<<

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN AGAMA LOKAL PADA ETNIS DAYAK

Supporting and Hampering Determinants of Local Religions “Kaharingan” on Dayak Ethnic

Josef Dudi1 1Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Palangkaraya e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor pendorong dan penghambat perkembangan agama lokal Kaharingan pada etnis Dayak di Provinsi Kalimantan Tengah-. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan: Pertama, faktor pendukung keberadaan agama lokal Kaharingan, yaitu: 1) adanya realitas bahwa kepercayaan Kaharingan sangat kuat mempengaruhi karakter sosial dan pranata sosial peradaban orang Dayak Ngaju, 2) agama lokal Kaharingan menjadi pusat sentuh agama-agama lain, dan 3) adanya kademangan yang dipercayai sebagai lembaga sosial sekaligus lembaga religius. Kedua, setidaknya ada tiga faktor penghambat perkembangan agama lokal Kaharingan pada Etnis Dayak, yaitu 1) perubahan kultural, 2) intervensi pemerintah terhadap lembaga adat, dan 3) pudarnya mentalitas ”betang”.

Kata Kunci: Agama lokal, Kaharingan, Dayak Ngaju

Abstract

This study aims to determine the driving and inhibiting determinants of the development of local religions Kaharingan on Dayak ethnic in the province of -Indonesia. This research employed a qualitative research method with a grounded approach. Based on the research result, it concludes: Firstly, the supporting factor of Kaharingan local religion existence are: 1) existence of reality that Kaharingan trust very strongly influencing social character and social order of civilization of Dayak Ngaju people, 2) Kaharingan local religion becomes the center of a touch of other faith, and 3) the existence of kademangan which is believed to be a social institution as well as a religious institution. Second, at least three factors are inhibiting the development of local religions Kaharingan on Dayak ethnic, namely 1) cultural change, 2) government intervention against customary institutions, and 3) fading mentality "betang".

Keywords: Local Religion, Kaharingan, Dayak Ngaju

A. PENDAHULUAN komunitas dapat eksis (Tubbs dan Moss, Pluralitas adalah suatu realitas sosial. 2000:61). Akan tetapi, pluralitas merupakan Pluralitas merupakan suatu kebenaran alamiah ancaman. Pluralitas lebih sering menyakitkan (O’Dea, 1996: 61). Pluralitas harus dihadirkan daripada menyenangkan (Juliawan, 2004). untuk menciptakan tertib sosial. Salah satu unsur keragaman yang paling Keanekaragaman agama sangat diperlukan agar peka dan sangat potensial memunculkan konflik

15

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

adalah agama. Filosof sosial telah banyak membahas Sei Gohong tidak mengalami persaingan dan bahwa pluralitas agama sering mempunyai efek konflik. Namun, mekanisme penyelesaian konflik negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan sudah tertata dalam ruang sosial yang unik dan individu. Isu-isu agama menjadi salah satu masalah istimewa. penyebab perang. Keyakinan agama sering Ada empat agama yang hidup menimbulkan sikap tidak toleran. Loyalitas agama berdampingan dan eksis di tengah perbedaan di Sei hanya menyatukan beberapa orang tertentu dan Gohong, yakni Agama lokal Kaharingan, , memisahkan yang lainnya (O’Dea, 1996:139). Protestan, dan Katolik. Agama lokal Kaharingan Jonathan Wift dengan nada sinis mengatakan: “Kita dianut oleh masyarakat yang berasal dari satu etnik mempunyai agama hanya untuk membuat kita yakni etnik Dayak. Namun, agama lokal tersebut saling membenci, namun tidak cukup membuat kita sampai saat ini dirasakan sulit berkembang, karena untuk saling mencintai” (O’Dea, 1996:141). berbagai hal, seperti perkembangan agama islam, Sejumlah pakar pluralis agama berusaha kristen, dan katolik. menelaah secara mendalam substansi pluralitas Menurut Durkheim sebagaimana dikutip agama. Salah satu faktor dibutuhkan tesis oleh O’Dea, (1995:215) agama adalah suatu "sistem pluralisme agama adalah kode etik yang sama- kepercayaan dan praktik yang telah dipersatukan sama dimiliki oleh berbagai tradisi keagamaan. yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus, Menurut Caputo (2003:134): “Agama-agama, dalam kepercayaan-kepercayaan dan praktik-praktik yang bentuk plural, bersifat unik, tetapi tanpa klaim bersatu menjadi suatu komunitas moral yang kepemilikan eksklusif atas kebenaran”. tunggal." Kerusuhan besar bernuansa agama yang di Agama dan masyarakat memiliki hubungan Indonesia terjadi sejak tahun 1998 adalah konflik yang erat. Hal itu mencerminkan bahwa agama Ambon, konflik Sambas, konflik Pontianak, kasus merupakan implikasi dari perkembangan Ketapang, kasus Kupang, kasus Mataram, kasus masyarakat. Agama adalah sebuah fakta sosial yang Sampit (Herts, 2003), dan konflik Poso. Konflik- harus diterangkan oleh fakta-fakta sosial lainnya. konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang. Sifat kudus yang dimaksud Durkheim dalam Ribuan orang mengungsi dan ketakutan di kaitannya dengan pembahasan agama bukanlah kampung halamannya sendiri. dalam artian yang teologis, melainkan sosiologis. Ketika kerusuhan bermotif SARA (Suku Sifat kudus itu dapat diartikan bahwa sesuatu yang Agama, Ras, Antargolongan) di Indonesia "kudus" itu "dikelilingi oleh ketentuan-ketentuan berkecamuk, kebanyakan orang demikian sibuk tata cara keagamaan dan larangan-larangan yang mencari penyebab kerusuhan. Namun, orang lupa memaksakan pemisahan radikal dari yang bahwa ada sejumlah suku di pelosok Indonesia duniawi." Sifat kudus ini dibayangkan sebagai suatu yang hidup damai dalam perbedaan berabad-abad kesatuan yang berada di atas segala-galanya. lamanya. Mereka jarang sibuk mencari penyebab Durkheim menyambungkan lahirnya pengkudusan mengapa sejumlah suku yang plural itu hidup ini dengan perkembangan masyarakat. harmoni? Salah satu contoh dari pernyataan Selain sifat "kudus", suatu agama selalu terakhir itu adalah masyarakat di Desa Sei Gohong melibatkan ritual tertentu. Ada dua jenis praktik Kecamatan Bukit Batu (Kota Palangka Raya) ritual yang terjalin dengan sangat erat yaitu pertama, Provinsi Kalimantan Tengah. praktik ritual negatif yang berwujud dalam bentuk Sei Gohong adalah sebuah desa yang pantangan-pantangan atau larangan-larangan memperlihatkan karakter sosial yang tipikal oleh dalam suatu upacara keagamaan; kedua, praktik karena pluralitas agama yang hidup secara ritual positif yang berwujud dalam bentuk upacara- harmonis. Fenomena itu, tentu tidak berarti bahwa upacara keagamaan itu sendiri.

16

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

Hubungan antara agama dengan maka perlakukan mereka seperti itu”. Dalam masyarakat juga terlihat di dalam masalah ritual. sebuah hadits Nabi Muhammad menyatakan, Kesatuan masyarakat sangat tergantung kepada “Seseorang tidaklah disebut Mukmin sejati kecuali conscience collective, dan agama nampak memainkan jika menginginkan bagi saudaranya apa yang peran ini. Masyarakat menjadi "masyarakat yang diinginkan oleh dirinya”. beragama" karena para anggotanya taat kepada Kimball (2003:84) mengatakan, dalam setiap kepercayaan. Ritual, yang terwujud merupakan agama, klaim kebenaran merupakan fondasi yang orde moral yang ada. Di sini agama sebagai alat mendasari keseluruhan struktur agama. Namun, integrasi masyarakat, dan praktik ritual secara terus ketika interpretasi tertentu atas klaim tersebut menerus menekankan ketaatan manusia terhadap menjadi proposisi-proposisi yang menuntut agama. Dengan begitu, praktik ritual secara kebenaran tunggal dan diperlakukan sebagai bersama-sama turut serta di dalam memainkan doktrin kaku. Kecenderungan tersebut merupakan fungsi penguatan solidaritas. tanda-tanda awal kejahatan yang menyertainya. Agama merupakan bagian terpenting dari Menurut Tracy (1987), di antara agama-agama yang kebudayaan. O’Dea (1995:215) mengatakan, agama ada di dunia ini memang tidak ada yang memiliki adalah unsur sentral dalam kebudayaan. Ajaran esensi tunggal. Ada perbedaan penafsiran tentang konkrit yang terkandung di dalamnya bisa saja Tuhan itu sendiri: God, Emptiness, Suchness, the One, harmonis atau ada konflik dengan situasi yang ada Nature, the Many. Ada perbedaan pemahaman dalam masyarakat. mengenai apa yang diwahyukan oleh Tuhan tentang Menurut Northcott (2000:267), konstruksi Tuhan dan tentang diri kita dalam hubungan Spengalaman manusia terbentuk dari agama yang harmoni dan disharmoni dengan Tuhan. dianut. Agama adalah salah satu bentuk konstruksi Penelitian ini bermaksud menjawab sosial. Setiap agama pasti mempunyai manifesto pertanyaan, faktor-faktor apakah yang mendorong sosio-kultural. Menifesto sosio-kultural itu biasanya dan menghambat perkembangan agama lokal terjadi pada suatu lokasi tertentu yang menjadi Kaharingan pada etnis Dayak di Kalimantan pusat dari segala kegiatan agama (rumah Allah, Tengah? gereja, pura, masjid, dan sebagainya). Aslan (2004:164) membeberkan bahwa B. METODE PENELITIAN dalam berbagai agama, aturan itu ditegaskan Penelitian ini dilaksanakan di desa Sei sebagai suatu prinsip etika. Dalam kitab suci Hindu Gohong Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Mahabharata dikatakan bahwa: “Seseorang tidak Propinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Teknik boleh melakukan sesuatu kepada orang lain yang pengumpulan data yaitu pengamatan partisipatif, dipandangnya melukai dirinya sendiri.” Dalam depth interview, dan dokumentasi. Keabsahan data kitab suci Jaina, Sutra Kritoga dikatakan bahwa: dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi “Seseorang harus memperlakukan semua mahkluk data yang meliputi, cek, recek, dan kroscek, serta di dunia sebagaimana dirinya ingin diperlakukan”. memperlama saat berada di lokasi penelitian. Dalam Taoisme, Tha Shang, dikatakan, “Orang baik Analisis data dilakukan dengan menggunakan akan menganggap keuntungan orang lain seolah- empat tahap penelitian kualitatif yang meliputi olah miliknya sendiri, dan kerugian mereka sebagai koleksi data, reduksi data, klasifikasi data, dan kerugiannya”. Dadistan-i dini zoroaster menyatakan, penarikan kesimpulan. “Watak itu bagus selama ia tidak melakukan sesuatu bagi orang lain yang bagi dirinya sendiri C. HASIL DAN PEMBAHASAN tidak baik”. Yesus mengatakan, “Sebagaimana Hasil dan pembahasan berisi hasil-hasil kamu menginginkan orang lain memperlakukanmu, temuan penelitian dan pembahasannya. Tuliskan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil-hasil 17

