LAPORAN AKHIR PENELITIAN

KLUSTER PENELITIAN PEMBINAAN KAPASITAS

TAHUN ANGGARAN 2020

TRANSMISI DAN KONTRIBUSI DALAM JARINGAN SANAD SYEKH MUHAMMAD YASIN PADANG

Peneliti :

Dr. M. Khairul Mustaghfirin, S.S.I, MA

Nip: 197805022015031002

(Dosen Hadis Fakultas Dirasat Islamiyah UIN )

PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN) LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

| P a g e 1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian yang berjudul “Transmisi dan Kontribusi dalam jaringan Sanad Syekh Muhammad Yasin Padang”, merupakan laporan akhir pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Muhammad Khairul Mustaghfirin, SS.I, M.A. yang telah memenuhi ketentuan dan kriteria penulisan laporan akhir penelitian sebagaimana yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 01 September 2020 Peneliti,

Dr. Muhammad Khairul Mustaghfirin, SS.I, M.A. NIP. 197805022015031002

Mengetahui, Kepala Pusat, Ketua Lembaga, Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (LP2M) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DR. IMAM SUBCHI, MA. JAJANG JAHRONI, MA., PhD NIP. 19670810 200003 1 001 NIP. 19670612 19940 3 1006

| P a g e 2

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini; Nama : Dr. Muhammad Khairul Mustaghfirin, M.A. Jabatan : Dosen Unit Kerja : Fakultas Dirasat Islamiyah Alamat : Ciputat, Tangerang Selatan dengan ini menyatakan bahwa: 1. Judul “Transmisi dan Kontribusi dalam jaringan Sanad Syekh Muhammad Yasin Padang”, merupakan karya orisinal saya. 2. Jika di kemudian hari ditemukan fakta bahwa judul, hasil atau bagian dari laporan penelitian saya merupakan karya orang lain dan/atau plagiasi, maka saya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan 100% dana hibah penelitian yang telah saya terima, dan siap mendapatkan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku serta bersedia untuk tidak mengajukan proposal penelitian kepada Puslitpen LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2 tahun berturut-turut. Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 01 September 2020

Peneliti,

Dr. Muhammad Khairul Mustaghfirin, M.A.

NIP. 197805022015031002

| P a g e 3

“Transmisi dan Kontribusi dalam jaringan Sanad Syekh Muhammad Yasin Padang”,

Dr. Muhammad Khairul Mustaghfirin, SS.I, MA. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[email protected]

Abstrak

Artikel ini mengkaji tentang salah satu jaringan sanad keilmuan Nusantara pada abad XIX yakni sanad Syekh Yasin Padang dan mengkaji tentang problem Trasnmisi keilmuan dimana transmisi ilmiah tersebut tersalurkan biasayam melalui tradisi pemberian Ijazah sanad secara hirarki hingga ke pengarang buku sampai ke Rasulullah Saw, artikel ini menggunakan pendekatan pustaka dan literatur jaringan dan sanad keilmuan Ulama nusantara dengan metodologi analisa sosial dan komunikasi, bertujuan untuk mengetahui jangkauan sanad Alfadani, model penyebaran sanad keilmuanya dan kontribusinya bagai pengembangan studi Hadis di Nusantara.

The process of knowledge transmission in Mecca dan Medina or Haramain done by maintaining tradition of giving ‘ijazah sanad’ (license on chain of transmission). It enables that the teaching delivered in ontinued to the authors of book (kitab) up to prophet Muhammad (peace be upon him). The Scholars still maintains sanadan tradition. This article explains the urgency of sanad for scholarship in the transmission of religious knowledge. This study uses qualitative approach and data collected through observations. This results found that This historiography reveals the transmission of Islamic knowledge espesialy for Hadist and it saince which the Scholars of hadits “Muhaddits” attend the sanad and lisence tradition .

Key words: Syekh Yasin Padang, sanad keilmuan, Transmisi, kontribusi,

| P a g e 4

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan, kecuali ucapan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugrah dan karunia serta taufiq-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Penelitian dalam kluster Pembinaan Kapasitas/Pemula (PPM) yang berjudul “Transmisi dan Kontribusi dalam jaringan sanad Syekh Muhammad Yasin Padang” Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dalam metodologi penelitian maupun subtansi analisis yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak supaya penulis dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan diri di masa yang akan datang. Akhirnya, Penulis sekali lagi mengucapkan terimakasih yang seluas-luasnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan arahan, dukungan dan bantuan selama melakukan penelitian ini, semoga Allah Swt membalas dengan pahala yang berlipat ganda, dan Penulis berharap penelitian ini membawa manfaat secara luas bagi masyarakat, Amiin.

Jakarta, 01 September 2020

Dr. Muhammad Khairul Mustaghfirin, M.A.

NIP. 197805022015031002

| P a g e 5

DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………… LEMBAR ………………………………………… i PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS ……………………………... ii PLAGIASI ABSTRAK ……………………………………………………………. iii KATA ………………………………………………. iv PENGANTAR DAFTAR ISI ………………………………………………………… v

BAB I: …………………………………………… 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang …………………………………………… 1 2. Rumusan Masalah …………………………………………… 3 3. Tujuan Penelitian …………………………………………… 3 4. Manfaat Penelitian …………………………………………… 3 5. Sistematika Penelitian …………………………………………… 4 BAB II: KAJIAN TEORI ……………………………………… 6 1. Konsep atau Teori Relevan ……………………………………… 6 2. Fatwa MUI dalam Sorotan ……………………………………… 8 BAB III: METODE ………………………………….. 11 PENELITIAN Sumber Data …………………………………………………… 11 Tahapan Peneltian …………………………………………………… 12 Alur Penelitian …………………………………………………… 12 BAB IV: SYEKH YASIN :ULAMA …………………… 13 BERSANAD DUNIA. Biografi Syekh Yasin . ………………………….. 15

Gelar Ahli Sanad Dunia (Musnid Dunya)

BAB V: ANALISIS TRNSMISII ……………… 32

BAB VI: ANALISIS KONTRIBUSI …………………… 40

BAB VII: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………… 48 Kesimpulan …………………………………………………………… 50 Saran ……………………………………………………………

Pustaka Acuan atau ……………………………………… 52 Bibliografi

| P a g e 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memperbincangkan hal yang terkait dengan Transmisi dan Kontribusi dalam jaringan sanad Syekh Muhammad Yasin Padang tidak akan lepas dari perbincangan tentang dinamika kajian hadis di dunia secara umum dan di Nusantara secara khusus sebagai indikasi untuk menelusuri proses dan pola serta bentuk transmisi yang terjadi antara Syekh Yasin dengan Murid-muridnya atau antar beliu dengan Guru-gurunya baik dari aspek pengajaranya (riwayat) dan literatur atau Referensi yang menjadi objek kajian yang diajarkan dan diijazahkan (diizinkan) . (Azra:2010). Selama bertahun-tahun sejak abad ke -12 sampai dengan abad ke 20 ini, studi dan penelitian Hadis masih terbilang minim. Hal tersebut dapat dilihat pada fakta yang menyebutkan bahwa kitab-kitab yang banyak dipelajari di pesantren, lembaga pendidikan agama, masih didominasi oleh kitab-kitab non Hadis, seperti fikih, Kalam atau Tauhid, tasawuf dan tafsir. Sedangkan kitab Hadits seperti kajian Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī belum banyak diajarkan, dan masih menjadi konsumsi kalangan terbatas, komunitas kyai misalnya, indikasi lain yang membuktikan hal tersebut adalah karya-karya ilmiah, keberadaan literatur hadis, jumlah para sarjana dan pakar hadis di tengah masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan.(Martin van Bruinessen,"A Note on Source Materials for The Biographies of Southeast Asian Ulama, Maret 17, 2009, Selasa, Edisi 17.dan Ramli Abdul Wahid 2006: 67). Muhajirin dalam disertasinya (2009: 197) menyinggung bahwa ilmu hadis di kalangan ulama Nusantara pada abad ke-17 hingga abad ke-19 sudah dapat ditemukan, tetapi jumlahnya masih sedikit. Beberapa ulama membahas tentang ilmu-ilmu hadis dalam karya mereka seperti klasifikasi hadis sahih, hasan, dan da’if. Walaupun tidak banyak Seperti, kitab Jawaban Syeikh Ahmad bin Muhammad Zayn al-Fatani Tentang Hadis Memulai dan Menyudahi Makan Dengan Garam di mana Syeikh Ahmad telah menjawab persoalan tersebut dengan huraian yang agak panjang berdasarkan ilmu mustalah hadith dan menyentuh juga mengenai Ilm Rijal al-Hadits. Selain itu, kitab al-Fawaid al-Bahiyyah karya Nuruddin Muhammad ibn Ali ibn Hasani juga menjadi karya ulama Nusantara di bidang hadis masa awal. Kitab ini terdiri dari satu jilid dengan 332 halaman dan di dalamnya termuat 831 hadis nabi Muhammad Saw. Kitab ini pernah dicetak dan diterbitkan di Mesir pada tahun 1346 H/1927 M. Ke 831 hadis

| P a g e 7 ini dijelaskan dengan menggunakan bahasa Melayu. Secara substantif penulisnya membahas tentang bagaimana mengamalkan berbagai kebajikan, sebaliknya juga membahas hadis-hadis anjuran untuk menjahui kejahatan. Atau dengan kata lain dapat dikatakan hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini cenderung berkenaan dengan motifasi keagamaan “fadhilah amal” (Muhajirin, 2009: 197). Begitu juga dengan kitab Tanqih al-Qawl al-Hathith bi Syarh Lubab al-Hadith yang ditulis oleh Syeikh Nawawi al-Bantani, di mana beliau telah menekankan pentingnya sanad sebuah hadis dengan penekanan terhadap nama-nama perawi dalam menentukan kesahihan sebuah sanad. Kitab Matali’ al-Anwar wa Majami’ al-Azhar karangan Syeikh Usman Jalal al- Din al-Kalantani, yang telah membahaskan ilmu-ilmu hadis pada pendahuliuan kitabnya. Kitab Manhaj Dzawi al-Nazar karangan Syeikh Mahfuz al-Tarmasi adalah sebuah kitab Mustalah Hadith yang cukup lengkap. Kajian tentang ilmu hadis termasuk sanad juga turut disinggung oleh beliau dalam karya-karyanya yang lain, yaitu, al-Minhah al-Khayriyyah fi Arba`in Hadithan min Ahadith Khayr al-Bariyyah, Kifayah al-Mustafid fima `Ala min al- Asanid . (Oman Fathurahman, 2010: 22 ) Contoh lain adalah Mahfudz Termas yang dikenal melalui salah satu karyanya, Manhaj Dhawī al-Naẓar fī Sharḥ al-Manẓūmāt ‘Ilm al-Athar. Kitab berbahasa Arab ini merupakan komentar atas kitab al-Manẓūmāt ‘ilm al-Athar karangan Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, dan berhasil menempatkan Mahfudz Termas menjadi salah seorang ulama Nusantara terkemuka di bidang hadis, sehingga kitab tersebut dirujuk oleh para ulama di dunia Islam secara keseluruhan.(Oman Fathurahman, 2010: 29) Kelangkaan kajian Ilmu Hadits yang terjadi itu berdampak pada kelangkaan studi yang berbicara tentang tokoh dan aktor sanad Hadits yang membentuk sebuah jaringan keilmuan yang disebut “Sanad” dimana sanad bukan sekedar silsilah dan rentetan nama-nama Guru dan Murid sampai ke Rasulullah Saw akan tetapi lebih dari itu, ia menyimpan aspek historis, antropologis, sosiologis,geografis, ontologis dan psikologis tertentu yang dialami oleh seorang perawi atau pembawa sanad tersebut, itulah yang memotifasi penulis untuk mengangkat Syekh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa AlFadani yang lebih dikenal denggan AlFadani, beliau dikenal sebagai ikon sanad dunia abad 20 ini.

Di sisi lain, sejumlah Peneliti seperti Martin van Bruinessen masih meragukan ketokohan Ulama Nusantara khususny Shaykh Yāsīn al-Fādānī berkaitan dengan historitas Sanadnya, meskipun beliau sudah diakui oleh dunia sebagai "Musnid al-ʻAṣr" (Pakar sanad dunia) Bruinessen berkata:"I have repeatedly found that information implied by Shaykh

| P a g e 8

Yasin's isnâd does not correspond with that of other sources, less than a century removed from our own time, in these isnâd." (Eerik Dickinson, "Ibn al-Ṣalāḥ - al Shahrazūrī and the Isnād," Journal of the American Oriental Society, 2011: h.504 )

Senada dengan Van Bruinessen, Christian Snouck Hurgronje, E. Gobée, dan C. Adriaanse menganggap karya-karya keagamaan ulama Nusantara tersebut hanyalah saduran dan terjemahan dari karya ulama Timur Tengah yang sudah lahir beberapa masa silam. (lihat: Snouck Hurgronje, The Achehnese diterjemahkan oleh A.W.S. Q'Sullivan, The Achehnese (Leyden: E.J. Brill, 1966) 2:183-189. Juga diterjemahkan oleh Ng. Singarimbun, Aceh di Mata Kolonialis (Jakarta: Yayasan Soko Guru, 1985), 2:198-205. Selengkapnya lihat, Christiaan Snouck Hurgronje, E. Gobée, dan C. Adriaanse, Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda, 1889-1936, (Jakarta: Indonesia-Netherlands Cooperation Islamic Studies, 1992). Di antara ulama Nusantara yang kehebatannya diakui secara luas di dunia Islam ialah Syaikh Yasin al-Faddani. Beliau merupakan tokoh Minang yang terkemuka di Tanah Suci setelah Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau. Namanya terukir indah dalam buku-buku biografi ulama modern. Beliau digelari sebagai muhaddits dan ahli fiqh abad ini. Selain menulis, beliau juga mengajar dan mentadbir beberapa sekolah di Makkah. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dan kajian ulama Nusantara dalam bidang Hadis utamanya, semisal al-Fadani, untuk mempertegas eksistensi ulama Nusantara dalam pandangan dunia yang selama ini dianggap kurang berkompeten dalam bidang agama, khususnya hadis dan sanad serta menelusuri proses Transmisi yang terjadi antara Alfadani dengan jaringan Guru-guru dan Murid-muridnya yang melibatkan jaringan timur tengah dan dunia secara umum, juga melihat kontribusinya dalam bidang pengembangan Ilmu pengetahuan hadits dan memproduk sumber daya manusia yang kuat dan mumpuni dalam bidang agama sehingga berpengaruh secara sosial1.(lihat: Azumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara abad XVIII- XIX,jakarta: kencana media, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Dengan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan menjadi sentral penelitian yang terepresentasikan dalam pertanyaan berikut;

A. Bagaimana proses transmisi yang terjadi dalam jaringan sanad Syekh Yasin AlFadani kepada Murid-muridnya dari Indonesia?.

| P a g e 9

B. Apa kontribusi yang bisa diperoleh dari jaringan Sanad Syekh Yasin alFadani dalam bidang Ilmu hadis dan sanad ini di Indonesia?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitiian ini melalui rumusan masalah diatas adalah :

A. Mengetahui proses dan bentuk serta model transmisi sanad yang digunakan oleh Syekh Muhammad Yasin alFadani sehingga bisa menyebar ke dunia dan Indonesia. B. Kontribusi pengembangan Ilmu pengetahuan dalam jaringan sanad Syekh Muhammad Yasin AlFadani dalam bidang Ilmu hadis dan sanad ? .

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dapat dirasakan adalah sebagai berikut :

A. Memperkaya penelitian tentang studi sanad dan tokoh Hadis Nusantara yang dinilai masih jauh dari yang diharapakan terutama hal berkaitan dengan transmisi sanad Syekh Muhammad Yasin alFadani sehingga bisa menyebar ke Indonesia. B. Melestarikan warisan budaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan Agama khususnya dalam bidang studi Hadis dan jaringan sanad keilmuan Ulama Nusantara seperti Syekh Yasin AlFadani ?.

1.5. Sistematika ( Rencana Pembahasan).

Rencana pembahasan penelitian ini terdiri dari 5 Bab , yaitu:

Bab I berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang permasalahan penelitian, permasalahan yang akan diangkat dengan perumusan dan pembatasannya, tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, penelitian terdahulu, metode, pendekatan, sumber, dan sistematika penelitian.

Bab II berbicara tentang Kajian teori yang berisi ; konsep atau teori yang relevan, kajian atau studi penelitian terdahulu dengan menguraikan distingsi setiap kajian dan menguraikan sisi novelty atau kebaruan yang ingin dicapai oleh penulis.

| P a g e 10

Bab III : menjelaskan motodologi yang mencakup uraian sumber data primer dan sekunder penelitian, tahapan penelitian dari mulai pengambilan data sampai merumuskan interpretasi terhadap data yang diperoleh, dan bagan alur penelitian agar lebih jelas dan mudah dipahami.

Bab IV : berisi tentang Biografi Syekh Muhammad Yasin Padang dan penyematan gelar Hadis “ Ahli Sanad Dunia/ Musnid Dunya.

Bab V ; mendeskripsikan tentang proses dan bentuk serta model transmisi sanad yang digunakan oleh Syekh Muhammad Yasin alFadani sehingga bisa menyebar ke dunia dan Indonesia.

Bab VI ; mengelaborasi otoritas Kontribusi pengembangan Ilmu pengetahuan dalam jaringan sanad Syekh Muhammad Yasin AlFadani dalam bidang Ilmu hadis dan sanad ?

Bab VII; berisi kesimpulan yang menjawab pertanyaan dalam permasalahan penelitian ini dan saran penelitian lanjutan yang dapat dilakukan oleh peneliti.

1.6. Rencana Jadwal dan Waktu Kegiatan Penelitian.

Adapun Rencana jadwal dan waktu kegiatan pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

1. Pengumpulan data primer dan sekunder pada bulan Januari 2020 sampai bulan Maret 2020; 2. Pengolahan data pada bulan April dan Mei 2020; 3. Penyusunan bab 2 dan 3 pada bulan Juni 2020; 4. Penyusunan bab 4, 5, dan 6 pada bulan Juli 2020; 5. Editing dan finalisasi laporan penelitian pada bulan Agustus 2020; 6. Penyerahan laporan penelitian dan draft artikel untuk disubmit pada jurnal ilmiah pada bulan September 2020.

| P a g e 11

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Konsep atau Teori relevan.

Dalam beberapa kajian dan penelitian tentang sanad keilmuan, khususnya sanad hadis; dan pemikiran ahli hadis, terutama Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, beberapa peneliti telah memberikan sumbangsih pemikiran mereka terkait dinamika dan perkembangna Ilmu-hadis dan Tokoh yang terlibah didalamnya. Namun secara khusus, penulis belum mendapatkan pengkajian tentang ketokohan Hadis Syekh Muhammad Yasin al-Fadani terutama tinjauan aspek Sanad, proses transmisi dan kontribusinya secara kongkrit dan mendalam. Dalam bidang studi ulumul Hadis riwayat dan sanad ketokohan ulama Nusantara, penulis melihat belum banyak peneliti yang melirik tentang ketokohan al-Fadani dan alasan ilmiah penyematan gelar Musnid dunia atau pakar sanad internasional kepada Syekh Muhammad Yasin alFadani dan transmisi serta koneksi yang terjalin antara beliau dengan guru-guru dan Murid-muridnya dari seluruh dunia Islam dan arab yang sebagian besar berasal dari Indonesia atau berketurunan dari Negeri ini, serta kontribusi beliau dalam melahirkan Ulama dan pembawa sanad atau riwayat ilmu-ilmu islam terutama Hadis ke dunia khususnya Indonesia.(Martin Van Bruinsen: 2009). disamping itu juga kajian tentang proses transmisi sanad keilmuanya, serta koneksi atau jaringan guru –murid dalaml berbagai Ilmu Agama islam seperti Tafsir dan Ulumul Qur’an, Hadis dan Ulumul Hadis serta sirah Nabawiyah, Fikih dan Ushul Fikih, Tasawuf dan akidah, serta Ilmu-ilmu Bahasa Arab dan sastranya, akan tetapi penulis disini akan menitikberatkan dan fokus pada studi sanad dalam bidang Hadis, akan tetapi penulis disini akan fokus pada studi sanad hadis. Juga diterjemahkan oleh Ng. Singarimbun, Aceh di Mata Kolonialis (Jakarta: Yayasan Soko Guru, 1985), 2:198-205.. Adriaanse, Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda, 1889- 1936, berbicara tentang konsep dan teori sanad keilimuan terutama Hadits, serta transmisi perlu melihat beberapa konsep atau teori yang dikembangkan para pakar, sebut misalnya , Usamah AlAzhari Pakar studi sanad Mesir abad ini, dalam bukunya ( kompilasi sanad Ulama Mesir 2018 : 207) menyatakan bahwa” secara historis, dan antropologis, salah satu Tradisi di kalangan Ulama Hadis klasik dan kontemporer yaitu transmisi Hadis dengan

| P a g e 12

Sanad kemudian terjadi proses pemberian Ijazah (baca;perizinan guru kepada muridnya untuk menyampaikan Ilmu yang diijazahkan) terjadi sejak awal Islam dan generasi Sahabat dan terus terlestarikan dengan baik misalnya abad 9 oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (w 875) misalnya, dimana beliau mengajarkan Hadis atau kitab disertai dengan penjelasan silsilah atau mata rantai keguruan yang terkoneksi sampai pengarang hingga Rasulullah Saw sehingga terbentuk jaringan sanad keilmuan Guru-murid dari geneerasi ke generasi secara hirarki sampai sekarang, bahkan Imam as-Subki menyatakan bahwa “ tidak ada ilmu atau kitab yang mereka ajarkan kecuali dengans Sanad yang otentik dan akurat.” (Lihat: as- Subki, Taajuddin, at-Tabaqaat as-Syafi’iyyah, Kairo: Daarul fikr, 2005, h:23) Peneliti lain Muhajirin dalam disertasi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun ajaran 2009, disertasi tersebut berjudul Transmisi Hadis di Nusantara: Peran Ulama Hadis Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasī, ia memberi kesimpulan bahwa Muḥammad Maḥfūẓ ibn 'Abd Allah al-Tarmasī adalah ulama Nusantara yang mendunia dan dikenal sebagai pembangkit ilmu dirāyah, dan pelopor transmisi hadis ke Nusantara melalui muridnya, keturunannya, jama'ah haji, percetakan serta alumni Haramayn. Jadi, Sebab transmisi riwayat Syekh Mahfudh adalah : pertama, Revitalisasi ajaran Nabi ke Nusantara sejak paruh kedua abad 17 dengan gerakan pembaharuan; kedua, Al-Tarmasī dikenal sebagia ulama Nusantara yang pertama kali mendapatkan gelar Muḥaddith. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa kitab-kitab hadis primer belum banyak ditemukan dan diajarkan di Nusantara sampai menjelang akhir abad 19. Hal ini menandakan rendahnya kajian hadis di Nusantara. Penelitian ini berhasil menggambarkan proses transmisi hadis di Indonesia melalui Syeikh Maḥfūẓ al-Tarmasī dengan karya tulis yang diakui oleh dunia. Akan tetapi penelitian ini menilai bahwa hal itu belum cukup membuktikan kebangkitan kajian hadis di Indonesia, Karena pada faktanya kitab-kitab yang diajarkan di pondok pesantren dan masyarakat lebih terfokus pada kajian Al-Qur’an, tafsir, fikih, Gramatikal arab dan tasawuf. Sementara kitab- kitab hadis belum banyak dikaji, kecuali kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan Riyadhussholihib dan Arba’in al-Nawawi yang sudah menjadi bahan kajian para kyai dan ulama di masa itu. ( Muhajirin: 2009). Cakupan kajian ini sangat spesifik dalam objek dan isu kajian, yaitu hanya membahas proses transmisi hadis di Nusantara melalui Syeikh Maḥfūẓ al-Tarmasī dan perkembangan kajian hadis dari aspek keberadaan kitab hadis yang dikaji dan karya hadis yang lahir di Nusantara. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa perlu dilakukannya penelitian serupa dari aspek melihat perkembangan kajian hadis di Nusantara dengan melihat pada objek lain, yaitu

| P a g e 13 ketokohan Syekh Yasin AlFadani yang tidak kalah populer dengan Syekh Mahfudh Termas, sehingga gambaran perkembangan hadis dapat lebih terpetakan dari masa ke masa. Ada juga peneliti Mahmud Sa’id Muhammad Mamduh, dalam disertasi di Program Pascasarjana( diraasat ulya) Universitas Muhammad Khamis Maroko, pada Tahun ajaran dengan judul,”Ittijaahaat Hadisiyyah fil Qarnir Raabi’ Asyar, kemudian setelah diujikan dicetak dan dipublikasikan, beliau adalah salah satu murid al-fadani, memberi kesimpulan bahwa al-Fadani adalah ulama Nusantara yang mendunia dan dikenal sebagai pembangkit ilmu riwayah (Sanad), dan pelopor transmisi hadis ke dunia melalui murid-muridnya dan jama'ah haji yang berasal dari berbagai Negara dunia seperti mesir dan lainya sebagaimana dialami sendiri oleh Mahmud Sa’id selama 5 tahun belajar dengan al-Fadani. (Said Mamduh:2014)

Hasan Suaidi, dalam artikel “Jaringan Ulama Hadis Indonesia” Jurnal Penelitian ISSN: 1829-9903 (Print); 2541-6944 (Online)Publisher: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan, Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M), Suaidi menguraikan bahwa sanad al- Fadani menjadi sanad sentral yang dicari oleh para pengkaji Hadis, namun demikian Suaidi belum merinci sanad hadis dari al-Fadani sampai ke Rasulullah Saw,dalam penelitian yang akan kami lakukan, kami akan mengupas rincian sanad keilmuan al-fadani khususnya dalam bidang Hadis secara detail agar terpapar secara jelas sanad al-Fadani dan meneguhkan statusnya sebagai pakar sanad dunia “ Musnidul alam” (Hasan Suadi: 2015)

Penulis di dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan teori Trasnmisi dan transformasi sanad hadis versi Imam Ibnu Solah dan Imam Ibnu Hajar al-asqalani yang merumuskan adanya kanal-kanal trasnmisi hadis dan sanad dari seorang Guru kepada Muridnya dan seterusnya dan uji kelayakan apakah sanad keilmuan itu terkonek mulai dari Guru terus sampai kepada Pengarang Kitab misalanya Sahih Bukhari dan beranjut secara hirarki ke Rasulullah Saw diperbandingkan dengan teori Historigrafi Van Bruinsenn yang meragukan keotentikan dan rasionalisasi transmisi sanad dengan mengkaji, menganalisasi dan merasionalisasi sejarah wafatnya seorang Guru sanad dan lahirnya Murid penerima sanad. (Lihat: Martin van Bruinessen,"A Note on Source Materials for The Biographies of Southeast Asian Ulama, Maret 17, 2009, Selasa, Edisi 17.dan Eerik Dickinson, "Ibn al-Ṣalāḥ al-Shahrazūrī and the Isnād," Journal of the American Oriental Society 122.3 (2011): 504

Pendapat Van Bruinessen dan lainya itu tidak seluruhnya tepat, bila melihat pada fakta-fakta yang justru menunjukkan bahwa hasil penulisan hadis ulama Nusantara yang

| P a g e 14 jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit, hingga menjadi rujukan penting dalam bidang hadis dan ilmu hadis, seperti diungkap oleh Abdur-Rahman M.A. dan kawan-kawan yang memaparkan karya-karya ulama Asia Tenggara lebih tepatnya Semenanjung Malay, dan diantara sekian karya, buah tangan ulama Indonesia cukup mendominasi misalnya kitab “Manhaj Dzawinnadhor” dalam bidang Mustolah Hadits karya Syekh Mahfudh Atturmusi yang menjadi Literatur dan referensi di lembaga pendidikan di Timur tengah seperti AlAzhar Mesir. (Abdur-Rahman dan kawan-kawan, "Historical Review of Classical Hadith Literature in Malay Peninsula," International Journal of Basic and Applied Sciences 11 (2011). Rashid Beg, Hadith as a Means of Routinizing Charisma (Matieland: Stellenbosch University, t.t.) 6- 10 Rashid Beg, Hadith as a Means of Routinizing Charisma (Matieland: Stellenbosch University, t.t.) 6-10

Pada tahun 2013, Pakar Hadis Universitas al-Azhar Mesir, Shaykh Usāmah Mahmud AlAzhari, menyempatkan waktu untuk menyambung Sanad kepada salah satu ulama Nusantara, Shaykh Ḥusnī Tamrīn al-Banjarī (Banjarmasin –kalimantan) dalam rangka meneguhkan kembali posisi ketokohan ulama Nusantara di hadapan dunia, semisal Syekh Yasin al-Fadani maka penelitian memiliki arti penting terutama dalam kajian sanad dan trasnmisi serta kontribusi beliau dalam pengembangan ilmu hadis dan produksi pemikiran hadis lewat jaringan guru murid yang terbangun. (Usamah Sayyid Mahmud azhari, Asanidul Masriyyin, Daarul Faqih, 2014, h : 209)

Secara faktual, Konsentrasi sebagian Ulama Hadis abad 20 ini, terpusat pada studi sanad dan varianya dengan metodologi kontemporer yakni meningkatkan grade Sanad melalui para Guru riwayat dengan pola pembentukan Jaringan sanad yang sering disebut dengan istilah “Atsbaat”, “Ma’ajim”, “ Masyikhoot”, atau atensi mereka tertuju pada kontekstualisasi Hadis, mereka sangat konsen dengan membaca khazanah dan literatur Hadis dan Ilmu-ilmunya, menelusuri dan mencari Ijazah (sertifikasi Sanad ), dan korespodensi para Musnid (Transformer Hadis). Fokus kepada silsilah keguruan riwayat Hadis dalam berbagai disiplin Ilmu pengetahuan Agama Islam. .(Mahmud Said Mamduh, Ittijaahaat Haditsiyah fil Qornir Rabi’ Asyar, orientasi studi hadis abad XIV, Daarul Bashoir, cairo, 1430/2009 h. 267 dan Mujamul mufid wahtishorul asaanid, 2019: 78)

Menjaga dan melestarikan penciri Khas Umat Rasulullah Nabi Muhammad, dan tranmisi Ilmu pengetahuan bersanad yang akurat dan valid dari generasi ke generasi.Memelihara dan memperhatikan mata rantai dan jaringan transmisi Hadis dan guru-

| P a g e 15 guru periwayat secara intensif.Daftar riwayat dan katalog para guru riwayat Hadis dan Ilmu lainya banyak memberikan informasi yang beragam seperti demografi penduduk, sejarah , geografi negara asal Peawi, wawasan, karya Ilmiah Mengetahui daftar Guru riwayat dan biografi serta karya Ilmiahya Kelemahan model Studi Hadis dengan orientasi Sanad;Idealnya Studi Hadis dan Ilmu-ilmunya adalah kombinasi antara studi analisa sanad dan matan, bukan studi sanad saja, tidak juga berkutat pada matan, akan tetapi balance antara kedua unsur karena satu sama lain saling terkait dan berhubungan.(Mahmud Said Mamduh, Ittijaahaat Haditsiyah fil Qornir Rabi’ Asyar, orientasi studi hadis abad XIV, Daarul Bashoir, cairo, 1430/2009 h. 267)

| P a g e 16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Sumber Data

Dalam Penelitian ini, Penulis menggunakan pendekatan penelitian Kualitatif dengan cara menganalisa transmisi sanad al-Fadani kepada Murid- muridnya di dunia terutama ke Ulama Indonesia, dan mengkaji kontribusinya dalam bidang sanad keilmuan Islam khususnya Sanad Hadis dan ulumul hadis serta Sirah Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam sehingga terbentuk suatu Jaringan Sanad keilmuan secara kuat.

Jadi, penelitian yang kami lakukan mengambil pendekatan penelitian Kualitatif (qualitatif reseach) tujuan untuk memproduksi studi ilmiah tentang koneksi dan transmisi serta kontribusi Syekh Yasin dalam penyebaran keilmuan Sanad dan Hadis ke Nusantara yang menghasilkan sumber daya manusia unggul dalam kebidangan ilmu keislaman. Pendekatan ini akan penulis utarakan dalam teknik dan langkah pengumpulan data (Lexy L Moleong, metodologi penelitian kualitatif, 2001, lihat juga, Ahmad Syalabi, Kaifa Taktubu Bahsan au Risalatan, maktabah amiriyah, kairo, 2005)

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitan ini akan menggunakan pengkajian pustaka ( Library Research) selain metode tersebut penggalian data dan materi akan didukung oleh perangkat dan atau instrumen interview ahli waris Syekh Yasin al- Fadani dan Murid-muridnya yang tersebar di Dunia khususnya Indonesia seperti Dr. Abdul Ghofur Maimun Putra KH. Alm. Maimun Zubair (1928-2019) dari Jombang Jawa Timur, KH. Muhammad Zakwan Putranya KH.Abdul Hamid (Pendiri pesantren Daarul Kholidin, Jakarta Selatan) dari Jakarta, Prof. Sayyid Aqil Husain alMunawwar (Guru Besar di Sekolah Pasca Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta , Dr. KH. Syihabuddin ( Dosen Hadis dan Ilmu Hadis di Fakultas Dirasat Islamiyah Uin Jakarta), dan lainya.

3.2.Langkah dan Tahap Penelitian

Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut;

Langkah pertama; Memaparkan dan menjelaskman terminologi Sanad dalam bidang keilmuan khususnya Hadis.

| P a g e 17

Langkah kedua; Menjelaskan urgensi sanad dalam kajian ilmu keislaman.

Langkah ketiga; Mengutarakan biografi Syekh Yasin alFadani secara komprehensif, menelusuri perjalanan keilmuan, dan menelaah sanad koneksitas Guru dan murid ( Rawa an dan Rawa anhu ) serta menganalisa dengan pendekatan teori sosial dan kultural serta sejarah masa transmisi sanad itu terjadi.

Langkah keempat; Meneliti faktor penyematan Syekh yasin sebagai pakar sanad global (Musnidul alam) dan mengamati kriteria seorang ulama dianggap layak untuk mendapat gelar keilmuan tersebut.

Langkah kelima; menganalisa dengan cermat proses

Langkah keenam; Menunjukkan sumbangsi, peran serta dan kontribusi keilmuan khususnya dalam bidang sanad dan hadis untuk pengembangan ulumul Hadis di Indonesia

3.3. Rencana Pembahasan

Rencana dan rancangan kegiatan penelitian ini mengacu kepada regulasi dan ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat kementerian Agama Republik Indonesia (LITAPDIMAS KEMENAG RI) dan Pusat penelitian dan penerbitan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ( PUSLITPEN)

Tabel ; waktu dan tempat serta kegiatan penelitian:

No Waktu Rencana Kegiatan Ket 1 Januari – Maret 2020 Pengumpulan data primer dan sekunder 2 April 2020 Pengolahan data yang terekap 3 Mei 2020 Identifikasi dan validasi dari sumber terkait 4 Juni 2020 Penyusunan Bab 2 dan 3 5 Juli 2020 Penyusunan Bab 4 dan 5 6 Agustus 2020 Editing dan Finalisasi Laporan Penelitian serta penyusunan Draft artikel Jurnal 7 September 2020 Mengirim Laporan Penelitian dan Draft Jurnal atau publikasi

| P a g e 18

BAB IV

SYEKH YASIN ALFADANI ULAMA INDONESIA BERSANAD DUNIA

4.1. Nama, Gelar dan Panggilan. .

Syekh Yasin AlFadani sosok Ulama Mekkah yang nenek moyangnya berasal dari Padang Sumatra Barat, adalah sosok ulama Indonesia yang namanya Terukir dengan Tinta Emas karena keluasan ilmu yang dimilikinya. Beliau bergelar “Almusnid Dunya” (ulama ahli sanad dunia), keahlian dalam hal ilmu periwayatan hadist ini, maka banyak para ulama-ulama dunia berbondong-bondong untuk mendapat Ijazah Sanad hadist dari beliau. Bahkan Al- ‘Allamah Segaf bin Muhammad Assegaf salah seorang ulama dan waliyulloh dari Tarim Hadromaut sangat mengagumi keilmuan Syekh Yasin Al-Fadani hingga menyebut Syekh Yasin dengan ”Sayuthiyyu Zamanihi" (imam Al Hafid Assayuthy pada zamannya). ( Misbah Rahim, 2014:36).

