KEMASAN SEBELUM KERTAS DAN PLASTIK Data, Permasalahan dan Prospeknya

Oleh Setiawan Sabana

Abstrak

Di antara sekian banyak kemasan modern yang saat ini digunakan, ternyata masih karya kemasan tradisional yang masih tetap bertahan. Keberadaan kemasan tradisional bukan hanya sekedar merevitalisasi fungsi dan bahan kemasan, tetapi merupakan suatu fenomena yang patut diperhatikan oleh para penggunanya, sebab ternyata kemasan dari bahan alam (botanis) yang bersifat tradisional memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh kemasan modern dari bahan kertas ataupun plastik. Jenis kemasan untuk membungkus (mengemas) bahan makanan tradisional mempunyai aneka bentuk, bahan, dan teknik pembuatannya yang unik. Untuk memperoleh gambaran tentang bentuk, teknik, dan fungsi kemasan tradisional botanis, penulis meneliti beberapa kemasan penganan yang berkembang di beberapa lokasi (daerah) di Priangan. Bagi para peneliti desain, tulisan ini sedikitnya akan membantu dalam penelitian lanjutan dengan analisis yang lebih mendalam melalui pendekatan desain.

1. Pendahuluan pisang) bahkan makanan yang dikemasinya juga terbuat dari bahan yang sama pula (beras), begitu Makanan tradisional seperti leupeut, kupat, wajit, pula rasanya sama. Disini dapat dicatat bahwa angleng, , atau bacang adalah jenis desain kemasan memberikan identitas pada penganan yang sudah tidak asing bagi orang makanannya. Sunda. Nama-nama itu bukan saja mengingatkan Kemasan makanan tradisional – jenis kemasan pada rasanya yang sering membuat orang Sunda yang memanfaatkan bahan botanis (daun-daunan, tergiur, tapi sekaligus desain kemasannya : bahan, misalnya) – berfungsi bukan saja sebagai teknik serta bentuknya. Tidak jarang jenis pelindung isinya dari debu atau tahan lama, makanan tertentu dibedakan dari yang lainnya tapi juga merupakan upaya unutk membereskan , bukan melalui rasanya tapi melalui cara mengatur, merapikan makanan itu agar mudah dan membungkus (teknik) dan bentuknya. Contohnya, praktis dibawa-bawa, dipegang atau dibuka ketika dibedakan dari leupeut karena perbedaan hendak disantap membantu tangan dalam cara mengemas serta bentuknya padahal keduanya melakukan tugas. memanfaatkan bahan kemasan yang sama (daun 1 Selain itu, bahan kemasan tersebut juga Bila diperinci, di dalamnya terdapat kelompok memberikan aroma tertentu pada makanannya. - makanan utama atau nasi (1 macam : nasi Misalnya, peuyem ketan yang dibungkus dengan gulung atau timbel geleng), daun pisang berbeda keharuman rasa-nya (aroma) - makanan ringan pengganti nasi (11 macam : dari yang dibungkus dengan daun jambu air. Pada leupeut, lontong, , 2 buah peutcang, 4 jenis makanan tertentu pengemasan dengan bahan macam kupat, bacang, uras), botanis, di samping melakukan fungsi-fungsi tadi, - lauk pauk (12 macam: lotek, ikan, juga turut membantu proses, misalnya, pepes jerohan, pepes tahu, 3 macam tempe, penjamuran pada tempe dan peragian (fermentasi) kerupuk, sate, 2 macam ikan, daging), pada peuyeum ketan. - makanan ringan atau cangkarang bongkang (21 macam: , kelepon, bugis, katimus, Sebagai rupa desain kemasan merupakan juga tape ketan, bubur lolos, jojongkong, otak-otak, daya pikat atau ‘iklan’ tersendiri, suatu bujukan hunkwee, jojorong, kacang rebus, 2 macam agar orang-orang tergiur untuk menikmati isinya, angleng, 2 macam wajit, dodol kacang, gula, atau dalam konteks dagang agar makanan itu tangtang angin, gulampoo, ketan, pipis menarik serta dibeli orang, laku. hayam), - dan pencuci mulut atau bibilas (5 macam : Hal lain yang menarik: penganan tradisional itu duren, jeruk, jambu air, murbei, kolang (isi dan kemasannya) disamping dikenal sebagai kaling). makanan penyelang, dalam tradisi kebudayaan Sunda dikenal juga sebagai pelengkap upacara- Sedangkan bila memperhatikan bahan upacara tradisional tertentu (umumnya berkaitan kemasannya tercatat pemanfaatan sejumlah bahan dengan siklus kehidupan manusia). botanis yang berasal dari pohon: - pisang (Musa Paradisiaca) daun dan Makanan itu berperan juga sebagai perlambangan pelepahnya sebanyak 31 buah, suatu nilai spiritual yang hidup dalam lingkungan - jagung ( zea mays), kulit buah sebanyak 5 masyarakat yang meyakininya. Sebagai contoh, buah, dalam upacara adat menunggu kelahiran - kelapa (cocos mucifera) daunnya sebanyak 7 (kehamilan 9 bulan) maka kelengkapan upacara buah, bambu apus atau awi tali, (ogantochloa tersebut ditandai oleh jenis penganan yang disebut apus) bubur lolos. Bubur tersebut dimasak, dibentuk - daun dan batang pohonnya sebanyak 11 buah serta dikemas sedemikian rupa sehingga mudah enau (arenga pinnata) daunnya sebanyak 2 sekali disantap, tinggal diletakkan di ujung mulut buah, maka isinya (bubur) akan meluncur (lolos) dengan - jambu air (syzigium aqueum) daunnya mudahnya ke dalam mulut. Kemudahan tersebut sebanyak 1 buah, dikaitkan dengan harapan agar si ibu yang hamil - hanjuang daunnya sebanyak 1 buah, akan mengalami kemudahan melahirkan bayinya. - dan jati (tectona grandis) daunnya sebanyak 1 Dan masih banyak lagi contoh-contoh lain. buah.

