Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah di Ternate (Masmedia Pinem)

SIGI LAMO DAN TINGGALAN SEJARAH ISLAM DI TERNATE1

Masmedia Pinem Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Jl. M.H. Thamrin No. 6 E-mail: [email protected]

Abstract:This study seeks to reveal the history ofthe ancient in the city of Ternate. Through historical-archaeological-approaches, ancient mosques are described comprehensively. From the research of Sigi Lamo (Great ) of the Ternate Sultanates, there are several points found, first, Ternate Sultanates Sigi Lamo I sthe oldest mosque inTernate were built around the year 1606A Dat the time of Sultan Hamzah (1628-1648). Second, in terms of layout Ternate Sultanate Sigi Lamo is very different with the mosques in —where the mosqueis always adjacent to the palace, the square, and the market—. However, from the architecture aspects it’s showed the Javanese influences such as in the mosque polesor supporting pillars of the pyramidal roof, with asharps slope similar to the construction of Javanese house, wide of the porchis same to the main prayer hall. On eachsides ofthe Sultanates mosques, on the top roof there is a window. In the west of mosque there isalso the sultanate family cemetery. Third, worshipat Ternate Sultanate Sigi Lamo arranged by a hereafter representative which represented each ethnic orregional in Ternate. The here after representative (bobato akhirat) consists of Jiko Imam, Imam Java, Imam Sangaji, and Imam Moti. The four priests were on duty by turn seach week to organize worships at the mosque of Sultanates.

Key words: history, archaeology, Ternate Sultanates mosque, hereafter bobato

Abstrak: Penelitian ini berupaya mengungkap sejarah masjid kuno di kota Ternate. Lewat pendekatan historis-arkeologis, masjid kuno dideskripsikan secara komprehensif. Dari hasil penelitian terhadap Sigi Lamo (Masjid Agung) Kesultanan Ternate, beberapa poin yang diungkapkan yaitu, pertama, Sigi Lamo Kesultanan Ternate merupakan masjid tertua di Ternate yang didirikan sekitar tahun 1606 M pada masa Sultan Hamzah (1628-1648). Kedua, dari segi letak Sigi Lamo Kesultanan Ternate sangat berbeda dengan masjid yang ada di Jawa—di mana masjid selalu berdekatan dengan kraton, alun-alun, dan pasar—. Namun, dari aspek arsitektur terlihat ada pengaruh Jawa seperti adanya tiang penyangga di dalam masjid atau saka guru sebagai penyangga atap yang piramidal, dengan kemiringan tajam mirip dengan konstruksi tajug, lebar serambi selebar unit ruang utama salat. Pada setiap sisi masjid Sultan, atap puncaknya dibuat jendela atap. Di barat masjid terdapat juga komplek pemakaman keluarga sultan. Ketiga, peribadatan di Sigi Lamo Kesultanan Ternate, diatur berdasarkan bobato akhirat yang mewakili dari masing-masing etnis atau daerah yang ada di Ternate. Bobato akhirat tersebut terdiri dari Imam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangaji, dan Imam Moti.Keempat imam inilah bertugas secara bergantian setiap minggunya untuk mengatur peribadatan di Masjid Sultan.

Kata kunci: sejarah, arkeologi, masjid Kesultanan Ternate, bobato akhirat

187 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

PENDAHULUAN tinggalan bangunannya yang dapat dikaji. Kajian terhadap tinggalan tersebut mem- Masjid menduduki posisi penting dan butuhkan keahlian dan kepakaran di sentral bagi kehidupan umat Islam; tidak bidang sejarah dan arkeologi (baca: religi) hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga khususnya masjid. Tinggalan bangunan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. itulah yang sampai saat ini menjadi salah Fungsi pokok masjid bagi kaum muslimin, satu saksi sejarah masuknya Islam ke tentu saja sebagai tempat untuk melaku- . kan ibadah salat. Suatu hal yang perlu di- Benda-benda bersejarah tersebut bisa perhatikan adalah, meskipun ibadah salat menjadi salah satu instrumen analisis untuk bisa dilakukan di mana saja-karena seluruh menelusuri sejarah masuknya agama-aga- bumi ini adalah ‘masjid’/tempat sujud- ma di Indonesia sebagai bagian yang tidak tetapi ‘masjid’ sebagai bangunan khusus terpisahkan dari sejarah bangsa Indonesia rumah ibadah tetap sangat diperlukan. secara umum.Pendapat senada juga di- Secara lebih luas, masjid bukan hanya seke- kemukakan oleh Azra,yang menjelaskan dar tempat kegiatan ritual-sosial, tetapi juga bahwa hampir dapat dipastikan seseder- merupakan salah satu simbol terjelas dari hana apa pun bentuk tinggalam masjid dan eksistensi peradaban Islam.2 arsitektur bangunannya telah hadir ber- Berdasarkan tinggalan peradaban samaan dengan penyebaran Islam di Islam, masjid sebagai bangunan tua/ nusantara.3 bersejarah memiliki keunikan dan kekhasan Konteks inilah masjid tua/bersejarah tersendiri bila dilihat tinggalan arkeologis di Ternate khususnya dan Maluku Utara berupa bangunan, arsitektur, ragam hias, pada umumnyamenarik untuk men- mimbar, dan lain sebagainya. Pada abad ke- kajinya. Sebagai contoh, Sigi Lamo.4 Kesul- 17 bangunan masjid tua sangat berhubung- tanan Ternate merupakan bukti sejarah an erat dengan rumah-rumah para pendu- yang kuat tentang masuknya Islam di duk yang tinggal di sekitarnya.Gaya ba- daerah tersebut. Dapat diketahui bahwa ngunan, ukuran, bahan bangunan tidak Islam berkembang di Ternate diduga ber- berbeda, sehingga masjid tua/bersejarah asal dari Malaka, , atau Jawa. berintegrasi dengan lingkungannya. Begitu Banjar, Giri, atau Gresik cukup besar juga bangunan-bangunan atau tempat se- pengaruhnya dalam sosialisasi Islam di kolah agama Islam yang ada pada era tersebut. Ternate dan Tidore, sebelum terjadi arus Untuk konteks kekinian masjid-masjid balik, yakni penyebaran Islam dari Ternate tua/bersejarah pada masa tersebut, men- ke arah barat yakni ke Buton dan daerah jadi suatu kesulitan untuk mengkajinya lain di Selatan. Pola sosialisasi karena kelangkaan sumber dan bacaan Islam di Ternate sama halnya dengan pola tentangnya.Suatu hal yang masih tersisa sosialisasi Islam di Tidore, Jailolo, dan dari masjid tua/bersejarah tersebut adalah Mataram, satu proses di mana elite kerajaan

1Tulisan ini pernah disampaikan pada acara “Temu Riset Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI”, di Denpasar-, pada tanggal, 6-8 November 2012. 2A. Heuken SJ., Mesjid-Mesjid Tua di Jakarta(Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka), hlm. 11-12. 3Ibid., hlm 15. 4Atjo, Kamus Ternate Indonesia, (Jakarta, Cikoro Trirasuandar, cet. 5.2009), hlm.83 dan 137.

