Analisis Sub-sektor Perkebunan Pala ………...... ………. (Soraya Pangalima, Caroline Pakasi, Noortje Benu)

ANALISIS SUB-SEKTOR PERKEBUNAN PALA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

Soraya Pangalima Caroline B. D. Pakasi Noortje M. Benu

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the nutmeg plantation sub-sector in Province. These research ongoing 3 month begun from August 2015 until October 2015, starting from the pre-preparation until the preparation of research results. The examination took place in the Province of North Sulawesi. The data using in this research was secondary data. Secondary data gained from the land of North Sulawesi province, to observe the production of Nutmeg in North Sulawesi province and sampling in two locations as largest nutmeg producing in North Sulawesi province knowing as Sitaro Islands Regency and North . Data examination in research using analysis of LQ (Location Quotion) and analysis of Shift Share.The results of research showing that LQ nutmeg commodity in the North Minahasa Regency in 2010-2014 > LQ value is 1, the value of Proportional Shift and Differential Shift Nutmeg commodity in North Minahasa Regency is located in Group II (Proportional Shift negative and Differential Shift positive) group that is growing (developing). LQ of Nutmeg in Sitaro Islands Regency in 2010-2014 LQ value nutmeg Commodity has a value > 1. Based on the value of Proportional Shift and Differential Shift Nutmeg commodity in the North Minahasa Regency is a group II (Proportional Shift negative and Differential Shift positive) group that is growing (developing).

Key words:Sub-sector, plantation, nutmeg, North Sulawesi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis sub-sektor perkebunan pala di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015, mulai dari masa persiapan penelitian sampai dengan penyusunan hasil penelitian. Tempat penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, untuk melihat produksi Pala di Provinsi Sulawesi Utara dengan mengambil sampel dua lokasi sebagai penghasil pala terbesar di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Minahasa Utara. Analisis data dalam penelitian menggunakan analisis LQ (Location Quotion) dan analisis Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LQ Komoditi Pala di Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2010-2014 nilai LQ >1, nilai Proportional Shift dan Differential Shift Komoditi Pala di Kabupaten Minahasa Utara berada pada Kelompok II (Proportional Shift negatif dan Differential Shift positif) yaitu kelompok yang sedang berkembang (developing). LQ komoditi pala di Kabupaten Sitaro pada tahun 2010-2014 nilai LQ Komoditi Pala memiliki nilai >1. Berdasarkan nilai Proportional Shift dan Differential Shift Komoditi Pala di Kabupaten Minahasa Utara berada pada Kelompok II (Proportional Shift negatif dan Differential Shift positif) yaitu kelompok yang sedang berkembang (developing). kata kunci:sub-sektor, perkebunan, pala, Sulawesi Utara

67 ASE – Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 67 - 76

PENDAHULUAN Dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Utara sebagai daerah penelitian karena memiliki potensi dalam produksi tanaman pala. Berikut Latar Belakang dapat dilihat jumlah produksi tanaman Pala di Provinsi Sulawesi Utara. Sektor pertanian sebagai sektor unggulan di Tabel 2 menunjukkan luas areal dan jumlah Provinsi Sulawesi Utara yang memberikan produksi pala Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi kontribusi cukup besar dalam perekonomian Sulawesi Utara. Dapat dilihat bahwa Kabupaten daerah. Terdapat lima sub-sektor pertanian dimana Kepulauan Talaud, Sitaro dan Sangihe serta sub-sektor perkebunan merupakan sub-sektor yang Kabupaten Minahasa Utara merupakan daerah yang terbesar kontribusinya. Perkebunan berkaitan erat paling banyak memproduksi pala, dan di Provinsi dengan perekonomian dan memegang peranan Sulawesi Utara ini, pala menjadi salah satu penting di daerah. Di sub-sektor perkebunan komoditi yang memiliki potensi untuk terus terdapat beberapa komoditi yang memberikan dikembangkan. Hal ini menjadi salah satu daya pemasukan dan potensial untuk di kembangkan tarik bagi peneliti untuk menganalisis sub-sektor salah satunya adalah pala. Pala juga memiliki perkebunan pala di Provinsi Sulawesi Utara. berbagai macam produk turunan yang memberikan nilai ekonomi untuk pertumbuhan suatu wilayah. Tabel 2. Luas dan Produksi Tanaman Pala di Di berbagai daerah di Provinsi Sulawesi Provinsi Sulawesi Utara Utara, pala menjadi komoditi unggulan yang Luas Produksi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan No KABUPATEN Areal (Ton) daerah. Ada beberapa daerah di Provinsi (Ha) Sulawesi Utara yang merupakan penghasil pala, salah satunya di daerah Kabupaten Minahasa 1 Minahasa 366.50 57.91 Utara dan Kabupaten Kepulauan Sitaro yang 2 Minahasa Selatan 468.02 55.29 merupakan sentra produksi pala. Penghasil pala 3 Minahasa Utara 1,831.04 196.26 hampir terbesar di seluruh Kabupaten Minahasa Minahasa 4 438.93 55.01 Utara dan sebagian penduduknya bergantung Tenggara pada sektor pertanian khususnya pada komoditi Bolaang 5 405.70 31.12 pala. Mongondow Tabel 1 menggambarkan produksi pala dalam 5 tahun terakhir di Provinsi Sulawesi Utara. 6 Bolmong Utara 81.01 7.49 7 Bolmong Selatan 74.47 9.80 Tabel 1. Produksi Pala di Provinsi Sulawesi Utara 8 Bolmong Timur 129.76 14.10 Tahun 2010-2014 Kepulauan 9 4,156.90 2,413.40 Tahun Produksi (ton) Sangihe 2010 7,26 Kepulauan 10 5,316.80 3,955.85 2011 8,30 Talaud 11 Kepulauan Sitaro 4,471.76 3,337.25 2012 8,34 12 - - 2013 9,75 13 645.00 62.47 2014 10,20 14 15.53 - 15 58.85 7.23