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

penelitian yang telah dilakukan dan harus ditunjang beberapa hal. Pertama, bahwa kepercayaan oleh data-data yang memadai. Hasil-hasil penelitian Kaharingan sangat kuat mempengaruhi karakter dan temuan harus bisa menjawab pertanyaan atau sosial orang Dayak Ngaju di Sei Gohong. Ada satu hipotesis penelitian di bagian pendahuluan. alasan mendasar mengapa kepercayaan Kaharingan demikian kuat mempengaruhi pranata sosial Faktor Pendukung Perkembangan Agama peradaban Dayak, karena Kaharingan dipahami dan Kaharingan diamalkan sebagai bagian dari kebudayaan atau tradisi religi dalam seluk-beluk peradaban Dayak. Secara kultultural, Sei Gohong, Kecamatan Ranying Hatalla Langit yang dipercaya menguasai Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Kalimantan segala makhluk di bumi dan merupakan awal dan Tengah, Indonesia berjarak 44 km dari ibu kota akhir semua kejadian di dunia. Ranying Hatalla Palangka Raya sehingga mereka setiap hari Langit juga diyakini sebagai pewahyu ajaran berhubungan dengan beberapa hal yang bersifat bagaimana cara hidup di bumi yang kemudian modern. Masyarakat Sei Gohong telah terbuka dilembagakan dalam ritual. dalam hal orientasi pekerjaan, mentalitas, dan Kedua, agama lokal Kaharingan menjadi pilihan barang konsumsi. Keadaan demikian pusat sentuh agama-agama lain. Dalam arti, orang didukung oleh sarana komunikasi modern yang etnis dayak, meskipun sudah memeluk agama di menawarkan gaya hidup dan selera baru. luar agama lokal Kaharingan, tetapi mereka tetap Sejumlah 327 televisi sebagai agen budaya saja tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip hidup yang menghantar mereka berbagai perpektif dalam orang dayak yang selalu dilingkupi adat dan kognisi mereka, 20 unit parabola yang mendekatkan budaya Etnis Dayak Ngaju. Dengan kata lain, agama jarak dunia manapun dan 350 handphone yang lokal Kaharingan merupakan religiusitas orang digunakan sebagai sarana komunikasi paling dayak yang tidak mudah dipahami dengan praktis. Sarana-saran tersebut di atas mempercepat pengertian agama dalam konsteks alkitabiah. perubahan kultural dalam masyarakat Sei Gohong. Karena, jauh sebelum suku non Dayak masuk ke Sei Artinya, secara kultural masyarakat Sei Gohong Gohong, orang Sei Gohong sudah menganut sedang melakukan perjalanan dari old society kepercayaan kaharingan. menuju modern society. Ketiga, adanya kademangan yang Pluralisme agama di kalangan masyarakat dipercayai sebagai lembaga sosial sekaligus lembaga etnik Dayak Ngaju, khususnya di Kelurahan Sei religius. Kekuatan lembaga ini bukan terletak pada Gohong, ditunjukkan adanya pertemuan antar pemimpinnya, tetapi adanya peran ganda lembaga pemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda ini yang dipercayai tidak hanya sebagai lembaga yang dipayungi oleh kepercayaan lokal Kaharingan. sosial tetapi juga sebagai lembaga religius. Sebagai Secara kuantitas jumlah penganut berdasarkan lembaga sosial, kedemangan menjadi sumber agama di Sei Gohong sebagai berikut: Penduduk terpenting dalam pranata sosial orang Dayak (di Sei beragama Islam sebanyak 661 orang, penganut Gohong). Sebagai institusi religius kedemangan Kristen Protestan sebanyak 593 orang, penganut diapandang sebagai titisan Ranying Hatalla. Dengan Katolik sebanyak 40 orang, penganut agama Budha demikian, demang (kepala adat) menjadi titisan sebanyak 1 orang, dan penganut agama lokal Ranying Hatalla. Dalam hubungan demikian, Kaharingan sebanyak 92 orang. Sedangkan rumah bahadat dan titah sang Demang merupakan bagian ibadah berupa Masjid sebanyak 1 buah, langgar dari wahyu Ranying Hatalla. Lembaga ini yang sebanyak 2 buah, dan Gereja Protestan sebanyak 5 paling langsung menginternalisasikan nilai-nilai buah. kedayakan (peradaban Dayak). Di samping itu, Agama lokal Kaharingan dapat hidup dan lembaga kedemangan dapat membabtis orang luar berkembang di Sei Gohong karena didukung oleh 18

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

menjadi orang Sei Gohong melalui mamapas lewu Kristen di kalimantan mengeluarkan aturan ungkup atau maja misek (nikah adat). Dengan demikian, (aturan Sidang jemaat Orang Kristen) yang antara lembaga kedemangan adalah lembaga yang sang lain isinya mengatakan bahwa salah satu prasyarat kuat pengaruhnya dalam menyatuhkan keragaman pengajaran pembabtisan harus menyatakan secara dalam masyarakat Sei Gohong. terbuka keinginannya untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan berjanji senantiasa ikut Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Agama kebaktian, meninggalkan perbuatan kekafiran Kaharingan (seperti hadir di tempat-tempat orang-orang yang Sedikitnya adan tiga faktor penghambat melakukan upacara kurban kepada Sangiang, ikut perekmbangan agama Kaharingan pada Etnis dalam pengobatan secara Balian dan sebagainya). Dayak. Pertama, Perubahan Kultural, kedua Apabila dari antara mereka ini ada yang intervensi pemerintah terhadap lembaga adat, dan masih melakukan praktik-praktik kehidupan ketiga, pudarnya mentalitas ”betang”. lamanya, tidak diperkenankan ikut dalam Pertama, kepribadian Dayak dengan segala pengajaran pembabtisan, walaupun orang tersebut pranata sosialnya sulit sekali bertahan di tengah meminta. Dengan demikian, segala sesuatu yang arus perubahan kebudayaan modern. Perubahan mengingatkan mereka dengan kehidupan otoritas moral dari moral agama ke moralitas lampaunya harus dibuang jauh-jauh. Demikian pula individual yang rasional. Walaupun demikian, segala sesuatu yang berkaitan dengan adat istiadat moralitas individual itu, menyimpan satu ciri khas dan tradisi suku harus diputuskan. Ketatnya aturan dari agama yaitu "kesalehan". Moralitas individual yang telah dikeluarkan gereja, mau tidak mau harus itu memiliki sifat kudus, karena moralitas itu hanya ditaati oleh mereka yang ingin dibaptis. Akibatnya, bisa hidup apabila orang memberikan rasa hormat mereka yang baru dibaptis seolah-olah menjadi kepadanya dan menganggap bahwa hal itu tidak asing untuk dirinya sendiri dan harus mencari-cari bisa diganggu-gugat. Hal ini merupakan suatu identitasnnya. Kebudayaan asli milik mereka, baik bentuk "kesalehan" yang dinisbahkan oleh yang positif maupun yang negatif harus dilepaskan masyarakat kepada moralitas individual tersebut. dan dibuang semua. Seluruh akar kehidupan Akan tetapi, kekudusan personal hanya terekspresi mereka yang berasal dari buminya sendiri telah secara benar dalam praktik kehidupan masyarakat dicabut, dibabat habis. yang selalu berada dalam perubahan. Tidak mengherankan apabila orang-orang Perubahan kuantitatifnya terlihat dari Dayak yang telah menjadi Kristen dari generasi jumlah penganut Kaharingan yang semakin berikutnya, tidak lagi mengenal budaya dan asal- berkurang. Sampai penelitian ini dilakukan usulnya. Mereka bahkan tidak mampu lagi penganut Kaharingan hanya 92 orang. Masyarakat mengungkapkan diri menggunakan unsur budaya dapat ditarik untuk mengikuti agama lain yang leluhurnya. Mereka kini nyaris tercabut dari akar kemudian memengaruhi sedikit demi sedikit budaya leluhurnya. Hingga saat ini, dirasakan masyarakat di Sei Gohong. bahwa, tidak sedikit generasi muda terkena Gereja mempunyai andil besar untuk imbasnya. Mereka seolah telah kehilangan jati diri, melenyapkan atau mendistorsi peradaban Dayak hingga tak mampu lagi mengekspresikan diri yang bersumber dari Ranying Hatalla. Bagi mereka sebagai orang Dayak. menjadi Kristen berarti memecatkan diri dari Dayak Kekristenan dipandang sebagai tuas asli. Menjadi Kristen adalah menjadi orang lain. penghancur Kaharingan. Penyesuaian dan benturan Kegelisahan ini jauh-jauh hari telah ditulis Tjilik dapat terjadi antara tradisi Dayak dengan kultur Riwut (2003:540). Ia menulis, setelah orang Dayak yang berbeda dari luar. Akibat perjumpaan itu, mulai membuka hati, tertarik dan ingin tahu, hampir tanpa kecuali, tradisi Dayak sedikit kemudian belajar tentang ajaran Kristen, pihak 19

