FUNGSI DAN MAKNA WARNA PADA NAGA DI VIHARA SURYA PEKANBARU 《三太子》北干寺庙中龙的颜色功能与意义 《Sān tàizǐ》běi gàn sìmiào zhōng lóng de yánsè gōngnéng yǔ yìyì

SKRIPSI

OLEH :

RATNAWATI TANDESY

140710069

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FUNGSI DAN MAKNA WARNA PADA NAGA DI VIHARA SURYA DHARMA PEKANBARU 140710069

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah ―Fungsi dan Makna Warna pada Naga di Vihara Surya Dharma Pekanbaru. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana fungsi dan makna warna pada naga di Vihara Surya Dharma Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Teori yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah diatas adalah Teori Fungsionalisme dari Bronislaw Malinowski dan Teori Semiotik dari Charles Sanders Piece. Teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara,dan dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh: 1) Warna merah pada naga memiliki fungsi pembawa keberuntungan, warna merah pada naga memiliki makna keberuntungan dan keberanian, warna kuning pada naga memiliki fungsi sebagai pusat dari segala sesuatu hal dan memiliki makna sikap optimis dan juga umur panjang. Warna hijau pada naga berfungsi membawa kesehatan, dan makna melambangkan kedamaian dan ketenangan. Warna biru pada naga memiliki fungsi sebagai sarana perlindungan, dan makna kedudukan atau jabatan. Warna emas pada naga memiliki fungsi mendekatkan kita dengan kesuksesan, memiliki makna kemuliaan dan kekukuhan. Warna ungu pada naga memiliki fungsi menjauhkan dari energi negatif, dan memiliki makna mencerminkan semangat. Warna hitam pada naga memiliki fungsi menetralkan energi jahat berlebihan dan memiliki makna keseimbangan karma.

Kata kunci: Vihara Surya Dharma, Fungsi, Makna, Warna

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

THE FUNCTION AND COLORS MEANING IN DRAGONS OF SURYA DHARMA TEMPLE BUILDING , PEKANBARU CITY 140710069

ABSTRACT

The title of this research is "The Function and Color Meaning of the Dragon in Surya Dharma Pekanbaru Temple. This research aim to explain the function and the meaning of color on the dragons in Surya Dharma Pekanbaru Temple. The research method is qualitative research methods and is described descriptively. The theory used to answer the problem above are Functionalism Theory of Bronislaw Malinowski and Semiotic Theory of Charles Sanders Piece. The techniques used were observation, interview, and documentation. The results were are: 1) The red color of the dragon has a good luck carrier function, the meaning of red color of the dragon are luck and courage, the yellow color of the dragon has a function as the center of everything and has the meaning of optimism and longevity. The green color of the dragon functions to bring health, and meaning symbolizes peace and tranquility. The blue color of the dragon has a function as a protection, and the meaning fora position. The golden color of dragons has the function of bringing us closer to success, having the meaning of glory and strength. The purple color of the dragon has the function of keeping away from negative energy, and has the meaning of reflecting spirit. The black color of the dragon has the function of neutralizing excessive evil energy and has a meaning of karma balance.

Keywords: Surya Dharma Temple, Function, Meaning, Color

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunianya lah yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Fungsi dan Makna Warna pada Naga di Vihara Surya Dharma

Pekanbaru‖ Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd Pujiono, M.Hum., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra

Cina Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses

penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL, selaku Sekretaris Program Studi

Sastra Cina Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji yang

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses

penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini.

4. Ibu Vivi Adryani Nasution, S,S., MTCSOL selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberikan masukan, motivasi, semangat serta kritikan yang

membangun selama proses penyempurnaan penulisan karya ilmiah

ini.

5. Ibu Dr. Dra.,Tengku Thyrhaya Zein Sinar, M.A selaku dosen penasehat

akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan yang

membangun kepada penulis selama berlangsungnya proses perkuliahan

Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya

Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.

7. Keluarga penulis yang sangat luar biasa, orangtua tercinta Ayahanda

Alm Burhan Tan, S.E dan Ibunda Lina yang telah mendidik penulis dari

kecil, mencintai dan mendoakan penulis dengan sepenuh dan setulus

hati.

8. Saudara penulis Juliana Tandewi, S.Ked yang selalu memberi semangat,

serta mendoakan.

9. Sahabat yang selalu bisa memberi saran, dan motivasi kepada penulis,

Sahabat terbaik yang selalu mendengar suka duka dan canda tawa

penulis, Anna, Monica, Danella, Sri, Novita, Siti, Novia, Weni, Jessica,

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan Intan yang memberi semangat, mendoakan dan selalu mengingatkan

penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Seluruh pengurus dan pengelola Vihara Surya Dharma, Bapak Asan,

Bapak Aseng, Bapak Andi, dan kepada semua pengurus Vihara Surya

Dharma yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Kepada informan

yang telah memberikan banyak informasi kepada saya hingga

terselesaikannya skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman Sastra Cina 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu, teman yang memberikan warna-warni selama perkuliahan.

Semoga kita tetap kompak dan sukses.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak di kemudian hari.

Medan, 24 Agustus 2018 Penulis,

Ratnawati Tandesy 140710069

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK ...... i ABSTRACT...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR GAMBAR ...... xi DAFTAR TABEL ...... x

BAB I : PENDAHULUAN...... 1

1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Batasan Penelitian ...... 7 1.3. Rumusan Masalah ...... 8 1.4. Tujuan Penelitian ...... 8 1.5. Manfaat Penelitian ...... 8 1.5.1. Manfaat Umum ...... 8 1.5.2. Manfaat Praktis ...... 8 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA , KONSEP DAN LANDASAN TEORI ..... 9 2.1 Tinjauan Pustaka ...... 9 2.2 Konsep ...... 11 2.2.1 Fungsi ...... 12 2.2.2 Makna...... 12 2.2.3 Warna ...... 13 2.2.4 Naga ...... 15 2.2.5 Vihara ...... 17 2.2.6 Kota Pekanbaru ...... 18 2.3 Landasan Teori ...... 20 2.3.1 Teori Fungsionalisme ...... 21 2.3.2 Teori Semiotik ...... 22

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III :METODE PENELITIAN ...... 25 3.1 Jenis Penelitian ...... 25 3.2 Lokasi Penelitian ...... 25 3.3 Persyaratan Informan ...... 25 3.4 Data dan Sumber data ...... 26 3.4.1 Data ...... 25 3.4.2 Sumber Data...... 26 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 27 3.5.1 Studi Kepustakaan (Library Research) ...... 27 3.5.2 Studi Lapangan (Field Reasearch) ...... 27 3.6 Teknik Analisis Data ...... 28 3.6.1 Reduksi Data ...... 29 BAB IV GAMBARAN UMUM ...... 31 4.1 Gambaran umum masyarakat Tionghoa kota Pekanbaru ...... 30 4.2 Agama dan Kepercayaan ...... 37 4.2.1 Taoisme ...... 37 4.2.2 Konfusianisme ...... 38 4.2.3 Buddhisme ...... 39 4.3 Sejarah Vihara Surya Dharma Pekanbaru ...... 41 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 46 5.1 Fungsi dan Makna Warna pada naga di Vihara Surya Dharma ...... 46 5.1.1 Fungsidan Makna Warna Merah pada Naga ...... 48 5.1.2 Fungsi dan Makna Warna Kuning pada Naga ...... 49 5.1.3 Fungsi dan Makna Warna Hijau pada Naga ...... 50 5.1.4 Fungsi dan Makna Warna Biru pada Naga ...... 52 5.1.5 Fungsi dan Makna Warna Hitam pada Naga...... 53 5.1.6 Fungsi dan Makna Warna Emas pada Naga ...... 54 5.1.7 Fungsi dan Makna Warna Ungu pada Naga ...... 55 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...... 61 6.1 Kesimpulan ...... 61

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6.2 Saran ...... 62 DAFTAR PUSTAKA ...... 64 LAMPIRAN ...... 67

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Naga yang Di Ukir di Dinding di Tangga Vihara ...... 7 Gambar 1.2 Naga di tangga Vihara ...... 15 Gambar 1.3 Peta kota Pekanbaru ...... 19 Gambar 4.1 Peta kota Pekanbaru ...... 34 Gambar 4.2 Vihara Surya Dharma Pekanbaru ...... 41 Gambar 4.3 Pemujaan Tian Vihara Surya Dharma ...... 42 Gambar 4.4 Dewa Giok Ong Siong Tee...... 43 Gambar 5.1 Penggunaan warna merah pada naga pertama ...... 47 Gambar 5.2 Penggunaan warna merah pada naga kedua ...... 47 Gambar 5.3 Penggunaan warna merah pada naga ketiga ...... 48 Gambar 5.4 Penggunaan warna merah pada naga keempat ...... 48 Gambar 5.5 Penggunaan warna kuning pada naga...... 49 Gambar 5.6 Penggunaan warna kuning pada naga...... 49 Gambar 5.7 Penggunaan warna kuning pada naga...... 49 Gambar 5.8 Penggunaan warna hijau pada naga pertama ...... 50 Gambar 5.9 Penggunaan warna hijau pada naga kedua ...... 51 Gambar 5.10 Penggunaan warna biru pada naga ...... 52 Gambar 5.11 Penggunaan warna hitam pada naga...... 53 Gambar 5.12 Penggunaan warna emas pada naga ...... 54 Gambar 5.13 Penggunaan warna ungu pada naga ...... 55

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ...... 33

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ...... 34

Tabel 4.3 8 Etnis Terbesar di Kota Pekanbaru ...... 36

Tabel 5.1 Tabel Fungsi dan Makna Warna pada naga ...... 56

x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa klenteng merupakan bangunan tempat memuja ( berdoa, bersembahyang ) dan melakukan acara keagamaan bagi penganut konghucu.

Pada era Presiden Soeharto dikeluarkan Inpres No. 14 tahun 1967 tentang pelanggaran adat budaya asli Tiongkok, maka klenteng pun berganti nama menjadi Vihara atau tempat ibadah umat Buddha. Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2000, Inpres No. 14 tahun 1967 digantikan dengan Keppres No.

6 Tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid yang berisi tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Oleh karena itu Vihara Surya Dharma

Pekanbaru awalnya disebut sebagai klenteng, namun sekarang disebut sebagai

Vihara.

Makna merupakan hasil interaksi dinamis antara tanda, interpretant dan objek. Makna secara historis ditempatkan dan mungkin akan berubah seiring dengan jalannya waktu. Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditemukan dalam kemasan pesan. Pemaknaan merupakan proses aktif para ahli semiotika menggunakan kata kerja seperti mencipta-kan, membangkitkan atau menegosiasikan untuk mengacu pada proses ini. Semua model makna memiliki bentuk yang secara luas mirip. Masing-masing memperhatikan tiga unsur yang ada dalam setiap studi tentang makna.Tiga unsur tersebut adalah a) tanda, b)

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

acuan tanda, dan c) pengguna tanda (Fiske, 1990:60-68).Salah satu penjabaran makna adalah makna denotasi dan makna konotatif. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda. Makna konotasi sedikit berbeda dan dihubungkan dengan kebudayaan yang tersirat dalam pembungkusnya tentang makna yang terkandung didalamnya. Makna konotasi dari beberapa tanda akan menjadi semacam mitos atau mitos petunjuk dan menekan makna-makna tersebut sehingga makna konotasi dalam banyak hal merupakan sebuah perwujudan yang sangat berpengaruh (Berger, 2000:55).

Berbagai makna yang tersirat dalam sebuah bangunan yang dipengaruhi nilai budaya tertentu, dominan mengacu pada makna konotasinya. Makna konotasi yang tersirat dari berbagai elemen ruang klenteng sebagai tempat ibadah, dihubungkan dengan budaya Tionghoa sebagai budaya pembungkusnya.

Budaya Tionghoa memiliki keterkaitan yang sangat besar dengan agama

Buddha, Tao dan Konghucu, sebagai agama utama mayoritas masyarakat

Tionghoa. Meningkatnya komunitas warga keturunan Tionghoa telah mempengaruhi perkembangan budaya tradisional Tionghoa di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya jumlah tempat-tempat ibadah yang erat dengan budaya Tionghoa, seperti klenteng dan vihara. Tempat-tempat ibadah tersebut kaya akan simbolisasi yang dikaitkan dengan budaya Tionghoa serta ajaran agamanya. Dominasi simbol makhluk hidup sebagai unsur ragam hias pada klenteng, sangat kaya akan makna yang ditekankan pada mitos tertentu. Hal ini berdampak pula pada pemaknaan ragam hias yang sangat berpengaruh terhadap

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

nilai-nilai ajaran Tridharma. Ajaran dalam Tridharma yaitu 3 ajaran , yakni

Taoisme, Buddhisme, dan Konfusianisme.

Dalam kitab Tripitaka, ada dijelaskan bahwa Sang Buddha sangat menghargai nyawa mahkluk hidup, tak terkecuali binatang, oleh sebab itu beberapa kegiatan puja bakti yang membebaskan atau memberi makan binatang diajarkan sesuai dengan ajaran yang tertuang dalam kitab Tripitaka.

Menurut Ruth Q. Sun (1974), masyarakat Tionghoa memandang bahwa ada keterkaitan yang sangat besar antara sifat-sifat makhluk hidup, khususnya binatang, dengan nilai-nilai hidup yang ingin dicapai manusia, yakni kesehatan, panjang umur, kekuatan, kemakmuran, dan perlindungan terhadap segala bahaya.

Konsep keberuntungan yang selalu digunakan oleh masyarakat Cina pada setiap ornamen-ornamen seni, merupakan salah satu kunci mengapa pada bangunan bangunan arsitektur Tiongkok banyak terdapat ornamen-ornamen. Konsep ini dilandasi cara berpikir masyarakat Tionghoa yang takutakan kekosongan dan roh- roh jahat yang ada di sekitar mereka. Naga merupakan salah satu syarat pada bangunan-bangunan suci, salah satunya adalah klenteng, Karena naga merupakan perwujudan kaisar yang hadir di dalam bangunan-bangunan suci. Kekaisaran sudah lama hilang, namun masyarakat Tionghoa masih mempercayai bahwa naga merupakan penjelmaan dari kaisar mereka sehingga bentuk naga akan selalu hadir di dalam arsitektur Tiongkok.

Vihara Surya Dharma Berada di jalan Angkasa, Vihara Surya Dharma

(VSD) menjadi Vihara tertua di Pekanbaru. Vihara ini telah berdiri dari tahun

1999 di Pekanbaru. dan di Pekanbaru termasuk vihara yang terbesar. Keunikan

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

arsitektur Vihara Surya Dharma yang memiliki ciri khas Dinasti Qing dan ornamen-ornamen yang masih kental dengan budaya Cina klasik termasuk naga.

Ornamen naga tersebut memiliki makna keberuntungan dan kebaikan bagi vihara ini dan juga bagi masyarakat yang mempercayainya.

Pada awalnya, ornamen-ornamen yang ada pada bangunan klenteng merupakan ornamen yang lebih mengkhususkan kepada sisi peribadatan, tanpa melihat adanya sisi seni. Namun sisi seni ini, dengan sejalannya waktu dan berkembangnya kebudayaan menyerap sisi peribadatan, sehingga ornamen- ornamen yang ada pada bangunan klenteng memiliki nafas kehidupan dan warna tersendiri (Zhu, 2008).

Dalam arsitektur dan seni dekoratif ornamen merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah bangunan atau objek. Filosofi arsitektur Tiongkok ini sangat dipengaruhi oleh filosofi kepercayaan dan ajaran

Konfusianisme, Taoisme dan Budhisme. Terdapat simbol dan lambang – lambang dari bentuk ideal dan keharmonisan dalam tatanan masyarakat ( G. Lin, 1989 ).

Menurut Ling Yu (2001), terdapat beberapa ornamen yang biasanya terletak pada dinding, atap, pilar dan elemen interior lainnya sesuai dengan sifat dan maknanya. Jenis ornamen yang biasa digunakan di Vihara dibagi menjadi tiga, yaitu ornamen hewan, tumbuhan dan manusia. Keunikan bangunan Vihara ini adalah banyak nya ornamen naga di setiap bangunannya. Ada bagian atap, pilar pilarnya, dan bahkan ada khusus 9 naga dan warna warni yang di letakkan di tengah-tengah bangunan Vihara.

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Di Vihara ini yang menjadi patokan ialah anak Raja Langit, satu-satunya tempat yang memiliki anak dari Dewa Langit yang ketiga. Berada ditengah diantara para prajurit-prajurit dewa anak kecil yang membawa pena dan bukudi yakini sebagai tugas mencatat semua amal manusia selama satu tahun. "Dari semua amal selama setahun dicatat oleh anak dari dewa langit itu, dialah yang menyampaikan etnis baik dan buruknya catatan. Vihara Surya Dharma Pekanbaru di penuhi dengan banyaknya ornamen naga dan para Dewa, Vihara satu ini kerap ramai dikunjungi untuk beribadah masyarakat umum etnis Tionghoa.

Hewan naga kerap anda dengar kisah – kisah legenda kunonya dan ribuan lukisan yang menggambarkan tentang kemasyuran. Dapat digambarkan hewan naga adalah hewan yang elegan dan dapat terbang setinggi langit, bertubuh menyerupai ular namun memiliki empat pasang kaki, bersayap, bertanduk dan pada waktu–waktu tertentu bisa mengeluarkan api dari mulutnya. Naga juga dianggap sebagai makhluk mitologi paling terkenal di seluruh dunia.Masing – masing negara mempunyai legenda tersendiri tentang hewan suci ini. Namun cerita yang paling berkesan dan menarik minat banyak orang adalah dari negeri asal datangnya hewan ini yaitu di Tiongkok.(Dewobroto Adiwignyo, 2015)

Naga merupakan hewan mitologi Tiongkok yang memiliki perlambangan yang sangat rumit. Naga dalam kebudayaan Tionghoa merupakan simbol dari unsur kebaikan dan keberuntungan. Berbeda dengan persepsi masyarakat Eropa dan agama Kristen terhadap naga yang menganggap naga merupakan mahluk yang buruk dan jahat.

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Simbol naga dianggap religius pada dasarnya berfungsi menjembatani antara dunia manusiawi dan Ilahi. Simbol naga saat ini sudah memasuki seluruh aspek dari kehidupan masyarakat Tionghoa dari agama hingga politik dan dari sastra sampai seni. Setiap bangunan bahkan lukisan atau karya sastra untuk mengagungkan sesuatu maka naga akan muncul di tengah tengahnya. Naga merupakan mitos yang hidup di dalam jiwa masyarakat Cina turun temurun.

Perwujudan kesenian diwujudkan atas ide, bentuk, gaya, jiwa, dan dasar kepercayaan serta mitologi. (Kustedja, 2013)

Warna sering dipakai untuk mencerminkan sesuatu arti atau makna yang ingin dikomunikasikan. Berbicara atau kata-kata, gambar, simbol, tulisan, bahasa isyarat dll, merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Namun, manusia mempunyai cara lain untuk untuk berkomunikasi sesuai dengan budaya masing-masing Negara.(Miskaningsih, 2017)

Dalam budaya Tionghoa warna memiliki fungsi dan makna tersendiri.

Setiap unsur yang ada dialam mengandung arti serta fungsi dan makna tertentu, begitu juga dengan warna, warna mempengaruhi kenyamanan,lingkungan dan mood. Warna naga di Vihara Surya Dharma memiliki beberapa warna yang di ukir di tangga ini yang memiliki keunikan tersendiri, contoh nya pada gambar berikut ini :

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 1.1 Naga Yang Di Ukir Diatas Dinding Tangga Vihara

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy,2018)

Dari foto diatas naga- naga tersebut dihiasi dengan wana merah, emas, hijau, dan biru. Bagi masyarakat Tionghoa warna merah merupakan warna yang sangat agung, yang mempunyai makna positif dapat berarti sebuah lambang sebuah keberuntungan. Di sisi lain warna merah dapat bermakna negatif sebagai sebuah amarah, serta kebencian. Sama halnya warna merah dalam masyarakat

Tionghoa, setiap warna mempunyai sisi positif dan juga sisi negatif, warna hijau merupakan warna perempuan, dapat dilambangkan sebagai pertumbuhan, kesuburan, harmoni, optimisme, kebebasan dan keagungan, kesejahteraan, kebijaksanaan. Dipandang dari sisi negatif, warna hijau juga mempunyai makna iri hati dan sombong, cemburu, gila. Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti fungsi dan makna warna pada naga Vihara Surya Dharma

Pekanbaru.

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.2 Batasan Penelitian

Supaya penulisan dan pembahasan skripsi ini dapat berjalan dengan baik serta tidak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkannya, maka penulis membatasi permasalahan yang dipaparkan yaitu Fungsi dan Makna warna pada

Naga di Vihara Surya Dharma Pekanbaru. Sesuai dengan judul skripsi yaitu

Fungsi dan Makna Warna pada Naga di Vihara Surya Dharma Pekanbaru.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana fungsi dan makna warna pada Naga di Vihara Surya Dharma

Pekanbaru?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

Menjelaskan bagaimana fungsi dan makna warna pada Naga di Vihara

Surya Dharma Pekanbaru.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis

1. Sebagai penambah ilmu pengetahuan tentang agama Buddha dan

kebudayaan masyarakat Tionghoa dan kaitannya dengan agama

Buddha.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan

penelitian lanjutan mengenai simbol dan arsitektur bangunan yang

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bergaya Tiongkok.

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi lebih kepada penulis dan penulis lain agar dapat

lebih mengetahui kebudayaan Tiongkok. Dan Sebagai penambah

pengetahuan dan keterampilan meneliti dalam pembuatan karya ilmiah.

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait

(review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan, tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi, tetapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral). Dalam bab dua ini penulis akan memaparkan lima jenis penguraian kajian pustaka yang berisi tentang hasil penelitian terdahulu, konsep terkait variabel yang digunakan pada judul skripsi, dan landasan teori sebagai acuan penelitian skripsi penulis.

Miskaningsih, 2017 dalam Skripsi ―Makna Simbolis Ornamen Pada

Bangunan Utama Vihara Avalokitesvara Di Kawasan Banten Lama‖ , menguraikan tentang jenis-jenis ornament dan makna simbolis ornament pada bangunan utama Vihara Avalokitesvara di kawasan Banten Lama. Penulis juga menunjukkan bahwa jenis-jenis ornamen yang terdapat pada bangunan utama

Vihara Avalokitesvara Banten yaitu : ornamen Naga , ornamen Qilin , ornamen

Burung phoenix dan Bunga Teratai. Perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada objek kajiannya. Penelitian dan skripsi ini menggunakan teori semiotika. Penelitian ini memberikan kontribusi berupa

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pemahaman penggunaan teori semiotika. Skripsi ini juga sangat membantu penulis dalam memaparkan makna warna pada naga di Vihara.

莫冠 (Mò guān) ( 2016 ) dalam jurnal China National Knowledge

Infrastructure (CNKI) yang berjudul 台湾寺庙建筑龙柱装饰艺术研究

( Táiwān sìmiào jiànzhú lóng zhù zhuāngshì yìshù yánjiū ) jurnal ini mengkaji sejarah naga bentuk bentuk naga yang ada pada kuil Taiwan. Naga disini dijelaskan dengan sangat rinci di setiap bagian yang ada di Vihara tersebut. Jurnal ini memberikan kontribusi penting dalam penulisan penelitian ini, yakni berupa pemahaman sejarah awal mula Vihara menggunakan naga sebagai pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

Sigit Satrio Pribadi (2015) dalam Skripsi Bidang Seni Rupa dan Sastra yang berjudul “ Pengaruh Warna Terhadap Kebudayaan Bagi Masyarakat

Tionghoa (Studi Kasus Kelenteng Avalokiteswara Surakarta)”, menguraikan tentang warna – warna yang ada pada kebudayaan Tionghoa. Pada skripsi menjelaskan tentang berbagai fungsi dan makna warna yang ada pada kelenteng

Avalokiteswara. Warna disini di uraikan fungsi dan maknanya dan pengaruh nya terhadap kebudayaan masyarakat Tionghoa. Perbedaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ialah, penelitian dalam skripsi ini berada di Kelenteng Avalokiteswara Surakarta.

Vlorentina, Clara (2014) dalam Skripsi ― Analisis Makna Simbol Naga pada Relief Arsitektur Maha Vihara Buddha Cemara Asri Medan” menguraikan makna dan simbol naga yang terdapat pada Maha Vihara Maitreya,

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

naga merupakan hewan mitologi yang memiliki perlambangan yang cukup rumit, naga dalam tradisi kebudayaan Tionghoa merupakan simbol dari unsur keagungan, kekuatan dan keberuntungan. Penelitian dalam skripsi ini sangat membantu penulis dalam memahami makna simbol naga pada Vihara.

Kustedja (2013) dalam Jurnal Sosioteknologi Edisi 30 Tahun 12 yang berjudul ―Makna Ikon Naga (龙), Elemen Utama Arsitektur Bangunan Tionghoa”,

Penulis jurnal menyimpulkan bahwa naga sebagai ikon dan simbol terbukti dapat bertahan dari zaman purba hingga sekarang, gambaran ini tetap hidup dan terpakai dalam segala segi budaya Tionghoa. Daya tahan keberadaan yang demikian kuatnya karena didukung konsep naga yang selalu dapat memberikan keberuntungan dan kejayaan, harapan ini selalu dimiliki oleh setiap manusia selama ia hidup. Penelitian dalam skripsi ini memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, hanya saja dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, objek yang akan dikaji lebih luas bukan hanya makna naga, namun juga membahas makna warna yang ada pada naga.

2.2 Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan yang digunakan secara abstrak untuk menggambarkan kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ( Rusliana, 2010 : 10).

Woodruff (dalam Rusliana, 2010:10) menjelaskan pengertian konsep

menjadi 3 yaitu:

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Konsep dapat didefenisikan sebagai suatu gagasan atau ide yang relative sempurna dan bermakna. 2. Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek. 3. Konsep adalah produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda tertentu melalui pengalamannya (setelah melalui persepsi terhadap objek atau benda).

2.2.1 Fungsi

Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:456) merupakan kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan.Fungsi dapat diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang dilakukan.

Dalam kehidupan sehari-hari fungsi sering diartikan sebagai dampak yang dapat diberikan oleh suatu hal atau benda. Begitu pula dalam penulisan skripsi ini, fungsi yang dimaksud adalah kegunaan atau dampak baik, yang diperoleh oleh masyarakat Tionghoa bagi mereka yang mempercayainya.

2.2.2 Makna

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:703), makna adalah:

1. Arti atau maksud.

2. Pengertian yang diberikan kepada benda kebahasaan.

3.Aktif makna emotif, denotasi makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan dan wujud diluar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses dan kegiatan.

Ornamen pada bangunan vihara sering menggambarkan bunga, bambu yang dikombinasikan dengan binatang seperti kijang, kilin, dan kelelawar.

Kelelawar bagi orang Tionghoa mempunyai makna rejeki atau berkah karena

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kelelawar dalam bahasa Tionghoa dialek Hokkian adalah Hok yang berarti rejeki.

Gambar-gambar lambang Pat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran.

Ornamen naga juga sering kita jumpai pada bangunan vihara, biasanya sering terdapat pada atas atap dan tiang penyangga vihara. Naga adalah suatu makhluk mitos yang melambangkan kekuatan, keadilan, dan penjaga burung suci

Selain itu hiasan naga terkadang digantikan oleh sepasang ikan naga. Ikan ini berkepala dengan bentuk Liong yang melambangkan keberhasilan setelah mengalami percobaan. Tidak hanya berupa ornamen hewan, ornamen berupa tumbuh-tumbuhan maupun ornamen panglima banyak kita lihat pada ornamen arsitektur bangunan vihara. Biasanya, jenis-jenis ornemen itu mempunyai makna rezeki, makhluk mitos, lambang supranatural, lambang keberhasilan hidup, dan lain-lain.

2.2.3 Warna

Warna pada arsitektur Tionghoa memiliki arti/makna simbolik. Warna warna tertentu pada umumnya diberikan pada elemen-elemen tertentu pada bangunan karena warna merupakan salah satu penerapan dari aspek religi/kepercayaan masyarakat Tionghoa. Dikalangan etnis Tionghoa semua warna memiliki arti tersendiri dan banyak juga warga yang favorit dikalangan

Tionghoa. Makanya baik rumah, kelenteng, toko atau pun tempat lainnya memilih warna sesuai dengan maknanya, karena memang diyakini ada pengaruhnya kedepan.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menurut ilmu fengshui warna adalah getaran, getaran dapat respon sadar atau tidak. Warna sering dipakai untuk mencerminkan sesuatu arti atau makna yang ingin dikomunikasikan. Berbicara atau kata-kata, gambar, simbol, tulisan, bahasa isyarat dll, merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia.

Di sisi lain warna merah dapat bermakna negatif sebagai sebuah amarah, malu serta kebencian. Warna hijau merupakan warna perempuan, dapat dilambangkan sebagai pertumbuhan, harmoni, optimisme, kebebasan dan kesehatan, kesejahteraan, kebijaksanaan. Dipandang dari sisi negatif, warna hijau juga mempunyai makna iri hati dan sombong.

Berbeda dengan warna hijau, warna kuning dan emas memiliki daya pantul paling tinggi dibandingkan dengan warna lain, warna ini mempunyai makna sebagai pencerahan dan intelektual, optimisme, akal dan ketegasan, kejayaan, kebesaran, baju raja-raja dinasti jaman kuno, keemasan. Sering kita lihat benda berwarna kuning dan emas yang terdapat di sebuah toko yang dimiliki warga Tionghoa, itu ditujukan sebagai lambang kekayaan dan kejayaan.Warna kuning juga mempunyai sisi negatif yang dilambangkan sebagai sifat berlebihan atau kegagalan.

Berdasarkan jurnal CNKI (朱凡,倪丹萍)(zhū fán, nídānpíng)yang berjudul (论中西文化文化中的颜色)( lùn zhōngxī wénhuà wénhuà zhōng de yánsè) Berikut ini warna-warna yang sering dipakai oleh etnis tionghoa pada naga yang mereka gunakan: a. Warna merah memiliki fungsi keberuntungan, dan makna keberanian,

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

b. Warna kuning adalah warna kaisar. Memiliki fungsi sebagai pusat dari segala sesuatu hal dan makna kemakmuran dan keemasan, c. Warna biru memiliki fungsi kesabaran, dan ketaatan, dan makna kesejukan, d. Warna emas memiliki fungsi pembawa kekayaan, dan makna kemuliaan, e. Warna hijau memberi kesehatan, dan memiliki makna kedamaian, f. Warna ungu berfungsi sebagai kekuatan spiritual, dan bermakna mencerminkan semangat, g. Warna hitam memiliki fungsi pemberi keadilan, dan makna keseimbangan karma.

Sebagai bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peranan sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuahkarya desain. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsiuntuk memperkuat aspek identitas. Karena orang-orang memahami bahwa

"warna datang secara alami, sementara hitam dan putih yang pertama," mereka secara bertahap membentuk hubungan antara warna dan prinsip dari lima elemen, yang dipandu gerakan alami dari surga dan Tao surgawi. Masyarakat memilih pakaian, makanan, transportasi dan perumahan sesuai dengan perubahan alam di musim semi ke musim panas dan musim gugur, dan kemudian ke musim dingin. Warna dalam budaya Tionghoa mengacu pada berbagai warna yang dianggap menguntungkan (吉利) (jílì ) warna tersebut adalah warna merah, warna kuning, warna biru, warna emas, warna hijau, warna ungu atau tidak menguntungkan (不利) ( bùlì ) warna tersebut adalah warna hitam.

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.4 Naga

Gambar 1.2 Ukiran Naga di Dinding

(Sumber: Baidu, 2018)

Sembilan naga di dinding ( 九 龙 壁 )(jiǔlóngbì) adalah dinding kaca dekoratif dengan sembilan naga besar, sebagian besar digunakan oleh Dinasti

Ming dan Qing. Ada banyak tembok naga berwarna sembilan kuno di Tiongkok.

Di Datong sembilan dinding naga, yang terletak di daerah perkotaan Datong, adalah yang terbesar dan tertua. Awalnya adalah Zhu Yuan zhang, putra ketiga belas dari Ming Tai Zu, depan istana kekaisaran Zhu Gui.

Bagian atas dinding adalah genteng kaca berglasir kuning, atap jenis aula, dan di bawah atap adalah kasau, purlin dan ember dari struktur kayu imitasi.

Dindingnya terbuat dari awan dan air, dan dihiasi dengan warna biru dan hijau.

Bagian bawah adalah batu marmer putih, bermartabat. Naga 9 di dinding terbuat dari teknik bantuan tinggi, bagian tertinggi lebih tinggi dari dinding 20cm, membentuk rasa kuat tiga dimensi.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Naga pada masa dinasti Han, naga adalah simbol kekaisaran, putra surga.

Merupakan yang pertama dari ―360 makhluk bersisik‖. Sebagai hewan ajaib, naga bisa menyusut menjadi ukuran ulat sutera dan sekali lagi ia bisa membesar sampai ia mengisi ruang antara langit dan bumi. Itu bisa terlihat atau tidak terlihat, seperti yang dipilihnya. Pada hari pendakiannya ke surga tidak bisa dilihat, tersembunyi di awan hujan di mana ia naik.(Chinese Dictionary)

Naga laut ini memainkan bagian yang sangat besar dalam tradisi populer.

Raja naga laut, diyakini, berdiam di istana yang indah penuh dengan hal-hal yang paling indah dan berharga. (Chinese Dictionary)

Di dalam mitologi China, Naga juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan angka ―9‖. Naga China sesungguhnya memiliki 9 karakteristik yang merupakan kombinasi dari makhluk-makhluk lainnya, yaitu :

1. Naga memiliki kepala seperti unta

2. Sisiknya seperti ikan

3. Tanduknya seperti rusa

4. Matanya seperti siluman

5. Telinganya seperti lembu

6. Lehernya seperti ular

7. Perutnya seperti tiram

8. Telapak kakinya seperti harimau

9. Dan Cakarnya seperti rajawali

Sosok Naga banyak ditampilkan dalam ornamen-ornamen berciri khas

Tiongkok, seperti di dalam bangunan Kelenteng, ukiran/pahatan patung, gambar

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

lukisan, dan sebagainya dengan corak dominan warna merah keemasan.Naga mencerminkan kehidupan masyarakat Taiwan. Tren estetika, keyakinan agama dan kondisi spiritual dan budaya lainnya, dan memiliki bantalan, segmentasi, pelabelan, dekorasi dan beberapa fitur estetika dan lainnya, melalui penyelidikan dan kajiannya, menyimpulkan, memilah satu catatan terperinci sastra, untuk naga hias merupakan seni warisan, perlindungan dan pengembangan untuk memberikan informasi yang berharga.(Miskaningsih,2017)

Taiwan kaya akan kepercayaan dan kuil, terkait erat dengan daratan Fujian selatan dan Guangdong timur. Salah satu adalah sebagai budaya perwakilan arsitektur tradisional Taiwan, kuil dan monumen ada di mana-mana, sehingga membuat orang-orang Taiwan tidak dapat hidup atau kurang tujuan spiritual dan tempat kegiatan umum.

Dinasti Zhou Barat "Kitab Perubahan" dalam sebuah buku lebih banyak gambar berhubungan erat dengan naga, seperti "Sembilan Lima: Naga di langit" dan lainnya. (Miskaningsih,2017)

Naga adalah totem bangsa Tionghoa. Desain dan dekorasi dari sembilan dinding naga mengandung 95 angka yang melambangkan kekuatan kekaisaran dan martabat kaisar. Karena sembilan adalah angka bilangan positif tertinggi dan lima adalah bilangan tengah bilangan positif, jumlah sembilan puluh lima menjadi wakil dari kekuasaan kekaisaran dan putra kaisar. Ada sembilan naga, bukan delapan atau sepuluh. Sembilan berarti "Yang" dalam Buku Perubahan, karena orang dahulu membagi angka menjadi bilangan positif dan negatif, bilangan ganjil

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

positif, bilangan genap negatif. Sembilan adalah yang tertinggi dan terbesar di nomor Yang. Karena itu, naga pada dinding naga harus sembilan.(mò guān,2016)

2.2.5 Vihara

Vihara adalah rumah pemujaan bagi dewa, dewi, atau arwah orang-orang suci, arwah pahlawan, arwah leluhur, bahkan barang-barang yang disucikan seperti pedang, jangkar, dan lain-lain.Kadang-kadang juga patung dari penguasa hutan, gunung, laut, juga binatang tertentu seperti macan, naga, dan lain-lain. Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil.Kelenteng adalah rumah ibadah penganut taoisme, maupun konfusiusisme. Tetapi di Indonesia, karena orang yang ke Vihara/kuil/klenteng umumnya adalah etnis Tionghoa, maka menjadi agak sulit untuk dibedakan, karena umumnya sudah terjadi sinkritisme antara Buddhisme, Taoisme, dan Konfuciusisme. Banyak umat awam yang tidak mengerti perbedaan antara klenteng dan Vihara. Kelenteng dan Vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan fungsi. Kelenteng pada dasarnya berarsitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain fungsi spiritual. Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja.Namun, Vihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada wihara Buddhis aliran yang memang berasal dari Tiongkok.

Perbedaan antara kelenteng dan Vihara kemudian menjadi rancu karena peristiwa G30S pada tahun 1965.Imbas Peristiwa ini adalah pelarangan

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kebudayaan Tionghoa, termasuk kepercayaan tradisional tionghoa, oleh pemerintah Orde Baru. Kelenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi istilah dari bahasa sansekerta ataupun bahasa Pali, mengubah nama sebagai Vihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan. Dari sinilah kemudian umat awam sulit membedakan kelenteng dengan Vihara.

Setelah orde baru digantikan oleh orde reformasi, banyak Vihara yang kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada Vihara.

2.2.6 Kota Pekanbaru

Gambar 1.3 Peta Kota Pekanbaru

(Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2013)

Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi

Riau,Indonesia. Kota ini merupakan salah satu sentra ekonomi terbesar di bagian timur Pulau Sumatera dan termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan,

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

migrasi dan urbanisasi yang tinggi. Kota ini berawal dari sebuah pasar (pekan) yang didirikan di tepi Sungai Siak. Hari jadi kota ini ditetapkan pada tanggal 23

Juni 1784. Kota Pekanbaru tumbuh pesat dengan berkembangnya industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi, serta pelaksanaan otonomi daerah.Di tahun 2014, Pekanbaru telah menjadi kota keempat berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera,setelah Medan, Palembang dan Bandar Lampung.

Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.

Etnis Minang kabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar

37,96% dari total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjung pinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota.

Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya

Provinsi Kepulauan Riau, hasil pemekaran Provinsi Riau.

Masyarakat Tionghoa Pekanbaru pada umumnya merupakan pengusaha, pedagang dan pelaku ekonomi. Selain berasal dari Pekanbaru sendiri, masyarakat

Tionghoa yang bermukim di Pekanbaru banyak yang berasal dari wilayah pesisir

Provinsi Riau, seperti dari Selatpanjang, Bengkalis dan Bagan Siapi-api. Selain itu, masyarakat Tionghoa dari Medan dan Padang juga banyak ditemui di Pekanbaru,

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

terutama setelah era milenium dikarenakan perekonomian Pekanbaru yang bertumbuh sangat pesat hingga sekarang.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi

(pranata-pranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi institusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran, dan pasar terwujud. Teori fungsionalisme dapat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan secara tersendiri, namun teori ini tidak mengemukakan dalil-dalil sendiri untuk menerangkan mengapa kebudayaan yang berbeda-beda memiliki unsur-unsur budaya yang berbeda dan mengapa terjadi perubahan dalam kebudayaan. Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori untuk menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya suatu teori fungsional tentang kebudayaan atau ―a functional theory of culture”. Menurut

Malinowski (1984:216) :

―Pada dasarnya kebutuhan manusia sama, baik itu kebutuhan yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis dan kebudayaan pada pokoknya memenuhi kebutuhan tersebut. Kondisi pemenuhan kebutuhan tidak terlepas dari sebuah proses dinamika perubahan kearah konstruksi nilai- nilai yang disepakati bersama dalam sebuah masyarakat (dan bahkan proses yang dimaksud akan terus bereproduksi) dan dampak dari nilai tersebut pada akhirnya membentuk tindakan tindakan yang terlembagakan dan dimaknai sendiri oleh masyarakat bersangkutan yang pada akhirnya 23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

melahirkan tradisi upacara perkawinan, tata cara dan lain sebagainya yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia tersebut‖.

Model analisis fungsionalisme yang dipelopori oleh Malinowski, telah menawarkan pilar analisis tersendiri. Fungsionalisme budaya menghendaki agar peneliti mampu mengeksplorasi ciri sistematik budaya tertentu. Artinya, peneliti harus mengetahui kaitan antara institusi dengan stuktur masyarakat sehingga membentuk sebuah kesatuan yang bulat. dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan.(Safitri,2014:24)

Penelitian budaya secara fungsional menurut Malinowski(1944:87) mengatakan, ― Hendaknya mampu menganalisi kebutuhan dasar dan kebutuhan sekunder manusia‖. Kedua kebutuhan tersebut berfungsi untuk mempertahankan kebudayaan dari kemusnahan.( Safitri,2013:25).

2.3.2 Teori semiotik

Teori semiotik digunakan untuk membedah simbol-simbol yang terdapat pada jenis-jenis benda yang telah diuraikan jenisnya di dalam pembatasan masalah.Semiotik atau ada yang menyebutnya semiotika berasal dari kata Yunani

‗semeion‘ yang berarti ‗tanda‘. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda (Zoest, 1991:1).

Menurut Charles Sanders Peirce, proses pemaknaan dan penafsiran tanda dalam semiotik disebut semiosis. Istilah semiosis digambarkan sebagai suatu proses dari pencerapan sesuatu oleh indra kita yang kemudian diolah oleh kognisi kita. Tanda yang diserap oleh manusia merupakan tahap awal dari semiosis. Pada

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tahap awal ini hal yang diindra disebut ground atau representamen. Tahap ini diikuti dengan tahap lanjutannya, yakni pengolahannya dalam kognisi secara instan yang hasilnya disebut object (ini adalah istilah yang tidak sama artinya dengan ‗benda‘). Proses semiosis selanjutnya adalah penafsiran setelah ada waktu untuk mengolah lebih lanjut object dan hasilnya disebut interpretant. Karena tanda dimulai dari representamen yang seakan mewakili apa yang ada dalam pikiran manusia (object), teori semiotik Peirce mendefinisikan tanda sebagai

“something that represant something else”, yang secara teoritis dapat diterjemahkan menjadi tanda adalah representamen yang secara spontan mewakili object.‘ Mewakili disini berarti berkaitan secara kognitif yang secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pemaknaan : ada kaitan antara ―realitas‖ dan ― apa yang berada dalam kognisi manusia‖. Pengertian ini menjadi lebih jelas apabila kita memasuki tiga kategori tanda berdasarkan sifat hubungan antara representamen dan objectmenurut Peirce (Hoed 2014:10).

Kategori pertama adalah index, yakni tanda yang hubungan antara representamen dengan object nya bersifat kausal atau kontigu. Contoh index adalah apabila kita melihat sandal sang ayah sudah tidak ditempatnya lagi

(representamen), ini berarti bahwa sang ayah sudah berada di rumah (object).

Artinya bahwa ada hubungan ntara ruang kosong, yakni ― ketiadaan sandal ayah ditempatnya‖ (representamen) dan ‖ayah ada dirumah‖ (object) yang bersifat kausal.

Kategori kedua adalah icon. Icon adalah kategori tanda yang representamennya memiliki keserupaan identitas dengan object yang ada dalam

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kognisi manusia yang bersangkutan. Contohnya foto seseorang adalah icon dirinya. Bagi seseorang lukisan kerbau adalah icon dari kerbau yang ada dalam pikiran orang tersebut.

Kategori ketiga adalah symbol. Symbol adalah tanda yang makna representamennya diberikan berdasarkan konvensi sosial. Jadi, bendera merah yang ada di laut merupakan representamen yang maknanya secara sosial ‗dilarang melewati, bahaya‘ (object). Berbagai sistem bahasa, verbal, nonverbal, merupakan sistem symbol karena makna dari setiap representamennya diperoleh berdasarkan konvensi sosial. Index dan icon dapat digunakan sebagai symbol. Dari ketiga jenis kategori tanda (indext, icon, symbol ) yang diuraikan oleh Peirce, symbol merupakan jenis tanda yang dimaksudkan dalam penelitian ini.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau hasil wawancara dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati (Iskandar,

2009:12).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Vihara Surya Dharma Pekanbaru di jalan

Angkasa.

3.3 Persyaratan Informan

Menurut pendapat Spradley dalam Faisal (1990:45) informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan

atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini

biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala

tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan

kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk

dimintai informasi.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, di mana pemilihan dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

3.4 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Data Primer

1) Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang di peroleh secara langsung

dari secara kualitatif dapat berupa data bersumber manusia.Data primer

secara khusus dikumpulkan peneliti dengan melakukan wawancara

dengan pemilik Vihara untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai

makna warna pada naga. Sumber data primer diperoleh melalui hasil

penelitian lapangan di Vihara Surya Dharma jalan Angkasa Pekanbaru.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder diperoleh

melalui studi pustaka yaitu bersumber dari hasil bacaan literature,

jurnal-jurnal ilmiah, internet, serta buku-buku atau data yang terkait

dengan topik penelitian yaitu fungsi dan makna warna pada naga.

3.4.2 Sumber Data

1) Sumber Data Primer( Field Research )

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah warna pada naga di

Vihara Surya Dharma. Data yang bersumber dari hasil wawancara informan

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang meliputi pemilik dan pengurus Vihara, sumber data primer berasal dari

narasumber yang di wawancarai yaitu: Bapak Asan, Bapak Aseng, dan

Bapak Jimmy yang dimaksud sebagai key informant dan juga informan

tambahan yaitu masyarakat Tionghoa yang memiliki pengetahuan lebih akan

budaya Tionghoa, khususnya terkait dengan simbol naga yang ada di Vihara

tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan membaca jurnal, skripsi, dan buku, atau artikel yang berhubungan dengan naga. Setelah data yang didapat akan dibaca secara cermat untuk mendapatkan pokok bahasan tersebut. Setelah data pendukung terkumpul, selanjutnya penulis melakukan observasi lapangan ke tempat penelitian.

3.5.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan atau Library Research merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang bersumber dari kepustakaan, baik data yang bersumber dari buku, catatan, dan juga penelitian-penelitian terdahulu antara lain skripsi dan jurnal.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.5.2 Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan atau Field Research merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan juga dokumentasi pada objek dandaerah yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Dalam studi lapangan, yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1) Teknik Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui fungsi warna naga, dan juga jenis, makna warna pada naga yang ada di Vihara tersebut.

2) Teknik Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

3) Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Setelah data primer dan data sekunder terkumpul dan diolah. Selanjutnya dilakukan analisis data berdasarkan objek kajian penelitian yaitu analisis fungsi

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan makna warna pada naga di Vihara Surya Dharma Pekanbaru. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan teori Fungsionalisme menurut Malinowski dan teori semiotika menurut Pierce.

Adapun proses yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.6.1 Reduksi data

Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang sesuai dengan objek kajian.

Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teori Bronislaw

Malinowski mengatakan bahwa Fungsionalisme budaya menghendaki agar peneliti mampu mengeksplorasi ciri sistematik budaya tertentu. Artinya, peneliti harus mengetahui kaitan antara institusi dengan stuktur masyarakat sehingga membentuk sebuah kesatuan yang bulat. Tanda adalah suatu hal atau keadaan yang menerangkan atau memberitahukan benda, kejadian atau tindakan. Untuk menemukan makna warna dari simbol naga Pada Vihara Surya Dharma

Pekanbaru, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data menggunakan Teori

Semiotik Peirce mengenai Symbol untuk menemukan makna dari warna pada simbol naga tersebut.

1) Penyajian Data

Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini data

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tentang fungsi dan makna warna pada naga di Vihara Surya Dharma

Pekanbaru akan disajikan dalam bentuk uraian yang dilengkapi oleh

gambar sebagai penjelas .

2) Penyimpulan

Penyimpulan dilakukan dengan menarik kesimpulan dari hasil

akhir penelitian tentang Fungsi dan Makna Warna pada Naga di Vihara

Surya Dharma Pekanbaru.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

GAMBARAN UMUM

Pada bab empat ini , peneliti membahas tentang masyarakat Tionghoa di kota Pekanbaru, dan Sejarah Vihara Surya Dharma Pekanbaru.

4.1 Gambaran Umum Masyarakat Tionghoa Kota Pekanbaru

Suku bangsa Tionghoa di Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia.

Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang( Hokkian ),

Tengnang ( Tiochiu ) atau Thongyin ( Hakka ). Dalam bahasa Mandarin mereka di sebut Tangren ( Hanzi : 唐人) atau lazim di sebut Hua ren ( Hanzi : 华人 ).

Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-

Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Cina utara menyebut diri mereka sebagai orang Han ( Hanzi : 汉人).

Leluhur orang Tionghoa Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia. Bahkan sebelum Republik Indonesia di deklarasikan dan terbentuk. Catatan – catatan ini dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan- kerajaan kuno di telah berhubungan erat dengan dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Indonesia dan juga sebaliknya.

Para imigran Tionghoa yang ada dan tersebar ke Indonesia mulai abad ke-

16 sampai kira- kira pertengahan abad ke-19 , berasal dari suku bangsa Hokkien. 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Mereka berasal dari provinsi Fu Jian bagian selatan.Daerah itu merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang Tionghoa ke seberang lautan. Imigran Tionghoa lain adalah orang Teo Chew yang berasal dari pantai selatan negeri Tiongkok di daerah pedalaman Swatow di bagian timur provinsi Kwantung.

Penduduk kota Pekanbaru pada tahun 2016 berjumlah 1.570.566 jiwa yang terdiri dari 746.400 laki-laki 824.166 perempuan dengan kepadatan penduduk 3.560 jiwa dan rata-rata 5,50 jiwa per rumah tangga.

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Tampan sebanyak

269.062 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di

Rumbai Pesisir yaitu 72.516 jiwa. Kecamatan yang paling padat penduduknya terdapat di kecamatan Tampan dengan kepadatan 4.499 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang jarang penduduknya adalah Rumbai pesisir dengan kepadatan 461 jiwa/ km2. Jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di kecamatan Tampan yaitu 66.338 rumah tangga, dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di kecamatan Rumbai pesisir yaitu 17.093 rumah tangga.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Kelompok umur Laki – laki Perempuan Jumlah total

15-19 50.314 51.546 101.860

20-24 62.262 61.325 123.587

30-34 46.118 45.259 91.377

40-44 39.721 36.735 76.456

50-54 24.670 21.939 46.609

60-64 10.990 9.607 20.597

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru , 2017.

Penduduk kota Pekanbaru di dominasi oleh penduduk berusia 20-24 tahun sejumlah 123.587 jiwa yang terdiri dari 62.262 laki- laki dan 61.325 perempuan. Sedangkan jumlah paling sedikit adalah penduduk berusia 60-64 tahun berjumlah 20.597 orang terdiri dari 10.990 laki-laki dan 9.607 perempuan.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 4.1 Peta Kota Pekanbaru

(Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2013)

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Tahun 2017

1 Islam 1.080.345

2 Kristen 51.843

3 Katolik 22.758

4 Hindu 4.020

5 Buddha 44.769

6 Khonghucu 350

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru , 2017)

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komposisi penduduk menurut agama tahun 2017 , penduduk kota

Pekanbaru mayoritas beragama Islam yakni 89,73%. Kemudian di susul penduduk beragama Kristen 4,31%, penduduk beragama Buddha 3,72%, penduduk beragama Katolik sebesar 1,89%, penduduk beragama Hindu 0,33%, dan penduduk beragama Khonghucu 0,03%. Agama Islam menjadi mayoritas dapat di pahami karena berdasarkan komposisi penduduk menurut etnis jumlah terbesar penduduknya yaitu beretnis Minang kabau kemudian Melayu,

Jawa, dan Batak. Etnis- etnis ini dalam sejarahnya memang merupakan etnis dengan sejarah perkembangan agama islam yang kuat.

Kota Pekanbaru merupakan kota multietnis yang di huni oleh suku

Minangkabau, suku Melayu, suku Jawa, suku Batak, suku Tionghoa, dan suku bangsa lainnya. Kemajemukan etnis ini menjadikan Pekanbaru kaya akan kebudayaan yang beragam. Masyarakat Tionghoa merupakan salah satu etnis yang terdapat di Kota Pekanbaru. Kebanyakan mereka berdomisili di kecamatan Rumbai Pesisir.

Etnis terbesar di kota Pekanbaru adalah Etnis Minangkabau yakni

37,96% yang kemudian di ikuti secara berurut adalah Melayu, Jawa, Batak,

Tionghoa, dan lain-lain. Hal ini di tunjukkan dari hasil sensus tahun 2016 yakni sebesar 26,10%. Kemudian disusul etnis Jawa 15,70%, etnis Batak

11,06% , etnis Tionghoa 2,5%. Banyaknya etnis Minang di Pekanbaru karena mereka umumnya sebagai pedagang dan telah menempatkan bahasa Minang sebagai bahasa pengantar selain bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Selain orang-orang Minang, perekonomian kota banyak dijalankan oleh masyarakat

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tionghoa. Beberapa perkebunan besar dan perusahaan ekspor-impor banyak dijalankan oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa. Sementara etnis Melayu,

Jawa, dan Batak juga memiliki proporsi yang besar sebagai penghuni kota ini.

Tabel 4.3

8 Etnis Terbesar di Pekanbaru

No Nama Etnis 2016 2017

1 Minang 58.768 60.721

2 Melayu 38.455 38.985

3 Jawa 31.025 32.965

4 Batak 25.487 26.435

5 Tionghoa 17.878 18.560

6 Banjar 1.025 1.067

7 Bugis 1.045 1.068

8 Sunda 4.543 4.985

178.226 184.786

(Sumber: Bappeda Kota Pekanbaru, 2017)

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2 Agama dan Kepercayaan Di Indonesia umumnya masyarakat menganggap bahwa orang

Tionghoa itu memeluk agama Buddha. Memang di negara Cina sebagian besar tersebar rakyatnya memeluk agama Buddha, tetapi di Indonesia orang

Tionghoa adalah pemeluk agama Buddha, Konghucu, Taoisme, Kristen,

Katolik dan Islam. Dari segi budaya, masyarakat China menganut tiga agama dari Negara asal mereka yang di sebut San Jiao/ Sam Kauw, di

Indonesia ajaran ini dikenal dengan Tri Dharma ( Tiga ajaran agama). Tiga ajaran agama yang banyak di anut masyarakat Tionghoa yaitu Konghucu,

Tao, dan Buddha.

4.2.1 Taoisme

Taoisme ( Mandarin : 道教 atau 道家) juga di ejakan Daoisme, di prakarsai oleh Laozi ( 老子 pinyin: lǎozǐ ) sejak akhir zaman Chun qiu.

Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berasaskan Dao de Jing ( 道德经, pinyin: dàodé jīng ) pengikut Laozi yang terkenal adalah Zhuangzi ( 庄子) yang merupakan tokoh penulis kitab yang berjudul Zhuangzi.(Safitri,2014:41)

Taoisme berasal dari kata ―Dao‖ ( 道 ) yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat , tetapi merupakan asas atau jalan acara kejadian kesemua benda hidup dan benda- benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah de ( 德 ) gabungan dao dan de diperkenalkan sebagai Taoisme, yang merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalas, bersifat lembut seperti air, dan berabadi.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ajaran Taoisme tidak terlalu nampak pengaruhnya di Indonesia dan kota Pekanbaru khususnya. Walaupun ada yang mengatakan, bahwa Taoisme ini semacam agama yang telah lahir di Tiongkok, pada dasarnya Taoisme bukanlah agama. Dasar Taoisme yang sebenarnya adalah kitab ―Dao De

Ching‖. Kitab ini menurut tradisi di anggap peninggalanya Lao Tze, yang hidup sezaman dengan Kung Tze , tetapi di kaitkan berusia lebih tua dari pada Kung Tze. Isi ―Dao De Jing‖ sendiri sangatlah singkat, sehingga banyak kalimat dalam kitab ini yang merupakan tafsiran dari para sarjana-sarjana

Tionghoa sendiri, dan hasil terjemahan dari para ilmuwan Barat. Yang menjadi kesulitan dalam penafsiran ― Dao De Jing‖ adalah keadaan sistem yang bernama ―Wu Wei‖ ( tidak melakukan sesuatu) dalam ajarannya. Inti dari ajaran Lao Tze adalah dengan melakukan ―Wu Wei‖ dunia akan menjadi lebih baik (Safitri,2014:42).

4.2.2 Konfusianisme

Ajaran konfusianisme atau Kong hu cu ( Kung Tze atau konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Ru Jiao ( 儒教 ) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Kong hu cu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan : ―Aku bukanlah pencipta melainkan aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut.‖ Meskipun orang kadang mengira bahwa

Konghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau agama Konghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Konghucu ( Ru Jiao ) juga terdapat ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Konghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia yang disebut ―Ren Dao‖ dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang

Khalik/ Pencipta alam semesta ( Tian dao) yang di sebut dengan istilah ―Tian‖ atau ― Shang di‖ (Safitri,2014:42).

Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik.

Penganutnya di ajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku (Safitri,2014:43).

Di Indonesia bahkan di kota Pekanbaru, pengajaran Kung Tze tidak di pandang sebagai agama oleh orang Tionghoa. Ahli filsafat itu umumnya hanya di hargai sebagai seorang Guru Besar. Di negeri kita ini terdapat perkumpulan Kong Kaw Hwee ( Perkumpulan Agama Kung Tze ) , tetapi perkumpulan ini tidak dapat di pandang sebagai sebuah perkumpulan agama, melainkan hanya sebagai sebuah perkumpulan yang bertujuan menyiarkan dan mengembangkan pengajaran Kung Tze. Pekerjaan perkumpulan ini lebih banyak di bidang sosial (Safitri,2014:43).

4.2.3 Buddhisme

Agama Buddha ialah agama dan falsafah yang berasaskan ajaran

Buddha Śākyamuni (Siddhārtha Gautama) yang mungkin lahir pada kurun

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ke-5 sebelum masehi. Agama Buddha menyebar ke benua India dalam kurun waktu selepas baginda meninggal dunia. Dalam 2.000 tahun seterusnya, agama Buddha telah menyebar ketengah, tenggara, dan timur Asia. Agama

Buddha terus menarik orang ramai bahkan penganutnya di seluruh dunia dan mempunyai lebih kurang 350 juta penganut. Agama Buddha di kenal sebagai salah satu agama yang paling besar di dunia. Masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia maupun masyarakat Tionghoa yang ada di kota

Pekanbaru, kebanyakan menganut kepercayaan agama Buddha(Safitri,2014:44).

Seorang Buddha ialah seseorang yang mendapati alam semesta yang benar melalui pelajarannya yang bertahun-tahun, penyiasatan dengan pengamalan agama pada masanya dan pertapaan. Penemuannya dikenali sebagai Bodhi atau Pemahaman. Mengikuti ajaran Buddha, siapa yang dapat mempelajarinya dan juga memahami alam semesta akan jadi nyata yang sebenarnya dan mempraktikkannya dengan mengamalkan kehidupan yang bermoral dan pemikiran yang bersih. Secara keseluruhan, tujuan seorang menganut agama Buddha adalah untuk mengamati segalah kesusahan dalam kehidupan (Safitri,2014:44).

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.3 Sejarah Vihara Surya Dharma Pekanbaru

Gambar 4.2 Vihara Surya Dharma Pekanbaru

(Dokumentasi : Ratnawati Tandesy,2018)

Vihara Surya Dharma Pekanbaru terletak di Jalan Angkasa No. 9

Pekanbaru. Salah satu orang yang menjadi penanggung jawab Vihara Surya

Dharma ini adalah Bapak Asan. Bapak Asan menjelaskan Vihara Surya Dharma ini dibangun pada tahun 1982 di jalan Durian Pekanbaru. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1999 Vihara ini kemudian dipindahkan ke Jalan Angkasa untuk memenuhi banyaknya umat Tionghoa yang beribadah. Secara bertahap dlakukan renovasi sampai bertingkat dan permanen.

Vihara ini hanya mempunyai satu ruangan khusus di lantai atas yang merupakan ruang pemujaan. Sementara itu ruangan lainnya hanya berupa gudang.

Di lantai bawah sendiri terdapat aula serba guna yang digunakan untuk acara- acara tertentu.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Vihara Surya Dharma menjadi vihara terbesar di Pekanbaru. Vihara ini dihiasi dengan ornamen naga dan banyak dewa-dewi. Vihara ini sering dikunjungi masyarakat umum etnis Tionghoa untuk beribadah.

Gambar 4.3 Pemujaan Tian Vihara Surya Dharma

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy,2018)

Pada ruang suci ini terdapat altar yang pertama, yaitu altar Tian

(TuhanYang Maha Esa), altar ini merupakan ruang yang terbuka, karena ibadahdilakukan menghadap kelangit karena Tuhan tidak dapat diidentifikasikan.

TuhanYang Maha Esa dala bahasa Pali adalah ―Atthi Ajatang Abhutang Akatang

Asamkhatang‖ yang berarti sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma danyang mutlak. Dalam hal ini Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sesuatu yang

―Tanpa Aku‖ (/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan (disamakan dengan suatu sosok yang berkepribadian) dan yang tidak dapat digambarkandalam bentuk apapun.

Pada waktu bersembahyang, mula-mula kita berdoa kepada Thi Kong, dengan membakar dupa & menancapkannya di Hiolo Thi Kong terlebih dulu

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sebelum bersembahyang kepada para dewata lainnya.Bahwasanya Sembahyang di

Kelenteng itu termasuk agama yang monotheis, karena mengakui Tuhan Yang

Maha Esa. Sedangkan para dewata di sini adalah sebagai wakil Tuhan di dunia yang mendengarkan segala doa dari umatnya. Jadi jika ada orang Tionghoa yang bersembahyang di kelenteng, ini bukan karena mereka percaya takhayul melainkan karena mereka hendak menghadap kepada salah satu di antara sekian banyak pembantu Tuhan (yaitu : dewa/i) di dunia ini untuk keperluan tertentu, misalnya: kesehatan, pekerjaan / bisnis supaya lancar, karir semakin meningkat, dapat jodoh, keluarga harmonis, atau sekedar menumpahkan perasaan hatinya.

Gambar 4.4 Dewa Giok Ong Siang Tee

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy,2018)

Yu Huang Shang Di (Giok Hong Tay Tee – Hokkian), biasanya disebut sebagai Tian Gong Zu (Thian Kong Co — Hokkian). Kadang-kadang disebut sebagai Yu Huang Shang Di. (Giok Hong Siang Te – Hokkian), yang secara

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

harfiah berarti ―Kaisar Pualam‖, sebab Pualam atau Kumala (Yu – Mandarin,

Giok — Hokkian) merupakan lambang kesucian. Beliau dianggap sebagai pelaksana tertinggi pemerintahan alam semesta, bertahta di kahyangan. Pada jaman dahulu hanya kaisar saja yang boleh melakukan upacara sembahyang kepadaNya, menteri atau rakyat biasa tidak diijinkan. Hari Ulang Tahun dewa Yu

Huang Da Di pada tanggal 9 bulan 1 Imlek. Perkumpulan-perkumpulan swasta yang memuja Yu Huang pun mulai banyak, diantaranya yang terkenal adalah perkumpulan Jing Xian Tang yang didirikan pada tahun Xian Feng yang ke-8.

Pemujaan terhadap Tian ini, merupakan perwujudan pandangan orang Tionghoa tradisonal tentang bersatu padunya langit (Tuhan) dan manusia. Sebab itu di ruang belakang kelenteng ada papan bertuliskan ‗Tian Di Yi Li‖ (yang berarti langit/Tuhan dan bumi punya tata krama yang sama). Kesemua ini punya makna mendidik masyarakat untuk memberkahi siapa saja yang berbuat baik dan akan menghukum yang berbuat jahat.

Yu Huang Da Di adalah Dewata Tertinggi sebagai Pelaksana

Pemerintahan alam semesta, dan mewakili Tuhan dalam memerintah alam semesta.Oleh karena itu beliau ditampilkan dengan memegang Hu, yang digunakan dalam upacara menghadap atasannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Kaum Buddist dan Taoist masing-masing mengaku bahwa Yu Huang adalah Tuhan mereka. Kaum Buddist menganggapnya sebagai Indra,dalam hal ini bisa dianggap Yu Huang adalah Dewa Buddist yang dimasukkan dalam khasanah

Dewa-dewa Taoist. Yu Huang sering kali dianggap sebagai lambang akan kepercayaan alam semesta. Jing De, ayahnya adalah matahari dan sang permaisuri

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Bao Yue ibunya adalah lambang rembulan. Perkawinan mereka adalah melambangkan lahirnya kekuatan yang menyelimuti alam dengan kehidupan penuh kesuburan dan bunga-bunga.

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab V ini , penulis menjelaskan fungsi dan makna warna pada naga di Vihara Surya Dharma Kota Pekanbaru, untuk menganalisis makna warna naga yang terdapat di Vihara Surya Dharma menggunakan teori semiotik dari Charles Sanders Peirce. Selanjutnya fungsi warna pada naga di Vihara ini digunakan teori Fungsionalisme oleh Bronislaw Malinowski.

Dari hasil penelitian ditemukan terdapat sembilan naga pada Vihara Surya

Dharma, naga-naga tersebut dikenal dengan istilah (九龙壁) (jiǔlóngbì) adalah dinding kaca dekoratif dengan sembilan naga besar, sebagian besar digunakan oleh Dinasti Ming dan Qing.

Terdapat tujuh warna yang digunakan pada pada kesembilan naga tersebut, yaitu warna merah, kuning, hijau, hitam, emas, ungu, biru. Warna pada naga naga tersebut, di gunakan berdasarkan fengshui yang di percaya memiliki fungsi dan makna tersendiri.

5.1 Fungsi dan Makna Warna pada Naga di Vihara Surya Dharma

5.1.1 Fungsi dan Makna Warna Merah pada Naga

Pada sembilan naga di Vihara ini terdapat 4 naga menggunakan warna merah. Naga-naga tersebut terletak di arah utara, timur, tenggara, dan di tengah.

Keempat naga tersebut memiliki kesamaan yaitu penggunaan warna merah di bagian sisik pada tubuh naga.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menurut bapak Asan sebagai pemilik Vihara Surya Dharma, mengatakan bahwa naga di Vihara tersebut didominasi oleh warna merah dan kuning. Bagi masyarakat Tionghoa warna merah merupakan warna yang sangat agung, yang mempunyai makna positif dapat berarti sebuah lambang keberuntungan dan warna ini identik dengan masyarakat Tionghoa sendiri, warna merah merupakan simbol tertingi dalam budaya Tionghoa.

Menurut bapak Asan fungsi warna merah pada naga adalah sebagai penarik perhatian dan estetika. Dalam Vihara ini warna merah pada naga juga berfungsi untuk meningkatkan energi keberuntungan baik secara materi maupun rohaniah.

Dalam budaya Tionghoa warna merah merupakan warna yang paling diagungkan atau warna yang paling tinggi kedudukannya. Dalam budaya

Tionghoa warna merah merupakan warna yang mempunyai makna sebagai lambang keberanian, dinamika, kasih sayang, dan warna merah identik dengan masyarakat Tionghoa sebagai lambang penghargaan tertinggi.

Menurut bapak Asan makna warna merah pada naga adalah sebagai makna keberanian sekaligus melambangkan kebenaran dan ketulusan hati. Pada zaman prasejarah, warna merah ini di anggap sebagai warna yang memberi hidup.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 5.1 Penggunaan Warna Merah pada Naga Pertama

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

Gambar 5.2 Penggunaan Warna Merah pada Naga Kedua

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

Gambar 5.3 Penggunaan Warna Merah pada Naga Ketiga

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 5.4 Penggunaan Warna Merah pada Naga Keempat

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

5.1.2 Fungsi dan Makna Warna Kuning pada Naga

Pada sembilan naga di Vihara ini terdapat 8 naga menggunakan warna kuning. Naga-naga tersebut terletak di arah timur,tenggara, selatan, barat daya, barat laut, utara, timurlaut, dan di tengah. Kedelapan naga tersebut memiliki kesamaan yaitu penggunaan warna kuning di bagian tubuhnya.

Warna kuning sesuai dengan bumi, di anggap warna yang paling indah.

Pepatah Tionghoa mengatakan kuning menghasilkan ―Yin dan Yang‖ hal ini berarti bahwa kuning adalah pusat dari segala sesuatu. Warna kuning berfungsi untuk melambangkan otoritas pusat, arti tanah, pada zaman dinasti Tang warna kuning adalah warna dinasti feodal.

Di Vihara Surya Dharma warna kuning pada naga berfungsi untuk melambangkan pusat dari segala sesuatu hal.

Warna kuning adalah warna untuk kaisar. Karena warnanya yang sangat mencolok, maka dalam kebudayaan Tionghoa warna kuning sangat identik

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dengan makna-makna kemulyaan, kekayaan, keemasan, dan kemahsyuran. Warna kuning adalah warna Imperial China dan diadakan sebagai warna simbolis dari lima kaisar legendaries Tiongkok kuno. Warna kuning sering menghias istana kerajaan, altar, dan kuil-kuil, dan warna itu digunakan dalam jubah dan pakaian para kaisar.

Warna kuning sering di pasangkan dengan warna merah dan sebagai ganti warna emas. Warna kuning pada naga ini memiliki makna sebagai lambang kekayaan, dan sikap optimis, sekaligus lambang umur panjang.

Gambar 5.5 Penggunaan warna kuning pada naga

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy,2018)

Gambar 5.6 Penggunaan Warna kuning pada naga

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

Gambar 5.7 Penggunaan Warna Kuning pada naga

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

5.1.3 Fungsi dan Makna Warna Hijau pada Naga

Pada sembilan naga di Vihara ini terdapat 2 naga menggunakan warna hijau. Naga-naga tersebut terletak di arah selatan dan barat laut. Kedua naga tersebut memiliki kesamaan yaitu penggunaan warna hijau di bagian sisiknya.

Dalam budaya tradisional Tiongkok, warna hijau memiliki sifat ganda.

Yaitu memberi kesehatan dan keindahan. Warna Hijau merupakan warna yang paling ringan untuk mata dan dapat meningkatkan penglihatan. Warna hijau adalah warna yang kalem dan memiliki efek netral terhadap sistem saraf manusia. Warna hijau sangat cocok diterapkan dalam ruangan-ruangan santai atau cocok buat seseorang yang ingin relaks. Dalam Vihara ini warna hijau pada naga berfungsi untuk memberi kesehatan. Warna hijau pada naga tersebut memiliki fungsi mendatangkan dampak positif bagi masyarakat Tionghoa. Dampak positif tersebut berupa kesehatan dan kedamaian.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Warna hijau selalu terkait dengan beberapa makna simbolis, dimana kebanyakan mengarah pada konsep alam. Terkait dengan hal itu, maka warna hijau mencerminkan kehidupan, muda dan harapan. Bagi masyarakat Tionghoa warna hijau adalah salah satu warna yang hidup, dan itu adalah lambang mimpi musim semi dimana warna hijau membawa kebahagiaan. Warna hijau pada naga di Vihara ini memiliki makna suatu ketenangan.

Gambar 5.8 Penggunaan warna hijau pada naga pertama

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

Gambar 5.9 Penggunaan warna hijau pada naga kedua

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

5.1.4 Fungsi dan Makna Warna Biru pada Naga

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada sembilan naga di Vihara ini terdapat 1 naga menggunakan warna biru. Naga tersebut terletak di arah barat daya. Naga tersebut memiliki penggunaan warna biru di bagian sisiknya.

Dalam hal kepercayaan masyarakat Tionghoa warna biru melambangkan ketaatan dan taqwa, ketaatan kepada pemerintahan dan taqwa kepada Tuhan.

Warna biru juga menunjukan kesabaran, rasa percaya dan stabilitas, misteri.

Masyarakat Tionghoa beranggapan jika seseorang memakai baju bercorak biru menandakan seseorang tersebut mempunyai sifat sabar.

Dalam Vihara ini warna biru pada naga berfungsi sebagai sarana perlindungan dari energi negatif.

Meskipun warna biru tidak menarik seperti halnya warna merah dan kuning, dalam budaya Tionghoa warna biru juga mempunyai makna sebagai simbol kedamaian dan kesejukan, hal itu terpengaruh dari warna langit biru yang dapat membuat sejuk dan memberi kesan damai/tenang.

Gambar 5.10 Penggunaan warna biru pada naga

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Warna biru pada naga ini memiliki makna yaitu berasal dari elemen air sekaligus melambangkan kedudukan dan jabatan

5.1.5 Fungsi dan Makna Warna Hitam pada Naga

Pada sembilan naga di Vihara ini terdapat 1 naga menggunakan warna hitam, penggunaan warna hitam terdapat di bagian sisiknya. Naga tersebut terletak di arah timur laut.

Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa warna hitam berfungsi sebagai pemberi keadilan, seperti dalam cerita rakyat Bao gong, wajah hitam zhang fei dan li kui di Opera Peking tradisional. Di Vihara ini warna hitam pada naga berfungsi sebagai menetralkan energi jahat berlebihan.

Makna warna hitam pada sisik naga ini untuk menampilkan kesan kuat dan formal. Dalam jurnal CNKI (朱凡,倪丹萍)(zhū fán, nídānpíng) yang berjudul (论中西文化文化中的颜色)( lùn zhōngxī wénhuà wénhuà zhōng de yánsè) makna warna hitam bagi masyarakat Tionghoa ini memiliki makna yang identik dengan malam, bulan, bintang-bintang, mimpi, bimbingan batin, keseimbangan karma, dan sihir gelap. Makna warna hitam pada naga di Vihara ini sifatnya tidak dapat ditebak, dan memiliki keseimbangan karma.

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 5.11 Penggunaan warna hitam pada naga

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

5.1.6 Fungsi dan Makna Warna Emas pada Naga

Pada sembilan naga di Vihara ini terdapat 1 naga menggunakan warna emas. Naga tersebut terletak di arah barat. Naga tersebut memiliki penggunaan warna emas di bagian tubuhnya.

Dalam hal kepercayaan masyarakat Tionghoa Warna emas berfungsi sebagai pembawa kekayaan. Warna emas merupakan identitas budaya orang

Tionghoa. Orang Tionghoa mempercayai warna emas dapat membawa kekayaan. Misalnya saja pada patung yang sering di letakkan orang Tionghoa dalam membuka bisnis.

Di Vihara ini warna emas pada naga berfungsi untuk membantu pengunjung yang mempercayainya lebih dekat dengan kesuksesan dan keberuntungan.

Sehingga identitas itulah yang membedakan ornamen China dengan ornamen- ornamen suku bangsa lainnya. Warna emas pada naga ini memiliki makna yaitu lambang kemuliaan, kerajaan, dan kekayaan. Ornamen- ornamen

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pada masyarakat Tionghoa sering menggunakan warna emas sebagai lambang kekayaan, kerajaan, dan kemuliaan. Hal ini dapat juga di katakan bahwa warna emas pada masyarakat Tionghoa sebagai lambang identitas yang membedakan ornamen Tionghoa, dengan ornamen suku bangsa lainnya.

Gambar 5.12 Penggunaan warna emas pada naga

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

5.1.7 Fungsi dan Makna Warna Ungu pada Naga

Pada sembilan naga di Vihara ini terdapat 1 naga menggunakan warna ungu. Naga tersebut terletak di arah barat. Naga tersebut memiliki penggunaan warna ungu di bagian sisiknya.

Dalam hal kepercayaan masyarakat Tionghoa warna ungu berfungsi sebagai kekuatan spritual, pengetahuan yang tersembunyi. Dalam Vihara ini warna ungu pada naga berfungsi untuk menjauhkan dari energi negatif, sehingga dapat berpikir positif dalam menghadapi sesuatu hal.

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 5.13 Penggunaan warna ungu pada naga

(Dokumentasi: Ratnawati Tandesy, 2018)

Warna ungu pada naga ini melambangkan wewenang, dan juga mencerminkan semangat.

Tabel 5.1 Tabel Fungsi dan Makna warna pada naga

Warna Fungsi Makna

Warna Merah Membawa keberuntungan. Keberanian.

Warna Kuning Pusat dari segala hal. Sikap optimis dan umur panjang Warna Hijau Memberi kesehatan. Suatu ketenangan.

Warna Biru Perlindungan dari energi Kedudukan dan negatif. jabatan. Warna Emas Pembawa kekayaan Kemuliaan.

Warna Hitam Pemberi keadilan. Keseimbangan karma.

Warna Ungu Kekuatan spiritual. Mencerminkan semangat.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Bahwa warna-warna yang digunakan mempunyai fungsi dan makna tersendiri dan fungsi serta makna tersebut juga bergantung dengan budaya yang melatarbelakanginya. Dan menurut keyakinan masyarakat Tionghoa, semua itu dibuat karena mempunyai fungsi dan makna tersendiri yang memberikan efek positif bukan hanya nilai estetika semata.

6.2 Saran Dari kesimpulan yang telah diuraikan, maka perlu diberikan saran untuk semua pihak yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sesuai dengan topik penelitian yaitu Fungsi dan Makna Warna pada Naga di Vihara Surya

Dharma Pekanbaru, adapun saran yang peneliti ingin sampaikan.

1. Pengurus Vihara Surya Dharma sebaiknya lebih banyak menyediakan

keterangan bagi para pengunjung vihara yang berkunjung, baik melalui

media cetak ataupun online, yang berupa papan informasi, booklet, ataupun

webset sehingga segala informasi baik itu mengenai sejarah bangunan ini

dapat diketahui leb ih rinci bagi para pengunjung.

2. Penulis berharap agar masyarakat Tionghoa terutama penganut Buddhisme

Taoisme terbantu dalam memahami fungsi dan makna warna yang terdapat

pada naga. Karena naga itu di bangun memiliki fungsi dan makna yang

terkandung didalamnya.

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin.1998.Metode Penelitian.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Bagus, L. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm: 1007.

Berger, Arthur Asa.2000. Tanda Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, Suatu

Pengantar Semiotika.Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya.

Chunjiang, Fu.2012.Origins of Chinese Auspicious Symbols.Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo.

H. Hoed, Benny. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya.Depok : Komunitas Bambu.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada (GP

Press).

J.Linchoten. Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Depok : Komunitas Bambu

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:703)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2014. Pendidikan Agama Khonghucu

dan Budi Pekerti. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud.

Kustedja, Sugiri, dkk. 2013. ― Makna Ikon Naga、龙、 Elemen Utama Arsitektur

Bangunan Tionghoa‖ dalam Jurnal Sosioteknologi edisi 30.

Bandung : Universitas Katolik Parahyangan

Laurence, G Lin ( 1989 ). Chinese Architecture.London : Academy Editions.

Lingyu, Feng.,& Shi Weimin. 2001. A Glimpse of the Chinese Culture. China:

Intercontinental Press.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Malinowski, Bronislaw. 1960. A scientific Theory Of Culture. Chaprl Hill :

University Of North Carolina Press.

Miskaningsih.2017. ―dalam Skripsi ―Makna Simbolis Ornamen Pada Bangunan

Utama Vihara Avalokitesvara Di Kawasan Banten Lama‖

莫冠 (Mò guān) ( 2016 ) dalam jurnal China National Knowledge Infrastructure

(CNKI) yang berjudul 台湾寺庙建筑龙柱装饰艺术研究 ( Táiwān

sìmiào jiànzhú lóng zhù zhuāngshì yìshù yánjiū )

P.K. Dewobroto Adhiwignyo.2015. ―dalam Jurnal Bidang Seni Rupa dan Desain

yang berjudul ―Kajian Arsitektural dan Filosofis Budaya Tionghoa

Pada Kelenteng Jin De Yuan , Jakarta”

Routldge,Kegan,1986.A Dictionary of CHINESE Symbols Hidden Symbols in

Chinese Life and Thought.German.British library

R.P, Rusliana. 2010. Tanda Dalam SimbolTato. Skripsi.Medan : Tidak

dipublikasikan.

Safitri, Rahma. 2014. Bentuk, Fungsi, dan Makna Ornamen pada Tiga BangunanVihara di Kota Binjai. Sun, Ruth Q. 1974. The Asian Animal Zodiac. Tokyo: Charles E. Tuttle

Publishing Co., Inc.

Tan,Shirley.2015.Chinese Folk Customs.Jakarta.PT.Elex Media Komputindo.

Vlorentina, Clara (2014) dalam Skripsi ― Analisis Makna Simbol Naga pada

Relief Arsitektur Maha Vihara Buddha Maitreya Cemara Asri

Medan”

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

( 朱凡,倪丹萍)( zhū fán, nídānpíng)dalam jurnal China National Knowledge

Infrastructure yang berjudul (论中西文化文化中的颜色) (lùn

zhōngxī wénhuà wénhuà zhōng de yánsè)

Zhu li li. 2008 : Kajian Unsur-unsur Dekorasi Tradisional Arsitektur Cina Kuno

dengan Dekorasi Kuil dan Hubungannya dengan Psikologi ).Nan Chang,

Nan Chang University

Zoest, Aart Van.1993. Semiotika. Penerjemah: Ani Asokawati.Jakarta: Sumber

Agung http://www.tionghoa.info/karakteristik-naga-dan-angka-9/ di akses hari Senin, 9 april 2018 pukul 12:00 http://www.bertuahpos.com/berita/selain-tempat-ibadah-vihara-surya-dharma- jadi-temp.htmldi akses pada hari Jumat, 13 april 2018 pukul 12:45 https://www.kompasiana.com/1973_nila/filosofi-hewan-suci naga_5535dced6ea8344f34da42cedi akses hari jumat ,13 april 2018 pukul 13:30 https://id.wikisource.org/wiki/Keputusan_Presiden_Republik_Indonesia_Nomor_

6_Tahun_2000 di akses hari selasa , 20 Maret 2018 pukul 10:00 http://gajahmada2medan.blogspot.co.id/2014/12/agama-buddha-wihara-bahasa- sansekerta.html Di akses hari Senin, 9 april 2018 pukul 18:19 ) https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pekanbaru Di akses hari Senin, 9 april 2018 pukul 18:25

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN

Data Diri Informan Informan 1 Bapak Asan

Profesi : Pemilik Vihara Surya Dharma Pekanbaru

Umur : 70 tahun

Informan 2

Bapak Aseng

Profesi : Pengurus Vihara Surya Dharma

Umur : 65 tahun

Informan 3

Bapak Jimmy

Profesi : Pengurus Vihara Surya Dharma

Umur : 45 tahun

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Informan Asan

No. Pertanyaan Jawaban

1. Kapan Vihara Surya Dharma ini Di bangun pada tahun 1982 dijalan di bangun? durian, lalu 1999 di pindahkan ke jalan Angkasa. 2. Apa kelebihan dari Vihara Surya Menurut saya adalah Vihara yang Dharma ? satu satunya memiliki anak dari dewa langit ketiga. Dan juga adanya naga ini yang di letakkan di tangga dan membedakannya dari Vihara lainnya. 3. Kenapa warna naga-naga di Karena warna naga ini di susun Vihara ini berbeda-beda? menurut fengshui yang diinginkan dewa yang ada di Vihara ini. Yaitu dewa Giok Ong Siong Tee.

4. Bagaimana hubungan arah posisi Posisi vihara ini menghadap arah vihara dengan arah posisi naga di timur. Dan arah naga pun sesuai Vihara ini? dengan arah mata angin.

5. Apa fungsi dari warna yang ada Fungsinya seperti warna merah pada naga tersebut ? untuk menari para wisatawan untuk berkunjung ke Vihara ini, karena warnanya yang mencolok dan juga dijadikan untuk membawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Fungsi warna kuning sebagai pusat dari segala sesuatu hal. Fungsi warna biru sebagai sarana perlindungan. 65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6. Apakah ada dasar dalam Ada, warna kuning digunakan di menggunakan warna pada tubuh seluruh bagian tubuh naga, karena naga ini ? pepatah Tionghoa dulu mengatakan warna kuning menghasilkan yin dan yang. Hal ini berarti kuning adalah pusat dari segala sesuatu. Dan mengapa sisiknya bisa berbeda warna karena tiap-tiap warnayang digunakan pada sisik naga juga memiliki makna yang bagus bagi vihara ini. Kalau semua warna kuning tidak ada keindahan dalam warna. 7. Apakah makna warna naga yang Misalnya warna merah, memiliki ada di tangga Vihara ini? makna keberuntungan. Warna

kuning memiliki makna sikap yang optimis. Warna biru memiliki makna kedudukan dan jabatan. 8. Kenapa jumlah naga di Vihara ini Karena 9 adalah angka positif yang harus berjumlah 9 ? bagus dan terbesar.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Informan Aseng

No. Pertanyaan Jawaban 1. Kapan Vihara Surya Dharma Pada tahun 1999. ini di bangun? 2. Apa kelebihan dari Vihara Menurut saya adalah vihara ini Surya Dharma ? memiliki ciri khas dinasti qing.

3. Kenapa warna naga-naga di - Vihara ini berbeda-beda?

4. Bagaimana hubungan arah Vihara ini menghadap kearah timur. posisi vihara dengan arah posisi naga di Vihara ini? 5. Apa fungsi dari warna yang ada Fungsi nya yang saya tahu warna pada naga tersebut ? hijau untuk memberi kesehatan dan fungsi warna hitam adalah menetralkan energi jahat. 6. Apakah ada dasar dalam Saya tidak tahu. menggunakan warna pada tubuh naga ini ?

7. Apakah makna warna naga yang Yang saya tahu makna warna hijau ada di tangga Vihara ini? adalah kedamaian dan ketenangan. Dan warna hitam maknanya seperti keseimbangan karma. 8. Kenapa jumlah naga di Vihara Karena 9 adalah angka yang ini harus berjumlah 9 ? memiliki makna bagus bagi masyarakat Tionghoa.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Informan Jimmy

No. Pertanyaan Jawaban 1. Kapan Vihara Surya Dharma Pada tahun 1999. ini di bangun? 2. Apa kelebihan dari Vihara Menurut saya adalah vihara ini Surya Dharma ? memiliki keunikan dengan adanya naga warna warni yang diletakkan di tengah tengah vihara yang sangat indah. 3. Kenapa warna naga-naga di - Vihara ini berbeda-beda?

4. Bagaimana hubungan arah - posisi vihara dengan arah posisi naga di Vihara ini? 5. Apa fungsi dari warna yang ada Fungsi nya yang saya tahu warna pada naga tersebut ? emas adalah memberi kekayaan. Warna ungu untuk menjauhkan dari energi jahat. 6. Apakah ada dasar dalam Saya tidak tahu. menggunakan warna pada tubuh naga ini ?

7. Apakah makna warna naga yang Yang saya tahu makna warna emas ada di tangga Vihara ini? adalah kemuliaan. Warna ungu seperti semangat. 8. Kenapa jumlah naga di Vihara Karena 9 adalah angka yang bagus. ini harus berjumlah 9 ?

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

苏北大学

中文系本科生毕业论文

论文题目:《三太子》北干寺庙中龙的颜色功能与意义

学生姓名: 陈佳玲 学号 : 140710069 导师姓名: Vivi Adryani Nasution S.S,MTCSOL., 学院 : 人文学院 学系 : 中文系

苏北大学中文系 2018 年 10 月 24 日

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

目录

目录 ...... i 摘要 ...... ii 第一章绪论 ...... 1 1.1 选题背景 ...... 1 1.2 研究目的 ...... 2 1.3 研究对象 ...... 2 1.4 研究现状 ...... 2 1.5 研究方法 ...... 3 1.5.1 访谈法 ...... 4

第二章概念 ...... 5 2.1 北干市华人社区 ...... 5 2.2 符号学 ...... 5 2.3 中西龙的传说 ...... 5 2.4 中华的颜色 ...... 6 2.5 印尼北干佛堂 ...... 6

第三章绪论《三太子》寺庙里龙的颜色功能与意义 ...... 8 3.1 三太子龙的颜色功能于意义 ...... 8 3.1.1 红色的龙功能与意义 ...... 8 3.1.2 黄色的龙功能与意义 ...... 10 3.1.3 绿色的龙功能与意义 ...... 12 3.1.4 蓝色的龙功能与意义 ...... 13

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.1.5 黑色的龙功能与意义 ...... 13 3.1.6 金色的龙功能与意义 ...... 15 3.1.7 紫色的龙功能与意义 ...... 16 第四章结论与意义 ...... 18 4.1 结论 ...... 18 4.2 建议 ...... 18

参考文献 ...... 19

致谢 ...... 20

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

摘要

本文的题目是“论文题目:《三太子》北干寺庙中龙的色彩功能与意义”研

究是一个定性的描述性研究。 研究的目的是在三太子寺庙中龙的颜色功能 与意义。研究资料通过文献研究、观察、文献资料、访谈等方法获得。检查 数据的有效性是通过三角化技术和对源进行三角化来完成的。收集数据,进 行数据分析,归纳并得出结论。本文所采用的方法是定性和描述性的方法。 运用功能理论和符号学理论。功能理论是马林诺夫斯基开创的。符号学理论 是查尔斯桑德斯。寺庙龙的墙壁上有红色、黄色、黑色、绿色、紫色、蓝色、

金色。

关键词:北干,颜色,三太子寺庙,功能,意义

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第一绪论

1.1 选题背景

意思是符号,解释和对象之间动态交互的结果。意义在历史上

被放置并可能随着时间而改变。对意义的一种解释是外延意义和内涵

意义。意义是符号学专家使用动词的积极过程,例如创建,生成或谈

判来引用这个过程。所有意义模型都具有相似的形状。每个研究每个

意义研究中的三个要素。这三个要素是 a)标志,b)参考标志,c)

标志用户(Fiske,1990:60-68)。指称的含义是直接的,也就是说,

符号中包含的特殊含义可以称为标记的图像。内涵的含义略有不同,

并且与包含其中所含意义的内涵相关。

颜色通常用来反映想要传达的某种意义或意义。说话或文字、

图片、符号、书写、手语等。在中国文化中,色彩有其自身的功能和

意义。方言中的每一个元素都含有一定的意义和意义,色彩、色彩也

影响着舒适、环境和心情。

北干寺庙在 Angkasa 路,北干寺庙成为北干巴鲁最古老的修道

院。这座寺院建于 1999 北干巴鲁。在北干巴鲁,包括最大的修道院。

具有清代特色的苏里亚佛陀建筑的独特性和中国古典文化中仍包含着

龙的装饰装饰物对于相信它的人来说,具有好运和善良的意义。

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

这一维哈拉建筑的独特之处在于它在每个建筑中都有许多龙饰

品。有部分的屋顶,柱子,甚至有特殊的 9 龙和颜色被放置在中间的

修道院建筑。

从目前意义的意思和建筑中很大的原因,作者对这些意义很有

兴趣收集龙的色彩意义和功能来解释。

1.2 研究目的

本文的研究目的是佛堂中龙的颜色功能与意义的意思。

1.3 研究对象

研究对象是寺庙中所有龙的颜色。龙在寺庙里面和外面。解释

龙的色彩功能与意义。

1.4 研究现状

Miskaningsih (2017)《菩提寺》观音寺主要建筑中的装饰符

号的意义,描述了巴丹喇嘛观音寺主要建筑的装饰性和象征性的装饰

符号。作者还指出,观世音菩萨主要建筑中所见到的饰品种类有:龙

饰品、麒麟饰品、凤鸟饰品、荷花。

莫冠 (2016)《台湾寺庙建筑龙柱装饰艺术研究》这本杂志考

察了龙的形态,它是一种存在于台湾庙宇中的龙的形态。这里的龙在

寺庙的每一个部分都有很详细的描述。这本杂志的重点是如何装饰台

湾寺庙中存在的龙形。

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sigit Satrio Pribadi (2015)在他的艺术与文学领域的论文

《色彩对中国社会文化的影响(以 Surakarta 观世音菩萨寺庙例),

描述了中国文化中存在的色彩。本文阐述了观音寺中色彩的各种功能

和意义。本文从颜色的功能、意义以及对中国文化的影响等方面进行

了论述。本论文的研究与笔者将要进行的研究的不同之处在于,本论

文的研究是在 Surakarta 观世音菩萨寺庙。

Vlorentina,Clara (2014) 论文通过对《马哈维哈拉佛教寺庙弥

勒释迦牟尼》中“龙符”意义的分析,阐述了龙蕴藏在 Maha

ViharaMaitreya 身上的意义和象征,龙是一个具有相当复杂象征意

义的神话动物。中国文化传统是元素伟大、力量和财富的象征。

Kustedja(2013)在 Jurnal Sosio teknologi Edition 30 Year 12 题

为“龙的意义”(龙),中国传统建筑的主要元素,非常有帮助的作

家,了解龙在中国建筑建筑的龙标志特别标志中隐含的运气的意义。

1.5 研究方法

论文采用定性研究的描述性研究方法。波格丹和泰勒将定性研

究定义为以书面形式或人的访谈结果和可观察行为产生描述性数据的

研究。在这研究中,研究人使用了数据收集技术,即欢察,访谈和记

录。

1. 欢察法

2. 面试法

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. 文件书记发

1.5.1 访谈法

对一些老年人理解龙的颜色在三太子寺庙。本文已选择个华人

要访谈。他们是:

名字:Asan 师傅

年龄: 70 岁

职业:佛堂的师傅

名字:Aseng 师傅

年龄:65 岁

职业:寺庙管理人

名字:Jimmy 师傅

年龄:45 岁

职业:寺庙管理人

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第二章概念

2.1 北干市华人社区

北干巴鲁华人社区通常是企业家、商人和经济主体。除了源自

北坎巴鲁之外,许多居住在北坎巴鲁的中国人都来自里约省的沿海地

区,如塞拉潘江、孟加拉和巴干西亚皮。此外,来自棉兰和巴东的中

国人也在北坎巴鲁发现,特别是在千年之后,由于北坎巴鲁经济发展

非常迅速,直到现在。

2.2 符号学

符号学理论被用来剖析包含在问题的局限性中所描述的对象类

型中的符号。符号学或一些称之为符号学的词来自希腊词,意思是

“符号”。符号学是一门研究符号和与符号有关的一切事物的科学分

支。查理皮尔斯认为符号学中符号的意义和解释过程称为符号学。术

语“符号学”被描述为一种通过感觉来感知事物的过程,然后由我们

的认知来处理。被人类吸收的标志是符号化的初始阶段。在这个初始

阶段,被感知的事物被称为“地面”或“代表”。

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.3 中西龙的传说

传说,龙是一种神异生物。中华龙为图腾一词,源自北美印第

安鄂吉布瓦人之方言“图腾”拜,宗教崇拜,社会制度等交织在一起

复杂文化现象,对后世文影响极大。

西方文化中的“龙”是西方神话中的一种强大的生物,外形多

类似一只长有蝙蝠肉翼的巨大蜥蜴,生活环境从沙漠到森林,甚至海

洋都有分布,习性和颜色也因种类不同而不同。中国的龙是“龙生九

子,每子不同”,西方的龙是“龙生百子,每子不同”,西方传说中

的龙有彩色龙、金属龙、宝石龙、仙女龙、九头龙、双足飞龙等。

2.4 中华的颜色

根据《CNKI(朱凡,倪丹萍)(论中西文化文化中的颜色)这里有

龙的颜 色常常被中国人使用: a. 红色具有运气的功能,和勇气的含义, b. 黄色是皇帝的颜色。作为一切事物的中心以及繁荣和黄金的意义, c. 蓝色具有耐心、顺从和冷静的含义, d. 金色具有承载财富和荣耀的功能, e. 绿色赋予健康,意味着和平, f. 紫色是一种精神力量,意义反映了精神, g. 黑色具有给予正义的功能,以及业力平衡的意义。

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.5 印尼北干佛堂

在一座修道院的屋顶上,一对由破碎的瓷器形成的龙被放置在

一个相对的位置上,为珍珠而战。在另一座庙宇的屋顶上,有时侯楼

两旁有一对龙,那是一个被晒干的南瓜。后娄与诸神的规定密不可,

所以人们认为它有超自然的力量来维持红水的平衡,驱邪。

北干佛堂在昂卡萨路,Kecamatan Payung Sekaki。北干有七

分之是华人居住,三分之是部落,即爪哇,马来语,北印度语和泰米

尔语。

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第三章《三太子》寺庙里龙的颜色

3.1 三太子龙的颜色功能于意义

3.1.1 红色的龙功能与意义

在这座寺庙里的九条龙中,有 4 条红色的龙。龙位于北部,东

部,东南部和中部。四条龙有一个共同之处,就是在龙身上的鳞片上

使用红色。

据峨山佛寺老板 Asan 说,维哈拉的龙主要是红色和黄色的。

对于华人来说,红色是一种非常伟大的颜色,它有一个积极的含义,

可以意味着运气的象征,颜色是中国社区本身的同义词,红色是中国

文化中最高的象征。

据 Asan 先生说,红色在龙身上的作用是作为一个注意和美学

的抽屉。在这座寺院里,龙的红色也能在物质和精神上增加好运的能

量。

在中国文化中,红色是最高贵的颜色,也是最高的颜色。在中

国文化中,红色是一种具有象征意义的颜色,象征着勇气、活力、同

情,红色是中国社会的同义词,象征着最高的荣誉。

阿三认为,龙的红色象征着勇气,同时也象征着真理和真诚。

在史前时代,这种红色被认为是赋予生命的颜色。

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

图一:用红色的第一龙

图二:用红色的第二龙

图三:用红色的第三龙

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

图四:用红色的第四龙

3.1.2 黄色的龙功能与意义

在这座寺庙里的九条龙中,有 8 条黄色的龙。8 龙位于东方,

东南,南,西南,西北,北,东北和中间。八龙有相似之处,即身体

部位使用黄色。

黄色相当于地球,被认为是最美丽的颜色。中国人说黄色产生

“阴阳”,意思是黄色是万物的中心。黄色象征着中央权威,土地的

意义,在唐代,黄色是封建王朝的颜色。

在三太子寺庙,龙的黄色象征着一切的中心。

黄色是皇帝的颜色。因为颜色很醒目,所以在中国文化中,黄

色是荣耀、财富、黄金和名誉的同义词。黄色是中华帝国的颜色,是

中国古代五大传奇皇帝的象征颜色。黄色经常装饰皇家宫殿,祭坛和

庙宇,颜色被用在皇帝的长袍和衣服上。

黄色常搭配红色而不是金色。龙的黄色象征着财富,乐观的态

度,以及长寿和财富的象征。

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

图五:用黄色的第一龙

图六:用黄色的二龙

图七:用黄色的第三龙

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.1.3 绿色的龙功能与意义

在这座寺庙里的九条龙中,有 2 条绿色的龙。龙位于南部和西

北部。这两条龙有相似之处,即在鳞片上使用绿色。

在中国传统文化中,绿色具有双重性。这就是健康和美丽。绿

色是眼睛最浅的颜色,可以改善视力。绿色是一种平静的颜色,对人

的神经系统有中性的影响。绿色非常适合用于放松室或适合想要放松

的人。在这个寺院里,绿色的龙是用来提供健康的。龙的绿色对中国

社会有积极的影响。这种积极影响的形式是健康与和平。

绿色总是与一些象征意义联系在一起,这往往导致对自然的概

念。与此相关,绿色体现了生命、青春和希望。对中国人来说,绿色

是一种活的颜色,是春天梦想的象征,绿色带来幸福。在佛堂龙的绿

色有一种平静的意思。

图八:用绿色的第一龙

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

图九:用绿色的第二龙

3.1.4 蓝色的龙功能与意义

在这座寺庙里的九条龙中,有 1 条蓝色的龙。龙位于西南方向。

龙在鳞片上使用蓝色。

在蓝色的中国社区信仰象征着服从和虔诚,服从政府和对上帝

的虔诚。蓝色也显示耐心,信任和稳定,神秘。中国人认为,如果一

个人穿着蓝色图案的衣服,就表明他有耐心。

在这个修道院,蓝色的龙是一种保护负能量的方法。虽然蓝色

没有红色和黄色那么吸引人,但在中国文化中蓝色也有和平和凉爽的

象征意义,它受到蓝天颜色的影响,可以使它凉爽,给人和平/平静

的印象。

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

图十:用蓝色的龙

这条龙的蓝色有一个含义,它来自水元素,同时象征着位置和

位置。

3.1.5 黑色龙的功能与意义

在这座寺庙里的九条龙中,有 1 条黑色的龙。龙位于东北方向。

龙在鳞片上有黑色的用法。

在中国的黑人社会中,信仰是正义的给予者,就像民间传说中

的包公一样,张飞和李逵的黑脸在传统京剧中得到了承认。在这个修

道院,黑色的龙的功能是中和过多的邪恶能量。

黑色在这条龙鳞上的意思是要表现出强烈而正式的印象。在

CNKI 期刊 (朱凡,倪丹萍) ( (论中西文化文化中的颜色 ) 为中国黑人社

区的含义具有相同意义的夜晚, 月亮, 星星, 梦想, 内心的指引, 业力平

衡,黑魔法。在这个寺院里,龙的黑色含义是不可预知的,并且有一

种因果平衡。

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

图十一:用黑色的龙

3.1.6 金色的龙功能与意义

在这座寺庙里的九条龙中,有 1 条金色的龙。龙位于西部。龙

的身体是金黄色的。

在华人社区中,信托金颜色作为财富的载体。金色是中国人的

文化认同。中国人相信黄金能带来财富。例如,铜像通常是中国人在

开业时放置的。

在这个寺院里,金色的龙帮助游客相信它更接近成功和运气。

因此,这种身份正是中国饰品区别于其他民族饰品的地方。这

条龙的金色象征着荣耀、帝国和财富。在中国社会,首饰通常使用黄

金作为财富、帝国和荣耀的象征。也可以说,金色的华族社区作为身

份的象征,区别了华族的装饰,与其他民族的装饰。

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

图十二:用金色的龙

3.1.7 紫色的龙功能与意义

在这座寺庙里的九条龙中,有 1 条紫色的龙。龙位于西部。龙

在鳞片上使用紫色。

在紫族社区中,信仰作为一种精神力量,知识是隐藏的。在佛

堂的作品中,龙身上的紫色是为了远离负面能量,这样它在面对事物

时就能积极思考。

图十三:用紫色的龙

这条龙上的紫色象征着权威,也反映了热情。

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

表 5.1 :龙的颜色功能和意义

颜色 功能 意义

红色 带来好运。 勇敢

黄色 一切事物的中心。 乐观的态度和长寿

绿色 给健康。 一个冷静。

蓝色 防止负能量。 位置

金色 荣耀财富。 荣耀

黑色 对正义的给予者。 业力平衡。

紫色 精神力量。 反映出的热情。

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第四章结论与建议

4.1 结论

所使用的颜色有自己的功能和意义,它们的功能和意义也取决

于它们背后的文化。而根据华人社区的信念,这一切都是因为它有它

自己的功能和意义,它有积极的影响,而不仅仅是审美价值。

4.2 建议

1.三太子寺庙人应以信息板、小册子、或网络集等形式,通过印刷

或网络媒体,向拜访寺庙的游客提供更多信息,以便更详细地了解

该寺庙的历史。地点。

2.作者希望中国社会,尤其是道教佛教徒,能够理解龙所蕴含的色

彩的功能和意义。因为它是建立起来的,它包含了功能和意义

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

参考文献

[1] 石伟民和冯.中国文化一瞥.中国:洲际出版社. 2001.

[2]《中国生活与思想》中的汉语符号隐藏符号词典

[3]陈雪梨.中国民间习俗. 2015.

[4]莉莉, 涂让安.印度尼西亚和巴黎.雅加达:阿库比沙. 2014.

[5]珠利利.寺庙装饰对中国传统建筑装饰元素的影响及其与心理的

关系.楠昌:南昌大学. 2008.

[6]莫冠. 题目台湾寺庙建筑龙柱装饰艺术研究. 2016.

[7] Routldge.《汉语符号词典》汉语符号隐藏在中国生活和思想

中的符号.大英图书馆.1986.

[8] 朱凡,倪丹萍. 论中西文化文化中的颜色.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

致谢

在撰写本论文时,作者获得了帮助,并得到了很多指导,无论

是道德上和材料上都支持作者的支持,在这个场合,作者首先向父

母作家 BURHAN TAN 和 LINA 以及作家家族表示非常感谢一直以来都

一直支持和祈祷,激励和关注作者,作者非常感谢所有人:对中国

文学课程的所有讲师和工作人员苏北大学中文系工作人员感谢您在

北部的支持。论文工作发生。对于 ASAN 先生,ASENG,和 JIMMY 帮助

作者在论文写作中获得数据的线人,所以作者可以很容易地完成本

论文的撰写.谁总是对北干三太子寺庙象征地势功能与意义分析的所

有钥匙都可以提供信息鼓励,作者的精神和容易完成写这篇论文。

特别是所有中国文学大学生,中国文化学苏北大学中文系。感谢您

在中国文学研究计划中四年的友谊,并为作者提供了鼓励。

陈佳玲

2018 年 10 月 24 号

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA