Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN KARENA Permasalahannya ialah, di mana dasar WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN KREDIT hukum perbankan di dalam memberikan kredit BANK1 dengan adanya suatu jaminan, serta di mana Oleh: Rayhanna N. P. Muhammad2 dasar hukum Hak Tanggungan sehubungan dengan terjadinya wanprestasi. Undang- ABSTRAK Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Perbankan, menentukan pada Pasal 8, bahwa mengetahui bagaimanakah substansi hukum “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib perjanjian kredit bank dan bagaimanakah mempunyai keyakinan atas kemampuan dan eksekusi Hak Tanggungan pada perjanjian kesanggupan debitur untuk melunasi kredit bank. Dengan menggunakan metode hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.”4 penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. Pengaturan hukum perbankan tentang Perjanjian kredit bank adalah dasar adanya kewajiban adanya jaminan di dalam pemberian hubungan hukum di antara bank dengan kredit, terkait erat pula dengan objek jaminan nasabahnya. Kredit yang diberikan oleh bank kredit itu sendiri, yang lazimnya ialah jaminan mengandung risiko, sehingga dalam kebendaan seperti dengan Hak Tanggungan pelaksanaannya bank harus memperhatikan sebagaimana yang diatur dalam Undang- asas-asas perkreditan yang sehat. 2. Pemberian Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak kredit bank dengan jaminan Hak Tanggungan Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda pada dasarnya secara hukum/yuridis (de jure), yang Berkaitan dengan Tanah (selanjutnya objek Hak Tanggungannya sudah menjadi disebut Hak Tanggungan), yang pada penguasaan pemegang Hak Tanggungan yang Penjelasan Umumnya menjelaskan antara lain notabene adalah pihak bank. Eksekusi Hak bahwa dalam memberikan Hak Tanggungan, Tanggungan berdasarkan ketentuan Pasal 6 pemberi Hak Tanggungan wajib hadir di Undang-Undang Hak Tanggungan, adalah hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). langkah terakhir, dalam arti kata, bank tidak lagi Jika karena sesuatu sebab tidak dapat hadir, ia memikirkan urusan dan masa depan nasabah, wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya, melainkan semata-mata memikirkan dengan Surat Kuasa Membebankan Hak bagaimana agar bank tidak menderita kerugian. Tanggungan, disingkat SKMPT, yakni berbentuk Kata kunci: Eksekusi hak tanggungan, akta otentik. Pembuatan SKMHT selain kepada wanprestasi, perjanjian kredit, bank. Notaris, ditugaskan juga kepada PPAT.5 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun PENDAHULUAN 1996 tentang Hak Tanggungan, pada Pasal 6 A. Latar Belakang disebutkan bahwa “Apabila debitur cedera janji, Hak Tanggungan adalah salah satu jenis pemegang Hak Tanggungan pertama kebendaan yang digunakan dalam perjanjian mempunyai hak untuk menjual objek Hak kredit bank. Muljadi dan Gunawan Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui Widjaja menjelaskan bahwa, Hak Tanggungan pelelangan umum serta mengambil pelunasan sebagai hak jaminan kebendaan ditujukan bagi utangnya dari hasil penjualan tersebut.” pelunasan utang, dengan cara menjual sendiri Penulis berpendapat bahwa Pasal 6 Undang- bidang tanah yang dijaminkan dengan Hak Undang Hak Tanggungan berkaitan erat dengan Tanggungan tersebut, dan selanjutnya Pasal 20 ayat-ayatnya dari Undang-Undang Hak memperoleh pelunasannya dari hasil penjualan Tanggungan, yang dalam ayat (1) menyatakan tersebut hingga sejumlah nilai Hak Tanggungan bahwa: atau nilai piutang kreditur.3 “Apabila debitur cedera janji, maka berdasarkan:

1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Abdurrahman Konoras, SH, MH; Diana Rondonuwu, SH, MH 2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 4 Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang 13071101097 Perbankan (Pasal 8) 3 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta 5 Lihat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Kekayaan, Hak Tanggungan, Kencana, , 2008, hal. Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang 180 Berkaitan Dengan Tanah (Penjelasan Umum)

14 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018

a. Hak pemegang Hak Tanggungan pertama PEMBAHASAN untuk menjual objek Hak Tanggungan A. Substansi Hukum Perjanjian Kredit Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Substansi hukum perbankan menyangkut atau Perjanjian Kredit Bank lebih terinci diatur dan b. Titel eksekutorial yang terdapat dalam dimuat dalam berbagai aturan yang lebih sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana rendah serta dalam praktik pembuatan dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) Perjanjian Kredit Bank, sedangkan Undang- Objek Hak Tanggungan dijual melalui Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang- pelelangan umum menurut tata cara yang Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang ditentukan dalam peraturan perundang- Perbankan, hanya mengatur secara garis undangan untuk pelunasan piutang pemegang besarnya saja. Hak Tanggungan dengan mendahulu daripada Pembahasan tentang substansi Perjanjian kreditur-kreditur lainnya.”6 Kredit Bank merupakan dasar hukum atau Menurut Herowati Poesoko, jenis eksekusi landasan hukum adanya hubungan hukum yang dimaksudkan dalam Pasal 20 Undang- antara nasabah debitur dengan bank selaku Undang Hak Tanggungan (UUHT) sesuai dengan kreditur. Hubungan hukum tersebut oleh dasar filosofis perjanjian jaminan yang karena tertuang dan disepakati bersama dalam tujuannya adalah bagaimana caranya supaya Perjanjian Kredit Bank, maka sebagaimana debitur bersedia memenuhi kewajibannya, halnya perjanjian itu sendiri, mengikat para maka kreditur menahan sesuatu yang berharga pihak yang bersangkutan. dari debitur, sehingga apabila debitur ingin Sehubungan dengan praktik perjanjian baku memiliki kembali dan menguasai secara penuh dalam Perjanjian Kredit Bank, walaupun kewajibannya. Apabila debitur tidak memenuhi dipertanyakan apakah unsur “sepakat mereka kewajibannya sebagaimana dalam waktu yang yang mengikatkan dirinya” dalam Pasal 1320 diperjanjikan, hal tersebut sebagai titik tolak KUH. Perdata, oleh karena yang lebih berperan bahwa debitur dikatakan melakukan perbuatan adalah pihak bank, sedangkan pihak nasabah cedera janji.7 bank hanya menuruti kebijakan dan keputusan yang telah ditentukan sendiri oleh bank, B. Rumusan Masalah menurut banyak pihak, perjanjian baku 1. Bagaimanakah substansi hukum perjanjian tersebut adalah sah dan mengikat para pihak. kredit bank? Pasal 1320 KUH. Perdata berbunyi “Untuk 2. Bagaimanakah eksekusi Hak Tanggungan sahnya suatu perjanjian diperlukan empat pada perjanjian kredit bank? syarat: a. Sepakat mereka yang mengikatkan C. Metode Penelitian dirinya; penelitian ini menggunakan metode b. Kecakapan untuk membuat suatu penelitian normatif atau penelitian perikatan; kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan c. Suatu hal tertentu; dengan cara meneliti bahan pustaka atau data d. Suatu sebab yang halal.”8 sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, Mariam Darus Badrulzaman menerangkan bahan hukum sekunder dan bahan hukum bahwa kita melihat perbedaan posisi para pihak tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara ketika perjanjian baku diadakan tidak sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu memberikan kesempatan pada debitur untuk kesimpulan dalam hubungannya dengan mengadakan “real bargaining” dengan masalah yang diteliti. pengusaha (kreditur). Debitur tidak mempunyai kekuatan untuk mengutarakan kehendak dan kebebasan dalam menentukan isi perjanjian baku ini karena tidak memenuhi elemen- 6 Lihat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak elemen yang dikehendaki Pasal 1320 jo. Pasal Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang 1338 KUH. Perdata dan akibatnya tidak ada.9 Berkaitan Dengan Tanah (Pasal 20 ayat (1) 7 Herowati Poesoko, Dinamika Hukum Perdata Executie Objek Hak Tanggungan, Aswaja Pressindo, , 8 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op Cit, hal. 339 2013, hal. 252 9 Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hal. 52