Beliau bernama asli Muhammad Yasin bin Muhammad Isa AlFadani Almakki, bergerlar: “Musnidul Ashri” yang berarti “ Ahli Sanad masa kini ” atau “Musnidul Addunya” artinya Ahli sanad Dunia, nama lain atau panggilanya adalah Abul Faidh A’lamuddin, sedangkan penisbatan beliau berkaitan dengan tempat kelahiran beliau yaitu “ AlFadani “berasal dari Padang “ .(Ilyas Daud, Kitab Hadis Nusantara: studi atas Kitab Arba’una Hadisan karya Muhammad YasinPadang, IAIN Sultan Amai, Gorontalo :vol.16, No.1, juni 2016,h: 165)

4.2. Silsilah Nasab Muhammad yasin AlFadani. Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani dilahirkan di tengah keluarga ulama yang taat di Misfalah Makkah pada hari Selasa, 27 Sya’ban 1335H/17 Juni 1916M. Beliau adalah putra dari pasangan Syaikh Muhammad Isa bin Udiq al-Faddani dan Maimunah binti Abdullah al- Fadani. Beliau adalah Generasi ke 36 dari Rasulullah melalui jalur keturunan dari Sultan Minangkabau bin Sunan Giri Azmatkhan Al-Husaini. Catatan Nasab ini berdasarkan Catatan KH. Ali Maksum bin KH. Maksum Azmatkhan (Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta), yang diserahkan kepada As-Syaikh Sayyid Bahruddin Azmatkhan, pada tahun 1980.

1. Muhammad Rasulullah SAW

| P a g e 19

2. Sayyidah Fatimah Azzahra/Fatimah Al Batul 3. Sayyidina Imam Husain Asshibti/Abu Syuhada 4. As-Sayyid Imam Ali Zaenal Abidin/Ali Al Ausath/Ali Assajad 5. As-Sayyid Imam Muhammad Al Baqir 6. As-Sayyid Imam Ja'far Asshodiq 7. As-Sayyid Imam Ali Al Uraidhi 8. As-Sayyid Imam Muhammad An-Naqib 9. As-Sayyid Imam Isa Arrumi 10. As-Sayyid As-Sayyid Imam Ahmad Al Muhajir 11. As-Sayyid As-Sayyid Imam Ubaidhillah/Abdullah 12. As-Sayyid Imam Alwi Al Mubtakir/Alwi Al Awwal (Cikal Bakal lahirnya keluarga Alawiyyin) 13. As-Sayyid Imam Muhammad Shohibus Souma'ah 14. As-Sayyid Imam Alwi Shohib Baitu Jubair (Alwi Atsani) 15. As-Sayyid Imam Ali Kholi 'Qosam 16. As-Sayyid Imam Muhammad Shohib Mirbath 17. As-Sayyid Imam Alwi Ammil Faqih 18. As-Sayyid Imam Abdul Malik Azmatkhan 19. As-Sayyid Imam Abdullah Amirkhan 20. As-Sayyid Imam Ahmad Syah Jalaluddin 21. As-Sayyid Imam Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro 22. As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Akbar As-Samarqandi 23. As-Sayyid Maulana Ishaq 24. Sunan Giri bin Maulana Ishaq 25. Abdurrahman/ Muhammad Syahabuddin I (Sultan Minangkabau) bin Sunan Giri 26. Sultan Nuruddin/ Muhammad Syahabuddin II (L.1520 M) bin Abdurrahman/ Muhammad Syahabuddin I (Sultan Minangkabau) 27. Sultan Bakilap Alam Sultan Alif 1 (Raja Bagewang) (L.1540M – W. 1580) bin Muhammad Syahabuddin II 28. Sultan Khalifatullah Indermasyah bin Bakilap Alam Sultan Alif 1 (Raja Bagewang) 29. Sultan Ahmadsyah bin Sultan Khalifatullah Indermasyah 30. YDP Pagaruyung Raja Alam Indermasyah bin Sultan Ahmadsyah 31. Sultan Khalifatullah bin YDP Pagaruyung Raja Alam Indermasyah 32. Sultan Tunggal Alam Bagagar / Tangkal Alam Bagagarsyah bin Sultan Khalifatullah

| P a g e 20

33. Malenggang Alam (Rajo Naro) bin Sultan Tunggal Alam Bagagar / Tangkal Alam Bagagarsyah 34. Syaikh Udiq al-Faddani bin Malenggang Alam (Rajo Naro) 35. Syaikh Muhammad Isa bin Udiq al-Faddani 36. Syaikh Yasin Al-Faddani bin Syaikh Muhammad Isa bin Udiq al-Faddani

4.3. Tempat, Tanggal lahir dan masa Kecil.

Mahmud Sa’id Mamduh Orang Mesir yang pernah belajar dari Syaikh Muhammad Yasin al-Faddani menyebutkan dalam buku silsilah keguruan ( Mu’jamul mufid wahtisharul asaanid, 2019: 67-68) “ AlFadani dilahirkan di tengah keluarga ulama yang taat di distrik Misfalah kota Suci Makkah AlMukarromah Kerajaan Saudi Arabia pada hari Selasa, Tanggal 27 Sya’ban 1335H/ bertepatan dengan tanggal 17 Juni 1917M. Beliau adalah putra dari pasangan Syaikh Muhammad Isa bin Udiq al-Faddani dan Maimunah binti Abdullah al- Faddani. Syekh Yasin mulai belajar Ilmu Agama Islam dari Ayahnya Syekh Muhammad Isa dan pamannya sendiri yaitu, Syekh Mahmud Engku Hitam al-Fadani, Pada Tahun 1346 H/1928 M dia melanjutkan pendidikanya ke Madrasah Ash-Shautiyyah yang didirikan oleh wanita asal India bernama “Shaulah” selama kurang lebih 7 tahun, disitu beliau belajar dengan Syekh Muhktar Usman, Syekh Hasan Al-Masysath, Habib Muhsin bin Ali Al- Musawa (seorang ulama Makkah yang lahir di Palembang tahun 1323 H/1905 M). Namun pada tahun 1353 H/1934, terjadi konflik yang menyangkut nasionalisme. Salah seorang guru Madrasah Shaulatiyah merobek surat kabar Melayu, dan itu dianggap melecehkan martabat Melayu sehingga Syekh Yasin Al-Fadani dan beberapa pelajar Nusantara lainnya memberikan perlawanan dengan cara pindah ke Madrasah Darul Ulum, sebuah madrasah yang didirikan oleh Sayyid Muhsin bin Ali Al-Musawa dan beberapa pemuka masayarakat Nusantara yang berada di Mekah kala itu.Sekitar 120 pelajar dari Indonesia yang pindah ke Madrasah Darul Ulum akhirnya jumlahnya bertambah. Syekh Yasin Al-Fadani adalah angkatan pertama di Darul Ulum dan di sanalah beliau menamatkan pendidikannya. Pada tahun 1353 H/1935, beliau pindah ke Madrasah Darul Ulum ad-Diniyah yang didirikan oleh al-Habib Muhsin bin Ali al-Musawa bersama beberapa pemuka masyarakat Nusantara yang berada di Makkah kala itu. Beliau adalah angkatan pertama Darul Ulum yang kemudian menjadi pengurus Darul Ulum. Kepindahan beliau ke Darul Ulum tidak lepas dari

| P a g e 21 sebuah peristiwa menarik yaitu ketika salah seorang guru (direktur) di Madrasah ash- Shaulatiyah telah melakukan tindakan yang sangat menyinggung pelajar yang kebanyakan dari Asia Tenggara terutama dari Indonesia. Guru itu merobek surat kabar Melayu yang dianggap melecehkan martabat Melayu, sehingga memacu semangat beliau dan beberapa anak-anak Jawiy (sebutan untuk pelajar Nusantara) untuk bangkit memberikan perlawanan dengan cara pindah dan memajukan Madrasah Darul Ulum. Syaikh Yasin lah diantara yang mengemukakan ide untuk mendirikan Madrasah Darul Ulum di Mekkah. (Mahmud said;2018). Hal ini terbukti dengan berpindahnya 120 orang pelajar dari ash-Shaulatiyah ke Madrasah Darul Ulum yang baru didirikan. Ini hampir tidak pernah dialami oleh madrasah- madrasah yang baru dibuka mendapat murid yang begitu banyak sebagaimana Darul Ulum. Akhirnya gelombang siswa yang masuk ke Darul Ulum meningkat pada tahun berikutnya Syaikh Yasin menjabat sebagai wakil direktur Madrasah Darul Ulum Mekkah. Disamping itu Syaikh Yasin juga mengajar di berbagai tempat terutama di Masjidil Haram. Materi-materi yang disampaikan oleh Syaikh Yasin mendapat sambutan yang luar biasa terutama dari para pelajar asal Asia Tenggara. Syaikh Yasin juga dikenal sebagai sosok ulama yang sering meminta ijazah dari para ulama terkemuka sehingga beliau memiliki sanad yang luar biasa banyaknya. Selain belajar di Darul Ulum, beliau juga aktif mengikuti pengajian-pengajian di Masjidil Haram. Rasa haus beliau akan ilmu membuat beliau mendatangi kediaman para syaikh terkemuka untuk belajar di tempat-tempat mereka seperti di Thaif, Makkah, Madinah, Riyadh, maupun kota-kota lainnya. Bahkan beliau sempat ke luar Arab Saudi seperti Yaman, Mesir, Syiria, Kuwait dan negeri-negeri lainnya. Domisilinya di Tanah Suci Makkah memudahkan beliau bertemu dengan banyak ulama Islam, dari berbagai pelosok dunia yang datang ke Tanah Suci, seperti Syria, Libanon, Palestina, Yaman, Mesir, Maghribi, Iraq, Pakistan, Rusia, India, Indonesia dan , sehingga terkumpullah erbagai macam sanad periwayatan ilmu dan hadits,sehingga beliau berguru lebih dari 700 orang guru yang beliau catat dalam berbagai karya literaturnya yang berkaitan dengan ilmu sanad Ini merupakan satu jumlah yang memang sukar ditandingi apalagi untuk zaman ini. (AlFadani, AlIqdul Farid fi Jawahiril Asaanid, edit; prof.Saad jawisy: 2017)

Setelah tiga tahun belajar di Darul Ulum, pada permulaan tahun 1356 H/1938 M beliau mulai mengajar di almamaternya itu. Pertengahan tahun 1359 H/1941 M karir beliau

| P a g e 22 menanjak sebagai direktur madarasah tersebut. Selain di Madrasah Darul Ulum, beliau juga mengajar di Masjidil haram tepatnya di antara Bab Ibrahim dan Bab al-Wada’, begitu pula di rumahnya dan di kantor sekolahnya.

Rekomendasi untuk mengajar di Masjidil Haram beliau peroleh secara resmi tanggal 10 Jumadil Akhir 1369 H/29 Maret 1950 M dari Dewan Ulama Masjidil Haram. Halaqah beliau mendapat sambuan hangat terutama dari kalangan masyarakat Asia Tenggara dan Indonesia. Disamping itu setiap bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan dan mengijazahakan salah satu kitab dari Kutub as-Sittah. Hal ini berlangsung selama 15 tahun.

Setiap ada kesempatan, beliau juga mengadakan perjalanan ilmiyah bersama para santri dan ulama untuk mempraktekkan ilmu yang telah beliau ajarkan anatara lain ilmu falak. Perjalanan beliau juga dipergunakan untuk memburu sanad, silsilah periwayatan hadits dan ijazah ilmu atau kitab, sehingga beliau digelari al-Musnid ad-Dunya (pemilik sanad terbanyak di dunia). Gelar itu diberikan kepada beliau karena beliau dipandang sebagai orang yang paling banyak memiliki sanad bukan hanya di Makkah dan Timur Tengah tapi juga dunia, Gelar al-Musnid ad-Dunya didapat Syaikh Yasin lantaran bukan hanya karena banyaknya guru yang mencapai 700 orang, tetapi lebih dilihat pada kepakaran beliau dalam bidang yang beliau geluti.

Merujuk pada pendapat Mahmud Sa’id Mamduh, Syaikh Yasin kerap kali menerima permintaan fatwa. Artinya beliau bukan hanya pakar dalam ilmu sanad tapi juga ahli ilmu syariat lainnya. Bahkan permintaan fatwa bukan hanya datang dari sekitar Makkah, tetapi juga dari luar Arab seperti Indonesia.Syaikh Yasin memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu hadits dengan berbagai cabang dalam ilmu yang sudah terbilang langka saat ini. Dalam hal sanad, dengan kegigihan beliau mengumpulkan sanad dari ratusan para ulama sehingga beliau dijuluki sebagai al-Musnid ad-Dunya.

4.4.Guru-guru Syaikh Yasin Al-Fadani

Al-Fadani mulai mempelajari Islam dari ayahnya Syekh Muhammad Isa. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Al-Shaulatiyah. Lalu belajar di Madrasah Darul Ulum al-Diniyyah, dan menamatkan pendidikannya di sekolah ini selama 7 tahun. Setelah menjalani pendidikan formal, ia berpindah-pindah untuk berguru ke beberapa ulama Timur Tengah. Disamping menimba ilmu, ia aktif mengajar dan memberi kuliah di Masjidil Haram dan madrasah yang didirikannya. Ia mengajar terutama pada mata kuliah ilmu hadist. Dia merupakan seorang ulama yang kukuh pada ajaran Ahlul Sunnnah wal Jamaah.

| P a g e 23

Ketekunan dan kesungguhannya dalam belajar membuat beliau semakin bersinar dengan berbagai ilmu yang telah dikuasainya. Sejak muda beliau sangat gemar kepada ilmu hadits. Hal ini menjadikan para gurunya amat sayang dan simpati kepada Syaikh Yasin. Dintara guru beliau selama di Makkah adalah:

1. Asy-Syaikh Umar bin Hamdan bin Umar bin Hamdan al-Mahrisi at-Tunisi al-Madani al-Mahrasi (beliau selalu mengikuti dan membaca kitab kepadanya) 2. Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi al-Makki 3. Al-Habib Abu Bakar bin Ahmad bin Husein bin Muhammad al-Habsyi al-Makki 4. Asy-Syaikh Muhammad bin Ali bin Husain al-Maliki 5. Asy-Syaikh Umar Bajunaid Madzhab Syafi’i ketika itu (kepadanya beliau mempelajari fiqh Syafi’i) 6. Asy-Syaikh Said bin Muhammad al-Yamani 7. Syaikh Hasan al-Yamani 8. As-Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa bin Abdurrahman (kepadanya ia belajar ilmu ushul) 9. Asy-Syaikh Abdullah Muhammad Ghazi al-Makki (kepadanya ia belajar ilmu sejarah) 10. Asy-Syaikh Ibrahim bin Daud bin Abdul Qadir al-Fathany al-Makki (kepadanya ia belajar ilmu bahasa) 11. Al-Muhaddits as-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki (untuk ilmu-ilmu lainnya) 12. As-Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi al-Hasani 13. Al-‘Allamah Khalifah bin Hamd an-Nabhani al-Makki 14. Asy-Syaikh Hasan bin Muhammad bin Abbas bin Ali al-Masysyath al-Maliki 15. Asy-Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Muhammad al-Makhallalati 16. Asy-Syaikh Muhammad al-‘Arabi at-Tabbani 17. Asy-Syaikh Muhammad Nur Saif Hilal al-Makki 18. Al-Habib Hasan bin Ahmad Assegaf 19. Al-Habib Hasan bin Muhammad bin Abdullah Fad’aq al-‘Alawi al-Huseini 20. Asy-Syaikh Hibatullah bin Syarafuddin bin Muhammad bin Ibrahim al-Alawi al- Makki 21. Asy-Syaikh Umar bin Husein ad-Daghistani al-Makki.

| P a g e 24

Beliau juga berguru kepada para ulama besar di luar Makkah. Diantara guru-guru beliau dari luar Makkah adalah:

