DAKWAH DZATIYAH (AQIDAH) SEORANG MUSLIM DI PERANCIS DALAM MENUNAIKAN IBADAH HAJI

(ANALISIS NARATIF FILM LE GRAND VOYAGE)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Sa’diah NIM: 11150510000130

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020

DAKWAH DZATIYAH (AQIDAH) SEORANG MUSLIM DI PERANCIS DALAM MENUNAIKAN IBADAH HAJI

(ANALISIS NARATIF FILM LE GRAND VOYAGE)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Sa’diah

NIM: 11150510000130

Dosen Pembimbing:

Dr. Edi Amin, M.A

NIP: 197609082009011010

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul “Dakwah Dzatiyah (Aqidah) Seorang Muslim di Perancis dalam Menunaikan Ibadah Haji (Analisis Naratif Film Le Grand Voyage).” Disusun oleh Sa’diah dengan NIM 11150510000130. Telah diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 22 Juli 2020

Tim Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan

Ketua Dr. Armawati Arbi, M.Si...... ……………………. NIP. 196502071991032

Sekretaris Miftachur Rosyidah, M.Pd.I...... ……………………. NIP. 197207201999032002

Penguji 1 Drs. Wahidin Saputra, M.Si...... ……………………. NIP. 1977009031996031

Penguji 2 Dr. Dudun Ubaedullah, M.Ag...... ……………………. 197505082008011012

Mengetahui, Dekan,

Suparto, M. Ed, Ph. D NIP. 197103301998031004

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan karya hasil asli saya atau plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juli 2020

Sa’diah

ABSTRAK Film ialah media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Film Le Grand Voyage merupakan salah satu film bergenre drama otobiografis dengan mengusung tema perjalanan akbar atas tekad kuat serta Aqidah sang Ayah. Film ini menceritakan perjalanan haji dengan mengendarai mobil dari Perancis sampai Arab Saudi yang dilakukan oleh sang Ayah dan di antar oleh sang Anak yaitu Reda. Film ini sendiri terinspirasi dari kehidupan sang Sutrada yaitu Ismael Ferroukhi yang terjebak antar budaya serta cara sang Ayah dan Anak nya untuk berkomunikasi, karena mereka lebih sering saling diam. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti adegan-adegan yang mengandung makna dakwah dzatiyah (Aqidah) sang Ayah untuk melaksanakan ibadah Haji. Namun, perjalanan sang Ayah dan Reda tidaklah mudah. Mereka harus mengalami beberapa cobaan serta kejahatan dalam perjalanan ini karena mereka melewati begitu banyak negara. Adegan tersebut tervisualisasi dalam film Le Grand Voyage. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Analisis Naratif yang menggunakan karakter fungsi pelaku Vladimir Propp. Fokus penelitian ini adalah untuk menggambarkan fungsi karakter, mendeskripsikan karakter oposisi berlawanan dalam film serta dakwah dzatiyah sang Ayah. Beberapa komponen dan elemen yang dapat diinterpretasikan melalui unsur-unsur sinematografis dalam adegan-adegan yang diteliti. Karena narasi tidak cukup pada analisis teks semata. Teknik pengumpulan data, penulis menonton original film Le Grand Voyage. Jika dianalisa, secara umum pembuat film Le Grand Voyage menyampaikan pesannya mengenai perjuangan perjalanan sang Ayah dan Reda, pembuat film juga menekankan kesimpulan bahwa bahasa paling intim ialah kesunyian. Serta Aqidah sang Ayah yang terhadap keyakinannya untuk pergi dengan mengendarakan mobil. Juga kekuatan serta keikhlasan Reda untuk mengantarkan sang Ayah dan merelakan ujian akhirnya. Karena terdapat unsur dan tanda yang menghadirkan interpretasi pesan-pesan simbolik, dari sanalah muncul pesan Dzatiyah (Aqidah) serta perjuangan dalam film Le Grand Voyage. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu fungsi pelaku sebanyak 15 fungsi pelaku makna Aqidah dari 31 fungsi pelaku. Diawali dengan situasi awal yang kemudian diikuti dengan fungsi pelaku. Terdapat pengulangan fungsi yang terjadi namu pada peristiwa yang berbeda. Seperti pada narasi ke 6 dan ke 11 sama-sama memiliki fungsi Pemaparan. Struktur fungsi pelaku makna Aqidah dalam film Le Grand Voyage apabila disusun yaitu sebagai berikut : α, M, ↑, ᶿ, L, Ex, A, E, ϒ, B, Ex, β, Pr, E dan ↓. Untuk karakter oposisi berlawanan mengikuti pola narasi modern yang menggambarkan karakter kebaikan dan kejahatan berdasarkan karakter yang dinarasikan dalam film. Dalam tujuh fungsi karakter, hanya ada empat fungsi dalam film Le Grand Voyage.

Kata kunci: Analisis, Naratif, Film, Vladimir Propp

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin atas rahmat dan hidayah Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, kekuatan, kesabaran serta segala rahmat-Nya sehingga berbagai kesulitan dan tantangan dalam penyusunan penulisan serta semua proses penyelesaian skripsi ini berjalan lancar. Tak lupa dipanjatkan pula shalawat serta salam yang seantiasa teriring kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk dan perjuangan menuju jalan yang lurus.

Skripsi berjudul “Dakwah Dzatiyah (Aqidah) Seorang Muslim di Perancis dalam Menunaikan Ibadah Haji (Analisis Naratif Film Le Grand Voyage)” ini bertujuan sebagai pemenuhan syarat dalam memperoleh gelar Srata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini memiliki banyak kekurangan, dan dalam prosesnya penulisan skripsi ini tidak luput dari kesulitan dan hambatan, teteapi dalam kesulitan tersebut terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Terima Kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang akan disebutkan, yaitu:

1. Ibu Prof. Dr. Amany B. Lubis, M.A sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 3. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si dan Dr. Edi Amin, M.A sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 4. Ibu Fita Fathurakhmah, M.Si sebagai Dosen penasihat akademik yang selalu memberikan dukungan selama menjalani perkuliahan dan memberikan arahan penelitian ini.

ii

5. Bapak Dr. Edi Amin, M.A sebagai Dosen pembimbing dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, yang selalu membantu dengan sepenuh hati dan selalu memotivasi ketika proses penulisan skripsi ini agar berjalan lancar. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan ilmu yang bersifat akademik, akhlak dan moral selama menjalani perkuliahan. 7. Ismael Ferroukhi sebagai penulis dan sutradara dari film Le Grand Voyage yang telah membuat film yang sangat baik serta mengandung banyak pelajaran yang dapat diambil. 8. Keluarga Peneliti Mama, Aba, Kakak Saleh, Suvina, Syakir, Sahal dan adik Syirin serta saudara-saudara yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Panji Prasetyo yang setiap hari mengingatkan, menemani, memberikan semangat dan selalu membantu dalam setiap proses penulisan skripsi ini. 10. Temam-teman Peneliti yaitu Alisha, Mega, Lita, Chindy dan teman- teman ucu yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi. 11. Teman-teman peneliti mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2015 yang banyak membantu dalam kelancaran proses skripsi, dan terkhusus teman-teman KPI A yang sejak awal masuk perkuliahan sama-sama berjuang dan saling membantu untuk mencapai gelar Sarjana Sosial. 12. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rada berterima kasih.

iii

Penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu mohon dibukakan pintu maaf dan masukan serta kritik yang mendukung. Akhir kata, Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber bacaan, referensi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Jakarta, 22 Juli 2020

Sa’diah

iv

DAFTAR ISI ABSTRAK ...... i

KATA PENGANTAR ...... ii

DAFTAR ISI ...... v

DAFTAR TABEL ...... vii

DAFTAR GAMBAR ...... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...... 1

B. Identifikasi Masalah ...... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 9

E. Metodologi Penelitian ...... 10

F. Tinjauan Pustaka ...... 15

G. Sistematika Penulisan ...... 16

BAB II KAJIAN TEORI

A. Struktur Naratif ...... 18

B. Teori Narasi ...... 21

C. Model Analisis Narasi Vladimir Propp...... 25

D. Film ...... 32

E. Sejarah Film ...... 33

F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia ...... 35

G. Jenis dan Klasifikasi Film ...... 36

H. Aqidah ...... 39

v

I. Dakwah Dzatiyah ...... 41 J. Kerangka Konsep ...... 42

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sinopsis Film Le Grand Voyage ...... 45

B. Keunggulan Film Le Grand Voyage ...... 48

C. Profil Sutrada Film Le Grand Voyage ...... 49

D. Profil Pemain Film Le Grand Voyage ...... 50

BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN

A. Hasil Temuan ...... 54

B. Data ...... 55

BAB V ANALISIS DATA FILM

A. Analisis Fungsi Narasi Propp makna Aqidah Sang Ayah dalam Film Le Grand Voyage ...... 71

B. Karakter Oposisi Berlawanan dan Karakter Tokoh dinarasikan dalam Film Le Grand Voyage ...... 91

C. Dakwah Dzatiyah sang Ayah Kepada Dirinya Sendiri Melalui Komunikasi Intrapribadi ...... 98

D. Perspektif tentang Aqidah dalam Film Le Grand Voyage ...... 100

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 103

B. Saran ...... 110

vi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Struktur Naratif ...... 18

2. Tabel 2.2 Fungsi Propp ...... 27

3. Tabel 2.3 Temuan ...... 44

4. Tabel 5.1 Situasi Awal ...... 70

5. Tabel 5.2 Tugas Berat ...... 72

6. Tabel 5.3 Keberangkatan ...... 73

7. Tabel 5.4 Keterlibatan ...... 74

8. Tabel 5.5 Tidak Bisa Mengklaim ...... 75

9. Tabel 5.6 Pemaparan ...... 77

10. Tabel 5.7 Kejahatan ...... 78

11. Tabel 5.8 Reaksi dari Pahlawan ...... 79

12. Tabel 5.9 Pelanggaran ...... 80

13. Tabel 5.10 Mediasi...... 81

14. Tabel 5.11 Pemaparan ...... 83

15. Tabel 5.12 Ketidakhadiran ...... 84

16. Tabel 5.13 Pengejaran ...... 85

17. Tabel 5.14 Reaksi dari Pahlawan ...... 86

18. Tabel 5.15 Kembali ...... 8

vii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Cover Film ...... 43

2. Gambar 3.2 Sutradara Film Le Grand Voyage ...... 47

3. Gambar 3.3 Mohamed Majd ...... 48

4. Gambar 3.4 Nicolas Cazale ...... 49

5. Gambar 3.5 Jacky Nercessian ...... 50

6. Gambar 3.6 Kamel Belghazi ...... 51

7. Gambar 4.1 Potongan Adegan Situasi Awal...... 53

8. Gambar 4.2 Potongan Adegan Tugas Berat ...... 54

9. Gambar 4.3 Potongan Adegan Keberangkatan ...... 55

10. Gambar 4.4 Potongan Adegan Keterlibatan ...... 56

11. Gambar 4.5 Potongan Adegan Tidak Bisa Mengklaim ...... 57

12. Gambar 4.6 Potongan Adegan Pemaparan ...... 58

13. Gambar 4.7 Potongan Adegan Kejahatan ...... 60

14. Gambar 4.8 Potongan Adegan Reaksi dari Pahlawan ...... 61

15. Gambar 4.9 Potongan Adegan Pelanggaran ...... 62

16. Gambar 4.10 Potongan Adegan Pelanggaran ...... 62

17. G Gambar 4.11 Potongan Adegan Mediasi ...... 63

18. Gambar 4.12 Potongan Adegan Pemaparan ...... 64

19. Gambar 4.13 Potongan Adegan Ketidakhadiran ...... 66

20. Gambar 4.14 Potongan Adegan Pengejaran ...... 66

21. Gambar 4.15 Potongan Adegan Reaksi dari Pahlawan ...... 67

22. Gambar 4.16 Potongan Adegan Kembali ...... 68

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup tidak akan pernah luput dari komunikasi. Cara manusia berkomunikasi bisa melalui simbol dan pesan tersurat maupun tersirat, maka dari itu manusia akan selalu berkomunikasi setiap harinya. Cara manusia komunikasi saat ini sudah sangat mudah. Bisa komunikasi langsung atau tatap muka, maupun melalui digital seperti chatting, video call, maupun email. Kemajuan teknologi media komunikasi terus meningkat dan membawa pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. Beragam media komunikasi baik visual maupun audiovisual sudah hadir ditengah masyarakat. Hal ini sudah menjadi kebutuhan manusia. Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator sangat mudah diterima oleh masyarakat dengan berkembangnya komunikasi massa pada saat ini.

Everret M. Rogers (1989) menyebutkan bahwa sejarah komunikasi diperkirakan dimulai sejak sekitar 35.000 tahun sebelum Masehi (SM), yang zaman ini disebut Cro-Magnon, diperkirakan bahasa sebagai alat berkomunikasi sudah dikenal. Pada sekitar tahun 22.000 SM, para ahli prasejarah menemukan lukisan-lukisan dalam yang diperkirakan merupakan karya komunikasi manusia pada zaman tersebut. 1

1 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Depok: Rajawali Pers, 2019) , 9.

1

2

Dalam melakukan aktivitas komunikasi disesuaikan dengan tujuan komunikasinya, maka dari itu dalam ilmu komunikasi terdapat tataran komunikasi IntraPersonal, InterPersonal, group communication, organisation communication, mass communication. Bentuk komunikasi yang akan difokuskan oleh peneliti ialah Mass Communication atau komunikasi massa dan komunikasi intrapribadi. Komunikasi massa ialah penyampaian pesan komunikasi melalui/menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum. Termasuk juga film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Pengertian komunikasi massa menurut Bittner, dalam bukunya Mass Communication: An Introduction (1980), mendefinisikan komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. 2Ada beberapa efek pesan dari media massa seperti efek kognitif, di mana seseorang bila sering menonton, membaca media massa maka memberikan pengetahuan, keterampilan maupun kepercayaan. Efek afektif, yaitu apa yang disebarkan melalui media massa dapat mengubah pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Dampak ini berkaitan dengan perasaan dan rangsangan emosional seseorang. efek konatif, yaitu dampak pesan media massa dapat menimbulkan pola-pola tindakan, kegiatan atau perilaku nyata yang dapat diamati. Dari berbagai efek yang telah disebutkan, kita harus memanfaatkan media massa dengan sebaik-baiknya dengan

2 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, 167.

3 mampu menyaring mana yang baik yang pantas dijadikan panutan dan mana yang harus dihindari. 3

Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film, penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens. Medium film semakin berkembang pesat dan populer. Para pembuat film semakin menyadari bahwa kamera tidak hanya digunakan untuk mendokumentasikan sebuah momen, namun ternyata juga sangat efektif dipakai sebagai media hiburan. Peluang ini ditangkap oleh seorang pesulap asal Perancis, Georges Melies. Dengan otak jeniusnya, ia mampu membawa medium film berkembang jauh dan lebih kompleks untuk menuturkan cerita serta pencapaian sinematiknya. 4

Pendekatan komunikasi intrapribadi dalam dakwah dzatiyah, komunikasi intrapribadi meliputi sensasi, persepsi, memori serta cara berpikir yang Islami. Dakwah dzatiyah mencakup kekuatan sensasi, persepsi, menjaga memori, dan kekuatan cara berpikir pendakwah dan mitra dakwahnya. Sebelum memanggil dan megajak seseorang, pendakwah memiliki kekuatan kesehatan jasmani, ruhani, dan kecerdasan spiritual yang tetap menjaga potensi fitrahnya ke dalam bingkai kepribadian muslim. 5

3 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, 179-182. 4 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), 267. 5 Dr. Armawati Arbi, M.Si., Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta: AMZAH, 2012), 83.

4

Dakwah dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi di dalam diri. Pendakwah dan mitra dakwah melatih dirinya menjadi manusia yang sehat jasmani sebagai makhluk basyariyah. Mereka menjadi manusia yang sehat jiwanya sebagai makhluk insaniyah. Manusia memiliki kapasitas jasmani, potensi-potensi kemanusiaan, dan potensi-potensi kejiwaan. Pendekatan komunikasi intrapribadi ini menjelaskan dakwah dzatiyah. Kata dzatiyah ini megikuti definisi tarbiyah dzatiyah. Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan mendefinisikan tarbiyah dzatiyah ialah tarbiyah (pembinaan) seseorang terhadap diri sendiri dengan dirinya sendiri. 6

Film yang akan diangkat oleh peneliti yaitu “Le Grand Voyage”. Ditulis sendiri oleh Ismail Feroukhi, film ini telah diimpikannya sejak dua puluh tahun yang lalu dengan mengambil kisah yang dialami sendiri olehnya bersama sang Ayah. Film ini meceritakan Seorang Ayah yang ingin melakukan perjalanan Haji demi memenuhi rukun Islam yang ke-5, sebagaimana dituliskan dalam Surah Ali-Imran ayat 97:

6 Dr. Armawati Arbi, M.Si., Psikologi Komunikasi dan Tabligh, 17.

5

ِ ِ ِ ِ ۖ ِ ۖ َِِّ ِ فيه آيَ ٌات ب َيِّ نَ ٌات َمَق ُام إبْ َراهي َم َوَم ْن َد َخلَهُ َك َان آمنًا َولله َعلىَ ِالنَّاس ح ُّج ِ ِ ِ ِ ۖ ِ َّ ِ الْبَ ْيت َم ِن ْاستَطَ َاع إلَْيه َسب ًيًل َوَم ْن َكَفَر فَإ َّن اللهَ َغِِنٌّ َع ِن الَْعالَم َي “Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di Antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah Haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) Haji, maka ketauhilah bahwa Allah mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (Q.S. Ali-Imran:97). 7 Yang menjadi persoalan dan perlu diteliti dalam film Le Grand Voyage ini ialah saat sang Ayah memutuskan untuk melakukan perjalanan Haji melalui darat dengan menggunakan mobil yang akan dikendarai oleh putra laki-lakinya, padahal saat itu yaitu tahun 2004 alat transportasi sudah ada pesawat. Tetapi, Sang ayah tetap bersih keras menggunakan kendaraan mobil untuk perjalanan haji dan ditentang oleh puta laki-lakinya. Persoalan selanjutnya ialah dakwah dzatiyah dan komunikasi intrapribadi sang Ayah dalam melakukan perjalanan akbar ini, Serta memahami Fungsi Karakter, karakter oposisi berlawanan dan karakter tokoh dinarasikan pada film Le Grand Voyage dengan teori analisis naratif dari Vladimir Propp.

