ABSTRAK
Yogyasmara. P. Ardhi, WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang), Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2010. Pembimbing : Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi moderen yang semakin pesat, seringkali kita mendengar tentang gejala dehumanisasi, adalah kemrosotan nilai- nilai kemanusiaan dan lain sebagainya. Dengan kemajuan-kemajuan yang di capai itu manusia kurang mampu mengendalikan diri, sehingga kehidupan manusia tidak seimbang baik kehidupan jasmani dan rohaninya. Dalam skripsi ini, berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa bahasa dan nilai-nilai dakwah dalam pementasan wayang kulit dalang Ki Sudardi di desa Pringapus Semarang ?Bagaimana teknik penyampaian pesan-pesan dakwah dalam pementasan wayang kulit dalang Ki Sudardi di desa Pringapus Semarang ? Penulisan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriftif dengan metode deskriptif anlisis. Penulis akan menggambarkan dan menguraikan secara factual apa yang dilihat dan ditemukan dari objek penelitian ini. Penulis berupaya untuk meghimpun, mengolah, dan menganalisa secara kulaitatif, dan diwujudkan dalam konsep. Sedangkan data yang penulis peroleh dengan cara, observasi, wawancara, study dokumentasi, Pendekatan dakwah melalui media wayang kulit sebagai hasil dari kebudayaan Mempunyai beberapa kelebihan yang langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini. Pertama, kebudayaan wayang kulit sudah mendarah daging pada masyarakat khusunya masyarakat jawa tengah. kedua, pementasan atau pertunjukan wayang kulit selalu menyampaikan nilai-nilai yang sedikit banyaknya akan membawa pengaruh bagi para penggemarnya. ketiga, media wayang kulit dalam pementasannya banyak mengandung falsafah kehidupan dan tata nilai yang luhur, pada masyarakat jawa khususnya yang berada di pringapus semarang yang masih menggunakan wayang kulit sebagait media dakwah.
Lampiran-lampiran
WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA
DAKWAH
(Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki
Sudardi di Desa Pringapus Semarang)
59 WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH
(Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus
Semarang)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh : Yogyasmara. P. Ardhi NIM: 106051001901
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH
(Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh:
Yogyasmara. P. Ardhi NIM: 106051001901
Di Bawah Bimbingan:
Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA NIP: 19630405 199403 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 / 1431 H PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH
(Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal
14 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I), Pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta 22 Juni 2010
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Dr. H. Arief Subhan, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,MA NIP : 19660110 199303 1 004 NIP : 19671126 199603 2 001
Anggota
Penguji I Penguji II
DR. Hj. Roudhonah, MA Drs. M. Sungaidi, MA NIP : 19580910 198703 2 001 NIP : 19600803 199603 2 001
Pembimbing
Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA NIP: 19630405 199403 1 001 LEMBAR PERNYATAAN
Assalamualaikum, Wr. Wb Saya penulis skripsi ini dengan judul “WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang), dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini adalah benar-benar murni hasil karya penulis sendiri, tanpa adanya duplikasi dari hasil karya orang lain. 2. Adapun apabila penulis mengutip tulisan dan karya ilmiah orang lain, penulis telah menyantukan dalam bentu refrensi, baik footnote ataupun daftar pustaka. 3. Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang merugikan orang lain, atau terbukti penulis menduplikasi karya orang lain, penulis siap menerima konsekwensi dan saksi akademis yang berlaku di UIN Syarif Hiayatullah Jakarta ini. Demikian lembar pernyataan ini di buat, harap dipergunakan sebagaimana mestinya. Terimakasih Wassalamualaikum, Wr, Wb
Jakarta, 22 Juni 2010 Penulis,
Yogyasmara. P. Ardhi KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran Dzat yang paling agung Allah SWT, yang dengan Rahmat dan Rahiem-Nya lah penulis dapat memulai dan menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah dan mencurahkan kepada junjungan alam baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluargnya, serta kita umatnya yang setia yang sampai hari pembalasan nanti. Amien
Dari lubuk hati yang paling terdalam, penulis sadar betul bahwa dibalik keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Bapak DR. Arief Subhan,
MA, serta para pembantu Dekan I bapak Drs. Wahidin Saputra, MA,
pembantu Dekan II bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA, dan pembantu
Dekan III bapak Drs. Studi Rizal LK, MA.
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si dan Ibu Umi Musyarrofah, MA selaku ketua
dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA selaku pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan,
membimbing, memberikan masukan, saran serta kritik yang
i membangun dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas bantuan
dan kesabaran bapak dalam memberikan bimbingan selama ini.
5. Bapak H. Sudardi, selaku dalang dalam perkumpulan seni wayang
kulit Smarangan, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
data-data dalam pembuatan skripsi ini.
6. Pimpinan serta staf perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap dosen Fakultas Imu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas
memberikan ilmu dan pengetahuan selama peneliti melakukan riset,
terimakasih atas semua petunjuk atas bantuannya.
8. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Ketua Sidang, Dra. Hj.
Musfirah Nurlaily, MA selaku Sekertaris, Dr. Hj. Roudhonah, MA
selaku Penguji I, Drs. Sungaidi, MA selaku Penguji II, Dr. H. A. Ilyas
Ismail, MA selaku Pembimbing, di dalam Sidang Munaqosyah pada
hari Senin 14 Juni 2010.
9. Teristimewa untuk Bapak Muslimin dan Ibu Sri Purwati selaku orang
tuaku yang aku cintai, adik-adikku Wawan, dan si kembar Rina-Rini
yang aku sayangi, serta Amelia yang selalu di hatiku dan menemani ku
di saat senang ataupun susah, engkau motivasi dalam hidupku, serta
seluruh keluargaku yang aku hormati.
Dengan penuh ketulusan dan kekurangan yang penulis miliki, penulis
haturkan penghargaan dan bakti yang sedalam-delamnya, dan semoga
ii Allah SWT senantiasa menaungi mereka semua dengan keselamatan,
rahmat, dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat. Amien
10. Teman-temanku KPI D angkatan 2006. bersama merekalah penulis
menimba ilmu di Universitas ini dengan segala duka maupun duka
yang kami tempuh, sukses untuk kita semua. Amien
11. Sahabat setiaku baik suka ataupun duka Robby Auliya, Syafrian Akbar
tanpa dukungan kalian aku tak tau jadi apa, terimakasih banyak. Kita
selalu berjuang bersama untuk cita-cita kita, sekali lagi terimakasih
hidup trio K.
12. Untuk teman-teman perjuangan yang juga tidak dapat kusebut
namanya satu persatu, baik di kampus ataupun di rumah. Terimakasih
untuk teman-teman yang selalu menyemangati dan memberi warna di
dalam hidupku ini.
Akhirnya , dengan mengharap ridho Allah swt, peneliti persembahkan karya tulis ini pada almamater tercinta dan mereka yang konsen pada kajian dakwah komunikasi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi penambah wacana keilmuan dakwah. Penulis mohon do’a dan restu, agar ilmu yang diperoleh bermanfaat dan menuai keberkahan bagi kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat agama, serta bangsa dan Negara ini. Amin.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
iii 1
Nomor : Istimewa Jakarta, 7 April 2010 Lampiran : 1 berkas Perihal : Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Yang Terhormat: Ketua Dewan Pertimbangan Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat
Assalamu’alaaikum Wr.Wb Salam sejahtera saya sampaikan, semoga bapak/ibu senantiasa dalam lindungan Allah SWT, serta selalu sukses dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Selanjutnya saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yogyasmara. P. Ardhi NIM : 106051001901 Semester : VIII Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/KPI
Bermaksud mengajukan judul skripsi yang berjudul ”WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang)”, proposal skripsi selanjutnya diharapkan dapat diteruskan sebagai syarat mendapatkan gelar S.Sos.I dalam jenjang strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan ini saya lampirkan:
1. Outline 2. Proposal Skripsi 3. Daftar Pustaka Sementara
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Mengetahui,
Penasehat Akademik Pemohon
Drs. H. Mahmud Djalal, MA Yogyasmara. P. Ardhi NIP: 150202342 NIM: 106051001901
2