1. Asy-Syaikh Ahmad bin bin Muhammad bin Abdul Aziz Rafi’ at-Tahthawi al-Mishri 2. Asy-Syaikh Muhammad Ibrahim as-Samaluti 3. Asy-Syaikh Muhammad Bakhit al-Muti’i 4. Asy-Syaikh Muhammad Hasanain Makhluf 5. Asy-Syaikh Muhammad al-Hafidz at-Tijani 6. Asy-Syaikh Muhammad al-Khidhr Husain 7. Asy-Syaikh Mahmud bin Muhammad ad-Dumi 8. Asy-Syaikh Muhammad Anwar Shah al-Kasymiri 9. Asy-Syaikh Asyraf Ali at-Tahanawi 10. Asy-Syaikh Mufti Syafi’ ad-Dibandi 11. Asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Shiddiq al-Ghumari 12. Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad Shiddiq al-Ghumari 13. Asy-Syaikh Abdul Hayy al-Kattani 14. Asy-Syaikh Ibrahim Afandi al-Jabali al-Azhari 15. Asy-Syaikh Ibrahim bin Hamud bin Ibrahim asy-Syafi’i az-Zabidi 16. Asy-Syaikh Ibrahim bin Abdullah Yar Syah Muhammad bin Fadhlullah ad-Dihlawi 17. Asy-Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Shadaqah Dahlan 18. Asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Ahmadi az-Zawahiri 19. Asy-Syaikh Syarif bin Muhammad Syarif bin Muhammad bin Ali as-Sanusi 20. Asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Mansur al-Fulfulani al-Malizi 21. Asy-Syaikh Ahmad al-Marzuqi bin Ahmad al-Mirshad al-Jawi 22. Asy-Syaikh Arsyad bin As’ad al-Banteni al-Indonesi 23. Asy-Syaikh Amatallah binti Abdul Ghani ad-Dihlawi 24. Asy-Syaikh Baqir bin Muhammad Nur bin Fadhil al-Jogjawi 25. Asy-Syaikh Jam’an bin Ma’mun at-Tangerangi 26. Asy-Syaikh Hamid bin Adin bin Ruslan ad-Damsyiqi 27. Asy-Syaikh Hamid bin Hasan bin Abdul Ma’bud al-Haifawi ad-Damsyiqi 28. Asy-Syaikh Hamid bin Syakir al-Halabi 29. Asy-Syaikh Habiburrahman al-A’dzami al-Hindi 30. Asy-Syaikh Hasan bin Muhammad Marzuq Habannakah al-Maidani ad-Damsyiqi 31. Asy-Syaikh Zakaria bin Abdullah bin Hasan bin Zainal Bilah

| P a g e 25

32. Asy-Syaikh Zaki bin Ahmad bin Ismail al-Barzanji 33. Asy-Syaikh Zamzam bin Muhammad Amin al-Himshi 34. Asy-Syaikh Shabir bin Musa al-Jawi 35. Asy-Syaikh Shaleh bin Ahmad bin Abdullah al-Madani al-Maliki 36. Asy-Syaikh Shaleh bin Alawi bin Aqil 37. Asy-Syaikh Thohir bin ‘Asyur at-Tunisi 38. Asy-Syaikh Thanthawi bin Jauhari bin al-Mishri 39. Al-Habib Thaha bin Ali bin Abdullah al-Haddad 40. Asy-Syaikh Dzafar Ahmad bin Lathif Ahmad al-Hindi al-Utsmani at-Tahanawi ad- Diyubandi 41. Asy-Syaikh Abbas bin Muhammad Amin bin Ahmad Ridhwan al-Madani 42. Al-Habib Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri 43. Asy-Syaikh Abdullah bin Falih bin Muhammad bin Falih adz-Dzahiri 44. Al-Habib Abdullah bin Muhammad bin Hamid Assegaf 45. Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad Ghazi al-Hindi al-Makki 46. Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad Niyazi al-Bukhari 47. Asy-Syaikh Abdul Hafidz bin Muhammad ath-Thohir al-Fahri al-Fasi 48. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad Salim al-Bisyri al-Mishri 49. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali bin Abdul Ghani Uyun as-Sud al- Himshi 50. Asy-Syaikh Abdul Qadir bin Taufiq asy-Syalabi 51. Asy-Syaikh Abdul Qadir bin Shabir al-Mandaili al-Indonesi 52. Asy-Syaikh Abdul Karim bin Ahmad bin Abdul Lathif bin Ali al-Khathib al-Faddani 53. Asy-Syaikh Abdul Wasi’ bin Yahya bin Abdul Wasi’ ash-Shan’ani 54. Asy-Syaikh KH. Abdul Wahab bin Hasbullah as-Surbawi 55. Al-Habib Alawi bin Abdullah bin Ali Syihabuddin at-Tarimi 56. Al-Habib Alawi bin Abdullah bin Idrus bin Syihab at-Tarimi 57. Asy-Syaikh Ali bin Abdullah bin Mahmud bin Muhammad Arsyad al-Banjari 58. Asy-Syaikh Ali bin Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus as-Samarani 59. Al-Habib Ali bin Abdurrahman bin Ismail bin Abi Bakar al-Ahdal 60. Asy-Syaikh Ali bin Falih bin Muhammad bin Falih bin Muhammad adz-Dzahiri al- Mihnawi al-Madani 61. Asy-Syaikh Muhammad bin Ahyad bin Muhammad Idris al-Bogori 62. Asy-Syaikh Muhammad Imam bin Ibrahim as-Saqa al-Mishri

| P a g e 26

63. Asy-Syaikh Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri 64. Asy-Syaikh Muhammad al-Baqir bin Muhammad Abdul Kabir bin Muhammad al- Kattani 65. Asy-Syaikh Muhammad Bakhit bin Husein al-Muthi’i al-Mishri 66. Asy-Syaikh Muhammad al-Hafidz bin Abdul Lathif bin Salim at-Tijani al-Mihsri 67. Asy-Syaikh Muhammad Habibullah bin Abdullah asy-Syinqithi 68. Asy-Syaikh Muhammad bin Hasanain bin Muhammad Makhluf al-Adawi al-Mishri 69. Asy-Syaikh Muhammad Zahid al-Kautsari 70. Asy-Syaikh Muhammad Salim bin Muhammad Sa’id bin Muhammad Rahmatullah al-Hindi 71. Asy-Syaikh Muhammad Syafi’ ad-Diyubandi al-Hindi 72. Asy-Syaikh Muhammad Shaleh bin Abdullah Farfur ad-Damsyiqi 73. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Ibrahim al-‘Aquri al-Mishri 74. Asy-Syaikh Muhammad Abdul Hayy bin Abdul Kabir bin Muhammad al-Kattani 75. Asy-Syaikh Muhammad Isa bin Udeq al-Faddani 76. Asy-Syaikh Muhammad bin Muhammad Makhluf at-Tunisi 77. Asy-Syaikh Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bogori 78. Asy-Syaikh Muhammad Makki bin Muhammad Ja’far bin Idris al-Kattani 79. Al-Habib Muhammad bin Abdul Hadi bin Hasan Assegaf 80. Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy`ari al-Jumbani 81. Asy-Syaikh Muhammad al-Hasyimi bin Abdurrahman at-Tilmisani 82. Al-Habib Muhammad bin Yahya Dum al-Ahdal al-Yamani 83. Asy-Syaikh Najib bin Muhammad bin Yusuf Sirajuddin al-Halabi 84. Asy-Syaikh Nasrullah bin Ahmad Afandi asy-Syathi asy-Syami 85. Asy-Syaikh Hadi bin Ahmad al-Aiba’ al-Yamani 86. Asy-Syaikh Washil bin Atha’illah bin Sa’dullah al-Kasymiri 87. Asy-Syaikh Yusuf bin Ahmad bin Nashr bin Suwailam ad-Dijwi 88. Asy-Syaikh Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Hasan an-Nabhani 89. Dan lain-lain.

4.5. Murid –murid Syekh Yasin AlFadani.

Kebesaran sosok Syekh Yasin juga tampak dari banyaknya murid Syekh Yasin yang menjadi ulama besar di pelbagai penjuru dunia Islam, tersebar mulai dari Maroko, Mesir,

| P a g e 27

Suriah, Lebanon, Sudan, Saudi Arabia, Irak, Turki, India, hingga Nusantara. Di Nusantara, murid-murid Syekh Yasin Padang juga rata-rata ulama besar, tersebar di Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, dan tentu saja Indonesia. Atas kebesaran sosok Syekh Yasin Padang, al- Habib Saqqaf bin Muhammad al-Saqqaf, seorang ulama besar Tarim, (Yaman), menjuluki Syekh Yasin Padang dengan sebutan “Suyûthi Zamanihi atau “Imam Suyuthi pada zamannya w.910 H).

Di antara murid-murid yang pernah berguru dan mengambil Ijazah sanad-sanad Hadits dari beliau adalah Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman), Syekh M. Ali Asshabuni (Syam), Doctor M. Hasan Addimasyqi, Syekh Isma’il Zain Alyamani, Doctor Ali Jum’ah (Mesir), Syekh Hasan Qathirji, Tuan Guru H. M. Zaini Abdul-Ghani (Kalimantan) dan lainya, di antara murid-murid beliau yang di samping mengambil Sanad Hadits, mendapatkan Ijazah ‘Ammah dan Khasshah, juga diberi izin untuk mengajar di Madrasah Darul-Ulum adalah: H. Sayyid Hamid Al-Kaff, Dr. Muslim Nasution, H.Ahmad Damanhuri, H.M.Yusuf Hasyim, H.M. Abrar Dahlan, Dr. Sayyid Aqil Husain Al Munawwar Hasan Qathirjy dan H. M. Zaini Abdul Ghany (Kalimantan) dan Dr. Sahabuddin ( Dosen Hadis Fak. Dirasaat Islamiyah UIN syarif Hidayatullah Jakarta) dan lainya.

Ulama keturunan Minagkabau ini memiliki banyak kader yang melanjutkan tongka estafet perjuangan beliau yang berasal dari berbagai dunia. Diantara: Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman), Syekh Muhammad Ali As-Shabuniy (Syam), Dr. Muhammad Ad- Dimasyqy, Dr. Ali Jum`ah (Mufti Mesir), Prof.Dr. Ahmad Umar Hasyim (Mantan Rektor Univ. AlAzhar Kairo dan Guru Besar Hadis dan Ilmu Hadis Jur. Hadis Fak. Ushuluddin Univ. AlAzhar Kairo) , Prof. Dr. Saad Saad Rizq Jawisy(Mantan Rektor Univ. AlAzhar Kairo dan Guru Besar Hadis dan Ilmu Hadis Jur. Hadis Fak. Ushuluddin Univ. AlAzhar Kairo) Syekh Ismail Zein Al-Yamaniy (Yaman). (Umar Hasyim: 2012).

Banyak juga murid-murid beliau yang selain mengambil Sanad Hadits, ijazah `amah dan khashshah juga diberi izin untuk mengajar di Darul Ulum. diantaranyaH. Sayyid Hamid Al-Kaff, Dr. Muslim Nasution, H. Ahmad Damanhuri, H. M.Yusuf Hasyim, H. M. Abrar Dahlan dan Dr. Sayyid Agil Husain Al Munawwar.Syekh Yasin Al-fadany sering mengadakan kunjungan keberbagai belahan dunia, terutama ke Indonesia, negeri asal beliau. Dari kunjungan itu, tidak sedikit para ulama yang bertemu dengan beliau ingin dianggap sebagai murid oleh beliau dan diberikan ijazah sanad.

| P a g e 28

Disamping itu akan dikembangkan analisa data dan diolah dengan metode histori biorgafi ulama yang berkaitan dengan silsilah keilmuan dan keguruan dengan Syekh Yasin alFadani, Penelusuran bahan penelitan dan pengolahan data penelitian ini juga bersumber dari karya – karya beliau tentang Sanad keilmuan dan Hadis guna memperjelas jalur keguruan (Masyikhot) dan murid yang terhubung dalam suatu sanad ilmu dan Hadis. ( Mahmud Said;2018)

4.6. Karya-Karya Syekh Yasin AL-Fadani

Syaikh Yasin dikenal sebagai ulama yang produktif dalam menulis, karya beliau mencapai ratusan, sehingga al-Habib Saqqaf bin Muhammad Assegaf seorang ulama Hadhramaut memujinya dengan sebutan “Imam Suyuthi pada zamannya” lantaran karyanya yang demikian banyak, kitab-kitab karangannya telah mencapai lebih dari 100 judul baik yang belum maupun sudah dicetak. Pembahasannya meliputi fiqh, hadis, balaghah, tarikh, falak, sanad, dan cabang ilmu lainnya. Beberapa kitab karangan beliau seperti, Ad Durr al- Mandhud fi syarh Sunan Abi Daud, Fathal-‘Allam Syarh Bulughul Maram, Al-Fawaid al- Janiyah ‘Ala Qawaidhul Fiqhiyah, Nail al-Ma’mul Hasyiah ‘Ala Lubb al-Ushul Fiqh, Jam’u al-Jawami’ dan masih banyak lagi terutama dalam bidang hadis.(Mahmud Said:2014). Semua tertulis dalam bahasa Arab dan kerap dijadikan kitab rujukan di berbagai lembaga Islam dan pondok pesantren, baik di Makkah maupun Asia Tenggara. Susunan bahasa yang tinggi dan sistematis, serta isinya yang padat dan mudah difahami juga membuat karya-karya beliau dijadikan sumber referensi para ulama dan pelajar. Kitab Syekh Yasin yang berjudul al-Fawaid al-Janiyyah juga menjadi materi silabus mata kuliah ushul fikih di Fakultas Syariah Al-Azhar Cairo, Mesir.

Ulama kelahiran abad 20 ini menghasilkan karya-karya yang tak kurang dari 100 judul, yang semuanya tersebar dan menjadi rujukan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di Mekkah maupun di Asia Tenggara. Sejumlah murid dan peneliti kini mulai berusaha menginventasrisir, mengkodifikasi dan menerbitkan karya-karya tersebut. Kabarnya hingga saat ini baru sebanyak 97 kitab (diantaranya 9 kitab tentang ilmu hadits, 25 kitab tentang ilmu dan ushul fiqih, 36 kitab tentang ilmu falak, dan sisanya tentang ilmu-ilmu yang lain).Bahkan kitab beliau al-Fawaid al-Janiyyah dijadikan materi silabus mata kuliah ushul fiqh di Fakultas Syari’ah Universitas al-Azhar Mesir. Sebagaimana diakui oleh kalangan para ulama yang mengetahui kadar keilmuan beliau, faktor susunan bahasa yang

| P a g e 29 tinggi dan sistematis serta isinya yang padat menjadikan karya Syaikh Yasin dijadikan oleh para ulama dan pelajar sebagai rujukan.

Meskipun Syaikh Yasin al-Faddani mampu bertutur dalam bahasa Melayu, namun beliau menulis seluruh karyanya dalam bahasa Arab. Karya beliau yang terdiri dari kitab fiqh, hadits, balaghah, tarikh, falak, sanad serta dalam cabang ilmu yang lain antara lain:

1. Fath al-‘Allam fi Syarh Bulugh al-Maram 2. Ad-Durr al-Madhud fi Syarh Sunan Abu Dawud 20 jilid 3. Nail al-Ma’mul Hasyiyah ‘ala Ghayat al-Wushul ‘ala Lubb al-Ushul 4. Al-Fawaid al-Janiyyah ‘ala Qawa’id al-Fiqhiyyah (terbit tahun 1417 H/1996 M) 5. Syarh Jauhar Tsamin fi Arba’in Haditsan min Ahadits Sayyid al-Mursalin li al-‘Ajluni 6. Syarh al-Musalsal bi al-‘Itrat ath-Thahirah 7. Bulghat al-Musytaq fi ‘Ilm Isytiqaq 8. Tashnif as-Sama’ fi Mukhtashar ‘Ilm al-Wadha’ 9. Hasyiyah ‘ala Risalah Hajar Zadah fi ‘Ilm Wadha’ 10. Idhah an-Nur al-Lami’ Syarh al-Kaukab as-Sathi’ 11. Hasyiyah ‘ala al-Asybah wa an-Nadzair fi Furu’ Fiqh asy-Syafi’i li as-Suyuthi 12. Bughyat Musytaq Syarh al-Luma’ Abi Ishaq 13. Ta’liqat ‘ala Luma’ Abi Ishaq asy-Syirazi fi ‘Ilm Ushul 14. Hasyiyah ‘ala at-Talaththuf fi Ushul Fiqh 15. Hasyiyah ‘ala al-Qawa’id al-Kubra li al-‘Izz bin Abdissalam 16. Tatmim ad-Dukhul Ta’liqat ‘ala Madkhal al-Wushul ila ‘Ilm al-Ushul 17. Ta’liqat ‘ala Syarh Mandzumah az-Zamzami fi Ushul at-Tafsir 18. Taqrir al-Maslak li Man Arada ‘Ilm Falak 19. Al-Khamaliyah Syarh Mutawasith ‘ala Tsamarat al-Wasilah 20. Ar-Riyadh Nadzrah Syarh Nadzm al-‘Alaliy al-Muntatsirah fi al-Maqulat al-‘Asyrah 21. Syarh ‘ala Risalah al-Adhud fi al-Wadha’ 22. Tatsnif as-Sami’ Mukhtashar fi ‘Ilm al-Wadh’i 23. Syarh ‘ala Mandzumah Zubad li Ibni Ruslan fi al-Fiqh Syafi’i 24. Kaukab al-Anwar fi Asma’ an-Nujum as-Samawiyah 25. Al-Mukhtashar al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Auqat wa al-Qiblat bi ar-Rubu’ al- Mujayyab

| P a g e 30

26. Manhal al-Ifadah Hawasyi ‘ala Risalah Adab al-Bahts wa al-Munadzarah li Thasy Kubra Zadah 27. Ad-Durar an-Nadhid Hasyiyah ‘ala Kitab at-Tamhid li al-Asnawi fi Ushul Fiqh asy- Syafi’i 28. Janiyy ats-Tsamar Syarh Mandzumah Manazil Qamar 29. Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra 30. Thabaqat asy-Syafi’iyyah ash-Shughra 31. Thabaqat ‘Ulama al-Ushul wa al-Qawa’id al-Fiqhiyyah 32. Thabaqat ‘Ulama al-Falak wa al-Miqat 33. Thabaqat Masyahir an-Nuhah wa Tasalsul Akhdzihim 34. Al-Mawahib al-Jazilah Syarh Tsamrah al-Wasilah fi al-Fala 35. Al-Fawaid al-Jamilah Syarh Kabir ‘ala Tsamarah al-Wasilah 36. Husn ash-Shiqayah Syarh Kitab Durus al-Balaghah 37. Risalah fi ‘Ilm al-Manthiq 38. Ittihaf al-Khallan Taudhih Tuhfat al-Bayan fi ‘Ilm al-Bayan 39. Ar-Risalah al-Bayaniyyah ‘ala Thariqat as-Sual wa al-Jawab 40. Tanwir al-Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Syahirah (terbit tahun 1403 H/1983 M) 41. Al-Qaul al-Jamil bi Ijazah as-Sayyid Ibrahim bin Aqil 42. Al-Isyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah 43. Al-‘Ujalah fi al-Hadits al-Mutsaltsal 44. Asma al-Ghayah fi Asanid asy-Syaikh Ibrahim al-Hazazmi fi al-Qiraah 45. Al-Asanid al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab’ah 46. Al-‘Iqd al-Fard min Jawahir al-Asanid 47. Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-‘Asyrah (terbit tahun 1403 H/1983 M) 48. Ithaf al-Mustafid bi an-Nur al-Asanid 49. Qurrat al-‘Ain fi Asanid A’lam al-Haramain 50. Ithaf Uli al-Himam al-‘Aliyyah bi al-Kalam ‘ala al-Hadits al-Musalsal al-Awwaliyyah 51. Al-Waraqat fi Majmu’ah al-Musalsalat wa al-Awail wa Asanid al-‘Aliyyah (terbit tahun 1406H/1986M) 52. Ad-Durr al-Farid min Durar al-Asanid 53. Al-Muqtathaf min Ithaf al-Kabir bi Makkiy 54. Ikhthiyar wa Ikhtishar Riyadh Ahli Jannah min Atsar Ahli as-Sunnah li ‘Abdul Baqi’ al-Ba’li al-Hanbali

| P a g e 31

55. Al-Arba’un Haditsan min Arba’in Kitan ‘an Arba’in ‘an Arba’in Syaikhan (terbit tahun 1429 H/2008 M) 56. Al-Arba’un al-Buldaniyyah Arba’un Haditsan ‘an Arba’in ‘an Arba’in (terbit tahun 1407 H/1987 M) 57. Al-Arba’un Haditsan Mutsaltsal bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthi 58. As-Salasil al-Mukhtarah bi Ijazah al-Muarrikh as-Sayyid Muhammad bin Muhammad Ziyarah 59. Fath ar-Rabb al-Majid fi Ma li Asyyakhi min Faraid al-Ijazah wa al-Asanid 60. Ailsilah al-Wushlah Majmu’ah Mukhatarah min al-Hadits al-Mustalsal 61. Faidh ar-Rahmani bi Ijazat Samahah al-‘Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al- ‘Utsmani (terbit tahun 1406 H/1986 M) 62. Nihayat al-Mathlab fi ‘Ulum al-Isnad wa al-Adab 63. Ad-Durar an-Nadzir wa ar-Raudh an-Nadzir fi Majmu’ al-Ijazah bi Tsabat al-Amir 64. Al-‘Ujalah al-Makkiyyah 65. Al-Waraqat ‘ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba’in Haditsan min al-Hadits Sayyid al-Mursalin ; dan 66. Ta’liqat ‘ala Kifayat al-Mustafiq li asy-Syaikh Mahfudz at-Turmusi 67. Tahqiq al-Jami’ al-Hawi fi Marmiyat asy-Syarqawi 68. Ittihaf ath-Thalib as-Sirri bi al-Asanid ila al-Wajih al-Kuzbari 69. Al-Asanid al-Faqih Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki (terbit tahun 1429H/2008M) 70. Faidh ar-Rahman fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan 71. Al-Waslu ar-Rati fi Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati 72. Faidh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid as-Sayyid Muhsin 73. Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan 74. Faidh al-Ilah al-‘Ali fi Asanid ‘Abdil Baqi al-Ba’li al-Hanbali 75. Al-Maslak al-Jaliy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Muhammad ‘Aliy (terbit tahun 1408 H/1988 M) 76. Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Majma’ al-Wujdan (terbit tahun 1406H/1986M) 77. Ittihaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan 78. Ittihaf as-Samir bi Auham Ma fi Tsabat al-Amir 79. Ijazah as-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki 80. Ijazah asy-Syaikh Aiman Suwaid

| P a g e 32

81. Al-Irsyad as-Sawiyyah fi Asanid al-Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah 82. Bughyat al-Muris fi ‘Ilm al-Asanid 83. Ta’liqat ‘ala al-Awail as-Sunbuliyyah 84. Al-Awail as-Sunbuliyah wa Dhailuha (terbit tahun 1427 H/2006 M) 85. Ta’liqat ‘ala al-Awail al-‘Ajluniyyah 86. Ta’liqat ‘ala Tsabat asy-Syanwani 87. Ta’liqat ‘ala Tsabat asy-Syibrazi 88. Ta’liqat ‘ala Tsabat al-Kazbari al-Hafidz 89. Tsabat al-Kazbari (terbit tahun 1403 H/1983 M) 90. Ta’liqat ‘ala Husn al-Wafa li Ikhwan ash-Shafa 91. Ad-Durr an-Natsir fi Ittishal bi Tsabat al-Amir 92. Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-‘Adi wa ar-Raih bi Ijazah al-Ustadz Muhammad Riyadh al-Malih 93. Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-Ghadi wa ar-Raih (terbit tahun 1426H/2005M) 94. Al-‘Ujlah fi Ahadits al-Musalsalah (terbit tahun 1405 H/1985 M) 95. Al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid 96. Uqud al-Lujain fi Ijazah Syaikh Ismail Zain 97. Faidh al-Bari bi Ijazah al-Wajih as-Sayyid ‘Abdurrahman al-Anbari 98. Faidh al-Mabdi bi Ijazah asy-Syaikh Muhammad ‘Audh az-Zabidi (terbit tahun 1429 H/2008 M) 99. Al-Kawakib ad-Darari fi Ijazah Mahmud bin Sa’id al-Qahiri 100. Al-Kawakib as-Siyarah fi Asanid al-Mukhtarah 101. Masyjarah bi Asanid al-Fiqh asy-Syafi’i 102. Al-Muqtathif min Ittihaf al-Akabir bi Asanid al-Mufti Abdul Qadir 103. Al-Mawahib al-Jazilah wa al-‘Uqud al-Jamilah fi Ijazah al-‘Allamah al- Bahhatsah al-Musyarik asy-Syaikh Abi Yahya Zakaria bin Abdullah Bila 104. An-Nafhat al-Maskiyyah fi Asanid al-Makkiyyah (terbit tahun 1409H/1989M) 105. An-Nafhat al-Hasaniyyah (terbit tahun 1396 H/1976 M) 106. Nahj as-Salamah fi Ijazah ash-Shafi Ahmad Salamah 107. Al-Wafi bi Dzail Tadzkar al-Masafi bi Ijazah Syaikh Abdullah al-Jarafi (terbit tahun 1429 H/2008 M) 108. Al-Washl ar-Ratibi fi Tarjamah wa Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati 109. Al-Washl as-Sami bi Ijazah Sayyid Muhammad al-Hasyimi 110. Dan masih banyak yang lainnya.

| P a g e 33

Karya karya AlFadani banyak didominasi disiplin Ilmu Hadis dan khususnya karya tentang sanad, bila ditinjau daftar kitab diatas dapat dlihat bahwa dari no. 40 sampai akhir 110 merupakan kitab dalam bidang ilmu sanad .((Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, 1995, Zuhairi Misrawi, Mekkah, Penerbit Buku Kompas, 2009, Abdurrahman Wahid, Islam kosmopolitan: Nilai- nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, Wahid Institute, 2007

Namun sayang, agak sukar menjumpai karya-karya tersebut di tanah air. Karya beliau lebih banyak dicetak di Beirut dan Syiria. Selebihnya masih tersimpan dalam bentuk makhtutat (Manuscript) di pustaka pribadi beliau, Bahkan, karyanya yang fundamental dalam bidang hadits, Fath al-‘Allam dan ad-Durr al-Mandhud masih dalam bentuk manuskrip (penelitian tahun 2010). Terkait karya ulama yang juga ahli fikih ini, ada beberapa perkara yang menarik. Pertama, Syeikh Fadani ternyata pernah menulis empat kitab arba’in (hadits 40) sekaligus. Kitab hadits 40 yang telah mencuri perhatian kaum muslimin selama berabad-abad ialah al- Arba’in an-Nawawiyyah karya Imam an-Nawawi (w. 676 H/1278 M). Sudah selayaknya juga, Syaikh Yasin yang menulis 4 versi kitab arba’in mendapat apresiasi yang sama dalam arti yang luas di kalangan umat Islam. Antara kitab arba’in beliau yaitu al-Arba‘un al- Buldaniyah, al-Arba’un Haditsan, Syarh al-Jauhar ats-Tsamin fi Arba’in Haditsan dan al- Arba’un Haditsan Musalsalah. karya Syaikh Yasin didominasi oleh kitab sanad yang ditulis dengan sangat teliti. Hampir dipastikan, setiap ilmu yang beliau tuntut ada pelacakan dan sanad hingga ke sumber pertama. Hal ini, setidaknya menyiratkan nilai ketekunan, ketulenan (otoritatif) dan keberkahan ilmu. Dengan ketekunan memelihara silsilah keilmuan itulah para ulama menyebutnya sebagai al-Musnid ad-Dunya (pemegang sanad di dunia) atau al-Musnid al- ‘Ashr (pakar sanad zaman ini). Syekh Yasin memberikan penjelasan tentang verifikasi sanad pada kitabnya tersebut. Berbagai macam kitab hadis telah ditulis untuk mengin- ventarisasi dan mengumpulkan ragam riwayat yang tercecer, baik di lembaran- lembaran catatan maupun hafalan para perawi yang tersebar di seluruh wilayah Arab kala itu. Mulai dari Kitab al Jami', Musnad, Sunan, al- Mustakhraj, al-Mustadrak, sampai kitab sederhana dan ring kas yang hanya memuat empat puluh hadis saja.

| P a g e 34

Ulama nusantara itu mendapat julukan Musnid Ad-Dunya (pakar sanad dunia) lantaran penguasaannya terhadap ilmu hadis, baik riwayat ataupun dirayat. Di antara peninggalan berharga ulama terkemuka itu adalah kitab yang bertajuk al-Arba'in Haditsan min Arba'ina Kitaban `An Arba'ina Syaikhan.

Sejumlah sahabatnya dari para pegiat ilmu hadis lantas meminta syekh untuk mengumpulkan 40 hadis tentang berbagai persoalan mulai dari akidah hingga muamalat. Namun, permintaan itu tidak serta- merta direalisasikan oleh Syekh Yasin.Setelah beristikharah lantas beliau merasa yakin untuk menulis sebuah kitab hadis yang terdiri atas 40 hadis saja. Uniknya, kitab yang rampung ditulis pada 1363 H itu memuat 40 hadis ber - beda serta dinukil dari 40 kitab hadis yang beragam pula, Tak hanya itu, ke 40 hadis tersebut sanadnya diperoleh secara langsung oleh Syekh Yasin dari para syekh ahli hadis. Sebenarnya, ada satu lagi kitab dengan corak serupa yang ditulis Syekh Yasin dengan 40 hadis dari 40 syekh.Hanya saja, kitab kedua yang kelar ditulis satu tahun setelah kitab perta- manya tersebut selesai, tidak dinukil dari 40 kitab, tetapi diperolehnya dari 40 wilayah yang berbeda hasil perjalanan- nya mencari hadis rahlat fi thalab al hadis.

Prof.Dr. Ali Jum`ah yang menjabat sebagai Mufti Mesir dalam bukunya edit atas Hasyiah Al-Imam Al-Baijuri Ala Jauharatittauhid yang ditahqiqnya mengatakan bahwa beliau pernah menerima ijazah sanad dari Yasin AlFadany yang digelarinya sebagai “Musnid Ad DunyaDi antara penyebab al-Fadani memiki begitu kaya sanad ialah kegigihannya dalam berkelana. Dia mengunjungi banyak negeri untuk mendapatkan sanad yang runtut. ”, (Ali Jum’ah Muhammad Abdul Wahhab, tahqiq Tuhfatul Murid fi syarhi Jauharatuttauhid, Albaijuri, cairo;daarusalam press 2012)

Ada sekitar 700 guru yang dijumpainya dalam perjalanan. Rutenya antara lain, ke Yaman, Mesir, Palestina, Lebanon, Suriah, Irak, Pakistan, India, dan Nusantara.Adapun nama-nama ulama terkemuka yang masuk ke dalam sanad Syekh Yasin adalah Kuzbari, Ibn Hajar al-Haitami, Abdul Baqi al-Ba'li, Khalifah an-Nabhan, Sayyid Muhsin al-Musawi, Muhammad Ali al-Maliki, Umar Hamdan, dan Ahmad al-Mukhallalati.

Syekh Yasin al-Fadani telah menulis tidak kurang dari 70 buku tentang ilmu sanad. Itu termasuk total kitab yang telah ditulisnya, yakni 97 judul. Sampai saat ini, buku-buku karyanya masih menjadi rujukan di pelbagai lembaga, semisal kampus Islam, pesantren, atau madrasah, baik di dunia Arab maupun Nusantara, Sebagai contoh, kitab al-Fawaid al-

| P a g e 35

Janiyyah, menjadi rujukan dalam kuliah ushul fikih di Fakultas Syari’ah Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, Dalam bidang keilmuan hadis, AlFadani konsen pada periwayatan hadis dalam berbagai klasifikasi, antara lain, yakni musalsal, ‘ali, tashih, dan tadhif. Di antara jasa besar Syekh Yasin adalah memperkenalkan para ulama Nusantara dalam trayektori keilmuan hadis yang berpusat di Haramain, meskipun banyak ulama Jawi (Melayu) yang pakar dalam bidang ilmu-ilmu agama, namanya belum tentu dikenal di Hijaz. Melalui karyanya, Syekh Yasin ikut menuliskan peran penting para ulama Jawi di kancah keilmuan Islam secara global.

Boleh dikatakan, ulama Arab mengenal istilah ‘kiai’ berkat membaca karya-karya Syekh Yasin. Adapun beberapa nama ulama Jawi yang ikut dicantumkannya adalah Syekh Nawawi bin Umar al-Bantani (Banten), Syekh Abdush Shamad bin Abdurrahman al- Falimbani (Sumatra Selatan), KH Uhaid Ahyad bin Idris al-Bughuri (Jawa Barat), dan KH Abdul Hamid bin Zakaria al-Batawi (Jakarta).

4.7.Musnid Dunya atau Musnidul Ashr

Usamah Mahmud Alazhari pakar Hadis Univ. AlAzhar Cairo, menyatakan bahwa antara Ahli Hadis “Muhaddis” dan Ahli Sanad “Musnid” terdapat perbedaan, yaitu; Muhaddits adalah gelar yang disematkan kepada seorang yang menguasai persoalan penilaian Hadits baik Shahi maupun Dhaif, permasalahan studi sanad, memahami ilmu analisa perawi Hadits, mengetahui Ilmu Ilal “ analisa Hadits” dan mengerti betul bagaimana menshahihkan atau mendhaifkan sebuah Hadits, menguasai juga bagaiamana menerima dan atau menolak suatu Hadits, semua pengetahuan tersebut diperoleh dari Para Ulama yang mumpuni di bidangnya,” (Usamah AlAzhari, Asanid Mashriyyin, 2018: 121-132)

Sementara Ahli Sanad “Musnid” tidak disyaratkan seperti Muhaddits, dengan kata lain, setiap Muhaddits yang menguasai ilmu Hadis adalah Musnid, dan tidak sebaliknya, hanya saja mungkin di masa ini ada Ahli Hadis akan tetapi tidak menguasai dunia Sanad, jadi seorang Ahli sanad hanya disyaratkan menyampaikan atau meriwayatkan sebuah teks Hadis dengan silsilah periwayat Hadis dari dirinya sampai ke pengarang kitab tertentu kemudian bersambung terus menerus hingga Rasulullah Saw, seperti yang diungkapkan oleh Imam Suyuti, “perbedaan Hafidh “Hafal Hadits”, Muhaddits dan Musnid adalah Musnid hanya meriwayatkan suatu teks Hadits dengan silsilah sanad. ( lihat: Tadriburrawi:16, )

| P a g e 36

4.8. Wafatnya.

Setelah sekian lama membaktikan dirinya dalam pengembangan ilmu agama, Hadhratus Syaikh al-‘Allamah Abu al-Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al- faddani al-Makki berpulang ke hadhiratNya pada hari Jum’at Shubuh tanggal 27 Dzul Hijjah tahun 1410 H/20 Juli 1990 M dalam usia 75 tahun, dalam waktu singkat berita kewafatannya menyebar luas. Orang-orang pun berdatangan berduyun-duyun untuk bertakziyah. Roman wajah beliau ketika wafat tampak berseri-seri dan tersenyu, setelah dishalati usai shalat Jum’at jasad beliau dimakamkan di pemakaman Ma’la. Dan kebesaran Allah ditampakkan oleh para hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan jenazah ulama besar tersebut. Begitu jenazah dimasukkan ke liang lahat, bukan liang yang sempit dan lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum mewangi nan menyegarkan.

Tahun 1990 Syekh Yasin Al-Fadani dipanggil menghadap Allah SWT, seluruh dunia merasa kehilangan sosok ulama hadist yang mumpuni dan menjadi sumber rujukan ilmu. Dan kebesaran Allah ditampakan oleh para hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan ulama besar tersebut. Begitu Jenazah dimasukkan ke liang lahat bukan liang yang sempit dan lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum dan menyegarkan.Beliau meninggalkan satu orang istri dengan empat orang putra yaitu Muhammad Nur ‘Arafah, Fahd, Ridha dan Nizar.

| P a g e 37

BAB V Transmisi Sanad Muhammad Yasin Alfadani. 5.1. Transmsi Sanad keilmuan Syekh Yasin. Setiap ada kesempatan, beliau mengadakanl forum ilmiah dalam rangka transformasi dan Transmisi keilmuan dengan pendekatan periwayatan dengan sanad dari AlFadani hingga ke pengarang kitab atau bahkan sampai ke Rasulullah Saw sebagai puncak dari sebuah sanad (rentetan periwayat hadis) perjalanan ilmiyah bersama para santri dan ulama untuk mempraktekkan ilmu yang telah beliau ajarkan anatara lain ilmu falak. Perjalanan beliau juga dipergunakan untuk memburu sanad, silsilah periwayatan hadits dan ijazah ilmu atau kitab, sehingga beliau digelari al-Musnid ad-Dunya (pemilik sanad terbanyak di dunia). Gelar itu diberikan kepada beliau karena beliau dipandang sebagai orang yang paling banyak memiliki sanad bukan hanya di Makkah dan Timur Tengah tapi juga di dunia.( Muhammad Mutawalli, 2019: 71)

alFadani juga gigih dan ulet dalam menghimpun sanad para ulama-ulama sebelum beliau. Ini merupakan lazimnya dalam ilmu sanad, dimana kadang-kadang sanad seorang ulama dibukukan oleh muridnya atau orang-orang sesudahnya. Inilah diantara upaya yang dilakukan oleh Syaikh Yasin Al-Fadani terhadap beberapa tokoh ulama yang memiliki sanad, seperti al-Kuzbari, Ibn Hajar al-Haitami, Abdul Baqi al-Ba’li, Khalifah an-Nabhan, Sayyid Muhsin al-Musawi, Muhammad Ali al-Maliki, Umar Hamdan dan Ahmad al-Mukhallalati. Dalam hal pengijazahan sanad Syaikh Yasin memiliki kekreatifan tersendiri, baik ijazah khash, ijazah ‘amah dan ijazah muthlaq. Berkenaan dengan ijazah khash, beliau memberi perhatian istimewa kepada beberapa tokoh ulama dan orang-orang tertentu yang dirasakan kewibawaan mereka oleh beliau dengan menyusun kitab-kitab ijazah sanad yang khusus buat mereka.