Sebuah dialog yang sangat berkesan mendalam adalah saat Reda mempertanyakan kenapa sang Ayah lebih memilih melakukan perjalanan menggunakan mobil daripada pesawat, Ayahnya berkata, “Ketika air samudera menguap menuju langit, rasa asinnya hilang dan air tersebut murni kembali. Air samudera menguap naiknya ke kawanan awan. Saat mereka menguap, air akan menjadi tawar,

7 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya.

6 murni kembali. Itulah sebabnya, lebih baik berangkat haji dengan berjalan kaki daripada menaiki kuda, lebih baik menaiki kuda daripada menggunakan mobil, lebih baik menggunakan mobil daripada menaiki kapal, dan lebih baik menaiki kapal daripada berkendara dengan pesawat”.

Film “Le Grand Voyage” yang keluar pada tahun 2004 ini adalah film garapan Ismail Faruki. film ini dibuat di lima Negara yaitu Prancis, , Turki, Suriah, dan Arab Saudi dengan tiga tokoh utama. Reda yang diperankan oleh Nicolas Kazale, artis berdarah campuran Maroko-Perancis berperan sebagai anak dari seorang ayah, yang diperankan oleh Mohamed Majd. Mustafa yang bermuka dua diperankan oleh Jacky Nercessian. Film ini tidak kalah dalam mendapatkan prestasi. Aktor sang Ayah yaitu Mohamed Majd mendapatkan nominasi Best Actor dari Mar Del Plata Film Festival, Film ini juga mendapat Nominasi Best Film not in the English language dari BAFTA AWARDS, International Competition dari Mar Del Plata Film Festival, Marrakech International Film Festival, Newport International Film Rhode Island, Sao Paulo International Film Festival, dan Venice Film Festival8.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa sang Ayah sangat berpegang teguh pada aqidah nya. Pesan yang dapat diambil ialah sebagai seorang manusia kita tidak boleh merasa lemah, bersikap malas, dan menggantungkan semua urusan kepada orang lain. Kita harus berusaha dan saling membantu satu sama lain dalam segala hal. Rasulullah bersabda:

8 https://www.imdb.com/title/tt0361670/awards

7

“Mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah, pada keduanya ada kebaikan, bersemangatlah kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu, dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah!” (HR. Muslim no. 2664). Berdasarkan permasalahan diatas, Perlu diteliti dan dianalisis lebih dalam dari pesan dan makna dari isi film tersebut, apakah betul yang dilakukan oleh Sang ayah sesuai ajaran Islam tentang aqidah dalam berhaji. Juga film ini sangat penuh makna menurut Peniliti. Karena sebagai seorang manusia kita sering sekali dihadapkan oleh permasalahan atau kejadian sehari-hari yang membuat kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mencapainya.

B. Identifikasi Masalah 1. Film ini menceritakan perjalanan Haji sang Ayah dan anaknya yang bernama Reda. Film ini menggambarkan sosok sang Ayah yang berdakwah kepada dirinya. 2. Memiliki beberapa konflik yang berupa perdebatan- perdebatan antara Sang ayah dan Reda, Tetapi di sisi lain film ini juga memiliki hal-hal positif yang dapat diambil dan diterapkan oleh penonton.

8

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, penelitian dibatasi hanya dengan mengkaji pada pesan yang terdapat pada isi teks narasi adegan dan dialog dari film Le Grand Voyage yang berkaitan dengan Aqidah. Penelitian ini menggunakan model analisis struktur narasi menurut Vladimir Propp. Unit analisis dalam skripsi ini adalah pada adegan-adegan scene yang terkait dengan dakwah dzatiyah (Aqidah) serta usaha sang Ayah untuk melakukan Haji yang terdapat dalam durasi 108 menit.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana penggambaran fungsi karakter/aqidah pada film Le Grand Voyage menurut teori Vladimir Propp? b. Bagaimana karakter oposisi berlawanan dan karakter tokoh dinarasikan dalam film Le Grand Voyage menurut teori Vladimir Propp? c. Bagaimana Sang Ayah berdakwah dzatiyah kepada dirinya sendiri melalui Komunikasi Intrapribadi?

9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mendeskripsikan fungsi/aqidah pelaku yang terdapat dalam film Le Grand Voyage. b. Untuk mendeskripsikan karakter oposisi berlawanan dan karakter tokoh dinarasikan dalam film Le Grand Voyage. c. Untuk mendeskripsikan Sang Ayah berdakwah dzatiyah kepada dirinya sendiri melalui Komunikasi Intrapribadi. 2. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif pada perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang perfilman, khususnya di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi dalam penelitian serupa mengenai simbol-simbol dalam film serta dapat menginspirasi teman-teman dalam memunculkan teknik-teknik penyampaian pesan pada audiovisual adegan film.

10

E. Metodologi Penelitian: 1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.9 Penelitian ini meggunakan paradigma konstruktivisme. Realitas itu ada sebagai hasil konstruksi dari kemampuan berpikir seseorang. Aktivitas manusia itu merupakan aktivitas mengonstruksi realitas, dan hasilnya tidak merupakan kebenaran yang tetap, tetapi selalu berkembang terus.10 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefiniskan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11 Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penulis ingin memberikan gambaran mengenai Aqidah seseorang untuk melakukan ibadah Haji. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis narasi (Narrative Analysis) yaitu studi tentang struktur pesan atau telaah mengenai aneka fungsi bahasa (Pagmatic).

9 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 9. 10 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h.49. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 4.

11

12Dalam pendekatan ini, penulis menggunakan metode yang langsung menarasikan dalam bentuk penjelasan kualitatif tentang fenomena yang dibahas. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami makna sehingga dapat menggambarkan Aqidah seseorang dalam film Le Grand Voyage. Dengan metode ini tidak hanya diketahui apa saja yang terkandung dalam Film Le Grand Voyage, tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk cerita. Melalui analisis narasi tidak hanya mengetahui isi teks, tetapi bagaimana pesan itu disampaikan lewat cerita. Macam apa yang disampaikan. Analisis narasi lebih melihat bagaimana isi pesan yang akan diteliti. Mengolah narasi atau cerita yaitu dengan cara di mana makna dan kegemaran dapat terbina dan tersusun baik dari dalam dan luar media. Dua poin kajian sistematik dari narasi di media modern adalah yang pertama, teori narasi menganjurkan bahwa cerita/kisah dalam media dan budaya manapun saling berbagi keunggulan tertentu. Kedua, tetapi media tertentu/khusus mampu untuk “menceritakan” kisah dengan cara yang berbeda. Hal ini sangat berharga bahwa manusia hampir tidak pernah menemukan pemisahan suatu cerita dari harapan tersebut. 13

12 Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2001). 13 Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), 32.

12

Analisis naratif dapat pula dipakai untuk mengkaji struktur cerita dan narasi fiksi (seperti novel dan film). 14Naratif (narasi) representasi dari peristiwa-peristiwa. Dipilihnya sebagai metode peneliatian karena analisis naratif melihat teks berita sebuah cerita, sebuah dongeng yang didalam cerita ada plot, adegan, tokoh, dan karakter. Selain itu analisis naratif membantu kita untuk memahami bagaimana pengetahuan, makna dan nilai diproduksi dan disebarkan dalam masyarakat. Secara umum teknik analisis datanya menggunakan alur yang lazim digunakan dalam metode penelitian kualitatif yakni mengidentifikasi objek yang diteliti untuk dipaparkan, dianalisis, kemudian ditafsirkan. 4. Jenis Data Dalam penelitian ini data-data yang dikumpulkan melalui cara observasi, yaitu mengamati langsung secara mendalam data-data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian.

Adapun instrumen penelitiannya adalah:

a. Data Primer Berupa dokumen elektronik, yaitu berupa film Le Grand Voyage. Peneliti mengamati film tersebut serta menganalisis sesuai dengan modal penelitian yang digunakan. Peneliti mengunduh film melalui https://www.youtube.com/watch?v=1YuVEx2iCTw

14 Erianto, Analisis Naratif: Dasar-dasar Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2013), 9.

13 b. Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitian. Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan atau skripsi yang telah tersedia di website UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitiannya adalah film “Le Grand Voyage’”. Sedangkan objek penelitiannya adalah potongan adegan visual yang terdapat dalam film “Le Grand Voyage”, juga dari teks yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah.

2. Tehnik Pengumpulan Data Adapun tahapan-tahapan pengumpulan data peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi atau pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dalam fenomena-fenomena yang diselidiki pada setiap adegan film. Disini peneliti membaca dan memahami isi pesan dan makna aqidah sang Ayah. Setelah itu peneliti mengutip kemudian mencatat dialog ataupun paragraf yang mengandung pesan pada film ini. b. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku-buku dan sumber lain yang bisa digunakan dalam penelitian.

14

Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dialog, serta dokumentasi, lalu mengolah hasil temuan atau data dan meninjau kembali data yang telah terkumpul. Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis. 3. Tehnik Analisis Data setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diklarifikasi sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Peneliti menggunakan analisis narasi. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Titik perhatian dari analisis narasi adalah menggambarkan tokoh, alur, dan sifat secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Analisis narasi yang digunakan sebagai metode dalam penelitian ini adalah model Vladimir Propp. Alasan penulis menggunakan analisis narasi karena penelitian ini tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter pelaku dan alur ceritanya.

15

F. Tinjauan Pustaka Skripsi yang pertama berjudul Pesan Moral Islami dalam film Le Grand Voyage yang ditulis oleh Ismael Ferroukhi, yang ditulis oleh Atika Irmayani Mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. Persamaannya ialah film yang diteliti. Perbedaannya ialah judul, dan subjek penelitiannya. Kedua, Analisis Nilai Moral Pada Tokoh Utama Reda Dalam Film Le Grand Voyage (LGV) Karya Ismael Ferroukhi, yang ditulis oleh Satria Tegar Gumilar Mahasiswa jurusan Departemen Pendidikan Bahasa Perancis, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia. Persamaannya ialah film yang diteliti. Perbedaannya ialah judul, dan subjek penelitiannya. Ketiga, Makna perjalanan bagi dua tokoh utama: Le pere dan Reda dalam film ‘Le Grand Voyage’ karya Ismael Ferroukhi, yang ditulis oleh Sakya Anindhita Mahasiswi jurusan Sastra Perancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Persamaannya ialah film yang diteliti. Perbedaannya ialah judul dan subjek penelitiannya.

16

G. Sistematika Penulisan 1. BAB I Pendahuluan, Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah dari topik yang penulis ambil. Pada bab ini penulis juga membahas identifikasi masalah, batasan masalah agar tidak melebar kemana-mana dan terfokus, setelah itu penulis menjelaskan pula apa rumusan masalah serta tujuan penelitiannya. Menjelaskan apa subjek dan objek penelitiannya dan menuliskan metodologi yang digunakan lengkap dengan penjelasan serta alasannya, lalu penulis juga menuliskan tujuan dari dilakukannya penelitian ini serta manfaatnya, tidak lupa penulis menuliskan tinjauan pustaka yang di lakukan dan yang terakhir menuliskan sistematika penulisan agar lebih sistematis dan sebagai gambaran dari isi skripsi ini . 2. BAB II Kajian Pustaka, Pada bab ini berisi tentang landasan teori dan kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian yaitu Analisis Naratif Komunikasi Antar Pribadi dalam Film “Le Grand Voyage”. 3. BAB III Gambaran Umum Bab ini berisi, membahas profil film “Le Grand Voyage”, mulai dari pemain, sutradara, produser, sampai penghargaan yang didapat dari film ini dan juga menceritakan isi film tersebut.

17

4. BAB IV Data dan Temuan Penelitian, pada Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan temuan peneliti terkait analisis yang teliti. 5. BAB V Pembahasan, pada bab ini berisi tentang uraian pembahasan mengenai Aqidah seorang Muslim untuk melakukan ibadah Haji (Analisis Naratif teori Vladimir Propp) dalam film yang diteliti berdasarkan data dan temuan penelitian yang telah diperoleh. 6. BAB VI Simpulan dan Saran, pada bab ini berisi tentang simpulan dan hasil penelitian yang dilakukan dan saran.

18

BAB II Kajian Teori A. Struktur Naratif 1. Pengertian Naratif Narasi adalah representasi dari persitiwa-perstiwa atau rangkaian dari peristiwa-perstiwa. Dengan demikian, sebuah teks baru bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa persitiwa atau rangkaian dari persitiwa-peristiwa. 15

Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi (novel, puisi, cerita rakyat, dongeng, film, komik, musik, dan sebagainya) ataupun fakta—seperti berita. Menggunakan analisis naratif berarti menempatkan teks sebagai sebuah cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik diatas. Teks dilihat sebagai rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang. 16

2. Pola Struktur Naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum dibagi menjadi tiga tahapan, yakni permulaan, pertengahan, serta penutupan. Tahap pembukaan biasanya hanya memiliki panjang cerita seperempat durasi filmnya. Tahap pertengahan adalah yang paling lama dan biasanya panjangnya lebih dari separuh dari durasi film.17

15 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar da Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, 2. 16 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar da Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, 9-10. 17 Himawan Pratista, Memahami film (Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2008), 45.

19

Tabel 2.1 Permulaan Pertengahan Penutupan Aspek Ruang dan Konflik Konfrontasi Akhir Waktu para pelaku Konfrontasi Resolusi Masalah Pengembangan Tujuan masalah

a. Tahap Permulaan Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis dalam sebuah cerita film karena dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah ditentuka aturan permainan cerita film. Pada tahap ini biasanya telah ditetapkan pelaku utama dan pendukung.

b. Tahap Pertengahan Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh utama atau protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah yang telah ditentukan pada tahap permulaan. Pada tahap inilah alur cerita mulai berubah arah dan biasanya disebabkan oleh aksi di luar perkiraan yang dilakukan oleh karakter utama atau pendukung. Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya konflik. Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara protagonis dengan antagonis. Pada tahap ini juga umumnya karakter utama tidak mampu begitu saja menyelesaikan masalahnya karena terdapat elemen-elemen kejutan yang membuat masalah menjadi lebih sulit atau kompleks dari sebelumnya. Pada tahap ini tempo cerita semakin meningkat hingga klimaks cerita.

20

c. Tahap Penutupan Puncak dari konflik atau konfrontasi akhir, pada titik inilah cerita film mencapai titik ketegangan tertinggi. Setelah konflik berakhir maka tercapailah penyelesaian masalah, kesimpulan cerita, atau resolusi. Mulai titik inilah tempo cerita makin menurun hingga akhir cerita film berakhir. Ketiga tahapan tersebut tidak harus saling terikat seperti aturan-aturan di atas, cerita dapat berkembang dan berubah sesuai dengan tuntunan naratif atau campur tangan sineas. 18 3. Urutan Waktu Urutan waktu menunjuk pada pola berjalannya waktu cerita sebuah film. Urutan waktu cerita secara umum dibagi menjadi dua macam pola yakni, linier dan nonlinier. 19 a. Pola Linier Plot film sebagian besar dituturkan dengan pola linier dimana waktu berjalan sesuai urutan aksi peristiwa tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan. Penuturan cerita secara linier memudahkan kita untuk melihat hubungan kasualitas jalinan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Jika urutan waktu cerita dianggap sebagai A-B-C-D-E maka urutan waktu plotnya juga sama, yakni A-B-C-D-E maka urutan waktu plotnya juga sama. Yakni A-B-C-D-E. jika misalnya cerita film berlangsung selama sehari, maka penuturan kisahnya disajikan secara urut dari pagi, siang, sore, hingga malam harinya.

18 Himawan Pratista, Memahami film, 45-46. 19 Himawan Pratista, Memahami film, 33.

21

b. Pola Nonlinier Nonlinier adalah pola urutan waktu plot yang jarang digunakan dalam film cerita. Pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian dengan mengubah urutan plotnya sehingga membuat hubungan kausalitas mejadi tidak jelas. Pola nonlinier cenderung menyulitkan penonton untuk bisa mengikuti alur cerita filmnya. Jika urutan cerita dianggap A- B-C-D-E maka urutan waktu plotya dapat C-D-E-A-B atau D- B-C-A-E atau lainnya. Jika cerita film berlangsung selama sehari, maka penuturan kisahnya disajikan secara tidak urut, misalkan malam, pagi, sore dan siang. Tentu saja pola seperti ini akan menyulitkan penonton untuk memahami ceritanya. 20

B. Teori Narasi 1. Pengertian Narasi Dari sisi etimologis, Narrative berasal dari bahasa latin “narrave”, menujukkan berbagai keterangan tentang sebuah kejadian. Ini berarti menyampaikan apa yang terjadi, jelas William F.Woo dalam tulisannya “Just write what happened: imposing a narrative structure doesn’t always work.” 21Narasi ialah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sesuatu dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengeai suatu peristiwa yang telah terjadi. narasi mendefiisikan di mana, bagaimana berbagai hal bisa terjadi. narasi mendefinisikan di

20 Himawan Pratista, Memahami film, 37. 21 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta, Yayasan obor Indonesia, 2005), 30.

22

mana, bagaimana suatu hal bisa bisa terjadi, kapan hal-hal tersebut terjadi dan seberapa cepat hal-hal tersebut terjadi. 22

Narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu. 23Dikalangan para ahli terdapat beberapa perbedaan mengenai definisi narasi. Sekedar ilustrasi diberikan tiga definisi narasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

Girard Ganette: Representation of events or of a sequece of events. (Representasi dari sebuah peristiwa atau rangkaia peristiwa-peristiwa).

