MODEL ANTISIPASI KONFLIK PEMILUKADA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI JAWA TENGAH ( Studi di Kabupaten , Kabupaten Rembang, Kota , dan Kota )

REGIONAL LEADER GENERAL ELECTION CONFLICT POTENTIAL ANTICIPATION MODEL RESEARCH BASED ON THIS SOCIETY PARTICIPATION CENTRAL OF (The Case in Kebumen , , Semarang City, and Pekalongan City)

Nurul Akhmad dan Iqbal Wibisono

ABSTRACT Regional leader general election conflict potential anticipation model research based on this society participation is : (1) At surface overshadows by conflict existence many involve society ; (2) Still the low society participation in join in to do anticipation towards potential regional leader general election conflict ; (3) Necessary looked for regional leader general election conflict potential anticipation model based on society participation. This research is a case study that are : (1) Kebumen Regency; (2) Rembang Regency; (3) Semarang City; (4) Pekalongan City. Two manners to get data that is (1) observation and (2) interview deepens, the validity process by using method triangulatings, so that truth and well guaranted data quality. This research aim is that is to detects: (1) How far society participation has been done in join in to do conflict anticipation in regional leader general election; (2) to detect potential regional leader general election conflict; (3) regional leader general election conflict potential area; (4) conflict potential heavy in every conflict area; (5) To find the anticipation model based on society participation. This research benefit is that is : (1) According to teoretik, can be embryo for theory reconstruction efforts about regional leader general election conflict anticipation based on society participation (2) According to practise, from this watchfulness result can be new reference for all regional leader general election the interested parties (Local Government, Regency/City General Election Commitee, Election Supervisor Commitee, TNI/Police, Society, and Private Side) in the efforts realizes democratic regional leader general election, have a certain quality, and safe; (3) Detectable a regional leader general election conflict potential anticipation model based on society participation. This research result shows (1) to decreased it society participation, (2) potential regional leader general election conflict; (3) still the hoisterous of money policies, (4) denial existence towards regional leader general election result by candidate pair that lose, (5) all regional leader general election quarrel accusations that submitted by pair that lose to aversed constitution court of justice; (6) found a regional leader general election conflict potential anticipation model based on society participation. Conclusion that can be taken from this research that is (1) decreased it society participation in regional leader general election be caused satisfied taste factor follow regional leader general election, technical obstacle, attitude apreori society, (2) the hoisterous of money policies because weak the law rule; (3) denial towards chosen candidate pair by candidate pair that loses because democracy culture unfavourable.

1

PENDAHULUAN Semua berharap penyelenggaraan Secara alami konflik dalam pemilihan umum kepala daerah pemilukada sulit dihindari karena pada (Pemilukada) berjalan secara jurdil dan momentum inilah partai politik akan luber, demokratis, tertib, dan berkualitas berjuang sekuat tenaga dan amunisinya sehinga akan mampu menghasilkan untuk meraih kursi kekuasaan. Nurul kepala daerah yang benar menjadi pilihan (Nurul: 2010) mengatakan di dalam rakyat, bersih, dan berwibawa, sehingga negara demokrasi pemilu merupakan dapat meningkatan kemajuan dan mekanisme yang sah dan baku untuk kesejahteraan daerahnya. meraih kursi kekusaan. Itulah yang Untuk melakukan antisipasi dini menjadikan semua partai politik dalam dan meminimalisasi potensi dan konflik setiap pemilu harus mengunakan semua pemilukada di Jawa Tengah perlu dicari cara dan menggalang dana serta masa sebuah model antisipasi konflik sebesar besarnya untuk memenangi pemilukada yang berbasis partisipasi pemilu. Pada titik inilah, benturan masyarakat. Dari hasil penelitian dapat konflik tidak bisa dihindari karena diketahui faktor-faktor yang menjadi berhadapan dengan hukum sebagai potensi konflik dalam penyelenggaaraan aturan main ( rule of the game ) yang pemilukada dan model antisipasinya harus dipatuhi dan dijalankan untuk berbasisi masyarakat. ketertiban jalannya pemilu dan kepastian hukumnya. METODE PENELITIAN Pada tahun 2010 di Provinsi Jawa Penelitian ini menggunakan Tengah ada 17 kabupaten/kota yang akan metode kualitatatif. Secara teknis metode menggelar pemilihan kepala daerah ini memiliki beberapa kelebihan secara langsung. Sedangkan pada bulan dibandingkan dengan metode lainnya, April ada 4 ( empat) kabupaten/kota yang seperti dikatakan Singarimbun sebagai akan menyelenggarakan pemilihan kepala berikut, pertama, menyesuaikan metode daerah secara langsung yaitu Kabupaten penelitian kualitatif lebih mudah apabila Kebumen, Kabupaten Rembang, Kota berhadapan dengan kenyataan ganda. Pekalongan, dan Kota Semarang. Kedua, metode ini menyajikan secara Provinsi Jawa Tengah banyak langsung hakekat hubungan antara menjadi barometer nasional, demikian peneliti dengan responden. Ketiga , juga penyelenggaraan pemilihan kepala metode ini lebih dapat menyesuaikan diri daerah secara langsung provinsi Jawa dengan banyak penajaman pengaruh Tengah menjadi barometer secara bersama pola-pola nilai yang dihadapi. nasional dalam hal ketertiban, partisipasi Metode pendekatan yang masyarakat, dinamika demokrasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjalan, indepedensi dan konsistensi Yuridis sosiologis (Sosio-legal approach) lembaga penyelenggara. Untuk tetap Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjaga stigma tersebut, maka semua mempelajari keterkaitan hukum dengan pihak pemangku kepentingan pemilukada semua institusi sosial lain yang terkait senantiasa ikut peran sertany, khususnya dengan pemilukada. Sebab, pada dalam menjaga kondusifitas Jawa Tengah dasarnya, institusi hukum tidak dapat denagan cara melakukan antisipasipasi dilihat sebagai entitas normatif yang dini terhadap setiap potensi konflik mandiri atau isoterik, tetapi justru harus pemilukada. dilihat sebagai bagian darai sistem sosial

