PEMANFAATAN ASET GEDUNG DAN TANAH EKS BAKORWIL UNTUK RUMAH SAKIT DI WILAYAH PATI, , DAN

UTILIZATION OF ASSET BUILDING AND LAND EKS BAKORWIL FOR HOSPITALS IN PATI, PEKALONGAN, AND MAGELANG AREA

S. Budi Prasetyo & Arif Sofianto Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah Jl. Pemuda 127 – 133 email: [email protected] Diterima: 10 April 2017, Direvisi: 12 Mei 2017, Disetujui: 20 Mei 2017

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan: 1) analisis kondisi aset eks Bakorwil di Kabupaten Pati, Kota Pekalongan, dan Kota Magelang dari sisi pengelolaan, kondisi bangunan, infrastruktur dan lingkungan, 2) analisis kemungkinan aset eks Bakorwil di Kabupaten Pati, Kota Pekalongan, dan Kota Magelang untuk dimanfaatkan sebagai rumah sakit, serta langkah-langkah yang diperlukan. Data dalam kajian ini dikumpulkan melalui wawancara, diskusi, dan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Analisis data dalam kajian ini menggunakan teknik kualitatif dengan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Kesimpulan dari kajian ini adalah: 1) aset yang memungkinkan untuk didirikan rumah sakit adalah rumah dinas adalah eks Bakorwail Pati dan Pekalongan, akan tetapi lokasi yang membutuhkan rumah sakit baru adalah Magelang dan Pekalongan, untuk wilayah Pati sudah ada RSUD Kelet Jepara; 2) pendirian rumah sakit di Pekalongan memanfaatkan aset eks rumah dinas, sedangkan di Magelang perlu mencari alternatif aset yang lain; 3) Rumah sakit yang akan didirikan diarahkan ke center of excellence yaitu untuk Pekalongan adalah Ibu dan Anak, untuk Magelang adalah Kanker.

Kata kunsi: aset daerah, bakorwil, rumah sakit

ABSTRACT

The purpose of this study is to: 1) analyze the condition of ex-Bakorwil assets in Pati, Pekalongan, and Magelang areas from the management side, the condition of the building, infrastructure and environment, 2) analysis of possible assets of ex-Bakorwil in Pati , Pekalongan City, and Magelang City to be used as a hospital, as well as necessary steps. Data in this study were collected through interviews, discussions, and direct observation of the study object. The data analysis in this study uses qualitative techniques with interactive models developed by Miles and Huberman. The conclusions of this study are: 1) the possible asset for the establishment of the new hospital is the official house in Pati and Pekalongan, but the location that need new hospital is Magelang and Pekalongan, for the existing Pati there are Kelet Hospital, Jepara; 2) the establishment of hospitals in Pekalongan utilize the assets of former official houses, while in Magelang need to look for alternative assets; 3) The hospital to be established is directed to the center of excellence that is for Pekalongan is Mother and Child hospital, for Magelang is Cancer hospital.

Keywords: regional assets, Bakorwil, hospital

Pemanfaatan Aset Gedung dan Tanah eks Bakorwil untuk Rumah Sakit di Wilayah Pati, Pekalongan, dan 119 Magelang–S. Budi Prasetyo, Arif Sofianto PENDAHULUAN aset sebaiknya mengoptimalkan potensi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tanah aset, menjaga kelestarian memiliki berbagai aset berupa tanah dan/ lingkungan, mendukung pengamanan atau bangunan yang pengelolaannya tanah aset, serta member manfaat baik dilakukan oleh Organisasi Perangkat bagi pemerintah, pengguna maupun Daerah (OPD). Pada tahun 2017, terjadi masyarakat sekitar (Minik Sundari dan perubahan OPD sesuai dengan ketentuan Samsul Ma’rif, 2013). Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Aset daerah yang tidak dikelola tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan tentu terancam keamananya terutama tersebut menyebabkan Badan Koordinasi secara fisik. Oleh sebab itu, pengelolaan Wilayah (Bakorwil) dihilangkan. Aset-aset aset memiliki fungsi menjaga keberadaan yang sebelumnya digunakan oleh aset tersebut. Hasil penelitian Ira Waty Bakorwil tersebut sebagian dialihkan Abas (2013) menunjukkan bahwa untuk keperluan perkantoran, namun pengelolaan barang milik daerah sebagian masih belum dimanfaatkan. Di berpengaruh secara signifikan terhadap sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pengamanan aset daerah. Penelitian Dwi juga berencana mendirikan rumah sakit Ratnasari (2015) menunjukkan pentingnya rujukan tingkat provinsi untuk menambah pengelolaan aset dalam melakukan akses layanan kesehatan publik di wilayah pengamanan secara administrasi, fisik dan Pati, Pekalongan, dan Magelang. Pada hukum. wilayah tersebut juga terdapat aset gedung Di dalam manajemen pengelolaan dan tanah eks Bakorwil. aset, kendalanya adalah seringkali Di dalam penggunaan gedung eks lemahnya pemahaman pengelola. Hasil Bakorwil untuk rumah sakit ada beberapa penelitian Fasiha (2013) menunjukkan hal yang perlu diperhatikan. Pertama, bahwa pengelolaan aset belum berjalan adalah status bangunan tersebut, hampir optimal karena pendataan yang tidak semua bangunan merupakan cagar budaya, akurat serta sistem dan prosedur tidak maka tidak boleh diubah. Kedua, perlunya berjalan sebagai mana mestinya yang memperhatikan ketentuan tentang rumah dikarenakan kurangnya pemahaman, sakit, kebutuhan rumah sakit dan kurangnya kesadaran, kurang transparansi, prasyarat yang dibutuhkan dalam kontrol dan tenaga ahli. Contoh pendirian rumah sakit. ketidakakuratan misalnya penelitian Dalam Pasal 22 PP No 27 Tahun Amira Gahari dan Susanto Diamandjojo 2014 ditegaskan bahwa status penggunaan (2014) menemukan bahwa pengelolaan barang milik daerah berupa tanah dan/atau aset (kasus di Kabupaten Semarang) bangunan dilakukan dengan ketentuan salahsatu kelemahannya adalah tidak bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut dihitungnya penyusutan nilai aset tersebut diperlukan untuk kepentingan penyeleng- sehingga terjadi ketidaksinkronan data garaan tugas dan fungsi Pengguna Barang aset. Hasil penelitian Regina Niken W dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang (2013) tentang pegelolaan aset di bersangkutan. Pengguna Barang wajib Kabupaten Jember, menemukan masalah menyerahkan Barang Milik Daerah berupa lemahnya sumberdaya internal dalam tanah dan/atau bangunan yang tidak menangkap dinamisasi pembangunan digunakan tersebut kepada Gubernur. daerah. Pengelola gagal memanfaatkan Penelitian yang dilakukan oleh dinamika pembangunan daerah menjadi Minik Sundari dan Samsul Ma’rif (2013) peluang pemanfaatan aset untuk menemukan bahwa pemanfaatan tanah meningkatkan pendapatan daerah.

120 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017 Menurut Doli D. Siregar (dalam terutama para pejabat pengelola, pengelola Sugeng Riyono, 2013) prosedur barang dan tenaga teknis. Subjek pengelolaan aset adalah: inventarisasi, penelitian juga berupa aset itu sendiri, legal audit, penilaian aset, optimalisasi yang terdiri dari tanah dan bangunan milik aset, pengawasan dan pengendalian. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang Mardiasmo (dalam Nyemas Hasfi, dkk, sebelumnya digunakan untuk gedung eks 2013) menyatakan terdapat tiga prinsip Karesidenan Pati, Pekalongan, dan dasar pengelolaan kekayaan aset daerah Magelang. yakni: (1) adanya perencanaan yang tepat, Data dalam penelitian ini ialah data (2) pelaksanaan/pemanfaatan secara primer dan data sekunder. Data primer efisien dan efektif, dan (3) pengawasan/ digali melalui wawancara, diskusi, dan monitoring. pengamatan langsung terhadap objek Permasalahan yang perlu dikaji kajian. Adapun data sekunder berasal dari adalah kemungkinan pemanfaatan gedung dokumen terkait objek kajian, baik dari eks Bakorwil di tiga wilayah yang satuan kerja yang membidangi maupun membutuhkan rumah sakit rujukan dari sumber lain. tersebut di atas sesuai dengan prinsip yang Partisipan dalam penelitian ini benar dan regulasi pengelolaan aset yang berasal dari pejabat terkait yang berlaku. Perlu dilakukan pendalaman membidangi pengelolaan aset, dalam hal mengenai kebutuhan pendirian rumah ini pejabat di BKAD Provinsi Jawa sakit rujukan di wilayah Pati, Pekalongan Tengah dan pejabat pengelola aset di eks dan Magelang serta kemungkinan Bakorwil. Selain itu penelitian ini juga penggunaan aset eks Bakorwil untuk menggali pendapat dari sumber lain, keperluan tersebut. Berdasarkan seperti stakeholder pemerintahan terkait pemaparan tersebut di atas, maka melalui forum FGD. diperlukan adanya kajian mengenai Metode pengambilan data terdiri potensi penggunaan aset di eks Bakorwil dari wawancara, FGD/diskusi dan untuk rumah sakit. pengamatan langsung/observasi. Wawan- cara dilakukan terhadap individu kunci METODE PENELITIAN dalam pengelolaan aset. Wawancara dan Jenis penelitian ini merupakan riset observasi dilakukan pada bulan Agustus terapan, karena berorientasi pada aplikasi 2017 bertempat di masing-masing eks kebijakan sebagaimana dikemukakan Bakorwi. Daniel, et all (2005), bahwa penelitian Pengolahan data menggunakan terapan merupakan usaha yang metode identifikasi terhadap kondisi dilancarkan untuk menjawab masalah eksisting pengelolaan aset. Kemudian dengan tujuan praktis dan jelas. Adapun dilakukan klasifikasi kesesuaian potensi pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan aset berdasarkan kategori penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. sesuai dengan ketentuan regulasi, yaitu Penelitian kualitatif menurut Mudyahardjo penggunaan, pemanfaatan dan pemindah- (2008) merupakan upaya pemecahan tanganan. Setelah dilakukan identifikasi masalah yang terencana dan cermat namun permasalahan, potensi dan diklasifikasi dengan desain yang longgar. kemudian dilakukan pendalaman meng- Subjek dalam penelitian ini terdiri gunakan bantuan teknik SWOT. Kepada dari para pejabat pemangku kepentingan masing-masing aset dilakukan pendalaman pengelolaan aset Pemerintah Provinsi unsur-unsur Strength (kekuatan), Weak- Jawa Tengah di eks Bakorwil I, II dan III

