KAJIAN ANALITIK TERHADAP SEMBOYAN ”BHINNEKA TUNGGAL IKA”

I Nyoman Pursika

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana Singaraja

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Semula istilah tersebut menunjukkan pada semangat toleransi keagamaan, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Setelah diangkat menjadi semboyan bangsa konteks permasalahannya menjadi lebih luas yang meliputi suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme.

Abstract: This article this was aimed at exploring the meaning contain in the symbol of “” (Bhinneka Tunggal Ika). The term of "unity in diversity” (Bhinneka Tunggal Ika) was derived from the story of Sutasoma by Mpu Tantular. Firstly the term as the religious tolerance between Hindu and Budhist. After being the symbol for Indonesia the meaning be come complex the diversity of not just as the religion tolerance, but also for tribal, race, religion, interest groups, and so on. Unity in diversity means that Indonesia people the respect fir the diversity of Indonesia society as the plural society, but also admit the so important of unity. The unity in diversity also mean that there is a check and balance between the aspect of differences as the characteristic of diversity an the aspect of sumlarityes as the characteristic of unity. The unity in diversity formulate the harmony between diversity and unity, between differences and sumlarityes, between the variance and the meds, an between the pluralism and monism.

Kata kunci : bhinneka, tunggal, dan ika

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu merupakan semboyan Indonesia. Semboyan ini tertulis di dalam lambang bangsa Indonesia. Dia juga tahu kalau “Bhinneka negara Indonesia, Burung . Pada Tunggal Ika” itu berarti “berbeda-beda tetapi tetap kaki Burung Garuda itulah terpampang dengan jelas satu jua”. Tetapi dia mengatakan masih bingung tulisan Bhinneka Tunggal Ika. Secara konstitusio- tatkala menyaksikan adanya barisan Bhinneka Tung- nal, hal tersebut telah diatur dalam pasal 36A gal Ika pada perayaan Proklamasi Kemerdekaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berbunyi setiap tanggal 17 Agustus, sehingga dia mengaju- “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan kan pertanyaan, “apa sebenarnya makna Bhinneka semboyan Bhinneka Tunggal Ika”. Tunggal Ika itu” ? Dalam suatu perkuliahan tatap muka program Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” memuat penyetaraan yang diikuti oleh guru-guru SD, ada dua konsep yang berbeda, bahkan kedua konsep salah seorang peserta yang bertanya tentang makna tersebut seolah-olah bersifat kontradiktif. Kedua “Bhinneka Tunggal Ika”. Sebenarnya dia sudah tahu, konsep itu adalah “Bhinneka” dan “Tunggal Ika”.

15 16 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 15 - 20

Konsep “Bhinneka” mengakui adanya keanekaan Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu. atau keragaman, sedangkan konsep “Tunggal Ika” Tidak ada kerancuan dalamkebenaran. http://id.- menginginkan adanya kesatuan. Keanekaan diciri- wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika) kan oleh adanya perbedaan, sedangkan kesatuan Kitab Sutasoma mengajarkan toleransi kehi- dicirikan oleh adanya kesamaan. Jika kedua hal dupan beragama, yang menempatkan agama Hindu tersebut dipahami dan dilaksanakan dengan tekanan dan agama Buddha hidup bersama dengan rukun yang berbeda (tidak seimbang), maka akan dapat dan damai. Kedua agama itu hidup beriringan di menimbulkan kondisi yang berbeda pula. Manakala bawah payung kerajaan, pada jaman pemerintahan segi keanekaan yang menonjolkan unsur perbedaan raja Hayam Wuruk. Meskipun agama Hindu dan itu ditampilkan secara berlebihan, maka kemung- Buddha merupakan dua substansi yang berbeda, kinan munculnya konflik tak terhindarkan. Sebalik- namun perbedaan itu tidak menimbulkan perpe- nya, manakala segi kesatuan yang menonjolkan cahan, karena kebenaran Hindu dan Buddha ber- kesamaan itu ditampilkan secara berlebihan, maka muara pada hal “Satu”. Hindu dan Buddha memang tindakan itu tergolong melanggar kodrat perbedaan, berbeda, tetapi sesungguhnya satu jenis, tidak ada karena perbedaan adalah kodrat sekaligus berkah perbedaan dalam kebenaran. yang tak terelakkan. Adanya dua konsep yang berbeda Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” yang semula tersebut menunjukkan bahwa semboyan “Bhinneka menunjukkan semangat toleransi keagamaan, ke- Tunggal Ika” mengandung problem metafisika, yaitu mudian diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia. problem antara kepelbagaian dan kesatuan, pro- Sebagai semboyan bangsa konteks permasalahan- blem antara hal banyak (the many) dan hal satu (the nya bukan hanya menyangkut toleransi beragama one). Berdasarkan problema tersebut tampak bahwa tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut untuk mencari makna “Bhinneka Tunggal Ika” di- dengan istilah suku, agama, ras, dan antar golongan perlukan adanya perenungan mendalam yang bersifat (SARA). Semboyan itu dilukiskan di bawah lam- filosofis metafisis. bang negara Indonesia yang dikenal dengan nama Garuda Pancasila. Lambang negara Indonesia lengkap PEMBAHASAN dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 66 tahun Makna “Bhinneka Tunggal Ika” 1951 tentang Lambang Negara. Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tunggal Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Ika” yang berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri sekitar abad ke-14. Istilah tersebut ter- dari kata “Bhinneka”, “Tunggal”, dan “Ika”. Kata cantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara “Bhinneka” berasal dari kata “Bhinna” dan “Ika”. lengkap seperti di bawah ini: “Bhinna” artinya berbeda-beda dan “Ika” artinya itu. Jadi, kata “Bhinneka” berarti “yang berbeda- Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, beda itu”. Analisa lain menunjukkan bahwa kata Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, “bhinneka” terdiri dari unsur kata “bhinn-a-eka”. Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Unsur “a” artinya tidak, dan “eka” artinya satu. Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Jadi, kata “bhinneka” juga dapat berarti “yang tidak Terjemahan: satu”. Sedangkan kata “Tunggal” artinya satu, dan “Ika” artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. disimpulkan bahwa semboyan “Bhinneka Tunggal -beda itu dalam yang Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah Ika” berarti “yang berbeda bisa dikenali? satu itu” atau “beranekaragam namun satu jua”. Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika hampir sama tunggal artinya dengan semboyan negara Amerika Serikat, I Nyoman Pursika, Kajian Analitik Terhadap Semboyan ”Bhinneka Tunngal Ika” 17

E Pluribus Unum yang artinya bersatu walaupun Makna kesatuan (tunggal ika) dalam Bhinneka berbeda-beda, berjenis-jenis tetapi tunggal. Tunggal Ika merupakan cerminan rasionalitas yang Kebhinnekaan atau yang berbeda-beda itu lebih menekankan kesamaan daripada perbedaan. menunjuk pada realitas objektif masyarakat Indo- Kesatuan merupakan sebuah gambaran ideal. Di- nesia yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. katakan ideal karena kesatuan merupakan suatu Keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat dite- harapan atau cita-cita untuk mengangkat atau mukan dalam berbagai bidang kehidupan. Keaneka- menempatkan unsur perbedaan yang terkandung ragaman di bidang politik diwarnai oleh adanya dalam keanekaragaman bangsa Indonesia ke dalam kepentingan yang berbeda-beda antara individu atau suatu wadah, yakni Negara Kesatuan Republik kelompok yang satu dengan individu atau kelompok Indonesia. Kesatuan adalah upaya untuk mencipta- yang lainnya. Di bidang ekonomi, keanekaragaman kan wadah yang mampu menyatukan kepelbagaian dapat dilihat dari adanya perbedaan kebutuhan atau keanekaragaman. hidup, yang akhirnya berimplikasi terhadap mun- Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan culnya keanekaragaman pada pola produksi. Di bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan bidang sosial, keberagaman itu tercermin dari adanya jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang menga- perbedaan peran dan status sosial. Selain itu, ke- kui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap anekaragaman juga dapat dilihat dari segi geografis, menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika budaya, agama, etnis, dan sebagainya. Keaneka- merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara ragaman itu pun masih dikukuhkan lagi oleh kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keaneka- kebhinnekaan perseorangan masing-masing anak an dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, negeri yang kini berjumlah lebih dari 200 juta jiwa. antara hal banyak dan hal satu, atau antara plu- Dengan adanya keanekaragaman dalam berbagai ralisme dan monisme. bidang tersebut menyebabkan Indonesia dijuluki Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan kese- sebagai masyarakat yang multi etnik, multi agama imbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri (multi religi), multi budaya (multikultural), dan keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi sebagainya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ciri kesatuan (Rizal Mustansyir, 1995 : 52). Kese- Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk imbangan itu sendiri merupakan konsep filsafati (Plural Society). yang selalu terletak pada ketegangan di antara dua Jika dilihat dari struktur sosialnya, keaneka- titik ekstrim, yaitu keanekaan mutlak di satu pihak ragaman atau kemajemukan masyarakat Indonesia dan kesatuan mutlak di pihak lain. Setiap kali segi berdimensi ganda, karena memiliki kemajemukan keanekaan yang menonjolkan perbedaan itu memuncak secara horizontal dan vertikal. Kemajemukan secara akan membawa kemungkinan munculnya konflik, horizontal dalam sosiologi dikenal dengan istilah maka kesatuanlah yang akan meredakan atas dasar deferensiasi sosial. Diferensiasi sosial merupakan kesadaran nasional. Demikian pula sebaliknya, mana- suatu sistem kelas sosial dengan sistem linear atau kala segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu tanpa membeda-bedakan tinggi-rendahnya kelas tampil secara berlebihan, maka keanekaan selalu sosial itu sendiri. Misalnya, perbedaan agama, ras, mengingatkan bahwa perbedaan adalah kodrat se- etnis, clan (klan), pekerjaan, budaya, maupun jenis kaligus berkah yang tak terelakkan. kelamin. Kemajemukan secara vertikal melahirkan stratifikasi sosial. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial Mensinergikan “Kebhinnekaan” untuk Me- dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau wujudkan “Ketunggalikaan” masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di pernyataan yang mengakui realitas bangsa Indo- dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada nesia yang majemuk (berbhinneka), namun selalu lapisan-lapisan di bawahnya, seperti lapisan kaya mencita-citakan terwujudnya kesatuan (ketunggal- dan miskin, penguasa dan jelata. 18 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 15 - 20 ikaan). Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika berbhinneka, secara internal telah mengandung sumber- berarti Indonesia selain mengakui adanya kepelba- sumber ketegangan dan pertentangan. Menurut Eka gaian juga mengakui adanya kesatuan. Dharmaputera (1997 : 40), baik keanekaragaman Dalam kehidupan bersama kebhinnekaan bisa maupun kesatuan Indonesia adalah kenyataan se- menjadi berkah atau sebaliknya sumber bencana kaligus persoalan. Kebhinnekaan Indonesia sepintas tergantung cara kita memandang dan mengelola- lalu memang jauh lebih menonjol daripada kesatu- nya. Tirta N Mursita (http://www.sinarharapan. annya. Oleh karena itu, bahaya disintegrasi selalu co.id/berita/0704/13/ipt02.html) mengatakan bahwa merupakan ancaman baik riil maupun potensial. keberagaman itu given (berkah), tak bisa dihindari Jika bertumpu pada realitas bangsa yang berbhin- di dunia ini. Siapa yang bisa mengelak kalau ada neka, bahaya disintegrasi memang merupakan ancaman kulit hitam, putih, kuning, dan cokelat di dunia ini. yang amat nyata. Namun karena Indonesia tidak Siapa pula yang menafikan, kalau ada ratusan, hanya berbhinneka, tetapi juga tunggal ika, maka ribuan bahkan jutaan pemikiran baru di alam ini. integrasi bukanlah sesuatu yang mustahil. Setiap Semua saling bertumpuk-tumpuk, memberikan tesis pembahasan tentang Indonesia yang mengabaikan dan antitesis baru. Kebhinnekaan merupakan ciri kedua atau salah satu dimensi tersebut, dapatlah dasar bangsa Indonesia sejak Republik ini dibentuk, dipastikan tidak akan mencapai sasaran. kemudian diproklamasikan oleh para founding Selanjutnya Eka Darmaputera (1997 : 8-9) juga fathers pada paruh kedua abad silam hingga kini. mengatakan, agar masyarakat dapat berfungsi dengan Sebagai suatu realitas objektif, maka kebhinnekaan baik, masyarakat harus mampu mengatasi disinte- telah menjadi identitas bangsa Indonesia. Karena grasi potensial yang ada di dalam dirinya sendiri. itu, upaya-upaya untuk meniadakan keberagaman Seluruh masyarakat dapat berfungsi hanya apabila atau upaya penyeragaman merupakan tindakan anggota-anggotanya bersedia untuk mengintegrasi- yang menentang kenyataan. Kalau keberagaman itu kan diri, baik dalam bentuk integrasi normatif mau- tidak boleh ada di Indonesia, berarti