188 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem) belajar Islam di pusat-pusat pengajaran yang menyertainya, berikut makna filosofis Islam di nusantara, Giri, atau Gresik. Se- yang terkandung di dalamnya; dan ke-em- telah selesai belajar, mereka kembali ke pat, untuk mengetahui perkembangan Sigi tempat asalnya dan langsung mengislam- Lamo Kesultanan Ternate sejak awal ber- kan masyarakat kerajaan.5 dirinya sampai saat ini, baik mengenai Penelitian ini adalah kajian terhadap pembangunan fisik maupun kegiatan khazanah masjid tua di Ternate, yang ingin ke-agamaan. mengungkap nilai-nilai yang terkandung di Dalam tulisan ini, yang dimaksud dalamnya yaitu dari peninggalan masa masjid tua/bersejarahadalah rumah iba- lampau sebagai salah satu kekayaan bu- dah umat muslim yang masih berfungsi, daya bangsa yang tidak ternilai harganya. memiliki nilai sejarah dan dilindungi oleh Maka, pemahaman dan penghayatan ter- Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 hadap masjid tua/bersejarah serta tinggal- tahun 2010. Penelitian masjid tua/ber- an sejarah yang bernuansa keagamaan sejarah tersebut, selain penelitian pada lainnya. Penggalian nilai-nilai lama ter- tatanan sejarah dan arsitektur, juga ins- sebut, penting untuk mengukuhkan iden- kripsi pada artefak-artefak yang ada di titas kebangsaan dan keindonesiaan saat dalam masjid dan sekitarnya, berikut ini, yang lama-kelamaan semakin tercera- pemaknaannya, dikaitkan dengan sejarah but dari akar budaya sendiri. masuknya agama Islam ke wilayah Ternate Kajian masjid tua dan bersejarah ini dan Maluku Utara. merupakan lanjutan dari tahun 2011, yang Beberapa kajian awal yang pernah dilakukan di empat provinsi, yaitu: Provinsi dilakukan terhadap masjid di Indonesia Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, dan khususnya di Jawa, antara lain adalah: . Adapun permasalahanyang dikaji pertama, kajian tentang masjid pada Menara dalam penelitian iniadalah: pertama, bagai- Masjid Kudus, yang dilakukan oleh N.J. mana sejarahSigi Lamo Kesultanan Ter- Krom pada tahun 1920. Diperkirakan nate?Kedua, bagaimana model arsi-tek-tur bahwa Menara Masjid Kudus berasal dari bangunan, dan benda-benda cagar budaya abad ke-16 M, dan dianggap merupakan yang menyertainya?Ketiga, sejauh-mana peralihan gaya bangunan dari bangunan perkembangan masjid, baik pembangunan rumah ibadah agama Hindu-Majapahit fisik maupun kegiatan ke-agama-an? yang berbentuk Candi. Kedua, tahun 1922, Kemudian penelitian ini bertujuan J.E.Jasper, melanjutkan penelitan yang untuk:pertama, tujuan keilmuan adalah sama dengan mengkhususkan pada seni untuk menambah wawasan pengetahuan ukir dan seni bangunan. Dikatakannya dan keilmuan, baik secara teoritis maupun bahwa seni ukir dan seni bangunan di praktis; kedua, untuk mengungkapkan asal- Kudus merupakan seni bangunan Jawa usul berdirinya Sigi Lamo Kesultanan Ter- Hindu-Majapahit.Ketiga, kemudian tahun nate, tahun berdirinya dan nama pendiri- 1934, Steinman megkaji ornamen-ornamen nya, serta kondisi masyarakat di sekitar saat pada Masjid Mantingan dan Makam Ratu berdirinya; ketiga, untuk mendata model Kalinyamat, dan melakukan kajian kom- aristektur bangunan, dan cagar budaya parasi dengan ornamen yang ada pada

5Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan His-toris Islam Indonesia, hlm. 153.

189 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207 candi. Keempat, G.F. Pijper pada tahun lebih fokus kepada aspek kesejarahan 1947, meneliti menara dan masjid kuno di Maluku. Indonesia dan menyimpulkan bahwa Beberapa artikel dan buku yang mem- masjid kuno di Indonesia pada umumnya bahas tentang Sigi Lamo di Ternate telah tidak mempunyai menara, seperti menara ada yang melakukannya, walaupun tidak di Masjid Kudus bukan menara asalnya, utuh, misalnya tulisan Rusli Andi Atjo, melainkan bangunan dari zaman Hindu Istana Sultan Ternate dan artikel Rinto Taib, sebelum Islam. Pada tahun 1998-1999, berjudul Wisata Religi Mesjid Kesultanan Ter- Puslitbang Lektur Keagamaan meneliti nate.Tulisan pertama lebih sebatas pendata- masjid tua di Provinsi , , Kali- an terhadap benda-benda purbakala yang mantan Barat, Sulawesi Tengah, Kali- ada di lingkungan Istana Kesultanan Ter- mantan Timur, . Tahun 2011, nate, sedangkan yang kedua fokus kepada penelitian yang sama dilakukan di empat aspek wisata kerohanian Sigi Lamo Kesul- provinsi yaitu:Provinsi Jawa Barat,Jawa tanan Ternate.Maka, di sinilah penelitian Tengah, Maluku, dan Aceh. ini untuk melengkapi hal-hal yang belum Namun, penelitian tentang masjid dibidik oleh peneliti atau buku-buku yang tua/bersejarah di Ternate sejauh ini belum telah diterbitkan sebelumnya. ada kajian yang komprehensif. Hal ini tidak Oleh karena itu, penting untuk meng- sebanding dengan buku-buku atau hasil ungkap sejarah Sigi LamoKesultanan penelitian tentang sejarah Maluku dan Ter- Ternate yang mencakup: pertama,struktur nate. Beberapa buku tentang sejarah Malu- organisasi masjid dan semua perangkat di ku yang dapat disebutkan di sini adalah: dalam; kedua,sejarah berdirinya masjid, ter- 1)Maryam R.L. Lestaluhu, Sejarah Perlawan- kait dengan asal-usul nama masjid, tahun an Masyarakat Islam Terhadap Imperialisme berdiri dan ulama pendiri serta dikaitkan di Daerah Maluku(1988); 2) Depdikbud RI, dengan kondisi pemerintahan saat itu; Ternate Sebagai Bandar di Jalan Sutra: Kum- ketiga,tinjauan arsitektur masjid, meliputi pulan Makalah Dis-kusi(1997); 3) M. Adnan tata letak dan tata ruang, bahan dan ben- Amal dan Irza Arnyta Djafar, Maluku Utara tuk bangunan, lantai dan hiasan dinding; Perjalanan Se-jarah 1800-1950(2003); 4) Des keempat,kegiatan sosial dan keagamaan Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, masjid, antara lain penyelenggaran salat Tidore dan Ambon(2005); 5) Irza Arnyta jamaah, pengajian, dan penyelenggaraan Djafaar, Jejak Portugis di Maluku Utara pendidikan; kelima,prasasti terkait dengan (2007);6) Amas Dinsie dan Rinto Taib, Ter- tulisan-tulisan pada dinding masjid dan nate Sejarah Kebudayaan dan Pembangunan perangkat masjid; dan kelima,makam yang Perdamaian Maluku Utara(2008);7) M. ada di sekitar masjid. Adnan Amal, Portugis & Spanyol di Maluku (2009); 8) M. Adnan Amal, Tahun-Tahun METODE PENELITIAN yang Menentukan Babullah Datu Syah Me- namatkan Kehadiran Portugis di Maluku Penelitian ini menggunakan pen- (2009); dan 9) Arend L. Mapanawang, dekatan historis-arkeologis.Pendekatan Loloda Kerajaan Pertama Moluccas Sejarah historis dilakukan untuk mendeskripsikan Kerajaan Loloda Maluku(2012). Kesemua latar belakang sejarah keberadaan masjid. buku tersebut sama sekali tidak menying- Sedangkan pendekatan arkeologis dilaku- gung tentang sejarah dan peran Sigi kan untuk mendeskripsikan struktur fisik Lamo Kesultanan Ternate. Buku tersebut bangunan masjid tua dan bersejarah serta

