ARTIKEL ILMIAH

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SARANA PROMOSI "LET'S GO GOWES"

DARI THE ROLIC BAND DI DENPASAR, BALI

OLEH : MADE AFRIAN DWIUTAMA NIM : 200706011 PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL JURUSAN DESAIN

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2012

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SARANA PROMOSI ALBUM “LET’S GO GOWES” DARI THE ROLIC BAND DI DENPASAR, BALI

Nama : Made Afrian Dwiutama Nim. 200706011 Jurusan/Prog. Studi : Desain/ DKV

ABSTRAK

Perkembangan musik baik secara global, nasional, maupun lokal dewasa ini adalah sangat pesat Pada tingkat global, perkembangan dan aksesibilitas karya-karya musik terkenal dunia begitu cepat menjangkau segenap kalangan mencinta musik sampai ke pelosok-pelosok belahan dunia lainnya. Demikian juga dengan perkembangan musik pada tingkat nasional karya musik yang dimunculkan di Jakarta, misalnya, dalam waktu yang bersamaan juga sudah bisa dinikmati oleh penggemar musik di daerah terpencil sekalipun. Di Indonesia, khususnya di Bali, hal seperti itu juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di kalangan anak muda Bali, produk-produk dari kelompok band nasional dari jalur mainstream maupun band independent /band indie dari berbagai aliran adalah sesuatu hal yang sangat dekat dengan kaum muda pada saat ini.. The Rolic adalah salah satu nama kelompok musik yang saat ini berada dijalur band indie di Bali yang berkedudukan di Kota Denpasar. Setelah sukses meluncurkan album pertama pada tahun 2011, kini The Rolic akan meluncurkan album kedua yang bertajuk ”Let’s Go Gowes” pada akhir tahun 2012. Dalam pembuatan album kedua “Let’s Go Gowes“ ini The Rolic menginginkan suatu pemantapan konsep dan tampilan dari media promosi yang sudah ada sebelumnya agar berkesan dan mengikuti karakter dari band itu sendiri, album kedua ini diharapkan mampu menciptakan pencitraan baru dari The Rolic Band kepada para penikmat musik secara menyeluruh. Karena minimnya media promosi yang dibuat pada album sebelumnya, kini pada album kedua yang bertajuk “Let’s Go Gowes” ini membutuhkan Desain komunikasi Visual untuk membuat media promosi yang efektif untuk mempromosikan album ini, media promosi yang dimaksud anatara lain : Packaging CD, Cover CD, Katalog CD, Iklan Majalah, Poster, T-shirt. Goody Bag, Head Bass Drum dan stiker.

Kata kunci : desain, media promosi, album, “Let’s Go Gowes”, The Rolic Band

ABSTRACT

Title : VISUAL COMMUNICATION DESIGN AS PROMOTION MEDIA FOR THE ROLIC’S “LETS’S GO GOWES” ALBUM IN DENPASAR BALI. Name: MADE AFRIAN DWIUTAMA

The development of modern music at present is very rapid both globally, nationally, and locally. At global level, the development and accessibility of the world popular music presentations can so instantly be enjoyed by their music lovers in different places in other parts of the world. And so do the development and accessibility of the music album at national level; a new created music album which are launched in Jakarta can at the same time be reached by their lovers in remote places in other parts of the country. In local level, especially in Bali, the same tendency also occurs. Among Balinese young people the music products of both by the national mainstreams and independent/indie bands from various genres can immediately be very familiar with them. This atmosphere is also expected to be happened to that of the new established band, The Rolic. The Rolic is one the names of indie band groups existing in Bali that takes Denpasar as their base-camp. Having been successful in their first album launching in 2011, now the group are going to launch their second album entitled “Let’s Go Gowes” by the end of the year 2012. In their preparation of the second launching they are busy making improvements both in their concept and presentation from the previous promotion media in order to increase showing their own character. It is hoped that this second album be able to create a new image to The Rolic Band towards their music lovers. Having been aware of the lack of the application of promotion media in their first album, now in their second album, “Let’s Go Gowes”, they are designing more effective visual communication media that include the designs of CD packaging, CD cover, CD catalogue, magazine advertisement, poster, T-shirt, Goody bag, Head Bass drum, and sticker.

Key-words: design, promotion media, album, “Let’s Go Gowes”, The Rolic Band.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Faktor-faktor yang melatar-belakangi pemilihan kasus yang diangkat untuk perancangan tugas akhir studio ini dapat dibedakan atas dua, yaitu faktor-faktor yang bersifat obyektif dan faktor-faktor yang bersifat subyektif. Uraian atas kedua jenis faktor ini dapat dijelaskan seperti berikut ini.