identitas pun integrasi nilai. Integrasi normatif tercermin dari bangsa tidak ada lagi (Yeni Rosa Damayanti dalam adanya kehidupan bersama di mana seluruh anggota http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/- masyarakat bersedia mematuhi dan mengikuti “aturan item/10. permainan” yang telah ditentukan. Sedangkan inte- Untuk menjaga keberlangsungan hidup berbangsa, grasi nilai tercermin dari adanya nilai-nilai funda- kebhinnekaan sebaiknya tidak dipandang sebagai mental yang dijadikan sebagai pandangan hidup ancaman, tetapi kebhinnekaan harus dipandang se- bersama. bagai aset yang diharapkan mampu berperan sebagai Perbedaan dalam kebhinekaan merupakan suatu sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Kebhin- realitas, karena itu perbedaan tidak perlu lagi untuk nekaan sebagai kekayaan serta mendaya-gunakannya dibeda-bedakan. Membeda-bedakan perbedaan justeru justeru dapat menjadi pondasi kokoh persatuan dari akan dapat menimbulkan bahaya disintegrasi. Per- sebuah imagined community yang bernama Negara bedaan dalam kebhinnekaan perlu disinergikan Kesatuan Republik Indonesia. Kesadaran sebagai atau dikelola dengan cara mendayagunakan aneka masyarakat yang berbhinneka tetapi mencita-citakan perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun kesatuan yang dikukuhkan sebagai konsensus ber- kebersamaan. Karena kesatuan dicirikan oleh ada- sama dalam Soempah Pemuda 1928 telah menjadi nya kesamaan, maka untuk mewujudkan cita-cita modal sosial ampuh yang berhasil mempersatukan kesatuan di tengah-tengah kebhinnekaan diperlukan dan mengantar negara-bangsa ini mampu melewati adanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk masa-masa sulit dari dulu sampai sekarang, bahkan melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda itu. juga nanti. Secara individu, setiap manusia adalah berbeda, Masyarakat yang berbhinneka yang dicirikan baik dilihat dari segi fisiknya maupun mentalnya. oleh adanya perbedaan memang sangat rawan ter- Setiap manusia merupakan subjek yang otonom. hadap konflik. Indonesia sebagai masyarakat yang Namun demikian, setiap manusia memiliki kesa- I Nyoman Pursika, Kajian Analitik Terhadap Semboyan ”Bhinneka Tunngal Ika” 19 maan, yaitu sama-sama manusia (sesama manusia). kesatuan tema. Keragaman dari bagian-bagian mem- Demikian juga dalam konteks ke-Indonesiaan, ter- perkaya nilai keseluruhan dan juga saling mengangkat dapat beragam suku, agama, ras, dan golongan yang nilai yang dimiliki oleh setiap bagian. masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda- beda, tetapi semuanya memiliki kesamaan, yaitu PENUTUP sama-sama bangsa Indonesia (sesama bangsa Indo- Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan nesia). Konsep “sesama” tidak hanya terbatas pada manusia. Manusia dengan binatang juga memiliki bangsa Indonesia yang dipetik dari Kitab Sutasoma kesamaan, yaitu sama-sama mahluk hidup (sesama karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit mahluk hidup). Demikian juga kesamaan bisa di- sekitar abad ke-14. Semula Bhinneka Tunggal Ika temukan dalam hubungannya dengan yang lain, menunjukkan pada semangat toleransi keagamaan, sehingga muncul adanya berbagai konsep sesama, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Setelah seperi sesama ciptaan Tuhan, atau sesama isi dunia, diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia kon- teks permasalahannya menjadi lebih luas yang dan lain sebagainya. Inilah konsep “sesama” dalam arti luas (Pursika, 2009 : 28). meliputi suku, agama, ras, dan antar golongan Kadang-kadang kita kurang menyadari bahwa (SARA). kehidupan ini juga merupakan sinergi dari kekuat- Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan an yang berbeda. Bahkan perbedaan itu sering di- jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang meng- tempatkan pada posisi yang berlawanan dan kon- akui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap tradiktif, seperti atas dan bawah, kiri dan kanan, menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika positif dan negatif, kaya dan miskin, laki-laki dan merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara perempuan, dan sebagainya. Dalam ancangan integrasi, kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keaneka- perbedaan itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang an dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, berlawanan, melainkan sebagai sesuatu yang berpa- antara hal banyak dan hal satu, atau antara plu- sangan. Yang satu mengandaikan adanya yang lain. ralisme dan monisme. Bhinneka Tunggal Ika ada- lah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan Ada “atas” karena ada “bawab”, ada “kiri” karena yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan ada “kanan”, demikian seterusnya, sehingga kita juga bisa mengatakan bahwa kesatuan mengasum- yang menjadi ciri kesatuan. sikan adanya keanekaragaman. Diri kita ada merupakan Mensinergikan perbedaan dalam kebhinekaan hasil sinergi dari dua kekuatan yang berbeda, yaitu perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kekuatan laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, bahaya disintegrasi, sekaligus untuk mewujudkan kita bisa mengatakan bahwa diri ini ada sebagai cita-cita integrasi. Kuncinya, harus ada kesadaran, produk perbedaan. Dalam dunia pendidikan juga kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesama- penuh dengan warna-warni perbedaan. Ada guru an pada sesuatu yang berbeda. ada murid yang masing-masing memiliki kedudukan Perbedaan dalam masyarakat majemuk seperti dan fungsi yang berbeda. Guru mengajar dan murid Indonesia merupakan suatu kenyataan. Karena itu belajar. Selain itu, dalam pendidikan juga ada janganlah membeda-bedakan kenyataan yang memang berbagai sarana dan prasarana. Semua unsur pendi- sudah berbeda. Membeda-bedakan sesuatu yang dikan yang berbeda-beda itu bersinergi sehingga berbeda hanya akan menimbulkan bahaya disinte- terjadi proses pendidikan berupa proses belajar grasi. Perbedaan dalam kebhinnekaan perlu disinergikan mengajar (PBM). Hardono Hadi (1994: 73) juga atau dikelola dengan cara mendayagunakan aneka perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun mengatakan, “Kalau kita melihat suatu karya seni, kita akan melihat bahwa keindahannya tidak pernah kebersamaan. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran, didasarkan kepada keseragaman. Keindahan justru kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan tercipta bila terdapat perbedaan-perbedaan antara pada sesuatu yang berbeda. bagian-bagiannya yang dipersatukan dalam satu 20 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 15 - 20

DAFTAR PUSTAKA

Eka Darmaputera. 1997. Pancasila : Identitas dan Mo- Rizal Mustansyir. 1995. “Bhinneka Tunggal Ika dalam dernitas Tinjauan Etis dan Budaya, PT BPK Perspektif Filsafat Analitik”, dalam Jurnal Gunung Mulia, Jakarta. Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Hardono Hadi. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Mada, Yogyakarta. Pancasila, Kanisius, Yogyakarta. ______, tt, "Bhinneka Tunggal Ika", tedapat dalam Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), tt, “Mengelola http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_I Kebhinnekaan Menjadi Sinergi” terdapat dalam ka, diakses pada tanggal 12 Maret 2008. http://himpsi.org/content/view/46/28/, diakses pada ______, tt, “Hargai Keberagaman Budaya tanggal 30 September 2008. Indonesia“ terdapat dalam http://indonesian- Mahkamah Konstitusi RI. 2006. Undang-Undang Dasar community.multiply.com/journal/item/10, Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang- diakses pada tanggal 27 Pebruari 2008. Unadng Republik Indonesia Nomor 24 Tahun ______, tt, ”Keberagaman, Mukjizat atau Petaka?” 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, Sekretariat terdapat dalam http://www.sinarharapan.co.id/- Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik berita/0704/13/ipt02.html, diakses pada tanggal Indonesia, Jakarta. 27 Pebruari 2008. Pursika, I Nyoman. 2009. “Harmoni Antara Pluralisme dan Monisme (Suatu Kajian Tentang Realitas dan Tujuan Masyarakat Indonesia”, dalam Jurnal IKA, Ikatan Keluarga Alumni Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.