2 yang tentu saja kait mengkait dengan memperoleh data penelitian ini. Dengan variabel-variabel sosial lainnya catatan lapangan ini diharapkan mampu Dua cara untuk memperoleh menjadi perantara antara apa yang sedang sumber data, yaitu sumber data primer dilihat dan diamati antara peneliti dengan diperoleh dari hasil wawancara dengan realitas dan fakta fakta politik yang semua pemangku kepentingan berkembang selama penyelenggaraan pemilukada yaitu Ketua atau KPU pemilukada. Kabupaten/Kota Kabuten/Kota Kebumen, Analisis data dilakukan dengan Rembang, Kota Semarang dan Kota menggunakan metode analisis model Pekalongan, Ketua atau anggota Panwas interaktif, yaitu data yang diperoleh dari Kabuten/Kota yang dijadikan sampling informan (masyarakat) dilakukan analisis penelitian, Ketua dan anggota dengan menggunakan model interaktif Kabuten/Kota yang dijadikan sampling (interactive model of analysis) yaitu suatu penelitian, Desk Pemilukada di aktivitas di mana dari data yang Kabupaten/Kota, Ketua atau pengurus terkumpul dilakukan pemilahan dengan partai Kabuten/Kota mengajukan tujuan diperolehnya data yang dinilai pasangan calon, pemantau, , Panwaslu, relevan terhadap penelitian ini, kemudian Pemantau, LSM, dan informan lain yang data tersebut diolah guna ditarik menjadi dipandang perlu dan membantu simpulan. Sedangkan validitas data memberikan informasi berkaitan dengan dilakukan dengan teknik trianggulasi data, ruang lingkup penelitian yaitu melakukan cek silang antara sumber Metode pengumpulan data yang satu dengan sumber yang lainnya dilakukan dengan pengamatan atau dengan cara membandingkan data atau observasi, wawancara, catatan lapangan. informasi yang obyek sama. Informan Setidaknya ada tiga situasi sosial yang dalam penelitian ini yaitui Ketua KPUD diamati dalam penelitian ini, yaitu : dan Ketua Panwaslu, desk pilkada, partai lokasi/fisik tempat penyelenggaraan politik pengusung pasangan calon di pemilukada, manusia-manusia pelaku Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi atau actors yang memiliki peran dalam penelitian, serta pihak lain yang karena penyelenggaraan pemilukada, yaitu independensinya turut serta mengawal pemerintah daerah termasuk desk proses jalannya pemilukada, seperti : pemilukada kabupaten/kota, KPU LSM, Pemantau Pemilukada, Mapilu PWI Kabupaten/Kota, Panwalu, Partai Politik, Jawa Tengah. Pemantau, Pers, dan semua institusi pemangku kepentingan pemilukada. HASIL PENELITIAN DAN Wawancara dilakukan kepada semua PEMBAHASAN pihak yang terkait langsung dengan Dari penelitian ini dapat ketahui pemilukada, yaitu desk pemilukada berbagai konflik dalam pemilukada yang kabupaten/kota, KPU Kabupaten/Kota, muncul yaitu : Panwalu, Partai Politik, dan Pemantau. (1) Sebaran potensi konflik dan Catatan Lapangan dilakukann sebagai antisipasinya. sebagai instrumen pembantu dalam

