perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ANALISIS USAHA INDUSTRI RENGGINANG SINGKONG
SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SRAGEN
Skripsi
Oleh:
SHARAYUSA DYAH PARMAWATI
H 1306036
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA commit to user 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ANALISIS USAHA INDUSTRI RENGGINANG SINGKONG
SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SRAGEN
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
SHARAYUSA DYAH PARMAWATI
H1306036
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA commit201 to1 user
i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ANALISIS USAHA INDUSTRI RENGGINANG SINGKONG
SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SRAGEN
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
SHARAYUSA DYAH PARMAWATI
H1306036
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua Anggota I Anggota II
Wiwit Rahayu, SP.MP Mei Tri Sundari, SP.MSi Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi NIP.19711109 199703 2 004 NIP.19780503 200501 2 002 NIP.19671012 199302 1 001
Surakarta, Januari 2011
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS
NIP.19551217 198203 1 003
commit to user
ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan pada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kabupaten
Sragen dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pi- hak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis. 3. Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis. 4. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Utama, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, tuntunan serta saran yang berharga
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Mei Tri Sundari, SP. MSi selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan, tuntunan serta saran yang
berharga sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi selaku Dosen Penguji Tamu, yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan arahan.
7. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta atas ilmu yang diberikan dan bantuannya selama masa
perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
commit to user
iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Badan Kesbangpol dan Linmas, Bappeda, Disperindagkop dan UMKM, BPS,
dan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin
pengambilan data.
9. Seluruh produsen rengginang singkong Kabupaten Sragen yang telah
menyediakan waktu dan berbagi infomasi mengenai usahanya.
10. Buat papa dan mama yang aku cintai, Om Kilal, Om Budin dan semua
keluarga besarku yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat. 11. Teman-teman terbaik yang aku miliki selama kuliah beserta keluarganya : Antik, Vitria, Ika, Hana, Dita, Nana dan semuanya terima kasih atas bantuan, semangat, dukungan, perhatian dan kebersamaannya selama ini. 12. Teman-teman Ekstensi Agrobisnis Angkatan 2005, angkatan 2006 dan angkatan 2007 terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. 13. Pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua. Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi lebih baiknya karya ilmiah ini. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
commit to user
iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...... i
HALAMAN PENGESAHAN ...... ii
KATA PENGANTAR ...... iii
DAFTAR ISI ...... v
DAFTAR TABEL ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR LAMPIRAN ...... xi RINGKASAN ...... xii SUMMARY...... xiii I. 1 ENDAHULUAN...... 1 A. 3 atar Belakang...... 4 B. 5 erumusan Masalah...... 6 C. 6 ujuan Penelitian...... 7
D. 7
egunaan Penelitian...... 10
II. 11
INJAUAN PUSTAKA...... 13
A. 13
enelitian Terdahulu...... 14
B. 14
andasan Teori...... 15
1. 16
ingkong /Ubi Kayu...... 16
2. 20
engginang Singkong...... 20 3. commit to user 20
v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ndustri Rumah Tangga...... 20
4. 23
iaya...... 23
5. 23
enerimaan...... 23
6. 24
euntungan...... 25 7. 25 rofitabilitas...... 25 8. 26 fisiensi Usaha...... 26 9. 26 isiko...... 26 C. 26 erangka Teori Pendekatan Masalah...... 26 D. 28 ipotesis...... 28 E. 31 sumsi...... 31
F. 31
embatasan Masalah...... 32
G. 32
efinisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel...... 32
III. 33
ETODE PENELITIAN...... 34
A. 35
etode Dasar Penelitian...... 36
B. 37
etode Pengumpulan Data...... 38
1. 38
etode Pengambilan Daerah Penelitian...... 39 2. commit to user
vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
etode Pengambilan Responden...... 41
C. 41
enis dan Sumber Data...... 41
1. 42
ata Primer...... 43
2.
ata Sekunder...... 44 D. 45 eknik Pengumpulan Data...... 46 1. 46 bservasi...... 48 2. 49 awancara...... 51 3. 52 encatatan...... 52 E. 56 etode Analisis Data...... 57 1. 58 iaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas...... 59
2. 60
nalisis Efisiensi Usaha......
3. 61
nalisis Risiko Usaha...... 62
IV. 62
EADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN...... 62
A.
eadaan Alam......
1.
okasi dan Batas Daerah Penelitian......
2.
eadaan Tanah dan Iklim...... B. commit to user
vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
eadaan Penduduk......
1.
ertumbuhan Penduduk......
2.
eadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin......
3.
eadaan Penduduk Menurut Umur...... 4. eadaan Penduduk Menurut Pendidikan...... 5. eadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian...... C. eadaan Perindustrian...... D. eadaan Pertanian...... 1. eadaan Sektor Pertanian...... 2. eadaan Usahatani Ubi Kayu......
V.
ASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......
A.
dentitas Responden Industri Rengginang Singkong......
1.
mur Responden......
2.
umlah Anggota Keluarga......
3.
endidikan Responden......
4. engalaman Respondencommit Dalamto user Usaha Pembuatan
viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rengginang Singkong......
5.
lasan Responden Dalam Mengusahakan......
6.
tatus Usaha......
B.
ahan Baku Usaha Industri Rengginang Singkong...... C. eralatan Usaha Industri Rengginang Singkong...... D. roses Produksi Pembuatan Rengginang Singkong...... E. emasaran Rengginang Singkong...... F. nalisis Usaha Industri Rengginang Singkong...... 1. nalisis Biaya...... 2. enerimaan......
3.
euntungan......
4.
rofitabilitas......
5.
fisiensi Usaha......
6.
isiko Usaha......
G.
ermasalahan Usaha Industri Rengginang Singkong Di
Kabupaten Sragen......
VI. ESIMPULAN DAN SARANcommit...... to user
ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A.
esimpulan......
B.
aran......
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTARcommit to TABEL user
x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nomor Judul Halaman
1 Jumlah Unit Usaha Agroindustri di Kabupaten Sragen
Tahun 2008...... 3
2 Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Ubi Kayu (Singkong)...... 9
3 Jumlah Unit Usaha Industri Rengginang Singkong di
Beberapa Desa di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009...... 24 4 Penentuan Jumlah Sampel Produsen Rengginang Singkong di Kabupaten Sragen...... 25 5 Perkembangan Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2004- 2008...... 33 6 Keadaan Penduduk Kabupaten Sragen Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008...... 33
7 Keadaan Penduduk Kabupaten Sragen Menurut Umur Tahun 2008...... 34 8 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sragen Tahun 2008...... 36
9 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sambirejo 2008...... 37 10 Jumlah Unit Usaha Sektor Industri Menurut jenis Industri dan Jumlah Unit Usaha di Kecamatan Sambirejo Tahun
2008...... 38
11 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten
Sragen dan Kecamatan Sambirejo Tahun 2008...... 39
12 Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Pada Tahun 2003- 2007 di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Sambirejo
Tahun 2008...... 40
13 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen...... 41
14 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen...... 42
15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan commit to user Pendidikan di Kecamatan Sambirejo Kabupaten
xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sragen...... 43
16 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha Industri Rengginang Singkong di
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen...... 44
17 Alasan Mengusahakan Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen...... 45
18 Status Usaha Industri Rengginang Singkong di
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen...... 46 19 Jenis, Pengadaan, Tempat Pembelian, Sistem Pengadaan, dan Cara Pembayaran...... 47 20 Rata - Rata Biaya Tetap Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 53 21 Rata-rata Biaya Variabel Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 55 22 Rata-rata Biaya Total Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 56 23 Rata-Rata Produksi dan Penerimaan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 57 24 Rata-rata Keuntungan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 57
25 Rata-rata Profitabilitas Usaha Industri Rengginang
Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 58
26 Efisiensi Usaha Industri Rengginang Singkong Skala
Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 59
27 Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di
Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010...... 60
DAFTAR GAMBAR commit to user
xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nomor Judul Halaman
1 Proses Pembuatan Rengginang Singkong...... 11
2 Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah
Tangga Di Kabupaten Sragen...... 19
3 Proses Produksi dalam Pembuatan Rengginang Singkong...... 51
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nomor Judul Halaman
1 Identitas Responden Usaha Rengginang Singkong di
Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 66
2 Biaya Penyusutan Usaha Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 67
3 Total Biaya Penyusutan di Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 71
4 Biaya Variabel Usaha Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 72 5 Biaya investasi Usaha Rengginang Singkong Bulan Juni 2010...... 74 6 Bunga Modal Investasi Usaha Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 77 7 Biaya Tenaga Kerja Usaha Rengginang Singkong Juni 2010...... 79 8 Biaya Bahan Baku Pembuatan Rengginang Singkong...... 80 9 Total Biaya Variabel Usaha Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 81 10 Biaya Tetap Usaha Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 82 11 Biaya Total Usaha Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo...... 83
12 Total Penerimaan Usaha Usaha Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 84
13 Analisis Usaha Industri Rengginang Singkong di
Kecamatan Sambirejo Juni 2010...... 86
14 Foto Penelitian...... 88
15 Kuisioner...... 91
16 Surat Keterangan Disperindagkop...... 100
17 Surat Rekomendasi Survey/Research...... 101 18 Peta Kabupaten Sragen...... 102
ANALISIS USAHA INDUSTRIcommit to RENGGINANG user SINGKONG
xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SRAGEN
SHARAYUSA DYAH PARMAWATI
H1306030
RINGKASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha industri rengginang singkong skala rumah tangga di Kabupaten Sragen. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian dilakukan di Desa Jambeyan dan Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo. Responden sebanyak 30 orang diambil dengan metode judgmental sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pencatatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen selama bulan Juni 2010 sebesar Rp 1.887.629,17. Penerimaan rata-rata yang diperoleh setiap produsen sebesar Rp 2.268.000,00 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 380.370,83. Usaha industri rengginang singkong skala rumah tangga di Kabupaten Sragen tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas 16,67%. Industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,20 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapat penerimaan sebesar 1,20 kali dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya nilai
koefisien variasi 1,07 dan nilai batas bawah keuntungan sebesar minus Rp 435.401,00. Hal ini dapat diartikan bahwa industri rengginang singkong
kemungkinan menanggung risiko sebesar Rp 435.401,00.
BUSINESS ANALYSIS ON HOUSEHOLD-SCALE OF
“RENGGINANG SINGKONG” IN SRAGEN REGENCY
commit to user
xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SHARAYUSA DYAH PARMAWATI H1306030
SUMMARY
The purpose of this research are to know the level of cost, revenue, profit, profitability, efficiency, and risk of household-scale rengginang singkong industry
in Sragen Regency. The basic method of this research is descriptive method. This research was done in Jambeyan and Sukorejo Village, Sambirejo districts, Sragen Regency. The number of respondents is 30 respondents are found and gathered by using the judgmental sampling method. The data used in this research are primary and secondary data. The data are collected through an observation, direct interview, and recording. The result of this research shows that total average cost spent by those industrialists in Sragen Regency during on Juni 2010 is Rp 1.887.629,17. The average revenue for each of them is Rp 2.268.000,00 and the profit is Rp 380.370,83. The household-scaled of rengginang singkong industry in Sragen Regency is profitable business of which profitability value is 16,77%. The running of rengginang singkong industry in Sragen Regency is efficient. It can be known by efficiency value (R/C ratio) 1,20. It’s means that every one rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 1,20 times from the spending cost. The level of coefficient variation (CV) value is 1,07 and the lowest profit value (L) is minus Rp 435.401,00. This may mean that the industry likely to bear the risk of rengginang singkong is Rp 435.401,00.
commit to user
xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan ekonomi di dalam pembangunan nasional jangka panjang
di Indonesia mempunyai sasaran utama mencapai keseimbangan antara sektor
pertanian dan industri. Keseimbangan tersebut dapat tercapai apabila ada
kerjasama antara kedua sektor tersebut. Adanya kerjasama yang baik antara sektor pertanian dan industri menciptakan suatu bentuk kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian yang merupakan bagian dari konsep agrobisnis. Konsep dari agrobisnis yang sebenarnya adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas, yaitu kegiatan usaha yang menunjang pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh sektor pertanian (Nopianto, 2009:1). Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani mampu menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan
dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia
banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara
tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan
jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya.
