POTENSI PARIWISATA OLAHRAGA PARALAYANG DESA TLOGO KECAMATAN GARUNG KABUPATEN

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Olahraga Pada Universitas Negeri

Oleh

Doni Sulistianto 6211416101

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

ABSTRAK

Doni Sullistianto. 2020. Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosbo. Skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Drs. Sahri, M.Kes.

Kata kunci: Potensi Pariwisata, Olahraga Paralayang, Pengelolaan Pariwisata

Topografi wilayah Kabupaten Wonosobo secara umum merupakan perbukitan dan pegunungan, dengan keadaan topografi tersebut Kabupaten Wonosobo merupakan daerah potensial untuk pengembangan pariwisata olahraga paralayang. Desa Tlogo adalah salah satu desa di Kabupaten Wonosobo yang memiliki potensi lokasi pariwisata olahraga paralayang. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo, bagaimana pengelolaan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo, dan apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Sasaran dalam penelitian ini adalah kepala kantor Pariwisata dan Kebudayaan, Komite Olahraga Nasional , Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia Kabupaten Wonosobo, Kepala serta staff Desa Tlogo, Badan Usaha Milik Desa, Lembaga Masyarakat Desa Hutan, Kelompok sadar wisata, dan warga Desa Tlogo. Sumber data yaitu data primer yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui tahap wawancara dan data sekunder yang berupa catatan-catatan, undang-undang maupun dokumen.Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui tahapan observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis dengan teknik triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Desa Tlogo berpotensi menjadi lokasi pariwisata olahraga paralayang, dimana dari segi geografis, demografis, dan komponen pariwisata Desa Tlogo menjadi lokasi yang representatif untuk kegiatan olahraga paralayang. Tetapi masih perlu pembangunan lokasi pendaratan darurat karena lokasi pendaratan yang ada masih terlalu jauh. Selain itu, ada juga saran bangunan dan infrastruktur yang dapat mendukung pengembangan pariwisata olahraga paralayang, salah satunya adalah akses jalan yang perlu diperbaiki sehingga semua kendaraan transporter khusus untuk aktivitas olahraga paralayang dapat mencapai lokasi take-off. Simpulan penelitian ini adalah Desa Tlogo memiliki potensi untuk dijadikan pariwisata olahraga paralayang dan dapat dikembangkan lebih luas lagi, untuk Pengelolaan pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo masih belum di kelola dengan optimal. Lebih lanjut, masih ada kendala dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang, sehingga diperlukan perbaikan dalam hal SDM tata kelola (manajerial) pariwisata olahraga paralayang, infrastruktur, dan sarana prasana.

ii

ABSTRACT

Doni Sulistianto. 2020. Potential of Paragliding Sports Tourism in Tlogo Village Garung Subdistrict Wonosobo . Thesis of Sports Science Department Faculty of Sports Science Semarang State University. Advisor Drs. Sahri, M.Kes.

Keywords: Tourism Potential, Paragliding Sports, Tourism Management

Topographically the area of is generally hilly and mountainous, with this topography, Wonosobo Regency is a potential area for paragliding sports tourism. Tlogo Village is one of the villages in Wonosobo Regency which has the potential for paragliding sports tourism locations. The problem formulation raised in this study is how the potential for paragliding sports tourism in Tlogo Village, how to manage paragliding sports tourism in Tlogo Village, and what are the obstacles faced in the development of paragliding sports tourism in Tlogo Village.

This research used a descriptive qualitative approach. The research location was Tlogo Village, Garung Subdistrict, Wonosobo Regency. The targets in this study are the Office of Tourism and Culture, the Indonesian National Sports Committee, Indonesian Aerospace and Paragliding Aerospace Association of Wonosobo Regency, the Head and Staff of Tlogo Village, Village-Owned Enterprises, Village Forest Community Institutions, Tourism-aware Groups, and Tlogo Village residents. Data sources are primary data obtained directly from the research location through the interview stage and secondary data in the form of notes, laws, and documents. Data collection techniques obtained through the stages of observation, interviews and, documentation were analyzed by triangulation techniques.

Based on research results, it is known that Tlogo Village has the potential to be a paragliding sports tourism location, wherein terms of geographic, demographic, and tourism components Tlogo Village is a representative location for paragliding sports activities. But it still needs to build an emergency landing site because the existing landing site is still too far away. In addition, there are also suggestions for buildings and infrastructure that can support the development of paragliding sports tourism, one of which is road access that needs to be improved so that all transporter vehicles specifically for paragliding activities can reach the take-off location.

The conclusion of this research is Tlogo Village has the potential to be used as paragliding sports tourism and can be developed more broadly, for the management of paragliding sports tourism Tlogo Village is still not managed optimally. Furthermore, there are still obstacles in the development of paragliding sports tourism, so that improvements are needed in terms of human resources (managerial) paragliding sports tourism, infrastructure, and Facilities.

iii

iv

v

PENGESAHAN

Skripsi atas nama Doni Sulistianto NIM 6211416101 Program Studi Ilmu Keolahragaan Judul “Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada hari Selasa, tanggal 5 Mei 2020.

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd Dr. Siti Baitul Mukarromah, S.Si., M.Si,Med NIP. 196103201984032001 NIP. 198112242003122001

Dewan Penguji

1. Nanang Indardi, S.Si., M.Si,Med (Penguji 1)

NIP. 198111122005011001

2. Gustiana Mega Anggita, S.Pd.Jas., M.Or (Penguji 2)

NIP. 198808222015042003

3. Drs. Sahri, M.Kes (Penguji 3)

NIP. 196805271993031002

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Harusnya kesabaran itu seperti keinginan, tak ada batasnya” (Sujiwo Tejo)

Persembahan:

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Allah SWT yang telah memberikan kehidupan

luar biasa.

 Ayah Ibu dan kakak-kakakku yang sangat aku

banggakan, Ayah Muhtarudin dan Ibu

Sulastri, Kakak Umi Dani Mulyani dan Dina

Mulyono yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan untukku dari awal

studi sampai saat ini.

 Ilham masrurun dan Zam-zam Masrurun yang

selalu memberikan dukungan dan semangat

untukku dari awal studi sampai saat ini.

 Keluarga besar jurusan Ilmu Keolahragaan

UNNES.

 Almamater FIK UNNES.

vii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul: “Potensi Pariwisata

Olahraga Paralayang Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo“ sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Olahraga. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, semoga kita semua mendapat safaatnya di yaumil akhir nanti.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya melibatkan bantuan, dorongan, dan sumbangsih dari berbagai pihak. Atas dasar itu maka dengan segenap kerendahan hati penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih secara tulus dan mendalam kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyusun skripsi;

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin dan kesempatan kepada penulis;

3. Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kelancaran dalam menyelesaikan penulisan skripsi;

4. Bapak Drs. Sahri, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan, petunjuk, dan telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyusun skripsi;

5. Bapak A. Didiek Wibawanto, S.Sos, M.M selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa

dan Politik Kabupaten Wonosobo yang memberikan izin penelitian sehingga

terlaksananya penelitian ini dengan baik.

viii

6. Ibu Gustiana Mega Anggita, S.Pd. Jas., M.Or. Selaku dosen wali yang selalu

memberikan bimbingan dan dukungan kepada penullis;

7. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Semarang yang

telah mentransferkan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis;

8. Teman-teman kontrakan bapak Robert dan kontrakan 99 yang selalu

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis;

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dan belum dapat saya

sebut satu persatu.

Atas segala do’a, bantuan, dan pengorbanan kepada penulis, semoga amal dan bantuan yang telah diberikan mendapat berkah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Maret 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...... i ABSTRAK ...... ii ABSTRACT ...... iii PERNYATAAN ...... iv PERSETUJUAN ...... v PENGESAHAN ...... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...... vii PRAKATA ...... viii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 6 1.3 Pertanyaan Penelitian ...... 6 1.4 Tujuan Penelitian...... 6 1.5 Manfaat Penelitian ...... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Potensi Pariwisata ...... 8 2.2 Pariwisata ...... 14 2.3 Pariwisata Olahraga ...... 16 2.4 Pengelolaan Pariwisata ...... 18 2.5 Paralayang ...... 19 2.5.1 Sejarah Paralayang...... 19 2.5.2 Pengertian Paralayang ...... 20 2.5.3 Perlengkapan Paralayang ...... 22 2.5.4 Teknik Lepas Landas dalam Olahraga Paralayang ...... 27 2.6 Kajian Meteorologi dan Klimatologi ...... 28 2.6.1 Cuaca ...... 29 2.6.2 Tekanan atmosfir ...... 29 2.6.3 Suhu udara ...... 30 2.6.4 Angin ...... 30 2.6.5 Turbulensi ...... 31 2.6.6 Daerah naikan ...... 33 2.6.7 Angin lokal di pegunungan ...... 34 2.6.8 Awan dan analisa cuaca ...... 35 2.7 Keadaan Geografis Kabupaten Wonosobo ...... 37

x

2.8 Kerangka Konseptual ...... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ...... 41 3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ...... 41 3.2.1 Lokasi Penelitian ...... 41 3.2.2 Sasaran Penelitian ...... 41 3.3 Sumber Data ...... 42 3.4 Metode Pengumpulan Data ...... 42 3.5 Pemeriksaan Keabsahan Data ...... 43 3.6 Analisis Data ...... 44 3.6.1 Reduksi Data ...... 44 3.6.2 Penyajian Data ...... 45 3.6.3 Penarikan Kesimpulan ...... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum Desa Tlogo ...... 46 4.2 Hasil Penelitian ...... 48 4.2.1 Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo ...... 48 4.2.1.1 Dari segi Geografis Desa Tlogo ...... 48 4.2.1.2 Dari segi Demografi Desa Tlogo ...... 54 4.2.1.3 Dari segi Komponen Pariwisata Desa Tlogo ...... 58 4.2.2 Pengelolaan Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo ...... 64 4.2.3 Kendala dalam Pengembangan Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo ...... 66 4.3 Pembahasan ...... 69 4.3.1 Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo ...... 69 4.3.2 Pengelolaan Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo ...... 73 4.3.3 Kendala dalam Pengembangan Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo ...... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...... 77 5.2 Saran ...... 78

DAFTAR KEPUSTAKAAN ...... 78 LAMPIRAN ...... 81

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1 Luas lahan di Desa Tlogo ...... 47 4.2 Kecepatan Angin di Bukit Seroja Desa Tlogo ...... 52 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tlogo ...... 56 4.4 Tingkat Pendidikan Desa Tlogo ...... 57 4.5 Mata Pencarian Masyarakat Desa Tlogo ...... 58 4.6 Desa wisata lestari tahun 2018 Kabupaten Wonosobo ...... 59 4.7 Usaha Jasa Penginapan di Desa Tlogo ...... 60 4.8 Banyaknya sarana transportasi di Kecamatan Garung ...... 62 4.9 Banyaknya sarana kesehatan di Kecamatan Garung...... 63 4.10 Lembaga Kemasyarakatan Desa Tlogo ...... 63 4.11 Diskripsi site paralayang di Desa Tlogo ...... 69

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Parasut ...... 22 2.2 Harness ...... 24 2.3 Pelindung punggung ...... 25 2.4 Parasut Cadangan ...... 25 2.5 Helm ...... 26 2.6 Turbulensi ...... 32 2.7 Wind shear ...... 32 2.8 Formasi turbulensi thermal ...... 33 2.9 Daerah naikan (lift) ...... 34 2.10 Arah angin lokal di pegunungan ...... 35 2.11 Awan ...... 36 2.12 Bagan Skema Kerangka Konseptual ...... 39 4.1 Peta Desa Tlogo ...... 46 4.2 Lokasi Take off paralayang di Desa Tlogo ...... 50 4.3 Tabel suhu, arah dan kecepatan angin di lokasi Take off Desa Tlogo ..... 51 4.4 Lokasi Landing paralayang di Desa Tlolgo ...... 53 4.5 Fasilitas Rest area Desa Tlogo ...... 54 4.6 Peta Perencanaan Kawasan Take off paralayang Desa Tlogo ...... 65 4.7 Peta Perencanaan Kawasan Landing paralayang Desa Tlogo ...... 65 4.8 Akses Jalan Menuju Tempat Take Off Paralayang ...... 67

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Usulan Pembimbing ...... 84

2. Penetapan dosen pembimbing ...... 85

3. Surat Izin Penelitian ...... 86

4. Surat Izin dan Keterangan Penelitian ...... 87

5. Rubrik observasi di Desa Tlogo ...... 88

6. Panduan Wawancara ...... 91

7. Wawancara dengan Disparbud Kabupaten Wonosobo ...... 100

8. Wawancara dengan KONI Kabupaten Wonosobo ...... 103

9. Wawancara dengan PGPI Kabupaten Wonosobo ...... 105

10. Wawancara dengan Kepala Desa Tlogo ...... 107

11. Wawancara dengan Pemilik lahan ...... 110

12. Wawancara dengan staff Desa Tlogo ...... 111

13. Wawancara dengan BUMDes Desa Tlogo ...... 116

14. Wawancara dengan LMDH Desa Tlogo ...... 120

15. Wawancara dengan warga Desa Tlogo ...... 124

16. Wawancara dengan Pokdarwis Desa Tlogo ...... 126

17. Dokumentasi wawancara ...... 129

18. Foto- Foto observasi ...... 136

19. Foto- Foto wawancara ...... 141

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara kepulauan baik besar maupun kecil dengan berbagai macam kekayaan alam baik darat maupun laut yang sangat menarik untuk dinikmati. Kekayaan alam ini sangat mendukung pengembangan industri pariwisata.

Industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Negara dan perekonomian daerah. Banyaknya potensi wisata alam dan buatan yang ada mendorong wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata di Indonesia. Sektor

Pariwisata di Indonesia juga menjadi salah satu sektor unggulan pemerintah untuk mendapatkan devisa negara (Adriel Jordan Anggono, 2018:191).

Pariwisata merupakan sektor paling efektif untuk mendongkrak devisa negara karena sumber daya yang di butuhkan untuk mengembangkan pariwisata terdapat di dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 tercatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke Jawa Tengah pada tahun 2018 mengalami peningkatan 21,3% dibandingkan jumlah wisatawan pada tahun 2017 yang berjumlah 49.620.775 juta kunjungan di bandingkan pada tahun sebelumnya yang berjumlah 40.899.577 juta kunjungan.

Pariwisata menurut Gamal Suwantoro (dalam Sugiarto, 2017:213) merupakan suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain.

1

2

Spillane (dalam Al-husaini, 2013:15) mengatakan bahwa jenis-jenis pariwisata antara lain: Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism), Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism), Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural

Tourism), Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism), Pariwisata untuk Urusan

Usaha Dagang (Business Tourism), Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention

Tourism).

Menurut data Statistik di Canada (2008) dalam Ministry of Jobs, Tourism and

Innovation (2011:2) saat ini, pariwisata olahraga merupakan segmen yang berkembang paling cepat pada industri pariwisata dengan pengeluaran tahunan mencapai $3,4 miliyar. Seperti ketertarikan dan partisipasinya dalam perkembangan olahraga di industri pariwisata, keinginan orang untuk melakukan perjalanan, untuk bersaing, atau untuk melihat pertandingan olahraga telah menjamur.

Downward (2005) dalam (Weed 2008:15) berpendapat pariwisata olahraga adalah sebuah sinergi fenomena yang lebih dari sekedar kombinasi sederhana antara olahraga dan pariwisata. Karena itu, hal ini membutuhkan pemahaman antara pariwisata dan olahraga, sehingga dapat dipahami. Kegiatan yang termasuk wisata olahraga diantaranya mendaki gunung, arung jeram, paralayang, diving, selancar, tennis, sepakbola, permainan tradisional, jogging dan sebagainya. Pada mulanya semua kegiatan ini dilakukan dengan prinsip-prinsip olahraga wisata. Menurut Yudha

(dalam Sugiarto, 2017:214), ada beberapa indikasi bahwa aktivitas tersebut adalah olahraga pariwisata, yaitu: (1) aktivitas yang dilakukan pada waktu luang; (2) kegiatannya bersifat fleksibel meskipun tidak permanen; (3) dilaksanakan secara sungguh-sungguh tanpa paksaan; (4) pelakunya harus memiliki motivasi dan tujuan;

3

(5) dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa dibatasi oleh ruang; serta (6) kegiatannya dapat memberikan manfaat positif. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah bisa mendorong untuk memajukan pariwisata, dengan meningkatkan pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisata. Sektor pariwisata bisa sebagai alternatif pilihan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pengembangan dan pengelolaan suatu destinasi pariwisata olahraga memerlukan kerjasama antara pihak dari pemerintah atau dari swasta. Pola pengembangan dan pengelolaan pariwisata yang jelas dan terstruktur akan dapat membangun dan memajukan industri pariwisata, khususnya pariwisata olahraga, yang akan berdampak ke berbagai kalangan seperti wisatawan domestik/mancanegara, atlet, pengelola/pemandu wisata, masyarakat sekitar dan tentunya akan berpengaruh terhadap aset daerah Kabupaten Wonosobo.

Industri kepariwisataan secara teoritik memiliki sumbangan yang sangat besar dalam menciptakan dampak ekonomi multi ganda (multiplier effect) bagi daerah dan masyarakat terkait (Bambang Sunaryo, 2013:37). Pada tahun 2019 berdasarkan data

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata sepanjang 2019 mencapai Rp

5,084 miliar atau melampaui target, dengan persentase penerimaan mencapai 100,46 persen. Sektor pengembangan industri pariwisata olahraga memiliki dampak yang sangat luas terhadap sektor-sektor lain yang tentunya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan di Kabupaten Wonosobo.

4

Secara topografi wilayah Kabupaten Wonosobo secara umum merupakan perbukitan dan pegunungan dengan sebagian besar (56.37%) kemiringan lereng antara 15-40%. Ditinjau daari ketinggiannya, Kabupaten Wonosobo terletak pada ketinggian 250-2.250 mdpal. Dengan keadaan topografi tersebut Kabupaten

Wonosobo merupakan daerah potensial untuk pengembangan pariwisata, terutama pariwisata olahraga paralayang. Secara geografis sendiri letak Kabupaten Wonosobo strategis dalam sarana transportasi dan memiliki berbagai kondisi alam yang beragam, mulai dari pegunungan, perbukitan, waduk/telaga, dan sungai kondisi wilayah dengan berbagai kontur dataran yang naik turun dapat juga dimanfaatkan oleh para atlet untuk berlatih fisik dan berekreasi dengan melintasi pemandangan alam. Wilayah Kabupaten Wonosobo sebenarnya memiliki potensi untuk sektor pariwisata olahraga, baik pariwisata dalam bentuk event olahraga ataupun yang sifatnya untuk wisata olahraga seperti seperti paralayang, mendaki gunung dan olahraga yang berhubungan dengan air seperti dayung atau arung jeram.

Potensi pariwisata olahraga juga terdapat di Desa Tlogo. Desa Tlogo adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo yang notabanennya adalah daerah pegunungan yang mempunyai hawa udara yang dingin.

Dengan luas wilayah 404,821 Ha di ketinggian 1.227 mdpl dan mempunyai pegunungan, membuat Desa Tlogo ini banyak dimanfaatkan menjadi sektor pertanian dan sektor pariwisata. Mayoritas masyarakan Desa Tlogo bermata pencaharian sebagai petani khas tanaman dataran tinggi seperti tembakau, kubis, cabai, kentang dan sayuran lainnya.

5

Terdapat telaga yang terletak diperbatasan antara Desa Tlogo dan Desa

Maron. Telaga ini terbentuk akibat letusan vulkanik dari kaki Gunung Pakuwaja.

Telaga yang berada di ketinggian 1.202 m diatas permukaan laut dengan luas 70 hektar dan kedalaman mencapai 45 meter. Di sisi utara telaga terdapat bukit seroja dan pegunungan yang hijau yang banyak ditumbuhi perkebunan teh yang sangat indah.

Bukit Seroja di Desa Tlogo memiliki potensi untuk pariwisata olahraga paralayang, ini terlihat dari survei yang dilakukan oleh pengurus Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia (PGPI) Kabupaten Wonosobo. Ketua bidang pembinaan dan prestasi PGPI Kabupaten Wonosobo, Anto, menilai bahwa lokasi Bukit Seroja memiliki potensi sebagai lokasi latihan dan pariwisata olahraga paralayang tetapi masih terkendala sarana prasana seperti akses jalan. Latihan atau pariwisata olahraga paralayang yang nantinya dilakukan tentu dapat meningkatkan minat kunjungan wisata ke Desa Tlogo yang memang sudah menjadi desa wisata. Namun, hal tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan dan pengelolaan pariwisata yang ditujukkan untuk meningkatkan PAD dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan, mendorong pembangunan daerah.

Pengembangan sektor pariwisata dan olahraga juga membuka kesempatan bagi para atlet-atlet Kabupaten Wonosobo khususnya warga Desa Tlogo yang terjun di sektor olahraga pariwisata untuk terus berkembang dan berlatih agar dapat meningkat prestasi.

6

Dari uraian diatas, penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana potensi, pengelolaan, dan kendala dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang

Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan judul “Potensi

Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten

Wonosobo”.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, fokus masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo

Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah penelitian diatas, pertanyaan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo Kecamatan

Garung Kabupaten Wonosobo?

2. Bagaimana pengelolaan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo

Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo?

3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

7

1. Untuk mengetahui bagaimana potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa

Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pariwisata olahraga paralayang di

Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo.

3. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan

pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten

Wonosobo.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis yaitu:

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini bisa sebagai bahan informasi bagi masyarakat serta bagi

khalayak umum dalam menjajaki potensi pariwisata olahraga paralayang.

2. Dapat dijadikan referensi tentang penelitian dalam bidang yang sama.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan baik bagi peneliti maupun bagi masyarakat umum tentang

potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo, Kecamatan Garung,

Kabupaten Wonosobo

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan

pertimbangan bagi pengelola paralayang di Desa Tlogo dan pemerintah

Kabupaten Wonosobo untuk mengembangkan dan memajukan paralayang

yang ada di Kabupaten Wonosobo.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Potensi Pariwisata

Pengertian Potensi menurut (Sugiyono, 2013:409) adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Potensi dalam hal ini adalah potensi pada sektor pariwisata. Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang dimiliki oleh tempat tersebut ataupun suatu obyek atau kenampakan yang dibuat oleh manusia.

Pendit (dalam Arisandi Ananto, Sarwono dan Minto Hadi, 2014:108) menjelaskan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dalam hal ini, potensi wisata yaitu berbagai macam sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat atau daerah yang dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata merupakan segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah apabila sumber daya yang dimiliki suatu tempat atau daerah bisa di manfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan mengembangkan sumber daya yang ada menjadi suatu atraksi wisata.

Sumber daya merupakan atribut alam yang bersifat netral sampai ada campur tangan manusia dari luar untuk mengubahnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia. Dalam pariwisata, sumber daya diartikan sebagai segala sesuatu

8

9

yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata salah satunya adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata.

Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakannya. Singkatnya, faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sikap dan kemampuan staff dalam pelayanan pariwisata yang di berikan kepada wisatawan akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya (I Gde Pitana, 2009:72).

McIntosh, et al (dalam I Gde Pitana, 2009:72), berkaitan dengan sumber daya manusia dalam pariwisata, memberikan gambaran atas berbagai peluang karir dalam industri pariwisata yang memanfaatkan dan digerakkan oleh sumber daya di bidang transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman (F&B), shopping, travel, dan sebagainya. Secara garis besar, karir yang dapat ditekuni di sektor pariwisata adalah sebagai berikut:

1. Airlines (maskapai penerbangan), merupakan salah satu industri perjalanan

yang menyerap dan menggunakan sumber daya manusia dalam jumlah paling

besar. Bagi masyarakat lokal, airlines menyediakan berbagai level pekerjaan,

mulai dari level pemula sampai manajer. Contohnya, agen pemesanan tiket,

awak pesawat, pilot, mekanik, staf pemeliharaan, penanganan bagasi,

pelayanan makan dan minum di pesawat (catering), pemasaran, ahli

komputer, staf pelatih, pekerjaan administrasi kantor, agen tiket, peneliti,

satpam sampai tenaga pembersih (cleaning service) dan sebagainya.

10

2. Bus companies, memerlukan manajer sumber daya manusia, agen tiket, agen

pemasaran, petugas informasi, pengemudi bus, staf pelatihan, administrasi,

akuntansi, dan sebagainya.

3. Cruise companies. Peluang karir terbuka untuk posisi kantor perwakilan dan

penjualan, agen tiket, tenaga administrasi, peneliti pasar, direktur rekreasi,

akuntansi.

4. Railroad. Diperlukan tenaga pelayanan penumpang, penjualan tiket, tenaga

reservasi, masinis, petugas pengatur lalu lintas kereta, mekanis, manajer

regional/wilayah.

5. Rental car companies. Agen penjualan/reservasi, agen penyewaan, mekanik,

pengemudi, administrasi, pelatihan, manajer wilayah/regional.

6. Hotel, motel, resort. Memerlukan tenaga general manager, resident manager,

controller, akuntan, management trainee, direktur pejualan, direktur riset,

direktur riset, direktur SDM, room clerk, reservasi clerk, front office manager,

housekeeper, bellboy, lobby portner, washer, waiter, waitress, bartender,

enginer.

7. Travel agencies. Tenaga adiministrasi, penasihat travel, peneliti, pemasaran,

konsultan, akuntan, reservasi, ahli komputer.

8. Tour companies. Tenaga tour manager, tour coordinator, tour planner,

pemasaran, reservasi, akuntan, agen penjualan, group tour specialist, hotel

coordinator.

9. Food service. Tenaga waiter dan waitress, chef, cooks, bartender, ahli gizi,

agen penjualan, tenaga penjualan, pemasaran, kasir.

11

10. Tourism education, memerlukan tenaga administrasi, pengajar, profesor,

dosen, guru, peneliti, litbang, penerbit, pemasaran.

11. Tourism research, memerlukan tenaga analis untuk melakukan riset pasar,

survai konsumen, dan tenaga peneliti di masing-masing sektor seperti tenaga

litbang di airlines, departemen pariwisata, dan sebagainya.

12. Travel journalism, misalnya sebagai editor, staf penulis, penulis paruh waktu,

humas, public speaking, kampanye perusahan, dan sebagainya.

13. Recreation and leisure. Misalnya direktur aktivitas, ski instruction, penjaga

taman wisata, museum guide, tenaga penjaga hujan, camping director,

lifeguard, golf and tennis instructor, manajemen, supervisory, clerk,

administrasi.

14. Attractions. Atraksi wisata seperti Sea World, Disney Land, dan yang lainnya,

memerlukan tenaga mulai dari klerikal sampai top manager, akuntan,

pemandu, trainer, tenaga keamanan, reservasi, agen penjualan tiket.

15. Tourist offices and information centre. Peluang karirnya, misal direktur, asisten

direktur, economic development specialist, analis, peneliti, humas, marketing

coordinator, travel editor, media coordinator, photographer, administrasi.

16. Convention and visitor bureaus, memerlukan tenaga manajer, asisten

manajer, riset, pemasaran, information speacialist, marketing manager,

humas, sales, sekretaris, clerk, keamanan, transportasi, dan lain sebagainya.

17. Meeting planners, bertanggungjawab untuk mempersiapkan, merencanakan,

dan menyelenggarakan pertemuan.

12

18. Gaming, memerlukan tenaga manajerial, humas, pemasaran, promosi,

reservasi, akuntan, pengamanan.

19. Other opportunities. Seperti club manajemen, percetakan dan penerbitan,

asosiasi profesional, dan sebagainya.

Selain komponen sumber daya manusia, ada komponen lain yang harus dimilliki oleh suatu tempat atau daerah yang memiliki potensi pariwisata, yaitu: Atraksi,

Aksesibilitas, Fasilitas atau Akomodasi, dan pelayanan tambahan. Menurut Cooper dalam (Titing Kartika, et al, 2018:125) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu:

1. Attraction (Atraksi)

Merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan suatu daerah, dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Untuk menemukan potensi kepariwisataan disuatu daerah harus bertujuan kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang dapat menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga, yaitu: 1) Natural Resources

(Alami), 2) Atraksi Wisata Budaya, dan 3) Atraksi buatan manusia itu sendiri.

Keberadaan atraksi wisata menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk mengunjungi suata daya tarik wisata (DTW) sehingga dapat membuat wisatawan tinggal berhari-hari atau bahkan pada kesempatan lain wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama.

2. Accessibility (Aksesibilitas)

13

Accessibility merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pariwisata, alat transportasi ataupun jasa transportasi menjadi akses penting dalam pariwisata.

Akses ini diidentikkan dengan transferabilitas, yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak tersedia aksesbilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka menyulitkan para wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tujuan wisata. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata harus di lengkapi aksesbilitas yang memadai sehingga daerah tersebut mudah untuk dikunjungi.

3. Amenity (Fasilitas atau Akomodasi)

Amenity atau fasilitas merupakan segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada didaerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang harus tersedia seperti: penginapan, rumah makan, tempat rekreasi, tempat berkemah, transportasi dan agen perjalanan. Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana- sarana pariwisata ialah jalan raya, persediaan air atau toilet, tenaga listrik, tempat pembuangan sampah.

4. Ancilliary (pelayanan tambahan)

Pelayanan harus disediakan oleh pemda suatu daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang disediakan termasuk pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, dan lain-lain) jasa pelayanan pada tempat wisata dimulai dengan adanya pelayanan jasa kebutuhan sehari-hari (penjual makanan, warung minum atau jajanan), kemudian jasa-jasa perdagangan (pramuniaga, tukang-tukang atau jasa pelayanan lain),

14

selanjutnya jasa untuk kenyamanan dan kesenangan (toko oleh-oleh atau tempat souvenir), lalu jasa yang menyangkut keamanan dan keselamatan (klinik, apotek, polisi dan pemadam kebakaran), Ancilliary juga merupakan hal-hal yang mendukung kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Tourism Information, Travel agent, dan stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan.

Di Desa Tlogo, melihat potensi pariwisata olahraga paralayang yang telah berkembang baik obyek maupun infrastruktur. Potensi pariwisata olahraga paralayang yang ada mampu menjadi aset pariwisata unggulan dan memiliki manfaat yang besar tentunya apabila dikelola dan dikembangkan secara optimal.

2.2 Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain guna bertamasya dan rekreasi

(Armin Subhani, 2010:10). Sedangkan menurut spillane (dalam Dea Rahmadani

Ristanti dan Luchman Hakim, 2019:224) pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendatangkan kesenangan, mencari kepuasan, mencari sesuatu dan memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

Menurut UU RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sehingga pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

15

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Spillane (dalam Al-husaini, 2013:15) mengatakan jenis-jenis pariwisata yang terdapat di daerah tujuan wisata yang dapat menarik wistawan untuk mengunjunginya sehingga dapat pula diketahui jenis pariwisata yang mungkin layak untuk dikembangkan dan mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut, yaitu:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism), jenis pariwisata ini

dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk

berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak

ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat

sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk

mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota.

2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites), jenis pariwisata ini dilakukan oleh

orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk

beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya,

yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

3. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis pariwisata ini dilakukan

karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan

cara hidup rakyat daerah lain, selain itu untuk mengunjungi monumen

bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-

pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik,

teater, tarian rakyat, dan lain-lain.

16

4. Pariwisata untuk olahraga (sports tourism), dapat dibagi dalam dua kategori:

1) Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwa-

peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup, dan lain-lain.

2) Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka

yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung,

olahraga naik kuda, dan lain-lain.

5. Pariwisata untuk urusan dagang besar (business tourism). Perjalanan usaha

ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan karena ada kaitannya

dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik

pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.

6. Pariwisata untuk konvensi (convention tourism). Konvensi sering dihadiri oleh

ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari dikota

atau negara penyelenggara.

2.3 Pariwisata Olahraga

Pariwisata olahraga adalah salah satu jenis pariwisata yang menjadikan aktivitas olahraga sebagai daya tarik utama. Pariwisata olahraga meliputi semua pengalaman yang di dapatkan dari melakukan atau mempraktekkan kegiatan olahraga maupun sekedar untuk menikmati aktivitas olahraga sebagai tontonan atau hiburan yang membutuhkan perjalanan dari tempat tinggal serta tempat kerjanya

(Zam-zam Masrurun, 2019:19). Sedangkan menurut Standeven dan De Knop (dalam

Sugiarto, 2017:214), pariwisata olahraga merupakan semua bentuk keterlibatan seseorang dalam aktivitas olahraga baik aktif maupun pasif, berpartisipasi seperti sebagai peserta atau dalam penyelenggaraan sebuah kegiatan dengan tujuan non-

17

komersil hingga alasan bisnis/komersil, yang membutuhkan perjalanan dari tempat tinggal serta tempat kerjanya.

Banyak dari entitas ini dibenarkan sebagai sarana untuk meningkatkan dampak ekonomi dari olahraga dan pariwisata di wilayah sekitarnya. Menyadari pentingnya memadukan olahraga dan pariwisata, sejumlah program manajemen olahraga dalam pendidikan tinggi kini ditempatkan bersama unit akademik di bidang perhotelan dan pariwisata (Weed, 2008:1).

Downward (2005) dalam (Weed, 2008:15), berpendapat bahwa pariwisata olahraga adalah sebuah sinergi fenomena yang lebih dari sekedar gabungan sederhana antara olahraga dan pariwisata. Untuk itu, hal ini membutuhkan sebuah pemahaman antara olahraga dan pariwisata dan juga sebuah konsep yang tidak memisahkan pengertian dari olahraga dan pariwisata serta unsur-unsur yang saling bersinergi sehingga dapat dipahami. Salah satu cara dimana kita dapat memahami fenomena pariwisata olahraga adalah dengan memahami tentang olahraga dan pariwisata kemudian membangun kembali pemahaman tentang pariwisata olahraga yang berasal dari pengertian-pengetian tersebut.

Menurut UU RI No. 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional juga disebutkan bahwa olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kesenangan (pasal 1 ayat 12). Dalam hal ini olahraga dan pariwisata mempunyai tujuan yang sama. Jika olahraga bertujuan untuk memberikan kesenangan, maka pariwisata adalah suatu kegiatan yang di lakukan untuk mendapatkan kesenangan.

18

2.4. Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakan-kebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk pengaturan, pemberian bimbingan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan

(Hayun, 2001).

Menurut Leiper (1990: 256) dalam (I Gde Pitana, 2009:80), pengelolaan

(manajemen) ialah merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut meliputi: Planning (perencanaan),

Directing (mengarahkan), Organizing (termasuk coordinating) dan Controling

(pengawasan).

Tujuan dari pengelolaan atau manajemen pariwisata adalah untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan pendapatan ekonomi dengan pelayanan kepada wisatawan serta perlindungan terhadap lingkungan dan pelestarian keberagaman budaya. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan semua pemangku kepentingan di bidang pariwisata. Pemangku kepentingan yang dimaksud adalah: a) staf dari industri pariwisata; b) konsumen; c) investor dan developer; d) pemerhati dan penggiat lingkungan; e) pemerhati dan penggiat warisan dan pelestari budaya; f) masyarakat tuan rumah, pemerintah; g) pelaku ekonomi lokal dan nasional. Pemangku kepentingan tersebut memiliki harapan dan nilai yang berbeda yang perlu dikelola

19

sedemikian rupa agar diadopsi dan terwakili dalam perencanaan, pengembangan dan operasionalisasinya (I Gde Pitana, 2009:86).

Menurut Cox yang dikutip Dowling dan Fennel (2003:2) dalam (I Gde Pitana,

2009:81) pengelolaan harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (1) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan; (2) Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata; (3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasnah budaya lokal; (4) Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan lingkungan lokal; (5) Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capcity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.5 Paralayang

2.5.1 Sejarah Paralayang

Paralayang dimulai sebagai olahraga gunung pada akhir tahun 1970-an, ketika individu dengan kanopi parasut terbuka dengan berlari menuruni lereng curam kemudian meluncur ke lembah di bawahnya (Wilkes et al., 2017:1). Awal mula munculnya olahraga paralayang di Indonesia tidak lepas dari timbulnya rasa keinginan untuk dapat terbang menikmati pemandangan alam bebas dan sebagai ajang perlombaan. Menurut Setiawan (dalam Prapto Nugroho, 2018:21), pada tahun 1990

20

Dudy Arief Wahyudi dan Gendon Subandono mendirikan olahraga paralayang dan paramotor di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya kelompok terjun gunung merapi di Yogyakarta dan pada awal munculnya olahraga paralayang lebih dikenal dengan nama terjun gunung.

Kini, industri paralayang dan paratrike di Indonesia belum berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan oleh belum banyaknya riset tentang pembuatan paralayang atau paratrike, karena komponen yang digunakan harus didatangkan dari luar negeri

(import). Akibatnya, alat dan bahan cukup terbilang mahal, tetapi paralayang memiliki potensi yang besar untuk berkembang di Indonesia. Namun, hal ini diperlukan sarana yang tepat agar paralayang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia secara luas. Industri pembuatan paralayang yang belum berkembang dengan baik dapat mempengaruhi perkembangan olahraga paralayang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh mahalnya harga satu unit paralayang.

2.5.2 Pengertian Paralayang

Paralayang adalah olahraga terbang bebas menggunakan sayap kain

(parasut) yang lepas landas dengan berjalan kaki untuk tujuan rekreasi atau kompetisi. Organisasi induknya adalah PGPI (Persatuan Gantolle dan Paralayang

Indonesia) di bawah naungan FASI. Paralayang adalah olahraga yang memanfaatkan angin, sebagai sumber pengangkat yang didukung oleh angin yang bertiup yang mengenai lereng (lift dinamis) dan angin yang naik yang disebabkan oleh panas.

Olahraga paralayang dapat berkembang dengan baik apabila didukung oleh sumber daya manusia, sumber daya alam, infrastruktur, dan organisasi yang sehat (Nanang

Indardi et al., 2019:90).

21

Olahraga paralayang dalam kegiatannya tidak membebani secara fisik bila dibandingkan dengan olahraga outdoor lainnya seperti panjat tebing tebing, atau bersepeda gunung (Pagen, 2001:2). Olahraga paralayang ini dilakukan dengan cara menerbangkan diri dengan menggunakan separangkat parasut paralayang dengan memanfaatkan potensi angin dan tempat tinggi. Cuaca, suhu, kelembaban dan kondisi angin merupakan moment penting dalam olahraga paralayang. Kondisi yang ideal dapat menjadikan seseoarang dapat bermanufer dengan waktu yang cukup lama di udara.

Paralayang merupakan salah satu alternatif olahraga menarik bagi pecandu adrenalin. Sangat penting bagi atlet untuk menerima lisensi terbang sendiri. Terlepas dari pengalaman pilot, lapangan terbang harus memenuhi persyaratan teknis untuk memastikan penerbangan yang aman. Pertama, diperlukan bukit yang tepat untuk paralayang. Kondisi iklim harus diselidiki denga baik, dan analisis risiko harus dilakukan oleh pilot berpengalaman. Kondisi cuaca yang tepat (kabut, angin, salju, hujan, dll.) Penting di daerah yang dipertimbangkan untuk paralayang. Arah angin dominan, dan ketinggian bidang lepas landas adalah hal paling penting yang harus dievaluasi terutama untuk keselamatan pada saat lepas landas. Hal lain yang sangat penting untuk keselamatan dalam lepas landas adalah bahwa seharusnya tidak ada penghalang di daerah lepas landas dalam jarak yang dapat membahayakan keselamatan pada saat akan terbang paralayang. Area pendaratan harus merupakan area datar yang jauh dari apapun yang dapat menyebabkan turbulensi (Şimşek,

2018:120). Lebih lanjut menurut pendapat (Rekand, 2012:48) lokasi dan kondisi optimal untuk paralayang adalah pegunungan dengan kondisi berangin. Perubahan

22

arah angin dapat memengaruhi semua bagian lepas landas penerbangan, penerbangan, dan pendaratan.

2.5.3 Perlengkapan Paralayang

Perlengkapan penerbangan olahraga paralayang sesuai dengan isi buku pedoman (Irschik, 2007:27), adalah sebagai berikut:

1. Parasut

Parasut atau payung dibuat dari bahan sintetik yang tak mudah koyak yang biasanya terbuat dari bahan nylon atau polyester. Bahan ini biasa disebut dengan bahan ripstop, pembuat bahan ini dalam memproduksi menggunakan perlakuan khusus agar bahan ini dapat meregang dengan baik. Di samping itu agar bahan ini mempunyai kekuatan yang lebih baik dan tak ter-tembus oleh molekul-molekul udara dan tahan terhadap sinar UV, diberi bahan pelapis atau coating.

Gambar 2.1. Parasut

Sumber: (Irschik, 2007)

23

Parasut paralayang terdiri dari sejumlah sel yang dihubungkan dengan rusuk/ribs atau diagonal ribs. Ribs ini mempunyai fungsi membangun bentuk parasut sehingga mempunyai profil yang aerodinamis yang disebut sebagai aerofoil. Udara masuk ke sel-sel melalui mulut parasut /leading edge yang terbuka dan didistribusikan oleh parasut itu sendiri melalui lubang-lubang di ribs yang disebut aerofoil. Lembaran atas dan bawah disatukan dengan dijahit dibagian trailing edge hingga menyatu ke bagian wing tip di dua sisi luar parasut.Tali-tali parasut dihubungkan ke parasut hingga menyatu di riser atau tambat. Tali-tali itu dapat terdiri dari 3 hingga 5 baris tali tergantung dari tipe parasut itu sendiri. Tali-tali ini disebut dengan tali A, B, C, D.

Menurut (Nono Darsono, 2008:129) parasut memiliki ukuran yang sesuai dengan berat tubuh penggunanya serta kemampuannya dalam paralayang. Parasut tersebut umumnya memiliki ukuran sebagai berikut: a. Parasut berukuran XS (Extra Small) atau sangat kecil, b. Parasut berukuran S (Small) atau kecil c. Parasut berukuran M (Medium) atau sedang, d. Parasut berukuran L (Large ) atau berukiran besar, dan e. Parasut berukuran LL (Double Large) untuk terbang berdua atau tandem

Selain itu, berdasarkan kemampuan penerbangan, parasut terbagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Parasut untuk terbang pemula b. Parasut untuk penerbang menengah c. Parasut untuk penerbang mahir

24

2. Harness dan Pelindung Punggung

Gambar 2.2 Harness

Sumber: (Irschik, 2007)

Harness harus sesuai dan nyaman dipakai oleh penerbangnya. Sebuah harness tak hanya berpengaruh pada posisi duduk dan kenyamanan terbang, tetapi juga mempengaruhi karakter terbangnya itu sendiri.

Kelengkapan keselamatan yang menempel pada harness antara lain berupa pelindung punggung dan T-Bar keamanan. Hampir semua pengikat/strap atau buckle di harness dapat diatur. Pengikat atau strap ini diatur sesuai ukuran penerbangnya untuk mengatur posisi duduknya yang nyaman dan teknik terbang yang diharapkan penerbang tersebut.

Strap pada pundak dan pinggul harus dipendekkan sehingga saat penerbang lepas landas tidak masuk ke dalam harness. Penerbang juga harus dapat keluar dari harnesnya itu tanpa masalah saat mendarat (saat posisi mau keluar dari harness).

Tetapi pengaturan itu harus tidak mengganggu penerbang selama penerbangannya.

25

Gambar 2.3 Pelindung Punggung

Sumber: (Irschik, 2007)

Terdapat tiga macam bahan pelindung tulang punggung yang dipasang didalam harness yang berfungsi untuk mencegah cidera tulang punggung saat kecelakaan, antara lain: busa atau foam, kantong udara, dan busa poliuretan

3. Parasut Cadangan

Gambar 2.4 Parasut Cadangan

Sumber: (Irschik, 2007)

26

Sebuah payung cadangan (rescue system) terdiri dari kantong pengembang luar, kantong pengembang dalam, parasut cadangan itu sendiri, dan tali penghubung.

Kantong pengembang luar (outer deployment bag) harus dipasang tetap atau menyatu di harnes, di tempat yang mudah dilihat oleh penerbang. Tidak hanya itu, kemudahan menjangkau pegangan di setiap situasi juga sangat dibutuhkan agar aman dan cepat untuk membuka parasut cadangan itu.

4. Perlengkapan diri lainnya a. Helm

Gambar 2.5 Helm

Sumber: (Irschik, 2007)

Sebuah helm yang ringan, kuat dan terbuka pada bagian telinga agar dapat mendengar dan merasakan dengan baik suara angin merupakan helmet yang disukai banyak penerbang. b. Sepatu

Sepatu harus dapat melindungi ankle, bagian sol sepatu juga harus empuk untuk menyerap benturan dan tidak licin.

27

c. Pakaian

Hangat, nyaman, gunakan kaos tangan bahkan pada saat cuaca panas. d. Instrumen Terbang

Variometer (mengukur rata-rata naik dan turun), altimeter (mengukur ketinggian di angkasa), radio transceiver (peralatan komunikasi dua arah), speedometer (Pengukuran kecepatan), GPS (Kecepatan dari tanah dan posisi geografis). e. Kelengkapan darurat

Tali penyelamat, peluit, obat-obatan pertolongan pertama, dan sinyal luncur.

2.5.4 Teknik Lepas Landas dalam Olahraga Paralayang

Menurut Nono Darsono (2008:125), teknik lepas landas (take off) yang digunakan dalam olahraga paralayang, yaitu lompat lari dan lompat balik. Sebelum melakukan take off ada baiknya melakukan beberapa pengecekan dan pastikan semua alat terpasang dengan benar serta sesuai standart.