Outline Skripsi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan dan Rumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Metodologi Penelitian E. Sistematika Penelitian BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah 2. Subjek dan Objek Dakwah 3. Metode Dakwah 4. Materi Dakwah 5. Tujuan Dakwah B. Ruang Lingkup Wayang Kulit 1. Pengertian Wayang Kulit 2. Sejerah Perkembangan wayang kulit 3. Dalang Sebagai Juru Dakwah BAB III : PROFIL DALANG KI SUDARDI DAN GAMBARAN UMUM DESA PRINGAPUS SEMARANG A. Sejarah Hidup Ki Sudardi B. Pendidikan Ki Sudardi 1. Secara Formal 2. Secara Informal C. Desa Pringapus Semarang 1. Sejarah Desa Pringapus Semarang 2. Kehidupan Sosial dan Budaya BAB IV : HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA PENELITIAN A. Bahasa Dakwah dalam Pementasan Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi B. Nilai-nilai Dakwah dalam Pementasan C. Teknik Penyampaian pesan dalam Pementasan 3
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
BAB I 4
PENDAHULUAN
A..Latar Belakang Masalah Sejarah adalah mata rantai kehidupan dan kita adalah bagian dari mata rantai kehidupan tersebut. Hanya orang yang pandai menangkap semangat zaman, dialah yang akan menjadi pelita kehidupan. Maka sudah sepatutnya setiap pribadi dari kita memperhatikan waktu dan lingkungannya. Hari kemarin adalah pelajaran hari esok, hari esok adalah harapan dan hari ini adalah kenyataan dan perjuangan untuk mewujudkan harapan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memahami proses kesejarahan bangsanya. Hal ini dapat dimengerti karena berbicara masalah sejarah tidak lepas dari tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi moderen yang semakin pesat, seringkali kita mendengar tentang gejala dehumanisasi, adalah kemrosotan nilai-nilai kemanusiaan dan lain sebagainya. Dengan kemajuan-kemajuan yang di capai itu manusia kurang mampu mengendalikan diri, sehingga kehidupan manusia tidak seimbang baik kehidupan jasmani dan rohaninya. Untuk membentuk manusia yang seimbang diperlukan peranan dari da’i atau pendakwah agar tercipta individu, keluarga, dan masyarakat yang menjadikan islam sebagai pola pikir dan pola hidup agar tercapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akherat 1 Untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah seorang da’I harus mampu dalam menggunakan berbagai media dalam melakukan dakwahnnya. Dari berbagai macam media yang bisan digunakan untuk menyampaikan pesan- pesan dakwah yang bersifat tradisioanal dan modern di antaranya ialah wayang kulit . Pementasan wayang kulit termasuk salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan dakwah. Wayang kulit adalah seni budaya peninggalan leluhur yang sudah berumur berabad-abad dan kini masih lestari di masyarakat, seni pewayangan sudah lama digunakan sebagai media penyampaian nilai-nilai luhur/moral, etika, dan
1 Rosidi, Dakwah Sufistik Kang Jalal, (Jakarta: Paramadina,2004), Cet. Ke-I, h.1 5
religius. Dari zaman kedatangan Islam digunakan oleh para wali songo sebagai media dakwah Islam di tanah Jawa.2 Di masa lalu para ulama dan para wali melakukan pendekatan yang sama dalam menyiarkan agama islam, yaitu melalui media dakwah yang telah menjadi warisan budaya tanah leluhur Indonesia.3 Sehingga proses akultrasi pribumi dengan budaya islam berjalan begitu harmonis. Pendekatan dakwah melalui media wayang kulit sebagai hasil dari kebudayaan Mempunyai beberapa kelebihan yang langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini. Pertama, kebudayaan wayang kulit sudah mendarah daging pada masyarakat khusunya masyarakat jawa tengah. kedua, pementasan atau pertunjukan wayang kulit selalu menyampaikan nilai-nilai yang sedikit banyaknya akan membawa pengaruh bagi para penggemarnya. ketiga, media wayang kulit dalam pementasannya banyak mengandung falsafah kehidupan dan tata nilai yang luhur, pada masyarakat jawa khususnya yang berada di pringapus semarang yang masih menggunakan wayang kulit sebagait media dakwah. Keberhasilan dakwah melalui wayang kulit tergantung pada beberapa variable. Pertama, wujud wayang kulit merupakan kulit yang dibentuk hingga menyerupai sosok yang mempunyai karakter, diantaranya baik, jahat, kaya, miskin, dll. Melalui variable wayang kulit ini bisa menciptakan karakter yang islami diantarannya adalah karakter kyai atau ulama4 Kedua, adalah cerita yang menggambarkan situasi kejadian dan pesan-pesan yang ada dalam pementasan wayang kulit. Cerita dalam pewayangan juga berfungsi sebagai media dakwah atau sebagai sarana untuk menyampaikan ajaran keagaaman.5 Ketiga, adalah dalang, karena sosok dalang sesungguhnya bukan seorang dewa (juru penerang yang serba bisa) tetapi juga bisa disebut pembawa kaca benggala (cermin besar) yang berperan sebagai seorang budayawan, guru, kritikus, dan seorang juru bicara yang
2 Hazim Amir, Nilai-nilai Etis Dalam Wayang, (Jakarta: CV.Mulia Sari, 1991), Cet.Ke-I, h. 16 3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-IV, h.203 4 Sri Mulyono, Wayang; Asal Usuil Filsafat dan Masa Depannya (PT, Gunung Agung, 1976) h.154 5 Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistisme dalam Wayang (Jakarta: PT.Gunung Agung, 1979), Cet. Ke-I, h. 77 6 bisa mengartikilasi isi hati, alam pikiran dan alam rasa6 Ini merupakan variable sentral terhadap keberhasilan pementasan wayang kulit, sehingga dapat menarik perhatian masyarakat. Salah satu pementasan wayang kulit yang berada di Pringapus Semarang, dalam sejarahnya , sejah zaman dahulu wayang kulit bisa dikatakan media yang sampai sekarang masih digaunakan dalam aktifitas berdakwah, masyarakat Pringapus Semarang adalah masyarakat yang sederhana mereka adalah masyarakat yang agraris, hasil bumi berupa beras, dan sayur-sayuran merupakan komiditas yang mereka andalkan untuk pendapatan mereka sehari-hari. Tak bedanya dengan desa-desa lain dapat dikatakan memiliki pertumbuhan yang cukup lambat di dalam pembangunan, keberhasilan wayang kulit sebagai media dakwah di pringapus semarang masih dapat dirasakan yang terlihat dari sikap dan tutur kata masyakat Pringapus Semarang. Berdasarkan latar belakang maslah di atas maka penulis menusun skripsi dengan judul ”WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Studi Pada Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang)”B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan ini lebih terarah, maka penulis hanya membatasi pembahasan ini pada daerah pementasan wayang kulit pada masyarakat Pringapus Semarang saja tanpa harus melebar luas ke topik pembahasan yang lain.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apa bahasa dan nilai-nilai dakwah dalam pementasan wayang kulit dalang Ki Sudardi di desa Pringapus Semarang ? b. Bagaimana teknik penyampaian pesan-pesan dakwah dalam pementasan wayang kulit dalang Ki Sudardi di desa Pringapus Semarang.
6 Suwaji Bastomi, etika, Nilai-nilai Seni Pewayangan, (Semarang; Dahara Prize, 1993), Cet.ke-I h.59 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Penulis ingin mengungkap lebih dalam tentang kiprah pementasan wayang kulit Ki Sudardi sebagai media dakwah pada masyarakat Pringapus Semarang. b. Penulis ingin mengetahui lebih dalam pandangan masyarakat terhadap wayang kulit Ki Sudardi di Pringapus Semarang c. kajian ini memberikan kontribusi bagi khazanah sejarah islam Indonesia. Untuk menambah literatur kebudayaan yang berkaitan dengan sejarah Islam yang ada di Indonesia. d. Untuk memenuhi gelar sarjana pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi wacana keilmuan dakwah, khususnya program dakwah melalui media seni seperti wayang kulit sebagai media dakwah. b. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan baru bagi para aktivis dakwah, akademisi serta masyarakat umum yang konsen pada perkembangan dakwah untuk menjadikan seni budaya wayang kulit sebagai media dakwah. c. Hasil penelitian ini menjadi acuan bagi masyarakat yang mencintai seni budaya wayang kulit dan para budayawan agar dapat melestarikan bahkan mengemas seni budaya tersebut sehingga lebih dirasakan manfaatnya khususnya dalam syiar Islam.
