Soegijanto PadmoHUMANIORA – Gerakan Pembaharuan Islam dari Masa ke Masa

VOLUME 19 No. 2 Juni 2007 Halaman 151 − 160

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM INDONESIA DARI MASA KE MASA: SEBUAH PENGANTAR

Soegijanto Padmo*

ABSTRACT This paper attempts to explore the roles of Islamic social organizations which have been very instrumental in the social and cultural transformations in Indonesia. The birth of Islamic organizations and Islamic leaders cannot be separated from oppression of the colonials which had resulted in poverty and backwardness among the Indonesian people. The exploitation of the colonial rulers as well as the oppression of the feudal authorities had created bad attitudes which were against the values of Islam. This paper also observes the conditions which gave birth to some Islamic social movements and describes how social and cultural environments had forced the Islamic leaders and social organizations to find the way out of the problems by conducting social and cultural reformation. They had been successful and the present reformists should learn from their success.

Key wordswords: sosial, politik, penindasan, kemiskinan, organisasi, pendidikan.

PENGANTAR pada umumnya. Kemiskinan dan keter- Kemajuan umat Islam di Indonesia tidak belakangan menimbulkan berbagai penyakit lepas dari peran tokoh dan berbagai organisasi masyarakat seperti bid’ah, tahyul, khurafat, keislaman yang secara aktif melakukan serta perilaku yang bertentangan dengan kegiatan amal usaha yang meliputi bidang agama Islam. Masalah masyarakat yang agama, pendidikan, kemasyarakatan, dan lain kompleks itu menjadi setting bagi munculnya sebagainya. Munculnya tokoh dan berbagai berbagai gerakan sosial keagamaan di organisasi Islam merupakan pendorong bagi berbagai tempat di Indonesia. Dalam tulisan proses transformasi sosial dan budaya yang ini, diketengahkan kondisi bagi lahirnya signifikan dalam sejarah Bangsa Indonesia. beberapa gerakan sosial islam, kegiatan amal Kolonialisme dan kehidupan masyarakat dalam usaha yang dilakukan, serta peran kaum masa tradisional feodal ditengarai sebagai modernis dalam transformasi sosial yang faktor pendorong yang dominan bagi lahirnya terjadi di negeri ini. berbagai organisasi keagamaan yang pada umumnya ingin menggunakan organisasi ter- SETTING SOSIAL BUDAYA INDONESIA sebut sebagai wadah gerakan sosial keagamaan. PADA MASA KOLONIAL Masyarakat kolonial yang eksploitatif dan Struktur masyarakat kolonial diwarnai pola penguasa feodal yang opresif dianggap sebagai hubungan sosial yang sangat diskriminatif dan biang keladi bagi kemiskinan dan keter- opresif. Pelapisan sosial yang sangat ketat belakangan yang melilit kehidupan masyarakat menempatkan bangsa Eropa sebagai kelom-

* Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

151 Humaniora, Vol. 19, No. 2 Juni 2007: 151-160 pok teratas dan memiliki hak istimewa seperti Barat dikenal sebagai penghasil gula dengan tiga menikmati berbagai fasilitas sosial. Lapisan wilayah sentralnya, yaitu di kompleks Karesiden- kedua ditempati oleh bangsawan tradisional an , Karesidenan Rembang, serta dengan segala hak istimewa dalam masyarakat kompleks Karesidenan Cirebon (Dick, 1998). Di feodal tradisional seperti memperoleh pelayanan wilayah perkebunan, pengusaha swasta Belanda wajib dari masyarakat tradisional rendahan. memperoleh tanah dengan cara menyewa dari Masuk dalam lapisan kedua ini adalah golongan penguasa feodal yang memiliki tanah dan timur asing, yaitu orang Cina dan Arab. Lapisan penduduk. Oleh karena itu, pengusaha Belanda ketiga atau paling bawah adalah masyarakat yang menyewa tanah dari penguasa tradisional kebanyakan yang hanya memiliki kewajiban akan memperoleh tenaga kerja yaitu penduduk untuk melayani masyarakat dari lapisan atas yang ada di wilayah tersebut. Tanah dan tenaga tanpa mempunyai hak. kerja yang diperoleh dengan murah itu diikat Pada masa kolonial, bangsa Eropa di dengan kerja wajib untuk kepentingan pe- samping sebagai pemegang kekuasaan politik rusahaan perkebunan. Kerja wajib oleh pen- juga berperan sebagai pemegang kendali duduk desa pada perusahaan perkebunan ekonomi. Di daerah kerajaan (Vorstenlanden) sebenarnya adalah kelanjutan dari kerja wajib seperti Yogyakarta dan Surakarta maupun yang harus disangga oleh penduduk pada daerah lain seperti Cirebon, Mangkunegaran, penguasa tanah yaitu bangsawan pejabat dan Pakualaman, pemerintah kolonial tidak me- kerajaan yang tinggal di ibu kota. Di bawah nguasainya secara langsung, tetapi pengaruh- koordinasi penguasa desa, yaitu bekel, penduduk nya cukup kuat seperti yang tampak dalam desa melakukan kegiatan usaha tani yang pemilihan patih dan urusan keuangan internal. disebut sistem maro. Kecuali harus menyerah- Sementara itu, di daerah yang langsung kan separuh dari hasil panen kepada pemilik dikuasai kumpeni terjadi hubungan langsung tanah atau patuh, penduduk juga harus me- antara rakyat pribumi dengan orang Barat. nyangga sekitar 27 kerja wajib bagi kepentingan Dalam politik pemerintahan, pejabat Belanda desa dan penguasa pemilik tanah (Padmo, 2004; diposisikan sampai tingkat residen, asisten Suhartono, 1991; Abdullah, 1987). residen, dan kontrolir di tingkat Regentschaap Kewajiban untuk menyerahkan hasil panen atau kabupaten. Di wilayah perkebunan seperti kepada pemilik lahan di kota merupakan acara Karesidenan Surakarta hampir tidak ada desa rutin atau pisowanan yang ditradisikan dua kali yang terbebas dari pengusahaan tanaman setiap tahun, yaitu pada setiap grebeg Mulud perkebunan oleh perusahaan swasta Belanda. dan Besar. Setelah Perang Diponegoro, Di luar Jawa seperti di Barat, kewajiban sowan ke kota menjadi tiga kali, yaitu Sistem Tanam Paksa memang pernah dicoba pada grebeg Mulud, Puasa, dan grebeg Besar. tetapi tidak dilanjutnya. Meskipun demikian, Tujuan dari pisowanan ini adalah untuk melaku- pengusahaan tanaman perkebunan seperti kan pengawasan dari raja kepada pejabat yang kopi oleh penduduk asli justru berhasil mening- lebih rendah yang bermukim di luar istana atau katkan ekonomi daerah (Dobbin, 1992). Di penguasa di daerah lainnya. Selama pisowanan Maluku, sistem pengusahaan tanaman rempah- itu, kegiatan para pejabat adalah berjudi dan rempah seperti cengkeh, dan pala dikontrol berfoya-foya dengan wanita dan minuman secara ketat oleh penguasa kolonial lewat kaki keras. Sementara itu, pengikutnya melakukan tangan mereka, yaitu penguasa tradisional. Di tugas memperbaiki bangunan milik bangsa- Jawa Sistem Priangan yang sangat meng- wan ataupun membangun gedung atau fasilitas untungkan penguasa di Tanah Pasundan lain yang diperlukan. Singkatnya kegiatan diadopsi oleh Van den Bosch dalam meng- pisowanan sebenarnya adalah mekanisme usahakan tanaman kopi di berbagai daerah di control oleh pemerintah pusat untuk meng- Indonesia. Daerah di Jawa Timur dan Jawa hilangkan akumulasi surplus di kalangan

152 Soegijanto Padmo – Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa pejabat kecil di luar istana sehingga kemung- misalnya, KHA Dahlan sampai pada penilaian kinan munculnya pesaing bagi penguasa pusat bahwa masalah utama yang dihadapi oleh menjadi sangat kecil. Sementara itu petani masyarakat Jawa adalah kemiskinan dan pedesaan yang menjadi sumber pendapatan keterbelakangan. Penyebab dari adanya penguasa daerah juga banyak disibukkan masalah tersebut adalah penindasan oleh dengan kerja wajib serta pekerjaan lain di istana peguasa kolonial dan keserakahan penguasa sehingga produksi yang mereka hasilkan tradisional. Untuk mengentaskan masyarakat sangat sedikit. Dalam kondisi seperti itu serta dari penderitaan itu, kuncinya hanyalah pen- adanya kebiasaan pejabat untuk mengambil didikan. Secara harafiah, KHA Dahlan menye- apapun milik rakyat kecil seenaknya men- butkan bahwa pendidikan berupa penguasaan dorong masyarakat untuk tetap berada dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan dan keadaan miskin karena petani di Jawa tidak teknologi modern dan disimbolisasikan dengan pernah terangsang untuk menghasilkan sur- penguasaan dan kitab putih. plus karena apa pun yang mereka miliki pada Femomena di daerah lain di Indonesia pada siang hari akan menjadi incaran penguasa dasarnya mirip dengan apa yang disampaikan kerajaan dan pada malam hari akan menjadi oleh KHA Dahlan bahwa para ulama men- incaran perampok. dirikan organisasi sebagai wadah bagi gerakan Di luar Jawa, seperti Sumatra Barat, yang merupaya untuk mendorong proses kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi transformasi sosial dan budaya bukan saja yang berada dalam control kaum adat. ditujukan untuk masyarakat Islam tetapi juga Kebiasaan berjudi dan sabung ayam serta untuk seluruh kelompok miskin dan tertindas minum minuman keras merupakan hal yang sesuai dengan ajaran Islam yang membawa dikerjakan oleh masyarakat. Meskipun kaum rahmat bagi seluruh alam. ulama cukup penting dalam kehidupan masyarakat, tetapi kaum adat lebih kuat GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM pengaruhnya terhadap keberlangsungan Abad ke-20 dinilai sebagai awal terjadinya praktik yang telah mewarnai kehidupan gerakan untuk menegakkan Islam demi masyarakat yang sebenarnya dilarang oleh kemuliaan agama Islam sebagai idealita dan agama. Kaum adat di Sumatra Barat dan kejayaan umat sebagai realita dapat diwujudkan kelompok feudal tradisional di daerah lain di secara konkret dengan menggunakan organi- nusantara yang memegang kekuasaan politik sasi sebagai alat perjuangannya. dan ekonomi mempunyai peran penting dalam Kesadaran baru yang muncul saat itu proses akumulasi surplus pada masing- adalah keyakinan bahwa cita-cita yang besar masing wilayah. Secara umum, kelompok dan berat itu hanya dapat direalisasikan dengan masyarakat dari lapisan bawah adalah mereka organisasi yang efisien dan efektif (Pasha dan yang harus menanggung beban dalam melaku- Darban, 2002). Disadari pula gagasan baru itu kan berbagai kerja wajib untuk kepentingan hanya akan tersebar luas jika digunakan me- penguasa serta kerja wajib lain tanpa upah. dia yaitu majalah. Gagasan perlunya pem- Dalam konteks itulah, penderitaan dan baharuan memang telah muncul sebelum abad kemiskinan yang mendera selama beberapa ke-20, yaitu sejalan dengan pulangnya ulama generasi dirasakan sebagai penderitaan yang yang telah menuntut ilmu di Mekah yang hanya bisa diatasi oleh kekuatan supranatural bersamaan pula dengan berkembangnya berupa kepercayaan cargo cult (Fox, t.th) dan gerakan Wahabi yang menginginkan pemurnian gerakan mesianisme yaitu kepercayaan akan pelaksanaan ajaran Islam. Gerakan yang datangnya Ratu Adil (Kartodirdjo, 1962). muncul mulai dari upaya perseorangan dengan Dalam kondisi yang serba menghimpit membuka atau madrasah, penerbitan kehidupan wong cilik semacam itulah, majalah, serta pembentukan organisasi sosial,

153 Humaniora, Vol. 19, No. 2 Juni 2007: 151-160 ekonomi, keagamaan, dan bahkan kemudian Pada tahun 1803, tiga orang Minang, satu bergeser ke organisasi politik. Dalam bagian ini orang dari Sumanik, Tanah Datar, seorang dari akan dikemukakan organisasi yang muncul di Pandai Sikat, dan seorang dari Piobang, Lima Sumatra Barat yang dipelopori oleh perse- Puluh Koto, pergi berhaji dan tinggal lima tahun orangan atau ulama kemudian berhasil mem- di Mekah. Saat itu, gerakan Wahabi sedang buat jaringan dalam memerangi kemaksiatan berkembang di Mekah. Kaum Wahabi melarang dan kemungkaran. Gerakan itu semula ber- orang merokok, makan sirih, berpakaian yang tujuan melawan dominasi Cina dalam perda- indah-indah, dan menyuruh rajin melakukan gangan batik, serta gerakan yang bergiat dalam sembahyang. Sepulang ke Minang, mereka masalah sosial kemasyarakatan seperti Al- menyaksikan praktik kehidupan di Minang sangat Irsyad, Persatuan Islam, serta . berbeda dengan apa yang dilihatnya di Mekah. Para peneliti sering mengkaitkan muncul- Ketiga orang ini membawa semangat Islam nya kegiatan pendidikan Islam dengan masuk- yang diilhami oleh gerakan Wahabi yang puri- nya Islam ke suatu daerah (Junus, 1985). Junus tan. Sementara itu, di di Luhak Agam para tuanku menyatakan bahwa masuknya Islam ke mengadakan kebulatan tekad untuk menegakkan Sumatra Barat yang diperkirakan pada tahun syara’ sekaligus memberantas kemaksiatan 1250 merupakan tonggak pendidikan Islam di yang mulai semarak dikerjakan oleh kaum adat. Mingkabau dimulai. Syekh Burhanuddin adalah Para ulama tersebut adalah Tuanku nan Renceh, ulama terkenal yang dipercaya sebagai pendiri Tuanku Bansa, Tuanku Galung, Tuanku Lubuk surau atau madrasah di Ulakan, tempat beliau Aur, Tuanku Lawas, Tuanku Padang menetap. Surau ini dipercaya sebagai surau Luar, Tuanku Kubu Ambelan, dan Tuanku Kubu yang pertama kali didirikan di Minangkabau. Sanang. Di samping delapan tokoh itu, pem- Sebelumnya, ia belajar ilmu agama di Kotaraja, baharu Islam di Minangkabau adalah kaum Aceh pada Syekh Abdul Rauf bin Ali dari Singkil. Paderi yaitu Muhammad Syahab yang mem- Selesai belajar di Kutaraja, Burhanuddin kembali bangun benteng di Bonjol sehingga ia dikenal ke Pariaman di Kampong Sintuk, tempat kelahir- dengan Imam Bonjol. annya, baru kemudian beliau pindah ke Ulakan. Dalam melakukan pembaharuan banyak Meskipun data tentang sistem pendidikan di antara mereka menggunakan cara kekeras- yang dilakukan oleh Syekh Burhanuddin tidak an sehingga terjadi konflik antara kaun Paderi diketahui, dikisahkan bahwa sebelum datang dan kaum adat, yang diakhiri dengan perang ke Minangkabau beliau belajar agama di Aceh terbuka. Karena dalam pertempuran itu kaum selama 10 tahun. Di Minangkabau terdapat adat selalu mengalami kekalahan, kemudian banyak ulama terkenal yang aktif mengajarkan mereka minta bantuan kepada Kumpeni. agama bukan saja di kampung halamannya, Dengan senang hati Kumpeni menyanggupi. tetapi juga ke daerah lain. Pada tahun 1603, Perang babak baru dimulai setelah Kumpeni terdapat tiga orang dari Minangkabau yaitu mendatangkan bala bantuannya untuk meme- Datuk ri Bandang, Datuk Patimang, dan Datuk rangi kaum Paderi. Mulai saat itu, kaum Paderi di Tiro pergi ke Sulawesi, untuk menyiarkan bukan menghadapi kaum adat, melainkan agama Islam. perang melawan kaum kafir Belanda. Syekh Burhanuddin mempunyai murid. Ulama lain yang kritis terhadap adat Salah satu muridnya yang termasyur adalah Minang adalah Syaikh Ahmad Khatib, lahir di Tuanku Mansiang Nan Tuo di Paninjauan. Selain Bukittinggi pada tahun 1855. Pada usia 21 itu, datang pula seorang ulama, yaitu Tuanku tahun, ia pergi ke Mekah dan menetap di sana di Tanah Rao dari Mekah, yang membawa ilmu untuk memperdalam pengetahuan agama mantiq dan Ma’ani, yang menurunkan ilmunya Islam yang berpahamkan madzab Syafe’i. Ia kepada Tuanku nan Kacik dalam negeri Koto mampu mengembangkan ilmunya sehingga Gedang. diangkat menjadi Imam Madzab Syafe’i di

154 Soegijanto Padmo – Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa

Masjid ‘il Haram. Beliau adalah ulama yang poli perdagangan bumbu batik dan meng- cerdas, kritis, sekaligus toleran. Secara terang- hadapi superioritas Cina terhadap pedagang terangan, ia tidak menyetujui aliran Naqsa- Indonesia sebagai dampak Revolusi Cina pada bandiyah serta terhadap adat pembagian waris 1911. Sikap itu merupakan keberhasilan dari model Minangkabau yang memberikan waris kebijakan kolonial yang cukup lama yang mem- kepada keponakan. Muridnya diberi kebebasan bagi lapisan sosial kolonial menjadi tiga, yaitu membaca buku termasuk tafsir Al Manar-nya lapisan atas adalah orang Belanda, lapisan Muhammad Abduh maupun tulisan kaum pem- kedua adalah orang Cina dan Timur Asing lain, baharu lainnya dengan harapan bahwa murid dan lapis ketiga adalah bangsa Indonesia yang akan memahami pikiran baru sehingga akan memilih kewarganegaraan Belanda. Politik menentangnya. Tetapi yang terjadi adalah bahwa memecah belah ini dilaksanakan dalam pen- mereka justru menjadi pendukung pem-baharuan didikan sebagai implikasi dari Politik Etis tersebut seperti Syeck Muhammad Jambek, dengan anak orang Cina dimasukkan ke pen- , , dan didikan kelas dua dan anak-anak masuk (pendiri Muhammadiyah). sekolah kelas tiga. Sebagian murid lainnya yang berpegang pada Tujuan SDI itu dengan cepat memperoleh Madzab Syafe’i antara lain Syeh Sulaiman dukungan antara lain dari masyarakat pribumi Rasul, dan Hasyim Asy’ari yang pendiri Nahda- yang mempunyai fanatisme Islam yang kuat tul Ulama (Noer, 1985). bukan saja perasaan anti-Cina yang timbul, Ulama pembaharu Islam lain dari Minang- tetapi juga perasaan antikolonial serta pegawai kabau adalah Syaikh Thahir Djalaluddin al-Azari Belanda yang telah membuat penderitaan di yang ide pembaharuannya disalurkan lewat kalangan pribumi. Atas usul Tjokroaminoto majalah Al-Imam, Syaih Jamil Jambek, Abdul agar keanggotaan SDI jangan dibatasi hanya Karim Amrullah yang dikenal dengan Haji Rasul golongan pedagang, tetapi diperluas sehingga (ayah ). Tokoh lain adalah Abdullah kata dagang saat menyusun anggaran dasar Ahmad yang ide pembaharuannya disalurkan dihapus diganti dengan nama Sarikat Islam. lewat Al-Munir yang bertujuan untuk “memimpin Dengan demikian, pergerakan Serikat Islam dan memajukan anak-anak bangsa kita … pada yang semula sekedar untuk memajukan per- agama yang lurus dan pada i’tikad yang betul”. dagangan, saling membantu terbinanya rohani Pengetahuan tentang Islam tokoh ini diakui oleh dan jasmani, memajukan masyarakat ber- ulama Timur Tengah dan pada satu konferensi agama Islam, pada tahun 1917 berkembang khilafat di Cairo pada 1926 dia bersama Haji menjadi pergerakan politik yang menggunakan Rasul menerima gelar kehormatan Doktor Islam sebagai dasar perjuangannya dan men- dalam Bidang Agama (Doktor Fiddin). (Noer, cita-citakan kemerdekaan. 1985:47). Peran Haji Samanhudi dalam mengobar- Meskipun cikal bakal gerakan politik di kan semangat keagamaan ditunjukkan oleh Indonesia disebutkan diawali oleh berdirinya anjuran yang ia sampaikan pada beberapa Serikat Dagang Islam (SDI), pada awalnya kesempatan. Pada tahun 1912 dalam satu organisasi ini bertujuan untuk menciptakan konggres SI di Surabaya ia mengatakan bahwa daya saing yang kuat di kalangan usahawan setiap orang yang lahir ke dunia ini membawa pribumi dalam melawan dominasi Cina dalam fitrah masing-masing. Fitrah ini harus diper- industri batik yang dibekingi Belanda. Organi- juangkan. Oleh karena itu, SDI sebagai organi- sasi yang didirikan oleh seorang tokoh, yaitu sasi Islam harus memperjuangkan upaya untuk Haji Samanhudi di Solo pada 16 Oktober 1905, mengembalikan fitrah setiap hamba Allah, yaitu gerakannya diarahkan pada beberapa tujuan, sebagai makhluk yang bebas. Apabila dalam yaitu menghimpun kekuatan pedagang batik konggres SI di Solo H Samanhudi masih guna melawan pedagang Cina yang memono- sebatas menegaskan pentingnya memper-

