MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :

Ferdy Sabono (Staf Pengajar Prodi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, [email protected])

Abstrak

Rumah adat (Sa’o) merupakan konsep berhuni yang diterapkan oleh masyarakat Doka dengan menempatkan atau berdampingan dengan unsur tradisional di dalamnya. Dalam tatanan hierarki bentuk dan ruang pada rumah adat dusun Doka selalu terdiri dari ruang Kada Wari (beranda), Teda Wawo (ruang transisi) dan One (ruang inti). Bentuk kepercayaan masyarakat doka menjadikan One sebagai ruang representatif keberadaan leluhur sehingga menduduki peranan penting dalam identitas rumah adat yakni sebagai pusat hunian (core). Kebutuhan penambahan ruang oleh faktor eksternal seperti tingkat ekonomi, status sosial hingga efek modernitas memberikan pengaruh pada keputusan penambahan ruang-ruang baru pada rumah adat. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengkaji konsep rumah tumbuh pada rumah adat Doka serta sejauh mana bentuk penambahan ruang yang dianggap sebagai tindakan kearifan dalam mempertahankan tradisi nilai budaya. Adapun metode penelitian yang digunakan berupa pengamatan langsung terhadap beberapa sampel hunian rumah adat yang memiliki perbedaan dari segi pola pengembangan ruang dan transformasi bentuk material. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep rumah tumbuh pada hunian rumah adat di dusun Doka menganut konsep pengembangan ruang yang mengikat (statis) dan lepasan (dinamis). Konsep pengembangan ruang yang mengikat yakni pada urutan ruang pembentuk utama (Kada Wari, Teda Wawo dan One), perlakukan leveling lantai serta sistem material, struktur dan konstruksi pada One. Sedangkan konsep lepasan terdiri dari penyesuaian terhadap jumlah penghuni, kebutuhan fungsi ruang, sistem pembagian lahan (site) dan kebutuhan akan penggunaan material bahan bangunan terbaru.

Kata kunci : rumah adat, rumah tumbuh, pengembangan ruang.

1. PENDAHULUAN memberikan ciri dan nilai tersendiri dari

sebuah wujud dan ruang arsitektur tradisional. Rumah merupakan salah satu Beberapa penelitian menunjukan bahwa kebutuhan dasar manusia. Di segala jaman eksistensi atau keberadaan dari sebuah rumah dirancang sebagai bagian yang melekat arsitektur tradisional merupakan bentuk dengan karakter penghuninya dimana rumah penyesuaian-penyesuain yang harus bukan hanya dipandang sebagai kebutuhan disesuaikan konteks kekinian. Menurut Bukit, berhuni semata akan tetapi lebih memiliki E.S dkk (2015), kondisi aktual menunjukkan makna mendalam yakni dengan memberikan bahwa lingkungan permukiman tradisional nilai lebih pada sebuah rumah. Hal ini dapat bertahan apabila dimungkinkan menunjukan bahwa rumah atau arsitektur akan terjadinya perubahan-perubahan sesuai senantiasa bersinggungan dengan perubahan konteks kehidupan masa kini dalam batas- karena perubahan pada rumah tersebut batas tata nilai adat istiadat yang berlaku berkiblat pada kebutuhan penggunanya yang melihat arsitektur tradisional. Bila melihat selalu disesuaikan dengan konteks kekinian. pada kemungkinan terjadinya perubahan- Lantas bagaimana bila perubahan-perubahan perubahan tersebut pada ruang spasial itu muncul pada sebuah arsitektur tradisional? arsitektur tradisional maka disadari bahwa Banyak kesepakatan-kesepakatan yang telah perubahan dilihat sebagai sebuah bentuk dirangkum sebagai sebuah tradisi dalam

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 34 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

komunikasi harmonis antara kebutuhan terjadi pada ruang-ruang interior pada rumah kekinian dan nila-nilai filosofis yang sudah adat, hal-hal apa saja yang tetap dipertahankan terbentuk sebagai proses panjang lahirnya sebagai nilai budaya dan hal-hal apa saja yang sebuah arsitektur tradisional. dapat dikompromikan sebagai bagian dari Masyarakat yang bermukim pada suatu penyesuaian kebutuhan kekinian. lingkungan tradisional atau yang menempati a. Kampung Adat Doka bangunan arsitektur tradisional pun tidak selalu dapat menutup diri dari adanya Doka merupakan sebuah dusun yang intervensi budaya baru yang berasal dari luar berada pada Desa Naruwolo I, Kecamatan budaya mereka yakni peningkatan ekonomi, Jerebuu, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara status sosial dan modernitas. Kesemuanya itu Timur. Mayoritas penduduk yang bermukim turut mempengaruhi perubahan-perubahan bermata pencaharian sebagai petani dengan dalam lingkungan tradisional maupun pada produk hasil kebun unggulan berupa kemiri, hunian tradisional. Menurut Stephany (2009), cokelat dan kopi. Konsep tata ruang nilai-nilai budaya baru yang muncul dalam pemukiman pada sebuah kampung adat Doka kehidupan masyarakat turut mempengaruhi selalu terdiri dari rumah adat (sa’o), bagha, proses terjadinya transformasi dalam madhu dan tu’re. arsitektur maupun budaya. Transformasi bentuk arsitektur atau bangunan secara fisik didasari oleh pola pikir masyarakat yang terus berubah sesuai dengan perkembangan jaman, status sosial, diikuti dengan kebutuhan terhadap ruang. Terkait dengan konteks tersebut maka penelitian ini akan membahas tentang konsep pengembangan ruang pada rumah adat Gambar 1.1 (a) bagha, (b) madhu dan (c) tu’re tradisional Kampung adat Doka, NNT. Pemilihan arsitektur tradisional kampung adat Bagha merupakan bangunan yang menyerupai Doka sebagai bahan penelitian dikarenakan rumah adat dengan ukuran yang lebih kecil masyarakat setempat telah tersentuh dengan yang melambangkan “perempuan” dan unsur modernitas maupun unsur difungsikan sebagai tempat untuk meletakan perkembangan kebutuhan dan teknologi sesaji (sesembahan) bagi para leluhur sehingga pengamatan menitik beratkan pada sedangkan madhu melambangkan “laki-laki” aspek-aspek apa saja yang dapat dikategorikan yang difungsikan sebagai tempat mengikat sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan dan menyembeli hewan kurban saat ritual adat terbentuknya konsep rumah tumbuh. dan tu’re adalah meja batu dari susunan batu Untuk itu pembahasan penelitian yang digunakan sebagai tempat meletakan diperdalam dengan pemaparan tentang sejauh makanan atau daging kurban saat upacara adat mana proses pengembangan spasial yang berlangsung.

