paling sempurna bagi orang Batak dengan makna meninggal dalam keadaan anak-anaknya sudah menikah dan memiliki cucu.Bahkan cucu- cucunya sudah berkeluarga dan memiliki anak yang di sebut dengan nini dan nono (marnini marnono).Proses pelaksanaan adat bagi “saur matua” dan“saur matua mauli bulung” sebenarnya sama dan tidak berbeda jauh, hanya tingkatan saja yang membedakan jenis kematian antara keduanya. Pada saat seperti ini orang Batak akan melakukan upacara adat selayaknya pesta besar yang bermakna bahwa kematian si orang tua tersebut bukanlah sebuah kesedihan, melainkan sebuah suka cita bagi keturunannya karena sang mendiang sudah selesai menjalankan segala kewajiban dan hutang adat untuk menikahkan anak dan putrinya.

83 Universitas Sumatera Utara Artinya mendiang meninggal dalam keadaan lega dan ini adalah sesuatu yang patut dirayakan oleh keturunannya. Pada acara ini biasanya akan ada musik gondang dan pemotongan hewan ternak sebagai “boanan” (bawaan) sang mendiang saat menuju peristirahatannya yang terakhir. Masyarakat Batak secara tersirat seperti punya simbol tentang hewan yang disembelih pada upacara adat orang yang meninggal dalam status saur matua ini. Biasanya, kerbau atau sapi akan disembelih oleh anak-anak dari orang yang meninggal yang dianggap sukses hidupnya (orang mampu). Hewan yang dipotong ini nantinya akan dibagikan kepada semua pihak melalui media jambar sesuai dengan kedudukan masing-masing dalam

Dalihan Na Tolu.

Biasanya proses pemakaman akan dilaksanakan paling cepat 3

(tiga) hari dan 7 (tujuh) hari setelah kematian. Ini tergantung kesepakatan dalam tonggo raja setelah mempertimbangkan keluarga yang jauh yang mungkin memerlukan waktu untuk sampai ke kampung atau kota kediaman mendiang. Jenazah kemudian dimasukkan ke dalam peti mati yang telah disiapkan terlebih dahulu yang disebut dengan mompo.Jenazah yang telah dimasukkan ke dalam peti mati diletakkan di tengah-tengah kerumunan seluruh anak dan cucu, dengan posisi peti bagian kaki mengarah ke pintu keluar rumah.

84 Universitas Sumatera Utara Di sebelah kanan peti jenazah adalah anak-anak lelaki dengan para istri dan anak mereka masing-masing, dan di sebelah kiri adalah anak- anak perempuan dengan para suami dan anak mereka masing-masing.

Pada saat inilah proses penyematan ulos saput dan ulos tujung dilaksanakan oleh pihak Tulang dan hulahula mendiang.

Sesuai dengan kesepakatan pada hari pelaksanaan adat peti mati yang masih setengah terbuka dibawa ke tengah halaman rumah

(maralaman).Pada saat ini, unsur Dalihan Na Tolu dan khayalak ramai datang dengan rombongan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing dan disertai bawaan masing-masing pula, mereka menari(manortor) mengelilingn peti jenazah mendiang.

Mereka manortor diiringi musik dari gondang sabangunan (alat musik tradisional khas Batak).Gondang sabangunan adalah orkes musik tradisional Batak, terdiri dari seperangkat instrumen yakni : 4 ogung, 1 hesek , 5 taganing, 1 odap, 1 gondang, 1 sarune.Inilah yang disebut dengan jambar tortor.Setelah jambar tor-tor dari semua pelayat selesai selanjutnya adalah kata-kata ungkapan sebagai balasan pihak keluarga (hasuhuton) kepada masing-masing pihak yang memberikan jambar hata dan jambar tor-tor.

Selanjutnya salah seorang suhut mengucapkan jambar hata balasan

(mangampu) sekaligus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan upacara. Setiap peralihan mangampu dari satu pihak ke pihak lain, diselingi ritus manortor.

