Kode/Bidang Ilmu : 169/Ilmu Pangan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA

PEMANFAATAN UBI JALAR KUNING (Ipomoea batatas L.) KUKUS SEBAGAI PENSUBSTITUSI TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK BOLU KUKUS

TIM PENGUSUL:

PUTU ARI SANDHI WIPRADNYADEWI, S.TP.MP/NIDN. 0016047402 Ir. A.A.G.N. ANOM JAMBE, M.Si/ NIDN. 0025045403 GUSTI AYU KADEK DIAH PUSPAWATI, S.TP,M.Si/ NIDN. 0005127308 Ir. PUTU TIMUR INA, MS/NIDN. 0027065702 Ir. NI MADE YUSA, M.Si/ NIDN. 0031125749 NI LUH ARI YUSASRINI, S.TP.MP/NIDN. 0004037802

Dibiayai Dari Dana PNBP DIPA Universitas Udayana TA- 2014 Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan (Kontrak) Nomor :822B/UN.14.1.26/HK.00.04.03/2014, tanggal 13 Mei 2014

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA AGUSTUS 2014

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN MUDA

Judul Penelitian :Pemanfaatan Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L) Kukus Sebagai Pensubstitusi Terigu Terhadap Karakteristik Bolu Kukus Bidang Ilmu : Ilmu Pangan Ketua Peneliti : a. Nama lengkap dengan gelar : Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi, S.TP. MP b. NIP/NIDN : 19740416 200012 2 001/0016047402 c. Pangkat/Gol : Penata/ III c d. Jabatan Fungsional/Stuktural:Lektor e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) f. Program Studi/Jurusan : Ilmu dan Teknologi Pangan g. Fakultas : Teknologi Pertanian Universitas Udayana h. Alamat Rumah / HP : Perum Taman Dukuh Sari B 19 Sesetan Dps /081328065382 i. E-mail : [email protected] Jumlah Tim Peneliti : 6 (enam) orang Pembimbing a. Nama lengkap dengan gelar :Ir I Gusti Ayu Ekawati, MS b. NIP/NIDN : 19571216 198503 2 001/0016125702 c. Pangkat/Gol : Pembina/IV a d. Jabatan Fungsional/Stuktural: Lektor Kepala e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) f. Program Studi/Jurusan : Ilmu dan Teknologi Pangan g. Fakultas : Teknologi Pertanian Universitas Udayana Lokasi Penelitian : Lab. Analisis Pangan FTP Unud Lab. Pengolahan Pangan FTP Unud Lab. Rekayasa Proses dan Pengendalian Mutu FTP Unud Kerjasama (jika ada) a. Nama Instansi : - b. Alamat : - Jangka waktu penelitian : 95 hari Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,00 (Tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

Denpasar, 15 Agustus 2014 Mengetahui, Ketua Peneliti, Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Unud

(Prof. Dr. Ir. I Made Sugitha, M.Sc) (Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi, S.TP.MP) NIP : 19550512 198103 1 008 NIP: 19740416 200012 2 001

Mengetahui Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

(Dr. Ir. I D G Mayun Permana, MS) NIP: 19591107 198603 1 004 DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul i Halaman Pengesahan ii Daftar Isi iii Daftar Tabel v Daftar Gambar vi Daftar Lampiran vii RINGKASAN viii PRAKATA ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang …………………………………………………………. 1 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………………. 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus ……………………………………………………………... 4 2.2. Terigu ………………………………………………………………… 4 2.3. Ubi Jalar Kuning ……………………………………………………… 5 2.4. Gula …………………………………………………………………….. 5 2.5. Air Soda ………………………………………………………………... 6 2.6. Telur ……………………………………………………………………. 6 2.7. Karoten ………………………………………………………………… 6 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 7 3.2. Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 7 BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 8 4.2. Bahan dan Alat …………………………………………………………. 8 4.3. Rancangan Percobaan ………………………………………………….. 8 4.4. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………. 9 4.4.1. Proses Pembuatan Bolu Kukus ……………………………….. 9 4.4.2. Parameter Yang Diamati ……………………………………… 10 4.4.2.1. Kadar air …………………………………………… 10 4.4.2.2. Penentuan Total Beta Karoten …………………….. 11 4.4.2.3. Daya Kembang …………………………………….. 12 4.4.2.4. Uji Sensoris ……………………………………….. 12 4.4.2.4.1. Uji Warna ……………………………. 12 4.4.2.4.2. Uji Tekstur ……………………………. 12 4.4.2.4.3 Uji Aroma …………………………….. 13 4.4.2.4.4. Uji Rasa ………………………………. 13 4.4.2.4.5. Penerimaan Keseluruhan .…………….. 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil …………………………………………………………………… 15 5.2. Pembahasan ……………………………………………………………. 15 5.2.1. Kadar Air ………………………………………………………… 15 5.2.2. Daya Kembang ………………………………………………….. 16 5.2.3. Hasil Analisis Uji Sensoris ……………………………………… 16 5.2.3.1. Uji Warna ……………………………………………… 16 5.2.3.2. Uji Tekstur …………………………………………….. 16 5.2.3.3. Uji Aroma ………………………………………………. 17 5.2.3.4. Uji Rasa ………………………………………………… 17 5.2.3.5. Penerimaan Keseluruhan ………………………………. 17 5.2.4. Kadar Beta Karoten ……………………………………………… 18 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan … …………………………………………………………. 19 6.2. Saran …………………………………………………………………..... 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN - LAMPIRAN 21

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus ...... 9

2. Skala skor warna bolu kukus waluh ...... 12

3. Skala skor tekstur bolu kukus waluh ...... 13

4. Skala hedonik aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan ...... 14

5. Nilai rata-rata hasil analisis bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar 15 kuning ......

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Diagram alir Proses Pembuatan Bolu Kukus ...... 10

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Gambar Bolu Kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning 19

RINGKASAN

Ubi Jalar Kuning merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak mengandung vitamin terutama karoten dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ubi Jalar Kuning memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Selain itu, beta karoten juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi serta mencegah resiko penyakit jantung dan kanker. Penambahan ubi jalar kuning yang merupakan komoditas lokal pada pembuatan bolu kukus diharapkan dapat menambah nilai gizi bolu kukus yang dihasilkan karena kandungan gizi ubi jalar kuning yang cukup lengkap. Selain itu dengan penambahan ubi jalar kuning dapat menyebabkan warna dari bolu kukus yang dihasilkan lebih menarik karena di dalam ubi jalar kuning terdapat warna alami karotenoid yang berwarna kuning atau orange sehingga penggunaan zat pewarna buatan pada bolu kukus tidak diperlukan, mengurangi penggunaan terigu yang merupakan bahan baku non lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus dan mengetahui persentase subsitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu yang tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Penelitian ini bermanfaat dalam memanfaatkan ubi jalar kuning yang telah banyak dibudidayakan di pada pembuatan bolu kukus, peanekaragaman produk pangan khususnya jajanan dengan penambahan ubi jalar kuning pada proses pembuatannya, memberikan informasi khususnya kepada masyarakat dan produsen bolu kukus tentang adanya penambahan ubi jalar kuning yang tepat sehingga dapat menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik, menambah nilai gizi dari bolu kukus, dan menghindari penggunaan pewarna buatan karena ubi jalar kuning mengandung pewarna alami. Parameter yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain kadar air, kadar total beta karoten, daya kembang, dan uji sensoris. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh substitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus yang dihasilkan dan berapakah persentase substitusi ubi jalar kuning kukus yang tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan komposisi bolu kukus yang terbaik dari kandungan gizi dan uji sensoris maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan ubi jalar kuning kukus sebagai pensubstitusi terigu terhadap karakteristik bolu kukus sebagai usaha peanekaragaman pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T2 (80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus) menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik dengan kriteria kadar air 35,77 %, daya kembang 85,71 %, kadar beta karoten 49,64 µg/100g, warna putih kekuningan, tekstur biasa, aroma (agak suka), rasa (agak suka), dan penerimaan keseluruhan (agak suka)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang Widhi Wasa, karena penulis telah dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian dosen muda ini dengan judul ” Pemanfaatan Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L) Kukus Sebagai Pensubstitusi Terigu Terhadap Karakteristik Bolu Kukus”. Laporan akhir penelitian dosen muda ini tentu masih banyak kekurangannya, penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini dan kelanjutan penelitian yang lebih baik. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan kolega yang tertarik sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

