PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA PETAI

( speciosa Hassk.) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan

Escherichia coli ATCC 25922

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Metta Maurilla

NIM 118114094

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA PETAI

(Parkia speciosa Hassk.) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan

Escherichia coli ATCC 25922

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Metta Maurilla

NIM 118114094

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

i

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

iii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Succes consist of going

from failure to failure . without loss of

enthusiasm.

Winston Churchill

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus, sumber kehidupan dan harapanku

Bapak, Ibu, Adet, Felix dan seluruh keluarga besarku

Sahabat-sahabat ku yang selalu membantuku

Serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

iv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

v

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

vi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala penyertaan, kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Petai (Parkia speciosa Hassk.)

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Eschericia coli ATCC

25922” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, doa dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas

perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis dari

proses penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi ini selesai.

3. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji.

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc selaku dosen penguji.

5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt selaku Kepala Penanggung jawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam

penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk penelitian skripsi penulis.

vii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si atas masukan dan arahan dalam bidang

Mikrobiologi.

7. Bapak Mukminin, Bapak Wagiran, Bapak Parlan, Bapak Kunto, Bapak

Iswandi, serta seluruh laboran yang telah membantu selama penelitaan sampai

skripsi dapat diselesaikan.

8. Keluarga tercinta, Bapak Albertus Mikael Siregar, Mama Tiambun Pasaribu,

Bernadette Victoria dan Felix Jonathan yang selalu memberikan doa,

perhatian dan semangat kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan satu kelompok skripsi Sabrina Handayani

Tambun, Anisetus Ratnasari Jebarus, Aloysius Ade Pratama atas kerja

samanya, bantuan dan semangat yang diberikan selama penyusunan skripsi

dari awal hingga akhir.

10. Teman–teman Jolinna Natia, Erica, Niken, Reni, Vina, Betzy, Kak Rotua dan

Yoestenia dan Kakak-Kakak “sariayuers” atas kebersamaan, kecerian dan

semangat yang diberikan kepada penulis

11. Teman–teman FSM C 2011, FKK B 2011 dan seluruh angkatan 2011 atas

dukungannya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis sangat terbuka dengan segala kritik dan saran yang membangun

viii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi serta untuk semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

ix

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ...... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... vi

PRAKATA ...... vii

DAFTAR ISI ...... x

DAFTAR TABEL ...... xv

DAFTAR GAMBAR ...... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...... xvii

INTISARI ...... xviii

ABSTRACT ...... xix

BAB I. PENGANTAR ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1

1. Rumusan Masalah...... 4

2. Keaslian Penelitian ...... 4

3. Manfaat Penelitian ...... 5

B. Tujuan Penelitian ...... 6

1. Tujuan Umum ...... 6

2. Tujuan Khusus ...... 6

x

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...... 7

A. Petai ...... 7

1. Taksonomi Tanaman ...... 7

2. Nama Lain ...... 8

3. Deskripsi Tanaman ...... 8

4. Manfaat Tanaman ...... 9

5. Kandungan Nutrisi ...... 9

6. Kandungan Kimia ...... 9

B. Metode Ekstraksi ...... 10

C. Maserasi ...... 11

D. Senyawa Fitokimia ...... 12

1. Alkaloid ...... 12

2. Fenolik ...... 13

3. Flavonoid ...... 13

4. Saponin ...... 14

5. Tanin ...... 15

6. Terpenoid ...... 16

E. Escherichia coli ...... 16

1. Enterotoksin dan Eksotoksin ...... 17

2. Komponen Antigen...... 19

F. Staphylococcus aureus ...... 22

1. Enterotoksin dan Eksotoksin ...... 23

2. Patogenesis dan Manifestasi ...... 23

xi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

G. Antimikroba ...... 24

H. Uji Aktivitas Antibakteri ...... 25

1. Pengujian Aktivitas Antibakteri ...... 25

2. Pengujian Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM)…………………………………………………….. 27

3. Pengukuran Pertumbuhan Bakteri ...... 28

I. Landasan Teori ...... 29

J. Hipotesis ...... 30

BAB III. METODE PENELITIAN...... 31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...... 31

B. Variabel dan Definisi Operasional ...... 31

1. Variabel Penelitian ...... 31

2. Definisi Operasional...... 31

C. Bahan Penelitian...... 32

D. Alat penelitian ...... 33

E. Tata Cara Penelitian ...... 33

1. Determinasi Bunga Petai ...... 33

2. Pengumpulan Bahan Bunga Petai ...... 34

3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk ...... 34

4. Penetapan Susut Pengeringan ...... 34

5. Pembuatan Ekstrak Etanol Bunga Petai ...... 34

6. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Bunga Petai dengan Uji Tabung ...... 35

xii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

7. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap S.aureus dan E.coli ...... 37 8. Penentuan KHM dan KBM dengan metode dilusi cair ...... 41 F. Tata Cara Analisis Hasil...... 42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 44 A. Determinasi Tanaman ...... 44 B. Pengumpulan dan Pengeringan Bunga Petai serta Pembuatan Serbuk ... 44 C. Penetapan Susut Pengeringan Serbuk Bunga Petai ...... 45 D. Pembuatan Ekstrak Etanol Bunga Petai ...... 46 E. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Bunga Petai dengan Uji Tabung ...... 49 1. Uji Pendahuluan ...... 50 2. Uji Alkaloid ...... 50 3. Uji Tanin ...... 52 4. Uji Terpenoid ...... 52 5. Uji Saponin ...... 52 6. Uji Fenolik ...... 53 7. Uji Flavonoid ...... 54 F. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Petai terhadap S.aureus dan E.coli ...... 55 G. Penentuan KHM dan KBM dengan Metode Dilusi Cair...... 64 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 68 A. Kesimpulan ...... 68 B. Saran ...... 68 xiii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA ...... 69 LAMPIRAN ...... 74 BIOGRAFI PENULIS ...... 123

xiv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Pembuatan Variasi Konsentrasi Uji……………………………...... 38

Tabel II Hasil Perolehan Ekstrak Bunga Petai dengan Maserasi……………... 49

Tabel III Hasil Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak

Etanol Bunga Petai.…………………………………………………... 49

Tabel IV Diameter Zona Hambat Seri Konsentasi Ekstrak Etanol Bunga

Petai, Kontrol Positif dan Negatif terhadap S. aureus dan E.

coli.…………………………………………………………………… 60

Tabel V Kriteria Kekuatan Daya Antibakteri Esktrak Etanol Bunga Petai

terhadap S. aureus ………………………………………………...... 63

Tabel VI Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Variasi Konsentrasi

Ekstrak Bunga Petai, Kontrol Positif dan Kontrol Negatif

terhadap S. aureus…………………………………………………… 63

Tabel VII Hasil Pengukuran Absorbansi Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol

Bunga Petai terhadap S. aureus……………………………………… 66

xv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bunga Petai………………………………………………………...... 7

Gambar 2. E. coli Dilihat dalam Mikroskop Elektron…………………………… 16

Gambar 3. S. aureus Dilihat dalam Mikroskop Mikroskop Elektron …………... 22

Gambar 4. Reaksi Antara Alkaloid dengan Pereaksi Mayer……………………... 51

Gambar 5. Reaksi Antara Alkaloid dengan Pereaksi Dragendorff……………… 51

Gambar 6. Reaksi Saponin dalam Air…………………………………………… 53

Gambar 7. Reaksi Antara Senyawa Fenolik Dengan FeCl3 …………………….. 54

xvi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi Bunga Petai………………...... 75

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji S. aureus ATCC 25922……….……………… 76

Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji E. coli ATCC 259237…………………………. 77

Lampiran 4. Foto Serbuk Bunga Petai, Hasil Maserasi dan Ekstrak

Kental Bunga Petai ……………………………………………….. 78

Lampiran 5. Foto Hasil Uji Fitokimia ……………………….…………………. 79

Lampiran 6. Foto Hasil Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram …………………... 84

Lampiran 7. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Petai

terhadap S.aureus dan E.coli dengan Metode

Difusi Sumuran …………………………………………………… 89

Lampiran 8. Hasil Analisis Data………………………………………………… 91

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Absorbansi Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Bunga Petai terhadap S.aureus dan E.coli ……………..…. 122

xvii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

INTISARI Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab kematian di dunia. Salah satu penyebab infeksi yaitu bakteri S. aureus dan E. coli. Penyakit infeksi yang belum dapat diatasi mendorong pencarian antibiotik secara eksploratif menggunakan bahan alam. Bunga petai diduga mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, saponin, tanin dan flavonoid. Senyawa alkaloid, terpenoid, saponin, tanin dan flavonoid diketahui aktif sebagai antibakteri, oleh karena itu perlu dilakukan pencarian kandungan senyawa dalam bunga petai (Parkia speciosa) dan aktivitasnya sebagai antibakteri. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni yang bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa dan aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai, dilanjutkan dengan pencarian Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap S. aureus dan E. coli. Pencarian kandungan senyawa dilakukan dengan metode uji tabung. Pengujian aktivitas antibakteri serta pencarian KHM dan KBM dilakukan dengan metode difusi sumuran dan dilusi cair. Hasil uji aktivitas antibakteri dianalisis statistik menggunakan uji Shapiro Wilk, Levene, Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Hasil penelitian menujukkan bahwa ekstrak etanol bunga petai mengandung senyawa alkaloid, saponin, terpenoid dan flavonoid serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, tetapi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli. Kadar Hambat Minimum ekstrak etanol bunga petai terhadap S. aureus sebesar 50%. Kata kunci : bunga, Parkia speciosa, ekstrak etanol, S.aureus, E. coli, difusi sumuran, dilusi cair

xviii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRACT Infectious diseases are one of the causes of death in the world. One of the cause bacterial infection is S. aureus and E. coli. Infectious diseases that can not be solved yet, encourage exploratory searches using natural materials. Parkia speciosa flower is supected to contains alkaloid, terpenoid, saponin, tanin and flavonoid. Alkaloid, terpenoid, saponin, tanin and flavonoid are known as an antibacterial. Therefore, it is necessary to search the compound in Parkia speciosa flower and its activity as an antibacterial. This study is pure experimental that aimed to determine the contens of compounds in Parkia speciosa flower and antibacterial activity of ethanol extract of Parkia speciosa flowers, followed by determination of the Minimum Inhibition Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against S. aureus and E. coli. Explorating of phytochemical compound was doing with using test tube metode. Testing of antibacterial activity using well diffusion method and determination of MIC and MBC using broth dilution method. The antibacterial activity results were analyzed statistically using Shapiro Wilk, Levene, Kruskal-Wallis and Mann Whitney test. The results showed that the ethanol extract of Parkia speciosa contains alkaloid, saponin, terpenoid, flavonoid and has antibacterial activity against S. aureus but do not have antibacterial activity against E. coli. Minimum Inhibition Concentration of an ethanol extract of Parkia speciosa flower obtained against S. aureus is 50%. Keyword : flower, Parkia speciosa, ethanol extract, S. aureus, E. coli,, agar well diffusion, broth dilution.

xix

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang berkontribusi menyebabkan kesakitan dan kematian di dunia. Penyebab penyakit infeksi menurut

World Health Organization (WHO) (2001) dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme salah satunya yaitu bakteri. Pada tahun 2012, penyakit infeksi saluran pernafasan bawah dan diare dikategorikan masuk dalam peringkat 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia. Infeksi saluran pernafasan bawah menyebabkan kematian 3,1 juta jiwa sedangkan diare menyebabkan kematian 1,5 juta jiwa di dunia (WHO, 2014). Infeksi saluran pernafasan bawah yaitu pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia (Gatot, 2014). Menurut WHO (2014) pada tahun 2012 penyakit infeksi saluran pernafasan bawah dan diare termasuk ke dalam kategori 3 besar penyebab kematian di negara berkembang. Berdasarkan

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Kemenkes R.I (2012) penyakit infeksi kulit, diare dan faringitis masuk dalam kategori 10 besar penyakit penyebab rawat jalan di Rumah Sakit pada tahun 2009 dan 2010. Penyakit infeksi seperti faringitis, pneumonia, diare dan kulit disebabkan oleh bakteri S. aureus dan E. coli

(Dale and Federman, 2003)

Menurut European Commission (2013) penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan antibiotik menjadi tidak efektif. Ketidakefektifan antibiotik dapat

1

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 2

menjadi salah satu penyebab masih banyaknya kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi. Menurut Chanda dan Rakholiya (cit. Chanda, Dudhatra dan Kaneria,

2010), antibakteri sintetik memberikan efek samping besar sedangkan antibakteri dari tanaman memberikan efek samping ringan dan berpotensi memberikan efek terapi besar. Menurut Wendakoon, Calderon dan Gagnon (2011) trend penggunaaan obat herbal di kalangan masyarakat khusunya negara berkembang meningkat dan obat herbal dipercaya dapat mengobati penyakit, salah satunya yaitu penyakit infeksi.

Dengan demikian, pencarian antibakteri yang efektif, aman dan murah merupakan kebutuhan penting yang dilakukan secara terus menerus (Chanda, Rakholiya,

Dholakia dan Baravalia, 2012). Salah satu eksplorasi antibakteri di Provinsi Papua

Barat, Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 11 jenis tanaman yang berpotensi sebagai antibakteri dari 56 jenis tanaman yang diteliti (Lense, 2011), oleh karena itu peneliti juga melakukan eksplorasi tanaman lain yang berpotensi sebagai antibakteri.

Salah satu tanaman asli Indonensia yang dapat dimanfaatkan yaitu tanaman petai (Parkia speciosa, Hassk). Petai umumnya dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan. Menurut Orwa et al (2009) biji petai merupakan bagian yang umumnya dikonsumsi sebagai sayuran, tetapi bagian lain seperti bunga dapat pula dikonsumsi secara mentah. Biji petai diketahui mengandung senyawa alkaloid, terpenoid dan flavonoid, sedangkan daun petai mengandung senyawa terpenoid dan flavonoid

(Kamisah, Qodriyah, Jaarin dan Othman, 2013). Pada kulit buah petai mengandung senyawa saponin, flavonoid, alkaloid, tanin, dan terpenoid (Jebarus, 2015). Senyawa

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3

yang terdapat pada kulit batang pohon petai mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Pratama, 2015).

Bunga petai memiliki bau yang khas. Menurut Junker, Heidinger dan

Bluthgen (2010) bau atau aroma khas yang terdapat dalam bunga disebabkan karena adanya senyawa terpenoid. Menurut Heinrich (2005) pigmen pemberi warna pada bunga berasal dari senyawa golongan fenolik yaitu flavonoid. Menurut Swaati,

Nitika, dan Veena (2014) senyawa alkaloid, saponin dan tanin dapat terkandung dalam bunga yang termasuk ke dalam famili . Oleh karena itu diduga bahwa bunga petai memiliki kandungan senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas antibakteri (Swaati,

Nitika, dan Veena, 2014 cit., Criagg dan David, 2001). Untuk mengetahui kebenaran adanya kandungan senyawa tersebut dalam bunga petai, perlu dilakukan pencarian kandungan senyawa yang terdapat dalam bunga petai dan potensinya sebagai antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli.

Kandungan senyawa yang terdapat pada tiap organ tanaman berbeda-beda, oleh karena itu dimungkinkan aktivitas antibakterinya pun akan berbeda. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terkait pencarian kandungan senyawa pada bunga dan potensinya sebagai antibakteri, sehingga diharapkan mendapat aktivitas antibakteri yang lebih baik.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4

1. Rumusan masalah

a. Apakah senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin terdapat

dalam ekstrak etanol bunga petai ?

b. Apakah ekstrak etanol bunga petai memiliki aktivitas antibakteri terhadap

S.aureus dan E.coli ?

c. Berapa Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Maksimum

(KBM) dari ekstrak etanol bunga petai terhadap S.aureus dan E.coli.

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

uji aktivitas antibakteri bunga petai, meliputi :

a. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Kurniawati, 2014).

b. Aktivitas antibakteri ekstrak biji petai terhadap pertumbuhan bakteri

Escherichia coli, Salmonella typhimurium, Salmonella typhi, Shigella sonnei

dan Helicobacter pylori (Sakunpak dan Panichayupakaranant, 2012).

c. Potensi antibakteri ekstrak petroleum eter, kloroform, dan metanol biji petai

terhadap Helicobacter pylori, ekstrak etil asetat biji petai terhadap Eschericia

coli, suspensi air biji petai menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila,

Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus anginosus,

dan Vibrio parahaemolyticu (Kamisah dkk., 2013).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 5

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian lainnya adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2014) menggunakan kulit petai yang diekstraksi dengan pelarut n--heksana, etil asetat dan etanol 70%, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan bunga petai yang diekstraksi dengan etanol 70%. Penelitian yang dilakukan oleh Sakunpak dan

Panichayupakaranant (2012) menggunakan biji petai yang diekstraksi dengan etil asetat dan etanol 70 %, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan bunga petai yang diekstraksi dengan etanol 70%. Selain itu penelitian yang dilakukan Kamisah dkk. (2013) menggunakan biji petai dengan penyari eter, kloroform, metanol dan air sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan bunga petai dengan penyari etanol.

Sejauh penelusuran pustaka dan pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap S. aureus dan

E.coli belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kekayaan ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan tentang penggunaan bunga petai

yang berkhasiat sebagai antibakteri.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 6

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

manfaat bunga petai sebagai pengobatan alternatif bagi masyarakat terutama

untuk mengobati penyakit akibat infeksi S. aureus dan E. coli.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya aktivitas

antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap S.aureus dan E. coli.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui adanya senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin

yang terdapat dalam ekstrak etanol bunga petai.

b. Mengetahui nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) ekstrak etanol bunga petai terhadap S.aureus dan E. coli

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Petai

1. Taksonomi tanaman

Klasifikasi tanaman petai menurut United States Departement of Agriculture

(2014) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo :

Famili : Fabaceae/Leguminosae

Genus : Parkia

Species : Parkia speciosa Hassk.