Gerald Prine: The representation of one or more real or fictive events communicated by one, or several narator to one, two, or several narratees. (Representasi dari satu atau lebih peristiwa nyata atau fiktif yang dikomunikasikan oleh satu, dua, atau beberapa narator untuk satu, dua, atau beberapa naratif.)

Porter Abbot: Representation of events, consisting of story and narrative discourse, story is an events or sequence of events (the action) and narrative dicourse is those events as represented. (Representasi dari peristiwa-peristiwa, memasukka cerita dan wacana naratif, dimana cerita adalah peristiwa- peristiwa atau rangkaian peristiwa (tindakan) dan wacana naratif adalah peristiwa sebagaimana ditampilkan).

22 Graeme Burton, Yang Tersembuyi di Balik Media ; Pengantar Kepada Kajian Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 139. 23 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), 136.

23

Dari berbagai definisi narasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, terdapat benang merah. Narasi adalah representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dengan begitu, sebuah teks baru bisa dikatakan sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau ragkaian dari peristiwa-peristiwa. 24

Secara umum, analisis naratif mewajibkan kita mengungkap struktur benda-benda kultural. Menaruh perhatian pada narasi mensyaratkan kita tidak “terseret” oleh kisah tersebut, tetapi tetap tidak menolak sikap untuk mempercayainya. Kita meginterupsi kisah untuk menganalisis dan menyelidikinya. Sebuah kisah yang baik selalu menyembunyikan mekanismenya sehingga jangan sampai teks membuat kita lupa bahwa yang kita hadapi adalah sebuah narasi. Dalam aalisis, kita perlu mengadopsi satu jarak kritis agar dapat memahami lebih baik bagaimana sebuah kisan dibangun.25

2. Analisis Naratif Narasi berasal dari kata lati narre yang berarti membuat tahu. Dengan begitu, narasi berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. 26

24 Erianto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, 1-2. 25 Jane Stokes, How to media and cultural studies: panduan untuk melaksanakan penelitian dalam kajian media dan budaya (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2007), 73. 26 Erianto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, 31.

24

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan denga sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. jadi, narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu. 27Narasi berisikan tentang bagaimaa cerita disampaikan melalui representasi dari teks. Teks juga dapat dikataka narasi, apabila terdapat berbagai macam peristiwa. Narasi mempunyai alur yang didasarkan pada hubugan sebab dan akibat. Menurut Braston and Stafford, narasi terdiri dari empat model, yaitu28: a. Narasi menurut Tzvetan Todorov, suatu cerita yang memiliki alur awal, tengah dan akhir. b. narasi menurut Vladimir Propp, suatu cerita yang pasti memiliki karakter tokoh. c. Narasi menurut Levis Staruss, suatu cerita yang memiliki sifat-sifat yang berlawanan. d. Narasi menurut Joseph Campbell, hubungannya membahas narasi dengan mitos.

27 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), 136. 28 Gill Braston and Roy Stafford, The Media Student’s Book (London and New York: Routledge, 2003), 56-57.

25

C. Model Analisis Narasi Vladimir Propp Vladimir Jakovlevic Propp, lahir 17 April 1895 di St. Petersburg, Rusia adalah seorang peneliti sastra yang pada masa 1920-an berkenala dengan banyak tokoh-tokoh Formalis Rusia. Meskipun banyak berkenalan dengan kaum formalis, Propp bukalah seorang formalis (bdk. Eagleton, 1988: 115; Jeffserson, 1988:54). Dikataka demikian karena ketika Formalisme Rusia sedang mengalami krisis (menjelang tahun 1930), ia justru memunculkan semacam poetika baru dalam hal pengkajian dan penelitian sastra. Hal itu dapat dibuktikan melalui buku Morphology of the Folktale (1975). Dapat dikatakan bahwa buku itu merupakan hasil dekons- truksi Propp terhadap teori-teori yang berkembang sebelumnya. Propp (1975:3-18) berpendapat bahwa para peneliti sebelumnya banyak melakukan kesalahan dan sering membuat simpulan yang tumpang tindih. Selain itu, sedikit banyak teori Propp juga mendekonstruksi teori formalis. Kalau Formalisme menekankan perhatiannya pada penyimpangan (deviation) melalui unsur naratif fabula dan suzjet dalam karya-karya individual untuk mencapai nilai kesetaraan (literariness) sastra. Propp lebih memfokuskan perhatiannya pada motif naratif yang terpenting, yaitu tindakan atau perbuatan (action), yang selanjutnya disebut fungsi (function). Propp menyadari bahwa suatu cerita pada dasarnya memiliki konstruksi. Konstruksi yaitu terdiri atas motif-motif yang terbagi dalam tiga unsur, yaitu pelaku, perbuatan dan penderita (lihat juga: Junus, 1983:63). Ia melihat bahwa tiga unsur itu dapat dikelompokka menjadi dua bagia, yaitu usur yang tetap da unsur

26

yang berubah. Unsur yang tetap adalah perbuatan, sedangkan unsur yang berubah adalah pelaku dan penderita. Bagi Propp, yang terpenting adalah unsur yang tetap. Sebagai contoh, yang terpenting di dalam konstruksi “raksasa menculik seorang gadis” adalah perbuatan atau tindakannya, yaitu “menculik”, karena tindakan itu dapat membentuk satu fungsi tertentu dalam cerita. Seandainya tindakan itu diganti dengan tindakan lain, fungsinya akan berubah. Tidak demikian jika yang diganti adalah unsur pelaku atau penderita. Penggantian unsur pelaku dan penderita tidak mempengaruhi fungsi perbuatan dalam suatu konstruksi tertentu. Dilihat dari contoh tersebut, jelas bahwa teori Propp diilhami oleh strukturalisme dalam ilmu bahasa (linguistik) sebagaimana dikembangkan oleh Saussure.29 Di dalam narasi terdapat karakter, yaitu orang atau tokoh yang mempunyai sifat atau perilaku tertentu. Karakter-karakter tersebut masing-masing mempunyai fungsi dalam narasi sehingga narasi menjadi koheren (menyatu). Narasi tidak hanya menggambarkan isi, tetapi juga di dalamnya terdapat karakter- karakter. Dengan adanya karakter akan memudahkan bagi pembuat cerita dalam mengungkapkan gagasannya. 30 Narasi sepertiya berutang banyak pada karya Vladimir Propp, yang mengungkap dasar kesamaan dari struktur naratif dalam cerita rakyat Rusia. Propp mengklaim bahwa semua dongeng Rusia dapat dipahami dengan empat prinsip dasar: fungsi karakter merupakan elemen dongeng yang stabil: fungsi-fungsi di

29 Tirto Suwondo, Cerita Rakyat Damarwulan: Analisis Fungsi Pelaku dan Penyebarannya Menurut Teori Vladimir Propp (Jurnal Widyaparwa, No.48, Maret 1997), 6. 30 Erianto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam analisis Teks Berita Media, 65.

27

dalam dongeng amatlah terbatas; sekuen-sekuen fungsi tersebut selalu identik; dan dongeng hampir selalu berpegang pada struktur. 31 Propp tidak tertarik dengan motivasi psikologis dari masing- masing karakter. Ia lebih melihat karakter itu sebagai sebuah fungsi dalam narasi. 32 Masing-masing karakter menempati fungsi masing-masing dalam suatu narasi, sehingga narasi menjadi utuh. Fungsi disini dipahami sebagai tindakan dari sebuah karakter, didefinisikan dari sudut pandang signifikasinya sebagai bagian dari tindakannya dalam teks. Fungsi di sini dikonseptualisasikan oleh Propp lewat dua aspek. Pertama, tindakan dari karakter tersebut dalam narasi. Tindakan atau perbuatan apa yang dilakukan oleh karakter atau aktor. Perbedaan antara tindakan dari satu karakter dengan karakter lain. Bagaimana masing-masing tindakan itu membentuk makna tertentu yang ingin disampaikan oleh pembuat cerita. Kedua, akibat dari tindakan dalam cerita (narasi). Tindakan dari aktor atau karakter akan memengaruhi karakter-karakter lain dalam cerita. 33 Fungsi adalah perbuatan dari karakter atau peran cerita, yang ditetapkan dari sudut pandang keterkaitannya dengan rangkaian aksi. Propp membagi fungsi menjadi tiga puluh satu fungsi dimana satu fungsi memiliki peran mandiri (Stam et.al, 1998: 80-

31 Alex Sobur, Komunikasi Naratif: Paradigma, analisis, dan aplikasi, 228. 32 Arthur A. Berger, Media ad Society: A Critical Perspectiv (Boulder, Rowman and Littlefield Publishers, 2003), 43. 33 Erianto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam analisis Teks Berita Media, 66.

28

81). Salah satu contohnya adalah alpha (α) untuk situasi inisial (inisiation status) yang menjelaskan bagaimana anggota keluarga diperkenalkan atau pahlawan diperkenalkan (members of family introduced or hero introduced). Sebagai contoh yang lain adalah fungsi H untuk perjuangan (struggle) dimana pahlawan dan penjahat bertarung (hero and villain join in direct combat) (Berger, 2000:46). Fungsi H dapat kita terapkan pada pertarungan (struggle) antara Batman (hero) dengan Bane (villain) dalam film The Dark Kningt Rises (2012). Tabel 2.2 Fungsi Propp (Bergerr, 1997: 26) No Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi Α Situasi awal Anggota atau sosok pahlawan diperkenalkan. Pahlawan seringkali digambarkan sebagai orang biasa. 1. Β Ketidakhadiran Salah satu anggota keluarga tidak (absensi) hadir 2. ᵞ Pelanggaran Larangan ditujukan kepada pahlawan (bisa sebaliknya) 3. ᵟ Kekerasan Larangan dilanggar

4. E Pengintaian Penjahat berupaya untuk mendapatkan informasi 5. Ϛ Pengiriman Penjahat mendapatkan informasi tentang korban 6. ᶯ Tipu daya Penjahat mencoba untuk menipu korban 7. ᶿ Keterlibatan Korban tertipu 8. A Kejahatan atau Penjahat menyebabkan kerugian bagi

29

kekurangan anggota keluarga 9. B Mediasi Kesialan diketahui, pahlawan dikirim 10. C Tindakan balasan Pahlawan (pencari) setuju untuk penentangan 11. ↑ Keberangkatan Pahlawa meinggalkan rumah 12. D Fungsi pertama Pahlawa diuji, menerima agen magis seorang penolong atau pembantu 13. E Reaksi dari Pahlawan bereaksi terhadap agen pahlawan atau donor 14. F Resep dari Pahlawan menerima fungsi agen dukun/paranormal magis 15. G Pemindahan ruang Pahlawan memimpin pada objek pencarian 16. H Perjuangan Pahlawan dan penjahit terlibat pertarungan langsung 17. I Kemenangan Pahlawan diberi gelar 18. J Cap Penjahat dikalahkan 19. K Pembubaran Kemalangan awal atau kelemahan dihancurkan 20. ↓ Return Pahlawan kembali 21. Pr Pengejaran Pahlawan dikejar 22. Rs Pertolongan Pahlawan selamat dari kejaran 23. O Kedatangan tidak Pahlawan tanpa diketahui diakui, dikenal pulanh ke negeri yang tidak dikenal 24. L Tidak bisa Pahlawan palsu menyajikan klaim mengklaim tanpa dasar 25. M Tugas berat Tugas sulit dibebankan pada

30

pahlawan 26. N Solusi Tugas diselesaikan 27. R Pengenalan Pahlawan diakui/dihormati 28. Ex Pemaparan Pahlawan palsu terekspos 29. T Perubahan rupa Pahlawan diberikan penampilan baru 30. U Hukuman Penjahat dihukum 31. W Pernikahan Pahlawan menikah, naik takhta.

Peran cerita dalam sebuah narasi dirumuskan Propp dalam tujuh dramatis personae yaitu sebagai pemeran cerita dalam naratif (Berger, 2000:47). Ketujuh peran ini adalah, 1. Villain (bertarung dengan hero) 2. Hero (mecari sesuatu dan bertarung dengan villain) 3. Donor (mendukung hero dengan agen atau kekuatan magis) 4. Penolong (membantu hero menyelesaikan tugas yang sulit) 5. Putri (tokoh yang dicari), Bapak dari Putri (memberikan tugas yang sulit) 6. . Dispatcher (mengirim hero pda misinya) 7. False hero (mengklaim sebagai hero tapi akhirya terungkap kepalsuannya) Berger menjelaskan bahwa Propp tidak berhenti dalam pembagian tujuh dramatis personae, ia juga membagi hero dalam dua macam. Tipe pertama adalah hero yang mengorbankan dirinya pada aksi para penjahat atau victim hero. Tipe kedua adalah hero yang menolong orang lain yang dicelakai, atau berkorban pada penjahat, Propp menyebutnya seeker hero.

31

Jika diperhatikan karakter utama yang diidentifikasi oleh Propp, terpilah ke dalam dua karakter utama, yakni kepahlawanan versus kejahatan. Kepahlawaan adalah orang atau karakter yang mempunyai misi tertetu. Sebaliknya kejahatan adalah tindakan membuat dunia tidak stabil dan menghalangi misi. Pahlawa dan penjahat dalam banyak narasi digambarkan dengan karakter berlawaan. Propp menyebutnya karakter dan oposisi berlawaan dalam cerita.

Menurut Silverman, yang menjadi titik tolak dalam model Propp adalah fungsi dari karakter dalam narasi, dan bukan karakter itu sendiri. Setiap karakter memainka peran dan fungsi tertetu dalam narasi, misalnya karakter yang satu berperan sebagai pahlawan, karakter yang lain berfungsi sebagai penjahat dan seterusnya. Karena itu model Propp ini bisa diterapkan dalam seluruh cerita, baik cerita klasik (tradisioal) ataupun modern. 34

34 Erianto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam analisis Teks Berita Media, 66-73.

32

D. Film 1. Definisi Film Film yang juga dikenal sebagai Movie, gambar hidup, film teater atau foto bergerak, merupakan serangkaian gambar diam, yang ketika ditampilkan pada layar akan menciptakan ilusi gambar bergerak karena efek fenomena phl. Ilusi optik ini memaksa penonton untuk melihat gerakan berkelanjutan antar objek yang berbeda secara cepat dan berturut-turut. Proses pembuatan film merupakan gabungan dari seni dan industri. Sebuah film dapat dibuat dengan memotret adegan sungguhan dengan kamera film; memotret gambar atau model miniatur menggunakan teknik animasi tradisional; dengan CGI dan animasi komputer; atau dengan kombinasi beberapa teknik yang ada dan efek visual lainnya.

Alex Sobur mengungkapkan bahwa, film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya selalu ada kecenderungan untuk mencari relevensi antara film dengan realitas kehidupan. Apakah film itu merupakan film drama, yaitu film yang mengungkapkan tentang kejadian atau peristiwa hidup yang hebat. Atau film yang sifatnya realism yaitu film yang mengandung relevansi dengan kehidupan sehari-hari. 35

Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia, kerjanya ibarat jarum hipodermik atau peluru yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu

35 Alex Sobur, Analisis Teks Media, suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 128.

33

komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikan obat yang dapat langsung merasuk dalam jiwa penerima pesan.36

Fungsi dari film itu sendiri sebagai media hiburan, namun bukan hanya media hiburan saja tetapi dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif. Ini sesuai dengan misi perfilman nasional, bahwa selain sebagai media hiburan tetapi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran dan sarana informasi. Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar lebar, pengambilan gambar jarak jauh atau long shot, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat kita menonton pikiran dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang disuguhkan. 37

E. Sejarah Film 1. Sejarah Perkembangan Film Dunia Dilihat dari sejarah, penemua film sebenarnya berlangsung cukup panjang. Teknologi film atau motion picture bekerja berdasarkan proses kimiawi seperti fotografi. Medium ini dikembangkan pada 1880-an dan 1890-an. Pada tahun 1930-an bioskop sudah ada dimana-mana menayangkan talkies. 38

36 Morisan, Media Pengajaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005), 12. 37 Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, 145-147. 38 John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana, 2008), .ed 8, 161.

34

Pada dasarnya tontonan bergerak sudah ada sejak lama. Tanggal 24 April 1894, The New York Times memberitakan dahsyatnya sambutan publik terhadap film layar lebar pertama yang ditayangkan yakni tentang dua gadis pirang yang memperagakan tarian payung. Film pertama ditayangkan di Amerika Serikat pada tanggal 23 April 1896 di kota New York. 39

Sejarah film pertama terjadi di Perancis, tepatnya 28 Desember 1895, ketka Lumiere bersaudara telah membuat dunia ‘terkejut’. Mereka telah melakukan pemutaran film pertama kalinya di depan publik, yakni Café de Paris. Film-film buatan Lumiere yang diputar pada pertunjukan pertama itu adalah tentang para laki-laki dan wanita pekerja di Pabrik Lumiere, kedatangan kereta api di Stasiun Ia Ciotat, bayi yang sedang makan siang dan kapal-kapal yang meniggalkan pelabuhan. Salah satu kejadian unik, yaitu saat pertunjukan lokomotif yang kelihatannya menuju ke arah penonton, banyak yang lari kebawah bangku Teknologi temuan Lumiere ini kemudian mendunia dengan cepat karena juga didukung oleh teknologi proyektor berfilm 23/4inci yang lebih unggul keluaran The American Bioraph, yang diciptakan Herman Casler pada 1896. Maka pertunjuka di Café de Paris itulah, kata Louis Lumiere, lahirlah ekspresi “I have been to a movie”.40 Joseph Plateu adalah seorang ilmuan yang telah banyak memberikan perhatian

39 William, L. Rivers, Jay W. Jansen, dan Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi kedua (terj.) oleh Haris Munandar dan Didy Priatna (Jakarta: Prenada Media, 2004). Cet. 2, 198. 40Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1990-1950: Bikin Film di Jawa (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009), xv.