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 35 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

Dalam sutu dusun atau perkampungan Sistem pembagian lahan hunian pun adat selalu terdiri dari beberapa klan atau menganut sistem keputusan dari ketua adat suku. Hal ini dapat diidentifikasi secara sehingga luasan kapling dalam suatu klan spasial dengan melihat jumlah bagha dan dapat berbeda-beda sesuai dengan status adat. madhu. Setiap satu buah bagha dan satu buah Sistem ini secara tidak langsung turut madhu mewakili sebuah suku yang bermukim mempengaruhi pada pola pengembangan disana dan biasanya dalam sebuah kampung hunian maupun posisi dan jarak antar rumah adat dapat terdiri dari dua hingga tiga suku. atau antar kapling. Rumah atau kapling yang Perkampungan adat dusun doka secara sangat berdekatan akan terlihat dari bentukan spasial membentuk pola terpusat (radial) rumah yang tampak seperti menjadi satu yakni berupa deretan rumah adat yang kesatuan baik pada atap maupun dinding mengelilingi ruang terbuka pada bagian rumah. Dengan demikian bentuk rumah pada tengah kampung. Posisi radial tersebut pula hunian rumah adat dusun Doka dapat berpengaruh terhadap orientasi bangunan dikategorikan berupa bentuk single house rumah adat yakni seluruh bagian depan rumah yakni rumah adat yang memiliki jarak yang adat menghadap ke arah ruang terbuka. tidak terlalu berdekatan dengan rumah Seperti pada perkampungan pada umumnya, disekelilingnya (gambar 1.3.a) sedangkan ruang terbuka tersebut digunakan sebagai couple house berupa rumah adat yang setelah tempat untuk bersosialisasi antar warga seperti ditambahkan ruang-ruangnya saling untuk upacara adat, berolahraga, dan berdekatan dengan rumah adat di sampingya menjemur hasil kebun seperti kopi dan kemiri. sehingga dinding rumah dan atap saling Selain itu, ruang terbuka tersebut juga berhimpitan atau terlihat menyatu seperti pada digunakan sebagai tempat didirikannya (gambar 1.3.b). Selain itu Fasad atau tampilan elemen pelengkap identitas kampung berupa rumah di Doka berupa Jenis rumah tradisional bagha, madhu dan tu’re. Adapun pola (rumah adat) dengan bentuk atap yang sangat penataan elemen identitas kampung tersebut khas dan rumah jenis moderen yang sudah berbeda dengan pola rumah adat di mana menggunakan material baru serta memiliki urutan pola adalah linear dan selalu bentuk atap pelana. Dalam hal kepemilikan menghadap ke sisi utara kampung atau rumah, Masyarakat Doka menganut sistem menghadap arah jalan masuk kampung Matrinial di mana wanita memegang peran dengan urutan penempatan diawali dengan dalam kepemilikan harta termasuk di tu’re, kemudian bagha dan terkahir madhu. dalamnya adalah rumah.

Gambar 1.2 Gambar 1.3 Pola linear elemen kampung adat (a) Single home dan (b) rumah gandeng (bagha, madhu dan tu’ure)

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 36 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

b. Tata Ruang Rumah Adat Doka untuk memperlancar kegiatan konstruksi

maupun dikonsumsi oleh para pekerja. Arsitektur tradisional Doka disebut Ruang-ruang dalam sebuah rumah adat dengan rumah adat yang dalam tahapan pun sangat mudah dikenali karena merupakan konstruksinya harus melewati berbagai sebuah kekhasan dalam tatanan ruangnya. prosesi ritual adat. Pembuatan bagian-bagian Secara umum tata ruang pada rumah adat rumah adatpun harus dikerjakan berjauhan Doka terdiri dari 3 jenis ruang pembentuk dari lokasi pembangunan karena masyarakat utama yakni Kada Wari, Teda Wawo, dan One meyakini bahwa rumah adat harus dikerjakan dengan fungsi dan tatanan sebagai berikut; di luar kampung yang menjadi lokasi 1) Kada Wari adalah ruangan yang berada pembangunan atau dianggap dikerjakan di pada bagian paling depan hunian hutan sehingga proses arak-arakan bagian- difungsikan sebagai ruang santai atau bagian struktur rumah adat menuju kampung beranda rumah yang digunakan pemilik atau lokasi pembangunan akan mejadi sebuah rumah untuk menerima tamu atau sekedar perayaan adat. bersantai. Konstruksi lantai terbuat dari Menurut kepercayaan masyarakat susunan batu alam maupun dari konstruksi Doka, rumah inti (One) dalam rumah adat kayu berlantai bambu belah. menjadi ketentuan yang tidak dapat dirubah 2) Teda Wawo adalah ruangan pada layer baik secara filosofis maupun ketentuan kedua setelah kada wari yang digunakan struktur dan konstruksinya. Adapun sebagai ruang bersama atau ruang pemaknaan tersebut tertuang dalam tahapan keluarga, ruang makan mapun ruang untuk pemilihan material bangunan hingga proses meletakan perabot rumah tangga seperti konstruski rumah adat itu sendiri. Proses lemari, meja dan kursi. Ruang ini juga konstruksi diawali dengan ritual Pogo Kaju digunakan sebagai tempat meletakan dan atau pemotongan dan pemilihan jenis kayu membersikan hasil perkebunan. Akses dimana kayu yang digunakan adalah hanya menuju ruang ini hanya melalui satu buah jenis kayu Fayi, kayu Oja dan kayu Dalu yang pintu masuk tanpa daun pintu atau dengan dipanen dari hasil perkebunan warga. daun pintu dengan ketinggian kurang lebih Selanjutnya kayu-kayu tersebut akan 80 centimeter. Posisi pintu sejajar dengan dikeringkan secara alami hingga memakan posisi pintu pada One. waktu kurang lebih 6 hingga 7 bulan lamanya, 3) One adalah rumah inti dengan modul setelah kayu telah kering tahapan selanjutnya simetris berkisar antara 3,7 meter x 3,7 adalah pembersihan dan pembentukan ukuran meter hingga 4 meter x 4 meter yang kayu atau disebut Wela Kaju untuk difungsikan untuk aktifitas memasak menghasilkan papan dinding (Ube) dan Dalu karena terdapat satu buah tungku masak sebagai penutup dinding One. Seluruh proses atau dapur utama pada sisi sudut kanan selalu diringi dengan ritual pemotongan ruangan. Ruangan ini juga dapat hewan ternak seperti ayam maupun babi yang digunakan untuk menyimpan hasil kebun, digunakan sebagai sesembahan bagi leluhur dan beristirahat (tidur). Adapun akses

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 37 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

menuju ruangan One melalui satu buah semakin sakral nilai ruangannya begitupun pintu berukuran lebar 78 centimeter sebaliknya. Urutan pertama diletakan ruang dengan tinggi 122 centimeter yang Teda Wawi kemudian Kada Wari dan terakhir posisinya sejajar dengan posisi pintu Teda adalah ruang One. Perlakuan perbedaan Wawo. ketinggian lantai juga disesuaikan dengan nilai hierarki ruang yakni semakin tinggi lantai sebuah ruang bila dibandingkan dengan lantai ruang yang lain maka semakin tinggi nilai ruang tersebut. One memiliki ketinggian lantai yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kedua ruang yang lain di mana bila diukur dari level tanah luar antara 1,5 meter

Gambar 1.4 sedangkan lantai Kada Wari memiliki Tata Ruang pada Rumah Adat perbedaan lantai diturunkan 75 centimeter dari c. Konteks Tata Ruang Menurut Filosofis lantai One. Perbedaan ketinggian tertentu dari Budaya muka tanah yakni kurang lebih 50 cm. Kada

Menurut Ching (dalam Stephany, Wari perbedaan leveling lantai sekitar 30-50 2009), sistem tata nilai keruangan bisa tercipta cm lebih tinggi dari lantai keda wari. dengan adanya tiga hal, yaitu pertama, Proses dekorasi juga diikuti dengan besaran dan ukuran yang luar biasa; Kedua, fungsi dan sifat-sifat ruang dimana ruang yang bentuk yang unik, dan ketiga, lokasi yang bersifat publik dengan aktifitas yang strategis. Namun demikian juga dapat dicapai melibatkan orang luar diletakan pada wilayah dengan cara lain yaitu perbedaan lantai yang depan (ruang Kada Wari). Sedangkan ruang bertingkat-tingkat, tingkat kebersihan dengan sifat semi-publik berada pada layer terhadap dekorasi ruang, dan pewarnaan yang kedua (ruang Teda Wawo) dan ruang privat terang (dalam hal ini dapat dilihat pada (One) untuk aktifitas rumah tangga berada penggunaan warna pada ruang maupun pada bagian yang paling belakang dengan perabot). Namun hierarki ruang juga dapat ketinggian lantai lebih tinggi dari Kada Wari ditentukan berdasarkan penggunaan dan Teda Wawo. (pembatasan pemakai) dan aktivitas yang Konsep hierarki ruang juga terjadi pada ruang tersebut. diperhatikan dengan tata orientasi bukaan Kriteria-kriteria hierarki ruang tersebut (posisi pintu) yang mana posisi pintu pada pula dijumpai pada rumah adat Doka yakni sebuah rumah adat haruslah sejajar dengan menggunakan konsep hierarki ruang posisi pintu One. hal ini menunjukan bahwa berdasarkan penempatan (posisi), perlakuan posisi One berperan penting dalam konteks leveling (ketinggian) lantai dan aktivitas. budaya rumah adat. bila dimensi ruang Kada Berdasarkan posisi penempatan ruang maka Wari dan Teda Wawo dapat berubah atau ruang disusun dengan konsep semakin tidak terikat hal ini berbeda dengan dimensi kebelakang urutan penempatannya maka ruang One yang harus tetap dan tidak

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 38 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

diperbolehkan untuk dirubah dengan alasan Doka menggunakan analogi tubuh manusia apapun. Hal ini menunjukan bahwa konteks yakni terdiri dari bagian kepala atau Ulu, kebudayaan masih terus dijaga. bagian Badan atau Weki dan bagian kaki atau Wa’i. Adapun bagian-bagian rumah adat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Ulu (Kepala Bangunan)