3

Masyarakat 20% KPU Media Masa Kabupaten/Kota 5% 30%

DPRD 5%

Panwas Partai Politik PNS/TNI/Polri 15% 20% 5%

Doc. Lab. Hukum & Politik : PUSOSHUM LP2M UNNES

Potensi konflik dalam adalah KPU Kabupaten/Kota sebagai penyelenggaraan Pemilukada ketika aktor utama penyelenggara proses dianalisis berdasar perkembangan politik politik tersebut tidak netral alias beserta dinamika sosial yang berkecenderungan memihak pada mengiringinya maka dapat diketahui salah satu pasangan calon melalui seperti berikut ini : statemen anggota KPU Kabupaten/ (a) Tentu akar penyebab konflik dalam Kota atau kebijakan yang dimaknai konteks dinamika Pemilukada diawali merugikan pasangan calon tertentu. dari statemen aktor politik terutama Ketidaknetralan KPU Kabupaten/ yang berada di lingkungan DPRD Kota sering berimplikasi pada sikap karena mereka merasa memiliki hak dan kebijakan yang tidak profesional, prerogatif untuk menjadi kendaraan artinya tindakan KPU Kabupaten/ politik bagi pasangan calon. Kota secara institusional sering (b) Sebaran potensi konflik yang menyerempet regulasi yang berlaku dianalisis melalui pendekatan posisi atau kebijakan internal yang bersifat pemerintah daerah (Pemda) sebagai lokalistik dari KPU Kabupaten/Kota salah satu penanggungjawab merugikan pasangan calon tertentu. kelancaran Pemilukada adalah (d) Posisi TNI dan Polri sebagai aparatur persoalan netralitas birokrasi sebagai negara yang bertanggungjawab untuk mesin public services yang secara keutuhan NKRI serta ketentraman, eksplisit harus ditunjukkan dengan ketertiban dan kedamaian masyarakat netalitas PNS sebagai pilar utama justru terlibat pada posisi tidak netral birokrasi. saat berangsung pemilukada. (c) Konflik dalam pemilukada ketika (e) Sebaran konflik pemilukada sering dianalisis berdasar pendekatan dialamatkan pada aktor demokrasi dinamika masyarakat maka yakni partai politik yang ditandai sesungguhnya sering diwacanakan sejak rekrutmen pasangan calon yang melalui aktivitas political education bakal diusung antara kader internal yakni mentalitas masyarakat untuk partai atau outsider namun boleh siap menerima menang sekaligus siap diklaim sebagai simpatisan dengan dan legowo menerima kekalahan. pertimbangan pragmatis-praksis yakni Salah satu akar konflik pemilukada memiliki modal material yang sering