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

dipengaruhi. Ada berapa bentuk benturan tradisi di sanggup mempersatukan masyarakat dari semua dalam satu masyarakat Sei Gohong. Pertama, latar belakang. benturan tradisi kesukuan dalam masyarakat Sei Ketiga, mentalitas Betang sebagai institusi Gohong. Tradisi yang saling mendukung dapat pluralitas yang sudah mulai memudar. Betang saling memengaruhi, tergantung pada kekuatan (rumah panjang) rumah kolektif orang Dayak di relatif tradisi yang bersaing itu. Tradisi Dayak mana di dalamnya hidup beberapa keluarga dengan cukup kuat sehingga tradisi dari luar itu tidak keragaman baik personal maupun sosial. Dalam banyak diserap oleh masyarakat Sei Gohong. perspektif sosiologis orang Dayak, betang (rumah Kedua, intervensi pemerintah terhadap panjang), bukan sekedar tempat tinggal atau tempat lembaga adat. Intervensi lembaga pemerintah berlindung (home stay), melainkan lebih itu betang terhadap lembaga tradisonal lembaga adat melalui adalah institusi yang membenihkan dan membina Perda No. 16 tahun 2008 seakan mengamputasi pranata sosial mikro (nilai, norma dan peran) dalam peran Pemimpin adat (Demang). Inilah adalah jalan rangka memfasilitasi cara hidup bersama baik suram yang dilalui masyarakat Sei Gohong hari-hari dalam rumah betang maupun dengan masyarakat yang akan datang. Sebagaimana dipahami, dalam luas. Perda No. 16 tahun 2008, lembaga adat Dapat dikatakan, watak dasar budaya diintergrasikan ke dalam lembaga birokrasi betang adalah pluralisme. Dalil ini mudah dicarikan pemerintahan modern. Banyaknya unsur lembaga rujukan atau relevansinya dengan eksitensi betang modern yang masuk dalam substansi peran (rumah panjang). Dalam betang berkumpul pemimpin adat dan memangkas perannya. Dengan sejumlah keluarga yang berbeda baik secara demikian, baik secara institusi maupun secara persona, perbedaan kepentingan dalam tingkat substansi lembaga adat diamputasi oleh Peraturan praksis, perbedaan orientasi hidup maupun Daerah tersebut. Figur kepala adat yang dahulu perbedaan suku. Dengan perkataan singkat, betang berdasarkan turun-temurun, kini siapa saja bisa menjadi sumber sebuah pranata sosial dasar yang menjadi demang. memberikan ruang dinamika pluarlitas dan sikap Demang tidak lagi berdasarkan keturunan, akomodatif orang Dayak. tetapi dipilih dengan ketentuan yang diatur oleh Keadaan demikian, memperlihatkan betang undang-undang kenegaraan. PNS dapat menjadi sangat unik, terutama dalam perspektif pluralitas. demang. Rupanya pemerintah lebih dioreintasikan Hidup bersama dalam peberdaan suku dan status pada kemampuan intelektual demang daripada sosial menjadi fenomena sosial yang menarik dalam ketokohan dan karisma dalam penguasaan budaya betang. Mereka bertahan hidup dalam keragaman Dayak. Cara kooptasi pemerintah Kalimantan suku dalam serumah sebagai gejala betapa apiknya Tengah untuk melemahkan posisi damang dan mekanisme sosial dan manajemen perbedaan dalam pemilik identitas Dayak. betang tersebut. Sejak kecil mereka diajarkan untuk Sedangkan secara kelembagaan, menghormati orang lain, membantu sesama, sebagaimana dijelaskan di atas, demang yang diajarkan memahami hirarki dalam betang, santun diintegrasikan dalan lembaga birokrasi menjadi dan lain sebagainya. Betang menjadi lembaga contoh paling jelas dari perubahan kultural secara tempat membina dan membenihkan pranata sosial kualitatif di Sei Gohong. Kelembagaan demang yang senagaja dikonstruksi untuk memfasilitasi cara dikooptasi menjadi bagian dari isntitusi modern hidup bersama dalam perbedaan. Betang, dengan yang bekerja dengan rasionalitas modern dan lebih kata lain, merupakan ruang tempat tumbuhnya fungsional sifatnya. Itu berarti meninggalkan pluralitas. gagasan khas lembaga demang yang lebih Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa karismatik dan mempunyai kekuatan spiritual yang agama lokal Kaharingan dapat hidup dan

