LEKSIKALISASI DAN FUNGSI BAGIAN-BAGIAN POHON KELAPA: TINJAUAN ETNOLINGUISTIK

LEXICALIZATION AND FUNCTION OF TREE PARTS: ETHNOLINGUISTIC APPROACH

Edi Setiyanto Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka, No. 34, Yogyakarta, Telepon (0274) 562070, Faksimile (0274) 580667 Pos-el: [email protected]

Naskah diterima: 25 Juli 2018; direvisi: 2 Desember 2018; disetujui 14 Desember 2018

Permalink/DOI: 10.29255/aksara.v30i2.300.285-300

Abstrak Penelitian ini membahas leksikalisasi bagian-bagian pohon kelapa dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat Jawa di DIY, khususnya wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Penelitian berkenaan dengan inventarisasi dan deskripsi fungsi leksikalisasi. Penelitian ini memanfaatkan teori etnolinguistik dan semiotika. Dengan teori itu, leksikalisasi dipahami sebagai cermin cara penutur menandai fungsi sebuah realita bagi kehidupan mereka. Data penelitian ini berupa kata (leksem) yang menunjuk bagian tertentu pohon kelapa. Data diperoleh dengan metode simak yang ditindaklanjuti dengan metode cakap. Metode simak dilaksanakan dengan memperhatikan penggunaan leksem-leksem bagian kelapa dalam kehidupan sehari-hari. Metode cakap digunakan untuk memeriksa keabsahan data, termasuk melacak kemungkinan adanya data yang belum tercatat. Metode cakap memanfaatkan tiga narasumber. Pembahasan pada penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Analisis memanfaatkan analisis komponen makna. Analisis dimaksudkan untuk menemukan komponen diagnostik setiap kata/leksem demi terpahaminya kekhasan fungsi. Berdasarkan analisis, ditemukan 26 leksikalisasi bagian pohon kelapa dan 31 leksem nama produk terkait pemanfaatan bagian pohon kelapa. Berdasarkan klasifikasi, fungsi pemanfaatan bagian pohon kelapa itu dapat dipilah dalam 6 ranah, yaitu (1) bahan bangunan rumah, (2) kuliner, (3) pengobatan, (4) hiasan atau perlengkapan, (5) mainan anak-anak, dan (6) kayu bakar. Beragamnya ranah pemanfaatan bagian pohon kelapa membuktikan besarnya fungsi pohon kelapa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

Kata kunci: leksikalisasi, kekhasan komponen, fungsi

Abstract This study discusses lexicalization of parts of coconut tree and their function in Javanese community life in Special Region of Yogyakarta, especially areas of Yogyakarta city and Bantul resident. The study deals with inventorying and description function of lexicalization. This study employs an ethnolinguistic approach. By using the theory, lexicalization can be understood as a depiction of speakers’ way in marking function of a reality for their life. The data of this study is a word (lexeme) that refers to a particular part of coconut tree. The data were obtained by using observation method which is accompanied with conversation method. The observation method is carried out by regarding the use of coconut part lexemes in daily life. The conversation method is used to examine data validity and to trace the possibility of

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 285 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300

unnoted data. The conversation method uses three resources. The discussion is qualitative analysis. The analysis uses semiotic analysis to find diagnostic components in every word/ lexeme in order to understand function peculiarity. Based on the analysis, it is found out that there are 26 lexicalizations of parts of coconut tree and 31 lexemes as the product name related to utilization of the coconut tree. Based on the classification, utilization coconut tree function can be divided into 6 domains, namely (1) building materials, (2) culinary, (3) medication, (4) decoration or equipment, (5) child toy and 6) firewood. The diversity of utilization areas of coconut trees proves the significant function of coconut trees in Javanese people daily life.

Keywords: lexicalization, specific component, function

How to cite: Setiyanto, E. (2018). “Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Pendekatan Etnolinguistik”. Aksara, 30(2), 285—300 (DOI: 10.29255/aksara.v30i2.300.285-300).

PENDAHULUAN leksikalisasi menyiratkan seberapa bermanfaat Tanaman kelapa merupakan tanaman yang sebuah realita bagi kelompok masyarakat banyak tersebar di berbagai belahan dunia. tertentu. Semakin banyak leksikalisasi/ Tanaman kelapa mempunyai akar serabut, penamaan diberikan pada sebuah realita, hal berbatang tunggal, berbuah menggerombol itu menyiratkan semakin bermanfaatnya realita dengan daun bertulang sejajar. Tanaman kelapa itu pada masyarakat bersangkutan. dapat tumbuh dengan baik hingga mencapai Pada masyarakat Jawa, pohon kelapa tinggi 20—25 m, baik di dataran rendah tergolong pohon yang banyak dimanfaatkan maupun dataran tinggi. Di Indonesia tanaman oleh masyarakat. Hal itu sesuai dengan yang tergolong ke dalam famili Palmae ini banyaknya leksikalisasi yang dikenakan pada tumbuh tersebar dari Sumatera hingga Papua. pohon kelapa. Leksikalisasi itu tersebar dari Ketersebaran pohon kelapa sesuai dengan batang hingga ke bagian pucuk pohon. Secara kemampuannya untuk tumbuh di berbagai garis besar leksikalisasi itu berkenaan dengan ekologi lahan: dataran rendah pasang surut, kata-kata (leksem) berikut: glugu ‘batang pohon dataran rendah, dataran sedang, dan dataran kelapa’, papah ‘pelepah daun kelapa’, janur tinggi (Hartawan & Sarjono, 2016, hlm. 47). ‘daun pohon kelapa yang masih muda’, blarak Kedekatan dengan tanaman kelapa ‘daun pohon kelapa yang sudah tua’, manggar menjadikan masyarakat dapat memahami ‘bunga kelapa’, degan ‘buah kelapa yang anatomi pohon. Dalam perkembangannya, masih muda’, krambil ‘buah kelapa yang sudah masyarakat lalu juga dapat mengenali kekhasan tua’. Dari hasil penyimakan dan wawancara, atau kelebihan setiap bagian pohon (komponen leksikalisasi tersebut bagian pohon kelapa diagnostik). Dalam hubungan itu, masyarakat dalam bahasa Jawa berjumlah lebih dari tujuh juga lalu dapat mengetahui manfaat dari leksem yang telah disebutkan. bagian tertentu tanaman dalam kehidupan Bagi penutur asli bahasa Jawa, terutama sehari-hari, baik yang sifatnya sosial, budaya, generasi tua, kata-kata (leksem) yang merujuk ekonomi, maupun ritual. Untuk memudahkan bagian tertentu pohon kelapa itu bukan semata transfer pengetahuan itu, masyarakat kemudian sebuah rangkaian bunyi dengan pengertian menamai/meleksikalkan bagian-bagian pohon tertentu. Kata atau leksem itu juga menyiratkan yang memiliki fungsi itu. Dengan kata lain, seperangkat pengetahuan tertentu. Misalnya,

286 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 285 — 300 (Edi Setiyanto) Lexicalization and Function of Coconut Tree Parts: Ethnolinguistic Approach kata janur bagi penutur bahasa Jawa, terutama oleh Law et al. (2014, hlm. 6) dari dan generasi tua, tidak semata merupakan rangkaian Lima et al. (2015, hlm. 961) dari Brazil. Law fonem /j-a-n-u-r/ dengan rujukan berupa et al., 2014, hlm. 6) mengkaji pengaruh virgin daun pohon kelapa yang masih muda, yang coconut oil (VCO) terhadap kualitas hidup berwarna putih kehijauan. Kata janur akan (QOL) 60 pasien kanker payudara stadium mengingatkan seperangkat pengetahuan III dan IV yang dirawat dengan kemoterapi di dalam kaitan dengan kebermanfaatannya. Unit Onkologi Rumah Sakit Universiti Sains Misalnya, dengan model anyam tertentu janur Malaysia. Berdasarkan uji coba, diketahui akan menghasilkan pembungkus . bahwa penggunaan VCO selama kemoterapi Sebaliknya, dengan model anyaman yang lain, telah membantu meningkatkan status fungsional janur akan menghasilkan, misalnya, kembar dan kualitas hidup (QOL) pasien kanker mayang, keris-kerisan, walang-walangan yang payudara. Penggunaan VCO juga mengurangi lazim difungsikan sebagai perhiasan dalam gejala efek samping kemoterapi. resepsi upacara pernikahan. Berbeda dengan Law et al. (2014), Lima et Paparan ringkas tadi menjelaskan bahwa al. (2015, hlm. 961) meninjau profil fitokimia, pohon kelapa memiliki banyak kegunaan kegiatan farmakologi, dan toksikologi atas dalam kehidupan masyarakat Jawa. Banyaknya penggunaan tanaman kelapa untuk keperluan kegunaan itu sesuai dengan banyaknya praklinis dan klinis di masa mendatang. leksikalisasi terhadap bagian-bagiannya. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa C. Besar kemungkinan beragamnya manfaat nucifera memiliki efek farmakologis penting pohon kelapa itu juga diakui di berbagai dengan toksisitas rendah. Efek farmakologis daerah di Indonesia meskipun tanpa didukung itu berbeda menurut bagian tanaman atau leksikalisasi. Dugaan itu sesuai dengan adanya buah yang digunakan. Aktivitas antioksidan berbagai penelitian terhadap manfaat pohon didominasi oleh konstituen endokarp dan air kelapa, seperti penelitian-penelitian berikut. kelapa. Bagian serat menunjukkan aktivitas Pertama penelitian yang dilakukan oleh antibakteri, antiparasit, dan anti-inflamasi. Pratiwi & Sutara (2013, hlm. 9). Dipaparkan Untuk akar, ekstrak etanolnya memiliki efek dalam penelitian itu bahwa di Denpasar dan depresan dan antikonvulsan pada sistem Badung, , pemanfaatan pohon kelapa saraf pusat. Selain itu, air kelapa memiliki didasarkan pada dua hal: bagian-bagian pohon efek protektif (pada ginjal dan jantung); efek dan kegunaannya. Berdasarkan penelitian itu, hipoglikemik; serta antioksidan. diketahui bahwa bagian tanaman kelapa yang Pemahaman dan pemanfaatan bagian banyak dimanfaatkan ialah buah 53%; batang pohon kelapa untuk berbagai keperluan terjadi 22%; daun sebanyak 23%; dan akar 2%. di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Bagian-bagian tersebut dimanfaatkan sebagai di Jawa. Pada masyarakat Jawa banyaknya sarana upakara, obat, bangunan, konsumsi, pemanfaatan bagian pohon kelapa itu ditandai kerajinan, bahan bakar, atap rumah, sapu lidi, dengan banyaknya penamaan (leksikalisasi). dan alat rumah tangga. Dengan kata lain, penamaan dikenakan pada Penelitian mengenai manfaat kelapa atau bagian tertentu pohon kelapa yang memang bagian dari pohon kelapa itu tidak hanya memiliki manfaat dalam kehidupan sehari- dilakukan oleh peneliti Indonesia. Dapat hari. Misalnya, manggar ‘bunga kelapa’ yang disebutkan, misalnya, penelitian yang dilakukan dapat diolah menjadi gudheg manggar atau

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 287 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300 disadap untuk menghasilkan legen, yaitu yang sebelumnya melatari “lahirnya” kata/ bahan dasar gula merah. Contoh lain ialah leksem bagian tertentu pohon kelapa. Keadaan tataran, yaitu ‘lekukan/lubangan yang dibuat seperti itu analogi dengan hilangnya leksem pada bagian kanan kiri batang pohon kelapa bungkus berbahan daun pisang dalam bahasa yang difungsikan sebagai tempat berpijak Jawa seperti takir, penak, pinjung, conthong ketika memanjat’; glugu ‘batang pohon (Setiyanto, 2018, hlm. 822). kelapa’ yang dapat dimanfaatkan untuk bahan Berdasarkan paparan, diketahui bahwa usuk/kasau rumah; janur ‘daun muda pohon pohon kelapa memiliki banyak manfaat bagi kelapa’ yang dapat digunakan untuk bungkus masyarakat Jawa sesuai dengan banyaknya ketupat dan bahan berbagai hiasan pada pesta leksikalisasi atas bagian pohon. Dari sisi lain, pernikahan; blarak ‘pelepah dan daun kelapa seperti dipaparkan pada kajian pustaka, belum yang sudah tua/kering’ yang dapat dianyam ada kajian yang membahas permasalahan itu dari untuk menggantikan genting atau menyalakan sudut pandang budaya. Karena pertimbangan perapian di tungku. tersebut, pada kesempatan ini, dikaji perihal Dari sisi lain, penamaan (leksikalisasi) atas leksikalisasi bagian-bagian pohon kelapa satu bagian pohon kelapa kadang menghasilkan dengan judul “Leksikalisasi dan Fungsi Bagian- nama (leksem) lain sebagai produk. Misalnya, Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik”. welit (anyaman daun kelapa kering untuk Rumusan masalah pada penelitian ini mencakup menggantikan genting, misal pada kandang dua hal, yaitu (1) inventarisasi dan definisi ternak) sebagai leksem produk dari leksem leksikal bagian-bagian pohon kelapa serta (2) blarak; kembar mayang (sepasang hiasan yang manfaat dari setiap bagian pohon kelapa. dibuat dari janur dan bunga-bungaan yang Penelitian ini memanfaatkan teori etno­ dipasangkan pada hati batang pisang untuk linguistik. Dengan demikian, bahasa dipahami­ kelengkapan pada prosesi pernikahan) sebagai sebagai seperangkat simbol yang meng­ leksem produk dari leksem janur. gambarkan cara penutur mengklasifikasi, Leksikalisasi dan pemfungsian bagian pohon menga­tegori, dan menaksonomikan lingku­ kelapa pada masyarakat Jawa sepengetahuan ngan atau dunianya (Ahimsa-Putra, 1997, penulis sangat kompleks, tetapi belum pernah hlm. 55). Hasil taksonomi atau klasifikasi itu diinventarisasi dan dikaji secara khusus. diwujudkan dalam bentuk kata (leksikalisasi Inventarisasi dan penelitian seperti itu dapat atau penamaan). dianggap perlu mengingat kenyataan sebagai Karena beragamnya kepentingan tersebut, berikut. Pada sebuah leksikalisasi, peristiwa dalam masyarakat Jawa, pohon kelapa tidak yang terjadi bukanlah semata penyematan hanya dikenal dengan dua sebutan, yaitu wit nama pada sebuah realita. Turut terdeskripsikan kelapa ‘pohon kelapa’ (batang, daun, beserta di sana, yaitu seperangkat pengetahuan yang seluruh anatomi tumbuhan) dan klapa ‘kelapa’ melekat pada realita tersebut. Dengan demikian, (buahnya). Pada masyarakat Jawa, pohon pemahaman terhadap leksikalisasi sebenarnya kelapa mengalami banyak leksikalisasi sesuai juga merupakan pemahaman terhadap sebuah dengan beragamnya bagian dari pohon yang pengetahuan. Dari sisi lain, modernisasi di dapat difungsikan dalam kehidupan sehari- masyarakat Jawa telah menghilangkan berbagai hari. Selain janur dan manggar yang telah leksikalisasi bagian pohon kelapa. Dengan disebutkan, setidaknya dikenal pula glugu kata lain, turut hilang, yaitu berbagai ideologi ‘batang pohon’, pondhoh ‘pucuk batang pohon

288 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 285 — 300 (Edi Setiyanto) Lexicalization and Function of Coconut Tree Parts: Ethnolinguistic Approach yang enak dimakan’, papah ‘pelepah daun’, significatum ‘petanda’. Sign atau tanda adalah blarak ‘daun (kering) pohon kelapa’, sada lambang yang digunakan untuk mengabstraksi ‘batang tulang daun’, mancung ‘seludang, sebuah realita. Konsep adalah abstraksi nilai- kelopak pembungkus bunga kelapa’. nilai yang dimiliki oleh sebuah realita secara Leksikalisasi bagian-bagian pohon kelapa mental. Petanda adalah realita atau fakta yang itu menyiratkan sebagian kecil pelaksanaan ditunjuk oleh tanda. Dalam kaitan dengan prinsip-prinsip ekolinguistik dalam masyarakat leksikalisasi bagian pohon kelapa, penelitian Jawa. Menurut Haugen (1970; Suktiningsih, berkenaan dengan (1) inventarisasi tanda dan 2016, hlm. 139), ekolinguistik adalah ilmu (2) inventarisasi konsep sebagai abstraksi dari yang mengkaji hubungan antara lingkungan dan petanda. bahasa. Lingkup itu sesuai dengan perspektif yang menganggap bahwa bahasa dan komunitas METODE penuturnya merupakan satu organisme yang Penelitian ini bersifat deskiptif kualitatif. hidup secara bersistem dalam suatu kehidupan, Disebut deskriptif karena sifat pembahasan yang bersama-sama dengan organisme yang lain tidak untuk menilai atau menghakimi. Namun, (Mbete, 2009; Yuniawan et al., 2014, hlm. sebatas memerikan data seperti apa adanya; 43). Tercakup dalam pengertian itu, misalnya, tanpa mengurangi, tanpa menambahi. Disebut mengapa bagian tertentu pohon kelapa dalam kualitatif karena data dan pembahasan tidak masyarakat tertentu dinamai, sedangkan dalam bersifat numerik. Data dalam jumlah jamak masyarakat yang lain tidak. Sekadar contoh, atau tunggal diperlakukan sama (Sugiyono, dalam masyarakat Jawa bagian ujung batang 2012, hlm. 13--16). kelapa yang masih lunak dan dapat dimasak Data penelitian ini berupa kata (leksem) dinamai pondhoh. Dalam masyarakat lain, yang merujuk bagian pohon kelapa beserta bagian yang sama mungkin tidak dinamai fungsinya dalam memenuhi keperluan sehari- karena tidak diketahui fungsinya. hari masyarakat Jawa. Data diperoleh dengan Klasifikasi seperti itu dapat disebut “peta menggunakan metode simak dan metode cakap kognitif”. Peta kognitif adalah seperangkat (Sudaryanto, 2015, hlm. 201--2014). Metode pengetahuan yang menuntun bagaimana simak dilaksanakan dengan memperhatikan penutur harus memperlakukan lingkungan penggunaan bahasa, yang dalam hal ini sebagai sebuah kenyataan atau berperilaku penggunaan nama bagian-bagian pohon kelapa dengannya untuk menghadapi sebuah kenyataan beserta fungsinya. Untuk melengkapi metode (Ahimsa-Putra, 1997, hlm. 56). Dengan simak, diterapkan metode cakap dengan cara kata lain, penamaan-penamaan tersebut melakukan wawancara. Narasumber wawancara menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa ialah penutur bahasa Jawa di Desa Sendangsari, memperlakukan pohon kelapa sebagai bagian Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yang dipercaya dari lingkungan yang dapat digunakan untuk masih menguasai nama-nama bagian pohon mengatasi permasalahan kehidupan. kelapa beserta fungsinya. Narasumber Leksikalisasi, sebagai sebuah penamaan, berjumlah tiga orang, yaitu Adisumarto usia berkenaan dengan semiotika atau sistem 71 tahun, Kromoprawiro usia 73 tahun, dan tanda. Menurut Lyons (1977; Baehaqie, 2014, Sumaryadi usia 78 tahun. Penerapan metode hlm. 183), semiotika selalu tersusun dari tiga cakap dimaksudkan untuk melengkapi data unsur, yaitu sign ‘tanda’, concept ‘konsep’, dan yang diperoleh melalui metode simak sekaligus