85 Universitas Sumatera Utara Manortor dilakukan sambil menghampiri dari tiap pihak yang

telah menghadiri upacara tersebut, sebagai tanda penghormatan

sekaligus meminta doa restu.Setelah semua ritual adat tersebut selesai

dilaksanakan, upacara adat diakhiri dengan menyerahkan ritual

terakhir kepada gereja (pangula ni huria) untuk melaksanakan ibadah

singkat. Ibadah bisa dilakukan di tempat itu juga, atau ketika jenazah

sampai di lokasi perkuburan, hal ini disesuaikan dengan kondisi,

namun prinsipnya sama saja. Maka sebelum peti dimasukkan ke dalam

tanah (yang sudah digali sebelumnya), ibadah singkat dilaksanakan

(berdoa), barulah jenazah yang sudah di dalam peti yang tertutup

dikuburkan.

Dari sekian banyak jenis-jenis kematian menurut suku Batak dan berbagai macam upacara adatnya maka yang di fokuskan disini adalah kematian saur matua yang menimbulkan perbedaan dengan masyarakat Umat Islam. Seperti pada keluarga Bapak Gultom yang mengalami musibah kemalangan karena ibunya yang meninggal dunia pada tahun 2018 lalu, pada saat hari pertama diumukan bahwasanya ada yang meninggal dunia maka anggota pemerintahan atau kepling nya langsung menuju rumah duka untuk memberi sepatah dua patah kata untuk keluarga yang mengalami kemalangan, tetapi pada saat itu orang belum ramai yang datang dan semua anggota keluarganya lagi sibuk memasak dan memotong hewan babi untuk disantap bersama keluarga. Dari sini lah kepling di Kelurahan

Setia Negara merasa kurang nyaman atas kegiatan mereka yang memotong hewan yang dianggap haram pada umat agama Islam.

86 Universitas Sumatera Utara Perbedaan ini memicu perdebatan antara masyarakat yang beragama Kristen dengan kepling di Setia Negara, karena kalau ada kemalangan lagi mereka sebagai anggota pemerintahan tidak mau hadir atau lama hadir dirumah duka. Seperti di keluraga Naibaho pada awal bulan mei 2019 lalu mengalami musibah kemalangan dan yang meninggal adalah ayahnya, ini menguburkan mayatnya lebih lama lagi daripada keluarga Gultom tadi karena menunggu kedatangan anaknya yang merantau di Kalimantan sana. Berhari-hari mayat itu berada dirumah dan sama seperti kejadian yang lalu kalau keplingnya tidak hadir, ini menjadi masalah lagi bagi Umat Kristen dengan anggota pemerintahan.

Dengan munculnya masalah-masalah yang sama, maka anggota pemerintahan nya memberi solusi ke Umat Kristen kalau ada musibah kemalangan lagi mereka dapat mengundang RT atau RW Setia Negara untuk menggantikan posisi lurah maupun kepling untuk memberi sepatah dua patah kata kepada keluarga yang ditinggalkan.

Seperti yang dituturkan oleh Kepling Kelurahan Setia Negara :

“ Saya sebagai ketua LPM (Lembaga Pemberdaya Masyarakat) merasa tidak nyaman dengan cara mereka yang terlalu lama menguburkan orang yang telah meninggal, karena saya pernah datang ke rumah duka orang yang beragama Kristen. Hari pertama saya datang ke rumah duka belum ada orang, dan mereka sedang memotong hewan yang diharamkan oleh agama saya yaitu memotong hewan babi, jadi ketika mereka memberikan mic untuk berbicara, saya merasa kurang nyaman karena saya mengingat mereka habis memotong hewan tersebut. Kemudian jika ada yang meninggal lagi dari umat Kristen saya tidak datang, dan mereka semua protes sama saya karena tidak ada wakil dari anggota dari pemerintahan yang datang. Cara menyelesaikan masalah ini saya menyuruh mereka untuk mengundang RT atau RW yang beragama Kristen untuk mewakili Lurah. Ini sedikit perbedaan antara Kristen dan Islam”

87 Universitas Sumatera Utara 2. Konflik Tanah Wakaf Bagi Umat Islam

Tanah wakaf bagi umat Islam yang sangat memprihatinkan karena semua tanah wakafnya telah penuh. Wakaf adalah perbuatan wakif yang menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh orang lain, yang dimana pemilik tanah membolehkan pemanfaatannya untuk tujuan kebaikan. Di Kelurahan Setia Negara ini mulai sejak tahun 1993 sudah dicoba dengan mengumumkan melalui mimbar dan lain-lain, agar masyarakat muslim dapat mengembangkan tanah wakafnya namun selalu gagal.