4

diyakini menjadi segalanya dalam langsung pada masyarakat termasuk memenangkan kompetisi meraup kondisi sosial selama pemilukada dukungan suara terbanyak agar berjalan. memenangkan pemilukada. Konflik (b) Jajaran PNS sebagai tulang punggung dipicu oleh tindakan dan kebijakan birokrasi dalam melayani publik parpol pengusung yang sering mampu bersikap netral dan menjaga provokatif dengan argumen psy war jarak yang sama dengan semua dengan parpol lain justru menuai pasangan calon kepala daerah. Agar konflik di akar rumput yang tidak menimbulkan pemahaman menimbulkan instabilitas politik masyarakat bahwa birokrasi telah daerah selama pemilukada. Tindakan melakukan pemihakan dengan provokasi melalui statemen aktor memenangkan salah satu pasangan politik maupun pengerahan massa calon. Posisi sekretariat daerah dalam jumlah besar yang disertai (Sekda) sebagai pembina anggota tindakan kurang simpatik biasanya PNS di kabupaten/kota amat terjadi pada kompetisi antar pasangan menentukan sikap netral dan calon yang cukup ketat serta memiliki independensi PNS pada saat karakteristik yang cukup deferensiatif. pemilukada. Daya tahan aparat PNS (f) Media massa menjalankan fungsi daerah untuk menjaga netralitas diseminasi informasi serta aplifikasi selama pemilukada cukup signifikan tentang penyelenggaraan pemilukada bagi upaya mengantisipasi konflik secara diskriminatif dan memiliki dalam pemilukada. kecenderungan pemihakan secara (c) Pendidikan politik dilakukan secara substansi yang menguntungkan kontinyu dan menyeluruh sehingga pasangan calon tertentu sekaligus juga mendorong kedewasaan dan merugikan pasangan calon yang lain. kecerdasan politik masyarakat. Seharusnya media massa menjalankan Formatnya dapat direalisasikan sejak kebijakan cover both sides dalam sosialisasi tentang penyelenggaraan pemberitaan pemilukada terutama pemilukada, tahapan pemilukada yang menyangkut pasangan calon kepala merupakan sosialisasi proses daerah melalui framing yang pelaksanaan sampai hasil pemilukada. berimbang sudut pandangnya. Disamping itu pendidikan politik yang bertujuan membangun kesadaran Adapun antisipasi yang dapat politik masyarakat serta pencerahan dilakukan berbagai pihak dalam rangka agar terbentuk pemilih yang cerdas meminimalisir konflik pemilukada dan intelek dalam mengikuti diantaranya adalah: pemilukada. (a) Para aktor politik baik dari jajaran (d) KPU Kabupaten/Kota sebagai elite partai maupun mereka yang penanggungjawab utama keberhasilan sedang menduduki jabatan sebagai pemilukada tanpa konflik anggota DPRD bersikap negarawan berkepanjangan juga perlu menjaga dan bijaksana merespon dinamika netralitas dan independensi melalui politik pada saat berlangsung tahapan sikap dan kebijakan yang adil, proses penyelenggaraan pemilukada. transparan dan akuntabel sehingga Apalagi keberadaan mereka yang tidak menimbulkan tafsir sering menjadi news maker bagi keberpihakan KPU Kabupaten/Kota media maka akan memiliki implikasi pada salah satu pasangan calon kepala 5

daerah. Ketegasan dan konsistensi struktural kepengurusan partai sampai KPU Kabupaten/Kota menjalankan kader menjadi tanggungjawab partai regulasi maupun kebijakan menjadi untuk dewasa dan arif menyikapi tolok ukur netralitas dan setiap tahapan pemilukada bahkan profesionalisme dalam menjalankan sampai hasil perolehan suara tugasnya. Kebijakan terkait pasangan calon yang diusungnya. pemilukada harus memiliki landasan (g) Media massa sebagai institusi sosial hukum yang jelas serta tidak yang berarti telah menjadi bagian menimbulkan multi tafsir yang dapat inheren dinamika sosial maka perlu memicu konflik antar pasangan calon terus mengedepankan fungsi maupun dengan KPU informasi, kontrol sosial dan Kabupaten/Kota. aksentuasi kepentingan publik selama (e) Posisi TNI/Polri mengedepankan pemilukada dengan tetap dalam politik negara yakni mengutamakan koridor etika jurnalisme yakni tugas pada saat pemilukada supaya pembingkaian terhadap pemilukada lancar, aman dan damai serta terpilih secara berimbang, obyektif dan tidak pasangan calon secara fair dan tidak memihak pada kepentingan salah satu meninggalkan persoalan yang dapat pasangan calon. memicu konflik berkepanjangan. TNI (h) Panwas sebagai wasit pemilukada hanya bersedia membantu Polri sering menjadi tumpuan harapan apabila kewalahan menangani konflik publik terhadap penyelesaian atas horisontal akibat kekacauan pelanggaran yang terjadi dalam pemilukada yang berpotensi pemilukada. Panwas harus mampu menimbulkan instabilitas politik di menunjukkan profesionalisme melalui daerah.Polri tetap menjadi ujung keseriusan dan keberhasilan tombak pengamanan penyelenggaraan menangani pelanggaran yang sering pemilukada terutama pada hari H ditemukan selama pemilukada. pemungutan serta perhitungan suara Disamping itu Panwas harus juga yang berpotensi muncul konflik di menjalankan tugas institusional secara masyarakat. adil, berimbang dan tidak tampak (f) Partai politik sebagai pemangku keberpihakan pada salah satu utama kepentingan dalam pemilukada pasangan calon ketika ditemukan menunjukkan sikap dan perilaku yang pelanggaran dalam pelaksanaan menjunjung tinggi demokrasi yakni pemilukada tersebut. menciptakan situasi politik yang kondusif untuk menerima apapun (2) Model Antisipasi Konflik Pemilu hasil pemilukada terhadap pasangan Kada Berbasis Masyarakat. calon yang diusungnya. Jajaran