155 Humaniora, Vol. 19, No. 2 Juni 2007: 151-160 juangkan kembalinya fitrah manusia ciptaan Al Irsyad didirikan oleh Syekh Ahmad Allah, dalam konggres SI di pada Soorkati pada 1914 dengan tujuan untuk me- tahun 1916 H Samanhudi sekali lagi meng- majukan pendidikan agama Islam secara garisbawahi pentingnya kebebasan bagi murni di kalangan bangsa Arab peranakan. individu dari ketertindasan oleh orang lain dan Untuk itu mereka mendirikan madrasah al- perlunya menghilangkan segala bentuk Irsyad, terutama di daerah pesisir, seperti penjajahan. Pandangan ini sangat radikal dan Surabaya, Pekalongan, Tegal, dan Jakarta. menjadi semakin mengkristal dengan Dalam bidang sosial dan dakwah Islam dengan masuknya aliran sosialis yang dibawa Snevliet dasar Al Quran dan As-Sunnah secara murni. ke dalam SI sehingga muncullah SI merah dan Organisasi Persatuan Islam didirikan oleh SI putih. KH Zamzam, ulama dari Palembang pada 17 Al-Jamiat Al Khair yang lebih dikenal September 1923 di Bandung. Tujuan Persis dengan jamiat kahir didirikan pada 17 Juli 1905 adalah mengembalikan kepemimpinan Islam sebagai organisasi islam tanpa diskriminasi asal- pada Al Quran dan hadist. Guna mewujudkan usul meskipun sebagian besar penggeraknya cita-cita tersebut, Persis melakukan berbagai adalah Arab peranakan. Bidang usaha organisasi usaha seperti mendirikan madrasah, , ini adalah pendidikan dan sosial. Untuk menyuk- kegiatan tabligh, serta menerbitkan majalah dan seskan kegiatan usaha pendidikan, mereka buku agama. Majalah yang cukup populer di memanggil pakar pendidikan, yaitu Syekh Ahmad kalangan kaum muslimin di Indonesia dan Soorkati dari Sudan, Syekh Muhammad Thaib bahkan di mancanegara seperti adalah dari Maroko, dan Syaikh Muhammad Abdul majalah Pembela Islam dan Al-Muslimun. Hamid dari Mekah. Di antara mereka, Ahmad Soorkati yang paling menonjol dalam hal Kiprah Persis dalam memerangi bid’ah dan menanamkan ide pembaharuan pendidikan di khurafat yang disampaikan secara keras dan kalangan masyarakat Islam di Indonesia. lugas memang sangat menonjol. Sikap se- Kehadiran tokoh pendidikan dari luar negeri macam itu semakin menonjol di saat kepemim- yang semakin banyak pada umumnya adalah pinan ustadz A. Hasan, yang terkenal karena pengikut Muhammad Abduh. Mereka antara lain pena dan lidahnya yang tajam dalam menegak- menganjurkan persamaan sesama muslim kan pemurnian agama. Popularitas A. Hasan dan kembali ke pemikiran kepada Al Quran dan saat memimpin Persis adalah korespondensi Hadist. Sikap pemikiran ini ternyata meng- yang beliau lakukan dengan Bung Karno saat undang reaksi keras, terutama dari peranakan dibuang ke Endeh. Surat itu kemudian diterbit- Arab kelompok sayid yang selama ini menik- kan dalam bagian dari buku Bung Karno yang mati penghormatan berlebihan dan merasa terkenal, yaitu Di Bawah Bendera Revolusi dirinya berkedudukan tinggi dari golongan lain dalam bab Surat-surat Dari Endeh. dalam masyarakat Islam di Jawa. Perbedaan Organisasi Muhammadiyah didirikan di ini membawa organisasi Al Khair mengalami kampung Yogyakarta pada 18 Novem- perpecahan. ber 1912. Sasaran dan wilayah gerak kegiatan Gerakan al-Islah wal Irsyad atau al-Irsyad Muhammadiyah seperti termaktub dalam merupakan sempalan al-Khair karena terdapat anggaran dasar pertama adalah penduduk Jawa perbedaan dalam jama’ah al-Khair khususnya dan Madura. Kondisi objektif yg mendasari tentang persoalan “kafaah”, yaitu boleh tidak- kelahiran Muhammadiyah adalah faktor inter- nya golongan Arab keturunan Ali bin Abi Thalib nal yang terdiri dari ketidakmurnian amalan Is- (golongan Alawy) menikah dengan golongan lam sebagai akibat tidak dijadikannya Al Quran lain. Menurut Soorkati, pernikahan seperti itu dan Sunnah Rasul sebagai satu-stunya rujukan boleh berdasarkan surat al-Hujurat: 13 bahwa oleh sebagian besar umat Islam Indonesia, ‘yang dinilai paling mulia di sisi Allah adalah lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam orang yang paling taqwa’. belum mampu menyiapkan generasi yang siap

