Analisis Struktur, Tekstur Dan Permasalahan Politis Wayang Beber Jaka Kembang Kuning
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Tonil: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Copyright © 2020 by 2020, Vol. 17, No. 2, 98-110. Teater FSP - ISI Yogyakarta ANALISIS STRUKTUR, TEKSTUR DAN PERMASALAHAN POLITIS WAYANG BEBER JAKA KEMBANG KUNING Wahid Nurcahyono Institut Seni Indonesia Yogyakarta [email protected] Abstrak: Hasil penelitian ini berguna untuk melihat bentuk pementasan serta persoalan yang melingkupi sebuah bentuk kesenian bernama Wayang Beber Panji Jaka Kembang Kuning yang berada di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Dari penelitian ini kita berharap agar keberadaan kesenian ini tidak akan hilang meski harus mengikuti perkembangan selera masyarakat yang terus berubah. Salah satu usaha yang ditempuh adalah menuliskan struktur dan tekstur pertunjukan ini. Dengan mengetahui struktur dan tekstur serta persoalan lain yang melingkupi, maka generasi penerus pertunjukan ini tidak terbentur pada persoalan yang menyebabkan pertunjukan ini semakin dijauhi masyarakat. Dalang atau penyaji pertunjukan bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai pedoman untuk menciptakan pertunjukan yang lebih menarik agar tidak selalu terjebak pada bentuk pertunjukan yang membosankan. Akibatnya penonton akan lebih mudah menikmati dan memahami pertunjukan seni tersebut. Akhirnya Wayang Beber sebagai pertunjukan akan tetap eksis karena mampu hadir dalam konteks masyarakatnya. Kata kunci: Struktur, tekstur, stagnasi, wayang beber, konteks. Abstract: The results of this study are useful for observing the form of performances and issues surrounding an art form called Wayang Beber Panji Jaka Kembang Kuning in Pacitan Regency, East Java. From this research we hope that the existence of this art will not be lost even though we have to keep up with the changing tastes of society. One of the efforts taken was to write down the structure and texture of this performance. By knowing the structure and texture as well as other problems that surround it, the next generation of this show will not run into problems that cause this show to be increasingly shunned by the public. The puppeteers or performance presenters can use the results of this research as a guideline for creating more interesting performances so they don't always get stuck in boring performances. As a result, the audience will find it easier to enjoy and understand the art performance. Finally, Wayang Beber as a show will still exist because it is able to be present in the context of its society. Keyword: structure, texture, stagnation, Wayang Beber, context. Pendahuluan kebiasaan atau adat yang berkembang dalam Untuk menjadikan Wayang Beber yang suatu komunitas masyarakat yang direkam berwujud dua dimensi menjadi sebuah karya dan diwariskan dari generasi ke generasi tiga dimensi perlu dilakukan transformasi ke melalui bahasa lisan. Dalam tradisi lisan dalam sebuah pertunjukan. Selama ini sang terkandung kejadian–kejadian sejarah, adat seniman bercerita secara lisan atau bertutur, istiadat, cerita, dongeng, peribahasa, lagu, cara ini dilakukan secara turun temurun. mantra, nilai moral, dan nilai keagamaan, Tradisi lisan dapat diartikan sebagai seperti halnya Wayang Beber ini. Perkembangan tradisi lisan terjadi dari mulut 98 99 ke mulut sehingga menimbulkan banyak Mbah Mardi menjadi dalang sejak versi cerita. Tradisi lisan mencakup beberapa tahun 1982 dan meningal dunia pada tahun hal, yakni (1) yang berupa kesusastraan lisan, 2014 lalu. Namun, justru lebih banyak daerah (2) yang berupa teknologi tradisional, (3) luar kota Pacitan yang masih menggelar yang berupa pengetahuan folklore di luar Wayang Beber ini. Wayang Beber cukup pusat-pusat istana dan kota metropolitan, (4) populer di manca negara, misalnya di Jepang, yang berupa unsur-unsur religi dan Belanda, dan Perancis. Seorang ilmuwan kepercayaan folklore di luar batas formal Perancis juga pernah meneliti bahan yang agama-agama besar, (5) yang berupa dipakai untuk mewarnai gulungan kertas kesenian folklore di luar pusat-pusat istana Wayang Beber yang ternyata berasal dari dan kota metropolitan, dan (6) yang berupa getah-getahan, tutur Supani (salah seorang hukum adat (Hutomo, 1991). anggota keluarga mbah Mardi yang sekarang meneruskan tradisi mementaskan Wayang Setelah Mbah Mardi (seorang dalang Beber ini) Wayang Beber pewaris) meninggal sempat beberapa waktu belum ada penerusnya secara Cerita dalam Wayang Beber sendiri berkesinambungan, sehingga terjadi polemik mulai mendapat perhatian yang khusus bagi perebutan artefak antara anggota keluarga pemerhati seni pertunjukan. Pada konteks sendiri. Sampai saat ini, Mbah Mardi tertentu penyaji cerita mendapat tantangan dianggap merupakan satu-satunya dalang untuk membawakan cerita sehingga bisa Wayang Beber di Pacitan yang juga memiliki dinikmati masyarakat saat ini. Melalui Wayang Beber warisan leluhurnya. Menurut pertunjukan Wayang Beber itu cerita di penuturan keluarganya, Wayang Beber yang dalamnya diuji daya tariknya. Begitu dimilikinya ini adalah warisan leluhur turun- peristiwa teater dikembalikan ke kondisi temurun yang merupakan hadiah dari Raja semula, maka konsep kepengarangan Brawijaya. Wayang Beber Pacitan saat ini individual (penulis drama) juga ditantang, identik milik ahli waris Ki Sarnen sebab sebuah peristiwa teater menghendaki Gunacarita. Di mata anak-cucu Ki Sarnen, kolaborasi pemain-pemain, sutradara, staf artefak Wayang Beber yang satu satunya ada teknis, dan sebagainya yang kesemuanya di Pacitan itu adalah pusaka keluarga. berperan memberikan kontribusi ke Mereka amat mengeramatkan dan tidak penciptaan peristiwa teater itu sendiri (Sahid, sembarang orang bisa melihatnya 2008, p. 28). Penulis drama dalam hal ini (Sutyastomo, 2013, p. 59). bukan saja pelukis Wayang Beber akan tetapi juga sang dalang itu sendiri dengan Silsilah pemilik sekaligus dalang dari menggunakan lisannya secara langsung saat Wayang Beber adalah sebagai berikut: pementasan. 1. Naladerma 8. Poleksono Kesadaran generasi muda untuk 2. Nalongso 9. Dipoleksono melestarikan bentuk kesenian ini lumayan 3. Citrowongso 10. Poleksono 4. Gondoyuto 11. Posetiko tinggi, namun karena terbentur dengan aturan 5. Singononggo 12. Gunocarito / tradisional tersebut maka menjadi sulit bagi 6. Trunodongso Sarnen generasi penerus untuk memainkannya. Oleh 7. Gondoleksono 13. Sumardi karena aturan dalam pementasan kesenian tertutup maka perlu kiranya dibuat sebuah gambaran yang jelas mengenai bagaimana tata cara pementasan Wayang Beber. Jika telah ditentukan aturan dan dramaturgi 100 pementasannya maka akan mudah bagi rujukan bahwa wayang adalah produk masyarakat seni untuk memainkannya. budaya asli bangsa Indonesia. Wayang telah Karena sebuah kesenian merupakan identitas ada dan pernah dipertunjukkan pada zaman bagi pendukungnya, maka masyarakat akan kejayaan Kerajaan Kediri yang bertepatan melihat bahwa kesenian ini sudah menjadi pada zaman pemerintahan Raja Erlangga di bagian mereka sendiri dengan sedikit banyak awal abad ke-11. Selain itu ada juga yang budaya yang melingkupinya. Konteks di mengatakan bahwa wayang telah ada pada mana sebuah karya diciptakan tidak dapat zaman pemerintahan Prabu Jayabaya di dipisahkan dari karya itu tanpa merampok Mamonang pada tahun 930. identitas seninya, maka pemahaman konteks Buku Research Design, pendekatan menjadi syarat bagi pengertian wajar arti Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan campuran karya tersebut. Karya-karya seni memiliki oleh John W. Creswell sangat membantu daya sebuah teks, sejauh orang dapat untuk memahami langkah-langkah dalam membacanya. (Hausteller, 2015, p. 103). melakukan penelitian ini. Buku tersebut Pesan yang terkandung dalam karya seni ini berisi kerangka kerja, proses, dan aneka terkandung dalam cerita maupun bentuk pendekatan komposisonal dalam merancang pertunjukannya di mana segala unsur proposal untuk penelitian kualitatif, permainannya menyerap kebiasaan- kuantitatif, dan campuran untuk bidang ilmu kebiasaan yang dimiliki masyarakat di mana sosial humaniora. kesenian itu berada. Sang dalang mau tidak Nyoman Kutha Ratna dalam bukunya mau seringkali menggunakan bahasa dan menyampaikan wacana seputar teori dan dialek yang tidak asing bagi lingkungan metode yang dipergunakan untuk meneliti dimana dia berada. suatu objek karya sastra. Teori dan metode penelitian dipergunakan untuk memahami segala gejala yang sebelumnya belum Tinjauan Pustaka nampak. Dalam kesenian Wayang Beber ini Buku Sejarah Wayang Asal-Usul, tentu saja terdapat unsur-unsur sastra yang Jenis, dan Cirinya oleh Amir Mertosedono perlu kiranya mendapatkan perhatian secara SH. Melalui buku ini, Amir Mertosedono detail agar mampu memperoleh gambaran berbagi pengetahuan seputar wayang yang lebih dalam akan bentuk dramaturgi yang jenisnya beraneka ragam itu. Ada Wayang dimaksudkan. Karya sastra dalam hal ini Purwa, Wayang Gedhog, Wayang Klithik, Wayang Beber merupakan bagian yang tak Wayang Golek, Wayang Topeng, Wayang terpisahkan dari kebudayaan yang dihasilkan Wong (Wayang Orang), dan Wayang Beber. dari kekayaan imajinasi dan kreatifitas yang Ada juga Wayang China (Wayang Tithi atau hanya mampu ditangkap secara intuitif, oleh Wayang Potehi), Wayang Klitik (Wayang karenanya memerlukan pemahaman yang Krucil), Wayang Kulit dan Wayang Madya. sama sekali berbeda dengan ilmu sosial Selain itu juga ada Wayang Wong, Bedhaya lainnya Srimpi, Gambyong, Wireng, Pethilan, Richard Schechner dalam bukunya, Bondhan, Golek, Langenwanara, Performance Studies, banyak membahas Pranasmara, Topeng, Lerok, Ludruk, kedudukan seni pertunjukan serta bagaimana Kethoprak (Ketoprak), dan Ludruk. masyarakat melihat sebuah fenomena pertunjukan. Schechner juga