Pemanfaatan Aset Gedung dan Tanah eks Bakorwil untuk Rumah Sakit di Wilayah Pati, Pekalongan, dan 121 Magelang–S. Budi Prasetyo, Arif Sofianto ness (kelemahan), Oportunity (kesempat- kondisi baik dan sebagian lagi dalam an), dan Threat (hambatan). kondisi rusak. Di lokasi tersebut juga Analisis data dalam penelitian ini terdapat bangunan eks Samsat (UP3D) menggunakan teknik kualitatif model yang saat ini disewa Bank Jateng senilai interaktif dikembangkan oleh Miles dan Rp 160 juta per tahun. Huberman, dimana proses pengumpulan, Pada awal tahun 2017, kawasan pengolahan dan penyajian data secara perkantoran ini dikelola secara bersama- simultan untuk menghasilkan kesimpulan sama dan digunakan untuk kantor Balai yang saling terkait (Husaini dan Purnomo, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas 2008). Analisis dilakukan dengan meng- ESDM, Dinas Kehutanan dan Lingkungan identifikasi kondisi eksisting, kemudian Hidup, Dinas Tenaga Kerja dan Trans- melakukan identifikasi potensi pengem- migrasi, Dinas Perhubungan, pergudangan bangan dengan memperhatikan ketentuan dan asrama karyawan. Sebagian besar regulasi dan teknik SWOT. Analisis gedung di kawasan ini sudah efektif regulasi dilakukan untuk menyelaraskan digunakan untuk menunjang tugas dan kebutuhan pengembangan dengan fungsi OPD dimaksud, sementara ketentuan yang berlaku. Kemudian teknik beberapa gedung dalam kondisi rusak, dan SWOT dilakukan dengan melakukan memerlukan perbaikan. Secara umum identifikasi faktor-faktor kekuatan dan lokasi ini lebih sesuai digunakan untuk hambatan faktor internal dan eksternal. kawasan perkantoran dalam menunjang Dari analisis terhadap aspek regulasi dan tugas dan fungsi OPD. SWOT tersebut akan dihasilkan beberapa Kawasan Rumah Dinas berada di alternatif pengembangan aset. Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya Kelu- rahan Plangitan dengan luas 51.850 M2 HASIL DAN PEMBAHASAN (5,2 Ha). Lokasi ini terdiri dari 13 gedung, A. Hasil yaitu: gedung utama rumah dinas (1 Eks Bakorwil I di Pati bangunan), paviliun (2 bangunan), garasi Aset tanah dan bangunan eks (4 bangunan), kantor (1 bangunan), Bakorwil I di Pati terdiri dari 2 (dua) asrama (3 bangunan), gudang (2 lokasi utama, yaitu kawasan perkantoran bangunan), ditambah lapangan tenis (2 dan rumah dinas. Sesuai dengan lokasi/4 lapangan), serta lahan sawah penjelasan pengelola aset (Bp. Ags) seluas 2 Ha. kondisi saat ini sebagian bangunan baik di Pengelolaan rumah dinas berada di perkantoran maupun rumah dinas bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, mengalami kerusakan kecil. Bangunan- (BP2MK Wilayah Pati). Tidak terdapat bangunan di kedua lokasi tersebut alokasi anggaran untuk pemeliharaan, dan sebagian besar juga merupakan bangunan BP2MK Wilayah Pati kesulitan dana cagar budaya yang tidak diperbolehkan untuk perawatan rumah dinas tersebut. untuk dirubah. Tidak adanya anggaran pemeliharaan Kawasan perkantoran memiliki dikhawatirkan akan memperburuk kondisi luas 3 Ha, tepatnya 30.220 M2 yang aset tersebut. Di sisi lain terdapat potensi terletak di Kelurahan Puri seluas 9.490 M2 antara lain nilai bangunan (cagar budaya) dan Plangitan seluas 20.730 M2. Di dalam dan lahan yang cukup luas yang bisa kawasan tersebut terdapat 11 gedung, digunakan untuk menambah pendapatan meliputi kantor, gudang dan asrama, yang daerah. terdiri dari bangunan lama (cagar budaya) Bangunan utama rumah dinas dan bangunan baru. Sebagian dalam terdiri dari pendopo depan, ruang tamu,

122 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017 ruang keluarga, 4 kamar tidur, dapur dan saat ada kegiatan. Lokasi cenderung teras belakang. Ruang tamu cukup besar terbuka tanpa pengawasan, banyak warga dan dapat menampung seratus orang untuk bisa bebas masuk lokasi dan menimbulkan rapat. Di samping kanan dan kiri masing- situasi yang rawan pencurian atau maisng terdapat paviliun berisi kamar, perusakan aset. Pada beberapa kegiatan ruang tamu dan kamar mandi. Paviliun di seperti rapat para guru atau pertandingan sebelah barat disewa oleh pegawai tenis, ada sejumlah warga yang menarik balai/UPT OPD, adapun paviliun sebelah parkir secara liar, dan seringkali terjadi timur tidak digunakan. Selain paviluan konflik dengan pengelola ketika dilakukan tersebut, terdapat bangunan gudang dan upaya penertiban. sarama di bagian belakang. Kondisi Lahan sawah di bagian belakang gudang rusak berat. Adapun asrama saat dan lapangan tenis pengelolaanya ini dihuni oleh 3 keluarga penjaga rumah disewakan kepada pihak ketiga. Lapangan dinas (2 PNS, 1 tenaga kontrak). tenis sebanyak 2 unit dikelola oleh pihak Saat ini bangunan utama hanya ketiga dengan sistem sewa sebesar Rp. dimanfatakan ruang tamunya untuk rapat- 45.000,- per bulan. Lahan sawah seluas 2 rapat dengan guru SMA/SMK di wilayah Ha juga disewa oleh petani dengan sistem Pati. Meskipun sudah tidak digunakan tahunan sebesar Rp. 10.000.000,- per untuk rumah dinas, namun saat ini sarana tahun. Selain sewa lapangan dan sawah, rumah tangga seperti dapur, kamar, ruang penghasilan sewa juga berasal dari asrama. tamu, ruang keluarga, pendopo dan teras Bangunan asrama dimanfaatkan pegawai belakang beserta kelengkapannya masih eks Bakorwil sebagai tempat tinggal dalam keadaan baik dan layak untuk dengan sistem sewa sebesar Rp. 150.000,- digunakan. Beberapa bagiam rumah seper- per orang per bulan. Namun demikian ti halaman, pendopo depan, ruang tamu penghasilan tersebut masih jauh dari dan pendopo belakang bisa dimanfaatkan kebutuhan pemeliharaan. untuk penyelenggaraan acara seperti Di luar kondisi tersebut, masih pameran, hajatan atau pertemuan/rapat. banyak potensi aset yang belum Saat ini penggunaan aset rumah dioptimalkan. Beberapa potensi yang bisa dinas belum optimal, di sisi lain dimanfaatkan antara lain sewa aula atau menimbulkan biaya perawatan yang tidak gedung utama untuk pernikahan, sewa sedikit. Sebagaimana disampaikan Bp. lahan untuk bursa mobil, sewa lahan untuk Ags, kebutuhan perawatan meliputi listrik kawasan kuliner, sewa bangunan untuk sebesar Rp. 4.000.000,- per bulan, penjaga kuliner, sewa lahan untuk pertunjukan seni serta tenaga kebersihan. Biaya tersebut dan budaya, pengembangan taman wisata belum termasuk pemeliharaan bangunan edukasi dan sejenisnya. Aset rumah dinas dan fasilitas pendukungnya. ini juga sangat potensial karena Karena masalah pemeliharaan merupakan warisan budaya yang digemari tersebut, kondisi aset ini rawan penyusutan oleh kalangan remaja sebagai lokasi nilai dan terancam kelestariannya. Aset ini swafoto. Berdasarkan kondisi saat ini, juga sangat rawan terhadap pemanfaatan maka rumah dinas di Pati ini lebih tepat oleh pihak lain secara ilegal untuk dikembangkan sebagai sarana (penyerobotan), serta hilangnya beberapa layanan umum seperti rumah sakit. aset akibat pencurian, rawan konflik Beberapa studi lanjutan terkait kelayakan dengan warga yang menarik tarif parkir dari sisi kebutuhan masih diperlukan.