6

Model antisipasi konflik sentimen kewilayahan atau kelompok pemilukada berbasis partisipasi kritis perkotaan. Penguasaan atas peta masyarakat dalam praktik berdasar ideologi dan perilaku atau kultur nomenklatur konsepsi di atas maka dapat politik masyarakat memudahkan dieksplanasikan sebagai berikut: upaya mencari akar penyebab yang (a) Perlu dilakukan social-political sering memicu konflik dalam mapping masyarakat di wilayah pemilukada. penyelenggaraan pemilukada, (c) Kultur masyarakat yang ikut sehingga dapat diketahui kultur sosial, mempengaruhi perilaku politik perilaku politik, persepsi tentang masyarakat di wilayah Jawa Tengah konflik serta berbagai hal terkait biasanya terbagi ke dalam kultur dinamika politik lokal. Pemetaan pesisiran yang memiliki karakter: sosial politik menjadi referensi dalam kosmopolitan, terbuka, rasional, memotret potensi konflik dan eksplisit, keras, agamis dan loyal. antisipasi yang perlu dilakukan Selain itu terdapat kultur pedalaman menghadapi dinamika masyarakat yang dikenal paternalistik, tertutup, pada saat pemilukada. Perlu dikenali irasional, halus, njlimet, implisit dan akar penyebab konflik yang pernah kuatnya pengaruh budaya kerajaan muncul, watak masyarakat, kebiasaan sehingga mempengaruhi perilaku menghadapi konflik politik yang politik masyarakatnya. Apalagi ketika pernah terjadi sebelumnya. mengacu pandangan Clifford Geetrz (b) Memetakan potensi konflik politik (1986) tentang dominasi kultur santri, yang pernah terjadi dari dimensi abangan dan priyayi di wilayah Jawa ideologi dan perilaku masyarakat, maka perlu menjadi referensi sosial misalnya memahami peta ideologi untuk memahami peta kultur sosial yang berkembang di aras lokal/daerah sebagai modal antisipasi konflik tersebut sehingga membantu upaya dalam pemilukada. mengantisipasi ketika muncul konflik (d) Kecuali itu perlu pemahaman terkait seperti pemahaman tentang daerah potensi yang dimiliki masyarakat di basis nasionalis, basis agama, wilayah Jawa Tengah yang dapat 7