156 Soegijanto Padmo – Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa mengemban misi selaku kalifah di muka bumi. Secara khusus dalam bidang keagamaan Sementara itu, faktor objektif eksternal adalah ditandai dengan dibentuknya Majlis Tarjih pada semakin meningkatnya Kristenisasi di tengah- 1927. Lembaga ini sebagai tempat meng- tengah masyarakat Indonesia, penetrasi himpun ulama secara periodik melakukan bangsa Eropa terutama Belanda di Indonesia musyawarah dan memberikan fatwa tentang pada masa kolonial, serta pengaruh gerakan tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah pembaharuan dalam dunia Islam. Di samping sesuai dengan contoh yang diberikan Rasul faktor tersebut menurut (Mukti Ali, 1985 saw, dalam menentukan awal dan akhir puasa dalam Pasha dan Darban, 2002), kelahiran sesuai dengan perkembangan ilmu penge- Muhammadiyah dilatarbelakangi empat hal tahuan modern, mendirikan mushalla khusus yang penting, yaitu (a) ketidakbersihan dan wanita, penghitungan zakat pertanian, perikan- campuraduknya kehidupan agama Islam di In- an, peternakan, serta mengatur agar sampai donesia, (b) ketidakefisienan lembaga ke tangan yang berhak, tuntunan dalam bidang pendidikan Islam, (c) aktivitas misi Katolik dan keluarga sejahtera dan keluarga berencana. Protestan, dan (d) sikap acuh tak acuh, bahkan Pemisahan antara sekolah umum dan sikap merendahkan dari golongan intektual sekolah agama sejak Muhammadiyah belum terhadap Islam. didirikan masih berlangsung terus sampai Rumusan tujuan Muhammadiyah sejak sekarang. Muhammadiyah percaya pentingnya didirikan sampai sekarang telah mengalami penguasaan ilmu umum serta ilmu agama perubahan kalimat meskipun tanpa mengubah secara bersamaan. Karena dengan pemisah- isi dan jiwanya. Pada saat didirikan tujuan an tersebut hasilnya adalah seperti apa yang Muhammadiyah adalah (a) menyebarkan dapat disaksikan pada pergantian milenium di pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW Indonesia ini yaitu dengan mudahnya orang kepada penduduk bumi putera, di dalam goyah dan goncang hidupnya dalam meng- Residensi Yogyakarta dan (b) memajukan hal hadapi berbagai macam cobaan. Karena tidak agama Islam kepada anggotanya. mungkin menghapuskan sekolah umum dan Rumusan itu telah berubah sebanyak tujuh pesantren, Muhammadiyah berusaha mema- dukan keduanya dengan cara (a) mendirikan kali. Terakhir adalah pada Muktamar Muham- sekolah umum dengan memasukkan ke madiyah ke-44 di Jakarta pada 11 Juli 2000. dalamnya ilmu agama serta (b) mendirikan Perubahan atas asas yang disesuaikan madrasah yang diberi pendidikan pengajaran dengan perundangan yang ada, yaitu dengan ilmu pengetahuan umum. menegakkan dan menjunjung tinggi agama Dengan perpaduan tersebut, tidak ada lagi Islam sehingga terwujud masyarakat utama, pembedaan antara ilmu agama dan ilmu adil makmur yang diridlai Allah subhanahu wa umum. Semua adalah wajib dan di bawah ta’ala (Pasha dan Darban, Ibid). naungan agama. Lembaga pendidikan yang Amal usaha Muhammadiyah terdiri atas didirikan Muhammadiyah sejak dari kelompok bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasya- bermain, tingkat dasar, menengah pertama, rakatan. Bidang keagamaan sesungguhnya menengah atas, serta perguruan tinggi jumlah- menjadi pusat seluruh kegiatan, dasar, dan jiwa nya ribuan tersebar di seluruh Indonesia. amal usaha Muhammadiyah. Kegiatan Muham- Jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah pada madiyah di bidang lain dilakukan karena tahun 2007 sebanyak 175 buah beberapa di dorongan keagamaan semata, karena sebe- antaranya telah mempunyai reputasi inter- narnya kegiatan yang bersifat kemasyarakatan, nasional. perekonomian, pendidikan, serta politik itu tidak Sebagai gerakan, Muhammadiyah mem- dapat dipisahkan dari jiwa, dasar dan sema- punyai tugas dakwah Islam dan amar makruf ngat keagamaan. nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan.

