PENGARUH MEDIA TANAM SERBUK KAYU MERBAU (Intsia bijuga) DAN SEKAM PADI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KENARI (Canarium indicum)
SKRIPSI
OLEH NUR FADLI 105950060015
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
PENGARUH MEDIA TANAM SERBUK KAYU MERBAU (Intsia bijuga) DAN SEKAM PADI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KENARI (Canarium indicum)
SKRIPSI
OLEH NUR FADLI 105950060015
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Ilmu Kehutanan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin, atas Ridho dan Rahmat Allah SWT, skripsi ini dapat terselesaikan. Sebuah Karya Tulis Ilmiah sederhana ini penulis persembahkan kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta keluarga besar yang telah banyak
memberikan dukungan moril dan materil.
2. Kakak dan Adikku tersayang, yang tiada henti memberikan semangat
dalam menyelesaikan studi.
3. Saudara-saudara seperjuangan semuanya tanpa terkecuali, terima kasih
atas do’a dan motivasi yang diberikan kepada saya.
MOTTO
“Dengarkanlah nasihat dan didikan dari orang lain agar kamu berguna dimasa
depan”
ABSTRAK
NUR FADLI, 2020. Pengaruh Media Tanam Serbuk Kayu Merbau (Intsia bijuga) dan Sekam Padi terhadap Pertumbuhan Tanaman Kenari (Canarium indicum). Dibawah pembimbing 1.Husna Latifa, dan pembimbing 2.Muhammad Tahnur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman kenari dengan menggunakan media tanam serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) dan sekam padi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Data yang diolah merupakan hasil pengamatan, observasi, dan pengukuran pada bibit tanaman Kenari (Canarium indicum). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua komposisi yakni komposisi A; Tanah 50%, Pasir 25%, Serbuk Kayu Merbau 25%, dan komposisi B; Tanah 50%, Pasir 25%, Sekam Padi 25%. Setiap perlakuan menggunakan 3 kali ulangan, masing-masing terdiri dari 30 bibit. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, dan jumlah daun tanaman kenari. Hasil penelitian menunjukkan sampai umur 2 bulan bibit tanaman kenari yang ditumbuhkan pada media serbuk kayu merbau (tanah 50%, pasir 25%, dan serbuk kayu merbau 25%) mengahasilkan rata-rata tinggi tanaman 26,21 cm, diameter tanaman 0,3514, dan jumlah daun 2,64, sedangkan pada media sekam padi (tanah 50%, pasir 25%, sekam padi 25%) menghasilkan rata-rata tinggi tanaman 22,22 cm, diameter tanaman 0,3517, dan jumlah daun 2,19.
Kata Kunci: Serbuk Kayu Merbau (Intsia bijuga), Sekam Padi, dan Kenari (Canarium indicum)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat serta dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Tanam
Serbuk Kayu Merbau (Intsia bijuga) dan Sekam Padi terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kenari (Canarium indicum)”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Andi Parang dan Ibu Denni pati yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih saying dan doa tulus tak pamrih.
Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setingi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM., selaku Ketua Program Studi
Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Husna Latifa, S.Hut., M.S i., selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga Skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Muhammad Tahnur, S.Hut., M.Hut., IPM., selaku Pembimbing
II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi
hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan
angkatan 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktifitas studi penulis.
9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi
ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi Fii Sabilill Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, 15 Juni 2020
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ...... i
HALAMAN JUDUL ...... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...... iv
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ...... v
ABSTRACT ...... vi
KATA PENGANTAR ...... vii
DAFTAR ISI ...... x
DAFTAR TABEL ...... xiii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ...... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...... 1
1.1. Latar Belakang ...... 1
1.2. Rumusan Masalah ...... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...... 4
1.4. Manfaat Penelitian ...... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 5
2.1. Kenari ...... 5
2.1.1. Klasifikasi Kenari ...... 5
2.1.2. Taksonomi dan Morfologi ...... 6
2.1.3. Pemanenan ...... 10
2.1.4. Produksi ...... 10
2.1.5. Penggunaan Biji Kenari ...... 11
2.2. Pertumbuhan Tanaman ...... 11
2.2.1. Jumlah Daun ...... 12
2.2.2. Tinggi ...... 13
2.2.3. Diameter ...... 13
2.3. Media Tanam ...... 14
2.3.1. Serbuk Kayu Merbau ...... 14
2.3.2. Sekam Padi...... 16
2.4. Kayu Merbau ...... 17
2.5. Kerangka Pikir ...... 18
BAB III METODE PENELITIAN ...... 21
3.1. Waktu dan Tempat ...... 21
3.2. Alat dan Bahan ...... 21
3.3. Jenis Data ...... 22
3.4. Prosedur Penelitian ...... 22
3.5. Pelaksanaan Penelitian ...... 23
3.6. Analisis Data ...... 24
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI ...... 26
4.1. Gambaran Umum Lokasi Persemaian...... 26
4.2. Gambaran Umum Kecamatan ...... 26
4.2.1. Keadaan Wilayah ...... 26
4.2.2. Keadaan Penduduk...... 26
4.2.3. Sarana dan Prasarana ...... 27
4.2.4. Struktur Organisasi ...... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 31
5.1. Hasil dan Pembahasan ...... 31
5.1.1. Jumlah Daun ...... 31
5.1.2. Tinggi Tanaman ...... 33
5.1.3. Diameter Tanaman ...... 36
BAB VI PENUTUP ...... 39
6.1. Kesimpulan ...... 39
6.2. Saran ...... 40
DAFTAR PUSTAKA ...... 41
DAFTAR LAMPIRAN ...... 43
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
3.1. Analisis Sidik Ragam ...... 25
1. Jumlah Daun Tanaman Kenari ...... 31
2. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun ...... 33
3. Tinggi Tanaman Kenari ...... 34
4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kenari ...... 35
5. Diameter Tanaman Kenari ...... 36
6. Analisis Sidik Ragam Diameter Tanaman Kenari ...... 37
7. Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT 5%/2) ...... 37
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka Pikir ...... 20
2. Struktur Organisasi ...... 29
3. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kenari ...... 32
4. Pertumbuhan Tinggi Rata-rata Tanaman Kenari ...... 35
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di
daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi, Maluku dan pulau Seram.
Diduga, tanaman ini berasal dari indonesia bagian timur. Beberapa sumber
menyatakan bahwa tanaman kenari juga banyak dijumpai di beberapa negara
seperti Thailand, Fhilipina, kepulauan Fiji, dan Papua New Guinea. Penelitian
intensif tentang asal-usul tanaman ini yang sebenarnya masih perlu dilakukan.
Di Indonesia, tanaman kenari masih merupakan tanaman hutan dan
belum banyak dibudidayakan. Meskipun belum dibudidayakan secara intensif,
biji kenari dibutuhkan secara rutin. Di kabupaten kepulauan Selayar, misalnya,
biji kenari dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pembuatan kue. Selain itu,
kenari merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi
masyarakat kepulauan Selayar. Berdasarkan Badan Pusat Statistik kepulauan
Selayar (2015), luas lahan pohon kenari di kabupaten kepulauan Selayar tahun
2015 seluas 320 Ha dengan produksi sebesar 245 Ton yang merupakan
peluang investasi yang prospektif untuk dikembangkan secara komersial.
(Risnawati, 2017)
Selama ini biji kenari dimanfaatkan untuk bahan pangan cemilan
(makanan ringan) yang memiliki nilai potensi komersial. Biji kenari banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya halua kenari, ditambah dalam
pembuatan roti, kue, dan klarpert tart. Makanan-makanan yang ditambah
1 dengan biji kenari sangat digemari oleh masyarakat sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi. Makanan yang mengandung biji kenari tersebut menjadi makanan khas daerah sebagai oleh-oleh yang digemari oleh wisatawan.
Makanan yang mengandung biji kenari digemari karena kontribusi protein dan lemaknya. Kedua komponen tersebut memberikan kontribusi rasa gurih pada makanan. Oleh sebab itu biji kenari menjadi produk pangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat penting untuk dikembangkan secara komersial.
Sampai sekarang, data produksi biji kenari yang akurat masih sulit dijumpai karena tanaman ini belum dibudiyakan. Namun demikian sebagai gambaran, satu hektar lahan dapat ditumbuhi kurang lebih 90 pohon kenari dan setiap pohon, mampu menghailkan 50 kg biji kenari ( Nut in Testa, NIT ) pertahun ( Thomson dan Efans,2004 ). Dengan demikian, dalam satu hektar, tabnaman kenari dapat menghasilkan sekitar 4,5 ton NIT pertahun meskipun belum dibudidayakan secara intensif, dibeberapa propinsi di Indonesia, biji kenari setiap bulan dibutuhkan secara rutin. Di Sulawesi Utara, misalnya, sekitar 70-80 Ton biji kenari (NUT) pertahun dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pembuatan kue yang diperoleh dari daerah Minahasa, Sangihe
Talaud, Ternate, dan Ambon (Efeline,2006). Biji sebanyak itu, diperkirakan minimal diperoleh dari 1400-1600 pohon kenari, atau kalau di budidayakan, diperoleh dari lahan kenari seluas 15-17 hektar.
Kampung Lembang Pakja merupakan salah satu daerah di kabupaten
Kepulauan Selayar yang juga banyak menghasilkan biji kenari namun, di
daerah tersebut belum membudidayakannya, yang kemungkinan jika hal tersebut dibiarkan secara terus menerus tanaman kenari akan punah. Di daerah tersebut hanya memanfaatkan pohon kenari yang tumbuh secara liar di hutan.
Untuk itu, perlu adanya pembudidayaan agar tanaman kenari ini tidak punah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan mengoptimalkan media tanam yang paling baik pada tanaman kenari ini.
Media tanam dapat di definisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih yang di sebarkan atau di tanam. Media tanama banyak macam ragamnya, dapat merupakan campuran dari bermacam-macam bahan atau satu jenis bahan saja asalkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain cukup baik dalam memegang air, bersifat porous sehingga air siraman tidak menggenang (becek), tidak besifat toksik (racun) bagi tanaman, dan yang paling penting media tanam tersebut cukup mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. (Widarto, 1996)
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa biji Kenari (Canarium indicum) mempunyai nilai ekonomis tinggi yang sangat penting untuk dikembangkan secara komersial.
Untuk itu, perlu dilakukannya penelitian tentang pembibitan biji Kenari
(Canarium indicum) yang masih tergolong perlu untuk dibudidayakan terkhusus di Indonesia itu sendiri.
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh media tanam serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga)
dan sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman Kenari (Canarium
indicum)?
2. Bagaimana pengaruh media tanam terhadap jumlah daun, tinggi tanaman
dan diameter tanaman ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh media tanam serbuk kayu Merbau (Instia
bijuga) dan sekam padi terhadap pertumbuhan Kenari (Canarium
indicum).
2. Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap jumlah daun,
tinggi tanaman dan diameter tanaman.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi, sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui media tanam yang memberikan hasil terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman kenari.
2. Sebagain bahan informasi dalam pemanfaatan media tanam serbuk kayu
Merbau (Intsia bijuga) dan sekam padi.
3. Sebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kenari
Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di
daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku dan pulau
Seram. Diduga tanaman ini berasal dari Indonesia bagian timur. Beberapa
sumber menyatakan bahwa tanaman kenari juga banyak dijumpai di beberapa
negara seperti Thailand, Filipina, Kepulauan Fiji, dan Papua New Guinea.
Penelitian intensif tentang asal-usul tanaman ini yang sebenarnya masih perlu
dilakukan.
Di Indonesia, tanaman ini masih merupakan tanaman hutan dan belum
banyak dibudidayakan. Sumber lain menyatakan bahwa tanaman ini banyak
dijumpai di daerah Malanesian (Kennedy dan Clarke, 2004, Thomson dan
Evanz, 2004). Tanaman kenari diketahui juga sebagai Canarium nut
(Keneddy dan Clarke, 2004).
2.1.1. Klassifikasi Kenari (Canarium indicum)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Rosidae
Ordo : Sapindales
5
Famili : Burseraceae
Genus : Canarium
Spesies : Canarium indicum
2.1.2.Taksonomi dan Morfologi
Secara taksonomi, kenari memiliki nomenklatur: Kingdom Plantae,
Subkingdom Tracheobionta, Superdivisi Spermatophyta, Divisi
Magnoliophyta, Klas Magnoliopsida, Subklas Rosidae, Ordo Sapindales,
Famili Burseraceae, Genus Canarium (Leenhouts, 1956, Anonimous, 2004,
Keneddy dan Clarke, 2004). Genus Canarium merupakan genus terbesar
dalam family Burseraceae yang tersebar dari di Afrika, Asia, dan Kepulauan
Pasifik (Sui, et al., 1997). Jadi, dari taksonomi dapat diketahui bahwa kenari
merupakan tanaman vascular (mempunyai system jaringan pembuluh pada
batangnya), berbunga, dan berbiji dikotil.
Dari spesies yang ada, spesies yang terdapat di Pasifik Barat dapat
diklasifikasikan menjadi 2 group, yaitu: (1) maluense (spesies: Canarium
lamili, Canarium salomonense, Canarium harveyi) dan (2) vulgare
(Canarium vulgare, Canarium Indicum, Canarium ovatum) (Leenhouts,
1959, Yen, 1994, Keneddy dan Clarke, 2004). Kenyataan bahwa kemiripan
tiga spesies Canarium Indicum, Canarium vulgare, dan Canarium ovatum
yang termasuk dalam group vulgare juga dikemukakan oleh Coronel (1996)
dan Thomson dan Evans (2004). Menurut Evans (1994) ketiga spesies yang
dominan tersebut berbeda-beda asalnya Canarium vulgare dari Indonesia,
Canarium ovatum dari Filiphina, dan Canarium indicum berasal dari
Indonesia, Papua New Genia, Salomon, dan Vanuatu. Leehouts (1959) mengemukakan bahwa Canarium Indicum dan Canarium vulgare sangat mirip (overlap). Terutama jika didasarkan pada stipula dan morfologi buahnya (bentuk, ukuran, ketebalan shell, dan warna skin buah). Namun demikian, Canarium indicum mempunyai produksi lebih tinggi dari spesies yang lain dan ukuran lebih besar sehingga paling sesuai untuk dijadikan komoditi komersil (Yen,1994).
Genus Canarium memiliki sekitar 100 spesies yang kebanyakan tumbuh di hutan lembab dataran rendah di daerah Malanesia (Keneddy dan
Clarke, 2004). Namun demikian, spesies domestic yang paling banyak terdapat di Indonesia antara lain, Canarium lamili (Irian Jaya), Canarium vulgare (Sangihe Talaud, Sulawesi, Seram, Morotai, Tanimbar, dan Flores), dan Canarium indicum (Sulawesi Utara, Ambon, Ternate, pulau Seram, dan
Kai) (Leenhouts, 1959, Yen, 1994). Dari sebaran distribusi dan nilai komersial dari tiga spesies yang disebut di atas yang paling berpotensi adalah
Canarium Indicum. Canarium indicum ini dikenal juga dengan nama
Canarium amboinense Hochr., Canarium commune L, Canarium mehenbethene Gaertn., Canarium molluccanum Blume, dan
Canariumanarium zephyrinum Rumphius (Thomson dan Evans,2004).
Tempat tumbuh tanaman kenari umumnya di hutan primer dengan kondisi tanah bervariasi: berkapur, berpasir maupun tanah liat. Selain itu, tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (Thomson dan Evans, 2004).
7
Pada kondisi dengan kesuburan optimal, tanaman ini bias mencapai ketinggian 40 sampai 50 meter dan diameter batang bagian bawah 1 – 1,5 meter. Daunnya majemuk menyirip ganjil terdiri dari 6 – 8 pasang berhadapan, lonjong, dan pangkal meruncing. Daun tanaman kenari berukuran panjang daun 7 – 28 cm dan lebar 3,5 – 11 cm. tanaman ini termasuk tanaman berbunga. Bunganya kecil berwarna putih kekuning- kuningan dengan mahkota berbentuk segitiga.
Tanaman ini menghasilkan buah dan biji (kernel) yang biasanya dimanfaatkan sebagai pangan cemilan. Biji (kernel) tersebut mengandung lemak dan protein tinggi. Berdasarkan pada kandungan lemak dalam biji kenari, tanaman ini dapat dibandingkan dengan beberapa tanaman lain yang bijinya mengandung lemak tinggi yaitu almond, cashew, walnut, brazilnut, pecan dan macademia. Semua tanaman ersebut ermasuk dalam golongan tree nut, yaitu tanaman kacang-kacangan sumber minyak yang dominan dalam perdagangan.
Buah kenari berbentuk lonjong (ovoid) sampai agak bulat, dengan dimensi morfologi 2-4 x 3-6 cm, dan pada umumnya berwarna hijau pada saat masih menah, berubah menjadi hijau tua agak kegelapan sampai kehitaman pada saat buah matang. Warna hitam terjadi karena degradasi klorofil pada kulit buah.
Secara morfologi, buah kenari terdiri dari bagian kulit luar (exocarp), dan tempurung dan isinya (endocarp). Bagian kulit luar dan daging buah ada yang tebal dan ada yang tipis tergantung pada spesies kenari. Bagian terebut
biasanya dibuang begitu saja, belum banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Bagian endocarp, sering disebut sebagai nut-in-shell (NIS), terdiri dari tempurung dan biji yang dibungkus oleh kulit ari (testa). Tempurung biji kenari biasanya dimanfaatkan sebgai bahan bakar. Biji yang dipisahkan dari testa adalah bagian yang dapat dimakan (edible portion), inilah yang dimaksud dengan kenari yang biaa digunakan untuk makanan.
Nut-in-shell (NIS) mempunyai 3 – 6 sisi atau bulat, biasanya memiliki
2-3 biji, tergantung pada spesies dan kultivar. Dimensi morfologis dari NIS adalah panjang 28 – 62 mm, lebar 20 – 35 mm dengan berat basah 8 – 20 g. biji kenari dilindungi oleh kulit aria tau testa, yang dalam keadaan masih segar mudah sekali dilakukan pengupasan, tetapi pada biji yang telah kering, kulit ari menyatu dengan bagian bijinya (biji yang demikian disebut dengan nut in testa, (NIT). Bagian NIT lebih sulit dilakukan pengupasan, kecuali direndam dalam air hangat beberapa saat sebelumnya. Atau biasanya, biji kenari harus direndam dalam air dingin selama kurang lebih satu jam.
Pemisahan biji kenari dari tempering dan kulit ari memberikan bagian yang dapat dimakan. Bagian yang dapat dimakan dari biji kenari adalah ± 25 persen dari NIS kering (Thomson dan Evans, 2004).
Komposisi kimia biji kenari sangat tergantung pada spesies, keadaan tanah, iklim, dan lokasi tumbuh. Berdasarkan pada komposisi kimia, biji kenari mengandung lemak (65 -70%) sebagai komponen utamanya. Oleh sebab itu biji kenari dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati.
9
2.1.3. Pemanenan
Kenari adalah tanaman musiman, dengan musim panen pada bulan
Maret sampai Agustus. Selebihnya, tanaman berbuah sepanjang tahun tetapi
sangat fluktuatif, tergantung pada musim hujan dan musim kemarau. Namun
demikian, produk kenari dapat dijumpai sepanjang tahun karena biji kenari
(NIS) yang sudah dikeringkan mempunyai umur simpan yang relatif lama.
Sistem pemanenan buah kenari yaitu dilakukan pemanjatan pohon
dengan bantuan galah, buah kenari dirontokkan kemudian dikumpulkan.
Secara tradisional, pemanenan dilakukan setelah buah kenari jatuh.
2.1.4. Produksi
Sampai sekarang, data produksi biji kenari yang akurat masih sulit
dijumpai karena tanaman ini belum dibudidayakan. Namun demikian sebagai
gambaran, satu hektar lahan dapat ditumbuhi kurang lebih 90 pohon kenari
dan setiap pohon, mampu menghasilkan 50 kg biji kenari (Nut in Testa, NIT)
per tahun (Thomson dan Evans, 2004). Dengan demikian, dalam satu hektar,
tanaman kenari dapat menghasilkan sekitar 4,5 ton NIT per tahun. Meskipum
belum dibudidayakan secara intensif, di beberapa propinsi di Indonesia,biji
kenari setiap bulan dibutuhkan secara rutin. Di Sulawesi Utara, misalnya,
sekitar 70-80 ton biji kenari (NIT) per tahun dimanfaatkan sebagai bahan
tambahan pembuatan kue yang diperoleh dari daerah Minahasa, Sanghe
Talaud, Ternate dan Ambon (Eveline, 2006). Biji sebanyak itu, diperkirakan
minimal diperoleh dari 1400-1600 pohon kenari, atau kalau dibudidayakan,
diperoleh dari lahan kenari seluas 15-17 hektar.
2.1.5. Penggunaan Biji Kenari
Selama ini biji kenari dimanfaatkan untuk bahan pangan cemilan
(makanan ringan) yang memiliki nilai potensi komersial. Di Manado, biji
kenari banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya halua kenari,
ditambah dalam pembuatan roti, kue, dan klarpert tart. Makanan-makanan
yang ditambah dengan biji kenari sangat digemari oleh masyarakat sehingga
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Makanan yang mengandung biji kenari
tersebut menjadi makanan khas daerah sebagai oleh-oleh yang digemari oleh
wisatawan. Makanan yang mengandung biji kenari digemari karena
kontribusi protein dan lemaknya. Kedua komponen tersebut memberikan
kontribusi rasa gurih pada makanan.oleh sebab itu didaerah manado biji
kenari menjadi produk pangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
sangat penting untuk dikembangkanbn secara komersil.
2.2. Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu ciri dari
organisme. Pertumbuhan dan perkembngan tumbuhan diawali dari stadium
zigot hasil perkawinan dua sel. Pembelahan zigot akan menghasilkan jaringan
meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi, yakni
perubahan yang terjadi dari bertambahnya jumlah sel hingga membentuk
organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda.
Pertumbuhan pada tumbuhan dibagi menjadi dua tahap yakni pertumbuhan
11
primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer berasal dari
meristem apikal dan melibatkan produksi serta pemanjangan akar, batang dan
daun.pertumbuhan primer terjadi di ujung-ujung akar dan ujung batang/tunas.
Pertumbuhan sekunder terjadi pada batang dan akar tumbuhan berkayu tapi
jarang terjadi pada daun, pertumbuhan ini muncul dari meristem literal
menghasilkan penebalan pada batang dan akar. (Angga, 2018)
2.2.1. Jumlah Daun
Campuran media tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah daun pada tanaman. Hal ini disebabkan karena tanaman yang di tanam
pada media tanam arang sekam mengandung kandungan unsur hara Nitrogen
yang tingg, Fosfor dan Kalium pada arang sekam yang mendukung perbaikan
struktur tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah, dan tata udara
tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta
kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Sedangkan tanaman
yang kekurangan Nitrogen daunnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan
tanaman yang mendapat cukup Nitrogen. (Pratiwi, 2017)
Ketebalan dan luas daun sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya
yang diterimanya. Semakin rendah intensitas cahaya yang diterima suatu
tanaman maka semakin lebar daun-daun tanaman tersebut . hal ini sudah
banyak dilakukan penelitian dan hasilnya adalah tanaman yang ditanam di
area ternaung dari cahaya matahari akan memiliki luas daun yang lebih lebar.
Secara naluria tanaman akan melebarkan daunnya untuk menangkap cahaya
sebanyak mungkin pada saat cahaya sulit untuk didapatkan. Hal ini agar
metabolisme tanaman melalui proses fotosintesis tetap dapat memenuhi
kebutuan tanaman untuk tumbuh. Sebaliknya tanaman yang ditanam pada
area terbuka yang memungkinkan tanaman mendapat banyak cahaya
matahari, akan memiliki luas daun yang tidak terlalu luas, melainkan akan
mempunyai ketebalan yang lebih. (Agroteknologi a, 2017)
2.2.2. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman akan dipengaruhi oleh factor lingkungan salah satunya
adalah cahaya matahari. Ketika memasuki musim penghujan cahaya matahari
yang diterima oleh tanaman tidak optimal dan laju fotosintesis terhambat.
Selain itu, tingkat cahaya matahari yang kurang dikarenakan musim
penghujan tersebut, dapat menjadi penyebab tanaman mengalami etiolasi.
Diketahui sinar matahari berguna bagi fotosintesis pada tanaman tetapi efek
lain dari sinar matahari yaitu menekan pertumbuhan sel tanaman yang
menyebabkan tanaman yang diterpa matahari akan lebih pendek daripada
tanaman yang tumbuh ditempat gelap. (Fatchullah, 2017)
2.2.3. Diameter Batang
Melebarnya diameter tanaman disebabkan oleh intensitas cahaya yang
berlebihan sehingga tanaman tidak perlu untuk menambah tinggi untuk
mencari sumber cahaya. Ada beberapa jenis tanaman yang pertumbuhannya
terpengaruh oleh cahaya justru bereaksi sebaliknya. Tanaman tersebut akan
meninggi seiring intensitas cahaya yang banyak, atau ditanam di area terbuka,
dan akan tumbuh melebar jika ditanam di area tertutup yang minim cahaya.
(Agroteknologi b, 2017). Tumbuhan sangat memerlukan cahaya (sinar),
13
sehingga pada kondisi dimana tumbuhan cukup mendapatkan cahaya untuk
aktivitas fisiologisnya, tumbuhan cenderung melakukan pertumbuhan ke
samping (pertumbuhan diameter). (Adsense, 2016).
2.3. Media Tanam
Media tanam dapat diartikan sebagai tempat tinggal atau “rumah” bagi
tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung
pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karena itu, media tersebut harus
mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman, harus mempunyai drainase dan aerasi yang baik, serta tidak mudah
lapuk. Fungsi media tanam sebagai tempat berpijak tanaman menunjukkan
bahwa tanaman tersebut dapat melekatkan akarnya pada media tanam dengan
baik. Selain itu, akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna karena
didukung oleh aerasi dan drainase media tanam yang terjamin. Pada
hakikatnya semua jenis media tanam membutuhkan air. Air tersebut
diperlukan diperlukan sebagai sarana untuk mengangkut unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman dan untuk mempertahankan turgor sebagai tanaman.
Meskipun ada beberapa media yang mampu memberikan unsur hara pada
tanaman dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang unsur hara tersebut belum
cukup bagi tanaman. Oleh karena itu, tambahan pemberian unsur hara,baik
makro maupun mikro, pada media tanam perlu dilakukan. (Agoes, 1994)
2.3.1. Serbuk Kayu Merbau
Serbuk kayu merbau berasal dari kayu yang sudah dihancurkan
menggunakan mesin penghancur kayu yang kemudian menjadi serbuk
kecil – kecil atau bisa menggunakan limbah gergaji kayu dari industri kayu. Pemanfaat serbuk kayu seperti sangat berdampak positif untuk lingkungan, apalagi pemanfaatan sebagai media tanam sangat membantu dalam kelangsungan pertumbuhan tanaman karena serbuk kayu memiliki unsur hara seperti tanah, namun biasanya tanaman yang ditanam dengan media tanam serbuk kayu ini ukurannya tidak terlalu besar. Serbuk kayu sebagai media tanam biasanya digunakan jika menanam menggunakan pot atau polybag. Serbuk ini juga dipilih karena teksturnya yang ringan, sehingga akar akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Kelebihan serbuk kayu sebagai media tanam lainnya adalah memiliki kadar porositas
(tingkat pori tanah) yang tinggi namun masih bisa diatur kepadatanya.
Sehingga anda bisa mendapatkan tingkat porositas yang anda inginkan dengan mengatur rasio air yang diberikan. Namun, disamping kelebihan serbuk kayu sebagai media tanam. Ada juga beberapa kekurangan dari serbuk kayu ini, yaitu serbuk kayu ini sangat mudah diserang jamur. Jika dibiarkan terlalu lama dalam keadaan lembab maka tanaman yang ditanam dengan media serbuk kayu ini akan mati. Jadi pastikan tanaman yang bermedia serbuk kayu itu mendapatkan intensitas cahaya yang cukup
(Anwar Tonie, 2015)
Serbuk kayu yang baik adalah serbuk kayu yang berasal dari kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak ataupun getah. Namun demikian serbuk kayu yang banyak mengandung minyak ataupun getah
15
dapat pula di gunakan sebagai media dengan cara merendamnya lebih
lama sebelum proses lebih lanjut (Suhartini, 2007).
2.3.2. Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryzasativa) yang sedang digiling.
Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam
mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat
porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam
perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam
menjadi lebih baik. Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu
disterilisasi lagi karena mikroba pathogen telah mati selama proses
pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon yang
tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Namun, sekam
bakar cenderung mudah lapuk.
Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah
mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang
dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga
akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah
cenderung miskin akan unsur hara. (Magfiranur Andi, 2019)
Naomi Endah Pratiwi dkk (2017) dalam penelitiannya tentang pengaruh
campuran media tanam terhadap pertumbuhan tanaman stroberi sebagai
tanaman hias taman vertikal, menyatakan bahwa campuran media tanam
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan jumlah tunas.
Tingginya jumlah daun dan jumlah tunas pada tanaman yang ditanam pada
media tanam arang sekam dapat disebabkan karena tingginya kandungan
unsur hara, Nitrogen, Fosfor dan Kalium pada arang sekam serta mendukung
perbaikan struktur tanah. Margareta Maria Oktaviani (2017) dalam
penelitiannya tentang pengaruh kombinasi tanah, arang sekam, kapur dan
pupuk kompos sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tanaman ciplukan
dalam polybag, menyatakan bahwa arang sekam mempunyai sifat yang
mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal, harganya relatif murah,
bahannya mudah didapat, ringan, steril dan mempunyai porositas yang baik.
Media arang sekam merupakan media tanam yang praktis digunakan karena
tidak perlu disterilisasi. Hal ini disebabkan mikroba potogen telah mati
selama proses pembakaran. Selain itu, arang sekam juga memiliki kandungan
karbon © yang tinggi sehingga membuat media tanam menjadi gambur. Hali,
A., dan Talen, A. (2018) tentang pengaruh beberapa kombinasi media tanam
organik arang sekam, pupuk kandang kotoran sapi, arang serbuk sabut kelapa
dan tanah terhadap pertumbuan dan hasil tanaman terung, menyatakan bahwa
perlakuan kombinasi media tanam sekam mampu memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman terung.
2.4. Kayu Merbau (Intsia bijuga)
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
17
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Caesalpinioideae
Genus : Intsia
Spesies : Intsia bijuga
Kayu Merbau (Intsia bijuga) adalah nama sejenis pohon penghasil
kayu keras berkualitas tinggi anggota suku fabaceae (Leguminosae). Karena
kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua bara kayu ini juga dinamai kayu
besi. Di Papua Nugini, kayu ini di kenal sebagai kwila.
Kayu Merbau (Intsia bijuga) termasuk ke dalam golongan kayu berat
(BJ 0,63-1,04 pada kadar air 15%) dan kuat (kelas kuat I-II). Kayu ini
memiliki penyusutan yang sangat rendah, sehingga tidak mudah
menimbulkan cacat apabila di keringkan. Merbau juga awet, daya tahan
terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas I dan terhadap rayap kayu kering
termasuk kelas II. Kayu merbau (Intsia bijuga) termasuk tahan terhadap
penggerek laut (teredo), sehingga dapat digunakan pula dalam pekerjaan
kontruksi perairan.
Merbau termasuk tidak sulit digergaji, dapat di serut dengan mesin
sampai halus, diamplas dan dipelitur dengan memuaskan, namun kurang baik
untuk dibubut. Kayu ini biasanya juga pecah apabila di paku, dan dapat
menimbulkan noda hitam apabila berhubungan dengan besi atau terkena air.
2.5. Kerangka Pikir
Tanaman kenari merupakan salah satu tanaman hutan yang belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Meskipun, tanaman ini belum dibudidayakan secara intensif, buah dari tanaman ini yaitu biji kenari dibutuhkan secara rutin. Salah satu manfaat dari biji kenari yaitu sebagai bahan tambahan pembuatan kue. Selain itu, kenari juga merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi masyarakat, karena kenari dapat dijadikan sebagai peluang investasi yang prospektif untuk dikembangkan secara komersil.
Tanaman ini dapat dibudidayakan dengan biji yang terdapat pada buahnya. Di dalam perbanyakan tanaman ini perlu diperhatikan dalam pengadaan media tanam yang akan digunakan. Tanah mempunyai kandungan unsur yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Namun, akan semakin baik lagi jika diberikan tambahan media tanam untuk proses pertumbuhan dan penyerapan zat hara. Serbuk kayu merbau adalah salah satu media tanam yang sangat membantu dalam kelangsungan pertumbuhan tanaman, karena serbuk kayu merbau memiliki unsur hara serta memiliki kadar porositas yang tinggi. Sekam padi juga merupakan salah satu media tanam yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman karena sekam padi memilki kandungan Karbon
© yang tinggi sehingga membuat media tanam menjadi gembur. Selain itu, media tanam sekam padi juga memiliki peran dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Kedua media tanam ini akan dicampur dengan tanah serta pasir dengan perbandingan komposisi yang telah ditentukan, dimana media tanam serbuk
19 merbau menggunakan komposisi: tanah 50%, pasir 25%, dan serbuk kayu
25%, begitupun juga pada media tanam sekam padi, yakni dengan komposisi: tanah 50%, pasir 25%, serta sekam padi 25%, ditambah dengan kontrol yang memiliki komposisi tanah 50%, dan pasir 50% untuk melihat perbandingan pertumbuhan tanaman kenari dari kedua media tanam, dengan parameter jumlah daun, tinggi, serta diameter tanaman. (lihat gambar 1)
Kenari
Media Tanam
Komposisi A Komposisi B Kontrol Tanah 50% Tanah 50% Tanah 50% Pasir 25% Pasir 25% Serbuk kayu Pasir 50% Merbau25% Sekam Padi 25%
Tinggi Jumlah Diameter Tanaman Daun Tanaman
Pengaruh Media Tanam Serbuk Kayu Merbau (intsia bijuga) dan Sekam Padi terhadap Pertumbuhan Tanaman Kenari (Canarium indicum)
Gambar 1. Kerangka Pikir
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan yaitu pada bulan
Maret-April tahun 2020 yang bertempat di kampung Lembang Pakja, Dusun
Gojang Utara, Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sarung tangan
2. Clipper, untuk mengukur diameter
3. Mistar untuk mengukur tinggi bibit
4. Tally Sheet
5. Karung untuk mencampur media tanam
6. Sekop untuk mengaduk campuran media tanam
7. Bambu atau patok
8. Polybag
9. Timbangan untuk menimbang berat media tanam
10. Alat tulis menulis yang digunakan untuk mencatat data
11. Kamera digital yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan.
21
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Kenari
(Canarium indicum) yang merupakan bibit yang disemaikan di Kampung
Lembang Pakja Kabupaten Kepulauan Selayar dan media tanam berupa
serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga), sekam padi, pasir serta tanah.
3.3. Jenis Data
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung di
lapangan tentang pertumbuhan tanaman kenari dengan parameter tinggi
tanaman, diameter dan jumlah daun.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dengan mempelajari
berbagai sumber buku, jurnal, dokumen, dan artikel ilmiah yang terkait
dengan penelitian ini.
3.4. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian adapun langkah-langkah yang harus
dilakukan yaitu menyiapkan bahan yang akan digunakan, ada tiga komponen
media tanam yang digunakan pada setiap komposisi diantaranya komposisi
pertama tanah, pasir dan serbuk kayu merbau, begitupun juga pada komposisi
ke dua diantaranya tanah, pasir, dan sekam padi. Penelitian ini menggunakan
2 perlakuan dengan 3 kali ulangan yang terdiri dari 30 sampel pada setiap
komposisi, jadi totalnya terdapat 60 sampel karena dalam penelitian ini
menggunakan dua percobaan yaitu :
Perlakuan (A) Perlakuan (B) Kontrol
Tanah 50% Tanah 50% Tanah 50% Pasir 25% Pasir 25% Pasir 50% Serbuk kayu merbau 25% Sekam padi 25%
3.5. Pelaksanaan Penelitian
1. Pemilihan Bibit
Pada proses ini dilakukan persiapan untuk bibit yang akan di tanam
dimana biji didapatkan dari petani di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Kemudian biji akan disemai selama 6 minggu. Media yang digunakan
untuk penanaman berupa tanah, pasir, serbuk kayu dan sekam padi yang
dicampur lalu dipindahkan ke dalam polybag.
2. Kesiapan Media Tanam
bibit kenari yang disemaikan di Kampung Lembang Pakja
dilakukan pada polybag yang telah diisi dengan komposisi A berupa tanah
50%, pasir 25%, dan serbuk kayu 25% begitupun juga pada komposisi B
dimana tanah 50%, pasir 25%, dan sekam padi 25%.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman
dilakukan secara rutin yaitu pagi dan sore agar tanah tetap lembab.
Penyiangan dilakukan dengan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh
dalam polybag.
4. Pengamatan dan Pengukuran
a. Jumlah Daun
23
Pengukuran pertambahan jumlah daun dilakukan dengan
menghitung jumlah daun yang terbuka sempurna setelah penyapihan,
pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 7 hari selama 6 minggu.
b. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi bibit dilakukan setelah penyapihan,
pengukuran selanjutnya dilakukan tiap 7 hari selama 6 minggu.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar, mulai dari
pangkal batang yang sudah ditandai sebelumnya (± 1 cm di atas
media) hingga titik tumbuh pucuk apical .
c. Diameter Batang
Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan
clipper, di ukur pada pangkal batang yang telah ditandai sama seperti
pada pengukuran tinggi. pengukuran diameter semai dilakukan setelah
penyapihan, selanjutnya pengukuran dilakukan setiap 7 hari selama 6
minggu.
3.6. Analisis Data
Analisis data adalah proses inspeksi, pembersihan dan pemodelan data dengan tujuan menemukan informasi yang berguna, menginformasikan kesimpulan dan mendukung pengambilan keputusan.
Model matematis untuk rancangan RAL adalah sebagai berikut :
Yijk = µi + Ʈi + έij + €ij
Dimana :
i : 1,2,3,...... , t
j : 1,2,3,…….., r k : 1,2,3,…….., s
Yijk = Nilai pengamatan ke-k dalam satuan percobaan ke-j yang memperoleh
perlakuan ke-i
µi = Nilai tengah umum (populasi)
Ʈi = Pengaruh aditif perlakuan ke-i
έij = pengaruh galat pada satuan percobaan dari perlakuan ke-I pada
pengamatan ke-j
€ij = Pengaruh galat pada pengamatan ke-k dalam kelompok ke-j dan
memperoleh perlakuan ke-i
Tabel 3.1. Analisisi Sidik Ragam
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F.Hit F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah DB JK KT 5% 1%
Perlakuan t-1 JKP KTP JKP/KTP (Antar perlakuan) Galat T(r-1) JKG KTG
Total rt – 1 JKT - -
Hipotesis untuk perlakuan dan kelompok yang diajukan adalah:
H0 : t1 = t2 = t3 =……….. = tt = 0 (Berarti tidak ada pengaruh perlakuan
terhadap respon)
H1 : t1 = t2 = t3 =…………= tt = 0 (Berarti ada pengaruh perlakuan
terhadap respon)
25
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Gambaran Umum Lokasi
4.1.Keadaan Wilayah
Kecamatan Bontomanai merupakan salah satu Kecamatan dari
beberapa Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar. Desa
Bontomarannu merupakan wiayah administratif dengan luas wilayah
13.317,54 Ha, dengan batas –batas wilayah sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Bonto koraang, sebelah Utara berbatasan dengan Desa
Bonea Timur, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Parak, Kaburu,
Jambuiya, dan Mare-Mare, sebelah Timur berbatasan dengan Laut
Flores. Secara administratif pemerinahan terbagi menjadi lima Dusun
yakni Dusun Gantarang Lalang Bata, Dusun Bontomarannu, Dusun
Gojang Utara, Dusun Gojang Selatan, Dusun Gollek. Jarak anara Desa
Bontomarannu dengan Ibukota Kecamatan (Polebungin) adalah 15
Km dengan jarak tempuh ¼ jam perjalanan, sedangkan jarak Desa
Bontomarannu dengan Ibukota Kabupaten (Benteng) adalah 15 Km.
4.2. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk menurut data kependudukan pada tahun
2019, jumlah penduduk di Kecamatan Bontomanai Desa
Bontomarannu adalah sekitar 1.505 jiwa dengan jumlah penduduk
laki–laki sekitar 765 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sekitar
740 jiwa.
4.3. Sarana dan Prasarana
1. Pendidikan
Pendidikan pada ahun ajaran 2002-2020 jumlah TK di
Kecamatan Bontomanai Desa Bontomarannu adalah 5 sekolah
dengan jumlah murid 78 murid dengan 10 orang guru. Pada
tingkat SD, berjumlah sebanyak 3 sekolah dengan jumlah murid
345 orang dan guru 35 orang. Untuk tingkat SMP sebanyak 1
sekolah dengan jumlah murid 180 orang dan jumlah guru 19
orang. Sedangkan untuk tingkat SMA belum tersedia di Desa
Bontomarannu.
2. Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Bontomanai Desa
Bontomarannu tercatat 1 Puskesmas Pembantu (pustu) 5 Pos
Pelayanan Terpadu (posyandu) 1 Pos Pelayanan Desa (poskesdes).
Untuk tenaga medis tercatat 6 Bidan 1 Perawat.
3. Agama
Mayoritas penduduk Kecamatan Bontomanai adalah
beragama Islam. Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Bontomanai
cukup memadai, terdapat 8 buah masjid.
4.4. Struktur Organisasi
27
Sebelum, dikemukakan struktur organisasi Kecamatan
Bontomanai Desa Bontomarannu Kabupaten Kepulauan Selayar, terlebih dahulu harus dipahami pengertian struktur organisasi secara teoritis agar memudahkan dalam menelaah pembahasan selanjutnya.
Strukur organisasi menurut The Leang Gie (1976) adalah sebagai berikut “ struktur organisasi adalah yang menunjukkan segenap tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi- fungsi tersebut serta wewenang dan tanggung jawab organisasi yang memikul tiap-tiap tugas pekerjaan itu”. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka jelaslah kiranya betapa besar peranan organisasi secara keseluruhan di dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ditinjau dari sudut organisasi, maka pemerintah Kecamatan
Bontomanai Desa Bontomarannu merupakan salah satu wujud organisasi di dalam lembaga pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi dalam proses pencapaian tujuan nasional.adapun susunan atau truktur organisasi kantor Kecamatan Bontomanai Desa Bontomarannu adalah sebagai berikut:
Gambar 2 : Struktur Organisasi Oorganisas 1. K
epala
Desa
:
Mem
impin penyelenggaraan pemerintahan desa.
2. Sekretaris : Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD
desa, melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam APBD desa.
3. Kaur TU dan Umum
Membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan administrasi
ketatausahaan.
4. Kaur Keuangan
Menyusun RAK (Rencana Anggaran Kas) desa, melakukan penata
usahaan yang meliputi: menerima/menyimpan, menyetorkan/mebayar,
menatausahakan dan mempertanggung jawabkan penerimaan pendapatan
dan pengeluaran desa.
5. Kaur Perencanaan : Mengkoordinasikan urusan perencanaan seperti
menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, menyusun
rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, evaluasi program.
29
6. Kasi Pemerintahan : Melaksanakan manajemen tata praja pemerintahan,
menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan masalah pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban pelaksanaan upaya perlindungan
masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah.
7. Kasi Kesejahteraan : Melaksanakan pembangunan sarana prasarana
pedesaan.
8. Kasi Pelayanan : Membantu kepala desa sebagai pelaksana tugas
operasional, menyusun DPA, DPPA, dan DPAL serta melaksanakan
anggaran kegiatan sesuai dengan bidangnya.
9. Kadus (Kepala Dusun)
1. Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya
perlindungan masyarakat mobilitas kependudukan, penataan dan
pengelolaan wilayah.
2. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.
3. Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan
kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkunganya.
4. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
kelancaran penyelangaraan pemerintahan dan pembangunan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Jumlah Daun
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah daun tanaman kenari dapat
diperoleh rata-rata jumlah daun pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Daun Tanaman Kenari
Rata- Perlakuan Ulangan Total rata 1 2 3 A 2.63 2.63 2.67 7.93 2.64 B 2.17 2.30 2.10 6.57 2.19 Kontrol 2.13 1.93 1.97 6.03 2.01 Total 6.93 6.87 6.73 20.53 6.84 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rata-rata jumlah daun
tanaman Kenari (Canarium indicum) pada komposisi A (tanah 50%, pasir
25%, dan serbuk kayu merbau 25%) mempunyai rata-rata 2,64, komposisi B
(tanah 50%, pasir 25%, dan sekam padi 25%) mempunyai rata-rata 2,19, dan
kontrol (tanah) mempunyai rata-rata 2,01.
Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kenari
3 2.64 2.5 2.19 [VALUE] 2 1.5 1 0.5 0 Komposisi A Komposisi B Kontrol Perlakuan
Komposisi A Komposisi B Kontrol
31
Gambar 3. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kenari
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata terendah yaitu
2,01pada perlakuan kontrol (tanah), sedangkan jumlah rata-rata tertinggi
yaitu 2,64 pada perlakuan komposisi A (tanah 50%, pasir 25%, dan serbuk
kayu merbau 25%). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pada media
tanam serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan yang lain. Media tanam serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) lebih
baik karena serbuk kayu merbau memiliki kemampuan untuk menyediakan
unsur hara dalam jumlah yang cukup bagi kelangsungan pertumbuhan
tanaman. Unsur hara yang cukup membuat metabolisme tanaman akan
berjalan lancar kemudian hasil dari metabolisme tersebut akan
meningkatkan jumlah daun.
Pengaruh pemberian media tanam serbuk kayu merbau dan sekam
padi terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman Kenari (Canarium
indicum) dapat diketahui dengan melaksanakan analisis sidik ragam. Hasil
analisis sidik ragam jumlah daun tanaman kenari dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Kenari
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F.hitung (SK) (Db) (JK) (KT) 5% 1%
Perlakuan 2 0.006914 0.003457 0.030601tn 5.14 10.92
Galat 6 0.677778 0.112963
Total 8 0.68
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Keterangan: tn = Tidak ada pengaruh nyata Berdasarkan Tabel 2, analisis sidik ragam untuk mengetahui adanya pengaruh nyata atau tidak nyata perlakuan terhadap tanaman Kenari
(Canarium indicum), dapat dilihat dari derajat bebas perlakuan 2, dan derajat bebas galat 6, maka diperoleh F tabel 5% dengan nilai 5,14 dan F tabel 1% dengan nilai 10,92, sehingga sumber keragaman perlakuan menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kenari (F hitung
< F tabel 5% dan 1%).
5.2. Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran selama penelitian,
diperoleh rata-rata tinggi tanaman Kenari (Canarium indicum) pada
komposisi A (tanah 50%, pasir 25%, dan serbuk kayu merbau 50%)
mempunyai rata-rata 26,21 cm, komposisi B (tanah 50%, pasir 25%, sekam
padi 25%) mempunyai rata-rata 22,22 cm, dan kontrol (tanah) mempunyai
rata-rata 17,88 cm. Rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tinggi Tanaman Kenari
Ulangan Perlakuan Total Rata-rata 1 2 3 Komposisi A 25 27 26 79 26.21 Komposisi B 21 23 23 67 22.22 Kontrol 19 18 17 54 17.88 Total 66 68 66 199 66.31 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
33
Untuk menentukan perlakuan mana yang terbaik dapat dilihat dari perlakuan mana yang nilai rata-ratanya tertinggi. Dalam hal ini perlakuan yang nilai rata-ratanya tertinggi adalah perlakuan komposisi A (tanah 50%, pasir 25%, dan serbuk kayu merbau 25%) dengan nilai rata-rata 26,21 cm.
Dan nilai rata-rata terendah adalah kontrol (tanah) dengan nilai rata-ratanya
17,88 cm. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan komposisi A yang menggunakan media tanam serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) lebih baik dibanding dengan yang lain . Hal ini dikarenakan pada media tanam serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) memiliki kemampuan yang dapat menyediakan unsur hara dalam memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Akan tetapi, didalam menentukan atau memilih media tanam yang terbaik tidak hanya dilihat dari kandungan unsur hara yang dimiliki pada media tanam, akan tetapi pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman dapat menjadi indicator dalam memilih media tanam atau komposisi mana yang terbaik. Oleh sebab itu dilakukan pengujian berdasarkan pertumbuhan tinggi rata-rata pada tanaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.
Rata-rata Tinggi Tanaman
39 36 33 30 26.21 27 22.22 24 21 17.88 18 15 12 9 6 3 0 Komposisi A Komposisi B Kontrol
Perlakuan
komposisi A Komposisi B Kontrol
Gambar .4 Pertumbuhan Tinggi Rata-rata Kenari (Canarium indicum)
Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata terendah yaitu 17,88
pada perlakuan kontrol (tanah) dan jumlah rata-rata tertinggi yaitu 26,21
pada perlakuan komposisi A (tanah 50%, pasir 25%, dan serbuk kayu
merbau 25%.
Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman kenari mengenai pengaruh
pemberian media tanam serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) dan sekam padi
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Kenari (Canarium indicum) dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel.4 Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F.hitung 5% 1% (SK) (Db) (JK) (KT) Perlakuan 2 1.26 0.63 0.03tn 5.14 10.92 Galat 6 112.19 18.70 Total 8 113.45 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020 Keterangan : tn = Tidak ada pengaruh nyata
Tabel 4. Menunjukkan tidak ada pengaruh nyata pada tinggi tanaman terhadap perlakuan yang diberikan, dimana F hitung < F tabel 5%.
5.3. Diameter Tanaman
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rata-rata diameter tanaman kenari pada komposisi A (tanah 50%, pasir 25%, dan serbuk kayu merbau 25%) mempunyai rata-rata 0,35, komposisi B (tanah 50%, pasir 25%, dan sekam padi 25%) mempunyai rata-rata 0,35 mm, dan kontrol (tanah) mempunyai rata-rata 0,35 mm.
35
Tabel 5. Diameter Tanaman Kenari
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 A 0.41 0.38 0.26 1.05 0.3514 B 0.42 0.38 0.26 1.06 0.3517 Kontrol 0.41 0.39 0.26 1.05 0.3516 Total 1.24 1.15 0.78 3.16 1.0547 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Dalam menentukan atau memilih perlakuan mana yang terbaik dapat dilihat dari hasil analisis sidik ragam pada pengamatan dan pengukuran selama penelitian mengenai pengaruh pemberian media tanam serbuk kayu merbau dan sekam padi terhadap pertumbuhan diameter tanaman Kenari
(Canarium indicum) dapat diketahui dengan melakukan analisis sidik ragam.
Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Analisis Sidik Ragam Diameter Tanaman Kenari Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F.hitung (SK) (Db) (JK) (KT) 5% 1%
Perlakuan 2 0.038954 0.019477 574.72** 5.14 10.92
Galat 6 0.000203 0.000034
Total 8 0.039157
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2020 Keterangan:** = Berpengaruh Sangat Nyata
Berdasarkan tabel 6. Analisis sidik ragam untuk mengetahui
adanya pengaruh nyata atau tidak nyata perlakuan terhadap tanaman
Kenari (Canarium indicum), dapat dilihat dari derajat bebas perlakuan 2,
dan derajat bebas galat 6, maka diperoleh F tabel 5% dengan nilai 5,14 dan
F tabel 1% dengan nilai 10,92 dan F hitung 574,72, sehingga sumber
keragaman perlakuan menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata
terhadap diameter tanaman Kenari (Canarium indicum) dimana F hitung >
F tabel 5% dan 1%. Sehingga perlu dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan beda nyata terkecil (BNT).
perlakuan Rata-rata BNT simbol (cm) Rata-rata +BNT (cm) Serbu kayu 0.351444444 0.011631 0.363075 a kontrol 0.351555556 0.011631 0.363186 a Sekam padi 0.351666667 0.011631 0.363297 a TabelSumber: 7. Uji Data lanjut Primer beda setelah nyata Diolah,terkecil 2020 (BNT 5%/2)
37
Berdasarkan tabel 7 hasil uji lanjut beda nyata terkecil (BNT)
5%/2, dapat disimpulkan bahwa komposisi A (tanah 50%, pasir 25%, serbuk kayu merbau 25%), komposisi B (tanah 50%, pasir 25%, sekam padi 25%), dan kontrol (tanah 50%, pasir 50%) pengaruhnya tidak berbeda nyata karena memiliki symbol yang sama yaitu “a”. tetapi diantara ketiga perlakuan ini meskipun memiliki symbol yang sama atau tidak berbeda nyata, perlakuan komposisi B (sekam padi) lebih baik dari pada perlakuan komposisi A dan kontrol.
Untuk menentukan perlakuan mana yang terbaik dapat dilihat dari perlakuan mana yang nilai rata-rata tertinggi. Dalam hal ini perlakuan yang nilai rata-ratanya tertinggi adalah perlakuan komposisi B (tanah 50%, pasir 25%, sekam padi 25%) dengan nilai rata-rata 0.363297. dan nilai rata-rata terendah adalah perlakuan komposisi A dengan nilai rata-rata
0.363075.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perlakuan media tanam serbuk kayu
merbau dan sekam padi dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan rata-rata tinggi tanaman kenari perlakuan komposisi A
(tanah 50%, pasir 25%, serbuk kayu merbau 25%) lebih baik yakni
mempunyai rata-rata 26,21 cm dibandingkan dengan komposisi B (tanah
50%, pasir 25%, sekam padi 25%) yang hanya mempunyai rata-rata tinggi
22,22 cm.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam mengenai pengaruh pemberian
media tanam serbuk kayu merbau dan sekam padi terhadap pertumbuhan
diameter tanaman Kenari (Canarium indicum) menunjukkan adanya pengaruh
sangat nyata.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada jumlah daun
menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman
Kenari (Canarium indicum) dimana F hitung < F tabel 5% dan 1%. Walaupun
menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata pada analisis sidik ragamnya
komposisi A lebih baik hal ini berdasarkan nilai rata-rata jumlah daun pada
komposis A yakni mempunyai nilai 2,64 dibandingkan dengan komposisi B
yang hanya mempunyai nilai rata-rata 2,19 dan yang sterendah terdapat pada
perlakuan kontrol (tanah) dengan nilai 2,01.
39
6.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai tanaman kenari
karena belum banyak yang membudidayakan tanaman ini dan masih
tergolong tanaman hutan, terutama pada pengaruh media tanam serbuk
kayu merbau karena media tanam ini jika dicampur dengan tanah cukup
menjanjikan sebagai media tanam pengganti kompos yang harganya
relatif lebih mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Adsense. 2016. ''Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Tanaman''. http://www.silvikultur.com/Pengaruh_cahaya_terhadap_diameter_tinggi.ht ml. (Diakses pada tanggal 25 januari 2020)
Agoes, D. (1994). Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaanya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Angga, T. (2018). Pertumbuhan dan Perkembanga pada Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
AnwarTonie.2015.''MediaTanam''.http://www.bestbudidayatanaman.com/2015/01 /macam-macam-media-tanam-organik-dan-anorganik.html.(Diakses pada tanggal 25 januari 2020)
Agroteknologi a. 2017. ''Pertumbuhan Daun pada Tanaman''. http://agroteknologi.web.id/pengaruh_cahaya_terhadap_ketebalan_dan_lua s_daun_/ (Diakses pada tanggal 25 Januari 2020)
Agroteknologi b. 2017. ''Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Tanaman''. http://agroteknologi.web.id/pengaruh_cahaya_terhadap_diameter_dan_ting gi_tanaman/ (Diakses pada tanggal 25 januari 2020). berkahkhair.com. ''18 Macam Media Tanam Hidroponik Organik dan Anorganik yang terdapat di Indonesia'' (Diakses pada tanggal 24 Januari 2020). http://berkahkhair.com/media_tanam_hidroponik/
Cybext.Com. (2019, 23 November). ''Macam-Macam Media Tanam. (Diakses pada tanggal 21 januari 2020). http://cybext.pertanian.go.id/mobile/artikel/83187/macam_macam_media_ tanam/:com.
Djarkasi, G. (n.d.). Teknologi Pengolahan Minyak Kenari (Modul Pembelajaran). Tropical Plant Curriculum Project Sam Ratulangi University.
Evans, B., 1994. Overview of resource potential for indigenous nut production in south Pacific Indigenous Nuts. Edited by Steven, M.L., R.M. Bourke, and B.R. Evans. proceedings of a workshop, 31 October-4 November, Vanuatu. Pp. 10-35
41
Fatchullah, D. (2017). Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Benih Kentang Generasi satu Variasi Granola. Agrosains, Vol.5, No.1 .
Kennedy, J and W. Clarke, 2004. Cultivated Landscapes of the Southwest Pasific. Resource Management in Asia_Pasific, Canberra. Version 1.1.
Leenhout, P. W., 1956. Burseracea in Van Steenis, C. G. G. J. Ed. Flora Malesiana Series 1, Vol. 5. Pp. 256-296 Noordhoff-Kolff N. V. Djakarta.
Naomi Endah Pratiwi, d. (2017). Pengaruh Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Strowberi Sebagai Tanaman Hias Taman Vertikal. AGRIC Vol.29, No.1:11-20.
Risnawati, M. d. (2017). Analisis kelayakan Teknis dan Ekonomis pada Pengeringan Biji Kenari (Canarium Indicum) dengan Menggunakan Alat Pengering Tipe Cabinet Dryer. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.3 (2017):S80-S92.
Widarto, L. I. (1996). Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN
1. Data Primer
Serbuk Kayu Merbau
a. Tinggi Tanaman
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 12 16 20 25 28 31 20 23 24 26 28 31 I 15 20 25 27 30 34 15 26 29 30 32 36 19 20 25 28 31 33
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 18 20 22 27 30 32 23 26 29 30 32 35 II 16 22 24 27 29 31 24 25 28 29 32 36 19 23 27 31 34 38
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 19 24 26 28 30 34 15 25 28 31 34 38 III 15 16 20 22 21 25 20 21 24 27 31 35 20 25 29 30 32 36
b. Jumlah Daun
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 I 3 2 3 4 4 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3
43
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 1 4 4 2 2 3 3 2 2 3 3 4 II 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 5 2 2 2 2 3
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 III 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3
c. Diameter Tanaman
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.25 0.32 0.34 0.39 0.42 0.53 0.33 0.37 0.41 0.43 0.45 0.57 I 0.24 0.38 0.39 0.39 0.45 0.57 0.27 0.38 0.41 0.47 0.49 0.58 0.25 0.36 0.38 0.49 0.49 0.58
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.25 0.29 0.35 0.41 0.49 0.51 0.25 0.32 0.33 0.36 0.45 0.54 II 0.24 0.33 0.39 0.43 0.45 0.54 0.23 0.29 0.33 0.38 0.41 0.53 0.24 0.29 0.33 0.41 0.43 0.52
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.33 III 0.21 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.32 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31
Sekam Padi
a. Tinggi Tanaman
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 18 20 22 23 24 28 16 17 19 20 22 25 I 17 20 22 24 26 29 11 19 20 22 23 26 12 14 18 20 22 25
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 12 17 19 21 22 25 16 24 28 29 31 33 II 15 24 26 28 29 32 14 16 19 22 23 26 19 19 22 24 26 29
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 13 17 19 21 23 26 17 18 20 21 24 28 III 20 21 22 24 24 28 17 17 21 22 24 28 24 26 28 29 31 33
b. Jumlah Daun
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 I 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
45
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 III 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
c. Diameter Tanaman
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.25 0.33 0.38 0.41 0.49 0.58 0.27 0.39 0.43 0.45 0.49 0.58 I 0.28 0.31 0.38 0.47 0.49 0.58 0.24 0.36 0.43 0.45 0.47 0.53 0.25 0.33 0.36 0.47 0.49 0.58
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.28 0.32 0.35 0.36 0.38 0.49 0.23 0.32 0.41 0.43 0.45 0.54 II 0.24 0.33 0.38 0.39 0.41 0.53 0.28 0.35 0.37 0.38 0.39 0.47 0.23 0.29 0.39 0.45 0.47 0.52
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.2 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 III 0.2 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.34 0.2 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3
Kontrol a. Tinggi Tanaman
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 11 13 15 17 19 21 15 17 19 21 23 25 I 17 19 21 23 25 27 19 21 23 25 27 29 11 12 14 16 18 20
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 10 11 13 15 17 19 13 14 16 18 20 22 II 15 17 19 21 23 25 17 18 20 22 25 27 11 12 14 16 18 20
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 12 14 16 18 20 22 14 16 18 20 22 24 III 11 13 15 17 19 21 10 12 14 16 18 20 11 13 15 17 19 21
b. Jumlah Daun
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 I 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 II 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 III 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
47
c. Diameter Tanaman
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.29 0.33 0.35 0.43 0.45 0.57 0.25 0.32 0.36 0.38 0.39 0.45 I 0.24 0.38 0.43 0.45 0.47 0.53 0.27 0.35 0.41 0.47 0.5 0.63 0.29 0.32 0.41 0.43 0.47 0.53
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.25 0.34 0.36 0.39 0.42 0.53 0.24 0.32 0.33 0.38 0.41 0.51 II 0.28 0.35 0.39 0.45 0.47 0.57 0.25 0.29 0.39 0.43 0.45 0.53 0.25 0.29 0.41 0.42 0.43 0.59
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.33 III 0.19 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.2 0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.22 0.24 0.26 0.27 0.29 0.31
2. Olah Data Statistik
Tinggi Tanaman
Rata - Total Perlakuan Ulangan rata 1 2 3 A 25 27 26 79 26.21 B 21 23 23 67 22.22 Kontrol 19 18 17 54 17.88 Total 66 68 66 199 66.31
Jumlah Daun
Rata- Perlakuan Ulangan Total rata 1 2 3 A 2.63 2.63 267 7.93 2.64 B 2.17 2.30 2.10 6.57 2.19 Kontrol 2.13 1.93 1.97 6.03 2.01 Total 6.93 6.87 6.73 20.53 6.84
Diameter Tanaman
Rata- Perlakuan Ulangan Total rata 1 2 3 A 0.41 0.38 0.26 1.05 0.35 B 0.42 0.38 0.26 1.06 0.35 Kontrol 0.41 0.39 0.26 1.05 0.35 Total 1.24 1.15 0.78 3.16 1.05
49
3. Analisis Sidik Ragam
Tinggi Tanaman
Perlakuan Ulangan Total 1 2 3 A 25 27 26 79 B 21 23 23 67 Kontrol 19 18 17 54 Total 66 68 66 199 A. Derajat Bebas (dB) dBt = N-1 = 8 dBp = t-1 = 2 dBg = t(r-1) = 6
B. Faktor Koreksi (FK) ^ FK = Yij 2/rt = 4397.16 C. Jumlah Kuadrat (JK) Jumlah Kuadrat Total (JKT) 2 JKT = ∑ (Yij) -FK = 113.45
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) 2 JKP = ((∑(∑Yij) )/r)-FK = 1.26
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) JKG = JKT-JKP = 112.19
D. Kuadrat Tengah (KT) KTP = JKP/dBp = 0.631235 KTG = JKG/dBg = 18.6979 E. F Hitung F hit = KTP/KTG = 0.03376
Tabel Anova F tabel SK Db JK KT F hit 5% 1% Perlakuan 2 1.26 0.63 0.03 5.14 10.92 Galat 6 112.19 18.70 Total 8 113.45 kesimpulan F.hitung < F.Tabel maka tidak ada pengaruh nyata
Jumlah Daun
Perlakuan Ulangan Total 1 2 3 A 2.63 2.63 2.67 7.93 B 2.17 2.30 2.10 6.57 Kontrol 2.13 1.93 1.97 6.03 Total 6.93 6.87 6.73 20.53 A. Derajat Bebas (dB) dBt = N-1 = 8 dBp = t-1 = 2 dBg = t(r-1) = 6
B. Faktor Koreksi (FK) ^ FK = Yij 2/rt = 46.84642 C. Jumlah Kuadrat (JK) Jumlah Kuadrat Total (JKT) 2 JKT = ∑ (Yij) -FK = 0.684691
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) 2 JKP = ((∑(∑Yij) )/r)-FK= 0.006914
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) JKG = JKT-JKP = 0.677778
D. Kuadrat Tengah (KT) KTP = JKP/dBp = 0.003457 KTG = JKG/dBg = 0.112963 E. F Hitung F hit = KTP/KTG = 0.030601
Tabel Inova F tabel SK Db JK KT Fhit 5% 1% Perlakuan 2 0.006914 0.003457 0.030601 5.14 10.92 Galat 6 0.677778 0.112963 Total 8 0.68 Kesimpulan:
F.hitung < F.Tabel maka tidak ada pengaruh nyata
51
Diameter Tanaman
Perlakuan Ulangan Total 1 2 3 A 0.41 0.38 0.26 1.05 B 0.42 0.38 0.26 1.06 Kontrol 0.41 0.39 0.26 1.05 Total 1.24 1.15 0.78 3.16 A. Derajat Bebas (dB) dBt = N-1 = 8 dBp = t-1 = 2 dBg = t(r-1) = 6
B. Faktor Koreksi (FK) ^ FK = Yij 2/rt = 1.11 C. Jumlah Kuadrat (JK) Jumlah Kuadrat Total (JKT) 2 JKT = ∑ (Yij) -FK = 0.0392
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) 2 JKP = ((∑(∑Yij) )/r)-FK= 0.0390
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) JKG = JKT-JKP = 0.0002
D. Kuadrat Tengah (KT) KTP = JKP/dBp = 0.019476778 KTG = JKG/dBg = 3.38889E-05 E. F Hitung F hit = KTP/KTG = 574.7245902
Tabel Inova F tabel SK Db JK KT Fhit 5% 1% Perlakuan 2 0.038954 0.019477 574.72 5.14 10.92 Galat 6 0.000203 0.000034 Total 8 0.039157 Kesimpulan F.hitung > F.Tabel maka ada pengaruh nyata signifikan
4. Tabel Distribusi Frekuensi
a. F Tabel 5%
53 b. F. Tabel 1%
c. T tabel
55
5. Surat Penelitian
57
6. Dokumentasi Penelitian
Proses Pembibitan Biji Kenari sebelum di pindahakan ke dalam Polybag
Proses Pencampuran Media Tanam
59
Pengisian Media Tanam ke dalam Polybag
Pemindahan Bibit Tanaman Kenari ke dalam polybag
Proses Pengukuran Bibit Tanaman Kenari Kenari
Bibit Tanaman Kenari
61