PERKEMBANGAN PERMINYAKAN DI SUMATERA SELATAN TAHUN 1945-1950 Rizka Riana Alumni Prodi Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI E-Mail: Rizk

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

PERKEMBANGAN PERMINYAKAN DI SUMATERA SELATAN TAHUN 1945-1950 Rizka Riana Alumni Prodi Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI E-Mail: Rizk PERKEMBANGAN PERMINYAKAN DI SUMATERA SELATAN TAHUN 1945-1950 Rizka Riana Alumni Prodi Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI E-mail: [email protected] Abstrak: Skripsi ini berjudul Perkembangan Perminyakan di Sumatera Selatan tahun (1945-1950). Penelitian ini didasari pada keinginan penulis untuk mengetahui secara mendalam dan mendeskripsikan tentang perkembangan perminyakan di Sumatera Selatan pada tahun 1945 sampai 1950. Penelitian ini menggunakan metode Historis, yaitu yang melalui tahap Heuristik, Kritik sumber Interpretasi, dan Historiografi dengan pendekatan geografi, politik, ekonomi, dan sosiologi melalui studi pustaka untuk memperoleh kebenaran dan menyajikan dalam bentuk tulisan. adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan dalam bidang perminyakan pada awal kemerdekaan proklamasi pada tahun 1945, bagaimana terbentuknya eks organisasi buruh minyak yang pernah bekerja di kilang minyak, dan bagaimana upaya dari diplomasi minyak pada masa revolusi pada kurun waktu 1945 sampai 1950. Proses perkembangan sebenarnya diawali dengan upaya rakyat untuk mengambilalih aset sumber energi yaitu berupa tambang minyak serta unsur fasilitasnya dari tangan penjajah. dengan didukung oleh para pimpinan republik yang ada di Sumatera Selatan seperti dr Ak Gani, dr M Isa dan lain lain. dari semangat kemerdekaan kemudian memunculkan terbentuknya organisasi perkumpulan yang terdiri dari eks pekerja minyak yakni lasykar, PPM, Gerakan burung hantu serta PEMIRI. yang kemudian bersatu dengan menggunakan upaya diplomasi minyak secara bertahap agar dapat menguntungkan bagi pihak Republik untuk menguasai perminyakan di Sumatera Selatan. Kata-kata kunci : Perkembangan, Minyak, Sumatera Selatan. 1 ABSTRACK Abstract: This thesis entitled Petroleum Development in South Sumatra in the year (1945-1950). This research is based on the writer's desire to know in depth and describe the development of petroleum in South Sumatra in 1945 to 1950. This study uses historical methods, namely those through the Heuristic stage, criticism of sources of interpretation, and historiography with approaches to geography, politics, economics, and sociology through literature studies to obtain the truth and present it in written form. As for the problems discussed in this research are how the development in the oil field at the beginning of the independence of the proclamation in 1945, how the former oil labor organization formed which had worked in oil refineries, and how the efforts of oil diplomacy during the revolution period from 1945 to 1950. The actual development process begins with people's efforts to take over energy resources, namely in the form of oil mines and elements of facilities from the hands of the invaders. supported by republican leaders in South Sumatra such as Dr. Ak Gani, Dr. M Isa and others. from the spirit of independence, then the formation of an association organization consisting of ex oil workers namely Lasykar, PPM, Movement of the owl and PEMIRI. which then united by using oil diplomacy efforts in stages so that the Republic of Indonesia could benefit the oil in South Sumatra. Keyword: Development, Oil, South Sumatra. 