157 Humaniora, Vol. 19, No. 2 Juni 2007: 151-160

Usaha yang dilakukan dalam bidang ini antara dalam memperjuangkan persamaan hak bagi lain mendirikan rumah sakit modern, mendiri- kaum wanita Indonesia. Berkaitan dengan hal kan panti asuhan, mendirikan perusahaan tersebut, konggres memandang perlu menyusun seperti percetakan dan toko, mendirikan dana agenda untuk membicarakan pelaksanaan pensiun, serta bimbingan dan penyuluhan peraturan Islam, masalah keluarga seperti keluarga. Keluarga adalah dasar bagi kehidup- perceraian (taklik dan chuluk), serta masalah an masyarakat dan negara. Oleh karena itu, dalam melakukan ibadah haji. Nadhatul Ulama Muhammadiyah sangat prihatin dengan ter- berhasil menebarkan pengaruhnya di beberapa wujudnya keluarga sejahtera lahir batin dengan daerah terutama di Surabaya, dan daerah membentuk unit perencanaan keluarga sejah- sekitarnya seperti Kediri, Bojonegoro, serta di tera di tiap wilayah dan daerah di seluruh Indo- Jawa Tengah termasuk Kudus dan sekitarnya. nesia. Perkumpulan Nahdatul Ulama didirikan ORGANISASI ISLAM DAN POLITIK dengan sponsor Hasyim Asy’ari di Surabaya , dengan masuknya Cokro- pada 31 Januari 1926. Alasan yang mendasari aminoto pada tahun 1912, mengalami kemaju- didirikannya organisasi ini adalah dimaksudkan an yang pesat berupa meluasnya dukungan sebagai reaksi atas keberhasilan kaum moder- bukan saja di seluruh Jawa, tetapi juga sampai nis di Indonesia serta adanya kekhawatiran ke Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi serta ulama orthodoks bahwa niat SI dan Muhamma- anggotanya mencakup berbagai lapisan diyah tentang Kongres Islam Sedunia yang masyarakat. Benda (1980) menyatakan bahwa dipengaruhi Raja Ibnu Saud dari Saudi Arabia SI mempunyai daya tarik yang jauh jangkauan- akan mendatangkan pengaruh Wahabi di nya di luar penduduk kota yang berpendidikan negeri ini (Pringgodigdo, 1949:91). Berkaitan Barat. Tujuh tahun setelah Cokroaminoto dengan hal itu, pada September 1926 NU memimpin SI, partai ini memusatkan perhatian- mengadakan konggres di Surabaya sebagai nya secara eksklusif pada orang Indonesia aksi menentang Konggres PSI-MAIHS ber- denga merekrut semua kelas, baik di kota sama. maupun di desa. Mereka adalah pedagang Sebagaimana Muhammadiyah, NU tidak muslim, pekerja di kota, kyai dan ulama, bebe- mencampuri politik. Adapun tujuan didirikannya rapa priyayi, dan tak kurang pula petani ditarik NU adalah untuk memajukan keempat paham dalam partai politik yang pertama di Indonesia madzab yaitu Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hambali di masa kolonial ini. dengan jalan (a) memelihara hubungan antar Masuknya paham sosialis membuat SI ulama keempat aliran ini; (b) menjaga supaya pecah menjadi SI merah dan SI Putih. Maka pelajaran agama Islam jangan sampai tertulis dari itu, pertentangan intern semakin tidak kaum modernis; (c) propaganda Islam ber- terkendali sehingga pada Kongres SI 1921 dasarkan paham ortodoks; (d) memajukan disiplin partai pun diterapkan dengan hasil pendidikan Islam; dan (e) memelihara masjid. keluarnja tokoh SI Merah, yaitu Semaun, Darsono Nadhatul Ulama menyelenggarakan dan Tan Malaka, yang kemudian mendirikan kongres pada tanggal 2-11 Oktober 1928 di Partai Komunis Hindia. Kongres juga memutus- Surabaya. Kongres mengeluarkan pernyataan kan untuk lebih menekankan identitas gerakan yang menentang reformisme oleh kaum politik Islam dengan kalimat kemerdekaan yang modernis dan kaum Wahabi di Hejaz. Kaum berazaskan Islam … yang sesungguhnya reformis dinilai oleh kaum ortodoks sebagai melepaskan segala rakyat dari penghambaan macam apapun jua (Noer, 1985). bersikap seperti kaum nasionalis saja yang Pada Kongres tahun 1923, SI mengubah tidak mendasarkan pada agama, seperti pro- nama menjadi Partai Serikat Islam dan pada paganda untuk mencapai kesejahteraan dalam 1929 berubah nama lagi penjadi Partai Serikat perkawinan dan kehidupan keluarga, terutama

158 Soegijanto Padmo – Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa

Islam Indonesia atau PSII. Pada 1940 terjadi kancah politik nasional, yaitu Muhammad perpecahan di tubuh PSII dengan keluarnya Natsir. Pengaruh doktrin Persis tertanam kuat beberapa anggotanya dipimpin oleh Karto- dalam pribadi Natsir yang tampak saat ia diberi suwiryo yang mendirikan perkumpulan sendiri hadiah oleh Lembaga Islam Internasional di sehingga ada dua PSII biasa dan PSII Saudi Arabia uang tersebut digunakan untuk Kartosuwiryo. membangun masjid yang megah. Ketika Muhammadiyah bukan organisasi politik ditinjau oleh lembaga donor dan ditanya mana dan tidak akan menjadi partai politik. Namun rumahnya, ia menunjukkan salah satu kamar dengan adanya keyakinan bahwa agama Islam yang ada di kompleks masjid tersebut. adalah agama yang mengatur segenap kehidupan manusia di dunia, dengan sendiri- SIMPULAN nya segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia juga menjadi bidang garapannya, tak Dari uraian di atas dapat disimpulkan terkecuali soal politik kenegaraan. Meskipun bahwa gerakan Islam merupakan satu demikian, keterlibatan Muhammadiyah dalam fenomena yang mencerminkan jiwa zamannya. politik kenegaraan masih dalam batas sebagai Lingkungan kultural dan sosial mendorong gerakan dakwah Islam amar makruf nahi seseorang untuk berbuat sesuatu dan mem- mungkar dan sama sekali bukan bermaksud bangun jaringan, merumuskan masalah, men- menjadi partai politik (Pasha dan Darban, cari jalan keluar, dan melakukan tindakan 2002:135; Alfian, 1989; Korver, 1982). reformasi sosial dan kultural. Faktor eksternal Atas dasar pendirian semacam itulah, KHA yang merupakan faktor penentu bagi muncul- Dahlan duduk dalam kepengurusan Budi nya proses transformasi dapat berlangsung Utomo, menjadi penasihat pimpinan SI. Begitu secara lebih cepat daripada faktor internal. pula pimpinan Muhammadiyah yang lain seperti Peran media massa sangat menunjang KH Fakhrudin, KH Mas Mansyur, Ki Bagus keberhasilan sosialisasi gagasan baru baik Hadiskusumo dan Prof. Hamka pada dasarnya dalam skala nasional maupun internasional. mempunyai pandangan yang sama. Beberapa Gerakan Reformasi Islam telah berhasil keterlibatan Muhammadiyah dalam bidang menunjukkan keberhasilannya secara fisik. politik antara lain adalah Lembaga pendidikan, fasilitas pelayanan (a) pajak atas hewan qurban ditentang sosial, seperti rumah sakit, gedung perkantor- Muhammadiyah dan ini berhasil pada an, dan sarana-prasarana fisik lainnya, sudah masa kolonial; berhasil diwujudkan. (b) pengadilan agama semua berada di Efektivitas dari Gerakan Reformasi yang bawah kantor agama kolonial. Muhamma- sudah berlangsung hampir satu abad masih diyah berjuang ke arah indipendensi umat memendam pertanyaan besar yaitu seberapa Islam di Indonesia; jauh gerakan ini berhasil menjawab tantangan (c) Muhammadiyah ikut mempelopori lahirnya jaman. Negara Indonesia yang mengalami krisis Partai Islam Indonesia. Pada tahun 1945 kepemimpinan saat ini belum mampu meng- menjadi pendukung utama lahirnya hadirkan tokoh yang bisa memberikan kete- Masyumi; ladanan. Lalu, di manakah hasil kerja kaum (d) Ikut menanamkan nasionalisme di kalang- reformis selama ini? an bangsa Indonesia dengan semboyan hizbul wathan minal iman, cinta tanah air satu cabang keimanan. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Taufik. 1987. Islam dan Masyarakat Pantulan Di samping SI dan Muhammadiyah, Persis Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES. juga mempunyai kader yang tampil dalam

159 Humaniora, Vol. 19, No. 2 Juni 2007: 151-160

Alfian, 1989. Muhammadiyah the Political Behavior of a Korver, A.P.E. 1982. Sarekat Islam 1912-1916 Opkomst, Muslim Modernist Organization under Dutch Bloei en Structuur van Indonesie’s Eerste Colonialism . Yogyakarta: Gadjah Mada University Massabeweging. Amsterdam Historische Reeks 3. Press. Historisch Seminarium van de Universiteit van Benda, H.J., 1980. Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam di Amsterdam. Indonesia di Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Pustaka Noer, Deliar. 1985. Gerakan Modernisasi Islam di Indonesia Jaya. Tahun 1840-1942. Jakarta: LP3ES. Dick, Howard. 1985. The Emergence of National Economy Padmo, Soegijanto. 2004. Bunga Rampai Sejarah Sosial- in the Netherlandsch Indie . Dordrecht: Foris Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media. Publication. Pasha, Musthafa Kamal dan Adaby Darban. 2002. Dobbin, C. 1992. Kebangkitan Islam dalam Ekonomi Petani Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam dalam yang Sedang Berubah, Sumatra Tengah 1794-1847. Perspektif Historis dan Ideologis. Yogyakarta: Lembaga Jakarta: INIS. Pengkajian dan Pengamalan Islam. Fox, J.J., t.th. Indonesian Heritage: Religion and Ritual . Volume Pringgodigdo, A.K., 1949. Sejarah Pergerakan Rakyat 9. : Archipelago Press. Indonesia. Jakarta: Dian Rakjat. Junus, Mohammad. 1985. Sejarah Pendidikan Islam di Suhartono. 1991. Apanage dan Bekel. Yogyakarta: Tiara Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung. Wacana. Kartodirdjo, Sartono. 1962. Gerakan Mesianisme dalam Sedjarah Indonesia. Pidato Dies Natalis Universitas Gadjah Mada.

160