Melalui pengembangan agroindustri pangan di pedesaan yang
menggunakan bahan baku pangan lokal, diharapkan akan terjadi peningkatan
jumlah pangan dan jenis produk pangan yang tersedia di pasar lebih beragam,
yang pada gilirannya akan berdampak pada keanekaragaman produksi dan
konsumsi pangan. Selain itu, adanya pengembangan agroindustri pangan juga
dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta
berkembangnya perekonomian di pedesaan secara luas dan menghemat devisa
negara. Usaha pengembangan pertanian yang mengarah pada kegiatan commit to user
1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2
agroindustri yaitu pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan dan
salah satu produk pertanian yang dapat diolah adalah singkong (Said, 2008:1).
Singkong (Manihot utilissima) merupakan salah satu tanaman pangan
rakyat Indonesia dan memiliki kelebihan tertentu dibandingkan tanaman
pangan lainnya, yaitu harganya murah, mudah diusahakan, biaya produksi
rendah, mengandung banyak karbohidrat, dan tanaman ketela pohon tidak
begitu dipengaruhi musim. Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Tanaman singkong sangat mudah tumbuh dan banyak ditanam di pekarangan, tanggul, ataupun sawah (Anonim, 2010:1). Dalam dasawarsa ini berbagai pihak instansi baik pemerintah maupun swasta telah melakukan inovasi pengolahan singkong sehingga akan dapat memperoleh nilai tambah komoditas tersebut dengan berbagai jenis panganan olahan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah serta industri kecil yang mengolah singkong menjadi rengginang (Priwit, 2009:1). Situasi sekarang ini, industri berskala kecil seperti industri rumah tangga yang berbasiskan bahan baku sumber daya alam lokal mampu bertahan
dan berkembang meskipun kurang mendapat perhatian karena dipandang
kurang memberikan keuntungan. Oleh karena itu, pembangunan industri
rumah tangga yang mengolah produksi pertanian sangatlah penting untuk
mendapatkan perhatian yang lebih besar. Walaupun industri rumah tangga
sebagian besar menggunakan peralatan yang sederhana, tetapi industri rumah
tangga ini mampu untuk bersaing dengan industri yang mempunyai skala lebih
besar. Industri rumah tangga dapat menghasilkan berbagai macam produk
dengan keunikan dan kekhasan tertentu yang menjadi nilai lebih produk untuk
membuatnya memiliki daya saing lebih di pasar.
Salah satu industri pengolahan pangan yang berbahan baku singkong di
Kabupaten Sragen adalah industri rengginang singkong. Rengginang singkong
yang dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten Sragen adalah rengginang yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3
terbuat dari singkong sebagai bahan baku utamanya. Adapun jumlah unit
usaha agroindustri yang ada di Kabupaten Sragen sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Di Kabupaten Sragen Tahun 2008
No Jenis Agroindustri Jumlah Unit Usaha 1. Makanan dari singkong 527
2. Krupuk ketan/beras 260 3. Makanan dari kacang kedelai 200 4. Roti 40 5. Mie 8 6. Tahu 163 7. Tempe 711 8. Tempe keripik 70 9. Tepung beras 13 10. Keripik pisang 36 11. Emping melinjo 190 12. Geplak jahe 50 13. Emping garut 153 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa usaha pembuatan makanan dari singkong menempati urutan kedua setelah usaha pembuatan tempe di Kabupaten Sragen. Rengginang singkong merupakan salah satu jenis usaha pengolahan makanan dari singkong. Usaha pembuatan rengginang singkong di Kabupaten Sragen ada 75 unit usaha yang berpusat di Kecamatan
Sambirejo (Tabel 3). Ditengah berkembangnya berbagai jenis makanan
olahan, ternyata rengginang singkong di Kabupaten Sragen masih tetap
bertahan. Kenyataan inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai usaha rengginang singkong di Kabupaten Sragen terutama
mengenai besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi dan risiko dari
usaha rengginang singkong tersebut.
B. Perumusan masalah
Salah satu agroindustri yang ada di Kabupaten Sragen adalah industri
rumah tangga rengginang singkong, yaitu industri pengolahan makanan
dengan berbahan dasar ubi kayu yang sudah dilakukan dalam waktu lebih dari
10 tahun di Kabupaten Sragen. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4
Rengginang singkong merupakan produk makanan berbahan baku
singkong yang cukup dikenal masyarakat tetapi masih diusahakan dalam skala
rumah tangga. Produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen dalam
menjalankan usahanya menghadapi beberapa masalah antara lain permodalan.
Hal ini merupakan masalah utama yang dihadapi produsen rengginang
singkong. Selain itu, persaingan antar produsen rengginang singkong dalam
pemasaran, karena sebagian besar produsen memasarkan rengginang singkong di Kabupaten Sragen. Serta pengeringan yang mengandalkan sinar matahari pada saat musim hujan sehingga proses penjemuran membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya yang menyebabkan para produsen rengginang singkong tersebut tidak dapat berproduksi secara optimal. Dengan adanya masalah tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidup usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen. Berdasarkan masalah di atas, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas usaha industri rengginang singkong skala rumah tangga di Kabupaten Sragen? 2. Berapa besarnya efisiensi usaha industri rengginang singkong skala rumah
tangga di Kabupaten Sragen?
3. Berapa besarnya risiko usaha industri rengginang singkong skala rumah
tangga di Kabupaten Sragen?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas
usaha industri rengginang singkong skala rumah tangga di Kabupaten
Sragen.
2. Mengetahui besarnya efisiensi usaha industri rengginang singkong skala
rumah tangga di Kabupaten Sragen.
3. Mengetahui besarnya risiko usaha industri rengginang singkong skala
rumah tangga di Kabupaten Sragen.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang keadaan industri rengginang singkong di Kabupaten
Sragen serta merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan, serta evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama dalam pengembangan industri rumah tangga rengginang singkong di Kabupaten Sragen.
3. Bagi Pelaku Usaha, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dalam peningkatan usaha dan mampu memberikan pendapatan yang lebih baik.
4. Bagi Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan sebagai bahan pustaka/referensi untuk penyusunan penelitian selanjutnya.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Salah satu strategi untuk meningkatkan nilai tambah dari produk
pertanian adalah dengan mengolah terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Usaha
pengolahan produk pertanian sering disebut dengan agroindustri. Dengan adanya industri pengolahan produk pertanian, diharapkan akan semakin dapat meningkatkan nilai jual produk tersebut, yang secara langsung akan berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha agroindustri pada khususnya dan petani pada umumnya. Menurut penelitian Suhesti (2007:94) dengan judul Analisis Usaha Industri Geplak di Kabupaten Bantul, diketahui bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen selama satu bulan sebesar RP 13.698.084,85, dan penerimaan rata-rata yang diperoleh produsen sebesar Rp 15.811.792,86, sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen selama satu bulan sebesar RP 2.113.708,01. Sedangkan nilai profitabilitas dari usaha industri geplak sebesar 15,43%, dan nilai efisiensinya sebesar 1,15, artinya setiap satu unit rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan 1,15 kali
dari biaya yang dikeluarkan.
Menurut penelitian Widianti (2010:61) yang berjudul Analisis Usaha
Industri Krupuk Pathilo Skala Rumah Tangga di Kabupaten Wonogiri
menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan dalam satu kali
produksi sebesar Rp 2.427.208,75. Penerimaan yang diperoleh dalam satu kali
produksi sebesar Rp 3.822.414,79 sehingga diperoleh keuntungan sebesar
Rp 1.395.205,04 dengan profitabilitas sebesar 29,3%. Koefisien variasi dari
usaha ini sebesar 0,25 dengan batas bawah keuntungan sebesar Rp671.569,90.
Usaha industri krupuk pathilo skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri ini
sudah efisien, terbukti dari nilai R/C-nya sebesar 1,57.
Selain itu, menurut penelitian Candrawati (2005:67) yang berjudul
Analisis Usaha Industri Intip di Kota Surakarta menunjukkan bahwa biaya commit to user total rata-rata yang dikeluarkan dalam satu kali produksi sebesar
6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7
Rp11.306.025,00. Penerimaan yang diperoleh dalam satu kali produksi
sebesar Rp 14.616.452,00, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp
3.310.025,00 dengan profitabilitas sebesar 29,3%. Koefisien variasi dari usaha
ini sebesar 0,652 dengan batas bawah keuntungan sebesar minus Rp
1.004.615,00. Besarnya risiko yang mungkin terjadi Rp 2.157.521,00.
Walaupun nilai risiko dari usaha ini cukup besar, namun usaha industri intip di
Kota Surakarta ini sudah efisien, terbukti dari nilai R/C-nya sebesar 1,293. Berdasarkan hasil penelitian ketiga peneliti tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha industri geplak, usaha industri krupuk pathilo dan usaha industri intip dapat memberikan keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Ketiga usaha yang dijalankan tersebut efisien, meskipun memiliki kemungkinan risiko usaha yang cukup besar. Berpijak dari hasil tersebut peneliti mencoba untuk menerapkan konsep penelitian dari ketiga peneliti tersebut pada industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen.
B. Landasan Teori 1. Singkong atau Ubi Kayu Ubi kayu (Manihot utilissima), termasuk dalam kelurga
Euphorbiaceae, batangnya berkayu, beruas dan berbuku, panjangnya
kadang-kadang sampai 3 meter. Warna batangnya bermacam-macam yang
ditentukan oleh warna kulit luar, kulit dalam, adanya penyusunan selaput
gabus pada batang. Pada waktu masih muda warna batangnya biasanya
hijau, setelah tua warnanya ada yang keputih-putihan, kelabu, hijau
kelabu, dan ada yang coklat kelabu. Empulur batang warnanya putih,
lunak, dan kenampakannya serupa gabus. Umbinya dikenal luas sebagai
makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Daun
ubi kayu mempunyai susunan berurat tangan terbagi dengan jumlah anak
daun lima sampai sembilan, serta tangkai daun agak panjang
(Anonim, 2010:1).
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
Di Indonesia, tanaman ubi kayu tumbuh dan berproduksi di dataran
rendah sampai dataran tinggi, yakni antara 10 − 1.500 m dpl. Daerah yang
paling ideal (baik) untuk mendapatkan produksi yang optimal adalah
daerah dataran rendah yang berketinggian antara 10 − 700 m dpl. Makin
tinggi daerah penanaman dari permukaan laut, akan makin lambat
pertumbuhan tanaman ubi kayu sehingga umur panennya makin lama
(panjang) (Rukmana, 1997:36). Berdasarkan deskripsi varietas ubi kayu, maka penggolongan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Jenis ubi kayu manis, yaitu jenis ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung. Contoh varietasnya antara lain : gading, adira 1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting, dan kaliki. 2. Jenis ubi kayu pahit, yaitu jenis ubi kayu untuk diolah atau prosesing. Contoh varietasnya antara lain : bogor, SPP, dan adira 2. (Rukmana, 1997:35) Hal penting yang harus diperhatikan dalam menghidangkan aneka macam makanan dari ubi kayu adalah memilih jenis atau varietas ubi kayu yang berkadar asam sianida (HCN) rendah. Aneka makanan yang dibuat
dari ubi kayu, selain mensuplai energi (kalori) cukup tinggi, kandungan
gizinya juga berguna bagi kesehatan tubuh. Ubi kayu mengandung gizi
(nutrisi) cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Adapun kandungan gizi
ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9
Tabel 2. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Ubi Kayu (Singkong)
No Kandungan Gizi Komposisi 1. Kalori 146 Kal
2. Air 62,50 g 3. Karbohidrat 34,70 g 4. Protein 1,20 g
5. Lemak 0,30 g 6. Kalsium 0,03 g 7. Zat Besi 0,90 g 8. Vitamin A/B/C 0,09 g 9. Niacin 0,70 mg 10. Thiamin 0,80 mg 11. Riboflavin 0,03 mg Sumber : Damardjati dkk (1994:16) Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dalam tiap 100 gram ubi kayu mengandung 146 kal Kalori, 62,50 g Air, 34,70 g Karbohidrat, 1,20 g Protein, 0,30 g Lemak, 0,03 g Kalsium, 0,90 g Zat Besi, 0,09 g Vitamin A/B/C, 0,70 mg Niacin, 0,80 mg Thiamin, 0,03 mg Riboflavin. Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat pengganti beras karena memiliki kandungan gizi yang mendekati beras. Pola konsumsi ubi kayu di beberapa negara bervariasi, tergantung masing-masing daerah atau negara. Ada yang digunakan untuk konsumsi langsung dan ada juga yang
digunakan untuk bahan baku industri pangan. Di Indonesia 55% dari total
produksi ubi kayu nasional dikonsumsi sebagai bahan pangan dalam
berbagai bentuk produk. Bahan pangan dari ubi kayu dalam bentuk segar
memiliki kandungan kalori dan protein yang rendah.