Bukit Jimbaran, Agustus 2014 Penulis ,

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Bolu adalah berbahan dasar tepung umumnya terigu dan tanpa melalui proses fermentasi. dan umumnya dimatangkan dengan cara dipanggang di dalam oven, namun ada pula bolu yang dimatangkan dengan dikukus, misalnya bolu kukus dan brownies kukus (Anon., 2007). Bolu kukus terbuat dari bahan dasar terigu dengan penambahan telur, mentega, susu dan mengembang saat dikukus. Jajanan ini merupakan jenis makanan yang biasanya dipergunakan sebagai pelengkap dalam upacara keagamaan. Bolu kukus banyak disukai masyarakat, dan mempunyai prospek pemasaran cukup cerah, karena hampir semua lapisan umur (terutama anak-anak) menyukainya. Sampai saat ini terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan bolu kukus disamping bahan tambahan lainnya. Terigu merupakan salah satu jenis bahan baku non lokal yang terbuat dari gandum. Terigu mengandung protein gluten, yang mampu membentuk adonan yang kuat kenyal dan memiliki daya kembang yang baik (Anon., 1983). Ubi jalar kuning merupakan salah satu bahan pangan lokal yang kaya akan karbohidrat dan β–karoten. Kandungan β–karoten dalam 100 g ubi jalar kuning sebesar 2900 µg/100 g. Beta karoten adalah pigmen warna kuning-orange yang jika dicerna di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin A dan beta karoten antara lain berguna bagi kesehatan mata, kulit, kekebalan tubuh, serta reproduksi. Selain itu, beta karoten juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi serta mencegah resiko penyakit jantung dan kanker (Widipedia, 2009). Penambahan ubi jalar kuning yang merupakan komoditas lokal pada pembuatan bolu kukus diharapkan dapat menambah nilai gizi bolu kukus yang dihasilkan karena kandungan gizi ubi jalar kuning yang cukup lengkap terutama kandungan karotennya tinggi yang dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi serta mencegah beberapa penyakit seperti penyakit jantung dan kanker yang kandungan ini tidak dimiliki oleh terigu. Selain itu dengan penambahan ubi jalar kuning dapat menyebabkan warna dari bolu kukus yang dihasilkan lebih menarik karena di dalam ubi jalar kuning terdapat warna alami karotenoid yang berwarna kuning atau orange sehingga penggunaan zat pewarna buatan pada bolu kukus tidak diperlukan. Bolu kukus dengan penambahan ubi jalar kuning kukus merupakan salah satu cara pemanfaatan ubi jalar kuning serta peanekaragaman pangan khususnya jajanan dan dapat juga mengurangi penggunaan terigu yang merupakan bahan baku non lokal. Ubi jalar kuning dapat juga digunakan sebagai bahan baku tambahan pada pembuatan dan jajanan seperti bolu, pancake, , roti manis dan lain-lain. Penggunaan ubi jalar kuning ini disamping dapat meningkatkan nilai gizi dari makanan jajanan yang dibuat juga dapat mengurangi penggunaan terigu pada bahan baku pembuatan jajanan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan komposisi bolu kukus yang terbaik dari kandungan gizi dan uji sensoris maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L) kukus sebagai pensubstitusi terigu terhadap karakteristik bolu kukus sebagai usaha peanekaragaman pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus serta untuk mengetahui persentase subsitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu yang tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah memanfaatkan ubi jalar kuning yang telah banyak dibudidayakan di Indonesia pada pembuatan bolu kukus, juga dapat digunakan sebagai bahan baku pelengkap pada pembuatan roti atau jajanan lainnya, peanekaragaman produk pangan khususnya jajanan dengan penambahan ubi jalar kuning pada proses pembuatannya, memberikan informasi khususnya kepada masyarakat dan produsen bolu kukus tentang adanya penambahan ubi jalar kuning sehingga dapat menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik, menambah nilai gizi dari bolu kukus karena adanya kandungan karoten dari ubi jalar kuning yang dapat mencegah dan mengurangi beberapa penyakit, dan menghindari penggunaan pewarna buatan karena ubi jalar kuning mengandung pewarna alami.

1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh substitusi ubi jalar kuning kukus dengan terigu terhadap karakteristik bolu kukus yang dihasilkan ? 2. Berapakah persentase substitusi ubi jalar kukus dengan terigu yang tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik ?

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bolu kukus Bolu adalah kue berbahan dasar tepung umumnya terigu dan tanpa melalui proses fermentasi. Kue bolu dan cake umumnya dimatangkan dengan cara dipanggang didalam oven, namun ada pula bolu yang dimatangkan dengan dikukus, misalnya bolu kukus dan brownies kukus. Bolu kukus mempunyai karakteristik umum yaitu relatif lembut dan empuk (Anon., 2007). Bolu kukus terbuat dari bahan dasar terigu dengan penambahan telur, mentega, susu dan mengembang saat dikukus. Jajanan ini merupakan jenis makanan yang biasanya dipergunakan sebagai pelengkap dalam upacara keagamaan. Bolu kukus banyak disukai masyarakat, dan mempunyai prospek pemasaran cukup cerah, karena hampir semua lapisan umur (terutama anak-anak) menyukainya. Bolu kukus mempunyai karakteristik umum yaitu relatif lembut dan empuk (Anon., 2007).

2.2. Terigu Terigu merupakan bahan baku untuk pembuatan bolu. Terigu berfungsi untuk membentuk struktur bolu, sumber karbohidrat, dan protein. Kandungan protein utama dari terigu yaitu gluten (protein gandum) yang dibentuk dari gliadin dan glutenin. Perbandingan glutenin dan gliadin mempengaruhi sifat pengembangan adonan. Gliadin berperan dalam elastisitas adonan, glutenin berperan pada pembentukan volume bolu. Terigu mempunyai sifat yang unik karena apabila dicampur dengan air, dengan perbandingan tertentu maka akan membentuk suatu massa atau adonan koloidal (gluten) yang dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur spon bila dipanggang (Desrosier, 1988). Terigu adalah hasil penggilingan biji gandum. Biji gandum terdiri dari 14,5% sekam, 2,5% lembaga, 83% endosperm. Bagian endosperm ini merupakan bagian yang menghasilkan tepung terigu (Anon., 2010b). Gandum (Trcutum aestivum L) termasuk dalam famili Graminase. Trcutum aestivum L juga digunakan sebagai nama umum gandum roti, dengan nama umum lainnya Triculum vulgare. Berdasarkan kualitasnya, terigu dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : terigu protein tinggi, terigu protein sedang, dan terigu protein rendah (Anon., 2010b). Pembuatan bolu kukus menggunakan jenis terigu protein sedang yaitu mengandung protein sebesar 10-11% (Desrosier, 1988). Terigu protein sedang merupakan campuran dari terigu protein rendah dan terigu protein tinggi. Terigu tersebut mempunyai kandungan gluten sebesar 30-33% dalam 100 g terigu (Astawan, 2006). Biasanya terigu protein sedang digunakan untuk membuat mie maupun roti. Contohnya yang dijual di pasaran adalah merek Segitiga Biru.