Bentuk atap yang khas dari bangunan Gambar 1.5 tradisional Doka adalah atap perisai dengan Konsep Hierarki Ruang Rumah Adat Doka tinggi atap yang cukup menjulang. Ketinggian d. Struktur Dan Konstruksi “One” atap pun disesuaikan dengan proporsi dari

Bahasan tentang struktur dan modul bangunan Sa’o yakni menggunakan konstruksi rumah adat maka hal yang menarik pendekatan 1,5 kali modul Sa’o. tentang kearifan ketukangan. Dalam mengkonstruksikan struktur bangunan maka ahli tukang tidak menggunakan gambar panduan seperti proses membangun moderen, masyarakat percaya bahwa hanya beberapa orang terpilih yang diberikan mandat untuk Gambar 1.6 menjadi arsitek atau tukang rumah adat Komponen Rumah Inti (Core House) Sumber: KKN Tematik Arsitektur, UKDW (2016) sehingga tidak sembarangan orang dapat menjadi arsitek untuk membangun sebuah Bahan dan material rangka atap rumah adat terutama pada pengerjaan rumah menggunakan material bambu dan kayu inti atau One. sedangkan penutup atap menggunakan bahan One merupakan bagian yang jerami. Dalam perkembanganannya material disakralkan oleh masyarakat Doka sehingga penutup atap berupa jerami semakin sulit dalam proses konstruksinya menjadi bagian ditemukan serta sangat mahal sehingga spesifik yang cukup menarik untuk diuraikan. masyarakat mulai menggunakan material Secara umum prinsip struktur bangunan one terbaru seperti seng yang memiliki efisiensi menggunakan sistem rangka yang didominasi dari segi harga maupun kemudahan dalam material kayu. Penggunaan material bangunan aplikasi dan perawatan. Konstruksi pengikat yang didominasi oleh material alami antara struktur kuda-kuda atap dengan gording menyesuaikan dengan mata pencaharian hanya menggunakan sistem kunci dan masyarakat setempat yang mayoritas sebagai termasuk di antaranya ketika memasang petani. Penggunaan jenis-jenis kayu khusus penutup atap bahan jerami hanya seperti yang telah dijelaskan pada ulasan menggunakan sistem ikat sedangkan sebelumnya juga menjadi bagian dari proses penggunaan paku baru digunakan ketika konstruksi. Secara umum susunan rumah adat menggunakan penutup atap seng.

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 39 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

2) Weki (Badan Bangunan) 3) Wa’i ( Kaki Bangunan) Bentuk badan bangunan rumah adat Kaki bangunan terdiri dari tiang-tiang yakni berbentuk persegi yang memiliki pondasi yang berjumlah 6 tiang pondasi yakni perbandingan panjang dan lebar yang sama 3 disisi kiri dan 3 disisi kanannya seperti pada yang dapat dikategorikan sebagai penggunaan gambar di bawah ini. Sistem pondasi yang sistem modul. Adapun modul yang digunakan digunakan adalah jenis pondasi umpak dengan berukuran minimal 3,7 meter x 3,7 meter - 3,8 material tiang pondasi berupa bahan kayu meter x 3,8 meter hingga maksimal 4 meter x sedangkan tumpuan kaki pondasi meter. Pada prinsipnya penggunaan modul menggunakan material batu belah atau batu disesuaikan pula dengan ukuran dari setiap pipih. Dalam perkembangannya penggunaan dinding papan yang menjadi pelingkup. Setiap pondasi dengan material kayu kemudian dapat sisi badan bangunan harus diisi dengan diubah dengan menggunakan material lain susunan dinding papan yang berjumlah 7 berupa semen beton yang dianggap lebih awet lembar dengan ukuran yang berbeda-beda dan kuat. untuk setiap papannya. Kepercayaan masyarakat bahwa setiap 7 lembar papan mewakili setiap keberaan para leluhur dan menggandung makna kekeluargaan sehingga badan bangunan ini merupakan bagian yang tidak tersentuh oleh unsur perkembangan jaman, artinya badan bangunan rumah adat Gambar 1.8 menjadi bagian yang disakralkan sehingga Komponen Rumah Inti (Core House) Sumber: KKN Tematik Arsitektur, UKDW (2016) aspek material berupa kayu dengan jenis kayu yang sudah ditentukan, jumlah dan 2. TINJAUAN LITERATUR keberadaanya harus tetap atau tidak Pengertian Rumah Tumbuh menurut diperbolehkan untuk dilakukan modifikasi Agusniansyah (2016) adalah rumah yang karena dianggap sebagai bentuk pelanggaran dikembangkan dari ukuran yang kecil menjadi terhadap adat istiadat. ukuran yang lebih besar atau luas. Konsep

pengembangan rumah tumbuh dapat dikembangkan berdasarkan arah pengembangan yakni pada arah horisontal maupun vertikal. Secara horisontal rumah berkembang ke arah samping, depan dan belakang sehingga luasan dari rumah menjadi bertambah atau melebar kearah horisontal. Pengembangan ini juga dimungkinkan apabila

Gambar 1.7 rumah sebelumnya memiliki lahan yang Komponen Rumah Inti (Core House) Sumber: KKN Tematik Arsitektur, UKDW (2016) cukup (kosong) untuk dilakukan

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 40 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

pengembangan. Sedangkan pengembangan faktor seperti (1) Kebutuhan identitas diri secara vertikal adalah pengembangan rumah (identification) pada dasarnya orang ingin kearah atas atau lebih dari satu lantai dikenal dan ingin memperkenalkan diri dikarenakan keterbatasan lahan. terhadap lingkungan (2) Perubahan gaya Pengembangan sebuah rumah dapat hidup (Life Style) perubahan struktur dalam terjadi akibat perubahan kebutuhan akan masyarakat, pengaruh kontak dengan budaya penghuninya karena rumah sebagai bagian lain dan munculnya penemuan-penemuan yang melekat dengan penghuninya sehingga baru mengenai manusia dan lingkungannya. perlu diperhatikan kemungkinan dimasa (3) Pengaruh teknologi baru timbulnya mendatang. Tujuan dan alasan dilakukan perasaan ikut mode, di mana bagian yang sebuah pengembangan rumah adalah masih dapat dipakai secara teknis (belum keinginan penghuni untuk meningkatkan mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti kualitas hunian dengan menambahkan demi mengikuti mode. kebutuhan fungsi-fungsi ruang yang baru Dari paparan beberapa literatur tentang dengan pertimbangan akan penambahan rumah tumbuh maka dapat disimpulkan jumlah penghuni, peningkatan ekonomi bahwa secara spasial pengembangan rumah maupun oleh faktor lain. Umumnya dapat dilakukan baik secara keseluruhan pengembangan rumah ditentukan oleh faktor maupun sebagian dengan konsep ekonomi seperti yang dikemukakan oleh pengembangan dilakukan secara horisontal Zainal dalam Dewi (2007) bahwa rumah yakni pengembangan kesisi samping, depan tumbuh dilakukan oleh mereka yang dan belakang rumah sesuai dengan kondisi berpenghasilan kecil dan hendak untuk luasan lahan sedangkan pengembangan secara mengembangkan rumahnya secara bertahap vertikal adalah pengembangan kearah atas atau berangsur. Hampir sama dengan yang dikarenakan keterbatasan lahan. Indikator diungkapkan oleh Tipple (2000) bahwa yang mengakibatkan terjadi pengembangan perubahan kualitas (konteks: pengembangan rumah adalah karena faktor ekonomi di mana rumah) yang terjadi pada suatu rumah terjadi peningkatan penghasilan (finansial) berbanding lurus dengan kemampuan penghuni rumah sehingga keinginan untuk ekonomi seseorang atau sebuah keluarga. meningkatkan kualitas hunian agar menjadi Artinya semakin baik kondisi ekonomi lebih layak dan nyaman untuk ditempati. penghuninya maka kondisi atau kualitas Selain itu alasan lain berupa faktor identitas rumah akan semakin baik pula begitupun diri (sosial), pengaruh gaya hidup kekinian sebaliknya. dan pengaruh masuknya teknologi terbaru. Istilah pengembangan pun tidak terlepas dari sebuah proses transformasi baik 3. METODE PENELITIAN yang bersifar spasial maupun non-spasial. Metode penelitian yang digunakan Dikutip menurut Habraken dalam Bukit dalam mengidentifiksi ojek pengamatan (2012) sebauh proses perubahan atau adalah pengumpulan data primer dan kajian tranformasi dapat dipengaruhi oleh faktor-

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 41 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

data sekunder berupa kajian teoritis yang Adapun ruang yang ditemui pada rumah adat sesuai dengan latar belakang dan tujuan ini sebagai berikut; penelitian. Pengumpulan data primer 1. Ruang inti (One), berukuran 3,8 meter x dilakukan dengan pengamatan (observasi) 3,8 meter yang diperuntukan bagi aktivitas langsung dalam memilih beberapa sampling memasak karena terdapat tungku, rumah adat dusun Doka yang telah ditentukan menyimpan alat masak, menyimpan hasil lewat identifikasi terhadap kriteria kebun dan untuk berisitirahat (tidur). pengembangan ruang yang dapat mewakili Tidak terjadi pengembangan baik secara kondisi keseluruhan pengembangan ruang dimensi, material maupun transformasi pada rumah adat. wawancara juga digunakan nilai keruangan artinya sejak didirikan sebagai media menggali informasi dan data hingga saat ini keberadaan one tidak pendukung data-data internal seperti jumlah tersentuh oleh perubahan atau penghuni, pekerjaan dan status sosial. pengembangan. Keseluruhan data dan instrumen kajian kemudian digunakan sebagai pegangan dalam melakukan analisis yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yakni mengkaji konsep rumah tumbuh pada rumah adat Doka serta sejauh mana bentuk penambahan ruang yang Gambar 4.2 dianggap sebagai tindakan kearifan dalam Ruang One pada Rumah Adat Ibu Moni Lado mempertahankan tradisi nilai budaya lewat 2. Ruang Teda Wawo dengan lebar 2,4 meter kriteria pengembangan yang mengikat dan dan panjang 5,7 meter digunakan sebagai pengembangan yang tidak mengikat. ruang untuk mewadahi aktifitas keluarga, tempat makan, menerima tamu dan

meletakan perabot rumah tangga seperti 4. HASIL PEMBAHASAN lemari dan meja. Ruang ini juga sewaktu- a. Rumah adat milik Ibu Moni Lado waktu digunakan sebagai tempat untuk

Rumah adat milik ibu Moni Lado membersihkan hasil kebun. didirikan pada tahun 1971 dengan jumlah penghuni hingga saat ini berjumlah 7 orang.

Gambar 4.3 Ruang Teda Wawo pada Rumah Adat Ibu Moni Lado

3. Kada Wari, berukuran bentang 5,7 meter Gambar 4.1 Ruang One pada Rumah Adat Ibu Moni Lado dan lebar 1,1 meter dengan bidang 60 cm sebagai tempat duduk dengan material

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 42 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

kayu sedangkan 50 cm sebagai pijakan (pondasi) panjang. Area ini digunakan sebagai teras untuk bersantai dan menerima tamu. Ketinggian lantai Kada Wariterhadap tanah cukup tinggi yakni 50 centimeter dengan material pondasi berupa

susunan batu alam sehingga memberikan tampilan yang menarik secara arsitektural Gambar 4.5 Konsep Pengembangan Ruang pada rumah adat ini. pada Rumah Adat Ibu Moni Lado

Secara aspek visual, penambahan satu kamar tidur dan toilet/kamar mandi tidak terlalu memberikan banyak perubahan pada tampilan bangunan karena konsep pengembangan ruang masih sejajar dengan

Gambar 4.4 Teda Wawo dan Kada Wari seperti pada Ruang Kada Wari pada Rumah Adat Ibu Moni Lado gambar 1.11. Secara aspek hierarki keruangan pun masih dipertahankan sekalipun ruang 1) Konsep Pengembangan Rumah kamar tidur berada sejajar atau berdekatan Berdasarkan hasil pengamatan dan dengan One namun perlakuan terhadap wawancara dengan pemilik rumah bahwa ketinggian lantai tetap diperhatikan yakni sejak didirikan hingga saat ini rumah adat lantai kamar berada dibawah level ketinggian tidak mengalami banyak perubahan atau lantai One dan Teda Wawo. Selain itu penambahan ruang yang signifikan. penambahan ruang kamar tidur tidak Penambahan ruang baru hanya berupa satu memberikan intervensi terhadap perubahan buah kamar tidur pada sisi kiri dimensi ruang lama seperti pada One namun (pengembangan secara horisontal). Alasan perubahan sangat sedikit terjadi yakni pada penambahan ruang ini dikarenakan beberapa sisi teda wawo yang berdekatan dengan kamar anak telah dewasa sehingga ruang One yang dengan penambahan berupa bukaan pintu dahulunya digunakan untuk ruang tidur bagi sebagai akses menuju kamar tidur. seluruh anggota keluarga sudah tidak Material bangunan pun tidak mencukupi lagi. Selain itu penambahan fungsi mengalami banyak perubahan baik pada ruang toilet dan kamar mandi merupakan bentuk lama maupun ruang baru karena masih kesadaran pemilik rumah terhadap kesehatan didominasi oleh material alami (bambu, kayu serta merupakan program pemerintah daerah dan batu). Material lama tersebut dirawat dalam meningkatkan kesadaran warga akan dengan melakukan pembenahan dan pentingnya kesehatan, mengingat sejak dahulu perbaikan seperti pada atap bambu belah kegiatan Mandi Cuci Kakus hampir seluruh Kada Wariselalu dilakukan pergantian rutin masyarakat berlangsung di sungai. yakni setiap 7 hingga 10 tahun. Sedangkan

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 43 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

material atap rumah inti (One) yang terbuat material maupun transformasi nilai dari penutup atap jerami juga masih keruangan artinya sejak didirkan hingga dipertahankan. Bagian pondasi juga masih saat ini keberadaan one tidak tersentuh dipertahankan terutama pada pondasi Kada oleh perubahan atau pengembangan. Wari yang menggunakan susunan material Ketinggial lantai 97 centimer dari tanah batu alam yang tersusun rapih dan kokoh. luar atau lebih tinggi 40 centimeter dari lantai Teda Wawo. 2) Aspek Eksternal (Sosial Ekonomi)

Bila melihat dari intensitas pengembangan ruang pada rumah adat ibu Moni Lado maka dapat dikategorikan ke dalam kriteria pengembangan rumah 25% di mana pengembangan (rumah tumbuh) tidak Gambar 4.7 terlalu pesat. Faktor ini juga dapat dikatakan Ruang One pada Rumah Adat Ibu Nora Muja dengan unsur sosial ekonomi dari pemilik 2. Ruang Teda Wawo dengan lebar 2,4 meter rumah dengan mata pencaharian hanya dan panjang 5,9 meter digunakan sebagai sebagai petani musiman tanpa adanya ruang keluarga, tempat makan, menerima pekerjaan sampingan lain sehingga keinginan tamu. untuk melakukan penambahan ruang baru masih belum dapat dipenuhi dan belum menjadi sebuah prioritas. b. Rumah Adat milik Ibu Nora Muja

Rumah adat ini ditempati oleh 4 orang Gambar 4.8 anggota keluarga. Adapun ruangan utama Ruang Teda Wawo pada Rumah Adat Ibu Nora Muja yang dijumpai antara lain sebagai berikut: Pada ruang ini tidak terdapat perabot

rumah tangga seperti meja kursi maupun lemari karena lantai menggunakan floor harderner (semen) sehingga aktivitas keluarga maupun melayani tamu cukup

dengan melantai. Adapun komposisi letak Gambar 4.6 Tampak Depan Rumah Adat Ibu Nora Muja Kada Warisedikit berbeda dengan rumah adat yang lain karena pembagian sisi kiri 1. Ruang inti (One), berukuran 3,8 meter x dan kanan tidak setara dengan posisi One. 3,8 meter yang diperuntukan bagi aktivitas (gambar.4.8) di mana panjang ruang sisi memasak, menyimpan alat masak, sebelah kiri lebih panjang (1,6 meter) dari menyimpan hasil kebun dan untuk sisi kanan hanya 50 centimeter. Namun berisitirahat (tidur). Tidak terjadi ketentuan baku tentang kesejajaran bukaan pengembangan baik secara dimensi,

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 44 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

(pintu) masih sejajar (dipertahankan). dimungkinkan lagi untuk menjadi dapur Level lantai 57 centimeter dari tanah luar dengan perlatan baru sehingga dibuatlah dapur atau lebih tinggi 27 centimeter terhadap tambahan. Begitupula dengan area cuci dan lantai Teda Wari. kamar mandi WC yang ditambahkan dengan 3. Kada Wari, berukuran lebar 60 cm dengan alasan sudah tersedia instalasi sanitasi air material lantai dan pondasi cor semen yang baik sehingga tidak perlu lagi mencuci di yang dengan ketinggian lantai dari tanah sungai. Bila melihat pada pengembangan 30 centimeter. Selain digunakan sebagai rumah dengan konteks penggunaan luasan site teras, area ini juga sering digunakan oleh maka dapat dikategorikam melakukan pemilik rumah sebagai tempat menjemur pengembangan rumah tumbuh yang cukup dan meletakan hasil panen kebun. pesat (100%).

Gambar 4.9 Ruang Kada Wari pada Rumah Adat Ibu Nora Muja

1) Konsep Pengembangan Rumah Gambar 4.10 Komponen Pengembangan Konsep pengembangan rumah Rumah Adat Ibu Nora Muja dilakukan ke arah samping kiri dan belakang Secara umum bahan bangunan juga (konsep pengembangan ke arah horisontal) masih didominasi oleh bahan kayu, bambu dengan penambahan ruang berupa 1 (satu) dan batu namun penambahan dan renovasi kamar tidur, area dapur, area cuci dan kamar terjadi pada bagian pondasi dan lantai mandi/WC. Penambahan kamar tidur juga bangunan yang sudah menggunakan beton dan terjadi karena kebutuhan akan privasi ruang semen. Penggunaan batu pada pondasi bagian tidur antara orang tua dan anak sehingga depan rumah atau pondasi kada wari dan teda aktivitas beristirahat terjadi di kamar tidur dan wawo dengan mengunakan material campuran juga di One. pasir, semen dan batu tanpa finishing. Penambahan posisi ruang lain berupa Sedangkan khusus pada lantai teda wawo dapur, area cuci dan kamar mandi WC terletak telah mengunakan bahan semen dengan di bagian belakang rumah dengan alasan finishing floor harderner. Adapun struktur untuk mewadahi kebutuhan ruang, aktivitas pada area dapur masih menggunakan struktur dan perabot rumah tangga yang semakin non-permanen dengan penutup atap dari kompleks seperti peralatan masak bahan seng. Dikarenakan lahan yang sempit menggunakan tungku kayu pada One maka akses menuju area belakang hanya dapat kemudian dialihkan dengan menggunakan diakses melalu sisi samping kanan rumah. kompor minyak sehingga ruang one tidak

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 45 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

2) Aspek Eksternal (Sosial Ekonomi) Ketinggial lantai One 1.35 meter dari Faktor eksternal yang mempengaruhi tanah luar atau lebih tinggi 40 centimeter pengembangan rumah yang cukup pesat dari lantai Teda Wawo. adalah unsur kebutuhan yang sudah dipengaruhi oleh pengaruh modernitas seperti penambahan penggunaan perabot seperti kompor minyak, rak piring dan yang lainnya. Selain itu mata pencaharian dari kepala keluarga yang sebagai petani juga memiliki Gambar 4.12 pekerjaan sampingan sebagai buruh lepasan Ruang One pada Rumah Adat Ibu Bene sehingga secara finansial dapat membantu 2. Ruang Teda Wawo dengan lebar 3,1 meter proses pengembangan fisik rumah. dan panjang 10 meter digunakan sebagai ruang keluarga, tempat makan, menerima c. Rumah Adat milik Rumah Ibu Bene tamu. Dengan luasan yang cukup maka Pengerjaan konstruksi rumah adat ini ruang Kada Wari diletakan perabot rumah tergolong baru karena diselesaikan pada tahun tangga seperti kulkas, lemari pakaian dan 2010 dengan jumlah penghuni 6 orang. meja TV dan Sound Sistem. Adapun dinding Kada Waritelah menggunakan dinding batako dengan finishing cat tembok serta lantai yang telah menggunakan keramik. Level lantai Teda

Wawo pada rumah adat ini ternyata tidak

Gambar 4.11 berbeda atau sama level dengan lantai Tampak Depan Rumah Adat Ibu Bene Kada Wariyakni memiliki ketinggian 55

Secara tampilan arsitektural bangunan ini centimeter dari muka tanah. tampil cukup moderen bila dibandingkan dengan bangunan lain hal ini karena penggunaan material bangunan moderen. Adapun ruangan yang dijumpai antara lain; 1. Ruang inti (One), berukuran 4 meter x 4

meter yang diperuntukan bagi aktivitas Gambar 4.13 memasak (tungku kayu), menyimpan hasil Ruang Teda Wawo pada Rumah Adat Ibu Bene

kebun dan untuk berisitirahat. Tidak 3. Kada Wari, merupakan ruang yang terjadi pengembangan baik secara dimensi, digunakan sebagai teras, tempat bersantai, material maupun transformasi nilai meletakan hasil kebun serta tempat parkir keruangan artinya sejak didirikan hingga sepeda motor. Area Kada Wariterbai 2 saat ini keberadaan one tidak tersentuh yakni berupa tempat duduk dan area landai oleh perubahan atau pengembangan. (pijakan). Tempat duduk dengan

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 46 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

ketinggian 40 centimeter berbentuk U pertimbangan efisiensi dan kemudahan memiliki lebar berfariasi yakni 1,5 meter perolehan material bila dibandingkan dengan disisi kiri dan kanan sedangkan lebar 90 material penutup atap berbahan ijuk. centimeter pada bagian depan. Material pada tempat duduk menggunakan finishing keramik sedangkan pada sisi bawah pijakan menggunakan finishing semen kasar dan pondasi cor semen dengan tinggi sisi bawah lantai dari tanah 30 cm.

Gambar 4.14

Ruang Kada Wari pada Rumah Adat Ibu Bene Gambar 4.15 Komponen Pengembangan Rumah Adat Ibu Bene 1) Konsep Pengembangan Rumah Konsep pengembangan rumah 2) Aspek Eksternal (Sosial Ekonomi) didominasi ke arah samping kiri (konsep Pengembangan rumah yang lebih pengembangan ke arah horisontal) dengan kompleks dan moderen menunjukan tingkatan pengembangan yang 100 % telah ekonomi dalam keluarga ini. Suami dari Ibu menggunakan keseluruhan site. Penambahan Bene (alm.) dahulu adalah mantan kepala ruang berupa 2 (dua) kamar tidur, area dapur, suku di dusun Doka 1 dan memiliki beberapa area cuci dan kamar mandi/WC yang terpisah. lahan perkebunan sedangkan anak laki-laki Sedangkan perubahan dilakukan pada bekerja sebagai buruh lepasan sehingga sangat material bangunan pada teda wawo dan Kada berpengaruh pada pengembangan fisik rumah. Waridimana material dari kedua ruangan ini terlah bertransformasi dengan menggunakan 5. KESIMPULAN & SARAN bahan material bangunan terbaru seperti Secara umum arah pengembangan dinding dari batako dengan finishing cat rumah tumbuh yang dilakukan oleh tembok, tiang kolom menggunakan campuran masyarakat pada rumah adat di dusun Doka beton bertulang dan lantai dengan finishing menggunakan pengembangan ke arah keramik. Selain itu juga penambahan pada horisontal. Konsep ini disesuikan dengan dinding Teda Wawo berupa bukaan pintu dan penempatan ruang-ruang pembentuk utama jendela sehingga secara keseluruhan tampilan yakni Teda Wari, Teda Wawo dan One yang bangunan menjadi lebih moderen. Selain itu telah memiliki urutan yang baku sehingga seluruh material penutup atap sudah konsep pengembangan hanya dapat dilakukan menggunakan material seng dengan pada sisi kiri, kanan dan belakang rumah.

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 47 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

Selain itu pengembangan ke arah vertikal Faktor eksternal yang mempengaruhi sangat tidak direkomendasikan karena terkait terjadi perubahan atau pengembangan pada dengan upaya mempertahankan nilai budaya rumah adat adalah faktor jumlah penghuni, dan adat istiadat yang mana lantai dari rumah tingkatan ekonomi, status sosial dan inti (One) harus lebih tinggi dibandingkan teknologi. Jumlah penghuni memberikan dengan lantai pada ruang-ruang yang lain. pengaruh pada tercipta ruang-ruang baru Konsep pengembangan ruang yang dengan fungsi privat seperti kamar tidur dan mengikat adalah pada hierarki dan nilai ruang, toilet/kamar mandi. Tingkatan ekonomi dan di mana susunan penempatan ruang yang tetap kedudukan dalam kelas sosial berkaitan adalah Kada Warisebagai ruang pada layer dengan bentuk penghargaan dan penghasilan pertama, Teda Wawo pada layer kedua dan secara finansial pemilik rumah sebagai bentuk One pada layer tertinggi. Ketinggian leveling support dalam pembenahan fisik hunian, lantai dari ketiga ruangan tersebut juga tidak sedangkan bentuk keterbukaan akan teknologi mengalami perubahan dimana level lantai terbaru seperti menggunakan perabot rumah tertinggi harus dimiliki oleh One. Unsur lain tangga terbaru serta penggunaan material yang mengikat juga adalah pada sistem bangunan yang lebih awet turut memberikan struktur, material dan dimensi (modul) dari perubahan pada arah pengembangan rumah. One yang masih tetap menggunakan kaidah dan ketetapan lama. DAFTAR PUSTAKA Sedanagkan konsep pengembangan yang tidak mengikat adalah pada ruang-ruang Agusniyansah, N., Widiastuti, K. (2016) Konsep Pengolahan Desain Rumah tambahan lain yang dikembangkan dengan Tumbuh. MODUL Vol 16 No 1 Januari- masih menjadi satu kesatuan dengan ruang- Juni 2016. ISBN: 0853-2877. ruang utama (teda wari, teda wawo dan one). Bukit. E. S, Hanan. H, dan Wibowo, A. S, (2012). Aplikasi Metode N.J. Habraken Konsep tidak mengikat ini pun terjadi pada pada Studi Transformasi Permukiman ruang Kada Waridan teda wawo namun Tradisional. Jurnal Lingkungan Binaan Vol.1, No.1 Juli 2012 diperbolehkan hanya secara fisik berupa Dewi, N.K.A dan Swanendri, N, M. (2007) modifikasi dimensi dan penggunaan material Rancangan Rumah Tumbuh Tipe KPR seperti penggunaan material struktur kolom BTN Di Kota Denpasar. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sstra, pada teda wari/teda wawo tidak lagi hanya Arsitek & Sipil) Vol.2 ISSN: 1858-2559. menggunakan material kayu namun dapat hal. C21-C27. diganti dengan material beton bertulang atau Stephany. S, (2009). Transformasi Tatanan pada material lantai yang sudah menggunakan Ruang Dan Bentuk Pada Interior Di Tana Toraja finishing keramik. Sedangkan sistem struktur Selatan. DIMENSI INTERIOR, VOL.30 dan material dari rangka dan penutup atap 7, NO.1, JUNI 2009: 28-39. One sudah mengalami perubahan dari material Suharjanto, G. (2015). Konsep Arsitektur Tradisional Sunda Masa Lalu Dan Masa ijuk menjadi seng dengan pertimbangan Kini. ComTech Vol. 5 No. 1, Juni 2014: keterbatasan material ijuk di alam. 505-521.

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR - 48 -