1.1.1 Faktor Obyektif Perkembangan musik baik secara global, nasional, maupun lokal dewasa ini adalah sangat pesat. Pada tingkat global, perkembangan dan aksesibilitas karya-karya musik terkenal dunia begitu cepat menjangkau segenap kalangan pencinta musik sampai ke pelosok-pelosok belahan dunia lainnya. Demikian juga dengan perkembangan musik pada tingkat nasional; karya musik yang dimunculkan di Jakarta, misalnya, dalam waktu yang bersamaan juga sudah bisa dinikmati oleh penggemar musik di daerah terpencil sekalipun. Perkembangan musik lokal pun tidak mau ketinggalan. Mereka semua berlomba-lomba mengisi setiap peluang yang ada guna ikut merebut hati penggemarnya dan meramaikan hingar-bingar musik tanah air. Perkembangan tersebut adalah sebuah fenomena yang memberikan peluang bagi mereka yang ingin memanfaatkannya sebagai ajang bisnis dan sumber kehidupan. Di Indonesia, khususnya di Bali, hal seperti itu juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di kalangan anak muda Bali, produk- produk dari kelompok band nasional dari jalur mainstream maupun band independent /band indie dari berbagai aliran adalah sesuatu hal yang sangat dekat dengan kaum muda pada saat ini. Pertumbuhan dan perkembangan musik yang begitu cepat dapat menjangkau penggemarnya dewasa ini adalah berkat tersedianya media komunikasi yang juga sedang berkembang dengan pesat dewasa ini. Berkat majunya jaringan televisi, radio, internet, dan media-media komunikasi lainnya musik menjadi sangat cepat dapat diakses oleh setiap orang yang berada di tempat yang sangat jauh sekalipun. Lebih-lebih dengan ketersediaan media promosi yang semakin canggih sebagai hasil perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dan aneka-ragam strategi dalam promosi sampai-sampai musik dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Disinilah peranan penting media komunikasi visual bagi para musisi dan pelaku bisnis hiburan (industri musik) dalam mempromosikan produk mereka. Pembuatan dan penyampaian produk musik melalui media desain komunikasi visual sudah menjadi kebutuhan yang penting dalam upaya menjangkau penggemar dalam persaingan saat ini. Hal ini berlaku mutlak terhadap semua musisi, baik yang berada di jalur mainstream atau pun independent (indie) yang menginginkan karya-karya mereka semakin dikenal dan dapat dinikmati oleh penggemarnya secara luas. Salah satu band yang berada dijalur independent (indie) adalah The Rolic. Beranjak dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini dan mencoba merancang berbagai sarana promosi dalam menunjang band tersebut agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. 1.1.2 Faktor Subyektif The Rolic adalah salah satu nama kelompok musik yang saat ini berada dijalur band indie di Bali yang berkedudukan di Kota Denpasar. The Rolic adalah sebuah grup band yang terdiri dari 4 anak muda yang mempunyai hobi yang sama dibidang musik. Band ini terbentuk pada awal Desember 2006 dengan mengusung aliran “Alternative Melodic Pop Punk” yang banyak mendapat inspirasi dari Greenday, New Found Glory dan Blink 182. Band ini diperkuat oleh : Apri (Vocal/guitar), , Armandollar (Bass/Back Voc.), De Goen (Shynt Controller) dan Ade (Drums). Alasan pemilihan nama “The Rolic” (singkatan dari “Romantic Holic”) adalah karena menurut mereka kehidupan didunia ini tak akan pernah ada tanpa adanya cinta. Cinta dalam arti luas, mereka tidak hanya memberikan kasih sayang kepada pacar saja, melainkan pada semua aspek kehidupan seperti cinta kepada alam, orang tua, negara, dan kepada aspek yang lain. Selain itu, mereka juga lewat musik ingin menyuarakan perdamaian, artinya, melalui musik mereka ingin menyadarkan semua orang untuk bisa saling menghargai perbedaan yang ada. Dalam perjalanan musikal mereka yang dimulai sejak tahun 2006 tersebut, The Rolic sudah mengikuti event-event berskala lokal dan nasional. Album pertama mereka yang bertajuk “Melodicphoria” bahkan sudah pernah mendapatkan juara I Regional Bali dalam Event Cocacola Soundburst yang diadakan di beberapa kota di Indonesia, lalu disusul dengan dimasukkannya kedalam kompilasi Cocacola tingkat nasional di Jakarta pada tahun 2010, selain itu juga Band ini menjadi juara 1 regional Bali dalam kompetisi yang diadakan oleh IMS (Indonesian Music Society) 2011 serta juara harapan 1 dalam event Kuta Carnival 2009 Kesuksesan awal yang pernah diraih oleh kelompok The Rolic Band di kancah nasional, menjadikan kelompok musisi ini semakin ingin bergerak maju dalam kancah musik Indie di Bali. Sambil mengisi acara-acara hiburan promosi di sejumlah tempat hiburan di Denpasar dan Kuta, saat ini kelompok The Rolic Band juga sedang mempersiapkan album kedua bertajuk. “Let’s Go Gowes“. Dalam album keduanya ini mereka menawarkan suatu konsep musik yang lebih dewasa dibandingkan album pertama mereka yang kurang diketahui oleh masyarakat umum. Materi lagunya lebih terinspirasi ke masalah-masalah sosial, lingkungan percintaan, guna mendukung pemantapan jati diri atau karakter musik yang diusungnya. Dalam pembuatan album kedua “Let’s Go Gowes“ mereka menginginkan suatu pemantapan konsep dan tampilan dari media promosi yang sudah ada sebelumnya agar terkesan mengikuti karakter dari album kedua itu diharapkan mampu menciptakan pencitraan baru dari The Rolic Band kepada para penikmat musik secara menyeluruh. Semua perancangan media yang akan dibuat disesuaikan dengan karakter musik alternative melodic Pop Punk yang secara garis besar dapat disimpulkan cukup bebas dari aturan-aturan yang mengikat. Hal inilah yang yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini. Selain itu juga merupakan sebuah tantangan untuk membuat media komunikasi visual yang menarik sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh The Rolic Band dan tentunya lebih baik dari media komunikasi visual yang sudah ada. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis mengangkat obyek kasus “Desain Komunikasi Visual sebagai Sarana Promosi Album “Let’s Go Gowes“ dari The Rolic Band di Denpasar, Bali”. Penulis meyakini dengan mengangkat obyek kasus ini akan memberikan banyak pengalaman, dan penulis akan bisa lebih bebas bereksplorasi dalam membuat karya perancangan media komunikasi visual yang menarik, tepat guna, dan sesuai dengan konsep dari band itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah Dalam upaya mempromosikan album kedua dari The Rolic Band, maka permasalahannya dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut: 1. Media apa saja yang cocok untuk mempromosikan album “Let’s Go Gowes“ The Rolic Band agar mampu menarik konsumen? 2. Bagaimana mendesain media yang efektif dan komunikatif untuk mempromosikan album “Kedua” The Rolic Band?

1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan Tugas Akhir Studio ini tidak terlalu luas, maka batasan masalahnya difokuskan pada proses perancangan serta perwujudan Komunikasi visual yang menarik dan informatif untuk mempromosikan album kedua The Rolic Band sesuai dengan desiplin ilmu Desain Komunikasi Visual.

1.4 Tujuan Perancangan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari perancangan Tugas Akhir Studio ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan khusus dan tujuan yang bersifat umum. 1.4.1 Tujuan Khusus Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan khusus yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah: 1. Untuk mengetahui media-media komunikasi visual apa saja yang efektif dan komunikatif untuk mempromosikan Album “Kedua” dari The Rolic Band. 2. Agar mampu mendesain media yang tepat untuk mempromosikan Album “Kedua” dari The Rolic Band. 1.4.2 Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dari perancangan Tugas Akhir Studio ini adalah sebagai berikut: 1. Agar masyarakat secara umum mengetahui keberadaan dan potensi serta karya musik yang telah diciptakan dari kelompok band yang bernama The Rolic Band.

1.5 Manfaat Perancangan Adapun manfaat yang diperoleh dari perancangan karya Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. a. Bagi mahasiswa (penulis) sendiri: - Penulis dapat terlatih untuk melihat suatu permasalahan dan mencari jawaban bagaimana merancang suatu media komunikasi visual yang efektif dan efisien untuk meyakinkan komunikan/masyarakat/calon konsumen sehingga mereka bisa tertarik dengan suatu produk yang dipromosikan. - Penulis mampu berpikir secara sistematis dalam rangka mengaplikasikan desiplin ilmu yang telah didapat di bangku kuliah untuk kemudian diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. b. Bagi kelompok The Rolic Band: dapat dijadikan sebagai referensi oleh pihak the Rolic Band dalam membuat media promosi yang sesuai untuk memajukan kelompoknya.

1.6 Metode Perancangan Metodologi adalah ilmu tentang metode, atau juga dapat disebut sebagai perangkat metode yang digunakan dalam suatu pekerjaan (Naibaho, 1998:35). Perancangan adalah proses atau cara, atau perbuatan perancang (Hasan, 2002:927). Terkait dengan perancangan tugas akhir ini, maka yang dimaksud metode perancangan adalah perangkat metode atau cara yang digunakan dalam proses atau pembuatan perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi untuk album kedua ciptaan The Rolic Band. Perangkat metode atau cara yang dimaksud itu adalah perangkat metode atau cara yang digunakan untuk pengumpulan data, analisis data, dan pelaporan hasil perancangannya.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data Adapun metode yang dipakai dalam proses pengumpulan data dalam perancangan desain ini dibedakan atas metode pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder. a. Metode Pengumpulan Data Primer Adapun metode pengumpulan data primer yang digunakan penulis adalah: - Metode Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara sistematis atas kejadian – kejadian, prilaku dan objek yang dilihat dan hal – hal lain yang diperlukan guna mendukung penelitian yang dilakukan.. (Sarwono&Lubis, 2007: 100). Observasi ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan data tentang obyek yang sedang diteliti, seperti Biography Band, Pengalaman serta prestasi yang pernah diraih The Rolic Band dan media komunikasi visual yang sudah pernah dibuat. - Metode Wawancara Metode pengumpulan data adalah metode yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab sepihak, dan dilakukan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode pengumpulan data dengan cara mengadakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara dengan yang diwawancarai (Moleong, 2001:62). Penulis menggunakan metode wawancara terbuka yaitu tanya jawab secara langsung dengan manajer The Rolic Band yaitu Bapak Arse Priadnya Pacung Untuk meyakinkan kebenaran data yang diperoleh. b. Metode Pengumpulan Data Sekunder Metode pengumpulan data sekunder yang dipakai penulis, antara lain: - Metode Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan mencatat data-data dari hasil survey baik berupa artikel, selebaran, foto dokumentasi dan sebagainya sebagai data berupa fakta dan sebagai bukti untuk dipertanggung jawabkan (Nazir, 1988: 109). Metode ini di bantu dengan instrument kamera digital.

1.7.2 Metode Analisis Data Metode analisis data adalah metode yang dipakai untuk menganalisis data, baik terhadap data primer maupun sekunder. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, Metode analisa yang dipakai dalam laporan ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisa data dengan memaparkan fakta-fakta mengenai data yang diperoleh di lapangan dalam proses desain media komunikasi visual untuk meningkatkan eksistensi dari The Rolic Band.

1.8 Indikator dan Model Penilaian Desain Indikator yang digunakan dalam perancangan desain komunikasi visual ini untuk menemukan desain terpilih dengan melakukan pengukuran atau penilaian alternatif- alternatif desain menggunakan Skala Likert (skala yang menunjukkan tingkatan atau rangking). Rangking didapatkan setelah melakukan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip desain. Dalam perancangan desain komunikasi visual ini, unsur-unsur desain (Ilustrasi, Teks/Tipografi dan Warna) yang digunakan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria desain seperti dari segi : Fungsional, Komunikatif, Informatif, Ergonomis, Artistik, Unity, Simplicity, Kreatif, Surprise dan Etis.

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1 Data Aktual/Teoritis

Yang dimaksud data aktual adalah data teoritis yang diperoleh dari literatur (referencies) atau buku-buku mengenai teori yang berhubungan dengan konsep pembuatan karya tugas akhir studio dalam bidang desain komunikasi visual ini. Paparan tentang data aktual yang dimaksudkan tersebut adalah seperti berikut ini. Terminologi “desain komunikasi visual” didefinisikan oleh Kusrianto (2006:2) sebagai “suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar (ilustrasi), tatanan huruf (teks/tipografi), serta komposisi warna, serta lay-out (tata letak atau perwajahan) agar gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan”. 2.1.1 Pengertian Kasus/Obyek Dalam tugas akhir studio ini, penulis mengambil judul “Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Promosi Album “Let’s Go Gowes” dari The Rolic Band di Denpasar, Bali”. Dengan mencermati judul ini, maka obyek/kasus yang diangkat adalah The Rolic Band dengan karya seninya yang berupa album keduanya nya yang bertajuk “Let’s Go Gowes”. Secara garis besar perkembangan industri musik dibagi menjadi 2 jalur, yaitu Indiependent dan mainstream. Indiependent music (indie) adalah gerakan yang berbasis dari segala yang ada pada penyanyi/musisi tersebut, mulai dari merekam, mendistribusikan dan promosi menggunakan dana sendiri. (www.koran anak Indonesia/28/02/2012). Sedangkan yang dimaksud dengan mainstream adalah arus utama, tempat dimana band-band bernaung dibawah label yang besar, dimana ini merupakan industry yang mapan. Band-band tersebut dipasarkan secara meluas mulai dari skala nasional maupun internasional. Oleh karena itu mereka banyak mendominasi promosi di seluruh media massa, mulai dari media cetak, media elektronik hingga multimedia. Dalam perkembangan di Indonesia perbedaan antara musisi indie dan mainstream dijaman sekarang tidak terlalu signifikan. Berbeda jauh dengan perkembangan di era 1980 – 1990-an. Yang paling jelas terlihat adalah event di Indonesia baik itu berskala International, Nasional maupun Lokal sudah sangat sering menampilkan musisi indie, bahkan banyak event-event yang berkonsep indie. Ini berarti perkembangan musik indie juga memacu perkembangan desain komunikasi visual untuk lebih bereksplorasi mengikuti trend-trend dan konsep musisi indie yang cenderung sangat berbeda dari sesuatu yang sudah ada. Sangat disayangkan beberapa tahun belakangan ini selera musik masyarakat Indonesia (industri musik mainstream) terkesan monoton dan terlalu seragam. Music melayu dan boyband sangat mendominasi pada industri mainstream. Ini disebabkan oleh banyak faktor, bukan hanya dari pasar atau pembajakan, tapi juga dari musisi dan produser dari perusahaan rekaman. Namun situasi seperti ini tidak berlaku dikalangan penikmat musik indie, hal ini disebabkan oleh perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh musisi indie yang pada prinsipnya masih memiliki idealisme dalam berkarya. Bukan berarti tidak memandang sisi komersil, tetapi musisi indie selalu mempertahankan karakter yang mereka miliki masing-masing dan selalu mencari celah untuk mengembangkan kreatifitas yang lebih baru dari yang sudah ada sebelumnya. Musik indie di Indonesia berkembang secara natural, musik indie masuk ke Indonesia pada awal tahun 1970-an yang secara bersamaan terus mengalami perkembangan dengan musik mainstream. Sampai akhirnya pada tahun 1990-an musik ini sangan popular dikalangan anak muda Indonesia dengan di tandainya dengan berhasilnya PAS Band merilis dan menjual album mereka sebanyak 5.000 copy. (www.Dian nebula,Blogspot.com) Pada tahun 2000-an, Bali membuat kejutan di industri musik Indonesia, dengan dikontraknya Superman is dead dibawah naungan sony music Indonesia yang merupakan salah satu label terbesar di Indonesia. Cukup mengherankan karena superman is dead lahir dari jalur indie yang memiliki idealisme yang tinggi dengan aliran yang sangat jauh berbeda dengan band-band yang telah dikontrak sebelumnya oleh sony music Indonesia yang kebanyakan beraliran pop. Hal ini banyak menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat terutama bagi kalangan indie. Secara perlahan pro dan kontra yang ada mulai mereda, dan seperman is dead kini menjadi ikon rock anak muda tidak hanya lewat musik tapi juga dengan attitude dan aspek pendukung lainnya. Hal ini menjadi inspirasi dan pemicu semangat musisi indie tak hanya dari Bali tetapi diseluruh Indonesia untuk terus berkarya dengan karakter mereka masing-masing. Di Bali perkembangan band indie berkembang dengan sangat pesat, hal ini terbukti dengan adanya banyak event yang diselenggarakan menampilkan band-band indie sebagai daya tarik utamanya. Hal ini menunjukkan bahwa selera musik anak muda di bali cukup berbeda dengan apa yang terjadi secara umum di Indonesia. Salah satu dari band indie Bali yang saat ini sedang berkembang adalah The Rolic. The Rolic Band terbentuk pada bulan Desember 2006. Kelompok band ini menyebut genre musik mereka beraliran alternative Melodic Pop Punk yang banyak terinspirasi dan dipengaruhi oleh Greenday, Blink 182, New Found Glory dan Totalfat. Nama The Rolic Band diambil dari singkatan dari Romantic Holic yang artinya penggila hal-hal yang berbau romantis . Mereka mengambil makna lain dari arti nama band mereka itu, yaitu kehidupan didunia ini tak akan pernah ada tanpa adanya cinta. Cinta dalam arti luas, tidak hanya memberikan kasih sayang kepada pacar saja, melainkan pada semua aspek kehidupan seperti cinta kepada alam, orang tua, negara, dan kepada aspek yang lain. Selain itu, mereka juga lewat musik ingin menyuarakan perdamaian, artinya, melalui musik mereka ingin menyadarkan semua orang untuk bisa saling menghargai perbedaan yang ada. Prinsip inilah yang dipakai para personelnya untuk terus berkarya dan menunjukkan bahwa mereka mampu berbicara tentang cinta dan perdamaian lewat jalur musik. The Rolic Band berbasis/bermarkas di Jalan Sedap Malam III Denpasar Timur, beranggotakan 4 (empat) orang anaak muda dibawah arahan seorang manajer bernama arse Pacung. The Rolic Band sudah memiliki album perdana bertajuk “Melodicphoria” dan album kompilasi , serta memiliki prestasi menjadi pemegang juara pada event bertaraf local dan nasional. Kelompok ini juga telah memiliki jam terbang yang cukup tinggi dalam keikutsertaaannya tampil dari event-event berskala lokal maupun nasional. Pada akhir tahun 2012 ini The Rolic Band akan merilis album ke-2 mereka bertajuk “Let’s Go Gowes”. Konsep musik yang mereka buat pada album ke-2 lebih dewasa dari album sebelumnya dan banyak mengangkat kejadian-kejadian sosial di masyarakat. Untuk keperluan itu, tentu diperlukan media promosi yang efektif dan efisien agar mampu mendukung penjualan dari album tersebut. Pemilihan konsep dan tampilannya secara visual dari media promosi yang akan dibuat haruslah mampu menampilkan visual yang menarik dan juga harus disesuaikan dengan karakter dari The Rolic Band. Masalah karakter ini dijadikan perhatian serius oleh mereka dengan harapan nantinya desain terpilih yang dihasilkan mampu mewakili dan mempromosikan album ke-2 nya itu sehingga tepat sasaran dan produknya dapat terjual di pasaran sesuai harapan.

Foto The Rolic Band Sumber(www.facebook.com/TheRolicBand)

2.1.2 Aspek-aspek Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri dari gambar, huruf, warna, komposisi, dan layout (Widowati, 2007:27-28). Adapun aspek-aspek Desain Komunikasi Visual : Media, Ilustrasi, Huruf / Tipografi, Teks, Warna.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Desain Komunikasi Visual

Di dalam Desain Komunikasi Visual, dalam merancang suatu desain perlu diperhatikan prinsip-prinsip desain yang menjadi tolak ukur / nilai-nilai suatu desain yang menentukan keindahan dan kualitas desain. Adapun prinsip-prinsipnya seperti : Keseimbangan, Keserasian, Proporsi, Skala, Irama. (Pujiriyanto, 2005: 94-95).

2.1.4 Teknis Perwujudan a. Tata Letak

Lay out adalah desain awal sebuah iklan yang belum jadi, biasanya berupa coretan atau sketsa naskah yang dirancang untuk dicetak. (Nuradi, 1996 : 99) b. Teknik Cetak

Adapun teknik cetak yang paling sering dikenal pada umumnya :

- Teknik Cetak Datar (Planografi/ Litografi)

Teknik cetak yang pada acuan cetaknya/permukaan bagian yang mencetak sama tinggi dengan bagian yang tidak mencetak (Tapran, 2006:25).

- Teknik Cetak Saring (Screen Printing)

Cetak saring yaitu cetak yang acuannya berupa kasa. Kasa ini merupakan kombinasi stensil dengan screen. Bagian yang mencetak pada acuan cetak bersifat tembus tinta dan bagian yang tidak mencetak tidak tembus tinta. Teknik cetak ini disebut juga cetak tembus atau cetak sablon. (Tapran, 2006: 28).

- Teknik Cetak Digital Printing

Teknologi cetak yang memiliki high quality dan akurat dengan komputer. Teknik ini menggantikan teknik lama yaitu cetak offset yang membutuhkan waktu lama dan proses panjang (Hardiman, 2006:33).

2.1.5 Teori Sosial Yang Mendukung Kasus

Dalam perancangan, akan digunakan teori sosial yang mendukung kasus yaitu teori Semiotik. Semiotik atau semiology adalah ilmu tentang tanda-tanda atau simbol. (Kusrianto, 2007:58-59)

Semiotik dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya yaitu : Ikon, Indeks dan Simbol.

2.2 Data Faktual Data faktual atau data lapangan yang dimaksudkan disini adalah data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara dengan narasumber di lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan secara emperis tersebut dapat dipaparkan seperti berikut ini. 2.2.1 Nama Objek Objek yang diangkat dalam laporan ini adalah The Rolic, yang merupakan sebuah band indie dari bali yang memiliki potensi untuk bersaing di industri musik Indonesia. The Rolic sudah memiliki jam terbang yang cukup tinggi dipanggung pentas music yang diselenggarakan oleh event sekolah, kampus ataupun brand- brand besar di Bali, untuk sekala nasional band ini memiliki pengalaman yang terbilang lumayan, salah satunya terpilih menjadi wakil regional Bali dalam kompilasi album yang berskala nasional.

Logo The Rolic Sumber : www.facebook.com/TheRolicBand

A. Sejarah Singkat The Rolic terbentuk pada awal desember 2006, berawal dari band 1 SMA. Pada awalnya band ini bernama Romantic Holic. Karena nama tersebut dianggap terlalu panjang dan cukup susah untuk diucapkan, maka dengan kesepakatan bersama nama Romantic Holic disingkat menjadi The Rolic. Band ini sempat mengalami berapa kali pergantian personil dikarenakan kesibukan dan kegiatan masing-masing. Hingga akhirnya mantap dengan format : Apri (Vocal/Guitar), Armandollar (vocal/Bass), Ade (Drums), De-Goen (Shynt Controller) yang mampu bangkit dan tetap exist sampai saat ini. B. Biography Band The Rolic adalah sebuah band yang beraliran “Alternative Melodic Pop Punk” yang banyak terinspirasi dari Blink 182, New Found Glory, Tottalfat. Makna dari nama The Rolic ini adalah singkatan dari bahasa inggris Romantic Holic, dimana dalam bahasa Indonesia diartikan dengan Penggila hal yang romantic. Mereka beranggapan bahwa dunia ini tak akan pernah ada tanpa adanya cinta. Cinta dalam arti luas, tidak hanya memberikan kasih sayang kepada pacar saja, melainkan pada semua aspek kehidupan seperti cinta kepada alam, orang tua, negara, dan kepada aspek yang lain. Selain itu, mereka juga lewat musik ingin menyuarakan perdamaian, artinya, melalui musik mereka ingin menyadarkan semua orang untuk bisa saling menghargai perbedaan yang ada. Prinsip inilah yang dipakai para personelnya untuk terus berkarya dan menunjukkan bahwa mereka mampu berbicara tentang cinta dan perdamaian lewat jalur musik. The Rolic Band berbasis/bermarkas di Jalan Sedap Malam III Denpasar Timur, beranggotakan 4 (empat) orang anak muda dibawah arahan seorang manajer bernama arse Pacung. The Rolic Band sudah memiliki album perdana bertajuk “Melodicphoria” dan album kompilasi , serta memiliki prestasi menjadi pemegang juara pada event bertaraf lokal dan nasional. Kelompok ini juga telah memiliki jam terbang yang cukup tinggi dalam keikutsertaaannya tampil dari event-event berskala lokal maupun nasional. Beranggotakan 4 orang pemuda yang berasal dari Denpasar yang kreatif dan humoris ini membuat band ini memiliki karakter yang kuat. Band bagi mereka bukan hanya sekedar bermain musik, melainkan sudah merupakan bagian dari hidup mereka yang sudah mendarah daging. Dalam perjalanannya tentunya sangat sulit untuk bisa menyatukan pemikiran 4 orang dalam satu visi, jadi tentu saja ada perdebatan dalam berbagai macam hal. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik dan dijadikan sebuah pengalaman untuk jadi lebih baik dari sebelumnya tanpa pernah mengesampingkan profesionalisme dalam bidang musik. Band ini sudah berusia 5 tahun, bagi sebuah band ini sudah terbilang matang untuk tetap exist di industri musik. Pada tahun 2012 ini mereka mempunyai agenda Tahunan, diantaranya adalah akan mengadakan tour promo lagu-lagu baru mereka di luar Bali dan menggarap Album keduanya yang bertajuk “Let’s Go Gowes”.

C. General Info

Nama Band : The Rolic Genre : Alternative Melodic Pop Punk Location : Denpasar, Bali, Indonesia Basecamp : Jalan Sedap Malam III, no 17x, Denpasar Timur, Bali Contact Person : Arse Pacung (08563716535) Website :therolicblogspot.com Email : [email protected] Facebook : www.facebook.com/The RolicBand Twitter : www.twitter.com/therolic_Bali Band Personal : Apri ( Vocal/Guitar) Armandollar ( Vocal/Bass) Ade (Drums) De-Goen ( Shynt Controller) Fan Base : Pop Punk Kidz

 Discography

 The Rolic 1st Album, Melodicphoria 2011

Produced by : The Rolic Mixed & Mastering : Mang de, Melodramatic Record Feat : 7 Track melodic pop punk Song 1. Intro 2. Melodicphoria 3. Teman Aneh Tapi Nyata 4. Bidadari 5. Jatuh Cinta Berjuta Rasa 6. Problema Cinta 7. Coba Lagi All song by : The Rolic  Cocacola Soundburst Compilation 2011

Produced by : Cocacola Indonesia Mixed & Mastering : Arya Baron, (Arya Baron Record) With Single : Melodicphoria song by : Apri (The Rolic)

2.2.2 Sarana Komunikasi Visual yang Ada

Yang dimaksud dengan sarana komunikasi visual yang ada dalam sub-bahasan ini adalah memaparkan tentang media komunikasi sudah dipakai selama ini dan unsur-unsur media komunikasi visual apa saja yang sudah dimanfaatkan oleh The Rolic Band dalam upayanya mempromosikan kelompok dan karya musiknya selama ini. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan diperkuat dengan hasil wawancara dengan narasumber, adapun sarana komunikasi yang sudah dimanfaatkannya adalah: media promosi berupa CD-cover, stiker, t-shirt, Flyer dan sebuah Video Clip.

2.2.3 Potensi Kasus

Berdirinya kelompok musik The Rolic Band pada bulan Desember 2006 pada awalnya dilandasi oleh pertemanan sesama anak SMU yang sama-sama memiliki hobi bermain musik. Untu mengisi kebersamaan mereka secara positif, mereka menyalurkannya lewat pembentukan kelompok band. Setamat SMU, salah seorang personel mereka harus hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan studi. Namun kekurangan personel tersebut segera dapat terisi oleh personel baru yang juga memiliki hobi yang sama, yakni mermain musik. Setelah dirasakan cukup memiliki keterampilan bermain di atas panggung, mereka kemudian mulai tampil sebagai band pengisi awal acara di sejumlah event yang ada di Denpasar dan Kuta. Lama-kelamaan mereka semakin dikenal oleh para event organiser dan undangan untuk mengisi acara-acara promo produk pun semakin berdatangan. Dengan semakin seringnya mendapat job untuk manggung, maka semakin bertambah semangat mereka menekuni kegiatan tersebut. Disamping kegiatan di atas panggung, mereka juga mencoba kepiawaian mereka bermain musik dengan mengikuti sebuah kompetisi yang diadakan oleh perusahaan Cocacola pada Desember 2010. Kompetisi dilakukan bertahap pada beberapa kota di Indonesia. Dalam kompetisi tingkat Bali ini ternyata The Rolic Band menjadi juara pertama dan berhak untuk mewakili Bali untuk kompetisi tingkat nasional. Kompetisi tingkat nasional diadakan di Surabaya pada Awal Januari 2011 Peserta terdiri dari band-band indie dari Surabaya, Yoyakarta, Medan, Jakarta, Palembang, Pontianak. Kemudian, sebagai tindak lanjut kompetisi oleh perusahaan Cocacola itu, pemenang sepuluh besar di Surabaya kemudian dibawa ke Jakarta (termasuk The Rolic Band) untuk pembuatan album kompilasi yang disponsori oleh perusahaan Cocacola. Dengan pengalaman membuat rekaman di Jakarta yang ditangani oleh producer profesional oleh Arya Baron (eks Gitaris GIGI band) dengan peralatan yang serba canggih, The Rolic Band merasa semakin mantap untuk serius menekuni dunia musik dan perekaman. Sekembali dari Jakarta, The Rolic Band lalu merilis album pertama mereka dengan lagu unggulan Melodicphoria. Ternyata lagu ini cukup banyak penggemarnya. Jadwal manggung dan prestasi mereka pun semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa potensi dan kemampuan berbamain musik mereka memiliki daya saing dan lagu-lagu mereka dapat diterima oleh kaum muda. Untuk menunjukkan keberadaan mereka dalam bermusik, The Rolic Band berencana untuk merilis album ke-2 mereka dalam pertengahan tahun 2012 ini. Mereka akan menggunakan momen peluncuran album ke-2 tersebut untuk mengekpresikan secara maksimal kreasi musik mereka untuk para penggemar mereka. Karena itu, materi album yang digarap harus lebih lebih baik yang album pertama dan promosinya pun harus disiapkan dengan profesional dengan memanfaatkan media komunikasi visual yang tepat guna dan tepat sasaran.

2.2.6 Strategi Pemasaran

trategi pemasaran adalah langkah-langkah atau kebijakan untuk mencapai tujuan pemasaran. (Sanyoto, 2006:48). Strategi pemasaran dibagi menjadi empat unsur, yaitu : Produk, Price (Harga), Place (Tempat), Promotion (Promosi).

2.2.7 Target Segmentasi

Komunitas Parkour Bali mengambil segmentasi pasar yaitu semua kalangan usia muda sampai tua yang menyukai dan berminat akan olahraga, seni dan hiburan.

2.3. Analisis & Sintesa 2.3.1. Analisis Analisis sangat diperlukan untuk memperoleh kesimpulan dari permasalahan yang ada. Sedangkan sintesa adalah suatu perpaduan dari permasalahan yang ada pada latar belakang masalah yang telah dirangkum dalam analisis. Analisis dibedakan menjadi tiga yaitu analisis teori, analisis faktual, dan analisis wawancara.

2.3.2. Sintesa

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka diketahui bahwa media komunikasi visual yang digunakan sebagai sarana promosi masih kurang, untuk itu guna mencapai tujuan yang diinginkan maka akan dirancang beberapa media komunikasi visual yang lebih efektif dan efisien. Adapun media yang dirancang yaitu berupa media Packaging CD, Cover CD, Katalog CD, T-Shirt, Poster, Iklan Majalah, Goody Bag, Stiker, Head Bass Drum. Ilustrasi menggunakan ilustrasi Hand Drawing dan pengolahan gambar tersebut melalui komputer. Teks berisi keterangan ajakan untuk bergabung dalam komunitas tersebut. Menggunakan huruf tipe sans serif agar mudah dibaca dan sederhana. Pewarnaan menggunakan warna yang dinamis. Teknik cetak yang digunakan menggunakan teknik cetak digital dan cetak sablon (sesuai dengan jenis media).

3. KONSEP DESAIN

3.1 Konsep Dasar Perancangan

Dalam mempromosikan Album “let’s Go Gowes” dari The Rolic Band dengan menggunakan media desain komunikasi visual, konsep dasarnya sangat jelas dan kuat. Dilihat dari karakter dan jenis lagu yang ditawarkan yang cenderung bertempo cepat, penuh semangat serta tema-tema lagu yang cenderung unsur keceriaan dan menyenangkan, maka pengambilan konsep dasar dari sarana promosi Album “let’s Go Gowes” dari The Rolic Band menggunakan media komunikasi visual adalah Cartoon Fun. Fun berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti ‘gurau, ceria, dan senang’. Pengambilan konsep Fun ini didasari oleh sifat dan karakter dari band itu sendiri serta materi lagu yang ditawarkan juga memiliki lirik yang ringan, mudah dicerna dan penuh dengan semangat. Selain itu juga memiliki arti berjalan dan menikmati kesenangan yang berhubungan dengan gaya hidup. Fun disini juga akan memberikan arti bahwa dapat memberi keceriaan bagi orang yang menikmatinya, maka setiap pendengar yang mendengar lagu-lagu dari The Rolic akan memberi pengaruh yang penuh dengan keceriaan bagi mereka yang mendengarkan. Untuk mendukung visualisasi Fun, maka penulis menggunakan visualisasi gambar berupa kartun yang akan menguatkan kesan fun dalam desain.karena secara umum kartun sangat berkaitan dengan hal yang menyenangkan dan sangat efektif untuk menarik perhatian. Dalam membuat desain komunikasi visual sebagai sarana mempromosikan Album “let’s Go Gowes” dari The Rolic Band dibuat dengan ilustrasi gambar tangan berupa ilustrasi yang berhubungan kegiatan bersepeda serta dengan The Rolic Band itu sendiri.

3.2 Skema Pola Pikir Konsep pola pikir yang dimaksud adalah langkah-langkah pemikiran dalam merancang media komunikasi visual antara komunikator dan komunikan guna memastikan pesan yang disampaikan sesuai sasaran, dalam hal ini manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal dan pikiran serta budi pekerti, secara ilmiah memiliki berbagai kebutuhan dan permasalahan dalam hidupnya. Termasuk kebutuhan atau permasalahan untuk menginformasikan sesuatu kepada khalayak sebagai usaha mempromosikan produk/jasa.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, desainer berperan memvisualisasikan maksud dan tujuan dari komunikator kepada komunikan melalui desain yang dibuat. Pada prosesnya desain yang dibuat tentu harus berisikan informasi yang dibutuhkan oleh komunikan serta berisi informasi tentang produk/jasa yang ditawarkan oleh komunikator yang mana tetap berpegang pada aturan/ norma yang berlaku di masyarakat. Visualisasi desain dapat berupa poster, T-shirt, Packaging CD, Cover CD dan media lain yang dibutuhkan untuk kepentingan promosi produk/ jasa. Media-media tersebut pada akhirnya akan memberikan feed back yang diharapkan oleh manusia itu sendiri yaitu dapat memenuhi kebutuhan informasi terhadap suatu produk/ jasa.

3.3 Skema Proses Perancangan Dalam perancangan desain komunikasi visual diperlukan juga konsep pola perancangan. Dimana untuk mendukung pemecahan masalah diperlukan dukungan data teori dan lapangan yang kemudian dilakukan analisis berdasarkan metode pendekatan yang telah ditetapkan untuk menghasilkan sintesa. Setelah penulisan media dalam sintesa kemudian dilanjutkan dengan proses perancangan awal berupa gambar kasar untuk selanjutnya dipilih dan diwujudkan melalui proses cetak.

3.4 Strategi Media Strategi adalah siasat atau kebijakan/ langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Strategi media dibentuk untuk target sasaran (audience) dengan panduan media, yang terdiri dari pilihan media dan jadwal media, yang disusun dengan memperhitungkan kebiasaan target (audience) masing-masing pangsa pasar dalam penggunaan media. Target audience inilah yang menentukan saluran media mana yang paling efektif dan efisien. Efektif artinya cocok untuk mengiklankan produk yang dirancang, dan efisien artinya yang terjangkau (Sanyoto, 2006:66-67).

3.5 Program Tayangan Media Program tayangan media adalah program dimana media yang didesain akan muncul/ terbit/ disebarkan kepada khalayak sasaran/ masyarakat. Aspek yang terkait diantaranya yaitu Kapan, Dimana, dan Frekuensi.

3.6 Strategi Kreatif Strategi kreatif adalah kebijakan yang akan dilakukan terhadap panduan kreatif, terdiri dari isi pesan dan bentuk pesan, yang disusun berdasarkan target audience-nya, karena pada dasarnya target audience-lah yang menentukan isi (content) dan bentuk (form) pesan iklan yang akan disampaikan (Sanyoto, 2006: 83). Adapun strategi kreatif yang dilakukan pada media komunikasi visual Komunitas Parkour Bali meliputi: Isi pesan, Bentuk pesan, Strategi visual, Gaya visual dan Material.

VISUALISASI DESAIN

4.1 Packaging CD

13 cm

1,5 cm 15 cm

Nama Media : Packaging CD Ukuran : 15 x 13 x 1,5 cm Bahan : Art Paper 260 gsm Teknik : Cetak offset

4.2 Cover CD

Nama Media : Cover CD Ukuran : 30 x 12,5cm Bahan : Art Paper 260 gsm Teknik : Cetak offset

4.3 Katalog CD

Gambar 4.7 Desain Katalog CD

Nama Media : Katalog CD Ukuran : 11 x 11cm Bahan : Art Paper 150 gsm Teknik : Cetak offset

4.4 T-Shirt

Tampak Depan Tampak Belakang

Nama Media : T-Shirt Ukuran : M ( Cew) 38 X 58, M 41 X 63, L 50 X 69, XL 52 X 71 Bahan : kain Cotton Combad 30S Teknik : Cetak saring/sablon

4.5 Goody Bag

Nama Media : Goody Bag Ukuran : 42 cm x 30 cm Bahan : kain puring Teknik : Cetak saring/sablon

4.6 Poster :

Nama Media : Poster Ukuran : 42 cm x 29,7cm Bahan : kertas Art paper 150 gsm Teknik : Cetak offset

4.7. Iklan Majalah

Nama Media : Iklan Majalah Ukuran : 14,5cm x 11 cm Bahan : kertas Art paper mengikuti bahan dari majalah Teknik : Cetak offset

4.8. Head Bass Drum

Nama Media : Head Bass Drum Ukuran : 75 cm x 75 cm Bahan : Membrane & Kertas stiker Ritrama Teknik : Cetak Digital

4.9. Stiker

Nama Media : Stiker Ukuran : 9 cm x 8 cm Bahan : Kertas stiker Ritrama Teknik : Cetak Digital

4.10. Katalog media

Nama Media : Katalog media Ukuran : 15cm x 11 cm Bahan : Kertas Artpaper 210 gsm Teknik : Cetak Digital

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan Media komunikasi visual yang efektif untuk mempromosikan album “Let’s Go Gowes dari The Rolic Band adalah Packaging CD, Cover CD, Katalog CD, Poster, Iklan Majalah, T-Shirt, Goody Bag, Head Bass Drum, Stiker dan katalog. Setiap media tersebut memiliki fungsi masing – masing dan sesuai untuk mempromosikan “Let’s Go Gowes dari The Rolic Band kepada konsumen. Dalam perancangan media komunikasi visual perlu dipertimbangkan teori - teori desain, teori sosial, prinsip desain, kriteria desain, serta mempertimbangkan keadaan calon konsumen seperti demografis, psikografis, behaviora, sehingga akan terwujud media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif. Media yang dibuat di sesuaikan dengan konsep dan karakter dari band itu sendiri agar apa yang ingin disampaikan dan dipromosikan dapat diketahui oleh calon konsumen melalui media promosi yang dibuat.

5.2 Saran Saran-saran penulis sebagai pertimbangan setelah mengetahui dan merancang media komunikasi visual sebagai sarana promosi “Let’s Go Gowes dari The Rolic Band adalah Selain melakukan promosi menggunakan media komunikasi visual, The Rolic Band harus aktif menambah jadwal manggung dan memanfaatkan promo-promo melalui Radio dan televisi lokal. Saran penulis untuk perkembangan disiplin ilmu Desain Komunikasi Visual adalah hendaknya mahasiswa mengkhususkan keahliannya di salah satu cabang dari Desain Komunikasi Visual seperti dalam bidang advertising, desain produk, animasi dll. Ini dikarenakan banyaknya cabang-cabang dari displin ilmu desain komunikasi visual dan untuk lebih meningkatkan profesional mahasiswa sebagai tenaga kerja di dunia kerja nantinya. Ruangan untuk praktek ditambah seperti ruang cetak sablon, ruangan cetak digital dan offset sehingga mahasiswa bisa praktek secara langsung di kampus tanpa harus keluar mencari tempat-tempat praktek sehingga teori-teori yang diajarkan oleh dosen dapat diserap dengan baik oleh mahasiswa. Daftar Pustaka

Adhy Tristanto. 2007. Cerdas Beriklan. Yogyakarta : Percetakan Galangpress Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: P.N Balai Pustaka. Anwar,Desy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Amelia Artini Kusmiati, Sri Pudjiastuti, Pamudji Suptandar.1999. Teory Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta : Penerbit Djambatan. Badudu, J.S. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Dameria, Anne. 2007. Color Basic Paduan Dasar Warna untuk Desainer &Industri Grafika. Jakarta: Link & Match Graphic. Ima, Hardiman. 2006. Seri Pintar PR 400 istilah. Public relations .MEDIA & PERIKLANAN . Jakarta: PT. Buku Kita. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET Mikke Susanto. 2011. Diksirupa, Kumpulan istilah dan gerakan seni rupa. Yogyakarta: Dictiart lab & Jagad Art Space Bali Moleong, Lexy. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosadakarya. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalilea Indonesia Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalilea Indonesia Poerwadarminta, W.J.S, 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer (Teori Desain Grafis Komputer). Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET Sachari, Agus. 1986. Desain Gaya dan Realitas. Bandung: CV Rajawali. Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar-dasar tata rupa & Desain (Nirmana). Yogyakarta:Arti Bumi Intaran. Sarwono, Jhonatan & Lubis, Hary. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi. Surianto Rustan, S.Sn. 2010. HURUFONTIPOGRAFI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Tim Penyusun. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Media Centre

www. Google.com/images/music hand illustration www.google.com/image/new found glory worldpress.com : ilhamendra www.google.com/image/Total Fat www.google.com/image/Sum41 www.wikipedia.org www.google.com/image/Blink 182 www.google.com/image/analog Color http://jurus grafis.com/artikel/psikologi-warna-design-grafis/ Winhart.wordpress.com Zonanarsis.com http://id.wikipedia.org/wiki/desain http://id.wikipedia.org/wiki/jaringan_komputer www.koran anak Indonesia/28/02/2012 www.dian nebula.blogspot.com http://emjaiz.wordpress.com/2012/02/28/above-the-line-media-lini-atas-dan-below-the- line-media-lini-bawah/ http://id.wikipwdia.org/wiki/seni-grafis#cetak-digital www.facebook.com/TheRolicBand The Rolic Document