p-ISSN: 2302-5476 e-ISSN: 2579-3934 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102

Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI

Veronika Puji Astuty a,1 Novisiat Konggregasi SPM, Malang a [email protected] 1

ABSTRACT The Church as the mystical body of Christ is called to sanctification (LG 42). The Church’s challenge to live up to the vocation of sanctification faces the challenge of antrophocentrism in modern times. The severity of the challenges experienced by the Church in modern times demands mili­ tancy of the spiritual life that is rooted in the Eucharist. This article aims Keywords: to discuss the Eucharist as the root of all forms of the Church sanctifica­ ; tion in the world as viewed by Raniero Cantalamessa and Pope Benedict Benediktus XVI; XVI. Both Cantalmessa and Pope Benedict XVI show that the sanctification Ekaristi; pengudusan; within the Church is rooted in the Eucharist. Through Eucharist as the antroposentrisme; real encounter, the Church is transformed by the divine power of Christ transformasi which revives, moves, supports, and strengthens the pilgrimage of Church in this world. This problem is approached by scrutinizing the viewpoints by Raniero Cantalamessa and Pope Benedict XVI by carrying out the criti­ cal history method and library research. Then, the writer synthesizes the two viewpoints on the Eucharist as the root of sanctification. This writing is expected to be a viewpoint contribution to spiritual life of all Christians in living the call to the sanctification.

PENDAHULUAN

Panggilan kekudusan merupakan ben- dengan Gereja. Persatuan Gereja dengan tuk partisipasi Gereja terhadap karya pen- Kristus di dalam Ekaristi memungkinkan damaian Allah yang terpenuhi dalam diri terjadinya transformasi sifat, nilai dan aja- Yesus Kristus melalui sengsara, wafat dan ran Kristus. Pokok permasalahanya ada- kebangkitan-Nya. Kesinambungan partisi- lah dalam era globalisasi ini sejauh mana pasi Gereja dari zaman ke zaman melalui Ekaristi berdampak dan dan berdaya ubah panggilan kekudusan terletak pada kesa­ dalan diri Gereja? Jika Ekaristi berdampak tuan-Nya dengan Kristus. Ekaristi adalah dan berdaya ubah dalam diri Gereja sebagai saat Kristus hadir secara nyata dan bersatu Tubuh Mistik Kristus seberapa efektif ber-

DOI: 10.24071/jt.v9i1.2459 W: http://e-journal.usd.ac.id/index.php/jt | E: [email protected] JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 dampak dalam kehidupan sosial masyarakat baptis.1 Panggilan kekudusan berlaku untuk yang semakin sekular? Pokok permasalahan semua umat kristiani yang dibaptis dan bu- ini yang akan penulis olah dalam tulisan il- kan hanya melalui panggilan hidup bhakti. miah ini dengan memakai metode pustaka Paus Fransiskus mendefinisikan ‘keku- deskriptif-analitik dengan bentuk komparasi dusan’ dengan mengacu pada definisi Paus antara dua pemikiran tokoh yakni Raniero Emeritus Benediktus XVI yakni “kekudusan Cantalamessa dan Paus Benediktus XVI. adalah kasih yang dihidupi dalam kepenuh­ Pemikiran teologis kedua tokoh tersebut an”.2 Ia memberikan penjelasan lebih lanjut dibandingkan dengan metode historis kritis. dengan mengutip ajaran pendahulunya yak- Tulisan ini disusun berdasarkan perspektif ni bahwa kasih yang dihidupi dalam kepenu- teologis, khususnya Sakramentologi sebagai han orang-orang yang dibaptis berasal dari batasan dan jangkauan dengan berfokus kasih Kristus yang hidup dalam diri umat- pada pandangan kedua tokoh. Nya berkat daya Roh Kudus. Hal ini menjadi tolak ukur kekudusan dalam diri umat kris- PANGGILAN KEKUDUSAN BAGI UMAT tiani (G.Ex 21).3 Jalan menuju kekudusan KATOLIK DI ERA MODERNISASI yang dianjurkan oleh Paus Fransiskus ada- lah sering merayakan Sakramen Ekaristi.4 Panggilan kepada kekudusan bagi umat Seperti diajarkan oleh Paus Emeritus Bene- kristiani di zaman modern tidak mudah. Ke- diktus XVI, Ekaristi sangatlah penting untuk majuan teknologi dan media komunikasi di dapat menjalankan misi panggilan kekudus­ era modern menurut penulis lambat laun an sebab dalam Ekaristi umat kristiani di- menjauhkan Gereja dari intimitas dengan satukan menjadi satu daging dan dalam ko- Allah. Rasa perasaan (sense) akan kehadi- muni suci umat kristiani menjadi satu Roh ran Yang Ilahi dalam diri sesama, alam cip- dengan Kristus.5 taan dan dalam diri sendiri semakin retak. Retaknya hubungan manusia dengan Yang Ajaran Gereja mengajarkan bahwa Ilahi berdampak pada partisipasinya me­ panggilan kepada kekudusan, bukanlah se­ nguduskan dunia. suatu yang ditambahkan, sebab Umat Allah merupakan anggota Tubuh Mistik Kristus. Paus Fransiskus menggemakan kemba- Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk li kesadaran Gereja akan panggilan kepada menguduskan Gereja (LG 39). Umat Al- kekudusan. Melalui seruan apostolik keti- lah dalam segala kondisi hidup, tugas serta ga yang berjudul Gaudete et Exsultate (se- keadaan dipanggil kepada jalan kekudusan. lanjutnya disingkat G.Ex), Paus Fransiskus memberikan pandangan yang luas akan makna kekudusan sebagai panggilan dasar 1 Frank Donio, “Gaudate et Exsultate: The Call to Holiness in Today’s World”, April 2018, tersedia dari https://www.catho­ umat kristiani. Fr. Frank Donio, seorang licapostolatecenter.org/blog/gaudete-et-exsultate-the-call-to- direktur Catholic Apostolate Center ber- holiness-in-todays-world; diakses 10 Mei 2018. 2 Fransiskus, Gaudete et exultate (19 Maret 2018), art 21 pendapat bahwa seruan pastoral Paus Fran- (Padraig McCormack, Ireland: Veritas Puplications, 2018). “Ho- liness is charity lived to the full.” siskus tentang kekudusan bukanlah hal yang 3 “As a result, the measure of our holiness stems from the sta­ mudah diterima oleh sebagian besar umat ture that Christ achieves in us, to the extent that, by the power of Holy Spirit, we model our whole life on his.” kristiani sebagai konsekwensi sakramen 4 Alan L. Anderson, “A Curious Absence in Gaudate et Exul- tate”, April 2018; Tersedia dari https://www.thecatholicthing. org/2018/04/15/a-curious-absence-in-gaudete-et-exsultate/; diakses 11 Mei 2018. 5 Alan L. Anderson, “A Curious Absence in Gaudate et Exultate”.

86 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 Atas dasar iman, umat kristiani menerima wanita yang melahirkan. Panggilan Gereja rahmat dari Bapa untuk bekerja sama de­ kepada kekudusan memberikan wajah baru ngan kehendak Ilahi-Nya yang menampak- bagi dunia yang suram. Melalui panggilan kan dan menghadirkan cinta kasih Allah ter- kekudusan, Gereja diundang untuk mem- hadap dunia (LG 41). Manusia hanya dapat berikan oase, menghadirkan pandangan menghadirkan cinta kasih Allah jika dalam yang berbeda dari pandangan umum yang dirinya dipenuhi olehnya. Cinta kasih Allah berkembang. Untuk itu Gereja perlu kem- bertumbuh dan berakar dalam jiwa manu- bali kepada sumber dan puncak hidupnya sia diantaranya melalui penerimaan sakra- yakni Ekaristi. Daripadanya Gereja meny- men-sakramen terutama Ekaristi (LG 42). erap secara penuh daya-daya kekudusan dari Kristus. Dalam Ekaristi umat kristiani Berpijak pada ajaran Gereja dan anjuran mengalami kesatuan dengan Kristus seca- Bapa Suci akan mendasarnya panggilan ke- ra nyata dan menerima motivasi serta ke- pada kekudusan, sangat penting bagi umat kuatan sebagai seorang Kristen sejati. Oleh kristiani untuk kembali ke kedalaman hidup Tubuh dan Darah Anak Domba yang telah rohani untuk bersatu dengan Allah Sang dikorbankan setiap kali Ekaristi, Kristus sumber kekudusan. Persatuan dengan Kris­ memelihara dan memberi kekuatan kepa- tus dalam sakramen Ekaristi menjadi akar da Gereja untuk mengikuti jejak-Nya (bdk. yang menopang panggilan Umat Allah kepa- 1 Ptr 2:21).7 Untuk menggali lebih dalam da kekudusan. Sebab Ekaristi sebagai sum- akan esensi Ekaristi sebagai akar dari sega- ber dan puncak hidup Gereja (LG 11) mem- la bentuk kekudusan berikut akan diuraikan berikan daya yang mengubah. gagasan dua tokoh yang saling melengkapi Gereja sebagai Umat Allah yang hidup dan memperkuat. di zaman modern ini perlu menggali mak­ na kekayaan Ekaristi secara kontekstual. RANIERO CANTALAMESSA: Ekaristi bukan sekedar sebuah ritus yang KRISTUS PANCARAN DAN SUMBER dirayakan. Hal yang mendasar dalam Eka- KEKUDUSAN GEREJA risti adalah hidup dalam kesatuan ilahi dan insani. Menurut beberapa sejarawan, Gereja Raniero Cantalamessa, seorang peng­ mampu bertahan dari komunitas awali hing- khotbah kepausan mempunyai pemikiran ga saat ini karena pengalaman eskatologis tentang Ekaristi sebagai pengudusan Gere- koinonia dalam Ekaristi baik secara vertikal ja. Berangkat dari pemahamannya tentang dengan kepalanya maupun horizontal yakni Kristus yang mempunyai dua elemen ke- dengan sesama.6 kudusan yakni tidak mempunyai dosa dan ketaatan kepada kehendak Bapa-Nya,8 Can- Bertolak dari fenomena dampak moder- talamessa berpendapat bahwa di dalam diri nisasi bagi keberlangsungan hidup, peran Kristus terpantul kekudusan Allah. Kristus Gereja di tengah dunia sangatlah penting. satu-satunya manusia yang kudus, “Maha Panggilan kepada kekudusan bagi setiap pri- Kudus” yang sejati. Karena kekudusan-Nya badi umat Allah menjadi harapan bagi dunia yang sedang mengerang kesakitan bagai 7 John Paul II, General Audience 8 April 1992, tersedia dari https://adoremus.org/2007/12/31/Catechesis-of-His-Holi- ness-John-Paul-II-on-the-Eucharist/; diakses 11 Mei 2018. 6 S.T Kimbrough Jr, Holiness in The Perspective of Eucharis- 8 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, tic Theology (Orthodox and Wesleyan Spirituality, SVS Press, diterjemahkan oleh Alan Neame (Collegevile: Liturgical Press, 2002), 101-116. 1991), 13.

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 87 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 Kristus menjadi pusat dari realitas dan se- (1 Kor 6:19-20).13 St. Paulus dalam suratnya jarah (bdk. Dan 9:24).9 Kristus adalah sum- kepada jemaat di Filipi memberikan kesaksi- ber dan puncak kekudusan. an bahwa ukuran kebenaran bukan karena mentaati hukum Taurat melainkan keper- Menurut Cantalamessa, kekudusan da- cayaan akan Kristus. Kekudusan yang ada pat dicapai dengan dua cara yakni melalui dalam dirinya bukanlah miliknya melainkan iman dan sakramen-sakramen. Iman adalah milik Kristus (Fil 3:9).14 Kristus menganu- satu-satunya kemungkinan yang menghu- gerahkan rahmat kekudusan dalam diri se- bungkan manusia dengan Kristus. Cantala- tiap orang yang dibaptis. Sakramen baptis messa mengutip ajaran St. Agustinus “Sia- me­ngembalikan rahmat pengudusan yang pa yang percaya kepada Kristus menyentuh semula hilang karena dosa. Kristus”.10 Dengan iman manusia dapat berelasi dengan Allah sumber kekudusan. Melalui sakramen Ekaristi manusia se- Dengan iman Kristus memberikan hatinya cara langsung dapat berkomunikasi dengan bagi seluruh umat manusia (bdk. Ef 3:17). Allah melalui Kristus dan Kristus mentrans- Namun iman dapat disentuh langsung dan formasikan diri-Nya ke dalam diri umat bekerja secara efektif dalam sakramen.11 Kristiani.15 Setiap kali Ekaristi dirayakan, Gereja senantiasa diperbarui. Ekaristi tidak Kristus mengalirkan kekudusan melalui hanya mempersatukan Gereja sebagai com­ sakramen baptis dan Ekaristi. Sakramen munio, melainkan Kristus mempersatukan baptis menjadi gerbang Gereja untuk ma- seluruh Gereja dengan diri-Nya. Dalam satu suk dalam himpunan Anak-anak Allah. Sa- Gereja bukan terdiri dari dua tu- kramen Ekaristi menjadi akar yang daripa- buh, dua pikiran, dua kehendak melainkan danya Gereja mendapatkan daya-daya Ilahi satu tubuh, satu pikiran dan satu kehendak dan warisan pemberian diri Kristus kepada dengan Kristus (bdk. 1Kor 6:17).16 Maka ke- kehendak Bapa. Melalui kedua sakramen kudusan yang senantiasa diperbarui setiap tersebut Gereja lestari memelihara panggil­ kali Gereja merayakan Ekaristi menggerak- an kekudusannya oleh karena daya transfor- kannya untuk keluar dari dirinya sendiri. masi sakramen. Kekudusan berkat persatuan dengan Kristus Transformasi Kekudusan melalui Sakramen dalam Ekaristi mengandung perutusan un- tuk menguduskan dunia, yakni dengan pela- Kristus suci dan membuat yang dibaptis yanan kepada sesama. juga suci. Kristus sebagai Putera Allah men- jadikan yang dibaptis juga sebagai anak-anak Di dalam Ekaristi tubuh dan darah Bapa serta ahli waris (Rm 8:17).12 Baptisan Tuhan memberikan kepada Gereja energi mempunyai dampak yang istimewa dalam Ilahi.17 Penyerahan diri-Nya di kayu salib hidup orang Kristiani. Sebab dengan bapti- melampaui batas waktu dan ruang. Ia men- san orang masuk dalam himpunan para pili- cintai Gereja sejak Allah menciptakannya han, menjadi milik Kristus lebih dari dirinya sendiri, begitu pula Kristus menjalin keinti- 13 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 19. man dan bersatu dengan umat pilihan-Nya 14 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 19. 15 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 21. 16 Raniero Cantalamessa, This is My Body: Eucharistic Reflections 9 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 14. Inspired by Adoro Te Devote and Ave Verum (Boston: Pauline 10 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 20. Books and Media, 2005), 98. 11 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 20. 17 Raniero Cantalamessa, The Mystery of the Transfiguration 12 Raniero Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 19. (Cincinnati, Ohio: St. Anthony Messenger Press, 2008), 84.

88 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 hingga akhir zaman.18 Cantalamessa me­ alam semesta yang tidak bernyawa. Cantala- ngutip pemikiran Gabriel Marcel dalam bu- messa menjelaskannya demikian: “Ekaristi kunya Loving the Church: Scriptual Medita­ tampak sebagai pusat dan matahari, bukan tions for the Papal Household bahwa mahluk hanya bagi Gereja, tetapi bagi seluruh kema- itu ada karena telah dicintai. Ini terutama nusiaan dan seluruh alam semesta yang tak berlaku untuk Gereja.19 Ia menjadikan Ge- berjiwa.”21 Gereja menyadari Kristus sebagai reja “suatu kurban hidup yang berkenan pusat, maka daya pengudusan Kristus bagi kepada Allah”.20 Dengan demikian pengu- dunia semestinya mengalir secara efektif dusan Gereja tidak hanya dimungkinkan dalam hidup dan gerak Gereja. pada saat Ekaristi menjadi lambang hingga Ekaristi bagi Gereja bersifat dinamis dan peristiwa. Pengudusan Gereja berlangsung aktif, dari dalamnya Gereja dibentuk. Yesus terus menerus hingga Kristus datang un- Kristus yang senantiasa bersatu menjadi tuk kedua kalinya. Gereja senantiasa dalam satu tubuh dengan Gereja melalui Roh-Nya lingkup persatuan antara Allah dan manu- (Ef 4:4). Hubungan Gereja dengan Yesus sia berkat Ekaristi, berkat Roh Kudus yang Kristus ini menurut Cantalamessa merupa- dikaruniakan Kristus kepada Gereja-Nya. kan “misteri besar” dan menjadi tanda sa- Kristus berada dalam Gereja, karena Roh- kramentalnya.22 Yesus Kristus yang senan- Nya memberi kehidupan pada Gereja. Dan tiasa hadir menyertai Gereja dalam Ekaristi Gereja diutus Kristus untuk menjadi sakra- membangun Gereja dari dalam dan mem- men keselamatan-Nya di dunia. Dari dalam buat Gereja berkembang secara kualitatif, diri Kristus Gereja senantiasa mendapatkan karena Ekaristi selalu mengubah Gereja un- energi dan nutrisi Ilahi. tuk semakin serupa dengan Kristus Kepala Ekaristi sebagai Pusat Hidup Gereja dan Tubuh.23 Ekaristi menjadi ragi Gereja, maka Dunia kehadirannya di tengah dunia bagaikan ma- “Dari Ekaristi Gereja mendapatkan hi- kanan, suatu bagian yang terpenting bagi ke- dupnya. Dari roti kehidupan Gereja diberi langsungan hidup. Kristuslah muara Gereja, makan oleh-Nya” (EE art. 7). Ajaran Paus Ia membentuk Gereja melalui empat tahap Yohanes Paulus II akan keagungan dan daya yakni konsekrasi, komuni, kontemplasi dan 24 Ekaristi bagi kehidupan Gereja ini nyata ada- teladan. nya. Dalam pandangan Cantalamessa, Eka- Proses Pembentukan Gereja dalam Ekaristi risti digambarkan bukan hanya pusat bagi Gereja namun dunia. Ekaristi berada di pu- Kristus membentuk Gereja melalui kon- sat tiga lingkaran yang konsentris: lingkaran sekrasi. Untuk dapat memahami Ekaristi pertama menggambarkan alam semesta, membentuk Gereja melalui konsekrasi per- lingkaran kedua Gereja dan lingkaran paling lu dipahami terlebih dahulu mengenai kon- dalam adalah Ekaristi atau Hostia. Hostia sekrasi menurut teologi dan liturgi Ekaris- menjadi pusat seluruh umat manusia dan ti Barat. Teologi dan liturgi Ekaristi Barat memahami konsekrasi roti dan anggur da-

18 Raniero Cantalamessa, Loving the Church: Scriptual Medita- tions for the Papal Household (U.S.A.: St. Anthony Messenger Press, 2005), 44. 21 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 16. 19 Raniero Cantalamessa, Loving the Church: Scriptual Medita- tions for the Papal Household, 45. 22 Cantalamessa, Loving the Church: Scriptual Meditations for the Papal Household, 43. 20 Raniero Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, translated by Frances LonerganVilla (Collegeville, Minnesota: 23 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 16. The Liturgical Press, 1993), 15. 24 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 17.

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 89 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 lam keseluruhan Doa Syukur Agung.25 Doa stitusi ini tidak hanya merupakan penyera- Syukur Agung disampaikan oleh Gereja han diri Yesus melainkan juga Gereja-Nya. bersama Kristus kepada Bapa dalam Roh Kesatuan dengan Yesus tidak membedakan Kudus.26 Kehadiran pribadi Kristus dan pe­ perbedaan konsekwensi sebagai satu tubuh. nebusan-Nya dalam kurban salib mengala- Bagi Cantalamessa makna penyerahan diri mi penampakan objektif dalam keadaan real Gereja bersama Kristus merupakan suatu atau transsubstantiatio Tubuh dan Da­rah- rahasia yang mengagumkan. Yesus telah Nya dalam rupa roti dan anggur. mempersatukan Gereja kepada diri-Nya da- lam perbuatan yang teragung dan terkudus Cantalamessa dengan mengikuti pan- dalam sejarah; dalam perbuatan satu-satu­ dangan St. Agustinus memandang konsekra- nya yang hanya pantas bagi Allah, pantas si dalam terang baru yakni “rahasia kita bagi kekudusan dan kemahakuasaan-Nya.29 juga dirayakan di altar”, artinya merayakan Ekaristi dengan benar berarti melakukan Kristus menguduskan Gereja melalui juga apa yang Tuhan lakukan. Konsekrasi konsekrasi. Terdapat dua Tubuh di atas al- bagi Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus tar pada saat konsekrasi yakni Tubuh nyata (bdk. 1Kor 12:12) berarti turut ambil ba- Kristus dan tubuh Gereja yang hadir secara gian dengan tindakan Kristus yakni menye­ mistik karena hubungan yang tidak ter­ rahkan diri secara penuh kepada kehendak pisahkan dengan Sang Kepala Tubuh. Me­ Bapa. Hal mendasar dalam ambil bagian nurut Cantalamessa dengan dua persemba- Gereja dalam konsekrasi adalah kerelaan han kurban di atas altar maka terdapat dua untuk mempersembahkan dirinya bersama eplikese. Eplikese pertama ialah permohon­ Kristus. Cantalamessa menegaskannya de- an kepada Roh Kudus untuk mengubah mikian, “Biarkanlah Aku mempersembah- roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah kan kepada Bapa Tubuh-Ku sendiri, yang Kristus. Seruan yang pertama: “Maka de­ adalah kamu: jangan menghalangi Aku ng­an bersembah sujud kami mohon ya Tu- mempersembahkan Diri-Ku kepada Bapa han, kuduskanlah dengan kuasa Roh-Mu secara sempurna, selama ada satu anggota persembahan yang kami unjukkan ini, se­ Tubuh-Ku yang menolak mempersembah- hingga menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu, kan dirinya bersamaku.”27 Tuhan kami Yesus Kristus.” Epiklese kedua ialah permohonan kepada Roh Kudus untuk Kata-kata institusi “Ambilah dan makan- memperkuat Gereja dengan Tubuh dan Da­ lah; inilah Tubuh-Ku yang diserahkan rah Kristus sehingga sungguh dapat menja- bagimu” (bdk. Mat 26:26; Luk 22:9) menurut di satu tubuh dan satu jiwa dengan Kepala Cantalamessa merupakan pengungkapan Tubuh yakni Yesus Kristus. Epiklese kedua seluruh diri Yesus yang telah wafat, bangkit dengan rumusan berikut, “Semoga kami dan hidup selamanya (bdk. Why 1:8).28 Kris- yang diperkuat dengan Tubuh dan Darah tus seutuhnya, kepala dan tubuh yang tidak Putra-Mu dipenuhi dengan Roh Kudus-Nya terpisahkan. Dengan demikian kata-kata in- sehingga menjadi satu tubuh dan satu jiwa dalam diri Kristus. Semoga oleh-Nya kami

25 E. Martasudjita, Ekaristi, Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pas- dijadikan suatu persembahan kepada-Mu toral (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 356. untuk selama-lamanya.” 26 Martasudjita, Ekaristi, Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pasto- ral, 151. 27 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 17. 28 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 19. 29 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 19.

90 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 Gereja bersama dengan Kristus menjadi diperlukan kerja sama antara rahmat Allah kurban yang hidup dan berkenan kepada Al- dan kehendak manusia. Kristus yang diteri- lah berkat karya Roh Kudus dalam konsekra- ma dalam komuni adalah Kristus yang sama si. Gereja menjadi satu jiwa dengan Yesus pula diterima oleh saudara yang lain sebagai Kristus sebagai Kepala Tubuh. Keserupaan anggota Gereja yang lain. dengan Kristus juga terintegrasi melalui Dengan demikian dalam komuni Gereja komuni. Tubuh dan Darah Tuhan sebagai sekaligus dipersatukan dengan Allah, dan makanan menjadi keberlangsungan hidup. persatuan dengan Allah tersebut menja- Kristus bukan hanya memberikan diri-Nya di landasan membangun persekutuan de­ sebagai makanan namun Ia juga menjadi ngan saudara-saudari. Persatuan umat Al- penjamin pemelihara hidup. Ia sebagai Roti lah menjadi lambang Kristus yang hadir di Hidup yang turun dari surga untuk memberi teng­ah dunia sepanjang segala zaman. Da- hidup kepada mereka yang menerimanya lam persekutuan Gereja mengasihi Allah de­ serta mengubah mereka ke dalam diri-Nya. ngan segenap hati, jiwa dan dengan segenap Gereja digerakkan oleh Kristus untuk hidup akal budi, sekaligus Gereja mengasihi se­ di dalam Dia.Kristus menjadikan kita serupa sama manusia seperti diri sendiri (bdk. Mat dengan-Nya dalam perasaan, keinginan dan 22:37-39) pola pikir. Dengan kata lain Ia menciptakan dalam diri kita “perasaan-perasaan yang Integrasi Ekaristi dalam Hidup Gereja sama dalam Kristus Yesus”(bdk. Fil 2:5). Jalan menuju kekudusan tidak lain ada- Kesatuan relasi ini berdasarkan kesatuan lah jalan menuju kesempurnaan hidup kris­ relasi-Nya dengan Bapa seperti disabdakan- tiani yakni semakin menyerupai Kristus Nya “Sama seperti Bapa yang hidup mengu- secara total. Menurut Cantalamessa, jalan tus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian ini ditempuh dengan dua jalan.31 Pertama juga barangsiapa yang memakan Aku, akan melalui sakramen-sakramen, terkhusus Sa- hidup oleh Aku” (Yoh 6:57). Cantalamessa kramen Ekaristi yang bersifat objektif atau menafsirkan sabda Yesus ini sebagai sumber misteri. Kedua melalui kontemplasi yang dan tujuan Gereja yakni hidup oleh dan bagi bersifat subjektif atau mistik. Dua jalan ini Dia.30 Komuni semakin membuat Gereja ti- tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain dak hidup bagi dirinya sendiri tetapi sema- untuk menuju kekudusan. kin membiarkan Kristus menguasai dirinya (bdk. Gal 2:20). Kontemplasi memungkinkan rahmat yang diterima dalam sakramen- sakramen Komuni selain berdimensi vertikal, an- membentuk kehidupan batiniah Gereja, yak­ tara Gereja dan Allah Tritunggal juga mem- ni pikiran, cinta, kehendak dan ingatan.32 punyai dimensi horisontal, yakni hubungan Menyerupai Kristus, tidak cukup hanya Gereja dengan sesama. Dimensi horison- makan dan minum Tubuh dan Darah-Nya. tal, yakni relasi Gereja dengan sesama bagi Orang harus merenungkan dan menge­ Cantalamessa merupakan buah yang tidak nang misteri-Nya. Kontemplasi merupakan dapat dipisahkan dari persatuan dengan salah satu bentuk merenung yakni dengan Allah Tritunggal. Perwujudan sebagai roti mengikat diri secara intuitif pada kenyataan ekaristis bagi sesama tidaklah otomatis,

31 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 53. 30 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 27. 32 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 54.

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 91 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 Ilahi, merasa gembira karena menemukan reja kehilangan hakikatnya. Kesatuan Gere- kebenaran. Kontemplasi kristiani tidak per- ja dengan Kristus, terkhusus dalam komuni nah satu jalur, selalu dua pandangan saling menjadikan Gereja sehati dan sejiwa dengan bertemu: pandangan manusia kepada Allah Kristus. Kesatuan yang dialami oleh Gereja dan pandangan Allah kepada manusia.33 dalam Ekaristi merupakan kesatuan tidak Sementara mengenang yang berarti meng- hanya dengan Kristus melainkan dengan ingat (remember) berasal dari kata Latin Bapa dan Roh Kudus. Roh Kudus mengobar- “recordari”. Secara etimologis berarti me- kan jiwa dan pikiran Gereja untuk melaku- naikkan lagi (re) ke permukaan hati (cor). kan apa yang telah dilakukan oleh Kristus.37 Mengenangkan tidak hanya kegiatan akal Roh Kuduslah yang menggerakkan Gereja budi melainkan kegiatan kehendak dan hati. untuk keluar dari dirinya sendiri. Maka Eka- Mengenang berarti berpikir dengan cinta.34 risti dalam membentuk Gereja mempunyai Dengan terus menerus mengenangkan Kris­ konsekwensi sosial. Gereja tidak bisa tinggal tus dan cinta-Nya pikiran akan berakar da- diam berada dalam dunia yang terluka. Tela- lam jiwa, selanjutnya akan mempengaruhi dan Kristus dalam membasuh kaki kedua seluruh pola hidup manusia. Merenung dan belas rasul menggambarkan pengosongan mengenang dirangkai dalam satu kegiatan diri, kerendahan hati sebagai Putera Allah yakni kontemplasi. dan penyerahan yang total bagi terwujudnya keselamatan. Kontemplasi dalam hidup manusia ber- dampak semakin terbuka akan karya Allah Model pelayanan Kristus ialah tidak hi- dalam diri dan hidup, menaruh pikiran dan dup untuk diri sendiri (bdk. 2 Kor 5:15). perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus Sikap pengosongan diri Kristus dimaknai (bdk. Fil 2:5), memikirkan yang Allah pikir- Cantalamessa sebagai sikap yang tidak takut kan bukan yang manusia pikirkan (bdk. Mat untuk kehilangan martabat ilahi-Nya dan ti- 16:23). Prioritas terhadap kepentingan dan dak terlalu memperdulikan penilaian orang kemuliaan diri sendiri merupakan hamba- lain terhadap diri-Nya. Kesederhanaan Kris­ tan bagi orang untuk mengalami kesatuan tus merupakan gerak dasar Injil.38 dengan Kristus. Sebaliknya orang yang mur- Gereja berada di tengah dunia. Gereja ni hatinya semakin melupakan kepentingan- sebagai musafir menapaki jalan kekudusan nya sendiri dan mengutamakan kepentingan yakni dengan mencari hal-hal yang di atas Allah.35 di mana Kristus berada. (bdk. Mat 6:33). Ekaristi adalah satu misteri yang harus “Mencari hal-hal di atas” sebagai sikap diteladani dan dihayati.36 Sifat kekudusan meng­arahkan hati dan diri pada pertemuan yang ada di dalam Gereja seluruhnya bera- dengan Tuhan, menjadikan peristiwa per- sal dari Kristus. Maka bagi Gereja memeli- temuan sebagai pusat dan mercu suar yang hara dan menampakkan kekudusan sangat menerangi hidup.39 Keberadaan umat Kris­ tergantung pada kesatuannya dengan Sang tiani sebagai bibit dari Allah yang ditaburkan Kepala Tubuh. Kesatuan dengan Kristus me- di dunia dengan tujuan pada akhir zaman rupakan prinsip bagi Gereja, di luar itu Ge- dunia menjadi kebun Allah yang menghasil-

33 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 62. 34 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 57. 37 Cantalamessa, Easter Meditations on the Resurrection, 24 35 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 58 38 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 70. 36 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 76 39 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 102.

92 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 kan buah.40 Hikmat kristiani terdapat dalam masa. Ekaristi menjadi saat yang istimewa mempergunakan hal-hal yang ada dalam bagi Gereja. Sebagai sakramen, Ekaristi se­ dunia dengan bijaksana dan berjaga seakan nantiasa menghadirkan serta mengenang- besok akan ada akhirat, dan bekerja bagi kan Misteri keselamatan Allah melalui Kris- dunia seakan tidak ada akhirat.41 tus.

Ekaristi sebagai Jiwa Panggilan Kekudusan Ekaristi sebagai akar dari segala bentuk Gereja kekudusan menurut pandangan Raniero Ekaristi sebagai pusat alam ciptaan/ Cantalamessa merupakan sebuah pro­ses dunia menurut Cantalamessa berarti ke- terus menerus Gereja menjadi semakin se- berlangsungan terus menerus karya kesela- rupa dengan Kristus. Proses tersebut dica- matan Allah hingga saat ini. Keberlangsung­ pai dengan dua cara sekaligus. Pertama, an karya keselamatan tersebut secara efektif melalui iman Gereja dipersatukan melalui terjadi dalam diri Gereja yang mengimani sakramen-sakramen, terkhusus Ekaristi. dan diresapi oleh Kristus melalui Ekaristi. Kedua melalui persatuan dengan Kristus, Melalui Gereja yang merupakan Tubuh Mis- Gereja diutus menguduskan dunia melalui tik Kristus karya keselamatan itu dialirkan tindakan-tindakan yang diwariskan-Nya. kepada dunia/ alam semesta. Dalam arti ini Ekaristi sebagai akar dari setiap bentuk peran Gereja sangat penting bagi dunia. Se- kekudusan bagi Cantalamessa berarti bah- bab melalui kesatuan Gereja dengan Kris- wa Gereja mendapat nutrisi-nutrisi ilahi, tus, Bapa melalui Roh Kudus menyalurkan bertumbuh dan dibentuk menjadi pohon rahmat bagi dunia. Di sinilah letak penting- yang kokoh kuat, tempat di mana dunia nya partisipasi Gereja pada kekudusan Allah meng­alami kehadiran Roh Kudus dan ke- melalui Kristus. hadiran Allah di tengah-tengah manusia Cantalamessa secara sistematis meng­ (bdk. 1Kor 14:25). Metafora akar bagi Can- uraikan bagaimana Gereja dijiwai oleh talamessa menggambarkan sentralitas dan Ekaristi. Dua dimensi horizontal dan ver- hakikat Ekaristi sebagai sakramen yang tikal dialami Gereja pada saat merayakan menopang kehidupan Gereja yang sedang Ekaristi yang berdaya ubah. Maka kesadaran berziarah di dunia. Panggilan kepada keku- Gereja pada partisipasinya pada kekudusan dusan bagi Gereja merupakan buah dari Allah sangatlah penting sementara bagi du­ pengudusan Kristus yang terus menerus nia dampak karya keselamatan tidak secara diperbarui dalam Sakramen Ekaristi. Kuali- langsung, karena dunia tidak mempercayai tas akar yang kokoh menopang pertumbuhan Kristus. Dampak misteri keselamatan ber- Gereja dalam menghadapi tantangan-tanta- sifat universal bukan hanya untuk sebagian ngan. Bersama dan di dalam Kristus Gereja manusia yang percaya kepada Kristus namun mengudusakan dunia dalam kerangka seja­ bagi seluruh umat manusia dan alam cipta- rah keselamatan. an. Misteri keselamatan bukan hanya­ terjadi pada masa Yesus hidup dan berkarya­ hingga PAUS BENEDIKTUS XVI: sengsara, wafat dan kebang­kitan, melain­ KRISTUS SEBAGAI TITIK PANGKAL KEKUDUSAN GEREJA kan hingga saat ini sampai pada kepenuhan

Paus Benediktus XVI, adalah seorang 40 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 97. 41 Cantalamessa, The Eucharist Our Sanctification, 98. akademisi, teolog dan filsuf. Latar belakang

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 93 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 pandangannya banyak dipengaruhi oleh stu- 1:19).47 Allah melalui Kristus menjadi dekat di di sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Uni- dengan manusia, nyata dan dapat didengar, versitas yang menekankan aspek sehingga dari diri-Nya Gereja mengalami ke- alkitabiah, liturgis dan ekumenis. Sebagai penuhan rahmat dan kebenaran-Nya (bdk. kardinal dan paus, Benediktus XVI banyak Yoh 1:14-16). menggeluti ajaran ajaran doktrinal Gereja. Dalam menghayati panggilannya ke- Dalam studi historis dan teologis Blan- pada kekudusan Benediktus menegaskan co Sarto atas pemikiran Benediktus, tema pen­tingnya persatuan dengan Kristus. Ia sentral yang ia temukan adalah kehadiran­ memberikan contoh partisipasi Gereja da- Kristus dalam Ekaristi dan liturgi ser- lam kekudusan di sepanjang sejarah melalui ta hubungannya­ dengan Gereja.42 Dalam kesaksian hidup para kudus. Dengan cara membangun refleksi teologis, ia selalu ber- hidupnya yang khas, para kudus mengung- tolak dari Kristus. Baginya Kristus adalah kapkan buah dari transformasi perjumpaan Allah yang benar dan manusia yang sejati.43 dengan Kristus yang bangkit (bdk. LG. 40). Kristus menjadi dasar dalam membangun Melalui para kudus Kerajaan Allah menja- iman yang mendasar bagi Gereja. Di dalam di terang kehidupan, yang bertentangan Kristus Umat Allah disatukan dan menjadi dengan penghancuran umat manusia oleh keluarga Kerajaan Allah.44 karya kuasa jahat.48

Berpangkal pada titik tolak pandangan Kata kunci dalam memahami dan meng- teologis Benediktus XVI, ia menguraikan hayati panggilan kepada kekudusan seperti pandangannya tentang kekudusan Gereja. dicontohkan Benediktus adalah kesatuan Kekudusan adalah panggilan utama (ul­ yang mesra dengan Kristus. Di dalam ke- timate calling) bagi Gereja apapun ben- satuan tersebut Gereja mendapatkan ba- tuknya. Di dalam audiensinya di Basilika gian dari kodrat ilahi, sehingga karenanya St. Petrus pada tahun 2011, Paus Benedik- Gereja dikuduskan (bdk. LG. 40). Dampak tus XVI secara khusus menjelaskan mak- dari kesatuan dengan Kristus yakni Gereja na, dasar dan konsekuensi kekudusan bagi mengalami misteri-Nya dalam bentuk kete- umat Katolik.45 Panggilan kepada kekudusan ladanan tindakan, cara berpikir, dan mela- bagi Gereja berarti persatuan dengan Kris- kukan ajaran-ajaran Kristus. Ukuran ambil tus sebagai keluarga Allah.46 Yesus Kristus bagian kepada kekudusan Gereja terletak adalah titik pangkal kekudusan Gereja, se- pada buah transformasi dari persatuannya bab di dalam diri-Nya seluruh misteri kasih dengan Kristus, yakni semakin serupa de­ Allah mendapat kepenuhannya (bdk. Kol ngan Kristus (bdk. Rm. 8:29). Misteri Kris- tus yang begitu agung tersebut menjadi pon- dasi sekaligus jiwa Gereja.

42 Blanco Sarto, “A symphonic synthesis, The theological thouch of Joseph Ratzinger/ Benedict XVI,” ET-Studies 9/1 (2018), 117. 43 J. Ratzinger, “These for Christology”, 119-120; J. Ratzinger, “What Does Jesus Christ Mean to Me?”, 122. 44 Joseph Ratzinger, Christian Brotherhood (London and Mel- bourne: Sheed & Ward/Stagbooks, 1966), 49. 45 Benedict XVI, General Audience , St. Peter’s, 1 (November 2011), 47 Benedict XVI, General Audience, St. Peter’s Square (April tersedia dari http://w2.vatican.va/content/benedict-xvi/en/ 2011), 2. messages/lent/documents/hf_ben-xvi_mes_20111103_lent- 48 Robert Moynihan, Let God’s Light Shine Forth, The Spiritual 2012.pdf, diakses 13 Maret 2019. Vision of Pope Benedict XVI (London: Hutchinson, 2005), 169- 46 Joseph Ratzinger, Christian Brotherhood, 49. 170.

94 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 Ekaristi: Akar dari Segala Bentuk kan dengan anggota Tubuh Mistik Kristus Kekudusan Gereja yang lain sebagai communio; ketiga, peng- Bagi Benediktus, Gereja merupakan hayatan Gereja akan hidup sebagai persem- persekutuan Umat Allah yang berpusat bahan kepada Allah. Analogi akar menun- pada meja perjamuan dengan Kristus yang jukkan bahwa Ekaristi menjadi penopang bangkit.49 Hal ini menurut penulis menun- kehidupan Gereja di dunia. Daripadanya juk pada Ekaristi. Hubungan antara Gereja Gereja mendapat bentuk dan roh dari Kris- dan Ekaristi dalam pandangan Benediktus tus dalam peziarahannya di dunia. XVI merupakan hal yang esensi, sebab ber- Persatuan Gereja dengan Kristus melalui hubungan dengan keberlangsungan hidup Ekaristi, berdampak peleburan hidup Gere- Gereja di dunia. Dalam seruan apostoliknya ja. Tubuh dan darah Tuhan memberikan nu- yang pertama, Sacramentum Caritatis art. trisi bagi kelangsungan hidup Gereja di dunia 94 Benediktus menyerukan esensi Ekaristi (bdk. S.Car 9). Dengan makan roti Ekaristi, bagi perutusan Gereja di dunia demikian: yang merupakan Tubuh Tuhan Gereja di- ubah menjadi serupa dengan Kristus,51 Ge- Saudara-saudari terkasih, Ekaristi ada- reja diasimilasikan/ dilebur dengan seluruh lah akar dari setiap bentuk kesucian, dan diri Yesus. Kata ‘tubuh’ dalam bahasa Kitab setiap orang dari kita dipanggil kepada Suci menunjuk pada keseluruhan pribadi kepenuhan hidup dan Roh Kudus. Beta- seseorang (tubuh dan rohnya) yang tidak pa bayak orang kudus telah meniti jalan terbagi satu dengan yang lain.52 kesempurnaan serta terbantu oleh devosi Ekaristi mereka!. Kekudusan mereka se- Kehadiran Kristus yang nyata dalam lalu menemukan pusatnya dalam Sakra- Ekaristi (realis praesentia) tidak dapat di- men Ekaristi […] Persembahan hidup lepaskan dari gagasan transubstantiatio, kita, persekutuan kita dengan seluruh perubahan roti dan anggur menjadi tubuh komunitas orang beriman, dan solidaritas dan darah Tuhan. Selain itu, terdapat empat kita dengan semua orang merupakan segi proses trasformasi dalam diri Gereja yang hakiki dari logike latreia, ibadat rohani, merayakan Ekaristi yakni transformasi dari yang kudus dan berkenan kepada Allah kekerasan ke tindakan kasih, transformasi (bdk. Rm. 12:1), yang mengubah setiap dari budaya kematian ke kehidupan, trans- segi keberadaan manusiawi kita menjadi formasi Gereja menjadi satu tubuh dengan kemuliaan Allah.50 Kristus dan transformasi ciptaan sebagai tempat bagi Allah.53 Maka Ekaristi bersifat Panggilan Gereja kepada kekudusan di kosmis, artinya Ekaristi selalu dirayakan di dunia yang berpusat pada Sakramen Ekaris- atas altar dunia. Dengan dirayakan di atas ti dalam pandangan Benediktus mempunyai altar dunia, Ekaristi menyatukan surga dan tiga makna teologis. Pertama, kesatuan yang dunia. Ekaristi merangkul semua ciptaan. berdampak asimilasi/ peleburan hidup Ge- Melalui Ekarsiti kerusakan dunia akibat reja dengan Kristus; kedua, Gereja disatu-

49 Joseph Ratzinger, “On the Spirit of Brotherhood”, dalam Dog- ma and Preaching: Benedict XVI-Joseph Ratzinger, ed. M.J. 51 Robert Moynihan, Let God’s Light Shine Fort, The Spiritual Vi- Miller (San Francisco: Ignatius Press), 2011, 208. sion of Pope Benedict XVI (London: Hutchinson, 2005), 115. 50 Benediktus XVI, Sacramentum Caritatis ( 22 Februari 2007), 52 Joseph Ratzinger, God is Near Us: The Eucharist, the Heart of art 94. (http://w2.vatican.va/content/benedict-xvi/en/apost_ Life, 79. exhortations/documents/hf_ben-xvi_exh_20070222_sacra- 53 Joseph Ratzinger, “Eucharist, Communion, and Solidarity,” 81- mentum-caritatis.html); diakses 11 Juni 2019. 84