Gambar 1. Tanaman petai (UniMAP, 2011). Gambar 2. Bunga Petai (JIRCAS, 2010).

7

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 8

2. Nama Lain

Petai dikenal dengan nama u’pang (Filipina), pete, petai papan, peuteuy

(Indonesia), Chou dou, petai, petah, patai, patag, yiring, cong dou (), sator, sataw, sator dan, sator kow, to dan, to khao () (Orwa et al., 2009).

3. Deskripsi tanaman

Petai merupakan tumbuhan asli Malaysia, , Indonesia dan

Semenanjung Thailand. Karakteristik tumbuhan petai yaitu ketinggian pohon mencapai 30 m dengan permukaan kulit batang halus berwarna coklat kemerahan, memiliki daun majemuk menyirip ganda dua dengan panjang 5-9 cm dan lebar 1,5-2,2 cm, ujung daun membulat dengan 14-18 pasang ibu tangkai daun yang panjangnya 3-9 cm, setiap ibu tangkai memiliki anak daun. Perbungaan bongkol dengan panjang tangkai bunga 20-45 cm, bunga kecil dan banyak, bewarna kuning kecoklatan, pangkal bongkol bunga merupakan kumpulan bunga jantan sedangkan bagian ujung bongkol merupakan kumpulan bunga betina. Bunga betina memiliki daun-daun mahkota dan kelopak berbentuk tabung. Buah polong dengan tangkai panjang dengan panjang buah

35-45 cm dan lebar 3-5 cm. Tiap buah mengandung 12-18 biji. Biji berbentuk bulat telur lebar dengan panjang 2-2,5 cm dan lebar 1,5-2 cm. Petai sering ditanam di daerah dataran rendah hingga daereh dengan ketinggian 1500 m dpl, namun tumbuh optimal pada daerah dengan ketinggian 500-1000 m dpl. Pohon petai dapat tumbuh pada hutan primer dan hutan sekunder di daerah dataran rendah (Wiriadinata dan Bamroongrugsa,

2010).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9

4. Manfaat tanaman

Biji petai yang muda atau tua dapat dimakan mentah atau dimasak sebagai makanan pelengkap. Daun muda dan dasar bunga dapat dimakan sebagai lalap. Pohon petai berguna sebagai pohon pelindung pada perkebunan kopi atau perkebunan tanaman hias. Berdasarkan aspek medis, biji petai memiliki khasiat untuk mengobati penyakit liver, edema, nefritis, diabetes dan antihelmentik. Pohon ini memiliki perakaran kuat dan cocok ditanam untuk memulihkan lahan-lahan kritis (Wiriadinata dan Bamroongrugsa, 2010).

5. Kandungan nutrisi

Biji petai diketahui kaya akan nutrisi antara lain protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin C, vitamin E (α-tocopherol). Vitamin B1 merupakan kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada tanaman petai (Kamisah dkk., 2013).

6. Kandungan kimiawi

Komponen kimia tanin banyak tersebar pada pembungkus biji petai dan kulit buah petai. Tanin memiliki kemampuan untuk menurunkan proses cerna protein atau asam amino sehingga dapat mengurangi jumlah protein atau asam amino yang terabsorpsi. Protein tersebut berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Komponen kimia polisulfida berperan dalam memberikan bau yang khas pada biji petai. Komponen kimia fenolik cukup banyak terdistribusi pada beberapa bagian seperti pada biji, daun, kulit batang dan kulit buah petai, tetapi tidak terdapat pada pembungkus biji petai. Komponen kimia alkaloid terdistribusi pada bagian biji, kulit

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 10

batang, pembungkus biji dan pada kulit buah. Komponen kimia saponin terdapat pada pembungkus biji. Komponen kimia yang lain seperti terpenoid terdapat pada bagian biji dan daun. Selain itu komponen kimia flavonoid diketahui terdapat pada bagian biji, pembungkus biji dan kulit buah (Kamisah dkk., 2013). Flavonoid pada bunga berperan dalam memberikan warna menarik yang dapat membantu proses penyerbukan bunga, selain itu flavonoid diketahui memliki aktivitas sebagai antibakteri (Cushnie and Lamb, 2005).

B. Metode Ekstraksi

Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan cairan penyari simplisia menggunakan cara yang sesuai, tanpa pengaruh cahaya matahari langsung. Cairan penyari yang dapat digunakan yaitu air, eter, etanol atau campuran etanol dan air. Metode penyarian dengan cairan penyari berupa campuran etanol dan air dilakukan dengan maserasi atau perkolasi sedangkan dengan cairan penyari eter penyarian dilakukan dengan cara perkolasi (Badan POM R.I, 2010) .

Cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu :

1. Cara Dingin

a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Pengulangan penambahan pelarut

juga dapat dilakukan setelah dilakukan penyaringan maserat pertama yang

disebut remaserasi.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 11

b. Perkolasi adalah proses pengekstrakan menggunakan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna, yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya

terjadi terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

2. Cara Panas

a. Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan suhu titik didih pelarutnya,

selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut tertentu. Jumlah pelarut yang

digunakan pada ekstraksi ini terbatas. Proses ekstraksi dilakukan pengulangan

pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi lebih sempurna.

b. Digesti adalah maserasi kinetik (pengadukan kontinu) pada suhu lebih tinggi

daripada suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40o–

50oC.

c. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air 96o – 98oC,

proses pengekstrakan dilakukan selama 15 – 20 menit.

d. Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air dengan menggunakan penangas air

sampai mencapai suhu titik didih air dengan waktu proses pengekstrakan yang

lebih lama daripada infus

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

C. Maserasi

Metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi. Prinsip maserasi yaitu serbuk simplisia kontak dengan pelarut, pelarut akan masuk ke dalam rongga sel

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 12

simplisia yang mengandung zat aktif. Komponen aktif simplisia akan larut dan akan berpindah ke pelarut. Komponen aktif yang larut bergantung pada kelarutannya dalam pelarut dan kemudian akan tejadinya transfer massa komponen aktif dari simplisia menuju ke pelarut. Transfer massa terjadi karena adanya gradien konsentrasi atau perbedaan konsentrasi antara komponen aktif didalam sel dan diluar sel. Kecepatan transfer massa komponen senyawa aktif akan berkurang jika konsentrasi senyawa aktif di dalam pelarut meningkat sampai mencapai titik keseimbangan. Titik keseimbangan diperoleh jika konsentrasi komponen aktif di dalam sel simplisia dan di dalam pelarut sama (United Nations Industrial Development Organization And The International

Centre For Science And High Technology, 2008).

D. Senyawa Fitokimia

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa yang banyak tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara umum alkaloid bersifat basa karena adanya atom N dan pada umumnya atom N merupakan bagian dari cincin heterosiklik dan tingkat kebasaanya bargantung pada jumlah atom N. Ciri khas alkaloid yaitu alkaloid tidak terlalu stabil karena alkaloid biasanya mengalami degradasi atau dekomposisi akibat terpajan oleh udara, cahaya, lembab dan panas. Alkaloid diketahui cukup larut dalam pelarut alkohol seperti etanol dan metanol. Alkaloid dalam tumbuhan berfungsi sebagai zat beracun sehingga dapat melindungi dari serangan hewan herbivora atau

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 13

serangga, sebagai senyawa pelindung metabolik dari reaksi detoksifikasi, sebagai faktor pertumbuhan, dan sebagai zat yang berguna untuk menyuplai nitrogen atau unsur penting lainnya. Alkaloid yang diperoleh dari berbagai sumber tanaman selalu memberikan endapan nyata dengan pereaksi spesifik tertentu. Pereaksi pengendap alkaloid digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya alkaloid pada ekstrak kering atau bahan tumbuhan dan untuk memastikan suatu prosedur ekstraksi spesifik, telah membuang keseluruhan kandungan alkaloid (Kar, 2007).

Senyawa alkaloid sebagai antibakteri memiliki 2 mekanisme yaitu dengan menyisip pada DNA sehingga merubah strruktur ikatan DNA dan dengan menghambat sisntesis DNA dengan cara menghambat kerja enzim topoisomerase

(Karou, 2005).

2. Fenolik

Senyawa fenolik atau polifenol pada dasarnya merupakan senyawa yang mewakili sekumpulan antioksidan alam yang digunakan sebagai nutrasetika. Senyawa ini memiliki kemampuan yang beragam antara lain untuk melawan kanker dan dapat dipertimbangkan untuk mencegah penyakit jantung. Polifenol dikelompokkan menjadi polifenolik flavonoid, asam –asam fenolat dan polifenol non flavonoid (Kar, 2007).

3. Flavonoid

Flavonoid dalam tanaman berperan dalam fotosensitisasi, transfer energi, hormon untuk pertumbuhan tanaman dan pengatur tumbuhan. Flavonoid berperan dalam mengontrol respirasi dan fotosintesis dan morfogenesis Senyawa ini memiliki

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 14

manfaat di alam berkat warnanya yang dapat menjadi daya tarik serangga dan burung sehingga dapat membantu proses penyerbukan tanaman (Cushnie and Lamb, 2005).

Senyawa flavonoid juga berperan dalam memberikan warna kuning dan jingga pada mahkota bunga bahkan flavonoid tidak berwana mengabsorpsi cahaya pada spektrum

UV karena memiliki banyak gugus kromofor (Heinrich, 2005).

Mekanisme kerja senyawa flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Flavonoid juga dapat berperan dalam inhibisi sintesis DNA dan RNA bakteri melalui ikatan hidrogen yang terbentuk. Senyawa ini juga mengganggu proses metabolisme energi dengan cara menghambat sistem respirasi sel bakteri. Sistem respirasi diperlukan untuk menghasilkan energi yang cukup. Energi dibutuhkan untuk penyerapan berbagai metabolit dan biosintesis makromolekul. Jika terjadi gangguan regulasi tersebut dapat menyebabkan sel bakteri lisis (Ngajow, 2013).

4. Saponin

Saponin merupakan glikosida yang secara alami aktif di permukaan tumbuhan dan memiliki rasa yang pahit. Bagian aglikonnya disebut sebagai sapogenin. Nama saponin diambil dari kemampuannya untuk membentuk busa stabil seperti sabun di dalam larutan cair. Kemampuannya untuk membentuk busa disebabkan oleh kombinasi sapogenin hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian gula hidrofilik (larut dalam air) (Syamsudin, 2013).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 15

Mekanisme aksi antibakterinya yaitu saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel bakteri, lalu merusak membran sitoplasma. Hal inilah yang menyebabkan membran sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. (Ngajow, 2013).

5. Tanin

Tanin merupakan polifenol yang bersifat larut air dan memiliki bobot molekul tinggi. Berdasarkan bentuk kimiawinya, tanin terbagi menjadi 2 golongan yaitu tanin dapat terhidrolisis yang merupakan turunan dari asam galat yang dapat dihidrolisis oleh basa untuk membentuk asam sederhana dan gula dan tanin tidak dapat terhidrolisis atau yang disebut tanin terkondensasi (proantosianidin), berasal dari reaksi polimerisasi antar flavonoid. Sifat utama tanin dapat terhidrolisis ini mempunyai kemampuan berikatan dengan protein. menyamak kulit, dan sebagai astrigen (Heinrich, 2005).

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri dibagi menjadi 3 yaitu : a. Tanin bersifat astringen, yang dapat menginduksi enzim bakteri sehingga

membentuk kompleks dengan enzim atau substrat yang ada pada bakteri

sehingga membentuk ikatan kompleks dengan substrat atau enzim pada bakteri. b. Kompleks yang terbentuk dengan ion besi berhubungan dengan toksisitas tanin c. Ikatan kompleks yang terbentuk bersifat toksik, memiliki aksi di membran

bakteri sehingga mengganggu dinding sel bakteri sehingga dapat menyebabkan

bakteri lisis (Akiyama, Fuji, Osamu, Oono, dan Itwasuki, 2001).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16

6. Terpenoid

Terpenoid merupakan senyawa yang diturunkan dari kombinasi dua atau lebih satuan isopren (C5). Prekursor terpenoid yaitu asam mevalonat. Terpenoid ditemukan dalam hampir semua tanaman tingkat tinggi, dan terdapat dalam jamur dan lumut

(Sarker dan Nahar, 2007). Senyawa terpenoid juga diketahui aktif melawan bakteri, mekanisme yang terjadi melibatkan pemecahan membran oleh komponen-komponen lipofilik. Mekanisme aksi lainnya yaitu mengganggu membran sitoplasma dari peran komponen-komponen yang bersifat hidrofobik (Ngajow, 2013).

E. Escherichia coli

Gambar 2. Escherichia coli dalam mikroskop elektron (Carr, 2011).

Klasifikasi E.coli menurut Moder (2008) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Bangsa : Enterobacteriales

Suku : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : Escherichia coli

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 17

Bakteri E.coli ditemukan pertama kali oleh Theodor Escherich pada abad ke

19 sebagai bakteri flora normal yang memproduksi vitamin K untuk mencerna makanan pada saluran pencernaan. Sebagian besar strain E.coli bersifat non patogenik tetapi beberapa strain E.coli ada yang bersifat patogenik. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek, berukuran lebar 1-1,5 µm x panjang 2-6 µm dan dapat hidup soliter membentuk coccoid bipolar maupun berkelompok sehingga membentuk filamen-filamen berukuran panjang. Dinding sel terdiri dari lipopolisakarida serta membran luar berikatan dengan periplasma. Pada umumnya bersifat motil dengan flagella, tidak membentuk spora, merupakan jenis bakteri aerob atau fakultatif anaerob. Metabolisme yang dijalankan yaitu oksidasi dan fermentasi.

1. Enterotoksin dan eksotoksin

Jenis eksotoksin (superantigen) atau faktor virulensi yang dihasilkan yaitu : shiga-like toxin (toksin AB), toksin ini dihasilkan oleh E.coli enteropatogenik

O157:H7. Toksin ini terdiri dari 2 sub unit A dan B. Sub unit B berikatan dengan permukaan reseptor sel host dan menghantarkan subunit A melewati membran sel. superantigen ini menginduksi hilangnya cairan dari saluran usus (Brooks, Carrol,

Butel, Morse dan Mietzner, 2010). E.coli memiliki endotoksin yang berupa lipopolisakarida (LPS) yang terdiri dari 3 komponen, yaitu : a. O polisakarida : Komponen ini mengandung galaktosa, manose, glukosa, ramnosa,

abequosa, kolitose dan berikatan dengan core polisakarida tetapi memiliki ikatan

yang lebih panjang dibandingkan core polisakarida, bersifat hidrofilik dan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 18

merupakan komponen antigen yang utama. Antigen O ini merupakan target aksi

sistem komplemen sel host, tetapi ketika terjadi reaksi untuk memutus ikatan

polisakarida, komplemen sistem imun gagal untuk memberikan efek litik pada

bakteri secara normal karena bakteri yang virulen akan resisten terhadap serangan

sistem imun sel host, oleh karena itu tubuh akan memproduksi antibodi, berinteraksi

pada permukaan bakteri, membentuk ikatan komplemen sehingga dapat melisiskan

bakteri. b. Core polisakarida : polisakarida yang terletak diantara O polisakarida dan lipid A

dan mengandung galaktosa, glukosa, N-asetilglukosamin, heptosa dan

ketodeoksioktonat. c. Lipid A : komponen yang mengandung glukosamin dan fosfat yang berikatan

dengan asam lemak, memberikan efek toksik, dan bersifat hidrofobik. Endotoksin

ini akan diproduksi saat bakteri lisis akibat adanya aksi perlawanan dari sistem imun

atau antibiotik. Endotoksin akan memberikan efek fisiologi seperti demam, diare,

dan muntah bahkan dapat menyebabkan kematian akibat nekrosis membran atau

hemorrhagic shock. Demam terjadi karena sel host distimulasi untuk mengeluarkan

protein endogen yang bersifat pirogen yang mempengaruhi sistem saraf pusat

pengatur suhu tubuh

(Baker dkk., 2007).

Lipopolisakarida bakteri gram negatif berasal dari dinding sel dan sering dilepaskan ketika bakteri lisis. Zat ini bersifat stabil dalam panas, mempunyai berat

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 19

molekeul antara 3000-5000. Lipopolisakarida pada aliran darah pada mulanya terikat pada protein yang bersirkulasi kemudian berinteraksi dengan makrofag, monosit dan sel. Efek patofisiologi yang timbul yaitu demam, leukopenia, dan syok yang mengakibatkan gangguan organ–organ penting. Lipopolisakarida juga menyebabkan trombosit menempel pada endotel pembuluh darah menyebabkan oklusi pembuluh darah kecil, yang dapat menyebababkan nekrosis hemorrhagik atau iskemik pada berbagai organ (Brooks dkk., 2010).

2. Komponen antigen

Strain E.coli menghasilkan infeksi yang bermacam-macam dan spesifik berdasarkan serotipe atau komponen antigenik yang dimiliki yang terdiri dari lipopolisakarida (O), kapsul (K) dan flagella (H). Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel liposakarida yang tersusun atas polisakarida dan bersifat resisten terhadap panas dan alkohol dan terdeteksi melalui aglutinasi bakteri. Antigen K merupakan bagian terluar dari antigen O pada beberapa enterobacteriae. Antigen K pada E.coli menyebabkan perlekatan bakteri ke sel epithelia sebelum menginvasi saluran cerrna atau saluran kemih. Antigen H terletak pada flagella dan terdenaturasi oleh panas atau alkohol (Brooks dkk., 2010).

3. Patogenesis dan manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari infeksi strain E.coli terdiri dari : a. Infeksi saluran kemih

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 20

E.coli merupakan bakteri yang menjadi penyebab sekitar 90% infeksi saluran kemih pada perempuan muda. Oganisme ini disebut E.coli uropatogenik. Gejala dan tanda meliputi sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh antigen O yang memproduksi faktor virulensi yaitu hemolisin, bersifat sitotoksik yang dapat menginvasi jaringan. b. Penyakit diare.