2. 3. Ubi Jalar Kuning Ubi Jalar Kuning adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Ubi Jalar Kuning mengandung energi sebesar 114 kilokalori, protein 0,8 gram, karbohidrat 26,7 gram, lemak 0,5 gram, kalsium 51 miligram, fosfor 47 miligram, dan zat besi 0,9 miligram. Ubi jalar kuning merupakan salah satu bahan pangan lokal yang kaya akan karbohidrat dan β– karoten. Kandungan β–karoten dalam 100 g ubi jalar kuning sebesar 2900 µg/100 g. Β-karoten adalah pigmen warna kuning-orange yang jika dicerna di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin A dan beta karoten antara lain berguna bagi kesehatan mata, kulit, kekebalan tubuh, serta reproduksi. Selain itu, β-karoten juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi serta mencegah resiko penyakit jantung dan kanker (Wikipedia, 2009).

2. 4. Gula Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Sukrosa yaitu oligosakarida yang diperoleh dari bit, siwalan, tebu, dan kopyor termasuk madu, gula putih, gula halus, gula mentah, sirup jagung, dan lain-lain (Buckle et al., 1987)

2. 5. Air soda

Air soda atau asam karbonat (H2CO3) merupakan sejenis air yang dikarbonasikan dan dibuat bersifat berbuih dengan penambahan gas karbondioksida. Air soda dihasilkan dari air hasil destilasi dicampurkan dengan

CO2. Karbonasi terjadi ketika gas CO2 terlarut secara sempurna dalam air.

Proses ini biasanya ditulis dalam bentuk reaksi berikut, H2O + CO2 H2CO3 dimana air dan gas karbondioksida bereaksi untuk membentuk asam karbonat. Hal tersebut diikuti dengan keluarnya buih pada minuman soda yang tidak lain a adalah proses pelepasan kandungan CO2 terlarut didalam air (Anon., 2010 ).

2. 6. Telur Telur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus yang mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor anak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah kulit telur, putih telur atau albumen dan kuning telur (Buckle et al., 1987).

2. 7. Karoten Karotenoid adalah senyawa hidrokarbon yang dibentuk dari 8 unit isoprene (C5H8). Beberapa molekul karotenoid merupakan rantai hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai satu atau dua buah struktur pada satu atau kedua ujung rantai (Belitz dan Grosch, 1987). Satuan vitamin A yang umum dipakai adalah IU (International Unit) atau RE (Retinol Equivalent), satu RE sama dengan 3,33 IU (Anon., 2008). Andarwulan dan Koswara (1992) menyatakan bahwa karotenoid yang merupakan prekusor vitamin A disebut provitamin A. Provitamin A potensial adalah beta karoten yang ekuivalen dengan dua vitamin A. Beta karoten berfungsi sebagai zat anti oksidan yang terdapat pada buah dan sayuran seperti waluh, wortel, kentang dan buah peach.

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan waluh terhadap karakteristik bolu kukus. 2. Untuk mengetahui persentase penambahan waluh yang tepat sehingga dihasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik

3.2. Manfaat Penelitian 1. Memanfaatkan waluh yang telah banyak dibudidayakan di Indonesia pada pembuatan bolu kukus. 2. Peanekaragaman produk pangan khususnya jajanan dengan penambahan waluh pada proses pembuatannya. 3. Memberikan informasi khususnya kepada masyarakat dan produsen bolu kukus tentang adanya penambahan waluh yang tepat sehingga dapat menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik. 4. Menambah nilai gizi dari bolu kukus karena adanya kandungan karoten dari waluh yang dapat mencegah dan mengurangi beberapa penyakit. 5. Menghindari penggunaan pewarna buatan karena waluh mengandung pewarna alami.

BAB IV. METODE PENELITIAN

4. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Pangan, Laboratorium Pengolahan dan Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung selama 95 hari terhitung dari tanggal 13 Mei 2014 sampai dengan 15 Agustus 2014.

4. 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar kuning, terigu cap Segitiga biru, telur, pengembang sp, air soda (sprite), dan gula pasir.

Bahan kimia yang digunakan untuk analisis adalah n-Hexan, aseton, Na2SO4 dan aquadest. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, mixer, cetakan bolu kukus, sendok, panci, pisau, timbangan analitik, lumpang, erlenmeyer, labu ukur, labu pemisah, oven, spektrometri, batang pengaduk, cawan poselin, aluminium foil, tabung reaksi, centrifuse, ayakan dan eksikator.

4. 3. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut: T0 = 0 % ubi jalar kuning kukus dengan 100 % terigu T1 = 10 % ubi jalar kuning kukus dengan 90 % terigu T2 = 20 % ubi jalar kuning kukus dengan 80 % terigu T3 = 30 % ubi jalar kuning kukus dengan 70 % terigu T4 = 40 % ubi jalar kuning kukus dengan 60 % terigu Persentase berdasarkan jumlah berat terigu dan ubi jalar kuning kukus Seluruh perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila terdapat pengaruh pada perlakuan maka akan dilanjutkan analisis dengan Uji Duncan’s (Sastrosupadi, 2000).

4. 4. Pelaksanaan Penelitian 4. 4. 1. Proses Pembuatan Bolu Kukus Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus dengan penambahan ubi jalar kuning kukus dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Formulasi bahan baku dalam pembuatan bolu kukus Perlakuan T0 T1 T2 T3 T4 Ubi jalar kuning 0 10 20 30 40 Kukus (%) Terigu (%) 100 90 80 70 60 Gula pasir (%) 100 100 100 100 100 Telur (butir) 1 1 1 1 1 Air soda (%) 60 60 60 60 60 Pengembang sp 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 (%)

Proses Pembuatan Bolu Kukus : 1. Masukkan gula pasir, telur dan pengembang kue merek SP kedalam wadah kemudian dikocok menggunakan mixer sampai mengembang selama 15 menit 2. Kemudian ditambahkan terigu dan ubi jalar kuning kukus (dikukus selama 5 menit) yang telah dibuat sesuai perlakuan kedalam adonan diatas selanjutnya dikocok sampai rata dan mengembang selama 15 menit. 3. Ditambahkan air soda dan kemudian diaduk sampai tercampur. 4. Adonan kemudian didiamkan selama 10 menit. 5. Adonan yang sudah jadi kemudian dimasukkan ke dalam cetakan kue bolu kukus yang telah dialasi kertas kue. 6. Selanjutnya adonan dikukus dengan suhu 100 oC selama 20 menit dengan kondisi yang benar-benar rapat hingga matang dan mekar. Proses pembuatan bolu kukus dapat dilihat pada Gambar 1.

Ubi Jalar Kuning Kukus Terigu (100, 90,80,70,60)g sesuai perlakuan (0,10,20,30,40)g Gula pasir 100g, telur (1 btr), sp (0,4g)

Dimixer selama 15 menit

Dimixer kembali selama 15 menit

Ditambah air soda 60 ml

Adonan diaduk dan didiamkan selama 10 menit

Dicetak

Dikukus pada suhu 100 oC selama 20 menit

Bolu kukus Gambar 1. Diagram alir Proses Pembuatan Bolu Kukus

4. 4. 2. Parameter yang diamati Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air (Sudarmadji et al., 1997), kadar total beta-karoten (Lestariana etal., 1988), daya kembang (Haryadi, 1992) serta uji sensoris (Soekarto, 1985) meliputi warna (uji skor), tekstur (uji skor), rasa (uji hedonik), aroma (uji hedonik) dan penerimaan keseluruhan (uji hedonik) 4. 4. 2. 1. Kadar Air Penetapan kadar air menggunakan metode oven menurut Sudarmadji, et al., (1997). Sebanyak 2 gram sampel yang telah dihaluskan ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 4 jam dan didinginkan dalam eksikator yang telah dilengkapi penyerap air berupa silika gel selama 15 menit, kemudian ditimbang. Cawan yang berisi sampel tersebut dipanaskan lagi selama 1 jam kemudian didinginkan lagi dalam eksikator dan ditimbang sampai tercapai berat konstan (selisih berat penimbangan berurutan kurang dari 0,02 mg). Kadar air dapat dhitung dengan rumus :

Kadar air (%) = berat awal - berat akhir x 100% berat awal

4. 4. 2. 2. Penentuan Kadar Total Beta-Karoten Penetapan kadar total beta-karoten menurut Lestariana et al., (1988). Pertama ditimbang sampel sebanyak 1,0 gram kemudian dimasukkan kedalam tabung centrifuse. Selanjutnya ditambahkan pelarut aseton sebanyak 5 ml dan n- Hexan sebanyak 5 ml kemudian diaduk hingga sampel terekstrak. Dilanjutkan dengan dicentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan (bagian yang kuning) yang dihasilkan ditampung pada tabung pemisah. Kemudian dibilas dengan aquadest 15 ml sebanyak 3 kali, sehingga total aquadest yang dipergunakan sejumlah 45 ml. Bagian atas (pigmen) ditampung dalam tabung reaksi dan buang air pembilasnya. Selanjutnya ditambahkan Na2SO4 sebanyak 1 gram. Kemudian larutan yang telah ditambahkan Na2SO4 divortex selama beberapa menit hingga tercampur. Setelah itu bagian beningnya diambil dan endapannya dibuang. Kemudian tambahkan n-hexan samapi volume sama dengan 10. Selanjutnya dilakukan pengukuran kepekatan warna (abs) pada λ = 450 nm. Dibaca konsentrasi beta-karoten dalam µg per ml larutan dari kurva standar. Perhitungan : Kadar total β-karoten (µg/100g) = total volume x abs x 100 0,2 x berat sampel