Sampai sekarang tanah wakaf untuk agama Islam disini sangat mengerikan karena sudah tidak ada lagi tanah wakaf yang bersedia semuanya telah penuh.dan disini banyak tanah wakaf Islam yang mengatas nama kan seorang pensiunan, tanah wakaf setia negara dua tetapi semuanya sudah penuh. Kegagalan ini juga ulah dari masyarakat Islam itu sendiri yang protes dengan rencana yang telah disusun sejak lama.

Apalagi ada isu-isu yang sampai ke area politik tentang adanya tanah kebun yang berlebih dekat dengan asrama TNI, namun banyak yang mengatakan kalau radius 2KM masih menjadi hak mereka sehingga masyarakat disini tidak berani berbuat apa-apa untuk meminta tambahan tanah wakaf bagi umat Islam.

Seperti yang dituturkan oleh Bapak Pandiangan :

“ Sejak tahun 1993-2000 rencana untuk menambah tanaf wakaf sudah diadakan namun selalu gagal karena masyarakat disini menganggap kalau kampung ini mau dijadikan kampung kuburan. Kondisi tanah wakaf bagi umat Islam disini sangat memprihatinkan hingga sekarang pun tidak ada jalan keluarnya untuk masalah tanah wakaf di Kelurahan Setia Negara ini.”

88 Universitas Sumatera Utara 3. Gosip-Gosip Antar Tetangga

Kemudian ada konflik komunikasi yang membuat masyarakat di

Kelurahan Setia Negara ini tidak berani berbicara langsung di depan orang yang bersangkutan melainkan hanya bisa membicarainya dari belakang saja, seperti yang sering terjadi ialah masalah cara berpakaian, yang dimana ada seseorang yang pakaiannya kurang sopan atau terlalu mencolok dan tidak pantas digunakan, mereka segan menegurnya secara langsung karena masih memikirkan perasaan orang yang bersangkutan, namun mereka tidak berfikir kalau seperti itu terus akan menimbulkan konflik yang besar.

4. Konflik Pengucaan Kata Yang Merupakan Simbolik Agama Islam

Selain itu konflik yang ada di Kelurahan Setia Negara antar umat beragama yang sering terjadi seperti di pasar pagi, contohnya ada dua orang pedagang yang menganut beda keyakinan yang mengangkat sebuah keranjang yang berisi sayur-sayuran secara bersamaan, kemudian orang yang beragama Kristen ini tanpa sengaja mengucapkan kata “Bismillah” ketika mau mengangkat keranjang tersebut kemudian orang yang beragama Islam ini pun membanting keranjangnya dengan tujuan tidak suka karena mereka mengucapkan kata yang menjadi simbol Agama Islam tersebut, terjadilah adu mulut diantara mereka.

Sama halnya dengan kata “Bismillah”, sering juga terdengar kalau umat Kristen menyebut kata Istigfar “Astaghfirullah” ini juga membuat umat Muslim merasa kalau agama mereka sedang diejek oleh umat beragama lain. Dengan ketidaksukaan umat Islam kadang tanpa sadar

89 Universitas Sumatera Utara mereka langsung memaki umat Kristen yang menyebut kata-kata yang dianggap simbol dari Agama Islam.Menurut pandangan umat Kristen di

Kelurahan Setia Negara kalau kata-kata itu memiliki arti yang bagus seperti “Alhamdulillah” artinya kan sama dengan “Puji Tuhan”,

“Assalamualaikum” artinya sama dengan “Salam Sejahtera”, dan

“Astaghfirullah” kan artinya “mohon ampun”.Jadi tidak ada salahnya kalau mereka yang umat Kristen ikut-ikutan mengucapkan kata-kata tersebut. Karena semua agama itu sama dan memiliki tujuan yang baik.