Diantara ulama-ulama yang mendapatkan ijazah khash dari Syaikh Yasin ialah:

1. Prof. Dr. as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki. 2. Asy-Syaikh Aiman Suwaid. 3. Asy-Syaikh Dr. Yahya Ghautsani 4. Asy-Syaikh Abdullah al-Jarafi 5. Asy-Syaikh Muhammad Riyadh al-Malih

| P a g e 38

6. Al-‘Allamah Muhammad Zabarah 7. Al-Habib Abubakar Athas al-Habsyi 8. Asy-Syaikh Ismail Zain al-Yamani 9. Al-Qadhi Muhammad al-‘Umari 10. Asy-Syaikh Muhammad Taqiy al-Utsmani 11. Al-Mufti al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya 12. Asy-Syaikh Dr. Mahmud Sa’id Mamduh 13. Asy-Syaikh Zakaria Bila 14. As-Sayyid Muhammad al-Hasyimi 15. Dan lain-lain. Beliau telah menyusun kitab-kitab ijazah sanad yang khusus untuk mereka dan setiap satu dengan yang lainnya memiliki ciri yang tidak ada pada lainnya. Sebagai contoh, ijazah beliau kepada Syaikh Muhammad Riyadh al-Malih yang berjudul ar-Raudh al-Fa’ih. Beliau telah menghimpunkan di dalam kitab tersebut secara khusus semua guru-gurunya yang berasal dari negri Syam (Syiria, Libanon, Palestina dan Jordan) yang berjumlah hingga 101 orang serta semua sanad-sanad mereka saja.

Adapun dengan ijazah ‘am, Syaikh Yasin al-Faddani boleh dikatakan sebagai seorang ahli hadits yang pemurah. Berulang kali beliau menyebut dalam beberapa kitab sanadnya pernyataan tentang pengijazahan sanad kepada semua orang yang hidup di zamannya, dengan objektif untuk memberi manfaat kepada para penuntut ilmu dan menyebarluaskan sanad- sanad periwayatan. Sebagai contoh, di akhir kitab Waraqat fi Majmu’at al-Musalsalat wa al- Awa’il wa al-Asanid al-‘Aliyyah beliau menuliskan:

هذا وقد اجزنا بما فى هذه الورقات كل من اراد رواية ذلك عنا ممن ادرك حياتنا وكذا غيره مما تجوز لنا روايته وتثبت عنا معرفته ودريته

Dan di akhir kitab al-‘Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah beliau menuliskan:

وقد اجزنا بها جميع اهل عصري ووقتى ممن اراد الرواية عني

Di akhir kitab an-Nafhat al-Miskiyyah fi al-Asanid al-Muttashilah lebih luas lagi beliau menyebutkan dengan ungkapan:

| P a g e 39

وقد أجزت باألوائل السنبلية خاصة، وبهذه النفحة المسكية بأسانيدنا المتصلة بها، وكذا بجميع مؤلفاتي ومروياتي، ك ّل َمن أرادجميع ذلك ممن أدرك حياتي، أو ُولد في السنين المتممة لعقد وفاتي.اهـ

Walaupun pengijazahan umum ‘am seperti ini masih dipersilisihkan di antara ulama, namun Syaikh Yasin lebih memilih pandangan yang mengharuskannya. Di sisi lain mayoritas ulama berpendapat bahwa ijazah demikian adalah jenis ijazah yang paling lemah.Perhatian Syaikh Yasin terhadap kitab-kitab yang menghimpunkan sanad-sanad periwayatan seseorang ulama ahli hadis amat besar. Beliau sering menyebutnya dengan berbagai istilah, seperti thabat, fahrasah atau fihris, mu’jam, barnamij dan masyyakhah.

Menurut Syaikh Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani: “Orang terdahulu memberikan istilah masyyakhah bagi kitab yang menghimpunkan nama-nama guru dan riwayat-riwayat seseorang ahli hadits, kemudian mereka menamakannya pula setelah itu sebagai mu’jam karena nama-nama guru disusun sesuai dengan urutan abjad huruf hijaiyyah. Penduduk Andalusia juga menggunakan istilah barnamij. Pada abad-abad belakangan, ahli hadits di daerah Timur hingga sekarang menyebutnya sebagai thabat, sedangkan ahli hadits di daerah Barat menyebutnya sebagai fahrasah.”

Syaikh Yasin al-Faddani mempunyai banyak riwayat bagi kitab-kitab yang berkaitan dengan kesanadan. Selain itu Syaikh Yasin juga memiliki perhatian besar dalam cabang ilmu hadits yang lain seperti periwayatan hadits musalsal, riwayat ‘ali, tash-hih dan tadh’if, ilmu rijal dan ruwah.Dalam hal pengijazahan sanad Syaikh Yasin memiliki kekreatifan tersendiri, baik ijazah khash, ijazah ‘amah dan ijazah muthlaq. Berkenaan dengan ijazah khash, beliau memberi perhatian istimewa kepada beberapa tokoh ulama dan orang-orang tertentu yang dirasakan kewibawaan mereka oleh beliau dengan menyusun kitab-kitab ijazah sanad yang khusus buat mereka. (Mahmud Said: 2014)

5.2.Kesaksian Muridnya

Merujuk pada Syaikh Mahmud Sa’id Mamduh, salah seorang murid beliau, Syaikh Yasin kerap kali menerima permintaan fatwa. Artinya beliau bukan hanya pakar dalam ilmu sanad saja akan tetapi juga ahli dalam bidang ilmu syariat lainnya. Bahkan permintaan fatwa bukan hanya datang dari sekitar Makkah, tetapi juga dari luar Arab seperti Indonesia.Syaikh Yasin memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu hadits dengan berbagai cabang

| P a g e 40 dalam ilmu yang sudah terbilang langka saat ini. Dalam hal sanad, dengan kegigihan beliau mengumpulkan sanad dari ratusan para ulama sehingga beliau dijuluki sebagai al-Musnid ad- Dunya (Said Mamduh, Mu’jamul Mufid, 2019: 66-67)

Berkat jasa dan karya Syekh Yasin, ada banyak ulama Nusantara menjadi dikenal oleh dunia Islam. Ia dapat disebut sebagai orang pertama yang menyusun rangkain jaringan dan pertalian sanad ulama-ulama Nusantara. Sehingga menjadi hubungan keilmuan yang kokoh antar satu sama lain. Salah satunya sanad-sanad kitab tafsir. Syekh Yasin menerima tujuh buah periwayatan kitab tafsir melalui ulama-ulama Nusantara sampai kepada pengarangnya.

Pertama, sanad tafsir al-Jalalain. Tafsir al-Jalalain menjadi kitab tafsir pertama yang dituliskan silsilah sanadnya oleh Syekh Yasin. Bukan tanpa alasan, tafsir yang ditulis oleh dua orang Jalal, guru dan murid ini memang sangat populer di kalangan ulama Nusantara. Jangan heran, peninggalan manuskrip, dan persebaran tafsir ini seolah dibakukan menjadi kitab wajib di pesantren tradisional.

Uniknya, sanad tafsir al-Jalalain diterima Syekh Yasin melalui lima orang dekatnya. Yaitu, ayahnya sendiri Syekh Muhammad Isa, pamannya Syekh Mahmud Engku Hitam, Syekh Shadaqah al-Medani, Syekh Abd al-Wasi’, dan Syekh Abd al-Karim bin Ahmad Khatib al-Minakabawi, melalui jalur periwayatan kelima orang ini, terhubung dengan Muhammad bin Abd al-Rahman al-‘Alaqi murid al-Suyuthi dan al-Mahalli.

Syekh Yasin juga menerima tafsir al-Jalalain melalui gurunya yang lain, yakni: Muammar bin Sayid Ali al-Habsyi al-Madani, Ahmad bin Abdullah al-Khalalati al-Syami, Ibrahim bin Musa al-Khazami al-Takruri al-Makki, dan Sayid Ali bin Abd al-Rahman al- Habsyi al-Kuwitani. Empat gurunya ini menerima dari Syekh Abd al-Ghani al-Bimawi, hingga sampai kepada Burhan al-Din Ibrahim bin Abi Syarifah, dari imam al-Suyuthi dan al- Mahalli.

Kedua, sanad tafsir Lubab al-Ta’wil wa Ma’ani al-Tanzil atau populer disebut Tafsir al-Khazin. Sanad Tafsir al-Khazin diterima Syekh Yasin melalui Syekh Ahmad bin Abi Bakr Bakhwar al-Syahri dari dua orang ulama Nusantara, Abd al-Ghani al-Bimawi dan Zain al-Din al-Sumbawi. Dua ulama ini menerima dari Nawawi al-Bantani, melalui Abd al-Samad al- Falimbani, melalui Aqib bin Hasan al-Din al-Falimbani, melalui saudaranya Shalih bin Hasan

| P a g e 41 al-Din al-Falimbani, berlanjut terus ke atas hingga sampai kepada pengarang tafsir, ‘Ala al- Din Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Khazin al-Baghdadi.

Ketiga, sanad Tafsir Ma’alim al-Tanzil atau Tafsir al-Baghawi, Syekh Yasin menerimanya dari Sayid Ali bin Ali al-Habsyi al-Madani dan Syekh Abd al-Sattar bin Abd al-Wahhab al-Makki. Sama seperti tafsir Jalalain dan al-Khazin, sanad tafsir ini juga melalui Syekh Nawawi al-Bantani. Hingga sampai ke penulis tafsir Husain bin Mas’ud al-Baghawi al-Syafi’i.

Keempat, sanad Tafsir al-Qur’an al-Azhim, populer dengan nama Tafsir Ibn Katsir diterimanya melalui Syekh Ali bin Abdullah al-Banjari dan Syekh Mukhtar Atharid al- Bughuri dari Zain al-Din al-Sumbawi, dari Nawawi al-Bantani dari Arsyad bin Abd al-Samad al-Banjari al-Martafuri, dari Abd al-Samad al-Falimbani, dari Aqib bin Hasan al-Din al- Falimbani, berlanjut terus sampai kepada pengarang tafsir Ismail bin Katsir al-Dimasyqi. Melalui jalur sanad ini ditemui nama Jalal al-Din al-Suyuthi pengarang tafsir al-Jalalain. Ini mengindikasikan bahwa periwayatan kitab tafsir juga terjadi di kalangan penulis tafsir muktabar.

Kelima, sanad Tafsir Madarik al-Tanzil karya al-Nasafi. Syekh Yasin menerima sanad tafsir al-Nasafi dari dua orang guru, Sayid Ali bin Ali al-Habsyi al-Madani dan Ibrahim bin Musa al-Khazami. Jalur sanad ini juga melalui nama ulama Nusantara lainnya, Abd al-Ghani al-Bimawi, Nawawi al-Bantani, Abd al-Samad al-Falimbani, Aqib al- Falimbani, dan Shalih al-Falimbani.

Keenam, sanad al-Iklil Hasyiyat Madarik al-Tanzil. Tafsir al-Iklil yang dimaksud bukanlah tafsir karya KH. Misbah Mustafa. Tetapi al-Iklil sebuah kitab Hasyiah (penjelasan lanjutan) terhadap kitab tafsir Madarik al-Tanzil karya al-Nasafi. Syekh Yasin menerima kitab al- Iklil ini melalui dua gurunya Abdullah bin Muhammad al-Ghazi al-Makki dan Abd al- Rahman Karim al-Hindi al-Makki. Dua orang tersebut menerima langsung dari pengarang kitab al-Iklil, yakni Abd al-Haq al-Alahabadi al-Makki.

Ketujuh, sanad Tafsir Anwar al-Tanzil karya imam al-Baidhawi. Melalui jalur sanad kitab tafsir ini, ditemukan beberapa nama baru, yang tidak ditemui sebelumnya dalam periwayatan 6 kitab tafsir, seperti nama Syekh Baqir bin Nur al-Jukjawi (Yogyakarta), Ahmad Baidhawi

| P a g e 42 al-Lasemi (Lasem, Rembang, Jawa Tengah), dan Mahfuzh al-Tarmasi (Tremas, Pacitan, Jawa Timur)

Sampel Sanad AlFadani dalam bidang Hadits;

Sanad atau Silsilah periwayat Kitab Hadits Sahih Bukhari (195-256 H) sebagai berikut;

Syekh Muhammad Yasin al-Fadani menerima dari Syekh Muhammad ‘Ali bin Husain bin Ibrahim al-Maliki al-Makki; dari al-Allamah al-Sayyid Abi Bakar bin Muhammad Satha al- Makki; dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Makki; dan dari Utsman bin Husain al-Dimyathi.

Selanjutnya, diterimanya dari al-Allamah Abdullah bin Hijazi al-Syarqawy; dari Syamsuddin al-Hanafy; dari Abdul ‘Aziz al-Ziyadi; dari Muhammad bin Ala al-Babili; dari Syekh Salim al-Syanhury al-Mashry; dan dari al-Najm Muhammad bin Ahmad al-Ghaythy.

Sanad berlanjut kepada alQadhi Zakaria al-Anshary; dari al-Hafizh bin Hajar al-Atsqalany; dari Imam Abu Ishaq al-Tanukhy; dari Abi Abbas Ahmad bin Abi Thalib al-Hajjar; dari Siraj al-Din bin Mubarak al-Zubaidy al-Baghdady.

Sanad selanjutnya, dari ‘Abd al-Awwal bin Isa al-Sajazi; dari Abu al-Hasan ‘Abd al-Rahman al-Dawudi; dari ‘Abd Allah bin Ahmad al-Syarkhasyi; dari bin Mathar al-Farbari; dari al- Imam Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari.

Tinggalnya beliau di Tanah Suci Makkah memudahkan beliau bertemu dengan banyak ulama Islam, baik dari Tanah Suci sendiri maupun dari berbagai pelosok dunia yang datang ke Tanah Suci, seperti Syria, Libanon, Palestina, Yaman, Mesir, Maghribi, Iraq, Pakistan, Rusia, India, Indonesia dan Malaysia, sehingga terkumpullah di sisi beliau berbagai macam sanad periwayatan ilmu dan hadits. Sehingga sepanjang perlajanan studinya, beliau berguru lebih dari 700 orang guru yang beliau catat dalam berbagai karya literaturnya yang berkaitan dengan ilmu sanad. Ini merupakan satu jumlah yang memang sukar ditandingi apalagi untuk zaman ini.

Setelah tiga tahun belajar di Darul Ulum, pada permulaan tahun 1356 H/1938 M beliau mulai mengajar di almamaternya itu. Pertengahan tahun 1359 H/1941 M karir beliau menanjak sebagai direktur madarasah tersebut. Selain di Madrasah Darul Ulum, beliau juga mengajar di Masjidil haram tepatnya di antara Bab Ibrahim dan Bab al-Wada’, begitu pula di

| P a g e 43 rumahnya dan di kantor sekolahnya. Semangat mengajarnya tidak surut, dan pada tahun 1362 H/1943 M Syekh yang berpegang teguh pada ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ini mendirikan sebuah lembaga pendidikan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah lil Banat yang merupakan lembaga khusus perempuan yang pertama kali didirikan di Arab Saudi.

Rekomendasi untuk mengajar di Masjidil Haram beliau peroleh secara resmi tanggal 10 Jumadil Akhir 1369 H/29 Maret 1950 M dari Dewan Ulama Masjidil Haram. Halaqah beliau mendapat sambuan hangat terutama dari kalangan masyarakat Asia Tenggara dan Indonesia. Disamping itu setiap bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan dan mengijazahakan salah satu kitab dari Kutub as-Sittah. Hal ini berlangsung selama 15 tahun.

Setiap ada kesempatan beliau juga mengadakan perjalanan ilmiyah bersama para santri dan ulama untuk mempraktekkan ilmu yang telah beliau ajarkan anatara lain ilmu falak. Perjalanan beliau juga dipergunakan untuk memburu sanad, silsilah periwayatan hadits dan ijazah ilmu atau kitab. Sehingga beliau digelari al-Musnid ad-Dunya (pemilik sanad terbanyak di dunia). Gelar itu diberikan kepada beliau karena beliau dipandang sebagai orang yang paling banyak memiliki sanad bukan hanya di Makkah dan Timur Tengah tapi juga di dunia. Gelar al-Musnid ad-Dunya didapat Syaikh Yasin lantaran bukan hanya karena banyaknya guru yang mencapai 700 orang, tetapi lebih dilihat pada kepakaran beliau dalam bidang yang beliau geluti.

Menurut kisah yang diceritakan oleh Abu Mudi Syaikh Hasanul Bashri HG, seorang ulama Aceh, pimpinan LPI Ma’had al-‘Ulum ad-Diniyah al-Islamiyah Masjid Raya, Samalanga, Aceh yang lebih dikenal dengan nama MUDI Mesra, pada saat terjadi perdebatan antara Syaikh Abdul Aziz Samalanga dengan Syaikh Jalal bin Syaikh Hanafiah, Abu Mudi kecil pada waktu itu sering kali diminta oleh Syaikh Jalal bin Hanafiah untuk membawa surat beliau kepada Syaikh Yasin ke kantor pos.

Hampir seluruh waktunya beliau pergunakan untuk mengejar ilmu dan mengajarkan ilmu. Dalam musim haji maupun di luar musim haji rumah beliau senantiasa ramai dikunjungi para ulama dan pelajar baik dari Makkah maupun dari luar Makkah bahkan dari luar negeri. Semuanya ingin menimba ilmu dan meminta ijazah hadits dari beliau. Mereka semua memandang Syaikh Yasin sebagai guru meskipun hanya mengambil ijazah kepada beliau.Syaikh Yasin memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu hadits dengan

| P a g e 44 berbagai cabang dalam ilmu yang sudah terbilang langka saat ini. Dalam hal sanad, dengan kegigihan beliau mengumpulkan sanad dari ratusan para ulama sehingga beliau dijuluki sebagai al-Musnid ad-Dunya.

Selain itu beliau juga mengarang berbagai kitab dalam ilmu sanad. Ada sekitar 70 buah karya dalam berbagai ukuran yang telah disusunnya terkait ilmu sanad. Karya-karya beliau ini membuktikan kemahiran dan kebijaksanaan beliau dalam bidang ilmu sanad. Disamping memperlihatkan kekreatifan beliau dalam sudut berbagai seni sanad.

| P a g e 45

BAB VI

Kontribusi Syekh Yasin AlFadani dalam bidang Sanad 6.1.Mengenalkan Ulama Nusantara di Kancah Dunia

Meskipun lahir dan tumbuh besar di Mekah, Syekh Yasin al-Fadani juga sering mengunjungi Indonesia. darah nasionalisme yang mengalir dalam jiwanya memperlihatkan kecintaannya kepada Nusantara. Salah satu jasa besarnya ialah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara ke dunia, melalui pengaruh beliau, perawi-perawi Arab dan bukan Melayu mengenal istilah “Kyai” yang merupakan istilah Jawa bermakna syekh, ustadz, atau orang alim. Juga nama-nama daerah, serta tokoh-tokoh ulama Nusantara seperti Syekh Nawawi bin ‘Umar al-Bantani, Syekh ‘Abdus Samad bin ‘Abdurrahman al-Falimbani, KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang, dan banyak lainnya.

Al-Fadani salah satu pelopor tradisi pengajaran dengan sanad sampai mendapat gelar “Musnidud Dunya”, karena upayanya dalam melestarikan tradisi keilmuan bersanad, contohnya kitab Sahih Bukhari yang diajarkanya dengan sanadnya ke Imam Bukhari (w 256), beliau meriwayatkan bukan hanya dari satu Guru akan tetapi dari banyak Ulama sebagian besar berketurunan Indonesia, antara lain; KH. Baqir bin Nur (Yogyakarta), KH. Ahmad Baedhowi ( Lasem), KH. Abdul Muhith (Sidoarjo), Syekh Ali bin Abdulah (Banjarmasin), Syekh Abdul Karim bin Ahmad Khatib (Minangkabau), dan jalur yang tertinggi dalam sanad Sahib Bukhari yaitu riwayat Gurunya Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang Jakarta) hingga ke Rasulullah Saw.( al-Fadani, al-Ikdul Farid min jawahiril asanid, maktabah fathul bari, edit; syekh Saad Jawisy, cairo, 2018)

Sedangkan yang mengambil sanad dari al-Fadani juga tidak sedikit dari Ulama Indonesia misalnya KH. Maimun Zubair (Sarang), KH. Sahal Mahfudh dll, Pada Tahun 1990 M/1402 H, sebelum al-Fadani wafat, ketika beliau melakukan kunjungan ke beberapa Pesantren di Indonesia, para Ulama Indonesia waktu itu, meminta Ijazah sanad keilmuan kepadanya, al-Fadanipun menyambut baik dan menulis khusus kompilasi Sanad Ilmu Islam dan Hadis dengan judul “al-Iqdul Farid min Jawahiril Asaanid”, kemudian diijazahkan langsung kepada Mereka secara tulis dan lisan, dan menariknya dalam silsilah keguruan sanadnya, banyak ditemui Ulama Indonesia.(Lihat: Muhajirin, Tansmisi Hadis Nusantara, Peran Ulama Hadis Muhammad Mahfuz al-Tarmasi:disertasi Sps Uin jakarta,2009: h. 57)

| P a g e 46

Salah satu jasa besar Syaikh Yasin al-Faddani adalah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara ke dunia luar. Tanpa usaha beliau mungkin saja masyarakat luar Melayu tidak mengenali sama sekali peranan dan sumbangsih tokoh-tokoh ulama dari Nusantara. Melaluinya, perawi-perawi Arab dan non Melayu mengenal istilah “Kiyai” dalam bahasa Jawa yang bermakna syaikh, ustadz atau orang alim.

Diantara nama-nama Ulama Nusantara yang disebutkan oleh Syaikh Yasin al-Faddani adalah sebagai berikut:

1. Syaikh Nawawi bin Umar al-Bantani (Banten) 2. Syaikh Abdushshamad bin Abdurrahman al-Falimbani (Palembang). 3. Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy‘ari al-Jombangi (Jombang Jawa timur) 4. Syaikh Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani (Palembang) 5. KH. Jam‘an bin Samun at-Tanqarani (Tangerang) 6. KH. Uhaid Ahyad bin Idris al-Bogori (Bogor) 7. KH. Ma’shum bin Ahmad al-Lasemi (Lasem) 8. KH. Baidhawi bin Abdul Aziz al-Lasemi (Lasem) 9. KH. Baqir bin Nur al-Jogjawi (Jogja) 10. KH. Mahfudz bin Abdullah at-Termas (Termas) 11. KH. Khalil bin Abdul Lathif al-Bangkalani (BAngkalan ) 12. KH. Abdul Muhith bin Ya’qub as-Sidoarjowi 13. KH. Umar bin Shalih as-Samarani 14. KH. Ali bin Abdullah al-Banjari 15. KH. Hasan bin Abdus Syakur as-Sarbawi 16. Syaikh Zainuddin as-Sumbawi 17. KH. Mahmud bin Kenan al-Falimbani 18. KH. Arsyad bin Abdushshamad al-Banjari 19. KH. Taib bin Ja‘far al-Falimbani 20. KH. Abdullah bin Azhari al-Falimbani 21. KH. Ahmad Marzuqi bin Hamid as-Suwahani 22. KH. Muhammad bin Yasin al-Pekalongani 23. KH. Abdul Hamid bin Zakaria al-Betawi i24. Syaikh Muhsin bin Raden Muhammad as-Sirangi 25. KH. Shiddiq bin Abdullah al-Lasemi

| P a g e 47

26. KH. Hasan bin Syamsuddin al-Qanquni 27. KH. Bakri bin Sida al-Bantani 28. Qadhi Musa bin Ibrahim al-Melakawi 29. Qadhi Abubakar bin Hasan al-Muari 30. Syaikh Utsman bin Abdul Wahhab as-Sarawaqi 31. Syaikh Muhammad Shalih bin Idris al-Kelantani 32. Dan lain lain.

Ada juga tokoh Nusantara yang diberi gelar sebagai muhaddits (ahli hadits) oleh Syaikh Yasin al-Faddani, seperti al-Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih Botoputih . Menurut Syaikh Yasin: “Muhaddits di zaman akhir bermakna seorang musnid (ahli sanad) yang luas periwayatannya serta banyak memperoleh kitab sanad dan fihris secara bersambung dari para ulama Timur dan Barat. Sekarang ini kira-kira terdapat 130 orang alim ulama Nusantara.” Diantara ulama yang paling banyak sanad periwayatannya ialah Syaikh Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani (1182 H), Syaikh Abdushshamad bin Abdurrahman al-Falimbani (1211 H), Syaikh Abdul Ghani bin Shubuh al-Bimawi, Syaikh Mahfudz bin Abdullah at- Termasi (1338 H), Syaikh Abdul Hamid Kudus, Syaikh Mukhtar bin Atharid al-Bogori dan al-Habib Salim bin Jindan

Sampel Jalur Sanad dan silsilah keilmuan Ulama Nusantara versi Syekh Yasin

Berkat jasa dan karya Syekh Yasin, ada banyak ulama Nusantara menjadi dikenal oleh dunia Islam. Ia dapat disebut sebagai orang pertama yang menyusun rangkain jaringan dan pertalian sanad ulama-ulama Nusantara. Sehingga menjadi hubungan keilmuan yang kokoh antar satu sama lain. Salah satunya sanad-sanad kitab tafsir. Syekh Yasin menerima tujuh buah periwayatan kitab tafsir melalui ulama-ulama Nusantara sampai kepada pengarangnya.

Pertama, sanad tafsir al-Jalalain. Tafsir al-Jalalain menjadi kitab tafsir pertama yang dituliskan silsilah sanadnya oleh Syekh Yasin. Bukan tanpa alasan, tafsir yang ditulis oleh dua orang Jalal, guru dan murid ini memang sangat populer di kalangan ulama Nusantara. Jangan heran, peninggalan manuskrip, dan persebaran tafsir ini seolah dibakukan menjadi kitab wajib di pesantren tradisional.

| P a g e 48

Uniknya, sanad tafsir al-Jalalain diterima Syekh Yasin melalui lima orang dekatnya. Yaitu, ayahnya sendiri Syekh Muhammad Isa, pamannya Syekh Mahmud Engku Hitam, Syekh Shadaqah al-Medani, Syekh Abd al-Wasi’, dan Syekh Abd al-Karim bin Ahmad Khatib al- Minakabawi, melalui jalur periwayatan kelima orang ini, terhubung dengan Muhammad bin Abd al-Rahman al-‘Alaqi murid al-Suyuthi dan al-Mahalli.

Syekh Yasin juga menerima tafsir al-Jalalain melalui gurunya yang lain, yakni: Muammar bin Sayid Ali al-Habsyi al-Madani, Ahmad bin Abdullah al-Khalalati al-Syami, Ibrahim bin Musa al-Khazami al-Takruri al-Makki, dan Sayid Ali bin Abd al-Rahman al-Habsyi al- Kuwitani. Empat gurunya ini menerima dari Syekh Abd al-Ghani al-Bimawi, hingga sampai kepada Burhan al-Din Ibrahim bin Abi Syarifah, dari imam al-Suyuthi dan al-Mahalli.

Kedua, sanad tafsir Lubab al-Ta’wil wa Ma’ani al-Tanzil atau populer disebut Tafsir al- Khazin. Sanad Tafsir al-Khazin diterima Syekh Yasin melalui Syekh Ahmad bin Abi Bakr Bakhwar al-Syahri dari dua orang ulama Nusantara, Abd al-Ghani al-Bimawi dan Zain al-Din al-Sumbawi. Dua ulama ini menerima dari Nawawi al-Bantani, melalui Abd al-Samad al- Falimbani, melalui Aqib bin Hasan al-Din al-Falimbani, melalui saudaranya Shalih bin Hasan al-Din al-Falimbani, berlanjut terus ke atas hingga sampai kepada pengarang tafsir, ‘Ala al- Din Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Khazin al-Baghdadi.

Ketiga, sanad Tafsir Ma’alim al-Tanzil atau Tafsir al-Baghawi, Syekh Yasin menerimanya dari Sayid Ali bin Ali al-Habsyi al-Madani dan Syekh Abd al-Sattar bin Abd al-Wahhab al- Makki. Sama seperti tafsir Jalalain dan al-Khazin, sanad tafsir ini juga melalui Syekh Nawawi al-Bantani. Hingga sampai ke penulis tafsir Husain bin Mas’ud al-Baghawi al- Syafi’i.

Keempat, sanad Tafsir al-Qur’an al-Azhim, populer dengan nama Tafsir Ibn Katsir diterimanya melalui Syekh Ali bin Abdullah al-Banjari dan Syekh Mukhtar Atharid al- Bughuri dari Zain al-Din al-Sumbawi, dari Nawawi al-Bantani dari Arsyad bin Abd al-Samad al-Banjari al-Martafuri, dari Abd al-Samad al-Falimbani, dari Aqib bin Hasan al-Din al- Falimbani, berlanjut terus sampai kepada pengarang tafsir Ismail bin Katsir al-Dimasyqi. Melalui jalur sanad ini ditemui nama Jalal al-Din al-Suyuthi pengarang tafsir al-Jalalain. Ini mengindikasikan bahwa periwayatan kitab tafsir juga terjadi di kalangan penulis tafsir muktabar.

| P a g e 49

Kelima, sanad Tafsir Madarik al-Tanzil karya al-Nasafi. Syekh Yasin menerima sanad tafsir al-Nasafi dari dua orang guru, Sayid Ali bin Ali al-Habsyi al-Madani dan Ibrahim bin Musa al-Khazami. Jalur sanad ini juga melalui nama ulama Nusantara lainnya, Abd al-Ghani al- Bimawi, Nawawi al-Bantani, Abd al-Samad al-Falimbani, Aqib al-Falimbani, dan Shalih al- Falimbani.

Keenam, sanad al-Iklil Hasyiyat Madarik al-Tanzil. Tafsir al-Iklil yang dimaksud bukanlah tafsir karya KH. Misbah Mustafa. Tetapi al-Iklil sebuah kitab Hasyiah (penjelasan lanjutan) terhadap kitab tafsir Madarik al-Tanzil karya al-Nasafi. Syekh Yasin menerima kitab al- Iklil ini melalui dua gurunya Abdullah bin Muhammad al-Ghazi al-Makki dan Abd al- Rahman Karim al-Hindi al-Makki. Dua orang tersebut menerima langsung dari pengarang kitab al-Iklil, yakni Abd al-Haq al-Alahabadi al-Makki.

Ketujuh, sanad Tafsir Anwar al-Tanzil karya imam al-Baidhawi. Melalui jalur sanad kitab tafsir ini, ditemukan beberapa nama baru, yang tidak ditemui sebelumnya dalam periwayatan 6 kitab tafsir, seperti nama Syekh Baqir bin Nur al-Jukjawi (Yogyakarta), Ahmad Baidhawi al-Lasemi (Lasem, Rembang, Jawa Tengah), dan Mahfuzh al-Tarmasi (Tremas, Pacitan, Jawa Timur).

6.2.Konsistensi Konsistensi Syekh Yasin dalam memaparkan tiap hadis yang dinukilnya terjaga dengan apik hingga pembahasan terakhir. Pada pengujung karyanya itu, syekh mengutip sebuah hadis dari kitab karangan Ibn as-Sinni bertajuk 'Amal al-Yaum wa al-Lailat. Menggunakan sanad dari Syekh Umar bin Abi Bakar Bajunaid, ia menukil sebuah hadis riwayat Anas bin Malik al- Anshari.

Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang laki-laki keluar dari rumah, ucapkanlah: Bismillahi alaihi tawakkaltu `alallahi la haula wala quwwata illa billah(Dengan menyebut nama Allah aku bertawakkal kepada Allah tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah). Maka, seketika itu juga dikatakan padanya, `Engkau telah dijaga, diberikan petunjuk, dan dicukupi.'"

Metode penulisan yang digunakannya sangat sistematis karena latar belakang keilmuannya di bidang ilmu hadis riwayat dan dirayat yang sangat mendalam. Secara berurutan, Syekh Yasin

| P a g e 50 menyebutkan hadis satu per satu sesuai dengan derajat kitab hadis yang pernah ada. Tentunya, apa yang dilakukan Syekh Yasin tak hanya menukil lalu mencomot begitu saja dari kitab bersangkutan. Akan tetapi, disertai dengan menyebutkan sanad yang didapatkannya. Kitab yang menjadi nukilan pun sangat beragam, mulai dari kitab shahih, sunan, mus nad, mu'jam, mushannaf, hingga kitab hadis tentang fadlail a'mal Bahkan, Syekh Yasin menyertakan informasi singkat tentang hukum hadis yang dibahasnya berikut takhrij ijmali (takhrij global) akan keberadaan hadis serupa di kitab-kitab hadis lainnya.

Syeikh Yasin memulakan kitabnya dengan enam kitab hadis mu'tabar yang menduduki peringkat utama. Keenam kitab itu adalah Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Jami' at-Turmudzi,Sunan an-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah.Tak ketinggalan, kitab Muwaththa' karangan Imam Malik, baik yang berasal dari riwayat Yahya maupun Muhammad menyusul dalam deretan keenam kitab tersebut, sedangkan tiga kitab yang termasuk deretan terakhir dalam kitab Syekh Yasin adalah kitab as-Sunnah karangan al- Kai, Hilyat al-Awliya 'karya Abu Nu'aim al- Ash fahani, dan kitab `Amal al- Yaum wa al- Lailat karangan Ibnu as-Sinni.

Sebagai contoh, hadis pertama yang disebutkan dalam kitab itu terdapat dalam kitab Shahih Bukhari tentang landasan haji qiran atau menunaikan ibadah haji sekaligus umrah. Riwayat hadis tersebut diperoleh Syekh Yasin dari Syekh Hafsh Umar bin Hamdan al- Mahrasi At-Tunisi, seorang pakar hadis di Arab Saudi.

Sanad yang disampaikan oleh Syekh Hafsh tak terputus dan menyambung hingga al- Bukhari, sementara sanad yang dimiliki al-Bukhari tersambung dengan Ibnu Abbas dan Umar bin Khattab.Hadis tersebut berbunyi, "Saya (Umar bin Al Khattab) mendengar Rasulullah bersabda saat berada di lembah al-Aqiq (sebuah lembah yang dekat al-Baqi' yang berjarak empat mil dari Madinah): Seorang utusan dari Tuhanku mendatangiku suatu malam dan berkata : Sha latlah di lembah yang diberkah ini dan berni- atlah umrah dan haji (qiran)."