1. Lompat Lari/Alpine Launch

Lompat lari dilakukan jika kecepatan angin kurang dari 8 mph atau bahkan 0.

Cara ini biasanya digunakan di negara-negara alpin atau lokasi melompatnya landau dengan angin relatif kecil. Lompat lari bisa saja dilakukan ketika angin kencang, tetapi dibutuhkan seorang teman untuk memegang pilot saat parasut bergerak ke atas

(walling). Sebelum melompat lakukan pemeriksaan praterbang. Jika angin nol atau lereng terlalu landau, dibutuhkan juga bantuan rekan untuk memegang tepi depan

28

bagian tengah. Pastikan lintasan berlari cukup untuk memeriksa parasut sebelum lepas landas. Jika lokasi lepas landas berbatu atau bersemak, letakkan tali-tali parasut di atas parasut dengan rapi. Berdirilah sedekat mungkin dengan tepi belakang. Hati- hati jangan sampai menginjak tali.

2. Lompat Balik/Reverse Launch

Lompat balik dipakai jika angin berhembus kencang (8-15) atau lereng terlalu curam untuk berlari langsung. Cara ini sedikit sulit, Tetapi lebih gampang untuk memeriksa parasut yang mengembang sebelum melayang. Cara ini dapat dilakukan sendiri. Namun, jika angin terlalu kencang berhembus, penerbang tetap membutuhkan bantuan seseorang untuk menjadi penambat. Seperti biasa, lakukanlah pemeriksaan praterbang.

2.6 Kajian Meteorologi dan Klimatologi

Menurut (Irschik, 2007) Pilot olahraga paralayang perlu mengetahui bagaimana kondisi alam ditinjau dari ilmu meteorologi dan klimatologi hal tersebut sangat berguna dikarenakan kondisi alam tidak selalu bagus dan bisa berubah sewaktu-waktu tanpa kita sadari, maka dari itu jika kita dapat mengetahui tanda- tandanya maka dalam penerbangan paralayang akan meminimalkan terjadinya insiden. Berikut beberapa keadaan meteorologi yang perlu diketahui dan dapat dijadikan acuan untuk penerbangan.

2.6.1 Cuaca

Cuaca adalah seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet lainnya, cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena dalam

29

waktu beberapa hari. Kondisi cuaca mudah berubah-ubah ini di sebabkan oleh tekanan udara, suhu, angin, kelembaban serta curah hujan. Cuaca sendiri sangat menentukan saat melakukan olahraga paralayang karena angin menjadi sumber penting dalam penerbangan paralayang.

2.6.2 Tekanan Atmosfir

Tekanan di atmosfer merupakan faktor penting dalam menentukan cuaca hendak menjadi seperti apa cuaca. Jika tekanan udara tinggi di suatu daerah, ini akan menyebabkan udara untuk pindah ke daerah yang memiliki tekanan rendah. Udara berlawanan dengan air yang akan meningkat baik tekanannya maupun kepadatannya ketika dekat dengan permukaan tanah. Tekanan dan kepadatan udara akan menjadi separuhnya setiap 5500 meter. Di ketinggian lebih dari 3500 m, akan ada masalah tekanan dan berkurangnya kepadatan udara: 1). Berkurangnya oksigen (mountain sicknes) dan perubahan perilaku terbangnya. 2). Naikan yang besar dan turunan yang cepat. Pengukuran tekanan udara dilakukan menggunakan sebuah barometer dan unit pengukuran tersebut menggunakan Hectopascal (hPa). Pada sebuah peta cuaca, terdapat garis-garis yang menghubungkan setiap tempat yang mempunyai tekanan udara yang sama. Titik-titik ini disebut dengan isobar. Tekanan udara diukur berulang- ulang di banyak titik di permukaan bumi karena pada dasarnya nilai tekanan ini sangat fluktuatif dan hal ini berlangsung terus menerus.

2.6.3 Suhu Udara

Massa udara di troposfir tidak secara langsung terkena sinar matahari, tetapi karena adanya pantulan dari permukaan bumi. Pada saat kondisi normal, titik yang lebih tinggi akan lebih dingin di banding titik di bawahnya, sebab permukaan bumi

30

tidak dapat memanas-kannya lagi. Setiap 100 meter naik, suhu udara akan berkurang

0,65°C ( = vertical temperature gradient). Udara hangat mempunyai kepadatan yang lebih rendah dibandingkan dengan udara yang lebih dingin, dan inilah yang menjelaskan mengapa udara hangat itu bergerak naik.

2.6.4 Angin

Angin adalah resultan dari perbedaan tekanan udara di atmosfir. Aliran udara akan selalu mencoba menyeimbangkan perbedaan tekanannya dengan cara bergerak dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang mempunyai tekanan rendah. Angin biasanya dinamakan sesuai dari arah mana dia datang.

Misalnya angin datang dari arah timur maka kita sebut sebagai angin timur. Kondisi angin untuk olahraga paralayang dapat mengacu pada tiga aspek utama, yaitu: kekuatan angin, arah angin, pergerakan angin. Kekuatan angin dapat di ukur dengan kasat mata dengan mengamati yang terjadai pada lingkungan sekitar, sedangkan untuk arah angin dapat di deteksi dengan wingsock, pita, asap, bendera dll. Apapun dapat di gunakan asal dapat bergerak di pengaruhi angin. Menurut (Falavarjani,

2015:59) kondisi ideal untuk landing paralayang adalah angin 8-16 km/jam.

Sedangkan Standar-standar angin untuk landing paralayang, yaitu: Pilot pemula (0-7 knot), Pilot reguler (7-10 knot), Pilot baik (10-13 knot), Tidak terbang (lebih dari 13 knot). Dalam penerbangan paralayang kondisi angin terbagi dari kecepatan dan arah angin. Kecepatan yang aman adalah 0 km/jam – 19 km/jam, waspada 20 km/jam – 24 km/jam dan bahaya mulai dari 25 km/jam keatas (Muhammad Fajaruddin Akbar et al.,

2019:768).

31

2.6.5 Turbulensi

Turbulensi merupakan pusaran udara mirip dengan pusaran di air dan bergerak dengan cepat, perputaran ini sebagai perubahan kecepatan dan arah angin.

Masalah utama yang ditimbulkan dengan adanya turbulensi dapat menyebabkan perubahan gaya dan tekanan angin pada parasut, sangat dimungkinkan untuk parasut jatuh. Ketika aliran udara mengalir ke sebuah benda, sisi atau arah yang terkena aliran udara disebut sebagai upwind, sedang sisi atau arah yang tak terkena aliran udara disebut sebagai lee side. Pada lee side dari sebuah benda, baik itu rumah, pohon, atau gunung, akan selalu terjadi Vortex atau turbulensi, turbulensi tersebut termasuk dalam jenis rotors yang merupakan aliran angin yang terjadi di belakang bangunan besar, bukit besar ataupun gunung membentuk pusaran udara yang tidak berpindah tempat. Rotors mungkin sangat kuat dan berbahaya untuk penerbang, jika memulai penerbangan di belakang gunung atau bangunan sangat beresiko. Besarnya turbulensi ini akan sangat tergantung dari arah dan kecepatan dari angin tersebut.

Kekuatan dari pergerakan turbulensi ini sangat akan tergantung dengan tipe, ukuran dan bentuk dari rintangan tersebut. Namun yang sangat menentukan adalah kekuatan dari kecepatan angin itu sendiri.

32

Gambar 2.6 Turbulensi

Sumber: (Irschik, 2007)

Turbulensi dapat juga datang tanpa pengaruh langsung dari rintangan

(bangunan, pohon, atau gunung). Ketika dua masa udara dengan aliran yang berbeda kecepatan dan arahnya bertemu, di titik pertemuan itulah akan tercipta wind shear.

Wind shear adalah perubahan arah dan atau kecepatan angin secara mendadak pada arah mendatar ataupun juga vertikal. Perubahan arah dan kecepatan angin ini menyebabkan terbentuknya turbulensi.

Gambar 2.7 Wind shear

Sumber: (Irschik, 2007)

33

Turbulensi thermal merupakan massa udara yang hangat biasanya dalam bentuk gelembung atau kolom yang naik ke atas karena perbedaan suhu dengan permukaan tanah. Komponen yang memainkan peran penting dalam terbentuknya formasi thermal adalah terik matahari, sudut lereng dan kepadatan udara. Turbulen thermal bisa membuat pilot penerbang paralayang dapat terbang lama dan jauh.

Tetapi penerbangan ini harus selalu mengingatnya bahwa thermal yang sangat kuat dapat membawa ke situasi berbahaya, misalnya kolaps besar.

Gambar 2.8 Formasi Turbulensi Thermal

Sumber: (Irschik, 2007) 2.6.6 Daerah Naikan

Daerah naikan adalah Ketika massa udara yang bergerak bertemu dengan sebuah rintangan besar - seperti sebuah gunung, agar tetap mengalir, maka massa udara itu tak ada pilihan lain kecuali menabrak dan kemudian mendaki lereng gunung itu. Karena adanya aliran naik itu, massa udara itu kemudian menghasilkan sebuah derah naikkan (lift) dengan sebuah komponen dengan aliran vertikal.

Terbang paralayang yang terlalu dekat dengan lereng dapat mendorong parasut dan pilot ke sebuah lereng. Ketika pilot terbang di atas sebuah punggungan,

34

berhati-hatilah karena ada sebuah peningkatan angin mendatar yang dapat mendorong pilot ke sebuah lambung angin.

Gambar 2.9 Daerah Naikan (lift)

Sumber: (Irschik, 2007) 2.6.7 Angin Lokal di Pegunungan

Angin di pegunungan/diperbukitan, sistem angin sangat kompleks. Di sebuah lembah, arah angin biasanya sangat berbeda dengan angin regional sebab lembah mempunyai alur-alur dan efek pembiasan yang tersendiri. Ketika angin mengalir melewati sebuah lembah yang sangat sempit, maka kecepatan angin itu akan meningkat. Hal ini dapat membawa ke situasi dimana kecepatan angin akan lebih cepat dari pada kecepatan udara maksimal yang dapat dilawan oleh sebuah paralayang.

Angin saat hari bersinar terik, maka sebuah perputaran angin sedang dipersiapkan oleh alam. Di dekat lereng terik matahari membuat kepadatan udara berkurang, sehingga udara yang lebih dingin di lembah bergerak naik menggantikan udara hangat itu. Angin lembah meningkat saat matahari siang hari bersinar terik, dan mati ketika matahari tenggelam. Ketika matahari tenggelam, udara di puncak lereng menjadi dingin dan lebih padat dibanding udara pada umumnya dan kemudian turun

35

menuju lembah. Angin gunung ini dimulai saat sore hari dan akan berakhir saat matahari pagi mulai bersinar, yang akan membalikkan arah angin tersebut.

Gambar 2.10 Arah Angin Lokal di Pegunungan

Sumber: rinesaa.blogspot.com (21 Januari 2020) 2.6.8 Awan dan Analisa Cuaca

Menurut (Irschik, 2007:25) Awan dapat klasifikasikan menurut bentuknya yaitu: a. Cumulus: awan yang bentuknya seperti bunga kubis (udara naik lokal,

pengembangannya tegak, adanya thermal, badai, dan cold front) b. Stratus: awan berlapis (pendinginan lapisan udaranya dalam skala luas,

pengembangannya mendatar-sebagai contoh ketika sebuah masa udara

melayang menuju ke sebuah udara dingin atau sebuah permukaan tanah yang

mendingin) c. Lenticular: gelombang awan (aliran udaranya bergelombang, sebagai contoh

terlihat pada saat terjadinya fohn)

36

Awan bukan hanya memberikan informasi tentang cuaca yang nyata tetapi juga tentang lapisan tegak dari udara sekitarnya dan tentang aliran udara di setiap ketinggian. Bentukan awan khusus dan kondisi cuaca yang yang mengiringinya:

1. Akhiran nimbus : awan hujan

2. Altocumulus : cuaca buruk akan segera datang

3. Altocumulus lenticularis : angin kencang (> 100km/h)

4. Altocumulus castelanus : badai akan datang

5. Cirrus layer : sebuah front hangat akan datang.

6. Condensation trail : ketika mereka tampak dalam bentuk garis lurus

atau menghilang secara berlahan, menandakan akan mengarah ke antisiklon

yang pelan. Ketika mereka menyebar dan aliran tampak mengarah ke timur

dan terlihat nyata, itu artinya akan nada cuaca yang bergejolak.

Gambar 2.11 Awan

Sumber: (Irschik, 2007)

37

Olahraga paralayang membutuhkan cuaca yang mendukung untuk penerbangannya. Sumber informasi untuk memprediksi atau menilai cuaca bisa menggunakan informasi dari media audio visual atau cetak seperti TV atau radio, penerbang dapat menemukan banyak jaringan untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang cuaca di internet. Internet menyediakan peta cuaca dari berbagai tingkat kegunaan. Beberapa memberikan penggambaran front dan sistem tekanan yang membantu Anda mengetahui angin. Yang lain hanya daftar suhu dan curah hujan yang diharapkan. Untuk referensi dapat membuka beberapa website cuaca antara lain: www.intelicas.com, www.wunderground.com, www.bmg.go.id, www.windy.com.

2.7 Keadaan Geografis Kabupaten Wonosobo

Kabupaten Wonosobo terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis

Kabupaten Wonosobo berada pada 70.11'.20" sampai 70.36'.24" garis Lintang Selatan

(LS), serta 1090.44'.08" sampai 1100.04'.32" garis Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah 98.468 hektar (984,68 km2) atau 3,03% luas Provinsi Jawa Tengah. Berjarak sekitar 120 km dari Semarang ibukota Provinsi Jawa Tengah dan sekitar 520 km dari

Jakarta ibukota Negara Indonesia. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar dengan 275 meter sampai 2250 meter diatas permukaan laut.

Batas wilayah secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan enam kabupaten yang ada di Jawa Tengah, yaitu: (1) Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang, (2) Sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten , (3)

Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten

38

Kebumen, (4) Sebelah barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten .

Luas Kabupaten Wonosobo adalah 984,68 km2. Kondisi kemiringan biogeofisik sebagai berikut, 3-8⁰ seluas 0,544 km2, 8-15⁰ seluas 247,691 km2, 5-40⁰ seluas 421,736 km2, dan >40⁰ seluas 318,299 km2. Kabupaten Wonosobo terdiri atas

15 wilayah kecamatan, dimana terluas adalah Kecamatan Wadaslintang (127,16 km2) dan Kecamatan Wonosobo sebagai Kecamatan terkecil (32,28 km2).

Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan.

Suhu udara rata-rata 24–30oC di siang hari, turun menjadi 20oC pada malam hari.

Pada bulan Juli – Agustus turun menjadi 12–15oC pada malam hari dan 15–20oC di siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari, dengan curah hujan rata-rata 3.400 mm, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan

Watumalang (1.554 mm). Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250–500 mdpl seluas

33,33% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian 500–1.000 mdpl seluas

50,00% dari seluruh areal dan daerah dengan ketinggian > 1.000 mdpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah, sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah kabupaten (www.wonosobokab.go.id).

39

2.8 Kerangka Konseptual Potensi

Pariwisata Desa Tlogo

Konsep Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang

Observasi Lokasi

Wawancara

Analisis Data

Pembahasan

Simpulan

Gambar 2.12 Bagan Skema Kerangka Konseptual

40

1. Potensi Pariwisata Desa Tlogo

Potensi pariwisata Desa Tlogo adalah olahraga paralayang yang bisa

menjadi daya tarik agar wisatawan datang ke tempat tersebut.

2. Konsep Potensi Olahraga Paralayang

Konsep potensi olahraga paralayang Desa Tlogo di lihat dari aspek

geografis, demografis, dan komponen pariwisata.

3. Observasi Lokasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati, meneliti

atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung dengan cara ini data

diperoleh adalah data yang faktual dan aktual.

4. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk mendapatkan

informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

secara sistematis.

6. Pembahasan

Pembahasan adalah uraian yang dihasilkan dari data peneltian yang

dilakukan oleh peneliti.

7. Simpulan

Simpulan adalah akhir dari pembahasan dari penelitian.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang di gunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan (Saifuddin Azwar, 2012:6). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium), yakni peneliti tidak berusaha memanipulasi fenomena yang diamati (Samiaji Sarosa, 2017:8). Desain dalam penelitian ini menggunakan case study. Samiaji Sarosa (2017:12) menyebutkan case study adalah penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai sumber. Fenomena tersebut dalam hal ini adalah potensi pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo, Kabupaten Wonosobo.

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten

Wonosobo.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sasaran Penelitian adalah Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan, Komite

Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia

(PGPI) Kabupaten Wonosobo, kepala serta staff Desa Tlogo, Badan Usaha Milik Desa

41

42

(BUMDes) Desa Tlogo, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Kelompok Sadar

Wisata (Pokdarwis), warga Desa Tlogo, dan selanjutnya berkembang sesuai dengan kebutuhan data.

3.3 Sumber Data

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan dan responden melalui wawancara dan observasi. Penelitian ini diperoleh sumber data yang terdiri atas dua bagian, yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui

tahap wawancara dengan Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan, KONI,

PGPI Kabupaten Wonosobo, kepala serta staff Desa Tlogo, BUMDes Desa

Tlogo, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Kelompok Sadar Wisata

(Pokdarwis), warga Desa Tlogo, dan sumber data primer lain yang berkaitan

dengan potensi pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo.

2. Data sekunder yaitu data yang berupa catatan-catatan, undang-undang

maupun dokumen mengenai potensi pariwisata olahraga paralayang Desa

Tlogo dan data yang relevan dengan permasalahan penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian,

Adapun metode pengumpulan data yang gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

43

1. Metode Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Jenis observasi yang digunakan adalah non partisipatif yang berarti bahwa peneliti tidak turut terlibat dalam kegiatan yang diteliti dan hanya bertindak sebagai pengamat saja. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo.

2. Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan wawancara langsung dengan informan. Teknik wawancara yang digunakan peneliti bersifat semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur digunakan peneliti untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dari informan yang di wawancara untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi dokumentasi buku, gambar baik itu berupa dokumentasi pribadi maupun dokumentasi resmi, dan sumber data lain yang relevan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

3.5 Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian keabsahan data merupakan sesuatu yang penting karena akan menjamin kepercayaan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2013:373). Triangulasi sumber

44

dapat dilakukan dengan cara: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,

(4) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

3.6 Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013:335) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam Penelitian ini teknik analisis menggunakan model analisis data Milles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2016:337) yang terdiri dari 3 tahap yaitu analisis data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification

3.6.1 Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Dalam reduksi data memerlukan proses berfikir yang sensitif sehingga, keluasan dan kedalaman wawancara, dan diskusi

45

dengan peneliti lainnya untuk mengembangkan wawasan dan teori yang signifikan

(Sugiyono, 2016:338).

3.6.2 Penyajian Data

Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk tabel, pie card, pictogram, diagram, dan grafik secara tersusun sehingga akan mudah untuk difahami. Dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja) dan chart.

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2016:341).

3.6.3 Penarikan Kesimpulan

Setelah penyajian data, maka langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Miles and Huberman (Sugiyono,

2016:345).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Tlogo

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi di lapangan dan dari informasi dan keterangan yang peneliti dapat maka diperoleh lokasi potensi pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Desa Tlogo adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang notabanennya adalah daerah pegunungan dengan ketinggian 1.227 meter diatas permukaan laut.

Gambar 4.1 Peta Desa Tlogo

Sumber: Buku profil Desa Tlogo tahun 2018

46

47

Dengan kondisi wilayah pengunungan ini membuat Desa Tlogo banyak dimanfaatkan menjadi sektor pertanian dan sektor pariwisata. Sesuai dengan keadaan daerah pegunungan, suhu udara di daerah Desa Tlogo berkisar antara 15-

23°C, dengan curah hujan berkisar antara 3.178 – 3.365 mm/tahun dalam tiga tahun ini dengan di tunjang oleh 2 musim hujan dan kemarau. Secara umum Desa Tlogo mempunyai kelembaban tinggi. Terdapat telaga yang terletak diperbatasan antara

Desa Tlogo dan Desa Maron. Telaga ini terbentuk akibat letusan vulkanik dari kaki

Gunung Pakuwaja. Telaga yang berada di ketinggian 1.202 m diatas permukaan laut dengan luas 70 hektar dan kedalaman mencapai 45 meter. Di sisi utara telaga terdapat bukit seroja dan pegunungan yang hijau yang banyak ditumbuhi perkebunan teh yang sangat indah. Luas wilayah Desa Tlogo 415,263 Ha dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Luas lahan di Desa Tlogo Lahan pemukiman 13,11 Ha

Lahan Perkebunan 63,000 Ha

Lahan Persawahan Tidak ada

Lahan Tegalan 190,205 Ha

Lahan Pekarangan 13,406 Ha

Lahan hutan Negara 71,000 Ha

Lahan rawa/ telaga 35,000 Ha

Lainnya 29,542 Ha

Sumber: Kecamatan Garung dalam angka 2018 (BPS Kabupaten Wonosobo)

48

4.2 Hasil Penelitian

Dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait, maka potensi pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo, Kecamatan

Garung, Kabupaten Wonosobo dideskripsikan sebagai berikut:

4.2.1 Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo

4.2.1.1 Dari Segi Geografis Desa Tlogo

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi di Desa Tlogo, Desa Tlogo terletak pada ketinggian 1.227 m diatas pemukaan laut, berlokasi di Kecamatan

Garung, Kabupaten Wonosobo. Terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Tlogo dan Dusun

Tempuran, terbagi dalam 16 RT dan 7 RW dengan jarak dari desa ke ibukota kabupaten sejauh 13 km. Batas wilayah secara administrasi Desa Tlogo berbatasan dengan 4 desa, yaitu (1) Sebelah utara Desa Sembungan, (2) Sebelah selatan Desa

Jengkol, (3) Sebelah timur Desa Kreo, (4) Sebelah Barat Desa Maron. Dengan luas wilayah 404,821 Ha (diantaranya 47% kawasan pertanian, 8,6 % danau, dan 44.4% untuk wilayah lainnya). Desa Tlogo beriklim tropis dengan 2 musim yaitu kemarau dan penghujan.

Sesuai dengan keadaan daerah pegunungan, suhu udara di daerah Desa

Tlogo berkisar antara 15 - 23°C, dengan curah hujan berkisar antara 3.178 – 3.365 mm/tahun dalam tiga tahun ini. Secara umum Desa Tlogo mempunyai kelembaban tinggi. Kontur tanah Bukit Seroja di Desa Tlogo yang berada di lereng Gunung Seroja merupakan salah satu lokasi yang sangat mendukung untuk di jadikan lokasi pariwisata olahraga paralayang ataupun pengembangan wisata alam lainnya. Selain karena lokasi di Desa Tlogo memiliki sumber daya alam yang indah, ini juga karena

49

Desa Tlogo sudah menjadi tempat wisata. Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Wonosobo pada tahun 2018 jumlah kunjungan ke wisata

Tlogo berjumlah 18.794 mengalami penurunan dari pada tahun 2017 yang berjumlah

26.300. Untuk awal mula olahraga paralayang di Desa Tlogo di awali oleh dosen

UNNES pada tahun 2018 yang melihat ada potensi untuk di kembangkan menjadi lokasi olahraga paralayang. Hal ini diungkapkan oleh kepala Desa Tlogo Bapak Tulus, yang menyatakan bahwa “Yang di Tlogo ya kalau awalnya dari tahun 2018 dengan adanya lomba di Lengkong terus Pak Sahri bersama Pak Nanang itu kan kayaknya melihat potensi di Tlogo dengan alam sekitarnya merasa tertarik sehingga uji coba di sini terbang di tempat take off kemudian landing di lapangan setelah itu dari komunitas paralayang Wonosobo juga terbang beberapa kali disini” (wawancara pada tanggal 5

Desember 2019). Dengan adanya potensi yang ada di tambah dengan wilayah dan kondisi angin yang mendukung, dengan kondisi angin rata-rata di Desa Tlogo berkisar antara 1-15 km/jam yang relatif aman untuk kegiatan olahraga paralayang.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan Anto yang menjabat sebagai Bimpres

PGPI Kabupaten Wonosobo bahwa “Untuk potensi sendiri sangat berpotensi sekali karena di Desa Tlogo sendiri di bantu dengan danau yang pemandangannya yang sangat bagus saya kira di atas telaga kita bisa terbang dengan jarang tempuh sekitar

10-15 menit dari lokasi take off sampai landing” (wawancara 11 Desember 2019).

50

Gambar 4.2 Lokasi take off Paralayang di Desa Tlogo

Sumber: Dokumentasi pribadi

Kondisi lokasi untuk take off paralayang di Desa Tlogo saat ini sudah berupa rumput liar tidak seperti waktu pertama di buka untuk latihan terbang ini karena kurangnya perawatan dalam lokasi take off. Untuk saat ini pun belum ada gazebo atau tempat khusus yang digunakan oleh para pilot atau atlet untuk menunggu cuaca bagus untuk terbang. Lokasi take off ini berada pada di ketinggian ± 1500 mdpl.

Rencana dari kepala desa yang melibatkan LMDH untuk membuka lokasi take off di lahan warga bukan di lahan milik perhutani di dukung oleh pemilik lahan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh pihak LMDH, Bapak Sugiyono yang menyatakan bahwa “Kalau itu sudah mas, melibatkan dalam pembuatan take off Bapak Bihun yang mempunyai lahan di lokasi take off” (wawancara pada tanggal 6 Desember 2019).

Lebih lanjut pemilik lahan, Bapak Bihun menyatakan bahwa “Ya tidak masalah saya

51

mendukung yang penting saling menguntungkan misalkan saya yang punya lahan dapat hasilnya ya kalau misalnya tidak saling menguntungkan ya percuma”

(wawancara pada tanggal 6 Desember 2019).

52

Gambar 4.3 Tabel Suhu, Arah dan Kecepatan Angin di Lokasi take off Desa Tlogo

Sumber: Windy.com

Lokasi take off paralayang berada di sebelah selatan Gunung Seroja pada saat observasi dilakukan pada bulan desember dan musim penghujan dengan kondisi angin berkisar antara 1-15km/jam dimana kondisi ini aman untuk kegiatan olahraga paralayang. Berikut kesimpulan hasi pengamatan kecepatan angin di Desa Tlogo:

Tabel 4.2 Kecepatan Angin di Bukit Seroja Desa Tlogo

Waktu observasi Arah datangnya angin Kecepatan Suhu (˚C) angin (km/j) 6 Desember 2019 Tenggara, dan selatan 2-4 17 ˚C-22 ˚C 7 Desember 2019 Tenggara 2-4 18 ˚C-23 ˚C 8 Desember 2019 Tenggara, dan selatan 1-5 17 ˚C-23 ˚C 9 Desember 2019 Tenggara, dan selatan 1-5 17 ˚C-22 ˚C 10 Desember 2019 Tenggara 2-4 18 ˚C-22 ˚C 11 Desember 2019 Tenggara, dan selatan 2-5 18 ˚C-22 ˚C 12 Desember 2019 Timur, dan tenggara 2-4 18 ˚C-22 ˚C 13 Desember 2019 Tenggara, dan selatan 1-4 17 ˚C-22 ˚C 14 Desember 2019 Timur, dan tenggara 1-3 18 ˚C-23 ˚C 15 Desember 2019 Tenggara, barat daya, 2-5 18 ˚C-22 ˚C dan selatan 16 Desember 2019 Tenggara, dan Selatan 2-5 17 ˚C-21 ˚C 17 Desember 2019 Selatan dan tenggara 1-6 18 ˚C-22 ˚C 18 Desember 2019 Tenggara 1-6 16 ˚C-22 ˚C 19 Desember 2019 Tenggara 1-5 17 ˚C-22 ˚C 20 Desember 2019 Selatan dan tenggara 1-7 19 ˚C-24 ˚C 21 Desember 2019 Tenggara 1-5 19 ˚C-24 ˚C 22 Desember 2019 Tenggara dan barat daya 1-5 18 ˚C-21 ˚C 23 Desember 2019 Selatan 1-7 17 ˚C-22 ˚C 24 Desember 2019 Selatan 1-4 17 ˚C-23 ˚C 25 Desember 2019 Selatan 1-4 17 ˚C-22 ˚C 26 Desember 2019 Selatan 1-5 19 ˚C-22 ˚C 27 Desember 2019 Tenggara dan barat daya 1-4 17 ˚C-22 ˚C 28 Desember 2019 Tenggara dan barat laut 1-3 18 ˚C-22 ˚C 29 Desember 2019 Utara, barat daya 1-4 18 ˚C-22 ˚C 30 Desember 2019 Utara, barat daya 1-4 18 ˚C-23 ˚C 31 Desember 2019 Barat daya 1-7 17 ˚C-23 ˚C 1 Januari 2020 Barat 1-5 18 ˚C-20 ˚C

53

2 Januari 2020 Barat 1-7 17 ˚C-22 ˚C 3 Januari 2020 Barat 1-7 19 ˚C-22 ˚C 4 Januari 2020 Barat 1-13 17 ˚C-21 ˚C 5 Januari 2020 Barat 3-9 17 ˚C-21 ˚C Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020

Dalam penelitian ini penulis menggunakan aplikasi Windy.com untuk mengetahui arah dan kecepatan angin di lokasi take off paralayang Desa Tlogo, arah angin rata-rata dari tenggara, selatan, dan barat daya. Kondisi angin cenderung berubah setiap jamnya dengan kecepatan berkisar antara 1-15km/jam. Kondisi angin tersebut relative ideal karena kecepatan angin untuk penerbangan pemula idealnya antara 0-13 km/jam. Jika angin terlalu kencang atau melebih 25 km/jam, diperlukan skill khusus atau kurang aman untuk kegiatan penerbangan paralayang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Desa Tlogo lokasi landing yang sudah di gunakan selama ini adalah lapangan sepakbola milik desa.

Gambar 4.4 Lokasi landing paralayang di Desa Tlogo

Sumber: Dokumentasi pribadi

54

Fasilitas di lokasi landing baru akan dibuka rest area dan tempat untuk panggung kesenian yang sekarang sudah hampir selesai dalam pengerjaannya.

Gambar 4.5 Fasilitas Rest area Desa Tlogo

Sumber: Dokumentasi pribadi

Akses jalan dari lokasi landing menuju tempat takeoff masih berupa jalan berbatu yang disusun, bahkan masih ada sekitar 200 m lebih bahkan yang akses jalannya belum berbatu, hal ini menyebabkan hanya sepeda motor dan mobil tertentu yang dapat melintas, untuk sampai ke lokasi take off pilot atau atlet harus berjalan kaki sekitar 300 m.

4.2.1.2 Dari Segi Demografi Desa Tlogo

Penyuluhan dan pelatihan kepada warga Desa Tlogo mengenai pembangunan dan pemberdayaan pariwisata olahraga paralayang perlu diterapkan agar kedepan pengelola pariwisata wajib menguasai bagaimana penerbangan paralayang yang mengedepankan faktor keamanan dan kenyamanan sebagai layanan terbang komersil. Warga pun siap mendukung program atau kegiatan

55

pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu warga, Bapak Saifudin menyatakan bahwa “Ya itu sih baik saya mendukung yang penting jelas dan harus ada keseriusan dari desa” (wawancara tanggal 6 desember

2019). Dengan melibatkan dan memberikan penyuluhan yang skala lebih luas kepada warga pembangunan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo akan lebih optimal. Dalam olahraga paralayang seorang pilot paralayang harus melewati regulasi serta lisensi yang harus di capai dan untuk menjadi pilot dengan kemampuan tandem atau mampu membawa wisatawan untuk ikut terbang. Hal tersebut seperti yang di ungkapkan oleh kepala Desa Tlogo Bapak Tulus bahwa “Untuk mendongkrak SDM terus dengan melalui pergerakan dari UMKM dan dari masyarakat paham dengan wisata dengan melalui penyuluhan dari desa di dampingi dari pihak ketiga dari dinas, dari Indonesia power juga kemarin sudah mendampingi dan juga akan mendampingi dan juga komunitas paralayang, dan mengoptimalkan pengelolaan dengan cara reorganisasi atau penambahan kader-kader didalam kepengurusan BUMDesnya” (

Wawancara pada tanggal 5 Desember 2019).

Tahapan untuk mendapatkan lisensi Tandem diantaranya yaitu dari pilot 1

(novice pilot) setelah PL 1 lalu naik menjadi pilot 2 (intermediate pilot) setelah PL2 dapat di kuasai lalu naik pilot 3 (advance pilot) serta seorang calon pilot tandem harus memiliki sertifikat SIV (simulate incident de vol) kemudian mengambil T (tandem pilot).

Tandem pilot satu merupakan tandem pilot yang dapat terbang berdua dengan penumpang sesama pilot. Syarat untuk mendapatkan tandem pilot 1 adalah terbang

20 kali dengan sesama pilot dan terbang 20 kali dengan instruktur. Setelah melalui tahap tersebut selanjutnya adalah terbang berdua dengan penumpang komersil.

56

Saaat ini di Desa Tlogo memiliki 2 orang yang telah memiliki lisensi untuk penerbangan paralayang pemula PL 1. Hal ini di ungkapkan oleh pihak pokdarwis bahwa dari 10 orang yang ikut pelatihan PL 1 baru ada 2 orang yang telah memiliki lisensi. Salah satu wawancara dengan Pokdarwis Desa Tlogo Mutongin menyatakan bahwa “Untuk yang berlatih di sini baru 10 orang yang sudah lulus PL 1 baru dua saya dengan pak kadus” (wawancara pada tanggal 6 Desember 2019).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo pada tahun

2017, menunjukan bahwa jumlah penduduk Desa Tlogo tercatat sebesar 1.919 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 965 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 954 jiwa. Pada tabel dibawah akan dijelaskan tentang jumlah penduduk

Desa Tlogo menurut usia dan jenis kelamin.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tlogo

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 0 – 4 86 90 176 5 – 9 87 78 165 10 – 14 92 101 193 15 – 19 68 55 123 20 – 24 64 47 111 25 – 29 76 79 155 30 – 34 80 78 158 35 – 39 66 70 136 40 – 44 63 54 117 45 – 49 72 78 150 50 – 54 52 57 109 55 – 59 44 56 100 >60 115 111 226 Jumlah 965 954 1919

Sumber: Kecamatan Garung dalam angka 2018 (BPS Kabupaten Wonosobo)

Bidang pendidikan di Desa Tlogo terbilang masih kurang, ini di tandai dengan sarana prasarana sekolah yang baru tersedianya sekolah tingkat dasar. Dimana baru

57

ada 2 PAUD, 1 TK, dan 1 SD. Desa Tlogo adalah wilayah yang pariwisatanya sedang berkembang, dengan menjadikan Desa Tlogo sebagai tempat tujuan pariwisata maka terbukalah lapangan pekerjaan sehingga masyarakat Tlogo akan mampu menyekolahkan anaknya sesuai program pemerintah wajib belajar 12 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Desa Tlogo

TINGKAT PENDIDIKAN Jumlah

Akademik/Diploma III/S.Muda 1 Diploma I/II 1

Diploma IV/Strata I 2

SLTA/Sederajat 38

SLTP/Sederajat 105

Belum Tamat SD/Sederajat 17 Tamat SD/Sederajat 459

Tidak/Belum Sekolah 1296

Jumlah 1919

Sumber: Kecamatan Garung dalam angka 2018 (BPS Kabupaten Wonosobo)

Sejalan dengan kondisi alam dan letak geografis Desa Tlogo sebagai wilayah daratan tinggi yang merupakan daerah pertanian maka mata pencaharian atau pekerjaan penduduknya terfokus pada pekerjaan pertanian. Adapun rincian mata pencaharian penduduk Desa Tlogo dapat di lihat pada tabel di bawah:

58

Tabel 4.5 Mata Pencarian Masyarakat Desa Tlogo

JENIS PEKERJAAN JUMLAH

Petani 851

Bidan 1

Buruh 160

Guru 4

Karyawan Swasta 59

Karyawan Honorer 6

Mekanik 1

Pedangang 37

Pelajar / Mahasiswa 228

Perangkat Desa 8

Pengurus Masjid 2

Pensiun 3

Sopir / Transportasi 7

Tukang Batu 18

Tukang Cukur 1

Tukang Kayu 4

Wiraswasta 115

Ibu Rumah Tangga 224

Sumber: Buku profil Desa Tlogo tahun 2018

4.2.1.3 Dari segi Komponen pariwisata Desa Tlogo

Dari hasil observasi yang di lakukan penulis di Desa Tlogo ada atraksi wisata yang bisa dinikmati oleh wisatawan berupa wisata yang mencakup alam, budaya, dan buatan. Atraksi yang ada pada Desa Tlogo Menurut keterangan dari pihak Dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Bapak Edy bahwa “Gamer camp

59

dan menikmati view alam yang keren untuk yang kedua mereka menciptakan atraksi teh lokal orang mengatakan teh sangit tradisi itu yang mereka ingin kembangkan termasuk bagaimana mereka menyatukan dengan potensi seni budayanya”

(wawancara pada tanggal 5 Desember 2019). Lebih lanjut Kepala Desa Tlogo menyatakan “Wisata Alam Seroja yang sementara ini sih mengandalkan menjual view untuk perencanaan ke depan Insya Allah bisa terlaksana akan ada outbond dan flying fox untuk penembahan wahana atraksi di Desa Tlogo, camping ground juga sudah di bangun tapi karena atapnya kena angin sehingga kan menjadi belum layak untuk di jual, untuk camping ground sendiri di harapkan tahun ini terlaksana atau terwujud dan tahun depan mungkin sudah bisa dipasarkan” (wawancara pada tanggal 5 Desember

2019).

Berdasarkan data Disparbud Kabupaten Wonosobo pada tahun 2018 Desa

Tlogo masuk dalam desa wisata lestari yang mana memiliki potensi wisata alam dan seni budaya.

Tabel 4.6 Desa Wisata Lestari Tahun 2018 Kabupaten Wonosobo

No. Nama Desa Potensi

1 Desa Mergolangu - Kec. Kalibawang 1. Gunung lanang, wisata alam 2. Tradisi-budaya

2 Desa Kumejing - Kec. Wadaslintang 1. Wisata alam 2.Tradisi, seni-budaya

3 Desa Tlogo – Kec. Garung 1. Wisata alam 2. Seni-budaya

60

4 Desa Mergosari – Kec. Sukoharjo 1. Taman buah 2.Wisata alam 3. Arung jeram 4. Tradisi-budaya 5 Desa Campursari – Kec. Kejajar 1. Wisata alam 2. Seni-budaya

6 Desa Igirmranak – Kec. Kejajar 1. Wisata alam 2. Seni-budaya

Sumber: Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Wonosobo

Berdasarkan hasil observasi penulis Amenity (Fasilitas) di Desa Tlogo sudah memadai secara standart minimal dengan bisa menyewa tenda atau rumah warga yang di disewakan untuk pengunjung untuk sarana prasarana seperti hotel maupun restoran yang berdiri belum tersedia. Hal ini diungkapkan oleh kepala Desa Tlogo,

Bapak Tulus yang menyatakan bahwa “Pengembangan ya untuk sementara ini bekerja sama kan masih dalam lingkup masyarakat setempat, seperti untuk penginapan di sini belum ada jadi warga biasanya ada yang menyewakan rumahnya untuk pengujung yang datang” (wawancara pada tanggal 5 Desember 2019).

Tabel 4.7 Usaha Jasa Penginapan di Desa Tlogo

No Fasilitas Jumlah 1. Losmen -

2. Wisma -

3. Asrama -

4. Persewaan Kantor -

5. Kontrakan Rumah 10

6. Mess -

7. Hotel -

8. Homestay -

61

9. Villa -

10. Town House -

11. Tenda 20

Sumber: Buku Profil Desa Tlogo tahun 2018

Accessibility (Aksesibilitas) berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di

Desa Tlogo ini berupa jalan yang kecil, dilihat dari infrastruktur jalannya, akses jalan di Desa Tlogo ini lumayan banyak yang rusak dan berlubang. Untuk ke tempat wisata maupun lokasi take off paralayang masih bebatuan belum beraspal. Seperti yang diungkapkan oleh kepala Desa Tlogo, Bapak Tulus bahwa “Di Desa Tlogo kenapa belum di tempati itu yang pertama karena akses menuju take off” (wawancara tanggal

5 desember 2019). Sebagian besar masyarakat di desa ini menggunakan transportasi darat seperti mobil barang, mobil pribadi, sepeda motor, dan angkudes. Seperti yang diungkapkan oleh direktur utama BUMDes, Ikhsan menyatakan bahwa “Harapannya kedepan akan ada penambahan angkudes karena yang sekarang hanya ada beberapa dan untuk pengoperasiannya hanya waktu pagi dan siang. Yang kedua jelas bisa meramaikan wisata, dengan meramaikan wisata itu tentu akan menambah pendapatan dengan pendapatan yang bertambah otomatis menjadi PADes yang akan dikembalikan ke masyarakat” (wawancara pada tanggal 22 desember 2019). Untuk akses komunikasi, masyarakat di Desa Tlogo menggunakan via telepon seluler.

Tabel 4.8 Banyaknya Sarana Transportasi di Kecamatan Garung

No. Desa/Kelurahan Mobil Sepeda Mobil pribadi barang motor 1. Tegalsari 21 441 14 2. Sitiharjo 30 379 18 3. Sendangsari 31 442 22 4. Gemblengan 25 426 17

62

5. Lengkong 23 414 20 6. Kayugiyang 44 438 16 7. Garung 23 421 49 8. Siwuran 34 554 24 9. Kuripan 18 460 16 10. Jengkol 11 593 16 11. Tlogo 6 361 9 12. Maron 18 490 13 13. Menjer 12 435 17 14. Larangan Lor 7 141 4 15. Mlandi 25 370 24 Jumlah 2017 328 6664 279 Sumber: Kecamatan Garung dalam angka 2018 (BPS Kabupaten Wonosobo)

Berdasarkan hasil observasi di Desa Tlogo Ancilliary (Pelayanan Tambahan) di Desa Tlogo adalah pembangunan fisik berupa rest area yang nantinya akan bisa di gunakan untuk pelayanan jasa kebutuhan sehari-hari (makanan dan minuman), jasa kenyamanan dan kesenangan (souvenir ataupun oleh-oleh). Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pihak pokdarwis Desa Tlogo, Mutongin yang menyatakan bahwa

“Ya itu wisata alam seroja, kalau sekarang sudah tambah lagi ada rest area di atas lapangan” (wawancara pada tanggal 6 Desember 2019). Selanjutnya untuk pelayanan jasa yang menyangkut keamanan dan keselamatan di Desa Tlogo sudah ada klinik.

Hal ini di ungkapkan oleh Slamet selaku perangkat desa, yang menyatakan bahwa

“Ambulans desa, untuk tempat medis baru rencana sekarang yang sudah ada klinik desa” (wawancara pada tanggal 6 Desember 2019).

Tabel 4.9 Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Garung

No. Desa/Kelurahan Balai Posyandu Jumlah Pengobatan /Klinik 1. Tegalsari 1 7 8 2. Sitiharjo 1 5 6 3. Sendangsari 1 6 7

4. Gemblengan - 6 7 5. Lengkong 1 6 7 6. Kayugiyang - 5 6

63

7. Garung - 11 12 8. Siwuran 1 5 6 9. Kuripan 1 3 4 10. Jengkol 1 3 4 11. Tlogo 1 4 5 12. Maron 1 5 6 13. Menjer 1 4 5 14. Larangan Lor 1 3 4 15. Mlandi - 8 9 Jumlah 2017 11 81 96

Sumber: Kecamatan Garung dalam angka 2018 (BPS Kabupaten Wonosobo)

Hal lain yang mendukung kepariwisataan seperti lembaga pengelolaan, di

Desa Tlogo sudah ada BUMDes yang menangungi pokdarwis untuk pengelolaan wisata.

Tabel 4.10 Lembaga Kemasyarakatan Desa Tlogo

JUMLAH NO NAMA LEMBAGA ANGGOTA

1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 14

2. Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) 56

3. LMDH 10

4. KPMD 5

5. Karang Taruna 46

6. PKK 22

7. RW 7

8. RT 16

Sumber: Buku Profil Desa Tlogo tahun 2018

64

4.2.2 Pengelolaan Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo

Berdasarkan hasil observasi di Desa Tlogo, pengelolaan pariwisata yang di lakukan di Desa Tlogo adalah dengan di kelola oleh BUMDes. Menurut hasil wawancara pihak BUMDes dengan penulis bahwa pengelolaan memang berada dalam naungan BUMDes dengan pokdarwis yang menjalankan tugas dalam kepariwisataan. Wawancara dengan salah satu pihak BUMDes yaitu, Bapak Yusup selaku kepala unit wisata BUMDes mengatakan bahwa “BUMDes mengelola aset desa terus BUMDes mengambil dari 2 unit dari pariwisata dan unit BP SPAMS dengan manajemen sendiri-sendiri untuk BP SPAMS usaha untuk air bersih dimasukan ke warga masyarakat dan juga untuk bidang wisata sebagai daya dukung wisata, konsep wisata adalah wisata alam untuk wisata pengelolaannya melalui ticketing dari loket masuk, parkir, jasa transportasi ojek, dan warung atau pedagang, rencana pengelolaan untuk paralayang yang sudah di rencanakan meskipun baru rencana yang pertama untuk sarana prasarana itu akses dan juga tempat take off itu kerjasama dengan warga masyarakat, untuk tempat landing sementara ini lokasi landing di lapangan desa” (wawancara 20 desember 2019).

