Vol. 08. NO. 1 Pebruari 2020

ISSN 2301-4695

Sejarah Mangupura Sebagai Ibu Kota Kabupaten Badung Tahun 1992- 2009

History of Mangupura As a Capital City of Badung Distric, 1992-2009

I Putu Mega Ambara Putra, I Nyoman Bayu Pramartha

Prodi Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI Jl. Seroja Tonja- Utara, Bali (80239) *Pos-el: [email protected], [email protected]

Abstrak. Dalam rangka mencari karakteristik ibu kota di , ada beberapa gagasasan lokal mengenai perkotaan dengan fungsi ruang yang berbeda-beda, akan tetapi tidak semua daerah memiliki pemukiman urban, sehingga dengan pembeberan konsep-konsep lokal akan diketahui antara hubungan antara fungsi ruang masing-masing, maupun lingkungan sekitarnya. Dari zaman modern ini pusat perkotaan mempunyai fungsi lebih sebagai kawasan pelayanan dalam memaknai kota tersebut, maka lebih banyak identitas kota tersebut ditonjolkan berdasarkan tujuan fungsi kota, seperti kota pendidikan, perdagangan, rekreasi, budaya atau kota pusat pemerintahan.Maka pada tahun 1992, Kabupaten Badung kembali dikembangkan menjadi dua wilayah yakni Daerah Kota Madya Denpasar, dengan Ibu Kota Denpasar dan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Demikian, dua pemerintahan kota/kabupaten itu sekaligus diresmikan, tanggal 27 Februari 1992, berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 Tentang Pembentukan Kota Madya Daerah Tk.II Denpasar Kota Denpasar. Untuk sementara, pusat, Ibu Kota Daerah Tk.II Badung masih terletak di Kota Denpasar (Lumintang). Namun tidak seorang pun menduga, pusat pemerintahan Badung di Lumintang terbakar sesudah satu kegiatan pemilihan umum yang mengecewakan masyarakat Bali tepatnya 20 Oktober 1999.fenomena tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah diatas menjadi sebuah kajian atau bahan penelitian dengan judul “Sejarah Mangupura Sebagai Ibu Kota Kabupaten Badung dari Tahun 1992-2009”.

Kata-Kata Kunci : Mangupura Kabupaten Badung.

Abstract. In order to find the characteristics of the capital city in Indonesia, there are several local ideas about urban areas with different spatial functions, but not all regions have urban settlements, so by exposing local concepts it will be known between the relationships between their respective spatial functions, and the surrounding environment. From this modern era the urban center has more functions as a service area in interpreting the city, so more identity of the city is highlighted based on the purpose of the city function, such as the city of education, commerce, recreation, culture or city government center. So in 1992, re-developed into two regions namely the Madya City of Denpasar, with the Capital City of Denpasar and the District of Badung Level II. Thus, the two municipal / district governments were simultaneously inaugurated, on February 27, 1992, based on Law No. 1 of 1992 concerning the Establishment of the Municipal Municipality of Denpasar Tk.II Denpasar City of Denpasar. For a while, the center, the Regional Capital of Badung Tk.II is still located in Denpasar City (Lumintang). But no one suspects, the Badung government center in Lumintang caught fire after an election activity that disappointed the Balinese people precisely on October 20, 1999. The above phenomenon then the writer felt interested in raising the problem above into a study or research material with the title "History of Mangupura As Badung Regency Capital City from 1992 -2009 ".

Keywords: Mangupura, Badung Regency.

27 PENDAHULUAN Hal itu berdasarkan rekomendasi DPRD Badung yang ditindaklanjuti Kurang lebih 16 tahun lamanya Kabupaten denganKeputusan Bupati Badung No. 362 Badung tidak memiliki pusat pemerintahan Tahun 2004 tentang penetapan lokasi yang tetap (nomaden), tepatnya sejak Puspem Kabupaten Badung. Lokasi ditetapkannya Kotif Denpasar menjadi Kota pembangunan kantor Puspem Kabupaten Madya tahun 1992, dan mengambil pusat kota Badung yang berada di Kelurahan Sempidi Kabupaten Badung menjadi pusat kota (kini didasarkan atas beberapa pertimbangan, Pemkot), sehingga Badung harus mencari salah satunya adalah pertimbangan pusat pemerintahan yang baru. aksesibilitas. Posisi KelurahanSempidi yang strategis berada tepat ditengah- Akibat pemekaran tersebut tengah KabupatenBadung dilihat dari arah Kabupaten Badung selanjutnya utara-selatan maupun arah timur-barat membangun Pusat Pemerintahan (Puspem) pada bentang alam dengan topografi relatif Dharma Praja di Lumintang, datarmengakibatkan pencapaian ke lokasi Denpasarsebagai pusat kegiatan Puspem Kabupaten Badungdapat pemerintahannya. Pada perkembangan dijangkau denganlebih mudah dari selanjutnya, tahun 1996 Pemerintah berbagai kecamatan di Kabupaten Kabupaten Badung membuat rencana Badung.Jalur menuju Puspem Kabupaten membangun Puspem baru, yang Badung dapat dicapai dari jaringan jalan terintegrasi dalam satu kawasan (tidak arteri primer dan kolektor primer terpencar), serta berlokasidi wilayah melaluienam jalur utamayang telah administratif Kabupaten Badung. ada,yaitudua jalur ke arah utara menuju Perencanaan pembangunan Pusat wilayah Kecamatan Mengwi bagian utara, Pemerintahan KabupatenBadung (Puspem Abiansemal dan Petang, dua jalur ke arah Kabupaten Badung) pertama kali timur menujuwilayah Kecamatan ditetapkan pada tahun 1996 melalui Abiansemal, dan dua jalur ke arah selatan Keputusan Bupati Badung No. 262 Tahun menuju wilayah Kecamatan Mengwi 1996 tentang Pengaturan Peruntukan dan bagian Selatan, Kecamatan Kuta Utara, Penggunaan Tanah Lokasi Rencana Pusat Kecamatan Kuta dan KecamatanKuta Pemerintahan KabupatenDaerah Tingkat II Selatan. (Penyesuaian RTRK Ibukota Badung. Ditetapkan luas Puspem Kabupaten Badung, 2011). Kabupaten Badung saat itu sekitar 110 Berdasarkan Rencana Tata Ruang hektar dan berlokasi di KelurahanLukluk Wilayah Kabupaten (RTRWK) Daerah yaitu sebelah barat jalan jurusan Lukluk- Tingkat II Badung Nomor 29 Tahun 1995 Penarungan antara km 12.278 s.d. km (yang berlaku sepuluhtahun hingga 2005), 13.080. Dalam perkembangan selanjutnya, lokasi Puspem Kabupaten Badung saat diputuskan lokasi Puspem Kabupaten itumasih ditetapkan sebagai kawasan Badung dipindah ke Kelurahan Sempidi pertanian. Selanjutnya Pemerintah (sebelah utara Balai Diklat Kabupaten Kabupaten Badung pada tahun 2004 Badung) seluas 46,677 hektar termasuk melakukan revisi RTRWK dan seluruh lahan yang dimiliki Pemerintah dikeluarkan Keputusan Bupati Badung Kabupaten Badung saat itu (seluas 11,225 Nomor 533 tahun 2004tentang Rencana hektar). Detail Tata Ruang Kecamatan Mengwi, diputuskan bahwa lokasi Kabupaten Badung secara tidak langsung Puspem Kabupaten Badungdi Kelurahan mendorong kawasan pada lokasi Puspem Sempidi ditetapkan sebagai kawasan pusat menjadi pusat tarikan pergerakan kantor pemerintahan. Sebagaipusat kantor masyarakat.Hal ini mempercepat pemerintahan dan pusat pelayanan public terwujudnya fungsi kawasan tersebut di KabupatenBadung, keberadaan Puspem menjadi kawasan perkotaan. Dengan demikian suatu kota atau kawasan Yang terdapat di Kecamatan perkotaan adalah kawasan yang memiliki Mengwi, meliputi Desa Mengwi, Desa pemusatan jumlah penduduk lebih tinggi Gulingan, Desa Mengwitani, Desa dari kawasan sekitarnya yang ditandai Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan dengan adanya pusat kegiatan sosial dan Abianbase, Kelurahan Lukluk, Kelurahan ekonomi.Kawasan perkotaandi Kabupaten Sading danKelurahan Sempidi. Badung ditetapkan berdasarkan Peraturan Pembentukan kawasan perkotaan Pemerintah (PP) No 67 Tahun 2009 Mangupura dilatarblakangi oleh tentang Pemindahan ibukota Kabupaten kecenderungan dan arah pengembangan Badung dari Wilayah Kota Denpasar ke kawasan tersebut menjadi suatu perkotaan. Wilayah Kecamatan Mengwi. Kawasan Hal ini didukung oleh beberapa fungsi perkotaan tersebut selanjutnya merupakan pelayanan regional yang telah ada, antara wilayah yang berperansebagai ibukota lain Terminal Type A Mengwi, pusat kabupaten,dengan nama ibukota diganti pelayanan kesehatan RSUD Badung, pasar dari Denpasar menjadi Mangupura. umum Beringkit, serta kawasan Wilayah administratif Kawasan Perkotaan perkantoran Kodim dan Polres Badung. Mangupura dibentuk dari sembilandesa/kelurahan.

METODE PENELITIAN Sumber Sekunder Sumber Sekunder adalah sumber Pemilihan Topik pendukung dari sumber utama atau sumber Dalam penulisan dan penelitian ada yang disampaikan bukan oleh saksi mata. beberapa tahap (metode) yang dilakukan Bentuk-bentuk sumber sekunder adalah sebelum sampai pada penulisan sejarah. berupa buku yang bukan ditulis oleh saksi Pada umumnya ada 4 tahap yang harus mata. dilalui dalam penulisan dan penelitian sejarah, yaitu : (1) Heuristik, (2) Kritik Kritik Sumber Sumber (Verifikasi Data), (3) Interprestasi Setelah memperoleh sumber, tentu saja dan (4) Historiografi. Sebelum memasuki sumber-sumber itu tidak begitu saja keempat tahap yang telah disebutkan langsung digunakan namun dikritik diatas, hendaknya peneliti menentukan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk terlebih dahulu pemilihan topik penelitian menyaring sumber mana yang layak untuk yang akan dikaji nantinya. Pada umumnya digunakan dan mana yang tidak layak. pada saat pemilihan topik penulis akan Dengan demikian sumber sejarah yang mengalami kesulitan, bukan karena diperoleh harus terlebih dahulu disaring sedikinya pilihan yang akan di angkat melalui kritik eksternal maupun internal melainkan karena dalam sejarah Indonesia untuk menghindari subjektifitas dan banyak hal baru yang diangkat sebagai mendekati objektifitas. bahan penelitian. ` Kritik Eksternal Heuristik Kritik Eksternal adalah penenuntan asli Heuristik berasal darikata Yunani atau tidaknya suatu sumber atau dokumen. hueriskan yang artinya memperoleh. Idealnya seseorang menemukan sumber Heuristik adalah teknik atau cara-cara yang asli bukan rangkapnya apalagi foto untuk menemukan sumber yang bisa copynya. Apa lagi jaman sekarang kadang- didapatkan melalui studi kepustakaan, kadang sulit membedakan asli atau bukan. pengamatan secara langsung di lapangan Verifikasi atau pengujiaan sumber pada (Jika memungkinkan), melalui interview tahap ini, menyangkut aspek-aspek luar untuk sejarah kontemporer. dari sumber tersebut, dimana dan siapa lokasi Puspem Kabupaten Badungdi penulis sumber. Kelurahan Sempidi ditetapkan sebagai kawasan pusat kantor pemerintahan. Kritik Internal Sebagaipusat kantor pemerintahan dan Kritik Internal adalah penentuan dapat pusat pelayanan publik di Kabupaten tidaknya keterangan dokumen digunakan Badung, keberadaan Puspem Kabupaten sebagai fakta sejarah. Biasanya yang dicari Badung secara tidak langsung mendorong adalah keteranganketerangan yang benar. kawasan pada lokasi Puspem menjadi pusattarikan pergerakan masyarakat. Hal Interpretasi ini mempercepat terwujudnya fungsi Fakta yang terkumpul dan telah siap untuk kawasan tersebut menjadi kawasan digunakan itu belum berguna, jika belum perkotaan. Dengan demikian suatu kota diberi arti. Fakta nampak mempunyai arti atau kawasan perkotaan adalah kawasan bila telah dimulai dihubungkan dan yang memiliki pemusatan jumlah dibandingkan satu sama lain, inilah penduduk lebih tinggi dari kawasan permulaan mengadakaan penafsiran fakta. sekitarnya yang ditandai dengan adanya Interpretasi adalah penetapan makna dan pusat kegiatan sosial dan ekonomi. saling hubungan antara fakta-fakta yang Kawasan perkotaan di Kabupaten Badung diperoleh. ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 67 Tahun 2009 Historiografi tentang Pemindahan ibukota Kabupaten Historigrafi adalah penulisan hasil Badung dari Wilayah Kota Denpasar ke penelitian. Historografi adalah rekontruksi Wilayah Kecamatan Mengwi. Kawasan yang imajinatif dari masa lampau perkotaan tersebut selanjutnya merupakan berdasarkan data yang diperoleh dengan wilayah yang berperan sebagai ibukota menempuh proses. Penulisan laporan kabupaten,dengan nama ibukota diganti disusun berdasarkan serialisasi dari Denpasar menjadi Mangupura. (kronologis, kausasi, dan imajinasi). Wilayah administratif Kawasan Perkotaan Penulisan sejarah sedapat mungkin Mangupura dibentuk dari Sembilan disusun berdasarkan kronologis ini sangat desa/kelurahan. Yang terdapat di penting agar peristiwa sejarah tidak Kecamatan Mengwi, meliputi Desa menjadi kacau. Mengwi, Desa Gulingan, Desa Mengwitani, Desa Kekeran, Kelurahan HASIL DAN PEMBAHASAN Kapal, Kelurahan Abianbase, Kelurahan Lukluk, Kelurahan Sading dan Kelurahan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Sempidi. Pembentukan kawasan perkotaan Badung Dari Lumintang Ke Mengwi Mangupura dilatarblakangi oleh Tahun 1992-2009 kecenderungan dan arah pengembangan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah kawasan tersebut menjadi suatu perkotaan. Kabupaten (RTRWK) Daerah Tingkat II Hal ini didukung oleh beberapa fungsi Badung Nomor 29 Tahun 1995 (yang pelayanan regional yang telah ada, antara berlaku sepuluh tahun hingga 2005), lokasi lainTerminal Type A Mengwi, pusat Puspem Kabupaten Badung saat itu masih pelayanan kesehatan RSUD Badung, pasar ditetapkan sebagai kawasan pertanian. umum Beringkit, serta kawasan Selanjutnya Pemerintah Kabupaten perkantoran Kodim dan Polres Badung. Badung pada tahun 2004 melakukan revisi RTRWK dan dikeluarkan Keputusan Bupati Badung Nomor 533 tahun 2004tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Mengwi,diputuskan bahwa Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Persetujuan Penetapan Wilayah Ibu Kota Pemindahan Ibu Kota Kabupaten dan nama Mangupura sebagai Ibu Kota Badung Dari Lumintang ke Mengwi Kababupaten Badung. Selanjutnya Tahun 1992-2009 melalui surat Bupati Badung kepada Gubernur Bali No. 050/ 2212/ Bappeda, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Litbang tanggal 14 Juli 2009 perihal perpindahan ibu kota kabupaten badung Pengusulan Nama Kota Kabupaten diantaranya dari faktor politik, ekonomi, Badung, Gubernur Bali meneruskan sosial, geografi, dan sejarah. Semua faktor kepada Menteri Dalam Negeri melalui ini saling terkait sehingga ibu kota surat no. 120/4984/B.Pem, tanggal 24 Juli kabupaten badung akhirnya dipidahkan ke 2009 perihal pengusulan Nama Kabupaten mengwi denga nama mangupura Badung. Dari pengusulan tersebut keluarlah PP No. 67 tahun 2009 tentang SIMPULAN Dan SARAN Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Badung Terjadinya pemindahan Pusat dari wilayah Kota Denpasar ke wilayah Pemerintahan Kabupaten Badung dari Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Lumintang Ke Mengwi Tahun 1992-2009 Ibu Kota Badung telah ditetapkan pada yakni: Ketika pada tahun 1992, Badung tanggal 16 November 2009 oleh Presiden kembali dikembangkan menjadi dua Susilo Bambang Yudhoyono. Karena wilayah yakni daerah Kota Madya memiliki payung hukum yang jelas secara Denpasar dengan Ibu Kota Denpasar dan normatif yaitu PP No. 67/2009 tentang Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. pemindahan Ibu Kota Kabupaten Badung Kedua pemerintahan kota/ kabupaten itu dan penetapan Mangupura sebagai Ibu sekaligus diresmikan tanggal 27 Februari Kota Kabupaten Badung. 1992 berdasarkan UU No. 1 tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Madya Dati II DAFTAR PUSTAKA Denpasar. Untuk sementara, pusat Ibu A.A Alit Konta, 1977. “Puputan Badung Kota Dati II Badung masih terletak di Kota Bandana Pralaya”. Puri Dangin Denpasar (Lumintang). Ketika periode Kawwi-Denpasar-Bali. petama (2005-2010) tahun kedua (tahun 2006) dari kepemimpinan Anak Agung Adlin, Alfathri, ed. 2006. Spiritualitas dan Gde Agung (Bupati Badung ke tiga sejak Realitas Kebudayaan lepasnya Kota Denpasar), dirintis untuk Kontemporer, Bandung School of membangun pusat pemerintahan yang Thought: Humanity and Cultural terfokus pada satu lokasi dan menetapkan Studies, Jalasutra: Yogyakarta. nama untuk Ibu Kota Kabupaten Badung dengan kekuasaan yang dimilikinya. Agastia, I B., 2001. Dang Hyang Nirartha, Proses Pemilihan nama Mangupura Rasmi Sancaya, terjemahan, sebagai nama Ibu Kota Kabupaten Badung Yayasan Dharma Sastra: Denpasar. Tahun 1992-2009 yakni: Tepatnya pada hari Selasa, 25 November 2008 diadakan Ardika, I Wayan, Parimartha, I Gde, AA sebuah semiloka untuk membahas nama Bagus Wirawan. 2013. “Sejarah Ibu Kota kabupaten Badung bertempat di Bali Dari Prasejarah Hingga Gedung DPRD Kabupaten Badung. Modern” Udayana University Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan Press. bersama bahwa Ibu Kota Kab Badung adalah Mangupura. Dari hasil ini Asri, Edy. 2010. Lima Tahun Jejak kemudian ditindak lanjuti dan mendapat Langkah AA Gde Agung persetujuan dari DPRD Kabupaten Badung Membangun Badung (Cuplikan berdasarkan Kep. No. 14 2009 perihal Peristiwa dalam Berita), Penerbit Politik Bali 1650-1940, Pustaka Denpost, Denpasar. Penerjemah Ida Bagus Putra Yadnya. Astra, I Gede Semadi, 2000. Kamus Sanskerta-Indonesia Milik I BG Wira Wibawa Mantra, 2008. Makna Pemerintah Provinsi Bali, Proyek Ibu Kota Bagi Sebuah Kabupaten. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama Tersebar di 9 Kartodirdjo, Sartono, 1975. Sejarah (Sembilan) Kabupaten/ Kota: Nasional Indonesia ll, Departemen Denpasar. Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Bambang Sumadio, ed. 1984. Jaman Kuna, dalam Sejarah Nasional Kempers, Bernet A.J. 1960. Bali Indonesia ll, Marwati Djoened Purbakala, Petundjuk Tentang Poesponegoro dan Nogroho Peninggalan Purbakala Di Bali, Notosusanto, Departemen Tjetakan kedua, disalin oleh Drs. Pendidikan dan Kebudayaan, PN R. Soekmono, PT Penerbit dan Balai Pustaka: Jakarta. Balai Buku”Ichtiar”: Djakarta.

Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung Mangupura Jantung Kota Kebanggaan 2011, “MANGUPURA IBU Kabupaten Badung, http:// www KOTA KABUPATEN BADUNG. badungkab go id/index php? option=com content&task=vie Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2002. w&id=3589& Itemid=27 diunduh Babad Mengwi, Babad Kaba- 12 Mei 2011. Kaba, Pamancangah Dalem Kramas (Bendesa Mas). Mardiwarsito, L, 1985. Kamus Jawa Kuna-Indonesia, Nusa Indah: ------, 1987. Pura Besakih, Proyek Ende-Flores-NTT. Penyusunan dan Penerbitan Buku, Denpasar. Muljana, Slamet, 1983. Pemugaran Persada Leluhur Majapahit, Inti Gabriel Ika “Anak Agung Gde Agung 10 Idayu Press: Jakarta. Tahun Membangun Badung,” yang ditulis oleh : Cetakan I : Juli 2015. ------, 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, Bhratara Karya Gede Suwitha, I Putu. (2013) “Mangupura Aksara: Jakarta. sebagai Ibu Kota Kabupaten Badung: Suatu Penelusuran Mutra, IG. A.N. dan Meregeg, IG.G.K, Historis dan Pengembangan 1972. Ramayana, Penerbit Widya Wilayah”. Sabha: Tabanan.

Goris, R. 1948. Sejarah Bali Kuna: Nala, Ngurah, 1991. Ayur Veda, llmu Singaraja. Kedokteran Hindu, Upada Sastra: Denpasar. ------,1951/52. Inscripties VoorAnak Wungsu (Prasasti Bali): Singaraja. Parimarta, I Gde. 2008.“Sejarah Perkembangan Badung Dari Henk Schulte Nordholt, 2006. “The Speell Menculuk Ke Mengwi”. Of Power”, Cetakan : I Sejarah Parisada Hindu Dharma Pusat, 1978. Upadesa.

Pemkab Badung, 2010. Sejarah Perkembangan Badung.

Peter Beilharz, 2016. Teori-Teori Sosial Observasi Kritis Terhadap Para Filsof Terkemuka”. Cetakan : IV,

Punyatmadja, Ida Bagus Oka, 1992. Panca Sradha, Yayasan Dharma Sarathi: Jakarta.

Simpen, I Wayan, 1957. Sedjarah Bali, Pustaka Balimas, Djalan Wahidin no 1, Denpasar-Bali. Soegianto S., 1999. Perjalanan Dang Hyang Nirartha, Sebuah Dharmayatra (1478-1560) dari Daha Sampai Tambora, BP, Jatibening: Bekasi.

Soekmono, 1974. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Kanisius: Yogyakarta.

Suada, I Nyoman 2014. Bali Dalam Perspektif Sejarah Dan Tradisional Dalam Relavansinya Denagan Era Global Menuju Keajegan Bali Yang Harmonis”. Edisi revisi.

Sukada, I Nyoman, 1984. Babad Mengwi, Denkayu, Mengwi Badung”. Pustaka Pribadi.

Swandika, Kompiang R 2008. “Arah Perkembangan Kabupaten Badung Untuk Masa Yang Akan Datang”,

Team Penyusun, 1980. Sejarah Bali, Pemda Provinsi Daerah Tingkat I Bali.