35

untuk mempelajari rahasia gambar hidup dengan seksama, terutama dalam hal kecepatan, waktu dan pewarna. Penyempurnaa baru dicapai lewat kamera oleh asisten ahli listrik terkenal Thomas Alva Edison yang bernama William Dickson pada tahun 1895. Setelah itu barulah orang amerika berhasil membuat film bisu yag berdurasi 25 menit, diantaraya film A Trip To the Moon (1902), Life of an American Fireman (1903) dan The Great Train Ribbery (1903).

Kemudian perusahaan film Warner Brothers dengan bekerjasama dengan Amerika Telephone dan Telegraph berusaha mempelajari bagaimana cara memidahkan suara yang ada dalam telepon ke dalam film. Usaha ini berhasil pada tahun 1982 melalui film The Jazz Singer. Masa keemasa film berlangsung cukup lama, berulah televisi muncul sebagai media hiburan. 41

F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia Penghujung abad ke-19, teknologi pembuatan film, gambar yang bisa bergerakn ditemukan di Perancis, Inggris dan Amerika. Pada waktu itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan Belanda dengan nama Nederlands Indie atau dalam bahasa pribumi disebut Hindia Belanda. Sejak tahun 1900, tontonan film mulai bisa disaksikan oleh masyarakat di kota-kota besar Hindia-Belanda. 42

41 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 137-138. 42Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1990-1950: Bikin Film di Jawa, 1.

36

Hari film Nasional yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia adalah tanggal 30 Maret 1950, sebagaimaa yang telah menjadi aspirasi masyarakat perfilman dan telah menjadi keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999, semasa Pemerintahan BJ Habibie yang berbunyi “bahwa tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari bersejarah perfilman Indonesia karena pada tanggal tersebut pertama kalinya film cerita dibuat oleh orang dan perusahaan Indonesia”. 43

Sejarah mencatat bahwasannya film Indonesia yang dibuat oleh orang pribumi da perusahaan Indonesia adalah film yang berjudul The Long March atau Darah dan Doa, diproduksi oleh perusahaan bernama PERFINI (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang merupakan perusahaan film nasional pertama, dengan produser Djamaluddin Malik dan Sutradara Usmar Ismail. Sedangka taggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar atau syuting film Darah dan Doa. Usmar Ismail adalah tokoh yang paling bersemangat untu-k- mewujudkan adanya film nasional. 44Untuk itu ia dinobatkan sebagai bapak perfilman Indonesia.

G. Jenis dan Klasifikasi Film 1. Jenis Film a. Film Fitur

Film fitur merupakan karya fiksi, yang strukturnya selalu berupa narasi yang dibuat dalam tiga tahap yaitu tahap praproduksi, tahap produksi, dan tahap post-produksi.

43 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restropksi (Jakarta: Panitia hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010), 5-7. 44 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restropksi, 7-9.

37

Tahap pra-produksi merupakan tahap persiapan suatu film dibuat. Tahap produksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Skenario ini bisa berupa adaptasi novel, cerita pendek, ataupun bisa juga yang ditulis secara khusus untuk sebuah film. Tahap post-produksi merupakan tahapan akhir dalam pembuatan film seperti editing dan pembuangan gambar yang tidak perlu.

b. Film Dokumenter

Film documenter adalah film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu yang digambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan dan langsung pada kamera atau pewawancara. Dokumenter dapat diambil pada lokasi pengambilan yang apa adanya, atau disusun secara sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan. Biasanya film dokumenter sering kali diambil tanpa skrip.

c. Film Animasi

Film animasi secara umum dikenal sebagai film kartun. Film yang digemari banyak anak kecil ini adalah teknik pengambilan film untuk menciptakan ilusi gerakan dari serangkaian gambaran dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali hampir bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita.45

45 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 134.

38

2. Klasifikasi Film Menurut Ekky Imanjaya dalam buku Who Not: Remaja Doyan Nonton Klasifikasi film dibagi mejadi lima jenis klasifikasi. Berikut adalah penjelasan dari klasifikasi tersebut, yaitu:

1. Komedi adalah film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan dan kebanyolan dari para pemain (aktor/aktris). Sehingga alur cerita dalam film tidak kaku, hambar, hampa serta ada bumbu kejenakaan yang dapat membuat penonton tidak bosan. 2. Drama adalah film yang mendeskripsikan realita (kenyataan) di sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata. 3. Horor adalah film yang mendeskripsikan cerita mistis, alam ghaib dan spiritual. Alur ceritaya dapat membuat jantung yang menonton berdegup kencang, merasa ketegagan dan berteriak histeris. 4. Musikal adalah film yang mendeskripsikan suasana yang penuh nuansa musik. Alur ceritanya sama seperti drama, hanya saja di beberapa bagian adegan dalam film, para pemain (aktor/aktris) bernyanyi, berdansa da bahkan beberapa dialog menggunakan musik seperti bernyanyi. 5. Laga adalah film yang mendeskripsikan sebuah aksi, perkelahian, tembak-menembak, kejar-kejaran dan adegan- adegan yang berbahaya yang mendebarkan. Alur ceritanya sederhana tetapi dapat menjadi luar biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak beranjak dari kursi.

39

H. Aqidah

1. Pengertian Aqidah Menurut bahasa aqidah diambil dari kata Al-‘Aqd, yaitu megikat, meguatkan, teguh dan mengukuhkan. Menurut istilah aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan), hari akhir, takdir baik dan buruknya dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama. 46

Dasar aqidah islam adalah Al-Qur’an da Hadist. Aqidah berasal dari bahasa arab yaitu “aqada-ya qidu-uqdatan wa ‘aqidatan” yang artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat kepadanya. 47Dapat disimpulkan bahwa aqidah itu sesuatu yang diyakini dalam hati lalu diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Hasan Al-Banna menulis beberapa ruang lingkup pembahasan aqidah, yaitu: 48

- Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi (Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lain-lain.

46 Abdullah, Cara Mudah Memahami Aqidah: Sesuai Al Qur’an, As Sunnah, dan Pemahaman Salafus Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), .3. 47 Rosihan Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 13. 48 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pegalaman Islam, 1992), 5.

40

- Nabuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karomah dan lain sebagainya. - Ruhiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubugan degan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, seta, roh dan lain sebagaiya. - Sami’iyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat Sam’i. Keimanan seseorang kepada Allah bukan hanya merupakan teori agama, dalam arti bahwa iman tidak hanya cukup sekedar bahwa Allah itu maha Esa, tetapi lebih dari itu harus dipancarkan dalam kehidupan. Iman yang benar adalah iman yang diucapkan oleh lisannya, diyakini oleh hatinya dan diamalkan oleh seluruh anggota badannya. 49

2. Ciri-ciri Aqidah Muhaimin menggambarkan ciri-ciri aqidah Islam sebagai berikut: a. Aqidah didasarkan pada keyakinan hati, tidak yang serba rasional, sebab ada masalah tertentu yang tidak rasioal dalam aqidah. b. Aqidah islam sesuai dengan fitroh manusia sehingga pelaksanaan aqidah menimbulka keteragan dan ketentraman.

49 Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid ada dari syirik, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), h.93

41

c. Aqidah islam diasumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka dalam pelaksanaannya aqidah harus penuh degan keyakinan tanpa disertai dengan kebimbangan da keraguan. d. Aqidah islam tidak hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan dengan kalimat “thayyibah” dan diamalkan dengan perbuatan yang saleh. e. Keyakinan dalam aqidah islam merupakan masalah yang supraempiris, maka dalil yang digunakan dalam pencarian kebenaran. Tidak hanya berdasarkan indra dan kemampuan manusia melankan membutuhkan usaha yang dibawa oleh Rasul Allah SAW. 50

I. Dakwah dzatiyah

Dakwah dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi di dalam diri. Pendakwah dan mitra dakwah melatih dirinya menjadi manusia yang sehat jasmani sebagai makhluk basyariyah. Mereka menjadi manusia yang sehat jiwanya sebagai makhluk insaniyah. Manusia memiliki kapasitas jasmani, potensi-potensi kemanusiaan, dan potensi- potensi kejiwaan. Pendekatan komunikasi intrapribadi ini menjelaskan dakwah dzatiyah. Kata dzatiyah ini megikuti definisi tarbiyah dzatiyah. Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan mendefinisikan tarbiyah dzatiyah ialah tarbiyah (pembinaan) seseorang terhadap diri sendiri dengan dirinya sendiri. 51

50 Muhaimen, dkk, Kawasan dan Wawasan Study Islam, (Jakarta: Kencana Wardana Media, 2005), hal. 259 51 Dr. Armawati Arbi, M.Si., Psikologi Komunikasi dan Tabligh, 17.

42

Dakwah dzatiyah ini ialah dakwah yang mengajak diri sendiri untuk mengenal diri sendiri sebagai hamba Allah, khalifah di bumi, mengenal Allah yang berkesinambungan, dan hubungan komunikasi terjadi hubungan iteraktif antara hamba dan pencipta-Nya. Sebelum mengajak, memanngil dan mengundang seseorang, pendakwah melalui proses tahap pemula, tingkat menengah, dan pendakwah yang profesional, mengajak dan menerapkan pesannya terlebih dahulu. Ary Ginanjar menyebutnya peningkatan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritualnya. 52

J. Kerangka Konsep

Dakwah Dzatiyah sang KIP: 1. Akal Ayah , Aqidah 2. Ruh seseorang (Dimensi 3. Nafs Ruh) 4. Kalbu 5. Dialog

Dakwah Bil Hal Karakter tokoh di film

a. Pilar Ruh/haji menggunakan model analisis naratif Vladimir b. Ayah Profesional Propp

52 Dr. Armawati Arbi, M.Si., Psikologi Komunikasi dan Tabligh, 17.

43

Film ini menggambarkan perjalanan seorang Ayah yang ingin pergi haji menggunakan mobil yang akan dikendarai oleh anaknya yaitu Reda. Disebutkan sebagai dakwah Dzatiyah ialah karena sang Ayah hendak melakukan ibadah haji dengan seorang diri walaupu diantarka oleh Reda. Ia tidak mengajak Reda untuk melakukan Haji bersama nya. Dakwah Dzatiyah sendiri dapat diartikan sebagai mengajarkan diri sendiri untuk mengenal diri sendiri sebagai hamba Allah, serta melaksanakan segala perintah Allah sebelum mengajak orang lain untuk melakukannya juga. Aqidah sang Ayah sangat kuat walaupun sudah tua ia tetap ingin melakukan haji dengan berpergian menggunaka mobil melainkan pesawat.

Film ini juga menggambarkan komunikasi antarpribadi. Serta dakwah BilHal. Dengan melakuka kebaikan-kebaikan, Reda akan melihat dan menyontoh apa yang dilakukan oleh sang Ayah, walaupun sang Ayah tidak pernah menyuruh nya apalagi memaksa melakukan ibadah. Untuk meneliti adegan-adegan yang ada pada film ini, Penulis memfokuskan pada cuplika scene pada film Le Grand Voyage ini.

44

Tabel Temuan

“Dakwah Dzatiyah (Aqidah) Seorang Muslim Di Perancis Dalam Menunaikan Ibadah Haji (Analisis Naratif Film Le Grand Voyage) “

Penggambaran Karakter Dakwah Fungsi Karakter Dzatiyah 1. Fungsi 1. Sang Ayah Keinginan karakter/ 2. Reda sang Ayah Aqidah 3. Mustapha untuk 2. karakter 4. Khalid melaksanakan oposisi ibadah Haji berlawanan dan karaker tokoh dinarasikan dalam film 3. Dakwah Dzatiyah Tabel 2.3

45

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM LE GRAND VOYAGE

gambar 3.1

A. Sinopsis Film Le Grand Voyage Le Grand Voyage ialah sebuah film berbahasa Prancis dan Arab Maroko, yang disutradai oleh Ismael Ferroukhi. Film ini dirilis pada tahun 2004, dibintangi oleh Nicolas Cazale, yang berperan sebagai seorang remaja bernama Reda, dan Mohammed Majd yang berperan sebagai sang ayah. Secara garis besar, film ini menceritaka tentang perjalanan seorang anak dari Prancis ke Mekkah untuk mengantarkan ayahnya menunaikan ibadah haji. Reda yang akan mengambil ujian studi tingkat lanjut, diminta sang ayah untuk mengantarnya ke Mekkah. Ayahnya menjelaskan betapa pentingnya ibadah haji, bahwa hal tersebut adalah kewajiban yang harus dipenuhi sebagai seorang muslim, sebelum ia wafat.sang ayah

46 memilih melakukan perjalanan ini menggunakan mobil tua karena baginya ada yang lebih bermakna dan berharga dari sekedar efisiensi da efektivitas. Walaupun berat hati, Reda akhirnya tetap mengantarkan sang ayah untuk melakukan ibadah haji ke Mekkah. Perjalanan pun dimulai dengan kekhuyukan dan keteguhan sang ayah yang disertai keresahan dan kekesalan Reda. Mobil tersebut meninggalkan Prancis menuju Italia, , Kroasia, Yugoslavia, dan kemudian Bulgaria. Mereka sampai di penghujung Eropa dan memasuki Asia melalui Turki, Suriah dan Yordania hingga akhirnya tiba di Mekah, . Selama berhari-hari sang ayah dan Reda melalui banyak negara, bermacam bahasa, juga bermacam peristiwa. Sang ayah dan Reda adalah gambaran dua generasi yang terpisah jarak budaya yang amat jauh. Perjalanan akbar ke Mekah telah memperlihatkan perbedaan pendirian, perasaan dan pemikiran yang ada diantara sang ayah dan Reda. Perbedaan tersebut tampak jelas dalam berbagai ketegangan pada keduanya ketika menghadapi berbagai persoalan selama perjalanan ini. Dalam perjalanan menuju Bulgaria, keduanya berhenti sejenak untuk menghanagtakan tubuh. Saat itulah Reda bertanya soal pilihan ayahnya untuk berhaji melalui jalur darat. Dengan sangat bijak sang ayah menjelaskan tujuan perjalanannya ini menggunakan pepatah Arab, “ketika air samudera menguap menuju langit, rasa asinnya hilang dan air tersebut murni kembali. Air samudera menguap

47 naiknya ke kawanan awan. Saat mereka menguap, air akan menjadi tawar, murni kembali. Air samudera menguap naiknya ke kawanan awan. Saat mereka menguap, air akan menjadi tawar, murni kembali. Itulah sebabnya, lebih baik berangkat haji dengan berjalan kaki daripada menaiki kuda, lebih baik menaiki kuda daripada menggunakan mobil, lebih baik menggunakan mobil daripada menaiki kapal, lebih baik menaiki kapal daripada berkendara dengan pesawat”. Setelah mendengar jawaban itu, Reda tersenyum kepada ayahnya. Perlahan-lahan ia mulai memahami keinginan dan tujuan sang ayah. Sang ayah menjelaskan kepada Reda menggunakan Bahasa Arab-Maroko. Begitu pun dalam percakapan sang ayah sehari-hari dengan keluarganya. Sementara Reda selalu berbicara dengan Bahasa Prancis meskipun kepada ayahnya. Bisa jadi ini adalah simbol ketegangan budaya dalam keluarga imigran yang hendak digambarkan dalam film ini.

48

B. Keunggulan Film Le Grand Voyage Film Le Grand Voyage ini mendapatkan banyak nominasi. Selain meraih banyak nominasi, film ini mampu membuktikan keberhasilannya dengan meraih berbagai penghargaan. Berikut adalah penghargaan yang didapatkan oleh film ini:

1. Le Grand Voyage sebagai Best Film not in the English Language dari BAFTA Film Award pada tahun 2006. 2. Mohamed Majd mendapatkan nominasi Best Actor dan film Le Grand Voyage menjadi nominasi pemenang Best Film dari Mar del Plata Film Festival pada tahun 2005. 3. Ismael Ferroukhi sutrada film ini mendapatkan nominasi Golden Star dari Marrakech International Film Festival pada tahun 2004. 4. Nicolas Cazale memenangkan nominasi sebagai Best Actor dari Newport International Film Festival, Rhode Island pada tahu 2005. 5. Ismael Ferroukhi mendapatkan nominasi Best Feature Film dari Sao Paulo International Film Festival pada tahun 2005. 6. Ismael Ferroukhi memenangkan Luigi De Laurentiis Award dari pada tahun 2004.

49

C. Profil Sutradara Film Le Grand Voyage

Gambar 3.2 Ismael Ferroukhi, ia lahir pada 26 juni 1962 di Kenitra, Maroko. Ia adalah orang Perancis-Maroko yang juga berprofesi sebagai sutradara dan penulis skenario film. Ia mulai terkenal karena film pendek L'Exposé (1992) besutannya yang memenangkan Kodak Prize di 1993 Cannes Film Festival. Setelah itu, Ferroukhi menulis naskah film Trop de Bonheur (1994) yang disutradarai Cédric Kahn. Film pertama yang disutradarainya adalah Le Grand Voyage yang diproduseri Humbert Balsan dan Ognon Pictures. Film ini memenangkan Lion of the Future "Luigi De Laurentiis" Award untuk kategori First Feature Film di 61st Venice Film Festival tahun 200453

53 https://id.wikipedia.org/wiki/Isma%C3%ABl_Ferroukhi

50

D. Profil Pemain Film Le Grand Voyage 1. Mohamed Majd (Sang Ayah)

Gambar 3.3 Mohamed Majd, memerankan tokoh sebagai sang ayah dalam film Le Grand Voyage. Ia adalah ayah dari Reda, sang ayah lah yang memutuskan untuk melakukan perjalanan Haji nya lewat darat menggunakan mobil yang akan dikendarai oleh Reda. Ia memiliki sikap yang keras, teguh pendirian, dan masih melakukan suatu hal mengikuti leluhur nya.