65

Gambar 4.6 Peta Perencanaan Kawasan Take Off Paralayang Desa Tlogo

Sumber: Dokumentasi Penelitian

Gambar 4.7 Peta Perencanaan Kawasan Landing Paralayang Desa Tlogo

Sumber: Dokumentasi Penelitian

66

Lebih lanjut berdasarkan wawancara tanggal 5 Desember 2019 dengan kepala

Desa Tlogo, bahwa “Dari semua aset desa yang masuk ke wisata ini di limpahkan pengelolaannya ke BUMDes jadi di situ juga sudah ada perdes tentang BUMDes mengantur tentang pengelolaan aset desa bisa dikelola oleh pihak ketiga atau

BUMDes, sistem kelolanya secara tata kelola dan manajemennya itu sebetulnya kan bagaimana bisa untuk target perawatan dan bisa melibatkan warga masyarakat untuk kesejahteraan, untuk laporan penjualan tiket wisata itu per bulan ada laporan dan untuk evaluasi 3 bulan sekali dalam 1 tahun, untuk evaluasi sendiri itu dari segi pemasaran, kendala-kendala yang ada di lapangan, terus bagaimana untuk meningkatkan dari tiket yang dijual, terus dari kesan dan pesannya pengunjung”.

Dapat di simpulkan bahwa pengelolaan pariwisata ada pada BUMDes dengan rencana pengelolaan untuk pariwisata olahraga paralayang yaitu perencanaan pembangunan sarana dan prasarana. Selain sarana prasarana ada juga perencanaan untuk pengembangan destinasi wisata dengan menambah atraksi pendukung wisata salah satunya dengan kesenian tradisional, flying fox, outbound, dan penambahan taman jadi yang mengarah ke olahraga ada untuk fasilitas ATV.

4.2.3 Kendala dalam Pengembangan Pariwisata Olahraga Paralayang

Desa Tlogo

Dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang, tentu tidak terlepas dari berbagai permasalahan ataupun kendala. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Kepala desa Tlogo Bapak Tulus menyatakan bahwa kendala dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang yaitu “Di Desa Tlogo kenapa belum di tempati itu yang pertama karena akses menuju take off yang belum memadai terus kedua untuk

67

tempat landing yan jarak dekat” (wawancara pada tanggal 5 Desember 2019). Lebih lanjut dalam wawancara dengan perangkat Desa Tlogo mereka menyatakan bahwa kendala yang muncul dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang selama ini adalah akses jalan. Salah satu hasil wawancara dengan perangkat Desa Tlogo, bapak Ahmad Mahmudin mengatakan bahwa “untuk kedepannya kita kendalanya tempat take off dan khusunya akses jalan soalnya paralayang itu membutuhkan jalan yang lumayan bagus sampai ke lokasi take off soalnya itu menyakut konsetrasi penerbang itu sendiri, misalkan nanti jalannya kurang bagus sampai lokasi take off nanti capek jelas konsentrasi berkurang” (wawancara pada tanggal 6 Desember

2019).

Sedangkan berdasarkan keterangan dari pihak PGPI atau FASI Kabupaten

Wonosobo terkait kendala dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang yaitu “Kendalanya untuk menjadi pilot tandem sendiri kan jangka waktunya kan panjang, kendala lain yang ada di tlogo itu jalan” (wawancara pada tanggal 11

Desember 2019).

Gambar 4.8 Akses Jalan Menuju Tempat Take Off Paralayang

Sumber: Dokumentasi pribadi

68

Kendala lain dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang Desa

Tlogo selain insfraktruktur dan sarana prasarana adalah dalam SDM. Hal ini di ungkapkan oleh Ihksan selaku direktur utama BUMDes yang menyatakan bahwa” untuk dari SDM kelembagaan bisa menjadi kendala karena satu kita awam walaupun kita bisa belajar tetapi semuanya butuh proses dan SDM di sini juga untuk kaitan administrasi di sini memang susah untuk eksekusi memang banyak untuk kerja lapangan itu gampang tapi kaitan administrasi karena ini butuh laporan dan sebagainya itu kita yang kewalahan” (wawancara pada tanggal 22 Desember 2019).

Lebih lanjut menurut keterangan Yusup selaku kepala unit wisata menyatakan bahwa

“kendala untuk paralayang pertama sih curah hujan tinggi, selain itu dari personil yang ikut latihan kurang konsisten karena ada yang berhenti di tengah jalan, terus belum terdaftarnya di dinas pariwisata menjadi hambatan sebenarnya, untuk pahamanan terhadap kepariwisataan itu juga menjadi kendala, terus terang untuk kelembagaan masih kurang dan juga manajemen masih kurang” (wawancara pada tanggal 20

Desember 2019).

Selain itu berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis dilapangan bahwa terkait kendala memang lebih banyak mengarah ke infrastrutur wilayahnya yang masih diperlukan pembangunan. Selain itu sarana dan prasarana kesehatan/keselamatan belum tersedia dan untuk sarana prasanan yang mendukung proses pengembangan pariwisata olahraga paralayang seperti alat-alat paralayang karena terkendala dengan biayanya yang cukup mahal, sehingga membutuhkan biaya atau modal yang cukup besar.

69

4.3 Pembahasan

4.3.1 Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo

Desa Tlogo adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Garung,

Kabupaten Wonosobo yang notabanennya adalah daerah pegunungan dengan ketinggian 1.227 meter diatas permukaan laut. Dengan kondisi wilayah pengunungan ini membuat Desa Tlogo banyak dimanfaatkan menjadi sektor pertanian dan sektor pariwisata. Sesuai dengan keadaan daerah pegunungan, suhu udara di daerah Desa

Tlogo berkisar antara 15 - 23°C, dengan curah hujan berkisar antara 3.178 – 3.365 mm/tahun dalam tiga tahun ini dengan di tunjang oleh 2 musim hujan dan kemarau.

Secara umum Desa Tlogo mempunyai kelembaban tinggi.

Berdasarkan hasil observasi Desa Tlogo memiliki potensi sebagai pariwisata olahraga, khususnya pariwisata olahraga paralayang, dengan pertimbangan dari berbagai hal, salah satunya adalah bahwa lokasi olahraga paralayang harus memenuhi beberapa indikator pengamatan sesuai dengan standart PGPI Provinsi

Jawa Tengah, untuk itu perlu adanya perbaikan infrastruktur yang dapat menunjang kegiatan. Potensi pariwisata olahraga yang ada mampu menjadikan aset pariwisata unggulan dengan dukungan kekayaan budaya dan seni tradisional yang ada pada masyarakat Desa Tlogo untuk menarik wisatawan.

Tabel 4.11 Deskripsi Site paralayang di Desa Tlogo

No Indikator Pengamatan Ada Tidak Keterangan ada 1 Take Off Area (Landasan Terbang) a. Ketinggian  ± 1500 Mdpl b. Heading  Menghadap ke arah selatan c. Luasan  500 m²

70

d. Obstacle  Tidak ada hambatan berupa pohon tinggi di lokasi Take off e. Akses jalan  Jalan kaki f. Kepemilikan  Warga g. Shelter  Belum adanya tempat seperti gazebo untuk beristirahat atau menunggu cuaca bagus h. Hamparan  Tanaman sayur seperti kubis, sawi, kacang panjang i. Tingkat kemiringan  17% (agak curam) j. Area pengaturan  Belum adanya area pengaturan alat alat 2 Landing Area (Pendaratan) a. Ketinggian  ± 1227 mdpl b. Heading  Menghadap ke arah utara c. Luasan  5400 m² d. Obstacle  Tidak ada hambatan atau penghalang e. Akses jalan  Sudah berupa aspal, lokasi pendaratan yang berada di dekat jalan raya akan lebih memudahkan dalam aksebilitas f. Kepemilikan  Pemerintah Desa Tlogo g. Shelter  Sudah ada tempat rest area h. Hamparan  Lapangan sepakbola i. Emergency landing  Belum adanya tempat landing darurat, akan tetapi kedepan Desa Tlogo sudah merencanakan lokasi yang bakal di gunakan untuk lokasi landing darurat 3 Fasilitas Pendukung

a. Penginapan/Home  Penginapan di Desa Tlogo stay biasanya ada yang menyewakan rumahnya untuk di jadikan tempat menginap atau bisa menyewa tenda milik Desa Tlogo b. Warung Makan  Ada warung makan c. Toko Cinderamata  Belum adanya toko cinderamata, ke depan dengan sudah adanya rest area di lokasi landing di harapkan aka nada toko cinderamata d. Balai Pertemuan  Ada balai pertemuan di balai desa atau di lokasi rest area e. Peta dan Tanda  Belum resminya olahraga Informasi paralayang menjadi pariwisata di Paralayang Desa tlogo menjadikan belum

71

adanya peta dan tanda informasi paralayang yang terpasang f. Toilet Umum  Sudah ada toilet umum di lokasi rest area dan tempat wisata alam seroja g. Area Parkir  Ada area parkir di lokasi rest area dan lokasi wisata alam seroja h. Tempat Sampah  Ada tempat sampah di lokasi rest area dan lokasi wisata i. Jaringan  Di Desa Tlogo jaringan Telekomunikasi telekomunikasi terbilang cukup bagus j. Jaringan Listrik  Desa Tlogo selurunya sudah menggunakan listrik untuk kebutuhan sehari-hari k. Rumah  Di Desa Tlogo baru tersedia sakit/Puskesmas klinik kesehatan dan belum adanya puskesmas/rumah sakit l. Tim SAR  Belum ada m. Emergency call  Belum ada Sumber: Dokumentasi penelitian, 2020

Tabel diatas adalah deskripsi hasil pengamatan observasi di Desa Tlogo, dari hasil deskripsi site diatas, potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo sudah memenuhi standar lokasi olahraga paralayang. Selain berdasarkan observasi data site paralayang, Desa Tlogo juga sudah memenuhi beberapa aspek kelayakan lokasi olahraga paralayang seperti menurut (Şimşek, 2018:120), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam lokasi olahraga paralayang. Di Desa Tlogo sudah memenuhi aspek-aspek tersebut diantaranya memiliki kontur tanah perbukitan dan kondisi iklim tropis dengan iklim musim, yang pada bulan desember arah angin musim dari barat, analisis resiko dilakukan oleh pilot berpengalaman seperti dari pengurus

PGPI Kabupaten Wonosobo, arah angin dominan dari selatan dan selatan tenggara dengan lokasi take off di sebelah utara, ketinggian take off ± 1500 mdpl, untuk keselamatan lokasi take off terbilang aman dan tidak ada hambatan berupa pohon tinggi di sekitar lokasi take off. Lokasi landing merupakan area datar yang berupa

72

lapangan sepak bola. Dari aspek kecepatan angin pun di Desa Tlogo sudah cukup potensial untuk digunakan dalam olahraga paralayang menurut Falavarjani (2015:59), standar angin untuk landing paralayang adalah: Pilot pemula (0-7 knot), Pilot reguler

(7-10 knot), Pilot baik (10-13 knot), Tidak terbang (lebih dari 13 knot). Hal tersebut menjelaskan bahwa ideal angin bagi pemula adalah 0-13 km/jam pada Desa Tlogo kecepatan angin berkisar 1-15 km/jam.

Komponen vital dalam pembangunan pariwisata adalah sumber daya manusia. Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakannya. Singkatnya, faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sikap dan kemampuan staff dalam pelayanan pariwisata yang di berikan kepada wisatawan akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya (I Gde Pitana, 2009:72).

Desa Tlogo berpotensi dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata olahraga paralayang karena jumlah penduduk yang berusia produktif lebih banyak di bandingkan dengan usia non produktif, di lain sisi pelajar/mahasiswa, petani, bidan, buruh, sopir, dan pedagang kedepan akan berpotensi sebagai pelaku pariwisata.

Desa Tlogo harus bisa mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas supaya dapat meningkatkan pendapatan, kerja yang produktif dan kesejahteraan masyarakat, salah satu upaya yang telah di lakukan dengan mengcover biaya untuk

10 warga untuk mengikuti pelatihan PL 1. Dengan belum adanya pilot tandem di Desa

Tlogo maupun di Kabupaten Wonosobo, kedepan pemerintah ataupun stacholder terkait akan lebih aktif dalam berperan demi kemajuan olahraga paralayang di

Kabupaten Wonosobo. Menurut Nanang Indardi et al., (2019:90), olahraga paralayang

73

dapat berkembang dengan baik apabila didukung oleh sumber daya manusia, sumber daya alam, infrastruktur, dan organisasi yang sehat. Hal tersebut menjelaskan bahwa untuk berkembangnya olahraga paralayang salah satu komponen penting adalah bila di dukung oleh sumber daya manusia.

Cooper (dalam Titing Kartika et al., 2018:125) mengemukakan bahwa terdapat

4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu: attraction, accessibility, amenity, dan ancilliaary. Di Desa Tlogo dari 4 komponen pariwisata sudah tersedia semuanya, walaupun dalam komponen amenity di Desa Tlogo masih dalam standart minimal, Adanya berbagai potensi tersebut menjadi salah satu harapan besar bagi Desa Tlogo kedepannya untuk menjadi salah satu Desa yang memiliki pariwisata olahraga paralayang di Kabupaten Wonosobo.

4.3.2 Pengelolaan Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo

Pengelolaan suatu kawasan atau lingkungan yang dinilai indah atau mempunyai arti sejarah untuk menjadikan suatu tempat pariwisata mempunyai suatu dampak lingkungan, dampak tersebut bisa negatif maupun positif. Tujuan dari pengelolaan atau manajemen pariwisata adalah untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan pendapatan ekonomi dengan pelayanan kepada wisatawan serta perlindungan terhadap lingkungan dan pelestarian keberagaman budaya.

Berdasarkan analisis data, pengelolaan pariwisata olahraga paralayang Desa

Tlogo sudah di lakukan dengan merujuk pada fungsi pengelolaan, hal tersebut sesuai pendapat Leiper (1990: 256) dalam (I Gde Pitana, 2009:80) pengelolaan

(manajemen), merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang

74

atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut meliputi: Planning (perencanaan) dalam pelaksanaannya pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo sudah di rencanakan,

Directing (mengarahkan) dalam pengarahan dan penyuluhan sudah dilakukan tetapi masih dalam lingkup kecil, Organizing (termasuk coordinating) dalam pelaksanaannya sudah ada BUMDes yang mengatur pengelolaan pariwisata dan

Controling (pengawasan) evaluasi dilakukan BUMDes dalam 3 bulan sekali. Dalam pelaksanaan pengelolaan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo hanya pada tahap perencanaan yang sudah berjalan secara optimal. Perencanaan BUMDes dalam jangka waktu dekat adalah dengan menambah taman yang mengarah pada olahraga untuk menambah paket wisata yaitu dengan menambah fasillitas seperti

ATV, outbond, dan flying fox. Selain itu dalam waktu dekat BUMDes berencana untuk melakukan kerjasama dengan warga terkait lokasi take off dan lokasi landing darurat.

Sedangkan dalam jangka panjang adalah menyelesaikan akses jalan menuju take off yang telah dibuka. Perencanaan kawasan pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo yang sudah berjalan adalah perencanaan pada lokasi Landing dan juga pada lokasi take off.

4.3.3 Kendala dalam Pengembangan Pariwisata Olahraga Paralayang

Desa Tlogo

Adapun beberapa kendala yang muncul untuk pengembangan pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo adalah sebagai berikut:

75

4.3.3.1 Infrastruktur Wilayah

Berdasarkan hasil observasi di Desa Tlogo diperoleh gambaran mengenai pariwisata olahraga paralayang sebagai berikut:

1. Akses jalan menuju take off masih berbatu dan hanya kendaraan tertentu saja

yang dapat digunakan untuk sarana transportasi sampai ke lokasi take off.

2. Jarak dari take off ke landing cukup jauh dan sementara baru di rencanakan

akan membangun landing terdekat.

3. Perlu perbaikan antara lokasi take off dan landing.

4.3.3.2 Sarana Prasarana Pariwisata Olahraga Paralayang

Sarana dan prasarana sangat di perlukan dalam pengembangan pariwisata,

Desa Tlogo dari fasilitas sarana pariwisata sudah terbilang baik dengan sudah ada pelayanan keamanan, wisata, dan kesehatan tetapi untuk prasarana pariwisata belum terbilang baik karena Desa Tlogo belum adanya fasilitas seperti hotel, perusahaan transportasi khusus pariwisata, restoran maupun toko penjual cinderamata khas objek wisata. Untuk ketersediaan alat olahraga paralayang saat ini sudah ada bantuan dari pihak desa dengan membelikan 2 set peralatan paralayang, sedangkan untuk alat olahraga paralayang di Kabupaten Wonosobo sendiri baru mempunyai 7 set peralatan paralayang.

4.3.3.3 Sumber Daya Manusia

Pengembangan pariwisata tentu memerlukan dukungan dari sumber daya manusia karena hal tersebut merupakan salah satu komponen vital dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata. Faktor sumber daya manusia sangat

76

menentukan eksistensi pariwisata. Sikap dan kemampuan staff dalam pelayanan pariwisata yang di berikan kepada wisatawan akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya (I Gde Pitana, 2009:72).

Desa Tlogo bisa berpotensi dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata olahraga paralayang. Untuk mewujudkan potensi pariwisata olahraga paralayang

Desa Tlogo harus bisa mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas supaya dapat meningkatkan pendapatan, kerja yang produktif dan kesejahteraan masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo adalah kegiatan latihan di kawasan desa kadang masih kurang konsisten, kendala lain adalah kurangnya pemahaman atau manajemen kepariwisataan yang masih kurang. Salah satu yang perlu perbaikan dalam hal SDM adalah tata kelola (manajerial) pariwisata olahraga paralayang.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disusun oleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa, Desa Tlogo memiliki potensi pariwisata olahraga paralayang. Dimana bukit yang digunakan untuk lokasi paralayang sudah representatif dan cukup aman untuk kegiatan paralayang. Ketinggian lokasi yaitu ±

1500 mdpl dengan kecepatan angin berkisar antara 1-15km/jam. Dari segi demografi

Desa Tlogo juga berpotensi untuk pembangunan pariwisata olahraga paralayang karena jumlah penduduk yang berusia produktif lebih banyak di bandingkan dengan usia non produktif, dengan membuat sumber daya manusia yang berkualitas tentu dapat membuat olahraga paralayang terus berkembang. Potensi Desa Tlogo dari segi komponen pariwisata juga sangat mendukung, walaupun dalam komponen amenity

(fasilitas) di Desa Tlogo masih dalam standart minimal. Potensi pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo masih harus membutuhkan sinergi antara pihak pemerintah desa dengan pemerintah daerah, masyarakat/swasta ataupun dari pelaku olahraga.

Pengelolaan pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo masih belum di kelola dengan optimal. Dari fungsi pengelolaan baru perencanaan yang sudah berjalan dengan baik. Peran sumber daya manusia dan tingkat pengetahuan masyarakat, khusunya pengurus BUMDes mengenai pariwisata olahraga sangat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pariwisata olahraga paralayang.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo adalah SDM dalam hal pemahaman atau manajemen kepariwisataan,

77

78

infrastrukstur serta sarana dan prasarana yang masih diperlukan adanya perbaikan seperti salah satu yang perlu perbaikan dalam hal SDM adalah tata kelola

(manajerial) pariwisata olahraga paralayang, untuk instrastruktur dan sarana prasanan perbaikan pada akses jalan, tempat transit maupun alat-alat lain dalam mendukung pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo.

5.2. Saran

Berdasarkan analisis data, kesimpulan hasil dan pembahasan maupun kendala-kendala yang ada, maka dapat diberikan beberapa saran untuk mengoptimalkan potensi, pengelolaan dan pengembangan pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo, yaitu:

1. Pemerintah desa lebih bersinergi dengan pemerintah daerah,

masyarakat/swasta ataupun pelaku olahraga dalam pembangunan dan

pengembangan potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo, salah

satunya adalah akses jalan yang perlu di perbaiki sehingga semua kendaraan

transporter khusus untuk aktivitas olahraga paralayang dapat mencapai lokasi

take-off.

2. Pemerintah desa serta kelompok pengurus paralayang Desa Tlogo perlu

segera menyelesaikan tempat landing darurat supaya bisa digunakan untuk

latihan olahraga paralayang baik untuk pemula maupun atlet.

3. Masyarakat/kelompok-kelompok masyarakat dan pengelola pariwisata

nantinya lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pengetahuan

tentang pariwisata olahraga sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan potensi pariwisata olahraga yang akan dibangun.

79

4. Bagi Pemerintah Daerah, hendaknya potensi Desa Tlogo sebagai lokasi

pariwisata olahraga paralayang bisa diprioritaskan untuk dilakukan berbagai

upaya pengembangan.

5. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti kecepatan dan arah angin

dalam jangka satu tahun agar diketahui waktu efektif untuk penerbangan

olahraga paralayang di Desa Tlogo.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adriel Jordan Anggono. 2018. Pengaruh Harga Dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Berkunjung (Survei pada Pengunjung Wisata Paralayang, Kota Batu). 61(3). Arisandi Ananto, Sarwono dan Minto Hadi. 2014. Sistem Pengambilan Keputusan Dalam Mengembangkan Potensi Wisata Arung Jeram Bosamba Di Kabupaten Bondowoso (Studi Pada Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga, dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso). Jurnal Administrasi Publik, 3(1), 107– 110. Armin Subhani. 2010. Potensi Obyek Wisata Pantai Di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Online at https://jateng.bps.go.id/statictable/2017/10/30/1618/jumlah-wisatawan- mancanegara-dan-domestik-di-provinsi-jawa-tengah-2011-2018.html (accesed 11/11/19) Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo. Online at https://wonosobokab.bps.go.id/publication/2018/09/26/49fad166578c8f1e7144 39a7/kecamatan-garung-dalam-angka-2018.html (accesed 11/11/19) Bambang Sunaryo. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasti Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media Dea Rahmadani Ristanti, Sunarti dan Luchman Hakim. 2019. Berkunjung Di Wisata Paralayang Kota Batu (Survei Pada Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Administrasi Publik di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang). 72(1), 222–229 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Online at https://disparbud.wonosobokab.go.id/post/detail/1031699/Desa_Wisata_Lestari .HTML (accesed 02/02/20) Fajrul Falah Muhammad Al-husaini. 2013. Peran Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Falavarjani, N. G. 2015. Wind To Select The Recreation Flying Site. International Journal of Geography and Geology, 4(3), 57–67. Geografis Kabupaten Wonosobo. Online at https://wonosobokab.go.id/website/index.php/2014-02-01-04-40-52/selayang- pandang/geografis-kabupaten-wonosobo (accesed 11/11/19)

Hayun. 2001. Studi Pengembangan Potensi Youth Camp untuk Kegiatan Wisata Alam. Skripsi Fakultas Pertanian Uiversitas Lampung. Bandar Lampung. I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata (S. Suyantoro, Ed.). Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. Irschik, K. 2007. Paragliding Student Workbook. Jakarta: Persatuan Layang Gantung Indonesia (Bidang Paralayang). Ministry of Jobs, Tourism, and Innovation. 2011. Sport Tourism 5th ed. British Colombia : MJTI. Muhammad Fajaruddin Akbar, Dahnial Syauqy dan Gembong Edhi Setyawan. 2019. Sistem Notifikasi Kondisi Cuaca Untuk Keselamatan Take off Paralayang Menggunakan Metode Naïve Bayes (Studi Kasus : Paralayang Gunung Banyak, Batu). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 3(8), 7681–7687. Nanang Indardi, et al. 2019. Paragliding Triangle as Air Tourism Icon in Central . 362(Acpes), 90–93. Nono Darsono, S. 2008. Olahraga Alam (Pertama; Nurhasanah, Ed.). Jakarta: Penerbit PT Perca. Prapto Nugroho. 2018. Modivikasi Mesin EM. E 70CC Gas Engine dalam Penerbangan Olahraga Paralayang. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 8. Pagen, D. 2001. The Art of Paragliding. Spring Mills: Sport Aviation Publications. Online. Available at https://openlibrary.org/works/OL6115622W/The_Art_of_Paragliding (accesed 02/02/20) Rekand, T. 2012. The epidemiology of injury in hang-gliding and paragliding. Epidemiology of Injury in Adventure and Extreme Sports, 58, 44–56 Saifuddin Azwar. 2012. Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Samiaji Sarosa. 2017. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Kedua; B. Sarwiji, Ed.). Jakarta Barat: Penerbit Indeks Jakarta Şimşek, K. 2018. Detection Of Paragliding Fields By Gis. 119–125 Sugiarto, et al. 2017. Potensi Dan Pengembangan Olahraga Alam Berbasis Konservasi Di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Kependidikan, 212–223 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet

Tim Desa Tlogo. 2018. Buku Profil Desa Tlogo Tahun 2018. Wonosobo: Kantor Desa Tlogo Titing Kartika, Rosman Ruskana dan Mohammad Iqbal Fauzi. 2018. Strategi Pengembangan Daya Tarik Dago Tea House Sebagai Alternatif Wisata Budaya di Jawa Barat. 8(2), 121–138. Weed. 2008. Sport & Tourism : A Reader. Journal of Sport Management, 671–676 Wilkes, M. M. et al. 2017. The Physiology of Paragliding Flight at Moderate and Extreme Altitudes. High Altitude Medicine & Biology, 19(1), 42–51

Zam-zam Masrurun. 2019. Kajian Strategi Pengembangan Pariwisata Olahraga Paralayang di Kabupaten Wonosobo (Studi Kasus Paralayang di Bukit Kekep, Desa Lengkong, Kecamatan Garung). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Undang-Undang

Undang-Undang RI No. 3 tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional

Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Lampiran

84

Lampiran 1 Usulan Pembimbing

85

Lampiran 2

Penetapan Dosen Pembimbing

86

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

87

Lampiran 4

Surat Izin dan Keterangan Penelitian

88

Lampiran 5

Rubrik Observasi di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo

No Indikator Pengamatan Ada Tidak Keterangan ada 1 Take Off Area (Landasan Terbang) a. Ketinggian b. Heading c. Luasan d. Obstacle e. Akses jalan f. Kepemilikan g. Shelter h. Hamparan i. Tingkat kemiringan j. Area pengaturan alat 2 Landing Area (Pendaratan) a. Ketinggian b. Heading c. Luasan d. Obstacle e. Akses jalan f. Kepemilikan g. Shelter h. Hamparan i. Emergency landing 3 Fasilitas Pendukung a. Penginapan/Homesta y b. Warung Makan c. Toko Cinderamata d. Balai Pertemuan e. Peta dan Tanda Informasi Paralayang f. Toilet Umum g. Area Parkir h. Tempat Sampah i. Jaringan Telekomunikasi j. Jaringan Listrik k. Rumah sakit/Puskesmas l. Tim SAR m. Emergency call

89

90

91

Lampiran 6

PANDUAN WAWANCARA

Dalam rangka melaksanakan penelitian skripsi dengan judul “Potensi Pariwisata Olahraga Paralayang Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo”, saya bermaksud mengadakan penelitian dan semua informasi yang diperoleh akan digunakan untuk penulisan skripsi.

1. Tujuan Wawancara Untuk mengetahui dan mengkaji potensi, pengelolaan, dan kendala dalam pengembangan potensi pariwisata olahraga paralayang Desa Tlogo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo. 2. Identitas Informan Nama : Jabatan : Alamat/kantor : No. Hp : 3. Pelaksanaan Hari/tanggal : Waktu : 4. Alat yang digunakan Alat perekam, Camera digital, alat tulis dan buku catatan. 5. Pertanyaan :

Pertanyaan untuk Dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Wonosobo

1. Bagaimana rencana pengembangan desa-desa wisata di Wonosobo?

Khususnya Desa Tlogo?

2. Menurut anda bagaimana potensi pariwisata olahraga paralayang di Desa

Tlogo?

92

3. Menurut anda, dukungan apa yang dapat diberikan oleh Dinas Pariwisata dan

kebudayaan kabupaten wonosobo dalam menanggapi pembangunan

pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo?

4. Bagaimanakah peran pemerintah daerah untuk pengelolaan dan

pengembangan pariwisata, khususnya potensi pariwisata olahraga

paralayang?

5. Bagaimanakah kerjasama antara pemerintah dan pihak lain (investor/swasta)

dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata olahraga paralayang di

Desa Tlogo?

6. Menurut anda, apakah pariwisata olahraga paralayang memiliki prospek yang

baik di masa yang akan datang?

7. Kendala apa saja yang menghambat dalam proses pengeolaan dan

pengembangan pariwisata, khususnya untuk potensi pariwisata olahraga

paralayang?

8. Apa saja cara yang akan dilakukan untuk menghadapi Kendala-kendala yang

muncul tersebut?

9. Apa harapan kedepan mengenai pariwisata olahraga paralayang di kabupaten

wonosobo, khusunya di bukit tlogo?

Pertanyaan Untuk KONI Kabupaten Wonosobo

1. Apakah anda mengetahui olahraga paralayang di Desa Tlogo?

2. Menurut anda, untuk kedepan apakah KONI akan memberikan dukungan

dalam pembangunan olahraga paralayang di Desa Tlogo?

93

3. Bagaimana kolaborasi yang dapat dilakukan oleh KONI dan pihak desa

kedepannya?

4. Bagaimana pembinaan atlet paralayang di kabupaten wonosobo selama ini?

5. Menurut anda, apa kendala yang dihadapi oleh para atlet paralayang

wonosobo?

6. Apa saja dukungan yang dapat diberikan oleh KONI dalam olahraga

paralayang di kabupaten wonosobo?

7. Menurut anda, apakah pariwisata olahraga paralayang memiliki prospek yang

baik di masa yang akan datang?

8. Menurut anda, kendala apa saja yang menghambat dalam proses

pengembangan pariwisata, khususnya untuk potensi pariwisata olahraga

paralayang?

9. Menurut anda, adakah saran untuk pembangunan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo?

10. Apa harapan kedepan mengenai pariwisata olahraga paralayang di kabupaten

wonosobo, khusunya di bukit tlogo?

Pertanyaan untuk PGPI/ FASI Kabupaten Wonosobo

1. Apakah anda mengetahui olahraga paralayang di Desa Tlogo?

2. Menurut anda, lokasi di Desa Tlogo apakah mempunyai potensi untuk

pariwisata olahraga paralayang?

3. Menurut anda, lokasi paralayang yang bagus/layak sebagai lokasi latihan

maupun pariwisata olahraga paralayang seperti apa?

94

4. Apa saja dukungan yang dapat di berikan PGPI sebagai organisasi paralayang

di Wonosobo dalam pembangunan pariwisata olahraga paralayang di Desa

Tlogo?

5. Bagaimana kolaborasi yang dapat dilakukan oleh PGPI dan pihak desa

kedepannya?

6. Menurut anda, kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam

pengembangan pariwisata olahraga paralayang?

7. Harapan anda mengenai olahraga paralayang di Kabupaten Wonosobo,

khusunya di Desa Tlogo?

Pertanyaan untuk kepala Desa Tlogo

1. Awal mula berkembangnya olahraga paralayang di Desa Tlogo? 2. Apa saja potensi wisata yang ada di Desa Tlogo, khususnya potensi pariwisata olahraga? 3. Bagaimana rencana pemerintah desa dalam pengembangan pariwisata

olahraga paralayang?

4. Bagaimanakah peran pemerintah desa untuk pengelolaan pariwisata olahraga

paralayang?

5. Bagaimanakah kerjasama antara pemerintah desa dan pihak lain (investor/swasta) dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata olahraga paralayang? 6. Menurut anda, apakah pariwisata olahraga paralayang memiliki prospek yang

baik di masa yang akan datang?

7. Apakah telah ada pelatihan atau penyuluhan kepada warga mengenai potensi

pariwisata olahraga paralayang?

95

8. Apakah sarana prasarana kesehatan/keselamatan sudah tersedia?

9. Kendala apa saja yang menghambat dalam proses pengeolaan dan pengembangan pariwisata, khususnya untuk potensi pariwisata olahraga paralayang? 10. Apa saja cara yang akan dilakukan untuk menghadapi kendala-kendala yang

muncul tersebut?

11. Apa harapan kedepan mengenai pariwisata olahraga paralayang di bukit seroja? Hal apa saja yang kira-kira akan di tempuh untuk mewujudkan harapan tersebut?

Pertanyaan untuk Perangkat Desa Tlogo

1. Awal mula berkembangnya olahraga paralayang di Desa Tlogo?

2. Menurut anda apakah olahraga paralayang di Desa Tlogo aman untuk

terbang?

3. Bagaimana rencana pemerintah desa dalam pengembangan pariwisata

olahraga paralayang?

4. Bagaimanakah peran pemerintah desa untuk pengelolaan pariwisata olahraga

paralayang?

5. Menurut anda apakah pariwisata olahraga paralayang memiliki prospek yang

baik di masa yang akan datang?

6. Apakah telah ada penyuluhan kepada warga mengenai potensi pariwisata

olahraga paralayang?

7. Apakah sarana prasarana kesehatan/keselamatan sudah tersedia?

96

8. Kendala apa saja yang menghambat dalam proses pengeolaan dan

pengembangan pariwisata, khususnya untuk potensi pariwisata olahraga

paralayang?

9. Apa saja cara yang akan dilakukan untuk menghadapi kendala-kendala yang

muncul tersebut?

10. Apa harapan kedepan mengenai pariwisata olahraga paralayang di bukit

tlogo?

Pertanyaan untuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Tlogo

1. Apakah anda mengetahui olahraga paralayang di Desa Tlogo? 2. Bagaimanakah sistem BUMDes Desa Tlogo untuk pengelolaan pariwisata

selama ini? Dan bagaimana rencana pengelolaan pariwisata olahraga

paralayang depan?

3. Menurut anda apakah pariwisata olahraga paralayang memiliki prospek yang

baik di masa yang akan datang?

4. Apakah selama ini dalam proses pembangunan pariwisata olahraga

paralayang telah melibatkan BUMDes?

5. Kendala apa saja yang menghambat dalam proses pengeolaan dan

pengembangan, khususnya untuk potensi pariwisata olahraga paralayang?

6. Apa harapan kedepan mengenai pariwisata olahraga paralayang di bukit

tlogo?

Pertanyaan untuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Tlogo

1. Apakah anda mengetahui olahraga paralayang di Desa Tlogo?

97

2. Menurut anda, apakah olahraga paralayang di Desa Tlogo aman untuk

terbang?

3. Apa tanggapan anda tentang perencanaan pembangunan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo?

4. Apakah anda setuju dengan pembangunan pariwisata olahraga paralayang di

Desa Tlogo, jika setuju persiapan apa yang anda lakukan dalam mendukung

program tersebut?

5. Menurut anda, adakah saran untuk pembangunan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo?

6. Menurut anda, kendala apa saja yang mungkin di hadapi dalam

pengembangan pariwisata olahraga paralayang?

7. Apakah selama ini dalam proses pembangunan pariwisata olahraga

paralayang telah melibatkan para anggota LMDH?

8. Apa harapan kedepan terkait pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo?

Pertanyaan untuk pemilik lahan

1. Apakah anda mengetahui olaraga paralayang di Desa Tlogo? 2. Bagaimana pendapat anda mengenai pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo? 3. Bagaimanakah kerjasama antara pemerintah dan pihak pemilik lahan dalam

pengembangan pariwisata olahraga paralayang?

4. Menurut anda, kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam

pengembangan pariwisata olahraga paralayang?

5. Apa harapan anda mengenai olahraga paralayang di Desa Tlogo?

98

Pertanyaan untuk warga masyarakat Desa Tlogo

1. Apakah anda mengetahui olahraga paralayang di Desa Tlogo? 2. Menurut anda apakah olahraga paralayang di Desa Tlogo aman untuk

terbang?

3. Apa tanggapan anda tentang perencanaan pembangunan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo?

4. Apakah anda setuju dengan pembangunan pariwisata olahraga paralayang di

Desa Tlogo, jika setuju persiapan apa yang anda lakukan sebagai warga

dalam mendukung program tersebut?

5. Apa saja dampak yang di rasakan warga akan adanya pembangunan

pariwisata olahraga paralayang tersebut?

6. Menurut anda, adakah saran untuk pembangunan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo?

7. Apakah selama ini dalam proses pembangunan pariwisata olahraga

paralayang telah melibatkan warga dalam pembangunan dan pengelolaan?

8. Apa harapan kedepan terkait pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo?

Pertanyaan untuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Tlogo

1. Awal mula olahraga paralayang di Desa Tlogo? 2. Bagaimana kesiapan dalam proses pembangunan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo?

3. Apa saja tempat yang menjadikan daya tarik tempat ini selain lokasi pariwisata

olahraga paralayang?

99

4. Apa saja upaya yang telah dan akan dilakukan oleh para anggota Pokdarwis

dalam mendukung kegiatan yang ada?

5. Apakah sudah ada koordinasi yang di jalin oleh pemerintah desa dan

pokdarwis dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang?

6. Bagaimana rencana pengembangan olahraga paralayang di Desa Tlogo ke

depan?

7. Kendala apa saja yang di hadapi dalam pengembangan pariwisata olahraga

paralayang di Desa Tlogo?

8. Apa harapan kedepan terkait pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo?

100

Lampiran 7

Wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo Pertanyaan Edi Santosa, S. STP., M. Si sebagai Kepala Bidang Destinasi Bagaimana rencana kalau secara konsep di tempat kami tlogo menjadi salah satu anggota program kami yang pengembangan desa- namanya desa wisata lestari, sebenarnya untuk Desa Tlogo itu jauh dengan konsep desa wisata di paralayang kalau kita mau jujur konsep di tempat kami potensi yang kalau yang mereka Wonosobo? Khususnya gambar disana itu satu gamer camp dan menikmati view alam yang keren untuk yang kedua Desa Tlogo? mereka menciptakan atraksi teh lokal orang mengatakan teh sangit tradisi itu yang mereka ingin kembangkan termasuk bagaimana mereka menyatukan dengan potensi seni budayanya, nah sebenarnya kalau di tlogo itu secara dokumen perencanaan yang mereka buat itu tidak ada satupun yang mengatakan paralayang memang kemarin saat teman-teman desa memunculkan paralayang kami selaku pendamping terkejut apakah sudah ada kajiannya, secara spirit kami lebih mendorong bagaimana tlogo itu mewujudkan mimpinya yang dulu selesaikan dulu mimpi anda karena itu keren, kalaupun nanti bisa di sinkronkan dengan paralayang its okay tidak masalah cuma sekali lagi itu sesuatu yang harus di sinkronkan dengan spiritnya, tapi buat dinas its okay tidak ada masalah tetap memberikan dukungan tapi sekali lagi jangan sampai dokumen-dokumen yang mereka buat jangan hanya sekadar dokumen yang di tumpuk kita tidak mau Menurut anda saya tidak bisa mengatakan secara vulgar untuk yang nomor dua ya, ini mungkin dari kawan- bagaimana potensi kawan yang aero sport mungkin mereka punya karena ketinggiannya karena amenitas pariwisata olahraga pendukungnya, potensi itu saya pikir ada lah, tinggal bagaimana Desa Tlogo mensinergikan paralayang di Desa dengan konsep-konsep yang sudah mereka buat di awal. Tlogo?

Menurut anda, kita di tahun 2020 punya kegiatan penguatan pemandu, pelaku, penggiat stadartnya aero dukungan apa yang sport bukan pariwisata. dapat diberikan oleh Dinas Pariwisata dan kebudayaan kabupaten wonosobo dalam menanggapi

101

pembangunan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo?

Bagaimanakah peran kalau kami mendorong itu menjadi bagian atraksi desa, bersinergi bahkan akan menambah pemerintah daerah salah satu daya tarik dari sisi pariwisatanya. untuk pengelolaan dan pengembangan pariwisata, khususnya potensi pariwisata olahraga paralayang? Bagaimanakah ada kerjasama tapi saya tidak tahu di tlogo itu seperti apa, nah hal yang di lakukan pemerintah kerjasama antara saat ini bahwa tentang tata kelola telaga menjer itu belum selesai itu kerjasama antara pemerintah dan pihak Indonesia power dengan pemerintah kabupaten wonosobo karena sebenarnya tlogo, maron lain (investor/swasta) dan beberapa desa setempat itu menjadi salah satu bagian kecil di situ berarti menentukan dalam pengelolaan dan apakah konsep kerjasama yang di menjer itu sangat fleksibel, fleksibel misalnya paralayang pengembangan masuk ini, paralayang tidak bisa ini karena di menjer itu kan ada untuk kegiatan perikanan pariwisata olahraga untuk kegiatan energy terbarukan PLTA, untuk kegiatan konservasi lewat hutan lewat paralayang di Desa ekosistem yang disitu. Tlogo?

Menurut anda, apakah iya, bahkan di wonosobo itu bukan hanya di tlogo tapi di lengkong bahkan kalau kita berharap pariwisata olahraga event itu bisa di gelar bukan hanya tahunan mungkin harian atau mingguan. paralayang memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang?

Kendala apa saja yang Kendala sih kalau menurut saya penyiapan threats, karena berbicara potensi kadang-kadang menghambat dalam kita melupakan yang namanya hambatan, ancaman dan lain-lainya, kalau berbicara tlogo itu proses pengeolaan dan akan banyak pihak yang di libatkan bagaimana sinergitas itu antara tambi, masyaarakat,

102

pengembangan perhutani iya kan, Indonesia power terus kemudian desa sekitar apakah itu sudah clear begitu pariwisata, khususnya nah itu kendala, kendala bukan menjadi sesuatu yang menghambat bukan tetapi kita untuk potensi pariwisata berharap itu menjadi suatu point positif jadi sesuatu yang mendukung, kendala lain dari SDM olahraga paralayang? kelembagaan mungkin, dari sisi fungsi-fungsi kawasan mungkin, terus dari sisi turbelensi apakah cocok atau tidak atau kalau jatuh di perairan bagaimana nanti di konfirmasi saja ke aero sport.

Apa saja cara yang satu membuat dokumen perencanaan yang baik, duduk bersama untuk mengonfirmasi apa akan dilakukan untuk saja yang bisa dilakukan dan rencananya akan seperti apa, kalau secara di desa seharusnya menghadapi Kendala- sudah membuat perdes tentang pariwisata termasuk tata ruang itu yang akan mengunci kendala yang muncul fungsi-fungsi kawasan sebenarnya jangan sampai yang kemarin menjadi fungsi hijau tiba-tiba tersebut? ada paralayang disana itu berubah menjadi area parkir gitu itu kan bahaya atau tiba-tiba berubah menjadi kios atau karena waktu itu ada kawasan hijau yang lain tiba-tiba menjadi jalan begitu. Apa harapan kedepan harapan kami ini menjadi satu motivasi bagi pemuda di Desa Tlogo dan di wonosobo untuk mengenai pariwisata menjadi atlit untuk berprestasi di cabang olahraga paralayang, tata kelola harus sinergi, lalu olahraga paralayang di perencanaan yang baik dengan tidak mengesampingkan fungsi-fungsi kawasan, saran kami kabupaten wonosobo, sih kepada pemerintah desa lakukanlah secara sinergi secara menyeluruh jadi undang semua khusunya di bukit tlogo? pihak di situ duduk bersama karena lewat pertemuan itu akan di carikan solusi yang baik karena kadang-kadang kalau ketemu satu satu itu tidak ada titik temunya.

103

Lampiran 8 Wawancara dengan Komite Olahraga Nasional Indoonesia (KONI) Kabupaten Wonosobo Pertanyaan H. Bambang Larasnyoto, S. H., M. M sebagai Ketua Umum Apakah anda mengetahui Kalau di Desa Tlogo saya baru sebatas informasi, kalau yang ada itu di desa lengkong olahraga paralayang di Desa Tlogo? Menurut anda, untuk kita tidak bisa menentukan begitu saja sepanjang belum ada penelitian-penelitian, harus kedepan apakah KONI ada penelitian layak dan tidaknya kira-kira itu dari sisi infrastruktur bagaimana dari sisi akan memberikan keamanan atau safety bagaimana baru kita bisa menentukan untuk mengiyakan ataupun dukungan dalam tidak. pembangunan olahraga paralayang di Desa Tlogo? Bagaimana kolaborasi Kolaborasinya kalau di KONI itu kan namanya organisasi pembina atlet-atlet berprestasi yang dapat dilakukan oleh kita bertugas mencari bibit-bibit atlet dimana nanti atlet ini bisa kita bentuk menjadi atlet- KONI dan pihak desa atlet yang berprestasi kalau seperti paralayang itu sebenarnya untuk prestasinya dapat kedepannya? tapi dari sisi pariwisata juga dapat. Bagaimana pembinaan Saya melihat cukup bagus, organisasinya tertata rapi dan terstruktur atlet paralayang di kabupaten wonosobo selama ini? Menurut anda, apa Sebenarnya begini namanya olahraga dan atlet itu kan butuh banyak bertanding kendala yang dihadapi sementara kalau untuk event paralayang itu memerlukan modal yang besar, sarana oleh para atlet paralayang prasarana belum mencukupi. wonosobo? Apa saja dukungan yang Sementara ini kita hanya baru bisa memberikan uang pembinaan tetapi dengan batas- dapat diberikan oleh KONI batas tertentu menurut kemampuan daripada anggaran APBD kabupaten Wonosobo. dalam olahraga paralayang di kabupaten wonosobo? Menurut anda, apakah Sangat baik, tadi saya katakan bahwa mereka sudah melaksanakan pembinaan sesuai pariwisata olahraga dengan aturan yang sudah di tetapkan dan sesuai dengan aturan yang sudah di

104

paralayang memiliki rencanakan, mereka bisa mencari bibit-bibit atlet melalui dari tingkatan usia dan di didik prospek yang baik di masa di situ sehingga mereka mulai dari latihan dasar sampai dia bisa terbang dengan yang akan datang? menggunakan teknik paralayang yang betul.

Menurut anda, kendala Sarana prasarana masih terlalu tinggi untuk tingkatan kabupaten, sehingga di perlukan apa saja yang satu kepengurusan yang kuat atau mungkin harus melibatkan pihak ketiga sebagi menghambat dalam sponsorship untuk bagaimana agar organisasi paralayang itu bisa berjalan dan bisa tetap proses pengembangan eksis. pariwisata, khususnya untuk potensi pariwisata olahraga paralayang? Ditingkatkan koordinasinya di tingkat desa dan agar mendapat dukungan dari masyarakat, Menurut anda, adakah setelah itu atlet di persiapkan nanti bagaimana caranya agar disana itu dapat terbentuk saran untuk pembangunan terminal olahraga paralayang, yang kedua mencoba untuk mencari anggaran baik itu ke pariwisata olahraga kemenpora maupun kepada pemerintah daerah, yang ketiga mencari partnership paralayang di Desa Tlogo? katakanlah pihak ketiga untuk mendukung kegiatan tersebut.

Apa harapan kedepan Harapan kami yang pertama agar sesegera mungkin agar di realisasikan baik itu mengenai pariwisata infrastruktur maupun yang lain-lainnya yang kedua Desa Tlogo bisa mendukung kegiatan olahraga paralayang di tersebut sehingga akan menjadi terminal paralayang kedua setelah lengkong, yang kabupaten wonosobo, ketiga bisa menciptakan atlet-atlet yang berprestasi sehingga bisa membawa nama baik khusunya di bukit tlogo? Kabupaten Wonosobo.

105

Lampiran 9 Wawancara dengan Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia (PGPI) Kabupaten Wonosobo Pertanyaan Anto sebagai Bimpres PGPI Kabupaten Wonosobo Apakah anda mengetahui sudah pasti tau ya karena survei lokasi itu juga saya ya, karena banyak siswa disana olahraga paralayang di yang saya bimbing. Desa Tlogo? Menurut anda, lokasi di untuk potensi sendiri sangat berpotensi sekali karena di Desa Tlogo sendiri dibantu Desa Tlogo apakah dengan danau yang pemandangannya yang sangat bagus saya kira di atas telaga kita mempunyai potensi untuk bisa terbang dengan jarang tempuh sekitar 10-15 menit dari lokasi take off sampai pariwisata olahraga landing. paralayang? Menurut anda, lokasi untuk take off safety untuk landing pun safety bebas dari obstacle sementara kalau untuk paralayang yang pariwisata olahraga paralayang sendiri selain dari safety ya dari view nya juga bagus tapi bagus/layak sebagai lokasi untuk terbang paralayang sendiri yang diutamakan kita itu safety nya kalau semua sudah latihan maupun pariwisata terpenuhi dari safety nya baru yang lainnya baru mengikuti, safety nya itu untuk olahraga paralayang keselamatan terbang yang penting untuk take off nya aman landingnya juga aman dari seperti apa? turbulensi terus dari obstacle mungkin ada gedung, pohon tinggi yang bebas dari itu baru bisa dikatakan layak untuk jadi tempat latihan. Apa saja dukungan yang ini sebentar lagi juga sudah tidak terpakai di ganti dengan FASI, kalau dari FASI sendiri dapat di berikan PGPI kemarin kalau untuk tlogo sendiri kan memang belum, kalau untuk terbang oke aman sebagai organisasi safety dan bagus juga cuman sarana dan prasarana untuk ke take off ini masih susah. paralayang di Wonosobo dalam pembangunan pariwisata olahraga paralayang di Desa Tlogo? Bagaimana kolaborasi kita sebagai FASI itu hanya sebagai naungan, kita malah lebih banyaknya di bantu oleh yang dapat dilakukan oleh dinas pariwisata dalam pengembanganya. PGPI dan pihak desa kedepannya? Menurut anda, kendala kendalanya untuk menjadi pilot tandem sendiri kan jangka waktunya kan panjang, apa saja yang mungkin kendala lain yang ada di tlogo itu jalan.

106

dihadapi dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang?

Harapan anda mengenai harapan saya kedepan disitu banyak tercetak atlet-atlet paralayang yang kedua tlogo olahraga paralayang di menjadi destinasi pariwisata paralayang tersendiri baik nasional maupun internasional Kabupaten Wonosobo, karena memang di tlogo memiliki view yang bagus dan safety nya juga cukup bagus juga khusunya di Desa Tlogo? cuma tinggal dukungan dari desa sendiri dan mungkin pemkab ya untuk mendukung disitu menjadi pariwisata paralayang.

107

Lampiran 10 Wawancara dengan Kepala Desa Tlogo Pertayaan Tulus sebagai Kepala Desa Tlogo Awal mulaberkembangnya yang di tlogo ya kalau awalnya dari tahun 2018 dengan adanya lomba di lengkong terus olahraga paralayang di pak sahri bersama pak nanang itu kan kayaknya melihat potensi di tlogo dengan alam Desa Tlogo? sekitarnya merasa tertarik sehingga uji coba di sini terbang di tempat take off kemudian landing di lapangan setelah itu dari komunitas paralayang wonosobo juga terbang beberapa kali disini. Apa saja potensi wisata nah yang potensi wisata ya wisata alam seroja yang sementara ini sih mengandalkan yang ada di Desa Tlogo, menjual view untuk perencanaan ke depan insya allah bisa terlaksana akan ada outbond khususnya potensi dan flying fox untuk penembahan wahana atraksi di Desa Tlogo, camping ground juga pariwisata olahraga? sudah di bangun tapi karena atapnya kena angin sehingga kan menjadi belum layak untuk di jual, untuk camping ground sendiri di harapkan tahun ini terlaksana atau terwujud dan tahun depan mungkin sudah bisa di pasarkan. Bagaimana rencana kalau untuk rencana kedepan ini karena Desa Tlogo berkaitan dengan lahan kan milik pemerintah desa dalam warga masyarakat untuk pemerintah desa memang untuk jalan, akses jalan yang di buka pengembangan pariwisata sekitar 5 kilo berusaha dalam 5 tahun ini selesai, kalau perencanaan tahun 2020 untuk olahraga paralayang? penambahan taman jadi yang mengarah ke olahraga ada untuk fasilitas ATV ini akan masuk dalam satu ruang bersama outbond dan flying fox itu juga ada atv untuk atraksi atau untuk jalan berputar-putar di jalan yang lain dengan atraksi yang sifatnya dari tradisi seperti egrang, kemarin sudah pernah tapi belum di kelompokkan dari warga pun banyak kesenian tradisonal tapi yang ke olahraga paling egrang itu. Bagaimanakah peran untuk sementara dari tahun 2017 itu sudah terbentuk BUMDes dari semua aset desa yang pemerintah desa untuk masuk ke wisata ini di limpahkan pengelolaannya ke BUMDes jadi di situ juga sudah ada pengelolaan pariwisata perdes tentang BUMDes mengantur tentang pengelolaan aset desa bisa di kelola oleh olahraga paralayang? pihak ketiga atau BUMDes, sistem kelolanya secara tata kelola dan manajemennya itu sebetulnya kan bagaimana bisa untuk target perawatan dan bisa melibatkan warga masyarakat untuk kesejahteraan, untuk laporan penjualan tiket wisata itu per bulan ada laporan dan untuk evaluasi 3 bulan sekali dalam 1 tahun, untuk evaluasi sendiri itu dari segi pemasaran, kendala-kendala yang ada di lapangan, terus bagaimana untuk meningkatkan dari tiket yang dijual, terus dari kesan dan pesannya pengunjung.

108

Bagaimanakah kerjasama Pengembangan ya untuk sementara ini bekerja sama kan masih dalam lingkup antara pemerintah desa masyarakat setempat, seperti untuk penginapan di sini belum ada jadi warga biasanya ada dan pihak lain yang menyewakan rumahnya untuk pengujung yang dating, selain itu untuk perencanaan (investor/swasta) dalam paralayang perlu tempat landing yang jarak dekat dan jauh ini nantinya ada kerjasama pengelolaan dan dengan warga masyarakat yang memiliki lahan kalau dengan investor kemarin sudah tapi pengembangan pariwisata belum clear dengan PT Tambi masih keganjal dengan pembagian ticketing, sebetulnya olahraga paralayang? ada investor tapi disini masih mengacu untuk memberdayakan masyarakat setempat jadi sering ada yang datang tapi akhirnya di tolak kan seperti itu. Menurut anda apakah kalau di masa yang akan datang dengan penuh perlombaan dan juga dorongan dari pariwisata olahraga pemerintah tentang memberikan apresiasi yang telah menggeluti paralayang sampai ke paralayang memiliki puncak sea games ini sebetulnya pertama dengan hobi, peminatan, dan ketekunan yang prospek yang baik di masa penuh ini sebetulnya baik. yang akan datang? Apakah telah ada Kalau itu dalam lingkup kecil kalau lingkup besar belum, kan mulainnya dengan kaderisasi pelatihan atau penyuluhan saja ini langsung door to door ke orang tuanya karena apa pertama olahraga paralayang kepada warga mengenai juga membutuhkan biaya yang besar dengan dukungan dari orang tua terus kadang potensi pariwisata peminatan anak, terus yang takut ketinggian, warga sudah tau akan ada olahraga olahraga paralayang? paralayang melalui sosialisasi program melalui kelompok-kelompok, warga banyak yang mendukung karena yang minat banyak kan saya anggap responnya kan baik. Apakah sarana prasarana Kalau sementara belum karena disini kan belum resmi di buka jadi masih menunggu. kesehatan/keselamatan sudah tersedia? Kendala apa saja yang Tidak semua yang ikut pelatihan memiliki ketekunan kadang ada yang menuntut ilmu di menghambat dalam pondok terus ada yang meneruskan sekolah terus yang sudah tidak sekolah kadang ada proses pengeolaan dan yang trauma terbang langsung nabrak mobil itu kan kendala secara individu terus yang di pengembangan Desa Tlogo kenapa belum di tempati itu yang pertama karena akses menuju take off yang pariwisata, khususnya belum memadai terus kedua untuk tempat landing yan jarak dekat. untuk potensi pariwisata olahraga paralayang? Apa saja cara yang akan Kemarin sudah saya anggarkan 200 untuk akses jalan terus saya usulkan lagi lewat dilakukan untuk provinsi kemarin tidak muncul tapi ya ke depan selesai paling ya kemungkinan antara menghadapi kendala- tahun 2021 baru bisa selesai untuk akses.

109

kendala yang muncul tersebut? Apa harapan kedepan Harapan ke depan ya SDA yang di tlogo bisa terkelola dengan baik sehingga apa yang mengenai pariwisata di harapkan dari desa dan warga masyarakat bisa menjadikan masyarakat Desa Tlogo olahraga paralayang di sejahtera intinya itu, untuk mewujudkan yang pertama untuk mendongkrak SDM terus bukit Seroja? Hal apa saja dengan melalui pergerakan dari UMKM dan dari masyarakat paham dengan wisata yang kira-kira akan di dengan melalui penyuluhan dari desa di dampingi dari pihak ketiga dari dinas, dari tempuh untuk mewujudkan Indonesia power juga kemarin sudah mendampingi dan juga akan mendampingi dan harapan tersebut? juga komunitas paralayang, dan mengoptimalkan pengelolaan dengan cara reorganisasi atau penambahan kader-kader didalam kepengurusan BUMDesnya.

110

Lampiran 11 Wawancara dengan Pemilik Lahan Pertanyaan Bihun sebagai pemilik lahan take off Paralayang Desa Tlogo Apakah anda mengetahui iya tahu, pernah melihat yang terbang paralayang. olaraga paralayang di Desa Tlogo? Bagaimana pendapat anda ya tidak masalah saya mendukung yang penting kan saling menguntungkan misalkan saya mengenai pariwisata yang punya lahan dapat hasilnya ya kalau misalnya tidak saling menguntungkan kan olahraga paralayang di percuma mas. Desa Tlogo? Bagaimanakah kerjasama belum ada tindak lanjut, sudah 2 tahun ini masih menunggu tapi belum ada perkembangan antara pemerintah dan kalau di bisnis itu namanya masih menggantung. pihak pemilik lahan dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang? Menurut anda, kendala kendalanya yang pertama ya jelas jalan, yang kedua belum ada koordinasi lagi terkait apa saja yang mungkin lahan yang rencana mau di jadikan lokasi take off. dihadapi dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang? Apa harapan anda harapan ya kalau paralayang tidak jadi akan saya olah untuk lahan sayur kalau misalnya mengenai olahraga jadi tidak apa-apa saya dukung supaya saling menguntungkan. paralayang di Desa Tlogo?

111

Lampiran 12 Wawancara dengan staff Desa Tlogo Pertanyaan Ahmad mahmudin sebagai Slamet budiyono sebagai Fathur rohim sebagai Staff kepala Dusun Tlogo Sekretaris Desa Tlogo Desa Tlogo Awal mula awal-awalnya sih dari tahun 2018 mulai dari kalau awal mulanya sih dari berkembangnya olahraga percobaan dari unnes ya, komunitas paralayang peminatan masyarakat paralayang di Desa Tlogo? kemudian otomatis dari Desa pada olahraga tersebut Tlogo kan punya inisiatif yang didukung oleh potensi mempunyai pilot, kemudian lokasi yang di Desa Tlogo, dari persatuan komunitas terus peran serta paralayang kabupaten pemerintah desa, untuk wonosobo itu memfasilitasi yang pertama terbang untuk pelatihan sejumlah 10 perwakilan dari unnes pada anak. tahun 2018. Menurut anda apakah khusus di Desa Tlogo itu aman, tetapi tidak kalau aman dan tidaknya olahraga paralayang di menurut survey dari senior- rekomendasi untuk pemula itukan tergantung ya mas, Desa Tlogo aman untuk senior itu aman, soalnya karena jarak terbang jauh aman tidaknya itu terbang? tempatnya memang lumayan tergantung diri sendiri tapi bagus untuk take off sendiri untuk yang awam itu dan juga landing sendiri itu ekstrim lah. memang sudah tersedia dan view nya lumayan bagus. Bagaimana rencana yang jelas rencana desa rencana untuk daya dukung kalau perencanaan itu pemerintah desa dalam untuk progresnya memang di wisata, kerjasama dengan sempat dibicarakan, pengembangan pariwisata prioritaskan untuk yang mempunyai lahan pembenahan akses jalan olahraga paralayang? mendukung adanya tempat untuk tempat take off, akses menuju tempat take off, wisata, khususnya di alam jalan mau ada perencanaan seroja Desa Tlogo itu pembangunan yang setara mungkin ya jelas jadi magnet nasional tapi dalam jangka tersendiri untuk wisatawan waktu yang panjang yang di dukung adanya

112

kegiatan paralayang, program yang dicanangkan sementara ini kan ada pelatihan-pelatihan sejumlah 10 anak ini di cover dari dana- dana bantuan, kita juga sudah punya 2 alat itu juga termasuk di cover dari dana bantuan pemerintah. Bagaimanakah peran peran pemerintah ya sangat yang jelas nantinya jadi satu kalau sementara sih belum pemerintah desa untuk medukung soalnya itu pengelolaan wisata yang sampai masuk yang dalam pengelolaan pariwisata memang menjadi prioritas ada di desa, tergabung tentang pengelolaan ya olahraga paralayang? ya,misalnya dari pemerintah dengan BUMDes mas soalnya konsep mengeluarkan bantuan perencanaan kan baru semacam alat dan pelatihan saja, akan tetapi untuk itu kan memang sebagai konsep perencanaan pak bentuk dari pemerintah itu kades yag lebi tahu yang sendiri, pengelolaan itu akan pasti akan ada tindak lanjut jadi satu paket wisata jadi itu untuk pengelolaan. nanti misalkan kita sudah punya pilot tandem itu kan mengarahnya ke paket komersil untuk pendapatan sendiri dari situ, dari pemerintah desa sendiri punya 2 cita-cita yang pertama itu kita punya pilot tandem dan juga ada yang jadi atlit gitu, pengelolaan nanti akan ke BUMDes Menurut anda apakah menurut saya bagus sekali jelas, tidak hanya baik mas, alesannya selain pariwisata olahraga ,misalkan untuk komersil terbangnya yang bisa dijual mengundang para

113

paralayang memiliki disini itu di samping memang tapi latihan groundnya juga wisatawan, para atlit dan prospek yang baik di masa jaraknya yang lumayan jauh bisa dijual untuk wisatawan umum yang akan datang? dan bisa berlama-lama juga bisa menonton atraksi terbang itu view nya juga olahraga paralayang, sangat bagus, alam selain itu tandem juga bisa sekitarnya memang ada mengundang wisatawan telaga menjer, kebun teh, dan juga, mencetak atlit bukit-bukit gunung seroja. paralayang di wonosobo belum begitu banyak, inginya sih melahirkan atlet lah yang dari desa untuk negeri. Apakah telah ada penyuluhan sendiri itu sudah sudah, dengan menjaring penyuluhan-penyuluhan penyuluhan kepada warga ada tapi belum begitu familiar para pilot dan di setiap sih sudah ada, sementara mengenai potensi untuk warga, semuanya pertemuan yang kemarin itu semisal pariwisata olahraga sudah tahu bahwa di dekat ada atlit atau siswa-siswa paralayang? wisata ini ada kegiatan yang terbang dan landing paralayang, warga banyak dilahan pertanian itu ya yang mendukung dan mohon di maafkan karena senang. kan sedikit banyaknya kan merusak tanaman lahan pertanian dan petani memaafkan jadi sangat mendukung. Apakah sarana prasarana sarana prasarana kesehatan/ ambulance desa, untuk sarana prasarana kesehatan/keselamatan keselamatan paralayang itu tempat medis baru rencana kesehatan/keselamatan sudah tersedia? sendiri kemungkinan dari sekarang yang sudah ada sudah di rencanakan, asosiasi ada semacam klinik desa. jaminan, untuk unit medis sementara menunggu pariwisata jadi dulu tapi planningnya tetap kesitu,yang

114

mengarah ke safety sudah di perhitungkan sebelumnya Kendala apa saja yang untuk kedepannya kita pendanaanya mas, akses kalau hambatan tergantung menghambat dalam kendalanya tempat take off menuju take off, parasut perencanaan sih ya mas, proses pengeolaan dan dan khusunya akses jalan baru dua mungkin di akses jalan, pengembangan soalnya paralayang itu tempat take off pariwisata, khususnya membutuhkan jalan yang untuk potensi pariwisata lumayan bagus sampai ke olahraga paralayang? lokasi take off soalnya itu menyakut konsetrasi penerbang itu sendiri,misalkan nanti jalannya kurang bagus sampai lokasi take off nanti capek jelas konsentrasi berkurang. Apa saja cara yang akan cara yang akan dihadapi desa sudah mulai menunggu bantuan dari dilakukan untuk untuk kendala itu memang membangun akses jalan pemerintah, pemerintah menghadapi kendala- dari pemerintah desa sendiri menuju ke tempat take off desa, daerah, dan kendala yang muncul misalkan mengaitkan dengan tapi baru sekitar 300 meter pemerintah pusat. tersebut? warga masyarakat soalnya masih kurang panjang. kaitannya dengan pendanaan yang lumayan besar kita jelas kurang mampu dan menunggu dari bantuan- bantuan dari pemerintah, program pembuatan jalan, pembuatan take off dan landing kan sudah punya kemungkinan juga nanti perlu tempat landing emergency soalnya dikita kan jelas jauh

115

sekitar 3 kilo dan untuk para siswa belum dianjurkan. Konsep untuk take off dan landing sudah ada soalnya sudah pernah di coba terbang disini. Apa harapan kedepan harapan ke depan memang harapannya kedepan terkait harapan sih mesti setinggi mengenai pariwisata dari kita sangat bercita-cita dengan adanya kendala- langit mas, siswa-siswanya olahraga paralayang di bahwa berawal dari anak kendala yang ada, dari itu bisa bersprestasi, bukit tlogo? kampung tlogo bisa pemerintah ada bantuan meningkatkan PAD melalui mempunyai prestasi berupa alat, pelatihan, dan paralayang menjadi khusunya di bidang keatlitan akomodasi yang paling harapan, dapat paralayang dan juga untuk penting, soalnya untuk mengundang wisatawan komersil tandem itu sendiri. mecapai titik sukses itu nasional maupun Yang jelas kita sudah memang paling tidak harus internasional, melakukan mengupayakan adanya sampai PL 3 padahal untuk promosi social media. pelatihan, pengadaan sampai PL 3 itu kan peralatan, adanya tempat menelan biaya banyak take off, landing dan badan itupun dari bantuan itu jalan yang nantinya bisa belum ada gambaran kalau sampai ke lokasi take off. misalkan nanti dari pemerintah bisa meng cover itu semua ya terima kasih banget.

116

Lampiran 13 Wawancara dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Tlogo Pertanyaan Yusup sebagai Kepala Unit Aris tasno sebagai wakil Ikhsan Setiaji sebagai wisata BUMDes direktur BUMDes Direktur utama BUMDes Apakah anda mengetahui iya tahu karena di Desa sudah tahu, tapi masih uji tahu, awalnya pada tahun olahraga paralayang di Tlogo pun ada program coba latihan. 2018 kemarin dari unnes Desa Tlogo? untuk paralayang dari PIID- Semarang yang kkn disini PEL terus mereka dari dosen mencoba untuk terbang pertama kali di lokasi Desa Tlogo. Bagaimanakah sistem BUMDes kan mengelola untuk pengelolaan di kalau wisata di kelola BUMDes Desa Tlogo untuk aset desa terus BUMDes BUMDes itu kan BUMDes BUMDes melalui pokdarwis pengelolaan pariwisata mengambil dari 2 unit dari memegang 2 unit antara dengan sistem dibagi tugas selama ini? Dan bagaimana pariwisata dan unit BP wisata dan BP Spams itu piket setiap harinya untuk rencana pengelolaan SPAMS dengan manajemen kan aset desa yang di kelola pendapatan yang masuk pariwisata olahraga sendiri-sendiri untuk BP oleh BUMDes, kemudian nanti akan di kurangi biaya- paralayang depan? SPAMS usaha untuk air yang di wisata kan istilahnya biaya ketika disitu sudah bersih di masukan ke warga ada organisasi ada bersih di bagi oleh BUMDes masyarakat dan juga untuk kelompok pokdarwis, untuk namun itu juga bidang wisata sebagai daya di wisata semua aset desa kemungkinan di akhir dukung wisata, konsep yang ada di wisata itu periode ini ada revisi terkait wisata adalah wisata alam memang nanti untuk pembagian pendapatan, untuk wisata pendapatan dari tiket nanti karena masih ada pengelolaannya melalui masuknya ke BUMDes, pembagian yang masih tiketing dari loket masuk, terus disitu sebagai belum pas menurut suatu parkir, jasa transportasi pengelola, semua hasil dari kelompok, kalau sementara ojek, dan warung atau wisata maupun dari BP ini dana masuk semuanya pedagang, rencana Spams itu tetap di kelola ke BUMDes sedangkan pengelolaan untuk oleh BUMDes nanti yang membuka wisata itu paralayang yang sudah di misalnya ada kan rekan-rekan pokdarwis,

117

rencanakan meskipun baru pengembangan, ada upah jadi pokdarwis itu hanya rencana yang pertama untuk tenaga kerja itu dari mendapat honor ketika dia untuk sarana prasarana itu BUMDes, rencana itu kerja kalau tidak kerja tidak akses dan juga tempat take memang kemarin sudah ada, jadi ke depan akan ada off itu kerjasama dengan pernah ada diskusi dengan rencana revisi untuk warga masyarakat, untuk warga dengan yang telah pembagian itu. Kalau tempat landing sementara ikut paralayang itu memang rencana pariwisata ini lokasi landing di kemarin sudah di paralayang kan dari lapangan desa, untuk musyawarahkan untuk pariwisata sudah ada kedepan juga sudah di tempat adalah dengan peraturannya, untuk rencanakan lokasi landing kerjasama dengan yang paralayang nantinya juga yang dekat yang nantinya punya lahan atau petani mengikuti aturan paralayang kerjasama dengan sistem nanti yang punya lahan itu sendiri, kalau paralayang pembagian hasil, terus ini usaha di situ untuk usaha jurusannya itu ke tandem juga masih terkendala untuk dagang nah nanti untuk kalau di pariwisata selain masuk pengakuan atas yang sebagai pilot kalau untuk kegiatan agenda- status di kecamatan garung sudah jalan itu memang agenda lainnya, disini nanti yang sudah masuk kan secara usahanya juga kearah tandemnya. lengkong sini belum, ini bukan gampang lah untuk di mungkin masih nego awal ini memang panjang untuk bisa di membutuhkan banyak hal resmikan menjadi tempat contohnya masalah yang paralayang. jelas waktu , tenaga, dan biaya yang jelas. Menurut anda apakah kalau di masa yang akan menurut saya kedepan pasti menurut saya sangat baik pariwisata olahraga datang dengan dorongan punya prospek yang baik, tetapi harus dengan paralayang memiliki dari pemerintah sebetulnya cuma dukungan-dukungan dukungan dari pemerintah prospek yang baik di masa prospek yang baik. dari pihak lain yang perlu di desa maupun pemerintah yang akan datang? tingkatkan. daerah. Apakah selama ini dalam sudah karena ini sendiri kan iya kalau masalah ini paralayang itu kan BUMDes proses pembangunan program PIID-PEL sebelum kemarin memang sudah dengan desa yang pariwisata olahraga ada program itu pun mengadakan bukan karena

118

paralayang telah melibatkan sebenarnya sudah ada melibatkan tetapi belum ada inisiatif sendiri tetapi karena BUMDes? perencanaan untuk keputusan yang pasti. desa dan BUMDes itu pengembangan destinasi berkolaborasi dengan wisata dengan menambah adanya unnes dulu datang atraksi, kebetulan dari disini itu kan kita program tersebut masuk menindaklanjuti, karena tahun 2018 nah di situ kan untuk wisata itu kita arahnya ada rencana usulan tandem dan kita kepengen kegiatan dengan berdasar di kelola sendiri sehingga musyawarah atau musdes kita harus menyekolahkan dan hasil dari musyawarah anak-anak untuk menjadi itu menyepakati untuk pilot. menambah wahana atau menambah dari atraksi pendukung wisata salah satunya paralayang, dengan flying, outbound dan pengadaan atv.

Kendala apa saja yang kendala untuk paralayang untuk paralayang itu paling menghambat itu satu menghambat dalam proses pertama sih curah hujan memang dari murid kadang hanya akses jalan menuju pengeolaan dan tinggi, selain itu dari personil kala putus di tengah jalan take off, dua lokasi landing pengembangan, khususnya yang ikut latihan kurang sulitnya di situ ya memang darurat, dan untuk untuk potensi pariwisata konsisten karena ada yang kalau yang di katakan infrastruktur kalau secara olahraga paralayang? berhenti di tengah jalan, menghambat kegiatan ini resminya itu kalau pihak terus belum terdaftarnya di masalah pendanaan terus kabupaten sudah membuka dinas pariwisata menjadi terang, untuk pendanaan ini seroja soalnya wonosobo hambatan sebenarnya, memang sudah di dongkrak nanti punya 2 lokasi satu untuk pahamanan terhadap dengan adanya program lengkong dua seroja, untuk kepariwisataan itu juga PIID-PEL, kalau menurut dari SDM kelembagaan bisa menjadi kendala, terus saya begitu terutama menjadi kendala karena terang untuk kelembagaan BUMDesnya harus betul- satu kita awam walaupun

119

masih kurang dan juga betul aktif kalau sebelumnya kita bisa belajar tetapi manajemen masih kurang, kan mohon maaf semuanya butuh proses dan saya amati perlu BUMDesnya itu kurang aktif. SDM di sini juga untuk peningkatan dan juga kaitan administrasi di sini merubah sistem mungkin memang susah untuk dengan jual wisata dengan eksekusi memang banyak paketan itu kan lebih masuk untuk kerja lapangan itu ke satu pintu ya, untuk gampang tapi kaitan perawatan juga menjadi administrasi karena ini kendala untuk itu masih butuh laporan dan perlu ada perbaikan. sebagainya itu kita yang kewalahan.

Apa harapan kedepan harapan bisa menciptakan untuk harapan kedepan harapannya yang jelas bisa mengenai pariwisata atlet yang professional untuk paralayang itu meramaikan wisata, dengan olahraga paralayang di bukit untuk bisa mengikuti sampai dukungan lah yang jelas dari meramaikan wisata itu tentu tlogo? sea game, untuk masyarakat, dari desa akan menambah mendukung wisata itu juga harus, dari BUMDes harus pendapatan dengan prospek kedepan karena mendukung kalau program pendapatan yang dari dampak ekonominya mau berjalan, harapan saya bertambah otomatis menjadi ada dampak olahraganya sebagai BUMDes nanti PADes yang akan di juga ada, untuk lapangan BUMDes harus segera kembalikan ke masyarakat. kerja kan juga terbuka, untuk merapat artinya untuk harapan juga bisa menjalin kerjasama dengan terwujudnya olahraga pihak lain seperti tambi paralayang di sini dalam untuk segera di laksanakan, perkiraan prosesnya 3 harapan untuk murid yang tahunan. ikut pelatihan bisa konsisten dalam kegiatan pelatihan paralayang tersebut.

120

Lampiran 14 Wawancara dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Tlogo Pertanyaan Ahmad Mutohar sebagai Rozaki sebagai anggota Sugiyono sebagai anggota anggota Apakah anda mengetahui iya tahu, biasa melihat ada iya saya tahu. Tahu mas olahraga paralayang di yang terbang, malah Desa Tlogo? biasanya ada yang terbang dari lengkong sampai sini tapi bukan orang sini. Menurut anda, apakah kalau disini aman buat kalau menurut pengamatan aman mas, sudah pernah olahraga paralayang di terbang kalau sudah ahli saya kalau orang awam melihat yang terbang Desa Tlogo aman untuk tapi kalau masih yang yang terbang itu masih paralayang terbang? latihan itu masih pikir-pikir sedikit kurang aman tapi soalnya jarak terbangnya kalau yang sudah benar- jauh sekitar tiga kilo lebih benar berani itu aman lah. karena kita sudah berkali- kali mencoba terbang mereka dari professional, semi professional, dan ada yang dari kalangan siswa juga. Apa tanggapan anda kalau saya ya mendukung, kita masih terbentur dengan tanggapan saya setuju mas tentang perencanaan kalau misalnya ada ya fasilitas karena disitu akses ini kan demi perkembangan pembangunan pariwisata senang terus ada jalan menuju lokasi take off pendapatan masyarakat, olahraga paralayang di peningkatan pendapatan ya itu belum bisa untuk di lewati untuk lahan take off itu milik Desa Tlogo? senang. oleh kendaraan artinya warga pribadi. masih sekitar 50 meter itu harus di tempuh dengan jalan kaki meskipun disitu warga membolehkan ketika nanti akan dibangun jalan

121

asalkan pembangunannya bermanfaat. Apakah anda setuju dengan saya pribadi itu ya umumnya saya setuju karena pada kalau sudah ada koordinasi pembangunan pariwisata mengharap dari pemerintah saat itu saya juga bagian dari atas saya siap ikut andil olahraga paralayang di agar segera di percepat dari yang berinisiatif untuk dan siap membantu saya Desa Tlogo, jika setuju supaya bisa terlaksana membangun pariwisata mas. persiapan apa yang anda dengan baik, biasanya olahraga paralayang di lakukan dalam mendukung orangnya di sini untuk Desa Tlogo khusunya program tersebut? bergotong royong itu masih bukannya untuk bersaing mudah. dengan tempat lain namun kita hanya memanfaatkan fasilitas sumber daya alam di Desa Tlogo yang ada, salah satu persiapan kita sudah mempersiapkan siswa 10 orang itu melalui program dari kementrian desa dan yang kedua akses menuju take off meskipun belum selesai kita sudah membangun dari desa. Menurut anda, adakah ya saran saya yang penting kalau saran yang jelas kami saran saya sih sebagai saran untuk pembangunan tetap merawat hutan secara butuh dukungan semua warga tetap mendukung dan pariwisata olahraga baik supaya hutan lebih pihak kalau dari desa kita terus berkembang karena paralayang di Desa Tlogo? terlihat bagus. sudah cukup siap namun menurut saya itu jelas-jelas kita tidak bisa bergerak menambah pendapatan sendiri karena di situ ada warga. kepengurusan paralayang kabupaten kemudian ada dari dinas pariwisata terus pemerintah daerah itu pasti semua terlibat, saran yang

122

lainnya jalannya itu meskipun dari desa siap dari dana desa namun alangkah lebih baiknya jika ada kepedulian dari pihak-pihak terkait untuk membangun akses jalan Menurut anda, kendala apa tidak ada kendala dengan kendala jelas yang pertama akses jalan yang jelas mas, saja yang mungkin di hadapi pihak desa karena sudah di akses jalan karena saya kedua kalau saya melihat dalam pengembangan komunikasikan. sudah beberapa kali kalau take off sudah ada tapi pariwisata olahraga mengantar para atlit untuk landingya itu masih paralayang? paralayang dari lokasi terlalu jauh. landing sampai lokasi take off itu kita tidak bisa menjangkau dengan kendaraan dan mereka harus berjalan menuju lokasi take off dengan membawa peralatan itu sangat terkendala bagi kami, dan mungkin nanti ada fasilitas juga seperti MCK ataupun gazebo bisa di sediakan di lokasi take off. Apakah selama ini dalam sementara belum terlibat saya kira sudah, namun kalau itu sudah mas, proses pembangunan tapi untuk ke depan bisa karena kesibukan saya melibatkan dalam pariwisata olahraga terlibat. sendiri sehingga saya tidak pembuatan take off paralayang telah melibatkan bisa ikut terlibat, namun dari para anggota LMDH? awal adanya rencana paralayang kalau saya pribadi terlibat didalamnya, yang jelas lahan yang kita

123

rencanakan untuk take off itu tidak terkait dengan perhutani. Apa harapan kedepan harapan ke depan ya kalau harapan saya terutama harapannya ke depan yang terkait pariwisata olahraga bisa disini bisa sukses mungkin saya pribadi jelas agar supaya paralayang di Desa Tlogo? mungkin lebih sukses lebih berharap paralayang diDesa paralayang itu terus bagus harapan yang lainnya Tlogo ini yang pertama bisa berkembang melibatkan juga supaya ada terwujud karena kami satu masyarakat yang jelas peningkatan ekonomi, dan punya niat untuk intinya untuk menambah kesejahteraan masyarakat mengembangkan wisata pendapatan masyarakat, bertambah. yang kedua harapan kami dan bisa membuat pemuda untuk menambah pemudi bisa meraih pendapatan warga prestasi.

124

Lampiran 15 Wawancara dengan Warga Desa Tlogo Pertanyaan Ahmad Saifudin Taslim Apakah anda mengetahui iya tahu, pernah melihat ada iya tahunya kalau ada yang iya tahu, sekitar tahun 2018 olahraga paralayang di yang terbang di Desa Tlogo terbang itu mas, kalau sudah mulai ujicoba terbang Desa Tlogo? terbang disini ya di sini. pemandangannya luas mas. Menurut anda apakah mungkin kalau buat yang insya allah aman, tetapi aman kalau menurut yang olahraga paralayang di sudah ahli disini aman buat katanya ada bilang di sini sudah pernah terbang. Desa Tlogo aman untuk terbang. lebih ekstrim mungkin terbang? karena ada telaga menjer itu. Apa tanggapan anda kalau saya ya mendukung, ya itu sih baik saya tanggapan saya setuju dan tentang perencanaan apalagi kalau misalnya ada mendukung yang penting mendukung. pembangunan pariwisata peningkatan pendapatan. jelas dan harus ada olahraga paralayang di keseriusan dari desa. Desa Tlogo? Apakah anda setuju dengan kalau saya pribadi setuju, iya setuju, persiapan akan persiapan ya menunggu pembangunan pariwisata apalagi biasanya warga di mengikuti desa misalnya perintah dari desa olahraga paralayang di sini mudah untuk bergotong jika desa akan bagaimana dan mendukung Desa Tlogo, jika setuju royong. mengerahkan untuk kerja program yang akan di persiapan apa yang anda bakti kami warga siap untuk laksanakan oleh desa. lakukan sebagai warga mendukung. dalam mendukung program tersebut? Apa saja dampak yang di ya bisa mendukung wisata kalau itu berhubugan ya kalau sekarang sih belum rasakan warga akan adanya dan jika sudah beres akan langsung dengan desa pasti berdampak ya mas, pembangunan pariwisata ada peningkatan berjalan lancar dan kedepan mungkin kalau olahraga paralayang pengunjung sepertinya, berdampak bagus. paralayang jadi bisa tersebut? masyarakat mengharapkan berdampak baik pada warga sejahtera jadi otomatis kalau sekitar.

125

pendapatan bertambah kesejahteraan ya bertambah gitu. Menurut anda, adakah saran saya ya penting itu saran saya yang pertama itu kalau saran yang penting saran untuk pembangunan akses jalan bagi berkaitan dengan pemilik dari desa mendukung penuh pariwisata olahraga pengendara itu yang tidak lahan dan desa bisa saling kegiatan tersebut dan paralayang di Desa Tlogo? berbahaya supaya menguntungkan yang kedua menjalin kerjasama dengan pengunjung mendapat ini pemerintah desa harus pihak lain, pihak lain itu ya kenyamanan dan keamanan mendukung sepenuhnya pemilik lahan contohnya supaya berjalan lancar, dan lahan warga supaya tidak yang ketiga kelompok harus terjadi kendala kepannya. benar-benar bertanggung Jawab untuk mengelola setelah itu ada. Apakah selama ini dalam sudah melibatkan warga belum, baru kelompok sudah melibatkan tetapi proses pembangunan karena sudah terencana sekitar 15 orang baru sebagian saja belum pariwisata olahraga semua terlibat. paralayang telah melibatkan warga dalam pembangunan dan pengelolaan? Apa harapan kedepan inginnya warga itu ya aman, harapan saya supaya ramai Semoga wisatanya rame terkait pariwisata olahraga pengembangan akses jalan, dan sukses, syukur-syukur terus paralayangnya bisa paralayang di Desa Tlogo? pelatihan kedepan kalau bisa meningkatkan segi ikut dalam wisata ini. bisa di tambah peserta, perekonomian yang jadi harapan bisa konsisten. harapan itu.

126

Lampiran 16 Wawancara Dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tlogo Pertanyaan Mutongin sebagai Ahmad Sahid sebagai wakil Afinudin sebagai sekretaris bendahara ketua Awal mula olahraga awalnya kan tanggal 22 awalnya itu dari berdirinya awalnya kegiatan dari paralayang di Desa Tlogo? september 2018 pertama secara keseluruhan adanya program PIID-PEL pak nanang yang kesini memang di Desa Tlogo ini terus di alokasikan terus minggu depannya memang banyak potensi anggaran untuk paralayang, bersama pak sahri, pak tri, yang pertam memang dari untuk yang pertama terbang mbak mega, dan mas abil, alamnya itu sudah berjalan dulu kayaknya dari lalu melakukan uji coba beberapa tahun, karena itu Semarang pas waktu itu terbang, untuk yang orang yang melihat kalau belum banyak yang tahu. komunitas paralayang paralayang itu bagus di sini kabupaten wonosobo yang terus dari pemerintah desa pertama kali itu mas anto , juga mendukung. papi , dan mas Julio. Bagaimana kesiapan dalam itu lain, kalau itu di luar ya terus terang ya satu sangat mendukung sih proses pembangunan pokdarwis kalau pokdarwis kesatuan ada yang bagian dalam rencana perbaikan pariwisata olahraga lebih fokus ke wisata. pokdarwis itu kan di lokasi di jalan menuju take off. paralayang di Desa Tlogo? loket tapi kalau untuk di paralayang itu ya mendukung terus menyesuaikan instruksi. Apa saja tempat yang ya itu wisata alam seroja, pemandangan alam yang ada wisata yang jelas ada menjadikan daya tarik kalau sekarang sudah luas, untuk spot foto bagus, wisata budaya, wisata alam tempat ini selain lokasi tambah lagi ada rest area di ada perkebunan teh juga. seroja, terus yang baru itu di pariwisata olahraga atas lapangan. rest area. paralayang? Apa saja upaya yang telah kalau sekarang ini istilahnya kalau paralayang belum ada sementara masih belum dan akan dilakukan oleh yang nanganin kan desa. karena ada bagian sendiri termasuk masih sekadar para anggota Pokdarwis tapi saling berkaitan. mendukung.

127

dalam mendukung kegiatan yang ada? Apakah sudah ada sudah ada, lewat pertemuan belum ada, secara instruksi pernah ada koordinasi tapi koordinasi yang di jalin oleh dengan pihak desa. langsung atau pertemuan itu belum ada tindak lanjut lagi pemerintah desa dan belum ada. tapi sudah pernah. pokdarwis dalam pengembangan pariwisata olahraga paralayang? Bagaimana rencana kalau untuk sekarang mungkin saya sedikit tahu untuk ke depan rencananya pengembangan olahraga belum, sekarang masih ya untuk sekarang ya sebagai daya dukung paralayang di Desa Tlogo ke fokus pada pelatihan. pemerintah desa sudah wisata, yang jelas akses depan? membangun akses jalan jalan menuju lokasi take off menuju tempat landingnya kedepan mungkin ada itu. transportasinya. Kendala apa saja yang di yang pertama itu kan dana kendalanya mungkin saat ini banyak mas dari entah yang hadapi dalam dan untuk jalan itu kan tapi akses utama jelas terus itu pribadi ataupun yang pengembangan pariwisata kan desa sudah memikirkan secara langsung di sini bersifat kelompok yang jelas olahraga paralayang di itu tapi untuk saat ini sedang memang baru berlatih untuk pengadaan alat masih Desa Tlogo? fokus dengan rest area itu yang 10 orang. kurang, kendala akses juga setelah selesai akan belum ada perjanjian resmi melangkah ke arah sini, dengan pemilik lahan yang untuk yang sudah lulus PL 1 untuk take off. baru dua saya dengan pak kadus. Apa harapan kedepan ya harapan kami sih nanti harapan ke depan bisa harapan ya mudah- terkait pariwisata olahraga cita-cita ada yang bisa terwujud olahraga mudahan tidak hanya paralayang di Desa Tlogo? sampai tandem, selain itu ke paralayang di sini, akses pemerintah desa yang jelas depan akan ada perbaikan untuk ke tempat take off bisa seluruh lapisan masyarakat akses jalan, harapan ya ada di perbaiki terus tempat ikut mendukung lah syukur- parasut baru itu kan juga parkir, fasilitas-fasilitas, bisa syukur bisa ikut andil, untuk mendukung. meningkatkan taraf ekonomi harapan juga akan ada yang masyarakat disitu ada yang menjadi atlet bahkan

128

berdagang, atau sampai ke tandem, akses menyediakan tempat terus koordinasi dengan penginapan, mengurangi pemilik lahan biar jelas dan pengangguran, untuk yang ada tempat take off yang di ikut pelatihan itu di harapkan resmikan. menjadi atlet.

129

Lampiran 17 Dokumentasi wawancara

Struktur Organisasi Desa Tlogo

130

Dokumentasi Penetapan Pelaksana Operasional BUMDes

131

Dokumentasi Lampiran nama pelaksana operasional BUMDes

132

Dokumentasi Penetapan Direksi BUMDes Desa Tlogo

133

Dokumentasi Menetapkan Direksi BUMDes

134

Dokumentasi Struktur Kepengurusan Pokdarwis Desa Tlogo

135

Dokumentasi banyaknya sarana transportasi di Kecamatan Garung

136

Lampiran 18 Foto - Foto Observasi

Foto pengamatan kondisi angin I Desa Tlogo

Foto Pengamatan kondisi angin II Desa Tlogo

137

Foto Pengamatan kondisi Angin III Desa Tlogo

Foto lokasi Take off paralayang Desa Tlogo

138

Foto Lokasi Landing paralayang Desa Tlogo

Foto Akses jalan menuju lokasi Take off paralayang Desa Tlogo

139

Foto Peralatan paralayang di Desa Tlogo

Foto salah satu rumah warga yang biasa dikontrakan untuk menginap

140

Foto Rest Area Desa Tlogo

Foto penambahan fasilitas ATV di Desa Tlogo

141

Lampiran 19 Foto – Foto Wawancara wawancara dengan Kepala Bidang Destinasi Disparbud Kab. Wonsobo

Foto wawancara dengan Ketua KONI Kabupaten Wonosobo

142

Foto Wawancara dengan PGPI Kabupaten Wonosobo

Foto wawancara dengan kepala Desa Tlogo

143

Foto wawancara dengan Perangkat Desa Tlogo

Foto wawancara dengan BUMDes Desa Tlogo

144

Foto wawancara dengan LMDH Desa Tlogo

Foto wawancara dengan pemilik lahan take off

145

Foto Wawancara dengan Warga Desa Tlogo

Foto wawancara dengan Pokdarwis Desa Tlogo