Tanaman ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan salah satu hasil
komoditas pertanian di Indonesia yang biasanya dipakai sebagai bahan
makanan. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka ubi kayu ini
bukan hanya dipakai sebagai bahan makanan saja tetapi juga dipakai
sebagai bahan baku industri. Selain itu ubi kayu juga dapat dijadikan
sebagai bahan makanan pengganti, misalnya saja rengginang singkong.
Pembuatan rengginang singkong ini merupakan salah satu cara pengolahan
ubi kayu untuk menghasilkan suatu produk yang relatif awet dengan tujuan untuk menambah jeniscommit produk to user yang dihasilkan (Prasasto, 2007:66). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10
2. Rengginang Singkong
Rengginang singkong merupakan makanan ringan yang
menyerupai rengginang beras ketan yang terbuat dari ubi kayu yang
berbentuk persegi panjang, warnanya putih, dan setelah digoreng rasanya
gurih dan renyah. Adapun bahan-bahan yang diperlukan dan cara
pembuatan rengginang singkong adalah sebagai berikut :
a. Bahan :
1. 500 gr singkong, parut, peras dan buang airnya 100 ml.
2. 3/4 sdt garam
3. 1/4 sdt penyedap rasa
4. 50 gr tepung sagu
5. 100 ml air
6. Minyak goreng Bumbu halus : 1. 5 butir bawang merah
2. 3 siung bawang putih 3. 2 sdt ketumbar
4. 2 ½ sdt terasi goreng
b. Cara Membuat :
1. Singkong dikupas dan dicuci bersih.
2. Singkong diparut, kemudian parutan singkong dicuci bersih.
3. Ampas parutan singkong dihancurkan, ditambahkan bumbu
(campur singkong, garam, penyedap rasa, tepung sagu dan
air), aduk rata, kemudian dibuat butiran-butiran kemudian dicetak.
4. Dikukus selama 10 menit hingga matang, kemudian didinginkan
dan dijemur hingga kering.
5. Rengginang singkong kering dan dikemas.
(Anonim, 2009:1). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id11
Ubi kayu
Dikupas, dicuci bersih
Diparut, diperas
Ampas dihancurkan, dicampur bumbu
Dikukus, didinginkan, dan dijemur
Dikemas
Gambar 1. Proses pembuatan rengginang singkong
3. Industri Rumah Tangga Menurut BPS (1998:196), usaha industri adalah suatu unit usaha
yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau
jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai
catatan administrasi mengenai produksi dan struktur biaya serta ada
seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Industri
pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya atau sifatnya menjadi
lebih dekat kepada pemakai akhir. Dalam industri pengolahan terdapat tiga
kegiatan utama yaitu : 1) kegiatan pengadaan bahan baku, 2) kegiatan
pengolahan produk primer dan 3) kegiatan pemasaran. Pembahasan
mengenai industri tidak terlepas dari ketiga di atas karena kegiatan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id12
tersebut merupakan suatu sistem yang apabila terjadi kegagalan di satu
bidang kegiatan maka akan mempengaruhi seluruh kegiatan lainnya.
Menurut Aristanto (1996:82), sektor industri di Indonesia dibagi
menjadi empat kelompok yaitu :
a. Industri besar yaitu industri yang proses produksinya secara
keseluruhan sudah menggunakan mesin dengan tenaga kerja lebih dari
100 orang. b. Industri sedang yaitu industri yang proses produksinya menggunakan mesin sebagian dan tenaga kerja yang digunakan berkisar 20-99 orang. c. Industri kecil yaitu industri yang umumnya memakai sistem pekerja upahan dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang. d. Industri rumah tangga yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 5 orang dan terdapat di pedesaan. Perkembangan industri tentunya tidak saja ditujukan kepada industri-industri besar dan sedang, tetapi perhatian yang sepadan harus pula diarahkan kepada industri-industri kecil dan rumah tangga. Sebab pada kenyataannnya, industri jenis ini masih sangat diperlukan sampai waktu tidak tertentu untuk memberikan kesempatan kerja sekaligus
pemerataan pendapatan (Todaro, 1994:71).
Menurut Suratiyah (1991:58), industri kecil dan rumah tangga
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ekonomi, yaitu :
1. Menciptakan peluang kerja dan pembiayaan yang relatif murah.
2. Mengambil peranan dalam peningkatan mobilitas tabungan domestik.
3. Mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan
sedang karena dapat menghasilkan barang murah dan sederhana.
4. Dapat menyebabkan barang-barang sampai ke tangan konsumen
dengan harga murah karena letak industri kecil dan rumah tangga
menyebar dan dekat dengan konsumen.
Kegiatan industri kecil lebih-lebih rumah tangga yang jumlahnya
sangat banyak di Indonesia memiliki kaitan yang dekat dengan mata pencaharian pertanian di daerahcommit pedesaan, to user serta tersebar di seluruh tanah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id13
air. Kegiatan ini umunya merupakan pekerjaan sekunder para petani dan
penduduk desa yang memiliki arti sebagai sumber penghasil tambahan dan
musiman (Rahardjo, 1986:44).
4. Biaya
Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan,
yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu
produk (Prasetya, 1995:7). Biaya dalam proses produksi berdasarkan jangka waktunya dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pendek berkaitan dengan penggunaan faktor produksi tidak lama, jumlah masukan (input) faktor produksi tidak sama, dapat berubah-ubah. Namun demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan adanya biaya tetap dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi adalah biaya variabel (Lipsey et al., 1990:110). Dilihat dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, maka biaya produksi dibagi menjadi : a. Biaya tetap total (TFC) adalah jumlah biaya-biaya yang tetap dibayar produsen berapapun tingkat outputnya. Jumlah biaya tetap total adalah
tetap untuk setiap output. Misalnya : penyusutan alat dan sewa gedung.
b. Biaya variabel total adalah jumlah biaya-biaya yang berubah menurut
tinggi rendahnya output yang diproduksi. Misalnya : biaya bahan
mentah, upah, dan biaya angkutan.
c. Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.
Secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
(Boediono, 2002:81)
5. Penerimaan
Menurut Boediono (1985:34), yang dimaksud dengan penerimaan
adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya. Untuk
mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil produksi dikalikan dengan harga jualcommit output. to Secara user matematis dapat dirumuskan : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id14
TR = Q x P
Keterangan :
TR = penerimaan total (Rp)
Q = jumlah output/produk yang dihasilkan (Unit)
P = harga jual (Rp)
6. Keuntungan
Keuntungan adalah tujuan utama dalam pembukuan usaha. Semakin besar keuntungan yang diterima, maka semakin layak pembukuan usaha. Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi, dapat diketahui pada jumlah berapa perusahaan mendapat kerugian. Informasi ini dapat digunakan sebagai indikator dalam pengendalian produksi (Soetrisno, 2003:9). Menurut Suparmoko (1992:171), keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara matematis dapat dirumuskan : p = TR – TC Keterangan : p = keuntungan (Rp)
TR = penerimaan total (Rp)
TC = biaya total (Rp)
7. Profitabilitas
Menurut Riyanto (2001:37), profitabilitas dimaksudkan untuk
mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha
dalam hubungannya dengan penerimaan. Profitabilitas merupakan salah
satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata
lain, profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari
penjualan dengan penerimaan total yang dinyatakan dengan prosentase.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id15
p Profitabilitas = x100% TR
Keterangan :
p = keuntungan (Rp)
TR = penerimaan total (Rp)
8. Efisiensi
Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan (Rahardi, 1999:60). Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Return Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara metematis sebagai berikut:
Efisiensi usaha = R C
Keterangan :
R = penerimaan
C = biaya total
Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:
R/C > 1 berarti usaha rengginang singkong yang dijalankan sudah efisien
R/C = 1 berarti usaha rengginang singkong belum efisien atau usaha
mencapai titik impas
R/C < 1 berarti usaha rengginang singkong yang dijalankan tidak efisien
(Soekartawi, 1995:14).
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id16
9. Risiko
Terdapat dua macam risiko yang dikenal dalam perusahaan
pertanian seperti halnya dalam perusahaan-perusahaan lainya yaitu risiko
perusahaan dan risiko keuangan. Risiko perusahaan berhubungan dengan
macam-macam tingkat keuntungan yang diterima akibat dari bermacam-
macam kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan agrobisnis.
Risiko keuangan adalah risiko menderita kerugian yang lebih besar akibat bertambahnya pemakaian modal pinjaman atau karena bertambah besarnya rasio pemakaian modal pinjaman dan modal milik pribadi. Risiko perusahaan disebabkan oleh sekurang-kurangnya lima sebab utama yaitu : a. Ketidakpastian produksi b. Tingkat harga c. Perkembangan teknologi d. Tindakan-tindakan perusahaan dan organisasi atau pihak lain e. Sakit, kecelakaan dan kematian (Kadarsan, 1992:154). Untuk menghitung besarnya risiko usaha adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.
Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku usaha
tersebut dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh. Batas bawah
keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal terendah yang mungkin
diterima oleh pengusaha. Apabila L ≥ 0 maka pengusaha tidak akan
mengalami kerugian, sebaliknya jika nilai L ≤ 0 maka dapat disimpulkan
bahwa dalam proses produksi terdapat peluang kerugian yang akan
diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993:15).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen merupakan industri
yang mengolah singkong menjadi rengginang singkong. Dari usaha tersebut
akan dikaji mengenai biaya, penerimaan, keuntungan, efisien, profitabilitas,
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id17
dan risiko industri rengginang singkong skala rumah tangga di Kabupaten
Sragen.
Pengambilan suatu keputusan oleh pengusaha selalu memanfaatkan
analisis biaya. Biaya itu sendiri merupakan nilai korbanan yang dicurahkan
dalam proses produksi. Menurut Samryn (2001:12) biaya dapat
diklasifikasikan berdasarkan perilaku biaya, dimana biaya tersebut dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi perubahan tingkat aktivitas dalam suatu kisaran relevan (relevan range) tertentu. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha industri rengginang singkong ini terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya penyusutan peralatan yang dihitung dengan metode garis lurus dan bunga modal investasi. Sedangkan pengertian biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas. Dalam industri rengginang singkong ini yang termasuk dalam biaya variabel antara lain : biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya kemasan, dan biaya label. Biaya total (TC) merupakan penjumlahan dari biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC).
Proses produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang atau jasa
yang disebut input diubah menjadi barang lain atau output. Pengertian dari
industri pengolahan rengginang singkong ini adalah kegiatan pengolahan
singkong menjadi rengginang singkong yang dilakukan secara sengaja.
Menurut Arsyad (1991:17) dalam suatu proses produksi akan diperoleh
penerimaan yaitu perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual
produk.
Keuntungan yaitu selisih antara penerimaan total dengan biaya total
yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Kemampuan usaha
industri untuk menghasilkan keuntungan dapat diukur dengan rasio
profitabilitas, yaitu perbandingan antara keuntungan dengan penerimaan total
yang dinyatakan dalam persen. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18
Efisiensi merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya
yang dikeluarkan. Dimana pada saat R/C > 1 berarti efisien, R/C = 1 berarti
usaha tersebut dalam kondisi break event point, dan R/C < 1 berarti usaha
tersebut tidak efisien. Untuk itu tujuan setiap produsen adalah menekan biaya
serendah mungkin dengan menggunakan kombinasi usaha pada usaha
pembuatan rengginang singkong.
Risiko merupakan konsekuensi yang harus ditanggung produsen rengginang singkong saat mengambil keputusan. Kerugian atau keuntungan yang terjadi sebagai akibat dipilihnya suatu alternatif dalam berusaha pasti mempunyai risiko. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku (standart deviation). Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung produsen dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh produsen semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan
(L) menunjukkan nilai normal yang terendah yang mungkin diterima oleh
produsen. Apabila nilai ( L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka
produsen tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai L kurang dari
nol maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang
kerugian yang akan diderita produsen.
Hubungan antara nilai batas bawah, keuntungan dengan koefisien
variasi (CV) adalah apabila nilai CV > 0,5 atau nilai L < 0, maka produsen
akan terhindar dari kerugian. Sebaliknya apabila nilai CV < 0,5 atau nilai L ≥
0, maka akan ada peluang kerugian yang diderita oleh produsen.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19
Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat
pada bagan berikut ini :
Masukan Proses Produksi Keluaran (Singkong) Rengginang Singkong (Rengginang Singkong)
Biaya tetap : Biaya variabel : · Biaya tenaga kerja · Biaya bahan baku
· Biaya penyusutan alat · Biaya bahan penolong · Bunga modal investasi · Biaya kemasan · Biaya label
Penerimaan Biaya total
Analisis usaha : · Keuntungan
· Profitabilitas
· Efisiensi · Risiko
Gambar 2. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga Di
Kabupaten Sragen
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20
D. Hipotesis
1. Diduga industri rengginang singkong yang diusahakan menguntungkan.
2. Diduga industri rengginang singkong yang diusahakan efisien.
E. Asumsi
1. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam kegiatan memproduksi rengginang singkong, diasumsikan menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar. 2. Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan biaya tetap karena mempunyai fungsi ganda.
F. Pembatasan Masalah 1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasarkan pada biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen. 2. Usaha rengginang singkong merupakan kegiatan yang memproduksi rengginang singkong mentah di Kabupaten Sragen yang sampai periode penelitian masih berproduksi. 3. Penelitian ini dibatasi pada industri rumah tangga yang mengusahakan
pembuatan rengginang singkong dengan menggunakan tenaga kerja 1-4
orang di Kabupaten Sragen.
4. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periode satu bulan yaitu
pada bulan Juni 2010.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Rengginang singkong merupakan makanan ringan yang terbuat dari ubi
kayu yang berbentuk persegi panjang, berwarna putih dan merah, dan
rasanya asin.
2. Analisis usaha adalah penyidikan terhadap kelangsungan suatu usaha
dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi : biaya, penerimaan,
keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan besarnya risiko usaha.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21
3. Industri rengginang singkong adalah kegiatan pengolahan singkong
menjadi rengginang singkong.
4. Responden adalah produsen rengginang singkong yang mengolah sendiri
mulai dari singkong sampai menjadi rengginang singkong dan berdomisili
di Kabupaten Sragen.
5. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha pembuatan
rengginang singkong, baik yang benar-benar dikeluarkan atau tidak, yang terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel, yang dinyatakan dengan satuan rupiah. 6. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas output yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya tetap adalah : a. Biaya tenaga kerja b. Biaya penyusutan peralatan yang dihitung dengan metode garis lurus dalam satuan rupiah. nilai awal - nilai akhir Penyusutan = umur ekonomi c. Bunga modal investasi, yaitu perkalian antara suku bunga kredit riil pada bulan penelitian dengan investasi awal yang dinyatakan dalam
satuan rupiah.
Bunga modal investasi = suku bunga kredit riil pada bulan penelitian x
investasi awal
7. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang
dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya variabel adalah biaya bahan baku,
biaya bahan pembantu, biaya bahan bakar, biaya bahan kemasan, dan
biaya label yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
8. Penerimaan adalah jumlah rengginang singkong yang diproduksi dikalikan
harga jual rengginang singkong yang dinyatakan dalam rupiah.
9. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam rupiah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22
10. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dengan penerimaan
total, dinyatakan dalam persen.
11. Efisiensi adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan.
12. Risiko adalah terjadinya kondisi merugi yang dihadapi oleh produsen yang
ditunjukkan dari nilai koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif mempunyai ciri bahwa metode ini
memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Surakhmad, 1994:140). Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survey, yaitu pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan berbentuk kuisioner (Surakhmad, 1994:140).
B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Pengambilan Daerah Penelitian Pengambilan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di Kecamatan Sambirejo. Menurut Disperindagkop, Kecamatan Sambirejo merupakan satu-satunya kecamatan yang memiliki daerah
industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen. Data mengenai jumlah
unit usaha dan jumlah produksi rengginang singkong setiap desa yang
terdapat di Kecamatan Sambirejo dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3. Jumlah Unit Usaha Industri Rengginang Singkong di Beberapa
Desa di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009
No Desa Jumlah Unit Usaha 1. Jambeyan 42 2. Sukorejo 31
3. Sambirejo 2
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sragen Tahun 2009
commit2 3to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24
Dari ketiga desa tersebut diambil sampel desa secara purposive
(sengaja) dengan kriteria yang terbanyak mengusahakan rengginang
singkong. Berdasarkan kriteria tersebut dapat diketahui bahwa Desa
Jambeyan dan Desa Sukorejo mempunyai jumlah unit usaha rengginang
singkong yang terbanyak, sehingga dua desa tersebut terpilih sebagai desa
sampel.
2. Metode Pengambilan Responden Populasi penelitian ini adalah produsen yang mengusahakan rengginang singkong skala rumah tangga di Desa Jambeyan dan Desa Sukorejo. Sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 30 produsen rengginang singkong, karena menurut Singarimbun dan Effendi (1995:155), bahwa jumlah sampel yang akan dianalisis harus mengikuti distribusi normal yaitu sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Penentuan jumlah sampel tiap desa dilakukan secara proporsional menggunakan rumus :
Nk Ni = x n N
Keterangan :
Ni : Jumlah sampel produsen rengginang singkong pada lokasi tepilih.
Nk : Jumlah populasi produsen rengginang singkong pada lokasi tepilih.
N : Jumlah populasi produsen rengginang singkong di Kecamatan
Sambirejo
n : Jumlah sampel produsen rengginang singkong yang dikehendaki
(30).
Dengan menggunakan rumus di atas maka sampel tiap desa yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25
Tabel 4. Penentuan Jumlah Sampel Produsen Rengginang Singkong di Kabupaten Sragen
No Desa Populasi Sampel
1. Jambeyan 42 17 2. Sukorejo 31 13 Jumlah 73 30
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten
Sragen Tahun 2009 Pengambilan sampel produsen rengginang singkong masing-masing desa dilakukan secara judgmental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian atau pertimbangan peneliti mengenai individu- individu dalam populasi yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel (Soeratno, 1988:120). Sampel yang dipilih adalah individu yang hanya memproduksi rengginang singkong dan yang sampai pada periode penelitian masih berproduksi.
C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh langsung dari produsen rengginang singkong dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Data primer
tersebut berupa karakteristik produsen rengginang singkong, biaya,
produksi, tenaga kerja, harga, kendala yang dihadapi produsen rengginang
singkong, dan data-data lain yang menunjang tujuan penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga
yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut berasal dari Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, BPS, Dinas Pertanian serta
instansi-instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder
tersebut berupa keadaan umum daerah penelitian, keadaan penduduk,
keadaan perekonomian, dan data-data lain yang menunjang tujuan
penelitian.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung dengan obyek yang akan diteliti
sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan
diteliti.
2. Metode Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara
secara luas dan mendalam dengan responden sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. 3. Metode Pencatatan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan data dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data 1. Analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas usaha a. Biaya Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel yang harus dikeluarkan dari usaha pembuatan rengginang singkong. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = biaya total dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp)
TFC = biaya tetap total dari usaha pembuatan rengginang singkong
(Rp)
TVC = biaya variabel total dari usaha pembuatan rengginang
singkong (Rp)
b. Penerimaan
Penerimaan total merupakan nilai uang dari jumlah rengginang
singkong yang terjual atau hasil perkalian antara jumlah rengginang
singkong yang terjual (Q) dan harga jual rengginang singkong (PQ).
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27
TR = Q x PQ
Keterangan :
TR = penerimaan total dari usaha pembuatan rengginang singkong
(Rp)
Q = jumlah rengginang singkong yang diproduksi dari usaha
pembuatan rengginang singkong (Kg)
PQ = harga jual rengginang singkong (Rp) c. Keuntungan Keuntungan usaha merupakan pengurangan penerimaan total dengan biaya total dari usaha pembuatan rengginang singkong. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
p = TR –TC
= Q . PQ – (FC + VC)
Keterangan : p = keuntungan usaha dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp) TR = penerimaan total dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp)
TC = biaya total dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp)
Q = jumlah rengginang singkong yang diproduksi dari usaha
pembuatan rengginang singkong (Kg)
PQ = harga jual rengginang singkong (Rp)
FC = biaya tetap dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp)
VC = biaya variabel dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp)
d. Profitabilitas
Nilai profitabilitas usaha pembuatan rengginang singkong
merupakan tingkat keuntungan usaha yang dinyatakan dalam persen.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28
p Profitabilitas = x100% TR
Keterangan :
p = keuntungan usaha dari usaha pembuatan rengginang singkong
(Rp)
TR = penerimaan total dari usaha pembuatan rengginang singkong
(Rp) 2. Analisis Efisiensi Usaha Besarnya efisiensi usaha pada usaha pembuatan rengginang singkong dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Efisiensi usaha = R C Keterangan : R = penerimaan total dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp) C = biaya total dari usaha pembuatan rengginang singkong (Rp) Dimana :
R > 1, berarti usaha pembuatan rengginang singkong sudah efisien C
R = 1, berarti usaha pembuatan rengginang singkong belum efisien C
atau baru mencapai kondisi impas (tidak untung atau rugi)
R < 1, berarti usaha pembuatan rengginang singkong tidak efisien C
3. Analisis Risiko Usaha
Untuk menghitung besarnya risiko usaha industri rengginang
singkong adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan
batas bawah keuntungan.
Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku
keuntungan usaha industri rengginang singkong dengan jumlah
keuntungan yang diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29
V CV = E
Keterangan :
CV = koefisien variasi usaha industri rengginang singkong
V = simpangan baku keuntungan usaha industri rengginang singkong
(Rp)
E = keuntungan rata-rata usaha industri rengginang singkong (Rp) Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keuntungan rata- rata usaha industri rengginang singkong dan simpangan bakunya, yang dirumuskan sebagai berikut :
n S Ei E = i=1 n Keterangan : E = keuntungan rata-rata usaha industri rengginang singkong (Rp)
Ei = keuntungan usaha industri rengginang singkong yang diterima produsen rengginang singkong (Rp) n = jumlah produsen rengginang singkong (orang) Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha industri rengginang singkong selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan
metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari
ragam, yaitu :
V = V 2
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30
n 2 å(E1 - E) V2 = i=1 (n -1)
Keterangan : 2 V = ragam
n = jumlah produsen rengginang singkong (orang)
E = keuntungan rata-rata usaha industri rengginang singkong (Rp)
Ei = keuntungan usaha industri rengginang singkong yang diterima produsen rengginang singkong (Rp)
Untuk mengetahui batas bawah keuntungan usaha industri rengginang singkong digunakan rumus : L = E – 2V Keterangan : L = batas bawah keuntungan usaha industri rengginang singkong (Rp) E = keuntungan rata-rata usaha industri rengginang singkong (Rp) V = simpangan baku keuntungan usaha industri rengginang singkong (Rp)
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko usaha industri
rengginang singkong yang harus ditanggung produsen semakin besar.
Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 dan L ≥ 0
menyatakan bahwa produsen industri rengginang singkong akan selalu
terhindar dari kerugian. Apabila nilai CV > 0,5 dan L < 0 berarti ada
peluang kerugian yang akan diderita oleh produsen industri rengginang
singkong.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Lokasi dan Batas Daerah Penelitian
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten yang berada paling timur
di Propinsi Jawa Tengah yang terletak antara 110045'_111010' bujur timur
dan 7015'-7030' lintang selatan dengan ketinggian rata-rata 109 mdpl. Kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah sebesar 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan, 208 desa/kelurahan. Adapun batas-batas wilayah kabupaten Sragen sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Propinsi Jawa Timur) Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali Kecamatan Sambirejo merupakan salah satu kecamatan yang ada diantara 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Sragen. Kecamatan Sambirejo terletak di sebelah selatan ibukota Kabupaten Sragen yang berjarak 12 km dari ibukota Kabupaten Sragen dan 45 km dari Kota Solo.
Luas wilayah Kecamatan Sambirejo adalah 4.842,51 ha yang terdiri dari :
tanah sawah 1.489,49 ha (30,76%) dan tanah kering 3.353,02 ha (69,24%).
Kecamatan Sambirejo terdiri dari 9 desa atau kelurahan dengan pusat
pemerintahan berada di Desa Sambirejo. Adapun Kecamatan Sambirejo
memiliki batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Gondang
Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Barat : Kecamatan Kedawung
Desa Jambeyan dan Desa Sukorejo merupakan desa yang terpilih
menjadi daerah sampel penelitian dari 9 desa yang ada di Kecamatan
Sambirejo Kabupaten Sragen. Desa Jambeyan memiliki wilayah dengan luas 7.60 km2 dan Desa Sukorejocommit memilikito user wilayah dengan luas 4.12 km2.
31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32
Keadaan wilayah Kecamatan Sambirejo yaitu terletak pada ketinggian
antara 191 mdpl. Wilayah selatan merupakan lereng Gunung Lawu,
wilayah tengah daerah berbukit dengan curah hujan 27,52 mm/th dan hari
hujan rata-rata 112 hr/th serta suhu rata-rata 18-27° C.
2. Keadaan Tanah dan Iklim
Kabupaten Sragen mempunyai topografi yang bervariasi baik dataran rendah hingga dataran sedang. Wilayah Kabupaten Sragen menjadi dua yaitu bagian utara dan bagian selatan. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Sragen. Sedangkan klasifikasi tanah yang ada di Kabupaten Sragen terdiri dari enam macam yaitu Grumosol, Latosol, Aluvial, Litosol, Mediteran dan Kompleks Mediteran. Iklim adalah keadaan rata-rata dari cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama yang sifatnya tetap. Kabupaten Sragen beriklim tropis dan bertemperatur sedang. Ditinjau dari keadaan curah hujan, maka Kabupaten Sragen termasuk daerah beriklim kering dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/th dan mempunyai hari hujan rata-rata dibawah 150 hari/th. Sedangkan untuk temperature terendah 24°C dan tertinggi 39°C.
B. Keadaan Penduduk
1. Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh jumlah
kelahiran, jumlah kematian dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sragen tahun 2004-2008 ditampilkan
pada tabel berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33
Tabel 5. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008
Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Persentase pertumbuhan (%)
2004 855.244 19,81 2005 858.266 19,88 2006 863.914 20,01
2007 867.572 20,10 2008 871.951 20,20 Rata-rata 4.316.947 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2009 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Sragen tahun 2004-2008 adalah 4.316.947 jiwa. Penduduk Kabupaten Sragen dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seperti yang terlihat pada tabel diatas.
2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dengan melihat komposisi penduduk menurut jenis kelamin maka dapat diketahui jumlah penduduk serta besarnya sex ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Keadaan penduduk Kabupaten Sragen menurut jenis kelamin ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 6. Keadaan Penduduk Kabupaten Sragen Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008
Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) Laki-laki 431.191 49,45
Perempuan 440.760 50,55 Jumlah 871.951 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Sragen
jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu 440.760 jiwa dari jumlah
penduduk laki-laki dimana perbedaan tersebut tidak terlalu jauh, terlihat
dari persentasenya yang hanya terpaut yaitu 1,1% dari keseluruhan
penduduk Kabupaten Sragen.
Angka sex ratio dapat dihitung besarnya dengan cara membagi
jumlah penduduk laki-lakicommit dengan to jumlah user penduduk perempuan. Besarnya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id34
sex ratio Kabupaten Sragen tahun 2008 adalah 97,83%, ini berarti bahwa
tiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Sragen terdapat 97 penduduk
laki-laki.
Keadaan penduduk menurut jenis kelamin ini mempengaruhi jumlah
tenaga kerja yang terserap dalam sektor industri, khususnya usaha
pembuatan rengginang singkong skala rumah tangga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja perempuan lebih banyak daripada tenaga kerja laki-laki.
3. Keadaan Penduduk Menurut Umur Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan angka beban tanggungan (dependency ratio). Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Sragen Menurut Umur Tahun 2008 Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 0 – 4 70.848 8,13 5 – 9 76.813 8,81 10 – 14 86.408 9,91 15 – 19 93.640 10,74 20 – 24 70.818 8,12 25 – 29 65.077 7,46 30 – 34 65.994 7,57
35 – 39 65.980 7,57 40 – 44 60.215 6,91
45 – 49 48.860 5,60 50 – 54 38.671 4,43
55 – 59 33.474 3,84 60 – 64 32.889 3,77 65 – 69 27.077 3,11
70 – 74 19.489 2,24 75 + 15.698 1,80 Jumlah 871.951 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2009
Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase terbesar penduduk
Kabupaten Sragen adalah penduduk pada umur produktif yaitu umur
antara 15-59 tahun sebesar 62,23 % dari total jumlah penduduk, sedangkan penduduk umur non produktifcommit sebesar to user 37,77 % dari total jumlah penduduk. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35
Berdasarkan data jumlah penduduk di atas dapat dihitung besarnya Angka
Beban Tanggungan (ABT) sebagai berikut :
Penduduk(0 -14Th) + Penduduk(³ 60Th) ABT = ´100% Penduduk(15 - 59Th) 234.069 jiwa + 95.153 jiwa = ´100% 542.729 jiwa
= 60,66%
Dari hasil perhitungan diketahui angka beban tanggungan penduduk di Kabupaten Sragen sebesar 60,66% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 60 penduduk umur non produktif. Keadaan penduduk menurut umur yang sebagian besar merupakan penduduk umur produktif memberikan gambaran mengenai ketenagakerjaan di sektor usaha industri rengginang singkong, bahwa semua tenaga kerjanya berada pada umur produktif. Hal ini sangat efektif karena pada usaha industri rengginang singkong tergantung pada faktor tenaga kerja. Usaha industri rengginang singkong mempunyai prospek pengembangan yang lebih luas apabila diusahakan oleh produsen yang termasuk dalam umur produktif karena pada umur tersebut produsen mampu menerima informasi dan teknologi baru serta mempunyai
kreatifitas untuk kemajuan usahanya.
4. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan masyarakat.
Apabila penduduk di suatu daerah telah menempuh pendidikan, terutama
pendidikan tinggi, maka potensi untuk pengembangan daerah tersebut
besar. Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh
kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta
ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk Kabupaten
Sragen menurut tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36
Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sragen Tahun 2008
Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak/belum sekolah 76.597 9,50 Belum tamat SD 111.474 13,83 Tidak tamat SD 105.820 13,13
Tamat SD 264.638 32,83 Tamat SLTP 135.123 16,76 Tamat SLTA 93.502 11,60 Tamat akademi/PT 18.940 2,35 Jumlah 806.094 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2009 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa pendidikan di Kecamatan Sambirejo paling banyak adalah tamat SD yaitu sebanyak 264.638 orang atau 32,83%. Kondisi pendidikan penduduk yang mayoritas hanya berpendidikan SD mempunyai pengaruh terhadap usaha skala rumah tangga. Hal tersebut akan berdampak pada pola pikir penduduk yang cenderung tidak mudah menerima perubahan ke arah yang lebih baik serta tidak adanya pengelolaan dalam keuangan seperti tidak merinci biaya yang telah dikeluarkan dalam mengusahakan usaha rumah tangga serta tidak merinci pendapatan dari mengelola usaha tersebut.
5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh
sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan
yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang
tersedia. Keadaan penduduk Kecamatan Sambirejo menurut mata
pencaharian yaitu :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37
Tabel 9. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sambirejo 2008
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Prosentase (%)
Pertanian 246.878 50,90 Pertambangan dan Galian 571 0,12 Industri 26.893 5,55
Listrik, Gas, dan Air 332 0,07 Konstruksi 22.895 4,72 Perdagangan 65.190 13,44 Komunikasi 6.039 1,25 Keuangan 2.225 0,46 Jasa 113.922 3,49 Jumlah 484.945 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2009 Mata pencaharian penduduk suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui kesejahteraan penduduknya. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian penduduk di Kecamatan Sambirejo sebagian besar bekerja di sektor pertanian yaitu sebanyak 50,9%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting bagi Kecamatan Sambirejo dalam hal penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena lahan dan iklim di Kecamatan Sambirejo cocok untuk berbagai macam tanaman pangan seperti tanaman
padi, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau.
Industri berada pada urutan keempat dengan prosentase 5,55% atau
sebesar 26.893 orang, yang mana diantara jumlah tersebut adalah
produsen rengginang singkong skala rumah tangga. Mata pencaharian
penduduk di Kecamatan Sambirejo cukup beragam. Hal ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Sragen merupakan wilayah yang potensial untuk
pengembangan usaha perekonomian bagi masyarakat.
C. Keadaan Perindustrian
Sektor industri di Kabupaten Sragen berdasarkan jumlah penyerapan
tenaga kerjanya terbagi menjadi :
a. Industri besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau
lebih. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38
b. Industri sedang yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara 20-99
orang.
c. Industri kecil yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang.
d. Industri rumah tangga yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara 1-4
orang.
Adapun jumlah unit usaha sektor industri pengolahan di Kecamatan
Sambirejo tahun 2008 bila diperinci berdasarkan jenis industri dan jumlah unit usaha adalah sebagai berikut : Tabel 10. Jumlah Unit Usaha Sektor Industri Menurut jenis Industri dan Jumlah Unit Usaha di Kecamatan Sambirejo Tahun 2008 Jenis Industri Jumlah Unit Usaha Tahu 29 Tempe 158 Mebel 144 Konveksi 22 Makanan olahan a. Trowolo 70 b. Keripik singkong 25 c. Rengginang singkong 75 d. lainnya 60 Emping melinjo 64 Anyaman bambu 122 Jumlah 769
Sumber : Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 10 di atas, sektor industri pengolahan di Kecamatan
Sambirejo sampai tahun 2008 ternyata masih dikuasai oleh sektor industri
rumah tangga makanan olahan yaitu sebanyak 230 unit usaha, yaitu 75 unit
rengginang singkong, 70 unit trowolo, 25 unit keripik singkong dan sebanyak
60 unit makanan olahan lainnya.
D. Keadaan Pertanian
1. Keadaan Sektor Pertanian
Kabupaten Sragen dan Kecamatan Sambirejo lahan pertaniannya
sebagian besar digunakan bagi lahan kering yaitu bangunan/pekarangan
sebesar 41,52% dan digunakan untuk tegalan atau kebun sebesar 7,43%, commit to user sehingga tanaman yang diusahakan seperti tanaman ubi kayu, padi sawah, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39
padi ladang jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Jumlah produksi
tanaman pangan di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Sambirejo dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Sragen
dan Kecamatan Sambirejo Tahun 2008
Kabupaten Sragen Kecamatan Sambirejo Luas Luas No Jenis Tanaman Panen Produksi Panen Produksi (ha) (kw) (ha) (kw) 1. Padi sawah 77.098 441.369 3.012 17.180 2. Padi gogo 3.106 10.061 - - 3. Jagung 11.533 67.017 85 485 4. Ubi kayu 3.818 46.734 535 6.745 5. Ubi jalar 5 50 - - 6. Kacang tanah 9.982 12.912 907 1.053 7. Kedelai 2.582 3.394 687 963 8. Kacang hijau 1.594 1.672 37 38 Jumlah 109.718 583.209 5.263 26.464 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, 2009 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa di Kecamatan Sambirejo memiliki beberapa komoditas pertanian. Padi sawah memiliki luas panen sebesar 3.012 ha atau produksinya sebanyak 17.180 kw. Di
Kecamatan Sambirejo tidak ditanami padi gogo dan ubi jalar karena
biasanya tegalan digunakan untuk menanam ubi kayu atau jagung.
Sedangkan untuk luas panen dari jagung adalah seluas 85 ha atau
produksinya sebanyak 485 kw.
2. Keadaan Usahatani Ubi Kayu
Kabupaten Sragen merupakan salah satu penghasil ubi kayu di Jawa
Tengah. Tanaman ubi kayu di Kabupaten Sragen akan semakin bertambah
sejalan dengan meningkatnya pengetahuan petani atau masyarakat akan
usaha yang memberi keuntungan lebih banyak. Luas panen dan produksi
ubi kayu di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Sambirejo dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40
Tabel 12. Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Pada Tahun 2003-2007 di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Sambirejo Tahun 2008
Kabupaten Sragen Kecamatan Sambirejo No Tahun Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha) (kw) (Ha) (kw) 1. 2004 5.388 84.713 560 8.785
2. 2005 4.589 78.011 560 8.960 3. 2006 5.530 95.301 515 7.679 4. 2007 4.880 65.633 515 7.679 5. 2008 3.818 46.734 536 8.040 Jumlah 24.205 370.392 2.726 41.143 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2009 Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa luas panen dan produksi ubi kayu di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Sambirejo selama kurun waktu 5 tahun mengalami fluktuasi. Berdasarkan tabel di Kecamatan Sambirejo dari tahun 2004 sampai tahun 2005 luas panennya sama tetapi produksinya berbeda. Pada tahun 2006 dan 2007 luas panennya sama dan produksinya sama pula, pada tahun 2008 luas panennya meningkat menjadi 536 ha dan produksinya adalah 8.040 kw. Hal ini disebabkan musim yang tidak menentu, curah hujan yang tinggi (ubi jelek dan kecil), bibit ubi kayu bukan bibit unggul, dan petani ubi kayu yang beralih menanam padi.
Dilihat dari tahun ke tahun selama jangka waktu lima tahun
Kabupaten Sragen dalam menghasilkan ubi kayu mengalami fluktuasi,
tetapi pada tahun 2008 luas panen dan produksinya meningkat jika
dibanding tahun 2007. Hal ini membuktikan bahwa petani yang mau
membudidayakan ubi kayu di Kabupaten Sragen meningkat diakibatkan
masyarakat mulai merasakan dampak dari usahatani ubi kayu yang sudah
memberikan keuntungan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden Industri Rengginang Singkong
Responden dalam penelitian ini adalah produsen usaha industri
rengginang singkong yang pada saat penelitian masih aktif berproduksi dan
berdomisili di Kabupaten Sragen. Identitas responden sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kegiatan produksi rengginang singkong. Identitas responden rengginang singkong yang diteliti antara lain : umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam produksi, lama mengusahakan, status usaha dan alasan usaha. 1. Umur Responden Usia produktif adalah usia penduduk antara 15-59 tahun dan usia non produktif antara 0-14 tahun serta lebih atau sama dengan 60 tahun. Usia sangat mempengaruhi dalam kegiatan usaha pembuatan rengginang singkong. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
Persentase No Kelompok Umur (Th) Jumlah Responden (%) 1. 0-14 0 0
2. 15-59 26 86,67 3. 4 13,33 ≥60 Jumlah 30 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 1)
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah responden
yaitu 30 orang yang terdiri dari 26 orang umur produktif dan 4 orang umur
non produktif. Produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen rata-
rata berumur 47 tahun. Pada usaha industri rengginang singkong ini umur
produsen tidak terlalu berpengaruhcommit to dalam user kegiatan produksi, karena semua
41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id42
kegiatan dalam proses produksi dapat dilakukan baik yang masih muda
ataupun orang tua. Lebih dibutuhkan dan diutamakan adalah kemampuan
fisik atau tenaga yang memadai dari produsen. Melihat rata-rata umur
produsen maka dapat digolongkan dalam usia produktif, dengan demikian
produsen lebih mudah menerima informasi dan inovasi baru serta lebih
cepat mengambil keputusan dalam menentukan teknologi yang diterapkan
dalam mengelola usahanya. Maka dengan usia produktif responden diharapkan mampu memenuhi selera pasar dan memanfaatkan peluang untuk meningkatkan keuntungan dari mengusahakan. 2. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi dalam usaha pembuatan rengginang singkong. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan menuntut produsen untuk mendapatkan uang yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Jumlah anggota keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
No Anggota Keluarga Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 2-4 18 60,00
2. 5-6 11 36,67 3. 7-8 1 3,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 1)
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (60%) mempunyai jumlah anggota keluarga 2-4 orang.
Berdasarkan data tersebut diketahui seluruh responden mempunyai
anggota keluarga lebih dari 2 orang. Jumlah rata-rata anggota keluarga
produsen rengginang singkong adalah 4 orang. Anggota keluarga yang
dimaksud disini adalah keluarga inti (terdiri dari ayah, ibu, dan anak) dan
rata-rata jumlah anggota commit keluarga to yang user terlibat dalam kegiatan produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id43
sebanyak 3 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga dengan jumlah
tenaga kerja yang aktif dalam produksi tidak berbeda jauh. Hal ini
disebabkan seluruh tenaga kerja yang terdapat pada usaha industri
rengginang singkong ini berasal dari tenaga kerja keluarga. Jadi hampir
semua anggota keluarga yang ada terlibat dalam proses produksi. Adapun
anggota keluarga yang tidak terlibat dikarenakan mereka masih
bersekolah. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga ini berpengaruh terhadap ketersediaan jumlah tenaga kerja usaha industri rengginang singkong, terutama tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga yang ikut aktif dalam kegiatan produksi. 3. Pendidikan Responden Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk responden dalam hal menerima dan menerapkan teknologi baru, disamping kemampuan dan ketrampilan dari produsen sendiri. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir produsen dalam menjalankan kegiatan usahanya dan pengambilan keputusan dalam pemasaran rengginang singkong yang dihasilkannya. Selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi produsen dalam menyerap informasi terbaru yang dapat diterapkan dalam kegiatan
usahanya. Pada Tabel 15 dapat dilihat Jumlah dan persentase responden
berdasarkan pendidikan di Kabupaten Sragen.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan di
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Jumlah Responden No Tingkat Pendidikan Persentase (%) (Orang) 8 26,67 1. Tidak sekolah 2. Tamat SD 20 66,67
3. Tamat SLTP 2 6,67 Jumlah 30 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 1)
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa sebagian besar responden
adalah tamat SD sebanyak 20 orang atau 66,67%. Hal ini menunjukkan
tingkat pendidikan masih rendah di Kecamatan Sambirejo Kabupaten commit to user Sragen. Pendidikan yang diperoleh diharapkan dapat menjadi modal bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id44
produsen dalam menjalankan usaha, dapat menghitung pengeluaran
maupun keuntungan dari usahanya, dan dapat memasarkan produk sampai
ke luar daerah.
Seluruh produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen pernah
memperoleh pendidikan, walaupun pada tingkatan yang berbeda-beda.
Rata-rata lama pendidikan yang telah ditempuh oleh produsen adalah 6
tahun atau setara dengan SD. Pada usaha industri rengginang singkong ini pendidikan tidak terlalu berpengaruh karena dalam kegiatan produksi tidak memerlukan keahlian khusus yang diperoleh dari pendidikan formal. Semua produsen mempelajarinya melalui orang lain dan pengalaman mereka sendiri. 4. Pengalaman Responden Dalam Usaha Pembuatan Rengginang Singkong Dalam usaha pembuatan rengginang singkong selain tingkat pendidikan, juga diperlukan bakat dan pengalaman untuk mengusahakannya. Pengalaman ini akan sangat mempengaruhi ketrampilan responden dalam membuat rengginang singkong, semakin lama pengalaman mengusahakan maka ketrampilan dalam pembuatan rengginang singkong semakin baik. Pada Tabel 16 dapat dilihat jumlah
dan persentase responden berdasarkan pengalaman mengusahakan
rengginang singkong di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman
Usaha Industri Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
Pengalaman Jumlah No Mengusahakan Responden Persentase (%)
(Tahun) (Orang) 1. 1-4 4 13,33
2. 5-9 8 26,67 3. ≥10 18 60,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 1)
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa pengalaman responden
dalam mengusahakan rengginang singkong di Kecamatan Sambirejo commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id45
Kabupaten Sragen selama 1-4 tahun sebanyak 4 orang atau 13,33%,
selama 5-9 tahun sebanyak 8 orang atau 26,67%, dan selama ≥10 tahun
sebanyak 18 orang atau 60%. Walaupun responden memiliki pendidikan
yang rendah, tetapi mereka tidak diragukan lagi dalam hal pembuatan
rengginang singkong karena mereka memahami dan menguasai hal
tersebut dari pengalaman yang sudah bertahun-tahun.
Kegiatan usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen telah dijalankan antara 3-20 tahun dan rata-rata secara keseluruhan telah dijalankan selama 12 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa produsen sudah cukup lama menjalankan usaha tersebut dan mampu mempertahankan usahanya sampai saat ini. 5. Alasan Responden Dalam Mengusahakan Alasan responden dalam menjalankan usahanya sebagai produsen rengginang singkong dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17. Alasan Mengusahakan Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
No Alasan usaha Jumlah Persentase (%) 1. Lebih menguntungkan 4 13,33 2. Usaha warisan - -
3. Tidak mempunyai usaha lain 18 60,00 4. Pengalaman sebagai buruh 1 3,33
5. Lainnya 7 23,33 Jumlah 30 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 1)
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar alasan responden
mengusahakan rengginang singkong karena tidak mempunyai usaha lain
yaitu sebesar 18 orang atau 60%, sedangkan urutan berikutnya adalah
dikarenakan alasan lain yaitu untuk menambah penghasilan sebanyak 7
orang atau 23,33%. Sedangkan 4 orang mengusahakan rengginang
singkong dikarenakan lebih menguntungkan dari usaha lain sebesar
13,33%, dan alasan pengalaman sebagai buruh tani sebanyak 1 orang atau
3,33%. Ada sebagian warga yang mempunyai usaha lain untuk commit to user mendapatkan penghasilan yaitu usaha industri krupuk singkong (trowolo).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id46
Kenyataannya, keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut tidak begitu
besar dibanding dengan mengusahakan rengginang singkong.
6. Status Usaha
Setiap usaha yang dilakukan dapat merupakan usaha utama ataupun
usaha sampingan. Begitu juga dengan industri rengginang singkong skala
rumah tangga di Kabupaten Sragen. Berikut ini tabel mengenai status
usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen. Tabel 18. Status Usaha Industri Rengginang Singkong di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen No Status usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Pekerjaan utama 23 76,67 2. Pekerjaan sampingan 7 23,33 Jumlah 30 100,00 Sumber: Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 1) Tabel 18 menunjukkan bahwa mayoritas status usaha pembuatan rengginang singkong di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dijadikan sebagai pekerjaan utama yaitu sebesar 23 orang atau 76,67%, sedangkan yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan sebanyak 7 orang atau 23,33%. Usaha industri rengginang singkong menjadi pekerjaan utama karena penerimaan yang diperoleh hanya berasal dari usaha industri
rengginang singkong tersebut. Sedangkan usaha industri rengginang
singkong menjadi pekerjaan sampingan karena responden memiliki
pekerjaan utama sebagai petani dan penerimaan yang diperoleh berasal
dari usahataninya.
B. Bahan Baku Industri Rengginang Singkong
Bahan baku yang digunakan dalam usaha industri rengginang singkong
di Kabupaten Sragen adalah singkong. Sistem pengadaan bahan baku yaitu
untuk satu kali produksi dan diperoleh dari kebun sendiri dan para pengepul
singkong. Para produsen tidak perlu membeli bahan baku di luar daerahnya
karena apabila persediaan bahan baku mereka habis nanti pengepul yang akan
menyuplai bahan baku tersebut. Dengan demikian, akan mengurangi biaya commit to user yang dikeluarkan oleh produsen khususnya biaya transportasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id47
Harga bahan baku yang diterima para produsen semuanya sama yaitu
sebesar Rp 500,00 per kg. Dalam mematok harga umumnya para pengepul
satu dengan lainnya adalah sama apabila harga bahan baku berbeda-beda
tentunya para produsen lebih memilih membeli di tempat pengepul yang
menjual singkong dengan harga paling murah. Apabila ada kenaikan atau
penurunan harga singkong antar pengepul ada kesepakatan bersama dalam
menentukan harga singkong baru. Jumlah bahan baku yang digunakan dalam pembuatan rengginang singkong tiap produsen berbeda. Jumlah bahan baku singkong yang dibutuhkan dalam produksi rengginang singkong ini berkisar 1200-2400 kg per bulan. Hal ini tergantung pada kemampuan modal para produsen. Jenis, pengadaan bahan baku, tempat pembelian bahan penolong, sistem pengadaan bahan baku dan cara pembayaran bahan baku dapat dilihat pada Tabel 19 berikut : Tabel 19. Jenis, Pengadaan Bahan Baku, Tempat Pembelian Bahan Penolong, Sistem Pengadaan Bahan Baku, dan Cara Pembayaran Bahan Baku Jumlah No Uraian Persentase (%) (orang) 1. Pengadaan Bahan Baku a. Hasil sendiri 2 6,67 b. Pedagang 26 86,67
c. Lainnya 2 6,67
Jumlah 30 100,00 2. Tempat Pembelian Bahan Penolong
a. Pasar 4 13,33 b. Warung 26 86,67 c. Lainnya - -
Jumlah 30 100,00 3. Sistem Pengadaan Bahan Baku
a. 1 kali produksi 30 100,00 b. Lebih dari 1 kali produksi - - Jumlah 30 100,00
4. Cara Pembayaran Bahan Baku a. Kontan 28 93,33
b. Bayar belakang 2 6,67 Jumlah 30 100,00 Sumber : Analisis Data Primercommit, 2010 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48
Tabel 19 menunjukkan bahwa dalam pengadaan bahan baku umumnya
produsen mengandalkan pedagang yaitu sebanyak 86,67%. Hal ini
dikarenakan mereka tidak mempunyai lahan sendiri.