4. 4. 2. 3. Daya kembang Menurut Haryadi (1992), pengujian tingkat pengembangan volume bolu kukus dilakukan dengan cara: mula-mula adonan yang dibentuk diukur tingginya sehingga didapatkan tinggi bolu kukus awal. Setelah adonan dikukus, diukur kembali tingginya sehingga diperoleh tinggi bolu kukus akhir. Pengukuran dilakukan di tiga titik kemudian data yang diperoleh dirata-ratakan. Daya kembang bolu kukus dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Daya kembang = B – A x 100% A Dimana : A = Tinggi bolu kukus sebelum dikukus (cm) B = Tinggi bolu kukus setelah dikukus (cm)

4. 4. 2. 4. Uji Sensoris Pengujian sensoris dilakukan terhadap warna, tekstur (uji skor), aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan (uji hedonik) (Soekarto, 1985). Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan bolu kukus. 4. 4. 2. 4. 1. Uji Warna Pengujian terhadap warna dilakukan dengan uji skor (Soekarto, 1985). Ruang pengujian diberi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. Kesan yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik. Adapun kriteria dan skala numerik untuk menyatakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Skala skor warna bolu kukus ubi jalar kuning Kriteria Skala Numerik Kuning tua 5 Kuning 4 Kuning muda 3 Putih kekuningan 2 Putih 1

4. 4. 2. 4. 2.Uji Tekstur Pengujian terhadap tekstur dilakukan dengan uji skor (Soekarto, 1985). Panelis diminta menyatakan kesan terhadap tekstur bolu kukus ubi jalar kuning yang disajikan sesuai dengan penelisnya. Setiap panelis diberikan sampel dengan nomor sampel yang berbeda, sehingga semua sampel mendapatkan kesempatan yang sama untuk diuji. Kesan yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik. Adapun kriteria skala numerik untuk menyatakan tekstur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skala skor tekstur bolu kukus ubi jalar kuning Kriteria Skala Numerik Empuk 5 Agak empuk 4 Biasa 3 Agak keras 2 Keras 1

4. 4. 2. 4. 3. Uji Aroma Pengamatan terhadap aroma dilakukan dengan uji hedonik (Soekarto, 1985). Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dan rasa bolu kukus ubi jalar kuning yang disajikan sesuai dengan panelisnya. Pengujian aroma dilakukan dengan membaui bolu kukus ubi jalar kuning. Diharapkan sebelum melakukan pengujian, panelis berada di lingkungan berudara segar, atau tidak boleh ada bau yang mengganggu disekitar tempat pengujian. Kriteria dan skala numerik untuk menyatakan aroma dapat dilihat pada Tabel 4. 4. 4. 2. 4. 4. Rasa Uji terhadap rasa bolu kukus ubi jalar kuning menggunakan uji hedonik (Soekarto,1985). Sistem dan cara pengujian sama dengan uji aroma. Untuk menentukan rasa bolu kukus ubi jalar kuning yaitu dengan mencicipi yang disajikan dan diharapkan +30 menit sebelum melakukan pengujian panelis tidak atau sedang makan. Kriteria dan skala numerik untuk menyatakan rasa dapat dilihat pada Tabel 4.

4. 4. 2. 4. 5. Penerimaan Keseluruhan Uji terhadap penerimaan keseluruhan bolu kukus ubi jalar kuning menggunakan uji hedonik (Soekarto, 1985). Uji ini dilakukan terhadap penerimaan secara keseluruhan bolu kukus ubi jalar kuning dengan memakai skala numerik yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala hedonik aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan Kriteria Skala Numerik Suka 5 Agak Suka 4 Biasa 3 Agak Tidak Suka 2 Tidak Suka 1

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL Hasil analisis keragaman bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning kukus dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai rata-rata hasil analisis bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning kukus Kode Kadar Daya Warna Tekstur Aroma Rasa Penerimaan Sampel air kembang Keseluruhan T0 31,26 e 98,41 a 1,73 d 3,87 a 4,07 a 3,60 a 4,07 a T1 33,07 d 92,06 b 2,0 cd 3,53 a 4,13 a 4,13 a 4,07 a T2 35,77 c 85,71 c 2,40 c 3,47 a 3,60 a 4,07 a 3,67 a T3 36,89 b 80,42 d 3,27 b 2,53 b 3,07 ab 3,40 ab 3,53 a T4 37,80 a 76,19 e 4,27 a 1,53 c 2,53 b 2,80 b 2,47 b Keterangan : huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama, menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05)

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Kadar air Berdasarkan analisis keragaman kadar air bolu kukus menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Nilai rata-rata dapat dilhat pada Tabel 5. Nilai rata-rata kadar air bolu kukus berkisar antara 31,26 % sampai 37,80 %. Nilai rata-rata kadar air tertinggi pada bolu kukus terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan 60% terigu dan 40% ubi jalar kuning kukus) yaitu 37,80 % sedangkan terendah perlakuan T0 (perbandingan 100% terigu dan 0% ubi jalar kuning kukus) yaitu 31,26 %. Semakin meningkat jumlah konsentrasi ubi jalar kuning kukus maka semakin meningkat kadar air bolu kukus. Terjadinya peningkatan kadar air bolu kukus kemungkinan disebabkan karena adanya kandungan air yang tinggi pada ubi jalar kuning dan penambahan ubi jalar kuning kukus yang semakin meningkat.