Pemanfaatan Aset Gedung dan Tanah eks Bakorwil untuk Rumah Sakit di Wilayah Pati, Pekalongan, dan 123 Magelang–S. Budi Prasetyo, Arif Sofianto Tabel 1. Analisis Rumah Dinas eks Bakorwil Pati Potensi Kelemahan - Bangunan bersejarah, kondisi utama - kurang fasilitas (toilet, sanitasi) bagus - perawatan kurang, anggaran kecil - Perabotan rumah dinas lengkap - Pengelola belum berani bertindak, - Lahan luas inisiatif kurang - Lokasi strategis - Beberapa bagian bangunan pendukung - Bangunan dan halaman menarik rusak - Pengelolaan lahan belum optimal Peluang Hambatan - Diminati pengembang, swasta - Belum ada dasar hukum - Terletak di jalur utama, jalan raya - Status pengelolaam belum jelas - Akses mudah - Keamanan lingkungan cukup rawan - Industri kreatif tumbuh - Keterbatasan alokasi dana - Belum banyak pesaing - Image mistis dari masyarakat tentang - Sudah dikenal memiliki daya tarik lokasi tersebut Sumber: Data primer

Eks Bakorwil II di Magelang 246 M2, bekas Mushola 55 M2, Garasi 210 Aset Pemerintah Provinsi Jawa M2, dan Gazebo 2 buah masing-masing 25 Tengah yang berupa gedung dan tanah eks M2. Pengelolaan gedung kantor dilakukan Bakorwil II di Kota Magelang terdiri dari oleh masing-masing Balai/UPT. kantor dan rumah dinas dalam satu lokasi. Bangunan kantor ini awalnya lebih Aset ini berada di Jalan Diponegoro, luas, namun karena diminta BPK untuk tepatnya di Kelurahan Cacaban. Luas museum sehingga luasnya menyusut. wilayah total sebesar 54.000 M2 atau 5,4 Museum BPK ini merupakan bagian dari Ha, namun sebagian lahan yang ada di kantor, dan hanya berbatasan tembok lokasi ini tidak berada di bawah dengan BP2MK Magelang. Oleh karena pengelolaan Pemerintah Provinsi Jawa permintaan BPK, maka bangunan dan Tengah, sebgaian dibawah pengelolaan tanah seluas 3.880 tersebut dihibahkan BPK dan Pelti. kepada BPK. Beberapa bangunan yang terdapat Di bagian belakang terdapat di lokasi tersebut meliputi kawasan gedung UGM yang sebelumnya diper- Rumah Dinas seluas 2.660 M2 yang di gunakan untuk perkuliahan. Status tanah sebelahnya terdapat Museum Diponegoro milik Pemprov Jateng, namun bangunan dan aula/lobby yang bisa digunakan untuk milik UGM. Luas gedung eks Kagama acara resepsi pernikahan. Pengelolaan (UGM) itu sebesar 500 M2, dan saat ini rumah dinas dilakukan oleh BP2MK yang dalam kondisi rusak. Gedung ini sudah SDM-nya merupakan pegawai Bakorwil tidak digunakan sejak tahun 1970- an dan sebelumnya. pihak UGM rutin memperpanjang Luas bangunan kantor seluruhnya perjanjian pinjam pakai lahan. Pernah ada 2.900 M2 yang terdiri dari Kantor BP2MK rencana dari Gubernur untuk meman- (Balai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) faatkan gedung UGM ini untuk museum seluas 1.486 M2, Balai Dinas Perhu- BNN, namun pihak UGM selaku pemilik bungan 380 M2, Pos Pengamanan 60 M2, gedung meminta ganti rugi bangunan Masjid seluas 141 M2, Ruang Pertemuan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