Tempat pembelian bahan penolong, para produsen lebih banyak
memilih lokasi yang paling dekat dengan rumahnya yaitu warung langganan
mereka sebanyak 26 atau 86,67%. Sedangkan yang lainya lebih memilih ke
pasar yaitu sebanyak 4 orang atau 13,33%, hal ini dikarenakan ada sebagian responden membeli bahan baku sekaligus membeli keperluan rumah tangga di pasar. Sistem pengadaan bahan baku produsen memilih membeli untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 30 orang atau 100%. Hal ini dikarenakan apabila bahan baku (singkong) terlalu lama disimpan akan menjadi hitam dan rasanya pahit sehingga tidak dapat digunakan untuk membuat rengginang singkong. Produsen dalam menjalankan usaha industri rengginang singkong, untuk cara pembayaran bahan baku yang menggunakan sistem kontan ada 28 orang atau 93,33%, Mayoritas produsen lebih menyukai dengan pembayaran kontan, karena tidak akan mengganggu proses operasionalisasi mereka, sedangkan 2 orang atau 6,67% menggunakan sistem bayar dibelakang.
C. Peralatan Usaha Industri Rengginang Singkong
Peralatan usaha yang digunakan dalam pembuatan rengginang singkong
terdiri dari peralatan mekanis dan non mekanis. Peralatan mekanis yang
digunakan adalah mesin parut yang berfungsi untuk memarut singkong,
sedangkan peralatan non mekanis meliputi :
1. Tampah
Berfungsi untuk mengayak ampas parutan singkong sampai terbentuk
butiran-butiran.
2. Ayakan
Berfungsi untuk mengayak parutan ubi kayu yang sudah dicampur pati.
3. Ember Bak Berfungsi untuk tempat perasancommit ubi to kayuuser yang diambil endapan patinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id49
4. Cetakan (Loyang)
Berfungsi untuk tempat adonan rengginang singkong yang berbentuk
butiran saat nanti dikukus dalam dandang.
5. Dandang
Berfungsi untuk menanak adonan campuran ampas dan pati.
6. Solet
Berfungsi untuk meratakan rengginang singkong di cetakan. 7. Gunting Berfungsi untuk memotong rengginang singkong yang sudah dikukus. 8. Pisau Berfungi untuk mengupas singkong dan mengiris-iris adonan yang telah dikukus. 9. Kain Perasan/Kresek (Jepit pemeras adonan) Berfungsi untuk memeras adonan (parutan) singkong. 10. Widhek (Tempat Penjemuran) Berfungsi untuk menjemur rengginang singkong yang sudah digunting. Peralatan usaha merupakan salah satu syarat penting yang harus ada dalam kegiatan proses produksi, karena produksi tidak akan dapat berjalan
tanpa adanya peralatan. Hal ini dikarenakan ada peralatan usaha yang
digunakan tidak sama dengan peralatan rumah tangga yang digunakan sehari-
hari seperti mesin parut, widhek (tempat penjemuran).
D. Proses Produksi Pembuatan Rengginang Singkong
Proses pembuatan rengginang singkong dimulai dari mengupas
singkong, dicuci sampai bersih, lalu singkong diparut. Parutan tersebut
dimasukkan ke dalam bak dan dicampur air. Setelah itu diperas dan
dipisahkan antara ampas singkong dengan air perasan singkong yang sudah
diparut tadi. Kemudian ditunggu sampai airnya mengendap menjadi pati 4
jam, dan ampasnya dijepit dengan menggunakan kayu besar dan batu besar
agar ampas kesat. Setelah 4 jam ampas yang sudah dijepit tadi diambil dan dicampur dengan pati dan dibericommit bumbu to useryaitu garam, bawang putih, penyedap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50
rasa, dan pewarna. Setelah benar-benar tercampur, dibiarkan ± 30 menit lalu
diayak dengan tampah hingga berbentuk butiran, kemudian butiran tersebut
diletakkan di cetakan (loyang) dan dikukus ± 15 menit. Apabila sudah matang
diangkat dan diletakkan di meja yang beralaskan karpet plastik agar tidak
lengket. Setelah dingin, dipindah ke tempat jemuran (Widhek), dipotong
dengan gunting, lalu dijemur sampai kering. Apabila sudah kering diangkat,
tunggu ± 30 menit baru dibungkus plastik (dikemas) dan siap untuk dipasarkan. Jadi produk rengginang singkong yang dipasarkan berbentuk mentah sehingga penyajiannya perlu diolah lagi dengan cara digoreng terlebih dahulu. Rengginang singkong terbuat dari bahan singkong. Singkong yang dipilih adalah singkong yang tidak boleng, besar dan panjang kira-kira berumur satu tahun ke atas. Harga bahan baku rengginang singkong (singkong) 1 kg sebesar Rp 500,00 yang biasa dibeli produsen baik di petani ubi kayu, pedagang yang menjual singkong, di pasar maupun di warung- warung dekat rumah yang menjual singkong tersebut. Pembuatan rengginang singkong untuk satu kali produksi biasanya dilakukan selama ± tiga hari dan ±12 kali dalam satu bulan, tergantung dari sinar matahari, jika cuaca baik
rengginang dapat kering sempurna pada proses penjemuran, hal ini karena
proses mengusahakan rengginang singkong dilakukan dengan cara tradisional.
Produsen memproduksi rengginang singkong ±12 kali dalam satu bulan.
Setiap satu bulan produsen membutuhkan bahan baku (singkong) sebanyak
1200-2400 kg dan dapat menghasilkan rengginang singkong kemasan kecil
sebanyak 600 kg dan kemasan besar sebanyak 300 kg.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51
Proses produksi untuk menghasilkan rengginang singkong melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
Singkong dikupas, dicuci kemudian diparut
Hasil parutan diberi air
Dimasukkan sak saringan dan diperas
Hasil perasan diendapkan selama 4 jam dan ampas dijepit
Setelah 4 jam diambil patinya dan air endapan dibuang
Ampas parutan dicampurkan dengan pati
Diayak di tampah hingga berbentuk butiran
Butiran dimasukkan dalam loyang/cetakan
Dikukus hingga matang kemudian diiris-iris
Irisan diletakkan di tempat jemuran (widhek) kemudian dijemur hingga kering
Dikemas dan dipasarkan
Gambar 3. Proses Produksi dalam Pembuatan Rengginang Singkong
E. Pemasaran Rengginang Singkong
Daerah pemasaran rengginang singkong meliputi pasar-pasar
tradisional dan toko oleh-oleh makanan khas Sragen. Bahkan daerah
pemasarannya sudah merambah ke daerah-daerah di luar Kabupaten Sragen seperti : Solo, Boyolali, Klaten,commit Se tomarang, user Jakarta, dan lain-lain. Para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52
produsen umumnya menyukai pembelian partai (borongan) yang diambil
sendiri oleh pedagang perantara walaupun harga yang diterima lebih rendah
dibandingkan harga eceran di Kabupaten Sragen. Hal tersebut dikarenakan
produsen memiliki beberapa keuntungan yaitu :
a. Dapat menghemat biaya seperti transportasi, biaya tenaga kerja dan biaya
lainnya.
b. Pengurangan risiko dalam pengiriman karena yang menanggung kerusakan adalah pedagang perantara, mengingat rengginang singkong merupakan makanan yang mudah hancur. Makanan rengginang singkong banyak digemari masyarakat, baik untuk konsumsi sendiri maupun sebagai oleh-oleh, sehingga hal itu membuat perkembangan usaha industri rengginang singkong cukup meningkat. Ini terbukti dari industri rengginang singkong yang semula hanya beberapa industri saja namun kini sudah menjadi industri khas Kabupaten Sragen. Kabupaten Sragen yang masih masuk dalam Karesidenan Surakarta juga dikenal sebagai kabupaten wisata dan budaya, dimana hal itu mendorong peningkatan penjualan rengginang singkong. Peningkatan penjualan ini terjadi pada saat liburan sekolah, hari besar (Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul
Adha, Natal, dan Tahun Baru). Hal ini diperkuat lagi dengan banyaknya pusat
oleh-oleh, sehingga memudahkan konsumen dalam mendapatkan rengginang
singkong ini.
F. Analisis Usaha Industri Rengginang Singkong
1. Analisis Biaya
Biaya dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk proses pembuatan rengginang singkong, baik biaya yang
dikeluarkan atau tidak dikeluarkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
banyaknya kapasitas commit produksi. to user Biaya tetap dalam usaha industri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53
rengginang singkong meliputi biaya penyusutan peralatan, bunga
modal investasi dan biaya tenaga kerja. Biaya penyusutan peralatan
dan biaya bunga investasi sebenarnya tidak benar-benar dikeluarkan
oleh produsen rengginang singkong, tetapi karena dalam penelitian ini
menggunakan konsep keuntungan, maka biaya ini harus
diperhitungkan. Rata-rata biaya tetap usaha industri rengginang
singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 20. Rata - Rata Biaya Tetap Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010 Persentase No Jenis Biaya Tetap Rata-rata/bln (%) 1. Penyusutan peralatan 596.303,80 61,14 2. Biaya tenaga kerja 375.000,00 38,45 3. Bunga modal investasi 3.983,70 0,41 Jumlah 975.287,50 100,00 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 10) Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa sumber biaya tetap rata-rata usaha industri rengginang singkong terbesar berasal dari biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 596.303,80 atau 61,14% selama satu bulan. Perbedaan jumlah biaya tetap tiap produsen dipengaruhi
oleh perbedaan jumlah produksi yang menyebabkan perbedaan jumlah
peralatan yang dimiliki. Produsen menggunakan peralatan dalam
kegiatan proses pembuatan rengginang singkong. Usaha industri
rengginang singkong juga menggunakan peralatan mekanik (mesin
parut).