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi JUMLAH 18,460.27 10,203.18 Utara, 2015 Sumber : Sulut Dalam Angka, 2014

68 Analisis Sub-sektor Perkebunan Pala ………...... ………. (Soraya Pangalima, Caroline Pakasi, Noortje Benu)

TINJAUAN PUSTAKA ekonomi. Lebih lanjut Simatupang (1995) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan daya Konsep Komoditi Unggulan saing produk pertanian dapat dilakukan dengan strategi pengembangan agribisnis dalam konsep Menurut Badan Litbang Pertanian (2003), industrialisasi pertanian diarahkan pada komoditi unggulan merupakan komoditi andalan pengembangan agribisnis sebagai suatu sistem yang memiliki posisi strategis untuk di kembangkan keseluruhan yang dilandasi prinsip-prinsip efisiensi di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan dan keberlanjutan di mana konsolidasi usahatani pada berbagai pertimbangan baik secara teknis diwujudkan melalui koordinasi vertikal sehingga (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi produk akhir dapat dijamin dan disesuaikan dan kelembagaan (pengusaan teknologi, preferensi konsumen akhir. Terkait dengan konsep kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur, keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan kondisi sosial budaya setempat). Ditambahkan dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah pula oleh (Bachrein, 2003) bahwa penetapan kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Kelayakan komoditi unggulan di suatu wilayah menjadi suatu finansial melihat manfaat proyek atau aktivitas keharusan dengan pertimbangan bahwa komoditi- ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang komoditi yang mampu bersaing secara terlibat dalam aktivitas tersebut, sedangkan analisa berkelanjutan dengan komoditi yang sama di ekonomi menilai suatu aktivitas atas manfaat bagi wilayah yang lain adalah komoditi yang diusahakan masyarakat secara keseluruhan tanpa melihat siapa secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi yang menyumbangkan dan siapa yang menerima serta memiliki keunggulan komparatif dan manfaat tersebut (Kadariah 2000). kompetitif. Selain itu kemampuan suatu wilayah Menurut Sudaryanto dan Simatupang untuk memproduksi dan memasarkan komoditi (1993) mengemukakan bahwa konsep yang lebih yang sesuai dengan kondisi lahan dan iklim di cocok untuk mengukur kelayakan finansial wilayah tertentu juga sangat terbatas. adalah keunggulan kompetitif atau sering disebut Menurut Ambardi (2002), mengemukakan “revealed competitive advantage” yang bahwa ada beberapa ciri komoditi unggulan antara merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan lain: komoditi unggulan harus mampu menjadi pada kondisi perekonomian aktual. Selanjutnya penggerak utama (prime mover) pembangunan dikatakan suatu negara atau daerah yang yang artinya mempunyai kontribusi yang memiliki keunggulan komparatif atau kompetitif menjanjikan pada peningkatan produksi dan menunjukkan keunggulan baik dalam potensi pendapatan, memiliki keterkaitan kedepan yang alam, penguasaan teknologi, maupun kemampuan kuat, baik secara komoditi unggulan maupun managerial dalam kegiatan yang bersangkutan. komoditi lainnya, mampu bersaing dengan produksi sejenis dari wilayah lain dipasar nasional baik Tanaman Pala dalam harga produk, biaya produksi, kualitas Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya, memiliki keterkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar adalah tanaman asli yang berasal dari (konsumen) maupun pemasok bahan baku. Mampu pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal keras yang dapat berumur panjang hingga lebih sesuai dengan skala produksinya, pengembangan dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan komoditi unggulan harus mendapatkan berbagai baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat dukungan, misalnya sosial, budaya, informasi dan pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk peluang pasar, kelembagaan, pengembangan famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus komoditi unggulan berorientasi pada kelestarian (marga) dan 250 species (jenis). Dari 15 marga sumber daya dan lingkungan. tersebut 5 marga di antaranya berada di daerah Komoditi yang memiliki keunggulan tropis Amerika, 6 marga di tropis Afrika dan 4 komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara marga di tropis Asia (Rismunandar 2000).