190 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem) makna yang terdapat di dalamnya, untuk yaitu benda alam yang diubah oleh tangan mengungkap kehidupan masyarakat masa ma-nu-sia, baik sebagian atau seluruhnya; lalu melalui kajian atas tinggalan-tinggalan 2) Inskripsi, yaitu tulisan-tulisan yang ter- sejarahnya.6 dapat pada artefak-artefak; 3) Arsitektur, Sumber data dalam penelitian ini yaitu, ragam hias, gaya, seni, dan daya tarik dikelompokkan menjadi dua data, yaitu: lainnya.7 pertama, data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung dan PEMBAHASAN wawancara dengan tokoh-tokoh yang di- anggap mumpuni dan capable di bidangnya. 1. Kondisi Geografis Kota Ternate Pengamatan langsung dalam penelitian ini Provinsi Maluku Utara terbentuk ta- adalah pengamatan terstruktur di mana hun 1999, dengan pusat penyelenggaraan peneliti telah mengetahui aspek apa saja pemerintahan sementara di Kota Ternate. yang akan diamati dan relevan dengan Sejak Januari tahun 2010 penyelenggaraan masalah dan tujuan penelitian. Kedua,data pemerintahan berpindah ke Sofifi. Dengan sekunder, yaitu data yang diperoleh dari adanya perpindahan ini diharapkan dapat dokumen atau bahan bacaan, dan sumber mempercepat proses pembangunan di wila- lain yang terkait dengan tema penelitian. yah Pulau Halmahera. Belum tersedianya Adapun kajian dan penelitian ini infrastruktur dan fasilitas yang cukup me- dibatasi kepada: 1) Masjid. Kata masjid madai di Sofifi, mengakibatkan belum opti- merupakan berasal dari kata kerja sa-ja-da, malnya penyelenggaraan pemerintahan di yang berarti meletakkan dahi di atas tanah Provinsi Maluku Utara.8 dengan penuh pengabdian. Dengan demi- Menurut Van Frassen nama Maluku kian masjid dapat diartikan sebagai tempat sudah dikenal dan tercatat dalam Negara atau bangunan yang khusus yang diperun- Krtagama pada 1364 dengan nama Maloko. tukkan untuk bersujud (Gibb dan Kramers, Kata ini diadopsi dari bahasa Arab al- 1974: 330); 2) Tua/bersejarah atau klasik, Muluk yang ketika itu sedang ramai meng- adalah benda-benda peninggalan sejarah gunjing Maluku. Dari informasi para peda- yang dilindungi berdasarkan Undang- gang Arab juga ditemukan berita Cina dari Undang Cagar Budaya dan telah berusia 50 hikayat Dinasti Tang yang menyebutkan tahun lebih (Direktorat Kebudayaan, 2006: Pulau Miliki. Pada awalnya yang disebut 5); 3) Arkeologi, yaitu sisa-sisa peningglan di Maluku terdiri dari Ternate, Tidore, Makian masa lampauberupa material culture. (Jailolo), dan Bacan. Keempat negeri ini Arkeologi mengarahkan kajiannya disebut dengan “Moloku Kie Raha”, arti- pada benda-benda peninggalan manusia nya empat kerajaan (kolano).Setelah per- yang bersifat material, untuk dihadirkan janjian Moti Kolano Makian dan Moti kembali sebagai benda berbicara yang me- pindah kerajaannya yaitu masing-masing wakili dunia masa lalu seperti: 1) Artefak, ke Bacan dan Jailolo pada masa inilah mu-

6Edi Sedyawati,Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, (Ja-karta; PT. Raja Grafindo Press, 2006), hlm. 18. 7Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan His-toris Islam Indonesia, hlm.Ix. 8Badan Pusat Statistik Maluku Utara, 2010. Statistik Daerah Provinsi Maluku Utara 2010(BPS Maluku Utara, 2010), hlm. 2.

191 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207 lai masuk pedagang Arab-Jawa-Melayu. berada di Ternate. Sebagaimana sejarah Raja pertama Ternate adalah Masy- lisan pada umumnya tidak diketaui waktu hur Malamo yang memerintah pada tahun kedatangan empat mubaligh Islam itu. 1257-1272. Pada masa pemerintahan raja Ketika kesultanan Islam mulai ter- ini Ternate sudah mulia mempunyai landa- bentuk di Ternate pada tahun 1486, Ter- san politik yang ekspansionis. Sepeninggal nate semakin maju dan menerima Islam Masyhur Malamo, Ternate dipimpin secara sebagai alat politik kerajaan. Ketika itu berturut-turut oleh Kaicil Yamin (1272- Ternate mulai mendapat nama gelar Sultan 1284), Kaicil Siale (1284-1298), Kamalu yakni Sultan Zainal Abidin. Setelah diang- (1298-1304), dan Kaicil Ngara Lamo (1304- kat menjadi raja Ternate, nama gelar kolano 1317). Sepeninggal Masyhur Malamo mere- diganti menjadi Sultan. Sultan Zainal ka digantikan oleh Sida Arif Malamo. Pada Abidin tidak hanya melakukan perubahan masa ini Ternate mulai berkembang sebagai dalam masalah gelar, tetapi juga melaku- bandar niaga yang didatangi oleh berbagai kan beberapa perubahan yang mendasar, pedagang dari Makassar, Jawa, Melayu, yaitu: menjadikan Islam sebagai agama Cina, Gujarat, dan Arab. Para pedagang resmi dan melembaga dalam kerajaan dan ini mulai menetap dan membuka pos-pos membentuk lembaga baru yang disebut perdagangan dengan membawa Ternate bobato. Sultan Zainal Abidin adalah se- sebagai kota dagang.9 orang sultan yang memiliki perhatian yang Memperhatikan posisi Ternate sebagai besar terhadap ajaran Islam. Untuk mem- pelabuhan dagang utama di nusantara dan perdalam ajaran Islam, pada tahun 1495, peranan orang Arab dalam perdagangan Sultan Zainal Abidin meninggalkan istana- dan pelayaran di Maluku Utara patut di- nya dan pergi berguru pada Sunan Giri di duga bahwa orang-orang Arab muslim Jawa dan Malaka, yang dipimpin oleh Sul- yang pertama berada di Ternate. Dari sum- tan Alauddin Riayat Syah.10 ber oral tradition dituturkan tentang keda- Adapun “ternate” berasal dari tiga tangan empat orang ulama dari Irak ma- suku kata, yaitu tara no ate, yang berarti tu- sing-masing Syaikh Mansur yang menyiar- run ke bawah dan pikatlah dia. Maksudnya kan Islam di Ternate dan Halmahera Utara turun dari tempat yang tinggi (dari dataran (pesisir barat Halmahera yang berhadapan tinggi ke dataran rendah) atau (dari Forma- dengan Ternate) Syaikh Ya’kub berdakwah diayahi ke Limau Jore-Jore) untuk memikat di Tidore dan Makian, Syaikh Amin ber- para pendatang supaya mau menetap di sama Syaikh Umar menyiarkan Islam di pantai (negeri ini). Kata tara juga berarti Halmahera (sekarang pesisier Timur Hal- ke bawah (arah selatan); ini berarti bahwa mahera). Dalam memori kolektif masya- letak/posisi kota Ternate pertama adalah rakat Ternate keempat syaikh itu merupa- bagian selatan pulau Ternate. kan orang arab Islam yang pertama kali Pulau Ternate dahulu dikenal dengan

9Sartono Kartodirdjo (peny.),”Sida Arif Malamo”dalam Elites dalam Pers-pektif Sejarah,(Jakarta: LP3ES, 1989), hlm.129. 10A. Rasyid Asba, “Pendidikan Di Maluku Utara Pada Masa Kesultanan Ternate dalam Perspektif Sejarah Dan Budaya” Makalah Ini disampaikan pada Seminar Internasinal dan Workshop dengan Tema Pendidikan di Maluku Utara dalam Perspektif Sejarah dan Budaya yang diselenggarakan oleh STAIN Ternate bekerjasama Dengan Turki Foundation di Kota Ternate pada tanggal 21 Okto-ber-23 Oktober 2011.