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 289 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300 untuk menguji kebenarannya. Langkah itu +kuat dan +memiliki diameter 30 cm-an; glugu sesuai dengan adanya data yang sudah jarang ‘batang pohon kelapa’ dapat dijadikan bahan digunakan di samping terus berkurangnya bangunan. pemahaman generasi muda terhadap nama dan Analisis seperti dimaksudkan dilakukan fungsi bagian-bagian pohon kelapa. Sekadar untuk memahami “ethno environment” dari kata contoh ialah semakin tak dikenalnya leksem penunjuk bagian tertentu pohon kelapa. Ethno pondhoh ‘bagian ujung batang pohon kelapa environment adalah lingkungan fisik yang telah yang masih muda sehingga lunak dan enak jika ditafsirkan berdasar perangkat pengetahuan disayur’ di kalangan generasi muda. Leksem dan sistem nilai tertentu (Ahimsa-Putra, 1997, pondoh menjadi kurang dikenal mengingat hlm. 54). selera masak orang sekarang yang sudah berubah. HASIL DAN PEMBAHASAN Wawancara dilakukan dengan mengajukan Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini empat pertanyaan dasar. Pertama, memastikan menghasilkan dua hal. Pertama, inventarisasi apakah kata-kata yang merujuk bagian tertentu yang menghasilkan 26 kata (leksem) penunjuk pohon kelapa yang sudah diperoleh melalui bagian-bagian pohon kelapa. Inventarisasi penyimakan juga dikenal oleh narasumber. disertai dengan pencantuman arti masing- Kedua, memastikan kebenaran fungsi dari bagian masing. Kedua, deskripsi atas manfaat setiap tertentu pohon kelapa. Ketiga, memastikan bagian pohon kelapa dalam kehidupan sehari- apakah masih ada kata penunjuk bagian pohon hari masyarakat Jawa. Berdasarkan bidangnya, kelapa yang belum terdaftar. Keempat, meminta manfaat itu terpilah ke dalam 6 ranah, yaitu informasi mengenai kegunaan kata termaksud (1) bahan bangunan rumah, (2) kuliner, (3) jika memang ada. pengobatan, (4) hiasan atau perlengkapan, (5) Pada pembahasan fungsi leksem-leksem mainan anak-anak, dan (6) kayu bakar. Uraian (bagian pohon kelapa) digunakan analisis lebih terperinci dapat dilihat pada pembahasan komponen makna, terutama komponen berikut. diagnostik. Menurut Nida (1975, hlm. 33), komponen diagnostik adalah komponen- Leksikalisasi Pohon Kelapa makna khas sebuah kata (leksem). Komponen Leksikalisasi adalah proses penamaan atau diagnostik membedakan makna sebuah kata pemberian sebutan atas sebuah realita karena dari kata lain dalam sebuah medan. Selain kegunaannnya bagi penutur. Oleh sebab itu, itu, komponen diagnostik juga menjadikan leksikalisasi sebuah realita yang sama pada sebuah kata (referen) memiliki fungsi yang berbagai masyarakat penutur sering tidak berbeda jika dibandingkan dengan fungsi sama. Hal itu sesuai dengan adanya perbedaan kata yang lain. Misalnya, karena komponen pada ethno environment-nya. Semakin banyak diagnostik yang +tipis memanjang, +lentur, leksikalisasi atas sebuah realita menandakan +liat, +warna yang khas; janur lalu difungsikan semakin beragamnya fungsi realita itu bagi sebagai bahan pembungkus ketupat atau bahan masyarakat penutur. Berikut disajikan hasil berbagai hiasan pada pesta pernikahan yang inventarisasi atas leksikalisasi masyarakat Jawa pembuatannya memerlukan banyak lipatan. terhadap bagian-bagian pohon kelapa. Sebaliknya, karena komponen diagnostik yang

290 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 285 — 300 (Edi Setiyanto) Lexicalization and Function of Coconut Tree Parts: Ethnolinguistic Approach

Tabel 1 Leksikalisasi Bagian Pohon Kelapa Berdasarkan penyimakan dan wawancara, No. Leksem Glos diketahui ada 26 kata (leksem) yang digunakan 1. cikal ‘kelapa yang sudah memiliki tunas, untuk menunjuk bagian-bagian pohon kelapa cikal’ dalam masyarakat Jawa. Penamaan itu 2. glugu ‘batang pohon kelapa (yang sudah tua)’ didasarkan kekhasan fungsi masing-masing 3. pondhoh/ ‘pucuk batang kelapa yang masih lunak bagian dalam kehidupan sehari-hari, baik yang empol dan enak untuk dibuat sayur’ sifatnya harian, sosial, maupun ritual. 4. papah ‘pelepah beserta daun kelapa’ 5. sada ‘lidi, tangkai daun kelapa’ Fungsi Bagian Pohon Kelapa 6. janur ‘janur, daun kelapa yang masih muda’ Setiap realita yang memiliki fungsi dalam 7. blarak ‘daun kelapa yang sudah tua/kering’ kehidupan manusia lazimnya dikenai 8. blungkang ‘pelepah dan daun kelapa yg jatuh karena kering’ leksikalisasi (penamaan). Perangkat leksikon 9. mancung ‘seludang, kelopak pembungkus bunga sebuah realita yang sama akan berbeda dalam kelapa’ berbagai masyarakat. Hal itu berkaitan dengan 10. manggar ‘mayang, manggar, bunga pohon kelapa’ adanya perbedaan ethno environment (perangkat 11. legen ‘nira, air sadapan dari manggar’ pengetahuan dan sistem nilai) yang digunakan 12. bluluk ‘buah kelapa yang masih sangat muda dalam menafsirkan sebuah realita (Ahimsa- berukuran sekitar kepalan tangan anak Putra, 1997, hlm. 54). Berikut disajikan analisis usia 5-6 tahun’ leksikalisasi bagian-bagian pohon kelapa yang 13. cengkir ‘buah kelapa dengan usia dan ukuran yang lebih besar dibandingkan bluluk’ menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa 14. degan ‘degan, kelapa yang masih muda’ menafsirkan pohon kelapa sebagai bagian dari 15. semanten ‘semantan, kelapa dengan usia di atas lingkungannya. Analisis berkenaan dengan degan’ fungsi bagian pohon kelapa, tetapi diawali 16. klapa/kram- ‘kelapa yang sudah masak’ dengan paparan analisis komponen makna bil untuk mengetahui komponen spesifik yang 17. kenthos ‘calon tunas kelapa’ memungkinkan bagian tertentu difungsikan 18. cumplung ‘kelapa atau bakal kelapa yang jatuh sebelum masanya karena dimakan/ untuk keperluan yang juga tertentu. dirusak tupai/tikus’ 19. sepet ‘sabut, serat pembungkus-luar buah Cikal kelapa’ Cikal adalah buah kelapa yang sudah memiliki 20. janjang ‘kumpulan kelapa yang berasal dari satu tangkai bunga’ tunas. Jika dibandingkan dengan kelapa yang 21 bathok ‘tempurung, kulit-keras pembungkus sdh masak, secara umum, cikal memperlihatkan daging dan air kelapa’ perbedaan pada +air sudah tidak enak diminum, 22. tataran ‘lekukan/lubangan yang dibuat pada +daging kelapa sudah tidak bisa diolah untuk bagian kanan kiri batang pohon, yang difungsikan sebagai tempat tumpuan menghasilkan santan, +sudah memiliki tunas. saat memanjat’ Berikut contoh penggunaan kata cikal dalam 23. cikalan ‘sisa potongan kelapa yang sudah tidak kalimat. bisa diparut karena ukurannya yang kecil’ 24. bongkok ‘pangkal pelepah daun kelapa’ Data 1 25. tapas ‘serat pembungkus pelepah daun (1) Cikal sing loro kae tanduren mburi omah. kelapa’ ‘Cikal yang dua itu tanamlah di belakang 26. beruk ‘takaran beras yang dibuat dari tempu- rumah’ rung kelapa’

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 291 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300

Komponen yang paling spesifik pada cikal pertumbuhan dan tempat tumbuh berbagai ada pada tunas. Komponen itu berfungsi untuk bagian tanaman. Berikut contoh penggunaannya memungkinkan pembenihan. Dengan kata lain, dalam kalimat. fungsi utama cikal berkenaan dengan upaya perkembangbiakan. Data 3 (3) Pondhohe badhe diolah menapa,Bu? Glugu ‘Pondhoh-nya akan dimasak apa, Bu? Glugu adalah batang pohon kelapa. Jika Jika dibandingkan dengan glugu, pondhoh dibandingkan dengan bagian pohon kelapa memperlihatkan kekhasan komponen +lunak yang lain, kekhasan komponen glugu terdapat dan +enak. Berciri +lunak karena merupakan pada cirinya yang +keras dan kuat, +memiliki titik tumbuh; berciri +enak karena menjadi diameter sekitar 25-30 cm, +memiliki panjang tempat terkumpulkannya seluruh nutrisi total sekitar 17 m. Karena ciri komponen yang tumbuhan. Pondhoh lazim diolah menjadi seperti itu, glugu banyak digunakan sebagai atau lodheh. Lodheh ialah sayuran Jawa bahan bangunan. Berikut contoh penggunaan tradisional yang bahan dasarnya santan dan kata glugu. sayur-sayuran.

Data 2 (2) Glugu sing kuwi bisa kanggo usuk. Papah ‘Glugu yang itu dapat digunakan untuk kasau.’ Papah atau pelepah adalah tangkai tulang- daun pohon kelapa. Papah memiliki ukuran Bagian yang banyak menggunakan glugu panjang sekitar 2,5 m dengan bentuk pangkal ialah kasau dan belandar. Meskipun keras dan lebar; ujung meruncing. Kekhasan komponen kuat, glugu jarang digunakan untuk tiang. Hal papah terdapat pada +melekat kuat pada batang. itu berkenaan dengan ciri spesifik glugu yang Berikut contoh penggunaan kata itu. lain, yaitu ruyung. Ruyung ialah serat batang pohon kelapa dengan ciri +berukuran sebesar Data 4 jarum, +berwarna hitam, +mudah menusuk/ (4) Ancik-ancika papah sing ndhuwure. menelusup ke dalam daging. Karena adanya ‘Bertumpulah pada pelepah yang di atasnya.’ ruyung itu, meskipun memiliki kekuatan yang Komponen melekat kuat pada batang memadai, glugu jarang dimanfaatkan sebagai memunculkan fungsi utama papah, yaitu tiang bangunan. Pada posisi sebagai tiang, glugu sebagai tempat berpegangan, jongkok, atau akan sering bersinggungan dengan manusia. Hal duduk pemanjat selama proses memetik buah itu dikhawatirkan akan menyebabkan tlusuben kelapa. ‘tertusuknya daging oleh ruyung’. Karena alasan itu, glugu cenderung digunakan untuk bagian Sada bangunan yang jauh dari aktivitas penghuni Sada adalah tangkai daun kelapa yang melekat rumah, misalnya belandar dan kasau. pada papah (pelepah). Sada memiliki bentuk seperti kawat lurus dengan panjang sekitar 1 Pondhoh atau Empol m dan diameter sekitar 1 mm. Bentuk sada Pondhoh/empol adalah pucuk atau ujung pohon semakin meruncing di bagian ujung. Sada kelapa; tempat terkumpulnya seluruh nutrisi memiliki komponen khas +agak keras, +agak

292 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 285 — 300 (Edi Setiyanto) Lexicalization and Function of Coconut Tree Parts: Ethnolinguistic Approach mudah dipatahkan. Berikut contoh penggunaan dari perlengkapan yang dipasangkan di kiri kata itu. kanan pintu masuk ruang resepsi pernikahan bersama dengan kelapa, ikatan untaian padi, Data 5 pisang raja, dan potongan ranting pohon; (5) Sapa sing nganggo sapu sada, ya? sebagai simbol gadis yang sudah dipinang Siapa yang menggunakan sapu lidi, ya? dengan cara dilengkungkan di pintu masuk ruang resepsi (janur mlengkung); sebagai Komponen itu menjadikan sada mudah syarat mempertemukan dua mempelai dengan dipotong miring untuk dijadikan biting. Biting merangkainya dalam bentuk kembar mayang; adalah potongan sada dengan ukuran panjang sebagai sepasang hiasan yang mengapit kursi sekitar 3 sampai 5 cm. Biting digunakan sebagai mempelai; sebagai hiasan di seluruh ruang pengunci bungkus berbahan daun pisang atau resepsi pernikahan dengan merangkainya dalam kertas dengan menusukkannya ke lipatan inti berbagai bentuk, seperti cakra, keris-kerisan, pembungkus. Bersama dengan ciri +agak keras, walang-walangan. ciri +panjang sekitar 1 m menjadikan sada juga dibuat menjadi sapu. Sapu sada dibuat Blarak dengan membongkok sekitar 75 sampai 100 Seperti halnya janur (daun muda), blarak butir sada. daun-tua/daun kering kelapa juga memiliki fungsi dalam kehidupan. Fungsi itu berkenaan Janur dengan kekhasan komponen yang mirip dengan Janur adalah daun kelapa yang masih muda. janur, tetapi +pada satu pohon tersedia dalam Janur memiliki kekhasan pada ciri yang berupa jumlah yang lebih banyak, ±kering, ±rapuh. +lentur, +ulet, +berwarna kuning kehijauan. Dengan kata lain, blarak difungsikan untuk Ciri lentur menjadikan janur mudah diubah memenuhi keperluan yang jumlahnya lebih dalam berbagai bentuk seperti yang diinginkan. besar dibandingkan dengan barang yang Ciri ulet menjadikan janur tidak mudah putus/ berbahankan janur atau daun muda. Fungsi itu rusak ketika ditekuk-tekuk. Ciri warna yang terwujud dalam beberapa hasil produk: getepe, kuning kehijauan menjadikan janur memiliki sarang, welit, dan urub-urub. warna yang khas. Kekhasan ciri yang seperti Getepe adalah anyaman berbentuk empat itu menjadikan janur banyak dimanfaatkan persegi panjang yang dibuat dari daun tua pohon di berbagai keperluan, baik yang sifatnya kelapa. Getepe dibuat dengan membelah satu harian maupun prosesi ritual. Peristiwa harian, pelepah daun kelapa menjadi dua kemudian misalnya, sebagai pembungkus ketupat, menganyam daun yang masih menempel pada pembungkus (makanan jenang beras setiap belahan pelepah. Anyaman daun kelapa yang dililit dengan janur dalam bentuk kerucut). yang tidak dilepaskan dari belahan pelepah Berikut contoh penggunaan kata janur. menjadikan anyaman kokoh pada satu sisi. Getepe memiliki kekhasan komponen berupa Data 6 (6) Janur iki gawenen keris-kerisan. +berbentuk empat persegi panjang, +relatif Janur yang ini kau buat hiasan berbentuk keris. kuat. Getepe digunakan untuk pagar ruang resepsi pada hajat pernikahan. Berbeda dengan Fungsi janur pada peristiwa yang getepe, sarang adalah anyaman daun-tua kelapa sifatnya ritual, misalnya sebagai bagian yang berbentuk kubah-lentur terbalik dengan

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 293 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300 keempat ujung sisi yang dapat disatukan. komponen makna pada +bentuk yang seperti Kekhasan komponen sarang terjadi pada sampan dengan panjang sekitar 35 cm dan +bentuk kubah terbalik. Kekhasan komponen lebar 10 cm, +kuat dan liat, tetapi mudah itu sesuai dengan fungsi sarang sebagai wadah terbakar. Kekhasan komponen yang seperti nasi kenduri yang dibawa pulang. Berikut itu menjadikan mancung lazim digunakan contoh penggunaan kata blarak. sebagai bahan mainan anak-anak, bahan serat tali, atau genen saat memasak. Berikut contoh Data 7 penggunaan kata mancung. (7) Blarak kuwi gawanen ndhapur ben dinggo urub-urub. Data 9 ‘Daun kelapa yang sudah kering itu bawalah ke (9) Kapal-kapalan mau digawe saka mancung. dapur untuk menyalakan perapian.’ ‘Perahu mainan tadi dibuat dari seludang.’