Biaya tenaga kerja berada pada urutan kedua, yaitu sebesar Rp
375.000,00 atau 38,45% selama satu bulan. Upah tenaga kerja sebesar
Rp 15.000,00 per orang selama satu hari dan tenaga kerja yang
digunakan adalah anggota keluarga. Tenaga kerja keluarga dalam
kenyataannya tidak diberi upah, namun karena konsep yang digunakan
dalam penelitian ini adalah keuntungan maka biaya tenaga kerja tetap
dihitung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54
Rata-rata biaya bunga modal investasi berada pada urutan
ketiga, yaitu sebesar Rp 3.983,70 atau 0,41% (lampiran 6). Untuk
menghitung bunga modal investasi menggunakan rumus :
Bunga modal investasi = suku bunga kredit riil pada bulan penelitian x
investasi awal
= 0,52% x Rp 22.982.900,00
= Rp 119.511,08
Suku bunga nominal pada bulan penelitian − laju inflasi pada bulan penelitian Bunga riil = 1 + laju inflasi pada bulan penelitian
2% −0,97% = ( 1 + 0,97)% 1,03% = 1,97% = 0,52% Nilai suku bunga kredit riil diperoleh dari data Bank Rakyat Indonesia sebesar 0,52% pada bulan Juni 2010. Ketiga biaya tetap dalam penelitian ini sebenarnya tidak
dikeluarkan secara riil oleh produsen, tetapi karena dalam penelitian
ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya ini harus
diperhitungkan. Besarnya biaya tetap berkisar antara Rp 398.163,00
sampai Rp 1.548.103,00 dengan rata-rata biaya tetap per produsen
setiap bulannya sebesar Rp 975.287,50. Perbedaan tersebut terjadi
karena disebabkan adanya variasi penggunaan tenaga kerja, serta
jumlah dan harga beli peralatan produksi yang digunakan dalam usaha
ini.
b. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah secara
proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan. Biaya variabel yang digunakan dalam usaha industri rengginang singkong meliputi : commit to user biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya kemasan, dan biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55
label. Rata-rata biaya variabel usaha industri rengginang singkong di
Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 21. Rata-rata Biaya Variabel Usaha Industri Rengginang
Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010
Harga/satuan No Jenis Biaya Fisik Jumlah (Rp) (Rp) 1. Biaya Bahan Baku (kg) 1440 500,00 720.000,00 2. Biaya Bahan Penolong
a. Garam (batang) 27,17 400,00 10.866,67
b. Bawang putih (kg) 3,43 2.000,00 68.666,67 c. Penyedap (kg) 0,26 24.000,00 6.200,00 T d. Kayu bakar (ikat) 12 5.000,00 60.000,00 a e. Minyak goreng (kg) 0,36 9.000,00 3.225,00 b f. Pewarna makanan (bungkus) 27 150,00 4.050,00 3. Biaya Kemasan (pack) 12 3.000,00 36.000,00 e 4. Biaya Label (lembar) 2000 50,00 100.000,00 l Jumlah 912.341,67
Sumber : Analisis Data Primer, 2010
Tabel 21 menunjukkan bahwa kontribusi biaya variabel terbesar dalam usaha industri rengginang singkong berasal dari biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 720.000,00 dengan jumlah fisik sebanyak 142
kg dan harga Rp 500,00 per kg. Kemudian biaya lainnya adalah biaya
pembelian kemasan sebesar Rp 100.000,00. Urutan ketiga yaitu biaya
pembelian bawang putih sebesar Rp 68.666,67. Hal ini dikarenakan
fluktuasi harga bawang putih yang tidak stabil. Sedangkan biaya yang
paling rendah yaitu pada biaya pembelian minyak goring karena dalam
penggunaannya hanya diperlukan sedikit sehingga sekali pembelian
dapat digunakan lebih dari satu kali produksi.
Rata-rata besarnya biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha
industri rengginang singkong sebesar Rp 912.341,67. Besarnya biaya
variabel per bulan dalam usaha industri rengginang singkong berkisar
antara Rp 762.000,00 sampai Rp 1.622.250,00. Perbedaan ini terutama
dikarenakan adanya variasi dalam hal jumlah penggunaan bahan baku, commit to user bahan penolong, kemasan, dan label.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56
c. Biaya Total
Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel yang dikeluarkan selama proses produksi yang dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 22. Rata-rata Biaya Total Usaha Industri Rengginang Singkong
Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010 No Uraian Rata-rata/ bln Persentase (%) 1. Biaya tetap 975.287,50 51,67 2. Biaya variabel 912.341,67 48,33 Jumlah 1.887.629,17 100,00 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 11) Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya total yang dikeluarkan produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen selama satu bulan yaitu sebesar Rp 1.887.629,17. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha industri rengginang singkong berasal dari biaya tetap yaitu sebesar Rp 975.287,50 atau 51,67%, sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 912.341,67 atau 48,33%. Hal ini disebabkan proporsi biaya tetap lebih banyak dibandingkan dengan proporsi biaya variabel sehingga biaya tetap yang dikeluarkan lebih besar.
2. Penerimaan
Penerimaan produsen rengginang singkong merupakan perkalian
antara total produk (rengginang singkong) yang diproduksi dengan harga
per satuan produk (rengginang singkong). Penerimaan produsen
rengginang singkong ini meliputi penerimaan dari hasil utama yaitu
rengginang singkong mentah. Besarnya produksi dan penerimaan rata-rata
dari usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat
pada tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id57
Tabel 23. Rata-Rata Produksi dan Penerimaan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni
2010
Rata-rata Rata-rata Nilai Total No Uraian harga/bungkus fisik(bks) (Rp) (Rp)
1. Kemasan kecil 700,00 1440 1.008.000,00 2. Kemasan besar 1500,00 840 1.260.000,00
Penerimaan rata-rata 2.268.000,00 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 12) Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa rata-rata harga per bungkusnya untuk kemasan kecil Rp 700,00 dengan rata-rata fisik yaitu 1440 bungkus rengginang singkong dan nilai total yaitu Rp 1.008.000,00, untuk kemasan besar Rp 1.500,00 dengan rata-rata fisik per bungkus sebanyak 840 bungkus rengginang singkong dan nilai total yaitu Rp 1.260.000,00, sehingga diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 2.268.000,00 per bulan. Penerimaan yang diperoleh oleh produsen berkisar antara Rp 1.740.000,00 − Rp 4.380.000,00. Perbedaan penerimaan ini dikarenakan perbedaan jumlah bahan baku yang digunakan dan besarnya produksi rengginang singkong yang dihasilkan. 3. Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh produsen rengginang singkong
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Keuntungan
usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 24. Rata-rata Keuntungan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010
No Uraian Rata-rata per produsen (Rp) 1. Penerimaan 2.268.000,00
2. Biaya total 1.887.629,17 Keuntungan 380.370,83
Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 12)
Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata per
produsen rengginang singkong yaitu sebesar Rp 2.268.000,00 dengan commit to user biaya total yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 1.887.629,17. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id58
demikian, keuntungan rata-rata yang diperoleh setiap produsen rengginang
singkong selama satu bulan yaitu bulan Juni 2010 adalah sebesar Rp
380.370,83. Keuntungan yang diperoleh produsen rengginang singkong
berkisar pada Rp 203.751,00 − Rp 1.560.306,00. Perbedaan keuntungan
yang diperoleh masing-masing produsen dipengaruhi oleh besarnya
penerimaan total dan besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh masing-
masing produsen rengginang singkong. Terlihat dalam usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen terdapat keuntungan yang minim, di bawah Rp 1.000.000,00. Keuntungan yang minimum bukan berarti usaha yang dijalankan akan mengalami bangkrut atau tutup, akan tetapi usaha ini tetap bertahan. Mengingat dalam penelitian ini konsep yang digunakan adalah keuntungan, sehingga yang dikeluarkan atau tidak dikeluarkan (opportunity cost) tetap diperhitungkan. Biaya tersebut antara lain biaya tenaga kerja keluarga, biaya penyusutan peralatan, dan bunga modal investasi. Padahal dalam kenyataannya tidak dikeluarkan. Biaya tersebut hanya sebagai kompensasi atas penggunaan input (curahan waktu kerja, peralatan dan modal). Hal inilah yang menyebabkan nilai keuntungan
usaha industri rengginang singkong minimum.
4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan
penerimaan total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui
besarnya profitabilitas dari usaha industri rengginang singkong di
Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 25. Rata-rata Profitabilitas Usaha Industri Rengginang Singkong
Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010
No Uraian Rata-rata per produsen (Rp) 1. Keuntungan usaha 380.370,83
2. Penerimaan total 2.268.000,00
Profitabilitas 16,77% Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 12)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id59
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa profitabilitas atau
tingkat keuntungan dari usaha industri rengginang singkong di Kabupaten
Sragen sebesar 16,77%. Hal ini berarti setiap penerimaan sebesar Rp
100,00 akan diperoleh keuntungan Rp 16,77. Industri rengginang singkong
ini termasuk dalam kriteria menguntungkan, karena memiliki nilai
profitabilitas lebih dari nol.
5. Efisiensi Usaha Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Efisiensi usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 26. Efisiensi Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010
No Uraian Rata-rata per produsen (Rp) 1. Penerimaan 2.268.000,00 2. Biaya total 1.887.629,17 Efisiensi Usaha 1,20 Sumber: Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 12) Tabel 26 menunjukkan bahwa efisiensi industri rengginang
singkong di Kabupaten Sragen pada bulan Juni 2010 sebesar 1,20. Hal ini
berarti bahwa industri rengginang singkong yang telah dijalankan efisien
yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu.
Nilai R/C rasio 1,20 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang
dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan
sebesar 1,20 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Misalnya saja, dalam
awal kegiatan produsen rengginang singkong mengeluarkan biaya Rp
100.000,00 maka produsen akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
120.000,00. Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula
penerimaan yang akan diperoleh produsen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id60
6. Risiko Usaha Serta Hubungan Antara Besarnya Risiko dengan Keuntungan
Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan
koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi
merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan
jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar disbanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993:15). Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dan hubungan antara besarnya risiko dengan keuntungan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 27. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010 No Uraian Rata-rata per produsen 1. Keuntungan (Rp) 380.370,83 2. Simpangan Baku (Rp) 407.886,00 3. Koefisien Variasi 1,07 4. Batas bawah Keuntungan (Rp) (435.401,00)
Sumber: Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 13)
Tabel 27 menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diterima
produsen rengginang singkong selama satu bulan adalah sebesar Rp
380.370,83. Dari perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui
besarnya simpangan baku industri rengginang singkong, yaitu sebesar Rp
407.886,00. Simpangan baku merupakan besarnya fluktuasi keuntungan
yang diperoleh, sehingga dapat dikatakan bahwa fluktuasi keuntungan
usaha industri rengginang singkong berkisar Rp 407.886,00. Koefisien
variasi dapat dihitung dengan cara membandingkan antara besarnya
simpangan baku terhadap keuntungan rata-rata yang diperoleh. Koefisien
variasi dari industri rengginang singkong sebesar 1,07. Hal ini menunjukkan bahwa industricommit rengginang to user singkong tesebut berisiko, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id61
nilai koefisien variasi yang diperoleh lebih besar dari standar koefisien
variasi 0,5. Batas bawah keuntungan usaha ini sebesar minus Rp
435.401,00 lebih kecil dari nol. Angka ini menunjukkan bahwa produsen
rengginang singkong di Kabupaten Sragen kemungkinan menanggung
kerugian sebesar Rp 435.401,00.
G. Permasalahan Usaha Industri Rengginang Singkong di Kabupaten Sragen Permasalahan utama yang dihadapi oleh produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen adalah permodalan. Sebagian besar produsen rengginang singkong hanya mengandalkan modal yang berasal dari mereka sendiri, sehingga untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar terhambat. Permasalahan yang kedua adalah persaingan antar produsen rengginang singkong dalam pemasaran. Hal ini disebabkan sebagian besar produsen rengginang singkong memasarkan produknya di Kabupaten Sragen. Oleh karena itu, produsen selalu menjaga kerjasama yang telah terjalin dengan pedagang perantara. Permasalahan yang ketiga adalah pengeringan yang mengandalkan sinar matahari. Apabila musim hujan, proses penjemuran membutuhkan waktu
yang lebih lama dari biasanya sehingga menghambat produsen untuk
memproduksi rengginang singkong. Produsen tidak dapat memproduksi
rengginang singkong dalam jumlah besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya total rata-rata yang dikeluarkan dalam usaha industri rengginang
singkong skala rumah tangga di Kabupaten Sragen sebesar Rp 1.887.629,17 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 2.268.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen rengginang singkong sebesar Rp 380.370,83 per bulan. Sedangkan profitabilitas usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen sebesar 16,77%, yang berarti usaha industri rengginang singkong menguntungkan. 2. Usaha industri rengginang singkong skala rumah tangga di Kabupaten Sragen mempunyai nilai efisiensi lebih dari 1 yaitu sebesar 1,20. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan produsen pada awal kegiatan usaha akan mendapatkan penerimaan 1,20 kali dari biaya yang dikeluarkan pada akhir kegiatan usaha tersebut. 3. Usaha industri rengginang singkong skala rumah tangga di Kabupaten
Sragen mempunyai nilai koefisien variasi (CV) lebih dari 0,5 yaitu sebesar
1,07 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar minus Rp 435.401,00
sehingga usaha industri rengginang singkong kemungkinan menanggung
risiko sebesar Rp 435.401,00.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang
dapat diberikan adalah :
1. Usaha industri rengginang singkong yang dijalankan dapat memberikan
keuntungan, maka hendaknya produsen mengembangkan usahanya dengan
meningkatkan kualitas produk (rengginang singkong), mengembangkan
produk (variasi rasa), menggunakan label pada kemasan produk, dan
melakukan promosi secaracommit luas (tidak to user mengandalkan pedagang perantara).
62 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id63
2. Usaha industri rengginang singkong yang dijalankan masih
memungkinkan mengalami kerugian, untuk itu para produsen agar lebih
waspada dalam mengendalikan proses produksi hingga pemasarannya.
commit to user