Seperti yang dituturkan oleh Bapak Pandiangan :

“ Pasar pagi ini tempat orang bebas berkomentar, kalau saya menyikapinya dengan membiarkan nya saja mungkin cara mereka berintegrasi, bersosial seperti itu, ada yang untuk membuat pembeli tertarik untuk membeli dagangannya bisa dikatakan kalau pasar pagi ini sumber semua informasi, semua ada disini berbagai macam gosip- gosip, paling enak kalau sudah di kawasan pasar pagi ini untuk bergosip”

5. Pembagian Beras Miskin

Ada banyak sekali sikap yang tidak simpatik terhadap individu maupun kelompok lain, hal ini ditunjukkan dalam jarak sosial yang merupakan posisi yang diberikan oleh para anggota kelompok atau pemerintah yang berprasangka kepada kelompok lain. Semakin bertentangan maka semakin jauh pula jarak sosialnya. Seperti yang ada di

Kelurahan Setia Negara, setiap waktu pembagian beras miskin (raskin) yang tidak merata yang membuat masyarakat dari umat Kristen protes ke kepala lingkungannya karena yang mereka melihat lebih mayoritas umat

Islam yang dibagikan daripada umat Kristen ini disebabkan karena lebih

90 Universitas Sumatera Utara banyak umat Islam yang miskin dan berhak mendapatkan nya, kalau umat

Kristen banyak yang miskin tentunya mereka lebih banyak dibagikan.

3.2.5 Bentuk-Bentuk Akomodasi Yang Terdapat di Setia Negara

Dari konflik-konflik diatas pasti ada cara untuk menyelesaikannya, dengan membuat kesepakatan yang disetujui bersama, misalnya seperti masalah berpakaian mereka harus saling terbuka satu sama, memberi masukan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas untuk dipakai, sehingga tidak terjadi lagi omongan-omongan dari belakang yang membuat masyarakat tidak nyaman dalam hal berpakaian.

Kemudian konflik yang mengucapkan kata-kata yang merupakan simbol dari Agama Islam, cara yang umat Islam lakukan adalah langsung terjadi adu mulut kepada orang yang dianggap melecehkan agamanya, lalu orang yang telah membuat masalah harus meminta maaf kepada orang yang merasa tersinggung atas ucapannya. Cara menyelesaikan masalah seperti ini yang sering dinamakan dengan akomodasi.

91 Universitas Sumatera Utara BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG TERJADINYA

INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA

Interaksi sosial mensyaratkan adanya dua atau lebih pihak yang berinteraksi dengan perspektif yang sama mengenai kerukunan dan harus diciptakan di suatu lingkungan, komunitas, atau bangsa tertentu. Interaksi sosial antar umat beragama sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, terlebih bagi masyarakat majemuk seperti di Indonesia ini. Meski dapat dipastikan bahwa hampir semua manusia menginginkan hidup rukun, namun dalam realitasnya terkadang selalu saja muncul permasalahan yang dapat mengganggu relasi antar umat beragama tersebut. Interaksi sosial pada manusia tidak dapat terjadi dengan sendirinya akan tetapi selalu berlangsung dalam interaksi manusia yang berkenaan dengan objek tertentu.

4.1 Faktor-Faktor Yang Mendukung Interaksi Sosial Menurut Masyarakat

di Kelurahan Setia Negara.

1. Saling Menghormati Antar Umat Beragama

Pentingnya saling menghormati antar umat beragama adalah ketika kita

melakukan perayaan, ritual, dalam keyakinan agama masing-masing agar

berjalan dengan lancar.Masyarakat Kelurahan Setia Negara menciptakan

hubungan yang rukun, aman dalam kehidupan beragama.Hal ini disebabkan

karena mereka saling menghormati, saling menghargai, antar sesama pemeluk

agama. Masyarakat Kelurahan Setia Negara mengutamakan sikap toleransi

antar umat beragama dengan cara menerima kehadiran agama lain dengan

segala kegiatannya.

92 Universitas Sumatera Utara Bahkan untuk menciptakan suasana yang baik harus diimbangi dengan pergaulan yang baik pula antar umat beragama.Walaupun ada saja orang yang sulit menerima kepercayaan orang lain, karena dalam pikirannya bahwa agama yang diyakininya saja sebagai jalan menuju surga. Masyarakat

Kelurahan Setia Negara ini kebanyakan menganut Agama Islam dan Agama

Kristen, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Masing-masing dari mereka saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama lain. Karena perbedaan itu tidak membuat hubungan mereka menjadi renggang, justru dengan adanya perbedaan mereka menjadi lebih damai, membuat cara sendiri untuk bahagia dan tetap akur yang dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat Kelurahan

Setia Negara tersebut.

2. Memiliki Rasa Peduli Terhadap Orang Lain

Pentingnya rasa kepedulian terhadap orang lain dapat mewujudkan kerjasama yang baik untuk saling membantu tanpa melihat adanya perbedaan.

Salah satu contoh kepedulian terhadap orang lain yaitu pada saat mengadakan pesta pernikahan. Dimana mereka saling berkomunikasi satu sama lain dan saling membantu tanpa memandang perbedaan yang dilatar belakangi oleh keyakinan yang dianut. Hal seperti ini yang harus lebih diperhatikan untuk menciptakan kehidupan yang damai khususnya untuk umat Islam dan umat

Kristen yang ada di Kelurahan Setia Negara.

93 Universitas Sumatera Utara Kehidupan seperti ini dapat tercipta karena adanya kesadaran diri sendiri bahwa kerukunan umat beragama itu sangat diperlukan.Dalam bertetangga yang dilihat dari tempat tinggal mereka yang bercampur dan berdekatan antara penduduk Islam dan Kristen, mencerminkan kalau mereka berhubungan baik dan adanya rasa persaudaraan yang tinggi.Hal ini tidak lepas dari peran tokoh- tokoh agama maupun perangkat desa yang selalu mensosialisasikan akan pentingnya kerukunan antar umat beragama.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Irfan (37) yaitu :

“Menjaga kondisi kerukunan antar umat beragama yang dilakukan dari kelurahan ialah selalu bersosialisasi kepada masyarakat tentang perlunya kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di Setia Negara ini, karena kalau sudah rukun, sudah kondusif, kita yang beraktivitas setiap hari akan merasakan kenyamanan”

3. Memiliki Sikap Toleransi

Masyarakat Kelurahan Setia Negara sangat menjunjung tinggi rasa toleransi.Adanya perbedaan diantara mereka bukan menjadi penghalang untuk terus berbuat baik, saling menghargai melainkan menjadikan mereka semakin dekat antar sesama pemeluk agama.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pandiangan (66) :

“Hidup ini jangan digunakan buat ngurusin kehidupan orang lain, cukup kita hargai dan tidak mengganggu kehidupan nya itu sudah lebih dari cukup. Selagi kita tidak diganggu sama mereka maka kita tidak perlu memulai untuk mengganggu kehidupan orang lain”

94 Universitas Sumatera Utara 4. Memiliki Kesadaran Diri Sendiri

Untuk menciptakan keharmonisan, kerukunan antar umat beragama seperti

yang dialami oleh masyarakat Kelurahan Setia Negara ini mereka harus

memiliki kesadaran diri sendiri, yang artinya mereka harus menyadari bahwa

perbedaan dalam hal kepercayaan itu ada nyatanya.

Setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda untuk menjalankan

ibadahnya sehingga setiap individu tidak boleh merasa kalau kepercayaannya

itu yang paling benar dimata Tuhan, karena kalau itu terjadi maka tanpa

sengaja akan memandang kepercayaan orang lain itu tidak benar. Sikap

kesadaran diri sendiri ini mampu menjaga hubungan antar umat beragama,

baik dalam hubungan keagamaan maupun hubungan sosial. Hubungan

keagamaan bisa dilihat bahwa dalam kegiatan apapun mereka saling

membantu, saling memberi, dan mendukung satu sama lain. Tidak dalam

hubungan keagamaan saja melainkan hubungan sosial juga karena mereka

sadar bahwa individu tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur (45) :

“Disini memang dikenal dengan lingkungan yang damai, rukun antar sesama pemeluk agama, karena saya dari kecil tinggal disini jadi sedikit banyaknya saya tau kehidupan disini seperti apa. Setiap orang harus memiliki sikap kesadaran diri sendiri, saya tidak pernah mengganggu agama lain dalam beribadah, begitu juga sebaliknya waktu kami menjalankan Sholat Idul Fitri atau Idul Adha tidak ada yang mengganggu. Tetangga depan rumah saya menganut agama Kristen tetapi sekali pun mereka tidak pernah mengganggu kehidupan kami sekeluarga. Dalam kegiatan sosial pun misalnya dirumah saya ada wirit, maka sudah tradisi saling membagi ke tetangga-tetangga terdekat mau dia agama Islam ataupun agama Kristen, intinya ada hubungan timbal balik yang baik saja.

95 Universitas Sumatera Utara 5. Menghargai Keanekaragaman

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Kelurahan Setia Negara ini

memiliki penduduk yang terdiri dari beranekaragam agama, suku bangsa.