20

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

berkembang di Sei Gohong karena selama ini terjadinya perubahan kultural Sei Gohong. kepercayaan Kaharingan sangat kuat Kelembagaan demang saat ini telah kehilangan mempengaruhi karakter sosial orang Dayak Ngaju kekhasannya sebagai lembaga yang karismatik dan di Sei Gohong. Kaharingan dipahami dan mempunyai kekuatan spiritual yang sanggup diamalkan sebagai bagian dari kebudayaan atau mempersatukan masyarakat dari semua latar tradisi religi. Kepercayaan Ranying Hatalla Langit belakang. sebagai penguasa segala makhluk di bumi dan Realitas saat ini, juga tidak ada lagi rumah merupakan awal dan akhir semua kejadian di dunia. betang yang menjadi lembaga yang membenihkan Ranying Hatalla Langit merupakan pewahyu ajaran dan membina nilai hadat yang menjadi filsafat bagaimana cara hidup di bumi yang kemudian hidup orang dayak. Rumah-rumah di Sei Gohong dilembagakan dalam ritual. memperlihatkan ambiguitas kultural. Pada satu Sudah berabad-abad lamanya, agama lokal pihak, rumah-rumah dibangun dengan kontruksi Kaharingan sudah dipeluk oleh mayoritas yang lebih modern, beratap seng dan berdinding masyarakat Sei Gohong. Sehingga ketika mereka semen. Tetapi kesan visual kedayakan masih memeluk agama di luar agama lokal Kaharingan, terlihat. Sebagian besar rumah masih mempunyai mereka tetap saja tidak dapat lepas dari prinsip- kolong, bentuk memanjang (dua air), ada pula prinsip hidup orang dayak yang selalu dilingkupi karing (kayu yang menyilang pada atap) dan ada adat dan budaya Etnis Dayak Ngaju. juga ukiran burung tingang. Akan tetapi, unsur- Kademangan yang dijadikan sebagai unsur arsitektur demikian menjadi tidak bermakna, lembaga sosial sekaligus lembaga religius menjadi dan hanya menjadi aksesoris sebagai kenangann sumber terpenting dalam pranata sosial orang rohaniah kedayakan masa lalu, karena rumah- Dayak (di Sei Gohong). Sebagai institusi religius rumah mereka dihuni oleh keluarga tunggal atau kedemangan dipandang sebagai titisan Ranying keluarga inti yang lebih bersifat individualistik Hatalla. Lembaga ini yang paling langsung daripada kolektivitas. Dengan dengan demikian, menginternalisasikan nilai-nilai kedayakan tradisi-tridisi dan nilai-nilai kedayakan seperti (peradaban Dayak). Di samping itu, lembaga harmoni dalam perbedaan, gotong-royong, kedemangan dapat membaptis orang luar menjadi menghargai hirarki, santun dan seterusnya mulai orang Sei Gohong melalui mamapas lewu atau maja lantur. Orang Sei Gohong lebih berorientasi pada misek (nikah adat). tawaran gaya hidup modern yang berorientasi pada Dalam kasus Sei Gohong semua fenomena praksis dan individualistik. ini telah banyak berubah. Hasil observasi peneliti Konteks rumah panjang (betang) tidak menunjukkan Gereja mempunyai andil besar untuk hanya ukuran rumah yang panjang dan besar, tetapi melenyapkan atau mendistorsi peradaban Dayak keberadaan berbagai suku dan bagaimana yang bersumber dari Ranying Hatalla. Kristen di mekanisme sosial di dalam rumah betang tersebut. kalimantan mengeluarkan aturan ungkup bahwa Data yang dicatat kelurahan Sei Gohong misalnya salah satu prasyarat pengajaran pembaptisan harus terlihat rumah berdinding tembok 100 unit, meninggalkan perbuatan kekafiran. Apabila dari berdinding kayu 252 unit. Terdapat 30 rumah antara mereka ini ada yang masih melakukan berlantai keramik 30 rumah, berlantai semen 70 praktik-praktik kehidupan lamanya, tidak rumah; berlantai kayu 152 rumah. Terdapat 50 diperkenankan ikut dalam pengajaran pembaptisan. rumah beratap genteng, 150 beratap seng. Data ini Segala sesuatu yang berkaitan dengan adat istiadat memberikan indikasi bahwa Sei Gohong telah dan tradisi suku harus diputuskan. tercabut dari ke-Dayak-annya. Realitas Pademangan yang diintegrasikan Hal penting lain bahwa kini orang Dayak, dalan lembaga birokrasi menjadi penyebab terutama di Sei Gohong yang penduduk aslinya

21

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

tidak lagi menempati rumah betang. Mereka Artinya, ketika kolektivitas yang melekat memiliki rumah secara individual yang terdiri atas dalam pilihan pekerjaan sektor tradisional mulai suami, istri dan anak-anak mereka (keluarga inti). memudar, maka sesungguhnya akibat yang paling Dengan demikian, mekanisme sosial cenderung dalam ialah runtuhnya rasa persaudaraan atau individualistik dan orang di luar rumah dipandang kebersamaan yang dibina sejak dari betang (rumah sebagai tetangga dan bukan warga betang. panujang) atau lamin (rumah panjang berukuran Sei Gohong memasuki ruang sedang) sampai seluas lewu (kampung). Lebih dari individualistik dengan gaya hidup dan berorientasi itu pudar kesadaran pluralitas yang dibenihkan di pekerjaan mencari uang bukan mencari rumah betang. kebersamaan seperti kebiasaan di rumah betang. Dengan perkataan lain, ketika adat tradisi Ritual bersama, makan bersama, dan gotong-royong tidak sanggup lagi menuntun mereka, atau nilai- sangat jarang dilaksanakan. Padahal, betang niloai tradisi mulai ditinggalkan, dan sementara merupakan tempat paling esensial mengkonstruksi mereka mulai berpikir dalam rasional praktis nilai, norma dan aturan yang yang mempedomani disertai ukuran materialisme dalam mensukseskan bagaimana setiap anggota keluarga menjalani hidup, maka segala sesuatu yang kolektif mulai interaksi sehingga terjaga relasi sosial yang luntur. Bersamaan itu muncul hambatan sosial harmonis. dalam hal kerukunan. Misalnya, perkawinan antara Sebagaimana telah dikemukakan pada agama mulai rumit. Agama dipahami sebagai bagian terdahulu, masyarakat Sei Gohong dewasa alkitabiah dan memberikan afirmasi berlebihan ini sedang bergerak dari old society menuju modern dalam hal diferensitasnya. Demikian halnya ketika society. Perjalanan itu ditandai oleh pergeseran nilai lembaga adat melemah atau dikooptasi oleh dan makna hidup hari-hari. Hal yang paling muda pemerintah maka, birokrasi sebagai arus modern dilihat ialah dikotomi individu berdasarkan menjadi faktor pendukung kerentanan kerukunan orientasi pekerjaan mereka. Mereka lebih memilih dalam masyarakat Sei Gohong. bekerja di sektor informal dan mengurangi bekerja Demikian sulit dipastikan nasib kerukunan di sektor tradisonal seperti berladang dan nelayan. di Sei Gohong hari-hari mendatang. Arus Orientasi ini sesungguhnya merupakan konsekuensi kehidupan modern yang mengepungnya, dan wajar oleh karena posisi geografis Sei Gohong yang proses penyingkiran budaya kolektif yang demikian dekat dengan ibukota provinsi (Palangka mengandalkan kebersamaan menjadi ancaman virus Raya). Dapat dipahami bahwa kota sebagai pusat dalam kerukunan umat beragama. kemajuan sekaligus mempunyai daya tarik Di samping itu, kehidupan politik tersendiri bagi masyarakat sekitarnya, terutama memberikan penegasan pada segmentasi sosial. penyediaan lapangan pekerjaan baik di sektor Masyarakat dengan tingkat kolektivitas dibenturkan formal (PNS) maupun informal (swasta). dengan pilihan politik yang telah disediakan Keadaan demikian memperlihatkan bahwa beradasarkan agama tertentu. mentalitas kapital dan individualitas makin Kebudayakan Sei Gohong mempunyai menonjol. Anak-anak mudah di Sei Gohong lebih pengaruh yang penting pada pluralitas agama. banyak bekerja di kota Palangka Raya sebagai Sepanjang kedayakan dalam pengertian bahadat buruh daripada menjadi petani di Sei Gohong. masih dipatuhi oleh masyarakat maka menjadi Pekerjaan di sektor informal atau sektor modern dasar interaksi harmonis antara individu dari memerlukan spesifikasi dan kemampuan komunitas keagamaan yang berbeda tersebut. Nilai, individualistik. Hal ini sangat berbeda dengan norma, dan sistem kepercayaan Dayak yang pekerjaan sektor tradisional yang yang lebih mempersatukan seluruh komunitas berbeda agama. beroritesi pada kolektivitas. Secara sosiologis kedayakan dapat memfasilitasi

22

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

kehidupan keragaman yang memungkin semua Kedua, ada tiga faktor penghambat suku yang berbeda agama merasa betah. perkembangan agama lokal Kaharingan pada Etnis Dalam keseharian masyarakat Sei Gohong Dayak Ngaju, yaitu: 1) perubahan kultural. hidup secara berdampingan, tidak terlihat sikap Masyarakat Sei Gohong dewasa ini sedang bergerak eksklusifisme. Keadaan ini didukung pula oleh letak dari old society menuju modern society. 2) intervensi rumah mereka yang secara acak antara pemeluk pemerintah terhadap lembaga adat yang disatukan agama yang berbeda. Bentuk kerja sama yang paling dalam struktur birokrasi modern mengikuti konkrit yang terlihat diakui oleh mereka ialah dalam undang-undang yang ada, dan 3) pudarnya hal membangun balai basara (rumah ibadah mentalitas ”betang”. Rumah betang dalam artifiasial kepercayaan Kaharingan). yang hanya dijadikan sebagai objek wisata. Rumah Dewasa ini pihak pemerintah cukup gencar betang hanya untuk dipertontonkan kepada mempromosikan untuk kembali ke Betang. Akan wisatawan tanpa makna dan identitas khas Dayak. tetapi, promosi itu bukan kembali ke keloktivitas Dayak, tetapi rumah betang dalam artifisial yang E. REFERENSI rumah panjang dalam pengertian kekhasan dayak Aslan, Adnan. 2004. Pluralisme Agama Dalam Filsafat sebagai objek wisata. Dengan kata lain, itulah ironi Islam dan Kristen: Seyyed Hossein Nasr dan Jon baru, membangun betang untuk dipertontonkan Hick: Menyingkap Kebenaran. Bandung: kepada wisatawan. Sebuah rumah tanpa penguni Alifya. dan roh yang hilang disapu zaman tanpa Caputo, John D. 2003. Agama Cinta Agama Masa mempresentasikan identitas khas Dayak. Depan. Bandung: Mizan.

Creswell W. John. 1998. Qualitative Inquiry and D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Risearch Design: Choosing Among Five Berdasarkan hasil penelitian dapat Traditions. U.S.A.: SAGE Publications. Inc. disimpulan: Pertama, faktor pendukung keberadaan agama lokal Kaharingan dapat berkembang di Sei Herts, Jana C. 2003. Sekularisme dan Hak-Hak Individu Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka dalam Usaha Melawan Diskriminasi Rasial dan Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia, yaitu: 1) Etnis di Indonesia dalam Antropologi adanya realitas bahwa kepercayaan Kaharingan Indonesia th.XXXVII, no.72. sangat kuat mempengaruhi karakter sosial dan Juliawan, B. Hari. Kutukan Menara Babel: Basis No pranata sosial peradaban orang Dayak Ngaju, 01-02 Tahun ke-53 Januari-Februari 2004. sehingga agama lokal Kaharingan menjadi Yogyakarta: Kanisius. pandangan hidup yang selalu diyakini oleh masyarakat dalam setiap melakukan tindakan, 2) Kimball Charles. 2003. Kala Agama Menjadi Bencana. agama lokal Kaharingan menjadi pusat sentuh Bandung: Mizan. agama-agama lain, artinya, meskipun orang etnis Nordholt, Schulte Henk. 2005.Outward Appearances: Dayak Ngaju telah memeluk agama lain selain Trend, Identitas, Kepentingan. Diterjemahkan agama lokal Kaharingan, akan tetapi seruluh oleh M. Imam Aziz. Yogyakarta: LKIS. perilaku dan keyakinannya tidak bisa lepas sama O'Dea Thomas F. 2002. Agama Empiris: Agama dalam sekali dengan ajaran agama lokal Kaharingan, dan Pergumulan Realitas Sosial . Surabaya: 3) adanya lembaga kademangan yang dipercayai Pustaka Pelajar dan PUSTAKA LP2IF. sebagai lembaga sosial sekaligus lembaga religius. Lembaga adat inilah yang mampu menjadi Tubbs, Stewart L.& Moss, Sylvia. 2000. Human pengayom bagi setiap masyarakat yang menghadapi Communication. Konteks-Konteks Komunikasi. berbagai permasalahan hidup. Pengantar Deddy Mulyana. Bandung: Remaja Rosdakarya. 23

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol. 2 No. 2

Tracy, David. 1987. Plurality and Ambiguity, Chicago Press. Hermeneutic, Religion, Hope. University of

24