E. coli yang menyebabkan diare dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor virulensinya :

1) E.coli enterotoksigenik (ETEC) : penyebab “diare turis” dan diare pada bayi di

negara berkembang. Beberapa galur ETEC menghasilkan eksotoksin labil-panas

yang secara genetik dikendalikan oleh plasmid yang terdiri dari 2 sub unit: Sub

unit B melekat pada sel epitel usus halus dan mempermudah masuknya sub unit A

ke dalam sel yang mengakibatkan hipersekresi air dan klorida yang berlebihan,

menghambat reabsorpsi natrium dan terjadi hiperosmolitas yang berlebihan.

Beberapa galur ETEC dapat menghasilkan enterotoksin stabil panas yang juga

dapat merangsang sekresi cairan.

2) E.coli enteropatogenik (EPEC): penyebab diare pada bayi khususnya di negara

berkembang, mirip dengan ETEC tetapi berbeda faktor virulensi. Akibat infeksi

EPEC terjadi diare cair yang dapat sembuh spontan tetapi dapat menjadi kronis.

3) E.coli enteroinvasif (EIEC) : penyakit yang sangat mirip dengam shigelosis. Galur

ini menyebabkan penyakit dengan menginvasi sel epitel mukosa usus.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 21

4) E.coli enteroagregratif (EAEC) : penyebab diare akut dan kronik yang terjadi di

negara berkembang dengan durasi 14 hari disertai dengan sindrom uremik

hemolitik dan gagal ginjal akut. Di negara maju galur ini merupakan penyebab

penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan. Galur ini menghasilkan toksin

mirip shiga (shiga like toksin) dan hemolisin. Serotipe E.coli penghasil shiga like

toksin yang paling banyak ditemukan yaitu O157:H7. c. Sepsis

Sistem imun atau pertahanan tubuh normal pada pejamu yang tidak adekuat, dapat menyebabkan bakteri E.coli masuk ke aliran darah. Suatu keadaan banyaknya bakteri di dalam darah disebut dengan sepsis. Kelompok neonatus sangat rentan terhadap sepsis E.coli karena tidak mempunyai antibodi IgM. Sepsis dapat juga terjadi sekunder akibat infeksi saluran kemih. d. Meningitis

Meningitis akut pada neonatus (4-6 bulan) dan anak berumur 6 tahun yang belum divaksinasi, sering disebabkan oleh bakteri kelompok Streptococcus dan E.coli.

E.coli juga merupakan penyebab utama dari meningitis pada janin. Sekitar 75% E.coli penyebab meningitis memiliki antigen K1 yang beraksi silang dengan polisakarida kapsuler grup B N.meningitidis. Meningitis bakteri akut akan mematikan jika tidak diobati

(Brooks dkk., 2010).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 22

F. Staphylococcus aureus

Gambar 3. Staphylococcus aureus dalam mikroskop elektron (Carr, 2014).

Klasifikasi E.coli menurut National Microbial Pathogen Data Resources

(2008) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Divisi : Firmicutes

Kelas :Bacilli

Bangsa :Bacillales

Suku : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Stapylococcus aureus

S. aureus adalah bakteri Gram positif dan jika diamati di bawah mikroskop akan tampak dalam bentuk berkelompok seperti buah anggur. Bakteri ini termasuk dalam famili Staphylococcaceae, berukuran diameter 0,5-1.5µm dan memiliki pigmen kuning. Dinding sel terdiri dari lapisan peptidoglikan tipis, tidak membentuk spora, kapsul atau flagella. Bakteri ini bersifat aerob atau aerob fakultatif sehingga mampu menghasilkan asam dari glukosa secara aerob ataupun anaerob, non-motil.

Pertumbuhan koloni rendah pada temperatur rendah, sedangkan temperatur optimum

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 23

untuk pertumbuhan koloni yaitu 37oC dengan ph 7,2. Bakteri ini bersifat halotolerant yaitu dengan adanya penurun pH lingkungan pertumbuhan, bakteri ini masih mampu mentoleransi untuk tumbuh. Bakteri ini mampu memfermentasi mannitol serta menjalankan dua macam metabolisme yaitu respirasi maupun fermentasi (Madigan,

Martinko, Dunlap, and Clark, 2009).

1. Enterotoksin dan eksotoksin

Jenis eksotoksin atau faktor virulensi yang dihasilkan yaitu: shiga toksin, α toksin, toxin shock syndrome (SA), Exfoliating toxin A dan B, leukocidin, ß toksin, ∂ toksin, dan enterotoksin A, B, C,D, E dan enzim. Eksotoksin akan diproduksi selama bakteri tersebut hidup. Enterotoksin yang umum diproduksi yaitu enterotoksin A yang stabil terhadap panas sehingga dapat menyebabkan keracunan makanan. Enterotoksin

A merupakan protein yang dikode entA dalam kromosom gen bakteri sedangkan

Enterotoksin B dan C berada dalam plasmid, lisogenik bakteriofage. Beberapa galur

S.aureus menghasilkan enterotoksin. Enterotoksin yang dihasilkan oleh S. aureus merupakan antigen super (Madigan dkk., 2009).

2. Patogenesis dan manifestasi klinis

S.aureus merupakan merupakan bakteri komensal dan parasit pada hewan atau manusia yang dapat menyebabkan infeksi. Bakteri ini merupakan flora normal pada membran mukosa dan kulit pada manusia walaupun sebagai flora normal tetapi bakteri ini dapat menimbulkan suatu penyakit infeksi oportunistik seperti infeksi saluran urogenital. Sebagian besar terjadi pada infeksi kulit akibat adanya luka dan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 24

saluran pernafasan yang mana S. aureus akan memfermentasikan mannitol dan memproduksi pigmen kuning sehingga mudah dideteksi.

Enterotoksin dapat menyebabkan sekresi air berlebihan pada saluran usus yang dapat menyebabkan mual dan muntah. Enzim koagulase berhubungan dengan sifat kepatogenannya, enzim ini menyebabkan fibrin berkoagulasi dan membentuk gumpalan sebagai pelindung dari serangan sel host sehingga mencegah fagositosis pada bakteri. Enzim katalase digunakan sebagai uji untuk membedakan genus

Staphylococci lainnya. Uji ini dapat membedakan genus Staphylococcus yang memproduksi atau tidak memproduksi enzim katalase (Madigan et al, 2009).

G. Antimikroba

Biosida adalah agen fisik atau kimia yang yang bekerja menonaktifkan mikroorganisme. Agen biosida memiliki sifat bakteriostatik dan bakteriosidal. Sifat bakteriostatik yang dimiliki mampu menghambat multipikasi bakteri. Multipikasi bakteri akan dihambat bila agen antimikroba dihilangkan. Bakteriosidal merujuk pada biosida yang mampu membunuh bakteri. Organisme yang terbunuh tidak mampu bereproduksi, bahkan setelah dihilangkan kontak dengan agen antimikroba.

Beberapa contoh agen antimikroba :

2. Sterilisaasi merupakan biosida fisik yang berupa panas. Sterilisasi merupakan

proses khusus yang digunakan untuk membuat suatu permukaan atau produk

bebas dari mikroorganisme yang juga mencakup spora bakteri.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 25

3. Desinfektan adalah produk biosida yang digunakan untuk mengurangi jumlah

mikroorganisme dalam suatu permukaan atau produk hingga mencapai tingkat

yang telah ditetapkan atau layak untuk digunakan atau diolah lebih lanjut.

Desinfektan tidak harus bersifat sporisidal tetapi dapat pula sporostatik.

4. Antiseptik adalah suatu produk yang dapat merusak atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme di atau di dalam jaringan hidup

5. Pengawet merupakan agen yang digunakan untuk mencegah multiplikasi

mikroorganisme dalam produk yang diformulasi antara lain farmaseutika dan

makanan.

6. Antibiotik merupakan suatu senyawa organik sintetik atau alami yang

menghambat pertumbuhan bakteri atau merusak bakteri. Kemampuannya untuk

menghambat atau merusak umumnya berada pada konsentrasi rendah (Brooks

dkk., 2010).

H. Uji Aktivitas Antibakteri

1. Pengujian Aktivitas Antibakteri

Metode yang dapat dapat digunakan untuk menguji potensi agen antimikroba pada suatu mikroba antara lain : a. Metode dilusi, dibedakan menjadi :

1) Metode dilusi cair /broth dilution test

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 26

Metode ini digunakan untuk mengukur Kadar Hambat Minimum

(KHM) ataua Kadar Bunuh Minimum (KBM). Prinsip metode ini yaitu substansi

antimikroba dalam kadar bertingkat (biasanya pengenceran dua kali lipat)

dicampurkan ke dalam medium bakteriologis solid atau cair. Tujuan metode ini

untuk mengetahui besarnya konsentrasi minimum yang diperlukan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri yang ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang

ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair

tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama

18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi diteteapkan

sebagai KBM. Kelebihan metode ini adalah data yang didapatkan merupakan

hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah antimikroba tertentu yang dapat

mengambat atau membunuh mikroba uji.

2) Metode dilusi padat

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

media padat. b. Metode difusi dibedakan menjadi :

1) Metode disc diffusion

Metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba.

Agen mikroba diletakkan dalam media agar yang telah ditanami

mikroorganisme, yang nantinya akan berdifusi pada media agar tersebut. Area

jernih mengindikasikan adanya penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 27

2) Cup plate technique

Pada metode ini dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami

dengan mikroorganisme dan selanjutnya pada sumur tersebut diberi agen

antimikroba yang akan diuji. Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme

ditunjukkan dengan adanya area jernih

(Pratiwi, 2008).

2. Pengujian Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum

(KBM)

Pengujian KHM dilakukan dengan metode dilusi untuk menentukan

konsentrasi terendah antimiroba yang efektif untuk mencegah pertumbuhan

mikroba. Metode ini dilakukan dengan cara antimikroba dengan konsentrasi

tertentu dilarutkan dalam media kemudian diinokulasi mikroorganisme sesuai

standar tertentu. Hasil yang diinginkan yaitu media dengan konsentrasi

antimikroba terendah yang jernih yang bebas dari pertumbuhan mikroba.

Keuntungan pengujian KHM ini dapat memberikan perkiraan konsentrasi obat

yang tepat untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga bermanfaat

untuk membantu menentukan dosis yang dibutuhkan pasien. Kadar Bunuh

Minimum dapat ditentukan dengan melakukan subkultur konsentrasi antimikroba

terendah yang jernih ke media agar bebas antimikroba (Brooks dkk., 2010).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 28

3. Pengukuran Pertumbuhan Bakteri

Pengukuran pertumbuhan bakteri dapat ditentukan dengan berbagai cara,

salah satu cara yaitu dengan memperkirakan jumlah bakteri secara tidak langsung

yang diamati berdasarkan : a. Kekeruhan : merupakan metode untuk mengetahui adanya pertumbuhan

mikroorganisme. Prinsip metode ini dengan melihat kekeruhan media cair dengan

alat spektrofotometer. Seiring dengan bertambahnya sel bakteri dalam media cair

media tersebut akan menjadi keruh. Prinsip kerja alat ini dengan mentransmisikan

berkas cahaya melalui suspensi bakteri lalu diteruskan ke detektor sensitif cahaya,

jika jumlah bakteri meningkat sedikit cahaya yang akan diteruskan ke detektor

yang akan terukur pada skala alat yang berupa persentasi transmisi atau nilai

absorbans atau densitas optik (optical density). Nilai absorbani ini yang akan

digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri b. Aktivitas metabolik : prinsip metode ini dengan mengukur aktivitas metabolik

populasi bakteri seperti asam, atau karbon dioksida yang menujukkan proporsi

keberadaan bakteri. c. Bobot kering : metode ini digunakan untuk bakteri berfilamen dan kapang dengan

cara menentukan bobot kering. Metode ini dilakukan dengan cara bakteri atau

kapang dipindahkan dari media pertumbuhan, disaring untuk mneghilangkan

materi pengganggu lain, dikeringkan kemudian ditimbang

(Radji, 2009).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 29

I. Landasan Teori

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri S.aureus dan E. coli merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat dan merupakan penyebab kematian di dunia. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan eksplorasi bahan alam yang berpotensi sebagai antibakteri yang aman dan efektif.

Biji petai mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, fenolik dan flavonoid

(Kamisah dkk., 2013) sedangkan menurut Jebarus (2015) pada kulit buah mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, tanin, fenolik dan terpenoid. Pada kulit batang pohon petai mengandung flavonoid, alkaloid, fenolik dan terpenoid (Pratama,

2015). Bunga petai memiliki bau yang khas. Menurut Junker dkk., (2010) bau atau aroma khas yang terdapat dalam bunga disebabkan karena adanya senyawa terpenoid.

Menurut Heinrich (2005) pigmen pemberi warna pada bunga berasal dari senyawa golongan fenolik yaitu flavonoid. Menurut Swaati dkk., (2014) senyawa alkaloid, saponin dan tanin juga dapat terdistribusi dalam bunga yang termasuk ke dalam famili

Fabaceae. Oleh karena itu diduga bahwa bunga petai memiliki kandungan senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas antibakteri (Swaati dkk., 2014).

Untuk mendapatkan senyawa kimia yang terkandung dalam bunga petai dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan penyari etanol. Etanol mampu melarutkan senyawa kimia yang bersifat semipolar sampai polar seperti alkaloid, tanin, saponin fenolik dan flavonoid. Alkaloid bersifat semipolar karena

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 30

adanya gugus amina, amida, fenol dan metoksi yang dimungkinkan dapat tertarik oleh etanol. Etanol juga dapat menarik senyawa fenolik yang cenderung larut dalam air. Tanin juga memiliki gugus fenolik sehingga dapat larut pada pelarut polar.

Saponin memiliki ikatan glikosida dan flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula yang membuat kedua senyawa ini bersifat polar (Siedel, 2008).

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran. Hasil yang diperoleh menggunakan metode difusi sumuran yaitu adanya daerah penghambatan (zona hambat) yang menujukkan terhambatnya pertumbuhan bakteri disekitar sumuran. Pengukuran KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi cair. Hasil metode dilusi cair ditunjukkan dengan media jernih yang mengandung konsentrasi ekstrak etanol bunga petai terendah yang menujukkan bebas dari pertumbuhan mikroba.

Penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah mengenai manfaat bunga petai sebagai salah satu antibakteri alternatif untuk mengatasi penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus dan E. coli.

J. Hipotesis

Senyawa kimia yang terdapat dalam bunga petai yaitu terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin, oleh karena itu ekstrak etanol bunga petai memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia, Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta dan Laboratorium Mikrobiologi, Balai Kesehatan

Yogyakarta.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variable penelitian

a. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak etanol bunga petai.

b. Variabel tergantung : diameter zona hambat serta KHM dan KBM.

c. Variabel pengacau terkendali: asal tanaman, cairan penyari, media

penanaman bakteri, waktu inkubasi, suhu inkubasi, jenis bakteri uji, volume

larutan uji yang diinokulasikan, kepadatan suspensi bakteri uji setara dengan

larutan Mc Farland 0,5.

d. Variabel pengacau tak terkendali : umur tanaman

2. Definisi operasional

a. Bunga petai adalah seluruh bagian bunga yang berupa bongkol bundar yang

bewarna kuning kecoklatan, tanpa tangkai bunga.

31

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 32

b. Aktivitas antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol bunga petai untuk

menghambat pertumbuhan mikroba uji S. aureus dan E.coli dibandingkan

dengan kontrol negatif (DMSO 5%) dengan metode difusi sumuran.

c. Zona hambat adalah daerah jernih yang menujukkan adanya penghambatan

pertumbuhan bakteri S. aureus dan E.coli disekitar lubang sumuran.

d. KHM adalah konsentrasi terendah ekstrak etanol bunga petai yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.

e. KBM adalah konsentrasi terendah ekstrak etanol bunga petai yang dapat

membunuh bakteri S. aureus dan E. coli

f. Berbeda bermakna (BB) merupakan perbedaan yang secara statistik

bermakna antara 2 kelompok yang dibandingkan.

g. Berbeda tidak bermakna (BTB) merupakan perbedaan yang sangat kecil dan

secara statistik tidak bermakna atau dikatakan sama antara 2 kelompok yang

dibandingkan.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan adalah bunga petai (Parkia speciosa) yang diperoleh dari Kabupaten Sleman, Yogyakarta, kultur murni S.aureus ATCC 25923 dan E.coli ATCC 25922 yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Balai

Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, Media Mueller Hinton Agar (MHA) dan Media

Mueller Hinton Broth (MHB) dari Merck, aquadest steril, etanol 70% (PT.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 33

Brataco®), larutan standar Mc Farland 0,5 (1,5.108 CFU/mL), suspensi S.aureus

ATCC 25923 dan E.coli ATCC 25922, amoksisillin (Bernofarm), Dimetilsulfoksida

(DMSO).

D. Alat Penelitian

Alat-alat gelas (Pyrex dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma), pengayak, moisture balance (HG53 Halogen Moisture

Analyzer), rotary evaporator (Buchi Labortechnik AG CH-9230), waterbath

(Memmert), neraca analitik (Mettler pc-2000), oven (Memmert), incubator (Hareus), autoklaf (KT-40. ALP Co.Ltd Hamurasi Tokyo Japan), Microbial safety Cabinet,

Laminar Air flow, penggaris (butterfly), kertas saring, jarum ose, vortex, shaker

(InnovaTM2100), pelubang sumuran berdiameter 6 mm, mikropipet (Socorex), tabung eppendorf, flakon, kulkas (Samsung), spektrofotometer UV-Vis.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi bunga petai

Determinasi bunga petai dilakukan di CV. Merapi Farma Herbal,

Yogyakarta. Bunga Petai dideterminasi secara makroskopis dengan mencocokan ciri-ciri yang ada pada tanaman dan disertai dengan surat keterangan keaslian tanaman dari CV Merapi Farma Herbal Yogyakarta

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34

2. Pengumpulan bahan bunga petai

Sampel yang digunakan adalah bunga petai yang diambil dari Kabupaten

Sleman. Bagian yang diambil adalah seluruh bagian bunga yang berupa bongkol bundar yang bewarna kuning kecoklatan, tanpa tangkai bunga.