51

2. Nicolas Cazale (Reda)

Gambar 3.4 Reda adalah putra kedua sang ayah. Ialah yang akhirnya harus menggantikan kakak tertua nya untuk mengantar sang ayah melakukan perjalanan haji nya. Reda memiliki sikap yang keras sama seperti sang ayah, akan tetapi kehidupan Reda dan sang ayah berbeda, karena Reda hidup mengikuti zaman modern, sehingga ia dan sang ayah seringkali berselisih pendapat.

52

3. Jacky Nercessian (Mustapha)

Gambar 3.5

Mustapha ialah seorang yang menolong Reda dan Sang Ayah di perbatasan Turki saat mereka ada masalah dengan paspor nya. Tapi ternyata perbuatan Mustapha itu untung mendapatkan keuntungan, awalnya ia mengajak Reda dan sang ayah untuk bertamu dirumahnya, sampai mengajak Reda ke Klub malam dan memberikan banyak alkohol sehingga Reda mabuk. Saat itulah ia memulai aksi nya untuk mencuri uang Reda dan sang ayah.

53

4. Kamel Belghazi (Khalid)

Gambar 3.6

Khalid adalah putra sulung sang Ayah, ialah yang pada awalnya dipilih sang ayah untuk mengantarnya ke Mekah, akan tetapi lisensi mengemudi nya dicabut tepat beberapa hari sebelum keberangkatan nya untuk mengantarkan sang ayah, lisensi mengemudi nya dicabut karena ia mengemudi dalam keadaa mabuk.

54

BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN

A. Hasil Temuan Dalam film Le Grand Voyage ini, mengajarkan kita arti sabar, tawakal, dakwah Dzatiyah, serta aqidah yang kuat dan banyak hal baik lainnya yang bisa dipetik dari film ini. Film ini memberikan contoh bahwa kita harus tetap berusaha selagi mampu untuk melaksanakan sesuatu yang baik. Film ini juga menggambarkan dakwah dzatiyah sang Ayah untuk melakukan perjalanan akbar ini. Seperti yang terdapat dalam film ini, walaupun sudah tua, sang Ayah merasa masih mampu untuk memenuhi rukun Islam nya, sehingga ia melakukan perjalanan haji, yang di temani oleh Reda putra-nya untuk melakukan perjalanan ke Mekah. Tak hanya itu, film ini mengajarkan kita agar tidak menjadi pribadi yang Suudzon terhadap orang lain. Hal ini terjadi saat ada seorang wanita tua yang memasuki mobil mereka di tengah jalan yang luas tapa ada rumah ataupun orang lain. Walaupun Reda berfikir hal itu sangat aneh, tetapi sang ayah tetap bersikeras untuk membawa wanita tua ini ke kota. Walaupun mengajarkan untuk tidak Suudzon kepada orang lain yang tidak dikenal, film ini juga mengajarkan untuk tidak terlalu percaya pada orang yang baru dikenal, seperti sang ayah yang memang kurang yakin dengan Mustapha yang membantunya di perbatasan Turki. Tetapi lain hal nya dengan Reda, ia terlena dengan ajakan Mustapha, hingga dibuat mabuk dan akhirnya uang sang ayah di curi oleh Mustapha. Setelah kejadian tersebut, hal baik yang harus ditiru

55

oleh umat Muslim adalah saat sang ayah tetap ingin memberi sedekah kepada seorang wanita di Suriah, walaupun uangnya sudah tak tersisa banyak, ia tidak segan untuk tetap bersedekah.

B. Data Data-data yang dikumpulkan oleh Penulis ialah melalui cara observasi langsung pada Film serta berdasarkan potongan scene yang ada pada film Le Grand Voyage, sebagai berikut:

1. 00.03.26 – 00.04.10

Gambar 4.1

Sang Ibu : “Sedari tadi, Ayahmu mencarimu..”

Reda : “Mau apa dia sekarang?”

Sang Ibu : “Dia ingin bicara denganmu..”

Sang Ayah : “Hari ini, Ayah tadi menemui kakakmu di kantor polisi.”

Reda : “Siapa, Khalid?”

56

Sang Ayah : “Dia mabuk. Dia menorobos lampu merah da tak berhenti. SIM-nya di cabut. Kini Ayah sudah tua. Ayah tak tahu cara mengemudi dan tak bisa menunggu satu tahun lagi.

Ayah sudah mempertimbangkannya, kau akan mengantar Ayah ke Mekah. Ayah sudah mengurus visa untukmu buat ke Arab Saudi. Kita pergi di hari Minggu, waktumu empat hari untuk bersiap-siap.”

Adegan awal menampilkan kondisi pertama pahlawan memutuskan untuk melakukan perjalanan akbar. Pahlawan merupakan tokoh sentral dan utama yang banyak terlibat dalam peristiwa. Setelah situasi awal, kemudian dilanjutkan dengan fungsi pelaku.

2. 00.04.16 – 00.05.15

Gambar 4.2

Reda : “ Dia tidak bisa naik pesawat seperti yang lainnya? Kuberi tahu kalian, aku tak bisa berdiri dan pergi begitu

57

saja. Aku punya ujian akhir, aku sudah gagal sekali. Ini kesempatanku yang terakhir!”

Sang Ibu : “..(sang ibu dan adiknya hanya menatap ke Reda)”

Dialog tersebut menunjukkan Reda sangat kesal karena sang Ayah meminta nya untuk mengantarnya ke Mekah karena ia ada ujian akhir dan ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengikuti ujian tersebut.

Di kamarnya, Reda terlihat sangat cemas saat ada telepon yang masuk dari sang kekasih, sambil terus melihat peta yang telah di letakkan di ubin kamarnya. Dan pada akhirnya ia memilih untuk mengantar Sang Ayah walaupun dengan perasaan kesal.

3. 00.06.13 – 00.07.13

Gambar 4.3

Sang Ayah : “Mari kita pergi..”

58

Pada fungsi ini pahlawan meninggalkan rumah, memutuskan untuk pergi menyelesaikan tugas. Dalam cerita ini menggambarkan peristiwa keberangkatan Reda dan Sang Ayah menuju kota Mekah untuk mengantarkan Sang Ayah pergi Haji.

4. 00.09.52 – 00.10.20

Gambar 4.4

Sang Ayah : “Ayah harus shalat..”(sambil melihat ke jam tangannya)

Reda : “Sekarang?”

Sang Ayah : “Kau parkirlah di sana”

Reda : “Bersabarlah, kita sedang berada di pabean.”

Sang Ayah : “Lalu kenapa?”

Reda : “Ini bukan tempat untuk shalat”

Sang Ayah : “Kau percaya pada Allah?”

Reda : (hanya diam sambil menatap sang Ayah)

59

Melihat dialog tersebut, sang Ayah meminta Reda untuk parkir di halaman kosong karena sang Ayah ingin melaksanakan shalat, hal ini sangat menggambarkan kuatnya Aqidah sang Ayah karena tidak peduli ditempat manapun, jika sudah waktunya untuk melaksanakan shalat maka ia akan melakukannya. Walaupun menurut Reda tempat tersebut bukanlah tempat untuk melaksanakan shalat, karena keinginan Ayahnya tersebut akhirnya Reda tetap mengikuti keinginan Ayahnya tersebut.

5. 00.13.10 – 00.13.56

Reda :“Kenapa kita tidak singgah di Milan? Mungkin aku tak akan pernah melihatnya.”

Sang Ayah : “Apa yang akan kau lakukan di Milan?”

Reda :“Entahlah..mengambil foto, melihat pemandangan, berkeliling kota.”

Sang Ayah :“Pikrimu kita ini wisatawan? Singgah di setiap kota yang kita lalui?”

60

Reda :“Setidaknya kita bisa singgah di Venesia. Kota itu akan kita lalui. Selama satu jam, hanya satu jam saja.”

Sang Ayah : (hanya melihat kesal ke arah Reda)

Peristiwa ini menggambarkan bahwa Reda tidak bisa mengklaim keinginannya untuk singgah di Milan maupun Venesia. Dilihat dari percakapan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sang Ayah tidak ingin singgah di setiap kota yang di lewatinya karena mereka bukan wisatawan, melaikan perjalanan ini merupakan perjalanan untuk ibadah haji.

6. 00.33.11 – 00.34.47

Gambar 4.6

Sang Ayah : “Apa yang sedang kau pikirkan?” Reda : “Ada sesuatu yang ingin kutanyakan..” Sang Ayah : “Apa?” Reda : “Mengapa Ayah tak naik pesawat ke Mekah? Itu jauh lebih mudah..” Sang Ayah : “Ketika air laut menguap ke langit, rasa asinnya hilang dan air tersebut murni

61

kembali. Air laut menguap naiknya ke kawanan awan. Saat mereka menguap, air akan menjadi tawar, murni kembali. Itulah sebabnya, lebih baik berangkat haji dengan berjalan kaki daripada menaiki kuda, lebih baik menaiki kuda daripada menggunakan mobil, lebih baik menggunakan mobil daripada menaiki kapal, dan lebih baik menaiki kapal daripada berkendara dengan pesawat. Saat Ayah kecil dulu, almarhum kakekmu berangkat dengan menaiki seekor keledai. Ayah tak akan pernah melupakan hari itu. Beliau pria pemberai. Setiap hari Ayah mendaki menaiki puncak bukit, dari tempat itu Ayah bisa melihat cakrawala. Ayah ingin jadi orang pertama yang melihat beliau pulang. Ayah tetap berada disana sampai malam tiba. Terkadang, ayah bahkan jatuh tertidur di atas sana..sampai nenekmu datang mencari Ayah...”

Setelah melalui perjalanan panjang, Reda dan Sang Ayah sedang duduk di sebuah pendopo di Sofia, saat itu sangat bersalju. Saat terdiam, Reda akhirnya menanyakan kepada Sang Ayah alasannya untuk pergi Haji ke Mekah dengan menggunakan mobil, padahal saat itu pada tahun 2004, pesawat sudah ada. Saat itulah Sang Ayah menjelaskan alasannya tersebut.

62

7. 00.52.35 – 00.53.17

Gambar 4.7

Mustapha adalah seorang lelaki yang menolong Reda dan sang Ayah saat di perbatasan Turki. Ia menolong karena paspor Reda dan sang Ayah ditahan oleh petugas. Dari situlah Mustapha memulai aksinya untuk mencoba dekat dengan Reda dan meminta tumpangan sampai di kota. Ia selalu banyak bicara, Reda merasa senang karena mendapa “teman” untuk bercengkrama, karena ia dan sang Ayah tidak banyak berkomunikasi. Hingga saat malam tiba mereka akhirnya menginap di sebuah hotel, Reda pergi ke suatu Klub bersama Mustapha, sedangkan sang Ayah istirahat di hotel. Reda dibuat mabuk oleh Mustapha, hingga ia di bawa pulang ke hotel tempatnya bersama sang Ayah ia masih dalam keadaan mabuk. Saat itu Mustapha melihat Reda sudah mulai tidak sadarkan diri dan sang Ayah terlelap tidur. Saat itulah ia memulai aksinya untuk menyolong uang milik sang Ayah.

63

8. 01.00.56 – 01.01.30

Gambar 4.8 Reda : “Apa yang Ayah lakukan?! Kita hidup dengan makan roti lapis telur dan Ayah memberikan uang kita begitu saja! Maaf (sambil mengambil uang yang sudah dipegang oleh wanita tersebut)” Sang Ayah : (Menampar Reda dan segera mengambil uang tersebut dari tangannya) Reda : “Ayah bisa menyelesaikan perjalanan ini sendiri. Masa bodoh dengan perjalanan ibadah haji Ayah! Berikan pasporku. Berikan, kataku! (sambil lari ke arah mobil dan mengambil tas nya lalu pergi)” Sang Ayah : (Hanya melihat ke arah Reda) Reaksi Reda saat melihat Sang Ayah memberikan uang kepada seorang pengemis wanita membuatnya sangat marah. Karena menurutnya dia sudah makan telur setiap hari, dan uangnya baru saja dicuri oleh Mustafa saat di Turki.

64

9. 01.11.31 – 01.11.34

Gambar 4.9

Gambar 4.10

Reda dan sang Ayah berhenti di Damaskus untuk istirahat serta menginap di hotel sebelum melanjutkan perjalanannya lagi. Saat malam tiba Reda pergi dari hotel dan ternyata ia pergi ke klub malam. Saat itulah ia memikirkan kekasihnya yang ia tinggal tanpa kabar sebelum berangkat megantar sang Ayah. Reda mabuk, hingga saat ia kembali ke hotel ternyata ia membawa seorang wanita hingga kedepan pintu kamar nya. Dalam keaadaan mabuk tersebut ia sedang bermesraan dengan wanita tersebut, lalu sang Ayah terbangun dari tidurnya karena merasa berisik, saat ia membuka pintu disitulah ia melihat bahwa Reda sedang bermesraan dalam keadaan mabuk. Hal ini membuat

65 sang Ayah sangat marah. Sehingga ia memutuskan untuk pergi dari hotel tanpa Reda.

10. 01.11.37– 01.12.18

Gambar 4.11

Reda : (Mengejar Sang Ayah yang tengah berjalan kaki)

“Ayah! Ayah! Kumohon dengarkan aku dulu! Maafkan aku. Maafkan aku, Ayah! Entah apa yang merasukiku. Aku bingung. Ayah, dengarkan aku. Aku mohon! Aku meminta Ayah memaafkanku. Aku bilang maafkan aku. Dengarkan aku, Ayah. Bukankan mereka mengajari cara memberi maaf dalam agama Ayah?!”

Sang Ayah : (Setelah mendengar kata terakhir dari Reda, Sang Ayah yang sedang berjalan langsung berhenti dan akhirnya memasuki mobil lagi).

66

Reda melakukan kesalahan lagi, ia pergi ke klub malam sampai mabuk dan membawa seorang wanita dengannya ke depan kamar hotel. Sang Ayah penasaran karena diluar terdegar suara bising, saat melihat keluar ternyata itu Reda dalam keadaan mabuk tengah bermesraan dengan seorang wanita. Sang Ayah sangat marah hingga meninggalkan hotel dan tidak perduli dengan Reda. Reda pun terus membujuk Sang Ayah untuk memaafkannya. Karena menurutnya ia pun tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dirinya, ia merasa khilaf. Sang Ayah tetap tidak perduli dan terus berjalan hingga Reda mengatakan bahwa agama Islam (yang dianut oleh Sang Ayah) mengajarkan cara memberi maaf, pada saat itulah Sang Ayah akhirnya mau masuk ke dalam mobil untuk meneruskan perjalanan Haji nya dengan Reda.

11. 01.19.32 – 01.20.50

Gambar 4.12

67

Reda : “Kenapa pergi ke sana menjadi begitu penting? Mengapa Mekah begitu istimewa?”

Sang Ayah :“Kita sudah sampai sejauh ini dan kini kau baru tertarik menanyakannya? Mekah adalah kota suci yang utama bagi umat Islam. Orang-orang datang dari segala penjuru dunia. Ia adalah warisan Nabi Ibrahim AS. Haji itu penting, ia adalah rukun Islam yang kelima. Semua Muslim yang mampu harus melaksanakannya sebelum mereka meninggal..untuk mensucikan jiwa mereka. Kita semua pasti mati nantinya. Kita hanyalah tamu di bumi ini. Satu-satunya yang Ayah takutkan ialah meninggal sebelum melaksanakan kewajiban. Dan tanpamu, Ayah takkan pernah bisa berhasil. Semoga Allah merahmatimu. Ayah banyak belajar dari perjalanan ini.”

Reda : (sambil tersenyum mendengar pemaparan sang Ayah) “Begitu juga aku..”

Sang Ayah : “Ayah mau sholat.”

Reda : (kembali melontarkan senyuman)

68

Saat berhenti untuk istirahat sejenak, sang Ayah tengah berwudhu (tayamum), lalu Reda menanyakan mengapa mekah begitu istimewa sehingga sang Ayah ingin pergi kesana. Lalu sang Ayah menjelaskan kepada nya betapa istimewa mekah serta melakukan ibadah Haji yang akan dilakukannya tersebut.

12. 01.27.15 – 01.27.50

Gambar 4.13 Ketidakhadiran sang Ayah diantara Jamaah lainnya membuat Reda khawatir, ia menuggu sang Ayah hingga larut malam. Akan tetapi, sang Ayah tak kunjung datang juga. Kekhawatiran Reda semakin dalam sampai ia bermimpi dan terbangun ketakutan.

69

13. 01.29.41 – 01.33.24

Gambar 4.14 Reda : “Aku mecari Ayahku.. minggir, minggir!”

Reda melakukan pencarian sang Ayah hingga mengikuti bus yang berangkat ke daerah tempat jamaah melakukan ibadah haji nya. Disana sangat ramai dengan orang-orang. Ia tidak bisa menemukan sang Ayah hingga ia ditangkap oleh petugas keamanan disana dan ia dibawa ke suatu tempat. 14. 01.38.58 – 01.39.38

Gambar 4.15

70

Reda : “Apa ini?” ia bertanya ke seorang petugas yang membawanya. Tidak ada percakapan panjang dalam peristiwa ini. Reda dibawa ke suatu ruangan oleh seorang petugas, disana ia melihat banyak jenazah yang telah ditutupi kain putih. Seorang penjaga ruangan tersebut membawa Reda untuk mengecek satu persatu jenazah tersebut, karena mungkin ada Ayahnya di ruangan tersebut. Setelah melihat beberapa jenazah, kain ke-4 yang dibuka ternyata adalah sang Ayah. Reda terdiam, ia terlihat sangat syok dan akhirnya ia menangis setelah melihat sang Ayah sudah tidak bernyawa lagi.

15. 01.38.58 - 01.39.38

Gambar 4.16

Pada peristiwa ini tidak ada percakapan. Reda menjual mobil nya, dan ia bergegas kembali pulang. Sebelum menaiki taksi yang telah dihentikannya, Reda memberi uang kepada seorang pengemis wanita di dekatnya.

71

BAB V

ANALISIS DATA FILM

Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan data dan hasil analisis penelitian yang terdapat dalam film Le Grand Voyage, sesuai dengan teori yang penulis gunakan yaitu analisis model Vladimir Propp. Film ini mengajarkan kita untuk tetap berpegang teguh pada Aqidah dimanapun kita berada. Aqidah pada dasarnya adalah keyakinan, yaitu keyakinan kita kepada Allah. Janganlah aqidah kita tergoyah karena kesabaran yang sudah tidak ada. Keimanan seseorang kepada Allah bukan hanya merupakan teori agama, dalam arti lain bahwa Iman tidak cukup sekedar bahwa Allah itu Maha esa, tetapi lebih dari itu harus dipancarkan dalam kehidupan, Iman yang benar adalah Iman yang diucapkan oleh lisannya, diyakini oleh hatinya da diamalkan oleh seluruh anggota badannya. 54 untuk menganalisis karakterisasi tokoh yang terdapat dalam film Le Grand Voyage berikut adalah hasil temuan yang berkaitan dengan teori diatas.

A. Analisis Fungsi Narasi Propp Makna Aqidah Sang Ayah dalam film Le Grand Voyage Dalam fungsi pelaku terdapat ringkasan cerita, fungsi, defisini dan lambang. Fungsi pelaku menggambarkan fungsi dimana seorang tokoh atau pelaku bertindak sesuatu. Dari fungsi tertentu kemudian dapat didefinisikan ke dalam suatu peristiwa.

54 Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid anda dari Syirik, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), h.93

72

Definisi yang menunjukkan suatu peristiwa akan diberi lambang dengan kode-kode tertentu, misalnya suatu ringkasan scene menempati seorang pahlawan meninggalkan rumah didefinisikan suatu pemergian dan dilambangkan dalam rangkaian fungsi pelaku sebutan tokoh di bagian fungsi, tidak dijelaskan dengan nama tokoh tersebut melainkan menggunakan istilah pahlawan, penjarah, donor atau pembekal. Pahlawan merupakan tokoh sentral yang selalu hadir hampir dalam setiap peristiwa. Penjarah adalah penjahat atau penghambat kemudian donor atau pembekal adalah orang atau alat yang membantu pahlawan saat mengalami kesulitan. Aqidah seorang Muslim untuk melaksanakan Ibadah Haji dalam film Le Grand Voyage akan diuraikan lebih jelas di bawah ini.

1. Adegan awal dari film Le Grand Voyage dimana saat sang Ayah memberi tahu Reda bahwa sang Ayah meminta agar Reda yang mengantarkannya untuk pergi Haji ke Mekah pada menit 00.03.26 – 00.04.10 Tabel 5.1 Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi Α Situasi Bagian ini dibuka dengan Awal adegan Reda yang baru saja sampai di rumah dengan segera sang Ibu menyuruhnya untuk bertemu dengan Ayahnya. Pada cuplikan ini, sang Ayah memberi tahu Reda bahwa Khalid yang

73

merupakan Kakak Reda telah menorobos lampu merah dalam keadaan mabuk, sehingga SIM nya ditahan. Karena sang Ayah sudah tua dan tidak tahu cara untuk mengemudi, akhirnya ia memutuskan agar Reda yang mengantarnya ke Mekah.

Sang Ibu : “Sedari tadi, Ayahmu mencarimu..”

Reda : “Mau apa dia sekarang?”

Sang Ibu : “Dia ingin bicara denganmu..”

Sang Ayah : “Hari ini, Ayah tadi menemui kakakmu di kantor polisi.”

Reda : “Siapa, Khalid?”

Sang Ayah : “Dia mabuk. Dia menorobos lampu merah da tak berhenti. SIM-nya di cabut. Kini Ayah sudah tua. Ayah tak tahu cara mengemudi dan tak bisa menunggu satu tahun lagi. Ayah sudah mempertimbangkannya, kau akan mengantar Ayah ke Mekah. Ayah sudah mengurus visa untukmu buat ke Arab Saudi.

74

Kita pergi di hari Minggu, waktumu empat hari untuk bersiap-siap.”

Peristiwa ini merupakan situasi awal yang berperan penting dalam urutan cerita film Le Grand Voyage. Situasi awal ini tidak termasuk dalam fungsi namun mempunyai lambang seperti fungsi pelaku yaitu α.55 Adegan awal menampilkan kondisi pertama pahlawan memutuskan untuk melakukan perjalanan akbar. Pahlawan merupakan tokoh sentral dan utama yang banyak terlibat dalam peristiwa. Setelah situasi awal, kemudian dilanjutkan dengan fungsi pelaku.

2. Mendapatkan tugas yang diberikan oleh Sang Ayah untuk mengantarnya pergi Haji pada menit ke 00.04.16 – 00.05.15. Tabel 5.2

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi M Tugas berat Pada saat inilah Reda mendapatkan tugas dari Sang Ayah untuk mengantarkannya pergi Haji ke Mekah dengan mengendarai mobil. Pada saat ini pula Reda harus memilih mengantarkan Sang Ayah dan merelakan ujian akhir nya padahal ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengulang ujian akhir tersebut. Reda : “ Dia tidak bisa naik pesawat seperti yang lainnya? Kuberi tahu kalian, aku tak bisa berdiri dan pergi begitu

55 Eriyanto, Analisis Naratif, 66.

75

saja. Aku punya ujian akhir, aku sudah gagal sekali. Ini kesempatanku yang terakhir!”

Sang Ibu : “..(sang ibu dan adiknya hanya menatap ke Reda)”

Melihat dialog tersebut, terlihat jelas bahwa Reda sangat kesal karena sang Ayah meminta nya untuk mengantarnya ke Mekah karena ia ada ujian akhir dan ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengikuti ujian tersebut. Di kamarnya, Reda terlihat sangat cemas saat ada telepon yang masuk dari sang kekasih, sambil terus melihat peta yang telah di letakkan di ubin kamarnya. Dan pada akhirnya ia memilih untuk mengantar Sang Ayah walaupun dengan perasaan kesal. Peristiwa ini terdapat dalam fungsi narasi Propp ke-25 dengan lambang M. pahlawan diberi tugas berat untuk membuktikan dirinya. 56

3. Reda dan Sang Ayah memulai perjalanan ke Mekah pada menit ke 00.06.13 – 00.07.13. Tabel 5.3

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi ↑ Keberangkat Tibalah hari dimana Reda dan Sang an Ayah memulai perjalanan nya dengan berpamitan dengan semua keluarganya,

Sang Ayah : “Mari kita pergi..”

56 Eriyanto, Analisis Naratif, 70.

76

Pada fungsi ini pahlawan meninggalkan rumah, memutuskan untuk pergi menyelesaikan tugas. Dalam cerita ini menggambarkan peristiwa keberangkatan Reda dan Sang Ayah menuju kota Mekah untuk mengantarkan Sang Ayah pergi Haji. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi ke- 11 dalam narasi Propp dengan lambang (↑). 57

4. Keterlibatan Reda saat sang Ayah memintanya untuk berhenti saat di Pabean karena sang Ayah ingin Shalat pada menit ke 00.09.52 – 00.10.20. Tabel 5.4

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi Keterlibata Keterlibatan Reda karena keinginan ᶿ n sang Ayah untuk tetap melakukan shalat saat berada di Pabean. Sang Ayah : “Ayah harus shalat..”(sambil melihat ke jam tangannya)

Reda : “Sekarang?”

Sang Ayah : “Kau parkirlah di sana”

Reda : “Bersabarlah, kita sedang berada di pabean.”

Sang Ayah : “Lalu kenapa?”

Reda : “Ini bukan tempat untuk shalat”

Sang Ayah : “Kau percaya pada Allah?”

57 Eriyanto, Analisis Naratif, 69.

77

Reda : (hanya diam sambil menatap sang Ayah)

Melihat dialog tersebut, sang Ayah meminta Reda untuk parkir di halaman kosong karena sang Ayah ingin melaksanakan shalat, hal ini sangat menggambarkan kuatnya Aqidah sang Ayah karena tidak peduli ditempat manapun, jika sudah waktunya untuk melaksanakan shalat maka ia akan melakukannya. Walaupun menurut Reda tempat tersebut bukanlah tempat untuk melaksanakan shalat, karena keinginan Ayahnya tersebut akhirnya Reda tetap mengikuti keinginan Ayahnya tersebut. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-7 dengan lambang ᶿ. 58

5. Pahlawan atau Reda tidak bisa mengklaim keinginan nya kepada sang Ayah pada menit ke 00.13.10 – 00.13.56 tabel 5.5

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi L Tidak bisa Reda tidak bisa mengklaim alasan jelas mengkalim terhadap keinginannya kepada sang Ayah.

Reda :“Kenapa kita tidak singgah di Milan? Mungkin aku tak akan pernah melihatnya.”

Sang Ayah : “Apa yang akan kau lakukan di Milan?”

58 Eriyanto, Analisis Naratif, .68.

78

Reda :“Entahlah..mengambil,foto,melihat, berkeliling kota.”

Sang Ayah : “Pikrimu kita ini wisatawan? Singgah di setiap kota yang kita lalui?”

Reda :“Setidaknya kita bisa singgah di Venesia. Kota itu akan kita lalui. Selama satu jam, hanya satu jam saja.”

Sang Ayah : (hanya melihat kesal ke arah Reda)

Peristiwa ini menggambarkan bahwa Reda tidak bisa mengklaim keinginannya untuk singgah di Milan maupun Venesia. Dilihat dari percakapan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sang Ayah tidak ingin singgah di setiap kota yang di lewatinya karena mereka bukan wisatawan, melaikan perjalanan ini merupakan perjalanan untuk ibadah haji. Peristiwa tersebut sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-24 dengan simbol L. 59

6. Pemaparan Sang Ayah dari pertanyaan Reda mengenai alasannya memilih pergi Haji menggunakan mobil daripada pesawat pada menit ke 00.33.11 – 00.34.47.

59 Eriyanto, Analisis Naratif, 70.

79

Tabel 5.6

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi Ex Pemaparan Reda menanyakan alasan Sang Ayah yang lebih memilih untuk melakukan perjalanan ini menggunakan mobil melaikan naik pesawat. Sehingga Sang Ayah memaparkan alasannya.

Sang Ayah : “Apa yang sedang kau pikirkan?” Reda : “Ada sesuatu yang ingin kutanyakan..” Sang Ayah : “Apa?” Reda : “Mengapa Ayah tak naik pesawat ke Mekah? Itu jauh lebih mudah..” Sang Ayah : “Ketika air laut menguap ke langit, rasa asinnya hilang dan air tersebut murni kembali. Air laut menguap naiknya ke kawanan awan. Saat mereka menguap, air akan menjadi tawar, murni kembali. Itulah sebabnya, lebih baik berangkat haji dengan berjalan kaki daripada menaiki kuda, lebih baik menaiki kuda daripada menggunakan mobil, lebih baik menggunakan mobil daripada menaiki kapal, dan lebih baik menaiki kapal daripada berkendara dengan pesawat. Saat Ayah kecil dulu, almarhum kakekmu berangkat dengan menaiki seekor keledai. Ayah tak akan pernah melupakan hari itu. Beliau pria pemberai. Setiap hari

80

Ayah mendaki menaiki puncak bukit, dari tempat itu Ayah bisa melihat cakrawala. Ayah ingin jadi orang pertama yang melihat beliau pulang. Ayah tetap berada disana sampai malam tiba. Terkadang, ayah bahkan jatuh tertidur di atas sana..sampai nenekmu datang mencari Ayah...”

Setelah melalui perjalanan panjang, Reda dan Sang Ayah sedang duduk di sebuah pendopo di Sofia, saat itu sangat bersalju. Saat terdiam, Reda akhirnya menanyakan kepada Sang Ayah alasannya untuk pergi Haji ke Mekah dengan menggunakan mobil, padahal saat itu pada tahun 2004, pesawat sudah ada. Saat itulah Sang Ayah menjelaskan alasannya tersebut. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi yang ke-28 dalam narasi Propp dengan lambang (Ex). 60

7. Kejahatan yang di lakukan penjahat atau Mustapha pada menit ke 00.52.35 – 00.53.17. Tabel 5.7

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi A Kejahatan Penjahat atau Mustapha mencuri uang sang Ayah saat memasuki kamar hotelnya. Mustapha adalah seorang lelaki yang menolong Reda dan sang Ayah saat di perbatasan Turki. Ia menolong karena paspor Reda dan sang Ayah ditahan oleh petugas. Dari situlah Mustapha

60 Eriyanto, Analisis Naratif, 70.

81 memulai aksinya untuk mencoba dekat dengan Reda dan meminta tumpangan sampai di kota. Ia selalu banyak bicara, Reda merasa senang karena mendapa “teman” untuk bercengkrama, karena ia dan sang Ayah tidak banyak berkomunikasi. Hingga saat malam tiba mereka akhirnya menginap di sebuah hotel, Reda pergi ke suatu Klub bersama Mustapha, sedangkan sang Ayah istirahat di hotel. Reda dibuat mabuk oleh Mustapha, hingga ia di bawa pulang ke hotel tempatnya bersama sang Ayah ia masih dalam keadaan mabuk. Saat itu Mustapha melihat Reda sudah mulai tidak sadarkan diri dan sang Ayah terlelap tidur. Saat itulah ia memulai aksinya untuk menyolong uang milik sang Ayah. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-8 dengan simbol A.61

8. Reaksi Reda setelah melihat Sang Ayah memberi sedekah kepada seorang wanita di Suriah pada menit ke 01.00.56 – 01.01.30. Tabel 5.8

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi E Reaksi dari Reda sangat marah saat Sang Ayah Pahlawan memberikan uang kepada seorang pengemis wanita.

Reda : “Apa yang Ayah lakukan?! Kita hidup dengan makan roti lapis telur dan Ayah memberikan uang kita begitu saja! Maaf

61 Eriyanto, Analisis Naratif, 68.

82

(sambil mengambil uang yang sudah dipegang oleh wanita tersebut)” Sang Ayah : (Menampar Reda dan segera mengambil uang tersebut dari tangannya) Reda : “Ayah bisa menyelesaikan perjalanan ini sendiri. Masa bodoh dengan perjalanan ibadah haji Ayah! Berikan pasporku. Berikan, kataku! (sambil lari ke arah mobil dan mengambil tas nya lalu pergi)” Sang Ayah : (Hanya melihat ke arah Reda)

Reaksi Reda saat melihat Sang Ayah memberikan uang kepada seorang pengemis wanita membuatnya sangat marah. Karena menurutnya dia sudah makan telur setiap hari, dan uangnya baru saja dicuri oleh Mustafa saat di turki. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-13 dengan lambang (E) yang digambarkan bahwa pahlawan bereaksi terhadap bantuan dari penolong. 62

9. Pelanggaran yang dilakukan oleh Pahlawan (Reda) pada menit ke 01.11.31 – 01.11.34. Tabel 5.9

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi ᵞ Pelanggaran Reda terciduk oleh Sang Ayah sedang bermesraan dengan seorang wanita dalam keadaan mabuk.

62 Eriyanto, Analisis Naratif, 69.

83

Reda dan sang Ayah berhenti di Damaskus untuk istirahat serta menginap di hotel sebelum melanjutkan perjalanannya lagi. Saat malam tiba Reda pergi dari hotel dan ternyata ia pergi ke klub malam. Saat itulah ia memikirkan kekasihnya yang ia tinggal tanpa kabar sebelum berangkat megantar sang Ayah. Reda mabuk, hingga saat ia kembali ke hotel ternyata ia membawa seorang wanita hingga kedepan pintu kamar nya. Dalam keaadaan mabuk tersebut ia sedang bermesraan dengan wanita tersebut, lalu sang Ayah terbangun dari tidurnya karena merasa berisik, saat ia membuka pintu disitulah ia melihat bahwa Reda sedang bermesraan dalam keadaan mabuk. Hal ini membuat sang Ayah yang sangat Religius sangat marah. Sehingga ia memutuskan untuk pergi dari hotel tanpa Reda. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-2 dengan simbol ᵞ dimana Pahlawan melakukan pelanggaran. 63

10. Pahlawan melakukan mediasi atas pelanggaran yang dilakukan olehnya pada menit ke 01.11.37– 01.12.18. Tabel 5.10

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi B Mediasi Reda mencoba untuk membujuk Sang Ayah untuk memaafkannya setelah melakukan kesalahan. Reda : (Mengejar Sang Ayah yang tengah berjalan kaki)

63 Eriyanto, Analisis Naratif, 67.

84

“Ayah! Ayah! Kumohon dengarkan aku dulu! Maafkan aku. Maafkan aku, Ayah! Entah apa yang merasukiku. Aku bingung. Ayah, dengarkan aku. Aku mohon! Aku meminta Ayah memaafkanku. Aku bilang maafkan aku. Dengarkan aku, Ayah. Bukankan mereka mengajari cara memberi maaf dalam agama Ayah?!”

Sang Ayah : (Setelah mendengar kata terakhir dari Reda, Sang Ayah yang sedang berjalan langsung berhenti dan akhirnya memasuki mobil lagi).

Reda melakukan kesalahan lagi, ia pergi ke klub malam sampai mabuk dan membawa seorang wanita dengannya ke depan kamar hotel. Sang Ayah penasaran karena diluar terdegar suara bising, saat melihat keluar ternyata itu Reda dalam keadaan mabuk tengah bermesraan dengan seorang wanita. Sang Ayah sangat marah hingga meninggalkan hotel dan tidak perduli dengan Reda. Reda pun terus membujuk Sang Ayah untuk memaafkannya. Karena menurutnya ia pun tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dirinya, ia merasa khilaf. Sang Ayah tetap tidak perduli dan terus berjalan hingga Reda mengatakan bahwa agama Islam (yang dianut oleh Sang Ayah) mengajarkan cara memberi maaf, pada saat itulah Sang Ayah akhirnya mau masuk ke dalam mobil untuk meneruskan perjalanan

85

Haji nya dengan Reda. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-8 dengan lambang (B). 64

11. Pemaparan yang dijelaskan oleh Sang Ayah dari pertanyaan Reda pada menit ke 01.19.32 – 01.20.50. Tabel 5.11

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi Ex Pemaparan Reda bertanya kepada sang Ayah mengenai pergi ke Mekah. Hal tersebut membuat sang Ayah memaparkan/menjelaskannya. Reda : “Kenapa pergi ke sana menjadi begitu penting? Mengapa Mekah begitu istimewa?”

Sang Ayah : “Kita sudah sampai sejauh ini dan kini kau baru tertarik menanyakannya? Mekah adalah kota suci yang utama bagi umat Islam. Orang-orang datang dari segala penjuru dunia. Ia adalah warisan Nabi Ibrahim AS. Haji itu penting, ia adalah rukun Islam yang kelima. Semua Muslim yang mampu harus melaksanakannya sebelum mereka meninggal..untuk mensucikan jiwa mereka. Kita semua pasti mati nantinya. Kita hanyalah tamu di bumi ini. Satu-satunya yang Ayah takutkan ialah meninggal sebelum melaksanakan kewajiban. Dan tanpamu,

64 Eriyanto, Analisis Naratif, 68.

86

Ayah takkan pernah bisa berhasil. Semoga Allah merahmatimu. Ayah banyak belajar dari perjalanan ini.”

Reda : (sambil tersenyum mendengar pemaparan sang Ayah) “Begitu juga aku..”

Sang Ayah : “Ayah mau sholat.”

Reda : (kembali melontarkan senyuman)

Saat berhenti untuk istirahat sejenak, sang Ayah tengah berwudhu (tayamum), lalu Reda menanyakan mengapa mekah begitu istimewa sehingga sang Ayah ingin pergi kesana. Lalu sang Ayah menjelaskan kepada nya betapa istimewa mekah serta melakukan ibadah Haji yang akan dilakukannya tersebut. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi propp yang ke-28 yaitu pemaparan, dengan lambang Ex. 65

12. Ketidakhadiran sang Ayah yang membuat Reda khawatir pada menit ke 01.27.15 – 01.27.50. Tabel 5.12

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi β Ketidakhadiran Semua jamaah telah kembali ke tempat istirahatnya, Reda menunggu sang Ayah tetapi tidak kunjung datang juga.

65 Eriyanto, Analisis Naratif, 70.

87

Ketidakhadiran sang Ayah diantara Jamaah lainnya membuat Reda khawatir, ia menuggu sang Ayah hingga larut malam. Akan tetapi, sang Ayah tak kunjung datang juga. Kekhawatiran Reda semakin dalam sampai ia bermimpi dan terbangun ketakutan. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-1 yaitu ketidakhadiran seorang anggota keluarga dengan simbol β. 66

13. Pengejaran yang dilakukan oleh Reda untuk menemukan sang Ayah pada menit ke 01.29.41 – 01.33.24. Tabel 5.13

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi Pr Pengejaran Reda mengikuti bus yang hendak pergi ke daerah tempat orang-orang yang melakukan haji untuk mencari sang Ayah.

Reda : “Aku mecari Ayahku.. minggir, minggir!”

Reda melakukan pencarian sang Ayah hingga mengikuti bus yang berangkat ke daerah tempat jamaah melakukan ibadah haji nya. Disana sangat ramai dengan orang-orang. Ia tidak bisa menemukan sang Ayah hingga ia ditangkap oleh petugas keamanan disana dan ia dibawa ke suatu tempat. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-21 yaitu pengejaran, dengan simbol Pr.67

66 Eriyanto, Analisis Naratif, 67. 67 Eriyanto, Analisis Naratif, 70.

88

14. Reaksi Reda saat memasuki suatu ruangan pada menit 01.38.58 – 01.39.38. Tabel 5.14

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi E Reaksi dari Reaksi Reda saat melihat sang Ayah di Pahlawan ruangan yang ia masuki bersama seorang petugas.

Reda : “Apa ini?” ia bertanya ke seorang petugas yang membawanya. Tidak ada percakapan panjang dalam peristiwa ini. Reda dibawa ke suatu ruangan oleh seorang petugas, disana ia melihat banyak jenazah yang telah ditutupi kain putih. Seorang penjaga ruangan tersebut membawa Reda untuk mengecek satu persatu jenazah tersebut, karena mungkin ada Ayahnya di ruangan tersebut. Setelah melihat beberapa jenazah, kain ke-4 yang dibuka ternyata adalah sang Ayah. Reda terdiam, ia terlihat sangat syok dan akhirnya ia menangis setelah melihat sang Ayah sudah tidak bernyawa lagi. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-13 yaitu Reaksi dari pahlawan dengan simbol E. 68

15. Setelah perjalanan panjang, Reda kembali pada menit ke 01.38.58 -01.39.38.

68 Eriyanto, Analisis Naratif, 69.

89

Tabel 5.15

Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi ↓ Kembali Akhirnya setelah melewati perjalanan

panjang, Reda kembali pulang ke negera nya.

Pada peristiwa ini tidak ada percakapan. Reda menjual mobil nya, dan ia bergegas kembali pulang. Sebelum menaiki taksi yang telah dihentikannya, Reda memberi uang kepada seorang pengemis wanita di dekatnya. Peristiwa ini sesuai dengan fungsi narasi Propp yang ke-20 dengan simbol ↓.69

Ke-31 fungsi yang dikemukakan oleh Propp merupakan cerita yang sempurna, dimana setiap karakter dan fungsi terdapat dalam cerita. Sering kali terjadi, dalam cerita (narasi) tidak semua karakter dan fungsi ada, namun bisa juga dalam suatu cerita terdapat lebih dari satu fungsi yang sama. Sebuah cerita mungkin.

hanya memuat beberapa bagian saja dari karakter dan fungsi. Dalam analisis narasi, peneliti tidak perlu membuktikan atau menemukan ke-31 fugsi yang dikemukakan oleh Propp. Bisa jadi dalam sebuah narasi, hanya ditemukan beberapa fungsi saja. 70

Dalam film Le Grand Voyage terdapat 15 fungsi pelaku yang diawali dengan situasi awal yang merupakan pengenalan

69 Eriyanto, Analisis Naratif, 70. 70 Eriyanto, Analisis Naratif, 71.

90

Pahlawan yaitu Reda terhadap penonton atau penikmat film. Fungsi pelaku yang dialami tokoh-tokoh baik Pahlawan, pengirim, atau penjahat itu diakhiri dengan selesainya perjalanan haji yang ditempuh oleh Pahlawan atau Reda untuk mengatarkan sang Ayah pergi haji dan sang Ayah meninggal dunia saat melakukan ibadah haji nya, dan akhirnya Reda kembali pulang seorang diri.

Dari fungsi tersebut tidak hanya terjadi sekali namun juga ada pengulangan fungsi yang terjadi pada peristiwa yang berbeda. Seperti pada narasi ke 6 dan 11 sama-sama memiliki fungsi pemaparan, maupun narasi ke 8 dan 14 sama-sama memiliki fungsi pengintaian. Struktur fungsi pelaku Aqidah seorang Muslim dalam film Le Grand Voyage apabila disusun yaitu sebagai berikut: α, M, ↑, ᶿ, L, Ex, A, E, ϒ, B, Ex, β, Pr, E dan ↓.

91

B. Karakter dan Oposisi Berlawanan dan Karakter Tokoh dinarasikan dalam Film Le Grand Voyage Dalam sebuah cerita, terdapat plot atau alur di dalamnya. Film Le Grand Voyage merupakan film yang di sutradai oleh Ismael Ferroukhi yang bergenre drama yang berplot maju. Yang dimana gambaran dalam film pertama kali dimunculkan pada saat zaman sekarang dan cerita dilanjutkan dengan diceritakannya perjuangan sang Ayah untuk melakukan ibadah haji yang diantar oleh putra nya yaitu Reda, mereka melewati begitu banyak kejadian hingga akhirnya sampai di kota suci Mekah dengan menggunakan mobil tua miliknya.

Dalam suatu dongeng jaman dulu, tampilan seorang pahlawan digambarkan dengan sangat tampan ataupun cantik, dan penjahat mempunyai wajah yang buruk rupa. Seiring dengan perkembangan pemikiran seseorang, di jaman sekarang tampila seorang penjahat pun bisa mengimbangi wajah sang pahlawan. Dalam fungsi karakter da oposisi berlawanan, sifat antara pahlawan dan penjahat sangat bertolak belakang dalam film. Pahlawan mempunyai sifat penolong sedangkan penjahat mempunyai sifat berlainan. Dalam film Le Grand Voyage sang pahlawan diwakili oleh Reda, Pengirim diwakili oleh sang Ayah dan penjahat diwakili oleh Mustapha yang tega mencuri uang mereka padahal ia tau bahwa Reda dan sang Ayah melakukan perjalanan haji ini dari Perancis, dimana negara tersebut sangatlah jauh.

Selain itu penggunaan karakter oposisi berlawanan ini mengikuti pola narasi modern. Berbeda dengan karakter

92

berlawanan dongeng jaman dulu yang menggambarkan karakter penjahatnya ditampilkan dengan buruk rupa dan pahlawannya digambarkan dengan muka yang tampan rupawan dan pahlawan mendapatkan kekuatan dari kekuatan magis sedangkan penjahat mendapatkan kekuatan dengan bantuan bawahan penjahat untuk melawan dan menghalangi misi pahlawan. Karakter dalam cerita modern mungkin saja berbeda dengan ajaran karakter cerita tradisional, tetapi fungsi dari karakter tersebut tetaplah sama.

Karakter Oposisi Berlawanan dalam Film Le Grand Voyage

Kepahlawanan Kejahatan Pahlawan menjalanka misi Penjahat menghalangi misi tertentu atau menderita pahlawan, menghukum akibat tindakan penjahat. pahlawan. Dalam film Le Grand Voyage Mustapha mencuri uang sang Reda mendapatka tugas untuk Ayah saat mengantar Reda yang mengantarkan sang Ayah tengah mabuk saat malam hari. untuk pergi haji. Mengalami cobaan berat. Membuat pahlawan mengalami cobaan. Saat Reda melihat sang Ayah Reda harus memilih antara sudah tak bernyawa lagi mengantarkan sang Ayah atau setelah pergi di hari pertama memilih untuk mengikuti ujian untuk melakukan ibadah haji akhirnya karena ujian tersebut nya. adalah kesempatan terakhirnya.

93

Diutus. Bertindak sendiri. Reda diutus oleh sang Ayah Setelah sang Ayah meninggal untuk mengantarnya serta dunia di Mekah, Reda hanya mengemudikan mobil untuk seorang diri, ia menjual pergi ke Mekah mobilnya dan kemudian bergegas pulang. Mendapatkan pertolongan Perpanjangan dari kekuatan kekuatan. jahat. Reda dan sang Ayah Reda dihasut agar minum mendapat pertolongan dari banyak alkohol oleh Mustapha, Mustapha di perbatasan Turki sehingga ia sangat mabuk dan karena Paspor mereka di mempermudah Mustapha untuk tahan oleh petugas. melakukan aksinya. Bertanya Menjawab Reda bertanya kepada sang Sang Ayah menjawab Ayah, alasannya memilih pertanyaan Reda mengenai berhaji menggunakan mobil alasannya memilih berhaji melaikan pesawat. menggunakan mobil daripada pesawat dengan sangat bijak. Muda Tua Sosok Reda digambarkan Sosok sang Ayah digambarkan sebagai pria muda dan gagah. seorang pria yang sudah tua.

94

Perjuangan Jalan pintas Perjuangan sang Ayah untuk Reda mempermasalahkan melakukan perjalanan haji keputusan sang Ayah untuk nya menggunakan mobil melakukan perjalaan haji daripada pesawat. menggunaka mobil melainka naik pesawat yang lebih mudah dan lebih cepat. Mencari Hilang Reda mencari sang Ayah di Reda menyadari bahwa sang tengah kerumunan orang- Ayah tidak kembali bersama orang saat di Mekah untuk Jamaah haji yang lain saat mencari Ayahnya. malam tiba.

Sumber: olahan Penulis berdasarkan karakter oposisi berlawanan

Di dalam narasi (cerita) terdapat karakter, yaitu orang atau tokoh yang mempunyai sifat atau perilaku tertentu. 71Karakter- karakter tersebut masing-masing mempunyai fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi menyatu. Fungsi disini dipahami sebagai sebagai tindaka dari sebuah karakter. Narasi tidak hanya menggambarkan isi, tetapi didalamnya terdapat karakter- karakter. Dengan adanya karakter, akan memudahkan gagasannya. Karakter di sini bisa merupakan sesuatu yang dekat atau jauh dari kehidupan sehari-hari khalayak tetapi ia membantu untuk menggambarkan dunia realistis.

71 Eriyanto, Analisis Naratif, 65.

95

Analisis naratif ialah mengenai narasi, baik itu narasi fiksi (novel, puisi, cerita rakyat, dongen, film, komik, musik dan sebagainya) ataupun fakta seperti berita. Menggunakan analisis naratif berarti menempatkan teks sebagai sebuah cerita. Teks dilihat sebagai rangkaian peristiwa, logika dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang. 72

Menurut Vladimir Propp, terdapat 7 karakter tokoh dalam narasi, berikut adalah analisis karakter tokoh yang terdapat dalam film Le Grand Voyage, diantaranya:

Karakter Tokoh Fungsi dalam Film Pahlawan Reda Di dalam film ini seorang pahlawan diperankan oleh Nicolas Cazale yang memeranka tokoh Reda. Sesuai dengan definisi pahlawan yang dikemukakan oleh Propp. Reda dalam film Le Grand Voyage menjalankan perintah sang Ayah. Pengirim Sang Pengirim dalam narasi Ayah digambarkan sebagai orang yang mengirim pahlawan untuk menyelesaikan tugas. Pada film ini yang menjadi

72 Eriyanto, Analisis Naratif, 7.

96

pengirim ialah Mohamed Majd yang berperan sebagai sang Ayah. Sang Ayah merupakan pengirim dalam film Le Grand Voyage. Beliau yang mengutus Reda untuk mengantarnya pergi haji menggunakan mobil. Penjahat Mustapha Tokoh penjahat pada narasi Propp menggambarkan seseorang melukai pahlawan, tindaka penjahat menyebabkan kerugian atau cedera baik pahlawan maupun anggota lainnya. Pada film ini yang menjadi penjahat ialah Jacky Nercessian yang berperan sebagai Mustapha. Ia mencuri uang sang Ayah saat malam hari. Penolong - - Putri Lisa Lisa adalah seorang gadis yang menjadi kekasih Reda, hal ini diketahui saat Reda menelepon Lisa untuk memberi tahu nya bahwa ia harus pergi ke suatu tempat karena urusan keluarga. Tetapi

97

tokoh Lisa tidak nampak pada Film, hanya foto Lisa yang terlihat saat Reda memandangi foto yang dipegangnya tersebut. Donor - - (Penderma) Pahlwan - - palsu Sumber: olahan Penulis berdasarkan karakter tokoh di narasi

98

C. Dakwah Dzatiyah sang Ayah Kepada Dirinya Sendiri Melalui Komunikasi Intrapribadi

Dakwah dzatiyah adalah dakwah pada diri sendiri. Seseorang dapat mengatur diri sendiri, memilih, dan menyaring faktor situasi. Ia dapat menilai dirinya, apakah perilakunya lebih dipengaruhi oleh faktor situasi atau faktor pribadi. 73 Serta ia akan melakukan nya dulu untuk diri sendiri untuk memberikan contoh atau mengajak orang lain.

Menurut Peneliti, Sang Ayah adalah personifikasi dari seseorang yang memiliki Aqidah yang kuat. Tetapi ia juga merupakan personifikasi dari dakwah dzatiyah. Sebagai contoh adalah pada saat sang Ayah memutuskan untuk berangkat haji dengan Reda, sejak awal film dimulai sampai selesai tidak ada adegan atau percakapan sang Ayah untuk mengajak Reda melakukan ibadah Haji bersama nya. Serta saat sang Ayah hendak melaksanakan sholat, ia akan melakukannya sendiri tanpa mengajak Reda yang hidup dan berfikiran modern.

Adegan yang mengandung dakwah dzatiyah ini dapat dilihat pada adegan-adegan yang terdapat pada film Le Grand Voyage ini, yaitu:

73 Dr. Armawati Arbi, M.Si., Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta: AMZAH, 2012), 56.

99

1. Pada menit 00.09.52 saat sang Ayah hendak melaksanakan sholat di pabean, ia hanya mengatakan bahwa akan melaksanakan shalat dan menyuruh Reda untuk memarkirkan mobil menunggu nya di pinggir jalan. 2. Pada menit 01.00.56 saat di Damaskus, sang Ayah sedang ber-wudhu untuk hendak melaksanakan sholat, sedangkan Reda hanya berdiri bermain pasir di gurun tersebut. 3. Pada menit 01.19.32 saat sang Ayah tayamum, Reda hanya duduk untuk beristirahat, mereka hanya berbincang tentang pertanyaan Reda mengenai Mekah. 4. Pada menit 01.27.15 saat hari pertama sang Ayah hendak pergi melaksanaka ibadah Haji nya, ia berpisah tanpa mengatakan sepatah kata.

Adegan-adegan tersebut menurut Peneliti menunjukkan sikap dakwah dzatiyah sang Ayah. Karena dakwah dzatiyah itu mengajak diri sendiri serta mengenal diri sendiri sebagai hamba Allah, serta menerapkan pesan-Nya terlebih dahulu sebelum mengajak atau mengundang seseorang.

Sang Ayah memang tidak mengajak langsung kepada Reda tentang hal-hal yang dilakukannya, akan tetapi menurut Peneliti, sang Ayah ingin megajarkan atau memberikan contoh kepada anaknya berdasarkan apa yang di lakukannya.

100

Seperti saat Reda bertanya mengenai mengapa Mekah begitu penting untuk sang Ayah dan alasan sang Ayah pergi haji menggunakan mobil melainkan naik pesawat, serta tetap melakukan hal baik kepada orang lain seperti yang di lakukan sang Ayah yaitu tetap bersedekah kepada orang setelah uang nya dicuri walaupun hal ini membuat Reda sangat geram. Dari situlah, setelah sang Ayah meninggal dunia, Reda mulai mengamalkan apa yang di lakukan sang Ayah, contohnya yaitu setelah menjual mobilnya di Mekah dan hendak menaiki taksi, Reda melihat seorang pengemis wanita, dan dia memberikan sedekah kepada wanita tersebut.

D. Perspektif Tentang Dzatiyah (Aqidah) dalam film Le Grand Voyage

Menurut Peneliti, banyak hal yang menjadi contoh positif dalam film ini. Film ini mampu mengedukasikan dan mengunggah moral serta emosi masyarakat agar selalu menanamkan Aqidah yang kuat, perjuangan, serta keikhlasan di setiap individu. Setelah menerapkan kepada diri sendiri, alangkah baiknya jika kita mengajak orang lain untuk melakukan berbagai ibadah untuk memuja Allah. Terutama apabila kita memiliki suatu harapan untuk meraih sesuatu, terkadang kita pasti dihadapkan dengan masalah, tetapi kita harus menjadikan masalah tersebut sebagai pembangkit atau penyemangat kita untuk tetap meraih sesuatu dan tidak menyerah.

101

Pada film ini contohnya pada adegan awal, ketika sang Ayah mendapat kabar bahwa Khalid putra pertamanya mendapatkan masalah sehingga SIM nya dicabut dan ia tidak bisa mengantarkan sang Ayah, ia berusaha mencaari cara agar tetap bisa pergi untuk melaksanan ibadah haji nya, dimana ia memutuskan untuk Reda putra kedua nya untuk mengantarnya. Namun Reda tidak langsung menerima keputusan sang Ayah, ia memiliki ujian akhir dan ujian tersebut adalah kesempatan terakhir nya, dan juga ia memiliki kekasih yang tidak ingin ia tinggal terlalu lama. Walaupun sangat berat untuk Reda, akhirnya ia memutuskan untuk merelakan ujiannya serta meninggalkan sang kekasih untuk mengantar Ayahnya.

Hidup memang selalu dihadapkan pada suatu pilihan. Terkadang keyakinan dalam diri kita lah yang membuat keputusan untuk tetap mengambil keputusan. Maka setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak akan pernah lepas dari berbagai jenis perjuangan. Perjuangan harus tetap selalu diiringi oleh Aqidah yang kuat pada setiap diri manusia. Seperti Aqidah sang Ayah untuk memutuskan pergi haji dengan menggunakan mobil, yang menurutnya lebih baik daripada menaiki pesawat. Keputusan sang Ayah tersebut sesuai perkataannya bahwa “lebih baik berpergian dengan mobil daripada menaiki kapal, lebih baik menaiki kapal daripada menaiki pesawat”, menurut Peneliti sang Ayah akan lebih merasakan perjuangan untuk meraih keinginannya untuk memenuhi rukun Islam ke-5 tersebut. Sang Ayah juga tidak pernah lewat melaksanan shalat, juga dalam perjalanan ia selalu membaca Al-Qur’an nya.

102

Sang Ayah adalah personifikasi dari pencarian kesalehan yang berjalan—kesalehan yang diam, namun bergerak. Kesalehan dalam tradisi ziarah dan rihlah seperti itu yang memang mengakar kuat dalam konteks Islam di Maroko khususnya, dan dunia Islam pada umumnya. Ismael Ferroukhi sang Sutrada film ini ingi menemukan kembali barang kejadian langka ini. Berhaji seperti itu bukan hanya ziarah, tapi merupakan ekspresi dari sebuah pencarian yang agung (al-rihlah al-akbar) tepat seperti judul film ini dalam bahasa Arab.74

“iringilah ibadah haji dengan (memperbanyak) ibadah umrah (berikutnya), karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana alat peniup besi panas menghilangkan karat pada besi, emas dan perak. Dan tidak ada (balasan) bagi (pelaku) haji yang mabrur melainkan surga.” (HR. Tirmidzi: (810), An-nasa’I (5:115). 75 Manusia merupakan makhluk yang memiliki kekuatan dan kemampuan yang terbatas. Oleh karena itu kita membutuhkan pegangan dan perlindungan. Karena kita pada akhirnya akan terus mencari Tuhan yang diyakini dapat memenuhi segalanya. Inilah alasanya kita harus memiliki sifat dakwah Dzatiyah serta Aqidah dan ikhlas pada diri kita untuk menjalankan perintah- Nya.

74 https://www.paramadina-pusad.or.id/le-grand-voyage-naik-haji-ziarah- dan-rihlah/ 75 https://muslim.or.id/27810-hadits-keutamaan-ibadah-haji-dan- umrah.html

103

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Untuk menyimpulkan hasil penelitian pada skripsi ini, Peneliti mengacu pada fokus permasalahan yang ada dengan melihat pendekatan teori dan implementasinya pada objek penelitian, maka peneliti menyimpulkan ada lima belas adegan yang mengandung unsur Aqidah serta perjuangan, adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Penggambaran fungsi karakter/Aqidah pada film Le Grand Voyage menurut teori Vladimir Propp yaitu: a. Adegan “Awal dari film Le Grand Voyage dimana saat sang Ayah memberi tahu Reda bahwa sang Ayah meminta agar Reda yang mengantarkannya untuk pergi Haji ke Mekah”. Dalam adegan ini merupakan situasi awal yang berperan penting pada cerita, walaupun tidak termasuk dalam fungsi namun memeiliki lambang sama seperti fungsi pelaku lainnya yaitu α. Reda merupakan tokoh sentral yang banyak terlibat dalam peristiwa, dan akan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sang Ayah. b. Adegan “Mendapatkan tugas yang diberikan oleh Sang Ayah untuk mengantarnya pergi Haji”. Dalam adegan ini Reda harus memilih keputusan yang berat antara mengantar sang Ayah atau menyelesaikan kesempatan terakhir nya untuk ujian. Pada akhirnya Reda memilih untuk mengantar sang Ayah walaupun terlihat terpaksa.

104

Dalam fungi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Tugas Berat (Fugsi ke-25) dengan lambang M. c. Adegan “Reda dan Sang Ayah memulai perjalanan ke Mekah”. Dalam adegan ini Reda dan sang Ayah berangkat dari Perancis menuju Mekah dengan menggunakan mobil tua nya. Dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Keberangkatan (Fungsi ke-11) dengan lambang ↑. d. Adegan “Keterlibatan Reda saat sang Ayah memintanya untuk berhenti saat di Pabean karena sang Ayah ingin Shalat”. Dalam adegan ini menggambarkan ketika mereka berhenti di Pabean untuk menunjukkan Paspor nya pada Petugas, sang Ayah mengatakan kepada Reda bahwa ia akan melaksanakan Shalat karena sudah waktu Shalat, tetapi Reda menolak keinginan sang Ayah tersebut, akan tetapi sang Ayah mebalasnya sehingga ia tetap melaksanakan Shalat dan Reda tetap menunggu nya. Dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Keterlibatan (Fungsi ke-7) dengan lambang ᶿ. e. Adegan “Pahlawan atau Reda tidak bisa mengklaim keinginan nya kepada sang Ayah”. Dalam adegan ini menggambarkan ketika Reda mengatakan kepada Ayahnya agar mereka bisa berhenti di Milan atau Venecia untuk sekedar jalan-jalan sebentar dan berfoto, akan tetapi sang Ayah mengatakan bahwa mereka bukanlah wisatawan, bisa dikatakan bahwa sang Ayah hanya ingin berfokus perjalanannya semata untuk berhaji, dalam

105

fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Tidak Bisa Mengklaim (Fungsi ke-24) dengan lambang L. f. Adegan “Pemaparan Sang Ayah dari pertanyaan Reda mengenai alasannya memilih pergi Haji menggunakan mobil daripada pesawat”. Dalam adegan ini menggambarkan pemaparan sang Ayah kepada Reda mengenai alasannya memilih untuk pergi haji dengan menggunakan mobil melaikan naik pesawat, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Pemaparan (Fungsi ke-28) dengan lambang Ex. g. Adegan “Kejahatan yang di lakukan penjahat atau Mustapha”. Dalam adegan ini menggambarkan kejahatan yang dilakukan Mustapha yaitu saat ia mengantar Reda yang sudah mabuk berat, ia sengaja masuk ke kamar hotel tersebut dan mencuri uang sang Ayah, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Kejahatan (Fungsi ke-8) dengan lambang A. h. Adegan ‘”Reaksi Reda setelah melihat Sang Ayah memberi sedekah kepada seorang wanita di Suriah”. Dalam adegan ini menggambarkan reaksi Reda yang melihat Ayahnya memberi sedekah kepada pegemis wanita, padahal menurut Reda mereka habis mengalami pencurian, serta setiap hari dia hanya makan telur dan roti, seharusnya sang Ayah menghemat uang tanpa memberikannya kepada siapapun, saat Reda menarik uang tersebut dari wanita itu, sang Ayah langsung menamparnya dan Reda pun marah, dalam fungsi pelaku

106

Propp masuk kedalam fungsi Reaksi Dari Pahlawan (Fungsi ke-13) dengan lambang E. i. Adegan “Pelanggaran yang dilakukan oleh Pahlawan (Reda)”. Dalam adegan ini menggambarkan bahwa Reda baru pulang dari klub malam dalam keadaan mabuk serta ia membawa seorang wanita dengannya, ia bermesraan di depan pintu kamar hotelnya, sang Ayah yang merasa ada kegaduhan dari luar langsung melihat kedepan pintu, saat itulah ia melihat Reda sedang bersama seorang wanita dan ia sangat marah besar melihat kejadian tersebut dan langsung menutup sambil membanting pintu kamar nya, dalam fungi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Pelaggaran (Fungsi ke-2) dengan lambang ϒ. j. Adegan “Pahlawan melakukan mediasi atas pelanggaran yang dilakukan olehnya”. Dalam adegan ini menggambarkan bahwa Reda mengejar sang Ayah dengan mobil tua nya, mencoba memohon maaf kepada sang Ayah atas apa yang dilakukannya, pada awalnya sang Ayah tidak perduli dan terus berjalan tanpa menggubris perkataan Reda, pada akhirnya setelah Reda mengatakan dalam agama sang Ayah diajarkan untuk memaafkan, sang Ayah berhenti dan masuk ke mobil nya, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Mediasi (Fungsi ke-8) dengan lambang B. k. Adegan “Pemaparan yang dijelaskan oleh Sang Ayah dari pertanyaan Reda”. Dalam adegan ini menggambarkan sang Ayah memaparkan kepada Reda mengapa pergi ke Mekah begitu penting dan mengapa Mekah begitu

107

istimewa untuknya. Dalam dialog tersebut keadaan sang Ayah dan Reda sudah mencair, mereka tersenyum bersama, menurut mereka perjalanan ini memiliki banyak pelajaran, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Pemaparan (Fungsi ke-28) dengan lambang Ex. l. Adegan “Ketidakhadiran sang Ayah yang membuat Reda khawatir”. Adegan ini menggambarkan ketidakhadiran sang Ayah yang harus nya kembali bersama Jamaah lainnya, Reda mulai khawatir karena menunggu beberapa bus yang sampai, tetapi sang Ayah belum juga tiba di tempat istirahat nya, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Ketidakhadiran (Fungsi ke-1) dengan lambang β. m. Adegan “Pengejaran yang dilakukan oleh Reda untuk menemukan sang Ayah”. Dalam adegan ini menggambarkan Reda melakukan pengejaran ke dalam tempat ibadah Haji guna mencari sang Ayah, karena tidak tenang, Reda ditankap oleh Petugas di tempat itu, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Pengejaran (Fungsi ke-21) dengan lambang Pr. n. Adegan “Reaksi Reda saat memasuki suatu ruangan”. Dalam adegan ini menggambarkan reaksi Reda saat melihat sang Ayah sudah tidak bernyawa lagi di ruangan jenazah yang ditunjukkan oleh petugas, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Reaksi dari Pahlawan (Fungsi ke-13) dengan lambang E. o. Adegan “Setelah perjalanan panjang, Reda kembali”. Dalam adegan ini menggambarkan setelah sang Ayah

108

meninggal dunia, Reda menjual mobil nya dan kembali pulang, sebelum memasuki taksi ia melihat seorang pengemis wanita dan ia menghampirinya untuk memberinya uang lalu memasuki taksi, ini adalah scene terakhir pada film ini, dalam fungsi pelaku Propp masuk kedalam fungsi Kembali (Fungsi ke-31) dengan lambang ↓. Penulis mengambil kesimpulan bahwa film ini mengandung nilai Aqidah, perjuangan serta keikhlasan tentang bagaimana keinginan sang Ayah untuk melakukan perjalanan haji nya menggunakan mobil melainkan naik pesawat dan tidak lupa untuk tetap melakukan ibadah wajib maupun sunnah dimanapun ia berada, juga keikhlasannya untuk tetap melakukan kebaikan kepada orang lain, juga perjuangan Reda untuk mengantar sang Ayah dan merelakan kesempatan terakhirnya untuk ujian akhir. Serta film narasi modern ini dapat dianalisis menggunakan pendekatan fungsi karakter Vladimir Propp.

109

2. Karakter oposisi berlawanan dan karakter tokoh dinarasikan dalam film Le Grand Voyage menurut teori Vladimir Propp, yaitu: -Karakter Oposisi berlawanan

a. Kepahlawanan dan Kejahatan b. Mengalami cobaan berat dan membuat Pahlawan mengalami cobaan c. Diutus dan bertindak sendiri d. Mendapatkan pertolongan kekukatan dan perpanjangan dari kekuatan jahat e. Bertanya dan menjawab f. Muda dan tua g. Perjuangan dan jalan pintas h. Mencari dan hilang -Karakter tokoh dinarasikan dalam film Le Grand Voyage menurut Vladimir Propp, yaitu: a. Pahlawan : Reda b. Pengirim : Sang Ayah c. Penjahat : Mustapha d. Putri : Lisa

3. Dakwah dzatiyah (Aqidah) sang Ayah yaitu meberikan contoh kepada sang Anak untuk melakukan hal-hal baik dan terpuji.

110

B. Saran Film ini merupakan film drama otobiografis, banyak adegan serrta dialog menarik dalam film ini. Harapan Penulis, semoga Islmael Ferroukhi membuat karya—karya yang dapat membuka serta mengunggah emosi para penonton nya lagi. Saran Penulis, setelah menonton film ini yaitu sebagai seorang anak alangkah baiknya kita agar ikhlas saat orang tua memiliki keinginan yang baik, walaupun tidak mudah. Film ini memenuhi kriteria yang baik untuk sebuah film, ada unsur hiburan, edukasi dan juga informasi. Tanpa harus menyudutkan suatu pihak, film ini bisa dijadikan contoh bagi mereka yang ingin membuat film tentang Aqidah serta perjuangan seseorang tanpa harus melupakan fungsi film sebagai hiburan.

111

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Cara Mudah Memahami Aqidah: Sesuai Al qur’an As- sunnah, da pemahaman Salafis Shahih. Jakarta: Pustaka At- Tazkia, 2007.

Anwar, Rosihan. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2008

Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. Jakarta: AMZAH, 2012.

Bin Abdul Wahab, Muhammad. Bersihkan Tauhid anda dari Syirik. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987.

Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana, 2014. Braston, Gill dan Roy Stafford. The Media Student’s Book. London dan New York: Routledge.

Danesi, Marcel. Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Fatma, Aries. Teknik Cepat Meraih Potensi Diri. Lembaga pengembangan Diri Semesta, 2014.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Dokumen Elektronik dan Internet Elvinaro, Ardianto, Dkk. Komunikasi massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Erianto. Analisis Naratif: Dasar-dasar Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

112

Hidayat, Dasrun. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajia dan Pengalaman Islam, 1992.

Ismail, Asep Usman. Menata Keluarga, Memperkuat Negara & Bangsa kiat Mewujudkan Keluarga Sakinah. Jakarta: Puslitbang Lektur dan khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011.

Littlejhon, Stephen W. Komunikasi. Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika, 2008.

Morisan. Media Pengajaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005.

Muhaimen, Dkk. Kawasan dan Wawasan Study Islam. Jakarta: Kencana Wardana Media, 2005.

Muhammad. Pengantar Studi Aqidah Islam, Terjemahan oleh Muhammad Anis Hatta. Jakarta: Robbani Press, 1998.

Pratista, Himawan, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Depok: Rajawali Pers, 2019

Sabiq, Sayyid. Aqidah Islam. Bandung: CV. Diponegoro, 1989.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013 edisi ke 5.

113

Supratiknya. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kansius, 1995

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2009.

Ubaidah, Darwis Abu. Panduan Aqidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Jakarta: Al-Kautsar, 2008.

Vito, Joseph D. Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Karisma Publishing Grup, 2011.

Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013 Edisi Kedua.

Yazid. Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.Bogor: Pustaka Iman Syafi’I, 2008.

Yusmansyah, Taofik. Akidah dan Akhlak. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.

Dokumen Elektronik dari Internet

Artikel diakses pada 03 Desember 2019 dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/38225

Tafsir surah Ar-Ra’d di akses 25 Juli 2019 dari www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-rad-ayat-1-11.html https://www.imdb.com/title/tt0361670/awards di akses 11 September 2019 http://ikpmpakistan.blogspot.com/2014/05/review-film-le-grand- voyage.html di akses 11 September 2019

114

LAMPIRAN

115

116

FOTO SIDANG