5.2.2. Daya kembang Berdasarkan analisis keragaman daya kembang bolu kukus menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap daya kembang bolu kukus. Nilai rata-rata dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai rata-rata daya kembang bolu kukus berkisar antara 76,19 % sampai 98,41 %. Nilai rata-rata daya kembang tertinggi pada bolu kukus terdapat pada perlakuan T0 (perbandingan 100% terigu dan 0% ubi jalar kuning kukus) yaitu 98,41 %. Sedamgkan nilai rata-rata terendah didapatkan pada perlakuan T4 (perbandingan 60% terigu dan 40% ubi jalar kuning kukus) yaitu 76,19 %. Proses pengembangan dalam bolu kukus terjadi dengan menambahkan bahan pembentuk CO2 yaitu air soda. Gluten yang terdapat pada adonan akan menahan CO2 sehingga adonan mengalami pengembangan. Akan tetapi dengan penambahan ubi jalar kuning kukus terjadi penurunan daya kembang yang disebabkan karena penurunan jumlah gluten, dimana jumlah gluten pada terigu protein sedang sebesar 30-33% (Astawan., 2006).

5.2.3. Hasil Analisis Uji sensoris

5.2.3.1. Uji Warna Berdasarkan analisis keragaman kadar air bolu kukus menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap warna bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap warna bolu kukus berkisar antara 1,73-4,27 dengan kriteria putih kekuningan sampai kuning. Penilaian tertinggi dihasilkan pada perlakuan T4 (60% terigu dan 40% ubi jalar kuning kukus) yaitu 4,27 (kuning), sedangkan penilaian terendah dihasilkan pada perlakuan T0 (100% terigu dan 0% ubi jalar kuning kukus) yaitu 1,73 (putih kekuningan). Semakin banyak penggunaan ubi jalar kuning kukus, bolu kukus yang dihasilkan akan semakin berwarna kuning. Hal ini disebabkan ubi jalar kuning mengandung pigmen karoten.

5.2.3.2. Uji Tekstur Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap tekstur bolu kukus berkisar antara 1,53-3,87 (agak keras sampai agak empuk). Tekstur bolu kukus dipengaruhi oleh porositas atau banyaknya pori dari produk yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah pori yang dihasilkan dan semakin seragam penampakan porinya maka tekstur bolu kukus yang dihasilkan semakin empuk. Pori menunjukkan banyaknya rongga udara yang terdapat pada adonan. Rongga udara ini berisi gas CO2 yang tertangkap dan ditahan oleh gluten yang visko-elastis. Dengan adanya penambahan ubi jalar kuning kukus maka tekstur bolu kukus menjadi keras, hal ini disebabkan karena jumlah gluten semakin berkurang sehingga pori yang dihasilkan pun berkurang.

5.2.3.3. Uji Aroma Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap aroma bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap aroma bolu kukus berkisar antara 2,53-4,13 (biasa sampai agak suka). Penambahan ubi jalar kuning kukus menyebabkan tingkat kesukaan terhadap bolu kukus bertambah.

5.2.3.4. Uji Rasa Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasa bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap rasa bolu kukus berkisar antara 2,80-4,13 (biasa sampai agak suka). Semakin meningkat penambahan ubi jalar kuning kukus maka semakin disukai, kemungkinan disebabkan oleh rasa manis dari ubi jalar kuning kukus.

5.2.3.5. Penerimaan Keseluruhan

Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penerimaan keseluruhan bolu kukus. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata yang diberikan panelis terhadap penerimaan keseluruhan bolu kukus berkisar antara 2,47-4,07 (agak tidak suka sampai agak suka). Secara keseluruhan panelis dalam memberikan penilaian terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa saling terkait sehingga diperoleh bolu kukus dengan perlakuan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus (T2) memberikan hasil yang masih dapat diterima panelis. Hal ini dapat dibuktikan dari uji sensoris oleh panelis terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa mendapat yang tanggapan yang baik dari panelis.

5.2.4. Kadar Beta Karoten Pengukuran kadar beta karoten dilakukan untuk hasil terbaik dari perlakuan penelitian dan dibandingkan dengan kontrol. Hasil terbaik dari perlakuan penambahan waluh kukus pada bolu kukus dari uji obyektif dan sensoris menunjukkan perlakuan T2 (80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus) masih dapat diterima oleh panelis. Nilai rata-rata kadar beta karoten untuk perlakuan terbaik T2 (80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus) adalah 49,64 µg/100g sedangkan kontrol T0 (100% terigu dan 0% ubi jalar kuning kukus) adalah 14,52 µg/100g. Data beta karoten tersebut diatas menunjukkan bahwa penambahan ubi jalar kuning kukus menyebabkan peningkatan kadar beta karoten, hal ini disebabkan karena ubi jalar kuning merupakan salah satu sumber beta karoten, dimana ubi jalar kuning mengandung beta karoten sebanyak 2900 µg/100g.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlakuan penambahan ubi jalar kuning kukus berpengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap kadar air, daya kembang dan warna dan berpenaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur, aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan bolu kukus. Semakin meningkat penambahan ubi jalar kuning kukus maka kadar air dan kadar beta karoten meningkat, daya kembang menurun, warna semakin kuning, tekstur agak keras, aroma biasa, rasa biasa dan penerimaan keseluruhan agak tidak suka. 2. Penggunaan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus menghasilkan bolu kukus dengan karakteristik terbaik dengan kriteria : kadar air 35,77 %, daya kembang 85,71 %, kadar beta karoten 49,64 µg/100g, warna putih kekuningan, tekstur biasa, aroma (agak suka), rasa (agak suka), dan penerimaan keseluruhan (agak suka) 3. Penambahan ubi jalar kuning kukus pada bolu kukus dapat meningkatan kadar beta karoten dari bolu kukus.