69 ASE – Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 67 - 76

Tanaman pala memiliki keunggulan yaitu METODOLOGI PENELITIAN hampir semua bagian batang maupun buahnya dapat dimanfaatkan, mulai dari kulit batang dan Tempat dan Waktu Penelitian daun, fuli (benda yang berwarna merah yang Waktu pelaksanaan selama 3 bulan yaitu menyelimuti kulit biji), biji pala dan daging buah pada Bulan Agustus 2015 sampai dengan Bulan pala (Deputi Menegristek, 2000). Pala dikenal Oktober 2015, mulai dari masa persiapan penelitian sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai sampai dengan penyusunan hasil penelitian. Tempat ekonomis dan multiguna karena setiap bagian penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Utara. tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan Metode Pengumpulan Data komoditas ekspor dan digunakan dalam industri Data yang digunakan dalam peneltian ini makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari yaitu data sekunder. Data sekunder diperoleh dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, untuk obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah pala melihat produksi Pala di Provinsi Sulawesi Utara berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, dengan mengambil sampel dua lokasi sebagai berdaging putih. penghasil pala terbesar di Provinsi Sulawesi Utara Buah pala terdiri atas daging buah yaitu Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji Minahasa Utara. (13,1%) (Rismunandar, 2000). Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian Konsep Pengukuran Variabel terpenting dari buah pala dan dapat dibuat Variabel-variabel yang digunakan dalam menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri penelitian ini adalah : dan oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat 1. Produksi Biji Pala di Provinsi Sulawesi Utara dari biji pala adalah mentega pala yaitu trimiristin Tahun 2010-2014 (ton/tahun) yang dapat digunakan untuk minyak makan dan 2. Produksi Biji Pala di Kabupaten Kepulauan industri kosmetik (Somaatmaja, 1994). Daging Sitaro dan Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010- 2014 (ton/tahun) buah pala dapat dimanfaatkan untuk diolah 3. Produksi Daging Pala di Provinsi Sulawesi Utara menjadi manisan, asinan, dodol, selai, anggur dan Tahun 2010-2014 (ton/tahun) sari buah (sirup) pala. 4. Produksi Daging Pala Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010- Rumusan Masalah 2014 (ton/tahun) Masalah dalam penelitian ini adalah 5. Produksi Fuli Pala di Provinsi Sulawesi Utara bagaimana kondisi sub-sektor perkebunan pala di Tahun 2010-2014 (ton/tahun) Provinsi Sulawesi Utara? 6. Produksi Fuli Pala di Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2010- Tujuan Penelitian 2014 (ton/tahun). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis sub-sektor perkebunan pala di Provinsi Sulawesi Analisis Data Utara. Analisis data dalam penelitian meng- gunakan analisis LQ (Location Quotion) dan Manfaat Penelitian analisis Shift Share. Manfaat dari penelitian ini yaitu: Analisis Location Quotient (LQ) digunakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan untuk mengidentifikasi pala maupun bagiannya di informasi bagi perencana wilayah sub-sektor Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Kepulauan perkebunan pala di Provinsi Sulawesi Utara dan Sitaro serta Kabupaten Minahasa Utara. Besarnya sebagai masukan, kajian bagi penelitian nilai LQ dapat diperoleh dari persamaan sebagai selanjutnya. berikut :

70 Analisis Sub-sektor Perkebunan Pala ………...... ………. (Soraya Pangalima, Caroline Pakasi, Noortje Benu)

t 푣푖⁄ 푦 = Produksi pala/bagiannya Provinsi Sulawesi LQ = 푣푡 푉푖 Utara pada tahun akhir ⁄푉푡 푦o = Produksi pala/bagiannya Provinsi Sulawesi Dimana : Utara pada tahun awal LQ : Nilai Location Quotient Sedangkan Analisis diffferential growth vi : Produksi pala dan bagiannya component atau diffferential shift analysis wilayah Kabupaten Kepulauan digunakan untuk mengetahui perbedaan antara Sitaro serta Kabupaten Minahasa pertumbuhan sektor ekonomi di suatu daerah. Utara Perbedaan pertumbuhan sektor ekonomi tersebut vt : Total Produksi pala wilayah disebabkan terjadinya peningkatan atau penurunan Kabupaten Kepulauan Sitaro serta pendapatan (output) yang diakibatkan perbedaan Kabupaten Minahasa Utara sumber daya ekonomi di setiap kabupaten dan kota. Vi : Produksi pala dan bagiannya Rumus yang digunakan untuk analisis diffferential wilayah Provinsi Sulawesi Utara shift ialah sebagai berikut : Vt : Total Produksi Pala wilayah Provinsi Sulawesi Utara 푛 Dj = ∑푖=1 dij Kriteria : 풐 Di mana Dj = 풚 풕 풕 , 풚풊풋 풚풋 Apabila LQ > 1 berarti komoditi 풊풋( − ) 풚풐 풚풐 pala/bagiannya merupakan sektor basis. 풊풋 풋 Sedangkan LQ ≤ 1 berarti komoditi pala/bagiannya merupakan sektor non 퐷푗 = differential komponen Produksi pala basis. dij = differential komponen produksi pala pada Analisis shift share digunakan untuk Kabupaten Kepulauan Sitaro dan mengetahui pergeseran struktur ekonomi suatu Kabupaten Minahasa Utara 푡 daerah. Analisis yang digunakan adalah analisis 푦푖푗 = Produksi Pala pada Kabupaten Kepulauan proportional shift dan differential shift. Analisis Sitaro dan Kabupaten Minahasa Utara pada Proportional Growth Component atau analisis tahun akhir 표 perubahan pertumbuhan proportional 푦푖푗 = Produksi pala Kabupaten Kepulauan Sitaro (Proportionalitiy shift analysis) digunakan untuk dan Kabupaten Minahasa Utara i pada tahun mengetahui proporsi antara pertumbuhan sektor awal 푡 suatu daerah selang tahun yang ditentukan. Rumus 푦푗 = Total Produksi pala pada tahun akhir yang digunakan dalam analisis ini ialah : 표 푦푗 = Total Produksi pala pada tahun

푛 Pj = ∑푖=1 Pij Melalui hasil Proportional Shift dan Differential Shift dalam suatu periode dapat 풐 Di mana Pij = 풚 풕 , i = kabupaten/kota ke-i 풚풋 풚풕 dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok, 풊풋( 풐− 풐) 풚풋 풚 sebagai berikut : dan j = sektor ke-j a. Kelompok I (Proportional Shift positif dan 푃푗 = proporsional komponen komoditi pala Differential Shift positif) adalah kelompok dengan Pij = proporsional komponen komoditi pala pada pertumbuhan pesat (fast growing). Kabupaten Kepulauan Sitaro dan b. Kelompok II (Proportional Shift negatif dan Kabupaten Minahasa Utara Differential Shift positif) adalah kelompok yang 표 sedang berkembang (developing). 푦푖푗 = Produksi pala pada Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Minahasa Utara pada c. Kelompok III (Proportional Shift dan tahun awal Differential Shift negatif) adalah kelompok dengan 푡 daya saing lemah dan juga peranan terhadap 푦푗 = Total Produksi pala pada tahun akhir 표 wilayah rendah (depressed). 푦푗 = Total Produksi pala pada tahun awal