192 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem) sebutan Pulau Gapi. Kota ini mulai ramai penerapan syariat Islam diberlakukan. pada awal abad ke-13. Penduduk Ternate Para ulama menjadi figur penting dalam awal adalah merupakan warga eksodus kerajaan. Setelah sultan sebagai pemimpin dari Halmahera. Pada awalnya Ternate ter- tertinggi, ada jabatan Jogugu (perdana dapat empat desa yang masing-masing menteri)dan Fala Raha sebagai para pena- dikepalai oleh seorang momole (kepala mar- sehat. Fala Raha atau empat rumah adalah ga), merekalah yang pertama-tama meng- empat klan bangsawan yang menjadi tu- adakan hubungan dengan para pedagang lang punggung kesultanan sebagai repre- yang datang dari segala penjuru men-cari sentasi para momole di masa lalu, masing- rempah-rempah. Penduduk Ternate sema- masing dikepalai seorang Kimalaha. Mere- kin heterogen dengan bermukimnya peda- ka antara lain, Marasaoli, Tomagola, Toma- gang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. ito dan Tamadi. Pejabat-pejabat tinggi ke- Oleh karena aktivitas perdagangan sultanan umumnya berasal dari klan-klan yang semakin ramai ditambah ancaman ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris yang sering datang dari para perompak, maka penerusnya dipilih dari salah satu maka atas prakarsa momole pemimpin klan. Selanjutnya ada jabatan-jabatan lain Tobona diadakan musyawarah untuk Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), membentuk suatu organisasi yang lebih Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sanga- kuat dan mengangkat seorang pemimpin ji dan lain-lain.12 tunggal sebagai raja. Tahun 1257 momole Ternate sebagai kota tradisional, awal- Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan di- nya memiliki pembagian spasial berdasar- angkat sebagai Kolano (raja) pertama de- kan status sosial sebagai berikut: pertama, ngan gelar Baab Masyhur Malamo (1257- spasial pemukiman berdekatan dengan 1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung kekuasaan, di Ternate disebut Fala Jou. Ke- Ternate, yang dalam perkembangan selan- daton sebagai pusat kekuasaan berada di jutnya semakin besar dan ramai sehingga kawasan kedaton Ternate di Formadiayahi; oleh penduduk disebut juga sebagai “Gam kedua, spasial penguasa atau pedangang Lamo” atau kampung besar (belakangan yang terdiri dari pengusaha pribumi dan orang menyebut Gam Lamo dengan Gama- para pendatang, baik lokal maupun luar lama). Semakin besar dan populernya kota daerah; ketiga, spasial imigran/kolonial, Ternate, sehingga kemudian orang lebih kawasan yang dihuni oleh pemerintah suka mengatakan kerajaan Ternate dari- kolonial dengan sarana pendukungnya; pada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan keempat, spasial menengah pribumi di lokasi beberapa generasi penguasa berikutnya, tertentu.13 Ternate berkembang dari sebuah kerajaan Saat ini, perkembangan kota Ternate yang hanya di wilayah sebuah pulau kecil ditandai dengan kebijakan pemerintah menjadi kerajaan yang berpengaruh dan pusat melelaui Undang-Undang Nomor 11 terbesar di bagian timur Indonesia khusus- Tahun 1999 tentang pembentukan Kota- nya Maluku Utara.11 madya Ternate pada tanggal 27 April 1999. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam Berkaitan dengan hal tersebut kota Ternate diadopsi secara total oleh kerajaan dan telah menglami peningkatan status yang

11(http://irfan46.student.-umm.ac.-id/-2010/07/29/sejarah-islam). 12(http://irfan46.student.-umm.ac.-id/-2010/07/29/sejarah-islam).

193 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207 awalnya Kota Administratif menjadi Kota- persegi. Wilayah ini seluruhnya dikelilingi madya. Aktivitas pemerintah dan kema- laut dengan 8 pulau yang berbatasan se- syarakatan di kota Ternate pada awal pem- bagai berikut: Sebelah Utara dengan Laut bentukannya, secara administrative dibagi Maluku; Sebelah Selatan dengan Laut Ma- menjadi tiga kecamatan dengan 58 desa/ luku; Sebelah Timur dengan Selat Halma- kelurahan. Sejalan dengan semangat itu haera; dan Sebelah Barat dengan Laut juga melalui kebijakan Peraturan Daerah Maluku.14 (PERDA) Nomor 10 tahun 2001, dibentuk Secara umum Kota Ternate dan juga Kecamatan Moti yang sebelumnya meru- daerah lainnya di Provinsi Maluku Utara pakan bagian dari wilayah Kecamatan Pu- mempunyai tipe iklim tropis sehingga lau ternate. Akibatnya, pelaksanaan Pera- dipengaruhi oleh iklim laut yang biasanya turan Daerah di atas, empat desa yang ada heterogen sesuai indikasi umum iklim di Pulau Moti dimekarkan dan ditingkatkan tropis. Daerah ini mengenal dua musim statusnya menjadi enam kelurahan. yaitu utara-barat dan timur-selatan yang Perkembangan lainnya dicapai dari seringkali diselingi dengan dua masa pan- aspek administratif adalah dimekarkannya caroba setiap tahun; hujan dan kemarau. dua kelurahan di Pulau Batang Dua, yaitu Kondisi topografi kota Ternate ditandai de- Mayau dan Tafure, Kecamatan Pulau Ter- ngan ketinggian dari permukaan laut yang nate menjadi lima kelurahan. Dengan de- beragam, namun secara sederhana dike- mikian kotamadya Ternate yang sebelum- lompokkan menjadi tigakategori yaitu: nya terdiri dari tiga kecamatan dan 58 rendah (0-499 M), sedang (500-699), dan desa/kelurahan, bertambah menjadi empat tinggi (lebih dari 700 M). kecamatan dengan jumlah kelurahan Jumlah penduduk Kota Ternate ber- sebanyak 63. dasarkan proyeksi penduduk berdasarkan Secara geografis kota Ternate sangat ha-sil Survei Penduduk Antarsensus tahun strategis dan menghasilkan rempah-rem- 2005 dan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasi- pah yang luar biasa jumlahnya. Sehingga onal tahun 2007 adalah berjumlah 176.838 Ternate sejak dahulu kala sudah dikenal jiwa. Dengan bergabungnya Kecamatan dan pernah menjadi pusat perdagangan Pulau Batang Dua, maka terjadi lonjakan cengkeh dan pala oleh para pendatang penduduk pada tahun 2008 menjadi Gujarat dan Cina. Bangsa Eropa, terutama 182.109 jiwa. Spanyol, Portugis, dan Belanda jatuh hati ke negeri ini karena rempah-rempahnya 2. Tinggalan Sejarah di Ternate yang banyak. Kota Ternate merupakan ko- Pulau Ternate memiliki banyak pe- ta kepulauan yang wilayahnya dikelilingi ninggalan sejarah yang menarik bagi wisa- oleh laut dengan kondisi geografisnya tawan yang berkunjung ke sana. Di masa adalah berada pada posisi 0-2 Lintang lalu pulau ini menjadi pusat kerajaan Ter- Utara dan 126-128 Bujur Timur. Luas nate (1257-1949). Kerajaan Ternate adalah daratan Kota Ternate sebesar 250,85 km salah satu kerajaan besar di Indonesia timur persegi, sementara lautannya 5.547,55 km pada abad ke-15-16. Peninggalan yang

13Amas Dinsie dan Rinto Taib, Ternate Sejarah Kebudayaan dan Pem-ba-ngun-an Perdamaian Maluku Utara, (Ternate: Lembaga Kebudayaan Rakyat Mo-luku Kie Raha (LeKra-MKR), 2008), hlm. 3. 14BPS Kota Ternate, hlm.4.

194 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem) masih utuh dan terlihat sampai saat ini drastis dari bentuk awalnya. Padahal ke- adalah Istana Sultan Ternate dan bebe-rapa tiga masjid ini merupakan peninggalan benteng. Bangsa Eropa yang datang ke sejarah Islam di Ternate. daerah iniselain melakukan monopoli perniagaan rempah-rempah cengkih, juga 3. Sejarah Sigi Lamo Kesultanan Ternate membangun kekuasaannya dengan men- Sigi Lamo merupakan masjid kesul- dirikan benteng-benteng. Pada benteng- tanan, pusat ibadah dan pusat kebudayaan benteng tersebut mereka menempatkan Islam di daerah ini. Masjid ini didirikan penguasa-penguasanya guna menjalan- pada masa pemerintahan Sultan Hamzah. kan roda pemerintahan dan perekonomian Di belakang masjid terdapat komplek di Maluku. Pendirian benteng-benteng ter- pemakaman para sultan. Masjid ini terletak sebut untuk memperkuat pertahanan dan di sebelah selatan dari istana sekitar 100 sekaligus pengamanan terhadap gudang- meter. Sekitar 50 meter dari Sigi Lamo ter- gudang penimbunan cengkih sebelum dapat sebuah rumah kediaman Prins Mu- dikirim ke Eropa.15 hammad (saudara Sultan Ternate, Iskan- Peninggalan sejarah tersebut sebagian dar Muhammad Djabir Syah) yang pernah masih utuh dan sebagian sudah hancur. dikunjungi oleh Alfred Russel Wallace, Setidaknya ada 10 benteng yang dibangun seorang peneliti berkebangsaan Inggris. kolonialisme Eropa di Pulau Ternate. Ben- Pemugaran masjid tersebut dilakukan oleh teng-benteng yang masih utuh sampai saat pemerintah cq Departemen Pendidikan dan ini adalah benteng Oranye (fort Orange), Kebudayaan pada tanggal 29 April 1982 benteng Kalumata (benteng Kayu Merah), dengan biaya APBN 1981/1982 sebesar dan benteng Toloko (fort Hollandia). Selain Rp. 200.000.000,-. Diresmikan oleh Direktur itu, benteng lainnya yang juga peninggalan Jenderal Kebudayaan, Haryati Soebadio masa lalu yang masih ada yaitu benteng pada tanggal 15 Oktober 1983. Kastela, kota Janji, benteng Talangame, Kedaton Kesultanan Ternate diba- benteng Takome, dan benteng Santosa. ngun pertama kali pada tahun 1673 dan Adapun tinggalan sejarah Islam yang mes-jid Kesultanan Ternate (Sigi Lamo) masih ada di Ternate dan masih utuh sam- pada tahun 1679. Walaupun kedaton diba- pai saat ini adalah Istana Kesultanan Ter- ngun lebih awal, bukan berarti bahwa nate, Sigi Lamo, Sigi Cim dan Sigi Heku. struktur pemerintahan kerajaan Kesultan- Dari ketiga sigi (masjid) tersebut yang an Ternate berawal sejak didirikannya ke- masih terawat dan tidak berubah dari ben- daton sebagai istana kerajaan yang mere- tuk awalnya adalah Sigi Lamo (masjid presentasikan terbentuknya struktur peme- Sultan) yang terletak di Kelurahan Soasio. rintahan rakyat. Karena dimasa awal telah Sigi Heku yang mempunyai hubungan terbentuk dengan kelembagaan yang masih dekat dengan Sigi Kolanotelah berpindah sangat sederhana dan sesuai dengan kebu- dari tempat semula dan bahan bangunan- tuhan pada saat tersebut. Demikian juga nyapun menggunakan semen, walaupun dianutnya ajaran agama Islam sebagai aga- bentuknya masih seperti awal. Begitu juga ma resmi dalam istana tidak dapat dilihat Sigi Cim telah mengalami perubahan yang dari mulai dibangunnya Mesjid Kerajaan

15Rusli Andi Atjo, Peninggalan Sejarah di Pulau Ternate, (Jakarta,Cikoro Printing, 2009), hlm. 1-2.

195 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

Kesultanan Ternate (Sigi Lamo, Sigi Heku bato akhirat) dengan pengawalan para dan Sigi Cim) melainkan kita dapat mela- baro-baro. Sultan kemudian datang dari caknya dengan melihat kebelakang atau kedaton yang diikuti ribuan massa hingga membaca kembali peristiwa sejarah Ter- memasuki ruang khusus yang telah disedia- nate dimasa lalu sebelum dibangunnya kan dalam masjid Sigi Lamo tersebut. Demi- mesjid Kesultanan Ternate sebagaimana kian pula pada saat ibadah salat telah ber- yang terlihat saat ini. akhir, para jamaah secara berkerumun Sigi Lamo terletak di Kelurahan Soa- saling berusaha untuk mencium tangan Sio,Kecamatan Ternate Tengah. Sigi La-mo Sultan seolah berharap mendapatkan ke- adalah mesjid besar yang biasanya diguna- berkahan. kan pula oleh Sultan Ternate untuk men- Mesjid Kesultanan Ternate lainnya jalankan ibadah salat berjamaah. Waktu- adalah Sigi Heku yang terletak di Kelura- waktu yang digunakan Sultan untuk han Akehuda kecamatan Ternate Utara menunaikan salat berjamaah tersebut lebih yang berada tepat di depan markas Ang- dikenal dengan “Jou Kolano Uci Sabea” katan Laut Ternate. Sedangkan Sigi Cim (Sultan turun bersembahyang) yang biasa- adalah mesjid kesultanan Ternate yang nya dilakukan pada waktu-waktu tertentu ber-ada di bagian selatan kota Ternate. Sigi seperti pada saat bulan Ramadan (bulan Lamo, Sigi Cim dan Sigi Heku kesultanan Puasa), atau saat malam Lailatul Qadar Ternate hingga saat ini masih menjalankan (malam ela-ela), hari raya Idul Fitri dan Idul tradisi keisalaman yang dipadukan dengan Adha. Pada waktu-waktu tersebut ribuan adat istiadat masyarakat lokal. Meski me- umat Islam kota Ternate selalu datang miliki sejarah panjang secara tersendiri na- memenuhi halaman masjid hingga bagian mun ketiga mesjid tersebut memiliki kesera- halaman luarnya untuk menjalankan salat gaman dalam hal prinsip peribadatan dan berjamaah bersama Sultan. sesekali kita temukan pada Sigi Lamo, Sigi Tempat yang diperuntukkan buat Cim dan Sigi Heku tersebut sering disisip- Sultan terletak dibagian barisan pertama kan bahasa-bahasa lokal seperti kutipan se-telah imam mesjid dibagian tengah yang dalil Tifa dan dalil Moro yang dikaitkan diberi tempat khusus secara terpisah yang oleh sang Modim (pengkhutbah) secara disekat oleh sebuah lingkaran mimbar segi epik dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan empat yang ditutup oleh beberapa lem- hadis sebagai bahan ceramahnya saat baran kain sebagai dindingnya. Sebelum berlangsungnya khutbah Jumat.16 Sultan memasuki ruang khususnya ter- Masjid Kesultanan Ternate terletak di sebut, para petugas perangkat adat lebih komplek istana, berdenah persegi, meng- dahulu mempersiapkan segala sesuatu hadap ke timur, memiliki satu ruang utama, demi kelancaran acara salat yang akan beratap susun tujuh. Masjid yang didirikan ditunaikan. Sultan Hamzah ini berukuran 22,40 x 39,30 Persiapan-persiapan tersebut adalah meter dengan atap masjid ditopang empat dengan memerintahkan pengawal keraja- tiang penyangga utama dan 12 tiang pem- an (baro-baro) membuka jalan bagi sang bantu. Masjid dikelilingi pagar tembok, raja saat memasuki bagian dalam mesjid dengan pintu gapura beratap gua susun.17 yang dikawal hingga masuk dalam mimbar Berada di belakang atau di utara khusus yang disediakan. Sebelum mema- masjid terdapat Benteng Oranye yang suki kawasan mesjid, Sultan akan dijemput dibangun Belanda pada tahun 1606-1607. oleh para pemangku agama Sigi Lamo (bo-

196 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

Foto Awal Sigi Lamo Kesultanan Ternate Dok: Rinto Taib Juni 2012

Foto Sigi Lamo saat ini Dok: M. Pinem, Juni 2012

16Wawancara dengan Taib 15 Juni 2012. 17Hassan Muarif Ambary,Menemukan Peradaban, hlm. 155.

197 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

Jika dicermati walaupun masjid ter- lama menggunakan genting. Dan di luar letak di komplek istana tapi jaraknya ber- persamaan tersebut, berbeda dengan tajug jauhan. Hal ini berbeda dengan masjid- yang atapnya tidak terlalu miring. Di anta- masjid yang ada di Jawa, di mana masjid, ra atap puncak dengan atap di bawahnya istana, keraton, dan pasar sangat berdekat- juga berbeda dengan konstruksi masjid tua an. Meskipun dari segi tata letak masjid ke- di Jawa pada umumnya, celahnya hanya mungkinan tidak terdapat pegaruh Jawa, kecil sehingga tidak dapat untuk mema- namun arsitektur masjid terlihat ada pe- sukkan cahaya ke dalam ke dalam. Untuk ngaruh Jawa dengan adanya tiang pe- itu, pada setiap sisi masjid Sultan atap pun- nyangga di masjid yang disebut dengan sa- caknya dibuat jendela atap. Di halaman ka guru, penyangga atapnya yang pirami- depan tepat pada sumbu garis mihrab, dal dengan kemiringan tajam seperti pada terdapat unit bertingkat, di bawah berupa konstruksi tajug. Persamaan lainnya adalah kolong, atas untuk teras berfungsi sebagai meskipun konstruksinya berbeda, bila di- tempat azan dan meletakkan bedug. Denah bandingkan dengan berbagai masjid di unit yang dapat memperkuat arah kiblat nusantara adalah adanya serambi, melebar adalah bujur sangkar, atapnya identik de- selebar unit ruang utama salat. ngan atap unit ruang salat utama yang Dari segi bahan, dahulu atap ini hanya dua lapis. Di sisi selatan-timur masjid menggunakan rumbia atau daun sagu, ber- terdapat sumur tua, sejak dahulu me-nyatu beda dengan konstruksi Jawa yang sudah dengan masjid untuk wudu.18).

Sumur tua tempat wudu yang tidak berfungsi lagi Dok: A.Saefullah & M.Pinem, Maret 2012

18Yulianto Sumalyo,Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, (: Gadjah Mada University Press, 2000), hlm. 550-551.

198 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

Tempat jamaah perempuan di Masjid Sultan Dok: A.Saefullah & M.Pinem, Maret 2012

Saat ini, di selatan dan di utara masjid masjid karena dikhawatirkan secara tidak terdapat bangunan yang konstruksinya terduga mengotori masjid (seperti mens- mirip masjid Sultan, tapi berskala lebih kecil truasi secara tiba-tiba), di samping juga berfungsi untuk menampung jamaah mas- dikarenakan bahwa di dalam hadis Nabi jid bila tidak tertampung ketika ingin melak- dinyatakan di mana salat bagi perempuan sanakan salat. Bangunan ini secara khusus lebih diutamakan di rumah daripada di dipakai ketika ada acara hari-hari besar Masjid. Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Nuzulul Qur’an. Begitu juga untuk menampung 4. Makam jamaah perempuan yang ikut salat pada Komplek makam kesultanan terletak hari-hari tersebut di atas, sehingga mereka di belakang masjid yang juga dikelilingi di tempatkan pada bangunan ini. Ide ini tembok, setiap sisi ukurannya tidak sama muncul atas kebijakan Sultan untuk me- (utara, timur, selatan dan barat msing-ma- nampung jamaah perempuan pada hari- sing 65, 30, 65, dan 21 meter). Pada kom- hari raya atau peristiwa bersejarah pada plek ini antara lain dimakamkan para raja umat Islam. Di samping itu juga di-katakan Ternate yang memerintah antara abad ke- bahwa ide pembangunan ruang tersebut 18-20, mulai dari Sultan Siraju Muluk Is- agar tidak tekesan masjid Sultan yang bias kandar sampai dengan Sultan Muhammad gender.19 Usman. Secara umum, makam di kom-plek Di masjid Sultan, pada dasarnya, pe- ini dibedakan ke dalam jenis, tidak berhias rempuan memang dilarang untuk salat di dan berhias. Ragam hias umumnya flora-

19Wawancara dengan Taib, 15 Juni 2012.

199 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207 listik, berciri susunan/jalinan motif daun- Muhammad Ali (w. 1226 H/1811 M) dan daunan dari pohon serta cabang-cabang- beberapa makam sultan lain dari periode nya yang khas Ternate, yang sering diang- yang lebih belakangan. Komplek makam gap berpola hias Polinesia lain di Ternate adalah terletak di Bukit Namun, tokoh yang dimakamkan di Formadiyahe. Tokoh yang dimakamkan di area masjid adalah Sultan Muhammad sini adalah Sultan Khairun dan Sultan Usman (w. 1212 H/1728), Sultan Amirud- Babullah. Namun, baik jirat dan nisan din Iskandar (w. 1276 H/1850 M), Sultan makam ini tidak berhias.

Kompleks Makam Sultan di area Masjid Dok: M. Pinem, Juni 2012

Nisan yang berinskripsi di Komp. Masjid Dok: M.Pinem, Juni 2012

200 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

Bacaan pada inskripsi yang ada di ni- nyimpan koleksi artefak atau relief yang san tersebut berbunyi:haza qabru al-mar- berkaitan dengan eksistensi Kesultanan hµm al-sayyid ¦usain binhasan ibn Ahmad(i) Ternate. Bila diidentifikasi maka pengelom- Harµn bin (Ahmad Ilyas),tuwaffa ila rahma- pokan koleksi museum ini adalah sebagai tillahi yaum al-jumu‘ati fi khamsi(…?)min berikut: Mahkota Sultan, lambang Kesul- syahri jumadi al-akhir sanah 1322min hijarati tanan, Cap Kesultanan, Payung Kesultan- al-nabiy sallallahu ‘alaihi wasallam (ini ma- an, Kursi Kesultanan, Pakaian Sultan, Tem- kam almarhum Sayyid Husain bin Hasan pat Mahkota, Kaca Muka, Kaca Penyung- ibn Ahmad(i) Harun bin (Ahmad Ilyas), kup Lonceng emas, Togkat Kesultanan berpulang ke rahmatullah pada hari Jumat Sultan Sabah, Tongkat Kesultanan Sultan pada tanggal (…5?)dari bulan Jumadil Sulu, Tongkat Kesultanan Sultan Minda- Akhir tahun 1322 H/1904 M dari hijrah nao, Al-Qur’an, cis, tempat berdoa, bende- Nabi Sallallahu Alaihi Wa-sallam). ra atau panji-panji, singgasana atau mah- kota, tongkat kebesaran, pedang atau tom- 5. Koleksi Museum Kesultanan bak atau senapan, topi militer, baju besi, Istana kesultanan yang kemudian di- tameng atauperisai.20 fungsikan menjadi museum ini, kini me-

Pedang, koleksi istana/museum kesultanan Dok: Rinto Taib, Juni 2012

Di museum ini juga tersimpan naskah- sultanan. Salah satunya adalah kontrak naskah perjanjian atau kontrak-kontrak yang ditandatangani Sultan Muhammad yang ditandatangani Sultan Ternate de- Usman pada 27 September 1902, yang ngan kongsi-kongsi dagang maupun per- mengizinkan sebuah maskapai dagang di orangan. Dari kontrak tersebut, sultan Amsterdam melakukan eksplorasi mutia-ra menerima sejumlah konsesi berupa uang dan perikanan di Teluk Banggai, Maluku. sebagai salah satu sumber pemasukan Ke- Dokumentasi tersebut sekaligus membukti-

20Rusli Andi Atjo, Peninggalan Sejarah di Pulau Ternate, (Jakarta:Cikoro Printing, 2008), hlm. 14-15.

201 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207 kan otoritas kesultanan Ternate dalam secara turun-temurun. Beberapa hal yang mengandalikan niaga laut dan perairan unik di Masjid Sultan dan membedakannya Sulawesi.21 dengan masjid-masjid lainnya adalah. Koleksi lain di museum Ternate beru- pa senjata, dibuat baik oleh masyarakat 1. Tata Cara Salat Lima Waktu lokal maupun asing, yakni Portugis, Belan- Di Masjid Sultan ketika datang waktu da, dan Inggris. Pada koleksi ini termasuk salat wajib, khususnya zuhur dan asar, meriam sundut berukuran kecil dan sedang, seorang yang mengumadangkan azan berikut peluru bulatnya. Senjata buatan zuhur dan asar dilakukan tanpa pengeras lokal umumnya berupa pedang, golok, dan suara. Hal ini dilaksanakan karena tradisi tombak, tetapi ada pula jenis yang sama yang sudah turun-temurun. Alasan lain yang nonlokal. dikemukakan adalah karena pada zaman Begitu juga koleksi mushaf Al-Qur’an penjajahan apabila azan dengan pengeras yang terdapat di istana ini, dicantumkan suara, maka akan mudah diketahui oleh nama penyusunnya. Salah satunya adalah musuh. Tradisi itu kemudian terus berlanjut Fakih Saleh Afifuddin Abdulbaqi bin Ab- sampai saat ini di mana khususnya pada dullah Al-Admi yang diselesaikan penyu- waktu azan zuhur dan asar dikumandang- sunannya pada tanggal 7 Zulkaidah 1050 kan tanpa pengeras suara.Kaum Muslim H/1640 M. Naskah Al-Qur’an lain diberi- yang ingin melaksanakan salat di Masjid kan Sultan Muhammad Zain kepada Imam Sultan, diharuskan memakai kopiah dan Masjid Jiko (Ternate), yang juga disusun/ tidak boleh memakai sarung. Dan orang ditulis oleh ulama setempat. Dari naskah yang tidak membawa kopiah, maka dise- yang pertama diperoleh informasi bahwa diakan oleh pengurus masjid dan kopiah Al-Qur’an itu selesai ditulis pada 1050 H/ tersebut diletakkan di depan pintu masuk 1640 M, yand diperkirakan penulis atau masjid.22 pengarangnya berasal dari Aden. Selanjut- Di masjid Sultan telah diatur orang- nya Al-Qur’an ini diwakafkan kepada orang yang bertugas mengurusi seluruh Imam Bogot, Ternate pada 1185 M/1772 ke-perluan masjid selama sebulan dengan M (Ambary, 2001: 156-157). perwakilan masing-masing kampung yang ada di sekitar Masjid Sultan. Di kesultanan KEGIATAN DAN TRADISI KEAGA- Ternate orang yang mengurus atau meng- MAAN atur—pemerintahan maupun urusan aga- ma—dikenal dengan bobato23. Bobato dibagi Sigi Lamo Kesultanan Ternate sampai menjadi dua: bobato dunia dan bobato akhi- saat ini masih berfungsi sebagaimana mas- rat. Bobato dunia bertugas menyelenggara- jid-masjid lainnya. Namun, yang membe- kan hal-hal/urusan-urusan yang bersifat dakan dengan masjid lainnya adalah di dunia, sedangkan bobato akhirat bertugas mana masjid Sultan masih kental dengan menyelenggarakan hal-hal/urusan-urusan tradisi dan budaya lokal yang dipegangnya kerohanian.

21Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan His-toris Islam Indonesia, hlm. 156-157. 22Wawancara dengan Husain, 15 Juni 2012. 23Bobato berasal dari kata fato artinya mengatur, jadi bobato adalah pengatur.

202 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

Struktur organisasi kepengurusan kannya hanya pada aspek tasawufnya, di Masjid Sultan diatur berdasarkan bobata mana kesultanan Tidore lebih kental nuan- akhi-rat yang mewakili dari masing-masing sa sufistiknya dibandingkan dengan kesul- etnis atau daerah yang ada di Ternate. tanan Tidore. Hal ini terlihat secara jelas Bobato akhirat tersebut terdiri dari Imam bahwa di Tidore hampir semua aliran Jiko, Imam Jawa, Imam Sangaji, dan Imam tarekat berkembang dengan baik, dan ini Moti. Keempat imam inilah secara ber- tidak didapatkan di Ternate.24 gantian setiap minggunya bertugas dalam Pelaksanaan salat Jumat baik di Ternate mengatur peribadatan di Masjid Sultan. maupun Tidore sama-sama menggunakan Minggu pertama yang bertugas adalah azan empat sebelum khatib naik mimbar. Imam Jiko; Minggu kedua Imam Jawa; Keempat muazin mewakili dari masing- Minggu ketiga Imam Sangaji; dan Minggu masing wilayah, yaitu Jiko, Jawa, Sangaji, keempat Imam Moti. Masing-masing imam dan Moti. Filosofi dari azan empat ini adalah: tersebut bertugas mulai dari muazin, khatib, 1) menggambarkan tentang adanya empat dan membersihkan masjid secara bergiliran khulafaurrasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar setiap minggunya. bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib; 2) Maluku Utara dikenal dengan 2. Salat Jumat empat wilayah kesultanan, yaitu kesultanan Ternate-Tidore dikenal dengan kesul- Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan); 3) Dalam tanan kembar, sama halnya dengan Kera- Islam dikenal dengan adanya empat mazhab, jaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan. yaitu Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hanbali; 4) Sehingga ketika menyebut Ternate tidak Khusus kesultanan Ternate dijelaskan bahwa bisa dipisahkan dengan Tidore. Kedua ke- azan empat juga menggambarkan empat sultanan ini lebih banyak persamaannya sumber kehidupan manusia, yaitu air, angin, daripada perbedaannya. Yang membeda- api dan tanah.

Azan empat di Masjid Sultan Ternate Dok: M. Pinem, Juni 2012

24Wawancara dengan Faruk, 15 Juni 2012.

203 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

3. Khutbah Jumat khatib tidak kelihatan oleh jamaah secara Seperti telah dijelaskan di atas bahwa utuh. Hal ini menggambarkan bahwa yang yangbertugas sebagai khatib Jumat adalah terpenting dalam khutbah Jumat adalah bergantian dari etnis atau wilayah yang apa yang disampaikan oleh khatib bukan diatur bobato akhirat. Prosesi salat Jumat di tergantung siapa yang menyampaikan- Masjid Sultan dimulai dengan pemukulan nya.25 Begitu juga tertutupnya khatib de- bedung oleh petugas kemudian kahtib naik ngan tirai bermakna agar seorang khatib mimbar kemudian megumandangkan azan jauh dari sikap ujub, riya’ dan jauh dari dengan empat muasin tanpa pengeras suara. kesombongan. Artinya seorang khatib Khatib Jumat di Masjid Sultan di atas harus tawaduk atau rendah hati. mimbar tertutup dengan tirai, sehingga

Khatib Jumat tertutup di atas mimbar Dok. M.Pinem, Juni 2012

Seluruh petugas baik salat lima waktu 4. Salat Idul Fitri dan Idul Adha maupun salat Jumat, memiliki identitas Salat Idul Fitri dan Idul Adha biasanya yang berbeda dengan jamaah pada umum- di masjid ini dilaksanakan bersama Sultan. nya. Para petugas berpakaian gamis ber- Ketiga masjid kesultanan yaitu Sigi Lamo, Sigi warna putih atau hijau dengan kopiah Cim dan Sigi Heku, dalam melaksanakan bundar dengan warna merah-putih atau salat Idul Fitri dan Idul Adha memiliki aturan hijau-putih yang dikenakan di kepala. tersendiri. Sigi Cim dan Sigi Heku dalam melaksanakan dua hari raya tersebut harus atas komando Sigi Lamo atau Masjid Kesultanan yang di Soasio.

25Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi saw, yang berbunyi: artinya: lihatlah apa yang dikatakannya dan jangan lihat siapa yang mengata-kan.

204 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

Suasana Idul Adha tahun 2011 di Masjid Sultan Doc. Rinto Taib

Salat hari raya dilaksanakan apabila oleh Undang-Undang Cagar Budaya Sultan telah ada di Sigi Lamo, dan biasanya Nomor 11 tahun 2010. diarak oleh petugas kesultanan sampai ke Kedua, Sigi Lamo Kesultanan Ternate masjid. Apabila Sultan telah sampai di Sigi terletak di komplek istana tapi jaraknya Lamo dan salat akan dimulai, kemudian berjauhan. Sangat berbeda dengan masjid diinformasikan juga ke Sigi Cim dan Sigi yang ada di Jawa di mana masjid selalu Heku bahwa salat sudah dapat dilaksana- berdekatan dengan kraton dan pasar. Dari kan. Artinya kedua sigi kesultanan yang segi tata letak masjid tidak ada pengaruh lainnya harus menunggu perintah salat ter- Jawa, tetapi dari aspek arsitektur terlihat lebih dahulu dari Sigi Lamo Kesultanan ada pengaruh Jawa dengan adanya tiang yang di Soasio.26 penyangga di dalam masjid atau saka guru sebagai penyangga atapnya yang pirami- PENUTUP dal, kemiringan tajam seperti pada kons- truksi tajug. Persamaan lain dengan masjid 1. Kesimpulan tua/bersejarah di Jawa adalah adanya se- Dari hasil penelitian terhadap Sigi rambi, melebar selebar unit ruang utama Lamo Kesultanan Ternate, maka dapat salat. Pada setiap sisi masjid Sultan atap bebe-rapa kesimpulan. puncaknya dibuat jendela atap. Di halam- Pertama, Sigi Lamo Kesultanan meru- an depan tepat pada sumbu garis mihrab, pakan masjid tertua yang ada di Ternate. terdapat unit bertingkat, di bawah berupa Masjid ini didirikan sekitar tahun 1606 M kolong, atas untuk teras berfungsi sebagai pada masa Sultan Hamzah (1628-1648). tempat azan dan meletakkan bedug. Di ba- Masjid ini sampai saat ini tetap terjaga dari rat masjid terdeapat juga komplek pema- keasliannya dan termasuk yang dilindungi kaman kesultanan.

26Wawancara dengan Taib, 15 Juni 2012.

205 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 187 - 207

Ketiga, Sigi Lamo Kesultanan Ternate, nya oleh masyarakat, karena masjid ini dalam pembangunan fisik maupun kegiat- merupakan saksi sejarah yang masih tersisa an keagamaan sampai saat ini berjalan dari tinggalan Islam masa lalu. Masjid tua/ dengan baik. Struktur organisasi kepengu- bersejarah merupakan salah satu bukti seja- rusan Masjid Sultan diatur berdasarkan rah masuknya Islam di Maluku Utara pada bobata akhirat yang mewakili dari masing- umumnya dan Ternate khususnya. masing etnis atau daerah yang ada di Ter- Kedua, pemerintah pusat perlu mem- nate. Bobato akhirat tersebut terdiri dari pertegas pelaksanaan atas kebijakan per- Imam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangaji, dan lindungan Cagar Budaya di Indonesia. Hal Imam Moti. Keempat imam inilah bertugas ini penting karena tidak sedikit cagar bu- secara bergantian setiap minggunya untuk daya rusak bahkan dirusak serta diperseng- mengatur peribadatan di Masjid Sultan. ketakan yang berakibat situs-situs keaga- maan dan lainnya terlantar begitu saja 2. Rekomendasi tanpa kejelasan kepemilikannya. Ketiga, seluruh instansi pemerintah Beberapa saran dan rekomendasi yang pusat, daerah dan unit terkait lainnya perlu dapat disampaikan baik kepada Pemerin- duduk bersama untuk melindungi dan tah Daerah, Pemerintah Pusat dan instansi melestarikan situs-situs bersejarah yang terkait adalah: pertama, kepada pemerintah ada di Indonesia. Karena bangsa yang akan daerah perlu mensosialisasikan pentingnya maju adalah yang menghargai dan belajar pemahaman sejarah terhadap peninggal- dari sejarah masa lalu. Orang yang buta an masa lalu. Dalam konteks ini Sigi Lamo sejarah maka akan gelap masa depannya. kesultanan Ternate perlu diketahui sejarah-

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Des, 2005. Sejarah Maluku Banda naira, Ternate, Tidore dan Ambon, Jakarta, Dian Rakyat.

Amal, M. Adnan , 2007. Kepulauaan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250- 1950, Nara Cipta Litera dengan Bursa Kawasan Timur Indonesia (BakTI) 2007.

____, 2009.Portugis & Spanyol di Maluku, Jakarta, Komunitas Bambu.

____, 2009.Tahun-Tahun yang Menentukan Babullah Datu Syah Menamatkan Kehadiran Portugis di Maluku, Makassar, Pusat Kajian Agama dan Masyarakat-PUKAT.

____, dan Irza Arnyta Djafar, 2003.Maluku Utara Perjalanan Sejarah 1800-1950, Ternate, Universitas Khairun Ternate.

Ambary, Hasan Muarif, 2001. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Jakarta, PT Logos Wacana Ilmu, Cet. II.

Asba,A. Rasyid, 2011. “Pendidikan Di Maluku Utara Pada Masa Kesultanan Ternate dalam Perspektif Sejarah Dan Budaya” Makalah Ini disampaikan pada Seminar Internasinal dan Workshop dengan Tema Pendidikan di Maluku Utara dalam

206 Sigi Lamo dan Tinggalan Sejarah Islam di Ternate (Masmedia Pinem)

PerspektifSejarah dan Budaya yang diselenggarakan oleh STAIN Ternate bekerjasama Dengan Turki Foundation di Kota Ternate pada tanggal 21 Okto-ber- 23 Oktober.

Atjo, Rusli Andi, 2008. Peninggalan Sejarah di Pulau Ternate, Jakarta,Cikoro Printing.

_____, 2009. Kamus Ternate Indonesia, Jakarta, Cikoro Trirasuandar, cet. 5.

Badan Pusat Statistik Maluku Utara, 2010.Statistik Daerah Provinsi Maluku Utara 2010.

Bafadal, Fadhal AR, dan Rosehan Anwar (ed.), 2005. Mushaf-Mushaf Kuno Indonesia, Puslitbang Lektur Keagamaan Balitbang dan Diklat RI.

BPS Kota Ternate dalam Angka 2008.

Darmajaya, 2010.Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.

Depdikbud RI, 1997. Ternate Sebagai Bandar di Jalan Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi.

Dinsie, Amas, dan Rinto Taib, 2008. Ternate Sejarah Kebudayaan dan Pembangunan Perdamaian Maluku Utara, Ternate, Lembaga Kebudayaan Rakyat Maluku Kie Raha (LeKra-MKR).

Direktorat Keb, Pariwiata, Pemuda dan Olah Raga, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, 2006. Studi Penyelamatan Kekayaan Budaya, Jakarta: Bappenas.

Djafaar, Irza Arnyta, 2007. Jejak Portugis di Maluku Utara, Yogyakarta,Ombak.

Gibb, H.A.R., dan J. H. Kramers, 1974. Shorter Encyclopedia of Islam,, E.J. Brill, Leiden.

Heuken SJ, A. 2003. Mesjid-Mesjid Tua di Jakarta Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka. http://irfan46.student.umm.ac.id/2010/07/29/sejarah-islam/

Jurnal Lektur Keagamaan, 2009. Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Vol 7, No. 1.

Kartodirdjo, Sartono (peny.),1983. “Sida Arif Malamo”dalam Elites dalam Perspektif Sejarah Jakarta , LP3ES.

Lestaluhu, Maryam RL, 1988. Sejarah Perlawanan Masyarakat Islam Terhadap Imperialisme di Daerah Maluku, Bandung, Al-Maarif.

Mapanawang, Arend L., 2012. Loloda Kerajaan Pertama Moluccas Sejarah Kerajaan Loloda Maluku, Tobelo, Yayasan Medika Mandiri Halmahera.

Sedyawati, Edi, 2006. Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Jakarta; PT. Raja Grafindo Press.

Sumalyo, Yulianto, 2000. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Taib, Rinto, Wisata Religi Mesjid Kesultanan Ternate, t.t. t.p.

207