124 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017 Sampai saat ini belum dilakukan serah pernikahan dan pameran produk-produk terima kembali aset tersebut kepada UMKM maupun acara lainnya dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. tarih 2 juta – 3,5 juta rupiah. Pendopo Adapun di bagian depan terdapat rumah dinas dan gedung pertemuan yang bangunan baru yang sebelumnya sudah masuk dalam perda tarif dan digunakan oleh Bea Cukai. Kini bangunan memiliki target pendapatan tahunan. tersebut digunakan untuk operasional Selain itu di bagian belakang kantor juga Kantor Balai Dinas Kehutanan, Dinas terdapat ruang pertemuan yang dapat Nakertrans, Dinas Perikanan dan disewa oleh pihak lain dengan sewa 500 Keluatan. Oleh karane Bea Cukai telah ribu rupiah. Tarif tersebut sesuai dengan membangun gedung dan sekarang ketentuan Perda No. 1 Tahun 2011 tentang ditempati oleh beberapa dinas tersebut, Retribusi Daerah. Sesuai penjelasan Bp. mereka juga meminta ganti rugi berupa Sbgy selaku pengelola, semua hasil dari lahan seluas 2.700 M2 sebagai ganti rugi retribusi tersebut kemudian disetorkan ke atas bangunan yang kini ditempati oleh kas daerah. balai dinas Perhubungan, Kehutanan dan Terkait dengan pengelolaan, Nakertrans tersebut. sebagian gedung yang sudah digunakan Bangunan rumah dinas dilengkapi untuk operasional balai agar tetap dengan garasi, gudang, asrama, pendopo dipertahankan, namun sebagian lagi dapat dan halaman. Saat ini bangunan utama dimanfaatkan untuk menghasilkan PAD. rumah dinas ditempati oleh kepala Selain itu pengelola area ini sebelumnya BP2MK Wilayah Magelang. Adapun telah membangun satu arena outbond yang bagian lain seperti gudang, garasi dan sampai saat ini belum pernah digunakan, asrama relatif tidak dimanfaatkan. namun kondisi fisik masih dalam keadaan Disamping bangunan utama terdapat baik. Area ini juga memiliki potensi muesum Diponegoro yang terletak di landscape/pemandangan yang memiliki bagian samping pendopo yang selama ini daya tarik sangat besar, terutama bagi sering digunakan untuk acara hajatan. kalangan anak dan remaja. Pada saat hari Semua bangunan yang berada di libur, lokasi ini dikunjungi banyak anak lokasi ini, kecuali di bagian depan (kantor sekolah baik untuk sekedar menikmati Balai Nakertrans, Kehutanan, Perikanan) suasana serta untuk lokasi swafoto. adalah bangunan cagar budaya. Kondisi bangunan yang cukup bersejarah Selebihnya di bagian belakang terdapat dan terawat menambah daya tarik area ini. lahan kosong (lapangan rumput) dan Salahsatu contoh adalah minat pengunjung lapangan tenis yang masih aktif digunakan setelah berkunjung ke Museum BPK dan dikelola oleh Pelti. tertarik untuk mengunjungi rumah dinas, Kawasan ini telah digunakan untuk hanya saja rumah dinas tertutup bagi operasional balai maupun pemanfaatan pengunjung karena masih digunakan untuk untuk pendapatan daerah. Bangunan rumah dinas. Dari potensi tersebut, utama rumah dinas dimanfaatkan sebagai kawasan ini sangat potensial untuk rumah dinas kepala BP2MK wilayah dijadikan kawasan wisata edukasi terpadu, Magelang. Sebagian rumah juga dinas selain museum yang sudah ada, bisa difungsikan sebagai museum Diponegoro. ditambahkan galeri atau museum seni dan Sebagian bangunan berupa pendopo/lobby budaya, dilengkapi dengan pusat souvenir, juga sering digunakan untuk acara resepsi kuliner dan lokasi swafoto.

Pemanfaatan Aset Gedung dan Tanah eks Bakorwil untuk Rumah Sakit di Wilayah Pati, Pekalongan, dan 125 Magelang–S. Budi Prasetyo, Arif Sofianto Tabel 2. Analisis Kantor dan Rumah Dinas eks Bakorwil Magelang Potensi Kelemahan - Nilai sejarah - Kantor dan rumah dinas dalam 1 lokasi - Tersedia lahan dan gedung cukup - Keterbatasan lahan parkir yang ada - Landscape sangat menarik - Kurangnya wahana pendukung wisata - Adanya fasilitas outbond dan taman - Penggunaan sarana yang tidak jelas - Lokasi strategis, akses mudah pengelolaannya Peluang Hambatan - Sudah dikenal sebagai lokasi bersejarah - Kesepakatan antarpihak pengelola sulit - Adanya objek pendukung Adanya objek - Belum adanya regulasi pendukung (museum BPK) - Belum adanya keputusan kepastian - Tumbuhnya industri kreatif pengelolaan - Peluang pasar terbuka - Tidak adanya kejelasan pengelola lokasi - Minat masyarakat - Beberapa aset dikelola pihak lain Sumber: data primer Eks Bakorwil III di Pekalongan ini merupakan bangunan cagar budaya. Di Aset Pemerintah Provinsi Jawa lokasi ini relatif tersedia lebih banyak Tengah yang berupa gedung dan tanah eks lahan kosong yang berisi tanaman mangga Bakorwil III di Kota Pekalongan terdiri dan cemara di bagian belakang yang dari kantor dan rumah dinas. Kedua aset kondisi saat ini kurang produktif. Selain tersebut berada di tengah Kota Pekalongan itu terdapat lapangan tenis dalam kondisi serta sebagian besar terdiri dari bangunan rusak. cagar budaya. Kedua aset ini sebelumnya Sebelumnya rumah dinas ini sangat berada di bawah pengelolaan Bakorwil jarang digunakan, hanya sesekali Banyumas. digunakan untuk pameran. Bangunan di Aset kantor berada di Jalan lokasi ini juga relatif tidak terawat karena Pemuda, di tengah Kota Pekalongan tidak digunakan secara rutin dan dengan luas 1,2 Ha. Sebagian bangunan pengelolaan berada di bawah Bakorwil III kantor merupakan bangunan cagar budaya, Banyumas yang berpusat di Kabupaten sebagian bangunan berupa bangunan non Banyumas, sehingga relatif kurang cagar budaya. Aset ini berada di bawah mendapat perhatian. Beberapa bagian pengelolaan BPKAD untuk bangunan bangunan utama rumah dinas mengalami yang disewa dan tidak digunakan, adapun kerusakan, begitu juga dengan paviliun untuk bangunan yang digunakan untuk dan asrama. perkantoran. Sesuai kondisi bangunan, Rumah dinas terdiri dari pendopo luas lahan, ketersediaan lahan kosong dan depan, ruang tamu, kamar, pendopo lokasi bangunan secara umum lebih sesuai tengah, dapur dan pendopo belakang. untuk perkantoran. Bagian depan digunakan oleh BP2MK, Aset Rumah Dinas berada di Jalan adapun bagian belakang tidak digunakan Diponegoro dengan lokasi yang cukup (sebelumnya digunakan oleh Balai terjangkau. Lokasi ini memiliki luas lahan Pengawas Ketenagakerjaan). Kamar- 2,3 Ha yang terdiri dari 7 bangunan, yaitu kamar di bagian depan digunakan untuk bangunan utama rumah dinas, 2 paviliun perkantoran BP2MK. Di dalam rumah di sisi kanan dan kiri serta balai dinas ini fasilitas terbilang minim, tidak pertemuan, gudang, garasi, asrama dan terapat perabotan rumah tangga lapangan tenis. Seluruh bangunan di lokasi sebagaimana ditempat lain, sebaliknya

126 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017 terdapat beberapa peralatan kantor untuk minimnya biaya perawatan. Di tahun 2018 menunjang kinerja BP2MK. Di bagian hanya akan tersedia anggaran perawatan depan pendopo dan ruang tamu relatif sebesar 500 juta rupiah, adapun menurut tidak termanfaatkan secara optimal. perkiraan biaya renovasi yang diperlukan Beberapa bagian mengalami kerusakan, minimal 5 milyar rupiah. terutama dinding lembap dan cat Di sisi lain, menurut Bp. NrI, mengelupas, atap bocor dan peralatan kawasan rumah dinas menyimpan potensi kantor banyak kerusakan. besar dari nilai arsitektur bangunan, Sejak awal tahun 2017, rumah jumlah gedung, ketersediaan lahan yang dinas ini ditempati oleh Balai Dinas luas serta lingkungan yang kondusif. Pendidikan dan Kebudayaan (BP2MK Bangunan utama memiliki nilai arsitektur Pekalongan) yang menempati bangunan tinggi, serta memiliki nilai sejarah. utama. Adapun Balai Dinas Kehutanan Bangunan penunjang yang terdiri dari memanfaatkan Paviliun sebelah selatan. paviliuan di kanan dan kiri, gudang, sangat Sesuai penjelasan Bp. NrI dan Bp. Skd potensial untuk dimanfaatkan sebagai selaku pengelola, pada balai-balai tersebut fasilitas penunjang. Ketersediaan lahan untuk tahun 2017 tidak terdapat anggaran kosong sangat dimungkinkan untuk renovasi dan pemeliharaan, sedangkan dibangun fasilitas gedung baru atau lahan kondisi riil membutuhkan banyak terbuka hijau. Situasi yang kondusif, sejuk perawatan. Pada saat awal menempati dan aman serta mudah terjangkau lokasi ini, sangat tidak layak dan menjadikan nilai lebih. memerlukan biaya pemulihan cukup besar. Sesuai dengan kondisi di atas, Kondisi bangunan Rumah Dinas dan maka rumah dinas ini memiliki potensi sarana pendukungya dalam keadaan dikembangkan sebagai sarana layanan kurang terawat. umum seperti rumah sakit. Ditinjau dari Kondisi tersbeut kurang layak luasan lahan, lokasi dan kondisi aset, untuk menunjang operasional kedua satker sangat memungkinkan untuk dilakukan tersebut, karena mengalami kerusakan di pengembangan dan perbaikan bangunan. berbagai tempat, minimnya sarpras Kondisi saat ini yang dimanfaatkan untuk perkantoran dan biaya perawatan yang balai OPD membutuhkan biaya perawatan besar. Kesulitan utama dalam pemanfaatan yang terlalu besar, namun fungsi kurang rumah dinas sebagai kantor adalah optimal.

Tabel 3. Analisis Rumah Dinas eks Bakorwil Pekalongan Potensi Kelemahan - Lokasi strategis, cukup tenang - Kerusakan gedung cukup parah - Bangunan bersejarah dan menarik - Kurangnya sarpras - Tersedia lahan kosong - Kurang perawatan - Lahan parkir cukup - Belum ada konsep pengelolaan - Tersedia bangunan pendukung Peluang Hambatan - Industri kreatif tumbuh - Belum terdapat keputusan Pemprov - Kebutuhan fasilitas/gedung tinggi Jateng tentang pengelolaan aset ini - Peluang pasar tumbuh - Belum jelas pembagain pengelola - Minat masyarakat tinggi - Alokasi anggaran kurang Sumber: Data primer

Pemanfaatan Aset Gedung dan Tanah eks Bakorwil untuk Rumah Sakit di Wilayah Pati, Pekalongan, dan 127 Magelang–S. Budi Prasetyo, Arif Sofianto Pendirian rumah sakit RSUD Tugurejo, dan RSUD Moewardi Di dalam pendirian rumah sakit sebagai rujukan regional. ada 2 aturan utama, yaitu : 1) Undang Di dalam rencana pendirian rumah Undang nomor 23 tahun 2014 tentang sakit rujukan, harus memperhatikan Pemerintahan Daerah dimana urusan Permenkes 56 Tahun 2009 tentang provinsi dalam bidang kesehetan adalah Perijinan dan Klasifikasi Rumah Sakit pengelolaan UKM dan UKP tingkat dimana harus dipenuhi persyaratan ijin provinsi atau antar kabupaten/kota. rumah sakit. Oleh sebab itu perlu telaah Kemudian Kemudian Undang Undang lebih mendalam terkait dengan kedukukan nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kelembagaan rumah sakit itu sendiri. juga menyebutkan bahwa fasilitas Sebaiknya rencana pendirian rumah sakit kesehatan ada 2 yaitu faskes UKP dan tersebut diarahkan pada rumah sakit UKM. Untuk UKP, Pemerintah Provinsi rujukan yang berupa center of excellence Jawa Tengah sudah memiliki beberapa yaitu ruah sakit dengan keunggulan Rumah Sakit tingkat provinsi, sedangkan layanan tertentu, dan diantara rumah sakit faskes UKM yang belum ada. Oleh karena center of excellence perlu ada sistem itu perlu diperkuat pembangunan UKM. saling memberikan rujukan sesuai dengan Pada tahun 2017 Pemerintah Provinsi kompetensinya tersebut. Jawa Tengah sudah membangun Balai Di dalam konteks rumah sakit Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) center of excellence tersebut di Jawa tingkat Provinsi, tetapi masih perlu Tengah saat ini memang masih sangat perkuat pembiayaan karena UKM dibutuhkan penambahan. Kebutuhan di diperlukan untuk memperkuat pencapaian Jawa Tengah terus akan bertambah, tujuan pembangunan. Balkesmas berfungsi apalagi dengan adanya perkembangan untuk melayani upaya promotif dan proyek strategis nasional terkat pariwisata, pemberdayan masyarakat. harus ada peran rumah sakit dalam Sesuai Undang-Undang nomor 23 pengembangan kepariwisataan tersebut. tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Center of excellence membutuhkan urusan bidang kesehatan pemerintah penataan behavior dan attitude tenaga provinsi memiliki 2 kewenangan yaitu kesehatan. rujukan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) Proses menuju center of excellence dan rujukan Unit Kesehatan Masyarakat mempertimbangkan potensi/kemampuan (UKM). Rujukan UKP berupa rumah rumah sakit sekitar. Contoh penyakit sakit, sedangkan rujukan UKM berupa hemofili di kawasan Rembang, Pati, dan balai kesehatan masyarakat (Balkesmas). Blora saat ini belum ada dan masih Saat ini Balkesmas yang lebih merujuk ke Semarang. Kendalanya adakah mengutamakan preventif masih jarang, biaya tinggi, dan paket BPJS tidak hanya ada di Semarang, Ambarawa, Pati, mencukupi, sehingga RS enggan mem- Magelang, dan Klaten. buka layanan tersebut. Di Semarang hanya Saat ini di Jawa Tengah terdapat RS Tugu dan RS Kariadi yang membuka 277 Rumah Sakit yang terbagi ke dalam layanan tersebut. Banyak RSU Kabupaten 228 RSU dan 49 RS Khusus. Kemenkes yang kemampuannya terbatas untuk sudah membagi regional rujukan, antara menangani jenis penyakit tersebut. lain RSU Kardinah di dan RSUD Pada tahun 2017 dan 2018 telah Suwondo di Kabupaten Pati sebagai disetujui perencanaan pembangunan rujukan regional. RSUD Provinsi Jawa rumah sakit baru yang dititikberatkan di Tengah dalam hal ini RSUD Margono, Pekalongan dan Magelang. Pembangunan

128 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017 bisa memanfaatkan aset eks Bakorwil atau memungkinkan untuk didirikan rumah aset lain. Adapun di Pati tidak perlu sakit adalah di Pekalongan dan Pati. dibangun baru karena lebih fokus pada Keberadaan aset eks Bakorwil saat ini pengembangan RSUD Kelet di Jepara memang dalam posisi ketidakjelasan yang akan didorong untuk kanker. Pada pengelolaan, karena belum ada penetapan tahun 2017 sudah dilakukan Fisibility penggunaan aset. Keberadaan BPKAD Study oleh Dinas Kesehatan. Proses DED yang baru (pemisahan dari DPPAD dan akan dilakukan tahun 2018 dan kemudian penggabungan dengan Biro Keuangan) proses pembangunan baru akan dimulai juga menjadi salahsatu kendala belum tahun 2019. adanay keputusan jelas mengenai pengelolaan aset di Jawa Tengah. B. Pembahasan Pengelolaan aset eks Bakorwil, Berdasarkan data di atas, pada satu terutama rumah dinas saat ini sebagian aset terdapat beberapa kemungkingan berada di bawah Dinas Pendidikan dan pengelolaan yang diperbolehkan sesuai Kebudayaan (BP2MK) yang mengelola regulasi. Beberapa kemungkinan tersebut kantor dan rumah di dinas di Pati dan, kemudian disandingkan dengan analisis Pekalongan, dan Magelang. Rumah dinas berdasarkan kondisi riil dan analisis di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan potensi yang dapat dipertimbangkan dan Kebudayaan karena asumsi cagar menjadi alternatif pengelolaan. budaya, namun di sisi lain biaya Arah pemanfaatan aset adalah perawatan besar tanpa anggaran memadai. bagaimana bisa menghasilkan pendapatan Perlu ditinjau kembali pemanfaatan dan pelayanan yang lebih baik. Perlu gedung-gedung tersebut agar optimal. upaya serius di dalam pemanfaatan aset. Secara umum kondisi saat ini Maka perlu pengkajian prioritas di dalam pemanfaatan aset di OPD untuk penentuan penggunaan aset-aset tersebut. pendapatan tidak signifikan. Banyak aset Menurut Bp. Hr (BPKAD) dengan mangkrak karena OPD selaku pengelola kondisi saat ini, aset eks Bakorwil yang aset tidak menggunakan secara optimal.

Tabel 4. Alternatif pengelolaan aset eks Bakorwil No Nama Aset Potensi 1 Rumah Dinas eks  Rumah sakit Bakorwil di Pati  Kawasan penginapan, resort atau hotel  Kawasan wisata edukasi, budaya atau sejarah  Pementasan seni, pameran, hajatan 2 Kantor dan rumah dinas  Perkantoran balai eks Bakorwil di  Wisata edukasi Magelang  Penyewaan ruang pertemuan, hajatan 3 Rumah Dinas eks  Rumah sakit Bakorwil di Pekalongan  hotel atau resort  wisata edukasi  penyewaan pameran dan hajatan Sumber: data primer

Pemanfaatan Aset Gedung dan Tanah eks Bakorwil untuk Rumah Sakit di Wilayah Pati, Pekalongan, dan 129 Magelang–S. Budi Prasetyo, Arif Sofianto Dalam kerangka pendirian rumah memadai. Dari aspek pemenuhan SDM sakit, penggunaan aset tersebut mampu terutama dokter spesialis dan sub spesialis harus menjawab sebagian kebutuhan saat ini agak sulit dicari. pencapaian kinerja pemerintah daerah, Rumah dinas eks Bakorwil contoh kasus AKI/AKB dan peningkatan Pekalongan memang sudah memenuhi fasilitas kesehatan UKM. Konsep Center kriteria tersebut. Hanya saja saat ini of excellence diperlukan penataan sistem ditempati oleh Balai Kehutanan dan rujukan, tata kelola dan mentalitas. BP2MK yang perlu dipindahkan. Di dalam pendirian rumah sakit Adapun untuk kawasan kantor dan umum rujukan memerlukan pemenuhan rumah dinas eks Bakorwil di Magelang standar sesuai Permenkes 56 yang cukup tidak memungkinkan, karena diman- sulit. Adapun RSUD rujukan provinsi faatkan untuk perkantoran dan museum, berupa RSU Kelas B yang diarahkan ke oleh sebab itu memerlukan solusi lahan di rumah sakit khusus memiliki standarisasi tempat lain. lebih rendah, dan perijinan lebih mudah. Rumah sakit khusus atau center of KESIMPULAN excellence tersebut sebaiknya disesuaikan Berdasarkan penjelasan dan dengan karakter setempat. Sebagai contoh analisis sebagaimana dikemukakan di atas, di Pekalongan dimana angka AKI/AKB maka dapat dirumuskan kesimpulan masih tinggi, bisa membuat RS rujukan sebagai berikut: khusus ibu dan anak kelas B. Di Pati 1. Kondisi aset eks Bakorwil Magelang dimana terdapat kasus penyakit menular sudah dimanfaatkan untuk perkantoran tinggi bisa diarahkan ke RS rujukan dan museum, lebih tepat dioptimalisasi khusus infeksi kelas B. Kemudian di fungsi tersebut. Di Pati rumah dinas Magelang bisa dibuat RS rujukan kanker tidak digunakan dan lahan cukup pluas, karena salama ini Jawa Tengah belum dan rumah dinas di Pekalongan sudah memiliki rumah sakit khusus menangani digunakan tetapi tidak memadai untuk kanker. Sebagaimaan disampaikan Kepala OPD, sebaiknya OPD dioindah ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah kawasan kantor; bahwa di Jawa Tengah untuk antri 2. Berdasarkan kondisi eksisting lahan penyinaran kanker menunggu 4 bulan. dan bangunan, aset eks Bakorwil yang Pendirian rumah sakit center of memungkinkan untuk didirikan rumah excellence juga perlu tanggap terhadap sakit adalah rumah dinas eks Bakorwail potensi bencana Merapi, serta tanggap Pati dan Pekalongan. dengan kebutuhan wisata terutama 3. Sesuai dengan kondisi yang ada, yang Borobudur. Menurut Kepala Dinas dibutuhkan untuk pembangunan rumah Kesehatan Provinsi Jawa Tengah center of sakit adalah eks Bakorwil Magelang excellence berdasarkan kebutuhan dan Pekalongan, adapun untuk wilayah masyarakat di wilayah tersebut adalah Pati lebih mengutamakan peningkatan Pekalongan untuk AKI/AKB, Pati untuk RSUD Kelet Jepara; infeksi, dan Magelang untuk kanker. 4. Pendirian rumah sakit di wilayah Di dalam pendirian rumah sakit, Pekalongan memanfaatkan aset eks hal penting yang harus diperhatikan adalah rumah dinas, sedangkan di Magelang ketercukupan zonasi, dimana perlu ada tidak bisa memanfaatkan aset eks zona publik, semi publik dan privat. Bakorwil dan perlu mencari alternatif Zonasi tersebut harus tesedia, oleh sebab aset yang lain; itu diperlukan lahan dan bangunan yang

130 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017 5. Rumah sakit diarahkan ke center of 1. Segera menentukan kebijakan excellence yaitu untuk Pekalongan pengelolaan aset eks Bakorwil dalam adalah Ibu dan Anak, untuk Magelang masa transisi sesuai dengan tugas dan adalah Kanker, dan untuk Jepara adalah fungsi OPD serta potensi aset; penyakit menular. 2. Terkait dengan rencana pendirian rumah sakit perlu didahului dengan SARAN studi fisibilitas, studi kebutuhan rumah Sesuai dengan kesimpulan di atas, sakit, dan perencanaan untuk menjadi maka untuk penyiapan pendirian rumah rumah sakit rujukan khusus. sakit rujukan baru, dapat disarankan:

Pemanfaatan Aset Gedung dan Tanah eks Bakorwil untuk Rumah Sakit di Wilayah Pati, Pekalongan, dan 131 Magelang–S. Budi Prasetyo, Arif Sofianto DAFTAR PUSTAKA Mudyahardjo, Redja, Dr, 2008, Filsafat Abas, Ira Waty. 2013. Pengaruh Ilmu Pendidikan, PT. Remaja Pengelolaan Barang Milik Daerah Rosdakarya, Bandung Terhadap Pengamanan Aset Niken, Regina W. 2013. Pengelolaan Daerah (Studi Kasus Pada Kekayaan dan Aset Daera. Media Pemerintah Kabupaten Trend Vol. 8 No. 1 Maret 2013. Gorontalo). Tidak Diterbitkan. Hal. 1−15 Daniel, Moehar, Darmawati, Nieldalina. Ratnasari, Dwi. 2015. Manajemen Aset 2005. PRA, Pendekatan Efektif Daerah Melalui Pengamanan Mendukung Penerapan Barang Milik Daerah Pada Aset Penyuluhan Partisipatif dalam Tidak Bergerak di Dinas Upaya Percepatan Pembangunan Pengelolaan Bangunan dan Tanah Pertanian,Jakarta, Bumi Aksara Kota Surabaya, Skripsi Ilmu Fasiha. 2013. Analisis Pengelolaan Aset Sosial. Universitas Negeri Daerah Pada Kantor Dinas Surabaya Pendapatan Pengelolaan Riyono, Sugeng. 2013. Pemanfaatan Aset Keuangan Aset Daerah Kabupaten Daerah(Studi Tentang Pola Kepulauan Meranti. Skripsi. Kemitraan Aset Tanah Pemerintah Jurusan Administrasi Negara. Provinsi Jawa Timur). DIA. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Administrasi Publik. Desember Universitas Islam Negeri Sultan 2013, Vol. 11. No. 2. Hal. 237 – Syarif Kasim. Pekanbaru 245. Riau.2013 Sundari, Minik, Samsul Ma’rif. 2013. Gahari, Amira, Susanto Diamandjojo. Optimalisasi Pemanfaatan Tanah 2014. Pengelolaan Aset Tetap Aset Pemerintah Kota Semarang di Berbasis Kompetensi Pada Dinas Kecamatan Banyumanik. Jurnal Pendapatan, Pengelolaan Pembangunan Wilayah dan Kota, Keuangan dan Aset Daerah Biro Penerbit Planologi UNDIP. Kabupaten Semarang. JABPI Vol. Volume 9 (2): 163-173 Juni 2013 22, No 2, Juli 2014 Usman, Husaini & Purnomo Setiady Hasfi, Nyemas Martoyo, Dwi Haryono. Akbar. 2008. Metodologi 2013. Pengelolaan Barang Milik Penelitian Sosial. Bumi Akasara, Daerah (Suatu Studi Pada Dinas Jakarta Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sintang). Jurnal Tesis PMIS- UNTAN-PSIAN-2013

132 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017