Syekh Yasin lantas memberikan sedikit keterangan tentang hadis itu. Menurutnya, derajat hadis tersebut adalah sahih. Imam Bukhari meriwayatkannya dalam bab haji dengan redaksi dan sanad sama persis. Hadis itu juga dirwayatkan oleh beberapa pakar, antara lain, Abu Dawud dan Ibnu Majah dalam kitab Sunan-nya, Ibnu Abi Syaibah dari kitab al- Mushannaf,dan Ibnu Al Jarud dalam kitab Shahih-nya.

| P a g e 51

Prof .Doctor Abdul Wahhab bin Abi Sulaiman (Dosen Dirasatul ‘Ulya Universitas berkata: Syekh Yasin adalah الجواهر الثمينة في بيان أدلة عالم المدينة :Ummul Qura) di dalam kitab Muhaddits, Faqih, Mudir Madrasah Darul-Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu Ulama Masjid Al-Haram… Syekh Umar Abdul-Jabbar berkata didalam surat kabar Al-Bilad (jumat 24 Dzulqaidah 1379H/ 1960M): “…bahkan yang terbesar dari amal bakti Syekh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362H.

Dimana dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan… Assayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal sebagai Mufti negeri Murawah Yaman saat itu, mengarang sebuah syiir yang panjang husus untuk memuji Syekh Yasin Al-Fadani Berikut saya nukilkan satu Engkau tak ada“ أنت في العلم والمعاني فريد…… وبعقد الفخار أنت الوحيد :bait saja yang berbunyi taranya dalam ilmu dan hakekat, Dibangun orang kejayaan kaulah satu-satunya yang jaya”.

Doctor Yusuf Abdurrazzaq sebagai dosen kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar cairo juga memuji beliau dengan perkataan dan syiir yang panjang, saya nukilkan satu bait Engkau di tengah kami orang“ أنت فينا بقية من كرام……ال ترى العين مثلهم إنسانا :saja yang bunyinya terpilih dari orang terhormat, tak pernah mata melihat manusia seumpama mereka.”

فيا طالب العلم لب نداء……ياسين وافرح بهذا :Syekh Fadhal bin M. bin Iwadh Attarimi-pun berkata Wahai pencari ilmu sambutlah panggilan Yasin, bergembiralah dengan sajian yang ia“ القرى sajikan,” Doctor Ali Jum’ah yang menjabat sebagai Mufti Mesir dalam kitab Hasyiah Al- Imam Al-Baijuri Ala Jauharatittauhid yang ditahqiqnya, pada halaman 8 mengaku pernah menerima Ijazah Sanad Hadits Hasyiah tersebut dari Syekh Yasin yang digelarinya sebagai …(Musnid Addunia) مسند الدنيا

Al-Habib Assayyid Seggaf bin Muhammad Assagaf seorang tokoh pendidik di Hadramaut (pada tahun 1373H) menceritakan kekaguman beliau terhadap Syekh Yasin, dan menjulukinya sabagai “Sayuthiyyu Zamanihi”. Beliau juga mengarang sebuah syiir untuk هلل درك يا :memuji beliau, berikut saya nukilkan dua bait saja yang bunyinya sebagai berikut ياسين من رجل……أم القرى أنت قاضيها ومفتيها في كل فن وموضوع لقد كتبا ……يداك ما أثلج األلباب يحديها “Bagus perbuatanmu hai Yasin engkau seorang tokoh, dari Ummul Qura engkau Qhadi dan Muftinya. “Setiap pandan judul ilmu tertulis dengan dua tanganmu, Alangkah sejuknya akal

| P a g e 52 pikiran rasa terhibur olehnya.” Assayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki sebagai guru Madrasah Al-Falah dan Masjid Al-Haram, Syekh M. Mamduh Al-Mishri dan Al-Habib Ali bin Syekh Bilfaqih Siun Hadramaut dan Ulama lainnya, pernah memuji karangan-karangan beliau…

Doctor Yahya Al-Gautsani bercerita, pernah ia menghadiri majlis Syekh Yasin untuk mengkhatam Sunan Abu Daud. Ketika itu hadir pula Muhaddits Al-Magrib Syekh Sayyid Abdullah bin Asshiddiq Al-Gumari dan Syekh Abdussubhan Al-Barmawi dan Syekh Abdul- Fattah Rawah. Seorang tokoh agama Najd dari Ibukota Riyadh (Pusat Paham Wahabi) yaitu أبلغوا مني سالما من صبا :Jasim bin Sulaiman Addausari pada tahun 1406H pernah berkata نجد……ذكياألبي الفيض فداني مسند الوقت بعيد عن نزول……هابط أما لما يعلو فداني فدى أسر الروايات

Semangat mengajarnya tidak pernah surut, dan pada tahun 1362 H/1943 M Syekh yang berpegang teguh pada ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ini mendirikan sebuah lembaga pendidikan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah lil Banat yang merupakan lembaga khusus perempuan yang pertama kali didirikan di Arab Saudi, suatu terobosan dan inovasi kreatif yang dibutuhkan suatu masyarakat, sehinnga kaum hawa mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh hak belajar dan mendapatkan Ilmu pengetahuan sehingga tidak terjadi bias Gender.

| P a g e 53

BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan

Penelitian tentang Jaringan sanad Ulama Nusantara terutama dalam bidang Hadis, semisal al-Fadani sangatlah urgen, bukan hanya untuk membaca buah pemikiran dan gagasan serta ide-ide keilmuan (sanad dan Ijazah) akan tetapi lebih dari untuk mempertegas eksistensi ulama Nusantara dalam pandangan dunia yang selama ini dianggap kurang berkompeten dalam bidang agama, khususnya hadis dan sanad serta informasi tentang proses Transmisi yang terjadi antara Alfadani dengan jaringan Guru-guru dan Murid-muridnya yang melibatkan jaringan timur tengah dan dunia secara umum, juga melihat kontribusinya dalam bidang pengembangan Ilmu pengetahuan hadits dan memproduk sumber daya manusia yang kuat dan mumpuni dalam bidang agama sehingga berpengaruh secara sosial2.(lihat: Azumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara abad XVIII- XIX,jakarta: kencana media, 2015).

Dari aspek pola dan bentuk transmisi riwayat dan sanad serta ilmu, AlFadani menggunakan berbagai bentuk dalam penyampaian Ilmu dan sanad diantaranya yang bisa digunakan metode atau canal Ijazah (perizinan seorang Guru kepada Muridnya akan ilmu atau sanad yang disampaikan) biasanya di moment-moment pennting misalnya, peringatan Hari Besar Islam seperti peringatan tahun baru Islam, yakni bulan Muharram, dimana beliau rutin mengijazahkan Hadis Musalsal Asyura ( 10 Muharram) di Rumahnya ( Utaibiyah sekitar 7 kM dari Masjid Haram Makkah AlMukarramah)

Disamping itu juga beliau sering mengadakan perjalanan ilmiyah bersama para santri dan ulama untuk mencari dan menambah sanad serta mempraktekkan ilmu yang telah beliau ajarkan anatara lain ilmu falak. Perjalanan beliau juga dipergunakan untuk memburu sanad, silsilah periwayatan hadits dan ijazah ilmu atau kitab, sehingga beliau digelari al-Musnid ad- Dunya (pemilik sanad terbanyak di dunia). Gelar itu diberikan kepada beliau karena beliau dipandang sebagai orang yang paling banyak memiliki sanad bukan hanya di Makkah dan Timur Tengah tapi juga di dunia.

| P a g e 54

Merujuk pada Syaikh Mahmud Sa’id Mamduh, salah seorang murid beliau, Syaikh Yasin kerap kali menerima permintaan fatwa. Artinya beliau bukan hanya pakar dalam ilmu sanad tapi juga ahli ilmu syariat lainnya. Bahkan permintaan fatwa bukan hanya datang dari sekitar Makkah, tetapi juga dari luar Arab seperti Indonesia.Syaikh Yasin memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu hadits dengan berbagai cabang dalam ilmu yang sudah terbilang langka saat ini. Dalam hal sanad, dengan kegigihan beliau mengumpulkan sanad dari ratusan para ulama sehingga beliau dijuluki sebagai al-Musnid ad-Dunya.

Meskipun lahir dan tumbuh di Mekah, Syekh Yasin al-Fadani juga sering mengunjungi Indonesia. Darah nasionalisme yang mengalir dalam jiwanya memperlihatkan kecintaannya kepada Nusantara. Salah satu jasa besarnya ialah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara ke dunia.Melalui pengaruh beliau, perawi-perawi Arab dan bukan Melayu mengenal istilah “Kyai” yang merupakan istilah Jawa bermakna syekh, ustadz, atau orang alim. Juga nama-nama daerah, serta tokoh-tokoh ulama Nusantara seperti Syekh Nawawi bin ‘Umar al-Bantani, Syekh ‘Abdus Samad bin ‘Abdurrahman al-Falimbani, KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang, dan banyak lainnya.

Salah satu jasa besar Syaikh Yasin al-Faddani adalah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara ke dunia luar. Tanpa usaha beliau mungkin saja masyarakat luar Melayu tidak mengenali sama sekali peranan dan sumbangsih tokoh-tokoh ulama dari Nusantara. Melaluinya, perawi-perawi Arab dan non Melayu mengenal istilah “Kiyai” dalam bahasa Jawa yang bermakna syaikh, ustadz atau orang alim. Diantara nama-nama ulama Nusantara yang disebutkan oleh Syaikh Yasin al-Faddani adalah sebagai berikut:

1. Syaikh Nawawi bin Umar al-Bantani. 2. Syaikh Abdushshamad bin Abdurrahman al-Falimbani 3. Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy‘ari al-Jombangi 4. Syaikh Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani 5. KH. Jam‘an bin Samun at-Tanqarani 6. KH. Uhaid Ahyad bin Idris al-Bogori 7. KH. Ma’shum bin Ahmad al-Lasemi 8. KH. Baidhawi bin Abdul Aziz al-Lasemi 9. KH. Baqir bin Nur al-Jogjawi 10. KH. Mahfudz bin Abdullah at-Termasi

| P a g e 55

7.2. Saran dan Rekomendasi.

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, ada beberapa Rekomendasi yang sangat urgen bagi pihak yang mempunyai otoritas, antara lain:

Penelitian tentang AlFadani sangat terkait erat dengan Sumber daya Manusia Indonesia yang harus disupport sekaligus menjelaskan kearifan lokal dan mengenalkan daerah asal beliu yakni Padang sumatra barat untuk memperkenalkan kepada dunia karena beliau salah satu aset bangsa yang harus dijaga.

Alfadani perlu memperoleh apresiasi nasional (satya lencana dan atau ditetapkan sebagai pahlawan nasional) karena prestasinya yang mengharumkan bangsa Indonesia di mata dunia.

Kajian dan penelitian tentang Transmisi dan kontribusi AlFadani menjadi jembatan diplomasi bilateral antara Indonesia dan Kerajaan Saudi Arabia.

| P a g e 56

Pustaka Acuan / Bibliografi (Maks. 1000 kata)

Sumber buku: alAsqalani, Ibnu Hajar, Nuzhatun Nadhor fi syarhi Mustholahi Ahli atsar, tahqiq Nuruddin Itr,

Abū Dāwūd, Sulaymān ibn ʼAshʻath ibn Isḥāq. Sunan Abī Dāwūd. Beirut: al-Maktabah al- ʻAṣriyyah, t.t.. Ahmad, Musnad, thesaurus islamicus fondation jamiyah maknaz, liechtenstein, Germany: 2000

Abu zahwu, Muhammad muhammad, alHadis wal muhaddisun, Kairo: at-Taufiqiyah, 2010 alAmir alKabir, Saddul Arb fil isnad wal adab, maktabah fathul bari, edit; syekh Yasin alFadani, cairo, 2018

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan, 1998. Bukhori, Sohih, thesaurus islamicus fondation jamiyah maknaz, liechtenstein, Germany: 2000

Beg, Rashid. Hadith as a Means of Routinizing Charisma. Matieland: Stellenbosch Tirmidzi, Sunan tirmidzi, thesaurus islamicus fondation jamiyah maknaz, liechtenstein, Germany: 2000

University, t.t. Berg, Van den. dalam Karel A. Steenbrink. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad 19. Jakarta: Bulan Bintang, 1984. Brown, Daniel W. Rethinking Tradition in Modern Islamic Thougt. Cambridge: Cambridge University, 1996. Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1999. al-Bukhārī, Muḥammad ibn Ismāʻīl. Ṣaḥīḥ al- Bukhārī. Dār Ṭūq al-Najāt, 2002. Danarto, Agung. Kajian Hadis di Indonesia Tahun 1900-1945 (Tela’ah terhadap Pemikiran Beberapa Ulama tentang Hadis). Yogyakarta: Proyek Perguruan Tinggi Islam, IAIN Sunan Kalijaga, 2000.

| P a g e 57

Federspiel, Howard M. The Usage of Tradition of the Prophet in Contemporary Indonesia. Arizona: Program for SAS, 1993. Geertz, Clifford. The Religion of Java. New York: The Free Press of Glencoe, 1960. Gottschak, Louis. Understanding History A Primer of Historical Method, terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press, 1983. Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo, t.t. Hurgronje, Christiaan Snouck, E. Gobée dan C. Adriaanse. Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda, 1889- 1936. Jakarta: Indonesia-Netherlands Cooperation Islamic Studies, 1992. Hurgronje, C.Snouck. The Achehnese diterjemahkan oleh Ng. Singarimbun, Aceh di Mata Kolonialis. Jakarta: Yayasan Soko Guru, 1985. ibn Rushd, Muḥammad ibn Aḥmad. Faṣl al-Maqāl fī mā bayn al-Ḥikmah wa al-Sharīʻah min al-Ittiṣāl. Kairo: al-Maktabah al-Muḥammadiyyah al-Tijāriyyah, 1986. Ismail, Syuhudi. Hadis Nabi Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Bulan Bintang, 1994. Jainuri, Achmad. The Muhammadiyah Movement in Twentieth-Century Indonesia: A Socio- Religious Study. Montreal: Thesis Departement of Islamic Studies McGill University, 1992. Muslim, Sohih, thesaurus islamicus fondation jamiyah maknaz, liechtenstein, Germany: 2000

Mahmud, Sa’id Muhammad Mamduh, Ittijaahaat Hadisiyah fil Qornil rabi Asyar ( orientasi dan aliran pemikiran Hadis abad XIV), Kairo: Daarul Bashoir, cet. 1 . 2009

Muhajirin. Transmisi Hadis di Nusantara: Peran Ulama Hadis Nusantara Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasī. Jakarta: Disertasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2009. Munawar, Said Agil Husin. Asbabul Wurud: Studi Kritis Nabi Pendekatan Sosio Historis- Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Musahadi HAM, M. Mukhsin Jamil, Khoirul Anwar dan Abdul Kholiq, Nalar Islam Nusantara: Studi Islam ala Muhammadiyah, al-Irsyad, Persis, dan NU. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2007. Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Ricklefs, Merle Calvin. Islamisation and Its Opponents in Java: a Political, Social, Cultural and Religious History, C. 1930 to The Present. Singapore: National University of Singapore (NUS) Press, 2012. Rubin, Barry. Guide to Islamist Movements. New York: M.E Sharpe, 2010.

| P a g e 58

Saad saad Riziq Jawisy, Qadhaaya Hadisiyyah, Maktabah Iman, Cairo, 2018

Saad saad Riziq Jawisy, Ulumussunnah wamakanatuha fi Tasyril Islam, Maktabah Iman, Cairo, 2018

Schooot J, the Isnad in Hadith Literature, (Islamic studies, vol.24, No.24 winter, 2000)

Saputra, Hasep. Perkembangan Studi Hadis di Indonesia: Pemetaan dan Analisis Ganeologi. Jakarta: Disertasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2014. Suryadi, “Rekonstruksi Metodologi Pemahaman Hadis”, dalam Ilyas dan Suryadi, Bunga Rampai Wacana Studi Hadis Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002. al-Subkī, ʻAbd al-Wahhāb ibn ʻAlī. Ḥāshiyat al-ʻAṭṭār ʻalā Sharḥ al-Jalāl al-Muḥallā ʻalā Jamʻ al-Jawāmiʻ. Riyad: Maktabah al-Shāmilah, 2011. Umar Hasyim, Faidhul Bari fi Syarhi Shohih Bukhari, maktabah Daaru Sya’b, Cairo, 2018

Usamah Sayyid Mahmud azhari, Asanidul Masriyyin, Daarul Faqih, 2014, h

Sumber Artikel dan Jurnal Azyumardi Azra, "Kecenderungan Kajian Islam di Indonesia: Studi Tentang Disertasi Doktor Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah." Perta: Jurnal Komunikasi Perguruan Tinggi Islam 1 (1997): 41-45. Bruinessen, Martin van. "A Note on Source Materials for The Biographies of Southeast Asian Ulama." La Transmission du Savoir Dans le Monde Musulman Peripherique, Maret 17, 2009, Selasa, Edisi 17. http://www.hum.uu.nl/medewerkers/m.vanbruinessen/publications/Biographies_SEAsian_ula ma.htm. Dickinson, Eerik. "Ibn al-Ṣalāḥ- al Shahrazūrī and the Isnād." Journal of the American Oriental Society 122.3 (2011): 504-505. Houben, Vincent J. H. "Southeast Asia and Islam." American Academy of Political Science 588 (2003): 152-153, http://www.jstor.org/stable/1049859. Wahid, Ramli Abdul. "Perkembangan Kajian Hadis di Indonesia, Studi Tokoh dan Organisasi Masyarakat Islam." Al-Bayan: Journal of Al-Quran and al-Hadith 4 (2006): 64.

Sumber Berita

| P a g e 59

Sholah Salim, "Ulama Al Azhar Sambungkan Sanad pada Ulama Nusantara," Hidayatullah, Januari 02, 2013, Rabu; http://hidayatullah.com/read/26616/02/01/2013/ulama-al- azhar-sambungkan-sanad-pada-ulama-nusantara.html. Muhammad Yaasin alFadani, Al-Iqdul Farid fi Jauhatil Asanid, maktabah fathul bari, edit: Sa’ad Sa’ad Riziq Jawisy, cairo, 2018

Muhammad Yaasin alFadani, Al-Manahilul silisilah fil ahadisil musalsalah, maktabah fathul bari, edit; syekh Yasin alFadani, cairo, 2018

| P a g e 60