Analisis Framing Tirto.Id Dan Kumparan Pada Pemberitaan Kasus Ujaran Kebencian Habib Bahar
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL LONTAR II VOLUME 8 NOMOR 1 II JANUARI-JUNI 2020 Analisis Framing Tirto.Id dan Kumparan pada Pemberitaan Kasus Ujaran Kebencian Habib Bahar Achmad Muayad1, Mayasari2, Siti Nursanti3 1Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang E-mail: [email protected] 2Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang E-mail: [email protected] 3Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang E-mail: [email protected] ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana struktur frame yang dibentuk media online Tirto.Id dan Kumparan dalam memberitakan kasus ujaran kebencian Habib Bahar bin Smith terhadap Presiden Joko Widodo. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis framing menurut Pan Zhongdang dan Gerald M. Kosicki. Hasil penelitian ini menunjukan, berdasarkan analisis pada struktur sintaksis, Tirto.Id dan Kumparan ingin terlihat netral atau tidak memihak. Secara retoris, baik Tirto.Id maupun Kumparan menekankan bahwa Habib Bahar bersalah, selain itu Tirto.Id mendorong pihak Kepolisian menyelesaikan kasus ini secara objektif dan tanpa pandang bulu, sedangkan Kumparan terlihat mencoba menonjolkan kehidupan Habib Bahar. Secara Skrip, kedua media ini sama-sama memiliki kekurangan pada kelengkapan unsur skrip (5W+H) dalam beberapa artikel berita yang diposting. Sedangkan, dilihat dari struktur tematis, tema yang berkaitan informasi yang disampaikan Kumparan terlihat lebih luas dibandingkan Tirto.Id, hal tersebut dibuktikan dengan porsi pemberitaan yang lebih banyak. Namun, dilihat dari penulisan informasi, Tirto.Id terlihat lebih piawai dibanding Kumparan, Tirto.id menulis dan menyusun informasi secara runtut dan rapi. Kata Kunci: Analisis Framing, Ujaran Kebencian, Habib Bahar, Tirto.Id, Kumparan ABSTRACT This study aims to find out and describe how the frame structure was formed by Tirto.Id and Kumparan online media in reporting Habib Bahar bin Smith's hate speech cases to President Joko Widodo. The analytical method used is framing analysis according to Pan Zhongdang and Gerald M. Kosicki. The results of this study indicate, based on an analysis of the syntactic structure, Tirto.Id and Kumparan want to look neutral or impartial. Rhetorical structure, both Tirto.Id and Kumparan emphasized that Habib Bahar was guilty, besides that Tirto.Id encouraged the Police to resolve this case objectively and indiscriminately, while Kumparan was seen trying to accentuate the life of Habib Bahar. In Script structure, both of these media both lack the completeness of script elements (5W + H) in several news articles posted. From the thematic structure, the themes related to the information conveyed by Kumparan appear to be wider than Tirto.Id, this is evidenced by the greater reporting portion. However, judging from the writing of information, Tirto.Id looks more skilled than Kumparan, Tirto.id writes and compiles information in a coherent and neat manner. Keywords: Framing Analysis, Hate Speech, Habib Bahar, Tirto.Id, Kumparan PENDAHULUAN sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan Komunikasi merupakan kebutuhan fisik maupun batin. Ketika lapar, seorang bayi setiap manusia. Komunikasi digunakan akan menangis, ketika senang, seorang anak COPYRIGHT@LONTAR2020 JURNAL LONTAR II VOLUME 8 NOMOR 1 II JANUARI-JUNI 2020 akan tertawa, dan ketika sedih seorang ibu warna, bahasa sebagai alat komunikasi, dan akan menangis. Begitulah proses komunikasi. lain-lain. Sementara itu, yang dimaksud Tidak hanya soal bahasa, tetapi simbol dan dengan proses komunikasi sekunder adalah raut muka itu juga bagian dari komunikasi. proses penyampaian pesan kepada orang lain Itulah mengapa komunikasi perlu dipelajari, dengan menggunakan alat sebagai media guna mencegah terjadinya miskomunikasi. (Effendy, 2006:11-18). Secara teoritis, menurut Everett M. Rogers Pada proses komunikasi sekunder, sebagaimana dikutip Mulyana dalam buku media memegang peranan yang sangat penting „Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar‟, dalam proses komunikasi karena lebih efektif komunikasi adalah proses dimana suatu ide dan efisien dalam menjangkau khalayak dan dialihkan dari sumber kepada suatu penerima menyampaikan pesan. Ilmu Komunikasi atau lebih, dengan maksud untuk mengubah memiliki fokus studi tersendiri dalam kajian tingkah laku mereka. Sedangkan, ilmu media massa, yakni Komunikasi Massa. Media komunikasi merupakan cabang ilmu sosial massa merupakan sarana utama dalam sistem yang mempelajari tata cara berkomunikasi dan komunikasi massa. Menurut DeVito ( dalam segala hal yang berkaitan dengan proses Khalik, 2013), komunikasi massa dapat komunikasi. Lingkup dari komunikasi itu didefinisikan dengan memusatkan perhatian sendiri adalah komunikator , pesan, media, pada unsur-unsur yang terlibat dalam tindakan komunikan (penerima pesan), dan feedback komunikasi dan mengaitkannya dengan (Mulyana, 2007). Komunikasi merupakan operasional media massa. Unsur-unsur yang sarana bagi manusia untuk mengekspresikan dimaksud adalah sumber, khalayak, pesan, keresahan yang dialami, juga menunjukan proses, dan konteks. Untuk menyusun dan eksistensi diri, tujuannya tentu untuk memproduksi pesan dalam komunikasi massa, mendapatkan simpati. Melalui komunikasi membutuhkan biaya yang sangat besar karena seseorang dapat mengetahui keinginan orang bekerja dalam institusi yang besar dan rumit lain, begitu pula sebaliknya. Jadi, tak bisa serta melibatkan banyak orang (Khalik, dipungkiri komunikasi memiliki kedudukan 2013:4). Konsepnya sama saja dengan yang sangat penting dalam peradaban manusia komunikasi pada umumnya. Hanya saja, di bumi ini. Meski begitu, proses komunikasi Komunikasi massa melibatkan banyak orang tak selalu mulus. Proses komunikasi dikatakan ketika proses komunikasi berlangsung. Selain berhasil ketika kedua pihak saling mencerna itu, pesan yang akan disampaikan bersifat dengan baik pesan masing-masing sehingga universal dan akan diterima khalayak secara menimbulkan respon yang dikehendaki. Maka serempak. Efek yang ditimbulkan pun akan diperlukan komunikasi yang efektif. Efektif semakin kuat. Dengan demikian akan dapat dipahami sebagai “the communication is menghasilkan feedback yang kompleks dan in tune”, yaitu kedua belah pihak yang beragam. Dalam komunikasi massa, efek yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan ditimbulkan khalayak terhadap suatu yang disampaikan, lalu pesan harus mampu informasi yang disampaikan menjadi studi dimengerti, dipersepsi dan mampu yang sangat menarik oleh penulis. Banyak menghasilkan reaksi (action)(Putri, 2018). teori-teori dari para ahli yang mengkaji Menurut Effendy, proses komunikasi komunikasi massa. Teori kultivasi (George dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu proses Gerbner), teori Jarum Hipodermik, teori Uses komunikasi primer dan proses komunikasi and Gratification, dan masih banyak lagi. sekunder. Yang dimaksud dengan proses Kekuatan pers (media massa) dalam komunikasi primer adalah proses penyampaian membangun peradaban masyarakat pesan kepada orang lain yang dilakukan sesungguhnya terletak pada kekuatan efek dengan menggunakan lambang atau simbol yang dimilikinya. Bahkan, menurut McLuhan, sebagai media seperti isyarat, gambar, bukan hanya pesan-pesan, bentuk media saja COPYRIGHT@LONTAR2020 JURNAL LONTAR II VOLUME 8 NOMOR 1 II JANUARI-JUNI 2020 sudah bisa memengaruhi massanya. dikemukakan McCombs dan DL Shaw, Sedangkan, menilik keilmuan linguistik, Most dengan asumsi bahwa jika media memberi forms of media production are realized into tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu the language. Therefore, the relationship akan memengaruhi khalayak untuk between language and the media is two things menganggapnya penting. Jadi, apa yang that cannot be separated (Mayasari, dianggap penting bagi media, maka penting Darmayanti and Riyanto, 2013). Lebih jauh, juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabila dalam perspektif sosiologis, menurut media massa memberi perhatian pada isu Newcomb (dalam Muhtadi, 2008), perubahan tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan sikap suatu masyarakat pada umumnya memiliki pengaruh terhadap pendapat umum dipengaruhi oleh adanya informasi baru yang (Bungin, 2006:285). dipandang relevan dengan tuntutan Realitas yang terjadi saat ini, pesan kondisional, kapan dan dimana informasi itu ibarat pisau dan media sebagai pemiliknya. diterima. Bersamaaan dengan munculnya Pisau bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan respon terhadap stimuli informasi, secara pemiliknya, jika ingin memotong benda yang bertahap dan disadari ataupun tidak disadari, besar tentu diperlukan pisau dengan ukuran perubahan itu mulai terjadi. Besar kecilnya yang besar, begitu pun tingkat ketajamannya perubahan, salah satunya bergantung pada bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam kekuatan efek media yang menjadi salurannya. konteks komunikasi massa pun begitu, pesan Sebagai penyalur informasi, media massa dapat dimanipulasi melalui kontruksi frame merupakan kekuatan yang mampu yang dibuat media dalam kepentingannya. memengaruhi sekaligus merubah perilaku Ingin menciptakan opini publik yang lebih masyarakatnya, termasuk perilaku politik yang besar, dengan framing bisa dilakukan. Namun, biasanya menjadi target dari partai-partai keadaan ini tentu berlawanan dengan pedoman politik atau kekuatan-kekuatan politik lainnya. jurnalisme yang ada, tetapi apa mau dikata Sebab media massa, sesuai dengan sifat dan ketika konflik kepentingan sudah menjadi fungsi yang diperankannya, selalu berusaha haluan. menyajikan informasi terbaru dan dipandang Sejalan dengan Yesicha dalam karya relevan bagi masyarakatnya (Muhtadi,