mempengaruhi perpolitikan lokal diwarnai konflik antar komponen seperti: sikap kolektivisme yang masyarakat karena persoalan identitas cukup kuat, peran tokoh agama di aras atau keagamaan yang dapat muncul lokal, keberadaan tokoh panutan sewaktu-waktu merupakan substansi masyarakat serta booming kaum pemetaan yang perlu dipahami dalam terpelajar di kabupaten/kota yang model antisipasi konflik pemilukada berpengaruh pada sikap kritis dan berbasis partisipasi masyarakat. korektif terhadap setiap perhelatan Misalnya kampanye hitam yang politik. Namun sebagian besar bernuansa SARA atau mempolitisir penduduk yang tinggal di wilayah sentimen ormas keagamaan diantara perdesaan tentu memiliki karakter pasangan calon. sosial yang berbeda dengan mereka (f) Hal yang strategis dalam model yang mendiami wilayah perkotaan antisipasi konflik pemilukada adalah seperti ibukota kabupaten/kota. bagaimana pemahaman tentang Disamping itu konteks dinamika partisipasi politik serta kesadaran kehidupan ekonomi yang bermuara untuk membangun partisipasi pada kesejahteraan amat sehingga akan memudahkan social mempengaruhi perilaku dan kultur empowering di dalamnya. Adapun politik masyarakat saat menghadapi partisipasi politik menurut Samuel perhelatan pemilukada, seperti Huntington (dlm Anwar Arifin: merebaknya politik uang dalam 2003;131) adalah “kegiatan warga beberapa pemilukada yang lalu. negara yang bertindak sebagai (e) Adapun potensi konflik yang muncul pribadi-pribadi, dengan maksud bisa dijelaskan sejak dipicu dari mempengaruhi pembuatan keputusan sentimen organisasi keagamaan di oleh pemerintah”. Selanjutnya terkait tingkat lokal (NU, Muhammadiyah, format partisipasi masyarakat tersebut LDII, dan sebagainya), asal usul maka menurut Anwar Arifin (h.133) calon, keturunan/ras dari pasangan bahwa partisipasi itu bisa bersifat calon, kebiasaan dan perangai individual dan kolektif, terorganisasi kehidupan keseharian, riwayat atau spontan, mantap atau sporadis, pendidikan pasangan calon, sampai secara damai atau dengan kekerasan, dengan persoalan agama dan ideologi legal atau ilegal serta efektif atau yang diyakini pasangan calon yang tidak efektif. tampil saat pemilukada. Disamping (g) Setelah muncul partisipasi masyarakat itu polarisasi dukungan diantara maka perlu dibangun pemberdayaan pasangan calon juga ikut menentukan masyarakat agar dapat berpartisipasi pemetaan sosial sebagai bekal dalam antisipasi konflik. Konsepsi antisipasi konflik. Hal ini dapat pemberdayaan masyarakat menurut mengacu pada Teori Identitas (SN Suparjan & Hempri S (2003:19) Kartikasari;2000) yang menjelaskan adalah proses perencanaan konflik yang muncul di tengah (pembangunan) dengan memusatkan masyarakat lebih disebabkan identitas pada partisipasi, kapabilitas dan sosial suatu kelompok terancam kehadiran masyarakat lokal. Artinya keberlangsungannya yang berakar ketika dimasukkan dalam konteks pada hilangnya sesuatu atau antisipasi konflik pemilukada maka penderitaan masa lalu yang tidak pemberdayaan masyarakat tidak lain selesai. Sejarah politik lokal yang mengikutsertakan (partisipatif 8

aprroach) kehadiran masyarakat rakyat menjadi penentu utama dalam dalam setiap tahapan pemilukada pembentukan pemerintahan. dalam wujud perhatian dan (i) Rakyat sebagai pelaku utama dalam kepedulian mereka terhadap demokrasi yang dipraktikan secara pemilukada yang sedang berlangsung. prosedural melalui pemilukada maka Sikap kritis dan sorotan publik harus memberdayakan masyarakat terhadap kinerja KPU Kabupaten/ agar terdapat kesadaran untuk Kota sampai perilaku parpol saat mengantisipasi setiap konflik yang mengusung pasangan calon muncul dalam pemilukada. Sehingga merupakan modal untuk perlu penguatan pemahaman tentang memberdayakan masyarakat dalam karateristik demokrasi yang upaya antisipasi konflik pemilukada ditunjukkan dari prasyarat yang harus tersebut. Pemberdayaan direalisasikan dipenuhi sebagaimana pendapat dengan memberikan kepercayaan Yoseph Schumpeter (dlm masyarakat ikut andil mengantisipasi Ishomuddin:2001;28) diantaranya: (1) konflik seperti peran tokoh pemuda, kebebasan untuk membentuk dan kalangan preman, tokoh masyarakat, bergabung dalam organisasi; (2) tokoh agama, tokoh perempuan kebebasan mengungkapkan pendapat; sampai dengan tokoh partai di aras (3) hak untuk memilih dalam pemilu; lokal dilibatkan dalam setiap upaya (4) hak untuk menduduki jabatan antisipasi konflik pemilukada. publik; (5) hak para calon pemimpin (h) Pendidikan politik kontinyu untuk bersaing memperoleh dukungan diselenggarakan untuk meningkatkan suara serta (6) terselenggaranya kualitas pemahaman politik dan pemilu yang bebas dan jujur. demokrasi sebagai bagian dari Pemberdayaan masyarakat dalam konsolidasi demokrasi agar lebih pemilukada adalah dalam rangka bermanfaat untuk menyejahterakan membangun dukungan masyarakat masyarakat. Perlu diperkuat terhadap demokrasi yang telah dipilih pemahaman dan persepsi tentang sebagai mekanisme membentuk demokrasi, diantaranya menurut pemerintahan yang lebih Haryatmoko (2003:xii) bahwa “sistem mengakomodir suara rakyatnya. politik yang mampu menopang Kecuali itu budaya demokrasi yang pluralitas serta menyelesaikan konflik hendak dikembangkan masyarakat (kepentingan) dengan cara damai sebaiknya mengacu pada prasyarat adalah demokrasi”. Maknanya demokrasi sebagaimana tawaran demokrasi adalah satu bentuk Schumpeter tersebut. konsensus publik untuk (j) Realisasi terhadap model antisipasi menyelesaikan konflik kepentingan konflik pemilukada berbasis dan beragamnya keinginan partisipasi masyarakat tetap masyarakat sehingga ditempuh membutuhkan keterlibatan pihak lain dengan mekanisme konsensus yang seperti: pemerintah melalui Badan dinilai memenuhi substansi demokrasi Kesbangpol dan Linmas, perguruan yakni melalui mekanisme pemilihan tinggi melalui keterlibatan akademisi, umum. Apalagi bahwa demokrasi LSM, Organisasi Kemasyarakatan, secara teoritis juga dimaknai Mahasiswa, budayawan dan kaum pemerintahan dimana kekuasaan atau intelektual bebas bahkan KPU kedaulatan di tangan rakyat, dan Kabupaten/Kota dan Panwas. Mereka 9

yang dapat dikategorikan komponen (b) terdapat partisipasi politik sosial tersebut dapat dijelaskan masyarakat yang tinggi termasuk kontribusinya dalam praktik model kesadaran untuk menyukseskan antisipasi konflik tersebut dengan pemilukada yang aman, damai dan menempatkan diri sebagai mediator, demokratis sehingga terpilih pasangan fasilitator serta katalisator. Artinya calon yang berkualitas; (c) terdapat posisi mediator adalah menjadi kebebasan politik dan masyarakat penengah yang merupakan wadah untuk menentukan pilihan politik atau ruang untuk melakukan antisipasi yang tidak dalam kondisi konflik pemilukada berbasis ketertekanan dan ketakutan apalagi partisipasi masyarakat. Sedangkan menimbulkan konflik di tengah fasilitator lebih menempatkan sebagai masyarakat; (d) partisipasi masyarakat faktor penyedia dan pendukung setiap yang diikuti pemberdayaan diri upaya antisipasi konflik pemilukada menjadi bagian dari keterlibatan dengan memberdayakan masyarakat masyarakat secara aktif dalam proses di dalamnya. penyelenggaraan pemilukada yang (k) Adapun antisipasi konflik yang minim konflik politik diharapkan terwujud dalam sikap berkepanjangan. waspada masyarakat terhadap munculnya patologi demokrasi perlu Untuk penerapan model ini diinternalisasikan secara kontinyu diperlukan prasyarat-prasyarat yaitu (a) agar terbangun sosial awareness atau pendidikan politik yang lebih baik di kesadaran sosial terkait konflik masyarakat sehingga keterlibatan pemilukada akibat patologi demokrasi masyarakat dalam pemilukada akan seperti: menghalalkan segala cara menjadikan pemilukada lebih berkualitas; untuk memaksakan kehendak melalui (b) penyelenggaraan pemilukada ( KPU tahapan pemilukada, tidak taat aturan Kabupaten/Kota termasuk Panwas ) harus main dan regulasi yang berlaku benar-benar professional dan netral sehingga memicu konflik serta politik sehingga penyelenggaraan pemilukada pressure atau penekanan yang rawan berjalan dengan baik dan kondusif ; (3) konflik horisontal selama pemilukada. perlunya keikutsertaan medsia masa Kegiatan sosial yang bernuansa untuk ikut meminimalisasi setiap potensi membangun kewaspadaan masyarakat konflik yang akan muncul. terhadap penyakit demokrasi adalah bagian dari praktik model antisipasi KESIMPULAN konflik pemilukada berbasis Kesimpulan yang dapat diambil partisipasi masyarakat. dari penelitian ini yaitu (1) Konflik (l) Terakhir keberhasilan mempraktikkan pemilukada akan selalu muncul karena model antisipasi konflik pemilukada pada momentum inilah partai politik akan berbasis partisipasi masyarakat dinilai berjuang semaksimal mungkin untuk dari indikator penyelenggaraan meraih kursi kekuasaan oleh karena itu pemilukada yang memenuhi aspek upaya dan langkah-langkah untuk sebagai berikut: (a) terdapat kompetisi mengantisipasi dan meminimalisasi perlu diantara pasangan calon yang diusung selalu dialkukan dengan melibatkan parpol maupun calon perseorangan, partisipasi masyarakat; (2) Cara yang yang berlangsung terbuka, fair dan relatif efektif untuk meminimalisasi tidak menimbulkan konflik horisontal; potensi konflik pemilukada yaitu dengan 10 melibatkan melibatkan partisipasi kampanye, khususnya yang mengatur masyarakat ; (3) Model antisipasi potensi larangan politik uang agar lebih tegas, konflik pemilukada berbasis partisipasi mengikat, dan memberikan kepastian masyarakat diharapkan menjadi referensi hukum, sehingga dapat membuat jera bagi semua pihak pemangku kepentingan para siapa saja yang akan melakukan ( Pemda, KPU Kabupaten/Kota, Partai politik uang (money politics) ; (2) setiap politik, Panwas, TNI/Polri, dunia usaha, potensi konflik pemilihan umum kepala dan masyarakat) dalam melakukan daerah harus diantisipasi dini dengan antisipasi dan meminimalisasi potensi melibatkan partisipasi masyarakat; (3) konflik pemilukada di Jawa Tengah ; (4) Perlu keterlibatan partisipasi masyarakat Masih maraknya politik uang ( money dalam antisipasi konflik pemilihan umum politics ) dan kampanye hitam ( black kepala daerah; (4) Pemerintah daerah campeign ) dan partai politik perlu secara terus menerus melakukan pendidikan politik/ SARAN. kewarganegaraan untuk meningkatkan Saran yang dapat diberikan dari kualitas partisipasi masyarakat dalam penelitian ini yaitu : (1) perlu segera pemilihan umum, termasuk partisipasi dilakukan refisi beberapa pasal dalam dalam antisipasi terhadap potensi konflik undang-undang yang mengatur tentang pemilukada.