71 ASE – Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 67 - 76

d. Kelompok IV (Proportional Shift positif dan ke-atas adalah mereka yang seminggu yag lalu Differential Shift negatif) adalah kelompok yang mempunyai pekerjaan baik yang bekerja maupun cenderung berpotensial (highly potencial). sementara tidak bekerja, termasuk mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan pekerjaan. Penduduk 15 HASIL DAN PEMBAHASAN tahun ke-atas yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang seminggu yang lalu bersekolah, Deskripsi Wilayah Penelitian mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya. Pada tahun 2013 penduduk usi kerja di Keadaan Geografis Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara yang masuk angkatan kerja berjumlah 1.035.772 orang dan dari angkatan kerja Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu Kota yang ada, tercatat 965.457 orang yang sedang Manado terletak antara 00°15’ –05°34’ Lintang bekerja. Sementara yang termasuk bukan angkatan Utara dan antara 123°07’ – 127°10’ Bujur Timur. kerja berjumlah 707.747 orang dari bukan angkatan Batas wilayah Provinsi Sulawesi Utara yaitu kerja yang tercatat 164.963 orang yang bersekolah sebelash utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, dan 428.991 orang yang mengurus rumah tangga. Republik Philipina dan Laut Pasifik, di sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku, sebelah Pertanian Provinsi Sulawesi Utara selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan Pembangunan ekonomi pada sektor sebelah barat berbatasan dengan Provinsi pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan Gorontalo. pendapatan petani dan memeratakan pembangunan Berdasarkan Tabel 3, Kabupaten Bolaang pedesaan. Untuk mencapai tujuan tersebut telah Mongondow merupakan kabupaten dengan luas dilakukan usaha-usaha seperti intensifikasi, daerah paling besar di Provinsi Sulawesi Utara ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. dengan luas 3.021,60 km2 atau 20,78% dari total Produksi padi sawah dan padi ladang naik luas daerah Provinsi Sulawesi Utara. dari 615.061 ton pada Tahun 2012 menjadi 638.373 Kabupaten/Kota dengan luas daerah terkecil yaitu ton pada Tahun 2013, sedangkan rata-rata produksi Kota Kotamobagu, dengan luas 48,91 km2 atau per hektar naik dari 48,46 ton/ha pada Tahun 2012 hanya 0,31% dari total luas daerah di Provinsi menjadi 50,10 ton/ha pada Tahun 2013. Komoditi Sulawesi Utara. tanaman perkebunan yang potensial di Provinsi Sulawesi Utara adalah kelapa, cengkih, pala, kopi Keadaan Penduduk Provinsi Sulawesi Utara dan coklat. Penduduk Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan proyeksi penduduk Tahun 2013 Perekonomian Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 2.343.527 jiwa. Kepadatan penduduk Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi mencapai 161.13 jiwa/km2. Secara umum, jumlah Utara Tahun 2013 melambat bila dibandingkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan perhitungan banyak dari penduduk yang berjenis kelamin PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2000, laju perempuan, tercermin dari angka rasio jenis pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara Tahun 2013 kelamin yang lebih besar dari 100 yaitu 104,17. sebesar 7,45%. Nilai PDRB atas dasar harga konstan , jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki 2012 sebesar 21,29 triliun rupiah meningkat menjadi lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang 22,87 triliun rupiah di Tahun 2013. Nilai PDRB atas berjenis kelamin perempuan. Kota Manado, dasar harga berlaku Tahun 2013 sebesar 53,40 triliun rupiah. Menurut lapangan usaha, untuk Tahun 2013, merupakan daerah dengan jumlah penduduk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terbanyak yaitu mencapai 419.596 jiwa. mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,48% dan Pada dasarnya penduduk dapat dibagi sektor pertanian mengalami pertumbuhan terendah dalam dua kelompok yaitu kelompok angkatan sebesar 4,12%. Melambatnya perekonomian Provinsi kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk 15 tahun Sulawesi Utara tidak sejalan dengan PDRB perkapita.