Dari data ini teramati bahwa daun pisang paling 2. Kelompok Makanan banyak dimanfaatkan. Masuk akal, karena daun dan Bahan Kemasan ini di samping mudah dan murah diperoleh pohonnya tersebar di mana-mana, di pedesaan, Dari kegiatan survei sekitar 4 bulan di tempat- maupun kota, dan daunnya secara terpisah dapat tempat yang potensial di wilayah sampel tadi dibeli di pasar-pasar juga berukuran lebar serta terutama pasar-pasar di Kabupaten dan toko-toko hampir setiap bagian pohonnya dapat besar di Kotamadya terlacak 60 macam dimanfaatkan. Daun dan pelepahnya untuk sampel kemasan tradisional: 34 jenis masakan, 3 kemasan, buahnya dimakan, pohonya (gedebog) jenis mentahan, dan 5 jenis buah-buahan (satu sering dipakai untuk menancapkan wayang golek jenis ada yang terdiri dari beberapa macam). selama pertunjukkan atau sebagai alas mayat sewaktu dimandikan, dan serat pohon inipun 2 menurut penelitian merupakan bahan yang baik nagasari, bugis, lemper, timbel geleng, bubur untuk pembuat kertas (pulp). Pohon serba guna. lolos, lupis, tempe, gulampo, dodol kacang, wajit, angleng, kacang rebus. Dikenal dua proses pengolahan bahan : terpisah Kemasan bungkus ini bervariasi : ada yang dan menyatu. dilipat dua ujung (uras nagasari, bugis, wajit, - Proses terpisah artinya pengolahan bahan angleng, tempe jawa, lontong, leupeut), dilipat terpisah dari pengolahan makanannya : satu ujung (bubur lolos), bahkan tanpa lipatan dikeringkan melalui sinar matahari (dipoe) (tempe, lemper); disemat ujungnya (aneka atau dihangatkan di atas panas api pepes, katimus, gulampoo), diputar kedua (dileumpeuh) bahan dan api tidak langsung ujungnya (dodol kacang, timbel geleng), bersentuhan. berbentuk kerucut atau posong (kacang - Sedangkan proses menyatu artinya bahan itu rebus), atau diikat dengan tali bambu terolah bersamaan dengan pemasakan bahan (leupeut). makanannya. Ada ngagarang (mematangkan makanan serta kemasannya di atas panas api-- b. Lipat, 8 buah : tape ketan, jojongkong, lotek, api dan makanan tidak bersentuhan), tempe, rujak, jojorong, kelepon, nasi . ngagodog atau merebus, nyeupan atau Kemasan tertentu disebut pincuk (tape ketan, mengukus, dan ngabubuy (mematangkan jojongkong, lotek, tempe), yang lain disebut makanan serta kemasannya dengan takir (kelepon, jojorong) dan tengkor atau memasukkannya ke dalam abu api yang panas cangkedong (rujak). Cara mengemas seperti atau lebu). Daun pisang dapat diolah dengan ini dirapikan dengan semat atau biting. cara-cara itu. c. Balut, 7 buah : bacang, 4 macam gula Pengolahan tadi berfungsi agar daun itu selain kawung, ikan mas, . Tali bambu banyak berdaya tahan cukup lama, juga dapat mudah dipakai untuk menertibkan balutan, ada yang dilipat-lipat untuk mengikuti bentuk makanan satu atau dua ikatan ( di tengah atau di kedua yang hendak dikemasnya. Terutama pada proses ujungnya). Khusus untuk kemasan ikan mas, menyatu, bahan kemasan juga berfungsi selain dibalut dengan pelepah pisang dan memberikan aroma terhadap makanannya. diikat, ikan itu sendiri sebelumnya dirangkai (ditiir) agar mudah dijinjing. Tidak seluruh bahan-bahan perlu diolah terlebih dahulu, daun janmbu, daun pandan, daun kelapa, d. Anyam, 7 buah : 4 macam (kupat), daun jati, biasanya dapat langsung dipakai tantang angin, murbei dan jeruk. Bentuk mengemas. anyaman yang paling sederhana adalah tantang angin : sehelai daun bambu Bahan-bahan daun dalam menunaikan fungsinya melindungi isi dari tiga sisi, diakhiri dengan sebagai kemasan kadang-kadang dibantu oleh memasukkan tangkai daunnya ke dalam semat terbuat dari lidi atau bambu atau tali yang bagian ujung balutan yang agak terbuka. Yang terbuat dari bambu, tali awi. Peranan semat atau paling kompleks dan unik adalah anyaman tali tersebut terutama merapikan bahan kemasan ketupat, ada yang memanfaatkan 1 helai daun utamanya agar secara keseluruhan makanan itu kelapa ada yang dua helai. Kemasan ini terkemas tertib, kompak dan menarik. disebut urung. Kemasan jeruk disebut bongsang sedangkan untuk murbei disebut 3. Cara Kemas karanjang.

Ditinjau dari segi cara mengemas, sampel-sampel e. Lilit, 3 buah. 2 macam peutcang (peutan) dan terkumpul dapat dikelompokkan ke dalam 8 cocorot. macam cara (teknik) : Kemasan peutcang (peutan) selain berupa lilitan daun kelapa juga diikat dengan tali a. Gulung, 27 buah : katimus, aneka pepes atau bambu yang disilangkan. Kemasan yang agak pais, lontong, otak-otak, leupeut, uras, pendek diduga berasal dari daerah Cirebon. 3 terhadap upacara-upacara adat (salah satu kegiatan f. Rangkai (tiir), 3 buah: kerupuk, ikan, jambu pendukung kehadiran makan tradisional), sikap air. budaya ingin serba cepat dan mudah begitu Pada kerupuk salah satu ujung tali bambu menonjol dalam masyarakat sekarang, sehingga disimpulkan untuk menahan kerupuk-kerupuk, kehadiran makanan tradisional itu semakin ujung lain yang dibiarkan lebih panjang dari terdesak. rangkaian kerupuknya untuk pegangan. Sedangkan pada ikan tali bambu merangkai Melihat kenyataan demikian sudah waktunya beberapa ikan yang digabungkan pada sebuah pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak ujung tali tersebut, ujung yang lain untuk pemerintah maupun swasta, melakukan langkah- pegangan. Cara merangkai jambu sama langkah untuk melestarikan nilai-nilai, baik dengan kerupuk, hanya seluruh rangkaian potensi ketrampilan (mengemas), pengetahuan berada pada seruas bambu. bahan-bahan botanis serta pengolahannya, maupun keragaman desain yang dapat diamati g. Alas, 3 buah : putu pisang, cikok, kue ku. Cara dalam kemasan tradisional itu, agar di samping mengemas ini hanya berfungsi melindungi tetap mampu hadir juga dapat dikembangkan bagian bawah makanan agar pada saat untuk memenuhi tuntutan desain baru, sebagai dipegang makanan tersebut tidak seluruhnya upaya untuk mengantisipasi budaya tersentuh. makan/makanan yang berkembang, dan kehidupan berbudaya masyarakat masa kini pada umumnya h. Tusuk, 2 buah : sate dan kolang-kaling. yang semakin dinamis. Kemasan ini sebetulnya merangkaikan keratan daging atau buah kalong-kaling itu dengan Tentang Penulis bilahan kecil bambu yang ujungnya Drs. Setiawan Sabana, M.F.A. diruncingkan. Selain memudahkan Dosen Jurusan Seni Grafis Fakultas Seni Rupa dan pemanggangan (sate) juga memudahkan Desain, Institut Teknologi (ITB). Sebagai pemegangan sewaktu dimakan. seorang seniman (pegrafis) yang kreatif, ia tekun mengadakan eksperimen, eksplorasi, dan eksploatasi media dan proses berkarya seni murni untuk 4. Penutup: Pergeseran dan Pengembangan mendapatkan kepuasan emosional dan intelektual. Kini ia tengah menyelesaikan tulisan desertasinya tentang Keberadaan jenis kemasan tradisional itu sudah Seni Rupa Asia Pasifik di Program Doktor (S3) Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB). mulai tergeser oleh kemasan yang menggunakan bahan sintetis : plastik dan kertas. Bahkan variasi seumat atau tali bambu telah pula digantikan oleh Tulisan ini dimuat di jepretan logam (stapler), tali rafia atau tali karet. Jurnal Seni Rupa dan Desain Dalam hal pemakaian jepretan logam di samping Volume 1,1, Agustus 2000 berbahaya dapat bercampur dengan makanan dan yang diterbitkan oleh termakan, secara estetis (kombinasi bahan botanis Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat dan logam) terasa mengganggu : desain menjadi (P3M) Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain (STISI) rancu. Jl. Soekarno Hatta No. 581 Bandung 40275 t: 022 7306211, 7306228, f: 022 7306228 Kehadiran kembali atau pengembangan jenis w: www.stisi.ac.id, e: [email protected] kemasan tradisional di kota dibangkitkan secara diam-diam oleh toko-toko kue yang mencium adanya "kerinduan" orang kota pada jenis "makanan kampung".

Di pedesaan sendiri justru hampir terjadi sebaliknya. Serbuan kemasan sintetis ke pelosok kota maupun desa, perhatian yang menipis ISSN 1411-4852 4