2 PENDAHULUAN pertama di Pennsylvania, Amerika. Indonesia menyimpan hasil Tempat pertama di Indonesia dalam Sumber Daya Alam (SDA) yang pencarian minyak ialah berada di kaya dan juga beraneka ragam. Max daerah Cibodas , Jawa Barat. Havelaar (Multatuli), dalam hal ini ditemukannya penemuan minyak ini menggambarkan bahwa di Indonesia dikarenakan daerah tersebut banyak mempunyai kekayaan dan keindahan ditemukan rembesan minyak. (G. alam yang indah, dikatakan juga Barlett , 1986 : 44) Setelah bahwa Indonesia seperti Khatulistiwa mengalami kegagalan dalam laksana sabuk bermata zamrud. mendapatkan hasil yang potensial dengan memiliki sumber daya alam sumber minyak di daerah Cibodas, yang melimpah. Sumber daya alam Jawa barat yang potensial. pada merupakan unsur-unsur yang tahun 1883 Aeliko Zijlker yang terdapat pada lingkungan biofisik, sedang bekerja di ladang tembakau yang hasilnya digunakan untuk di Langkat, Sumatera Utara. memenuhi kebutuhan manusia. menemukan cairan yang kemudian dengan demikian sumber daya alam diketahui bahwa cairan tersebut merupakan hasil temuan manusia merupakan adalah minyak yang berasal dari alam dan dapat mengkilat. maka setelah itu digunakan untuk memenuhi dilakukan penggalian di sumur kepentingan hidup. Berdasarkan pertama dengan nama Telaga Tiga sifatnya sumber daya alam dibagi dan Telaga Tunggal. kemudian menjadi dua. Pertama berdasarkan Belanda memutuskan untuk dari hasil sumber daya alam seperti membentuk perusahaan yang batubara, minyak bumi, air, ikan, berfungsi sebagai pengelola hasil pertanian dan lain-lain . dan produksi, pengilangan dan juga yang kedua berdasarkan dari tata pemasaran. dibentuklah sebuah lingkungan fisik seperti air terjun, perusahaan milik Belanda dengan pegunungan, tanah yang subur dan nama “Royal Dutch” pada tanggal lain-lain. (Katili, 1983 : 15) 16 Juni 1898 Penemuan Aeliko Jans Perkembangan minyak bumi di Zijlker di Sumatera Utara Indonesia dimulai pada masa menginspirasi untuk melakukan kolonial Belanda. dengan upaya pencarian minyak di daerah Belanda dalam mencari dan Sumatera lainnya. diperkirakan di mengeksplorasi sumber daya alam di Palembang banyak ditemukan Oil Indonesia. berawal Jan Reering Seepages. Pada tahun 1900 Kilang seorang pegawai Belanda yang minyak Plaju dibangun oleh awalnya bekerja sebagai kepala perusahaan dengan nama Koninklijke gudang pemerintahan, dengan Nederlandsche Maatschappij tot melakukan pencarian minyak. exploitative van Petroleum Brownen dengan teknik yang digunakan untuk in Nederlandsche-Indie atau dikenal pencarian yaitu menggunakan model dengan singkatan De bor yang kemudian ditarik oleh KoninklijkePerkembangan minyak tenaga hewan yakni kerbau. Teknik pada masa pendudukan Jepang. yang digunakan seperti ini juga instalasi minyak pada awal dilakukan dalam penemuan minyak pendudukan Jepang dikuasai oleh 3 tentara KNIL (Koninklijke Kotamadya Tk II Palembang, 1998 : Nederlands Indische Leger). Maka 227-241) terjadi peristiwa pembumihangusan. Kondisi Bentang Alam Kilang minyak yang berada di Wilayah Sumatera Selatan memiliki Sungai gerong mengalami beberapa sungai besar menjadi pembumihangusan (Utomo, 2012 : sumber kehidupan utama masyarakat 272-273, Zed , 2003 : 244-246) disekitar. Sungai-sungai tersebut Perkembangan minyak bumi pada bermata air yang berasal dari bukit masa sesudah kemerdekaan barisan, dengan terkecuali Sungai Indonesia. dimulai dengan Mesuji, Sungai Lalan dan sungai bermunculan usaha untuk mengambil Banyuasin. Sungai Musi yang alih kilang minyak yang dilakukan bermata air dari Bukit Barisan, yang rakyat atau sering disebut Laskar kemudian bermuara ke Selat Bangka. Minyak. Laskar ini beranggotakan dan sungai-sungai lain di Sumatera veteran-veteran bekas pegawai Selatan seperti Sungai Ogan, Sungai perusahaan minyak (Sutedi, 2011 : 6- Komering, Sungai Rawas merupakan 7) Berdasarkan Latar belakang di anak dari Sungai Musi. (Daerah atas , penulis merasa tertarik untuk Tingkat I Sumatera Selatan, 1985 : melakukan penelitian tentang 15). “Perkembangan Perminyakan di Iklim dan Musim Sumatera Selatan tahun 1945-1950“. Kondisi Palembang yang beriklim Keadaan Umum Sumatera Tropis, menyebabkan musim Bagian Selatan kemarau dengan suhu 32°. Dan juga Berdasarkan UU no. 22 tahun 1948 mengalami musim hujan dengan terbentuk tiga daerah otonom di suhu 25°. (Supriyanto,2013 : 29-33). wilayah Sumatera yaitu Sumatera Konsep Perminyakan utara, Sumatera tengah dan Sumatera selatan. (Pemda Kotamadya Tk II di dalam skripsi ini konsep Palembang, 1998 : 227-241) Perminyakan yang dijelaskan mulai Berdasarkan peraturan Komisaris dari penemuan minyak, Pemerintahan Pusat (Kompempus) pembangunan Kilang, Produksi pada tanggal 15 desember 1948 no. minyak, hak konsesi (izin untuk 95/Kom/U maka Sumatera Selatan membuka tambang, menebang hutan, terdiri dari sepuluh kabupaten dan sebagainya), penguasaan fasilitas otonom. Dibawah Keresidenan minyak seperti kilang minyak yang Bengkulu terdiri dari Bengkulu dikuasai oleh penjajah, pengelolaan Seluma, Lais muko, Manna kaur dan sumur-sumur minyak di daerah, Rejang Lebong. Dibawah produksi minyak, pergerakan para keresidenan Lampung terdiri dari buruh minyak dan tokoh perjuangan Lampung Selatan, Lampung Tengah yang memimpin pengelolaan hasil dan Lampung utara. Untuk bagian serta distribusi minyak seperti Dr wilayah Keresidenan Palembang A.K. Gani dan Dr M.Isa serta strategi yang masih dikuasi Republik kebijakan minyak dengan Indonesia (RI) terdiri dari Lematang menggunakan cara Diplomasi Pasemah, Musi Rawas dan minyak yang dilakukan Dr A.K. Palembang Selatan. (Pemda Gani dengan menggunakan cara 4 Barter yakni menukarkan hasil alam kilang minyak di Palembang terjadi seperti minyak bumi,karet,kopi di wilayah Plaju sekitar awal tahun dengan kebutuhan militer seperti 1900. dengan kapasitas dua puluh pakaian serta senjata. ribu baler per hari. (Kantor Wilayah Sejarah Awal Minyak Bumi di Departemen Pertambangan dan Indonesia Energi Provinsi Sumatera Selatan, Pada tahun 1883, Aeliko Jana Zijlker 1995 : 17) seorang inspektur perkebunan di Perkembangan Penguasaan daerah langkat (Sumatera Utara). Minyak Bumi Pada Masa Jepang Melanjutkan usaha pencarian minyak di Sumatera Selatan di Indonesia. ia orang kedua tercatat Jepang ternyata tidak bisa sebagai pencari minyak di Indonesia. menjalankan bisnis minyak dengan Pada saat itu Ziljlker sedang baik. Pada masa Jepang dan sekutu melakukan
Recommended publications
  • Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 10 (1): 14-29, Februari 2021
    Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 10 (1): 14-29, Februari 2021 Kota Lubuklinggau Dalam Kurun Waktu 1825-1948 Berlian Susetyo1*, Ravico2 *Coresponding author Email: [email protected] 1Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya-Lubuklinggau 2Institut Agama Islam Negeri Kerinci-Jambi Abstrak: Kajian tentang Kota Lubuklinggau berdasarkan kronologis sejarah masih belum ada kajian yang komprehensif, sehingga terjadi kegagalan pemahaman generasi muda dalam memahami sejarah Kota Lubuklinggau. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kota Lubuklinggau pada masa Kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, masa setelah proklamasi kemerdekaan serta masa agresi militer pertama dan kedua. Metode penelitian yang digunakan ialah metode sejarah, antara lain heuristik, kritik sumber, intepretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Lubuklinggau Tahun 1929 menjadi dusun kedudukan marga Sindang Kelingi Ilir, kemudian dikembangkan menjadi ibukota Onder Afdeeling Moesie Oeloe masa kolonial Belanda Tahun. Pada masa Jepang Tahun 1942, Lubuklinggau menjadi ibukota Bunshu Musikami Rawas. Pada masa setelah kemerdekaan Tahun 1945, Lubuklinggau menjadi Kawedanaan Musi Ulu sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Musi Ulu Rawas. Kemudian pada masa agresi militer Belanda I Tahun 1947 dan agresi militer Belanda II Tahun 1948, Lubuklinggau menjadi pusat pemerintahan Karesidenan Palembang sekaligus pusat pemerintahan militer Sub Teritorium Sumatera Selatan (SUBKOSS). Kata Kunci: Moesie Oeloe, Musi Ulu Rawas, Lubuklinggau Lubuklinggau City In The Time Of 1825-1948 Abstract: The study of Lubuklinggau City is based on historical chronology, there is still no comprehensive study, so that there is a failure in understanding the young generation in understanding the history of Lubuklinggau City. Furthermore, this study aims to describe the city of Lubuklinggau during the Dutch colonial period, the Japanese occupation period, the period after the proclamation of independence and the period of the first and second military aggression.
    [Show full text]
  • Cover Is Here Isbn 978-602-294-097-5
    ISBN 978-602-294-097-5 COVER IS HERE LIST OF INTERNAL AND EXTERNAL REVIEWERS INTERNAL REVIEWERS 1. Dr. Achmad Arifin (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) 2. Dr. Erma Suryani (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) 3. Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S (University of Sumatera Utara) 4. Fajar Juang Ekaputra (Vienna University of Technology) 5. Prof. Harno Dwi Pranowo (Universitas Gadjah Mada Yogyakarta) 6. Prof. Ir. Gamantyo Hendrantono, M.Eng.,Ph.D (ITS Surabaya) 7. Prof. Mohamad Isa Irawan (Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) 8. Satya Kumara, Ph.D (Udayana University Bali) 9. I Made Andi Arsana, Ph.D (Universitas Gadjah Mada Yogyakarta) 10. I Wayan Gede Astawa Karang, PhD (Udayana University Bali) 11. Prof.Moch.Amin Alamsjah, Ph.D (Universitas Airlangga) 12. David Segoh (Universitas Airlangga) 13. Dr. I Made Netra (Udayana University Bali) 14. Dr. Seri Malini (Udayana University Bali) 15. Drs.Ketut Tika.,MA (Udayana University Bali) 16. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes (Udayana University Bali) 17. dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SP.MK. Ph.D (Udayana University Bali) 18. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika , Sp.PD-KEMD (Udayana University Bali) 19. Agoes Ganesha Rahyuda, PhD (Udayana University Bali) 20. I Made Budi Arsika, SH.,LLM (Udayana University Bali) 21. Ni Putu Sri Harta Mimba, Ph.D (Udayana University Bali) 22. Prof. DR.Ningrum Natasya Sirait, SH.,MLI (University of Sumatera Utara) EXTERNAL REVIEWERS 1. Dr. Christoph A. Hauzenberger (University of Graz) 2. Lisa Madlberger (Vienna University of Technology) 3. Univ.-Prof. Dr. Dietmar Haltrich (University of Natural Resources and Life Sciences) 4.
    [Show full text]
  • Contact of Dialect Clusters: the Malay Peninsula and Sumatera
    Open Journal of Modern Linguistics, 2015, 5, 459-469 Published Online October 2015 in SciRes. http://www.scirp.org/journal/ojml http://dx.doi.org/10.4236/ojml.2015.55040 Contact of Dialect Clusters: The Malay Peninsula and Sumatera Asmah Haji Omar, Salinah Jaafar, Siti Ruhaizah Che Mat University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia Email: [email protected] Received 20 August 2015; accepted 10 October 2015; published 13 October 2015 Copyright © 2015 by authors and Scientific Research Publishing Inc. This work is licensed under the Creative Commons Attribution International License (CC BY). http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ Abstract Contact between speakers of clusters of Malay dialects of the Malay Peninsula and Sumatera has been going on from historical times until today. This study discusses contacts as reflected in the literary genres of the syair and the hikayat. A research was conducted on a real life situation of the contact of the Bengkulu dialect cluster of Sumatera and that of the southern peninsula Malay dialect in a Bengkulu settler community in the latter region, to assess the receptivity of the speakers of the minority settler community of the norms of the host region. The findings showed that although there was adaptation on the part of the minority community, it did not come readily. Norms that determine the preferred use and usage of language, as well as the social pragmatics of adaptation are the motivating factors for acceptance. Stability of the minority as part of a larger community leads to uninhibited awareness of the traditions of the (former’s) parent community, which in turn motivates a regeneration of erstwhile practices.
    [Show full text]
  • US and British Complicity in Indonesia 1965
    Lifting the Curtain on the Coup of October 1st 1965 – Suing for the Justice Source: http://www.country-studies.com US And British Complicity In Indonesia 1965 by Mark Curtis October 21, 2002 US officials at the time called a “reign of terror” and British officials “ruthless terror”. However, unlike the terrorists responsible for the outrage of September 11, precisely nothing has ever been done to bring those responsible in Indonesia – and their supporters in Washington and London - to account. The killings in Indonesia started when a group of army officers loyal to President Sukarno assassinated several generals on 30 September 1965. They believed the generals were about to stage a coup to overthrow Sukarno. The instability, however, provided other anti-Sukarno generals, led by General Suharto, with an excuse for the army to move against a powerful and popular political faction with mass support, the Indonesian Communist Party (PKI). It did so brutally: in a few months hundreds of thousands of PKI members and ordinary people were killed and the PKI destroyed. Suharto emerged as leader and instituted a repressive regime that lasted until 1998. The declassified documents show five ways in which the US and Britain were complicit in this slaughter. First, both the US and Britain wanted the army to act and encouraged them to do it. US officials expressed their hope of “army at long last to act effectively against Communists” [sic]. “We are, as always, sympathetic to army’s desire to eliminate communist influence” and ”it is important to assure the army of our full support of its efforts to crush the PKI”, other officials noted.
    [Show full text]