Perbedaan yang ada tidak membuat mereka menjadi merasa paling benar dan

tidak memiliki sifat prasangka antara satu sama lain. Mereka merasa kalau

mereka semua itu bersaudara karena adanya tujuan bersama-sama untuk

membangun hubungan yang lebih baik lagi antar umat beragama.

Adanya keanekaragaman ini tidak membuat mereka menjadi risih atau

kurang nyaman dalam menjalankan aktivitas sehari-hari tetapi mereka saling

menghargai perbedaan yang ada yang membuat hidup mereka jadi lebih

berwarna.Jika perbedaan tidak dihargai maka muncullah konflik dan itu sangat

berbahaya bagi keberlangsungan hidup mereka. Karena mereka tahu apa

resiko dari adanya konflik tersebut yaitu aka nada kerugian-kerugian jika

konflik itu benar terjadi. Sehingga masyarakat disini sangat menghargai

perbedaan.Menghargai perbedaan bisa di nilai dalam pandangan yang

berbeda-beda, terutama dari tingkah laku mereka.

Contohnya setiap pagi mereka saling berinteraksi di pasar pagi untuk

membeli keperluan untuk memasak, terlihat juga ada perkumpulan ibu-ibu di

sebuah warung dan mereka terlihat sangat dekat walaupun berbeda

agama.Dalam pergaulan antar umat beragama ini membuat mereka lebih

akrab, saling perhatian, saling mengasihi.

96 Universitas Sumatera Utara Sehingga memudahkan mereka untuk menjadi partner dalam bekerja.Adanya perbedaan di Indonesia akan menjadi modal untuk membangun bangsa yang lebih maju lagi, asalkan kita saling menghormati, dan menghargai adanya keberagaman tersebut. Sebaliknya jika masyarakat

Indonesia tidak saling menghargai maka akan menimbulkan berbagai macam konflik, misalnya konflik antar suku, penistaan agama, pelecehan, dan lain- lain.

6. Kerja Sama di Kalangan Intern Umat Beragama, Antar Umat

Beragama dan Antar Umat Beragama Dengan Pemerintah.

Umat beragama dan pemerintahan harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Adanya kerukunan umat beragama baik tingkat daerah, provinsi, maupun negara merupakan kewajiban seluruh masyarakat Indonesia beserta instansi pemerintah lainnya.Dengan demikian barulah akan tercipta keamanan, dan ketertiban antar umat beragama di lingkungan masyarakat yang berbangsa dan bernegara.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu Informan Bapak

Irfan (37) yaitu :

“Disini saya dan semua anggota kelurahan berusaha sebaik mungkin untuk mengingatkan setiap masyarakat agar saling menghormati satu sama lain, jangan membuat kerusuhan yang menjadikan kehidupan tidak harmonis lagi. Upaya yang kami lakukan adalah terjun langsung ke masyarakat untuk bersosialisasi dan mengingatkan kembali untuk hidup rukun dengan saling menghormati satu sama lain”

97 Universitas Sumatera Utara 4.2 Faktor-Faktor Pendukung Menurut Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial di

Kelurahan Setia Negara

a. Faktor yang menyebabkan terjadinya kerja sama

1. Memiliki rasa kekerabatan yang sangat kuat.

2. Tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.

3. Menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah.

4. Adanya kesepakatan di antara Agama Islam dan Agama Kristen.

5. Saling memberi bantuan bila terkena musibah.

b. Faktor yang menyebabkan terjadinya persaingan

1. Adanya persamaan kepentingan baik pribadi maupun kelompok.

2. Adanya perselisih paham yang membuat seseorang merasa di usik

harga dirinya.

3. Adanya perbedaan pendapat mengenai suatu prinsip.

4. Adanya perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat.

c. Faktor yang menyebabkan terjadinya konfik

1. Kurangnya kesadaran mayarakat akan kehidupan yang harmonis.

2. Sengketa lahan untuk tanah wakaf

3. Pemikiran radikal yang menganggap alirannya benar dan orang lain

salah.

4. Adanya kesalahpahaman dalam mengartikan pengucapan kata yang

menjadi simbolik agama.

5. Adanya sifat religious yang tertanam di diri masing-masing individu.

98 Universitas Sumatera Utara BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kerja sama antar umat beragama dapat terjadi karena adanya rasa saling percaya satu sama lain, bila rasa tersebut belum tumbuh di masing-masing kelompok agama maka akan sulit untuk menciptakan kerja sama antar umat beragama. Dari sebuah kerja sama tersebut, kita dapat mengambil banyak manfaat di dalamnya karena kita bisa mengenal kepercayaan kerabat kita sendiri, dapat menghindari konflik, menghindari sikap saling melecehkan agama orang lain, dan saling menghargai sesuai dengan isi dari sila-sila pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hokum negara kita.

Bentuk-bentuk kerja sama yang ada di Kelurahan Setia Negara

1. Aspek Perkawinan

2. Perayaan Hari-Hari Besar

3. Aspek Kematian

4. Gotong Royong

5. Musyawarah

Adapun bentuk-bentuk konflik yang ada di Kelurahan Setia Negara

1. Aspek Kematian Yang Berbeda Antar Umat beragama

Jenis-jenis kematian menurut suku Batak

 Tilahaon/Mate Poso-poso

 Mate Dakdanan (mati usia anak-anak)

 Mate Bulung (mati usia Remaja)

 Mate Ponggol

99 Universitas Sumatera Utara  Mate Makkar

 Mate Hatungganeon

 Sari Matua

 Saur Matua

 Saur Matua Mauli Bulung

2. Tanaf Wakaf Bagi Umat Muslim

3. Gosip-Gosip Antar Tetangga

4. Pengucapan Kata Yang Merupakan Simbolik Agama

5. Pembagian Beras Miskin

5.2 Saran

Sebagai masyarakat Indonesia kita harus ikut menjaga kerukunan antar umat beragama. Ini disebabkan karena kita tinggal di negara yang memiliki keankeragaman yang cukup banyak, maka dari itu kita tidak dapat hidup dengan satu kelompok yang sama melainkan kita juga perlu orang lain untuk menyempurnakan kehidupan kita. Tanpa kita sadari hidup berdampingan dalam perbedaan itu indah, karena kita dapat mengambil sisi positif dari mereka dan bisa kita terapkan dalam kehidupan yang akan datang. Untuk generasi-generasi muda harus berfikir lagi dalam melakukan sesuatu, jangan mudah terpecah belah atas isu-isu yang mengatas namakan agama.

100 Universitas Sumatera Utara Agar terciptanya kerja sama antar umat beragama dan berjalan baik maka hendaknya harus saling menghargai satu sama lain, menerapkan sikap toleransi beragama dan tidak saling membeda-bedakan. Apalagi kita sebagai warga

Indonesia yang memiliki banyak agama yang berbeda-beda, tidak saling menjelek-jelekkan agama orang lain. Karena itu dapat menimbulkan konflik dan kecemburuan.Untuk itu kita saling menjaga sikap masing-masing dengan kesadaran diri sendiri tanpa mengikuti ego sendiri.

Oleh karena itu peran pemerintah, tokoh agama serta keluarga sangat diharapkan untuk mendidik generasi muda untuk menanamkan sikap kesadaran diri sendiri dan saling menghargai dan menghormati serta bisa menerima perbedaan yang beragam dalam kehidupan sosial.Seperti pada masyarakat

Kelurahan Setia Negara peran pemerintah sangat penting dan selalu ada sosialisasi yang dilakukan untuk mengingatkan bahwa mereka hidup dalam perbedaan.

101 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agus, Bustanuddin. 2006. Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi Agama. : PT Raja Grafindo Persada

Abu Bakar, Dr. Bustami. Dalihan Na Tolu Pada Masyarakat Batak Toba di Medan. Banda Aceh :Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh

Fahrul Rizal, dkk. 2006. Humanika Materi IAD,IBD,ISD. Jakarta : Hijri Pustaka Utama

Gerungan, Dr. W.A. 2004. Psikologi Sosial. : PT Refika Aditama

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Martono Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta : Rajawali Pers

O’DEA, Thomas F. 1966. Sosiologi Agama : Suatu Pengenalan Awal. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Dengan Yayasan Solidaritas Gadjah Mada (YASOGAMA)

Soekanto Soerjono. 2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Pasal 29 ayat 2 tahun 1945 tentang kebebasan memeluk agama untuk beribadat dan kepercayaannya.

Yusuf Zainal Abidin dan Beni Ahmad Saebani.2014.Pengantar Sistem Sosial Budaya Di Indonesia.Bandung : CV Pustaka Setia.

102 Universitas Sumatera Utara

Jurnal/Artikel di Internet

Aliffiati. 2014. Interaksi Sosial Antarumat Beragama di Perumahan Bumi Dalung , Kuta Utara, Badung

Bernadetta. 2011. Makalah masyarakat, Interaksi, dan Perubahan sosial. Kompasiana.com

Budiarsih, Nurul. 2016. Sosiologi Kewarganegaraan (Analisis Kasus Tolikara)

Drsuprobo. 2013. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya (Horizontal dan Vertikal)

Gunawan, Rizky. 2013. Tempat Ibadah Yang di Bangun Berdampingan. Liputan6.com.

Kuswandoro,Wawan.2015.Teorifungsionalismestruktural.http://wkwk.lecture.ub.a c.id/2015/10/teori-fungsionalisme-struktural-parsons/

Khotimah. 2016. Interaksi Sosial Masyarakat Islam dan Kristen di Dusun IV Tarab Mulia Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar

Masduki. 2014. Filosofi Interaksi Sosial Lintas Agama : Wawasan Islam. Media.neliti.com

Mattulada, 1985. LATOA : Suatu Lukisan Analistis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, : Gadjah Mada University Press

Moleong, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Nilamsari, Natalina. 2014, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif.

Sukma, Prestia. 2015. Teori Struktural Fungsional Robert K Merton.

Tewuh, Fransisca. Metode Pengumpulan Data Observasi

Wafiq Alqurni Ischaq, Moch.2017. Pandangan Masyarakat dan Mahasiswa tentang Toleransi di Indonesia saat ini. Kompasiana.com

103 Universitas Sumatera Utara Skripsi

Ardiansyah. 2013. Kerukunan Umat Beragama Antara Masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Paccinongang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

Ginting Evani, Elopran. 2018, Keharmonisan Hubungan Umat Beragama di Berastagi.

Halikin. 2014. Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat (studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB)

Muhtadi, Saian. 2015, Interaksi Sosial Hindu dan Islam (studi kasus di Desa Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar).

Muhadi. 2013. Interaksi Sosial Antar Umat Muslim Dalam Keberagaman (studi kasus terhadap interaksi sosial masyarakat Desa Giri Asih, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta)

Nasution Akhyar, Abdullah. 2001, Interaksi Sosial AntarSuku-Bangsa (studi tentang pola hubungan di antara Suku-Bangsa Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Tionghoa di Pematangsiantar).

Rosidah, Imroatur. 2015, Konflik Sosial Dalam Masyarakat Desa (studi kasus di Dukuh Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali).

Sofina Yanti, Hijri. 2018, Kerukunan Antarumat Beragama (studi etnografi antara pemeluk agama Islam dan Hindu di lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu).

Salam Badru, Ubad. 2017, Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di Kecamatan SukmaJaya Depok (studi atas pandangan Tokoh Agama Islam dan Kristen).

Syaifudin, Imam. 2017. Interaksi Sosial Dalam Membangun Toleransi Antarumat Beragama di Dusun Dodol Desa Wonoagung Kecamatan Kasembon Kabupaten

Tarmizi. 2010. Pola Interaksi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik Masyarakat Agama (Studi kasus di Sorowajan)

Ula, Mas. 2018. Kerukunan Antar Umat Beragama (studi interaksi sosial umat Islam dan Kristen di Donokerto )

104 Universitas Sumatera Utara Lampiran Dokumentasi Penelitian

1. Foto-Foto Wawancara (Foto Bersama Informan)

Foto 20. Foto bersama Bapak Drs. H. B. Pandiangan,MM selaku Kepala Lingkungan di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Foto 21. Foto Bersama Bapak Hasoloan Margauli Tua Hutabarat selaku Tokoh Adat dan Bapak Rahmatsyah selaku Tokoh Agama Islam

Sumber : Dokumentasi Pribadi

105 Universitas Sumatera Utara Foto 22. Foto bersama Bapak Irfan SE, selaku Lurah di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Foto 23. Foto bersama Bapak Cenra Adiwin Poppy Napitupulu, SH selaku Sekretaris Lurah di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

106 Universitas Sumatera Utara 2. Foto Observasi

Foto 24. Pasar Pagi tempat utama melakukan pengamatan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Foto 25. Gapura lokasi Penelitian yang berada di Kelurahan Setia Negara

Sumber : Dokumentasi Pribadi

107 Universitas Sumatera Utara