5.3.Saran Untuk menghasilkan bolu kukus yang terbaik dan dapat diterima oleh konsumen dapat digunakan 80% terigu dan 20% ubi jalar kuning kukus.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1983. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Penerbit Djambatan, Jakarta

Anonimus. 2007. Bolu kukus http://www.kompas.com/Widipedia/news/0207/08/011205.htm

Anonimus. 2008. Vitamin A. http://klipingut.wordpress.com/2008/01/05/

Anonimus. 2010a. Available at : http://id.wikipedia.org/wiki/Air Soda. Opened on : 20/12/2010

Anonimus. 2010b. Available ar : http://id.wikipedia.org/wiki/Gandum. Opened on 20/12/2010

Andarwulan, N. dan Koswara, S. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali, Jakarta.

Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penerbar Swadaya, Bogor

Belitz, H. D. dan Grosch, W. 1987. Food Chemistry. Sringer-Verlag, Berlin

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiano. UI Press, Jakarta

Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Miljohardjo. UI-Press, Jakarta

Haryadi, 1992. Fisiko Kimiawi dan Teknologi Bahan Berpati. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta

Lestariana, W., M.Madiyah. 1988. Analisa Vitamin dan Elektrolit Organik. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Ke 4. Liberty, Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Bolu kukus dari campuran terigu dan ubi jalar kuning

Perlakuan T0 ulangan 1,2,3 Perlakuan T1 ulangan 1,2,3

Perlakuan T2 ulangan 1,2,3 Perlakuan T3 ulangan 1,2,3

Perlakuan T4 ulangan 1,2,3

BIAYA YANG DIKELUARKAN

1. Pajak 15 % dari Rp 7.500.000 Rp. 1.125.000

SUB TOTAL 1 (Rp) 1.125.000 2. Honor Honor Honor/jam Waktu Minggu Honor (Rp) (Rp) (jam/minggu) Ketua 275.000 Anggota ( 5 org) 1.000.000 SUB TOTAL 2 (Rp) 1.275.000 3. Peralatan Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga (Rp) Pemakaian Satuan (Rp) Waskom stainless Untuk pembuatan 2 buah 20. 000 40.000 Panci stainless bolu kukus 1 buah 20. 000 20.000 Gas 12 kg 1buah 110.000 110.000 Cetakan kue 2 lusin 22.500 45.000 Mixer 1 buah 400.000 400.000 Nampan stainless 1 buah 25.000 25.000 Pisau stainless 2 buah 7.000 14.000 Gelas takar volume 2 l 1 buah 15.000 15.000 Timbangan roti 1 buah 90.000 90.000 Pengaduk stainless steal 1 buah 20.000 20.000 SUB TOTAL 3 (Rp) 779.000 4. Bahan Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Harga Satuan (Rp) (Rp) Aquadest Bahan analisis 25 liter 5.000 125.000 Aseton 1 liter 500.000 500.000 Hexan 1liter 750.000 750.000 Na2SO4. 1 gram 500.000 500.000 β-karoten murni 0,5 gram 500.000 500.000 kloroform 0,5 liter 300.000 300.000 Tissue Bahan uji organoleptik 1 pack 7.000 7.000 Aqua 1 dus 24.000 24.000 Terigu Bahan pembuatan adonan 3 kg 10.000 30.000 Ubi Jalar Kuning 2 kg 10.000 20.000 Gula Pasir 3 kg 15.000 45.000 Telur 10 butir 1.500 15.000 Pengembang SP 1 buah 10.000 10.000 Air soda 2 liter 10.000 20.000 SUB TOTAL 4 (Rp) 2.846.000 5. Perjalanan Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Biaya (Rp) Perjalanan (Rp)

Perjalanan Pembelian alat dan 350.000 bahan penelitian SUB TOTAL 5 (Rp) 350.000 6. Lain-Lain Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Biaya (Rp) Satuan (Rp) Analisis Data Persiapan dan 300.000 Pembuatan Laporan Pelaporan enelitian 200.000 Penggandaan laporan 125.000 Seminar/Publikasi 500.000 SUB TOTAL 6 (Rp) 1.125.000 TOTAL (1+2+3+4+5+6) (Rp) 7.500.000