Selain getepe dan sarang, blarak juga Manggar menghasilkan welit dan urub-urub. Welit adalah Manggar adalah bunga pohon kelapa. Manggar genting/atap dari anyaman blarak. Karena akan kelihatan jika mancung (pelepah karakter bahannya yang rapuh dan mudah penutup) sudah terbuka. Sebagai bagian terbakar, welit biasanya tidak digunakan sebagai pohon kelapa, manggar memperlihatkan genting/atap dari rumah utama. Welit sering kekhasan komponen berupa +ujung manggar dipasang di kandang atau bagian bangunan masih lunak, +menyimpan banyak nutrisi. noninti yang lain. Fungsi terakhir blarak ialah Kekhasan komponen itu menjadikan manggar urub-urub. Urub-urub adalah bahan/biji api dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan untuk menyalakan perapian di tungku masak seperti gudheg manggar atau disadap untuk atau tungku perapian yang lain. menghasilkan legen ‘cairan manis yang berasal dari sadapan manggar’. Berikut contoh Blungkang penggunaan kata manggar. Blungkang adalah pelepah dan daun kelapa yg gugur/jatuh karena tua/kering. Komponen khas Data 10 blungkang ialah +gugur/jatuh dan +kondisi (10) Opekna manggar sisan ben takgudhege. kering/tua. Blungkang digunakan untuk genen ‘Petikkan manggar sekalian biar saya olahnya (kayu bakar) atau bahan mainan. Berikut contoh menjadi gudek.’ penggunaan kata blungkang. Legen Data 8 Legen adalah cairan manis yang berasal dari (8) Bocah-bocah padha dolanan mobil-mobilan sadapan manggar. Dalam bahasa Indonesia nganggo blungkang. legen disebut nira. Komponen khas legen ialah ‘Anak-anak bermain mobil-mobilan dengan +berupa cairan, +rasa yang manis. Kekhasan menggunakan blungkang.’ komponen itu membuat legen dijadikan bahan untuk membuat gula jawa/gula merah dengan Mancung merebus dan mengaduknya secara terus- Mancung adalah pelepah penutup bakal menerus hingga menjadi kental dan padat. bunga pohon kelapa. Dalam bahasa Indonesia Selain itu, legen juga dapat langsung diminum disebut seludang. Mancung memiliki kekhasan sebagai penyegar sesudah sebelumnya sedikit

294 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 285 — 300 (Edi Setiyanto) Lexicalization and Function of Coconut Tree Parts: Ethnolinguistic Approach diencerkan. Berikut contoh penggunaan kata buat rujak.’ legen. Degan Data 11 Degan adalah kelapa yang masih muda. Kelapa (11) Sing taksenengi yen banjur disuguh legen. pada usia ini disukai oleh masyarakat. Hal ‘Yang saya sukai jika kemudian dijamu itu tidak lepas dari komponen khasnya, yaitu godokan nira’. +airnya yang manis dan segar serta +daging buah yg masih lunak. Degan lazimnya dipetik Bluluk untuk dimanfaatkan air dan daging buahnya. Bluluk adalah bakal buah kelapa yang masih Karakter daging yang lunak juga menjadikan sangat muda, berukuran sekitar kepalan tangan degan kadang dirujak. Selain sekadar sebagai anak usia 5-6 tahun. Bluluk memiliki kekhasan minuman atau makanan, air degan juga komponen berupa +ukuran yang sebesar digunakan untuk mengobati keracunan. kepalan tangan anak usia 5-6 tahun. Bluluk Cerita lain yang berkembang, air degan juga merupakan fase pemastian apakah pembuahan dikabarkan akan menjadikan bayi berkulit putih/ pada manggar berhasil atau tidak. Jika tidak, bersih jika sang ibu rajin meminum air degan bluluk (bakal kelapa) akan gugur. Bluluk lazim selama hamil. Berikut contoh penggunaan kata dijadikan untuk permainan gasing pada anak- degan. anak. Berikut contoh penggunaan kata bluluk. Data 14 Data 12 (14) Dinggo tamba ngelak, gopekna degan loro, (12) Aja rono-rono mundhak ketiban bluluk. yo! ‘Jangan ke sana-sana, nanti kejatuhan ‘Untuk menghilangkan haus, petiklah dua bluluk.’ degan, ya!

Cengkir Semanten Cengkir adalah buah kelapa dengan ukuran Semanten adalah kelapa yang sudah masak kurang lebih sebesar payudara. Karena usia yang dengan usia di atas degan. Hal itu sesuai dengan belum sempurna, jarang orang yang dengan pengertian semanten yang berarti ‘sedang sengaja memetik cengkir untuk dimanfaatkan. bersantan-santannya’. Jadi, sesuai dengan Cengkir yang lazim digunakan ialah cengkir proses morfologinya, yaitu santen ‘santan’ yang gugur karena perubahan cuaca yang dan sisipan -um- yang berarti ‘sedang dalam ekstrem atau tiupan angin yang kencang. keadaan enak-enaknya atau puncak-puncaknya Cengkir memiliki komponen khas berupa bentuk dasar’. Kelapa semanten memiliki +tempurung yang masih lunak. Komponen kekhasan komponen berupa +besar buah itu menjadikan cengkir lazim dijadikan bahan sudah maksimal, +kandungan santannya sudah rujak atau menggambarkan keadaan buah dada banyak, +siap diolah untuk berbagai masakan. yang ideal. Berikut contoh penggunaan kata Berikut contoh penggunaan kata semanten. cengkir. Data 15 Data 13 (15) Sing semanten kanggo gudhangan (13) Yen nemu cengkir, cangkingen ben engko wae. takrujake. ‘Yang semantan untuk bumbu gudangan ‘Jika menemukan cengkir, bawalah nanti kita saja.’

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 295 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300

Klapa/Krambil cumplung lazimnya memperlihatkan kekhasan Klapa atau krambil adalah buah kelapa komponen berupa +berlubang, +tanpa daging yang sudah tua. Klapa memiliki komponen buah. Pada cengkir yang dapat dimanfaatkan spesifik berupa +kulit luar buah yang sudah batok kelapanya karena masih lunak, cumplung hijau kecokelatan/cokelat, +daging buah biasanya tidak bisa dimanfaatkan. Cumplung yang keras dan tebal, +menghasilkan banyak lalu dimanfaatkan sebagai bahan mainan anak. santan jika diperas (sesudah dilembutkan Berikut contoh penggunaan kata cumplung. dengan diparut), +siap diolah untuk berbagai keperluan. Kekhasan komponen itu menjadikan Data 18 klapa sering digunakan sebagai bahan sumber (18) Gasingan mau digawe saka cumplung kang santan, bahan pembuatan minyak kelapa, bahan diwenehi sikilan nganggo paku utawa kawat. ‘Gasing tadi dibuat dari cumplung yang diberi srundeng, atau olahan yang lain. Berikut contoh pasak dari paku atau kawat.’ penggunaan kata klapa. Sepet Data 16 Sepet atau sabut adalah serat pembungkus- (16) Klapane paruden, engko takgawene lenga luar buah kelapa atau kulit berserat pada buah klenthik. ‘Kelapanya kau kukurlah, nanti biar saya olah kelapa, pinang, dan sebagainya (KKBI, luring). menjadi minyak kelapa.’ Sepet memiliki kekhasan komponen berupa +jalinan serat, +ulet. Sepet lazim digunakan Kenthos untuk beberapa hal. Dijadikan sempol, yaitu Kenthos adalah air kelapa yang sudah potongan kecil sepet yang difungsikan sebagai menggumpal dan menjadi bakal tunas pada penggosok saat mencuci piring, gelas, atau alat buah kelapa. Sesuai dengan pengertian itu, rumah tangga lain; bahan keset, bahan sapu. kenthos memiliki kekhasan komponen berupa Yang paling sederhana, sepet, sesudah dijemur +lembaga yang menggumpal dalam buah sampai kering, biasa digunakan untuk bahan kelapa, +menjadi bakal mata tunas pada bibit bakar di dapur. Berikut contoh penggunaan kelapa. Kenthos menandai bahwa kelapa sudah kata sepet. terlalu tua dan tidak bisa dimasak. Kelapa hanya bisa dijadikan bibit. Berikut contoh penggunaan Data 19 kata kenthos. (19) Keset-keset mau digawe saka sepet. ‘Keset-keset itu dibuat dari sabut.’ Data 17 (17) Yen wis ana kenthose, klapane tanduren Bathok wae. Bathok atau tempurung adalah kulit-keras ‘Jika sudah muncul bibit tunasnya, kelapanya pembungkus daging dan air kelapa. Bathok kautanam saja.’ memiliki kekhasan komponen berupa +berbentuk bulat, +berbahan keras, +kedap/ Cumplung tidak tembus air. Secara alami, bathok berfungsi Cumplung adalah kelapa atau bakal kelapa untuk melindungi daging buah dan air kelapa. yang jatuh sebelum masanya karena dimakan/ Berikut contoh penggunaan kata bathok. dirusak tupai/tikus. Sebagai kelapa yang jatuh dari pohon karena dimakan tupai atau tikus,

296 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 285 — 300 (Edi Setiyanto) Lexicalization and Function of Coconut Tree Parts: Ethnolinguistic Approach

Data 20 Pada fungsi itu, janjang dipasang bersama- (20) Bathok mau banjur digawe siwur. sama dengan tundhunan pisang raja (pisang raja ‘Tempurung itu lalu dibuat siwur (alat utuh dari satu pelepah buah), satu ikat besar penciduk air).’ padi, satu atau beberapa batang tebu hitam, dan satu potongan dahan pohon beringin (atau Melalui rekayasa, bathok dapat di­ puring). Untuk kepentingan praktis, janjang manfaatkan setidaknya menjadi siwur dan berfungsi menandai kelapa bagian mana yang irus. Siwur adalah bathok yang dilobangi sekitar akan dipetik. Misalnya, kelapa dari janjang A, sepertiga bagian lalu dijepitkan pada sebilah janjang B, atau janjang C. belahan bambu. Siwur digunakan sebagai alat untuk menciduk air. Irus adalah potongan Tataran sekitar seperempat bathok yang kemudian Tataran adalah lubang yang dibuat untuk dijepitkan pada sebilah belahan bambu. Irus pijakan kaki pada sisi kiri dan kanan batang digunakan sebagai alat untuk mengaduk atau pohon kelapa, dari pangkal hingga seperaihan mengambil sayur dari panci atau kuali. Selain pelepah pertama dengan jarak yang kurang pada dua hal tadi, bathok lazim digunakan untuk lebih selalu sama. Kekhasan komponen tataran genen (kayu bakar). Dalam perkembangannya, ialah +lubang pada sisi kiri dan kanan batang bathok juga sering digunakan sebagai bahan pohon kelapa, +sebagai tempat pijakan ketika kerajinan. memanjat, +jumlah lubang hampir setinggi pohon kelapa dengan jarak yang kurang Janjang lebih sama. Tataran sengaja dibuat untuk Janjang adalah rangkaian tangkai buah kelapa memudahkan orang yang akan memanjat yang bersumber dari satu pelepah buah. Dari pohon kelapa. Berikut contoh penggunaan kata satu janjang dapat dihasilkan sepuluh sampai tataran. lima belas buah kelapa dengan tingkat ketuaan yang berjenjang. Berdasarkan pengertian itu, Data 22 kekhasan komponen janjang dapat dirumuskan (22) Kowe ancik-ancika nggon tataran! sebagai +kumpulan kelapa yang berasal ‘Kamu bertumpulah di tataran!’ dari satu tangkai pelepah buah, +usia kelapa tidak sama. Janjang (lazim disebut krambil Cikalan sajanjang) memiliki fungsi penting dalam Cikalan adalah sisa potongan kelapa yang prosesi pernikahan. Pada prosesi itu, sepasang sudah tidak bisa diparut karena ukuran yang janjang lazim dipasang/dihiaskan di kanan sudah terlalu kecil. Di dalam pemakaian sehari- kiri pintu masuk ruang resepsi. Berikut contoh hari cikalan juga sering dipendekkan menjadi penggunaan kata janjang. cikal. Berdasarkan pengertian tadi, komponen khas cikalan ialah +ukuran potongan kelapa Data 21 yang sudah terlalu kecil, +sudah tidak bisa (21) Kambile methika saka janjang sing ering dimanfaatkan secara khusus. Cikalan, sebagai kulon. sebuah sisa, tidak memiliki fungsi khusus. ‘Kelapanya petiklah dari janjang yang di Cikalan kadang lalu dimakan begitu saja, ikut sebelah barat.’ dimasukkan dalam hasil parutan, atau dibuang. Berikut contoh penggunaan kata cikalan.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 297 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300

Data 23 ‘Jika sudah, air kukuran kelapanya saringlah (23) Cikalane woren karo parutane mengko ben dengan tapas.’ digoreng sisan. ‘Cikalannya satukan saja dengan hasil kukuran Beruk kelapanya nanti biar sekalian digoreng.’ Beruk adalah takaran beras yang dibuat dari tempurung kelapa. Beruk dibentuk dengan Bongkok memotong sekitar sepertiga tempurung kelapa. Bongkok adalah pangkal papah (pelepah daun). Berikut contoh penggunaan kata beruk. Bongkok menempel kuat pada batang pohon kelapa. Bongkok memperlihatkan bentuk dan Data 26 ukuran yang berbeda dengan bagian pelepah (26) Ngliweta kira-kira telung beruk. yang lain. Pada bagian yang menempel ke ‘Menanaklah kira-kira tiga beruk.’ batang, bongkok berbentuk sepertiga lingkaran. Berdasarkan pengertian itu, komponen khas Komponen khas beruk berupa +tempurung bongkok berupa +menempel pada batang yang dipotong di bagian atasnya, +bagian yang pohon, +memiliki ukuran yang lebih besar dipotong sekitar sepertiga. Beruk digunakan dibandingkan bagian pelepah yang lain. untuk menakar beras. Beras saberuk (satu Bongkok berfungsi sebagai tempat pemanjat beruk) ialah beras yang terisikan pada beruk berpegangan atau jongkok jika sudah berada dengan permukaan yang diratakan. Bentuk di bagian pucuk pohon kelapa. Berikut contoh beruk identik dengan siwur, tetapi tanpa penggunaan kata bongkok. tangkai.

Data 24 SIMPULAN (24) Kowe mapana neng bongkok ngisor dhewe. Berdasarkan pembahasan tersebut, dalam ‘Kamu berada di pangkal pelepah yang paling bahasa Jawa ditemukan banyak kata (leksem) bawah.’ yang berkenaan dengan pohon kelapa. Leksem itu secara garis besar dapat dipilah dalam dua Tapas kelompok, yaitu (1) yang menamai bagian- Tapas adalah serat yang membungkus pelepah bagian pohon kelapa dan (2) menamai produk daun kelapa. Serat ini berbentuk lembaran yang dihasilkan dari penggunaan bagian pohon dengan jalinan seperti jaring, tetapi lebih kelapa. lembut. Dengan kata lain, tapas memiliki Pada masyarakat Jawa, leksem/kata yang kekhasan komponen berupa +jalinan serat, berkenaan dengan penamaan bagian pohon ke- +bentuknya seperti saringan/jaring. Sesuai lapa ditemukan 26 buah. Jika dikaitkan dengan dengan bentuknya, tapas sering digunakan bagian pohon, leksikalisasi itu dapat diperikan sebagai alat penyaring saat memeras parutan sebagai berikut: batang pohon (glugu, tataran, kelapa. Selain untuk menyaring, tapas sering pondhoh); pelepah yang sudah tua (tapas, difungsikan sebagai urub-urub, yaitu bahan/ papah, bongkok, blarak, sada, blungkang); api untuk menyalakan perapian. Berikut contoh pelepah yang masih muda (janur); seludang penggunaan kata tapas. bunga (mancung); bunga kelapa (manggar, legen); buah kelapa (bluluk, cengkir, degan, Data 25 (25) Nek uwis, banyu parutan krambile saringen semanten, klapa/krambil, cumplung, kenthos, nganggo tapas. cikalan, sepet, bathok, beruk, janjang, cikal).

298 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 285 — 300 (Edi Setiyanto) Lexicalization and Function of Coconut Tree Parts: Ethnolinguistic Approach

Dari sisi lain, leksem/nama produk v6i1.2952Article. sehubungan dengan penggunaan bagian pohon kelapa ditemukan 34 buah. Apa saja dan dalam Hartawan, R., & Sarjono, A. (2016). “Karakteristik Fisik dan Produksi”. kaitan dengan bagian pohon yang mana dapat Program studi Agroteknologi, Fakultas dilihat pada perian berikut: (1) blandar dari Pertanian Universitas Batanghari Alumni glugu; (2) lodheh ‘’ dari santen, Program studi Agroteknologi, Fakultas pondhoh; (3) gudheg pondhoh dari pondhoh; Pertanian Universitas Batanghari email gudheg manggar dari manggar; (4) biting dan korespondensi: [email protected] (5) sapu sada dari sada; (6) bungkus ketupat, Pendahuluan Kelapa (Cocos nuc. Jurnal Media Pertanian, 1(2), 45–54. (7) bungkus jenang clorot, (8) cakran, (9) keris- kerisan, (10) walang-walangan, (11) kembar Law, K.S., Azman, N., Omar, E.A., Musa, M.Y., mayang, (12) sigar mayang, dan (13) janur Yusoff,N. M., Sulaiman, S.A., & Hussain, mlengkung dari janur; (14) getepe, (15) sarang, N.H.N. (2014). “The Effects of Virgin dan (15) welit dari blarak ‘daun kelapa yang Coconut Oil (VCO) as Supplementation on Quality of Life (QOL) Among Breast tua/kering’; (16) legen dari sadapan manggar; Cancer Patients”. Lipids in Health (17) gula jawa ‘gula merah’ dari legen; (18) and Disease, 13(1), 1–7. https://doi. gangsingan dari bluluk; (19) rujak cengkir dari org/10.1021/acs.est.8b00524 cengkir; (20) obat keracunan dari degan; (21) santen ‘santan’ dari daging kelapa tua; (22) Lima, E.B.C., Sousa, C.N.S., Meneses, L. N., sempol, (23) kesed, dan (24) sapu sepet; (25) Ximenes, N.C., & Júnior, M.A.S. (2015). “Cocos Nucifera (L.) (Arecaceae): A siwur, (26) irus, dan (27) beruk dari bathok phytochemical and Pharmacological ‘tempurung’; (28) tataran dari batang kelapa Review”. Brazilian Journal of Medical yang dilubangi; (29) saringan dari tapas; (30) and Biological Research, 48(11), 953– urub-urub ‘biji api’ dan (31) genen ‘kayu 964. https://doi.org/10.1590/1414- bakar’ dari bagian pohon kelapa yang sudah 431X20154773. tidak bisa dimanfaatkan untuk fungsi yang lain. Nida, E.A. (1975). Componential Jika dikategori, fungsi-fungsi itu dapat dipilah Analysis of Meaning: an Introduction ke dalam ranah-ranah yang berkaitan dengan to Semantic Structures. The (1) bahan bangunan rumah, (2) kuliner, (3) Hague, Paris: Mouton. https://doi. pengobatan, (4) hiasan atau perlengkapan, (5) org/10.1145/2505515.2507827. mainan anak-anak, dan (6) kayu bakar. Pratiwi, F.M., & Sutara, P.K. (2013). “Etnobotani Kelapa Diwilayah Denpasar DAFTAR PUSTAKA dan ”. Jurnal Simbiosis, 1(2) (September), hlm. 102–111. Ahimsa-Putra, H.S. (1997). “Sungai dan Air Ciliwung: Sebuah Kajian Etnoekologi”. Setiyanto, E. (2018). “Plastic and the Majalah Kajian Ekonomi Dan Sosial Disappearance of Javanese Food Place Prisma, No 1 Tahun, 51–72. Lexicon Vitality”. International Journal of Science and Research (IJSR), 7(2), Baehaqie, I. (2014). “Jenang Mancawarna 822–826. https://doi.org/10.21275/ Sebagai Simbol Multikulturalisme ART201825. Masyarakat Jawa”. Jurnal Komunitas, 6(1), 180–188. https://doi.org/http:// Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik dx.doi.org/10.15294/komunitas. Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 299 Leksikalisasi dan Fungsi Bagian-Bagian Pohon Kelapa: Tinjauan Etnolinguistik (Edi Setiyanto) Halaman 285 — 300

Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 2(1), Yogyakarta: Sanata Dharma University 138–156. https://doi.org/10.22225/ Press. jr.2.1.241.138-156.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Yuniawan, T., Masrukhi, & Alamsyah. Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit (2014). “Kajian Ekolinguistik Sikap Alfabeta. Mahasiswa Terhadap Ungkapan Pelestarian Lingkungan di Universitas Suktiningsih, W. (2016). “Leksikon Fauna Negeri Semarang”. Indonesian Journal Masyarakatsunda: Kajian Ekolinguistik”. of Conservation, Vol. 3(1), hlm. 41–49. https://doi.org/10.15294/jpp.v31i1.5689

300 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)