72 Analisis Sub-sektor Perkebunan Pala ………...... ………. (Soraya Pangalima, Caroline Pakasi, Noortje Benu)

PDRB perkapita mengalami peningkatan secara Gambar 2 menunjukkan bahwa daerah signifikan, dimana untuk Tahun 2012 sebesar 19,96 dengan jumlah produksi wujud buah terbanyak juta rupiah meningkat menjadi 22,62 juta rupiah di yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud diikuti oleh Tahun 2013. Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Minahasa Keunggulan Komoditi Pala di Provinsi Sulawesi Utara. Pada Tahun 2012 produksi pala mengalami Utara penurunan, namun kembali meningkat pada Tahun Pala merupakan komoditas penting dan 2014. Jumlah produksi pala dalam wujud buah pada potensial dalam menopang perekonomian nasional. Tahun 2010 yaitu 920,22 ton, Tahun 2011 yaitu Penting karena menjadi penyumbang pendapatan 830,22 ton, Tahun 2012 yaitu 733,25 ton Tahun utama antara lain bagi petani di Wilayah Timur 2013 yaitu 975,4 ton dan pada Tahun 2014 Indonesia, khususnya di daerah sentra produksi pala. produksi sebesar 1.020,23 ton. Selain produksi pala Potensial karena mampu mensuplai 60-75% dengan wujud produksi buah, dapat juga dilihat kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam bentuk mentah ataupun produksi pala dengan wujud biji kering pada produk bagiannya. Disamping hampir semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, pala termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah 4500 MINAHASA karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun sehingga 4000 baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan MINAHASA pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala 3500 SELATAN cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu pertumbuhan perekonomian di daerah 3000 MINAHASA sentra produksi. UTARA 2500 MINAHASA 2000 TENGGARA 450 MINAHASA BOLAANG 400 1500 MONGON 350 MINAHASA 1000 DOW SELATAN BOLMONG 300 500 UTARA MINAHASA 250 BOLMONG UTARA 0 SELATAN 200 MINAHASA 150 TENGGARA

BOLAANG 100 Gambar 3. Produksi Pala dengan Wujud MONGONDO Produksi Biji Kering di Provinsi Sulawesi Utara 50 W BOLMONG Tahun 2010-2014 0 UTARA Gambar 3 menunjukkan bahwa daerah dengan jumlah produksi wujud biji kering terbanyak yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud Gambar 2. Produksi Pala dengan Wujud diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Sitaro, Produksi Buah (Daging) di Provinsi Sulawesi Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Utara Tahun 2010-2014 Minahasa Utara. Pada Tahun 2012 produksi pala mengalami penurunan, namun kembali meningkat

73 ASE – Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 67 - 76

pada Tahun 2014. Jumlah produksi pala dalam komoditi pala. Berikut hasil perhitungan LQ dan wujud biji kering pada Tahun 2010 yaitu 9202.,80 Shift-Share untuk Komoditi Pala di Kabupaten ton, Tahun 2011 yaitu 83042,26 ton, Tahun 2012 Minahasa Utara. yaitu 8348,25 ton Tahun 2013 yaitu 9754,35 ton dan pada Tahun 2014 produksi sebesar 10.203,18 Tabel 5. LQ Komoditi Pala Kabupaten Minahasa ton. Utara Tahun 2010-2014 Gambar 4 menunjukkan bahwa daerah Komoditi Pala LQ dengan jumlah produksi wujud fuli terbanyak yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten 2010 2011 2012 2013 2014 Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Minahasa Buah 1.00 1.00 1.12 1.00 1.00 Utara. Pada Tahun 2012 produksi pala mengalami Biji Kering 1.00 1.00 0.99 1.00 1.00 penurunan, namun kembali meningkat pada Tahun Fuli 1.00 1.00 1.13 1.00 1.00 2014. Jumlah produksi pala dalam wujud biji kering Sumber: Hasil Analisis, 2015 pada Tahun 2010 yaitu 91,98 ton, Tahun 2011 yaitu

83,004 ton, Tahun 2012 yaitu 72,78 ton Tahun Tabel 5 menggambarkan LQ Komoditi Pala 2013 yaitu 97,5 ton dan pada Tahun 2014 produksi di Kabupaten Minahasa Utara. Dapat dilihat, pada sebesar 101,98 ton. tahun 2010-2014 hampir semua nilai LQ Komoditi

Pala memiliki nilai >1 hanya pada Tahun 2012 45 MINAHASA khususnya untuk biji kering memiliki nilai LQ<1. Ini berarti komoditi pala di Kabupaten Minahasa 40 Utara menjadi komoditi unggulan, sehingga 35 MINAHASA menjadi satu pintu untuk terus menghasilkan atau SELATAN memproduksi sebaik mungkin, sehingga bisa 30 mempertahankan nilai LQ yang diperoleh pada MINAHASA Tahun 2010-2014. Berikut akan dilihat nilai 25 UTARA perhitungan shift-share. 20 MINAHASA TENGGARA Tabel 6. Perhitungan Shift-Share Komoditi 15 Komoditi Pala di Kabupaten Minahasa 10 BOLAANG Utara MONGOND Komoditi RPs RPr Proportional Differential 5 OW Pala Shift Shift BOLMONG Buah 0.999527 0.969252 -19.8571 2374.136 0 UTARA Biji 0.999216 1.003378 -19.8584 237.4136 Kering Fuli 1.083384 0.969598 -19.5125 21960.76

