LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

LAPORAN PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA AKAR RESAM DAN TANAH PMK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Eucalyptus pellita DI PERSEMAIAN

TIM PENELITI OLEH;

Kamaludin., S.Hut., M.MA ( Ketua Tim) M. Syukur, S. Hut., M. P ( Anggota) Mulya Anugrah, S. Hut ( Anggota)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS KAPUAS SINTANG AGUSTUS TAHUN 2015

Lembaran Identitas dan Pengesahan

1 Judul : Pengaruh Komposisi Media Akar Resam Dan Tanah PMK Terhadap Pertumbuhan Bibit Eucalyptus pellita Di Persemaian

2. Ketua Peneliti: Nama ; Kamaludin., S.Hut., M.MA Jenis kelamin ; Laki – Laki Nik-Nidn ; 114004043-1127117801 Jabatan Fungsional ; Lektor Unit Kerja ; Faperta Unka Sintang Bidang Ilmu ; Kehutanan Anggota ; 1. M. Syukur, S. Hut., M. P ( Anggota) 2. Mulya Anugrah, S. Hut ( Anggota). 3 Lokasi Penelitian ; Kecamatan Sintang 4 Jangka Waktu ; 5 ( lima ) bulan 5 Biaya ; Rp. 5.000.000,- 6 Sumber biaya ; Yayasan Melati Sintang LP2M Unka Sintang 7 Objek penelitian ; Pengaruh Komposisi Media dan Tanah PMK 8 Teori pelayanan ; Deskripsi Botanis, Morfologis, Syarat Tumbuh, Kegunaan dan Media Tanam Persemaian

Sintang , Agustus 2015 Mengetahui , Ketua Peneliti, Dekan Faperta

M. Syukur, S. Hut., M. P Kamaludin., S.Hut., M.MA Nik-Nidn: 114001019-1110047301 Nik-Nidn: 114004043-1127117801

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KAPUAS SINTANG

Ketua LP2M: Kepala Bidang Penelitian:

Kamaludin., S.Hut., M.MA Ir. Sumartoyo., M.P Nik-Nidn: 114004043-1127117801 Nik-Nidn:11093014-1109096301

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga Penelitian ini dapat terselesaikan. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Komposisi Media Akar Resam Dan Tanah PMK Terhadap Pertumbuhan

Bibit Eucalyptus pellita Di Persemaian ” Pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya atas bantuan moril dan waktu yang penulis haturkan kepada:

Tim Peneliti dan Kepala LP2M Universitas Kapuas Sintang.

Penulis yakin bahwa penelitian ini masih banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan. Harapan penulis semoga penelitian ini kelak bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Sintang, Agustus 2015

Penulis

Kamaludin, M. Syukur, Mulya Anugrah

ABSTRAKS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media akar resam dan tanah PMK serta komposisi yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemaian Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan khasanah mengenai perbandingan media akar resam dan tanah PMK yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemaian dan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi yang akan mengembangkan Eucalyptus pellita terutama dalam upaya menghasilkan bibit yang kuat, sehat dan berkualitas. Metode peneitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan tunggal yaitu komposisi media tanam, meliputi S0 (akar resam tanpa tanah), S1 (akar resam 40 gram dan tanah PMK 60 gram), S2 (akar resam 50 gram dan tanah PMK 50 gram), S3 (akar resam 60 gram dan tanah PMK 40 gram), S4 (akar resam 70 gram dan tanah PMK 30 gram), S5 (akar resam 80 gram dan tanah PMK 20 gram) dan S6 (akar resam 90 gram dan tanah PMK 10 gram). Rancangan ini dipilih karena selain faktor media, semuanya relatife seragam. Hasil penelitian berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa komposisi media akar resam dan tanah PMK tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita di persemain. Walaupun demikian, hasil pengamatan dan pengukuran menunjukkan bahwa komposisi media tanam yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemain adalah perlakuan S5 (perlakuan media akar resam 80 gr dan tanah PMK 20 gr). Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk memastikan pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemain agar didapatkan kesimpulan yang komprehensif, yaitu salah satunya dengan cara menambah lamanya waktu penelitian. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk memastikan pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemain agar didapatkan kesimpulan yang komprehensif, yaitu salah satunya dengan cara menambah lamanya waktu penelitian.

Kata Kunci : Media Akar Resam, Tanah PMK, Pertumbuhan dan Bibit Eucalyptus pellita

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ...... HALAMAN PENGESAHAN ...... ABSTRAKS...... KATA PENGANTAR…………………………...... DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN…………...... …………………………………. 1 A. Latar Belakang………………………………………………….. 1 B. Masalah Penelitian………………………………………………. 3 C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 4 D. Kegunaan Penelitian…………………………………………… 4 E. Hipotesis...... 5 E. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………… 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………… 7 A. Deskripsi Botanis Eucalyptus pellita...... ……………………… 7 B. Morfologis Eucalyptus pellita ……………………...... ……...... 8 C. Syarat Tumbuh dan Penyebaran Eucalyptus pellita...... 11 D. Kegunaan Eucalyptus pellita...... ……………………...... 12 E. Media Tanam...... ………… 13 F. Persemaian...... 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 17 A. Rancangan Penelitian…………………………………………… 17 B. Satuan Percobaan dan Satuan Pengamatan...... 17 C. Bahan dan Alat Penelitian……………………………………… 18 D. Pelaksanaan Penelitian………………………………………….. 20 E. Pengamatan dan Pengumpulan Data...... 24 F. Analisis Data…………………………………………………… 26 G. Tempat dan Waktu Penelitian……………..…………………… 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...... 29 A. Hasil Penelitian...... 29 A.1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm)...... 29 A.2. Pertumbuhan Diameter Batang (cm)...... 31 A.3. Pertumbuhan Jumlah Daun (Helai)...... 33 A.4. Analisis Media Tanam...... 36 B. Pembahasan...... 37 C. Uji Hipotesis...... 40 BAB V PENUTUP...... 42 A. Kesimpulan...... 42 B. Saran...... 42 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan kehutanan Indonesia, Departemen Kehutanan merintis dan memprioritaskan suatu program peningkatan potensi hutan produksi melalui pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Melalui pembangunan HTI tersebut diharapkan penyediaan bahan baku industri kayu berupa industri kertas secara berkesinambungan dapat terjamin.

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang telah dilaksanakan merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah dalam mendukung kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri.

Pembangunan HTI didasarkan pada kebutuhan kayu yang terus meningkat, sedangkan potensi hutan alam cenderung semakin menurun sebagai akibat kebakaran hutan, perladangan berpindah dan pembalakan hutan yang tidak sempurna. Sasaran utama areal calon pembangunan HTI adalah lahan-lahan berupa tanah-tanah kosong, padang alang-alang dan semak belukar. Lahan kosong dan padang alang-alang ditandai oleh sifat-sifat tanah dan faktor biotik yang kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.