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Lewis Coser, 1967. Continuities in the Politik, Gramedia Pustaka Utama, Study of Social Conflictt. New Jakarta, 2000. York: Free Press. page. 32-70 Faisal, Sanafiah; Penelitian Kualitatif : Lyman Tower Sargent, Contemporary Dasar-Dasar dan Aplikasi, Political Ideologies, (London: The Penerbit YA3 Malang, 1990. Dorsey Press, 1984), hlm. 32-33. Guba dan Lincoln, Competing Paradigms M, Dahlan Y.AL Barry, L. Lya Sofyan In Qualitative Research, di dalam Yacub, “Kamus Induk Istilah N. K. Danzin dan Y. S. Lincoln Ilmiah”, Target Prose (Ed) Handbook of Qualitative Surabaya, 2003. Research, Sage Publication, Mattew B. Miles dan A. Michael London, 1994, hal 108 Huberman, Analisis Data Ibnu Kencana Syafie, "Ilmu Politik" Kualitatif, UI Press, Jakarta, 1999, Rineka Cipta, hal 19, 1977. Robert hal. 16 Michels, Partai Politik, Moeliong, Lexy J; Metode Penelitian Kecenderungan Oligarki dalam Kualitatif, Penerbit PT. Remaja Birokrasi, Rajawali Press, Jakarta, Rosdakarya-Bandung, 1999. hlm 46. Rafael Raga Maran, Nurul Akhmad Mengenal dan Mengawal Pengantar Sosiologi Politik, Aneka Demokrasi, Aneka Ilmu, Cipta, Jakarta, 2001, hlm 22. Semarang, Jakarta, 2010. Karya Thomas Khun ini tertuang dalam : Nurul Akhmad, Interaksi Politik dalam The Structure of Scientific Pembentukan Hukum dan Revolution, Chicago University Implementasinya, Aneka Ilmu, Press, 1962, 2nd ed. 1970. 2010 11

P. Hontington dan Joan Nelson dalam Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti bukunya Partisipasi Politik di Kualitatif, Ancangan Metodologi, Negara Berkembang, 199. Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peter Schroder, Strategi Politik, Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Frederich-Naman-Stifung Fur die Sosial, Pendidikan dan Humaniora, Freiheit , 2008. Penerbit Pustaka Setia Bandung, 2002, Hal 94.

12