Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 SOLUSI STRATEGIS KEMISKINAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI

Ipah Ema Jumiati*) Ayuning Budiati**), Riny Handayani***) Rahmawati****) *) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa **) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ***) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ****) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email: *)[email protected], **)[email protected], ***)[email protected], ****)[email protected]

ABSTRACT

It is not easy to build understanding of poverty because it involves various dimensions. Understanding poverty is very diverse, ranging from the inability to meet basic consumption needs and improve conditions to a broader understanding that includes social and moral components. According to Presidential Regulation of the Republic of Number 131 Year 2015 concerning Determination of Underdeveloped Regions in 2015 - 2019. and are included in the category of disadvantaged areas. Pandeglang Regency has a poverty rate of 9.74 percent, followed by Lebak Regency 8.64 percent, Regency 5.39 percent, Regency 4.63 percent, Tangerang City 4.95 percent, City 3.52 percent, Serang City 5, 57 percent, and City 1.76 percent. For the Solidarity Line in Pandeglang District the latest data is in the range of 267,752 rupiah / capita / month, the sixth lowest after Lebak Regency (246,389) and (256,660). This research was conducted to analyze the causal factors and explore the potential for poverty alleviation in Pandeglang Regency, Banten Province. In this study using quantitative methods and supported by qualitative. Quantitative methods have the advantage of validating natural science: explicit, standardized procedures; precise numerical measurement; and replication. (Neuman, 2006). While the qualitative approach used as a support is a process of research and understanding based on a methodology that investigates a social phenomenon and human problems in which this approach, the researcher makes a complex picture, examines words, detailed reports from the viewpoint of respondents and conducts studies on situations which is natural (Creswell 1998). Research Results Show that the regional gap index represented by the Gini Ratio in Pandeglang District obtained an average Gini Ratio of 0.20 which can be categorized as Low Inequality, below the 2017 Province Gini Ratio in Banten which is 0.380 and the National Gini Ratio of 0.320. With Low Inequality indicates that most households have income that does not differ greatly from one another. However, other data obtained from observations and data collection in the field, critical area 1 is much lower Gini Rationya (0.15) compared to critical area 3 represented by Karangtanjung District (0.32). This means that in Sobang District the income gap between communities is relatively lower than in Karangtanjung District. Furthermore, a concerted effort is needed so that the gap does not get worse so that it triggers social jealousy among the community. The factors causing poverty gap in Pandeglang Regency, Banten Province are: a) Low Level of Education; b) Community life patterns; c) Skill limitations; d) Low population mobility; e) Number of family dependents.

Keywords: Potential, Poverty Alleviation.

656

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 PENDAHULUAN dan terbagi dalam 35 kecamatan. Menurut Latar Belakang Masalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Peningkatan kualitas sumber daya Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan manusia tidak mungkin dapat dicapai bila Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019. penduduk masih dibelenggu kemiskinan. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Sebagaimana diungkap oleh Amartya Sen, Lebak masuk dalam kategori daerah peraih Nobel Ekonomi 1997, akar masalah tertinggal. Kabupaten Pandeglang terdata yang menyebabkan kemiskinan adalah memiliki tingkat kemiskinan sebesar 9.74 ketiadaan akses dan kontrol orang miskin persen, disusul Kabupaten Lebak 8,64 atas sumber daya yang ada. Maksudnya, persen, Kabupaten Tangerang 5,39 persen, karena monopoli oleh kelompok dan negara Kabupaten Serang 4,63 persen, Kota tertentu dengan sistem ekonomi Tangerang 4,95 persen, Kota Cilegon 3,52 neoliberalnya, maka yang mempunyai persen, Kota Serang 5,57 persen, dan Kota akses terhadap segala macam kekuasaan, Tangerang Selatan 1,76 persen. Untuk baik ekonomi, politik, budaya, maupun Garis Kemiskinan di Kabupaten sosial adalah mereka-mereka yang kaya Pandeglang data terbaru berada pada dan berpunya. kisaran 267.752 rupiah/kapita/bulan, Penelitian ini dilakukan untuk terendah keenam setelah Kabupaten Lebak menganalisis ketimpangan kemiskinan di (246.389) dan Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang. Diantaranya (256.660). Selengkapnya dapat dilihat pada dengan mengukur Index Kedalaman tabel di bawah ini. (Banten Dalam Angka, Kemiskinan Menurut Peraturan Menteri BPS Provinsi Banten 2017). Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Tujuan Penelitian Gap Index) merupakan ukuran rata-rata Tujuan penelitian adalah sebagai kesenjangan pengeluaran masing-masing berikut : penduduk miskin terhadap garis a. Mengidentifikasi faktor-faktor kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, penyebab kemiskinan di wilayah semakin jauh rata-rata pengeluaran Kabupaten Pandeglang; penduduk dari garis kemiskinan. b. Mengidentifikasi potensi-potensi di Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah Kabupaten Pandeglang yang salah satu kabupaten yang ada di Provinsi dapat dijadikan sebagai faktor Banten dengan luas 2.746,31 km2 atau pendorong peningkatan kesejahteraan 29,98% dari luas wilayah Provinsi Banten masyarakat; 657

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 Urgensi (Keutamaan) Penelitian juga mengurai makna implementasi dengan Urgensi penelitian ini adalah untuk menyatakan bahwa implementation maybe pengembangan ilmu pengetahuan di bidang viewed as process of interaction between administrasi publik, khususnya tentang the setting of goals and action geared to pengentasan kemiskinan di Kabupaten achievement them. Implementasi dapat Pandeglang Provinsi Banten. Dari aspek dipandang sebagai proses interaksi antara terapan, hasil penelitian ini diharapkan tujuan yang telah ditetapkan dan tindakan- bermanfaat untuk menangani masalah- tindakan yang dimaksudkan untuk masalah yang berkaitan dengan mewujudkan tujuan tersebut. Presmann dan perencanaan strategis yang efektif bagi Wildavsky melihat implementasi kebijakan pemerintah Kabupaten Pandeglang serta sebagai mata rantai yang menghubungkan guna dijadikan bahan refleksi model untuk titik awal “setting of goal” dengan titik pengentasan kemiskinan dan akhir “achievement them. pemberdayaan masyarakat dengan Selanjutnya, untuk implementasi perencanaan strategis yang efektif. kebijakan publik, maka Dwidjowijoto, (2004: 159) melihat ada dua pilihan STUDI PUSTAKA langkah yang ada, yaitu langsung Konsep Implementasi Kebijakan Publik. mengimplementasikan dalam bentuk Berkenaan dengan uraian studi program-program atau melalui formulasi implementasi, maka setidaknya perlu kebijakan derivat atau turunan dari diuraikan terlebih dahulu pengertian kebijakan publik tersebut. Secara umum implementasi sebagaimana dikemukakan dapat digambarkan sebagai berikut: oleh Presmann dan Wildavsky (1979:21)

KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan Publik Penjelas Program Intervensi

Proyek Intervensi

Kegiatan Intervensi

Publik/masyarakat/Beneficiaries

658

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 Gambar 2.1. (Sumber: Dwidjowijoto, 2004:159) Gambar 2.1. tersebut dikutip Keban (2006) bahwa menunjukkan dengan jelas susunan Implementasi berkenaan dengan implementasi kebijakan dalam bentuk berbagai kegiatan yang diarahkan program, ke proyek dan ke kegiatan. pada realisasi program. Pandangan serupa dari Gordon yang Dengan demikian dapat dikatakan standar minimum kebutuhan dasar yang bahwa implementasi kebijakan adalah meliputi kebutuhan makanan maupun non- Dinamika kegiatan yang merupakan makanan. Sedangkan dari BKKBN pelaksanaan dari keputusan politik, dalam (1996:10) kemiskinan dianggap sebagai bentuk peraturan perundangan maupun Suatu keadaan dimana seseorang tidak program kegiatan dengan melibatkan tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan hanya aparat pelaksana sampai pada tingkat taraf kehidupan yang dimiliki dan juga street level bureaucracy, tetapi juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, melibatkan masyarakat, kegiatan mana mental, maupun fisiknya untuk memenuhi menciptakan peluang bagi masyarakat kebutuhannya. melibatkan dirinya dalam mengakses Disamping pandangan ahli yang kepentingannya dan tercapainya telah diuraikan sebelumnya, beberapa ahli kepentingan pengambil kebijakan. juga memetakan penyebab kemiskinan dalam 3 (tiga) kategori yaitu kemiskinan Konsep Kemiskinan. natural, kemiskinan kultural dan Pelbagai usaha telah dilaksanakan kemiskinan struktural. Kemiskinan natural untuk mengatasi masalah kemiskinan. dapat dikatakan sebagai kemiskinan yang Dalam konteks yang demikian, maka untuk disebabkan oleh keterbatasan alamiah baik memahami kemiskinan dapat dilihat dari pada segi sumberdaya manusianya maupun pandangan Sudibyo (1995:11) bahwa sumberdaya alamnya atau kemiskinan kemiskinan adalah kondisi deprivasi konsekuensial meminjam istilah David Cox terhadap sumber-sumber pemenuhan (dalam Suharto, 2004:132), namun, kebutuhan dasar seperti sandang, papan, Galbraith (1979:13) menganggap faktor- pangan, kesehatan dan pendidikan dasar. faktor alamiah kurang bisa dijadikan Pandangan serupa dari Badan Pusat penjelasan mengenai terjadinya Statisitik (BPS) mengartikan kemiskinan kemiskinan. Ia menunjuk Jepang, sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi Singapura, Taiwan, Hongkong dan Korsel 659

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 sebagai bukti. Secara alamiah negara- kuantitatif, ditekankan netralitas dan negara tersebut bukanlah negara-negara objektivitas. Studi kuantitatif, diandalkan yang kaya akan sumber daya alam. Namun pada mengandalkan prinsip replikasi, demikian, dalam kenyataannya, kelima mematuhi standarisasi prosedur, ukuran negara di atas tidak termasuk negara dengan angka, dan analisis data dengan miskin. Kemiskinan kultural adalah statistik dalam hal meminimalkan atau kemiskinan yang disebabkan oleh faktor- menghilangkan hal yang subjektif. Isu faktor kebudayaan, yang menyebabkan integritas dalam penelitian kuantitatif terjadinya proses pelestarian kemiskinan mencerminkan pendekatan sains alami. didalam masyarakat itu. (Suharto, Riset sosial kuantitatif memiliki 2004:137; Baswir, 1995:20; Mas’oed keunggulan validasi sains alami: eksplisit, 1994:135). Kemiskinan model ini menurut prosedur standar; pengukuran numerik Oscar Lewis dapat muncul sebagai akibat yang tepat; dan replikasi. (Neuman, 2006). adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang Sedangkan pendekatan kualitatif yang dianut oleh orang-orang miskin seperti digunakan sebagai pendukung penelitian malas, mudah menyerah pada nasib, kurang merupakan suatu proses penelitian dan memiliki etos kerja dan sebagainya atau pemahaman yang berdasarkan pada faktor internal yang datang dari diri si metodologi yang menyelidiki suatu miskin itu sendiri. (Suharto, 2004:138). fenomena sosial dan masalah manusia Pandangan tersebut oleh Chambers dimana pendekatan ini, peneliti membuat (1988:132) dianggap sebagian besar suatu gambaran kompleks, meneliti kata- melesat, karena banyak studi kasus yang kata, laporan terinci dari pandangan menunjukkan bahwa orang-orang miskin responden dan melakukan studi pada situasi pekerja keras, cerdik, dan ulet. Mereka yang alami (Creswell 1998). harus memiliki sifat-sifat seperti itu untuk dapat bertahan hidup dan melepaskan diri 3.2. Metode Pengumpulan Data dari belenggu rantai kemiskinan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri atas : data primer dan METODE PENELITIAN data sekunder. Data primer diperoleh dari Pendekatan Penelitian wawancara langsung kepada responden. Dalam penelitian ini, menggunakan Sedangkan data sekunder diperoleh dari pendekatan penelitian kuantitatif tehnik instansi atau dinas yang terkait dengan deskriptif yang didukung dengan penelitian. Selain itu dikumpulkan juga dari pendekatan kualitatif. Pendekatan buku-buku dan laporan penelitian 660

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 Sukaresmi, Labuan, Karangtanjung, 3. 3 Populasi Dan Sampel Penelitian Cibaliung, Cibitung dan Sobang sebagai Jumlah sampel yang digunakan kecamatan dengan kategorisasi RTM Kritis dalam penelitian ini menggunakan metode 2 yang berjumlah 15.898 RTM (Sumber : Slovin dengan rumus sebagai berikut : Pemutakhiran Basis Data Terpadu Provinsi Banten, 2015). Wilayah tersebut selain merupakan kantung kemiskinan kritis 1 sampai kritis 3 di Kabupaten Pandeglang juga mewakili secara geografis wilayah Kabupaten Pandeglang

Jumlah sampel berasal dari populasi Dengan margin error e = 5%, Rumah Tangga Miskin (RTM) yang terdata setelah dihitung dan digenapkan diperoleh sebagai wilayah kantong kemiskinan di jumlah sampel sebanyak 400 Rumah Kabupaten Pandeglang dengan kategorisasi Tangga Miskin (RTM). Jumlah masing- RTM Kritis 1 adalah Kecamatan Cikeusik masing sampel RTM di setiap kecamatan dan Kecamatan Panimbang, Cigeulis, secara jelas dapat dilihat pada tabel di Bojong, Angsana, Mandalawangi, bawah ini :

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Kecamatan Jumlah RTM Sampel Tingkat Presisi (Rumah Tangga Miskin) 5% Cikeusik 1.015 25 Panimbang 4.214 104 Cigeulis 2.431 60 Bojong 827 21 Mandalawangi 2.207 55 Angsana 624 16 Sukaresmi 1.397 35 Labuan 663 17 Karangtanjung 665 17 Cibaliung 647 16 Cibitung 532 14 Sobang 676 17 Total 15.898 397 Sumber : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Banten 2015, Pengolahan Data 2019.

661

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431

PEMBAHASAN jiwa/km² (Kabupaten Pandeglang Gambaran Umum Kabupaten Dalam Angka, 2018) Pandeglang Berdasarkan rasio jenis Kabupaten Pandeglang terdiri kelamin, hanya Kecamatan dari 35 kecamatan dari 335 Mekarjaya yang memiliki nilai Sex desa/kelurahan (13 kelurahan dan 322 Ratio dibawah 100 yaitu 99,87 yang Desa) dengan luas wilayah daerah berarti terdapat 99 penduduk laki‐laki sebesar 2.746,89 kilometer persegi untuk setiap 100 penduduk (km²). Kecamatan Cikeusik perempuan. Jumlah penduduk laki‐ merupakan kecamatan terluas di laki dan perempuannya hampir sama. Kabupaten Pandeglang dengan luas Se dangkan kecamatan lainnya sekitar 322.76 km² sedangkan memiliki sex ratio di atas 100, dengan Kecamatan Labuan merupakan sex ratio terbesar di Kecamatan kecamatan terkecil dengan luas Cadasari yaitu sebesar 111,80. sekitar 15,66 km² Jumlah Penduduk Kabupaten Gambaran Ketimpangan Pandeglang sebesar 1.205.203 jiwa, Kemiskinan di Kabupaten dengan komposisi 615.297 jiwa Pandeglang Provinsi Banten penduduk laki-laki dan 589.906 Sejak tahun 2011 sampai tahun 2016, pola kemiskinan di penduduk perempuan. Kecamatan Labuan merupakan wilayah yang Provinsi Banten secara umum mengalami penurunan. Hal ini penduduknya paling banyak di Kabupaten Pandeglang yakni 56.947 dijelaskan oleh data semakin meningkatnya batasan garis jiwa, sedangkan Kecamatan Koroncong paling sedikit jumlah kemiskinan di Provinsi Banten. Pada Maret 2011 garis kemiskinan di penduduknya yakni 18.720 jiwa. Wilayah yang paling padat Provinsi Banten adalah 226.662 rupiah dan pada September 2016 penduduknya terdapat di Kecamatan Labuan yakni 3.636,46 jiwa/km² terdata sebesar 373.365 rupiah dan pada Tahun 2017 mengalami sedangkan Kecamatan Sumur merupakan wilayah yang paling peningkatan lagi menjadi 386 753. jarang penduduknya yakni 93,21

662

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 Selengkapnya angka kemiskinan di 5,57 persen, dan Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten adalah sebagai berikut : 1,76 persen. Untuk Garis Kemiskinan di Kabupaten Pandeglang 9.74 persen, Kabupaten Pandeglang data terbaru berada Kabupaten Lebak 8,64 persen, Kabupaten pada kisaran 285.822 rupiah/kapita/bulan, Tangerang 5,39 persen, Kabupaten Serang terendah keenam setelah Kabupaten Lebak 4,63 persen, Kota Tangerang 4,95 persen, (261.880) dan Kabupaten Serang. Kota Cilegon 3,52 persen, Kota Serang

Tingkat Kemiskinan Pada Tingkat keluarga yang berada pada rentang Rumah Tangga Desa di Kabupaten usia produktif mendekati non Pandeglang produktif (dominasi pada umur 40-49 Berdasarkan hasil yang tahun sebanyak 27,5%) Sedangkan diperoleh dari penyebaran kuesioner dari tingkat pendidikannya, mayoritas di wilayah penelitian, dapat diketahui kepala keluarga hanya menyelesaikan karakteristik responden mayoritas pendidikan dasarnya (52,8%) bahkan adalah rumah tangga dengan kepala sebanyak 14,3% responden tidak menamatkan pendidikan dasarnya. Masih belum memadainya tahun, UNDP). dan jumlah total tingkat pendidikan masyarakat, warga buta aksara di Kabupaten dimana angka rata-rata lama sekolah Pandeglang relatif tinggi yakni di Kabupaten Pandeglang tahun 2016 19.000 jiwa, paling banyak di daerah adalah 6,82 tahun jauh di bawah rata- Selatan yaitu Kecamatan Sumur, rata Provinsi Banten sebesar 8,37 Cimanggu, Cibitung, Cibaliung dan tahun (standar nilai maksimum 15 sekitarnya. Pengaruh antara ketimpangan perekonomian mereka yang berada di garis distribusi pendapatan terhadap kemiskinan kemiskinan semakin memburuk seiring dipengaruhi oleh adanya peningkatan dengan memburuknya ketimpangan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk pendapatan atau kesejahteraan. Salah satu cenderung berdampak negatif terhadap penyebab dari kemiskinan adalah adanya penduduk miskin, terutama bagi mereka ketidaksamaan pola kepemilikan sumber yang sangat miskin. Sebagian besar daya yang selanjutnya akan menimbulkan keluarga miskin memiliki jumlah anggota distribusi pendapatan yang timpang. keluarga yang banyak sehingga kondisi Berdasarkan data di atas diperoleh fakta 663

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 bahwa di sekitar wilayah responden dengan membagi wilayah sesuai dengan terdapat penduduk pendatang (migran). tipologinya yaitu: 1) berdasarkan jenis Sebanyak 61,8% responden membenarkan usaha (pertanian dan non pertanian); 2) hal tersebut, dapat dipastikan terjadi jumlah penduduk jarang, sedang dan padat; penambahan jumlah penduduk yang dan 3) letak geografis (pesisir dan non diakibatkan oleh migrasi dan hal ini harus pesisir). Dengan pembagian wilayah tadi, diperhatikan pemerintah setempat karena diharapkan dapat memberikan rekomendasi telah disebutkan sebelumnya penambahan dalam program-program pengurangan jumlah penduduk akan berkontribusi pada kemiskinan dan pencegahan pertambahan keadaan kemiskinan yang semakin penduduk miskin. timpang. Melihat ketiga wilayah di atas, faktor yang menjadi penyebab kemiskinan di Faktor-Faktor Penyebab Kesenjangan wilayah pedesaan dan faktor penciri rumah Kemiskinan Di Kabupaten Pandeglang; tangga miskin di Kabupaten Pandeglang Faktor-faktor penyebab kesenjangan tentunya akan beragam, berbeda dari satu kemiskinan di Kabupaten Pandeglang, masyarakat ke masyarakat yang lain, dari dillihat berdasarkan wilayah kantong satu wilayah ke wilayah yang lain, bahkan kemiskinan di Kabupaten Pandeglang dari satu waktu ke waktu yang lain. Dalam dengan kategorisasi Rumah Tangga Miskin hal ini perlu disesuaikan dengan (RTM) Kritis 1 adalah Kecamatan karakteristik tipologi desa dan faktor Cikeusik, Ciguelis dan Mandalawangi. penciri rumah tangga miskin Kabupaten Kecamatan Panimbang, Bojong, Angsana, Pandeglang, agar dapat dijadikan dasar Sukaresmi, Labuan, Cibaliung, Cibitung dalam merumuskan strategi ke depan sebagai RTM Kritis 2. Kecamatan Sobang secara efektif dan efisien, serta memberikan dan Karangtanjung sebagai kecamatan kontribusi untuk menjawab permasalahan dengan kategorisasi RTM Kritis 3 dengan dan keterbatasan-keterbatasan penelitian jumlah total sebanyak 15.898 RTM tentang kemiskinan. (Sumber : Pemutakhiran Basis Data Berdasarkan hasil yang didapat di Terpadu Provinsi Banten, 2015). Wilayah lapangan dan didukung oleh data-data tersebut selain merupakan kantung sekunder sebelumnya, maka dapat kemiskinan di Kabupaten Pandeglang yang diidentifikasi faktor-faktor penyebab juga mewakili secara geografis wilayah di kemiskinan di Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Pertimbangan Provinsi Banten adalah sebagai berikut : pembagian wilayah di atas juga dilakukan 1. Rendahnya Tingkat Pendidikan 664

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 Masalah pendidikan adalah masalah Pola hidup masyarakat yang yang sangat penting dalam menentukan cenderung santai atau dapat dikatakan kualitas sumber daya manusia dalam hal memiliki motivasi yang rendah menjadi pola pikir. Dengan pendidikan yang rendah salahsatu penyebab kemiskinan di wilayah tidak mampu untuk merubah pola pikir ini. Masih rendahnya arus migrasi, baik seseorang untuk berorientasi ke depan migrasi masuk maupun migrasi keluar (Todaro : 2000). Berdasarkan wawancara ternyata juga berpengaruh pada pola hidup yang dilakukan dengan beberapa aparat masyarakat. Berikut hasil wawancara yang kecamatan dan pihak yang terkait, terdata peniliti dapatkan : bahwa faktor utama penyebab umumnya “faktor lingkungan yang menunjang kemiskinan di wilayah Kabupaten karena di sini kan kebanyakan pribumi belum banyak pendatang sehingga masih Pandeglang adalah masih rendahnya belum adanya persaingan.” (Kasie Kessos tingkat pendidikan masyarakat. Hal ini Cigeulis, 2 November 2018) didukung oleh beberapa hasil wawancara Selain pola hidup seperti yang telah yang berhasil peneliti lakukan yakni dijelaskan di atas yakni rendahnya motivasi sebagai berikut : masyarakat yang salahsatunya akibat “Ya faktor utamanya yaitu masalah rendahnya arus migrasi di wilayah pendidikanya (Kasie Kessos Cigeulis, 2 Pandeglang, pola hidup yang setidaknya Nov 2018) menyebabkan kemiskinan masih relatif “Itu dari pendidikan karena bagaimanapun pendidikan akan tinggi di wilayah ini adalah kemiskinan berpengaruh pada kualitas sumber daya kultural. Kemiskinan kultural mengacu manusia, minimal untuk lulusan SMA akan mendapatkan pekerjaan yang layak yang pada sikap seseorang atau masyarakat yang tentunya itu akan berpengaruh pada disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan penghasilannya. Untuk masyarakat yang muda-muda rata-rata lulusan SMA, yang hidup, budayanya yang merasa sudah tua-tua adalah lulusan SD atau sekolah berkecukupan dan tidak merasa kekurangan rakyat.” (Kasie Kessos Panimbang, 3 November 2018) akan kondisi kemiskinan mereka. Hal ini “Yang paling pertama yaitu dari segi diperkuat dengan salahsatu hasil sumber daya manusianya yang memiliki pendidikan rendah. 40% masyarakat di wawancara yang dilakukan, yakni sebagai Mandalawangi yaitu berpendidikan berikut: Sekolah Dasar, sedangkan sisanya SLTP, SLTA dan perguruan tinggi.“ (Aparat “kadang dikita ini yang disebut kemiskinan Kecamatan Mandalawangi, November turunan, jadi kadang, bukan turunan 2018) artinya dari dulunya miskin nggak jadi maksudnya orangtuanya miskin, ketika 2. Pola Hidup/Budaya/Kultural orang tuanya meninggal bantuan-bantuan kemiskin turun ke anaknya, kemiskinan turunan itu ya anaknya jadi penerimaan 665

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 bantuan.“ (Kasie Kessos Karangtanjung, 3 Artinya masih rendahnya kualitas Sumber November 2018) Daya Manusia (SDM) turut berkontribusi

dalam menunjang terjadinya kesenjangan 3. Keterbatasan Keterampilan/Skill kemiskinan di wilayah penelitian. Sebagian responden yang diminta Mobilitas Penduduk Rendah pendapatnya, menunjukkan hasil sebagian Faktor penyebab kesenjangan besar tidak memiliki usaha sampingan kemiskinan lainnya adalah, mobilitas karena terbatasnya keterampilan, Mereka pekerjaan di Kabupaten Pandeglang. tidak memiliki skill untuk bisa Mobilitas adalah berpindah-pindah atau mengembangkan keterampilan yang bergerak. Di Kabupaten Pandeglang mereka miliki. Dengan demikian jumlah mobilitas pekerjaannya rendah, sehingga produksi yang relatif rendah sehingga menyebabkan banyaknya pengangguran mempengaruhi rendahnya pendapatan. akibat kurang variatifnya lapangan Fakta ini diperkuat juga dengan hasil pekerjaan. wawancara yakni sebagai berikut : Migrasi dalam arti luas ialah “Penyebab utamanya kemungkinan di sini itu tidak ada lapangan kerja, tidak ada perubahan tempat tinggal secara permanen, orang yang punya skill masih dibilang tidak ada pembatasan baik pada jarak sedikitlah baru ada juga.”Kasi Kessos Kecamatan Sobang (IH) wawancara 1 perpindahan maupun sifatnya yaitu apakah November 2018 tindakan itu bersifat sukarela atau terpaksa, “Mungkin yang pertama karena kurangnya serta tidak ada perbedaan antar perpindahan SDM, pola pikir yang masih rendah, bisa di dalam negeri dan/atau keluar negeri. jadi juga karena pemalas nggak mau berfikir, terus dia nggak punya inovatif, Todaro dalam (khodijah, 2008) terus mungkin karena lapangan kerja yang menyatakan migrasi merupakan suatu kurang, setelah itu dianya tidak mau inovatif dan tidak punya kreativitas.” proses yang sangat selektif mempengaruhi (Kasie Kessos Labuan, 4 November 2017) setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, Yang paling utama adalah faktor sumber daya manusia, terutama dengan sosial, pendidikan, dan demografi tertentu, keterampilan termasuk dengan lapangan maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor pekerjaan tetapi ketika lapangan pekerjaan ada tetapi karena tidak memiliki ekonomi dan non ekonomi dari masing- keterampilan makanya susah kalah saing masing individu juga bervariasi. dengan orang lain (Kasie Kessos Karangtanjung, 1 November 2018).

4. Jumlah Tanggungan Keluarga Keterbatasan keterampilan/skill juga Berdasarkan data yang didapat berpengaruh terhadap tingginya angka sebelumnya, rata-rata keluarga di pengangguran di Kabupaten Pandeglang. Kabupaten Pandeglang memiliki jumlah 666

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 anak di atas 3 seperti yang terdata di pendapatan yang tidak berbeda jauh satu Kampung Muncang Labuan, Kampung sama lain. Namun data lain yang Bantar Panjang Desa Banyubiru, Kampung didapatkan dari hasil pengamatan dan Hasem Desa Kiara Payung, Kampung Kuta pendataan di lapangan, wilayah kritis 1 jauh Desa Kuta Karang Kecamatan Cibitung, lebih rendah Gini Rationya (0,15) Desa Cikalong dan beberapa wilayah dibandingkan wilayah kritis 3 yang lainnya yang juga teridentifikasi sebagai diwakili oleh Kecamatan Karangtanjung wilayah dengan RTM wilayah kritis 1,2 dan (0,32). Artinya, di Kecamatan Sobang 3. Penduduk yang memiliki jumlah anak kesenjangan pendapatan antar masyarakat lebih dari 3 juga berkaitan langsung dengan relatif lebih rendah dibandingkan di prosentase tinggi untuk kategori menikah di Kecamatan Karangtanjung. Selanjutnya usia yang relatif muda. Dari 35 Kecamatan perlu upaya bersama agar kesenjangan yang ada di Kabupaten Pandeglang yang terjadi tidak semakin parah sehingga terdapat 8 Kecamatan yang perlu memicu kecemburuan sosial diantara mendapatkan perhatian besar untuk masyarakat. menurunkan Usia Kawin Pertama (UKP) Faktor-faktor penyebab adalah: Kecamatan Sumur, Cimanggu, kesenjangan kemiskinan di Kabupaten Patia, Munjul, Cibaliung, Kaduhejo, Pandeglang Provinsi Banten adalah sebagai Panimbang dan Karang Tanjung . berikut : a) Rendahnya Tingkat Pendidikan. Masalah pendidikan adalah PENUTUP masalah yang sangat penting dalam Simpulan menentukan kualitas sumber daya manusia Berdasarkan analisis yang telah dalam hal pola pikir. Rendahnya tingkat peneliti lakukan, maka dapat ditarik pendidikan menyebabkan masyarakat tidak beberapa kesimpulan sebagai berikut : mempunyai akses yang baik terhadap Indeks kesenjangan daerah yang diwakili informasi, pengetahuan dan teknologi. oleh Gini Ratio di Kabupaten Pandeglang Sehingga akan mempengaruhi diperoleh rata-rata Gini Ratio 0,20 yang kemampuannya dalam berpikir untuk dapat dikategorikan termasuk mengembangkan usahanya agar memiliki Ketimpangan Rendah, di bawah Gini pendapatan yang lebih tinggi; b) Pola Ratio Provinsi Banten Tahun 2017 yakni hidup masyarakat yang cenderung santai 0,380 dan Gini Ratio Nasional yakni 0,320. atau dapat dikatakan memiliki motivasi Dengan Ketimpangan Rendah menandakan yang rendah menjadi salahsatu faktor sebagian besar rumah tangga memiliki penyebab kemiskinan di wilayah ini. Masih 667

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 rendahnya arus migrasi, baik migrasi keluarga di Kabupaten Pandeglang masuk maupun migrasi keluar ternyata juga memiliki jumlah anak di atas 3 seperti yang berpengaruh pada pola hidup masyarakat. terdata di Kampung Muncang Labuan, Selain pola hidup seperti yang telah Kampung Bantar Panjang Desa Banyubiru, dijelaskan di atas yakni rendahnya motivasi Kampung Hasem Desa Kiara Payung, masyarakat yang salahsatunya akibat Kampung Kuta Desa Kuta Karang rendahnya arus migrasi di wilayah Kecamatan Cibitung, Desa Cikalong dan Pandeglang, pola hidup yang menyebabkan beberapa wilayah lainnya yang juga kemiskinan masih relatif tinggi di wilayah teridentifikasi memiliki penduduk yang ini adalah kemiskinan kultural. Kemiskinan menikah di usia yang relatif muda. Dari 35 kultural mengacu pada sikap seseorang atau Kecamatan yang ada di Kabupaten masyarakat yang disebabkan oleh gaya Pandeglang terdapat 8 Kecamatan yang hidup, kebiasaan hidup, budayanya yang perlu mendapatkan perhatian besar untuk merasa sudah berkecukupan dan tidak menurunkan Usia Kawin Pertama (UKP) merasa kekurangan akan kondisi yakni Kecamatan Sumur, Cimanggu, Patia, kemiskinan mereka.; c) Keterbatasan Munjul, Cibaliung, Kaduhejo, Panimbang keterampilan/skill juga berpengaruh dan Karang Tanjung. terhadap tingginya angka pengangguran di Kabupaten Pandeglang. Artinya masih Saran rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Berdasarkan simpulan di atas, maka (SDM) turut berkontribusi dalam saran yang dapat peneliti berikan berupa menunjang terjadinya kesenjangan rekomendasi, berikut: kemiskinan di Kabupaten Pandeglang; d) 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia Mobilitas penduduk yang rendah juga (SDM) terutama prioritas pada menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan pendidikan penduduk kesenjangan kemiskinan. Mobilitas adalah miskin. Salah satu program yang dapat kegiatan berpindah-pindah atau bergerak dilakukan adalah merancang paket dari penduduk. Di Kabupaten Pandeglang pelatihan yang menekankan pada mobilitas penduduk rendah dicirikan oleh peningkatan skill dan praktek untuk mobilitas pekerjaan yang juga rendah, dapat bekerja dan berusaha lebih sehingga menyebabkan banyaknya produktif. Target sasaran dari program pengangguran akibat kurang variatifnya ini adalah kepala Rumah Tangga Miskin lapangan pekerjaan; e) Jumlah yang memiliki tingkat pendidikan SLTP Tanggungan Keluarga. Rata-rata ke bawah. 668

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 2. Pelibatan penduduk (masyarakat) dalam DAFTAR PUSTAKA

setiap aspek pembangunan dan program Sumber Buku: pemerintah.

3. Membentuk champion (orang lokal yang Chambers, Robert. 1988. Pembangunan memiliki pengalaman dan ilmu) di Desa Mulai dari Belakang. Jakarta : LP3ES. tingkat desa/ kecamatan sebagai

penggerak. Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design, 4. Mengembangkan peluang usaha di luar Choosing Among Five Traditions. pertanian (home industries). Untuk California: Sage Publication.

mendukung strategi yang tepat dalam Gilbraith, Jhon Kenneth. 1979. Hakekat memerangi kemiskinan diperlukan Kemiskinan Massa, (Terj. Tom Anwar). Jakarta : Sinar harapan. intervensi-intervensi pemerintah yang

sesuai dengan sasaran atau tujuan Keban, T. Yeremias. 2006. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, perantaranya dapat dibagi menurut Konsep, Teori dan Isu. Gava Media. waktu, yakni jangka pendek, jangka Yogyakarta.

menengah dan jangka panjang. Nugroho, I & Rochimin Dahuri. 2004. Intervensi jangka pendek adalah Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. terutama pembangunan sektor pertanian, Jakarta: LP3ES. usaha kecil, dan ekonomi pedesaan. Pemutakhiran Basis Data terpadu Provinsi 5. Untuk meningkatkan pendapatan rumah Banten Tahun 2015 Tentang Standar tangga miskin, pemerintah bisa Nilai Maksimum 15 Tahun, UNDP.

melakukan peningkatan minat Remi S. dan Tjiptoherijanto. 2002. wirausaha melalui pemberian modal Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. kerja dan pembinaan bagi rumah tangga

miskin yang berusaha disektor informal. Soetrisno, Lukman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif . Jakarta : Dengan bantuan tersebut, usaha Kanisius. yangdilakukan rumah tangga miskin Suharto, Edi. 2004. Analisis Kebijakan secara ekonomis dapat berkembang dan Publik. Bandung : Alfabeta. menguntungkan. Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C.

2004. Pembangunan Ekonomi di

Dunia Ketiga Edisi Kedelapan.

Jakarta: Erlangga.

Pressman, J.L. and Wildavsky, 1979. Implementation. Barkley and Los

669

Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS) p-issn : 2549-0435 e-issn: 2549-1431 Angeles: University of California Press Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun Sumber Dokumen: 2015-2019.

BPS Provinsi Banten. 2017. Perhitungan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Dan Analisis Kemiskinan Makro Tahun 2017 Tentang Tata Cara Indonesia. Badan Pusat Statistik Perencanaan, Pengendalian dan Provinsi Banten. Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan BPS Provinsi Banten. 2017. Banten Dalam Daerah Tentang Rencana Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Pembangunan Jangka Panjang Banten. Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata BPS Kabupaten Pandeglang. 2017. Cara Perubahan Rencana Pandeglang Dalam Angka . Badan Pembangunan Jangka Panjang Pusat Statistik Kabupaten Daerah, Rencana Pembangunan Pandeglang. Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. BPS Kabupaten Pandeglang. 2017. Statistik Kesejahteraan Daerah. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang.

670