15 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018

Substansi hukum Perjanjian Kredit Bank 1. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara yang memuat sejumlah hak dan sejumlah pemberi dengan penerima Hak kewajiban bagi para pihak, membutuhkan Tanggungan; implementasinya lebih lanjut, mengingat 2. Jika dengan cara penjualan di bawah adanya risiko dalam penyaluran kredit. tangan tersebut dicapai harga tertinggi Ancaman timbulnya kredit macet misalnya, yang menguntungkan semua pihak; tidak hanya dapat berpengaruh terhadap objek 3. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi jaminan atau agunan pada pemberian kredit dan/atau penerima fidusia kepada pihak- tersebut, melainkan juga terhadap kelanjutan pihak yang berkepentingan; hubungan antara nasabah yang bersangkutan 4. Diumumkan dalam sedikit-dikitnya dua dengan pihak lembaga perbankan. surat kabar yang beredar didaerah yang Timbulnya kredit macet pada hakikatnya bersangkutan dan/atau media massa menunjukkan keadaan di mana wanprestasi setempat; sudah terjadi, dan konsekuensi hukum 5. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah wanprestasi ini sangat besar, oleh karena pihak lewat waktu 1 (satu) bulan sejak bank dapat mengajukan sejumlah tuntutan diberitahukan secara tertulis oleh pemberi atau gugatan membayar ganti kerugian, bahkan dan/atau pemegang Hak Tanggungan; melakukan eksekusi terhadap objek jaminan 6. Tidak ada pihak yang menyatakan seperti Hak Tanggungan tersebut. keberatan. Tentang eksekusi dengan jalan menjual B. Eksekusi Hak Tanggungan Pada Perjanjian lelang sendiri oleh krediturnya tanpa ikut Kredit Bank campur tangan Kantor Lelang, bahwa walaupun Eksekusi itu sendiri berarti pelaksanaan tidak ditegaskan dalam Undang-Undang, putusan pengadilan yang telah mempunyai eksekusi objek Hak Tanggungan dapat juga kekuatan hukum tetap. Sedangkan eksekusi dilakukan dengan jalan menjual lelang sendiri Hak Tanggungan, dalam Undang-Undang oleh krediturnya tanpa ikut campur tangan Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan Kantor Lelang maupun pengadilan. Cara diatur pada Bab V. penjualan seperti ini dapat dianggap sebagai Apakah eksekusi Hak Tanggungan secara salah satu varian dari eksekusi secara parate mendaku ini dapat dibenarkan oleh hukum, (mengeksekusi tanpa lewat pengadilan) dengan Undang-Undang Hak Tanggungan melarang cara menjual objek Hak Tanggungan tersebut eksekusi Hak Tanggungan secara mendaku langsung oleh kreditur secara di bawah tangan, tersebut. Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang Hak asalkan terpenuhi syarat-syarat untuk itu, yaitu Tanggungan tersebut menyatakan antara lain syarat-syarat sebagaimana ditentukan oleh bahwa setiap eksekusi selain dari yang Undang-Undang Hak Tanggungan (Pasal 20 ayat dibenarkan dalam Undang-Undang Hak (2) dan (3). Selanjutnya ialah eksekusi dengan Tanggungan batal demi hukum (null and void). jalan menjual lewat Kantor Lelang tanpa ikut Model eksekusi selanjutnya, ialah eksekusi campur tangan pengadilan. Eksekusi Hak dengan jalan menjual bawah tangan secara Tanggungan dapat juga dilakukan dengan jalan langsung, bahwa objek Hak Tanggungan dapat mengeksekusinya sendiri oleh pemegang Hak juga dieksekusi secara parate eksekusi Tanggungan lewat lembaga pelelangan umum (mengeksekusi tanpa lewat pengadilan) dengan (Kantor Lelang), di mana hasil pelelangan cara menjual benda objek Hak Tanggungan tersebut diambil untuk melunasi pembayaran- tersebut langsung oleh kreditur secara di pembayaran piutangnya. Parate eksekusi lewat bawah tangan, asalkan terpenuhi syarat-syarat pelelangan umum ini dapat dilakukan tanpa untuk itu. Menurut Undang-Undang Hak melibatkan pengadilan sama sekali (khusus Tanggungan (Pasal 20 ayat (2) dan (3), maka untuk pemegang Hak Tanggungan pertama, syarat-syarat agar suatu objek Hak Tanggungan lihat Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan). dapat dieksekusi secara langsung (di bawah Kemudian ialah eksekusi secara fiat eksekusi tangan) adalah sebagai berikut: melalui pengadilan (dengan menggunakan kekuatan irah-irah dalam sertifikat hipotek). Ada beberapa akta yang mempunyai titel

16 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018 eksekutorial, yakni yang disebut dengan istilah mengambil pelunasan piutangnya dari hasil “gross akta”, yaitu sebagai berikut: penjualan tersebut.” 1. Akta hipotek; Unsur-unsur yang terkandung dari Pasal 6 2. Akta Pengakuan Utang (berdasarkan Pasal Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut, 224 HIR); menurut Dewi Nurul Musjtari ada 5 (lima), 3. Akta Hak Tanggungan (berdasarkan sedangkan Herowati Poesoko merincinya atas 6 Undang-Undang Hak Tanggungan) (enam) unsur-unsurnya. Menurut Dewi Nurul 4. Akta Fidusia (berdasarkan Undang-Undang Musjtari, unsur-unsur Pasal 6 tersebut adalah: Fidusia). 1. Debitur cedera janji; Yang dimaksud dengan fiat eksekusi adalah 2. Kreditur pemegang Hak Tanggungan eksekusi atas sebuah akta seperti mengeksekusi pertama diberi hak; putusan pengadilan yang telah berkekuatan 3. Hak untuk menjual objek Hak pasti, yakni dengan cara meminta ‘fiat’ dari Tanggungan atas kekuasaan sendiri; ketua pengadilan, yaitu memohon penetapan 4. Syarat penjualan melalui pelelangan dari ketua pengadilan untuk melakukan umum; dan eksekusi. Ketua pengadilan tersebut akan 5. Hak kreditur mengambil pelunasan memimpin eksekusi sebagaimana dimaksud piutangnya sebatas hak tagih.11 dalam HIR. Terakhir ialah model eksekusi dengan jalan Sementara itu, Herowati Poesoko, merinci gugatan perdata biasa melalui pengadilan. unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 6 Sungguhpun tidak disebutkan dalam Undang- Undang-Undang Hak Tanggungan, atas 6 Undang Hak Tanggungan, tetapi tentunya pihak (enam) unsur-unsurnya, sebagai berikut: kreditur dapat menempuh prosedur eksekusi 1. Debitur cedera janji; biasa lewat gugatan biasa ke pengadilan. 2. Kreditur pemegang Hak Tanggungan Sebab, keberadaan Undang-Undang Hak pertama diberi hak; Tanggungan dengan model-model eksekusi 3. Hak untuk menjual objek Hak khusus tidak untuk meniadakan hukum acara Tanggungan atas kekuasaan sendiri; umum, tetapi untuk menambah ketentuan yang 4. Syarat penjualan melalui pelelangan ada dalam hukum acara. Eksekusi Hak umum; Tanggungan lewat gugatan biasa memakan 5. Hak kreditur mengambil pelunasan dari waktu yang lama dengan prosedur yang hasil penjualan; dan berbelit-belit, dan hal tersebut sangat tidak 6. Hak kreditur mengambil pelunasan praktis dan tidak efisien bagi utang dengan piutangnya sebatas hak tagih.12 jaminan Hak Tanggungan tersebut. Pembahasan dan pemahaman lebih lanjut Berdasarkan ketentuan Pasal 200 Undang- terhadap ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Undang Hak Tanggungan, dijelaskan oleh Hak Tanggungan, dapat pula dipahami dari Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, adanya 2 penjelasannya bahwa, hak untuk menjual objek (dua) macam eksekusi Hak Tanggungan, yaitu: Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri 1. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang- merupakan salah satu perwujudan dari Undang Hak Tanggungan; dan kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh 2. Berdasarkan ketentuan yang diatur pemegang Hak Tanggungan atau Pemegang dalam Pasal 14 Undang-Undang Hak Tanggungan pertama dalam hal terdapat Hak Tanggungan.10 lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. Hak Menurut Pasal 6 Undang-Undang Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan Tanggungan, disebutkan bahwa “Apabila oleh pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitur cedera janji, pemegang Hak debitur cedera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk Tanggungan berhak untuk menjual objek Hak menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa sendiri melalui pelelangan umum serta memerlukan lagi persetujuan dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya mengambil

10 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, 11 Dewi Nurul Musjtari, Op Cit, hal. 284 Op Cit, hal. 248-252 12 Herowati Poesoko, Op Cit, hal. 199

17 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018 pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu mengembangkan usahanya selalu lebih dahulu daripada kreditur-kreditur yang tergantung pada harga pasar yang berlaku. lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi hak Di dalam prinsip ekonomi, bahwa semakin pemberi Hak Tanggungan.” banyak barang yang dijual di pasar, maka Demikian pula dalam Undang-Undang Hak semakin rendah harga barang tersebut. Tanggungan, ditentukan di dalam Pasal 14 ayat Kondisi ekonomi nasabah tersebut (2), bahwa “Sertifikat Hak Tanggungan mengakibatkan keterbatasan dana bagi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat pengembangan usahanya, dan perbankan irah-irah dengan kata-kata “DEMI KEADILAN menjadi sumber pendanaan utamanya. BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, 2. Kemauan debitur untuk membayar Sedangkan pada ayat (3) Pasal 14 Undang- hutangnya sangat rendah. Undang Hak Tanggungan, dinyatakan bahwa Rendahnya kemauan debitur untuk “Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana membayar hutang-hutangnya ini dimaksud pada ayat (2) mempunyai kekuatan disebabkan antara lain karena jaminan yang eksekutorial yang sama dengan putusan digunakan adalah milik orang lain. Objek pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum jaminan berupa tanah, umurnya bukan tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse milik sendiri melainkan kepunyaan orang acte Hypotheek sepanjang mengenal hak atas lain, sehingga akan kesulitan dalam tanah.” membayar kewajiban pada bank. Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) Undang- 3. Nilai jaminan lebih kecil dari jumlah hutang Undang Hak Tanggungan tersebut diberikan pokok dan bunga penjelasannya bahwa, irah-irah yang Pada saat dilakukan penilaian oleh lembaga dicantumkan pada sertifikat Hak Tanggungan perbankan, bahwa objek jaminan yang dan dalam ketentuan pada ayat ini, dimiliki nasabah dianggap cukup untuk dimaksudkan untuk menegaskan adanya membayar hutang pokok dan bunga, kekuatan eksekutorial pada sertifikat Hak manakala ia tidak mampu membayar tanggungan, sehingga apabila debitur cedera hutang. Namun kenyataannya, pada saat janji, siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu dilakukan pelelangan, nilai jaminan itu tidak putusan pengadilan yang telah memperoleh cukup untuk membayar hutang-hutangnya. kekuatan hukum tetap, melalui tata cara dan 4. Usaha nasabah bangkrut dengan menggunakan lembaga parate executie Setiap nasabah yang mengembangkan sesuai dengan peraturan Hukum Acara Perdata. bisnis tidak menginginkan usahanya Beberapa faktor penyebab nasabah tidak bangkrut, mereka tetap menginginkan melaksanakan kewajibannya adalah kondisi supaya usahanya tetap berjalan dan ekonomi nasabah yang rendah, kemauan mendapatkan keuntungan. Bangkrutnya debitur untuk membayar hutangnya sangat usaha nasabah ini disebabkan bisnis yang rendah, nilai jaminan lebih kecil dari jumlah dikembangkan sudah banyak, dan hutang pokok dan bunga, usaha nasabah pengaruh krisis ekonomi dan moneter. bangkrut, kredit yang diterima disalahgunakan, 5. Kredit yang diterima nasabah manajemen usaha nasabah sangat lemah, dan disalahgunakan pembinaan kreditur terhadap nasabah sangat Dalam usulan yang disampaikan kepada kurang. bank, nasabah telah menentukan tujuan Salim HS, menjelaskan beberapa faktor kredit yang diajukannya, misalnya untuk tersebut, sebagai berikut:13 investasi usaha, pengembangan usaha, dan 1. Kondisi ekonomi nasabah. lain-lain. Namun, mereka tidak Pada umumnya yang meminjam uang pada menggunakan uang tersebut (kredit) yang lembaga perbankan adalah nasabah diterimanya sebagaimana mestinya, menengah ke bawah. Mereka umumnya melainkan menggunakannya untuk adalah petani, pengusaha kecil dan kepentingan konsumtif, seperti membeli menengah, sehingga di dalam mobil. 6. Pembinaan kreditur terhadap nasabah 13 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di , sangat kurang Op Cit, hal. 271-273

18 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018

Keberhasilan nasabah di dalam pengembangan usahanya tidaklah terlepas B. Saran dari usaha pembinaan yang dilakukan oleh Nasabah peminjam dana (kredit) pada bank kreditur terhadap nasabahnya. Pembinaan seharusnya menyadari bahwa ketika nasabah ini mencakup pembinaan skill, tercapainya Perjanjian Kredit Bank, secara fakta pembinaan manajemen, pemasaran dan (de facto) nasabah masih berwenang lain-lainnya, namun pihak kreditur kurang memanfaatkan kepentingan bisnisnya, tetapi memberikan pembinaan dan secara yuridis (de jure), usaha nasabah yang bimbingannya. dibiayai tersebut sudah menjadi milik bank, Sehubungan dengan eksekusi Hak sebagaimana halnya Sertifikat Hak Tanggungan Tanggungan berdasarkan ketentuan Pasal 6 baik berupa Sertifikat Hak Milik atas tanah, Undang-Undang Hak Tanggungan, penulis telah berada dalam kekuasaan bank. berpendapat bahwa langkah yang ditempuh Kesadaran dan tanggungjawab besar oleh perbankan dengan mengeksekusi tersebut nasabah terhadap pengembangan dan adalah langkah terakhir, dalam arti kata, bank memanfaatkan kredit, tanpa melakukan tidak lagi memikirkan urusan dan masa depan wanprestasi, dapat meningkatkan kinerja usaha nasabah, melainkan semata-mata memikirkan nasabah, dan pada giliran akhirnya nasabah dan bagaimana agar bank tidak menderita kerugian. bank terus menjadi mitra bisnis yang baik dan Kepentingan perbankan yang diutamakan berkelanjutan. tersebut, menyebabkan bank dapat pula dikatakan telah ‘mematikan usaha’ DAFTAR PUSTAKA nasabahnya. Atas dasar itulah, sebelum Asikin Zainal Pengantar Hukum Perbankan ditempuh eksekusi atas Hak Tanggungan yang Indonesia, RajaGrafindo Persada, dijaminkan, berbagai langkah penyelamatan Jakarta, 2015. kredit yang ditempuh oleh bank seperti melalui Badrulzaman Mariam Darus, Aneka Hukum restrukturisasi kredit, patut lebih dikedepankan Bisnis, Alumni, Bandung, 1994. oleh bank daripada menempuh proses dan Bahsan M. , Hukum Jaminan dan Jaminan prosedur eksekusi Hak Tanggungan. Kredit Perbankan Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012. PENUTUP Djumhana Muhammad, Hukum Perbankan di A. Kesimpulan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1. Perjanjian kredit bank adalah dasar adanya 2006. hubungan hukum di antara bank dengan Fauzan H.M., Kaidah Penemuan Hukum nasabahnya. Kredit yang diberikan oleh Yurisprudensi Bidang Hukum perdata, bank mengandung risiko, sehingga dalam Kencana, Jakarta, 2014. pelaksanaannya bank harus Fuady Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut memperhatikan asas-asas perkreditan yang Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya sehat. Bakti, Bandung, 2003. 2. Pemberian kredit bank dengan jaminan Hak ______, Konsep Hukum Perdata, RajaGrafindo Tanggungan pada dasarnya secara Persada, Jakarta, 2015. hukum/yuridis (de jure), objek Hak Gazali Djoni S. dan Usman Rachmadi, Hukum Tanggungannya sudah menjadi penguasaan Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. pemegang Hak Tanggungan yang notabene HS Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Di adalah pihak bank. Luar KUH. Perdata, RajaGrafindo Eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Persada, Jakarta, 2006. ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Hak ______, Perkembangan Hukum Jaminan di Tanggungan, adalah langkah terakhir, Indonesia, RajaGrafindo Persada, dalam arti kata, bank tidak lagi memikirkan Jakarta, 2007. urusan dan masa depan nasabah, Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum melainkan semata-mata memikirkan Kencana, Jakarta, 2010. bagaimana agar bank tidak menderita Muhammad Abdulkadir, Hukum Perikatan, kerugian. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990.

19 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 10/Des/2018

Muljadi Kartini dan Widjaja Gunawan, Seri Website Hukum Harta Kekayaan. Hak Istimewa, “Bank”, dimuat pada : wikipedia.org. Diakses Gadai, dan Hipotek, Kencana, Jakarta, tanggal 19 September 2018. 2007. “Akad”, dimuat pada : kbbi.web.id. Diakses Muljadi Kartini dan Widjaja Gunawan, Seri tanggal 19 September 2018. Hukum Harta Kekayaan, Hak “Wanprestasi”, dimuat pada : Tanggungan, Kencana, Jakarta, 2008. https://www.hukumonline.com. Musjtari Dewi Nurul, Penyelesaian Sengketa diakses Tanggal 19 September 2018. Akad Pembiayaan dengan Jaminan Hak Tanggungan dalam Praktik Perbankan Sumber-sumber lainnya Syariah, Parama Publishing, Yogyakarta, Bahan Kuliah Hukum Perdata 2016. Bahan Kuliah Hukum Perbankan Poesoko Herowati, Dinamika Hukum Perdata Bahan Kuliah Hukum Jaminan. Executie Objek Hak Tanggungan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013. Setiawan R., Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, 1987 Satrio J., Hukum Jaminan. Hak-Hak Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986. Subekti R. dan Tjitrosudibio R., Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002. Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003. Suyatno Thomas, dkk, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Kamus Gifis Stevan H., Law Dictionary, Barrons Educational Series, New York, 1984. Sholahuddin Muhammad, Kamus Istilah Ekonomi, Keuangan, dan Bisnis Syariah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011.

Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

20