Gambar 4. Produksi Pala dengan Wujud Sumber : Hasil Analisis, 2015 Produksi Fuli di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2014 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6, maka dapat dilihat bahwa untuk Komoditi Pala buah dan fuli mengalami penurunan produksi sedangkan biji Sub-sektor Perkebunan Pala di Kabupaten kering mengalami peningkatan dimana terlihat dari Minahasa Utara nilai RPs (Rasio Pertumbuhan wilayah Studi) dan Kabupaten Minahasa Utara merupakan RPr (Rasio Pertumbuhaan wilayah Referensi). salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan nilai Proportional Shift dan yang memiliki potensi dalam pengembangan Differential Shift maka Komoditi Pala di Kabupaten

74 Analisis Sub-sektor Perkebunan Pala ………...... ………. (Soraya Pangalima, Caroline Pakasi, Noortje Benu)

Minahasa Utara berada pada Kelompok II sesuai hasil penelitian berada pada kelompok (Proportional Shift negatif dan Differential Shift developing atau sedang berkembang sesuai pada positif) yaitu kelompok yang sedang berkembang Kuadran II. Berdasarkan data dari Dinas (developing). Perindustrian dan Perdagangan bahwa 75% dari kebutuhan pala dunia, dipasok dari Provinsi Sub-sektor Perkebunan Pala di Kabupaten Sulawesi Utara dimana ekspor pala setiap bulan Kepulauan Sitaro berkisar 1.000 hingga 2.000 ton dari kebutuhan Kabupaten Kepulauan Sitaro merupakan dunia yang berkisar 20.000 ton setiap tahun. Ini salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara menjadi satu pintu untuk terus dikembangkannya yang memiliki potensi dalam pengembangan pala yang menjadi komiditi ungulan di Provinsi komoditi pala. Berikut hasil perhitungan LQ dan Sulawesi Utara. Shift-Share untuk Komoditi Pala di Kabupaten Kepulauan Sitaro. Tabel 9. Perhitungan Shift-Share Komoditi Pala di Kabupaten Kepulauan Sitaro Tabel 8. LQ Komoditi Pala Kabupaten Kepulauan Pala RPs RPr Proportional Differential Sitaro Tahun 2010-2014 Shift Shift Komoditi LQ Buah 0.999172 0.969252 -392.768 40926.73 Pala 2014 Biji 2010 2011 2012 2013 Kering 0.999706 1.003378 -392.758 4090.438 1.037673 0.969598 -391.986 394189.1 Buah 1.00 1.00 1.12 1.00 1.00 Fuli Biji Kering 1.00 0.99 1.00 1.00 1.00 Sumber : Hasil Analisis, 2015 Fuli 1.00 1.00 1.13 1.00 1.00

Sumber : Hasil Analisi, 2015 KESIMPULAN DAN SARAN Tabel 8 menggambarkan LQ pala di Kabupaten Kepulauan Sitaro. Dapat dilihat, pada Kesimpulan tahun 2010-2014 hampir semua nilai LQ Komoditi Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : Pala memiliki nilai >1 hanya pada tahun 2011 1. Sub-sektor perkebunan pala memiliki untuk biji kering memiliki nilai LQ<1. Ini berarti keunggulan di Provinsi Sulawesi Utara dilihat produksi pala di Kabupaten Kepulauan Sitaro memiliki keunggulan di Kebupaten Kepulauan dari nilai LQ yang diperoleh di Kabupaten Sitaro. Berikut akan dilihat nilai perhitungan shift- Minahasa Utara tahun 2010-2014 hampir share. semua nilai LQ>1 yang merupakan sektor Berdasarkan hasil analisis pada table 9, basis, hanya pada Tahun 2012 khususnya maka dapat dilihat bahwa untuk Komoditi Pala untuk biji kering memiliki nilai LQ<1. Dan buah dan fuli mengalami penurunan produksi nilai LQ yang diperoleh di Kabupaten sedangkan biji kering mengalami peningkatan Kepulauan Sitaro pada tahun 2010-2014 dimana terlihat dari nilai RPs (Rasio Pertumbuhan hampir semua nilai LQ >1 yang merupakan wilayah Studi) dan RPr (Rasio Pertumbuhan sektor basis, hanya pada tahun 2011 untuk wilayah Referensi). Berdasarkan nilai Proportional biji kering memiliki nilai LQ<1. Shift dan Differential Shift maka Komoditi Pala di 2. Sub-sektor perkebunan pala dilihat dari nilai Kabuapaten Minahasa Utara berada pada shift share yang diperoleh di Kabupaten Kelompok II (Proportional Shift negatif dan Minahasa Utara dan Kabupaten Kepulauan Differential Shift positif) yaitu kelompok yang Sitaro kedua daerah tersebut berada pada sedang berkembang (developing). kuadran II (Proportional Shift negatif dan Komoditi Pala menjadi komoditi yang Differential Shift positif) yaitu kelompok memiliki potensi untuk dikembangkan, karena yang sedang berkembang (developing).

75 ASE – Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 67 - 76

Saran Rismunandar, 2000.Budidaya dan Tataniaga pala. Saran dalam penelitian ini yaitu perlu PT. Penebar Swadaya. Jakarta. mempertahankan keunggulan pala yang sudah Cetakan kedua. dimiliki di Kabupaten Minahasa Utara dan Simatupang, P. 1995. The Conception of Domestic Kabupaten Kepulauan Sitaro yang merupakan Resource Cost and Net Economic sentra produksi pala terbesar di Provinsi Sulawesi Benefit for Comparative Advantage Utara, lewat peningkatan produksi komoditi pala, Analysis Agribusiness. Division peningkatan kualitas produksi pala, dan Working Paper diupayakan agar perkembangan pala terus Somaatmadja, D. 1994. Penelitian dan mengalami peningkatan. Pengembangan Pala dan Fully. Komunikasi No. 215. BBIHP. Bogor.

12 hal.

Sudaryanto, T dan P. Simatupang. 1993. Arah DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Agribisnis : Suatu Catatan Kerangka Analisis dalam Ambardi, 2002. Pengembangan Wilayah dan Prosiding Prespektif Pengembangan Otonomi Daerah, Kajian Konsep dan Agribisnis di Indonesia. IPB. Bogor. Pengembangan pasar Pengkajian SULUT newsday.com. 2012. Biji pala komoditi Kebijkan Teknologi Pengembangan ekspor unggulan sulut Wilayah, Jakarta. sulutnewsday.com (diakses tanggal 17 Badan Litbang Pertanian 2003. Panduan Umum: Agustus 2015 pukul 17.00). Pelaksanaan Pengkajian dan Program Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional teori Informasi, Komunikasi dan Desiminasi dan aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara 10. BPTP. Badan Penelitian dan Tatengkeng, H. 2011. Produk Turunan Pala. Pengembangan Pertanian. Depertemen http://www.palakat.com/news Pertanian, Jakarta. /read/6768-produk-turunan- Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. pala.html.diakses 16 Agustus 2015. 2014. Luas Dan Produksi Tanaman ______, H.2011, Komoditi Ungulan Provinsi Pala. Manado: BPS Kota Manado. Sulawesi Utara, Dinas Perindustrian Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. dan Perdagangan Provinsi Sulawesi 2014. Luas Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Utara. Manado: BPS Kota Manado. Tumenggung, S. 1996. Gagasan dan Kebijaksanaan Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. Pembangunan Ekonomi Terpadu 2014. Penduduk Provinsi Sulawesi (Kawasan Timur Indonesia). Direktorat Utara Berdasarkan Jenis Kelamin. Bina TataPerkotaan dan Pedesaan Manado: BPS Kota Manado. Dirjen Cipta Karya Departemen PU. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, 2015. Jakarta. Data Produksi Pala. Manado. Zulaiha, Aida R. 1997. Efisiensi Finansial, Efisiensi Fauzan, 2010, Menganalisis Komoditas Pertanian, Ekonomi dan Pengaruh Kebijakan Institut Pertanian. Pemerintah pada Pengusahaan The Kadariah, Lien Karlina dan Clive Gray. 2000. Hijau di Jawa Barat dengan Pendekatan Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Policy Analysis Matrik. Skripsi Sarjana Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta. Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Mawardi, I. 1997. Daya Saing Indonesia Timur Bogor. Indonesia dan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi & Sosial. Jakarta.

76