Jenis Eucalyptus pellita yang termasuk family Mirtaceae adalah salah satu jenis prioritas untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dan kayunya dapat digunakan untuk bahan baku pulp. Sebaran alami jenis ini terdapat di ,

Papua Nugini dan Indonesia yaitu di Papua pada ketinggian tempat hingga di atas 800 meter dari permukaan laut dengan curah hujan 900-2.400 mm/tahun dan iklim kering yang jelas.

Pengembangan jenis ini sebagai tanaman HTI terdapat di Kalimantan dan Sumatera yang telah menunjukkan pertumbuhan yang baik dari bentuk batang, kecepatan tumbuh dan kualitas kayu yang bagus serta memiliki kemampuan bertunas tinggi (Leksono, 2001). Pohon Eucalyptus pellita yang terkenal sebagai sumber utama pembuatan bubur kertas dan daun yang berfungsi sebagai penghasil minyak kayu putih tentunya sangat banyak di buru oleh para industri-industri di dunia.

Salah satu sebab kurang berhasilnya reboisasi lahan kritis adalah karena penggunaan bibit

Eucalyptus pellita yang bermutu rendah, terutama dihasilkan dari persemaian yang miskin hara.

Bibit tersebut apabila ditanam di lapangan, daya hidup dan pertumbuhan selanjutnya cepat mengalami penurunan kualitas tanaman. Beberapa cara untuk memperoleh bibit yang bermutu baik antara lain dengan mengunakan media yang cocok bagi jenis Eucalyptus pellita, memberikan pupuk yang sesuai bagi kebutuhan tanaman, serta penyiraman bibit yang mencukupi

(Hendromono, 1989:1).

Berbagai media yang dapat digunakan oleh Eucalyptus pellita di persemaian adalah sabut kelapa, gambut dan resam. Kesesuaian antara jenis pohon dengan tempat tumbuh tidak saja diukur dengan kecepatan pertumbuhan atau perkembangannya, tetapi juga dicerminkan oleh ketahanannya terhadap serangan hama dan penyakit.

Teknik budidaya tumbuhan dengan metode konvensional baik secara generatif maupun vegetatif (menggunakan medium tanah atau pasir) sering dihadapkan kepada kendala teknis, baik dalam segi waktu maupun lingkungan. Misalnya perbanyakan dengan menggunakan biji, selain relatif lebih lama dalam segi waktu juga hasilnya seringkali tidak seperti tanaman induknya. Kendala lainnya diakibatkan oleh faktor lingkungan misalnya serangan hama dan penyakit, serta bencana alam yang seringkali mengganggu perbanyakan tumbuhan di lapangan

(Yuwono, 2008). B. Masalah Penelitian

Eucalyptus pellita seperti tumbuhan lainnya membutuhkan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Pemberian unsur hara dalam jumlah yang cukup mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhannya dan penyediaan benih yang baik dengan pelaksanaan persemaian yang sempurna dan media yang tepat akan menghasilkan bibit yang baik, namun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bibit di persemaian harus diperhatikan seperti pemilihan media yang tepat. Untuk mengatasi hal tersebut yang perlu dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan media yang tepat di persemaian agar mempercepat proses pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita. Salah satu media yang digunakan dipersemaian adalah akar resam dan tanah PMK.

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh komposisi media akar resam dan tanah PMK terhadap pertumbuhan

bibit Eucalyptus pellita dipersemaian?

2. Berapakah komposisi media akar resam dan tanah PMK yang paling baik untuk pertumbuhan

bibit Eucalyptus pellita dipersemaian?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh media akar resam dan tanah PMK terhadap pertumbuhan bibit

Eucalyptus pellita di persemain.

2. Untuk mengetahui komposisi perbandingan media akar resam dan tanah PMK yang paling

baik untuk memacu pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemain.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu :

1. Aspek Teoritis : Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan

dan khasanah mengenai perbandingan media akar resam dan tanah PMK yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita.

2. Aspek Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

pertimbangan bagi yang akan mengembangkan Eucalyptus pellita terutama dalam upaya

menghasilkan bibit yang kuat, sehat dan berkualitas.

E. Hipotesis

H0 = Diduga media akar resam dan tanah PMK tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit

Eucalyptus pellita

H1 = Diduga media akar resam dan tanah PMK berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit

Eucalyptus pellita.

Digunakannya resam sebagai media didasarkan atas hasil penelitian Partogi (2001:24) yang menyatakan bahwa, resam cukup banyak digunakan sebagai media semai dikarenakan sifatnya yang ringan, mudah didapat dan cukup sarang. Bagian yang dimanfaatkan oleh sebagai media tanam adalah resam yang sudah mati dan melapuk yang telah bercampur dengan tanah.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang oleh peneliti diperkirakan menjadi penyebab munculnya atau berubahnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat ialah variabel yang terjadi atau muncul/berubah karena mendapat pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Anonim, 2012). Variabel bebas adalah penggunaan media yang terdiri dari tujuh taraf perlakuan yaitu : media akar resam 100 gram ( S0/Kontrol ), media akar resam 40 gram + tanah PMK 60 gram (

S1 ), media akar resam 50 gram + tanah PMK 50 gram ( S2 ), media akar resam 60 gram + tanah

PMK 40 gram ( S3 ), media akar resam 70 gram + tanah PMK 30 gram ( S4 ), media akar resam

80 gram + tanah PMK 20 gram ( S5 ), media akar resam 90 gram + tanah PMK 10 gram ( S6 ).

Variabel terikat adalah : tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Botanis Eucalyptus pellita

Menurut Anonim (2011), klasifikasi tumbuhan Eucalyptus pellita secara lengkap adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Sub Divisi :

Ordo :

Famili :

Genus : Eucalyptus

Species : Eucalyptus pellita

Tanaman Eucalyptus termasuk famili Myrtaceae, genus Eucalyptus dengan spesies

Eucalyptus spp. Spesies-spesies yang sudah dikenal umum antara lain, Eucalyptus alba,

Eucalyptus deglupta, Eucalyptus grandis, Eucalyptus plathyphlla, Eucalyptus saligna,

Eucalyptus umbellate, Eucalyptus camadulensis, Eucallyptus pellita, Eucalyptus tereticomis,

Eucalyptus torreliana (Khaeruddin, 1999). Tanaman eucalyptus terdiri dari kurang lebih 700 jenis dan yang dapat dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan tanaman ini

(Departemen Kehutanan, 1994). Eucalyptus pellita tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Jenis eucalyptus sp dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir dan sedikit bercabang. Jenis asli New South Wales, , merupakan kayu cepat tumbuh, tumbuh pada tanah berpasir tidak membutuhkan tanah yang subur, menyenangi cahaya matahari perawatan mudah. Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Ukuran pohon bervariasi dari pohon kerdil dengan percabangan yang banyak sampai pohon besar dengan tinggi mencapai 10 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Sub jenis Eucalyptus sp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuh sehingga jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan.

B. Morfologis Eucalyptus pellita

B.1 Akar

Pertumbuhan tanaman Eucalyptus pellita tergolong cepat terutama pada waktu muda.

Sistem perakarannya yang masih muda cepat sekali memanjang menembus ke dalam tanah, intensitas penyebaran akarnya kearah bawah hampir sama banyaknya dengan kearah samping

(Departemen Kehutanan, 1994).

B.2. Batang

Menurut Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1989:13), Eucalyptus pellita termasuk dalam Famili Myrtaceae dan mempunyai nama lain Eucalyptus decaisneana Blume.

Dikenal pula dengan nama Palawan Merah, Popo, Popo Bura-Bura, Popo Merah (Flores) dan di

Inggris dikenal dengan nama Timor Mountain Gum. Batang bebas cabang dapat mencapai 17-25 m, kulit ari (luar) terutama pada bagian pangkal kasar, keras, sedikit berserat, beralur dangkal longitudinal, coklat muda, selebihnya bagian atas halus keputih-putihan. Bagian kayu coklat tua atau merah muda, mudah patah dan mudah dibelah. Percabangan pada umumnya mendatar, kulit cabang halus, coklat muda. Pohon eucalyptus pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Ciri khas lainnya adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk - lekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai cokelat, merah, sawo matang sampai coklat

B.3. Daun

Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1989:15) menyatakan bahwa

Eucalyptus pellita tergolong pohon raksasa, tidak menggugurkan daun, pada tanah yang subur dapat mencapai tinggi lebih dari 50 m, tajuk agak lebar. Duduk daun pada waktu muda berhadapan atau hampir berhadapan, pasangan anak daun sama atau hampir sama, tangkai daun

3-4 cm, tidak berbulu, helaian daun agak kaku seperti kulit, hijau, pada umumnya bulat telur dan memanjang. Ujung daun agak meruncing jarang tumpul, pangkal runcing oblique (tidak seimbang), tepi rata, berisi tidak seimbang, gundul pada kedua permukaan, ibu tulang daun rata pada permukaan atas, sedikit menonjol pada permukaan bawah dengan tulang daun sekunder terdiri dari 14-17 pasang, bentuknya halus, tidak jelas, tulang daun tersier halus, berbentuk jala tidak jelas, apabila daunnya kita lukai tercium aroma minyak kayu putih.

B.4. Bunga

Bunga Eucalyptus pellita umumnya berwarna putih mekar seperti bunga jambu. Musim bunga berlangsung antara bulan Januari hingga Maret.

B.5. Buah

Buah berbentuk kerucut, kadang-kadang seperti piala, jarang berbentuk kapsul. Proses pembuahan dicirikan dengan mulai keluarnya bunga yang berbentuk karangan bunga dan berwarna putih. Buah masak dan siap dipanen pada bulan Juni hingga September. Pembuahan terjadi setiap tahun secara periodik (Atlas benih Tanaman Hutan Indonesia, Balai Teknologi

Pembenihan, Departemen Kehutanan R.I).

Gambar 2.1. Morfologis pohon Eucalyptus pellita C. Syarat tumbuh dan penyebaran Eucallyptus pellita

Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1989:158) menyatakan bahwa

Eucalyptus pellita tersebar pada ketinggian 50-1300 m dpl, dengan perbedaan musim yang jelas, termasuk iklim C, D dan E (menurut Schmidt dan Ferguson). Jenis ini juga menghendaki tanah yang sarang, namun pertumbuhan yang paling baik terdapat pada tanah yang dalam dan lembab yaitu tanah-tanah yang berasal dari batuan vulkanik, sekalipun demikian mempunyai kemampuan tumbuh pada tanah-tanah yang miskin dan kering.

Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace, mulai dari 7°’ LU sampai 43°39’ LS meliputi Australia, New Britania, Papua danTazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di Kepulauan Indonesia yaitu Irian Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor-

Timur. Genus eucalyptus sp terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua spesies yang tersebar di wilayah Malaysia, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan

Fillipina yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian Utara menuju bagian Timur. Spesies ini banyak tersebar di daerah-daerah pantai

New South Wales dan Australia bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika,

Eropa bagian Selatan dan Amerika Tengah (Latifah, 2004).

Jenis-jenis eucalyptus sp banyak terdapat pada kondisi iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Tanaman eucalyptus sp dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kering gersang sampai pada tanah yang baik dan subur (Departemen Kehutanan, 1994).

Genus pohon ini dapat ditemukan hampir diseluruh Australia, karena telah beradaptasi dengan iklim daerah tersebut. Jenis Eucalyptus dapat tumbuh dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan. Kebanyakan Eucalyptus tidak tahan suhu dingin, hanya bertahan pada suhu antara -3º hingga -5º Celcius. Tanaman Eucalyptus tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata per tahun 20º hingga 32º Celcius (Rauf, 2009).

D. Kegunaan Eucalyptus pellita

Menurut Suhaendi dan Djapilus (1978) dalam Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi

Lahan (1989:178) selain untuk pembuatan pulp, kertas dan kayu bakar, kayu Eucalyptus pellita dapat diolah untuk pembuatan vinir, plywood, papan dinding (wall board), kayu gergajian, bahan penghara rumah, jembatan, perkapalan dan perabotan rumah tangga.

Eucalyptus pellita memiliki banyak kegunaan yang membuat mereka menjadi pohon yang penting secara ekonomi. Selain itu, Eucalyptus pellita menyerap banyak air dari tanah melalui proses transpirasi. Mereka ditanam di banyak tempat untuk mengurangi water table dan mengurangi salinasi tanah. Minyak Eucalyptus pellita siap didistilasi kukus dari daunnya dan dapat digunakan sebagai pembersih, pewangi, dan dalam jumlah kecil dalam suplemen makanan; terutama permen, cough drops, dan decongestants. Minyak Eucalyptus pellita juga memiki sifat menolak serangga, dan telah digunakan sebagai bahan dari penolak nyamuk komersial.

E. Media Tanam

Media yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam karena media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Media tanam akar resam dan tanah sangat cocok digunakan untuk pembibitan Eucalyptus pellita. Hal ini dikarenakan daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan.

E.1. Media Akar Resam

Resam adalah tumbuhan paku-pakuan yang banyak tumbuh disekitar kita dan ketersediaannya di Kabupaten Sintang cukup banyak. Resam termasuk family Polypodiaceae dan cukup banyak digunakan sebagai media semai dikarenakan sifatnya yang ringan, mudah didapat dan cukup sarang. Bagian yang dimanfaatkan oleh sebagai media tanam adalah bagian akar resam yang sudah mati dan melapuk yang bercampur dengan tanah. Akar pakis ini mudah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil dan memiliki drainase yang baik serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Namun, kelemahan media akar resam ini antara lain disukai semut dan hewan-hewan kecil lainnya. Oleh karena itu, sebelum digunakan sebaiknya disterilkan terlebih dahulu. Untuk mensterilkan, rendam akar resam dalam larutan fungisida selama 24 jam. Fungisida yang digunakan misalnya Dithane, Delsene, dll.

Dengan konsentrasi sesuai anjuran pada label kemasan fungisida yang akan digunakan.

E.2. Tanah Podsolik Merah Kuning

Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) yang tersebar di berbagai daerah Indonesia, menurut

Hardjowigeno (1993) ternyata masih beragam sifatnya dan kalau dipadankan dengan system

Klasifikasi Taksonomi Tanah (USDA) tcrnyata sepadan antara lain dengan Inseptisol, Oxisol dan

Ultisol. Tanah Podsolik Yang umumnya bisa dipadankan dengan tanah Ultisol (Podsolik) merupakan salah satu jenis tanah mineral yang banyak digunakan sebagai media tumbuh bibit.

Hal ini terjadi karena jenis tanah tersebut tersebar cukup luas di Indonesia. Kelemahan tanah

Ultisol sebagai media tumbuh adalah karena tanah ini umumnya bereaksi sangat masam

(Supraptohardjo, 1974). Oleh karena itu untuk menaikkan pertumbuhan bibit tanaman diperlukan media tumbuh yang baik bagi tanaman. Untuk menciptakan media tumbuh yang baik tersebut diperlukan pupuk yang mengandung zat bereaksi basa seperti Kalium (K). Selain satu jenis pupuk yang mengandung unsur Kalium adalah pupuk KCI. Untuk memperbaiki kesuburan tanah akibat keasaman tanah dan adanya kelarutan unsur AI, Fe dan Mn pacta umumnya dilakukan pengapuran. Dengan kegiatan pengapuran diharapkan kisaran pH akan mendekati nilai optimum yang cocok untuk ketersediaan unsur hara dan pertumbuhan tanaman pada umumnya. Fungsi kalium yaitu memberikan pengaruh terhadap pembentukan protein dan karbohidrat dan mengeraskan bagian kayu dari tanaman sehingga pertumbuhan diameter batang meningkat

(Sarief, 1985).

F. Persemaian

Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit atau semai yang siap ditanam dilapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal dilapangan dari kegiatan penanaman Hutan Tanaman

Industri karena itu sangat penting dan merupakan kunci utama dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman Hutan Tanaman Industri. Dalam persiapan persemaian ataupun pembibitan tanaman ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya adalah :

1. Lokasi persemaian

Lokasi persemaian yang baik haruslah lahan datar dan pengairan yang baik, lokasi persemaian dekat dengan sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun terutama pada saat musim kemarau. Dekat dengan sumber media, Luas lokasi persemaian disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibit. Sistem lokasi persemaian yang terpusat memudahkan dalam perawatan, pengawasan sehari – hari danterhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak dan gulma.

2. Kondisi iklim

Daerah yang ideal untuk lokasi persemaian adalah daerah dengan suhu udara sejuk dan memiliki curah hujan yang cukup.

3. Sumber daya manusia

Untuk membuat pembibitan di persemaian diperlukan sumber daya manusia yang terampil, rajin, dan cinta tanaman.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari tujuh perlakuan. Rancangan ini dipilih karena selain faktor media, semuanya relatife seragam.

Adapun perlakuan media akar resam dan tanah PMK adalah sebagai berikut :

S0 = akar resam tanpa tanah

S1 = akar resam 40 gram dan tanah PMK 60 gram

S2 = akar resam 50 gram dan tanah PMK 50 gram

S3 = akar resam 60 gram dan tanah PMK 40 gram

S4 = akar resam 70 gram dan tanah PMK 30 gram

S5 = akar resam 80 gram dan tanah PMK 20 gram

S6 = akar resam 90 gram dan tanah PMK 10 gram

B. Satuan Percobaan dan Satuan Pengamatan

Dalam penelitian ini satuan percobaan adalah seluruh tanaman dengan 7 perlakuan, jumlah tanaman yang dijadikan sampel setiap perlakuan adalah 5 tanaman per plot diulang 3 kali sehingga berjumlah 105 tanaman.

C. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Benih Eucalyptus pellita sebanyak 1 ons, yang diambil dari PT.Finnantara Intiga Sanggau;

2. Akar resam, digunakan untuk media tanam;

3. Tanah PMK, digunakan sebagai campuran media tanam;

4. Polybag, digunakan untuk wadah media dan tanaman;

5. Kayu kasau dan reng , sebagai kerangka naungan;

6. Nampan plastik, sebagai tempat media semai benih Eucalyptus pellita;

7. Shadenet/paranet dengan intensitas 70%, digunakan untuk naungan;

8. Plastik UV untuk naungan, menghindari tetesan air hujan;

9. Furadan, Dithane, Delsene, Matador, Lannate, dan Saromyl, untuk mencegah serangan hama

dan penyakit;

10. Air, digunakan untuk penyiraman tanaman selama penelitian;

11. Pupuk TSP;

12. Kapur ( Dolomite ).

13. Pupuk Simplot

Alat-alat yang digunakan antara lain adalah ;

1. Parang, digunakan untuk menghaluskan media akar resam;

2. Cangkul, digunakan untuk mengambil tanah;

3. Penggaris, digunakan untuk mengukur tinggi tanaman;

4. Kaliper, digunakan untuk mengukur diameter batang;

5. Timbangan duduk, digunakan untuk menimbang media tanam

6. Handsprayer, digunakan untuk menyiram benih dan kecambah Eucalyptus spp;

7. Gembor plastik, untuk alternatife penyiraman tanaman;

8. Solo, digunakan untuk penyemprotan insectisida dan fungisida; 9. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan selama kegiatan penelitian;

10. Kalkulator, digunakan untuk mengolah data;

11. Alat-alat tulis menulis, untuk mencatat semua kegiatan penelitian;

Gambar 3.1. Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

D. Pelaksanaan Penelitian

D.1. Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu akar resam dan tanah PMK. Media Media akar resam yang digunakan dalam penelitian ini petama dicincang hingga halus dengan ukuran lolos ayakan yang berukuran 1x1 cm. Setelah halus akar resam tersebut menjadi gembur hingga siap jadi media tanam yang steril. Sedangkan tanah yang digunakan sebagai media campuran harus disangrai terlebih dahulu, karena tanah disekitar dapat membawa cendawan atau sumber penyakit seperti jamur dan lain-lain. Untuk meningkatkan PH akar resam dan tanah, pada media diberi kapur seperti Dolomite dan pupuk dasar yang biasa digunakan adalah pupuk TSP dan pupuk Simplot.

Gambar 3.2. Kegiatan menyiapkan media tanam

D.2. Pembuatan Rumah Naungan

Pembuatan rak penelitian dilakukan pada awal penelitian dengan menggunakan kasau, reng dan papan serta atap naungan dari shade net atau paranet dengan intensitas 70%. Tujuan pembuatan tempat penelitian ini adalah untuk meletakkan bibit Eucalyptus pellita yang sudah dipindahkan dalam polybag agar terhindar dari gangguan hama atau binatang ternak yang ada di sekitar lokasi penelitian.

D.3. Pengadaan Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Eucalyptus pellita yang diperoleh dari PT. Finantara Intiga Kab. Sanggau.

D.4. Penyemaian Benih

Benih Eucalyptus pellita yang telah dikering anginkan, disemaikan pada nampan plastik yang sudah berisi media akar resam halus. Cara menyemaikan benih Eucalyptus pellita ditaburkan pada media yang ada pada nampan plastik, kemudian ditutup sedikit pada permukaannya dengan pasir halus dan kering agar benih tidak terbang terbawa angin. Bedeng tabur menggunakan atap naungan yang terbuat dari plastik UV dan shade net, agar suhu tetap terjaga dan terhindar dari hujan serta matahari langsung.

Gambar 3.3. Benih Eucalyptus pellita dan tempat penyemaian benih (bedeng tabur)

D.5. Penyapihan

Penyapihan adalah memindahkan kecambah dari nampan semai kedalam polybag yang sudah diisi media untuk penelitian. Penyapihan ini dapat dilakukan jika kecambah sudah memiliki 2 ( dua ) pasang daun atau sudah berumur 14 hari dari waktu penyemaian benih.

Selama penyapihan, pastikan perakaran tidak bengkok atau melipat. Jika perakaran terlalu panjang, gunting akar menjadi lebih pendek.

Gambar 3.4. Bibit Eucalyptus pellita yang siap untuk disapih dan bibit yang sudah disapih. D.6. Penyiraman

Setelah penanaman ke dalam polybag dilakukan, tanaman kemudian disiram dengan menggunakan handsprayer atau menggunakan gembor secara merata dan diusahakan tidak tergenang air. Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak 2 - 3 kali dalam kondisi cuaca panas dengan tujuan mempercepat terjadinya pertumbuhan.

Gambar 3.5. Penyiraman bibit Eucalyptus pellita

D.7. Pengendalian Gulma ( Penyiangan )

Penyiangan bertujuan untuk menghindari adanya hama yang bersarang pada gulma disekeliling tanaman pada media polybag agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat atau kerdil.

D.8. Pengendalian hama dan penyakit

Penyemprotan insektisida dilakukan 1 kali per 2 minggu atau lebih bila ada serangan dan penyemprotan fungisida dilakukan 1 kali per minggu atau lebih bila ada serangan dimulai 1 minggu setelah penyapihan.

Gambar 3.6. Pemberian Dithane –M 45 dan Matador untuk mencegah hama dan penyakit

E. Pengamatan dan Pengumpulan Data

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman didapatkan dengan cara mengukur pertumbuhan tinggi batang mulai dari semai hingga menjadi bibit siap tanam. Pengukuran dimulai dari pangkal batang diatas permukaan media hingga titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi dilakukan 1 kali yaitu pada akhir penelitian dengan menggunakan penggaris.

Gambar 3.7. Pengukuran tinggi bibit Eucalyptus pellita

2. Diameter batang

Pengukuran diameter batang dilakukan ± 2 cm dari pangkal batang dan dilakukan 1 kali pada akhir penelitian dengan menggunakan penggaris atau kalifer.

3. Jumlah Daun

Perhitungan jumlah daun dilakukan mulai awal penelitian sampai akhir penelitian. Daun yang di hitung adalah seluruh daun yang tumbuh selama penelitian.

Gambar 3.8. Pengukuran diameter dan penghitungan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita

F. Analisis Data

Menurut Hanafiah (2004:33), model statistika untuk percobaan tunggal dengan menggunakan rancangan dasar RAL, adalah sebagai berikut:

Yij =  +  + ij di mana :

Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j  = Nilai rerata harapan

 = Pengaruh perlakuan ke-i

ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j.

Tabel 3. 1. Daftar analisis ragam untuk percobaan tunggal dengan pola dasar RAL

Sumber Jumlah Kwadrat F. Tabel Derajat Bebas F. Hitung Keragaman Kwadrat Tengah 5% 1% Perlakuan V1 = (t-1) JKP KTP = JKP/V1 (KTP) / (KTG)

Galat V2 = (rt-1)- (t-1) JKG KTG=JKG/ V2 Total rt-1 JKT KK=...... %

KK= (√KTG/ Y¯ij) x 100%

Keterangan :

(1) Faktor koreksi (FK) = nilai untuk mengoreksi (μ) dari ragam data (τ) sehingga dalam sidik 2 ragam nilai μ = 0. FK = (T ) / ( r x t ) ij 2 2 2 2 2 (2) JK = T ( Y ) – FK = { ( Y ) + ( Y ) …. + ( Y ) … + ( Y ) } – FK total ij 10 11 ij rt 2 2 2 2 (3) JK = { (TA) / r } – FK = (TA ) + (TA ) + ……. + (TA ) } / r - FK perlakuan 0 1 n (4) JK Galat = JK - JK total perlakuan

(5) Koefisien Keragaman (KK) = √KTG/ Y¯ij x 100%

Dari analisis sidik ragam tersebut jika ternyata F-hitung lebih besar dari F-tabel 1%, maka dikatakan terdapat pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan yang diberikan dan apabila F- hitung lebih besar dari F-tabel 5%, maka dikatakan berbeda nyata. Namun jika F- hitung lebih kecil dari F-tabel pada tingkat keperacayaan 5%, maka dikatakan antar perlakuan tidak berbeda nyata.

Jika dari hasil sidik ragam ternyata F hitung lebih besar dari F tabel maka untuk mengetahui perlakuan mana yang berpengaruh nyata /sangat nyata perhitungan data dilanjutkan dengan uji pembanding berganda dengan mengacu kepada pendapat Hanafiah (2005:41) berikut : 1). Jika KK besar, (minimal 10% pada kondisi homogen atau minimal 20% pada kondisi

heterogen), uji lanjutan yang sebaik-baiknya digunakan adalah uji Jarak Duncan, karena uji

ini dapat dikatakan yang paling teliti.

2). Jika KK sedang, (antara 5-10% pada kondisi homogen atau antara 10%-20% pada kondisi

heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

karena uji ini dapat dikatakan juga ketelitian sedang, dan

3). Jika KK kecil, (maksimal 5% pada kondisi homogen atau maksimal 10% pada kondisi

heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) karena

uji ini tergolong kurang teliti.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sejirak, Kecamatan Ketungau Hilir Kabupaten Sintang.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2014.

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian A.1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran terhadap tinggi bibit Eucalyptus pellita dilakukan pada akhir penelitian. Data hasil penghitungan rerata tinggi bibit Eucalyptus pellita dapat dilihat pada tabel 4.1. Selanjutnya dari tabel 4.1 dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam pengaruh komposisi media akar resam dan tanah PMK terhadap pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita di persemaian dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.1. Rerata pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita pada akhir penelitian

Ulangan Perlakuan Total Rata-rata I II III S0 (100 gr resam) 27.20 33.20 25.60 86.00 28.67 S1 (40 : 60 gram) 26.80 29.80 19.60 76.20 25.40 S2 (50 : 50 gram) 30.20 34.80 24.00 89.00 29.67 S3 (60 : 40 gram) 27.20 32.40 34.20 93.80 31.27 S4 (70 : 30 gram) 32.40 38.60 29.80 100.80 33.60 S5 (80 : 20 gram) 42.20 30.60 36.20 109.00 36.33 S6 (90 : 10 gram) 34.20 33.80 20.40 88.40 29.47 TOTAL 220.20 233.20 189.80 643.20 214.40 Rata-rata 31.46 33.31 27.11 30.63 10.21 Sumber : Data Hasil Penelitian, 2015

Tabel 4.2. Analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita F. Tabel SK DB JK KT F hit 5% 1% Perlakuan 6 225.73 37.62 1.12ns 3.00 4.82 Galat 12 403.8133 33.6511 Total 18 629.54 KK = 2.50 Sumber : Data Hasil Analisis, 2015. Keterangan : ns : non signifikan atau tidak signifikan Berdasarkan hasil analisis sidik ragam sebagaimana terlihat pada tabel 4.2 tersebut di atas, maka diketahui bahwa komposisi media tanam berupa akar resam dan tanah PMK tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita di persemaian. Oleh karena hasil analisis sidik ragam yang tidak signifikan, maka tidak dilakukan uji lanjut. Walaupun demikian, dalam rangka untuk mengetahui pertumbuhan tinggi bibit oleh pengaruh setiap komposisi media tanam (perlakuan) yang terbaik, maka disajikan sebagaimana gambar 4.1. dibawah ini.

45

40

35

30 Ulangan I 25

20 Ulangan II

15 Ulangan III 10

5

0 S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6

Gambar 4.1. Rerata pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita di persemaian

Berdasarkan gambar 4.1 tersebut diatas, diketahui bahwa rerata pertumbuhan tinggi bibit

Eucalyptus pellita yang tertinggi adalah perlakuan menggunakan komposisi media akar resam 80 gr dan media tanah PMK 20 gr (S5) dengan rerata tinggi 36.33 cm, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan menggunakan komposisi media akar resam 40 gr dan media tanah PMK

60 gr (S1) dengan rerata pertumbuhan tinggi hanya 25 cm.

A.2. Pertumbuhan Diameter Batang (cm)

Pengukuran terhadap diameter bibit Eucalyptus pellita dilakukan pada akhir penelitian. Data hasil penghitungan rerata diameter bibit Eucalyptus pellita dapat dilihat pada tabel 4.3.

Selanjutnya dari tabel 4.3, dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam pengaruh komposisi media akar resam dan tanah PMK terhadap pertumbuhan diameter bibit Eucalyptus pellita di persemaian dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.3. Rerata pertumbuhan diameter batang bibit Eucalyptus pellita di persemaian.

Ulangan Perlakuan Total Rata-rata I II III S0 (100 gr resam) 2.68 2.72 2.60 8.00 2.67 S1 (40 : 60 gram) 2.34 2.88 2.02 7.24 2.41 S2 (50 : 50 gram) 2.66 2.86 2.44 7.96 2.65 S3 (60 : 40 gram) 2.40 2.96 3.24 8.60 2.87 S4 (70 : 30 gram) 2.88 3.26 3.42 9.56 3.19 S5 (80 : 20 gram) 3.52 3.12 3.30 9.94 3.31 S6 (90 : 10 gram) 3.20 3.38 2.28 8.86 2.95 Total 19.68 21.18 19.30 60.16 20.05 Rata-rata 2.81 3.03 2.76 2.86 0.95 Sumber : Data Hasil Penelitian, 2015

Tabel 4.4. Analisis sidik ragam pertumbuhan diameter batang bibit Eucalyptus pellita di persemaian

F. Tabel SK DB JK KT Fhit 5% 1% Perlakuan 6 1.80 0.30 2.04ns 3.00 4.82 Galat 12 1.7699 0.1475 Total 18 3.57 KK = 1.77 Sumber : Data Hasil Analisis, 2015. Keterangan : ns : non signifikan atau tidak signifikan

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam sebagaimana terlihat pada tabel 4.4 tersebut di atas, maka diketahui bahwa komposisi media tanam berupa akar resam dan tanah PMK tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan diameter bibit Eucalyptus pellita di persemaian. Oleh karena hasil analisis sidik ragam yang tidak signifikan, maka tidak dilakukan uji lanjut. Walaupun demikian, dalam rangka untuk mengetahui pertumbuhan diameter bibit oleh pengaruh setiap komposisi media tanam (perlakuan) yang terbaik, maka disajikan sebagaimana gambar 4.2. dibawah ini.

4

3.5

3

2.5 Ulangan I

2 Ulangan II 1.5 Ulangan III 1

0.5

0 S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Gambar 4.2. Rerata pertumbuhan diameter bibit Eucalyptus pellita di persemaian

Berdasarkan gambar 4.2 tersebut diatas, diketahui bahwa pertumbuhan diameter bibit

Eucalyptus pellita yang tertinggi adalah perlakuan dengan menggunakan komposisi media akar resam 80 gr dan media tanah PMK 20 gr (S5) dengan rerata sebesar 3.31 cm, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan menggunakan komposisi media akar resam 40 gr dengan media tanah PMK 60 gr (S1) dengan rerata pertumbuhan hanya 2.41 cm. A.3. Pertumbuhan Jumlah Daun (Helai)

Penghitungan terhadap jumlah daun bibit Eucalyptus pellita dilakukan pada akhir penelitian.

Data hasil penghitungan terhadap rerata pertumbuhan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita dapat dilihat pada tabel 4.5. Selanjutnya dari tabel 4.5, dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam pengaruh komposisi media akar resam dan tanah PMK terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita di persemaian dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.5. Rerata pertumbuhan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita di persemaian.

Ulangan Perlakuan Total Rata-rata I II III S0 (100 gr resam) 15.60 14.80 15.60 46.00 15.33 S1 (40 : 60 gram) 12.40 17.20 12.40 42.00 14.00 S2 (50 : 50 gram) 15.20 16.40 14.80 46.40 15.47 S3 (60 : 40 gram) 12.80 16.00 17.60 46.40 15.47 S4 (70 : 30 gram) 16.80 17.60 17.60 52.00 17.33 S5 (80 : 20 gram) 18.40 16.80 18.00 53.20 17.73 S6 (90 : 10 gram) 18.40 17.20 10.80 46.40 15.47 Total 109.60 116.00 106.80 332.40 110.80 Rata-rata 15.66 16.57 15.26 15.83 5.28 Sumber : Data Hasil Penelitian, 2015

Tabel 4.6. Analisis sidik ragam pertumbuhan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita di persermaian

F. Tabel SK db JK KT Fhit 5% 1% Perlakuan 6 29.62 4.94 0.92ns 3.00 4.82 Galat 12 64.3200 5.3600 Total 18 93.94 KK = 1.93 Sumber : Hasil Analisis Data, 2015. Keterangan : ns : non signifikan atau tidak signifikan

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam sebagaimana terlihat pada tabel 4.6 tersebut di atas, diketahui bahwa komposisi media tanam berupa akar resam dan tanah PMK tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita di persemaian. Oleh karena hasil analisis sidik ragam yang tidak signifikan, maka tidak dilakukan uji lanjut. Walaupun demikian, dalam rangka mengetahui pertumbuhan jumlah daun bibit oleh pengaruh setiap komposisi media tanam (perlakuan) yang terbaik, maka disajikan sebagaimana gambar 4.3. dibawah ini.

20

18

16

14

12 Ulangan I

10 Ulangan II 8

6 Ulangan III

4

2

0 S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Gambar 4.3. Rerata pertumbuhan Jumlah daun bibit Eucalyptus pellita di persemaian

Berdasarkan gambar 4.3. diatas, diketahui bahwa rerata pertumbuhan jumlah daun bibit

Eucalyptus pellita yang tertinggi adalah perlakuan menggunakan media akar resam 80 gr dan media tanah PMK 20 gr (S5) dengan rerata sebesar 17.73 helai, sedangkan yang terendah adalah perlakuan menggunakan media akar resam 40 gr dan media tanah PMK 60 gr (S1) dengan rerata pertumbuhan daun hanya 14.00 helai.

A.4. Analisis Media Tanam

Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah akar resam yang dicampur dengan tanah Podsolik Merah Kuning (PMK). Hasil analisis media tanam pada laboratorium Universitas

Tanjung Pura Pontianak selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini.

Tabel 4.7. Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Media Tanam Parameter Media Tanam Analisis Kompos + Gambut Akar resam Tanah PMK pH H2O 4,27 4,03 3,85 pH KCl 3,67 3,58 2,98 C- Organik (%) 5,62 2,63 11,34 N- Total (%) 0,25 0,21 0,17 C/N 22,48 12,52 66,71 P tersedia 37,25 18.52 10,65 KTK 15,75 25,89 29,43 K 0,13 0,11 0,08 Na 0,17 0,13 0,10 Ca 0,15 0,10 0,09 Mg 0,45 0,30 0,25 KB (%) 5,71 2,47 1,77 Liat (%) 8,12 6,13 6,89 Debu (%) 26,57 22,57 23,45 Pasir Kasar (%) 21,38 27,45 22,48 Pasir Halus (%) 43,93 43,85 47,18 Kadar Air (%) 3,19 0,67 5,73 Sumber : Data Hasil Analisis Laboratorium, 2015

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap seluruh parameter yang diamati diketahui bahwa media tanam tidak memberikan pengaruh yang signifikan, begitu juga terhadap pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita, tetapi media tanam yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita adalah media akar resam + tanah

PMK dengan komposisi media akar resam 80 gr dan tanah PMK 20 gr perpolybag.

Pengaruh media tanam yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan tinggi bibit, bukan berarti tidak terjadi pertumbuhan tinggi, tetapi pertumbuhan tingginya relatife sama, sehingga melalui analisis statistik tidak terlihat signifikan. Pengamatan secara visual selama penelitian terlihat dengan jelas bahwa bibit yang ditanam pada media akar resam+tanah PMK, lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang di tanam pada media akar resam saja.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan yang mengarah kekarakteristik morfogenesis suatu jenis. Kedua proses ini dikendalikan oleh sifat genetic dan lingkungan, yang tingkat pengaruhnya sangat tergantung pada karakteristik tanaman tersebut.

Pertumbuhan merupakan proses pembelahan dan pembesaran sel, tetapi definisi yang paling umum dipakai adalah pertambahan berat kering yang juga meliputi diferensiasi. Pertumbuhan merupakan akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal perangsang pertumbuhan dan unsur-unsur iklim, tanah, dan biologis dari lingkungan. Dengan demikian dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan, bahwa seluruh proses pertumbuhan telah terjadi pada bibit Eucalyptus pellita, namun pertumbuhannya belum optimal.

Dari hasil pengamatan terhadap rerata pertumbuhan tinggi bibit Eucalyptus pellita sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.1, selama penelitian berlangsung memiliki rerata paling tinggi secara berurutan yaitu S5 ( perlakuan media akar resam 80 gr dan tanah PMK 20 gr

) sebesar 36,33 cm , S4 ( perlakuan media akar resam 70 gr dan tanah PMK 30 gr ) memiliki rerata sebesar 33,60 cm, S3 (perlakuan media akar resam 60 gr dan tanah PMK 40 gr) dengan rerata 31,27 cm, dan rerata pertumbuhan tinggi bibit terendah pada penelitian ini terdapat pada perlakuan S1 (media akar resam 40 gr dan tanah PMK 60 gr) dengan rerata hanya 25,40 cm.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian media Akar resam+tanah PMK tidak mempengaruhi pertumbuhan diameter bibit Eucalyptus pellita di persemaian secara signifikan. Dari hasil pengamatan terhadap rerata pertumbuhan diameter batang bibit Eucalyptus pellita pada gambar 4.2 selama penelitian berlangsung yang terbaik secara berurutan adalah S5 ( perlakuan media akar resam 80 gr dan tanah PMK 20 gr ) memiliki rerata sebesar 3,31 cm, disusul dengan S4 ( perlakuan media akar resam 70 gr dan tanah PMK 30 gr ) dengan rerata 3,19 cm, dan rerata pertumbuhan diameter batang terendah pada penelitian ini terdapat pada perlakuan S1 ( media akar resam 40 gr dan tanah PMK 60 gr ) dengan rerata hanya sebesar 2,41 cm. Hasil pengamatan terhadap rerata pertumbuhan jumlah daun bibit Eucalyptus pellita di persemaian sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.3. Selama penelitian berlangsung menunjukan perlakuan yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun adalah S5 ( perlakuan media akar resam 80 gr dan tanah PMK 20 gr ) dengan rerata sebesar 17,73 helai dan rerata pertumbuhan jumlah daun yang terkecil adalah perlakuan S1 (media akar resam 40 gr dan tanah PMK 60 gr) yaitu sebesar 14,00 helai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap seluruh parameter yang diamati. Kondisi ini dapat dipahami karena media-media tanam yang digunakan fungsinya lebih kepada untuk menumbuhkan benih menjadi semai. Sementara agar semai dapat tumbuh dengan baik menjadi bibit yang berkualitas tentu diperlukan nutrient/hara yang cukup. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil analisis laboratorium terhadap media tanam yang menunjukkan bahwa semua media memiliki pH yang sangat masam

(pH < 4,27) dan miskin akan kandungan unsur hara, begitu juga dengan kapasitas tukar kation

(KTK) dan kejenuhan basa (KB) yang tergolong rendah. Hasil analisis laboratorium terhadap media tanam tersebut mengindikasikan sebagai faktor yang menyebabkan tidak signifikannya media yang digunakan terhadap pertumbuhan.

C. Uji Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

H0 = Diduga media akar resam dan tanah PMK tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit

Eucalyptus pellita

H1 = Diduga media akar resam dan tanah PMK berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit

Eucalyptus pellita. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap semua parameter yang diamati, yaitu pertumbuhan tinggi, diameter batang dan jumlah daun, diketahui bahwa media tanam yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang signifikan seperti yang terlihat pada bagian hasil penelitian, maka hipotesis yang diajukan ditolak (terima Ho dan tolak H1).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Pemberian media akar resam dan tanah PMK tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemain.

2. Walaupun hasil analisis sidik ragam tidak ada pengaruh yang signifikan, namun hasil

pengamatan dan pengukuran diketahui bahwa komposisi media tanam yang terbaik dalam

mempengaruhi pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemain adalah perlakuan S5

(perlakuan media akar resam 80 gr dan tanah PMK 20 gr)

B. Saran

Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk memastikan pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit Eucalyptus pellita di persemain agar didapatkan kesimpulan yang komprehensif, yaitu salah satunya dengan cara menambah lamanya waktu penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tinjauan Pustaka tentang Eucaliptus. Medan. Universitas Sumatera Utara. Website, diakses Nopember 2011.

Anonim. 2011. Pengembangan Hutan Tanaman Industri. www.dephut.go.id . Diakses Nopember 2011.

Anonim. 2012. Pengertian variabel bebas dan variabel terikat. Diakses 25 Januari 2012 pada www.yahooanswer.com.

Adisoemarto. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Atmawijaya, R. 1986. Pelestarian Manfaat Hutan Tanaman Industri. Jakarta : Makalah yang disampaikan pada seminar Nasional. Ancaman Terhadap Hutan Tanaman Industri. 20 Desember 1986.

Buckman Dan Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit Bhratara Karya Aksara.

Byrd,H.W. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Jakarta : PT. Pembimbing Masa.

Direktorat Jenderal dan Rebisasi Lahan. 1989. Pengamatan Teknik Silvikultur dan Pertumbuhan Tanaman Eucalyptus pellita. Yogyakarta : Departemen Kehutanan.

Gardner, Pearce dan Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Hakim, N., Nyakpa, Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.A., Saul, R., Diha, A., Ban Hong, G., dan Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Penerbit Universitas Lampung

Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan Dalam Bidang Pertanian. Jakarta: Rajawali Pres (edisi revisi).

Hanafiah, K.A. 2008. Rancangan Percobaan Dalam Bidang Pertanian. Jakarta: Rajawali Pres (edisi revisi).

Harjadi. 1991. Pengantar Agronomi. Jakarta : PT Gramedia.

Hardjowigeno. 1989. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediatama Sarana Perkasa.

Herawati, T. 1999. Respon Pertumbuhan Anakan Eucalyptus pellita S.T. Blake. Terhadap Pemberian Biosfer 2000-K Pada Media Tanah Podsolik Merah Kuning, Aluvial dan Gambut. Pontianak : Skripsi Fakultas Pertanian UNTAN (Tidak dipublikasikan).

Hendaryono,Daisy.P.Sriyanti. 1998. Budidaya Anggrek. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.

Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Bandung : Penerbit Angkasa.

Lingga, P dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rosmarkam dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Schmidt, L. dan Hansen. 2002. Pedoman Penangan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Penerbit : Dirjen RLPS Departemen Kehutanan.

Sarief,S. 1986. Kesuburan Dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana

Sophie, H.M.M. dan A. Akbar. 1995. Test Standarisasi Perkecambahan Biji Tanaman Hutan di Asean. Di dalam : Duta Rimba No. 183-184/XX/Sept/Okt 1995 (Hal. 16-20). Perum Perhutani. Jakarta.

Sutopo, L. 1986. Teknologi Benih. Jakarta : Rajawali Pers.

Tarumingkeng dan Purwantara. 2003. Pendugaan Besarnya Subsidence dan Kenaikan Bulk Density Akibat Tindakan Reklamasi Tanah Gambut. Institut Pertanian Bogor : Diakses Maret 2012 ada situs “http//www.maanystavat.fi.april/exansion/indo.html”

UNKA. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Sintang. Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang.

Wi Tjhun. 1995. Studi Efektivitas Teknik Inokulasi Cendawan Ektomikoriza Pada Anakan Pinus merkusii Jungh et De Vriess Di Media Gambut. Pontianak : (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Tanjungpura.