3. Pengeringan dan pembuatan serbuk

Pengeringan dilakukan pada ruang pengering simplisia. Pengeringan dilakukan sampai bunga kering dan mudah diremukkan, kemudian bunga diserbuk hingga halus. Serbuk yang diperoleh diayak hingga diperoleh serbuk bunga dengan ukuran yang homogen. Kemudian serbuk disimpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruangan dan terlindung dari sinar matahari.

4. Penetapan susut pengeringan serbuk bunga petai

Penetapan susut pengeringan serbuk bunga petai dilakukan dengan menggunakan moisture balance. Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan menimbang 5 gram serbuk pada moisture balance, lalu diukur selama 15 menit dengan suhu 105oC dan hasil pengukuran dinyatakan dalam persen.

5. Pembuatan ekstak etanol bunga petai

Pembuatan ektrak etanol bunga petai dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dengan perbandingan 1:10. Tahap awal maserasi dilakukan dengan merendam 50 gram serbuk bunga petai (10 bagian serbuk), dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer, lalu dilarutkan dalam 375 ml pelarut etanol 70 %. (75 bagian cairan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 35

penyari) (Badan Pegawas Obat dan Makanan RI, 2010). Maserasi dilakukan selama

2x24 jam dengan bantuan shaker. Hasil maserat yang diperoleh disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring dengan bantan pompa vakum, kemudian serbuk dari hasil penyaringan diremaserasi dengan pelarut baru sebanyak 125 ml selama 1x 24 jam.

Hasil maserat pertama dan kedua dicampur dan duapkan dengan rotary evaporator pada suhu 70oC untuk menguapkan pelarut yang terdapat pada ekstrak, kemudian ekstrak ditempatkan pada cawan petri dan diuapkan kembali diatas water bath dengan suhu 50-60oC untuk menghilangkan pelarut yang kemungkinan masih terdapat pada ekstrak. Ekstrak diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental dengan bobot tetap yang telah dipersyaratkan.

6. Identifikasi kandungan senyawa kimia ekstrak etanol bunga petai dengan uji

tabung a. Pembuatan larutan uji

Pembuatan larutan uji untuk uji fitokimia dilakukan dengan cara, 500 mg

ekstrak kental bunga petai dilarutkan ke dalam 50 ml etanol 70%. b. Uji pendahuluan

Dua gram serbuk bunga petai ditambahkan dengan 20 mL aquadest,

dipanaskan selama ±15 menit diatas waterbath, selanjutnya disaring. Jika larutan

menjadi berwarna merah hingga kuning dan saat penambahan KOH LP, warna

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36

larutan menjadi lebih intensif menunjukkan adanya senyawa yang mengandung

kromofor dengan gugus hidrolik. c. Uji fenolik

Sebanyak 3 ml larutan uji ditambahkan dengan ± 3 tetes larutan FeCl3 1

%. Hasil positif adanya senyawa fenolik ditunjukkan dengan terbentuknya warna

hijau, merah, ungu atau hitam (Jones dan Kinghorn, 2006). d. Uji flavonoid

Sebanyak 3 ml larutan uji ditetesi dengan ± 2 tetes NaOH LP maka akan

terjadi pembentukan intensitas warna kuning. Dengan penambahan HCl terjadi

perubahan intensitas warna kuning. Adanya perubahan warna menunjukkan hasil

positif bahwa terdapat senyawa flavonoid. e. Uji tanin

Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan dengan ± 3 tetes larutan FeCl3

10%. Hasil positif adanya senyawa tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna

biru tua, atau biru kehitaman (Jones dan Kinghorn, 2006). f. Uji alkaloid

Sebanyak 2 ml larutan uji diuapakan dengan menggunakan porselin

diatas penangas air ± 5 menit. Larutan uji yang telah diuapakan, kemudian

dilarutkan dengan 5 ml HCl 2 N. Larutan yang diperoleh dibagi dalam 3 tabung

reaksi yaitu : larutan HCl, larutan HCl dengan penambahan 3 tetes pereaksi

Dragendorff, dan larutan HCl dengan penambahan 3 tetes pereaksi Mayer. Hasil

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 37

positif ditunjukan dengan terbentuknya endapan jingga pada larutan yang

ditambahkan pereaksi Dragendorff dan endapan putih hingga kekuningan pada

larutan yang ditambahkan pereaksi Mayer (Jones dan Kinghorn, 2006). g. Uji terpenoid

Larutan uji sebanyak 2,5 ml dicampur dengan 1 ml kloroform kemudian

ditambahkan 1,5 ml H2SO4 pekat secara hati-hati melewati dinding tabung. Hasil

positif adanya senyawa terpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya cincin warna

coklat kemerahan pada permukaaan dalam larutan (Edeoga, Okwu, dan Mbaebre,

2005). h. Uji saponin

Sebanyak 100 mg serbuk bunga petai ditambahkan 10 mL aquadest ke

dalam tabung reaksi, ditutup dan dikocok kuat-kuat selama 30 detik. Tabung

dibiarkan dalam posisi tegak. Apabila terbentuk buih setinggi kurang lebih 1-10

cm selama ± 10 menit pada permukaan cairan dan setelah penambahan ± 1 tetes

HCl 2 N busa tidak hilang, maka menujukkan adanya senyawa saponin

(Departemen Kesehataan RI, 1995).

7. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap S. aureus dan E.

coli a. Sterilisasi alat dan bahan

Seluruh alat gelas laboratorium yang akan digunakan untuk pengujian

aktivitas anitbakteri dicuci dengan sabun dan dikeringkan. Alat-alat gelas

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 38

dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian dibungkus dengan kertas. Semua alat

yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 30

menit. Jarum ose disterilkan dengan memijarkan pada api bunsen, dan tabung

mikropipet disterilkan dengan direndam pada alkohol. b. Pembuatan pelarut ekstrak

Pelarut yang akan digunakan yaitu DMSO konsentrasi 5% v/v.

Pembuatan DMSO 5% dilakukan dengan cara melarutkan 5 ml DMSO, kemudian

di tambahkan dengan aquadest sampai 100 mL. c. Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji

Ekstrak etanol bunga petai untuk uji potensi antibakteri menggunakan 5

seri konsentrasi. Konsentrasi 50% didapatkan dengan melarutkan 3 gram ekstrak

kental dengan 6 mL DMSO 5%, kemudian dilakukan pengenceran sehingga

diperoleh konsentrasi 25%; 12,5%; 6,25%; 3,125%. Kontrol negatif digunakan

DMSO 5% dan sebagai kontrol positif digunakan amoksisilin 125mg/5ml.

Tabel I. Pembuatan Variasi Konsentrasi Uji. Konsentrasi larutan uji Volume yang diambil Volume DMSO yang (%) dari stok larutan uji(mL) ditambahakan (mL) 25 2 4 12,5 2 4 6,25 2 4 3,125 2 4 d. Identifikasi bakteri uji

1) Staphylococcus aureus

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 39

Bakteri diinokulasi di media geolitik, diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37oC. Bila terdapat endapan hitam pada media geolitik diduga bakteri tersebut merupakan Staphylococcus. Bakteri diisolasi dari media geolitik ke media Enrich, diinkubasi selama 2 X 24 jam pada suhu 37oC. Jika terdapat kabut putih diduga bakteri Staphylococcus. Kemudian, diambil 1-2 ose bakteri, diinokulasikan ke media gula (glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sakarosa), media Simons Citrat (SC), media

Sulfur Indol Motil (SIM) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Tahap selanjutnya dilakukan uji koagulase dan pengecatan Gram.

2) Escherichia coli

Bakteri diinokulasi di media penyubur Brilliant Green Lactose Blue

(BGLD), kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC. Jika terdapat koloni berwarna biru diduga bakteri Escherichia. Tahap selanjutnya, bakteri diisolasi lalu ditanam ke media TBX (Tryptone Bile X-Glucoronide) dan diinkubasi pada suhu

37oC selama 24 jam. Pada media isolasi setelah 24 jam diduga adanya Escherichia coli dengan timbulnya warna hijau, kemudian bakteri diambil 1-2 ose, diinokulasi ke dalam media gula (glukosa, sakarosa, laktosa, maltose, manitol), SC (Simon Citrat),

SIM (Sulfur Indol Motil) dan diinkubasi selama 24 jam. Tahap selanjutnya dilakukan pengecatan Gram. e. Pembuatan stok bakteri uji

Bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dari kultur murni mikroba simpanan,

diinokulasikan ke 5 mL MHA dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 40

f. Pembuatan suspensi bakteri uji

Bakteri diambil sebanyak 1-3 ose dari stok kultur mikroba, kemudian

diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berisi MHB dan divortex agar

tercampur merata. Suspensi bakteri yang telah dibuat disetarakan kekeruhanya

dengan larutan Mac Farland 0,5 (1,5 X 108 CFU). g. Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga petai dengan metode difusi sumuran.

Inokulasi bakteri uji dilakukan dengan menggunakan metode Kirby

Bauer. Bakteri uji S. aureus dan E. coli diinokulasikan dengan cara diusap secara

merata pada media 20 mL MHA yang telah memadat pada petri. Setelah bakteri

diinokulasikan, dibuat sumuran dengan menggunakan pelubang sumuran

berdiameter 6 mm sebanyak 5 buah lubang sumuran. Kelima lubang sumuran

diisi dengan konsentrasi ekstrak etanol bunga petai, sedangkan lubang sumuran

yang akan diisi kontrol positif dan negatif dibuat dalam satu petri yang sama

tetapi berbeda petri dengan perlakuan konsentrasi ekstrak. Tiap lubang sumuran

pada media yang telah diinokulasikan bakteri uji diisi dengan 50 µL senyawa uji

yang terdiri dari amoksisilin 125 mg/5 ml sebagai kontrol positif dan DMSO 5 %

sebagai kontrol negatif. Lubang sumuran pada petri lainnya yang telah

diinokulasi bakteri uji, diisi 50 µL ekstrak etanol bunga petai dengan konsentrasi

50%; 25%; 12,5%; 6,25% dan 3,125%. Semua petri yang telah berisi bakteri uji

dan senyawa uji pada tiap lubang sumuran diinkubasi selama 24 jam pada suhu

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 41

37oC selanjutnya diamati ada atau tidaknya zona jernih disekitar sumuran. Zona

jernih yang tampak diukur dengan penggaris.

8. Penentuan KHM dan KBM dengan metode dilusi cair

Penentuan KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi cair dengan menggunakan media MHB dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer

UV-Vis sebelum dan sesudah inkubasi untuk melihat pertumbuhan bakteri uji.

Pengujian dilakukan dengan membuat dan mengambil 5 mL media MHB dimasukkan ke tiap tabung reaksi, ditambahkan 200 μL larutan ekstrak etanol bunga petai dengan konsentrasi yang berbeda untuk dimasukkan pada tiap tabung reaksi. Konsentrasi larutan ekstrak etanol yang dibuat meliputi 13 seri konsentrasi (50%; 43,75%;

37,50%; 31,25%; 25%; 12,5%; 10,938%; 9,375%; 7,813%; 6,25%; 3,125%;

1,563% dan 0,782%. Tiap tabung yang telah berisi media MHB dan larutan ekstrak ditambahkan kembali dengan 200 μL suspensi bakteri uji yang telah distandarisasi kekeruhannya dengan larutan Mac Farland 0,5 kemudian divortex dan tabung reaksi tersebut diukur absorbansi atau Optical Density (OD) dengan menggunakan spektrofotometer (λ 480 nm) sebagai pembanding sebelum inkubasi atau kontrol.

Setiap satu kali pengukuran OD selesai, dilakukan autozero dengan menggunakan blanko yang berisi konsentrasi larutan ekstrak dan media.

Semua tabung reaksi setelah dihitung kekeruhan atau OD, diinkubasi selama

24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Keseluruhan tabung reaksi yang telah diinkubasi, selanjutnya diukur kembali OD. Penentuan KHM dilakukan dengan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 42

mengukur OD setelah inkubasi dikurangi OD sebelum inkubasi. Apabila terdapat konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan (∆OD ≤ 0), maka didapatkan KHM.

Uji lanjutan dilakukan untuk menentukan KHM atau KBM dengan cara mengambil 1-2 ose larutan konsentrasi terendah yang menunjukkan ∆OD = 0 atau yang menujukkan KHM, dinokulasikan pada media MHA steril baru dengan metode streak plate, kemudian media tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC.

Apabila setelah inkubasi menunjukkan adanya pertumbuhan koloni pada hasil steak plate atau goresan, maka didapatkan KHM. Bila tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri pada goresan, maka didapatkan KBM.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data zona hambat yang diperoleh dianalisis dengan metode Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok konsentrasi ekstrak bunga petai.

Apabila didapatkan data terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunkaan metode uji Barlett. Pengujian homogenitas bertujuan untuk menguji keasamaan variansi setiap kelompok data. Setelah dilakukan uji homogenitas, dilakukan analisis variansi searah (one way Annova) yang bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan (variansi) tiap kelompok data tidak berpasangan. Analisis data dilanjutkan dengan uji T (T-test) untuk mengetahui adanya kebermakanaan perbedaan hasil diameter zona jernih setiap kelompok.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 43

Apabila didapatkan distribusi data tidak normal dilanjutkan dengan uji

Levene. Uji levene bertujuan untuk melihat homogenitas atau kesamaan variansi data setiap kelompok. Analisis selanjutnya dilakukan uji non parametrik yaitu menggunkaan metode uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan (variansi) tiap kelompok data tidak berpasangan. Tahap selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kebermakaan perbedaan diameter zona jernih yang didapat antar dua kelompok data. Data KHM dan KBM dianalisis secara deskriptif. Data KHM dan KBM diperoleh jika nilai ∆OD=0, kemudian penegasan dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi yang mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar tanaman yang dimaksud untuk digunakan dalam penelitian. Ciri tanaman petai yaitu pohon dengan tinggi mencapai 30 m, batang berkayu dengan permukaan kulit batang berwarna coklat kemerahan. Daun majemuk, menyirip ganda, ujung daun membulat berwarna hijau. Perbungaan bongkol, bunga kecil dan banyak.

Pangkal bonggol berwarna putih kekuningan, merupakan bunga jantan, sedangkan ujung bonggol merupakan kumpulan bunga betina (Wiriadinata dan Bamroongrugsa,

2010). Ciri tanaman yang digunakan pada penelitian sesuai dengan pustaka. Serbuk bunga petai diperoleh dari CV. Merapi Farma, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, disertai dengan surat keterangan keaslian tanaman (lampiran 1) yang digunakan sebagai bukti bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanaman petai (Parkia speciosa, Hassk).

B. Pengumpulan dan Pengeringan Bunga Petai serta Pembuatan serbuk

Bunga petai yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Kabupaten

Sleman. Tahap yang dilakukan sebelum pengeringan yaitu dengan memotong-motong bunga petai menjadi ukuran yang lebih kecil supaya proses pengeringan yang dilakukan cepat dan sempurna. Pengeringan dilakukan pada ruang pengering simplisia dengan panas matahari, tetapi tidak terpapar sinar matahari langsung.

44

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 45

Tujuan pengeringan yaitu untuk mempermudah proses pembuatan serbuk dan mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri. Jika kadar air masih tinggi maka aktivitas enzim juga tinggi untuk mengubah kandungan kimia dalam simplisia menjadi produk lain yang yang kemungkinan memiliki efek yang berbeda dengan senyawa induknya. Beberapa enzim perusak kandungan kimia antara lain hidrolase, oksidase dan polymerase (Pramono, 2005 cit.,

Ma’mun, 2006). Pengeringan dilakukan sampai bunga petai kering sempurna ditunjukkan dengan warna bunga petai yang lebih gelap dibandingkan sebelum dikeringkan, mudah diremukkan sehingga mudah untuk dibuat serbuk. Tujuan penyerbukan yaitu untuk memperkecil ukuran partikel dan memperbesar luas permukaan serbuk, sehingga kontak serbuk dengan pelarut juga semakin besar, maka pelarut mudah masuk ke dalam sel sehingga proses penyarian optimal. Serbuk yang diperoleh diayak dengan ayakan tepung, dan selanjutnya disimpan untuk proses ekstraksi lebih lanjut. Syarat penyimpanan serbuk menurut Menteri Kesehatan RI

(1994) yaitu serbuk yang telah dibuat disimpan dalam wadah tertutup, pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

C. Penetapan Susut Pengeringan Serbuk Bunga Petai

Penetapan susut pengeringan digunakan untuk menetapkan jumlah semua jenis bahan yang mudah menguap selama kondisi tertentu (proses pemanasan)

(Departemen Kesehatan RI, 1995). Penetapan ini dilakukan karena tidak diketahui dalam serbuk hanya mengandung air atau mengandung senyawa lain yang mudah

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 46

menguap. Susut pengeringan dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk melihat kualitas simplisia bunga petai. Menurut Menteri Kesehatan RI (2009) susut pengeringan yang dipersyaratkan yaitu tidak melebihi 10 %. Jika susut pengeringan sesuai yang dipersyaratkan maka dapat meminimalisir kandungan air dalam simplisia yang dapat mencegah pertumbuhan dan aktivitas enzim mikroorganisme pada simplisia sehingga simplisia bunga petai tahan lama, terlebih lagi agar kandungan zat aktif tidak berubah.

Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan metode gravimetri dengan suhu 105oC selama 15 menit. Suhu yang digunakan yaitu suhu diatas titik didih air supaya menjamin agar seluruh kandungan air dan bahan menguap lain yang ada pada serbuk telah menguap. Pada penetapan ini dilakukan 3 kali replikasi dan diperoleh rata-rata susut pengeringan pada 3 replikasi sebesar 9,09%. Hasil yang diperoleh menujukkan bahwa simplisia yang digunakan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

D. Pembuatan Ekstrak Etanol Bunga Petai

Proses ekstraksi bunga petai dilakukan dengan metode maserasi kinetik.

Proses ekstraksi pada prinsipnya senyawa fitokimia yang memiliki sifat yang sama dengan pelarut akan tertarik dan terlarut ke dalam pelarutnya sehingga senyawa kimia tertentu dapat dipisahkan.

Pada penelitian ini etanol 70% digunakan sebagai penyari. Etanol 70% bersifat semipolar hingga polar sehingga diharapkan senyawa antibakteri yang

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 47

bersifat polar maupun semipolar dapat tertarik. Gugus OH dalam etanol membantu melarutkan molekul polar dan ion-ion dan gugus alkilnya CH3-CH2 dapat mengikat bahan non polar (Thoha, Sitanggang dan Hutahayan, 2009). Etanol 70 % dapat melarutkan fitokimia lebih maksimal karena etanol 70% masih mengandung air yang membantu proses ekstraksi sehingga sebagian senyawa ada yang dapat tertarik oleh etanol dan ada yang tertarik dengan air (Sani, Nisa, Andriani, dan Maligan, 2014).

Alasan pemilihan motode maserasi karena metode ini tidak menggunakan pemanasan sehingga senyawa fitokimia yang bersifat termolabil yang akan diambil tidak terurai atau rusak, selain itu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan dapat dimodifikasi. Tujuan dilakukan pengadukan secara konstan untuk meningkatkan kontak serbuk dengan penyari sehingga proses ekstraksi lebih optimal.

Proses maserasi dilakukan dengan proses pengadukan selama 2X24 jam, agar diharapkan komponen zat aktif yang terekstraksi ke dalam cairan penyari telah optimal. Setelah didapatkan hasil maserasi dilakukan remaserasi dari sisa serbuk yang telah disaring dari proses maserasi sebelumnya. Remaserasi ini dilakukan dengan mengganti pelarut baru berjenis sama untuk menarik sisa komponen aktif yang belum terekstraksi pada maserasi pertama. Hasil maserasi yang diperoleh disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi dengan kertas saring. Corong Buchner digunakan untuk menarik filtrat, agar mendapatkan filtrat dalam jumlah banyak tanpa mengambil serbuknya. Hasil filtrat atau maserat yang diperoleh kemudian diuapkan untuk menghilangkan cairan penyari dengan menggunakan rotary evaporator. Prinsip

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 48

rotary vakum evaporator yaitu destilasi (pemisahan). Alat ini akan menghasilkan ekstrak yang terpisah dari penyari. Senyawa yang larut dalam penyari tidak menguap, melainkan turun ke bawah karena adanya gravitasi dan membentuk gumpalan atau endapan. Proses penguapan atau pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan waterbath pada suhu 60oC sampai didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI (2009) bobot tetap diperoleh apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan selama 1 jam tidak melebihi 0,5 mg. Penimbangan sampai bobot tetap dilakukan untuk memastikan, agar cairan penyari yang digunakan sudah tidak ada dalam ekstrak sehingga didapatkan ekstrak kental murni. Jika etanol masih terdapat dalam ekstrak akan menyebabkan bias hasil penelitian untuk pengujian aktivitas antibakteri karena etanol 70% juga dapat bersifat sebagai disinfektan. Karakteristik ekstrak yang didapat. berupa ekstrak kental, berwarna coklat kehitaman dengan bau yang menyengat dan bobot tetap ekstrak diperoleh pada pemanasan jam ke 6 dan ke 7.

Pada pemanasan jam ke 6 dan 7 menunjukkan tidak ada perubahan bobot ekstrak dua kali penimbangan berturut turut setelah dikeringkan selama 1 jam. Bobot ekstrak yang diperoleh sebesar 8,34 g. Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh dihitung menggunakan rumus :

Dengan menggunakan rumus diatas, maka % rendemen ekstrak kental yang diperoleh sebesar 16, 68%. Hasil perolehan ekstrak bunga petai dapat dilihat pada tabel II

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 49

Tabel II. Hasil Perolehan Ekstrak Bunga Petai dengan Maserasi. Wujud Kental

Warna Coklat kehitaman

Bau Menyengat

Rendemen 16, 68 %

E. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Bunga Petai dengan

Uji Tabung

Tabel III. Hasil Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Bunga Petai. No Pengujian Pengamatan Hasil 1 Uji pendahuluan Filtrat hasil penyaringan Warna merah bata + Filtrat + KOH Warna merah barta semakin intensif 2 Uji alkaloid Larutan uji (2) + Mayer Endapan putih + Larutan uji (3) + Dragendorff Endapan berwarna coklat + 3 Uji tanin Warna biru tua atau hitam - Larutan uji+ FeCl3 10%. kehijauan 4 Uji terpenoid Larutan uji + H2SO4 Warna coklat kemerahan + 5 Uji saponin Pengocokan tabung Terbentuk buih ≥ 3 cm + (serbuk + aquades) 6 Uji fenolik Larutan uji+ FeCl3 Coklat kemerahan + 7 Uji flavonoid Larutan uji +NaOH Kuning kecoklatan + Larutan uji +NaOH + Kuning + HCl Ket + : terdeteksi, - : tidak terdeteksi

Uji tabung yang dilakukan meliputi: (1) uji pendahuluan, (2) uji alkaloid, (3) uji tanin, (4) uji terpenoid, (5) uji saponin, (6) uji fenolik, (7) uji flavonoid yang

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 50

disajikan dalam (tabel III). Uji tabung merupakan metode analisis kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam bunga petai. Uji tabung digunakan sebagai metode untuk identifikasi kandungan kimia yang diduga terdapat dalam bunga petai. Metode ini yang dipilih dikarenakan metode ini sederhana dan cepat.

1. Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk mengidentifikasi apakah dalam bunga petai terdapat senyawa yang mengandung gugus kromofor atau gugus hidrofilik.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa bunga petai mengandung gugus kromofor atau gugus hidrofilik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan larutan yang berwarna merah bata dan warna berubah menjadi lebih intensif setelah penambahan beberapa tetes KOH LP (Lampiran 5).

2. Uji Alkaloid

Alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan sebagian besar berupa garam organik. Pada uji alkaloid terdapat penambahan asam klorida (HCl) yang bertujuan untuk mengubah alkaloid yang bersifat basa menjadi garam alkaloid agar dapat larut dalam air. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi pembentukan garam selanjutnya larutan dibagi menjadi ke dalam 3 tabung reaksi yaitu : larutan HCl

(tabung 1), larutan HCl dengan penambahan 3 tetes pereaksi Dragendorff (tabung 2), dan larutan HCl dengan penambahan 3 tetes pereaksi Mayer (tabung 3). Berdasarkan hasil skrining fitokimia didapatkan bahwa terbentuk endapan putih setelah

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 51

penambahan pereaksi Mayer dan terbentuk endapan berwarna coklat setelah penambahan peraksi Dragendorff, yang artinya bunga petai mengandung senyawa alkaloid (Lampiran 5).

Pada prinsipnya uji alkaloid terjadi reaksi pengendapan karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam K+ yang berasal dari pereaksi Dragendorff (Gambar 5). Pada penambahan pereaksi mayer terbentuk endapan putih, hal ini disebabkan karena nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari pereaksi Mayer (Gambar 4). Penambahan pereksi tersebut akan membentuk kompleks kalium-alkaloid yanga akan mengendap (Sangi,

Runtuwene, Simbala dan Makang, 2008). Berdasarkan hasil skrining tersebut diduga bahwa bunga petai mengandung senyawa alkaloid

Gambar 4. Reaksi antara alkaloid dengan pereaksi Mayer (Marliana, 2005 cit. Miroslav, 1971).

Gambar 5. Reaksi antara alkaloid dengan pereaksi Dragendorff (Marliana, 2005 cit. Miroslav, 1971).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 52

3. Uji Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang bersifat larut dalam air dan pelarut polar yang sebagian besar terdapat pada tanaman herba dan tanaman berkayu.

Pada uji identifikasi untuk mengetahui adanya tanin, larutan uji ditambahkan dengan pereaksi FeCl3 10%. Tanin yang merupakan senyawa fenolik akan membentuk senyawa kompleks dengan Fe3+ sehingga akan timbul reaksi perubahan warna menjadi warna biru tua, atau biru kehitaman.

Berdasarkan penelitian hasil skrinig fotokimia, diduga bahwa bunga petai tidak mengandung senyawa tanin yang ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna biru tua atau hitam kehijauan setelah penambahan pereksi FeCl3 10%

(Lampiran 5). Tidak terjadinya perubahan warna ini diperkirakan karena pereaksi

FeCl3 10% tidak membentuk reaksi kompleksasi ion besi dengan tanin (Lampiran 5).

4. Uji Terpenoid

Uji terpenoid pada skrining terpenoid didasarkan pada kemampuan senyawa

dalam larutan uji untuk membentuk reaksi warna dengan H2SO4 pekat (Sangi dkk.,

2008). Terpenoid yang larut dalam kloroform akan membentuk warna merah ketika

ditambahkan dengan H2SO4 pekat. Hasil dalam penelitian diperoleh hasil positif

yaitu terbentuknya cincin warna coklat kemerahan pada larutan (Lampiran 5)

5. Uji Saponin

Pada uji saponin tabung reaksi yang berisi serbuk bunga petai yang telah dilarutkan dengan aquadest kemudian dikocok secara kuat menyebabakan terbentuk

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 53

buih setinggi 3 cm. Buih yang terbentuk ini bertahan dalam jangka waktu cukup lama dan setelah penambahan HCl 2N buih yang terbentuk tidak hilang (Lampiran 5). Hal ini menujukkan bahwa terdapat senyawa saponin dalam bunga petai. Buih yang terbentuk terdiri dari gugus hidrofilik dan hidrofobik yang dapat merusak membran sitoplasma sehingga dapat membunuh sel bakteri. Gugus hidrofilik akan menghadap keluar dan berikatan dengan gugus hidrofilik air, sedangkan gugus hidrofobik akan menghadap ke dalam. Keadaan ini yang menyebabkan tampak seperti busa atau buih.

Saponin bila terhidrolisis menghasilkan ikatan glikosida, ikatan ini mempunyai sifat seperti sabun dalam air yang membentuk buih (Gambar 6).

Glikosida yang terbentuk tersusun atas bagian gula (glikon) dan bagian non gula

(aglikon atau sapogenin) (Sarker dan Nahar , 2007). Busa atau buih merupakan komponen aktif yang dapat mengganggu permeabilits membran luar pada dinding sel pada bakteri gram positif dan negatif.

Gambar 6. Reaksi saponin dalam air (Marliana,2005).

6. Uji Fenolik

Pada uji fenolik digunakan pereaksi FeCl3, penambahan pereaksi FeCl3 1% mengubah warna larutan uji menjadi warna hijau kehitaman (Lampiran 5). Perubahan warna ini menunjukkan bahwa adanya gugus fenol yang bereaksi dengan FeCl3

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 54

membentuk kompleks warna. Reaksi yang terjadi pada uji fenolik terdapat pada

Gambar 7. Perubahan warna yang terjadi ini menujukkan kemungkinan adanya senyawa fenolik yang membentuk kompleks dengan FeCl3 dalam ekstrak etanol bunga petai.

Gambar 7. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3 (Herlinawati, 2007).

7. Uji Flavonoid

Pada uji flavonoid larutan uji ditetesi dengan NaOH LP. Menurut Prasetyo

(cit., Markham, 1988) tujuan larutan uji ditetesi dengan pereaksi NaOH untuk membuat terjadinya suatu reaksi ionisasi. Basa kuat akan mengionisaasi hampir diseluruh gugus hidroksi pada inti flavonoid dalam ekstrak etanol bunga petai.

Terjadinya reaksi ionisasi menyebabkan terjadinya perubahan warna larutan uji menjadi lebih pekat, membentuk warna kuning kecoklatan. Menurut Prasetyo (cit.,

Packer, 2001), larutan HCl berfungsi sebagai agen yang menghentikan terjadinya proses ionisasi sehingga warna larutan uji menjadi kuning. Berdasarkan hasil yang diperoleh, adanya perubahan warna pada larutan uji menujukkan bahwa ekstrak etanol bunga petai diduga mengandung senyawa fenolik (Lampiran 5).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 55

F. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Petai terhadap S. aureus

dan E. coli

Uji ini merupakan tahap awal yang bertujuan untuk memastikan adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap pertumbuhan S. aureus dan

E. coli.

1. Sterilisasi alat dan bahan

Alat-alat gelas yang akan digunakan dalam pengujian aktivitas anitbakteri disterilisasi terlebih dahulu. Media MHB yang telah dibuat juga disterilisasi terlebih dahulu menggunakan autoklaf. Tujuan sterilisasi yaitu membebaskan benda atau semua substansi yang akan digunakan dari semua kehidupan mikroorganisme. Proses untuk mendapatkan keadaan steril dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan panas (kalor) dengan autoklaf dan menggunakan alkohol.

2. Pembuatan pelarut ekstrak dan variasi konsentrasi larutan uji

Pada penelitian ini, ekstrak etanol bunga petai dibuat dalam variasi konsentrasi 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,125%. Pembuatan variasi konsentrasi merupakan tahap awal untuk mengetahui konsentrasi minimum dari ekstrak etanol bunga petai. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak kering untuk pengujian aktivitas antimikroba yaitu DMSO. Konsentrasi DMSO yang digunakan yaitu 5%. Konsentrasi ini ditetapkan secara eksploratif karena berdasarkan hasil percobaan konsentrasi DMSO dibawah 5% tidak cukup mampu melarutkan ekstrak yang ditunjukkan masih terdapatnya gumpalan-gumpalan ekstrak.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 56

3. Identifikasi bakteri uji

Tujuan identifikasi bakteri yaitu untuk memastikan bahwa kultur bakteri uji yang digunakan benar merupakan kultur S.aureus dan E.coli. Identifikasi bakteri yang dilakukan yaitu uji biokimiawi dan pewarnaa Gram. Uji biokimiawi meliputi uji gula-gula (glukosa, laktosa, maltosa, sakarosa, mannitol), SC (Simmon Citrat), SIM

(Sulfur Indol Motil). Tujuan uji biokimia untuk mendeterminasi bakteri uji berdasarkan aktivitas metaboliknya, sedangkan tujuan pewarnaan Gram untuk mengetahui morfologi sel dan memastikan kultur bakteri merupakan kultur murni bakteri Gram negatif (E.coli) atau bakteri Gram positif (S.aureus)

Uji gula–gula bertujuan untuk melihat kemampuan bakteri mendegradasi tiap jenis gula yaitu glukosa, manitol, laktosa, maltose, sakarosa dan menghasilkan asam organik yang berasal dari degradasi gula. Pada fermentasi gula bakteri juga akan memproduksi gas. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna media gula menjadi kuning dan terbentuk gas (Cappucino dan Sherman, 2004). Hasil uji gula-gula untuk mengidentifikasi bakteri uji yang diduga E.coli menunjukkan hasil positif yaitu terdapat perubahan warna media gula menjadi kuning dan terbentuknya gas pada tabung Durham, sedangkan bakteri uji yang diduga S.aureus menunjukkan perubahan warna media gula menjadi kuning tanpa terbentuknya gas setelah diinkubasi selama 24 jam. Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan organisme menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk mendapatkan energi. Biakan positif sitrat ditunjukkan adanya pertumbuhan pada permukaan miring yang disertai dengan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 57

pembentukan warna biru (Cappucino dan Sherman, 2004). Hasil penelitian yang diperoleh menujukkan hasil negatif artinya tidak adanya pertumbuhan dan media tetap berwarna hijau pada bakteri yang diduga E.coli dan S.aureus. Menurut

Cappucino dan Sherman (2004) hasil positif yang diperoleh pada uji hidrogen sulfida ditunjukkan dengan terbentuk endapan hitam. Hasil yang diperoleh dalam penelitian yaitu tidak terbentuk endapan hitam pada bakteri yang diduga S.aureus dan E.coli.

Hali ini menujukkan bahwa bakteri tidak memiliki kemampuan mereduksi sulfur dari media menjadi hidrogen sulfida. Menurut Cappucino dan Sherman (2004) hasil positif pada uji indol ditunjukkan dengan terbentuknya cincin merah pada permukaan media. Uji indol bertujuan untuk melihat kemampuan organisme menguraikan asam amino dalam media dan hasil dalam penelitian ini terbentuknya cincin merah pada permukaan media pada bakteri yang diduga E.coli, sedangkan pada bakteri yang diduga S.aureus tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media.

Agar SIM dapat juga digunakan untuk melihat motilitas organisme.

Pertumbuhan organisme motil ditunjukan apabila pertumbuhan biakan organisme tidak hanya sebatas pada garis inokulasi tetapi menyebar (Cappucino dan Sherman

2004). Berdasarkan hasil pengamatan pada bakteri yang diduga E.coli pertumbuhan organisme menyebar, sedangkan pada bakteri yang diduga S.aureus pertumbuhan hanya ada disekitar tusukan. Tahap selanjutnya dilakukan uji koagulase untuk melihat proses aglutinase. Hasil uji koagulase menujukkan hasil positif terjadi gumpalan.

Hasil uji biokimia dapat dilihat pada lampiran 6.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 58

Uji identifikasi bakteri lainnya yaitu pewarnaan Gram, kemudian diamati dengan mikroskop. Menurut Brooks dkk., (2010) S.aureus pada pemeriksaan mikroskopik berbentuk kokus dan menghasilkan warna ungu pada pewarnaan Gram sedangkan E.coli berbentuk batang pada pemeriksaan mikroskopik dan pada pewarnaan Gram berwarna merah. Hasil penelitan yang diperoleh yaitu S.aureus berbentuk berbentuk kokus dan menghasilkan warna ungu pada pewarnaan Gram sedangkan pada E.coli berbentuk batang dan berwarna merah pada pewarnaan Gram

(Lampiran 6). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menujukkan hasil yang sesuai dengan pustaka (Brooks dkk., 2010). Berdasarkan hasil uji identifikasi yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri uji yang digunakan merupakan S.aureus dan

E.coli.

4. Pembuatan stok bakteri dan suspensi bakteri uji

Stok bakteri uji yang dibuat berasal dari kultur murni. Pembuatan stok dilakukan untuk memenuhi agar suplai nutrisi untuk bakteri dari media selalu tetap tersedia sehingga bakteri tidak mati dan tetap tumbuh subur. Tahap selanjutnya yaitu pembuatan suspensi bakteri uji. Suspensi bakteri uji yang telah dibuat disetarakan kekeruhan dengan larutan Mac Farland 0,5 menggunakan alat nephelometer.

Berdasarkan Cockerill, Mathew, Alder, Dudley, Eliopoulos, Ferraro dkk., (2012) penyetaraan kekeruhan suspensi bakteri uji untuk uji kepekaan antimikroba disetarakan dengan menggunakan Mac Farland 0,5. Penyetaraan melalui kekeruhan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 59

bertujuan agar jumlah bakteri yang akan digunakan untuk perlakuan tiap konsetrasi dan replikasi yang digunakan tetap sama.

5. Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga petai dengan metode difusi sumuran

Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga petai terhadap S.aureus dan E.coli dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran. Prinsip metode difusi sumuran yaitu ekstrak bunga petai akan berdifusi ke dalam media pada yang telah diinokulasikan bakteri uji, sehingga ekstrak bunga petai akan menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri uji yang ditunjukkan dengan paramater zona hambat disekitar lubang sumuran setelah diinkubasi selama 24 jam., pada suhu

37oC.

Pada pengujian ini dibuat 4 kontrol yaitu kontrol kontaminasi media, kontrol pertumbuhan bakteri uji, kontrol negatif (DMSO) dan kontrol positif (Amoksisilin).

Kontrol kontaminasi media bertujuan untuk melihat keaseptisan selama proses kerja, sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya kontaminasi pertumbuhan mikroorganisme lain selama proses pengujian. Kontrol pertumbuhan bakteri uji bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri uji pada media tanpa perlakuan, sehingga diketahui apakah bakteri dapat tumbuh baik pada media yang digunakan atau tidak. Kontrol negatif atau kontrol pelarut bertujuan untuk melihat apakah pelarut mempunyai aktivitas sebagai antibakteri yang nantinya dapat menyebabkan bias hasil penelitian. Kontrol positif digunakan sebagai kontrol metode yang bertujuan untuk memastikan metode yang dilakukan sudah benar atau belum yang

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 60

ditunjukkan dengan adanya diameter zona hambat. Kontrol positif juga membantu melihat wujud adanya aktivitas penghambatan bakteri. Data diameter zona hambat yang diperoleh disajikan dalam tabel IV.

Tabel IV. Diameter Zona Hambat Seri Konsentasi Ekstrak Etanol Bunga Petai, Kontrol Positif dan Negatif terhadap S.aureus dan E. coli. *Diameter zona hambat *Diameter zona hambat Perlakuan S.aureus (mm) E. coli. (mm) I II III Rerata .I II III Rerata Kontrol 36 34,33 35 35,11 28 27 33 29,33 positif Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 negatif Konsentrasi 11,67 14 11,33 12,33 0 0 0 0 50% Konsentrasi 9 10 10,67 9,89 0 0 0 0 25% Konsentrasi 7,33 8 9 8,11 0 0 0 0 12,5% Konsentrasi 0 6 5 3,67 0 0 0 0 6,25% Konsentrasi 0 0 4,33 1,44 0 0 0 0 3,125% * Diameter zona hambat sudah dikurangi diameter sumuran 6 mm

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai menunjukkan bahwa amoksisilin yang digunakan sebagai kontrol positif benar-benar memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang ditunjukkan dengan adanya diameter zona jernih.

Amoksisilin merupakan antibiotik golongan beta laktam yang memiliki spektrum kerja yang luas dan efektif untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh Gram negatif dan positif. Menurut Rehm, Sekeres, dan Neuner (2012) mekanisme kerja amoksisilin yaitu dengan menghambat enzim transpeptidase sehingga menghambat struktur ikatan silang dalam biosintesis peptidoglikan pada dinding bakteri sehingga menyebabkan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 61

kematian sel bakteri. Amoksisilin cukup lipofilik untuk menembus porin membran bakteri Gram negatif, selain itu adanya rantai samping yang bersifat polar dari struktur amoksisilin dapat menembus membran bakteri gram positif (Brooks dkk.,

2009). Hasil yang diperoleh pada kontrol negatif (DMSO 5%) tidak menunjukkan zona hambat disekitar sumuran. Hal ini menujukkan bahwa DMSO 5% yang digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan ekstrak bunga petai tidak memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Hasil serupa ditunjukkan dalam penelitian

Krishnavignesh, Mahalakshmipriya dan Ramesh (2013) menggunakan DMSO 5% sebagai kontrol negatif dengan metode difusi sumuran tidak menujukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri uji. Hal ini didukung oleh penelitian Saputro

(2014) yaitu “Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Manggis

(Garcia magostana Linn) terhadap E. coli” dan Yulianingsih (2012) yang berjudul

“Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap S. aureus dan S. epidermidis menunjukkan bahwa DMSO 10% dan DMSO

100% yang digunakan sebagai pelarut dengan metode difusi sumuran tidak menujukkan adanya potensi aktivitas antibakteri. Hasil yang diperoleh pada kontrol kontaminasi media menunjukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan bakteri pada media. Hal ini menunjukkan bahwa proses kerja yang dilakukan telah aseptis. Pada kontrol pertumbuhan bakteri diperoleh hasil bahwa bakteri S. aureus dan E. coli yang digunakan dapat tumbuh subur dan optimal pada media yang digunakan yaitu pada media MHA.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 62

Hasil perlakuan menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga petai hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri S .aureus dibandingkan E. coli (tabel IV) yang ditunjukkan dengan adanya zona hambat (lampiran 7). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur atau komposisi dinding sel bakteri Gram negatif dan Gram positif.

Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap bakteri S. aureus dimungkinkan karena adanya kandungaan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid yang bersifat polar. Dinding sel bakteri Gram positif mengandung peptidoglikan yang bersifat polar. Hal ini menyebabkan senyawa polar seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan terpenoid dapat dengan mudah masuk menembus barier membran luar, sedangkan membran luar bakteri Gram negatif mengandung komposisi lipid yang bersifat non polar sehingga senyawa polar dalam ekstrak etanol bunga petai tidak dapat menembus membran sel bakteri Gram negatif.

Mekanisme antibakteri senyawa alkaloid yaitu menyisip pada DNA sehingga merubah struktur ikatan DNA dan dengan menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat kerja enzim topoisomerase (Karou, 2005). Flavonoid memberikan aktivitas antibakteri dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler yang dapat merusak membran sel bakteri (Ngajow, 2013), sehingga fungsi membran sel sebagai osmoregulator menjadi terganggu mengakibatkan kematian bakteri. Mekanisme saponin dan terpenoid sebagai antibakteri dengan merusak membran sitoplasma sehingga menyebabkan bakteri lisis (Ngajow, 2013).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 63

Tabel V. Kriteria Kekuatan Daya Antibakteri Esktrak Etanol Bunga Petai Terhadap S. aureus. Kriteria Davis and Stout 1971 Hasil Penelitian No Diameter zona Kriteria Konsentrasi Diameter zona Kriteria hambat (mm) hambat (mm) 1 < 5 Lemah 3,125 % 1,4 Lemah 2 5 -10 Sedang 6,25% 3,7 Lemah 3 10-20 Kuat 12,5% 8,1 Sedang 4 >20 Sangat kuat 25 % 9,9 Sedang 50% 12,3 Kuat Diameter zona hambat terbesar terdapat pada konsentrasi 50 %. Besarnya diameter zona hambat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kemampuan ekstrak untuk berdifusi ke seluruh bagian media agar untuk menggaggu pertumbuhan bakteri uji dan kepekaan atau sensitivitas bakteri uji terhadap suatu antibakteri. Kriteria kekuatan daya antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap S. aureus dapat dilihat pada tabel

V. Berdasarkan kriteria tersebut diketahui bahwa konsentrasi ekstrak 50% merupakan konsentrasi efektif untuk menghambat S. aureus karena pada konsentrasi tersebut daya antibakteri dikategorikan kuat yang ditunjukkan dengan parameter zona hambatan yang dihasilkan. Analisis data dilakukan pada kelompok S. aureus karena kelompok tersebut memberikan diameter zona hambat sedangkan pada kelompok E. coli tidak memberikan data diameter zona jernih.

Tabel VI. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Variasi Konsentrasi Ekstrak Bunga Petai, Kontrol Positif dan Kontrol Negatif terhadap S. aureus. Uji Statistik Hasil Uji Makna Shapiro-Wilk W = 0,692 Distribusi tidak normal Levene F = 5.446 Variansi tidak homogen antar kelompok Kruskal Wallis X2 = 0,00041 Ada perbedaan antar kelompok

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 64

Berdasarkan hasil uji statistik yang diperoleh (tabel VI) diketahui bahwa data terdistribusi tidak normal dan variansi tidak homogen. Analisis data dengan uji

Kruskal Wallis dengan taraf kepercayaan 95% menujukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk membandingkan perbedaan nilai diameter zona hambat dua kelompok antar konsentrasi. Hasil uji Mann-Whitney menujukkan berbeda bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok konsentrasi 50%, 25% dan 12,5%, sedangkan pada kelompok konsentrsi 6,25% dan 3,125% bila dibandingkan dengan kontrol negatif menujukkan berbeda tidak bermakna (Lampiran 8). Berdasarkan data tersebut menujukkan bahwa kosentrasi 50%, 25% dan 12,5% ekstrak etanol bunga petai memiliki daya antibakteri yang bermakna sacara statistik tetapi tidak lebih baik dibandingkan amoksisilin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga petai memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran KHM dan

KBM terhadap S. aureus.

G. Penentuan KHM dan KBM dengan Metode Dilusi Cair

Pada penelitian ini penentuan KHM dan KBM dilakukan menggunakan metode dilusi cair dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis. Menurut

Yanlinastuti, Anggraini, Fatimah, Nampira (2011) prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer yaitu bila cahaya monokromatik melewati suatu

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 65

larutan, maka sebagian cahaya akan diserap dan sebagian cahaya lainnya akan dipantulkan. Prinsip dilusi cair menggunakan spektrofotometri yaitu pengukuran kekeruhan kadar bertingkat substansi antibakteri untuk mendapatkan KHM dan

KBM. Nilai kekeruhan ditunjukkan dari absorbansi atau optical density (OD) yang terlihat dari spektrofotometer.

Konsentrasi ekstrak etanol bunga petai yang digunakan adalah 13 konsentrasi terdiri dari 50%; 43,75%; 37,50%; 31,25%; 25%; 12,5%; 10,938%;

9,375%; 7,813; 6,25%; 3,125%; 1,563% dan 0,782%. Rentang konsentrasi yang digunakan berdasarkan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumuran.

Konsentrasi ekstrak yang dibuat ditambahkan ke dalam media MHB, lalu ditambahkan suspensi bakteri dan divortex. Campuran larutan tersebut diukur OD menggunakan spektrofotometer (λ 480 nm). Pemilihan panjang gelombang (λ 480 nm) didasarkan pada penelitian Suryaningsih, A.E., Mulyani, S., N.Retnaningtyas, E.

(2010) untuk menguji aktivitas antibakteri senyawa aktif daun senggani (Melastoma candidum D.Don) terhadap Bacillus Lichniformis. Pada penelitian tersebut seri konsentrasi kultur bakteri uji diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer

UV-Vis dengan panjang gelombang 480 nm. Berdasarkan percobaan menggunakan panjang gelombang tersebut didapatkan nilai absorbansi seri pengenceran kultur bakteri dengan ketelitian tertinggi dibandingkan dengan panjang gelombang lain.

Berdasarkan penelitian Suryaningsih, dkk., (2010) panjang golombang yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri dan juga bertujuan untuk melihat

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 66

aktivitas antibakteri adalah 480 nm. Pengukuran OD dilakukan dua kali sebelum dan setelah inkubasi untuk melihat pertumbuhan bakteri uji.

Tabel VII. Hasil Pengukuran Absorbansi Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Bunga Petai terhadap S.aureus. Kelompok Optical Density (Abs) ∆OD Sebelum Setelah inkubasi inkubasi Konsentrasi 0,782 % 0,1410 1,8719 1,7309 Konsentrasi 1,563 % 0,1783 1,7258 1,5475 Konsentrasi 3,125 % 0,2823 1,7798 1,4975 Konsentrasi 6,25 % 0,5764 2,0500 1,4736 Konsentrasi 7,813 % 0,7114 2,0049 1,2935 Konsentrasi 9,375 % 0,9265 1,9839 1,0574 Konsentrasi 10,938 % 1,0325 2,0500 1,0175 Konsentrasi 12,5% 1,1359 2,1499 1,0140 Konsentrasi 25 % 2,5154 2,9133 0,3979 Konsentrasi 31,25 % 2,7794 3,1391 0,3397 Konsentrasi 37,50 % 3,3113 3,6123 0,3010 Konsentrasi 43,75 % 3,3113 3,6123 0,3010 Konsentrasi 50 % 3,6123 3,6123 0

Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan KBM dilakukan dengan melihat selisih absorbansi sebelum dan setelah inkubasi. Apabila terdapat konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan selisih absorbansi sesudah dan sebelum inkubasi (∆OD) = 0, maka diperoleh KHM (Fatisa,

2013). Nilai absorbansi yang diperoleh menunjukkan tingkat kekeruhan sampel yang secara tidak langsung dapat menunjukkan pertumbuhan bakteri. Hasil uji kekeruhan dengan menggunakan spektrofotometer dapat dilihat pada (tabel VII). Nilai absorbansi yang terukur diperoleh dari kekeruhan (turbidtitas) bakteri. Menurut Dewi

(2010) nilai absorbansi menunjukkan besarnya cahaya dalam spektrofotometer yang diserap oleh kuvet yang berbanding lurus dengan jumlah sel bakteri. Hal tersebut

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 67

menunjukkan bahwa banyaknya cahaya yang diabsorpsi sebanding dengan banyaknya sel bakteri Berdasarkan selisih absorbansi dari dilusi cair dapat dilihat kemampuan ekstrak etanol bunga petai, dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

Berdasarkan hasil pengukuran KHM dan KBM pada tabel VII, selisih absorbansi 0 ditunjukkan pada konsentrasi 50%. Nilai ∆OD=0 menujukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan bakteri, artinya kemampuan bakteri untuk membelah diri dihambat. Nilai ∆OD>0 menujukkan tidak terjadi proses penghambatan pertumbuhan bakteri. Uji penegasan dilakukan dengan mengambil larutan uji yang memiliki nilai

∆OD=0 yaitu pada konsentrasi 50% (Lampiran 7), lalu digoreskan pada media MHA.

Berdasarkan hasil uji penegasan yang diperoleh, konsentrasi larutan uji 50% menujukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri pada goresan. Berdasarkan hasil uji penegasan KHM dan KBM menujukkan bahwa ekstrak etanol bunga petai konsentrasi 50% hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Konsentrasi tersebut ditetapkan sebagai KHM.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak etanol bunga petai mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid,

dan saponin.

2. Ekstrak etanol bunga petai memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus

ATCC 25923, namun tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli ATCC

25922.

3. Nilai KHM ekstrak etanol bunga petai terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923

yaitu pada konsentrasi 50%, sedangkan nilai KBM ekstrak etanol bunga petai

terhadap S. aureus ATCC 25923 belum ditemukan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji penegasan identifikasi senyawa kimia lebih lanjut dari

ekstrak etanol bunga petai dengan menggunakan kromatografi lapis tipis.

2. Perlu dilakukan uji bioautografi kontak.dari ekstrak etanol bunga petai.

68

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 69

DAFTAR PUSTAKA Akiyama, H., Fuji, K., Osamu Y., Oono, T., and Itwasuki, K., 2001, Antibacterial Action of Several Tannin Against Staphylococcus aureus, Journal of Antimicrobial Chemotherapy, (48) 487-491. Badan Pengawasan Obat dan Makananan Republik Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume 5, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 7-8 Baker, S., Nicklin, J., Khan, N., and Killington, R., 2007, Instant Note Microbiology, 3th edition, Taylor and Francis Group, New York, pp. 34,42,209-210,225-226, 232-233,250. Brooks, G.F., Carrol, K.C., Butel, J.C.,Morse, S.A., dan Mietzner, T.A.,2010, Jawetz, Melnick, dan Adelberg Mikrobiologi Kedokteran, 25th ed, diterjemahkan oleh Adityaputri, A., dkk., hal.59-60, 159, 226-229, 354-358, 362, 748, EGC, Jakarta. Cappucino, J.G., dan Sherman, N., 2004, Manual Laboratorium Mikrobiologi, Edisi 8, EGC, Jakarta, pp.167-168,170,177,210-211. Carr, 2011, Encyclopedia Britannica Blog http://blogs.britannica.com/2011/06/evil-coli/, diakses tanggal 14 Apil 2015. Carr, 2014, Centers for Disesase Control and Prevention, CDC, http://bacteriainphotos.com/Staphylococcus aureus electron microscopy.html, diakses tanggal 23 Februari 2015. CDCP, 2011, News From Austin, Texas, http://kut.org/post/report-some-area-swimming-holes-fail-meet-e-coli-standards, diakses tanggal tanggal 23 Februari 2015. Chanda, S., and Rakholiya, K., 2011, Combination Therapy: Synergism Between Natural Extracts and Antibiotics Against Infectious Diseases, http://www.formatex.info/microbiology3/book/520-529.pdf, diakses tanggal 20 Maret 2015. Chanda S., Rakholiya, K., Dholakia, K., and Baravalia, Y., 2012, Antimicrobial, Antioxidant, And Synergistic Properties Of Two Nutraceutical :Terminalia catappa L. and Colocasia esculenta , Turkish Journal of Biology, 37, 81-91. Cockerill, F.R., Mathew A., Alder, J., Dudley, M., Eliopoulos, G.M., Ferraro, M.J., et al, 2012, Performance Standards For Antmicrobial Disk Susceptibility Test : Aproved Standar., 11 th Edition, Clinical and Laboratory Standard Institute, Pennsylvania, pp. 11. Cushnie, T.P, and Lamb, A.J., 2005, Antimicrobial Activity of Flavonoids, International Journal of Antimicrobial Agents, (26) 343–356. Dale, D., and Federman, D., 2003, WebMD Scientific American Medicine, New York, Volume 2, pp. 1564,1606,1611. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia., Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 70

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Paramater Standar Umum Ekstrak tumbuhan Obat, Departemen Republik Indonesia, Jakarta, hal 9-12. Davis, W.W, Stout, T.R, 1971, Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic Assay , Microbiology, 22(4) 659-670. Dewi, F.K., 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi, 32, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Edisi I, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesai, Jakarta, pp. 7. Edeoga, H.O., Okwu, and Mbaebere, B., 2005, Phytochemical Constituent of Some Nigerian Medicinal Plants, Africa Journal of Biotechnology, 4:685-688. European Commission, 2013, Antimicrobial resistence, Study report, European Union. Fatisa, Y., 2013, Daya Antibakteri Ekstrak Kulit dan Biji Buah Pulsan Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara In Vitro, Jurnal Peternakan, (10) 31-38. Gatot, A., 2014, Dinas kesehatan D.I.Yogyakarta, http ://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/716-pneumonia-the-forgotten-killers -of-children. Heinrich, M., 2005, Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy, diterjemahkan oleh Syarief, W.R dkk., hal 82,85, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Herlinawati, M., 2007, Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Staphylococcis aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeroginosa ATCC 27853, Skripsi, 50, Universitas Sanata Dharma. Jebarus, A.R., 2015, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 42, skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Jircas, 2012, Parkia speciosa: Local Vegetables, http://www.jircas.affrc.go.jp/project/value_addition/Vegetables/083.html, diakses tanggal, 10 Januari 2014 Jones, W. P. and A. D. Kinghorn, 2006, Extraction of Plant Secondary Metabolites, 2nd Edition, New Jersey, pp. 341-342. Junker, R.R, Heidinger, I.M, and Bluthgen, N., 2010, Floral Scent Terpenoid Deter the Facultative Florivore Metrioptera bicolor, Journal of Orthoptera Research, 19(1), 69-74. Kamisah, Y., Qodriyah, M.S., Jaarin, K., and Othman, F., 2013, Parkia speciosa Hassk : A Potential Phytomedicine, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 1-3, 6.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 71

Kar, A., 2007, Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology, 2nd edition, diterjemahkan oleh Shinta Rachmawati dan Ryeska Fajar Respaty, hal, 827, 833, 427, 429, 431,433, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Karou, D., Savadogo , Savadogo, A., , Canini, A., Yameogo, S., Montesano, S., Simpore, J., Colizzi, V., Traore, S.A., 2005, Antibacterial activity of Alkaloids from Sida acuta, African Journal of Biotechnology, 4 (12),1452-1457 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Penyakit Tidak Menular, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2(2), 9. Kurniawati, D.A., 2014, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Hassk)Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, Skripsi, 1, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Krishnavignesh, L., Mahalakshmipriya, A., and A.M., Ramesh, M., 2013, In Vitro Analysis of Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of Parthenium Hysterophorus L. Against Pathogenic Microorganisms, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 6(5), 41-44. Lense, O., 2011, Biological Screening of Selected Traditional Medicinal Plants Species Utilized By Local People of Manokwari, West Papua Province, Nusantara Bioscience, 3(3), 145-150. Madigan, M.T., Martinko J.M., Dunlap, and P.V., Clark, D.P., 2010, Brock Biology of Microorganism, Pearson Benjamin Cumming, United Sate, pp. 78, 167,446-447,740,813,827-828. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia No. 661/Menkes/SK/VII/1994, Persyaratan Obat Tradisional, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Keputusan Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia No. 261/Menkes/SK/IV/2009, Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama, Jakarta. Marliana, 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq.Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Jurnal Biofarmasi 3(1) : 26-31, Moder, J., 2008, Classification Escherichia coli, http://bioweb .uwlax.edu/bio203/s2008/moder_just/classification.html, diakses tanggal 9 januari 2015 National Microbial Pathogen Data Resources, 2008, Staphylococcus, http://www.nmpdr.org/FIG/wiki /view.cgi/Main/Staphylococcus, diakses tanggal 13 Januari 2015. Ngajow, M., Abidjjulu, J., dan Kamu, V.S., 2013, Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro, Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE, 2(2), 128-132. Orwa et al, 2009, Agroforestry Database 4.0, http://www.worldagroforestry.org/treedb2/AFTPDFS/Parkia_speciosa.pdf, diakses tanggal 8 November 2014.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 72

Pramono, 2005; Ma’mun, dkk, 2006, Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng, http://herbalnet.healthrepository.org/bitstream/123456789/2578/15d.pdf, diakses tanggal 9 Januari 2014 Prasetyo, H.D, 2013, Aktivitas Antimikroba Fraksi Petroleum Eter, kloroform, Etanol (Chartamus tinctorius L) Bunga Pulu terhadap Staphylococcus aureus, Escherchia coli dan candda albicans, skripsi, 49-50, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pratama, A.A, 2015, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, skripsi, 41, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pratiwi, T.S., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, hal 188-190. Radji, M., 2009, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 40-41. Rehm, S.J, Sekeres, J.K, and Neuner, E., 2012, Guideline For Antimicrobial Usage, Professional Communication, Inc, New York, pp.11. Sakunpak, A. and Panichayupakaranant, 2012, Antibacterial Activity of Thai Edible Plants Against Gastrointestinal Pathogenic Bacteria and Isolation of a New Broad Spectrum Antibacterial Polyisoprenylated Benzophenone, Chamuangone, Food Chemistry, 130:826-831. Sani, R. N., Nisa, F.C., Andriani, R.D., dan Maligan, J.M., 2014, Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut Tetraselmis chuii, Journal Pangan dan Agroindiustri, 2, 121-126. Sarker, S.D., dan Nahar L., 2007, Chemistry for Pharmacy Student: General , Organic and Natural Product Chemistry, diterjemahkan oleh Rohman, A., Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 465-466. Syamsudin, 2013, Nutrasetikal, Graha Ilmu , Yogyakarta, hal 16. Sangi, M., M.R.J. Runtuwene., H.E.I. Simbala., dan V.M.A. Makang. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Chem. Prog, 1(1):47-53. Saputro, E., 2014, Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Kuliah Buah Manggis (Garcia mangostana Linn) terhadap Escherichia coli secara in vitro, skripsi, 7, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Siedel, V. 2008. Initial and Bulk Extraction.Natural Products Isolation. 2nd Ed, Humana Press, New Jersey, .33-34. Suryaningsih, A.E., Mulyani, S.N., dan Retnaningtyas, E., 2010, Aktivitas antibakteri senyawa aktif daun senggani (Melastoma candidum D.Don) terhadap Bacillus Lichniformis, Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Negeri Surakarta. Swaati, S., Nitika, V., and Veena, G., 2014, Screening of Phytochemical Constituents of Hydro ethanolic extracts of Aerial parts of Pithecellobium dulce and Ricinus communis, Research Journal of Chemical Science,4(8),54-57.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 73

Thoha, M. Y, Sitanggang, A.F., dan Hutahayan, D.R.S, 2009, Pengaruh Pelarut Isopropil Alkohol dan Etanol 75 % Terhadap Ekstraksi Saponin dari Biji Teh dengan Variabel Waktu dan Temeperatur, Jurnal teknik Kimia, Universitas Sriwijaya, 16( 3), 1-10. United Nations Industrial Development Organization and the International Centre for Science and High Technology, 2008, Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants, International centre for science and high technology, Trieste, pp. 22. United States Department of Agriculture, Natural Resources Conservation Service, 2014, http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classid=PASP 15, diakses tanggal 25 Oktober 2014. University Malaysia Perlis (UniMAP), 2011, Official Website Institute Of Sustainable Agrotechnology, http://agrotek.unimap.edu.my/index.php/plant-kingdom, diakses tanggal 7 Mei 2015. Wendakoon, C., Calderon, P., and Gagnon, D., 2012, Evaluation of Selected Medicinal Plants Extracted in Different Ethanol Concentrations for Antibacterial Activity against Human Pathogens, Journal of Medicinally Active Plants, 1, 60-68. Wiriadinata, H., Bamroongrugsa, N., 2010, Plant Resources of South-East Asia, http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=373, diakses tanggal 26 Oktober 2014 World Health Organization (WHO), 2001, Infections and Infectious diseases: A Manual for Nurses and Midwives in the WHO European Region, WHO Regional Office for Europe, Geneva, pp.6 World Health Organization (WHO), 2014, The Top 10 Causes of Death, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/, diakses tanggal 23 September 2014. Yanlinastuti, Anggrain,D., Fatimah, S., dan Yusuf, N., 2011, Penentuan Kadar Zirkonium dalam Paduan U-ZR M Meenggunakan Spetrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks arsenazo III, Seminar Nasional, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta. Yulianingsih, S.N., 2012, Aktivits Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis, skripsi, 8, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 74

LAMPIRAN

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi Bunga Petai

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 76

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Bakteri E. coli ATCC 25922

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 77

Lampiran 3. Sertifikat Hasil UJi Bakteri S. aureus ATCC 25923

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 78

Lampiran 4. Foto Serbuk Bunga Petai, Hasil Maserasi dan Ekstrak Kental Bunga Petai

a. Foto Serbuk Bunga Petai

b. Hasil Maserasi c. Ekstrak Kental Bunga Petai

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 79

Lampiran 5. Foto Hasil Uji Fitokimia

A. Uji pendahuluan

a. Larutan uji + b. Larutan uji + aquadest aquadest+ KOH LP

B. Uji Fenolik

a. Larutan uji b. Larutan uji + FeCl 1 3 %

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 80

C. Uji Flavonoid

a. Larutan uji b. Larutan uji + NaOH

c. Larutan uji + NaOH + HCl

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 81

D. Uji Tanin

a. Larutan uji b. Larutan uji +FeCl3 10%

H. Uji Alkaloid

A. Larutan uji + HCl + A. Larutan uji + HCl Pereksi Mayer

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 82

a. Larutan uji + HCl b. Larutan uji + HCl + Pereksi Dragendorff B. I. Uji Terpenoid

D. Larutan uji C. Larutan uji + kloroform + H2SO4 pekat

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 83

J. Uji Saponin

E. Larutan uji + HCl

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 84

Lampiran 6. Foto Hasil Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram Uji biokimia S.aureus

Ada endapan hitam pada Ada kabut putih pada media Enrich media geolitik

A B C D E

A

Ket: a: glukosa, b: laktosa, c: manitol, d: maltosa, e: sakarosa.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 85

F G

SC (Simon Citrat) SIM (Sulfur Indol Motil) Ket: Hasil uji identifikasi S.aureus

Label Media Warna sebelum Warna sesudah Keterangan inkubasi 24 jam inkubasi 24 jam

A Glukosa Merah Kekuningan

B Laktosa Merah Kuning

C Manitol Merah Kekuningan +

D Maltosa Merah Kuning

E Sakarosa Merah Kuning

F SC Hijau Hijau -

G SIM Bening Bening Uji hidrogen kekuningan kekuningan dan sulfida : - terdapat pertumbuhan Uji indol:- disekitar tusukan Motil : -

Dilakukan uji koagulase

NB: + : ada perubahan; - : tidak ada perubahan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 86

Hasil Uji Koagulase terbentuknya gumpalan Uji biokimia E.coli

Ada gelembung gas Ada warna kebiruan pada

pada tabung Durham media BGLD dalam media gula-gula

A B C D E A

Ket: a: glukosa, b: laktosa, c: manitol, d: maltosa, e: sakarosa.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 87

F G

A

` SC (Simon Citrat) SIM (Sulfur Indol Motil)

Ket: Hasil uji identifikasi E.coli

Label Media Warna sebelum Warna sesudah Keterangan inkubasi 24 jam inkubasi 24 jam

A Glukosa Merah Kuning

B Laktosa Merah Kuning

C Manitol Merah Kuning +

D Maltosa Merah Kuning

E Sakarosa Merah Kuning

F SC Hijau Hijau -

G SIM Bening Bening Uji hidrogen kekuningan kekuningan, sulfida : - pertumbuhan koloni menyebar Uji indol: + dan terbentuk cincin merah Motil : + pada permukaan

NB: + : ada perubahan; - : tifdak ada perubahan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 88

Pewarnaan Gram

a. Bakteri E coli b. Bakteri S.aureus

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 89

Lampiran 7. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Petai terhadap S. aureus dan E. coli dengan Metode Difusi Sumuran

Perlakuan S.aurues Perlakuan E.coli Keterangan : Keterangan : A = Konsentrasi 50% A = Konsentrasi 50% B = Konsentrasi 25% B = Konsentrasi 25% C = Konsentrasi 12,5% C = Konsentrasi 12,5% D = Konsentrasi 6,25 % D = Konsentrasi 6,25 %

E = Konsentrasi 3,125 % E = Konsentrasi 3,125 %

Kontrol S.aureus Kontrol E.coli A = Kontrol negatif (DMSO5%) A = Kontrol negatif (DMSO5%) B = Kontrol positif (Amoxicilin) B = Kontrol positif (Amoxicilin)

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 90

Kontrol pertumbuhan S.aureus Kontrol pertumbuhan E.coli

Uji Penegasan Ekstrak Etanol

Bunga Petai Konsentrasi 50%

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 91

Lampiran 8. Hasil Analisis Data

Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk Test

1. Prosedur Uji : a. Urutkan n hasil penelitian, dari nilai yang kecil hingga nilai yang besar , sebagai berikut :

Y1 ≤ Y2 ≤… ≤Yn b. Hitung c. Jika n genap ( n =2 k atau k =1/2), jika n ganjil (n= 2k+1), kemudian hitung b b =

d. W Hitung =

e. Bandingkan nilai hitung W Hitung dengan nilai W.pada tabel Shapiro Wilk

Jika,W.hitung< W.tabel menujukkan adanya “non normality” (data terdistribusi tidak normal

2. Perhitungan statistik Dengan α = 0,05 N=2k+1 , 21=2k+1 K= 10

Data Uruta (Yi-Y) (Yi-Y)² a(n-i+ (Yn-i+ b = Wo= n data 1) 1-Yi) (a(n-i+1 )(Yn-i+ b²/∑(Yi- 1-Yi)) Y)²

36 0 -10,079 101,593 0,4043 36 14,555 0,692 3

34,333 0 -10,079 101,593 0,3185 35 11,147 3

35 0 -10,079 101,593 0,2578 34,333 8,851 3

0 0 -10,079 101,593 0,2119 14 2,966 3

0 0 -10,079 101,593 0,1736 11,667 2,025 3

0 0 -10,079 101,593 0,1390 11,333 1,575 3

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 92

11,667 4,333 -5,746 33,020 0,1092 6,334 0,692

14 5 -5,079 25,799 0,0804 5 0,402

11,333 6 -4,079 16,641 0,053 3 0,159

9 7,333 -2,746 7,542 0,0263 1,667 0,043

10 8 -2,079 4,323 42,417

10,667 9 -1,079 1,164

7,333 9 -1,079 1,164

8 10 -0,079 0,006

9 10,667 0,588 0,345

0 11,333 1,254 1,571

6 11,667 1,588 2,521

5 14 3,921 15,371

0 34,333 24,254 588,240

0 35 24,921 621,040

4,333 36 25,921 671,881

Ʃ 10,079 2600,19 1

W.tabel (0,05;21)= 0,908 3. Kesimpulan = Wo< W.tabel, Jadi distribusi data menujukkan tidak normal

Uji Homogenitas dengan Levene’s Test

1. Menentukan Hipotesa

Ho : σ1 = σ2 = σ3 = σ4 = σ5 = σ6 = σ7 (Semua variansi sama)

H1 : Tidak semua variansi sama

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 93

2. Dengan α = 0,05 3. Prosedur uji :

F Levene =

K : Jumlah kelompok

N : Jumlah semua sampel (n1 + n2 + n3 + n4 + n5 + n6 + n7 ) n : Jumlah sampel per kelompok

Di : Xi -

Xi : Diameter zona hambat kelompok ke-i : Rata-rata diameter zona hambat kelompok ke-i

: Rata-rata Dij untuk perlakuan ke i

: Rata-rata semua Di

X1 = kontrol positif , X2= konsentrasi 50%, X3= konsentrasi 25%, X4=konsentas…., x7 = kontrol negatif

Kelompok X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Replikasi I 36.000 11.667 9.000 7.333 0.000 0.000 0 Replikasi II 34.333 14.000 10.000 8.000 6.000 0.000 0 Replikasi III 35.000 11.333 10. 667 9.000 5.000 4.333 0 35.111 12.333 9.889 8.111 3.667 1.444 0

n 3 3 3 3 3 3 3

(D1 (D2 D3 (D4 (D5 (D6 (D7 - )^2 - )^2 - )^2 - )^2 - )^2 - )^2 - )^2

Replikasi I 0.088 0.198 0.088 0.034 1.494 0.232 0.000

Replikasi II 0.034 0.309 0.232 0.232 0.012 0.232 0.000

Replikasi III 0.232 0.012 0.034 0.088 1.235 0.927 0.000

5.713

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 94

D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7

Replikasi I 0.889 0.666 0.889 0.778 3.667 1.444 0.000

Replikasi II 0.778 1.667 0.111 0.111 2.333 1.444 0.000

Replikasi III 0.111 1.000 0.778 0.889 1.333 2.889 0.000

Mean 0.593 1.111 0.593 0.593 2.444 1.926 0.000

1.037

0.592 0.016 0.592 0.592 5.942 2.370 3.226

13.332

F Levene = 5.446

4. Menentukan wilayah kritis :

Ho ditolak jika, FLevene ≥ Fα (K – 1, N – K) F 0,05 (6,14) = 2,85 FLevene = 5.446 F Levene > F 0,05 (6,14) Jadi, Ho ditolak, tidak semua variansi sama.