D. Metodologi Penelitian Penulisan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriftif dengan metode deskriptif anlisis. Penulis akan menggambarkan dan menguraikan secara factual apa yang dilihat dan ditemukan dari objek penelitian ini. Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian kualitatif mendefinisikan “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang 8 menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.7 Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfungsi untuk mendata atau mengelompokan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentukan suatu bidang persoalan yang ada.8 1. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Ki Sudardi. Dan objek dari penelitian ini adalah Pementasan Wayang Kulit di Pringapus Semarang.
2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dimulai pada tanggal 10 April 2010 sampai 10 Juni 2010. Sedangkan tempat penelitian ini adalah Pringapus Semarang.
3. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi, yaitu pengamatan langung terhadap pementasan wayang kulit di Pringapus Semarang. b. Wawancara, yakni suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang narasumber dalam hal ini Ki Sudardi. Maksud dari wawancara ini adalah untuk mengungkap riwayat hidup, aktifitas dan lain-lain, terutama untuk melengkapi data, guna menjawab rumusan masalah yang peneliti ajukan. c. Study Dokumentasi, adalah merupakan tekhnik yang juga dilakukan dalam mengumpulkan data berupa buku, majalah, makalah, ataupun literatur-literatur lainnya. Peneulis akan mengumpulkan beberapa foto, video, dan gambar aplikasi Dalang Ki Sudardi pada pementasan di Pringapus Semarang.
4. Tekhnik Analisa Data Analisa data menurut Patton (1980), adalah proses mengatur uraian data. Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Ia
7 Lexy. J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdya Karya, 1933) cet. Ke- 1, h. 3 8 Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998) h. 6 9
membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.9
5. Tekhnik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada buku “Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi ( FDK)” yang diterbikan oleh Dakwah Press tahun 2006-2007.
E. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dengan perincian sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat pnelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis, yang memuat ruang lingkup dakwah berupa, pengertian dakwah, subjek dan objek dakwah, metode dakwah, materi dakwah, dan tujuan dakwah. Ruang lingkup wayang kulit yaitu, pengertian wayang kulit serta perkembangan wayang kulit, dan dalang sebagai juru dakwah. BAB III : Mendeskripsikan mengenai profil dalang Ki Sudardi yang terdiri dari riwayat hidup, pendidikan, pengalaman beliau serta aktifitas dalam pementasan wayang kulit di Pringapus Semarang. BAB IV : Dalam bab ini berisikan data penelitian dan analisa data penelitian, menguraikan tentang kiprah pementasan wayang kulit oleh dalang Ki Sudardi, serta pandangan masyarakat mengenai kiprah wayang kulit di Pringapus Semerang. BAB V : Penutup, memuat kesimpulan yang didasarkan pada uraian-uraian dan bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya dan juga memuat saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.
9 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 103 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab (da’a) yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu. Dan yang kedua yaitu : (yad’u) yang artinya memannggil, mendo’a dan memohon.10 Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata da’a (fi’il madhi) dan yad’u (fi’il mudhari’) yang artinya memanggil (to call), mengundang ( to invite), dll. (Warson Munawir, 1994 : 439). Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf : 33 dan Surat Yunus : 25. Dalam Al Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Isalam dan kebaikan, 7 kali ditemukan dalam makna mengajak kepada mereka dan kejahatan
Beberapa dari ayat tersebut adalah : 1. Mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ( QS. Ali Imran : 104) 2. mengajak manusia kepada jalan Tuhan (QS an-Nahl : 125) 3. Mengajak manusia kepada agama Islam (QS as-Shaf : 7) 4. Mengajak manusia kepada jalan yang lurus (QS al-Mukminun : 73) 5. Memutuskan perkara dalam kehidupan umat manusia, kitabullah dan sunnaturrasul (QS an-Nur : 48 dan 51, serta QS Ali Imran : 23) 6. Menggajak ke surga (QS al-Baqarah : 122)
Definisi dakwah di dalam Islam adalah sebagai kegiatan “mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah di jalanNya serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata mengajak,
10 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h. 127
11
memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan dakwah dalam ruang lingkup tabligh. Kata bashirah untuk menunjukkan dakwah itu harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat meniti jalan Allah untuk menunjukkan tujuan dakwah yaitu mardhatillah (keridhoan Allah). Kalimat istiqamah di jalan-Nya untuk menunjukkan dakwah itu harus berkesinambungan. Sedangkan kalimat berjuang bersama meninggikan agama Allah untuk menunjukkan dakwah bukan untuk menciptakan kesalehan pribadi. Untuk mewujudkan masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus bersama-sama. (Muhammad Ali Aziz, 2004: 4).
Definisi di atas mencakup pengertian-pengertian sebagai berikut: 1. Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. 2. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja. 3. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode. 4. Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah. 5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan yang mengubah pandangan hidup, sikap batin dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntunan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Sedangkan secara istilah dakwah didefinisikan beragam. Hal ini tergantung dari sudut mana para ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian atau definisi dakwah itu sendiri. a. Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.11
11 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung Mizan. 1996), Cet ke-XIX, h. 194. 12
b. Menurut Syekh Muhammad Abduh, ringkasnya dakwah adalah menyeru kepada kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar adalah fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim. 12 c. Arifin, M. Ed. Mengatakan bahwa dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan, baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yan disampaikan padanya tanpa unsur paksaan. 13
Jadi dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar , terncana, dan usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni agar manusia hidup dengan penuh kebahagiaan dunia akhirat tanpa adanya unsur paksaan.
2. Subjek dan Objek Dakwah Subjek dakwah (ulama, mubaligh, dan da’i), yaitu orang yang melaksanakan tugas dakwah. Pelaksanaan tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok manusia yang memiliki nilai keteladanan yang baik (usawatun hasanah) dalam segala hal.14 Daerah Da’i adalah mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra modern dan merajalelanya individualisme. Da’i berbeda di tengah gejolak masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat dikatakan behwa da’i adalah seorang yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari berbagai segi, psikologi, sosial, budaya, etnis, ekonomi, politik, mahluk tuhan ahsani takwim.15
12 Sayyid. M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islami,(Solo: Citra Islami Press, 1996), h.28 13 Arifin, M. Ed, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 54 14 Rafiudin, Maman Addul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, hal. 47 15 M. Syafaat Habin, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1982), cet Ke-1, hal.106 13
Muhammad Ghazali juga menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah, yaitu: pengetahuan mendalam tentang Islam dan juru dakwah harus memiliki jiwa kebenaran (ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan, kesadaran, kemajuan).16 Objek dakwah itu juga disebut mad’u, yaitu orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Berdasarkan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat bila dilihat dalam aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya tarbagi menjadi: a. Sasaran yang menyangkut kelempok masyarakat, dilihat dari segi sosiologis barupa masyarakat yang terasing, pedesaan, kota besar dan kota kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar. b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat yang dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masarakat dilihat dari segi sosial struktural berupa golongan priayi, abangan dan santri. Klasifikasi terutama terdapat dalam masyarakat di jawa. d. Sasaran yang berhubunagn dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua. e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan mkiskin. f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan), berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.17
3. Metode Dakwah Dalam melakukan suatu kegitan dakwah, diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu cara dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Metode dakwah adalah cara yang dipakai da’i dalam menyebarkan agama Islam.
16 Ibid, h. 167 17 M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), ed. Ke-2 cet. Ke-4, hal. 47 14
Menurut Drs. Abdul Kadir Munsyi: Metode artinya cara untuk menyampaikan sesuatu. Yang dinamakan metode dakwah ialah, cara yang dipakai atau yang digunakan untuk memberikan dakwah. Metode ini penting untuk mengantarkan kepada tujuan yang akan dicapai.18 Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkapkan masalah dakwah namun dari kesekian banyak ayat itu, yang dapat dijadikan sebagai acuan utama dalam prinsip metode dakwah secara umum adalah surat an-Nahl ayat: 125, yaitu: