BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapat perjalanan baru.1 Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri.2 Pariwisata merupakan industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan.3 Pembangunan kepariwisataan di pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata, yang antara lain berwujud kekayaan alam seperti keragaman flora dan fauna, kemajuan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah purbakala. Undang–undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Pasal 3 (a) dirumuskan untuk menciptakan tatanan yang baru dalam usaha pemerintah

1Peter E. Murphy, Tourism: A Community Approach, (New York: Routledge, 1985), 3. 2Gamal Suwantoro, Dasar-dasar Pariwisata (: Andi Offset, 1997), 1. 3 Ateng Syafrudin, Perencanaan Administrasi Pembangunan Daerah, (Bandung: Mandar Maju, 1993), 53. untuk melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia dengan membentuk payung hukum yang jelas dan pasti. Pelestarian dalam konteks ini tidak hanya sebatas memberikan perlindungan saja tetapi juga melakukan pengembangan dan pemanfaatan sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2011 tentang badan promosi pariwisata Indonesia maka pengembangan pariwisata pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan sektor pariwisata ditinjau dari aspek sosial ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pemerintah, peningkatan penerimaan devisa, turut mendorong pendapatan daerah. Pembangunan daerah harus memberi dampak pada sektor lainnya agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.4 Pariwisata mempunyai dampak dan manfaat yang banyak bagi masyarakat dan bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan mengembangkan budaya lokal. Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, dan kebudayaan yang langsung memberikan dampak pada aspek social seperti motivasi, persepsi, dan ekspektasi serta pada aspek antropologi mengenai dampak social budaya pariwisata, otentisitas, identitas, komodifikasi dan lain-lain.5 Dari waktu ke waktu, aspek sosiologis dalam pembangunan pariwisata semakin mendapatkan perhatian karena semakin meningkatnya kesadaran bahwa pembangunan pariwisata tanpa pertimbangan yang matang dari aspek social budaya justru akan bisa membawa malapetaka bagi masyarakat, khususnya pada di daerah pariwisata. Dari segi kebudayaan, sektor pariwisata Indonesia memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada wisata domestik dan asing. Jadi faktor pariwisata memiliki kontribusi di

4 Ateng Syafrudin, Perencanaan Administrasi Pembangunan Daerah, …, 55. 5 I Gede Pitana dan Putu Gayatri, Sosiologi Pariwisata, (Yogyakarta: Andi, 2009), hlm 38 dalam aspek social masyarakat sekitar daerah pariwisata. Selain memberikan dampak pada aspek social, pariwisata juga memberikan dampak pada aspek ekonomi yang cukup besar, untuk itu segala potensi yang ada di tanah air itu perlu dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya. merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang kaya akan potensi, serta begitu banyak keunikan di dalamnya. Cirebon juga dijuluki sebagai kota wisata dan tempat bersejarah. Beberapa potensinya dapat kita lihat di sudut-sudut kota. Budaya yang masih kental, peninggalan kerajaan, serta kuliner yang sudah terkenal ke berbagai daerah. Bukti bahwa di Cirebon banyak sekali peninggalan adalah peninggalan budaya berupa artefak6 antara lain bangunan Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Peninggalan sosiofak7 seperti tradisi di keraton Kasepuhan yaitu tradisi Panjang Jimat. Selain itu peninggalan budaya adihulung8 berupa seni tari dan batik. Pada tahun 2013 Kota Cirebon, ditetapkan sebagai Kota Pusaka bersama kota- kota lainnya, yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Penataan Ruang melalui Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP). Penetapan Kota Cirebon sebagai salah satu kota pusaka karena melihat latar belakang sejarahnya yang sangat kaya. Peninggalan sejarah dan pusaka baik fisik maupun non-fisik yang tersebar, merupakan harta yang wajib dijaga seluruh warga Kota Cirebon. Peninggalan pusaka yang mewakili berbagai era, mulai dari era penyebaran Islam, era kolonial (indische atau indis) sampai era kemerdekaan mempunyai arti strategis untuk kepentingan sejarah, budaya dan pendidikan yang sangat luas pemanfaatannya.

6Di KBBI dijelaskan bahwa Artefak adalah: 1. benda-benda, seperti alat, perhiasan yg menunjukkan kecakapan kerja manusia (terutama pada zaman dahulu) yang ditemukan melalui penggalian arkeologi 2. Benda (barang-barang) hasil kecerdasan manusia. 7 Di KBBI dijelaskan bahwa Sosiofak adalah kebudayaan atau artefak yang berhubungan dengan status sosial yang ada di dalam lingkungan masyarakat sekaligus merupakan simbol untuk mempertahankan susunan masyarakat dan integrasi masyarakat. 8Di KBBI dijelaskan bahwa Budaya Adiluhung adalah budaya yang bernilai tinggi mutunya dan wajib dilestarikan/dipelihara. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menganggarkan dana untuk revitalisasi tiga kluster peninggalan sejarah dan kawasan pariwisata di wilayah Kota dan Kabupaten Cirebon. Revitalisasi ini untuk fisik dan non fisik. Fisik tidak hanya bangunannya saja, tetapi mencakup tata ruang kawasan serta infrastrukturnya. Sedangkan untuk nonfisik mencakup pada pemberdayaan masyarakat, pengembangan SDM, pengembangan organisasi, promosi dan pemasaran. Optimalisasi aset-aset budaya dan pariwisata pada dasarnya sebagai bentuk pendayagunaan potensi Kota Cirebon sebagai upaya untuk mempertahankan nilai- nilai budaya, memenuhi kebutuhan ruang publik yang edukatif-rekreatif bagi warga kota, meningkatkan kemajuan ekonomi, peningkatan PAD dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah melalui proses pendayagunaan sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan segala urusan pemerintahan di daerah, meningkatkan kualitas pelayanan public, memenuhi kebutuhan dasar dan peningkatan ekonomi daerah. Salah satu potensi ekonomi yang dikembangkan di kota Cirebon yaitu pariwisata. Untuk itu pembangunan kepariwisataan merupakan suatu hal yang diperlukan bagi daerah-daerah yang menjadikan sektor pariwisata menjadi unggulan dan andalan daerah. dengan berbasis pada sumber daya alam, sumber daya budaya, obyek daya tarik buatan dan sumber daya lain yang mendukung. Dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional, maka dalam pelaksanaannya Pemerintah Kota Cirebon melakukan pemanfaatan terhadap bangunan cagar budaya Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi yang merupakan aset sangat penting dalam peradaban dan kebudayaan bangsa dengan memberikan memberikan perlindungan kelestarian dalam kaitannya dengan kepariwisataan. Benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang sekurang- kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan memiliki keunikan tersendiri, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Revitalisasi cagar budaya dilakukan agar tujuan pembangunan dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya dan mempertahankan kelestarian bangunan cagar budaya Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi tersebut. Revitalisasi yang sudah dilakukan menyebabkan kawasan wisata menjadi semakin ramai, revitalisasi kawasan Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi memberikan dampak bagi hubungan interaksi manusia dengan lingkungan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Interaksi yang muncul ini ditimbulkan karena adanya kunjungan wisata ke kawasan pariwisata yang semakin besar. Peningkatan jumlah kunjungan wisata ini memberikan dampak terhadap tiga aspek lingkungan hidup suatu kawasan pariwisata. Kajian tiga aspek dampak tersebut diantaranya mengacu pada aspek kondisi lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik kawasan pariwisata. Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis mengambil judul “Revitalisasi Cagar Budaya di Kota Cirebon dan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar”

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah a. Wilayah Kajian Wilayah kajian dalam skripsi ini adalah “Pengembangan/Pemberdayaan Ekonomi Lokal” yang dalam penelitian ini berkaitan dengan potensi agro wisata di Kota Cirebon. “Revitalisasi Cagar Budaya di Kota Cirebon dan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus di Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi)”

b. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan empirik field research (penelitian lapangan) yang dilakukan di kawasan wisata Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi. c. Jenis masalah Jenis masalah dalam penelitian yang diangkat peneliti adalah berkaitan dengan dampak sosial ekonomi masyarakat atas revitalisasi Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi.

2. Pembatasan Masalah Dalam penelitian yang akan dilakukan, agar tidak melebar permasalahannya maka penulis membatasi masalah yaitu seputar dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi atas revitalisasi kawasan tersebut.

3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah dalam penelitian ini yaitu: a. Bagaimana Proses Revitalisasi Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi? b. Bagaimana Dampak Revitalisasi Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis paparkan sebelumnya, penelitian ini ditujukan untuk: 1. Untuk mendeskripsikan proses revitalisasi Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi. 2. Untuk mendeskripsikan dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar atas revitalisasi Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi.

D. Manfaat Penelitian Dalam penyusunan skripsi penulis berharap tidak hanya sebagai syarat kelulusan saja, tetapi penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, adapun manfaatnya adalah : 1. Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan hal-hal yang berhubungan dengan dampak revitalisasi terhadap kondisi social ekonomi masyarakat sekitar kawasan wisata Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi. 2. Akademik a. Memberikan informasi mengenai dampak revitalisasi kawasan wisata Gua Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi terhadap kondisi social ekonomi masyarkat sekitar kawasan wisata. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi kawasan wisata Gua Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi karena potensi yang dimiliki mampu memberikan manfaat positif bagi masyarakat sekitar khususnya di sektor ekonomi.

3. Tempat Penelitian a. Membantu masyarakat agar lebih menyadari pentingnya lokasi wisata bagi peningkatan perekonomian masyarakat sekitar dan mendorong untuk melindungi kawasan tersebut. b. Dapat sebagai percontohan bagi daerah-daerah lain untuk mengangkat perekonomian masyarakatnya dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki khususnya kegiatan pariwisata.

E. Penelitian Terdahulu

Setelah penulis melakukan penelusuran dan mengkroscek untuk mengetahui koleksi skripsi dan skripsi dari universitas lain, penulis tidak menemukan judul yang serupa dengan judul “Dampak Revitalisasi Cagar Budaya (Gua Sunyaragi dan Keraton Kasepuhan) bagi Kondisi Social Ekonomi Masyarakat Sekitar” yang penulis angkat sebagai judul skripsi. Setelah penulis menelusuri penelitian terdahulu penulis menemukan skripsi dan jurnal yang membahas berkaitan dengan judul penelitian yaitu :

1. Revitalisasi Kawasan Pariwisata dan Resort Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu Skripsi yang berjudul Revitalisasi Kawasan Pariwisata dan Resort Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu yang ditulis oleh Guguh Muslim pada tahun 2014 mahasiswa Universitas Gunadarma Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, jurusan Teknik Arsitektur. Pulau Untung Jawa yang bertepatan di kawasan Kepulauan Seribu adalah pulau yang memiliki banyak potensi sebagai objek pariwisata yang baik. Keindahan alamnya, budaya khas masyarakatnya. Pentingnya merevitalisasi kawan wisata ini adalah untuk menjaga dan merawat potensi wisata Pulau Untung Jawa. Dengan merevitalisasi Kawasan wisata Pulau Untung Jawa ini diharapkan potensi keindahan dan potensi budaya yang ada tetep terjaga, sehingga Pulau Untung Jawa ini dapat menjadi salah satu tujuan wisata terbaik di Indonesia, dalam hal ini pada khususnya mewakilkan pariwisata DKI . Tema dari Kawasan Pariwisata dan Resort ini adalah Betawi Sense’s, hal ini demikian adalah untuk mengangkat budaya betawi asli di daerah ini, yang juga merupakan salah satu budaya yang sangat penting bagi DKI Jakarta. Beberapa Aspek budaya betawi menjadi acuan dasar dalam perencanaan dan desain dari kawasan wisata ini sehingga diharpakan dapat berfungsi secara optimal. Karna pada awalnya peruntukannya merupakan pulau penduduk. Sehingga pengambangan konsep yg diterapkan di bagi menjadi beberapa konsep disain. Konsep kawasan digunakan konsep view hierarki, konsep ini di dapat dari budaya arsitektur betawi pada penataan ruang-ruang yang memilki hirarki yang jelas pada desain rumah.9

2. Dampak Pengembangan Ekowisata Kawasan Wisata Gunung Merapi- Merbabu Terhadap Perubahan Struktur Masyarakat Skripsi yang berjudul Dampak Pengembangan Ekowisata Kawasan Wisata Gunung Merapi-Merbabu Terhadap Perubahan Struktur Masyarakat ditulis oleh Wibowo mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tahun 2007. Penelitian ini berpijak pada paradigma definisi sosial dengan teori aksi. Menurut teori aksi ini harus ada kondisi situasional dan individu sebagai aktor dan dalam penelitian ini maka aktor yang dimaksud adalah masyarakat di Desa Samiran sedang kondisi situasionalnya adalah dijadikannya Desa Samiran sebagai obyek ekowisata dan kondisi tersebut berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Hasil penelitian ini didapatkan partisipasi masyarakat di Desa Samiran diwujudkan melalui partisipasi dalam perencanaan yaitu masyarakat mengikuti forum-forum pertemuan dengan memberikan ide maupun gagasan, partisipasi dalam pelaksanaan yaitu masyarakat memberikan sumbangan baik berupa materi maupun ide dalam pelaksanaan program-program ekowisata, partisipasi dalam pemanfaatan yaitu masyarakat mulai membuka usaha baru di bidang pariwisata seperti membuka warung, homestay, menjadi pegawai harian dinas pariwisata, menjadi pemandu wisata (guide). Dalam berpartisipasi masyarakat menghadapi berbagai faktor baik itu faktor pendorong maupun faktor penghambat. Dampak dari pengembangan ekowisata terhadap perubahan struktur sosial berwujud pada perubahan struktur ekonomi yaitu adanya pergeseran okupasi dan peningkatan pendapatan. Perubahan struktur sosial yaitu adanya peningkatan orientasi pendidikan, timbul sikap komersial pada

9 Guguh Muslim, “Revitalisasi Kawasan Pariwisata Dan Resort Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu” (Skripsi, Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma, 2014), Abstrak. masyarakat dan intensitas gotong royong masyarakat yang berkurang serta terancamnya kelestarian lingkungan.10 3. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda. Thesis yang ditulis oleh Kartini La Ode Unga pada tahun 2012 mahasiswa program studi pasca sarjana Universitas Hasanuddin Makasar program studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah yang berjudul “Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda”. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan peneliti, simpulan terhadap pengembangan kawasan wisata Kepulauan Banda adalah sebagai berikut:11 a. Faktor-faktor internal yang mendukung pengembangan pariwisatan Kepulauan Banda adalah keragaman atraksi, image kawasan yang sudah terkenal sejak VOC, sifat keterbukaan, keamanan, dan kemudahan mencapai lokasi. Sementara yang menghambat adalah belum adanya pusat informasi wisata, sifat terhadap lingkungan yang sangat rendah, SDM bidang pariwisata masih rendah, dan belum memadainya infrastruktur pendukung. b. Faktor-faktor eksternal yang mendukung pengembangan pariwisata Kepulauan Banda adalah aksesibilitas, perkembangan teknologi dan informasi, regulasi, serta tingginya potensi dan minat wisatawan. Sementara yang menghambat adalah interusi budaya dan pengrusakan lingkungan. c. Strategi prioritas berdasarkan SWOT adalah pengembangan wisata diving dan snorkeling, membangun jaringan dengan wisata

4. Dampak Pengembangan Obyek Wisata Terhadap Pembangunan Ekonomi Lokal di Kabupaten Blitar.

10Wibowo, “Dampak Pengembangan Ekowisata Kawasan Wisata Gunung Merapi-Merbabu Terhadap Perubahan Struktur Masyarakat”, (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2007), Abstrak. 11 Kartini La Ode Unga, “Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda”, (Thesis, Program studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makasar, 2012), Abstrak. Skripsi yang ditulis oleh Dian Setia Yusmiadi pada tahun 2011 mahasiswa Universitas Negeri jurusan Ekonomi Pembangunan fakultas Ekonomi yang berjudul “Dampak Pengembangan Obyek Wisata Penataran Terhadap Pembangunan Ekonomi Lokal di Kabupaten Blitar”. Keberadaan suatu obyek wisata tidak terlepas dari adanya pembangunan ekonomi lokal yaitu meningkatkan kegiatan ekonomi yang ada dalam wilayah tersebut, tidak terkecuali obyek wisata Penataran. Keberadaan obyek wisata Penataran telah banyak memberikan kontribusi bagi perekonomian daerah. Pembangunan ekonomi yang timbul karena keberadaan obyek wisata Penataran dapat mendorong terciptanya kesempatan kerja serta peningkatan perekonomian masyarakat sekitar. Jadi hal tersebut dapat memicu pembangunan daerah yang berkesinambungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengembangan obyek wisata Penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal. Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa obyek wisata penataran mempunyai peranan yang penting terhadap pembangunan ekonomi lokal masyarakat Penataran. Dampak pengembangan obyek wisata penataran terhadap pembangunan ekonomi lokal adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, meningkatkan pendapatan asli daerah serta terjalinnya hubungan baik dengan investor, agar dapat membantu dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Blitar. Berdasarkan hasil penelitian terdapat usaha-usaha di sekitar obyek wisata Penataran, seperti pedagang cinderamata/ souvenir, pedagang makanan dan minuman, pedagang bakso serta juru parkir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengembangan obyek wisata penataran memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi lokal masyarakat penataran yang ditandai dengan pengelolaan sumberdaya manusia yang baik sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Saran bagi pemerintah Kabupaten Blitar hendaknya dalam perkembangannya memperhatikan dampak yang timbul dari pengembangaan obyek wisata Penataran baik dampak positif maupun dampak negatif, sehingga setelah mengetahuinya dampak negatif yang ada dapat diminimalisir dan mendorong peningkatan pada dampak positif yang terjadi sehingga nantinya dapat digunakan sebagai penentuan kebijakan dan keputusan Pemerintah Kabupaten Blitar.12 5. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung Penelitian yang ditulis oleh berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung” dilakukan oleh Achadiat Dritasto dan Annisa Ayu Anggraeni pada tahun 2013, penelitian ini mengungkapkan bahwa Pulau Tidung yang merupakan salah satu pulau di kabupaten administrasi Kepulauan Seribu yang dalam perkembanganya dikelola langsung oleh masyarakat setempat dan dengan terkaitnya masyarakat dalam kegiatan wisata di Pulau Tidung maka dapat memberikan dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa pendapatan. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.13 6. Kontribusi Pariwisata Budaya Candi terhadap Ekonomi Masyarakat Penelitian yang berjudul “Kontribusi Pariwisata Budaya Candi Borobudur terhadap Ekonomi Masyarakat” dilakukan oleh Marsono dan Widyarini Wirjono dosen Prodi Pariwisata FIB UGM pada tahun 2011, penelitian tersebut mengungkapkan kontribusi pariwisata budaya dalam bidang ekonomi masyarakat sangat signifikan. Kontribusi atas perolehan retribusi obyek wisata Candi Borobudur terhadap negara dalam tahun 2010 adalah sebesar 53.984.307.440 terdiri

12 Dian Setia Yusmiadi, “Dampak Pengembangan Obyek Wisata Penataran Terhadap Pembangunan Ekonomi Lokal di Kabupaten Blitar”, (Skripsi, Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang, 2011), Abstrak. 13Achadiat Dritasto dan Annisa Ayu, “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung”, (Jurnal, Institut Teknologi Nasional, 2013), Abstrak. 39.909.712.500 retribusi dari wisatawan nusantara dan 14.074.594.940 retribusi wisatawan mancanegara. Jumlah keseluruhan pelaku industri pariwisata budaya candi borobudur ada 4.007 orang. Pendapatan mereka tiap bulan tahun 2010/2011 antara Rp800.000,00 (karyawan) sampai 2.216.302.042,00 (pemodal hotel). Jumlah 4.007 orang tersebut belum termasuk pelaku wisata pada desa-desa wisata di sekitar Candi Borobudur dan para pelaku 7 wisata yang tinggal di luar sekitar Candi Borobudur, di antaranya tinggal di sekitar Muntilan, Magelang dan Yogyakarta yang jumlahnya tidak sedikit. Penelitian tersebut tidak membahas mengenai dampak ekonomi yang terjadi di Pantai Indrayanti Desa Tepus terhadap pendapatan masyarakat sekitar.14 7. Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih Tabanan Jurnal yang berjudul “Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih Tabanan” ditulis pada tahun 2006 yang ditulis oleh I Nengah Subrada. Jurnal ini termasuk dalam jurnal manajemen parawisata. Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak dari pengembangan desa wisata terhadap kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan masyarakat setempat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa setelah adanya pembangunan pariwisata di Desa Jatiluwuh banyak menimbulkan dampak positif, seperti terbukanya banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Selain itu kondisi sosial budaya masyarakat masih sangat kental dalam mengikuti berbagai macam upacara keagamaan. Namun, kurang disebutkan dampak negatif yang terjadi, seperti tidak adanya dampak negatif bagi lingkungan pariwisata. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian dari Putu Agus Prayogi, yang menyebutkan dampak negatif dari berkembangnya suatu kawasan wisata, misalnya timbulnya onggokan sampah akibat aktivitas wisatawan yang bersinggungan langsung dengan lingkungan Desa Wisata.

14Warsono dan Widyarini, “Kontribusi Pariwisata Budaya Candi Borobudur terhadap Ekonomi Masyarakat”, (Jurnal Manajemen Pariwisata, Dosen Prodi Pariwisata FIB UGM, 2011), Abstrak.

Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata di , pola pembangunan berkelanjutan sangat cocok diterapkan dalam pengembangan pariwisata di Bali. Ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang. Salah satu upaya penerapan pola pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah dengan pemilihan percontohan Desa Wisata sebagai lokasi penelitian. Pembangunan pariwisata di Objek Desa Wisata Jatiluwih difokuskan pada keberlanjutan tiga aspek utama yaitu; ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Jatiluwih belum memberikan manfaat ekonomi secara langsung dan merata kepada masyarakat lokal karena hanya sebagian kecil masyarakat lokal bekerja di sektor pariwisata seperti; akomodasi, cafe dan restoran. Tetapi secara tidak langsung masyarakat lokal telah mendapatkan manfaat ekonomi, manfaat ini diperoleh melalui Desa Dinas atau Desa Adat dimana mereka berada. Pembagian pendapatan yang didapat dari tiket masuk dibagi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan. Kendala yang dialami adalah banyaknya gerbang masuk menuju objek wisata, karena jalan yang melintas di objek wisata merupakan jalan umum yang bisa dilewati oleh setiap orang tanpa harus membayar tiket masuk. Ditemukan juga bahwa hanya sedikit usaha perekonomian masyarakat lokal yang berhubungan dengan industri pariwisata. Warung-warung yang ada disekitar daerah objek wisata hanya diperuntukkan bagi masyarakat lokal dan wisatawan domestik, bukan untuk wisatawan mancanegara. Kehidupan sosial-budaya masyarakat di Desa Wisata Jatiluwih masih sangat kental, dibuktikan masih antusiasnya masyarakat lokal untuk melakukan berbagai macam upacara keagamaan. Masyarakat lokal tidak mempermasalahkan apabila tempat suci (pura) yang ada di kawasan wisata juga dijadikan objek wisata sejauh masih memenuhi atau sesuai dengan peraturan (awig-awig) yang berlaku. Pada dasarnya masyarakat lokal menerima dengan baik dan merasa bangga dengan desanya dijadikan sebagai salah satu Desa Wisata di Bali. Pembangunan Desa Wisata juga memberikan peluang kerja kepada beberapa masyarakat lokal yang berkompetensi dalam bidang kepariwisataan.15 Dari penelitian-penelitian terdahulu terlihat bahwa penelitian yang ingin peneliti lakukan belum pernah ada yang meneliti dan maka dari itu perlu dilakukan penelitian “Revitalisasi Cagar Budaya di Kota Cirebon dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus di Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi)”. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas bagaimana proses revitalisasi cagar budaya di Kota Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi) kemudian akan membahas bagaimana revitalisasi tersebut memberikan dampak pada aspek ekonomi dan social masyarakat sekitar. F. Metodologi Penelitian

Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara) sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu.

Dalam dunia pendidikan pendekatan penelitian yang terkenal terbagi menjadi dua penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.16

15 I Nengah Subadra, “Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih Tabanan”, (Jurnal, Jurnal Manajemen Pariwisata Universitas Udayana, 2006), Abstrak. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 6 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang di tuju pada penelitian ini adalah Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi. Keraton Kasepuhan berada di jalan Kasepuhan Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, sedangkan Gua Sunyaragi berada di jalan by pass Brigjen Dharsono Kelurahan Sunyaragi Kecamatan Kesambi Kota Cirebon. 2. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.17 3. Jenis penelitian Jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.18 Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai dampak revitalisasi cagar budaya Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi secara mendalam. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 6. 18 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2007), 67. sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.19 Pelaksanaan metode deskriptif tidak sebatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, akan tetapi meliputi juga analisa dan interpretasi tentang arti dan makna data itu sendiri. Oleh karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyidikan atau penelitian deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu kemudian mengambil perbandingan atau mengukur suatu dimensi melalui wawancara atau interview dan lain sebagainya, atau mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar hubngan kedudukan antara satu dan yang lain.20 4. Data dan Sumber Sumber dan jenis data yang diperlukan untuk dihimpun dan diolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Data dibagi menjadi dua mavcam, yaitu:21 a) Data Primer. Data primer adalah berbagai informasi dan keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu para pihak yang dijadikan informan penelitian. Jenis data ini meliputi informasi dan keterangan mengenai dampak revitalisasi cagar budaya di kota Cirebon. b) Data Sekunder.

19 Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 54. 20 Winarno Surakhmad, Pengantar penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1990), 139. 21 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 211. Sumber data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya, yaitu berbagai buku yang berisi teori kebijakan publik, teori implementasi kebijakan publik serta berbagai dokumen dan tulisan mengenai dampak revitalisasi cagar budaya di kota Cirebon dan juga data lainnya yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. b. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya.22 Ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan kekayaan data yang diperoleh. Jenis sumber data terutama alam penelitian kualitatif dapat diklasifikassikan sebagai berikut: 1) Narasumber (informan) Pada penelitian kualitatif nara sumber sangat penting, bukan hanya memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Informan adalah orang yang memberikan informasi, sumber informasi, sumber data atau disebut juga subyek yang diteliti. Karena ia juga aktor atau pelaku yang ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian berdasarkan informasi yang diberikan. 2) Tempat Atau Lokasi Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi tentang kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasi peristiwa atau aktivitas yang dilakukan bias digali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat maupun tempat maupun lingkungnnya. 3) Dokumen atau Arsip Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 115. dokumen tertulis seperti arsip data base surat-surat rekaman gambar benda- benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa.

5. Teknik Pengumpulan Data Burhan Bungin, menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”.23 Suharsimi Arikunto, berpendapat bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi.24 Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Wawancara Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak berstruktur, dimana di dalam metode ini memungkinkan pertanyaan berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus, sehingga diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku. Adapun informan dalam penelitian ini adalah: 1. Bapak Ahmad Jazuri, selaku perwakilan dari Keraton Kasepuhan 2. Kepala dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga. 3. Masyarakat sekitar Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi. b. Observasi Langsung Observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Observasi harus dilakukan secara teliti

23 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, … 107 24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 136 dan sistematis untuk mendapatkan hasil yang bisa diandalkan, dan peneliti harus mempunyai latar belakang atau pengetahuan yang lebih luas tentang objek penelitian mempunyai dasar teori dan sikap objektif. 25 Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti bisa direalisasikan dengan cara mencatat berupa informasi yang berhubungan dengan Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi. Untuk itu peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung dalam mendapatkan bukti yang terkait dengan objek penelitian. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 26 Studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Data-data yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu data primer yang berupa hasil wawancara dengan informan serta hasil observasi dan data sekunder didapat dari buku-buku, literatur maupun dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi atau lembaga.

6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen penelitian ini menggunakan panduan wawancara dan dokumentasi.27

25 Uhar Suharasaputra, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), 56 26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, … 206 27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, … 136 7. Uji validitas data Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.28 Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 8. Teknik analisis data Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Patton, analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”.29 Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya edudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.

28 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , … 330 29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , … 103 G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri atas lima bab yang diuraikan berikut ini: BAB I tentang pendahuluan dalam bab ini diuraikan secara garis besar beberapa permasalahan penelitian yang meliputi: (A) Latar Belakang Masalah. (B) Rumusan Masalah: Identifikasi masalah, Pembatasan masalah, Pertanyaan penelitian. (C) Tujuan Penelitian. (D) Manfaat Penelitian; yang di dalamnya meliputi manfaat untuk peneliti, akademik dan tempat penelitian. (E) Penelitian Terdahulu. (F) Kerangka Pemikiran. (G) Metodologi Penelitian; yang terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, metode dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. (H) Sistematika Penulisan. BAB II tentang kajian teoritik atau landasan teori, teori-teori yang membahas mengenai konsep dalam penelitian, antara lain: (A) Pengertian Pariwisata (B) Pengertian Revitalisasi. (C) Pengertian Cagar Budaya (D) Pengertian Wisatawan (E) Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi BAB III tentang data-data yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu data primer yang berupa hasil wawancara dengan informan serta hasil observasi dan data sekunder didapat dari buku-buku, literatur maupun dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi atau lembaga mengenai Revitalisasi Cagar Budaya di Kota Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi). BAB IV tentang data-data yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu data primer yang berupa hasil wawancara dengan informan serta hasil observasi dan data sekunder didapat dari buku-buku, literatur maupun dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi atau lembaga mengenai Dampak Revitalisasi Cagar Budaya di Kota Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi). BAB V tentang penutup dan merupakan bab terakhir, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.