Uji Beda dengan Kruskal Wallis Test

1. Menentukan Hipotesis

Ho :Ada perbedaan bermakna antara kelompok (Ho : μ1 # μ2 # μ3 # μ4 # μ5 # μ6 # μ7)

H1 : Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok (H1 : μ1 = μ2 = μ3 = μ4 = μ5 = μ6 = μ7)Prosedur uji :

a. Merubah data dalam bentuk ranking b. Menjumlahkan ranking c. Hitung nilai H, H disebut juga X hitung

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 95

H* = - 3(N+1)

H =

2. Nilai kritis

df = k – 1  7 – 1 = 6 , nilai taraf kepercayaan = 95% . Tentukan nilai tabel chi square (X ²tabel)

3. Pengujian hipotesis dengan cara : membandingkan nilai X²hitung denganX²tabel, Kriteria pengujian :

- Tolak Ho, jika X²hitung >X²tabel, - Terima Ho, jika X²hitung < X²tabel 4. Perhitungan statistik uji

Data Diameter Urutan Ranking Nomor Zona Hambat data

1 36 0 3,5

2 34,333 0 3,5

3 35 0 3,5

4 0 0 3,5

5 0 0 3,5

6 0 0 3,5

7 11,667 4,333 7

8 14 5 8

9 11,333 6 9

10 9 7,333 10

11 10 8 11

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 96

12 10,667 9 12,5

13 7,333 9 12,5

14 8 10 14

15 9 10,667 15

16 0 11,333 16

17 6 11,667 17

18 5 14 18

19 0 34,333 19

20 0 35 20

21 4,333 36 21

R3 R4 R5 R6 R6 R7 Perlakuan R1 (+) R2 (-) (50%) (25% (25%) (12,5%) (6,25%) (3,125%) Replikasi I 21 3,5 17 12,5 12,5 10 3,5 3,5 Replikasi 9 19 3,5 18 14 14 11 3,5 II Replikasi 8 20 3,5 16 15 15 12,5 7 III ∑R 60 10,5 51 41,5 43 33,5 20,5 14 ∑R ^2 1202,0 36,750 869 577,250 1849 377,250 157,250 73,5 ∑(R ^2)/3 400,667 12,250 289,667 192,417 616.3333 784.0833 52,417 24,5

Nilai Frekuensi tj³ tj³-tj Rentang Frek (tj)

0 6 216 210 1-6

4,33 1 1 0 7

5 1 1 0 8

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 97

6 1 1 0 9

7.333 1 1 0 10

8 1 1 0 11

9 2 8 6 12-13

10 1 1 0 14

10.667 1 1 0 15

11.333 1 1 0 16

11.667 1 1 0 17

14 1 1 0 18

34.333 1 1 0 19

35 1 1 0 20

36 1 1 0 21

∑ 216

H* = -37,461

H = 0,0004151

X²tabel = (0,05;6) = 12,592

X²hitung < X²tabel ,

Kesimpulan : Ho diterima, ada perbedaan bermakna antara kelompok

Selanjutnya menggunakan Uji Post Hoc dengan Mann Withney-Wilcoxon Test untuk melihat kebermaknaan dalam perbedaan hasil diameter zona jernih tiap konsentrasi dengan konsentrasi lain, kontrol positif, dan kontrol negatif.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 98

Mann whitney-Wilcoxon test

Untuk uji ini, dengan sampel n1≤8 dan n2 ≤ 8, menggunakan rumus

U1 =

U2 =

Kemudian, untuk nilai U hitung yang akan dibandingkan dengan U tabel adalah U yang bernilai paling kecil.

a. Hipotesis Ho = Konsentrasi x dan y berbeda tidak bermakna Ha = Konsentrasi x dan y berbeda bermakna b. Taraf kepercayaan 95%, α = 0,05 c. Menghitung statistik uji d. Nilai kritis dilihat pada tabel mann whitney, n(y) = 3 dan m (x) = 3, dengan α = 0.05 e. Ho diterima jika:

Uhitung = Utabel danUhitung< Utabel Ho ditolak jika :

Uhitung >

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 99

1. Kontrol negatif Kontrol negatif dan kontrol positif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol negatif (X) 0 0 0 2 2 2 6 Kontrol positif (Y) 36 34.333 35 6 4 5 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol negatif Kontrol positif 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Kontrol negatif dan kontrol negatif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol 0 0 0 3.5 3.5 3.5 10.5 negatif (X) Kontrol 0 0 0 3.5 3.5 3.5 10.5 negatif (Y)

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Kontrol negatif negatif 3 3 9 6 6 4.5 4.5 4.5 BTB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 100

Kontrol negatif dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol negatif (X) 0 0 0 2 2 2 6 Konsentrasi 50% (Y) 11.667 14 11.333 5 6 4 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi negatif 50% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Kontrol negatif dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6 Konsentrasi 25% 9 10 10.667 4 5 6 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi negatif 25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 101

Kontrol negatif dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6 Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 4 5 6 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi negatif 25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Kontrol negatif dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6 Konsentrasi 6.25 % 0 6 5 1 6 5 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol negatif Konsentrasi 6.25% 3 3 9 6 6 9 3 3 BTB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 102

Kontrol negatif dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6 Konsentrasi 3.125 % 0 0 4.333 1 1 6 8

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi negatif 3.125% 3 3 9 6 6 9 7 7 BTB

2. Kontrol positif Kontrol positif dan kontrol positif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol positif (X) 36 34.333 35 4.5 1.5 3.5 9.5 Kontrol positif (Y) 36 34.333 35 4.5 1.5 3.5 9.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Kontrol positif positif (X) (Y) 3 3 9 6 6 5.5 5.5 5.5 BTB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 103

Kontrol positif dan kontrol negatif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol positif (X) 36 34.333 35 6 4 5 15 Kontrol negatif (Y) 0 0 0 1 1 1 3

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Kontrol positif negatif 3 3 9 6 6 0 12 0 BB

Kontrol positif dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III kontrol positif (X) 36 34.333 35 6 4 5 15 50% (Y) 11.667 14 11.333 2 3 1 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol positif Konsentrasi 50% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 104

Kontrol positif dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol positif 36 34.333 35 6 4 5 15 Konsentrasi 25% 9 10 10.667 1 2 3 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi positif 25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Kontrol positif dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol positif 36 34.333 35 6 4 5 15 Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 1 2 3 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Kontrol positif 25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 105

Kontrol positif dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol positif 36 34.333 35 6 4 5 15 Konsentrasi 6.25 % 0 6 5 1 3 2 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi positif 6.25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Kontrol positif dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Kontrol positif 36 34.333 35 6 4 5 15 Konsentrasi 3.125 % 0 0 4.333 1 1 3 5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi positif 3.125% 3 3 9 6 6 0 10 0 BB

3. Konsentrasi 50% Konsentrasi 50% dan kontrol positif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 50% 11.667 14 11.333 2 2.5 2.5 7

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 106

(X) Kontrol positif (Y) 36 34.333 35 6 4 5 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi 50% positif 3 3 9 6 6 8 0 0 BB

Konsentrasi 50% dan kontrol negatif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 50% (X) 11.667 14 11.333 5 5.5 5.5 16 Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi 50% Konsentrasi 50% 3 3 9 6 6 -1 9 -1 BB

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 50% (X) 11.667 14 11.333 1.5 4.5 4.5 10.5 Konsentrasi 50% (Y) 11.667 14 11.333 1.5 4.5 4.5 10.5

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 107

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 50% 50% 3 3 9 6 6 4.5 4.5 4.5 BTB

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 50% 11.667 14 11.333 2 5.5 5.5 13 Konsentrasi 25% 9 10 10.667 1 2 3 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi50% 25% 3 3 9 6 6 -1 9 -1 BB

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 50% 11.667 14 11.333 3.5 5.5 5.5 14.5 Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 1 2 3.5 6.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 50% 25% 3 3 9 6 6 0.5 8.5 0.5 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 108

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 50% 11.667 14 11.333 5 5.5 5.5 16 Konsentrasi 6.25 % 0 6 5 1 3 2 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 50% 6.25% 3 3 9 6 6 -1 9 -1 BB

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 50% 11.667 14 11.333 5 5.5 5.5 16 Konsentrasi 3.125 % 0 70 4. 333 1 1 3 5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 50% 3.125% 3 3 9 6 6 -1 10 -1 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 109

4. Konsentrasi 25% Konsentrasi 25% dan kontrol positif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 25% (X) 9 10 10.667 1 2 3 6 Kontrol positif (Y) 36 34.333 35 6 4 5 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Kontrol 25% positif 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 25% dan kontrol negatif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 25%(X) 9 10 10.667 4 5 6 15 Kontrol negatif (Y) 0 0 0 2 2 2 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Kontrol 25% negatif 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 110

Konsentrasi 25% dan Konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 25% (X) 9 10 10.667 1 2 3 8 Konsentrasi 50% (Y) 16.333 18.667 18.667 2 5.5 5.5 16

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 25% 50% 3 3 9 6 6 9 -1 -1 BB

Konsentrasi 25% dan Konsentrasi 25% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 25% 9 10 10.667 1.5 5.5 3.5 10.5 Konsentrasi 25% 9 10 10.667 1.5 5.5 3.5 10.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 25% 25% 3 3 9 6 6 4.5 4.5 4.5 BTB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 111

Konsentrasi 25% dan Konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 25% 9 10 10.667 3 6 5 14 Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 1 2 3 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 25% 12.5% 3 3 9 6 6 1 9 1 BB

Konsentrasi 25% dan Konsentrasi 6,25% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 25% 9 10 10.667 4 6 5 15 Konsentrasi 6.25 % 0 6 5 1 3 2 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 25% 6.25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Konsentrasi 25% dan Konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 25% 9 10 10.667 4 6 5 15 Konsentrasi 3.125 % 0 0 4.333 1 1 3 5

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 112

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 25% 3.125% 3 3 9 6 6 0 10 0 BB

5. Konsentrasi 12,5% Konsentrasi 12,5% dan kontrol positif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 12.5% (X) 7.333 8 9 1 2 3 6 Kontrol positif (Y) 36 34.333 35 6 4 5 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Kontrol Konsentrasi 12.5% positif 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 12,5% dan kontrol negatif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 4 5 6 15 Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 113

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Kontrol 12.5% negatif 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 1 2 3.5 6.5 Konsentrasi 50% 11.667 14 11.333 3.5 5.5 5.5 14.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 12.5% 50% 3 3 9 6 6 8.5 0.5 0.5 BB

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 1 2 3.5 6 Konsentrasi 25% 9 10 10.667 3 5 6 14

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 12.5% 25% 3 3 9 6 6 9 1 1 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 114

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 1.5 3.5 5.5 10.5 Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 1.5 3.5 5.5 10.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 12.5% 12.5% 3 3 9 6 6 4.5 4.5 4.5 BTB

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 3.5 5 6 14.5 Konsentrasi 6.25 % 0 6 5 1 3 3.5 7.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi 12.5% Konsentrasi 6.25% 3 3 9 6 6 0.5 7.5 0.5 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 115

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 4 5 6 15 Konsentrasi 3.125 % 0 0 4.333 1 1 3 5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 12.5% 3.125% 3 3 9 6 6 0 10 0 BB

6. Konsentrasi 6,25% Konsentrasi 6,25% dan kontrol positif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 6.25% 0 6 5 1 3 2 6 Kontrol positif 36 34.333 35 6 4 5 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Kontrol 6.25% positif 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 6,25% dan kontrol negatif Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 6.25% 0 6 5 1 6 5 12 Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 116

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Kontrol 6.25% negatif 3 3 9 6 6 3 9 3 BTB

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 50% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 6.25% 0 6 5 1 3 2 6 (X) Konsentrasi 50% (Y) 11.667 14 11.333 5 5.5 5.5 16

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi 6.25% Konsentrasi 50% 3 3 9 6 6 9 -1 -1 BB

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 25% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 6.25% 0 6 5 1 3 2 6 Konsentrasi 25% 9 10 10.667 4 5 6 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 6.25% 25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 117

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 6.25% 0 6 5 1 3 3.5 7.5 Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 3.5 5 6 14.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 6.25% 12,5% 3 3 9 6 6 7.5 0.5 0.5 BB

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 6,25% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 6.25% 0 6 5 1.5 3.5 5.5 10.5 Konsentrasi 6.25 % 0 6 5 1.5 3.5 5.5 10.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 6.25% 6.25% 3 3 9 6 6 4.5 4.5 4.5 BTB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 118

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 6.25% 0 6 5 1 6 5 12 Konsentrasi 3.125 % 0 0 4.333 1 1 4 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 6.25% 3.125% 3 3 9 6 6 3 9 3 BTB

7. Konsentrasi 3,125% Konsentrasi 3,125% dan kontrol positif

Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 3.125% 0 0 4.333 1 1 3 5 Kontrol positif 36 34.333 35 6 4 5 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi 3.125% Kontrol positif 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 119

Konsentrasi 3,125% dan kontrol negatif Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 3.125% 0 0 4.333 1 1 6 8 Kontrol negatif 0 0 0 2 2 2 6

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Kontrol 3.125% negatif 3 3 9 6 6 7 9 7 BTB

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 50% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 3.125% 0 0 4.333 1 1 3 5 Konsentrasi 50% 11.667 14 11.333 5 5.5 5.5 16

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 3.125% 50% 3 3 9 6 6 10 -1 -1 BB

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 25% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 3.125% 0 0 4.333 1 1 3 5 Konsentrasi 25% 9 10 10.667 4 5 65 15

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 120

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 3.125% 25% 3 3 9 6 6 10 0 0 BB

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 12,5% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 3.125% 0 0 4.333 1 1 3 5 Konsentrasi 12.5% 7.333 8 9 4 5 6 15

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 3.125% 3.125% 3 3 9 6 6 10 0 0 BB

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 6,25% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 3.125% 0 0 4.333 1 1 4 6 Konsentrasi 6.25 % 0 6 5 1 6 5 12

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 3.125% 3.125% 3 3 9 6 6 9 3 3 BTB

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 121

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 3,125% Replikasi Ranking ∑Ranking I II III I II III Konsentrasi 3.125% 0 0 4.333 1.5 3.5 5.5 10.5 Konsentrasi 3.125 % 0 0 4.333 1.5 3.5 5.5 10.5

X Y nx ny nx*ny nx(nx+1)/2 ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket Konsentrasi Konsentrasi 3.125% 3.125% 3 3 9 6 6 4.5 4.5 4.5 BTB

Oleh karena itu, hasil test Mann Withney dapat disimpulkan sebagai berikut :

Kontrol Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi

- 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% Kontrol - BTB BB BB BB BTB BTB Konsentrasi BB BTB BB BB BB BB 50% Konsentrasi BB BB BTB BB BB BB 25% Konsentrasi BB BB BB BTB BB BB 12,5% Konsentrasi BTB BB BB BB BTB BTB 6,25%

Konsentrasi BTB BB BB BB BTB BTB 3,125%

*BB = Berbeda Bermakna BTB = Berbeda Tidak Bermakna

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 122

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Absorbansi Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Bunga Petai terhadap S. aureus Optical density (OD)

No Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III

(%) a b c a b c a b c

1. 0,782 1,6873 3,4526 1,7653 0,1410 1,8719 1,7309 0,1430 2,8212 2,6782

2. 1,563 2,8662 1,2386 1,6276 0,1783 1,7258 1,5475 0,2471 2,6219 2,3748

3. 3,125 1,3763 2,8331 1,4660 0,2823 1,7798 1,4975 0,2623 2,7821 2,5198

4. 6,25 2,5272 3,5628 1,0356 0,5764 2,0500 1,4736 0,8213 3,5328 2,7115

5. 7,813 1,6231 3,0158 1,3927 0,7114 2,0049 1,2935 0,8114 2,8261 2,0147

6. 9,375 2,9821 3,8216 0,8395 0,9265 1,9839 1,0574 0,9235 2,9308 2,0073

7. 10,938 2,8265 3,5269 0,7004 1,0325 2,0500 1,0175 2,3211 3,6255 1,3044

8.. 12,5 2,6732 3,3215 0,6483 1,1359 2,1499 1,0140 1,2340 2,1502 0,9162

9. 25 2,5932 3,2881 0,6349 2,5154 2,9133 0,3979 2,3264 2,8248 0,4984

10. 31,25 3,5123 3,8211 0,3088 2,7794 3,1391 0,3397 2,8831 3,3212 0,4381

11. 37,50 3,3528 3,7681 0,4153 3,3113 3,6123 0,3010 3,5240 3,7326 0,2086

12. 43,75 3,6951 3,8526 0,1575 3,3113 3,6123 0,3010 3,7112 3,9112 0,2000

13. 50 3,6215 3,6215 0 3,6123 3,6123 0 3,7125 3,7125 0

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 123

BIOGRAFI PENULIS Metta Maurilla lahir di Bekasi, Jawa Barat, 14 Maret 1993. Putri pertama dari pasangan Albertus Mikael Siregar dan Tiambun Pasaribu, memiliki adik perempuan dan laki-laki. Penulis menempuh pendidikan di TK Gracio (1998-1999), SD Marsudirini (1999-2005), SMP Marsudirini (2005-2008), dan SMA Negeri 2 Bekasi (2008-2011). Lulus SMA, penulis melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis aktif di berbagai kepanitiaan. Penulis pernah menjadi sekretaris acara TITRASI (2012), anggota divisi organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi selama satu periode (2012-2013), sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi selama satu periode (2013-2014), Asisten praktikum Farmakologi dan Toksikologi Dasar dan asisten Mikrobiologi. Selain itu penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyakat yang didanai Dikti.