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 95 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 dosa ditebus dan dipulihkan oleh Kristus.54 Selain dipersatukan dengan Kristus, da- Dengan demikian Ekaristi tidak hanya me­ lam Ekaristi Gereja dipersatukan dengan nguduskan manusia (dalam arti Gereja) na- komunitas umat beriman lainnya. Sebagai mun juga menguduskan alam semesta yang perayaan bersama (communio), Ekaristi telah diciptakan Allah baik adanya. dirayakan secara benar apabila dirayakan da- lam kebersamaan seluruh Gereja.55 Ekaristi Hidup Gereja yang ditransformasi oleh menjadi jaminan persatuan umat Allah di Kristus menggerakkan Gereja untuk berge­ seluruh dunia. Realitas ini menjadi realitas rak keluar dari dirinya menjumpai sesama, metafisik yang melampaui batas waktu dan seperti Kristus bergerak turun ke dunia un- ruang, bahwa Kristus dan seluruh anggota tuk menjumpai manusia. Asimilasi hidup Tubuh Mistik-Nya tidak terpisahkan karena Kristus mengandung perutusan bagi Gereja Ekaristi.56 Hakikat Gereja bukanlah bersifat untuk turut ambil bagian dalam karya ke- individual, Gereja merayakan misteri cinta selamatan Kristus yang berlangsung saat kasih Allah dalam Ekaristi dengan yang lain. ini hingga pada kepenuhan masa. Dampak Maka kekudusan Gereja senantiasa dibarui dalam kebersamaan dengan yang lain. Ekaristi bagi kekudusan Gereja bagaikan pecahan nuklir yang dapat merasuk ke da- Ekaristi mencakup kehidupan nyata Ge- lam jiwa manusia seperti yang tertulis dalam reja hari demi hari. Ekaristi memungkin­kan Sacramentum Caritatis no 11: perubahan bertahap semua orang yang di- panggil oleh rahmat untuk menjadi serupa Perubahan substansial roti dan anggur dengan Putra Allah (bdk. Rm. 8:29). Da- menjadi tubuh dan darah menampilkan lam kesatuan dengan Kristus dan anggota asas perubahan radikal sejenis “pemecah- Tubuh Mistik-Nya hidup Gereja menjadi an nuklir”, untuk menggunakan gambaran sebuah persembahan yang hidup. Benedik- yang familiar untuk kita sekarang. Peruba- tus menyebutkan penghayatan Gereja akan han itu merasuk ke dalam jantung segala hidup sebagai sebuah persembahana kepada Allah adalah, segi hakiki dari logike latreia, mahluk, menimbulkan proses yang meng­ ibadat rohani, yang kudus dan berkenan ke- ubah realita, suatu proses yang secara to- pada Allah (bdk. Rm. 12:1). Oleh karena itu tal mengantar kepada perubahan seluruh pancaran peribadatan Gereja adalah pan- dunia, sampai pada titik di mana Allah tulan kemuliaan Allah dan manusia adalah akan menjadi semua di dalam semua. penampakan Allah (S.Car. 71). Sakramen (bdk. 1Kor 15:28) Ekaristi mengubah yang insani dalam diri Gereja menjadi Ilahi. Inilah yang dimaksud Penyerahan diri Allah yang diterima da- Benediktus akan kebaruan yang radikal yang lam Ekaristi mendorong Gereja untuk mem- dibawa oleh Kristus dalam Ekaristi (S.Car. berikan dirinya bagi dunia. Asimilasi hidup 71). Melalui Ekaristi, Gereja sebagai Tubuh Kristus menjadi misi dan visi hidup Gereja, Mistik Kristus menjadi saluran rahmat bagi sebuah proses yang mengubah realita. Hi­ dunia.57 dup Gereja yang telah ditransformasi oleh hidup Kristus merupakan jiwa kekudusan. 55 Joseph Ratzinger, God is Near Us: The Eucharist, the Heart of Life, 120. 56 Marcus Benedict, “The Eucharist Christology of Pope Bene- dict XVI” (Januari 2019), tersedia dari https://www.hprweb. 54 Philip Khights, “The Whole Earth My Altar”; A Scramental Tra- com/2019/01/the-eucharistic-christology-of-pope-bene- jectory for Ecological Mission,” Mission Studies Vol. 25, No. 1 dict-xvi/; diakses 25 April 2019. (2008), 58. 57 John Anthony Berry, “From the open side of the Lord: on Jo-

96 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 Ekaristi, Sakramen Cinta kasih Allah bagi Suci.62 Secara khusus Benediktus XVI me­ Gereja nguraikan keagungan Ekaristi dalam Sacra­ Bapa Suci sering menyebutkan Sakra- mentum Caritatis sebagai akar kekudusan men Ekaristi dalam hubungannya dengan dalam tiga tema besar yakni, pertama, Eka- risti Misteri untuk diimani, kedua Ekaristi kasih Gereja terhadap Allah maupun se­ Misteri untuk dirayakan dan ketiga Ekaris­ sama. Di dalam Ekaristi manusia secara ti, Misteri untuk dihayati. Dengan meng­ langsung dapat menerima kasih agape Allah uraikan tiga tema besar dalam seruan Apos- (S.Car. 5). Benediktus XVI menyebut sakra- toliknya diharapkan memberikan arahan men Ekaristi sebagai Sakramen Cinta Kasih mendasar untuk membarui komitmen umat karena pada hakikatnya Kasih Allah yang kristiani serta mengobarkan antusiasme dan memberikan diri seutuhnya itu tidak hanya gairah ekaristis dalam Gereja (S. Car, 5). terjadi dalam sejarah namun terus lestari dalam Sakramen Ekaristi. Gereja yang te­ Ekaristi, Misteri untuk Diimani lah menerima dan dipersatukan dengan Al- Ekaristi sebagai Misteri yang diimani di- lah melalui sakramen Ekaristi, bukan hanya maksudkan sebagai tanggapan Gereja akan menerima tubuh dan darah Tuhan melain- Kristus yang senantiasa berinisiatif untuk kan menerima pula penyerahan diri Allah.58 menghidupi Gereja dengan Roh-Nya. Iman Gereja akan Kristus dalam Ekaristi menjadi Ekaristi dalam kehidupan Gereja ada- dinamika yang terus menjaga kesatuan tan- lah sakramen yang esensi, sebab melalui pa dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan Ekaristi yang kekal masuk ke dalam saat ini demikian melalui Ekaristi Kristus melem- melalui tindakan liturgi.59 Kristus sebagai bagakan Kasih dalam pemberian diri-Nya subyek liturgi sekaligus pusat perayaan,60 kepada Gereja dari zaman ke zaman. maka Gereja tidak dapat bertindak dalam Benediktus mengungkapkan bahwa Eka- liturgi tanpa dan bersama Kristus.61 Keka- risti adalah pusat iman dan jantung Gereja. yaan dan kedalaman Ekaristi yang menjadi Perubahan substansial roti dan anggur men- magisterium Benediktus XVI dalam Sacra­ jadi Tubuh dan Darah Tuhan menunjukkan mentum Caritatis tampak dalam tiga aspek asas perubahan radikal yakni perubahan yang saling terhubung. Tiga aspek tersebut yang merasuk ke dalam jantung segala mah- yakni Misteri Ekaristi, tidakan liturgi dan luk, menimbulkan proses yang mengubah ibadat spiritual baru. Menurut Kardinal An- realita sampai pada titik di mana Allah akan gelo Scola tiga aspek tersebut adalah poros menjadi semua di dalam semua (bdk. 1Kor. yang menjadi tumpuan seluruh ajaran Bapa 15:28; S.Car. 11). Di sini tampak mengapa Gereja perlu mengungkapkan imannya da-

seph Ratzinger’s Eucharistic Ecclesiology”, lam ritus, yakni perayaan iman seluruh umat 58 Ratzinger, Pilgrim Fellowship of Faith, 102. beriman yang berkumpul dalam persekutu- 59 Joseph Laramie, “The Eucharist Exercises: Using the concept of 63 raditus, as explicated in Benedict XVI,” Disertasi, Boston Col- an dengan Allah. Di dalam Sacramentum lege Electronic, 2012, 31. The Eucharist is “the entry of the eternal into our present mo- Caritatis art. 6 dituliskan bahwa terdapat ment in the liturgycal action.” 60 Joseph Ratzinger, The Feast of Faith, 25-26. 61 Joseph Ratzinger, Theology of the Liturgy: Lecture Delivered During the Journess Liturgiques de Fontgombault”, dalam The 62 Cardinal Angelo Scola, Commentary on the Apostolic Exhorta- Essential Pope Benedict XVI: His Central Writings and Speech- tion Sacramentum Caritatis es, eds. J.F Thonton dan S.B Varenne (Harper Collins e-book), 63 Krispurwana Cahyadi, Benediktus XVI, (Yogyakarta: Kanisius, 153. 2010), 87.

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 97 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 hubungan timbal balik antara ritus dan per- dusan yang terus berlangsung dari zaman tumbuhan iman Gereja. Melalui ritus, Gere- ke zaman. Melalui Kristus yang memberi­ ja mengungkapkan imannya dan dari ritus, kan diri dalam Ekaristi Gereja mengalami iman Gereja dikuatkan dan diteguhkan. kasih Trinitas. Kekudusan dalam pandang­ an Bene­diktus adalah transformasi Gere- Keunggulan iman Gereja pada Ekaristi ja dengan­ kasih Trinitas tersebut. Maka terletak pada partisipasi Gereja masuk da- iman merupakan pintu bagi Gereja un- lam misteri kasih tritunggal (S.Car.8). Parti- tuk menanggapi tawaran kekudusan Allah. sipasi berkat rahmat Allah ini memungkin­ Tanggapan Gereja akan tawaran kekudusan kan pembaruan yang senantiasa terjadi Allah tampak dalam pengungkapan imannya setiap kali Ekaristi dirayakan, setiap kali dalam perayaan. Gereja menemukan iman akan keagungan Ekaristi serta menyatakan seluruh sejarah Ekaristi, Misteri untuk dirayakan keselamatan (S.Car.8 ). Ekaristi sebagai Misteri yang dirayakan Iman akan misteri Ekaristi adalah iman dimaksudkan sebagai perayaan karya keku- akan kasih Trinitas. Kasih Trinitas tersebut dusan umat manusia dan pemuliaan Allah. ditunjukkan dalam kasih Bapa kepada dunia, Kekudusan umat manusia dan pemuliaan penyerahan Putera-Nya bagi rencana karya Allah merupakan realitas keselamatan yang keselamatan serta karya Roh Kudus sebagai dilihat dari dua segi. Pertama dari pihak Al- penjamin terlaksananya rencana agung ter- lah kepada manusia, terlaksana penebus­ sebut (bdk. Yoh 3:16-17). Melalui Ekaristi an atau pengudusan umat manusia. Kedua Sang Putera menyerahkan diri dan hidup- dari pihak manusia kepada Allah, terjadilah Nya kepada Gereja sebagai makanan (S.Car. pemuliaan Allah.64 7). Dalam Sacrosantum Concilium art. 7 Iman Gereja dan liturgi ekaristis ber- dituliskan bahwa Liturgi dipandang bagaikan sumber pada peristiwa pemberian diri Kris- pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; tus dalam Misteri Paskah (S.Car. 34). Bene- di situ pengudusan manusia dilambangkan diktus menjelaskan hubungan hakiki antara dengan tanda-tanda lahir. Dalam Ekaristi iman dan Parayaan Ekaristi. “Ekaristi hen- Yesus menggunakan roti dan anggur untuk daknya dihayati sebagai suatu misteri iman, memberikan diri-Nya kepada Gereja dalam yang dirayakan secara autentik dan dengan Roti yang telah Ia ubah menjadi Tubuh-Nya kesadaran yang jelas bahwa “intelectus fi­ Gereja berjumpa dengan seluruh kehidupan dei” (pengetahuan iman) memiliki hubung­ Allah. Secara sakramental kehidupan Al- an asali dengan kegiatan liturgis Gereja” lah dibagikan melalui daya Roh Kudus yang (S.Car. 34). Maka sangat disarankan agar memungkinkan Gereja memiliki kehidupan umat Allah memahami dengan sungguh batin Allah. Roh Kudus menghadirkan Kris- akan misteri agung Ekaristi. Sebab di da- tus untuk melanjutkan kehadiran dan ke- lam Ekaristi kebenaran kasih Allah dalam giatan-Nya dalam Gereja-Nya, mulai dari Kristus menjumpai Gereja, menarik Gereja, jantung hidupnya yakni Ekaristi (S.Car. 12). dan menggembirakan hati Gereja, sambil Dengan demikian Ekaristi membuat Gereja membuat Gereja mampu keluar dari dirinya ambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri. sendiri dan menarik Gereja menuju pang- Gereja mengimani Misteri Paskah dalam 64 E. Martasudjita, Liturgi, Pengantar untuk Studi dan Praksis Li- Ekaristi artinya Gereja mengimani keku- turgi (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 26.

98 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 gilan yang sejati yakni kasih. Sebab Kristus Ekaristi, Misteri untuk Dihayati adalah penampakan sempurna kemuliaan Dengan menghayati Ekaristi, Gereja Allah (S.Car. 35). menghayati pemberian diri Kristus bagi ke- Liturgi Ekaristi pada hakikatnya adalah langsungan kehidupannya di dunia. “Ia yang actio Dei (tindakan Allah) yang menarik Ge- memakan Aku, akan hidup oleh Aku” (Yoh reja kepada Kristus melalui Roh Kudus (S. 6:57). Kelangsungan hidup Gereja secara Car. 37). Sebagai perayaan puncak, Bene­ khas tampak dalam partisipasinya mewar- diktus XVI menekankan partisipasi aktif takan kerajaan Allah di dunia. Sebab dengan­ (participatio actuosa) dalam liturgi seperti menerima Tubuh dan Darah Kristus Gere- yang dianjurkannya dalam seruan apostolik ja ambil bagian dalam keilahian Kristus. art. 66: Hendaknya dijelaskan bahwa kata Ekaristi menjadi jaminan persatuan, baik ‘partisipasi’ tidak hanya merujuk kepada antara Kristus dan Tubuh Mistik-Nya mau- aktivitas lahiriah selama perayaan. Tetapi, pun antara umat Allah di seluruh dunia. partisipasi aktif yang ditonjolkan oleh kon- Realitas ini menjadi realitas metafisik yang sili harus dipahami dalam arti yang substan- melampaui batas waktu dan ruang fisik, sial, berdasarkan kesadaran yang lebih be- bahwa Kristus dan seluruh anggota Tubuh sar akan misteri yang sedang dirayakan dan Mistik-Nya tidak terpisahkan karena Ekaris- hubungannya dengan hidup sehari-hari. ti.69 Dalam konteks perayaan liturgi, partisipasi Penghayatan Gereja akan kesatuannya­ aktif menuntut tindakan umat Allah yang yang tidak terpisahakan dengan Kristus da- berangkat dari penghayatan iman yang be- lam Ekaristi memberi dampak pada kesaksian nar. Ketika umat Allah hanya melakukan ri­ hidup di dunia. Dengan menjadi makanan tus liturgi dalam taraf mematuhi aturan dan Kristus Tuhan mengasimilasi Gereja ke da- hanya pada tingkat ‘ekspresi’ maka sebuah lam diri-Nya yang mulia dan menjadi satu perayaan liturgi dihadiri oleh ‘pemain’.65 Tubuh.70 Kristus, melalui Ekaristi bagaikan Partisipasi aktif menuntut kesadaran priba- mempelai pria bagi Gereja (bdk. 1Kor 12). di sebagai bagian utuh dari perayaan liturgi hal ini menggambarkan realitas metafisik dan berdampak dalam hidup sehari-hari. antara Sakramen Ekaristi dan Gereja. Paus Dalam buku The Feast of Faith, Paus Benediktus XVI sebagaimana mengutip aja- Bene­diktus XVI menjelaskan dua elemen ran St. Agustinus dalam seruan apostolik pokok dalam partisipasi aktif umat (partisi­ Sacramentum Caritatis art. 70 dengan men- patio actuosa).66 Elemen pertama adalah ke- gatakan: Bukan santapan Ekaristi yang be- heningan. Dalam keheningan kata dan tan- rubah menjadi diri kita, tetapi sebaliknya ki- da liturgis membawa umat untuk berjumpa talah yang secara misterius diubah olehnya. dengan Sang Sabda, Sabda kasih yang tersa­ Kristus memupuk kita dengan menyatukan lib dan bangkit dan membuahkan kehidupan kita dengan diri-Nya, “Ia merengkuh kita dan sukacita.67 Elemen kedua adalah sikap dalam diri-Nya”. De­ngan demikian yang ada atau tata gerak umat Allah yang menghayati dalam Tubuh Mistik Yesus Kristus bukanlah dan mengungkapkan pujian pada Allah.68 69 Marcus Benedict, “The Eucharist Christology of Pope Bene- dict XVI,” (Januari 2019), tersedia dari https://www.hprweb. 65 Joseph Ratzinger, The Feast of Faith, 69. com/2019/01/the-eucharistic-christology-of-pope-bene- 66 Joseph Ratzinger, The Feast of Faith, 72-73. dict-xvi/; diakses 25 April 2019. 67 Joseph Ratzinger, The Feast of Faith, 73. 70 Pope Benedict XVI, Sant Paul (San Fransisco: Ignatius Press, 68 Joseph Ratzinger, The Feast of Faith, 73-74. 2017), 121.

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 99 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 susunan organisasi melainkan satu jaringan Benediktus XVI tentang makna kekudusan organisme.71 dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, kekudusan berasal dari Allah. Kekudusan Ekaristi sebagai Perayaan Jiwa Kekudusan merupakan anugerah dari Allah yang bersi- Gereja fat tetap namun dibutuhkan usaha dari pi- Bagi Paus Benediktus XVI Sakramen hak manusia untuk terus memelihara. Se- Ekaristi merupakan pusat kekudusan. cara khusus Cantalamessa dan Benediktus Menurut penulis terdapat dua penekanan XVI memberi penekanan bahwa meski keku- dalam memaknai Ekaristi sebagai akar. Per­ dusan dimiliki oleh setiap manusia namun tama, dalam Ekaristi umat Allah dihantar bagi Umat Allah sakramen Baptis dan Eka- untuk lebih dekat dengan kasih Allah, serta risti mempunyai peranan yang sentral bagi diundang untuk terlibat/ berpartisipasi da- kekudusan Gereja. lam karya keselamatan Allah dalam diri Ye- sus Kristus dengan mengenangkan sengsara, Kedua, Ekaristi sebagai akar kekudusan wafat dan kebangkitan-Nya. Partisipasi yang Gereja. Persamaan pandangan yang sangat dimaksud Paus Benediktus XVI adalah ke­ mendasar bagi kedua tokoh adalah di dalam terlibatan dalam lingkaran Trinitas. Bapa Ekaristi Gereja mendapatkan nutrisi-nutrisi mengutus Putera untuk melaksanakan ren- untuk penjamin kehidupan Gereja. Ekaristi cana keselamatan dan Roh Kudus sebagai merupakan Roh atau jiwa Gereja, sebab se- penjamin hadirnya karya keselamatan. Ge- cara langsung Gereja dapat berkomunikasi reja dengan sakramen yang diterima dima- dengan Allah melalui Kristus dan Kristus sukkan dalam lingkaran karya keselamatan menstransformasikan diri-Nya ke dalam Ge- 72 Allah tersebut. Kedua, Ekaristi mempersatu­ reja. kan umat Allah menjadi komunitas, tempat Perbedaan pertama pandangan kedua saling memberikan diri dan wujud ibadat tokoh tampak dalam metodologi. Cantala- rohani yang kudus dan berkenan kepada messa begitu kuat menggunakan pandangan Allah. Dalam ajarannya, tampak segi peng- Bapa-Bapa Gereja atau Patristik, sementara hayatan Ekaristi dalam liturgi berdampak Benediktus XVI kuat memakai Kitab Suci ke luar yakni dalam membangun hidup ber- sebagai titik tolak ajarannya. Benediktus komunitas yang saling terlibat satu dengan dikenal sebagai teolog yang mengembang- yang lain. kan gagasan kembali ke akar teologi yakni Kitab Suci dan magisterium.

SINTESA PANDANGAN TEOLOGI Perbedaan kedua, dari penekanan aja- RANIERO CANTALAMESSA DAN ran. Cantalamessa dalam pandangannya PAUS BENEDIKTUS XVI menekankan karya Roh Kudus atau aspek pneumatologis dan ekklesiologis, semen- Kesamaan dan perbedaan pandangan tara Benediktus XVI pada aspek kristologis teologis Cantalamessa dan Benediktus XVI, dan liturgis. Bagi Cantalamessa Roh Kristus menurut penulis saling membangun dan adalah cinta dan menumbuhkan kesatu- memperkuat teologi Ekaristi sebagai akar an dan menanamkan kebaikan. Sebab Roh dari segala bentuk kekudusan. Kesamaan Kudus itu sendiri merupakan Tubuh Kris- pandangan Raniero Cantalamessa dan Paus tus yang merupakan kesatuan. Roh Kudus

71 Pope Benedict XVI, Sant Paul, 131. 72 Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 21.

100 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 yang menguduskan manusia, memungkin­ PENUTUP kan manusia untuk diam di dalam Allah dan Allah diam di dalam manusia. Daripada-Nya Misteri Ekaristi, Allah yang senantia- manusia dikuduskan di dalam Kristus Ye- sa membuka dirinya untuk bersatu de­ sus (1Kor 1:2).73 Dengan demikan menurut ngan umat-Nya bukan hanya sebagai model pandangan Cantalamessa berkat karya Roh pengudusan Gereja seperti dikatakan oleh Kudus Kristus membangun Gereja. Cantalamessa, melainkan sebagai sumber Sentralitas ajaran dan pandangan teologis kekudusan itu sendiri. Sebab dalam Ekaris- Benediktus XVI adalah kehadiran Kristus da- ti Allah menghampiri umat-Nya. Di dalam lam Ekaristi dan liturgi.74 Dalam membangun Ekaristi Allah dalam diri Kristus senantiasa refleksi teologis, Benediktus XVI selalu- ber mentransformasi hidup-Nya melalui sabda tolak dari Kristus. Iman akan Kristus men- dan kesatuan-Nya dengan Gereja melalui jadi pangkal sekaligus akar dalam memba­ komuni kudus. Maka buah dari pengha- ngun gagasan teologis. Bagi Benediktus XVI yatan Ekaristi sebagai akar dari pengudu- Kristus adalah Allah yang benar dan manu- san adalah keberanian untuk mewartakan sia yang sejati. Kristus menjadi dasar dalam Injil kepada dunia, melayani sesama de­ mem­bangun iman yang mendasar bagi umat ngan semangat tanpa dihalangi oleh keter- Kristiani. Di dalam Kristus Umat Allah disa­ batasan-keterbatasan diri maupun faktor tukan dan menjadi keluarga Kerajaan Allah.75 luar. Kekudusan yang berakar pada Ekaristi Misteri Kristus yang begitu agung tersebut menjadi fondasi sekaligus jiwa Gereja hingga senantiasa mendorong Gereja untuk keluar saat ini melalui Ekaristi. Gereja sebagai Tu- dari diri-Nya, keluar dari kemapanan sebab buh Kristus merupakan saluran rahmat bagi Kristus senantiasa memecahkan diri-Nya dunia.76 untuk dapat mewartakan Kerajaan Allah dan menyelamatkan makhluk ciptaan serta 73 Cantalamessa, Jesus Christ, The Holy One of God, 20. mengembalikan martabat manusia maupun 74 Blanco Sarto, “A symphonic synthesis, The theological thouch alam ciptaan yang telah rusak. of Joseph Ratzinger/ Benedict XVI,” ET-Studies 9/1 (2018), 117. 75 J. Ratzinger, Christian Brotherhood (London and Melbourne: Sheed & Ward/ Stagbooks, 1966), 49. 76 John Anthony Berry, “From the open side of the Lord: on Jo- seph Ratzinger’s eucharistic ecclesiology”, The Quest for Authenticity and Human Dignity, tersedia dari https://www. researchgate.net/publication/318641372_From_the_open_ side_of_the_Lord_On_Joseph_Ratzinger’s_Eucharistic_Ecclesi- ology, diakses 4 Juni 2019.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Alan L. “A Curious Absence in Gaudate et ______. “The Eucharist Christology of Pope Exsultate”, April 2018; Tersedia dari https:// Bene- dict XVI” (Januari 2019), tersedia www.thecatholicthing. org/2018/04/15/a- dari https://www.hprweb. com/2019/01/ curious-absence-in-gaudete-et-exsultate/; the-eucharistic-christology-of-pope-bene- diakses 11 Mei 2018. dict-xvi/; diakses 25 April 2019.

Benedict XVI, General Audience , St. Peter’s, ______. “The Eucharist Christology of Pope 1 (November 2011), tersedia dari http:// Benedict XVI,” (Januari 2019), tersedia w2.vatican.va/content/benedict-xvi/en/ dari https://www.hprweb. com/2019/01/ messages/lent/documents/hf_ben-xvi_ the-eucharistic-christology-of-pope-bene- mes_20111103_lent- 2012.pdf, diakses 13 dict-xvi/; diakses 25 April 2019. Maret 2019. ______, Sacramentum Caritatis ( 22 Februari ______, Saint Paul. San Fransisco: Ignatius 2007), art 94. (http://w2.vatican.va/con- Press, 2017. tent/benedict-xvi/en/apost_ exhortations/

Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI 101 JURNAL TEOLOGI, 09.01 (2020): 85 - 102 documents/hf_ben-xvi_exh_20070222_sa- ______, Liturgi, Pengantar untuk Studi dan cra- mentum-caritatis.html); diakses 11 Praksis Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, Juni 2019. 2011.

Berry, John A. “From the open side of the Lord: Fransiskus, Gaudete et exsultate (19 Maret on Joseph Ratzinger’s eucharistic eccle- 2018). Padraig McCormack, Ireland: Ver- siology”, The Quest for Authenticity and itas Puplications, 2018. Human Dignity, tersedia dari https://www. researchgate.net/publication/318641372_ John Paul II, General Audience 8 April 1992, terse- From_the_open_ side_of_the_Lord_On_Jo- dia dari https://adoremus.org/2007/12/31/ seph_Ratzinger’s_Eucharistic_Ecclesio­ Catechesis-of-His-Holi- ness-John-Paul-II- logy, diakses 4 Juni 2019 on-the-Eucharist/; diakses 11 Mei 2018.

Blanco Sarto, Blanco. “A symphonic synthe- Kimbrough Jr., S.T. Holiness in The Perspective of sis, The Theological Thouch of Joseph Eucharistic Theology. Orthodox and Wes­ Ratzi­nger/ Benedict XVI,” ET-Studies 9/1 leyan Spirituality, SVS Press, 2002. (2018). Krispurwana Cahyadi, Benediktus XVI. Yogyakar- Cantalamessa, R. Jesus Christ, The Holy One ta: Kanisius, 2010. of God, diterjemahkan oleh Alan Neame. Laramie, J. “The Eucharist Exercises: Using the Collegevile:­­ Liturgical Press, 1991. concept of raditus, as explicated in Bene- ______. Loving the Church: Scriptual Medita- dict XVI,” Disertasi, Boston College, 2012. tions for the Papal Household. U.S.A.: St. Moynihan, R. Let God’s Light Shine Forth, The Anthony Messenger Press, 2005. Spiritual Vision of Pope Benedict XVI. Lon- ______. The Eucharist Our Sanctification, don: Hutchinson, 2005. translated by Frances LonerganVilla. Col- Philip Knights, “The Whole Earth My Altar”; legeville, Minnesota: The Liturgical Press, A Scramental Trajectory for Ecological 1993. Mission,” Mission Studies Vol. 25, No. 1 ______. The Mystery of the Transfiguration. (2008). Cincinnati, Ohio: St. Anthony Messenger Ratzinger, J. “On the Spirit of Brotherhood”, Press, 2008. dalam Dogma and Preaching: Benedict ______. This is My Body: Eucharistic Reflec­ XVI-Joseph Ratzinger, ed. M.J. Miller. San tions Inspired by Adoro Te Devote and Ave Francisco: Ignatius Press, 2011. Verum. Boston: Pauline Books and Media, ______. “Theology of the Liturgy: Lecture De- 2005. livered During the Journess Liturgiques de Donio, Frank. “Gaudate et Exsultate: The Call Fontgombault”, dalam The Essential Pope to Holiness in Today’s World”, April 2018, Benedict XVI: His Central Writings and tersedia dari https://www.catho¬ licapos- Speeches, eds. J.F Thonton dan S.B Va- tolatecenter.org/blog/gaudete-et-exsultate- renne (Harper Collins e-book). the-call-to- holiness-in-todays-world; diak- ______. Christian Brotherhood (London and ses 10 Mei 2018. Melbourne: Sheed & Ward/ Stagbooks, E. Martasudjita, Ekaristi, Tinjauan Teologis, Li­ 1966) turgis, dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2005.

102 Veronika Puji Astuty : Ekaristi: Akar Segala Kekudusan menurut R. Cantalamessa dan Benediktus XVI